EVALUASI PENDIDIKAN INDONESI1
-
Upload
rindi-purnawan -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
description
Transcript of EVALUASI PENDIDIKAN INDONESI1
EVALUASI PENDIDIKAN INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasional
Agenda pembangunan pendidikan suatu bangsa tidak akan pernah berhenti dan
selesai. Ibarat patah tumbuh hilang berganti, selesai memecahkan suatu masalah, muncul
masalah lain yang kadang tidak kalah rumitnya. Begitu pula hasil dari sebuah strategi
pemecahan masalah pendidikan yang ada, tidak jarang justru mengundang masalah baru
yang jauh lebih rumit dari masalah awal. Itulah sebabnya pembangunan bidang pendidikan
tidak akan pernah ada batasnya. Selama manusia ada, persoalan pendidikan tidak akan
pernah hilang dari wacana suatu bangsa. Oleh karena itu, agenda pembangunan sektor
pendidikan selalu ada dan berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat suatu
bangsa.
Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam
setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan
atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas
pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan
serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.
Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa, dan
tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik. Jadi secara umum
evaluasi adalah suatu proses sistemik umtuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu
program.
Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan
informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau
menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar
tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam bidang pendidikan dan
pengajaran.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1
mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negara.
Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk
selalu meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan
memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran (instructional quality) karena muara
dari berbagai program pendidikan adalah pada terlaksananya program pembelajaran yang
berkualitas. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai
tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran.
Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya peningkatan kualitas program
pembelajaran secara keseluruhan karena hakikat kualitas pembelajaran adalah merupakan
kualitas implementasi dari program pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Upaya
peningkatan kualitas program pembelajaran memerlukan informasi hasil evaluasi terhadap
kualitas program pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian, untuk dapat melakukan
pembaharuan program pendidikan, termasuk di dalamnya adalah program pembelajaran
kegiatan evaluasi terhadap program yang sedang maupun telah berjalan sebelumnya perlu
dilakukan dengan baik. Untuk dapat menyusun program yang lebih baik, hasil evaluasi
program sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat ditinggalkan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat begitu luasnya pembahasan evaluasi sistem pendidikan, pada makalah ini
kami membatasi masalah pada pembahasan evaluasi program pembelajaran di sekolah
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari evalusi pendidikan secara menyeluruh. Adapun
masalah yang penulis ajukan adalah :
1. Bagaimana proses evaluasi program pembelajaran di sekolah ?
2. Siapakah yang layak menjadi evaluator program pembelajaran di sekolah ?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini adalah :
1. Untuk memperoleh gambaran teoritis tentang proses evaluasi program pembelajaran di
sekolah
2. Untuk memperoleh gambaran teoritis tentang orang yang layak menjadi evaluator
program pembelajaran sekolah.
D. Metoda Pendekatan
Dalam membahas makalah ini, penulis akan menggunakan metode, yaitu studi
literatur, yaitu penggunaan bahan-bahan penulisan yang bersumber dari buku-buku referensi
dan website.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Evaluasi Pendidikan
Sebagaimana dikemukakan oleh Edwint Wandt dan Gerald W, Brown (1997) bahwa
evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian “ suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai dari sesuatu “.
Apabila definisi evaluasi yang dikemukakan Edwint Wandt dan Gerald W, Brown
untuk memberikan definisi tentang eveluasi pendidikan, maka evaluasi pendidikan itu dapat
diberi pengertian sebagai suatu tindakan atau kegitan (yang dilaksanakan dengan maksud
untuk) atau suatu proses yang berlangsung dalam rangka menentukan nilai dari segala
sesuatu dalam dunia pendidikan. Secara singkat Evaluasi Pendidikan adalah kegiatan atau
proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.
Berbicara tentang pengertian evaluasi pendidikan di Indonesia, lembaga Administrasi
Negara mengemukakan batasan mengenai evaluasi pendidikan sebagai berikut :
Evaluasi pendidikan adalah :
1) Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan
yang telah ditentukan
2) Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi
penyempurnaan pendidikan Bertitik tolak dari uraian di atas, maka apabila definisi tentang
evalusi pendidikan itu dituangkan dalam bentuk bagan akan terlihat seperti di bawah ini.
Hasil-hasil Pendidikan yang telah dapat dicapai
Tujuan Pendidikan yang telah ditentukan
BAGIAN TENTANG EVALUASI PENDIDIKAN
Proses/Kegiatan Pencapaian Tujuan
Pembandingan antara Tujuan dengan Hasil yang telah dicapai
Informasi {Sesuai/tidak sesuai, Berhasil/Gagal Bermutu/Kurang Bermutu ? Mengapa,
Bagaimana ?)
Feed Back/Umpan Balik Upaya perbaikan/Penyempurnaan Program Pendidikan
Bagan tersebut memperlihatkan , bahwa dalam proses penilaian, dilakukan pembandingan
antara informasi-informasi yang telah berhasil dihimpun dengan kriteria tertentu, untuk
kemudian diambil keputusan atau dirumuskan kebijakan tertentu. Kriteria atau tolok ukur
yang dipegang adalah tujuan yang sudah ditentukan terlebih dahulu sebelum kegiatan
pendidikan itu dilaksanakan.
Evaluasi berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya
diartikan tidak berbeda (indifferent), walaupun pada hakekatnya berbeda satu dengan yang
lain. Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu
kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif.
Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai.
Evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam
rangka pengambilan keputusan.
Evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik bagi siswa/peserta pendidikan,
pengajar maupun manajemen. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui
sejauh mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi
dimana siswa mendapatkan nilai yang memuaskan maka akan memberikan dampak berupa
suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih meningkatkan prestasi. Pada kondisi dimana
hasil yang dicapai tidlak mernuaskan maka siswa akan berusaha memperbaiki kegiatan
belajar, namun demikian sangat diperlukan pemberian stimulus positif dari guru/pengajar
agar siswa tidak putus asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan
balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan kualitas pendidikan.
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
1. Fungsi Secara Umum
Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses memiliki 3 macam fungsi
pokok, yaitu (1) mengukur kemajuan, (2) menunjang penyusunan rencana, (3) memperbaiki
atau melakukan penyempurnaan kembali. Setidak-tidaknya ada dua macam kemungkinan
hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi, yaitu :
1) Hasil evaluasi itu ternyata menggembirakan, sehingga dapat memberikan rasa lega bagi
evaluator, sebab tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan
2) Hasil evaluasi itu ternyata tidak menggembirakan atau bahkan mengkhawatirkan, dengan
alasan bahwa berdasar hasil evaluasi ternyata dijumpai adanya penyimpangan-
penyimpangan, hambatan atau kendala , sehingga mengharuskan evaluator untuk bersikap
waspada. Ia perlu memikirkan dan melakukan pengkajian ulang terhadap rencana yang telah
disusun, atau mengubah dan memperbaiki cara pelaksanaannya. Berdasar data hasil evaluasi
itu selanjutnya dicari metode-metode lain yang dipandang lebih tepat dan lebih sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan. Sudag barang tentu perubahan-perubahan itu membawa konsekuensi
berupa perencanaan ulang ( re-pl;anning) atau perencanaan baru, Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa evaluasi itu memiliki fungsi; menunjang penyusunan rencanal.
Evaluasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan akan membuka peluang bagi
evaluator untuk membuat perkiraan (estimasi), apakah tujuan yang telah dirumuskan akan
dapat dicapai pada waktu yang telah ditentukan, ataukah tidak, Apabila berdasar data hasil
evaluasi itu diperkirakan bahwa tujuan tidak akan dapat dicapai sesuai dengan rencana, maka
evaluator akan berusaha untuk mencari dan menemukan factor-faktor penyebabnya, serta
mencari dan menemukan jalan keluar atau cara-cara pemecahannya. Bukan tidak mungkin
bahwa atas dasar data hasil evaluasi itu evaluator perlu mengadakan perubahan-perubahan,
penyempurnaan-penyempurnaan atau perbaikan-perbaikan, baik perbaikan yang menyangkut
organisasi, tata kerja, dan bahkan mungkin juga perbaikan terhadap tujuan organisasi itu
sendiri. Jadi kegiatan evaluasi pada dasarnya juga dimaksudkan untuk melakukan perbaikan
atau penyempurnaan usaha. Perbaikan usaha tanpa didahului oleh kegiatan evaluasi adalah
tidak mungkin; sebab untuk mengadakan perbaikan terlebih dahulu harus diketahui apa yang
harus diperbaiki, dan mengapa hal itu perlu diperbaiki. Kegiatan evaluasi yang tidak
menghasilkan titik tolak untuk perbaikan adalah hampa dan tidak ada artinya sama sekali.
2. Fungsi Secara Khusus.
Secara khusus fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditilik dari 3 segi, yaitu :
(1) segi psikologis, (2) segi didaktik, dan (3) segi administratif.
Secara psikologis kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah dapat disorot dari
dua sisi, yaitu dari sisi peserta didik dan dari sisi pendidik.
Bagi peserta didik evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman
atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kepastian dan status dirinya masing-
nasing di tengah-tengah kelompok atau kelasnya. Dengan dilakukannya evaluasi terhadap
hasil belajar siswa misalnya, maka para siswa akan mengetahui apakah dirinya termasuk
siswa yang berkemampuan tinggi, berkemampuan rata-rata, ataukah berkemampuan rendah,
juga para siswa yang bersangkutan akan menjadi tahu atau mengerti di manakah posisi
dirinya ditengah teman-temannya. Apakah ia termasuk kelompok pandai, sedang ataukah
termasuk dalam kelompok bodoh.
Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan emberikan kepastian atau ketetapan hati
kepada diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukannya
selama ini telah membawa hasil, sehingga ia secara psikologis memiliki pedoman atau
pegangan batin yang pasti guna menentukan langkah-langkah apa saja yang dipandang perlu,
dilakukan selanjutnya. Misalnya dengan menggunakan metode-metode mengajar tertentu,
hasil-hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan daya serap terhadap materi yang
telah diberikan kepada para siswa tersebut, karena itu penggunaan metode-metode mengajar
tadi akan terus dipertahankan.Sebaliknya, apabila hasil-hasil belajar siswa ternyata tiak
menggembirakan, maka pendidik akan berusaha melakukan perbaikan-perbaikan dan
penyempurnaan sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pendidikan (khususnya evaluasi hasil
belajar) akan dapat memberikan dorongan kepada mereka untuk dapat memperbaiki
meningkatkan dan mempertahankan prestasinya. Evaluasi hasil belajar itu misalnya akan
menghasilkan nilai-nilai hasi belajar untuk masing-masing individu siswa. Ada siswa yang
nilainya jelek, karena itu siswa tersebut terdorong untuk memperbaikinya, agar untuk waktu-
waktu yang akan datang nilai hasil belajarnya tidak sejelek sekarang, sementara itu untuk
siswa yang sudah baik prestasinya akan termotivasi untuk selalu mempertahankan
prestasinya
.
Bagi pendidik secara didaktik evaluasi pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki lima
macam fungsi, yaitu ;
Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha/prestasi yang telah dic apaiu oleh
peserta didiknya.
Disini evaluasi dikatakan berfungsi memeriksa (mendiagnosa), yaitu memeriksa pada
bagian-bagian manakah para peserta didik pada umumnya mengalami kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran, untuk selanjutnya dapat dicari dan ditemukan jalan eluar
pemecahannya. Jadi disini evaluasi berfungsi diagnostic.
Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing
peserta didik di tengah-tengah kelompoknya
Dalam hubungan ini evaluasi pendidikan sangat diperlukan untuk dapatmenentukan
secara pasti, pada kelompok manakah kiranya seorang peserta didik seharusnya ditempatkan.
Dengan kata evaluasi evaluasi pendidikan berfungsi menempatkan peserta didik menurut
kelompoknya masing-masing; misalnya kelompok atas (pandai), tengah (rata-rata) tau
kelompok rendah (lemah)
Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status
peserta didik.
Dalam hubungan ini evaluasi pendidikan dlakukan untuk menetapkan, apakah seorang
peserta didik dapat dinyatakan lulus atau tidak lulus, dapat dinyatakan naik kelas ataukah
tinggal kelas, dapat diterima pada jurusan tertentu atau tidakMemberikan pedoman untuk
mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya.
Berdasarkan pada hasil evaluasi, pendidik dimungkinkan untuk dapat memberikan
petunjuk dan bimbingan kepada para peserta didik; misalnya tentang bagaimana cara belajar
yang baik, cara mengatur waktu belajar dan sebagainya, sehngga kesulitan-kesulitan yang
dihadap peserta didik dalam PBM dapat diatasi sebaik-baiknya. Jadi evaluasi pendidikan
berfungsi bimbingan.
Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah
ditentukan telah dapat dicapai.
Disini evaluasi pendidikan dikatakan memlilki fungsi instruksional, yaitu melakukan
pembandingan antara Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditentukan untuk masing-masing
mata pelajaran dengan hasil-hasil belajar yang telah dicapau oleh pesrta didik.
Adapun secara administratif, evaluasi pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki tiga
macam fungsi, yaitu ;
1. Memberikan Laporan
Dengan melakukan evaluasi, akan dapat disusun dan disajikan laporan mengenai
kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran
dalam jangka waktu tertentu. Laporan mengenai hal ini biasanya tertuang dalam bentuk
Buku Laporan Kemajuan Belajar Siswa (Rapor).
2. Memberikan Bahan-bahan Keterangan (Data)
Setiap keputusan pendidikan harus didasarkan kepada data yang lengkap dan akurat.
Dalam hubungan ini, nilai-nilai hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari kegiatan
evaluasi, adalah merupakan data yang sangat penting untuk keperluan pengambilan
keputusan pendidikan dan lembaga pendidikan. Apakah peserta didik dapat dinyatakan lulus
atau tidak lulus, naik kelas atau tidak, dan sebagainya
3. Memberikan Gambaran
Gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam proses pembelajaran
tercermin antara lain dari hasil-hasil belajar para peserta didik setelah dilakukannya evaluasi
hasil belajar. Dari kegiatan evaluasi hasil belajar yang telah dilakukan untuk berbagai jenis
mata-mata pelajaran tertentu (misalnya Matematika dan IPA) pada umumnya kemampuan
siswa sangat memprihatinkan. Gambaran tentang kualitas hasil belajar peserta didik juga
dapat diperoleh berdasar data yang berupa Nilai Ujian Nasional (NUN), Nilai Ulangan
Umum dan lain-lain.
C. Tujuan Evaluasi Pendidikan
1. Tujuan Umum
Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua, yaitu :
1. Untuk menghimpun bahan-bahan keterengan yang akan dijadikan sebagai bukti
mengenai taraf perkembangan peserta didik, setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain, tujuan umum dari evaluasi
dalam pendidkan adalah untuk memperoleh data pembuktian , yang akan menjadi
petunjuk sampai dimana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik
dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler, setelah mereka menempuh pembelajaran
dalam jangka waktu yang ditentukan.
2. untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah
di[ergunakan dalam prosese pembelajarn dalam jangka waktu tertentu. Jadi tujuan umu
yang kedua dari evaluasi pendidikan adalah untuk mengukur dan menilai sampai
dimanakah efektivitas mengajar dan metode-metode mengajara yang telah diterapkan
atau dilaksanakan oleh pendidik serta kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta didik
.
2. Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam pendidikan adalah:
1. untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. Tanpa
adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada diri
peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing.
2. untuk mencari dan menemukan faktror-faktor penyebab keberhasihan dan
ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan. Sehingga dapat
dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.
D. Kegunaan Evaluasi Pendidikan
Diantara kegunaan yang dapat dipetik dalam bidang pendidikan adalah:
1. terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh evaluasi tentang hasil-hasil
yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan.
2. terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara program pendidikan
yang telah dirumuskan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
3. terbukanya kemungkinan untuk dalap dilakukannya usaha perbaikan, penyesuaian dan
penyempurnaan program pendidikan yang dipandang lebih berdaya guna dan berhasil
guna sehingga tujuan yang dicita-citakan akan dapat dicapai dengan hasil yang sebaik-
baiknya.
E. Proses Evaluasi Pendidikan
Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan
terstruktur. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa evaluasi pendidikan
secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan out put. Apabila
proAsesdur yang dilakukan tidak bercermin pada 3 unsur tersebut maka dikhawatirkan
hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu menggambarkan gambaran
yang sesungguhnya terjadi dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah dalam
melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
1. perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan
evaluasi, teknikapa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana,
penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb)
2. pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan).
3. verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb).
4. pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah
hendak di olah dengan statistikatau non statistik, apakah dengan parametrik atau non
parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS )
5. penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis
ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf
signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan
evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat
tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi
Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan
penilaian. (test, measurement,and assessment). Tes merupakan salah satu cara untuk
menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons
seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 2008: 67). Tes merupakan
salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi
karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa kemampuan peserta did, sikap, minat,
maupun motivasi. Respons peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan
kemampuan dalam bidang tertentu. Tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi.
Pngukuran (measurement) dapat didefinisikan sebagai the process by which
information about the attributes or characteristics of thing are determinied and
differentiated (Oriondo, 1998: 2). Guilford mendefinisi pengukuran dengan “assigning
numbers to, or quantifying, things according to a set of rules” (Griffin & Nix, 1991: 3).
Pengukuran dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau
karakteristiknya menurut aturan tertentu (Ebel & Frisbie. 1986: 14). Allen & Yen
mendefinisikan pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk
menyatakan keadaan individu (Djemari Mardapi, 2000: 1). Dengan demikian, esensi dari
pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan
individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran memiliki konsep yang lebih luas dari pada tes.
Kita dapat mengukur karakateristik suatu objek tanpa menggunakan tes, misalnya dengan
pengamatan, skala rating atau cara lain untuk memperoleh informasi dalam bentukkuantitatif.
Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. Popham
(1995: 3) mendefinisikan asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara
formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan pendidikan.
Boyer & Ewel mendefinisikan asesmen sebagai proses yang menyediakan informasi tentang
individu siswa, tentang kurikulum atau program, tentang institusi atau segala sesuatu yang
berkaitan dengan sistem institusi. “processes that provide information about individual
students, about curricula or programs, about institutions, or about entire systems of
institutions” (Stark & Thomas,1994: 46). Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa assessment atau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan
data hasil pengukuran.
Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran maupun tes.
Stufflebeam dan Shinkfield (1985: 159) menyatakan bahwa : Evaluation is the process of
delineating, obtaining, and providing descriptive and judgmental information about the worth
and merit of some object’s goals, design, implementation, and impact in order to guide
decision making, serve needs for accountability, and promote understanding of the involved
phenomen
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan
sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan
yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan,
membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.
Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on Evaluation)
dari UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12), menyatakan bahwa : Evaluation is the process of
ascertaining the decision of concern, selecting appropriate information, and collecting and
analyzing information in order to report summary data useful to decision makers in selecting
amongalternatives.
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan
penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan program,
prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai, sehingga bermanfaat bagi
pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan untuk program
selanjutnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses
yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan,
mengintepretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar
membuat keputusan dan atau menyusun kebijakan. Adapun tujuan evaluasi adalah untuk
memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi tersebut
dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta
pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk
mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga
dipergunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan
kebijakan yang terkait dengan program.
B. Program Pembelajaran
Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin (2008: 3 – 4) ada dua pengertian untuk
istilah “program”, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara
umum, “program” dapat diartikan sebagai “rencana”. Jika seorang siswa ditanya oleh guru,
apa programnya setelah lulus dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah yang diikuti, maka
arti “program” dalam kalimat tersebut adalah rencana atau rancangan kegiatan yang akan
dilakukan setelah lulus. Rencana ini mungkin berupa keinginan untuk melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi, mencari pekerjaan, membantu orang tua dalam membina
usaha, atau mungkin juga belum menenukan program apapun. Apabila program ini langsung
dikaitkan dengan evaluasi progam, maka program didefinisikan sebagai satu unit atau
kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan,
berlangsung dalam program yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi
yang melibatkan sekelompok orang.
Dalam buku yang lain Suharsimi (2008: 291) mendefinisikan program sebagai suatu
kegiatan yang direncanakan dengan seksama. Sedangkan Farida Yusuf Tayibnabis (2000: 9)
mengartikan program sebagai segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan
akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Dengan demikian dapat diartikan program sebagai
serangkain kegiatan yang direncanakan dengan seksama dan dalam pelaksanaannya
berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang
melibatkan banyak orang. Dalam pengertian tersebut ada empat unsur pokok untuk dapat
dikategorikan sebagai program, yaitu:
1. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama. Bukan asal rancangan,
tetapi rancangan kegiatan yang disusun dengan pemikiran yang cerdas dan cermat,
2. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke kegiatan yang
lain. Dengan kata lain ada keterkaitan antar kegiatan sebelum dengan kegiatan
sesudahnya,
3. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik organisasi formal maupun
organisasi non formal bukan kegiatan individual,
4. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaanya melibatkan banyak orang,
bukan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan tanpa ada kaitannya dengan kegiatan
orang lain.
Pembelajaran merupakan salah satu bentuk program, karena pembelajaran yang baik
memerlukan perencanaan yang matang dan dalam pelaksanaanya melibatkan berbagai orang,
baik guru maupun siswa, memiliki keterkaitan antara kegiatan pembelajaran yang satu
dengan kegiatan pembelajaran yang lain, yaitu untuk mencapai kompetensi bidang studi yang
pada akhirnya untuk mendukung pencapaian kompetensi lulusan, serta berlangsung dalam
organisasi. Agar pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien, maka perlu kiranya
dibuat suatu program pembelajaran. Program pembelajaran yang biasa disebut juga dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan panduan bagi guru atau pengajar dalam
melaksanakan pembelajaran. Program pembelajaran yang dibuat oleh guru tidak selamanya
bisa efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena itulah agar program
pembelajaran yang telah dibuat yang memiliki kelemahan tidak terjadi lagi pada program
pembelajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pembelajaran.
C. Kegunaan Evaluasi Program Pembelajaran
Sekurang-kurangnya ada empat kegunaan utama evaluasi program pembelajaran,
yaitu :
1. Mengomunikasikan program kepada publik
Tidak jarang publik termasuk orang tua siswa mendapat laporan bersifat garis besar
dari media massa tentang efektivitas program sekolah termasuk program pembelajaran.
Laporan demikian biasanya hanya menyajikan angka-angka statistik tanpa disertai penjelasan
secara detail tentang makna dan hal-hal yang tekait. Ada pula sebagian orang tua menerima
laporan tentang program pembelajaran dari siswanya. Informasi demikian bagaimanapun
kurang lengkap. Padahal laporan atau informasi demikian dapat saja membentuk opini sistem
pembelajaran atau bahkan kinerja guru. Oleh karena itu mengkomunikasikan hasil evaluasi
program pembelajaran yang lengkap akan memiliki keuntungan dan kebaikan bagi guru dan
sekolah. Bagaimanapun orang tua maupun masyarakat luas lainnya memiliki kepentingan
terhadap pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu sekolah memiliki kewajiban untuk
mengomunikasikan efektivitas program pembelajarannya kepada orang tua maupun publik
lainnya melalui hasil-hasil evaluasi yag dilaksanakan, dengan demikian publik dapat menilai
tentang efektivitas program pembelajaran dan memberikan dukungan yang diperlukan.
2. Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan
Informasi yang dihasilkan dari evaluasi program pembelajaran akan berguna bagi
setiap tahapan dari manajemen sekolah mulai sejak perencanaan, pelaksanaan ataupun ketika
akan mengulangi dan melanjutkan program pembelajaran. Hasil evaluasi dapat dijadikan
dasar bagi pembuatan keputusan, sehigga keputusan tersebut lebih valid dibandingkan
keputusan yang hanya berdasarkan intuisi saja. Pembuat keputusan biasanya memerlukan
informasi yang akurat agar dapat memutuskan sesuatu secara tepat. Informasi yang akurat
tersebut antara lain dapat diperoleh dari kegiatan evaluasi yang dilaksanakan secara
sistematis. Penyediaan informasi hasil evaluasi bagi pembuatan keputusan tersebut tidak
terbatas pada keputusan oleh kepala sekolah tetapi juga oleh guru. Misalnya guru membuat
keputusan tingkat kelas, sedangkan kepala sekolah membuat keputusan untuk tingkat
sekolah. Masing-masing pembuat keputusan memerlukan informasi dari hasil
evaluasi,karenanya hal ini harus diperhatikan ketika rencana evaluasi dikembangkan.
3. Penyempurnaan program yang ada
Evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik dapat membantu
upaya-upaya dalam rangka menyepurnakan jalannya program pembelajaran sehingga lebih
efektif. Dengan instrumen yang ada, hasil yang dicapai dapat diukur dan didiagnosis.
Berbagai kelemahan dan kendala yang mungkin timbul dapat ditemukan dan dikenali,
kemudian dianalisis serta ditentukan alternatif pemecahannya yang paling tepat. Komponen-
komponen dalam sistem pembelajaran yang memiliki kekurangan dan kelemahan dapat
dipelajari dan dicari solusinya. Berdasarkan hasil evaluasi akan dapat diperoleh informasi
tentang dampak dari berbagai aspek program terhadap siswa, dan berhasil juga teridentifikasi
berbagai faktor yang perlu diperhatikan atau perlu penyempurnaan, misalnya kinerja guru,
fasilitas pembelajaran, strategi pembelajaran yang digunakan, dan sebagainya. Singkatnya
evaluasi program pembelajaran dapat berfungsi sebagai koreksi terhadap kesalahan maupun
kekurangan program pembelajaran.
4. Meningkatkan partisipasi
Dengan adanya informasi hasil evaluasi program pembelajaran, maka orang tua atau
masyarakat akan terpanggil untuk berpartisipasidan ikut mendukung upaya-upaya
peningkatan kualitas pembelajaran. Hasil evaluasi progam pembelajaran yang
dimasyarakatkan akan menggugah kepedulian masyarakat terhadap program pembelajaran,
menarik perhatiannya, dan akhirnya akan menumbuhkan rasa ikut memiliki (self of
belonging). Apabila hal ini terbina dengan baik, maka akan tercipta suatu control yang ikut
memacu dan mengawasi kualitas pembelajaran. Selain itu, evaluasi juga merupakan upaya
meningkatkan motivasi guru untuk meningkatkan kinerjanya. Informasi hasil evaluasi akan
memberikan konfirmasi tentang komponen-komponen program pembelajaran yang masih
lemah dan perlu ditingkatkan. Bagi siswa informasi hasil evaluasi yang berupa kemajuan
hasil belajar siswa juga mempunyai manfaat untuk meningkatkan motivasi belajar.
D. Objek Evaluasi Pembelajaran
Berdasarkan asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas beberapa
unsur, yaitu masukan, proses dan keluaran/hasil; maka objek atau sasaran evaluasi program
pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: evaluasi masukan, proses dan
keluaran/hasil pembelajaran.
1. Evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada penilaian karakteristik peserta didik,
kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan
guru, kurikulum dan materi pembelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan
mata pelajaran, serta keadaan lingkungan di mana pembelajaran berlangsung.
2. Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada penilaian pengelolaan pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru meliputi kinerja guru dalam kelas, keefektifan media
pembelajaran, iklim kelas, sikap dan motivasi belajar siswa.
3. Penilaian hasil pembelajaran merupakan upaya untuk melakukan pengukuran terhadap
hasil belajar siswa, baik menggunakan tes maupun non tes, dalam hal ini adalah
penguasaan kompetensi oleh setiap siswa sesuai dengan karakteristik masing – masing
mata pelajaran
.
Terkait dengan ketiga objek atau sasaran evaluasi program pembelajaran tersebut,
menurut Pusat Pengembangan Sistem Pembelajaran Lembaga Pengembangan Pendidikan
Universitas Sebelas Maret (2007: 5) dalam praktek pembelajaran secara umum, pelaksanaan
evaluasi program pembelajaran menekankan pada evaluasi proses pembelajaran atau evaluasi
manajerial, dan evaluasi hasil belajar atau evaluasi substansial. Hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran kedua jenis evaluasi tersebut merupakan
komponen sistem pembelajaran yang sangat penting. Evaluasi kedua jenis komponen yang
dapat dipergunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pelaksanaan dan hasil
pembelajaran. Selanjutnya masukan tersebut pada gilirannya dipergunakan sebagai bahan
dan dasar memperbaiki kualitas proses pembelajaran menuju ke perbaikan kualitas hasil
pembelajaran. Dengan kata lain untuk memperbaiki kualitas hasil belajar siswa harus
didahului dengan perbaikan terhadap kualitas proses pembelajaran.
Dalam konsep manajemen mutu, menurut Sudarwan Danim (2007: 12 -13) mutu
pendidikan dilihat dari empat perspektif, yaitu masukan, proses, keluaran atau prestasi
belajar, dan dampak atau utilitas lulusan. Dengan demikian, kebiasaan menilai mutu proses
pembelajaran hanya dengan melihatnya dari prestasi belajar siswa semata tidaklah tepat.
Dilihat dari pendekatan sistem pemecahan masalah, prestasi belajar siswa yang buruk
bukanlah masalah, melainkan gejala atau indikator adanya masalah. Disebut bukan masalah
karena prestasi belajar siswa yang buruk adalah sebuah realitas. Rahasia mengenai factor-
faktor apa yang mempengaruhi buruknya hasil belajar siswa, strategi manajemen sekolah
macam apa yang harus diterapkan, strategi pembelajaran apa yang harus dikemas agar siswa
tahu bagaimana memecahan masalahnya sendirilah yang menjadi masalah.
Berdasarkan beberapa asumsi dan pendapat di atas, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa
objek evaluasi program pembelajaran yang pokok harus mencakup dua hal, yaitu:
1. Aspek manajerial, yaitu implementasi rancangan pembelajaran yang telah disusun oleh
guru dalam bentuk proses pembelajaran, atau disebut juga dengan evaluasi kualitas
proses pembelajaran.
2. Aspek substansial, yaitu hasil belajar siswa setelah mengikuti serangkaian proses
pembelajaran yang dirancang oleh guru, atau disebut juga dengan penilaian hasil belajar
siswa, baik menggunakan tes maupun non tes
.
E. Evaluator Program Pembelajaran
Ada dua kemungkinan asal (dari mana) orang untuk dapat menjadi evaluator
program ditinjau dari program yang akan dievaluasi. Masing-masing mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Menentukan asal evaluator harus mempertimbangkan keterkaitan orang
yang bersangkutan dengan program yang akan dievaluasi. Berdasarkan pertimbangan
tersebut Suharsimi Arikunto dan Cep Safrudin (2008: 23 – 25) mengklasifikasikan evaluator
menjadi dua macam, yaitu evaluator dari dalam (internal evaluator) dan evaluator dari luar
(external evaluator).
1. Evaluator dari dalam
Yang dimaksud dengan evaluator dari dalam adalah petugas evaluasi program yang
sekaligus merupakan salah saeorang dari anggota pelaksana program yang evaluasi.
Berdasarkan batasan tersebut maka dalam evaluasi program pembelajaran guru menjadi
evaluator dari dalam karena guru selain sebagai perencana sekaligus pelaksana program
pembelajaran mempunyai kewajiban menilai, sikap dan perilaku maupun partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran, juga mempunyai kewajiban menilaihasil belajar siswa. Adapun
kelebihan dan kekurangan evaluator dari dalam antara lain:
a. Kelebihan Evaluator dari dalam
1. Evaluator memahami betul program yang akan dievaluasi sehingga ke-khawatiran untuk
tidak atau kurang tepatnya sasaran tidak perlu ada. Dengan kata lain, evaluasi tepat pada
sasaran.
2. Karena evaluator adalah orang dalam, pengambil keputusan tidak banyak mengeluarkan
waktu dan biaya yang cukup banyak
b. Kekurangan Evaluator dari dalam
1. Adanya unsur subjektivitas dari evaluator, sehingga berusaha menyampaikan aspek
positif dari program yang dievaluasi dan menginginkan agar kebijakan tersebut dapat
diimplementasikan dengan baik pula. Dengan kata lain, evaluator internal dapat
dikhawatirkan akan bertindak subjektif.
2. Karena sudah memahami seluk belum program, jika evaluator kurang sabar, kegiatan
evaluasi akan dilaksanakan dengan tergesa-gesa sehingga kurang cermat.
2. Evaluator dari luar
Yang dimaksud dengan evaluator dari luar adalah orang-orang yang tidak terkait
dengan implementasi program. Mereka berada di luar dan diminta oleh pengambil keputusan
untuk mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran. Termasuk evaluator eksternal
dalam evaluasi program pembelajaran di antaranya evaluasi yang dilakukan petugas yang
ditunjuk oleh kepala sekolah maupun evaluasi yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk
oleh dinas pendidikan.
a. Kelebihan Evaluator dari luar
1. Karena tidak berkepentingan atas keberhasilan program pembelajaran, evaluator dari
luar dapat bertindak secara efektif selama melaksanakan evaluasi dan mengambil
kesimpulan. Apapun hasil evaluasi tidak akan ada respon emosional dari evaluator
karena tidak ada keinginan untuk memperlihatkan bahwa program tersebut berhasil.
Kesimpulan yang dibuat akan lebih sesuai dengan keadaan dan kenyataan yang
sebenarnya.
2. Seorang ahli yang ditunjuk biasanya akan mempertahankan kredibilitas kemampuannya,
dengan begitu ia akan bekerja secara serius dan hati – hati.
b. Kekurangana Evaluator dari luar
1. Evaluator dari luar biasanya belum mengenal lebih dalam tentang program pembelajaran
yang akan dievaluasi. Hal itu wajar karena evaluator tidak ikut dalam proses
kegiatannya. Mereka berusaha mengenal dan mempelajari seluk beluk program tersebut
setelah mendapat permintaan untuk mengevaluasi. Dampak dari kekurang pengetahuan
tersebut memungkinkan kesimpulan yang diambil kurang tepat.
2. Pemborosan waktu dan biaya, pengambil keputusan harus mengeluarkan waktu dan
biaya untuk membayar evaluator tersebut
Melihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing evaluator, serta untuk lebih
mengoptimalkan peran guru dalam evaluasi program pembelajaran, maka sebaiknya
evaluator dalam evaluasi program pembelajaran merupakan kombinasi antara evaluator dari
dalam dan evaluator dari luar. Sebagai contoh untuk evaluasi program pembelajaran pada
setiap akhir pelaksanaan pembelajaran berkenaan dengan satu kompetensi dasar atau satu
pokok bahasan evaluasi dilakukan oleh guru yang merancang dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Sedangkan untuk evaluasi program pembelajaran pada setiap akhir semester
atau pada akhir tahun dapat dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk dan diberi tanggung
jawab oleh pimpinan sekolah, baik itu dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum
maupun bagian tertentu yang bertanggung jawab terhadap manajemen mutu sekolah.
F. Kriteria Evaluator
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang akurat, maka diperlukan kriteria keberhasilan dan
kriteria tertentu terutama bagi evaluator program, di bawah ini diuraikan kriteria tersebut
a. Memahami materi
Memahami materi yaitu memahami tentang seluk beluk program yang dievaluasi, antara
lain :
1 . Tujuan program yang telah ditentukan sebelum dimulai kegiatan
2. Komponen komponen program
3. Variabel yang akan diujicobakan atau dilaksanakan
4. Jangka waktu dan penjadualan kegiatan
5. Mekanisme pelaksanaan program
6. Pelaksanaan program
7. Sistem monitoring kegiatan program
Kriteria keberhasilan yang ditetapkan adalah dilihat dari materi, maka Evaluator
membuat format pencapaian materi program yang direncanakan dibandingkan dengan yang
telah digapai berdasarkan penjabaran point 1 sampai dengan 7.
b. Menguasai Tekni
Menguasai teknik yaitu menguasai cara – cara atau teknik yang digunakan di dalarn
melaksanakan evaluasi program. Karena kegiatan evaluasi program mengenai sejumlah
evaluasi, maka evaluator program dituntut agar menguasai metodologi evaluasi, yang
meliputi
1. Cara membuat perencanaan evaluasi
2. Teknik menentukan populasi dan sampel
3. Teknik menyusun instrumen
4. Prosedur dan teknik pengumpulan data
5. Penguasaan teknik pengolahan data
6. Cara menyusun laporan evaluasi
Untuk metodologi yang terakhir ini evaluator program harus menguasai sesuatu yang
lebih dibandingkan dengan peneliti karena apa yang disampaikan akan sangat menentukan
kebijaksanaan yang terkadang memiliki resiko lebih besar.
Kriteria keberhasilannya adalah seorang evaluator harus dapat membuat point 1 sampai
dengan 6 secara opersional.
1. Objektif dan Cermat
Tim evaluator adalah sekelompok orang yang mengemban tugas mengevaluasi program
serta ditopang oleh data yang dikumpulkan secara cermat dan objektif. Atas dasar tersebut
mereka diharapkan, mengklasifikasikan, mentabulasikan, mengolah dan sebagainya secara
cermat dan objektif pula. Khususnya di dalam menentukan pengambilan strategi penyusunan
laporan, evaluator tidak boleh memandang satu atau dua aspek sebagai hal yang istimewa
dan tidak boleh pula memihak. Kriteria keberhasilan yang dipakai adalah apabila hasil
penilaian dari evaluator dapat menunjukkan hasil yang objektif dengan alasan rasional dan
didukung oleh data data yang akurat.
2. Jujur dan Dapat Dipercaya
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang evaluator agar Evaluator
adalah orang yang dipercaya oleh pengelola dan pengambil keputusan, oleh karena itu
mereka harus jujur dan dapat dipercaya. Mereka harus dapat memberikan penilaian yang
jujur, tidak membuat baik dan jelek, menyajikan data apa adanya. Dengan demikian
pengelola dan pengambil keputusan tidalk salah membuat treatment akan programnyadapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara tepat, yaitu :
1. Evaluator hendaknya merupakan evaluator yang otonom artinya orang luar yang sama
sekali tidak ada ikatan dengan pengambilan kebijaksanaan maupun pengelola dan
pelaksanaan program
2. Ada hubungan baik dengan responden dalam arti dapat memahami sedalam dalamnya
watak, kebiasaan dan cara hidup klien yang akan dijadikan sumber data evaluasi.
3. Tanggap akan masalah politik dan sosial karena tujuan evaluasi adalah pengembangan
program
4. Evaluator berkualitas tinggi, dalarn arti jauh dari biasa. Evaluator adalah orang yang
mempunyai self concept yang tinggi, tidak mudah terombang-ambing.
5. Menguasai teknik untuk membuat desain dan metodologi penelitian yang tepat untuk
program yang dievaluasi.
6. Bersikap terbuka terhadap kritik. Untuk mengurangi dan menahan diri dari bias, maka
evaluator memberi peluang kepada orang luar untuk melihat apa yang sedang dan telah
dilakukan
7. Menyadari kekurangan dan keterbatasannya serta bersikap jujur, menyampaikan
(menerangkan) kelemahan dan keterbatasan tentang evaluasi yang dilakukan.
8. Bersikap pasrah kepada umum mengenai penemuan positif dan negatif. Evaluator harus
berpandangan luas dan bersikap tenang apabila menemukan data yang tidak mendukung
program dan berpendapat bahwa penemuan negatif sama pentingnya dengan penemuan
positif.
9. Bersedia menyebarluaskan hasil evaluasi. Untuk program kegiatain yang penting dan
menentukan, hasil evaluasi hanya pantas dilaporkan kepada pengambil keputusan dalam
sidang tertutup atau pertemuan khusus. Namun untuk program yang biasa dan dipandang
bahwa masyarakat dapat menarik manfaat dari evailuasinya, sebaiknya hasil evaluasi
disebarluaskan, khususnya bagi pihak pihak yang membutuhkan
10. Tidak mudah membuat kontrak. Evaluasi yang tidak memenuhi persyaratan persyaratan
yang telah disebutkan sebaiknya tidak dengan mudah menyanggupi menerima tugas
karena secara etis dan moral akan merupakan sesuatu yang kurang dapat dibenarkan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Peningkatan kualitas pembelajaran membutuhkan adanya peningkatan kualitas program
pembelajaran secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Untuk meningkatkan kualitas
program pembelajaran membutuhkan informasi tentang implementasi program
pembelajaran sebelumnya. Hal ini dapat diperoleh dengan dilakukannya evaluasi
terhadap program pembelajaran secara periodik.
2. Untuk lebih mengoptimalkan peran guru dalam evaluasi program pembelajaran, maka
sebaiknya evaluator dalam evaluasi program pembelajaran merupakan kombinasi antara
evaluator dari dalam dan evaluator dari luar dimana evaluator tersebut mempunyai
integritas memehami materi, menguasai teknik evaluasi, obbjektif dan cermat, jujur dan
dapat dipercaya.
B. SARAN
1. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus
mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi
yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses
belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar
mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
2. Kepada evaluator di tingkat sekolah, seperti Kepala Sekolah dan Pengawas Pembina
hendaknya dalam tugas monitoringnya memiliki jadwal yang terprogram dan simultan,
agar Program Pembelajaran Guru dapat terkontrol dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono (1998) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta ; P>T. Raja Grafindo Persada
Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Penilaian dan Pengujian Untuk Guru.
Sudarwan Danim. (2007). Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Djemari Mardapi. (2000). Evaluasi pendidikan. Makalah disampaikan pada Konvensi
Pendidikan Nasional tanggal 19 – 23 September 2000 di Universitas Negeri Jakarta.
Djemari Mardapi. (2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes. Yogyakarta: Mitra
Cendekia
Farida Yusuf Tayibnapis. (2000). Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta.
Griffin, P. & Nix, P. (1991). Educational Assessment and Reporting. Sydney: Harcout Brace
Javanovich, Publisher Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
http//www.evaluasipendidikan.blogspot.com.
Nana Sudjana, Ibrahim, 2007,Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru Algesindo,
Suharsimi arikunto dan cep safrudin A.J. (2008). Evaluasi program pendidikan. Jakarta:
Bumi aksara