Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

28
A. Faktor Pendukung Keefektifan kalimat Agar kalimat yang disusun dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara, secara garis besar, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1) Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar; 2) Penggunaan bahasa Indonesia yang baku ; dan 3) Penggunaan ejaan yang disempurnakan. Hal yang ketiga sudah dibicarakan pada bab sebelumnya secara rinci. Oleh karena itu, bagian ini tidak akan disinggung lagi. 1. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar telah lama didengungkan oleh Pusat Pembinaan dari Pengembangan Bahasa. Lahirnya konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar pada dasarnya tidak terlepas dari konteks pemakaian bahasa yang beragam, seperti bahasa Indonesia yang baik dan

description

b

Transcript of Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

Page 1: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

A. Faktor Pendukung Keefektifan kalimat

Agar kalimat yang disusun dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara,

secara garis besar, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1) Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar;

2) Penggunaan bahasa Indonesia yang baku ; dan

3) Penggunaan ejaan yang disempurnakan.

Hal yang ketiga sudah dibicarakan pada bab sebelumnya secara

rinci. Oleh karena itu, bagian ini tidak akan disinggung lagi.

1. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar telah lama

didengungkan oleh Pusat Pembinaan dari Pengembangan Bahasa. Lahirnya

konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar pada dasarnya tidak terlepas

dari konteks pemakaian bahasa yang beragam, seperti bahasa Indonesia

yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa

Indonesia yang digunakan sesuai dengan pemakaiannya dan sesuai dengan

kaidah yang berlaku. Artinya, situasi pemakaian berkaitan dengan masalah

baku dan tidak baku. Jika situaisnya resmi, seperti dalam memberi

kuliah/pengajaran, berkhotbah, rapat, surat-menyurat resmi, laporan resmi

dan lain sebagainya. Bahasa yang benar atau yang baku (menggunakan

kaidah) yang digunakan. Sebaliknya, jika situasinya tidak resmi, misalnya di

rumah, di pasar, atau di tempat-tempat rekreasi, asal bahasa yang digunakan

Page 2: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

dapat dipahami oleh orang lain, dan itu termasuk bahasa orang yang sudah

tergolong baik. Artinya, kesalahan ucapan, kesalahan pilihan kata atau

kesalahan struktur kalimat yang salah, asal komunikasi masih bisa berjalan,

maka bahasa seseorang sudah tergolong baik.

Berdasarkan hal tersebut, kita memperoleh suatu kejelasan bahwa

yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik belum tentu merupakan

bahasa Indonesia yang benar, sebaliknya bahasa Indonesia yang benar

belum tentu juga merupakan bahasa Indonesia yang baik karena itu semua

bergantung pada situasi pemakaian dan kaidah-kaidah yang berlaku.

Sebagai contoh, kita tahu bahwa situasi rapat dinas, seminar atau

penulisan karya ilmiah adalah situasi pemakaian bahasa yang resmi. Dalam

situasi yang resmi semacam itu, kita dituntut untuk menggunakan bahasa

yang mencerminkan sifat keresmian, yaitu bahasa yang baku. Jika dalam

situasi semacam itu, kita tidak menggunakan bahasa yang baku, misalnya

menggunakan kata-kata dong, gimana, dibilang, dibikin, ngapain, dan

sejenisnya, bahasa yang kita gunakan itu dapat dikatakan tidak baik karena

tidak sesuai pemakaiannya. Meskipun demikian, daam struktur seperti :

“Tadi telah dibilang oleh pemakalah bahwa masalah ini sangat kompleks”.

Secara tata bahasa, penempatan kata dibilang benar tetapi secara morfologis

bentukan kata dibilang pun benar. Atas dasar kenyatan itu, dapat dikatakan

bahwa pemakaian bahasa tersebut benar, tetapi tidak baik sebab dibilang

Page 3: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

merupakan kata tidak baku, sementara suasana tersebut merupakan suasana

resmi.

Contoh lain lagi, ada pemakaian bahasa Indonesia yang baik, tetapi

tidak benar. Misalnya dalam situasi resmi, kita menggunakan bahasa, seperti

“Laporan tertulis, saya telah setor bulan lalu langsung kepada pimpinan”.

Seluruh kata dalam ungkapan tersebut cocok atau sesuai jika digunakan

dalam situasi resmi. Akan tetapi, susunannya tidak benar karena

penempatan bentuk pasif personanya, yaitu saya dan setor, diselingi dengan

kata lain, yakni telah sehingga menjadi saya telah setor. Dalam bentuk

pasif, persona semacam itu, kata ganti seperti saya, kami, kita, dia, dan

mereka harus langsung didekatkan pada kata kerjanya sehingga menjadi

seperti berikut.

Akan saya tanyakan, bukan saya akan tanyakan saya akan

menanyakan

Belum dia kembalikan, bukan dia belum kembalikan dia belum

mengembalikan

Telah mereka setujui, bukan mereka telah setujui mereka telah

menyetujui …

Bentuk kata yang benar pada contoh-contoh tersebut adalah bentuk

pasif persona, yakni urutan pertama akan saya tanyakan, belum dia

Page 4: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

kembalikan… dan bentuk kalimat aktif seperti : saya akan menanyakan, dia

belum mengembalikan dan mereka telah menyetujui.

Berdasarkan contoh-contoh tersebut dapat dikatakan, bahwa

penggunaan bahasa, seperti pada kalimat : “Masalah yang saya akan

tanyakan adalah sebagi berikut” merupakan kalimat (bahasa) yang baik,

tetapi tidak benar. Agar menjadi benar, susunan kaliamt itu seharusnya

“Masalah yang ingin saya tanyakan adalah sebagai berikut”.

Dengan penjelasan serta contoh-contoh tersebut dapat ditegaskan,

bahwa dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar kita harus

memerhatikan situasi pemakaian dan kaidah yang digunakan. Dalam situasi

remi, kita harus menggunakan bahasa Indonesia yang dapat mencerminkan

sifat keresmian, yaitu menggunakan bahasa baku. Sebaliknya, dalam situasi

tidak resmi, kita tidak seharusnya menggunakan bahasa baku. Bahasa yang

kita gunakan dalam situasi tidak resmi itu adalah bahasa yang cocok atau

yang sesuai itu.

2. Bahasa Baku

Berbicara tentang bahasa baku berarti kita berada pada situasi formal,

baik lisan maupun tulisan. Situasi formal yang paling mendukung

pemakaian dan pembinaan bahasa baku adalah dalam pendidikan. Kaidah

bahasa baku tersebut paling lengkap jika dibandingkan dengan ragam

bahasa yang lain. Sejarah umum perkembangan bahasa menunjukan, bahwa

Page 5: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

ragam itu memperoleh gengsi dan wibawa yang tinggi karena ragam itu

yang dipakai juga oleh kaum yang berpendidikan dan kemudian menjadi

pemuka dalam berbagai bidang kehidupan yang penting. Umumnya,

pemuka masyarakat yang berpendidikan terlatih dalam ragam sekolah.

Ragam itulah yang dijadikan bandingan bagi pemakaian bahasa yang benar.

Fungsinya sebagai tolok ukur dalam menghasilkan nama bahasa baku atau

bahasa standar baginya. Oleh karena itu, di Indonesia, semua proses

pembakuan hendaknya bermula pada ragam bahasa pendidikan dengan

berbagai coraknya.

Ragam baku adaah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh

sebagian besar masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai

kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaanya. Ragam baku

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a) Kemantapan Dinamis

Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis berupa kaidah

dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.

Kaidah pembentukan kata yang memunculkan bentuk perasa, petani,

pesuruh, dan sebagainya dengan taat asas harus dapat menghasilkan

bentuk perajin, perusak, petenis, pesepak bola, bukan pengrajin,

pengrusak, penyepak bola, dan lain-lain. Kehomoniman yang timbul

akibat penerapan kaidah bukan alas an yang cukup kuat untuk

Page 6: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

menghalalkan penyimpangan itu. Bahasa manapun tidak luput dari

kehomoniman. Kalau kita berpegang teguh pada sifat mantap, kata

pengrajin dan pengrusak tidak dapat diterima. Demikian pula, bentuk-

bentuk lepas pantai, lepas tangan, lepas landas ,merupakan contoh

kemantapan bahasa baku.

Di pihak lain, kemantapan itu tidak kaku, tetapi cukup luwes sehingga

memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur di bidanh kosa

kata dan peristilahan serta mengizinkan perkembangan berjenis ragam

yang diperlukan dalam kehidupan modern. Misalnya, di bidang

peristilahan muncul keperluan untuk membedakan pelanggan’ orang

yang berlanggan(an)’ dan langganan ‘ orang yang tetap menjual barang

kepada orang lain; hal menerima terbitan atau jasa atas pesanan secar

teratur’. Tokonya disebut langganan dan orang yang berlangganan itu

disebut pelanggan. Ragam baku yang baru, antara lain, dalam penulisan

laporan, karangan ilmiah, undangan, dan percakapan telepon perlu

dikembangkan lebih lanjut.

b) Cendekia

Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-

tempat resmi. Perwujudannya dalam kalimat, paragraph, dan satuan

bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran

yang teratur, logis, dan masuk akal. Proses pencendekiaan bahasa itu

Page 7: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

sangat penting karena pengenalan ilmu dan teknologi modern, yang kini

umumnya masih bersumber pada bahasa asing, harus dapat

dilangsungkan melalui buku bahasa Indonesia. Penggunaan ragam

bahasa yang cendekia oleh pembicara atau penulis dapat membrikan

gambaran yang ada dalam otak pendengar atau pembaca. Dalam hal ini,

tidak ada penafsiran tertentu terhadap sebuah bentuk bahasa.

c) Seragam

Ragam baku bersifat seragam. Artinya, proses pembakuan adalah proses

penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bhasa adalah

pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan pada pesawat terbang

dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan pramugari.

Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan pesawat terbang

disebut steward atau stewardes dan penyerapan itu seragam, kata itu

menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai

saat ini tidak disepakati untuk dipakai.

Sebagaimana telah diungkapkan, bahwa bahasa baku/resmi/standar

digunakan pada situasi resmi. Bahasa Indonesia baku mempunyai ciri-

ciri sebagai berikut :

1) Memakai ucapan baku

Ucapan baku/benar berkaitan dengan penggunaan bahasa lisan.

Sampai sekarang pembakuan pelafalan atau ucapan agak sulit

Page 8: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

dilakukan. Sebagai acuan, pelafalan yang baik adalah pelafalan yang

tidak terpengaruh oleh ucapan-ucapan bahasa daerah. Pada

masyarakat Jawa misalnya, muncul bunyi-bunyi sengau seartikulasi

pada bunyi-bunyi: b, d, j dan g. apabila bunyi-bunyi tersebut terdapat

pada awal nama-nama kota atau tempat, misalnya: mBandung,

mBali, nDemak, nJombang, nJepara, ngGarut…. Demikian pula,

ucapan pada kata-kata bersuku tertutup/suku mati dengan fonem

akhir /b/, /d/, dan /g/, ketiga fenom ini dilafalkan /p/, /t/, dan /k/.

misalnya pada kata: bab, murid, gedebeg, ojeg, bap, murit, gedebek,

ojek.

2) Memakai ejaan resmi

Bahasa baku memakai ejaan resmi, dalam hal ini Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan. Penggunaan EYD menyangkut

bahasa Indonesia ragam tulis.

3) Terbatasnya unsur-unsur bahasa daerah, baik leksikal maupun

gramatikal

Unsur-unsur leksikan adalah unsure bahasa yang berupa kata,

terutama kata-kata daerah atau kata-kata dalam bahasa gaul yang

dapat merusak eksistensi bahasa Indonesia. Kata-kata berikut ini

hendaknya dihindari pemakaiannya dalam situasi resmi, misalnya:

Page 9: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

kata daerah seharusnya kata daerah/asing seharusnya

ketemu bertemu; ketawa tertawa

gimana bagaimana; tadian/nantian tadi/nanti

situ anda/kamu study/stadi/stade studi

bilang mengatakan success sukses

nggak tidak unit/yunit unit

bikin membuat tv/tivi tv/teve

biarin biarkan energy/enerji/enerkhi energy

kenapa mengapa system/sistim sistem

entar sebentar dsb

Unsur gramatikal adalah unsur yang bersifat ketatabahasaan

(pembentukan kata atau kalimat).

Contoh ;

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

a. Rumahnya orang itu bagus.

b. Ia benci sama saya.

c. Dik, bapaknya kamu ada ?

d. Ayah dari teman saya

meninggal tadi.

a. Rumah orang itu bagus.

b. Ia benci kepada saya.

c. Dik, bapakmu ada ?

d. Ayah teman saya meninggal

tadi.

Page 10: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

4) Pemakaian fungsi gramatikal (subjek, predikat,…) secara eksplisit

dan konsisten

Dalam pembentukan kalimat, kalau memang diperlukan subjek,

predikat, objek hendaknya secara eksplisit/nyata

Contoh :

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

a. Kepada Bapak Rektor kami

silakan .

b. Kampus Undiksha yang

megah itu.

c. Penyusunan laporan itu saya

dibantu suami.

a. Bapak Rektor kami silakan.

b1. Kampus Undiksha itu

megah.

b2. Kampus Undiksha yang

megah itu dikunjungi menteri.

c. Dalam penyusunan laporan

itu, saya dibantu suami.

5) Pemakaian konjungsi bahwa atau karena (bila ada) secara ekspisit

dan konsisten

Contoh :

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

a. Paman tidak percaya

tanahnya sudah habis terjual.

b. Hari ini dia tidak masuk dia

sakit.

a. Paman ridak percaya bahwa

tanahnya sudah habis terjual.

b. Hari ini dia ridak masuk

Page 11: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

c. Mohon jangan ribut di sini

ada ujian.

karena sakit.

c. Mohon jangan ribut karena di

sini ada ujian.

6) Pemakaian awalan meN- ; di- atau ber- (bila ada) secara eksplisit

dan konsisten

Contoh :

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

a. Anak-anak tamatan SMA

banyak kerja di toko.

b. Untuk urusan itu saya tidak

mau ambil risiko.

c. Seorang polisi aniaya

atasannya.

a. Anak-anak tamatan SMA

banyak bekerja di toko.

b. Untuk urusan itu saya tidak

mau ambil risiko.

c. Seorang polisi dianiaya

atasannya.

7) Pemakaian partikel lah, kah, pun (bila ada) secara konsisten

Contoh :

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

a. Kerjakan tugas itu dengan

baik

a. Kerjakanlah tugas itu dengan

baik.

Page 12: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

b. Berapa harga bensin seliter ?

c. Harga BBM naik, harga-

harga kebutuhan lain

meningkat

b. Berapakah harga bensin

seliter ?

c. Harga BBM naik, garha-

harga kebutuhan lain pun

meningkat.

8) Pemakaian kata depan, kata sambung secara tepat

Contoh :

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

a. Di zaman sekarang tidak ada

yang tidak mungkin.

b. Hal itu akan saya laporkan

sama atasan saya.

c. Cincinnya terbuat daripada

emas.

a. Pada zaman sekarang tidak

ada yang tidak mungkin.

b. Hal itu akan saya laporkan

pada atasan saya.

c. Cincinnya terbuat dari emas.

9) Pemakaian pola : aspek-pelaku-tindakan secara konsisten

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

a. Prosedur yang benar saya

telah lalui.

a. Prosedur yang benar saya

telah lalui

(Saya telah melalui

Page 13: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

b. Saya akan cari penduduk

baru itu.

c. Pengamatan dia belum

lakukan.

prosedur…)

b. Akan saya cari penduduk

baru itu.

(Saya akan mencari

penduduk…)

c. Pengamatan belum

dilakukan.

(Dia belum melakukan

pengamatan… )

10) Menghindari pemakaian bentuk-bentuk yang mubazir atau bentuk

bersinonim

Contoh :

Para ibu-ibu, banyak orang-orang, para hadirin sekalian, semua

rombongan, serangkaian lagu-lagu, hanya…saja, sangat…sekali, dan

lain-lain.

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

a. Para hadirin sekalian yang

saya hormati.

b. Para ibu-ibu datang ke

posyandu bersama balitanya

a. Hadirin yang saya hormati.

b. Ibu-ibu datang ke posyandu

bersama balitanya masing-

Page 14: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

masing-masing.

c. Semua rombongan srudi tour

UNM tiba di Singaraja.

masing.

c. Rombongan srudi tour UNM

tiba di Singaraja.

11) Menghindari pemakaian kalimat yang bermakna ganda (ambigu)

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

a. Semua pegawai baru

mengikuti penataran local.

b. Anak-anak dilarang tidak

boleh merokok.

c. Ibu Hendra sangat mencintai

suaminya, saya juga.

a1. Semua pegawai, baru

mengikuti penataran local.

a2. Semua pegawai baru,

mengikuti penataran local.

b. Anak-anak dilarang merokok.

c. Ibu Hendra sangat mencintai

suaminya, saya juga

mencintai suami saya.

12) Memakai konstruksi sintesis

Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia Baku

a. Dia punya saudara.

b. Bikin kotor

a. Saudaranya.

b. Mengotor

Page 15: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

13) Kata-kata yang sering salah pemakaiannya

Dalam pemakaian bahasa, kesalahan kata yang sering digunakan

karena ketidaktahuan pemakai bahasa.

Uraian berikut menjelaskan bagaimana kata-kata berikut

seharusnya digunakan agar sesuai dengan maknanya.

a. Acuh artinya peduli; diacuhkan artinya dipedulikan,

diperhatikan, diindahkan.

1) Ketika saya berjumpa, dia sangat acuh (peduli).

2) Nasihat kedua orang tuanya sangat diacuhkannya.

b. Dirgahayu berarti panjang umur, selamat selamanya.

3) Dirgahayu Radio Republik Indonesia.

c. Besok artinya setelah hari ini; bukan hari esok yang tidak dapat

ditentukan.

4) besok aku dating ke rumahmu membawa laporam bulan ini.

d. Diketemukan (tidak baku), seharusnya ditemukan.

5) Honda yang hilang sudah ditemukan oleh pihak yang

berwajib.

e. Keberatan artinya terlalu berat, kalau banyak muatan;

seharusnya berkeberatan.

Page 16: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

6) Saya berkeberatan memenuhi permintaan Anda yang aneh

itu.

f. Pejabat – Penjabat

Kedua kata tersebut sering dikacaukan pemakaiannya. Pejabat

berarti orang yang mempunyai jabatan, sedangkan penjabat

adalah orang yang pada suatu waktu menjabat (bersifat

sementara). Jadi, penjabat berarti pejabat sementara.

7) Pejabat Rektor IKIPN Singaraja periode 2001-2005 adalah

Prof. Dr. Nym. Dantes.

g. Pengacara dan Pembawa Acara

Pengacara artinya pembela hukum, sedangkan pembawa

acara adalah protocol (perwara).

h. Semena-mena dan Sewenang-wenang

Kedua kata tersebut memiliki arti yang berlawanan. Sewenang-

wenang berarti sesuka hati dan berarti tidak semena-mena.

i. Bangsa dan Rakyat

Bangsa hanya satu dalam sebuah Negara atau pemerintahan,

sedangkan rakyat ratusan juta jiwa jumlahnya.

8) Seluruh rakyat Indonesia diharapkan bersatu padu dan bahu-

membahu dalam membangun.

9) Semoga seluruh bangsa Indonesia selalu jaya dan bersatu.

Page 17: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

j. Ditugasi dan Ditugaskan

Kata ditugasi digunakan jika tugas yang harus kita lakukan

datang (dibawakan) kepada kita, sedangkan kata ditugaskan

digunakan jika yang bergerak menuju ke tempat tugas itu.

10) Para kejur ditugasi menangani perpindahan mahasiwa

antarjurusan.

11) Kami bertiga ditugaskan untuk magang BIPA di

Yogyakarta.

k. Gaji dan Gajih

Gaji artinya upah kerja yang dibayarkan dalam waktu yang

tetap, sedangkan gajih artinya lemak atau gemuk.

12) Gaji para pegawai negeri di seluruh tanah air standarnya

sama.

13) Dokter melarangnya makan makanan yang bergajih.

l. Memenangkan dan Memenangi

Memenangkan artinya ‘membuat jadi menang’, sedangkan

memenangi artinya ‘menang di atau menang pada’.

14) Susi memenangi pertandingan itu.

15) Teknik yang serba tepatlah yang memenangkan susi dalam

pertandingan.

Page 18: Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

m. Waris, Warisan, Mewarisi, Mewariskan, dan Pewaris.

Waris artinya ‘orang yang berhak menerima pusaka

(peninggalan) orang yang telah meninggal. Warisan artinya

‘harta pusaka yang ditinggalkan’. Mewarisi artinya ‘mendapat

pusaka dari…’. Mewariskan artinya ‘memberi pusaka

kepada…’. Dan pewaris artinya ‘yang member pusaka’.

n. Menanyakan dan Mempertanyakan

Menanyakan berarti ‘meminta keterangan tentang sesuatu’,

sedangkan mempertanyakan berarti ‘mempersoalkan’ atau

menjadikan sesuatu sebagai bahan bertanya-tanya.

16) Peserta itu menanyakan bantuan dana yang digunakan

pemerintah.

17) Masyarakat mempertanyakan keberadaan pedagang kaki

lima di lingkungannya.