Evaluasi Pembelajaran

63
1. Jelaskan pengertian dari : (a) Pengukuran, (b) Penilaian, dan (3) Evaluasi secara rinci dan disertai contoh. A. Pengukuran Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen. Contoh : mengukur suatu luas tanah, mengukur ketuntasan siswa dengan tes, dll B. Penilaian Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.

description

pemahaman dasar evaluasi pendidikan

Transcript of Evaluasi Pembelajaran

Page 1: Evaluasi Pembelajaran

1. Jelaskan pengertian dari : (a) Pengukuran, (b) Penilaian, dan (3) Evaluasi secara rinci dan disertai contoh.

A. Pengukuran

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya

terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas

pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua

benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan

konsumen.

Contoh : mengukur suatu luas tanah, mengukur ketuntasan siswa dengan tes, dll

B. Penilaian

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan

beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil

belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)

peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau

prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif

(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).

Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif

tersebut.

Contoh : Menilai tugas siswa yang telah dikerjakan, memerikasa atau melihat

hasil kerja siswa.

C. Evaluasi

Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan

yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan.

Jadi evaluasi merupakan proses yang sistematis. ini berarti bahwa evaluasi

(dalam pengajaran) merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara

berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatan akhir atau penutup

dan suatu program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada

permulaan, selama program berlangsung, dan pada akhir program setelah program

itu dianggap selesai.

Contoh : Program semester, ujian akhir, ujian tengah semester, ujian harian dll.

Page 2: Evaluasi Pembelajaran

2. Coba anda tuliskan pengertian ”evaluasi” yang dikemukakan oleh Ralph Tyler dan coba Anda jelaskan tentang pengertian evaluasi tersebut.

Menurut Ralph Tyler (1950), evaluasi merupakan sebuah proses

pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian

mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Evaluasi selalu dilaksanakan dengan

merujuk kepada tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan. Evaluasi

merupakan proses pemberian pertimbangan atau makna mengenai nilai dan arti

dari sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan tersebut dapat

berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau suatu kesatuan tertentu. Dengan kata

lain evaluasi adalah proses penentuan nilai atau harga dari data yang terkumpul.

Pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti tidak dapat dilakukan secara

sembarangan, oleh karenanya evaluasi harus dilakukan berdasar prinsip-prinsip

tertentu.

Contoh : evaluasi terhadap kurikulum, kinerja terhadap guru

3. Coba Anda jelaskan hubungan pengertian evaluasi yang dikemukakan oleh Ralph Tyler dengan evaluasi dalam penddikan.

Menurut Ralph Tyler (1950), evaluasi merupakan sebuah proses

pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian

mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Sedangkan evaluasi pendidikan adalah

penilaian terhadap kinerja pendidikan (dalam hal ini hasil belajar siswa) yang

telah berjalan guna memperoleh informasi yang nantinya akan digunakan untuk

memperbaiki hal-hal yang memang perlu diperbaiki pada kinerja pendidikan

Hubungan evaluasi menurut Ralph Tyler dengan evaluasi dalam

penddikan adalah mempunyai tujuan yang sama Tujuan evaluasi secara umum ada

dua, yaitu (a) untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akn dijadikan

sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami

oleh peserta didik, setelah mengikuti proses pembelajaran dalam kurun waktu

tertentu, (b) untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran

yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu

tertentu. Kemudian tujuan yang kedua adalah tujuan khusus dari evaluasi

Page 3: Evaluasi Pembelajaran

InputTranspormasi

(Proses) Output

Umpan Balik

pendidikan adalah (a) untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh

program pendidikan, (b) mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab

keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program

pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara

perbaikannya.

4. Evalusi dalam pendidikan lebih menitik beratkan pada evaluasi hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa sangat tergantung pada empat aspek yaitu input, transpormasi (proses), output, dan umpan balik (lihat gambar berikut). Coba anda jelaskan masing-masing keempat komponen evaluasi dalam sistem pendidikan yang ditunjukkan pada gambar tersebut.

Input

Menurut Arikunto (2005:4) input adalah bahan mentah yang dimasukkan ke

dalam transformasi. Dalam dunia sekolah maka yang dimaksud dengan bahan

mentah adalah calon siswa yang baru akan memasuki sekolah (institusi), calon

siswa ini dinilai dahulu kemampuannya. dengan penilaian itu ingin diketahui

apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas

yang diberikan kepadanya.

Dalam evalusi input ini memiliki peranan penting. dalam dunia pendidikan

ada beberapa sekolah yang benar-benar melakukan proses input atau penyeleksian

yang sangat ketat, gunanya untuk benar-benar menjaring siswa yang memiliki

kompetensi yang dapat masuk ke suatu sekolah atau intitusi. seleksi awal ini

diharapkan dapat membentuk output yang kompoten nantinya. sehingga

diharapkan apabila inputnya baik pastilah outputnya juga akan baik. Namun

kenyataan di lapangan berkata lain, ada sebagian sekolah yang tidak serius

melakukan seleksi awal ini. mereka hanya melakukan sebagai formalitas saja,

sehingga dapat ditebak mungkin saja outpun yang dihasilkan akan kurang

Page 4: Evaluasi Pembelajaran

memuaskan. namun ada juga kalanya di lapangan menolak sistem seleksi awal ini.

jadi meskiput siswa tersebut telah di tolak dalam suatu intutisi namun mereka

bersedia membayar untuk meluluskan keinginan mereka agar dapat masuk dalam

intitusi tersebut, namun hasilnya hal ini akan menyulitkan siswa karena terkesan

memaksa, sehingga siswa tidak akan mampu menyelesaikan berbagai tugas

dikarenakan kemampuan awalnya yang tidak mendukung.

Seleksi awal atau input ini penting dalam evaluasi sehingga diharapkan dari

seleksi input ini dapat menghasilkan siswa yang sesuai dengan kriteria suatu

intitusi atau lembaga guna menghasilkan output yang kompeten.

Transformasi (Proses)

Menurut Arikunto (2005:5) yang dimaksud dengan informasi adalah mesin

yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. dalam dunia sekolah,

sekolah itulah yang dimaksus dengan trasformasi. sekolah itu sendiri terdiri dari

beberapa mesin yang menyebabkan berhasil atau gagalnya sebagai trasformasi.

bahan jadi yang diharapkan, yang dalam hal ini siswa lulusan sekolah ditentukan

oleh beberapa faktor sebagai akibat berkerjanya unsur-unsur yang ada. Unsur-

unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian demi diperolehnya hasil

pendidikan yang diharapkan antara lain :

1. Kurikulum/materi pelajaran,

2. Metode pengajaran dan cara penilaian,

3. Sarana pendidikan/media pendidikan,

4. Sistem administrasi,

5. Guru dan personal lainya dalam proses pendidikan.

Transformasi ini memiliki peranan dalam memproses siswa yang masuk

kedalam suattu sekolah atau intutisi. disinilah peran para guru dan beberapa unsur

lainnya. apabila trasnformasi dilakukan dengan benar maka dapat dipastikan

output yang dihasilkan juga akan baik, meskipun inpun yang dilakukan tidak baik,

namun karena trasformasinya berhasil maka output yang dihasilkan akan baik

pula.

Page 5: Evaluasi Pembelajaran

Demikian pula halnya apabila trasformasinya tidak baik maka meskipun

inputnya sangat baik maka ada kecendrungan outpun yang dihasilkan akan kurang

baik. terlebih lagi apabila input yang yang tidak baik dengan trasformasi yang

tidak baik maka dapat diastikan outputnya pun tidak sesuai harapan. contohnya

dalam hal ini misalnya apabila input yang masuk merupakan siswa yang baik

namun sarana dan prasarana tidak mendukung maka output yang dihasilkan

kemungkinan kurang baik, misalnya saja merekatidak pandai dalam penggunaan

alat-alat labolatorium maupun sebagainya. hanya suatu keberuntungan apabila

inputnya baik, trasformasinya tidak baik namun menghasilkan output yang baik.

Transformasi disinilah yang melakukan pemprosesan guna menghasilkan output

yang baik.

Output

Menurut Arikunto (2005:4-5) yang dimaksud dengan output atau keluaran

adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh trasformasi. yang dimaksud dalam

pembicaraan ini adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. untuk dapat

menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak, perlu diadakan

kegiatan penilaian, sebagai alat penyaring kualitas.”

Ouput merupakan hasil dari suatu transformasi dalam suatu lembaga atau

intutisi, dalam hal ini suatu sekolah atau intutisi akan menyeleksi siswa yang

dinyatakan layak lulus apabila telah dilakukan suatu pengukuran dan evalusi. hasil

dari penilaian tersebut diharapkan siswa dapat memiliki kemampuan yang

kompeten. dan dari seleksi outpun dapat dilihat kualitas suatu sekolah atau intutisi

karena hasil lulusan akan membawa nama intutisi tersebut. sehingga dapat

dipastikan apabila seleksi ini dilakukan dengan benar maka siswa yang lulus akan

memiliki kemampuan yang kompeten dan membawa nama baik intutisi namun

apabila siswa yang lulus tidak akan memiliki kemampuan yang kompeten maka

dapat dipasikan nama intutisi itu juga akan dinilai buruk.

Sasaran evaluasi dari segi output adalah tingkat pencapaian atau prestasi

belajar yang berhasil diraih peserta didik setelah mereka terlibat dalam proses

Page 6: Evaluasi Pembelajaran

pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan. Alat yang digunakan

untuk mengukur pencapaian ini disebut Achievement Test.

Umpan balik (Feedback)

Menurut Arikunto (2005:5-6) yang dimaksud sebagai umpan balik atau

balikan adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun

transformasi. umpan balik ini diperlukan sekali untuk memperbaiki input maupun

transformasi. lulusan yang kurang bermutu atau yang belum memenuhi harapan,

akan menggugah semua pihak untuk mengambil tindakan yang berhubungan

dengan penyebab kurang bermutunya lulusan. Penyebab-penyebab tersebut antara

lain:

input yang kurang baik kualitasnya

guru dan personal yang kurang tepat

materi yang tidak atau kurang cocok

metode mengajar dan sistem evaluasi yang kuarang memadai

kurangnya sarana penunjang

sistem administrasi yang kurang tepat

Oleh karena itu penilaian disekolah meliputi banyak segi, yang secara garis

besar di lihat dari calon siswa, lulusan, dan proses pendidikan secara menyeluruh.

Umpan balik ini melihat dari hasil lulusan siswa, apabila siswa memiliki

kompeten yang baik maka kita dapat mengetahui bahwa input dan tranformasi

yang dilakukan sudah baik. namun apabila output yang dihasilkan masih belum

baik maka ini akan menjadi perbandingan sehingga kita dapat melihat kembali

kebelakang agar dapat menghasilkan output yang lebih baik lagi. umpan balik ini

dapat menjadi rujukan untuk menjadi perbaikan dan sebagai tolak ukur.

5. Dalam dunia pendidikan, evalusi mempunyai makna ditinjau dari segi siswa, guru dan sekolah. Coba anda jelaskan makna evaluasi bagi siswa, guru, dan sekolah secara rinci.

Evaluasi yang berarti pengungkapan dan pengukuran hasil belajar itu, pada

dasarnya merupakan proses penyususnan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif

Page 7: Evaluasi Pembelajaran

maupun kualitatif Namun perlu penyusun kemukakan, bahwa kebanyakan

pelaksanaan evaluasi cenderung bersifat kuantitatif, lantaran penggunaan simbol

angka atau skor utnuk menentukan kualitas keseluruahan kinerja akademik siswa

dianggap sangat nisbi. Walaupun begitu, yang piawai dan professional perlu

berusaha mencari kiat evaluasi yang lugas, tuntas, dan meliputi seluruh

kemampuan ranah cipta rasa, dan karsa siswa guna mengurangi kenisbian

hasilnya.

a. Makna bagi siswa

Dengan diadakannya penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana

telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. hasil yang diperoleh

siswa dari pekerjaan menilai ini ada 2 kemungkinan:

Memuaskan

Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan hal itu menyenangkan,

tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain waktu.

akibatnya, siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk

belajar lebih giat, agar lain kali mendapat hasil yang lebih memuaskan

lagi. keadaan sebaliknya dapat terjadi, yakni siswa sudah merasa puas

dengan hasil yang diperoleh dan usahanya kurang gigih untuk lain kali.

Tidak memuaskan

Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha lain

kali keadaan itu tidak terulang lagi. maka ia lalu belajar giat. namun

demikian, keadaan sebaliknya dapat terjadi. ada beberapa siswa yang

lemah kemauannya, akan menjadi putus asa dengan hasil kurang

memuaskan yang telah diterimanya.

b. Makna bagi guru

1. Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui siswa-

siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah

berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui siswa-siswa yang belum

menguasai bahan. dengan petunjuk ini guru dapat lebih memusatkan

perhatiannya kepada siswa-siswa yang belum berhasil. apalagi jika guru

tahu akan sebab-sebabnya, ia akan memberikan perhatian yang memusat

Page 8: Evaluasi Pembelajaran

dan memberikan perlakuan yang lebih teliti sehingga keberhasilan

selanjutnya dapat diharapkan.

2. Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi

siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang

tidak perlu diadakan perubahan.

3. Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau

belum. jika sebagian besar dari siswa memperoleh angka jelek pada

penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau

metode yang kurang tepat. apabila demikian halnya, maka guru harus

mawas diri dan mencoba mencari metode lain dalam mengajar.

c. Makna bagi sekolah

1. Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil

belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang

diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. hasil

belajar merupakan cermin kualitas suatu sekolah.

2. Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu

dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk

masa-masa yang akan datang.

3. Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun, dapat

digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah

sudah memenuhi standar atau belum. pemenuhan standar akan terlihat dari

bagusnya angka-angka yang diperoleh siswa.

6. Evaluasi memiliki beberapa fungsi, yaitu : (a) berfungsi untuk seleksi, (b) berfungsi untuk diagnostik, (c) berfungsi untuk penempatan, dan (d) berfungsi untuk mengukur keberhasilan. Coba anda jelaskan secara rinci ke-4 fungsi evaluasi dalam pendidikan tersebut.

a. Berfungsi untuk seleksi

Evaluasi dapat digunakan untuk melakukan penyaringan (seleksi) dalam

penerimaan siswa baru dari suatu sekolah. Dengan evaluasi dapat ditentukan

sejumlah siswa tertentu yang memenuhi syarat dari sejumlah siswa pendaftar

Page 9: Evaluasi Pembelajaran

sebagai calon siswa yang akan diterima. Penempatan jumlah siswa yang terbaik

ini tidak hanya berkisar dalam seleksi penerimaan siswa baru, tetapi sering pula

diterapkan dalam penentuan siswa yang lebih berhak untuk mendapatkan

kesempatan tertentu. Misalnya dalam penetapan calon penerimaan beasiswa,

pelajar teladan, kenaikan kelas, kelulusan suatu program, dan penerimaan

penghargaan lainnya. 

Evaluasi sebagai alat pengukur seberapa jauh tujuan intruksional dapat

dicapai setelah kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Selain itu dengan evaluasi

dapat dilihat pula sampai sejauh mana seorang guru telah berhasil dalam

menerapkan metode dan pendekatan, penguasaan materi, serta kebaikan dan

kelemahan kurikulum yang dicapai. Adanya evaluasi juga merupakan syarat untuk

dapat melakukan perbaikan dalam program pengajaran selanjutnya.

d. Berfungsi untuk diagnostik,

Diagnostik artinya hasil belajar dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan

mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik dalam proses

belajarnya. Evaluasi diagnostik berfungsi atau dilaksanakan untuk

mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik, menentukan faktor-

faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar, dan menetapkan cara

mengatasi kesulitan belajar tersebut. Untuk mengetahui masalah-masalah apa

yang diderita atau yang menggangu anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan,

hambatan atau gangguan ketika mengikuti program tertentu. Dan bagaimana

usaha untuk memecahkannya.

Diagnostik ini berfungsi untuk mengetahui masalah-masalah apa yang diderita

atau yang mengganggu anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan, hambatan

atau gangguan ketika mengikuti program tertentu dan bagaimana usaha untuk

memecahkannya.

Page 10: Evaluasi Pembelajaran

e. Berfungsi untuk penempatan

Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan penempatan agar setiap

orang (peserta pendidikan) mengikuti pendidikan pada jenis dan/atau jenjang

pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing, yaitu

evaluasi yang dilaksanakan untuk menempatkan siswa dalam suatu program

pendidikan atau jurusan yang sesuai dengan kemampuan (baik potensial maupun

lokal) dan minatnya. Evaluasi ini bermanfaat dalam rangka proses penentuan

jurusan sekolah.

f. Berfungsi untuk mengukur keberhasilan.

Evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik bagi siswa/peserta pendidikan,

pengajar maupun manajemen. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat

mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti

pendidikan. Pada kondisi dimana siswa mendapatkan nilai yang memuaskan maka

akan memberikan dampak berupa suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih

meningkatkan prestasi. Pada kondisi dimana hasil yang dicapai tidlak mernuaskan

maka siswa akan berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat

diperlukan pemberian stimulus positif dari guru/pengajar agar siswa tidak putus

asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik untuk

menetapkan upaya upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh

mana suatu program berhasil diterapkan. Telah disinggung pada bagian sebelum

ini. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru,

metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.

7. Evaluasi dalam pendidikan memiliki beberapa ciri, diantaranya adalah untuk mengukur kepandaian (inteligensi) siswa seperti yang dikemukan oleh Carl Witherington dan David Lazear. Coba anda jelaskan inteligensi (kepandaian) siswa yang dikemakan oleh kedua (Carl Witherington dan David Lazear) tersebut.

Menurut Carl Witherington dalam Arikunto (2005:11-12) anak yang

inteligensi adalah anak yang mempunyai :

1. kemampuan untuk berkerja dengan bilangan

Page 11: Evaluasi Pembelajaran

2. kemampuan untuk menggunakan bahasa yang baik

3. kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru (cepat mengikuti

pembicaraan orang lain)

4. kemampuan untuk mengingat-ingat

5. kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan)

6. kemampuan untuk berfantasi

Dalam kenyataannya ada orang yang memiliki kemampuan umum rata-rata

tinggi, rata-rata rendah, dan ada yang memiliki kemampuan khusus tinggi.

misalnya kemampuan rata-rata rendah tetapi kemampuan berfantasi tinggi dan

menjadi seniman ulung. Evaluasi untuk mengukur berdasarkan inteligensi akan

memberikan hasil yang berbeda-beda karena tidak semua orang memiliki tingkat

inteligensi yang sama.

Inteligensi menurut David Lazear dalam Arikunto (2005:12) menyatakan ada

7 indikator atau aspek yang dapat dikategorikan sebagai petunjuk tentang tinggi

rendahnya inteligensi seseorang, yaitu:

1. kemampuan verbal, meliputi:

a. analisis linguistik

b. mengenal kembali dan mengingat

c. memahami dan menciptakan kelucuan dan humor

d. menjelaskan sesuatu dalam proses belajar mengajar

e. meyakinkan seseorang agar bersedia melakukan sesuatu

f. memahami perintah dengan tepat

2. kemampuan mengamati dan rasa ruang, meliputi:

a. khayalan

b. menyusun kerangka pikir

c. menemukan jalan dalam konsep ruang

d. memanipulasi imajinasi

e. menginterpretasikan grafik/bagian/model

f. mengenal hubungan objek dalam ruang

g. memiliki persepsi yang cermat melalui berbagai sudut pandangan

3. kemampuan gerak kinetis-fisik, meliputi:

a. mengatur dan mengelola gerak refleks

b. mengatur/ mengelola gerak terencana

c. memperluas kesadaran melalui tubuh

Page 12: Evaluasi Pembelajaran

d. peduli hubungan antar bagian tubuh

e. meningkatkan fungsi tubuh

4. kemampuan logika/matematika, meliputi:

a. pengenalan pola-pola abstraksi

b. pertimbangan induktif

c. pertimbangan deduktif

d. cerdas dalam menangkap hubungan dan kaitan

e. menyelesaikan kalkulasi kompleks

f. pertimbangan ilmiah

5. kemampuan dalam hubungan intra-personal, meliputi:

a. konsentrasi dalam berpikir

b. keberhati-hatian

c. melakukan meta kognisi

d. kesadaran dan ekspresi berbagai perasaan

e. kesadaran atas dirinya

f. tingkat pemikiran-penalaran

6. kemampuan dalam hubungan inter-personal, meliputi:

a. mencipta dan mengelola sinergi

b. daya melampaui perspektif orang lain

c. bekerja sama dalam kelompok

d. mengenal dan membuat sesuatu yang berbeda dengan yang lainnya

e. komunikasi verbal dan nonverbal

7. kemampuan dalam musik/irama, meliputi:

a. struktur musik

b. skematis dalam mendengarkan musik

c. sensitif terhadap suara

d. kreatif terhadap suara

e. sensitif dalam nada

Semua aspek ini harus dikuasai oleh guru agar dapat mengevaluasi peserta

didik.

Page 13: Evaluasi Pembelajaran

70 80 90 100 110 120 130

1%5 % 14 % 30 % 30 % 14 % 3 %

1%

Tingkat Intelegensi

8. Perhatikan gambar kurva Inteligensi berikut. Coba anda berikan penjelasan tentang tingkatan inteligensi yang ditunjukkan pada kurva tersebut.

Kurva tersebut memperlihatkan kemampuan inteligensi siswa terhadap

kelompok besar siswa. Arikunto (2005:14) menjelaskan kurva tersebut menjadi:

1) 1% luar biasa, mempunyai IQ antara 30 sampai 70

2) 5% dungu, mempunyai IQ antara 70 sampai 80

3) 14% bodoh, mempunyai IQ antara 80 sampai 90

4) 60% normal, mempunyai IQ antara 90 sampai 110

5) 14% pandai, mempunyai IQ antara 110 sampai 120

6) 5% sangat pandai, mempunyai IQ antara 120 sampai 130

7) 1% genius, mempunyai IQ lebih dari 130.

yang dikatakan 1% luar biasa masih terbagi lagi atas:

1. idiot yang mempunyai IQ antara 0 sampai 25

2. imbesil yang mempunyai IQ antara 26 sampai 50

3. debil yang mempunyai IQ antara 51 sampai 70

9. Selain ciri-ciri evaluasi pendidikan yang ditanyakan pada Soal Nomor-7 masih ada masih ada empat ciri lainnya. Coba anda jelaskan keempat ciri tersebut disertai contoh-contoh.

Empat ciri evaluasi yang dijelaskan dalam Arikunto (2005:15-18)

Page 14: Evaluasi Pembelajaran

a. Ciri kedua dari penilaian pendidikan yaitu penggunaan ukuran kuantitatif.

penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan simbol bilangan

sebagai hasil pertama pengukuran. setelah itu lalu diinterprestasikan kebentuk

kualitatif.

Contoh : dari hasil pengukuran, Tiko mempunyai IQ 125, sedangkan IQ Tini 105. dengan demikian, maka Tiko dapat digolongkan sebagai anak sangat pandai sedangkan Tini sebagai anak normal.

b. Ciri ketiga dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan

menggunakan, unit-unit atau satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk

anak normal. anak lain yang hasil pengukuran IQ nya 80, menurut unit

ukurannya termasuk anak dungu.

c. ciri keempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak

sama atau selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. contoh: hasil

ulangan matematika yang diperoleh oleh Miranti hari senin adalah 80. hari

selasa 90. tetapi hasil ulangan hari sabtu hanya 50. Ketidaktepatan hasil

penilaian ini disebabkan karena banyak faktor. mungkin pada hari sabtu

Miranti sedang risau hatinya menghadapi malam minggu sore harinya.

d. ciri kelima dalam penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilian

pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. adapun sumber kesalahan

dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu

1. Terletak pada alat ukurnya.

Alat yang digunakan untuk mengukur haruslah baik. sebagai contoh, kita

akan mengukur panjang meja tetapi menggunakan pita ukuran yang

terbuat dari bahan elastis, dan cara mengukurnya ditarik-tarik. tentu saja

pita ukuran itu tidak dapat kita golongkan sebagai alat ukur yang baik,

karena gambaran tentang panjangnya meja tidak dapat diketahui dengan

pasti. tentang bagaimana syarat-syarat alat ukur yang digunakan dalam

pendidikan

2. Terletak pada orang yang melakukan penilaian. hal ini dapat berupa :

a. Kesalahan pada waktu melakukan penilaian karena faktor subjektif

penilaian telah berpengaruh pada hasil pengukuran. tulisan yang

Page 15: Evaluasi Pembelajaran

jelek dan tidak jelas, mau tidak mau sering mempengaruhi

subjektifitas penilaian, jika pada waktu mengerjakan koreksi,

penilai itu sendiri sedang risau. itulah sebabnya pendidik harus

sejauh mungkin dari hal ini.

b. Kecendrungan dari penilai untuk memberikan nilai secara “murah”

atau “mahal” ada guru yang memberi nilai 2 (dua) untuk siswa

yang menjawab salah dengan alasan untuk upah menulis. tetapi ada

yang memberikan nilai 0 (nol) untuk jawaban yang serupa.

c. Adanya hallo-effect, yakni adanya kesan penilai terhadap siswa.

kesan-kesan itu dapat berasal dari guru lain maupun dari guru itu

sendiri pada kesempatan memegang mata pelajaran lain.

d. Adanya pengaruh hasil yang telah diperoleh terlebih dahulu.

seseorang siswa pada ulangan pertama mendapat angka 10

sebanyak 2 kali. untuk ulangan yang ketiga dan seterusnya, guru

sudah terkena pengaruh ingin memberi angka yang lebih banyak

dari yang sebenarnya walaupun seandainya pada waktu ulangan

tersebut, ia sedang mengalami nasib sial, yakni salah mengerjakan.

e. Kesalahan yang disebabkan oleh kekliruan menjumlah angka-

angka hasil penelitian.

3. Terletak pada anak yang dinilai

a. Siswa adalah manusia yang berperasaan dan bersuasana hati.

suasana hati seseorang akan sangat berpengaruh terhadap hasil

penilaian. misalnya suasana hati yang kalut, sedih atau tertekan,

akan memberikan hasil kurang memuaskan. sedangkan suasana

hati gembira dan cerah, akan memberikan hasil yang baik.

b. Keadaan fisik yang ketika siswa sedang dinilai. kepala pusing,

perut mulas dan pipi sedang membengkak karena sakit gigi, tentu

saja akan mempengaruhi cara siswa memecahkan persoalan.

pikirannya sangat sukar untuk konsentrasi.

c. Nasib siswa kadang-kadang mempunyai peranan terhadap hasil

penilaian. tanpa adanya sesuatu sebab fisik maupun psikis,

Page 16: Evaluasi Pembelajaran

adakalanya seperti ada “gangguan” terhadap kelancaran

mengerjakan soal-soal.

4. Terletak pada situasi di mana penilaian berlangsung.

a. Suasana gaduh, baik di dalam maupun di luar ruangan, akan

menganggu konsentrasi siswa. demikian pula tingkah laku kawan-

kawannya yang sedang mengerjakan soal, apakah mereka berkerja

dengan cukup serius atau tampak seperti hanya main-main, akan

mempengaruhi diri siswa dalam mengerjakan soal.

b. Pengawasan dalam penilaian. tidak menjadi rahasia lagi bahwa

pengawasan yang terlalu ketat tidak akan disenangi oleh siswa

yang suka melihat ke kanan dan ke kiri. namun adakalanya,

keadaan sebaliknya, yaitu pengawasan yang longgar justru

membuat jengkel bagi siswa yang mau disiplin dan percaya pada

diri sendiri.

10. Dalam evalusi pendidikan dikenal istilah SUBJEK EVALUASI dan SASARAN EVALUASI. Coba anda jelaskan perbedaan kedua istilah tersebut secara rinci, disertai contoh-contoh.

a. Subjek Evaluasi

Yang dimaksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang melakukan

pekerjaan evaluasi. siapa yang dapat disebut sebagai subjek evaluasi untuk setiap

tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku.

Contoh :

a. Untuk melaksanakan evaluasi tentang prestasi belajar atau pencapaian maka

subjek evaluasi adalah guru

b. Untuk melaksanakan evaluasi sikap menggunakan sebuah skala maka

sebagai subjeknya dapat meminta petugas yang ditunjuk, dengan didahului

oleh suatu latihan melaksanakan evaluasi tersebut.

c. Untuk melaksanakan evaluasi terhadap kepribadian dimana menggunakan

sebuah alat ukur yang sudah distandardisasikan maka subjeknya adalah ahli-

ahli psikologi. disamping alatnya yang harus bersifat rahasia maka subjek

Page 17: Evaluasi Pembelajaran

evaluasi haruslah seorang yang betul-betul ahli karena jawaban dan tingkah

laku orang yang dites harus diinterprestasikan dengan cara tetentu

Tidak setiap orang dapat menafsirkan jawaban tes kepribadian ini, sehingga

hanya orang yang telah mempelajari tes secara mendalam saja yang dapat

melakukannya. demikian juga dengan tes inteligensi,subjek pelakunya harus

seorang ahli.

Ada pandangan lain yang menyebut subjek evaluasi adalah siswa, yakni orang

yang dievaluasi. dalam hal ini yang dipandang sebagai objek misalnya: prestasi

matematika, kemampuan membaca, kecepatan lari, dan sebagainya. pandangan

lain lagi mengklasifikasikan siswa sebagai objek evaluasi dan guru sebagai

subjeknya.

b. Sasaran Evaluasi

Objek atau sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat

pengamatan karena penilaian mengingikan informasi tentang sesuatu tersebut.

dengan masih menggunakan diagram tentang trasformasi maka sasaran penilaian

untuk unsur-unsurnya meliputi: input, transformasi, dan output.

a. Input. calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari

beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang

digunakan sebagai alat untuk mengukur. aspek yang bersifat rohani

setidak-tidaknya mencakup 4 hal.

1. Kemampuan untuk dapat mengikuti program dalam suatu

lembaga/sekolah/institusi maka calon siswa harus memiliki

kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk

mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attitude

test.

2. Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan

menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal

tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan. Alat

untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian

atau personality test.

Page 18: Evaluasi Pembelajaran

3. Sikap-sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia

sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar.

Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol

dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak orang yang

menginginkan informasi khusus tentangnya. Alat untuk

mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau

attitude test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka lalu disebut

skala sikap atau attitude scale.

4. Inteligensi, untuk mengetahui tingkat inteligensi ini digunakan tes

inteligensi yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal

ini yang terkenal adalah tes buatan. Biner dan simon yang dikenal

dengan tes binet-simon. Selain itu ada lagi tes-tes yang lain

misalnya spm, tintum, dan sebagainya. Dari hasil tes akan

diketahui IQ (Intelligence Quotient) orang tersebut. IQ bukanlah

inteligensi. IQ berbeda dengan inteligensi karena IQ hanyalah

angka yang memberikan petunjuk tinggi rendahnya inteligensi

seseorang. Dengan pengertian ini maka kurang benarlah jika ada

orang mengatakan “IQ jongkok” karena IQ adalah berupa angka.

Mestinya IQ rendah diartikan bahwa angkanya rendah.

Gambar: Hubungan Antara sikap-sikap dan kepribadian Menurut A.N. Oppenheim dalam bukunya Questionnaire Design and Attitude Measurement

Page 19: Evaluasi Pembelajaran

Tujuan

KBM Evaluasi

b. Transformasi, unsur yang terdapat dalam transformasi yang semuanya

dapat menjadi sasaran atau objek penilaian demi diperolehnya hasil

pendidikan yang diharapkan. unsur-unsur dalam transformasi yang

menjadi objek penelitian antara lain:

1) kurikulum/materi

2) metode dan cara penilaian

3) sarana pendidikan/media

4) sistem admistrasi

5) guru dan personal lainnya.

c. Output, penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk

mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka

selama mengikuti program. alat yang digunakan untuk mengukur

pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test.

Kecenderungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalah bahwa

guru hanya menilai prestasi belajar aspek kognitif atau kecerdasan

saja. alatnya adalah tes tertulis. aspek psikomotorik, apalagi afektif,

sangat langka dijamah oleh guru. akibatnya dapat kita saksikan, yakni

bahwa para lulusan hanya menguasai teori tetapi tidak terampil

melakukan pekerjaan keterampilan, juga tidak mampu

mengaplikasikan pengetahuan yang sudah mereka kuasai. lemahnya

pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek afektif ini, jika kita mau

instropeksi, telah berakibat merosotnya akhlak para lulusan, yang

selanjutnya berdampak luas pada merosotnya akhlak bangsa.

11. Ada tiga prinsip umum dalam evaluasi yaitu : KBM, evaluasi, dan tujuan. Ketiga prinsip tersebut dikenal dengan istilah ”Triangulasi Evaluasi” (Lihata gambar berikut). Coba anda jealskan secara rinci hubungan ketiga komponen yang ditunjukkan pada gambar berikut.

Page 20: Evaluasi Pembelajaran

Prinsip Evaluasi

Prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi

atau hubungan erat tiga komponen, yaitu antara lain:

a. Tujuan pembelajaran

b. Kegiatan Pembelajaran atau KBM

c. Evaluasi

b. Hubungan antara tujuan dengan KBM.

Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar

disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. dengan

demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah

pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga

mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan

pemikirannya ke KBM.

c. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana

tujuan sudah tercapai. dengan makna demikian maka anak panah berasal dari

evaluasi menuju ke tujuan. di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun

alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.

d. Hubungan antara KBM dengan evaluasi

KBM dirancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah

dirumuskan. telah disebutkan pula bahwa alat evaluasi juga disusun dengan

mengacu pada tujuan. selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu

atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Misalnya, jika kegiatan belajar

mengajar dilakukan oleh guru dengan menitik beratkan pada ketrampilan,

bukannya aspek pengetahuan.

Secara garis besar, maka alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan

menjadi 2 macam, yaitu: tes dan bukan tes (nontes).

Page 21: Evaluasi Pembelajaran

4 5 6 7 8

1 2 3 4 5

Sangat tidak suka Sangat sukaTidak suka Biasa Suka

12. Dalam melakukan evaluasi diperlukan alat-alat evaluasi (Instrumen) yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai evaluator. Dalam melakukan evalusi ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu cara TEHNIK NONTES dan cara TEHNIK TES. Coba anda jelaskan instrumen apa saja yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi dengan cara tehnik nontes secara jelas dan rinci disertai contoh-contoh.

Yang tergolong ke dalam teknik nontes yaitu:

1) Skala bertingkat (rating scale)

Skala yang menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap

sesuatu hasil pertimbangan. Seperti Oppenhein mengatakan: “Peringkat/

skala memberikan nilai numerik untuk beberapa jenis penilaian”

Contoh: skor atau biji yang diberikan oleh guru di sekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa. siswa yang mendapat skor 8, digambarkan di tempat yang lebih kanan dalam skala, dibandingkan penggambaran skor 5.

Biasanya angka-angka yang digunakan diterakan pada skala dengan jarak

yang sama. meletakkannnya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi.

dengan demikian maka skala ini dinamakan skala bertingkat.

Kita dapat menilai hampir segala sesuatu dengan skala. dengan maksud

agar pencatatannya dapat objektif maka penilaian terhadap penampilan atau

penggambaran kepribadian seseorang disajikan dalam bentuk skala.

Contoh: kecendrungan seseorang terhadap jenis kesenian tertentu:

2) Kuesioner (questionair)

Kuesioner (questionair) juga sering dikenal sebagai angket. pada dasarnya,

kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan

diukur (responden). dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang

keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-

lain.

Page 22: Evaluasi Pembelajaran

Macam-macam kuesioner di lihat dari beberapa segi.

1. Ditinjau dari segi siapa yang menjawab

a) Kuesioner langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi

langsung oleh orang yang akan diminta jawaban tentang dirinya.

b) Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi

oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuesioner tidak

langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang

bawahan, anak, saudara, tetangga, dan sebagainya.

2. Ditinjau dari segi cara menjawab

a. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan

menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal

memberi tanda pada jawaban yang dipilih.

Contoh:

tingkat pendidikan yang sekarang anda ikuti adalah:

Tanda cek (√) dibubuhkan pada kotak di depan “perguruan Tinggi”

jika pengisi berstatus mahasiswa.

b. Kuesiner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa

sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. kuesioner

terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci

dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. keterangan

tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih

pilihan jawaban yang disediakan. kuesioner terbuka juga digunakan

untuk meminta pendapat seseorang.

Contoh: untuk membimbing mahasiswa ke arah kebiasaan membaca

buku-buku asing, maka sebaliknya setiap dosen menunjuk buku asing

sebagai salah satu buku wajib. bagaimana pendapat saudara?

jawaban:..................

SD SLTP SLTA

Perguruan Tinggi

Page 23: Evaluasi Pembelajaran

3) Daftar cocok (check list) adalah deretan pertanyaan (yang biasanya singkat-

singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok

(√) di tempat yang sudah disediakan.

Contoh:

Berikan tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapat saudara.

PernyataanPendapat

Penting Biasa Tidak Penting1. melihat pemandangan indah2. Olahraga tiap pagi3. Melihat film4. belajar menari5. Tulisan bagus6. berkunjung ke kawan

Ada pendapat yang menyatakan bahwa sebenarnya skala bertingkat dapat

digolongkan ke dalam daftar cocok karena dalam skala bertingkat, responden juga

diminta untuk memberikan tanda cocok pada pilihan yang tepat.

4) Wawancara (interview) adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk

mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak.

dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi

kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. pertanyaan hanya

diajukan oleh subjek evaluasi.

Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

a) Interview bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk

mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah

dibuat oleh subjek evaluasi

b) Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh subjek evaluasi

dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun

terlebih dahulu. jadi dalam hal ini responden pada waktu menjawab

pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh

penanya. pertanyaan itu kadang-kadang bersifat sebagai yang memimpin,

mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok

sehingga dalam menuliskan jawaban, ia tinggal membubuhkan tanda cocok

di tempat yang sesuai dengan keadaan responden.

Page 24: Evaluasi Pembelajaran

5) Pengamatan (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

Ada 3 macam observasi:

a. Observasi partisipan yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi

pengamaat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang

diamati. Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat

betul-betul mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya pura-pura. Dengan

demikian, ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan

orang-orang dalam kelompok yang diamati.

Contoh: untuk mengamati kehidupan mahasiswa penyewa kamar,

pengamat menjadi mahasiswa dan menyewa kamar.

b. Observasi sistematik yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati

sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya.

Berbeda dengan observasi partisipan, maka dalam observasi sistematik ini

pengamat berada di luar kelompok. Dengan demikian maka pengamat tidak

dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.

c. Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpatisipasi dalam

kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting

dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai

dengan tujuan evaluasi.

6) Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam

kehidupannya. dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan

dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari

objek yang dinilai.

Teknik Tes

Ada dua macam teknik yang dapat digunakan dalam melaksanakan

evaluasi, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes meliputi tes lisan, tes

tertulis dan tes perbuatan. Tes lisan dilakukan dalam bentuk pertanyaan lisan di

kelas yang dilakukan pada saat pembelajaran di kelas berlangsung atau di akhir

pembelajaran. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan tertulis, baik pertanyaan

Page 25: Evaluasi Pembelajaran

maupun jawabannya. Sedangkan tes perbuatan atau tes unjuk kerja adalah tes

yang dilaksanakan dengan jawaban menggunakan perbuatan atau tindakan.

Evaluasi dengan menggunakan teknik tes bertujuan untuk mengetahui:

a.  Tingkat kemampuan awal siswa

b.  Hasil belajar siswa

c.  Perkembangan prestasi siswa

d.  Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Tes lisan dilakukan melalui pertanyaan lisan untuk mengetahui daya serap

siswa. Tujuan tes lisan ini terutama untuk menilai:

a. Kemampuan memecahkan masalah

b. Proses berpikir terutama melihat hubungan sebab akibat

c. Kemampuan menggunakan bahasa lisan

d. Kemampuan mempertanggungjawabkan pendapat atau konsep yang

dikemukakan.

Tes tertulis dapat berbentuk uraian (essay) atau soal bentuk obyektif

(objective tes). Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua.

Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab

dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,

memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan

pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.

Tes objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini

disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes

dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan.

1. Bentuk soal benar-salah

Bentuk soal benar salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa

pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan

sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah.

Page 26: Evaluasi Pembelajaran

Kelebihan betul salah yaitu;

a. Item tes betul salah memiliki karakteristik yang menguntungkan, yaitu

mudah dan cepat dalam menilai

b. Untuk item betul salah yang dikonstruksi secara cermat, membawa

implikasi kepada peserta didik, yaitu waktu mengerjakan soal lebih cepat

diselesaikan

c. Seperti bentuk tes objektif lainnya, item tes benar salah hasil akhir

penilaian dapat objektif

Kelemahan betul salah;

a. Mengonstruksi item tes betul salah pada umumnya diperlukan waktu yang

lebih lama jika dibandingkan dengan pembuatan tes essai

b. Penggunaan pertanyaan alternatif lebih memungkinkan peserta didik

mengira-ngira jawaban.

2. Bentuk soal pilihan ganda atau pilihan jamak (multiple choice)

Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang

benar atau paling tepat.

Kelebihan bentuk soal pilihan ganda yaitu;

a. Tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat

pengukur hasil belajar siswa

b. Item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan intensif dapat mencakup

hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas.

c. Item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan informasi

para siswa yang hendak dievaluasi.

Kelemahan bentuk soal pilihan ganda yaitu;

a. Mengonstruksi item tes betul salah pada umumnya diperlukan waktu yang

lebih lama jika dibandingkan dengan pembuatan tes essai

Page 27: Evaluasi Pembelajaran

b. Penggunaan pertanyaan alternative lebih memungkinkan peserta didik

mengira-ngira jawaban.

3. Bentuk soal menjodohkan (matching)

Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang

paralel. Kedua kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan.

Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus

dicari jawabannya.

Kelebihan bentuk soal menjodohkan

a. Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.

b. Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana

mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan.

c. Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan

yang lebih luas.

Kelemahan bentuk soal menjodohkan

a. Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan

b. Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-

hal yang berhubungan

4. Bentuk soal jawaban singkat (isian)

Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban

dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol.

Kelebihan bentuk soal jawaban singkat;

a. Menyusun soalnya relatif mudah

b. Kecil kemungkinan siswa member jawaban dengan cara menebak

c. Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat

d. Hasil penilaiannya cukup objektif

Kelemahan bentuk soal jawaban singkat;

Page 28: Evaluasi Pembelajaran

a. Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi.

b. Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak

selama bentuk uraian

c. Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan

pemeriksa.

13. Tes merupakan salah satu cara untuk melakukan evaluasi. Coba anda uraikan rumusan/pengertian ”tes” menurut pendapat beberapa ahli.

Ada beberapa macam rumusan tentang tes yaitu:

Drs Amir Daien Indrakusuma menyatakan, “Tes adalah suatu alat atau

prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau

keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang

boleh dikatakan tepat dan cepat.”

Muchtar Bukhori menyatakan,”tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang

murid atau kelompok murid.”

Webster’s Collegiate “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat

lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.”

Encyclopedia of educational evaluation, “tes adalah penilaian yang

komprehensif terhadap seseorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi

program.”

Menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul Psychological

Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang

mempunyaistandar yang objektif sehingga dapat digunakan secara meluas,

serta dapatbetul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan

keadaanpsikis atau tingkah laku individu.

Menurut F.L. Goodeneough dalam Sudijono (2008: 67), tes adalah suatu tugas

atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok

individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu

dengan yang lain.

Page 29: Evaluasi Pembelajaran

Menurut Norman dalam Djaali dan Muljono (2008: 7), tes merupakan salah

satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan objektif yang

hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam

proses pengajaran yang dilakukan oleh guru.

Menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau prosedur yang

digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan

cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Menurut Sudijono (2011: 67), tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau

prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di

bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas

baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-

perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee,sehingga (atas dasar data yang

diperoleh dari hasil pengukuran tersebut)

Dari beberapa kutipan dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes

merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-

alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena pebuh dengan batasan-batasan.

mengingat betapa pentingnya tes ini. apabila rumusan yang telah disebutkan di

atas dikaitkan dengan evaluasi yang dilakukan di sekolah, khususnya di suatu

kelas, maka tes mempunyai fungsi ganda yaitu: untuk mengukur siswa dan untuk

mengukur keberhasilan program pengajaran. dalam bagian ini hanya akan

dibicarakan tes untuk mengukur keberhasilan siswa.

14. Ditinjau dari segi keguaannya tes dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu (1) tes diagnostik, (2) tes formatif, dan (3) tes sumatif. Coba berikan penjelasan tentang ketiga macam tes tersebut, disertai contoh-contoh.

Berdasarkan kegunaannya tes dibagi 3 macam yaitu:

a. Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-

kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat

dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

Page 30: Evaluasi Pembelajaran

Tes diagnostik ke-1 dilakukan terhadap calon siswa sebagai input, untuk

mengetahui apakah calon tersebut sudah menguasai pengetahuan yang

merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di sekolah yang

dimaksudkan. tes ini disebut tes penjajakan masuk yang dalam istilah

inggris disebut entering behaviour test. dalam penggalan kecil, tas

diagnostik ke-1 ini dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan

pengetahuan dasar untuk dapat menerima pengetahuan lanjutannya.

pengetahuan dasar ini biasa disebut dengan pengetahuan bahan prasyarat

(pre-requisite). oleh karena itu, tes ini disebut juga tes prasyarat atau pre-

requisite test.

Contoh: untuk mengajarkan perhitungan menghitung korelasi serial, guru harus yakin bahwa siswa sudah menguasai perhitungan tentang rata-rata dan simpangan baku (mean dan standar deviasi). oleh karena itu, sebelum mulai dengan menerangkan teknik korelasi serial tersebut, guru mengadakan tes diagnostik untuk mengetahui penguasaan siswa atas mean dan standar deviasi tersebut

Tes Diagnostik ke 2 dilakukan terhadap calon siswa yang sudah akan

mulai mengikuti program. apabila cukup banyak calon siswa yang

diterima sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk pembagian

kelas diperlukan suatu pertimbangan khusus. apakah anank yang baik akan

disatukan di satu kelas, ataukah semua kelas akan diisi dengan campuran

anak baik, sedang, atau kurang, ini semua memerlukan adanya informasi.

informasi seperti ini dapat diperoleh dengan cara mengadakan tes

diagnostik. dengan demikian maka tes diagnostik telah berfungsi sebagai

tes penempatan (placement test).

Tes diagnostik ke 3 dilakukan terhadap siswa yang sedang belajar. tidak

semua siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan oleh guru dengan

lancar. sebagai guru yang bijaksana, maka pengajar harus sekali-kali

memberikan tes diagnostik untuk mengetahui bagian mana dari bahan

yang diberikan itu belum dukuasai oleh siswa. selain itu ia harus dapat

mengadakan deteksi apa sebab siswa tersebut belum menguasai bahan.

Page 31: Evaluasi Pembelajaran

berdasarkan atas hasil mengadakan deteksi tersebut guru dapat

memberikan bantuan yang diperlukan.

Tes diagnostik ke 4 diadakan pada waktu siswa akan mengakhiri pelajaran.

dengan tes ini guru akan dapat mengetahui tingkah penguasaan siswa

terhadap bahan yang ia berikan.

b. Tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah

terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. dalam kedudukannya

seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir

pelajaran.evaluasi formatif mempunyai manfaat, baik bagi siswa, guru

maupun program itu sendiri.

Manfaat bagi siswa

a. digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai program

secara menyeluruh.

b. merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. dengan mengetahui

bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai

dengan yang diharapkan maka siswa merasa mendapat “anggukan

kepala” dari guru, dan ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang

sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah benar. dengan

demikian maka pengetahuan itu akan bertambah membekas diingatan.

di samping itu, tanda keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar

motivasi siswa untuk belajar lebih giat, agar dapat mempertahankan

nilai yang sudah baik itu atau memperoleh lebih baik lagi.

c. usaha perbaikan. dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh

setelah melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya.

bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan

yang mana yang belum dikuasainya. dengan demikian, akan ada

motivasi untuk meningkatkan penguasaan.

Page 32: Evaluasi Pembelajaran

d. sebagai diagnosis. bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa

merupakan serangkaian pengetahuan, keterampilan, atau konsep.

dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat

mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan

sulit.

contoh : perkalian dalam hitungan, dengan melihat hasil tes yang salah

ini siswa akan diberitahu oleh guru bahwa kelemahannnya tidak

terletak pada ketidakmampuan mengalihkan secara keseluruhan, tetapi

pada pengertian nilai tempat.

Manfaat bagi guru

a. mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat

diterima oleh siswa. hal ini akan menentukan pula apakah guru itu

harus mengganti cara menerangkan (strategi mengajar) atau tetap dapat

menggunakan cara (strategi) yang lama.

b. mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum

menjadi milik siswa. apabila bagian yang belum diketahui kebetulan

merupakan bahan persyaratan bagi bagian pelajaran yang lain, maka

bagian itu harus diterangkan lagi, dan barangkali memerlukan cara

atau media lain untuk memperjelas. apabila bahan itu tidak diulangi,

maka akan mengganggu kelancaran pemberian bahan pelajaran

selanjutnya, dan siswa akan semakin tidak menguasainya

c. dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan

diberikan.

Setelah tes formatif maka diperoleh hasil. dari hasil tersebut dapat

diketahui:

a. apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat

dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.

b. apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan

prasyarat yang belum diperhitungkan.

Page 33: Evaluasi Pembelajaran

c. apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi

hasil yang akan dicapai. apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi

yang digunakan sudah tepat.

c. Tes sumatif

Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian

kelompok program atau sebuah program yang lebih besar. dalam pengalaman di

sekolah, tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes

sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan

pada tiap akhir caturwulan atau akhir semester

Manfaat tes sumatif

Untuk menentukan nilai. apabila tes formatif terutama digunakan untuk

memberikan informasi demi perbaikan penyampaian, dan tidak digunakan untuk

memberikan nilai atau tidak digunakan untuk penentuan kedudukan seorang anak

di antara teman-temannya (grading), maka nilai dari tes sumatif ini digunakan

untuk menentukan kedudukan anak. dalam penentuan nilai ini setiap anak

dibandingkan dengan anak-anak lain. asumsi yang mendasari pandangan ini

adalah bahwa prestasi belajar siswa-siswa dalam sebuah kelas

15. Selain ”tes” juga dikenal istilah ”testing, testee, dan tester” coba anda jelaskan perbedaan ketiga istilah tersebut (testing, testee, dan tester).

Istilah penting dalam tes

a. Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. dapat juga dikatakan

testing adalah saat pengambilan tes.

b. Testee adalah responden yang sedang mengerjakan tes. orang-orang inilah

yang akan dinilai dan diukur, baik mengenai kemampuan, minat, bakat,

pencapaian, dan sebagainya.

c. Tester adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes

terhadap para responden. dengan kata lain, tester adalah subjek evaluasi (tetapi

adakalanya hanya orang yang ditunjuk oleh subjek evaluasi untuk

melaksanakantugasnya).

Tugas tester antara lain:

Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan.

Page 34: Evaluasi Pembelajaran

Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan

Menerangkan cara mengerjakan tes

Mengawasi responden mengerjakan tes

Memberikan tanda-tanda waktu

Mengumpulkan pekerjaan responden

Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan (jika ada).

16. Dalam menyusun perangkat ”tes” diperlukan beberapa syarat. Coba anda jelaskan persyaratan apa saja yang harus dipenuhi jika seseorang ingin menyusun tes.

Persyaratan tes didarkan atas menyangkut mutu tes dan menyangkut

pengadministrasian dalam pelaksanaan. selain itu prasyarat tes meliputi:

a. Validitas

Jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai kenyataan,

maka intrumen yang digunakan tersebut juga valid. sebuah tes disebut valid

apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur .

Contoh: untuk mengukur besarnya partisipan siswa dalam proses belajar mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada permasalahannya.

Nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, bukan menggambarkan partisipasi,

tetapi menggambarkan prestasi belajar. ada beberapa macam validitas yaitu

validitas logis (logical validity), validitas ramalan (predicyive validity), dan

validitas kesejajaran (concurrent validity).

b. Reliabilitas

Relibialitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. suatu tes dapat

dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap. maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan

dengan masalah ketepatan hasil tes. atau seandainya hasilnya berubah-ubah,

perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.

c. Objektivitas

Page 35: Evaluasi Pembelajaran

Objektivitas berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. sebuah

tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada

faktor subjektif yang mempengaruhi. hal ini terutama terjadi pada sistem

skoringnya.

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketepatan

(consistency) pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan

dalam hasil tes.

d. Praktikabilitas (Practicability)

Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut

bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. tes yang praktis adalah tes yang:

1) Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan

memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu

bagian yang dianggap mudah oleh siswa.

2) Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci

jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk objektif,

pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa

dalam lembar jawaban.

3) Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat

diberikan/diawali oleh orang lain.

e. Ekonomis

Yang dimaksud dengan ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut

tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu

yang lama.

17. Suatu perangkat tes dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan tes, yaitu : validitas, reabilitas, dan objektivitas. Coba anda jelaskan secara rinci ketiga persyaratan tes tersebut (validitas, reabilitas, dan objektivitas) disertai contoh.

Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak

diukur. dalam bahasa indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”.

Page 36: Evaluasi Pembelajaran

Contoh:

Skor yang diperoleh dari hasil mengukur kemampuan mekanik akan

menunjukkan kemampuan seseorang dalam memegang dan memperbaiki mobil,

bukan pengetahuan orang tersebut dalam hal yang berkaitan dengan mobil. tes

yang mengukur pengetahuan tentang mobil bukanlah tes yang sahih untuk

mekanik.

Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil

pengalaman. hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity) dan

hal yang kedua diperoleh validitas empiris (empirical validity). dua hal inilah

yang dijadikan dasar pengelompokkan validitas tes.

Validitas dibagi dua:

a. Validitas logis

Validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi

sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran.

kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan

sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada.

sebagaimana pelaksanaan tugas lain misalnya membuat sebuah karangan, jika

penulis sudah mengikuti aturan mengarang, tentu secara logis karangannya sudah

baik. berdasarkan penjelasan tersebut maka instrumen yang sudah disusun

berdasarkan teori penyusunan instrumen, secara logis sudah valid.validitas logis

dapat dicapai apabila intrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya

tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun.ada dua

macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu: validitas

isi dan validitas konstrak (construct validity).validitas isi bagi sebuah instrumen

menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi

pelajaran yang dievaluasi. selanjutnya validitas konstrak sebuah instrumen

menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstrak.

aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi.

b. Validitas empiris

Page 37: Evaluasi Pembelajaran

Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah

diuji dari pengalaman. validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan

menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi

harus dibuktikan melalui pengalaman.

Ada dua macam validitas empiris, yakni ada dua cara yang dapat digunakan

untuk menguji bahwa sebuah instrumen memang valid. pengujian tersebuta

dilakukan dengan membandingkan kondisi instrumen yang bersangkutan dengan

kriterium atau sebuah ukuran. kriterium yang digunakan sebagai pembanding

kondisi instrumen dimaksud ada dua, yaitu: yang sudah tersedia dan yang belum

ada tetapi akan terjadi di waktu yang akan datang. bagi instrumen yang kondisinya

sesuai dengan kriterium yang sudah tersedia, yang sudah ada, disebut memiliki

validitas “ada sekarang”, yang dalam istilah bahasa inggris disebut memiliki

concurrent validity. selanjutnya instrumen yang kondisinya sesuai dengan

kriterium yang diramalkan akan terjadi, disebut memiliki validitas ramalan atau

validitas prediksi, yang dalam istilah bahasa ingris disebut memiliki predictive

validity.

Validitas isi dan validitas konstrak dicapai melalui penyusunan berdasarkan

ketentuan atau teori. sedangkan validitas ada sekarang dan validitas predictive

dicapai atau diketahui sesudah dibuktikan melalui pengalaman.

1) Validitas isi (content validity) sebuah tes dikatakan validitas isi apabila

mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi

pelajaran yang diberikan. oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam

kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut validitas kurikuler.

Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan

cara memerinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran. bagaimana

cara memerinci materi untuk kepentingan diperolehnya validitas isi sebuah

tes akan dibicarakan secara lebih mendalam pada waktu menjelaskan cara

penyusunan tes.

2) Validitas konstruksi (construct validity) sebuah tes dikatakan memiliki

validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut

mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan

Page 38: Evaluasi Pembelajaran

instruksional khusus. dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek

tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan

instruksional. validitas konstruksi dapat diketahui dengan cara memerinci

dan memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek dalam TIK.

pengerjaannya dilakukan berdasarkan logika, bukan pengalaman.

3) Validitas “ada sekarang” (concurrent validity)

Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris.sebuah tes

dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan

pengalaman. dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman.

pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data

pengalaman tersebut sekarang sudah ada.

4) Validitas prediksi (predictive validity) memprediksi artinya meramal,

dengan meramal selalu mengenai hal yang akan datang jadi sekarang

belum terjadi. sebuah tes dikatakan memiliki valibilitas prediksi atau

valibilitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa

yang akan terjadi pada masa yang akan datang. sebagai pembanding

validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta tes

mengikuti pelajaran di perguruan tinggi. jika ternyata siapa yang memiliki

nilai tes lebih tinggi gagal dalam semester I dibandingkan dengan yang

dahulu nilai tesnya lebih rendah maka tes masuk yang dimakdud tidak

memiliki validitas prediksi.

Reliabilitas

Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes

tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. maka pengertian reliabilitas tes

berhubungan dengan masalah ketepatan hasil tes. atau seandainya hasilnya

berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. tinggi

rendahnya validitas menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas tes. dengan

demikian maka semakin panjang tes, maka reliabilitasnya semakin tinggi. dalam

menghitung besarnya reliabilitas berhubungan dengan penambahan banyaknya

Page 39: Evaluasi Pembelajaran

butir soal dalam tes ini ada sebuah rumus yang diberikan oleh Spearman dan

Brown sehingga terkenal dengan rumus Spearman-Brown.

rnn = nr

1+ (n−1 ) r

dimana:rnn = besarnya koefisien reliabilitas sesudah tes tersebut di

tambah butir soal barun = berapa kali butir-butir soal itu ditambahr = besarnya koefisien reliabilitas sebelum butir-butir soalnya ditambah

Objektivitas

Objektivitas berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi.

sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu

tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. hal ini terutama terjadi pada sistem

skoringnya.

Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu:

1) Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian, akan memberi banyak kemungkinan kepada si

penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. dengan

demikian maka hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari

sebuah tes, akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai.

itulah sebabnya pada waktu ini ada kecendrungan penggunaan tes objektif

di berbagai bidang. untuk menghindari masuknya unsur subjektivitas dari

penilai, maka sistem skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-

baiknya, antara lain dengan membuat pedoman skoring terlebih dahulu.

2) Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama

dalam tes bentuk uraian. faktor-faktor yang mempengaruhi subjektivitas

antara lain: kesan penilai terhadap siswa, tulisan, bahasa, waktu

mengadakan penilaian, kelelahan, dan sebagainya. untuk menghindari atau

mengurangi masuknya unsur subjektivitas dalam pekerjaan penilaian,

Page 40: Evaluasi Pembelajaran

maka penilaian atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat

pedoman. pedoman yang dimaksud, terutama menyangkut masalah

pengadministrasian yaitu kontiunitas dan komprehensivitas.

a) Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). dengan

evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka guru akan memperoleh

gambaran yang lebih jelas tentang keadaan siswa. tes yang diadakan

secara on the spot dan hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat

memberikan hasil yang objektif tentang keadaan seorang siswa. faktor

kebetulan, akan sangat mengganggu hasilnya, kalau misalnya ada

seorang anak yang sebetulnya pandai, tetapi pada waktu guru

mengadakan tes dia sedang dalam kondisi jelek karena semalaman

merawat ibunya yang sedang sakit, maka ada kemungkinan nilai

tesnya jelek pula.

b) Evaluasi harus dilakukan secara komprehensif (menyeluruh) yang

dimaksud dengan evaluasi yang komprehensif di sini adalah atas

berbagai segi peninjauan, yaitu:

o Mencakup keseluruhan materi.

o Mencakup berbagai aspek berpikir (ingatan, pemahaman, aplikasi,

dan sebagainya).

o Melalui berbagai cara yaitu tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan,

pengamatan insidental, dan sebagainya.

Referensi

Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara