Entrepreneurial Mindset

29
ENTREPRENEURIAL MINDSET: Creative & Innovative By: Sandy Wahyudi, MM, MA. Di dalam modul ini, anda akan belajar mengenai beberapa konsep entrepreneurial, seperti: 1. Introduction 2. E-Mindset 3. Creativity 4. Innovation PENDAHULUAN Mindset (kerangka berpikir) adalah sekumpulan asumsi, metode, cara yang dipegang dengan kuat oleh seseorang sedemikian rupa memberi kekuatan dalam diri untuk terus berperilaku seperti yang diyakininya (wikipedia: mindset). Kerangka berpikir seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu input informasi, lingkungan sekitar, dan pengalaman masa lalu (Arief Maulana.com). Input informasi, setiap hari otak menyerap informasi yang ada disekeliling anda. Informasi tersebut kemudian diproses dan disimpan ke dalam mindset and believe sistem bawah

description

Entrepreneurial Mindset

Transcript of Entrepreneurial Mindset

Page 1: Entrepreneurial Mindset

ENTREPRENEURIAL MINDSET: Creative & Innovative

By: Sandy Wahyudi, MM, MA.

Di dalam modul ini, anda akan belajar mengenai beberapa konsep entrepreneurial, seperti:

1. Introduction

2. E-Mindset

3. Creativity

4. Innovation

PENDAHULUAN

Mindset (kerangka berpikir) adalah sekumpulan asumsi, metode, cara yang dipegang

dengan kuat oleh seseorang sedemikian rupa memberi kekuatan dalam diri untuk terus

berperilaku seperti yang diyakininya (wikipedia: mindset). Kerangka berpikir seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu input informasi, lingkungan sekitar, dan pengalaman

masa lalu (Arief Maulana.com).

Input informasi, setiap hari otak menyerap informasi yang ada disekeliling anda.

Informasi tersebut kemudian diproses dan disimpan ke dalam mindset and believe sistem bawah

Page 2: Entrepreneurial Mindset

sadar anda. Dua unsur ini layaknya sebuah software yang bekerja otomatis dalam diri kita. Kalau

softwarenya bagus tidak masalah, karena program Anda adalah program sukses yang akan

membantu Anda menemukan jalan sukses. Begitu juga sebaliknya, kalau programnya adalah

program gagal, biasanya apapun yang Anda lakukan selalu gagal. Yang pasti program ini

berjalan dengan atau tanpa pesetujuan Anda. Orang yang sering menerima informasi positif akan

sangat jauh berbeda dengan mereka yang senantiasa dihujani oleh info-info negatif. Dan orang

sukses punya kebiasaan untuk menyaring informasi yang masuk kedalam pikirannya. Misalnya,

Anda sering membaca berita-berita kriminal. Maka secara tidak langsung Anda menanamkan

pada otak Anda bahwa ada banyak orang jahat di sekeliling kita. Hasilnya, kita menjadi orang

yang senantiasa curiga dan selalu berprasangka buruk (bedakan curiga dan prasangka buruk

dengan sikap waspada).

Lingkungan sekitar, Hati-hati juga dengan siapa Anda bergaul. Bukan berarti kita lantas

membatasi diri dan memilih teman. Pertemanan anda harus berkualitas, Anda dapat memilih

mereka-mereka yang memiliki sisi positif untuk dipelajari. Seperti kata pepatah, bergaul dengan

tukang jual terasi maka kita ikut bau terasi. Bergaul dengan tukang minyak maka kita ikut harum.

Pengalaman masa lalu, masa lalu tidak akan berpengaruh pada masa depan anda. Yang

memiliki pengaruh atas masa depan anda adalah masa sekarang. Apa yang Anda lakukan saat ini,

akan mempengaruhi bagaimana kehidupan anda di masa mendatang. Dalih yang paling sering

keluar adalah TRAUMA. Padahal trauma itu rugi kalau dipelihara. Jadi apapun masa lalu Anda,

yang terpenting adalah apa yang Anda lakukan saat ini. Apa dan bagaimana Anda beberapa

tahun mendatang akan sangat bergantung dari apa dan bagaimana tindakan Anda saat ini.

ENTREPRENEURIAL MINDSET

Definition of E-Mindset

Adalah kerangka berpikir seseorang yang beorientasikan entrepreneurial, lebih memilih

untuk menjalani ketidakpastian daripada menghindari, melihat segala sesuatu lebih sederhana

daripada orang lain yang melihatnya secara kompleks, mau belajar sesuatu hal yang datangnya

Page 3: Entrepreneurial Mindset

dari pengambilan resiko (McGrath & MacMillan, 2000: 2). Berikut adalah satu kutipan menarik

dari salah satu artikel jurnal bisnis yang sangat komprehensif dalam menghubungkan konsep

entrepreneurship dan entrepreneurial mindset:

Entrepreneurship is a particular type of mindset, a unique way of looking at the

world….At the heart of entrepreneurship lies the desire to achieve, the passion to create,

the yearning for freedom, the drive for independence, and the embodiment of

entrepreneurial visions and dreams through tireless hard work, calculated risk-taking,

continuous innovation, and undying perseverance (Ma & Tan, 2006).

E-Mindset Characteristic

Berikut adalah lima karakteristik entrepreneurial mindset dari seorang habitual

entrepreneur, berkarir dengan cara memulai bisnis sendiri atau bekerja di perusahaan orang lain

(McGrath & MacMillan, 2000: 3).

1. Memiliki hasrat untuk selalu mencari peluang baru

Habitual entrepreneur tetap waspada, selalu mencari kesempatan yang menguntungkan

dari perubahan cara berbisnis. Pengaruh terbesar muncul saat mereka menciptakan model

bisnis yang sama sekali baru di dalam suatu industri. Model bisnis yang baru tersebut

akan merevolusi jumlah pendapatan dan kegiatan operasional semua perusahaan dalam

industri yang sama. Contohnya, saat Air Asia menjual harga tiket pesawat begitu murah,

semua maskapai penerbangan yang lain dengan terpaksa harus mengikuti harga yang

murah dan menggunakan teknologi on-line untuk pemesanan tiket pesawat.

2. Hanya mengejar peluang yang terbaik

Habitual entrepreneur hanya mengejar peluang terbaik dan menghindari kelelahan yang

akan terjadi apabila setiap pilihan peluang yang ada harus dikejar. Walaupun cukup kaya,

seorang entrepreneur tetap disiplin membatasi jumlah dan macam proyek bisnis yang

akan dilakukannya. Mereka secara ketat mengontrol portofolio peluang-peluang yang

diambil dalam setiap tahap perkembangan. Mereka secara ketat menghubungkan strategi

Page 4: Entrepreneurial Mindset

besar perusahaan dengan pilihan proyek-proyek tertentu, daripada menghabiskan tenaga

terlalu besar untuk suatu proyek yang tidak sama dengan visi-misi perusahaan.

3. Mendisiplinkan diri untuk mewujudkan peluang tersebut

Habitual entrepreneur tidak hanya waspada pada peluang yang mungkin untuk digali,

namun juga memastikan diri untuk mampu mewujudkan peluang tersebut. Beberapa

entrepreneur sering mencatat semua ide akan peluang-peluang di dalam buku catatan

mereka, sehingga suatu saat diperlukan tindakan tertentu, mereka tidak akan kehabisan

ide. Contohnya, Ir. Ciputra yang kemana saja membawa buku catatan kecil di sakunya,

dimanapun ada ide yang muncul di pikiran, harus segera dicatat, sebab ide yang sama

tidak dapat datang kedua kali.

4. Fokus pada keputusan eksekusi, tidak hanya perencanaan saja

Seseorang dengan entrepreneurial mindset melakukan eksekusi bisnis dengan segera,

mereka tidak pernah menganalisis terlalu lama kemungkinan peluang suatu ide.

Walaupun demikian, mereka sangat adaptif, mampu melakukan perubahan arah

mengikuti peluang yang sebenarnya, terus mencari cara terbaik untuk mewujudkannya.

5. Melibatkan kemampuan orang lain dalam tim

Habitual entrepreneur melibatkan banyak orang untuk mewujudkan peluang, baik dari

dalam maupun dari luar organisasi. Mereka menciptakan dan menjaga relasi hubungan

dengan partner daripada bekerja sendirian. Mereka memanfaatkan kemampuan dan

intelektual orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

Managing Entrepreneurial Mindset

Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, anda masih dapat menjadi orang yang

mampu menentukan nasib anda sendiri, seperti yang terjadi pada diri Ir. Ciputra, dahulu sangat

miskin, sekarang menjadi seorang entrepreneur kaya raya. Realitas yang harus disadari adalah

mengerti definisi entrepreneurship dengan baik. Kewirausahaan merupakan kegiatan yang

Page 5: Entrepreneurial Mindset

mampu menangkap kebutuhan orang lain, menggunakan kompetensi diri untuk memberikan

tawaran (produk barang atau jasa) yang mampu memuaskan kebutuhan tersebut lebih baik

daripada kompetitor. Oleh sebab itu, seseorang yang hendak menciptakan suatu venture (suatu

entitas yang tidak terbatas pada kegiatan bisnis saja, misal: sosial, aktivitas proyek dalam

pekerjaan, dll), wajib memiliki dan mengelola entrepreneurial mindset-nya. Berikut adalah

beberapa ide yang dapat dijadikan panduan bagi entrepreneur (McGrath & MacMillan, 2000:

339):

1. Develop insight into the customers’ behavioral context

Seorang entrepreneur tidak harus memiliki produk

yang revolusioner, yang lebih dibutuhkan adalah

pemikiran revolusioner ke dalam suatu konteks

kehidupan pelanggan, menciptakan ide yang mampu

menjadi jawaban bagi masalah utama pelanggan dalam

konteks tersebut. Contoh: Muhamad Rois Abidin,

pelajar asal Surabaya pemenang Djarum Black Innovation Award 2009, berhasil

menemu-kenali masalah konsumen. Tidak semua orang suka dengan buah durian, bahkan

ada peraturan yang tidak membolehkan orang membawa durian ke dalam pesawat,

angkutan umum, dan kamar hotel karena baunya yang menyengat. Buah durian memang

enak rasanya, namun jika tidak hati-hati, bagian tubuh kita dapat tersayat jika menyentuh

kulit buah yang dikenal sebagai the king of fruit ini. Sebagai rajanya buah, layak jika

buah ini mendapat tempat khusus untuk membawanya. Cankingz, nama produk pembawa

durian ini (berasal dari bahasa jawa, yang artinya menjinjing) mampu meredam bau

durian hingga 80% dan tidak akan melukai si pembeli. Dilengkapi dengan MP3, CD

player, dan radio, ‘tas durian’ ini tentu saja akan memanjakan pelanggan kelas atas tanpa

malu dilihat orang bahwa sesungguhnya yang sedang dijinjing adalah buah durian.

2. In an entrepreneurial mindset, everybody plays

Tindakan menyertakan orang lain dalam kegiatan entrepreneurial merupakan proses yang

penting. Ide beberapa orang yang dilebur menjadi satu akan memberikan hasil yang lebih

Page 6: Entrepreneurial Mindset

baik daripada pemikiran satu orang saja. Seorang entrepreneur akan belajar banyak hal

mengenai team building dan leadership jika ide ini diterapkan.

3. Experiment intelligently

Saat ini perumusan strategi bisnis yang dilakukan oleh entrepreneur lebih berdasarkan

eksperimen dan trial-error daripada analisis dan forecasting. Eksperimen merupakan

tindakan nyata untuk memilih dan memulai proyek ide secara nyata namun dalam skala

yang masih kecil, berbeda dengan analisis dan forecasting yang hanya merupakan

perencanaan. Entrepreneur tidak takut terhadap kegagalan, namun demikian resiko yang

akan diterima harus diperhitungkan dengan matang, agar kegagalan yang akan terjadi

dapat diminimalisasi.

4. Spend imagination instead of money

Upaya yang perlu dilakukan seseorang untuk terus mengembangkan entrepreneurial

mindset-nya adalah secara rutin menggunakan waktu-waktu tertentu untuk berimajinasi

dan berkreasi supaya ide-ide baru muncul. Ide tersebut tidak selalu mengenai

pengembangan produk, tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan operasional dan

promosi pemasaran. Ide tersebut yang pasti akan menjadikan venture semakin efektif dan

efisien kinerjanya. Untuk berhasil, entrepreneur lebih bergantung pada imajinasi idenya

daripada besaran nominal uang yang dimiliki.

5. Framing is crucial to the entrepreneurial leader

Tanpa kerangka kerja yang jelas, semua orang akan terjebak dalam ketidakpastian.

Seorang yang memiliki entrepreneurial mindset mampu menyediakan kerangka sistem

pekerjaan yang jelas bagi semua orang yang bekerja bersamanya. Dengan demikian,

setiap orang akan mampu bekerja dengan efektif dan menghadapi tantangan ke depan

yang lebih pasti.

6. Be ruthless with respect to priorities

Page 7: Entrepreneurial Mindset

Bersikap kejam pada karyawan dengan membebani tugas berlebihan agar dapat mencapai

sasaran yang ditetapkan dengan waktu yang lebih cepat, bukanlah cara pikir seorang

entrepreneur. Melakukan sesuatu hal yang melebihi kemampuan diri sendiri akan

menjadi beban, akibatnya bukan terjadi peningkatan malainkan penurunan. Seorang

entrepreneur harus mampu memilah tugas, mana yang perlu atau tidak untuk dilakukan,

mana yang sifatnya segera atau dapat ditunda.

7. Using measures early on is better than using precise ones too late

Entrepreneurial mindset dapat terus dikembangkan dengan cara menggunakan ukuran

atau batasan untuk setiap persoalan. Forewarning adalah warning sign bagi suatu

masalah yang belum terlalu sulit untuk diatasi. Beberapa standar harus ditetapkan terlebih

dulu oleh seorang entrepreneur untuk memastikan kualitas pekerjaan dan produk yang

dihasilkan. Dengan cara demikian, perusahaan dapat tampil lebih baik dari kompetitor.

8. Pay attention to the cost of failure

Tidak ada seorang pun entrepreneur di dunia ini yang tidak pernah mengalami kegagalan.

Menurut ahli ekonomi J.M. Keynes, setelah produk atau jasa dijual ke pasar, maka

keberhasilan entrepreneur sebagian besar ditentukan oleh mekanisme pasar itu sendiri.

Dalam kondisi yang tidak menentu, seorang entrepreneur hanya memiliki kontrol terbatas

terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan. Bahkan kegagalan merupakan harga yang

harus dibayar untuk masuk ke peluang baru berikutnya. Biaya akan kegagalan (cost of

failure) tersebut yang masih dapat dikontrol, seorang entrepreneur harus memiliki

calculated risk taking mindset. Meminimalisasi biaya kegagalan, bukan meminimalisasi

jumlah kegagalan.

THE CONCEPT OF CREATIVITY

Opportunity creation tidak akan pernah anda lakukan jika kreativitas (creativity) sebagai

salah satu entrepreneurial mindset belum anda miliki. Kata ‘kreativitas’ berasal dari bahasa latin

creo yang artinya menciptakan, membuat. Pada abad kekristenan dimulai, kata creatio digunakan

Page 8: Entrepreneurial Mindset

untuk menyatakan bahwa Allah telah melakukan Ex nihilo, atau menciptakan sesuatu dari yang

tidak ada.

HISTORY OF CREATIVITY

Jaman Yunani dan Romawi memiliki sebuah kata yang berhubungan langsung dengan

kata kreativitas, seni, arsitek, musik, dan penemuan mereka yang kita kenal sekarang adalah hasil

dari creative works yang mereka lakukan sekian abad yang lalu. Ilmuwan Yunani, Archimedes

mengalami creative moment dalam ‘pengalaman aha…’ (eureka experience) saat sedang mandi,

sehingga mampu merumuskan hukum Arhimedes untuk menjawab pertanyaan yang selama itu

belum terjawab olehnya. Pada saat itu, konsep kata Genius lebih cocok untuk menggambarkan

keadaan yang serupa dengan Archimedes. Isaac Newton menemukan hukum gravitasi saat

melihat buah apel yang jatuh di sampingnya.

Pada saat abad ke-18 dan abad pencerahan (renaissance), konsep mengenai kreativitas

lebih sering digunakan dalam teori seni dan dihubungkan dengan konsep Imajinasi. Cara

pandang dunia barat terhadap kreativitas sangat berbeda dibandingkan dengan dunia timur.

Agama Hindhu, Konghucu, Tao, dan Budha memandang penciptaan (creation) sebagai

penemuan kembali atas hal yang sebenarnya telah ada namun tidak disadari keberadaanya.

Sedangkan dunia barat memandang kreativitas merupakan ide penciptaan dari yang tidak ada

menjadi ada. Pada abad ke-20, konsep kreativitas mulai banyak digunakan sebagai bahan diskusi

dalam dunia sains, tidak terbatas pada dunia seni.

CREATIVE PROCESS & THOUGHT

Sekitar akhir abad 19 dan awal abad 20, seorang matematikawan dan ilmuwan seperti

Hermann von Helmholtz (1896) dan Henri Poincare (1908) mulai merefleksikan dan

mendiskusikan proses kreatif. Selanjutnya pemikiran ini dilanjutkan oleh Graham Wallas (1926)

dan Max Wertheimer (1945). Studi keilmuan atas kreativitas yang lebih formal dimulai dari

literatur psikologi ortodoks, yang secara umum dipandang sebagai buah pemikiran J.P. Guilford

(1950). Upaya yang dilakukan Guilford antara lain adalah membuat topik mengenai kreativitas

Page 9: Entrepreneurial Mindset

semakin populer. Digunakan pendekatan sains untuk konseptualisasi dan pengukuran psikologis

akan konsep kreativitas.

Pemikiran kreatif (creative thought) merupakan proses mental yang melibatkan

kemampuan creative problem solving dan penemuan ide atau konsep baru, kemudian dapat

menghubungkan keterkaitan antar ide/konsep yang telah ada sebelumnya. Dari sudut pandang

ilmiah, produk dari pemikiran kreatif harus memiliki nilai orisinil dan kelayakan yang tinggi.

Walaupun tampaknya fenomena produk pemikiran kreatif cukup sederhana, namun faktanya

cukup kompleks. Pemikiran kreatif telah dipelajari dari berbagai studi disiplin ilmu, seperti

psikologi perilaku dan sosial, ilmu kognitif, intelijensi buatan, filsafat, estetika, sejarah, ekonomi,

riset desain, bisnis, dan manajemen. Studi tersebut telah mencakup berbagai macam kreativitas,

seperti kreativitas dalam kehidupan sehari-hari, kreativitas khusus, dan kreativitas buatan. Tidak

seperti fenomena ilmiah, tidak ada satupun perspektif dan definisi yang paling benar untuk

kreativitas. Tidak seperti fenomena psikologi, tidak ada teknik standarisasi pengukuran yang

paling benar untuk kreatifitas.

Kreativitas dianggap disebabkan oleh intervensi ilahi, proses kognitif, lingkungan sosial,

kepribadian seseorang, dan kesempatan (“accident”). Kreativitas diasosiasikan dengan jenius,

impian, humor, sesuatu yang ‘gila’ (mental illness). Beberapa orang percaya bahwa kreativitas

adalah bakat yang dimiliki seseorang dari lahir, beberapa mengatakan kreativitas dapat diajarkan

dengan teknik aplikasi yang sederhana. Kreativitas juga dipandang sebagai buah dari suatu

perenungan (muse). Walaupun secara populer konsep kreativitas diasosiasikan dengan seni dan

literature, kreativitas juga bagian esensi dari inovasi dan penemuan, dimana hal ini sangat

penting dalam bisnis, ekonomi, arsitektur, desain industri, desain grafis, periklanan, matematika,

musik, ilmiah, teknik, dan metode pembelajaran. Menurut Otto Rank, definisi kreativitas adalah

“assumptions-breaking process”, ide kreatif sering muncul saat seseorang berani membuang

asumsi dan pandangan yang selama ini diyakininya, kemudian berusaha mencari metode

pendekatan baru yang tampaknya belum pernah dipikirkan oleh orang lain.

Kreativitas menurut Kuratko & Hodgetts (1998: 123) adalah “the generation of ideas that

result in the improved efficiency or effectiveness of a system”. Dua aspek penting di dalam

Page 10: Entrepreneurial Mindset

kreativitas adalah proses dan manusia. Proses harus berorientasikan pada tujuan, didesain untuk

menghasilkan pemecahan atas suatu masalah. Manusia merupakan sumber daya yang

menentukan pemecahan tersebut. Proses akan berjalan sama seperti biasa, namun pendekatan

yang digunakan manusia untuk melakukan proses itu akan selalu berbeda. Terkadang manusia

akan memberikan solusi sederhana atas suatu masalah, lain waktu, mereka dapat

memformulasikan solusi yang inovatif.

CREATIVE THINKING PROCESS

Kreativitas bukanlah sesuatu hal yang misterius dan sulit dipelajari. Kreativitas

merupakan hasil cara pandang dunia yang berbeda dan seringkali tidak masuk akal. Proses

kreatif melibatkan hubungan antar objek yang sebelumnya belum pernah terjadi (contoh:

Modem, alat yang menggunakan telepon untuk transfer data antar komputer, pada tahun 1980-

an, belum pernah ada yang memikirkan bagaimana komputer dan telepon dapat bersinergi).

Proses kreatif memiliki empat macam fase. Para ahli setuju atas keberadaan dan hubungan antara

fase berikut walaupun satu fase dengan fase lainnya tidak selalu terjadi dalam urutan yang sama

setiap saat (Kuratko & Hodgetts, 1998: 127).

Fase 1: Background or knowledge accumulation

Kreativitas yang sukses umumnya didahului dengan investigasi dan pengumpulan

informasi yang mendalam. Pada fase ini perlu dilakukan pembacaan mendalam akan subjek

Incubation

Knowledge

Accumulation

Ideas Creative

Process

Evaluation and

Implementation

Page 11: Entrepreneurial Mindset

materi yang disukai, percakapan dengan orang-orang yang bekerja dalam bidang tersebut,

mengikuti seminar dan workshop profesional. Investigasi juga perlu dilakukan untuk beberapa

bidang yang cukup berbeda namun masih terkait dengan bidang yang disukai. Eksplorasi

berbagai bidang ini sangat dibutuhkan agar seseorang mampu memiliki perspektif yang luas

terhadap suatu masalah. Hal ini sangat penting bagi seorang entrepreneur untuk memperoleh

pemahaman mendasar atas semua aspek kreativitas yang dibutuhkan untuk mengembangkan

produk atau layanan yang baru.

Beberapa cara untuk meningkatkan akumulasi pengetahuan:

1. Membaca artikel berbagai bidang terkait

2. Mendatangi seminar dan pertemuan profssional yang membahas bidang tersebut

3. Pergi ke suatu tempat atau situasi yang baru, keluar dari rutinitas harian

4. Berbicara mengenai subjek yang disukai pada semua orang yang dikenal agar mereka

memberikan saran dan ide lain yang tidak terpikirkan sebelumnya.

5. Melakukan scanning (membaca dengan cepat) majalah, koran, dan jurnal untuk artikel-

artikel yang berkaitan dengan subjek yang disukai

6. Membawa catatan kecil untuk mencatat semua ide yang muncul pada saat yang tak

terduga

Fase 2: The Incubation Process

Seorang yang kreatif akan mengijinkan otak bawah sadar mereka untuk terus bekerja

mempertimbangkan semua informasi yang telah diperolehnya pada fase 1. Proses inkubasi ide

akan menjadi lebih matang pada saat seseorang melakukan aktivitas yang sama sekali berbeda

dengan apa yang sedang dipikirkannya. Sesaat keluar dari masalah dan membiarkan otak bawah

sadar untuk memecahkannya akan memicu kreativitas seorang entrepreneur. Beberapa langkah

untuk menginduksi terjadinya inkubasi ide adalah:

1. Melibatkan diri pada aktivitas yang tidak memerlukan pikiran berlebih (mindless),

contoh: mencuci piring, menyapu, memotong rumput. Pada waktu ini, ide dapat seketika

muncul dalam benak seorang entrepreneur.

Page 12: Entrepreneurial Mindset

2. Olahraga, kondisi tubuh yang sehat akan memicu kerja otak menjadi lebih cepat.

3. Berpikir atas projek/masalah tersebut sebelum tidur, dalam kondisi setengah sadar,

seseorang akan lebih mudah berimajinasi, inkubasi ide dapat lebih dimurnikan.

4. Meditasi dan rileks, pikiran yang tenang dan terlepas dari semua beban masalah, akan

memudahkan seseorang berpikir lebih jernih.

Fase 3: The Idea Experience

Adalah fase di dalam proses kreatif yang paling menyenangkan sebab ide atau solusi

yang dicari oleh seorang entrepreneur telah ditemukan. Menggunakan analogi proses persalinan

seorang wanita yang sedang hamil, idea experience adalah kelanjutan dari proses inkubasi. Ide

yang baru dan inovatif seringkali lahir saat seorang entrepreneur melakukan sesuatu yang tidak

berhubungan dengan bisnis atau venture (seperti saat membaca koran atau waktu mandi). Dalam

banyak kasus, ide akan terjadi secara bertahap di dalam diri seseorang. Pelan namun pasti,

seorang entrepreneur mulai memformulasikan solusi yang tepat dari setiap ide yang ada bagi

masalah bisnis yang dihadapi. Karena terlalu sulit membedakan waktu dimana fase inkubasi

selesai dan fase idea experience akan mulai, hanya sedikit orang yang aware untuk bergerak dari

fase 2 ke fase 3.

Berikut adalah beberapa cara untuk mempercepat terjadinya fase idea experience:

1. Daydream your project, mimpi dalam keadaan sadar, belajar memvisualisasikan sesuatu

walaupun belum ada wujudnya, hal ini dapat membantu seorang melahirkan suatu ide.

2. Practice hobbies, lakukan hobi yang disukai, dengan keadaan hati dan pikiran yang

rileks, ide lebih mudah muncul.

3. Work in leisure environment, bekerja di lingkungan yang ‘tidak menekan’, seperti bekerja

untuk sementara waktu di taman, café, atau di rumah.

4. Keep a notebook at bedside, letakkan catatan kecil di sebelah tempat tidur, ide dapat lahir

sewaktu anda bangun tidur, atau saat hendak tidur.

5. Take breaks while working, miliki waktu istirahat di tengah-tengah sibuknya pekerjaan,

hal ini dapat membantu anda melupakan hal-hal yang membebani anda, ide dapat muncul

dalam keadaan rileks.

Page 13: Entrepreneurial Mindset

Fase 4: Evaluation and Implementation

Fase berikut adalah fase yang tersulit, diperlukan keberanian, kedisiplinan dan daya tahan

untuk mewujudkan suatu ide menjadi sesuatu hal yang nyata. Seorang entrepreneur dapat

mengidentifikasi ide mana saja yang do-able dan ahli untuk mengimplementasikannya. Tidak

pernah ada kata menyerah bagi entrepreneur saat harus menghadapi rintangan, walaupun mereka

sering gagal dalam menjalankan ide terbaiknya. Dalam beberapa kasus, seorang entrepreneur

akan mencoba ide yang sama sekali berbeda dengan ide semula, hal ini terjadi karena kesulitan

implementasi ide orisinal di lapangan sehingga modifikasi perlu dilakukan. Ide yang muncul

pada fase 3 perlu diuji dan dimodifikasi pada fase 4. Beberapa ide untuk meningkatkan kualitas

fase ini adalah:

1. Meningkatkan enerji tubuh dengan istirahat yang cukup

2. Belajar mandiri mengenai proses perencanaan bisnis

3. Uji ide yang muncul dengan ide orang lain

4. Uji ide dengan intuisi dan perasaan pribadi

5. Uji ide dengan pendapat atau kritik orang lain

6. Identifikasi masalah yang muncul saat mulai implementasi ide

DEVELOPING CREATIVITY

Anda dapat mengembangkan talenta kreatif dengan berbagai cara. Menjadi aware

terhadap beberapa kebiasaan dan cara berpikir yang mengekang kreativitas adalah satu cara yang

paling efektif. Subtopik berikut bertujuan untuk mengembangkan awareness akan kebiasaan

berpikir yang membatasi kreativitas dan membantu anda untuk mengembangkan kreativitas itu

sendiri (Kuratko & Hodgetts, 1998: 127-133).

1. Challenges for the creative entrepreneur

- Group kill, adanya sabotase orang lain untuk menghancurkan ide anda dengan kata-

kata makian, reaksi negatif, dan sikap culas.

Page 14: Entrepreneurial Mindset

- Theft or protecting idea, ide anda akan dicuri dan digunakan oleh orang lain terlebih

dulu.

- Financing the idea, anda dapat memiliki suatu ide yang luar biasa namun tidak ada

satupun yang mau berinvestasi.

- Inflexible perspective, anda dapat menjadi terlalu idealis, tidak mau mengadaptasi ide

orisinal agar lebih mudah dan praktis untuk diterapkan.

- Lack of credit for idea, pemimpin anda atau teman sekerja anda akan merasa bahwa

ide anda juga merupakan hasil ide mereka juga, kerancuan kepemilikan ide akan

mungkin terjadi.

- Researching the idea, pastikan bahwa ide anda benar-benar baru, belum pernah ada

orang yang memiliki hak cipta atasnya.

- Real testing of the idea, lakukan uji pad aide anda melalui fokus grup, survei, dll.

- Lack of persistence, kecenderungan seseorang adalah belum berhasil melakukan ide

lama sudah berganti pada ide yang baru. Ide yang lama ditinggal begitu saja karena

kesulitan yang dihadapi saat mencobanya.

- No time to incubate ideas, terlalu sibuk mengurusi hal lain yang kurang penting,

sehingga tidak memiliki waktu untuk melakukan inkubasi ide.

- Fixation on an idea, terlalu percaya dan berharap pada suatu ide, sehingga tidak

berpikir objektif untuk melakukan evaluasi atasnya.

- Not brainstorming with others, terlalu takut jika seseorang akan mencuri idenya,

sehingga timbul keinginan untuk mengontrol semua kegiatan tanpa bantuan orang

lain.

2. The two brain hemispheres

Otak Kiri Otak Kanan

Beberapa proses yang

terkait dengan kerja otak

Verbal

Analytical

Abstract

Rational

Nonverbal

Synthesizing

Seeing analogies

Nonrational

Page 15: Entrepreneurial Mindset

Logical

Linear

Spatial

Intuitive

Imaginative

Berbagai cara untuk

mengembangkan

kemampuan otak kiri dan

otak kanan

Merencanakan aktivitas

harian dan membuat

penjadwalan

Membaca buku-buku

mengenai filsafat, sejarah,

hukum

Bekerja dengan

menggunakan program

komputer

Menggunakan metafora dan

analogi untuk

mendeskripsikan sesuatu

dalam percakapan dan

tulisan

Menggambar wajah,

karikatur, dan pemandangan

Memvisualisasikan sesuatu

benda atau situasi di masa

depan dengan detil

3. Muddling mind-sets

Beberapa cara berpikir yang menghambat harus segera diatasi. Telah diteliti

bahwa orang dewasa hanya menggunakan 2-10% dari potensi kreatif mereka. Sebagai

contoh, banyak individu yang cenderung cepat mengambil keputusan akan sesuatu hal

yang baru. Kecenderungan lain adalah mengungkapkan beberapa hal negatif dari suatu

ide baru, padahal mereka hanya menghindari ketidaknyaman psikologis sebagai akibat

perubahan hal-hal yang baru. Berikut adalah beberapa cara berpikir yang harus

dipertimbangkan oleh seorang entrepreneur:

4. Creative climate

Kreativitas tampaknya akan lebih mudah terjadi apabila iklim bisnisnya tepat.

Beberapa karakteristik penting untuk membentuk iklim kreatif adalah:

- Melakukan kontak komunikasi yang baik dengan orang-orang di dalam maupun

di luar organisasi bisnis

Page 16: Entrepreneurial Mindset

- Mau untuk menerima perubahan

- Menikmati eksperimen dengan ide-ide baru

- Tidak terlalu takut akan konsekuensi negatif akibat suatu kesalahan yang dibuat

DISTINGUISHING BETWEEN CREATIVITY AND INNOVATION

Kreativitas dan inovasi merupakan dua hal yang berbeda. Kreativitas mengacu pada

kegiatan untuk menghasilkan ide baru, sedangkan inovasi adalah proses keseluruhan dari

produksi ide kreatif sampai penerapan ide kreatif tersebut dalam konteks yang spesifik. Dalam

konteks organisasi, Inovasi mengacu pada keseluruhan proses organisasi dalam memproduksi ide

baru yang kreatif dan mengubahnya ke suatu bentuk nyata yang unik, berguna, seperti produk,

layanan, dan praktek bisnis yang dapat dikomersialisasikan, sedangkan kreativitas merupakan

salah satu bagian kegiatan dari keseluruhan proses inovasi. Walaupun dua kata tersebut memiliki

arti berbeda, namun keduanya berjalan secara bersama. Untuk menjadi inovatif, seorang

entrepreneur harus terus kreatif untuk tetap memiliki bisnis yang kompetitif.

THE THEORY OF INNOVATION

Perkembangan teori inovasi dalam bidang ekonomi dimulai oleh karya J.A. Schumpeter

dalam bukunya yang berjudul “The Theory of Economic Development”. Teori inovasi

Schumpeter statusnya kurang dihargai hingga tahun 1970-an. Sebelum tahun itu, J.M. Keynes

adalah seorang ahli ekonomi yang lebih disegani karena teori economic regulation-nya sangat

sesuai untuk diterapkan, namun sejak Amerika mengalami depresi ekonomi pada tahun 1970,

para ekonom mulai berganti haluan. Sejak saat itu Amerika mulai menggunakan teori inovasi

Schumpeter dalam sistem perekonomiannya (Sundbo, 1998: 4-5).

Mengacu pada innovation economics, inovasi adalah “the determinant responsible for

most growth when an economic boom begins in a period of depression”. Inovasi merupakan

penentu utama keberhasilan ekonomi suatu negara, saat krisis ekonomi mulai terjadi di negara

tersebut. Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi adalah

entrepreneurship, karena seorang entrepreneur-lah yang mampu menciptakan inovasi.

Page 17: Entrepreneurial Mindset

Beberapa dekade lalu, masih sedikit ahli ekonomi yang membahas teori inovasi dalam

penelitiannya. Walaupun saat ini telah banyak bermunculan buku maupun artikel penelitian yang

membahas perkembangan teori inovasi, namun belum seluruhnya mampu menjelaskan teori

inovasi secara lengkap dan komprehensif. Beberapa teori inovasi berfokus pada pengembangan

teknologi, riset teknis, dan fungsi departemen R&D dalam perusahaan. Beberapa teori lain

berfokus pada sosok individu yang menciptakan dan mengembangkan elemen-elemen baru

dalam bisnis. Teori inovasi lainnya berfokus pada isu mengenai pasar (market side).

Schumpeter mendefinisikan inovasi sebagai kegiatan yang mencakup satu atau beberapa

hal di bawah ini:

1. Pengenalan produk baru atau kualitas baru suatu produk

2. Pengenalan metode produksi yang baru. Metode ini bukan selalu hasil dari penemuan

ilmiah besar, melainkan dapat berupa cara-cara baru untuk memproduksi produk dengan

lebih efisien.

3. Membuka pasar yang baru (new market) untuk suatu produk.

4. Mencari sumber daya baru sebagai bahan mentah produksi, menggantikan sumber daya

yang ada sebelumnya.

5. Menciptakan struktur organisasional baru dalam tingkat industri. Sebagai contoh,

menciptakan atau meruntuhkan monopoli pasar.

Beberapa tipe inovasi menurut Sundbo (1998) adalah:

1. Produk atau layanan yang baru

2. Proses produksi yang baru

3. Struktur organisasi yang baru dari sebuah perusahaan

4. Jenis pemasaran yang baru

Inovasi dapat terjadi dengan cepat maupun perlahan-lahan. Radical innovation, inovasi

yang menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki elemen berbeda yang mampu mengubah

keseluruhan sistem yang ada sebelumnya. Incremental innovation, inovasi yang terjadi karena

perubahan kecil secara kontinu melalui pengenalan elemen-elemen baru yang sedikit berbeda

Page 18: Entrepreneurial Mindset

dengan elemen lama. Kata kunci yang menghubungkan kedua definisi inovasi di atas adalah

baru. Harus ada sesuatu yang baru di dalam inovasi. Pernyataan ini tentu akan menuai

kontroversi, sebab terminologi kata baru sangat relatif. Mungkin i-pod merupakan barang lama

bagi anda, namun bagi orang desa, i-pod merupakan sesuatu yang baru. Bagi orang Indonesia,

minum di Starbuck merupakan sesuatu yang baru (untuk prestise, dll), namun sangat biasa dan

hal yang lama bagi orang Amerika, sebab semua lapisan masyarakat mampu membeli kopi

Starbuck. Menurut Schumpeter, konsep inovasi harus terikat pada segmen pasar tertentu yang

terlibat, sesuatu yang baru bukan bersandar pada konteks geografis atau sektor industri tertentu,

melainkan sesuatu yang baru untuk segmen pasar tertentu.

TYPES OF INNOVATION

Beberapa tipe inovasi menurut Kuratko & Hodgetts (1998: 136) adalah:

1. Invention

Penciptaan produk, layanan, atau proses baru yang masih dalam tahap angan-angan dan

belum pernah ada yang mencoba. Lebih mengutamakan konsep revolusioner bukan

evolusioner.

2. Extension

Ekspansi atau pengembangan suatu produk, layanan atau proses yang telah ada

sebelumnya. Konsep membuat aplikasi berbeda untuk suatu ide yang sama.

3. Duplication

Replikasi suatu produk, layanan, atau proses yang sudah ada. Usaha duplikasi yang tidak

hanya sekedar copy-paste, melainkan ada sentuhan unsur kreatif seorang entrepreneur

untuk meningkatkan atau memperbaiki konsep yang ada demi memenangkan persaingan.

Page 19: Entrepreneurial Mindset

4. Synthesis

Kombinasi dari konsep yang ada dengan faktor-faktor baru menjadi sebuah formulasi

baru. Hal ini melibatkan ide-ide yang sudah ditemukan terlebih dulu kemudian dilebur

menjadi aplikasi yang benar-benar baru.

SOURCES OF INNOVATION

Beberapa hal yang dapat dijadikan sumber inovasi menurut Kuratko & Hodgetts (1998: 137)

adalah:

1. Unexpected occurrence

Inovasi dapat muncul dari kesuksesan atau kegagalan yang belum pernah dihadapi

sebelumnya.

2. Incongruities

Inovasi muncul ketika ada gap atau perbedaan antara harapan dan kenyataan di lapangan.

3. Process needs

Inovasi muncul saat ada keinginan entrepreneur untuk menjawab kebutuhan spesifik

konsumen.

4. Industry and market changes

Inovasi dapat muncul saat entrepreneur harus menghadapi perubahan dalam pasar

(marketplace) yang disebabkan beberapa pengembangan teknologi dalam sebuah industri.

5. Demographic changes

Inovasi dapat muncul dari pengamatan akan perubahan tren yang terjadi dalam

masyarakat seperti populasi penduduk, usia, pendidikan, pekerjaan, lokasi geografis, dll.

Page 20: Entrepreneurial Mindset

6. Perceptual changes

Inovasi dapat muncul dari perubahan persepsi masyarakat akan fakta-fakta dan konsep

yang ada. Contohnya orang-orang di kota sekarang lebih sadar akan kesehatan, oleh

sebab itu selalu menjaga diri dari makanan yang menggunakan bahan yang berbahaya dll.

7. Knowledge-based concepts

Inovasi dapat muncul dari akumulasi pengetahuan yang dimiliki seorang entrepreneur,

baik pengetahuan yang dipelajari atau pengetahuan karena pengalaman (learning by

doing). Inovasi ini adalah produk dari cara berpikir, metode, dan pengetahuan baru yang

terus dikumpulkan.

PRINCIPLES OF INNOVATION

Berikut adalah beberapa prinsip inovasi yang harus dilakukan seorang entrepreneur agar berhasil

(Kuratko & Hodgetts, 1998: 139).

1. Be action oriented

Innovator harus selalu aktif dan mencari ide, peluang, dan sumber inovasi yang baru.

2. Make the product, process, or service simple and understandable

Entrepreneur harus memahami dengan baik bagaimana inovasi dapat bekerja.

3. Make the product, process, or service customer based

Innovator selalu mengutamakan pelanggan dalam pikirannya setiap waktu. Semakin

besar ruang untuk konsumen di hati innovator, semakin besar suatu konsep akan diterima

dan digunakan.

Page 21: Entrepreneurial Mindset

4. Start small

Innovator tidak harus memulai dan mengembangkan suatu proyek dalam skala besar.

Mereka sebaiknya memulai dari yang kecil kemudian mengembangkannya sesuai

perencanaan jangka panjang dengan ekpansi yang tepat di waktu yang tepat pula.

5. Aim high

Innovator harus menetapkan tujuan keberhasilan yang tinggi dengan mencari ceruk pasar.

6. Try-test-revise

Innovator seharusnya mengikuti hukum inovasi yaitu try-test-revise (coba-uji-perbaiki).

Hal ini akan mengurangi kegagalan dalam produk, layanan atau proses bisnis.

7. Learn from failure

Inovasi tidak memiliki garansi kesuksesan. Lebih penting, kegagalan sering membawa

entrepreneur menghasilkan inovasi yang baru.

8. Follow a milestone schedule

Setiap innovator seharusnya mengikuti jadwal-jadwal yang dibuat untuk mengindikasi

milestone pencapaian. Walaupun kenyataannya suatu proyek dapat berjalan di depan atau

di belakang jadwal yang dibuat, namun tetap penting memiliki jadwal sebab berguna

untuk perencanaan dan evaluasi proyek.

9. Reward heroic activity

Aktivitas berinovasi harus dihargai dan diberi sejumlah penghargaan. Hal ini bertujuan

untuk memotivasi orang lain untuk berinovasi.

Page 22: Entrepreneurial Mindset

10. Work, work, work

Seorang inovator perlu melakukan pekerjaan nyata, tidak hanya di benak atau angan-

angan saja. Seorang entrepreneur tidak dapat menjadi inovatif tanpa ada usaha nyata

untuk menjalankan setiap ide ‘gila’ yang dimiliki.

INNOVATION PROCESS

Secara umum, semua orang akan melakukan inovasi secara sering apabila mereka

mempunyai keinginan untuk terus meningkatkan kepuasan pelanggan. Setiap pelanggan ingin

membeli produk yang dapat menjadi solusi bagi masalah mereka, selain itu mereka membeli

produk yang mudah digunakan, lebih nyaman, dan menguntungkan. Seorang entrepreneur harus

terus mencari cara bagaimana mewujudkan semua keinginan pelanggan tersebut tanpa harus

merugikan dirinya sendiri.

Gorman (2007: 37) memberikan enam langkah agar inovasi suatu produk menjadi

berhasil:

1. Idea generation

Ide untuk membuat suatu produk yang baru datangnya dari berbagai sumber, anda

dapat memulainya dari kebutuhan pelanggan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki

masalah dan harus segera dibantu untuk pemecahan masalah. Jadi, untuk mendapatkan

ide produk yang bagus, dengarkan pelanggan anda terutama komplain mereka. Lakukan

survei kepuasan pelanggan sehingga anda akan mengetahui bagaimana cara pelanggan

berpikir. Survei tersebut harus bertanya akan apa yang disuka dan tidak disuka oleh

pelanggan. Anda dapat menggunakan e-mail, telepon, interview mengenai masalah,

kebutuhan, dan opini pelanggan. Focus group discussion (FGD) dapat dilakukan

sekaligus untuk 6-12 pelanggan untuk mendiskusikan kebutuhan dan keinginan mereka,

dengan demikian anda dapat mengetahui respon mereka terhadap ide dan konsep produk

yang baru.

Page 23: Entrepreneurial Mindset

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang dapat membantu anda untuk

mendapatkan ide produk dari pelanggan. Pelanggan harus menjawab dengan jujur setiap

pertanyaan berikut:

- Bagaimana anda menggunakan produk tersebut? Apa tujuan anda menggunakan

produk tersebut?

- Seberapa sering anda menggunakannya? Apakah tahun ini anda menggunakan

produk lebih sering atau lebih jarang daripada tahun lalu?

- Apa yang sebenarnya anda harapkan dari produk tersebut yang mana sampai

sekarang belum anda dapatkan?

- Bagaimana produk tersebut dapat sesuai dengan gaya hidup anda? Apakah produk

tersebut mudah untuk digunakan?

- Masalah apa saja yang hadapi saat menggunakan produk tersebut? Apa yang

paling anda sukai dari produk tersebut?

- Jika anda dapat mengganti satu hal mengenai produk tersebut, hal apa yang akan

ganti?

Hasil dari idea generation adalah sebuah konsep produk, layanan, atau proses

bisnis yang baru.

2. Concept testing

Dalam uji konsep, anda dapat mendapatkan respon pelanggan sebagai reaksi atas

konsep produk. layanan, atau proses yang baru. Uji konsep merupakan riset pasar yang

akan mengetahui sikap dan minat beli pelanggan terhadap produk baru. Uji konsep dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu:

- Anda dapat mendeskripsikan secara detail konsep produk dan bertanya pada

pelanggan sejumlah pertanyaan yang terstruktur mengenai konsep tersebut.

- Anda dapat menunjukkan secara langsung prototipe produk tersebut, kemudian

bertanya pada pelanggan sejumlah pertanyaan mengenai prototipe produk

tersebut.

Page 24: Entrepreneurial Mindset

Sejumlah pertanyaan yang dapat anda lontarkan pada pelanggan adalah:

- Apakah anda memahami dengan baik produk ini?

- Apakah produk ini dapat memecahkan masalah yang selama ini anda hadapi?

- Seberapa sering anda akan menggunakan produk ini?

- Produk lain apa yang anda rasa sebagai kompetitor bagi produk ini?

Hasil dari concept testing adalah konsep yang matang dan siap untuk dibuat

secara massal.

3. Design and Build the Product or Service

Sesuatu yang perlu anda pertimbangkan adalah berapa biaya dan waktu yang anda

butuhkan untuk memproduksi ide inovatif anda menjadi produk atau layanan yang nyata.

Selain itu anda juga perlu memikirkan bagaimana anda cara anda menjual, mengirim, dan

memberikan after sales service bagi pelanggan yang membeli produk anda.

Pertimbangan lainnya adalah peralatan, karyawan, gudang penyimpanan, permodalan,

lokasi penjualan.

Hasil dari langkah ketiga adalah prototype produk atau layanan yang sudah final,

tidak seperti prototype pada langkah kedua.

4. Product testing

Prototipe produk atau layanan yang sudah final, harus diuji secara nyata pada

pelanggan dalam jumlah banyak (pada langkah kedua, uji prototype hanya pada sedikit

pelanggan). Beberapa pertanyaan yang dapat anda lontarkan setelah pelanggan tersebut

menggunakan produk anda adalah:

- Design: apakah anda melihat cacat desain yang dapat mempengaruhi kekuatan,

ketahanan, kinerja produk tersebut?

- Instruction: apakah anda tidak kesulitan untuk menggunakan produk tersebut?

Page 25: Entrepreneurial Mindset

- Performance: apakah produk tersebut dapat bekerja sesuai dengan apa yang anda

harapkan?

- Usage: apakah anda menggunakan produk tersebut sesuai dengan petunjuk yang

telah diberikan?

Hasil dari product testing adalah revisi atau perbaikan final prototype produk atau

layanan. Setelah perbaikan dilakukan, prototype tersebut dapat diproduksi secara massal

dan siap untuk dipasarkan.

5. Product launch

Peluncuran produk atau layanan baru dapat dilakukan dengan menggunakan

berbagai macam strategi komunikasi pemasaran. Diantaranya adalah personal selling,

periklanan, promosi, public relation, dan direct marketing (akan dibahas tersendiri dalam

modul basic marketing).

Dalam usaha melakukan inovasi produk dan layanan, perusahaan harus memandang

inovasi sebagai kegiatan perubahan seluruh sistem dan elemen bisnis yang ada, hal ini dapat

mencegah agar inovasi yang diinginkan tidak terjadi secara parsial. Berikut adalah permasalahan

yang akan terjadi jika inovasi hanya berkaitan dengan sebagian elemen bisnis: (Bessant & Tidd,

2007: 17)

Jika inovasi hanya dipandang sebagai….. …..maka hasilnya akan menjadi…..

Kapabilitas yang kuat dari R&D department,

tanpa didukung informasi dari departemen lain,

seperti pemasaran, penjualan, dll.

Teknologi yang terlalu canggih sehingga tidak

dapat diterima dan gagal menjawab kebutuhan

pengguna

Menjawab kebutuhan pelanggan terlebih dulu,

setelah itu baru dipikirkan produk apa yang

sesuai

Kekurangan akan kemajuan teknis, gagal

mencapai keunggulan kompetitif

Terobosan sesaat, tidak ada kelanjutannya Potensi terjadinya incremental innovation

Page 26: Entrepreneurial Mindset

setelah itu menjadi tidak mungkin

Keinginan salah seorang tokoh kunci dalam

perusahaan

Gagal meningkatkan kreativitas karyawan lain,

tidak berani mengemukakan ide

MANAGING INNOVATION

Inovasi perlu dikelola dengan baik, sebab tanpa pengelolaan, inovasi yang anda lakukan

sifatnya hanya sementara, tidak berkelanjutan. Berikut beberapa saran dari Bessant & Tidd

(2007: 10) untuk mengelola inovasi.

1. Generating new ideas

Menemukan suatu ide dapat dimulai dari kegiatan merenung untuk mencari inspirasi.

Dapat juga dilakukan dengan cara pergi ke lokasi transaksi antara penjual dan pembeli.

Ide akan muncul saat anda berusaha mencari cara untuk menyelesaikan masalah yang

terjadi di sana. Menemukan dan mengenali (menemu-kenali) masalah memerlukan

proses, anda dapat berpura-pura menjadi pembeli untuk mengamati sesuatu hal yang

mungkin dapat ditingkatkan efisiensinya.

2. Selecting the best of these sounds simple enough

Anda tidak akan mengetahui manakah yang terbaik dari beberapa pilihan inovasi yang

ada sampai anda mencoba ide tersebut satu per satu secara nyata. Inovasi dipenuhi

dengan ketidakpastian dan pertanyaan yang tidak mungkin anda ketahui selain anda

berani memulai untuk mengembangkannya.

3. Implementing the new idea

Membuat ide yang ada pikiran menjadi produk atau layanan yang nyata. Proses ini sangat

panjang dan melelahkan. Bagian ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam subtopik

designing and testing innovative products.

Page 27: Entrepreneurial Mindset

HOW CREATIVE ARE YOU?

Kuesioner berikut mampu mengukur seberapa kreatif diri anda. Oleh sebab itu,

lengkapilah kuesioner berikut dengan menjawabnya secara jujur. Hitunglah skor nilai dengan

mengacu pada petunjuk nilai di bagian bawah kuesioner (Bessant & Tidd, 2007: 66-67).

Jawablah setiap pertanyaan berikut ini dengan cara melingkari pilihan Yes (Y) atau No (N).

1. Apakah anda selalu mencari ide-ide yang baru setiap saat? ( Y / N )

2. Apakah anda bosan melakukan suatu hal dengan cara lama? ( Y / N )

3. Apakah anda puas saat berhasil membuat kemajuan? ( Y / N )

4. Apakah anda takut untuk membuat kesalahan? ( Y / N )

5. Apakah anda khawatir dilihat bodoh oleh orang lain? ( Y / N )

6. Apakah anda suka bekerja dengan ide-ide baru? ( Y / N )

7. Apakah anda suka menolak kritikan orang lain atas ide anda? ( Y / N )

8. Apakah anda menerima ide orang lain? ( Y / N )

9. Apakah anda suka menyelesaikan masalah dengan cara lama? ( Y / N )

10. Apakah anda mudah menyerah saat mulai menghadapi masalah? ( Y / N )

11. Apakah anda ragu untuk bertindak karena merasa kurang mampu? ( Y / N )

12. Apakah kita harus tetap menghargai cara-cara yang lama dalam melakukan suatu hal?

( Y / N )

13. Apakah anda lebih suka kehidupan yang tenang daripada kehidupan yang penuh

tantangan? ( Y / N )

14. Apakah anda takut dengan situasi baru yang tidak dapat dipastikan akibatnya? ( Y / N )

15. Apakah anda tidak percaya dengan intuisi anda sendiri? ( Y / N )

16. Apakah anda merasa kesulitan untuk menerima kekacauan dan kebingungan yang terjadi?

( Y / N )

17. Apakah anda membeci sesuatu yang kompleks dan rumit? ( Y / N )

18. Apakah anda lebih takut dilihat orang daripada malu dilihat orang? ( Y / N )

19. Apakah anda enggan untuk mengekspresikan pendapat? ( Y / N )

Page 28: Entrepreneurial Mindset

20. Apakah anda takut pendapat anda nantinya dipermalukan orang lain? ( Y / N )

21. Apakah anda mudah dijatuhkan dengan kritik yang keras dari orang lain? ( Y / N )

22. Apakah anda memiliki kesulitan untuk berpikir secara luas dan menyeluruh terhadap

suatu masalah? ( Y / N )

23. Apakah anda dapat dengan cepat menyimpulkan penyebab suatu ide tidak dapat berjalan

dengan baik? ( Y / N )

24. Apakah anda menetapkan bagi diri sendiri tujuan inovasi spesifik apa yang harus dicapai?

( Y / N )

25. Apakah anda selalu mengikuti perkembangan ide-ide baru yang sesuai dengan bidang

anda? ( Y / N )

JAWABAN

Berikan satu poin untuk skor nilai jika anda memilih jawaban Yes (Y) untuk pertanyaan nomor

1,2,3,6,8,9,24,25

Berikan satu poin untuk skor nilai jika anda memilih jawaban No (N) untuk pertanyaan nomor

4,5,7,10-23

Total Skor Nilai (tingkat kreativitas)

Lebih dari 20 = Tingkat kreativitas yang tinggi

15 – 19 = Di atas rata-rata

11 – 14 = Rata-rata

7 – 10 = Di bawah rata-rata

Kurang dari 7 = Tingkat kreativitas yang rendah

Page 29: Entrepreneurial Mindset

DAFTAR PUSTAKA

Bessant, J., & Tidd, J. (2007). Innovation and Entrepreneurship. Chichester: John Wiley.

Gorman, T. (2007). Innovation. Massachusetts: Adams Media.

Kuratko, D. F., & Hodgetts, R. M. (1998). Entrepreneurship: a Contemporary Approach.

Orlando: The Dryden Press.

Ma, H., & Tan, J. (2006). Key Components and Implications of Entrepreneurship: A 4-P

Framework. Journal of Business Venturing , 21 (5), 704-725.

McGrath, R. G., & MacMillan, I. (2000). The Entrepreneurial Mindset: Strategies for

Continuously Creating Opportunity in an Age of Uncertainty. Boston: Harvard Business School

Press.

Sundbo, J. (1998). The Theory of Innovation: Entrepreneurs, Technology, and Strategy .

Cheltenham: Edward Elgar.

Tanan, A., Isti, Margiman, & Yang, F. The 7 Principles of Entrepreneurship Base Learning

Ciputra Way. Tim Kurikulum UCEC.