FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA PEKERJA STEAM
KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN CIPUTAT TIMUR
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Disusun Oleh :
NOVA RIZKI PRAKOSO
1112101000072
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
v
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Juli 2017
Nova Rizki Prakoso, NIM:1112101000072
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan
pada Pekerja Steam Kendaraan Bermotor di Kecamatan Ciputat Timur
Tahun 2017
( xxii + 92 halaman,8 tabel, 2 gambar, 6 lampiran)
ABSTRAK
Dermatitis kontak iritan adalah peradangan pada kulit yang terjadi akibat
terpajan oleh bahan iritan. Pekerja steam merupakan sektor pekerjaan yang
memiliki risiko terjadinya dermatitis kontak iritan akibat penggunaan deterjen
yang mengandung alkylbenzene sulfonate. Hasil studi pendahuluan terhadap 10
orang pekerja terdapat 2 yang mengalami dermatitis kontak iritan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross
sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
dermatitis kontak iritan pada pekerja steam kendaraan bermotor di Kecamatan
Ciputat Timur tahun 2017. Faktor-faktor yang diteliti adalah bahan iritan, jenis
kelamin, riwayat pekerjaan, usia, lama kontak, masa kerja, penggunaan APD,
riwayat penyakit kulit sebelumnya, personal hygiene, dan pengetahuan. Penelitian
ini dilakukan dari bulan Desember 2016 sampai bulan April 2017. Sampel
penelitian sebanyak 90 orang pekerja. Uji statistik dengan menggunakan Chi
Square dan Mann Whitney. Diagnosa dermatitis kontak iritan ditentukan dengan
hasil anamnesis dokter. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi untuk penggunaan APD dan personal hygiene, dan kuesioner
untuk variabel lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 27 pekerja (30%) dermatitis
kontak iritan. Hasil uji statistik variabel masa kerja menunjukkan adanya
hubungan (P value=0,004).
Untuk mengurangi risiko terjadinya dermatitis kontak iritan sebaiknya
perusahaan menyediakan fasilitas cuci tangan yang memadai, menyediakan
sarung tangan berjenis vinyl dan sepatu boot.
Daftar Bacaan : 49 (1970-2015)
Kata Kunci : Dermatitis, kendaraan bermotor
vi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY
Undergraduate Thesis, July 2017
NOVA RIZKI PRAKOSO, NIM : 1112101000072
Factor Associated with Contact Dermatitis in Motor Vehicle Steam Worker
at Ciputat Timur Sub-district in 2017
xxii + 92 pages, 8 tables, 2 figures, 6 attachments
ABSTRACT
Irritant contact dermatitis is a skin inflammation that caused by exposure
irritant substances. Steam workers are occupational sectors that risk of irritant contact
dermatitis due to detergent used which contain alkylbenzene sulfonate. It was found
2 workers who had irritant contact dermatitis from preliminary study of 10 workers.
This is a quantitative research that applied cross sectional design to find the
factor associated with contact dermatitis in motor vehicle steam worker at Ciputat
Timur Sub-district in 2017. These factors are irritant material, sex, job history, age,
contact time, work period, use of PPE, history of skin disease, personal hygiene, and
personal knowledge. This research has been conducted from December 2016 to April
2017. The research subjects were 90 workers. Then, it’s been statistical analized by
Chi Square and Mann Whitney. Diagnose of irritant contact dermatitis was
determined by the result of doctor anamnesis. The instrument used is observation
sheets was used to analyze PPE usage and personal hygiene, completed with the
others variable questionnaires.
This research yielded that 27 workers (30%) have irritant contact dermatitis. It
also supported by variable statistical test. It proved an association with P value =
0,004.
To reduce irritant contact dermatitis, company should provide proper hand
washing facility, vinyl gloves, and boots.
Bibliography : 49 (1970-2015)
Key words : dermatitis, motor vehicle
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Nova Rizki Prakoso
Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 13 November 1994
Agama Islam
Jenis Kelamin Laki-laki
Alamat Jalan Ceger Raya RT 01 RW 01 No 71, Jurang
Mangu Timur, Pondok Aren Tangerang Selatan
15222
Nomor HP +62 896-7240-2332
Email [email protected]
Riwayat Pendidikan
TK Kartika X-11
Jakarta
(1999-2000)
SD Kartika X-4
Jakarta
(2000-2006)
SMP Negeri 110 Jakarta
Jakarta
(2006-2009)
SMA Kartika X-1
Jakarta
(2009-2012)
viii
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK), Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Peminatan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3)
Tangerang Selatan, Banten
(2012-Sekarang)
Pengalaman Organisasi Staff Finance, Forum Studi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (FSK3) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
(2013-2016)
Staff Departemen Pengembangan Ekonomi,
Badan Eksekutif Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Staff Marawis Kesehatan Masyarakat, (2012-
2016) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ketua Teater Kesehatan Masyarakat, (2013-2015)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2012-2015)
Pengalaman Pelatihan Peserta Orientasi Pengenalan Akademik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
(2012)
ix
Peserta Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kebangsaan (OPAK), Program Studi Kesehatan
Masyarakat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2012)
Peserta Seminar dan Simposium Nasional Pangan
dan Gizi (SEMNAS PAGI) 2013 “Inovasi Pangan
dan Gizi Mewujudkan Generasi Sehat, Cerdas,
dan Kuat Untuk Meningkatkan Daya Saing
Bangsa”
(2013)
Peserta Peringatan Hari Tanpa Tembakau
Sedunia 2013: Go Ahead To Attack Cigarette
“Peran Mahasiswa Kesehatan dalam
Dukungannya terhadap Aksesi FCTC untuk
Indonesia Sehat”
(2013)
Peserta Seminar Penelitian dan Edukasi
Kesehatan “Be Smart and Healthy with Social
Media Networking”
(2013)
Peserta Seminar Profesi K3: Gambaran Budaya
K3 di Rumah Sakit Tahun 2013
(2013)
x
Peserta Seminar Pengembangan Profesi
Manajemen Pelaanan Kesehatan: Detik-Detik
Menyongsong Jaminan Kesehatan Nasional 2014
“Kesiapan Implementasi Jaminan Kesehatan
Nasional 2014”
(2013)
Peserta Seminar Profesi Epidemiologi “Ribuan
Anak Terancam HIV-AIDS, Let’s Prevent Mother
to Child Transmission!”
(2013)
Peserta Workshop “Safety in The Process
Industries”
(2014)
Peserta Training SMK3 Based on OHSAS 18001
& PP No. 50 Tahun 2012”
(2014)
Peserta Seminar Profesi Promosi Kesehatan
“Let’s Be Smart, Sukseskah Peringatan Pesan
Bergambar Pada Bungkus Rokok Diterapkan di
Indonesia?”
(2014)
Peserta Seminar Profesi Gizi Kesehatan
Masyarakat “Have Your Perfect Weight with a
Proper Diet”
(2014)
xi
Peserta Seminar Pengembangan Profesi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
“Optimalisasi Pemenuhan Regulasi Prasarana
Perlintasan Kereta Api Demi Stabilitas
Transportasi Nasional”
(2014)
Peserta Seminar Profesi Kesehatan Masyarakat
Peminatan Epidemiologi: Menstrual and Pre-
Menstrual Syndrome “Protect, Care and Attend
Your (Pretty) Miss V”
(2014)
Peserta Workshop “Ergonomics in The Work
Place”
(2014)
Peserta Workshop “Management of Fire Safety” (2015)
Peserta Workshop “Risk Assessment in The
Work Place”
(2015)
Peserta Pelatihan Keselamatan Konstruksi
(Lifting Crane)
(2015)
Peserta Seminar Rumah Sakit Syariah 2015
“Pengelolaan Manajemen SDM dan Manajemen
Keuangan di Rumah Sakit Berbasis Syariah”
(2015)
xii
Peserta Seminar Profesi Kesehatan Lingkungan
“Combat The Neglected Tropical Disease
Towards a Filariasis-Free Country by 2020”
(2015)
Peserta Seminar Profesi Gizi Kesehatan
Masyarakat “Are You Selected Eater? Be Careful
To Obesity!”
(2015)
Pengalaman Kepanitiaan Panitia Social Project (2012)
Panitia Gathering Forum Studi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (FSK3)
(2014)
Panitia Gathering Forum Studi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (FSK3)
(2015)
Panitia Seminar Profesi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja “Peduli Keselamatan
Berkendara: Aku dan Ojek Online Tertib Berlalu
Lintas
(2015)
xiii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Alhamdulillah,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Dermatitis Kontak Iritan Pada Pekerja Steam Kendaraan Bermotor di
Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2017”. Shalawat beserta salam yang teriring
do’a semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa
atas izin Allah SWT mengajarkan umatnya untuk terus memperoleh ilmu
pengetahuan yang kelak bermanfaat bagi sesamanya.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Di dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluarga tercinta, yaitu orang tua dan kakak saya karena atas do’a dan
dukungan yang tidak ada hentinya sehingga penulis mampu
memperoleh dan menjalani pendidikan hingga saat ini di jenjang
universitas.
xiv
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Iting Shofwati, S.T, M.KKK selaku pembimbing satu dan
dosen peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
senantiasa memberikan arahan dan motivasi dalam menyusun,
pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Meilani M. Anwar, M.T. selaku pembimbing dua yang senantiasa
memberikan masukan, arahan dan semangat kepada saya dalam
menyusun dan penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Siti Rahmah Hidayatullah Lubis, S.KM, M.KKK, Ibu Fase
Badriah, S.KM, M.Kes, Ph.D, Ibu Putri Handayani, S.KM, M.KKK
Selaku Penguji Skripsi atas waktu yang diberikan dalam sidang skripsi
serta bimbingannya dan penyelesaian skripsi ini.
7. dr. Adetia Maharani, dr. Fernando Pratama, Agin, Astrid, Elsya, Ika,
Ofin, Rico, Richard, Qory, Widi yang telah membantu dalam turun
lapangan untuk mencari data primer.
8. Ka Ami, Alviral, Agus, Eka yang telah membantu penulis untuk
berdiskusi tentang penelitian ini.
xv
9. Sahabat Cibengerss, Teman-teman peminatan K3, dan Kesehatan
Masyarakat 2012 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh
penulis.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, dengan do’a dan harapan bahwa
segala kebaikan yang mereka berikan dapat bermanfaat bagi penulis. Penulis
menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kelak dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dan bermanfaat bagi seluruh pembacanya. Aamiin. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juli 2017
Nova Rizki Prakoso
xvi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xx
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................ xxi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xxii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
1.3 Pertanyaan Penelitian ....................................................................................... 4
1.4 Tujuan ............................................................................................................... 6
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................................ 6
1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 7
2.1 Penyakit Akibat Kerja ...................................................................................... 7
2.1 Dermatitis ......................................................................................................... 8
2.2.1 Anatomi Kulit Manusia ............................................................................. 8
2.2.2 Dermatitis Kontak Iritan .......................................................................... 11
2.2.3 Dermatitis Kontak Alergen ...................................................................... 15
2.3 Diagnosa Dermatitis Kontak Akibat Kerja .................................................... 16
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak Iritan ........................ 17
2.5 Penatalaksanaan Dermatitis Kontak Iritan .................................................... 25
2.6 Kerangka Teori ............................................................................................... 26
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .................... 27
3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................... 27
xvii
3.2 Definisi Operasional ....................................................................................... 29
3.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 35
BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................................... 37
4.1 Jenis penelitian ............................................................................................... 37
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 37
4.3 Populasi dan Sampel penelitian ...................................................................... 37
4.3.1 Populasi penelitian ................................................................................... 37
4.3.2 Sampel Penelitian .................................................................................... 38
4.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 39
4.5 Instrumen Penelitian ....................................................................................... 42
4.5.1 Lembar Pemeriksaan Dokter ................................................................... 42
4.5.2 Kuesioner ................................................................................................. 43
4.5.3 Lembar Observasi .................................................................................... 43
4.6 Uji Validitas ................................................................................................... 43
4.7 Pengumpulan Data ......................................................................................... 44
4.8 Manejemen Data ............................................................................................. 44
4.8.1 Data Editing ............................................................................................. 45
4.8.2 Data Coding ............................................................................................. 45
4.8.3 Data Entry................................................................................................ 45
4.8.4 Data Cleaning .......................................................................................... 46
4.9 Teknik dan Analisis Data ............................................................................... 46
4.9.1 Analisis Univariat ................................................................................... 46
4.9.2 Analisis Bivariat ...................................................................................... 46
BAB V HASIL ......................................................................................................... 48
5.1 Gambaran Umum Proses Kerja Steam Kendaraan Bermotor ......................... 48
5.2 Analisis Univariat ........................................................................................... 49
5.2.1 Gambaran Dermatitis Kontak Iritan ......................................................... 49
5.3 Analisis Bivariat ............................................................................................. 54
5.3.1 Hubungan DKI dengan Usia, Lama Kontak, Masa Kerja ....................... 54
5.3.2 Hubungan DKI dengan Penggunaan APD, Personal Hygiene, Riwayat
Pekerjaan, Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya, Pengetahuan ........................ 56
BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................................ 60
xviii
6.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 60
6.2 Dermatitis Kontak Iritan ................................................................................. 61
6.3 Determinan Faktor Kejadian Dermatitis Kontak Iritan .................................. 63
6.3.1 Hubungan Antara Riwayat Pekerjaan dengan DKI ................................. 63
6.3.2 Hubungan Antara Usia dengan DKI ........................................................ 66
6.3.3 Hubungan Antara Lama Kontak dengan DKI ......................................... 68
6.3.4 Hubungan Antara Masa Kerja dengan DKI ............................................. 70
6.3.5 Hubungan Antara Penggunaan APD dengan DKI ................................... 72
6.3.6 Hubungan Antara Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya dengan DKI ..... 75
6.3.7 Hubungan Antara Personal Hygiene dengan DKI .................................. 77
6.3.8 Hubungan Antara Pengetahuan dengan DKI ........................................... 79
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 82
7.1 Simpulan ......................................................................................................... 82
7.2 Saran ............................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 86
LAMPIRAN ............................................................................................................. 92
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................................ 29
Tabel 4.1 Jumlah Sampel ......................................................................................... 39
Tabel 4.2 Data Coding ............................................................................................. 45
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Dermatitis Kontak Iritan ......................... 49
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi usia, masa kerja ...................................................... 50
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi bahan iritan (deterjen), penggunaan apd, riwayat
pekerjaan, riwayat penyakit kulit sebelumnya, personal hygiene, pengetahuan ...... 52
Tabel 5.4 Analisis Hubungan DKI dengan Usia, Lama Kontak, Masa Kerja ......... 54
Tabel 5.5 Analisis Hubungan DKI dengan Penggunaan APD, Personal Hygiene,
Riwayat Pekerjaan, Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya, Pengetahuan ................. 56
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ..................................................................................... 26
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 28
xxi
DAFTAR ISTILAH
DKI : Dermatitis Kontak Iritan
APD : Alat Pelindung Diri
UIN : Universitas Islam Negeri
OSHA : Occupational Safety and Health Administration
K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2 : Lembar Diagnosa
Lampiran 3 : Uji Validitas
Lampiran 4 : Hasil Penelitian
Lampiran 5 : Tabel Tabulasi Silang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Dermatitis Kontak Iritan
Lampiran 6 : Gambaran Pemeriksaan Dermatitis Kontak Iritan
1
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di sebagian besar negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan
Australia, penyakit kulit akibat kerja menjadi masalah kesehatan yang paling
umum terjadi yang berhubungan dengan pekerjaan, statistik menunjukkan
hampir 25% dari penyakit akibat kerja. Namun demikian, penyakit kulit
akibat kerja sering tidak dilaporkan, karena hubungan penyakit kulit akibat
kerja dengan lingkungan kerja sering tidak diakui. Hingga 90% dari
gangguan kulit yang diperoleh di tempat kerja adalah dermatitis kontak akibat
kerja (Nicholson, 2010; Clark dkk, 2009).
Dermatitis kontak dapat berupa iritasi karena kontak langsung dengan
zat. Dermatitis kontak iritan sebagai akibat dari pemajaan substansi alergi,
disebut dermatitis kontak alergi (Chew dkk, 2003; McFadden, 2014).
Dermatitis kontak iritan adalah penyakit kulit akibat kerja yang paling tinggi
kasusnya, dermatitis kontak iritan menyumbang selama hampir 80% dari
kasus dermatitis kontak (McFadden, 2014). Dermatitis kontak iritan dapat
berupa jenis akut akibat pemajaan tunggal bahan seperti luka bakar bahan
kimia (misalnya asam fluorida, asam klorida, alkali) dan juga dermatitis
kontak iritan fototoksik (yang disebabkan oleh sinar ultraviolet) atau bisa
menjadi kronis jika terjadi paparan kumulatif dan berulang-ulang untuk
substansi yang dapat mengiritasi (seperti pelarut, air, sabun, deterjen, asam,
alkali, dll) (Cahill dkk, 2005; Lau dkk, 2011).
2
Dermatitis kontak iritan diklasifikasikan menjadi dermatitis kontak
iritan akut dan dermatitis kontak iritan kronik. Dermatitis iritan, dapat
disebabkan oleh bahan iritan kuat seperti asam pekat, alkali atau pelarut.
Dermatitis kontak iritan terjadi setelah satu kali paparan bahan atau berulang
kali yang langsung merusak struktur kulit. Sedangkan dermatitis kontak
kronik diakibatkan bahan iritan lemah yang dapat menyebabkan dermatitis
pada individu yang rentan. Dermatitis kontak kronik terjadi karena bahan
kimia yang terakumulasi. Lama waktu sejak paparan pertama hingga
timbulnya dermatitis adalah bervariasi antara mingguan hingga tahunan,
tergantung pada sifat iritan bahan, frekuensi kontak, dan kerentanan individu
(Jeyaratnam dkk, 2010).
Dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya dermatitis kontak
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu, umur, jenis kelamin, lama kontak,
masa kerja, penggunaan APD, riwayat penyakit kulit sebelumnya, personal
hygiene, riwayat pekerjaan, dan pengetahuan, (Nuraga dkk, 2008; Park dkk,
2014; Poplin dkk, 2005; Wang dkk, 2011).
Pada steam kendaraan bermotor pekerja akan terpapar dengan bahan
kimia seperti alkylbenzene sulfonate. Bahan iritan alkylbenzene sulfonate
yang akan digunakan untuk mencuci kendaraan bermotor. Alkylbenzene
sulfonate jika terkena kulit akan menyebabkan dermatitis (Material Safety
Data Sheet, 2006). Berkaitan dengan itu dari bahan kimia yang terpapar
kepada pekerja memungkinkan terjadi dermatitis pada pekerja.
Keluhan yang dialami pekerja ketika terkena dermatitis adalah rasa
terbakar, tersengat, dapat juga sensasi rasa nyeri beberapa menit setelah
3
terpajan. Sehingga berdampak pada produktifitas pekerja dan menghambat
pekerjaan akibat rasa terbakar, tersengat, dan nyeri. Hal ini dapat menjadikan
peningkatan hari tidak masuknya pekerja dan mengurangi pendapatan
perusahaan (Kartowigno,2011).
Sebagai instansi akademik terdekat peneliti ingin mengetahui tentang
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap jenis pekerjaan di wilayah Ciputat.
Sedangkan berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan jumlah
penduduk di Tangerang Selatan sebanyak 1.543.209 jiwa. Sedangkan
Kecamatan Ciputat Timur pada tahun 2015 tercatat sebagai kepadatan
penduduk tertinggi sebanyak 202.386 jiwa. Berkaitan dengan hal tersebut
memungkinkan banyaknya kepemilikan kendaraan bermotor di Ciputat Timur
dan memunculkan layanan jasa steam kendaraan bermotor. Pada studi
pendahuluan dari 10 pekerja yang dipilih secara acak pada kelurahan Pondok
Ranji, Rengas, Rempoa, Cempaka Putih, Cireundeu diketahui terdapat 20%
pekerja yang mengalami dermatitis kontak iritan. Oleh karena itu, peneliti
ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis
kontak iritan pada pekerja steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat
Timur tahun 2017.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penelitian sebelumnya dermatitis kontak disebabkan oleh
berbagai faktor yaitu, umur, jenis kelamin, lama kontak, masa kerja,
penggunaan APD, riwayat penyakit kulit sebelumnya, personal hygiene,
riwayat pekerjaan, dan pengetahuan,(Nuraga dkk, 2008; Park dkk, 2014;
Poplin dkk, 2005; Wang dkk, 2011).
4
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dari 10 pekerja yang dipilih pada
kelurahan Pondok Ranji, Rengas, Rempoa, Cempaka Putih, Cireundeu
diketahui terdapat 20% pekerja yang mengalami dermatitis kontak iritan.
Pekerja yang menderita dermatitis mengalami keluhan gatal-gatal dan perih di
area telapak tangan, punggung tangan, dan jari-jari tangan. Keluhan tersebut
muncul ketika sedang mencuci kendaraan bermotor. Kemudian peneliti
melihat masih terdapat pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri
saat sedang mencuci kendaraan bermotor. Oleh karena itu, maka diperlukan
penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
dermatitis kontak iritan pada pekerja steam kendaraan bermotor di Kecamatan
Ciputat Timur tahun 2017.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kejadian dermatitis kontak iritan pada
pekerja steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur
tahun 2017 ?
2. Bagaimana gambaran bahan deterjen yang digunakan pada pekerja
steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun
2017?
3. Bagaimana gambaran usia, lama kontak, masa kerja, gambaran
penggunaan APD, personal hygiene pada pekerja steam kendaraan
bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017?
4. Bagaimana gambaran riwayat pekerjaan pada pekerja steam
kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017?
5
5. Bagaimana gambaran riwayat penyakit kulit sebelumnya pada
pekerja steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur
tahun 2017?
6. Bagaimana gambaran pengetahuan pada pekerja steam kendaraan
bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017?
7. Apakah ada hubungan antara penggunaan bahan deterjen dengan
kejadian dermatitis kontak pada pekerja steam kendaraan bermotor
di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017?
8. Apakah ada hubungan antara usia, lama kontak, masa kerja,
gambaran penggunaan APD, personal hygiene pekerja dengan
kejadian dermatitis kontak pada pekerja steam kendaraan bermotor
di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017?
9. Apakah ada hubungan antara riwayat pekerjaan dengan kejadian
dermatitis kontak pada pekerja steam kendaraan bermotor di
Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017?
10. Apakah ada hubungan antara riwayat penyakit kulit sebelumnya
dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja steam kendaraan
bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017?
11. Apakah ada hubungan antara pengetahuan pekerja dengan kejadian
dermatitis kontak pada pekerja steam kendaraan bermotor di
Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017?
6
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Dermatitis Kontak Pada Pekerja Steam Kendaraan Bermotor di
Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2017.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran kejadian dermatitis kontak iritan pada
pekerja steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur
tahun 2017.
2. Diketahuinya gambaran bahan deterjen yang digunakan pada
pekerja steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur
tahun 2017.
3. Diketahuinya gambaran usia, lama kontak, masa kerja, gambaran
penggunaan APD, personal hygiene pada pekerja steam kendaraan
bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
4. Diketahuinya gambaran riwayat pekerjaan pada pekerja steam
kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
5. Diketahuinya gambaran riwayat penyakit kulit sebelumnya pada
pekerja steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur
tahun 2017.
6. Diketahuinya gambaran pengetahuan pada pekerja steam
kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
7
7. Diketahuinya hubungan antara penggunaan bahan deterjen dengan
kejadian dermatitis kontak pada pekerja steam kendaraan bermotor
di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
8. Diketahuinya hubungan antara usia, lama kontak, masa kerja,
gambaran penggunaan APD, personal hygiene pekerja dengan
kejadian dermatitis kontak pada pekerja steam kendaraan bermotor
di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
9. Diketahuinya hubungan antara riwayat pekerjaan dengan kejadian
dermatitis kontak pada pekerja steam kendaraan bermotor di
Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
10. Diketahuinya hubungan antara riwayat penyakit kulit sebelumnya
dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja steam kendaraan
bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
11. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan pekerja dengan
kejadian dermatitis kontak pada pekerja steam kendaraan bermotor
di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Bagi Pekerja Steam Kendaraan Bermotor
Dapat dijadikan sebagai tambahan informasi mengenai
kejadian dermatitis kontak, serta kewaspadaan pekerja dengan
bahan-bahan kimia untuk mencegah penyakit akibat kerja.
2. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
8
Dapat dijadikan sebagai dasar atau acuan dalam
pelaksanaan penelitian selanjutnya.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja steam
kendaraan bermotor yang dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai
dengan April 2017. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain cross
sectional dan menggunakan uji statistic Chi-Square dan Mann-Whitney.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja steam kendaraan bermotor
di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017. Diagnosis dermatitis kontak iritan
ditegakkan melalui anamnenis dan pemeriksaan fisik oleh dokter.
7
2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Akibat Kerja
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Beberapa ciri penyakit
akibat kerja adalah dipengaruhi oleh populasi pekerja, disebabkan oleh
penyebab spesifik, ditentukan oleh pemajan ditempat kerja dan ada atau
tidaknya kompensasi.
Diagnosis penyakit akibat kerja berbeda dengan penyakit pada
umumnya. Terdapat beberapa tahapan sebelum ditetapkan apakah penyakit
yang diderita pekerja merupakan penyakit akibat kerja atau tidak, yaitu
dengan cara: (Budiono, 2003)
1. Anamnesis, berupa wawancara mengenai identitas, riwayat
kesehatan, riwayat penyakit, dan keluhan yang dialami.
2. Riwayat pekerjaan, sebagai kunci awal diagnosa, meliputi waktu
awal bekerja, bahan yang digunakan, APD yang digunakan, cara
melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang dilakukan, kegemaran,
dan kebiasaan lain seperti merokok atau alkohol.
3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam
keadaan tidak bekerja.
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan.
8
5. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis.
6. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygiene
perusahaan.
7. Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain.
2.1 Dermatitis
Dermatitis adalah peradangan pada kulit (epidermis dan
dermis) yang pada fase akut ditandai secara objektif adanya
efloresensi polimorfi (missal eritem, vesikel,erosi) dan keluhan
subjektif gatal, sedangkan pada fase kronis efloresensi yang
dominan adalah skauma, fisura, kulit kering (xerosis) dan
likenifikasi.
Dermatitis kontak adalah peradangan kulit akibat pajanan
lokal kulit dengan bahan dari luar. Jika bahan dari luar tersebut
bahan iritan primer maka yang terjadi adalah dermatitis kontak
iritan, dan jika pajanan kulit dengan zat sensitizer yang terjadi
adalah dermatitis kontak alergi. (Kartowigno, 2011)
2.2.1 Anatomi Kulit Manusia
Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh manusia,
serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi rongga-
rongga dan lubang-lubang masuk. Kulit didalamnya terdapat ujung
saraf peraba mempunyai banyak fungsi, antara lain membantu
mengatur suhu tubuh, mengendalikan hilangnya air dari tubuh, dan
mempunyai sedikit kemampuan ekskretori, sekretori, serta absorpsi
9
(Pearce, 2011). Kulit dibagi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan
epidermis atau kutikula dan lapisan dermis atau korium.
1. Lapisan Epidermis atau Kutikula
Epidermis tidak terisi pembuluh darah. Saluran kelenjar
keringat menembus epidermis dan membatasi folikel rambut.
Diatas permukaan epidermis terdapat garis lekukan yang
berjalan sesuai dengan papil dermis dibawahnya. Epidermis
terdiri lima lapis (Pearce, 2011):
a. Stratum korneum (lapisan tanduk), merupakan luar yang
tipis, datar, seperti sisik, dan terus menerus dilepaskan
karena terdiri dari kumpulan sel diganti oleh sel baru.
b. Stratum lusidum (lapisan jernih), selnya mempunyai batas
tegas tetapi tidak mempunyai inti, terdiri dari protein dan
lemak.
c. Stratum granulosum (lapisan berbutr jelas, tampak berisi
inti dan granulosum.
d. Stratum spinosum (lapisan malpighi) atau sel berduri, yaitu
sel dengan fibril halus yang menyambung sel yang sat
lainnya didalam lapisan ini, sehingga setiap sel seakan
berduri.
e. Stratum germinativum (lapisan basal), sel ini terus menerus
memproduksi sel epidermis baru. Sel ini disusun dengan
10
teratur, berderet dengan rapat membentuk lapisan pertama
atau lapisan dua sel pertama dari sel basal yang duduk
diatas papila dermis.
2. Lapisan Dermis atau Korium
Tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastik.
Pada permukaan dermis tersusun papil-papil kecil yang berisi
ranting-ranting pembuluh darah kapiler. Tersusun dari dua
lapisan jaringan ikat, yaitu (Tranggono dkk,2007) :
a. Lapisan papilar adalah jaringan ikat areolar renggang
dengan fibroblas, sel mast, dan makrpfag. Lapisan ini
mengandung banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi
pada epidermis atasnya.
b. Lapisan retukular, terletak lebih dalam dari lapisan papilar.
Lapisan ini tersusun dari jaringan ikat ireguler yang rapat,
kolagen, dan serat elastik. Sejalan dengan penambahan usia,
deteriosal normal pada simpul kolagen dan serat elastik
mengakibatkan pengeriputan kulit.
3. Lapisan Subkutan dan Hipodermis
Lapisan ini mengikat kulit secara longgar dengan organ-
organ yang terdapat dibawahnya. Lapisan ini mengandung
jumlah sel lemak yang beragam, tergantung pada area tubuh
11
dan nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh darah dan
ujung saraf (Sloane, 2004).
2.2.2 Dermatitis Kontak Iritan
Iritan merupakan bahan yang secara langsung merusak kulit
yang menjadi lokasi kontak. Radang kulit yang disebabkan oleh
iritan ini yang disebut dermatitis kontak iritan. Proses peradangan
ini tidak dimediasi melalui mekanisme imunologi. Dermatitis
kontak iritan ditandai dengan adanya eritema (kemerahan), edema
(bengkak) ringan dan pecah-pecah setelah terjadi pajanan bahan
kontaktan dari luar. Bahan kontaktan ini dapat berupa bahan
fisika atau kimia yang dapat menimbulkan reaksi secara langsung
pada kulit (Firdaus, 2002). Bahan iritan atau zat toksik yang
paling menyebabkan dermatitis kontak iritan, yaitu:
1. Sabun,deterjen.
2. Asam, alkali, semen, fenol.
3. Pelarut di indusstri: turpentine, acetone, carbon
dioxide, dan lain-lain.
4. Tumbuh-tumbuhan: capsaicin (Kartowigno, 2011)
DKI mempunyai spektrum klinis yang dapat dibagi atas
beberapa kateegori terganttung pada iritan dan pola pajannya.
Berikut adalah 10 tipe DKI yaitu:
12
1. Reaksi Iritan
Reaksi iritan klnis sebagai reaksi monoformik dapat
berupa skuamasi, eritem ringan, vesikel, atau erosi, dan
biasanya berlokasi dipunggung tangan dan jari-jari
tangan. Reaksi iritan biasanya terjadi pada orang-orang
yang bekerja sering terkena air.
2. DKI Akut
DKI akut terjadi akibat pajanan oleh bahan iritan
kuat/ bahan kimia kaustik seperti asam/basa, atau terjadi
akibat satu seri pajanan singkat dengan bahan
kimia/fisik.
Keluahan setelah berkontak terdapat sensasi rasa
seperti rasa terbakar, gatal atau rasa seperti tersengat.
Gambaran klinisnya terlihat eritem, edema, vesikulasi
dan eksudasi dengan pembentukan bula, dan pada kasus
berat dapat nekrosis.
Proses penyembuhan DKI akut terjadi secara
fenomena decrescendo yaitu reaksi iritan segera
mencapai puncak lalu segera membaik setelah bahan
iritan dibuang. Penyembuhan sempurna dapat terjadi 4
pekan dengan prognosis baik.
13
3. DKI Delayed – Acute
Reaksi iritan delayed adalah peradangan akut tetapi
tidak terlihat adanya gejala 8-24 jam atau lebih setelah
terpajan. Sebaliknya gambaran klinisnya dapat seperti
DKI akut. Bahan penyebab DKI delayed – acute adalah
acrylat, antralin (ditranol), benzalkonium klorida,
benzoil peroksid, kalsipotriol, diklofenak, podofilin,
propilen glikol, sodium laurel sulfat, tretinoin.
4. DKI Chronic Cumulative = Traumiterative
Penyakit timbul akibat kontak berulang pada kulit
dimana zat kimia yang terlibat sering multiple dan
lemah yang kurang cukup untuk menyebkan DKI,
seperti sabun, detergen, surfatan, pelarut organik dan
minyak.
Gejala yang timbul adalah rasa gatal, nyeri, dan
bercak kulit kering lokalisata, kemudian eritem,
hyperkeratosis dan fisura. Seringnya terpajan kulit
menjadi keras bahkan menjadi resisten terhadap pajanan
berikutnya.
5. DKI Subjektif/Simptomatik,Sensori
Keluhan yang dialami sepeti gatal, seperti tersengat,
seperti terbakar beberapa menit setelah berkontak
14
dengan iritan tersebut. Tetapi tidak ada lesi kulit yang
terlihat. Penyakit sering terjadi diwajah, kepala, dan
leher.
Penyebab DKI tipe ini adalah kosmetik, sunscreen
(tabir surya), pakaian wool, iritan lain seperti asam
laktat, propilen glikol, dan garam alumunium.
6. DKI Noneritematosa/Suberitematosa
Tipe ini klinis tidak terlihat ada iritasi tetapi
gambaran tampak seperti hispatologi. Gejala berupa
gatal, rasa terbakar atau tersengat. Iritasi suberitematosa
biasanya akibat kontak bahan yang mengandung
surfaktan.
7. Dermatitis Friksional
Iritasi mekanis dapat sebagai akibat makro trauma
berulang dan friksi/gesekan misalnya bra, prostese
tungkai, adhesive tape, dan lain-lain. Gambaran
klinisnya kulit tampak kering, hiperkeratotik.
8. Reaksi Traumatik
Tipe ini terjadi akibat trauma kulit akut misalnya
terbakar, laserasi dan paling sering terjadi ditangan dan
meretap selama 6 pekan atau lebih. Proses
penyembuhan dermatitis ini lebih lama dan dapat timbul
15
eritem, papul, atau vesikel. Lesi dapat menyerupai
dermatitis numularis.
9. Reaksi Pustular atau acneiform
Reaksi ini biasanya terjadi akibat terpajan dengan
minyak, tar, logam berat, dan halogens, kosmetik.
Pustulanya steril dan transient dan dapat timbul
beberapa hari setelah pajanan.
10. Exication Eczematic
Tipe ini terjadi akibat menggunakan shower tanpa
menggunakan pelembab kulit setelah mandi. Keluhan
penyakit ini adalah gatal sekali, kulit kering, dan
skauma menyerupai iktiosis.
2.2.3 Dermatitis Kontak Alergen
Dermatitis kontak alergi adalah reaksi radang imuologi
kulit akibat kontak dengan alergen. Berbeda dengan dermatitis
kontak iritan, reaksi radang terjadi melalui proses imunologi. Saat
pajanan pertama kali, seseorang tidak mengalami reaksi apapun
terhadap alergen. Seseorang menjadi peka terhadap alergen setelah
berulang kali kontak dengan alergen. Gejala dari dermatitis kontak
alergi antara lain ruam kulit, bengkak, gatal-gatal, dan melepuh
(Widyastuti, 2006). Bahan yang berbeda mempunyai potensi untuk
menghasilkan kepekaan dan kerentanan yang berbeda pada setiap
individu. Alergi terhadap suatu bahan bersifat spesifik, sesekali
16
terjadi, biasanya bertahan seumur hidup (Jeyaratnam dkk, 2010).
Penyebab terjadinya dermatitis kontak alergi diantaranya kosmetik,
obat-obatan yang terkandung dalam krim kulit dan zat kimia yang
digunakan dalam pengolahan pakaian (Jeyaratnam dkk, 2010).
2.3 Diagnosa Dermatitis Kontak Akibat Kerja
Diagnosis dapat ditentukan berdasarkan wawancara yang
jelas, cermat, dan teliti. Secara garis besar terdapat tiga metode
diagnosa yang dilakukan dalam mengidentifikasi jenis dermatitis
kontak. Metode-metode tersebut yaitu dengan melakukan
anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang
(Firdaus, 2002). Pada anamnesis perlu ditanyakan riwayat
penyakit sebelumnya, riwayat kontak dan pengobatan yang
pernah diberikan, objek personal meliputi pertanyaan tentang
yaitu riwayat medis umum (Suryani, 2011).
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritma, edema, dan
papula disusul pembentukan vesikel. Lesi pada umumnya timbul
pada tempat kontak, tidak terbatas tegas dan dapat meluas
(Suryani, 2011).
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan uji tempel biasa
dan uji tempel dengan pra-perlakuan (pre-treatment). Uji tempel
biasa digunakan untuk alergen dengan BM rendah yang dapat
menembus stratum korneum yang utuh, sedangkan untuk uji
tempel pra-perlakuan digunakan untuk alergen dengan BM yang
17
besar seperti protein dan gluprotein yang dapat menembus stratum
korneum kulit jika barier kulit tidak utuh lagi (Suryani, 2011).
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak dipengaruhi beberapa faktor. Faktor yang
menyebabkan dermatitis diantaranya molekul, daya larut, dan
konsentrasi bahan, lama kontak, serta faktor individu seperti usia,
ras, jenis kelamin, dan penyakit kulit yang pernah dialami
(Djuanda, 2007). Faktor yang mempengaruhi penyakit kulit akibat
kerja antara lain ras, keringat, terdapat penyakit kulit lain, personal
hygiene, dan penggunaan APD (Gilles dkk, 1990). Faktor yang
menyebabkan dermatitis terbagi dua, yaitu penyebab langsung dan
tidak langsung. Penyebab langsung berupa bahan kimia dan
penyebab tidak langsung adalah penyakit yang telah ada
sebelumnya, usia, lingkungan dan personal hygiene (Cohen, 1999).
Dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya, dermatitis
kontak disebabkan oleh berbagai faktor yaitu, umur, jenis kelamin,
lama kontak, masa kerja, penggunaan APD, riwayat penyakit kulit
sebelumnya, personal hygiene, riwayat pekerjaan, dan
pengetahuan. (Nuraga dkk, 2008; Park dkk, 2014; Poplin dkk,
2005; Wang dkk, 2011).
1. Bahan Iritan (Deterjen)
Menurut Kartowigno tahun 2011 zat iritan yang paling
sering menyebabkan dermatitis kontak iritan adalah sabun dan
18
deterjen. Pada steam kendaraan bermotor bahan kimia yang
digunakan adalah sabun deterjen namun mayoritas dari steam
kendaraan bermotor menggunakan deterjen yang mengandung
sodium alkylbenzene sulfonate. Berdasarkan material safety data
sheet (MSDS) tahun 2006 bahwa alkylbenzene sulfonate jika
mengenai kulit akan menyebabkan dermatitis. Hasil penelitian
Septiani (2012) tentang kejadian dermatitis kontak pada cleaning
service dari 99 pekerja yang terkena sebanyak 32,3%.
2. Jenis Kelamin
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pekerja
perempuan lebih memungkinkan terkena dermatitis kontak. Hasil
penelitian mengenai kejadian dermatitis kontak di RSUP DR.
Kariadi menyebutkan bahwa sebanyak 20 orang (28,6%) laki-laki
mengalami dermatitis kontak pada tahun 2012, sedangkan 50 orang
(71,4%) perempuan mengalami dermatitis kontak. Pada tahun 2013
menyebutkan bahwa sebanyak 39 orang (37%) laki-laki mengalami
dermatitis kontak, dan 65 orang (62,5%) perempuan mengalami
dermatitis kontak (Adiani dkk, 2014).
3. Riwayat Pekerjaan
Riwayat pekerjaan adalah jenis-jenis pekerjaan seseorang
yang pernah dilakukan sebelum pekerjaan yang saat ini dilakukan.
Riwayat pekerjaan dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis
kontak pada pekerja akibat adanya paparan bahan kimia iritan yang
19
terakumulasi dalam kulit pekerja. Dalam penelitian-penelitian
sebelumnya hubungan antara riwayat pekerjaan dengan kejadian
dermatitis kontak, yaitu penelitian yang dilakukan pada nelayan
disebutkan bahwa sebagian besar responden yang menderita
dermatitis memiliki riwayat pekerjaan di bidang pertanian, salon
kecantikan, percetakan, pompa bensin, pabrik, di pasar, dan
pertukangan. Dari data sebanyak 13 responden (90%) yang
menderita dermatitis memiliki riwayat pekerjaan yang memberikan
peluang terjangkitnya penyakit dermatitis. Bagi responden yang
tidak menderita dermatitis sebanyak 14 responden (50%) tidak
memiliki riwayat pekerjaan yang memberikan peluang
terjangkitnya penyakit dermatitis dan 6 responden lainnya (50%)
memiliki riwayat pekerjaan yang memberikan peluang
terjangkitnya dermatitis (Cahyawati dkk, 2011).
4. Usia
Usia diukur dari sejak seseorang lahir hingga saat ini.
Seiring bertambahnya usia kulit manusia mengalami degenerasi,
seperti kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih
kering (Cohen, 1999). Penelitian yang dilakukan di Tempat
Pengolahan Sampah. Hasil analisa hubungan antara usia dengan
dermatitis kontak sebanyak 57,1% pekerja usia ≤ 31 tahun terkena
dermatitis kontak, sedangkan pekerja usia > 31 tahun yang terkena
dermatitis kontak sebanyak 52,6% (Mausulli,2010).
20
5. Lama Kontak
Lama kontak adalah waktu paparan bahan kimia pada
pekerja dalan satu hari bekerja. Lama kontak dapat mempengaruhi
kejadian dermatitis kontak akibat kerja (Djuanda dkk, 2002).
Semakin lama waktu yang dibutuhkan pekerja untuk terpapar
bahan kimia, maka akan meningkatkan reaksi bahan kimia dengan
kulit, yang dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada kulit.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signfikan antara lama kontak dengan kejadian dermatitis
kontak. Pada penelitian yang dilakukan pada pekerja tempat
pencucian mobil menunjukkan bahwa pekerja yang memiliki lama
kontak >5 jam mengalami dermatitis sebanyak 89,7%, sedangkan
pekerja yang memiliki lama kerja <5 jan hanya 10,3% yang
mengalami dermatits kontak (Hamzah dkk, 2014).
6. Masa Kerja
Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai
pertama kali pekerja masuk kerja hingga saat penelitian
berlangsung (Santoso,2004). Pada penelitian sebelumnya pekerja
bengkel yang terkena dermatitis sudah mengalami rata-rata masa
kerja selama 24 bulan dengan standar deviasi sebesar 19.744
(Suryani,2011). Penelitian lain yang dilakukan mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja
pada karyawan pencucian mobil di Kelurahan Sukarame Kota
21
Bandar Lampung mendapatkan hasil penelitian menujukan pekerja
yang masa kerjanya < 1 tahun sebanyak 26 orang yang mengalami
dermatitis kontak, sedangkan > 1 tahun hanya 13 orang yang
mengalami dermatitis kontak (Hamzah dkk, 2014).
7. Penggunaan APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat
keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi
seluruh atau sebagain tubuhnya dari kemungkinan adanya paparan
potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Menurut Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja pasal 12 butir b menyatakan bahwa tenaga kerja
diwajibkan memakai APD. Penggunaan APD ditempat kerja
merupakan kewajiban semua orang yang berada di area kerja.
Berdasarkan jenis bahayanya pada pekerja steam kendaraan
bermotor diperkirakan terkena bahan kimia pada tangan dan kaki,
karena terpapar langsung dengan bahan iritan (deterjen).APD
merupakan alat untuk menghindari paparan pekerja dengan bahan
kimia yang dapat menyebabkan dermatitis kontak. APD yang
digunakan pada pekerja steam adalah sarung tangan jenis vinyl dan
neoprene gloves karena berfungsi untuk melindungi dari bahan-
bahan kimia yang beracun dan berbahaya , baju lengan panjang
karena untuk mengurangi paparan dari bahan iritan yang langsung
mengenai kulit pekerja, dan sepatu boot karena berfungsi untuk
menghindari dari bakteri, kuman, dan bahan iritan (deterjen). Pada
22
penelitian-penelitian sebelumnya hubungan kejadian dermatitis
kontak dengan penggunaan APD. Penelitian yang dilakukan pada
pekerja terpajan bahan kimia di perusahaan otomotif dengan hasil
penelitian dari responden yang selalu menggunakan APD, sebesar
78,6% tidak mengalami dermatitis kontak, sedangkan sebesar
22,2% mengalami dermatitis kontak (Nuraga dkk, 2008).
Penelitian lain yang dilakukan pada pekerja pencucian mobil
didapatkan hasil hubungan antara faktor penggunaan APD dengan
kejadian dermatitis kontak adalah nilai pvalue sebesar 0,001
(Hamzah dkk, 2014)
8. Penyakit Kulit Sebelumnya
Untuk melakukan diagnosis dermatitis kontak dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan
melihat sejarah dermatologi termasuk riwayat keluarga, aspek
pekerjaan atau tempat kerja, sejarah alergi, dan riwayat penyakit
sebelumnya. Pada pekerja yang pernah atau sedang mengalami
penyakit kulit akan lebih mudah terkena dermatitis kontak, karena
fungsi perlindungan kulit sedang berkurang, terutama yang sedang
mengalami penyakit kulit, kulit yang terbuka dan terluka akan
lebih mudah menimbulkan iritasi dari bahan kimia yang menempel
(Suryani, 2011). Penelitian yang dilakukan mengenai faktor-faktor
yang berhubungan dengan dermatitis kontak pada pekerja di PT
Inti Pantja Press Industi dengan hasil penelitian pekerja yang
mempunyai riwayat penyakit kulit sebelumnya sebanyak 15 orang
23
atau 57,7% dari 26 orang yang terkena dermatitis kontak,
sedangkan 44,4% dari 54 pekerja yang tidak memiliki riwayat
penyakit kulit sebelumnya, mengalami dermatitis kontak (Lestari
dkk, 2007). Penelitian lain yang dilakukan mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada
karyawan pencucian mobil di Kelurahan Sukarame Kota Bandar
Lampung mendapatkan hasil penelitian, pekerja yang memiliki
riwayat penyakit kulit sebelumnya sebanyak 17,9% yang
mengalami dermatitis kontak, sedangkan pekerja yang tidak
memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya sebanyak 82,1%
mengalami dermatitis kontak (Hamzah dkk, 2014).
9. Personal Higiene
Kebersihan perorangan sangat penting bagi pekerja itu
sendiri. Kebersihan perorangan dapat mencegah penyebaran
bakteri, atau kuman penyakit, dan dapat mengurangi paparan bahan
kimia setelah melakukan pekerjaan yang menggunakan bahan
kimia. Kebersihan perorangan setelah melakukan pekerjaan dengan
paparan bahan kimia dapat membuat waktu paparan menjadi lebih
berkurang. Penelitian yang dilakukan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada
karyawan pencucian mobil di Kelurahan Sukarame Kota Bandar
Lampung mendapatkan hasil penelitian bahwa pekerja yang
memiliki personal hygiene baik sebanyak 12,8% mengalami 25
dermatitis kontak, sedangkan pekerja yang personal hygiene tidak
24
baik sebanyak 87,2% mengalami dermatitis kontak (Hamzah dkk,
2014). Penelitian lain yang dilakukan pada nelayan mendapatkan
hasil dari 65% responden yang memiliki personal hygiene yang
buruk menderita dermatitis kontak (Cahyawati dkk, 2011).
10. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan adalah hasil
tahu, dan terjadi pada seseorang melakukan penginderaan terhadap
objek tertentu. Kurangnya pengetahuan pekerja mengenai
dermatitis kontak menyebabkan pekerja tidak melakukan pekerjaan
secara aman untuk mencegah terjadinya dermatitis kontak.
Pengetahuan akan mempengaruhi pekerja dalam melakukan
pekerjaan dengan menggunakan bahan kimia. Misalnya adalah
pekerja tidak langsung mencuci tangan setelah terpapar bahan
kimia, hal ini akan menyebabkan bahan kimia tersebut akan
semakin lama menempel pada kulit dan akan terabsorpsi.
Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian
dermatitis pada petani rumput laut Dusun Putondo Takalar dengan
nilai p 0,000 (Fauziah dkk, 2015). Penelitian lain yang dilakukan
pada pasien dermatitis kontak pada Puskesmas Canga
menunjukkan subjek penelitian dengan pengetahuan cukup
mengalami dermatitis kontak sebanyak 11 orang (31,4%),
sedangkan subjek penelitian dengan pengetahuan 26 kurang
25
mengalami dermatitis kontak sebanyak 17 orang (48,6%)
(Djewarut dkk, 2012).
2.5 Penatalaksanaan Dermatitis Kontak Iritan
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang
terkontaminasi. Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air
yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal,
sekurangnya selama 40-60 detik. Bila iritasi atau nyeri menetap, segera
bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
26
2.6 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: (Djuanda, 2007; Hamzah, 2014; Gilles dkk, 1990; Cohen, 1999;
Nuraga dkk., 2008; Park dkk, 2014; Poplin dkk., 2005; dan Wang
dkk., 2011)
- Bahan Iritan (Deterjen)
- Jenis Kelamin
- Riwayat Pekerjaan
- Usia
- Lama Kontak
- Masa Kerja
- Penggunaan APD
- Riwayat Penyakit Kulit
Sebelumnya
- Personal Hygiene
- Pengetahuan
Dermatitis kontak iritan
pada Pekerja Steam
Kendaraan Bermotor
27
3. BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan dermatitis kontak pada pekerja steam kendaraan
bermototr di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017. Berdassarkan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya, variabel independen adalah bahan kimia
(deterjen), usia, jenis kelamin, lama kontak, masa kerja, penggunaan APD,
penyakit kulit sebelumnya, riwayat pekerjaan, personal hygiene,
pengetahuan.
Variabel yang tidak diteliti adalah:
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin pada pekerja steam kendaraan bermotor seluruhnya
laki-laki sehingga variabel jenis kelamin bersifat homogen.
28
Berdasarkan variabel yang ingin diteliti dalam penelitian ini, maka
kerangka konsep yang dibuat adalah:
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Sumber: (Djuanda, 2007; Hamzah, 2014; Gilles dkk, 1990; Cohen, 1999;
Nuraga dkk., 2008; Park dkk, 2014; Poplin dkk., 2005; dan Wang
dkk., 2011)
- Bahan Iritan
(Deterjen)
- Riwayat Pekerjaan
- Usia
- Lama Kontak
- Masa Kerja
- Penggunaan APD
- Riwayat Penyakit
Kulit Sebelumnya
- Personal Hygiene
- Pengetahuan
Dermatitis kontak iritan
pada Pekerja Steam
Kendaraan Bermotor
29
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur
Alat
ukur
Hasil Ukur Skala
1 Dermatitis Kontak
Iritan
Dermatitis kontak iritan yang
dialami oleh pekerja steam
kendaraan bermotor akibat
kontak dengan bahan yang
mengandung alkylbenzene
sulfonate.
Hasil
Diagnosa
Dokter
Form
hasil
diagnosa
dokter
pada
lampiran
2
1. Dermatitis Kontak Iritan
2. Tidak Dermatitis Kontak
Iritan
Ordinal
30
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur
Alat
ukur
Hasil Ukur Skala
2 Bahan Iritan
(Deterjen)
Bahan kimia (deterjen) sabun
cuci motor/mobil yang
mengandung alkylbenzene
sulfonate yang tertulis dalam
kemasannya.
Penyebaran
Kuesioner
dengan
metode
wawancara
Kuesioner 1. Iya
2. Tidak
Ordinal
3 Riwayat Pekerjaan Pekerjaan sebelumnya yang
berkontak langsung dengan
deterjen.
Penyebaran
Kuesioner
dengan
metode
wawancara
Kuesioner 1. Beresiko, jika salah satu atau
kedua-duanya menjawab “Ya”.
2. Tidak Beresiko, jika menjawab
“Tidak” pada kedua
pertanyaan.
Ordinal
Tabel 3.1 Definisi Operasional Lanjutan
31
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur
Alat
ukur
Hasil Ukur Skala
4 Usia Waktu yang dihitung sejak
seseorang lahir hingga
penelitian dilakukan.
Penyebaran
Kuesioner
dengan
metode
wawancara
Kuesioner 1. Beresiko, jika usia > 23
tahun (median)
2. Tidak Beresiko, jika usia ≤ 23
tahun (median)
Ordinal
5 Lama Kontak Jangka waktu pekerja
berkontak dengan bahan kimia
dalam hitungan jam/hari
Penyebaran
Kuesioner
dengan
metode
wawancara
Kuesioner 1. Beresiko, jika bekerja > 8 jam
2. Tidak Beresiko, jika bekerja ≤
8 jam
Ordinal
6 Masa Kerja Lamanya pekerja bekerja di Penyebaran Kuesioner 1. Beresiko, jika bekerja > 12 Ordinal
Tabel 3.1 Definisi Operasional Lanjutan
32
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur
Alat
ukur
Hasil Ukur Skala
steam kendaraan bermotor
saat penelitian berlangsung
Kuesioner
dengan
metode
wawancara
Bulan (median)
2. Tidak Beresiko, jika bekerja ≤
12 Bulan (median)
7 Penggunaan APD Kelengkapan APD berupa
sarung tangan dan sepatu
safety yang digunakan pekerja
saat bekerja
Pengamatan
Langsung
dengan
menggunakan
lembar
observasi
Lembar
Observasi
pada
lampiran
1
1. Lengkap, jika menggunakan
sarung tangan, sarung
tangannya dalam keadaan baik,
sarung tangan menutupi lengan
atau pekerja menggunakan
pakaian lengan panjang dan
sepatu safety
Ordinal
Tabel 3.1 Definisi Operasional Lanjutan
33
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur
Alat
ukur
Hasil Ukur Skala
2. Tidak Lengkap, jika tidak
menggunakan sarung tangan
dengan sepatu safety atau tidak
menggunakan salah satunya
8 Riwayat Penyakit
Kulit Sebelumnya
Penyakit atau peradangan
yang pernah dialami oleh
pekerja dengan gelaja
subjektif seperti, gatal, rasa
terbakar, kemerahan, bengkak,
lepuh kecil pada kulit, kulit
mengelupas, kulit kering, kulit
Penyebaran
Kuesioner
dengan
metode
wawancara
Kuesioner 1. Iya
2. Tidak
Ordinal
Tabel 3.1 Definisi Operasional Lanjutan
34
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur
Alat
ukur
Hasil Ukur Skala
bersisik, dan atau penebalan
kulit.
9 Personal Hygiene Kebiasaan pekerja untuk
menjaga kebersihan tangan
sebelum dan setelah bekerja
Pengamatan
langsung
dengan
menggunakan
lembar
observasi
Lembar
Observasi
pada
lampiran
1
1. Baik, jika total skor > nilai
median (8)
2. Kurang baik, jika total skor ≤
nilai median (8)
Ordinal
10 Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui
pekerja mengenai dermatitis
Penyebaran
Kuesioner
Kuesioner 1. Tinggi, jika total skor > nilai
median (6)
Ordinal
Tabel 3.1 Definisi Operasional Lanjutan
35
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur
Alat
ukur
Hasil Ukur Skala
kontak dan bahan yang
menyebabkan dermatitis
kontak iritan.
dengan
metode
wawancara
2. Rendah, jika total skor ≤ nilai
median (6)
3.3 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara bahan iritan yang digunakan dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja steam kendaraan bermotor
di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
2. Ada hubungan antara usia, masa kerja, lama kerja, penggunaan APD, dan personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak iritan
pada pekerja steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Lanjutan
36
3. Ada hubungan antara riwayat pekerjaan dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja steam kendaraan bermotor di
Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
4. Ada hubungan antara riwayat penyakit kulit sebelumnya dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja steam kendaraan
bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
5. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja steam kendaraan bermotor di Kecamatan
Ciputat Timur tahun 2017.
37
4. BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, yaitu
variabel independen dan dependen dalam penelitian ini akan diteliti dalam
waktu yang bersamaan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
kuantitatif yang bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja steam kendaraan bermotor
di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada steam kendaraan bermotor di
Kecamatan Ciputat Timur bulan Desember tahun 2016 – April 2017.
4.3 Populasi dan Sampel penelitian
Menurut Sugiyono (2009) Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.
4.3.1 Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja steam kendaraan
bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017. Jumlah populasi
dalam penelitian ini adalah sebanyak 120 orang.
38
4.3.2 Sampel Penelitian
Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling,
yaitu memilih sampel dengan cara incidental pada saat waktu penelitian
sesuai dengan jumlah sampel minimum yang telah ditentukan sebanyak
88 responden. Perhitungan besar sampel dilakukan dengan
menggunakan rumus sampling uji beda dua proporsi sebagai berikut.
Keterangan :
n : Besar sampel minimal
: Rata-rata proporsi
P1 : Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada
kelompok tertentu
P2 : Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada
kelompok tertentu
Z1-α/2 : 1,96 ( derajaat kemaknaan CI = 95% dengan α = 5%)
Z1-β : 0,84 ( kekuatan uji 1-β = 80%)
Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel, diketahui bahwa besar
sampel minimal pada pekerja steam kendaraan bermotor sebanyak 88
orang.
39
Perhitungan besar sampel menggunakan nilai P1 dan P2 variabel
independen dari hasil penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan
dengan variabel dependen. Adapun besar sampel minimal pada beberapa
variabel dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Jumlah Sampel
Variabel Penelitian
Sebelumnya P1 P2 n (n x 2)
Lama kontak (Hamzah, 2014) 89,7 10,5 5 10
Masa Kerja (Hamzah, 2014) 33,3 66,7 34 68
Personal
Hygiene (Hamzah, 2014) 87,2 12,8 6 12
Penggunaan
APD (Hamzah, 2014) 79,5 20,5 11 22
Usia (Kharisma, 2015) 41,7 7,7 30 60
Riwayat
Penyakit
Sebelumnya
(Septiani, 2012) 40,3 13,8 44 88
4.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
mendiagnosis terkait kejadian dermatitis kontak iritan oleh dokter.
Pengisian kuesioner dimana peneliti melakukan wawancara kuesioner
untuk pengisian kuesioner sampai selesai serta observasi mengenai
penggunaan APD dan personal hygiene responden. Berikut adalah
penjelasan mengenai pengumpulan data berdasarkan variabel yang diteliti:
40
1. Kejadian Dermatitis Kontak Iritan
Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja steam
kendaraan bermotor dilakukan berdasarkan diagnosis oleh dokter.
Langkah pemeriksaan dokter sebagai berikut:
a. Dokter menanyakan identitas responden
b. Melakukan anamnesis (wawancara) tentang keluhan
pada kulit yang pernah dialami oleh pekerja
c. Memeriksa kondisi fisik pada tangan responden
d. Dokter menetapkan apakah pekerja mengalami
dermatitis kontak iritan akibat kerja atau tidak. Hasil
dicatat pada kuesioner bagian A.
2. Kontak Dengan Bahan Iritan
Pertanyaan mengenai kontak dengan bahan iritan selama
bekerja pada steam kendaraan bermotor terdapat pada kuesioner
bagian B1 (kontak dengan bahan). Jika disebutkan terpapar
dengan bahan lain selain alkylbenzene sulfonate, peneliti akan
mencari tahu bahwa paparan tersebut dapat menyebabkan
dermatitis kontak iritan atau tidak menyebabkan dermatitis
konntak iritan. Hal ini berkaitan dengan dermatitis kontak iritan
yang dialami pekerja akibat kontak dengan bahan iritan ditempat
kerjanya.
3. Usia
Pertanyaan usia kerja, peneliti mengisi sendiri pada kuesioner
bagian identitas responden.
41
4. Masa Kerja
Pertanyaan masa kerja, responden ditanyakan sudah berapa
lama bekerja pada steam kendaraan bermotor pada bagian B3
sampai saat pengisian kuesioner.
5. Lama Kontak
Pertanyaan lama kontak, responden ditanyakan pada bagian
B2 yang telah disediakan peneliti telah mencuci berapa banyak
mobil dan motor setiap harinya. Mencuci motor sekitar 15-30
menit, sedangkan mobil 30-60 menit. Kemudian peneliti mencari
rata-rata responden mencuci dalam jangka waktu jam/hari.
6. Penggunaan APD
Variabel penggunaan APD, peneliti mengamati setiap
pekerja menggunakan APD secara lengkap atau tidak saat
responden sedang melakukan pekerjaan. Responden dinyatakan
menggunakan APD secara lengkap jika menggunakan sarung
tangan, sarung tangannya dalam keadaan baik, sarung tangan
menutupi lengan atau pekerja menggunakan pakaian lengan
panjang dan sepatu safety dan dinyatakan tidak lengkap jika tidak
menggunakan salah satunya.
7. Riwayat Pekerjaan
Pertanyaan riwayat pekerjaan, peneliti mengisi pada
kuesioner pada bagian B4 tentang pekerjaan yang dimiliki
responden sebelum bekerja pada steam kendaraan bermotor.
42
Kemudian responden dinyatakan beresiko, jika riwayat pekerjaan
memiliki potensi terjadinya dermatitis kontak iritan.
8. Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya
Pertanyaan penyakit kulit sebelumnya, responden
ditanyakan pada kuesioner bagian B5. Pada bagian B5a pernah
mengalami penyakit kulit lanjut pada bagian B5b. kemudian
mengisi keluhan apa saja yang pernah dialami.
9. Personal Hygiene
Variabel Personal Hygiene , peneliti mengamati tentang
kebiasaan responden pada sebelum melakukan pencucian sampai
setelah pencucian. Kemudian responden dinyatakan baik, jika
semua hasil pengamatan sesuai.
10. Pengetahuan
Pertanyaan tentang pengetahuan, responden ditanyakan
pada kuesioner bagian B6. Responden dinyatakan memiliki
pengetahuan tinggi apabila mendapatkan skor > nilai median (6)
dan dinyatakan memiliki pengetahuan rendah apabila
mendapatkan skor ≤ nilai (6) median.
4.5 Instrumen Penelitian
4.5.1 Lembar Pemeriksaan Dokter
Digunakan untuk mengukur variabel dependen, yaitu
kejadian dermatitis kontak iritan, yang akan dilihat berdasarkan
gejala fisik yang dialami pekerja. Dari pemeriksaan dokter akan
menunjukkan hasil berupa pernyataan dermatitis kontak iritan atau
43
tidak dermatitis kontak iritan. Lembar Pemeriksaan Dokter terdapat
pada lampiran 2.
4.5.2 Kuesioner
Kuesioner dengan menggunakan metode wawancara
digunakan untuk mengukur variabel independen, diantaranya usia,
bahan iritan, lama kontak, masa kerja, riwayat pekerjaan, riwayat
penyakit kulit sebelumnya, dan pengetahuan. Kuesioner terdapat
pada lampiran 1.
4.5.3 Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengukur variabel
independen personal hygiene dan penggunaan APD. Variabel
personal hygiene dan penggunaan APD akan lebih tergambar jika
dilakukan observasi langsung. Untuk pengambilan sampel
pengamatan, digunakan tipe sampling waktu. Sampling waktu
adalah seleksi unit-unit keprilakuan untuk pengamatan yang
dilakukan pada titik waktu yang berbeda-beda secara sistematis
(Kerlinger, 2006). Lembar Observasi terdapat pada lampiran 1.
4.6 Uji Validitas
Pengujian validias dilakukan pada objek yang hampir sama dengan
karakteristik pekerja steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat
Timur, yaitu pekerja steam kendaraan bermotor di Kecamatan Pondok
Aren.
44
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui item kuesioner yang
digunakan valid atau tidak valid. Uji validitas hanya pada beberapa
variabel dengan menggunakan skala guttman, seperti variabel riwayat
pekerjaan, variabel riwayat penyakit kulit sebelumnya, dan variabel
pengetahuan.
Uji validitas dengan skala guttman untuk mengetahui tanggapan
dari responden ketika menjawab pertanyaan kuesioner. Kuesioner
dinyatakan valid jika responden dapat menjawab dengan waktu yang telah
ditetapkan oleh peneliti dan menjawab pertanyaan dengan tepat. Setiap
item kuesioner yang tidak valid diubah katanya menjadi lebih mudah
dipahami.
4.7 Pengumpulan Data
Data yang digunakan peneliti adalah data primer. Data primer
adalah data yang diperoleh langsung dari pekerja melalui hasil diagnosa
dokter, wawancara kuesioner maupun observasi. Data primer yang akan
diperoleh yaitu mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
dermatitis kontak iritan , yaitu bahan iritan (deterjen), usia, lama kontak,
masa kerja, penggunaan APD, riwayat pekerjaan, riwayat penyakit kulit
sebelumnya, personal hygiene dan pengetahuan.
4.8 Manejemen Data
Pengolahan data dapat dilakukan dengan menggunakan software
komputer dengan tahapan sebagai berikut :
45
4.8.1 Data Editing
Data editing adalah memeriksa data yang dikumpulkan baik
lembar pemeriksaan dokter, kuesioner, maupun lembar observasi
untuk memastikan tidak ada missing data atau tidak isi oleh
responden. Data yang telah didapat kemudian diperiksa, diteliti, dan
diedit untuk melihat kelengkapan data.
4.8.2 Data Coding
Proses pemberian kode pada setiap variabel yang telah
dikumpukan agar memudahkan pengolahan data. Pada proses ini,
dilakukan pengkodean baik pada variabel dependen maupun variabel
independen. Coding dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Coding
No Variabel Kode Keterangan
1 Dermatitis Kontak
Iritan
Dermatitis Kontak Iritan = 1
Tidak Dermatitis Kontak
Iritan = 2
2 Pengetahuan > total nilai median = 1
≤ total nilai median = 2
4.8.3 Data Entry
Setelah dilakukan pemberian kode pada setiap variabel,
tahapan selanjutnya yakni memasukkan data yang telah diperoleh ke
46
dalam komputer. Data diolah menggunakan software pengolahan
data.
4.8.4 Data Cleaning
Tahapan ini merupakan tahap terakhir yakni pengecekan
kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data tersebut
tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut dapat
diolah dan dianalisa.
4.9 Teknik dan Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dapat menggunakan komputer yakni
dengan menggunakan software analisis data. Adapun analisis data yang
dilakukan yaitu :
4.9.1 Analisis Univariat
Analisa dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel independen dan dependen.
Varibel tersebut yaitu, kejadian dermatitis kontak iritan, bahan iritan
yang digunakan, usia, lama kontak, masa kerja, penggunaan APD,
riwayat pekerjaan, riwayat penyakit kulit sebelumnya, personal
hygiene, dan pengetahuan.
4.9.2 Analisis Bivariat
Analisa dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Analisis bivariat menggunakan
uji chi-square dengan derajat kepercayaan 95%. Jika pvalue ≤ 0,05
maka dapat diartikan ada hubungan antara variabel independen dan
47
variabel dependen. Namun, jika pvalue > 0,05 maka dapat diartikan
tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen.
Uji chi-square digunakan untuk variabel kategorik seperti
dermatitis kontak iritan, bahan iritan, riwayat pekerjaan, riwayat
penyakit kulit sebelumnya, penggunaan APD, personal hygiene, dan
pengetahuan. Untuk data berskala numerik seperti usia, masa kerja,
lama kontak dapat melakukan uji normalitas data. Hasil uji
menunjukkan data tidak berdistribusi normal dan dapat menggunakan
uji non-parametrik, Mann-Whitney.
48
5. BAB V
HASIL
5.1 Gambaran Umum Proses Kerja Steam Kendaraan Bermotor
Salah satu usaha yang sederhana namun cukup prospektif adalah
usaha steam kendaraan bermotor. Terdapat 22 steam kendaraan bermotor
di Kecamatan Ciputat Timur yang terbagi atas 5 Kelurahan seperti
Kelurahan Pondok Ranji, Rengas, Rempoa, Cempaka Putih, Cireundeu.
Dari 22 steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur terdapat
steam yang memiliki prosedur pencucian yang berbeda-beda. Berikut
adalah proses kerja pada steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat
Timur:
1. Pertama, pembasahan dan menyemprotkan air dengan pompa
bertekanan tinggi untuk merontokan kotoran-kotoran yang
terdapat pada kendaraan bermotor yang sedang dicuci baik mobil
maupun motor.
2. Kedua, membersihkan seluruh bagian dari kendaraan bermotor
dengan menggunakan bahan kimia seperti alkylbenzene sulfonate
yang dilakukan dengan cara manual.
3. Ketiga, membilas untuk membersihkan bahan kimia dari seluruh
bagian kendaraan.
4. Keempat, melakukan pencucian dengan menggunakan snow wash
(salju) dengan tujuan memaksimalkan kebersihan pencucian dan
49
mengkilapkan badan kendaraan. Kemudian membilas kembali
seluruh badan kendaraan. Langkah keempat ini tidak semua steam
di Ciputat Timur melaksanakannya tetapi ada beberapa yang
melakukannya.
5. Kelima, Mengeringkan kendaraan dengan menggunakan lap atau
kompresor udara hingga bersih.
6. Keenam, poles bodi kendaraan dengan tujuan untuk terlihat bersih
dan mengkilap.
5.2 Analisis Univariat
5.2.1 Gambaran Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis yang terjadi akibat respon kulit yang berkontak dengan
bahan dari luar seperti bahan kimia, fisik, agen biologik. Zat toksik
yang paling sering menyebabkan DKI adalah sabun dan deterjen.
(Kartowigono, 2011). Hasil Penelitian mengenai Dermatitis Kontak
Iritan pada pekerja steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat
Timur tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Dermatitis Kontak
Iritan
Dermatitis Kontak Iritan Frekuensi Presentase (%)
Ya 27 30
Tidak 63 70
Total 90 100
50
Berdasarkan pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 90 pekerja
steam, 27 orang (30%) mengalami dermatitis kontak iritan, sedangkan
63 orang (70%) tidak mengalami dermatitis kontak iritan.
5.2.2 Gambaran Determinan Faktor Kejadian Dermatitis Kontak Iritan
Hasil penelitian mengenai gambaran faktor-faktor yang
memperngaruhi dermatitis kontak iritan, seperti usia, lama kontak,
masa kerja dapat dilihat pada tabel 5.2 .
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi usia, masa kerja
No Variabel Mean Median Min-Max SD
1 Usia 25,10 23 13-61 9,644
2 Masa Kerja 15,40 12 1-120 18,76
2
3 Lama Kontak 7,91 6,78 1,15-17,36 4,05
1. Distribusi Frekuensi Usia Pekerja Steam Kendaraan
Bermotor di Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2017
51
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa pada
variabel usia deskripsi rata-rata 25,10 tahun. Usia
terkecil pada pekerja adalah 13 tahun, sedangkan usia
terbesar 61 tahun dengan standar deviasi 9,644.
2. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Steam
Kendaraan Bermotor di Kecamatan Ciputat Timur
Tahun 2017
Pada variabel masa kerja diketahui deskripsi rata-
rata 15,40 bulan. Masa kerja terkecil pada pekerja 1
bulan, sedangkan masa kerja terbesar 120 bulan dengan
standar deviasi 18,762.
3. Distribusi Frekuensi Lama Kontak Pekerja Steam
Kendaraan Bermotor di Kecamatan Ciputat Timur
Tahun 2017
Pada variabel lama kontak diketahui deskripsi rata-
rata 7,91 jam/hari. Lama kontak terkecil pada pekerja
1,15 jam/hari, sedangkan lama kontak terbesar 17,36
jam/hari dengan standar deviasi 18,762.
52
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi bahan iritan (deterjen),
penggunaan apd, riwayat pekerjaan, riwayat penyakit kulit
sebelumnya, personal hygiene, pengetahuan
No Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Bahan Iritan
(Deterjen)
Ya 90 100
Tidak 0 0
2 Riwayat
Pekerjaan
Beresiko 31 34,4
Tidak
Beresiko 59 65,6
3 Penggunaan APD Lengkap 4 4,4
Tidak Lengkap 86 95,6
4 Riwayat Penyakit
Kulit Sebelumnya
Ya 41 45,6
Tidak 49 54,4
5 Personal Hygiene Baik 69 76,7
Kurang Baik 21 23,3
6 Pengetahuan Tinggi 65 72,2
Rendah 25 27,8
1. Distribusi frekuensi bahan iritan (deterjen)
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa 90 orang (100%)
menggunakan bahan iritan (deterjen), sedangkan 0 orang (0%)
yang tidak menggunakan bahan iritan (deterjen). Untuk analisis
statistik tidak diketahui nilai P value dikarenakan pada
kelompok yang tidak menggunakan bahan iritan (deterjen)
tidak ada atau homogen.
53
2. Distribusi frekuensi Riwayat Pekerjaan
Variabel riwayat pekerjaan pekerja yang beresiko sebanyak
31 orang (34,4%), sedangkan pekerja yang tidak beresiko
sebanyak 59 orang (65,6%).
3. Distribusi frekuensi Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya
Variabel riwayat penyakit kulit sebelumnya terdapat 41
orang (45,6%) yang pernah mengalami penyakit kulit
sebelumnya, sedangkan 49 orang (54,4%) tidak memiliki
penyakit kulit sebelumnya.
4. Distribusi frekuensi Penggunaan APD
Variabel penggunaan APD pekerja yang menggunakan
APD secara lengkap sebanyak 4 orang (4,4%), sedangkan
pekerja yang tidak lengkap menggunakan APD sebanyak 86
orang (95,6%).
5. Distribusi frekuensi Personal Hygiene
Variabel personal hygiene terdapat 69 orang (76,7%) yang
dikategorikan baik, sedangkan 21 orang (23,3%) dikategorikan
kurang baik.
54
5.3 Analisis Bivariat
5.3.1 Hubungan Dermatitis Kontak Iritan dengan Usia, Lama Kontak,
Masa Kerja
Tabel 5.4 Analisis Hubungan Dermatitis Kontak Iritan dengan Usia, Lama
Kontak, Masa Kerja
No Variabel
Dermatitis
Kontak
Iritan
N Mean Rank P value
1 Usia Ya 27 49,30
0,366 Tidak 63 43,87
2 Lama
Kontak
Ya 27 53,52 0,057
Tidak 63 42,06
3 Masa Kerja Ya 27 57,65
0,004 Tidak 63 40,29
1. Hubungan Usia dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa mean rank usia pekerja
yang mengalami dermatitis kontak iritan adalah sebesar 49,30 ,
sedangkan mean rank usia pekerja yang tidak mengalami dermatitis
kontak iritan adalah sebesar 43,87. Berdasarkan hasil uji statistik
dengan menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney diperoleh
nilai P value 0,366 ( P value > 0,05) sehingga Ho diterima dan dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
usia dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja steam
kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
55
2. Hubungan Lama Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa mean rank lama kontak
pekerja yang mengalami dermatitis kontak iritan adalah sebesar 53,53 ,
sedangkan mean rank lama kontak pekerja yang tidak mengalami
dermatitis kontak iritan adalah sebesar 42,06. Berdasarkan hasil uji
statistik dengan menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney
diperoleh nilai P value 0,057 (P value > 0,05) sehingga Ho diterima
dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada
steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
3. Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa mean rank masa kerja
pekerja yang mengalami dermatitis kontak iritan adalah sebesar 57,65 ,
sedangkan mean rank masa kerja pekerja yang tidak mengalami
dermatitis kontak iritan adalah sebesar 40,29. Berdasarkan hasil uji
statistik dengan menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney
diperoleh nilai P value 0,004 (P value ≤ 0,05) sehingga Ho ditolak dan
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada steam
kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
56
5.3.2 Hubungan Dermatitis Kontak Iritan dengan Penggunaan APD,
Personal Hygiene, Riwayat Pekerjaan, Riwayat Penyakit Kulit
Sebelumnya, Pengetahuan
Tabel 5.5 Analisis Hubungan Dermatitis Kontak Iritan dengan Penggunaan
APD, Personal Hygiene, Riwayat Pekerjaan, Riwayat Penyakit Kulit
Sebelumnya, Pengetahuan
No Variabel Kategorik Dermatitis Kontak Iritan
N P
value Ya % Tidak %
1 Riwayat
Pekerjaan
Beresiko
Tidak
beresiko
10
17
32,3
28,8
21
42
67,7
71,2
31
59 0,923
2 Penggunaan
APD
Lengkap
Tidak
Lengkap
1
26
25,0
30,2
3
60
75,0
69,8
4
86 1,000
3
Riwayat
Penyakit
Kulit
Sebelumnya
Ya
Tidak
12
15
29,3
30,6
29
34
70,7
69,4
41
49 1,000
4 Personal
Hygiene
Baik
Kurang
baik
24
3
34,8
14,3
45
18
65,2
85,7
69
21 0,128
5 Pengetahuan Tinggi
Rendah
23
4
35,4
16,0
42
21
64,6
84,0
65
25 0,123
1. Analisis Hubungan Dermatitis Kontak Iritan dengan Riwayat
Pekerjaan Pada Pekerja Steam Kendaraan Bermotor di Kecamatan
Ciputat Timur Tahun 2017
57
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 31 pekerja yang
memiliki riwayat pekerjaan beresiko dan menderita penyakit
dermatitis kontak iritan adalah sebanyak 10 orang (32,3%),
sedangkan dari 59 pekerja yang tidak memiliki riwayat pekerjaan
beresiko dan menderita penyakit dermatitis kontak iritan adalah
sebanyak 17 orang (28,8%). Berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan Chi Square diperoleh nilai P value sebesar 0,923 (P
value > 0,05) sehingga Ho diterima dan dapat disimpulkan tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat pekerjaan dengan
kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja steam kendaraan
bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
2. Analisis Hubungan Dermatitis Kontak Iritan dengan Penggunaan
APD Pada Pekerja Steam Kendaraan Bermotor di Kecamatan
Ciputat Timur Tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 4 pekerja yang
menggunakan APD secara lengkap dan menderita penyakit
dermatitis kontak iritan adalah sebanyak 1 orang (25,0%),
sedangkan dari 86 pekerja yang tidak menggunakan APD secara
tidak lengkap dan menderita penyakit dermatitis kontak iritan
adalah sebanyak 26 orang (30,2%). Berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan Chi Square diperoleh nilai P value sebesar 1,000 (P
value > 0,05) sehingga Ho diterima dan dapat disimpulkan tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan APD dengan
58
kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja steam kendaraan
bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
3. Analisis Hubungan Dermatitis Kontak Iritan dengan Riwayat
Penyakit Kulit Sebelumnya Pada Pekerja Steam Kendaraan
Bermotor di Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 41 pekerja yang
sebelumnya mengalami penyakit kulit dan menderita penyakit
dermatitis kontak iritan sebanyak 12 orang (29,3%), sedangkan
dari 49 pekerja yang sebelumnya tidak mengalami penyakit kulit
dan menderita penyakit dermatitis kontak iritan sebanyak 15 orang
(30,6%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Chi Square
diperoleh nilai P value sebesar 1,000 (P value > 0,05) sehingga Ho
diterima dan dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara riwayat penyakit kulit sebelumnya dengan
kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja steam kendaraan
bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017.
4. Analisis Hubungan Dermatitis Kontak Iritan dengan Personal
Hygiene Pada Pekerja Steam Kendaraan Bermotor di Kecamatan
Ciputat Timur Tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 69 pekerja yang
personal hygienenya baik dan menderita penyakit dermatitis
kontak iritan adalah sebanyak 24 orang (34,8%), sedangkan dari 21
pekerja yang personal hygienenya kurang baik dan menderita
59
penyakit dermatitis kontak iritan adalah sebanyak 3 orang (14,3%).
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Chi Square diperoleh
nilai P value sebesar 0,128 (P value > 0,05) sehingga Ho diterima
dan dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak iritan
pada pekerja steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat
Timur tahun 2017.
5. Analisis Hubungan Dermatitis Kontak Iritan dengan Pengetahuan
Pada Pekerja Steam Kendaraan Bermotor di Kecamatan Ciputat
Timur Tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahawa dari 65 pekerja
yang memiliki pengetahuan tinggi dan menderita penyakit
dermatitis kontak iritan sebanyak 23 orang (35,4%), sedangkan
dari 25 pekerja yang memiliki pengetahuan rendah dan menderita
penyakit dermatitis kontak iritan sebanyak 4 orang (16,0%).
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Chi Square diperoleh
nilai P value sebesar 0,123 (P value > 0,05) sehingga Ho diterima
dan dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada
pekerja steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur
tahun 2017.
60
6. BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pekerja steam kendaraan bermotor di
Kecamatan Ciputat Timur. Peneliti menyadari bahwa pada penelitian ini
memiliki kelemahan yang menjadikan keterbatasan dalam penelitian.
Berikut adalah keterbatasannya:
1. Hanya terdapat 10 pertanyaan pada kuesioner untuk variabel
pengetahuan, Sehingga kurang dapat menggambarkan pengetahuan
responden tentang dermatitis kontak iritan, faktor risiko, serta
pencegahannya. Pada pengumpulan data yang dilakukan dengan
wawancara langsung kepada responden, Dijumpai terdapat responden
yang bertanya ke temannya. Sehingga dapat mempengaruhi jawaban
responden. Dalam hal ini peneliti telah mencoba mengingatkan
responden untuk menjawab sesuai dengan pendapat masing-masing.
2. Observasi penggunaan APD dilakukan selama 1 hari untuk masing-
masing lokasi penelitian steam kendaraan bermotor. Akan tetapi pada
observasi tidak dilakukan penilaian pada kualitas sarung tangan yang
digunakan oleh responden. Disamping itu peneliti juga tidak
mengetahui kebiasaan penggunaan APD pada hari lain atau pekerjaan
sebelumnya.
3. Pada variabel riwayat pekerjaan hanya didasarkan ada atau tidaknya
pajanan deterjen pada pekerjaan sebelumnya. Tanpa menanyakan lama
61
bekerja pada pekerjaan sebelumnya yang memiliki risiko dermatitis
kontak iritan. Yang seharusnya hal ini berpengaruh pada perhitungan
masa kerja responden terpajan bahan iritan (deterjen). Pada variabel
Masa Kerja peneliti hanya menghitung lama kerja selama pekerja
tersebut bekerja di steam saat ini tidak menjumlahkan dengan lama
kerja yang beresiko sebelumnya.
4. Observasi Personal Hygiene juga dilakukan selama 1 hari untuk
masing-masing lokasi penelitian steam kendaraan bermotor. Pada
variabel Personal Hygiene peneliti tidak mengetahui kualitas air yang
digunakan oleh pekerja dan jenis sabun apa yang digunakan untuk
mencuci tangan. Disamping itu peneliti juga tidak mengetahui
kebiasaan Personal Hygiene pada hari lain atau pekerjaan sebelumnya.
5. Pada penentuan responden ketika sudah mencapai sampel minimum
berhenti, terdapat 30 pekerja yang tidak ditanyakan kesediaannya
untuk menjadi responden, dimungkinkan 30 pekerja tersebut dapat
memberikan informasi lebih.
6.2 Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis adalah peradangan pada kulit (epidermis dan dermis) yang
pada fase akut ditandai secara objektif adanya efloresensi polimorfi (missal
eritem, vesikel,erosi) dan keluhan subjektif gatal, sedangkan pada fase kronis
efloresensi yang dominan adalah skauma, fisura, kulit kering (xerosis) dan
likenifikasi. Dermatitis kontak adalah peradangan kulit akibat pajanan lokal
kulit dengan bahan dari luar. Jika bahan dari luar tersebut bahan iritan primer
62
maka yang terjadi adalah dermatitis kontak iritan, dan jika pajanan kulit
dengan zat sensitizer yang terjadi adalah dermatitis kontak alergi.
(Kartowigno, 2011)
Dermatitis kontak iritan ditandai dengan adanya eritema (kemerahan),
edema (bengkak) ringan dan pecah-pecah setelah terjadi pajanan bahan
kontaktan dari luar. Bahan kontaktan ini dapat berupa bahan fisika atau kimia
yang dapat menimbulkan reaksi secara langsung pada kulit (Firdaus, 2002).
Salah satu bahan iritan atau zat toksik yang menyebabkan dermatitis kontak
iritan yaitu sabun dan deterjen (Kartowigno, 2011).
Pekerja steam kendaraan bermotor memiliki risiko terkena dermatitis
kontak iritan karena terpajan oleh bahan iritan (deterjen) setiap hari setiap
melakukan pekerjaan. Kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja steam
kendaraan bermotor diperparah oleh personal hygiene yang kurang baik, dan
tidak menggunakan APD dalam bekerja. Sehingga akan lebih mudah terkena
dermatitis kontak iritan.
Dalam hasil penelitian pada pekerja steam kendaraan bermotor di
Kecamatan Ciputat Timur dari 90 responden terdapat 27 orang (30%)
menderita penyakit dermatitis kontak iritan. Dermatitis kontak iritan terjadi
karena beberapa faktor, Diantaranya akan dihubungkan dengan dermatitis
kontak iritan. Faktor-faktor yang dihubungkan adalah riwayat pekerjaan, usia,
lama kontak, masa kerja, penggunaan APD, riwayat penyakit kulit
sebelumnya, personal hygiene, dan pengetahuan. Dari penelitian ini diperoleh
bahwa 31 orang (34,4%) memiliki riwayat pekerjaan yang beresiko, Sebanyak
63
47 orang (52,2%) memiliki usia yang beresiko, Sebanyak 35 orang (38,9%)
memiliki lama kontak yang beresiko, 28 orang (31,1%) memiliki masa kerja
yang beresiko, Sebanyak 86 orang (95,6%) tidak menggunakan APD secara
lengkap, Sebanyak 41 orang (45,6%) memiliki riwayat penyakit kulit
sebelumnya, Sebanyak 21 orang (23,3%) memiliki personal hygiene yang
kurang baik, Sebanyak 25 orang (27,8%) memiliki pengetahuan yang rendah.
Banyaknya faktor yang memungkinkan terjadinya dermatitis kontak
iritan. Dari faktor-faktor yang diteliti hanya masa kerja yang memiliki
hubungan. Maka perlu adanya pengendalian terhadap faktor resiko terjadinya
dermatitis kontak iritan. Pengendalian pada steam kendaraan bermotor dapat
dilakukan dengan mengurangi jumlah kontak dengan iritan, atau mengganti
bahan iritan dengan yang lebih aman. Pengendalian lainnya adalah dengan
meningkatkan pengetahuan pekerja akan bahaya pada deterjen yang
digunakan dan menggunakan alat pelindung diri saat bekerja.
6.3 Determinan Faktor Kejadian Dermatitis Kontak Iritan
6.3.1 Hubungan Antara Riwayat Pekerjaan dengan Dermatitis Kontak
Iritan
Riwayat pekerjaan adalah jenis-jenis pekerjaan seseorang yang
pernah dilakukan sebelum pekerjaan yang saat ini dilakukan. Riwayat
pekerjaan dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak pada pekerja
akibat adanya paparan bahan kimia iritan yang terakumulasi dalam kulit
pekerja. Dalam penelitian ini riwayat pekerjaan dibagi menjadi 2 bagian
yaitu riwayat pekerjaan yang berisiko dan riwayat pekerjaan yang tidak
64
beresiko. Riwayat pekerjaan yang beresiko adalah jenis pekerjaan pekerja
sebelumnya sebagai pekerja steam kendaraan bermotor ditempat lain atau
bekerja pada pekerjaan yang berkaitan dengan bahan iritan (deterjen).
Sedangkan riwayat pekerjaan yang tidak beresiko adalah jenis pekerjaan
pekerja sebelumnya yang tidak berhubungan dengan bahan iritan
(deterjen).
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 31 pekerja yang
memiliki riwayat pekerjaan beresiko dan menderita penyakit dermatitis
kontak iritan adalah sebanyak 10 orang (32,3%), sedangkan dari 59
pekerja yang tidak memiliki riwayat pekerjaan beresiko dan menderita
penyakit dermatitis kontak iritan adalah sebanyak 17 orang (28,8%).
Berdasarkan hasil uji statistik nilai P value sebesar 0,923 (P value > 0,05)
sehingga tidak terdapat hubungan antara riwayat pekerjaan dengan
kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja steam kendaraan bermotor
di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017. Berbeda dengan penelitian
Cahyawati tahun 2011 bahwa riwayat pekerjaan memiliki hubungan
dengan dermatitis kontak iritan dengan p value 0,027. Dalam penelitian
Cahyawati berhubungan dimungkinkan terdapat 90 % pekerja yang
memiliki riwayat pekerjaan beresiko. Sedangkan pada penelitian ini hanya
terdapat 34,3 % pekerja yang riwayat pekerjaannya beresiko untuk
terkenda dermatitis kontak iritan.
Bila dikaitkan dengan riwayat penyakit kulit sebelumnya, Menurut
Lestari dan Utomo (2007) riwayat penyakit kulit sebelumnya dapat
menjadi salah satu faktor terjadinya dermatitis kontak kembali. Hasil
65
tabulasi silang antara riwayat pekerjaan, riwayat penyakit kulit
sebelumnya, dan dermatitis kontak iritan adalah sebanyak 3 orang (30%)
yang memiliki riwayat pekerjaan yang beresiko, riwayat penyakit kulit
sebelumnya, dan menderita dermatitis kontak iritan. Sedangkan terdapat 8
orang (47,1%) yang riwayat pekerjaannya tidak beresiko, tidak memiliki
riwayat penyakit kulit sebelumnya, dan menderita penyakit dermatitis
kontak iritan. Dalam penelitian ini baik pekerja yang memiliki riwayat
pekerjaan yang beresiko mau tidak dan sebelumnya memiliki penyakit
kulit maupun tidak dapat terkena dermatitis kontak iritan. Hal ini dapat
terjadi karena reaksi iritan pada pekerjaan basah dapat terkena dalam
waktu beberapa bulan. Terdapat kelainan kulit seperti skauma, eritema,
vesikel, pustule, dan erosi. Umumnya dapat sembuh sendiri, kadang dapat
berlanjut menjadi DKI kumulatif (Djuanda,2007). Untuk mencegah
terjadinya dermatitis orang yang memiliki riwayat pekerjaan yang beresiko
seharusnya diberikan perlindungan seperti APD. Dari hasil observasi
ditemukan banyak pekerja yang tidak menggunakan APD.
Pada penelitian ini peneliti memiliki kekurangan yaitu hanya
didasarkan ada atau tidaknya pajanan deterjen pada pekerjaan sebelumnya.
Tanpa menanyakan lama bekerja pada pekerjaan sebelumnya yang
memiliki risiko dermatitis kontak iritan. Yang seharusnya hal ini
berpengaruh pada perhitungan masa kerja responden terpajan bahan iritan
(deterjen). Pada variabel Masa Kerja peneliti hanya menghitung lama kerja
selama pekerja tersebut bekerja di steam saat ini tidak menjumlahkan
dengan lama kerja yang beresiko sebelumnya.
66
6.3.2 Hubungan Antara Usia dengan Dermatitis Kontak Iritan
Usia diukur dari sejak seseorang lahir hingga saat ini. Seiring
bertambahnya usia kulit manusia mengalami degenerasi, seperti kulit
kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih kering (Cohen,
1999). Usia yang diperlukan untuk peneliti adalah waktu yang dihitung
sejak seseorang lahir hingga penelitian dilakukan.
Dari hasil analisis statistik peneliti memiliki p value sebesar 0,366
diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan dermatitis
kontak iritan. Berbeda dengan penelitian Afifah tahun 2012 yang memiliki
hubungan dengan p value 0,000 diketahui bahwa terdapat hubungan antara
usia dengan dermatitis kotak iritan. Dalam penelitian Afifah menjadi
berhubungan dimungkinkan memiliki rata-rata usia 35 tahun. Sedangkan
rata-rata usia yang terkena dermatitis kontak iritan sebesar 41 tahun.
Menurut Lestari dan Utomo (2007) usia pekerja yang lebih tua lebih
rentan terhadap bahan iritan dan sering dijumpai kegagalan dalam
pengobatan dermatitis, sehigga lebih mudah terkena dermatitis kontak
iritan. Dalam penelitian ini usia memiliki rata-rata 25,10 tahun dengan
nilai tengah sebesar 23 tahun. Minimal usia pekerja 13 tahun dan
maksimal usia pekerja 61 tahun. Dari hasil analisis terdapat 16 usia yang
beresiko (59,3%) yang terkena dermatitis kontak iritan. Sedangkan usia
yang tidak beresiko terdapat 11 orang (40,7%). Menurut Trihapsoro
(2002) dermatitis kontak jarang ditemui pada anak-anak. Lebih sering
timbul pada usia dewasa tetapi dapat mengenai segala usia.
67
Menurut Notoatmodjo (2012) perilaku merupakan faktor internal
yang terdiri dari kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, dan emosi dan
faktor eksternal terdiri dari faktor kelompok dan kebudayaan. Selain itu,
perilaku didasarkan pada karakteristik atau faktor lainnya. Salah satu
faktor yang menjadi karakteristik pekerja adalah faktor usia dalam
menggunakan APD. Bila dikaitkan dengan penggunaan APD yang
dilakukan pekerja, hasil tabulasi silang antara variabel usia, penggunaan
APD dan dermatitis kontak iritan adalah sebanyak 16 orang pekerja
dewasa yang terkena dermatitis kontak iritan dan 1 orang (6,2%) yang
menggunakan APD lengkap. Sedangkan usia remaja sebanyak 11 orang
yang terkena dermatitis kontak iritan dan tidak ada yang menggunakan
APD secara lengkap.
Bila dikaitkan dengan pengetahuan pekerja, hasil tabulasi silang
antara variabel usia dengan pengetahuan, dan dermatitis kontak iritan
adalah sebanyak 14 orang dewasa (87,5%) yang berpengetahuan tinggi
dan terkena dermatitis kontak iritan. Sedangkan sabanyak 9 usia remaja
(81,8%) yang berpengetahuan tinggi dan terkena dermatitis kontak iritan.
Hal ini dapat terjadi karena usia berapapun akan tetap terkena dermatitis
kontak iritan jika tidak menggunakan APD ketika bekerja.
Untuk mencegah parahnya dermatitis kontak iritan sebaiknya
pemilik steam menyediakan APD seperti sarung tangan, sepatu boot dan
fasilitas sabun cuci tangan. Selain itu UIN syarif hidayatullah selaku
instansi akedemik terdekat dapat menjadikan ini sebagai tri darma
perguruan tinggi dengan melakukan pengabdian masyarakat berupa
68
edukasi tentang hal-hal yang terkait dengan dermatitis kontak iritan dan
pencegahannya.
6.3.3 Hubungan Antara Lama Kontak dengan Dermatitis Kontak Iritan
Lama kontak adalah waktu paparan bahan kimia pada pekerja
dalan satu hari bekerja. Lama kontak dapat mempengaruhi kejadian
dermatitis kontak akibat kerja (Djuanda dkk, 2002). Lama kontak pada
pekerja disesuaikan dengan ramainya steam dan juga mencuci motor atau
mobil. Untuk mencuci motor diperkirakan 15 – 30 menit, sedangkan
mencuci mobil diperkirakan memakan waktu selama 30 – 60 menit.
Dalam 1 minggu terdapat variasi yang fluktuasi terhadap lama kontak
dengan deterjen diantaranya hari Senin mendapat lama kontak yang
terendah sekitar 6,88 jam/hari. Karena pada hari Senin banyak konsumen
yang masuk kerja sehingga lebih sedikit yang mencuci kendaraannya.
Sedangkan untuk hari Minggu mendapat lama kontak yang terbesar sekitar
9,71 jam/hari. Karena pada hari Minggu konsumen banyak yang libur dan
memiliki waktu luang untuk mencuci kendaraan bermotor disteam.
Dari hasil analisis statistik peneliti memiliki p value sebesar 0,057
kurang dari sama dengan 0,05 diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
antara lama kontak dengan dermatitis kontak iritan berbeda dengan
penelitian sebelumnya Septiani tahun 2012 p value 0,001 kurang dari
sama dengan 0,05 diketahui bahwa terdapat hubungan antara lama kontak
dengan dermatitis kontak iritan. Dalam penelitian Septiani berhubungan
dimungkinkan pada jumlah pekerja yang terkena dermatitis kontak lebih
69
banyak dari peneliti yaitu sekitar 32 orang (32,3%) dan peneliti sebanyak
27 orang (30%). Jadi lebih mempengaruhi terhadap nilai p valuenya.
Kontak kulit dengan bahan iritan dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan kerentanan kulit pekerja dari derajat ringan hingga berat
(Hudyono,2002). Lamanya kontak dengan bahan iritan (deterjen)
memungkinkan terkena dermatitis kontak iritan dibandingkan dengan yang
sedikit kontak dengan bahan iritan. Alat pelindung diri adalah seperangkat
alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh
atau sebagian dari tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi
bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(Tarwaka,2008). Apabila dikaitkan dengan penggunaan APD, Berdasarkan
faktor bahaya yang ada pada steam kendaraan bermotor pekerja
seharusnya menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk mengurangi
bahaya yang terkena. Contoh APD yang digunakan seperti sepatu boot,
sarung tangan, dan pakaian lengan panjang. Dari hasil yang didapat
pekerja yang lama kontaknya lebih dari 8 jam, menggunakan APD secara
lengkap dan menderita penyakit dermatitis kontak iritan sebanyak 1 orang
(7,1%). Sedangkan pekerja yang lama kontaknya kurang dari 8 jam,
menggunakan APD tidak lengkap dan menderita penyakit dermatitis
kontak iritan sebanyak 13 orang (100%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
penggunaan APD dengan baik dan benar dapat menghindari terkena
dermatitis kontak iritan. Menurut OSHA (2007) APD didefinisikan
sebagai alat yang digunakan untuk mellindungi pekerja dari luka atau
penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di
70
tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik,
mekanik, dan lainnya.
Untuk mengurangi terjadinya dermatitis kontak iritan pada variabel
lama kontak adalah menambah jumlah pekerja pada hari yang ramai
pelanggannya. Lama kontak dengan bahan iritan juga dapat dikurangi
dengan adanya pembagian shift kerja pada steam yang beroperasi selama
24 jam atau membatasi waktu kerja perhari untuk mengurangi pajanan
terhadap bahan iritan.
6.3.4 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Dermatitis Kontak Iritan
Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai pertama kali
pekerja masuk kerja hingga saat penelitian berlangsung (Santoso,2004).
Masa kerja diketahui untuk melihat lamanya seseorang terpajan dengan
bahan kimia (Hudyono,2002). Semakin lama pekerja bekerja semakin
rentan terkena penyakit dermatitis kontak iritan. Bahan iritan yang
digunakan untuk mencuci kendaraan bermotor dengan bahann yang
mengandung sodium alkylbenzene sulfonate. Berdasarkan material safety
data sheet (MSDS) tahun 2006 bahwa alkylbenzene sulfonate jika
mengenai kulit akan menyebabkan dermatitis.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui masa kerja pada pekerja
steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2017 masa
kerja terendah selama 1 bulan sedangkan masa kerja tertinggi selama 120
bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan dengan p value
sebesar 0,004. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
71
dilakukan oleh kharisma tahun 2015 diketahui p valuenya sebesar 0,050
maka dapat disimpulkan terdapat hubungan.
Menurut Nuraga dkk (2008) semakin lama pekerja berkontak
dengan bahan kimia setiap harinya dan masa kerja yang lama akan lebih
memungkinkan terkena dermatitis kontak iritan. Bila dikaitkan dengan
lama kontak, hasil tabulasi silang antara masa kerja, lama kontak, dan
dermatitis kontak adalah sebanyak 6 orang (54,5%) yang masa kerjanya
lebih dari 12 bulan, dan bekerja lebih dari 8 jam, dan terkena dermatitis
kontak iritan. Sedangkan terdapat 8 orang (50%) yang masa kerjanya
kurang dari sama dengan 12 bulan, kerjanya kurang dari 8 jam, dan
terkena dermatitis kontak iritan. Dalam penelitian ini masa kerja hanya
diteliti saat ini saja, Sedangkan masa kerja dapat ditambahkan dari
variabel riwayat pekerjaan yang beresiko jika ditanyakan berapa lama
bekerja pada pekerjaan sebelumnya yang beresiko. Hal ini memungkinkan
masa kerja yang lama mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap
pekerjaan dan lingkungan dimana ia bekerja. Pekerja berpengalaman akan
lebih berhati-hati dan lebih terampil dalam mengerjakan pekerjaannya
sehingga hasilnya akan lebih baik (Indrawan dkk, 2014).
Sebaiknya untuk mengurangi dermatitis kontak iritan pada variabel
masa kerja adalah penggunaan APD ketika sedang bekerja dan
meningkatkan kesadaran akan bahaya yang akan diterima dengan mencari
tahu. Sebaiknya instansi terdekat memberikan edukasi tentang bahaya dari
bahan yang digunakan dan cara pencegahannya.
72
6.3.5 Hubungan Antara Penggunaan APD dengan Dermatitis Kontak Iritan
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang
digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian dari
tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan
kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka,2008).
Menurut Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal
12 butir b menyatakan bahwa tenaga kerja diwajibkan memakai APD.
Penggunaan APD ditempat kerja merupakan kewajiban semua orang yang
berada di area kerja. Pasal 14 butir c yang berbunyi pengurus wajib
menyediakan secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
menyediakan setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut,
disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
08/Men/VII/2010 tentang APD dalam Pasal 5 yang menyatakan bahwa
setiap pengusaha atau pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan
memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD ditempat
kerja. Hal ini penting karena menurut undang-undang No 13 tahun 2003
pasal 86 menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
Sedangkan pasal 87 berbunyi setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan.
73
Berdasarkan tabel 5.3 pekerja yang menggunakan APD secara lengkap
sebanyak 4 orang (4,4%), sedangkan pekerja yang tidak lengkap
menggunakan APD sebanyak 86 orang (95,6%). Dari hasil pengamatan
tidak semua steam menyediakan APD untuk pekerjanya, hanya 1 tempat
yang menyediakan APD secara lengkap dan tidak semua pekerjanya
menggunakan APD tersebut, sedangkan beberapa steam yang lain hanya
menyediakan sepatu boot dan sisanya tidak menyediakan APD.
Dari hasil penelitian diketahui nilai p value sebesar 1,000 hal ini
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penggunaan APD dengan
dermatitis kontak iritan. Sedangkan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Nuraga dkk (2008) memiliki nilai p value sebesar 0,002 menunjukkan
adanya hubungan antara penggunaan APD dengan dermatitis. Dalam
penelitian tersebut berhubungan dimungkinkan dari perilaku penggunaan
APD yang berbeda. Pada penelitian Nuraga jumlah responden sebanyak 54
orang. Pekerja yang selalu menggunakan APD sebanyak 23 orang.
Sedangkan pekerja yang menggunakan APD kadang-kadang sebanyak 31
orang. Dari hasil analisis pekerja yang selalu menggunakan APD terdapat
12 (52,17%) yang terkena dermatitis kontak. Sedangkan pekerja yang
menggunakan APD kadang-kadang terdapat 28 orang (90,32%) pekerja
yang terkena dermatitis kontak. Dalam kasus ini menurut Nuraga semakin
sering menggunakan APD semakin jarang terkena dermatitis kontak.
Bila dikaitkan dengan usia, tabulasi silang antara penggunaan APD,
usia, dan dermatitis kontak iritan. Penggunaan APD dikaitkan dengan usia
untuk mengetahui pekerja kategori mana yang lebih memahami untuk
74
menggunakan APD. Pekerja yang masuk ke dalam kategori remaja dan
menggunakan APD secara lengkap adalah tidak ada. Sedangkan pekerja
yang masuk ke dalam kategori dewasa dan menggunakan APD secara
lengkap sebanyak 4 orang (100%). Salah satu faktor yang dapat menjadi
penyebab pada fenomena ini adalah bahwa pekerja dengan usia yang lebih
muda memiliki pengalaman yang lebih sedikit dibandingkan pekerja yang
sudah tua. Sehingga pekerja yang tua lebih mengetahui bahan iritan
(deterjen) yang digunakan dan lebih memperhatikan keselamatan dan
kesehatannya (Cohen,1999).
Asumsi yang menjadikan penggunaan APD tidak berhubungan adalah
observasi penggunaan APD dilakukan selama 1 hari untuk masing-masing
lokasi penelitian steam kendaraan bermotor. Akan tetapi pada observasi
tidak dilakukan penilaian pada kualitas sarung tangan yang digunakan oleh
responden. Disamping itu peneliti juga tidak mengetahui kebiasaan
penggunaan APD pada hari lain atau pekerjaan sebelumnya.
Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) tahun 2006 bahwa
alkylbenzene sulfonate jika mengenai kulit akan menyebabkan dermatitis.
Pada pekerja steam tangan dan kaki adalah anggota tubuh yang sering
terpapar dengan bahan iritan. Sebaiknya untuk mengurangi terjadinya
dermatitis kontak iritan pada variabel penggunaan APD adalah pihak
steam kendaraan bermotor yang harus menyediakan APD seperti sarung
tangan berjenis vinyl dan sepatu boot. APD adalah salah satu cara untuk
mengurangi terjadinya dermatitis kontak iritan.
75
6.3.6 Hubungan Antara Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya dengan
Dermatitis Kontak Iritan
Riwayat penyakit kulit sebelumnya adalah Penyakit atau
peradangan yang pernah dialami oleh pekerja dengan gejala subjektif
seperti, gatal, rasa terbakar, kemerahan, bengkak, lepuh kecil pada kulit,
kulit mengelupas, kulit kering, kulit bersisik, dan atau penebalan kulit
pada pekerjaan sebelumnya atau sebelum bekerja pada steam kendaraan
bermotor.
Pada penelitian ini riwayat penyakit kulit sebelumnya dibagi
menjadi 2 kategori yaitu beresiko dan tidak beresiko. Riwayat penyakit
kulit sebelumnya yang beresiko adalah pekerja yang memiliki riwayat
penyakit kulit sebelumnya dengan gejala seperti gatal, rasa terbakar,
kemerahan, bengkak, lepuh kecil pada kulit, kulit mengelupas, kulit
kering, kulit bersisik, dan atau penebalan kulit dan lainnya. Sedangkan
riwayat penyakit kulit sebelumnya yang tidak beresiko adalah pekerja
yang sebelumnya tidak pernah terkena penyakit kulit.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 41 pekerja yang
sebelumnya mengalami penyakit kulit dan menderita penyakit dermatitis
kontak iritan sebanyak 12 orang (29,3%), sedangkan dari 49 pekerja yang
sebelumnya tidak mengalami penyakit kulit dan menderita penyakit
dermatitis kontak iritan sebanyak 15 orang (30,6%). Berdasarkan hasil uji
statistik nilai P value sebesar 1,000 (P value > 0,05) sehingga tidak
terdapat hubungan antara riwayat penyakit kulit sebelumnya dengan
kejadian dermatitis kontak iritan. Penelitian ini sama dengan hasil
76
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hamzah (2014) dengan p
value sebesar 0,105. Dalam penelitian Hamzah terdapat sebanyak 7 orang
(17,9%) yang sebelumnya mengalami sakit kulit dan sekarang terkena
dermatitis kontak. Sedangkan 32 orang (82,1%) sebelumnya tidak
mengalami sakit kulit dan sekarang menderita dermatitis kontak iritan.
Riwayat pekerjaan yang beresiko dapat memungkinkan terkena
dermatitis kontak iritan dibandingkan riwayat pekerjaan yang tidak
beresiko. Bila dikaitkan dengan riwayat pekerjaan, hasil tabulasi silang
antara Riwayat penyakit sebelumnya dengan riwayat pekerjaan, dan
dermatitis kontak iritan adalah sebanyak 3 orang (25%) yang memiliki
riwayat penyakit kulit, riwayat pekerjaan yang beresiko dan terkena
dermatitis kontak iritan, sedangkan pekerja yang tidak memiliki riwayat
penyakit kulit sebelumnya, riwayat pekerjaan yang tidak beresiko, dan
terkena dermatitis sebanyak 8 orang (53,3%). Hal ini menunjukkan bahwa
dermatitis kontak iritan dapat diderita siapa saja dan tidak mempengaruhi
riwayat penyakit kulit sebelumnya. Dari data yang ada terdapat 49 orang
(54,4%) yang tidak memiliki riwayat peyakit kulit sebelumnya namun
peneliti menanyakan yang dirasa saat ini apakah pekerja mengalami
keluhan seperti gatal, rasa kebakar, kemerahan, bengkak, kulit
mengelupas, kulit bersisik. Terdapat 9 orang (18,4%) pekerja yang
mengalami salah satu atau lebih keluhan tersebut.
Untuk mengurangi terjadinya dermatitis kontak iritan sebaiknya
pekerja yang sudah terkena penyakit kulit sebelumnya melakukan proteksi
yang lebih untuk diri sendiri dan lebih harus lebih peduli dengan penyakit
77
kulit yang diderita sebelumnya dengan memeriksakannya ke dokter. Hasil
dari pemeriksaan tersebut dapat menjadikan bahan pertimbangan untuk
lebih berhati-hati dalam bekerja.
6.3.7 Hubungan Antara Personal Hygiene dengan Dermatitis Kontak Iritan
Kebersihan perorangan sangat penting bagi pekerja itu sendiri.
Kebersihan perorangan dapat mencegah penyebaran bakteri, atau kuman
penyakit, dan dapat mengurangi paparan bahan kimia setelah melakukan
pekerjaan yang menggunakan bahan kimia. Kebersihan perorangan setelah
melakukan pekerjaan dengan paparan bahan kimia dapat membuat waktu
paparan menjadi lebih berkurang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 69 pekerja yang
personal hygienenya baik dan menderita penyakit dermatitis kontak iritan
adalah sebanyak 24 orang (34,8%), sedangkan dari 21 pekerja yang
personal hygienenya kurang baik dan menderita penyakit dermatitis
kontak iritan adalah sebanyak 3 orang (14,3%). Berdasarkan hasil uji
statistik nilai P value sebesar 0,128 (P value > 0,05) sehingga tidak
terdapat hubungan antara personal hygiene dengan kejadian dermatitis
kontak iritan. Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Suryani tahun 2011 dengan p value sebesar 0,028 yang diketahui
terdapat hubungan. Dalam penelitian Suryani pekerja dengan personal
hygiene yang baik sebanyak 35 % yang menderita dermatitis kontak iritan.
Sedangkan pekerja dengan personal hygiene yang kurang baik sebanyak
81,8 % yang menderita dermatitis kontak iritan. Berbeda dengan peneliti
dari analisis data terdapat 24 orang (34,8%) yang personal hygienenya
78
baik dan menderita dermatitis kontak iritan. Sedangkan pekerja yang
personal hygienenya kurang baik sebanyak 3 orang (14,3%) dan menderita
dermatitis kontak iritan.
Bila dikaitkan dengan lama kontak, hasil tabulasi silang antara
personal hygiene , lama kontak, dan dermatitis kontak iritan adalah
sebanyak 13 orang (54,2%) yang personal hygienenya baik, lama kontak
lebih dari 8 jam, dan terkena dermatitis kontak iritan. Sedangkan pekerja
yang memiliki personal hygienenya kurang baik dan lama kontak kurang
dari 8 jam sebanyak 2 orang (66,7%). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa lebih banyak pekerja yang personal hygienenya baik dan lama
kontak lebih dari 8 jam yang terkena dermatitis kontak iritan. Namun
asumsi lain yang menjadikan personal hygiene tidak berhubungan adalah
dari hasil observasi yang dilakukan peneliti masih menemukan pekerja
yang mencuci tangan dengan bahan iritan (deterjen) tersebut, sehingga
menjadikan pekerja lebih lama kontak dengan bahan iritan (deterjen). Hal
lain yang dapat menjadikan personal hygiene tidak berhubungan peneliti
sebelumnya tidak melakukan pengecekkan terhadap kualitas air yang
digunakan dan observasi hanya dilakukan pada hari saat penelitian saja.
Kemudian Observasi hanya dilakukan pada hari itu tanpa mengetahui
personal hygiene pada hari sebelumnya atau pekerjaan sebelumnya.
Mencuci tangan sebaiknya menggunakan sabun khusus untuk
mencuci tangan. Berikut adalah langkah-langkah mencuci tangan dengan
benar. Langkah pertama adalah menggosok telapak tangan dengan telapak
tangan. Langkah kedua adalah menggosok punggung dan sela-sela jari
79
tangan kiri dengan kanan dan lakukan sebaliknya. Langkah ketiga adalah
menggosok kedua telapak tangan dengan sela-sela jari. Langkah keempat
adalah jari-jari sisi dalam dan kedua tangan saling mengunci. Langkah
kelima adalah gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan
dan lakukan sebaliknya. Langkah keenam adalah jari kiri menguncup,
gosok memutar, ke kanan dan ke kiri pada telapak tangan dan sebaliknya.
Langkah ketujuh pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan gerakan
memutar dan sebaliknya. Ketujuh langkah diatas dilakukan selama 40-60
detik (SPO RSU Sari Mutiara Medan, 2015).
Sebaiknya pemilik steam kendaraan bermotor menyediakan
handwash untuk cuci tangan, dan instansi akademik terdekat memberikan
edukasi tentang cara cuci yang benar, dan peneliti selanjutnya dapat
melakukan observasi dan menilai kualitas air yang digunakan untuk
mencuci kendaraan bermotor dan mencuci tangan.
6.3.8 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Dermatitis Kontak Iritan
Menurut notoatmodjo (2005) pengetahuan adalah hasil tahu, dan
terjadi pada seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.
Kurangnya pengetahuan pekerja mengenai dermatitis kontak
menyebabkan pekerja tidak melakukan pekerjaan secara aman untuk
mencegah terjadinya dermatitis kontak. Pengetahuan akan mempengaruhi
pekerja dalam melakukan pekerjaan dengan menggunakan bahan kimia.
Misalnya adalah pekerja tidak langsung mencuci tangan setelah terpapar
bahan kimia, hal ini akan menyebabkan bahan kimia tersebut akan
semakin lama menempel pada kulit dan akan terabsorpsi.
80
Hasil penelitian ini menunjukkan bahawa dari 65 pekerja yang
memiliki pengetahuan tinggi dan menderita penyakit dermatitis kontak
iritan sebanyak 23 orang (35,4%), sedangkan dari 25 pekerja yang
memiliki pengetahuan rendah dan menderita penyakit dermatitis kontak
iritan sebanyak 4 orang (16,0%). Berdasarkan hasil uji statistik nilai P
value sebesar 0,123 (P value > 0,05) sehingga tidak terdapat hubungan
antara pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Asumsi
variabel pengetahuan tidak berhubungan dimungkinkan kuesioner peneliti
yang sedikit dan kurang menggambarkan tentang dermatitis kontak iritan,
faktor risiko dan pencegahannya, namun hal lainnya adalah terdapat
beberapa responden yang bertanya kepada rekannya mengenai pertanyaan
yang ditanyakan peneliti terhadap responden tersebut ketika dikasih
pertanyaan oleh peneliti. Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian
dermatitis pada petani rumput laut Dusun Putondo Takalar dengan nilai p
0,000 (Fauziah dkk, 2015).
Dalam penelitian ini pengetahuan dikategorikan menjadi 2 yaitu
pengetahuan tinggi dan pengetahuan rendah. Pekerja yang memiliki
pengetahuan tinggi memiliki skor median lebih dari 6, sedangkan pekerja
yang memiliki pengetahuan rendah apabila memiliki skor median kurang
dari sama dengan 6.
Dari hasil analisis terdapat 25 orang (27,8%) yang memiliki
pengetahuan rendah. Hal ini dimungkinkan karena masih terdapat pekerja
yang masih masuk dalam kategori usia sekolah. Untuk meningkatkan
81
pengetahuan pekerja sesuai dengan Undang-undang No 1 tahun 1970 pasal
9 menyatakan bahwa pengurus diwajibkan menunjukan dan menjelaskan
tentang kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul
ditempat kerjanya, cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Untuk mengetahui pengetahuan pekerja sebaiknya peneliti
selanjutnya perlu mengembangkan kuesioner yang dapat menggambarkan
pengetahuan pekerja tentang dermatitis kontak iritan, faktor risiko dan
pencegahannya. Untuk pengembangan pengetahuan dapat dilakukan
dengan memberikan edukasi tentang dermatitis kontak iritan, faktor resiko,
dan pencegahannya.
82
7. BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian terkait dermatitis kontak iritan pada pekerja
steam kendaraan bermotor di Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2017, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pekerja yang mengalami dermatitis kontak iritan sebanyak 30%.
2. Semua pekerja menggunakan bahan iritan (deterjen) yang mengandung
alkylbenzene sulfonate sebanyak 100%.
3. Pekerja yang menggunakan APD tidak lengkap sebanyak 95,6%.
4. Pekerja yang personal hygienenya baik sebanyak 76,7%.
5. Pekerja yang riwayat pekerjaannya tidak beresiko sebanyak 65,6%.
6. Pekerja yang tidak memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya sebanyak
54,4%.
7. Pekerja yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 72,2%.
8. Pekerja yang memiliki masa kerja selama kurang dari 12 bulan sebanyak
68,9%.
9. Pekerja yang berusia beresiko sebanyak 52,2%.
10. Lama kontak yang bekerja > 8 jam sebanyak 38,9%.
83
11. Hanya variabel masa kerja yang memiliki hubungan. Sedangkan variabel
penggunaan APD, personal hygiene, riwayat pekerjaan, riwayat penyakit
kulit sebelumnya, pengetahuan, usia, dan lama kontak tidak memiliki
hubungan.
7.2 Saran
1. Untuk mengurangi risiko terjadinya dermatitis kontak iritan maka bagi
perusahaan sebaiknya:
a. Menyediakan handwash untuk mencuci tangan dan lap khusus
b. Menambah jumlah pekerja pada hari yang ramai pelanggannya. Lama
kontak dengan bahan iritan juga dapat dikurangi dengan adanya
pembagian shift kerja pada steam yang beroperasi selama 24 jam atau
membatasi waktu kerja perhari untuk mengurangi pajanan terhadap
bahan iritan.
c. Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan
berjenis vinyl dan sepatu boot kepada seluruh pekerjanya di steam
kendaraan bermotor.
2. Bagi pekerja
a. Sebaiknya mencuci tangan dengan sabun khusus tidak dengan deterjen
dan setelah mencuci tangan mengelap dengan lap khusus tidak
mengelap pada pakaian.
b. Sebaiknya menggunakan APD seperti sarung tangan berjenis vinyl dan
sepatu boot untuk memproteksi diri.
84
c. Sebaiknya pekerja yang sudah terkena penyakit kulit sebelumnya
melakukan proteksi yang lebih untuk diri sendiri dan lebih harus lebih
peduli dengan penyakit kulit yang diderita sebelumnya dengan
memeriksakannya ke dokter. Hasil dari pemeriksaan tersebut dapat
menjadikan bahan pertimbangan untuk lebih berhati-hati dalam
bekerja.
3. Bagi Penelitian selanjutnya
a. Sebaiknya penelitian selanjutnya pada variabel personal hygiene
menambahkan kolom pertanyaan jenis sabun yang digunakan untuk
mencuci tangan.
b. Sebaiknya ketika observasi penggunaan APD dan personal hygiene
tidak bisa dilakukan satu hari untuk mengetahui konsistensi
penggunaan APD dan perilaku personal hygiene yang baik.
c. Sebaiknya penelitian selanjutnya menilai kualitas sarung tangan yang
digunakan responden.
d. Sebaiknya untuk pertanyaan pada variabel pengetahuan dikembangkan
dan lebih fokus pada dermatitis kontak iritan, faktor resiko, dan
pencegahannya.
85
4. Bagi Universitas Islam Negeri Jakarta
a. Sebaiknya UIN syarif hidayatullah selaku instansi akedemik terdekat
dapat menjadikan ini sebagai tri darma perguruan tinggi dengan
melakukan pengabdian masyarakat berupa edukasi tentang hal-hal
yang terkait dengan dermatitis kontak iritan dan pencegahannya.
86
8. DAFTAR PUSTAKA
Adiani, A. D., dkk. 2014. Karakteristik Dermatitis Kontak Alergi (Dka) Di Rsup
Dr. Kariadi. Media Medika Muda,
Afifah, N. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis
Kontak pada Pekerja Proses Finishing Meubel Kayu di Wilayah
Ciputat Timur Tahun 2012.
Ariwibowo, L., dkk. 2013. Dermatitis Kontak Okupasional pada Tangan
Perawat Bangsal Rumah Sakit: Kasus Seri.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang Selatan. 2015. Kota Tangerang
Selatan dalam Angka. https://tangselkota.bps.go.id/index.php/Publikasi
Diakses pada tanggal 11 Agustus 2016.
Budiono, A.M. Sugeng. 2003. Bunga Rampai Higiene Perusahaan Ergonomi
(HIPERKES) dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang
Cahill, J., dkk. 2005. Prognosis of Contact Dermatitis in Epoxy Resin Workers.
Contact dermatitis.
Cahyawati, I. N., dkk. 2011. Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian
Dermatitis pada Nelayan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Chew, A. L., dkk. 2003. Occupational Issues of Irritant Contact Dermatitis. Int.
Arch. Occup. Environ. Health.
Clark, S., dkk. 2009. Management of Occupational Dermatitis. Clin: Dermatol.
87
Cohen, M.R.. 1999. Medication Errors, 16,1-16,8. Washington DC: American
Pharmaceutical Association.
Cohen, M.R.. 1999. Occupational Dermatoses In: Diberandinis LJ, editors.
Handbook of Occupational Healt and Safety, 2 edition: Canada John
Wiley & Sons Inc. 697-737
Djewarut, dkk. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku dengan Kejadian
Dermatitis Kontak di Puskesmas Canga di Kecamatan Liliriaja
Kabupaten Soppeng. STIKES Hasanuddin Makassar
Djuanda, dkk. 2002. Dermatitis, dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Djuanda, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Fauziah, A., dkk. 2015. Hubungan Lama Kontak Dan Perilaku Kerja Terhadap
Kejadian Dermatitis Petani Rumput Laut Dusun Puntondo Takalar
Firdaus, U. 2002. Dermatitis Kontak Akibat Kerja: Penyakit Kulit Akibat Kerja
Terbanyak di Indonesia. Majalah Kesehatan Masyarakat.
Gilles, dkk. 1990. The Pathophysiology of Irritant Contact Dermatitis. New York:
Marcel Dekker.
88
Hamzah, S., dkk. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Karyawan Pencucian Mobil di
Kelurahan Sukarame Kota Bandar Lampung
Hudyono J. 2002. Dermatosis akibat kerja. Majalah Kedokteran Indonesia,
November 2002. 49(9):16-23
Indrawan, I, dkk. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
dermatitis kontak iritan pada pekerja bagian premix di pt. x Cirebon.
Jurnal Kesehatan Masyarakat vol 2 nomer 2 http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkm . diakses pada 19 Mei 2017
Jeyaratnam, J., dkk. 2010. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja (Suryadi, Trans.).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Kartowigno, Soenarto. 2011. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit, Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya: Palembang
Kerlinger, F. N. (2006). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Lau, M. Y., dkk. 2011. A Review of The Impact of Occupational Contact
Dermatitis on Quality of Life. J. Allergy.
Lestari, Fatma dan Hari Suryo Utomo. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Dermatitis Kontak pada Pekerja di PT Inti Pantja Press
Industri. Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Indonesia.
89
Mausulli, Annisa. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis
Kontak Iritan pada Pekerja Pengolahan Sampah di TPA Cipayung
Kota Depok. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Material Safety Data Sheet (MSDS). 2006.
http://www.qorpak.com/MSDS/375441.pdf diakses pada 25 April 2017
McFadden, J. 2014. Immunologic Contact Urticaria. Allergy Clin North Am.
Nicholson, P. 2010. Evidence-Based Guidelines: Occupational Contact
Dermatitis and Urticaria. London: Occup. Med.
Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nuraga, W., dkk. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Dermatitis Kontak Pada Pekerja yang Terpajan dengan Bahan Kimia
di Perusahaan Industri Otomotif Kawasan Industri Cibitung Jawa
Barat. Makara, Kesehatan.
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) . 2007. Personal
Propective Equipment (PPE). U.S: U.S.Departemen of Labor
Park, M. E., dkk. 2014. Allergic Contact Dermatitis to Cosmetics. Dermatologic
Clinics.
90
Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. per 8/Men/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
Poplin, G. S., dkk. 2005. Dermatitis in the Mining Industry: Incidence, Sources,
and Time Loss. Archives of Environmental & Occupational Health.
Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi, Manusia, Peralatan dan Lingkungan. CV
Masagung. Jakarta;
Septiani, S. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Dermatitis Kontak pada Pekerja Cleaning Service di Kampus UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012. UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Alih Bahasa: James
Veldman. Jakarta: Buku Kedoteran EGC
Standar Prosedur Operasional Rumah Sakit Umum Mutiara Medan. 2015. Cuci
Tangan Efektif
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta.
Suryani, Febria. 2011. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dengan Dermatitis
Kontak pada Pekerja Bagian Processing dan Filling PT Cosmar
Indonesia Tangerang Selatan Tahun 2011. Jakarta. Fakultas
91
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Tranggono, dkk. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Trihapsoro, Iwan. 2002. Dermatitis Kontak Alergen Pada Pasien Rawat Jalan di
RSUP Haji Adam Malik Medan. Tesis: Fakultas Kedokteran Bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
Wang, B., dkk. 2011. Occupational hand dermatitis among cement workers in
Taiwan. Journal of the Formosan Medical Association.
Widyastuti, P. 2006. Dermtitis Akibat Kerja. Jakarta: Bumi Aksara.
92
9. LAMPIRAN
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
Nomer Responden :
Assalamu’alaikum wr. wb
Saya, Nova Rizki Prakoso Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian dermatitis pada pekerja steam kendaraan bermotor di wilayah
Ciputat Timur tahun 2017” Untuk itu saya memohon kesediaan bapak menjawab
pertanyaan dengan jujur, semua jawaban Bapak akan dijamin kerahasiaannya.
Dalam penelitian ini peneliti akan dibantu oleh dokter untuk melakukan
diagnosis. Oleh karena itu, saya meminta kesediaan Bapak untuk mempersilahkan
dokter untuk memeriksa tangan dan kaki Bapak serta memperkenankan saya untuk
mengambil gambar tangan dan kaki Bapak.
Atas partisipasi dan kesediaan waktu Bapak saya mengucapkan terima kasih.
Jakarta, April 2017
Peneliti Responden
Nova Rizki Prakoso ______________
Identitas Responden
1. Nama :
2. No. Tlp :
3. Usia : Tahun
Diisi oleh Peneliti
A. Hasil Diagnosa Dokter
A1 Hasil Diagnosis Dokter
1. Dermatitis Kontak Iritan
2. Tidak Dermatitis Kontak
Iritan
A1 ( )
Diisi oleh Responden
B1 Bahan Iritan (Deterjen)
B1a
Sabun colek (deterjen)
apakah yang anda
gunakan mengandung
alkylbenzene sulfonate?
1. Ya
2. Tidak
B1a ( )
B2 Lama Kontak
Pada kolom lama kontak responden dapat mengisi berapa banyak mencuci
motor dan mobil dalam satu hari selama satu minggu.
Mobil= Menit
Motor= Menit
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Mobil :
Motor:
Mobil:
Motor:
Mobil:
Motor:
Mobil:
Motor:
Mobil:
Motor:
Mobil:
Motor:
Mobil:
Motor:
B3 Masa Kerja
B3a
Mulai kapan anda
bekerja di steam
kendaraan bermotor?
________________ B3a ( )
B4 Riwayat Pekerjaan
B4a
Sebelum bekerja di
steam ini apakah anda
pernah bekerja di steam
lain?
1. Ya
2. Tidak B4a ( )
B4b
Apakah pekerjaan
sebelumnya
berhubungan dengan
deterjen?
1. Ya
2. Tidak B4b ( )
B5 Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya
B5a
Apakah sebelumnya
anda mengalami
penyakit kulit atau
peradangan pada kulit?
Jika “Ya” Lanjut ke
B5b,
jika “Tidak” Lanjut
ke B6
1. Ya
2. Tidak B5a ( )
B5b
Keluhan apa yang
pernah anda alami?
Jawaban boleh lebih
dari satu
1. Gatal
2. Rasa Terbakar
3. Kemerahan
4. Bengkak
5. Kulit Mengelupas
6. Kulit Bersisik
7. Penebalan Pada Kulit
B5b ( )
B6 Pengetahuan
No Pertanyaan Benar/Salah
Diisi
oleh
peneliti
B6a Dermatitis kontak iritan adalah peradangan kulit yang dapat
terjadi setelah kontak dengan deterjen B S B6a ( )
B6b Gejala dari dermatitis kontak iritan adalah kulit bengkak B S B6b ( )
No Pertanyaan Benar/Salah
Diisi
oleh
peneliti
B6c Dermatitis kontak iritan disebabkan oleh kutu B S B6c ( )
B6d Dalam bekerja harus menggunakan sepatu boot B S B6d ( )
B6e Menggunakan sarung tangan saat bekerja dapat mencegah
terjadinya dermatitis kontak iritan B S B6e ( )
B6f Tidak perlu mencuci tangan sesudah bekerja B S B6f ( )
B6g Rompi juga merupakan alat pelindung diri saat mencuci
kendaraan bermotor B S B6g ( )
B6h Semakin sering menggunakan deterjen lebih mudah terkena
dermatitis kontak iritan B S B6h ( )
B6i Bahan-bahan deterjen yang digunakan berbahaya atau tidak
berbahaya untuk diri sendiri B S B6i ( )
B6j Jika mengalami dermatitis kontak iritan sebaiknya dibiarkan
saja
B S
B6j ( )
Lembar Observasi
B7 Penggunaan APD
1 2 3 4 5 6 7 8 Keterang
an
B7a
Pekerja
menggunakan sarung
tangan
B7a ( )
B7b
Sarung tangan dalam
keadaan baik (tidak
sobek)
B7b ( )
B7c
Pekerja
menggunakan sarung
tangan hingga lengan
atau menggunakan
pakaian lengan
panjang
B7c ( )
B7d
Pekerja
menggunakan sepatu
boot
B7d ( )
B8 Personal Hygiene
1 2 3 4 5 6 7 8 Keterangan
B8a Pekerja mulai bekerja
dengan pakaian bersih
B8a ( )
B8b Pekerja mencuci tangan
dengan bersih
B8b ( )
B8c
Pekerja mengeringkan
tangan setelah mencuci
tangan
B8c ( )
B8d
Pekerja mengelap
tangan dengan lap
bersih khusus tangan
B8d ( )
1 2 3 4 5 6 7 8 Keterangan
B8e Pakaian pekerja bersih
dari noda deterjen
B8e ( )
Lampiran 2
Identitas Responden
1. Nama :
2. No. Tlp :
3. Usia : Tahun
Hasil Diagnosa Dokter
Hasil Diagnosis Dokter
3. Dermatitis Kontak Iritan
4. Tidak Dermatitis Kontak Iritan
Anamnesis :
Ciputat, April 2017
___________________
Lampiran 3
Uji Validitas (Skala Guttman)
Melihat respon pekerja atas pernyataan yang diberikan:
D : Durasi pengerjaan sesuai estimasi
P : Pekerja memahami pertanyaan
Pertanyaan
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P
B4a √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B4b √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B5a √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6a √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6b √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6c √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6d √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6e √ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Pertanyaan
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P
B6f √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6g √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6h √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6i √ X √ √ √ √ √ √ √ X √ X √ X √ X √ √ √ √ X X X X X X √ √ √ X
B6j √ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Pertanyaan
Responden
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P
B4a √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B4b √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B5a √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6a √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6b √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6c √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6d √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6e √ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ X √ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6f √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6g √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6h √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B6i √ √ √ √ √ √ √ X √ X √ X √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √
Pertanyaan
Responden
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D P
B6j √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Lampiran 4
Uji Univariat
Tabel Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Dermatitis Kontak Iritan 27 30.0 30.0 30.0
Tidak Dermatitis Kontak
Iritan 63 70.0 70.0 100.0
Total 90 100.0 100.0
Tabel Bahan Iritan (Deterjen)
Bahan Iritan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 90 100.0 100.0 100.0
Tabel Usia
Descriptives
Statistic Std. Error
usia Mean 25.10 1.017
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 23.08
Upper Bound 27.12
5% Trimmed Mean 24.20
Median 23.00
Variance 93.012
Std. Deviation 9.644
Minimum 13
Maximum 61
Range 48
Interquartile Range 10
Skewness 1.551 .254
Kurtosis 2.898 .503
Tabel Masa Kerja
Descriptives
Statistic Std. Error
Masa Kerja Mean 15.40 1.978
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 11.47
Upper Bound 19.33
5% Trimmed Mean 12.94
Median 12.00
Variance 351.999
Std. Deviation 18.762
Minimum 1
Maximum 120
Range 119
Interquartile Range 21
Skewness 3.082 .254
Kurtosis 13.162 .503
Tabel Riwayat Pekerjaan
Riwayat Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Beresiko 31 34.4 34.4 34.4
tidak beresiko 59 65.6 65.6 100.0
Total 90 100.0 100.0
Tabel Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya
Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 41 45.6 45.6 45.6
Tidak 49 54.4 54.4 100.0
Total 90 100.0 100.0
Tabel Penggunaan APD
Penggunaan APD
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lengkap 4 4.4 4.4 4.4
tidak lengkap 86 95.6 95.6 100.0
Total 90 100.0 100.0
Tabel Pengetahuan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
JumlahPengetahuan .156 90 .000 .959 90 .006
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Statistic Std. Error
JumlahPengetahuan Mean 6.26 .162
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 5.93
Upper Bound 6.58
5% Trimmed Mean 6.27
Median 6.00
Variance 2.350
Std. Deviation 1.533
Minimum 2
Maximum 10
Range 8
Interquartile Range 2
Skewness -.098 .254
Kurtosis .284 .503
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tinggi 65 72.2 72.2 72.2
rendah 25 27.8 27.8 100.0
Total 90 100.0 100.0
Tabel Personal Hygiene
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
jmlpersonalhigiene .229 90 .000 .930 90 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Statistic Std. Error
jmlpersonalhigiene Mean 11.73 .821
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 10.10
Upper Bound 13.36
5% Trimmed Mean 11.42
Median 8.00
Variance 60.670
Std. Deviation 7.789
Minimum 0
Maximum 32
Range 32
Interquartile Range 10
Skewness .591 .254
Kurtosis -.399 .503
Personal Hygiene
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 69 76.7 76.7 76.7
kurang baik 21 23.3 23.3 100.0
Total 90 100.0 100.0
Tabel Lama Kontak
Descriptives
Statistic Std. Error
Lama Kontak Mean 7.9178 .42759
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 7.0682
Upper Bound 8.7674
5% Trimmed Mean 7.7454
Median 6.7843
Variance 16.455
Std. Deviation 4.05645
Minimum 1.15
Maximum 17.36
Range 16.21
Interquartile Range 5.22
Skewness .826 .254
Kurtosis -.215 .503
Uji Bivariat
Hasil Uji Mann-Whitney dan Chi Square Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Dermatitis Kontak Iritan di Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2017
Tabel Bivariat Faktor Usia Pekerja Steam di Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2017
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
usia .152 90 .000 .859 90 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Ranks
Dermatitis N Mean Rank Sum of Ranks
usia Dermatitis Kontak Iritan 27 49.30 1331.00
Tidak Dermatitis Kontak
Iritan 63 43.87 2764.00
Total 90
Test Statisticsa
usia
Mann-Whitney U 748.000
Wilcoxon W 2.764E3
Z -.904
Asymp. Sig. (2-tailed) .366
a. Grouping Variable: Dermatitis
Tabel Bivariat Faktor Lama Kontak Pekerja Steam di Kecamatan Ciputat Timur
Tahun 2017
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Lama Kontak .145 90 .000 .914 90 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Ranks
Dermatitis N Mean Rank Sum of Ranks
Lama Kontak Dermatitis Kontak Iritan 27 53.52 1445.00
Tidak Dermatitis Kontak
Iritan 63 42.06 2650.00
Total 90
Test Statisticsa
Lama Kontak
Mann-Whitney U 634.000
Wilcoxon W 2650.000
Z -1.906
Asymp. Sig. (2-tailed) .057
a. Grouping Variable: Dermatitis
Tabel Bivariat Faktor Masa Kerja Pekerja Steam di Kecamatan Ciputat Timur Tahun
2017
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Masa Kerja .261 90 .000 .687 90 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Ranks
Dermatitis N Mean Rank Sum of Ranks
Masa Kerja Dermatitis Kontak Iritan 27 57.65 1556.50
Tidak Dermatitis Kontak
Iritan 63 40.29 2538.50
Total 90
Test Statisticsa
Masa Kerja
Mann-Whitney U 522.500
Wilcoxon W 2538.500
Z -2.910
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
a. Grouping Variable: Dermatitis
Tabel Bivariat Faktor Bahan Iritan (Deterjen) Pekerja Steam di Kecamatan Ciputat
Timur Tahun 2017
Bahan Iritan * Dermatitis Crosstabulation
Dermatitis
Total
Dermatitis
Kontak Iritan
Tidak Dermatitis
Kontak Iritan
Bahan Iritan Ya Count 27 63 90
% within Bahan Iritan 30.0% 70.0% 100.0%
Total Count 27 63 90
% within Bahan Iritan 30.0% 70.0% 100.0%
Tabel Bivariat Faktor Penggunaan APD Pekerja Steam di Kecamatan Ciputat Timur
Tahun 2017
Penggunaan APD * Dermatitis Crosstabulation
Dermatitis
Total Dermatitis
Kontak Iritan
Tidak Dermatitis
Kontak Iritan
Penggunaan APD lengkap Count 1 3 4
% within Penggunaan APD 25.0% 75.0% 100.0%
tidak lengkap Count 26 60 86
% within Penggunaan APD 30.2% 69.8% 100.0%
Total Count 27 63 90
% within Penggunaan APD 30.0% 70.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .050a 1 .823
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .052 1 .820
Fisher's Exact Test 1.000 .653
Linear-by-Linear Association .049 1 .824
N of Valid Casesb 90
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.20.
b. Computed only for a 2x2 table
Tabel Bivariat Faktor Personal Hygiene Pekerja Steam di Kecamatan Ciputat Timur
Tahun 2017
Personal Hygiene * Dermatitis Crosstabulation
Dermatitis
Total Dermatitis
Kontak Iritan
Tidak Dermatitis
Kontak Iritan
Personal Hygiene baik Count 24 45 69
% within Personal Hygiene 34.8% 65.2% 100.0%
kurang baik Count 3 18 21
% within Personal Hygiene 14.3% 85.7% 100.0%
Total Count 27 63 90
% within Personal Hygiene 30.0% 70.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 3.221a 1 .073
Continuity Correctionb 2.319 1 .128
Likelihood Ratio 3.570 1 .059
Fisher's Exact Test .103 .060
Linear-by-Linear Association 3.185 1 .074
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.30.
b. Computed only for a 2x2 table
Tabel Bivariat Faktor Riwayat Pekerjaan Pekerja Steam di Kecamatan Ciputat Timur
Tahun 2017
Riwayat Pekerjaan * Dermatitis Crosstabulation
Dermatitis
Total Dermatitis
Kontak Iritan
Tidak Dermatitis
Kontak Iritan
Riwayat Pekerjaan beresiko Count 10 21 31
% within Riwayat Pekerjaan 32.3% 67.7% 100.0%
tidak beresiko Count 17 42 59
% within Riwayat Pekerjaan 28.8% 71.2% 100.0%
Total Count 27 63 90
% within Riwayat Pekerjaan 30.0% 70.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .115a 1 .735
Continuity Correctionb .009 1 .923
Likelihood Ratio .114 1 .736
Fisher's Exact Test .810 .457
Linear-by-Linear Association .114 1 .736
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.30.
b. Computed only for a 2x2 table
Tabel Bivariat Faktor Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya Pekerja Steam di
Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2017
Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya * Dermatitis Crosstabulation
Dermatitis
Total Dermatitis
Kontak Iritan
Tidak Dermatitis
Kontak Iritan
Riwayat Penyakit Kulit
Sebelumnya
Ya Count 12 29 41
% within Riwayat Penyakit
Kulit Sebelumnya 29.3% 70.7% 100.0%
Tidak Count 15 34 49
% within Riwayat Penyakit
Kulit Sebelumnya 30.6% 69.4% 100.0%
Total Count 27 63 90
% within Riwayat Penyakit
Kulit Sebelumnya 30.0% 70.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .019a 1 .890
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .019 1 .890
Fisher's Exact Test 1.000 .538
Linear-by-Linear Association .019 1 .890
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.30.
b. Computed only for a 2x2 table
Tabel Bivariat Faktor Pengetahuan Pekerja Steam di Kecamatan Ciputat Timur Tahun
2017
Pengetahuan * Dermatitis Crosstabulation
Dermatitis
Total Dermatitis
Kontak Iritan
Tidak Dermatitis
Kontak Iritan
Pengetahuan tinggi Count 23 42 65
% within Pengetahuan 35.4% 64.6% 100.0%
rendah Count 4 21 25
% within Pengetahuan 16.0% 84.0% 100.0%
Total Count 27 63 90
% within Pengetahuan 30.0% 70.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 3.231a 1 .072
Continuity Correctionb 2.374 1 .123
Likelihood Ratio 3.499 1 .061
Fisher's Exact Test .080 .058
Linear-by-Linear Association 3.195 1 .074
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 5
Tabel Tabulasi Silang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak
Iritan
Hasil Tabulasi Silang Riwayat Pekerjaan, Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya, dan
Dermatitis Kontak iritan
Riwayat Pekerjaan * Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya Crosstabulation
Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya
Total Ya Tidak
Riwayat Pekerjaan Beresiko Count 3 7 10
% within Riwayat Pekerjaan 30.0% 70.0% 100.0%
tidak beresiko Count 9 8 17
% within Riwayat Pekerjaan 52.9% 47.1% 100.0%
Total Count 12 15 27
% within Riwayat Pekerjaan 44.4% 55.6% 100.0%
Hasil Tabulasi Silang Usia, Penggunaan APD, dan Dermatitis Kontak iritan
Usia * Penggunaan APD Crosstabulation
Penggunaan APD
Total lengkap tidak lengkap
Usia dewasa Count 1 15 16
% within Usia 6.2% 93.8% 100.0%
remaja Count 0 11 11
% within Usia .0% 100.0% 100.0%
Total Count 1 26 27
% within Usia 3.7% 96.3% 100.0%
Hasil Tabulasi Silang Usia, Pengetahuan, dan Dermatitis Kontak iritan
Usia * Pengetahuan Crosstabulation
Pengetahuan
Total tinggi rendah
Usia dewasa Count 14 2 16
% within Usia 87.5% 12.5% 100.0%
remaja Count 9 2 11
% within Usia 81.8% 18.2% 100.0%
Total Count 23 4 27
% within Usia 85.2% 14.8% 100.0%
Hasil Tabulasi Silang Lama Kontak, Penggunaan APD, dan Dermatitis Kontak iritan
Lama Kontak * Penggunaan APD Crosstabulation
Penggunaan APD
Total lengkap tidak lengkap
Lama Kontak beresiko Count 1 13 14
% within Lama Kontak 7.1% 92.9% 100.0%
tidak beresiko Count 0 13 13
% within Lama Kontak .0% 100.0% 100.0%
Total Count 1 26 27
% within Lama Kontak 3.7% 96.3% 100.0%
Hasil Tabulasi Silang Masa Kerja, Lama Kontak, dan Dermatitis Kontak iritan
Masa Kerja * Lama Kontak Crosstabulation
Lama Kontak
Total beresiko tidak beresiko
Masa Kerja beresiko Count 6 5 11
% within Masa Kerja 54.5% 45.5% 100.0%
tidak beresiko Count 8 8 16
% within Masa Kerja 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 14 13 27
% within Masa Kerja 51.9% 48.1% 100.0%
Hasil Tabulasi Silang Penggunaan APD dengan Usia
Penggunaan APD * Usia Crosstabulation
Usia
Total dewasa remaja
Penggunaan APD lengkap Count 4 0 4
% within Penggunaan APD 100.0% .0% 100.0%
tidak lengkap Count 43 43 86
% within Penggunaan APD 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 47 43 90
% within Penggunaan APD 52.2% 47.8% 100.0%
Hasil Tabulasi Silang Personal Hygiene, Lama Kontak, dan Dermatitis Kontak Iritan
Personal Hygiene * Lama Kontak Crosstabulation
Lama Kontak
Total beresiko tidak beresiko
Personal Hygiene baik Count 13 11 24
% within Personal Hygiene 54.2% 45.8% 100.0%
kurang baik Count 1 2 3
% within Personal Hygiene 33.3% 66.7% 100.0%
Total Count 14 13 27
% within Personal Hygiene 51.9% 48.1% 100.0%
Tabel Pekerja yang Mengalami Keluhan Sakit Pada Riwayat Penyakit Kulit
Sebelumnya
keluhansakitsekarang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid gejalanyasekarang 9 18.4 18.4 18.4
tidakadagejala 40 81.6 81.6 100.0
Total 49 100.0 100.0
Lampiran 6
Gambaran Pemeriksaan Dermatitis Kontak Iritan Pekerja Steam Kendaraan Bermotor
di Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2017
Diagnosa Dermatitis Kontak Iritan
Proses Pekerja Bekerja (1)
Proses Pekerja Bekerja (2)
Alat Pelindung Diri yang digunakan
Pekerja yang terkena Dermatitis Kontak Iritan