Etica AKPER PEMKAB MUNA

21
makalah informed choice BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukan bahwa wanita ingin membuat pilihan kalau diberikan informasi yang cukup dan justru para bidan yang enggan memberikan informasi yang lengkap agar wanita dapat membuat keputusan. Wanita dengan pendidikan tinggi dapat membuat pilihan karena banyak membaca atau mempunyai bekal untuk membuat keputusan, tetapi untuk sebagian besar masih sulit karena berbagai alasan, misalnya alasan social ekonomi, kurangnya pendidikan dan pemahaman masalah kesehatan, kesulitan bahasa dan pemahaman system kesehatan yang tersedia. Maka dari itu kami mengambil judul “INFORMED CHOICE” agar ibu dapat menentukan pilihannya sesuai kebutuhan berdasarkan informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan termasuk bidan. B. Rumusan masalah a. Apa pengertian informed choice? b. Apa perbedaan informed choice dengan informed consent? c. Bagaiman rekomendasi yang dianjurkan bagi bidan dalam peningkatan informed choice? d. Bentuk pilihan apa saja yang ada dalam asuhan kebidanan? C. Tujuan a. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai informed choice. b. Untuk mengetahui dan memahami pentingnya informed choice dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien. D. Kegunaan Makalah Makalah ini memberikan informasi tentang bagaimana pentingnya informed choice E. Metode penulisan

Transcript of Etica AKPER PEMKAB MUNA

Page 1: Etica AKPER PEMKAB MUNA

makalah informed choice

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukan bahwa wanita ingin membuat

pilihan kalau diberikan informasi yang cukup dan justru para bidan yang enggan memberikan

informasi yang lengkap agar wanita dapat membuat keputusan. Wanita dengan pendidikan tinggi

dapat membuat pilihan karena banyak membaca atau mempunyai bekal untuk membuat keputusan,

tetapi untuk sebagian besar masih sulit karena berbagai alasan, misalnya alasan social ekonomi,

kurangnya pendidikan dan pemahaman masalah kesehatan, kesulitan bahasa dan pemahaman

system kesehatan yang tersedia. Maka dari itu kami mengambil judul “INFORMED CHOICE” agar

ibu dapat menentukan pilihannya sesuai kebutuhan berdasarkan informasi yang diberikan oleh

petugas kesehatan termasuk bidan.

B. Rumusan masalah

a. Apa pengertian informed choice?

b. Apa perbedaan informed choice dengan informed consent?

c. Bagaiman rekomendasi yang dianjurkan bagi bidan dalam peningkatan informed

choice?

d. Bentuk pilihan apa saja yang ada dalam asuhan kebidanan?

C. Tujuan

a. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai informed choice.

b. Untuk mengetahui dan memahami pentingnya informed choice dalam memberikan

asuhan kebidanan kepada klien.

D. Kegunaan Makalah

Makalah ini memberikan informasi tentang bagaimana pentingnya informed choice

E. Metode penulisan

Page 2: Etica AKPER PEMKAB MUNA

Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah metode studi kepustakaan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Informed Choice

pengertian informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang

alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik internasional bidan yang dinyatakan

oleh ICM tahun 1993 bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan

dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab terhadap hasil dari pilihannya. Definisi

informasi dalam konteks ini adalah meliputi: informasi yang lengkap sudah diberikan dan dipahami

ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan, dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya.

Hak dan keinginan wanita harus dihormati, tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih

asuhannya.

Dari riwayat yang sudah lama berlangsung, petugas kesehatan termasuk bidan sungkan baik

untuk membagikan informasi maupun membuat keputusan bersama dengan klien. Ini bertentangan

Page 3: Etica AKPER PEMKAB MUNA

dengan aspek hukum dan untuk sikap profesionalisme yang wajib dan bersusah payah untuk

menjelaskan kepada klien semua kemungkinan pilihan tindakan dan hasil yang diharapkan dari

setiap pilihannya.

Di negara manapun ada hambatan dalam memberdayakan wanita mengenai pelaksanaan

informed choice ini, misalnya sangat kurang informasi yang diperoleh ketika wanita mulai hamil

dan ada prasangka bahwa wanita sendiri enggan menggambil tanggung jawab untuk membuat

keputusan yang sulit dalam kehamilan maupun persalinan. Dari hasil penelitian yang pernah

dilakukan menunjukan bahwa wanita ingin membuat pilihan kalau diberikan informasi yang cukup

dan justru para bidan yang enggan memberikan informasi yang lengkap agar wanita dapat membuat

keputusan. Wanita dengan pendidikan tinggi dapat membuat pilihan karena banyak membaca atau

mempunyai bekal untuk membuat keputusan, tetapi untuk sebagian besar masih sulit karena

berbagai alasan, misalnya alasan social ekonomi, kurangnya pendidikan dan pemahaman masalah

kesehatan, kesulitan bahasa dan pemahaman system kesehatan yang tersedia.

Sebagai seorang bidan dalam memberikan inform choise kepada klien harus:

Memperlakukan klien dengan baik.

Berinteraksi dengan nyaman

Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan.

Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan

kondisinya.

B. Perbedaan Pilihan (choice) dengan Persetujuan (consent)

1. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan

dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan

dilakukan bidan.

2. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan

kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya

dan merupakan aspek otonomi pribadi menentukan pilihannya sendiri.

Choice berarti ada alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien mengerti

perbedaannya sehinggga dia dapat menentukan mana yang disukai atau sesuai

dengan kebutuhannya.

C. Rekomendasi yang Dianjurkan untuk Bidan

Page 4: Etica AKPER PEMKAB MUNA

1. Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam berbagai

aspek agar dapat membuat keputusan klinisdan secara teoritis agar dapat memberikan

pelayanan yang aman dan memuaskan kliennya.

2. Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam bentuk yang dapat

dimengerti oleh si wanita dengan menggunakan media alternative dan penterjemah kalau

perlu, begitu juga tatap muka langsung.

3. Bidan dan petugas kesehatan lain perlu belajar untuk membantu wanita melatih diri

dalam menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab untuk keputusan yang

mereka ambil sendiri. Ini tidak hanya dapat diterima secara etika tetapi juga melegakan

para profesional kesehatan. Memberikan jaminan bahwa para petugas kesehatan sudah

memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan bahwa wanita itu sudah diberikan

informasi yang lengkap tentang implikasi dari keputusan mereka dan mereka telah

memenuhi tanggung jawab moral mereka.

4. Dengan memfokuskan asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan fakta,

diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin.

5. Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan untuk

saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra dengan

wanita dari system asuhan dan suatu tekanan positif terhadap perubahan.

D. Bentuk Pilihan yang Ada dalam Asuhan Kebidanan

Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien, antara lain:

1. Gaya bentuk pemeriksaan ANC dan pemeriksaan laboratorium atau screening

antenatal.

2. Tempat melahirkan

3. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan

4. Pendampingan waktu melahirkan

5. Klisma dan cukur daerah pubis

6. Metoda monitor denyut jantung janin

7. Percepatan persalinan atau augmentasi

8. Diet selama proses persalinan

9. Mobilisasi selama proses persalinan

10. Pemakaian obat penghilang rasa sakit

11. Pemecahan ketuban

12. Posisi ketika melahirkan

13. Episiotomi

Page 5: Etica AKPER PEMKAB MUNA

14. Penolong persalinan

15. Keterlibatan suami waktu bersalin/kelahiran.

16. Pemotongan tali pusat

17. Metode kontrasepsi

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan, misalnya tentang metode kontrasepsi

yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang paling sesuai dengan dirinya /

keluarganya. Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan pemberian informasi yang obyektif,

akurat dan mudah dimengerti oleh klien. Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari

berbagai alternatif yang tersedia.

Bidan harus memberikan pilihan kepada klien tanpa bersifat otoriter, karena klien mempunyai

hak untuk menentukan pilihannya dari informasi yang telah diperoleh dari bidan tentang segi

positif dan negatif pilihannya yang sesuai dengan kondisinya dan tindakan apa yang akan

dilaksanakan. Pemberian informasi yang jelas akan membantu klien membuat pilihan sendiri yang

sesuai dan memahami tujuan dan risiko prosedur klinik terpilih.

proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien dan petugas untuk membantu klien

mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai

dengan kondisi yang sedang dihadapi.

B. SARAN

Demi memajukan keterampilan dan pengetahuan seorang bidan, harus terus meningkatkan

pengetahuan dan keterampilannya dalam berbagai aspek agar dapat membuat keputusan klinisdan

secara teoritis agar dapat memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan kliennya. Maka

informed choice harus di berikan kepada klien sebagai suatu pilihan untuk klien.

Page 6: Etica AKPER PEMKAB MUNA

• MENGHADAPI MASALAH ETIK MORAL DAN DILEMA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN A. Masalah Etik Moral dan Dilema dalam Praktik Kebidanan Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan dengan baik tidak hanya dibutuhkan pengetahuan klinik yang baik, serta pengetahuan yang up to date, tetapi bidan juga harus mempunyai pemahaman isu etik dalam pelayanan kebidanan . menurut Daryl Koehn dalam The Ground of professional ethics, 1994 bahwa bidan dikatakan professional , bila menerapkan etika dalam menjalankan praktik kebidanan. Dengan memahami peran sebagai bidan, akan mendapatkan tanggung jawab profesionalisnya kepada pasien atau klien. Bidan berada pada posisi yang baik, yaitu menfasilitasi pilihan klien dan membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etik untuk menerapkan dalam strategi praktik kebidanan.

• B. INFORMED CHOICE Informed choice adalah membuat pilihan setelah menjelaskan pendapat setelah mendapatkan penjelasan tentang alternative asuhan yang akan dialaminya. Informasi dalam konteks ini : informasi yang lengkap sudah diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman risiko, manfaat, keuntungan, kemungkinan hasil dari tiap pilihannya.

•• Perbedaan pilihan (choice) dengan persetujuan (consent) : 1. Pilihan atau choice penting dari

sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan merupakan aspek otonomi pribadi menentukkan pilihannya sendiri. Choice berarti ada alternative lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien mengerti perbedaannya sehingga dia dapat menentukkan mana yang disukai atau sesuai dengan kebutuhannya.

• 2. 2. Persetujuan (consent) penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan bidan.

•• Jenis-jenis Pelayanan yang dapat dipilih oleh pasien antara lain : 1. Bentuk pemeriksaan

ANC dan screening laboratorium ANC. 2. Tempat melahirkan. 3. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan. 4. didampingi waktu melahirkan. 5. Metoda monitor DJJ. 6. Argumentasi, stimulasi, induksi. 7. Mobilisasi atau posisi saat persalinan. 8. Pemakaian analgesia. 9. Episiotomi. 10. Pemecahan ketuban. 11. Penolong persalinan. 12. Keterlibatan suami pada waktu melahirkan. 13. Tekhnik pemberian minuman pada bayi. 14. Metode kontrasepsi.

•• C. INFORMED CONSENT Menurut Culver and Gert, ada empat komponen yang harus

dipahami pada suatu consent atau persetujuan : 1. Suka rela (voluntariness) suka rela mengandung makna bahwa pilihan yang dibuat adalah atas dasar sukarela tanpa ada unsur paksaan didasari informasi dan kompetensi. Sehingga pelaksanaan sukarela harus memenuhi unsur informasi yang diberikan sejelas-jelasnya. 2. Informasi (information) Jika pasien tidak tahu, sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan. Dalam berbagai kode etik pelayanan kesehatan bahwa informasi yang lengkap dibutuhkan agar mampu membuat keputusan yang tepat. Kurangnya informasi atau diskusi tentang risiko, efek samping tindakan, akan membuat pasien sulit mengambil keputusan, bahkan ada rasa cemas dan bingung. 3. Kompetensi (competence) Dalam konteks kompetensi bermakna suatu pemahaman bahwa seseorang membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan dengan tepat, juga membutuhkan banyak informasi. 4. Keputusan (Decision) Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana merupakan persetujuan tanpa refleksi. Pembuatan keputusan merupakan tahap terakhir proses pemberian persetujuan. Keputusan penolakan pasien terhadap suatu tindakan harus divalidasi lagi apakah karena pasien kurang kompetensi. Jika pasien menerima suatu tindakan, beritahulah juga prosedur tindakan dan buatlah senyaman mungkin. Apakah Informed Consent? 1. Persetujuan yang diberikan pasien atau wilayahnya yang berhak terhadap bidan, untuk melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien setelah memperoleh informasi lengkap dan dipahami mengenai

Page 7: Etica AKPER PEMKAB MUNA

tindakan yang akan dilakukan. 2. Informed consent merupakan suatu proses. 3. Secara hukum informed consent berlaku sejak tahun 1981, PP No. 8 Tahun 1981. 4. Informed consent bukan hanya suatu formulir atau selembar kertas, tetapi bukti jaminan informed consent telah terjadi. 5. Merupakan dialog antara bidan dengan pasien didasari keterbukaan akal pikiran, dengan bentuk birokratisasi penandatanganan formulir. 6. Informed consent berarti pernyataan kesediaan atau pernyataan penolakan setelah mendapat informasi secukupnya sehingga yang diberi

• 4. informasi sudah cukup mengerti akan segala akibat dari tindakan yang akan dilakukan terhadapnya sebelum ia mengambil keputusan. 7. Berperan dalam mencegah konflik etik tetapi tidak mengatasi masalah etik, tuntutan, pada intinya adalah bidan harus berbuat yang terbaik bagi pasien atau klien. Informed consent mempunyai dua dimensi, yaitu sebagai berikut : 1. Dimensi hukum ,merupakan perlindungan pasien terhadap bidan yang berprilaku memaksakan kehendak, memuat: a. Keterbukaan informasi antara bidan dan pasien b. Informasi yang diberikan harus dimengerti pasien c. Memberi kesempatan pasien untuk memperoleh yang terbaik 2. Dimensi etik, mengandung nilai-nilai: a. Menghargai otonomi pasien b. Tidak melakukan interfensi melainkan membantu pasien bila diminta atau dibutuhkan c. Bidan menggali keinginan pasien baik secara subjektif atau hasil pemikiran rasional. Menurut KUHP pasal 1320 tentang syarat syahnya perjanjian atau consent adalah : 1. adanya kata sepakat, sepakat dari pihak tanpa paksaan, tipuaan maupun kekeliruan. 2. kecakapan yaitu seseorang memiliki kecakapan memberikan persetujuan, jika orang itu mampu melakukan tindakan hukum , dewasa dan tidak gila. 3. suatu hal tertentu, yaitu objek dalam persetujuan antara bidan dan pasien harus disebutkan dengan jelas dan terinci. 4. suatu sebab yang halal , maksudnya adalah isi persetujuan tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, tata tertb, kesusilaan norma dan hukum.

• 5. Skema informed consent• PASIEN BIDAN INFORMASI KEPUTUSAN CONSENT MENOLAK TTD FORM

PERSETUJUAN MENOLAK TTD FORM PERSETUJUAN • 6. Skema informed consent PASIEN BIDAN INFORMASI KEPUTUSAN CONSENT

MENOLAK TTD FORM PERSETUJUAN MENOLAK TTD FORM PERSETUJUAN

Page 8: Etica AKPER PEMKAB MUNA

2

MASALAH ETIK MORAL YANG MUNGKIN TERJADI DALAM PRAKTIK KEBIDANANPosted by sucibamz010510 on December 4, 2012 in Uncategorized | ∞

A. MASALAH ETIK/MORAL YANG MUNGKIN TERJADI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

•Pengendalian Kesuburan

Pelaksanaan kontrasepsi mantap (kontap) pada perempuan harus melalui proses konseling yang hati-hati, sehingga merupakan keputusan melalui pilihan yang matang yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi kesehatan, etik, dan agama dari pasangan yang bersangkutan.

Oleh karena itu, dampak kontap tidak hanya pada individu melainkan pada pasangan suami istri dan mungkin juga pada keluarga besar kedua pihak, sehingga diperlukan konseling yang hati-hati.

Masalah Aborsi

Bidan hendaknya menyikapi dengan arif agar tidak terjebak dalam pertentangan tajam antara aliran Pro-Life dan aliran Pro-Choice.

� b. Teknologi Reproduksi Berbantu

penanganan terhadap gamet (sel telur, spermatozoa) atau embrio sebagai upaya untuk memperoleh kehamilan dari pasangan suami istri, apabila cara-cara alami atau teknik kedokteran konvensional tidak memperoleh hasil.

c. INFORMED CHOICE

¢Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang alternative asuhan yang akan dialaminya.¢Menurut kode etik bidan internasional tahun 1993,”bidan harus menghormati hak informed choice ibu dan meningkatkan penerimaan ibu tentang pilihan dalam asuhan dan tanggung jawabnya tentang hasil dari piliahnnya”*Informasi yang diberikan kepada ibu, tentang pemahaman resiko,manfaat,keuntungan,dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya.* Tetapi sebagian besar wanita masih sulit untuk membuat keputusan karena alasan social,ekonomi,kurangnya pendidikan,dan pemahaman masalah kesehatan.kesulitan bahasa,dan pehamanan system kesehatan yang tersedia dll.D. INFORMED CONSENT

Tindakan medic yang dilakukan bidan,hasilnya penuh dengan ketidakpastian dan unpredictable(tidak dapat diperhitungkan secara metematik),sebab dipengaruhi oleh factor-faktor lain yang lain berada di luar kekuasaan bidan.

Page 9: Etica AKPER PEMKAB MUNA

Istilah consent adalah dari bahasa latin yaitu consensio. Kemudian di dalam bahasa Inggris menjadi consent yang berarti persetujuan izin, memberi izin kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.

Menurut Culver and Gert, ada 4 komponen yang harus dipahami pada suatu consent/persetujuan :

1.Sukarela (voluntariness)2.Informasi (information)3.Kompetensi (competence)4.Keputusan (decision)Perbedaan pilihan (choice) dan persetujuan (consent)

1. Pilihan (choice) penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan kebidanan yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan merupakan aspek otonomi pribadi menentukan “pilihannya sendiri”.

2. Persetujuan (consent) penting dari sudut pandang bidan karena berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan bidan

Page 10: Etica AKPER PEMKAB MUNA

Pengambilan Keputusan Dalam Menghadapi Dilema Etik / Moral Dalam Pelayanan Kebidanan Dan Aspek Hukum Dalam Praktek Kebidanan

Pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etik / moral dalam pelayanan kebidanan

a. Teori pengambilan keputusan

Teori – teori pengambilan keputusan

• Teori Utilitarisme

Teori utilitarisme mengutamakan adanya konsekuensi kepercayaan adanya kegunaan. Dipercaya

bahwa semua manusia mempunyai perasaan menyenangkan dan perasaan sakit. Ketika keputusan

dibuat seharusnya memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan ketidaksenangan. Prinsip umum

dari utilitarisme adalah didasarkan bahwa tindakan moral menghasilkan kebahagiaan yang besar

bila menghasilkan jumlah atau angka yang besar . Ada 2 bentuk teori utilitarisme :

a) Utilitarisme berdasarkan tindakan

Setiap tindakan ditujukan untuk keuntungan yang akan menghasilkan hasil

atau tindakan yang lebih besar.

b) Ultilitarisme berdasarkan aturan

Modifikasi antara utilitarisme tindakan dan aturan moral, aturan yang baik

akan menghasilkan keuntungan yang maksimal.

• Teori Deontology

Menurut Immanuel Kant: sesuatu dikatakan baik dalam arti sesungguhnya adalah kehendak

yang baik, kesehatan, kekayaan, kepandaian adalah baik. Jika digunakan dengan baik oleh

kehendak manusia, tetapi jika digunakan dengan kehendak yang jahat akan menjadi jelek sekali.

Kehendak menjadi baik jika bertindak karena kewajiban . Kalau seseorang bertindak karena motif

tertentu atau keinginan tertentu berarti disebut tindakan yang tidak baik. Bertindak sesuai kewajiban

disebut legalitas. Menurut W.D Ross (1877-1971) setiap manusia mempunyai intuisi akan

kewajiban. Semua kewajiban berlaku langsung pada diri kita. Kewajiban untuk mengatakan

kebenaran merupakan kewajiban utama termasuk kewajiban kesetiaan, ganti rugi, terima kasih,

keadilan dan berbuat baik.

Contoh : bila berjanji harus ditepati, bila meminjam harus dikembalikan. Dengan memahami

kewajiban akan terhindar dari keputusan yang menimbulkan konflik atau dilema.

• Teori Hedonisme

Menurut Aristippos (433-355 SM) sesuai kodratnya setiap manusia mencari kesenangan dan

menghindari ketidaksenangan. Akan tetapi, ada batas untuk mencari kesenangan. Hal yang penting

adalah menggunakan kesenangan dengan baik dan tidak terbawa oleh kesenangan. Menurut

Page 11: Etica AKPER PEMKAB MUNA

epikuros(341-270 SM) dalam menilai kesenangan (hedone) tidak hanya kesenangan indrawi tetapi

kebebasan dan rasa nyeri, kebebasan dari keresahan jiwa juga. Apa tujuan terakhir dari kehidupan

manusia adalah kesenangan. Menurut john locke (1632-1704), kita sebut baik bila meningkatkan

kesenangan dan sebaliknya dinamakan jahat kalau mengurangi kesenangan atau menimbulkan

ketidaksenangan.

• Teori Eudemonisme

Menurut Filosof Yunani Aristoteles (384-322 SM) , bahwa dalam setiap kegiatannya manusia

mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita. Seringkali kita mencari tujuan

untuk mencapai suatu tujuan yang lain lagi. Semua orang akan menyetujui bahwa tujuan terakhir

hidup manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia). Seseorang mampu mencapai tujuannya jika

mampu menjalankan fungsinya dengan baik, keunggulan manusia adalah akal dan budi. Manusia

mencapai kebahagiaan dengan menjalankan kegiatan yang rasional. Ada dua macam keutamaan,

yaitu :

a)Keutamaan intelektual

b) Keutamaan moral

1. Pengertian

Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik suatu

profesi dan keberadaannya sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya.

Menurut Daryl Koehn (1994) bidan dikatakan profesional bila dapat menerapkan etika

dalam menjalankan praktik. Bidan ada dalam posisi baik yaitu memfasilitasi pilihan klien dan

membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menetapkan dalam strategi praktik

kebidanan.

Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada. Ada 5

hal pokok dalam pengambilan keputusan:

• Intuisi berdasarkan perasaan lebih subyektif dan mudah terpengaruh

• Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis. Seringnya terpapar suatu

kasus meningkatkan kemampuan mengambil keputusan terhadap suatu kasus

• Fakta, keputusan lebih riil, valid dan baik.

• Wewenang lebih bersifat rutinitas

• Rasional, keputusan bersifat obyektif, trasparan, konsisten.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan :

• Posisi/kedudukan

Page 12: Etica AKPER PEMKAB MUNA

• Masalah, terstruktur, tidak terstruktur

• Situasi

• Kondisi

• Tujuan

2. Teknik pengambilan keputusan

Sistem pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktek suatu

profesi. Keberadaan yang sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya.

Keterlibatan bidan dalam proses pengambilan keputusan sangat penting karena dipengaruhi

oleh 2 hal :

• Pelayanan ”one to one” : Bidan dan klien yang bersifat sangat pribadi

dan bidan bisa memenuhi kebutuhan.

• Meningkatkan sensitivitas terhadap klien bidan berusaha keras untuk

memenuhi kebutuhan.

a. Kerangka pengambilan keputusan dalam asuhan kebidanan memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

• Bidan harus mempunyai responsibility dan accountability.

• Bidan harus menghargai wanita sebagai individu dan melayani dengan

rasa hormat.

• Pusat perhatian pelayanan bidan adalah safety and wellbeing mother.

• Bidan berusaha menyokong pemahaman ibu tentang kesejahteraan dan

menyatakan pilihannya pada pengalaman situasi yang aman.

• Sumber proses pengambilan keputusan yang lainnya adalah :

a) Knowledge

b) Ajaran intrinsic

c) Kemampuan berfikir kritis

d) Kemampuan membuat keputusan klinis yang logis

Tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh 3

keterlambatan yaitu :

• Terlambat mengenali tanda – tanda bahaya kehamilan sehingga terlambat

untuk memulai pertolongan

• Terlambat tiba di fasilitas pelayanan kesehatan

• Terlambat mendapat pelayanan setelah tiba di tempat pelayanan.

Page 13: Etica AKPER PEMKAB MUNA

b. Bentuk pengambilan keputusan :

• Strategi : dipengaruhi oleh kebijakan organisasi atau pimpinan, rencana

dan masa depan, rencana bisnis dan lain-lain.

• Cara kerja : yang dipengaruhi pelayanan kebidanan di dunia, klinik, dan

komunitas.

• Individu dan profesi : dilakukan oleh bidan yang dipengaruhi oleh standar

praktik kebidanan.

c. Pendekatan tradisional dalam pengambilan keputusan :

• Mengenal dan mengidentifikasi masalah

• Menegaskan masalah dengan menunjukan hubungan antara masa lalu dan

sekarang.

• Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.

• Mempertimbangkan pilihan yang ada.

• Mengevaluasi pilihan tersebut.

• Memilih solusi dan menetapkan atau melaksanakannya.

d. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

• Faktor fisik, didasarkan pada rasa yang dialami oleh tubuh sepeti rasa

sakit, tidak, nyaman dan kenikmatan.

• Emosional, didasarkan pada perasaan atau sikap.

• Rasional, didasarkan pada pengetahuan

• Praktik, didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan dalam

melaksanakannya.

• Interpersonal, didasarkan pada pengaruh jarnigan sosial yang ada

• Struktural, didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik.

e. Dasar pengambilan keputusan :

• Ketidak sanggupan ( bersifat segera)

• Keterpaksaaan karena suatu krisis yang menuntut sesuatu untuk segera

dilakukan.

f. Pengambilan keputusan yang etis, ciri – ciri :

Page 14: Etica AKPER PEMKAB MUNA

• Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah

• Sering menyangkut pilihan yang sukar

• Tidak mungkin dielakkan

• Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman dan lingkungan sosial

Situasi diperlukan untuk menerapkan norma-norma terhadap situasi, supaya melakukan

perbuatan yang tepat dan berguna serta untuk mengetahui masalah-masalah yang perlu

diperhatikan.

Kesulitan-kesulitan dalam mengartikan situasi :

• Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita

• Pengertian kita terhadap situasi sering dipengaruhi oleh kepentingan,

prasangka dan faktor – faktor subjektif lain

Bagaimana kita memperbaiki pengertian kita tentang situasi :

• Melakukan penyelidikan yang memadai

• Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli

• Memperluas pandangan tentang situasi

• Kepekaan terhadap pekerjaan

• Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

g. Tips pengambilan keputusan dalam keadaan kritis :

• Identifikasi dan tegaskan apa masalahnya baik oleh sendiri atau dengan

orang lain.

• Tetapkan hasil apa yang diinginkan.

• Uji kesesuaian dari setiap solusi yang ada.

• Pilih solusi yang lebih baik.

• Laksanakan tindakan tanpa ada keterlambatan.

Pengambilan keputusan klinis adalah keputusan yang diambil berdasarkan kebutuhan dan

masalah yang dihadapi klien sehingga semua tindakan yang dilakukan bidan dapat mengatasi

permasalahan yang dihadapi klien yang bersifat emergensi, antisipasi atau rutin.

Pengambilan keputusan klinis tergantung :

• Pengetahuan

• Latihan Praktek

• Pengalaman

Page 15: Etica AKPER PEMKAB MUNA

Pengambilan keputusan klinis yang benar dan tepat :

• Menghindari pekerjan atau tindakan rutin yang tidak sesuai dengan

kebutuhan klien

• Meningkatkan efektitivitas dan efesiensi pelayanan yang diberikan

• Membiasakan bidan berfikir dan bertindak sesuai standar

• Memberikan kepuasan pelanggan

Ada 2 hal dalam kasus emergensi dan menghadapi situasi panik :

• Mempertimbangkan satu solusi berdasarkan pengalaman dimasa lampau

• Meninjau simpanan pengetahuan yang relevan dengan keadaan tersebut

3. Teknik menghadapi dilema etik moral

Empat tingkatan kerja pertimbangan moral dalam pengambilan keputusan ketika

menghadapi dilema etik :

• Tingkatan I

Keputusan dan tindakan : Bidan merefleksikan pada pengalaman atau

pengalaman rekan kerja.

• Tingkat II

Peraturan : berdasarkan kaidah kejujuran ( berkata benar ), privasi ,

kerahasiaan dan kesetiaan ( menepati janji ). Bidan sangat familiar, tidak

meninggalkan kode etik dan panduan praktek profesi.

• Tingkat III

Ada 4 prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktek kebidanan :

1) Antonomy, memperhatikan penguasaan diri, hak kebebasan dan

pilihan individu.

2) Beneticence, memperhatikan peningkatan kesejahteraan klien,

selain itu berbuat terbaik untuk orang lain.

3) Non maleticence, tidak melakukan tindakan yang menimbulkan

penderitaan apapun kerugian pada orang lain.

4) Justice, memperhatikan keadilan, pemerataan beban dan

keuntungan. ( Beaucamo & Childrens 1989 dan Richard, 1997)

• Tingkat IV

Page 16: Etica AKPER PEMKAB MUNA

Teori pengambilan keputusan yaitu teori utilitarisme, teori deontology, teori

hedonism, teori eudemonisme

B. Menghadapi masalah etik

a. Masalah etik moral yang mungkin terjadi dalam praktek kebidanan

a) Pengertian masalah

Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah

merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik agar tercapai

tujuan dengan hasil yang maksimal.

Masalah etik merupakan kesenjangan yang terjadi antara seorang tenaga kesehatan dengan

orang lain baik dari segi etika maupun moral sehingga membutuhkan penyelesaian dan harus

dipecahkan agar tercapai tujuan yang diharapkan.

Etika merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam

menghargai suatu tindakan. Sedangkan moral adalah mengenai apa yang dianggap baik atau buruk

dimasyarakat dalam kurun waktu tertentu.

b) Bentuk masalah etik

Langkah-langkah penyelesaian masalah :

1. Melakukan penyelidikan yang memadai

2. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli

3. Memperluas pandangan tentang situasi

4. Kepekaan terhadap pekerjaan

5. Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

Masalah etik moral yang mungkin terjadi dalam praktek kebidanan :

1. Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan karena :

• Bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat

• Bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil

2. Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan dengan baik dibutuhkan :

• Pengetahuan klinik yang baik

• Pengetahuan yang up to date

• Memahami issue etik dalam pelayanan kebidanan

Page 17: Etica AKPER PEMKAB MUNA

3. Harapan bidan dimasa depan :

• Bidan dikatakan profesional apabila menerapkan etika dalam menjalankan

praktik kebidanan (Daryl Koehn ,Ground of Profesional Ethis,1994)

• Dengan memahami peran bidan → tanggung jawab profesionalisme

terhadap pasien atau klien akan meningkat

• Bidan berada dalam posisi baik → memfasilitasi klien dan membutuhkan

peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menerapkan dalam strategi praktik

kebidanan

c) Cara menghadapi masalah etik

1. Informed consent

Pesetujuan yang diberikan pasien atau walinya yang berhak terhadap bidan

untuk melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien setelah memperoleh

informasi lengkap dan dipahami mengenai tindakan yang akan dilakukan. Informed

consent merupakan suatu proses. Secara hukum informed consent berlaku sejak

tahun 1981 PP No.8 tahun 1981.

Informed consent bukan hanya suatu formulir atau selembar kertas tetapi

bukti jaminan informed consent telah terjadi. Merupakan dialog antara bidan dan

pasien di dasari keterbukaan akal pikiran dengan bentuk birokratisasi

penandatanganan formulir. Informed consent berarti pernyataan kesediaan atau

pernyataan setelah mendapat informasi secukupnya sehingga setelah mendapat

informasi sehingga yang diberi informasi sudah cukup mengerti akan segala akibat

dari tindakan yang akan dilakukan terhadapnya sebelum ia mengambil keputusan.

Berperan dalam mencegah konflik etik tetapi tidak mengatasi masalah etik, tuntutan.

Pada intinya adalah bidan harus berbuat yang terbaik bagi pasien atau klien.

• Dimensi informed consent

1) Dimensi hukum, merupakan perlindungan terhadap bidan yang

berperilaku memaksakan kehendak, memuat :

− Keterbukaan informasi antara bidan dengan pasien

− Informasi yang diberikan harus dimengerti pasien

− Memberi kesempatan pasien untuk memperoleh yang terbaik

2) Dimensi etik, mengandung nilai – nilai :

− Menghargai otonomi pasien

− Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila

Page 18: Etica AKPER PEMKAB MUNA

diminta atau dibutuhkan

− Bidan menggali keinginan pasien baik secara subyektif atau hasil

pemikiran rasional

• Syarat sahnya perjanjian atau consent (KUHP 1320)

1) Adanya kata sepakat

Sepakat dari pihak bidan maupun klien tanpa paksaan, tipuan maupun

kekeliruan setelah diberi informasi sejelas – jelasnya.

2) Kecakapan

Artinya seseorang memiliki kecakapan memberikan persetujuan, jika

orang itu mampu melakukan tindakan hukum, dewasa dan tidak gila.

Bila pasien seorang anak yang berhak memberikan persetujuan adalah

orangtuanya, pasien dalam keadaan sakit tidak dapat berpikir sempurna

sehingga ia tidak dapat memberikan persetujuan untuk dirinya sendiri,

seandainya dalam keadaan terpaksa tidak ada keluarganya dan persetujuan

diberikan oleh pasien sendiri dan bidan gagal dalam melakukan tindaknnya

maka persetujuan tersebut dianggap tidak sah.

Contoh kasus :

Bila ibu dalam keadaan inpartu mengalami kesakitan hebat maka ia

tidak dapat berpikir dengan baik, maka persetujuan tindakan bidan dapat

diberikan oleh suaminya. Bila tidak ada keluarga atau suaminya dan bidan

memaksa ibu untuk memberikan persetujuan melakukan tindakan dan pada

saat pelaksanaan tindakan tersebut gagal maka persetujuan dianggap tidak

sah.

3) Suatu hal tertentu

Obyek persetujuan antara bidan dan pasien harus disebutkan dengan

jelas dan terinci.

Contoh :

Dalam persetujuan ditulis dengan jelas identitas pasien meliputi

nama, jenis kelamin, alamat, nama suami atau wali. Kemudian yang

terpenting harus dilampirkan identitas yang membuat persetujuan

4) Suatu sebab yang halal

Page 19: Etica AKPER PEMKAB MUNA

Isi persetujuan tidak boleh bertentangan dengan undang – undang,

tata tertib, kesusilaan, norma dan hukum

Contoh :

Abortus provocatus pada seorang pasien oleh bidan meskipun

mendapatkan persetujuan si pasien dan persetujuan telah disepakati kedua

belah pihak tetapi dianggap tidak sah sehingga dapat dibatalkan demi hukum

• Segi hukum informed consent

Pernyataan dalam informed consent menyatakan kehendak kedua belah pihak

yaitu pasien menyatakan setuju atas tindakan yang dilakukan bidan dan formulir

persetujuan ditandatangani kedua belah pihak maka persetujuan tersebut

mengikat dan tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak.

Informed consent tidak meniadakan atau mencegah diadakannya tuntutan

dimuka pengadilan atau membebaskan RS atau RB terhadap tanggungjawabnya

bila ada kelalaian. Hanya dapat digunakan sebagai bukti tertulis adan adanya izin

atau persetujuan dari pasien terhadap diadakannya tindakan.

Formulir yang ditandatangani pasien atau wali pada umumnya berbunyi

segala akibat dari tindakan akan menjadi tanggung jawab pasien sendiri dan tidak

menjadi tanggung jawab bidan atau rumah bersalin. Rumusan tersebut secara

hukum tidak mempunyai kekuatan hukum, mengingat seseorang tidak dapat

membebaskan diri dari tanggung jawabnya atas kesalahan yang belum dibuat.

• Masalah yang lazim terjadi pada informed consent

Pengertian kemampuan secara hukum dari orang yang akan menjalani

tindakan, serta siapa yang berhak menandatangani.

Masalah wali yang sah. Timbul apabila pasien atauibu tidak mampu secar

hukum untuk menyatakan persetujuannya.

Masalah informasi yang diberikan, seberapa jauh informasi dianggap telah

dijelaskan dengan cukup jelas, tetapi juga tidak terlalu rinci sehingga dianggap

menakut – nakuti.

Dalam memberikan informasi apakah diperlukan saksi apabila diperlukan

apakah saksi perlu menanda tanagani form yang ada. Bagaimana menentukan

saksi ?

Dalam keadaan darurat misal kasus perdarahan pada bumil dan kelaurga

belum bisa dihubungi, dalam keadaan begini siapa yang berhak memberikan

Page 20: Etica AKPER PEMKAB MUNA

persetujuan, sementara pasien perlu segera ditolong.

2. Informed choice

Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan

tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya.

Menurut kode etik kebidanan internasionl (1993) bidan harus menghormati

hak informed choice ibu dan meningkatkan penerimaan ibu tentang pilihan dalam

asuhan dan tanggung jawabnya terhadap hasil dari pilihannya.

Definisi informasi dalam konteks ini meliputi : informasi yang sudah lengkap

diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan dan

kemungkinan hasil dari tiap pilihannya.

Pilihan (choice) berbeda dengan persetujuan (consent) :

• Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan karena berkaitan

dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan

dilakukan bidan

• Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa

asuhan kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang

sesungguhnya dan menerapkan aspek otonomi pribadi menentukan “ pilihannya”

sendiri.

Bagaimana pilihan dapat diperluas dan menghindari konflik

Memberi informai yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur dan dapat dipahami oleh ibu,

menggunakan alternatif media ataupun yang lain sebaiknya tatap muka.

Bidan dan tenaga kesehatan lain perlu belajar untuk membantu ibu menggunakan haknya

dan menerima tanggungjawab keputusan yang diambil.

Hal ini dapat diterima secara etika dan menjamin bahwa tenaga kesehatan sudah

memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan ibu sudah diberikan informasi yang lengkap

tentang dampak dari keputusan mereka.

Untuk pemegang kebijakan pelayanan kesehatan perlu merencanakan, mengembangkan

sumber daya, memonitor perkembangan protokol dan petunjuk teknis baik di tingkat daerah,

propinsi untuk semua kelompok tenaga pemberi pelayanan bagi ibu. Menjaga fokus asuhan pada

ibu dan evidence based, diharapkan konflik dapat ditekan serendah mungkin.

Tidak perlu takut akan konflik tetapi mengganggapnya sebagai suatu kesempatan untuk

saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang obyektif bermitra dengan wanita dari

sistem asuhan dan tekanan positif pada perubahan.

Page 21: Etica AKPER PEMKAB MUNA