Fadhila Muhammad LT Envronmental Geotechnics Parameter Leachate
-
Upload
fadhiel-muhammad -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
description
Transcript of Fadhila Muhammad LT Envronmental Geotechnics Parameter Leachate
UNIVERSITAS INDONESIA
PARAMETER KONSTITUEN LOGAM DALAM
PENGARUHNYA DALAM ASPEK GEOTEKNIK
Disusun
Mata Kuliah Geoteknik Lingkungan
Fadhila Muhammad LT
PROGRAM
KONSENTRASI GEOTEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
PARAMETER KONSTITUEN LOGAM DALAM LEACHATE
PENGARUHNYA DALAM ASPEK GEOTEKNIK
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Geoteknik Lingkungan
oleh:
Fadhila Muhammad LT – 1406508193
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
KONSENTRASI GEOTEKNIK
2015
LEACHATE DAN
Departemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik –––– Universitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas Indonesia
Geoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkungan | 2
1. LATAR BELAKANG
Masalah utama yang dijumpai dalam aplikasi penimbunan/pengurugan sampah atau
limbah padat lainnya ke dalam tanah adalah kemungkinan pencemaran air tanah oleh
lindi, terutama di daerah yang curah hujan dan muka air tanahnya tinggi. Timbulan
(debit) lindi serta kualitasnya yang keluar dari timbunan sampah sangat berfluktuasi
karena bergantung pada curah hujan serta karakter sampah yang ditimbun. Kaitan antara
banyaknya hujan dan timbulan lindi perlu ditentukan bila hendak merancang kapasitas
penanganan lindi, demikian juga beban cemaran lindi yang akan digunakan dalam
perancangan. (Damanhuri, 2008)
Didasarkan atas komponen limbah padat yang ditimbun, maka kemungkinan terlepasnya
komponen-komponen pencemar dari sebuah landfill adalah sebagai berikut:
a. Komponen sisa makanan (organik), kayu dan kertas:
• Dapat terbilas dalam lindi: CO2, asam organik, fenol, N-NH4, N-NO2, N-NO3,
SO4, fosfat, karbonat dsb.
• Sebagai protoplasma mikrobial: C, NH4, P dan K
• Muncul ke atmosfer sebagai: CO2, CH4, volatil berantai pendek dari asam lemak,
NH3, H2S, merkaptan, dsb.
b. Komponen plastik dan karet:
• Plastik tidak terdegradasi
• Karet sintesis praktis tidak terdegradasi
• Karet alamiah terdegradasi secara lambat
c. Kain dan tekstil:
• Materi-materi sintesis : sulit terdegrasi
• Sebagai biomassa: NH4, S, C, P dan K
• Terlarut dalam lindi: CO2, asam-asam organik, fosfat, N-NH4, N-NO2, N-NO3
• Muncul sebagai gas: CO2, CH4, asam-asam volatil, NH3, H2S, merkaptan dsb
d. Komponen logam:
• Berbentuk oksida logam, termasuk logam berat, seperti: Al2O3, Al(OH)3, CrO2,
Cr2O3, HgO, dsb.
• Dapat terlarut dalam lindi : senyawa sulfat dari Ca, Mg, senyawa bikarbonat dari
Fe, Ca, Mg serta senyawa oksida dari Sn, Zn, Cu dan seterusnya.
2. TIMBULAN LINDI
Lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan
sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik
hasil proses dekomposisi biologis. Dari sana dapat diramalkan bahwa kuantitas dan
kualitas lindi akan sangat bervariasi dan berfluktuasi (Lihat gambar 1). Dapat dikatakan
bahwa kuantitas lindi yang dihasilkan akan banyak tergantung pada masuknya air dari
luar, sebagian besar dari air hujan, disamping dipengaruhi oleh aspek operasional yang
diterapkan seperti aplikasi tanah penutup, kemiringan permukaan, kondisi iklim, dan
sebagainya. Kemampuan tanah dan sampah untuk menahan uap air dan kemudian
menguapkannya bila memungkinkan, menyebabkan perhitungan timbulan lindi agak
rumit untuk diprakirakan.
Dalam kaitannya dengan perancangan prasarana sebuah landfill, paling tidak terdapat
dua besaran debit lindi yang dibutuhkan dari sebuah lahan urug, yaitu:
Departemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik –––– Universitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas Indonesia
Geoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkungan | 3
• Guna perancangan saluran penangkap dan pengumpul lindi, yang mempunyai skala
waktu dalam orde yang kecil (biasanya skala jam), artinya saluran tersebut
hendaknya mampu menampung lindi maksimum yang terjadi pada waktu tersebut.
• Guna perancangan pengolahan lindi, yang biasanya mempunyai orde dalam skala
hari, dikenal sebagai debit rata-rata harian.
Gambar 1. Skema terjadinya lindi (Vesilind, 2002, dalam Damanhuri, 2008)
Rancangan praktis yang sering digunakan di Indonesia untuk perancangan antara lain
adalah:
a. Debit pengumpul lindi:
• Dihitung dari rata-rata hujan maksimum harian dari data beberapa tahun
• Assumsi bahwa curah hujan akan terpusat selama 4 jam sebanyak 90 %
b. Debit pengolah lindi:
• dihitung dari rata-rata hujan maksimum bulanan, dari data beberapa tahun, atau
• dihitung dari neraca air, kemudian diambil perkolasi kumulasi bulanan yang
maksimum.
Produksi lindi bervariasi tergantung pada kondisi tahapan pengoperasian landfill, yaitu:
a. Dalam tahap pengoperasian (terbuka sebagian): dalam tahapan ini, bagian-bagian
yang belum ditutup tanah penutup akhir, baik lahan yang sudah dipersiapkan
maupun sampah yang hanya ditutup tanah penutup harian, akan meresapkan
sejumlah air hujan yang lebih besar.
b. Setelah pengoperasian selesai (tertutup seluruhnya): dalam kondisi ini sampah
telah dilapisi tanah penutup akhir. Tanah penutup akhir berfungsi untuk
mengurangi infiltrasi air hujan, sehingga produksi juga akan berkurang.
3. KUALITAS LINDI
Kualitas lindi akan tergantung dari beberapa hal, seperti variasi dan proporsi komponen
sampah yang ditimbun, curah hujan dan musim, umur timbunan, pola operasional, waktu
dilakukannya sampling. Tipikal kualitas lindi di luar negeri tercantum dalam Tabel.1,
terlihat bahwa lindi tersebut mempunyai karakter yang khas, yaitu:
• lindi dari landfill yang muda bersifat asam, berkandungan organik yang tinggi,
mempunyai ion-ion terlarut yang juga tinggi serta rasio BOD/COD relatif tinggi
Departemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik –––– Universitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas Indonesia
Geoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkungan | 4
• lindi dari landfill yang sudah tua sudah mendekati netral, mempunyai kandungan
karbon organik dan mineral yang relatif menurun serta rasio BOD/COD relatif
menurun.
• lindi landfill sampah kota yang berumur di atas 10 tahunpun ternyata mempunyai
BOD dan COD yang tetap relatif tinggi.
Tabel 1. Rentang Kualitas Lindi (Damanhuri, 2008)
Pemantauan lindi di beberapa TPA telah dilakukan di Indonesia sejak tahun 1988. Beberapa
rekapitulasi hasil dari pemantauan tersebut tersaji dalam tabel-tabel di bawah ini. Tabel 2.
merupakan kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia. Berdasarkan hasil analisa lindi
tersebut dapat disimpulkan bahwa kekhasan lindi sampah Indonesia adalah berkarakter tidak
asam dan mempunyai nilai COD yang tinggi.
Walapun pengambilan sampling pada TPA tersebut tidak dilakukan pada saat yang
bersamaan, namun hasil yang didapat dapat menggambarkan permasalahan yang ada. Dapat
dikatakan bahwa kandungan karbon organik (dinyatakan dalam COD) yang terkandung
melebihi baku mutu efluen limbah cair yang berlaku, yang menyiratkan bahwa penanganan
lindi merupakan suatu keharusan bila akan dilepas ke lingkungan. Terlihat pula bahwa
terdapat variasi yang cukup besar antara sebuah TPA dengan TPA yang lain, bahkan dalam
sebuah TPA itu sendiri terdapat variasi yang cukup besar.
Tabel 2. Gambaran variasi kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia (Damanhuri, 2008)
Departemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik –––– Universitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas Indonesia
Geoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkungan | 5
4. PARAMETER LINDI DAN PENGARUH TERHADAP ASPEK GEOTEKNIK
Dalam melakukan analisa modeling menggunakan EPACMTP (EPA's Composite Model
for Leachate Migration with Transformation Products) dipelukan input data berupa
parameter konstituen-spesifik lindi. Masukan data tersebut dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
kategori:
1) Masukan parameter umum dan konstitutif, seperti berat molekular, difusi molekular,
dan peraturan standar air minum.
2) Masukan parameter spesifik konstituen organik, untuk mendeskripsikan tendensi
konstituen dalam berdegradasi, dan untuk menghitung mutu konstituen dalam
menyerap komponen organik.
3) Masukan parameter konstituen logam geokimia non-linear, untuk mendeskripsikan
pergerakan konstituen logam di dalam tanah.
EPAMCTP model mensimulasikan pergerakan konstituen limbah dengan menggunakan
properti dari setiap parameter di dalam tanah.
Tabel 3. Parameter konstituen Limbah Cair (EPA, 2003)
Departemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik –––– Universitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas Indonesia
Geoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkungan | 6
Tabel 3. Parameter konstituen Limbah Cair (EPA, 2003) (lanjutan)
Dalam makalah ini, pembahasan materi akan dibatasi pada parameter konstituen logam
non-linear, yang terdiri dari Nomor Identifikasi Logam, kandungan hidroksida besi
(FeOH) tingkat keasaman tanah dan air tanah (pH), dan konsentrasi asam organik.
a. Nomor Identifikasi Logam
Di bawah permukaan tanah, konstituen logam dapat mengalami reaksi dengan air,
dimana logam dapat terikat dengan komponen hidroksida air. Perbandingan antara
konsentrasi logam terserap dengan konsentrasi logam pada fase bebas dinyatakan
dengan Koefisien Partisi (Kd). Penggunaan Kd dalam model transport EPACMTP
mengasumsikan bahwa kesetimbangan lokal diantara larutan sedang terjadi, yang
berarti bahwa tingkat reaksi penyerapan relatif cepat.
Nilai Kd secara empiris dapat digunakan dalam pergerakan logam dengan
menggunakan linear isotherm. Data Kd dikompilasi dari survey literatur terbaru atau
dari pH-based isotherm. Korelasi antara jenis logam dengan koefisien partisi (Kd)
diperlihatkan dalam tabel.4.
Tabel 4. Korelasi unsur logam dengan nilai Kd (Loux, et all 1990 dalam EPA, 2003)
Departemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik –––– Universitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas Indonesia
Geoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkungan | 7
Nomor Identifikasi Logam (metal ID) menyatakan nomor yang ditujukan kepada
setiap jenis logam untuk memudahkan spesifikasi jenis logam saat dimodelkan.
Logam kontaminan yang nilai Kd nya telah dihitung meliputi Arsenik (As), Antimon
(Sb), Barium (Ba), Berilium (Be), Kadmium (Cd), Kobalt (Co), tembaga (Cu),
Kromium (Cr), Fluoride (F), Raksa (Hg), Mangan (Mn), Molibdenum (Mo), Timbal
(Pb), Nikel (Ni), Selenium (Se), Perak (Ag), Tallium (Tl), Vanadium (V), dan seng
(Zn). Nomor identifikasi untuk setiap jenis logam diperlihatkan pada tabel. 5.
Tabel 5. Nomor Identifikasi Logam (EPA, 2003)
b. Derajat Keasaman (pH) tanah dan lapisan akuifer
Derajat Keasaman (pH) adalah besaran tingkat keasaman atau kebasaan dari lapisan
air tanah. pH dihitung pada skala 0 sampai 14, dimana pH 7 menyatakan tingkat yang
netral. Nilai yang lebih kecil dari 7 disebut asam, dan harga lebih tinggi dari 7
menyatakan sifat basa. Tabel sebaran empiris nilai pH pada tanah diperlihatkan
dalam tabel.6.
Tabel 6. Sebaran tanah dan pH akuifer (EPA, 2003)
Departemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik –––– Universitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas Indonesia
Geoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkungan | 8
c. Kandungan Hidroksida Besi (FeOx)
Hidroksida Besi (FeOx) merepresentasikan adsorben dominan untuk serapan logam
di sistem lingkungan, dan merupakan variabel yang digunakan ahli geokimia untuk
menghitung isotherm penyerapan non-linear, walaupun bahan penyerap lain seperti
mineral lempung, mineral karbonat, alumunium hidros, mangan oksida dan silica
dapat menyerap logam di bawah permukaan, menghitung FeOx dan material organik
tertetu dirasa cukup untuk mendapatkan nilai yang realistis dalam permodelan
transport mineral dalam aliran air bawah permukaan. Tabel sebaran fraksi FeOx
diperlihatkan dalam tabel.7.
Tabel 7. Sebaran fraksi besi hidroksida (EPA, 2003)
d. Material Organik Lindi (Leachate Organic Material/LOM)
Selain kontaminan logam, leachate yang dihasilkan dari landfill juga banyak
mengandung material organik. Material organik ini dapat terdiri dari berbagai jenis
senyawa, termasuk di dalamnya asam organik yang merupakan hasil dari pemecahan
substansi organik yang lebih kompleks. Pengaruh material organik dalam penyerapan
logam dapat dipresentasikan dengan menggunakan nilai distribusi tetap yang
diperlihatkan dalam tabel.8.
Tabel 8. Sebaran Material Organik Lindi (EPA, 2003)
e. Persentase Material Organik (%OM)
Kuantitas dan sifat material organik tertentu yang dapat menarik logam (adsorben)
sangatlah penting dalam menentukan sejauh mana konstituen partikel dapat terbawa
di dalam air. Material organik partikulat yang ada di dalam zona tak-jenuh
(direpresentasikan sebagai %OM) adalah adsorben dominan yang diperhitungkan
sebagai permodelan transport logam.
Departemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik –––– Universitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas Indonesia
Geoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkungan | 9
Tabel 9. Sebaran Persentase Material Organik pada lapis tanah tak-jenuh (EPA, 2003)
f. Fraksi Karbon Organik (foc)
Jumlah material organik partikulat di lapisan tanah jenuh air (saturated soil) dapat
direpresentasikan sebagai Fraksi Karbon Organik (foc).
Tabel 10. Sebaran Fraksi Karbon Organik (foc)pada lapis tanah tak-jenuh (EPA, 2003)
Parameter konstituen logam dan sebaran kumulatif dari fraksi organik yang telah
dijelaskan di atas merupakan parameter kuantitatif dari tingkat polutan pada lindi yang
berbahaya bagi lingkungan biotik dan abiotik. Jenis logam tertentu memiliki tingkat
toksisitas yang sangat tinggi (seperti Arsen [As], Merkuri [Hg], dan Timbal [Pb]). Juga
dapat merusak stabilitas struktur lapisan liner akibat pH yang rendah. Dampak lain dari
material ikatan senyawa logam-organik adalah terbentuknya endapan lumpur di dalam
drainase lindi yang pada akhirnya dapat mengakibatkan penyumbatan saluran. (George.
M., Beena K.S., 2011).
Pada tabel.10. diperlihatkan konsentrasi parameter logam di dalam leachate dan di air
tanah pada suatu landfill di West Tennessee. Konsentrasi logam di dalam air tanah sangat
sedikit yang dapat dideteksi,
Departemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik –––– Universitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas Indonesia
Geoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkungan | 10
Tabel 11. Konsentrasi logam pada leachate dan air tanah (Johnson, 2011)
5. PENANGANAN LINDI (LEACHATE) DI LANDFILL
Penanganan lindi yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Memanfaatkan sifat-sifat hidrolis dengan pengaturan air tanah sehingga aliran lindi
tidak menuju ke arah air tanah. Pengaturan hidrolis dilakukan dengan membuat
tembok penghalang (barrier) sekeliling landfill sehingga air tanah sekitarnya lebih
tinggi dibanding air tanah di bawah landfill. Barrier tersebut dapat dibangun dari
soil bentonite atau dengan steel sheetpile.
b. Mengisolasi lahan-urug tersebut agar air eksternal tidak masuk dan lindinya tidak ke
luar, misalnya pada landfill bahan berbahaya dengan menggunkan liner dari
geomembran.
c. Mencari lahan yang mempunyai tanah dasar dengan kemampuan baik untuk
menetralisir cemaran.
d. Mengembalikan lindi (resirkulasi) ke arah timbunan sampah.
e. Mengalirkan lindi menuju pengolah air buangan domestik.
f. Mengolah lindi dengan pengolahan sendiri.
Di negara maju biasanya masalah lindi ini ditangani dengan diolah seperti halnya air
limbah biasa. Beberapa jenis pengolahan yang biasa digunakan adalah:
a. pengolahan kimia fisika, biasanya koagulasi-flokulasi-pengendapan.
b. pengolahan secara aerobik: proses lumpur aktif, kolam stabilisasi atau kolam aerasi.
c. pengolahan secara anaerobik, biasanya kolam stabilisasi.
d. pemanfaatan sifat-sifat sorpsi seperti karbon aktif.
6. MONITORING PENCEMARAN LINDI TERHADAP AIR TANAH
Lapisan air di bawah permukaan tanah dapat terkontaminasi oleh polutan lindi yang
melewati lapisan liner. Tingkat penyebaran leakage dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut:
a) Kondisi hidrogeologi, seperti jenis tanah, ketebalan lapisan tanah, kedalaman muka
air tanah, tingkat presipitasi, kegempaan dan permeabilitas tanah.
b) Desain landfill, meliputi jenis liner, ketebalan liner, drainase lindi, masa layan
landfill, penampungan dan pengolahan lindi.
Departemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik –––– Universitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas Indonesia
Geoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkungan | 11
Kontaminasi air tanah oleh lindi dapat terjadi akibat rusaknya lapisan liner, baik akibat
kesalahan desain maupun akibat bencana alam (force majeur). Sebagai langkah
pencegahan terhadap pencemaran tersebut, perlu dilakukan pemantauan terhadap kualitas
air tanah di sekitar lokasi landfill.
Gambar 2. Ilustrasi leakage pada sebuah landfill (Johnson, 2011)
Pemantauan dapat dilakukan dengan membuat dan memeriksa kualitas air di sumur
pantau yang dibuat pada jarak tertentu dari lokasi landfill. Pada Gambar 3. diperlihatkan
ilustrasi penempatan sumur pantau pada suatu landfill. Sedangkan gambar.4
memperlihatkan kondisi sumur pantau dengan perawatan yang ideal, dilengkapi dengan
penutup beton, casing pelindung dan label nama.
Gambar 3. Penempatan sumur pantau pada suatu landfill (Johnson, 2011)
Departemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik –––– Universitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas Indonesia
Geoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkungan | 12
Gambar 4. Penempatan sumur pantau pada suatu landfill (Johnson, 2011)
Pemeriksaan kualitas dari pada sumur pantau dilakukan secara berkala. Hasil pemeriksaan
tingkat kontaminasi sumur pantau di landfill yang terletak di Western Tenessee, AS
diperlihatkan pada tabel 11. Gambar. 4 memperlihatkan trend pergerakan kuantitas polutan
berupa Natrium (Na), Chlor (Cl), Kalsium (Ca), dan Ammonia (NH4) dari tahun 1988 –
2006.
Tabel 11. Indikator konsentrasi Leachate dan Air Tanah Tennessee tahun 1999 (Johnson, 2011)
Departemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik SipilDepartemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik –––– Universitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas IndonesiaUniversitas Indonesia
Geoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkunganGeoteknik lingkungan | 13
Gambar 4. Grafik konsentrasi komponen Leachate Tennessee tahun 1988 - 2006 (Johnson, 2011)
7. KESIMPULAN
Dari tulisan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Komponen lindi terdiri dari air, material organik, dan material anorganik (logam dan
non-logam).
2. Komponen logam dalam lindi dapat terlarut dan dapat terbawa ke dalam lapisan air
tanah. Transport konstituen lindi dapat dimodelkan dengan EPAMCTP dengan
menyesuaikan properti dari parameter konstituen lindi.
3. Lapisan air di bawah permukaan tanah dapat terkontaminasi oleh polutan lindi yang
melewati lapisan liner, pemantauan leakage dilakukan dengan membuat sumur
pantau di lokasi sekitar landfill.
REFERENSI
1. Damanhuri, 2008. Pengelolaan Leachate (Lindi), Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung.
2. George. M., Beena K.S., 2011. Geotechnical characteristics of leachate-contaminated
lateritic Soil, Proseeding of Indian Geotechnical Conference. Kochi.
3. Rowe, et al. 1988. Laboratory Determination of Diffusion and Distribution Coefficients
of Contaminants using Undisturbed Clayey Soil.
4. Johnson, 2011. Groundwater Monitoring and Effective Parameter Selection, 1st Annual
Lanfill Operator Conference, Waste Management New York.
5. US Environmental Protection Agency, 2003. EPA’s Composite Model for Leachate
Migration with Transformation Products (EPACMTP), Parameter/Data Background
Document. Washington D.C.
6. US Environmental Protection Agency, 2003. EPA’s Composite Model for Leachate
Migration with Transformation Products (EPACMTP), Waste and Constituent
Parameters. Washington D.C.