eklamsia

22
referat kedokteran Kamis, 01 Desember 2011 EKLAMPSIA PRESENTASI KASUS Anamnesis (Auto & Alloanamnesis) 1. Identifikasi - Nama : Ny.J - Umur : 19 tahun - Agama : Islam - Alamat : Jl. Kemiling - Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga - Pekerjaan Suami : Tani 2. Keluhan - Utama : Mau melahirkan dengan penglihatan kabur - Tambahan : Sakit kepala, mual-mual 3. Riwayat Haid - Menarche : 13 tahun - Siklus Haid : 28 hari - Jumlah : 4-5x ganti pembalut/hari - Lamanya : 4-6 hari - HPHT : 3 Maret 2006 - TP : 10 Desember 2006 4. Riwayat Perkawinan Menikah 1x, lamanya 1tahun. Usia ibu saat menikah 18 tahun,usia suami 28 tahun.

description

pbl blok 25

Transcript of eklamsia

Page 1: eklamsia

referat kedokteranKamis, 01 Desember 2011

EKLAMPSIAPRESENTASI KASUS

Anamnesis (Auto & Alloanamnesis)

1. Identifikasi

- Nama                        : Ny.J

- Umur                         : 19 tahun

- Agama                       : Islam

- Alamat                       : Jl. Kemiling

- Pekerjaan                  : Ibu Rumah Tangga

- Pekerjaan Suami       : Tani

2. Keluhan                      

- Utama                       : Mau melahirkan dengan penglihatan kabur

- Tambahan                 : Sakit kepala, mual-mual

3. Riwayat Haid 

- Menarche                  : 13 tahun

- Siklus Haid                : 28 hari

- Jumlah                       : 4-5x ganti pembalut/hari

- Lamanya                   : 4-6 hari

- HPHT                       : 3 Maret 2006

- TP                             : 10 Desember 2006

4. Riwayat Perkawinan

Menikah 1x, lamanya 1tahun. Usia ibu saat menikah 18 tahun,usia 

suami 28 tahun.

5. Riwayat Kehamilan Sekarang

Pasien kiriman bidan datang ke RS melalui UGD pada pukul 23.00 WIB, primigravida hamil

aterm inpartu, tekanan darah 180/110 mmHg mengeluh penglihatan kabur, dan nyeri

kepala. Menurut bidan, pasien mengalami kejang 1x yang ditandai kaku pada seluruh

tubuhnya yang berlangsung ± 3 menit, oleh karena keluhan kejang ini akhirnya pasien

dibawa ke UGD RS. Sesampainya di UGD pasien diberi diazepam 1 ampul, injeksi MgSO4 20%

Page 2: eklamsia

4 gram IV dan injeksi MgSO4 40% 8 gram boka boki. Pasien mengeluh keluar lendir darah

dari kemaluannya dan merasa mules-mules yang semakin lama semakin sering pada

perutnya. Sebelum dan selama hamil pasien mengaku tidak pernah mengalami tekanan

darah tinggi dan kejang. Pemeriksaan kehamilan tidak dilakukan secara teratur, hanya pada

bulan ke-8 pasien memeriksakan kehamilannya pada bidan.

Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Terdahulu

Kehamilan ini adalah kehamilan pertama.

6. Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien menyangkal menderita darah tinggi sebelum kehamilannya. Pasien juga menyangkal

pernah mengalami kejang-kejang selama tidak hamil maupun selama hamil. Pasien

mengaku tidak menderita penyakit jantung, ginjal, asma, maupun kencing manis.

7. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengaku di dalam keluarga tidak ada yang menderita darah tinggi, penyakit jantung,

ginjal, asma, maupun kencing manis

8. Riwayat Kontrasepsi

Pasien tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi

9. Riwayat Imunisasi

Suntikan Tetanus 2 kali

Pemeriksaan Fisik

1. Status Present

-          Keadaan Umum    : Tampak Sakit Sedang

-          Kesadaran             : Compos Mentis

-          Tekanan Darah      : 150/110 mmHg

-          Nadi                      : 94 x/menit

-          RR                         : 20 x/menit

-          Suhu                      : 36,5 C-          Status Gizi              : Cukup

2. Status Generalis

-     Kulit                      : Cloasma gravidarum (+)

-     Mata                      : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

-     Gigi/mulut             : Exoriasi lidah (+) Caries (-)

Thoraks                 : Mammae tegang, Pernafasan vesikuler, BJ I-II

  murni, murmur (-)

-     Abdomen              : Membuncit, Hepar dan Lien sulit dinilai

-     Ekstremitas           : Oedem

Page 3: eklamsia

3. Status Obstetrik

A.  Pemeriksaan Luar

Leopold 1  : 3 jari bawah proc.xyphoideus (32 cm), di fundus teraba

  bagian lunak, tidak melenting, kesan  bokong

Leopold 2  : Teraba tahanan terbesar pada sebelah kiri, teraba bagian

kecil pada bagian kanan, kesan punggung kiri,

letak janin memanjang

Leopold 3  : Bagian terbawah teraba bagian keras,bulat dan melenting,  

  kesan kepala.

Leopold 4  : Sudah masuk PAP (3/5)

DJJ                        : (+) 148 x/menit

His                         : 4X/10´/40”

TBJ                        : 3100 gram

B. Pemeriksaan Dalam

-          Inspekulo                    : Tidak dilakukan

-          Vaginal Toucher

Portio                          : Lunak

Pembukaan Servik      : 7 cm

Ketuban                      : +

Bag.terendah janin      : Kepala

Penurunan                   : Hodge II

Petunjuk                      : Tidak dapat dinilai

Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium    : Hb 12,4 gr%

                                Proteinuria (500mg/dL)

2. Khusus              : -

Diagnosis

Ibu             :  Primigravida hamil aterm inpartu  kala I fase aktif dengan

   Eklampsia intrapartum.

Anak         :  Janin Tunggal Hidup, Presentasi Kepala Diagnosis BandingEpilepsi

Prognosis

Ibu             : Dubia ad bonam

Anak         : Dubia ad bonam

Page 4: eklamsia

Penatalaksanaan

Di Kamar Bersalin

 Pukul 24.00 wibLapor Dokter, Advis :

-          Rencana partus pervaginam dengan kala II dipercepat dengan tindakan

-          Observasi HIS, DJJ, TTV ibu

-          Cateter menetap, catat input dan output

-          IVFD RL : NaCl = 2:1 gtt XXV/menit

-          Inj MgSO4 40% 8gr boka boki dilanjutkan maintenance tiap 6 jam IM

-          Nifedipine 3x10mg

-          Periksa darah lengkap,kimia darah,urine lengkap

-          Stabilisasi 1-3 jam

-          Rencana induksi setelah stabilisasi dgn pitosin drip

Tanggal 12/12/06

Pukul 01.00 wib-          TD 140/100 mmHg, N 94x/menit, RR 24x/menit

-          Dilakukan pemecahan ketuban secara aktif

-          Drip oksitosin 1 amp gtt 10x/menit

Pukul 02.00 wib-          TD 140/95 mmHg, N 96 x/menit, RR 20 x/menit

-          His 4X/10´/40”

-          Djj 145x/menit

Pukul 03.00 wib-          TD 140/90 mmHg, N 104 x/menit, RR 24 x/menit

-          His 4x/10’/ 40’’-          DJJ 137 x/menit

-          O.s ingin mengedan terus

-           P.D : pembukaan lengkap, ketuban (-), kepala HIII(+)

-          O.s dipimpin mengedan yang baik dan benar

Pukul 03.35 wib

-          Bayi lahir, perempuan, BB 2600g, PB 46 cm, A/S 7/8

Pukul 03.45 wib-          Plasenta lahir lengkap, BP 500 g, PTP 45 cm, ø 16-18cm

-          Perdarahan kala III & IV ± 200 cc

Page 5: eklamsia

Pukul 05.00 wib-          TD 140/100 mmHg

-          Inj.MgSO4 40 %, 10 cc, I.M, Bokong kanan

-          Urin ± 200 cc

Pukul 08.00 wib

-          TD 140/90 mmHg

-          Urin ± 250 cc

-          Pasien pindah ke ruang eklampsi

Pukul 08.30 wib-          Hasil lab :      Hb = 12,4 g%

                        Leukosit = 16.600 / uL

                        LED = 17 mm/jam

                        Gamma GT = 21 U/L

                        Ureum = 16 mg/dl

                        Creatinin = 0,7 mg/dl

                        GDS = 102 mg/dl

                        Natrium =136 mmol/L

                        Kalium =4,2 mmol/L

                        Clorida = 105 mmol/L

                        Calsium = 8,9 mg/Dl

Pukul 09.00 wib-          TD 145/90 mmHg

-          Nifedipine 10mg

Pukul 11.00 wib-          TD 140/90 mmHg

-          Inj.MgSO4 40 %, 10 cc, I.M, Bokong kiri

-          Urin ± 400 cc

Pukul 13.00 wib ►► Pindah ke ruang obstetri LAPORAN PERSALINAN (12-12-2006)

Primigravida hamil aterm inpartu  kala II dengan eklampsi

Pukul 01.25 wib :

-     RL + Pitocyn 1 ampul  10 tetes / menit terpasang

-     His 4x/10’, lama 30-35”, DJJ 148x/menit, o.s ingin mengedan terus.

-     P.D pembukaan lengkap, ketuban (+) menonjol, dilakuan amniotomi,     kepala hodge III

Pukul 03.35 wib :

Page 6: eklamsia

-     Bayi lahir spontan, presentasi belakang kepala, segera menangis, perempuan, BB 2600

gram, PB 46 cm, A/S 7/8, tidak ada cacat, anus +,O.s diinjeksi oxitocin 1 ampul

IM                              

Pukul 03.45 wib :

-     Plasenta lahir lengkap dengan selaputnya, BP 500 g, PTP 45cm, Ø 16/18.

-     Perdarahan kala III & IV = ± 200 cc. Observasi perdarahan.

D/ awal            : Primigravida hamil aterm inpartu  kala I fase aktif dengan

  Eklampsia JTH presentasi kepala

D/ akhir           : P1A0 post partum spontan.

FOLLOW UP

TANGGAL 13-12-2006TD (mmHg) 130/90NADI (x/mnt) 80SUHU (0C) 36,5RR (x/mnt) 24Kesadaran C.MMammae Nyeri (-)ASI (-)TFU 2 jari bawah pusatLochia RubraBAK (+)BAB (-)Keluhan (-)Douer catheter (+)Terapi IVFD RL 20 tts/mnt

Amoxicillin 3x500 mgNifedipin 3x10 mg

PERMASALAHAN1. Apakah penegakan diagnosis pada penderita ini sudah benar?

2. Apakah penatalaksanaan penderita ini sudah adekuat?

 

ANALISA KASUS

1.   Apakah penegakan diagnosis pada penderita ini sudah benar?

Page 7: eklamsia

Pada saat masuk, pasien didiagnosa kehamilan dengan eklampsia intrapartum. Diagnosis eklamsia ditegakkan

dengan adanya tanda dan gejala pre-eklamsia yang disusul oleh serangan kejang. Tanda dan gejala pre-eklamsia

yang ditemukan pada pasien ini adalah tekanan darah tinggi, nyeri kepala frontal, dan penglihatan kabur. Kemudian

pasien mengalami serangan kejang.

Dalam anamnesis pasien mengaku belum pernah menderita darah tinggi maupun kejang, baik pada sebelum maupun

awal-awal kehamilan. Hipertensi dan kejang di atas kehamilan 20 minggu merupakan salah satu tanda dari

eklampsia. Hipertensi ditandai dengan kenaikan tekanan diastolik 15mmHg atau >90 mmHg dalam 2 pengukuran

berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmHg. Pada pemeriksaan status present didapatkan tekanan darah

pasien 150/110 mmHg dan pada status generalis ditemukan oedem pada ektremitas yang merupakan tanda dari pre-

eklamsia, walaupun sekarang oedem tidak lagi menjadi satu tanda yang sahih untuk pre-eklampsia. Tanda pre-

eklamsia lain yang  ditemukan adalah adanya proteinuri 500mg/dL (++++). Pada klasifikasi hipertensi dalam

kehamilan, adanya proteinuri (++) merupakan salah satu tanda pre-eklamsia berat.

2.      Apakah penatalaksanaan penderita ini sudah adekuat?

Berdasarkan protap penanganan eklampsia, persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang

tanpa memandang usia kehamilan. Pada pasien ini terminasi kehamilan dilakukan 5 jam setelah kejang. Cara

terminasi kehamilan dapat dilakukan dengan induksi persalinan atau seksio sesarea menurut keadaan. Pada pasien

ini dilakukan induksi persalinan dengan alasan tidak adanya indikasi untuk melakukan seksio sesarea. Induksi

dilakukan dengan cara pemberian Pitocyn 1 ampul  10 tetes/menit. Kemudian dilakukan amniotomi untuk

mempercepat persalinan.

Pemakaian cunam merupakan indikasi absolut bagi ibu yang mengalami eklamsia, namun pada kasus ini persalinan

berlangsung secara spontan. Hal ini dikarenakan semakin stabilnya kondisi pasien, yang ditandai dengan tekanan

darah 140/90 beberapa saat sebelum persalinan.

Dalam pemberian obat-obatan, pada pasien ini sudah sesuai protap yang ada. Magnesium sulfat merupakan obat

pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsi dan eklampsi. Alternatif lain adalah diazepam.

Hanya saja pemberian diazepam memiliki resiko depresi pernapasan neonatal. Bila tekanan darah  ≥ 200/120

mmHg, maka tekanan darah harus diturunkan segera dalam hitungan menit sampai beberapa jam, maksimal

penurunan tekanan darah sampai 25 % dari tekanan darah awal. Penurunan tekanan darah tidak boleh lebih dari 25

% dari tekanan darah awal dikarenakan penurunan tekanan darah yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan

sirkulasi peredaran darah sehingga menyebabkan oksigenasi ke janin berkurang dan dapat mencetuskan iskemia

koroner, serebral atau renal.    

EKLAMPSIA

DEFINISI1

Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “halilintar”, karena seolah-olah gejala timbul secara tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Eklampsia biasanya timbul pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan tanda-tanda preeklampsia.

Page 8: eklamsia

FREKUENSI1

Frekuensinya bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain. Frekuensi rendah umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup dan penanganan preeklampsia yang sempurna.Di negara-negara berkembang frekuensi dilaporkan berkisar 0,3 – 0,7 %, sedangkan di negara-negara maju berkisar 0,05 – 0,1 %.

PATOFISIOLOGI2

Dasar patofisiologi untuk preeklampsia dan eklampsia adalah vasospasme. Penyempitan vaskuler menyebabkan hambatan aliran darah dan menerangkan proses terjadinya hipertensi arterial. Kemungkinan vasospasme juga membahayakan pembuluh darah sendiri  karena peredaran darah dalam vasa vasorum terganggu sehingga terjadi kerusakan vaskuler. Pelebaran segmental yang biasanya disertai penyempitan arteriol segmental mungkin mendorong lebih jauh timbulnya kerusakan vaskuler mengingat keutuhan endotel dapat terganggu oleh segmen penbuluh darah yang melebar dan teregang. Lebih lanjut, angiotensin II tampaknya mempengaruhi langsung sel endotel dengan membuatnya berkontraksi. Semua factor ini dapat menimbulkan kebocoran sel antar endotel sehingga melalui kebocoran tersebut, unsur-unsur pembentuk darah seperti trombosit dan fibrinogen tertimbun pada lapisan subendotel. Pada keadaan normal, wanita hamil memiliki resistensi terhadap efek pressor dari pemberian angiotensin II. Sedangkan pada wanita yang menderita preeklampsia, kepekaan pembuluh darah yang meningkat terhadap hormon pressor ini dan hormon lainnya meningkat. Hal inilah yang mendahului awal terjadinya hipertensi karena kehamilan.   GEJALA DAN TANDAUmumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di epigastrium atau nyeri abdomen kuadran kanan atas dan hiperefleksia.1

Konvulsi pada eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yaitu :1.      Tingkat awal atau aura yang berlangsung ± 30 detik.

Biasanya berawal di sekitar bibir dalam bentuk kedutan pada otot-otot muka.1 Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar dan kepala diputar ke kanan atau ke kiri.2

2.      Tingkat kejangan tonik yang berlangsung ± 30 detik.Seluruh otot menjadi kaku, wajah kelihatan kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam. Pernapasan berhenti, muka mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.

3.      Tingkat kejangan klonik yang berlangsung 1 – 2 menit.Spasme tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tegigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut ke luar ludah yang berbus, muka menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tidak sadar. Kejangan klonik ini dapat demikian hebatnya sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya, kejangan terhenti dan penderita menarik napas secara mendengkur.

Page 9: eklamsia

4.      Tingkat koma.Lama kesadaran tidak selalu sama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu  timbul serangan baru dan yang berulang sehingga ia tetap dalam keadaan koma.Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu meningkat sampai 400 C. 

Sepanjang serangan kejang, diafragma tidak bergerakdan pernapasan terhenti. Selama beberapa detik tampak

seolah-olah akan meninggal karena penghentian napas, tetapi pada saat keadaan yang membawa kematian ini

terlihat tidak akan terhindarkan, pasien ini mulai menghirup napas panjang dan dalam serta berbunyi mengorok lalu

pernapasan pulih kembali. Koma kemudian menyusul. Koma setelah kejang menunjukkan lama yang bervariasi.

Jika kejang tidak sering, pasien akan terlihat sedikit sadar di antara saat-saat kejang. Pada kasus yang berat, koma

akan terus menetap dan kematian dapat terjadi sebelum pasien sadar.

DIAGNOSIS 

Diagnosis eklampsia umumnya tidak sukar. Dengan adanya tanda dan gejala preeklampsia yaitu 2 dari trias tanda

utama (hipertensi, edema, proteinuria) yang disusul oleh serangan kejang seperti yang telah diuraikan, maka

diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan.1

 DIAGNOSA BANDING1. Epilepsi

Dari anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dan

tekanan darahnya normal serta tidak adanya tanda preeklampsia. (1,4)

2. Kejang karena obat anestesi

Apabila obat anestesi local tersuntikkan ke dalam vena bisa  menimbulkan kejang.2

3. Koma karena sebab lain seperti diabetes, perdarahan otak, meningitis, 

    ensefalitis, dll.2

PENANGANANTujuan utama pengobatan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakhiri kehamilan

secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan.1

Penanganan dasar untuk eklampsia adalah :2

1. Pengendalian kejang

2. Koreksi hipoksia dan asidosis

3. Penurunan tekanan darah bila meningkat nyata

4.  Langkah-langkah menuju persalinan bayi segera setelah ibu bebas kejang

dan sadar kembali

Segera setelah persalinan diselesaikan, perubahan patologis pada eklampsia akan membaik

dan akhirnya pulih sempurna.

Perawatan dan pengobatan intensif diteruskan untuk 48 jam. Bila tekanan darah turun maka

pemberian obat penenang bisa dikurangi setelah 24 jam postpartum untuk kemudian

Page 10: eklamsia

lambat laun dihentikan. Biasanya diuresis bertambah 24 – 48 jam setelah kelahiran dan

edema serta proteinuria berkurang.1

KOMPLIKASI1              

Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama adalah melahirkan

bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsia dan eklampsia.

Komplikasi yang biasanya terjadi pada preeklampsia berat dan eklampsia antara lain :

1.   Solusio plasenta

      Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih 

      sering terjadi pada preeklampsia.

2.   Hipofibrinogenemia

3.   Hemolisis

      Pasien dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan 

      gejala klinik hemolisis, yaitu ikterus. Belum diketahui dengan pasti   

      apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi eritrosit.

4.   Perdarahan otak

      Merupakan penyebab utama kematian maternal pasien eklampsia.

5.   Kelainan mata

      Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai

      seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini 

      merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.

6.   Edema paru

      Merupakan tanda prognosis buruk. Penyebabnya yaitu :

a.       Pneumonitis aspirasi setelah terisapnya isi lambung bila kejang 

            disertai muntah.

b.      Gagal jantung akibat kombinasi antara hipertensi berat dan pemberian cairan I.V yang

terlalu banyak.

7.   Nekrosis hati

      Nekrosis periportal hati pada preeklampsia dan eklampsia yang  

      merupakan akibat  vasospasme arteriol umum. Kelainan ini diduga 

      khas untuk 

      eklampsia, tapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. 

      Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,   

      terutama penentuan enzim-enzimnya.

8.   Sindroma HELLP (Haemolysis,Elevated liver enzymes,Low platelet)(1,3)

9.    Kelainan ginjal

       Kelainan berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan  

       sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur 

       lainnya.  

       Kelainan lain yang dapat timbul adalah anuria sampai gagal ginjal.

10.  Komplikasi lain

       Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang 

       pneumonia aspirasi dan DIC.

11.  Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.

Page 11: eklamsia

PROGNOSISEklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit kehamilan yang meminta korban besar

dari ibu dan janinnya.

Tingginya kematian ibu dan anak di negara-negara kurang maju disebabkan oleh kurang

sempurnanya pengawasan antenatal dan natal, penderita sering terlambat mendapatkan

pengobatan yang tepat. Kematian ibu biasanya disebabkan oleh perdarahan otak,

dekompensasio kordis dengan edema paru-paru, payah ginjal dan masuknya isi lambung ke

dalam jalan pernapasan saat kejang. Sedangkan sebab kematian bayi terutama karena

hipoksia intrauterine dan prematuritas.1

PENCEGAHAN1

Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau frekuensinya dapat dikurangi. Usaha-usaha untuk

menurunkan frekuensi terdiri atas :

1.             Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita

hamil memeriksakan diri sejak hamil muda

2.             Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsia dan mengobatinya segera

apabila ditemukan

3.             Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila

setelah dirawat tanda-tanda preeklampsia tidak juga dapat dihilangkan.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Cunningham,F.Gary.,MacDonald,Paul C.,Gant,Norman F.Obstetri Williams. Edisi

XVIII.Jakarta:EGC;1995.hal.801-818

2.      Wiknjosastro,Hanifa.,Saifudin,Abdul Bari.,dan Rachimhadhi,Trijatmo. Editor. Ilmu 

Kebidanan.Edisi III.Jakarta:YBP-SP;1999.hal.281-301

3.      Klapholz,Henry.Hipertensi yang Diinduksi Kehamilan dalam: Friedman, Emanuel A.,

Acker,David B., Sachs,Benjamin P. Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan

Obstetric,Edisi II.Jakarta:Binarupa Aksara;1998.hal.272-273

4.      Saifudin,Abdul Bari,Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan

Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono;2002.hal.33-42

Page 12: eklamsia

LAPORAN PENDAHULUAN EKLAMPSIA

Minggu, 12 Mei 2013

laporan pendahluan pada pasien eklampsia

KONSEP DASAR PENYAKITA.    DEFINISI

Eklampsia adalah kelaianan akut pada ibu hamil, saat hamil tua,persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeclampsia(hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 2000: 49).

Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk menjadi kejang (helen varney;2007)        Eklampsi lebih sering terjadi pada primigravidarum dari pada multipara.

B.     ETIOLOGI        Etologi dan patogenesis Preeclampsia dan Eklampsia saat ini masih belum sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut “the disease of theories”.Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan terjadinya Preeklampsia adalah : factor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah, dan keadaan dimana jumlah throphoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan invasi throphoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan dua.

C.     PATOFISIOLOGI        Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia di jumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia parmeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.        Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenasi. Kenaikan tonus uterus dan

Page 13: eklamsia

kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi pada partus prematurus.        Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomerulus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus arterioles ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan dieresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.        Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan. Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari samapai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.        Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia. Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia akan menurun.        Metabolism dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler keruang interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema, menyebabkan volume darah edema berkurang, viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai tubuh berkurang akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran perbaiakan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.        Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara. Asidum latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas  natrikus, sehingga menyebabkan cadangan alakali turun. Setelah kejang, zat organic dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat berekreasi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alakali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklmpsia.

D.    KLASIFIKASI        Eklampsia di bagi menjadi 2 golongan :

1.      Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini paling sering terjadi)   • kejadian 150 % sampai 60 %   • serangan terjadi dalam keadaan hamil

2.      Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan.

Page 14: eklamsia

  • Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %  • Saat sedang inpartu  • Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat     mulai inpartu.

3.      Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan  • Kejadian jarang  • Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.

E.  MANIFESTASI KLINIS        Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :        1. Tingkat awal atau aura (invasi)        Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri.        2. Stadium kejang tonik        Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalm, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.       3. Stadium kejang klonik        Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung 1-2 menit kejang klonikberhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.        4. Stadium koma        Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita teteap dalam keadaan koma.

F.      KOMPLIKASI        Komplikasi yang terberat adalah kematia ibu dan janin, usaha utama adalah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.

a.       Terhadap janin dan bayi.1.         Solution plasenta

Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah sehingga terjadi hematom retoplasenta yang menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.

2.        Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim.3.      Hemolisis

Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.

b.      Terhadap ibu

1.      Hiprofibrinogenemia

Page 15: eklamsia

Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah 100mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.

2.        Perdarahan otakKomplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.

3.       Kelainan mataKehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.

4.       Edema paru – paru5.       Nekrosis hati

Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.

6.      Sindroma HELLPMerupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.

7.       Kelainan ginjalKelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

8.    Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang -  kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.

9.    Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

G.    DIAGNOSIS        Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Perawatan prenatal untuk kehamilan dengan predisposisi pre eklampsia perlu ketat dilakukan agar dapat dideteksi sedini mungkin gejala – gejala eklampsia. Sering di jumpai perempuan hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang – kejang eklampsia karena tidak terdeteksi adanya pre eklampsia sebelumnya.         Eklampsia harus dibedakan dari epilepsy ; dalam anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dengan tanda pre eklampsia tidak ada, kejang akibat obat anastesi, koma karena sebab lain.        Pemeriksaan laboratorium  meliputi adanya protein dalam air seni, fungsi organ hepar, ginjal dan jantung, fungsi hematologi atau hemostasis

Konsultasi dengan displin lain kalau dipandang perlu         Kardiologi         Optalmologi         Anestesiologi

         Neonatologi

H. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI1.      Penanganan eklampsia

Page 16: eklamsia

        Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan. Penanganan yang dilakukan :

         Beri obat anti konvulsan          Perlengkapan untuk penanganan kejang         Lindungi pasien dari kemungkinan trauma         aspirasi mulut dan tenggorokan         baringkan pasien pada sisi kiri          posisikan secara trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi          berikan oksigen 4 – 6 liter / menit.

2.      Pengobatan eklampsia        Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan pengobatan di rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.Konsep pengobatannya :a.       Menghindari terjadinya : Kejang berulangMengurangi koma         Meningkatkan jumlah dieresisb.      Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :         Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium         Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10              sampai 20 mgrc.       Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:         Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah

         Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan      O2         Hindari terjadinya trauma tambahanPerawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :1.      Kamar isolasi-   Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan-  Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien-  Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas2.      Pengobatan medisBanyak pengobatan untuk menghindari kejang yang berkelanjutan dan meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan. Dengan pemberian :-  Sistem stroganoff-  Sodium pentothal dapat menghilangkan kejang-  Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah , mengurangi sensitivitas saraf pada sinapsis, meningkatkan deuresis dan mematahkan sirkulasi iskemia plasenta sehingga menurunkan gejala klinis eklampsia.-  Diazepam atau valium -     Litik koktil

3.      Pemilihan metode persalinanPilihan pervaginam diutamakan :-  Dapat didahului dengan induksi persalinan-     Bahaya persalinan ringan

Page 17: eklamsia

-    Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban, mempercepat pembukaan, dan tindakan curam untuk mempercepat kala pengeluaran.-    Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual-    Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonikaPertimbangan seksio sesarea :-  Gagal  induksi persalinan pervaginam-   Gagal pengobatan konservatif

J.  PROGNOSE                        Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan bayi ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 ).                        Diurese dapat dipegang untuk prognosa ; jika diurese lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam makan prognosa agak baik. Sebaliknya oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.                        Gejala – gejala lain memperberat prognosa dikemukakan oleh Eden ialah ; koma yang lama, nadi di atas 120 x / menit, suhu di atas 39 ˚c, tekanan darah di atas 200 mmHg, proteinuria 10 gram sehari atau lebih, tidak adanya edema, edema paru – paru dan apoplexy merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian.

Page 18: eklamsia

DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar bidan Myles, Diane M. Fraser, Margaret A Cooper. Jakarta EGC 2009Obstetri William : panduan ringkas / Kenneth J. Lereno, Egi Komara Yudha, Nike Budhi Subekti, Jakarta EGC 2009.Rukiyah, Lia yulianti. 2010. ASUHAN KEBIDANAN 4 PATOLOGI, Jakarta Timhttp://hariskumpulanaskep.blogspot.com/2012/01/askep-eklampsia.htmlhttp://www.docstoc.com/docs/85085397/ASKEP-Eklampsia-Post-PartumDiposkan oleh wellita apriamala erkas chendi di 18.37 1 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestLabel: cendy

Beranda