Efusi Pleura Ok

9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paru dibungkus oleh membrane tipis yang disebut pleura. Lapisan terluar par membrane paru melekat dinding toraks. Lapisan dalam pleura menempel ke paru. Pada saat ekspansi rongga toraks terjadi selama inspirasi, lapisan t mengembang; daya ini disalurkan ke pleura lapisan dalam, yang akan mengembangkan paru diantara pleuralapisan dalam dan luar terdapat ruang/rongga pleura. Ruang paru ini terisi milliliter cairan yang mengelili dan membasahi paru. Cairan pleura memiliki tekanan negatif dan membawa gaya kolaps rekoil! elatis paru. "ekanisme paru tetap dapat mengembang. #lisabeth $.Corwin, %&&'! Pleura adalah membrane penting yang membungkus setiap paru.Pleura pariental melapisi rongga toraks kerangka iga,diagframa, mediastinum!. Pleura (isceral melapisi paru dan bersambungan dengan pleura pariental di bagian bawah paru. Rongga pleura ruang interpertual! ruang potensial ant pleura pariental dan (isceral yang mengandung lapisan tipis cairan Cairan ini diekresikan oleh sel)sel pleural sehinggaparu)paru dapat mengembang tanpa melakukan friksi. *ekanan cairan tekanan intrapleur agak negatif dibandingkan tekanan atmosfir. Resesus pleura adalah area rongga pleura yang tidak berisi jaringan paru. +rea ini muncul pleura pariental bersilangan dari satu permukaan ke permukaan lain. aat

Transcript of Efusi Pleura Ok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paru dibungkus oleh membrane tipis yang disebut pleura. Lapisan terluar paru membrane paru melekat dinding toraks. Lapisan dalam pleura menempel ke paru. Pada saat ekspansi rongga toraks terjadi selama inspirasi, lapisan terluar mengembang; daya ini disalurkan ke pleura lapisan dalam, yang akan mengembangkan paru diantara pleura lapisan dalam dan luar terdapat ruang/rongga pleura. Ruang paru ini terisi milliliter cairan yang mengelilingi dan membasahi paru. Cairan pleura memiliki tekanan negatif dan membawa gaya kolaps (rekoil) elatis paru. Mekanisme paru tetap dapat mengembang. (Elisabeth J.Corwin, 2009) Pleura adalah membrane penting yang membungkus setiap paru. Pleura pariental melapisi rongga toraks (kerangka iga, diagframa, mediastinum). Pleura visceral melapisi paru dan bersambungan dengan pleura pariental di bagian bawah paru. Rongga pleura (ruang interpertual) ruang potensial antara pleura pariental dan visceral yang mengandung lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini diekresikan oleh sel-sel pleural sehingga paru-paru dapat mengembang tanpa melakukan friksi. Tekanan cairan (tekanan intrapleural) agak negatif dibandingkan tekanan atmosfir. Resesus pleura adalah area rongga pleura yang tidak berisi jaringan paru. Area ini muncul saat pleura pariental bersilangan dari satu permukaan ke permukaan lain. Saat

bernapas, paru-paru bergerak keluar masuk lewat area ini. (Ethel Sloane, 2003) Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan dalam ruang pleural yang terletak diantara permukaan visceral dan parental, adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain secara normal ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi. (Smeltzer & Barre, 2002) Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk penimbunan cairan dalam rongga pleura dapat berupa transudat dan eksudat. Transudat terjadi peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada gagal ginjal kongesti. Pada kasus ini terjadi keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dalam pembuluh darah. Dan penimbunan eksudat disebabkan oleh peningkatan atau keganasan pleura dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorsi getah bening. Pleura cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi. (Sylvia A. Price, 2005; 779) Pasien dengan efusi pleura di dalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5 ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parientalis dan viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parientalis karena adanya tekanan hidrotastik, tekanan koloid, dan daya tarik elatis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10 20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai satu liter seharian. Terkumpulnya

cairan di rongga pleura disebut efusi pleura. Ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu. Misalnya pada hyperemia akibat inflamasi. Perubahan tekanan osmotic (hipoalbumin). Peningkatan tekanan vena (gagal jantung). (Syamsuhidayat, 2004: 414 - 415) Faktor pencetus dari efusi pleura dapat dibedakan atas transudat dan eksudat. Pleura Transudat, misalnya terjadi gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan hidrostatik, dan pada sirosis hepatis karena tekanan osmotik koloid yang menurun. Eksudat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenis tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya, transudat kadar protein rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah. Pada efusi transudat (protein 1015). (Syamsuhidayat, 2004:414 - 415) Menurut WHO Health Journal (2005), penyakit ganas menyumbang 41% dan tuberkulosis untuk 33% dari 100 kasus efusi pleura eksudatif, 2 pasien (2%) memiliki koeksistensi tubercolosis dan keganasan dan dianalisis dengan kelompok ganas. Para-pneumonia efusi ditemukan hanya 6% kasus. Alasan lain adalah: gagal jantung kongestif 3%, komplikasi dari operasi bypass koroner 2%, rheumatoid arthritis 2%, erythaematosus lupus sistemik 1%, gagal ginjal kronis 1%, kolesistitis akut 1%, etiologi tidak diketahui 8 %. Efusi pleura besar ditemukan pada 24% pasien, sedang pada 58%, serta efusi ringan pada 18%. Pada cairan pleura berdarah 15% kasus.

Dari penelitian pada penderita yang dirawat di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang, semua penderita yang di diagnosa efusi pleura, dalam penelitian ini didapatkan 18 penderita efusi pleura, distribusi jumlah penderita perempuan 12 orang orang (66,7%) dan penderita laki-laki 6 orang (33,3%). Sebagian besar penderita yaitu 13 orang (72,2%) berasal dari luar kota Semarang, dan 5 orang (27,8%) dari kota Semarang. Sebanyak 10 orang (55,6%) penderita efusi pleura memerlukan perawatan antara 1 10 hari. Penyebab efusi pleura terbanyak dalam penelitian ini adalah karena neoplasma yaitu didapatkan 5 penderita (27,8%), kemudian DHF (Dengue Haemoragic Fever) 4 penderita, tuberkulosis (TBC) 3 penderita, gagal ginjal 2 penderita, gagal jantung 2 penderita, pnemonia 1 penderita dan SLE (Lupus Eritematosus Sistematik) 1 penderita. Dan 18 penderita efusi pleura ditemukan penyebab terbanyak adalah neoplasma, yang terjadi pada usia dewasa (> 14 tahun) yang disebabkan karena mempunyai riwayat penyakit kronis. (Ariyanti, 2003) Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar tersebut masuk ke dalam bidang garapan perawat. Karenanya, setiap perawat harus paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi

berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, perawat perlu memahami secara mendalam konsep oksigenasi pada manusia. (Wahit Iqbal Mubarak, 2007) Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah bagian dari kebutuhan fisiologis menurut Hirarki Maslow. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi kematian. System yang berperan dalam proses pemenuhan kebutuhan adalah pernapasan, persyarafan, dan kardiovaskuler. (Aziz Alimul Hidayat, 2004) Sistem pernapasan berperan penting untuk mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah. Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk menghasilkan sumber energi, adenosin triposfat (ATP), karbondioksida dihasilkan oleh sel-sel yang secara metabolisme aktif dan membetuk asam, yang harus dibuang dari tubuh. Untuk melakukan pertukaran gas, system kardiovaskuler dan system respirasi harus bekerja sama. System kardiovaskuler bertanggung jawab untuk perfusi darah melalui paru. System pernapasan melakukan dua fungsi terpisah ventilasi dan respirasi. (Elisabeth J.Corwin, 2009) Pemberian terapi O2 dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya O2 dari atmosfir hingga sampai ke tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses

respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka perawat harus memahami indikasi pemberian O2, metode pemberian O2 dan bahaya-bahaya pemberian O2. (Rufaidah, Volume 1, Mei 2005) Kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru dalah 4.500 5.000 ml (4,5 5 l). Udara yang diproses dalam paru-paru hanya sekitar 10% 9 00 ml), yakni yang dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernapasan biasa. (Wahit Iqbal Mubarak, 2007) Kriteria pada pasien efusi pleura yang sedikit biasanya asimtomatik, sementara efusi pleura yang banyak menimbulkan dispnea, khususnya bila ada penyakit kardiopulmonar yang mendasari. Nyeri dada pleuritik dan batuk kering dapat terjadi, cairan pleura yang berhubungan adanya nyeri dada biasanya eksudat. Gejala fisik tidak dirasakan bila cairan kurang dari 200-300 ml. Tanda-tanda yang sesuai efusi pleura yang lebih besar adalah penurunan fremitus, redup pada perkusi, dan berkurang suara nafas. Pada efusi yang luas yang menekan paru, aksentuasi suara nafas dan egofoni ditemukan tepat diatas batas efusi. Adanya friction rub pleural menandai pleuritis. Efusi pleura masif dengan tekanan intrapleural yang meninggi dapat menyebabkan pergeseran trakea ke arah kontralateral dan pendataran spatium interkostal. (Tierney, Lawrence M. Jr, 2002 : 186). Selain itu pada penyakit efusi pleura ditemukan tanda gejala : dispnea bervariasi, nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi jika penyakit pleura, trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi, ruang intercosta menonjol pada efusi yang berat, pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena, egofoni diatas paru yang tertekan

dekat efusi, suara nafas berkurang di atas efusi pleura, vocal fremitus dan raba berkurang. (Sylvia A. Price, 2005: 779) Pada Tn. S ada beberapa kriteria yang masuk dalam penyakit efusi pleura yang berupa dispnea, sesak nafas dan dada terasa seseg saat melakukan aktifitas badan terasa nyeri, dan batuk-batuk disertai dahak atau sputum, tenggorokan terasa terasa panas dan gatal, pada pemeriksaan fisik Palpasi: Vokal Fremitus frekuensi getaran lebih besar yang kiri dada dari pada yang kanan, Perkusi: pekak di intercosta kelima sebelah kanan, dari hasil rongent terlihat putih di lapang paru sebelah kanan. Berdasarkan berbagai data dan informasi di atas maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang efusi pleura dan penatalaksanaannya, termasuk menangani efusi pleura berdasarkan manifestasi klinis yang dilihat secara mendasar melalui konsep kebutuhan dasar manusia yaitu pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Dengan adanya berbagai data dan pertimbangan maka penulis melakukan Laporan Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Tn.S Di Ruang Bougenvil Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Melaporkan studi kasus asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan Oksigenasi pada Tn. S dengan Efusi Pleura di ruang Bougenvil Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

2. Tujuan khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan efusi pleura. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan efusi pleura. c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan efusi pleura. d. Penulis mampu melakukan implementasi kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan efusi pleura. e. Penulis mampu melakukan evaluasi kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan efusi pleura. f. Penulis mampu menganalisa kondisi bersihan jalan nafas yang terjadi pada pasien dengan efusi pleura. C. Manfaat Penulisan 1. Bagi pendidikan Dapat memberikan kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah khususnya dalam bidang profesi keperawatan. 2. Bagi penulis Dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan optimal pada praktek klinik keperawatan, dan sebagai tambahan ilmu baru bagi penulis.

3. Bagi pembaca Memberikan kemudahan bagi pembaca untuk sarana dan prasarana dalam pengembangan ilmu keperawatan, diharapkan setelah pembaca membaca buku ini dapat menjadi acuan atau ada sebuah penilitian untuk kasus ini.