FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI...
-
Upload
dinhnguyet -
Category
Documents
-
view
235 -
download
0
Transcript of FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI...
FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEHAT MAHASISWA BEBERAPA PERGURUAN
TINGGI DI TANGERANG SELATAN
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Disusun Oleh:
Sarah Rahmadian
10607000217182
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
” Kesabaran itu menolong segala pekerjaan“
-Mahfudzot
“Tuntutlah ilmu pengetahuan karena dengan ilmu akan menimbulkan rasa takut
kepada Allah. Mempelajari ilmu pengetahuan termasuk ibadah, menelaahnya
dianggap membaca tasbih, meneliti itu setara jihad, mengajarkannya kepada
orang yang bodoh dihitung sebagai sedekah, dan mendiskusikannya dengan para
pakar dianggap sebagai suatu bentuk kedekatan kepada-Nya”
-Muadz bin Jabal r.a.
““““Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, kaJika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, kaJika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, kaJika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, kapankah kita akan dapat pankah kita akan dapat pankah kita akan dapat pankah kita akan dapat
pengetahuan yang baru? Melakukan yang belum kita ketahui pengetahuan yang baru? Melakukan yang belum kita ketahui pengetahuan yang baru? Melakukan yang belum kita ketahui pengetahuan yang baru? Melakukan yang belum kita ketahui adalah pintu menuju adalah pintu menuju adalah pintu menuju adalah pintu menuju
pengetahuan”pengetahuan”pengetahuan”pengetahuan”
----Mario Teguh
iv
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini ku persembahkan untuk Skripsi ini ku persembahkan untuk Skripsi ini ku persembahkan untuk Skripsi ini ku persembahkan untuk Mama Mama Mama Mama & & & & PapaPapaPapaPapa
yang yang yang yang telah telah telah telah memberikan memberikan memberikan memberikan kasih kasih kasih kasih saysaysaysayaaaangngngng, dukun, dukun, dukun, dukungan dan doa gan dan doa gan dan doa gan dan doa
yang tiada hentinyayang tiada hentinyayang tiada hentinyayang tiada hentinya....
v
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) Oktober 2011 (C) Sarah Rahmadian (D) XVI + 120 halaman + lampiran (E) Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Perilaku Sehat Mahasiswa
beberapa Perguruan Tinggi di Tangerang Selatan. (F) Sehat dan sakit bukan hanya ditentukan secara biologis, tetapi juga ditentukan
oleh masalah perilaku individu, yaitu perilaku sehat. Perilaku sehat merupakan elemen yang paling penting bagi kesehatan dan keberadaan manusia. Perilaku sehat yang buruk memiliki efek yang buruk terhadap kesehatan atau menimbulkan penyakit. Perilaku tersebut termasuk merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan konsumsi makanan berlemak tinggi. Sebaliknya meningkatkan perilaku sehat bermanfaat untuk kesehatan atau melindungi individu dari penyakit. Perilaku tersebut termasuk olahraga dan konsumsi buah. Namun, para peneliti telah menunjukkan secara global bahwa banyak mahasiswa terlibat dalam berbagai perilaku sehat beresiko. Perilaku sehat diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor psikologis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor psikologis apa saja yang paling besar dan signifikan mempengaruhi perilaku sehat mahasiwa beberapa perguruan tinggi di Tangerang Selatan. Peneliti menguji beberapa variabel yang diduga mempengaruhi perilaku sehat mahasiswa, yaitu self-esteem, health-specific self-efficacy, health locus of control (internal health locus of control dan eksternal health locus of control), dan kepribadian (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness). Selain itu peneliti juga meneliti variabel demografis yaitu kelas sosial ekonomi orang tua sebagai kontrol yang menjadi independent variabel. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan 195 responden mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Tangerang Selatan. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan non-probability sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala perilaku sehat yang peneliti adaptasi dari Health Behavior Checklist (Vickers dkk., 1988). Alat ukur self-esteem peneliti adaptasi dari skala self-esteem yang disusun oleh Rosenberg. Alat ukur health-specific self-efficacy peneliti adaptasi dari skala health-specific self-efficacy (Renner & Schwarzer, tt). Alat ukur health locus of control peneliti adaptasi dari Multidimensional Health Locus of Control (MHCL) (Wallston, Wallston & DeVellis, 1978). Dan Alat ukur kepribadian peneliti adaptasi dari Big
vi
Five Inventori (BFI) (John, Oliver P., 1991 dalam John & Srivastava, 1999). Adapun metode analisis data yang digunakan dalam peneltian ini menggunakan teknik regresi berganda dengan menggunakan software SPSS versi 17. Sedangkan untuk pengujian validitas konstruk menggunakan Lisrel 8.3.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dari beberapa independent variabel dalam penelitian ini yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku sehat adalah health-specific self-efficacy dan openness, kedua variabel tersebut juga memberikan seumbangan yang signifikan terhadap perilaku sehat. Dan terdapat perbedaan pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy, internal health locus of control, eksternal health locus of control, extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness dan kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat pada kelompok laki-laki dan perempuan.
Penulis menyarankan untuk menyertakan aspek psikologis lain yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku sehat mahasiswa pada penelitian selanjutnya. Selain itu untuk penelitian mengenai perilaku sehat, untuk meneliti variabel perilaku sehat yang lebih bervariasi lagi dan analisisnya menggunakan teknik analisis multivariate regression sehingga dapat terlihat lebih jelas pengaruh dari IV terhadap masing-masing perilaku sehat, atau meggunakan variabel perilaku sehat yang lebih spesifik.
(G) Daftar Bacaan: 45; buku: 13 + jurnal: 23 + internet: 9
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil 'alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kekuatan yang diberikan-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor
Psikologis yang Mempengaruhi Perilaku Sehat Mahasiswa beberapa Perguruan
Tinggi di Tangerang Selatan”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada panutan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW, berikut para keluarga,
sahabat, ulama, dan segenap umat Islam sekalian.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I. Penulis sangat berterima
kasih karena ditengah jadwal beliau yang amat padat, beliau banyak meluangkan
waktu dalam proses bimbingan skripsi ini. Terima kasih atas segala arahan,
masukan, kritik, serta koreksi yang sangat detail dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Yufi Adriani, M. Psi., sebagai Dosen Pembimbing II, terima kasih atas segala
bimbingan, koreksi, arahan, masukkan, dan waktu yang diberikan kepada penulis.
3. Ibu S. Evangeline I Suaidy M. Psi. Psi., Pembimbing akademik.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
banyak memberikan pelajaran kepada penulis, baik itu dalam hal akademis
maupun dalam menjalani kehidupan.
5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama
Mba Rini yang selalu memberikan informasi mengenai kegiatan dan kehadiran
Bapak Jahja Umar, Ph.D, sehingga penulis dapat bertemu dengannya.
viii
6. Mama dan papa atas didikan, kasih sayang, kesabaran, pengertian, dukungan baik
moril maupun materil, arahan serta doa yang penulis terima dan rasakan hingga
detik ini.
7. Adik dan kakak penulis, terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini.
Meskipun kalian terlihat tidak peduli, penulis yakin didalam lubuk hati kalian
selalu ada dukungan dan doa untuk penulis. Serta sepupu penulis, Mba Erna dan
Bang Jamil, terimakasih atas tempat tinggal yang nyaman serta fasilitas yang
sangat bermanfaat selama penulis menyelesaikan skripsi ini, dan atas dukungan,
doa serta saran yang penulis terima.
8. Sahabat-sahabat penulis, Hasnah, Susi, Korri, Nadia, Ali, Sunu, Bambang, Bima,
Ayu & Nisa, yang telah memberikan penulis makna dari persahabatan, terima
kasih atas segala hal yang telah kalian berikan kepada penulis selama ini. Kiki,
Rika F, Hanny, Sheli, & Puri, terima kasih atas dukungan serta doa kalian. Untuk
teman-teman seperjuangan selama skripsi Cut, Rudi, Pras, Aji, Nya’ Soraya, Inaz,
Suci, Risna, Nuran, Fifa, Reza, & Siti terima kasih atas bantuan, informasi, saran
serta dukungan yang penulis terima selama mengerjakan skripsi. Terutama untuk
Muhamad Kahfi, yang telah membantu penulis untuk mendapatkan sampel dalam
penyusunan skripsi ini.
9. Teman-teman angkatan 2006 khususnya kelas A serta angkatan dibawah penulis,
terimakasih atas kebersamaan dan pembelajaran selama ini.
10. Teman-teman Mentor Akademik dan KKL, yang telah menyempatkan waktunya
untuk berbagi ide, informasi dan pengetahuan bersama penulis, serta terima kasih
atas wawasan yang tidak ternilai tersebut. Khususnya untuk Adiyo, terimakasih
atas bantuannya dalam memahami lisrel dan analisis regresi. Dan Eja, yang
banyak memberi informasi, masukkan dan bantuan bagi penulis.
11. Seluruh responden yang telah membantu mengisi angket penelitian. Tanpa waktu
luang yang anda berikan, skripsi ini tidak akan ada.
ix
12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk
segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis memohon kepada Allah SWT agar seluruh bantuan,
motivasi, dan bimbingan dari semua pihak mendapatkan balasan yang berlipat ganda.
Amin. Selain itu penulis berharap skirpsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi siapa saja yang membaca. Mengingat kekurangan dan
keterbatasan dari skripsi ini, maka segala kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan penulis sebagai bahan penyempurnaan.
Jakarta, Oktober 2011
Penulis
x
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sarah Rahmadian
NIM : 106070002182
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Psikologis
yang Mempengaruhi Perilaku sehat Mahasiswa Beberapa Universitas di
Tangerang Selatan” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak
melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-
kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber
pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-
undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari
karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, Oktober 2011
. Sarah Rahmadian .
NIM: 106070002182
xi
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...............................................................ii
MOTTO.............................................................................................................iii
PERSEMBAHAN .............................................................................................iv
ABSTRAK ........................................................................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................vii
PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................... ..x
DAFTAR ISI .....................................................................................................xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................xiv
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR .................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1. Latar Belakang……………………………………………… 1 1.2. Pertanyaan Penelitian………………………………………. 10 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………….. 11 1.4. Pembatasan Masalah……………………………………….. 11 1.5. Sistematika Penulisan………………………………………. 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA .....................................................................14
2.1. Perilaku Sehat .......................................................................14
2.1.1. Definisi Perilaku Sehat ................................................14
2.1.2. Macam-macam Perilaku Sehat.....................................15
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat .......19
2.2. Pengukuran Perilaku Sehat....................................................33
2.3. Hipotesis Penelitian...............................................................34
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................38
3.1. Populasi dan Sampel .............................................................38
3.2. Variabel Penelitian................................................................39
xii
3.3. Definisi Operasional Variabel ...............................................39
3.4. Instrument Pengumpulan Data ..............................................41
3.5. Pengujian Validitas Alat Ukur...............................................42
3.5.1. Uji Validitas Skala Perilaku sehat .................................44
3.5.2. Uji Validitas Skala Self-Esteem .....................................46
3.5.3. Uji Validitas Skala Health-Specific Self-Efficacy ..........48
3.5.3.1. Uji Validitas Skala Nutrion Self-Efficacy .........48
3.5.3.2. Uji Validitas Skala Exercise Self-Efficacy ........50
3.5.3.3. Uji Validitas Skala Health-Specific Self-Efficacy Keseluruhan.......52
3.5.4. Uji Validitas Skala Health Locus of Control..................54
3.5.4.1. Uji Validitas Skala Internal Health Locus of Control .....................54
3.5.4.2. Uji Validitas Skala Eksternal Health Locus of Control...................56
3.5.5. Uji Validitas Skala Kepribadian ....................................58
3.5.5.1. Uji Validitas Skala Extraversion ......................58
3.5.5.2. Uji Validitas Skala Agreeableness....................60
3.5.5.3. Uji Validitas Skala Conscientiousness..............62
3.5.5.4. Uji Validitas Skala Neuroticism .......................64
3.5.5.5. Uji Validitas Skala Openness ...........................65
3.6. Prosedur Pengumpulan Data .................................................67
3.7. Metode Analisis Data...........................................................67
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................68
4.1. Analisis Deskriptif ................................................................68
4.2. Uji Hipotesis Penelitian.........................................................72
4.2.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian............................72
4.2.2. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Independent Variable ..................................................80
xiii
4.2.3. Analisis Regresi Variabel Penelitian pada Kelompok Laki-laki dan Perempuan ...........................83
4.2.3.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian Kelompok Laki-laki .......................................83
4.2.3.2. Analisis Regresi Variabel Penelitian Kelompok Perempuan ………………………89
4.2.3.3. Perbandingan Koefisien Regresi antara Kelompok Laki-laki dan Perempuan…...…...94
4.2.4. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent Variabel …………………99
4.2.4.1. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent Variabel Kelompok Laki-laki……………....………….99
4.2.4.2. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent Variabel Kelompok Perempuan …………………........102
4.2.4.3. Perbandingan Proporsi Varians antara Kelompok Laki-laki dan Perempuan………...105
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN.....................................109
5.1. Kesimpulan...........................................................................109
5.2. Diskusi………………...........................................................110
5.3. Saran…….. ...........................................................................114
5.3.1. Saran Metodologis..................................................... ..115
5.3.2. Saran Praktis ............................................................. ..116
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... ..117
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator dan Karakteristik Kepribadian ............................................29
Tabel 2.2 Matrikulasi Hasil pengaruh Faktor-faktor Psikologis terhadap Perilaku Sehat .....................................................................32
Tabel 3.1 Muatan Faktor Item untuk Perilaku Sehat ..........................................45
Tabel 3.2 Muatan Faktor Item Self-Esteem .........................................................47
Tabel 3.3 Muatan Faktor Item Nutrion Self-Efficacy ..........................................49
Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Exercise Self-Efficacy .........................................51
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Internal Health Locus of Control ........................55
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Eksternal Health Locus of Control......................57
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Extraversion .......................................................59
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Agreeableness.....................................................61
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Conscientiousness...............................................63
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Neoriticism.......................................................64
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Openness ..........................................................66
Tabel 4.1 Distribusi Sampel Penelitian…………………………………………..71
Tabel 4.2 R Square.............................................................................................73
Tabel 4.3 ANOVA Pengaruh IV terhadap DV....................................................73
Tabel 4.4 Koefisien Regresi ...............................................................................74
Tabel 4.5 Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel ..........................................................................81
Tabel 4.6 R Square Kelompok Laki-laki ............................................................84
Tabel 4.7 ANOVA Pengaruh IV terhadap DV Kelompok Laki-laki ...................84
Tabel 4.8 Koefisien Regresi Kelompok Laki-laki...............................................86
Tabel 4.9 R Square Kelompok Perempuan .........................................................89
Tabel 4.10 ANOVA Pengaruh IV terhadap DV Kelompok Perempuan ..............90
Tabel 4.11 Koefisien Regresi Kelompok Perempuan..........................................91
xv
Tabel 4.12 Perbandingan Koefisien Regresi antara Kelompok Laki-laki dan Perempuan................................................. 95
Tabel 4.13 Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel Kelompok Laki-laki.........................................100
Tabel 4.14 Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel Kelompok Perempuan .....................................103
Tabel 4.15 Perbandingan Proporsi varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel antara Kelompok Laki-laki dan Perempuan .....106
xvi
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir .............................................................................37
Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatorik Dua Tingkat dari Health-Specific Self-Efficacy ...........................................................53
Gambar 4.1 Residual Plot Perilaku Sehat ...........................................................107
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian perilaku sehat
mahasiswa, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, pembahasan
masalah dan sistematika penulisan.
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Sehat dan
sakit bukan hanya ditentukan secara biologis, tetapi juga ditentukan oleh masalah
perilaku individu, yaitu perilaku sehat. Perilaku sehat merupakan elemen yang paling
penting bagi kesehatan dan keberadaan manusia.
Perilaku sehat sering didefinisikan sebagai perilaku seseorang yang terlibat
dalam pemeliharaan atau peningkatan kesehatan mereka saat ini dan untuk
menghindari penyakit. Termasuk beberapa perilaku seseorang untuk melindungi,
mempromosikan, atau memelihara kesehatannya. Baik tidaknya perilaku secara
objektif efektif sampai akhir (Conner & Norman, 1996; Schwarzer & Renner, 2000;
dalam Renner & Schwarzer, 2003).
Menurut Conner (2002) yang termasuk dalam perilaku sehat yaitu
penggunaan layanan medis (misalnya, kunjungan dokter, vaksinasi, skrining), sesuai
2
dengan regimen medis (misalnya, diet diabetes, regimen antihipertensi), dan perilaku
sehat mandiri (misalnya, diet, olahraga, merokok, konsumsi alkohol).
Perilaku sehat yang buruk memiliki efek yang buruk terhadap kesehatan atau
menimbulkan penyakit. Perilaku tersebut termasuk merokok, konsumsi alkohol yang
berlebihan, dan konsumsi makanan berlemak tinggi. Sebaliknya meningkatkan
perilaku sehat bermanfaat untuk kesehatan atau melindungi individu dari penyakit.
Perilaku tersebut termasuk olahraga, konsumsi buah dan sayur, dan menggunakan
kondom dalam menanggapi ancaman penyakit seksual menular. Banyak kondisi
kesehatan yang disebabkan oleh perilaku seperti minum alkohol, penggunaan
narkoba, merokok, mengemudi sembrono, makan berlebihan, atau hubungan seksual
tanpa kondom (Renner & Schwarzer, 2003).
Peran perilaku sehat mendapat perhatian yang tinggi karena kebiasaan
perilaku sehat mempengaruhi kecenderungan berkembangnya penyakit yang kronis
dan fatal seperti hepatitis, kanker, dan AIDS (WHO dalam Sarafino, 2006). Perhatian
ini disimulasi oleh perubahan penyakit mulai dari infeksi sampai pada penyakit
kronis yang dapat menyebabkan kematian ditambah dengan meningkatnya biaya
pengobatan dan data yang membuktikan bahwa perilaku individu dapat meningkatkan
kematian dan penyakit. Penyakit dan kematian akan berkurang jika manusia memiliki
gaya hidup yang meningkatkan kesehatan, seperti diet sehat dan tidak merokok
(Sarafino, 2006).
Perilaku sehat yang terbentuk pada masa dewasa awal mungkin memiliki
dampak pada kesehatan selama hidupnya nanti. Memasuki perguruan tinggi dapat
3
menjadi peristiwa menarik namun juga stres bagi remaja dan dewasa muda dimana
mereka mencoba untuk beradaptasi dengan perubahan beban kerja akademik,
jaringan pendukung, dan lingkungan baru mereka. Ditambah dengan perubahan ini
dan tanggung jawab yang baru, mereka memiliki kebebasan yang lebih besar dan
kontrol atas gaya hidup mereka daripada sebelumnya. Namun, para peneliti telah
menunjukkan secara global bahwa banyak mahasiswa terlibat dalam berbagai
perilaku sehat beresiko (Von, Ah D. dkk., 2004).
Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan
tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi (Wikipedia, 2009). Sejatinya
sebagai mahasiswa yang dianggap memiliki nilai positif di masyarakat, haruslah
berperilaku positif pula. Akan tetapi hal tersebut berlawanan dengan kondisi jiwa
mahasiswa pada umumnya, selayaknya seseorang yang sedang mengalami masa
transisi dalam hidupnya, mereka juga dihadapkan pada berbagai godaan yang
menarik dan menggiurkan. Sehingga kecenderungan untuk melakukan hal negatif dan
mencoba sesuatu yang baru yang dapat menarik perhatiannya, akan dilakukan oleh
kebanyakan remaja dalam masa ini seperti tawuran, merokok, penggunaan narkoba,
perilaku seksual bebas dan perilaku tidak sehat lainnya yang dapat berakibat
timbulnya penyakit.
Mahasiswa merupakan kaum terpelajar, dari kecil mereka mendapat
pendidikan formal dalam institusi pendidikan yang tentunya mengajarkan mana hal
yang benar dan mana hal yang salah. Banyak mahasiswa yang tahu pentingnya
4
kesehatan dan akibat dari perilaku sehat yang buruk, tetapi tidak mampu
mengaplikasikan pengetahuannya tersebut bagi peningkatan kualitas kehidupannya.
Dari beberapa macam perilaku sehat yang ada, yang diteliti dalam penelitian
ini yaitu perilaku makan, olahraga, perilaku merokok, dan mengkonsumsi alkohol.
Perilaku pola makan adalah cara seseorang atau kelompok orang memilih
makanan dan memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis,
psikologis, budaya dan sosial. Pola makan yang sehat dapat dilihat dari jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh, jadwal yang teratur dan jenis makanan yang
bervariasi (dalam Aminah, 2010).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Darlina (2004), 89% mahasiswa
putri dan 92% mahasiswa putra suka mengkonsumsi mie instant sebagai makanan
pengganti pada saat-saat tertentu seperti waktu pagi dan malam hari. Sebagian
mahasiswa USU (Universitas Sumatera Utara) memberi alasan mengkonsumsi mie
instant karena harga yang relatif murah dibandingkan dengan membeli sebungkus
nasi. Kebiasaan mengkonsumsi mie instant tersebut dapat menimbulkan masalah gizi,
mengingat mie instant termasuk makanan yang mengenyangkan dan cepat
menimbulkan rasa puas sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi apabila tidak
ditambahkan lauk pauk untuk melengkapi gizinya (dalam Mulia, 2010).
Selanjutnya yaitu olahraga. Berbagai aktivitas olahraga yang dilakukan
manusia bertujuan untuk meningkatkan kualitas fisik sumber daya manusia, terutama
apabila dilakukan secara benar dan teratur. Olahraga merupakan suatu aktivitas
aerobik, yang terutama bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan
5
kesehatan dan daya tahan jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendi-sendi.
Olahraga yang dilakukan secara teratur akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap tubuh kita. Olahraga dengan pembebanan tertentu akan mengubah faal tubuh
yang selanjutnya akan mengubah tingkat kesegaran jasmani (Moeloek D,
Tjokronegoro A, 1984 dikutip oleh Syatria, 2006).
Dengan semakin banyaknya jenis olahraga yang ditawarkan, maka semakin
mudah pula bagi masyarakat untuk memilih dan melakukan olahraga yang disenangi.
Namun, amat disayangkan karena hanya 26,2% dari masyarakat Indonesia yang
berusia 10-30, yang melakukan olahraga (Kuntaraf KL, Kuntaraf J, 1992 dikutip oleh
Syatria, 2006).
Perilaku sehat yang lainnya yaitu perilaku merokok. Di kampus, merokok
seakan menjadi pemandangan umum. Sering kita temui beberapa mahasiswa
merokok di sela-sela kegiatan kuliahnya. Bagi mereka, merokok seperti kegiatan
yang tidak dapat ditinggalkan. Padahal, dalam rokok terdapat zat adiktif yang dapat
membuat seseorang kecanduan. Maka, jika mahasiswa yang merokok tidak segera
berhenti merokok, kebiasaan buruk ini akan berlanjut terus hingga mereka tua.
Dengan kata lain, mereka harus siap menanggung beban-beban penyakit yang
ditimbulkan oleh rokok (Sari, 2010).
Berdasarkan data hasil laporan WHO 2008, Indonesia menempati urutan
ketiga perokok terbesar didunia yaitu dengan jumlah 65 juta perokok atau 28% per
penduduk (~225 miliar batang per tahun). Dan statistik perokok di kalangan anak -
anak dan remaja yaitu anak/remaja pria sebesar 24,1% , anak/remaja wanita sebesar
6
4,0%, atau 13,5% anak/remaja Indonesia. Indonesia ternyata menempati urutan
pertama dalam jumlah perokok remaja terbanyak di dunia. Pada tahun 2008, lebih 5
juta orang mati karena penyakit yang disebabkan rokok. Ini berarti setiap 1 menit
tidak kurang 9 orang meninggal akibat racun pada rokok. Angka kematian oleh rokok
ini jauh lebih besar dari total kematian manusia akibat HIV/AIDS, + tubercolis +
malaria + flu burung (Nusantaranews, 2009) .
Selanjutnya beberapa kasus juga terjadi pada mahasiswa akibat
mengkonsumsi alkohol, seperti yang terjadi di Tangerang, Selasa (11/05/2010)
minum miras oplosan seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Penerbangan (STP)
berinisial LW, tewas setelah dua hari mendapat perawatan RS. Husada Insan. Selain
itu ada juga kasus yang terjadi Surabaya, Kamis (27/11/2008) dinihari, sebanyak 12
mahasiswa diciduk polisi karen kedapatan pesta minum-minuman keras (miras) di
kampus Universitas IKIP PGRI Adi Buana di kawasan Jalan Ngagel.
Beberapa mahasiswa yang mempunyai ketergantungan pada alkohol
mempunyai kehidupan yang kurang teratur. Pada mahasiswa yang mengalami
akoholisme prestasi dan hasil akademiknya relatif kurang baik, meskipun mahasiswa
tersebut sebenarnya mempunyai potensi dan kemampuan yang cukup. Hal tersebut
terjadi karena biasanya mahasiswa mengkonsumsi minuman berakohol pada malam
hari sehingga pada pagi harinya mahasiswa tersebut tidak bisa mengikuti kuliah
karena efek alkohol yang masih dirasakan mengganggu aktivitas mahasiswa tersebut
untuk mengikuti kuliah. Mahasiswa yang mengalami alkoholisme biasanya
7
mempunyai orientasi yang rendah terhadap tugasnya sebagai mahasiswa (Istana Blog,
2010).
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi beberapa perilaku sehat di atas,
salah satunya adalah faktor psikologis. Dalam Taylor (1995) yang termasuk dalam
faktor psikologis yaitu faktor emosi, faktor kognitif, dan faktor kepribadian atau
psikologis umum yang mempengaruhi individu untuk terlibat dalam perilaku sehat.
Yang termasuk dalam faktor-faktor tersebut diantaranya adalah self-esteem, perceived
self-efficacy, locus of controll dan kepribadian.
Self-esteem didefinisikan sebagai pikiran dan perasaan individu tentang nilai
dan pentingnya diri mereka sendiri, yaitu sikap positif atau negatif terhadap diri
sendiri secara keseluruhan (Rosenberg, 1965 dalam Juan L., José G. & Grijalvo,
2007). Self-esteem berkaitan dengan praktek perilaku sehat. Pada anak-anak dan
orang dewasa, mereka dengan self-esteem yang lebih tinggi kemungkinan besar
mempraktekkan berbagai kebiasaan sehat yang baik daripada mereka dengan self-
esteem yang rendah (Lau & Klepper, 1998 dalam Taylor, 1995).
Selanjutnya yaitu perceived self-efficacy. Perceived self-efficacy adalah
keyakinan seseorang mengenai kemampuan mereka untuk menghasilkan perilaku
(Bandura, 1994). Health-specific self-efficacy adalah optimistis seseorang untuk
dapat melawan godaan dan untuk mengadopsi gaya hidup sehat. Hubungan antara
self-efficacy dan perilaku sehat yang spesifik telah ditinjau. Sejumlah studi tentang
adopsi praktik kesehatan telah mengukur self-efficacy untuk menilai efek potensial
dalam memulai perubahan perilaku (Schwarzer & Renner, t.t.).
8
Self-efficacy secara langsung berkaitan dengan perilaku sehat, tetapi juga
mempengaruhi perilaku sehat secara tidak langsung melalui dampaknya pada tujuan.
Langkah-langkah umum self-efficacy mengacu pada kemampuan individu untuk
berurusan dengan berbagai situasi stres, mengukur efektivitas diri dalam perilaku
sehat yang mengacu pada keyakinan tentang kemampuan seseorang untuk melakukan
perilaku sehat tertentu (Schwarzer, t.t.).
Faktor psikologis lainnya yang mempengaruhi perilaku sehat yaitu locus of
controll. Menurut Rotter (1966) locus of controll adalah keyakinan individu
mengenai sumber penentu perilaku. Locus of controll terdiri dari dua bagian yaitu
internal locus of controll dan external locus of controll. Internal locus of controll
adalah cara individu yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari kemampuannya,
sedangkan external locus of controll adalah cara dimana individu yakin kontrol
terhadap peristiwa berasal dari luar kemampuannya (dalam Wallston, t.t.).
Health locus of controll adalah sejauh mana orang percaya bahwa kesehatan
mereka dikendalikan oleh faktor internal atau eksternal (Wallston dkk., 1976). Orang-
orang yang cenderung melihat kesehatan di bawah kontrol pribadi mungking lebih
cenderung untuk berlatih kebiasaan sehat yang baik daripada mereka yang
menganggap kesehatan mereka sebagai akibat dari faktor keberuntungan (Taylor,
2009).
Selanjutnya yaitu kepribadian. Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam
diri seseorang, sistem psikofisik yang menciptakan pola-pola karakteristik perilaku
seseorang, pikiran dan perasaan (Allport, 1961; dalam Hogan, Jonshon, & Briggs,
9
1997). Salah satu trait (sifat) dalam kepribadian yaitu Big Five atau Five Faktor
Model, Big Five Personality atau yang juga disebut dengan Five Faktor Model oleh
Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana. Di sini, peneliti
berusaha menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisa kata-kata yang
digunakan orang pada umumnya, yang tidak hanya dimengerti oleh para psikolog,
namun juga orang biasa. Faktor-faktor dalam teori kepribadian Five Faktor Model
yaitu Neuroticism, Extraversion, Openness, Agreeableness, dan Conscientiousness
(Pervin, Cervone, & John, 2005).
Teori kepribadian menunjukkan bahwa sifat-sifat atau kombinasi sifat
merupakan penentu fundamental dari perilaku dan ada cukup bukti yang
menghubungkan kepribadian dan perilaku (lihat Furnham dan Surga, 1999, sebagai
gambaran). Faktor kepribadian yang positif (misalnya, optimisme) atau negatif
(misalnya, efektivitas negatif) terkait dengan praktek perilaku sehat (Adler &
Matthews 1994, Steptoe et al, 1994; dalam Conner & Norman, 2005).
Faktor-faktor tersebut juga diperkuat oleh beberapa penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku
sehat. Penelitian-penelitian tersebut diuraikan dalam tabel 2.2 pada halaman 32.
Jadi berdasarkan permasalahan dibidang perilaku sehat yang dimiliki oleh
mahasiswa yang pada akhirnya permasalahan tersebut justru malah menimbulkan
masalah dan penyakit, maka perlu diketahui secara empiris faktor psikologis apa
sajakah yang menyebabkan baik dan buruknya perilaku sehat. Hal ini dilakukan
sebagai upaya menemukan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi mahasiswa
10
pada perilaku sehat. Dengan demikian peneliti ingin meneliti variabel-variabel
psikologis apa sajakah yang menyebabkan mahasiswa kesulitan dalam melakukan
perilaku sehat yang baik sehingga menyebabkan masalah dan penyakit. Oleh sebab
itu, penelitian ini peneliti beri judul : “Faktor - Faktor Psikologis yang
Mempengaruhi Perilaku Sehat Mahasiswa Beberapa Perguruan Tinggi di
Tangerang Selatan”.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy, eksternal
health locus of control, internal health locus of controll, extraversion,
agreeablenes, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan kelas sosial
ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat?
2. Bagaimanakah perbedaan pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy,
eksternal health locus of control, internal health locus of controll,
extraversion, agreeablenes, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan
kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat pada kelompok laki-
laki dan perempuan?
11
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara pokok dan prinsip, tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan
penelitian yang telah peneliti rumuskan diatas. Oleh karenanya tujuan dan manfaat
subtansial penelitian ini sangat berkaitan erat dengan pertanyaan penelitiannya yaitu:
1. Mengetahui pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy, eksternal
health locus of control, internal health locus of controll, extraversion,
agreeablenes, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan kelas sosial
ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat.
2. Melihat perbedaan pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy,
eksternal health locus of control, internal health locus of controll,
extraversion, agreeablenes, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan
kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat pada kelompok laki-
laki dan perempuan.
1.4. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup dalam penelitan ini, maka peneliti membatasi
penelitian ini hanya kepada:
1. Penelitian ini hanya melihat perilaku sehat berdasarkan 4 perilaku yaitu
perilaku makan, olahraga, perilaku merokok, dan konsumsi alkohol.
2. Faktor – faktor psikologis dalam penelitian ini adalah self-esteem, health-
specific self-efficacy, health locus of controll (eksternal health locus of
12
control dan internal health locus of controll), dan kepribadian (extraversion,
agreeablenes, conscientiousness, neoriticsmm, dan opennes) .
3. Populasi penelitian mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Tangerang
Selatan.
1.5. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian perilaku
sehat, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Di dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti secara sistematis, beserta hipotesis
penelitian.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini meliputi, subyek penelitian, variabel penelitian, instrumen
penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.
BAB IV : Hasil Penelitian
Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian
meliputi, pengolahan statistik dan analisis terhadap data.
13
BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan
meyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi
dan saran.
14
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terdiri
dari 4 subbab yaitu subbab tentang deskriptif teoritis yang membahas perilaku
sehat, pengukuran perilaku sehat, dan hipotesis penelitian.
2.1. Perilaku Sehat
2.1.1 Definisi Perilaku Sehat
Perilaku sehat secara luas dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk
mempertahankan atau meningkatkan kesehatan (Kasl & Cobb, 1966; dalam
Vickers dkk., 1988 ).
Perilaku sehat juga sering didefinisikan sebagai perilaku seseorang yang
terlibat dalam pemeliharaan atau peningkatan kesehatan mereka saat ini dan untuk
menghindari penyakit. Termasuk beberapa perilaku seseorang untuk melindungi,
mempromosikan, atau memelihara kesehatannya. Baik atau tidak perilaku secara
objektif efektif sampai akhir (Conner & Norman, 1996; Schwarzer & Renner,
2000; dalam Renner & Schwarzer, 2003).
Dan dalam Taylor (2009), perilaku sehat adalah perilaku yang dilakukan
seseorang untuk mengatur dan menstabilkan kesehatan mereka. Perilaku sehat
yang buruk adalah hal yang penting bukan hanya terimplikasi kepada penyakit
tapi juga dapat dengan mudah menjadi kebiasaan yang buruk.
15
Jadi, perilaku sehat adalah perilaku-perilaku seseorang dalam menjaga,
memelihara dan mengembangkan kesehatannya.
2.1.2 Macam-macam Perilaku sehat
Empat perilaku sehat dipilih untuk mewakili empat kategori utama perilaku sehat
empiris digambarkan oleh Vickers dan Hervig (1984). Secara umum, kategori
yang diwakili (a) perilaku yang mengurangi resiko membebani kapasitas adaptif
tubuh, (b) yang melibatkan mengambil resiko perilaku, terutama sebagai pejalan
kaki atau driver, (c) perilaku yang seharusnya membantu mencegah timbulnya
penyakit, dan (d) perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan bukan hanya
mencegah penyakit (dalam Vickers dkk., 1988).
Menurut Vickers & Hervig (1984) dalam Vickers dkk. (1988) terdapat 2
dan 4 komponen dari perilaku sehat yaitu :
a) Perilaku pencegahan: penjagaan, pemeliharaan & pengembangan, serta
mencegah kecelakaan.
b) Perilaku beresiko: resiko penggunaan zat dan resiko lalu lintas.
Menurut Conner (2002) yang termasuk dalam perilaku sehat yaitu
penggunaan layanan medis (misalnya, kunjungan dokter, vaksinasi, skrining),
sesuai dengan regimen medis (misalnya, diet, diabetes, regimen antihipertensi),
dan perilaku sehat mandiri (misalnya, diet, olahraga, merokok, konsumsi alkohol).
Dari bermacam-macam perilaku sehat diatas, terdapat 4 perilaku sehat
yang peneliti analisis pada penelitian ini yaitu perilaku makan, olahraga, merokok,
dan konsumsi alkohol. Menurut Vickers & Hervig (1984) dalam Vickers dkk.
16
(1988) perilaku makan dan olahraga termasuk ke dalam perilaku penjagaan,
pemeliharaan dan pengembangan kesehatan. Selanjutnya perilaku merokok dan
konsumsi alkohol termasuk ke dalam perilaku resiko penggunaan zat. Penjelasan
dari masing-masing perilaku sebagai berikut.
1. Perilaku makan
Perilaku makan dalam penelitian ini adalah makan makanan dengan menu
seimbang. Dalam Notoatmodjo (2003) menu seimbang dalam arti kualitas
(mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti
jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga
tidak lebih).
Nutrisi jelas penting untuk mencegah penyakit dan meningkatkan
kesehatan. Selama ribuan tahun, manusia mengabdikan sebagian besar waktu
mereka untuk memenuhi makanan yang cukup (Sheridan & Redmacher, 1992).
Makanan yang terbuat dari kelompok atau kelas kimiawi sebagai berikut:
karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin, serta air dan serat. Kelompok-
kelompok ini terdiri dari zat kimia khusus yang disebut nutrisi. Sebagian besar
makanan mengandung lebih dari satu zat gizi (Kilander, 1957).
Fungsi umum kelas makanan atau kelompok gizi tersebut adalah sebagai
berikut: Karbohidrat dan lemak pasokan panas dan energi. Protein membangun
dan memperbaiki jaringan tubuh dan dapat pasokan panas dan energi. Mineral
membangun jaringan dan mengatur proses tubuh. Vitamin membantu
pertumbuhan dan membantu untuk mengatur proses tubuh. Air menyediakan
sarana untuk mengangkut bahan-bahan di dalam tubuh, dan membantu dalam
17
menghilangkan limbah dan mengatur suhu tubuh. Serat membantu dalam
pencernaan dan eliminasi. Gizi yang baik sangat penting untuk kesehatan yang
baik. Bahkan, tanpa makanan yang memadai, tidak ada yang bisa memiliki
kesehatan yang optimal (Kilander, 1957).
2. Olahraga (exercise)
Semua aktivitas-fisik kecuali figeting merupakan penggunaan energi dan
pembakaran kalori. Olahraga adalah kelas khusus aktivitas fisik di mana orang
menggunakan tubuh mereka demi kesehatan atau pengembangan tubuh (dalam
Sarafino, 1994).
Olahraga merupakan salah satu perilaku sehat yang paling penting karena
olahraga membuat orang bergerak dan mampu merawat diri mereka sendiri.
Manfaat dari Olahraga Reguler (dalam Taylor, 2009):
• Meningkatkan konsumsi oksigen maksimum
• Mengurangi istirahat denyut jantung
• Mengurangi tekanan darah (dalam beberapa)
• Meningkatkan kekuatan dan efisiensi jantung
• Mengurangi penggunaan sumber energi, seperti glutamin
• Meningkatkan HDL, kolesterol total berubah
• Mengurangi penyakit kardiovaskular
• Mengurangi obesitas
• Meningkatkan umur panjang
• Mengurangi panjang siklus haid, menurunkan estrogen dan progresterone
• Mengurangi resiko beberapa kanker
18
• Meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh
• Mengurangi suasana hati yang negatif
Ada banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik
memberikan kontribusi untuk kesehatan fisik dan mental yang baik. Penelitian
telah menunjukkan bahwa olahraga menurunkan resiko penyakit jantung koroner,
kanker usus, osteoporosis, dan stroke. Sebuah penelitian baru menemukan
hubungan yang kuat antara kebugaran fisik dan semua penyebab kematian,
terutama penyakit jantung dan kanker (Blair et al, 1989). Olahraga juga dapat
membantu dalam pengelolaan diabetes, obesitas, dan depresi (Koplan, Caspersen,
& Powell, 1989). Dengan kata lain, "hal ini baik untuk dilakukan" (dalam
Sheridan & Radmacher, 1992).
3. Perilaku merokok (tobacco consumption)
Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam
penyakit. Ironisnya merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah
membudaya (Notoatmodjo, 2003).
Merokok adalah perilaku sehat yang paling terkait erat dengan jangka
panjang hasil kesehatan negatif. Merokok juga telah dihubungkan dengan jumlah
kanker, termasuk kanker tenggorokan, perut, paru-paru, dan usus serta beberapa
langsung berakibat kesehatan negatif seperti mengurangi kapasitas paru-paru dan
bronkitis (Royal College of Physicians, 1983). Meskipun hasil kesehatan negatif,
perokok sering melaporkan efek mood positif dari merokok dan penggunaan
merokok sebagai strategi untuk mengatasi stres. Mereka yang berhenti merokok
19
mengurangi resiko terhadap kesehatan mereka, khususnya jika mereka berhenti
sebelum 35 tahun (Doll et al 1994; dalam Conner, 2002).
4. Konsumsi alkohol (alkohol consumption)
Alkohol adalah cairan tidak berwarna, mudah terbakar dibuat dari
fermentasi gula dan pati. Ini melayani banyak tujuan dan datang dalam berbagai
bentuk, dari pelarut untuk anggur berkualitas. Keracunan disebabkan oleh
pengaruh alkohol pada sistem saraf pusat. Tergantung pada beberapa faktor,
konsumsi alkohol dapat menjadi biasa saja atau fatal (dalam Sheridan &
Radmacher, 1992).
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menghasilkan beberapa masalah
kesehatan yang serius. Sirosis hati merupakan penyebab utama kematian di antara
pecandu alkohol. Sirosis adalah akumulasi jaringan parut pada hati, menyebabkan
hilangnya fungsi dalam organ vital (Eckhardt dkk, 1981). Mengkonsumsi alkohol
yang berat dapat mempengaruhi penyempitan otot jantung, sehingga fungsi
kurang efisien, dan dapat menyebabkan kerusakan saraf. Alkohol menyebabkan
masalah, disorientasi, dan gangguan visual (Eckhardt et al, 1981). Konsumsi
alkohol yang berat juga bisa menyebabkan kemandulan, dan alkohol dapat
memiliki efek negatif langsung terhadap kehamilan dan perkembangan janin
(dalam Dimatteo, 2002).
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat
Dalam Taylor (1995) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi praktek
perilaku sehat, antara lain variabel demografi, faktor sosial (seperti pengaruh
20
sosial dan values), faktor emosi (seperti self-esteem dan personal goals), faktor
kognitif (seperti pengetahuan dan rasa self-efficacy), perceived symptoms dan
faktor yang berhubungan dengan akses pelayanan medis (cf. H. Leventhal.
Leventhal, & Nguyen, 1985). Selain itu juga para peneliti meneliti faktor-faktor
dalam kepribadian individu atau psikologis umum yang mempengaruhi seseorang
untuk terlibat dalam perilaku sehat (diantaranya usia, locus of control dan
kepribadian).
Dan dalam Taylor (2009) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
sehat antara lain :
1. Variabel Demografis
Perilaku sehat dibedakan berdasarkan faktor demografis. Orang yang lebih
muda, lebih kaya, yang mempunyai pendidikan lebih tinggi, yang mempunyai
kadar stres dibawah rata-rata dengan dukungan sosial yang tinggi biasanya
mempraktekkan perilaku atau kebiasaan sehat lebih baik dibandingkan orang
dengan kadar stres yang lebih tinggi dan sumber daya lebih sedikit. Seperti
individu dengan kelas sosial yang rendah (Gottlieb & Green, 1984; dalam Taylor,
2009).
2. Usia
Perilaku sehat bervariasi berdasarkan usia. Biasanya, kebiasaan sehat itu
baik di masa kecil, memburuk pada masa remaja dan dewasa muda, tetapi
meningkat kembali pada orang yang lebih tua (Leventhal, Proschaska, &
Hirschman, 1985; dalam Taylor, 2009).
21
3. Values
Values terkait dengan budaya atau kelompok ekonomi sosial tertentu
(Donovan, Jessor, & Costa, 1991; Langlie, 1997; dalam Taylor, 1995). Values
sangat mempengaruhi praktek kebiasaan sehat. Sebagai contoh, olahraga untuk
wanita mungkin dianggap diinginkan dalam satu budaya, tapi tidak diinginkan di
budaya lain (Donovan, Jessor, & Costa, 1991; dalam Taylor, 2009).
4. Personal Control
Dalam Taylor (2009) persepsi mengenai kesehatan seseorang berada di
bawah kontrol pribadi juga menentukan kebiasaan sehat. Salah satu yang telah
mendapat perhatian adalah locus of control (Lau, 1988; Rotter, 1966; Strickland,
1978).
Sebagai contoh, skala Health Locus of Control (Wallston, Wallston, &
DeVellis, 1978) mengukur sejauh mana orang merasa diri mereka dapat
mengendalikan kesehatan mereka, merasa orang lain yang sangat kuat dapat
mengendalikan kesehatan mereka, atau menganggap keberuntungan sebagai
penentu utama kesehatan mereka. Orang-orang yang cenderung melihat kesehatan
di bawah kontrol pribadi mungkin cenderung untuk berlatih kebiasaan sehat yang
lebih baik daripada mereka yang menganggap kesehatan mereka sebagai akibat
dari faktor keberuntungan (Taylor, 2009).
5. Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial mempengaruhi praktek kebiasaan sehat. Keluarga, teman,
dan teman kerja semua dapat mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan terkadang ke arah yang bermanfaat, pada waktu yang lain ke arah
22
merugikan (Broman, 1993; turbin at al, 2006). Sebagai contoh, tekanan teman
sebaya sering menyebabkan merokok pada remaja (dalam Taylor, 2009).
6. Personal Goals
Kebiasaan sehat sangat terikat dengan personal goals (Eiser & Lembut,
1998). Jika kebugaran pribadi atau prestasi atletik merupakan tujuan penting,
orang mungkin akan lebih berolahraga secara teratur daripada jika kebugaran
bukan tujuan pribadi (dalam Taylor, 2009).
7. Perceived Symptoms
Beberapa kebiasaan sehat biasanya dikontrol oleh perceived symptoms
contohnya perokok mungkin mengontrol perilaku merokok mereka jika
mengalami gangguan di tenggorokan mereka. Perokok yang bangun dengan
batuk-batuk dan tengguorkan yang sakit mungkin akan berpikir kembali bahwa
dia sebenarnya bisa mempunyai masalah kesehatan pada saat itu (Taylor, 2009).
8. Akses Pelayanan Kesehatan
Akses pelayanan kesehatan juga bisa mempengaruhi praktek perilaku
sehat dengan menggunakan program screaning tubercolosis (TBC), mendapatkan
Pap-Smear secara regular, mendapatkan mammogram dan mendapatkan
imunisasi pada masa kecil adalah perilaku sehat yang berhubungan langsung
dengan pelayanan kesehatan (Taylor, 2009).
9. Faktor Kognitif
Pada akhirnya, praktek perilaku sehat berkaitan dengan faktor-faktor
kognitif, seperti pengetahuan dan intelegensi (Jeccard, Dodge, & Guilamo-Ramos,
2005). Misalnya, keyakinan terhadap perilaku sehat tertentu yaitu bermanfaat atau
23
berarti bahwa seseorang mungkin rentan terhadap penyakit jika dia tidak
melakukan perilaku sehat tertentu dan juga tidak memprediksi perilaku sehat
(dalam Taylor, 2009).
Dari beberapa teori yang ada peneliti memilih teori dari Taylor (1995).
Dan dari faktor-faktor tersebut, peneliti meneliti beberapa faktor psikologis yang
mempengaruhi perilaku sehat yaitu :
1. Self-Esteem
Berbeda dengan konsep diri, yang merupakan pandangan kognitif diri,
harga diri dapat didefinisikan sebagai komponen afektif dari diri (Seigley, 1999).
Self-esteem mengacu pada persepsi seseorang tentang harga diri (Rosenberg,
1965; dalam Alison dkk., 1999).
Salah satu instrumen yang paling banyak digunakan untuk menilai harga
diri adalah Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES; Rosenberg, 1989). Penulis ini
berpendapat bahwa self-esteem komponen dari self-concept dan didefinisikan
sebagai pikiran dan perasaan individu tentang nilai dan pentingnya diri mereka
sendiri, yaitu sikap positif atau negatif terhadap diri sendiri secara keseluruhan
(Rosenberg, 1965). RSES adalah instrumen unidimensional terbuat dari konsepsi
fenomenologis diri yang menangkap persepsi keseluruhan dari subyek dari nilai
mereka sendiri melalui skala 10 item, 5 item positif dan 5 item negatif (dalam
Juan L., José G. & Grijalvo, 2007).
Self-esteem juga berkaitan dengan praktek perilaku sehat. Pada anak-anak
dan orang dewasa, mereka dengan self-esteem yang lebih tinggi kemungkinan
besar mempraktekkan berbagai kebiasaan sehat yang baik daripada mereka
24
dengan self-esteem yang rendah (Lau & Klepper, 1998). Umumnya, perilaku sehat
yang baik lebih mungkin untuk dipraktekkan oleh orang-orang dengan rasa
psikologis kesejahteraan dan keyakinan bahwa kesehatan mereka umumnya baik
(Mekanik & Jelas, 1980). Mechanic & Jelas (1980) berpendapat bahwa perilaku
sehat yang positif adalah bagian dari gaya hidup yang kompleks yang
mencerminkan kemampuan untuk mengantisipasi masalah, untuk memobilisasi
dalam menghadapi masalah, dan mengatasi secara aktif. Dengan demikian,
perilaku sehat mirip dengan aspek kehidupan lainnya yang membutuhkan rencana
aktivitas mengatasi masalah (dalam Taylor, 1995).
Dalam sebuah penelitian tentang perilaku sehat remaja yang dilaporkan
oleh Stein et al, (1998) dalam Seigley (1999) menunjukkan adanya hubungan
antara self-esteem yang rendah dan praktek kesehatan beresiko.
2. Health-Specific Self-efficacy
Perceived self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan seseorang tentang
kemampuan mereka untuk menghasilkan tingkat kinerja yang ditunjuk
mempunyai pengaruh atas peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi kehidupan
mereka. Self-efficacy beliefs menentukan bagaimana orang merasa, berpikir,
memotivasi diri dan berperilaku. Keyakinan tersebut menghasilkan efek beragam
melalui empat proses utama. Mereka termasuk kognitif, motivasi, afektif dan
proses seleksi (Bandura, 1994).
Menurut Social Cognitive Theory (SCT) (Bandura, 1997), kontrol personal
memfasilitasi perubahan perilaku sehat. Self-efficacy mengacu pada rasa kontrol
atas lingkungan dan perilaku. Self-efficacy beliefs adalah suatu kognisi yang
25
menentukan apakah untuk memulai perubahan perilaku sehat akan dibuat banyak
usaha dan berapa lama seseorang dapat menghadapi hambatan dan kegagalan.
Self-efficacy secara langsung berkaitan dengan perilaku sehat, tetapi juga
mempengaruhi perilaku sehat secara tidak langsung melalui dampaknya pada
tujuan. Sementara langkah-langkah umum self-efficacy mengacu pada
kemampuan untuk menghadapi situasi stres, tindakan self-efficacy untuk perilaku
sehat mengacu pada keyakinan tentang kemampuan untuk melakukan perilaku
sehat tertentu (Schwarzer, t.t.).
Health-specific self-efficacy adalah optimistis keyakinan diri seseorang
untuk dapat menahan godaan dan mengadopsi gaya hidup sehat (dalam Schwarzer
& Renner, tt). Health specific self-efficacy pada penelitian ini terdiri dari nutrition
self-efficacy, physical exercise self-efficacy, smoking cessation self-efficacy dan
alcohol resistance self-efficacy.
3. Health Locus of Control
Health locus of control adalah sejauh mana orang percaya bahwa
kesehatan mereka dikendalikan oleh faktor internal atau eksternal (Wallston,
Wallston, Kaplan and Maides, 1976).
Dan dalam Taylor (2003) health locus of control adalah persepsi bahwa
kesehatan seseorang berada di bawah kendali pribadi, dikendalikan oleh orang
lain yang kuat seperti dokter, atau ditentukan oleh faktor eksternal termasuk
keberuntungan.
Dimensi internal-eksternal mendefinisikan individu umumnya yakin
mengenai sumber bantuan. Individu dengan internal locus of control lebih
26
cenderung percaya bahwa sumber bantuan adalah konsekuensi perilaku mereka
sendiri, sedangkan individu dengan external locus of control cenderung melihat
sumber bantuan mereka sebagai di bawah kendali eksternal, yaitu tergantung pada
orang lain atau kesempatan (Rotter, 1954, 1996; dalam Taylor, 1995).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan internal locus of
control lebih mungkin untuk memikul tanggung jawab untuk kesehatannya
sendiri. Mereka mungkin mempraktekkan perilaku sehat yang lebih baik, lebih
menjaga hati-hati terhadap kecelakaan, dan mengumpulkan informasi kesehatan
lebih dari individu dengan external locus of control (Strickland, 1978). Namun,
hasil tidak selalu kuat, dan masalah pengukuran mengganggu konstrak locus of
control. Akibatnya, hubungan antara variabel locus of control dan perilaku sehat
preventif itu sederhana (dalam Taylor, 1995).
Sebagai konsekuensi dari jenis-jenis temuan, peneliti telah mencoba untuk
mengetahui locus of control apakah yang lebih tepat dalam konteks kesehatan
(Lau & Ware, 1981; KA Wallston, Wallston & DeVellis, 1978). Sebagai contoh,
Skala Health Locus of Control, dikembangkan oleh Wallston et al. (1978),
mengukur tiga faktor. (1) subskala internal health locus of control, (2) subskala
eksternal health locus of control, (3) subskala ketiga, kesempatan (chance) health
locus of control (dalam Taylor, 1995).
4. Kepribadian
Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri seseorang, sistem
psikofisik yang menciptakan pola-pola karakteristik perilaku seseorang, pikiran
dan perasaan (Allport, 1961; dalam Hogan, Jonshon, & Briggs, 1997).
27
Trait adalah sifat konsisten pola pikiran, perasaan, atau tindakan yang
membedakan orang dari satu sama lain. Trait tampaknya diperlukan untuk ilmu
kepribadian, karena semua ilmu pengetahuan adalah untuk mengidentifikasi dan
menjelaskan pola-pola yang konsisten (Hanson, 1958 dalam Hogan, Jonshon, &
Briggs, 1997).
Selama bertahun-tahun, para peneliti sifat, Eysenck, Cattell dan lain-lain
bersemangat memperdebatkan jumlah dan trait dari dimensi dasar kepribadian.
Karena masalah itu belum terselesaikan, lapangan tetap terpecah-pecah dan
berantakan. Sejak 1980-an, perbaikan bertahap dalam kualitas dan kecanggihan
metode, terutama analisis faktor, telah menyebabkan awal dari sebuah konsensus.
Sekarang banyak peneliti setuju bahwa perbedaan individu dapat berguna diatur
dalam lima dimensi besar, bipolar (John & Srivastava, 1999: John McCrae &
Costa, 2003). Dikenal luas sebagai dimensi fitur "Big Five" - bukan karena
mereka begitu hebat, tetapi karena jangkauan yang luar biasa dan tingkat abstraksi
(dalam Pervin, Corvone & John, 2005).
Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu
kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian
yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari.
Pendekatan ini disebut Goldberg sebagai Fundamental Lexical (Language)
Hypothesis; perbedaan individu yang paling mendasar digambarkan hanya dengan
satu istilah yang terdapat pada setiap bahasa (dalam Pervin, Corvone & John,
2005).
28
Big Five Personality atau yang juga disebut dengan Five Faktor Model
oleh Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana. Di
sini, peneliti berusaha menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisa
kata-kata yang digunakan orang pada umumnya, yang tidak hanya dimengerti oleh
para psikolog, namun juga orang biasa (Pervin, Corvone & John, 2005).
Faktor-faktor dalam teori kepribadian five faktor model yaitu Neuroticism,
Extraversion, Openness, Agreeableness, dan Conscientiousness. Definisi serta
karakteristik orang dengan skor yang tinggi dan skor yang rendah dari faktor-
faktor tersebut bisa dilihat dari tabel di bawah yang merupakan hasil penelitian
dari Costa dan McCrae (Pervin, Corvone & John, 2005).
29
Tabel 2.1
Indikator dan Kerakteristik Faktor Kepribadian
Karakteristik Orang dengan Skor
Tinggi
Skala Trait
Karakteristik Orang denga Skor Rendah
Mudah berhubungan dengan orang lain, aktif, cerewet, person-oriented, optimis, suka bersenang-senang, dan penuh kasih saying
Extraversion Menilai kuantitas dan
intensitas dari interaksi interpersonal, tingkat
keaktifan, kebutuhan akan stimulasi, dan kapasitas untuk
kesenangan.
Lambat dalam menunjukkan perasaan, serius dan bertanggungjawab, tidak semangat, tidak ramah, berorientasi tugas, pendiam
berhati lembut, bersifat baik, mudah percaya pada orang lain, suka membantu, pemaaf, mudah tertipu, dan jujur
Agreeableness Menilai kualitas dari orientasi interpersonal seseorang yang
bervariasi menurut suatu kontinum dari merasa kasihan
sampai antagonis dalam pikiran, perasaan, dan
perbuatan
Sinis, kasar, curiga, tidak kooperatif, penuh dendam, mudah tersinggung, manipulative
Terorganisir, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin diri, tepat waktu, teliti, rapi, ambisius, dan Tekun
Conscientiousness Menilai tingkat keteraturan,
ketahanan,dan motivasi individu dalam perilaku yang
berorientasi pada tujuan.
Tidak punya tujuan, malas, ceroboh, cuek, tidak punya keinginan yang kuat, hedonis.
khawatir, gelisah, emosional, merasa tidak aman, tidak cakap, hypochodriacal
Neuroticism Menilai penyesuaian versus
ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi individu yang rentan terhadap distres, ideide
yang tidak realistis, keinginan yang berlebih, dan
respon coping yang maladaptif.
Tenang, santai, tidak emosional, tegar, merasa aman, dan puas atau bangga terhadap diri sendiri.
selalu ingin tahu, punya ketertarikan yang beragam, kreatif, orisinil, penuh daya khayal, tidak tradisional
Openness Menilai pencarian yang proaktif dan menghargai
pengalaman, toleransi dan mengeksplorasi hal-hal yang
tidak familiar.
Konvensional, apa adanya, tidak memiliki ketertarikan, tidak artistik, tidak analitis
Sumber : Pervin, Corvone & John (2005)
30
Teori kepribadian menunjukkan bahwa sifat-sifat atau kombinasi sifat
merupakan penentu fundamental dari perilaku dan ada cukup bukti
menghubungkan kepribadian dan perilaku (Furnham dan Surga, 1999). Faktor
kepribadian positif (misalnya, optimisme) atau negatif (misalnya, efektivitas
negatif) terkait dengan praktek perilaku sehat (Adler & Matthews 1994, Steptoe et
al, 1994; dalam Conner & Norman, 2005).
Sebuah literatur secara luas menjelaskan bahwa terdapat ciri-ciri
kepribadian yang berhubungan dengan hasil kesehatan (lihat Marshall et al,
1994.), namun, penelitian yang telah memfokuskan pada dampak dari sifat-sifat
ini pada perilaku sehat relatif sedikit. Untuk saat ini, sebagian besar penelitian
telah difokuskan pada pengaruh sifat-sifat ‘Big Five’ kepribadian (yaitu
neurotisisme, extraversion, conscientiousness, openness dan agreeableness)
terhadap perilaku sehat (misalnya Siegler et al, 1995;. Schwartz et al, 1999;.
Conner dan Ibrahim 2001). Terdapat penelitian yang menemukan efek langsung
ciri-ciri kepribadian ketika memprediksi perilaku sehat. Sebagai contoh,
extraversion telah ditunjukkan untuk menjelaskan varians tambahan dalam
perilaku olahraga, melebihi dan di atas yang dijelaskan oleh TPB (Theory Planned
Behavior) (misalnya Courneya et al. 1999). Demikian pula, Conner dan Abraham
(2001) melaporkan bahwa conscientiousness memiliki efek langsung pada
perilaku olahraga, meskipun extraversion dan neurotisisme hanya memiliki efek
tidak langsung. Tidak ada efek yang ditemukan untuk openness dan
agreeableness. Ditemukannya efek langsung conscientiousness dan extraversion
menyoroti kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut tentang bagaimana sifat-sifat
31
kepribadian dapat berdampak pada perilaku sehat (dalam Conner & Norman,
2005).
Dan selain yang diteorikan, sebagai kontrol yang menjadi variabel
independen yaitu variabel demografis yang terdiri dari kelas sosial ekonomi orang
tua. Variabel demografis menunjukkan hubungan yang handal dengan kinerja
perilaku sehat. Perilaku tersebut bervariasi berdasarkan gender, dengan
perempuan umumnya kurang mungkin untuk merokok, mengkonsumsi alkohol
dalam jumlah besar, terlibat dalam olahraga teratur, tetapi lebih cenderung untuk
memantau diet mereka, minum vitamin dan terlibat dalam perawatan gigi
(Waldron 1988). Perbedaan status sosial ekonomi dan kelompok etnis juga jelas
untuk perilaku seperti diet, olahraga alkohol, konsumsi dan merokok (misalnya
blaxter, 1990; dalam Conner, 2002).
Secara umum, orang yang lebih muda, lebih kaya, berpendidikan yang
lebih baik, di bawah rendahnya tingkat stres, dengan tingkat tinggi dukungan
sosial lebih tinggi mungkin melakukan perilaku melindungi kesehatan. Tingginya
tingkat stres dan/atau kurangnya sumber daya terkait dengan perilaku beresiko
kesehatan seperti penyalahgunaan merokok dan alkohol (Adler dan Matthews
1994; dalam Conner, 2002).
Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai
pengaruh faktor-faktor psikologis terhadap perilaku sehat. Pada Tabel 2.2 ini
peneliti membuat matrikulasi hasil pengaruh faktor-faktor psikologis terhadap
perilaku sehat.
32
Tabel 2.2
Matrikulasi Hasil Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadap Perilaku
sehat
No Nama Temuan 1 Allison K.R. dkk.(1999) - Faktor penentu kontrol individu, rasa
koherensi, self-esteem dan kesusahan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan salah satu dari empat perilaku (physical inactivity, daily smoking, heavy drinking dan risk behavior index)
2 Abood & Conway (1988) - Temuan menunjukkan bahwa self-esteem bukan merupakan kekuatan pendorong praktek perilaku sehat tertentu. Namun, self-esteem dapat memiliki hubungan timbal balik dengan praktek umum perilaku sehat. Artinya, self-esteem yang tinggi dapat meningkatkan kecenderungan umum seseorang untuk terlibat dalam berbagai perilaku untuk meningkatkan kesehatan. Sebaliknya, berpartisipasi dalam berbagai perilaku sehat yang positif dapat meningkatkan persepsi diri seseorang.
2 Von, AH.D dkk. (2004) - Self-efficacy secara signifikan memprediksi perilaku alkohol dan merokok, aktivitas fisik dan perilaku perlindungan gizi, perilaku protektif terhadap keselamatan umum dan perilaku perlindungan matahari.
3 Puchala dkk. (2007) - Ada pengaruh yang signifikan secara statistik self-efficacy belief terhadap perilaku sehat seperti konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari dan konsumsi alkohol yang sudah berkurang.
4 Silalahi, Verawati (2009) - Terdapat hubungan positif dan signifikan antara locus of control dengan perilaku sehat
5 Torres & Pritchard (tt) - Agreebleness berkorelasi dengan perilaku sehat yang lebih beresiko daripada dimensi kepribadian lainnya.
- Para peneliti juga menemukan perbedaan gender (jenis kelamin) yang signifikan dalam perilaku beresiko kesehatan dan
33
tiga dimensi kepribadian. Pria terlibat lebih dalam aksi kekerasan, penggunaan tembakau, konsumsi alkohol, ganja dan penggunaan narkoba lainnya dibandingkan dengan wanita.
6 Conway, T. L. dkk (1992) - Conscientiousness, agreebleness dan extraversion merupakan tiga elemen penting dari kepribadian yang memprediksi perilaku sehat.
7 Rohman, A (t.t.) - Tingkat perilaku merokok pada remaja berada pada tingkatan sedang.
- Status sosial ekonomi orang tua remaja adalah bawah.
- Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dan tingkat perilaku merokok remaja.
8 Holopainen & Sulinto (2005) - Tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan perilaku sehat remaja.
4.2. Pengukuran Perilaku sehat
Berikut ini pengukuran perilaku sehat pada beberapa penelitian terdahulu :
1. Von, AH. D. dkk. (2004) mengukur perilaku sehat dengan menggunakan
kuesioner self-report tentang perilaku sehat umum seperti konsumsi
alkohol, perilaku merokok, aktivitas fisik and perilaku pola makan/gizi,
perilaku keselamatan umum dan perilaku perlindungan dari sinar
matahari.
2. Allison, K.R. dkk. (1999) mengukur perilaku sehat beresiko berdasarkan
beberapa perilaku yaitu physical inactivity, daily smoking, heavy
dringking, dan semua perilaku beresiko.
34
3. Lantz dkk. (1998) mengukur perilaku sehat dari informasi self-report
responden berdasarkan 4 perilaku yaitu merokok, meminum alkohol, body
weight dan aktivitas fisik.
4. Pikko & Brassai (2007) mengukur perilaku sehat berdasarkan empat
perilaku yaitu merokok, konsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan
terlarang, dan aktivitas olahraga.
5. Puchała J dkk. (2007) mengukur perilaku sehat berdasarkan empat
perilaku yaitu pola makan, aktivitas fisik, minum alkohol, dan merokok.
Dari sini terlihat bahwa meskipun instrument pengukuran perilaku sehat
berbeda-beda, tidak ada satupun pendekatan tunggal yang digunakan untuk alat
ukur perilaku sehat, namun secara skala pengukuran, bahwa alat ukur tersebut
sama yaitu menggunakan skala kontinum. Sehingga menurut peneliti tidak perlu
lagi untuk menyusun secara baku alat ukur perilaku sehat sebab tentu alat ukur
tersebut dibuat sesuai dengan perilaku sehat, namun sejauh pengukuran tersebut
menggunakan skala kontinum maka dapat diterima. Untuk lebih lengkap tentang
instrument pengukuran perilaku sehat, maka akan peneliti paparkan di BAB 3
pada sub-bab instrument pengumpulan data.
4.3. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh independent variable yang
diketahui terhadap dependent variable. Dalam penelitian ini dependent variable
yaitu perilaku sehat, sedangkan variabel yang di teorikan peneliti sebagai
independent variable berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya tentang
35
perilaku sehat, yaitu self-esteem, health-specific self-efficacy, health locus of
control (yang terdiri dari dua faktor yaitu internal health locus of control dan
eksternal health locus of control), dan kepribadian (yang terdiri dari lima faktor
yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neoriticism, dan openness) .
Dan selain yang diteorikan, peneliti juga meneliti variabel lainnya yaitu kelas
sosial ekonomi orang tua.
Bunyi hipotesis utamanya yaitu : “ada pengaruh yang signifikan dari
faktor psikologis seperti self-esteem, health-specific self-efficacy, internal
health locus of control, eksternal health locus of control, extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neoriticism, openness, dan kelas sosial
ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat”.
Selanjutnya hipotesis minor penelitian ini yaitu :
1. Self-Esteem berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
2. Health-specific self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap perilaku
sehat.
3. Internal health locus of control berpengaruh signifikan terhadap perilaku
sehat.
4. Eksternal health locus of control berpengaruh signifikan terhadap perilaku
sehat.
5. Extraversion berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
6. Agreeableness berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
7. Conscientiousness berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
8. Neoriticism berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
36
9. Openness berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
10. Kelas sosial ekonomi orang tua berpengaruh signifikan terhadap perilaku
sehat.
Jika digambarkan dengan model, maka hipotesis utama dan kerangka
berpikir akan tampak seperti :
37
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Health Locus of Control
Kepribadian
Keterangan : perilaku sehat sebagai dependent variable, sedangkan variabel
lainnya sebagai independent variable.
Internal Health Locus of Control
Eksternal Health Locus of Control
Benevolence
Neoriticsm
Perilaku Kesehatan
Self-Esteem
Opennes
Health-Specific Self-Efficacy
Conscientiousness
Agreeableness
Extraversion
Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua
38
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan tentang Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian,
Definisi Operasional, Instrumen Pengumpulan Data, Pengujian Validitas Alat
Ukur, Prosedur Pengumpulan Data, dan Metode Analisis Data.
Pada penelitian ini, yang hendak diteliti adalah apakah ada pengaruh dari
masing-masing variabel independen terhadap perilaku sehat. Pendekatan yang
digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut adalah pendekatan
kuantitatif, dimana temuan penelitian merupakan kesimpulan yang bersifat
statistik.
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Tangerang
Selatan. Sampel penelitian ini ditetapkan sebanyak 200 orang tetapi yang
mengembalikan kuesioner hanya ada 195 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
non-probability sampling, dimana besar peluang untuk terpilihnya anggota
populasi tidak diketahui. Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah perguruan
tinggi dan mahasiswa yang ada di Tangerang Selatan, sehingga tidak
memungkinkan peneliti untuk memiliki daftar dari seluruh anggota populasi
tersebut, terutama karena terbatasnya waktu, biaya dan tenaga. Meskipun
pengambilan sampel bersifat non-probability sampling, namun tetap diharapkan
39
hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan ke populasi karena dalam penelitian ini
tujuan utamanya adalah untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan antar
variabel penelitian, bukan mengenai subjek penelitian.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Perilaku Sehat
2. Self-Esteem
3. Health-specific self-efficacy
4. Healt Locus of Control (terdiri dari 2 faktor)
5. Kepribadian (terdiri dari 5 faktor)
6. Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua
Adapun yang ditetapkan sebagai variabel dependen (outcome variable)
dalam penelitian ini adalah perilaku sehat, sedangkan variabel lainnya merupakan
variabel independen (predictor variable).
3.3. Definisi Operasional Variabel
Dari definisi konseptual yang telah dijelaskan dalam BAB 2, kemudian peneliti
menentukan definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Perilaku sehat adalah skor yang diperoleh tentang bagaimana praktek
perilaku sehat mahasiswa, yang terdiri dari empat perilaku yaitu perilaku
makan, olahraga, perilaku merokok dan mengkonsumsi alkohol.
40
2. Self-Esteem adalah skor yang diperoleh tentang persepsi mahasiswa
mengenai harga diri mereka dalam mempraktekkan perilaku sehat.
3. Health-Spesific Self-Efficacy adalah skor yang diperoleh tentang optimistis
kepercayaan diri mahasiswa untuk mampu menahan godaan dan
mengadopsi gaya hidup sehat. Indikator yang digunakan dalam skala ini
terdiri dari the nutrition self-efficacy, the physical exercise self-efficacy,
the alcohol resistance self-efficacy, dan the smoking cessation self-efficacy
yang dikemukakan dalam Renner & Schwarzer (t.t.).
4. Health Locus of Control adalah skor yang diperoleh tentang sejauh mana
mahasiswa merasa diri mereka mampu mengendalikan kesehatan mereka,
menganggap orang lain yang kuat untuk bertanggung jawab atas kesehatan
mereka, atau suatu keberuntungan sebagai penentu utama kesehatan
mereka. Indicator yang digunakan dalam skala ini berdasarkan pada
faktor-faktor health locus of control, yaitu internal health locus of control
dan eksternal health locus of control yang dikemukakan oleh Wallston,
Wallston & DeVellis (1978) dalam Taylor (2009).
5. Kepribadian adalah skor yang diperoleh dari hasil skala big five yang
terdiri dari lima subskala yang masing-masing mengukur dimensi
extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan
openness.
6. Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua adalah penilaian subjek tentang dirinya
sendiri yaitu mengenai status tingkatan apakah termasuk dalam kelas
sosial ekonomi bawah, kelas menengah ke bawah, kelas menengah, kelas
41
menengah ke atas, atau kelas atas yang merujuk keadaaan ekonomi secara
umum.
3.4. Instrumen Pengumpulan Data
1. Perilaku sehat diukur dengan menggunakan kuesioner perilaku sehat yang
peneliti adaptasi dari Health Behavior Checklist yang disusun oleh Vickers
dkk. (1988). Alat ukur ini terdiri dari 7 item. Respon jawaban yang
diberikan terdiri dari 4-point yaitu sangat setuju sampai sangat tidak
setuju.
2. Self-Esteem diukur dengan menggunakan kuesioner Self-Esteem yang
disusun oleh Rosenberg. Alat ukur ini terdiri dari 10 item. Respon jawaban
yang diberikan terdiri dari 4-point yaitu dari sangat setuju sampai sangat
tidak setuju.
3. Health-Spesific Self-Efficacy diukur dengan menggunakan kuesioner
Health-Specific Self-Efficacy yang peneliti adaptasi dari Renner &
Schwarzer (t.t.). Alat ukur ini terdiri dari 12 item. Respon jawaban yang
diberikan terdiri dari 4-point yaitu dari sangat yakin sampai sangat tidak
yakin.
4. Health Locus of Control diukur dengan menggunakan kuesioner
Multidimensional Health Locus of Ccontrol (MHCL) yang peneliti
adaptasi dari Wallston, Wallston & DeVellis (1978). Alat ukur ini terdiri
dari 18 item. Respon jawaban yang diberikan terdiri dari 4-point yaitu dari
sangat setuju sampai sangat tidak setuju.
42
5. Kepribadian diukur dengan menggunakan Big Five Inventori (BFI) yang
peneliti adaptasi dari John, Oliver P. (1991) (dalam John & Srivastava,
1999). Alat ukur ini terdiri dari 44 item. Respon jawaban yang diberikan
terdiri dari 4-point yaitu dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju.
Semua alat ukur di atas penulis terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia,
dan belum ada terjemahan yang dibakukan. Maka penulis akan menguji validitas
dan reabilitas secara empiris.
3.5. Pengujian Validitas Alat Ukur
Dalam rangka pengujian validitas alat ukur, peneliti melakukan uji validitas
konstruk instrument tersebut. Oleh karena itu, digunakan CFA (Confirmatory
Faktor Analysis) untuk pengujian validitas instrument. Adapun logika dari CFA
(Umar, 2011) :
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional
sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya.
Trait ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini
dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga
subskala hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun
subskala bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang
unidimensional. Matriks korelasi ini disebut sigma (Σ), kemudian
43
dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut matriks S.
Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada
perbedaan antara matriks S - matriks Σ atau bisa juga dinyatakan dengan S
- Σ = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan
chi square. Jika hasil chi square tidak signifikan p>0.05, maka hipotesis
nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut
dapat diterima bahwa item hanya mengukur satu faktor saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan
atau tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test.
Jika hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop.
6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Berarti item tersebut
mengukur hal yang berlawanan dengan apa yang hendak diukur. Namun
demikian perlu diperiksa kembali apakah item tersebut berupa item negatif
(unfavorable). Untuk item yang unfavorable, skornya harus dibalik
terlebih dahulu menjadi favorable sebelum analisis CFA dilakukan.
Selanjutnya dilakukan analisis CFA kembali dengan menggunakan item
yang tidak didrop atau item yang diterima. Kemudian setelah didapat model fit
dihitung faktor skornya. Penggunaan faktor skor ini adalah untuk menghindari
hasil penelitian yang bias akibat dari kesalahan pengukuran. Jadi skor yang
dianalisis dalam penelitian ini bukanlah skor yang diperoleh dari variabel pada
44
umumnya, melainkan justru true score yang diperoleh dengan memperhitungkan
perbedaan validitas dari setiap item. Namun demikian, untuk menghindari faktor
skor yang bertanda negatif dan positif (Zscore) maka peneliti mentranformasikan
faktor skor tersebut menjadi T skor. Dengan rumus T skor yaitu (Umar, 2011):
Tskor = (10 x faktor skor) + 50.
Dalam hal ini T skor akan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan
diharapkan seluruh skor merupakan bilangan positif yang memiliki rentangan
diperkirakan antara 0 dan 100. Setelah didapatkan faktor skor yang telah dirubah
menjadi T skor, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi
dan regresi. Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan
menggunakan sotware LISREL 8.30 (Joreskog & Sorbom, 1999).
3.5.1. Uji Validitas Skala Perilaku Sehat
Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat
unidimensi dalam mengukur perilaku sehat. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan, model satu faktor menghasilkan Chi-Square=117.60, df=14, P-
value=0.00000, RMSEA=0.195, yang berarti tidak fit. Namun setelah dilakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model
fit dengan nilai Chi-Square=15.82, df=10, P-value=0.10499, RMSEA=0.055,
45
yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu perilaku sehat.
Selanjutnya kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini,
yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item.
Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1
Muatan faktor item untuk perilaku sehat
No. Koefisien Standar Eror Nilai T 1 0,64 0,08 8,46* 2 0,69 0,08 8,74* 3 0,54 0,08 6,73* 4 0,67 0,08 8,25* 5 0,53 0,08 6,91* 6 0,31 0,08 3,87* 7 0,32 0,08 4,06*
Keterangan: tanda (*) = signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan
Dari tabel 3.1 di atas, pada kolom koefisien semua item bermuatan positif
dan signifikan. Sehingga tidak ada item yang didrop.
Selanjutnya setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model
pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling
berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya
bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Item yang paling ideal karena
kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi adalah item nomor 1. Sedangkan item
yang tidak bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, dan item yang memiliki
korelasi kesalahan pengukuran yang paling banyak yaitu item nomor 4 yang
46
berkorelasi dengan item nomor 2 dan 3, yang artinya kesalahan pengukurannya
berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut
selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Namun
karena item nomor 4 memiliki korelasi kesalahan tidak lebih dari tiga, maka item
tersebut tetap akan dianalisis dalam penghitungan faktor skor. Secara subjektif
disini peneliti beranggapan bahwa jika kesalahan pengukuran pada sebuah item
memiliki korelasi partial lebih dari tiga maka peneliti melihatnya itu terlalu
kompleks makanya harus didrop dan sebaliknya jika item tersebut memiliki
korelasi partial tidak lebih dari tiga maka item tersebut tidak didrop karena belum
mengganggu kualitas dari faktor skor.
3.5.2. Uji Validitas Skala Self-Esteem
Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 10 item yang ada bersifat
unidimensi mengukur self-esteem. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan,
model satu faktor menghasilkan Chi–Square=172.80, df=35, P-value=0.0000,
RMSEA = 0.142, yang berarti tidak fit. Namun, setelah dilakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi–Square
= 34.56, df = 25, P-value = 0.09650, RMSEA = 0.044, yang artinya model dengan
satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu
faktor saja yaitu self-esteem.
Kemudian melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur. Sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau
47
tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.2
Muatan Faktor Item Self-Esteem
No Koefisien Standar error Nilai t
1 0,51 0,08 6,72*
2 0,39 0,08 5,14*
3 0,54 0,07 7,49*
4 0,50 0,07 6,74*
5 0,67 0,07 9,63*
6 0,73 0,07 10,71*
7 0,50 0,07 6,74*
8 -0,24 0,08 -3,10
9 0,75 0,07 11,39*
10 0,70 0,07 10,42*
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel diatas, semua nilai t bagi koefisien muatan faktor item
signifikan. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item apakah ada yang
bermuatan negatif. Dari tabel 3.2, pada kolom koefisien terdapat item yang
muatan faktornya negatif yaitu item 8. Dengan demikian item 8 yang didrop.
Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran
ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat
disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya
masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak
48
berkorelasi satu sama lain, seperti item 9 dan 10. Sedangkan item yang tidak
bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, dan item yang memiliki korelasi
kesalahan pengukuran yang paling banyak yaitu item nomor 1 yang berkorelasi
dengan item nomor 3, 6, 4 dan 7, yang artinya kesalahan pengukurannya
berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut
selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Dengan
demikian item tersebut didrop karena memiliki korelasi kesalahan pengukuran
lebih dari tiga.
3.5.3. Uji Validitas Skala Health-Specific Self-Efficacy
Pada skala health-specific self-efficacy ini, pertama diteorikan bahwa ada dua
faktor (komponen) health-specific self-efficacy yang masing-masing diukur oleh
item yang telah ditetapkan (dua faktor tersebut adalah nutrition self-efficacy dan
exercise self-efficacy).
Adapun hasil dari uji validitas konstruk pada setiap faktor dari health-
specific self-efficacy dijelaskan pada setiap sub bab berikut ini:
3.5.3.1. Uji Validitas Skala Nutrition Self-Efficacy
Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat
unidimensi mengukur nutrition self-efficacy. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan, model satu faktor menghasilkan Chi-Square=6.91, df=3, P-
value=0.07476, RMSEA=0.082, yang artinya model dengan satu faktor
49
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu nutrition self-efficacy.
Kemudian melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur. Sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.3
Muatan Faktor Item Nutrition Self-Efficacy
No Koefisien Standar error Nilai t
1 0,80 0,08 9,64*
2 0,51 0,07 7,12*
3 0,65 0,07 8,86*
4 0,81 0,08 9,83*
5 0,50 0,07 6,93*
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel diatas, semua item bermuatan positif dan nilai t bagi koefisien
muatan faktor item signifikan. Dengan demikian tidak ada yang didrop.
Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran
ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat
disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya
masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak
berkorelasi satu sama lain, pada model ini item yang tidak mempunyai kesalahan
pengukuran yang berkorelasi adalah item nomor 3. Sedangkan item yang tidak
50
bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, yang artinya kesalahan pengukurannya
berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut
selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Jika dilihat
dari matrik korelasinya, item yang paling multidimensional adalah item nomor 4
yang berkorelasi dengan item nomor 1, dan item nomor 5 yang berkorelasi dengan
item nomor 2. Namun pada model ini tidak ada kesalahan pengukuran yang
berkorelasi lebih dari tiga. Dengan demikian tidak ada item yang didrop.
3.5.3.2. Uji Validitas Skala Exercise Self-Efficacy
Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat
unidimensi mengukur exercise self-efficacy. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan, model satu faktor menghasilkan Chi-Square=12.60, df=10, P-
value=0.24702, RMSEA=0.037, yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu exercise self-efficacy.
Kemudian melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur. Sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau
tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut.
51
Tabel 3.4
Muatan Faktor Item Exercise Self-Efficacy
No Koefisien Standar error Nilai t
6 0,58 0,07 8,49*
7 086 0,06 14,03*
8 0,94 0,06 16,05*
9 0,69 0,07 10,50*
10 0,58 0,07 8,51*
11 0,18 0,07 2,47*
12 0,02 0,07 0,22
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel diatas, semua item bermuatan positif. Selanjutnya dilihat dari
nilai t item yang tidak signifikan yaitu item nomor 12. Sehingga item nomor 12
didrop.
Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran
ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat
disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya
masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak
berkorelasi satu sama lain, pada model ini item yang tidak mempunyai kesalahan
pengukuran yang berkorelasi adalah item nomor 8. Sedangkan item yang tidak
bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, yang artinya kesalahan pengukurannya
berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut
selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Jika dilihat
dari matrik korelasinya, item yang paling multidimensional adalah item nomor 6
52
dan 10, item nomor 6 berkorelasi dengan item nomor 7 dan 10, dan item nomor
10 berkorelasi dengan item nomor 6 dan 9. Namun item tersebut tidak didrop
karena memiliki korelasi kesalahan pengukuran tidak lebih dari tiga.
3.5.3.3. Uji Validitas Skala Health-Specific Self-Efficacy Keseleruhan
Dari kedua jenis health-specific self-efficacy yang telas diuji di atas, kemudian
diteorikan bahwa kedua jenis health-specific self-efficacy tersebut mengukur satu
faktor saja yaitu yang bersifat lebih umum (general faktor), yaitu health-specific
self-efficacy. Penelitian ini bisa diuji secara empiris, jika memang pernyataan itu
benar maka modelnya akan fit. Setelah didapat item-item yang valid, kemudian
dilakukan analisis dua tingkat, yang menghasilkan gambar berikut ini.
53
Gambar 3.1 Analisis faktor konfirmatorik dua tingkat dari variabel Health-
Specific Self-Efficacy
Model ini ternyata fit dengan nilai Chi Square=29.52, df=21, P-
Value=0.10216 (tidak signifikan) dan RMSEA=0.046. Kemudian hal ini
menunjukkan bahwa teori yang mengatakan health-specific self-efficacy terdiri
dari dua faktor dan selanjutnya dua faktor tersebut diukur dengan item yang
peneliti gunakan, ternyata sesuai dengan apa yang diteorikan. Tetapi dengan
beberapa korelasi antar kesalahan pengukuran. Namun karena jumlahnya tidak
terlalu banyak maka peneliti akan mengukur ini.
SELFEFFI 1.00
NUTRITIO
EXERCISE
ITEM1 0.91
ITEM2 0.72
ITEM3 0.75
ITEM4 0.66
ITEM5 0.41
ITEM6 0.64
ITEM7 0.18
ITEM8 0.19
ITEM9 0.49
ITEM10 0.69
ITEM11 0.96
Chi-Square=29.52, df=21, P-value=0.10216, RMSEA=0.046
1.00 2.96 2.81 3.60 4.78
1.00 1.62 1.61 1.22 0.94 0.34
0.08
0.55
0.31 0.35 0.06
0.24 0.18 0.17 0.10
-0.26 -0.12
54
3.5.4. Uji Validitas Skala Health Locus of Control
Pada skala health locus of control ini, pertama diteorikan bahwa ada dua faktor
(komponen) health locus of control yang masing-masing diukur oleh item yang
telah ditetapkan (dua faktor tersebut adalah internal locus of control dan eksternal
locus of control).
Adapun hasil dari uji validitas konstruk pada setiap faktor dari health
locus of control dijelaskan pada setiap sub bab berikut ini:
3.5.4.1. Uji Validitas Skala Internal Health Locus of Control
Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat
unidimensi mengukur internal health locus of control. Dari hasil analisis awal
CFA yang dilakukan, model satu faktor menghasilkan Chi–Square=23.53, df=9,
P-value=0.00511 , RMSEA=0.091, yang berarti tidak fit. Namun, setelah
dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan nilai Chi–Square=7,23, df=8, P-value=0.51183 , RMSEA=0.000, yang
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh
item mengukur satu faktor saja yaitu internal health locus of control.
Kemudian melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur. Sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau
tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut.
55
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Internal Health Locus of Control
No Koefisien Standar error Nilai t
1 0,38 0,08 4,66*
2 0,56 0,08 7,23*
3 0,13 0,08 1,59
4 0,68 0,08 8,99*
5 0,70 0,08 9,28*
6 0,60 0,08 7,76*
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel diatas, nilai t bagi koefisien muatan faktor item yang tidak
signifikan yaitu item 3, maka dari itu item nomor 3 didrop. Selanjutnya melihat
muatan faktor dari item apakah ada yang bermuatan negatif. Dari tabel 3.5, pada
kolom koefisien semua item bermuatan positif.
Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran
ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat
disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya
masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak
berkorelasi satu sama lain, pada model ini item yang tidak mempunyai kesalahan
pengukuran yang berkorelasi adalah item nomor 3, 4, 5 dan 6. Sedangkan item
yang tidak bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, yang artinya kesalahan
pengukurannya berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya
item tersebut selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain.
Jika dilihat dari matrik korelasinya, item yang paling multidimensional adalah
56
item nomor 2 yang berkorelasi dengan item nomor 1. Namun pada model ini tidak
ada kesalahan pengukuran yang berkorelasi lebih dari tiga. Dengan demikian tidak
ada item yang didrop.
3.5.4.2. Uji Validitas Skala External Health Locus of Control
Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat
unidimensi mengukur external health locus of control. Dari hasil analisis awal
CFA yang dilakukan, model satu faktor menghasilkan Chi–Square=345.94, df=54,
P-value=0.00000 , RMSEA = 0.167, yang berarti tidak fit. Namun, setelah
dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan nilai Chi–Square=56.70, df=41, P-value=0.05228 , RMSEA=0.044, yang
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh
item mengukur satu faktor saja yaitu eksternal health locus of control.
Kemudian melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur. Sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau
tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut.
57
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item External Health Locus of Control
No Koefisien Standar error Nilai t
1 0,42 0,08 5,23*
2 -0,10 0,08 -1,20
3 0,47 0,08 6,03*
4 0,02 0,08 0,23
5 0,28 0,08 3,39*
6 0,60 0,07 7,97*
7 0,24 0,08 2,98*
8 0,72 0,07 9,94*
9 0,26 0,08 3,16*
10 0,31 0,08 3,85*
11 0,51 0,08 6,63*
12 0,36 0,08 4,54*
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel diatas, koefisien muatan faktor item yang bermuatan negatif
yaitu item nomor 2. Selanjutnya dilihat dari nilai t item yang tidak signifikan yaitu
item nomor 2 dan 4. Sehingga item nomor 2 dan 4 didrop.
Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran
ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat
disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya
masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak
berkorelasi satu sama lain, pada model ini item yang tidak mempunyai kesalahan
pengukuran yang berkorelasi adalah item nomor 6 dan 8. Sedangkan item yang
58
tidak bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, yang artinya kesalahan
pengukurannya berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya
item tersebut selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain.
Jika dilihat dari matrik korelasinya, item yang paling multidimensional adalah
item nomor 7, item nomor 7 berkorelasi dengan item nomor 2, 4, 10 dan 12.
Dengan demikian item nomor 7 didrop karena memiliki korelasi kesalahan
pengukuran lebih dari tiga.
3.5.5. Uji Validitas Skala Kepribadian
Pada skala kepribadian ini, pertama diteorikan bahwa ada lima faktor (komponen)
kepribadian yang masing-masing diukur oleh item yang telah ditetapkan (lima
faktor tersebut adalah Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness,
Neuroticism, dan Opennes).
Adapun hasil dari uji validitas konstruk pada setiap faktor dari kepribadian
dijelaskan pada setiap sub bab berikut ini:
3.5.5.1. Uji Validitas Skala Extraversion
Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensi
dalam mengukur extraversion. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model
satu faktor menghasilkan Chi-Square=32.22 , df=9, P-value=0.00018,
RMSEA=0.114, yang berarti tidak fit. Namun setelah dilakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan
atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model
59
unidimensional yang fit dengan Chi-Square=20.40, df=12, P-Value=0.05983, dan
RMSEA=0.060.
Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang
berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu extraversion.
Adapun koefisien muatan faktor bagi setiap item dalam mengukur extraversion
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.7 Muatan Faktor item Extraversion
No Koefisien Standar error Nilai t
1 0,08 0,08 1,04
2 0,13 0,08 1,76
3 0,89 0,06 13,82*
4 0,77 0,07 11,60*
5 0,25 0,07 3,43*
6 0,55 0,07 7,76*
7 0,24 0,08 3,07*
8 0,54 0,07 7,58*
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 8 item yang mengukur extraversion
semuanya bermuatan positif, jika dilihat pada tabel diatas terdapat item yang tidak
signifikan (tidak bagus) yaitu item nomor 1 dan 2, dengan demikian item tersebut
tidak diikutsertakan (didrop) dalam menghitung skor faktor dari variabel
extraversion.
Selanjutnya setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model
pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling
berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya
60
bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Jika dilihat dari matrik
korelasinya item yang paling multidimensional adalah item nomor 1 yaitu
berkorelasi dengan item nomor 2, 5, 4 dan 7. Dengan demikian item nomor 1
didrop karena memiliki korelasi kesalahan pengukuran lebih dari tiga.
3.5.5.2. Uji Validitas Skala Agreeableness
Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensi
dalam mengukur agreeableness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model
satu faktor fit, dengan Chi-Square=29.18, df=19, P-value=0.06314,
RMSEA=0.053.
Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang
berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu agreeableness.
Adapun koefisien muatan faktor bagi setiap item dalam mengukur agreeableness
dapat dilihat pada tabel berikut.
61
Tabel 3.8
Muatan faktor item untuk agreeableness
No. Koefisien Standar Eror Nilai T
1 0,48 0,08 6,27*
2 0,59 0,07 8,43*
3 0,37 0,08 4,95*
4 0,85 0,07 13,07*
5 0,20 0,08 2,53*
6 -0,11 0,08 -1,40
7 0,73 0,07 10,52*
8 0,14 0,08 1,83
9 0,52 0,07 7,08*
Keterangan: tanda (*) = signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 9 item yang mengukur agreeablenes,
semua item yang bermuatan negatif adalah item nomor 6 dan item yang tidak
signifikan (tidak bagus) adalah item nomor 6 dan 8, dengan demikian item nomor
6 dan 8 tidak diikutsertakan (didrop).
Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran
ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat
disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya
masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak
berkorelasi satu sama lain, seperti item 2. Sedangkan item yang tidak bagus yaitu
terdapat tanda V yang banyak, dan item yang memiliki korelasi kesalahan
pengukuran yang paling banyak yaitu item nomor 1 yang berkorelasi dengan item
nomor 3, 7 dan 9, yang artinya kesalahan pengukurannya berkorelasi dengan
62
kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut selain mengukur apa
yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Namun karena memiliki kesalahan
pengukuran yang saling berkorelasi tidak lebih dari tiga, maka item nomor 1 tidak
didrop dan tetap akan dianalisis dalam penghitungan faktor skor.
3.5.5.3. Uji Validitas Skala Conscientiousness
Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensi
dalam mengukur conscientiousness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan,
model satu faktor fit, dengan Chi-Square=25,95, df=20, P-value=0,16737,
RMSEA=0,039.
Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang
berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu
conscientiousness. Adapun koefisien muatan faktor bagi setiap item dalam
mengukur conscientiousness dapat dilihat pada tabel berikut.
63
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Conscientiousness
No Koefisien Standar error Nilai t
1 0,44 0,09 5,19*
2 0,36 0,09 4,04*
3 0,64 0,08 8,06*
4 0,33 0,09 3,85*
5 0,48 0,08 5,80*
6 0,55 0,08 6,82*
7 0,58 0,09 6,78*
8 0,62 0,08 7,48*
9 0,25 0,08 3,00*
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 9 item yang mengukur
conscientiousness, jika dilihat pada tabel diatas tidak terdapat terdapat item yang
tidak signifikan (tidak bagus) dan bermuatan negatif, dengan demikian semua
item tersebut diikutsertakan (tidak didrop) dalam menghitung skor faktor dari
variabel conscientiousness.
Hanya saja setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model
pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling
berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya
bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Jika dilihat dari matrik
korelasinya, item yang paling baik adalah item nomor 6 dan 9, sedangkan item
yang paling multidimensional adalah item nomor 2 yang berkorelasi dengan item
nomor 5, 8 dan 4. Namun karena memiliki kesalahan pengukuran yang saling
64
berkorelasi tidak lebih dari tiga, maka item nomor 2 tidak didrop dan tetap akan
dianalisis dalam penghitungan faktor skor.
3.5.5.4. Uji Validitas Skala Neuroticism
Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensi
dalam mengukur neuroticism. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu
faktor fit, dengan Chi-Square=17,25, df=12, P-value=0,14029, RMSEA=0,048.
Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang
berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu neuroticism.
Adapun koefisien muatan faktor bagi setiap item dalam mengukur neuroticism
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Neuroticism
No. Koefisien Standar Eror Nilai T
1 0,42 0,08 5,22*
2 0,77 0,09 9,10*
3 0,21 0,08 2,53*
4 0,01 0,09 0,13 5 0,49 0,08 6,16* 6 0,20 0,10 2,08* 7 0,58 0,08 7,18 * 8 0,15 0,09 1,72
Keterangan: tanda (*) = signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 8 item yang mengukur neuroticism,
semua item bermuatan positif, namun terdapat item yang tidak signifikan (tidak
65
bagus) yaitu item nomor 4 dan 8, dengan demikian item-item tersebut tidak
diikutsertakan (didrop) dalam menghitung skor faktor dari variabel neuroticism.
Hanya saja setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model
pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling
berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya
bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Jika dilihat dari matrik
korelasinya, item yang paling baik adalah item nomor 5, sedangkan item yang
paling multidimensional adalah item nomor 8 yang berkorelasi dengan item
nomor 3, 4, 1 dan 7. Karena memiliki kesalahan pengukuran yang saling
berkorelasi lebih dari tiga, maka item nomor 8 didrop dan tidak akan dianalisis
dalam penghitungan faktor skor.
3.5.5.5. Uji Validitas Skala Openness
Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 10 item yang ada bersifat
unidimensi dalam mengukur openness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan,
model satu faktor fit, dengan Chi-Square=36,59, df=26, P-value=0,08133,
RMSEA=0,046.
Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang
berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu openness.
Adapun koefisien muatan faktor bagi setiap item dalam mengukur openness dapat
dilihat pada tabel berikut.
66
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Openness
No Koefisien Standar error Nilai t
1 0,66 0,07 9,40*
2 0,74 0,07 11,01*
3 0,66 0,07 9,32*
4 0,65 0,07 9,22*
5 0,52 0,07 6,93*
6 0,72 0,07 10,70*
7 -0,22 0,08 -2,81
8 0,38 0,08 5,06*
9 -0,55 0,07 -7,43
10 0,53 0,07 7,18*
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 5 item yang mengukur openness, jika
dilihat pada tabel diatas tidak terdapat terdapat item yang tidak signifikan (tidak
bagus), namun terdapat item yang bermuatan negatif yaitu item nomor 7 dan 9,
dengan demikian item tersebut tidak diikutsertakan (didrop) dalam menghitung
skor faktor dari variabel openness.
Hanya saja setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model
pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling
berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya
bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Jika dilihat dari matrik
korelasinya, item yang paling baik adalah item nomor 2 dan 7, sedangkan item
yang paling multidimensional adalah item nomor 9 yang berkorelasi dengan item
67
nomor 5, 6, 8 dan 10. Karena memiliki kesalahan pengukuran yang saling
berkorelasi lebih dari tiga, maka item nomor 9 didrop dan tidak akan dianalisis
dalam penghitungan faktor skor.
3.6. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian berikut ini melalui beberapa tahapan dalam proses pengumpulan
data, yaitu sebagai berikut:
1. Peneliti menyusun instrument penelitian setiap variabel.
2. Sebelum peneliti menyebarkan angket, peneliti memberikan angket
tersebut kepada 3 mahasiswa untuk membaca dan menyeleksi item-item
tersebut agar mahasiswa nantinya dapat secara efisien mengisi angket
tersebut. Item yang dipilih yaitu item yang mewakili mahasiswa dan
bahasanya mudah dipahami oleh semua mahasiswa.
3. Setelah itu peneliti menyebarkan angket tersebut keempat perguruan tinggi
yang ada di Tangerang Selatan. Hasil skala yang telah diisi kemudian
diskoring untuk dianalisis datanya.
3.7. Metode Analisis Data
Peneliti menggunakan teknik analisis regresi berganda (Multiple Regression
Analysis) untuk menguji hipotesis penelitian ini. Dalam penelitian ini terdapat
variabel independen sebanyak sepuluh variabel, kemudian satu variabel dependen.
Adapun susunan persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
68
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + e
Dimana :
Y adalah perilaku sehat, a adalah intercept (konstan), b adalah koefisien regresi,
X1 adalah self-esteem, X2 adalah health-specific self-efficacy, X3 adalah internal
health locus of control, X4 adalah eksternal health locus of control, X5 adalah
extraversion, X6 adalah agreeableness, X7 adalah conscientiousness, X8 adalah
neoriticsm, X9 adalah openness, X10 adalah kelas sosial ekonomi orang tua, dan e
adalah residu.
Analisis regresi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
langkah. Pertama regresi dengan seluruh IV di atas, sehingga dihasilkan R2.
Dengan R2 dapat dilihat proporsi varians dari perilaku sehat yang dipengaruhi IV
yang ada. Adapun rumus regresi adalah :
R2 =
Selanjutnya R2 dapat diuji signifikan atau tidaknya dengan rumus F test
(Pedhazur,1982), yaitu sebagai berikut:
=
69
Dimana k adalah jumlah independent variabel dan N adalah jumlah sampel.
Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variabel-variabel
independent yang diujikan memiliki pengaruh terhadap dependent variable.
Kemudian selanjutnya peneliti melakukan uji koefisien regresi dari tiap-
tiap IV yang dianalisis. Maksud uji koefisien regresi adalah melihat apakah
signifikan dampak dari tiap IV terhadap DV, oleh karenanya sebelum didapat nilai
t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai standard deviasi sampling dari b
(koefisien regresi) adapun rumusnya dapat dilihat dalam buku statistik Pedhazur
(1982). Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b
(koefisien regresi) dengan Sb. Jika ditulis dengan rumus maka :
t =
Selanjutnya sebagai langkah kedua penulis akan mengungkapkan berapa
proporsi varians dari DV yang dapat dipengaruhi oleh masing-masing IV. Untuk
mengetahui ini penulis melakukan analisis regresi secara bertingkat (Stepwise
Regression) yaitu dimulai dengan analisis regresi hanya satu IV kemudian
dihitung R2 nya, lalu dilanjutkan dengan analisis regresi dengan dua IV dan
dihitung R2 nya, dan dilanjutkan dengan analisis regresi dimana setiap kali
ditambahkan satu IV sampai semua IV diikutkan. Setelah itu selisih dari R2 yang
dihasilkan masing-masing analisis regresi yang bertingkat tersebut (R2 square
change) dihitung dan diuji apakah perbedaannya signifikan setiap kali
ditambahkan IV baru kemudian uji signifikannya menggunakan uji F.
Semua perhitungan dan komputerisasi dilakukan dengan program SPSS
versi 17.0.
70
70
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan.
Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu , analisis deskriptif dan pengujian
hipotesis penelitian.
4.1. Analisis Deskriptif
Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai jenis kelamin sampel dan kelas ekonomi
sosial orang tua yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
populasinya adalah mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Tangerang Selatan, pada
penelitian ini peneliti mengambil sampel dari empat perguruan tinggi yaitu sebesar
195 mahasiswa.
71
Tabel 4.1
Distribusi sampel penelitian
Variabel N = 195 n (%)
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
128 (65,64) 67 (34,36)
Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua Kelas Bawah
12 (6,15)
Kelas Menengah Ke Bawah
25 (12,82)
Kelas Menengah
145 (74,36)
Kelas Menengah Ke Atas
12 (6,15)
Kelas Atas
1 (0,51)
Perilaku Sehat Mahasiswa Tinggi
83 (42,56)
Rendah
112 (57,44)
Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin dari 195 responden
yang diteliti yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 128 orang (65,64%) dan
perempuan 67 orang (34,36%). Jadi mayoritas responden dalam pebelitian ini
berjenis kelamin laki-laki.
Kemudian berdasarkan kelas sosial ekonomi orang tua responden dalam
penelitian ini sebanyak 195 orang yang terdiri dari empat tingkatan kelas sosial
ekonomi orang tua yaitu 12 orang kelas bawah (6,15%), 25 orang kelas menengah ke
72
bawah (12,82%), 145 orang kelas menengah (74,36%), 12 orang kelas menengah ke
atas (6,15%) dan 1 orang kelas atas (0,51%). Dari tabel di atas terlihat bahwa
mayoritas kelas sosial ekonomi orang tua responden dalam penelitian ini yaitu kelas
menengah.
Selanjutnya deskripsi tentang perilaku sehat mahasiswa. Jika dilihat dari tabel
diatas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata mahasiswa beberapa perguruan tinggi di
Tangerang Selatan memiliki perilaku sehat yang rendah.
4.2. Uji Hipotesis Penelitian
Dalam tahap ini, peneliti melakukan analisis regresi yang dibantu dengan
menggunakan software SPSS 17.0 untuk dapat menjawab hipotesis pada BAB 2. Dari
hasil penghitungan, didapatkan hasil analisis pengaruh dari seluruh independent
variable terhadap perilaku sehat. Berikut ini adalah hasil pengujian tersebut.
4.2.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian
Dengan menggunakan seluruh IV yang yang diteorikan, hasilnya dapat dilihat pada
tabel R square berikut.
73
Tabel 4.2 R-square
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .437a .191 .147 9.23822
a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL b. Dependent Variable: PERILAKUKES
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0,191, yang
berarti bahwa proporsi varian dari perilaku sehat yang dijelaskan oleh semua
independent variable tersebut adalah sebesar 19,1%. Sedangkan sisanya (proporsi
varians dari perilaku sehat yang tidak bisa dijelaskan oleh IV yang ada) sebesar
80,9%.
Selanjutnya untuk tabel anova, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.3 Tabel ANOVA Pengaruh IV Terhadap DV
ANOVAb Model Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 3696.585 10 369.658 4.331 .000a Residual 15703.415 184 85.345
a.
Total 19400.000 194 a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL b. Dependent Variable: PERILAKUKES
Dengan melihat tabel di atas (p<0,05), maka berarti F yang dihasilkan
signifikan, yang artinya hipotesis yang menyatakan ada pengaruh IV terhadap DV
74
tidak ditolak. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan dari internal
locus of control, eksternal locus of control, health-specific self-efficacy, self-esteem,
extravertion, agreeableness, conscientiousness, neoriticsm, openness dan kelas sosial
ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat.
Tahap selanjutnya adalah melihat koefisien regresi setiap independent
variable yang signifikan. Artinya adalah independent variable tersebut memiliki
dampak yang signifikan terhadap perilaku sehat.
Tabel 4.4
Koefisien Regresi
Coefficientsa Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
Model
B Std. Error Beta
T Sig.
(Constant) 5.714 SELFESTEEM .091 .086 .091 1.060 .290 SELF-EFFICACY .240 .073 .240 3.277 .001 IHLC .050 .077 .050 .649 .517 EHLC .118 .070 .118 1.698 .091 EXTRAVERSION -.125 .100 -.125 -1.254 .211 AGREEABLENESS
-.023 .091 -.023 -.253 .801
CONSCIENTIOUSNESS
.127 .089 .127 1.426 .156
NEOTRITICSM .059 .085 .059 .698 .486 OPENNESS .228 .095 .228 2.396 .018
1
KELAS SOSIAL 2.118 1.076 .138 1.968 .051 a. Dependent Variable: PERILAKUKES
75
Dari tabel di atas, dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:
Perilaku sehat = 5,714 + 0,091 Self-esteem + 0,240 Health-specific self-efficacy*
+ 0,050 Internal health locus of control + 0,118
Eksternal helath locus of control – 0,125
Extraversion – 0,023 Agrreableness + 0,127
Conscientiousness + 0,059 Neoriticsm + 0,228
Openness* + 2,118 Kelas Sosial Ekonomi
Orang Tua + 2,045
Keterangan: Tanda (*) menunjukkan variabel signifikan
Berdasarkan tabel di atas, dari 10 koefisien regresi yang dihasilkan ternyata
hanya ada dua IV yang secara statistik pengaruhnya signifikan terhadap perilaku
sehat, yaitu health specific self-efficacy dan opennes (nilai p < 0,05). Hal ini berarti
bahwa dari 10 hipotesis minor hanya terdapat dua yang signifikan. Penjelasan dari
nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut:
1. Variabel Self-Esteem : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,091, yang
berarti bahwa variabel self-esteem secara positif mempengaruhi perilaku sehat
tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi self-esteem maka
semakin tinggi pula perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang yang
memiliki self-esteem tinggi mereka dapat menghargai diri mereka secara
proporsional. Penghargaan diri yang benar diwujudkan dengan bagimana
mereka berkata-kata, bersikap, berpikir maupun bertidak yang didasarkan atas
nilai-nilai norma, etika, kejujuran, kebenaran, maupun keadilan. Sehingga
76
mereka akan menjaga dan meningkatkan perilaku sehat mereka. Jadi semakin
mahasiswa menilai dan menghargai dirinya secara positif maka dia semakin
menjaga dan meningkatkan perilaku sehatnya. Begitupun sebaliknya, semakin
rendah atau negatif self-esteem mahasiswa maka semakin buruk juga perilaku
sehatnya.
2. Variabel Health-Specific Self-Efficacy : Diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0,240, yang berarti bahwa variabel health-specific self-efficacy secara
positif mempengaruhi perilaku sehat dan signifikan. Artinya adalah semakin
tinggi health-specific self-efficacy maka semakin tinggi pula perilaku sehat.
Hal ini menurut penulis karena orang yang memiliki health-specific self-
efficacy tinggi mereka yakin bahwa diri mereka mampu untuk melakukan
perilaku sehat sehingga mereka akan berusaha menjaga dan meningkatkan
perilaku sehat mereka. Jadi semakin mahasiswa yakin bahwa dirinya mampu
melakukan perilaku sehat maka dia semakin menjaga dan meningkatkan
perilaku sehatnya, begitupun sebaliknya.
3. Variabel Internal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0,050, yang berarti bahwa variabel internal helath locus of control
secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya
adalah semakin tinggi internal helath locus of control maka semakin tinggi
perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang yang memiliki internal
health locus of control tinggi mereka yakin bahwa perilaku mereka
merupakan faktor utama untuk menentukan kesehatan mereka. Bagi mereka,
77
kesehatan yang mereka peroleh merupakan tanggung jawab diri mereka
sendiri. Sehingga mereka akan menjaga dan meningkatkan perilaku sehat
mereka. Jadi semakin mahasiswa percaya bahwa yang mengontrol
kesehatannya adalah dirinya sendiri maka dia semakin berusaha menjaga dan
meningkatkan perilaku sehatnya.
4. Variabel Eksternal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar 0,118, yang berarti bahwa variabel eksternal helath locus of
control secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan.
Artinya adalah semakin tinggi eksternal helath locus of control maka semakin
tinggi perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang dengan eksternal
health locus of control tinggi percaya bahwa professional kesehatan mengatur
dan mengendalikan kesehatan mereka jadi mereka mendengarkan apa yang
dikatakan atau disarankan oleh professional kesehatan mereka sehingga
mereka melakukan perilaku sehat sesuai dengan apa yang disarankan tersebut.
Namun hal ini sepertinya hanya dalam kondisi tertentu.
5. Variabel Extraversion: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,125,
yang berarti bahwa variabel extraversion secara negatif mempengaruhi
perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi
extraversion maka semakin rendah perilaku sehat. Hal ini menurut peneliti
karena orang dengan kepribadian extraversion tinggi cenderung mudah
bersosialisasi, penuh kasih sayang, ramah dan bersahabat. Sedangkan orang
dengan extraversion rendah cenderung memiliki sedikit interaksi sosial dan
78
pandangan positif. Namun, dalam hal perilaku sehat mahasiswa dengan
extraversion rendah lebih efektif dan efisien menjaga perilaku sehatnya,
mungkin karena mereka tidak akan mudah terpengaruh oleh lingkungan
sosialnya jika mereka di lingkungan sosial dengan perilaku sehat yang kurang
baik.
6. Variabel Agreeableness: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,023,
yang berarti bahwa variabel agreeableness secara negatif mempengaruhi
perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi
agreeableness maka semakin rendah perilaku sehat. Hal ini menurut penulis
karena orang dengan agreeableness tinggi cenderung berhati baik, berhati
lembut, mudah percaya pada orang lain, suka membantu, pemaaf, mudah
tertipu dan jujur. Jika dilihat disini orang dengan agreebleness tinggi
cenderung mudah untuk dipengaruhi oleh orang lain dan memiliki toleransi
yang besar pada orang lain. Dalam hal perilaku sehat orang dengan
agreebleness yang tinggi sulit untuk menjaga perilaku sehatnya karena
mereka akan mudah dipengaruhi dan mengikuti perilaku yang ada di
lingkungan sosialnya, apalagi jika lingkungan sosial mereka memiliki
perilaku sehat yang buruk.
7. Variabel Conscientiousness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,127,
yang berarti bahwa variabel conscientiousness secara positif mempengaruhi
perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi
conscientiousness maka semakin tinggi pula perilaku sehat. Hal ini menurut
79
penulis karena orang dengan conscientiousness tinggi cenderung disiplin dan
terorganisasi sehingga mereka akan menjaga dan meningkatkan perilaku sehat
mereka. Sedangkan orang dengan conscientiousness rendah cenderung
kurang disiplin dan terarah jadi kemungkinan akan kurang menjaga perilaku
sehatnya.
8. Variabel Neoriticsm : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,059, yang
berarti bahwa variabel neoriticsm secara positif mempengaruhi perilaku sehat
tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi neoriticsm maka
semakin tinggi pula perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang
dengan neoriticsm cenderung sulit berinteraksi dengan lingkungan. Dalam hal
perilaku sehat mereka tidak akan mudah terpengaruh oleh orang lain, dan
mungkin ketika mereka melakukan perilaku sehat yang buruk mereka akan
mengecam diri mereka sendiri. Sehingga mereka akan berusaha menjaga dan
meningkatkan perilaku sehat mereka.
9. Variabel Openness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,228, yang
berarti bahwa variabel openness secara positif mempengaruhi perilaku sehat
dan signifikan. Artinya adalah semakin tinggi openness maka semakin tinggi
pula perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang dengan openness
yang tinggi cenderung berani untuk mengambil resiko, inovatif dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan. Sehingga dia akan berusaha
menjaga dan meningkatkan perilaku sehat mereka apapun hambatannya.
80
10. Variabel Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua : Diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar 2,118, yang berarti bahwa variabel kelas sosial ekonomi orang
tua secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya
adalah semakin tinggi kelas sosial ekonomi orang tua maka semakin tinggi
pula perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang dengan kelas sosial
ekonomi orang tua yang tinggi cenderung dapat lebih memelihara
kesehatannya, contohnya mereka akan lebih menjaga makanannya dan
memiliki fasilitas untuk berolahraga yang lebih banyak.
4.2.2. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Independent Variable
Peneliti selanjutnya menganalisis juga besarnya proporsi varian dari DV yang
merupakan sumbangan/pengaruh dari masing-masing IV, hal ini dilakukan dengan
menghitung pertambahan proporsi varian setiap kali IV baru dimasukkan dalam
persamaan. Bertambahnya R2 (R2 change) ini dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.
81
Tabel 4.5 Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel
Dari tabel 4.5 di atas, dapat disampaikan informasi sebagai berikut:
1. Variabel self-esteem memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 5,5% bagi
bervariasinya perilaku sehat, sumbangan ini signifikan dengan nilai F dari R
square change=11,219, p<0,05 dan df=1,193.
Model Summaryi
Change Statistics Model R Square R Square
Change F
Change df1 df2 Sig. F Change
1 .055 .055 11.219 1 193 .001 2 .124 .069 15.157 1 192 .000 3 .130 .006 1.229 1 191 .269 4 .141 .011 2.423 1 190 .121 5 .141 .000 .100 1 189 .752 6 .144 .003 .608 1 188 .437 7 .152 .008 1.691 1 187 .195 8 .153 .001 .254 1 186 .615 9 .174 .021 4.659 1 185 .032 10 .191 .017 3.873 1 184 .051 1. Predictors: (Constant), SELFESTEEM
2. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall
3. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC
4. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC
5. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION
6. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS
7. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS 8. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM 9. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES 10. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL 11. Dependent Variable: PERILAKUKES
82
2. Variabel health-specific self-efficacy memberi sumbangan atau pengaruh
sebesar 6,9% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini
signifikan dengan nilai F dari R square change=15,157, p<0,05 dan df=1,192.
3. Variabel internal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh
sebesar 0,6% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari
R square change=1,229, p>0,05 dan df=1,191 sehingga tidak signifikan.
4. Variabel eksternal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh
sebesar 1,1% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari
R square change=2,423, p>0,05 dan df=1,190 sehingga tidak signifikan.
5. Variabel extraversion memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0% bagi
bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square
change=0,100, p>0,05 dan df=1,189 sehingga tidak signifikan.
6. Variabel agreeableness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,3% bagi
bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square
change=0,608, p>0,05 dan df=1,188 sehingga tidak signifikan.
7. Variabel conscientiousness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,8%
bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square
change=1,691, P>0,05 dan df=1,187 sehingga tidak signifikan.
8. Variabel neoriticsm memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,1% bagi
bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square
change=0,254, p>0,05 dan df=1,186 sehingga tidak signifikan.
83
9. Variabel openness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 2,1% bagi
bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini signifikan dengan
nilai F dari R square change=4,659, p<0,05 dan df=1,185.
10. Variabel kelas sosial ekonomi orang tua memberi sumbangan atau pengaruh
sebesar 1,7% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari
R square change=3,873, p>0,05 dan df=1,184 sehingga tidak signifikan.
Sebagai kesimpulan dari bagian ini adalah bahwa hanya ada tiga IV dari
sepuluh IV, yaitu self-esteem, health-specific self-efficacy dan openness yang
mempengaruhi perilaku sehat, jika dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang
dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV (sumbangan proporsi varian yang
diberikan).
4.2.3. Analisis Regresi Variabel Penelitian pada Kelompok Laki-laki dan
Perempuan
Peneliti melakukan analisis kembali untuk kelompok laki-laki dan kelompok
perempuan.
4.2.3.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian Kelompok Laki-laki
Dengan menggunakan seluruh IV yang yang diteorikan, hasilnya dapat dilihat pada
tabel R square berikut.
84
Tabel 4.6 R-square Kelompok Laki-Laki
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .424a .179 .109 10.11140 a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL b. Dependent Variable: PERILAKUKES
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0,179, yang
berarti bahwa proporsi varian dari perilaku sehat yang dijelaskan oleh semua
independent variable dalam kelompok laki-laki tersebut adalah sebesar 17,9%.
Sedangkan sisanya (proporsi varians dari perilaku sehat yang tidak bisa dijelaskan
oleh IV yang ada) sebesar 82,1%.
Selanjutnya untuk tabel anova, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.7 Tabel ANOVA Pengaruh IV Terhadap DV Kelompok Laki-laki
ANOVAb Model Sum of
Squares Df Mean
Square F Sig.
Regression 2614.465 10 261.447 2.557 .008a Residual 11962.131 117 102.240
a.
Total 14576.596 127 a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL b. Dependent Variable: PERILAKUKES
85
Dengan melihat tabel di atas (p<0,05), maka berarti F yang dihasilkan
signifikan, yang artinya hipotesis yang menyatakan ada pengaruh IV terhadap DV
tidak ditolak. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan dari internal
locus of control, eksternal locus of control, health-specific self-efficacy, self-esteem,
extravertion, agreeableness, conscientiousness, neoriticsm, openness dan kelas sosial
ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat dalam kelompok laki-laki.
Tahap selanjutnya adalah melihat koefisien regresi setiap independent
variable yang signifikan. Artinya adalah independent variable tersebut memiliki
dampak yang signifikan perilaku sehat.
86
Tabel 4.8
Koefisien Regresi Kelompok Laki-laki
Dari tabel di atas, dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:
Perilaku sehat = 4,974 + 0,124 Self-esteem + 0,234 Health-specific self-efficacy*
+ 0,036 Internal health locus of control + 0,112
Eksternal helath locus of control – 0,049 Extraversion –
0,006 Agrreableness + 0,108 Conscientiousness + 0,049
Neoriticsm + 0,142 Openness + 2,259 Kelas Sosial
Ekonomi Orang Tua + 2,101
Keterangan: Tanda (*) menunjukkan variabel signifikan
Coefficientsa Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
Model
B Std. Error Beta
T Sig.
(Constant) 4.974 SELFESTEEM .124 .109 .123 1.136 .258 SELF-EFFICACY .234 .096 .229 2.433 .017 IHLC .036 .097 .036 .372 .711 EHLC .112 .091 .108 1.225 .223 EXTRAVERSION -.049 .141 -.044 -.345 .731 AGREEABLENESS
-.006 .127 -.006 -.046 .964
CONSCIENTIOUSNESS
.108 .124 .100 .874 .384
NEOTRITICSM .049 .115 .046 .424 .672 OPENNESS .142 .137 .130 1.041 .300
1
KELAS SOSIAL 2.259 1.364 .147 1.656 .100 a. Dependent Variable: PERILAKUKES
87
Berdasarkan tabel di atas, dari 10 koefisien regresi yang dihasilkan ternyata
hanya ada satu IV yang secara statistik pengaruhnya signifikan terhadap perilaku
sehat, yaitu health specific self-efficacy (nilai p < 0,05). Hal ini berarti bahwa dari 10
hipotesis minor hanya terdapat dua yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien
regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut:
1. Variabel Self-Esteem : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,124, yang
berarti bahwa variabel self-esteem secara positif mempengaruhi perilaku sehat
tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi self-esteem maka
semakin tinggi pula perilaku sehat.
2. Variabel Health-Specific Self-Efficacy : Diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0,234, yang berarti bahwa variabel health-specific self-efficacy secara
positif mempengaruhi perilaku sehat dan signifikan. Artinya adalah semakin
tinggi health-specific self-efficacy maka semakin tinggi pula perilaku sehat.
Pada kelompok laki-laki variabel health-specific self-efficacy merupakan
variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku sehat.
3. Variabel Internal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0,036, yang berarti bahwa variabel internal helath locus of control
secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya
adalah semakin tinggi internal helath locus of control maka semakin tinggi
perilaku sehat.
4. Variabel Eksternal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar 0,112, yang berarti bahwa variabel eksternal helath locus of
88
control secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan.
Artinya adalah semakin tinggi eksternal helath locus of control maka semakin
tinggi perilaku sehat.
5. Variabel Extraversion: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,049,
yang berarti bahwa variabel extraversion secara negatif mempengaruhi
perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi
extraversion maka semakin rendah perilaku sehat.
6. Variabel Agreeableness: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,006,
yang berarti bahwa variabel agreeableness secara negatif mempengaruhi
perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi
agreeableness maka semakin rendah perilaku sehat.
7. Variabel Conscientiousness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,108,
yang berarti bahwa variabel conscientiousness secara positif mempengaruhi
perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi
conscientiousness maka semakin tinggi pula perilaku sehat.
8. Variabel Neoriticsm : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,049, yang
berarti bahwa variabel neoriticsm secara positif mempengaruhi perilaku sehat
tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi neoriticsm maka
semakin tinggi pula perilaku sehat.
9. Variabel Openness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,142, yang
berarti bahwa variabel openness secara positif mempengaruhi perilaku sehat
89
tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi openness maka semakin
tinggi pula perilaku sehat.
10. Variabel Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua : Diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar 2,259, yang berarti bahwa variabel kelas sosial ekonomi orang
tua secara positif mempengaruhi perilaku sehat dan signifikan. Artinya adalah
semakin tinggi kelas sosial ekonomi orang tua maka semakin tinggi pula
perilaku sehat.
4.2.3.2. Analisis Regresi Variabel Penelitian Kelompok Perempuan
Dengan menggunakan seluruh IV yang yang diteorikan, hasilnya dapat dilihat pada
tabel R square berikut.
Tabel 4.9 R-square Kelompok Perempuan
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .612a .375 .263 7.13424
a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL b. Dependent Variable: PERILAKUKES
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0,375, yang
berarti bahwa proporsi varian dari perilaku sehat dalam kelompok perempuan yang
dijelaskan oleh semua independent variable tersebut adalah sebesar 37,5%.
90
Sedangkan sisanya (proporsi varians dari perilaku sehat yang tidak bisa dijelaskan
oleh IV yang ada) sebesar 62,5%.
Selanjutnya untuk tabel anova, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.10 Tabel ANOVA Pengaruh IV Terhadap DV Kelompok Perempuan
ANOVAb Model Sum of
Squares Df Mean
Square F Sig.
Regression 1710.610 10 171.061 3.361 .002a Residual 2850.257 56 50.897
a.
Total 4560.867 66 a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL b. Dependent Variable: PERILAKUKES
Dengan melihat tabel di atas (p<0,05), maka berarti F yang dihasilkan
signifikan, yang artinya hipotesis yang menyatakan ada pengaruh IV terhadap DV
tidak ditolak. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan dari internal
locus of control, eksternal locus of control, health-specific self-efficacy, self-esteem,
extravertion, agreeableness, conscientiousness, neoriticsm, openness dan kelas sosial
ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat dalam kelompok perempuan.
Tahap selanjutnya adalah melihat koefisien regresi setiap independent
variable yang signifikan. Artinya adalah independent variable tersebut memiliki
dampak yang signifikan perilaku sehat.
91
Tabel 4.11
Koefisien Regresi Kelompok Perempuan
Dari tabel di atas, dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:
Perilaku sehat = 14,467 - 0,090 Self-esteem + 0,202 Health-specific self-efficacy +
0,036 Internal health locus of control + 0,155 Eksternal
helath locus of control – 0,217 Extraversion – 0,009
Agrreableness + 0,223 Conscientiousness + 0,021
Neoriticsm + 0,401 Openness* + 0,778 Kelas Sosial
Ekonomi Orang Tua
Keterangan: Tanda (*) menunjukkan variabel signifikan
Coefficientsa Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
Model
B Std. Error
Beta
T Sig.
(Constant) 14.467 SELFESTEEM -.090 .152 -.094 -.595 .554 SELF-EFFICACY .202 .117 .213 1.722 .091 IHLC .036 .129 .038 .280 .781 EHLC .155 .105 .172 1.476 .146 EXTRAVERSION -.217 .126 -.277 -1.715 .092 AGREEABLENESS
-.009 .124 -.010 -.073 .942
CONSCIENTIOUSNESS
.223 .116 .271 1.922 .060
NEOTRITICSM .021 .119 .025 .179 .858 OPENNESS .401 .125 .502 3.213 .002
1
KELAS SOSIAL .778 1.757 .051 .443 .660 a. Dependent Variable: PERILAKUKES
92
Berdasarkan tabel di atas, dari 10 koefisien regresi yang dihasilkan ternyata
hanya ada satu IV yang secara statistik pengaruhnya signifikan terhadap perilaku
sehat, yaitu opennes (nilai p < 0,05). Hal ini berarti bahwa dari 10 hipotesis minor
hanya terdapat dua yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang
diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut:
1. Variabel Self-Esteem : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar - 0,090, yang
berarti bahwa variabel self-esteem secara negatif mempengaruhi perilaku
sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi self-esteem maka
semakin rendah perilaku sehat. Dibandingkan dengan koefisien regresi secara
keseluruhan, pada koefisien regresi secara keseluruhan vaiabel self-esteem
berpengaruh secara positif sedangkan pada kelompok perempuan self-esteem
berpengaruh secara negatif, namun keduanya tidak signifikan.
2. Variabel Health-Specific Self-Efficacy : Diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0,202, yang berarti bahwa variabel health-specific self-efficacy secara
positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah
semakin tinggi health-specific self-efficacy maka semakin tinggi pula perilaku
sehat.
3. Variabel Internal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0,036, yang berarti bahwa variabel internal helath locus of control
secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya
adalah semakin tinggi internal helath locus of control maka semakin tinggi
perilaku sehat.
93
4. Variabel Eksternal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar 0,155, yang berarti bahwa variabel eksternal helath locus of
control secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan.
Artinya adalah semakin tinggi eksternal helath locus of control maka semakin
tinggi perilaku sehat.
5. Variabel Extraversion: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,217,
yang berarti bahwa variabel extraversion secara negatif mempengaruhi
perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi
extraversion maka semakin rendah perilaku sehat.
6. Variabel Agreeableness: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,009,
yang berarti bahwa variabel agreeableness secara negatif mempengaruhi
perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi
agreeableness maka semakin rendah perilaku sehat.
7. Variabel Conscientiousness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,223,
yang berarti bahwa variabel conscientiousness secara positif mempengaruhi
perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi
conscientiousness maka semakin tinggi pula perilaku sehat.
8. Variabel Neoriticsm : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,021, yang
berarti bahwa variabel neoriticsm secara positif mempengaruhi perilaku sehat
tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi neoriticsm maka
semakin tinggi pula perilaku sehat.
94
9. Variabel Openness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,401, yang
berarti bahwa variabel openness secara positif mempengaruhi perilaku sehat
dan signifikan. Artinya adalah semakin tinggi openness maka semakin tinggi
pula perilaku sehat. Variabel openness merupakan variabel yang paling
mempengaruhi perilaku sehat pada kelompok perempuan.
10. Variabel Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua : Diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar 2,259, yang berarti bahwa variabel kelas sosial ekonomi orang
tua secara positif mempengaruhi perilaku sehat dan signifikan. Artinya adalah
semakin tinggi kelas sosial ekonomi orang tua maka semakin tinggi pula
perilaku sehat.
4.2.3.3. Perbandingan Koefisien Regresi antara Kelompok Laki-laki dan
Perempuan
Perbandingan koefisien antara kelompok laki-laki dan perempuan dapat dilihat dalam
tabel berikut ini.
95
Tabel 4.12 Perbandingan Koefisien Regresi antara Kelompok Laki-laki dan Perempuan
IV blk bpr Betalk Betapr
Self-Esteem 0,124 -0,090 0,123 -0,094 Health-Specisif Self-Efficacy 0,234 0,202 0,229 0,213 Internal Health Locus of Control 2,036 0,036 0,036 0,038 External Health Locus of Control 0,112 0,155 0,108 0,172 Extraversion -0,049 -0,217 -0,044 -0,277 Agreeableness -0,006 -0.009 -0,006 -0,010 Conscientiousness 0,108 0,223 0,100 0,217 Neoriticsm 0,049 0,021 0,046 0,025 Openness 0,142 0,401 0,130 0,502 Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua 2,259 0,778 0,147 0,051
Ket : blk = b laki-laki bpr = b perempuan Betalk = Beta laki-laki Betapr = Beta perempuan
Penjelasan dari tabel 4.13 perbandingan koefisien regresi antara kelompok
laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut:
1. Variabel Self-Esteem: pada kelompok laki-laki self-esteem memiliki
pengaruh yang lebih besar dibandingkan perempuan terhadap perilaku sehat
dan keduanya tidak signifikan. Dan pada kelompok laki-laki self-esteem
berpengaruh secara positif, sedangkan perempuan berpengaruh secara negatif.
Terdapat perbedaan pengaruh self-esteem pada kelompok laki-laki dan
perempuan terhadap perilaku sehat. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
dalam Vaselska dkk (2008) yaitu negatif self-esteem terlihat memainkan
peranan penting dalam merokok dan penggunaan obat-obatan dikalangan anak
laki-laki. Pada hasil penelitian ini hubungan antara perilaku beresiko dan self-
96
esteem negatif secara statistik signifikan hanya di kalangan anak laki-laki,
sebuah fakta yang konsisten dengan asumsi bahwa self-esteem yang negatif
terkait dengan masalah perilaku lebih sering diantara anak laki-laki (Mann et
al., 2004). Self-esteem yang negatif di kalangan anak laki-laki lebih sering
menyebabkan eksternalisasi masalah, sementara di kalangan perempuan,
terutama untuk masalah internalisasi (Gjerde, Blok, & Blok, 1988).
Perempuan dengan self-esteem rendah atau negatif mungkin lebih cenderung
memiliki masalah internalisasi (depresi, gangguan makan, kecemasan)
daripada pria. Sebaliknya, anak laki-laki dengan self-esteem rendah atau
negatif lebih cenderung memiliki masalah eksternalisasi (agresi, kekerasan,
kesehatan terkait perilaku beresiko) dibandingkan anak perempuan
(Leadbeater, Kuperminc, Blatt, & Hertzog, 1999). Jadi, perasaan rendah diri
tampaknya memiliki konsekuensi yang berbeda, tergantung pada jenis
kelamin. Dalam penelitian ini self-esteem berpengaruh secara negatif terhadap
perilaku sehat pada kelompok perempuan tetapi tidak signifikan. Jika dilihat
dari asumsi di atas, bahwa perempuan dengan self-esteem rendah atau negatif
mungkin lebih cenderung memiliki masalah internalisasi (depresi, gangguan
makan, kecemasan) daripada pria. Sedangkan dalam penelitian ini perilaku
sehat terdiri dari perilaku merokok, konsumsi alkohol, perilaku diet dan
perilaku olahraga.
2. Variabel Health-Specific Self-Efficacy: pada kelompok laki-laki health-
specific self-efficacy memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan
97
perempuan terhadap perilaku sehat, pada kelompok laki-laki variabel health-
specific self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat
sedangkan pada kelompok perempuan tidak signifikan, dan pada kelompok
laki-laki health-specific self-efficacy merupakan variabel yang paling
berpengaruh terhadap perilaku sehat. Dan baik pada kelompok laki-laki
maupun perempuan health-specific self-efficacy berpengaruh secara positif.
Variable health-specific self-efficacy merupakan variabel yang paling
berpengaruh terhadap perilaku sehat pada kelompok laki-laki, asumsi penulis
mungkin hal ini karena laki-laki itu lebih rentan terhadap perilaku sehat yang
buruk, jadi dengan memiliki health-specific self-efficacy tinggi mereka yakin
bahwa diri mereka mampu untuk melakukan perilaku sehat sehingga mereka
akan berusaha menjaga dan meningkatkan perilaku sehat mereka, dan mampu
menghadapi rintangan yang ada. Karena pada dasarnya self-efficacy
mempengaruhi perilaku individu dalam cara yang berbeda: pertama, self-
efficacy mempengaruhi perilaku pilihan. Orang cenderung untuk terlibat
dalam tugas-tugas di mana mereka merasa kompeten dan percaya diri dan
menghindari di mana mereka tidak merasa kompeten. Kedua, self-efficacy
dapat membantu menentukan berapa banyak usaha orang untuk mengahdapi
rintangan dan berapa lama mereka akan bertahan. Ketiga, keyakinan self-
efficacy mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional individu (Kumar dan
Lal, 2006). Jadi semakin mereka yakin bahwa dirinya mampu melakukan
98
perilaku sehat maka dia semakin menjaga dan meningkatkan perilaku
sehatnya, begitupun sebaliknya.
3. Variabel Openness: terdapat perbedaan besar pengaruh openness terhadap
perilaku sehat, antar kelompok laki-laki dan perempuan, pada kelompok laki-
laki openness memiliki pengaruh yang lebih kecil dibandingkan perempuan
terhadap perilaku sehat, pada kelompok laki-laki variabel openness tidak
signifikan pengaruhnya terhadap perilaku sehat sedangkan pada kelompok
perempuan signifikan. Pada kelompok perempuan openness merupakan
variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku sehat. Baik pada
kelompok laki-laki maupun perempuan openness berpengaruh secara positif.
Variabel openness merupakan variabel yang paling berpengaruh pada
kelompok perempuan mungkin hal ini karena openness mengacu pada
bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau
situasi yang baru. Seseorang dengan tingkat openness yang tinggi
digambarkan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi, intelektual,
kreatif, rasa ingin tahu yang tinggi dan terbuka terhadap pengalaman baru.
Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat openness yang rendah memiliki
nilai kebersihan, kepatuhan, pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak
menyukai adanya perubahan. Dan asumsi peneliti hal ini karena pada
perempuan yang cenderung tertutup terhadap pengalaman baru karena
cenderung kurang siap menghadapi resiko yang ada.
99
4.2.4. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent Variabel
Selanjutnya peneliti menganalisis juga besarnya proporsi varian dari DV yang
merupakan sumbangan/pengaruh dari masing-masing IV dalam kelompok laki-laki
dan perempuan sebagai berikut.
4.2.4.1. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent
Variabel Kelompok Laki-laki
Untuk menganalisis besarnya proporsi varian dari DV yang merupakan
sumbangan/pengaruh dari masing-masing IV dalam kelompok laki-laki, hal ini
dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi varian setiap kali IV baru
dimasukkan dalam persamaan. Bertambahnya R2 (R2 change) ini dapat dilihat pada
tabel 4.13 dibawah ini:
100
Tabel 4.13
Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel Kelompok Laki-laki
Model Summaryi
Change Statistics Model R Square R Square
Change F
Change df1 df2 Sig. F Change
1 .082 .082 11.185 1 126 .001 2 .133 .051 7.419 1 125 .007 3 .137 .004 .537 1 124 .465 4 .146 .009 1.345 1 123 .248 5 .149 .003 .398 1 122 .529 6 .151 .002 .311 1 121 .578 7 .155 .004 .520 1 120 .472 8 .155 .001 .075 1 119 .785 9 .160 .005 .688 1 118 .409 10 .179 .019 2.743 1 117 .100 1. Predictors: (Constant), SELFESTEEM 2. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall 3. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC 4. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC 5. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION 6. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS 7. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS 8. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM 9. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES 10. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL 11. Dependent Variable: PERILAKUKES
101
Dari tabel 4.13 di atas, dapat disampaikan informasi sebagai berikut:
1. Variabel self-esteem memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 8,2% bagi
bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini signifikan dengan
nilai F dari R square change=11,185, p<0,05 dan df=1,126.
2. Variabel health-specific self-efficacy memberi sumbangan atau pengaruh
sebesar 5,1% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini
signifikan dengan nilai F dari R square change=7,419, p<0,05 dan df=1,125.
3. Variabel internal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh
sebesar 0,4% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari
R square change=0,537, p>0,05 dan df=1,124 sehingga tidak signifikan.
4. Variabel eksternal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh
sebesar 0,9% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari
R square change=1,345, p>0,05 dan df=1,123 sehingga tidak signifikan.
5. Variabel extraversion memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,3% bagi
bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square
change=0,398, p>0,05 dan df=1,122 sehingga tidak signifikan.
6. Variabel agreeableness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,2% bagi
bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square
change=0,311, p>0,05 dan df=1,121 sehingga tidak signifikan.
7. Variabel conscientiousness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,4%
bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square
change=0,521, p>0,05 dan df=1,120 sehingga tidak signifikan.
102
8. Variabel neoriticsm memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,1% bagi
bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square
change=0,075, p>0,05 dan df=1,119 sehingga tidak signifikan.
9. Variabel openness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,5% bagi
bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square
change=0,688, p>0,05 dan df=1,118 sehingga tidak signifikan.
10. Variabel kelas sosial ekonomi orang tua memberi sumbangan atau pengaruh
sebesar 1,9% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari
R square change=2,743, p>0,05 dan df=1,117 sehingga tidak signifikan.
Sebagai kesimpulan dari bagian ini adalah bahwa dalam kelompok laki-laki
hanya ada dua IV dari sepuluh IV, yaitu self-esteem dan health-specific self-efficacy
yang mempengaruhi perilaku sehat, jika dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang
dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV (sumbangan proporsi varian yang
diberikan).
4.2.4.2. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent Variabel
Kelompok Perempuan
Untuk menganalisis besarnya proporsi varian dari DV yang merupakan
sumbangan/pengaruh dari masing-masing IV dalam kelompok perempuan, hal ini
dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi varian setiap kali IV baru
dimasukkan dalam persamaan. Bertambahnya R2 (R2 change) ini dapat dilihat pada
tabel 4.14 dibawah ini:
103
Tabel 4.14
Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel Kelompok Perempuan
Dari tabel 4.14 di atas, dapat disampaikan informasi sebagai berikut:
1. Variabel self-esteem memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,3% bagi
bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square
change=0,202, p>0,05 dan df=1,65 sehingga tidak signifikan.
Model Summaryi
Change Statistics Model R Square R Square
Change F
Change df1 df2 Sig. F Change
1 .003 .003 .202 1 65 .654 2 .167 .164 12.607 1 64 .001 3 .185 .018 1.361 1 63 .248 4 .204 .019 1.511 1 62 .224 5 .206 .002 .145 1 61 .705 6 .215 .009 .673 1 60 .415 7 .258 .043 3.391 1 59 .071 8 .258 .001 .047 1 58 .829 9 .373 .115 10.428 1 57 .002 10 .375 .002 .196 1 56 .660 1. Predictors: (Constant), SELFESTEEM
2. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall
3. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC
4. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC
5. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION
6. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS
7. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS 8. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM 9. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES 10. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL 11. Dependent Variable: PERILAKUKES
104
2. Variabel health-specific self-efficacy memberi sumbangan atau pengaruh
sebesar 16,4% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini
signifikan nilai F dari R square change=12,607, p<0,05 dan df=1,64.
3. Variabel internal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh
sebesar 1,8% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari
R square change=1,361, p>0,05 dan df=1,63 sehingga tidak signifikan.
4. Variabel eksternal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh
sebesar 1,9% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari
R square change=1,511, p>0,05 dan df=1,62 sehingga tidak signifikan.
5. Variabel extraversion memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,2% bagi
bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square
change=0,145, p>0,05 dan df=1,61 sehingga tidak signifikan.
6. Variabel agreeableness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,9% bagi
bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square
change=0,673, p>0,05 dan df=1,60 sehingga tidak signifikan.
7. Variabel conscientiousness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 4,3%
bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square
change=3,391, p>0,05 dan df=1,59 sehingga tidak signifikan.
8. Variabel neoriticsm memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,1% bagi
bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square
change=0,047, p>0,05 dan df=1,58 sehingga tidak signifikan.
105
9. Variabel openness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 11,5% bagi
bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini signifikan dengan
nilai F dari R square change=10,428, p<0,05 dan df=1,57.
10. Variabel kelas sosial ekonomi orang tua memberi sumbangan atau pengaruh
sebesar 0,2% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari
R square change=0,196, p>0,05 dan df=1,56 sehingga tidak signifikan.
Sebagai kesimpulan dari bagian ini adalah bahwa dalam kelompok perempuan
hanya ada dua IV dari sepuluh IV, yaitu health-specific self-efficacy dan openness
yang mempengaruhi perilaku sehat, jika dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang
dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV (sumbangan proporsi varian yang
diberikan).
4.2.4.3. Perbandingan Proporsi Varians antara Kelompok Laki-laki dan
Perempuan
Hasil pada penelitian ini berdasarkan proporsi varians seluruhnya, perilaku sehat
dipengaruhi oleh independen variabel pada kelompok perempuan lebih besar
dibandingkan kelompok laki-kaki, yaitu sebesar 37,5% pada kelompok perempuan
dan laki-laki sebesar 17,9%. Hal ini berarti penelitian ini lebih bermanfaat pada
sample perempuan dibandingkan pada sample laik-laki. Karena sumbangannya lebih
besar pada perempuan.
Selanjutnya perbandingan proporsi varians antara kelompok laki-laki dan
perempuan akan dijelaskan dalam tabel berikut ini.
106
Tabel 4.15 Perbandingan Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel anatara Kelompok Laki-laki dan Perempuan
Ket: R2
cl = R Square Change laki-laki R2
cp = R Square Change perempuan Dari tabel 4.15 di atas, dapat disampaikan informasi sebagai berikut:
1. Variabel Self-Esteem: terdapat perbedaan R square change antara laki-laki
dan perempuan, pada laki-laki self-esteem memberikan sumbangan yang lebih
besar dibandingkan perempuan terhadap perilaku sehat dan signifikan.
2. Variabel Health-Specific Self-Efficacy: terdapat perbedaan R square change
health-specific self-efficacy antara laki-laki dan perempuan, pada laki-laki
health-specific self-efficacy memberikan sumbangan yang lebih kecil
dibandingkan perempuan terhadap perilaku sehat, namun keduanya signifikan.
3. Variabel Openness: terdapat perbedaan R square change openness antara
laki-laki dan perempuan, pada perempuan openness memberikan sumbangan
yang lebih besar dibandingkan laki-laki terhadap perilaku sehat dan
signifikan.
IV R2cl R2
cp Self-Esteem .082 .003 Health-Specisif Self-Efficacy .051 .164 Internal Health Locus of Control .004 .018 External Health Locus of Control .009 .019 Extraversion .003 .002 Agreeableness .002 .009 Conscientiousness .004 .043 Neoriticsm .001 .001 Openness .005 .115 Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua .019 .002
107
Dalam analisis regresi, terutama yang menggunakan Least Square, diperlukan
asumsi bahwa distribusi frekuensi dari residu adalah mengikuti kurva normal.
Apabila residual berada di sekitar garis untuk kurva normal, maka dapat disimpulkan
bahwa persamaan regresi ini memiliki residual yang distribusinya mengikuti kurva
normal. Artinya, hasil persamaan regresi beserta interpretasinya dapat dipercaya dan
lebih akurat. Oleh sebab itu, penulis pun melakukan uji terhadap asumsi tersebut.
Dengan melihat output dari analisis SPSS, normal tidaknya distribusi residu, dapat
dilihat pada grafik P-P Plot berikut:
108
Gambar 4.1 Residual Plot Perilaku sehat
Karena distribusi keseluruhan kasus yang ada pada histogram relatif normal
dan pada grafik plot data umumnya mendekati garis harapan pada plot, maka semua
penafsiran dari hasil regresi pada penelitian ini cukup dapat dipercaya. Artinya
asumsi tentang normalitas distribusi frekuensi dari residual telah terpenuhi.
109
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Dalam bab lima ini akan dipaparkan tentang kesimpulan, diskusi, dan saran dari hasil
penelitian.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka kesimpulan
yang dapat diambil dalam penelitian adalah :
1. - Terdapat pengaruh yang signifikan dari self-esteem, health-specific
self-efficacy, internal locus of control, eksternal locus of control, extravertion,
agreeableness, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan kelas sosial
ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat. Dan berdasarkan proporsi varians
seluruhnya, perilaku sehat dipengaruhi oleh independen variabel sebesar
19,1%.
- Jika dilihat dari signifikan tidaknya koefisien regresi dari masing-
masing IV, ditemukan bahwa hanya terdapat dua IV yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap DV, yaitu health-specific self-efficacy dan openness.
- Jika dilihat dari signifikan tidaknya proporsi varian sumbangan
kontribusi dari masing-masing IV, hanya terdapat tiga IV yang signifikan,
yaitu self-esteem, health-specific self-efficacy, dan openness, dengan perincian
110
yaitu variabel self-esteem memberikan sumbangan sebesar 5,5%, health-
specific self-efficacy memberikan sumbangan sebesar 6,9% dan variabel
openness memberikan sumbangan sebesar 2,1%.
2. Berdasarkan proporsi varians seluruhnya, pada kelompok perempuan
keseluruhan IV menyumbangkan lebih banyak terhadap DV dibandingkan
dengan kelompok laki-laki dan keduanya signifikan, yaitu pada kelompok
perempuan sebesar 37,5% dan laki-laki sebesar 17,9% . Dan jika dilihat dari
signifikan tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV, ditemukan
bahwa pada kelompok laki-laki variabel yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap DV adalah health-specific self-efficacy, sedangkan pada kelompok
perempuan adalah openness. Dan jika dilihat dari signifikan tidaknya proporsi
varian sumbangan kontribusi dari masing-masing IV, pada kelompok laki-laki
yang memberikan sumbangan signifikan terhadap DV adalah self-esteem dan
health-specific self-efficacy, sedangkan pada kelompok perempuan adalah
health-specific self-efficacy dan openness.
5.2. Diskusi
Hasil dari penelitian ini variabel self-esteem memberikan sumbangan yang
signifikan terhadap perilaku sehat, namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku sehat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Linda
Flynn (1997) dalam Seigley (1999) yang meneliti tentang efek dari ketidakberdayaan
yang dipelajari, self-esteem, dan depresi dalam sampel praktek medis dari 122
111
perempuan diambil dari tempat penampungan tunawisma di sana. Hasil yang
dilaporkan menunjukkan korelasi signifikan antara self-esteem dan praktik kesehatan
yang positif r = 37, (P <.001), dan variabel kelompok menyumbang 21% dari varians
dalam praktek kesehatan di antara para peserta penelitian.
Selanjutnya hasil pada penelitian ini variabel health-specific self-efficacy
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku sehat dan juga memberikan
sumbangan yang signifikan. Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Von AH D dkk. (2004) yang menunjukkan bahwa self-efficacy secara
signifikan memprediksi perilaku alkohol dan merokok, aktivitas fisik dan perilaku
pemeliharaan nutrisi, perilaku perlindungan pemeliharaan umum dan perilaku
perlindungan sinar matahari. Dan penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh J Zalewska-Puchała dkk. (2007) yang menjelaskan bahwa ada
pengaruh yang signifikan secara statistik dari self-efficacy belief terhadap perilaku
sehat seperti konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari dan konsumsi alkohol yang
telah diturunkan. Dengan demikian health-specific self-efficacy mempengaruhi
mahasiswa untuk melakukan perilaku sehat dengan keyakinan dan kemampuan yang
mereka miliki. Health-specific self-efficacy menentukan niat dan kemauan mahasiswa
untuk mencapai tujuannya yaitu sehat, dengan cara menjaga dan meningkatkan
perilaku sehat.
Kemudian variabel health locus of control secara keseluruhan tidak signifikan
pengaruhnya terhadap perilaku sehat. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam
Taylor (1995) beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan internal
112
locus of control lebih mungkin untuk memikul tanggung jawab untuk kesehatannya
sendiri. Mereka mungkin mempraktekkan perilaku sehat yang lebih baik, lebih
menjaga hati-hati terhadap kecelakaan, dan mengumpulkan informasi kesehatan lebih
dari individu dengan external locus of control (Strickland, 1978). Namun, hasil tidak
selalu kuat, dan masalah pengukuran mengganggu konstrak locus of control.
Akibatnya, hubungan antara variabel locus of control dan perilaku sehat preventif itu
sederhana (dalam Taylor, 1995). Mungkin hal ini disebabkan karena perilaku sehat
dalam penelitian ini lebih dipengaruhi oleh variabel psikologis lainnya. Hal ini seperti
yang diungkapkan dalam Schwarzer (t.t.) yaitu menurut asumsi implisit yang
membentuk latar belakang banyak penelitian, keyakinan internal locus of control
mempromosikan kesehatan dan perilaku sehat yang lebih baik. Namun, self-efficacy
tampaknya menjadi konstruk yang lebih kuat ketika datang untuk memprediksi perilaku
sehat. Self-efficacy berhubungan dengan internal locus of control, tetapi juga
berhubungan dengan perilaku dan prospektif.
Selanjutnya hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
kepribadian secara keseluruhan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku sehat. Namun jika dilihat dari koefisien regresi dari lima variabel hanya
variabel openness yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku sehat dan
juga memberikan sumbangan yang signifikan. Abraham et al. (2000) telah mencatat
literatur hubungan antara kepribadian dan perilaku kesehatan dan antara social
cognitive models (SCMs) dan perilaku sehat yang telah dikembangkan secara paralel
dengan sedikit referensi silang. Karena itu kepribadian dan pengaruh sosial kognitif
113
dapat bermanfaat terintegrasi ke dalam satu perhitungan perilaku sehat (lihat juga
Bermudez 1999; dalam Conner & Norman, 2005). Dan hal ini sesuai dengan hasil
penelitian ini bahwa health-specific self-efficacy dan openness berpengaruh signifikan
terhadap perilaku sehat.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Torres dan Pritchard
(t.t.), Studi ini meneliti karakteristik kepribadian sebagai prediktor perilaku berisiko,
dengan menggunakan dimensi kepribadian Big Five diterima secara luas sebagai
indikator. Dan hasil penelitian ini bahwa agreeableness berkorelasi dengan perilaku
sehat yang lebih berisiko daripada dimensi kepribadian lainnya. Perbedaan hasil
penelitian ini mungkin disebabkan karena orang dengan kepribadian agreeableness
tinggi rentan terhadap perilaku sehat beresiko, mereka cenderung berhati baik,
lembut, mudah percaya pada orang lain, suka membantu, pemaaf, dam mudah tertipu,
sehingga mereka kemungkinan mudah terpengaruh oleh lingkungan sosialnya dan
memilki toleransi yang besar terhadap orang lain.
Tidak adanya pengaruh yang signifikan extraversion, agreeableness,
conscientiousness dan neuroriticsm dalam penelitian ini mungkin karena variabel-
variabel tersebut mungkin hanya mempengaruhi perilaku sehat tertentu. Namun
dalam penelitian ini perilaku sehat diukur secara keseluruhan, sehingga tidak terlihat
pengaruh dari extraversion, agreeableness, conscientiousness dan neuroriticsm
terhadap masing-masing perilaku sehat.
Kemudian yang terakhir yaitu variable kelas sosial ekonomi orang tua,
variable ini juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku sehat.
114
Hasil penelitian ini kurang sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohman,
S.Psi (t.t.) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara
status sosial ekonomi orang tua dan tingkat perilaku merokok remaja. Penelitian ini
juga sejalan penelitian mengenai lima perilaku sehat (merokok, aktivitas fisik, weight,
konsumsi alkohol, dan tidur), Gottlieb and Green (1984) dalam Taylor (1995)
menemukan bahwa perilaku sehat umumnya dilakukan oleh lebih muda, lebih kaya,
orang yang lebih berpendidikan di bawah rendahnya tingkat stres dan dengan
dukungan sosial yang tersedia. Tingginya tingkat stres dan / atau sumber daya yang
lebih sedikit, yang mungkin terjadi pada individu-individu dari status sosial ekonomi
yang rendah, yang berhubungan dengan perilaku sehat-kompromi yang tinggi, seperti
merokok atau penyalahgunaan alkohol, dan dengan kurangnya waktu yang tersedia
untuk meningkatkan perilaku sehat tertentu, seperti olahraga atau tidur yang cukup.
Tidak adanya pengaruh yang signifikan kelas sosial ekonomi orang tua
terhadap perilaku sehat dalam penelitian ini disebabkan karena pengukuran yang
kurang tepat, peneliti menyerahkan kepada responden untuk menilai sendiri tidak
memberikan kriteria yang tepat dan lebih spesifik mengenai kelas sosial ekonomi
orang tua responden.
5.3. Saran
Berdasarkan penulisan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran
115
untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya yang
terkait dengan penelitian serupa, yaitu berupa saran metodologis dan saran praktis.
5.3.1 Saran Metodologis
1. Variasi dari kesembilan independent variable (IV) yang ada, hanya
menyumbang 19,1%. Sisanya sebanyak 80,9% kemungkinan disumbangkan
oleh variabel lainnya. Variabel yang tidak diteliti pada penelitian ini
memberikan sumbangan yang lebih besar daripada variabel yang diteliti. Dan
dari kesembilan IV yang diteliti, hanya variabel health-specific self-efficacy
dan openness yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
Oleh sebab itu, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar
meneliti/menganalisa pengaruh variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi perilaku sehat mahasiswa, selain yang ada pada independent
variable penelitian ini.
2. Pada penelitian selanjutnya peneliti mendorong untuk menggunakan alat ukur
dengan item-item yang lebih valid dalam mengukur konstruk-konstruk
psikologisnya dan bisa mewakili faktor yang ingin diukur.
3. Untuk penelitian selanjutnya tentang perilaku sehat, yaitu dengan
menggunakan variabel perilaku sehat yang lebih bervariasi lagi dan
analisisnya menggunakan teknik analisis multivariate regression sehingga
dapat terlihat lebih jelas pengaruh dari IV terhadap masing-masing perilaku
sehat. Atau menggunakan variabel perilaku sehat yang lebih spesifik. Dan
116
diharapkan mengadakan penelitian di perguruan tinggi yang lebih banyak lagi,
sehingga dapat diperoleh jawaban yang lebih bervariasi tentang perilaku sehat
mahasiswa.
5.3.2 Saran Praktis
Mengingat pentingnya variabel-variabel yang dapat mempengaruhi perilaku sehat
mahasiswa, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi
mahasiswa untuk lebih memperhatikan faktor-faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi perilaku sehat mahasiswa, khususnya health-specific self-
efficacy. Karena faktor tersebut terkadang diabaikan. Padahal jika diamati
faktor tersebut dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap perilaku
sehat mahasiswa baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Untuk perkembangan ilmu, khususnya psikologi kesehatan agar
memperbanyak penelitian tentang perilaku sehat mahasiswa, karena perilaku
sehat berdampak pada kesehatan, dengan tubuh yang sehat mahasiswa dapat
menjalani tugasnya dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas hidup
mereka.
117
DAFTAR PUSTAKA
Abood, D. A. & Conway T. L. (1988). Health values and self-esteem as predictors of wellness behaviors. California: Naval Health Research Center
Allison, K.R., Adlaf, E.M., Ialomiteanu, A., & Rehm, J. (1999). Predictors of
health risk behaviours among young adults: analysis of the national population health survey. Canadian Journal of Public Health, 90 (2)
Aminah, S. (2007). Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pola
makan sehat pada mahasiswa kost di kelurahan Tembalang kecamatan Tembalang kota Semarang. Undergraduate Thesis, Diponegoro University. Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari http://eprints.undip.ac.id/16394/
Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of
human behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press. (Reprinted in H. Friedman [Ed.], Encyclopedia of mental health. San Diego: Academic Press, 1998)
Conner, M. (2002). Health behaviors. University of Leeds UK Conner, M. & Norman P. (2005). Predicting health behavior: research and
practice with social cognition models. Second edition. New York: Open University Press
Conway, T.L., Vickers, Ross R., Wallston, Kenneth A., & Costa, Paul T. (1992).
Personality, health locus of control, and health behavior. The Annual Convention of American Psychological Association
Dimmatteo, M.R. & Martin, L.R. (2002). Health psychology. Boston: All Renerbit
yn & Bacon. 75 Arlington Street Hogan, R., Jonhson, J., & Briggs, S. (1997). Handbook of personality psychology.
California: Academic Press Holopainen, L. & Sulinto S. (2005). Adolesent of health behaviour and future
orientation. Thesis. Department of Psychology University of Jyväskylä Istana Blog. (2010). Mahasiswa dan alkohol. Diambil tanggal 9 Oktober 2010
dari http://itsnasahma.blogspot.com/2010/05/mahasiswa-dan-alkohol.html
118
John, O.P. & Srivastava S. (1999). The big-five trait taxonomy: history, measurement, and theoretical perspectives. Berkeley: Departement of Psychologi University of California
Kilander, H.F. (1957). Health for modern living. New Jersey: Prentice-Hall, Inc
Kumar, R. & Lal, R. (2006). The role of self-efficacy and gender difference among the adolescents. Journal of The Indian Academy of Applied Psychology, Vol.32, No.3, 249-254
Lantz, P.M., House, J.S., Lepkowski, J.M., Williams, D.R., Mero, R.P., & Chen,
J. (1998). Socioeconomis, health behaviors, and mortality. JAMA, Vol. 279, No. 21
Martín-Albo, J., Núñez, J.L., Navarro, J.G., & Grijalvo, F. (2007). The Rosenberg
self-esteem scale: translation and validation in university students. The Spanish Journal of Psychology, Vol. 10, No. 2, 458-467
Mulia, A. (2010). Pengetahuan gizi, pola makan dan status gizi mahasiswa
pendidikan tekhnologi kimia industri (PTKI) Medan. Skripsi : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20338/7/Cover.pdf
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan kerilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta Nusantaranews. (2009). 10 negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia.
Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari http://nusantaranews.wordpress.com/2009/05/31/10-negara-jumlah-perokok-terbesar-di-dunia/
Pedhazur, E. J. (1982). Multiple regression in behavioral research, explanation
and prediction. Second edition. New York: Holt, Renehart and Winston. Inc
Pervin, L.A., Cervone, D., & John, O.P. (2005). Personality. USA: Wiley Piko*, B & Brassai, L. (2007). Values and health-related behavior: a comparison
of Youth in Hungary and Transylvania. European Journal of Mental Health 2, 2, 171–181
Puchała J, Zalewsk., A, Majda., A, Gałuszka., & J, Kolonko. (2007). Health
behaviour of students versus a sense of self-efficacy. Advances in Medical Science, Vol. 52
119
Rohman, A. (t.t.). Hubungan antara tingakt stress dan status sosial ekonomi orang tua dengan perilaku merokok pada remaja. Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/08/artikel-hubungan-tingkat-stress-dan-perilaku-merokok-remaja.pdf
Renner, B. & Shcwarzer, R. (2003). Applied fields: health. First publ. in:
Encyclopedia of Psychological Assessment, 1, pp. 69-72 Sarafino, E.P. (1994). Health psycholog, biopsychosocial interaction. Second
edition. Canada: John Wiley & Sons, Inc Sarafino, E.P. (2006). Health psychology: Biopsychosocial interactions. Fifth
edition. USA: John Wiley & Sons, Inc Sari, L.R. (2010). Mahasiswa merokok. Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari
http://www.surya.co.id/2010/04/05/mahasiswa-merokok.html Schwarzer, R. & Renner, B. (t.t.). Health-Specific Self-Efficacy Scales. Berlin:
Freie Universität Berlin Schwarzer, R. (t.t.). Perceived self-efficacy. UK: University of Sussex
Seigley, L.A. (1999). Self-esteem and health behavior: theoretic and empirical links. Nurs Outlook; 47:74-7
Silalahi, V. (2009). Hubungan locus of control dengan perilaku sehat pada
masyarakat pedesaan. Skripsi: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19932/7/Cover.pdf
Sheridan,C.L. & Radmacher, S.A.(1992). Health psychology : challenging the
biomedical model. New York :John Wiley and Sons, Inc Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: Grasindo
Syatria, A. (2006). Pengaruh olahraga terprogram terhadap tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro yang mengikuti ekstrakulikuler basket. Fakultas Kedokteran Universitas semarang. Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari http://eprints.undip.ac.id/20415/1/Arsdiani.pdf
Taylor, S.E. (1995). Health psychology. Third edition. Singapore: McGraw-Hill Taylor, S.E. (2003). Health psychology. Fifth edition. Boston: McGraw-Hill Taylor, S.E. (2009). Health psychology. Seventh edition. New York: McGraw-Hill
120
Torres, A.A. & Pritchard, M. (t.t.). Personality characteristic as predictors of health risk behaviors. Boise State University
Veselska, Z., Geckova, A.M., Orosova, O., Gadjosova, B., Dijk, J.P. Van., &
Reijneveld, S.A. (2008). Self-esteem and resilience: The connection with risky behavior among adolescents. Addictive Behaviors, doi:10.1016/j.addbeh.2008.11.005
Vickers, R.R., Conway, T.L., & Hervig, L.K. (1988). Demonstration of replicable
dimensions of health behaviors. San Diego: Naval Health Research Center, Technical report 88-41
Von, Ah D., Ebert, S., Ngamvitroj, A., Park, N., & Kang, D.-H. (2004). Predictors
of health behaviours in college student. Journal of Advanced Nursing, 48(5), 463-474
Wallston, K.A. (t.t.). Perceived control and health behaviour. USA: School of
Nursing, Vanderbilt University Wallston, BS., Wallston, KA., Kaplan, GD. dan Maides, SA. (1976).
Development and validation of the health locus of control scale. J Consult Clin Psycho, 44: 580-585
Wallston, K.A., Wallston, B.S. & DeVellis, R. (1978). Development of the
multidimensional health locus of control (MHLC) scales. Health Education Monographs, 6, 160-170
Wikipedia. (2009). Mahasiswa. Diambil tanggal 24 November 2009 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Mahasiswa
LAMPIRAN
ANGKET
Selamat Pagi/Siang
Saya adalah mahasiswi Program Sarjana Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun Skripsi mengenai pengalaman hidup
sehari-hari. Dalam rangka mengumpulkan informasi tersebut, saya memohon
bantuan dan kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner ini. Keberhasilan penelitian
ini sangat tergantung dari jawaban Anda. Oleh karena itu, kesediaan Anda untuk
mengisi dengan sungguh-sungguh sangat saya harapkan.
Kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang menggambarkan keadaan
diri Anda. Sebelum mengisinya, Anda diminta untuk membaca dengan seksama
petunjuk pengisian. Jawablah setiap pernyataan sesuai kondisi diri Anda yang
sebenarnya karena tidak ada jawaban yang benar maupun salah. Sebelum
mengembalikan kuesioner ini, mohon periksa jawaban Anda, jangan sampai ada
yang terlewat.
Semua data yang ada akan dirahasiakan dan hanya digunakan demi
kepentingan penelitian ini. Jika ada hal-hal yang ingin ditanyakan, Anda dapat
menghubungi peneliti melalui nomor hp atau alamat email yang tertera di bawah
ini. Atas bantuan dan kerja sama yang Anda berikan, kami ucapkan terima kasih.
Peneliti
Sarah Rahmadian
087774826568/[email protected]
DATA PRIBADI
Pilihlah salah satu pilihan dibawah ini, kemudian beri tanda checklist (üüüü)
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki
2. Perempuan
Usia : ....... Tahun
Status sosial ekonomi orang tua :
1. Kelas bawah
2. Kelas menengah ke bawah
3. Kelas menengah
4. Kelas menengah ke atas
5. Kelas atas
PETUNJUK DAN CONTOH PENGISIAN 1
Anda diminta untuk memilih satu kategori pada pernyataan-pernyataan yang ada, sesuai dengan kondisi/pendapat Anda, dengan cara memberikan tanda checklist (üüüü) pada satu dari empat pilihan jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan keadaan diri Anda.
Pilihan Jawaban tersebut adalah sebagai berikut:
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Contoh :
No PERNYATAAN STS TS S SS
1. Saya tidur minimal 5 jam dalam sehari.
Jika Anda merasa setuju bahwa Anda tidur minimal 5 jam dalam sehari, maka Anda dapat memberikan tanda checklist (üüüü) pada kolom S.
No PERNYATAAN STS TS S SS
1. Saya tidur minimal 5 jam dalam sehari. üüüü
Jika Anda ingin mengubah jawaban yang telah dibuat, coretlah jawaban pertama, kemudian beri tanda checklist (üüüü) pada kolom jawaban yang menurut Anda paling sesuai.
No PERNYATAAN STS TS S SS
1. Saya tidur minimal 5 jam dalam sehari. üüüü üüüü
………..SELAMAT MENGERJAKAN…………
SKALA PERILAKU KESEHATAN
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1 Saya makan makanan seimbang.
2 Saya membatasi asupan makanan seperti lemak, gula, kopi, garam dan lainnya.
3 Saya mengkonsumsi vitamin.
4 Saya mengkonsumsi suplemen makanan kesehatan (seperti tambahan protein, gandum, dll).
5 Saya berolahraga untuk tetap sehat.
6 Saya tidak merokok.
7 Saya tidak mengkonsumsi alkohol.
SKALA SELF-ESTEEM
1 Secara keseluruhan, saya puas dengan diri saya.
2 Kadang-kadang saya pikir saya tidak baik sama sekali.
3 Saya merasa bahwa saya memiliki kualitas yang baik.
4 Saya mampu melakukan hal-hal seperti kebanyakan orang lakukan.
5 Saya merasa bahwa saya tidak punya banyak hal yang bisa dibanggakan.
6 Kadang-kadang saya merasa tidak berguna.
7 Saya merasa bahwa saya adalah orang yang layak, setidaknya pada suatu bidang yang sama dengan orang lain.
8 Saya berharap saya bisa lebih menghormati diri sendiri.
9 Dalam semual hal, saya cenderung merasa bahwa saya gagal.
10 Saya mengambil sikap positif terhadap diri sendiri.
SKALA HELATH LOCUS OF CONTROL
STS TS S SS
1 Jika saya sakit, saya sendiri yang menentukan seberapa cepat saya sembuh lagi.
2 Tidak peduli apa yang saya lakukan, jika saya sakit, saya akan sakit.
3 Memiliki kontak teratur dengan dokter saya adalah cara terbaik bagi saya untuk menghindari penyakit.
4 Kebanyakan hal-hal yang mempengaruhi kesehatan saya terjadi secara kebetulan.
5 Setiap kali saya tidak merasa baik, saya harus berkonsultasi dengan profesional medis yang terlatih.
6 Saya mengendalikan kesehatan saya.
7 Keluarga saya memiliki banyak hubungannya dengan saya menjadi sakit atau tetap sehat.
8 Ketika saya sakit, saya lah yang harus disalahkan.
9 Keberuntungan memainkan peran besar dalam menentukan seberapa cepat saya akan sembuh dari penyakit.
10 Profesional kesehatan mengontrol kesehatan saya.
11 kesehatan saya yang baik sebagian besar adalah keberuntungan.
12 Yang paling penting dalam mempengaruhi kesehatan saya adalah apa yang saya lakukan.
13 Jika saya merawat diri, saya bisa menghindari penyakit.
14 Setiap kali saya sembuh dari penyakit, biasanya karena orang lain (misalnya, dokter, perawat, keluarga, teman-teman) yang telah merawat saya.
15 Tidak peduli apa yang saya lakukan, mungkin saya akan sakit.
16 Jika keberuntungan terjadi, saya akan tetap sehat.
17 Jika saya mengambil tindakan yang tepat, saya bisa tetap sehat.
18 Mengenai kesehatan saya, saya hanya bisa melakukan apa yang dokter saya perintahkan.
SKALA KERIBADIAN (BIG FIVE)
Saya melihat diri saya sebagai orang yang…….
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1 Banyak bicara.
2 Cenderung mencari kesalahan orang lain.
3 Melakukan semua pekerjaan
4 Depresi, murung
5 Orisinil, muncul dengan ide-ide baru
6 Pendiam
7 Penolong dan lebih mementingkan orang lain dibandingkan diri sendiri
8 Agak ceroboh
9 Santai, mampu menangai stress dengan baik
10 Ingin tahu tentang banyak hal yang berbeda
11 Penuh energy
12 Memulai pertengakaran dengan orang lain
13 Pekerja handal
14 Bisa tegang
15 Cerdas, seorang pemikir yang mendalam
16 Memiliki banyak ketertarikan
17 Memiliki sifat pemaaf
18 Cenderung tidak teratur
19 Banyak kekhawatiran
20 Memiliki imaginasi yang aktif
STS TS S SS
21 Cenderung diam
22 Umumnya percaya
23 Cenderung malas
24 Secara emosional stabil, tidak mudah marah
25 berakal, berdayacipta
26 Memiliki kepribadian yang tegas
27 Dapat menjadi dingin dan menyendiri
28 Tekun dalam menyelesaikan tugas
29 Bisa moody
30 Memiliki nilai-nilai artistik, pengalaman estetika
31 Kadang-kadang pemalu
32 Perhatian dan baik kepada semua orang
33 Melakukan sesuatu secara efisien
34 Tetap tenang dalam situasi yang tegang
35 Menyukai pekerjaan yang rutin
36 Ramah, suka bergaul
37 Terkadang kasar kepada orang lain
38 Membuat rencana dan menjalankan sesuai rencana tersebut
39 Mudah gugup
40 Suka merenung, bermain dengan ide-ide
41 Memiliki beberapa kepentingan artistic
42 Suka bekerjasama dengan orang lain
43 Mudah terganggu
44 Piawai dalam seni, musik atau sastra
PETUNJUK PENGISIAN DAN CONTOH 2
Anda diminta untuk memilih satu kategori pada pernyataan-pernyataan yang ada, sesuai dengan kondisi/pendapat Anda, dengan cara memberikan tanda checklist (üüüü) pada satu dari empat pilihan jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan keadaan diri Anda.
Pilihan Jawaban tersebut adalah sebagai berikut:
STY : Sangat Tidak Yakin
TY : Tidak Yakin
Y : Yakin
SY : Sangat Yakin
Contoh :
Saya dapat istirahat yang cukup,........
No PERNYATAAN STY TY Y SY
1. ..........meskipun saya dihadapkan pada banyak tugas.
Jika Anda merasa sangat yakin dapat istirahat dengan cukup meskipun sedang dihadapkanbanyak tugas, maka Anda dapat memberikan tanda checklist (üüüü) pada kolom SY.
No PERNYATAAN STY TY Y SY
1. ..........meskipun saya dihadapkan pada banyak tugas.
üüüü
Jika Anda ingin mengubah jawaban yang telah dibuat, coretlah jawaban pertama, kemudian beri tanda checklist (üüüü) pada kolom jawaban yang menurut Anda paling sesuai.
No PERNYATAAN STY TY Y SY
1. ..........meskipun saya dihadapkan pada banyak tugas. üüüü
üüüü
Saya mampu mengatur untuk tetap makan makanan sehat,……
NO PERNYATAAN STY TY Y SY
1 …meskipun saya membutuhkan waktu yang lama untuk mengembangkan rutinitas yang diperlukan
2 ...meskipun saya harus mencoba beberapa kali sampai berhasil.
3 ...meskipun saya harus memikirkan kembali seluruh gizi dengan cara saya.
4 ...meskipun saya tidak menerima banyak dukungan dari orang lain ketika melakukan upaya pertama saya.
5 ...meskipun saya harus membuat rencana yang rinci.
Saya mampu mengatur untuk melaksanakan niat olahraga saya, ...
NO PERNYATAAN STY TY Y SY
6 ...meskipun saya punya kekhawatiran dan masalah.
7 ...meskipun saya merasa tertekan.
8 ...meskipun saya merasa tegang.
9 ...meskipun saya lelah.
10 ...meskipun saya sedang sibuk.
Saya yakin bahwa saya dapat mengendalikan diri untuk ...
NO PERNYATAAN STY TY Y SY
11 ... tidak minum alkohol sama sekali.
12 …tidak merokok sama sekali
OUTPOUT LISREL PERILAKU KESEHATAN
DATE: 6/ 4/2011 TIME: 4:02 L I S R E L 8.70 BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com The following lines were read from file C:\Documents and Settings\sarah\My Documents\HASIL LISREL SARAH\HEALTHBEHAV.LS8: UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV DA NI=7 NO=152 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 KM SY FI=HEALTHBEHAV.COR SE 1 2 3 4 5 6 7/ MO NX=7 NK=1 PH=ST TD=SY,FI LK HSE FR LX 1 - LX 7 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 FR TD 4 3 TD 7 6 TD 4 2 TD 5 3 PD OU SS MI TV UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV Number of Input Variables 7 Number of Y - Variables 0 Number of X - Variables 7 Number of ETA - Variables 0 Number of KSI - Variables 1 Number of Observations 152
UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV Correlation Matrix ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM1 1.00 ITEM2 0.55 1.00 ITEM3 0.33 0.42 1.00 ITEM4 0.46 0.39 0.70 1.00 ITEM5 0.42 0.40 0.39 0.41 1.00 ITEM6 0.20 0.31 0.07 0.29 0.07 1.00 ITEM7 0.21 0.26 0.06 0.30 0.19 0.43 Correlation Matrix ITEM7 -------- ITEM7 1.00 UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV Parameter Specifications LAMBDA-X HSE -------- ITEM1 1 ITEM2 2 ITEM3 3 ITEM4 4 ITEM5 5 ITEM6 6 ITEM7 7 THETA-DELTA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM1 8 ITEM2 0 9 ITEM3 0 0 10 ITEM4 0 11 12 13 ITEM5 0 0 14 0 15 ITEM6 0 0 0 0 0 16 ITEM7 0 0 0 0 0 17
THETA-DELTA ITEM7 -------- ITEM7 18 UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV Number of Iterations = 24 LISREL Estimates (Maximum Likelihood) LAMBDA-X HSE -------- ITEM1 0.60 (0.08) 7.42 ITEM2 0.86 (0.09) 9.82 ITEM3 0.48 (0.09) 5.50 ITEM4 0.80 (0.09) 8.85 ITEM5 0.49 (0.08) 6.12 ITEM6 0.40 (0.08) 4.94 ITEM7 0.38 (0.08) 4.70 PHI HSE -------- 1.00
THETA-DELTA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM1 0.64 (0.08) 7.62 ITEM2 - - 0.27 (0.10) 2.56 ITEM3 - - - - 0.77 (0.10) 8.10 ITEM4 - - -0.30 0.34 0.39 (0.07) (0.08) (0.11) -4.31 4.18 3.47 ITEM5 - - - - 0.15 - - 0.76 (0.06) (0.09) 2.70 8.37 ITEM6 - - - - - - - - - - 0.84 (0.10) 8.59 ITEM7 - - - - - - - - - - 0.28 (0.07) 3.80 THETA-DELTA ITEM7 -------- ITEM7 0.86 (0.10) 8.62 Squared Multiple Correlations for X - Variables ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6
-------- -------- -------- -------- -------- -------- 0.36 0.73 0.23 0.62 0.24 0.16 Squared Multiple Correlations for X - Variables ITEM7 -------- 0.14 Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 10 Minimum Fit Function Chi-Square = 17.90 (P = 0.057) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 17.94 (P = 0.056) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 7.94 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 23.86) Minimum Fit Function Value = 0.12 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.053 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.16) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.073 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.13) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.22 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.36 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.30 ; 0.46) ECVI for Saturated Model = 0.37 ECVI for Independence Model = 2.85 Chi-Square for Independence Model with 21 Degrees of Freedom = 416.83 Independence AIC = 430.83 Model AIC = 53.94 Saturated AIC = 56.00 Independence CAIC = 459.00 Model CAIC = 126.37 Saturated CAIC = 168.67 Normed Fit Index (NFI) = 0.96 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.96 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.46 Comparative Fit Index (CFI) = 0.98 Incremental Fit Index (IFI) = 0.98 Relative Fit Index (RFI) = 0.91 Critical N (CN) = 196.75
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.052 Standardized RMR = 0.052 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.97 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.91 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.35 UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV Modification Indices and Expected Change No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X No Non-Zero Modification Indices for PHI Modification Indices for THETA-DELTA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM1 - - ITEM2 0.02 - - ITEM3 1.15 1.51 - - ITEM4 5.35 - - - - - - ITEM5 5.34 2.46 - - 0.01 - - ITEM6 0.49 1.51 1.86 1.77 3.12 - - ITEM7 0.00 0.86 3.00 1.60 1.50 - - Modification Indices for THETA-DELTA ITEM7 -------- ITEM7 - - Expected Change for THETA-DELTA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM1 - - ITEM2 0.01 - - ITEM3 0.06 0.10 - - ITEM4 -0.18 - - - - - - ITEM5 0.15 -0.12 - - -0.01 - - ITEM6 -0.04 0.09 -0.07 0.07 -0.11 - - ITEM7 0.00 -0.07 -0.09 0.07 0.08 - - Expected Change for THETA-DELTA
ITEM7 -------- ITEM7 - - Maximum Modification Index is 5.35 for Element ( 4, 1) of THETA-DELTA UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV Standardized Solution LAMBDA-X HSE -------- ITEM1 0.60 ITEM2 0.86 ITEM3 0.48 ITEM4 0.80 ITEM5 0.49 ITEM6 0.40 ITEM7 0.38 PHI HSE -------- 1.00 Time used: 0.016 Seconds
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA SELF-ESTEEM
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA NUTRITION SELF-EFFICACY
ITE M1 0.74
ITE M2 0.85
ITE M3 0.70
ITE M4 0.75
ITE M5 0.54
ITE M6 0.47
ITE M7 0.75
ITE M8 0.94
ITE M9 0.43
ITE M10 0.51
SELFESTE 1.00
Chi-Square=34.56, df=25, P-value=0.09650, RMSEA=0.044
0.51 0.39 0.54 0.50 0.67 0.73 0.50 -0.24 0.75 0.70
0.27 -0.21
-0.13
-0.14 0.16
0.19
-0.16
0.30 0.12
-0.14
ITE M1 0.36
ITE M2 0.74
ITE M3 0.58
ITE M4 0.34
ITE M5 0.75
SELFEFFI 1.00
Chi-Square=6.91, df=3, P-value=0.07476, RMSEA=0.082
0.80
0.51
0.65
0.81
0.50
-0.38
0.14
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA EXERCISE SELF-EFFICACY
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA INTERNAL HEALTH LOCUS OF CONTROL
ITE M1 0.85
ITE M2 0.69
ITE M3 0.98
ITE M4 0.53
ITE M5 0.50
ITE M6 0.65
IHLC 1.00
Chi-Square=7.23, df=8, P-value=0.51183, RMSEA=0.000
0.38
0.56
0.13
0.68
0.70
0.60
0.25
ITE M6 0.63
ITE M7 0.26
ITE M8 0.11
ITE M9 0.53
ITE M10 0.67
TE M11 0.97
ITE M12 1.00
EXERCISE 1.00
Chi-Square=12.60, df=10, P-value=0.24702, RMSEA=0.037
0.58
0.86
0.94
0.69
0.58
0.18
0.02
0.18
0.22
0.43
0.66
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA EKSTERNAL HEALTH LOCUS OF CONTROL
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA EXTRAVERSION
IT E M1 0.98
IT E M2 0.95
IT E M3 0.21
IT E M4 0.40
IT E M5 0.88
IT E M6 0.70
IT E M7 0.97
IT E M8 0.71
EXTRAVER 1.00
Chi-Square=20.40, df=12, P-value=0.05983, RMSEA=0.060
0.08
0.13
0.89
0.77
0.25
0.55
0.24
0.54
0.42
0.13
0.32
0.50
0.15
0.30
0.12
-0.20
IT E M1 0.83
IT E M2 0.99
IT E M3 0.77
IT E M4 1.00
IT E M5 0.92
IT E M6 0.64
IT E M7 0.94
IT E M8 0.48
IT E M9 0.93
IT E M10 0.90
IT E M11 0.74
IT E M12 0.87
EHLC 1.00
Chi-Square=56.70, df=41, P-value=0.05228, RMSEA=0.044
0.42 -0.10 0.47 0.02 0.28 0.60 0.24 0.72 0.26 0.31 0.51 0.36
0.46 -0.22
-0.25 0.39
0.40 0.21
0.21
0.28
0.19
0.29
0.31
0.32
0.18
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA CONSCIENTIOUSNESS
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA AGREEABLENESS
ITE M1 0.80
ITE M2 0.88
ITE M3 0.57
ITE M4 0.89
ITE M5 0.77
IT E M6 0.69
ITE M7 0.67
ITE M8 0.63
ITE M9 0.94
CONSCIEN 1.00
Chi-Square=25.95, df=20, P-value=0.16737, RMSEA=0.039
0.44 0.36 0.64
0.33 0.48 0.55 0.58 0.62 0.25
0.24
0.34 0.36
0.30 0.25 -0.17
0.22
IT E M1 0.76
IT E M2 0.65
IT E M3 0.85
IT E M4 0.27
IT E M5 0.96
IT E M6 0.99
IT E M7 0.48
IT E M8 1.00
IT E M9 0.74
AGREEABL 1.00
Chi-Square=29.18, df=19, P-value=0.06314, RMSEA=0.053
0.48
0.59
0.37
0.85
0.20
-0.11
0.73
0.14
0.52
0.20
-0.22
-0.13
0.20
0.24
0.26
0.15
-0.19
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA NEORITICISM
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA OPENNESS
ITE M1 0.82
ITE M2 0.40
ITE M3 0.96
ITE M4 1.01
ITE M5 0.76
ITE M6 0.96
ITE M7 0.67
ITE M8 0.96
NEORITIC 1.00
Chi-Square=17.25, df=12, P-value=0.14029, RMSEA=0.048
0.42
0.77
0.21
0.01
0.49
0.20
0.58
0.15
0.36
-0.17
0.35
0.28
0.44
0.30
0.17
0.16
ITE M1 0.57
ITE M2 0.46
ITE M3 0.57
ITE M4 0.58
ITE M5 0.73
ITE M6 0.48
ITE M7 0.95
ITE M8 0.85
ITE M9 0.70
ITE M10 0.72
OPENNES 1.00
Chi-Square=36.59, df=26, P-value=0.08133, RMSEA=0.046
0.66 0.74 0.66 0.65 0.52 0.72 -0.22 0.38 -0.55 0.53
0.23 0.29
0.23 0.14
-0.13 -0.19
-0.21
-0.18
-0.12
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA PERILAKU SEHAT
1 2 3 4 5 6 7
1 X
2 X
3 X
4 V V X
5 X
6 V X
7 V X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA SELF-ESTEEM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 X
2 x
3 V x
4 V x
5 V x
6 V V v X
7 V V x
8 V V x
9 x
10 X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA NUTRITION SELF-EFFICACY
1 2 3 4 5
1 X
2 X
3 X
4 V X
5 V X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA EXERCISE ELF-EFFICACY
6 7 8 9 10 11 12
6 X
7 V X
8 X
9 X
10 V V X
11 X
12 V X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA INTERNAL HEALTH LOCUS OF CONTROL
1 2 3 4 5 6
1 X
2 V X
3 X
4 X
5 X
6 X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA EKSTERNAL HEALTH LOCUS OF CONTROL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 X
2 X
3 X
4 V X
5 V V X
6 X
7 V V X
8 X
9 X
10 V V X
11 V X
12 X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA EXTRAVERSION
1 2 3 4 5 6 7 8
1 X
2 V X
3 X
4 V X
5 V V X
6 X
7 V V X
8 V V X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA AGREEABLENESS
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 X
2 X
3 V X
4 X
5 X
6 V X
7 V V X
8 V V X
9 V V X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA CONCIENTIOUSNESS
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 X
2 X
3 V X
4 V X
5 V V X
6 X
7 V X
8 V V X
9 X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA NEURORITICSM
1 2 3 4 5 6 7 8
1 X
2 X
3 X
4 V X
5 X
6 V V X
7 X
8 V V V V V X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA OPENNESS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 X
2 X
3 X
4 V X
5 V V V X
6 X
7 X
8 X
9 V V V X
10 V V X