EFEKTIVITAS PROGRAM SIMANTAP TERHADAP...
Transcript of EFEKTIVITAS PROGRAM SIMANTAP TERHADAP...
EFEKTIVITAS PROGRAM SIMANTAP TERHADAP
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ISLAM DI
LEMBAGA GRIYA YATIM DAN DHUAFA
KANTOR PUSAT BSD
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh
Ilmam Fachri Zen
11140540000017
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
i
ABSTRAK
Ilmam Fachri Zen
Efektivitas Program Simantap Terhadap Pemberdayaan
Masyarakat Islam Di Lembaga Griya Yatim Dan Dhuafa
Kantor Pusat Bsd
Setiap Negara memiliki permasalahan. Permasalahan
yang dimiliki Indonesia adalah kemiskinan. Kemiskinan menjadi
faktor penghambat proses pembangunan Negara. Kemiskinan
sering ditandai dengan kurangnya ekonomi, pendidikan serta
kesehatan yang buruk serta kekurangan transportasi. Indonesia
merupakan Negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia.
Dengan beraneka ragam suku dan bahasa, Islam menjadi agama
mayoritas di negeri ini. Islam sejak lama mampu berintegrasi
dengan budaya dan kearifan local dan karenanya punya warna
tersendiri. Zakat bagi umat Islam, diyakini sebagai bagian pokok
ajaran Islam yang harus ditunaikan. Zakat merupakan salah satu
rukun Islam, zakat juga merupakan rukun Islam yang memiliki
dimensi ekonomi-sosial. Program pemberian bantuan gerobak
usaha Simantap hadir sebagai solusi dalam bentuk penyaluran
zakat yang bersifat produktif. Pemberian bantuan gerobak usaha
ini tentu nya harus dapat memberdayakan mitra program nya dan
oleh sebab itu digunakan ukuran efektivitas, diantara nya
keberhasilan program, keberhasilan sasaran, kepuasan terhadap
program, tingkat input dan output dan pencapaian tujuan secara
menyeluruh.
Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Pertanyaan penelitian ini adalah (1) Bagaimana
efektivitas pendistribusian zakat produktif di Lembaga Griya
Yatim dan Dhuafa kepada penerima zakat. (2) Bagaimana
pendayagunaan zakat produktif terhadap mustahik di Lembaga
Griya Yatim dan Dhuafa. (3) Bagaimana perkembangan mustahik
dari pendistribusian zakat produktif di Lembaga Griya Yatim dan
Dhuafa.
Hasil dari penelitian yang penulis dapatkan terkait
efektivitas pendayagunaan zakat produktif terhadap masyarakat
ialah: 1) Pemberian bantuan gerobak usaha secara gratis kepada
ii
masyarakat yang terpilih menjadi mitra program. 2) Permodalan
berupa fasilitas usaha seperti gerobak beserta alat usaha yang
diperlukan oleh mitra program. Dan hasil dari pemberian bantuan
gerobak usaha Simantap ini ialah 1) masyarakat mampu
meningkatkan produktifitas pendapatan dalam keluarga, 2)
adanya kesadaran masyarakat untuk menabung, 3) masyarakat
mampu menjadi Muzakki, 4) optimis.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji hanya pada-MU satu-satunya
zat yang kusembah Allah SWT. Atas karunia, ridho dan kekuatan
dari-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Efektivitas Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap
Pengembangan Masyarakat Islam di Lembaga Griya yatim dan
Dhuafa Kantor Pusat BSD” sebagai syarat dalam memperoleh
gelar sarjana Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat
dan salammarilah kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad
SAW, Beliau pemberi syafa‟at kelak dihari kiamat kepada
seluruh umat.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak motivasi,
bimbingan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini,
ucapan terimakasih tersebut penulis tunjukkan kepada:
1. Kedua orang tua penulis tercinta Bapak M. Zen Junaedi dan
Ibu Ita Diana, yang tak pernah lelah tak pernah letih selalu
kau sebut aku dalam do‟a mu, setiap hari setiap waktu rela
berkorban jiwa dan raga dalam memberikan fasilitas
kehidupan demi keberlangsungan pendidikan dan kesuksesan
puterinya. Atas curahan cinta dan kasih sayang yang tiada
putus, mengajarkan penulis untuk selalu kuat, tabah dan tegas
iv
dalam menjalani hidup sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Semoga setiap do‟a dan pengorbanan mendapat
balasan dari Allah SWT. Amiiiin.
2. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Siti Napsiah, S. Ag sebagai Wakil Dekan I Bidang
Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Sihabuddin N, M. Ag sebagai Wakil Dekan II
Bidang Administrasi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak Cecep Sastra Wijaya, MA sebagai Wakil Dekan III
Bindang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
6. Bapak Muhtadi, M.Si. sebagai Ketua Program Studi
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Ibu WG. Pramita Ratnasari, S.ant. M.Si. sebagai Sekretaris
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak Prof. Dr. Asep Usman Ismail, M.A. sebagai dosen
pembimbing yang telah sabar, tulus, tekun dan ikhlas
v
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberi bimbingan,
motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga
kepada penulis selama penyusunan skripsi.
9. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama
menjalankan perkuliahan.
10. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan fasilitas berupa buku-buku dan referensi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
11. Pak Mustaqim, Pak Roni selaku pembimbing dari pihak Griya
Yatim dan Dhuafa yang telah banyak memberikan support
dan bantuan serta do‟a nya untuk kelancaran dalam
pembuatan skripsi ini. Tak lupa para pimpinan kantor cabang
GYD yang tak dapat saya sebutkan tanpa mengurangi rasa
hormat saya kepada beliau semua.
12. Seluruh mitra program Simantap yang telah meluangkan
waktunya untuk bersedia di wawancarai.
13. Bapak Abdul Ma‟az dan Umi Yanti serta adik-adik binaan
GYD cabang ciputat yang selalu memberikan support dan
do‟a guna dimudahkannya penulis dalam membuat skripsi ini
14. Adik kembar saya Hilmy dan Wafi yang selalu mendoakan
penulis dalam setiap waktu nya.
15. Sahabat terdekat penulis, Noera, Cici, Hutami yang telah
banyak memberikan semangat, motivasi, dukungan dan
membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
vi
16. Sahabat penulis Ahmad Rizal yang telah memberikan
semangat serta membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
17. Teman seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam (PMI) angkatan 2014, Daimatul Mawaddah, Syifa
Nurohmah, Syarifah Asmar, Ikrima Nur Alfi, Siti Maghfiroh,
Dwi Aryurini, Zia, Azhar Fuadi, Ahmad Rizal, Abdul Basyid
Nasution, Hendrian Julisna, Syahrullah dan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, sahabat dan teman-teman
seperjuangan, dan kaka kelas adik kelas semuanya yang telah
banyak memberikan semangat, dukungan, masukan dan
motivasi selama dalam perkuliahan maupun dalam penulisan
skripsi. Terimakasih atas dukungan dan doa yang telah
diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan
yang penulis miliki serta kesulitan dalam melaksanakan
penelitian dan penulisan, oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamua‟alaikum warahmatullahi wabarkatuh,
Ciputat, 9 Oktober 2019
Penulis
Ilmam Fachri Zen
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................. vii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................... 9
1. Pembatasan Masalah ............................................. 9
2. Perumusan Masalah .............................................. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................... 11
1. Tujuan Penelitian ................................................ 11
2. Manfaat Penelitian .............................................. 12
D. Metodologi Penelitian ................................................... 13
1. Pendekatan Penelitian ......................................... 13
2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................... 15
3. Subjek dan Objek Penelitian .............................. 16
4. Teknik Pengumpulan Data ................................. 16
5. Teknik Analisis Data ........................................... 20
viii
6. Teknik Penguji Keabsahan Data………………....21
E. Tinjauan Pustaka .......................................................... 22
F. Sistematika Penulisan ................................................... 27
BAB II TINJAUAN TEORITIS .............................................. 29
A. Efektivitas ......................................................................... 29
B. Pendayagunaan ................................................................ 30
C. Zakat ................................................................................. 31
1. Pengertian Zakat ................................................. 31
2. Pengertian Zakat Produktif dan Konsumtif ..... 32
3. Pengertian Lembaga Amil Zakat………………....33
4. Pengertian Muzakki………………………….……35
5. Pengertian Mustahik………………………………….36
a. Fakir……………………………....…….37
b. Miskin…………………………….…….38
c. Panitia Zakat…………………………....38
d. Mu‟allaf………………………….……..39
e. Budak………………………….……….39
f. Gharim…………………………….……40
g. Fi Sabilillah……………………….…….41
h. Ibnu Sabil……………………….………42
D. Pemberdayaan ................................................................. 42
1. Pengertian Pemberdayaan .................................. 42
2. Aspek – Aspek Pemberdayaan ……………….….43
ix
3. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi ................. 45
4. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi…………….……54
BAB III GAMBARAN UMUM GRIYA YATIM DAN
DHUAFA .................................................................... 56
A. Profil dan Sejarah Griya Yatim dan Dhuafa
1. Profil Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa .......... 56
2. Sejarah Griya Yatim dan Dhuafa ...................... 57
B. Program Pemberdayaan Ekonomi Simantap ............. 61
C. Struktur Manajemen………………..……………..……63
D. Visi dan Misi Griya Yatim dan Dhuafa……..…………64
BAB IV TEMUAN PENELITIAN .......................................... 66
Temuan ............................................................................. 66
1. Permasalahan yang dihadapi Mitra Program
Simantap…………………………………..…….66
2. Proses Pemberdayaan Mitra Program
Simantap..............................................................69
3. Hasil Pemberdayaan Mitra Program
Simantap……………………………….………..73
BAB V Analisis Penelitian…………………………………....76
1. Proses Pemberdayaan Mitra Program Simanta..76
2. Efektivitas Program Simantap Terhadap Mitra
Program .............................................................. ...83
x
BAB VI PENUTUP ................................................................... 93
A. Kesimpulan ...................................................................... 93
B. Saran ................................................................................. 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Informan Penelitian Program Simantap……………..19
Tabel 2.1 Pendapatan Mitra Program Simantap ........................ 92
xii
DAFTAR SINGKATAN
GYD : Griya Yatim dan Dhuafa
ZIS : Zakat Infak dan Shodaqoh
DD : Dompet Dhuafa
YSDF : Yayasan Dana Sosial al-Falah
DT : Darut Tauhid
BMM : Baiatulmaal Muamalat
PKPU : Pos Keadilan Peduli Umat
BAZIZ: Badan Amil Zakat Infak Shodaqoh
DSKL : Dana Sosial Keagamaan Lainnya
BAZNAS : Badan Amil Zakat Nasional
LAZ : Lembaga Amil Zakat
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat bimbingan skripsi
Lampiran 2 : Surat izin penelitian skripsi
Lampiran 3 : Pedoman wawancara
Lampiran 4 : Transkip wawancara
Lampiran 5 : Dokumentasi
xiii
Lampiran 6 : Keterangan informan penelitian
Lampiran 7 : Catatan observasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap negara memiliki permasalahan. Permasalahan yang
dimiliki Indonesia adalah kemiskinan. Kemiskinan menjadi
faktor penghambat proses pembangunan negara. Kemiskinan
sering ditandai dengan kurangnya ekonomi, pendidikan serta
kesehatan yang buruk serta kekurangan transportasi (Edi Suharto,
2005: 134).
Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim
terbanyak di dunia. Dengan beraneka ragam suku dan bahasa,
Islam menjadi agama mayoritas di negeri ini. Islam sejak lama
mampu berintegrasi dengan budaya dan kearifan lokal dan
karenanya punya warna tersendiri (Zurinal dan Aminudin, 2008:
25).
Zakat bagi umat Islam, khususnya di Indonesia bahkan
juga di dunia Islam pada umumnya sudah diyakini sebagai bagian
pokok ajaran Islam yang harus di tunaikan. Zakat merupakan
salah satu rukun Islam. Selain merupakan salah satu rukun Islam,
2
zakat juga merupakan rukun Islam yang memiliki dimensi
ekonomi-sosial (Zurinal dan Aminudin, 2008: 158).
Perintah membayar zakat dapat ditemukan dalam Al-
Qur’an sebagai berikut:
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'. (Q.S. Al-
Baqarah/2:43).
Memperbincangkan zakat dalam perspektif ekonomi
sosial, maka menjalankan kewajiban pembayaran zakat juga
diyakini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengentaskan
kemiskinan di tengah-tengah masyarakat (Safwan, 1997: 43).
Atas dasar keyakinan itu tidak jarang orang berandai-andai
tentang besarnya jumlah zakat yang terkumpul. Jika setiap
Muslim bersedia mengeluarkannya. Berangkat dari pengandaian
tersebut kemudian digambarkan bahwa jika zakat dijalankan
maka kemiskinan yang melilit kebanyakan umat Islam dapat
berkurang.
3
Pada kenyataannya, dimana-mana konsep zakat ini masih
pada tataran pengandaian belaka. Lebih jauh lagi zakat masih
berada pada tataran wacana, diskusi dan seminar. Jika pun masih
berjalan sebatas zakat fitrah yang harus dikeluarkan oleh setiap
Muslim pada akhir bulan Ramadhan. Sedangkan zakat mal,
berupa zakat dari hasil perdagangan, harta kekayaan, peternakan
dan lain-lain, masih terbatas jumlahnya (Rizkyatul dkk, 2015:27).
Kalau pun dijalankan, jumlahnya tidak seberapa apalagi bila
dibandingkan dengan umat Islam yang ada.
Zakat sebagai perintah langsung dari Allah kepada umat
Islam memiliki pengaruh besar dalam kehidupan bermasyarakat.
Zakat mengandung hikmah dan manfaat yang demikian besar dan
mulia, baik yang berkaitan dengan muzakki, mustahik, harta yang
dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat secara
keseluruhan.
Manfaat zakat sebagai perwujudan iman kepada Allah
SWT, mensyukuri nikmat-Nya menumbuhkan akhlak mulia
dengan memiliki rasa kepedulian yang tinggi, menghilangkan
sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus
4
mengembangkan dan mensucikan harta yang dimiliki (Hasan M.
Ali, 2008:87).
Kemudian manfaat yang lainnya karena zakat merupakan
hak bagi mustahik, maka berfungsi untuk menolong-membantu
dan membina mereka, terutama golongan fakir-miskin, ke arah
kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak (Hasan M. Ali,
2008:88).
Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat
merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Dengan
zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan membangun
pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, atau
yang dikenal dengan konsep economic growth with equity
(Rizkyatul, 2015:37).
Mengutip M. Ali Hasan (2008:43) Dana zakat yang
diberikan kepada seseorang atau kelompok masyarakat untuk
digunakan sebagai modal kerja merupakan pengertian dari zakat
produktif. Kata produktif dalam hal ini merupakan kata sifat dari
kata produksi. Sehingga menjadi zakat produktif yang dalam
5
pemanfaatan dan pendayagunaannya bersifat produktif atau dapat
membuahkan hasil. Zakat produktif didefinisikan sebagai zakat
dalam bentuk harta atau dana zakat yang diberikan kepada para
mustahiq untuk di kembangkan dan digunakan untuk membantu
usaha mereka sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat
memenuhi kebutuhan hidup secara terus-menerus.
Salah satu sebab optimalnya fungsi zakat sebagai
instrumen pemerataan perekonomian umat adalah dengan adanya
lembaga yang mengurusi dengan baik dan amanah. Dimulai dari
pengumpulan zakat sampai pembagiannya kepada masyrakat
yang berhak, dan hal ini merupakan tugas amil zakat.
Keprofesionalan lembaga sangat diperlukan agar masyarakat
mengetahui manfaat dari zakat sampai kepada pendistribusiannya
serta keberadaan lembaga zakat. Dalam sepuluh tahun terakhir,
ada kemajuan yang cukup pesat dalam penggalangan dana ZIS
(Zakat, Infak dan Shadaqah). Beberapa lembaga seperti Yayasan
Dompet Dhuafa Republika (DD) di Jakarta, Yayasan Dana Sosial
Al-Falah (YDSF) di Surabaya, Yayasan Daarut Tauhid (DT) di
Bandung, Yayasan Baitulmaal Muamalat (BMM) di Jakarta, Pos
Keadilan Peduli Ummat (PKPU) di Jakarta dan BAZIS (Badan
6
Amil Zakat Infak Shadaqah) di Jakarta. Melakukan penggalangan
ZIS secara profesional dan inovatif layaknya lembaga filantropi
modern, mereka menggunakan media campaign, special event
dan strategi modern lainnya dalam menggalang ZIS (Hasanudin,
2010:11).
Pendistribusian zakat yang dilakukan oleh lembaga
lembaga ZIS harus dilakukan dengan profesional agar dapat
memberikan manfaat kepada masyarakat yang berhak
menerimanya (Hasanudin, 2010:11). Melalui zakat masyarakat
dapat terbantu dalam bermacam aspek baik ekonomi, pendidikan,
kesehatan dan lain sebagainya.
Menurut Anwar dalam bukunya mengutip pendapat
Kindervatter, ia memandang pemberdayaan sebagai proses
pemberian kekuatan yang bertujuan membangkitkan kesadaran,
pengertian dan kepekaan warga belajar terhadap perkembangan
sosial, ekonomi, politik agar memiliki kemampuan memperbaiki
dan meningkatkan kedudukannya di dalam masyarakat (Anwar,
2007:77).
7
Pertumbuhan perzakatan nasional sepanjang 2017
mengalami trend positif. Direktur Pemberdayaan Zakat dan
Wakaf Kemenag M. Fuad Nasar mengatakan bahwa akumulasi
rata-rata pengumpulan zakat, infak, sedekah (ZIS) dan dana sosial
keagamaan lainnya (DSKL) secara nasional pada BAZNAS
pusat, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ) naik sebesar 20 persen dari tahun
2016 (Safwan Idris, 1997:49).
Pengumpulan zakat nasional tahun 2017 diperkirakan
mencapai Rp6 triliun, sedangkan tahun 2016 mencapai
Rp5,12 trilun, terang Fuad Nasar saat diminta penjelasan
terkait catatan akhir tahun dan outlook zakat Indonesia
2018 di Jakarta, Senin (01/01). Pembayaran lewat layanan
digital mencapai 30 persen dari keseluruhan penerimaan
zakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan zakat
melampaui angka pertumbuhan ekonomi di negara kita saat
ini (Safwan Idris, 1997:52).
Salah satu lembaga yang menyalurkan dana zakat
produktif adalah lembaga Griya Yatim dan Dhuafa. Lembaga ini
menerima penyaluran dana zakat untuk dapat diberikan kepada
8
mustahik yang pantas menerimanya. Griya Yatim dan Dhuafa
juga memiliki banyak cabang yang juga difungsikan untuk rumah
asuh anak-anak yatim dari berbagai daerah untuk diberikan
pendidikan, pengasuhan, dan lain-lain.
Bentuk zakat produktif yang di laksanakan oleh Griya
Yatim dan Dhuafa adalah program Simantap. Program pemberian
bantuan gerobak usaha kepada mitra program terpilih untuk dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kemampuan masing-masing individu
yang diharapkan dapat membuat mereka menjadi lebih produktif
dan berdaya guna serta dapat memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya.
Efektivitas program Simantap terhadap pemberdayaan
masyarakat dibuktikan dengan terpenuhinya kebutuhan hidup
keluarga, mampu meningkatkan pendapatan, dan mampu
merubah mustahik menjadi Muzakki
Dari penjelasan di atas, maka penulis perlu mengkaji lebih
dalam tentang bagaimana pendayagunaan zakat agar mampu
membantu masyarakat melalui pendistribusian zakat oleh
lembaga Griya Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat BSD. Penelitian
9
ini dituangkan dalam skripsi yang berjudul "Efektivitas
Program Simantap terhadap Pemberdayaan Masyarakat
Islam di Lembaga Griya Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat
BSD."
Penulis tertarik melakukan penelitian di Lembaga Griya
Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat BSD karena lembaga ini
berupaya menjadi terdepan di indonesia yang dapat
menghantarkan anak yatim dan dhuafa meraih masa depannya
yang lebih baik. dan fokus dalam program Pendidikan, Sosial,
Pemberdayaan, Kemanusiaan, Lingkungan dan Wakaf. Selain itu
lokasinya juga yang terjangkau dari rumah peneliti.
B. PEMBATASAN MASALAH DAN PERUMUSAN
MASALAH
1. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi
permasalahan pada pendayagunaan zakat produktif
terhadap pengembangan masyarakat Islam di Lembaga
Griya Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat BSD.
Untuk fokus dalam penelitian, selain membatasi
masalah juga diperlukan membuat rumusan masalah.
10
Pertama-tama hal yang perlu dibedakan antara perumusan
masalah dengan pertanyaan penelitian. Rumusan masalah
bisa dalam bentuk pernyataan sedangkan pertanyaan
penelitian selalu dalam bentuk pertanyaan.
2. Perumusan Masalah
Untuk memfokuskan penulisan skripsi ini agar terarah dan
tidak melebar maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana efektivitas pendistribusian zakat
produktif di Lembaga Griya Yatim dan Dhuafa
kepada penerima zakat?
b. Bagaimana pendayagunaan zakat produktif
terhadap mustahik di Lembaga Griya Yatim dan
Dhuafa?
c. Bagaimana perkembangan mustahik dari
pendistribusian zakat produktif di Lembaga Griya
Yatim dan Dhuafa?
11
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan
Setiap penelitian yang dilakukan tentunya
memiliki tujuan. Tujuan penelitian adalah jawaban atas
pertanyaan apa yang akan di capai dalam penelitian itu
menurut misi ilmiah. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui dan memperoleh informasi
mengenai pendistribusian zakat di Lembaga
Griya Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat BSD
yang efisien kepada penerima zakat agar
memiliki hasil yang bermanfaat.
b. Untuk mengetahui hasil dan manfaat yang
diterima oleh penerima zakat dari
pendistribusian zakat di di Lembaga Griya
Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat BSD
2. Manfaat
Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat baik manfaat
secara teoritis maupun praktis.
12
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan akan memperkaya
wacana pengembangan masyarakat dalam dialektika
kritis dengan wacana kontemporer lainnya. Sehingga
ditemukan pemahaman tentang pengembangan
masyarakat yang substansial, analis, progresif dan
kontekstual. Satu deskripsi tentang pendayagunaan
zakat produktif terhadap pengembangan masyarakat
Islam di Lembaga Griya Yatim dan Dhuafa Kantor
Pusat BSD dalam wacana pengembangan masyarakat
yang diharapkan memberi masukan terutama dalam
kajian pembinaan dan metodologi pengembangan
masyarakat.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat dijadikan acuan data untuk
melengkapi dan mendapatkan data-data yang lebih
komprehensif dalam penelitian masalah yang sama
atau penelitian yang bersinggungan dengan pokok-
pokok bahasan yang ada dalam penelitian ini
13
2) Menambah pengalaman penulis di bidang kajian
tentang pendayagunaan zakat produktif yang ada
di lembaga ZIS
3) Bagi pemerintah
Semoga dengan hasil penelitian ini dapat
membantu memberikan informasi mengenai
penerapan zakat produktif sebagai salah satu
alternatif pengembangan masyarakat Islam.
D. METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Metodologi adalah pengkajian terhadap langkah-langkah
dalam menggunakan metode. Metode berbeda dengan
metodologi, jika metode berarti suatu prosedur atau cara
mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah yang sistematis,
sedangkan metodologi memiliki arti sebagai metode ilmiah, yaitu
langkah-langkah yang sistematis untuk memperoleh ilmu
(Sedarmayanti dan Syarifudin, 2011:25).
Dalam penelitian ini, penulis memilih metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian yang bertujuan
untuk memahami suatu fenomena secara alamiah dengan
14
mengutamakan proses interaksi antara peneliti dengan yang di
teliti (Haris, 2012:9).
Di sisi lain peneliti memilih pendekatan penelitian
lapangan, dimana dalam penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari secara intensif tentang mitra program Simantap,
pendayagunaannya serta hasil pemberdayaan program Simantap.
Dengan pendekatan ini, peneliti bisa mengetahui lebih mendalam
mengenai program Simantap
Penelitian merupakan kegiatan menelaah atau mencari
informasi tentang sesuatu, dilakukan secara hati-hati dan
dilakukan guna menemukan fakta-fakta baru, mungkin juga untuk
mengkaji kebenaran gagasan-gagasan baru. Meskipun unsur-
unsur dasar penelitian terdapat dalam pengalaman sehari-hari,
penelitian tetap merupakan cara mengakses pengetahuan baru lain
dari yang lain, karena penelitian membutuhkan informasi, data
atau bukti yang cukup. Meskipun akal sehat dan keyakinan bisa
dijadikan awal penelitian namun belum cukup untuk dijadikan
hipotesis (Suwartono, 2014:3). Metodologi penelitian diartikan
sebagai suatu pembahasan mengenai konsep teoritik berbagai
metode, kelebihan dan kelemahannya, yang dalam karya ilmiah
15
dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan (Noeng,
1996:3).
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Griya Yatim
dan Dhuafa Kantor Pusat BSD Tangerang selatan dimulai dari
Juli sampai Oktober 2018 yang dilakukan setiap hari Senin,
Rabu dan Sabtu. Adapun yang dijadikan pertimbangan dan
alasan penulis dalam memilih lokasi penelitian sebagai
berikut:
a. Lembaga Griya Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat BSD
memiliki program-program mengenai pendayagunaan
dana zakat produktif terhadap pengembangan
masyarakat Islam.
b. Lokasi penelitian yang terjangkau dari tempat tinggal
peneliti.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pengurus Lembaga Griya
Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat BSD, donatur serta
masyarakat selaku mustahik (penerima) program
16
pendayagunaan zakat produktif untuk memperoleh informasi
objek penelitian.
Sedangkan objek penelitian ini adalah program
Simantap terhadap pemberdayaan masyarakat Islam di
Lembaga Griya Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat BSD.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi (pengamatan)
Mengutip Haris (2012:131) Observasi berasal dari
bahasa Latin yang memiliki arti memperhatikan dan
mengikuti. Observasi merupakan kesimpulan dengan
cara mencari kegiatan yang dapat digunakan sebagai
data.
Observasi merupakan salah satu metode utama
dalam penelitian sosial ekonomi terutama penelitian
kualitatif. Observasi merupakan metode pengumpulan
data yang paling alamiah dan paling banyak digunakan
tidak hanya dalam dunia keilmuan, tetapi juga dalam
berbagai aktivitas kehidupan. Secara umum, observasi
berarti pengamatan, penglihatan. Sedangkan secara
khusus, dalam dunia penelitian, pbservasi adalah
17
mengamati dan mendengar dalam rangka memahami,
mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena
sosial-ekonomi selama beberapa waktu tanpa
mempengaruhi fenomena observasi, dengan mencatat,
merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan
data analisis (Imam, 2003:167).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi
di kantor pusat Griya Yatim dan Dhuafa, kantor cabang
depok 1, kantor cabang Cisalak, lokasi dagang Pak
Ismail Yayasan Darussalam, lokasi dagang Pak Adi
seberang gang LUK, kemudian peneliti melihat,
memperhatikan, mengamati dan mencatat kegiatan di
wilayah tersebut.
b. Wawancara
Kegiatan tanya jawab dengan tatap mu ka
antara pewawancara dan yang diwawancarai
(narasumber) mengenai masalah yang di teliti
dengan tujuan memperoleh persepsi, sikap dan
pola pikir dari narasumber yang relevan dengan
18
masalah yang di teliti disebut wawancara (Imam,
2013:162).
Dengan penelitian ini peneliti melakukan
wawancara langsung untuk mengetahui bagaimana
efektivitas program Simantap dan hasil
pemberdayaan dengan program Simantap dengan
pengurus, donatur dan masyarakat penerima
program Simantap. Metode ini digunakan peneliti
untuk memperoleh data yang akurat.
Wawancara ini akan ditujukan kepada 8
orang, diantaranya 2 orang pengurus Griya Yatim
dan Dhuafa Kantor Pusat BSD, 4 orang mustahiq
dan 2 orang muzakki
19
Tabel 1.1 Informan Penelitian Program Simantap
No Nama Informasi yang dicari Metode
1. Pak Ismail
(Mitra
Program
Simantap /
Mustahik)
Efektivitas program
Simantap dan hasil
pemberdayaan
Observasi dan Wawancara
2
.
.
Pak Adi
(Mitra
Program
Simantap/
Mustahik)
Efektivitas program
Simantap dan hasil
pemberdayaan
Observasi dan Wawancara
3. Bu Alfiah
(Mitra
Program
Simantap/
Mustahik)
Efektivitas program
Simantap dan hasil
pemberdayaan
Observasi dan Wawancara
4. Pak Arman
(Mitra
Program
Simantap/
Mustahik)
Efektivitas program
Simantap dan hasil
pemberdayaan
Observasi dan Wawancara
5. Riska
(Donatur /
Muzakki)
Kepercayaan terhadap
Lembaga dan bentuk
keterikatan
Observasi dan Wawancara
6. Rifa
(Donatur /
Muzakki)
Kepercayaan terhadap
Lembaga dan bentuk
keterikatan
Observasi dan Wawancara
7. Pak Mustaqim
(Pihak
Lembaga /
Amil)
Gambaran umum
program Simantap
Observasi dan Wawancara
8. Pak Roni
(Pihak
Lembaga /
Amil)
Gambaran umum
program Simantap dan
hal apa saja yang
dibutuhkan untuk
menjadi mitra program
Simantap
Observasi dan Wawancara
Sumber : Hasil penelitian
20
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan
data kualitatif dengan melihat dan menganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek itu
sendiri ataupun orang lain mengenai subjek
tersebut. Catatan dapat berupa secarik kertas yang
berisi tulisan mengenai kenyataan, bukti apapun
atau informasi, dapat pula berupa foto.
(Sedarmayanti dan Syarifudin, 2013:86).
5. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan
mengkategorisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih hal yang penting dan dapat membuat
kesimpulan yang mudah dipahami (Sugiyono,
2014:244). Teknik analisis data yang bersifat
deskriptif-kualitatif digunakan dalam penelitian ini.
21
6. Teknik Penguji Keabsahan Data
Dalam teknik keabsahan data perlu menggunakan
triangulasi data untuk menganalisis data. Triangulasi bukan
bertujuan mencari kebenaran tetapi meningkatkan
pemahaman terhadap data dan fakta yang dimiliki peneliti.
Dengan cara membandingkan atau mengecek data tersebut
dengan data yang lain.
Lebih lanjut triangulasi bukan hanya
membandingkan data dari sumber yang berbeda, namun juga
dari metode dan teori yang berbeda sehingga menghasilkan
informasi yang banyak agar dapat dibandingkan dan
mengecek ulang untuk memperoleh kebenaran dari data yang
dimiliki peneliti (Gunawan, 2013:219).
Dalam triangulasi metode dilakukan dengan
menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk
mendapatkan data yang sama. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan wawancara,
observasi dan dokumentasi. Untuk memperoleh kebenaran
informasi peneliti menggunakan metode wawancara bebas
dan wawancara terstruktur. Selain itu, peneliti juga
22
menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek
kebenarannya (Gunawan, 2013:220).
F. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk bahan perbandingan dan tinjauan dalam penulisan skripsi
ini, maka penulis membaca beberapa skripsi sebagai bahan
referensi, sebagai berikut:
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
beberapa peneliti digunakan sebagai bahan dalam penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Alzibila
dalam jurnalnya yang berjudul “Pendayagunaan Zakat Produktif
sebagai Alternatif Pengembangan Masyarakat Islam di Lembaga
PZU Persis Bandung." Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Indonesia. Dalam skripsi ini membahas bagaimana
pendistribusian dana zakat di lembaga PZU Persis yang
digunakan untuk alternatif pengembangan masyarakat tanpa
memiliki rumah asuh kepada para anak anak yatim. Persamaan
nya yakni penelitian ini juga akan fokus kepada pendistribusian
dana zakat kepada para mustahik (penerima) zakat untuk
memberdayakan kehidupan mereka. Perbedaannya adalah
lembaga Griya Yatim dan Dhuafa memiliki rumah asuh untuk
23
membina dan mendidik anak anak yatim dari berbagai daerah
secara gratis. Kritik untuk skripsi tersebut adalah apabila
mustahiq dapat diberdayakan dengan diberi rumah asuh agar
mereka dapat dibimbing dan diberikan bekal agar memiliki skill
dan kemampuan (Muhammad, Skripsi, 2016:9).
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sheila Saskia
dalam jurnalnya dengan judul “Pendayagunaan Zakat Produktif
bagi Peningkatan Pendapatan Usaha Mustahik pada LAZ Center
Thariqul Jannah Cirebon." Dalam skripsi ini dibahas bagaimana
zakat dapat dimanfaatkan bagi pemberdayaan masyarakat untuk
dapat memperbaiki pendapatan usaha para mustahik nya. Para
mustahik pada awalnya disurvey untuk diketahui untuk apa dana
yang diberikan nanti. Hal ini untuk mengenal mustahiq dan juga
membekali mustahiq dengan ilmu usaha yang digeluti nya.
Persamaannya adalah mengenai pendayagunaan dana zakat
untuk kepentingan masyarakat. Perbedaannya adalah penelitian
ini lebih di fokuskan kepada para mustahik yang memiliki
keinginan tinggi untuk dapat merubah nasib hidupnya dengan
menjadi wirausaha. Kritik untuk skripsi diatas adalah apabila
24
mustahiq diberikan skill dan kemampuan dalam berwirausaha
maka akan lebih baik (Sheila, Skripsi, 2015:10).
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Siti Halida
Utami, dalam jurnalnya dengan judul "Pengaruh Pendayagunaan
Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Mustahiq di Kota
Medan". Dalam skripsi ini dibahas mengenai bagaimana zakat
dapat digunakan untuk pemberdayaan penerima zakat. Zakat
yang diberikan oleh muzakki kemudian didistribusikan kepada
mustahiq. Dana zakat yang diberikan kepada mustahiq tidak
hanya bantuan dalam bentuk benda kebutuhan primer saja tetapi
juga dalam bentuk peminjaman modal usaha. Modal usaha yang
diberikan diharapkan dapat menjadi dana produktif yang dapat
mencukupi kebutuhan hidup nya. Persamaannya adalah
mengenai pendayagunaan dana zakat produktif untuk
pengembangan kepentingan masyarakat. Perbedaannya adalah
penelitian ini lebih di fokuskan kepada mustahik di Kota Medan.
Kritik untuk skripsi ini mustahiq sebaiknya diberikan rumah
asuh untuk diberikan skill dan kemampuan agar merekan dapat
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya (Siti Halida,
Skripsi, 2013:15).
25
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Rafiqah Aulia
Rahmah, pada jurnalnya dengan judul "Analisis Pendistribusian
Dan Pendayagunaan Zakat, Infaq Dan Shadaqah Pada Mustahiq
(Studi Kasus BAZ Jatim)." Dalam skripsi ini dibahas bagaimana
Zakat, Infaq dan Shadaqah dapat digunakan sebagai
pendayagunaan mustahiq. Zakat, Infaq dan Shadaqah dapat
dijadikan alternative untuk pemberdayaan mustahiq. Dana yang
diberikan kepada mustahiq tentu harus produktif yakni dana yang
diberikan akan berkembang dengan usaha yang dilakukan oleh
mustahiq. Pemberian bekal usaha kepada mustahiq merupakan
hal utama untuk dapat menjadikan dana Zakat Infaq dan
Shadaqah menjadi produktif. Mustahiq diberikan bekal ilmu
keterampilan sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Persamaannya adalah mengenai dana zakat yang dugunakan
untuk pendayagunaan mustahiq. Perbedaannya adalah penelitian
ini di fokuskan kepada Zakat, Infaq dan Shadaqah. Kritik untuk
skripsi ini pendayagunaan mustahiq dengan dana zakat yang
diterima oleh lembaga merupakan hal yang baik namun apabila
pendayagunaan mustahiq disertai dengan pembekalan skill yang
26
mereka miliki maka akan lebih mudah diterima oleh mustahiq
(Rafiqah, Skripsi, 2011:14).
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Cucu Aeni,
dalam jurnalnya yang berjudul "Pendayagunaan Zakat, Infaq,
Shadaqoh Melalui Program Dusun Jamur Dompet Dhu'afa
Jateng." Dalam skripsi ini dibahas mengenai bagaimana zakat,
infaq dan shadaqah dapat digunakan untuk memberdayakan
masyarakat. Pemberdayaan yang dilakukan melalui program
Dusun Jamur adalah pemberian pengetahuan mengenai budidaya
jamur. Melihat potensi yang ada di Desa mengenai cepat
berkembangnya jamur yang dapat di budidaya kan untuk menjadi
salah satu mata pencaharian. Para warga dibekali dengan ilmu
dan juga pemberian bibit serta diberitahu sasaran pasar mereka.
Persamaanya adalah zakat yang digunakan untuk pengembangan
masyarakat. Perbedaannya adalah penelitian ini di fokuskan
melalui program Dusun Jamur. Kritik untuk skripsi ini sebaiknya
program yang dilaksanakan di Dusun Jamur tersebut dapat terus
berlanjut dan dapat dipantau perkembangannya (Cucu, Skripsi,
2013:17).
27
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Pembahasan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, bab ini membahas Latar
Belakang; Pembahasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian;
Tinjauan Teori; Metodologi Penelitian;
Tinjauan Pustaka; dan Sistematika
Penulisan.
BAB II Landasan Teoritis, dalam bab ini peneliti
akan membahas mengenai definisi
pendayagunaan, zakat produktif,
dan pengembangan. Fungsi pendayagunaan
zakat di Lembaga dan Dhuafa Kantor
Pusat BSD
BAB III Gambaran Umum, membahas mengenai
sejarah berdirinya Lembaga Griya Yatim
dan Dhuafa Kantor Pusat BSD, Visi dan
misi, program, struktur organisasi, kegiatan
28
sehari-hari di Lembaga Griya Yatim dan
Dhuafa Kantor Pusat BSD.
BAB IV Temuan dan Analisis Data Lapangan,
membahas data dan analisis data.
BAB V Penutup, bab ini membahas tentang
kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
pendayagunaan zakat produktif terhadap
pengembangan masyarakat Islam.
29
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective
yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil
dengan baik. Kamus ilmiah popular mendefinisikan
efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau
menunjang tujuan (Kansil dan Christine, 2001:116).
Lebih lanjut menurut Agung Kurniawan dalam bukunya
Transformasi Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas,
sebagai berikut: “Efektivitas adalah kemampuan
melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau
misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak
adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya”
(Kurniawan, 2005:109).
Menurut Eriyatno (2012:65), efektivitas merupakan
ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan.
Cambel J.P (Kansil dan Christine, 2001:118)
menjelaskan bahwa efektivitas merupakan taraf sampai sejauh
mana peningkatan kesejahteraan manusia dengan adanya
suatu program tertentu, karena kesejahteraan manusia dengan
30
adanya suatu program tertentu merupakan tujuan dari proses
pembangunan. Adapun untuk mengetahui tingkat
keejahteraan tersebut dapat pula dilakukan dengan mengukur
beberapa indicator spesial misalnya pendapatan, pendidikan,
ataupun rasa aman dalam mengadakan pergaulan. Pengukuran
efektivitas yang paling menonjol yaitu :
1. Keberhasilan program
2. Keberhasilan sasaran
3. Kepuasan terhadap program
4. Tingkat input dan output
5. Pencapaian tujuan menyeluruh.
B. Pendayagunaan
Pendayagunaan memiliki arti pengusahaan agar mampu
mendatangkan hasil dan manfaat; pengusahaan (tenaga dsb)
agar mampu menjalankan tugas dengan baik dan efisien.
(Gunawan, 2013: 41).
Pendayagunaan adalah suatu usaha untuk mendatangkan
hasil atau manfaat yang lebih besar dan lebih baik dengan
memanfaatkan segala sumber daya dan potensi yang dimiliki.
Pendayagunaan ditujukan untuk memanfaatkan segala potensi
31
yang melekat pada sumber daya yang dimiliki secara optimal.
(Kaswan, 2013: 54).
Kegiatan pendayagunaan pada dasarnya bertujuan
mendatangkan manfaat atau hasil dengan memanfaatkan
sumber-sumber yang dimiliki. Pada satuan pendidikan,
pendayagunaan bertujuan mendukung upaya mewujudkan
visi dan misi sekolah dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia secara optimal. Pendayagunaan juga menjadi salah
satu opsi dalam meningkatkan kualitas sekolah. (Kaswan,
2013: 57).
C. Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa berarti tumbuh, berkembang
atau juga bisa berarti membersihkan atau mensucikan.
Sedangkan zakat menurut istilah berarti menyisihkan
sebagian harta untuk dibagikan kepada yang berhak
menerimanya, apabila telah mencapai nisab dan syarat-
syarat tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut zakat
adalah pembersihan dan pensucian terhadap jiwa hamba
Allah (Zurinal dan Aminudin, 2008:157).
32
Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Secara
istilah zakat adalah harta yang secara khusus
disedekahkan kepada penerimanya dengan syarat-syarat
tertentu. Pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan
skala prioritas kewilayahan. Zakat bertujuan untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat dan mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan. Secara
umum, pendistribusian zakat yang sering dilakukan
berupa zakat konsumtif kepada para mustahiq.
2. Pengertian Zakat Konsumtif dan Produktif
Zakat konsumtif merupakan zakat yang diberikan
kepada 8 asnaf untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Akan tetapi zakat konsumtif ini kurang begitu membantu
untuk kebutuhan jangka panjang. Hal ini dikarenakan
zakat konsumtif hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari
dan akan habis tanpa menghasilkan atau hanya untuk
jangka pendek. Maka dari itu, diperlukan juga pola
pendidstribusian zakat yang bersifat zakat produktif
kepada para mustahiq.
33
Zakat produktif merupakan zakat dalam bentuk
harta atau dana zakat yang diberikan kepada para
mustahik yang tidak dihabiskan secara langsung untuk
konsumsi keperluan tertentu akan tetapi dikembangkan
dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga
dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan
hidup nya. Produktif merupakan kata yang bersifat atau
mampu menghasilkan (secara terus-menerus dalam
jumlah tertentu).(Thoriquddin, 2017:32).
Indikator zakat produktif yaitu pengelolaan dana
zakat yg didayagunakan untuk usaha produktif,
peningkatan kualitas umat, pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan jangka panjang.
3. Pengertian Lembaga Amil Zakat
Zurinal dan Aminudin (2008:159) menjelaskan bahwa
LAZ merupakan lembaga pengelola zakat yang dibentuk
oleh swasta atau diluar pemerintah. LAZ adalah intitusi
pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk atas
prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak
dibidang da’wah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan
34
umat islam.Lembaga Amil Zakat ini dikukuhkan, dibina
dan dilindungi pemerintah. Dalam melaksanakan tugasnya
LAZ memberikan laporan kepada pemerintah sesuai
dengan tingkatannya.
Adapun syarat-syarat dapat didirikannya Lembaga Amil
Zakat adalah sebagai berikut:
a) Berbadan hukum
b) Memiliki data muzaki dan mustahiq;
c) Memiliki program kerja;
d) Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit;
Strategi pemanfaatan zakat
ada beberapa strategi pengelolaan zakat yang harus
dilakukan,
a) Melakukan pembinaan mustahik dalam bidang ekonomi
agar memiliki kemampuan untuk dapat memberdayakan
diri dan keluarga nya dalam jangka panjang.
b) Memberikan bantuan modal usaha
c) Memberikan pelatihan agar Mustahik memiliki skill yang
dapat digunakan untuk mencari nafkah .
35
4. Pengertian Muzakki
Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang
Muslim yang bekewajiban menunaikan zakat.
Setiap Muslim, merdeka, baligh dan berakal wajib
menunaikan zakat.
Syarat-syarat bagi orang yang wajib zakat adalah:
a) Islam
b) Merdeka
c) Memiliki nishab, yaitu kelebihan harta milik yang
digunakan untuk mencukupi kebutuhan
pokok (primer) seperti pangan, sandang, papan,
kendaraan dan perabot rumah tangga lainnya
d) Sempurnanya haul (waktu nishab) hartanya,
kecuali biji-bijian dan buahan-buahan
karena tidak disyarat-kan sempurnanya waktu.
e) Terhindarnya harta zakat dari hutang, baik
seluruhnya maupun sebagian besarnya dan tidak sedang
diper-sengketakan (Zurinal dan Aminudin, 2008:162).
36
Syarat kedua, yakni berkaitan dengan harta yang
dikeluarkan:
a) Harta tersebut dimiliki secara sempurna
b) Harta tersebut adalah harta yang berkembang
c) Harta tersebut telah mencapai nishob
d) Telah mencapai haul (harta tersebut bertahan
selama setahun)
e) Harta tersebut merupakan kelebihan dari
kebutuhan pokok
5. Pengertian Mustahik
Mustahik adalah orang atau badan yang berhak
menerima zakat. Pada ayat 60 surat at-Taubah, dijelaskan
kelompok-kelompok yang berhak menerima zakat, yaitu
firman Allah SWT:
دقات للفقراء والمساكين والعاملين عليها إنما الص
قاب والغارمين وفي سبيل والمؤلفة قلىبهم وفي الر
عليم حكيم والل بيل فريضة من الل وابن الس الل
37
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu
ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS. At-Taubah [9]: 60)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa penyaluran
zakat itu hanya diserahkan kepada delapan golongan, yaitu:
1. Fakir (al-Fuqara)
Al-Faqir adalah kelompok pertama yang menerima
bagian zakat.Al-Faqir menurut mazhab Syafi’I dan
Hambali adalah orang yang tidak memiliki harta benda
dan pekerjaan yang mampu mencukupi kebutuhannya
sehari-hari.Dia tidak memiliki suami ayah-ibu, dan
keturunan yang dapat membiayainya, baik untuk
membeli makanan, pakaian, maupun tempat tinggal
(Hasan, M. Ali, 2006:93).
2. Miskin (al-Masakin)
Al-Masakin adalah bentuk jamak dari kata al-
miskin.Kelompok ini merupakan kelompok kedua
38
penerima zakat.Orang miskin adalah orang yang
memiliki pekerjaan tetapi penghasilannya tidak dapat
dipakai untuk memenuhi hajat hidupnya .
Menurut mazhab Syafi’I dan Hambali, orang fakir
lebih sengsara dibandingkan dengan orang miskin
(Wahbahn, 1995:281).
3.Panitia Zakat (al-Amil)
Amil ialah orang khusus yang ditugaskan oleh imam
atau wakilnya sebagai petugas atau panitia yang
mengurusi seluruh masalah zakat, seperti petugas
mengutip (sa’i), mencatat (katib) harta yang terkumpul,
membagi-bagi (qasim) dan mengumpul para wajib
zakat atau mengumpul para mustahik (hasyir). Adapun
kadar yang diambil oleh amil zakat adalah
seperdelapan sebagai upah dari jerih payah nya (Abdul
Aziz, 2009:408).
4.Mu’allaf (yang perlu ditundukkan hatinya)
Yang termasuk kelompok ini antara lain orang-orang
yang lemah niatnya untuk memasuki islam. Mereka
39
diberi bagian dari zakat agar niat mereka memasuki
islam menjadi kuat.
Menurut bahasa, al-muallafah qulubuhum berarti
orang yang dijinakan atau dibujuk. Orang-orang
mu’allaf yang dibujuk hatinya ialah orang-orang dari
kaum kafir atau dari kaum muslimin, yang diberi
zakat bukan karena alasan fakir, tetapi supaya orang-
orang itu tertarik dengan Islam atau supaya ia dan para
pengikutnya merasa sungkan berbuat jahat kepada
kaum muslimin dan mau berbuat baik atau berhenti
berbuat jahat kepada mereka (kaum muslimin)
(Ayyub, 2006:100).
5.Budak (Riqab)
Para budak yang dimaksud disini, menurut jumhur
ulama, ialah para budak Muslim yang telah membuat
perjanjian degan tuannya (al-mukatabun) untuk
dimerdekakan dan tidak memiliki uang untuk
membayar tebusan atas diri mereka, meskipun mereka
telah bekerja keras dan membanting tulang mati-
40
matian. Maka sangat dianjurkan untuk memberi zakat
kepada budak itu agar dapat memerdekakan diri
mereka.
Syarat pembayaran zakat budak yang dijanjikan untuk
dimerdekakan ialah budak itu harus Muslim dan
memerlukan bantuan seperti itu (Zurinal dan
Aminudin, 2008:182).
6.Gharim (Orang Berhutang)
Para ulama membagi utang itu menjadi dua macam;
hutang yang dipergunakan muntuk mendamaikan
orang atau dua olongan yang sedang bersengketa dan
hutang untuk memenuhi kebutuhan (konsumtif).
Mengutip M. Ali Hasan (2006:100) Jika utang itu
dilakukannya untuk kepentingannya sendiri, dia tidak
berhak mendapatkan bagian dari zakat kecuali dia
adalah orang yang diangggap fakir. Tetapi jika utang
itu untuk kepentingan orang banyak yang berada
dibawah tanggung jawabnya, untuk menebus denda
pembunuhan atau menghilangkan barang orang lain,
41
dia boleh diberi bagian zakat, meskipun sebenarnya
dia itu kaya.
7. Fi Sabilillah (Jihad dijalan Allah)
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah para
pejuang yang berperang di jalan Allah yang tidak
digaji oleh markas komando mereka karena yang
mereka lakukan hanyalah berperang.
Menurut jumhur ulama orang-orang yang berperang di
jalan Allah diberi bagian zakat agar dapat memenuhi
kebutuhan hidup mereka, meskipun mereka itu kaya
karena sesungguhnya orang-orang yang berperang itu
adalah untuk kepentingan orang banyak. Adapun
mereka yang digaji oleh markas komando mereka
tidak diberi bagian zakat sebab mereka memiliki gaji
tetap yang dapat dipakai untuk memenuhi segala
kebutuhan mereka, dan mereka tidak memerlukan
bagian itu (M. Ali, 2006:101).
42
8. Ibnu Sabil (Musafir, Orang yang Bepergian)
Musafir, orang yang berpergian maksudnya disini
yaitu seseorang yang tidak bisa melanjutkan
perjalanan karena kehabisan perbekalan. Ia berhak
diberi zakat dan karenanya ia bisa pulang ke
daerahnya sekalipun di daerahnya ia itu orang yang
kaya (Zurinal, 2008:183).
Orang yang sedang melakukan perjalanan adalah
orang-orang yang berpergian (musafir) untuk
melaksanakan suatu hak yang baik (tha’ah) tidak
termasuk maksiat. Adapun yang termasuk perbuatan
baik (tha’ah) ini antara lain, ibadah haji, berperang di
jalan Allah, dan ziarah yang dianjurkan.
D. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah suatu proses yang
relatif terus berjalan untuk meningkatkan perubahan
yang lebih baik (Isbandi, 2011:32). Secara konseptual,
pemberdayaan dan pemberkuasaan (empowerment),
43
berasal dari kata “power” (kekuasaan atau
keberdayaan). Dengan demikian, definisi
pemberdayaan adalah suatu perubahan seseorang ke
arah yang lebih baik lagi dengan memberikan
kemampuan untuk menjadi lebih mandiri (Edi
Suharto, 2005:57).
Pemberdayaan adalah suatu usaha untuk
mendatangkan hasil atau manfaat yang lebih besar dan
lebih baik dengan memanfaatkan segala sumber daya
dan potensi yang dimiliki. Pemberdayaan ditujukan
untuk memanfaatkan segala potensi yang melekat
pada sumber daya yang dimiliki secara optimal.
(Nurhartati, 2012:80).
Aspek-Aspek Pemberdayaan
Dalam upaya pemberdayaan, terdapat beberapa aspek
yang harus diperhatikan dengan cermat, yaitu:
a) Perencanaan
Perencanaan merupakan hal yang sangat vital guna
memastikan tiap-tiap sumber daya akan
mendatangkan manfaat bagi masyarakat.
44
b) Penggunaan
Setiap sumber daya yang memiliki nilai guna
hendaknya dialokasikan sesuai dengan fungsinya. Hal
ini ditujukan untuk menghindari adanya tumpang
tindih fungsi dan kegunaan sumber.
c) Evaluasi
Tindakan evaluasi dilakukan hanya pada akhir masa
penggunaan sumber, melainkan dimulai sejak tahap
perencanaan. Evaluasi berguna untuk meminimalisasi
adanya penyimpangan dan penyalahgunaan sumber
(Nurhartati, 2012:82).
Menurut Hani Handoko (1997:337)
memaparkan penggunakan istilah “Pengembangan”
yang berarti membina dan meningkatkan kualitas.
Untuk menyebut pemberdayaan, T. Hani Handoko
mengartikan istilah pengembangan sebagai suatu
usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses
pemecahan masalah dan melakukan pembaharuan.
Sedangkan menurut Edi Suharto (2005, 59-
60) pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
45
Sebagai proses, pemberdayaan merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan
atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kmiskinan. Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk
kepada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
sebuah perubahan sosial yakni masyarakat yang
berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi
maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri,
mampu bersinspirasi, memiliki mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri.
2. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi
Masalah kemiskinan menjadi identik
dengan masyarakat Indonesia, situasi ekonomi
masyarakat Indonesia sekarang ini bukan untuk
diratapi melainkan untuk dicari jalan keluarnya.
Diperlukan perjuangan besar dan gigih dari setiap
komponen masyarakat. Setiap pribadi masyarakat
46
ditantang untuk lebih gigih dalam berinteraksi, lebih
ahli dalam jaringan kerja dan lebih professional dalam
mengelola potensi-potensi dan kekuataan riil ekonomi
rakyat.
Untuk bisa keluar dari situasi ekonomi
yang menghimpit, diperlukan penguasaan life skill
(keahlian hidup). Masalah berikutnya adalah mengapa
harus memiliki keahlian hidup, karena berbagai
bidang kehidupan modern menuntut keahlian. Tanpa
keahlian akan sulit bagi seseorang untuk mendapatkan
peluang serta memenangkan kompetisi hidup yang
semakin ketat.
Dunia modern menuntut sikap antisipatif
dalam menyongsong masa depan untuk pembekalan
bebagai keahlian. Pendidikan dan keahlian inilah yang
dapat mengantisipasi perubahan zaman yang begitu
cepat. Selain menuntut penguasaan keahlian hidup,
juga dibutuhkan pengembangan kerakyatan.
47
Berikut beberapa langkah strategis
meunurut Muhammad Nurseha (2009:68) yang dapat
dilakukan untuk memberdayakan rakyat, yaitu:
a. Pemberian peluang atau akses produksi. Diantara
akses produksi yang paling mendasar adalah akses
kepada dana. Tersedianya dana yang memadai dapat
digunakan untuk modal secara berkesinambungan.
b. Memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha
ekonomi rakyat. Rasa setiakawan akan timbul rasa
percaya diri dan bangga diri dalam menghadapi era
global
c. Meningkatkan upaya pendidikan dan kesehatan dalam
upaya menciptakan sumber daya manusia yang
tangguh dan kuat. Upaya-upaya perbaikan pelayanan
kesehatan dan pendidikan harus dilakukan secara
intensif dengan memperhatikan kualitas yang semakin
baik. Hal tersebut dapat dilakukan melalui berbagai
upaya, misalnya pendidikan formal, pelatihan-
pelatihan, eksperimen dilapangan dan sebagainya.
48
d. Kebijakan ketenagakerjaan yang mendorong
munculnya tenaga kerja yang terampil, menguasai
keterampilan dan keahlian hidup serta tenaga kerja
yang mandiri.
e. Pemerataan pembangunan daerah. Pemerintah harus
memberikan kemudahan seperti bantuan kredit lunak
untuk pengusaha kecil.
f. Mengadakan pelatihan dan penyuluhan.
Dengan demikian inti pembangunan ekonomi
kerakyatan adalah mensejahterakan dalam dimensi
lahir dan batin.
Menurut Isbandi Rukminto Adi (2002:182), berikut
tahapan-tahapan menggunakan langkah yang strategis
dalam memberdayakan ekonomi rakyat:
1) Tahap persiapan (engagement)
Pada tahap ini terdapat dua tahapan yang harus
dikerjakan, yaitu: tahapan penyiapan petugas
(community worker) untuk menyamakan persepsi
antara anggota tim agen perubahan (change agent)
mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dalam
49
melakukan pemberdayaan masyarakat. Tahap
penyiapan lapangan dimana petugas (community
worker) pada awalnya melakukan studi kelayakan
terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik
secara formal maupun informal.
2) Tahap pengkajian (assessment)
Proses assessment yang dilakukan dapat secara
individual mealui tokoh-tokoh masyarakat tetapi
juga dapat melalui kelompok-kelompok dalam
masyarakat. Pada tahap ini, petugas sebagai agen
perubahan berusaha mengidentifikasi masalah dan
juga sumber daya yang dimiliki klien (Isbandi,
2002:186).
3) Tahap perencanaan alternatif program atau
kegiatan(designing)
Secara partisipatif melibatkan warga untuk berfikir
tentang masalah yang mereka hadapi dan
bagaimana mengatasinya. Dalam upaya mengatasi
permasalahan yang ada pada masyarakat
50
diharapkan dapat memikirkan alternatif program
dan kegiatan yang dapat mereka lakukan.
4) Tahap pemformulasian rencana aksi
Pada tahap ini petugas membantu masing-masing
kelompok masyarakat untuk memformulasikan
gagasan mereka dalam bentuk tertulis, terutama
apabila ada kaitannya dengan pembuatan proposal
kepada pihak pemilik dana, dimana bantuan dari
pihak petugas ini biasanya diperlukan pada
kelompok yang belum pernah mengajukan
proposal kepada pemilik dana atau modal (Isbandi,
2002:188).
5) Tahap pelaksanaan program atau kegiatan
(implementation)
Tahap pelaksanaan ini merupakan tahap yang
paling penting dalam pemberdayaan masyarakat.
Karena penting sesuatu yang sudah direncanakan
dengan baik akan dapat melenceng dalam
pelaksanaan dilapangan apabila tidak ada kerja
sama antara petugas dan warga masyarakat
51
maupun kerja sama antar warga (Isbandi,
2002:190).
6) Tahap evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan pengawasan dari warga dan
petugas terhadap program pemberdayaan
masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya
melibatkan warga masyarakat. Dengan demikian
warga masyarakat, pada tahap ini diharapkan
terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk
melakukan pengawasan secara internal. Sehingga
dalam jangka panjang diharapkan akan
membentuk
sistem dalam masyarakat yang lebih mandiri
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada
(Isbandi, 2002:193).
7) Tahap terminasi (disengagement)
Tahap terminasi merupakan tahap pemutusan
hubungan dengan komunitas sasaran. Terminasi
dalam suatu program pemberdayaan masyarakat
tidak jarang dilakukan bukan karena masyarakat
dianggap sudah mandiri melainkan proyek
52
diberhentikan karena sudah melebihi jangka waktu
yang ditetapkan sebelumnya atau karena anggaran
sudah selesai dan tidak ada penyandang dana atau
modal yang mau meneruskan (Isbandi, 2002:195.
3. Strategi Pemberdayaan Ekonomi
Dalam bukunya Edi Suharto (2005:66)
memaparkan dalam konteks pekerjaan sosial,
pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau
matra pemberdayaan (empowerment setting) : mikro,
mezzo dan makro.
a. Aras mikro, pemberdayaan dilakukan terhadap
klien secara individu melalui bimbingan,
konseling. Tujuan utama nya adalah membimbing
atau melatih klien menjalankan tugas tugas
kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai
pendekatan yang berpusat pada tingkat.
b. Aras mezzo, pemberdayaan dilakukan terhadap
sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan
dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika
53
kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi
dalam meningkatkan kesadaran pengetahuan,
keterampilan dan sikap sikap klien agar memiliki
kemampuan memecahka masalah yang dihadapi.
c. Aras makro, pendekatan ini disebut juga strategi
sistem besar, karena sasaran perubahan diarahkan
pada sistem lingkungan yang lebih luas.
Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
kampanye, aksi sosial, mengorganisasikan
masyarakat, manajemen konflik adalah beberapa
strategi pendekatan makro. Strategi ini
memandang klien sebagai orang yang memiliki
kompetensi untuk memahami situasi mereka
sendiri dan untuk menentukan strategi yang tepat
untuk bertindak.
54
4. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi
Tujuan dari pemberdayaan ekonomi adalah:
a. Meningkatkan kesadaran akan potensi yang dimiliki
untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi dalam
keluarga
b. Memperkuat kemampuan yang dimiliki untuk
mengembangkannya agar lebih baik
c. Memotivasi akan pentignya ekonomi dalam suatu
keluarga.
Pemberdayaan bertujuan juga untuk meningkatkan
kekuasaan orang-orang lemah atau kurang beruntung.
Pemberdayaan masyarakat disebut sebagai tujuan, yakni
pemberdayaan menunjuk pada keadaan yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
berupa fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
rasa percaya diri, mampu menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas
tugas kehidupannya (Edi Suharto, 2005:68).
55
Dari teori diatas dapat dikaitkan dengan gambaran
umum peneliti mengenai penerima manfaat dari
program Simantap yang dilakukan oleh Yayasan Griya
Yatim dan Dhuafa yang memiliki inisiatif untuk bekerja
dan mandiri untuk memilik life skill yang dapat
membuahkan hasil dari mata pencaharian nya agar dapat
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
56
BAB III
GAMBARAN UMUM GRIYA YATIM DAN DHUAFA
DI KANTOR PUSAT BSD TANGERANG SELATAN
A. Profil Dan Sejarah Griya Yatim dan Dhuafa
1. Profil Yayasan Griya Yatim & Dhuafa
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menyempurnakan
semua amal saleh dengan nikmat-Nya, yang telah menurunkan
semua kebaikan dengan kedermawanan- Nya dan yang telah
memberi kita petunjuk kepada iman dan islam. Shalawat serta
salam semoga senantiasa terlimpah atas junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Alhamdulilah sudah delapan tahun Griya
Yatim & Dhuafa (GYD) menjembatani kepedulian para
dermawan kepada anak yatim dan kaum dhuafa yang
tersebar di 11 propinsi di seluruh Indonesia dari Aceh
hingga Papua. Saat ini telah banyak para dermawan yang
telah bersinergi dengan GYD dalam pengasuhan dan
pemberdayaan anak-anak yatim dan dhuafa melalui program
pendidikan, pemberdayaan sosial, kemanusiaan dikutip dari
(https://griyayatim.com/profil/).
57
Program pendidikan diimplementasikan melalui adanya
Beasiswa Anak Berprestasi (BASIS), Generasi Mandiri Yatim
dan Dhuafa (GEMA), Sekolah Gratis (SEGAR), Program
pemberdayaan GYD juga telah dirasakan oleh remaja yatim dan
dhuafa melalui Pelatihan life skill (PEKAN), para bunda anak
yatim dan dhuafa dengan program pemberdayaan ekonomi
SiMANTAP-nya serta program SMART untuk anak-anak di
asrama GYD. Untuk program sosial kemanusiaan, GYD
membantu para korban bencana khususnya anak-anak melalui
program GYD Disaster Relief (GDR), membina dan membantu
para Lansia dengan BILAS serta memberikan penyuluhan
kesehatan dan pemeriksaan serta pengobatan gratis dengan GYD
SEHAT.
Sejarah Griya Yatim Dan Dhuafa
Berawal dari rasa galau beberapa Founding Father
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa melihat kondisi anak-anak
yang terpaksa putus sekolah atau tidak sekolah sama sekali
karena harus bekerja untuk menyambung hidupnya di daerah
kampung Dadap, pemukiman kumuh persis ditengah-tengah
megahnya perumahan Bumi Serpong Damai. Setelah
58
beberapa kali mengadakan pertemuan, dibentuklah lembaga
sosial yang concern pada masalah sosial khususnya anak-
anak. Dengan menempati sebuah rumah di Jl. Magnolia 1
Sektor 1.2 BSD yang digunakan juga sebagai asrama yatim
dan dhuafa terbentuklah organisasi sosial yang bernama
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.
Pada awal berdirinya, GYD dengan 6 orang karyawan
menampung 9 orang anak yang tinggal diasrama dan
membina sekitar 15-an anak yang semuanya berasal dari
kampung Dadap. Karena dukungan masyarakat yang terus
meluas mendorong dilakukannya pengelolaan organisasi ini
lebih baik dirintislah program beasiswa pendidikan yatim
dan dhuafa, santunan kesehatan, layanan donasi barang
layak pakai dan lain-lain. Animo masyarakat pada perlunya
organisasi kemanusiaan ternyata cukup besar. Masyarakat
memandang penting misi sosial ini diteruskan bahkan untuk
kiprah yang lebih luas. Hanya berselang beberapa bulan,
tepatnya bulan Agustus 2009 asrama kedua di Jl. Elang Raya
Bintaro Jaya dibuka. Pada akhir tahun 2009
59
GYD telah membina lebih dari 100 anak asuh.
Pertumbuhan asrama meningkat. Kantor pelayanan dibuka di
daerah Bintaro. Ekspansi mulai melebar ke Jakarta dan Bekasi
dengan dibukanya asrama ketiga di Cibubur Jakarta Timur dan
asrama keempat di Kranggan Bekasi. Dimulainya pembangunan
sistem Teknologi Informasi untuk peningkatan mutu pelayanan.
Hampir seluruh kantor cabang telah tersambung secara online.
Dalam menjalankan aktifitasnya GYD senantiasa
berusaha untuk menanamkan nilai-nilai kepedulian terhadap
lingkungan berupa program hemat energi, reboisasi dan pola
hidup sehat merupakan implementasi dari GYD HIJAU. Untuk
meningkatkan kualitas diniyah dan pendidikan umum lainnya
diimplementasikan dalam program pendidikan yang dilakukan di
pesantren modern terpadu An Nawawi Al Bantani. Dalam
memperluas lahan dan meng-upgrade sarana dan prasarana di
area pesantren dalam mengembangkan program
(PEMBEBASAN LAHAN).
Program lainnya diimplementasikan melalui program
pembangunan KLINIK GYD SEHAT, untuk memenuhi
kebutuhan sarana ibadah bagi masyarakat khususnya pada kaum
60
muslim GYD akan merealisaikannya dalam bentuk bangunan
Masjid, dalam program peningkatan dan pengembangan skill
anak asuh maka GYD berencana akan membangun gedung
pemberdayaan Life Skill Education Centre (LEC).
GYD kini telah memiliki 30 Asrama dan kantor pelayanan
dan didukung oleh 204 amil yang tersebar di seluruh Indonesia
yang telah memanfaatkan teknologi informasi untuk pengelolaan
zakat, infaq, shodaqoh, wakaf serta dana kemanusiaan lainnya.
Sampai dengan saat ini jumlah penerima manfaat yang
mendapatkan bantuan dari GYD sebanyak 79.140 jiwa (kuartal
kedua 2017). Dengan visi dan misi GYD yang sangat luas kami
mengajak para dermawan untuk bersinergi bersama kami guna
mewujudkan masa depan mereka serta membangun kesadaran
masyarakat akan pentingnya budaya berbagi. Dikutip dari
(https://griyayatim.com/sejarah/).
Mohon doanya agar lembaga yang ini selalu amanah dan
profesional dalam bekerja dan berkarya untuk Indonesia, Sejak
dikukuhkannya GYD Sebagai NAZIR WAKAF 15 APRIL 2014.
Hingga saat ini lembaga wakaf GYD sudah banyak mendapat
kepercayaan dari para donatur dan masyarakat luas. Hal ini dapat
61
dilihat dari respon positif terhadap program, wakaf baik wakaf
benda bergerak maupun wakaf benda tidak bergerak. Semua aset
wakaf yang di amanahkan kepada lembaga Wakaf GYD akan di
peruntukan dalam sektor pendidikan, kesehatan, pemberdayaan,
sosial kemasyarakatan, dan fasilitas sosial bagi anak-anak yatim
dan dhuafa
B. Program Pemberdayaan Ekonomi Simantap
Untuk membantu meningkatkan perekonomian
masyarakat, Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa melalui program
Simantap memberikan gerobak usaha untuk pedagang kaki lima
(PKL) baik pedagang yang mangkal maupun keliling.
Ketua program Pemberdayaan ekonomi Yayasan Griya
Yatim dan Dhuafa mengatakan bantuan gerobak usaha program
Simantap ini dihimpun dari penyaluran dana Ziswaf melalui
kantor cabang Griya Yatim dan Dhuafa yang sudah tersebar di 11
Propinsi di Indonesia.
Melalui program ini Griya Yatim dan Dhuafa berharap
para pedagang yang menjadi mitra program Simantap dapat
meningkatkan usahanya dalam memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya. Dan semoga dengan adanya program Simantap ini,
62
Griya Yatim dan Dhuafa bisa menyalurkan amanah donasi dari
para Dermawan sehingga menumbuhkan kepercayaan terhadap
Griya Yatim dan Dhuafa untuk menjadi fasilitator Pemberdayaan
Yatim dan Dhuafa (https://griyayatim.com/program-
pemberdayaan-ekonomi-simantap/).
63
C. STRUKTUR MANAJEMEN
Berikut adalah struktur manajemen dalam lembaga Griya Yatim
dan Dhuafa tahun 2019
64
D. VISI DAN MISI GRIYA YATIM DAN DHUAFA
Visi :
“Menjadi Organisasi sosial terdepan dalam mewujudkan
masa depan Yatim & Dhuafa”
Misi :
1. Pemberdayaan potensi Yatim & Dhuafa
2. Menjadi fasilitator yang memiliki integritas
3. Menjadi organisasi yang profesional & modern
4. Menjadi organisasi yang lebih peduli terhadap
lingkungan hidup. Dikutip dari (https://griyayatim.com/visi-misi/)
E. Jenis-Jenis Program Griya Yatim dan Dhuafa
1. Kemandirian
2. Pendidikan
3. Kesehatan
4. Pemberdayaan
5. Sosial Kemanusiaan
65
6. Ekonomi
7. Dakwah
8. Program Ramadhan
9. Spirit Qurban
66
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
Temuan
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa temuan yang
dihadapi oleh para mitra program pemberian bantuan gerobak
usaha Simantap, dibawah ini merupakan permasalahan yang
dialami oleh para mitra program Simantap:
1. Permasalahan yang Dihadapi Mitra Program Simantap
Berdasarkan hasil temuan peneliti, alasan mereka menjadi
mitra program Simantap disebabkan oleh beberapa faktor
permasalahan, yaitu:
a. Tingkat Pendidikan yang Rendah
Berdasarkan informasi yang didapat dari para
mitra program Simantap, rata-rata mereka yang
membutuhkan bantuan gerobak usaha ini hanya lulusan SD
dan paling tinggi SLTA seperti yang disampaikan oleh
beberapa mitra program Simantap, seperti yang disampaikan
oleh Pak Ismail selaku mitra Program Simantap
“pendidikan saya yang terakhir cuma SLTP kelas 2 aja
mas di kampung, karena orang tua keadaan ekonomi
nya juga sulit sekali saat itu dan juga saya memutuskan
untuk membantu orang tua cari nafkah dengan kerja
67
jaga toko di pasar” (Wawancara dengan Pak Ismail,
2018)
Hal serupa juga disampaikan oleh Pak Arman mitra Program
Simantap,
“saya dulu cuma lulusan SD aja mas jadi susah cari
kerja, kerjaan apa saja saya jalanin mas demi
kebutuhan keluarga, nggak kepikiran mas buat lanjut
sekolah saat itu soalnya kondisi ekonomi juga susah.”
(Wawancara dengan Pak Arman, 2018)
Sama hal nya dengan yang disampaikan oleh Pak Adi mitra
Program Simantap,
“saya cuma sekolah sampe SLTP kelas 3 doang mas,
orang tua gak sanggup biayain buat lanjut soalnya buat
biaya adik-adik saya sekolah juga sekalian saat itu.
saya ada program gerobak usaha ini aja bersyukur
banget mas, cari kerja nggak dapet dapet, jualan apaan
aja dah biar dapur bisa ngebul terus mas.” (Wawancara
dengan Pak Adi, 2018).
Hal yang sama juga disampaikan oleh Bu Alfiah mitra
Program Simantap,
“saya dulu nya lulusan SLTA doang mas, terus gak
lama nikah sama bapak sambil bantu jualan es
dirumah, kebutuhan ekonomi yg kurang buat lanjut
sekolah ke perguruan tinggi jadi saya bantu orang tua
aja cari duit dengan ngajar anak-anak TPA deket
rumah.” (Wawancara dengan Bu Alfiah, 2018).
Tingkat pendidikan bagi para mitra program
Simantap masih terbilang rendah karena rata-rata hanya
lulusan SD dan SLTP. Kondisi ekonomi yang tidak
68
mendukung menyebabkan merekan tidak dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
b. Kurangnya Modal Usaha
Kurang nya modal usaha merupakan salah satu
faktor para mitra Program Simantap mau menjadi mitra
Program Simantap. Kebutuhan ekonomi keluarga yang
harus selalu dipenuhi membuat para mitra program
Simantap tidak memiliki modal usaha yang cukup untuk
dapat memiliki gerobak jualan mereka sendiri. Seperti yang
dikatakan Pak Adi,
“modal buat bikin gerobak itu lumayan mahal mas, duit
nya lebih sering kepake buat kebutuhan dapur dan juga
anak anak untuk biaya sekolah.” (Wawancara dengan
Pak Adi, 2018).
Mereka belum mampu memiliki gerobak usaha nya sendiri
karena hasil usaha yang sebelumnya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga saja. Pak Ismail juga
menyampaikan hal yang sama,
“Hasil kerja saya jadi buruh cuma cukup buat biaya
anak sekolah sama kebutuhan makan sehari-hari aja
mas, itu juga kadang kurang sampe terpaksa minjem
tetangga. Sulit nya cari kerja dengan pendapatan yang
69
memadai buat nabung mas.” (Wawancara dengan Pak
Ismail, 2018).
Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Pak Arman,
“Nggak ada tabungan mas buat beli gerobak, ya
namanya jalanin aja kerjaan yang ada pendapatan nya
cuma cukup buat keluarga sehari-hari aja. Gak bisa
buat nabung beli gerobak. Lamar kerja sana-sini gak
masuk masuk. Daripada gak ada pendapatan ya saya
bantu bantu di toko, kadang jualan sayur dirumah.”
(Wawancara dengan Pak Arman, 2018)
Seperti halnya yang disampaikan para mitra program yang
lain, Bu Alfiah juga menyampaikan hal yang sama,
“suami sakit stroke sudah lama dan saya cuma ngajar
paud aja. Hasil dari ngajar cuma buat makan sehari-
hari, biaya anak skolah sama biaya berobat suami aja.
Gak bisa nabung buat beli gerobak. Buat makan aja
sering selang-seling.” (Wawancara dengan Bu Alfiah,
2018)
Keinginan untuk memperbaiki ekonomi keluarga dapat
terbantu dengan adanya program Simantap yang
memberikan bantuan gerobak usaha kepada masyarakat
yang dibutuhkan dengan tepat sasaran.
B. Proses Pemberdayaan Mitra Program Simantap
Pemberdayaan adalah suatu proses yang relatif terus
berjalan untuk meningkatkan perubahan kearah yang lebih baik
(Isbandi, 2011:32). Secara konseptual, pemberdayaan
(empowering) berasal dari kata “power” (kekuasaan atau
keberdayaan) dengan demikian, definisi pemberdayaan adalah
70
suatu perubahan seseorang ke arah yang lebih baik lagi dengan
memberikan kemampuan untuk menjadi lebih mandiri.
Dalam pelaksanaannya, pemberdayaan memiliki makna
dorongan atau motivasi, bimbingan atau pendampingan dalam
meningkatkan kemampuan individu atau masyarakat secara
mandiri (Oos, 2013:50).
Proses pemberdayaan ini diawali oleh kontribusi para
muzakki dermawan yang menyisihkan sebagian rezeki nya untuk
orang-orang yang membutuhkan dalam binaan Yayasa Griya
Yatim dan Dhuafa. Seperti yang disampaikan Riska selaku
donatur di Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa,
“Saya sudah 2 tahun menyisihkan sebagian rezeki saya
tiap abis gajian ke Griya Yatim ini karena menurut
saya lembaga ini terlihat professional dalam kegiatan-
kegiatan nya yang membuat saya percaya terus menjadi
donator hingga saat ini.” (Wawancara dengan Bu
Riska,2018).
Sama halnya dengan yang disampaikan Riska, Rika juga
berpendapat sebagai berikut,
“Yayasan Griya Yatim ini anak-anak nya ramah dan
sopan, pengurusnya juga sangat ramah, program nya
edukatif dan professional yang menjadi daya tarik bagi
saya untuk memberikan infaq saya ke lembaga ini.”
(Wawancara dengan Bu Rika, 2018)
71
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui suatu
perubahan yang merujuk pada perubahan sosial. Perubahan sosial
yang dimaksud adalah perubahan dari masyarakat yang belum
berdaya menjadi masyarakat yang berdaya serta melihat
kemampuan yang sebelumnya tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sendiri menjadi dapat memenuhi kebutuhan hidup nya
sendiri. Seperti yang disampaikan oleh Pak Mustaqim selaku
Sekretaris Yayasan,
“Pihak Griya Yatim selaku penyelenggara program
Simantap berupa pemberian gerobak usaha ini dalam
menentukan mitra kami tentu nya harus memenuhi
beberapa syarat dan ketentuan yang harus di penuhi
oleh calon mitra Simantap agar kegiatan ini dapat
berjalan sesuai tepat sasaran.” (Wawancara dengan Pak
Mustaqim, 2018).
Penerima manfaat program Simantap berasal dari
masyarakat yang masuk kedalam kategori masyarakat yang
kurang mampu.Tidak hanya dari segi ekonomi namun juga dilihat
dari segi keinginan yang kuat untuk merubah nasib nya menjadi
lebih baik.
Pemberian bantuan gerobak usaha yang diberikan oleh
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dapat menumbuhkembangkan
keinginan para mitra program untuk memperbaiki nasib nya agar
lebih berdaya.Pemberian gerobak usaha ini menjadi modal usaha
72
mereka untuk berwirausaha berdasarkan kemampuan masing-
masing individu. Seperti yang disampaikan oleh Pak Roni selaku
Ketua Divisi Pemberdayaan di Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa,
“Calon mitra program Simantap harus lah memiliki
tujuan yang nyata untuk memanfaatkan pemberian
bantuan gerobak usaha maka dari itu kami menyeleksi
nya dengan seksama dan memantau proses berjalannya
pemanfaatan gerobak tersebut selama menjadi mitra
program Simantap.” (Wawancara dengan Pak Roni,
2018).
Kemampuan mitra program untuk berusaha memperbaiki
nasib nya juga dibarengi oleh niat dan tekad yang kuat untuk
menjadi masyarakat yang berdaya, untuk memperbaiki kondisi
perekonomian mereka.
Gerobak usaha yang diberikan ini akan dimanfaatkan
sepenuhnya oleh para mitra program Simantap agar dapat
dimanfaatkan sesuai kemampuan masing-masing individu.
Harapan untuk dapat memperbaiki nasib kini dapat
mereka buktikan dengan pemanfaatan bantuan gerobak usaha
secara optimal. Harapan Griya Yatim dalam program Simantap
ini adalah membuat mereka Mustahik bisa berdaya diatas
kemampuan yang mereka miliki dan dapat merubah mereka
menjadi Muzakki (Pemberi bantuan)
73
C. Hasil Pemberdayaan Mitra Program Simantap.
Program pemberian bantuan gerobak usaha merupakan
program yang memberikan banyak manfaat positif bagi
masyarakat khususnya mitra program Simantap. Program ini
memungkinkan bagi masyarakat yang ingin memulai usaha
namun belum memiliki modal awal usaha dapat memulai usaha
nya dengan mandiri dengan memanfaatkan bantuan gerobak
usaha yang diberikan. Seperti yang disampaikan oleh Pak Adi
sebagai berikut,
“Dulu saya jualan sayur keliling pake gerobak sewa
punya tetangga, hasil nya hanya cukup buat kebutuhan
sehari-hari aja. Semenjak saya jadi mitra program
Simantap ya syukur mas saya gak pake sewa gerobak
lagi. Duit lebih nya bisa buat saya tabung keperluan
anak-anak sekolah dan buat jaga jaga kalo ada yang
sakit.” (Wawancara dengan Pak Adi, 2018).
Mitra program Simantap rata-rata sudah berkeluarga dan
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga maka setiap orang
harus melakukan pekerjaan.Usaha yang dilakukan oleh setiap
individu berbeda-beda. Ada yang memanfaatkan bantuan gerobak
usaha untuk berjualan mie ayam, nasi goreng, bakso, es dawet,
soto dll berdasarkan kemampuan yang mereka miliki masing-
masing.
74
Hasil dari usaha yang dilakukan oleh setiap mitra program
Simantap mampu menjadikan mereka sebagai individu yang lebih
gigih, percaya diri, serta mandiri. Penghasilan yang didapatkan
dari usaha mereka memanfaatkan gerobak usaha dapat digunakan
untuk mengatasi masalah keluarga, membuat mereka dapat
memenuhi kebutuhan individu dalam keluarga, tidak lagi
bergantung kepada bantuan orang lain, seperti yang dikatakan
oleh Bu Alfiah:
“Perubahan ekonomi Alhamdulillah meningkat ya mas
dengan adanya program pemberian bantuan gerobak
usaha ini. Kebutuhan keluarga untuk biaya anak
sekolah dan berobat bapak menjadi lebih ringan karena
hasil yang lebih baik setelah saya menjadi mitra
program Simantap.” (Wawancara dengan Bu Alfiah,
2018).
Perubahan-perubahan setelah menjadi mitra program Simantap
sangat dirasakan oleh para mitra program seperti yang dirasakan
oleh Pak Arman:
“Perubahan yang saya dan keluarga saya rasakan
setelah menjadi mitra Program, saya menjadi lebih
fokus berjualan soto dan istri saya juga memiliki
kesibukan jualan nasi uduk pagi-pagi dengan
memanfaatkan gerobak Simantap ini. Ya jadi lebih
produktif waktu yang biasanya hanya digunakan untuk
mengurus rumah lalu mengerjakan pesanan jahitan
kalau ada, kalau tidak ada ya istri saya nganggur.
Selagi istri saya jualan nasi uduk, saya menyiapkan
bahan-bahan untuk jualan soto di siang nya.
75
Pendapatan menjadi lebih baik, waktu lebih
bermanfaat.” (Wawancara dengan Pak Arman, 2018).
Sama halnya dengan yang dirasakan oleh Pak Ismail sebagai
berikut,
“Sebelum jadi mitra Program Simantap saya cuma jadi
buruh pabrik aja mas, istri cuma jualan mainan anak
kecil kecilan dirumah buat bantu pendapatan, semenjak
jadi mitra Simantap ya Alhamdulillah mas istri bisa
jualan mie ayam abis jemput anak sekolah gentian
sama saya setelah saya pulang dari pabrik. Pendapatan
jadi meningkat buat biaya hidup sehari-hari jadi lebih
ringan.” (Wawancara dengan Pak Ismail, 2018).
Program Simantap memberikan peluang untuk
masyarakat yang dalam kategori miskin menjadi lebih produktif
dan dapat memanfaatkan waktu untuk hasil yang lebih
bermanfaat dan menghasilkan uang untuk keberdayaan ekonomi
mereka. Selain lebih produktif juga mereka merasa lebih disiplin
waktu dan bertanggung jawab untuk memelihara gerobak bantuan
usaha yang diberikan.
76
BAB V
ANALISIS PENELITIAN
B. Analisis Hasil Penelitian
Pemberdayaan adalah suatu usaha untuk mendatangkan
hasil atau manfaat yang lebih besar dan lebih baik dengan
memanfaatkan segala sumber daya dan potensi yang dimiliki.
Pemberdayaan ditujukan untuk memanfaatkan segala potensi
yang melekat pada sumber daya yang dimiliki secara optimal.
(Nurhartati, 2012:80).
Dengan demikian mereka akan mengusahakan diri mereka untuk
menjadi apa yang mereka inginkan untuk mengatasi
permasalahan yang mereka hadapi sehingga mereka memiliki
kemampuan untuk menentukan masa depan nya dengan keahlian
yang mereka miliki masing-masing.
1. Proses Pemberdayaan Mitra Program Simantap
Dalam proses nya, terdapat 3 tahapan yang di lalui dalam
pemberdayaan diantaranya adalah: a) tahap perencanaan, b)
tahap penggunaan dan c) tahap evaluasi. (Nurhartati,
2012:82).
77
a. Perencanaan.
Perencanaan merupakan hal yang sangat vital guna
memastikan tiap-tiap sumber daya akan mendatangkan
manfaat bagi masyarakat. Perencanaan dalam Program
Simantap ini dirancang dengan baik dan matang agar
tidak salah sasaran dan mencapai tujuan yang diinginkan
yaitu merubah masyarakat dari mustahik (penerima)
menjadi muzakki (pemberi). Seperti yang disampaikan
oleh Pak Roni sebagai berikut,
Perencanaan yang dilakukan oleh Yayasan Griya
Yatim dan Dhuafa dalam Program Simantap
mengharuskan setiap calon mitra harus memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan oleh kami pihak
Yayasan Griya Yatim agar program ini berjalan tepat
sasaran. Syarat yang harus calon mitra penuhi antara lain:
1. Pedagang Keliling atau mangkal
1. Tepat sasaran
2. Siap untuk di liput kegiatannya baik foto
maupun video.
78
3. Dokumentasi kegiatan menggunakan
Banner Program Simantap.
4. Siap untuk di wawancarai bila di perlukan.
5. KBA (Penerima manfaat harus pedagang
yang beroperasi di sekitar Asrama
Yayasan Griya Yatim & Dhuafa).
(Wawancara dengan Pak Roni, 2018).
Pak Mustaqim menambahkan pendapatnya sebagai
berikut,
“Calon mitra yang memenuhi syarat tersebut kemudian
kami verifikasi kembali dengan melihat langsung
keadaan rumah nya, pekerjaan yang dilakukan sebelum
menjadi mitra program guna program yang kami
laksanakan ini tepat sasaran.” (Wawancara dengan Pak
Mustaqim, 2018).
Dalam proses nya terdapat 7 tahapan yang dilalui
dalam proses penerimaan calon mitra atau penerima
manfaat program Simantap, antara lain: 1) pengajuan
permohonan, 2) survei, 3) verifikasi, 4) konfirmasi, 5)
persiapan, 6) realisasi, 7) kontrol.
79
b. Penggunaan
Tahap penggunaan merupakan infak dan shodaqoh oleh
donatur kepada Yayasan Griya Yatim lalu pihak Yayasan
yang akan mengatur pemanfaatan infak dan shodaqoh yang
digunakan untuk keperluan anak-anak yatim dan juga
program Simantap. Seperti yang disampaikan oleh Pak Roni
sebagai berikut,
“Semua dana Program Simantap berasal dari donatur
mas, nanti sebagian kami gunakan untuk anak-anak
yatim yang berada di setiap cabang kami karena kami
fokus kesana dan juga sebagian kami gunakan untuk
Program Simantap ini. Kami juga tidak menutup
kesempatan apabila ada donatur yang ingin
memberikan gerobak usaha kepada kami pasti akan
terima.” (Wawancara dengan Pak Roni, 2018).
Setiap donasi yang masuk kepada Griya Yatim dan
Dhuafa, telah diatur sedemikian rupa untuk dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan yang terdapat di dalam
lembaga. Menjadi lembaga yang kredibel dan professional
merupakan suatu kewajiban bagi Griya Yatim dan Dhuafa
guna mengemban amanah setiap donatur yang menyisihkan
sebagian rezeki untuk berdonasi.
Seperti yang disampaikan oleh Riska, donatur di Yayasan
Griya Yatim dan Dhuafa sebagai berikut,
80
“Saya sudah 2 tahun menyisihkan sebagian rezeki saya
tiap abis gajian ke Griya Yatim ini karena menurut
saya lembaga ini terlihat professional dalam kegiatan-
kegiatan nya yang membuat saya percaya terus menjadi
donator hingga saat ini.” (Wawancara dengan Bu
Riska, 2018)
Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Rifa dibawah
ini,
“Yayasan Griya Yatim ini anak-anak nya ramah dan
sopan, pengurusnya juga sangat ramah, program nya
edukatif dan professional yang menjadi daya tarik bagi
saya untuk memberikan infaq saya ke lembaga ini.”
(Wawancara dengan Bu Rifa, 2018)
Dalam mengatur donasi yang masuk ke lembaga
Griya Yatim dan Dhuafa, tentu nya mengharuskan
pemanfaatan donasi untuk setiap kegiatan yang syarat
akan manfaat. Salah satu nya pemanfaatan donasi untuk
kegiatan program Simantap ini.
Kegiatan program Simantap ini ditujukan kepada
masyarakat sekitar Griya Yatim dan Dhuafa untuk dapat
memberdayakan diri nya melalui pemberian bantuan
gerobak usaha yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keahlian masing-masing mitra program Simantap.
Pak Ismail menyampaikan waktu yang digunakan untuk
memanfaatkan gerobak usahanya sebagai berikut,
81
“Biasanya mulai jualan itu istri saya duluan setelah
pulang jemput anak sekolah sekitar jam 13.00 lah istri
saya mulai berjualan dikarenakan saya kerja jadi buruh
dari pagi jam 06.00 sudah berangkat. Setelah saya
pulang kerja dari pabrik jam 17.00 , saya langsung
menggantikan istri saya berjualan sampe jam 20.00.
Kira-kira pemanfaatan gerobak usaha ini sekitar 7 jam
dalam sehari.” (Wawancara dengan Pak Ismail, 2018).
Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Pak Adi
sebagai berikut,
“Saya berjualan biasanya sejak habis Maghrib atau
sekitar jam 18.00
sampai jam 02.00. Ya sampai sehabisnya aja mas
biasanya sih saya sedia itu 3 liter beras buat jualan nasi
goreng.” (Wawancara dengan Pak Adi, 2018).
Bu Alfiah juga menyampaikan waktu berjualannya
dengan gerobak Simantap sebagai berikut,
“Saya biasanya mulai jualan jam 08.00 sampai jam
17.00. Selama anak-anak jam sekolah aja. Itupun saya
suka dibantu sama sodara buat gantiin jaga warung ini
soalnya saya harus bolak balik kerumah nemenin suami
saya yang sakit stroke.” (Wawancara dengan Bu
Alfiah, 2018)
Pak Arman juga berpendapat seperti mitra program
lainnya mengenai waktu berjualan dengan gerobak
Simantap sebagai berikut,
“Saya biasanya berjualan dari jam 10.00 sampai jam
17.00 sore. Kira kira selama 7 jam saya berjualan.
Belanja nya ke pasar mah dari pagi jam setengah 5 an
mas, terus siap siap barang barang deh sebelum
jualan.” (Wawancara dengan Pak Arman, 2018).
82
Para mitra Program Simantap memanfaatkan
gerobak usaha nya untuk berjualan sesuai apa yang
mereka inginkan sesuai dengan kemampuan masing-
masing mitra. Mereka juga memanfaatkan gerobak usaha
tersebut selama kurang lebih 7 jam dalam sehari untuk
berjualan.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses menilai sesuatu yang
didasarkan pada kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan,
yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas
obyek tertentu (Umar Husen, 2002:46).
Pak Mustaqim menyampaikan tahap evaluasi yang dilakukan
sebagai berikut,
“Evaluasi yang kami lakukan saat ini yaitu memantau
perkembangan kegiatan pemanfaatan gerobak usaha
yang diberikan kepada mitra kami karena pada umum
nya keberadaan lokasi berjualan mitra program kami
berada di wilayah yang tidak jauh dari kantor cabang
Yayasan Griya Yatim.” (Wawancara dengan Pak
Mustaqim, 2018)
Sependapat dengan Pak Mustaqim, Pak Roni menambahkan
sebagai berikut,
“Kami memantau perkembangan kegiatan para mitra
program kami untuk mengetahui kegiatan nya sehari
83
hari dalam pemanfaatan gerobak usaha tersebut. Kami
juga akan segera melakukan pendampingan kepada
para mitra agar mereka lebih berkembang lagi dalam
memanfaatkan bantuan gerobak usaha tersebut.”
(Wawancara dengan Pak Roni, 2018).
2. Efektivitas Program Simantap Terhadap Mitra Program.
Berdasarkan hasil yang ditemukan di lapangan,
Program Simantap memiliki dampak yang sangat positif bagi
para mitra Program Simantap. Hasil pemberdayaan ini dapat
dilihat dari efektif nya program ini kepada para mitra
Program Simantap.
Efektivitas merupakan taraf sejauh mana
peningkatan kesejahteraan manusia dengan adanya program
tertentu karena kesejahteraan manusia merupakan tujuan dari
proses pembangunan. Adapun untuk mengetahui tingkat
kesejahteraan tersebut dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa indikator seperti pendapatan, pendidikan ataupun
rasa aman (Sondang, 2001:78). Indikator efektif nya suatu
program dapat diukur berdasarkan beberapa poin dibawah ini
Menurut Kansil dan Christine (2011:119) yang mengutip
Cambel J.P, diantaranya:
84
a) Keberhasilan program.
Program Simantap yang di realisasikan oleh
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa memiliki tujuan untuk
memberdayakan kaum fakir dan dhuafa agar memiliki
kemampuan untuk merubah nasib nya sendiri, merubah
mereka yang awal nya adalah mustahik(penerima) agar
menjadi muzakki (pemberi). Seperti yang disampaikan
oleh Pak Adi sebagai berikut,
“Program Simantap ini menurut saya tepat sasaran dan
bermanfaat membuat masyarakat yang kurang
beruntung kaya saya menjadi lebih baik dengan adanya
program pemberian bantuan gerobak usaha Simantap
ini.” (Wawancara dengan Pak Adi, 2018). Sependapat dengan Pak Adi, Bu Alfiah juga
menyampaikan pendapatnya sebagai berikut,
“Kalau penerima manfaat program Simantap nya
seperti saya menurut saya pasti bermanfaat sekali mas,
buat membantu biaya berobat suami saya dari hasil
jualan bakso sama es dawet bersyukur banget bisa
sampe kaya sekarang.” (Wawancara dengan Bu Alfiah,
2018). Para mitra program Simantap yang peneliti telah
observasi dan wawancara telah merasakan banyak
manfaat yang diterima dari adanya program Simantap.
Perekonomian semakin membaik, mulai menekuni bidang
pekerjaan, sebagian pendapatan dapat ditabung untuk
85
berbagai keperluan, dan juga dari sisi dakwah mereka
sudah dapat menyisihkan rezeki nya untuk di sedekahkan.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Pak Ismail
“Sebelum menjadi mitra program Simantap, saya
mencari nafkah melalui jualan kopi keliling dan istri
saya jualan mainan anak-anak. Alhamdulillah Griya
Yatim dan Dhuafa memiliki program Simantap ini
berupa pemberian bantuan gerobak usaha.Saat itu saya
segera melengkapi syarat yang harus dipenuhi untuk
menjadi mitra program Simantap dan saya berjualan
mie ayam. Kebutuhan keluarga seperti bayar
kontrakan, kebutuhan anak-anak untuk sekolah
sekarang bisa tertutupi dengan pendapatan dari
penjualan mie ayam dan juga saya bekerja sebagai
buruh.” (Wawancara dengan Pak Ismail, 2018).
Sama halnya dengan pendapat mitra program yang lain,
Pak Arman juga menyampaikan sebagai berikut,
“Menjadi mitra program Simantap bagi saya adalah hal
yang sangat bermanfaat bagi saya. Dari yang dulu sewa
gerobak buat jualan sayur sekarang tanpa sewa gerobak
lagi saya bisa usaha. Hasil nya bisa buat kebutuhan
keluarga dan aak sekolah jadi lebih ringan pokoknya
mas. “ (Wawancara dengan Pak Arman,2018).
Hal tersebut tentu nya sesuai dengan tujuan
program Simantap yang ingin membuat Mustahik menjadi
Muzakki. Meningkatnya tingkat kesejahteraan para mitra
menjadi bukti keberhasilan program Simantap.
86
b) Keberhasilan Sasaran
Dalam penyaluran bantuan, ketepatan sasaran
menjadi salah satu indikator penting dalam menunjang
pencapaian tujuan. Program yang tepat sasaran dapat
menjadikan sasaran program menjadi lebih efektif
dalam melakukan pencapaian tujuan. Seperti yang
disampaikan oleh Pak Mustaqim selaku Sekretaris
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa,
“Sasaran utama program Simantap ini adalah kaum
fakir dan dhuafa yang ingin memiliki usaha namun
belum memiliki modal dapat menjadi mitra program
Simantap untuk dapat diberikan bantuan gerobak
usaha.” (Wawancara dengan Pak Mustaqim, 2018).
Namun tidak hanya kaum fakir dan dhuafa saja
yang menjadi kriteria calon mitra program Simantap
tapi ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh
calon mitra program diantaranya memiliki SKTM,
memiliki tempat tinggal sewa untuk usaha nya serta
niat yang tulus dan gigih untuk berusaha. Seperti yang
disampaikan oleh Pak Adi sebagai berikut,
“Pihak Griya juga pasti pengen program nya ini tepat
sasaran makanya saya harus melengkapi beberapa
syarat untuk jadi mitra program Simantap ini seperti
SKTM, pengalaman usaha dan juga tempat usaha. Biar
program nya tepat sasaran dan juga bisa bermanfaat
87
bantuan gerobak usaha nya.” (Wawancara dengan Pak
Adi, 2018).
Ibu Alfiah juga salah satu contoh ketepatan
sasaran dalam program Simantap. Beliau adalah
seorang single parent dengan tiga orang anak yang
masih sekolah. Beliau juga harus mengurusi suami
nya yang terjangkit penyakit stroke selama 6 tahun ini.
Beliau yang tadi nya hanya seorang penjual gas
dan galon serta mengajar paud, sekarang berkat
adanya program Simantap, Bu Alfiah dapat
menjalankan usaha nya berjualan bakso dan es dawet
dengan pendapatan yang lebih baik dari sebelumnya.
“Kalau dulu pas saya jualan gas dan galon sama ngajar
paud pendapatan saya masih kurang sebenernya untuk
kebutuhan keluarga tapi berkat bantuan Allah kalau di
hitung mah kurang tapi jadi ada aja rezeki nya. Setelah
menjadi mitra program Alhamdulillah ada peningkatan
pendapatan buat kebutuhan keluarga bahkan saya bisa
nabung sedikit sedikit.” (Wawancara dengan Bu
Alfiah, 2018).
c) Kepuasan Terhadap Program.
Dalam setiap program tentunya memiliki tingkat
kepuasan masing-masing. Program Simantap pun
memiliki tingkat kepuasan yang dirasakan oleh para mitra
program Simantap.
88
Kepuasan para mitra program Simantap tercermin
dari keberlanjutan mereka menjadi mitra program, tekun
nya berjualan dengan bantuan gerobak usaha yang
diberikan, serta rasa senang dalam menjalani aktivitas
sehari-hari dengan memanfaatkan bantuan gerobak usaha
tersebut. Seperti yang Pak Ismail sampaikan,
“Program yang bermanfaat sekali untuk kalangan
masyarakat seperti saya mas. Dapat menghidupi
keluarga, kebutuhan anak-anak sekolah bahkan bisa
dimanfaatkan buat nabung ini semua hasil dari program
Simantap. Semoga makin banyak lembaga yang
membuat program seperti ini.” (Wawancara dengan
Pak Ismail, 2018).
Seperti yang Pak Adi tuturkan sebagai berikut,
“Saya sangat mesyukuri ada nya program Simantap ini
mas. Saya diberikan gerobak usaha gratis tanpa biaya
sewa untuk bisa saya manfaatkan jualan nasi goreng
ini. Semoga berkah lah buat semua nya.” (Wawancara
dengan Pak Adi, 2018).
Pak Arman juga menyampaikan hal yang sama sebagai
berikut,
“Saya merasa puas dan terbantu dengan adanya
program pemberian bantuan gerobak usaha ini. Berkat
program Simantap, pendapatan menjadi lebih baik,
saya jadi bisa menabung, saya dan istri jadi lebih
memanfaatkan waktu untuk jualan dibanding cuma
dirumah aja nonton tv setelah ngurus rumah dan anak.”
(Wawancara dengan Pak Arman, 2018).
89
Bu Alfiah menambahkan,
“Saya berterima kasih sekali pada Griya Yatim mas
karena program yang sangat membantu saya dalam
mencari rezeki untuk kesembuhan suami dan biaya
anak-anak sekolah. Semoga semua yang terkait dengan
program ini diberikan kelancaran rezeki nya mas.”
(Wawancara dengan Bu Alfiah, 2018).
Berdasarkan hasil observasi dan penelitian yang
penulis lakukan terhadap mitra program Simantap, bahwa
para mitra program Simantap merasa puas terhadap
adanya program bantuan gerobak usaha tersebut yang
membantu mereka dalam memudahkan jalannya usaha
mereka.
d) Tingkat Input dan Output.
Tingkat input dan output yang mitra program
Simantap rasakan adalah peningkatan input dan output
dari sebelum menjadi mitra program Simantap dan
juga setelah minjadi mitra program Simantap.
Pendapatan mitra sebelum program biasanya
hanya dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
saja, namun setelah mereka menjadi mitra program
Simantap terjadi peningkatan pendapatan. Pendapatan
90
yang mereka dapatkan dapat digunakan untuk
keperluan sehari-hari bahkan mereka dapat mulai
menabung dan menyisihkan sebagian rezeki mereka
untuk bersedekah. Pak Ismail menyampaikan,
“Kalau pendapatan saya dulu cuma 2 jutaan aja mas
ditambah sama istri jualan mainan anak-anak ya kira
kira 3 juta sebulan mas. Setelah saya jadi mitra
program Simantap Alhamdulillah ada peningkatan
mas. Jadi 3,5 jutaan lah kira kira sekarang setiap bulan.
Buat biaya keluarga dan anak-anak sekolah dan
sekarang juga saya jadi bisa nabung mas buat jaga jaga
kalau ada yangg sakit.” (Wawancara dengan Pak
Ismail, 2018).
Sama halnya dengan yang disampaikan Pak Arman,
“Sebelum jadi mitra Program Simantap saya hasil
jualan sayur dan ditambah hasil istri jahit kira kira 3,5
juta mas. Itu capek nya luar biasa mas karena pagi dini
hari harus ke pasar belanja, pagi saya keliling jualan
pake gerobak sewa. Baru istirahat kira kira abis ashar.
Alhamdulillah ada program Simantap ini saya jadi bisa
jualan soto dan gak secapek waktu jualan sayur dan
Alhamdulillah peningkatan pendapatan mas jadi ya
kira kira 6 juta per bulan.” (Wawancara dengan Pak
Arman, 2018).
Pak Adi juga menyampaikan hal yang sama sebagai
berikut,
“Alhamdulillah ada peningkatan mas dari pendapatan
hanya 3 juta dengan biaya yang lebih banyak
dikeluarkan karena sewa gerobak, menjadi 4 juta tanpa
biaya sewa gerobak dari Simantap ini. Semoga berkah
mas semua donator nya.” (Wawancara dengan Pak Adi,
2018).
91
Sama halnya yang dirasakan oleh Bu Alfiah sebelum
dan setelah menjadi mitra Program Simantap sebagai
berikut,
“Ada peningkatan mas Alhamdulillah. Dulu saya
ngajar cuma dapet 1,5 juta mas. Buat biaya berobat
suami sama sekolah anak-anak itu pun rasanya mepet
banget tapi Alhamdulillah rezeki ada aja dari Allah.
Semenjak jadi mitra Program Simantap ini saya
bersyukur sekali mas diberikan bantuan gerobak usaha
buat modal jualan bakso dan es dawet. Pendapatan
sekarang kira kira 3 jutaan lah mas Alhamdulillah.”
(Wawancara dengan Bu Alfiah, 2018).
Dibawah ini merupakan table pendapatan sebelum dan
sesudah menjadi mitra program Simantap pada tahun
2018:
Tabel 2.1 Pendapatan Mitra Program Simantap
Pendapatan Mitra
(Per Bulan)
Sebelum Sesudah Kesimpulan
Pak Ismail Rp. 3.000.000,- Rp. 3.500.000,- Meningkat
Pak Adi Rp. 3.000.000,- Rp. 4.000.000,- Meningkat
Ibu Alfiah Rp. 1.500.000,- Rp. 3.000.000,- Meningkat
Pak Arman Rp. 3.500.000,- Rp. 6.000.000,- Meningkat
Sumber : Hasil pengolahan data
92
e) Pencapaian Tujuan Menyeluruh
Tercapainya tujuan secara menyeluruh merupakan
harapan dari setiap program yang dijalankan.
Tercapainya tujuan tidak terlepas dari kontribusi
setiap elemen yang turut membantu agar program
yang di rencanakan akan berjalan dan menuai hasil
yang memuaskan. Seperti yang disampaikan oleh Pak
Roni sebagai berikut,
“Program ini direncanakan dengan baik agar dapat
membuat masyarakat yang mendapat bantuan gerobak
usaha ini menjadi lebih baik lagi. Maka dari itu kami
mengharuskan setiap calon mitra harus memenuhi
persyaratan yang telah kami sepakati agar tidak salah
sasaran.” (Wawancara dengan Pak Roni, 2018).
Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Pak
Mustaqim,
“Setiap mitra program Simantap diberikan bantuan
gerobak usaha untuk digunakan atau dimanfaatkan agar
membantu perekonomian mereka menjadi lebih baik
dari sebelumnya. Dengan tujuan kami ingin membuat
masyarakat yang tadinya mustahik agar menjadi
muzakki. Dan itu saat ini sudah bisa para mitra lakukan
dengan menyisihkan sebagian hasil usaha nya setiap
bulan kepada Yayasan Griya Yatim untuk shodaqoh.”
(Wawancara dengan Pak Mustaqim, 2018).
93
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah
penulis lakukan dan telah dipaparkan dalam bab sebelumnya
mengenail proses dan hasil dari pemberdayaan ekonomi mitra
Program Simantap. Maka dengan ini, kesimpulan yang akan
penulis jabarkan adalah sebagai berikut:
1. Proses pemberdayaan ekonomi mitra Program
Simantap dalam proses nya telah memenuhi
sebagaimana teori yang dijelaskan dalam buku
Nurhartati dimana dalam proses pemberdayaan
terdapat 3 tahapan yang harus dilalui yaitu:
a. Tahap Perencanaan, merupakan hal yang sangat
vital guna memastikan tiap-tiap sumber daya akan
mendatangkan manfaat bagi masyarakat.
Perencanaan dalam Program Simantap ini
dirancang dengan baik dan matang agar tidak
salah sasaran dan mencapai tujuan yang
94
diinginkan yaitu merubah masyarakat dari
mustahik (penerima) menjadi muzakki (pemberi).
b. Tahap Penggunaan, merupakan tahap
pemanfaatan atau penggunaan infak dan
shodaqoh oleh donatur kepada Yayasan Griya
Yatim lalu pihak Yayasan yang akan mengatur
pemanfaatan infak dan shodaqoh untuk keperluan
anak-anak yatim dan juga program Simantap.
c. Tahap Evaluasi, Evaluasi merupakan proses
menilai sesuatu yang didasarkan pada kriteria
atau tujuan yang telah ditetapkan, yang
selanjutnya diikuti dengan pengambilan
keputusan atas obyek tertentu
2. Hasil Pemberdayaan Penerima Manfaat Program
Simantap
a. Keberhasilan Program, Program Simantap yang
di realisasikan oleh Yayasan Griya Yatim dan
Dhuafa memiliki tujuan untuk memberdayakan
kaum fakir dan dhuafa agar memiliki kemampuan
untuk merubah nasib nya sendiri, merubah
95
mereka yang awal nya adalah mustahik(penerima)
agar menjadi muzakki (pemberi) dan terbukti
bahwa program Simantap ini dapat memberikan
hasil yang mampu membuat kehidupan mitra nya
menjadi lebih baik.
b. Keberhasilan sasaran, program yang tepat sasaran
tentu nya akan memberikan manfaat kepada
sasaran program tersebut. Begitu pula yang terjadi
dengan ketepatan sasaran penerima manfaat
program Simantap yang membuat kehidupan para
mitra program Simantap menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
c. Kepuasan terhadap program, Kepuasan para mitra
program Simantap tercermin dari keberlanjutan
mereka menjadi mitra program, tekun nya
berjualan dengan bantuan gerobak usaha yang
diberikan, serta rasa senang dalam menjalani
aktivitas sehari-hari dengan memanfaatkan
bantuan gerobak usaha tersebut.
96
B. Saran
Berdasarkan informasi yang di dapat dari hasil penelitian,
terdapat beberapa permasalahan yang menjadi catatan
bagi peneliti untuk memberikan masukan dan usulan
untuk memajukan Program Simantap ini. Peneliti
berharap saran yang diberikan dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan.
1. Perlu adanya pemberian bekal motivasi kepada para
mitra Program Simantap agar para mitra Program
Simantap lebih bersemangat dan kreatif dalam
memanfaatkan bantuan gerobak usaha yang diberikan.
2. Diperlukan silaturahim antara pihak Griya Yatim dan
juga para mitra Program Simantap guna mengetahui
apa saja potensi dan halangan yang dihadapi oleh
setiap mitra Program.
97
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat.
Bandung: PT Refika Aditama, 2005.
Zurinal Dan Aminuddin. Fiqih Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Idris, Safwan. Gerakan Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Umat:Pendekatan Transformatif. Jakarta:PT Cita Putra
Bangsa, 1997.
Hilwah, Rizkyatul dkk. Ekonomi Zakat. Jakarta: Lembaga Amil
Zakat Managemen Dakwah Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Hasan, Ali. M. Zakat Dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi
Problema Sosial Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2008.
Hasanudin. Manajemen Zakat dan Wakaf. Jakarta:Universitas
Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Press, 2010.
Anwar. Manajemen Pemberdayaan Perempuan: Perubahan
Sosial Melalui Pembelajaran Vocational Skills pada
Keluarga Nelayan. Bandung: ALFABETA, 2007.
Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin. Metodologi Penelitian.
Bandung: CV Mandar Maju, 2011.
Eriyatno, Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektivitas
Manajemen. Yogyakarto: Tekno Sains, 2012.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-
Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Suwartono. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2014.
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan
Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik dan
98
Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian
Agama. Yogyakarta: PT Bayu Indra Grafika, 1996.
Suprayogo, Imam dan Tobroni. Metodologi Penelitian Sosial-
Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003.
Gunawan. Imam Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik.
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2014.
Kansil dan Christine. Hukum Perusahaan Indonesia, Jakarta:
Pradnya Paramita, 2001.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik.
Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Kaswan. Pelatihan dan Pengembangan untuk Meningkatkan
Kinerja SDM. Bandung: Alfabeta, 2013.
Thoriquddin, Moh. Pengelolaan Zakat Produktif. Malang: Maliki
Press. 2017
Fuad, Nurhartati. Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat.
Jakarta: FIP Press, 2012.
Hasan, M Ali Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi
Problema Sosial di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2006.
Al-Zuhayly, Wahbahn. Zakat dan Infak. Bandung:PT Remaja
Rosdakarya. 1995.
Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Hawwas, Abdul Wahhab
Sayyed. Fiqih Ibadah. Jakarta: Amzah, 2009.
Hasan, Ayyub Syaikh. Zakat dan Infak. Jakarta: Kencana, 2006.
Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: UI Press, 2011.
Handoko, T. Hani. Manajemen. Yogyakarta: Bpfe, 1997.
99
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan Pengembangan
Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta:
Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003.
Kurniawan, Agung, Transformasi Pelayanan Publik. Bandung:
PT. Remaja Rosdayakarya, 2005
Nurseha, Muhammad. Evaluasi Program Pemberdayaan
Ekonomi Komunitas Proklamasi Yayasan Nurain
Dunia di Kelurahan Pengangsaan Menteng Jakarta
Pusat, Jakarta: Kencana, 2009.
Anwas, Oos M. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global.
Bandung: Alvabeta, 2013.
Husein, Umar. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2002.
Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta:Bumi Aksara, 2001.
Sumber Tinjauan Pustaka
Alzibila, Muhammad. Pendayagunaan Zakat Produktif Sebagai
Alternatif Pengembangan Masyarakat Islam di Lembaga
PZU Persis Bandung. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Indonesia. 2016
Saskia, Sheila. Pendayagunaan Zakat Produktif bagi
Peningkatan Pendapatan Usaha Mustahik pada LAZ
Center Thariqul Jannah Cirebon. Fakultas Ekonomi,
Universitas Mataram. 2015
Utami, Halida Siti. Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif
Terhadap Pemberdayaan Mustahiq di Kota Medan,
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. 2013
Rahmah, Rafiqah Aulia. Analisis Pendistribusian Dan
Pendayagunaan Zakat, Infaq Dan Shadaqah Pada
Mustahiq (Studi Kasus BAZ Jatim), Fakultas Ilmu Sosial
100
dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2011
Aeni, Cucu Pendayagunaan Zakat, Infaq, Shadaqoh Melalui
Program Dusun Jamur Dompet Dhu'afa Jateng.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013.
Sumber Internet
Profil Griya Yatim dan Dhuafa, diakses pada Senin, 8 Januari
2018 Jam 15.00 dari https://griyayatim.com/profil/
Sejarah Griya Yatim dan Dhuafa, diakses pada Senin, 8 Januari
2018 Jam 15.05 dari https://griyayatim.com/sejarah/
Program Pemberdayaan Ekonomi Simantap, diakses pada Senin,
8 Januari 2018 jam 15.06 dari
https://griyayatim.com/program-pemberdayaan-ekonomi-
simantap/
Visi dan Misi Griya Yatim dan Dhuafa, diakses pada Senin, 8
Januari 2018 Jam 15.07 dari https://griyayatim.com/visi-
misi/
LAMPIRAN – LAMPIRAN
104
Lampiran 3 : Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
Daftar Pertanyaan Untuk Mustahik (Penerima
Manfaat)
1. Bagaimana saudara mendapatkan bantuan gerobak
usaha?
2. Bagaimana saudara memanfaatkan bantuan gerobak
usaha tersebut?
3. Apa saja profesi saudara sebelum mendapat bantuan
gerobak usaha ini?
4. Berapa pendapatan saudara sebelum mendapat
bantuan gerobak usaha ini?
5. Berapa pendapatan saudara setelah mendapat bantuan
gerobak usaha ini?
6. Dalam satu hari saudara rata-rata berapa jam
memanfaatkan gerobak usaha ini?
7. Apa saja hasil dari bantuan gerobak usaha ini?
105
8. Apakah pendapatan dari hasil usaha saudara sebagian
ada yang di keluarkan infak nya?
9. Apakah pendapatan dari hasil usaha saudara ada yang
digunakan untuk menabung?
Daftar Pertanyaan Untuk Muzakki (Pemberi
Bantuan)
1. Apa saja pertimbangan saudara menyalurkan zakat ke
Griya Yatim dan Dhuafa?
2. Berapa lama saudara menjadi muzakki di Griya Yatim
dan Dhuafa?
3. Apakah saudara dilibatkan dalam program yang
dijalani oleh Griya Yatim dan Dhuafa
4. Bagaimana bentuk keterlibatan saudara dalam Griya
Yatim dan Dhuafa?
5. Bagaimana proses pelibatan saudara dalam Griya
Yatim dan Dhuafa?
6. Bagaimana penilaian saudara terhadap kualitas kerja
Griya Yatim dan Dhuafa?
106
7. Apakah ada kritik/saran maupun komentar terhadap
kinerja Griya Yatim dan Dhuafa?
Daftar Pertanyaan Untuk Amil (Pihak Lembaga Griya
Yatim dan Dhuafa)
1. Apa saja pertimbangan saudara merumuskan program
Simantap?
2. Apa saja tujuan dirumuskan program Simantap?
3. Bagaimana mekanisme kerja program Simantap?
4. Apa saja divisi yang menopang Simantap?
5. Apa saja kriteria yang harus dipenuhi oleh calon
penerima manfaat?
6. Bagaimana saudara melakukan evaluasi terhadap
program Simantap?
7. Apa saja yang harus diperbaiki dan disempurnakan
untuk program Simantap?
8. Bagaimana cara mensosialisasikan program
Simantap?
107
Lampiran 4: Transkip Wawancara
TRANSKIP WAWANCARA
Mitra Program Simantap (Mustahik) Griya Yatim dan
Dhuafa
A. Nama : Pak Ismail
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Penjual Mie Ayam
1. Bagaimana saudara mendapatkan bantuan gerobak
usaha?
Jawaban : Saya mendapat informasi bahwa ada
program pemberian gerobak usaha kepada
masyarakat yang kurang mampu, maka dari itu saya
mendaftarkan diri saya untuk menjadi mitra program
Simantap tersebut.
2. Bagaimana saudara memanfaatkan bantuan gerobak
usaha tersebut?
Jawaban : Saya memanfaatkan bantuan gerobak
usaha ini untuk berjualan mie ayam
108
3. Apa saja profesi Saudara sebelum menjadi mitra
program Simantap ini?
Jawaban : sebelum menjadi mitra program Simantap
saya jualan kopi keliling, jualan mainan anak-anak,
buruh pabrik.
4. Berapa pendapatan Saudara sebelum mendapat
bantuan gerobak usaha ini?
Jawaban : Pendapatan saya sekitar 3 juta dalam
sebulan
5. Berapa pendapatan Saudara setelah mendapat bantuan
gerobak usaha ini?
Jawaban : Setelah menjadi mitra program Simantap
Alhamdulillah pendapatan saya menjadi lebih baik
sekitar 3,5 juta perbulan
6. Dalam satu hari, Saudara rata-rata berapa jam
memanfaatkan gerobak usaha ini?
Jawaban : biasanya mulai jualan itu istri saya duluan
setelah pulang jemput anak sekolah sekitar jam 13.00
lah istri saya mulai berjualan dikarenakan saya kerja
jadi buruh dari pagi jam 06.00 sudah berangkat.
109
Setelah saya pulang kerja dari pabrik jam 17.00 ,
saya langsung menggantikan istri saya berjualan
sampe jam 20.00. Kira-kira pemanfaatan gerobak
usaha ini sekitar 7 jam dalam sehari.
7. Apa saja hasil dari bantuan gerobak usaha ini?
Jawaban : Berkat bantuan program Simantap ini, saya
bisa menabung, beli perlengkapan anak sekolah dan
sebagian saya berikan untuk sedekah kalau ada
pengemis dan kasih infak ke masjid juga.
8. Apakah pendapatan dari hasil usaha Saudara sebagian
ada yang dikeluarkan infak nya?
Jawaban : Iya sebagian dari pendapatan saya
pisahkan buat sedekah juga setiap jumat. Kadang 20
ribu kadang 50 ribu.
9. Apakah pendapatan dari hasil usaha Saudara ada yang
digunakan untuk menabung?
Jawaban : Pendapatan saya juga sebagian ada yang
saya gunakan buat nabung untuk jaga jaga kalau ada
yang sakit entah istri atau anak anak atau saya
110
sendiri. Tidak tentu kadang seminggu saya nabung
150 ribu kadang 200 ribu
111
TRANSKIP WAWANCARA
Mitra Program Simantap (Mustahik) Griya Yatim dan
Dhuafa
B. Nama : Pak Adi
Jenis Kelamin: Laki-laki
Pekerjaan :Penjual Nasi Goreng
1. Bagaimana Saudara mendapatkan bantuan gerobak
usaha?
Jawaban : Saya diberitahu oleh tetangga kalau ada
program Siamntap berupa pemberian gerobak usaha,
lalu saya mengajukan diri ke Griya untuk menjadi
mitra program Simantap, setelah proses verifikasi,
barulah saya mendapat bantuan gerobak usaha ini
yang saya gunakan untuk berjualan nasi goreng.
2. Bagaimana Saudara memanfaatkan bantuan gerobak
usaha tersebut?
Jawaban : Saya manfaatkan untuk berjualan nasi
goreng, kwetiau, mie goreng dan rebus
3. Apa saja profesi Saudara sebelum mendapat bantuan
gerobak usaha ini?
112
Jawaban : Dulu saya jadi tukang sayur, tukang bubur,
tukang sate tapi semua gerobak itu saya sewa.
4. Berapa pendapatan Saudara sebelum mendapat
bantuan gerobak usaha ini?
Jawaban : Sebelum menjadi mitra program Simantap
ini, pendapatan saya kira kira 3 juta tapi lebih banyak
pengeluaran dikarenakan biaya sewa gerobak.
5. Berapa pendapatan Saudara setelah mendapat bantuan
gerobak usaha ini?
Jawaban : Setelah menjadi Mitra program
Alhamdulillah pendapatan saya meningkat sekitar 3,5
juta perbulan.
6. Dalam satu hari, Saudara rata-rata berapa jam
memanfaatkan gerobak usaha ini?
Jawaban : Saya berjualan biasanya sejak habis
Maghrib atau sekitar jam 18.00 sampai jam 02.00.
7. Apa saja hasil dari bantuan gerobak usaha ini?
Jawaban : Hasil dari bantuan Simantap ini saya bisa
buat biaya keluarga sehari-hari, bisa beli TV, untuk
nabung dan lain lain.
113
8. Apakah pendapatan dari hasil usaha Saudara sebagian
ada yang dikeluarkan infak nya?
Jawaban : pendapatan saya di utamakan untuk
kebutuhan keluarga. Namun tetap ada sebagian yang
saya gunakan untuk menabung dan sebagian juga
saya gunakan buat sedekah ke pengemis, ke musholla
atau masjid.
9. Apakah pendapatan dari hasil usaha Saudara ada yang
digunakan untuk menabung?
Jawaban : Iya sebagian hasil jualan saya ini saya
gunakan buat menabung juga. Kira kira saya nabung
100 ribu per minggu.
114
TRANSKIP WAWANCARA
Mitra Program Simantap (Mustahik) Griya Yatim dan
Dhuafa
C. Nama : Bu Alfiah
Jenis Kelamin: Perempuan
Pekerjaan : Penjual Bakso dan Es Dawet
1. Bagaimana Saudara mendapatkan bantuan gerobak
usaha ?
Jawaban : Saya mendaftarkan diri ke Griya Yatim
untuk menjadi mitra program Simantap dari info
tetangga yang memberitahu saya.
2. Bagaimana Saudara memanfaatkan bantuan gerobak
usaha tersebut?
Jawaban : saya gunakan untuk berjualan bakso dan es
dawet
3. Apa saja profesi Saudara sebelum mendapat bantuan
gerobak usaha ini?
Jawaban : Sebelum menjadi mitra proram Simantap,
saya dulu jualan gas, aqua galon kecil-kecilan sama
ngajar di Paud.
115
4. Berapa pendapatan Saudara sebelum mendapat
bantuan gerobak usaha ini?
Jawaban : Dulu pendapatan saya hanya 1,5 juta. Itu
digunakan untuk biaya sekolah anak, urus suami yang
sakit dan lain-lain.
5. Berapa pendapatan Saudara sesudah mendapat
bantuan gerobak usaha ini?
Jawaban : Setelah mendapat bantuan gerobak usaha
ini Alhamdulillah pendapatan saya meningkat lebih
baik. Kira kira 3 juta perbulan.
6. Dalam satu hari, Saudara rata-rata berapa jam
memanfaatkan gerobak usaha ini?
Jawaban : Saya biasanya mulai jualan jam 08.00
sampai jam 17.00
7. Apa saja hasil dari bantuan gerobak usaha ini?
Jawaban : Hasil nya buat biaya sehari-hari keluarga,
biaya sekolah anak, biaya beli obat suami, rawat
suami.
8. Apakah pendapatan dari hasil usaha Saudara ada yang
dikeluarkan infak nya?
116
Jawaban : iya sebagian ada yang saya sedekahkan
buat pengemis, masjid, pengamen yang lewat.
9. Apakah pendapatan dari hasil usaha Saudara ada yang
digunakan untuk menabung?
Jawaban : kadang saya gunakan juga untuk nabung
kadang nggak.
117
TRANSKIP WAWANCARA
Mitra Program Simantap (Mustahik) Griya Yatim dan
Dhuafa
D. Nama : Pak Arman
Jenis Kelamin: Laki-laki
Pekerjaan : Jualan Soto Serang
1. Bagaimana Saudara mendapatkan bantuan gerobak
usaha ?
Jawaban : Saya melihat ada gerobak di Griya cabang
Cisalak yang kebeneran dekat dari rumah. Kemudian
saya tanya pada pengurus Griya. Lalu saya ajukan
diri dengan semua persyaratan yang harus dipenuhi
oleh calon mitra program Simantap.
2. Bagaimana Saudara memanfaatkan bantuan gerobak
usaha tersebut?
Jawaban : Saya gunakan untuk berjualan soto serang
3. Apa saja profesi Saudara sebelum mendapat bantuan
gerobak usaha ini?
118
Jawaban : sebelum jadi mitra program Simantap saya
jualan sayur keliling dengan menggunakan gerobak
punya saudara saya boleh pinjem.
4. Berapa pendapatan Saudara sebelum mendapat
bantuan gerobak usaha ini?
Jawaban : sebelum menjadi mitra program,
pendapatan saya hanya kira kira 2 juta perbulan.
5. Berapa pendapatan Saudara sesudah mendapat
bantuan gerobak usaha ini?
Jawaban : Setelah menjadi mitra program Simantap
pendapatan saya sekarang menjadi lebih baik sekitar
3,5 juta perbulan.
6. Dalam satu hari, Saudara rata-rata berapa jam
memanfaatkan gerobak usaha ini?
Jawaban : Saya biasanya berjualan dari jam 10.00
sampai jam 17.00 sore. Kira kira selama 7 jam saya
berjualan.
7. Apa saja hasil dari bantuan gerobak usaha ini?
119
Jawaban : Hasil yang saya dapat setelah program
Simantap ini saya bisa membeli TV, bisa nabung juga
buat keperluan rumah tangga dan anak.
8. Apakah pendapatan dari hasil usaha Saudara ada yang
dikeluarkan infak nya?
Jawaban : Iya sebagian saya gunakan untuk sedekah
ke masjid, ke pengemis, pengamen atau orang gila
kadang saya kasih nasi sama soto.
9. Apakah pendapatan dari hasil usaha Saudara ada yang
digunakan untuk menabung?
Jawaban : Iya Alhamdulillah sekarang saya bisa
sedikit menabung. Kadang saya nabung 100 ribu
kadang 150 ribu seminggu.
120
TRANSKIP WAWANCARA
Donatur Program Simantap (Muzakki) Griya Yatim dan
Dhuafa
A. Nama : Riska (25 Tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Karyawan Swasta
1. Apa saja pertimbangan saudara menyalurkan zakat ke
Griya Yatim dan Dhuafa?
Jawaban : Terlihat professional, lokasi nya dekat dari
rumah dan terdaftar sebagai amil zakat nasional.
2. Berapa lama saudara menjadi muzakki di Griya Yatim
dan Dhuafa?
Jawaban : kira kira sudah 2 tahun
3. Apakah saudara dilibatkan dalam program yang
dijalani oleh Griya Yatim dan Dhuafa?
Jawaban : Saya tidak terlibat dalam program tapi
saya hanya sebatas menerima informasi kegiatan
yang dikirimkan oleh Customer Service Griya Yatim
berupa pesan Whatsapp
121
4. Bagaimana bentuk keterlibatan saudara dalam Griya
Yatim dan Dhuafa?
Jawaban : Hanya sebagai menyalurkan harta
shodaqoh.
5. Bagaimana proses pelibatan saudara dalam Griya
Yatim dan Dhuafa?
Jawaban : Saya tidak terlibat karena sepenuhnya
mempercayakan pada Griya yatim dalam
menjalankan program-program nya.
6. Bagaimana penilaian saudara terhadap kualitas kerja
Griya Yatim dan Dhuafa?
Jawaban : Pengurus nya sangat ramah, anak didik nya
sopan dan sangat baik.
7. Apakah ada kritik/saran maupun komentar terhadap
kinerja Griya Yatim dan Dhuafa?
Jawaban : Semoga semakin sukses membina anak-
anak yatim. Tetap jaga kualitas pelayanan dan
keramahan.
122
TRANSKIP WAWANCARA
Donatur Program Simantap (Muzakki) Griya Yatim dan
Dhuafa
B. Nama : Rifa (24 tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Karyawan Swasta
1. Apa saja pertimbangan saudara menyalurkan zakat ke
Griya Yatim dan Dhuafa?
Jawaban : Yayasan nya terlihat sangat professional
dalam penyaluran dana yang diberikan oleh setiap
Muzakki
2. Berapa lama saudara menjadi muzakki di Griya Yatim
dan Dhuafa?
Jawaban : Baru tahun ini saya mulai rutin
menyalurkan sebagian rezeki saya ke Yayasan Griya
Yatim. Biasanya hanya ke masjid masjid dan itu tidak
rutin. Sekarang hamper setiap bulan setelah gajian.
3. Apakah saudara dilibatkan dalam program yang
dijalani oleh Griya Yatim dan Dhuafa?
Jawaban : Saya tidak terlibat.
123
4. Bagaimana bentuk keterlibatan saudara dalam Griya
Yatim dan Dhuafa?
Jawaban : bentuk keterlibatan saya hanya sebagai
memberikan shodaqoh.
5. Bagaimana proses pelibatan saudara dalam Griya
Yatim dan Dhuafa?
Jawaban : Saya tidak terlibat
6. Bagaimana penilaian saudara terhadap kualitas kerja
Griya Yatim dan Dhuafa?
Jawaban : Sangat ramah, anak-anak nya sangat sopan
7. Apakah ada kritik/saran maupun komentar terhadap
kinerja Griya Yatim dan Dhuafa?
Jawaban : Tetap semangat dan bertambah maju
124
TRANSKIP WAWANCARA
Amil (Pihak Lembaga Griya Yatim dan Dhuafa) Program
Simantap
A. Nama : Pak Mustaqim
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Sekretaris Yayasan
1. Apa saja pertimbangan saudara merumuskan program
Simantap?
Jawaban : Melihat kondisi masyarakat dimana orang
tua dari anak-anak asuh ada yang ditinggal oleh
suami nya baik karena cerai atau ditinggal pergi
tanpa kabar yang lama, kondisi yang tidak memiliki
tulang punggung. Dari situ lah pihak Griya berfikir
untuk bisa memberikan pemberdayaan kepada janda-
janda agar bisa mandiri dan berdaya diatas beban
yang mereka hadapi. Namun semakin kesini, tidak
hanya janda yang perlu dibantu melainkan orang tua
anak asuh ataupun warga yang memenuhi kriteria
program Simantap akan menjadi mitra program
Simantap.
125
2. Apa saja tujuan dirumuskan program Simantap?
Jawaban : Tujuan nya agar masyarakat fakir dan
miskin mampu mandiri dan mampu berfungsi sosial
terhadap kehidupan yang dia alami.
3. Bagaimana mekanisme kerja program Simantap?
Jawaban : Calon mitra program mendatangi kantor
cabang Griya dan mengajukan permohonan,
kemudian pihak Griya menerima dan melakukan
survey kepada calon mitra, lalu pihak Griya
melakukan verifikasi berkas terhadap pengajuan
calon mitra, setelah itu apabila di acc maka laporan
pengajuan akan diteruskan kepada kantor pusat
kemudian kantor pusat mempersiapkan tools dan
perlengkapan yang dibutuhkan oleh mitra, kemudian
realisasi pemberian bantuan gerobak usaha kepada
mitra yang telah di acc, lalu cabang Griya melakukan
kontrol kepada mitra program.
4. Apa saja divisi yang menopang Simantap?
Jawaban : 1. Divisi Asrama 2. Divisi Humas 3. Divisi
Sosial Promosi
126
5. Apa saja kriteria yang harus dipenuhi oleh calon
penerima manfaat?
Jawaban : Mereka harus masuk dalam kategori Fakir
dan miskin dengan membuktikan menunjukkan SKTM
saat pengajuan permohonan menjadi mitra program,
memiliki skill dengan basic mereka adalah pedagang
atau wirausaha, memiliki tempat atau lokasi yang
tetap, memiliki semangat yang tinggi dan masyarakat
berbasis asrama atau tinggal di sekitar cabang Griya
6. Bagaimana saudara melakukan evaluasi terhadap
program Simantap?
Jawaban : Melakukan pengecekan kegiatan
pemanfaatan gerobak usaha dengan kunjungan setiap
3 atau 4 kali setahun.
7. Apa saja yang harus diperbaiki dan disempurnakan
untuk program Simantap?
Jawaban : Pendampingan mitra selama 3 bulan
terhadap pencapaian mitra
8. Bagaimana cara mensosialisasikan program
Simantap?
127
Jawaban : Melalui media promosi website, media
sosial seperti Facebook dan Instagram, melalui
jejaring GYD secara nasional.
128
TRANSKIP WAWANCARA
Amil (Pihak Lembaga Griya Yatim dan Dhuafa) Program
Simantap
B. Nama : Pak Roni
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Kepala Divisi Pemberdayaan
1. Apa saja pertimbangan saudara merumuskan program
Simantap?
Jawaban : a. Sebagai tanggung jawab Griya Yatim
terhadap masyarakat lemah dalam
memulai usaha
b. Membantu pemerintah dalam turut serta
mengentaskan kemiskinan
c. Merupakan program pemberdayaan
ekonomi Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
2. Apa saja tujuan dirumuskan program Simantap?
Jawaban : a. Tanggung jawab ekonomi
b. Pelaksanaan program pemberdayaan
c. Membantu masyarakat dalam
meningkatkan taraf hidup
129
3. Bagaimana mekanisme kerja program Simantap?
Jawaban : a. Calon mitra mendatangi kantor cabang
Griya Yatim untuk mengajukan
permohonan
b. Pihak Griya menerima pengajuan
permohonan tersebut dan melakukan
survey ke calon mitra
c. Pihak GYD memverifikasi permohonan
tersebut apakah di acc atau tidak
d. Bila di acc, cabang GYD akan
meneruskan laporan kepada GYD pusat
e. GYD pusat mempersiapkan tools
program Simantap
f. Realisasi kepada mitra program
g. Kontrol program kepada mitra setiap 3
atau 4 kali setahun
4. Apa saja divisi yang menopang Simantap?
Jawaban : a. Divisi Asrama
b. Divisi Humas
c. Divisi Sosial Promosi
130
5. Apa saja kriteria yang harus dipenuhi oleh calon
penerima manfaat?
Jawaban : a. Memiliki tempat tinggal sewa usaha
b. Single parent atau fakir miskin
c. orang yang ingin memulai usaha atau
meningkatkan usaha dengan kriteria fakir
miskin
d. Secara umum tidak mampu dengan
dibuktikan menyertai SKTM
e. Memiliki niat yang tulus dan sungguh
sungguh untuk usaha.
6. Bagaimana saudara melakukan evaluasi terhadap
program Simantap?
Jawaban : Evaluasi program dilakukan setiap tahun
nya atas dasar pengecekan lapangan setiap 3 atau 4
kali setahun.
7. Apa saja yang harus diperbaiki dan disempurnakan
untuk program Simantap?
Jawaban : Pelatihan wirausaha secara berkelanjutan.
131
8. Bagaimana cara mensosialisasikan program
Simantap?
Jawaban : Melalui media sosial dan website serta jejaring GYD
secara nasional
132
Lampiran 5 : Dokumentasi
Gambar 1.1 Mitra Program Pak Arman
Gambar 1.2 Mitra Program Pak Ismail
133
Gambar 1.3 Mitra Program Bu Alfiah
Gambar 1.4 Gerobak Pogram Simantap
134
Gambar 1.5 Mitra Program Pak Adi
Gambar 1.6 Mitra Program
135
Lampiran 6: Keterangan Informan Penelitian
KETERANGAN INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ismail
Alamat : Jl. Adil No. 23 RT. 16/04 Kp Setu
Jabatan : Mitra Program Simantap
Menyatakan bahwa saya adalah benar informan dalam
penelitian berjudul: “Efektivitas Pendayagunaan Zakat
Produktif Terhadap Pengembangan Masyarakat Islam di
Lembaga Griya Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat BSD”. Saya
setuju atas seluruh hasil wawancara terhadap saya di atas
yang dilakukan pada Hari Sabtu Pukul 20.17 Tanggal 4
Agustus 2018
Demikian, semoga keterangan ini dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 4 Agustus 2018
136
KETERANGAN INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Adi
Alamat : Jl. Bakti Jaya LUK Rt. 4/3 No. 72A
Jabatan :Mitra Program Simantap
Menyatakan bahwa saya adalah benar informan dalam
penelitian berjudul: “Efektivitas Pendayagunaan Zakat
Produktif Terhadap Pengembangan Masyarakat Islam di
Lembaga Griya Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat BSD”. Saya
setuju atas seluruh hasil wawancara terhadap saya di atas
yang dilakukan pada Hari Sabtu Pukul 21.38 Tanggal 4
Agustus 2018
Demikian, semoga keterangan ini dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 4 Agustus 2018
137
KETERANGAN INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Alfiah
Alamat : Komplek Perindustrian No. 56 A Rt. 2/18
Cimanggis Depok
Jabatan : Mitra Program Simantap
Menyatakan bahwa saya adalah benar informan dalam
penelitian berjudul: “Efektivitas Pendayagunaan Zakat
Produktif Terhadap Pengembangan Masyarakat Islam di
Lembaga Griya Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat BSD”. Saya
setuju atas seluruh hasil wawancara terhadap saya di atas
yang dilakukan pada Hari Selasa Pukul 15.10 Tanggal 7
Agustus 2018
Demikian, semoga keterangan ini dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 7 Agustus 2018
138
KETERANGAN INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Arman
Alamat : Jl. Cisalak Pasar, Rt. 7/5 Cimanggis, Depok
Jabatan : Mitra Program Simantap
Menyatakan bahwa saya adalah benar informan dalam
penelitian berjudul: “Efektivitas Pendayagunaan Zakat
Produktif Terhadap Pengembangan Masyarakat Islam di
Lembaga Griya Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat BSD”. Saya
setuju atas seluruh hasil wawancara terhadap saya di atas
yang dilakukan pada Hari Selasa Pukul 16.25 Tanggal 7
Agustus 2018
Demikian, semoga keterangan ini dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 7 Agustus 2018
139
KETERANGAN INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Riska
Alamat : Jl. Bukit Nusa Indah, Rt. 5/3 Ciputat Timur
Jabatan : Karyawan Swasta
Menyatakan bahwa saya adalah benar informan dalam
penelitian berjudul: “Efektivitas Pendayagunaan Zakat
Produktif Terhadap Pengembangan Masyarakat Islam di
Lembaga Griya Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat BSD”. Saya
setuju atas seluruh hasil wawancara terhadap saya di atas
yang dilakukan pada Hari Mingu Pukul 14.00 Tanggal 2
September 2018
Demikian, semoga keterangan ini dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 2 September 2018
140
KETERANGAN INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Rifa
Alamat : Jl. Jambu No. 3 Rt. 4/1 Ciputat Timur
Jabatan : Karyawan Swasta
Menyatakan bahwa saya adalah benar informan dalam
penelitian berjudul: “Efektivitas Pendayagunaan Zakat
Produktif Terhadap Pengembangan Masyarakat Islam di
Lembaga Griya Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat BSD”. Saya
setuju atas seluruh hasil wawancara terhadap saya di atas
yang dilakukan pada Hari Minggu Pukul 15.00 Tanggal 2
September 2018
Demikian, semoga keterangan ini dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 2 September 2018
141
KETERANGAN INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Mustaqim
Alamat : Kantor Pusat GYD, komplek Delatinos BSD
Jabatan : Sekretaris Yayasan
Menyatakan bahwa saya adalah benar informan dalam
penelitian berjudul: “Efektivitas Pendayagunaan Zakat
Produktif Terhadap Pengembangan Masyarakat Islam di
Lembaga Griya Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat BSD”. Saya
setuju atas seluruh hasil wawancara terhadap saya di atas
yang dilakukan pada Hari Sabtu Pukul 10.00 Tanggal 17
November 2018
Demikian, semoga keterangan ini dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 17 November 2018
142
KETERANGAN INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Roni
Alamat : Kantor Pusat GYD, Komplek Delatinos, BSD
Jabatan : Ketua Divisi Pemberdayaan
Menyatakan bahwa saya adalah benar informan dalam
penelitian berjudul: “Efektivitas Pendayagunaan Zakat
Produktif Terhadap Pengembangan Masyarakat Islam di
Lembaga Griya Yatim dan Dhuafa Kantor Pusat BSD”. Saya
setuju atas seluruh hasil wawancara terhadap saya di atas
yang dilakukan pada Hari Minggu Pukul 11.00 Tanggal 18
November 2018
Demikian, semoga keterangan ini dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 18 November 2018
143
Lampiran 7: Catatan Observasi
Catatan Observasi
No. Tanggal Objek Observasi Deskripsi
1. 4 Agustus
2018 (Pak
Adi dan Pak
Ismail)
Proses
perencanaan,
pendayagunaan
Pada proses
perencanaan, para
calon mitra program
Simantap diharuskan
memenuhi berbagai
persyaratan yang
telah ditetapkan oleh
Griya Yatim dan
Dhuafa diantaranya
mengajukan
permohonan, mengisi
form calon mitra
program Simantap,
mengajukan SKTM.
Setelah lolos seleksi,
calon mitra akan
diberikan bantuan
gerobak usaha
Simantap. Pada tahap
pendayagunaan, Pak
Adi dan Pak Ismail
memanfaatkan
gerobak usaha
Simantap untuk
berjualan nasi goreng
selama 8 jam yakni
dari jam 18.00 –
02.00 sedangkan Pak
Ismail untuk
berjualan mie ayam
selama 7 jam yakni
dari jam 13.00 –
144
20.00
2. 7 Agustus
2018 (Bu
Alfiah dan
Pak Arman)
Proses
perencanaan,
pendayagunaan
Pada proses
perencanaan, para
calon mitra program
Simantap diharuskan
memenuhi berbagai
persyaratan yang
telah ditetapkan oleh
Griya Yatim dan
Dhuafa diantaranya
mengajukan
permohonan, mengisi
form calon mitra
program Simantap,
mengajukan SKTM.
Setelah lolos seleksi,
calon mitra akan
diberikan bantuan
gerobak usaha
Simantap. pada tahap
pendayagunaan, Bu
Alfiah menggunakan
gerobak Simantap
untuk berjualan
bakso dan es dawet
selama 9 jam yakni
dari jam 08.00 –
17.00. sedangkan Pak
Arman menggunakan
gerobak Simantap
untuk berjualan soto
serang selama 7 jam
yakni dari jam 10.00
– 17.00
3. 2 September
2018 (Bu
Riska dan Bu
Rifa)
Proses penggunaan Program Simantap
menggunakan hasil
infak dan sedekah
yang diberikan
donatur kepada
145
seluruh cabang Griya
Yatim dan Dhuafa
yang tersebar di
seluruh Indonesia
untuk diatur
pemanfaatannya
untuk setiap kegiatan
yang dilaksanakan
GYD diantaranya
adalah Program
Simantap. Dalam
mengatur donasi
yang masuk harus
digunakan untuk
kegiatan yang syarat
akan manfaat.
Pemberian donasi
kepada GYD
didasarkan atas
kepercayaan
masyarakat / donatur
atas lembaga Griya
Yatim dan Dhuafa
yang kredibel dan
professional
4. 17 dan 18
November
2018 (Pak
Mustaqim dan
Pak Roni)
Proses
perencanaan dan
evaluasi
Dalam proses
perencanaan, pihak
GYD menetapkan
syarat yang harus
dipenuhi oleh calon
mitra program
Simantap guna
ketepatan sasaran
untuk tercapainya
tujuan. Maka dari itu
pada tahap
perencanaan
diharuskan melalui 7
tahap, yakni
146
pengajuan
permohohan, survey,
verifikasi,
konfirmasi,
persiapan, realisasi
dan kontrol.
Persyaratan menjadi
mitra program
Simantap pun harus
dipenuhi diantaranya
pedagang
keliling/mangkal,
fakir miskin dengan
dibuktikan
menunjukkan SKTM,
mengisi form, siap
diliput dan
dokumentasi
kegiatannya serta
memiliki niat yang
gigih dan tekun.
Evaluasi yang
dilakukan oleh pihak
GYD dengan
melakukan kontrol
terhadap mitra
program, baik dengan
cara melihat ataupun
sebagai pembeli dari
mitra program yang
berjualan dengan
gerobak usaha
Simantap.