Emboli Paru Dan Kasus

download Emboli Paru Dan Kasus

of 25

Transcript of Emboli Paru Dan Kasus

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    1/25

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    2/25

    2

    Di indonesia diperkirakan bahwa lebih dari setengah juta orang mengalami emboli paru

    setiap tahunnya mengakibatkan kematian lebih dari 50.000 orang tiap tahun. Embolisme paru

    adalah gangguan umum dan sering berkaitan dengan trauma, bedah ortopedik, pelvik,

    ginokologik, kehamilan, gagal jantung kongestif, usia lanjut (lebih dari 60tahun), dan imobilitas

    berkepanjangan. Embolisme paru dapat terjadi pada individu yang tampak sehat(Smeltzer

    Suzanne C, 2002).

    Tenaga kesehatan khususnya keperawatan, harus dapat membantu menyelesaikan masalah

    yang ditimbulkan penyakit ini agar klien yang menderita penyakit emboli paru dapat sembuh.

    Oleh karena itu tindakan pencegahan, pengobatan, serta pemulihan kesehatan untuk penyakit

    emboli paru perlu diperhatikan agar kejadian penyakit emboli paru dan komplikasinya dapat

    dikurangi.

    Dari hasil pemikiran tersebut di atas, penulis ingin membahas lebih jauh mengenai emboli

    paru khususnya penyakit emboli paru yang di RSUD Raden Mattaher yang penulis tuangkan

    dalam bentuk makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Dengan Emboli Paru.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan dari kenyataan yang telah di utarakan di atas, maka rumusan masalah

    yang penulis buat adalah bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada penderita emboli

    paru :

    1. Apakah yang dimaksud dengan emboli paru?

    2. Bagaimana gejala dan tanda penderita emboli paru?

    3. Apakah penyebab emboli paru?

    4. Bagaimana patogenesis emboli paru ?

    5. Bagaimana gambaran klinis penderita emboli paru?

    6.

    Diagnosa Penyakit emboli paru ?

    7. Pengobatan penyakit emboli paru ?

    8. Pencegahan penyakit emboli paru ?

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    3/25

    3

    C. Tujuan

    1. Tujuan umum

    Untuk memberikan gambaran nyata tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien

    dengan masalah utama Emboli Paru.

    2. Tujuan khusus

    1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian keperawatan pasien Emboli Paru

    2. Mahasiswa dapat menyusun Analisa data pasien Emboli

    3. Mahasiswa dapat membuat Diagnosa keperawatan pasien Emboli

    4. Mahasiswa dapat melakukan intervensi keperawatan klien Emboli Paru

    5. Mahasiswa dapat melakukan implementasi pada klien Emboli Paru

    6.

    Mahasiswa dapat melakukan Evaluasi pada klien Emboli Paru

    D. Manfaat

    a. Mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang konsep dengan masalah yang bersangkutan

    dengan Emboli Paru

    b. Mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang askep pada klien Emboli

    c. Memberikan informasi pada klien Emboli Paru dalam mencegah dan menangani masalah

    yang bersangkutan dengan Emboli Paru.

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    4/25

    4

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.Definisi Embolisme Paru

    Embolisme paru mengacu pada obstruksi salah satu atau lebih arteri pulmonal oleh

    trombus yang berasal dari suatu tempat dalam sistem vena atau pada jantung sebelah kanan.

    Embolisme paru adalah gangguan sistem umum dan sering berkaitan dengan, trauma, bedah (

    ortopedik, pelvik, genekologik, ) kehamilan, gagal jantung kongestif, usia lanjut ( lebih dari 60

    tahun ) dan imobilitas berkepanjangan.

    Tromboemboli berasal dari kata thrombus dan emboli. Trombus adalah kumpulan faktordarah terutama trombosit dan fibrin dengan terperangkapnya unsur seluler yang sering

    menyebabkan obstruksi vaskuler pada akhir pembentukannya.

    Emboli Paru adalah pembendungan pada ateri pulmonalis (atau salah satu cabangnya)

    oleh bekuan darah, lemak, udara atau sel tumor, emboli yang sering terjadi adalah trombo

    emboli, yang terjadi ketika bekuan darah (trombosis vena) menjadi berpindah dari tempat

    pembentukan dan menyumbat suplai darah arteri pada salah satu(Saryono, 2009).

    Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu embolus

    secara tiba-tiba terjadi. (Perisai Husada-klinik specialis penyakit dalam dan syaraf)

    Emboli Paru adalah sumbatan arteri pulmonalis yang disebabkan oleh trombus pada

    trombosis vena dalam di tungkai bawah yang terlepas dan mengikuti sirkulasi menuju arteri di

    paru. Setelah sampai diparu, trombus yang besar tersangkut di bifurkasio arteri pulmonalis atau

    bronkus lobaris dan menimbulkan gangguan hemodinamik, sedangkan trombus yang kecil terus

    berjalan sampai ke bagian distal, menyumbat pembuluh darah kecil di perifer

    paru(Goldhaber,1998; Sharma,2005).

    C. Etiologi

    Menurut Sylvia A. Price, 2005, ada tiga faktor utama yang timbulnytrombosis

    kemudian menjadi emboli paru yaitu sebagai berikut :

    a. Stasis atau melambatnya aliran darah

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    5/25

    5

    b. Luka dan peradangan pada dinding vena

    c. Hiperkoagulasibilitas

    Trias klinis klasik yang merupakan predisposi trombo emboli paru

    Virchow tahun 1856, yaitu:

    1. Trauma lokal pada dinding pembuluh darah;

    2. Hiperkoagulabilitas;

    3. Stasis darah

    Sebagian besar pasien dengan Emboli Paru memiliki kondisi klinis yang berkaitan dengan

    faktor-faktor predisposisi ini, seperti trauma mayor, pembedahan dalam waktu dekat

    sebelumnya, obesitas dan imobilitas, merokok, peningkatan usia, penyakit keganasan, pil

    kontrasepsi oral, kehamilan, terapi insulin hormon, dan keadaan lain yang lebih jarang (misalnya

    sindrom nefrotik)(Huon H. Gray, 2003).

    D. Patofisiologi

    Efek klinis Emboli Paru tergantung pada derajat obtruksi vaskuler paru, pelepasan agen

    humoral vasoaktif dan bronkokonstriksi dari pratelet teraktivasi (misalnya serotonin, tromboksan

    A2), penyakit kardiopulmonal sebelumnya, usia dan kesehataan umum pasien.

    Afterload RV meningkat secara bermakna bila lebih dari 25% sirkulasi paru mengalami

    obstruksi. Awalnya hal ini mengakibatkan peningkataan tekanan RV, kemudiaan diikuti oleh

    dilatasi RV dan regurgitasi trikuspid, dan dengan mulai gagalnya ventrikel kanan, terjadi

    penurunan tekanan RV. Ventrikel kanan yang normal tidak mampu meningkatkan tekanan ateri

    pulmonalis lebih banyak di atas 50-60 mmhg sebagai respons terhadap obstruksi mayor

    mendadak pada sirkulasi paru, sementara pada trombus emboli kronis atau PH primer tekanan

    RV dapat meningkat secara bertahap hingga tingkat suprasistemik (>100mmhg). Kombinasi dari

    penurunan aliran darah paru dan pergeseran septum interventrikel keruangan ventrikel kiri akibat

    ventrikel kanan yang mengalami dilatasi, menurunya pengisian ventrikel kiri. Maka dispnoe

    pada pasien dengan obstruksi berat akut sirkulasi paru dapat dikurangi manuver yang

    meningkatkan aliran balik vena sistemik dan preload ventrikel kiri, seperti berbaring datar,

    mendongak dengan kepala kebawah, dan infus koloid intravena. Hal ini berlawanan dengan

    dispnu pada pasien dengan gagal ventrikel kiri, yang gejalanya berkurang dengan manuver yang

    menurunkan preload ventrikel kiri, seperti duduk tegak dan terapi duduk(Huon H. Gray, 2003).

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    6/25

    6

    Penyimpangan KDM Embolisme Paru

    Terjadi penyumbatan arteri pulmonalis oleh thrombus

    Penyakit kardiopulmonal

    Menimbulkan gangguan himodinamik

    Afterload RV meningkat 25 %

    Sirkulasi paru mengalami obstruksi

    Arteri pulmonalis meningkat

    Terjadi thrombus embli kronis

    Penurunan aliran darah paru keruangan ventrikel kiri

    Dilatasi ventrikel kanan

    Gagalnya ventrikel kanan

    Obstruksi berat

    akut sirkulasi paru

    Nyeri dadaTakikardia dispnea

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    7/25

    7

    E. Manifestasi klinis

    Tanda dan gejala emboli paru sangat berfariasi bergantung pada besar bekuan. Gambaran

    klinis dapat berkisar dari keadaan tanpa tanda sama sekali sampai kematian mendadak akibat

    embolus pelana yang masif pada percabangan ateri pulmonalis utama yang mengakibatkan

    sumbatan pada saluruh aliran darah ventrikel kanan. Emboli ukuran sedang berupa awitan

    mendadak dipsnea adalah gejala yang paling umum kedua takipnea adalah frekuensi pernafasan

    yang sagat cepat, serta nyeri dada adalah gejala yang paling umum dan biasanya mempunyai

    awitan bersifat pleuritik takikardia, dan gelisah.nyeri pleuritik, suara gesekan pleura, hemoptisis

    dan demam jarang ditemukan kecuali bila terjadi infark(Sylvia A. Price, 2005).

    Kecurugiaan emboli paru merupakan dasar dalam menentukan test diagnostik. Dipsnoe

    gejala paling sering muncul dan takipnoe adalah tanda emboli paru yang paling khas. Pada

    umumnya dipsnoe berat, sinkop dan sianosis merupakan tanda emboli paru yang mengancam

    nyawa. Nyeri pleuritik menunjukkan bahwa emboli paru yang paling kecil dan terletak diarteri

    pulmonal distal berdekatan dengan garis pleura(Goldhaber,1998; Sharma,2005).

    F. WOC

    Stasis atau lambatnya aliran darah

    Luka atau peradangan pada dinding vena

    Hiperkougulasibilitas

    Thrombus

    Tekanan ventrikel kanan

    Obstruksi arteri pulmonal

    Diatasi ventrikel kanan regugitasi trikuspina

    Aliran darah keparu terhambat O2 dalam jaringan paru

    Iskemik parenkim paru

    Mk : nyeri

    Gagalnya ventrikel kanan takikardia, takipnu, dipsnu,

    Mk : perubahan perfusi jaringan perubahan perfusi jaringan, O2 dan Co2 terganggu

    Mk : kerusakan pertukaran gas

    Mk : pola nafas tidak efektif (Huon H. Gray, 2003)

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    8/25

    8

    G. Komplikasi

    Komplikasi meliputi disfungsi ventrikel, gagal nafas, kegagalan multi organ, dan

    kematian(Greenberg, 2005).

    Nekrosis iskemik lokal (infark) merupakan komplikasi emboli paru yang jarang terjadi

    karena paru memiliki suplai darah ganda. Infark paru biasanya dikaitkan dengan penyumbatan

    ateria lobaris atau lobularis ukuran sedang dan isufisiensi aliran kolateral dari sirkulasi bronkus.

    Suara gesekan pleura dan sidikit efusi pleura merupakan tanda yang sering ditemukan(Sylvia A.

    Price, 2005).

    J. Pencegahan

    Mencegah pebentukan trombus merupakan tanggung jawab keperawatan yang utama.

    Ambulasi dan latihan tungkai aktif serta pasif dianjurkan untuk mencegah stasis vena pada

    pasien tirah baring. Pasien diintruksikan untuk menggerakan tungkai dalam latihan gerakan

    memompa sehingga otot-otot tungkai dapat membantu aliran vena. Pasien juga disarankan untuk

    tidak duduk atau berbaring untuk waktu yang lama, menyilangkan tungkai atau mengenakan

    pakaian yang ketat. Tungkai tidak boleh dijuntaikan tidak juga diletakan dalam posisi tergantung

    sementara pasien duduk ditepi tempat tidur. Sebaliknya, kaki pasien harus diletakkann diatas

    lantai atau di atas kursi, kateter intravena (untuk terapi parental atau pengukuran tekanan vena

    sentral) tidak boleh terpasang untuk waktu yang lama(Smeltzer Suzanne C, 2002).

    Pencegahan emboli paru menurut dr. Rosfanty adalah :

    Pada orang-orang yang memiliki resiko menderita emboli paru, dilakukan berbagai usaha

    untuk mencegah pembentukan gumpalan darah di dalam vena. Untuk penderita yang baru

    menjalani pembedahan (terutama orang tua), disarankan untuk:

    1. menggunakan stoking elastic

    2. melakukan latihan kaki

    3. bangun dari tempat tidur dan bergerak aktif sesegera mungkin untuk mengurangi

    kemungkinan terjadinya pembentukan gumpalan.

    Stoking kaki dirancang untuk mempertahankan aliran darah, mengurangi kemungkinan

    pembentukan gumpalan, sehingga menurunkan resiko emboli paru. Terapi yang paling banyak

    digunakan untuk mengurangi pembentukan gumpalan pada vena tungkai setelah pembedahan

    adalah heparin. Dosis kecil disuntikkan tepat dibawah kulit sebelum operasi dan selama 7 hari

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    9/25

    9

    setelah operasi. Heparin bisa menyebabkan perdarahan dan memperlambat penyembuhan,

    sehingga hanya diberikan kepada orang yang memiliki resiko tinggi mengalami pembentukan

    gumpalan, yaitu:

    1. penderita gagal jantung atau syok

    2. penyakit paru menahun

    3. kegemukan

    4. sebelumnya sudah mempunyai gumpalan.

    Heparin tidak digunakan pada operasi tulang belakang atau otak karena bahaya perdarahan

    pada daerah ini lebih besar. Kepada pasien rawat inap yang mempunyai resiko tinggi menderita

    emboli paru bisa diberikan heparin dosis kecil meskipun tidak akan menjalani pembedahan.

    Dekstran yang harus diberikan melalui infus, juga membantu mencegah pembentukan gumpalan.

    Seperti halnya heparin, dekstran juga bisa menyebabkan perdarahan. Pada pembedahan tertentu

    yang dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan, (misalnya pembedahan patah tulang panggul

    atau pembedahan untuk memperbaiki posisi sendi), bisa diberikan warfarin per-oral.

    Terapi ini bisa dilanjutkan untuk beberapa minggu atau bulan setelah

    pembedahan(winoviyanto,2011).

    K. Pemeriksaan Diagnostik

    Menurut Huon H, Gray, 2003 pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi

    1. Elektrokardiografi

    Mungkin memperlihatkan sinus takikardia dan normal pada emboli Paru minor,

    namunmemperlihatkan abnormalitas khas pada sekitar 30% pasien dengan Emboli

    Paru masif.

    2. Ekokardiografi

    Bisa terlihat dilatasi jantung kanan dan perkiraan tekan RV mungkin dilakukan bila

    dideteksi regusitasi trikuspid. Kadang trombus bisa dilihat jantung kanan.

    3. Radiografi Toraks

    Dilatasi arteri pulmonal proksimal mayor, dan area oligemia paru dapat menandakan

    adanya obstruksi arteri mayor.

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    10/25

    10

    4. Pemindaian Paru

    Biasanya dilaporkan sebagai kemungkinan Emboli Paru rendah, sedang, atau tinggi.

    Bila sugestif Emboli Paru, pemindaian cenderung untuk menilai rendah derajat

    keparahan angiografi dan gangguan hemodinamik Emboli Paru.

    5. MRI dan pemindaian CT

    Terutama CT spiral diperkuat kontras, semakin banyak digunakan dan dapat

    mendeteksi emboli paru yang tidak diduga secara klinis. Pemidain CT merupakan

    pemeriksaan pilihan pasien dengan dugaan emboli Paru yang juga memiliki penyakit

    paru sebelumnya .

    L. Penatalaksanaan Medis

    Anamnesis gejala dan faktor resiko pasien dan harus didapatkan dengan jelas. Dengan

    sedikit pengecualian, pasien yang diduga mengalami emboli paru harus mendapatkan

    pemeriksaan radiodrafi thoraks dan EKG dan dirujak untuk pemidaian V/Q paru. Bila indeks

    kecurigaan klinis tinggi, antikougulan harus dimulai, tanpa menunggu hasil pemeriksaan

    penunjang, selain terapi suportif misalnya analgesik dan oksigen, tiga pilihan terapi segera untuk

    emboli paru adalah antikoagulasi dengan heparin, terapi trombolitik, embolektomi paru(Huon H.

    Gray, 2003).

    Pengobatan utama untuk emboli paru terdiri dari terapi dengan terapi fibronolitik untuk

    pasien emboli paru masif atau tidak menetap. Regimen fibronolitik biasa digunakan untuk

    emboli paru, termasuk juga dua bentuk aktifaktor plasminogen jaringan rekombinan t-PA

    (altelpalse) dan r-PA (retelplase) yang digunakan dengan urokinase dan setretokinase. Bedah

    embolektomi dilakukan bila terapi dengan fibronolitik merupakan kontraindikasi. Tindakan

    tambahan yang penting juga penting adalah menghilangkan nyeri dengan agen antiinflamasi

    nonsteroid, suplemen oksigen, pemantauan perawatan intensif, dan stock-stacking penekanan

    sebesar 30 hingga 40 mmhg, dobutamin digunakan untuk mengobati gagal jantung karena dan

    syok kardiogenik. Pencegahan sekunder emboli paru dengan menggunakan heparin,. Heparin

    adalah antikoagulan yang penting karena menghambat pembesaran bekuan tapi tidak mampu

    menghancurkan bekuan yang sudah ada(Sylvia A. Price, 2005).

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    11/25

    11

    Antikoagulan heparin merupakan pilar utama terapi segera, dengan pemberian

    antikoagulan jangka panjang sebagai komponen penting perawatan, filter vena kava dapat

    dipertimbangan pada beberapa untuk mengurangi kemungkinan emboli tambahan ke paru,

    trombolisis dapat dipertimbangkan pada beberapa kasus tetapi saat ini masih kontroversial.

    Emboliktomi secara bedah atau dengan panduan kateter dapat dipertimbangkan pada pasien

    tertentu(Greenberg, 2005).

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    12/25

    12

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    A. Asuhan Keperawatan Emboli Paru

    1. Pengkajian

    Aktifitas/istirahat

    Gejala : kelemahan dan atau kelelahan.

    Tanda : dispnea karena kerja

    Kecepatan jantung tak normal atau TD berespons pada aktivitas

    Gangguan tidur

    Sirkulasi

    Gejala : riwayat cedera dinding, vena, seperti bedah atau trauma vena iliaka dan pelvik,

    varises vena, sepsis, luka bakar, adanya/berulangnya prosedur infasif mis, infus sentral,

    pemantauan heodinamik, masalah koagulasi, misalnya polisitemia, anemia hemolitik

    autoimun, penyakit sel sabit, infark miokardial transmural/subendokardial/Vka, gagal

    jantung.

    Tanda : takikardia.

    Bunyi jantung ekstra, mis S3m S4

    Distritmia mis, fibrilasiatrial kronis,

    Mumur kegagalan katub

    Hipotensi

    Nadi mungkin normal, lemah/lembut (syok), atau penuh/kuat (polisitemiavera).

    Ekstremitas : tanda trombofiblitis mis, vena feblotik, tegangan jaringan otot, kulit

    mengkilat

    Edema : peningkatan suhu kulit

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    13/25

    13

    Intergritas ego

    Gejala : ketakutan, perasaan mau pingsan.

    Takut mati

    Tanda : gelisah, gemeta, prilaku panik

    Wajah tegang Peningkatan keringat

    Makanan cairan

    Gejala : mual

    Tanda : edema kaki

    Neoro Sensori

    Gejala : kesulitan berkosentrasi, gangguan daya ingat.

    Berdenyut

    Tanda : gangguan lingkup perhatian

    Disorientasi

    Perubahan pengaturan/adanya/daya ingat segera

    Letargi/pingsan

    Nyeri/kenyamanan

    Gejala : nyeri dada

    Ketidaknyamanan pada ekstremitas (bila ada tromboflebitis)

    Prilaku distraksi, wajah mengkerut, merintih, gelisah.

    Menekan dada.

    Pernafasan

    Gejala : riwayat penyakit paru kronik

    Lapar udara / dispnea

    Batuk, sputum merah muda/berdarah /coklat.

    Tanda : takipnea

    Dispnea, pernafasan tersengal-sengal

    Penurunan bunyi nafas, krekels, mengi, friksi pleural (bila paru infarrk terjadi)

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    14/25

    14

    Batuk (basah/kering atau sputum berdarah produktif)

    Keamanan

    Gejala : riwayat kanker, infeksi sistemik, fraktur/ trauma pada ekstremitas bawah, luka

    bakar

    Tanda : demam derajatrendah

    Seksualitas

    Gejala : saat ini hamil atau melahirkan

    Penyuluhan/pembelajaran

    Gejala : mengunakan kontrapsesi oral, adanya penghentian antikoagulan

    Pertimbangan

    Rencana pem-

    Ulangan : perubahan program obat,

    Bantuan perawatan diri, pengaturan rumah dan memelihara

    2. Diagnosa keperawatan

    a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial.

    b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran udara keaveoli atau

    kebagian utama paru.

    c. Resiko tinggi Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penghentian aliran darah

    (arteri/vena)

    d. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan ateri oleh embolus

    e. Ansiatas berhubungan dengan adanya ancaman kematian.

    f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) berhubungan dengan kurangnya informasi

    tentang proses penyakit. (Doenges, Marilynn E, 2000).

    4. Evaluasi keperawatan

    1. Menunjukkan pola nafas evektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rintang normal

    2. Klien berpatisipasi dalam aktivitas meningkatkan fungsi paru

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    15/25

    15

    STUDI KASUS

    ASUHAN KEPERAWATAN Tn. A

    DENGAN DIAGNOSA EMBOLI PARU

    DI RUMAH SAKIT UMUM RADEN MATAHER

    A. Contoh Kasus Emboli Paru

    Tn A, umur 50 tahun, agama islam suku bangsa minang, bekerja sebagai tani, alamat

    dijalan Soekarno III, no. 24, Garden, Jambi. Masuk Rumah Sakit Umum Raden Mataher pada

    tanggal 9 Oktober 2012 melalui IGD. Klien masuk rumah sakit diantar oleh istrinya ( Ny, L, 45

    tahun, seorang ibu rumah tangga) dengan keluhan sakit pada dadanya, nafas sesak, berdebar-debar, demam, dan susah tidur.

    Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan sakit pada dadanya, nyeri seperti tertimpa

    benda berat, skala nyeri 6, durasi nyeri 3 menit setiap 1 jam, klien tampak meringis dan gelisah,

    tampak selalu memegang dadanya, sulit bernafas, klien tampak menggunakan nafas bibir, lemah

    dan pucat, klien tampak cemas, CRT > 3 detik, dan klien mengatakan takut terhadap penyakit

    yang dideritanya. Klien mengatakan tidak mengerti akan penyakit yang dideritanya, klien selalu

    bertanya-tanya tentang penyakitnya, klien tampak bingung dan gelisah. Klien juga mengatakan

    mempunyai riwayat merokok, dapat menghabiskan 2 bungkus perhari sejak umur 18 tahun, serta

    gaya hidup yang tidak teratur, kurangnya olah raga, sering makan makanan yang bersantan.

    Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan data tingkat kesadaran composmentis dengan

    GCS 15 ( E4 V5 M6), TD : 140/100 mmhg, N : 110 x/mnt, S : 37,5 C, RR : 30 x/mnt, pernafasan

    cepat dan dangkal, Cafilarevil 5 detik, akral teraba dingin, klien tampak pucat. Dari pemeriksaan

    laboratorium Hemoglobin 10 g/dl, leukosit 10.000mm3, trombosit : 150 000 mm3, hematrokrit :

    40%, AGD : PO2: 70mmhg, PCO2: 50mmhg, PH : 7,35 %, SaO2 : 80 %, HCO3: 38mmhg. Dan

    pada pemeriksaan radiologi didapatkan obstruksi ateri pulmonalis parsial, Pemeriksaan EKG

    Tampak gelombang Q yang sempit diikuti T inverted di lead III dikarnakan adanya dilatasi

    atrium kanan dan ventrikel kanan.

    Saat ini klien tinggal bersama istri dan kedua anaknya, klien adalah anak kedua dari dua

    bersaudara, istri klien adalah anak pertama dari dua bersaudara, klien mengatakan keluarganya

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    16/25

    16

    tidak ada yang mengalami penyakit seperti yang diderita klien, hanya saja ayah klien pernah

    menderita hipertensi.

    Saat ini klien diterapi dengan antikoagulasi dengan heparin 1x1 ampul (70mg), walfarin

    1x1 ampul (90mg), dolax 1x1 ampl (90mg), terpasang oksigen 5liter/menit, ditangan kiri

    terpasang infuse IV FD RL 20 tetes/menit, klien juga terpasang O25 l/i. Dokter menyarankan

    agar klien dilakukan tindakan pembedahan (embolektomi) paru.

    B. Pengkajian

    1) Identitas klien

    Nama : Tn A

    Umur : 50 th

    Jenis kelamin : laki-laki

    Agama : islam

    Pekerjaan : Tani

    Suku/bangsa : minang/indonesia

    : Jalan Soekarno III, no. 24, Garden, Jambi

    2) Penanggung jawab

    Nama : Ny. L

    Usia : 45 th

    Agama : Islam

    Suku bangsa : batak

    Pekerjaan : IRT

    Jalan Seilendra II, no. 24, Coffe Garden, Jambi

    Hubungan dengan klien : istri klien

    3)

    Klien masuk rumah sakit : Tanggal 9 oktober 2012.

    4) Tanggal pengkajian : 09 oktober 2012.

    5) Status kesehatan

    a. Alasan masuk rumah sakit

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    17/25

    17

    Klien masuk rumah sakit dengan alasan nyeri pada dadanya, nafas sesak, berdebar-debar,

    demam, dan susah tidur.

    b. Riwayat kesehatan sekarang

    Klien mengatakan sulit bernafas, klien tampak menggunakan nafas bibir, lemah dan

    pucat, kien juga mengeluh sakit pada dadanya, nyeri seperti tertimpa benda berat, skala

    nyeri 6, durasi nyeri 3 menit setiap 1 jam, klien tampak meringis dan gelisah, tampak

    selalu memegang dadanya, klien tampak cemas, dan klien mengatakan takut terhadap

    penyakit yang dideritanya. Klien mengatakan tidak mengerti akan penyakit yang

    dideritanya, klien selalu bertanya-tanya tentang penyakitnya, klien tampak bingung dan

    gelisah.

    c. Riwayat kesehatan dahulu

    Penyakit yang pernah dialami klien : klien pernah mengalami DM sejak lima tahun yang

    lalu, dan pernah dirawat dipuskesmas.

    Pengobatan yang didapatkan : terapi insulin

    d. Riwayat penyakit keluarga

    Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama

    seperti yang diderita klien, hanya saja ayah klien adalah penderita hipertensi.

    e. Genogram

    Keterangan :

    = lakilaki

    = perempuan

    = pasiean

    = tinggal sekeluarga

    Klien merupakan anak kedua dari dua bersaudra, istrinya merupakan akan pertama dari

    dua bersaudara. Klien mempunyai dua orang anak satu lakilaki dan satu perempuan

    Klien tinggal serumah dengan istrinya dan kedua anaknya.

    f. Pemeriksaan fisik

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    18/25

    18

    1) Status Generalis

    a. Kesadaran : composmentis

    b. GCS : Respons motorik (M) : 6

    Respons verbal (V) : 5

    Respon buka mata (E) : 4

    c. TTV : RR : 30x/menit

    TD : 140/100 mmhg

    Suhu : 37,50C

    Nadi : 110x/menit

    2) Status lokalis (pengkajian head to toe)

    a.

    Kepala

    Pada pemeriksaan kepala didapatkan bentuk kepala normal, rambut tumbuh subur, dan

    bersih, warna rambut hitam.

    b. Telinga

    Serumen dalam batas normal dan tidak ada gangguan pada sistem pendengaran

    c. Mata

    Tidak ada ganguan penglihatan, konjungtiva tampak anemis, sklera tampak putih dan

    jernih, pupil isokor kiri/kanan, miosis terhadap cahaya.

    d. hidung

    Tidak gangguan pada sistem penghidung, tidak tampak benjolan dalam hidung, mukosa

    hidung tampak merah, tidak tampak ada pendarahan.

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    19/25

    19

    e. Mulut

    Mukosa bibir tampak pucat. Gigi klien masih lengkap, tidak ada gangguan dalam sistem

    pengecap. Lidah tampak bersih, tidak ada stomatitis.

    f. Leher

    Saat dipalpasi bagian leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dan

    kelenjar tiroid.

    g. Dada/thorax

    Inspeksi : dada klien tampak tidak simestris kiri dan kanan, dada tampak membusung,

    pergerakan dada klien cepat dan dangkal.

    Palpasi : tidak ada teraba benjolan, nyeri tekan (-)

    Perkusi : perkusi data terdengar sonor

    Auskultasi : bunyi nafas terdengar whezeeng.

    h. Kardiovaskuler

    Inspeksi : Tidak terlihat adanya massa, tidak ada pembesaran dan jejas.

    Palpasi : Tidak teraba adanya massa.

    Perkusi : perkusi pada daerah jantung terdengar redup

    Auskultasi : Bunyi jantung S1, S2 terdengar lebih keras.

    i. Abdomen

    Inspeksi : Abdomen tampak simestris, kulit sekitar abdomen tidak tampak lesi, tidak

    tampak adanya massa.

    Auskultasi : bising usus 10 kali/menit.

    Palpasi : saat di palpasi klien tidak mengeluh nyeri tekan, perut terasa lemas, tidak

    teraba adanya massa, acites (-)

    Perkusi : klien tidak kembung, perkusi abdomen terdengar tympani

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    20/25

    20

    j. Ekstremitas

    dari pergerakan , tidak ada kecacatan dan trauma, tangan kiri klien terpasang infuse, dan

    kekuatan otot normal.

    k. Integumen

    Warna kulit tampak sawo matang, kulit klien tampak lembab.

    l. Pemeriksaan penunjang :

    Pemeriksaan radiologi memperlihatkan pembesaran ateri pulmonalis.

    Echokardiografi terlihat adanya dilatasi ventrikel kanan.

    Pemeriksaan EKG

    Tampak gelombang Q yang sempit diikuti T inverted di lead III dikarnakan adanya

    dilatasi atrium kanan dan ventrikel kanan.

    Pemeriksaan laboratorium

    Hemoglobin : 10 gr/dl

    Trombosit : 150 000 mm3

    Leukosit : 10. 000 mm3

    Hematokrit : 40%

    AGD : PO2: 70mmhg (80-105 mmHg)

    PCO2: 50mmhg(38-44 mmHg)PH : 7,35 %,(7,35- 7,45)

    SaO2: 80 %,

    HCO3 : 38mmhg.

    m. Terapi

    Obat-obatan : Saat ini klien diterapi dengan antikoagulasi dengan heparin 1x1 ampl (70

    mg), walfarin 1x1 ampul (90 mg), dolax 1 ampl (90 mg), terpasang oksigen 5liter/menit,

    ditangan kiri terpasang infuse IVFD RL 20 tetes/menit, klien juga terpasang O25 l/i.

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    21/25

    21

    C. Analisa data

    Nama : Tn A

    Umur : 50 th

    Gejala Etiologi Masalah

    Klien mengatakan sesak

    nafas

    Klien mengatakan sulit

    untuk bernafas

    Do:

    Klien tampak sesak

    Klien tampak

    menggunakan nafas bibir

    Pernafasan klien cepat

    dan dangkal

    Bunyi nafas whezing

    Klien tampak lemah dan

    pucat

    RR: 30 x/iN: 110 /i

    Dari hasil pemeriksaan

    analisa gas darah

    PO2:70mmhg, PCO2 :

    50mmhg, PH : 7,35 %,

    SaO2 : 80

    %,HCO3:38mmhg.

    klien juga terpasang O25

    l/i

    Gangguan aliran udara

    ke alveoli

    Gangguan pertukaran gas

    Ds :

    klien mengatakan

    nafasnya sesak

    Obstruksi ateri

    pulmonal

    Perubahan perfusi jaringan

    perifer

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    22/25

    22

    klien mengatakan

    dadanya berdebar-debar.

    Do :

    klien tampak sulit

    bernafas

    pernafasan cepat dan

    dangkPal.

    klien tampak lemah dan

    pucat

    konjungtiva tampak

    anemis

    RR : 30 x/m

    N : 110 x/m

    Bunyi jantung S1, S2

    terdengar lebih keras

    Kafilarevil : >3 detik

    Akral teraba dingin

    kulit klien tampak lembabPemeriksaan EKG

    tampak gelombang Q yang

    sempit diikuti T inverted

    di lead III

    klien mengatakan nyeri

    pada dadanya

    nyeri bagaikan tertimpa

    benda berat

    klien mengatakan durasi

    nyeri 3 menit setiap 1 jam

    Iskemik jaringan paru Nyeri

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    23/25

    23

    Klien tampak gelisah

    Klientampak meringis

    Nyeri pada bagian dada

    Klien tampak selalu

    memegang dadanya

    Skala nyeri 6

    TD : 140/100 mmhg

    N : 110 x/m

    DS : Klien mengatakan

    takut terhadap

    penyakitnya

    DO :

    Klien tampak cemas

    N : 110 x/m

    TD : 140/100 mmhg

    Perubahan status

    kesehatan

    Ansietas

    klien mengatakan tidak

    tahu akan penyakit yangdideritanya.

    DO :

    Klien selalu bertanya-

    tanya tentang masalah

    yang dideritanya.

    Klien tampak bingung

    dan gelisah.

    Kurangnya informasi

    tentang proses

    penyakit

    Kurang pengetahuan

    (kebutuhan belajar )

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    24/25

    24

    BAB VI

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Pernafasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas didalam jaringan atau

    pernafasan dalam dan didalam paru-paru. Udara ditarik kedalam pari-paru pada saat menarik

    nafas dan didorong keluar paru-paru pada waktu mengeluarkan nafas. Udara masuk melalui jalan

    pernafasan(Evelyn C, 2009).

    Gangguan sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Penyakit

    pernafasan diklasifikasikan berdasarkan etiologi, letak anatomis, sifat kronik penyakit, dan

    perubahan struktur serta fungsi. Tidak satupun klasifikasi ini yang memuaskan. Pada kasus-kasustertentu penyebabnya tak diketahui, sedangkan penyebab yang sama pada kasus-kasus lain dapat

    menyerang lokasi anatomi yang berbeda dan menibulkan akibat patofisologis yang berbeda pula

    (Sylvia A. Price, 2005).

    Menurut virchow (dalam Himawan S, 1986) terdapat tiga faktor penting yang memegang

    peranan timbulnya trombus (trias virchow), yaitu; Perubahan permukaan endotel pembuluh

    darah, perubahan pada aliran darah dan perubahan pada konstitusi darah. Jika terjadi kerusakan

    pada trombosit maka akan dilepaskan suatu zat tromboplastin. Zat inilah yang merangsang

    proses pembentukan beku darah (trombus). Tromboplastin akan mengubah protrombin yang

    terdapat dalam darah menjadi trombin, kemudian bereaksi dengan fibrinogen menjadi fibrin.

    Emboli paru terjadi apabila suatu embolus, biasanya merupakan bekuan darah yang terlepas dari

    perlekatanya pada vena ekstremitas bawah, lalu bersirkulasi melalui pembuluh darah dan jantung

    kanan sehingga akhirnya tersangkut pada arteri pulmonalis utama atau pada salah satu

    percabangannya(Sylvia A. Price, 2005).

    Emboli Paru adalah sumbatan arteri pulmonalis yang disebabkan oleh trombus pada

    trombosis vena dalam di tungkai bawah yang terlepas dan mengikuti sirkulasi menuju arteri di

    paru. Setelah sampai diparu, trombus yang besar tersangkut di bifurkasio arteri pulmonalis atau

    bronkus lobaris dan menimbulkan gangguan hemodinamik, sedangkan trombus yang kecil terus

    berjalan sampai ke bagian distal, menyumbat pembuluh darah kecil di perifer

    paru(Goldhaber,1998; Sharma,2005).

  • 8/10/2019 Emboli Paru Dan Kasus

    25/25

    25

    B. SARAN

    Diharapkan kita sebagai perawat mampu menanggani pasien dengan baik dalam

    memberikan pelayanan kesehatan dirumah sakit.

    Diharapkan pada maha siswa agar mampu memahami tentang materi gangguan system

    pernafasan yaitu embilisme paru agar kelak bila dirumah sakit mendapatkan penyakit

    seperti ini dapat menanganinya dengan baik.