Etika I, Dasar

45
1 ETIKA DASAR Oleh Prof.DR.RH Muchtan Sujatno, dr., SpFK(K) UNIT BIOETIKA DAN HUMANIORA FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD

description

etikk

Transcript of Etika I, Dasar

  • ETIKA DASAROlehProf.DR.RH Muchtan Sujatno, dr., SpFK(K)

    UNIT BIOETIKA DAN HUMANIORAFAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD

  • PENDAHULUANTerminologiIstilah yg plg dekat adalah moralAsal kata Yunani: ethos, bentuk tunggal, banyak memp arti: tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berfikir. Bentuk jamak: ta etha artinya: adat kebiasaan --> ini latar belakang istilah, yg oleh Aristoteles (384-322 sM) digunakan utk menunjukkan filsafat moral.

    Definisi: Etika ilmu ttg apa yg biasa dilakukan atau ilmu ttg adat kebiasaan.

  • Secara etimologis istilah ini blm cukup lengkap artinya. Seperti istilah: ethos kerja, ethos profesiKamus umum Bah Indon: Ilmu Pengetahuan ttg azas2 akhlak/moral (Poerwadarminta, 1953).Kamus Umum Bah Indon P&K (1988):1. Ilmu ttg apa yg baik dan apa yg buruk dan ttg hak dan kewajiban moral/akhlak.2. Kumpulan azas atau nilai yg berkenan dg akhlak3. Nilai mengenai benar dan salah yg dianut suatu gol atau masyarakat.Dengan demikian etika adalah: dapat diartikan sbb ..

  • 1. Nilai2 dan norma2 moral yg menjadi pegangan bagi seseorang atau masyarakat dlm mengatur tingkah laku, secara singkat: sistem nilai.2. Kumpulan azas atau nilai moral, yg dimaksud adalah kode etik3. Ilmu ttg yang baik dan buruk.

    MORALKata moral etimologinya sama dg etika, sekalipun bahasa asalnya berbeda, artinya nilai2 dan norma2 yg menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dlm mengatur tingkah lakunya. Tak bermoral artinya melanggar nilai dan norma2 etis yg berlaku dlm masyarakat.

  • MORAL DAN AGAMATak dpt disangkal bhw moral memp hub erat dg agamaKehidupan se-hari2 motivasi yg terpenting dan terkuat bagi perilaku moral adalah agama.Atas pertanyaan: Kenapa perbuatan itu boleh/tidak boleh ? Jawaban: agama. Timbul sikap aku ini org beragama dan agamaku melarang/membolehkan melakukan ituSetiap agama mengandung ajaran moral yg menjadi pegangan hidup bagi perilaku dan penganutnya.Pelbagai agama , ajaran moralnya mungkin sedikit berbeda, tapi secara keseluruhan perbed tak terlalu besar.

  • Kebenaran iman tidak dibuktikan (rasional), melainkan dipercaya. Kebenarannya berasal dari wahyu Illahi (kebenaran mutlaq)Hubungan agama dan moral/etika adalah berusaha memberi motivasi serta inspirasi, spy umatnya mematuhi nilai2 dan norma2 yg sdh diterimanya berdasarkan iman.

    MORAL DAN HUKUMSebagaimana ada hub erat agama dan moral, terdpt juga hub. moral dan hukum. Hukum membutuhkan moral.Kekaisaran Roma tlh ada pepatah: Quid leges sine moribus - artinya: apa artinya Undang2 kalau tak disertai moral yg baik?. Hukum tak berarti banyak, kalau tak disertai moralitas yg baik. Tanpa moralitas hukum kosong.

  • Disisi lain moral juga membutuhkan hukum. Moral tak memp. arti jika tak diungkapkan dan dilembagakan dlm masyarakat spt terjadi dg hukum.Hukum dpt meningkatkan dampak sosial dan moralitas. Menghormati org lain , merupakan prinsip moral yg penting., dan inilah ditelorkannya Intelectual Property Rights (Hak Milik Intelektual --> HAKI).Ada sedikitnya 4 perbed hukum dan moral:

    1. Hukum lbh dikodefikasi d/p moral. Dituliskan sistematis dlm Undang2. Norma yuridis mendpt kepastian, norma moral lbh subjektif --> akibatnya lbh tak etis. Dibid. Hk ketidak kepastian pasti ada, tapi dibid moral lbh banyak.

  • 2. Baik HK dan Moral mengatur tingkah laku. HK memelihara legalitas , membatasi diri pd tingkahlaku lahir saja, moral menyangkut sikap batin 3. Sanksi berkaitan dg HK berbeda dg moralitas. HK sanksinya dipaksakan, norma etis tak dpt dipaksakan.4. Perbed sanksi. HK a/d kehendak masyarakat, akhirnya kehendak negara: adat. Sedangkan moralitas berdasar norma2. Masyarakat dpt merubah HK, tapi tidak pernah dpt merubah atau membatalkan suatu norma moral.

    AMORAL DAN IMMORALKata ini sering dicampuradukan --> pengertian rancu.Amoral: unconcerned without of the sphere of moral, non..

  • moral, dg dmk amoral berarti tak memp. hub dg konteks moral, diluar suasana etis, non moral.Immoral: opposed to morality; morally evil dg dmk artinya: bertentangan dg moralitas yg baik. Secara moral buruk, tidak etis.Kamus Besar B.I : Amoral = tidak bermoral, tidak berakhlak, contoh: memeras pensiunan adl amoral.

    .

  • L. KOHLBERG TENTANG PERKEMBANGAN KESADARAN MORAL(Buku K.Bertens (2001): Etika. Seri Atmajaya: 15. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta)

    Pendahuluan:

    Seorang sarjana yg banyak meluangkan waktu dan tenaga utk mempelajari fenomena moralitas dari sudut pandang psikologis adalah: Lawrence Kohlberg (1927 - 1988).Ia memimpin Havards center for Moral Education., ia org Amerika.Studi ini menarik karena ia melihat perilaku yg berdasarkan hati nurani sebagai stadium terakhir dan tertinggi suatu perkembangan moral.Dalam hal ini kita pelajari secara singkat pandangannya yg terkenal ttg perkembangan moral menurut enam tahap.Dipelajari: 1. Maksud dan Metode Penelitian Kohlberg 2. Enam tahap dalam perkembangan moral 3. Bebrapa Ciri Khas Perkembangan Moral.

  • 1. MAKSUD DAN METODE PENELITIAN KOHLBERG Seluruh karyanya, ia mengakui ketergantungan pada psikolog Swiss Jean Piaget (1896 - 1980). Piaget mempelajari perkembangan pengetahuan manusia yg disebut: epistemologi genetis.Ia menulis buku perkembangan pertimbangan moral anak2.Jalur penelitian ini dilanjutkan oleh Kohlberg, terutama pengertian tahap dalam pertumbuhan moral dari Piaget.Kohlberg mengambil dua cara memperluas Piaget: Disatu pihak dalam penelitiannya ia tak membatasi diri pada anak saja, dilain pihak ia meneliti tentang orang berumur 6 - 28 tahun, yang diikutinya dari masa anak sampai dewasa.Sesudah jangka waktu tertentu ia menyelidiki org yg sama, supaya dapat menentukan perkembangan moralnya. Dilain pihak ia memperluas horison kultural dg mengikutsertakan dlm penelitian subyek2 negara dan budaya lain., antara lain di Malaysia, Taiwan, Meksiko dan Turki.Kohlberg yakin penelitiannya berlaku transkultural dan tak terbatas pd kebudayaan tertentu.

  • Metode Kohlberg: mengemukakan sejumlah dilema moral khayalan kpd subyek2 penelitian. Khayalan dlm arti: kasus2 itu tidak terjadi secara konkret, tapi prinsipnya bisa terjadi.Untuk dilema2 tak tersedia pemecahan dalam lingkungan anak2, sehingga mereka hrs mencari pemecahan sendiri.Jadi tidak mungkin, mereka melaporkan saja apa yg mereka saksikan sekitarnya; mereka hrs menyampaikan keputusan moral mereka sendiri.Dg cara itu Kohlberg ingin mendapat jawaban atas dua pertanyaan mengenai: 1. Bagaimana anak2 memecahkan dilema moral itu dan 2. Alasan2 apa dikemukakan utk membenarkan pemecahan itu.Pertanyaan pertama menyangkut isi keputusan moral, sdg pertanyaan kedua menyangkut struktur atau bentuknya.Dpt saja bhw dua anak yg dihadapkan dg suatu dilema moral, memberi jawaban yg sama ttg pertanyaan pertama, tapi jawaban sama sekali berbeda thd pertanyaan kedua.

  • Contoh: Anak mencuri uang ibunya, dua anak sama2 dpt menilai bhw hal itu tak boleh.Tapi dpt juga mereka sangat berbeda dlm memberi alasan mengapa perbuatan itu tak boleh.Yang satu dpt menjawab: hal itu tak boleh, karena saya akan dihukum bilaketahuan, dan yang lain: hal itu tak boleh karena kita hrs menghormati hak milik orang lain.Yg menarik Kohlberg sbg psikolog: bukan terutama penilaian2 moral yg berbeda2, melainkan struktur atau bentuk perbedaan2 itu bersamaan dg perkembangannya.Kohlberg menemukan bhw perkembangan moral seorg anak berlangsung menurut enam tahap atau fase.Tak semua anak berkembang sama cepat, sehingga tahap2 itu tidak dg pasti dpt dikaitkan dg umur tertentu.Tak perlu pula bhw seorg anak seluruhnya berada pada tahap yg tertentu, bisa saja sebagian terbesar ia berada pd suatu tahapan, tapi utk sebagian masih pd tahap sebelumnya dan/atau utk sebagian sudah tahap berikutnya.

  • 2. Enam Tahap dalam Perkembangan Moral

    Menurut Kohlberg, enam tahap (stages) dlm perkembangan moral dpt dikaitkan satu sm lain dlm 3 tingkat (levels), dmk rupa shg setiap tingkat meliputi dua tahap. Tiga tingkat itu berturut turut yaitu: prakonvensional, konvensional dan pascakonvensional.Perkembangan moral tak dimulai bersamaan dg kehidupan seseorg manusia.Kohlberg: selama tahun2 pertama blm terdapat kehidupan moral dlm arti yg sebenarnya.Jika anak kecil dpt membedakan baik atau buruk, hal itu hanya kebetulan terjadi dan jarang sekali perbed seperti itu didasarkan atas norma2 atau kewibawaan moral.Penilaian moral pd anak kecil itu blm memp suatu struktur yg jelas, oleh karena itu dapat dikatakan tiga tingkat tadi didahului oleh suatu periode pramoral.Kohlberg baru mulai penelitiannya pd anak2 berumur sekitar 6 tahun.

  • Kesimpulan Kohlberg ttg Masalah: Dilema2 mencari pemecahan apa yg mereka saksikan disekitarnya, dan mereka hrs menyampaikan keputusan moral mereka sendiri. Kohlberg ingin jawaban:Bagaimana anak2 memecahkan dilema moral itu dan alasan2nya utk membenarkan pemecahan itu.Pertanyaan pertama ingin keputusan moral, sdg pertanyaan ke dua menyangkut struktur dan bentuknya.Hasilnya: perkembangan moral seorang anak berlangsung 6 tahap/fase. Tahap2 tak dikaitkan dg umur ttt.6 tahap dibagi 3 level, setiap tingkat meliputi 2 tahap.Tiga tingkat: Tk prakonvensional, konvensional dan pascakonvensional.

  • TINGKAT TAHAP PERASAAN PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN

    Tk PRA-MORAL TAHHAP 0 0-6 thn Perbed baik/buruk blm didasarkan kewi bawaan atau norma2

    Tk Tahap 1 Takut utk akibat (-) Prakonvensional anak berpegang pd kepa perbuatanperhatian khusus tuhan dan hukuman, ta- utk akibat perbua kut utk kekuasaan dan u tan:HK-an ganja saha menghindari HK-an an, motif2 lahiriah Tahap 2 an partikular anak mendasarkan diri atas egoisme naif yg kdg2 ditandai relasi timbal balik: do ut des.

  • TINGKAT KONVENSIONAL TAHAP 3 Rasa bersalah thd org lain la org berpegang pd keinginan tidak mengikuti tuntutan2 la-perhatian juga utk maksud per dan persetujuan dari org lain hiriah.buatan; memenuhi harapan; mempertahankan ketertiban TAHAP 4 org berpegang pd ketertiban moral dg aturannya sendiri

    TINGKAT PASCAKONVEN TAHAP 5 Penyesalan atau penghu atau TK BERPRINSIP org berpegang pd persetu kuman diri krn tidak me- juan demokratis, kontrak ngikuti pengertian moral-hidup moral adalah tanggung sosial, konsensus bebas nya sendirijawab pribadi atas dasar prin- sip prinsip bathin: maksud dan TAHAP 6akibat2 tidak diabaikan-- motif2 org berpegang pd hati nubathin dan universal rani pribadi, yg ditandai o leh keniscayaan dan univer salitas

  • A. Tingkat Prakonvensional

    Pd tk ini anak mengakui adanya aturan2, serta baik dan buruk mulai mempunyai arti baginya, tapi hal itu semata2 dihubungkan dg reaksi org lain.Penilaian ttg baik buruk perbuatan hanya ditentukan oleh faktor2 dari luar.Motivasi utk penilaian moral thd perbuatan hanya didasarkan atas akibat atau konsekuensi yg dibawakan oleh perilaku sianak: hukuman atau ganjaran, hal yg pahit atau hal yg menyenangkan.Motif2 ini bersifat lahiriah saja dan banyak mengalami perubahan.Pada tk prakonvensional ini dapat dibedakan 2 tahap.

    Tahap 1: Orientasi hukuman dan kepatuhanAnak mendasarkan perbuatannya atas otoritas konkret (org tua, guru) dan atas hukuman yg akan menyusul, bila ia tak patuh.Anak kecil tak akan memukul adiknya, oleh karena dilarang oleh ibunya dan melangar kemauan ibu akan mendapat hukuman.

  • Perspektif sianak adalah egosentris. Ia membatasi diri pd kepentingannya sendiri dan belum memandang kepentingan org lain.Ketakutan akibat perbuatan adalah perasaan dominan yg menyertai motivasi moral ini.Tahap 2: Orientasi relatives instrumental.Perbuatan adalah baik, jika umpama instrumen (alat) dpt memenuhi kebutuhan sendiri dan kadang2 juga kebutuhan org lain.Anak mulai meyadari kepentingan org lain juga, tapi hub antara manusia dianggap spt hub org dipasar: tukar menukar.Hub timbal balik antar manusia adalah suatu masalah: jika kamu mau melakukan sesuatu utk saya, maka saya mau melakukan sesuatu utkmu (do ut des); bukan soal loyalitas (kesetiaan), rasa terima kasihh atau keadilan.

    B. Tingkat KonvensionalPenelitian Kohlberg menunjukan bhw biasanya (tak selalu) anak mulai beralih ke tingkat ini antara umur 10 - 13 thn.

  • Disini perbuatan2 mulai dinilai a/d norma2 umum dan kewajiban serta otoritas dijunjung tinggi. Tingkat ini oleh Kohlberg disebut: konven sional., karena disini anak mulai menyesuaikan (convenire) thd penilaian dan perilakunya dg harapan org lain, atau kode yg berlaku dlm kel. sosnyaMemenuhi harapan keluarga, kelompok atau bangsa dianggap sbg sesuatu yg berharga pd dirinya sendiri, terlepas dari konsekuensi atau akibatnya.Dlm sikap si anak tak hanya menyesuaikan diri dg harapan org2 tertentu atau dg ketertiban sosial, melainkan juga menaruh loyalitas kepadanya dan secara aktif mendukung/membenarkan ketertiban yg berlakuSingkatnya: anak mengidentifikasikan diri dg kelompok sosialnya beserta norma2nya.Tingkat ini juga dua tahap.

  • Tahap 3: Penyesuaian dengan kelompok atau orientasi menjadi anak manis.Anak cenderung mengarahkan diri kepada keinginan serta harapan anggota keluarga atau kelompok lain (sekolah).Perilaku yg baik adalah yg menyenangkan dan membantu org lain serta disetujui oleh mereka.Anak mengambil sikap: saya adalah anak manis (good boy- nice girl), artinya: ia sebagaimana harapan org tua, guru, dsb.Ia ingin bertingkahlaku secara wajar. Artinya menurut norma2 yg berlaku.Jika ia menyimpang dari kelompoknya, ia merasa malu dan bersalah.Dlm hal ini utk pertamakali si anak mulai memperhatikan pentingnya maksud perbuatan.Perbuatan adalah baik asal maksudnya baik. Misalnya: sewaktu membantu ibu cuci piring, ada gelas pecah, dulu dinilai secara moral buruk, krn dpt mendatangkan hukuman. Dlm tahap ke-3 perbuatan itu dianggap baik, karena dibaliknya ada maksud baik.

  • Tahap 4: Orientasi hukum dan ketertiban (law and order).Paham kelompok yg mana anak hrs menyesuaikan diri disini diperluas: dari kelompok akrab (org dikenal oleh anak pribadi) ke kelompok yg lbh abstrak, spt suku bangsa, negara, agama.Tekanan diberikan pd aturan2 tetap, otoritas dan pertahanan ketertiban sosial.Perilaku yg baik adalah melakukan kewajibannya, menghormati otoritas dan mempertahankan ketertiban sosial yg berlaku.Org yg melanggar aturan2 tradisional atau menyimpang dari ketertiban sosial, jelas bersalah.

    C. Tingkat Pasca konvensional.Disebut juga tingkat otonom atau berprinsip (principled level)Hidup moral dipandang sebagi penerimaan tanggung jawab pribadi atas dasar prinsip2 dianut dlm bathin.Norma2 yg ditemukan dlm masyarakat tidak dg sendirinya berlaku, tapi harus dinilai atas dasar prinsip2 yg mekar dari kebebasan pribadi.

  • Org muda mulai menyadari bhw kelompoknya tidak selamanya benar.Menjadi anggota kelompok tidak menghindari bhw kdg kala ia harus berani mengambil sikap sendiri. Tingkat ini mempunyai dua tahap.Tahap 5: Orientasi kontrak sosial legalistik.Disini disadari relativisme nilai2 dan pendapat2 pribadi dan kebutuhan akan usha2 utk mencapai konsensus.Disamping yg disetujui dg cara demokratis, baik buruknya bergantung pd niali2 dan pendapat2 pribadi.Segi hukum ditekankan, tapi diperhatikan secara khusus kemungkinan utk mengubah hukum, asal hal itu utk kegunaan sosial (berbeda pandangan kaku law and order tahap 4).Selain bidang hukum, persetujuan bebas dan perjanjian adalah unsur pengikat bagi kewajiban.Suatu janji harus ditepati, meskipun merugi.

  • Tahap 6: Orientasi prinsip etika yang universal.Disini org mengatur tingkahlaku dan penilaian moralnya berdasarkan hati nurani pribadi.Yg mencolok adalah bahwa prinsip2 etis dan hati nurani berlaku secara universal.Pd dasarnya prinsip2 ini menyangkut: keadilan, kesediaan membantu satu sm lain, persamaan hak manusia dan hormat utk martabat manusia sbg pribadi.Org yg melanggar prinsip2 hati nurani akan mengalami penyesalan yg mendalam (remorse).Ia mengutuk dirinya, krn tak mengikuti keyakinan moralnya sendiri.Menurut Kohlberg penelitiannya: tlh menunjukan bhw hanya sedikit org mencapai tahap ke 6 ini.Spy lbh mudah ditangkap : perkembangan moral menurut penelitian ini dpt disingkatkan dalam bagan di atas.

  • 3. BEBERAPA CIRI KHAS PERKEMBANGAN MORAL.Penelitian Kohlberg menandai:Sifat pertama bhw perkembangan tahap2 selalu berlangsung dg cara yg sama, dlm arti: si anak mulai dg tahap pertama, lalu pidah ke tahap ke-2 dst.Semua tahap hrs dijalani menurut urutan itu.Disini tak mungkin meloncat2. Sebagaimana anak kecil sebelum berjalan merangkak dulu, begitu juga tahap perkembangan moral.Tapi masih berlaku apa yg dikatakan lebih dulu, tak perlu seorg anak utk seluruh perilaku moralnya berada dlm suatu tahapan tertentu.Bisa saja secara dominan ia berada dlm suatu tahap, tapi sebagian masih pada tahap sebelumnya atau sudah pada tahap berikutnya.Sifat Kedua: bhw org hanya dpt mengerti penalaran moral satu tahap dia ats tahap yg mana ia berada.Jadi seorg anak pd tahap ke-2 sama sekali tidak mengerti penalaran moral dari mereka yg berada pd tahap ke-4 ke atas.Kenyataan ini sangat berguna diketahui dlm rangka pendidikan moral.

  • Sifat ketiga : Bhw org secara kognitif merasa tertarik pd cara berfikir satu tahap dia ats tahapannya sendiri, sebab, krn cara berfikir tahap berikutnya dpt memecahkan dengan memuaskan dilema moral yg dialami.Contoh: bila anak ingin seluruh kue, sedangkan kakaknya ingin seluruh kue, maka ia merasa tertarik pd ide utk membagikannya, yg merupakan berfikir dari tahap > tinggi. Cara in baik, bila dg kekerasaan ia kalah.Sifat ke -3 ini memp konsekuensi pendidikan moral. Kohlberg berpendapat seorg anak dlm perkembangan moralnya aakan bertumbuh lbh baik, jika mendapat tantangan dari anak2 > tua yg lbh maju dlm perkembangannya.Krn itu pendidikan moral dlm kelompok anak2 yg seumur tak begitu menguntungkan.

  • Sifat ke empat: Bhw perkembvangan dari satu tahap ke tahap berikutnya terjadi bila dialami ketidak seimbangan kognitif dlm penilaian moral, artinya: org sudah tak melihat jalan keluar utkk menyelesaikan massalah atau dilema moral yg terjadi.Jika situasi demikian rupa shg tak ada penyelesaian yg memadai, maka ia akan menyelesaikan yg lain, sebaliknya jika tak dialami ketidak seimbangan, tak ada alasan juga utk berkembang.Contoh kue., bila kaka mau ia lebih besar dan kuat, ia mendapat kue dg memaksa padangan egoistnya, jika ia menempatkan diri pd pihak adiknya, ia akan menyadari bhw ia hrs meninjau kembali pandangan egoisnya.Pandangan moral bisa maju karena ketidak seimbangan tsb.Menurut Kohlberg dari sudut psikologis tahap ke-6: paling tinggi dan sempurna. Menurut isinya merupakan puncak perkembangan moral.Bila melihat bentuknya saja: hrs ditarik kesimpulan yg sama, jadi tahap ke-6: merupakan tujuan pendidikan moral, biarpun pd kenyataannya hanya sedikit org mencapai tahap ini.

  • ETIKA DAN ETIKET

    Seperti etika dan moral, istilah ini juga sering rancu/dicampuradukan.Etika = moral dan Etiket = sopan santun dan arti lain: kertas di botol = label.Persamaan Etika dan Etiket1. Menyangkut perilaku manusia2. Mengatur perilaku man secara normatif, artinya memberi norma pd perilaku man, ahlaq yg hrs/boleh dilakukan dan yg tidak.Perbedaan Etika dan Etiket1. Menyangkut cara perbuatan, sdg etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh ya atau tidak

  • lanjutan2. Etiket hanya berlaku dlm pergaulan. Etika tak tgt kehadiran org lain, mis. Larangan mencuri tetap berlaku ada org/tidak.3. Etiket bersifat relatif. Dianggap sopan dlm suatu kebudayaan, dilain budaya tidak sopan.4. Etiket memandang man secara lahiriah, sdgkan etika menyangkut pula dari segi dlm, contoh: musang berbulu ayam..

  • ETIKA: Ilmu tentang moralitas, di bagi menjadi 3 bagian: E. Deskriptif, Normatif dan Meta-etika.

    ETIKA DESKRIPTIF

    Melukiskan tingkahlaku moral dlm arti luas: adat kebiasaan, anggapan baik/buruk, boleh/tidak boleh.Mempelajari moralitas yg terdpt pd individu2 ttt, kebudayaan2 dan subkultur ttt dlm periode sejarah, dsb.Hanya melukiskan, tak memberi penilaian.Skrg dijalankan oleh ilmu2 sosial: antropologi budaya, psikologi, sosiologi, sejarah,dsb.E.diskriptif dan Etika dlm filosofis tak dpt disetarakan, namun ada hub erat.

  • ETIKA NORMATIF:Ikut menilai perilaku man, sdgkan e.deskriptif hanya penonton.Ia tak lagi melukiskan, tapi dpt menolak, mis., krn bertentangan dg martabat manusia.Dpt bicara masalah norma2, mis., tabu yg terdpt dimasyarakat ttt (primitif).Pada dasarrnya E. normatif bertujuan merumuskan prinsip2 etis yg dpt dipertanggungjawabkan dg cara rasional dan dpt digunakan dlm praktek.E.N dibagi dua: Etika umum dan Etika khusus.E.umum: memandang tema2 umum spt: Apa itu norma etis.(NE) Bila ada banyak NE bgm hub-nya?

  • Mengapa norma moral mengikat kita ?. Bgm hub tanggungjawab man dan kebebasannya ?. Hal di atas dpt menjadi objek penyelidikan etika umum.E.khusus: berusaha menerapkan prinsip2 etis yg umum atas wilayah perilaku man. Premis normatif dikaitkan dg premis faktual. Skrg dis: Etika Terapan (Applied ethics)c. MetaetikaAwalan meta (Yunani) = melebihi, melampaui. Istilah ini membaha bukanlah moralitas secara lgs, tapi ucapan 2 di bidang moralitas.Moralitas tak secara lgs, melainkan melalui ucapan2. Metaetika dianggap lbh tinggi perilaku etis,yaitu pd taraf bahas etis.

  • - Mempelajari logika khusus dari ucapan2 etis- George Moore (1873-1958) filsuf UK membuat buku dg ana lisis kata yg sgt penting dlm konteks etika yaitu dg kata ?, - Baik. Ia tak bertanya apakah tingkah laku ttt dis. baik? Konkretnya: apakah menjadi donor organ baik ? Bagaimana kalau organ tbh dijual ?.

    PERANAN ETIKA DI DUNIA MODERNSetiap masyarakat mengenal nilai & Norma etis.Masy. homogen dan tertutup (trad): nilai2 dan norma2 prakktis tak pernah dipersoalkan.Nilai2 & norma2 etis umumnya tinggal implisit saja., setiap saat dpt menjadi eksplisit.

  • Banyak nilai & norma etis berasal dari agama, kebudayaan yg tak terlepas dari agama.Jika memandang dunia modern ada 3 hal yg menonjol:1. Adanya pluralisme moral dlm masy. yg berbeda kita lihat nilai & norma yg berbeda (bahkan masy yg sama dpt pula nilai & norma berbeda. 2. Adanya masalah etis yg baru, t.u perkembangan pesat dari iptekdok, khususnya ilmu2 biomed. Masalah yg plg berat adl manipulasi genetis., khususnya manipulasi dg gen2 man ---> reproduksi artifisial.3. Dlm masy modern adanya keperdulian etis yg universal, contoh: Dekl. Universal ttg HAM yg diproklamasikan oleh PBB 10-12-1948.

  • Situasi moral dlm dunia modern mengajak mendalami etika.Pluralisme moral t.u disebabkan krn adanya komunikasi yg sgt cepat. Dulu Columbus (1492) penemu benua AS, baru dpt diketahui 5 bln kmd oleh raja Spanyol. A.Lincoln (1865) terbunuh baru diketahui stlh 12 hr kmd.Skrg (modern): adanya mass media elektronik dan surat kabar, lbh2 dg adanya internet. Ini berarti adanya pertukaran nilai & moral yg cepat di seluruh dunia.

  • HATI NURANIContoh: Vonis hakim, sehari seblmnya di iming2i sesuatu. Bagaimana vonisnya?

    KESADARAN DAN HATI NURANI (HN):HN dimaksudkan penghayatan ttg baik atau buruk berhub dg tingkah laku konkret.HN memerintahkan atau melarang utk situasi kini dan disini. Tidak bicara ttg umum, tapi konkret/nyata.Berkaitan erat dg kenyataan bhw man memp kesadaran, krn hanya man memp. Kesadaran.Untuk menunjukkan kesadaran ada istilah: conscientia, asal kata scire (mengetahui) dan con (bersama dg, turut), seluruh artinya: turut mengetahui.Bukan saja man melakukan perbuatan yg bersifat moral...

  • (baik atau buruk), tapi juga turut mengetahui. HN merupakan saksi ttg perbuatan2 moral kita diungkap jelas dlm bah. Latin : conscientia.HATI NURANI : RETROSPEKTIF DAN PROSPEKTIFHN Retrospektif:Memberikan penilaian ttg perbuatan2 yg tlh berlangsung di masa lampau.Seakan2 menengok ke blk, dan menilai perbuatan2 yg sdh lewat.Menuduh atau mencela perbuatan jelek atau sebaliknya, bila perbuatan dianggap baik.Merupakan instansi kehakiman.Bila HN menuduh atau menghukum: batin akan gelisah...

  • dan dpt dikatakan memp: a bad conscience atau sebaliknay a good conscience atau a clear conscience.Bila dlm kead bad conscience, kata filsuf itu adl fenomena yg plg mendasar, HN dlm arti sebenarnya.Hannah Arendt (1906-1975) HN tenang, artinya HN tak gelisah--> HN yg menilai tindakan negatif ( mengecam dan mencela) berarti bebas dari tuduhan.

    HN ProspektifMelihat ke masa depan dan menilai perbuatan2 yad.HN mengajak melakukan sesuatu, tapi lbh bersifat: jangan dan melarang melakukan sesuatu. Aspek (-) menonjol.

  • LanjutanKesimpulan: HN t.u berbicara dlm perbuatan itu sendiri pd saat dilakukanHN BERSIFAT PERSONAL DAN ADIPERSONALHN Personal: Selalu berkaitan erat dg pribadi ybs. Norma2 & cita2 diterima dlm hidup se-hari2 se-olah2 melekat pd pribadi yg akan tampak pd ucapan2 HN.Pengalaman hidup sbg seorang setengah baya HN bercorak lain d/p waktu remaja.HN bicara ttg dirinya saja, jadi mustahil seseorg mengatakan: HN saya mengatakan bahwa anda tidak boleh melakukan itu.HN tak memberikan penilaian ttg perbuatan org lain.

  • .Ungkapan spt HN bangsa memang kiasan, krn sifatnya pribadi bukan kolektifHN ADIPERSONALSelain bersifat pribadi, HN juga seolah2 melebihi pribadi dan merupakan instansi diatas kita.HN berarti hati yg diterangi (nur=cahaya). Dlm pengalaman HN se-olah2 ada cahaya dari luar yg menerangi hati kita., dan ini berkembang menjadi istilah: kata hati, suara hati dan kata batin.Thd HN, se-olah2 kita menjadi pendengar, membuka diri dari suara yg datang dari luar. Bagi org beragama: HN adalah suara Tuhan atau Tuhan bicara melalui HN, bila hal

  • hal ini betul2 yakin,maka ia hrs berbuat spt itu. Bila tak dituruti, ia melanggar diri sendiri atau melanggar perintah Tuhan.Masalah yg timbul, blm ada yg lbh jelas utk menghayati hub erat antara moralitas dan agama d/p pengalaman HN.Adalah naif bila org berfikir bhw melalui HN Tuhan berbisik dlm batin kitadan bukan saja anggapan itu naif, tapi sgt berbahaya.

    HN SBG NORMA MORAL YG SUBYEKTIFDlm filsafat sering dipersoalkan apakah HN termasuk perasaan, kehendak atau rasio ?A/d tsb,maka persoalan tidak boleh dirumuskan dg cara begitu. Manusia tak dpt dipisahkan dari berbagai fungsi

  • dan daya. Manusia hrs seutuhnya.HN memainkan peran baik perasan, kehendak maupun rasio. Dlm filsafat ada tendensi bhw HN hrs dikaitkan dg rasio, Alasannya krn HN memberi penilaian, artinya suatu putusan (judgment) : jelasnya ini baik, hrs dilakukan dan buruk tak boleh dilakukan.RASIORasio dibagi menjadi dua bag: 1. Rasio teoritis dan 2. Rasio praktis.Rasio teoritis akan menjawab pertanyaan: apa yg dpt saya ketahui ?, atau juga: bgm pengetahuan saya diperluas ?Dg dmk rasio dlm arti ini merupakan sumber pengetahuan terarah pd tingkahlaku man.Rasio praktis: memberi jawaban atas pertanyaan: apa yg ..

  • apa yg hrs lakukan ?---> rasio praktis memberikan penyuluhan pd perbuatan2 kita.Rasio teoritis bersifat abstrak, sedang rasio praktis konkret.Biarpun putusan HN bersifat rasional, itu blm/tidak berarti suatu penalaran logis (reasoning). Ucapan HN umumnya bersifat intuitif, artinya lgs menyatakan: ini baik atau terpuji atau itu buruk/tercela. Pemikiran intuitif berlangsung sbg tembakan.

    PEMBINAAN HATI NURANIBersifat subyektif, maka tak sedikit filsuf curiga ttg ajaran tradisional HN, t.u filsuf2 yg dipengaruhi oleh cara ...

  • Berfikir empiris. Krn subyektif itu, mereka tegaskan HN mudah dislahgunakan.Kita tak dpt melihat HN org lain, kita hanya tahu pasti HN kita sendiri. Problem moral adalah sulit dan kompleks, adanya moral insanity: kelainan jiwa yg membuat org buta di bidang etis.HN hrs dididik, spt juga akal budi.Pendidikan HN bersama dg pendidikan moral jauh lbh kompleks .Tempat yg baik pendidikan moral adalah keluarga, bukan sekolah !!!. Pendidikan HN hrs dijalankan dmk rupa shg si anak menyadari tanggungjawabnya sendiri.

  • Dalam hal ini Madinier: kekuatan para ortu dan pengasuh lainnya yg ia sendiri patuh juga.Pendidikan moral tidak mungkin berhasil, jika para pendidik tidak menjadi panutan dlm memenuhi hukum moral.Contoh yg baik: memberi dinamika khas ke seluruh proses pendideikan. HN tak membutiuhkan sist. pendidikan frormal., malah lbh baik berlgs dlm rangka pendidikan informal, yaitu keluarga.