effect of baking process on wheat flour, rye flour, and cassava flour
-
Upload
ikhafarikha -
Category
Documents
-
view
651 -
download
21
Transcript of effect of baking process on wheat flour, rye flour, and cassava flour
MAKALAH ILMU TEKNOLOGI PANGAN
PENGARUH PEMANGGANGAN TERHADAP KANDUNGAN GIZI PADA TEPUNG
Dosen Pengampu : Fitriyono Ayustaningwarno, STP, M.Si
Disusun oleh:
Dwi Astuti Farikha
22030111130033
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah Ilmu
Teknologi Pangan berjudul ”Pengaruh Pemanggangan terhadap Kandungan Gizi pada
Tepung ” ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai proses
pemanggangan, tepung terigu, tepung rye, tepung cassava, dan perubahan gizi yang
terjadi karena proses pemanggangan. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semarang, Juni 2012
Penulis
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan
1.1.Latar Belakang …………………………………………………… 1
1 2.Rumusan Masalah .……………………………………………… 1
1.3.Manfaat ..…………………………………………………………... 1
1.4.Tujuan ….………………………………………………………….. 2
II. Pembahasan
2.1 Pemanggangan………………………………………………….. 3
2.1.1 Definisi…………………………………………………………. 3
2.1.2Metoda……………………………………………………..……. 4
2.1.3 Keunggulan…………………………………..………………… 4
2.1.4 Oven…………………………………………………………….. 5
2.1.5 Convection Oven………………………………………………. 5
2.2 Tepung Terigu / Wheat Flour…………………………………... 6
2.3 Tepung Rye / Rye Flour…………………………………………. 10
2.4 Tepung Cassava / Cassava Flour……………………………….. 14
2.5 Pengaruh Pemanggangan………………………………………... 17
III. Penutup
3.1.Kesimpulan …………………………………………………………… 21
3.2.Saran …………………………………………………………………… 21
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan adalah salah satu kebutuhan penting yang harus dipenuhi dalam
rangka mempertahankan kualitas hidup. Berbagai macam makanan dengan berbagai
macam teknik pengolahan dapat dijumpai dengan mudah di berbagai tempat. Tepung
adalah salah satu bahan utama dalam pembuatan berbagai macam makanan, seperti
roti, cake, donat, mie, dan lain sebagainya.
Pemanggangan secara umum yaitu suatu proses pemanasan kering terhadap
bahan pangan yang dilakukan untuk merubah karakteristik sensorik sehingga
produknya dapat lebih diterima oleh konsumen. Dalam pengertian yang khusus,
pemanggangan merupakan pemanasan adonan dalam pembuatan produk rerotian.
Pemanggangan pun bisa menyebabkan susut zat gizi akibat kerusakan zat gizi
tersebut. Kerusakan zat gizi dalam bahan makanan yang dipanggang umumnya terkait
dengan suhu yang digunakan dan lamanya pemanggangan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu pemanggangan ?
2. Bagaimana karakteristik dari wheat flour, rye flour, dan cassava flour ?
3. Bagaimana dampak pemanggangan terhadap nilai gizi pada tepung ?
1.3 Manfaat
1. Mengetahui teknik pemanggangan pada makanan.
2. Mengetahui karakteristik dari wheat flour, rye flour, dan cassava flour..
3. Mengetahui dampak pemanggangan terhadapa nilai gizi pada tepung.
1.4 Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Teknologi Pangan.
2. Mengerti dan mengetahui dampak proses pemanggangan terhadap kandungan
gizi pada tepung.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemanggangan
2.1.1 Definisi
Definisi pemanggangan secara umum yaitu suatu proses pemanasan kering
terhadap bahan pangan yang dilakukan untuk merubah karakteristik sensorik sehingga
produknya dapat lebih diterima oleh konsumen. Dalam pengertian yang khusus,
pemanggangan merupakan pemanasan adonan dalam pembuatan produk rerotian
(bakery).1
Gambar 2.1 Memanggang roti
Pada proses pemanggangan, bahan makanan dimasak dengan oven tanpa
menggunakan minyak. Efek dari pemasakan dengan teknik ini adalah sama dengan
pemanasan kering lainnya tetapi tidak ada penambahan minyak dalam makanan
sehingga permukaannya menjadi crispy dan warna yang lebih terkendali. Teknik ini
biasanya digunakan untuk produk pastry, cookies, cake dan roti, selain itu pula
digunakan untuk memasak daging, ikan dan lain – lainnya. Beberapa jenis pastry
memerlukan pematangan terlebih dahulu sebelum dibakar seperti adonan sus.2
2.1.2 Metoda
Proses pemanggangan dapat dilakukan melaui dua cara, yaitu secara langsung
(direct) atau tidak langsung (indirect). Pada proses pemanggangan secara langsung,
sumber pemanas langsung memanaskan bahan, sedangkan pada proses
pemanggangan tidak langsung, sumber pemanas memanaskan udara atau pelat
pemanas yang selanjutnya udara panas atau pelat pemanas ini memanaskan bahan.
Operasi pemanggangan dapat dilakukan secara batch, semi kontinyu atau kontinyu.1
Pada proses pemanggangan menggunakan oven, terdapat beberapa metoda, antara
lain : 2
1. Memanggang kering
Memanggang dengan oven dimana bahan makanan akan mengeluarkan uap air
yang akan membantu proses pemasakan.
2. Memanggang dengan menambah kelembaban
Memanggang dalam oven dengan memasukkan wadah berisi air ke dalam oven,
sehingga akan mengeluarkan uap air yang akan menambah kandungan air
dalam bahan makanan dan meningkatkan kualitas makanan.
3. Memanggang dengan menggunakan dua wadah
Memanggang dalam oven menggunakan dua wadah, dimana wadah pertama
yang berisi bahan makanan, dan wadah kedua diberi air. Wadah pertama
dimasukkan ke dalam wadah kedua, sehingga panas yang sampai ke bahan
makanan lebih lambat dengan demikian tidak akan mengakibatkan panas yang
berlebih dan dapat mengurangi kemungkinan makanan terlalu matang.
2.1.3 Keunggulan
Proses pemanggangan membuat bahan pangan lebih awet karena proses
tersebut menyebabkan inaktivasi mikroba dan enzim, serta manurunkan aw (aktivitas
air). Selama proses pemanggangan, terjadi perpindahan panas dan perpindahan
massa secara simuktan. Perpindahan panas terjadi dari sumber pemanas ke media
pemanas (permukaan panas dan udara panas) ke bahan yang dipanggang.
Perpindahan massa yang terjadi merupakan pergerakan air dari bahan ke udara dalam
bentuk uap.1 Beberapa keuntungan dari teknik pemanggangan antara lain : 2
1. Memperbanyak variasi masakan
2. Menghasilkan bahan makanan yang menarik
3. Bahan makanan yang dihasilkan memiliki penampilam warna dan derajat
kematangan yang baik
4. Pada oven yang memiliki pengontrol suhu, suhu dapat disesuaikan
dengan mudah
2.1.4 Oven
Pemanggangan dapat dilakukan dengan menggunakan oven listrik atau oven
api. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah suhunya. Suhu oven yang terlalu
tinggi menyebabkan hangus atau warna kulit tidak menarik, sedangkan suhu oven yang
terlalu rendah menyebabkan kulit roti pucat dan tebal. Suhu oven yang baik untuk
memanggang roti sekitar 2000C. Untuk roti yang mengandung banyak gula (roti manis)
sebaiknya digunakan suhu yang lebih rendah yaitu sekitar 1800 – 1900C. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terbentuknya warna yang terlalu gelap (karamelisasi).
Waktu pemanggangan sekitar 20 – 30 menit.3
Sebelum memasukkan bahan makanan, oven harus dipanaskan terlebih dahulu
sesuai temperature yang dibutuhkan. Oven pada umumnya harus diberi rak atau
penyekat atas bawah, hal ini berfungsi agar panas tidak menyebar. Oven yang
menggunakan rak, bagian terpanas terdapat pada bagian atas. Waktu yang akurat dan
pengontrolan temperatur sangat penting dalam memanggang menggunakan oven.
Temperatur oven harus sudah dapat dicapai sebelum menambahkan panas yang
diinginkan.
2.1.5 Convection Oven 4
Banyaknya jenis oven yang beredar di pasaran selain memberi alternatif yang
luas bagi para calon pembeli namun bisa juga membuat bingung. Maka konsumen
harus lebih teliti dalam memilih oven yang sesuai dengan kebutuhan dan aplikasi. Saat
ini terdapat beberapa jenis oven yang sering digunakan untuk aplikasi produk roti dan
pastry, seperti deck oven, rotary oven maupun convection oven.
Gambar 2.2 First Bake Convection Oven
Salah satu keunggulan convection oven dibandingkan oven biasa adalah
kemampuannya untuk mendistribusikan panas secara lebih merata. Sementara oven
biasa lebih mengandalkan radiasi panas dari sisi-sisi oven, convection oven memiliki
kipas untuk mendistribusikan hawa panas ke seluruh bagian dalam oven. Dengan
konsep ini, convection oven dapat beroperasi pada suhu yang lebih rendah, namun
dapat memasak makanan lebih cepat.
Sebagai contoh, jika kita memanggang cookies menggunakan oven biasa, maka
sering terjadi kasus cookies yang gosong di bagian luar sementara bagian dalamnya
masih belum matang. Oven convection bisa mengatasi hal ini dengan mendistribusikan
hawa panas ke seluruh bagian dalam oven sehingga cookies dapat matang secara
lebih merata.
2.2 Tepung Terigu / Wheat Flour
Terigu atau gandum adalah serealia yang paling banyak diproduksi dan
dikonsumsi sebagai makanan pokok di dunia, disusul oleh padi dan beras. Pada
umumnya terigu dikonsumsi melalui pengubahan tepung yang diolah lebih lanjut
menjadi bahan makanan jadi yang siap konsumsi atau hasil olah setengah jadi yang
harus diolah (dimasak) lebih lanjut di dapur rumah tangga, yaitu berbagai jenis roti atau
kue.5
Gambar 2.3 Gandum
Tepung terigu diperoleh dari pengolahan biji gandum yang sehat dan telah
dibersihkan. Tepung terigu hasil penggilingan harus bersifat mudah tercurah, kering,
tidak mudah menggumpal jika ditekan, berwarna putih, bebas dari kulit, tidak berbau
asing seperti busuk, tidak berjamur atau tengik, juga bebas dari serangga, tikus,
kotoran, dan kontaminasi benda-benda asing lainnya. Yang harus dipertimbangkan
adalah terutama kadar protein tepung terigu dan kadar abunya. Kadar protein
mempunyai korelasi yang erat dengan kadar glutein, sedangkan kadar abu erat
hubungannya dengan tingkat dan kualitas adonan. 5 Kualitas gandum ditentukan oleh
beberapa faktor, namun yang paling berpengaruh adalah kandungan protein, komposisi
gluten yang tinggi, dan tingkat kekerasan gandum. 6
Lebih dari 2,0 juta ton gandum diimpor ke Indonesia dan digiling di tiga industri.
Sekitar 70 % dari seluruh produksi terigu tersebut di proses menjadi mie dan biscuit, 45
% untuk roti dan pesta, 5 % sisanya untuk kue basah dan keperluan rumah tangga
lainnya. 7
Terigu atau gandum dapat digolongkan menjadi 2 yaitu Hard Wheat (gandum
keras) dan Soft Wheat (gandum lunak). Tepung terigu yang dihasilkan pabrik
penggilingan di Indonesia (Bogasari) dipasarkan dengan beberapa merk. Jenis Hard
Wheat mengandung protein bermutu tinggi, dapat dibuat adonan yang kuat, kenyal dan
memiliki daya kembang yang baik sehingga memenuhi syarat untuk pembuatan roti
yang baik, karena mudah dicampur, diragikan dan dapat menyesuaikan pada suhu
yang diperlukan dan memiliki kemampuan menahan udara yang baik sekali. Sedangkan
jenis Soft Wheat kandungan proteinnya rendah, sulit diaduk dan diragikan, cocok untuk
pembuatan cake, pastel, biscuit dan kue kering. Jenis Hard Wheat dipasarkan dengan
cap “Cakra Kembar”, sedangkan beberapa merk jenis jenis Soft Wheat diberi merk
“Segitiga Biru”. 7
Gambar 2.4 Berbagai macam merk tepung terigu
Protein tepung gandum adalah unik, bila tepung gandum dicampur dengan air di
dalam perbandingan tertentu, maka protein akan membentuk suatu massa atau adonan
koloidal yang plastis yang dapat menahan gas dan akan membentuk suatu struktur
spon bila dipanggang untuk mencapai suatu kehalusan yang memuaskan. Jenis tepung
gandum yang berbeda memerlukan jumlah pencampuran (air) yang berbeda. 7
Mutu tepung terigu ditentukan diantaranya oleh kandungan gluteinnya. Bila
dicampur dengan air, partikel-partikel glutein terhidrasi dan bila dikocok atau diaduk
terjadi kecenderungan memanjang atau membentuk serabut-serabut. 7
Pada biji gandum terdapat suatu jenis protein yang disebut glutein (85% dari total
protein). Glutein ini tersusun atas gliadin (BM kecil) dan glutein (BM besar). Keduanya
berperan didalam pembentukan adonan roti, karena sifatnya yang plastis dan elastis.7
2.5 Struktur biji gandum
Struktur biji terigu mirip dengan stuktur biji beras, demikian pula dengan
kandungan zat gizinya. Komposisi zat gizi tepung terigu dapat dilihat pada table 2
berikut:
Tabel 1. Komposisi zat gizi tepung terigu dalam 100 gr 7
Zat Gizi Kadar
Energi (Kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Zat kapur (mg)
Phosphorus (mg)
Zat besi (mg)
330
11
2
72,4
15
130
2
Vitamin A (SI)
Thiamin (Vitamin B1)(mg)
Vitamin C (mg)
0
170
0
Pada pembuatan kue digunakan tepung terigu jenis Hard Wheat (gandum keras)
dengan tujuan agar mudah diaduk dan diragikan. Protein pada terigu jenis Hard dapat
menghasilkan adonan yang dapat menahan gas, dan dapat mengembang secara
elastis ketika gas memuai pada waktu proses pembakaran. Sifat ini disebabkan sifat
gluten yang terhidrasi dan mengembang bila tepung terigu dicampur dengan baik.
Proses tersebut berlangsung ketika adonan di aduk dan akhirnya terbentuk massa tiga
dimensi dari protein gluten yang memiliki viskositas yang elastis. Suatu sifat yang
dikehendaki dalam pembuatan kue atau roti. 8
2.3 Tepung Rye / rye Flour
Rye (Secale cereal) adalah salah satu jenis serealia yang mungkin masih sangat
asing. Serealia ini memang kurang populer di Indonesia, tetapi sangat populer di Eropa
Timur dan Eropa Utara. Rye diduga pertama kali ditanam di Turki. Pada abad
pertengahan, serealia ini mulai ditanam di Eropa. Gandum dan rye memiliki kemiripan
tetapi, rye berisi dinding sel lebih dalam endosperm dan memiliki serat pangan yang
tinggi.8
Gambar 2.6 Struktur biji
Rye adalah yang kedua setelah gandum yang paling sering digunakan dalam
produksi roti. Hal ini juga merupakan salah satu sereal yang paling penting dalam
penggunaan butiran untuk produksi pakan campuran untuk hewan ternak.
Gambar 2.7 Stuktur tanaman
Rye atau gandum hitam, banyak tumbuh di dataran Amerika Serikat. Dua jenis
gandum hitam yang tumbuh di Amerika Serikat : 8
1. Winter rye
Winter rye harus ditanam pada musim gugur, membutuhkan suhu rendah dan
jika "kebutuhan dingin" tidak terpenuhi, tanaman tidak akan
tumbuh. Beberapa varietas Winter rye :
a. Rye varietas selatan (Southern winter ryes), dicirikan oleh tingkat ketahanan
musim dingin rendah dan tumbuh di daerah yang memiliki musim dingin
ringan/sejuk. Varietas selatan lebih baik dari varietas utara karena tumbuh
lebih cepat selama musim gugur dalam cuaca musim dingin yang sejuk.
b. Rye varietas utara (Northern winter ryes), membutuhkan suhu
musim dingin yang lebih rendah untuk memenuhi kebutuhan mereka yang
dingin daripada varietas selatan (tahan musim dingin) dan pertumbuhan
lambat.
2. Spring rye
Matang dengan cepat sejak ditabur/ditanam di musim semi. Ia dapat tumbuh
sejak penanaman di daerah di mana musim dingin yang cukup ringan. Hanya
Sedikit spring rye yang ditanam di Amerika.
Tepung rye atau rye flour adalah salah satu dari olahan rye. Tepung ini belum
banyak digunakan dan kurang familiar di Indonesia. Tepung rye diambil dari bran yang
memiliki granulasi/ butiran yang lebih halus, Tepung ini biasanya digunakan utk
membuat roti khas German (Pumpernickel). Pada jaman dahulu, roti Pumpernickel
hanya dimakan di Eropa Utara, ketika cuaca menjadi sangat dingin, dan orang-orang
sulit menanam gandum. Tepung ini sangat kaya fosfor, Sulfur, Besi, Gluten dan Vitamin
B. Untuk menghasilkan roti yang baik Rye Flour masih memerlukan penambahan
Tepung Terigu.
Gambar 2.8 Tepung rye
Rye bread adalah salah satu roti yang menggunakan bahan dasar dari tepung
rye. Rye bread termasuk dalam kategori brown bread, yaitu jenis roti yang
menggunakan tepung berserat tinggi seperti whole wheat atau tepung rye. Brown
bread secara kasatmata memang berwarna kecokelatan, meski tidak semua roti
berwarna cokelat masuk dalam kategori ini. Warna ini secara alami didapat dari bagian
berserat (bran) dari serealia yang sengaja tidak dibuang dan digunakan dalam
tepungnya. Selain berserat tinggi, kandungan gizinya juga juara, terutama kandungan
vitamin, mineral, dan lemak baik.9
Rye bread adalah Roti yang berserat tinggi dan memiliki aroma khas yang lebih
kuat dari roti gandum. Rye bread murni artinya hanya menggunakan tepung rye tanpa
campuran terigu/gandum. Roti ini sering kali ditambahkan molases, sehingga warnanya
lebih gelap. Penggunaan tepung rye membuat volume roti tidak mengembang sebesar
roti dari tepung terigu/gandum. Di Amerika Serikat, roti jenis ini biasa disajikan sebagai
roti untuk sandwich dengan bahan isi daging (kornet atau pastrami). Yang paling
terkenal adalah Reuben Sandwich, berisi daging, sauerkraut, dan keju Swiss.9
Rye bread adalah sumber penting dari vitamin B, yakni mencapai 200 g
kebutuhan perhari dan dapat menyediakan 40% dan 22% thiamin dan riboflavin dari
kebutuhan per hari untuk remaja dan dewasa. Rye berad tinggi kandungan antioksidan
((TEAC, PRSC, DPPH RSA, dan FCR) daripada roti dengan tepung terigu. 8
Gambar 2.9 Rye bread
Rye memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan apabila dikonsumsi secara rutin.
Beberapa manfaat yang diperoleh yaitu : 10
1. Menurunkan berat badan
Rye dapat membantu menurunkan berat badan karena mengadung serat dalam
jumlah yang tinggi. Serat inilah yang membantu memperluas penyarapan air di
usus, sehingga mengurai keinginan untuk makan makanan berat yang dapat
menaikkan berat badan.
2. Mengurangi resiko diabetes tipe II
Setiap butir rye melepaskan gula secara perlahan ke dalam aliran darah, hal ini
membantu fungsi sel beta untuk meningkatkan sekresi insulin dari pankreas,
sehingga mengurangi resiko diabetes tipe II.
3.Mengurangi resiko penyakit jantung
Rye mengandung magnesium yang berfungsi sebagai mineral dalam melindungi
kepadatan tulang dan membantu penyerapan kalsium. Magnesium juga
berfungsi dalam memperbaiki irama jantung.
4. Mencegah kanker
Kandungan lignan dalam rye yang merupakan fitoestrogen difenolik yang
dikonversi dalam usus, mampu menjadi senyawa mirip estrogen dan berfungsi
menekan penyakit jantung koroner serta menekan pertumbuhan sel kanker.
5. Mencegah radikal bebas
Asam ferulat yaitu asam fenolat utama dalam rye yang berkontribuasi
memberikan efek antioksidan, yaitu meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dalam
menghancurkan radikal bebas sebagai hasil oksidasi sel.
2.4 Tepung Mocaf / Cassava Flour
Cassava flour adalah tepung yang terbuat dari ubi kayu atau singkong, di
Indonesia dikenal dengan nama Mocaf. Mocaf atau Modified Cassava Flour adalah
tepung kasava (singkong) yang sudah termodifikasi melaui suatu proses biologi. Prinsip
pembuatan tepung mocaf adalah dengan memodifikasi sel ubi kayu atau singkong
secara fermentasi, sehingga menyebabkan perubahan karakteristik yang lebih baik dari
tepung yang dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi,
dan kemudahan melarut. Secara umum proses pembuatan mocaf meliputi tahap-tahap
penimbangan, pengupasan, pemotongan, perendaman (Fermentasi), dan
pengeringan.11
Gambar 2.10 Mocaf
Selama proses fermentasi terjadi penghilangan komponen penimbul warna,
seperti pigmen (khususnya pada ketela kuning), dan protein yang dapat menyebabkan
warna coklat ketika pemanasan. Dampaknya adalah warna Mocaf yang dihasilkan lebih
putih jika dibandingkan dengan warna tepung ubi kayu biasa dan juga berbau netral
(tidak berbau apek khas singkong). Selain itu, proses ini akan menghasilkan tepung
yang secara karakteristik dan kualitas hampir menyerupai tepung dari terigu. Sehingga
produk Mocaf sangat cocok untuk menggantikan bahan terigu untuk kebutuhan industri
makanan.11
Selain itu, pada tepung kasava termodifikasi ini tidak mengandung gluten yang
banyak terkandung dalam tepung terigu, sehingga aman di konsumsi oleh penderita
autis dan balita. Kandungan gizi tepung kasava termodifikasi tidak begitu berbeda
dengan terigu. Hanya saja, pada tepung cassava lebih sedikit kandungan proteinnya di
bandingkan dengan tepung terigu. Pengolahan lebih lanjut menjadi aneka cake dan kue
akan mengatasi rendahnya kandungan protein tepung kasava. Keunggulan lain dari
tepung kasava adalah kandungan kalsium, fosfor, dan serat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tepung terigu serta tidak mengandung glutein yang berbahaya
jika dikonsumsi oleh anak-anak penderita autis. Selain itu juga tepung kasava
mengandung fitoestrogen, suatu hormon yang berfungsi untuk mencegah menopause
dini yang biasa tejadi pada kaum wanita.12
Gambar 2.11 Roti manis tepung kasava
Hasil uji coba menunjukkan bahwa MOCAF dapat digunakan sebagai bahan
baku, baik substitusi maupun seluruhnya, dari berbagai jenis produk bakery seperti kue
kering (cookies, nastar, dan kaastengel dll), kue basah (cake, kue lapis, brownies,
spongy), dan roti tawar. Selain itu tepung MOCAF juga dapat digunakan dalam
pembuatan bihun, dan campuran produk lain berbahan baku gandum atau tepung
beras. Hasil produk berbahan mocaf ini tidak jauh berbeda dengan produk yang
menggunakan bahan tepung terigu maupun tepung beras.11
Disamping itu, telah juga dilakukan uji coba substitusi tepung terigu dengan
MOCAF dalam skala pabrik yang menunjukkan bahwa untuk menghasilkan mie mutu
baik dapat digunakan tepung MOCAF hingga 15% untuk mensubstitusi tepung terigu,
sedangkan untuk menghasilkan mie kualitas rendah, tepung terigu dapat disubstitusi
dengan tepung MOCAF hingga kadar 25%.11
Tepung cassava selain dapat diolah menjadi berbagai macam makanan, juga
dapat dibuat menjadi composite flour, yakni tepung campuran antara tepung singkong
dan tepung terigu. Berikut adalah kandungan gizi dari 100 gram tepung cassava : 12
Tabel. 2 Kandungan gizi dalam 100 g tepung cassava14
Zat Gizi Kadar
Energi (Kal)
Protein (g)
363
1,1
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Ca (mg)
P (mg)
Fe (mg)
Vit A (SI)
0,5
88,2
84,0
125,0
1,0
0
2.5 Pengaruh Pemanggangan
Tujuan pengolahan pada rumah tangga adalah untuk meningkatkan daya cerna
dan kenampakan, memperoleh flavor, dan merusak mikroorganisme dalam bahan
pangan. Sedangkan proses yang penting dalam pengolahan yaitu perebusan,
pengukusan, pengovenan, penggorengan, pembakaran, pengalengan dan dehidrasi.
Di dalam bahan pangan zat gizi makro tidak berdiri sendiri, melainkan saling
berdampingan, sehingga efek pengolahanpun terjadi juga karena efek yang bersamaan
dengan senyawa tersebut. 13
Pemanggangan merupakan proses pematangan adonan menjadi roti yang dapat
dicerna oleh tubuh dan menimbulkan aroma yang khas. Pemanggangan merupakan
aspek yang kritis dari urutan proses untuk menghasilkan roti yang berkualitas tinggi.
Pemanggangan terlalu lama dapat menyebabkan kekerasan dan penampakan yang
tidak baik. 14
Selama pemanggangan akan terjadi pengembangan volume adonan, inaktifnya
khamir dan enzim, karamelisasi yang membentuk warna coklat kulit roti, denaturasi
protein dan gelatinisasi pati. Roti yang telah dipanggang perlu didinginkan (dibiarkan)
sampai mencapai suhu kamar untuk memudahkan penanganan/pengemasan,
mengempukkan tekstur dan memudahkan pengirisan.14
Suhu dan waktu yang umum untuk pemanggangan adalah 180 – 200 °C selama
15 – 20 menit. Proses pemanggangan akan menyebabkan volume adonan bertambah
dalam waktu 5 – 6 menit pertama dalam oven aktivitas yeast akan berhenti pada suhu
65 °C temperatur adonan. Proses pembakaran roti akan mendenaturasi protein dan
terjadi proses gelatinisasi dari kanji, dan untuk menghasilkan remah roti yang kokoh
temperatur adonan harus mencapai minimum 77 °C.13
Pada roti, tidak ada susut gizi yang berarti dalam tahap pencampuran adonan,
fermentasi, atau pencetakan. Kulit makanan yang dipanggang dapat mencapai suhu
lebih dari 100 derajat celcius, tapi kulit hanya merupakan bagian kecil dari bahan
makanan tersebut secara keseluruhan. Namun, pemanggangan roti sampai kulitnya
berwarna cokelat akan menurunkan kadar tiamin 17 persen-22 persen.12
Pemanggangan pun bisa menyebabkan susut zat gizi akibat kerusakan zat gizi
tersebut. Kerusakan zat gizi dalam bahan makanan yang dipanggang umumnya terkait
dengan suhu yang digunakan dan lamanya pemanggangan. Pembuatan roti dari terigu
dapat mengurangi ketersediaan kalsium karena terjadinya ikatan kompleks dengan fitin.
Pemanggangan roti sampai kulitnya berwarna coklat akan menurunkan kadar tiamin 17
- 22%. Roti tawar akan kehilangan tiamin (vitamin B1) lebih sedikit dibandingkan roti
berukuran kecil. Hampir semua tiamin akan hilang apabila dalam proses pembuatan
roti/kue digunakan bahan kimia. Hal ini terjadi karena pH meningkat jauh di atas 6
akibat penggunaan soda dalam jumlah banyak. Riboflavin (vitamin B2) dan niasin
(asam nikotinat) relatif stabil dalam proses pemanggangan. Dilaporkan, susut niasin
hanya kurang dari 5%, sementara riboflavin sedikit sekali yang hilang. Hanya saja,
dalam proses penggorengan donat dengan minyak, susut riboflavin bisa mencapai
23%. Pemanggangan berpengaruh pula terhadap asam amino lisin, yang terdapat
dalam jumlah terbatas pada produk serealia. Diperkirakan sekitar 15% lisin hilang
dalam proses pemanggangan. Penambahan susu skim pada adonan akan dapat
mengurangi kehilangan lisin karena kandungan laktosa pada susu berfungsi sebagai
gula pereduksi.14
Pemanasan protein dapat menyebabkan terjadinya reaksi-reaksi baik yang
diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Reaksi-reaksi tersebut diantaranya
denaturasi, kehilangan aktivitas enzim, perubahan kelarutan dan hidrasi, perubahan
warna, derivatisasi residu asam amino, cross-linking, pemutusan ikatan peptida, dan
pembentukan senyawa yang secara sensori aktif. Reaksi ini dipengaruhi oleh suhu dan
lama pemanasan, pH, adanya oksidator, antioksidan, radikal, dan senyawa aktif lainnya
khususnya senyawa karbonil.14
Kebanyakan protein pangan terdenaturasi jika dipanasakan pada suhu yang
moderat (60-90oC) selama satu jam atau kurang. Denaturasi adalah perubahan struktur
protein dimana pada keadaan terdenaturasi penuh, hanya struktur primer protein saja
yang tersisa, protein tidak lagi memiliki struktur sekunder, tersier dan quarterner. Akan
tetapi, belum terjadi pemutusan ikatan peptida pada kondisi terdenaturasi penuh ini.
Denaturasi protein yang berlebihan dapat menyebabkan insolubilisasi yang dapat
mempengaruhi sifat-sifat fungsional protein yang tergantung pada kelarutannya.14
Meskipun beberapa komponen pangan rusak dalam proses pemanggangan
bahan pangan, proses tersebut tidak mempengaruhi kandungan mineral dalam bahan
pangan. Sebaliknya, perlakuan panas akan sangat mempengaruhi absorpsi atau
penggunaan beberapa mineral, terutama melalui pemecahan ikatan, yang membuat
mineral-mineral tersebut kurang dapat diabsorpsi meskipun dibutuhkan secara
fisiologis. Fitat, fiber, protein dan mineral diduga merupakan komponen utama sebagai
penyusun kompleks tersebut.14
Beberapa mineral seperti zat besi, kemungkinan akan teroksidasi (tereduksi)
selama proses pemanggangan dan akan mempengaruhi absorpsi dan nilai biologisnya.
Pada proses pemanggangan yang ekstrim, asam linoleat dan kemungkinan juga asam
lemak yang lain akan dikonversi menjadi hidroperoksida yang tidak stabil oleh adanya
aktivitas enzim lipoksigenase. Perubahan tersebut akan berpengaruh pada nilai gizi
lemak dan vitamin (oksidasi vitamin larut lemak) produk.15
Ditinjau dari nilai gizinya, karbohidrat dalam bahan pangan dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu karbohidrat yang dapat dicerna, yaitu monosakarida (glukosa,
fruktosa, galaktosa dsb); disakarida (sukrosa, maltosa, laktosa) serta pati; dan
karbohidrat yang tidak dapat dicerna, seperti oligosakarida penyebab flatulensi
(stakiosa, rafinosa dan verbaskosa) serta serat pangan (dietary fiber) yang terdiri dari
selulosa, pektin, hemiselulosa, gum dan lignin. Pengaruh pemanggangan terhadap
karbohidrat umumnya terkait dengan terjadinya hidrolisis. Sebagai contoh,
pemanggangan akan menyebabkan gelatinisasi pati yang akan meningkatkan nilai
cernanya. Sebaliknya, peranan karbohidrat sederhana dan kompleks dalam reaksi
Maillard dapat menurunkan ketersediaan karbohidrat dalam produk-produk hasil
pemanggangan.15
Reaksi Maillard dan karamelisasi adalah reaksi penting yang diperlihatkan
selama proses pemanggangan produk, seperti pembentukan warna kerak yang
berhubungan denagn reaksi Maillard maupun karamelisasi. Pembentukan kerak
kecoklatan terjadi ketika temperatur pemanggangan mencapai lebih dari 110 0 C.
Selama pemanggangan, air akan menguap dengan cepat dari permukaan adonan. Hal
ini menciptakan kondisi optimum terjadinya reaksi maillard.16
Reaksi Maillard dapat terjadi, misalnya selama produksi pembakaan roti.
Kehilangan tersebut terutama terjadi pada bagian yang berwarna coklat (crust), yang
mungkin karena terjadinya reaksi dengan gula pereduksi yang dibentuk selama proses
fermentasi tetapi tidak habis digunakan oleh khamir (dari ragi roti). Meskipun gula-gula
nonreduksi (misalnya sukrosa) tidak bereaksi dengan protein pada suhu rendah, tetapi
pada suhu tinggi ternyata dapat menimbulkan reaksi Maillard, yang pada suhu tinggi
terjadi pemecahan ikatan glikosidik dari sukrosa dan menghasilkan glukosa dan
fruktosa. 16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemanggangan secara umum yaitu suatu proses pemanasan kering terhadap
bahan pangan yang dilakukan untuk merubah karakteristik sensorik sehingga
produknya dapat lebih diterima oleh konsumen. Dalam pengertian yang khusus,
pemanggangan merupakan pemanasan adonan dalam pembuatan produk rerotian.
Tepung terigu, tepung rye, dan tepung cassava adalah beberapa tepung yang menjadi
bahan utama dalam pembuatan berbagai macam produk makanan.
Pemanggangan dapat menyebabkan susut zat gizi akibat kerusakan zat gizi
tersebut. Kerusakan zat gizi dalam bahan makanan yang dipanggang umumnya terkait
dengan suhu yang digunakan dan lamanya pemanggangan. Pembuatan roti dari terigu
dapat mengurangi ketersediaan kalsium karena terjadinya ikatan kompleks dengan fitin.
Pemanggangan roti sampai kulitnya berwarna coklat akan menurunkan kadar tiamin 17
- 22%. Roti tawar akan kehilangan tiamin (vitamin B1) lebih sedikit dibandingkan roti
berukuran kecil. Hampir semua tiamin akan hilang apabila dalam proses pembuatan
roti/kue digunakan bahan kimia.
3.2 Saran
Pemanggangan adalah salah satu proses penting dalam pembuatan berbagai
macam produk rerotian. Suhu dan waktu yang digunakan dalam pemanggangan harus
diperhatikan untuk mengurangi susut zat gizi tertentu selama proses pemanggan
DAFTAR PUSTAKA
1. Tien RM dan Ayustaningwarno F. 2010. Teknologi Proses Pengolahan Pangan.
Bandung : Alfabeta.
2. Prangdimurti. Teknik Dasar Pengolahan Makanan. (online). (cited juni 2012).
Available from :
http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_8._TEKNIK_DASAR_PENGOLAHAN_MAKAN
AN
3. Sugiyono. Pemanggangan. (online). (cited Juni 2012). Available from :
http://id.shvoong.com/exact-sciences/engineering/2286480-pemanggangan/
4. Akbar, Devti Mamur. Mengenal Oven Convection dan Combi. (online). (cited Juni
2012) Available from : http://www.bakerymagazine.com/2012/02/14/mengenal-oven-
convection-dan-combi/
5. A. Pacin et al. Food Control. Effect of the Bread Making Process on Wheat Flour
Contaminated by Deoxynivalenol and Exposure Estimate. 2009 ; 21(2010) : 492-
495.
6. Salmanowicz, Bolesław et al. The Relationship Between Grain Hardness, Dough
Mixing Parameters and Bread-Making Quality in Winter Wheat. 2012 : 1-16.
7. Winarno, FG. 1997. Mie Instan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
8. C.martinez et al. Food Chemistry. Effect of Flour Extraction Rate and Baking on
Thiamine and Riboflavin Content and Antioxidant Capacity of Traditional Rye Bread.
2009 ; 74 (1) : 49-55.
9. Hidayati, Nurul., Yanuwardana., Nur, Rohmi. 2011. Makalah Rye (Secale cereal).
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
10. Astawan, Made dan Andreas, Leomitro. 2009. Khasiat Whole Grain. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
11.Suyanti. Modified Cassava Flour. (online). (cited Juni 2012). Available from :
http://mocaffana.blogspot.com/2010/09/modified-cassava-flour.html
12.T.A. Shittu et al. Food Research International. Bread from Composite Cassava-
Wheat Flour : I. Effect of Baking Time and Temperature on Some Physical
Properties of Bread Loaf. 2006; 40 (2007) : 280–290.
13.Palupi, NS., Zakaria, FR., Prangdimurti, E. 2007 . Pengaruh Pengolahan terhadap
Nilai Gizi Pangan. Bogor : Departemen Ilmu & Teknologi Pangan-Fateta IPB.
14.Dewanti, Tri. 2011. Pengaruh Pengolahan terhadap Zat Gizi. Handout Kuliah
Fakultas Teknologi Pangan. Universitas Brawijaya, Malang.
15.Muchtadi, Dedy dan Made Astawan. 1992. Metode Kimia Biokimia Dan Biologi
Dalam Evaluasi Nilai Gizi Pangan Olahan. Bogor : Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan IPB.
16. Sivam, Anusooya et al. Properties of Bread Dough with Added Fiber
Polysaccharides and Phenolic Antioxidants: A Review. 2010 ; 74 (8) : 163-174.