FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PUBLIKASI.pdf · PDF filekeberhasilan pengobatan...
date post
11-Mar-2019Category
Documents
view
218download
0
Embed Size (px)
Transcript of FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PUBLIKASI.pdf · PDF filekeberhasilan pengobatan...
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKBERHASILAN
PENGOBATAN TUBERKULOSIS USIA PRODUKTIF DI
BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT
(BBKPM) SURAKARTA TAHUN 2015
PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
padaJurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
NOVITA RAHMAWATI
J410120079
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKBERHASILAN
PENGOBATAN TUBERKULOSIS USIA PRODUKTIF DI
BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT
(BBKPM) SURAKARTA TAHUN 2015
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
NOVITA RAHMAWATI
J410120079
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Yuli Kusumawati, SKM., M.Kes (Epid) Anisa Catur Wijayanti, SKM., M.Epid
NIK. 863 NIK. 1552
ii
HALAMAN PENGESAHAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKBERHASILAN
PENGOBATAN TUBERKULOSIS USIA PRODUKTIF DI
BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT
(BBKPM) SURAKARTA TAHUN 2015
OLEH
NOVITA RAHMAWATI
J410120079
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Senin, 07 November2016
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Yuli Kusumawati, SKM., M.Kes (Epid) (...) (Ketua Dewan Penguji)
2. Dwi Astuti, SKM., M.Kes (...) (Anggota I Dewan Penguji)
3. Tanjung Anitasari I K,SKM., M.Kes (...) (Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Dr. Suwaji, M.Kes
NIP. 195311231983031002
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
.
Surakarta, 07 November 2016
Penulis
Novita Rahmawati
1
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKBERHASILAN
PENGOBATAN TUBERKULOSIS USIA PRODUKTIF DI
BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT
(BBKPM) SURAKARTA TAHUN 2015
Oleh
Novita Rahmawati1, Yuli Kusumawati
2, Anisa Catur Wijayanti
3
1Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, nopinopi09@yahoo.co.id 2 3
Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstrak
Tuberkulosis masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi DOTS telah diterapkan
di banyak negara sejak tahun 1995. Tahun 2015 di Indonesia angka
keberhasilan pengobatan TB sebesar 85% menurun dibandingkan tahun
2014 yakni sebesar 90,1%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor
yang dominan dengan ketidakberhasilan pengobatan pada penderita TB paru
usia produktif di BBKPM Surakarta tahun 2015. Desain penelitian yang
digunakan adalah studi case control. Populasi dalam penelitian ini penderita
yang menjalani pengobatan TB paru di BBKPM usia produktif umur 15-64
tahun sebanyak 150 penderita. Pemilihan sampel kasus yakni penderita yang
tidak berhasil dalam pengobatan TB sebanyak 29 penderita dengan
menggunakan teknik exhaustive sampling dan sampel kontrol yakni
penderita yang berhasil sembuh dalam pengobatan TB sebanyak 58
penderita dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Analisis
bivariat menggunakan chi-square dan analisis multivariat menggunakan
regresi logistik. Hasil bivariat penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara status gizi (p=0,471) dengan ketidakberhasilan pengobatan
TB paru. Ada hubungan antara motivasi penderita (p=0,000), dukungan
keluarga (p=0,002), dan peran PMO (p=0,001) dengan ketidakberhasilan
pengobatan TB paru di BBKPM Surakarta. Hasil multivariat menunjukkan
bahwa motivasi penderita merupakan faktor paling dominan terhadap
ketidakberhasilan pengobatan TB dan OR tertinggi sebesar 33,777 (95%CI=
7,270-156,936).
Kata Kunci: Status gizi, motivasi penderita, dukungan keluarga, peran
PMO, ketidakberhasilan pengobatan Tuberkulosis paru
mailto:nopinopi09@yahoo.co.id
2
Abstract
Tuberculosis is still one of the a public health problem in the world despite
the control efforts with the DOTS strategy has been implemented in many
countries since 1995. In Indonesia by 2015 Tuberculosis treatment success
rate is 85% decreased compared to in 2014, amounting to 90.1%. This
research aims to know the dominant factor in the unsuccess treatment in
sufferers pulmonary Tuberculosis at the productive age in BBKPM
Surakarta by 2015. Design research is the case control study. The
population in this study sufferers undergoing treatment pulmonary
Tuberculosis in BBKPM at the productive age of 15-64 years by as much as
150 sufferers. The selection of sample cases i.e. sufferers who are not
successful in the treatment of TB sufferers as much as 29 using the technique
of Sampling Exhaustive and sample control i.e. the sufferers recovered
within as many as 58 TB treatment sufferers using Cluster Random
Sampling. Bivariate analysis using Chi-Square and multivariate analysis
using Logistic Regression. The results of the bivariat research shows that
there is no relationship between the nutritional status (p=0,471) with
thenunsuccess of the treatment of pulmonary Tuberculosis. There is a
relationship between the motivation of sufferers (p = 0.000), family support
(p = 0.002), and the PMO's role (p = 0.001) with the unsuccess of the
treatment of pulmonary Tuberculosis in BBKPM of Surakarta. While the
multivariate results showed that motivation is the most dominant factor
sufferers against the unsuccessful treatment of Tuberculosis has the highest
OR of 33,777 (95%CI= 7,270-156,936).
Keywords: Nutritional status, motivation sufferers, family support, PMO's
role, the unsuccessful treatment of pulmonary Tuberculosis
1. PENDAHULUAN
Tuberkulosis masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia
walaupun upaya pengendalian dengan strategi DOTS (Directly Observed Trearment
Short-course) telah diterapkan di banyak Negara sejak tahun 1995 (Kemenkes
2014).Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global, dengan
berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insidens dan kematian akibat
Tuberkulosis telah menurun, namun Tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9,6
juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia, dan
China merupakan Negara dengan penderita Tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut
23%, 10%, dan 10% dari seluruh penderita di dunia (WHO,2015).
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015, angka prevalensi kasus
Tuberkulosis tahun 2015 sebanyak 129/ 100.000 penduduk, meningkat bila
dibandingkan angka prevalensi kasus Tuberkulosis yang pada tahun 2014 sebesar 127/
100.000 penduduk. Jumlah kasus tertinggi yang ditemukan terdapat di provinsi dengan
3
jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa imur, dan Jawa Tengah. Menurut
kelompok umur, kasus Tuberkulosis pada tahun 2015 paling banyak ditemukan pada
kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 18,65% diikuti kelompok umur 45-54 tahun
sebesar 17,33% dan pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 17,18% (Kemenkes RI,
2016).
Menurut Kemenkes RI (2016), pada tahun di Indonesia 2015 angka keberhasilan
pengobatan TB sebesar 85% menurun dibandingkan tahun 2014 yakni sebesar 90,1%.
WHO menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%, artinya pada
tahun 2015 sudah memenuhi target, tetapi masih rendah dibandingkan dengan tahun
2014, sehingga dapat dikatakan bahwa capaian keberhasilan pengobatan TB di
Indonesia kurang maksimal.
Berbagai upaya pengendalian TB telah dijalankan sejak tahun 1995 dengan strategi
DOTS, namun sejauh ini, usaha tersebut belum menunjukan keberhasilan
maksimal.Walaupun sudah ada cara pengobatan Tuberkulosis dengan efektivitas yang
tinggi, angka kesembuhan pengobatan masih lebih rendah dari yang diharapkan.
Beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah pasien tidak mematuhi
ketentuan pengobatan dan lama pengobatan secara teratur untuk mencapai
kesembuhan.Hal ini dapat diketahui dari penderita tidak tekun meminum obat, sehingga
hasil akhir pengobatan menjadi gagal atau tidak berhasil sembuh, ditambah dengan
timbulnya basil-basil TB yang multi resisten. Resistensi obat anti Tuberkulosis terjadi
akibat pengobatan tida