Efusi Pleura Makalah

21
BAB I PENDAHULUAN Efusi pleura merupakan penyakit saluran pernapasan. Penyakit ini bukan merupakan suatu disease entity tetapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita. Efusi pleura sering terjadi di Negara-negara yang sedang berkembang, salah satunya di Indonesia. Hal ini lebih banyak di akibatkan oleh infeksi tuberculosis. Bila di Negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, keganasan, dan pneumonia bakteri. Di Amerika pleura menyerang 1,3 juta orang/tahun/ di Indonesia tb paru adalah penyebab utama efusi pleura, disusul keganasan. 2/3 efusi pleura maligna mengenai wanita. Efusi pleura yang disebabkan oleh tb lebih banyak mengenai pria. Mortalitas dan morbiditas efusi pleura di tentukan berdasarkan penyebab, tingkat keparahan dan jenis biochemical dalam cairan pleura. Efusi pleura dapat terjadi sebagai komplikasi dari berbagai penyakit. Pendekatan yang tepat terhadap pasien efusi pleura memerlukan pengetahuan insidens dan prevalensi efusi pleura. Penyakit jantung kongestif dan sirosis hepatitis merupakan penyebab tersering efusi transudatif dan tuberculosis merupakan penyebab tersering efusi eksudatif. Mengetahui karakteristik efusi pleura merupakan hal penting untuk dapat menegakkan penyebab efusi pleura sehingga efusi pleura dapat di tatalaksana dengan baik. 1

description

test

Transcript of Efusi Pleura Makalah

BAB I

PENDAHULUAN

Efusi pleura merupakan penyakit saluran pernapasan. Penyakit ini bukan merupakan

suatu disease entity tetapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat

mengancam jiwa penderita.

Efusi pleura sering terjadi di Negara-negara yang sedang berkembang, salah satunya

di Indonesia. Hal ini lebih banyak di akibatkan oleh infeksi tuberculosis. Bila di Negara-

negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, keganasan, dan

pneumonia bakteri. Di Amerika pleura menyerang 1,3 juta orang/tahun/ di Indonesia tb paru

adalah penyebab utama efusi pleura, disusul keganasan. 2/3 efusi pleura maligna mengenai

wanita. Efusi pleura yang disebabkan oleh tb lebih banyak mengenai pria. Mortalitas dan

morbiditas efusi pleura di tentukan berdasarkan penyebab, tingkat keparahan dan jenis

biochemical dalam cairan pleura.

Efusi pleura dapat terjadi sebagai komplikasi dari berbagai penyakit. Pendekatan

yang tepat terhadap pasien efusi pleura memerlukan pengetahuan insidens dan prevalensi

efusi pleura. Penyakit jantung kongestif dan sirosis hepatitis merupakan penyebab tersering

efusi transudatif dan tuberculosis merupakan penyebab tersering efusi eksudatif. Mengetahui

karakteristik efusi pleura merupakan hal penting untuk dapat menegakkan penyebab efusi

pleura sehingga efusi pleura dapat di tatalaksana dengan baik.

1.2 Tujuan Makalah

Menjelaskan tentang efusi pleura dari definisi sampai prognosis

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi pleura

Pleura adalah membrane serosa yang licin, mengkilat, tipis, dan transparan.

Membrane ini membungkus jaringan paru. Pleura terdiri dari 2 lapis :

1. Pleura viseralis : terletak di sebelah dalam, yang melekat pada permukaan paru.

2. Pleura parietalis : terletak di sebelah luar, yang berhubungan dengan dinding dada.

Pleura parietalis dan viseralis terdiri atas selapis mesotel ( yang memproduksi cairan ),

membrane basalis, jaringan elastic dan kolagen, pembuluh darah dan limfe. Membrane pleura

bersifat semipermiabel. Sejumlah cairan terus menerus merembes keluar dari pembuluh darah

pleura viseralis, dialirkan ke pembuluh limfe dan kembali ke darah.

Rongga pleura adalah rongga potensial, mempunyai ukuran tebal 10-20mm, berisi sekitar

10 cc cairan jernih yang tidak bewarna, mengandung protein < 1,5 gr/dl dan kurang lebih

1.500 sel/ml. sel cairan pleura di dominasi oleh monosit, sejumlah kecil limfosit, makrofag

dan mesotel. Sel polimormonuklear dan sel darah merah di jumpai dalam jumlah yang kecil

di dalam cairan pleura. Keluar dan masuknya cairan dari dank e pleura harus berjalan

seimbang agar nilai normal cairan pleura dapat di pertahankan.

2

2.2 Definisi

Efusi pleura adalah suatu keadaaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam cavum

pleura diantara pleura parietalis dan pleura visceralis dapat berupa cairan transudat atau

cairan eksudat.

2.3 Epidemiologi

Estimasi prevalensi efusi pleua adalah 320 kasus per 100.000 orang di negara-negara

industri, dengan distribusi etiologi terkait dengan prevalensi penyakit yang mendasarinya.

Secara umum, kejadian efusi peura adalah sama antara kedua jenis kelamin. Namun,

penyebab tertentu memiliki kecenderungan seks. Sekitar dua pertiga dari efusi pleura

ganas terjadi pada wanita, efusi pleura ganas secara signifikan berhungan dengan

keganasan payudara dan ginekologi. Efusi pleura yang erkait dengan lupys eritematosus

sistemik juga lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.

2.4 Klasifikasi

Efusi pleura umumnya diklasifikasikan berdasarkan mekanisme pembentukan cairan

dan kimiawi cairan menjadi 2 yaitu atas transudat dan eksudat.

Parameter Transudat Eksudat

Warna

Berat jenis

Jumlah sel

Jenis sel

Rivalta

Glukosa

Protein

Rasio protein T-E / plasma

LDH

Rasio LDH T-E / plasma

Jernih

< 1,016

Sedikit

PMN < 50%

Negatif

60 mg/dl ( = GD plasma )

< 3 gr / 100 cc

< 0,5

< 200 IU/dl

< 0,6

Kuning, kuning kehijauan

> 1,016

Banyak

PMN > 50%

Positif

60 mg/dl ( bervariasi )

> 3 gr / 100 cc

> 0,5

> 200 IU/dl

>0,6

Penyebab Transudat Penyebab Eksudat

Gagal jantung kongestif Carcinoma

3

Emboli paru

Sirosis hepatis

Hipoalbuminemia

Infark paru

Pneumonia

Pleuritis virus

2.5 Patofisiologi

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura berfungsi

untuk melicinkan kedua pleura viseralis dan pleura parietalis yang saling bergerak karena

pernapasan. Dalam keadaan normal juga selalu terjadi filtrasi cairan ke rongga pleura

melalui kapiler pleura parietalis dan diabsorpsi oleh kapiler dan saluran limfe pleura

parietalis dengan kecepatan yang seimbang dengan kecepatan pembentukannya.

Gangguan yang menyangkut proses penyerapan dana bertambahnya kecepatan proses

pembentukan cairan pleura akan menimbulkan penimbunan cairan secara patologik di

dalam rongga pleura. Mekanisme yang berhubungan dengan terjadinya efusi pleura yaitu:

1. Kenaikan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan onkotik pada sirkulasi kapiler

2. Penurunan tekanan kavum pleura

3. Kenaikan permeabilitas kapiler dan penurunan aliran limfe dari rongga pleura

4

Infeksi

Peradangan permukaan pleura

Penghambatan drainase limfatik

Tekanan osmotic koloid plasma

Proses pembentukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh peradangan.

Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah, sehingga

empiema.piotoraks. bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat

menyebabkan hemotoraks. Proses terjadinya pneumotoraks karena pecahnya alveoli dekat

parietalis sehingga udara akan masuk ke dalam rongga pleura. Proses ini sering di sebabkan

oleh trauma dada atau alveoli pada daerah tersebut yang kurang elastic lagi seperti pada

pasien emfisema paru.

Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan primer

paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialysis peritoneum.

Hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan. Perikarditis konstriktiva, keganasan, atelektasisi

paru dan pneumotoraks.

Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas

kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau

kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis

eksudativa yang paling sering adalah karena mikobakterium tuberculosis dan di kenal sebagai

pleuritis eksudativa tuberkulosa. Penting untuk menggolongkan efusi pleura sebagai

transudatif dan eksudatif.

2.6 Manifestasi Klinik

5

Transudasi

EFUSI PLEURA

Cavum pleura

Tekanan kapiler paru meningkat

Tekanan hidrostatik

Permiebilitas vasculer

Edema

Transudasi cairan intravaskuler

Gejala tergantung pada jumlah cairan dan peyebab yang mendasai. Banyak pasie tidak

memiliki gejala pada saat efusi pleura ditemukan.

a. Dispnea/sesak nafas

b. Batuk nonproduktif

c. Rasa sakit / nyeri paru

d. Bila efusinya besar maka intercosta nmpak menonjol

e. Pergerakan dada berkurang

f. Suara nafas lemah

g. Mudah lelah

h. Palpasi : fremitus melemah

i. Kadang-kadang demam subfebris

2.7 Pemeriksaan fisik

1. Biasanya ada gejala dari penyakit dasarnya.

2. Bila sesak nafasnya yang menonjol, kemungkinan besar karena proses keganasan.

3. Efusi terbentuk kantong pada fisura interlobaris tidak member gejala-gejala. Begitu

pula bila efusinya berada di atas diafragma.

4. Pada perkusi, suara ketok terdengar redup sesuai dengan luasnya efusi pada auskultasi

suara napas berkurang atau menghilang.

5. Resonansi vocal berkurang

6. Jika jumlah cairan pleura < 300 ml, cairan ini belum menimbulkan gejala pada

pemeriksaan fisik.

7. Jika jumlah cairan pleura telah mencapai 500 ml, baru dapat di temukan gejala berupa

gerak dada yang melambat atau terbtas saat inspirasi pada sisi yang mengandung

akumulasi cairan. Fremitus taktil juga berkurang pada dasar paru posterior. Suara

perkusi menjadi pekak dan suara nafas pada auskultasi terdengar melemah walaupun

sifatnya masih vesikuler.

8. Jika akumulasi cairan melebihi 1000 ml, sering terjadi atelektasis pada paru bagian

bawah. Ekspansi dada saat inspirasi pada bagian yang mengandung timbunan cairan

menjadi terbatas sedangkan sela iga melebar dan menggembung. Pada auskultasi di

atas batas cairan, sering di dapatkan suara bronkovesikuler yang dalam, sebab suara

ini di transmisikan oleh jaringan paru yang mengalami atelektasis. Pada daerah ini

juga dapat ditemukan fremitus vokali dan egofoni yang bertambah jelas.

6

9. Jika akumulasi cairan melebihi 2000 ml, cairan ini dapat menyebabkan seluruh paru

menjadi kolaps kecuali bagian apeks. Sela iga semakin melebar, gerak dada pada

inspirasi sangat terbatas, suara napas, fremitus taktil maupun fremitus vocal sulit di

dengar karena sangat lemah. Selain itu terjadi pergeseran mediastinum kea rah

ipsilateral dan penurunan letak diafragma.

2.8 Diagnosa banding

1. Tumor paru

2. Schwarte atau penebalan pleura

3. Atelektasis lobus bawah

4. Diafragma letak tinggi

5. Konsolidasi paru karena pneumonia

6. Fibrosis pleura

2.9 Pemeriksaan penunjang

1. Foto toraks

Cairan yang < 300 cc, pada fluoroskopi maupun foto toraks PA tidak tampak.

Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpulan sinus kostofrenikus. Pada

efusi pleura subpulmonal, meskipun cairan pleura > 300 c, sinis kostofrenikus tidak

tampak tumpul tetapi diafragma keliatan meninggi. Untuk memastikan dapat

dilakukan foto toraks lateral dari sisi yang sakit. Foto toraks PA danlateral dekubirtus

pada sisi yang sakit sering kali member hasil yang memuaskan bila cairan pleura

sedikit atau cairan subpulmonal yaitu tampak garis batas cairan yang sejajar dengan

kolumna vertebralis atau berupa garis horizontal.

2. Torakosintesis

Aspirasi cairan pleura (torakosintesis) sebagai sarana diagnostik maupun terapeutik.

Pelaksanaannya sebaiknya dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian

bawah paru sela iga garis aksilaris posterior dengan jarum abbocath nomor 14 atau 16.

Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap

aspirasi.

3. Pemeriksaan Sitologi

Digunakan untk diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel tertentu.

7

- Sel neutrofil: pada infeksi akut

- Sel limfosit : pada infeksi kronik

- Sel mesotel : bila meningkat pada infark paru

- Sel mesotel maligna : pada mesotelioma

- Sel giant: pada artritis rheumatoid

- Sel L.E : pada lupus eritematosus sistemik

- Sel maligna : pada paru atau metastase

4. Pemeriksaan bakteriologi

Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung

mikroorganisme, apalagi bila cairannya purulen. Efusi yang purulen dapat

mengandung kuman-kuman yang aerob dan anaerob. Jenis kuman yang sering di

temukan dalam cairan pleura adalah pneumokokus, E. Coli, klebsiella, pseudomonas,

dan enterobacter.

5. Biopsi cairan

Dapat menunjukkan 50% - 75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan

tumor pleura. Komplikasi biopsi adalah pneumothoraks,hemothoraks,penyebaran

infeksi atau tumorpada dinding dada.

2.10 Diagnosis

Diagnosa pasti ditegakkan dengan cara mengambil cairan dari rongga pleura dengan

cara pungsi pleura atau torakosentesis atau pleural tapping. Pungsi pleura dilakukan dengan

cara menusukkan jarum pungsi atau abbocath di antara 2 iga. Agar tidak mencederai

pembuluh darah dan saraf, penusukan dilakukan dibatas atas iga, karena di bawah iga

terdapat pembuluh darah dan saraf. Setelah pengeluaran cairan pleura, baik untuk diagnosa

maupun untuk terapi selesai dilakukan, jarum pungsi atau abbocath di cabut. Jika pengeluaran

cairan untuk terapi memerlukan jangka waktu yang lebih lam, tindakan ini disebut drainase

dan dilakukan dengan teknik under water sealed dranage.

2.11 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan efusi pleura di tujukan pada pengobatan penyakit dasar dan

pengosongan cairan (torakosintesis).

Torakosintesis

- Dilakukan dengan cara menusukkan jarum diantara sela iga yaitu di linea aksilaris

anterior dan posterior pada sela iga ke 8. Dilakukan dibawah pengaruh biusan lokal.

8

Pleurodesis

- Tetrasiklin HCL 20 mg/kg BB di encerkan dengan larutan garam fisiologis 50 cc, di

masukkan ke rongga pleura. Selanjutnya 30 cc garam fisiologis dimasukkan lagi

kedalam rongga pleura untuk membilas sisa obat yang terdapat dalam kateter.

- Bleomysin 40-60 mg yang diencerkan dengan larutan garam fisiologis 30 cc.

2.12 Komplikasi

1. Empiema

2. Fibrotoraks

3. Kegagalan pernapasan

2.13 Prognosis

Biasanya sembuh setelah diberi pengobatan adekuat terhadap penyakit dasar.

Empiema mungkin timbul akibat infeksi paru seperti pneumonia. Prognosis efusi pleura

bervariasi sesuai dengan etiologi yang mendasari kondisi ini. Morbiditas dan mortalitas efusi

pleura berhubungan langsung dengan penyebabnya, stadium penyakit dan temuan biokimia

dalam cairan pleura.

BAB IIISTATUS ORANG SAKIT

Anamnesa Pribadi

Nama : Ulak Huta TambaUmur : 75 TahunJenis kelamin : Laki-laki

9

Agama : Kristen ProtestanSuku : BatakBangsa : IndonesiaAlamat : Kampung Juhar IIPekerjaan : PetaniTanggal masuk : 12 September 2014

Anamnesa Penyakit

Keluhan Utama : Sesak nafasKeluhan tambahan : Suara hilang dan batuk berdahakTelaah : Os datang ke Rumah Sakit Umum Daerah DR. H. Kumpulan

Pane kota Tebing Tinggi pada tanggal 12 September 2014 pada pukul 14.00 WIB diantarkan oleh keluarganya dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas yang dirasakan setiap saat dan semakin sesak. Hal ini sudah dialami os sejak 3 bulan yang lalu. Selain sesak os juga mengeluh sering batuk berdahak tetapi dahak atau lendir susah di keluarkan. Sebelumnya os juga pernah rawat jalan ke poli THT di Rs. Vita Insani, tapi belum sembuh juga.

Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak adaRiwayat Penyakit Keluarga : Tidak adaRiwayat Pemakaian Obat : Tidak ada

Pemeriksaan Fisik Diagnostik

a. Keadaan UmumSensorium : Compos MentisTekanan Darah : 90/60 mmHgHeart Rate : 92x/iRespiratory Rate : 22x/iTemperature : 36° c

Keadaan Penyakit a. Dispnoe : +b. Anemis : +c. Oedem : -d. Sianosis : -e. Ikterus : -

Keadaan gizi : Buruk

b. Pemeriksaan Fisik10

Status generalisataa. Kepala

- Mata : Inspeksi Anemis- Leher : Palpasi Pembesaran kelenjar getah bening (-)

b. Thorax- Inspeksi : Bentuk dada asimetris kanan dan kiri, gerakan dada kiri

tertinggal saat bernafas.- Palpasi :

Kanan atas Kiri atasFremitus normal Fremitus melemah

Kanan tengah Kiri tengahFremitus normal Fremitus melemah

Kanan bawah Kiri bawahFremitus normal Fremitus melemah

- Perkusi : Kanan atas Kiri atasSonor Beda

Kanan tengah Kiri tengahSonor Beda

Kanan bawah Kiri bawahSonor Beda

- Auskultasi :Kanan atas Kiri atas

Suara pernapasan : vesikuler suara pernapasan : vesikuler melemah

Kanan tengah Kiri tengahSuara pernapasan : vesikuler suara pernapasan : vesikuler melemah

Kanan bawah Kiri bawahSuara pernapasan : vesikuler suara pernapasan : vesikuler melemah

- Jantung : Tidak ada kelainan

c. Abdomen- Inspeksi : Simetris- Palpasi : Soepel, H / L / R tidak teraba

11

- Perkusi : Tympani- Auskultasi : Peristaltik (+)

d. Genitalia : Tidak ada kelainane. Ekstremitas : Tidak ada kelainan

ResumePasien atas nama Ulak Huta Tamba umur 75 tahun, datang ke RSUD DR. H.

Kumpulan Pane diantar oleh keluarganya dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas yang dirasakan setiap saat dan semakin sesak. Hal ini sudah dialami os sejak 3 bulan yang lalu. Selain sesak os juga mengeluh sering batuk berdahak tetapi dahak atau lendir susah di keluarkan. Dari alloanamnesa, keluarga os mengeluhakan bahwa os susah tidur karena sesak yang di derita os. Sebelumnya os juga pernah rawat jalan ke poli THT di Rs. Vita Insani untuk mengobati batuk os, tapi belum sembuh juga. Os juga mempunyai riwayat merokok sejak muda.

Riwayat penyakit terdahulu : tidak adaRiwayat penyakit keluarga : tidak adaRiwayat pemakaian obat : tidak adaStatus lokalisata

- Inspeksi : Bentuk dada asimetris kanan dan kiri, gerakan dada kiri tertinggal saat bernafas.

- Palpasi : Fremitrus melemah pada seluruh lapangan dada kiri- Perkusi : Beda pada lapangan paru sebelah kiri- Auskultasi :Suara pernapasan vesikuler melemah pada dada

sebelah kiri

Diagnosa Banding Efusi Pleura Tumor paru Schwarte atau penebalan pleura

Diagnosa SementaraEfusi Pleura

FOLLOW UP

Nama : Ulak Huta Tamba

No. Rm

Umur 75 tahun

12

Tanggal 13-9-2014 Vital Sign Keluhan Terapi

Sensorium : CMTD : 90/60 mmHgHR : 92x/iRR : 24x/i

Sesak (+)Batuk (+)Suara hilang (+)Muntah dahak (+)

IVFD Kaen 3b 20 gtt/cIVFD Ciprofloxacine fls / 12 jamInj. Ranitidine 1 amp / 12 jamNestein Syr 3xC1Casal Syr 3xC1Curvit Syr 2Xc1

Pemeriksaan penunjang

Darah Rutin

Parameter Hasil Nilai Normal

WBC 7,5 X 10^9 / L 4,0 - 10,0

RBC 3,10X10^12/L 3,50 - 5,50

HGB 8,5g/dl 12,0 – 16,0

PLT 250X10^9/L 150 – 450

Kadar Glukosa Darah :- Glukosa puasa : 87 mg/dl- Glukosa 2 jam PP : 141 mg/dl

Foto thoraks- Perselubungan hemitoraks sinistra dengan sinus costo frenicus sinistra tumpul- Jantung kiri terdorong ke kanan

Dilakukan Proof pungsi- Terdapat cairan haemoragis

Diagnosa KerjaEfusi Pleura ec suspeck proses Malignansi

Usul

13

1. Pemeriksaan Sitologi Cairan Pleura2. Aspirasi cairan pleura

OS tidak bersedia untuk dilakukannya usul diatas dan OS PAPS.

14

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Alsagaff H. Dan Mukty A. 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :

Airlangga University Press. Hal 143 – 144

2. Halim H. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jlid III Edisi IV. Jakarta : Internal

Publishing. Hal 2331

3. Pdf. Bab II Konsep Dasar. Available at : http/www.digilib.unimus.ac.id/download.

Diakses pada tanggal 18 September 2014

4. Ryazen A. Makalah Efusi Pleura. Available at :

http/www.scribt.com/mobile/doc/138885489. Diakses pada tanggal 20 September

2014

5. Djojobroto D. Respirologi (respiratory medicine). 2009. Jakarta : EGC

16