EyeShadow
-
Upload
stanislaus-krisbangkit-putra -
Category
Documents
-
view
40 -
download
3
description
Transcript of EyeShadow
MAKALAH PHARMACEUTICAL ANALYSIS
DETERMINASI DAN ASSESSMENT LOGAM BERAT PADA EYE
SHADOW
DISUSUN OLEH :
- GAMA NINDYA SAPUTRA 128114093
- PRITA PATRICIA 128114094
- LUCIA EFFELIN CINDYA 128114096
- DIONISIUS LAFFYANTO 128114100
- STANISLAUS KRIS BANGKIT TRI PUTRA 128114101
KELOMPOK 1 / FST-B 2012
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
1
DETERMINASI DAN ASSESSMENT LOGAM BERAT PADA EYE
SHADOW
1. Latar Belakang Pemilihan Analit
Kosmetik merupakan komoditi penting dalam gaya hidup manusia pada
era modern, mulai dari kalangan usia kanak-kanak hingga orang dewasa
menggunakan kosmetik untuk kepentingan pribadi. Kosmetik semakin hari
semakin beredar luas di pasaran, hal ini membuat kosmetik sangat penting
posisinya dalam segi penampilan bagi masyarakat secara umum. Kosmetik ini
tersedia dalam bentuk yang beragam, adapun maksud kosmetik diproduksi secara
beragam yaitu, untuk memenuhi kebutuhan konsumen sebagai penunjang
penampilan diri. Salah satunya adalah eye shadow. Eye shadow berguna untuk
memberikan keindahan bagi mata para wanita agar terlihat lebih cantik. Bahan-
bahan untuk membuat eye shadow tentu saja harus yang aman. Biasanya dalam
kosmetik terdapat zat alami dan sintetis yang digunakan.
Zat alami dan sintetis dapat menghasilkan efek lokal pada kulit manusia ,
seperti iritasi, sensitisasi, alergi atau foto reaksi. Namun, disadari atau tidak
terdapat zat-zat berbahaya yang terkandung dalam kosmetik (eye shadow). Eye
shadow adalah salah satu contohnya produk make up yang digunakan pada kulit.
Eye shadow tersedia seperti dalam bentuk powder pressed, krim anhidrat, emulsi,
batang dan pensil dengan pilihan warna yang beragam pula. Penggunaan powder
pressed pada eye shadow merupakan jenis yang paling umum.
Logam berat yang terkandung dalam eye shadow umumnya merupakan zat
pengotor (impuritis) pada bahan dasar pembuatan eye shadow atau logam berat
tersebut dapat juga sebagai residu yang dikeluarkan oleh perangkat logam yang
digunakan selama pembuatan eye shadow. Pada umumnya, logam berat dapat
dijumpai di alam seperti terkandung di dalam tanah, air, dan batuan. Kandungan
logam berat dalam kadar yang berlebih dalam eye shadow baik yang ditambahkan
dengan sengaja ataupun tidak sengaja sangat tidak dibenarkan karena logam berat
tersebut akan kontak dengan kulit secara berulang dan apabila terabsorbsi, logam
berat akan masuk ke dalam darah dan menyerang organ-organ tubuh sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan
2
apabila eye shadow mengandung logam berat di dalamnya mengalami kontak
dengan kulit adalah iritasi, alergi, dan dermatitis. Logam berat yang patut
diwaspadai terdapat dalam kosmetik eye shadow antara lain Cd, Co, Cr, Ni and
Pb. Untuk itu, penulis akan memaparkan cara menganalisis kandungan logam
berat berbahaya dalam produk kosmetik terkhususnya pada eye shadow.
2. Toksisitas dari logam berat pada eye shadow
a. Timbal (Pb)
Timbal secara alami terdapat di kerak bumi. Timbal dapat berada
di lingkungan akibat proses alami (misal: erosi) ataupun kegiatan industri
manusia (misal: pengeboran minyak atau akibat penambangan emas).
Timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, tertelan atau kontak
dengan mata kemudian masuk ke dalam peredaran darah dan terakumulasi
dalam jaringan, terutama tulang. Selain itu, timbal juga dapat terakumulasi
di hati, ginjal, pankreas, dan paru-paru. Di dalam tubuh, timbal merupakan
neurotoksin yang terbukti dapat menyebabkan tingkat IQ rendah dan
menimbulkan masalah perilaku seperti meningkatnya agresivitas.
Pada paparan kronis tingkat rendah, timbal dapat mempengaruhi
ginjal, system kardiovaskuler, darah, sistem kekebalan tubuh, serta sistem
saraf pusat dan perifer.
Pada paparan kronis tingkat tinggi, timbal dapat menyebabkan
keguguran, perubahan hormon, mengurangi kesuburan pada pria dan
wanita, gangguan menstruasi, menurunnya daya ingat, serta gangguan
pada saraf, persendian, otot, jantung, dan ginjal.
Waktu paruh timbal di dalam tubuh adalah dua sampai enam
minggu, namun dibutuhkan waktu 25 sampai 30 tahun untuk
menghilangkan separuh kandungan timbal yang tersisa dalam tubuh.
b. Kadmium (Cd)
Kadmium berada di lingkungan secara alami dan dapat terbentuk
melalui proses alami seperti kebakaran hutan, emisi vulkanik gunung
berapi, dan pelapukan tanah serta bebatuan. Sebagian besat kadmium
3
berasal dari hasil aktivitas manusia, terutama hasil produksi logam,
pembakaran bahan bakar, transportasi, dan pembuangan limbah padat
dan juga limbah lumpur. paparan kadmium secara berulang dalam dosis
rendah dapat menyebabkan kerusakan ginjal, deformitas tulang, dan tulang
mudah patah. Kadmium memberi efek signifikan pada ovarium dan
saluran reproduksi morfologi bahkan dengan dosis yang sangat rendah.
Paparan kadmium selama kehamilan dapat mengakibatkan bobot lahir
rendah atau kelahiran prematur. Waktu paruh kadmium di dalam tubuh
adalah 10 -12 tahun setelah paparan.
c. Kobalt (Co), Nikel (Ni), Kromium (Cr)
Co, Ni, dan Crsebagai logam berat ketika dalam keadaan tunggal
maupun ketika digabungkan pada eye shadow terlibat secara aktif terhadap
timbulnya iritasi, dermatitis, dan kontak alergi pada kulit kelopak mata.
Prevalensi Ni terhadap timbulnya iritasi, dermatitis, dan alergi hanya
sebesar 20% pada wanita dan 1% pada wanita. Hal ini diakibatkan dengan
terlepasnya ion Ni dari produk yang mengandung Ni. Berbeda dari nikel ,
alergi dermatitis yang ditimbulkan kobalt dan kromium ini pada umumnya
disebabkan oleh pengaruh kerja.
3. Sifat Fisika-Kimia Analit dan Eksipien dari Eye Shadow
Titanium dioxide
Bentuk : Solid
Bau : tidak berbau
Rasa : tidak berasa
Bobot molekul : 79.9g/mole
Warna : putih
Titik didih : 2750°C (4982°F)
Titik leleh : 1855°C (3371°F)
4
Kelarutan : tidak larut dalam air dingin, hydrochloric acid, nitric acid,
larutan sulfuric acid, pelarut organik. Larut dalam sulfuric
acid pekat, hydrofluoric acid, alkali
Petrolatum
Bentuk : Solid
Bau : Tidak berbau
Rasa : tidak berasa
Warna : kekuningan
Titik Leleh : 38°C (100.4°F) - 54 C. (Merck Index) 38°C (100.4°F) - 60
C. (Spectrum Laboratory Products & Chemicals – product
specifications)
Berat Jenis : 0.820 - 0.865 @ 25 C.(Water = 1) (Merck Index) 0.815 -
0.880 @ 60 C. (Spectrum Laboratory Products &
Chemicals -product specifications)
Kelarutan : larut dalam dietileter dan benzene, kloroform, petroleum
ether, carbon disulfide, oils. Tidak larut dalam air dingin,
air panas, gliserol, alkohol
Lanolin Oil
Bentuk : cair
Titik Leleh : 40°C (104°F)
Kelarutan : tidak larut dalam air dingin
Ceresin
Bentuk : Solid. (Waxy solid.)
Bau : tidak berbau
Rasa : tidak berasa
Warna : putih
Titik Leleh : 61°C (141.8°F)
Berat Jenis : 0.91 (Water = 1)
Kelarutan : tidak larut dalam air dingin
5
Calcium Carbonate
Bentuk : Solid
Bau : tidak berbau
Rasa : seperti kapur
Bobot Molekul : 100.09 g/mole
Warna : Putih
Titik Leleh : 825°C (1517°F)
Berat Jenis : 2.8 (Water = 1)
Kelarutan : sedikit larut dalam air dingin dan larut dalam larutan
asam. Tidak larut dalam alkohol
Mineral Oil
Bentuk : cair
Bau : tidak berbau
Warna : bening
Titik didih : 310°C (590°F)
Berat Jenis : 0.835 @ 15.6 C (Water = 1)
Kelarutan : tidak larut dalam air dingin. Larut dalam hydrocarbons
Sorbitan Oleate
Bentuk : cair
Bobot Molekul : 428.61 g/mole
Warna : kuning
Titik didih : >100°C (212°F)
Berat Jenis : 1 (Water = 1)
Kelarutan : sedikit larut dalam diethyl ether, 1,4-dioxane, 1,1,1-
trichloroethylene, dan alkohol. Tidak larut dalam air dingin,
acetone, ethylene glycol, propylene glycol. Larut dalam
mineral, vegetable oils, ethyl acetate, 3-etehyoxyethanol,
contonseed oil.
Talc
Bentuk : Solid
6
Bau : tidak berbau
Warna : putih
Titik leleh : 800°C (1472°F)
Berat Jenis : 2.5 - 2.8(Water = 1)
Kelarutan : tidak larut dalam air panas maupun dingin
Timbal (Pb)
Bentuk : Solid
Bobot Molekul : 207.21 g/mole
Warna : Silver, abu-abu, putih kebiruan
Titik didih : 1740°C (3164°F)
Titik Leleh : 327.43°C (621.4°F)
Berat Jenis : 11.3 (Water = 1)
Kelarutan : tidak larut dalam air dingin
Cadmium (Cd)
Bentuk : Solid
Bobot Molekul : 112.4 g/mole
Warna : Silver
Titik didih : 765°C (1409°F)
Titik leleh : 320.9°C (609.6°F)
Berat jenis : 8.64 (Water = 1)
Kelarutan : tidak larut dalam air dingin, air panas, methanol, dietil
eter, n-oktanol
Cobalt (Co)
Bentuk : Solid
Bobot Molekul : 58.93 g/mole
Titik didih : 3100°C (5612°F)
Titik leleh : 1493°C (2719.4°F)
Berat Jenis : 8.92 (Water = 1)
7
Kelarutan : tidak larut dalam air dingin
Nikel (Ni)
Bentuk : Solid
Bau : tidak berbau
Bobot molekul : 58.71 g/mole
Warna : Silver
Titik didih : 2730°C (4946°F)
Titik leleh : 1455°C (2651°F)
Berat jenis : 8.908 (Water = 1)
Kelarutan : tidak larut dalam air dingin, amonia. Larut dalam larutan
nitric acid. Sedikit larut dalam hydrochloric acid, sulfuric
acid
Chromium (Cr)
Bentuk : solid
Bau : tidak berbau
Bobot jenis : 52 g/mole
Warna : abu-abu
Titik didih : 2642°C (4787.6°F)
Titik leleh : 1900°C (3452°F)
Berat jenis : 7.14 (Water = 1)
Kelarutan : larut dalam larutan asam kecuali nitric, dan larut dalam
alkali
4. Strategi Pemisahan Analit
a. Zat yang akan dianalisis: logam berat yaitu Cd, Co, Cr, Ni and Pb.
b. Sampling : eye shadow serbuk dengan warna yang berbeda-beda dibagi
menjadi 5 grup, dengan 5 merk yang berbeda. Sampel disimpan pada suhu
ruangan.
c. Bahan dan Standar
Untuk digesti digunakan HNO3 67% dan HF 40%. Untuk preparasi
kalibrasi dan standar internal digunakan single element standard solutions
8
pada konsentrasi 1 mg mL−1. Dan pada semua standard iternal dibuat
konsentrasi pada 1 ng mL−1. Untuk dilusi dari sampel dan standar
digunakan High-purity deionized water.
d. Preparasi sampel :
- Digesti Sampel
Ditambahkan 1 gram sampel, 5 ml dari HNO3 67% dan 1 ml dari
40 % hf pada PTFE-Vessel. Sampel disinari didalam microwaves
dengan optimasi program : 250/1, 0/1, 250/5, 400/4, 600/3, 300/5
((power [W]/time[min]). Setelah sampel dingin, sampel dipiindah
pada erlenmeyer 50 ml dan ditambahkan deionized water.
e. Flame-atomic absorption spectrophotometry
Konsentrasi timbal dideteksi dengan menggunakan detektor flame atomic
absorption menggunakan Varian-SpectrAA Spectrophotometer 200 yang
dilengkapi dengan optical bench dengan double beam dan monochromator
(Czerny-Turner). Sistemnya dikendalikan melalui software SpectrAA
100/200 yang mampu memvisualisasikan time absorbans signal, sinyal
dasar, dan kuva kalibrasi. Gas yang digunakan sebagai fase gerak adalah
sebagai berikut air, 13.50 L min-1; asetilena, 2,00 L min-1. Absorbansi
dibacakan pada 217,0 nm. Kurva kalibrasi diperoleh dengan menggunakan
tiga konsentrasi standar yang diperoleh dari larutan standar Pb(NO3)2 yang
diencerkan dengan larutan HNO3 1%. Sampel juga diencerkan dengan
HNO3 1%. Pembacaan dilakukan sebanyak 3 kali replikasi.
f. Inductively coupled plasme mass spectrometry
Konsentrasi kadmium, kromium, nikel, dan kobalt ditentukan dengan
menggunakan instrumen Elan 9000 ICP-MS yang dilengkapi dengan
autosampler Asx520. Diukur dengan menggunakan detektor MS karena
keberadaan logam tersebut tidak dapat diukur jumlahnya hanya dengan
menggunakan F-AAS. Semua standar internal dan kalibrasi berada di
konsentrasi dari 1 ng mL-1 dalam solusi analitik. Untuk pengenceran
9
sampel dan standar digunakan air deionisasi. Setiap pengukuran dilakukan
tiga kali replikasi dan setiap hasil adalah nilai rata-rata dari ketiga
pengulangan tersebut. Parameter dalam pengukuran adalah sebagai
berikut: frekuensi radio, 1.200 W; aliran plasma, 14,0 L min-1; aliran
tambahan, 0,90 L min-1; gas sampel aliran, 0,85 L min-1; Resolusi massal,
300 m / Δm (resolusi rendah, LR) untuk kadmium dan 4000 m / Δm
(resolusi menengah, MR) untuk kromium, nikel dan kobalt. Dua standar
internal yang digunakan: 115In untuk kadmium dan 69Ga nikel, kromium
dan kobalt. Selanjutnya, dalam rangka mempertahankan efek matriks, lima
tingkat konsentrasi standar digunakan.
5. Pembahasan
a. Sampling
Dilakukan pengelompokkan pada sampel dengan tujuan agar
sampel yang akan dianalisis nantinya mewakili dari populasi dan tujuan
disimpan pada suhu ruangan berkaitan dengan masalah stabilitas agar
menjaga sampel tersebut tidak rusak.
b. Digesti sampel
Tujuan sampel perlu melalui tahap Microwave Digestion adalah
untuk memisahkan matriks silica, matriks organik dan matriks kompleks
lainnya dengan melarutkan logam berat dalam molekul organic sebelum
dilakukan analisis oleh ICP, serapan atom, atau pengukuran emisi atom.
Tahap ini dapat berlaku untuk unsur-unsur berikut : Aluminum,
Cadmium, Iron, Molybdenum, Sodium, Antimony, Calcium, Lead, Nickel,
Strontium, Arsenic, Chromium, Magnesium, Potassium, Thallium, Boron,
Cobalt, Manganese, Selenium, Vanadium, Barium, Copper Mercury,
Silver, Zinc, Beryllium.
Selain metode diatas, menurut “COSMETIC ASEAN METHOD”,
terdapat 3 metode lain dalam digesti :
1. Digesti Gelombang Mikro
Digunakan untuk (As,Cd,Pb,Hg).
2. Digesti Kering/Pengabuan
10
Digunakan untuk (As,Cd dan Pb). Pengabuan dilakukan dengan
mendestruksi komponen organic sampel pada suhu tinggi (500-
6000C) dalam tanur hingga terbentuk abu berwarna putih keabuan
dan berat konstan tercapai.
3. Digesti Basah
Digunakan untuk (Hg). Teknik ini memberikan hasil perolehan
kembali Hg yang rendah dibandingkan dengan teknik digesti
gelombang mikro. Sampel dilarutkan dengan oksidator kuat pada
suhu yang rendah.
c. Flame-atomic absorption spectrophotometry
Flame atomic absorption spectrometry (FAAS) adalah suatu
metode analisis kuantitatif berdasarkan pengukuran penyerapan dari
cahaya bebas oleh atom-atom pada tingkat energi dasar (ground state
atom). Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya elektron dalam
kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil,
elektron akan kembali ke tingkat energi dasar sambil mengeluarkan energi
yang berbentuk radiasi.
Besarnya cahaya yang diserap oleh suatu atom dalam keadaan
dasar sebanding dengan konsentrasinya. Hal ini berdasarkan Hukum
Lambert-Beer yang secara sederhana dirumuskan sebagai berikut :
A= IoI
= a c l
A=absorbance
I0 = initial light intensity before absorption
I = Light intensity after absorption
a = absorption coefficient (constant depending on material properties)
c = number of free ground state atoms in the atomizing unit (flame)
l = lenght of way passing the light in the atomizing unit
11
Single beam
Double beam
(1 light source; 2 flame; 3 monochromator; 4 detector; signal processing and displaying
unit)
Dalam FAAS, sampel cair dialirkan ke dalam nyala melalui
nebulizer. Dalam nebulizer, sampel diubah menjadi kabut, dan tetesan
kabut yang mudah terbakar dalam api, yang berperan sebagai sel sampel.
Nyala menyediakan sumber atom atau molekul netral atau untuk menyerap
energi, dan bertindak untuk mendesolvasi dan atomisasi sampel. Nyala api
yang paling umum digunakan adalah udara/asetilen api, yang membakar
dalam kisaran suhu 2120-2400◦C, sementara api nitrous oxide, yang dapat
membantu untuk menghancurkan oksida yang bisa terbentuk, membakar
dalam kisaran suhu 260-28000C. Sebagai sumber cahaya digunakan hollow
katoda (HCL) atau electrodeless discharge lamp (EDL), yang
memancarkan garis spektrum yang sesuai dengan energi yang dibutuhkan
untuk memperoleh transisi elektronik dari keadaan dasar ke keadaan
tereksitasi dalam sampel. Penyerapan radiasi dari sumber cahaya eksternal
sebanding dengan populasi spesies / konsentrasi analit yang disemprotkan
ke nyala (Lewen, 2011).
Volpe et al (2012) mengaplikasikan tehnik Flame atomic
absorption spectroscopy (FAAS) dan dalam evaluasi kandungan timbal
pada eyeshadow dari Cina, Italia, dan Amerika Serikat. Nikel merupakan
penyebab dermatitis, produk kosmetik harus mengandung nikel kurang
dari 5mg/g dan sebaiknya berada dibawah 1mg/g-1 untuk meminimalkan
risiko reaksi alergi atau eczema kelopak mata.
12
Pada analisis tersebut digunakan bahan bakar: udara, 13,50L/menit;
asetilena, 2,00L/menit yang digunakan. Absorbansi dibaca pada 217 nm.
Kurva kalibrasi diperoleh dengan menggunakan tiga larutan standar
dengan konsentrasi berbeda, yang diperoleh dari larutan standar Pb(NO3)2
diencerkan dalam HNO3 1% yang juga digunakan untuk melarutkan
sampel. Produk yang dianalisis selain sampel dari China memiliki
konsentrasi nikel di bawah batas tersebut.
d. Inductively Coupled Plasme Mass Spectrometry
Sebuah ICP-MS menggabungkan sebuah ICP dengan temperature
tinggi (inductively coupled plasma) dengan sumber spektrometer massa.
ICP akan mengubah atom dari elemen sampel tersebut ke ion. Ion ini yang
selanjutnya akan dipisahkan dan terdeteksi oleh spektrometri massa. Pada
api ICP, sampel yang akan dimasukan biasanya dirubah sebagai aerosol,
baik oleh cairan aspirating atau sampel padat dilarutkan dalam nebulizer
atau menggunakan laser untuk secara langsung mengubah sampel padat ke
bentuk aerosol. Setelah sampel aerosol dimasukkan ke dalam api ICP,
13
sampel akan benar-benar desolvated dan unsur dalam aerosol pertama
diubah menjadi atom gas dan terionisasi akhir di plasma.
Hal terpenting yang perlu di ingat tentang Argon ICP plasma
adalah:
1. Argon yang keluar , dengan suhu sekitar 6000-10000 K, merupakan
sumber ion yang sangat bagus.
2. Ion yang dibentuk oleh ICP biasanya ion positif, M+ atau M+2, karena itu
unsur-unsur yang lebih memilih untuk membentuk ion negatif, seperti Cl,
I, F, dll sangat sulit untuk ditentukan dengan ICP-MS.
3. Kemampuan deteksi teknik dapat bervariasi dengan teknik pengenalan
sampel yang digunakan, seperti teknik yang berbeda akan memungkinkan
berbeda jumlah sampel untuk mencapai ICP plasma.
4. Kemampuan deteksi akan berbeda dengan matriks sampel, yang dapat
mempengaruhi tingkat ionisasi yang akan terjadi dalam plasma atau
memungkinkan pembentukan spesies yang dapat mengganggu penentuan
analit.
Setelah unsur dalam sampel yang diubah menjadi ion, mereka
kemudian dibawa ke dalam spektrometri massa melalui antarmuka
kerucut. Wilayah antarmuka di ICP-MS akan mentransmisikan ion sampel
pada aliran di argon pada tekanan atmosfer ( 1-2 torr ) ke dalam tekanan
wilayah rendah spektrometri massa ( <1 x 10-5 torr ).
14
Setelah ion yang masuk spektrometer massa, mereka dipisahkan
oleh rasio massa terhadap muatan mereka. Jenis yang paling sering
digunakan spektrometer massa adalah filter massa quadrupole. Dalam
filter massa quadrupole, tegangan AC dan DC diterapkan bergantian
berlawanan dengan kedua pasang batang. Kemampuan untuk menyaring di
atas rasio memungkinkan ion mass-tocharge icp-ms akan memasok
informasi isotop, karena berbagai isotop unsur yang sama memiliki massa
yang berbeda. Untuk itu instrument ini dapat digunakan untuk mendeteksi
ion dari Kadmium, Kobalt, Nikel, dan Kromium.
Pada analisis eye shadow, parameter dalam pengukuran dengan
ICP-MS adalah sebagai berikut: frekuensi radio, 1.200 W; aliran plasma,
14,0 L min-1; aliran tambahan, 0,90 L min-1; gas sampel aliran, 0,85 L
min-1; Resolusi massal, 300 m / Δm (resolusi rendah, LR) untuk kadmium
dan 4000 m / Δm (resolusi menengah, MR) untuk kromium, nikel dan
15
kobalt. Dua standar internal yang digunakan: 115 In untuk kadmium dan
69 Ga nikel, kromium dan kobalt.
Secara umum, sebaiknya sampel yang digunakan mengandung
tidak lebih dari 0,2% TDS (Total Dissolved Solids) sehingga hasil yang
diperoleh akan maksimal. Jika sampel yang digunakan mengandung TDS
yang tinggi, orifices yang terdapat di cones akan tertutup, sehingga
sensitivitas dan kemampuan untuk mendeteksinya akan menurun dan
sistem akan mati secara otomatis. Oleh karena itu, banyak jenis sampel,
termasuk sampel yang mengandung minyak dan mineral harus dilakukan
pengenceran terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam ICP-MS.
16
Daftar Pustaka
Asean, Org, 2006, Determination of Heavy Metals (Arsenic, Cadmium, Lead, and
Mercury) In Cosmetic Products, http://www.asean.org/archive/MRA-
Cosmetic/Doc-3.pdf, diakses pada tanggal 27 November 2014 pada pukul
06.00 WIB.
BPOM, 2011, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07331. Tahun 2011 Tentang Metode
Analisis Kosmetika, BPOM, Jakarta, Lampiran 3, hal. 1-5.
BPOM, 2013, Waspada Keracunan Akibat Kandungan Logam Berat pada
Kosmetik, http://ik.pom.go.id/v2013/wpcontent/uploads/2011/11/Waspada
-Keracunan-Akibat-Logam-Berat-Pada-Kosmetik.pdf, diakses pada
tanggal 26 November 2014 pukul 21.00 WIB.
H.M., Kingston and Jassie, L. B., 1988, Introduction to Microwave Sample
Preparation: Theory and Practice, ACS Professional Reference Book
Series,American Chemical Society, Washington DC, pp. 124-125.
Lewen, N., 2011, The Use Of Atomic Spectroscopy In The Pharmaceutical
Industry For The Determination Of Trace Elements In Pharmaceuticals,
Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, 55: 653–661.
Science Lab, 2005, MSDS Cadmium, Science Lab, Texas.
Science Lab, 2005, MSDS Calcium Carbonate, Science Lab, Texas.
Science Lab, 2005, MSDS Ceresin, Science Lab, Texas.
Science Lab, 2005, MSDS Chromium, Science Lab, Texas.
Science Lab, 2005, MSDS Cobalt, Science Lab, Texas.
Science Lab, 2005, MSDS Lanolin Oil, Science Lab, Texas.
Science Lab, 2005, MSDS Lead, Science Lab, Texas.
Science Lab, 2005, MSDS Mineral Oil, Science Lab, Texas.
17
Science Lab, 2005, MSDS Nickel, Science Lab, Texas.
Science Lab, 2005, MSDS Petrolatum, Science Lab, Texas.
Science Lab, 2005, MSDS Sorbitan Oleate , Science Lab, Texas.
Science Lab, 2005, MSDS Talc, Science Lab, Texas.
Science Lab, 2005, MSDS Titanium Dioxide, Science Lab, Texas.
Volpe, M.G. et all., 2012, Determination And Assessments Of Selected Heavy
Metals In Eye Shadow Cosmetics From China, Italy, and USA,
Microchemical Journal, 101: 65–69.
Wolf, Ruth E., 2005, What is ICP-MS? And More Importantly, What Can It Do?,
US, Research Chemist.
18