epidemilogi rabies

11
RABIES 1.1 Epidemiologi Rabies Rabies yang juga dikenal dengan penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi yang bersifat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit bersifat fatal viral encephalomyelitis akut yang menyerang carnivore, kelelawar, mamalia, dan manusia. Menurut cara penularannya rabies termasuk golongan zoonosis langsung (direct zoonosis) yaitu zoonosis yang hanya memerlukan satu jenis vertebrata saja untuk kelangsungan hidupnya, dan agen penyebab penyakit hanya sedikit berubah selama penularan. Sedangkan, menurut reservoir utamanya rabies digolongkan dalam antropozoonosis, yaitu penyakit yang secara bebas berkembang di alam di antara hewan-hewan liar maupun domestik. Manusia hanya kadang-kadang saja terinfeksi dan merupakan titik akhir dari infeksi. Menurut agen penyebabnya rabies merupakan zoonosis kausa viral. Rabies dapat ditularkan oleh satwa liar (wild life zoonosis), hewan piara (domesticated animal zoonosis) maupun hewan yang hidup dipemukiman manusia (domiciliated zoonosis) (Anonimus a , 2010; Krebs et al., 1995).

description

llkakl

Transcript of epidemilogi rabies

Page 1: epidemilogi rabies

RABIES

1.1 Epidemiologi Rabies

Rabies yang juga dikenal dengan penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi yang

bersifat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit bersifat fatal

viral encephalomyelitis akut yang menyerang carnivore, kelelawar, mamalia, dan manusia.

Menurut cara penularannya rabies termasuk golongan zoonosis langsung (direct zoonosis) yaitu

zoonosis yang hanya memerlukan satu jenis vertebrata saja untuk kelangsungan hidupnya, dan

agen penyebab penyakit hanya sedikit berubah selama penularan. Sedangkan, menurut reservoir

utamanya rabies digolongkan dalam antropozoonosis, yaitu penyakit yang secara bebas

berkembang di alam di antara hewan-hewan liar maupun domestik. Manusia hanya kadang-

kadang saja terinfeksi dan merupakan titik akhir dari infeksi. Menurut agen penyebabnya rabies

merupakan zoonosis kausa viral. Rabies dapat ditularkan oleh satwa liar (wild life zoonosis),

hewan piara (domesticated animal zoonosis) maupun hewan yang hidup dipemukiman manusia

(domiciliated zoonosis) (Anonimusa , 2010; Krebs et al., 1995).

Menurut Consales dan Bolsan (2007) ada dua siklus epidemiologi penularan rabies,

yaitu siklus silvatik (cylvatic cycle) dan siklus urban perkotaan, (urban cycle) atau kalau di

negara yang sedang berkembang siklus pedesaan (rural cycle ). Di negara maju, seperti di

Amerika Serikat, di mana pemahaman masyarakat terhadap rabies sangat tinggi dan

pemeliharaan hewan pembawa rabies (HPR) sangat bagus, maka jarang dijumpai adanya siklus

penularan urban yaitu antar hewan domestik. Serangan rabies umumnya terjadi melalui siklus

silvatik, HPR liar (seperti musang, raccoon, skunk, dan coyote) keluar dari hutan masuk ke kota

menyerang hewan domestik atau manusia. Di Indonesia umumnya kasus rabies bersifat siklus

Page 2: epidemilogi rabies

Anjing liar Anjing peliharaan yang menjadi liar

Anjing peliharaan Manusia

urban/rural, yakni melalui gigitan anjing, kucing, dan monyet. Namun, yang paling berperan

menularkan rabies (lebih dari 95%) adalah anjing (Bradame, 2001; Putra et al., 2009).

Penularan rabies di lapangan (rural rabies) berawal dari suatu kondisi anjing yang tidak

dipelihara dengan baik atau anjing liar yang merupakan ciri khas yang ada di pedesaan yang

berkembang sangat fluktuasi dan sulit dikendalikan. Suatu kondisi yang sangat kondusif untuk

menjadikan suatu daerah dapat bertahan menjadi daerah endemis (Smith, 2006; Deptan, 2007;

Dibia, 2007). Secara alami dan yang sering terjadi pola penyebaran rabies dapat dilihat pada

Gambar 1.1 di bawah ini.

Gambar 1.1

Pola Penyebaran Rabies

Sumber : Deptan, 2007

Pada umumnya manusia merupakan dead end atau terminal akhir dari korban gigitan,

karena sampai saat ini belum ada kasus manusia menggigit anjing. Anjing liar, anjing peliharaan

yang menjadi liar maupun anjing peliharaan setiap saat dapat menggigit manusia dan antar

Page 3: epidemilogi rabies

anjing dapat saling menggigit satu sama lainnya. Kalau salah satu diantara anjing yang menggigit

tersebut positif rabies, maka akan terjadi penularan rabies (Bell et al., 1995; Deptan, 2007).

1.2 Etiologi rabies

Penyakit rabies disebabkan oleh genus lyssavirus termasuk dalam ordo

Mononegavirales, famili Rhabdoviridae (Metlin, 2008). Genus Lyssavirus dibagi menjadi tujuh

genotipe berdasarkan pada kesamaan genetik. Genotipe-1 serotipe-1 umumnya menyebar pada

mamalia dan kelelawar di Benua Amerika dan sebagai penyebab utama kematian pada manusia

di seluruh dunia. Genotipe-2 Logos bat virus (LBV), genotipe-3 Makola virus (MOKV),

genotipe-4 Duvenhage virus (DUVV), genotipe-5 European bat lyssavirus type-1 (EBLV-1),

genotipe-6 European bat lyssavirus type 2 (EBLV-2) dan genotipe-7 Australian bat lyssavirus

(ABLV). Untuk genotipe-3 dan genotipe-4 hanya ditemukan di Afrika (Fishbein, 1994; Fishbein,

1995; Markotter et al., 2006). Pada kelelawar di Asia Tengah dan Tenggara telah ditemukan

empat genotipe baru yaitu virus Aravan, virus Khujand, virus Irkut dan kelelawar Kaukasia Barat

(Delmas et al., 2008; Gruzdev, 2001). Bentuk virus rabies seperti terlihat pada Gambar 1.2 di

bawah ini.

Page 4: epidemilogi rabies

Gambar 1.2

Bentuk Virus Rabies

Sumber : www.cdc.gov/ncidod/dvrd/Rabies

1.3 Struktur virion

Virus rabies berbentuk peluru berkapsul dengan ukuran 70x170 nm dengan panjang

genom 12.000 base pair (bp). Inti virus dikelilingi oleh ribonukleoprotein yang disebut kapsid

yang berkombinasi dengan inti membentuk nukleokapsid. Nukleokapsid di bungkus oleh

kapsomer yang terdiri dari satuan molekul protein dan diluarnya terdapat envelope yang pada

permukaannya terdapat spikules (spikes). Envelope virus ini mengandung lipida yang mudah

dilarutkan dengan pelarut lemak (sabun, ether, kloroform, aseton), ethanol 45-70%, dan preparat

iodine.

Kapsula yang menyelubunginya tersusun atas peplomer glikoprotein, bahan protein

(protein matrix) dan lipoprotein. Virus ini memiliki nukleo kapsid dengan simetri heliks, genom

Page 5: epidemilogi rabies

sRNA linear polaritas negatif. Rhabdoviridae mereplikasi diri dalam sitoplasma, transkiptase

virus mentranskripsi lima RNA subgenom yang ditranslasi menjadi lima protein yaitu

transkriptase (150 KDa), Nukleoprotein (50 sampai dengan 62 KDa), protein matrix (20 sampai

dengan 30 KDa), peplomer glikoprotein (70 sampai dengan 80 KDa) dan protein tidak

berstruktur (40 sampai dengan 50 KDa). Pendewasaan virus ini melalui penguncupan menembus

membrane (Fenner, 1995; Morimoto et al., 1999). Struktur virus rabies dapat di lihat pada

Gambar 2.3 dan Gambar 2.4 di bawah ini.

Gambar 1.3

Struktur dan komposisi virus Rabies.

Sumber : www.cdc.gov/ncidod/dvrd/Rabies

Page 6: epidemilogi rabies

Gambar 1. 4

Cross Sectional dari virus Rabies.

Sumber : www.cdc.gov/ncidod/dvrd/Rabies

Ket : Rabies adalah RNA virus. Genomnya terdiri dari lima protein yang dikenal dengan N, P, M, G dan L. Protein dan RNA genom menentukan struktur virus rabies.

1.4 Pengendalian dan pemberantasan

Kebijakan pemberantasan rabies dilaksanakan dengan alasan utama untuk perlindungan

kehidupan manusia dan mencegah penyebaran ke hewan lokal dan satwa liar (Deptan, 2007). Hal

ini dapat dicapai dengan melakukan penggabungan strategi karantina dan pengawasan lalu lintas

terhadap hewan penular rabies, vaksinasi anjing, kucing dan kera didaerah tertular, rawat anjing

dan kucing dengan baik dan jangan diliarkan, pemusnahan hewan tertular dan hewan yang

kontak dengannya, penelusuran dan surveilans untuk menentukan sumber penularan dan

kampanye peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness) (Smith, 2006; Deptan, 2007).

Page 7: epidemilogi rabies

Setiap anjing dan HPR yang menggigit harus dianggap sebagai hewan tertular atau

tersangka rabies. Tindakan observasi selama 10 sampai dengan14 hari, apabila hasil observasi

negatif, pemusnahan pasca observasi dapat dilaksanakan berdasarkan kondisi-kondisi tertentu

seperti atas permintaan pemilik atau kondisi anjing sudah tidak layak untuk dipelihara lebih

lanjut. Hewan seperti sapi, kerbau, domba, kambing, dan kuda bukan ancaman bagi penyebaran

rabies (Deptan, 2007). Tindakan pada hewan yang menggigit orang dapat dilihat pada di bawah

ini.

Tindakan terhadap Hewan yang Menggigit Orang

Hewan Tindakan

Hewan yang divaksin

Menggigit/mencakar Isolasi dan lakukan observasi 14 hari.

Jika dalam masa observasi anjing/kucing tetap hidup dibebaskan tetapi jika anjing tersebut tidak berpemilik maka dilakukan eliminasi (pemusnahan).

Jika dalam masa observasi anjing mati, otak anjing harus dikirim ke laboratorium untuk peneguhan diagnosa rabies.

Hewan yang kontak dengan hewan tertular rabies

Isolasi dan lakukan observasi selama 14 hari.

Jika dalam masa observasi anjing/kucing tetap hidup dibebaskan, tetapi jika anjing/kucing tersebut tidak berpemilik maka dilakukan eliminasi.

Jika dalam masa observasi anjing mati, otak anjing harus dikirim ke laboratorium untuk peneguhan diagnosa rabies.

Page 8: epidemilogi rabies

Hewan yang tidak divaksin

Menggigit/mencakar

Berpemilik

Isolasi dan lakukan observasi selama 14 hari.

Jika dalam masa observasi anjing/kucing tetap hidup dibebaskan, tetapi jika anjing/kucing tersebut tidak berpemilik maka dilakukan eliminasi (pemusnahan).

Jika dalam masa observasi anjing mati, otak anjing harus dikirim ke laboratorium untuk peneguhan diagnosa rabies.

Tidak berpemilik Anjing dibunuh dan spesimen otak dikirim ke laboratorium.

Menurut Darmojono vaksin anti Rabies untuk manusia pada saat ini ada dua tipe yaitu :

1. Vaksin Anti Rabies asal otak bayi mencit

2. Vaksis rabies impor yaitu Purified Vero Anti Rabies Vaccine dan Human Diploid Cell

vaccine

Menurut Suardana dalam buku ajar zoonosis upaya pencegahan terhadap penyebaran rabies

meliputi tindakan-tindakan :

1. Kontrol dan eradikasi terhadap urban rabies

2. Kontrol terhadap rabies pada hewan liar

3. Pengawasan terhadap transport hewan sesuai petunjuk internasional

4. Prosedur vaksinasi pre dan post exposure

Page 9: epidemilogi rabies