Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

21
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO BAYI LAHIR MATI DI KOTA PALEMBANG Risa Devita, Desi Ulandari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan’Aisyiyah, Palembang [email protected] , [email protected] ABSTRAK Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan yang telah dicanangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional dan bahkan dipakai sebagai indikator sentral keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia. AKB di Kota Palembang tahun 2004, berdasarkan Laporan Indikator Database 2005 UNFPA 6 th Country Programme adalah 26,68 untuk laki-laki dan 20,02 untuk wanita per 1.000 kelahiran hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bentuk pendekatan model peluang bayi lahir mati di Kota Palembang dan menganalisis faktor-faktor risiko yang berpengaruh signifikan terhadap bayi lahir mati di Kota Palembang. Jenis penelitian ini termasuk dalam observasional yang bersifat cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2014 dengan besar sampel sebanyak 290 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dengan mengumpulkan data Rekam Medik (RM). Teknik analisis data dilakukan dengan secara deskriptif dan inferensial. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret-Juli 2015. Hasil analisis data dengan model regresi logistik mengggunakan prosedur Backward Stepwise didapatkan model regresi logistik bayi lahir mati dengan ketepatan 87,2% didapatkan variabel yang signifikan adalah usia ibu yang beresiko, adanya komplikasi persalinan, usia kehamilan yang abnormal, adanya riwayat abortus dan berat badan lahir rendah. Dimana dengan besarnya peluang bayi lahir mati 89.61% dan peluang bayi lahir hidup sebesar 10,39%. Kata Kunci : status kelahiran bayi, usia ibu, jenis persalinan, komplikasi persalinan, usia kehamilan, jumlah kehamilan, jumlah anak sebelumnya, kejadian abortus, berat bayi saat lahir.

description

bla bla

Transcript of Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

Page 1: Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO BAYI LAHIR MATI DI KOTA PALEMBANG

Risa Devita, Desi UlandariSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan’Aisyiyah, Palembang

[email protected], [email protected]

ABSTRAK

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan yang telah dicanangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional dan bahkan dipakai sebagai indikator sentral keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia. AKB di Kota Palembang tahun 2004, berdasarkan Laporan Indikator Database 2005 UNFPA 6th Country Programme adalah 26,68 untuk laki-laki dan 20,02 untuk wanita per 1.000 kelahiran hidup.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bentuk pendekatan model peluang bayi lahir mati di Kota Palembang dan menganalisis faktor-faktor risiko yang berpengaruh signifikan terhadap bayi lahir mati di Kota Palembang.

Jenis penelitian ini termasuk dalam observasional yang bersifat cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2014 dengan besar sampel sebanyak 290 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dengan mengumpulkan data Rekam Medik (RM). Teknik analisis data dilakukan dengan secara deskriptif dan inferensial. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret-Juli 2015.

Hasil analisis data dengan model regresi logistik mengggunakan prosedur Backward Stepwise didapatkan model regresi logistik bayi lahir mati dengan ketepatan 87,2% didapatkan variabel yang signifikan adalah usia ibu yang beresiko, adanya komplikasi persalinan, usia kehamilan yang abnormal, adanya riwayat abortus dan berat badan lahir rendah. Dimana dengan besarnya peluang bayi lahir mati 89.61% dan peluang bayi lahir hidup sebesar 10,39%.

Kata Kunci : status kelahiran bayi, usia ibu, jenis persalinan, komplikasi persalinan, usia kehamilan, jumlah kehamilan, jumlah anak sebelumnya, kejadian abortus, berat bayi saat lahir.

ABSTRACT

The Infant Mortality Rate (IMR) is one sign the success of health development that has been proclaimed in National Healthcare System and even worn as an indicator of the success of central health development in Indonesia. Based on the Indicators Database Report 2005 UNFPA Country 6th Program that the Infant Rate Mortality In Palembang city in 2004 are 26,68 for men and 20,02 for women per 1,000 live births.

The purpose of this research to get the form of approach opportunities model infant mortality in Palembang city, and analyze risk factors influential significantly toward infant mortality in Palembang city .

The type of this research includes in observational with crosssectional character. Sample of this research was the mother who gave birth at Palembang BARI Hospital (Public hospital), Muhammadiyah Hospital , and Siti Khadijah Islamic Hospital in 2014 with total 290 respondents. Simple random sampling is used in this research with collecting the data from medical records. The research was done from March to July 2015.

Page 2: Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

Result of the data analysis with logistic regression by Backward Stepwise procedure shown that newborn mortality logistic regression model with exactness 87,2% obtained significant variables are mother with age risk, complication of delivery, abnormality of age gestational, abortion history and low birth weight. Where was the opportunity infant mortality was 89,61% and the opportunity of infant live was 10,39%.

Keywords: Newborn status, mother age, type of delivery, delivery complication, age gestational, the number of pregnancy, the number of kid previously, abortion, low birth weight.

PENDAHULUANPenurunan angka kematian bayi (AKB) sangat berpengaruh pada kenaikan umur harapan

hidup waktu lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap perubahan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan angka kematian bayi dan kenaikan umur harapan hidup pada waktu lahir. Meningkatnya umur harapan hidup secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. AKB merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan yang telah dicanangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional dan bahkan dipakai sebagai indikator sentral keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia.

Data SDKI 2012 menunjukkan kematian bayi untuk periode lima tahun sebelum survei (2008-2012) adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian balita dan kematian anak masing-masing sebesar 40 dan 9 kematian per 1.000 kelahiran. AKB di Sumatera Selatan berdasarkan Laporan SDKI tahun 2007 mencapai 42 per 1000 kelahiran kemudian menurun di tahun 2008 sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB di Kota Palembang tahun 2004, berdasarkan Laporan Indikator Database 2005 UNFPA 6th Country Programme adalah 26,68 untuk laki-laki dan 20,02 untuk wanita per 1.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2011).

Secara umum, penyebabnya bayi lahir mati ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau kematian neonatal disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi. Menurut Mochtar (1998), kematian bayi yang disebabkan dari kondisi bayinya sendiri yaitu BBLR, bayi prematur, dan kelainan kongenital. Pendapat Saifudin (2014), kematian bayi yang dibawa oleh bayi sejak lahir adalah asfiksia. Sedangkan kematian bayi eksogen atau kematian post-neonatal disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Bayi lahir mati dapat pula diakibatkan dari kurangnya kesadaran akan kesehatan ibu. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya, Ibu jarang memeriksakan kandungannya kebidan; hamil diusia muda; jarak yang terlalu sempit; hamil diusia tua; kurangnya asupan gizi bagi ibu dan bayinya; makanan yang dikonsumsi ibu tidak bersih; fasilitas sanitasi dan higienitas yang tidak memadai. Disamping itu, kondisi ibu saat hamil yang tidak bagus dan sehat, juga dapat berakibat pada kandungannya, seperti faktor fisik; faktor psikologis; faktor lingkungan, sosial, dan budaya (Sulistyawati, 2009).

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa karakteristik demografi ibu yang disertai pula kondisi ibu saat hamil yang diduga memang memiliki risiko terhadap kematian bayi. Meskipun sudah ada beberapa penelitian yang telah mengungkapkan faktor-faktor penyebab kematian bayi, namun sampai saat ini belum ada model yang dapat dijadikan acuan tentang faktor-faktor risiko bayi lahir mati. Salah satu alat analisis yang digunakan untuk membuat model faktor-faktor risiko bayi lahir mati adalah melalui regresi logistik.

Pemodelan regresi logistik untuk bayi lahir mati memiliki nilai variabel respon yang terdiri dari dua kategori yaitu bayi yang lahir hidup dan bayi yang lahir mati. Pemodelan ini dapat menentukan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel respon. Selanjutnya dengan model tersebut dapat ditentukan besarnya peluang bayi lahir mati. Untuk itu pada penelitian ini akan dilakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor risiko bayi lahir mati di Kota Palembang.

Page 3: Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

KAJIAN PUSTAKAA. Pengertian Bayi Lahir Mati

Bayi lahir mati (neonatal 0-28 hari) adalah menghilangnya tanda-tanda kehidupan bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat pada saat kehamilan (Amiruddin, 2014)

Bayi lahir mati (neonatal 0-28 hari) adalah bayi yang mengalami komplikasi seperti asfiksia, trauma kelahiran, infeksi dan kelainan bawaan dan kematiannya pada masa perinatal atau usia dibawah 1 bulan dan neonatal atau pada usia minggu pertama kelahiran (Prawirohardjo, 2014).

B. Faktor-faktor Penyebab Kematian Bayi LahirBeberapa faktor-faktor penyebab kematian bayi lahir diantaranya adalah:1. Kekurangan gizi selama hamil

Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama hamil. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR).

2. Berat badan lahir rendahBayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight infant adalah bayi dengan berat badan lahir 1500 sampai kurang dari 2500 gram. Neonatus atau bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahirnya kurang dari 2500 gram.

3. Jarak kehamilan kurang dari 2 tahunJarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III.

4. Penyakit asma pada ibuPengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan prematur atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan.

5. Penyakit hipertensi dalam kehamilanPenyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal. Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi plasenta, hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur.

6. Konsumsi obat-obatan pada saat hamilPeningkatan penggunaan obat-obatan (antara 11% dan 27% wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi) telah mengakibatkan makin tingginya insiden kelahiran prematur, BBLR, defek kongenital, ketidakmampuan belajar, dan gejala putus obat pada janin.

7. Ketuban Pecah Sebelum WaktunyaKetuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum watunya melahirkan. KPSW preterm adalah KPSW sebelum usia kehamilan 3 minggu. KPSW memanjang adalah KPSW yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Rukiyah, dkk. 2014).

8. Air ketuban melebihi 2000 ccAir ketuban melebihi 2000 cc adalah gejala hidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ-organ seputarnya.

Page 4: Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak.

9. Perdarahan pada kehamilan diatas 22 mingguPerdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin buruk.

10. Kelainan dalam pertumbuhan struktur bayiKelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya.

11. Infeksi hepatitis terhadap kehamilanInfeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim.

METODE PENELITIANJenis penelitian ini termasuk dalam observasional (Supriyanto, 2003). Ditinjau dari

segi waktu, penelitian ini bersifat cross sectional, karena hanya dilakukan dalam satu waktu. Variabel dependent (Y) dalam penelitian ini adalah status kelahiran. Variabel independent

(X) adalah Usia Ibu (X1), Jenis Persalinan (X2), Komplikasi Persalinan (X3), usia kehamilan (X4), jumlah kehamilan (X5), jumlah anak sebelumnya (X6), kejadian abortus (X7), berat bayi saat lahir (X8).

Penelitian ini dilakukan di 3 Rumah Sakit Di Kota Palembang yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dan Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang yang di anggap mewakili data Kota Palembang. Penelitian dimulai dari Bulan Februari – Juli 2015.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan di Rumah Sakit di Kota Palembang Tahun 2014. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dan Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang dengan besar sampel sebanyak 290 ibu yang melahirkan baik secara normal ataupun abnormal tahun 2014. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data Rekam Medik (RM) dari ibu melahirkan tahun 2014 di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dan Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang.

Teknik analisis data dilakukan dengan secara deskriptif dan inferensial. Statistik deskriptif dilakukan dengan menampilkan distribusi masing variabel baik berupa tabel distribusi maupun grafik secara univariat. Analisis inferensial dilakukan untuk analisis bivariat dan multivariat. Analisis bivariat dilakukan dengan statisitik uji chi-square untuk melihat hubungan antara satu variabel dependen dengan satu variabel independen, sedangkan analisis multivariat dilakukan dengan model regresi logistik untuk membentuk model faktor-faktor yang berisiko terhadap bayi lahir mati, sehingga masing-masing individu dapat terlihat peluang atau risiko mengalami bayi lahir mati.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil Penelitian

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sampel persalinan yang diambil dari beberapa RS di Kota Palembang yang berjumlah 290 sampel.

Page 5: Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Status Kelahiran, Usia Ibu, Jenis Persalinan, Komplikasi Persalinan, Usia Kehamilan, Jumlah Kehamilan, Jumlah Anak Sebelumnya,

Kejadian Abortus dan Berat Bayi Saat Lahir di Kota Palembang Tahun 2014

Status Kelahiran Jumlah %

Bayi lahir hidup 189 65.2

Bayi lahir mati 101 34.8

Total 290 100

Usia Ibu

Usia Tidak Beresiko (19 – 35 tahun)

207 71.4

Usia Beresiko(< 19 Tahun dan > 35 Tahun)

83 28.6

Total 290 100

Jenis Persalinan

Normal 150 51.7

Sectio Caesaria 140 48.3

Total 290 100

Komplikasi Persalinan

Tidak Ada 133 45.9

Pre Eklampia dan Eklampsia 35 12.1

Ketuban Pecah Dini 45 15.5

Lainnya 77 26.6

Total 290 100

Usia Kehamilan

Normal 210 72.4

Prematur 64 22.1

Postmatur 16 5.5

Total 290 100

Jumlah Kehamilan Jumlah %

Page 6: Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

1 93 32.1

2 97 33.4

3 45 15.5

4 24 8.3

5 18 6.2

6 8 2.8

7 2 0.7

8 2 0.7

12 1 0.3

Total 290 100

Jumlah Anak Sebelumnya

0 95 32.8

1 104 35.9

2 46 15.9

3 22 7.6

4 16 5.5

5 3 1.0

6 2 0.7

7 1 0.3

9 1 0.3

Total 290 100

Kejadian Abortus

Tidak Pernah 259 89.3

Pernah 31 10.7

Total 290 100

Berat Badan Lahir Jumlah %

Normal 197 69.7

Rendah 93 32.1

Page 7: Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

Total 290 100

Sumber : Pengolahan Data, 2015

Dari tabel 1, dapat diketahui bahwa dari 290 bayi yang lahir sebanyak 34.8% bayi lahir mati. Sebagian besar usia ibu dalam kategori usia tidak beresiko (19-35 tahun) yaitu sebesar 71,4%. Sebanyak 51,7% dengan persalinan normal baik spontan pervaginam atau spontan dengan bantuan alat. Sebagian besar dengan tidak ada kompilkasi persalinan yaitu 45,9%. Sebagian besar 72,4% dengan usia kehamilan cukup bulan/normal. Sebanyak 33,4% dengan jumlah kehamilan ke-2. Sebanyak 35,9% dengan jumlah anak sebelumnya 2 orang. Sebagian besar 89,3% tidak pernah abortus. Sebagian besar 69,7% dengan berat badan lahir normal.

Deskripsi Variabel dalam Model Variabel-variabel bebas yang diamati dapat dilihat keterkaitannya dengan variabel

respon melalui tabel-tabel kontingensi (tabulasi silang) berikut.

Tabel 2. Tabulasi Silang Status Kelahiran Bayi Berdasarkan Usia Ibu

Usia IbuStatus Bayi Lahir

TotalHidup Mati

Usia Tidak Beresiko 129 78 207

62,3% 37,7% 100,0%Usia Beresiko 60 23 83

72,3% 27,7% 100,0%Total 189 101 290

65,2% 34,8% 100,0% Sumber : Pengolahan Data, 2005

Berdasarkan Tabel 2, jumlah bayi lahir mati sebesar 37,7 % berasal dari ibu yang berumur antara 20-35 tahun (usia tidak beresiko), sedangkan 27,7% berasal dari usia ibu yang beresiko, yaitu ibu yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun memberikan kontribusi kecil terhadap jumlah bayi lahir mati di Kota Palembang.

Tabel 3. Tabulasi Silang Status Kelahiran Bayi Berdasarkan Jenis Persalinan

Jenis PersalinanStatus Bayi Lahir

TotalHidup Mati

Normal 92 58 150

61,3% 38,7% 100,0%Sectio Caesaria 97 43 140

69,3% 30,7% 100,0% Total 189 101 290

65,2% 34,8% 100,0%Sumber : Pengolahan Data, 2015

Berdasarkan Tabel 3 jumlah bayi lahir mati dengan persalinan normal sebanyak 58 (38,7%) dari 150 persalinan, sedangkan persalinan Sectio Caesaria hanya ada 43 (30,7%) bayi yang lahir mati dari 140 persalinan. Dari data menunjukkan bahwa kelahiran bayi mati lebih besar pada persalinan normal.

Page 8: Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

Tabel 4. Tabulasi Silang Status Kelahiran Bayi Berdasarkan Komplikasi Persalinan

Komplikasi PersalinanStatus Bayi Lahir

TotalHidup Mati

Tidak Ada 91 42 133

68,4% 31,6% 100,0%Pre Eklamsia/Eklampsia 24 11 35

68,6% 31,4% 100,0%Ketuban Pecah Dini 29 16 45

64,4% 35,6% 100,0%Lainnya 45 32 77

58,4% 41,6% 100,0% Total 189 101 290

65,2% 34,8% 100,0%Sumber : Pengolahan Data, 2015

Berdasarkan Tabel 4, sebanyak 31,6 % bayi lahir mati berasal dari ibu yang tidak mengalami komplikasi selama kehamilan ataupun persalinan. Bayi lahir mati yang berasal dari ibu yang mengalami komplikasi paling banyak terjadi pada ibu yang mengalami ketuban pecah dini yang mencapai 35,6%. Ibu yang mengalami komplikasi lainnya juga relatif tinggi dengan berbagai macam komplikasi selain di atas, yaitu mencapai 41,6%.

Tabel 5. Tabulasi Silang Status Kelahiran Bayi Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia KehamilanStatus Bayi Lahir

TotalHidup Mati

Normal 165 45 210

78,6% 21,4% 100,0%Prematur 8 56 64

12,5% 87,5% 100,0%Postmatur 16 0 16

100,0% 0,0% 100,0% Total 189 101 290

65,2% 34,8% 100,0%Sumber : Pengolahan Data, 2015

Berdasarkan Tabel 5, sebagian besar 87,5% bayi lahir mati berasal dari ibu yang mengalami usia kehamilan prematur, sedangkan ibu dengan usia kehamilan normal ada 45 (21,4%) yang mengalami bayi lahir mati. Pada data tersebut tidak ditemukan status bayi lahir mati pada usia kehamilan postmatur, meskipun resiko usia kehamilan post term sama dengan usia prematur.

Tabel 6. Tabulasi Silang Status Kelahiran Bayi Berdasarkan Jumlah Kehamilan

Jumlah KehamilanStatus Bayi Lahir

TotalHidup Mati

1 60 33 93

Page 9: Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

64,5% 35,5% 100,0%

260 37 97

61,9% 38,1% 100,0%

329 16 45

64,4% 35,6% 100,0%

416 8 24

66,7% 33,3% 100,0%

515 3 18

83,3% 16,7% 100,0%

66 2 8

75,0% 25,0% 100,0%

71 1 2

50,0% 50,0% 100,0%

81 1 2

50,0% 50,0% 100,0%

121 0 1

100,0% 0,0% 100,0%

Total189 101 290

65,2% 34,8% 100,0%Sumber : Pengolahan Data, 2015

Berdasarkan Tabel 6, jumlah bayi lahir mati paling banyak terjadi pada kehamilan kedua. Meskipun kehamilan pertama disebut-sebut sebagai kehamilan berisiko dikarenakan kondisi ibu yang belum siap secara fisik maupun mental atau karena faktor usia ibu yang masih terlalu muda, namun pada penelitian ini terjadi justru pada kehamilan kedua.

Tabel 7. Tabulasi Silang Status Kelahiran Bayi Berdasarkan Jumlah Anak Sebelumnya

Jumlah Anak SebelumnyaStatus Bayi Lahir

TotalHidup Mati

062 33 95

65,3% 34,7% 100,0%

166 38 104

63,5% 36,5% 100,0%

229 17 46

63,0% 37,0% 100,0%

316 6 22

72,7% 27,3% 100,0%

411 5 16

68,8% 31,3% 100,0%

52 1 3

66,7% 33,3% 100,0%

61 1 2

50,0% 50,0% 100,0%

71 0 1

100,0% 0,0% 100,0%

Page 10: Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

91 0 1

100,0% 0,0% 100,0%

Total 189 101 290

65,2% 34,8% 100,0%

Sumber : Pengolahan Data, 2015

Pada Tabel 7, jumlah bayi lahir mati juga terjadi pada persalinan kedua (jumlah anak sebelumnya satu). Namun bayi lahir mati pada ibu dengan jumlah anak yang lebih dari 4 (sudah melahirkan lebih dari 4 kali) jumlahnya tidak sebanyak pada ibu dengan persalinan pertama padahal ibu yang telah melahirkan lebih dari 4 kali termasuk ibu dengan kehamilan berisiko tinggi.

Tabel 8. Tabulasi Silang Status Kelahiran Bayi Berdasarkan Kejadian Abortus

Kejadian AbortusStatus Bayi Lahir

TotalHidup Mati

Tidak Pernah 165 94 259

63,7% 36,3% 100,0%Pernah Abortus 24 7 31

77,4% 22,6% 100,0% Total 189 101 290

65,2% 34,8% 100,0% Sumber : Pengolahan Data, 2015

Bayi lahir mati berdasarkan Tabel 8, sebanyak 22,6 % berasal dari ibu yang pernah mengalami abortus. Riwayat abortus pada kehamilan sebelumnya diketahui juga ikut mempengaruhi kejadian bayi lahir mati (kematian janin) pada kehamilan berikutnya. Namun demikian, dari data yang diperoleh sebanyak 36,3% bayi lahir mati berasal dari ibu yang tidak mempunyai riwayat abortus pada kehamilan sebelumnya.

Tabel 9. Tabulasi Silang Status Kelahiran Bayi Berdasarkan Berat Bayi Saat Lahir

Berat Bayi LahirStatus Bayi Lahir

TotalHidup Mati

Normal 170 27 197

86,3% 13,7% 100,0%Rendah 19 74 93

20,4% 79,6% 100,0% Total 189 101 290

65,2% 34,8% 100,0% Sumber : Pengolahan Data, 2015

Berdasarkan Tabel 9, bayi lahir mati 79,6% merupakan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan hanya ada 27 (113,7%) bayi lahir mati yang berasal dari berat bayi normal. Hal ini menunjukkan bahwa berat bayi rendah memiliki resiko lebih besar untuk terjadinya kasus bayi lahir mati.

Pembentukan Model Analisis data menggunakan model regresi logistik dimaksudkan untuk mengetahui faktor-

faktor yang signifikan mempengaruhi bayi lahir mati serta mengetahui besarnya peluang bayi lahir

Page 11: Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

mati berdasarkan faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor yang dimaksud terdiri dari usia ibu ,

jenis persalinan ( ), komplikasi persalinan , usia kehamilan , jumlah

kehamilan ( ), jumlah anak sebelumnya ( ), kejadian abortus ( ), dan berat bayi saat

lahir ( ) yang disebut sebagai variabel-variabel bebas. Sedangkan variabel responnya adalah

status kelahiran bayi meliputi bayi lahir hidup ( dan bayi lahir mati . Dalam penelitian ini, pemilihan model terbaik dilakukan dengan menggunakan prosedur

Backward Stepwise. Prosedur Backward Stepwise menghilangkan variabel dari model berdasarkan algoritma statistik dengan melihat tingkat kepentingan dari sebuah variabel, kemudian mengeluarkan variabel-variabel tersebut dari model berdasarkan aturan yang tetap. Variabel penting didefinisikan sebagai variabel yang mempunyai pengaruh yang nyata terhadap model.

Pada regresi logistik, uji nyata variabel dilakukan dengan uji khi-kuadrat rasio likelihood. Oleh karena itu, pada setiap langkah dalam algoritma Stepwise variabel yang dianggap berpengaruh nyata adalah variabel yang menghasilkan perubahan terbesar dalam log-likelihood relatif terhadap model yang tidak mengandung variabel tersebut.

Jumlah variabel yang masuk ke dalam model regresi logistik sangat ditentukan oleh nilai , yaitu nilai yang menentukan seberapa pentingnya suatu variabel. Pada setiap tahap, variabel

bebas yang tidak nyata (p-value (sig) lebih besar dari α (0,05) akan dikeluarkan dari model. Proses dihentikan jika tidak ada lagi variabel yang bisa dikeluarkan dari model.

Tabel 10. Hasil Analisis Regresi Logistik Langkah ke-4

Variabel B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower UpperX1(1) ,958 ,444 4,653 1 ,031 2,607 1,092 6,228

X3     6,815 3 ,078      

X3(1) -,456 ,423 1,166 1 ,280 ,634 ,277 1,450

X3(2) -,237 ,613 ,149 1 ,699 ,789 ,237 2,624

X3(3) -1,527 ,591 6,669 1 ,010 ,217 ,068 ,692

X4     17,851 2 ,000      

X4(1) 29,422 1480852,768 ,000 1 1,000 5994919310858,930 0,000  

X4(2) 31,691 1480852,768 ,000 1 1,000 57998094772829,800 0,000  

X7(1) 1,583 ,698 5,144 1 ,023 4,868 1,240 19,116

X8(1) -2,561 ,419 37,319 1 ,000 ,077 ,034 ,176

Constant -30,552 1480852,768 ,000 1 1,000 ,000    

Dari pengujian model secara simultan diperoleh nilai statistik uji G (-2 log likelihood = 206.669). Nilai tersebut menunjukkan bahwa model yang diperoleh signifikan dengan p-value uji G sebesar 0,076 < 0,10. Pengujian secara parsial menunjukkan masih ada variabel bebas yang tidak signifikan. Variabel yang menghasilkan p-value terbesar dari perubahan Log-Likelihood

pada tahap ini adalah yaitu usia kehamilan sebesar 0,414 maka variabel ini dikeluarkan dari

model. Berdasarkan Tabel 4.12, hasil pengujian secara parsial menunjukkan semua variabel nyata (signifikan) pada taraf 10% sehingga proses selesai.

Page 12: Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

Hasil analisis regresi logistik yang diperoleh merupakan model terbaik. Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa model regresi logistik bayi lahir mati yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Model ini memberikan ketepatan hasil prediksi sebesar 87,2 %, artinya model ini sudah baik dalam memprediksi data. Dari semua tahap pemodelan yang telah dilakukan di atas, maka diperoleh model terbaik yaitu model dengan variabel-variabel yang signifikan sebagai berikut :

1. Usia Ibu (X1) X1(1) = Usia Beresiko

2. Komplikasi persalinan

= Preeklamsia/Eklampsia

Ketuban Pecah Dini

Lainnya

3. Usia Kehamilan

= Prematur

Postmatur

4. Kejadian Abortus (X7) X7(1) = Pernah Abortus

5. Berat bayi saat lahir

Berat lahir rendah.

Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa peluang bayi lahir mati dari suatu persalinan. Sebagai contoh, misalkan diketahui seorang ibu berusia antara < 19 tahun dan > 35 tahun, mengalami pre eklampia/eklampsia atau ketuban pecah dini atau komplikasi persalinan lainnya, usia kehamilan prematur atau postmatur, pernah aborsi dan bayi dengan berat lahir rendah. Berdasarkan karakteristik tersebut didapat model peluang bayi lahir mati sebagai berikut :

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa besarnya peluang bayi lahir mati yaitu

89,61%. Dengan kata lain, peluang bayi tersebut akan lahir hidup yaitu sebesar 10,39%.

PembahasanDari penelitian ini didapatkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap

bayi lahir mati di kota Palembang adalah usia ibu yang beresiko (< 19 tahun dan > 35 tahun), adanya komplikasi persalinan (Preeklempsia/eklampsia, ketuban pecah dini atau komplikasi

Page 13: Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

persalinan lainnya), usia kehamilan yang tidak normal (prematur atau postmatur), adanya riwayat aborsi dan bayi dengan berat lahir rendah. Dan peluang bayi lahir mati dari suatu persalinan dengan faktor resiko tersebut adalah sebesar 89,61% sangat besar dibandingkan peluang bayi tersebut untuk hidup yaitu hanya 10.39%.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah bayi lahir mati sebesar 37,7 % berasal dari ibu yang berumur antara 20-35 tahun (usia tidak beresiko), sedangkan 27,7% berasal dari usia ibu yang beresiko. Wanita pada usia antara 19-35 tahun masih pada rentang sehat untuk reproduksi karena tidak beresiko tinggi. Karakteristik usia mempunyai pengaruh yang erat dengan perkembangan alat-alat reproduksi wanita, dimana reproduksi sehat bagi seorang wanta untuk hamil dan melahirkan adalah 19-35 tahun.

Keadaan ini disebabkan karena pada usia kurang dari 19 tahun wanita pada umumnya secara fisik alat reproduksinya belum matang untuk menerima hasil konsepsi dan dari segi psikologis seorang wanita yang berumur terlalu muda belum cukup dewasa untuk menjadi seorang ibu. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun, elastisitas alat-alat panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya mengalami kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan dan dapat menyebabkan lahirnya bayi dengan komplikasi misalnya asfiksia (Manuaba, 2010). Wanita yang melahirkan anak pada usia <19 tahun dan > 35 tahun rentan terhadap perdarahan paska persalinan dan menimbulkan bahaya pada ibu dan bayi yang dapat menyebabkan kematian baik pada ibu dan bayi. Resiko kematian bayi (neonatus)pad kelompok usia dibawah 19 tahun dan di atas 35 tahun adalah 3 kali lebih tinggi daripada kelompok umur reproduksi sehat (Mochtar, 1998).

Hasil penelitian sebanyak 31,6 % bayi lahir mati berasal dari ibu yang tidak mengalami komplikasi selama kehamilan ataupun persalinan. Bayi lahir mati yang berasal dari ibu yang mengalami komplikasi paling banyak terjadi pada ibu yang mengalami ketuban pecah dini yang mencapai 35,6%. Ibu yang mengalami komplikasi lainnya juga relatif tinggi dengan berbagai macam komplikasi selain di atas, yaitu mencapai 41,6%. Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan atau janin yang ia kandung terancam yang disebabkan oleh gangguan langsung saat persalinan. Komplikasi persalinan sering terjadi akibat dari keterlambatan penanganan persalinan, dan dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya kematian ibu bersalin yang juga dapat menyebabkan kematian pada bayi. Menurut Hariadi, R (2004) mengatakan bahwa di Indonesia, persalinan yang didahului dengan kejadian ketuban pecah dini relatif besar, yaitu pada kisaran 6% - 20%.

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar 87,5% bayi lahir mati berasal dari ibu yang mengalami usia kehamilan prematur, sedangkan ibu dengan usia kehamilan normal ada 45 (21,4%) yang mengalami bayi lahir mati. Pada data tersebut tidak ditemukan status bayi lahir mati pada usia kehamilan postmatur, meskipun resiko usia kehamilan post term sama dengan usia prematur. Bayi kurang bulan, terutama dengan usia kehamilan < 32 minggu, mempunyai resiko kematian 70 kali lebih tinggi karena kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di lauar rahim akibat ketidakmatangan sistem organ tubuh seperti paru, jantung, ginjal dan hati (Fetomaternal POGI, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 22,6 % bayi lahir mati berasal dari ibu yang pernah mengalami abortus. Riwayat abortus pada kehamilan sebelumnya diketahui juga ikut mempengaruhi kejadian bayi lahir mati (kematian janin) pada kehamilan berikutnya. Namun demikian, dari data yang diperoleh sebanyak 36,3% bayi lahir mati berasal dari ibu yang tidak mempunyai riwayat abortus pada kehamilan sebelumnya. Berdasarkan penelitian Lestariningsih dan Duarsa A (2013) berpendapat bahwa ibu yang mempunyai riwayat abortus 29,0% melahirkan bayi lahir mati, sedangkan 12,9% tidak melahirkan bayi lahir mati. Hubungan riwayat abortus dengan kejadian bayi lahir mati secara statistik signifikan (nilai p=0,012). Kejadian bayi lahir mati pada ibu yang mempunyai riwayat abortus mempunyai peluang risiko melahirkan bayi lahir mati 1,79 kali lebih besar dibandingkan pada responden yang tidak mempunyai riwayat abortus.

Berdasarkan hasil penelitian, bayi lahir mati 79,6% merupakan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan hanya ada 27 (113,7%) bayi lahir mati yang berasal dari berat bayi normal. Hal ini menunjukkan bahwa berat bayi rendah memiliki resiko lebih besar untuk terjadinya kasus bayi lahir mati. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ida Bagus Gde Manuaba dan

Page 14: Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

Js.Lesinksi bahwa faktor yang beresiko terjadinya kematian perinatal pada riwayat persalinan salah satunya adalah persalinan dengan berat bayi lahir rendah (Manuaba, 1998).

KESIMPULAN

1. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa dari 290 bayi yang lahir sebanyak 34.8% bayi lahir mati, sebagian besar usia ibu dalam kategori usia tidak beresiko (19-35 tahun) yaitu sebesar 71,4%. sebanyak 51,7% dengan persalinan normal baik spontan pervaginam atau spontan dengan bantuan alat, sebagian besar dengan tidak ada kompilkasi persalinan yaitu 45,9%, sebagian besar 72,4% dengan usia kehamilan cukup bulan/normal, sebanyak 33,4% dengan jumlah kehamilan ke-2, sebanyak 35,9% dengan jumlah anak sebelumnya 2 orang, sebagian besar 89,3% tidak pernah abortus dan sebagian besar 69,7% dengan berat badan lahir normal.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap bayi lahir mati di kota Palembang adalah usia ibu yang beresiko (< 19 tahun dan > 35 tahun), adanya komplikasi persalinan (Preeklempsia/eklampsia, ketuban pecah dini atau komplikasi persalinan lainnya), usia kehamilan yang tidak normal (prematur atau postmatur), adanya riwayat aborsi dan bayi dengan berat lahir rendah.

3. Peluang bayi lahir mati dari suatu persalinan dengan faktor resiko tersebut adalah sebesar 89,61% sangat besar dibandingkan peluang bayi tersebut untuk hidup yaitu hanya 10.39%.

UCAPAN TERIMA KASIHUcapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI, Direktur RS Muhammadiyah Palembang, RSI Siti Khadijah Palembang yang telah memberikan izin penelitan, Dirjen DIKTI yang telah mendanai penelitian, Civitas STIKES ‘Aisyiyah Palembang serta semua rekan yang telah membantu selesainya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agresti, A. 2002. Categorical Data Analysis. John Wiley & Sons. New York.

Azizah, Ninik, 2013. Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal EduHealth, Vol 2 No 2, September 2013: 126-129

Amiruddin, Ridwan. 2014. Determinan Kesehatan ibu dan anak. Jakarta: Trans info Media.

Badan Pusat Statistik, BKKBN, dan Kemenkes. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Laporan Pendahuluan. Jakarta

Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2011. Profil Kesehatan Kota Palembang Tahun 2011. Palembang. Di Akses 20 April 2014, dari http://dinkes.palembang.go.id

Hariadi, R. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya: 2004

Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI, 2005. Panduan Pengelolaan Persalinan Preterm Nasional. Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI. Surabaya

Page 15: Eksis2015_analisis Faktor-faktor Resiko Bayi Lahir Mati Di Kota Palembang_risa Devita

Hosmer, D.W. & S. Lemeshow. 2000. Applied Logistic Regression. John Wiley & Sons. New York.

Lestariningsih; Duarsa A, 2013. Hubungan Preeklamsia dalam Kehamilan dengan Kejadian BBLR di RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 8, No 1

Mahmudah, Ummul; Cahyati, Hary Widya; Wahyuningsih., Setyo Anik. 2011. Analisis Faktor Ibu dan Bayi Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kematian Perinatal. Kemas Volume 7 Nomor 1 Hal 46-56

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: obstetri fisiologi, obstetri patologi. Edisi Dua. Jakarta; EGC

Muslihatun, Nur Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yuliayanti. 2014. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta : TIM

Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika

Tjokronegoro, A. & S. Sudarsono. 1999. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia..

Azizah, Ninik, 2013. Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal EduHealth, Vol 2 No 2, September 2013: 126-129