EKTUM PRAKTIKUM 12

13
PRAKTIKUM XII Topik : Asosiasi dan Interaksi Antar Spesies Tujuan : Untuk mengamati asosiasi dan interaksi antar spesies tumbuhan dalam suatu komunitas. Hari/tanggal : 1 - 4 Maret 2007 Tempat : Pantai Batakan Kabupaten Tanah laut I. ALAT DAN BAHAN Alat : 1. Meteran rol 2. Kertas koran 3. Kantung plastik 4. Kertas label 5. Patok II. CARA KERJA 1. Menentukan area stand secara subyektif, yaitu pada vegetasi herba yang cukup homogen 2. Membuat area kajian seluas 10x10 m, dan menentukan sisi-sisi yang menjadi sumbu X dan Y 3. Menentukan 6 spesies tumbuhan untuk dikaji asosiasi dan interaksinya berdasarkan kajian pola distribusi pada praktikum terdahulu (Praktikum Pola Distribusi) 97

Transcript of EKTUM PRAKTIKUM 12

Page 1: EKTUM PRAKTIKUM 12

PRAKTIKUM XII

Topik : Asosiasi dan Interaksi Antar Spesies

Tujuan : Untuk mengamati asosiasi dan interaksi antar spesies tumbuhan

dalam suatu komunitas.

Hari/tanggal : 1 - 4 Maret 2007

Tempat : Pantai Batakan Kabupaten Tanah laut

I. ALAT DAN BAHAN

Alat : 1. Meteran rol

2. Kertas koran

3. Kantung plastik

4. Kertas label

5. Patok

II. CARA KERJA

1. Menentukan area stand secara subyektif, yaitu pada vegetasi herba yang

cukup homogen

2. Membuat area kajian seluas 10x10 m, dan menentukan sisi-sisi yang

menjadi sumbu X dan Y

3. Menentukan 6 spesies tumbuhan untuk dikaji asosiasi dan interaksinya

berdasarkan kajian pola distribusi pada praktikum terdahulu (Praktikum

Pola Distribusi)

4. Mengambil plot sebanyak 100 buah plot ukuran 1x1 m2 secara acak (sistem

undian) pada stand kajian tersebut

5. Mencatat spesies apa saja yang terdapat pada setiap plot (diantara spesies

yang telah ditentukan) tanpa menghitung kerapatan maupun penutupnya.

97

Page 2: EKTUM PRAKTIKUM 12

6. Menyusun data yang didapat ke dalam tabel seperti di bawah ini :

NoKombinasi

spesiesA & B hadir

A hadir, B absen

A absen, B hadir

A & B absen

Jumlah

123456

dst.

1. Untuk menentukan apakah dua spesies yang berbeda ada asosiasi atau

tidak, menggunakan perhitungan X2 dengan menggunakan tabel

contigency seperti di bawah ini :

Simbol dan deskripsiJumlah kuadrat

observasiJumlah kuadrat harapan

(H)X2 = (O-H)2/H

a= A & B hadir

b= A hadir, B absen

c= A absen, B hadir

d= A & B absen

p

q

r

s

(a+b) x (a+c) = k 100

(a+b) – k = l

(a+c) – k = m

100 – (k + l + m)

8. Dari perhitungan X2 dalam tabel contigency di atas, maka dapat ditentukan

apakah dua spesies ada asosiasi atau tidak dengan cara :

a. Bila X2 hitung X2

tabel, maka dikatakan bahwa kedua spesies itu

terdistribusi secara acak atau tidak ada asosiasi

b. Bila X2 hitung X2

tabel, maka kedua spesies ada asosiasinya.

c. Penentuan asosiasi positif dan negatif berdasarkan perbandingan jumlah

kuadrat teramati dan yang diharapkan menurut kesempatan. Biula

jumlah kuadrat teramati yang berisi spesies A dan B saja lebih besar

dari yang diharapkan menurut kesempatan, dan jumlah kuadrat

teramati yang berisi kedua spesies lebih kecil dari yang diharapkan,

maka asosiasinya adalah negatif. Sebaliknya jika jumlah kuadrta

teramati yang berisi spesies A dan B saja lebih kecil dari yang

diharapkan menurut kesempatan dan jumlah kuadrat teramati berisi

kedua spesies lebih besar dari yang diharapkan menurut kesempatan,

maka asosiasinya adalah positif.

98

Page 3: EKTUM PRAKTIKUM 12

III. TEORI DASAR

Kebanyakan komunitas tumbuhan yang berada di alam ini terdiri atas lebih

dari satu populasi. Mereka memperlihatkan adanya pengaruh populasi non-

tumbuhan, seperti dari golongan dekomposer (bakteri dan fungi) yang ada dalam

tanah, potongan parasitik, dan hewan herbivora. Interaksi antara berbagai populasi

dapat memodifikasi potensi genetis tiap spesies untuk menghasilkan suatu

komunitas, berdasarkan pada optimal ekologis dan kisaran ekologis (Barbour et

al, 1987).

Suatu asosiasi adalah unit vegetasi yang hanya menempati suatu bagian di

permukaan bumi yang relatif sempit, yaitu suatu tempat atau daerah dengan

kondisi edafik tertentu. Menurut Kongres Botani Internasional tahun 1910, suatu

asosiasi harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : a) Mempunyai komposisi

florostik relatif tetap, b) Memperlihatkan fisionomi relatif seragam, c) Terdapat

pad a tipe habitat yang relatif konsisten (Barbour et al, 1987).

Asosiasi jenis tumbuhan tidak berarti merupakan benyuk yang harmonis

dari berbagai kegiatan yang bertujuan sama. Namun adanya individualitas

tumbuhan tidak berarti menghambat adanya hubungan tertentu diantara tumbuhan

dalam suatu komonitas, hubungan tersebut dapat berupa : a) Pesaing langsung,

yang bersaing untuk sumber lingkungan yang sama dengan ,menempati strata

sama, b) Jenis dependen, yang hanya dapat hidup pada niche tertentu yang

diihasilkan oleh pohon, c) Jenis pelengkap, tidak bersaing satu sama lain, karena

persaratan untuk hidup mencukupi dengan menempati strata yang berbeda, atau

irama musiman yang berbeda (Muller-Dombois & Ellenberg, 1974).

Menurut Kershaw (1973), Leiman (1978), kajian level asosiasi itu dapat

ditempuh dengan memasangkan jenis yang diteliti dengan parameter kekerapan.

Pengambilan sampel di lapangan berdasarkan premis (dasar pikiran) bahwa

interaksi positif akan menghasilkan hubungan ruang (sparial) positif antara

partnernya. Kalau satu partnernya didapatkan di dalam sapling, maka

kemungkinan besar akan diketemukan partner yang tumbuh berdekatan. Dua

populasi saling menarik satu sama lain, dan hadir dalam pola nonrandom, atau

mengelompok. Hal yang sama juga terjadi pada interaksi negatif yang akan

99

Page 4: EKTUM PRAKTIKUM 12

menghasilkan hubungan spatial negatif yakni ; dua populasi saling mengusir satu

sama lain dan hadir dalam pola nonrandom dan regular. Jika tidak ada interaksi

antara populasi yang mana lokasi individu suatu spesies yang tidak berpengaruh

terhadap lokasi individu spesies lainnya, maka dua individu tersebut dalam

populasi dikatakan tersebar secara acak (Hardjosuwarno, S. 1994).

IV. HASIL PENGAMATAN

I. Asosiasi data

No Kombinasi Hadir

Keduanya(1) hadir (2) absen

(1) absen (2) hadir

Absen Keduanya

Jumlah (e)

1 (1) A & B (2) 71 16 8 4 1002 (1) A & C (2) 57 31 5 7 1003 (1) A & D (2) 55 32 5 8 1004 (1) B & C (2) 51 29 11 9 1005 (1) B & D (2) 49 31 10 10 1006 (1) C & D (2) 400 22 19 19 100

Keterangan :

A = Fimbristylis sp.

B = Erigeron sp.

C = Borreria alata

D = Mitracarpus pilosus

1. Kontigens A dan B

Symbol dan Deskripsi

O H X2 hitung X2 tabel

A & B Hadir 72 (a) 70,4 (S) 0,036

A hadir B

absen16 (b) 17,6 (T) 0,145

A absen B

hadir8 (c) 9,6 (V) 0,267

A & B absen 4 (d) 2,4 (M) 1,067

Jumlah 1.515 9.488

X2 hitung < X2 tabel Tidak terjadi asosiasi

100

Page 5: EKTUM PRAKTIKUM 12

2. Kontigens A dan C

Symbol dan Deskripsi

O H X2 hitung X2 tabel

A & C Hadir 57 (a) 54,56 (S) 0,109

A hadir C

absen31 (b) 33,44 (T) 0,178

A absen C

hadir5 (c) 7,44 (V) 0,800

A & C absen 7 (d) 4,56 (M) 1,306

Jumlah 2,3939.488

X2 hitung < X2 tabel Tidak terjadi asosiasi

3. Kontigens A dan D

Symbol dan Deskripsi

O H X2 hitung X2 tabel

A & D Hadir 55 (a) 52,2 (S) 0,150

A hadir D

absen32 (b) 34,8 (T) 0,225

A absen D

hadir5 (c) 7,2 (V) 0,672

A & D absen 8 (d) 5,8 (M) 0,834

Jumlah 1,8819.488

X2 hitung < X2 tabel Tidak terjadi asosiasi

101

Page 6: EKTUM PRAKTIKUM 12

4. Kontigens B dan C

Symbol dan Deskripsi

O H X2 hitung X2 tabel

B & C Hadir 51 (a) 49,6 (S) 0,039

B hadir C

absen29 (b) 30,4 (T) 0,064

B absen C

hadir11 (c) 12,4 (V) 0,158

B & C absen 9 (d) 7,6 (M) 0,258

Jumlah 2,839.488

X2 hitung X2 tabel tidak terjadi asosiasi

5. Kontigens B dan D

Symbol dan Deskripsi

O H X2 hitung X2 tabel

B & D Hadir 49 (a) 47,3 (S) 0,069

B hadir D

absen31 (b) 32,8 (T) 0,099

B absen D

hadir10 (c) 11,8 (V) 0,275

B & D absen 10 (d) 8,2 (M) 0,395

Jumlah 0,8389.488

X2 hitung < X2 tabel Tidak terjadi asosiasi

102

Page 7: EKTUM PRAKTIKUM 12

6. Kontigens C dan D

Symbol dan Deskripsi

O H X2 hitung X2 tabel

C & D Hadir 50 (a) 36,58 0,320

C hadir D

absen22 (b) 25,42 0,460

C absen D

hadir19 (c) 22,42 0,522

C & D absen 19 (d) 15,58 0,751

Jumlah 2,0539.488

X2 hitung < X2 tabel Tidak terjadi asosiasi

Contoh Perhitungan :

Kontigens A dan B

S =

=

=

= 70,4

T = (a + b) – S

= (72 + 16) – 70,4

= 17,6

V = (a + c) – S

= (72 + 8) – 70,4

= 9,6

103

Page 8: EKTUM PRAKTIKUM 12

M = 100 – (S + T + V)

= 100 – (70,4 + 17,6 + 9,6)

= 100 – 97,6

= 2,4

Parameter lingkungan

No Parameter Lingkungan Kisaran

1

2

3

4

5

6

pH tanah

Suhu tanah ( oC)

Intensitas cahaya (lux bath)

Kelembaban tanah (%)

Kelembaban Udara (%)

Kecepatan angin (m/s)

5,7 – 6,3

30 – 32

342 – 3650

51 – 75

64 – 70

19 – 62

V. ANALISA DATA

Asosiasi merupakan vegetasi yang menempati suatu bagian permukaan

bumi yang relatif sempit yaitu menempati suatu daerah dengan kondisi edafik

tertentu. Sedangkan interaksi antara berbagai populasi dapat memodifikasi potensi

genetis tiap spesies untuk menghasilkan suatu komunitas yang didasarkan atas

optimal ekologis dan kisaran ekologis.

Berdasarkan data tersebut terdapat 6 kombinasi spesies yaitu Fimbristylis

sp. dengan Erigeron sp., Fimbristylis sp. dengan Borreria alata, fimbristylis sp.

dengan Mitracarpus pilosus, Erigeron sp. dengan Borreria alata, Erigeron sp.

dengan Mitracarpus pilosus, dan Borreria alata dengan Mitacarpus pilosus, yang

kesemua kombinasi tersebut tidak ada satu kombinasipun yang berasosiasi.

Dengan tidak adanya asosiasi antara tumbuhan yang ada dalam praktikum tersebut

dapat dikatakan pula tidak terjadi interaksi antara spesies yang satu dengan spesies

yang lainnya dalam suatu area kajian seluas 100x100 m2 di kawasan pantai

batakan kabupaten Tanah Laut.

Dari data dapat diketahui bahwa dalam suatu plot berukuran 1x1 m2 tidak

terjadi interaksi antara beberapa jenis rumput yang hadir, sehingga dapat

104

Page 9: EKTUM PRAKTIKUM 12

dikatakan bahwa di dalam plot tersebut tidak terjadi interaksi diantara spesies

rumput yang satu dengan rumput yang lainnya dalam suatu komunitas.

VI. KESIMPULAN

1. Hadirnya beberapa spesies rumput pada praktikum tersebut dalam suatu plot

berukuran 1x1 m2 tidak menunjukkan terjadinya interaksi dalam plot tersebut.

2. Dalam praktikum ini diperoleh 6 kombinasi spesies yaitu Fimbristylis sp.

dengan Erigeron sp., Fimbristylis sp. dengan Borreria alata, fimbristylis sp.

dengan Mitracarpus pilosus, Erigeron sp. dengan Borreria alata, Erigeron sp.

dengan Mitracarpus pilosus, dan Borreria alata dengan Mitacarpus pilosus,

yang kesemua kombinasi tersebut tidak ada satu kombinasipun yang

berasosiasi.

105