Faktor Minat Perilaku Bertransaksi Menggunakan E …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Jurnal...

23
Faktor Minat Perilaku Bertransaksi Menggunakan E-Commerce (Studi kasus pada mahasiswa perempuan S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sains Al-Qur’an Wonosobo ) Zenat Noer Amalia Nanang Agus Suyono Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sains Al Qur’an Wonosobo ABSTRACT This study entitled "Factors Interest Transaction Behavior Using E-Commerce (A case study on female students of S-1 class B of the Faculty of Economics, University of Science Quran Wonosobo)". This study aims to determine the factors that influence the behavior of interest-based transactions using e-commerce system. The variables studied were attitudes, subjective norms, behavioral control, trust and structural assurance. This study using purposive sampling method, obtained a sample of 88 samples. This research was conducted by using multiple linear regression analysis with significance level of 5%. The results showed that the variables stuctural assurance positive significant effect on the interest for using behavior-based e-commerce system, while for the variable attitudes, subjective norms, behavioral control and trust does not affect the interest-based system behavior for using e-commerce. Keywords : E-Commerce, Attitude, Subjective Norm, Behavior Control, Trust and Structural Assurance. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi dan komputerisasi menyebabkan terjadinya perubahan kultur dalam kehidupan sehari-hari, dalam era yang sudah sangat maju ini media elektronik menjadi salah satu media andalan untuk melakukan komunikasi dan bisnis (Shomad 2012). Internet merupakan media yang tercepat dan terakurat dari berbagai media elektronik yang ada dalam menyediakan informasi, internet juga merupakan salah satu produk jasa yang dapat digunakan oleh semua kalangan serta dapat digunakan sepanjang waktu (setiap saat). Kelebihan itulah yang menjadi salah satu faktor pendorong berkembangnya internet di seluruh dunia (Taurusia 2011). Penggunaan internet dewasa ini sudah menjadi sebuah gaya hidup bagi sebagian penduduk di dunia selain karena penggunaannya yang mudah, internet juga bisa menjadi salah satu wadah perkembangan kemampuan bisnis diera digital dalam menyampaikan produk ke konsumen. Internet dapat memudahkan masyarakat mencari dan membandingkan beberapa produk dari berbagai macam situs dari seluruh dunia (Murti 2012) dan hal tersebut

Transcript of Faktor Minat Perilaku Bertransaksi Menggunakan E …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Jurnal...

Faktor Minat Perilaku Bertransaksi Menggunakan E-Commerce (Studi kasus pada mahasiswa perempuan S-1 Fakultas Ekonomi

Universitas Sains Al-Qur’an Wonosobo )

Zenat Noer Amalia

Nanang Agus Suyono

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sains Al Qur’an Wonosobo

ABSTRACT

This study entitled "Factors Interest Transaction Behavior Using E-Commerce (A

case study on female students of S-1 class B of the Faculty of Economics, University of

Science Quran Wonosobo)". This study aims to determine the factors that influence the

behavior of interest-based transactions using e-commerce system. The variables studied were

attitudes, subjective norms, behavioral control, trust and structural assurance. This study

using purposive sampling method, obtained a sample of 88 samples. This research was

conducted by using multiple linear regression analysis with significance level of 5%.

The results showed that the variables stuctural assurance positive significant effect

on the interest for using behavior-based e-commerce system, while for the variable attitudes,

subjective norms, behavioral control and trust does not affect the interest-based system

behavior for using e-commerce.

Keywords : E-Commerce, Attitude, Subjective Norm, Behavior Control, Trust and

Structural Assurance.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi telekomunikasi dan komputerisasi menyebabkan terjadinya

perubahan kultur dalam kehidupan sehari-hari, dalam era yang sudah sangat maju ini media

elektronik menjadi salah satu media andalan untuk melakukan komunikasi dan bisnis

(Shomad 2012). Internet merupakan media yang tercepat dan terakurat dari berbagai media

elektronik yang ada dalam menyediakan informasi, internet juga merupakan salah satu

produk jasa yang dapat digunakan oleh semua kalangan serta dapat digunakan sepanjang

waktu (setiap saat). Kelebihan itulah yang menjadi salah satu faktor pendorong

berkembangnya internet di seluruh dunia (Taurusia 2011).

Penggunaan internet dewasa ini sudah menjadi sebuah gaya hidup bagi sebagian

penduduk di dunia selain karena penggunaannya yang mudah, internet juga bisa menjadi

salah satu wadah perkembangan kemampuan bisnis diera digital dalam menyampaikan

produk ke konsumen. Internet dapat memudahkan masyarakat mencari dan membandingkan

beberapa produk dari berbagai macam situs dari seluruh dunia (Murti 2012) dan hal tersebut

mendorong lahirnya transaksi online atau electronic commerce. Electronic commerce atau

biasa disingkat dengan kata e-commerce merupakan suatu cara berbelanja atau berdagang

secara online atau direct selling yang memanfaatkan fasilitas internet dimana terdapat

website yang dapat menyediakan layanan “get and deliver“ (Hakim 2008).

Fenomena tentang transaksi online atau e-commerce di Indonesia merupakan suatu

hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Fenomena tersebut disebabkan karena beberapa

tahun terakhir ini banyak sekali masyarakat yang mulai beralih menggunakan sistem

transaksi berbasis e-commerce atau belanja online dan bisnis online shop pun mempunyai

prospek yang menjanjikan kedepannya.

Beralihnya minat masyarakat dari transaksi secara tradisional ke e-commerce

dikarenakan masyarakat sebagai pengguna eksternal merasa nyaman saat tidak perlu

membuang waktunya dengan mengelilingi pusat perbelanjaan dengan tujuan memilih suatu

produk (Leung 2005). Penghematan waktu tersebut selain karena bisa berbelanja tanpa

meninggalkan rumah, juga karena tidak perlunya penjual dan pembeli bertemu secara

langsung serta adanya kendala transportasi (Aribowo 2013). Pembayaran pun langsung

dilakukan melalui via transfer, dan begitu selesai maka barang akan dikirim oleh pihak toko

online melalui jasa ekspedisi kepada konsumen dan tidak terbatas daerah pengiriman

barangnya. Selain itu bisnis ini semakin banyak digemari karena kemudahannya dalam

berbelanja, adanya penghematan biaya operasional serta barang yang dijual selalu up to date.

Bisnis semacam ini lebih mengarah pada kemajuan teknologi informasi untuk berinteraksi

dengan konsumen. Banyak diantara toko online yang tidak memiliki toko nyata. Jadi, mereka

hanya mengandalkan internet sebagai media pertemuan antara penjual dan pembeli (Nisa

2013).

Minat konsumen dalam pembelian secara online bisa diukur dengan menggunakan

Theory of Planned Behaviour. Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan

dari Theory of Reasoned Action yang telah dikemukakan sebelumnya oleh Ajzen dan

Fishbein pada tahun 1975, teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk

yang rasional dan menggunakan informasi-informasi yang mungkin baginya secara

sistematis. Orang akan memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka

memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku-perilaku tertentu.

TPB menjelaskan bahwa minat seseorang bisa dipengaruhi oleh sikap, norma

subyektif dan kontrol perilaku persepsian. Laohapensang (2009:508) menyatakan bahwa ada

tiga faktor yang berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada bisnis online shop. Ketiga

faktor tersebut adalah sikap (attitude), norma subyektif (subjective norm) dan persepsi

kontrol perilaku (perceived behavioral control). Selain itu, menurut Aribowo (2013) minat

seseorang bisa dipengaruhi oleh trust dan hasil penelitian Syaifudin (2014) menunjukkan

terdapat pengaruh antara struktur-struktur perlindungan (structural assurance) dari online

shop terhadap minat belanja konsumen pada bisnis online shop.

Penelitian ini mengembangkan variabel sikap yang diduga dapat berpengaruh

terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem e-commerce. Sikap menurut

Laohapensang (2009) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat konsumen

dalam berbelanja online. Sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan individu terhadap

suatu obyek (Saifuddin 2003). Sikap seseorang terhadap suatu obyek ditentukan oleh

keyakinan (beliefs) dan hasil evaluasinya (evaluation) terhadap obyek tersebut. Penelitian

Nazar dan Syahran (2014) menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara sikap dan

minat untuk bertransaksi secara online dengan sampel mahasiswa sistem informasi pengguna

internet yang ada di berbagai kampus di sekitar Yogyakarta. Semakin banyak informasi yang

diperoleh mengenai toko online yang bersifat positif maka akan menimbulkan sikap yang

baik bagi konsumen, sehingga semakin besar kemungkinan untuk melakukan transaksi

online.

Faktor selanjutnya yang memberikan kontribusi pada minat berbelanja online menurut

Laohapensang (2009:508) adalah norma subyektif. Norma subyektif seseorang merupakan

produk dari keyakinan bahwa orang lain (referen) berpendapat sebaiknya ia melakukan atau

tidak melakukan perilaku tertentu dan motivasi dia untuk menuruti pendapat tersebut

(Loudon dan Bitta 2005:536). Keluarga, teman dan orang yang memiliki kedudukan lebih

tinggi seperti guru, dosen, atasan maupun orang yang memiliki peran dominan dalam

kehidupan seseorang memberikan kontribusi positif terhadap minat seseorang dalam

bertransaksi secara online. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aisyah (2014)

menunjukkan adanya pengaruh antara norma subyektif terhadap minat bertransaksi secara

online dengan sampel mahasiswa perempuan jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya. Seseorang yang mendapat dorongan dari orang-orang yang pernah

berbelanja melalui online akan berpengaruh terhadap keinginan pelanggan untuk melakukan

transaksi online.

Faktor lainnya yang mampu memberikan pengaruh pada minat beli online menurut

Laohapensang (2009) adalah kontrol perilaku persepsian. Kontrol perilaku persepsian

didefinisikan sebagai kemudahan atau kesulitan persepsian untuk melakukan perilaku (Ajzen

1991). Hasil penelitian Hardanti (2013) menunjukkan adanya pengaruh kontrol perilaku

persepsian terhadap minat bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce dengan

sampel mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Kemudahan seorang

konsumen untuk melakukan transaksi bisnis melalui internet dan intensitas konsumen dalam

menggunakan internet untuk melakukan belanja secara online memberikan kontribusi positif

pada minat belanja konsumen (Laohapensang 2009 : 508).

Beberapa penelitian tentang e-commerce menunjukkan bahwa trust dapat

mempengaruhi minat berbelanja online. Trust adalah hal penting yang menurut Pavlou &

Geven (2004) merupakan dasar bagi aplikasi kegiatan bisnis yang menggunakan media

internet termasuk melakukan transaksi melalui online shop. Tang dan Chi (2005) setuju

bahwa trust merupakan faktor penting dalam aktifitas transaksi yang dilakukan secara online,

trust merupakan pondasi dari bisnis. Trust sendiri merupakan kesediaan konsumen untuk

bergantung pada penjual dan melakukan tindakan pembelian walaupun penjual dapat dengan

mudah merugikan konsumen (Javerpaa dan Tractinsky 1999). Penelitian Aribowo (2013)

menunjukkan adanya pengaruh trust terhadap minat bertransaksi secara online, penelitian

tersebut menggunakan sampel mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Trust yang semakin

tinggi membuat seseorang merasa memiliki minat lebih untuk melakukan transaksi secara

online, hal ini didasarkan pada ketepatan harapan dengan hasil yang diharapkan dari

melakukan transasksi secara online.

Keamanan dalam jaringan e-commerce juga menjadi faktor minat seseorang untuk

melakukan transaksi secara online. Menurut Gefen, Karahanna dan Straub (2003), structural

assurance dapat terbangun ke dalam situs e-commerce melalui kerjasama dengan pihak

ketiga yang memiliki reputasi baik dalam masalah keamanan jaringan dan memberikan

standar jaminan keamanan internet dengan web assurance seal seperti Verisign, TRUSTe,

Good House Keeping dan CPA Web Trust. Structural assurance sendiri mengacu pada

penilaian terhadap keamanan jaringan e-commerce seperti garansi, kontrak ataupun prosedur

lainnya ada dan berjalan dengan baik (McKnight, Choudhury dan Kacmar 2002). Hasil

penelitian Syaifudin (2014) menunjukkan adanya pengaruh structural assurance terhadap

minat bertransaksi secara online di situs OLX.co.id. Seseorang yang memiliki persepsi

structural assurance tinggi yakin bahwa teknologi internet memberikan perlindungan,

sehingga seseorang yakin bahwa transaksi melalui internet dapat berjalan aman (McKnight,

Choudhury dan Kacmar 2002).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah

penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah sikap berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan

sistem berbasis e-commerce?

2. Apakah norma subyektif berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi

menggunakan sistem berbasis e-commerce?

3. Apakah kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi

menggunakan sistem berbasis e-commerce?

4. Apakah trust berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan

sistem berbasis e-commerce?

5. Apakah structural assurance berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi

menggunakan sistem berbasis e-commerce?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui

dan menganalisis :

1. Pengaruh sikap terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem berbasis

e-commerce.

2. Pengaruh norma subyektif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem

berbasis e-commerce.

3. Pengaruh kontrol perilaku terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem

berbasis e-commerce.

4. Pengaruh trust terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem berbasis

e-commerce.

5. Pengaruh structural assurance terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan

sistem berbasis e-commerce.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Theory of Planned Behaviour (TPB)

Teori ini awalnya dinamakan Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan

pada tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas oleh Icek Ajzen dan

Martin Fishbein sehingga pada tahun 1988 lahirlah Theory of Planned Behavior (TPB).

Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia biasanya akan

bertingkah laku sesuai dengan pertimbangan akal sehat, bahwa manusia akan mengambil

informasi yang ada mengenai tingkah laku yang tersedia dan secara implisit atau eksplisit

mempertimbangkan akibat dari tingkah laku tersebut (Mulya 2009).

Davis, Richard dan Warshaw (1989) dan Ajzen (1991) menyebutkan bahwa TPB

didesain untuk menjelaskan berbagai macam perilaku manusia dan berhasil membuktikan

dalam memprediksi serta menjelaskan berbagai perilaku manusia dalam penerapan lainnya,

tidak hanya dalam bidang teknologi. Theory of Planned Behaviour (TPB) merupakan salah

satu model psikologi sosial yang paling sering digunakan untuk meramalkan perilaku.

Menurut Grizzell (2003) yang dikutip oleh Nuary (2010) bahwa Theory of Planned

Behavior merupakan teori yang meramalkan pertimbangan perilaku karena suatu perilaku

dapat dipertimbangkan dan direncanakan. Lebih lanjut lagi Peach et. al. (2006) dan

Wellington et. al. (2006) yang dikutip oleh Nuary (2010) menyatakan bahwa Theory of

Planned Behavior memiliki keunggulan dibandingkan teori keperilakuan yang lain, karena

Theory of Planned Behavior merupakan teori perilaku yang dapat mengidentifikasikan

keyakinan seseorang terhadap pengendalian atas sesuatu yang akan terjadi dari hasil perilaku,

sehingga membedakan antara perilaku seseorang yang berkehendak dan yang tidak

berkehendak.

B. E-commerce

E-commerce didefinisikan oleh Ellswood (1995) seperti yang dikutip oleh Nuary

(2010) sebagai pelaksanaan bisnis dengan bantuan teknologi informasi dan teknologi

komunikasi. E-commerce secara sederhana bisa diartikan sebagai kegiatan atau transaksi jual

beli secara elektronik. Kegiatan jual beli yang biasa terjadi identik dengan kegiatan jual beli

secara konvensional, bedanya hanya saat terjadinya proses pembayaran dan penyampaian

produk oleh penjual yang dilakukan secara elektronik (online via internet). Pengertian lain e-

commerce adalah sebagai transaksi ekonomi saat pembeli dan penjual bersama-sama melalui

media elektronik dari internet membentuk kontrak perjanjian mengenai harga dan pengiriman

barang atau jasa tertentu dan menyelesaikan transaksi melalui pengiriman dan pembayaran

barang atau jasa sesuai kontrak (Zwass 1996; Guay dan Ettwein 1998).

Kienan (2001) mengartikan e-commerce sebagai kegiatan menjual produk secara

online, tapi faktanya jenis bisnis apapun yang dilakukan secara elektronik adalah e-

commerce. Kegiatan e-commerce merupakan kegiatan membuat, mengelola dan meluaskan

hubungan komersial secara online. Terdapat empat kategori dalam istilah e-commerce

menurut Bearden et al. (2001), yaitu: Bussiness to Customer (B2C), Business to Business

(B2B), Consumer to Consumer (C2C) dan Consumer to Business (C2B).

C. Minat untuk bertransaksi

Menurut Engel, Black dan Miniard (1994) minat untuk bertransaksi adalah ukuran

tingkat kekuatan niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu yang dalam hal ini adalah

bertransaksi. Davis, Richard dan Warshaw (1989) berpendapat bahwa minat keperilakuan

merupakan indikator utama model penggunaan teknologi, termasuk penggunaan sistem e-

commerce. Minat merupakan faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku yang dapat dilihat

dari seberapa keras usaha individu untuk mencoba sesuatu, serta seberapa banyak usaha yang

telah direncanakan untuk melakukan sebuah perilaku (Ajzen 1991).

Minat untuk menggunakan sistem merupakan indikator yang layak untuk mengukur

penggunaan sistem dimasa mendatang yang dalam hal ini adalah penggunaan sistem berbasis

e-commerce (Jackson, Simeon dan Robert 1997). Minat diartikan sebagai kehendak,

keinginan atau kesukaan (Kamisa 1997). Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan

erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting

dalam mengambil keputusan. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang

untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock 1995).

D. Sikap

Azjen dan Fishbein (1975) mendefinisikan sikap sebagai penilaian atau evaluation

positif atau negatif terhadap suatu obyek dan karakteristik paling utama yg membedakan

sikap dengan variabel lain adalah bahwa sikap bersifat evaluatif atau cenderung efektif.

Engel, Black dan Miniard (1994) menjelaskan sikap sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang

memungkinkan individu merespon dengan cara yang menguntungkan atau tidak

menguntungkan secara konsisten berkaitan dengan suatu obyek.

Vijayasarathy dan Jones (2000) menyatakan sikap sebagai sejauh mana konsumen

suka belanja online, dan menganggap hal itu menjadi ide yang baik. Sikap mewakili perasaan

senang atau tidak senang seseorang terhadap suatu obyek. Aaker, David, Kumar dan Day

(2001) mendefinisikan sikap sebagai konstruk psikologis (psychological constructs). Sikap

menunjukkan status mental seseorang yang digunakan oleh individu untuk menyusun cara

mereka mempersepsikan lingkungan mereka dan memberi petunjuk cara meresponnya.

E. Norma Subyektif

Ajzen dan Fisbein (1975) menjelaskan bahwa norma subyektif merupakan persepsi

seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi minat

untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan. Norma

subyektif (pengaruh orang lain) merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi seseorang

untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu, yang dalam hal ini adalah

berbelanja via online.

Norma subyektif merefleksikan bagaimana perilaku customer dipengaruhi oleh

beberapa orang penting yang menjadi rujukan bagi customer tersebut, sebagai contoh adalah

keluarga, teman atau para kolega (Ajzen dan Fishbein 1980). Menurut Loudon dan Bitta

(2005:536), norma subyektif seseorang merupakan produk dari keyakinan bahwa orang lain

(referen) berpendapat sebaiknya ia melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dan

motivasi dia untuk menuruti pendapat tersebut. Pendapat lain mengatakan bahwa norma

subyektif (subjective norms) adalah pengaruh sosial yang mempengaruhi seseorang untuk

berperilaku. Seseorang akan memiliki keinginan terhadap suatu obyek atau perilaku

seandainya ia terpengaruh oleh orang-orang di sekitarnya untuk melakukannya atau ia

meyakini bahwa lingkungan atau orang-orang disekitarnya mendukung terhadap apa yang ia

lakukan (Mas’ud 2012).

F. Kontrol Perilaku

Kontrol perilaku didefinisikan sebagai kemudahan atau kesulitan untuk melakukan

perilaku (Ajzen 1991). Dharmmesta (1998) juga menyatakan bahwa kontrol keperilakuan

yang dirasakan menunjukkan mudahnya atau sulitnya seseorang melakukan tindakan dan

dianggap sebagai cerminan pengalaman masa lalu disamping halangan atau hambatan yang

terantisipasi. Lebih lanjut lagi, Dharmmesta (1998) menjelaskan keterkaitan kontrol

keprilakuan yang dirasakan dengan minat dapat berpengaruh pada minat untuk mencapai atau

tidak mencapai tujuan keprilakuan. Kontrol keprilakuan yang dirasakan dapat terjadi dalam

batas-batas tindakan tertentu, sedangkan kontrol yang dirasakan sangat memperhatikan

beberapa kendala realistis yang mungkin ada.

Grizzell (2003) yang dikutip dalam Nuary (2010) menyebutkan bahwa Perceived

Behavior Control hampir sama dengan konsep self efficiency, yaitu persepsi orang untuk

kemampuannya pada saat melakukan tindakan atau perilaku. Kontrol perilaku tidak terdapat

dalam Theory of Reasoned Action, variabel ini berkaitan dengan sumberdaya-sumberdaya

yang dimiliki dan kesempatan yang ada untuk melakukan sesuatu (Tan and Thomson 2000).

Kontrol perilaku persepsian memberikan pemahaman terhadap seseorang mengenai mudah

atau tidaknya suatu informasi yang diberikan. Sama halnya dengan online shop, apabila

teknologi tersebut dianggap mudah maka minat seorang konsumen untuk menggunakan

layanan tersebut semakin meningkat dan baik (Kraft, Eleanne dan Janice 2005).

G. Trust

Trust merupakan keyakinan bahwa masing-masing pihak saling bergantung dan saling

membutuhkan (Kumar, Scheer dan Stenkamp 1995). Transaksi online atau e-commerce

adalah bisnis kepercayaan. Mengadopsi istilah yang digunakan Jarvenpaa dan Tractinsky

(1999), trust dalam sistem e-commerce adalah sebagai kesediaan konsumen untuk bergantung

pada penjual dan melakukan tindakan pembelian walaupun penjual dapat dengan mudah

merugikan konsumen.

Trust merupakan penggerak utama dari semua model bisnis e-commerce. Menurut

McKnight, Choudhury dan Kacmar (2002), trust didefinisikan sebagai keyakinan yang

memungkinkan individu dengan sukarela untuk menjadi pelanggan terhadap penyedia

layanan e-commerce setelah mempertimbangkan karakteristik dari penyedia layanan e-

commerce. Faktor yang menentukan keberhasilan penerapan bisnis (khususnya penjualan

retail) secara online adalah trust dari konsumen pada internet. Sebagian konsumen takut

melaksanakan transaksi secara online karena berbagai pertimbangan, yaitu : (1) Kejahatan

komputer yang tinggi, yaitu maraknya pembobolan kartu kredit, (2) Perlindungan terhadap

konsumen yang melakukan pembelian secara online dan (3) Penipuan yang dilakukan secara

online. Trust konsumen telah diakui dalam pemasaran sebagai faktor penting agar sukses

dalam bisnis.

H. Structural Assurance

Structural assurance mengacu pada penilaian terhadap keamanan jaringan e-

commerce seperti garansi, kontrak ataupun prosedur lainnya ada dan berjalan dengan baik

(McKnight, Choudhury dan Kacmar 2002). Seseorang memiliki persepsi structural

assurance yang tinggi yakin bahwa teknologi internet (misal: enkripsi data) memberikan

perlindungan, sehingga seseorang yakin bahwa transaksi melalui internet dapat berjalan aman

(McKnight, Choudhury dan Kacmar 2002).

Structural assurance berarti bahwa seseorang percaya pada struktur-struktur

perlindungan (garansi, kontrak, regulasi, janji, legal recourse, proses-proses atau prosedur)

yang ditempatkan pada situs konduktif untuk mendukung kesuksesan, sebagai contoh

safeguard yang melindungi dari kehilangan privasi atau kehilangan identitas (Kurniawan

2011). Pada situs e-commerce sebagian besar pengunjung mengalami keraguan ketika mereka

diwajibkan untuk memberikan informasi sensitif seperti informasi kartu kredit, alamat rumah,

rekening bank untuk bertransaksi online, oleh karena itu, orang berpikir dua kali sebelum

mempercayai sebuah website. Suatu website harus memiliki struktur yang kuat dan aman

untuk menjamin pengunjung tentang keamanan mereka. Vendor harus meyakinkan

pengunjung bahwa informasi mereka akan aman dan mereka dapat melakukan pembelian

tanpa kuatir tentang apapun (McKnight, Choudhury dan Kacmar 2002).

I. Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis

Sikap (X1)

Sumber : Data Primer Diolah 2015.

Keputusan seseorang untuk melakukan tindakan tertentu umumnya didahului oleh

minat untuk melakukan tindakan tersebut. Minat yang kuat akan mendorong terjadinya suatu

tindakan termasuk tindakan membeli produk. Minat konsumen untuk membeli produk

tertentu tidak terjadi begitu saja, melainkan ditentukan oleh berbagai hal, salah satunya

adalah sikap. Pengertian sikap yang dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk (2007) adalah

bahwa sikap merupakan ekspresi perasaan yang berasal dari dalam diri individu yang

mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka dan setuju

atau tidak setuju terhadap suatu objek yang dalam hal ini adalah belanja online.

Penelitian yang dilakukan oleh Nazar dan Syahran (2014) menunjukkan bahwa sikap

berpengaruh positif terhadap minat menggunakan internet sebagai sarana transaksi. Penelitian

ini menunjukkan bahwa dengan semakin banyak informasi positif yang diperoleh terkait

dengan layanan yang ingin digunakan akan menimbulkan sikap yang baik bagi konsumen

tersebut, sehingga kemungkinan untuk melakukan transaksi online akan semakin besar.

Hidayati (2013) juga membuktikan bahwa sikap berpengaruh positif terhadap minat

bertransaksi melalui layanan internet. Hasil penelitian ini menunjukkan dengan banyaknya

informasi positif yang ada dalam layanan online maka akan meningkatkan minat seseorang

dalam melakukan transaksi secara online.

Penelitian Cahyaning (2010) menunjukkan sikap berpengaruh signifikan terhadap

minat untuk bertransaksi secara online. Sikap terhadap perilaku merupakan evaluasi positif

atau negatif dalam melakukan perilaku atau menunjukkan tingkatan seseorang mempunyai

evaluasi yang baik atau yang kurang baik tentang perilaku tertentu. Sebelum melakukan

Minat menggunakan

e-commerce (Y)

Norma Subyektif (X2)

Kontrol Perilaku (X3)

Trust (X4)

Stuctural Assurance (X5)

H1+

H2+

H3+

H4+

H5+

transaksi online konsumen berusaha mencari informasi reputasi tentang toko online. Semakin

banyak informasi yang diperoleh mengenai toko online yang bersifat positif maka akan

menimbulkan sikap yang baik bagi konsumen, sehingga semakin besar kemungkinan untuk

melakukan transaksi online. Berdasarkan uraian diatas, maka disusunlah hipotesis sebagai

berikut:

H1: Sikap berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem

berbasis e-commerce.

Ajzen dan Fishbein (1975) menjelaskan bahwa norma subyektif merupakan persepsi

seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi minat

untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan. Penelitian

yang dilakukan oleh Rochmawati (2012) juga berpendapat bahwa norma subyektif

berpengaruh terhadap minat seseorang karena responden mempertimbangkan nasehat atau

saran dari kolega dan keluarga tentang penggunaan teknologi untuk memudahkan kegiatan

atau aktivitas mereka. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hilman (2012) yang

menyatakan norma subyektif berpengaruh positif terhadap minat dalam berbelanja melalui

online.

Dalam penelitian Aisyah (2014), norma subyektif mempengaruhi minat perilaku

seseorang. Hasil penelitian Aisyah (2014) menjelaskan bahwa berbelanja melalui online telah

menjadi kebiasaan dan dengan adanya dorongan dari orang-orang yang pernah berbelanja

melalui online dapat mempengaruhi keinginan pelanggan untuk melakukan transaksi online.

Berdasarkan uraian diatas, maka disusun hipotesis sebagai berikut:

H2: Norma subyektif berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan

sistem berbasis e-commerce.

Kontrol perilaku didefinisikan sebagai kemudahan atau kesulitan untuk melakukan

perilaku (Ajzen 1991). Penelitian Nazar dan Syahran (2014) menyatakan bahwa kontrol

perilaku berpengaruh positif terhadap minat dalam berbelanja melalui online. Penelitian ini

menjelaskan bahwa semakin tinggi kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam berbelanja

online, maka semakin tinggi keinginan untuk melakukan belanja online.

Penelitian yang dilakukan oleh Cahyaning (2010) menjelaskan bahwa kontrol perilaku

persepsian berpengaruh terhadap minat bertransaksi secara online. Hal ini dikarenakan

transaksi tersebut mudah untuk dipelajari dan dioperasionalkan sehingga dapat dilakukan

dengan mudah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pengguna. Sehingga dapat dikatakan

bahwa bahwa semakin tinggi tingkat kontrol perilaku persepsian dari transaksi secara online,

maka orang tersebut akan semakin berniat untuk melakukan transaksi secara online.

Sebaliknya, semakin rendah tingkat kontrol perilaku persepsian dari transaksi secara online

maka orang tersebut akan semakin kurang berniat untuk melakukan transaksi secara online.

Penelitian Nazar dan Syahran (2014) juga menyatakan bahwa kontrol perilaku

berpengaruh signifikan terhadap minat untuk bertransaksi online. Ini dikarenakan kontrol

keperilakuan menunjukkan mudahnya atau sulitnya seseorang melakukan tindakan dan

dianggap sebagai cerminan pengalaman masa lalu disamping halangan atau hambatan yang

terantisipasi. Selanjutnya hasil penelitian Hidayati (2013) menunjukkan bahwa kemudahan

penggunaan merupakan faktor penting yang mempengaruhi penggunaan sistem sehingga

kontrol perilaku persepsian memberikan pengaruh terhadap minat bertransaksi online.

Berdasarkan uraian diatas, maka disusunlah hipotesis sebagai berikut:

H3: Kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan

sistem berbasis e-commerce.

Trust merupakan penggerak utama dari semua model bisnis e-commerce. Menurut

McKnight, Choudhury dan Kacmar (2002), trust didefinisikan sebagai keyakinan yang

memungkinkan individu dengansukarela untuk menjadi pelanggan terhadap penyedia layanan

e-commerce setelah mempertimbangkan karakteristik dari penyedia layanan e-commerce.

Penelitian Sularto (2004) menyatakan bahwa trust berpengaruh terhadap minat beli

konsumen melalui internet. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa trust berhubungan dengan

resiko yang akan dihadapi oleh konsumen online shop. Namun dengan adanya trust yang

tinggi dapat membuat seseorang memandang resiko menjadi hilang dan ingin tetap

menggunakan layanan tersebut.

Aribowo (2013) dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa trust berpengaruh

positif terhadap minat seseorang dalam bertransaksi menggunakan e-commerce. Trust secara

positif mempengaruhi minat untuk berbelanja secara online karena konsumen yakin bahwa

perusahaan mampu menjalankan kegiatan online-nya (karena kompetensi) dan dapat

mengirimkan produk-produk yang dibeli kepada konsumen. Jika konsumen mempercayai

online shop yang disediakan oleh perusahaan, maka hal tersebut memungkinkan mereka

meningkatkan minatnya untuk melakukan pembelian secara online. Pemahaman ini secara

umum mengontrol transaksi online yang berpengaruh positif terhadap minat konsumen untuk

melakukan pembelian.

Hasil penelitian Syaifudin (2014) diketahui bahwa variabel trust mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap minat bertransaksi secara online di OLX.co.id. Penelitian

ini menjelaskan bahwa sikap pelanggan dalam bertransaksi online didorong oleh faktor trust.

Trust disini memegang peran penting dalam meningkatkan minat perilaku bertransaksi

menggunakan layanan internet. Berdasarkan uraian diatas, maka disusunlah hipotesis sebagai

berikut:

H4: Kepercayaan berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan

sistem berbasis e-commerce.

Structural assurance mengacu pada penilaian terhadap keamanan jaringan e-

commerce seperti garansi, kontrak, ataupun prosedur lainnya ada dan berjalan dengan baik

(McKnight, Choudhury dan Kacmar 2002). Seseorang memiliki persepsi structural

assurance yang tinggi yakin bahwa teknologi internet (misal: enkripsi data) memberikan

perlindungan, sehingga seseorang yakin bahwa transaksi melalui internet dapat berjalan aman

(McKnight, Choudhury dan Kacmar 2002).

Penelitian McKnight, Choudhury dan Kacmar (2002) dan Gefen, Karahanna dan

Straub (2003) dalam Kurniawan (2011) juga menemukan bukti bahwa structural assurance

akan menimbulkan minat pengguna internet terhadap sistem e-commerce. Konsumen yang

merasa aman terhadap online shop tertentu akan cenderung untuk memilih berbelanja secara

online dari pada berbelanja secara tradisional, jadi dapat disimpulkan bahwa structural

assurance mempengaruhi minat seseorang dalam menggunakan sistem berbasis e-commerce.

Structural assurance berpengaruh pada minat seseorang dalam bertransaksi secara

online, hal ini dikarenakan keyakinan terhadap adanya mekanisme kontrol dan prosedur

keamanan seperti enkripsi, authentification, sertifikasi pengamanan dari pihak ketiga yang

memadai terhadap situs e-commerce akan menimbulkan trust pengguna internet yang

berdampak pada minat seseorang dalam menggunakan sistem berbasis e-commerce (Dharma

2006). Berdasarkan uraian diatas, maka disusunlah hipotesis sebagai berikut:

H5: Structural assurance berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi

menggunakan sistem berbasis e-commerce.

III. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Penelitian ini termasuk penelitian survey. Populasi pada penelitian ini adalah

mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sains Al-Qur’an yang berjumlah 954 orang

(jumlah tersebut diperoleh dari data mahasiswa aktif yang tercatat pada TU Fakultas

Ekonomi UNSIQ). Jumlah mahasiswa UNSIQ Wonosobo yang menjadi responden penelitian

adalah sebanyak 88 orang dengan kriteria mahasiswa yang diteliti adalah mahasiswa

perempuan kelas B Fakultas Ekonomi UNSIQ dan berstatus aktif pada semester genap tahun

ajaran 2015/2016.

Model yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan

analisis regresi linear berganda. Persamaannya adalah sebagai berikut :

Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e

Keterangan :

Y : minat perilaku bertransaksi menggunakan e-commerce

α : nilai intersep (konstan)

β1- β5 : koefisien arah regresi

X1 : Sikap

X2 : norma subyektif

X3 : kontrol perilaku

X4 : trust

X5 : structural assurance

e : error

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

1. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi ganda dilakukan untuk menguji hipotesis yang hasilnya disajikan

pada tabel 4.1

Tabel 4.1

Variabel Nilai

Koefisien Sig. t

Konfirmasi

Hipotesis

(Constant) 0,142 0,832 0,213

Sikap 0,153 0,325 0,992 Ditolak

Norma subyektif 0,255 0,063 1,892 Ditolak

Kontrol perilaku -0,239 0,132 -1,524 Ditolak

Trust 0,290 0,076 1,800 Ditolak

Structural assurance 0,499 0,003 3,036 Diterima

Y= 0,142 + 0,153X1 + 0,255X2 - 0,239X3 + 0,290X4 + 0,499X5+ e

Dapat dilihat dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa tidak semua variabel independen

yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dari kelima variabel

independen yang dimasukkan ke dalam model regresi, hanya terdapat satu variabel yang

berpengaruh signifikan terhadap minat bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-

commerce yaitu structural assurance. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi untuk

structural assurance sebesar 0,003 dimana lebih kecil dari 0,05. Sedangkan variabel-variabel

lainnya yaitu sikap, norma subyektif, kontrol perilaku dan trust dengan tingkat signifikansi

diatas 0,05 tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada minat perilaku dalam bertransaksi

menggunakan sistem berbasis e-commerce. Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan

adanya pengaruh yang positif, sedangkan nilai koefisien regresi negatif menunjukkan adanya

pengaruh negatif.

Berdasarkan tabel 4.1 untuk pengaruh structural assurance terhadap minat

bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce (H5) memiliki tingkat signifikansi

sebesar 0,003 < 0,05 berarti hipotesis diterima. Nilai t hitung structural assurance adalah

3,868 > dari t tabel 1,995 (degree of freedom (df) = n-k = 73 - 5 = 68;0,05) berarti structural

assurance berpengaruh positif terhadap minat bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-

commerce. Structural assurance memiliki nilai koefisien 0,499 yang berarti bahwa apabila

terdapat kenaikan/penurunan 1 satuan jaminan struktur dari situs belanja online, maka minat

konsumen untuk berbelanja online akan mengalami kenaikan/penurunan sebesar 33,2%.

Sehingga dapat disimpulkan dari kelima hipotesis yang menyatakan:

H1: Sikap berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan

sistem berbasis e-commerce “ditolak”.

H2: Norma subyekti berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi

menggunakan sistem berbasis e-commerce “ditolak”.

H3: Kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi

menggunakan sistem berbasis e-commerce “ditolak”.

H4: Trust berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan

sistem berbasis e-commerce “ditolak”.

H5: Structural assurance berpengaruh positif terhadap minat perilaku bertransaksi

menggunakan sistem berbasis e-commerce “diterima”.

B. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

1. Pengaruh Sikap terhadap Minat Perilaku Bertransaksi Menggunakan Sistem

Berbasis E-Commerce.

Hipotesis satu (H1) menyatakan bahwa sikap berpengaruh positif terhadap minat

perilaku bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce. Pada tabel 4.1 dapat dilihat

bahwa nilai signifikansi dari sikap terhadap minat bertansaksi menggunakan sistem berbasis

e-commerce adalah sebesar 0,325 atau > 0,005. Artinya hipotesis satu ditolak atau sikap

tidak berpengaruh signifikan positif terhadap minat seseorang dalam bertransaksi

menggunakan sistem berbasis e-commerce. Penelitian ini membuktikan bahwa hubungan

antara sikap dan minat keperilakuan dalam model TPB kurang dapat menjelaskan fenomena

seseorang menerima atau menolak menggunakan sistem berbasis e-commerce. Sikap

merupakan evaluasi positif atau negatif terhadap suatu obyek. Mahasiswa yang menjadi

responden dalam penelitian ini menilai bahwa transaksi e-commerce kurang menguntungkan

bagi mereka dan rawan akan penipuan.

Hal ini bertentangan dengan theory of planned behaviour yang ada, yang menyatakan

bahwa sikap bisa mempengaruhi minat seseorang. Sikap menurut Pavlou dan Fygenson

(2006) adalah suatu tindakan yang ditunjukkan oleh individu untuk menggambarkan suka

atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dipertimbangkan sebagai hasil dari keyakinan-

keyakinan pelanggan mengenai perilaku dan konsekuensi melakukan transaksi berbasis e-

commerce serta pentingnya keberadaan keyakinan-keyakinan tersebut.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nazar dan

Syahran (2014), Hidayati (2013) dan Cahyaning (2010). Penelitian Nazar dan Syahran (2014)

menunjukkan bahwa sikap berpengaruh positif terhadap minat menggunakan internet sebagai

sarana transaksi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2013) yang

membuktikan bahwa sikap berpengaruh positif terhadap minat bertransaksi melalui layanan

internet dan juga penelitian dari Cahyaning (2010) yang menunjukkan sikap berpengaruh

signifikan terhadap minat untuk bertransaksi secara online.

Namun, hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Taylor dan Todd (1995), Jackson, Simeon dan Robert (1997) dan Hardanti (2012). Hasil

penelitian Taylor dan Todd (1995) dan Hardanti (2012) menunjukkan bahwa sikap tidak

berpengaruh terhadap minat seseorang dalam menggunakan SIA berbasisi e-commerce.

Sedangkan penelitian Jackson et al. (1997) yang menggunakan sampel perusahaan menduga

bahwa sikap tidak memiliki pengaruh langsung terhadap penggunaan sistem informasi. Sikap

mungkin diperlukan seperti variabel keperilakuan lainnya namun tidak cukup untuk membuat

suatu kesuksesan. Studi ini membuktikan bahwa sikap tidak signifikan memengaruhi minat

keperilakuan dalam model TPB.

2. Pengaruh Norma Subyektif terhadap Minat Perilaku Bertransaksi Menggunakan

Sistem Berbasis E-Commerce

Hipotesis dua (H2) menyatakan bahwa norma subyektif berpengaruh positif terhadap

minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce. Pada tabel 4.1 dapat

dilihat bahwa nilai signifikansi dari norma subyektif terhadap minat bertansaksi

menggunakan sistem berbasis e-commerce adalah sebesar 0,063 atau > 0,005. Artinya

hipotesis dua ditolak atau norma subyektif tidak berpengaruh signifikan positif terhadap

minat seseorang dalam bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce. Norma

subjektif ditemukan menjadi penting pada fase awal penggunaan ketika pengguna hanya

memiliki sedikit pengalaman, hal ini dapat dijelaskan oleh sampel dalam penelitian ini yang

sebagian besar adalah konsumen yang memiliki pengalaman pembelian online. Selain itu,

responden pada penelitian ini merupakan mahasiswa perempuan S-1 yang sudah cukup

dewasa dan akan memilih untuk lebih meggunakan pendapat atau opini mereka sendiri

daripada rekomendasi teman dan keluarga. Jika sistem e-commerce memang berguna bagi

dirinya maka tidak perlu pendapat orang lain untuk menentukan apakah akan menggunakan

atau tidak menggunakan. Berarti, responden pada penelitian ini sudah bijaksana, semua

keputusan menggunakan atau tidak menggunakan didasarkan pada pertimbangan dirinya

sendiri.

Hal ini bertentangan dengan theory of planned behaviour yang ada, yang menyatakan

bahwa norma subyektif bisa mempengaruhi minat seseorang Norma subyektif merefleksikan

bagaimana perilaku customer dipengaruhi oleh beberapa orang penting yang menjadi rujukan

bagi customer tersebut, sebagai contoh adalah keluarga, teman atau para kolega (Ajzen dan

Fishbein 1980). Semakin individu menerima dorongan dari internal yang cenderung tinggi

terhadap kegiatan transaksi berbasis online, maka akan semakin memperbesar minatnya

untuk melakukan transaksi online.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hilman

(2012) dan Aisyah (2014). Penelitian Hilman (2012) menyatakan norma subyektif

berpengaruh positif terhadap minat dalam berbelanja melalui online sedangkan penelitian

Aisyah (2014) menjelaskan bahwa berbelanja melalui online telah menjadi kebiasaan dan

dengan adanya dorongan dari orang-orang yang pernah berbelanja melalui online dapat

mempengaruhi keinginan pelanggan untuk melakukan transaksi online.

Namun, hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hardanti (2013) yang mengatakan bahwa norma subyektif tidak mempengaruhi minat dalam

menggunakan e-commerce dikarenakan responden lebih menyukai membangun evaluasi pada

sistem informasi secara independen, sehingga akan mengurangi pengaruh pendapat orang lain

terhadap penggunaan teknologi. Penelitian yang dilakukan oleh Velarde (2012) mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu dalam berbelanja online juga menyatakan

norma subyektif tidak berpengaruh terhadap minat menggunakan e-commerce.

3. Pengaruh Kontrol Perilaku Terhadap Minat Perilaku Bertransaksi Menggunakan

Sistem Berbasis E-Commerce

Hipotesis tiga (H3) menyatakan bahwa kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap

minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce. Pada tabel 4.1 dapat

dilihat bahwa nilai signifikansi dari kontrol perilaku terhadap minat bertansaksi

menggunakan sistem berbasis e-commerce adalah sebesar 0,132 atau > 0,005 dengan arah

regresi negatif. Artinya hipotesis tiga ditolak atau kontrol perilaku tidak berpengaruh

signifikan positif terhadap minat seseorang dalam bertransaksi menggunakan sistem berbasis

e-commerce. Kontrol perilaku tidak berpengaruh terhadap minat untuk menggunakan sistem

berbasis e-commerce karena pada penelitian ini pendidikan responden adalah S-1. Hal ini

menunjukkan semakin tinggi pendidikan responden cenderung memiliki kemampuan

mengenal sistem e-commerce, memahami manfaat e-commerce dan sebaliknya. Dengan kata

lain, responden mampu memutuskan dan memiliki pengendalian yang baik dalam

menggunakan sistem berbasis e-commerce.

Hal ini bertentangan dengan theory of planned behaviour yang ada, yang menyatakan

bahwa kontrol perilaku bisa mempengaruhi minat seseorang Kontrol perilaku persepsian

(perceived behavioral control) menurut Ajzen dan Madden (1986) yang dikutip oleh Crespo,

Angel dan del Bosque (2010) merepresentasikan persepsi individual mengenai ketersediaan

atau ketiadaan sumber-sumber daya dan kesempatan yang diperlukan untuk mengembangkan

perilaku ini. Kontrol perilaku juga bisa diartikan tingkat persepsi yang dimiliki oleh seorang

konsumen tentang kemampuannya untuk bisa melakukan transaksi secara online atau tidak.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyaning

(2010), Nazar dan Syahran (2014) dan Hidayati (2013). Cahyaning (2010) menjelaskan

bahwa kontrol perilaku persepsian berpengaruh terhadap minat bertransaksi secara online.

Hal ini dikarenakan transaksi tersebut mudah untuk dipelajari dan dioperasionalkan sehingga

dapat dilakukan dengan mudah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pengguna. Nazar dan

Syahran (2014) dan juga Hidayati (2013) menyatakan bahwa kontrol perilaku berpengaruh

signifikan terhadap minat untuk bertransaksi online.

Namun, hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan Dehbashi dan Novahandi (2009)

dalam Rochmawati (2012) yang melakukan penelitian terkait dengan penerimaan dan

pengadopsian e-commerce di Iran menyatakan bahwa kontrol perilaku persepsian tidak

berpengaruh terhadap minat konsumen Iran untuk mengadopsi teknologi sistem informasi.

4. Pengaruh Trust Terhadap Minat Perilaku Bertransaksi Menggunakan Sistem

Berbasis E-Commerce

Hipotesis empat (H4) menyatakan bahwa trust berpengaruh positif terhadap minat

perilaku bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce. Pada tabel 4.1 dapat dilihat

bahwa nilai signifikansi dari trust terhadap minat bertansaksi menggunakan sistem berbasis

e-commerce adalah sebesar 0,076 atau > 0,005. Artinya hipotesis empat ditolak atau trust

tidak berpengaruh signifikan positif terhadap terhadap minat seseorang dalam bertransaksi

menggunakan sistem berbasis e-commerce. Dengan adanya perubahan trend penggunaan

internet yang semakin meluas, trust bukan lagi merupakan hal yang utama untuk

menumbuhkan minat konsumen dalam menggunakan e-commerce. Kebanyakan yang

menggunakan layanan e-commerce merupakan konsumen yang membutuhkan suatu barang

dengan penghematan waktu dan biaya. Dengan kondisi demikian, konsumen cenderung lebih

mementingkan kelebihan yang akan didapat dalam menggunakan sistem e-commerce.

Menurut McKnight, Choudhury dan Kacmar (2002), trust didefinisikan sebagai

keyakinan yang memungkinkan individu dengan sukarela untuk menjadi pelanggan terhadap

penyedia layanan e-commerce setelah mempertimbangkan karakteristik dari penyedia

layanan e-commerce. Trust sebagai kepercayaan pelanggan yang timbul karena pelanggan

merasa puas dan nyaman atas pemenuhan tanggung jawab dan kejujuran penjual pada

transaksi melalui media e-commerce.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sularto

(2004), Aribowo (2013) dan Syaifudin (2014). Penelitian Sularto (2004) menyatakan bahwa

trust berpengaruh terhadap minat beli konsumen melalui internet. Dalam penelitian ini

dijelaskan bahwa trust berhubungan dengan resiko yang akan dihadapi oleh konsumen online

shop, namun dengan adanya trust yang tinggi dapat membuat seseorang memandang resiko

menjadi hilang dan ingin tetap menggunakan layanan tersebut. Aribowo (2013) dan Syaifudin

(2014) dalam penelitiannya juga menemukan bukti bahwa trust berpengaruh positif terhadap

minat seseorang dalam bertransaksi menggunakan e-commerce.

Namun, hasil pengujian hipotesis ini konsisten dengan hasil dari penelitian Dehbashi

dan Nahavandi (2007), Hong dan Cho (2011) dan Shomad (2012). Penelitian Hong dan Cho

(2011) dengan responden yang merupakan pengguna dari G-Market dan telah mengetahui

bagaimana proses penggunaan e-commerce menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan

antara trust dengan transaksi online. Sejalan dengan hasil penelitian Dehbashi dan Nahavandi

(2007) dan Shomad (2012) yang menunjukkan bahwa kepercayaan (trust) tidak berpengaruh

terhadap minat menggunakan e-commerce.

5. Pengaruh Structural Assurance Terhadap Minat Perilaku Bertransaksi

Menggunakan Sistem Berbasis E-Commerce

Hipotesis lima (H5) menyatakan bahwa structural assurance berpengaruh positif

terhadap minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce. Pada tabel

4.1 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi dari structural assurance terhadap minat bertansaksi

menggunakan sistem berbasis e-commerce adalah sebesar 0,003 atau < 0,005. Artinya

hipotesis lima diterima atau structural assurance berpengaruh signifikan positif terhadap

minat seseorang dalam bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce. Hasil

pengujian ini menunjukkan bahwa structural assurance menjadi hal yang dipertimbangkan

oleh konsumen dan membuktikan bahwa dalam perdagangan online sebelum konsumen

memutuskan untuk memilih website sebagai media pembelian, maka konsumen akan menilai

sebuah website tersebut apakah aman atau tidak dari sudut pandang konsumen sendiri.

Karena semakin tinggi structural assurance suatu website, maka akan semakin tinggi juga

minat konsumen terhadap website tersebut.

Structural assurance mengacu pada penilaian terhadap keamanan jaringan e-

commerce seperti garansi, kontrak ataupun prosedur lainnya ada dan berjalan dengan baik

(McKnight, Choudhury dan Kacmar 2002). Structural assurance memberikan keyakinan

kepada pelanggan tentang adanya jaminan seperti garansi, kontrak atau fasilitas-fasilitas lain

untuk mempermudah dalam bertransaksi secara online.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh McKnight,

Choudhury dan Kacmar (2002) dan Gefen, Karahanna dan Straub (2003) dalam Kurniawan

(2011) yang menemukan bukti bahwa structural assurance akan menimbulkan minat

pengguna internet terhadap sistem e-commerce. Konsumen yang merasa aman terhadap

online shop tertentu akan cenderung untuk memilih berbelanja secara online dari pada

berbelanja secara tradisional.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini dapat dibuat simpulan

sebagai berikut :

1. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan positif antara sikap dengan minat perilaku

bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce (H1 ditolak).

2. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan positif antara norma subyektif dengan

minat perilaku bertransaksi menggunakan sistem berbasis e- commerce (H2 ditolak).

3. Kontrol perilaku tidak berpengaruh signifikan positif terhadap minat perilaku

bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce (H3 ditolak).

4. Trust tidak berpengaruh signifikan positif terhadap minat perilaku bertransaksi

menggunakan sistem berbasis e-commerce (H4 ditolak).

5. Structural assurance berpengaruh signifikan positif terhadap minat perilaku

bertransaksi menggunakan sistem berbasis e-commerce (H5 diterima).

B. Saran

Setelah mengetahui hasil dari penelitian ini, beberapa saran yang dapat di

rekomendasikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemasar

Minat beli konsumen secara signifikan positif dipengaruhi oleh structural

assurance. Hal ini mengindikasikan bahwa garansi, kontrak, janji, prosedur yang

jelas dalam mengaskses situs bisnis online shop memberikan kontribusi pada

peningkatan minat belanja konsumen pada bisnis online shop. Berdasarkan hal

tersebut maka penting bagi pemasar untuk mendesain situs bisnis online shop yang

mudah untuk diakses dan memberikan banyak informasi bagi pelanggan. Cara yang

dapat dilakukan antara lain adalah mengunakan jasa konsultan web desing untuk

mendesain web perusahaan.

2. Bagi konsumen

Banyak media yang dapat digunakan konsumen untuk membeli produk atau jasa.

Bisnis online shop merupakan salah satu media yang dapat digunakan konsumen

untuk melakukan pembelian produk atau jasa sesuai kebutuhan konsumen.

Konsumen sebaiknya memperhatikan aspek kredibilitas pemasar (perusahaan

penjual produk atau jasa) yang akan digunakannya. Hal ini penting untuk dilakukan

dengan tujuan untuk mengantisipasi kemungkinan produk atau jasa yang tidak sesuai

harapan konsumen (tertipu). Cara yang dapat dilakukan antara lain mencari

informasi mengenai profil perusahaan pemasar dalam bisnis online dari berbagai

sumber yang dapat dipercaya. Perkembangan teknologi informasi memberikan

kemudahan bagi konsumen untuk mengakses seluruh perusahaan bisnis online shop

yang menyediakan produk atau jasa serupa. Konsumen disarankan untuk

membandingkan kualitas dan harga produk dari masing-masing bisnis online shop.

Hal ini dilakukan dengan tujuan agar konsumen dapat memperoleh produk atau jasa

dengan kualitas maupun harga yang terbaik (murah).

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah I. 2014. Determinan Minat Individu Melakukan Transaksi Berbasis Online. Jurnal.

Malang [ID]: Universitas Brawijaya.

Ajzen I and Fishbein M . 1980. Understanding Atitudes and Predicting Social Behavior.

Prentice-Hall. Englewood Cliffs, NJ.

Ajzen I dan Fisbein M. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behaviour:An Introduction to

Theory and Research. Addison-Wesley. Reading, MA.

Ajzen I. 1991. The Theory of Planned Behaviour. Organizational Behaviour and Human

Decision Processes. 50(2). 179-221.

Ajzen I. 2005. Attitudes, personality, and behavior (2nd ed.). Berkshire: Open University

Press.

Aribowo DPJ. 2013. Pengaruh Trust dan Perceived of Risk terhadap Niat untuk Bertransaksi

Menggunakan E-commerce. Jurnal. Yogyakarta [ID]: Universitas Negeri

Yogyakarta.

Cahyaning AA. 2010. Pengaruh Sikap, Norma Subyektif, Kontrol Perilaku Persepsian,

Persepsi Resiko dan Pengalaman Terhadap Niat untuk Bertransaksi Secara Online.

[Skripsi]. Malang [ID]: Universitas Brawijaya.

Crespo, Angel H dan del Bosque IR. 2010. The Influence of The Commercial Featured of The

Internet on The Adoption of E-Commerce by Consumers. Elsevier. Electronic

Commerce Research and Applications. Vol.9. 562-575.

Dehbashi S dan Nahavandi N. 2007. Factors Affecting on Iranian Passengers’Acceptance

Towards Electronic Ticketing Provided by Airlines. In IADISInternational

Conference E-Society, pp 72-80.

Gefen D, Karahanna E dan Straub DW. 2003. Trust and Tam In Online Shopping: An

Integrated Model. MIS Quarterty. March 51-90.

Hakim L. 2008. Pengaruh Structural Assurance dan Perceived Reputation terhadap Trust

Pengguna Internet di Sistem E-commerce. [Skripsi]. Surabaya [ID]: Sekolah Tinggi

Ilmu Ekonomi Perbanas.

Hardanti KN. 2013. Faktor Minat Perilaku Menggunakan Sistem Informasi Akuntansi

Berbasis E-Commerce. Makalah Simposium Nasional Akuntansi XVI [25-28

September 2013]. Manado [ID].

Havelka D. 2004. Students Beliefs and Attitudes Toward Technology. Informatioon Systems

Education Journal. Vol. 1, No. 40. December 27, 2003.

Hidayati NA. 2013. Pengaruh Sikap, Kontrol Perilaku Persepsian, Pengalaman dan

Kepercayaan terhadap Minat Menggunakan Layanan Internet Banking. Jurnal.

Malang [ID]: Universitas Brawijaya.

Hilman C. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Minat Berbelanja

Melalui Online pada Mahasiswa IBII. Jurnal. Jakarta [ID]: Institut Bisnis dan

Informatika Indonesia.

Jarvenpaa SL dan Tractinsky N. 1999. Consumer trust in an Internet store: Across-cultural

Validation. Journal of Computer-Mediated Communication, December. 1-35.

Kurniawan A. 2011. Pengaruh Structural Assurance, Perceived Reputation, Privasi

Pengguna, Pengalaman dan Keamanan Bertransaksi Terhadap Trust Pengguna

Internet Dalam Sistem E-Commerces. [Skripsi]. Wonosobo [ID]. Universitas Sains

Al-Qur’an.

Loudon DL dan Bitta D. 2005. Consumer Behavior: Concepts and Applications, 4 th ed. New

York [US]: MCGraw-Hill, Inc.

McKnight DH, Choudhury V dan Kacmar C. 2002. Developing and Validating Trust

Measures for E-Commerce: An Integrative Typology. Information Systems Research

334-359.

Murti AK. 2012. Analisis Pengaruh Orientasi Pembelian terhadap Minat Pembelian Online.

[Skripsi]. Depok [ID]: Universitas Indonesia.

Pavlou PA dan Fygenson M. 2006. Understanding and Predicting Electronic Commerce

Adoption: An Extension of the Theory of Planned Behavior. MIS Quarterly, 30.

Pavlou PA dan Geven D. 2004. Building Effective Online Marketplaces with Institution-

based Trust. Information System Research. Vol.15 (1).

Rofiq A. 2007. Pengaruh Dimensi Kepercayaan (Trust) terhadap Partisipasi Pelanggan E-

Commerce. [Tesis]. Malang [ID]: Universitas Brawijaya.

Shomad AC. 2012. Pengaruh Kepercayaan, Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahan dan

Persepsi Risiko terhadap Perilaku Penggunaan E-Commerce. Jurnal. Malang [ID]:

Universitas Brawijaya.

Suhartini. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motif Belanja Secara Online di

Komunitas Kaskus Semarang. [Skripsi]. Semarang [ID]: Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro.

Sularto L. 2004. Pengaruh Privasi, Kepercayaan dan Pengalaman terhadap Minat Beli

konsumen Melalui Internet. Jurnal. Depok [ID]: Universitas Gunadarma.

Syaifudin M. 2014. Analisis Pengaruh Privasi, Keamanan dan Kepercayaan terhadap Niat

untuk Bertransaksi Secara Online di OLX.co.id. Jurnal. Malang [ID]: Universitas

Brawijaya.

Velarde. 2012. Determinants of online purchasing behavior: An empirical investigation using

an extension of the Theory of Planned Behavior. [Thesis]. Aarhus University:

Denmark.