Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Suami Tentang Tanda Bahaya Pada Masa Kehamilan...

download Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Suami Tentang Tanda Bahaya Pada Masa Kehamilan Persalinan Dan Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Tahun 2011

of 6

description

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Suami Tentang Tanda Bahaya Pada Masa Kehamilan Persalinan Dan Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Tahun 2011

Transcript of Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Suami Tentang Tanda Bahaya Pada Masa Kehamilan...

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan suami tentang tanda bahaya pada masa kehamilan, persalinan dan nifasMKM Vol. 6 No. 2 Juni 2012

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan suami tentang tanda bahaya pada masa kehamilan, persalinan dan nifas

PENDAHULUANKomplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah kesehatan yang penting dan bila tidak ditanggulangi dapat menyebabkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang tinggi. Kematian seorang ibu dalam proses reproduksi merupakan tragedi yang mencemaskan. Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak untuk tercapainya keluarga sejahtera, dan kematian seorang ibu merupakan suatu bencana bagi keluarganya.Diperkirakan sedikitnya terjadi 585.000 kematian ibu di dunia setiap tahunnya. Sekitar 99% kematian ibu tersebut terjadi di negara-negara berkembang. Setiap tahun diperkirakan 529.000 wanita di dunia meninggal sebagai akibat komplikasi yang timbul dari kehamilan, persalinan, dan nifas (Fibriana, 2007). Pada tahun 2005 angka kematian ibu di Malaysia 62 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 230 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 70 per 100.000 kelahiran hidup, dan Vietnam 40 per 100.000 kelahiran hidup (Solihah, 2009).AKI menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, keadaan status gizi dan tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan pada proses kehamilan, persalinan dan nifas. Hasil Survey Kesehatan Nasional (Surkesnas, 2004) menunjukkan AKI di Indonesia adalah 307 per 100.000 KH dan AKB 52 per 1000 KH, sedangkan untuk NTT adalah AKI 554 per 100.000 KH dan AKB 62 per 1000 KH. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007), AKI turun menjadi 228 per 100.000 KH dan AKB 34 per 1000 KH, sedangkan untuk NTT AKI menjadi 306 per 100.000 KH dan AKB 57 per 1000 KH. Berbagai upaya telah dilakukan, tetapi angka kematian ibu dan angka kematian bayi tetap di atas rata-rata nasional (Dinkes Provinsi NTT, 2009). Prevalensi ibu hamil dengan risiko tinggi berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Kupang mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir yaitu dari 834 kasus pada tahun 2008 menjadi 1.645 kasus pada tahun 2009 dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 2.510 kasus. Jumlah ibu hamil dengan risiko tinggi terbanyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas Bakunase yaitu 95 kasus pada tahun 2008, 378 kasus pada tahun 2009 dan 583 kasus pada tahun 2010 (Profil Dinkes Kota Kupang, 2010). Tingginya angka kematian ibu sering dilatar belakangi oleh tiga jenis keterlambatan (3T) yaitu keterlambatan mengenal tanda bahaya gawat darurat dan mengambil keputusan untuk merujuk, keterlambatan mencari fasilitas pelayanan kesehatan, dan keterlambatan memperoleh pelayanan memadai di fasilitas pelayanan rujukan. Selain itu juga ditentukan oleh kondisi ibu hamil dengan istilah 4 Terlalu yaitu terlalu tua hamil, terlalu banyak, terlalu sering, dan terlalu muda hamil (Depkes RI, 2001).Sementara kurangnya pengetahuan suami tentang tanda bahaya dan dukungan suami terhadap istri pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan faktor yang berkontribusi pada tingginya kematian ibu (Purwaningsih, 2002). Salah satu pengetahuan yang penting dimiliki oleh suami tentang kesehatan maternal adalah pengetahuan terhadap tanda bahaya pada masa kehamilan, persalinan dan nifasdengan harapan dapat mencegah keterlambatan mengenal tanda bahaya gawat darurat serta memberikan dukungan untuk pertolongan kesehatan yang memadai.

Suami memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mendukung kesehatan ibu khususnya selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Selama kehamilan perlu adanya pelayanan antenatal yang baik dan tersedianya dana untuk biaya konsultasi. Suami seharusnya menemani istrinya berkonsultasi, sehingga suami juga dapat mengetahui tanda dan gejala komplikasi kehamilan. Pembatasan jumlah persalinan dan mengatur jarak kelahiran minimal dua tahun bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat setiap kehamilan membawa risiko kesehatan yang potensial bagi ibu. Situasi ini dapat dipahami dan terwujud apabila suami memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang tanda bahaya pada masa kehamilan, persalinan dan nifas (Purwaningsih, 2002). Pemerintah NTT telah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Salah satu upaya yang dilakukan adalah Revolusi KIA, dimana upaya ini bertujuan untuk mengubah kondisi sebelum revolusi menjadi kondisi dimana : 1) Persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan yang memadai; 2) Fasilitas kesehatan merujuk pasien pada saat yang tepat; 3) Fasilitas kesehatan bekerja sesuai standar. Di samping usaha yang dilakukan pemerintah, masyarakat sebagai pihak yang membutuhkan pelayanan kesehatan berperan dalam mengubah kondisi sebelum revolusi menjadi 1) Mau melahirkan pada fasilitas kesehatan yang memadai; 2) Saat melahirkan bersedia ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih; 3) Berperan aktif dalam mendapatkan upaya pelayanan kesehatan yang berkualitas (Dinkes Provinsi NTT, 2009).Pada peran masyarakat ini, bentuk keterlibatan suami sangat dibutuhkan khususnya dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang baik didukung oleh pengetahuan terhadap masalah (Depkes RI, 2001).Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa petugas kesehatan bagian KIA di Puskesmas Bakunase, mengenai keterlibatan suami dalam mengenal tanda bahaya pada istri pada masa persalinan, kehamilan dan nifas, diperoleh informasi bahwa sebagian besar suami di wilayah kerja Puskesmas ini memiliki pengetahuan yang belum begitu baik terhadap kesehatan istrinya. Hal ini terbukti dengan sangat jarangnya suami yang mendampingi istri ketika berkonsultasi ke Puskesmas dan terlambatnya pencarian pertolongan kepada istri ketika dalam keadaan bahaya, istri sudah dalam keadaan kritis ketika dibawa ke fasilitas kesehatan. Bertolak dari kenyataan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan suami tentang tanda bahaya pada masa kehamilan, persalinan dan nifas di wilayah kerja Puskesmas Bakunase Tahun 2011.METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik dengan desain potong lintang (cross sectional study). Menurut Notoatmodjo (2003) penelitian cross sectional study adalah penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor faktor risiko dengan efek dengan cara observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat tertentu (point time approach). Artinya bahwa pengumpulan data penelitian ini baik untuk variabel independen maupun untuk variabel dependen dilakukan secara bersama sama.HASIL DAN BAHASAN PENELITIANHubungan Umur dengan Pengetahuan Suami Tentang Tanda Bahaya Pada Masa Kehamilan, Persalinan dan Nifas

Tabel IV.8 Distribusi Pengetahuan Suami Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Tahun 2011UMURPENGETAHUANTOTAL

P-value

BaikKurang

n%n%N%

Tua 2573,5926,5341000,024

Muda2649,12750,953100

TOTAL5158,63641,687100

Faktor umur merupakan aspek penting dalam demografi yang perlu diamati karena dapat mencerminkan pengalaman, kematangan berpikir, pengetahuan dan kemampuan akan beberapa nilai tertentu. Umur juga dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja dan tanggung jawab seseorang (Mubarak, 2007).

Umur 15-35 tahun merupakan umur yang produktif bagi seseorang untuk dapat memotivasi diri memperoleh pengetahuan yang sebanyak banyaknya sebaliknya makin tua umur seseorang, makin konstruktif dalam menghadapi masalah yang dihadapi (BPS, 2008).Data menunjukaan bahwa sebagian kecil suami berumur tua, yaitu sebanyak 34 orang (39,89%) dan sebagian besar berumur muda yaitu sebanyak 53 orang (60,91%). Diantara mereka yang berumur tua ini, 25 orang (73,5%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan sembilan orang (26,5%) berpengetahuan kurang. Sedangkan suami yang mempunyai umur muda dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 26 orang (49,1%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 27 orang (50,9%).

Hasil analisis statistik dengan uji Chi square penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang yang bermakna (0,024) antara umur suami dengan pengetahuan tentang tanda bahaya pada masa kehamilan, persalian dan nifas. Hal ini berarti bahwa suami dengan umur yang lebih dewasa cenderung memiliki pengetahuan dan kemampuan yang lebih baik dalam hal pengambilan keputusan, berpikir rasional, mengendalikan emosi, bertoleransi terhadap pandangan orang lain dan bertanggung jawab bila dibandingkan suami dengan umur muda (Mubarak, 2007).Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Purwaningsih (2002) dan Solihah (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur suami dengan pengetahuan tentang tanda bahaya pada masa kehamilan, persalinan dan nifas.Semakin bertambah umur atau semakin tua seseorang dapat memberikan kesempatan dan waktu yang lebih lama kepada seseorang dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Dengan demikian semakin tua umur suami maka tingkat pengetahuan suami tentang tanda-tanda bahaya pada masa kehamilan, persalinan dan nifas semakin baik.Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Suami Tentang Tanda Bahaya pada Masa Kehamilan, Persalinan dan Nifas

Tabel IV.9 Distribusi Pengetahuan Suami Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase TahunPendi-dikanPENGETAHUANTOTAL

P-value

BaikKurang

n%n%N%

Tinggi4466,72233,3661000,007

Rendah733,31466,721100

TOTAL5158,63641,487100

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media masa (Mubarak, 2007). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Nursalam (2008) yang menyatakan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah orang tersebut menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh data paling banyak suami berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 66 orang (75,87%), sebagian kecil berpendidikan rendah yaitu 21 orang (24,13%), dari para suami yang berpendidikan tinggi ini yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 44 orang (66,7%), berpengetahuan kurang sebanyak 22 orang (33,3%), sedangkan responden yang berpendidikan rendah, yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak tujuh orang (33,3%) dan bepengetahuan kurang 14 orang (66,7%).

Hasil analisis statistik dengan uji Chi square penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna (0,007) antara pendidikan suami dengan pengetahuan tentang tanda bahaya pada masa kehamilan, persalinan dan nifas. Yang berarti bahwa makin tinggi pendidikan suami, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki tentang kesehatan khususnya kesehatan istri pada saat kehamilan, persalinan dan nifas.Hasil ini sesuai dengan penelitian Solihah (2007), yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan suami maka makin tinggi pula keputusan yang diambil suami untuk membawa istri berobat. Pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan istri semakin berkurang sehingga suami akan kesulitan mengambil keputusan secara efektif.

Hubungan Pekerjaan dengan Pengetahuan Suami Tentang Tanda Bahaya Pada Masa Kehamilan, Persalinan dan NifasTabel IV.10 Distribusi Pengetahuan Suami Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Tahun 2011Peker-jaanPENGETAHUANTOTAL

P-value

BaikKurang

n%n%N%

Formal 3282,1717,9391000,007

Non

formal1939,92960,448100

TOTAL5158,63641,487100

Pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung (Mubarak, 2007). Pekerjaan berkaitan erat dengan pendapatan. Dari segi ekonomi suami berperan dalam menyediakan makanan bergizi bagi istri, sehingga asupan gizi istri pada saat hamil, melahirkan dan nifas terpenuhi. Hal ini dapat terpenuhi jika suami memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan istri (Widoda, 2005).Berdasarkan data, sebagian kecil suami yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bakunase yang memiliki bayi di bawah satu tahun, yang bekerja pada sektor formal sebanyak 39 orang (44,82%) diantara mereka yang bekerja pada sektor formal ini yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 32 orang (82,1%), berpengetahuan kurang sebanyak tujuh orang (17,9%) dan sebagian besarnya bekerja pada sektor nonformal sebanyak 48 orang atau 55,1 %, diantara mereka yang bekerja disektor nonformal ini yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 19 orang (39,9%) dan pengetahuan kurang sebanyak 29 orang (60,4%).

Hasil analisis statistik dengan uji Chi square penelitian menunjukkan nilai (p) sebesar 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan suami dengan pengetahuan tentang tanda bahaya pada masa kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini menunjukan bahwa suami yang bekerja pada sektor formal memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik jika dibandingkan dengan suami yang bekerja pada sektor nonformal.Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Solihah, (2007) yang menyatakan bahwa suami yang memiliki pekerjaan informal memiliki aspek yang kurang terhadap informasi termasuk kesehatan. Dengan adanya pekerjaan seseorang memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan memerlukan perhatian. Masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi, sehingga tingkat pengetahuan yang mereka miliki jadi berkurang.SARAN

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bagi pihak pemerintah dalam hal ini pihak Dinas Kesehatan Kota Kupang dan Puskesmas agar lebih meningkatkan promosi dan penyuluhan tentang bahaya kehamilan, persalinan dan nifas, serta menganjurkan kepada petugas kesehatan untuk senantiasa mendorong suami untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan maternal, khususnya pengetahuan tentang tanda bahaya pada masa kehamilan, persalinan dan nifas, melalui kunjungan bersama suami dan istri pada saat memeriksakan kehamilan dan membrikan konseling pada suami dan istri pada saat pemeriksaan kehamilan, persalinan dan nifas. Adapun saran bagi masyrakat adalah agar selalu mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan khususnya kesehatan ibu pada masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengingatkan dan menyarankan ibu untuk melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai. Dan bagi Peneliti lain perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan suami tentang tanda bahaya pada masa kehamilan, persalinan dan nifas, khususnya faktor eksternal sosial budaya, ekonomi, informasi dan dukungan suami.

DAFTAR PUSTAKA

Budiato, Eko. 2002. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC.

BKKBN. 2004. Survei dasar dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. Jakarta: BKKBN

2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta: BKKBN.______ 2006. Gema Partisipasi Pria (Media Informasi Dari Kita Untuk Kita). Jakarta: BKKBN._______ 2008. Pedoman Kerja dan Penyaluran Aklon PPKBD. Kupang: BKKBN.BPS. 2008. Statistik Pemuda dan Olaraga. Jakarta: BPS.Chandra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC.

Chaniago. 2002. Keperawatan Komunitas. Artikel http://www.psikologizone.com/topic/pengertian-suami-istri (Akses 11 April 2011//09.00 am).

Depkes RI. 2001. Buku Pedoman Pengendalian Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Jakarta: Depkes RI.Depkes RI. 2005. Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS- KIA). Jakarta: Depkes RI.Depkes RI. 2007. Perawatan Kehamilan (ANC). http://www.depkes.go.id (Diakses pada tanggal 03 Nopember 2011//23.00 pm).

Dinkes Kota Kupang. 2010. Profil Kesehatan Kota Kupang. Bidang Kesehatan Ibu dan Anak. Kupang: Dinkes Kota Kupang.Dinkes Provinsi NTT. 2010. Profil Kesehatan Kabupaten/Kota se Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kupang: Dinkes Kota Kupang.

_____ Provinsi NTT. 2009. Revolusi KIA dalam Berita. Kupang: Dinkes Kota Kupang.

_____ Provinsi NTT. 2005. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Kupang: Dinkes Kota Kupang.Farrer, Hellen. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.Fibriana, A.I. 2007. Tesis Diterbitkan (Faktor-Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kematian Maternal (Studi Kasus di Kabupaten Cilacap). www.pdffactory.com. (Diakses 23 Oktober 2010//06.00 pm).

Endjun, Judi. 2004. Mempersiapkan Persalinan Sehat. Jakarta: Puspa Swara.

Hetmina, Mersiany. 2009. Sikap Terhadap Penggunana Alat Dan Metode Kontrasepsi Pada Pria Di Kota Kupang. Kupang: Skripsi FKM Undana.Manuaba, I. G. A. 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencan untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri (obtetri fisiologi, obstetric patologi). Jakarta: EGC.

Maulana, Marisa. 2010. Paduan Lengkap Kehamilan. Yogyakarta: Katahati

Mubarak, Wahit, Nurul Chatin, Khoirul Rozakin, Supardi. 2007. Promosi Kesehatan Sebagai Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mansjoer, Arif, Triyanti, Savitri, Wardani, Setiowulan. 2001. Kapita Selekta Kedokteran (jilid 1). Jakarta: Media Aesculapius.

Nabuasa, Engelina. 2005. Dukungan Suami Terhadap Istri Selama Masa Kehamilan, Persalinan dan Nifas Berdasarkan Etnis Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang. Jurnal Penelitian FKM UNC Media Kesehatan Masyarakat: Volume 01 No. 01. Desember 2006.

Nasir, Mohamad. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nolan. 2004. Kehamilan Dan Melahirkan. Jakarta: EGC.Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta.

2003. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan (pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian) Edisi 2. Jakarta: Media Salemba.

Kurniawan. 2008. Bahaya Yang Sering Terjadi Pada Kehamilan Muda. http://www.info-cyber-neth.com.id. (Diakses tanggal 02 Nopember 2011 // 22.00 pm)Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo (YBP-SP).Priyatno, Dwi. 2008. SPSS Untuk Data Dan Uji Statistik. Jakarta: Mediakom.

Purwaningsih, Retno. 2002. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Suami dengan Dukungan Terhadap Kesehatan Maternal Istrinya di Kelurahan Harapan Mulia, Jakarta Pusa Tahun 2002. Depok: Skripsi FKM-UI.Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Mitra Cendekia Offset.

Slalmah, et, al. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Solihah, Ii. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Suami Tentang Tanda Bahaya Pada Masa Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus di Kabupaten Garut Jawa Barat. Jurnal penelitian FKM UI Media Litbang Kesehatan: volume XIX No. 2. Juni 2009.

Tiran, Dinese. 2007. Mengatasi Mual-Mual dan Gangguan Lain Selama Kehamilan. Jakarta: Diglosia.Uyanto. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.Widoda, Ariani. 2005. Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Tentang Kehamilan, Persalinan Serta Komplikasi Pada Ibu Hamil Nonprimigravida di RSUPN Cipto Magun Kusumo. Jurnal penelitian Kedokteran Indonesia: Vol.55 . No. 10, Oktober 2005.

Wiknojosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo (YBP-SP).Wijayakusuma. 2008. Peran Suami Dalam Mendeteksi Tanda Kehamilan. http://www.ciberindo-aditama.ss (Diakses tanggal 02 Nopember 2011//22.00. am).

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Suami Tentang Tanda Bahaya Pada Masa Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Tahun 2011

Markus Y.D. Meko 1, Engelina Nabuasa 2, Ribka Limbu, 3

Abstract: Danger signal on pregnancy, partum and post partum periods is signals that indicate the danger which can occur during the period of pregnancy, partum and post partum periods and if it is not reported or detected, it can cause mothers death and baby as well. Knowledge about danger signal on pregnancy, partum and post partum periods is kind of prevention effort on mothers death and baby as well. This research aims to assess the factors that related to husbands knowledge about danger signal on pregnancy, partum and post partum periods in the area of Bakunase Public Health Center. This research is analytic survey by using the cross sectional study. The result of this research shows that these three variables have significant correlation with husbands knowledge about danger signal on pregnancy, partum and post partum period. Significant value on age variable is p = 0.024 (p