Rabies in Asia Foundation (RIA)-India chapter World Rabies Day-2008 Quiz on Rabies
epidemilogi rabies
-
Upload
anonymous-06t3pvmmi -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
description
Transcript of epidemilogi rabies
![Page 1: epidemilogi rabies](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082402/55cf9153550346f57b8c99db/html5/thumbnails/1.jpg)
RABIES
1.1 Epidemiologi Rabies
Rabies yang juga dikenal dengan penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi yang
bersifat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit bersifat fatal
viral encephalomyelitis akut yang menyerang carnivore, kelelawar, mamalia, dan manusia.
Menurut cara penularannya rabies termasuk golongan zoonosis langsung (direct zoonosis) yaitu
zoonosis yang hanya memerlukan satu jenis vertebrata saja untuk kelangsungan hidupnya, dan
agen penyebab penyakit hanya sedikit berubah selama penularan. Sedangkan, menurut reservoir
utamanya rabies digolongkan dalam antropozoonosis, yaitu penyakit yang secara bebas
berkembang di alam di antara hewan-hewan liar maupun domestik. Manusia hanya kadang-
kadang saja terinfeksi dan merupakan titik akhir dari infeksi. Menurut agen penyebabnya rabies
merupakan zoonosis kausa viral. Rabies dapat ditularkan oleh satwa liar (wild life zoonosis),
hewan piara (domesticated animal zoonosis) maupun hewan yang hidup dipemukiman manusia
(domiciliated zoonosis) (Anonimusa , 2010; Krebs et al., 1995).
Menurut Consales dan Bolsan (2007) ada dua siklus epidemiologi penularan rabies,
yaitu siklus silvatik (cylvatic cycle) dan siklus urban perkotaan, (urban cycle) atau kalau di
negara yang sedang berkembang siklus pedesaan (rural cycle ). Di negara maju, seperti di
Amerika Serikat, di mana pemahaman masyarakat terhadap rabies sangat tinggi dan
pemeliharaan hewan pembawa rabies (HPR) sangat bagus, maka jarang dijumpai adanya siklus
penularan urban yaitu antar hewan domestik. Serangan rabies umumnya terjadi melalui siklus
silvatik, HPR liar (seperti musang, raccoon, skunk, dan coyote) keluar dari hutan masuk ke kota
menyerang hewan domestik atau manusia. Di Indonesia umumnya kasus rabies bersifat siklus
![Page 2: epidemilogi rabies](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082402/55cf9153550346f57b8c99db/html5/thumbnails/2.jpg)
Anjing liar Anjing peliharaan yang menjadi liar
Anjing peliharaan Manusia
urban/rural, yakni melalui gigitan anjing, kucing, dan monyet. Namun, yang paling berperan
menularkan rabies (lebih dari 95%) adalah anjing (Bradame, 2001; Putra et al., 2009).
Penularan rabies di lapangan (rural rabies) berawal dari suatu kondisi anjing yang tidak
dipelihara dengan baik atau anjing liar yang merupakan ciri khas yang ada di pedesaan yang
berkembang sangat fluktuasi dan sulit dikendalikan. Suatu kondisi yang sangat kondusif untuk
menjadikan suatu daerah dapat bertahan menjadi daerah endemis (Smith, 2006; Deptan, 2007;
Dibia, 2007). Secara alami dan yang sering terjadi pola penyebaran rabies dapat dilihat pada
Gambar 1.1 di bawah ini.
Gambar 1.1
Pola Penyebaran Rabies
Sumber : Deptan, 2007
Pada umumnya manusia merupakan dead end atau terminal akhir dari korban gigitan,
karena sampai saat ini belum ada kasus manusia menggigit anjing. Anjing liar, anjing peliharaan
yang menjadi liar maupun anjing peliharaan setiap saat dapat menggigit manusia dan antar
![Page 3: epidemilogi rabies](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082402/55cf9153550346f57b8c99db/html5/thumbnails/3.jpg)
anjing dapat saling menggigit satu sama lainnya. Kalau salah satu diantara anjing yang menggigit
tersebut positif rabies, maka akan terjadi penularan rabies (Bell et al., 1995; Deptan, 2007).
1.2 Etiologi rabies
Penyakit rabies disebabkan oleh genus lyssavirus termasuk dalam ordo
Mononegavirales, famili Rhabdoviridae (Metlin, 2008). Genus Lyssavirus dibagi menjadi tujuh
genotipe berdasarkan pada kesamaan genetik. Genotipe-1 serotipe-1 umumnya menyebar pada
mamalia dan kelelawar di Benua Amerika dan sebagai penyebab utama kematian pada manusia
di seluruh dunia. Genotipe-2 Logos bat virus (LBV), genotipe-3 Makola virus (MOKV),
genotipe-4 Duvenhage virus (DUVV), genotipe-5 European bat lyssavirus type-1 (EBLV-1),
genotipe-6 European bat lyssavirus type 2 (EBLV-2) dan genotipe-7 Australian bat lyssavirus
(ABLV). Untuk genotipe-3 dan genotipe-4 hanya ditemukan di Afrika (Fishbein, 1994; Fishbein,
1995; Markotter et al., 2006). Pada kelelawar di Asia Tengah dan Tenggara telah ditemukan
empat genotipe baru yaitu virus Aravan, virus Khujand, virus Irkut dan kelelawar Kaukasia Barat
(Delmas et al., 2008; Gruzdev, 2001). Bentuk virus rabies seperti terlihat pada Gambar 1.2 di
bawah ini.
![Page 4: epidemilogi rabies](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082402/55cf9153550346f57b8c99db/html5/thumbnails/4.jpg)
Gambar 1.2
Bentuk Virus Rabies
Sumber : www.cdc.gov/ncidod/dvrd/Rabies
1.3 Struktur virion
Virus rabies berbentuk peluru berkapsul dengan ukuran 70x170 nm dengan panjang
genom 12.000 base pair (bp). Inti virus dikelilingi oleh ribonukleoprotein yang disebut kapsid
yang berkombinasi dengan inti membentuk nukleokapsid. Nukleokapsid di bungkus oleh
kapsomer yang terdiri dari satuan molekul protein dan diluarnya terdapat envelope yang pada
permukaannya terdapat spikules (spikes). Envelope virus ini mengandung lipida yang mudah
dilarutkan dengan pelarut lemak (sabun, ether, kloroform, aseton), ethanol 45-70%, dan preparat
iodine.
Kapsula yang menyelubunginya tersusun atas peplomer glikoprotein, bahan protein
(protein matrix) dan lipoprotein. Virus ini memiliki nukleo kapsid dengan simetri heliks, genom
![Page 5: epidemilogi rabies](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082402/55cf9153550346f57b8c99db/html5/thumbnails/5.jpg)
sRNA linear polaritas negatif. Rhabdoviridae mereplikasi diri dalam sitoplasma, transkiptase
virus mentranskripsi lima RNA subgenom yang ditranslasi menjadi lima protein yaitu
transkriptase (150 KDa), Nukleoprotein (50 sampai dengan 62 KDa), protein matrix (20 sampai
dengan 30 KDa), peplomer glikoprotein (70 sampai dengan 80 KDa) dan protein tidak
berstruktur (40 sampai dengan 50 KDa). Pendewasaan virus ini melalui penguncupan menembus
membrane (Fenner, 1995; Morimoto et al., 1999). Struktur virus rabies dapat di lihat pada
Gambar 2.3 dan Gambar 2.4 di bawah ini.
Gambar 1.3
Struktur dan komposisi virus Rabies.
Sumber : www.cdc.gov/ncidod/dvrd/Rabies
![Page 6: epidemilogi rabies](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082402/55cf9153550346f57b8c99db/html5/thumbnails/6.jpg)
Gambar 1. 4
Cross Sectional dari virus Rabies.
Sumber : www.cdc.gov/ncidod/dvrd/Rabies
Ket : Rabies adalah RNA virus. Genomnya terdiri dari lima protein yang dikenal dengan N, P, M, G dan L. Protein dan RNA genom menentukan struktur virus rabies.
1.4 Pengendalian dan pemberantasan
Kebijakan pemberantasan rabies dilaksanakan dengan alasan utama untuk perlindungan
kehidupan manusia dan mencegah penyebaran ke hewan lokal dan satwa liar (Deptan, 2007). Hal
ini dapat dicapai dengan melakukan penggabungan strategi karantina dan pengawasan lalu lintas
terhadap hewan penular rabies, vaksinasi anjing, kucing dan kera didaerah tertular, rawat anjing
dan kucing dengan baik dan jangan diliarkan, pemusnahan hewan tertular dan hewan yang
kontak dengannya, penelusuran dan surveilans untuk menentukan sumber penularan dan
kampanye peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness) (Smith, 2006; Deptan, 2007).
![Page 7: epidemilogi rabies](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082402/55cf9153550346f57b8c99db/html5/thumbnails/7.jpg)
Setiap anjing dan HPR yang menggigit harus dianggap sebagai hewan tertular atau
tersangka rabies. Tindakan observasi selama 10 sampai dengan14 hari, apabila hasil observasi
negatif, pemusnahan pasca observasi dapat dilaksanakan berdasarkan kondisi-kondisi tertentu
seperti atas permintaan pemilik atau kondisi anjing sudah tidak layak untuk dipelihara lebih
lanjut. Hewan seperti sapi, kerbau, domba, kambing, dan kuda bukan ancaman bagi penyebaran
rabies (Deptan, 2007). Tindakan pada hewan yang menggigit orang dapat dilihat pada di bawah
ini.
Tindakan terhadap Hewan yang Menggigit Orang
Hewan Tindakan
Hewan yang divaksin
Menggigit/mencakar Isolasi dan lakukan observasi 14 hari.
Jika dalam masa observasi anjing/kucing tetap hidup dibebaskan tetapi jika anjing tersebut tidak berpemilik maka dilakukan eliminasi (pemusnahan).
Jika dalam masa observasi anjing mati, otak anjing harus dikirim ke laboratorium untuk peneguhan diagnosa rabies.
Hewan yang kontak dengan hewan tertular rabies
Isolasi dan lakukan observasi selama 14 hari.
Jika dalam masa observasi anjing/kucing tetap hidup dibebaskan, tetapi jika anjing/kucing tersebut tidak berpemilik maka dilakukan eliminasi.
Jika dalam masa observasi anjing mati, otak anjing harus dikirim ke laboratorium untuk peneguhan diagnosa rabies.
![Page 8: epidemilogi rabies](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082402/55cf9153550346f57b8c99db/html5/thumbnails/8.jpg)
Hewan yang tidak divaksin
Menggigit/mencakar
Berpemilik
Isolasi dan lakukan observasi selama 14 hari.
Jika dalam masa observasi anjing/kucing tetap hidup dibebaskan, tetapi jika anjing/kucing tersebut tidak berpemilik maka dilakukan eliminasi (pemusnahan).
Jika dalam masa observasi anjing mati, otak anjing harus dikirim ke laboratorium untuk peneguhan diagnosa rabies.
Tidak berpemilik Anjing dibunuh dan spesimen otak dikirim ke laboratorium.
Menurut Darmojono vaksin anti Rabies untuk manusia pada saat ini ada dua tipe yaitu :
1. Vaksin Anti Rabies asal otak bayi mencit
2. Vaksis rabies impor yaitu Purified Vero Anti Rabies Vaccine dan Human Diploid Cell
vaccine
Menurut Suardana dalam buku ajar zoonosis upaya pencegahan terhadap penyebaran rabies
meliputi tindakan-tindakan :
1. Kontrol dan eradikasi terhadap urban rabies
2. Kontrol terhadap rabies pada hewan liar
3. Pengawasan terhadap transport hewan sesuai petunjuk internasional
4. Prosedur vaksinasi pre dan post exposure
![Page 9: epidemilogi rabies](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082402/55cf9153550346f57b8c99db/html5/thumbnails/9.jpg)