EKONOMI POLITIK MEDIA

47
loading…
  • date post

    21-Oct-2014
  • Category

    Documents

  • view

    703
  • download

    9

description

 

Transcript of EKONOMI POLITIK MEDIA

Page 1: EKONOMI POLITIK MEDIA

loading…

Page 2: EKONOMI POLITIK MEDIA

ekonomi industri televisi siaran

JEMMY J. PAHEKONOMI POLITIK MEDIA

Page 3: EKONOMI POLITIK MEDIA

BAGIAN SATUekonomi industri televisi siaran

Page 4: EKONOMI POLITIK MEDIA

SEJARAHSINGKATtipe televisi siaran dan berlangganan

investasi&cost productionTELEVISI – KEPEMILIKAN

kompetisi - teknologi - regulasi - masa depan

Page 5: EKONOMI POLITIK MEDIA

SEJARAHSINGKAT

John logie BAIRDJohn Logie Baird FRSE was a Scottish engineer and inventor of the

world's first practical, publicly demonstrated television system,and also the world's first fully electronic colour television tube.

He is often known as "the father of television".

Page 6: EKONOMI POLITIK MEDIA

BBC 1936ENGLANDTelevision presenterLeslie Mitchell

The first live programme ever transmitted was Here's Looking At You,a variety show hastily assembled for RadiOlympia in August 1936.It was performed twice a day for ten days – Founder John Logie Bairdtotal programme budget £300 (http://www.bbc.co.uk/historyofthebbc/index.shtml)

Page 7: EKONOMI POLITIK MEDIA

USA-1939Radio Corporation of AmericaRCA

Page 8: EKONOMI POLITIK MEDIA

GOLDENAGE

1942and extended to late 1950s or early 1960s

Alfred Hitchcock PresentsAnd Twilight Zone

BEGAN DOMINATED

USA

Page 9: EKONOMI POLITIK MEDIA

17AGUSTUS1962

duniadalamDERITA

siaran percobaan dengan acara peringatan Hari Proklamasi kemerdekaan RI XVII

Page 10: EKONOMI POLITIK MEDIA

• mengudara pada 13 November 1988• diresmikan 24 Agustus 1989 siaran RCTI hanya dapat

ditangkap lewat dekoder dan membayar iuran setiap bulannya.

• RCTI melepas dekodernya pada akhir 1989. • Pemerintah mengizinkan RCTI melakukan siaran bebas

secara nasional sejak tahun 1990 tapi baru terwujud pada akhir 1991 setelah membuat RCTI Bandung pada 1 Mei 1991. • Pada 2004 RCTI termasuk stasiun televisi yang besar di

Indonesia. Sejak Oktober 2003, RCTI dimiliki oleh Media Nusantara Citra, kelompok perusahaan media yang juga

memiliki Global TV dan MNCTV.

Page 11: EKONOMI POLITIK MEDIA

1989 1990 -> 2010 1993

2002 -2008

2001 -2006

1995 ijin1998 on2001

20102013

Page 12: EKONOMI POLITIK MEDIA
Page 13: EKONOMI POLITIK MEDIA

Televisi Swasta atau Televisi KomersialTelevisi Swasta IndependenSumber penghasilan semata-mata dari iklan saja. Televisi Swasta BerjaringanSumber penghasilan bukan hanya dari iklan, tapi jug dari kompensasi

Televisi PublikTelevisi komunitas dapat dimasukan dalam kategori televisi publik.

Contoh : Televisi Komunitas Universitas Gunadharma, Televisi Pendidikan Kota Cimahi.

Televisi NegaraTelevisi negara sepenuhnya dibiaya oleh negara.TVRI di masa Orde Baru adalah televisi negara. Kini TVRI sedang berbenah menjadi TV publik.

Page 14: EKONOMI POLITIK MEDIA

LATIVI mengalokasikan modal awal Rp 300 juta.

Modal TV7 Rp 200 miliar,setara dengan modal dasar MetroTV

Modal kerja terpakai Trans TV hingga pertengahan 2003atau setelah beroperasi 18 bulan mencapai Rp 600 miliar

SCTV menghabiskan biaya Rp 30 juta per jam siaran ---------------------------------------------------------------------------------------------------------Pendirian TV lokal kelas menengah membutuhkan investasi Rp 10-25 miliar,TV lokal kelas atas dibutuhkan investasi Rp 30-50 miliar, kendati ada TV lokalyang berinvestasi lebih dari Rp 100 miliar. Break event point 3-5 tahun.(Majalah Behind the Screen, No. 029)

Page 15: EKONOMI POLITIK MEDIA

Pasar Pasar televisi siaran adalah khalayak dan iklan. Praktik memperebutkan khalayak dan iklan dalam industri televisi siaran menghasilkan struktur pasar tertentu.

Struktur Pasar TelevisiStruktur pasar industri televisi adalah oligopoli.

Oligopoli adalah struktur pasar ketika terdapat lebih dari satu produsen suatu produk, dan produk yang ditawarkan umumnya seragam.

KhalayakSelama satu dekade (1995-2006) jumlah rumah tangga yang memiliki televisi di lima kota utama di Indonesia meningkat tiga kali lipat (355%). Jumlah total penonton televisi di 10 kota utama (kota rating) mencapai `42.018.788 orang. Sebagian besar tinggal di Jakarta (55%)

Page 16: EKONOMI POLITIK MEDIA

JANGKAUAN STASIUN TELEVISI DI INDONESIA

Sumber: Roy Morgan Single Source (Oktobert 2006-September 2007)dikutip Media Planning Guide 2008.

Page 17: EKONOMI POLITIK MEDIA

Faktor Yang Mempengaruhi Harga Iklan di Televisi

Pendapatan Iklan Stasiun Televisi di Indonesia (2008)Sumber: Media Partners Asia

karakteristik stasiun televisi - rating program acarajenis penyiaran acara - jam penayanganpeletakan iklan-------------------------------------------------------------------

Page 18: EKONOMI POLITIK MEDIA

KEPEMILIKANDiawali dengan monopoli anak-anak dari Suharto, sekarang ini kepemilikan Televisi Siaran di Indonesia dikuasai oleh kelompok besar, seperti :

Dimiliki oleh Jacoeb Oetama. Pernah memiliki mayoritas saham TV7,

Yang akhirnya dijual kepada Transcorp dan menjadi Trans7, sekarang menguasai

beberapa Televisi lokal seperti : Dewata TV, Borobudur TV, FTV Bandung,

Komedi TV dan Khatulistiwa TV.

Page 19: EKONOMI POLITIK MEDIA

KEPEMILIKAN

Group

Dimiliki oleh Dahlan iskan. Menguasai media cetak sebagai main business dan mulai merambah ke media televisi. Juga menguasai beberapa TV lokal, seperti: JTV Surabaya, Riau TV, Palembang TV, Padjadjaran TV.

Dimiliki oleh Hary Tanoesoedibjo. Merupakan salah satu Grup Media

yang paling sukses dalam beberapa tahun belakangan. RCTI, MNC TV & Global TV.

Page 20: EKONOMI POLITIK MEDIA

KEPEMILIKAN

Dikuasai oleh Chairul Tandjung. Televisi terbesarnya adalah Trans TV dan Trans 7.

Dikuasai oleh keluarga Bakrie. Televisi terbesarnya adalah AN TV dan TV One.

Page 21: EKONOMI POLITIK MEDIA

KEPEMILIKAN

Wishnutama adalah salah satu pendiri NET. atau dikenal dengan PT. Net Mediatama. Menyelesaikan kuliah komunikasi di Mount Ida College Boston, Amerika Serikat, dan Emerson College, Boston. Serta di The Military College of Vermont, Norwich. memulai karier dari bawah sebagai Production Assistant di New England Cable News Amerika Serikat dan menjadi Assistant Director On Air Promotion di WHDH-TV, Boston.

CEO Trans7 2006-2008CEO Trans TV 2008-2012CEO NET. 2013-Sekarang

Page 22: EKONOMI POLITIK MEDIA

kompetisi

• Stasiun televisi siaran berkompetisi dengan sesama stasiun televisi siaran. Kompetisi antar stasiun televisi siaran adalah kompetisi memperebutkan audience dan iklan. Secara teoretis, makin besar audience, makin banyak pengiklan.

• Televisi siaran juga berkompetisi dengan televisi berlangganan. Karena untuk menonotn televisi berlangganan orang harus membayar, program-program di televisi berlangganan relatif lebih baik.

Page 23: EKONOMI POLITIK MEDIA

teknologi

• Televisi kini mulai memasuki era digital. Beberapa negara maju sudah bermigrasi dari televisi analog ke televisi digital. Indonesia telah melakukan berbagai persiapan untuk memasuki era TV digital. Pada 2018, televisi siaran di Indonesia sudah menggunakan teknologi digital.

• Dengan tekonologi digital, siaran televisi hanya bisa ditangkap oleh pesawat televisi digital, bukan pesawat televisi analog. Televisi analog menghilang karena tidak diproduksi lagi. Selain televisi digital, siaran televisi dapat ditangkap melalui layar komputer bahkan layar telepon genggam.

• Televisi juga mulai melakukan konvergensi dengan media internet. Banyak stasiun televisi yang memiliki website. Khalayak bisa mengakses bahkan men-download siaran televisi melalui internet. Konvergensi ke media internet bisa menciptakan pasar baru di kalangan remaja dan anak muda, yang menurut banyak survei menyukai internet.

Page 24: EKONOMI POLITIK MEDIA

regulasiIndonesia memiliki Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), organisasi independen yang mengatur segala hal tentang media penyiaran, termasuk televisi siaran. KPI, selain Departen Komunikasi dan Informasi, adalah regulator industri penyiaran di Indonesia, termasuk industri televisi siaran. KPI menerbitkan regulasi berupa Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran.

Indonesia memiliki Undang-undang Penyiaran Nomor 32 tahun 2002. Peraturan Pemerintah Nomor 49, 50, 51, 52 tahun 2005 kemudian terbit

sebagai ketentuan pelaksana Undang-undang Penyiaran tersebut. Peraturan Pemerintah ini mengatur kepemilikan, saham atau modal,

televisi berjaringan, materi atau isi siaran, dll. Peraturan Pemerintah ini mengukuhkan televisi siaran sebagai industri yang komersial.

Page 25: EKONOMI POLITIK MEDIA

di masa depan, televisi siaran harus memperbaiki kualitas programnya untuk bersaing dengan

televisi berlangganan. Kreativitas program harus terus dikembangkan untuk meningkatkan

kualitas program, sehingga program televisi siaran tidak lagi seragam dan monoton. Di masa

depan, program satu stasiun televisi siaran semestinya tidak monoton dan seragam dibanding stasiun televisi siaran lainnya.

Spesialisasi program—sekurang-kurangnya di tingkat positioning—pada industri televisi siaran

niscaya diperlukan di masa mendatang.

masadepan

Page 26: EKONOMI POLITIK MEDIA

BAGIANDUA

Page 27: EKONOMI POLITIK MEDIA

SEJARAHSINGKAT• televisi kabel dan satelit, dan berkembang televisi berlangganan yang

disebut internet protocol television (IPTV).• Sebenarnya TV kabel pertama dibangun untuk mengatasi kesulitan

menerima siaran televisi yang dialami oleh daerah dengan penerimaan sinyal buruk. Biasanya sebuah antena dipasang di menara yang terletak di puncak gunung atau tempat-tempat tinggi lain di daerah itu. Kemudian, kabel digunakan untuk menghubungkan antena dengan pesawat TV di beberapa rumah sekitarnya.

• Ternyata kesulitan penerimaan siaran televisi tidak hanya terjadi di daerah-daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota yang penuh dengan gedung-gedung tinggi. Karena itu, TV kabel juga berkembang di daerah perkotaan.

• Di Indonesia sendiri TV berlangganan muncul pada awal tahun 1990-an. TV berlangganan di Indonesia umumnya menggunakan satelit, meski ada pula yang menggunakan teknologi kabel. IPTV di Indonesia hingga akhir 2008 masih dirintis keberadaannya.

Page 28: EKONOMI POLITIK MEDIA

beragamjenis TV Satelite dan Cable

Page 29: EKONOMI POLITIK MEDIA

Televisi Kabel Secara sederhana, teknologi ini menggabungkan dua tipe kabel, yaitu kabel serat optik dan kabel metal biasa. Di Indonesia, setidaknya dua operator televisi berlangganan yg menggunakan teknologi kabel, yakni First Media & IndosatM2

Page 30: EKONOMI POLITIK MEDIA

Televisi SatelitTV satelit mengantarkan siaran kanal-kanal televisi langsung ke satelit (direct broadcast satellite/DBS atau direct-to-home signals/DTHS) ke antena berbentuk parabola kecil di rumah-rumah pelanggan. Di Indonesia televisi berlangganan yang menggunakan teknologi satelit adalah Indovision dan AoraTV. Telkomvision menggunakan teknologi kabel maupun satelit. Indovisian menggunakan satelit Indostar-1 atau dikenal juga sebagai Cakrawala-1 yang beroperasi di zona S-Band. Telkomvision menggunakan satelit yang beroperasi di zona C-Band.

Page 31: EKONOMI POLITIK MEDIA

Internet Protocol Television (IPTV)

IPTV adalah televisi berlangganan berbasis internet. IPTV memungkinkan khalayak memesan program kepada operator

(on demand) serta bersifat interaktif.

Page 32: EKONOMI POLITIK MEDIA

PASAR

Pasar televisi berlangganan adalah khalayak dan iklan. Namun, industri televisi berlangganan sepertinya lebih

menggantungkan hidupnya pada pelanggan atau khalayak ketimbang kepada iklan.

Page 33: EKONOMI POLITIK MEDIA

• Di Indonesia, pertumbuhan pelanggan televisi berlangganan terbilang pesat. Ini antara lian karena biaya berlangganan makin murah. Hingga tahun 2008 biaya berlangganan antara Rp 30 ribu hingga Rp 300 ribu.

• Menurut satu data, pelanggan TV berlangganan di Indonesia tumbuh rata-rata 36 persen per tahun. Hingga 2006, jumlah pelanggan TV berlangganan 0,7 persen dari total 54 juta rumah tangga.

Page 34: EKONOMI POLITIK MEDIA

Sumber: Media Planning Guide Indonesia 2008

Jumlah pelanggan televisi berlangganan di Indonesia

Page 35: EKONOMI POLITIK MEDIA

MARKETSHARE

Sumber: Asia Pacific Pay-TV & Broadband Markets 2007

Page 36: EKONOMI POLITIK MEDIA

PERTUMBUHANPELANGGAN• Data lain memperlihatkan pertumbuhan pelanggan televisi berlangganan

pada akhir 2008 meningkat 65 persen dibanding akhir 2007. Pada 2007 jumlah pelanggan hanya 450 ribu orang. Pada 2008 jumlah pelanggan meningkat menjadi 700 ribu orang. Jumlah pelanggan sebanyak 700 ribu orang hanya 7 persen dari potensi pelanggan yang mencapai 10 juta penonton dari kalangan kelas A dan B (menengah atas) (Kompas, 8 Februari 2009).

• Hingga akhir 2008, pelanggan Indovision sebanyak 480 ribu pelanggan, Telkomvision 220 ribu pelanggan, dan First Media 125 ribu pelanggan. Pada 2010, jumlah pelanggan televisi berlangganan diperkirakan mencapai 1,2 juta orang.

• Dengan iuran pelanggan rata-rata Rp 300 ribu per bulan, IPTV juga mulai memperlihatkan pertumbuhan pasar pelanggan. Pertumbuhan pelanggan IPTV sangat signifikan dibanding TV kabel atau TV satelit. Menurut Multimedia Research Group kenaikan pelanggan IPTV kira-kira 45 persen per tahun (Sumber: Broadcast Media, Desember 2008)

Page 37: EKONOMI POLITIK MEDIA

IKLAN• Belanja iklan untuk TV berlangganan di Amerika

meningkat rata-rata 11,9% per tahun sejak 1998. Di 12 negara Asia Pacifik antara Oktober 2003 hingga Oktober 2004, menurut Nielsen Media, iklan televisi berlangganan mencapai sekitar 14 persen. Kedua belas negara tersebut adalah Korea Selatan, Cina, Hongkong, Taiwan, Filipina, India, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Australia dan Selandia Baru.

• Iklan pada televisi berlangganan memang relatif kecil dibanding pada televisi siaran atau bahkan surat kabar sekalipun. Itu karena televisi berlangganan terutama menggantungkan sumber pemasukannya dari pelanggan ketimbang dari iklan.

Page 38: EKONOMI POLITIK MEDIA

KEPEMILIKAN

Berada di bawah naungan PT MNC Skyvision, berdiri tanggal 8 Agustus 1988. Salah satu pioneer dalam penyempurnaan dan variasi

pelayanan televisi berlangganan, seperti pilihan bahasa untuk channel Tertentu.

Page 39: EKONOMI POLITIK MEDIA

KEPEMILIKAN

(dahulu bernama Broadband Multimedia) Berdiri pada tahun 1994, merupakan bagian

dari grup Lippo. Jaringannya meliputi Jabodetabek, Surabaya dan Bali. Produknya seperti : Kabelvision, Digital 1 dan MyNet.

Page 40: EKONOMI POLITIK MEDIA

KEPEMILIKAN

Merupakan perusahaan jasa multimedia interaktif yaitu Cable TV, Satelite TV dan fast Internet yang dikelola oleh PT. Indonusa Telemedia. Saat ini telah melakukan kerja

sama dengan Transcorp untuk peyediaan konten layanan.

Page 41: EKONOMI POLITIK MEDIA

KEPEMILIKAN

Didirikan atas kepemilikan penuh PT. Indosat pada tahun 1996.

Page 42: EKONOMI POLITIK MEDIA

KEPEMILIKAN

Mulai beroperasi di Indonesia pada 28 februari 2006. Astro TV milik konglomerat Malaysia pernah

berinvestasi di Indonesia melalui PT Direct Vision milik Kelompok Lippo. Namun, Astro dan Direct

Vision pecah kongsi sehingga Astro hengkang dari Indonesia.

Page 43: EKONOMI POLITIK MEDIA

KOMPETENSITelevisi berlangganan berkompetisi dengan sesama televisi berlangganan. Sesama televisi berlangganan bersaing dalam hal teknologi, audience, serta content.

Dalam hal teknologi, televisi berlangganan bersaing dalam pilihan teknologi, apakah teknologi kabel, teknologi satelit, atau IPTV. Di Indonesia Telkomvision menggunakan kedua jenis teknologi.

Untuk menjaring audience sebanyak-banyaknya, televisi berlangganan bersaing dalam harga berlangganan. Di Indonesia, televisi berlangganan berlomba menawarkan paket murah. Telkomvision menyediakan voucher prabayar antara Rp 30 ribu sampai Rp 300 ribu. Indovision meluncurkan Top TV yang harga berlangganannya lebih murah dari Indovision sendiri, yaitu Rp 85 ribu.

Page 44: EKONOMI POLITIK MEDIA

Di Indonesia TV berlangganan diatur Dalam Undang-undang Penyiaran No. 32/2002 Pasal

25, 26, 27, 28, dan 29. Undang-undang Penyiaran antara lain mengatur bentuk badan

hukum lembaga penyiaran berlangganan, sensor, penggunaan satelit dan kabel, dan

sumber penghasilan.

REGULASI

Page 45: EKONOMI POLITIK MEDIA

MASADEPAN

• Televisi berlangganan menghadapi tantangan berupa perkembangan teknologi. Konvergensi antara berbagai jenis teknologi, seperti kabel, satelit, dan internet menjadi suatu keniscayaan.

• Di Indonesia, masa depan industri televisi berlangganan bisa dikatakan punya prospek cerah dilihat dari potensi jumlah pelanggan. Televisi berlangganan punya potensi mengalihkan perhatian penonton televisi terestrial atau free to air television ke televisi berlangganan tersebutyang cenderung menoton dan seragam.

• Televisi berlangganan juga relatif lebih independen dari pengiklan, karena dia lebih mengandalkan pelanggan dalam memperoleh revenue. Televisi terestrial yang tergantung pada iklan seringkali dipengaruhi bahkan diatur oleh pengiklan.

• Namun, televisi berlangganan relatif lebih rentan pada krisis keuangan. Jika keuangan mengalami krisis, pelanggan pertama-tama akan berhenti berlangganan TV berlangganan.

Page 46: EKONOMI POLITIK MEDIA

SEKIANBy Jemmy J. Pah

Page 47: EKONOMI POLITIK MEDIA