END-NOVIA

download END-NOVIA

of 11

description

END

Transcript of END-NOVIA

HUBUNGAN KADAR LDL DAN HDL TERHADAP EARLY NEUROLOGICAL DETERIORATION PADA PASIEN STROK PERDARAHAN DAN STROK ISKEMIK

NOVIA ROSITA MARINGGANIM. I11112074

USULAN PENELITIAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK2014

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangStrok atau gangguan peredaran darah otak adalah sindrom klinis berupa defisit neurologis fokal maupun umum yang terjadi secara mendadak berlangsung selama 24 jam atau lebih, atau berakhir dengan kematian yang diakibatkan oleh gangguan peredaran darah ke otak.1 Strok menurut American Heart Association diklasifikasian menjadi tiga tipe yaitu strok iskemik, strok perdarahan dan Trasnsient Ischemic Attack. Strok iskemik terjadi penyumbatan pada pembuluh darah yang mensuplai oksigen di otak sedangkan pada strok perdarahan terjadi apabila pembuluh darah di otak rupture atau pecah sehingga dapat meningkatkan tekanan intrakranial yang berakibat kematian sel otak. Strok perdarahan ini terbagi menjadi dua jenis yaitu intraserebral dan subarachnoid. Transient Ischemic Attack biasa dikenal dengan istilah mini srok, yang diakibatkan karena aliran darah ke otak tersumbat tetapi hanya untuk waktu yang singkat.2Strok merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan menduduki peringkat tertinggi penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker akibat dari serangan mendadak. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan salah satu penyakit saraf yang paling banyak menarik perhatian, bahkan di pusat pelayanan neurologi di Indonesia, jumlah penderita gangguan peredaran darah otak (GPDO) selalu menempati urutan perama dari seluruh penderita rawat inap.3Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menyatakan bahwa sekitar 15 juta orang di seluruh dunia terserang strok setiap tahun, lima juta meninggal dunia.4 Strok iskemik merupakan kasus terbanyak dibandingkan dengan kasus strok hemoragik. Terdapat 600.000 kasus strok iskemik dan sebanyak 100.000 kasus strok hemoragik, dan terdapat 175.000 kematian dari semua kasus di Amerika Serikat setiap tahunnya.5 Prevalensi stroke di Indonesia berada dalam angka 7 per 1.000 penduduk yang didapat berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sedangkan 12,1 per 1.000 penduduk yang didapat hanya dengan gejala.(Depkes, 2013).6 Data Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dokter Soedarso Pontianak tahun 2009-2012 menunjukkan peningkatan kasus stroke setiap tahunnya. Jumlah penderita stroke pada tahun 2009 sebanyak 498 orang, tahun 2010 sebanyak 548 orang, tahun 2011 sebanyak 560 orang , dan tahun 2012 sebanyak 978 orang.7 Early Neurogical Deterioration (END) atau perburukan neurologis dini didefinisikan dengan penurunan Glasgow Coma Scale (GCS) 3 atau kematian dalam 72 jam pertama setelah perdarahan. Pada pasien dengan perdarahan intraserebral sering mengalami perburukan neurologis dini (END) pada 72 jam pertama. Penyebab lain END diantaranya hipertensi interkranial sekunder, edema serebral, perluasan hematoma obstruktif hidrosefalus atau kelainan metabolit. END penting dalam tindakan klinik karena memiliki frekuensi yang tinggi pada pasien strok akut dengan memiliki rentang dari 13,9% sampai 32,2% dan untuk menyingkirkan efek yang dapat mengganggu outcome pasien, mortalitas, serta disabilitas.8 Kemampuan untuk menilai risiko perburukan secara dini di rumah sakit dapat meningkatkan kemampuan klinis dalam membuat penanganan awal sehingga kematian dapat dicegah.Penelitian ini menggunakan GCS dalam menentukan END. Jika dibandingkan dengan National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS), GCS scoring memilikinilai positive predictive value dan negative predictive value kurang lebih samadengan NIHSS, di mana GCS memiliki nilai positive predictive value 70,6% dan negative predictive value 81,4% dibandingkan NIHSS yang masing-masingbernilai 60% dan 87,5%. Dalam penggunaannya GCS dirasa lebih sederhana bila dibandingkan NIHSS.8Kolesterol merupakan suatu zat lemak yang beredar di dalam darah diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh, tetapi kolesterol berlebih akan menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah jantung dan otak. Darah mengandung 80% kolesterol yang diproduksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan. Kolesterol yang diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu kolesterol HDL dan kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein). Selain itu ada Trigliserida yang terbentuk sebagai hasil dari metabolisme makanan yang berbentuk lemak dan juga berbentuk karbohidrat dan protein yang berlebihan, yang tidak seluruhnya dibutuhkan sebagai sumber energi.9Lemak dan kolesterol merupakan partikel yang tidak larut dalam darah, sehingga dalam tubuh memerlukan pengangkut yang disebut lipoprotein, dimana LDL (Low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) merupakan dua lipoprotein terpenting. LDL mengandung paling banyak kolesterol sehingga LDL merupakan pengirim kolesterol utama dalam darah.10Tingginya kadar kolesterol LDL dan rendahnya kadar kolesterol HDL dapat meningkatkan risiko aterosklerosis dan penyakit kardiovaskuler. Hal ini terjadi karena kolesterol LDL mudah teroksidasi sehingga dapat memicu proses aterosklerosis. Hiperkolesterolemia, melalui proses aterosklerosis, merupakan salah satu faktor risiko mayor stroke yang penting.11 Kadar LDL yang tinggi tidak hanya sebagai faktor risiko penyebab stroke, tetapi juga berpengaruh pada keluaran setelah serangan stroke, selain hipertensi, hiperglikemia, hipertemia, usia lanjut, dan keparahan stroke. Setelah serangan stroke iskemik didapatkan tingginya kadar LDL, menurunnya FCR (Fractional Catabolic Rate) LDL, dan meningkatnya FCR HDL.12,13 Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kadar kolesterol yang tinggi, kadar trigliserida yang tinggi dan kadar HDL kolesterol yang rendah.Penelitian terdahulu mengemukakan bahwa kadar HDL yang rendah setelah serangan stroke akan mengakibatkan hambatan pemulihan dan peningkatan mortalitas.14 Hal ini berhubungan dengan peran HDL yang memberi efek stabilisasi dan regresi plak, serta proteksi terhadap oksidasi LDL.15Peningkatan konsentrasi kolesterol, HDL3-C, LDL-C dan ApoB secara signifikan lebih tinggi pada kurang dari 48 jam pertama setelah terjadinya serangan strok. Penelitian J Woo dan kolega menganalisis profil lipid kurang dari 48 jam setelah terjadinya serangan dengan skor Glasgow Coma Scale menunjukkan adanya korelasi yang signifikan dengan konsentrasi kolesterol LDL-C (r=0,24, p