ERGONOMI KONSER.docx
-
Upload
irene-sanita-lanny -
Category
Documents
-
view
443 -
download
2
description
Transcript of ERGONOMI KONSER.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah menjadi
kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan.Artinya peralatan dan teknologi merupakan salah
satu penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis
pekerjaan. Disamping itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada
menghadapi bahaya potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah
dengan adanya antisipasi berbagai resiko. Antara lin kemungkinan terjadinya penyakit akibat
kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat
menyebkan kecacataan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak
dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini
dikenal sebagai pendekatan ergonomic.
Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang ketenagakerjaan
yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja
merupakan subyek dan obyek pembangunan. Ergonomic yang bersasaran akhir efisiensi dan
keserasian kerja memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun obyek.
Akan tetapi sering kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomic bagi para
pekerjanya, hal ini tentunya sangat merugikan para pekerja itu sendiri.
Pada umumnya ergonomic belum diterapkan secara merata pada sector kegiatan ekonomi.
Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsure hygiene perusahaan dan kesehatan
kerja (hiperkes), tetapi sampai saat ini kegiatan-kegiatan baru sampai pada taraf pengenalan
oleh khususnya pada pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada tingkat
perintisan. Fungsi pembinaan ergonomic secara teknis merupakan tugas pemerintah. Pusat
Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi pembinaan ini melalui pembinaan
keahlian dan pengembangan penerapannya. Namun begitu, sampai saat ini pengembangan
kegiatan-kegiatannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk
menerima ergonomic dan penerapannya.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah yang kiranya dapat di susun dalam makalah ini antara lain:
1. Apa saja permasalahan ergonomi di bidang kedokteran gigi?
2. Apa akibat permasalahan ergonomi di bidang kedokteran gigi?
3. Bagaimana cara pemecahan masalah ergonomi di bidang kedokteran gigi?
C. Tujuan
1. Mengetahui permasalahan ergonomi di bidang kedokteran gigi.
2. Mengetahui akibat permasalahan ergonomi di bidang kedokteran gigi.
3. Mengetahui cara pemecahan masalah ergonomi di bidang kedokteran gigi
D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai masalah ergonomi ditempat kerja
khususnya di bidang kedokteran gigi.
2. Sebagai sarana informasi untuk lebih memperhatikan tentang masalah ergonomi
ditempat kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI ERGONOMI
Ergonomi merupakan sains yang berhubungan dengan interaksi antara manusia dengan
lingkungan kerja mereka. Oleh itu, dental ergonomi merupakan pengetahuan yang
mempelajari tentang operator dan lingkungan pekerjaannya agar tidak menimbulkan
kelelahan, ketakutan dan kebosanan pasien. dental ergonomi juga termasuk desain kursi yang
khusus khas untuk dokter gigi agar postur badan yang neutral tetap dapat dipertahankan.
B. TUJUAN ERGONOMI
Tujuan ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja serta
peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti peningkatan keselamatan kerja, pengurangan rasa lelah
dan sebagainya. (Mc Coinick 1993)
Tujuan-tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut (Tarwaka, 2004):
a.Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit
akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan
kerja.
b.Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan
mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun
waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
c.Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari
setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang
tinggi.
C. RUANG LINGKUP
1. Tehnik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian
5. Sosiologi
6. Fisiologi, kaitanya dengan temperature tubuh, oxygen up take, dan aktifitas otot
7. Desain, dll
D. MANFAAT ERGONOMI
Ilmu ergonomi pada dasarnya sangat penting dipelajari karena memberi berbagai
manfaat bagi manusia berkaitan dengan pekerjaannya. Terdapat beberapa manfaat yang dapat
diperoleh dari mempelajari ilmu ergonomi. Manfaat-manfaat ilmu ergonomi yaitu sebagai
berikut:
a. Meningkatkan unjuk kerja, seperti menambah kecepatan kerja, ketepatan,
keselamatan kerja, mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan.
b. Mengurangi waktu, biaya pelatihan, dan pendidikan.
c. Mengopimalkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan
keterampilan yang diperlukan.
d. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan peralatan
yang disebabkan kesalahan manusia.
e. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.
Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:
1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2. Menurunnya kecelakaan kerja.
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8. Kepuasan kerja meningkat.
E. METODE ERGONOMI
Beberapa metode dalam artikel ergonomi dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
dalam menilai ergonomis atau tidaknya suatu lingkungan kerja, yaitu:
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja
penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist, dan pengukuran
lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas, mulai dari yang sederhana
sampai yang kompleks.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomic akan tergantung data dasar pada saat
diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak
pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik
pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan
menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan,
sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang
ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
F. PENGEMBANGAN PENERAPAN ERGONOMI
Ergonomi mengalami berbagai perkembangan dari masa ke masa. Terdapat beberapa
tokoh dan lembaga yang telah berkontribusi untuk mengembangkan bidang ilmu ergonomi.
Berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai beberapa tokoh dan lembaga tersebut:
a. C.T. Thackrah, Inggris, 1831
Thackrah adalah seorang dokter dari Inggris yang meneruskan pekerjaan dari seorang
Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan
lingkungan kerja tidak nyaman yang dirasakan oleh para operator di tempat kerjanya.
Thackrah mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah
kesehatan.
b. F.W. Taylor, USA, 1898
F.W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metode ilmiah untuk
menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan. Beberapa metodenya
merupakan konsep ergonomi dan manajemen modern.
c. F.B. Gilberth, USA, 1911
Gilberth mengamati dan mengoptimasi metode kerja, dalam hal ini lebih mendetail dalam
analisa gerakan dibandingkan dengan Taylor. Buku hasil tulisannya pada tahun 1911
menunjukkan bagaimana postur tubuh membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu
sistem meja yang dapat diatur naik turun (adjustable).
d. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatique Research Board), Inggris,
1918
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada
Perang Dunia ke-1. Mereka menunjukkan bagaimana output setiap harinya meningkat
dengan jam kerja per harinya yang menurun. Selain itu, mereka juga mengamati waktu
siklus optimum untuk sistem kerja berulang (repetitive work systems) dan menyarankan
adanya variasi dan rotasi pekerjaan.
e. Mayo dan teman-teman, USA, 1933
Elton Mayo adalah seorang warga negara Australia, ia memulai beberapa studi di suatu
perusahaan listrik yaitu Western Electric Company, Hawthorne, Chicago. Tujuan studinya
adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variable fisik seperti misalnya pencahayaan
dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator kerja pada unit
perakitan.
f. Kelompok Ergonomi (The International Ergonomic Association)
Awalnya pembentukkan Masyarakat Peneliti Ergonomi (The Ergonomic Research
Society) di Inggris tahun 1949 melibatkan professional. Sehingga menghasilkan jurnal
(majalah ilmiah) pertama dalam bidang ergonomi pada November 1957.
Sementara itu, pada tahap awal pengembangan ergonomi kedokteran gigi terutama
diarahkan pada komponen pekerjaan fisik, orang di belakang itu tidak masalah.
Pengembangan secara nyata dimulai, ketika di awal tahun enam puluhan, slow drill
digantikan oleh water drill yaitu Borden air rotor, yang bekerja jauh lebih cepat dan water-
cooled . Namun, airnya terkuras habis cukup cepat dan hal itu menimbulkan masalah. Selain
itu, permintaan untuk perawatan gigi meningkat pesat dan berbagai laporan diterbitkan yang
menarik perhatian pada masalah serius yang disebabkan oleh postur kerja dokter gigi.
Hasilnya adalah pengembangan peralatan modern, memungkinkan dokter gigi untuk
duduk selama perawatan pasien, yang tidak mungkin dilakukan sebelumnya. Pada saat pola
kerja klasik tidak tidak lagi berfungsi dan pekerjaan menjadi lebih rumit, ergonomi
diperkenalkan. Perkembangan ini telah memberikan pengaruh yang cukup besar pada praktek
kedokteran gigi .
G. KELUHAN DI TEMPAT KERJA YANG BERKAITAN DENGAN ERGONOMI
- Muskuloskeletal disorder
Gangguan muskuloskeletal yang meliputi tulang belakang bagian atas dan bawah, bahu,
dan pergelangan tangan merupakan faktor risiko pada profesi dokter gigi. Sejumlah faktor
teknis seperti dental unit, lampu kerja dan peralatan lain yang digunakan tidak ergonomis dan
faktor non teknis antara lain cara dan posisi saat merawat pasien serta life style dokter gigi
merupakan risiko yang berperan penting untuk terjadinya gangguan musculoskeletal pada
dokter gigi. Gangguan muskuloskeletal yang kerap terjadi pada praktisi kesehatan. Hal ini
terjadi akibat posisi tubuh sewaktu bekerja kurang ergonomis dan terjadi dalam waktu yang
lama serta berulangulang. Di antara praktisi kesehatan yang rentan dalam menghadapi adanya
ancaman gangguan muskuloskeletal adalah dokter gigi. Secara umum jenis pekerjaan dokter
gigi ditandai dengan adanya posisi tubuh yang statis dan kaku dalam melakukan perawatan
terhadap pasien. Pasien yang dirawat di atas kursi gigi menyebabkan seorang dokter gigi
harus duduk atau berdiri membungkuk dalam waktu lama. Posisi tubuh seperti ini
menyebabkan dokter gigi yang berpraktiks ering mengalami rasa sakit atau rasa tidak nyaman
di daerah leher, bahu dan tulang punggung sehingga dapat mengakibatkan antara lain
gangguan muskuloskeletal yang berupa nyeri punggung bagian bawah (lower back pain).
Kebanyakan gangguan muskuloskeletal terjadi karena dokter gigi secara tanpa sadar berada
pada posisi tubuh yang kurang mendukung saat merawat pasien. Saat melakukan preparasi
gigi atau mencabut gigi misalnya, kadang-kadang dokter gigi membungkuk ke arah pasien,
bergerak secara mendadak, memutar tubuh dari satu sisi ke sisi yang lain. Seluruh gerakan
tersebut dilakukan berkali-kali dalam jangka waktu yang panjang. Hal inilah yang dapat
menyebabkan sindroma muskuloskeletal. Walaupun bekerja dengan postur netral dapat
mencegah atau mengurangi sindroma muskuloskeletal, kebanyakan dokter gigi tidak
menyadari pentingnya manfaat sistem ergonomik dengan posisi yang baik saat merawat
pasien.
H. APLIKASI ERGONOMI PADA KEDOKTERAN GIGI
Aplikasi ergonomi dalam kedokteran gigi
1. Aplikasi dalam desain ruangan praktik
Desain ruang praktik dokter gigi dianjurkan sesuai dengan ergonomi, hal ini untuk
mengurangi kemungkinan dokter gigi mengalami musculoskeletal disorders. Desain
yang dianjurkan adalah desain yang dapat memberikan ruang gerak yang bebas dan
nyaman bagi operator dan asisten operator. Desain yang dianjurka sesuai dengan
Clock concepts pada konsep Four Handed Dentistry , dimana tempat kerja disekitar
pasien dibagi menjadi 4 area berbeda dengan kepala pasien sebagai pusatnya. jam 12
terletak tepat di belakang kepala pasien, maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut
Static Zone, arah jam 2 sampai jam 4 disebut Assisten’s Zone, arah jam 4 sampai jam
8 disebut Transfer Zone, kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut Operator’s
Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi.
Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat Gigi serta
tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen Bergerak
(Mobile Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang dapat membuat
takut pasien. Assistant’s Zone adalah zona tempat pergerakan Perawat Gigi, pada
Dental Unit di sisi ini dilengkapi dengan Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah,
serta Light Cure Unit pada Dental Unit yang lengkap. Transfer Zone adalah daerah
tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan tangan Perawat
Gigi. Sedangkan Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi.
Selain pergerakan yang terjadi di seputar Dental Unit, pergerakan lain yang perlu
diperhatikan ketika membuat desain tata letak alat adalah pergerakan Dokter Gigi,
Pasien, dan Perawat Gigi di dalam ruangan maupun antar ruangan. Jarak antar
peralatan serta dengan dinding bangunan perlu diperhitungkan untuk memberi ruang
bagi pergerakan Dokter Gigi, Perawat Gigi, dan Pasien ketika masuk atau keluar
Ruang Perawatan, mengambil sesuatu dari Dental Cabinet, serta pergerakan untuk
keperluan sterilisasi.
2. Aplikasi dalam penggunaan kekuatan dalam praktik
Hal dalam praktik dokter gigi yang sering memicu terjadiny MSDs adalah
penggunaan kekuatan yang berlebih, pengulangan gerakan tertentu dan terlalu
berlebihan dalam bekerja. Untuk itu, dianjurkan untuk tidak terlalu memberikan
kekuatan yang berlebih dalam melakukan tindakan, misalnya pada saat scaling.
Mengurangi gerakan berulang dan beristirahat yang cukup setelah mengerjakan
beberapa tindakan untuk memberikan tubuh waktu untuk istirahat.
3. Aplikasi dalam desain instrument
Instrument didesain senyaman mungkin bagi dokter gigi. Desain yang tepat
membantu mengurangi penggunaan kekuatan yang berlebih saat tindakan dan
membantu menjaga tangan tetap pada posisi netralnya. Hal yang perlu
dipertimbangkan dalam desain ini adalah bentuk, berat instrument, kemudahan dalam
pemakaian dan perawatannya.
Cara memegang instrumen tangan atau instrumen rotatori adalah modified pen grasp.
Cara alat dipegang adalah dengan menggunakan jari tengah, jari telunjuk, dan ibu jari.
Jari telunjuk dan ibu jari berada berdekatan dengan gagang alat pada sisi yang
berseberangan, sedangkan jari tengah berada di atas leher alat. Jari telunjuk ditekuk
pada ruas kedua dan berada di atas jari tengah pada sisi yang sama dari alat. Ibu jari
ditempatkan di antara telunjuk dan jari tengah pada sisi yang berseberangan. Dengan
posisi ketiga jari yang demikian didapatkan efek tripod yang akan mencegah
terputarnya alat secara tak terkontrol pada waktu tekanan dilepaskan sewaktu
instrumentasi. Selain itu, keuntungan dari cara pemegangan instrumen ini adalah
dimungkinkan sensasi taktil oleh jari tengah yang diletakkan di atas leher alat.
Tumpuan dan sandaran jari adalah menunjukkan penempatan jari manis dari tangan
yang memegang alat baik secara intra-oral atau ekstra oral untuk dapat mengkontrol
kerja alat dengan lebih baik. sandaran jari digunakan untuk memperbesarkan aksi
instrumen dan dengan memperbesarkan instrumen akan menjadi pengungkit. Dengan
cara demikian, aplikasi tekanan akan bertambah baik dan stabilisasi alat semakin
terjamin. Pergelangan tangan dan lengan operator berperan sebagai tuas yang
merupakan suatu kesatuan dengan tumpuan.
Sandaran jari bisa intra oral atau ekstra oral. Sandaran intra oral berupa:
1. Konvensional. Jari manis bersandar pada permukaan gigi tetangga dari gigi yang
diinstrumentasi. Cara ini paling sering digunakan.
2. Berseberangan. Jari manis bersandar pada permukaan gigi yang berseberangan
pada lengkung rahang yang sama.
3. Berlawanan. Jari manis bersandar pada permukaan gigi di lengkung rahang yang
berlawanan.
4. Jari di atas jari. Jari manis bersandar di atas telunjuk ibu jari tangan yang tidak
bekerja.
Pada waktu instrumentasi, pergelangan tangan dan lengan bawah harus menyatu
dengan alat dan tumpun supaya pekerjaan dapat dilakukan secara efisien. Gerakan
pergelangan tangan dan lengan haruslah mulus dan efisien. kadang-kadang
pergelangan tangan terpaksa ditekukkan, namun otot-otot telapak tangan dan lengan
bawah meregang dan bergerak sebagai satu unit. Instrumentasi dengan menekukkan
pergelangan tangan atau dengan gerak jari ke atas dan ke bawah akan menyebabkan
cepat lelah dan instrumentasi tidak efektif. Selain itu, instrumentasi dengan
menekukkan pergelangan tangan atau gerak jari saja akan menyebabkan Sindrom
Karpal Tunnel dan inflamasi pada ligamen dan saraf pergelangan tangan.
4. Aplikasi dalam kursi operator (dental stool)
Kursi yang bersifat ergonomis yang mendukung penjagaan postur tulang belakang
terutama daerah lumbar dimana lengkung di daerah ini dipertahankan dengan
memberikan desain yang nyaman. Dental stool yang dianjurkan adalah dental stool
dengan seating berbentuk saddle dan miring, karena akan mencegah tekanan pada
paha bagian belakang dan menjaga kelengkungan bagian lumbar dari tulang belakang
bagian bawah dengan menjaga panggul tetap pada posisi netralnya.
5. Aplikasi dalam kursi pasien (dental chair)
Kursi gigi pertama diproduksi oleh SS white dental company yang disebut sebagai
Harris. Kursi hidrolik pertama diproduksi pada tahun 1877 disebut Wilkinson. Kursi
gigi modern dipasarkan akhir tahun 1960.
Desain yang diinginkan adalah desain yang memberikan kenyamanan bagi pasien.
Kursi harus stabil dengan kemudahan dalam penyesuaiannya, baik tinggi kursi
terhadap lantai juga posisi headrest dari kursi untuk menyamankan posisi kepala
pasien terhadap operator.
6. Aplikasi dalam posisi
Posisi ini baik berupa posisi dari pasien maupun posisi dari dokter gigi. Posisi pasien
yang ideal adalah posisi supine. Kursi diatur sehingga pasien hampir sejajar dengan
lantai dan punggung kursi sedikit dinaikkan. Kepala pasien harus berada dekat
puncak sandaran kursi. Posisi pasien pada perawatan kwandran kiri dan kanan rahang
atas harus sehorizontal mungkin. Manakala perawatan pada kwandran kiri rahang
bawah, pasien harus berbaring di krusi dengan posisi sandaran krusi 30˚ dari bidang
horizontal. Untuk kwandran rahang bawah, pasien harus berbaring dengan sudut 40˚
dari bidang horizontal.
Supine posisition untuk pemeriksaan maksila
Posisi untuk pemeriksaan mandibula kuadran kiri RB
Posisi untuk pemeriksaan mandibula kuadran kanan RB
Posisi operator bervariasi tergantung pada sisi mana instrumentasi dilakukan. Posisi
operator dikaitakan dengan arah jarum jam. Posisi pukul 8 – 12 adalah posisi bagi
operator normal, sedangkan posisi pukul 12 – 4 adalah posisi bagi operator kidal.
Tabel di bawah menunjukkan posisi operator yang bukan kidal pada waktu
melakukan perawatan pada pasien.
Untuk operator dengan tangan kanan (right handed dentist), posisi sesuai dengan
clock concept normal yang diajarkan.
Posisi operator untuk pemeriksaan gigi anterior dan regio gigi yang diperiksa
Posisi operator untuk pemeriksaan gigi posterior dan regio gigi yang diperiksa
Untuk operator dengan tangan kidal (left handed dentist), posisi yang dianjurkan
merupakan kebalikan dari posisi normal
Posisi operator untuk pemeriksaan gigi anterior dan regio gigi yang diperiksa
Posisi operator untuk pemeriksaan gigi posterior dan regio gigi yang diperiksa
7. Aplikasi dalam self protection dokter gigi
Proteksi sangat penting diperhatikan oleh seorang dokter gigi. Pada umumnya pasien
datang pada kondisi infeksi gigi (pulpa). Proteksi oleh seorang dokter gigi membantu
mencegah terjadinya transfer infeksi baik infeksi penyakit rongga mulut yang diderita
atau mungkin penyakit lain yang diderita oleh pasien yang memiliki kemampuan
penyebaran melalui saliva misalnya HIV dan Hepatitis. Contoh self protection yang
dapat dilakukan adalah penggunaan masker dan sarung tangan yang sesuai dengan
aturan,
8. Aplikasi dalam penjadwalan kerja dokter gigi
Kerja yang berlebih dapat memberikan efek yang kurang baik bagi dokter gigi. Selain
kelelahan, dapat juga terjadi penekanan terhadap kondisi psikis dokter gigi yang akan
menyebabkan terganggunya kesehatan dokter gigi tersebut. Untuk itu, dianjurkan
dokter gigi mengatur jadwal kerjanya sehingga dia tetap mendapatkan istirahat yang
cukup agar dapat tetap bekerja dengan optimal.
I. WAKTU BEKERJA DAN ISTIRAHAT YANG BAIK BAGI DOKTER GIGI
Masa kerja dalam hubungan pelaksanaan tugas dan pemeliharaan keadaan tubuh tetap baik
berkaitan dengan pekerjaan sewaktu-waktu menurut beban kerja, pekerjaan sehari, dalam
seminggu dan lain-lain. Lamanya seseorang bekerja dalam sehari secara baik pada umumnya
6-8 jam dan sisanya untuk istirahat atau kehidupan keluarga dan masyarakat. Memperpanjang
waktu kerja lebih dari itu biasanya disertai menurunnya efisiensi tubuh, timbulnya kelelahan,
penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Pelaksanaan tidak dapat meningkat lagi bahkan
menurun jika waktunya telah melebihi 8 jam kerja. Dari penelitian angka absensi meningkat
dengan cepat jika jam kerja melebihi 63,2 jam seminggu untuk pria dan 53,7 jam untuk
wanita. Jumlah jam kerja yang memungkinkan seseorang tenaga kerja dapat bekerja dengan
baik adalah 40 jam seminggu. Lebih dari itu akan menunjukkan hal-hal yang merugikan.
Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan No.25 Tahun 1997 disebutkan bahwa
waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan pada siang atau malam hari.
a. siang hari adalah waktu antara pukul 06.00-18.00
b. malam hari adalah waktu antara pukul 18.00-06.00
Adapun pasal 100 ayat 2, waktu kerja meliputi :
a. Waktu kerja siang hari yaitu :
1. 7 jam sehari dan 40 jam seminggu, bentuk 6 hari kerja seminggu
2. 8 jam sehari dan 48 jam seminggu, bentuk 5 hari kerja seminggu.
Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktivitasnya. Segi penting dan
persoalan waktu kerja meliputi :
a. lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik.
b. hubungan diantara waktu kerja dan istirahat.
c. waktu kerja sehari yang meliputi pagi, siang, sore dan malam.
I. UPAYA KESEHATAN KERJA
1) Gizi dan produktivitas
Dalam bekerja seorang pekerja dalam kehidupannya memerlukan kalori makanan yang cukup
demi menunjang aktivitas para pekerja. Adapun susunan yang baik bagi pekerja adalah
sebagai berikut :
a. Makan pokok, yakni :
1. Bahan makan yang lazim dimakan dengan porsi besar sehingga diharapkan dapat menjamin
tenaga (kalori) yang besar pula
2. Bahan makanan setempat, yang mudah didapatkan atau yang sesuai dengan selera keluarga
3. Bahan-bahan ini berupa beras, jagung, sagu, ubi, dll
b. Lauk pauk, yakni :
1. Bahan makan yang lazim dapat menjamin pertumbuhan tubuh atau mengganti bagian badan
yang aus dan rusak
2. Bahan-bahan ini berupa kedelai, kacang, tempe, tahu, dll
c. Sayuran, yakni :
1. Bahan makan yang lazim dapat mempertahankan tubuh, dalam keadaan sehat atau
mempertahankan tubuh terhadap serangan atau penyakit
2. Sayuran yang berwarna lebih baik khasiatnya misalnya kangkung, bayam, wortel, tomat, dll
d. Buah yakni;
1. Bahan makan yang gunya hampir seperti sayuran
2. Di Indonesia buah terkenal sebagai pencuci mulut
3. Setelah makan dan biasa dimakan dan sebagai maknan extra diluar waktu-waktu makan.
Sebaiknya buah-buahan yang sesuai dengan musimnya sebab relative lebih murah
2) Penerangan dan dekorasi
Penerangan dan dekorasi yaitu keserasian fungsi mata terhadap pekerjaan dan kegairahan atas
dasar faktor kejiwaan.
o Intensitas penerangan
Tabel 2 Pedoman intensitas penerangan
Pekerjaan Contoh-contoh Tingkat penerangan yang
perlu
Tidak teliti Penimbunan barang 80 - 70
Agak teliti Pemasangan (tidak teliti) 170 – 350
Teliti Membaca, menggambar 350 – 700
Sangat teliti Pemasangan(teliti) 700– 10.000
o Warna di tempat kerja
Warna yang dipakai di tempat kerja sangat berpengaruh karena menimbulkan
penciptaan kontras warna agar tangkapan mata dan pengadaan lingkungan psikologis yang
optimal.
3) Pemeliharaan pendengaran dan penggunaan musik
1. Kebisingan,efek dan pencegahannya
Adapun pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:
Kerusakan pada indera pendengaran
Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian
Pengaruh faal,seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur, dan efek-efek saraf otonom
Efek psikologis yaitu perasaan terganggu dan ketidaksenangan
2. Music dan pekerjaan
Musik dalam kerja diharapkan meningkatkan kegairahan dan kesegaran, tetapi musik tidak
dapat dipergunakan dalam pekerjaan yang memiliki kebisingan tinggi, karena pada keadaan
seperti itu music menambah besarnya gangguan. Musik dapat dimainkan pada saat sebelum
bekerja, Ketika bekerja, pada waktu istirahat atau ketika pulang menurut keperluan.
4) Olahraga dan kesegaran jasmani
Mengingat pentingnya kesegaran jasmani untuk kesehatan dan produktivitas maka
pembinaan kesegaran jasmani perlu mendapat perhatian yang lebih, sungguh-sungguh baik
berupa pelaksanaan, pembinaan kesegaran jasmani yang khusus maupun melalui berbagai
kegiatan olahraga. Pembinaan kesegaran jasmani perlu dilaksanakan sejak seleksi karyawan
yang berupa tes kesegaran jasmani. Misalnya, program aerobic dari cooper.
BAB III
PEMBAHASAN
A. PERMASALAHAN ERGONOMI DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI
Saat ini masih banyak dokter gigi yang belum menyadari mengenai manfaat
pentingnya penerapan konsep ergonomis dalam dunia praktek. Salah satu contohnya
adalah ketidaktepatan posisi kursi kerja yang dapat menyebabkan keluhan kepala,
leher, bahu, pinggang, lengan, tangan, lutut, kaki, dan paha. Kesalahan-kesalahan lain
yang dapat menyebabkan timbulnya beberapa masalah ergonomis diantaranya :
1. Penempatan posisi tubuh yang salah.
Kebanyakan dokter gigi hanya memperhatikan kenyamanan pasien yang
dirawat, tapi kurang memperhatikan kenyamanan bagi diri mereka sendiri saat
merawat pasiennya.Misalnya saat melakukan preparasi gigi atau mencabut gigi,
kadang-kadang dokter gigi membungkuk ke arah pasien, bergerak secara mendadak,
memutar tubuh dari satu sisi ke sisi yang lain. Seluruh gerakan tersebut dilakukan
berkali-kali dalam jangka waktu yang panjang.Hal inilah yang dapat menyebabkan
sindroma muskuloskeletal.
Posisi tubuh yang statis dan kaku dalam melakukan perawatan terhadap pasien
juga beresiko menyebabkan seorang dokter gigi harus duduk atau berdiri
membungkuk dalam waktu lama. Posisi tubuh seperti ini menyebabkan dokter gigi
yang berpraktik sering mengalami rasa sakit atau rasa tidak nyaman di daerah leher,
bahu dan tulang punggung sehingga dapat mengakibatkan antara lain gangguan
muskuloskeletal yang berupa nyeri punggung bagian bawah (lower back pain).
(Posisi Salah) (Posisi Benar)
2. Penempatan mobile cabinet yang tidaktepat.
Mobile Cabinet merupakan meja bergerak yang berisi instrumen tangan serta
peralatan yang nantinya digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan dan alat
selama perawatan berlangsung.
Peletakan mobile cabinet yang terlalu jauh dari jangkauan menyebabkan
dokter gigi atau perawat gigi mengalami kesulitan saat pengambilan instrumen dan
material yang digunakan selama proses perawatan. Hal ini juga menyebabkan
pergerakan yang berulang kali dan dapat memicu faktor kelelahan fisik.
3. Dental Light
Dalam praktik dokter gigi, dental light memiliki peran yang penting untuk
membantu melihat kondisi mulut pasien. Dental light yang dianjurkan adalah jangan
terlalu besar dan lebar, pilih yang sempit dan fokus hanya pada mulut pasien dan tidak
menghasilkan bayangan yang mengganggu.Jika intensitas cahaya yang dikeluarkan
lampu tersebut terlalu kecil atau besar dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan
kelelahan pada mata.
Bahkan seharusnya pada dental unit yang dirancang dengan sistem ergonomik,
tombol untuk menyalakan dan memadamkan dental light sudah menyatu pada meja
kursi dental dan pada assistant console, sehingga mudah dijangkau.Operator tidak
perlu lagi menyentuh tombol dental light untuk mengatur posisinya sehingga
intensitas gerakan yang dilakukan berkurang.
4. Getaranyangditimbulkanalat-alatkedokterangigi
Dalam dunia kedokteran gigi selalu berkaitan dengan penggunaan alat yang
menimbulkan efek getaran.Biasanya gangguan yang dapat ditimbulkan dapat
mempengaruhi kondisi bekerja, mempercepat datangnya kelelahan dan menyebabkan
timbulnya beberapa penyakit.Besaran getaran ditentukan oleh lama, intensitas, dan
frekuensi getaran. Sedangkan anggota tubuh mempunyai frekuensi getaran sendiri
sehingga jika frekuensi alami ini beresonansi dengan frekuensi getaran mekanis akan
mempengaruhi konsentrasi kerja, mempercepat kelelahan, gangguan pada
anggotatubuhsepertimata, syaraf, danotot.
5. Kebisingan yang ditimbulkan oleh suara-suara alat kedokteran gigi
Alat-alat kedokteran gigi tidak hanya menimbulkan getaran, tetapi juga suara
bising yang akan menganggu jika terus menerus ada. Contohnya adalah suara bur
yang sedang berputar ketika preparasi gigi. Pengaruh kebisingan secara keseluruhan
antara lain adalah kerusakan pada indera pendengaran, gangguan komunikasi dan
timbulnya salah pengertian, serta pengaruh faal seperti gangguan psikomotor,
gangguan tidur, dan efek-efek saraf otonom.
B. AKIBAT PERMASALAHAN ERGONOMI DI BIDANG KEDOKTERAN
GIGI
Tenaga kesehatan gigi yang belum menyadari mengenai manfaat pentingnya
penerapan konsep ergonomis dapat mengakibatkan berbagai hal yang dapat mempengaruhi
kenerja. Akibat yang ditimbulkan dari permasalahan ergonomis di kedokteran gigi diuraikan
sebagai berikut:
1. Akibat penempatan posisi tubuh yang salah.
Posisi tubuh yang salah yang dilakukan berkali-kali dalam jangka waktu yang panjang
dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal
(musculoskeletal disorders) adalah suatu kumpulan gangguan atau cedera yang mengenai
sistem muskuloskeletal. Rasa sakit atau gangguan muskuloskeletal ini biasanya dikaitkan
dengan pekerjaan seseorang yang disertai adanya rasa tidak nyaman pada tangan, lengan,
bahu, leher dan tulang punggung akibat posisi saat bekerja dengan postur tubuh yang tetap
selama bekerja. Gangguan muskuloskeletal dapat terjadi pada dokter gigi dikarenakan saat
melakukan perawatan pasien berada dalam posisi berdiri, duduk atau membungkuk.
Salah satu penyebab sindroma muskuloskeletal pada dokter gigi dikarenakan dokter gigi
hanya memperhatikan kenyamanan bagi pasien yang dirawat, tapi kurang memperhatikan
kenyamanan anda bagi diri mereka sendiri saat merawat pasiennya. Selain itu timbulnya
gangguan muskuloskeletal ini terkait dengan kondisi lingkungan kerja dan cara kerja
mendukung sehingga dengan kondisi seperti ini dapat menyebabkan kerusakan pada otot,
syaraf, tendon, persendian, kartilago, dan diskus vertebralis. Hal ini terjadi akibat posisi
tubuh sewaktu bekerja kurang ergonomis dan terjadi dalam waktu yang lama serta
berulang- ulang.
Muskuloskeletal disorder yang diderita tenaga kesehatan gigi disebut work-related
musculoskeletal disorder (WMSDs). Tanda dan gejala WMSDs adalah :
1. Leher sakit pada waktu malam
2. Punggung terasa kaku pada pagi hari
3. Pergelangan tangan sakit
4. Rasa kebas pada jari
Salah satu tipe WMSD adalah Sindrom Karpal Tunnel. Sindrom ini terjadi akibat
kompresi pada nervus median yang bermula dari pleksus brachial yang menginervasi jari
tangan. Etiologi dari sindrom ini adalah pergerakan yang berulang dan membutuhkan
tenaga atau aspek lain misalnya tekanan pada nervus median yang dapat menurunkan
aliran darah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa postur duduk yang baik berkorelasi negatif
dengan nyeri punggung. Lebih dari 80% dokter gigi yang memiliki posisi duduk yang
menyebabkan sakit punggung.
2. Penempatan mobile cabinet yang tidak tepat.
Penempatan mobile cabinet yang terlalu jauh dari jangkauan menyebabkan pergerakan
yang berulang kali dan dapat memicu faktor kelelahan fisik. Jika kelelahan ini tidak
terlalu berat kelelahan bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
Proses injuri sel saraf pada sindrom karpal turner
Bagian pada tangan yang diinervasi pleksus branchial yang akan terpengaruh apabila menderita sindrom karpal turner.
3. Dental Light
Intensitas cahaya dental light yang terlalu kecil atau besar dapat menimbulkan rasa
tidak nyaman dan kelelahan pada mata.
4. Getaran yang ditimbulkan alat-alat kedokteran gigi
Getaran yang ditimbulkan alat-alat kedokteran gigi akan mempengaruhi konsentrasi
kerja, mempercepat kelelahan, gangguan pada anggota tubuh seperti mata, syaraf, dan
otot.
5. Kebisingan yang ditimbulkan oleh suara-suara alat kedokteran gigi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh suara-suara alat kedokteran gigi dapat
mengakibatkan kerusakan pada indera pendengaran, gangguan komunikasi dan
timbulnya salah pengertian, serta pengaruh faal seperti gangguan psikomotor,
gangguan tidur, dan efek-efek saraf otonom.
C. PEMECAHAN MASALAH
Gangguan muskuloskeletal yang meliputi tulang belakang bagian atas dan bawah,
bahu, dan
pergelangan tangan merupakan faktor risiko pada profesi dokter gigi. Pada beberapa
penelitian
sebelumnya diketahui prevalens gangguan muskuloskeletal pada dokter gigi berkisar antara
25-85%. Sebagai Usaha pencegahan gangguan muskuloskeletal dengan sistem ergonomik
bukan saja terbatas pada perbaikan posisi dan postur dokter gigi saat melakukan perawatan
pada pasien, namun juga melibatkan peralatan di ruang perawatan dan bagaimana dokter gigi
bekerja secara bebas di dalam suatu ruang yang sempit, diantaranya :
a. Peralatan ergonomik
Peralatan yang ergonomik membantu operator dan asisten dapat bekerja dengan posisi
dan postur tubuh, lengan dan bahu yang baik agar selama melakukan perawatan yang
membutuhkan waktu yang panjang dan posisi tubuh yang menetap.
b. Operating Stool : kursi yang digunakan dokter gigi
- Bentuk tempat duduk yang membantu tubuh dalam posisi yang benar dengan spinal
yang tegak dan dekat dengan kursi gigi.
- Bentuk sandaran yang mendukung punggung agar otot punggung bagian bawah tetap
tegak dan lengkungannya dipertahankan.
- Sandaran lengan dirancang untuk mengurangi tekanan dan kelelahan pada otot-otot
punggung bagian atas, leher dan bahu dengan membentuk sudut tegak lurus terhadap
siku lengan dokter gigi.
c. Operator Table : meja dari kursi dental yang memungkinkan pergerakan posisi vertikal
dan horisontal, sehingga dapat disesuaikan dengan posisi operator berada.
- Kursi dental dengan sandaran kepala dan belakang yang lebar serta tebal akan
menyulitkan operator bekerja lebih dekat dengan pasien, sehingga cenderung
membungkuk ke arah pasien.
- Kursi dental yang ergonomik adalah dengan sandaran kepala yang sempit dan tipis.
Bentuk demikian memungkinkan operator meletakkan tangannya dengan mudah di
bawah pasien, memudahkan pandangan ke daerah operasi, dan tetap mempertahankan
postur yang optimal.
d. Dental-loupe : alat bantu lihat yang dapat memperbesar obyek yang dilihat sehingga
memungkinkan dokter gigi dapat duduk lebih nyaman dengan postur leher dan bahu yang
optimal.
- Pembesaran paling kurang dua kali sudah cukup menghasilkan jarak penglihatan yang
baik dengan posisi pasien.
- Pembesaran yang lebih tinggi ditambah dengan sistem pencahayaan yang optimal
dapat meningkatkan efisiensi penglihatan yang lebih rinci dan tidak ada hambatan
bayangan pada daerah operasi.
e. Handpiece/ultra sonic scaler/endodontic
- Permukaan handpiece yang halus.
- Tangkai handpiece membentuk sudut 15odengan permukaan daerah kerja.
- Jarak minimal 26 mm dari ujung handpiece yang masuk di dalam mulut pasien
sampai ke tangkai yang bersudut.
- Peralatan tersebut diharapkan ringan dan tidak terlalu besar diameternya.
f. Dental light
Dental light yang dianjurkan adalah jangan terlalu besar dan lebar, pilih yang sempit
dan fokus hanya pada mulut pasien dan tidak menghasilkan bayangan yang mengganggu.
Lebih dianjurkan menggunakan dental light dengan sensor, atau monitor untuk lampu
ditempatkan pada lokasi yang mudah dicapai tanpa harus memegang tangkai lampu. Pada
dental unit yang dirancang dengan sistem ergonomik, tombol untuk menyalakan dan
memadamkan dental light sudah menyatu pada meja kursi dental dan pada assistant
console, sehingga mudah dijangkau. Operator tidak perlu lagi menyentuh tombol dental
light untuk mengatur posisinya.
Selain itu, untuk memcahkan masalah ergonomi dalam bidang kedokteran gigi juga
dapat digunakan konsep four-handed dentistry yang terdiri dari dokter gigi dan asisten yang
masing-masing memiliki keterampilan. Pada umumnya rancangan dental unit dibuat dengan
sputum-bowl yang terletak didaerah posisi asisten, sehingga bagian ini menghambat
penempatan asisten di daerah tersebut. Akibatnya dokter gigi harus mengambil dan
mengembalikan handpiece atau peralatan lainnya dari/pada tempatnya, sehingga fokus
pandangan operator berpindah-pindah dari mulut pasien ke tempat peralatan. Beberapa
prinsip yang dianjurkan untuk menerapkan konsep four-handed dentistry agar dapat memberi
manfaat yang lebih baik yaitu :
a. Dokter gigi diharapkan melatih asisten sehingga tidak perlu melakukan pergerakan yang
tidak efisien. Misalnya mengambil forcep atau alat pencabutan gigi di daerah yang jauh
dari jangkauannya.
b. Asisten yang membantu dokter gigi harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan
dalam menangani peralatan. Terlatih untuk mengikuti setiap prosedur perawatan yang
dilakukan dokter gigi.
c. Asisten harus lebih sering menangani peralatan misalnya saliva ejector, suction pump,
handpiece dan bor, sehingga dokter gigi tidak perlu melakukannya sendiri. Idealnya
penanganan peralatan yang dilakukan asisten adalah 80 – 90% dari waktu kerja, sehingga
dokter gigi hanya berkonsentrasi pada perawatan pasien.
d. Letak peralatan yang harus ditangani asisten lebih banyak berada pada sisi asisten untuk
memudahkan pemindahan alat ke dokter gigi. Posisi alat harus berada di depan asisten
dan jangan di samping asisten, agar tidak perlu melakukan pergerakan tubuh memutar.
e. Asisten juga harus berada di daerah yang bebas agar mudah memindahkan alat tanpa
melewati dada pasien. Alat yang dipindahkan sebaiknya melewati batas dagu pasien.
f. Bidang perawatan (operatory-field) dibentuk sedemikian rupa sehingga terdapat ruang
bebas, baik bagi asisten, dokter gigi dan pasien. Kondisi seperti ini menyebabkan pasien
tidak merasa terkurung oleh dokter gigi maupun asisten. Biasanya ruangan dibagi atas
empat daerah aktivitas, yaitu daerah operator, daerah asisten, daerah untuk memindahkan
alat, dan daerah statik.
Beberapa Cara Pencegahan Gangguan Muskuloskeletal antara lain :
1. Gunakan kursi dental dengan sistem ergonomik atau kursi dental selalu diatur dengan
posisi yang mendukung postur yang tepat.
2. Usahakan agar posisi dokter gigi lebih dekat dengan pasien. Hindari postur yang
membungkuk yang menyebabkan rasa sakit pada punggung dan leher.
3. Hindari kecenderungan dokter gigi untuk menyesuaikan posisi terhadap pasien, namun
usahakan pasien didudukkan sesuai dengan posisi yang benar bagi dokter gigi.
4. Hindari mengangkat siku atau lengan terlalu tinggi untuk mencegah otot terlalu tegang.
5. Siapkan waktu untuk memposisikan pasien pada posisi horisontal (terlentang) dengan
sudut yang benar, pada saat melakukan perawatan untuk gigi rahang atas, sedangkan
posisi pasien setengah horisontal untuk perawatan gigi rahang bawah.
6. Gunakan bantal di bawah leher pasien untuk mempertahankan posisi kepala yang benar
selama melakukan perawatan gigi pada rahang atas.
7. Lakukan latihan yoga, meditasi, senam ringan, relaksasi otot dengan pengurutan, mandi
uap setelah melakukan kegiatan yang sangat menegangkan otot.
8. Senantiasa melakukan perubahan posisi, agar tidak hanya dalam posisi menetap, kaku dan
hindari postur yang menetap dalam jangka waktu lama.
9. Gunakan sarung tangan yang cocok, jangan terlalu cekat dan jangan juga longgar, karena
dapat mengakibatkan carpal tunnel syndrome (CTS).
10. Gunakan dental-loupe untuk membantu penglihatan agar tidak terjadi kelelahan pada
mata.
11. Bilamana menerapkan four-handed dentistry dalam praktik, maka lakukan dengan konsep
yang benar, agar lebih efisien dan bermanfaat.
12. Sebaiknya dokter gigi menggunakan semacam korset (lumbosacral support) yang
berfungsi sebagai penyangga tulang belakang sewaktu merawat pasien.
13. Ada jeda waktu antara satu pasien dengan pasien lainnya agar dapat mengistirahatkan
otot.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Prinsip Dasar Kesehatan Kerja.http://www.depkes.go.id
Andayasari, Lelly. 2012. Gangguan Muskuloskeletal pada Praktik Dokter Gigi.Media Litbang
Kesehatan Vol 22 (2).
Luthfianto, Saufik dan Siswiyanti. 2008. Pengujian Ergonomi Dalam Perancangan Desain
Produk. Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008
Tarwaka, Solichul H.B, Lilik S. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kerja dan Produktivitas.
Surakarta: Uniba Press.