EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI MAHASISWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5527/1/skripsi...
Transcript of EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI MAHASISWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5527/1/skripsi...
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI MAHASISWA DAERAH
DALAM MENSOSIALISASIKAN IAIN SALATIGA
(Studi Pada IMADISA dan IMADE Salatiga)
SKRIPSI
Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
OLEH
DIKA TRISNA SETIYA
NIM. 11714023
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
ii
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lampiran : 4 (Empat) eksemplar Salatiga, 24 September 2018
Hal : Naskah Skripsi
a.n Sdr. Dika Trisna Setiya
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Setelah mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya bersama ini saya
kirimkan skripsi saudara:
Nama : Dika Trisna Setiya
NIM : 11714023
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Judul :
Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan Fakultas Dakwah agar
skripsi saudara tersebut dapat dimunaqasyahkan dan atas perhatian Bapak kami
ucapkan banyak terima kasih.
Wassalamu‟alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI
MAHASISWA DAERAH DALAM
MENSOSIALISASIKAN IAIN SALATIGA (Studi Pada
IMADISA dan IMADE Salatiga)
KEMENTRIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS DAKWAH
Jl. Lingkar Selatan Km. 2 pulutan Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah
50716, Telp. (0298) 323706 Fax. (0298) 323433 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi.ac.id
iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : Dika Trisna Setiya
NIM : 11714023
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Tanggal Ujian :
Judul :
Panitia Munaqosah Skripsi
1. Ketua Sidang : Dr. Rasimin, M.Pd. :
2. Sekretaris : Dra. Maryatin, M.Pd. :
3. Penguji I : Dra. Sri Suparwi, M.A. :
4. Penguji II : Yahya, M.Pd. :
Mengetahui,
Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga
Dr. Mukti Ali, M.Hum.
NIP. 197509052001121001
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI
MAHASISWA DAERAH DALAM
MENSOSIALISASIKAN IAIN SALATIGA (Studi Pada
IMADISA dan IMADE Salatiga)
KEMENTRIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS DAKWAH
Jl. Lingkar Selatan Km. 2 pulutan Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah
50716, Telp. (0298) 323706 Fax. (0298) 323433 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi.ac.id
v
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dika Trisna Setiya
NIM : 11714023
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas : Dakwah
Judul Skripsi :
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan lain
yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, 24 September 2018
Yang membuat pernyataan
Dika Trisna Setiya
NIM.11714023
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI
MAHASISWA DAERAH DALAM
MENSOSIALISASIKAN IAIN SALATIGA (Studi
Pada IMADISA dan IMADE Salatiga)
vi
MOTTO
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam
barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun
kokoh. (Q.S Ash-Shaff: 4)
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya tiada henti.
2. Kedua orang tuaku, Zaenal Arifin dan Runtiyani yang telah membesarkan dan
mendidikku dengan kasih sayang, pengorbanan, dan kesabaran yang tiada
batas. Dan juga telah mendukung, membimbing, dan selalu mendoakanku
hingga dapat menyelesaikan sarjana. Tanpa doanya aku bukan siapa-siapa.
3. Kakek dan nenekku, Mulyorejo dan Kasiyah yang selalu merawat dan
mendukung dengan sepenuh hati.
4. Ibu Dra. Hj. Maryatin, M. Pd. selaku pembimbing skripsi sekaligus pemberi
motivasi, dukungan serta pengarahan sampai selesainya penulisan skripsi ini
dengan rasa sabar.
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen, terutama dosen Komunikasi Dan Penyiaran Islam
yang telah memberikan ilmu dari awal masuk perkuliahan hingga sekarang
kepadaku, terimakasih atas dorongan, motivasinya, dan bimbingannya.
6. Organisasi Mahasiswa Purwodadi di IAIN Salatiga (IMADISA) dan Ikatan
Mahasiswa Demak (IMADE) Salatiga yang telah bersedia menjadi bagian dari
skripsi ini.
7. Sahabat-sahabati Pecandu Karya (Adob, Klirin, Ef‟en, Bedel, Ujik Anjul,
Pelet, Utek, dan Ikin) yang telah memberi saya motivasi lulus dengan cara
yang berbeda.
viii
8. Teman-teman kontrakan (Ambon, Gejrot, Blek, Awie, Alim) yang telah
menemani saya dalam pengerjaan skripsi ini.
9. De Pon yang selalu membantu saya selama merantau di Salatiga
10. Teman-teman KPI angkatan 2014 yang memberi masukan serta motivasi
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11. Teman-temanku semua yang dekat maupun jauh yang belum bisa saya sebut
satu persatu.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala rahmat dan
kasih sayagnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa
shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda nabi besar
Muhammad Saw kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang menjadi
suri tauladan bagi kita.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN
Salatiga.
3. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd. Selaku Ketua jurusan KPI IAIN Salatiga, dosen
pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi. yang telah
membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk
penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
4. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Sahabat-sahabat program studi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Salatiga
angkatan 2014 yang sudah selalu memberi dukungan dan motivasi dalam
penulisan skripsi ini.
x
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,
serta para pembaca pada umumnya. Amin
Salatiga, 24 September 2018
Dika Trisna Setiya
NIM.11714009
xi
ABSTRAK
Dika Trisna Setiya. 2018. Efektivitas Komunikasi Organisasi Mahasiswa Daerah
Dalam Mensosialisasikan Iain Salatiga (Studi Pada IMADISA dan
IMADE Salatiga), Skripsi, Salatiga: Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen
Pembimbing: Dra. Maryatin, M. Pd.
Kata Kunci:
Berangkat dari rasa kagum mengenai IAIN Salatiga yang mempunyai
perjalanan sejarah yang panjang dan semakin bertambahnya jumlah mahasiswa
IAIN Salatiga pada setiap tahunnya, menimbulkan rasa penasaran mengenai
hal-hal apa saja yang mempengaruhi perkembangan tersebut. Selain peran yang
dilakukan oleh pihak kampus, organisasi mahasiswa daerah juga memiliki
andil yang cukup berpengaruh terhadap perkembangan jumlah mahasiswa
dalam IAIN Salatiga.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk
mengetahui bagaimana arus komunikasi organisasi IMADISA dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga (2) Untuk mengetahui bagaimana arus
komunikasi organisasi IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN
Salatiga. (3) Untuk mengetahui bagaimana efektivitas komunikasi organisasi
IMADISA dan IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga.
Jenis dan pendekatan penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian
lapangan yang sifatnya kualitatif, pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan Studi Kasus. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi, data yang ada dianalisis
menggunakan teori System Social kemudian ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Berdasarkan hasil penelitian ini
dengan beberapa pembahasannya, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
organisasi mahasiswa daerah (IMADISA dan IMADE Salatiga) dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga secara keseluruhan telah berjalan efektif
dengan cara yang berbeda.
Efektivitas Komunikasi Organisasi, Sosialisasi, IMADISA, IMADE
Salatiga..
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
LOGO INSTITUT ................................................................................................................. ii
NOTA PEMBIMBING ............................................................................................... iii
PENGESAHAN .......................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................................... v
MOTTO ...................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix
ABSTRAK ................................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 6
E. Kerangka Berfikir .................................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka ......................................................................................................... 8
B. Landasan Teori ...................................................................................................... 12
xii
1. Efektivitas .............................................................................................................. 12
2. Komunikasi Organisasi .......................................................................................... 16
3. Organisasi Mahasiswa Daerah ............................................................................... 27
4. Sosialisasi ................................................................................................................ 32
BAB III METODE PENELITAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................................................... 35
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................... 36
C. Fokus Penelitian ..................................................................................................... 36
D. Sumber dan Jenis Data .......................................................................................... 37
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 38
F. Teknik Analisis Data .............................................................................................. 39
G. Teknik Validitas Data ........................................................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian ..................................................................................................... 43
1. Gambaran Umum IMADISA .................................................................................. 43
2. Gambaran Umum IMADE Salatiga ........................................................................ 46
B. Temuan penelitian ................................................................................................. 53
1. Arus komunikasi organisasi pada IMADISA dalam mensosialisasikan IAIN
Salatiga ................................................................................................................. 54
2. Efektivitas Komunikasi organisasi pada IMADISA dalam mensosialisasikan
IAIN Salatiga ........................................................................................................ 57
3. Arus komunikasi organisasi pada IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan
IAIN Salatiga ........................................................................................................ 61
xiii
4. Efektivitas Komunikasi organisasi pada IMADE Salatiga dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga .......................................................................... 64
C. Pembahasan Penelitian ........................................................................................... 72
1. Arus komunikasi organisasi pada IMADISA dalam mensosialisasikan IAIN
Salatiga ................................................................................................................. 72
2. Arus komunikasi organisasi pada IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan
IAIN Salatiga ........................................................................................................ 77
3. Efektivitas Komunikasi organisasi IMADISA dan IMADE Salatiga dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga .......................................................................... 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 88
B. Saran ...................................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Kerangka Berpikir
Gambar 4.1 : Susunan pengurus IMADE Salatiga Periode 2017-2018
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Kajian Pustaka
Tabel 2.2 : Metode Komunikasi
Tabel 2.3 : Gangguan Komunikasi
Tabel 2.4 : Komunikasi Organisasi Efektif
Tabel 2.5 : Gambaran Umum Asal Mahasiswa IAIN Salatiga
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga merupakan satu-satunya
lembaga Perguruan Tinggi di kota Salatiga. Lembaga ini berada di bawah
naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. Sejak awal berdiri sampai
saat ini, IAIN Salatiga telah melewati perjalanan sejarah yang cukup panjang
dan sempat mengalami beberapa kali perubahan status lembaga.
Berdasarkan sejarah yang tertera pada buku Pedoman Akademik IAIN
Salatiga, awal mula pendirian lembaga ini berawal dari cita-cita masyarakat
Islam yang berada di kota Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam.
Untuk mewujudkan cita-cita itu didirikanlah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) “Nahdatul Ulama” di Salatiga.
Lembaga yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga ini
menempati gedung milik Yayasan “Pesantren Luhur”.
Dalam proses yang sedemikian rupa lembaga ini berubah status
menjadi IAIN Walisongo, Fakultas Tarbiyah. Namun perubahan status ini
juga tidak membuat kondisi berubah dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor, seperti sarana dan prasarana yang jauh dari memadai
terutama belum tersedia gedung milik sendiri, masih kurangnya tenaga
profesional baik itu dalam bidang edukatif maupun administrasi, dan animo
mahasiswa yang relatif masih kecil. Namun, berkat perhatian Menteri Agama
2
(H. Alamsyah Ratu Prawiranegara) yang mengabulkan usulan tentang
pembelian tanah dengan menggunakan DIP Pusat, tercatat pada tahun 1982
Fakultas Tarbiya IAIN Walisongo Salatiga dari kampus lama ke kampus baru
milik sendiri, yang terletak Jalan Caranggito 2 (sekarang menjadi Jalan
Tentara Pelajar 2).
Berdasarkan Kepres Nomor 11 Tahun 1997, mulai tanggal 21 Maret
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih Menjadi Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Beralihnya status ini telah membawa
berbagai peningkatan, baik peningkatan fisik maupun non fisik.
Kemudian pada tahun 2014, pada tanggal 17 Oktober berdasarkan
Peraturan Presiden No. 143 Tahun 2014, Sekolah Tinggi Agama Islam Negri
(STAIN) Salatiga beralih status menjadi Institut Agama Islam Negri (IAIN)
Salatiga.
Peralihan status ini semakin menambah eksistensi IAIN Salatiga
kepada masyarakat. Dari tahun ke tahun peningkatan jumlah mahasiswa IAIN
Salatiga semakin meningkat. Tak dapat dipungkiri eksistensi IAIN Salatiga
merambah sampai ke luar Salatiga. Tak sedikit mahasiswa yang berasal dari
luar Salatiga berbondong-bondong mencari ilmu di IAIN Salatiga, bahkan ada
juga mahasiswa yang berasal dari luar Pulau Jawa.
Hal itu juga tak lepas dari peran organisasi yang baik secara langsung
maupun secara tidak langsung turut mensosialisasikan kepada masyarakat.
Organisasi yang terdapat di dalam IAIN Salatiga dibagi menjadi dua, yaitu
organisasi intra kampus dan organisasi ekstra kampus.
3
Organisasi intra kampus ialah organisasi yang memiliki kedudukan
resmi di lingkungan kampus dan mendapat pendanaan kegiatan
kemahasiswaan dari pengelola kampus. Senat Mahasiswa (SEMA), Dewan
Mahasiswa (DEMA), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), dan Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) merupakan contoh dari organisasi intra kampus
yang terdapat di IAIN Salatiga.
Organisasi ekstra kampus merupakan organisasi yang aktivitas dan
birokrasinya berada di luar lingkup kampus. Organisasi ini biasanya
mempunyai aktivitas yang berbau agama, sosial, dan kedaerahan. Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
merupakan contoh dari organisasi ektra kampus yang berbau agama.
Organisasi mahasiswa daerah merupakan salah satu contoh organisasi
ekstra kampus yang mempunyai aktivitas organisasi dibidang kedaerahan.
Organisasi ini beranggotakan sekumpulan mahasiswa yang berasal dari daerah
yang sama dan memiliki tujuan organisasi yang sama. Tujuan dibentuknya
organisasi mahasiswa daerah ini diharapkan mampu menjadi sarana kontribusi
para anak rantau untuk daerahnya. Organisasi ini juga berfungsi untuk
menjaga nilai-nilai budaya daerah agar tidak luntur ditengah arus modernisasi
dan heterogenitas budaya yang ada dikampus.
Tidak dapat dipungkiri eksistensi organisasi mahasiswa daerah kian
bertambah. Tak sedikit juga organisasi mahasiswa daerah yang berada di IAIN
Salatiga. Seperti IMADISA yang merupakan organisasi mahasiswa daerah
yang berasal dari Purwodadi dan IMADE yang berasal dari Demak,
4
merupakan contoh organisasi mahasiswa daerah yang terdapat di IAIN
Salatiga.
Animo mahasiswa terhadap organisasi mahasiswa daerah sebenarnya
juga tidak kalah dengan organisasi intra kampus. Hanya saja sebagian
mahasiswa menganggap organisasi mahasiswa daerah bukanlah organisasi
yang bergengsi untuk eksistensi mahasiswa. Disamping itu sebagian
mahasiswa juga menganggap organisasi mahasiswa daerah tidak menjanjikan
baik secara akademik maupun pengembangan profesinya. Sebagian
mahasiswa lebih memilih ikut organisasi yang ada di dalam kampus (intra)
yang tentunya lebih memiliki pamor dibanding organisasi mahasiswa daerah.
Namun, tak sedikit juga mahasiswa yang memilih keduanya baik mengikuti
organisasi intra kampus maupun yang mengikuti organisasi mahasiswa
daerah.
Sebenarnya dengan adanya organisasi daerah membuat pihak kampus
menjadi lebih diuntungkan. Karena dengan adanya organisasi mahasiswa
daerah dapat mensosialisasikan dan menambah eksistensi kampus ke daerah-
daerah asal organisasi tersebut.
Dalam hal ini peran komunikasi sangat dibutuhkan. Mengingat
sosialisasi tanpa komunikasi yang baik tentunya akan dapat menimbulkan
masalah, baik itu kesalahpahaman makna maupun keefektifan sosialisasi.
Dengan adanya komunikasi tentunya akan memudahkan dalam hal sosialisasi.
Komunikasi yang baik dapat menambah kefektifan sosialisasi, seperti dalam
5
mengatur interaksi, menyampaikan informasi, atau bahkan dalam menyajikan
citra.
Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam
kehidupan sosial manusia, bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena
bagi terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang terintegrasi oleh
informasi, dimana masing-masing individu didalam masyarakat itu sendiri
saling berbagi informasi (information sharing) untuk mencapai tujuan
bersama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan
antara penyampai pesan dan orang yang menerima pesan (Rohim, 2016: 9)
Selain komunikasi, konsep efektivitas juga berpengaruh dalam
pengevaluasian jalannya program atau kegiatan suatu organisasi. Konsep yang
dimaksud ialah salah satu faktor untuk menentukan apakah diperlukannya
melakukan suatu perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen
organisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas yang dimaksud merupakan
pencapaian tujuan organisasi yang telah dicapai melalui pemanfaatan sumber
daya yang ada secara efisien, ditinjau dari input (sisi masukan), proses,
maupun keluaran (output). Sumber daya tersebut meliputi ketersediaan
personil, sarana prasarana, serta metode atau pendekatan yang digunakan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka penulis
tertarik untuk mengangkat judul “Efektivitas Komunikasi Organisasi
Mahasiswa Daerah Dalam Mensosialisasikan IAIN Salatiga (Studi Pada
IMADISA dan IMADE Salatiga).
6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana arus komunikasi pada IMADISA dalam mensosialisasikan
IAIN Salatiga?
2. Bagaimana arus komunikasi pada IMADE Salatiga dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga?
3. Bagaimana efektivitas komunikasi organisasi IMADISA dan IMADE
Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi organisasi IMADISA dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga.
2. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi organisasi IMADE Salatiga
dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga.
3. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas komunikasi organisasi
IMADISA dan IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai guna pada berbagai
pihak, yaitu :
1. Secara teoristis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pemikiran ilmu komunikasi dan manajemen organisasi terutama di bidang
komunikasi organisasi.
7
2. Secara praktis.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan
peneliti tentang ilmu komunikasi dan manajemen organisasi dalam
mengembangkan strategi pemasaran organisasi mahasiswa daerah. Serta
diharapkan bisa menjadi informasi yang bermanfaat bagi pembaca
terutama bagi organisasi mahasiswa daerah yang mempunyai tujuan
mensosialisasikan IAIN Salatiga kepada masyarakat.
E. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir akan ditujukan untuk mengetahui bagaiamana
Efektivitas Komunikasi Organisasi Mahasiswa Daerah Dalam
Mensosialisasikan IAIN Salatiga (Komunikasi Organisasi Pada Ikatan
Mahasiswa Purwodadi di IAIN Salatiga dan Ikatan Mahasiswa Demak
Salatiga).
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Dalam mengerjakan penelitian yang berjudul Efektivitas Komunikasi
Organisasi Mahasiswa Daerah Dalam Mensosialisasikan IAIN Salatiga (Studi
Kasus IMADE dan IMADISA) terdapat peneletian terdahulu yang mempunyai
relevansi pada judul yang telah disebutkan, sehingga dapat menjadi rujukan
peneliti dan sebagai bahan pembanding dalam penelitian yang dikerjakan.
Penelitian pertama yang menjadi rujukan dalam penelitian ini adalah
skripsi yang berjudul Efektivitas Komunikasi Organisasi Kepemimpinan
Kantor Walikota Tangerang Dalam Menerapkan Moto Akhlakul Karimah
(Rizal, 2014: 1-67). Skripsi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif,
yaitu dengan cara melakukan pengamatan, wawancara, dan dokumentasi di
Kantor Walikota Tangerang.
Penelitian kedua yang menjadi rujukan penulis adalah skripsi yang
disusun oleh Nirmawati, mahasiswa Universitas Hasanuddin yang berjudul
Efektivitas Organisasi Dalam Pelaksanaan Program Beras Miskin (Raskin) Di
Kelurahan Jawi-Jawi Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumpa. Skripsi
ini membahas tentang efektivitas pelaksanaan program dalam semua kegiatan,
baik dalam proses internal maupun mekanisme organisasi. Penilaian yang
digunakan dalam menentukan efektivitas program tersebut menggunakan
empat indicator berdasarkan pedoman pelaksanaan RASKIN antara lain dalam
9
proses sosialisasi, pengawasan mutu, angkutan,dan biaya operasional. Hasil
yang didapatkan dalam skripsi ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program
RASKIN di Kelurahan Jawi-Jawi Kecamatan Bulukumpa Kabupaten
Bulukumba tidak efektif. Berdasarkan perolehan data hanya terdapat satu dari
empat indikator penilaian yaitu biaya operasional telah berjalan efektif.
Sedangkan yang tidak berjalan efektif, yaitu proses sosialisasi, pengawasan
mutu, dan angkutan.
Efektivitas Komunikasi Organisasi Dalam Pelaksanaan Program Kerja
Kwartir Ranting Gerakan Pramuka Rangsang Barat Periode 2008-2011 yang
ditulis oleh Fawaid Darsyah menjadi rujukan ke-tiga yang penulis ambil.
Fawaid Daryah menggunakan metode dekriptif dengan pendekatan kualitatif.
Perolehan pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa komunikasi
organisasi Kwartir Ranting Gerakan Pramuka Rangsang Barat berjalan kurang
efektif. Berdasarkan data yang diperoleh fungsi stakeholder organisasi dalam
Kwartir Ranting Gerakan Pramuka Rangsang Barat tidak berjalan dengan
baik, yang ditandai dengan tidak adanya komunikasi yang dilakukan pengurus
Kwartir Ranting secara berkala.
Rujukan ke-empat dalam penelitian ini adalah tesis oleh Andri Joko
Purnomo mahasiswa Program Pasca Sarjana Unversitas Diponegoro
Semarang yang berjudul Analisis Efektivitas Organisasi Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Batang. Fokus permasalahan pada tesis ini yaitu
mengarah kepada rendahnya implementasi efektivitas organisasi Dinas
10
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batang. Tesis ini menggunakan metode
kuantitatif, dalam pengujian hubungan/korelasi tunggal antara variabel-
variabel independen dengan variabel dependen Andri menggunakan Uji Rank
Kendall, sedangkan untuk hubungan/korelasi ganda menggunakan Uji
Konkordasi Kendalls, serta hasilnya dideskripsikan dalam bentuk kualitatif
sebagai kesimpulan penelitian. Tujuan pembuatan tesis ini secara khusus yaitu
untuk mengetahui hubungan atau pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen dan secara umum penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan variabel-variabel independen, hubungannya dan/ atau
pengaruhnya dengan variabel dependen. Dengan segala perhitungan yang
telah ditempuh dapat disimpulkan bahwa secara teoritis maupun secara
empiris ketiga variabel independen yakni: motivasi pegawai, kepemimpinan,
dan disiplin pegawai, merupakan faktor penentu efektivitas organisasi Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batang.
Keempat penelitian tersebut menjadi rujukan peneliti dalam
mengerjakan penelitian ini, alasannya karena keempat penelitian tersebut
mempunyai relevansi judul dan permasalahan yang sama-sama mengkaji
mengenai organisasi. Tentunya penelitian yang dikerjakan peneliti memiliki
perbedaan dengan keempat penelitian yang telah disebutkan di atas. Fokus
penelian yang dikerjakan peneliti adalah mengenai efektivitas komunikasi
organisasi. Untuk lebih jelasnya, perbedaan tersebut akan dijelaskan dalam
tabel berikut ini.
11
Tabel 2.1. Kajian Pustaka
No. Judul Penelitian Perbedaan Penelitian
1 Efektivitas Komunikasi Organisasi
Kepemimpinan Kantor Walikota
Tangerang Dalam Menerapkan
Moto Akhlakul Karimah
Penelitian yang dibuat oleh Rizal
selain mengkaji tentang Efektivitas
Komunikasi Organisasi, Rizal juga
mengkaji tentang Kepemimpinan
2 Efektivitas Organisasi Dalam
Pelaksanaan Program Beras
Miskin (Raskin) Di Kelurahan
Jawi-Jawi Kecamatan Bulukumpa
Kabupaten Bulukumpa
Terletak pada objek peneletian, di
mana skripsi yang dibuat Nirmawati
mengkaji tentang Program Raskin
yang terdapat di Kelurahan Jawi-
Jawi Kecamatan Bulukumpa
Kabupaten Bulukumpa
3 Efektivitas Komunikasi Organisasi
Dalam Pelaksanaan Program
Kerja Kwartir Ranting Gerakan
Pramuka Rangsang Barat Periode
2008-2011
Penelitian ini hanya bertujuan untuk
mengetahui dan mengevaluasi
efektivitas komunikasi organisasi
yang terdapat dalam organisasi
tersebut
4 Analisis Efektivitas Organisasi
Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Batang
1. Penggunaan metode penelitian,
penelitian oleh Andri ini
menggunakan metode kuantitatif.
2. Fokus penelitian ini adalah
efektivitas organisasi, sedangkan
peneliti membahas tentang
efektivitas komunikasi organisasi
Berdasarkan penjelesan kajian pustaka di atas, penelitian yang
dilakukan peneliti memiliki kelebihan dan perbedaan. Kelebihan pertama
yaitu peneliti membahas tentang organisasi mahasiswa daerah yang jarang
sekali orang-orang khususnya mahasiswa IAIN Salatiga mengkajinya.
Kelebihan ke-dua adalah peneliti tidak pernah sekalipun ikut andil dalam
organisasi apapun, jadi penelitian ini selain sebagai syarat kelulusan, ini
merupakan sebuah tantangan yang harus dilalui peneliti.
12
B. Landasan Teori
1. Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti
berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Sedangkan kata
efektivitas dalam Kamus Ilmiah Populer didefinisikan sebagai ketepatan
penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan (Rais, 2012: 162).
Menurut Handoko (2006:7) efektivitas merupakan kemampuan
untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Lebih lanjut menurut Agung Kurniawan (2005:
109) dalam bukunya Transformasi Pelayanan Publik mendefinisikan
efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan
program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak
adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan sebuah
ukuran keberhasilan pencapaian tujuan atau suatu target yang telah
dijalankan dengan terciptanya hasil yang baik yang dilakukan seorang
individu maupun kelompok. Selain itu efektivitas juga merupakan sebuah
indikator penilaian dalam menentukan perlu atau tidaknya adanya suatu
perubahan secara signifikan terhadap bentuk maupun manajemen suatu
program.
Penelitian ini membahas tentang efektivitas komunikasi organisasi
yang terdapat dalam organisasi mahasiswa daerah pada lingkup IAIN
Salatiga. R. Wayne Pace dan Don F. Faules (dalam Mulyana, 2001: 31-32)
13
mengemukakan definisi fungsional komunikasi organisasi sebagai
pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang
merupakan bagian dari suatu organisasi tersebut. Dalam efektivitas
komunikasi organisasi terdapat tiga aspek kajian dan harus dimulai dari
yang paling mendasar hingga kepada yang lebih tinggi, ke-tiga aspek
tersebut adalah:
a. Efektivitas komunikasi dalam individu. Yaitu tingkatan keberhasilan atau
pencapaian hasil kerja anggota organisasi di dalam lingkup organisasi
tersebut.
b. Efektivitas komunikasi dalam kelompok. Yaitu tingkatan keberhasilan
atau pencapaian hasil kerja oleh sekelompok anggota di dalam lingkup
organisasi tersebut.
c. Efektivitas komunikasi dalam organisasi. Yaitu kontribusi hasil kerja
dari tiap-tiap efektivitas komunikasi dalam individu dan efektivitas
komunikasi dalam kelompok yang saling sinergis.
Hasil pengukuran pada tingkat efektivitas komunikasi organisasi
bukanlah suatu hal yang sederhana, dikarenakan tingkat efektivitas tersebut
dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang dan juga tergantung pada siapa
yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dilihat dari kaca mata
sebuah produktivitas, maka pemahaman tentang sebuah efektivitas berarti
kualitas dan kuantitas produk maupun jasa.
Secara garis besar tingkat ukur sebuah efektivitas bukan saja hanya
dilihat dari berbagai sudut pandang, namun dapat juga dilihat dari
14
pendekatan yang dilakukan baik pendekatan sistem maupun pendekatan
perilaku. Berbicara tentang efektivitas komunikasi maka berhubungan juga
dengan efek yang timbul. Dalam komunikasi efek dimaknai sebagai umpan
balik atas pesan yang disampaikan, dan berbicara tentang umpan balik
berarti berbicara tentang bentuk dampak, seperti:
a. Apakah efek yang timbul tersebut dapat memenuhi tujuan yang
diinginkan?
b. Apakah pemenuhan tujuan tersebut bersifat pribadi atau kelompok?
c. Apakah pemenuhan tersebut dapat memenuhi untuk waktu sekarang?
d. Apakah efek tersebut bersifat negatif atau positif?
e. Apakah efek tersebut terasa adil dan dapat dipercaya?
Semua jawaban efek atau umpan balik tersebut dapat dijawab
melalui bagaimana proses komunikasi yang terjadi. Apabila dalam proses
komunikasi tersebut terasa baik, maka akan timbul umpan balik yang baik
pula. Lalu bagaimana agar proses komunikasi tersebut dapat berjalan dengan
baik dan efektif? Menurut Liliweri (2014: 393) komunikasi yang baik dan
efektif apabila:
a. Setiap individu yang terlibat mampu meletakkkan dan memfungsikan
komunikasi di dalam konteks tertentu.
b. Setiap individu yang terlibat mampu meminimalkan kesalahpahaman
atas pesan-pesan yang dipertukarkan oleh komunikator dan komunikan.
c. Terdapat kemampuan menyesuaikan diri atau adaptasi dalam komunikasi
sehingga kedua pihak merasa puas dalam proses komunikasi tersebut.
15
Penelitian ini menggunakan teori Sistem Sosial untuk mengetahui
tingkat ukur efektivitas komunikasi organisasi. Dalam teori Sistem Sosial
(Social System) terdapat empat indikator yang digunakan untuk mengetahui
tingkat ukur efektivitas komunikasi organisasi (Kriyantono, 2008: 216).
Keempat indikator tersebut meliputi iklim komunikasi, kepuasan organisasi,
penyampaian informasi dan ketepatan pesan, dan yang terakhir adalah
budaya organisasi.
a. Iklim Komunikasi
Merupakan sebuah persepsi mengenai seberapa jauh anggota
merasa organisasi dapat dipercaya, didukung, diperhatikan, dihargai
pendapatnya, serta mendapat penghargaan atas kinerja yang telah
dilakukan.
b. Kepuasan Organisasi
Sebuah persepsi tentang seberapa jauh anggota merasa puas
dengan penilaian hasil kerjanya, keuntungannya, promosi, dan rasa puas
terhadap anggota lainnya.
c. Penyebaran Informasi dan Ketepatan Pesan
Merupakan persepsi anggota yang terlibat dalam organisasi
tersebut yang timbul akibat seberapa jauh penerimaan pesan yang
diterima. Penyebaran informasi kepada seluruh anggota merupakan hal
yang sangat penting dalam proses komunikasi organisasi. Penyebaran
informasi yang efektif dan merata kepada seluruh anggota akan
16
menimbulkan persepsi yang baik juga pada seluruh anggota, sehingga
proses kerja dalam organisasi dapat berjalan dengan optimal.
d. Budaya Organisasi
Merupakan sebuah persepsi anggota tentang nilai kunci dan
konsep bersama yang dapat membentuk citra anggota terhadap
organisasi. Budaya organisasi ini berkaitan dengan identitas anggota,
integrasi dalam organisasi, dan adanya inovasi untuk turut andil dalam
perkembangan organisasi.
Melihat penjabaran uraian efektivitas diatas khususnya mengenai
efektivitas komunikasi organisasi, maka peneliti menyimpulkan bahwa
efektivitas komunikasi organisasi merupakan sebuah tolak ukur atau
indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencapaian suatu
tujuan sebuah organisasi melalui penggunaan komunikasi.
2. Komunikasi Organisasi
Komunikasi menurut Harold Laswell (dalam Liliweri, 2014: 359)
adalah proses yang menggambarkan siapa, mengatakan apa, dengan cara
apa, kepada siapa,dan dengan efek apa. Sedangkan menurut Walhstrom
(dalam Liliweri, 2014: 359) komunikasi adalah pernyataan diri yang efektif,
pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain, pertukaran pesan-
pesan (tertulis, lisan, imajinasi, simbol, maupun metode lain) kepada orang
lain yang menimbulkan efek atau umpan balik tertentu.
Berdasarkan dua paparan mengenai definisi komunikasi tersebut
dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah aktivitas penyampaian pesan
17
verbal maupun non-verbal yang membutuhkan media atau metode dalam
penyampaiannya sehingga akan tercipta efek atau umpan balik atas
penyampaian pesan dalam proses komunikasi tersebut.
Proses komunikasi tidak hanya diberlakukan antar individu saja
melainkan bisa saja antar individu dan kelompok. Dalam teori komunikasi
terdapat banyak sekali kajian mengenai macam-macam komunikasi, salah
satunya terdapat kajian komunikasi organisasi. Untuk memfokuskan
pengkajian dalam landasan teori penelitian ini, penulis akan lebih berfokus
untuk membahas lebih detail mengenai komunikasi organisasi.
R. Wayne Pace dan Don F. Faules (dalam Mulyana, 2001: 31-32)
mengemukakan definisi fungsional komunikasi organisasi sebagai
pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang
merupakan bagian dari suatu organisasi tersebut. Unit komunikasi
organisasi yang dimaksud adalah hubungan antara individu-individu dalam
jabatan-jabatan yang berada dalam organisasi tersebut.
Sementara menurut Wiryanto (dalam Romli: 2014, 3) komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di
dalam kelompok formal maupun informal dari suatu kelompok. Komunikasi
formal yang dimaksud adalah proses komunikasi yang bersifat untuk
kepentingan organisasi dan disetujui oleh organisasi. Sedangkan komunikasi
informal adalah proses komunikasi yang orientasinya bukan untuk
kepentingan organisasi melainkan lebih kepada anggota organisasi secara
individual.
18
Komunikasi organisasi mempunyai peran penting dalam berjalan
atau tidaknya suatu organisasi. Selain untuk menggapai cita-cita organisasi,
proses komunikasi dalam organisasi juga menjadi indikator dalam
efektivitas program yang dijalankan. Semakin baik komunikasi dalam
organisasi, akan semakin efektif hasil yang diraih. Menurut Liliweri (dalam
Ruliana, 2014: 34-35) terdapat dua fungsi komunikasi organisasi, yaitu yang
bersifat umum dan bersifat khusus.
a. Fungsi Umum
1) Komunikasi digunakan untuk menyampaikan informasi kepada
anggota organisai baik individu maupun kelompok mengenai
bagaimana anggota tersebut melakukan tugasnya. Contohnya,
deskripsi pekerjaan (job deskripsi)
2) Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan gagasan, ide, pendapat,
dan fakta. Selain itu difungsikan untuk “menjual” sikap organisasi dan
sikap tentang sesuatu yang merupakan subjek layanan. Contohnya,
sosialisasi, humas (public relations), pameran, ekspo, dan lain-lain.
3) Komunikasi berfungsi sebagai media untuk meningkatkan efektivitas
dalam organisasi, seperti peningkatan kemampuan anggota dari orang
lain (internal) dalam belajar tentang apa yang dipikirkan, dirasakan,
dan dikerjakan.
4) Komunikasi berfungsi sebagai media dalam menentukan atau
manajemen pekerjaan, besaran kekuasaan dan kewenangan,
bagaimana mengalokasikan dan memanfaatkan sumber daya manusia.
19
b. Fungsi Khusus
1) Membuat para anggota melibatkan diri ke dalam isu-isu organisasi,
lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di bawah sebuah
komando.
2) Membuat para anggota menciptakan dan menangani relasi
antarsesama bagi peningkatan program organisasi.
3) Membuat para anggota memiliki kemampuan atau rasa percaya diri
ketika menangani dan mengambil keputusan dalam suasana yang
ambigu dan tak pasti.
Proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber (komunikator)
atau pengirim pesan yang kemudian disampaikan kepada penerima pesan
(Morrisan, 2013: 17). Kedua partisipan tersebut dalam lingkup organisasi
dapat dilakukan oleh individu kepada individu maupun dilakukan kelompok
kepada kelompok. Untuk mengetahui jenis pesan yang disampaikan, perlu
diketahui juga metode yang digunakan. Berikut merupakan metode
komunikasi organisasi menurut Liliweri (2014: 374-377):
a. Komunikasi Tertulis
Metode komunikasi tertulis adalah cara berkomunikasi di mana
dalam penyampaiannya menggunakan media tertulis. Setiap organisasi
mempunyai cara atau standar sendiri tertentu dalam penyampaian
pesan/informasi kepada anggotanya. Biasanya dalam metode ini
berisikan hal-hal penting mengenai organisasi. Kelemahan metode ini
20
adalah hanya bersifat satu arah, di mana si penerima pesan tidak bisa
merespon langsung terhadap pengirim pesan.
b. Komunikasi Lisan
Komunikasi lisan adalah komunikasi yang dilakukan dengan tatap
muka. Metode tatap muka ini merupakan metode yang paling efektif
untuk pemahaman dalam berorganisasi. Sebab, penerima pesan dapat
langsung bertanya kepada pengirim pesan mengenai hal-hal yang belum
dimengerti. Contoh komunikasi tertulis yang terdapat dalam organisasi
yaitu surat, memo, laporan (report), manual, formuli (form), dan lain-
lain.
c. Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal merupakan cara berkomunikasi yang
penggunaannya melalui bentuk simbol-simbol nonverbal. Komunikasi
nonverbal biasanya cenderung menjadi indikator efek atau umpan balik
atas informasi yang diterima, seperti ekspresi wajah atau sorotan mata
Pembagian komunikasi nonverbal meliputi kinesik, proksemik, haptic,
kronemik, paralinguistic, artefak, dan tampilan tubuh.
d. Media Elektronik
Penggunaan media elektronik dalam pengiriman informasi, baik
informasi verbal maupun nonverbal bertujuan untuk mengalihkan
informasi secara tepat, hemat, dan cepat. Selain itu, pelebihan
penyebaran pesan/informasi melalui media elektronik ini juga dapat
digunakan untuk komunikasi lisan maupun dan tertulis.
21
Tabel 2.2 Metode Komunikasi
Oral
Tertulis
Nonverbal
Media Elektronik
Visual
Komunikasi organisasi menghubungkan anggota organisasi baik
individu maupun kelompok ke dalam sebuah sistem tertentu yang kemudian
melalui sistem tersebut, seluruh kerangka program diatur dalam sebuah
jaringan. Jaringan komunikasi dalam organisasi (Ruliana, 2014: 88) ialah
proses bagaimana suatu pesan yang disampaikan secara rinci , artinya
ditentukan oleh jenjang hierarki resmi organisasi dari atasan dan bawahan
atau sebaliknya.
Berdasarkan hal itu, bila didekati dari perpekstif fungsional maka
jaringan menggambarkan relasi antarpersonal, kelompok kerja, jaringan
ataragensi, dan sistem komunikasi elektronik di mana titik pusat dari
Metode Bentuk
1. Wawancara
2. Pertemuan Staf
3. Konferensi
4. Orientasi
5. Konseling
6. Laporan
1. Pengumuman
2. Surat
3. SKP
4. Poster
5. Buku
6. Kartu Kendali
7. Selebaran
8. Disposisi
1. Bahasa tubuh
2. Jarak
3. Ruang
4. Waktu
5. Warna
8. Asesoris
7. Perasaan
8. Intonasi
1. Ilustrasi
2. Merek
3. Logo
5. Komputer
6. Multimedia
7. Televisi
8. Video
4. Cap
5. Simbol
1. Telepon
2. Faks
3. E-mail
4. Slide
22
jaringan tersebut bisa individu, kelompok, atau agensi yang menampilkan
interaksi di antara mereka (Liliweri, 2014: 381). Ada beberapa tipe jaringan
dalam organisasi:
a. Jaringan Berdasarkan Setting
Menurut Richard V. Farace, Peter R, Mounge, dan Hamish M.
Rusell (dalam Liliweri, 2014: 385) jaringan organisasi-gambaran tentang
alur komunikasi, kalau alur itu relative berpola, disebut struktur
komunikasi adalah pola-pola interakai antara anggota organisasi yang
terjadi secara berulang dan teratur. Ada tingkatan jaringan organisasi,
yaitu:
1) Jaringan personal, yaitu jaringan antara dua atau tiga orang. Bersifat
kuat dan bisa menjadi lemah, tergantung dari isu yang mendorong
pembentukan jaringan tersebut.
2) Jaringan menyeluruh dalam organisasi, misalnya jaringan yang
disebut total system.
3) Klik (clique subsystem), yaitu jaringan yang dibentuk secara informal
atas dasar sebuah minat tertentu, yang cenderung dianggap sebagai
benalu komunikasi.
4) Jaringan antarorganisasi, yaitu jaringan yang terbentuk antara satu
oraganisasi satu dengan organisasi lainnya, untuk melaksanakan suatu
tugas melalui pertukaran informasi.
Sementara itu Liliweri (2014: 386) juga menyebutkan mengenai
beberapa tipikal jaringan yang mempengaruhi pola-pola komunikasi,
23
seperti jaringan sentralisasi, jaringan desentralisasi, dan setting. Berikut
penjelasan mengenai ke-tiga tipikal jaringan tersebut:
1) Jaringan sentralisasi yang bentuknya seperti roda, di mana semua
nggota memusatkan perhatiannya pada seorang pemimpin.
2) Jaringan desentralisasi merupakan jaringan yang terbentuk melalui
proses pelimpahan tugas dan wewenang dari atasan kepada bawahan.
Dampak positif dari jaringan desentralisasi ini, yaitu dapat
meningkatkan kepuasan kerja para anggota.
3) Setting, , merupakan tipikal jaringan yang mempengaruhi pola-pola
komunikasi melalui berapa jumlah partisipan yang terlibat dalam
komunikasi. Pembagian prinsip dalam menentukan setting, yaitu; a).
Dyadic (dua orang atau lebih), b). Small Group (tiga sampai sepuluh
orang), c). Publik (sebagian besar anggota organisasi).
b. Jaringan Komunikasi Informal
Jaringan komunikasi informal terbentuk tanpa memerhatikan
struktur organisasi atas-bawah, bawah-atas, dan horizontal. Jaringan
komunikasi juga mempunyai pengaruh yang penting, karena kelebihan
jaringan ini adalah jumlah informasi yang dikirim lebih banyak, lebih
cepat, dan lebih akurat. Beberapa fungsi jaringan komunikasi informal,
yaitu, memberikan informasi atau penjelasan tambahan, memperluas
pesan, mencatat informasi, mempertentangkan informasi, membagi
informasi lebih luas, dan melengkapi informasi.
24
Setelah mengetahui mengenai jaringan komunikasi dalam organisasi,
kita juga perlu memahami tentang saluran komunikasi organisasi. Saluran
komunikasi sangat diperlukan dalam penelitian ini, karena melalui saluran
komunikasi peneliti akan lebih dipermudah untuk mengetahui komunikasi
organisasi yang terdapat dalam subjek penelitian ini. Selain itu saluran
komunikasi juga menjadi indikator dalam mengetahui suatu komunikasi
yang baik dalam berorganisasi. Saluran komunikasi dalam organisasi terbagi
menjadi tiga jenis saluran komunikasi, yaitu komunikasi vertikal,
komunikasi horizontal, dan komunikasi diagonal.
a. Komunikasi vertikal adalah arus komunikasi yang terjadi antara pihak
yang memiliki posisi dan peranan yang berbeda dalam organisasi,
dimana yang satunya memiliki posisi lebih tinggi dibanding yang
satunya lagi. Terdapat dua macam bentuk dalam komunikasi vertikal,
yaitu komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas.
b. Komunikasi horizontal atau komunikasi lurus adalah arus komunikasi
yang terjadi antara pihak yang memiliki posisi, kedudukan, atau peran
yang sama dalam organisasi. Komunikasi horizontal bisa dilakukan
oleh pihak yang berstatus sesama anggota dalam sebuah tim, atau
bahkan sesama pimpinan tim.
Proses komunikasi organisasi umumnya dilakukan melalui struktur
organisasi. Kemudian melalui struktur tersebut sering terjadi distorsi
komunikasi, semakin tinggi dan berkembang struktur organisasi akan
semakin tinggi pula tingkat peluang terjadinya distorsi. Hambatan atau
25
gangguan dalam komunikasi merupakan pengaruh yang didapat dari
“dalam” maupun dari “luar” individu, atau lingkungan yang “merusak”
aliran atau isi pesan yang dikirimkan atau diterima (Liliweri, 2014: 379).
Tabel di bawah ini menunjukan macam-macam bentuk hambatan/gangguan
dalam komunikasi organisasi:
Tabel 2.2 Gangguan Komunikasi Organisasi
Bentuk Jenis Contoh
Lingkungan 1. Interfensi
2. Jarak Fisik
3. Ruang
4. Suara
1. Desing kendaraan, musik,
pandangan.
2. Terlalu dekat atau jauh.
3. Terlalu besar atau terlalu kecil
4. Desingan (luar) dan
paralinguistic (bahasa)
Personal 1. Sosiologis
2. Struktur
3. Psikologis
4. Mental
1. Hubungan antarpribadi,
keluarga, pertemanan.
2. Perbedaan eselon.
3. Perbedaan eselon, pendidikan,
perilaku pribadi.
4. Perasaan rendah diri, takut,
gugup.
Semantik 1. Bahasa
2. Dialek
3. Kata
4. Konsep
1. Pebedaan bahasa, istilah,
makna.
2. Bahasa, istilah, makna
subkultur.
3. Kata, sinonim, homonym.
4. Perbedaan makna berdasarkan
subkultur (jargon)
Setelah mengetahui tentang hal-hal penting dalam mengembangkan
komunikasi organisasi kita juga perlu mengetahui bagaiamana cara agar
komunikasi organisasi tersebut berjalan efektif. Efektivitas komunikasi
organisasi tidak ditentukan hanya karena setiap orang yang berada dalam
26
lingkup organisasi melakukan interaksi, relasi dan komunikasi sesuai dengan
peran yang dijalani.
Efektivitas komunikasi organisasi dapat dicapai apabila terdapat
kemampuan seorang pengirim pesan (komunikator) untuk menjaga
keseimbangan antara kegiatan interaksi, relasi, dan komunikasi di antara dua
budaya organisasi. Keseimbangan tersebutlah yang berpengaruh terhadap
pesan yang disampaikan. Sebagai pengirim pesan merupakan suatu
keharusan bahwa pesan yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan,
sedangkan sebagai penerima pesan tidak dianjurkan untuk menerima pesan
tersebut mentah-mentah. Berikut akan dijelaskan dalam tabel mengenai
cara-cara yang digunakan agar komunikasi organisasi berjalan efektif
berdasarkan metode dan media penyampaiannya:
Tabel 2.3 Komunikasi Organisasi Efektif
Situasi Paling Efektif Paling Tidak Efektif
Penyampaian informasi yang
memerlukan tindakan segera oleh
anggota
Tulisan disertai
lisan
Tulisan saja
Penyampaian informasi yang
memerlukan tindakan pegawai
oada waktu yang mendatang
Tulisan saja Lisan saja
Penyampaian informasi yang
bersifat umum
Tulisan saja Lisan saja
Penyampaian informasi mengenai
kebijakan organisasi
Lisan disertai
tulisan
Lisan saja
Penyampaian peningkatan kerja Lisan disertai
tulisan
Lisan saja
Pemberian pujian kepada anggota Lisan disertai
tulisan
Lisan saja
Kritik kepada anggota Lisan saja Tulisan saja
Penyelesaian perselisihan di
antara para anggota
Lisan saja Tulisan saja
27
3. Organisasi Mahasiswa Daerah
a. Organisasi
Kehidupan manusia sebagian besar waktunya dihabiskan untuk
berinteraksi dengan sesamanya dalam organisasi, baik yang formal
seperti sekolah, perguruan tinggi, lembaga bisnis, atau kepemerintahan
maupun oganisasi informal seperti arisan, kelompok bermain, lingkungan
rumah atau yang lainnya. Kehidupan manusia juga tidak bisa lepas dari
organisasi, sejak dilahirkan hingga menuju kematian organisasi
bagaimanapun tetap akan masuk ke dalam kehidupan manusia. Sosiolog
Amatai Etzioni (dalam Morissan, 2013: 383) mengungkapkan bahwa
masyarakat kita adalah masyarakat yang terorganisir, kita dilahirkan
dalam organisasi, dididik dan dibesarkan dalam organisasi, bahkan kita
juga bekerja dalam organisasi.
Organisasi yang berdasarkan ejaan dalam bahasa Inggris
dipahami sebagai pengelompokkan formal dari sejumlah orang yang
mempunyai satu atau lebih tujuan bersama. Menurut Liliweri (2014: 47-
48) organisasi merupakan entity legal dan formal, seperti pemerintah,
organisasi internasional, LSM, organisasi tentara, perusahaan, kemitraan,
kerja sama nirlaba, koperasi, dan universitas.
Berdasarkan hal itu timbul pertanyaan, mengapa orang mau
bekerjasama dalam organisasi? Para analisis organisasi mengemukakan
bahwa orang-orang yang berada dalam organisasi adalah orang-orang
28
yang memiliki rasa kepercayaan terhadap organisasi. Kepercayaan
mereka terhadap organisasi didasari pada suatu kesadaran baha hanya
organisasi yang mempunyai peran terhadap peningkatan diri dan
kemampuan pengelolaan kebersamaan dalam membangun tujuan dengan
penerapan hakikat kerjasama.
Max Weber dalam Morissan (2013: 391) menjelaskan pengertian
organisasi adalah suatu sistem kegiatan interpersonal bertujuan yang
dirancang untuk mengkordinasi tugas individu. Sementara Huczynski
dan Buchanan menjelaskan dalam Liliweri (2014: 51) organisasi adalah
suatu sosial manusia yang penampilannya dikontrol oleh tujuan bersama
yang ditetapkan secara kolektif. Berdasarkan ke-dua pendapat tersebut
dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian organisasi, yaitu suatu
sistem sosial dalam kehidupan manusia dimana dalam penetapan aksi
atau langkah yang ditentukan oleh tujuan bersama.
b. Mahasiswa Daerah
Mahasiswa daerah terdiri dari dua konsep, yaitu mahasiswa dan
daerah. Mahasiswa adalah sebutan bagi seseorang yang sedang
menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi. Mahasiswa merupakan
tingkatan tertinggi dalam tingkat siswa, oleh karena itu mahasiswa
diharapkan mampu berpikir, memecahkan masalah tapa menimbulkan
masalah baru, dan mampu menggunakan apa yang telah dipelajari untuk
bekal kehidupan kelak.
Sedangkan daerah adalah perkumpulan atau kesatuan masyarakat.
Daerah, dalam konteks pembagian administratif di Indonesia merupakan
sebuah lingkungan yang di dalamnya terdapat masyarakat,
kepemerintahan, budaya, hukum, dan lain sebagainya. Daerah terdiri dari
29
Provinsi, Kabupaten, atau Kota. Sedangkan Kecamatan, Desa, dan
kelurahan bukanlah menjadi bagian dalam pengelompokkan daerah.
Berdasarkan ke-dua pengertian tadi dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengertian mahasiswa daerah ialah seseorang yang datang atau
“merantau” meninggalkan lingkungan asal tinggalnya menuju ke
lingkungan atau wilayah yang demi untuk belajar dan memenuhi tujuan
pendidikannya di universitas atau perguruan tinggi.
Agar penelitian ini sedikit terfokus dalam pembahasannya,
peneliti mencoba menjelaskan sedikit mengenai mahasiswa daerah yang
berada di IAIN Salatiga. Secara umum asal mahasiswa IAIN Salatiga
dapat digambarkan melalui; pertama, mahasiswa yang tidak terlalu jauh
dari Salatiga, ke-dua yaitu mahasiswa yang tidak terlalu jauh namun juga
tidak terlalu dekat dengan Salatiga, dan yang terakhir yaitu mahasiswa
yang jauh dari Salatiga. Pembagiannya akan dijelaskan dalam tabel
berikut:
Tabel 2.4 Gambaran Umum Asal Mahasiswa IAIN Salatiga
Status Daerah
Mahasiswa yang tidak terlalu jauh
dari Salatiga
Salatiga, , Getasan, Ngablak,
Susukan, Tuntang, Bandungan,
Ungaran
Mahasiswa yang tidak terlalu jauh
namun juga tidak terlalu dekat dari
Salatiga
Magelang, Purworejo, Kendal,
Batang, DIY Yogyakarta,
Purwodadi, Demak
Mahasiswa yang jauh dari Salatiga Luar pulau, provinsi, negara
seperti Mentawai, Jakarta,
Surabaya, Palembang, Thailand
30
c. Organisasi Mahasiswa Daerah
Kebanyakan organisasi mahasiswa daerah awalnya terbentuk dari
sekumpulan kecil mahasiswa yang berasal dari luar lingkungan atau
wilayah yang saat ini ditempatinya dengan tujuan menemukan teman
seperantauannya lalu berkembang menjadi sebuah organisasi yang di
dalamnya terdapat tujuan yang ingin dicapai.
Organisasi mahasiswa daerah merupakan organisasi yang
terbentuk melalui sekumpulan mahasiswa yang berasal dari satu daerah
yang sama dan memiliki satu kepentingan yang sama. Berbeda dengan
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) atau Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM), organisasi mahasiswa daerah tidak termasuk ke dalam organisasi
intra kampus. Organisasi mahasiswa daerah merupakan organisasi yang
tidak terikat dengan kampus.
Para anggota dalam organisasi mahasiswa daerah merupakan para
mahasiswa rantau yang mempunyai tujuan mengikuti organisasi yaitu
agar mendapat keluarga baru, mengenal teman-teman seperantauan, tidak
ingin kehilangan bahasa daerahnya, serta ingin berkesempatan
memperkenalkan budaya daerahnya kepada lingkungan baru yang
ditempati melalui organisasi mahasiswa daerah yang diikuti.
Saat ini sudah banyak dan sering ditemui organisasi mahasiswa
daerah yang berada di kampus IAIN Salatiga baik organisasi yang
berasal tidak jauh atau dari daerah sekitar Kota Salatiga maupun yang
berasal dari luar yang letaknya cenderung jauh dari Kota Salatiga. Dalam
penelitian ini, organisasi mahasiswa daerah menjadi objek penelitian.
31
Berikut penjelasan profil secara singkat mengenai dua organisasi
mahasiswa yang menjadi objek penelitian:
1) IMADISA. Awal terbentuknya organisasi mahasiswa daerah ini
bernama IMADISSA terbentuk sejak tahun 2009. IMADISSA
merupakan singkatan dari Ikatan Mahasiswa Purwodadi di STAIN
Salatiga. Ketika STAIN Salatiga beralih nama menjadi IAIN Salatiga,
IMADISSA juga beralih nama menjadi IMADISA (Ikatan Mahasiswa
Purwodadi IAIN Salatiga) pada 11 Juli 2016. IMADISA merupakan
sebuah organisasi mahasiswa daerah yang terhimpun dari mahasiswa
IAIN Salatiga yang berasal dari Purwodadi
2) IMADE. Merupakan singkatan Ikatan Mahasiswa Demak adalah
sebuah organisasi mahasiswa daerah yang beranggotakan mahasiswa
asal Demak. IMADE terbentuk pada tahun 2012. Awalnya organisasi
mahasiswa daerah asal kota Demak ini bernama Matawali yang
terbentuk pada tahun 2011. Namun, atas dasar keinginan
menyelaraskan mahasiswa asal demak senusantara maka dibentuklah
Ikatan Mahasiswa Demak.
Dikarenakan kurangnya informasi atau teori mengenai organisasi
mahasiswa, maka peneliti mencoba mendeskripsikan organisasi
mahasiswa merupakan organisasi yang terdiri dari kumpulan mahasiswa
rantau yang menuntut ilmu di lingkungan yang saat ini ditempati.
32
4. Sosialisasi
Bruce seorang ahli Psikologi (2009:57) mengemukakan sosialisasi
adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam
masyarakat untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya
agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota.
Sementara Peter Berger (dalam Sunarto, 2004: 21) mendefinisikan
sosialisasi sebagai proses dimana seorang anak belajar menjadi seseorang
yang berpartisipasi dalam masyarakat.
Berdasarkan kedua pendapat ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan
sosialisasi adalah proses seseorang yang berkenaan dengan cara
mempelajari hidup, norma, dan nilai-nilai sosial yang terdapat dalam
kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima
oleh kelompok ataupun lingkungannya. Proses sosialisasi juga memberikan
pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan pengelolaan dalam
pengembangan diri seseorang melalui kehidupan bermasyarakat.
Dalam kehidupan manusia, sosialisasi merupakan suatu proses yang
akan terus berlangsung sepanjang hidup. Oleh karena itu beberapa ahli
membagi sosialisasi menjadi dua bentuk, sosialisasi primer dan sosialisasi
sekunder (Sunarto, 2004: 29). Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama
yang dijalani seseorang saat dia menjadi bagian dalam masyarakat.
Sedangkan sosialisasi sekunder ialah proses setelah sosialisasi primer
dimana seseorang menuju ke sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya.
33
Beberapa tahun terakhir kita sering mendengar atau melihat berita
mengenai kekerasan anak yang terjadi dalam keluarga, khususnya terhadap
anak-anak yang dinilai tidak menuruti perintah orang tuanya. Kasus itu
merupakan contoh ekstrim dalam pola sosialisasi represif. Menurut Jaeger
dalam Sunarto (2014: 31) pola sosialisasi represif mempunyai ciri
penekanan terhadap kesalahan dengan memberikan hukuman, penekanan
komunikasi bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, serta
penekanan titik berat sosialisasi dengan kehendak ego.
Selain pola sosialisasi represif yang bersifat ekstrem terdapat pola
sosialisasi partisipatoris. Pola sosialisasi partisipatoris merupakan ciri pola
sosialisasi yang di dalamnya terdapat imbalan terhadap jasa atau kebaikan
yang telah diberikan, memiliki kebebasan, penekanan hanya dilakukan
dengan interaksi, dan pemberian hukuman bersifat simbolik.
Penelitian ini membahas mengenai sosialisasi yang dilakukan oleh
organisasi. Jadi, pembahasan landasan teori mengenai sosialisasi akan lebih
difokuskan kepada sosialisasi organisasi. Sehingga melalui pengertian atau
definisi yang telah diuraikan tadi, sosialisasi organisasi mempunyai arti
yaitu proses sebuah organisasi yang dalam menjalankan programnya kepada
masyarakat yang dimana dalam pelaksanaannya organisasi tersebut mau
tidak mau harus beradaptasi dengan lingkungannya, seperti adaptasi
terhadap norma-norma atau nilai-nilai sosial dalam lingkungannya agar
dapat diterima dengan oleh masyarakat.
34
Sosialisasi merupakan variabel penting yang dapat mempengaruhi
tujuan tercapainya efektivitas organisasi. Dalam menjalankan suatu
organisasi dibutuhkan sosialisai yang baik, agar tujuan organisasi dapat
dicapai dengan baik dan dapat diterima oleh masyarakat maupun lingkungan
sekitar. Selain itu sosialisasi juga memberikan pengaruh terhadap anggota,
karena dapat mempengaruhi sikap, perilaku, dan resistensi.
Sosialisasi terhadap anggota organisasi juga dapat membuat anggota
menjadi lebih komit dan merasa dihargai oleh organisasinya. Hal itu
dikarenakan, proses sosialisasi akan mengurangi tingkat kecemasan anggota
terhadap kekhawatiran dan kebingungan peran di dalam organisasi.
Dalam teori sosiologi yang membahas mengenai sosialisasi, selain
keluarga, teman bermain, sekolah, dan media massa, organisasi juga
termasuk ke dalam media atau alat sosialisasi (Sunarto, 2014: 24-28).
Mengapa organisasi termasuk ke dalam media sosialisasi? Jawabannya
adalah karena di dalam organisasi ada variabel yang disebut dengan
partisipasi. Partisipasi merupakan keterlibatan seseorang baik yang bersifat
fisik, pikiran, maupun rasa dalam sebuah kelompok dengan memberikan apa
yang dimilikinya agar tercapainya sebuah tujuan kelompok tersebut.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini ialah jenis penelitian analisis deskriptif. Dalam
Arikunto (2016: 234) dijelaskan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan
untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya”
tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dan
menggunakan pendekatan studi kasus (Case Study). Menurut Strauss dan
Corbin, seperti yang dikutip oleh Basrowi dan Sudikin (2002:1), bahwa metode
kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik. Sedangkan
tujuan penelitian kualitatif menurut Ruslan (2010: 214-215) adalah untuk
mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari
perspektif partisipan.
Sedangkan pendekatan yang dilakukan untuk menyelesaikan penelitian
ini adalah studi kasus (Case Study). Lincoln dan Guba (Mulyana, 2004: 201)
menjelaskan studi kasus merupakan suatu teknik mempelajari individu atau
sebuah organisasi secara mendalam untuk membantu mewujudkan peningkatan
mutu atau penyesuaian diri yang lebih baik.
Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan tadi, penyusun berusaha
memahami fakta-fakta yang terdapat di lapangan dan relevan dengan
36
permasalahan penelitian serta menggambarkan dan menghubungkannya
dengan teori-teori yang ada, sehingga masalah mengenai bagaimana efektivitas
komunikasi organisasi mahasiswa daerah dalam mensosialisasikan IAIN
Salatiga kepada masyarakat dapat dijawab melalui penelitian ini.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama bulan Agustus 2018. Bertempat di
basecamp masing-masing organisasi mahasiswa daerah yang menjadi subjek
penelitian (IMADE dan IMADISA). Basecamp atau markas IMADE berada di
Dukuh, Sidomukti, Kota Salatiga. Sedangkan IMADISA bertempat atau lebih
sering berkumpul di Masjid Baiturrahman Margosari, Kota Salatiga.
C. Fokus Penelitian
Supaya penelitian ini lebih terkonsep dan terarah, maka peneliti akan
memfokuskan penyajian penelitian ini. Selain itu fokus penelitian diadakan
supaya terdapat pemusatan konsentrasi terhadap penelitian yang dilakukan.
Seperti yang telah disebutkan dalam rumusan masalah penelitian, fokus
penelitian ini adalah mengenai efektivitas komunikasi organisasi yang
dijalankan oleh organisasi mahasiswa daerah (IMADE dan IMADISA) dalam
mensosialkan IAIN Salatiga kepada masyarakat.
Alasan peneliti memfokuskan penelitian terhadap sebuah efektivitas
komunikasi organisasi ialah karena menurut peneliti kegiatan sosialisasi yang
dilakukan oleh kedua organisasi tersebut tidak akan selesai dengan baik dan
efektif apabila komunikasi organisasi mereka tidak berjalan sesuai dengan
yang seharusnya. Selain itu penambahan jumlah anggota setelah kegiatan
37
tersebut dilakukan menjadi bukti yang mengindikasikan bahwa komunikasi
organisasi kedua subjek penelitian ini telah berjalan dengan baik.
D. Sumber dan Jenis Data
Menurut Lofland dan Lofland, yang dikutip lagi oleh Moloeng
(2009:157) menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain. Berkaitan dengan hal itu maka data yang terdapat dalam penelitian ini
dikelompokkan dalam dua jenis data, yaitu : data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Menurut Umar (2002:81), data primer adalah data yang didapat dari
sumber pertama. Perolehan data primer dalam penelitian ini didapatkan
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap ke-dua subjek
penelitian ini yaitu Ikatan Mahasiswa Purwodadi IAIN Salatiga (IMADISA)
dan Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE) IAIN Salatiga.
2. Data sekunder
Sebaliknya, data sekunder adalah data yang diperoleh tidak
langsung dari sumbernya. Pedoman data sekunder dalam penelitian ini
yaitu arsip, literatur, dokumentasi kegiatan yang diperoleh dari subjek
penelelitian ini yaitu Ikatan Mahasiswa Purwodadi di IAIN Salatiga
(IMADISA) dan Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE) IAIN Salatiga
38
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data Primer dan data Sekunder yang sesuai dengan
apa yang terdapat di lapangan, maka dalam melakukan penelitian tersebut
diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa untuk mendapatkan data primer atau utama dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi
sebagai teknik yang digunakan. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data, dimana
peneliti melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk melihat dari
dekat kegiatan yang dilakukan. Dalam Riduwan (2004: 104) observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada subjek penelitian.
Peneliti akan melakukan observasi atau pengamatan langsung
kepada organisasi yang tercantum dalam penelitian ini, yaitu IMADISA dan
IMADE yang nantinya akan peneliti amati dan tulis apa yang peneliti dapat
dalam melakukan observasi terhadap program sosialisasi IAIN Salatiga
kepada masyarakar yang dilakukan oleh ke-dua organisasi tersebut.
2. Wawancara
Moloeng (2009:186) mengemukakan bahwa wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara merupakan teknik
pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung mengenai topik
39
penelitian oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban
responden dicatat atau direkam.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara langsung
kepada pihak-pihak yang terdapat dalam organisasi yang terlibat dalam
topik penelitian ini, yaitu kepada pihak IMADISA dan IMADE mengenai
komunikasi organisasi yang telah dijalankan dalam mensosialisasikan IAIN
Salatiga kepada masyarakat.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dalam Hikmat (2011: 83), yakni penelusuran
dan perolehan data yang diperlukan melalui data yang telah tersedia,
biasanya berupa data statistik, agenda kegiatan, produk keputusan atau
kebijakan, sejarah, dan hal lainnya yang berkait dengan penelitian.
Data-data dokumentasi yang nantinya akan peneliti masukkan ke
dalam penelitian ini berupa foto-foto saat proses penelitian ini, baik itu
ketika saat observasi langsung, wawancara, maupun saat mengikuti
kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik oleh IMADISA maupun kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh IMADE.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2012:335-336), analisis data merupakan proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit , melakukan sintesa,
menyususn ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
40
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami oleh diri sendiri
dan orang lain. Analisis data yang terdapat dalam penelitian kualitatif
dilakukan sejak memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di
lapangan.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam
menganalisis data adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Mereduksi data merupakan proses penyaringan dan pemusatan data
yang diambil dari pengamatan dan wawancara narasumber. Hasil dari
pengamatan dan wawancara dengan narasumber dijadikan sebagai data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis. Sehingga penarikan
kesimpulan dan verivikasi data dapat diambil dari proses penajaman
analisis, menggolongkan dan pengkategorian data yang diperoleh dari
lapangan.
2. Sajian Data
Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah
penyajian data (display) data. Pada rangkaian ini seluruh data yang
diperoleh dari lapangan baik dokumen, hasil wawancara, serta hasil dari
observasi akan dianalisis sehingga dapat memunculkan deskriptif tentang
komunikasi organisasi pada IMADISA dan IMADE Salatiga.
Pada langkah ini penyusunan data yang relevan sehingga menjadi
informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya
dapat dilakukan dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antara
41
fenomena yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk
mencapai tujuan penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tinjauan terhadap hasil catatan
yang telah diuraikan melalui penyajian data dalam pembahasan. Sedangkan
penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari dan
memahami makna dan isi pembahasan baik dari segi penjelasan dan
sistematika penjelasan. Pada dasarnya penarikan kesimpulan diambil dari
intisari pembahasan yang terpolakan oleh metode penelitian yang dipakai.
Dengan menggunakan langkah-langkah tersebut, penulis berharap data
yang terkumpul dapat dianalisis dengan baik dan sesuai dengan penelitian
mengenai efektivitas komunikasi organisasi mahasiswa daerah (IMADISA dan
IMADE) dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga kepada masyarakat.
G. Teknik Validitas Data
Yang terdapat dalam sebuah penelitian, data yang telah dicantumkan
haruslah data yang bersumber dan sudah teruji keabsahanya. Dalam hal ini
peneliti akan menggunakan teknik trianggulasi terhadap data yang telah
diperoleh untuk pengujian sumber dan keabsahannya.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkansesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moloeng, 2002: 178). Sementara
menurut Sugiyono (2012:274) trianggulasi dapat diartikan sebagai pengecejan
data daru berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
42
Teknik triangulasi yang paling sering digunakan ialah pemeriksaan
melalui sumber lainnya. Terdapat empat macam perbedaan pemanfaatan
triangulasi dalam teknik pemeriksaan yaitu penggunaan sumber, metode,
penyidik, dan teori. Berikut penjelasannya (Moleong, 2002: 178-179):
1. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam metode kualitatif.
2. Triangulasi dengan metode berarti pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitan beberapa teknik pengumpulan data dan
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama.
3. Teknik ke-tiga ini ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat
lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
4. Triangulasi dengan teori, berdasarkan pada anggapan bahwa fakta tertentu
tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.
Dalam hal ini, apabila analisis telah menguraikan pola, hubungan, dan
menyertakan penjelasan yang muncul dalam analisis, maka penting sekali
untuk mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing. Sehingga
dalam pelaporan hasil penelitian dengan disertai penjelasan dapat
meningkatkan derajat kepercayaan data dan validitas data sesuai dengan yang
diharapkan.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Ikatan Mahasiswa Purwodadi di IAIN Salatiga
(IMADISA)
Organisasi ini sebenarnya telah terbentuk pada tahun 2009 dengan
Ikatan Mahasiswa Purwodadi di STAIN Salatiga (IMADISA). Namun pada
11 Juli 2016 berganti nama menjadi Ikatan Mahasiswa Purwodadi di IAIN
Salatiga (IMADISA). Perubahan nama yang hanya berbeda satu huruf
tersebut dikarenakan mengikuti peralihan status STAIN Salatiga menjadi
IAIN Salatiga.
IMADISA merupakan organisasi mahasiswa IAIN Salatiga yang
berasal dari daerah Purwodadi. Tidak jauh berbeda dengan organisasi
mahasiswa daerah lainnya, IMADISA juga merupakan sebuah wadah bagi
mahasiswa dalam berdiskusi atau melaksanakan kegiatan dengan
menerapkan nilai-nilai kekeluargaan satu rumpun. Para anggota biasanya
berkumpul setiap dua minggu sekali.
Setiap organisasi pasti memiliki visi dan misi dalam mewujudkan
tujuan organisasi yang hendak dicapai secara efektif dan lebih berfokus.
Berikut ini visi, misi, dan tujuan yang dibuat oleh Ikatan Mahasiswa
Purwodadi di IAIN Salatiga (IMADISA):
44
a. Visi IMADISA
“Menciptakan generasi IMADISA yang beriman, berbudi luhur,
berkualitas, berkomitmen, dan berkarakter dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai kekeluargaan dan solidaritas antar anggota.”
b. Misi IMADISA
1) Sebagai wadah perkumpulan mahasiswa.
2) Mewujudkan persatuan dan solidaritas setiap anggota.
3) Membentuk anggota IMADISA yang beriman, berbudi luhur,
berkualitas, berkomitmen, dan berkarakter.
4) Menjalin kerjasama dengan pihak lain untuk kemajuan organisasi.
5) Berperan serta dalam memajukan Purwodadi.
c. Tujuan IMADISA
1) Menjaga silaturahmi untuk mempererat persaudaraan di antara sesama
keluarga Purwodadi.
2) Kelompok sosial
3) Mempertahankan identitas budaya Purwodadi di Salatiga.
4) Menampung aspirasi warga, pelajar, dan mahasiswa Purwodadi.
5) Menjaga nama baik Purwodadi.
6) Mendorong, membantu, dan mengembangkan segala aktivitas dan
kreativitas dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
7) Sarana untuk mengabdi, membangun, dan membina potensi
mahasiswa Purwodadi.
d. Struktur Kepengurusan IMADISA
45
Ketua : Wachid Palguna Bayu Sena
Wakil : Yusabbihul Haqqi
Sekretaris : Nia Astuti Dewi
Wakil Sekretaris : Robi‟atul Rifkah, Arip Setiawan
Bendahara : Fitri Asriyani
Wakil Bendahara : Alimatur Rofi‟ah, Rizal Unaifi
Humas : Imam Mas‟anum, Suci Asyifah Hayati
Divisi Sosial : Handika, Khairil Anwar
Divisi Pendidikan : Shinta Rahmalia,
Divisi Keagamaan : Siti Rahmawati, Khuzni Ramadhan
e. Program Kerja Divisi Sosial
1) Bakti sosial
2) Anjangsana
3) Sosialisasi IAIN Salatiga
4) Memperingati hari jadi Purwodadi
f. Program Kerja Divisi Pendidikan
1) Diskusi atan pendalaman materi perkuliahan
2) Peringatan Hari Pendidikan
g. Program Kerja Divisi Keagamaan
1) Pengajian rutin
2) Peringatan Maulid Nabi SAW
46
2. Gambaran Umum Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE) Salatiga di
IAIN Salatiga
Ikatan Mahasiswa Demak atau yang biasa disebut IMADE
merupakan organisasi mahasiswa daerah yang beranggotakan mahasiswa
asal Demak. Selain pada IAIN Salatiga, organisasi ini merupakan juga
kesatuan organisasi mahasiswa deaerah pada seluruh Universitas di
Indonesia dengan nama IMADE Nusantara. IMADE mempunyai peran
sebagai wadah bagi mahasiswa-mahasiswi Demak dalam menjalin
silaturahmi dan saling berbagi ilmu serta potensi para anggotanya sesuai
dengan bidang dan keahliannya masing-masing.
Sebagai sebuah wadah para mahasiswa-mahasiswi asal Demak,
IMADE juga mengemban amanah sebagai “agen of social change and
control” di daerah Kabupaten Demak. Dalam hal ini, IMADE
memposisikan diri sebagai organisasi ekstra parlementer yang independen
untuk mengawasi, mengkritisi, mendukung, dan melakukan kontrol
terhadap usaha-usaha pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
kabupaten. Selain itu, IMADE juga melakukan usaha-usaha mandiri atau
bekerja sama dengan pihak lain yang satu tujuan dalam rangka
berpartisipasi membangun daerah Kabupaten Demak.
Ikatan Mahasiswa Demak yang berada di IAIN Salatiga mempunyai
lebih dari 400 anggota yang terdaftar. Awalnya organisasi ini terbentuk
dengan nama Matawali pada tahun 2011. Namun atas dasar keinganan
47
penyelarasan mahasiswa asal demak senusantra maka dibentuklah Ikatan
Mahasiswa Demak (IMADE) pada tahun 2012.
Organisasi kedaerahan mahasiswa Demak sudah memiliki sejarah
yang cukup panjang, nama serta orientasi yang variatif namun tidak saling
bertentangan. Dalam posisi seperti itu organisasi kedaerahan mahasiswa
Demak berjalan secara parsial dan kurang maksimal dalam mewujudkan
cita-cita pembangunan daerahnya. Menyadari akan keadaannya yang seperti
itu, organisasi-organisasi kedaerahan mahasiswa Demak berkonsesus untuk
membentuk satu wadah tunggal di bawah Pengurus Besar Imade Nusantara
yang bertujuan menyamakan visi dan misi pembangunan daerah dengan
berpartisipasi aktif dalam melakukan mobilisasi sosial di daerah.
a. Tentang IMADE Salatiga
1) Organisasi ini bernama Ikatan Mahasiswa Demak yang disingkat
Imade.
2) Imade didirikan di Demak pada tanggal 12 Rabiul Awal 1434
Hijriyah, bertepatan dengan tanggal 23 Januari 2013 dengan jangka
waktu yang tidak terbatas.
3) Imade berpusat di Kabupaten Demak.
4) Imade berAsaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
5) Imade bersifat kedaerahan, kemahasiswaan, kekeluargaan,
kemasyarakatan independen, dan profesional.
48
b. Visi IMADE Salatiga
“Sebagai wadah pemersatu dan penyalur bakat dan wahana untuk
mempersiapkan insan yang mandiri, aspiratif, berkualitas, independen,
serta berguna bagi masyarakat khususnya Demak, bangsa, dan negara.”
c. Misi IMADE Salatiga
1) Mempersatukan seluruh mahasiswa-mahasiswi IAIN Salatiga asal
Demak
2) Menyalurkan kemampuan dan kreatifitas mahasiswa-mahasiswi.
3) Mengembangkan dan mengasah kemampuan mahasiswa-mahasiswi
dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, maupun
keagamaan.
4) Ikut berperan dalam kegiatan IAIN Salatiga dan masyarakat.
d. Sifat IMADE Salatiga
1) Kedaerahan adalah daerah kabupaten Demak.
2) Kemahasiswaan adalah sifat yang dimiliki Mahasiswa, yaitu
idealisme, perubahan, komitmen, kepedulian sosial dan kecintaan
pada hal yang bersifat positif.
3) Kemasyarakatan adalah bersifat include dan menyatu dengan
masyarakat bergerak dari dan untuk masyarakat.
4) Independen adalah berdiri secara mandiri, tidak bergantung pada
pihak lain, baik secara perorangan maupaun kelompok.
5) Profesional adalah distribusi tugas dan wewenang sesuai dengan
bakat, minat kemapuan dan keilmuan masing-masing.
49
e. Tujuan IMADE Salatiga
1) Terwujudnya silaturrahim antar sesama Mahasiswa Demak.
2) Terwujudnya silaturrahim mahasiswa dengan masyarakat.
3) Pemerintahan dan organisasi yang ada di kabupaten demak.
4) Terbentuknya mahasiswa Demak yang berkarakter, religius dan
berwawasan kedaerahan.
5) Terbentuknya mahasiswa Demak yang berbudi luhur, berilmu, cakap
dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya.
6) Terbentuknya mahasiswa Demak yang berdedikasi dan berkomitmen
dalam memperjuangkan cita-cita pembangunan daerah Demak.
f. Usaha Organisasi IMADE Salatiga
1) Menghimpun dan membina mahasiswa Demak sesuai dengan sifat dan
tujuan Imade.
2) Melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang sesuai dengan
asas dan tujuan Imade.
3) Mempererat silaturrahim antar sesama mahasiswa Demak.
4) Meningkatkan wawasan kedaerahan Demak, pengetahuan keagamaan,
dan Iptek bagi anggota.
5) Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat kabupaten Demak
melalui kontekstualisasi ide dan pemikiran, baik di bidang keagamaan
maupun Iptek sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat.
6) Meningkatkan usaha-usaha dan kerjasama dengan berbagai pihak
untuk kesejahteraan masyarakat dan mahasiswa Demak.
50
7) Mempererat hubungan dengan para pemimpin, tokoh daerah dan
masyarakat kabupaten Demak demi terwujudnya visi pembangunan
daerah.
g. Keanggotaan IMADE Salatiga
1) Anggota Imade adalah seluruh mahasiswa Demak yang menuntut ilmu
di perguruan tinggi yang berasal dari Demak.
2) Anggota Imade terdiri atas anggota aktif, anggota biasa, dan anggota
luar biasa.
3) Keanggotaan Imade akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
h. Status Keanggotaan IMADE Salatiga
1) Anggota aktif adalah mahasiswa Demak yang pernah mengikuti
pendidikan dasar Imade (Penerimaan Anggota Baru) dan atau aktif di
kegiatan-kegiatan Imade Cabang minimal 6 bulan (satu semester),
berdasarkan penilaian ketua Imade yang bersangkutan.
2) Anggota biasa adalah mahasiswa Demak yang tidak pernah mengikuti
pendidikan dasar (Penerimaan Anggota Baru) dan tidak aktif dalam
kegiatan-kegiatan Imade Cabang.
3) Anggota luar biasa adalah mahasiswa luar daerah yang pernah
mengikuti pendidikan dasar Imade (Penerimaan Anggota Baru) dan
atau aktif di kegiatan-kegiatan Imade Cabang minimal 6 bulan (satu
semester), berdasarkan penilaian ketua IMADE Salatiga yang
bersangkutan.
i. Prosedur Keanggotaan IMADE Salatiga
51
1) Calon anggota menjadi anggota sah setelah dua bulan aktif sebagai
mahasiswa.
2) Mahasiswa daerah lain menjadi anggota setelah mengikuti pendidikan
dasar Imade (Penerimaan Anggota Baru) atau aktif di kegiatan-
kegiatan Imade Cabang minimal 6 bulan (satu semester), berdasarkan
penilaian ketua Imade yang bersangkutan.
j. Pendidikan Keanggotaan IMADE Salatiga
1) Penerimaan Anggota Baru (PAB):
a) Merupakan pendidikan dasar bagi para calon anggota untuk bisa
menjadi anggota aktif.
b) Penerimaan Anggota Baru (PAB) dilaksanakan oleh Imade cabang
atau gabungan cabang dalam satu koordinator cabang.
c) Calon anggota dinyatakan lolos mengikuti PAB dan dilantik
sebagai anggota oleh pengurus cabang atau koordinator cabang.
2) Pendidikan lanjutan
a) Merupakan pendidikan tingkat lanjut untuk mempersiapkan
anggota menjadi calon pengurus tingkat PB Imade.
b) Pendidikan lanjut hanya bisa dilaksanakan oleh PB Imade.
k. Hak dan Kewajiban Anggota IMADE Salatiga
1) Hak anggota:
a) Semua anggota berhak mendapat pendidikan PAB, Pendidikan
lanjutan dan kegiatan kaderisasi lainnya.
52
b) Semua anggota berhak mendapat kebebasan berpendapat,
perlindungan dan apembelaan serta pengampunan.
2) Kewajiban anggota:
a) Anggota berkewajiban mengembangkan organisasi dan masyarakat
kabupaten Demak melalui gerakan pemikiran dan aksi sosial secara
sehat dan mulia.
b) Anggota berkewajiban menjunjung tinggi dan mempertahankan
nama baik daerah kabupaten Demak dan organisasi.
Gambar 4.1 Susunan pengurus IMADE Salatiga Periode 2017-2018
Pembina : Edy Kusworo
Pembimbing : M. Nur Faizin, Abdul Rouf
Ketua Umum : Mala Ilma Auliyak
Wakil : Agus Ghulam Firza
Sekretaris : Risma Zuliana Dewi
Wakil Sekretaris : Aulia Rahman
Bendahara : Aida Nur Rohmah
Wakil Bendahara : Wulansari Saputri
Devisi Kaderisasi : Ali Mahfudz, Mila Mailatul Ulya, Syaifa
Devisi Jarkominfo : Kholilullah, Novita Tri W, Laila F
Devisi Pendidikan : Maulina Vitria U, Nur Alifah, Ir‟adin
53
3. Temuan Penelitian
Selain perannya sebagai wadah yang dibutuhkan bagi mahasiswa-
mahasiswi luar Kota Salatiga untuk berdiskusi atau sekedar berkumpul
menghilangkan rasa rindu kepada keluarga, peran organisasi mahasiswa
daerah juga dibutuhkan oleh pihak kampus dalam sebagian programnya.
Program sosialisasi kampus merupakan salah satu program sebuah
Universitas atau Sekolah Tinggi yang sifatnya wajib. Sebab tanpa
sosialisasi, pengetahuan masyarakat atau calon mahasiswa mengenai
kampus tersebut akan lemah.
Berangkat dari persoalan tersebut IMADISA dan IMADE juga
pernah melakukan program atau kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga. Program
sosialisasi tersebut pernah dilakukan baik secara independen maupun
mengikuti sosialisasi yang dilakukan kampus. Biasanya prosedur kegiatan
sosialisasi yaitu pihak organisasi mengajukan terlebih dahulu kepada pihak
kampus, setelah pihak kampus mengijinkan maka kegiatan sosialisasi dapat
dilakukan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pihak kampus
biasanya turut mengutus karyawan untuk turut mengikuti kegiatan
sosialisasi yang dilakukan organisasi mahasiswa daerah.
Penelitian ini terfokus pada bagaimana komunikasi organisasi yang
digunakan oleh kedua subjek penelitian yaitu IMADISA dan IMADE dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga kepada masyarakat. Setelah melakukan
penelitian terhadap kedua organisasi tersebut melalui observasi, wawancara,
dan dokumentasi maka peneliti mendapat data sebagai berikut:
54
a. Arus komunikasi organisasi pada IMADISA dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga
Berdasarkan data yang diperoleh melalui narasumber, IMADISA
pada tahun lalu mengadakan kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga pada
MAN 2 Grobogan, dan SMA Muhammadiyah Grobogan. Sedangkan
pada tahun 2016, IMADISA untuk kali pertama melaksanakan kegiatan
sosialisasi kampus pada MAN Purwodadi (sekarang MAN 1 Grobogan).
Dalam wawancara yang dilakukan peneliti kepada anggota
IMADISA mengenai komunikasi vertical dan horizontal dalam diri
IMADISA, Hesti Astuti menjelaskan bahwa komunikasi dari atas ke
bawah lebih mengedepankan musayawarah. Sedangkan dalam pemberian
instruksi kerja oleh ketua lebih ke perdivisi.
“Pengambilan keputusan oleh ketua kegiatan pada saat
melaksanakan kegiatan sosialisasi ini melalui musyawarah.
Apabila terdapat anggota yang tidak bersedia akan ditanyakan
kenapa alasannya, bila dapat diterima oleh seluruh anggota yang
terlibat maka tidak akan terdapat paksaan. Untuk pemberian
instruksi kerja oleh ketua kegiatan dilakukan dengan melalui
arahan perdivisi. Penjelesan mengenai bagian-bagian apa saja
yang harus dikerjakan para anggota dijelaskan secara sedetil
mungkin. Ketua juga mengingatkan apabila terdapat anggota
yang kurang maksimal untuk diberikan teguran agar fokus
tugasnya tidak berantakan.
Menurut Hesti Astuti anggota IMADISA, kegiatan sosialisasi
merupakan kegiatan yang sangat positif dan merupakan kegiatan yang
sebisa mungkin dilakukan setiap tahunnya. Hal itu disebabkan karena
keinginannya untuk turut memperkenalkan IAIN Salatiga baik sebagai
mahasiswa maupun sebagai anggota IMADISA.
55
Ketua umum IMADISA periode tahun ini yang bernama Wachid
Palguna Bayu Sena menjelaskan perbedaan pemberian motivasi oleh
ketua dalam kegiatan sosialisasi dibanding tahun sebelumnya. Dia
menjelaskan dalam kegiatan sosialisasi tahun ini, ketua kegiatan
memberikan instruksi kerja langsung secara pribadi.
“Instruksi kerja yang dilakukan oleh ketua adalah lebih melalui
instruksi pribadi. Tidak semua anggota IMADISA mampu untuk
langsung memahami instruksi yang disampaikan ketika rapat.
Beberapa dari mereka juga masih ada yang belum mempunyai
rasa percaya diri untuk menanyakan langsung dalam diskusi.
Maka untuk mencegah adanya hasil kerja yang kurang maksimal
ketua memberikan instruksi langsung kepada anggotanya melalui
pribadi.”
Hesti Astuti menambahkan bahwa pemerataan tugas kepada
anggota baru maupun anggota terdahulu merupakan pemberian motivasi
oleh ketua secara tidak langsung. Sedangkan pemberian motivasi secara
langsung oleh ketua kegiatan adalah ketika rapat kegiatan berlangsung.
“Dalam pemberian motivasi oleh ketua kegiatan kepada anggota
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pemberian
motivasi secara langsung dapat dilihat ketika rapat kerja
berlangsung. Sedangkan menurut saya motivasi yang diberikan
oleh ketua dengan tidak langsung adalah perataan tugas kepada
anggota yang terlibat baik anggota baru maupun anggota yang
lebih senior sehingga motivasi lebih untuk bekerja maksimal juga
dirasakan kepada para anggota baru.”
Setelah mengetahui penjelasan bagaimana komunikasi ke bawah
pada diri IMADISA, kemudian peneliti menanyakan mengenai
komunikasi ke atas kepada kedua narasumber tersebut dengan point
utama adalah penyampaian keluhan kepada ketua dan pelaporan
kegiatan. Dan data yang peniliti dapat adalah:
56
“Perbedaan pendapat sering kami alami khususnya ketika rapat.
Perbedaan yang terjadi antara kami dan ketua kegiatan akan
didiskusikan kembali hingga ditemukan solusi. Sejauh ini
perbedaan pendapat tidak menjadi masalah, karena dapat
diselesaikan dengan baik. Apabila tidak ditemukannya solusi
maka kesepakatan yang akan diambil adalah melalui voting.
Mengenai pelaporan kegiatan dalam IMADISA oleh ketua,
dilakukan ketika evaluasi. Pelaporan tersebut diawali dengan
presentasi perdivisi tentang kegiatan sosialisasi yang telah
dilaksanakan. Setelah itu ketua mempersilahkan kepada divisi
lainnya untuk menyampaikan kekurangan apa saja yang terdapat
pada divisi tersebut ketika kegiatan. Selanjutnya akan dibahas
kembali kemudian agar terdapat solusi supaya kedepannya lebih
baik lagi.”
Hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa komunikasi yang
terjadi dari bawah ke atas pada IMADISA dalam kegiatan sosialisasi ini
adalah mengedepankan diskusi dalam menemukan solusi. Saran yang
disampaikan kepada ketua direspon positif dan dicarikan solusinya
bersama.
Selain komunikasi vertikal atau arus komunikasi yang berasal dari
bawah ke atas dan sebaliknya, peneliti juga menanyakan mengenai
komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal adalah arus komunikasi
yang dilakukan oleh anggota atau atasan yang sejajar posisi dengannya,
seperti komunikasi intens yang terdapat pada anggota ketika membahas
persiapan kegiatan. Hesti Astuti menjelaskan mengenai komunikasi
intens antar anggota:
“Komunikasi intens kepada sesama anggota hanya dilakukan
oleh anggota yang berdekatan saja dengan basecamp. Untuk
anggota lain komunikasi dilakukan melalui media sosial. Namun
untuk pembahasan persiapan kegiatan sosialisasi kami
menganjurkan kepada seluruh anggota untuk turut hadir dalam
rapat.”
57
b. Efektivitas komunikasi organisasi pada IMADISA dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga
Beranjak kepada indikator atau faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas komunikasi organisasi, peneliti menanyakan tentang
bagaimana iklim komunikasi yang terdapat pada IMADISA dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga. Didalam pertanyaan tersebut peneliti
menekankan pertanyaan kepada kepercayaan dan motivasi, Wachid
Palguna Bayu Sena menjelaskan.
“Komunikasi yang terdapat pada IMADISA menurut saya sudah
cukup baik, setiap ada persoalan selalu dikomunikasikan kepada
seluruh anggota. Kepercayaan penuh sesama anggota juga kita
lakukan. Motivasi dari dalam anggota juga terlihat ketika sedang
menjalankan tugas. Hanya saja terdapat beberapa hal yang
masih perlu diperhatikan yaitu ada sebagian anggota yang masih
belum dapat mengekspresikan dirinya dalam IMADISA, sehingga
sedikit mempengaruhi kinerjanya ketika bertugas.”
Data tersebut menunjukkan bahwa iklim komunikasi pada
IMADISA sudah cukup baik, namun untuk beberapa anggota baru masih
belum dapat mengekspresikan diri. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan hal tersebut, rasa kurang percaya diri, rasa takut akan
melakukan kesalahan, diam untuk belajar, dan lain-lain. Hesti Astuti
menambahkan masih terdapat anggota baru yang belum terbuka.
“Mengenai keterbukaan pada IMADISA hanya terjadi diantara
sesama anggota yang terdekat saja. Kebanyakan hal itu terjadi
kepada anggota baru. Mungkin untuk kedepannya perlu diadakan
pertemuan yang lebih intens, supaya anggota baru juga lebih
dapat cepat akrab daripada sekarang.”
58
Masalah keterbukaan dan kurangnya rasa percaya diri dalam
berekspresi pada IMADISA, khususnya pada anggota baru menjadi
catatan yang harus bisa diatasi oleh pengurus. Pasalnya loyalitas dan
totalitas suatu organisasi sangat bergantung kepada anggotanya. Apabila
masih terdapat jarak komunikasi pada diri suatu organisasi maka
organisasi tersebut sulit akan berkembang.
Selanjutnya pertanyaan yang diajukan adalah mengenai kepuasan
organisasi. Dalam kepuasan organisasi point-point yang ditekankan
adalah mengenai kepuasan individu, kepuasan sesama anggota, dan
totalitas dalam berorganisasi. Hesti Astuti menjelaskan pendapatnya
mengenai kepuasan individu selama berada dalam IMADISA:
“Untuk pribadi saya merasa cukup puas. Hal yang saya rasakan
selama menjadi anggota adalah perlahan-lahan saya mengalami
peningkatan mutu dalam hal berbicara kepada orang baru, dapat
memposisikan diri, lebih dapat memenejemen kegiatan saya, dan
masih banyak lagi.”
Sedangkan Wachid Palguna Bayu Sena menjelaskan:
“Untuk kepuasan yang saya raih pada IMADISA adalah
mempunyai hidup yang lebih terkoordinir. Baik secara langsung
maupun tidak langsung menurut saya cukup berpengaruh,
khususnya ketika berada dalam organisasi. Juga membuat saya
merasa walaupun tidak berada di kota sendiri, namun adanya
IMADISA membuat saya merasa mempunyai rumah sendiri.
Kepuasan anggota juga terlihat baik, dan suasana yang
dirasakan adalah adanya kehangatan dan cairnya suasana ketika
kami berkumpul.”
Kepuasan yang dirasakan oleh kedua narasumber secara pribadi
tersebut menunjukkan bahwa IMADISA turut membuat perubahan yang
59
positif kepada anggotanya. Lebih lanjut, Hesti Astuti menjelaskan
mengenai kepuasan sesama anggota dan totalitas dalam berorganisasi:
“Kepuasan yang telihat pada sesama anggota ialah teman-teman
tidak merasa sendiri. Ketika bingung tidak mempunyai kegiatan
lain selain kuliah maka dapat mengisi waktu luang tersebut di
IMADISA. Selain itu mempunyai teman-teman dengan daerah
yang sama akan lebih menjaga silaturahmi dikemudian hari.
Mengenai totalitas pada IMADISA saya merasa masih terdapat
kesenjangan. Kebanyakan kesenjangan tersebut berasal dari para
anggota baru yang mungkin masih malu-malu untuk dating
sendiri ke basecamp. Sehingga ketika diadakannya kegiatan,
mereka kurang terlihat antusias. Harus ditunjuk dulu baru
mengetahui bagaimana pendapat mereka.”
Point utama dalam efektifnya komunikasi organisasi ialah adalah
komunikasinya atau informasi yang disampaikan. Dalam komunikasi
yang efektif pada organisasi, penyampaian informasi dan ketepatan pesan
menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan. Penyampaian informasi yang
kurang akan mengakibatkan tidak tepatnya pesan yang disampaikan.
Hesti Astuti menjelaskan bagaimana penyampaian informasi dan
ketepatan pesan pada IMADISA:
“Penyebarannya lebih banyak melalui media sosial. Untuk
informasi mengenai kegiatan akan disampaikan melalui grup
kami, namun untuk perdivisi akan disampaikan melalui pribadi.
Koordinasi juga kami lakukan kepada pihak luar yang
berhubungan dengan kegiatan sosialisasi ini. Untuk informasi
yang berasal dari luar akan langsung disampaikan ke grup.
Untuk ketepatan pesannya, informasi yang disampaikan harus
sesuai dengan yang didapat. Nantinya apabila terdapat anggota
yang tidak mengerti atau memahami informasi yang disampaikan
dapat ditanyakan langsung kepada si pengirim informasi untuk
menghindari mis komunikasi.”
Pemanfaatan teknologi menjadi pilihan bagi IMADISA dalam
penyebaran informasi terkait kegiatan sosialisasi ini. Selain pembahasan
60
yang dilakukan dalam rapat mereka juga membuat grup di media sosial
mereka agar komunikasinya tetap terjaga. Teknologi juga menjadi solusi
untuk hambatan jarak.
Faktor terakhir yang menjadi indikator dalam efektivitas
komunikasi organisasi adalah mengenai budaya organisasi. Penilaian
dapat dikatakan efektif apabila budaya organisasinya berjalan dengan
baik. Dan yang menjadi poin dalam budaya organisasi adalah
kedisiplinan, kerja tim, dan inovasi organisasi.
“Kedisiplinan dalam IMADISA pada saat melaksanakan kegiatan
sosialisasi ini sudah cukup baik. Hanya saja beberapa masih
terlihat kurang, contohnya ketika rapat masih ada yang telat dan
kurang memperhatikan. Selebihnya menurut saya sudah cukup
baik. Komitmen pada kerja tim dalam melaksanakan kegiatan
atau tanggung jawab terhadap tugas harus selalu ditekankan.
Apabila terdapat anggota yang masih menunda-nunda pekerjaan
maka anggota lain wajib menegur dan mengingatkan.”
Hasil wawancara oleh Wachid Palguna Bayu Sena tersebut
menjelaskan bahwa IMADISA masih mengalami kendala kedisiplinan,
teruma pada rapat. Sedangkan untuk kerja tim IMADISA selalu
menekankan untuk tidak menunda-nunda pekerjaan. Hesti Astuti
menjelaskan mengenai inovasi organisasi yang dilakukan oleh
IMADISA.
“Untuk saat ini kami sedang memfokuskan untuk lebih
mengadakan pendekatan khususnya kepada anggota yang baru
bergabung. Dalam IMADISA saat ini masih terdapat kesenjangan
antara anggota baru dan anggota yang sudah masuk terlebih
dahulu. Diantaranya adalah program anjangsana untuk seluruh
anggota. Kami berharap untuk kegiatan ini data menghilangkan
kesenjangan yang masih kami rasakan agar nantinya kami bisa
lebih maksimal lagi dalam melaksanakan kegiatan.”
61
c. Arus komunikasi organisasi pada IMADE Salatiga dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga
Komunikasi organisasi dalam setiap organisasi memiliki atmosfer
yang berbeda. Perbedaan karakter masing-masing anggota, perbedaan
pendapat yang kerap terjadi dalam setiap diskusi, penyelesaian masalah
secara bersama, merupakan sebuah dinamika dalam kegiatan
berorganisasi. Begitu juga yang di alami pada Ikatan Mahasiswa Demak
(IMADE) Salatiga, khususnya ketika menjalankan program sosialisasi.
Program sosialisasi merupakan kegiatan atau program kerja yang
diwajibkan oleh IMADE Salatiga. Program kerja ini diadakan setiap
sekali. Alasan mengapa program sosialisasi kampus selalu diadakan
setiap tahunnya dikarenakan seperti yang tertera dalam misi IMADE
Salatiga yaitu ikut berperan atau berkontribusi dalam kegiatan IAIN
Salatiga maupun masyarakat.
Diskusi dan pembahasan kegiatan dilakukan dengan matang oleh
IMADE Salatiga dalam menjalankan kegiatan ini. Menurut IMADE
Salatiga persiapan yang matang akan menghasilkan kegiatan yang dapat
dijadikan teladan. Sebelum melebar terlalu jauh, dibawah ini akan
dijabarkan mengenai temuan data yang telah diperoleh dari narasumber
penelitian.
Data yang telah diperoleh merupakan jawaban yang didapat
berdasarkan pedoman wawancara kepada narasumber mengenai
komunikasi organisasi pada Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE) Salatiga
62
dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga. Pertanyaan pertama ialah
mengenai bagaimana komunikasi ke bawah pada proses kegiatan
sosialisasi yang dijalankan oleh IMADE Salatiga. Mala Ilma Auliyak
yang menjabat sebagi ketua di Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE)
periode tahun ini juga menjelaskan mengenai komunikasi ke bawah
dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan IMADE. Berikut penjelesan
yang disampaikan oleh Mala Ilma Auliyak:
“Pengambilan keputusan yang dilakukan ketua ialah melalui
musyawarah seluruh anggota yang terlibat. Walaupun dalam hal
ini ketua kegiatan sebenarnya mempunyai wewenang penuh
dalam pengambilan keputusan, namun tetap memilih musyawarah
sebagai bentuk solidaritas kepada para anggota atau pengurus
kegiatan sosialisasi IMADE Salatiga. Dan ketua menekankan
bahwa keputsan yang diambil adalah keputusan bersama dan
tanggung jawab bersama. Penjelasan mengenai peraturan yang
dilakukan oleh ketua ketiatan detil dan penyampaian yang baik
membuat para anggota menjadi lebih memahami mengenai
peraturan yang terdapat dalam kegiatan sosialisasi.”
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh ketua kegiatan
IMADE Salatiga ketika menjalankan kegiatan sosialisasi ini
mengutamakan musyawarah. Walaupun dalam hal ini ketua mempunyai
wewenang penuh, namun lebih memilih musyawarah dan kepusan
bersama.
Selain itu peneliti juga menanyakan tentang bagaimana
komunikasi ke atas oleh IMADE Salatiga ketika melaksanakan kegiatan
sosialisasi. Data yang peneliti dapat mengenai komunikasi ke atas oleh
IMADE Salatiga adalah anggota dituntut aktif menyampaikan
63
pendapatnya baik kepada ketua maupun sesama anggota. Seperti yang
dijelaskan oleh Mala Ilma Auliyak berikut:
“Anggota dituntut untuk aktif dalam menyampaikan saran kepada
ketua dan anggota lainnya ketika rapat kegiatan, saat kegiatan
berlangsung, dan ketika evaluasi kegiatan. Hal itu dimaksudkan
selain agar mendapat solusi lebih banyak, hal itu juga secara
tidak langsung melatih anggota IMADE Salatiga menjadi aktif
dan kritis. Dalam pelaporan kegiatan masing-masing divisi
menjelaskan tugasnya dalam kegiatan sosialisasi IMADE
Salatiga. Bila memang ada yang perlu dikoreksi, maka akan
dibahas secara bersama. Dan kami berusaha tidak melewatkan
hal sekecil apapun ketika evaluasi. Supaya nantinya kegiatan
yang kami lakukan dapat berjalan dengan lebih maksimal.”
Evaluasi yang dilakukan oleh IMADE Salatiga bertujuan agar
ketika melaksanakan kegiatan sosialisasi pada kesempatan selanjutnya,
IMADE Salatiga dapat lebih bermutu dan tidak mengulangi kesalahan
yang sama. Evaluasi juga secara tidak langsung dapat meningkatkan
kesadaran berorganisasi kepada para anggotanya dan lebih berkualitas
ketika nanti menjalankan apa yang telah menjadi tugasnya.
Pertanyaan selanjutnya yang peneliti tanyakan adalah mengenai
bagaimana komunikasi horizontal pada IMADE Salatiga mengenai
komunikasi yang dilakukan antar anggota ketika melaksanakan kegiatan
sosialisasi. Berikut penjelasannya:
“Komunikasi intens kami dalam kegiatan ini ketika persiapan
kegiatan. Kami selalu menghimbau kepada anggota untuk tetap
fokus terhadap tugas yang diberikan. Dan kepada anggota yang
sekiranya telah selesai dengan tugasnya kami juga menganjurkan
untuk membantu anggota lain yang masih dalam proses
pengerjaan.”
64
d. Efektivitas komunikasi organisasi IMADE Salatiga dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga.
Data yang didapatkan pada temuan penelitian ini ialah melalui
wawancara kepada narasumber mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas komunikasi organisasi, seperti iklim
komunikasi, kepuasan organisasi, penyebaran informasi dan ketepatan
pesan, serta budaya organisasi.
Mala Ilma Auliyak menjelaskan mengenai iklim komunikasi pada
IMADE Salatiga dengan point-point dukungan, partisipasi kegiatan,
kepercayaan, keterbukaan, dan kehangatan. Berikut penjelasan Mala
Ilma Auliyak mengenai dukungan dan partisipasi kegiatan:
“Dukungan yang terdapat pada IMADE ketika menjalankan
kegiatan untuk masing-masing anggotanya berupa motivasi dan
kritik. Yang saya maksud adalah motivasi ketika pra kegiatan dan
ketika berlangsungnya kegiatan. Adapun untuk kritik ialah ketika
kami melakukan evaluasi kegiatan. Dan kritik yang dimaksud
ialah kritik yang membangun untuk masing-masing anggota.
Antusiasme teman-teman dalam partisipasi kegiatan sosialisasi
ini cukup baik. Banyak dari teman-teman yang mengajukan diri
untuk ikut dalam kegiatan ini. Dan hampir rata-rata dari teman-
teman ingin mengikuti kegiatan ini. Dari kegiatan kan selain turut
menyumbangkan kontribusi untuk IMADE, kegiatan ini juga
menjadi ajang silahturahmi atau bisa untuk menambah
pengalaman teman-teman dalam berorganisasi. Walau beberapa
dari mereka yang mengajukan diri tidak bisa mengikuti kegiatan
ini tapi mereka bisa menerima dan turut member masukan kepada
yang masuk dalam kepanitiaan.”
Abdul Rauf selaku pembimbing IMADE Salatiga menilai
mengenai dukungan dan partisipasi oleh IMADE Salatiga sudah berjalan
dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan melalui kinerja anggota IMADE
Salatiga berjalan dengan maksimal. Berikut penjelasannya:
65
“Dukungan yang terdapat pada IMADE Salatiga dalam
melakukukan kegiatan, saya melihat sudah sangat baik. Pemberian
motivasi dan semangat kepada teman-teman yang bertugas
dampaknya dapat dilihat ketika teman-teman menjalaninya dengan
antusias. Selain itu saya juga melihat sejauh ini tidak ada
kecemburuan dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan.
Bagi teman-teman, kegiatan yang dilakukan oleh IMADE Salatiga
bukanlah suatu beban berat, melainkan ajang untuk menambah
pengetahuan, pengalaman, atau bisa juga dikatakan ajang
pembuktian. Antusiasme yang ditunjukkan oleh jiwa-jiwa muda ini
sangat besar untuk berpartisipasi. Sehingga segala tugas yang
diberikan mereka terima dengan lapang dada.”
Abdul Rauf juga menjelaskan mengenai kepercayaan pada IMADE
Salatiga. Menurutnya, transparansi dalam berorganisasi sangat
berpengaruh pada kepercayaan anggota dalam berorganisasi. Melalui
kepercayaan tersebut maka akan timbul loyalitas dan totalitas dalam
berorganisasi.
“Selama ini dalam setiap kegiatan IMADE Salatiga, saya melihat
adanya tranparansi dalam berorganisasi. Hal tersebut membuat
bertambahnya kepercayaan seluruh anggota kepada organisasi
ini. Kepercayaan inilah yang berpengaruh terhadap totalitas dan
loyalitas anggota kepada IMADE Salatiga.”
Sementara itu Mala Ilma Auliyak mempunyai pendapat sendiri
mengenai kepercayaan anggota pada IMADE Salatiga. Menurut Mala
Ilma Auliyak kepercayaan organisasi yang timbul akibat dari proses
pertemanan, sedangkan untuk kepercayaan terhadap tugas yang
diembankan kepada anggota yang belum mempunyai pengalaman maka
akan diberikan pendamping ketika melaksanakan tugas yang telah
diberikan.
“Untuk kepercayaan salam IMADE terutama saat penunjukkan
tugas yang diserahkan, cukup baik. Kita kan sudah berteman
cukup lama jadi kita paham karakter atau hal-hal menonjol dari
66
masing-masing anggota. Jadi biasanya untuk pembagian tugas kita
menyerahkan kepada teman-teman yang sekiranya menguasai
tugas tersebut, sedangkan apabila terdapat tugas yang
diembankan kepada anggota yang dikira belum dapat
menguasainya maka kita juga memberikan pendamping yang telah
dianggap bisa menguasai tugas yang diembankan.”
Pertanyaan selanjutnya yang peneliti tanyakan kepada IMADE
Salatiga masih mengenai iklim komunikasi, yaitu keterbukaan dan
kehangatan dalam berorganisasi. Dalam sesi wawancara Mala Ilma
Auliyak menjelaskan:
“Dalam hal keterbukaan dalam berorganisasi kita selalu
membahas di dalam diskusi terutama saat evaluasi. Biasanya kita
di akhir diskusi akan menanyakan kepada seluruh anggota yang
hadir mengenai hal-hal yang masih dirasa mengganjal. Kami
beranggapan masalah organisasi baiknya diselesaikan secara
organisasi juga, dan tidak hanya satu dua orang yang
mengetahui.Suasana dalam IMADE sama seperti organisasi
lainnya. Walaupun terkadang ada satu dua masalah, namun
Alhamdulillah dapat diselesaikan bersama. Baik dalam diskusi
maupun ketika kegiatan sosialisasi berlangsung kami berusaha
membuat suasana cair. Dengan cairnya suasana maka tidak akan
terdapat jarak dalam komunikasi.”
Abdul Rauf juga menjelaskan mengenai keterbukaan dan
kehangatan dalam IMADE Salatiga. Terdapat keterbukaan yang patut
diapresiasi pada IMADE Salatiga, tranparansi masih menjadi hal utama
dalam IMADE Salatiga. Sedangkan untuk suasana dalam IMADE Salatiga
Abdul Rauf menjelaskan:
“Walaupun karakter masing-masing dari anggota itu berbeda,
namun ketika teman-teman berkumpul suasana dalam IMADE
Salatiga begitu cair. Suasana inilah yang menjadi salah satu
alasan mengapa kerap berkumpulnya para anggota baik itu ketika
terdapat kegiatan maupun tidak. Jabatan atau pangkat bukanlah
jarak yang mempengaruhi kehangatan dalam IMADE Salatiga.”
67
Setelah pertanyaan mengenai iklim komunikasi pada IMADE
Salatiga, peneliti melanjutkan sesi wawancara dengan menanyakan
mengenai kepuasan organisasi pada IMADE Salatiga. Mala Ilma Auliyak
menjelaskan :
“Kepuasan untuk saya pribadi pada IMADE sangat puas. IMADE
baik secara langsung maupun tidak sudah merubah saya. Dari
saya yang dulu tidak mengerti manajemen organisasi sekarang
sudah lebih baik dan mengerti. Dan secara langsung membuat
saya menjadi lebih aktif dalam hal apapun. IMADE membuat saya
merasa lebih kritis lagi, baik dalam urusan kegiatan maupun
perkuliahan. Kepuasan terhadap sesama anggota IMADE juga
dapat dikatakan cukup baik dan sejauh ini berimbas positif.
IMADE itu selain organisasi mahasiswa daerah, IMADE juga
tempat atau wadah bagi kita mahasiswa asal Demak untuk
berkumpul dan berdiskusi. Diskusi yang kami lakukan juga tidak
sebatas kepada kegiatan saja namun terdapat juga diskusi
mengenai perkuliahan,diskusi mengenai bagaimana ke depan kita
melangkah, dan lain-lain. Hal itu secara tidak langsung juga
menguntungkan, selain mendapat pengalaman baru juga dapat
menambah wawasan baru.”
Sementara itu Abdul Rauf menjelaskan kepuasan organisasi yang
dialaminya dan yang dialami sesama anggota. Untuk pribadi Abdul Rauf
mengatakan bahwa ia selain mempunyai teman seperantauan, ia juga dapat
mengenali diri sendiri dan dapat memposisikan diri.
“Kepuasan individu yang saya peroleh selain mempunyai teman
seperantauan ialah lebih mengenal diri sendiri. Saya juga dapat
memposisikan diri ketika berada di organisasi ini, di kampus,
maupun di lingkungan saat ini. Posisi yang dimaksud ialah
mengerti bagaimana harus bertindak dan mengira-ngira hal-hal
yang mungkin terjadi apabila tidak bisa memposisikan diri dengan
baik. Selain itu saya juga menjadi lebih kritis dan berani berbicara
di depan banyak orang. Tujuan awal adanya organisasi ini adalah
sebagai wadah mahasiswa Demak yang menempuh pendidikan di
IAIN Salatiga untuk diskusi ataupun sekedar berkumpul. Dari
situlah kemudian terjadi peningkatan kualitas para anggota. Dari
yang awalnya hanya ikut-ikutan saja saat ini mulai berani
menunjukkan diri.”
68
Selain kepuasan individu dan sesama anggota, terdapat pula
totalitas berorganisasi yang juga berpengaruh terhadap kepuasan
organisasi. Mala Ilma Auliyak menjelaskan mengenai totalitas IMADE
Salatiga :
“Totalitas anggota baik ketika adanya kegiatan maupun tidak
adanya kegiatan sangat baik. Antusiasme yang ditunjukkan oleh
teman-teman dalam melakukan kegiatan sosialisasi ini sangat
positif. Selain itu loyalitas teman-teman kepada masing-masing
anggota juga terlihat begitu menyenangkan.”
Sedangkan Abdul Rauf mempunyai pendapat sendiri mengenai
totalitas organisasi pada IMADE Salatiga. Totalitas tersebut dapat dilihat
dari kinerja atau pengerjaan tugas yang diterima oleh anggota. Berikut
penjelasannya:
“Totalitas berorganisasi pada IMADE Salatiga dapat dilihat dari
pengerjaan tugas yang maksimal dari para anggota. Seperti dalam
kegiatan sosialisasi ini, mereka secara sadar mengerti posisi atau
tugas yang harus dikerjakan. Dan teman-teman lain juga saya
melihat mau membantu anggota lain yang terlihat kesulitan dalam
mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. Sejauh ini tidak ada
paksaan untuk anggota-anggota IMADE dalam menjalankan
tugas. Semua tugas atau bagian yang diamanahkan selalu
bergantung pada hasil musyawarah para anggota. Apabila
anggota yang telah ditunjuk merasa tidak mampu maka kami akan
meminta alasannya untuk selanjutnya kami mencari anggota
IMADE lain untuk mengganti posisi tersebut.”
Setelah penjelasan narasumber mengenai iklim komunikasi dan
kepuasan organisasi, peneliti melanjutkan pertanyaan mengenai
penyebaran informasi dan ketepatan pesan. Kedua hal ini sangat
mempengaruhi proses efektifitas dalam komunikasi organisasi dalam
menjalankan suatu kegiatan.
69
Dalam sesi wawancara oleh narasumber, penjelasan oleh Mala
Ilma Auliyak mengenai penyebaran informasi dan ketepatan pesan ada
IMADE Salatiga menyebutkan bahwa informasi sekecil apapun yang
berhubungan dengan kegiatan harus disampaikan kepada anggota yang
terlibat.
“Selain diskusi dalam forum, penyebaran informasi di IMADE saat
kegiatan sosialisasi kita lebih banyak lewat Whatsapp, lewat grup.
Saya sama temen-temen se-divisi menyebarkan sekecil apapun
informasi tentang kegiatan sosialisasi. Berhubung kegiatan ini
bukan murni kegiatan yang dilakukan oleh IMADE, maka kita juga
menjalin komunikasi dengan pihak luar yaitu Campus Expo dan
pihak kampus. Informasi yang kami terima dari luar akan
secepatnya kami bagikan kepada seluruh anggota dengan tujuan
semua anggota dapat dengan langsung mengetahui dan apabila
terdapat perubahan kegiatan akan dapat dibahas secara langsung.
Bagi teman-teman yang belum mengerti atau belum dapat
memahami mengenai informasi yang kita dapat baik dari luar
maupun dari dalam IMADE sendiri, biasanya mereka akan
langsung bertanya. Dan telah menjadi keharusan pengirim pesan
untuk menjelaskan apa yang ditanyakan oleh anggota kami. Hal
tersebut bertujuan agar ketepatan pesan atau informasi dapat
diraih kepada seluruh anggota. Sedangkan apabila informasi
tersebut dirasa belum ditemukan solusinya maka kami akan
membahas dalam forum.”
Senada dengan apa yang dikatakan oleh Mala Ilma Auliyak, Abdul
Rauf turut menjelaskan mengenai ketepatan pesan yang terdapat pada
IMADE Salatiga. Untuk menghindari mis komunikasi Abdul Rauf
menyebutkan bahwa untuk anggota yang kurang paham maka akan
dipersilahkan untuk bertanya.
“Untuk jaminan informasi yang diterima dapat dipahami kepada
seluruh anggota, kami membahas didalam forum. Bagi anggota
yang merasa kurang paham maka akan dipersilahkan untuk
bertanya. Setelah para anggota dirasa sudah paham maka kami
akan menyimpan informasi tersebut dan membagikannya lagi
setelah semua didiskusikan.”
70
Pertanyaan terakhir adalah mengenai budaya organisasi pada
IMADE Salatiga. Budaya organisasi juga menjadi faktor yang
mempengaruhi efektifitas komunikasi organisasi. Dalam budaya
organisasi terdapat beberapa point yang harus dijalankan oleh organisasi,
yaitu kedisiplinan, kerja tim, dan inovasi organisasi. Abdul Rauf
menjelaskan mengenai penerapan kedisiplinan pada IMADE Salatiga.
“Kedisiplinan yang kami terapkan adalah penegakan disiplin yang
berorientasi pada motivasi, bukan disiplin yang bersifat hukuman.
Tanggungjawab akan tugas yang telah diberikan akan selalu
menjadi pengingat dalam setiap akhir diskusi. Hal ini kami
maksudkan agar setiap anggota yang bertugas dapat menjalankan
apa yang diamanahkan dapat berjalan dengan baik dan anggota
merasa mendapat kepercayaan yang akan sangat merugikan
apabila tidak diemban dengan semestinya.”
Sementara itu Mala Ilma Auliyak menjelaskan penerapan
kedisiplinan pada IMADE Salatiga melalui fokus tugas yang telah
diamanahkan. Apabila terdapat tugas yang mempunyai resiko maka harus
dipikirkan dengan matang sebelum mengambil resiko tersebut.
“Bicara kedisiplinan, kami biasa mengingatkan kepada teman-
teman dalam setiap kegiatan terutam kegiatan sosialisasi ini untuk
tetap fokus pada tugas yang diamanahkan. Selain itu kami juga
meminta kepada anggota untuk teliti dan menganalisa secara lebih
detail ketika terdapat kemungkinan-kemungkinan apa saja yang
akan terjadi pada saat berlangsungnya kegiatan. Juga kami
meminta kepada para anggota untuk tidak takut mengambil resiko
asalkan telah melalui pemikiran yang matang.”
Pertanyaan berlanjut mengenai kerja tim. Kerja tim yang
diterapkan IMADE Salatiga menurut Mala Ilma Auliyak adalah
mementingkan kepentingan organisasi daripada kepentingan pribadi, serta
dalam IMADE Salatiga juga tidak mentoleril kemalasan.
71
“Komitmen mengenai kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi selalu kita tanamkan kepada seluruh anggota. Kami tidak
mentoleril kemalasan atau mengandalkan teman pada saat
melakukan kegiatan. Atau untuk anggota yang ingin „pamer‟ skill
agar terlihat menonjol. Karena kegiatan yang kami lakukan
khususnya untuk kegiatan sosialisasi ini membawa nama besar
IAIN Salatiga.”
Abdul Rauf mempunyai pendapat sendiri mengenai kerja tim pada
IMADE Salatiga. Kolaborasi anggota dan pemberian motivasi menjadi
penerapan kerja tim oleh IMADE Salatiga. Selain itu, himbauan mengenai
batasan-batasan juga diterapkan dalam diri IMADE Salatiga.
“Kerja tim yang kami terapkan adalah kolaborasi antar anggota.
Dalam hal ini saling mengisi dan membantu masing-masing
anggota yang terlibat menjadi hal utama dalam membentuk
kerjasama tim yang baik. Selain itu motivasi dan dorongan
semangat yang berasal dari anggota yang tidak terlibat juga dapat
memacu kerja tim yang kami lakukan di lapangan. Selain itu kami
juga memperingatkan kepada teman-teman yang bertugas bahwa
dalam kegiatan ini IMADE Salatiga membawa nama IAIN
Salatiga, agar teman-teman yang bertugas dapat mengerti batas-
batas atau tidak melakukan hal-hal yang dapat menjelekkan nama
IAIN Salatiga.”
Selanjutnya point terakhir pada budaya organisasi adalah mengenai
inovasi yang dilakukan oleh IMADE Salatiga. Inovasi yang diterapkan
oleh IMADE Salatiga adalah dengan menjaga hubungan baik sesama
anggota. Menurut Abdul Rauf, hubungan baik itulah yang nantinya dapat
mempertahankan eksistensi dan keaktifan IMADE Salatiga.
“Upaya yang kami lakukan pada inovasi perkembangan organisasi
ini adalah menjaga hubungan baik formal maupun nonformal.
Kedua hubungan ini merupakan dasar akan eksistensi atau adanya
organisasi ini. Selain itu, walau nantinya akan terdapat pergantian
kepengurusan apabila para anggota masih dapat menjaga
hubungan maka akan secara otomatis bukan menjadi masalah.
Justru akan semakin manambah eksistensi dan keaktifan IMADE
Salatiga.”
B. Pembahasan Penelitian
72
1. Arus Komunikasi organisasi IMADISA dalam mensosialisasikan IAIN
Salatiga
Berdasarkan data yang peneliti peroleh, komunikasi organisasi yang
dijalankam oleh IMADISA dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga dengan
melihat fungsi khusus dan umum, penggunaan metode dalam komunikasi
organisasi, serta dengan cara melihat bagaiamana pemecahan masalah yang
terjadi pada saat kegiatan berlangsung maka peneliti beranggapan bahwa
komunikasi organisasi IMADISA dalam mensosialiasikan IAIN Salatiga
tergolong cukup baik. Berikut ini penjelasan yang lebih detil mengenai
komunikasi organisasi yang dijalankan IMADISA dalam mensosialisasikan
IAIN Salatiga.
a. Komunikasi Vertikal
Berdasarkan penjelasan mengenai komunikasi vertikal pada
landasan teori, komunikasi vertikal adalah merupakan arus komunikasi
yang terjadi atau yang berasal dari atas kebawah, maupun sebaliknya.
Maksudnya adalah komunikasi atau pesan yang disampaikan oleh
pemimpin kegiatan sosialisasi kepada para anggotanya dan komunikasi
atau pesan yang disampaikan anggota kepada pemimpinnya. Dan untuk
mengetahui komunikasi organisasi IMADISA melalui komunikasi
vertical dapat diketahui melalui bentuk komunikasi vertical yaitu
komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas.
1) Komunikasi ke bawah
73
Komunikasi ke bawah merupakan jalur atau aliran komunikasi
yang mengalir dari pucuk pimpinan kegiatan kepada para anggota.
Komunikasi yang dimaksud ialah bagaimana penerapan dalam
penyampaian pesan, pengambilan keputusan dalam mengarahkan
anggota, penyampaian peraturan, maupun pengarahan intruksi kerja.
a) Pengambilan keputusan dalam mengarahkan anggota. Kebijakan
memilih keputusan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan.
Bila pemilihan tidak sesuai dengan yang terjadi di lapangan maka
hal-hal yang tidak diingkinkan. Dalam pengambilan keputusan oleh
ketua kegiatan sosialisasi yang dilakukan IMADISA, ketua
kegiatan lebih mempertimbangkan melalui jalur musyawarah dan
kesediaan anggota yang terpilih.
b) Pemberian atau penyampaian intruksi kerja. Menurut peneliti,
arahan atau instruksi kerja yang disampaikan oleh pemimpin atau
ketua kegiatan sosialisasi kepada anggota IMADISA yang
mengikuti sosialisasi sudah cukup optimal. Hal ini dapat dilihat
melalui tanggapan para anggota yang didapat mengenai tugasnya
dalam kegiatan sosialisasi, mereka cukup paham. Walaupun
terdapat kesalahan, hal itu dapat ditutupi dengan penyelasaian
masalah yang baik.
c) Pemberi motivasi kepada anggota organisasi. Menurut peniliti,
faktor kedua dalam komunikasi kebawah ini juga sudah optimal.
Melihat pembagian atau instruksi tugas yang merata secara tidak
74
langsung membuat motivasi atau rasa dipercaya khususnya untuk
anggota baru semakin meningkat.
d) Penyampaian informasi mengenai peraturan. Dalam kegiatan
sosialisasi ini, tidak peraturan-peraturan yang khusus. Menurut
peneliti, informasi mengenai peraturan ditanggapi dengan baik oleh
para anggota IMADISA yang mengikuti sosialisasi. Hal ini terlihat
dengan penampilan mereka yang formal ketika bersosialisasi, tutur
bahasa yang sopan ketika sosialisasi, dan sikap mereka dalam
menanggapi pertanyaan dari para pelajar.
2) Komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas mempunyai makna yang terbalik dengan
komunikasi ke bawah. Dalam komunikasi ke atas yang berperan
adalah para anggotanya.
a) Pemberian saran dari anggota kepada ketua kegiatan. Gagasan-
gagasan atau saran yang diberikan pada saat rapat kegiatan
sosialisasi oleh anggota disambut positif oleh ketua kegiatan. Bila
memang ada perbedaan pendapat menganai gagasan atau saran
yang disampaikan, gagasan akan diperdalam lagi dan
dimusyawarahkan. Dalam IMADISA biasanya bila tidak ada jalan
keluar dalam pembahasan gagasan atau tidak terdapat gagasan
baru, maka kesepakatan yang diambil adalah melalui voting.
b) Pelaporan kegiatan yang disampaikan anggota. Pelaporan kegiatan
merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan
75
selesai dilakukan. Selain itu, pelaporan kegiatan merupakan bentuk
dari pertanggung jawaban atas kegiatan yang telah dilakukan.
Dalam IMADISA, pelaporan kegiatan biasanya diadakan pada
evaluasi kegiatan saat pertemuan dua minggu sekali. Pelaporan
kegiatan yang dilakukan anggota yang mengikuti kegiatan
sosialisasi kepada ketua kegiatan, sejauh ini sudah berjalan dengan
cukup baik. Pelaporan kegiatan dilakukan dengan dua metode,
tulisan dan lisan. Setelah pelaporan kegiatan selesai diadakan
evaluasi bersama agar kedepannya untuk kegiatan sosialisasii dapat
memberikan kontribusi yang maksimal.
c) Penyampaian keluhan tentang kegiatan sosialisasi kepada ketua
kegiatan. Menurut analisis peneliti daalam penyampaian keluhan
anggota terhadap ketua kegiatan sosialisasi masih kurang optimal.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan keluhan-keluhan yang didapati
oleh ketua kegiatan berasal dari omongan-omongan saja, tidak ada
komunikasi langsung kepada ketua pada saat kegiatan berlangsung
atau dengan makna lain keluhan-keluhan yang ada hanya
disampaikan kepada sesame anggota.
b. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal merupakan komunikasi yang terjadi
pada level atau tingkatan yang sama. Dalam organisasi komunikasi
horizontal dapat dilihat dari komunikasi yang terjadi antara sesame
anggota, anggota dengan divisi yang sama, atau dalam pimpinan yang
76
satu tingkat satu dengan yang lainnya. Komunikasi horizontal yang
terdapat pada IMADISA dalam kegiatan sosialisasi adalah sebagai
berikut:
1) Komunikasi intens antar pengurus kegiatan sosialisasi. Komunikasi
atau diskusi secara intens mengenai kegiatan biasanya hanya
dilakukan ketika pra kegiatan, saat kegiatan, dan setelah selesainya
kegiatan. Hal ini dikarenakan karena base camp atau tempat
berkumpulnya IMADISA hanya berada pada satu tempat dan jarak
tempat berkumpulnya para pengurus kegiatan sosialisasi agak
berjauhan. Menurut analisa yang peneliti dapat, komunikasi intens
hanya dilakukan oleh pengurus yang notabene berdekatan saja.
Untuk pengurus kegiatan yang bertempat dengan jarak yang
lumayan jauh biasanya hanya melakukan komunikasi intens
mengenai kegiatan sosialisasi pada saat rapat kegiatan sosialisasi,
saat proses sosialisasi, dan saat evaluasi kegiatan sosialisasi.
2) Hubungan timbal balik anggota IMADISA. Komunikasi tanpa
adanya hubungan timbal balik adalah percuma. Dalam hal
hubungan timbal balik anggota IMADISA dilakukan dengan
melihat pertukaran pesan atau informasi baik informasi mengenai
kegiatan maupun instruksi kerja. Menurut analisis peneliti,
hubungan timbal balik yang terjadi pada anggota IMADISA pada
pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini sudah cukup baik. Berdasarkan
data yang didapat, respon dan pemahaman anggota terhadap
77
informasi yang didapat cukup baik dan mereka cukup memahami
peran dan tugasnya dalam kegiatan sosialisasi ini.
2. Arus Komunikasi organisasi pada IMADE Salatiga dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga
Tidak berbeda dengan cara atau metode dalam mengetahui
bagaimana komunikasi organisai yang dilakukan dengan IMADISA dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga, peneliti juga menggunakan metode yang
sama dalam mengetahui bagaimana komunikasi organisai yang dilakukan
dengan IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga, yaitu
dengan menggunakan komunikasi vertical dan komunikasi horizontal.
Untuk mengetahi lebih jelasnya, dibawah ini akan dijelaskan komunikasi
organisai yang dilakukan dengan IMADE Salatiga dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga:
a. Komunikasi Vertikal
1) Komunikasi ke bawah
a) Pengambilan keputusan dalam mengarahkan anggota.
Pengambilan keputusan oleh ketua kegiatan IMADE Salatiga
ketika kegiatan sosialisasi menurut peneliti sudah cukup baik.
Sama halnya dengan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
ketua kegiatan sosialisasi IMADISA, pengambilan keputusan
melalui jalur musyawarah juga dianut oleh ketua kegiatan
sosialisasi IMADE Salatiga. Walaupun dalam hal ini ketua
kegiatan sebenarnya mempunyai wewenang penuh dalam
78
pengambilan keputusan, namun tetap memilih musyawarah
sebagai bentuk solidaritas kepada para anggota atau pengurus
kegiatan sosialisasi IMADE Salatiga. Namun ketua kegiatan
sosialisasi menekankan konsekuensi ketika keputusan telah
diambil terhadap anggotanya. Konsekuensi yang dimaksud adalah
tanggung jawab terhadap tugas yang diembankan, apabila
terdapat kesalahan maka ketua kegiatan akan memberikan teguran
kepada anggota yang terlibat.
b) Pemberian atau penyampaian instruksi kerja. Peneliti menilai
pemberian atau penyampaian instruksi kerja yang dilakukan oleh
ketua kegiatan sosialisasi sudah sangat baik. Ketua kegiatan
sosialisasi IMADE Salatiga memberikan penjelasan dengan
sangat detil kepada anggotanya. Ketua kegiatan juga memberikan
kesempatan untuk menanyakan kepadanya apabila ada yang
masih belum dipahami.
c) Pemberian motivasi kepada anggota organisasi. Motivasi sangat
diperlukan bagi para anggota khususnya untuk anggota baru yang
belum mempunyai pengalaman dalam kegiatan sosialisasi ini.
Pemberian motivasi oleh ketua kegiatan sosialisasi IMADE
Salatiga dilakukan dengan cara yang lebih personal kepada para
anggotanya. Dengan mengkedepankan rasa kepercayaan penuh
terhadap para anggota, ketua kegiatan menyerahkan tugas yang
79
harus diemban kepada para pengurus namun tetap didasari dengan
konsekuensi tugas.
d) Penyampaian informasi mengenai peraturan. Bagi ketua kegiatan
sosialisasi oleh IMADE Salatiga, kegiatan sosialisasi merupakan
kegiatan yang selain membawa nama IMADE Salatiga kegiatan
ini juga membawa nama IAIN Salatiga. Ketua kegiatan tidak
mentoleril terhadap pelanggaran-pelanggaran apapun terhadap
aturan yang ditetapkan dalam kegiatan sosialisasi. Menurut
analisis peneliti, penyampaian informasi mengenai peraturan oleh
ketua kegiatan sudah berlangsung dengan sangat baik. Penjelasan
yang detil dan penyampaian yang baik membuat para anggota
menjadi lebih memahami mengenai peraturan yang terdapat
dalam kegiatan sosialisasi.
2) Komunikasi ke atas
Untuk mengetahi komunikasi ke atas pada IMADE Salatiga,
peneliti menggunakan gambaran pertanyaan mengenai pemberian
saran dari anggota kepada ketua kegiatan, pelaporan kegiatan yang
disampaikan anggota, dan penyampaian keluhan tentang kegiatan
sosialisasi kepada ketua kegiatan.
a) Pemberian saran dari anggota kepada ketua kegiatan. Menurut
analisis melaui data yang peneliti dapat, pemberian saran dari
anggota kepada ketua kegiatan berjalan dengan sangat baik. Hal
itu dapat diketahui dengan melihat keaktifan anggota memberikan
80
saran baik ketika rapat kegiatan, saat kegiatan berlangsung, dan
ketika evaluasi kegiatan. Anggota baru dan anggota yang
tergolong lebih senior tidak sungkan memberikan pendapatnya
kepada ketua kegiatan sosialisasi. Hal ini menjadi bukti bahwa
tidak ada jarak ataupun rasa minder sebagai anggota yang
pangkatnya dalam kegiatan ini lebih rendah dibanding ketua
kegiatan yang jelas jabatannya lebih tinggi daripada mereka.
b) Pelaporan kegiatan yang disampaikan anggota. Rasa kepercayaan
yang tinggi terhadap para anggota membuat tidak ada jarak
khusus antara ketua kegiatan dan para anggota. Dalam
penyampaian laporan kegiatan, menurut analisis peneliti juga
sudah sangat baik. Masing-masing divisi menjelaskan tugasnya
dalam kegiatan sosialisasi IMADE Salatiga. Bila memang ada
yang perlu dikoreksi, maka akan dibahas secara bersama.
Transparansi kegiatan dalam kegiatan sosialisasi ini sudah sangat
baik.
c) Penyampaian keluhan tentang kegiatan sosialisasi kepada ketua
kegiatan. Sama halnya dengan pemberian saran dan pelaporan
kegiatan, penyampaian keluhan kepada ketua mengenai kegiatan
sosialisasi ini juga sudah sangat baik. Keluhan-keluhan tidak
hanya diketahui oleh sesama anggota saja, namun ketua kegiatan
sosialisasi juga mendengarkan secara langsung keluhan atau
permasalahan yang terjadi.
81
b. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal dalam kegiatan sosialisasi IMADE
Salatiga dapat dikatakan sudah sangat baik. Hal tersebut dapat
dibuktikan mengenai penjelasan komunikasi horizontal yang terdapat
pada IMADE Salatiga dalam kegiatan sosialisasi adalah sebagai
berikut:
1) Komunikasi intens antar pengurus kegiatan sosialisasi. Berdasarkan
data yang didapat dari hasil komunikasi intens antar pengurus
dalam kegiatan sosialisasi ini, peneliti menyimpulkan bahwa
komunikasi intens yang dilakukan pengurus kegiatan sudah sangat
baik. Tidak hanya antar pengurus kegiatan, komunikasi intens
kepada pihak-pihak yang tergabung pada kegiatan sosialisasi ini
juga juga tetap dilakukan. Menurut IMADE Salatiga, komunikasi
merupakan bagian terpenting dari sebuah kegiatan.
2) Hubungan timbal balik anggota IMADE Salatiga. Analisis
mengenai hubungan timbal balik yang terdapat dalam IMADE
Salatiga menghasilkan hasil yang sangat baik. Peneliti dapat
menyimpulkan hal tersebut karena didasari oleh loyalitas anggota
dalam kegiatan sosialisasi dan keakraban yang semakin jelas
terlihat dalam IMADE Salatiga setelah melakukan kegiatan
sosialisasi.
3)
82
3. Efektivitas Komunikasi Organisasi IMADISA dan IMADE Salatiga
Dalam Mensosialisasikan IAIN Salatiga
Efektivitas merupakan sebuah ukuran keberhasilan pencapaian
tujuan atau suatu target yang telah dijalankan dengan terciptanya hasil
yang baik yang dilakukan seorang individu maupun kelompok. Hasil
pengukuran pada tingkat efektivitas komunikasi organisasi bukanlah suatu
hal yang sederhana, dikarenakan tingkat efektivitas tersebut dapat dikaji
melalui berbagai sudut pandang dan juga tergantung pada siapa yang
menilai serta menginterpretasikannya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, efektivitas
komunikasi organisasi IMADISA dan IMADE Salatiga dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga telah berjalan dengan efektif.
Komunikasi yang dijalankan atau yang telah dilakukan kedua organisais
mahasiswa daerah tersebut berjalan efektif dengan cara yang berbeda.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai efektivitas komunikasi organisasi
IMADISA dan IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga
peneliti menggunakan indikator tingkat ukur efektivitas komunikasi
organisasi, diantaranya iklim organisasi, kepuasan berorganisasi,
penyebaran informasi atau ketepatan pesan, dan budaya organisasi.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai indikator yang digunakan peneliti
dalam mengetahui efektivitas komunikasi organisasi oleh IMADISA dan
IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga kepada
masyarakat.
83
e. Iklim Komunikasi
Merupakan sebuah persepsi mengenai seberapa jauh anggota
merasa organisasi dapat dipercaya, didukung, diperhatikan, dihargai
pendapatnya, serta mendapat penghargaan atas kinerja yang telah
dilakukan. Untuk menjelaskan mengenai iklim organisasi dalam
IMADISA dan IMADE, peneliti membagi menjadi dua paragraph agar
lebih mudah dipahami.
Iklim komunikasi yang terdapat pada Ikatan Mahasiswa
Purwodadi di IAIN Salatiga (IMADISA) berjalan dengan efektif secara
keseluruhan. Kepercayaan terhadap tugas yang diembankan dengan
pembagian secara merata kepada semua anggota baik itu anggota baru
maupun anggota yang lebih senior menjadi bukti bahwa terdapat
kepercayaan kepada setiap anggota. Walaupun tidak ada penghargaan
secara material namun secara psikologis anggota tersebut sudah merasa
dihargai. Namun yang perlu digaris bawahi mengenai iklim komunikasi
yang terdapat dalam IMADISA adalah totalitas beberapa anggotanya
yang menurut peneliti kurang. Peran ketua disini sangat diharapkan
dalam memberi motivasi mengenai totalitas.
Hasil efektif juga diraih dalam iklim komunikasi Ikatan
Mahasiswa Demak (IMADE) Salatiga. Peneliti melihat tidak ada jarak
khusus terhadap setiap anggota IMADE Salatiga. Semua anggota merasa
dihargai atas tugas yang telah mereka kerjakan. Para anggota juga tidak
84
sungkan dalam menyampaikan pendapat atau gagasan ketika diskusi
kegiatan, khususnya dalam penelitian ini yaitu kegiatan sosialisasi.
Dengan menggunakan jalur musyawarah dan mengumpulkan gagasan-
gagasan dari setiap anggota, IMADE Salatiga telah berhasil membuat
para anggotanya percaya dirinya adalah bagian dari IMADE Salatiga.
f. Kepuasan Organisasi
Berdasarkan fungsinya sebagai wadah aspirasi bagi para
mahasiswa Purwodadi, IMADISA telah menjadi rumah kedua bagi para
anggotanya. Rasa puas dalam berorganisasi dalam IMADISA berupa
pengakuan beberapa anggota yang mengatakan bahwa selama dirinya
terdaftar menjadi anggota IMADISA, dirinya mengalami perubahan
positif yang signifikan. Peningkatan mental ketika berbicara di depan
umum, pemikiran kritis ketika diskusi kegiatan, dan perubahan-
perubahan positifnya merupakan bukti kepuasan berorganisasi telah
berjalan efektif.
Kepuasan organisasi dalam IMADE Salatiga dapat dilihat dari
para anggotanya yang terlihat akrab satu sama lain. Tingkat jabatan
hanya berpengaruh ketika kegiatan berlangsung. Setelah itu tetap teman
seperantauan. Tidak ada senioritas dalam IMADE Salatiga. Anggota baru
pun merasa nyaman dan percaya kepada anggota yang lebih senior,
namun tetap memiliki rasa saling menghormati dan menghargai kepada
setiap anggota. Hal-hal seperti menjenguk ketika anggota IMADE
85
Salatiga ketika sakit, menjadi salah satu contoh efektifnya kepuasan
berorganisasi dalam IMADE Salatiga.
g. Penyebaran Informasi dan Ketepatan Pesan
Merupakan persepsi anggota yang terlibat dalam organisasi
tersebut yang timbul akibat seberapa jauh penerimaan pesan yang
diterima. Penyebaran informasi kepada seluruh anggota merupakan hal
yang sangat penting dalam proses komunikasi organisasi. Penyebaran
informasi yang efektif dan merata kepada seluruh anggota akan
menimbulkan persepsi yang baik juga pada seluruh anggota, sehingga
proses kerja dalam organisasi dapat berjalan dengan optimal.
Pemanfaatan teknologi menjadi pilihan utama IMADISA dalam
penyebaran informasi. Penyebaran melalui grup maupun kontak pribadi
menurut mereka lebih efektif dan terjamin ketepatan pesan yang
disampaikan. Ketika terdapat informasi yang kurang dimengerti maka
akan dapat langsung ditanyakan langsung maupun ketika diskusi
berlangsung. Sejauh ini penyebaran informasi dan ketepatan pesan dalam
IMADISA sudah cukup efektif.
IMADE Salatiga dalam penyebaran informasi juga memanfaatkan
teknologi. Menurut mereka hal ini tergolong cepat dan efektif.
Penyebaran informasi melalui grup biasanya berupa himbauan untuk
berkumpul, dokumentasi acara, atau izin tidak bisa mengikuti rapat.
Pemanfaatan teknologi ini hanya dilakukan untuk informasi yang ringan-
ringan saja, ketika ada yang perlu dibahas maka IMADE Salatiga akan
86
membahas dalam forum. Menurut analisis peneliti, penyebaran informasi
dan ketepatan pesan dalam IMADE Salatiga sudah berjalan dengan
efektif.
h. Budaya Organisasi
Merupakan sebuah persepsi anggota tentang nilai kunci dan
konsep bersama yang dapat membentuk citra anggota terhadap
organisasi. Budaya organisasi ini berkaitan dengan identitas anggota,
integrasi dalam organisasi, dan adanya inovasi untuk turut andil dalam
perkembangan organisasi.
IMADISA mempunyai pendapat tersendiri mengenai budaya
organisasi. Menurut mereka budaya organisasi adalah mementingkan
kepentingan organisasi daripada mementingkan kehendak pribadi. Dalam
setiap kegiatan akan ada penampungan gagasan, setelah itu gagasan-
gagasan tersebut akan dibahas lebih dalam lagi dan dimodifikasi agar
tercipta kegiatan yang efektif dan efisien. Bagi mereka kegiatan yang
efektif dan efisien akan lebih berpengaruh kepada diri IMADISA sendiri.
Sementara dalam membentuk citra anggota terhadap organisasi,
IMADISA mengadakan program yaitu program anjangsana. Program ini
baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap
citra anggota terhadap IMADISA.
Sementara IMADE Salatiga dalam budaya organisasi
beranggapan mengenai totalitas dan royalitas. Menurut analisis peneliti,
totalitas dan royalitas dalam IMADE Salatiga sangat tinggi. Hal ini dapat
87
dilihat dalam diri IMADE Salatiga ketika mereka melakukan kegiatan.
persiapan yang matang, sistem acara yang terstruktur, komunikasi yang
terjaga antar anggota satu dan lainnya, pemberian saran dan motivasi
dengan cara baik, dan kerja sama tim yang sangat mengesankan. Selain
itu kekompakan mereka juga patut diperhitungkan, hal ini yang merayu
peneliti untuk memberikan hasil yang positif terhadap budaya organisasi
dalam Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE) Salatiga.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdsasarkan data dan analisis penelitian mengenai efektivitas
komunikasi organisasi mahasiswa daerah (IMADISA dan IMADE Salatiga)
dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga, maka dapat diambil kesimpulan yang
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Arus komunikasi organisasi IMADISA dalam mensosialisasikan IAIN
Salatiga secara keseluruhan dapat dikatakan sudah cukup baik. Hal tersebut
dapat dibuktikan melalui saluran komunikasi vertikal dan komunikasi
horizontal yang telah mereka lakukan. Dalam komunikasi vertikal tepatnya
dalam komunikasi ke bawah, pemimpin kegiatan sosialisasi IMADISA
menjalankan perannya dengan cukup optimal, baik dalam pengambilan
keputusan, pemberian instruksi kerja, dan pemeberian motivasi kepada para
anggota. Sedangkan pada komunikasi ke atas, anggota yang berperan dalam
kegiatan sosialisasi juga sudah cukup baik dalam pelaporan kegiatan dan
pemeberian saran terhadap ketua kegiatan. Hal yang perlu dioptimalkan
dalam komunikasi ke atas ialah penyampaian keluhan, baiknya penyampaian
keluhan terhadap ketua pada kegiatan disampaikan secara langsung supaya
mendapat hasil kegiatan yang lebih optimal. Komunikasi horizontal dalam
IMADISA juga telah berjalan dengan cukup baik, hal itu dapat dilihat dari
hubungan timbal balik yang terdapat dalam IMADISA.
89
2. Arus komunikasi organisasi IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN
Salatiga terbilang sudah sangat baik. Hal tersebut didasari oleh arus
komunikasi yang berjalan dengan sangat baik. Komunikasi ke bawah yang
dijalankan oleh ketua kegiatan sosialisasi IMADE Salatiga sudah sangat
baik, terlihat dari bagaimana ketua kegiatan IMADE Salatiga memberikan
istruksi kerja, penyampaian informasi mengenai aturan, pemberian motivasi
kepada para anggota, dan bagaimana ketua kegiatan sosialisasi IMADE
Salatiga dalam mengambil keputusan. Sedangkan dalam komunikasi ke
atas, para anggota juga telah menjalankan arus komunikasi ini dengan
sangat baik. Mereka menjalankan arus komunikasi ini dengan cara yang
baik dan sesuai dengan prosedur organisasi. Dalam komunikasi horizontal
IMADE Salatiga juga telah dijalan dengan sangat baik, hal tersebut
dibuktikan hasil yang didapatkan dari keaktifan angggota dalam melakukan
kegiatan sosialisasi khususnya dalam komunikasi intens dan kebijakan yang
baik dari ketua kegiatan dalam kegiatan sosialisasi IMADE Salatiga
sehingga menimbulkan hubungan timbal baik yang efektif.
3. Evektivitas komunikasi IMADISA dan IMADE Salatiga dalam
mensosialisasikan IAIN Salatiga. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, efektivitas komunikasi organisasi IMADISA dan IMADE
Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga telah berjalan dengan
efektif. Komunikasi yang dijalankan atau yang telah dilakukan kedua
organisasi mahasiswa daerah tersebut berjalan efektif dengan cara yang
berbeda.
90
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat peneliti berikan kepada kedua
organisasi mahasiswa daerah (IMADISA dan IMADE Salatiga) setelah
melakukan analisis terhadap bagaimana mereka menjalankan kegiatan
sosialisasi IAIN Salatoga sebagai berikut:
1. Saran ini diberikan khusus untuk IMADISA, dalam komunikasi intens dan
penyampaian keluhan kegiatan dari anggota terhadap ketua kegiatan
sosialisasi baiknya lebih dioptimalkan kembali. Opsi komunikasi tidak
hanya bisa dilakukan secara langsung, namun di era teknologi ini dapat
dilakukan melalui media sosial atau grup Whatsapp supaya kedepannya
dapat meminimalisir miss communication.
2. Pertahankan loyalitas dan keaktifan dalam berorganisasi untuk IMADE
Salatiga. Selain kepuasan berorganisasi dan budaya organisasi, salah satu
faktor yang menunjukkan keberhasilan suatu organisasi adalah loyalitas dan
keaktifan anggotanya. Dengan mempertahankan loyalitas dan keaktifan
anggota sudah dengan jelas akan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam
proses pencapaian tujuan organisasi.
3. Saran untuk peneliti selanjutnya, diharapkan untuk lebih mengkaji lebih
banyak sumber maupun referensi yang terkait dengan efektivitas
komunikasi organisasi agar hasil yang penelitian dapat lebih baik dan lebih
lengkap dari penelitian sebelumnya.
91
DAFTAR PUSTAKA
Basrowi, dan Sudikin. (2002). Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro.
Insan Cendikia: Surabaya.
Cohen J, Bruce. (2009). Peranan, Sosiologi Suatu Pengantar. Rineka Cipta:
Jakarta
El Rais, Heppy. (2001). Kamus Ilmiah Populer. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Handoko, T. Hanny. (2006). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Bumi Aksara: Jakarta.
Husein, Umar. (2002). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.
Komaruddin, dan Yooke Tjuparmah S. Komaruddin. (2006). Kamus Istilah Karya
Tulis Ilmiah. Bumi Aksara: Jakarta.
Kriyantono, Rachmat. (2008). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh
Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi
Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Kencana Prenada Media Group:
Jakarta.
Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Pembaharuan:
Yogyakarta.
Liliweri, Alo. (2014). Sosiologi dan Komunikasi Organisasi. Bumi
Aksara:Jakarta.
Mahi, M. Hikmat. (2011). Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi
dan Sastra. Graha Ilmu: Yogyakarta..
Moloeng, Lexy J. (2002). Metode Pendekatan Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya:
Bandung.
Moloeng, Lexy J. (2009). Metode Pendekatan Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya:
Bandung.
Morrisan. (2013). Teori Komunikasi:Individu Hingga Massa. Kencana Prenada
Media Group: Jakarta.
Muhammad, Arny. (2014). Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara: Jakarta.
Mulyana, Dedy. (2001). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya:
Bandung.
92
Riduwan. (2004). Metode Riset. Rineka Cipta: Jakarta.
Romli, Komsahrial. (2014). Komunikasi Organisasi Lengkap Grasindo: Jakarta
Ruliana, Poppy. (2016). Komunikasi Organisasi: Teori dan Studi Kasus Edisi
Kedua. Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Ruslan, Rosady. (2010). Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi.
Cetakan Kelima. Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Alfabeta: Bandung.
Suharsimi, Arikunto. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Rineka Cipta: Jakarta.
Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi Edisi Ketiga. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.
Uchjana Effendy, Onong. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra
Aditya Bakti: Bandung.
Lampiran 1
Nama Lengkap : Dika Trisna Setiya
Tempat dan tanggal lahir : 28 Agustus 1996
Alamat Rumah: : Jl. Menteng Kecil II No. 12 RT 06 RW 09, Kebon
Sirih, Kec. Menteng, Jakarta Pusat
Tinggi badan : 160 cm
Email : [email protected]
Telepon : 085711028202
Riwayat Pendidikan
2001-2003 : Taman Kanak-Kanak Kalirejo
2003-2008 : SDN Kebon Sirih 01
2008-2011 : SMPN 280 Jakarta
2011-2014 : SMK RPI Jakarta Selatan
2014-2019 : Progam Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.
Pengalaman Organisasi
2016 - 2017 : HMJ fakultas Dakwah
2014 - sekarang : Pecandu Karya
BIOGRAFI PENULIS
I
O
G
R
A
F
I
P
E
N
U
L
I
S
Lampiran 3
DATA INFORMAN IMADISA
1. Hesti Astuti
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : MAN
Profesi : Pelajar/Mahasiswa
Status di IMADISA : Anggota
Waktu wawancara : 15 Agustus 2018, pukul 13.00 WIB
Tempat wawancara : Pondok Pesantren Edi Mancoro
2. Wachid Palguna Bayu Sena
Umur : 20 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Profesi : Pelajar/Mahasiswa
Status di IMADISA : Ketua Umum IMADISA 2018/2019
Waktu wawancara : 21 Agustus 2018, pukul 14.30 WIB
Tempat wawancara : Masjid Baiturrahman Margosari, Kota Salatiga
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA
Ikatan Mahasiswa Purwodadi dan Sekitarnya (IMADISA)
1. Bagaimana komunikasi ke bawah oleh Ikatan Mahasiswa Purwodadi dan
Sekitarnya (IMADISA) dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga?
2. Bagaimana komunikasi ke atas oleh Ikatan Mahasiswa Purwodadi dan
Sekitarnya (IMADISA) dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga?
3. Bagaimana komunikasi horizontal oleh Ikatan Mahasiswa Purwodadi dan
Sekitarnya (IMADISA) dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga?
4. Bagaimana iklim komunikasi pada Ikatan Mahasiswa Purwodadi dan
Sekitarnya (IMADISA)?
5. Bagaimana kepuasan organisasi yang terdapat pada Ikatan Mahasiswa
Purwodadi dan Sekitarnya (IMADISA)?
6. Bagaimana penyampaian informasi dan ketepatan pesan pada Ikatan
Mahasiswa Purwodadi dan Sekitarnya (IMADISA)?
7. Bagaimana budaya organisasi pada Ikatan Mahasiswa Purwodadi dan
Sekitarnya (IMADISA)?
Lampiran 5
HASIL WAWANCARA
IKATAN MAHASISWA PURWODIADI DI IAIN SALATIGA (IMADISA)
A. Wawancara pada Hesti Astuti (Anggota IMADISA)
1. Bagaimana komunikasi ke bawah pada IMADISA dalam kegiatan
sosialisasi IAIN Salatiga?
Pengambilan keputusan oleh ketua kegiatan pada saat
melaksanakan kegiatan sosialisasi ini melalui musyawarah. Apabila
terdapat anggota yang tidak bersedia akan ditanyakan kenapa alasannya,
bila dapat diterima oleh seluruh anggota yang terlibat maka tidak akan
terdapat paksaan.
Untuk pemberian instruksi kerja oleh ketua kegiatan dilakukan
dengan melalui arahan perdivisi. Penjelesan mengenai bagian-bagian apa
saja yang harus dikerjakan para anggota dijelaskan secara sedetil mungkin.
Ketua juga mengingatkan apabila terdapat anggota yang kurang maksimal
untuk diberikan teguran agar fokus tugasnya tidak berantakan.
Dalam pemberian motivasi oleh ketua kegiatan kepada anggota
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pemberian motivasi secara
langsung dapat dilihat ketika rapat kerja berlangsung. Sedangkan menurut
saya motivasi yang diberikan oleh ketua dengan tidak langsung adalah
perataan tugas kepada anggota yang terlibat baik anggota baru maupun
anggota yang lebih senior sehingga motivasi lebih untuk bekerja maksimal
juga dirasakan kepada para anggota baru.
2. Bagaimana komunikasi ke atas pada IMADISA dalam kegiatan
sosialisasi IAIN Salatiga?
Perbedaan pendapat sering kami alami khususnya ketika rapat.
Perbedaan yang terjadi antara kami dan ketua kegiatan akan didiskusikan
kembali hingga ditemukan solusi. Sejauh ini perbedaan pendapat tidak
menjadi masalah, karena dapat diselesaikan dengan baik. Apabila tidak
ditemukannya solusi maka kesepakatan yang akan diambil adalah melalui
voting.
Mengenai pelaporan kegiatan dalam IMADISA oleh ketua,
dilakukan ketika evaluasi. Pelaporan tersebut diawali dengan presentasi
perdivisi tentang kegiatan sosialisasi yang telah dilaksanakan. Setelah itu
ketua mempersilahkan kepada divisi lainnya untuk menyampaikan
kekurangan apa saja yang terdapat pada divisi tersebut ketika kegiatan.
Selanjutnya akan dibahas kembali kemudian agar terdapat solusi supaya
kedepannya lebih baik lagi.
3. Bagaimana komunikasi horizontal pada IMADISA dalam kegiatan
sosialisasi IAIN Salatiga?
Komunikasi intens kepada sesama anggota hanya dilakukan oleh
anggota yang berdekatan saja dengan basecamp. Untuk anggota lain
komunikasi dilakukan melalui media sosial. Namun untuk pembahasan
persiapan kegiatan sosialisasi kami menganjurkan kepada seluruh anggota
untuk turut hadir dalam rapat.
4. Bagaimana iklim komunikasi pada IMADISA dalam kegiatan
sosialisasi IAIN Salatiga? Setiap keputusan yang diambil dalam IMADISA adalah melalui
musyawarah. Kepercayaan terhadap tugas yang diembankan dengan
pembagian secara merata kepada semua anggota baik itu anggota baru
maupun anggota yang lebih senior menjadi bukti bahwa terdapat
kepercayaan kepada setiap anggota. Walaupun tidak ada penghargaan
secara material namun secara psikologis anggota tersebut sudah merasa
dihargai.
Mengenai keterbukaan pada IMADISA hanya terjadi diantara
sesama anggota yang terdekat saja. Kebanyakan hal itu terjadi kepada
anggota baru. Mungkin untuk kedepannya perlu diadakan pertemuan yang
lebih intens, supaya anggota baru juga lebih dapat cepat akrab daripada
sekarang.
5. Bagaimana kepuasan organisasi pada IMADISA dalam kegiatan
sosialisasi IAIN Salatiga? Untuk pribadi saya merasa cukup puas. Hal yang saya rasakan
selama menjadi anggota adalah perlahan-lahan saya mengalami
peningkatan mutu dalam hal berbicara kepada orang baru, dapat
memposisikan diri, lebih dapat memenejemen kegiatan saya, dan masih
banyak lagi.
Kepuasan yang telihat pada sesama anggota ialah teman-teman
tidak merasa sendiri. Ketika bingung tidak mempunyai kegiatan lain selain
kuliah maka dapat mengisi waktu luang tersebut di IMADISA. Selain itu
mempunyai teman-teman dengan daerah yang sama akan lebih menjaga
silaturahmi dikemudian hari.
Mengenai totalitas pada IMADISA saya merasa masih terdapat
kesenjangan. Kebanyakan kesenjangan tersebut berasal dari para anggota
baru yang mungkin masih malu-malu untuk dating sendiri ke basecamp.
Sehingga ketika diadakannya kegiatan, mereka kurang terlihat antusias.
Harus ditunjuk dulu baru mengetahui bagaimana pendapat mereka.
6. Bagaimana penyebaran informasi dan ketepatan pesan pada
IMADISA dalam kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga?
Penyebarannya lebih banyak melalui media sosial. Untuk informasi
mengenai kegiatan akan disampaikan melalui grup kami, namun untuk
perdivisi akan disampaikan melalui pribadi. Koordinasi juga kami lakukan
kepada pihak luar yang berhubungan dengan kegiatan sosialisasi ini.
Untuk informasi yang berasal dari luar akan langsung disampaikan ke
grup.
Untuk ketepatan pesannya, informasi yang disampaikan harus
sesuai dengan yang didapat. Nantinya apabila terdapat anggota yang tidak
mengerti atau memahami informasi yang disampaikan dapat ditanyakan
langsung kepada si pengirim informasi untuk menghindari mis
komunikasi.
7. Bagaimana budaya organisasi pada IMADISA dalam kegiatan
sosialisasi IAIN Salatiga?
Untuk saat ini kami sedang memfokuskan untuk lebih mengadakan
pendekatan khususnya kepada anggota yang baru bergabung. Dalam
IMADISA saat ini masih terdapat kesenjangan antara anggota baru dan
anggota yang sudah masuk terlebih dahulu. Diantaranya adalah program
anjangsana untuk seluruh anggota. Kami berharap untuk kegiatan ini data
menghilangkan kesenjangan yang masih kami rasakan agar nantinya kami
bisa lebih maksimal lagi dalam melaksanakan kegiatan.
B. Wawancara pada Wachid Palguna Bayu Sena (Ketua Umum IMADISA)
1. Bagaimana komunikasi ke bawah pada IMADISA dalam kegiatan
sosialisasi IAIN Salatiga?
Pengambilan keputusan oleh ketua tergantung bagaimana diskusi
yang hasilnya, dengan kata lain ketua kegiatan mengedepankan
musyawarah untuk kegiatan sosialisasi ini. Ketua juga mempertimbangkan
keputusan tersebut dengan kebijakan-kebijakan yang berasal dari luar atau
prosedur yang dijalankan oleh panitia penyelenggara.
Instruksi kerja yang dilakukan oleh ketua adalah lebih melalui
instruksi pribadi. Tidak semua anggota IMADISA mampu untuk langsung
memahami instruksi yang disampaikan ketika rapat. Beberapa dari mereka
juga masih ada yang belum mempunyai rasa percaya diri untuk
menanyakan langsung dalam diskusi. Maka untuk mencegah adanya hasil
kerja yang kurang maksimal ketua memberikan instruksi langsung kepada
anggotanya melalui pribadi.
2. Bagaimana komunikasi ke atas pada IMADISA dalam kegiatan
sosialisasi IAIN Salatiga?
Sejauh ini tidak ada keluhan yang disampaikan kepada ketua
mengenai proses kegiatan. Semua resiko yang ditanggung pada kegiatan
ini adalah resiko dan hasil pemikiran bersama. Apabila terdapat keluhan
maka akan kami selesaikan secara bersama.
Pelaporan kegiatan kepada ketua diadakan dalam evaluasi
kegiatan. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-
kekurangan apa saja dan yang dirasa masih kurang maksimal. Nantinya
kekurangan-kekurangan tersebut akan kami bahas didalam evaluasi.
3. Bagaimana iklim komunikasi pada IMADISA dalam kegiatan
sosialisasi IAIN Salatiga?
Komunikasi yang terdapat pada IMADISA menurut saya sudah
cukup baik, setiap ada persoalan selalu dikomunikasikan kepada seluruh
anggota. Kepercayaan penuh sesama anggota juga kita lakukan. Motivasi
dari dalam anggota juga terlihat ketika sedang menjalankan tugas. Hanya
saja terdapat beberapa hal yang masih perlu diperhatikan yaitu ada
sebagian anggota yang masih belum dapat mengekspresikan dirinya dalam
IMADISA, sehingga sedikit mempengaruhi kinerjanya ketika bertugas.
4. Bagaimana kepuasan organisasi pada IMADISA dalam kegiatan
sosialisasi IAIN Salatiga?
Untuk kepuasan yang saya raih pada IMADISA adalah mempunyai
hidup yang lebih terkoordinir. Baik secara langsung maupun tidak
langsung menurut saya cukup berpengaruh, khususnya ketika berada
dalam organisasi. Juga membuat saya merasa walaupun tidak berada di
kota sendiri, namun adanya IMADISA membuat saya merasa mempunyai
rumah sendiri. Kepuasan anggota juga terlihat baik, dan suasana yang
dirasakan adalah adanya kehangatan dan cairnya suasana ketika kami
berkumpul.
5. Bagaimana budaya organisasi pada IMADISA dalam kegiatan
sosialisasi IAIN Salatiga?
Kedisiplinan dalam IMADISA pada saat melaksanakan kegiatan
sosialisasi ini sudah cukup baik. Hanya saja beberapa masih terlihat
kurang, contohnya ketika rapat masih ada yang telat dan kurang
memperhatikan. Selebihnya menurut saya sudah cukup baik.
Komitmen pada kerja tim dalam melaksanakan kegiatan atau
tanggung jawab terhadap tugas harus selalu ditekankan. Apabila terdapat
anggota yang masih menunda-nunda pekerjaan maka anggota lain wajib
menegur dan mengingatkan.
Lampiran 6
DATA INFORMAN IMADE
1. Mala Ilma Auliyak
Umur : 21 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Profesi : Pelajar/Mahasiswa
Status di Dusun : Ketua Umum IMADE 2018/2019
Waktu wawancara : 19 Agustus 2018, pukul 15.30 WIB
Tempat wawancara : Kembang Arum
2. Abdul Rauf
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Profesi : Pelajar/Mahasiswa
Status di Dusun : Pembimbing IMADE 2018/2019
Waktu wawancara : 23 Agustus 2018, pukul 13.15 WIB
Tempat wawancara : Candran
Lampiran 7
PEDOMAN WAWANCARA
Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE)
1. Bagaimana komunikasi ke bawah oleh Ikatan Mahasiswa Demak
(IMADE) dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga?
2. Bagaimana komunikasi ke atas oleh Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE)
dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga?
3. Bagaimana komunikasi horizontal oleh Ikatan Mahasiswa Demak
(IMADE) dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga?
4. Bagaimana iklim komunikasi pada Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE)?
5. Bagaimana kepuasan organisasi yang terdapat pada Ikatan Mahasiswa
Demak (IMADE)?
6. Bagaimana penyampaian informasi dan ketepatan pesan pada Ikatan
Mahasiswa Demak (IMADE)?
7. Bagaimana budaya organisasi pada Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE)?
Lampiran 8
HASIL WAWANCARA
IKATAN MAHASISWA DEMAK (IMADE)
C. Wawancara pada Mala Ilma Auliyak (Ketua Umum IMADE Salatiga)
8. Bagaimana komunikasi ke bawah pada IMADE Salatiga dalam
kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga?
Pengambilan keputusan yang dilakukan ketua ialah melalui
musyawarah seluruh anggota yang terlibat. Walaupun dalam hal ini ketua
kegiatan sebenarnya mempunyai wewenang penuh dalam pengambilan
keputusan, namun tetap memilih musyawarah sebagai bentuk solidaritas
kepada para anggota atau pengurus kegiatan sosialisasi IMADE Salatiga.
Dan ketua menekankan bahwa keputsan yang diambil adalah keputusan
bersama dan tanggung jawab bersama. Penjelasan mengenai peraturan
yang dilakukan oleh ketua ketiatan detil dan penyampaian yang baik
membuat para anggota menjadi lebih memahami mengenai peraturan
yang terdapat dalam kegiatan sosialisasi.
9. Bagaimana komunikasi ke atas pada IMADE Salatiga dalam kegiatan
sosialisasi IAIN Salatiga?
Anggota dituntut untuk aktif dalam menyampaikan saran kepada
ketua dan anggota lainnya ketika rapat kegiatan, saat kegiatan
berlangsung, dan ketika evaluasi kegiatan. Hal itu dimaksudkan selain
agar mendapat solusi lebih banyak, hal itu juga secara tidak langsung
melatih anggota IMADE Salatiga menjadi aktif dan kritis.
Dalam pelaporan kegiatan masing-masing divisi menjelaskan
tugasnya dalam kegiatan sosialisasi IMADE Salatiga. Bila memang ada
yang perlu dikoreksi, maka akan dibahas secara bersama. Dan kami
berusaha tidak melewatkan hal sekecil apapun ketika evaluasi. Supaya
nantinya kegiatan yang kami lakukan dapat berjalan dengan lebih
maksimal,
10. Bagaimana komunikasi horizontal pada IMADE Salatiga dalam
kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga?
Komunikasi intens kami dalam kegiatan ini ketika persiapan
kegiatan. Kami selalu menghimbau kepada anggota untuk tetap fokus
terhadap tugas yang diberikan. Dan kepada anggota yang sekiranya telah
selesai dengan tugasnya kami juga menganjurkan untuk membantu
anggota lain yang masih dalam proses pengerjaan.
11. Bagaimana iklim komunikasi pada IMADE Salatiga dalam kegiatan
sosialisasi IAIN Salatiga?
Dukungan yang terdapat pada IMADE ketika menjalankan
kegiatan untuk masing-masing anggotanya berupa motivasi dan kritik.
Yang saya maksud adalah motivasi ketika pra kegiatan dan ketika
berlangsungnya kegiatan. Adapun untuk kritik ialah ketika kami
melakukan evaluasi kegiatan. Dan kritik yang dimaksud ialah kritik yang
membangun untuk masing-masing anggota.
Antusiasme teman-teman dalam partisipasi kegiatan sosialisasi ini
cukup baik. Banyak dari teman-teman yang mengajukan diri untuk ikut
dalam kegiatan ini. Dan hampir rata-rata dari teman-teman ingin
mengikuti kegiatan ini. Dari kegiatan kan selain turut menyumbangkan
kontribusi untuk IMADE, kegiatan ini juga menjadi ajang silahturahmi
atau bisa untuk menambah pengalaman teman-teman dalam berorganisasi.
Walau beberapa dari mereka yang mengajukan diri tidak bisa mengikuti
kegiatan ini tapi mereka bisa menerima dan turut member masukan kepada
yang masuk dalam kepanitiaan.
Untuk kepercayaan salam IMADE terutama saat penunjukkan
tugas yang diserahkan, cukup baik. Kita kan sudah berteman cukup lama
jadi kita paham karakter atau hal-hal menonjol dari masing-masing
anggota. Jadi biasanya untuk pembagian tugas kita menyerahkan kepada
teman-teman yang sekiranya menguasai tugas tersebut, sedangkan apabila
terdapat tugas yang diembankan kepada anggota yang dikira belum dapat
menguasainya maka kita juga memberikan pendamping yang telah
dianggap bisa menguasai tugas yang diembankan.
Dalam hal keterbukaan dalam berorganisasi kita selalu membahas
di dalam diskusi terutama saat evaluasi. Biasanya kita di akhir diskusi
akan menanyakan kepada seluruh anggota yang hadir mengenai hal-hal
yang masih dirasa mengganjal. Kami beranggapan masalah organisasi
baiknya diselesaikan secara organisasi juga, dan tidak hanya satu dua
orang yang mengetahui.
Suasana dalam IMADE sama seperti organisasi lainnya. Walaupun
terkadang ada satu dua masalah, namun Alhamdulillah dapat diselesaikan
bersama. Baik dalam diskusi maupun ketika kegiatan sosialisasi
berlangsung kami berusaha membuat suasana cair. Dengan cairnya
suasana maka tidak akan terdapat jarak dalam komunikasi.
12. Bagaimana kepuasan organisasi pada IMADE Salatiga dalam
kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga? Kepuasan untuk saya pribadi pada IMADE sangat puas. IMADE
baik secara langsung maupun tidak sudah merubah saya. Dari saya yang
dulu tidak mengerti manajemen organisasi sekarang sudah lebih baik dan
mengerti. Dan secara langsung membuat saya menjadi lebih aktif dalam
hal apapun. IMADE membuat saya merasa lebih kritis lagi, baik dalam
urusan kegiatan maupun perkuliahan.
Kepuasan terhadap sesama anggota IMADE juga dapat dikatakan
cukup baik dan sejauh ini berimbas positif. IMADE itu selain organisasi
mahasiswa daerah, IMADE juga tempat atau wadah bagi kita mahasiswa
asal Demak untuk berkumpul dan berdiskusi. Diskusi yang kami lakukan
juga tidak sebatas kepada kegiatan saja namun terdapat juga diskusi
mengenai perkuliahan,diskusi mengenai bagaimana ke depan kita
melangkah, dan lain-lain. Hal itu secara tidak langsung juga
menguntungkan, selain mendapat pengalaman baru juga dapat menambah
wawasan baru.
Totalitas anggota baik ketika adanya kegiatan maupun tidak
adanya kegiatan sangat baik. Antusiasme yang ditunjukkan oleh teman-
teman dalam melakukan kegiatan sosialisasi ini sangat positif. Selain itu
loyalitas teman-teman kepada masing-masing anggota juga terlihat begitu
menyenangkan.
13. Bagaimana penyebaran informasi dan ketepatan pesan pada IMADE
Salatiga dalam kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga? Selain diskusi dalam forum, penyebaran informasi di IMADE saat
kegiatan sosialisasi kita lebih banyak lewat Whatsapp, lewat grup. Saya
sama temen-temen se-divisi menyebarkan sekecil apapun informasi
tentang kegiatan sosialisasi. Berhubung kegiatan ini bukan murni kegiatan
yang dilakukan oleh IMADE, maka kita juga menjalin komunikasi dengan
pihak luar yaitu Campus Expo dan pihak kampus. Informasi yang kami
terima dari luar akan secepatnya kami bagikan kepada seluruh anggota
dengan tujuan semua anggota dapat dengan langsung mengetahui dan
apabila terdapat perubahan kegiatan akan dapat dibahas secara langsung.
Bagi teman-teman yang belum mengerti atau belum dapat
memahami mengenai informasi yang kita dapat baik dari luar maupun dari
dalam IMADE sendiri, biasanya mereka akan langsung bertanya. Dan
telah menjadi keharusan pengirim pesan untuk menjelaskan apa yang
ditanyakan oleh anggota kami. Hal tersebut bertujuan agar ketepatan pesan
atau informasi dapat diraih kepada seluruh anggota. Sedangkan apabila
informasi tersebut dirasa belum ditemukan solusinya maka kami akan
membahas dalam forum.
14. Bagaimana budaya organisasi pada IMADE Salatiga dalam kegiatan
sosialisasi IAIN Salatiga? Bicara kedisiplinan, kami biasa mengingatkan kepada teman-teman
dalam setiap kegiatan terutam kegiatan sosialisasi ini untuk tetap fokus
pada tugas yang diamanahkan. Selain itu kami juga meminta kepada
anggota untuk teliti dan menganalisa secara lebih detail ketika terdapat
kemungkinan-kemungkinan apa saja yang akan terjadi pada saat
berlangsungnya kegiatan. Juga kami meminta kepada para anggota untuk
tidak takut mengambil resiko asalkan telah melalui pemikiran yang
matang.
Komitmen mengenai kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi selalu kita tanamkan kepada seluruh anggota. Kami tidak
mentoleril kemalasan atau mengandalkan teman pada saat melakukan
kegiatan. Atau untuk anggota yang ingin „pamer‟ skill agar terlihat
menonjol. Karena kegiatan yang kami lakukan khususnya untuk kegiatan
sosialisasi ini membawa nama besar IAIN Salatiga.
Persiapan matang, improvisasi ketika kegiatan, analisis yang tepat
sebelum memulai kegiatan, kerja sama tim yang baik, serta pembinaan
yang baik kepada generasi penerus merupakan langkah kami dalam
inovasi perkembangan organisasi.
D. Wawancara Terhadap Abdul Rouf (Pembimbing IMADE Salatiga)
1. Bagaimana iklim komunikasi pada IMADE Salatiga dalam kegiatan
sosialisasi IAIN Salatiga?
Dukungan yang terdapat pada IMADE Salatiga dalam
melakukukan kegiatan, saya melihat sudah sangat baik. Pemberian
motivasi dan semangat kepada teman-teman yang bertugas dampaknya
dapat dilihat ketika teman-teman menjalaninya dengan antusias. Selain itu
saya juga melihat sejauh ini tidak ada kecemburuan dalam melaksanakan
tugas yang telah diberikan.
Bagi teman-teman, kegiatan yang dilakukan oleh IMADE Salatiga
bukanlah suatu beban berat, melainkan ajang untuk menambah
pengetahuan, pengalaman, atau bisa juga dikatakan ajang pembuktian.
Antusiasme yang ditunjukkan oleh jiwa-jiwa muda ini sangat besar untuk
berpartisipasi. Sehingga segala tugas yang diberikan mereka terima
dengan lapang dada.
Selama ini dalam setiap kegiatan IMADE Salatiga, saya melihat
adanya tranparansi dalam berorganisasi. Hal tersebut membuat
bertambahnya kepercayaan seluruh anggota kepada organisasi ini.
Kepercayaan inilah yang berpengaruh terhadap totalitas dan loyalitas
anggota kepada IMADE Salatiga.
Keterbukaan atau kejujuran pada organisasi ini patut diapresiasi.
Selain adanya transparansi kegiatan, keterbukaan anggota juga sangat
baik. Misal ketika ada salah satu anggota yang ditunjuk atau diberikan
tugas namun menolak. Maka akan ada diskusi alasan mengapa dia
menolak. Apabila alasan yang diterima masuk akal maka dia akan diganti
dengan anggota lain untuk mengerjakan tugasnya.
Walaupun karakter masing-masing dari anggota itu berbeda,
namun ketika teman-teman berkumpul suasana dalam IMADE Salatiga
begitu cair. Suasana inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa kerap
berkumpulnya para anggota baik itu ketika terdapat kegiatan maupun
tidak. Jabatan atau pangkat bukanlah jarak yang mempengaruhi
kehangatan dalam IMADE Salatiga.
2. Bagaimana kepuasan organisasi pada IMADE Salatiga dalam
kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga? Kepuasan individu yang saya peroleh selain mempunyai teman
seperantauan ialah lebih mengenal diri sendiri. Saya juga dapat
memposisikan diri ketika berada di organisasi ini, di kampus, maupun di
lingkungan saat ini. Posisi yang dimaksud ialah mengerti bagaimana harus
bertindak dan mengira-ngira hal-hal yang mungkin terjadi apabila tidak
bisa memposisikan diri dengan baik. Selain itu saya juga menjadi lebih
kritis dan berani berbicara di depan banyak orang.
Tujuan awal adanya organisasi ini adalah sebagai wadah
mahasiswa Demak yang menempuh pendidikan di IAIN Salatiga untuk
diskusi ataupun sekedar berkumpul. Dari situlah kemudian terjadi
peningkatan kualitas para anggota. Dari yang awalnya hanya ikut-ikutan
saja saat ini mulai berani menunjukkan diri.
Totalitas berorganisasi pada IMADE Salatiga dapat dilihat dari
pengerjaan tugas yang maksimal dari para anggota. Seperti dalam kegiatan
sosialisasi ini, mereka secara sadar mengerti posisi atau tugas yang harus
dikerjakan. Dan teman-teman lain juga saya melihat mau membantu
anggota lain yang terlihat kesulitan dalam mengerjakan tugas yang
diberikan kepadanya. Sejauh ini tidak ada paksaan untuk anggota-anggota
IMADE dalam menjalankan tugas. Semua tugas atau bagian yang
diamanahkan selalu bergantung pada hasil musyawarah para anggota.
Apabila anggota yang telah ditunjuk merasa tidak mampu maka kami akan
meminta alasannya untuk selanjutnya kami mencari anggota IMADE lain
untuk mengganti posisi tersebut.
3. Bagaimana penyebaran informasi dan ketepatan pesan pada IMADE
Salatiga dalam kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga? IMADE Salatiga dalam menyampaikan informasi khususnya
informasi mengenai kegiatan sosialiasi kepada seluruh anggota diawali
dengan chat grup. Berangkat dari chat grup kami mendiskusikan ke dalam
forum IMADE Salatiga. Dari forum tersebut kami membahas persiapan
yang kami rasa perlu dipersiapkan. Dari IMADE Salatiga sendiri biasanya
dalam persiapan kegiatan kita mengumpulkan semua pendapat yang
masuk untuk nantinya kita bahas secara bersama mengenai pendapat yang
dimaksud. Dari pembahasan semua usulan tersebut nantinya akan kami
jadikan pedoman kami dalam memulai kegiatan.
Untuk jaminan informasi yang diterima dapat dipahami kepada
seluruh anggota, kami membahas didalam forum. Bagi anggota yang
merasa kurang paham maka akan dipersilahkan untuk bertanya. Setelah
para anggota dirasa sudah paham maka kami akan menyimpan informasi
tersebut dan membagikannya lagi setelah semua didiskusikan.
4. Bagaimana budaya organisasi pada IMADE Salatiga dalam kegiatan
sosialisasi IAIN Salatiga? Kedisiplinan yang kami terapkan adalah penegakan disiplin yang
berorientasi pada motivasi, bukan disiplin yang bersifat hukuman.
Tanggungjawab akan tugas yang telah diberikan akan selalu menjadi
pengingat dalam setiap akhir diskusi. Hal ini kami maksudkan agar setiap
anggota yang bertugas dapat menjalankan apa yang diamanahkan dapat
berjalan dengan baik dan anggota merasa mendapat kepercayaan yang
akan sangat merugikan apabila tidak diemban dengan semestinya.
Kerja tim yang kami terapkan adalah kolaborasi antar anggota.
Dalam hal ini saling mengisi dan membantu masing-masing anggota yang
terlibat menjadi hal utama dalam membentuk kerjasama tim yang baik.
Selain itu motivasi dan dorongan semangat yang berasal dari anggota yang
tidak terlibat juga dapat memacu kerja tim yang kami lakukan di lapangan.
Selain itu kami juga memperingatkan kepada teman-teman yang bertugas
bahwa dalam kegiatan ini IMADE Salatiga membawa nama IAIN
Salatiga, agar teman-teman yang bertugas dapat mengerti batas-batas atau
tidak melakukan hal-hal yang dapat menjelekkan nama IAIN Salatiga.
Upaya yang kami lakukan pada inovasi perkembangan organisasi
ini adalah menjaga hubungan baik formal maupun nonformal. Kedua
hubungan ini merupakan dasar akan eksistensi atau adanya organisasi ini.
Selain itu, walau nantinya akan terdapat pergantian kepengurusan apabila
para anggota masih dapat menjaga hubungan maka akan secara otomatis
bukan menjadi masalah. Justru akan semakin manambah eksistensi dan
keaktifan IMADE Salatiga.
Lampiran 9
Gambar 1. Logo Ikatan Mahasiswa Purwodadi di IAIN Salatiga (IMADISA)
Gambar 2. Logo Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE) Salatiga
Gambar 3. Sesi wawancara kepada Ketua IMADISA, Bayu Wachid Palguna Sena.
(M. Nasrullah, tanggal 04 September 2018, pukul 19.33 WIB)
Gambar 4. Sesi kegiatan sosialisasi IMADISA. (Bayu Wachid Palguna Sena,
tanggal 08 Agustus 2017).
Gambar 3. Sesi kegiatan sosialisasi IMADISA. (Foto oleh Hesti Astuti, tanggal 26
Juli 2016)
Gambar 4. Kegiatan Sosialisasi oleh IMADISA. (Foto oleh Bayu Wachid Palguna
Sena, 08 Agustus 2017)