Faktor Minat Perilaku Bertransaksi Menggunakan E …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Jurnal...
Transcript of Faktor Minat Perilaku Bertransaksi Menggunakan E …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Jurnal...
Faktor Minat Perilaku Bertransaksi Menggunakan E-Commerce (Studi kasus pada mahasiswa perempuan S-1 Fakultas Ekonomi
Universitas Sains Al-Qur’an Wonosobo )
Zenat Noer Amalia
Nanang Agus Suyono
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sains Al Qur’an Wonosobo
ABSTRACT
This study entitled "Factors Interest Transaction Behavior Using E-Commerce (A
case study on female students of S-1 class B of the Faculty of Economics, University of
Science Quran Wonosobo)". This study aims to determine the factors that influence the
behavior of interest-based transactions using e-commerce system. The variables studied were
attitudes, subjective norms, behavioral control, trust and structural assurance. This study
using purposive sampling method, obtained a sample of 88 samples. This research was
conducted by using multiple linear regression analysis with significance level of 5%.
The results showed that the variables stuctural assurance positive significant effect
on the interest for using behavior-based e-commerce system, while for the variable attitudes,
subjective norms, behavioral control and trust does not affect the interest-based system
behavior for using e-commerce.
Keywords : E-Commerce, Attitude, Subjective Norm, Behavior Control, Trust and
Structural Assurance.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi telekomunikasi dan komputerisasi menyebabkan terjadinya
perubahan kultur dalam kehidupan sehari-hari, dalam era yang sudah sangat maju ini media
elektronik menjadi salah satu media andalan untuk melakukan komunikasi dan bisnis
(Shomad 2012). Internet merupakan media yang tercepat dan terakurat dari berbagai media
elektronik yang ada dalam menyediakan informasi, internet juga merupakan salah satu
produk jasa yang dapat digunakan oleh semua kalangan serta dapat digunakan sepanjang
waktu (setiap saat). Kelebihan itulah yang menjadi salah satu faktor pendorong
berkembangnya internet di seluruh dunia (Taurusia 2011).
Penggunaan internet dewasa ini sudah menjadi sebuah gaya hidup bagi sebagian
penduduk di dunia selain karena penggunaannya yang mudah, internet juga bisa menjadi
salah satu wadah perkembangan kemampuan bisnis diera digital dalam menyampaikan
produk ke konsumen. Internet dapat memudahkan masyarakat mencari dan membandingkan
beberapa produk dari berbagai macam situs dari seluruh dunia (Murti 2012) dan hal tersebut
mendorong lahirnya transaksi online atau electronic commerce. Electronic commerce atau
biasa disingkat dengan kata e-commerce merupakan suatu cara berbelanja atau berdagang
secara online atau direct selling yang memanfaatkan fasilitas internet dimana terdapat
website yang dapat menyediakan layanan “get and deliver“ (Hakim 2008).
Fenomena tentang transaksi online atau e-commerce di Indonesia merupakan suatu
hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Fenomena tersebut disebabkan karena beberapa
tahun terakhir ini banyak sekali masyarakat yang mulai beralih menggunakan sistem
transaksi berbasis e-commerce atau belanja online dan bisnis online shop pun mempunyai
prospek yang menjanjikan kedepannya.
Beralihnya minat masyarakat dari transaksi secara tradisional ke e-commerce
dikarenakan masyarakat sebagai pengguna eksternal merasa nyaman saat tidak perlu
membuang waktunya dengan mengelilingi pusat perbelanjaan dengan tujuan memilih suatu
produk (Leung 2005). Penghematan waktu tersebut selain karena bisa berbelanja tanpa
meninggalkan rumah, juga karena tidak perlunya penjual dan pembeli bertemu secara
langsung serta adanya kendala transportasi (Aribowo 2013). Pembayaran pun langsung
dilakukan melalui via transfer, dan begitu selesai maka barang akan dikirim oleh pihak toko
online melalui jasa ekspedisi kepada konsumen dan tidak terbatas daerah pengiriman
barangnya. Selain itu bisnis ini semakin banyak digemari karena kemudahannya dalam
berbelanja, adanya penghematan biaya operasional serta barang yang dijual selalu up to date.
Bisnis semacam ini lebih mengarah pada kemajuan teknologi informasi untuk berinteraksi
dengan konsumen. Banyak diantara toko online yang tidak memiliki toko nyata. Jadi, mereka
hanya mengandalkan internet sebagai media pertemuan antara penjual dan pembeli (Nisa
2013).
Minat konsumen dalam pembelian secara online bisa diukur dengan menggunakan
Theory of Planned Behaviour. Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan
dari Theory of Reasoned Action yang telah dikemukakan sebelumnya oleh Ajzen dan
Fishbein pada tahun 1975, teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk
yang rasional dan menggunakan informasi-informasi yang mungkin baginya secara
sistematis. Orang akan memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka
memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku-perilaku tertentu.
TPB menjelaskan bahwa minat seseorang bisa dipengaruhi oleh sikap, norma
subyektif dan kontrol perilaku persepsian. Laohapensang (2009:508) menyatakan bahwa ada
tiga faktor yang berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada bisnis online shop. Ketiga
faktor tersebut adalah sikap (attitude), norma subyektif (subjective norm) dan persepsi
kontrol perilaku (perceived behavioral control). Selain itu, menurut Aribowo (2013) minat
seseorang bisa dipengaruhi oleh trust dan hasil penelitian Syaifudin (2014) menunjukkan
terdapat pengaruh antara struktur-struktur perlindungan (structural assurance) dari online
shop terhadap minat belanja konsumen pada bisnis online shop.
Penelitian ini mengembangkan variabel sikap yang diduga dapat berpengaruh
terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem e-commerce. Sikap menurut
Laohapensang (2009) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat konsumen
dalam berbelanja online. Sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan individu terhadap
suatu obyek (Saifuddin 2003). Sikap seseorang terhadap suatu obyek ditentukan oleh
keyakinan (beliefs) dan hasil evaluasinya (evaluation) terhadap obyek tersebut. Penelitian
Nazar dan Syahran (2014) menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara sikap dan
minat untuk bertransaksi secara online dengan sampel mahasiswa sistem informasi pengguna
internet yang ada di berbagai kampus di sekitar Yogyakarta. Semakin banyak informasi yang
diperoleh mengenai toko online yang bersifat positif maka akan menimbulkan sikap yang
baik bagi konsumen, sehingga semakin besar kemungkinan untuk melakukan transaksi
online.
Faktor selanjutnya yang memberikan kontribusi pada minat berbelanja online menurut
Laohapensang (2009:508) adalah norma subyektif. Norma subyektif seseorang merupakan
produk dari keyakinan bahwa orang lain (referen) berpendapat sebaiknya ia melakukan atau
tidak melakukan perilaku tertentu dan motivasi dia untuk menuruti pendapat tersebut
(Loudon dan Bitta 2005:536). Keluarga, teman dan orang yang memiliki kedudukan lebih
tinggi seperti guru, dosen, atasan maupun orang yang memiliki peran dominan dalam
kehidupan seseorang memberikan kontribusi positif terhadap minat seseorang dalam
bertransaksi secara online. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aisyah (2014)
menunjukkan adanya pengaruh antara norma subyektif terhadap minat bertransaksi secara
online dengan sampel mahasiswa perempuan jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya. Seseorang yang mendapat dorongan dari orang-orang yang pernah
berbelanja melalui online akan berpengaruh terhadap keinginan pelanggan untuk melakukan
transaksi online.
Faktor lainnya yang mampu memberikan pengaruh pada minat beli online menurut
Laohapensang (2009) adalah kontrol perilaku persepsian. Kontrol perilaku persepsian
didefinisikan sebagai kemudahan atau kesulitan persepsian untuk melakukan perilaku (Ajzen
1991). Hasil penelitian Hardanti (2013) menunjukkan adanya pengaruh kontrol perilaku
persepsian terhadap minat bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce dengan
sampel mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Kemudahan seorang
konsumen untuk melakukan transaksi bisnis melalui internet dan intensitas konsumen dalam
menggunakan internet untuk melakukan belanja secara online memberikan kontribusi positif
pada minat belanja konsumen (Laohapensang 2009 : 508).
Beberapa penelitian tentang e-commerce menunjukkan bahwa trust dapat
mempengaruhi minat berbelanja online. Trust adalah hal penting yang menurut Pavlou &
Geven (2004) merupakan dasar bagi aplikasi kegiatan bisnis yang menggunakan media
internet termasuk melakukan transaksi melalui online shop. Tang dan Chi (2005) setuju
bahwa trust merupakan faktor penting dalam aktifitas transaksi yang dilakukan secara online,
trust merupakan pondasi dari bisnis. Trust sendiri merupakan kesediaan konsumen untuk
bergantung pada penjual dan melakukan tindakan pembelian walaupun penjual dapat dengan
mudah merugikan konsumen (Javerpaa dan Tractinsky 1999). Penelitian Aribowo (2013)
menunjukkan adanya pengaruh trust terhadap minat bertransaksi secara online, penelitian
tersebut menggunakan sampel mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Trust yang semakin
tinggi membuat seseorang merasa memiliki minat lebih untuk melakukan transaksi secara
online, hal ini didasarkan pada ketepatan harapan dengan hasil yang diharapkan dari
melakukan transasksi secara online.
Keamanan dalam jaringan e-commerce juga menjadi faktor minat seseorang untuk
melakukan transaksi secara online. Menurut Gefen, Karahanna dan Straub (2003), structural
assurance dapat terbangun ke dalam situs e-commerce melalui kerjasama dengan pihak
ketiga yang memiliki reputasi baik dalam masalah keamanan jaringan dan memberikan
standar jaminan keamanan internet dengan web assurance seal seperti Verisign, TRUSTe,
Good House Keeping dan CPA Web Trust. Structural assurance sendiri mengacu pada
penilaian terhadap keamanan jaringan e-commerce seperti garansi, kontrak ataupun prosedur
lainnya ada dan berjalan dengan baik (McKnight, Choudhury dan Kacmar 2002). Hasil
penelitian Syaifudin (2014) menunjukkan adanya pengaruh structural assurance terhadap
minat bertransaksi secara online di situs OLX.co.id. Seseorang yang memiliki persepsi
structural assurance tinggi yakin bahwa teknologi internet memberikan perlindungan,
sehingga seseorang yakin bahwa transaksi melalui internet dapat berjalan aman (McKnight,
Choudhury dan Kacmar 2002).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah
penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah sikap berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan
sistem berbasis e-commerce?
2. Apakah norma subyektif berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi
menggunakan sistem berbasis e-commerce?
3. Apakah kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi
menggunakan sistem berbasis e-commerce?
4. Apakah trust berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan
sistem berbasis e-commerce?
5. Apakah structural assurance berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi
menggunakan sistem berbasis e-commerce?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui
dan menganalisis :
1. Pengaruh sikap terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem berbasis
e-commerce.
2. Pengaruh norma subyektif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem
berbasis e-commerce.
3. Pengaruh kontrol perilaku terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem
berbasis e-commerce.
4. Pengaruh trust terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem berbasis
e-commerce.
5. Pengaruh structural assurance terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan
sistem berbasis e-commerce.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Theory of Planned Behaviour (TPB)
Teori ini awalnya dinamakan Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan
pada tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas oleh Icek Ajzen dan
Martin Fishbein sehingga pada tahun 1988 lahirlah Theory of Planned Behavior (TPB).
Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia biasanya akan
bertingkah laku sesuai dengan pertimbangan akal sehat, bahwa manusia akan mengambil
informasi yang ada mengenai tingkah laku yang tersedia dan secara implisit atau eksplisit
mempertimbangkan akibat dari tingkah laku tersebut (Mulya 2009).
Davis, Richard dan Warshaw (1989) dan Ajzen (1991) menyebutkan bahwa TPB
didesain untuk menjelaskan berbagai macam perilaku manusia dan berhasil membuktikan
dalam memprediksi serta menjelaskan berbagai perilaku manusia dalam penerapan lainnya,
tidak hanya dalam bidang teknologi. Theory of Planned Behaviour (TPB) merupakan salah
satu model psikologi sosial yang paling sering digunakan untuk meramalkan perilaku.
Menurut Grizzell (2003) yang dikutip oleh Nuary (2010) bahwa Theory of Planned
Behavior merupakan teori yang meramalkan pertimbangan perilaku karena suatu perilaku
dapat dipertimbangkan dan direncanakan. Lebih lanjut lagi Peach et. al. (2006) dan
Wellington et. al. (2006) yang dikutip oleh Nuary (2010) menyatakan bahwa Theory of
Planned Behavior memiliki keunggulan dibandingkan teori keperilakuan yang lain, karena
Theory of Planned Behavior merupakan teori perilaku yang dapat mengidentifikasikan
keyakinan seseorang terhadap pengendalian atas sesuatu yang akan terjadi dari hasil perilaku,
sehingga membedakan antara perilaku seseorang yang berkehendak dan yang tidak
berkehendak.
B. E-commerce
E-commerce didefinisikan oleh Ellswood (1995) seperti yang dikutip oleh Nuary
(2010) sebagai pelaksanaan bisnis dengan bantuan teknologi informasi dan teknologi
komunikasi. E-commerce secara sederhana bisa diartikan sebagai kegiatan atau transaksi jual
beli secara elektronik. Kegiatan jual beli yang biasa terjadi identik dengan kegiatan jual beli
secara konvensional, bedanya hanya saat terjadinya proses pembayaran dan penyampaian
produk oleh penjual yang dilakukan secara elektronik (online via internet). Pengertian lain e-
commerce adalah sebagai transaksi ekonomi saat pembeli dan penjual bersama-sama melalui
media elektronik dari internet membentuk kontrak perjanjian mengenai harga dan pengiriman
barang atau jasa tertentu dan menyelesaikan transaksi melalui pengiriman dan pembayaran
barang atau jasa sesuai kontrak (Zwass 1996; Guay dan Ettwein 1998).
Kienan (2001) mengartikan e-commerce sebagai kegiatan menjual produk secara
online, tapi faktanya jenis bisnis apapun yang dilakukan secara elektronik adalah e-
commerce. Kegiatan e-commerce merupakan kegiatan membuat, mengelola dan meluaskan
hubungan komersial secara online. Terdapat empat kategori dalam istilah e-commerce
menurut Bearden et al. (2001), yaitu: Bussiness to Customer (B2C), Business to Business
(B2B), Consumer to Consumer (C2C) dan Consumer to Business (C2B).
C. Minat untuk bertransaksi
Menurut Engel, Black dan Miniard (1994) minat untuk bertransaksi adalah ukuran
tingkat kekuatan niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu yang dalam hal ini adalah
bertransaksi. Davis, Richard dan Warshaw (1989) berpendapat bahwa minat keperilakuan
merupakan indikator utama model penggunaan teknologi, termasuk penggunaan sistem e-
commerce. Minat merupakan faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku yang dapat dilihat
dari seberapa keras usaha individu untuk mencoba sesuatu, serta seberapa banyak usaha yang
telah direncanakan untuk melakukan sebuah perilaku (Ajzen 1991).
Minat untuk menggunakan sistem merupakan indikator yang layak untuk mengukur
penggunaan sistem dimasa mendatang yang dalam hal ini adalah penggunaan sistem berbasis
e-commerce (Jackson, Simeon dan Robert 1997). Minat diartikan sebagai kehendak,
keinginan atau kesukaan (Kamisa 1997). Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan
erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting
dalam mengambil keputusan. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang
untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock 1995).
D. Sikap
Azjen dan Fishbein (1975) mendefinisikan sikap sebagai penilaian atau evaluation
positif atau negatif terhadap suatu obyek dan karakteristik paling utama yg membedakan
sikap dengan variabel lain adalah bahwa sikap bersifat evaluatif atau cenderung efektif.
Engel, Black dan Miniard (1994) menjelaskan sikap sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang
memungkinkan individu merespon dengan cara yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan secara konsisten berkaitan dengan suatu obyek.
Vijayasarathy dan Jones (2000) menyatakan sikap sebagai sejauh mana konsumen
suka belanja online, dan menganggap hal itu menjadi ide yang baik. Sikap mewakili perasaan
senang atau tidak senang seseorang terhadap suatu obyek. Aaker, David, Kumar dan Day
(2001) mendefinisikan sikap sebagai konstruk psikologis (psychological constructs). Sikap
menunjukkan status mental seseorang yang digunakan oleh individu untuk menyusun cara
mereka mempersepsikan lingkungan mereka dan memberi petunjuk cara meresponnya.
E. Norma Subyektif
Ajzen dan Fisbein (1975) menjelaskan bahwa norma subyektif merupakan persepsi
seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi minat
untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan. Norma
subyektif (pengaruh orang lain) merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi seseorang
untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu, yang dalam hal ini adalah
berbelanja via online.
Norma subyektif merefleksikan bagaimana perilaku customer dipengaruhi oleh
beberapa orang penting yang menjadi rujukan bagi customer tersebut, sebagai contoh adalah
keluarga, teman atau para kolega (Ajzen dan Fishbein 1980). Menurut Loudon dan Bitta
(2005:536), norma subyektif seseorang merupakan produk dari keyakinan bahwa orang lain
(referen) berpendapat sebaiknya ia melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dan
motivasi dia untuk menuruti pendapat tersebut. Pendapat lain mengatakan bahwa norma
subyektif (subjective norms) adalah pengaruh sosial yang mempengaruhi seseorang untuk
berperilaku. Seseorang akan memiliki keinginan terhadap suatu obyek atau perilaku
seandainya ia terpengaruh oleh orang-orang di sekitarnya untuk melakukannya atau ia
meyakini bahwa lingkungan atau orang-orang disekitarnya mendukung terhadap apa yang ia
lakukan (Mas’ud 2012).
F. Kontrol Perilaku
Kontrol perilaku didefinisikan sebagai kemudahan atau kesulitan untuk melakukan
perilaku (Ajzen 1991). Dharmmesta (1998) juga menyatakan bahwa kontrol keperilakuan
yang dirasakan menunjukkan mudahnya atau sulitnya seseorang melakukan tindakan dan
dianggap sebagai cerminan pengalaman masa lalu disamping halangan atau hambatan yang
terantisipasi. Lebih lanjut lagi, Dharmmesta (1998) menjelaskan keterkaitan kontrol
keprilakuan yang dirasakan dengan minat dapat berpengaruh pada minat untuk mencapai atau
tidak mencapai tujuan keprilakuan. Kontrol keprilakuan yang dirasakan dapat terjadi dalam
batas-batas tindakan tertentu, sedangkan kontrol yang dirasakan sangat memperhatikan
beberapa kendala realistis yang mungkin ada.
Grizzell (2003) yang dikutip dalam Nuary (2010) menyebutkan bahwa Perceived
Behavior Control hampir sama dengan konsep self efficiency, yaitu persepsi orang untuk
kemampuannya pada saat melakukan tindakan atau perilaku. Kontrol perilaku tidak terdapat
dalam Theory of Reasoned Action, variabel ini berkaitan dengan sumberdaya-sumberdaya
yang dimiliki dan kesempatan yang ada untuk melakukan sesuatu (Tan and Thomson 2000).
Kontrol perilaku persepsian memberikan pemahaman terhadap seseorang mengenai mudah
atau tidaknya suatu informasi yang diberikan. Sama halnya dengan online shop, apabila
teknologi tersebut dianggap mudah maka minat seorang konsumen untuk menggunakan
layanan tersebut semakin meningkat dan baik (Kraft, Eleanne dan Janice 2005).
G. Trust
Trust merupakan keyakinan bahwa masing-masing pihak saling bergantung dan saling
membutuhkan (Kumar, Scheer dan Stenkamp 1995). Transaksi online atau e-commerce
adalah bisnis kepercayaan. Mengadopsi istilah yang digunakan Jarvenpaa dan Tractinsky
(1999), trust dalam sistem e-commerce adalah sebagai kesediaan konsumen untuk bergantung
pada penjual dan melakukan tindakan pembelian walaupun penjual dapat dengan mudah
merugikan konsumen.
Trust merupakan penggerak utama dari semua model bisnis e-commerce. Menurut
McKnight, Choudhury dan Kacmar (2002), trust didefinisikan sebagai keyakinan yang
memungkinkan individu dengan sukarela untuk menjadi pelanggan terhadap penyedia
layanan e-commerce setelah mempertimbangkan karakteristik dari penyedia layanan e-
commerce. Faktor yang menentukan keberhasilan penerapan bisnis (khususnya penjualan
retail) secara online adalah trust dari konsumen pada internet. Sebagian konsumen takut
melaksanakan transaksi secara online karena berbagai pertimbangan, yaitu : (1) Kejahatan
komputer yang tinggi, yaitu maraknya pembobolan kartu kredit, (2) Perlindungan terhadap
konsumen yang melakukan pembelian secara online dan (3) Penipuan yang dilakukan secara
online. Trust konsumen telah diakui dalam pemasaran sebagai faktor penting agar sukses
dalam bisnis.
H. Structural Assurance
Structural assurance mengacu pada penilaian terhadap keamanan jaringan e-
commerce seperti garansi, kontrak ataupun prosedur lainnya ada dan berjalan dengan baik
(McKnight, Choudhury dan Kacmar 2002). Seseorang memiliki persepsi structural
assurance yang tinggi yakin bahwa teknologi internet (misal: enkripsi data) memberikan
perlindungan, sehingga seseorang yakin bahwa transaksi melalui internet dapat berjalan aman
(McKnight, Choudhury dan Kacmar 2002).
Structural assurance berarti bahwa seseorang percaya pada struktur-struktur
perlindungan (garansi, kontrak, regulasi, janji, legal recourse, proses-proses atau prosedur)
yang ditempatkan pada situs konduktif untuk mendukung kesuksesan, sebagai contoh
safeguard yang melindungi dari kehilangan privasi atau kehilangan identitas (Kurniawan
2011). Pada situs e-commerce sebagian besar pengunjung mengalami keraguan ketika mereka
diwajibkan untuk memberikan informasi sensitif seperti informasi kartu kredit, alamat rumah,
rekening bank untuk bertransaksi online, oleh karena itu, orang berpikir dua kali sebelum
mempercayai sebuah website. Suatu website harus memiliki struktur yang kuat dan aman
untuk menjamin pengunjung tentang keamanan mereka. Vendor harus meyakinkan
pengunjung bahwa informasi mereka akan aman dan mereka dapat melakukan pembelian
tanpa kuatir tentang apapun (McKnight, Choudhury dan Kacmar 2002).
I. Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis
Sikap (X1)
Sumber : Data Primer Diolah 2015.
Keputusan seseorang untuk melakukan tindakan tertentu umumnya didahului oleh
minat untuk melakukan tindakan tersebut. Minat yang kuat akan mendorong terjadinya suatu
tindakan termasuk tindakan membeli produk. Minat konsumen untuk membeli produk
tertentu tidak terjadi begitu saja, melainkan ditentukan oleh berbagai hal, salah satunya
adalah sikap. Pengertian sikap yang dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk (2007) adalah
bahwa sikap merupakan ekspresi perasaan yang berasal dari dalam diri individu yang
mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka dan setuju
atau tidak setuju terhadap suatu objek yang dalam hal ini adalah belanja online.
Penelitian yang dilakukan oleh Nazar dan Syahran (2014) menunjukkan bahwa sikap
berpengaruh positif terhadap minat menggunakan internet sebagai sarana transaksi. Penelitian
ini menunjukkan bahwa dengan semakin banyak informasi positif yang diperoleh terkait
dengan layanan yang ingin digunakan akan menimbulkan sikap yang baik bagi konsumen
tersebut, sehingga kemungkinan untuk melakukan transaksi online akan semakin besar.
Hidayati (2013) juga membuktikan bahwa sikap berpengaruh positif terhadap minat
bertransaksi melalui layanan internet. Hasil penelitian ini menunjukkan dengan banyaknya
informasi positif yang ada dalam layanan online maka akan meningkatkan minat seseorang
dalam melakukan transaksi secara online.
Penelitian Cahyaning (2010) menunjukkan sikap berpengaruh signifikan terhadap
minat untuk bertransaksi secara online. Sikap terhadap perilaku merupakan evaluasi positif
atau negatif dalam melakukan perilaku atau menunjukkan tingkatan seseorang mempunyai
evaluasi yang baik atau yang kurang baik tentang perilaku tertentu. Sebelum melakukan
Minat menggunakan
e-commerce (Y)
Norma Subyektif (X2)
Kontrol Perilaku (X3)
Trust (X4)
Stuctural Assurance (X5)
H1+
H2+
H3+
H4+
H5+
transaksi online konsumen berusaha mencari informasi reputasi tentang toko online. Semakin
banyak informasi yang diperoleh mengenai toko online yang bersifat positif maka akan
menimbulkan sikap yang baik bagi konsumen, sehingga semakin besar kemungkinan untuk
melakukan transaksi online. Berdasarkan uraian diatas, maka disusunlah hipotesis sebagai
berikut:
H1: Sikap berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem
berbasis e-commerce.
Ajzen dan Fishbein (1975) menjelaskan bahwa norma subyektif merupakan persepsi
seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi minat
untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan. Penelitian
yang dilakukan oleh Rochmawati (2012) juga berpendapat bahwa norma subyektif
berpengaruh terhadap minat seseorang karena responden mempertimbangkan nasehat atau
saran dari kolega dan keluarga tentang penggunaan teknologi untuk memudahkan kegiatan
atau aktivitas mereka. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hilman (2012) yang
menyatakan norma subyektif berpengaruh positif terhadap minat dalam berbelanja melalui
online.
Dalam penelitian Aisyah (2014), norma subyektif mempengaruhi minat perilaku
seseorang. Hasil penelitian Aisyah (2014) menjelaskan bahwa berbelanja melalui online telah
menjadi kebiasaan dan dengan adanya dorongan dari orang-orang yang pernah berbelanja
melalui online dapat mempengaruhi keinginan pelanggan untuk melakukan transaksi online.
Berdasarkan uraian diatas, maka disusun hipotesis sebagai berikut:
H2: Norma subyektif berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan
sistem berbasis e-commerce.
Kontrol perilaku didefinisikan sebagai kemudahan atau kesulitan untuk melakukan
perilaku (Ajzen 1991). Penelitian Nazar dan Syahran (2014) menyatakan bahwa kontrol
perilaku berpengaruh positif terhadap minat dalam berbelanja melalui online. Penelitian ini
menjelaskan bahwa semakin tinggi kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam berbelanja
online, maka semakin tinggi keinginan untuk melakukan belanja online.
Penelitian yang dilakukan oleh Cahyaning (2010) menjelaskan bahwa kontrol perilaku
persepsian berpengaruh terhadap minat bertransaksi secara online. Hal ini dikarenakan
transaksi tersebut mudah untuk dipelajari dan dioperasionalkan sehingga dapat dilakukan
dengan mudah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pengguna. Sehingga dapat dikatakan
bahwa bahwa semakin tinggi tingkat kontrol perilaku persepsian dari transaksi secara online,
maka orang tersebut akan semakin berniat untuk melakukan transaksi secara online.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat kontrol perilaku persepsian dari transaksi secara online
maka orang tersebut akan semakin kurang berniat untuk melakukan transaksi secara online.
Penelitian Nazar dan Syahran (2014) juga menyatakan bahwa kontrol perilaku
berpengaruh signifikan terhadap minat untuk bertransaksi online. Ini dikarenakan kontrol
keperilakuan menunjukkan mudahnya atau sulitnya seseorang melakukan tindakan dan
dianggap sebagai cerminan pengalaman masa lalu disamping halangan atau hambatan yang
terantisipasi. Selanjutnya hasil penelitian Hidayati (2013) menunjukkan bahwa kemudahan
penggunaan merupakan faktor penting yang mempengaruhi penggunaan sistem sehingga
kontrol perilaku persepsian memberikan pengaruh terhadap minat bertransaksi online.
Berdasarkan uraian diatas, maka disusunlah hipotesis sebagai berikut:
H3: Kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan
sistem berbasis e-commerce.
Trust merupakan penggerak utama dari semua model bisnis e-commerce. Menurut
McKnight, Choudhury dan Kacmar (2002), trust didefinisikan sebagai keyakinan yang
memungkinkan individu dengansukarela untuk menjadi pelanggan terhadap penyedia layanan
e-commerce setelah mempertimbangkan karakteristik dari penyedia layanan e-commerce.
Penelitian Sularto (2004) menyatakan bahwa trust berpengaruh terhadap minat beli
konsumen melalui internet. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa trust berhubungan dengan
resiko yang akan dihadapi oleh konsumen online shop. Namun dengan adanya trust yang
tinggi dapat membuat seseorang memandang resiko menjadi hilang dan ingin tetap
menggunakan layanan tersebut.
Aribowo (2013) dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa trust berpengaruh
positif terhadap minat seseorang dalam bertransaksi menggunakan e-commerce. Trust secara
positif mempengaruhi minat untuk berbelanja secara online karena konsumen yakin bahwa
perusahaan mampu menjalankan kegiatan online-nya (karena kompetensi) dan dapat
mengirimkan produk-produk yang dibeli kepada konsumen. Jika konsumen mempercayai
online shop yang disediakan oleh perusahaan, maka hal tersebut memungkinkan mereka
meningkatkan minatnya untuk melakukan pembelian secara online. Pemahaman ini secara
umum mengontrol transaksi online yang berpengaruh positif terhadap minat konsumen untuk
melakukan pembelian.
Hasil penelitian Syaifudin (2014) diketahui bahwa variabel trust mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap minat bertransaksi secara online di OLX.co.id. Penelitian
ini menjelaskan bahwa sikap pelanggan dalam bertransaksi online didorong oleh faktor trust.
Trust disini memegang peran penting dalam meningkatkan minat perilaku bertransaksi
menggunakan layanan internet. Berdasarkan uraian diatas, maka disusunlah hipotesis sebagai
berikut:
H4: Kepercayaan berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan
sistem berbasis e-commerce.
Structural assurance mengacu pada penilaian terhadap keamanan jaringan e-
commerce seperti garansi, kontrak, ataupun prosedur lainnya ada dan berjalan dengan baik
(McKnight, Choudhury dan Kacmar 2002). Seseorang memiliki persepsi structural
assurance yang tinggi yakin bahwa teknologi internet (misal: enkripsi data) memberikan
perlindungan, sehingga seseorang yakin bahwa transaksi melalui internet dapat berjalan aman
(McKnight, Choudhury dan Kacmar 2002).
Penelitian McKnight, Choudhury dan Kacmar (2002) dan Gefen, Karahanna dan
Straub (2003) dalam Kurniawan (2011) juga menemukan bukti bahwa structural assurance
akan menimbulkan minat pengguna internet terhadap sistem e-commerce. Konsumen yang
merasa aman terhadap online shop tertentu akan cenderung untuk memilih berbelanja secara
online dari pada berbelanja secara tradisional, jadi dapat disimpulkan bahwa structural
assurance mempengaruhi minat seseorang dalam menggunakan sistem berbasis e-commerce.
Structural assurance berpengaruh pada minat seseorang dalam bertransaksi secara
online, hal ini dikarenakan keyakinan terhadap adanya mekanisme kontrol dan prosedur
keamanan seperti enkripsi, authentification, sertifikasi pengamanan dari pihak ketiga yang
memadai terhadap situs e-commerce akan menimbulkan trust pengguna internet yang
berdampak pada minat seseorang dalam menggunakan sistem berbasis e-commerce (Dharma
2006). Berdasarkan uraian diatas, maka disusunlah hipotesis sebagai berikut:
H5: Structural assurance berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi
menggunakan sistem berbasis e-commerce.
III. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Penelitian ini termasuk penelitian survey. Populasi pada penelitian ini adalah
mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sains Al-Qur’an yang berjumlah 954 orang
(jumlah tersebut diperoleh dari data mahasiswa aktif yang tercatat pada TU Fakultas
Ekonomi UNSIQ). Jumlah mahasiswa UNSIQ Wonosobo yang menjadi responden penelitian
adalah sebanyak 88 orang dengan kriteria mahasiswa yang diteliti adalah mahasiswa
perempuan kelas B Fakultas Ekonomi UNSIQ dan berstatus aktif pada semester genap tahun
ajaran 2015/2016.
Model yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
analisis regresi linear berganda. Persamaannya adalah sebagai berikut :
Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e
Keterangan :
Y : minat perilaku bertransaksi menggunakan e-commerce
α : nilai intersep (konstan)
β1- β5 : koefisien arah regresi
X1 : Sikap
X2 : norma subyektif
X3 : kontrol perilaku
X4 : trust
X5 : structural assurance
e : error
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
1. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi ganda dilakukan untuk menguji hipotesis yang hasilnya disajikan
pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Variabel Nilai
Koefisien Sig. t
Konfirmasi
Hipotesis
(Constant) 0,142 0,832 0,213
Sikap 0,153 0,325 0,992 Ditolak
Norma subyektif 0,255 0,063 1,892 Ditolak
Kontrol perilaku -0,239 0,132 -1,524 Ditolak
Trust 0,290 0,076 1,800 Ditolak
Structural assurance 0,499 0,003 3,036 Diterima
Y= 0,142 + 0,153X1 + 0,255X2 - 0,239X3 + 0,290X4 + 0,499X5+ e
Dapat dilihat dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa tidak semua variabel independen
yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dari kelima variabel
independen yang dimasukkan ke dalam model regresi, hanya terdapat satu variabel yang
berpengaruh signifikan terhadap minat bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-
commerce yaitu structural assurance. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi untuk
structural assurance sebesar 0,003 dimana lebih kecil dari 0,05. Sedangkan variabel-variabel
lainnya yaitu sikap, norma subyektif, kontrol perilaku dan trust dengan tingkat signifikansi
diatas 0,05 tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada minat perilaku dalam bertransaksi
menggunakan sistem berbasis e-commerce. Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan
adanya pengaruh yang positif, sedangkan nilai koefisien regresi negatif menunjukkan adanya
pengaruh negatif.
Berdasarkan tabel 4.1 untuk pengaruh structural assurance terhadap minat
bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce (H5) memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,003 < 0,05 berarti hipotesis diterima. Nilai t hitung structural assurance adalah
3,868 > dari t tabel 1,995 (degree of freedom (df) = n-k = 73 - 5 = 68;0,05) berarti structural
assurance berpengaruh positif terhadap minat bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-
commerce. Structural assurance memiliki nilai koefisien 0,499 yang berarti bahwa apabila
terdapat kenaikan/penurunan 1 satuan jaminan struktur dari situs belanja online, maka minat
konsumen untuk berbelanja online akan mengalami kenaikan/penurunan sebesar 33,2%.
Sehingga dapat disimpulkan dari kelima hipotesis yang menyatakan:
H1: Sikap berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan
sistem berbasis e-commerce “ditolak”.
H2: Norma subyekti berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi
menggunakan sistem berbasis e-commerce “ditolak”.
H3: Kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi
menggunakan sistem berbasis e-commerce “ditolak”.
H4: Trust berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan
sistem berbasis e-commerce “ditolak”.
H5: Structural assurance berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi
menggunakan sistem berbasis e-commerce “diterima”.
B. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis
1. Pengaruh Sikap terhadap Minat Perilaku Bertransaksi Menggunakan Sistem
Berbasis E-Commerce.
Hipotesis satu (H1) menyatakan bahwa sikap berpengaruh positif terhadap minat
perilaku bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce. Pada tabel 4.1 dapat dilihat
bahwa nilai signifikansi dari sikap terhadap minat bertansaksi menggunakan sistem berbasis
e-commerce adalah sebesar 0,325 atau > 0,005. Artinya hipotesis satu ditolak atau sikap
tidak berpengaruh signifikan positif terhadap minat seseorang dalam bertransaksi
menggunakan sistem berbasis e-commerce. Penelitian ini membuktikan bahwa hubungan
antara sikap dan minat keperilakuan dalam model TPB kurang dapat menjelaskan fenomena
seseorang menerima atau menolak menggunakan sistem berbasis e-commerce. Sikap
merupakan evaluasi positif atau negatif terhadap suatu obyek. Mahasiswa yang menjadi
responden dalam penelitian ini menilai bahwa transaksi e-commerce kurang menguntungkan
bagi mereka dan rawan akan penipuan.
Hal ini bertentangan dengan theory of planned behaviour yang ada, yang menyatakan
bahwa sikap bisa mempengaruhi minat seseorang. Sikap menurut Pavlou dan Fygenson
(2006) adalah suatu tindakan yang ditunjukkan oleh individu untuk menggambarkan suka
atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dipertimbangkan sebagai hasil dari keyakinan-
keyakinan pelanggan mengenai perilaku dan konsekuensi melakukan transaksi berbasis e-
commerce serta pentingnya keberadaan keyakinan-keyakinan tersebut.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nazar dan
Syahran (2014), Hidayati (2013) dan Cahyaning (2010). Penelitian Nazar dan Syahran (2014)
menunjukkan bahwa sikap berpengaruh positif terhadap minat menggunakan internet sebagai
sarana transaksi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2013) yang
membuktikan bahwa sikap berpengaruh positif terhadap minat bertransaksi melalui layanan
internet dan juga penelitian dari Cahyaning (2010) yang menunjukkan sikap berpengaruh
signifikan terhadap minat untuk bertransaksi secara online.
Namun, hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Taylor dan Todd (1995), Jackson, Simeon dan Robert (1997) dan Hardanti (2012). Hasil
penelitian Taylor dan Todd (1995) dan Hardanti (2012) menunjukkan bahwa sikap tidak
berpengaruh terhadap minat seseorang dalam menggunakan SIA berbasisi e-commerce.
Sedangkan penelitian Jackson et al. (1997) yang menggunakan sampel perusahaan menduga
bahwa sikap tidak memiliki pengaruh langsung terhadap penggunaan sistem informasi. Sikap
mungkin diperlukan seperti variabel keperilakuan lainnya namun tidak cukup untuk membuat
suatu kesuksesan. Studi ini membuktikan bahwa sikap tidak signifikan memengaruhi minat
keperilakuan dalam model TPB.
2. Pengaruh Norma Subyektif terhadap Minat Perilaku Bertransaksi Menggunakan
Sistem Berbasis E-Commerce
Hipotesis dua (H2) menyatakan bahwa norma subyektif berpengaruh positif terhadap
minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce. Pada tabel 4.1 dapat
dilihat bahwa nilai signifikansi dari norma subyektif terhadap minat bertansaksi
menggunakan sistem berbasis e-commerce adalah sebesar 0,063 atau > 0,005. Artinya
hipotesis dua ditolak atau norma subyektif tidak berpengaruh signifikan positif terhadap
minat seseorang dalam bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce. Norma
subjektif ditemukan menjadi penting pada fase awal penggunaan ketika pengguna hanya
memiliki sedikit pengalaman, hal ini dapat dijelaskan oleh sampel dalam penelitian ini yang
sebagian besar adalah konsumen yang memiliki pengalaman pembelian online. Selain itu,
responden pada penelitian ini merupakan mahasiswa perempuan S-1 yang sudah cukup
dewasa dan akan memilih untuk lebih meggunakan pendapat atau opini mereka sendiri
daripada rekomendasi teman dan keluarga. Jika sistem e-commerce memang berguna bagi
dirinya maka tidak perlu pendapat orang lain untuk menentukan apakah akan menggunakan
atau tidak menggunakan. Berarti, responden pada penelitian ini sudah bijaksana, semua
keputusan menggunakan atau tidak menggunakan didasarkan pada pertimbangan dirinya
sendiri.
Hal ini bertentangan dengan theory of planned behaviour yang ada, yang menyatakan
bahwa norma subyektif bisa mempengaruhi minat seseorang Norma subyektif merefleksikan
bagaimana perilaku customer dipengaruhi oleh beberapa orang penting yang menjadi rujukan
bagi customer tersebut, sebagai contoh adalah keluarga, teman atau para kolega (Ajzen dan
Fishbein 1980). Semakin individu menerima dorongan dari internal yang cenderung tinggi
terhadap kegiatan transaksi berbasis online, maka akan semakin memperbesar minatnya
untuk melakukan transaksi online.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hilman
(2012) dan Aisyah (2014). Penelitian Hilman (2012) menyatakan norma subyektif
berpengaruh positif terhadap minat dalam berbelanja melalui online sedangkan penelitian
Aisyah (2014) menjelaskan bahwa berbelanja melalui online telah menjadi kebiasaan dan
dengan adanya dorongan dari orang-orang yang pernah berbelanja melalui online dapat
mempengaruhi keinginan pelanggan untuk melakukan transaksi online.
Namun, hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hardanti (2013) yang mengatakan bahwa norma subyektif tidak mempengaruhi minat dalam
menggunakan e-commerce dikarenakan responden lebih menyukai membangun evaluasi pada
sistem informasi secara independen, sehingga akan mengurangi pengaruh pendapat orang lain
terhadap penggunaan teknologi. Penelitian yang dilakukan oleh Velarde (2012) mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu dalam berbelanja online juga menyatakan
norma subyektif tidak berpengaruh terhadap minat menggunakan e-commerce.
3. Pengaruh Kontrol Perilaku Terhadap Minat Perilaku Bertransaksi Menggunakan
Sistem Berbasis E-Commerce
Hipotesis tiga (H3) menyatakan bahwa kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap
minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce. Pada tabel 4.1 dapat
dilihat bahwa nilai signifikansi dari kontrol perilaku terhadap minat bertansaksi
menggunakan sistem berbasis e-commerce adalah sebesar 0,132 atau > 0,005 dengan arah
regresi negatif. Artinya hipotesis tiga ditolak atau kontrol perilaku tidak berpengaruh
signifikan positif terhadap minat seseorang dalam bertransaksi menggunakan sistem berbasis
e-commerce. Kontrol perilaku tidak berpengaruh terhadap minat untuk menggunakan sistem
berbasis e-commerce karena pada penelitian ini pendidikan responden adalah S-1. Hal ini
menunjukkan semakin tinggi pendidikan responden cenderung memiliki kemampuan
mengenal sistem e-commerce, memahami manfaat e-commerce dan sebaliknya. Dengan kata
lain, responden mampu memutuskan dan memiliki pengendalian yang baik dalam
menggunakan sistem berbasis e-commerce.
Hal ini bertentangan dengan theory of planned behaviour yang ada, yang menyatakan
bahwa kontrol perilaku bisa mempengaruhi minat seseorang Kontrol perilaku persepsian
(perceived behavioral control) menurut Ajzen dan Madden (1986) yang dikutip oleh Crespo,
Angel dan del Bosque (2010) merepresentasikan persepsi individual mengenai ketersediaan
atau ketiadaan sumber-sumber daya dan kesempatan yang diperlukan untuk mengembangkan
perilaku ini. Kontrol perilaku juga bisa diartikan tingkat persepsi yang dimiliki oleh seorang
konsumen tentang kemampuannya untuk bisa melakukan transaksi secara online atau tidak.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyaning
(2010), Nazar dan Syahran (2014) dan Hidayati (2013). Cahyaning (2010) menjelaskan
bahwa kontrol perilaku persepsian berpengaruh terhadap minat bertransaksi secara online.
Hal ini dikarenakan transaksi tersebut mudah untuk dipelajari dan dioperasionalkan sehingga
dapat dilakukan dengan mudah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pengguna. Nazar dan
Syahran (2014) dan juga Hidayati (2013) menyatakan bahwa kontrol perilaku berpengaruh
signifikan terhadap minat untuk bertransaksi online.
Namun, hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan Dehbashi dan Novahandi (2009)
dalam Rochmawati (2012) yang melakukan penelitian terkait dengan penerimaan dan
pengadopsian e-commerce di Iran menyatakan bahwa kontrol perilaku persepsian tidak
berpengaruh terhadap minat konsumen Iran untuk mengadopsi teknologi sistem informasi.
4. Pengaruh Trust Terhadap Minat Perilaku Bertransaksi Menggunakan Sistem
Berbasis E-Commerce
Hipotesis empat (H4) menyatakan bahwa trust berpengaruh positif terhadap minat
perilaku bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce. Pada tabel 4.1 dapat dilihat
bahwa nilai signifikansi dari trust terhadap minat bertansaksi menggunakan sistem berbasis
e-commerce adalah sebesar 0,076 atau > 0,005. Artinya hipotesis empat ditolak atau trust
tidak berpengaruh signifikan positif terhadap terhadap minat seseorang dalam bertransaksi
menggunakan sistem berbasis e-commerce. Dengan adanya perubahan trend penggunaan
internet yang semakin meluas, trust bukan lagi merupakan hal yang utama untuk
menumbuhkan minat konsumen dalam menggunakan e-commerce. Kebanyakan yang
menggunakan layanan e-commerce merupakan konsumen yang membutuhkan suatu barang
dengan penghematan waktu dan biaya. Dengan kondisi demikian, konsumen cenderung lebih
mementingkan kelebihan yang akan didapat dalam menggunakan sistem e-commerce.
Menurut McKnight, Choudhury dan Kacmar (2002), trust didefinisikan sebagai
keyakinan yang memungkinkan individu dengan sukarela untuk menjadi pelanggan terhadap
penyedia layanan e-commerce setelah mempertimbangkan karakteristik dari penyedia
layanan e-commerce. Trust sebagai kepercayaan pelanggan yang timbul karena pelanggan
merasa puas dan nyaman atas pemenuhan tanggung jawab dan kejujuran penjual pada
transaksi melalui media e-commerce.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sularto
(2004), Aribowo (2013) dan Syaifudin (2014). Penelitian Sularto (2004) menyatakan bahwa
trust berpengaruh terhadap minat beli konsumen melalui internet. Dalam penelitian ini
dijelaskan bahwa trust berhubungan dengan resiko yang akan dihadapi oleh konsumen online
shop, namun dengan adanya trust yang tinggi dapat membuat seseorang memandang resiko
menjadi hilang dan ingin tetap menggunakan layanan tersebut. Aribowo (2013) dan Syaifudin
(2014) dalam penelitiannya juga menemukan bukti bahwa trust berpengaruh positif terhadap
minat seseorang dalam bertransaksi menggunakan e-commerce.
Namun, hasil pengujian hipotesis ini konsisten dengan hasil dari penelitian Dehbashi
dan Nahavandi (2007), Hong dan Cho (2011) dan Shomad (2012). Penelitian Hong dan Cho
(2011) dengan responden yang merupakan pengguna dari G-Market dan telah mengetahui
bagaimana proses penggunaan e-commerce menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara trust dengan transaksi online. Sejalan dengan hasil penelitian Dehbashi dan Nahavandi
(2007) dan Shomad (2012) yang menunjukkan bahwa kepercayaan (trust) tidak berpengaruh
terhadap minat menggunakan e-commerce.
5. Pengaruh Structural Assurance Terhadap Minat Perilaku Bertransaksi
Menggunakan Sistem Berbasis E-Commerce
Hipotesis lima (H5) menyatakan bahwa structural assurance berpengaruh positif
terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce. Pada tabel
4.1 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi dari structural assurance terhadap minat bertansaksi
menggunakan sistem berbasis e-commerce adalah sebesar 0,003 atau < 0,005. Artinya
hipotesis lima diterima atau structural assurance berpengaruh signifikan positif terhadap
minat seseorang dalam bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce. Hasil
pengujian ini menunjukkan bahwa structural assurance menjadi hal yang dipertimbangkan
oleh konsumen dan membuktikan bahwa dalam perdagangan online sebelum konsumen
memutuskan untuk memilih website sebagai media pembelian, maka konsumen akan menilai
sebuah website tersebut apakah aman atau tidak dari sudut pandang konsumen sendiri.
Karena semakin tinggi structural assurance suatu website, maka akan semakin tinggi juga
minat konsumen terhadap website tersebut.
Structural assurance mengacu pada penilaian terhadap keamanan jaringan e-
commerce seperti garansi, kontrak ataupun prosedur lainnya ada dan berjalan dengan baik
(McKnight, Choudhury dan Kacmar 2002). Structural assurance memberikan keyakinan
kepada pelanggan tentang adanya jaminan seperti garansi, kontrak atau fasilitas-fasilitas lain
untuk mempermudah dalam bertransaksi secara online.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh McKnight,
Choudhury dan Kacmar (2002) dan Gefen, Karahanna dan Straub (2003) dalam Kurniawan
(2011) yang menemukan bukti bahwa structural assurance akan menimbulkan minat
pengguna internet terhadap sistem e-commerce. Konsumen yang merasa aman terhadap
online shop tertentu akan cenderung untuk memilih berbelanja secara online dari pada
berbelanja secara tradisional.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini dapat dibuat simpulan
sebagai berikut :
1. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan positif antara sikap dengan minat perilaku
bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce (H1 ditolak).
2. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan positif antara norma subyektif dengan
minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem berbasis e- commerce (H2 ditolak).
3. Kontrol perilaku tidak berpengaruh signifikan positif terhadap minat perilaku
bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce (H3 ditolak).
4. Trust tidak berpengaruh signifikan positif terhadap minat perilaku bertransaksi
menggunakan sistem berbasis e-commerce (H4 ditolak).
5. Structural assurance berpengaruh signifikan positif terhadap minat perilaku
bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce (H5 diterima).
B. Saran
Setelah mengetahui hasil dari penelitian ini, beberapa saran yang dapat di
rekomendasikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi pemasar
Minat beli konsumen secara signifikan positif dipengaruhi oleh structural
assurance. Hal ini mengindikasikan bahwa garansi, kontrak, janji, prosedur yang
jelas dalam mengaskses situs bisnis online shop memberikan kontribusi pada
peningkatan minat belanja konsumen pada bisnis online shop. Berdasarkan hal
tersebut maka penting bagi pemasar untuk mendesain situs bisnis online shop yang
mudah untuk diakses dan memberikan banyak informasi bagi pelanggan. Cara yang
dapat dilakukan antara lain adalah mengunakan jasa konsultan web desing untuk
mendesain web perusahaan.
2. Bagi konsumen
Banyak media yang dapat digunakan konsumen untuk membeli produk atau jasa.
Bisnis online shop merupakan salah satu media yang dapat digunakan konsumen
untuk melakukan pembelian produk atau jasa sesuai kebutuhan konsumen.
Konsumen sebaiknya memperhatikan aspek kredibilitas pemasar (perusahaan
penjual produk atau jasa) yang akan digunakannya. Hal ini penting untuk dilakukan
dengan tujuan untuk mengantisipasi kemungkinan produk atau jasa yang tidak sesuai
harapan konsumen (tertipu). Cara yang dapat dilakukan antara lain mencari
informasi mengenai profil perusahaan pemasar dalam bisnis online dari berbagai
sumber yang dapat dipercaya. Perkembangan teknologi informasi memberikan
kemudahan bagi konsumen untuk mengakses seluruh perusahaan bisnis online shop
yang menyediakan produk atau jasa serupa. Konsumen disarankan untuk
membandingkan kualitas dan harga produk dari masing-masing bisnis online shop.
Hal ini dilakukan dengan tujuan agar konsumen dapat memperoleh produk atau jasa
dengan kualitas maupun harga yang terbaik (murah).
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah I. 2014. Determinan Minat Individu Melakukan Transaksi Berbasis Online. Jurnal.
Malang [ID]: Universitas Brawijaya.
Ajzen I and Fishbein M . 1980. Understanding Atitudes and Predicting Social Behavior.
Prentice-Hall. Englewood Cliffs, NJ.
Ajzen I dan Fisbein M. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behaviour:An Introduction to
Theory and Research. Addison-Wesley. Reading, MA.
Ajzen I. 1991. The Theory of Planned Behaviour. Organizational Behaviour and Human
Decision Processes. 50(2). 179-221.
Ajzen I. 2005. Attitudes, personality, and behavior (2nd ed.). Berkshire: Open University
Press.
Aribowo DPJ. 2013. Pengaruh Trust dan Perceived of Risk terhadap Niat untuk Bertransaksi
Menggunakan E-commerce. Jurnal. Yogyakarta [ID]: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Cahyaning AA. 2010. Pengaruh Sikap, Norma Subyektif, Kontrol Perilaku Persepsian,
Persepsi Resiko dan Pengalaman Terhadap Niat untuk Bertransaksi Secara Online.
[Skripsi]. Malang [ID]: Universitas Brawijaya.
Crespo, Angel H dan del Bosque IR. 2010. The Influence of The Commercial Featured of The
Internet on The Adoption of E-Commerce by Consumers. Elsevier. Electronic
Commerce Research and Applications. Vol.9. 562-575.
Dehbashi S dan Nahavandi N. 2007. Factors Affecting on Iranian Passengers’Acceptance
Towards Electronic Ticketing Provided by Airlines. In IADISInternational
Conference E-Society, pp 72-80.
Gefen D, Karahanna E dan Straub DW. 2003. Trust and Tam In Online Shopping: An
Integrated Model. MIS Quarterty. March 51-90.
Hakim L. 2008. Pengaruh Structural Assurance dan Perceived Reputation terhadap Trust
Pengguna Internet di Sistem E-commerce. [Skripsi]. Surabaya [ID]: Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Perbanas.
Hardanti KN. 2013. Faktor Minat Perilaku Menggunakan Sistem Informasi Akuntansi
Berbasis E-Commerce. Makalah Simposium Nasional Akuntansi XVI [25-28
September 2013]. Manado [ID].
Havelka D. 2004. Students Beliefs and Attitudes Toward Technology. Informatioon Systems
Education Journal. Vol. 1, No. 40. December 27, 2003.
Hidayati NA. 2013. Pengaruh Sikap, Kontrol Perilaku Persepsian, Pengalaman dan
Kepercayaan terhadap Minat Menggunakan Layanan Internet Banking. Jurnal.
Malang [ID]: Universitas Brawijaya.
Hilman C. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Minat Berbelanja
Melalui Online pada Mahasiswa IBII. Jurnal. Jakarta [ID]: Institut Bisnis dan
Informatika Indonesia.
Jarvenpaa SL dan Tractinsky N. 1999. Consumer trust in an Internet store: Across-cultural
Validation. Journal of Computer-Mediated Communication, December. 1-35.
Kurniawan A. 2011. Pengaruh Structural Assurance, Perceived Reputation, Privasi
Pengguna, Pengalaman dan Keamanan Bertransaksi Terhadap Trust Pengguna
Internet Dalam Sistem E-Commerces. [Skripsi]. Wonosobo [ID]. Universitas Sains
Al-Qur’an.
Loudon DL dan Bitta D. 2005. Consumer Behavior: Concepts and Applications, 4 th ed. New
York [US]: MCGraw-Hill, Inc.
McKnight DH, Choudhury V dan Kacmar C. 2002. Developing and Validating Trust
Measures for E-Commerce: An Integrative Typology. Information Systems Research
334-359.
Murti AK. 2012. Analisis Pengaruh Orientasi Pembelian terhadap Minat Pembelian Online.
[Skripsi]. Depok [ID]: Universitas Indonesia.
Pavlou PA dan Fygenson M. 2006. Understanding and Predicting Electronic Commerce
Adoption: An Extension of the Theory of Planned Behavior. MIS Quarterly, 30.
Pavlou PA dan Geven D. 2004. Building Effective Online Marketplaces with Institution-
based Trust. Information System Research. Vol.15 (1).
Rofiq A. 2007. Pengaruh Dimensi Kepercayaan (Trust) terhadap Partisipasi Pelanggan E-
Commerce. [Tesis]. Malang [ID]: Universitas Brawijaya.
Shomad AC. 2012. Pengaruh Kepercayaan, Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahan dan
Persepsi Risiko terhadap Perilaku Penggunaan E-Commerce. Jurnal. Malang [ID]:
Universitas Brawijaya.
Suhartini. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motif Belanja Secara Online di
Komunitas Kaskus Semarang. [Skripsi]. Semarang [ID]: Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
Sularto L. 2004. Pengaruh Privasi, Kepercayaan dan Pengalaman terhadap Minat Beli
konsumen Melalui Internet. Jurnal. Depok [ID]: Universitas Gunadarma.
Syaifudin M. 2014. Analisis Pengaruh Privasi, Keamanan dan Kepercayaan terhadap Niat
untuk Bertransaksi Secara Online di OLX.co.id. Jurnal. Malang [ID]: Universitas
Brawijaya.
Velarde. 2012. Determinants of online purchasing behavior: An empirical investigation using
an extension of the Theory of Planned Behavior. [Thesis]. Aarhus University:
Denmark.