Faktor Predisposisi

6
Faktor Predisposisi 1. Higiene yang kurang 2. Menurunnya daya tahan tubuh, biasanya karena kelelahan, anemia, atau penyakit-penyakit tertentu seperti penyakit kronis, neoplasma, dan diabetes melitus 3. Telah ada penyakit lain di kulit, hal ini dapat merangsang terjadinya pioderma yang hampir bisa dipastikan akan memperparah penyakit kulit sebelumnya tersebut, hal itu juga terjadi karena fungsi kulit sebagai pelindung yang terganggu oleh penyakit. D. Klasifikasi Pioderma terbagi menjadi dua, yaitu : 1. Pioderma Primer Pioderma yang terjadi pada kulit yang normal. 2. Pioderma Sekunder Pioderma yang terjadi pada kulit yang sebelumnya telah ada penyakit kulit. Gambaran klinisnya menjadi tidak khas dan kadang ditemukan lebih dari satu organism pada pemeriksaan. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder maka disebut impetigenisata. Tanda impetigenisata adalah munculnya pustule, pus, bula purulen, krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran KGB regional, leukositosis, dan dapat pula disertai demam. E. Pengobatan Umum 1. Sistemik

Transcript of Faktor Predisposisi

Page 1: Faktor Predisposisi

Faktor Predisposisi

1.       Higiene yang kurang

2.       Menurunnya daya tahan tubuh, biasanya karena kelelahan, anemia, atau penyakit-penyakit

tertentu seperti penyakit kronis, neoplasma, dan diabetes melitus

3.       Telah ada penyakit lain di kulit, hal ini dapat merangsang terjadinya pioderma yang hampir

bisa dipastikan akan memperparah penyakit kulit sebelumnya tersebut, hal itu juga terjadi

karena fungsi kulit sebagai pelindung yang terganggu oleh penyakit.

D.     Klasifikasi

Pioderma terbagi menjadi dua, yaitu :

1.       Pioderma Primer

Pioderma yang terjadi pada kulit yang normal.

2.       Pioderma Sekunder

Pioderma yang terjadi pada kulit yang sebelumnya telah ada penyakit kulit. Gambaran

klinisnya menjadi tidak khas dan kadang ditemukan lebih dari satu organism pada

pemeriksaan. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder maka disebut impetigenisata.

Tanda impetigenisata adalah munculnya pustule, pus, bula purulen, krusta berwarna kuning

kehijauan, pembesaran KGB regional, leukositosis, dan dapat pula disertai demam.

E.      Pengobatan Umum

1.       Sistemik

Contoh obat untuk pengobatan pioderma

a.       Penisilin G prokain dan semi-sintetiknya

-          Penisilin G prokain, dosisnya 1,2 juta/hari i.m, obat ini sudah tidak dipakai lagi karena

dianggap tidak praktis dan pemakaiannya sering menimbulkan syok anafilaktik

-          Ampisillin, dosis 4x500 mg, ante cunam

-          Amoksisilin, dosisnya sama dengan ampisilin, dipakai post-cunam dan absorbsinya lebih

cepat sehingga kadar dalam plasma lebih tinggi.

-          Golongan obat penisilin resisten-penisillinase, contohnya adalah oksasillin, kloksasillin,

dikloksasillin, flukloksasillin. Dosis 3x250 mg/hari ante-cunam. Kelebihan obat ini adalah

juga berkashiat pada Staphylococcus yang telah membentuk penisilinase.

b.      Linkomisin dan Klindamisin

Page 2: Faktor Predisposisi

Dosis linkomisin, 3x500 mg/hari. Klindamisin diabsorbsi lebih banyak karenanya dosisnya

lebih kecil yaitu 4x150 mg/hari/os, pada infeksi berat dosisnya 4x300-450 mg/hari.

Linkomisin agar tidak dipakai lagi dan digantikan oleh Klindamisin karena potensial

antibakterinya lebih besar dan efek sampingnya lebih sedikit dan tidak terlalu terhambat oleh

adanya makanan dalam lambung.

c.       Eritromisi

d.      n

Dosis 4x500 mg/hari/os. Efektivitasnya kurang dibandingkan Linkomisin/klindamisin dan

obat golongan penisilin resisten-penisillinase. Cepat menyebabkan resistensi dan kadang

terjadi tak enak di lambung.

e.      Sefalosporin

Bila terjadi pioderma berat yang dengat obat diatas tidak menunjukan hasil maka dipakailah

Sefalosporin. Ada empat generasi yang berkhasiat untuk kuman gram positif yaitu generasi I

juga generasi IV. Contohnya adalah sefadoksil dari generasi I dengan dosis dewasa, 2x500

mg atau 2x1000 mg/hari

2.       Topikal

Bermacam obat topical dapat digunakan untuk pioderma, contohnya basitrasin, neomisin,

mupirosin. Neomisin berkhasiat juga untuk bakteri gram negative, Neomisin dituliskan sering

mengalami sensitisasi, sedangkan teramisin dan kloramfenikol sebenarnya tidak terlalu

efektif namun sering dipakai karenanya harganya murah. Obat-obatan ini biasanya berbentuk

salep atau krim.

Selain itu juga baik agar diberikan kompres terbuka contohnya, larutan permanganas kalikus

1/5000, larutan rivanol 1 o/oo dan yodium povidon 7,5 % yang dilarutkan 10kali.

Page 3: Faktor Predisposisi

Impetigo ialah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis) atau infeksi piogenik

superfisialis yang mudah menular yang terdapat di permukaan kulit dan disebabkan oleh

Staphylococcus dan/atau Streptococcus3. Nama impetigo berasal dari bahasa latin yaitu

impetere (menyerang).

Berdasarkan fakta tahun 2005 bahwa S.aureus umumnya patogen terbanyak antara

kedua impetigo bulosa dan nonbulosa pada United States dan Eropa, meskipun S.pyogenes

umumnya terdapat di beberapa negara. Pada umumnya infeksi berawal sebagai infeksi

streptokokal, tetapi setelah itu stafilokokus selalu menggantikan streptokokus.

Page 4: Faktor Predisposisi

Walaupun impetigo dapat merupakan pioderma primer, tapi dapat juga timbul sebagai

infeksi sekunder yang mengikuti penyakit kulit atau trauma kulit yang telah ada (secondary

infection) dan itu dikenal sebagai dermatitis impetigenisata. Penyakit kulit yang biasa

menyertai adalah pedikulosis, skabies, infeksi jamur, dan pada insect bites.

Pioderma memiliki banyak bentuk, diantaranya impetigo, folikulitis, furunkel,

eritrasma, erisipelas, selulitis, abses dll. Namun dalam kepustakaan ini hanya akan dibahas

tentang impetigo, karena impetigo merupakan bentuk pioderma yang paling sering dijumpai

disamping folikulitis. Khususnya yang akan lebih dibahas mendalam adalah impetigo non-

bulosa (impetigo krustosa).

Impetigo krustosa juga dikenal sebagai impetigo kontagiosa, impetigo

vulgaris, atau impetigo Tillbury Fox. Impetigo krustosa merupakan bentuk

pioderma yang paling sederhana. Menyerang epidermis, dimana gambaran yang

dominan ialah krusta yang khas, berwarna kuning kecoklatan seperti madu yang

berlapis-lapis. Impetigo krustosa terkadang terdapat berbagai ukuran (inch)

diameter, tapi biasanya kecil dan dalam beberapa kasus hanya beberapa bagian

tubuh yang terkena (wajah, telinga, leher, dan kadang tangan). Impetigo krustosa

biasanya tanpa gelembung cairan dengan krusta/keropeng/koreng.