Evaluasi Sediaan Parenteral Volume Besar

10
Tugas TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI 3 “Evaluasi Sediaan Steril Parenteral Volume Besar” Oleh Kelompok 2 : MARTHIAN IVANSIUS G.701.13.152 DEWI KEMALA SENJA G.701.13.151 SISNAWATI G.701.13.158 SARINI G.701.13.140 NURLIAN G.701.13.161 1

description

Evaluasi Sediaan Parenteral Volume Besar

Transcript of Evaluasi Sediaan Parenteral Volume Besar

TugasTEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI 3Evaluasi Sediaan Steril Parenteral Volume Besar

Oleh Kelompok 2 :MARTHIAN IVANSIUSG.701.13.152DEWI KEMALA SENJAG.701.13.151SISNAWATI G.701.13.158SARINI G.701.13.140NURLIAN G.701.13.161

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMPROGRAM STUDI FARMASIUNIVERSITAS TADULAKOTAHUN 2015

EVALUASI SEDIAAN PARENTERAL VOLUME BESAR

Dilakukan setelah sediaan disterilkan dan sebelum wadah dipasang etiket dan dikemas

1. Evaluasi Fisikaa. Penetapan pH (Farmakope Indonesia edisi IV, hal. 1039-1040)Harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektrode indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektrode kaca dan elektrode pembanding yang sesuai seperti elektrode kalomel atau elektrode perak-perak klorida.b. Bahan Partikulat dalam Injeksi (Farmakope Indonesia edisi IV, hal. 981-984).Batas bahan partikulat yang tercantum disini berlaku untuk masing-masing bahan dalam adah dengan volume lebih dari 100 ml injeksi volume besar dosis tunggal, untuk pemberian infus secara intravena batas ini tidak berlaku untuk ineksi dosis ganda, untuk injeksi volume kecil, dosis tunggal ataupun larutan injeksi yang dikonstitusi dari zat padat steril.Ui bahan partikulat ini digunakan untuk menyatakan adanya partikel dengan sumbu terpanjang atau dimensi linier efektif 10 m atau lebih. Prosedur lain atau prosedur yang lebih rinci dapat digunakan untuk menetapkan bahan partikulat jika hasil yang diperoleh sama meyakinkan. Tetapi, jika terjadi perbedaan atau meragukan, hanya hasil yang diperoleh dari prosedur Farmakope yang berlaku.

c. Penetapan Volume Injeksi Dlam Wadah (Farmakope Indonesia edisi IV, hal. 1044).Pilih satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih, 3 wadah atau lebih bila volume lebih dari 3 ml dan kurang dari 10 ml, atau 5 wadah atau lebih bila volume kurang dari 3 ml atau kurang. Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan arum suntik nomor 21, panang tidak kurang dari 2,5 cm. Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa mengosongkan bagian arum, kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume yang ditampung, bukan yang dituang). Cara lain, isi alat suntik dapat dipindahkan kedalam gelas piala kering yang telah ditara, volume dalam ml diperoleh dari hasil perhitungan berat dalam g dibagi bobot jenis cairan. Isi dari dua atau tiga wadah 1 ml atau 2 ml dapat digabungkan untuk pengukuran dengan menggunakan jarum suntik kering terpisah untuk mengambil isi tiap wadah. Isi wadah 10 ml atau lebih dapat ditentukan dengan membuka wadah, memindahkan isi secara langsung kedalam gelas ukur atau gelas piala yang telah ditara.Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diui satu per satu atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah volume wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung. Bila dalam wadah dosis ganda berisi beberapa dosis volume tertera, lakukan penentuan seperti diatas dengan seumlah alat suntik terpisah sejumlah dosis tertera. Volume tiap alat suntik yang diambil tidak kurang dari dosis yang tertera.

d. Uji Keseragaman Bobot dan Keseragaman Volume (Farmakope Indonesia edisi III, hal. 19)Sediaan yang sebelum digunakan sebagai injeksi dilarutkan terlebih dahulu harus memenuhi syarat keseragaman bobot berikut : hilangkan etiket 10 wadah, cuci bagian besar wadah dengan air, keringkan. Timbang satu per satu dalam keadaan terbuka. Keluarkan isi wadah, cuci wadah dengan air kemudian dengan etanol (95%)P, keringkan pada suhu 105o hingga bobot tetap, dinginkan, timbang satu per satu. Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas yang tertera pada daftar berikut, kecuali satu wadah yang boleh menyimpang tidak lebih dari 2 kali batas yang tertera.Bobot yang tertera pada etiketBatas penyimpangan

Tidak lebih dari 120 mgAntara 120 mg dan 300 mg 300 mg atau lebih + 10 7,5 5

Volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Kelebihan volume yang dianjurkan tertera dalam daftar dibawah ini.Volume pada etiketVolume tambahan yang dianjurkan

Cairan encer Cairan kental

0.5 ml1.0 ml2.0 ml5.0 ml10.0 ml20.0 ml30.0 ml50.0 ml atau lebih 0.10 ml0.10 ml0.15 ml0.30 ml0.50 ml0.60 ml 0.80 ml2%0.12 ml0.15 ml0.25 ml0.50 ml0.70 ml0.90 ml1.20 ml3 %

e. Uji Kejernihan Larutan (Farmakope Indonesia edisi IV, hal. 998).Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan dan terbuat dari kaca netral. Masukkan kedalam dua tabung reaksi masing-masing larutan uji dan suspensi padanan yang sesuai secukupnya, yang dibuat segar dengan cara seperti tertera dibawah sehingga volume larutan dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40 mm. Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan suspensi padanan, dengan latar belakang hitam. Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang terdifusi , tegak lurus ke arah bawah tabung. Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga suspensi padanan I dapat langsung dibedakan dari air dan dari suspensi padanan II.Suspensi padanan

IIIIIIIV

Baku opalesan (ml)Air (ml)5.095.010.090.030.070.050.050.0

f. Uji Kebocoran (Goeswin Agus, Larutan Parenteral)Pada pembuatan kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi untuk produksi skala besar hal ini tidak mungkin dikerjakan.Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan kedalam larutan biru metilen 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang bocor maka larutan biru metilen akan dimasukkan kedalamnya karena perbedaan tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut. Cara ini tidak dapat dilakukan untuk larutan-larutan yang sudah berwarna.Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik, jika ada kebocoran maka larutan ini akan keluar dari dalam wadah. Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah tersebut ke dalam eksikator yang divakumkan. Jika ada kebocoran akan diserap keluar.

g. Uji Kejernihan dan Warna ( Goeswin Agus, Larutan Parenteral).Umumnya setiap larutan suntik harus jernih dan bebas dari kotoran-kotoran. Uji ini sangat sulit dipenuhi bila dilakukan pemeriksaan yang sangat teliti karena hampir tidak ada larutan jernih. Oleh sebab itu untuk uji ini kriterianya cukup jika dilihat dengan mata biasa saja yaitu menyinari wadah dari samping dengan latar belakang berwarna hitam dan putih. Latar belakang warna hitam dipakai untuk menyelidiki kotoran-kotoran berwarna muda, sedangkan latar belakang putih untuk menyelidiki kotoran-kotoran berwarna gelap.

2. Evaluasi Biologia. Uji Sterilitas (Farmakope Indonesia edisi IV, hal. 855-863)Prosedur berikut dapat digunakan untuk menetapkan apakah bahan farmakope yang harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan ui sterilitas seperti yang tertera pada masing-masing monografi (untuk prosedur uji sterilitas sebagai bagian dari pengawasan mutu dipabrik seperti yang tertera pada sterilisasi dan jaminan sterilitas bahan kompendia. Meningat kemungkinan hasil positif dapat disebabkan oleh teknik aseptik yang salah atau kontaminasi lingkungan ada waktu pengujian 2 tahap seperti yang tertera pada penafsiran hasil uji sterilitas.

b. Uji Endotoksin Bakteri (Farmakope Indonesia edisi IV, hal. 905-907)Uji endotoksin bakteri adalah uji untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang mungkin ada dalam atau pada bahan uji. Pengujian dilakukan menggunakan Limulus Amebocyte Lysate (LAL), yang diperoleh dari ekstrak air amebosit dalam kepiting ladam kuda, Limulus polyphemus dan dibuat khusus sebagai pereaksi LAL untuk pembentukan jenda-gel.Penetapan titik akhir reaksi dilakukan dengan membandingkan langsung enceran dari zat uji dengan enceran endotoksin baku dan jumlah endotoksin dinyatakan dalam uji endotoksin (UE).c. Uji Pirogen (Farmakope Indonesia edisi IV, hal. 908-909)Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi. Pengujian meliputi pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara intravena an ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji kelinci dengan dosis penyuntikan tidak lebih dari 10 mg per kg bobot badan dalam jangka waktu tidak lebih dari 10 menit. Untuk sediaan yang perlu penyiapan pendahuluan atau cara pemberiannya perlu kondisi khusus ikuti petunuk tambahan yang tertera pada masing-masing monografi.

d. Uji Kandungan Zat Antimikroba (Farmakope Indonesia edisi IV, 939-942)Komponen penting dalam injeksi yang dikemas dalam wadah dosis ganda adalah zat atau zat-zat yang dapat mengurangi bahaya cemaran mikroba. Farmakope mensyaratkan pencantuman nama dan jumlah zat antimikroba pada etiket. Metode dibawah ini adalah untuk zat-zat yang paling umum digunakan untuk menunjukkan bahwa zat yang tertera memang ada tetapi tidak lebih dari 20% dari umlah yang tertera pada etiket.

3. Evaluasi Kimia a. Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)b. Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)

7