ESTIMASI DURASI PROYEK PEMBANGUNAN TERMINAL …konteks.id/p/11-MK-17.pdf · grab dredger dan/atau...
Transcript of ESTIMASI DURASI PROYEK PEMBANGUNAN TERMINAL …konteks.id/p/11-MK-17.pdf · grab dredger dan/atau...
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017
MK - 157
ESTIMASI DURASI PROYEK PEMBANGUNAN TERMINAL PETIKEMAS
KALIBARU
Dian Setyowati1 dan Muhamad Abduh2
1Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132, Indonesia
Email: [email protected] 2Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132, Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRAK
Indonesia saat ini banyak melaksanakan proyek infrastruktur skala besar seperti pelabuhan,
terminal, jalan tol, perumahan rakyat dan bangunan industri. Salah satu proyek infrastruktur skala
besar yang dimiliki oleh Indonesia yaitu proyek pembangunan Terminal Petikemas Kalibaru Utara
Tahap 1 Proyek yang direncanakan memakan waktu 50 bulan, serta memiliki 3 terminal petikemas
yang akan dibangun. Jangka waktu pelaksanaan akan dibagi menjadi tiga tahap, yakni pekerjaan
tahap 1 ditetapkan selama 20 bulan, pekerjaan tahap 2 selama 27 bulan dan pekerjaan tahap 3
ditetapkan selama 50 bulan. PT. PP sebagai kontraktor utama telah memulai kegiatan konstruksi
sejak awal 2012 dan menurut kontrak berakhir pada tahun 2016 untuk tahap pertamanya. Akan
tetapi pada bulan Juni 2016 proyek ini baru mencapai progres sebesar 67,347%. Untuk mengetahui
apakah proyek dapat menyelesaikan target 50 bulan untuk durasi penyelesaian proyek maka akan
dilakukan estimasi durasi dengan bantuan simulasi. Setelah mengetahui lama durasi penyelesaian
proyek akan dibuat usulan perbaikan agar penyelesaian proyek mendekati durasi dari kontrak yang
ada. Simulasi akan dilakukan menggunakan pemodelan CYCLONE yang akan dirunning pada
program komputer yaitu COST.
Kata kunci: Estimasi durasi, Simulasi, Produktivitas.
1. PENDAHULUAN
Sektor konstruksi menjadi hal yang penting dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Kontraktor lokal
dapat berpartisipasi dalam proyek-proyek pengembangan infrastruktur skala besar seperti pelabuhan, terminal, jalan
tol, sarana telekomunikasi, irigasi, drainase, perumahan rakyat, dan bangunan industri. Bagi negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia, kebutuhan akan infrastruktur dasar juga masih sangat besar.
Saat ini Indonesia banyak melaksanakan proyek-proyek infrastruktur skala besar seperti pelabuhan, bandar udara,
kereta cepat, dan jalan tol. Proyek skala besar tentu saja memiliki tingkat kompleksitas dan resiko yang besar.
Ketika proyek menjadi besar atau kompleks, maka proyek menjadi lebih sulit untuk dikelola menggunakan teknik
yang biasa digunakan dalam proyek pada umumnya seperti gedung. Teknik simulasi menjadi sangat efektif dalam
domain ini untuk memberikan peralatan yang diperlukan untuk merancang dan menganalisis proses konstruksi
terlepas dari kompleksitas atau ukurannya (AbouRizk, 2010).
Salah satu proyek infrastruktur skala besar yang dimiliki oleh Indonesia yaitu proyek pembangunan Terminal
Petikemas Kalibaru Utara Tahap 1 Pelabuhan Tanjung Priok mendapatkan perhatian bagi industri konstruksi.
Proyek yang direncanakan memakan waktu 50 bulan ini memilik tiga terminal petikemas yang akan dibangun.
Jangka waktu pelaksanaan akan dibagi menjadi tiga tahap, yakni pekerjaan tahap 1 ditetapkan selama 20 bulan,
pekerjaan tahap 2 selama 27 bulan dan pekerjaan tahap 3 ditetapkan selama 50 bulan. PT. PP sebagai kontraktor
utama ini telah memulai kegiatan konstruksi sejak awal 2012 dan menurut kontrak berakhir pada tahun 2016 untuk
tahap pertamanya. Akan tetapi pihak kontraktor memprediksi proyek ini akan mengalami keterlambatan.
Kompleksitas dari proyek pembangunan Terminal Petikemas Kalibaru ini sangat tidak memungkinkan melakukan
estimasi durasi secara manual. Dan dalam pelaksanaannya pula ditemukan pekerjaan yang bersifat berulang,
sehingga diperlukan suatu alat bantu yang mempermudah proses estimasi yaitu dengan menggunakan teknik
simulasi. Menurut AbouRizk (2010), simulasi dapat dengan mudah dilakukan dengan mengetahui karakteristik dari
operasi yang dimodelkan dan metode kerja telah diketahui secara jelas. Hal ini akan menghemat waktu dan lebih
spesifik dalam menjelaskan penggunaan sumber daya untuk melakukan estimasi durasi dibandingkan teknik yang
lainnya seperti PERT/CPM.
MK - 158
2. REKLAMASI
Reklamasi adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau masih
kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa,
di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar, ataupun di danau (Permen PU NO.40/PRT/M/2007). Umumnya,
reklamasi perairan dibagi menjadi dua macam. Pertama, reklamasi yang menempel atau menyatu dengan garis
pantai dan yang kedua, reklamasi lahan yang terpisah dari pantai daratan induk. Sistem pengembangan yang
diterapkan juga merupakan hal yang penting dalam proyek reklamasi.
3. PEMODELAN UNTUK SIMULASI DI KONSTRUKSI
Simulasi penting dalam melakukan estimasi terhadap produktivitas suatu operasi konstruksi dan kinerja dari proyek.
Penjadwalan proyek dimodelkan dengan membangun hubungan antara kegiatan, yang pada gilirannya
diformulasikan dengan menggunakan operasi konstruksi. Maka kegiatan konstruksi terdiri dari operasi individu dan
saling berhubungan untuk menggambarkan sebuah proyek. (Halpin dan Riggs,1992)
Memprediksi durasi proyek konstruksi telah menarik berbagai upaya penelitian, tetapi sebagian besar upaya ini
mengasumsikan durasi proyek konstruksi. Selain itu, analisis regresi biasanya digunakan untuk perkiraan durasi
proyek. Bromilow (1969) mengusulkan model empiris pertama untuk peramalan durasi konstruksi berdasarkan data
dari ratusan proyek konstruksi yang dikumpulkan di Australia.
CYCLONE adalah singkatan Cyclic Operations Network. Ini adalah bahasa pemodelan simulasi yang pertama kali
diusulkan oleh Daniel Halpin setelah menyadari kekurangan bahwa metode sederhana seperti Critical Path Method
(CPM) dan Program Evaluation and Review Technique (PERT) memiliki keterbatasan dalam menganalisis operasi
siklik. Pada CYCLONE terdiri dari lima unsur pemodelan (Queue, Combi, Normal, Function dan Counter), serta
body dan panah. Hal ini bermanfaat untuk dicatat bahwa entitas ini tidak membawa atribut dengan diri mereka
sendiri (Simphony.net Development Team, 2011).
Dalam pemodelan CYCLONE sumber daya dimodelkan dalam flow unit. Flow unit bergerak dari satu status ke
status yang lain, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Pemodelan durasi dalam CYCLONE berada pada
NORMAL dan COMBI karena terkait dengan tertahannya flow unit pada suatu work task tertentu. Work task akan
saling terkait satu dengan lainnya, baik secara parallel maupun seri, sehingga gabungan durasi work task dapat
menghasilkan durasi operasi. Keberadaan pemodelan durasi dapat menghasilkan indikator operasi seperti
produktivitas, waktu tunggu, dan lainnya.
4. PEMODELAN SIMULASI
Informasi Umum Proyek
Pertumbuhan dari lalu lintas petikemas di pelabuhan Tanjung Priok dalam waktu 10 tahun (1999-2009) rata-rata
sebesar 5%. Di sisi lain, pengoperasian pelabuhan Tanjung Priok sekarang telah menjadi pelabuhan di Indonesia
yang dapat menerima dan melayani kapal dengan kapasitas 6.000 TUE’s. Sedangkan, pelabuhan besar lainnya di
dunia dapat menerima dan melayani kapal dengan kapasitas 15.000 – 18.000 TEU’s. Kondisi sekarang, kapal
dengan klasifikasi kapasitas yang lebih besar tidak dapat masuk dan dilayani di pelabuhan Indonesia. Struktur
organisasi proyek digambarkan ada diagram berikut ini:
Gambar 1. Struktur organisasi proyek New Priok (Sumber: PT.PP, 2013)
MK - 159
Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana sesuai Surat Perjanjian Pemborongan
terdiri atas:
a. Pekerjaan Tahap 1A1 (0-450 meter) terdiri dari:
1) Dermaga 1A sepanjang 450 meter (0-450 meter)
2) Container yard 1A (di belakang dermaga 0-450 meter)
3) Jalan akses
4) Pembongkaran breakwater eksisting timur dan jetty Medco
Ditetapkan selama 27 bulan terhitung sejak berita acara serah terima lokasi/lapangan.
b. Pekerjaan Tahap 1A2 (451-850 meter) terdiri dari:
1) Dermaga 1A sepanjang 450 meter (0-450 meter)
2) Container yard sepanjang 400 meter (541-850 meter)
3) Mekanika/elektrikal tahap 1A dan jalan akses
Ditetapkan selama 34 bulan terhitung sejak berita acara serah terima lokasi/lapangan.
c. Pekerjaan Tahap 1B terdiri dari:
1) Pekerjaan dermaga 1B
2) Pekerjaan breakwater disposal A
3) Pekerjaan breakwater disposal B
4) Pekerjaan breakwater container yard 1B
5) Pekerjaan pengerukan dan reklamasi
6) Pekerjaan mekanikal dan elektrikal 1B
Pemodelan Operasi
Dalam simulasi ini sebelum durasi dari studi kasus dari tiap task yang ada, dibuat dahulu model dari operasi-operasi
yang akan disimulasikan kemudian. Operasi yang dimodelkan adalah operasi penting yang biasanya menjadi
penyusun suatu proses pekerjaan reklamasi dimana operasi ini pasti selalu ada dalam pembangunan yang
menggunakan pekerjaan reklamasi apapun. Adapun model operasi penting yang menjadi penyusun dari keseluruhan
proyek ini terdiri dari:
1. Operasi Pengerukan
2. Operasi Pembuatan Sand Bund
3. Operasi Instalasi PVD
4. Operasi Penyemprotan Lumpur
Setelah pemodelan operasi dan durasi dibuat maka kemudian dibuat suatu pemodelan proyek yang mana dibuat dua
buah model proyek yang berbeda karakteristik antara suatu model dengan yang lainnya.
Operasi Pengerukan
Proyek ini terdiri dari pengerukan parit untuk dermaga 1A dan 1B dengan grab dredger dan pengerukan cekungan
dengan cutter suction dredger dan trailing suction hopper dredger. Tanah keras akan dikeruk dengan mengunakan
grab dredger dan/atau backhoe dredger kemudian disimpan di area reklamasi dermaga 1B (terminal kontainer)
sedangkan material lebih lembut akan dibuang di area disposal A dan B. Kolam alur dan cekungan akan diperdalam
oleh trailing hopper suction dredger.
A. Operasi Pengerukan Menggunakan TSHD
TSHD ‘Vox Maxima’ merupakan alat keruk yang dapat melakukan proses pengerukan tanpa harus diam disatu titik
tertentu. Alat ini tidak memiliki angkur dan kabel, tetapi bergerak dengan bebas, yang sangat penting jika area
proyek dekat dengan pelabuhan. Kekurangan dari alat ini jika dilihat dari segi ekonomi tidak cukup baik.
MK - 160
Gambar 2. Tahapan operasi pengerukan menggunakan TSHD
B. Operasi Pengerukan Menggunakan CSD
Cutter suction dredger ‘Athena’ akan digunakan untuk membantu operasi pengerukan pada proyek ini. CSD
cenderung tidak memiliki banyak kesulitan dalam pengoperasiannya pada proyek ini dikarenakan dasar laut kalibaru
yang cukup dalam. Pada umumnya, CSD mempunyai kelebihan jika profil dari daerah yang dikeruk telah jelas. Alat
ini hampir bisa mengeruk semua jenis tanah yang ada, meskipun tergantung kekuatan mesin yang diinstal. Selain
itu, alat ini memiliki kekurangan saat bekerja pada lepas pantai yang memiliki gelombang yang besar.
Gambar 3. Tahapan operasi pengerukan menggunakan CSD
C. Operasi Pengerukan Menggunakan Grab Dredger
Pada proyek ini, grab dredger ‘dione’ akan digunakan, alat ini dapat mengeruk tanah yang lunak hingga keras akan
tetapi tingkat produktivitas yang dimiliki cukup rendah. Alat ini membutuhkan waktu yang lebih lama jika
dibandingkan dengan alat keruk yang lain. Dua buah split barge akan membantu dione selama proses pengerukkan
untuk membawa material yang telah dikeruk menuju area timbunan. Split barge ini hanya mampu menimbun hingga
elevasi -1 mLWS.
Gambar 4. Tahapan operasi pengerukan menggunakan grab dredger
Operasi South Sandbund
Pengerjaan operasi ini disesuaikan dengan metode kerja yang akan dilakukan kontraktor di lapangan. Sebuah TSHD
akan digunakan untuk mengalirkan pasir ke area pembuatan sand bund. TSHD yang dipakai yaitu HAM 130 dengan
produktivitas sebesar 300.000 m3/minggu dan kapasitas hopper sebesar 13.000 m3. Material yang berada di TSHD
akan dipompa menggunakan pipa yang disambungkan ke spray pontoon. Untuk kedalam -1,00 mLWS spray
pontoon digunakan untuk membuat platform pada dasar laut. Jika kedalaman timbunan pasir telah mencapai -1,00
mLWS maka pipa pada spray pontoon dilepas dan pipa utama akan disambungkan dengan 2 pipa (shore pipeline)
yang akan mengalirkan pasir di atas platform yang telah dibuat.
Gambar 5. Tahapan operasi pembuatan south sand bund
MK - 161
Operasi Instalasi PVD
Instalasi PVD dilaksanakan oleh subkon spesialis yaitu PT. Geostructure Dynamics. Operasi instalasi PVD akan
terdapat 6 tahapan dalam pelaksanaannya, tahapan ini disesuaikan dengan metode kerja yang akan dilakukan
kontraktor di lapangan. Tiap subzona menggunakan 1 hidrolic rig untuk melakukan instalasi PVD. Terdapat 464
titik akan dipasang pada tiap-tiap subzona tersebut.
Gambar 6. Tahapan operasi instalasi PVD
Operasi Penyemprotan Lumpur
Operasi ini diawali dengan menyambungkan noozle CSD ke rubber pipeline. Selanjutnya rubber pipeline ini akan
disambungkan ke 5 shore pipeline yang akan menghubungkan ke area reklamasi. Setelah terpasang lumpur akan
disemprotkan dan diangkut oleh truck untuk diratakan ke area yang lebih jauh. Setelah lumpur yang diangkut oleh
truck sampai, maka excavator, bulldozer dan wheelloader akan bekerja meratakan material lumpur yang diangkut.
Gambar 7. Tahapan operasi penyemprotan lumpur
Pemodelan Proyek
Pemodelan proyek New Priok yang dilakukan pada penelitian ini hanya dilakukan pada pekerjaan pengerukan dan
reklamasi. Hal ini dikarenakan item pekerjaan ini merupakan jalur kritis proyek yang dimulai dari awal proyek
hingga proyek selesai (50 bulan). Terdapat 11 operasi untuk pekerjaan ini, keseluruhan operasi akan dimodelkan dan
kemudian dilakukan simulasi.
Pada model proyek ini tiap operasi dianggap sebagai worktask yang memiliki durasi keseluruhan dari operasi-
operasi yang ada dan kemudian disimulasikan sehingga hasil dari suatu model proyek adalah waktu keseluruhan
proyek pada tiap siklusnya.
5. HASIL DAN ANALISIS SIMULASI
Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai hasil dari simulasi operasi dan proyek yang telah dilakukan.
Hasil Simulasi
Hasil Simulasi Operasi
Hasil simulasi operasi yang dilakukan akan berupa nilai produktivitas, waktu idle masing-masing resource, total
durasi, dan biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing operasi.
A. Operasi Pengerukan
1. TSHD
Setelah semua input dimasukkan ke dalam program COST, maka akan didapatkan hasil berikut ini, dimana
simulasi dilakukan sebanyak 100 kali untuk mendapatkan grafik produktivitas yang sudah stabil. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan produktivitas terbaik dimana akan dihasilkan perkiraan durasi
terbaik dengan waste yang sudah semakin kecil. Dari simulasi didapatkan nilai produktivitas sebesar 0,085
hopper/jam.
MK - 162
2. CSD
Setelah semua input dimasukkan ke dalam program COST, maka akan didapatkan hasil berikut ini, dimana
simulasi dilakukan sebanyak 100 kali untuk mendapatkan grafik produktivitas yang sudah stabil. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan produktivitas terbaik dimana akan dihasilkan perkiraan durasi
terbaik dengan waste yang sudah semakin kecil.
3. Grab Dredger
Setelah semua input dimasukkan ke dalam program COST, maka akan didapatkan hasil berikut ini, dimana
simulasi dilakukan sebanyak 100 kali untuk mendapatkan grafik produktivitas yang sudah stabil. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan produktivitas terbaik dimana akan dihasilkan perkiraan durasi
terbaik dengan waste yang sudah semakin kecil. Dari simulasi didapatkan nilai produktivitas sebesar 0,0047
barge/menit.
B. Operasi South Sandbund
Setelah semua input dimasukkan ke dalam program COST, maka akan didapatkan hasil berikut ini, dimana simulasi
dilakukan sebanyak 100 kali untuk mendapatkan grafik produktivitas yang sudah stabil. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan produktivitas terbaik dimana akan dihasilkan perkiraan durasi terbaik dengan waste yang
sudah semakin kecil. Dari simulasi didapatkan nilai produktivitas sebesar 0,024 hopper/jam.
C. Operasi Instalasi PVD
Setelah semua input dimasukkan ke dalam program COST, maka akan didapatkan hasil berikut ini, dimana simulasi
dilakukan sebanyak 100 kali untuk mendapatkan grafik produktivitas yang sudah stabil. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan produktivitas terbaik dimana akan dihasilkan perkiraan durasi terbaik dengan waste yang
sudah semakin kecil. Dari simulasi didapatkan nilai produktivitas sebesar 0,0057 roll/menit.
D. Operasi Penyemprotan Lumpur
Setelah semua input dimasukkan ke dalam program COST, maka akan didapatkan hasil berikut ini, dimana simulasi
dilakukan sebanyak 100 kali untuk mendapatkan grafik produktivitas yang sudah stabil. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan produktivitas terbaik dimana akan dihasilkan perkiraan durasi terbaik dengan waste yang
sudah semakin kecil. Dari simulasi didapatkan nilai produktivitas sebesar 0,224 hopper/jam.
Hasil Simulasi Proyek
Prosedur simulasi proyek hampir sama dengan simulasi operasi pada poin IV.4.1, hanya yang membedakan adalah
durasi yang dipakai untuk diolah pada program COST. Simulasi untuk proyek akan dirunning sebanyak 100 kali
untuk mendapatkan hasil yang stabil. Setelah dirunning didapatkan output dari durasi proyek tiap siklusnya seperti
yang dapat dilihat pada Gambar 6.7 ini.
Pada tabel 6.1 dibawah dapat dilihat range 75,5 – 76,25 menduduki peringkat pertama probabilitas dengan frekuensi
35 dari 100 buah sampel. Ini menunjukkan bahwa kemungkinan proyek dapat diselesaikan antara 75,5 hingga 76,25
bulan adalah sebesar 35%.
MK - 163
Analisis Hasil Simulasi
Tingkat Produktivitas
Tingkat produktivitas yang didapatkan setelah melakukan simulasi pada masing-masing operasi dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Nilai produktivitas operasi hasil simulasi
Operasi Produktivitas Satuan
TSHD 0,085 TSHD Hopper/jam
CSD 0,114 CSD Hopper/jam
GRAB 0,282 Barge/jam
Sand
Bund 0,024 CSD Hopper/jam
PVD 0,342 Roll/jam
Fill Mud 0,227 TSHD Hopper/jam
Estimasi Durasi Penyelesaian Proyek
Salah satu keputusan yang paling penting yang dibuat oleh kontraktor yaitu pemilihan peralatan konstruksi. Di luar
proyek konstruksi sederhana, sejumlah besar kegiatan memerlukan peralatan. Peralatan ini baik dapat dibeli oleh
kontraktor atau disewa untuk proyek tertentu. Keputusan untuk pemilihan jenis tertentu dari peralatan mungkin
merupakan hasil dari proses optimasi atau mungkin hanya didasarkan pada kenyataan bahwa kontraktor sudah
memiliki peralatan tertentu yang harus dimanfaatkan. Keputusan ini harus diantisipasi atau dibuat oleh estimator,
dalam banyak kasus, untuk memperkirakan biaya yang diharapkan untuk peralatan pada proyek yang diestimasi.
Gambar 8. Grafik output durasi operasi tiap siklus
MK - 165
Gambar 10. CPM Proyek New Priok (Dredging-Reklamasi)
Gambar 11. Model CYCLONE Proyek New Priok (Dredging-Reklamas
MK - 166
A. Estimasi Durasi Operasi
Nilai produktivitas yang telah didapatkan setelah melakukan simulasi, perhitungan durasi dapat dilakukan dengan
membagi besaran volume dengan nilai produktivitas masing-masing operasi. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat
pada Gambar 12. di bawah.
B. Estimasi Durasi Proyek
Durasi proyek telah yang telah ditetapkan sesuai kontrak addendum II adalah selama 50 bulan. Setelah melakukan
simulasi pada tingkat proyek durasi proyek berubah menjadi 74 bulan. Sehingga kemungkinan keterlambatan dari
proyek ini diprediksi selama 24 bulan (2 tahun). Proyek yang semula harus selesai seluruh item pekerjaannya pada
bulan November 2016 ini, kemungkinan baru dapat diselesaikan pada November 2018 jika tingkat produktivitas di
lapangan sesuai dengan produktivitas yang telah disimulasikan
Gambar 12. Grafik perbandingan durasi masing-
masing operasi
Gambar 13. Grafik perbandingan nilai produktivitas
alat
Perbaikan Model Simulasi
Dalam melakukan usulan perbaikan pada suatu model simulasi hal paling umum dilakukan adalah analisis
sensitivitas. Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang akan terjadi terhadap
performansi sistem yang dimodelkan, jika dilakukan perubahan-perubahan terhadap jumlah alokasi sumberdaya.
Atau dengan kata lain dengan analisis sensitivitas, dapat terlihat seberapa sensitif model terhadap perubahan jumlah
sumberdaya. Dengan melakukan analisis sensitivitas, dapat membantu dalam penentuan keputusan untuk menambah
atau mengurangi performansi sistem. Proses analisis sensitivitas ini dilakukan dengan cara menjalankan berulang
kali model, sambil mengubah jumlah sumberdaya yang merupakan variabel kontrol manajemen.
Akan tetapi pada proyek ini produktivitas sangat dipengaruhi alat utama seperti TSHD, CSD dan grab dredger.
Ketiga alat tersebut memerlukan biaya yang sangat mahal jika dilakukan penambahan alatnya. Hanya grab dredger
yang memungkinkan ditambah jumlahnya, tetapi penambahan jumlah grab dredger tidak akan mempercepat durasi
penyelesaian proyek secara keseluruhan. Perbaikan yang dapat diterapkan pada pemodelan proyek New Priok yaitu:
1. Melakukan perubahan urutan pekerjaan.
Pada kasus ini hal yang dilakukan adalah dengan mendahulukan operasi yang dilalui oleh jalur kritis seperti operasi-
operasi dari pekerjaan reklamasi. Jika dibandingkan dengan operasi pengerukan yang memiliki float maka sebaiknya
operasi pembuatan south sand bund dapat dimulai pertama kali setelah operasi pembuatan breakwater telah selesai
dilakukan. Hal ini dapat dilakukan karena baik operasi pengerukan dan pembuatan south sand bund sama-sama
menggunakan TSHD. Sehingga tidak ada batasan dalam perubahan urutan kedua operasi tersebut. Dengan
perubahan urutan pekerjaan tersebut durasi operasi akan lebih cepat.
Sama seperti melakukan simulasi proyek yang telah dilakukan sebelumnya, simulasi perbaikan proyek ini akan
dilakukan dengan membuat CPM dari proyek terlebih dahulu. Setelah CPM telah dibuat maka CPM akan diubah
menjadi model CYCLONE yang digunakan sebagai input dari simulasi. Untuk input durasi tetap sama seperti input
pada simulasi proyek sebelumnya. Jika skenario perubahan tersebut disimulasikan ulang maka waktu penyelesaian
proyek akan berkurang 5 bulan menjadi 69 bulan.
MK - 167
2. Luasan zona kerja diperkecil
Penetapan zona kerja yang harus diperkecil sehingga waktu tunggu antar operasi tidak terlalu lama. Dalam
pemodelan yang telah dilakukan zona yang terlalu besar membuat operasi yang akan menjadi ancestor menunggu
terlalu lama. Sebagai contoh, operasi instalasi PVD akan dimulai jika 1 zona south sand bund telah siap pada elevasi
+2,50 mLWS. Dalam kasus ini operasi PVD harus menunggu dua hingga bulan untuk selesainya satu zona tersebut.
Jika zona lebih kecil sangat memungkinkan waktu tunggu operasi berkurang.
6. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini :
1. Pemodelan dan simulasi yang dimulai dari tingkat task kemudian digabungkan menjadi operasi dan kemudian
dilanjutkan ke tingkat yang lebih besar lagi yakni proyek, dapat dilakukan pada penilitian ini. Pemodelan durasi
operasi pada penelitian ini menggunakan durasi yang didapat dari wawancara dan pengamatan. Sedangkan untuk
pemodelan level proyek, sebanyak 4 operasi (operasi yang dilakukan pengamatan) menggunakan data hasil
simulasi operasi yang telah dilakukan dan 7 operasi (operasi yang tidak dilakukan pengamatan) menggunakan
durasi deterministik.
2. Hasil simulasi yang dilakukan menunjukkan bahwa proyek New Priok akan selesai dalam waktu 76 bulan. Jika
dibandingkan dengan durasi yang ada pada kontrak (50 bulan) maka proyek ini akan mundur 26 bulan hingga
seluruh proses konstruksi akan selesai pada bulan Januari 2018.
3. Perbaikan terhadap model simulasi dilakukan untuk mendapatkan optimasi durasi penyelesaian proyek. Pada
penelitian ini usulan perbaikan yang dilakukan adalah dengan mengubah urutan pekerjaan. Dengan perubahan
urutan operasi pengerukan menggunakan TSHD dan operasi pembuatan south sandbund durasi dapat
dipersingkat hingga 5 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
AbouRizk, S. (2010): Role of simulation in construction engineering and management. J. Constr. Eng. Manage.,
136(10), 1140-1153
AbouRizk, S. M. dan Mohamed, Y. (2000): SIMPHONY—An integrated environment for construction simulation.
Proc., 2000 Winter Simulation Conf., Society for Computer Simulation International, San Diego, 1907–1914.
AbouRizk, S., Hajjar D. (1998): A framework for applying simulation in the construction industry. Can J. Civ. Eng.,
25(3), 604-617
AbouRizk, S. dan Halpin D., (1990): Probabilistic simulation studies for repetitive construction proces. J. Constr.
Eng. Manage., 116(4): 575-594
AbouRizk, S., Halpin D., Mohamed Y. dan Hermann U. (2011): Research in modeling and simulation for improving
construction engineering operations. J. Constr. Eng. Manage., 137(10), 843-852
Adji, Hadjar Seti dan Karmawan, Pande Ketut Gd. (2016): Proyek pembangunan terminal petikemas di kalibaru
utara tahap 1 pelabuhan tanjung priok. PT.PP (Persero) Tbk. Jakarta.
Alkoc, E. dan Erbatur, F. (1997): Productivity improvement in concreting operations through simulation models.
Build. Res. Inf., 25 2 , 82–91.
Amellonando, A. (2013): Alternatives of dredging method based on interpretation of soil investigation in the north
kalibaru project. Final Project. Hanzehogeschool Groningen
Win, Bo Myint dan Choa Victor. (2004): Reclamation and ground improvement. Thomson Learning. Singapore.
Bromilow, F. J. (1969): Contract time performance expexctations and reality. Build. Forum, 1(3), 70–80.
Halpin, D. W. (1990): MicroCYCLONE user’s manual, Div. of Construction Engineering and Management, Purdue
Univ., West Lafayette, Ind.
Halpin, D. W. (1997): CYCLONE: Method for modeling of job site process. J. Constr. Div. 103(3), 489-499.
Halpin, D. W. dan Riggs, L. S. (1992): Planning and analysis of construction operations. Wiley, New York.
Halpin, D. W. dan Woodhead, R.(1992): Design of construction and process construction. Wiley, New York.