EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI MAHASISWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5527/1/skripsi...

128
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI MAHASISWA DAERAH DALAM MENSOSIALISASIKAN IAIN SALATIGA (Studi Pada IMADISA dan IMADE Salatiga) SKRIPSI Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) OLEH DIKA TRISNA SETIYA NIM. 11714023 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Transcript of EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI MAHASISWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5527/1/skripsi...

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI MAHASISWA DAERAH

DALAM MENSOSIALISASIKAN IAIN SALATIGA

(Studi Pada IMADISA dan IMADE Salatiga)

SKRIPSI

Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

OLEH

DIKA TRISNA SETIYA

NIM. 11714023

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

i

ii

NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lampiran : 4 (Empat) eksemplar Salatiga, 24 September 2018

Hal : Naskah Skripsi

a.n Sdr. Dika Trisna Setiya

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Setelah mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya bersama ini saya

kirimkan skripsi saudara:

Nama : Dika Trisna Setiya

NIM : 11714023

Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Judul :

Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan Fakultas Dakwah agar

skripsi saudara tersebut dapat dimunaqasyahkan dan atas perhatian Bapak kami

ucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu‟alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI

MAHASISWA DAERAH DALAM

MENSOSIALISASIKAN IAIN SALATIGA (Studi Pada

IMADISA dan IMADE Salatiga)

KEMENTRIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS DAKWAH

Jl. Lingkar Selatan Km. 2 pulutan Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah

50716, Telp. (0298) 323706 Fax. (0298) 323433 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi.ac.id

iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Dika Trisna Setiya

NIM : 11714023

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Tanggal Ujian :

Judul :

Panitia Munaqosah Skripsi

1. Ketua Sidang : Dr. Rasimin, M.Pd. :

2. Sekretaris : Dra. Maryatin, M.Pd. :

3. Penguji I : Dra. Sri Suparwi, M.A. :

4. Penguji II : Yahya, M.Pd. :

Mengetahui,

Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga

Dr. Mukti Ali, M.Hum.

NIP. 197509052001121001

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI

MAHASISWA DAERAH DALAM

MENSOSIALISASIKAN IAIN SALATIGA (Studi Pada

IMADISA dan IMADE Salatiga)

KEMENTRIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS DAKWAH

Jl. Lingkar Selatan Km. 2 pulutan Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah

50716, Telp. (0298) 323706 Fax. (0298) 323433 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi.ac.id

v

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dika Trisna Setiya

NIM : 11714023

Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas : Dakwah

Judul Skripsi :

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan lain

yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

Salatiga, 24 September 2018

Yang membuat pernyataan

Dika Trisna Setiya

NIM.11714023

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI

MAHASISWA DAERAH DALAM

MENSOSIALISASIKAN IAIN SALATIGA (Studi

Pada IMADISA dan IMADE Salatiga)

vi

MOTTO

Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam

barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun

kokoh. (Q.S Ash-Shaff: 4)

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya tiada henti.

2. Kedua orang tuaku, Zaenal Arifin dan Runtiyani yang telah membesarkan dan

mendidikku dengan kasih sayang, pengorbanan, dan kesabaran yang tiada

batas. Dan juga telah mendukung, membimbing, dan selalu mendoakanku

hingga dapat menyelesaikan sarjana. Tanpa doanya aku bukan siapa-siapa.

3. Kakek dan nenekku, Mulyorejo dan Kasiyah yang selalu merawat dan

mendukung dengan sepenuh hati.

4. Ibu Dra. Hj. Maryatin, M. Pd. selaku pembimbing skripsi sekaligus pemberi

motivasi, dukungan serta pengarahan sampai selesainya penulisan skripsi ini

dengan rasa sabar.

5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen, terutama dosen Komunikasi Dan Penyiaran Islam

yang telah memberikan ilmu dari awal masuk perkuliahan hingga sekarang

kepadaku, terimakasih atas dorongan, motivasinya, dan bimbingannya.

6. Organisasi Mahasiswa Purwodadi di IAIN Salatiga (IMADISA) dan Ikatan

Mahasiswa Demak (IMADE) Salatiga yang telah bersedia menjadi bagian dari

skripsi ini.

7. Sahabat-sahabati Pecandu Karya (Adob, Klirin, Ef‟en, Bedel, Ujik Anjul,

Pelet, Utek, dan Ikin) yang telah memberi saya motivasi lulus dengan cara

yang berbeda.

viii

8. Teman-teman kontrakan (Ambon, Gejrot, Blek, Awie, Alim) yang telah

menemani saya dalam pengerjaan skripsi ini.

9. De Pon yang selalu membantu saya selama merantau di Salatiga

10. Teman-teman KPI angkatan 2014 yang memberi masukan serta motivasi

dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

11. Teman-temanku semua yang dekat maupun jauh yang belum bisa saya sebut

satu persatu.

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala rahmat dan

kasih sayagnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa

shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda nabi besar

Muhammad Saw kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang menjadi

suri tauladan bagi kita.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN

Salatiga.

3. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd. Selaku Ketua jurusan KPI IAIN Salatiga, dosen

pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi. yang telah

membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk

penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Sahabat-sahabat program studi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Salatiga

angkatan 2014 yang sudah selalu memberi dukungan dan motivasi dalam

penulisan skripsi ini.

x

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,

serta para pembaca pada umumnya. Amin

Salatiga, 24 September 2018

Dika Trisna Setiya

NIM.11714009

xi

ABSTRAK

Dika Trisna Setiya. 2018. Efektivitas Komunikasi Organisasi Mahasiswa Daerah

Dalam Mensosialisasikan Iain Salatiga (Studi Pada IMADISA dan

IMADE Salatiga), Skripsi, Salatiga: Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen

Pembimbing: Dra. Maryatin, M. Pd.

Kata Kunci:

Berangkat dari rasa kagum mengenai IAIN Salatiga yang mempunyai

perjalanan sejarah yang panjang dan semakin bertambahnya jumlah mahasiswa

IAIN Salatiga pada setiap tahunnya, menimbulkan rasa penasaran mengenai

hal-hal apa saja yang mempengaruhi perkembangan tersebut. Selain peran yang

dilakukan oleh pihak kampus, organisasi mahasiswa daerah juga memiliki

andil yang cukup berpengaruh terhadap perkembangan jumlah mahasiswa

dalam IAIN Salatiga.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk

mengetahui bagaimana arus komunikasi organisasi IMADISA dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga (2) Untuk mengetahui bagaimana arus

komunikasi organisasi IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN

Salatiga. (3) Untuk mengetahui bagaimana efektivitas komunikasi organisasi

IMADISA dan IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga.

Jenis dan pendekatan penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian

lapangan yang sifatnya kualitatif, pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan Studi Kasus. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui

wawancara, observasi, dan dokumentasi, data yang ada dianalisis

menggunakan teori System Social kemudian ditarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Berdasarkan hasil penelitian ini

dengan beberapa pembahasannya, dapat disimpulkan bahwa komunikasi

organisasi mahasiswa daerah (IMADISA dan IMADE Salatiga) dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga secara keseluruhan telah berjalan efektif

dengan cara yang berbeda.

Efektivitas Komunikasi Organisasi, Sosialisasi, IMADISA, IMADE

Salatiga..

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

LOGO INSTITUT ................................................................................................................. ii

NOTA PEMBIMBING ............................................................................................... iii

PENGESAHAN .......................................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................................... v

MOTTO ...................................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix

ABSTRAK ................................................................................................................... xi

DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 6

E. Kerangka Berfikir .................................................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka ......................................................................................................... 8

B. Landasan Teori ...................................................................................................... 12

xii

1. Efektivitas .............................................................................................................. 12

2. Komunikasi Organisasi .......................................................................................... 16

3. Organisasi Mahasiswa Daerah ............................................................................... 27

4. Sosialisasi ................................................................................................................ 32

BAB III METODE PENELITAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................................................... 35

B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................... 36

C. Fokus Penelitian ..................................................................................................... 36

D. Sumber dan Jenis Data .......................................................................................... 37

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 38

F. Teknik Analisis Data .............................................................................................. 39

G. Teknik Validitas Data ........................................................................................... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian ..................................................................................................... 43

1. Gambaran Umum IMADISA .................................................................................. 43

2. Gambaran Umum IMADE Salatiga ........................................................................ 46

B. Temuan penelitian ................................................................................................. 53

1. Arus komunikasi organisasi pada IMADISA dalam mensosialisasikan IAIN

Salatiga ................................................................................................................. 54

2. Efektivitas Komunikasi organisasi pada IMADISA dalam mensosialisasikan

IAIN Salatiga ........................................................................................................ 57

3. Arus komunikasi organisasi pada IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan

IAIN Salatiga ........................................................................................................ 61

xiii

4. Efektivitas Komunikasi organisasi pada IMADE Salatiga dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga .......................................................................... 64

C. Pembahasan Penelitian ........................................................................................... 72

1. Arus komunikasi organisasi pada IMADISA dalam mensosialisasikan IAIN

Salatiga ................................................................................................................. 72

2. Arus komunikasi organisasi pada IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan

IAIN Salatiga ........................................................................................................ 77

3. Efektivitas Komunikasi organisasi IMADISA dan IMADE Salatiga dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga .......................................................................... 82

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 88

B. Saran ...................................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Kerangka Berpikir

Gambar 4.1 : Susunan pengurus IMADE Salatiga Periode 2017-2018

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Kajian Pustaka

Tabel 2.2 : Metode Komunikasi

Tabel 2.3 : Gangguan Komunikasi

Tabel 2.4 : Komunikasi Organisasi Efektif

Tabel 2.5 : Gambaran Umum Asal Mahasiswa IAIN Salatiga

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga merupakan satu-satunya

lembaga Perguruan Tinggi di kota Salatiga. Lembaga ini berada di bawah

naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. Sejak awal berdiri sampai

saat ini, IAIN Salatiga telah melewati perjalanan sejarah yang cukup panjang

dan sempat mengalami beberapa kali perubahan status lembaga.

Berdasarkan sejarah yang tertera pada buku Pedoman Akademik IAIN

Salatiga, awal mula pendirian lembaga ini berawal dari cita-cita masyarakat

Islam yang berada di kota Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam.

Untuk mewujudkan cita-cita itu didirikanlah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) “Nahdatul Ulama” di Salatiga.

Lembaga yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga ini

menempati gedung milik Yayasan “Pesantren Luhur”.

Dalam proses yang sedemikian rupa lembaga ini berubah status

menjadi IAIN Walisongo, Fakultas Tarbiyah. Namun perubahan status ini

juga tidak membuat kondisi berubah dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor, seperti sarana dan prasarana yang jauh dari memadai

terutama belum tersedia gedung milik sendiri, masih kurangnya tenaga

profesional baik itu dalam bidang edukatif maupun administrasi, dan animo

mahasiswa yang relatif masih kecil. Namun, berkat perhatian Menteri Agama

2

(H. Alamsyah Ratu Prawiranegara) yang mengabulkan usulan tentang

pembelian tanah dengan menggunakan DIP Pusat, tercatat pada tahun 1982

Fakultas Tarbiya IAIN Walisongo Salatiga dari kampus lama ke kampus baru

milik sendiri, yang terletak Jalan Caranggito 2 (sekarang menjadi Jalan

Tentara Pelajar 2).

Berdasarkan Kepres Nomor 11 Tahun 1997, mulai tanggal 21 Maret

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih Menjadi Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Beralihnya status ini telah membawa

berbagai peningkatan, baik peningkatan fisik maupun non fisik.

Kemudian pada tahun 2014, pada tanggal 17 Oktober berdasarkan

Peraturan Presiden No. 143 Tahun 2014, Sekolah Tinggi Agama Islam Negri

(STAIN) Salatiga beralih status menjadi Institut Agama Islam Negri (IAIN)

Salatiga.

Peralihan status ini semakin menambah eksistensi IAIN Salatiga

kepada masyarakat. Dari tahun ke tahun peningkatan jumlah mahasiswa IAIN

Salatiga semakin meningkat. Tak dapat dipungkiri eksistensi IAIN Salatiga

merambah sampai ke luar Salatiga. Tak sedikit mahasiswa yang berasal dari

luar Salatiga berbondong-bondong mencari ilmu di IAIN Salatiga, bahkan ada

juga mahasiswa yang berasal dari luar Pulau Jawa.

Hal itu juga tak lepas dari peran organisasi yang baik secara langsung

maupun secara tidak langsung turut mensosialisasikan kepada masyarakat.

Organisasi yang terdapat di dalam IAIN Salatiga dibagi menjadi dua, yaitu

organisasi intra kampus dan organisasi ekstra kampus.

3

Organisasi intra kampus ialah organisasi yang memiliki kedudukan

resmi di lingkungan kampus dan mendapat pendanaan kegiatan

kemahasiswaan dari pengelola kampus. Senat Mahasiswa (SEMA), Dewan

Mahasiswa (DEMA), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), dan Unit

Kegiatan Mahasiswa (UKM) merupakan contoh dari organisasi intra kampus

yang terdapat di IAIN Salatiga.

Organisasi ekstra kampus merupakan organisasi yang aktivitas dan

birokrasinya berada di luar lingkup kampus. Organisasi ini biasanya

mempunyai aktivitas yang berbau agama, sosial, dan kedaerahan. Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

merupakan contoh dari organisasi ektra kampus yang berbau agama.

Organisasi mahasiswa daerah merupakan salah satu contoh organisasi

ekstra kampus yang mempunyai aktivitas organisasi dibidang kedaerahan.

Organisasi ini beranggotakan sekumpulan mahasiswa yang berasal dari daerah

yang sama dan memiliki tujuan organisasi yang sama. Tujuan dibentuknya

organisasi mahasiswa daerah ini diharapkan mampu menjadi sarana kontribusi

para anak rantau untuk daerahnya. Organisasi ini juga berfungsi untuk

menjaga nilai-nilai budaya daerah agar tidak luntur ditengah arus modernisasi

dan heterogenitas budaya yang ada dikampus.

Tidak dapat dipungkiri eksistensi organisasi mahasiswa daerah kian

bertambah. Tak sedikit juga organisasi mahasiswa daerah yang berada di IAIN

Salatiga. Seperti IMADISA yang merupakan organisasi mahasiswa daerah

yang berasal dari Purwodadi dan IMADE yang berasal dari Demak,

4

merupakan contoh organisasi mahasiswa daerah yang terdapat di IAIN

Salatiga.

Animo mahasiswa terhadap organisasi mahasiswa daerah sebenarnya

juga tidak kalah dengan organisasi intra kampus. Hanya saja sebagian

mahasiswa menganggap organisasi mahasiswa daerah bukanlah organisasi

yang bergengsi untuk eksistensi mahasiswa. Disamping itu sebagian

mahasiswa juga menganggap organisasi mahasiswa daerah tidak menjanjikan

baik secara akademik maupun pengembangan profesinya. Sebagian

mahasiswa lebih memilih ikut organisasi yang ada di dalam kampus (intra)

yang tentunya lebih memiliki pamor dibanding organisasi mahasiswa daerah.

Namun, tak sedikit juga mahasiswa yang memilih keduanya baik mengikuti

organisasi intra kampus maupun yang mengikuti organisasi mahasiswa

daerah.

Sebenarnya dengan adanya organisasi daerah membuat pihak kampus

menjadi lebih diuntungkan. Karena dengan adanya organisasi mahasiswa

daerah dapat mensosialisasikan dan menambah eksistensi kampus ke daerah-

daerah asal organisasi tersebut.

Dalam hal ini peran komunikasi sangat dibutuhkan. Mengingat

sosialisasi tanpa komunikasi yang baik tentunya akan dapat menimbulkan

masalah, baik itu kesalahpahaman makna maupun keefektifan sosialisasi.

Dengan adanya komunikasi tentunya akan memudahkan dalam hal sosialisasi.

Komunikasi yang baik dapat menambah kefektifan sosialisasi, seperti dalam

5

mengatur interaksi, menyampaikan informasi, atau bahkan dalam menyajikan

citra.

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam

kehidupan sosial manusia, bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena

bagi terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang terintegrasi oleh

informasi, dimana masing-masing individu didalam masyarakat itu sendiri

saling berbagi informasi (information sharing) untuk mencapai tujuan

bersama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan

antara penyampai pesan dan orang yang menerima pesan (Rohim, 2016: 9)

Selain komunikasi, konsep efektivitas juga berpengaruh dalam

pengevaluasian jalannya program atau kegiatan suatu organisasi. Konsep yang

dimaksud ialah salah satu faktor untuk menentukan apakah diperlukannya

melakukan suatu perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen

organisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas yang dimaksud merupakan

pencapaian tujuan organisasi yang telah dicapai melalui pemanfaatan sumber

daya yang ada secara efisien, ditinjau dari input (sisi masukan), proses,

maupun keluaran (output). Sumber daya tersebut meliputi ketersediaan

personil, sarana prasarana, serta metode atau pendekatan yang digunakan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka penulis

tertarik untuk mengangkat judul “Efektivitas Komunikasi Organisasi

Mahasiswa Daerah Dalam Mensosialisasikan IAIN Salatiga (Studi Pada

IMADISA dan IMADE Salatiga).

6

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana arus komunikasi pada IMADISA dalam mensosialisasikan

IAIN Salatiga?

2. Bagaimana arus komunikasi pada IMADE Salatiga dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga?

3. Bagaimana efektivitas komunikasi organisasi IMADISA dan IMADE

Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi organisasi IMADISA dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga.

2. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi organisasi IMADE Salatiga

dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga.

3. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas komunikasi organisasi

IMADISA dan IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai guna pada berbagai

pihak, yaitu :

1. Secara teoristis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pemikiran ilmu komunikasi dan manajemen organisasi terutama di bidang

komunikasi organisasi.

7

2. Secara praktis.

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan

peneliti tentang ilmu komunikasi dan manajemen organisasi dalam

mengembangkan strategi pemasaran organisasi mahasiswa daerah. Serta

diharapkan bisa menjadi informasi yang bermanfaat bagi pembaca

terutama bagi organisasi mahasiswa daerah yang mempunyai tujuan

mensosialisasikan IAIN Salatiga kepada masyarakat.

E. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir akan ditujukan untuk mengetahui bagaiamana

Efektivitas Komunikasi Organisasi Mahasiswa Daerah Dalam

Mensosialisasikan IAIN Salatiga (Komunikasi Organisasi Pada Ikatan

Mahasiswa Purwodadi di IAIN Salatiga dan Ikatan Mahasiswa Demak

Salatiga).

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Dalam mengerjakan penelitian yang berjudul Efektivitas Komunikasi

Organisasi Mahasiswa Daerah Dalam Mensosialisasikan IAIN Salatiga (Studi

Kasus IMADE dan IMADISA) terdapat peneletian terdahulu yang mempunyai

relevansi pada judul yang telah disebutkan, sehingga dapat menjadi rujukan

peneliti dan sebagai bahan pembanding dalam penelitian yang dikerjakan.

Penelitian pertama yang menjadi rujukan dalam penelitian ini adalah

skripsi yang berjudul Efektivitas Komunikasi Organisasi Kepemimpinan

Kantor Walikota Tangerang Dalam Menerapkan Moto Akhlakul Karimah

(Rizal, 2014: 1-67). Skripsi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif,

yaitu dengan cara melakukan pengamatan, wawancara, dan dokumentasi di

Kantor Walikota Tangerang.

Penelitian kedua yang menjadi rujukan penulis adalah skripsi yang

disusun oleh Nirmawati, mahasiswa Universitas Hasanuddin yang berjudul

Efektivitas Organisasi Dalam Pelaksanaan Program Beras Miskin (Raskin) Di

Kelurahan Jawi-Jawi Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumpa. Skripsi

ini membahas tentang efektivitas pelaksanaan program dalam semua kegiatan,

baik dalam proses internal maupun mekanisme organisasi. Penilaian yang

digunakan dalam menentukan efektivitas program tersebut menggunakan

empat indicator berdasarkan pedoman pelaksanaan RASKIN antara lain dalam

9

proses sosialisasi, pengawasan mutu, angkutan,dan biaya operasional. Hasil

yang didapatkan dalam skripsi ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program

RASKIN di Kelurahan Jawi-Jawi Kecamatan Bulukumpa Kabupaten

Bulukumba tidak efektif. Berdasarkan perolehan data hanya terdapat satu dari

empat indikator penilaian yaitu biaya operasional telah berjalan efektif.

Sedangkan yang tidak berjalan efektif, yaitu proses sosialisasi, pengawasan

mutu, dan angkutan.

Efektivitas Komunikasi Organisasi Dalam Pelaksanaan Program Kerja

Kwartir Ranting Gerakan Pramuka Rangsang Barat Periode 2008-2011 yang

ditulis oleh Fawaid Darsyah menjadi rujukan ke-tiga yang penulis ambil.

Fawaid Daryah menggunakan metode dekriptif dengan pendekatan kualitatif.

Perolehan pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, wawancara dan

dokumentasi. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa komunikasi

organisasi Kwartir Ranting Gerakan Pramuka Rangsang Barat berjalan kurang

efektif. Berdasarkan data yang diperoleh fungsi stakeholder organisasi dalam

Kwartir Ranting Gerakan Pramuka Rangsang Barat tidak berjalan dengan

baik, yang ditandai dengan tidak adanya komunikasi yang dilakukan pengurus

Kwartir Ranting secara berkala.

Rujukan ke-empat dalam penelitian ini adalah tesis oleh Andri Joko

Purnomo mahasiswa Program Pasca Sarjana Unversitas Diponegoro

Semarang yang berjudul Analisis Efektivitas Organisasi Dinas Perikanan dan

Kelautan Kabupaten Batang. Fokus permasalahan pada tesis ini yaitu

mengarah kepada rendahnya implementasi efektivitas organisasi Dinas

10

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batang. Tesis ini menggunakan metode

kuantitatif, dalam pengujian hubungan/korelasi tunggal antara variabel-

variabel independen dengan variabel dependen Andri menggunakan Uji Rank

Kendall, sedangkan untuk hubungan/korelasi ganda menggunakan Uji

Konkordasi Kendalls, serta hasilnya dideskripsikan dalam bentuk kualitatif

sebagai kesimpulan penelitian. Tujuan pembuatan tesis ini secara khusus yaitu

untuk mengetahui hubungan atau pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen dan secara umum penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan variabel-variabel independen, hubungannya dan/ atau

pengaruhnya dengan variabel dependen. Dengan segala perhitungan yang

telah ditempuh dapat disimpulkan bahwa secara teoritis maupun secara

empiris ketiga variabel independen yakni: motivasi pegawai, kepemimpinan,

dan disiplin pegawai, merupakan faktor penentu efektivitas organisasi Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batang.

Keempat penelitian tersebut menjadi rujukan peneliti dalam

mengerjakan penelitian ini, alasannya karena keempat penelitian tersebut

mempunyai relevansi judul dan permasalahan yang sama-sama mengkaji

mengenai organisasi. Tentunya penelitian yang dikerjakan peneliti memiliki

perbedaan dengan keempat penelitian yang telah disebutkan di atas. Fokus

penelian yang dikerjakan peneliti adalah mengenai efektivitas komunikasi

organisasi. Untuk lebih jelasnya, perbedaan tersebut akan dijelaskan dalam

tabel berikut ini.

11

Tabel 2.1. Kajian Pustaka

No. Judul Penelitian Perbedaan Penelitian

1 Efektivitas Komunikasi Organisasi

Kepemimpinan Kantor Walikota

Tangerang Dalam Menerapkan

Moto Akhlakul Karimah

Penelitian yang dibuat oleh Rizal

selain mengkaji tentang Efektivitas

Komunikasi Organisasi, Rizal juga

mengkaji tentang Kepemimpinan

2 Efektivitas Organisasi Dalam

Pelaksanaan Program Beras

Miskin (Raskin) Di Kelurahan

Jawi-Jawi Kecamatan Bulukumpa

Kabupaten Bulukumpa

Terletak pada objek peneletian, di

mana skripsi yang dibuat Nirmawati

mengkaji tentang Program Raskin

yang terdapat di Kelurahan Jawi-

Jawi Kecamatan Bulukumpa

Kabupaten Bulukumpa

3 Efektivitas Komunikasi Organisasi

Dalam Pelaksanaan Program

Kerja Kwartir Ranting Gerakan

Pramuka Rangsang Barat Periode

2008-2011

Penelitian ini hanya bertujuan untuk

mengetahui dan mengevaluasi

efektivitas komunikasi organisasi

yang terdapat dalam organisasi

tersebut

4 Analisis Efektivitas Organisasi

Dinas Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Batang

1. Penggunaan metode penelitian,

penelitian oleh Andri ini

menggunakan metode kuantitatif.

2. Fokus penelitian ini adalah

efektivitas organisasi, sedangkan

peneliti membahas tentang

efektivitas komunikasi organisasi

Berdasarkan penjelesan kajian pustaka di atas, penelitian yang

dilakukan peneliti memiliki kelebihan dan perbedaan. Kelebihan pertama

yaitu peneliti membahas tentang organisasi mahasiswa daerah yang jarang

sekali orang-orang khususnya mahasiswa IAIN Salatiga mengkajinya.

Kelebihan ke-dua adalah peneliti tidak pernah sekalipun ikut andil dalam

organisasi apapun, jadi penelitian ini selain sebagai syarat kelulusan, ini

merupakan sebuah tantangan yang harus dilalui peneliti.

12

B. Landasan Teori

1. Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Sedangkan kata

efektivitas dalam Kamus Ilmiah Populer didefinisikan sebagai ketepatan

penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan (Rais, 2012: 162).

Menurut Handoko (2006:7) efektivitas merupakan kemampuan

untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan. Lebih lanjut menurut Agung Kurniawan (2005:

109) dalam bukunya Transformasi Pelayanan Publik mendefinisikan

efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan

program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak

adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan sebuah

ukuran keberhasilan pencapaian tujuan atau suatu target yang telah

dijalankan dengan terciptanya hasil yang baik yang dilakukan seorang

individu maupun kelompok. Selain itu efektivitas juga merupakan sebuah

indikator penilaian dalam menentukan perlu atau tidaknya adanya suatu

perubahan secara signifikan terhadap bentuk maupun manajemen suatu

program.

Penelitian ini membahas tentang efektivitas komunikasi organisasi

yang terdapat dalam organisasi mahasiswa daerah pada lingkup IAIN

Salatiga. R. Wayne Pace dan Don F. Faules (dalam Mulyana, 2001: 31-32)

13

mengemukakan definisi fungsional komunikasi organisasi sebagai

pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang

merupakan bagian dari suatu organisasi tersebut. Dalam efektivitas

komunikasi organisasi terdapat tiga aspek kajian dan harus dimulai dari

yang paling mendasar hingga kepada yang lebih tinggi, ke-tiga aspek

tersebut adalah:

a. Efektivitas komunikasi dalam individu. Yaitu tingkatan keberhasilan atau

pencapaian hasil kerja anggota organisasi di dalam lingkup organisasi

tersebut.

b. Efektivitas komunikasi dalam kelompok. Yaitu tingkatan keberhasilan

atau pencapaian hasil kerja oleh sekelompok anggota di dalam lingkup

organisasi tersebut.

c. Efektivitas komunikasi dalam organisasi. Yaitu kontribusi hasil kerja

dari tiap-tiap efektivitas komunikasi dalam individu dan efektivitas

komunikasi dalam kelompok yang saling sinergis.

Hasil pengukuran pada tingkat efektivitas komunikasi organisasi

bukanlah suatu hal yang sederhana, dikarenakan tingkat efektivitas tersebut

dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang dan juga tergantung pada siapa

yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dilihat dari kaca mata

sebuah produktivitas, maka pemahaman tentang sebuah efektivitas berarti

kualitas dan kuantitas produk maupun jasa.

Secara garis besar tingkat ukur sebuah efektivitas bukan saja hanya

dilihat dari berbagai sudut pandang, namun dapat juga dilihat dari

14

pendekatan yang dilakukan baik pendekatan sistem maupun pendekatan

perilaku. Berbicara tentang efektivitas komunikasi maka berhubungan juga

dengan efek yang timbul. Dalam komunikasi efek dimaknai sebagai umpan

balik atas pesan yang disampaikan, dan berbicara tentang umpan balik

berarti berbicara tentang bentuk dampak, seperti:

a. Apakah efek yang timbul tersebut dapat memenuhi tujuan yang

diinginkan?

b. Apakah pemenuhan tujuan tersebut bersifat pribadi atau kelompok?

c. Apakah pemenuhan tersebut dapat memenuhi untuk waktu sekarang?

d. Apakah efek tersebut bersifat negatif atau positif?

e. Apakah efek tersebut terasa adil dan dapat dipercaya?

Semua jawaban efek atau umpan balik tersebut dapat dijawab

melalui bagaimana proses komunikasi yang terjadi. Apabila dalam proses

komunikasi tersebut terasa baik, maka akan timbul umpan balik yang baik

pula. Lalu bagaimana agar proses komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

baik dan efektif? Menurut Liliweri (2014: 393) komunikasi yang baik dan

efektif apabila:

a. Setiap individu yang terlibat mampu meletakkkan dan memfungsikan

komunikasi di dalam konteks tertentu.

b. Setiap individu yang terlibat mampu meminimalkan kesalahpahaman

atas pesan-pesan yang dipertukarkan oleh komunikator dan komunikan.

c. Terdapat kemampuan menyesuaikan diri atau adaptasi dalam komunikasi

sehingga kedua pihak merasa puas dalam proses komunikasi tersebut.

15

Penelitian ini menggunakan teori Sistem Sosial untuk mengetahui

tingkat ukur efektivitas komunikasi organisasi. Dalam teori Sistem Sosial

(Social System) terdapat empat indikator yang digunakan untuk mengetahui

tingkat ukur efektivitas komunikasi organisasi (Kriyantono, 2008: 216).

Keempat indikator tersebut meliputi iklim komunikasi, kepuasan organisasi,

penyampaian informasi dan ketepatan pesan, dan yang terakhir adalah

budaya organisasi.

a. Iklim Komunikasi

Merupakan sebuah persepsi mengenai seberapa jauh anggota

merasa organisasi dapat dipercaya, didukung, diperhatikan, dihargai

pendapatnya, serta mendapat penghargaan atas kinerja yang telah

dilakukan.

b. Kepuasan Organisasi

Sebuah persepsi tentang seberapa jauh anggota merasa puas

dengan penilaian hasil kerjanya, keuntungannya, promosi, dan rasa puas

terhadap anggota lainnya.

c. Penyebaran Informasi dan Ketepatan Pesan

Merupakan persepsi anggota yang terlibat dalam organisasi

tersebut yang timbul akibat seberapa jauh penerimaan pesan yang

diterima. Penyebaran informasi kepada seluruh anggota merupakan hal

yang sangat penting dalam proses komunikasi organisasi. Penyebaran

informasi yang efektif dan merata kepada seluruh anggota akan

16

menimbulkan persepsi yang baik juga pada seluruh anggota, sehingga

proses kerja dalam organisasi dapat berjalan dengan optimal.

d. Budaya Organisasi

Merupakan sebuah persepsi anggota tentang nilai kunci dan

konsep bersama yang dapat membentuk citra anggota terhadap

organisasi. Budaya organisasi ini berkaitan dengan identitas anggota,

integrasi dalam organisasi, dan adanya inovasi untuk turut andil dalam

perkembangan organisasi.

Melihat penjabaran uraian efektivitas diatas khususnya mengenai

efektivitas komunikasi organisasi, maka peneliti menyimpulkan bahwa

efektivitas komunikasi organisasi merupakan sebuah tolak ukur atau

indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencapaian suatu

tujuan sebuah organisasi melalui penggunaan komunikasi.

2. Komunikasi Organisasi

Komunikasi menurut Harold Laswell (dalam Liliweri, 2014: 359)

adalah proses yang menggambarkan siapa, mengatakan apa, dengan cara

apa, kepada siapa,dan dengan efek apa. Sedangkan menurut Walhstrom

(dalam Liliweri, 2014: 359) komunikasi adalah pernyataan diri yang efektif,

pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain, pertukaran pesan-

pesan (tertulis, lisan, imajinasi, simbol, maupun metode lain) kepada orang

lain yang menimbulkan efek atau umpan balik tertentu.

Berdasarkan dua paparan mengenai definisi komunikasi tersebut

dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah aktivitas penyampaian pesan

17

verbal maupun non-verbal yang membutuhkan media atau metode dalam

penyampaiannya sehingga akan tercipta efek atau umpan balik atas

penyampaian pesan dalam proses komunikasi tersebut.

Proses komunikasi tidak hanya diberlakukan antar individu saja

melainkan bisa saja antar individu dan kelompok. Dalam teori komunikasi

terdapat banyak sekali kajian mengenai macam-macam komunikasi, salah

satunya terdapat kajian komunikasi organisasi. Untuk memfokuskan

pengkajian dalam landasan teori penelitian ini, penulis akan lebih berfokus

untuk membahas lebih detail mengenai komunikasi organisasi.

R. Wayne Pace dan Don F. Faules (dalam Mulyana, 2001: 31-32)

mengemukakan definisi fungsional komunikasi organisasi sebagai

pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang

merupakan bagian dari suatu organisasi tersebut. Unit komunikasi

organisasi yang dimaksud adalah hubungan antara individu-individu dalam

jabatan-jabatan yang berada dalam organisasi tersebut.

Sementara menurut Wiryanto (dalam Romli: 2014, 3) komunikasi

organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di

dalam kelompok formal maupun informal dari suatu kelompok. Komunikasi

formal yang dimaksud adalah proses komunikasi yang bersifat untuk

kepentingan organisasi dan disetujui oleh organisasi. Sedangkan komunikasi

informal adalah proses komunikasi yang orientasinya bukan untuk

kepentingan organisasi melainkan lebih kepada anggota organisasi secara

individual.

18

Komunikasi organisasi mempunyai peran penting dalam berjalan

atau tidaknya suatu organisasi. Selain untuk menggapai cita-cita organisasi,

proses komunikasi dalam organisasi juga menjadi indikator dalam

efektivitas program yang dijalankan. Semakin baik komunikasi dalam

organisasi, akan semakin efektif hasil yang diraih. Menurut Liliweri (dalam

Ruliana, 2014: 34-35) terdapat dua fungsi komunikasi organisasi, yaitu yang

bersifat umum dan bersifat khusus.

a. Fungsi Umum

1) Komunikasi digunakan untuk menyampaikan informasi kepada

anggota organisai baik individu maupun kelompok mengenai

bagaimana anggota tersebut melakukan tugasnya. Contohnya,

deskripsi pekerjaan (job deskripsi)

2) Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan gagasan, ide, pendapat,

dan fakta. Selain itu difungsikan untuk “menjual” sikap organisasi dan

sikap tentang sesuatu yang merupakan subjek layanan. Contohnya,

sosialisasi, humas (public relations), pameran, ekspo, dan lain-lain.

3) Komunikasi berfungsi sebagai media untuk meningkatkan efektivitas

dalam organisasi, seperti peningkatan kemampuan anggota dari orang

lain (internal) dalam belajar tentang apa yang dipikirkan, dirasakan,

dan dikerjakan.

4) Komunikasi berfungsi sebagai media dalam menentukan atau

manajemen pekerjaan, besaran kekuasaan dan kewenangan,

bagaimana mengalokasikan dan memanfaatkan sumber daya manusia.

19

b. Fungsi Khusus

1) Membuat para anggota melibatkan diri ke dalam isu-isu organisasi,

lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di bawah sebuah

komando.

2) Membuat para anggota menciptakan dan menangani relasi

antarsesama bagi peningkatan program organisasi.

3) Membuat para anggota memiliki kemampuan atau rasa percaya diri

ketika menangani dan mengambil keputusan dalam suasana yang

ambigu dan tak pasti.

Proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber (komunikator)

atau pengirim pesan yang kemudian disampaikan kepada penerima pesan

(Morrisan, 2013: 17). Kedua partisipan tersebut dalam lingkup organisasi

dapat dilakukan oleh individu kepada individu maupun dilakukan kelompok

kepada kelompok. Untuk mengetahui jenis pesan yang disampaikan, perlu

diketahui juga metode yang digunakan. Berikut merupakan metode

komunikasi organisasi menurut Liliweri (2014: 374-377):

a. Komunikasi Tertulis

Metode komunikasi tertulis adalah cara berkomunikasi di mana

dalam penyampaiannya menggunakan media tertulis. Setiap organisasi

mempunyai cara atau standar sendiri tertentu dalam penyampaian

pesan/informasi kepada anggotanya. Biasanya dalam metode ini

berisikan hal-hal penting mengenai organisasi. Kelemahan metode ini

20

adalah hanya bersifat satu arah, di mana si penerima pesan tidak bisa

merespon langsung terhadap pengirim pesan.

b. Komunikasi Lisan

Komunikasi lisan adalah komunikasi yang dilakukan dengan tatap

muka. Metode tatap muka ini merupakan metode yang paling efektif

untuk pemahaman dalam berorganisasi. Sebab, penerima pesan dapat

langsung bertanya kepada pengirim pesan mengenai hal-hal yang belum

dimengerti. Contoh komunikasi tertulis yang terdapat dalam organisasi

yaitu surat, memo, laporan (report), manual, formuli (form), dan lain-

lain.

c. Komunikasi nonverbal

Komunikasi nonverbal merupakan cara berkomunikasi yang

penggunaannya melalui bentuk simbol-simbol nonverbal. Komunikasi

nonverbal biasanya cenderung menjadi indikator efek atau umpan balik

atas informasi yang diterima, seperti ekspresi wajah atau sorotan mata

Pembagian komunikasi nonverbal meliputi kinesik, proksemik, haptic,

kronemik, paralinguistic, artefak, dan tampilan tubuh.

d. Media Elektronik

Penggunaan media elektronik dalam pengiriman informasi, baik

informasi verbal maupun nonverbal bertujuan untuk mengalihkan

informasi secara tepat, hemat, dan cepat. Selain itu, pelebihan

penyebaran pesan/informasi melalui media elektronik ini juga dapat

digunakan untuk komunikasi lisan maupun dan tertulis.

21

Tabel 2.2 Metode Komunikasi

Oral

Tertulis

Nonverbal

Media Elektronik

Visual

Komunikasi organisasi menghubungkan anggota organisasi baik

individu maupun kelompok ke dalam sebuah sistem tertentu yang kemudian

melalui sistem tersebut, seluruh kerangka program diatur dalam sebuah

jaringan. Jaringan komunikasi dalam organisasi (Ruliana, 2014: 88) ialah

proses bagaimana suatu pesan yang disampaikan secara rinci , artinya

ditentukan oleh jenjang hierarki resmi organisasi dari atasan dan bawahan

atau sebaliknya.

Berdasarkan hal itu, bila didekati dari perpekstif fungsional maka

jaringan menggambarkan relasi antarpersonal, kelompok kerja, jaringan

ataragensi, dan sistem komunikasi elektronik di mana titik pusat dari

Metode Bentuk

1. Wawancara

2. Pertemuan Staf

3. Konferensi

4. Orientasi

5. Konseling

6. Laporan

1. Pengumuman

2. Surat

3. SKP

4. Poster

5. Buku

6. Kartu Kendali

7. Selebaran

8. Disposisi

1. Bahasa tubuh

2. Jarak

3. Ruang

4. Waktu

5. Warna

8. Asesoris

7. Perasaan

8. Intonasi

1. Ilustrasi

2. Merek

3. Logo

5. Komputer

6. Multimedia

7. Televisi

8. Video

4. Cap

5. Simbol

1. Telepon

2. Faks

3. E-mail

4. Slide

22

jaringan tersebut bisa individu, kelompok, atau agensi yang menampilkan

interaksi di antara mereka (Liliweri, 2014: 381). Ada beberapa tipe jaringan

dalam organisasi:

a. Jaringan Berdasarkan Setting

Menurut Richard V. Farace, Peter R, Mounge, dan Hamish M.

Rusell (dalam Liliweri, 2014: 385) jaringan organisasi-gambaran tentang

alur komunikasi, kalau alur itu relative berpola, disebut struktur

komunikasi adalah pola-pola interakai antara anggota organisasi yang

terjadi secara berulang dan teratur. Ada tingkatan jaringan organisasi,

yaitu:

1) Jaringan personal, yaitu jaringan antara dua atau tiga orang. Bersifat

kuat dan bisa menjadi lemah, tergantung dari isu yang mendorong

pembentukan jaringan tersebut.

2) Jaringan menyeluruh dalam organisasi, misalnya jaringan yang

disebut total system.

3) Klik (clique subsystem), yaitu jaringan yang dibentuk secara informal

atas dasar sebuah minat tertentu, yang cenderung dianggap sebagai

benalu komunikasi.

4) Jaringan antarorganisasi, yaitu jaringan yang terbentuk antara satu

oraganisasi satu dengan organisasi lainnya, untuk melaksanakan suatu

tugas melalui pertukaran informasi.

Sementara itu Liliweri (2014: 386) juga menyebutkan mengenai

beberapa tipikal jaringan yang mempengaruhi pola-pola komunikasi,

23

seperti jaringan sentralisasi, jaringan desentralisasi, dan setting. Berikut

penjelasan mengenai ke-tiga tipikal jaringan tersebut:

1) Jaringan sentralisasi yang bentuknya seperti roda, di mana semua

nggota memusatkan perhatiannya pada seorang pemimpin.

2) Jaringan desentralisasi merupakan jaringan yang terbentuk melalui

proses pelimpahan tugas dan wewenang dari atasan kepada bawahan.

Dampak positif dari jaringan desentralisasi ini, yaitu dapat

meningkatkan kepuasan kerja para anggota.

3) Setting, , merupakan tipikal jaringan yang mempengaruhi pola-pola

komunikasi melalui berapa jumlah partisipan yang terlibat dalam

komunikasi. Pembagian prinsip dalam menentukan setting, yaitu; a).

Dyadic (dua orang atau lebih), b). Small Group (tiga sampai sepuluh

orang), c). Publik (sebagian besar anggota organisasi).

b. Jaringan Komunikasi Informal

Jaringan komunikasi informal terbentuk tanpa memerhatikan

struktur organisasi atas-bawah, bawah-atas, dan horizontal. Jaringan

komunikasi juga mempunyai pengaruh yang penting, karena kelebihan

jaringan ini adalah jumlah informasi yang dikirim lebih banyak, lebih

cepat, dan lebih akurat. Beberapa fungsi jaringan komunikasi informal,

yaitu, memberikan informasi atau penjelasan tambahan, memperluas

pesan, mencatat informasi, mempertentangkan informasi, membagi

informasi lebih luas, dan melengkapi informasi.

24

Setelah mengetahui mengenai jaringan komunikasi dalam organisasi,

kita juga perlu memahami tentang saluran komunikasi organisasi. Saluran

komunikasi sangat diperlukan dalam penelitian ini, karena melalui saluran

komunikasi peneliti akan lebih dipermudah untuk mengetahui komunikasi

organisasi yang terdapat dalam subjek penelitian ini. Selain itu saluran

komunikasi juga menjadi indikator dalam mengetahui suatu komunikasi

yang baik dalam berorganisasi. Saluran komunikasi dalam organisasi terbagi

menjadi tiga jenis saluran komunikasi, yaitu komunikasi vertikal,

komunikasi horizontal, dan komunikasi diagonal.

a. Komunikasi vertikal adalah arus komunikasi yang terjadi antara pihak

yang memiliki posisi dan peranan yang berbeda dalam organisasi,

dimana yang satunya memiliki posisi lebih tinggi dibanding yang

satunya lagi. Terdapat dua macam bentuk dalam komunikasi vertikal,

yaitu komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas.

b. Komunikasi horizontal atau komunikasi lurus adalah arus komunikasi

yang terjadi antara pihak yang memiliki posisi, kedudukan, atau peran

yang sama dalam organisasi. Komunikasi horizontal bisa dilakukan

oleh pihak yang berstatus sesama anggota dalam sebuah tim, atau

bahkan sesama pimpinan tim.

Proses komunikasi organisasi umumnya dilakukan melalui struktur

organisasi. Kemudian melalui struktur tersebut sering terjadi distorsi

komunikasi, semakin tinggi dan berkembang struktur organisasi akan

semakin tinggi pula tingkat peluang terjadinya distorsi. Hambatan atau

25

gangguan dalam komunikasi merupakan pengaruh yang didapat dari

“dalam” maupun dari “luar” individu, atau lingkungan yang “merusak”

aliran atau isi pesan yang dikirimkan atau diterima (Liliweri, 2014: 379).

Tabel di bawah ini menunjukan macam-macam bentuk hambatan/gangguan

dalam komunikasi organisasi:

Tabel 2.2 Gangguan Komunikasi Organisasi

Bentuk Jenis Contoh

Lingkungan 1. Interfensi

2. Jarak Fisik

3. Ruang

4. Suara

1. Desing kendaraan, musik,

pandangan.

2. Terlalu dekat atau jauh.

3. Terlalu besar atau terlalu kecil

4. Desingan (luar) dan

paralinguistic (bahasa)

Personal 1. Sosiologis

2. Struktur

3. Psikologis

4. Mental

1. Hubungan antarpribadi,

keluarga, pertemanan.

2. Perbedaan eselon.

3. Perbedaan eselon, pendidikan,

perilaku pribadi.

4. Perasaan rendah diri, takut,

gugup.

Semantik 1. Bahasa

2. Dialek

3. Kata

4. Konsep

1. Pebedaan bahasa, istilah,

makna.

2. Bahasa, istilah, makna

subkultur.

3. Kata, sinonim, homonym.

4. Perbedaan makna berdasarkan

subkultur (jargon)

Setelah mengetahui tentang hal-hal penting dalam mengembangkan

komunikasi organisasi kita juga perlu mengetahui bagaiamana cara agar

komunikasi organisasi tersebut berjalan efektif. Efektivitas komunikasi

organisasi tidak ditentukan hanya karena setiap orang yang berada dalam

26

lingkup organisasi melakukan interaksi, relasi dan komunikasi sesuai dengan

peran yang dijalani.

Efektivitas komunikasi organisasi dapat dicapai apabila terdapat

kemampuan seorang pengirim pesan (komunikator) untuk menjaga

keseimbangan antara kegiatan interaksi, relasi, dan komunikasi di antara dua

budaya organisasi. Keseimbangan tersebutlah yang berpengaruh terhadap

pesan yang disampaikan. Sebagai pengirim pesan merupakan suatu

keharusan bahwa pesan yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan,

sedangkan sebagai penerima pesan tidak dianjurkan untuk menerima pesan

tersebut mentah-mentah. Berikut akan dijelaskan dalam tabel mengenai

cara-cara yang digunakan agar komunikasi organisasi berjalan efektif

berdasarkan metode dan media penyampaiannya:

Tabel 2.3 Komunikasi Organisasi Efektif

Situasi Paling Efektif Paling Tidak Efektif

Penyampaian informasi yang

memerlukan tindakan segera oleh

anggota

Tulisan disertai

lisan

Tulisan saja

Penyampaian informasi yang

memerlukan tindakan pegawai

oada waktu yang mendatang

Tulisan saja Lisan saja

Penyampaian informasi yang

bersifat umum

Tulisan saja Lisan saja

Penyampaian informasi mengenai

kebijakan organisasi

Lisan disertai

tulisan

Lisan saja

Penyampaian peningkatan kerja Lisan disertai

tulisan

Lisan saja

Pemberian pujian kepada anggota Lisan disertai

tulisan

Lisan saja

Kritik kepada anggota Lisan saja Tulisan saja

Penyelesaian perselisihan di

antara para anggota

Lisan saja Tulisan saja

27

3. Organisasi Mahasiswa Daerah

a. Organisasi

Kehidupan manusia sebagian besar waktunya dihabiskan untuk

berinteraksi dengan sesamanya dalam organisasi, baik yang formal

seperti sekolah, perguruan tinggi, lembaga bisnis, atau kepemerintahan

maupun oganisasi informal seperti arisan, kelompok bermain, lingkungan

rumah atau yang lainnya. Kehidupan manusia juga tidak bisa lepas dari

organisasi, sejak dilahirkan hingga menuju kematian organisasi

bagaimanapun tetap akan masuk ke dalam kehidupan manusia. Sosiolog

Amatai Etzioni (dalam Morissan, 2013: 383) mengungkapkan bahwa

masyarakat kita adalah masyarakat yang terorganisir, kita dilahirkan

dalam organisasi, dididik dan dibesarkan dalam organisasi, bahkan kita

juga bekerja dalam organisasi.

Organisasi yang berdasarkan ejaan dalam bahasa Inggris

dipahami sebagai pengelompokkan formal dari sejumlah orang yang

mempunyai satu atau lebih tujuan bersama. Menurut Liliweri (2014: 47-

48) organisasi merupakan entity legal dan formal, seperti pemerintah,

organisasi internasional, LSM, organisasi tentara, perusahaan, kemitraan,

kerja sama nirlaba, koperasi, dan universitas.

Berdasarkan hal itu timbul pertanyaan, mengapa orang mau

bekerjasama dalam organisasi? Para analisis organisasi mengemukakan

bahwa orang-orang yang berada dalam organisasi adalah orang-orang

28

yang memiliki rasa kepercayaan terhadap organisasi. Kepercayaan

mereka terhadap organisasi didasari pada suatu kesadaran baha hanya

organisasi yang mempunyai peran terhadap peningkatan diri dan

kemampuan pengelolaan kebersamaan dalam membangun tujuan dengan

penerapan hakikat kerjasama.

Max Weber dalam Morissan (2013: 391) menjelaskan pengertian

organisasi adalah suatu sistem kegiatan interpersonal bertujuan yang

dirancang untuk mengkordinasi tugas individu. Sementara Huczynski

dan Buchanan menjelaskan dalam Liliweri (2014: 51) organisasi adalah

suatu sosial manusia yang penampilannya dikontrol oleh tujuan bersama

yang ditetapkan secara kolektif. Berdasarkan ke-dua pendapat tersebut

dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian organisasi, yaitu suatu

sistem sosial dalam kehidupan manusia dimana dalam penetapan aksi

atau langkah yang ditentukan oleh tujuan bersama.

b. Mahasiswa Daerah

Mahasiswa daerah terdiri dari dua konsep, yaitu mahasiswa dan

daerah. Mahasiswa adalah sebutan bagi seseorang yang sedang

menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi. Mahasiswa merupakan

tingkatan tertinggi dalam tingkat siswa, oleh karena itu mahasiswa

diharapkan mampu berpikir, memecahkan masalah tapa menimbulkan

masalah baru, dan mampu menggunakan apa yang telah dipelajari untuk

bekal kehidupan kelak.

Sedangkan daerah adalah perkumpulan atau kesatuan masyarakat.

Daerah, dalam konteks pembagian administratif di Indonesia merupakan

sebuah lingkungan yang di dalamnya terdapat masyarakat,

kepemerintahan, budaya, hukum, dan lain sebagainya. Daerah terdiri dari

29

Provinsi, Kabupaten, atau Kota. Sedangkan Kecamatan, Desa, dan

kelurahan bukanlah menjadi bagian dalam pengelompokkan daerah.

Berdasarkan ke-dua pengertian tadi dapat ditarik kesimpulan

bahwa pengertian mahasiswa daerah ialah seseorang yang datang atau

“merantau” meninggalkan lingkungan asal tinggalnya menuju ke

lingkungan atau wilayah yang demi untuk belajar dan memenuhi tujuan

pendidikannya di universitas atau perguruan tinggi.

Agar penelitian ini sedikit terfokus dalam pembahasannya,

peneliti mencoba menjelaskan sedikit mengenai mahasiswa daerah yang

berada di IAIN Salatiga. Secara umum asal mahasiswa IAIN Salatiga

dapat digambarkan melalui; pertama, mahasiswa yang tidak terlalu jauh

dari Salatiga, ke-dua yaitu mahasiswa yang tidak terlalu jauh namun juga

tidak terlalu dekat dengan Salatiga, dan yang terakhir yaitu mahasiswa

yang jauh dari Salatiga. Pembagiannya akan dijelaskan dalam tabel

berikut:

Tabel 2.4 Gambaran Umum Asal Mahasiswa IAIN Salatiga

Status Daerah

Mahasiswa yang tidak terlalu jauh

dari Salatiga

Salatiga, , Getasan, Ngablak,

Susukan, Tuntang, Bandungan,

Ungaran

Mahasiswa yang tidak terlalu jauh

namun juga tidak terlalu dekat dari

Salatiga

Magelang, Purworejo, Kendal,

Batang, DIY Yogyakarta,

Purwodadi, Demak

Mahasiswa yang jauh dari Salatiga Luar pulau, provinsi, negara

seperti Mentawai, Jakarta,

Surabaya, Palembang, Thailand

30

c. Organisasi Mahasiswa Daerah

Kebanyakan organisasi mahasiswa daerah awalnya terbentuk dari

sekumpulan kecil mahasiswa yang berasal dari luar lingkungan atau

wilayah yang saat ini ditempatinya dengan tujuan menemukan teman

seperantauannya lalu berkembang menjadi sebuah organisasi yang di

dalamnya terdapat tujuan yang ingin dicapai.

Organisasi mahasiswa daerah merupakan organisasi yang

terbentuk melalui sekumpulan mahasiswa yang berasal dari satu daerah

yang sama dan memiliki satu kepentingan yang sama. Berbeda dengan

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) atau Badan Eksekutif Mahasiswa

(BEM), organisasi mahasiswa daerah tidak termasuk ke dalam organisasi

intra kampus. Organisasi mahasiswa daerah merupakan organisasi yang

tidak terikat dengan kampus.

Para anggota dalam organisasi mahasiswa daerah merupakan para

mahasiswa rantau yang mempunyai tujuan mengikuti organisasi yaitu

agar mendapat keluarga baru, mengenal teman-teman seperantauan, tidak

ingin kehilangan bahasa daerahnya, serta ingin berkesempatan

memperkenalkan budaya daerahnya kepada lingkungan baru yang

ditempati melalui organisasi mahasiswa daerah yang diikuti.

Saat ini sudah banyak dan sering ditemui organisasi mahasiswa

daerah yang berada di kampus IAIN Salatiga baik organisasi yang

berasal tidak jauh atau dari daerah sekitar Kota Salatiga maupun yang

berasal dari luar yang letaknya cenderung jauh dari Kota Salatiga. Dalam

penelitian ini, organisasi mahasiswa daerah menjadi objek penelitian.

31

Berikut penjelasan profil secara singkat mengenai dua organisasi

mahasiswa yang menjadi objek penelitian:

1) IMADISA. Awal terbentuknya organisasi mahasiswa daerah ini

bernama IMADISSA terbentuk sejak tahun 2009. IMADISSA

merupakan singkatan dari Ikatan Mahasiswa Purwodadi di STAIN

Salatiga. Ketika STAIN Salatiga beralih nama menjadi IAIN Salatiga,

IMADISSA juga beralih nama menjadi IMADISA (Ikatan Mahasiswa

Purwodadi IAIN Salatiga) pada 11 Juli 2016. IMADISA merupakan

sebuah organisasi mahasiswa daerah yang terhimpun dari mahasiswa

IAIN Salatiga yang berasal dari Purwodadi

2) IMADE. Merupakan singkatan Ikatan Mahasiswa Demak adalah

sebuah organisasi mahasiswa daerah yang beranggotakan mahasiswa

asal Demak. IMADE terbentuk pada tahun 2012. Awalnya organisasi

mahasiswa daerah asal kota Demak ini bernama Matawali yang

terbentuk pada tahun 2011. Namun, atas dasar keinginan

menyelaraskan mahasiswa asal demak senusantara maka dibentuklah

Ikatan Mahasiswa Demak.

Dikarenakan kurangnya informasi atau teori mengenai organisasi

mahasiswa, maka peneliti mencoba mendeskripsikan organisasi

mahasiswa merupakan organisasi yang terdiri dari kumpulan mahasiswa

rantau yang menuntut ilmu di lingkungan yang saat ini ditempati.

32

4. Sosialisasi

Bruce seorang ahli Psikologi (2009:57) mengemukakan sosialisasi

adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam

masyarakat untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya

agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota.

Sementara Peter Berger (dalam Sunarto, 2004: 21) mendefinisikan

sosialisasi sebagai proses dimana seorang anak belajar menjadi seseorang

yang berpartisipasi dalam masyarakat.

Berdasarkan kedua pendapat ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan

sosialisasi adalah proses seseorang yang berkenaan dengan cara

mempelajari hidup, norma, dan nilai-nilai sosial yang terdapat dalam

kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima

oleh kelompok ataupun lingkungannya. Proses sosialisasi juga memberikan

pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan pengelolaan dalam

pengembangan diri seseorang melalui kehidupan bermasyarakat.

Dalam kehidupan manusia, sosialisasi merupakan suatu proses yang

akan terus berlangsung sepanjang hidup. Oleh karena itu beberapa ahli

membagi sosialisasi menjadi dua bentuk, sosialisasi primer dan sosialisasi

sekunder (Sunarto, 2004: 29). Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama

yang dijalani seseorang saat dia menjadi bagian dalam masyarakat.

Sedangkan sosialisasi sekunder ialah proses setelah sosialisasi primer

dimana seseorang menuju ke sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya.

33

Beberapa tahun terakhir kita sering mendengar atau melihat berita

mengenai kekerasan anak yang terjadi dalam keluarga, khususnya terhadap

anak-anak yang dinilai tidak menuruti perintah orang tuanya. Kasus itu

merupakan contoh ekstrim dalam pola sosialisasi represif. Menurut Jaeger

dalam Sunarto (2014: 31) pola sosialisasi represif mempunyai ciri

penekanan terhadap kesalahan dengan memberikan hukuman, penekanan

komunikasi bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, serta

penekanan titik berat sosialisasi dengan kehendak ego.

Selain pola sosialisasi represif yang bersifat ekstrem terdapat pola

sosialisasi partisipatoris. Pola sosialisasi partisipatoris merupakan ciri pola

sosialisasi yang di dalamnya terdapat imbalan terhadap jasa atau kebaikan

yang telah diberikan, memiliki kebebasan, penekanan hanya dilakukan

dengan interaksi, dan pemberian hukuman bersifat simbolik.

Penelitian ini membahas mengenai sosialisasi yang dilakukan oleh

organisasi. Jadi, pembahasan landasan teori mengenai sosialisasi akan lebih

difokuskan kepada sosialisasi organisasi. Sehingga melalui pengertian atau

definisi yang telah diuraikan tadi, sosialisasi organisasi mempunyai arti

yaitu proses sebuah organisasi yang dalam menjalankan programnya kepada

masyarakat yang dimana dalam pelaksanaannya organisasi tersebut mau

tidak mau harus beradaptasi dengan lingkungannya, seperti adaptasi

terhadap norma-norma atau nilai-nilai sosial dalam lingkungannya agar

dapat diterima dengan oleh masyarakat.

34

Sosialisasi merupakan variabel penting yang dapat mempengaruhi

tujuan tercapainya efektivitas organisasi. Dalam menjalankan suatu

organisasi dibutuhkan sosialisai yang baik, agar tujuan organisasi dapat

dicapai dengan baik dan dapat diterima oleh masyarakat maupun lingkungan

sekitar. Selain itu sosialisasi juga memberikan pengaruh terhadap anggota,

karena dapat mempengaruhi sikap, perilaku, dan resistensi.

Sosialisasi terhadap anggota organisasi juga dapat membuat anggota

menjadi lebih komit dan merasa dihargai oleh organisasinya. Hal itu

dikarenakan, proses sosialisasi akan mengurangi tingkat kecemasan anggota

terhadap kekhawatiran dan kebingungan peran di dalam organisasi.

Dalam teori sosiologi yang membahas mengenai sosialisasi, selain

keluarga, teman bermain, sekolah, dan media massa, organisasi juga

termasuk ke dalam media atau alat sosialisasi (Sunarto, 2014: 24-28).

Mengapa organisasi termasuk ke dalam media sosialisasi? Jawabannya

adalah karena di dalam organisasi ada variabel yang disebut dengan

partisipasi. Partisipasi merupakan keterlibatan seseorang baik yang bersifat

fisik, pikiran, maupun rasa dalam sebuah kelompok dengan memberikan apa

yang dimilikinya agar tercapainya sebuah tujuan kelompok tersebut.

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini ialah jenis penelitian analisis deskriptif. Dalam

Arikunto (2016: 234) dijelaskan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan

untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya”

tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dan

menggunakan pendekatan studi kasus (Case Study). Menurut Strauss dan

Corbin, seperti yang dikutip oleh Basrowi dan Sudikin (2002:1), bahwa metode

kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan

yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik. Sedangkan

tujuan penelitian kualitatif menurut Ruslan (2010: 214-215) adalah untuk

mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari

perspektif partisipan.

Sedangkan pendekatan yang dilakukan untuk menyelesaikan penelitian

ini adalah studi kasus (Case Study). Lincoln dan Guba (Mulyana, 2004: 201)

menjelaskan studi kasus merupakan suatu teknik mempelajari individu atau

sebuah organisasi secara mendalam untuk membantu mewujudkan peningkatan

mutu atau penyesuaian diri yang lebih baik.

Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan tadi, penyusun berusaha

memahami fakta-fakta yang terdapat di lapangan dan relevan dengan

36

permasalahan penelitian serta menggambarkan dan menghubungkannya

dengan teori-teori yang ada, sehingga masalah mengenai bagaimana efektivitas

komunikasi organisasi mahasiswa daerah dalam mensosialisasikan IAIN

Salatiga kepada masyarakat dapat dijawab melalui penelitian ini.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan Agustus 2018. Bertempat di

basecamp masing-masing organisasi mahasiswa daerah yang menjadi subjek

penelitian (IMADE dan IMADISA). Basecamp atau markas IMADE berada di

Dukuh, Sidomukti, Kota Salatiga. Sedangkan IMADISA bertempat atau lebih

sering berkumpul di Masjid Baiturrahman Margosari, Kota Salatiga.

C. Fokus Penelitian

Supaya penelitian ini lebih terkonsep dan terarah, maka peneliti akan

memfokuskan penyajian penelitian ini. Selain itu fokus penelitian diadakan

supaya terdapat pemusatan konsentrasi terhadap penelitian yang dilakukan.

Seperti yang telah disebutkan dalam rumusan masalah penelitian, fokus

penelitian ini adalah mengenai efektivitas komunikasi organisasi yang

dijalankan oleh organisasi mahasiswa daerah (IMADE dan IMADISA) dalam

mensosialkan IAIN Salatiga kepada masyarakat.

Alasan peneliti memfokuskan penelitian terhadap sebuah efektivitas

komunikasi organisasi ialah karena menurut peneliti kegiatan sosialisasi yang

dilakukan oleh kedua organisasi tersebut tidak akan selesai dengan baik dan

efektif apabila komunikasi organisasi mereka tidak berjalan sesuai dengan

yang seharusnya. Selain itu penambahan jumlah anggota setelah kegiatan

37

tersebut dilakukan menjadi bukti yang mengindikasikan bahwa komunikasi

organisasi kedua subjek penelitian ini telah berjalan dengan baik.

D. Sumber dan Jenis Data

Menurut Lofland dan Lofland, yang dikutip lagi oleh Moloeng

(2009:157) menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif

adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain. Berkaitan dengan hal itu maka data yang terdapat dalam penelitian ini

dikelompokkan dalam dua jenis data, yaitu : data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Menurut Umar (2002:81), data primer adalah data yang didapat dari

sumber pertama. Perolehan data primer dalam penelitian ini didapatkan

melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap ke-dua subjek

penelitian ini yaitu Ikatan Mahasiswa Purwodadi IAIN Salatiga (IMADISA)

dan Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE) IAIN Salatiga.

2. Data sekunder

Sebaliknya, data sekunder adalah data yang diperoleh tidak

langsung dari sumbernya. Pedoman data sekunder dalam penelitian ini

yaitu arsip, literatur, dokumentasi kegiatan yang diperoleh dari subjek

penelelitian ini yaitu Ikatan Mahasiswa Purwodadi di IAIN Salatiga

(IMADISA) dan Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE) IAIN Salatiga

38

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data Primer dan data Sekunder yang sesuai dengan

apa yang terdapat di lapangan, maka dalam melakukan penelitian tersebut

diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya bahwa untuk mendapatkan data primer atau utama dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi

sebagai teknik yang digunakan. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data, dimana

peneliti melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk melihat dari

dekat kegiatan yang dilakukan. Dalam Riduwan (2004: 104) observasi

diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

gejala yang tampak pada subjek penelitian.

Peneliti akan melakukan observasi atau pengamatan langsung

kepada organisasi yang tercantum dalam penelitian ini, yaitu IMADISA dan

IMADE yang nantinya akan peneliti amati dan tulis apa yang peneliti dapat

dalam melakukan observasi terhadap program sosialisasi IAIN Salatiga

kepada masyarakar yang dilakukan oleh ke-dua organisasi tersebut.

2. Wawancara

Moloeng (2009:186) mengemukakan bahwa wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara merupakan teknik

pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung mengenai topik

39

penelitian oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban

responden dicatat atau direkam.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara langsung

kepada pihak-pihak yang terdapat dalam organisasi yang terlibat dalam

topik penelitian ini, yaitu kepada pihak IMADISA dan IMADE mengenai

komunikasi organisasi yang telah dijalankan dalam mensosialisasikan IAIN

Salatiga kepada masyarakat.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dalam Hikmat (2011: 83), yakni penelusuran

dan perolehan data yang diperlukan melalui data yang telah tersedia,

biasanya berupa data statistik, agenda kegiatan, produk keputusan atau

kebijakan, sejarah, dan hal lainnya yang berkait dengan penelitian.

Data-data dokumentasi yang nantinya akan peneliti masukkan ke

dalam penelitian ini berupa foto-foto saat proses penelitian ini, baik itu

ketika saat observasi langsung, wawancara, maupun saat mengikuti

kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik oleh IMADISA maupun kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh IMADE.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2012:335-336), analisis data merupakan proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, observasi, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data

ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit , melakukan sintesa,

menyususn ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

40

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami oleh diri sendiri

dan orang lain. Analisis data yang terdapat dalam penelitian kualitatif

dilakukan sejak memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di

lapangan.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam

menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Mereduksi data merupakan proses penyaringan dan pemusatan data

yang diambil dari pengamatan dan wawancara narasumber. Hasil dari

pengamatan dan wawancara dengan narasumber dijadikan sebagai data

kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis. Sehingga penarikan

kesimpulan dan verivikasi data dapat diambil dari proses penajaman

analisis, menggolongkan dan pengkategorian data yang diperoleh dari

lapangan.

2. Sajian Data

Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah

penyajian data (display) data. Pada rangkaian ini seluruh data yang

diperoleh dari lapangan baik dokumen, hasil wawancara, serta hasil dari

observasi akan dianalisis sehingga dapat memunculkan deskriptif tentang

komunikasi organisasi pada IMADISA dan IMADE Salatiga.

Pada langkah ini penyusunan data yang relevan sehingga menjadi

informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya

dapat dilakukan dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antara

41

fenomena yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk

mencapai tujuan penelitian.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tinjauan terhadap hasil catatan

yang telah diuraikan melalui penyajian data dalam pembahasan. Sedangkan

penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari dan

memahami makna dan isi pembahasan baik dari segi penjelasan dan

sistematika penjelasan. Pada dasarnya penarikan kesimpulan diambil dari

intisari pembahasan yang terpolakan oleh metode penelitian yang dipakai.

Dengan menggunakan langkah-langkah tersebut, penulis berharap data

yang terkumpul dapat dianalisis dengan baik dan sesuai dengan penelitian

mengenai efektivitas komunikasi organisasi mahasiswa daerah (IMADISA dan

IMADE) dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga kepada masyarakat.

G. Teknik Validitas Data

Yang terdapat dalam sebuah penelitian, data yang telah dicantumkan

haruslah data yang bersumber dan sudah teruji keabsahanya. Dalam hal ini

peneliti akan menggunakan teknik trianggulasi terhadap data yang telah

diperoleh untuk pengujian sumber dan keabsahannya.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkansesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moloeng, 2002: 178). Sementara

menurut Sugiyono (2012:274) trianggulasi dapat diartikan sebagai pengecejan

data daru berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

42

Teknik triangulasi yang paling sering digunakan ialah pemeriksaan

melalui sumber lainnya. Terdapat empat macam perbedaan pemanfaatan

triangulasi dalam teknik pemeriksaan yaitu penggunaan sumber, metode,

penyidik, dan teori. Berikut penjelasannya (Moleong, 2002: 178-179):

1. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam metode kualitatif.

2. Triangulasi dengan metode berarti pengecekan derajat kepercayaan

penemuan hasil penelitan beberapa teknik pengumpulan data dan

pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang

sama.

3. Teknik ke-tiga ini ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat

lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

4. Triangulasi dengan teori, berdasarkan pada anggapan bahwa fakta tertentu

tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.

Dalam hal ini, apabila analisis telah menguraikan pola, hubungan, dan

menyertakan penjelasan yang muncul dalam analisis, maka penting sekali

untuk mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing. Sehingga

dalam pelaporan hasil penelitian dengan disertai penjelasan dapat

meningkatkan derajat kepercayaan data dan validitas data sesuai dengan yang

diharapkan.

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Ikatan Mahasiswa Purwodadi di IAIN Salatiga

(IMADISA)

Organisasi ini sebenarnya telah terbentuk pada tahun 2009 dengan

Ikatan Mahasiswa Purwodadi di STAIN Salatiga (IMADISA). Namun pada

11 Juli 2016 berganti nama menjadi Ikatan Mahasiswa Purwodadi di IAIN

Salatiga (IMADISA). Perubahan nama yang hanya berbeda satu huruf

tersebut dikarenakan mengikuti peralihan status STAIN Salatiga menjadi

IAIN Salatiga.

IMADISA merupakan organisasi mahasiswa IAIN Salatiga yang

berasal dari daerah Purwodadi. Tidak jauh berbeda dengan organisasi

mahasiswa daerah lainnya, IMADISA juga merupakan sebuah wadah bagi

mahasiswa dalam berdiskusi atau melaksanakan kegiatan dengan

menerapkan nilai-nilai kekeluargaan satu rumpun. Para anggota biasanya

berkumpul setiap dua minggu sekali.

Setiap organisasi pasti memiliki visi dan misi dalam mewujudkan

tujuan organisasi yang hendak dicapai secara efektif dan lebih berfokus.

Berikut ini visi, misi, dan tujuan yang dibuat oleh Ikatan Mahasiswa

Purwodadi di IAIN Salatiga (IMADISA):

44

a. Visi IMADISA

“Menciptakan generasi IMADISA yang beriman, berbudi luhur,

berkualitas, berkomitmen, dan berkarakter dengan menjunjung tinggi

nilai-nilai kekeluargaan dan solidaritas antar anggota.”

b. Misi IMADISA

1) Sebagai wadah perkumpulan mahasiswa.

2) Mewujudkan persatuan dan solidaritas setiap anggota.

3) Membentuk anggota IMADISA yang beriman, berbudi luhur,

berkualitas, berkomitmen, dan berkarakter.

4) Menjalin kerjasama dengan pihak lain untuk kemajuan organisasi.

5) Berperan serta dalam memajukan Purwodadi.

c. Tujuan IMADISA

1) Menjaga silaturahmi untuk mempererat persaudaraan di antara sesama

keluarga Purwodadi.

2) Kelompok sosial

3) Mempertahankan identitas budaya Purwodadi di Salatiga.

4) Menampung aspirasi warga, pelajar, dan mahasiswa Purwodadi.

5) Menjaga nama baik Purwodadi.

6) Mendorong, membantu, dan mengembangkan segala aktivitas dan

kreativitas dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

7) Sarana untuk mengabdi, membangun, dan membina potensi

mahasiswa Purwodadi.

d. Struktur Kepengurusan IMADISA

45

Ketua : Wachid Palguna Bayu Sena

Wakil : Yusabbihul Haqqi

Sekretaris : Nia Astuti Dewi

Wakil Sekretaris : Robi‟atul Rifkah, Arip Setiawan

Bendahara : Fitri Asriyani

Wakil Bendahara : Alimatur Rofi‟ah, Rizal Unaifi

Humas : Imam Mas‟anum, Suci Asyifah Hayati

Divisi Sosial : Handika, Khairil Anwar

Divisi Pendidikan : Shinta Rahmalia,

Divisi Keagamaan : Siti Rahmawati, Khuzni Ramadhan

e. Program Kerja Divisi Sosial

1) Bakti sosial

2) Anjangsana

3) Sosialisasi IAIN Salatiga

4) Memperingati hari jadi Purwodadi

f. Program Kerja Divisi Pendidikan

1) Diskusi atan pendalaman materi perkuliahan

2) Peringatan Hari Pendidikan

g. Program Kerja Divisi Keagamaan

1) Pengajian rutin

2) Peringatan Maulid Nabi SAW

46

2. Gambaran Umum Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE) Salatiga di

IAIN Salatiga

Ikatan Mahasiswa Demak atau yang biasa disebut IMADE

merupakan organisasi mahasiswa daerah yang beranggotakan mahasiswa

asal Demak. Selain pada IAIN Salatiga, organisasi ini merupakan juga

kesatuan organisasi mahasiswa deaerah pada seluruh Universitas di

Indonesia dengan nama IMADE Nusantara. IMADE mempunyai peran

sebagai wadah bagi mahasiswa-mahasiswi Demak dalam menjalin

silaturahmi dan saling berbagi ilmu serta potensi para anggotanya sesuai

dengan bidang dan keahliannya masing-masing.

Sebagai sebuah wadah para mahasiswa-mahasiswi asal Demak,

IMADE juga mengemban amanah sebagai “agen of social change and

control” di daerah Kabupaten Demak. Dalam hal ini, IMADE

memposisikan diri sebagai organisasi ekstra parlementer yang independen

untuk mengawasi, mengkritisi, mendukung, dan melakukan kontrol

terhadap usaha-usaha pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah

kabupaten. Selain itu, IMADE juga melakukan usaha-usaha mandiri atau

bekerja sama dengan pihak lain yang satu tujuan dalam rangka

berpartisipasi membangun daerah Kabupaten Demak.

Ikatan Mahasiswa Demak yang berada di IAIN Salatiga mempunyai

lebih dari 400 anggota yang terdaftar. Awalnya organisasi ini terbentuk

dengan nama Matawali pada tahun 2011. Namun atas dasar keinganan

47

penyelarasan mahasiswa asal demak senusantra maka dibentuklah Ikatan

Mahasiswa Demak (IMADE) pada tahun 2012.

Organisasi kedaerahan mahasiswa Demak sudah memiliki sejarah

yang cukup panjang, nama serta orientasi yang variatif namun tidak saling

bertentangan. Dalam posisi seperti itu organisasi kedaerahan mahasiswa

Demak berjalan secara parsial dan kurang maksimal dalam mewujudkan

cita-cita pembangunan daerahnya. Menyadari akan keadaannya yang seperti

itu, organisasi-organisasi kedaerahan mahasiswa Demak berkonsesus untuk

membentuk satu wadah tunggal di bawah Pengurus Besar Imade Nusantara

yang bertujuan menyamakan visi dan misi pembangunan daerah dengan

berpartisipasi aktif dalam melakukan mobilisasi sosial di daerah.

a. Tentang IMADE Salatiga

1) Organisasi ini bernama Ikatan Mahasiswa Demak yang disingkat

Imade.

2) Imade didirikan di Demak pada tanggal 12 Rabiul Awal 1434

Hijriyah, bertepatan dengan tanggal 23 Januari 2013 dengan jangka

waktu yang tidak terbatas.

3) Imade berpusat di Kabupaten Demak.

4) Imade berAsaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

5) Imade bersifat kedaerahan, kemahasiswaan, kekeluargaan,

kemasyarakatan independen, dan profesional.

48

b. Visi IMADE Salatiga

“Sebagai wadah pemersatu dan penyalur bakat dan wahana untuk

mempersiapkan insan yang mandiri, aspiratif, berkualitas, independen,

serta berguna bagi masyarakat khususnya Demak, bangsa, dan negara.”

c. Misi IMADE Salatiga

1) Mempersatukan seluruh mahasiswa-mahasiswi IAIN Salatiga asal

Demak

2) Menyalurkan kemampuan dan kreatifitas mahasiswa-mahasiswi.

3) Mengembangkan dan mengasah kemampuan mahasiswa-mahasiswi

dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, maupun

keagamaan.

4) Ikut berperan dalam kegiatan IAIN Salatiga dan masyarakat.

d. Sifat IMADE Salatiga

1) Kedaerahan adalah daerah kabupaten Demak.

2) Kemahasiswaan adalah sifat yang dimiliki Mahasiswa, yaitu

idealisme, perubahan, komitmen, kepedulian sosial dan kecintaan

pada hal yang bersifat positif.

3) Kemasyarakatan adalah bersifat include dan menyatu dengan

masyarakat bergerak dari dan untuk masyarakat.

4) Independen adalah berdiri secara mandiri, tidak bergantung pada

pihak lain, baik secara perorangan maupaun kelompok.

5) Profesional adalah distribusi tugas dan wewenang sesuai dengan

bakat, minat kemapuan dan keilmuan masing-masing.

49

e. Tujuan IMADE Salatiga

1) Terwujudnya silaturrahim antar sesama Mahasiswa Demak.

2) Terwujudnya silaturrahim mahasiswa dengan masyarakat.

3) Pemerintahan dan organisasi yang ada di kabupaten demak.

4) Terbentuknya mahasiswa Demak yang berkarakter, religius dan

berwawasan kedaerahan.

5) Terbentuknya mahasiswa Demak yang berbudi luhur, berilmu, cakap

dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya.

6) Terbentuknya mahasiswa Demak yang berdedikasi dan berkomitmen

dalam memperjuangkan cita-cita pembangunan daerah Demak.

f. Usaha Organisasi IMADE Salatiga

1) Menghimpun dan membina mahasiswa Demak sesuai dengan sifat dan

tujuan Imade.

2) Melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang sesuai dengan

asas dan tujuan Imade.

3) Mempererat silaturrahim antar sesama mahasiswa Demak.

4) Meningkatkan wawasan kedaerahan Demak, pengetahuan keagamaan,

dan Iptek bagi anggota.

5) Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat kabupaten Demak

melalui kontekstualisasi ide dan pemikiran, baik di bidang keagamaan

maupun Iptek sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat.

6) Meningkatkan usaha-usaha dan kerjasama dengan berbagai pihak

untuk kesejahteraan masyarakat dan mahasiswa Demak.

50

7) Mempererat hubungan dengan para pemimpin, tokoh daerah dan

masyarakat kabupaten Demak demi terwujudnya visi pembangunan

daerah.

g. Keanggotaan IMADE Salatiga

1) Anggota Imade adalah seluruh mahasiswa Demak yang menuntut ilmu

di perguruan tinggi yang berasal dari Demak.

2) Anggota Imade terdiri atas anggota aktif, anggota biasa, dan anggota

luar biasa.

3) Keanggotaan Imade akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

h. Status Keanggotaan IMADE Salatiga

1) Anggota aktif adalah mahasiswa Demak yang pernah mengikuti

pendidikan dasar Imade (Penerimaan Anggota Baru) dan atau aktif di

kegiatan-kegiatan Imade Cabang minimal 6 bulan (satu semester),

berdasarkan penilaian ketua Imade yang bersangkutan.

2) Anggota biasa adalah mahasiswa Demak yang tidak pernah mengikuti

pendidikan dasar (Penerimaan Anggota Baru) dan tidak aktif dalam

kegiatan-kegiatan Imade Cabang.

3) Anggota luar biasa adalah mahasiswa luar daerah yang pernah

mengikuti pendidikan dasar Imade (Penerimaan Anggota Baru) dan

atau aktif di kegiatan-kegiatan Imade Cabang minimal 6 bulan (satu

semester), berdasarkan penilaian ketua IMADE Salatiga yang

bersangkutan.

i. Prosedur Keanggotaan IMADE Salatiga

51

1) Calon anggota menjadi anggota sah setelah dua bulan aktif sebagai

mahasiswa.

2) Mahasiswa daerah lain menjadi anggota setelah mengikuti pendidikan

dasar Imade (Penerimaan Anggota Baru) atau aktif di kegiatan-

kegiatan Imade Cabang minimal 6 bulan (satu semester), berdasarkan

penilaian ketua Imade yang bersangkutan.

j. Pendidikan Keanggotaan IMADE Salatiga

1) Penerimaan Anggota Baru (PAB):

a) Merupakan pendidikan dasar bagi para calon anggota untuk bisa

menjadi anggota aktif.

b) Penerimaan Anggota Baru (PAB) dilaksanakan oleh Imade cabang

atau gabungan cabang dalam satu koordinator cabang.

c) Calon anggota dinyatakan lolos mengikuti PAB dan dilantik

sebagai anggota oleh pengurus cabang atau koordinator cabang.

2) Pendidikan lanjutan

a) Merupakan pendidikan tingkat lanjut untuk mempersiapkan

anggota menjadi calon pengurus tingkat PB Imade.

b) Pendidikan lanjut hanya bisa dilaksanakan oleh PB Imade.

k. Hak dan Kewajiban Anggota IMADE Salatiga

1) Hak anggota:

a) Semua anggota berhak mendapat pendidikan PAB, Pendidikan

lanjutan dan kegiatan kaderisasi lainnya.

52

b) Semua anggota berhak mendapat kebebasan berpendapat,

perlindungan dan apembelaan serta pengampunan.

2) Kewajiban anggota:

a) Anggota berkewajiban mengembangkan organisasi dan masyarakat

kabupaten Demak melalui gerakan pemikiran dan aksi sosial secara

sehat dan mulia.

b) Anggota berkewajiban menjunjung tinggi dan mempertahankan

nama baik daerah kabupaten Demak dan organisasi.

Gambar 4.1 Susunan pengurus IMADE Salatiga Periode 2017-2018

Pembina : Edy Kusworo

Pembimbing : M. Nur Faizin, Abdul Rouf

Ketua Umum : Mala Ilma Auliyak

Wakil : Agus Ghulam Firza

Sekretaris : Risma Zuliana Dewi

Wakil Sekretaris : Aulia Rahman

Bendahara : Aida Nur Rohmah

Wakil Bendahara : Wulansari Saputri

Devisi Kaderisasi : Ali Mahfudz, Mila Mailatul Ulya, Syaifa

Devisi Jarkominfo : Kholilullah, Novita Tri W, Laila F

Devisi Pendidikan : Maulina Vitria U, Nur Alifah, Ir‟adin

53

3. Temuan Penelitian

Selain perannya sebagai wadah yang dibutuhkan bagi mahasiswa-

mahasiswi luar Kota Salatiga untuk berdiskusi atau sekedar berkumpul

menghilangkan rasa rindu kepada keluarga, peran organisasi mahasiswa

daerah juga dibutuhkan oleh pihak kampus dalam sebagian programnya.

Program sosialisasi kampus merupakan salah satu program sebuah

Universitas atau Sekolah Tinggi yang sifatnya wajib. Sebab tanpa

sosialisasi, pengetahuan masyarakat atau calon mahasiswa mengenai

kampus tersebut akan lemah.

Berangkat dari persoalan tersebut IMADISA dan IMADE juga

pernah melakukan program atau kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga. Program

sosialisasi tersebut pernah dilakukan baik secara independen maupun

mengikuti sosialisasi yang dilakukan kampus. Biasanya prosedur kegiatan

sosialisasi yaitu pihak organisasi mengajukan terlebih dahulu kepada pihak

kampus, setelah pihak kampus mengijinkan maka kegiatan sosialisasi dapat

dilakukan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pihak kampus

biasanya turut mengutus karyawan untuk turut mengikuti kegiatan

sosialisasi yang dilakukan organisasi mahasiswa daerah.

Penelitian ini terfokus pada bagaimana komunikasi organisasi yang

digunakan oleh kedua subjek penelitian yaitu IMADISA dan IMADE dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga kepada masyarakat. Setelah melakukan

penelitian terhadap kedua organisasi tersebut melalui observasi, wawancara,

dan dokumentasi maka peneliti mendapat data sebagai berikut:

54

a. Arus komunikasi organisasi pada IMADISA dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga

Berdasarkan data yang diperoleh melalui narasumber, IMADISA

pada tahun lalu mengadakan kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga pada

MAN 2 Grobogan, dan SMA Muhammadiyah Grobogan. Sedangkan

pada tahun 2016, IMADISA untuk kali pertama melaksanakan kegiatan

sosialisasi kampus pada MAN Purwodadi (sekarang MAN 1 Grobogan).

Dalam wawancara yang dilakukan peneliti kepada anggota

IMADISA mengenai komunikasi vertical dan horizontal dalam diri

IMADISA, Hesti Astuti menjelaskan bahwa komunikasi dari atas ke

bawah lebih mengedepankan musayawarah. Sedangkan dalam pemberian

instruksi kerja oleh ketua lebih ke perdivisi.

“Pengambilan keputusan oleh ketua kegiatan pada saat

melaksanakan kegiatan sosialisasi ini melalui musyawarah.

Apabila terdapat anggota yang tidak bersedia akan ditanyakan

kenapa alasannya, bila dapat diterima oleh seluruh anggota yang

terlibat maka tidak akan terdapat paksaan. Untuk pemberian

instruksi kerja oleh ketua kegiatan dilakukan dengan melalui

arahan perdivisi. Penjelesan mengenai bagian-bagian apa saja

yang harus dikerjakan para anggota dijelaskan secara sedetil

mungkin. Ketua juga mengingatkan apabila terdapat anggota

yang kurang maksimal untuk diberikan teguran agar fokus

tugasnya tidak berantakan.

Menurut Hesti Astuti anggota IMADISA, kegiatan sosialisasi

merupakan kegiatan yang sangat positif dan merupakan kegiatan yang

sebisa mungkin dilakukan setiap tahunnya. Hal itu disebabkan karena

keinginannya untuk turut memperkenalkan IAIN Salatiga baik sebagai

mahasiswa maupun sebagai anggota IMADISA.

55

Ketua umum IMADISA periode tahun ini yang bernama Wachid

Palguna Bayu Sena menjelaskan perbedaan pemberian motivasi oleh

ketua dalam kegiatan sosialisasi dibanding tahun sebelumnya. Dia

menjelaskan dalam kegiatan sosialisasi tahun ini, ketua kegiatan

memberikan instruksi kerja langsung secara pribadi.

“Instruksi kerja yang dilakukan oleh ketua adalah lebih melalui

instruksi pribadi. Tidak semua anggota IMADISA mampu untuk

langsung memahami instruksi yang disampaikan ketika rapat.

Beberapa dari mereka juga masih ada yang belum mempunyai

rasa percaya diri untuk menanyakan langsung dalam diskusi.

Maka untuk mencegah adanya hasil kerja yang kurang maksimal

ketua memberikan instruksi langsung kepada anggotanya melalui

pribadi.”

Hesti Astuti menambahkan bahwa pemerataan tugas kepada

anggota baru maupun anggota terdahulu merupakan pemberian motivasi

oleh ketua secara tidak langsung. Sedangkan pemberian motivasi secara

langsung oleh ketua kegiatan adalah ketika rapat kegiatan berlangsung.

“Dalam pemberian motivasi oleh ketua kegiatan kepada anggota

dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pemberian

motivasi secara langsung dapat dilihat ketika rapat kerja

berlangsung. Sedangkan menurut saya motivasi yang diberikan

oleh ketua dengan tidak langsung adalah perataan tugas kepada

anggota yang terlibat baik anggota baru maupun anggota yang

lebih senior sehingga motivasi lebih untuk bekerja maksimal juga

dirasakan kepada para anggota baru.”

Setelah mengetahui penjelasan bagaimana komunikasi ke bawah

pada diri IMADISA, kemudian peneliti menanyakan mengenai

komunikasi ke atas kepada kedua narasumber tersebut dengan point

utama adalah penyampaian keluhan kepada ketua dan pelaporan

kegiatan. Dan data yang peniliti dapat adalah:

56

“Perbedaan pendapat sering kami alami khususnya ketika rapat.

Perbedaan yang terjadi antara kami dan ketua kegiatan akan

didiskusikan kembali hingga ditemukan solusi. Sejauh ini

perbedaan pendapat tidak menjadi masalah, karena dapat

diselesaikan dengan baik. Apabila tidak ditemukannya solusi

maka kesepakatan yang akan diambil adalah melalui voting.

Mengenai pelaporan kegiatan dalam IMADISA oleh ketua,

dilakukan ketika evaluasi. Pelaporan tersebut diawali dengan

presentasi perdivisi tentang kegiatan sosialisasi yang telah

dilaksanakan. Setelah itu ketua mempersilahkan kepada divisi

lainnya untuk menyampaikan kekurangan apa saja yang terdapat

pada divisi tersebut ketika kegiatan. Selanjutnya akan dibahas

kembali kemudian agar terdapat solusi supaya kedepannya lebih

baik lagi.”

Hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa komunikasi yang

terjadi dari bawah ke atas pada IMADISA dalam kegiatan sosialisasi ini

adalah mengedepankan diskusi dalam menemukan solusi. Saran yang

disampaikan kepada ketua direspon positif dan dicarikan solusinya

bersama.

Selain komunikasi vertikal atau arus komunikasi yang berasal dari

bawah ke atas dan sebaliknya, peneliti juga menanyakan mengenai

komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal adalah arus komunikasi

yang dilakukan oleh anggota atau atasan yang sejajar posisi dengannya,

seperti komunikasi intens yang terdapat pada anggota ketika membahas

persiapan kegiatan. Hesti Astuti menjelaskan mengenai komunikasi

intens antar anggota:

“Komunikasi intens kepada sesama anggota hanya dilakukan

oleh anggota yang berdekatan saja dengan basecamp. Untuk

anggota lain komunikasi dilakukan melalui media sosial. Namun

untuk pembahasan persiapan kegiatan sosialisasi kami

menganjurkan kepada seluruh anggota untuk turut hadir dalam

rapat.”

57

b. Efektivitas komunikasi organisasi pada IMADISA dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga

Beranjak kepada indikator atau faktor-faktor yang mempengaruhi

efektivitas komunikasi organisasi, peneliti menanyakan tentang

bagaimana iklim komunikasi yang terdapat pada IMADISA dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga. Didalam pertanyaan tersebut peneliti

menekankan pertanyaan kepada kepercayaan dan motivasi, Wachid

Palguna Bayu Sena menjelaskan.

“Komunikasi yang terdapat pada IMADISA menurut saya sudah

cukup baik, setiap ada persoalan selalu dikomunikasikan kepada

seluruh anggota. Kepercayaan penuh sesama anggota juga kita

lakukan. Motivasi dari dalam anggota juga terlihat ketika sedang

menjalankan tugas. Hanya saja terdapat beberapa hal yang

masih perlu diperhatikan yaitu ada sebagian anggota yang masih

belum dapat mengekspresikan dirinya dalam IMADISA, sehingga

sedikit mempengaruhi kinerjanya ketika bertugas.”

Data tersebut menunjukkan bahwa iklim komunikasi pada

IMADISA sudah cukup baik, namun untuk beberapa anggota baru masih

belum dapat mengekspresikan diri. Banyak faktor yang dapat

menyebabkan hal tersebut, rasa kurang percaya diri, rasa takut akan

melakukan kesalahan, diam untuk belajar, dan lain-lain. Hesti Astuti

menambahkan masih terdapat anggota baru yang belum terbuka.

“Mengenai keterbukaan pada IMADISA hanya terjadi diantara

sesama anggota yang terdekat saja. Kebanyakan hal itu terjadi

kepada anggota baru. Mungkin untuk kedepannya perlu diadakan

pertemuan yang lebih intens, supaya anggota baru juga lebih

dapat cepat akrab daripada sekarang.”

58

Masalah keterbukaan dan kurangnya rasa percaya diri dalam

berekspresi pada IMADISA, khususnya pada anggota baru menjadi

catatan yang harus bisa diatasi oleh pengurus. Pasalnya loyalitas dan

totalitas suatu organisasi sangat bergantung kepada anggotanya. Apabila

masih terdapat jarak komunikasi pada diri suatu organisasi maka

organisasi tersebut sulit akan berkembang.

Selanjutnya pertanyaan yang diajukan adalah mengenai kepuasan

organisasi. Dalam kepuasan organisasi point-point yang ditekankan

adalah mengenai kepuasan individu, kepuasan sesama anggota, dan

totalitas dalam berorganisasi. Hesti Astuti menjelaskan pendapatnya

mengenai kepuasan individu selama berada dalam IMADISA:

“Untuk pribadi saya merasa cukup puas. Hal yang saya rasakan

selama menjadi anggota adalah perlahan-lahan saya mengalami

peningkatan mutu dalam hal berbicara kepada orang baru, dapat

memposisikan diri, lebih dapat memenejemen kegiatan saya, dan

masih banyak lagi.”

Sedangkan Wachid Palguna Bayu Sena menjelaskan:

“Untuk kepuasan yang saya raih pada IMADISA adalah

mempunyai hidup yang lebih terkoordinir. Baik secara langsung

maupun tidak langsung menurut saya cukup berpengaruh,

khususnya ketika berada dalam organisasi. Juga membuat saya

merasa walaupun tidak berada di kota sendiri, namun adanya

IMADISA membuat saya merasa mempunyai rumah sendiri.

Kepuasan anggota juga terlihat baik, dan suasana yang

dirasakan adalah adanya kehangatan dan cairnya suasana ketika

kami berkumpul.”

Kepuasan yang dirasakan oleh kedua narasumber secara pribadi

tersebut menunjukkan bahwa IMADISA turut membuat perubahan yang

59

positif kepada anggotanya. Lebih lanjut, Hesti Astuti menjelaskan

mengenai kepuasan sesama anggota dan totalitas dalam berorganisasi:

“Kepuasan yang telihat pada sesama anggota ialah teman-teman

tidak merasa sendiri. Ketika bingung tidak mempunyai kegiatan

lain selain kuliah maka dapat mengisi waktu luang tersebut di

IMADISA. Selain itu mempunyai teman-teman dengan daerah

yang sama akan lebih menjaga silaturahmi dikemudian hari.

Mengenai totalitas pada IMADISA saya merasa masih terdapat

kesenjangan. Kebanyakan kesenjangan tersebut berasal dari para

anggota baru yang mungkin masih malu-malu untuk dating

sendiri ke basecamp. Sehingga ketika diadakannya kegiatan,

mereka kurang terlihat antusias. Harus ditunjuk dulu baru

mengetahui bagaimana pendapat mereka.”

Point utama dalam efektifnya komunikasi organisasi ialah adalah

komunikasinya atau informasi yang disampaikan. Dalam komunikasi

yang efektif pada organisasi, penyampaian informasi dan ketepatan pesan

menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan. Penyampaian informasi yang

kurang akan mengakibatkan tidak tepatnya pesan yang disampaikan.

Hesti Astuti menjelaskan bagaimana penyampaian informasi dan

ketepatan pesan pada IMADISA:

“Penyebarannya lebih banyak melalui media sosial. Untuk

informasi mengenai kegiatan akan disampaikan melalui grup

kami, namun untuk perdivisi akan disampaikan melalui pribadi.

Koordinasi juga kami lakukan kepada pihak luar yang

berhubungan dengan kegiatan sosialisasi ini. Untuk informasi

yang berasal dari luar akan langsung disampaikan ke grup.

Untuk ketepatan pesannya, informasi yang disampaikan harus

sesuai dengan yang didapat. Nantinya apabila terdapat anggota

yang tidak mengerti atau memahami informasi yang disampaikan

dapat ditanyakan langsung kepada si pengirim informasi untuk

menghindari mis komunikasi.”

Pemanfaatan teknologi menjadi pilihan bagi IMADISA dalam

penyebaran informasi terkait kegiatan sosialisasi ini. Selain pembahasan

60

yang dilakukan dalam rapat mereka juga membuat grup di media sosial

mereka agar komunikasinya tetap terjaga. Teknologi juga menjadi solusi

untuk hambatan jarak.

Faktor terakhir yang menjadi indikator dalam efektivitas

komunikasi organisasi adalah mengenai budaya organisasi. Penilaian

dapat dikatakan efektif apabila budaya organisasinya berjalan dengan

baik. Dan yang menjadi poin dalam budaya organisasi adalah

kedisiplinan, kerja tim, dan inovasi organisasi.

“Kedisiplinan dalam IMADISA pada saat melaksanakan kegiatan

sosialisasi ini sudah cukup baik. Hanya saja beberapa masih

terlihat kurang, contohnya ketika rapat masih ada yang telat dan

kurang memperhatikan. Selebihnya menurut saya sudah cukup

baik. Komitmen pada kerja tim dalam melaksanakan kegiatan

atau tanggung jawab terhadap tugas harus selalu ditekankan.

Apabila terdapat anggota yang masih menunda-nunda pekerjaan

maka anggota lain wajib menegur dan mengingatkan.”

Hasil wawancara oleh Wachid Palguna Bayu Sena tersebut

menjelaskan bahwa IMADISA masih mengalami kendala kedisiplinan,

teruma pada rapat. Sedangkan untuk kerja tim IMADISA selalu

menekankan untuk tidak menunda-nunda pekerjaan. Hesti Astuti

menjelaskan mengenai inovasi organisasi yang dilakukan oleh

IMADISA.

“Untuk saat ini kami sedang memfokuskan untuk lebih

mengadakan pendekatan khususnya kepada anggota yang baru

bergabung. Dalam IMADISA saat ini masih terdapat kesenjangan

antara anggota baru dan anggota yang sudah masuk terlebih

dahulu. Diantaranya adalah program anjangsana untuk seluruh

anggota. Kami berharap untuk kegiatan ini data menghilangkan

kesenjangan yang masih kami rasakan agar nantinya kami bisa

lebih maksimal lagi dalam melaksanakan kegiatan.”

61

c. Arus komunikasi organisasi pada IMADE Salatiga dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga

Komunikasi organisasi dalam setiap organisasi memiliki atmosfer

yang berbeda. Perbedaan karakter masing-masing anggota, perbedaan

pendapat yang kerap terjadi dalam setiap diskusi, penyelesaian masalah

secara bersama, merupakan sebuah dinamika dalam kegiatan

berorganisasi. Begitu juga yang di alami pada Ikatan Mahasiswa Demak

(IMADE) Salatiga, khususnya ketika menjalankan program sosialisasi.

Program sosialisasi merupakan kegiatan atau program kerja yang

diwajibkan oleh IMADE Salatiga. Program kerja ini diadakan setiap

sekali. Alasan mengapa program sosialisasi kampus selalu diadakan

setiap tahunnya dikarenakan seperti yang tertera dalam misi IMADE

Salatiga yaitu ikut berperan atau berkontribusi dalam kegiatan IAIN

Salatiga maupun masyarakat.

Diskusi dan pembahasan kegiatan dilakukan dengan matang oleh

IMADE Salatiga dalam menjalankan kegiatan ini. Menurut IMADE

Salatiga persiapan yang matang akan menghasilkan kegiatan yang dapat

dijadikan teladan. Sebelum melebar terlalu jauh, dibawah ini akan

dijabarkan mengenai temuan data yang telah diperoleh dari narasumber

penelitian.

Data yang telah diperoleh merupakan jawaban yang didapat

berdasarkan pedoman wawancara kepada narasumber mengenai

komunikasi organisasi pada Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE) Salatiga

62

dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga. Pertanyaan pertama ialah

mengenai bagaimana komunikasi ke bawah pada proses kegiatan

sosialisasi yang dijalankan oleh IMADE Salatiga. Mala Ilma Auliyak

yang menjabat sebagi ketua di Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE)

periode tahun ini juga menjelaskan mengenai komunikasi ke bawah

dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan IMADE. Berikut penjelesan

yang disampaikan oleh Mala Ilma Auliyak:

“Pengambilan keputusan yang dilakukan ketua ialah melalui

musyawarah seluruh anggota yang terlibat. Walaupun dalam hal

ini ketua kegiatan sebenarnya mempunyai wewenang penuh

dalam pengambilan keputusan, namun tetap memilih musyawarah

sebagai bentuk solidaritas kepada para anggota atau pengurus

kegiatan sosialisasi IMADE Salatiga. Dan ketua menekankan

bahwa keputsan yang diambil adalah keputusan bersama dan

tanggung jawab bersama. Penjelasan mengenai peraturan yang

dilakukan oleh ketua ketiatan detil dan penyampaian yang baik

membuat para anggota menjadi lebih memahami mengenai

peraturan yang terdapat dalam kegiatan sosialisasi.”

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh ketua kegiatan

IMADE Salatiga ketika menjalankan kegiatan sosialisasi ini

mengutamakan musyawarah. Walaupun dalam hal ini ketua mempunyai

wewenang penuh, namun lebih memilih musyawarah dan kepusan

bersama.

Selain itu peneliti juga menanyakan tentang bagaimana

komunikasi ke atas oleh IMADE Salatiga ketika melaksanakan kegiatan

sosialisasi. Data yang peneliti dapat mengenai komunikasi ke atas oleh

IMADE Salatiga adalah anggota dituntut aktif menyampaikan

63

pendapatnya baik kepada ketua maupun sesama anggota. Seperti yang

dijelaskan oleh Mala Ilma Auliyak berikut:

“Anggota dituntut untuk aktif dalam menyampaikan saran kepada

ketua dan anggota lainnya ketika rapat kegiatan, saat kegiatan

berlangsung, dan ketika evaluasi kegiatan. Hal itu dimaksudkan

selain agar mendapat solusi lebih banyak, hal itu juga secara

tidak langsung melatih anggota IMADE Salatiga menjadi aktif

dan kritis. Dalam pelaporan kegiatan masing-masing divisi

menjelaskan tugasnya dalam kegiatan sosialisasi IMADE

Salatiga. Bila memang ada yang perlu dikoreksi, maka akan

dibahas secara bersama. Dan kami berusaha tidak melewatkan

hal sekecil apapun ketika evaluasi. Supaya nantinya kegiatan

yang kami lakukan dapat berjalan dengan lebih maksimal.”

Evaluasi yang dilakukan oleh IMADE Salatiga bertujuan agar

ketika melaksanakan kegiatan sosialisasi pada kesempatan selanjutnya,

IMADE Salatiga dapat lebih bermutu dan tidak mengulangi kesalahan

yang sama. Evaluasi juga secara tidak langsung dapat meningkatkan

kesadaran berorganisasi kepada para anggotanya dan lebih berkualitas

ketika nanti menjalankan apa yang telah menjadi tugasnya.

Pertanyaan selanjutnya yang peneliti tanyakan adalah mengenai

bagaimana komunikasi horizontal pada IMADE Salatiga mengenai

komunikasi yang dilakukan antar anggota ketika melaksanakan kegiatan

sosialisasi. Berikut penjelasannya:

“Komunikasi intens kami dalam kegiatan ini ketika persiapan

kegiatan. Kami selalu menghimbau kepada anggota untuk tetap

fokus terhadap tugas yang diberikan. Dan kepada anggota yang

sekiranya telah selesai dengan tugasnya kami juga menganjurkan

untuk membantu anggota lain yang masih dalam proses

pengerjaan.”

64

d. Efektivitas komunikasi organisasi IMADE Salatiga dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga.

Data yang didapatkan pada temuan penelitian ini ialah melalui

wawancara kepada narasumber mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas komunikasi organisasi, seperti iklim

komunikasi, kepuasan organisasi, penyebaran informasi dan ketepatan

pesan, serta budaya organisasi.

Mala Ilma Auliyak menjelaskan mengenai iklim komunikasi pada

IMADE Salatiga dengan point-point dukungan, partisipasi kegiatan,

kepercayaan, keterbukaan, dan kehangatan. Berikut penjelasan Mala

Ilma Auliyak mengenai dukungan dan partisipasi kegiatan:

“Dukungan yang terdapat pada IMADE ketika menjalankan

kegiatan untuk masing-masing anggotanya berupa motivasi dan

kritik. Yang saya maksud adalah motivasi ketika pra kegiatan dan

ketika berlangsungnya kegiatan. Adapun untuk kritik ialah ketika

kami melakukan evaluasi kegiatan. Dan kritik yang dimaksud

ialah kritik yang membangun untuk masing-masing anggota.

Antusiasme teman-teman dalam partisipasi kegiatan sosialisasi

ini cukup baik. Banyak dari teman-teman yang mengajukan diri

untuk ikut dalam kegiatan ini. Dan hampir rata-rata dari teman-

teman ingin mengikuti kegiatan ini. Dari kegiatan kan selain turut

menyumbangkan kontribusi untuk IMADE, kegiatan ini juga

menjadi ajang silahturahmi atau bisa untuk menambah

pengalaman teman-teman dalam berorganisasi. Walau beberapa

dari mereka yang mengajukan diri tidak bisa mengikuti kegiatan

ini tapi mereka bisa menerima dan turut member masukan kepada

yang masuk dalam kepanitiaan.”

Abdul Rauf selaku pembimbing IMADE Salatiga menilai

mengenai dukungan dan partisipasi oleh IMADE Salatiga sudah berjalan

dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan melalui kinerja anggota IMADE

Salatiga berjalan dengan maksimal. Berikut penjelasannya:

65

“Dukungan yang terdapat pada IMADE Salatiga dalam

melakukukan kegiatan, saya melihat sudah sangat baik. Pemberian

motivasi dan semangat kepada teman-teman yang bertugas

dampaknya dapat dilihat ketika teman-teman menjalaninya dengan

antusias. Selain itu saya juga melihat sejauh ini tidak ada

kecemburuan dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan.

Bagi teman-teman, kegiatan yang dilakukan oleh IMADE Salatiga

bukanlah suatu beban berat, melainkan ajang untuk menambah

pengetahuan, pengalaman, atau bisa juga dikatakan ajang

pembuktian. Antusiasme yang ditunjukkan oleh jiwa-jiwa muda ini

sangat besar untuk berpartisipasi. Sehingga segala tugas yang

diberikan mereka terima dengan lapang dada.”

Abdul Rauf juga menjelaskan mengenai kepercayaan pada IMADE

Salatiga. Menurutnya, transparansi dalam berorganisasi sangat

berpengaruh pada kepercayaan anggota dalam berorganisasi. Melalui

kepercayaan tersebut maka akan timbul loyalitas dan totalitas dalam

berorganisasi.

“Selama ini dalam setiap kegiatan IMADE Salatiga, saya melihat

adanya tranparansi dalam berorganisasi. Hal tersebut membuat

bertambahnya kepercayaan seluruh anggota kepada organisasi

ini. Kepercayaan inilah yang berpengaruh terhadap totalitas dan

loyalitas anggota kepada IMADE Salatiga.”

Sementara itu Mala Ilma Auliyak mempunyai pendapat sendiri

mengenai kepercayaan anggota pada IMADE Salatiga. Menurut Mala

Ilma Auliyak kepercayaan organisasi yang timbul akibat dari proses

pertemanan, sedangkan untuk kepercayaan terhadap tugas yang

diembankan kepada anggota yang belum mempunyai pengalaman maka

akan diberikan pendamping ketika melaksanakan tugas yang telah

diberikan.

“Untuk kepercayaan salam IMADE terutama saat penunjukkan

tugas yang diserahkan, cukup baik. Kita kan sudah berteman

cukup lama jadi kita paham karakter atau hal-hal menonjol dari

66

masing-masing anggota. Jadi biasanya untuk pembagian tugas kita

menyerahkan kepada teman-teman yang sekiranya menguasai

tugas tersebut, sedangkan apabila terdapat tugas yang

diembankan kepada anggota yang dikira belum dapat

menguasainya maka kita juga memberikan pendamping yang telah

dianggap bisa menguasai tugas yang diembankan.”

Pertanyaan selanjutnya yang peneliti tanyakan kepada IMADE

Salatiga masih mengenai iklim komunikasi, yaitu keterbukaan dan

kehangatan dalam berorganisasi. Dalam sesi wawancara Mala Ilma

Auliyak menjelaskan:

“Dalam hal keterbukaan dalam berorganisasi kita selalu

membahas di dalam diskusi terutama saat evaluasi. Biasanya kita

di akhir diskusi akan menanyakan kepada seluruh anggota yang

hadir mengenai hal-hal yang masih dirasa mengganjal. Kami

beranggapan masalah organisasi baiknya diselesaikan secara

organisasi juga, dan tidak hanya satu dua orang yang

mengetahui.Suasana dalam IMADE sama seperti organisasi

lainnya. Walaupun terkadang ada satu dua masalah, namun

Alhamdulillah dapat diselesaikan bersama. Baik dalam diskusi

maupun ketika kegiatan sosialisasi berlangsung kami berusaha

membuat suasana cair. Dengan cairnya suasana maka tidak akan

terdapat jarak dalam komunikasi.”

Abdul Rauf juga menjelaskan mengenai keterbukaan dan

kehangatan dalam IMADE Salatiga. Terdapat keterbukaan yang patut

diapresiasi pada IMADE Salatiga, tranparansi masih menjadi hal utama

dalam IMADE Salatiga. Sedangkan untuk suasana dalam IMADE Salatiga

Abdul Rauf menjelaskan:

“Walaupun karakter masing-masing dari anggota itu berbeda,

namun ketika teman-teman berkumpul suasana dalam IMADE

Salatiga begitu cair. Suasana inilah yang menjadi salah satu

alasan mengapa kerap berkumpulnya para anggota baik itu ketika

terdapat kegiatan maupun tidak. Jabatan atau pangkat bukanlah

jarak yang mempengaruhi kehangatan dalam IMADE Salatiga.”

67

Setelah pertanyaan mengenai iklim komunikasi pada IMADE

Salatiga, peneliti melanjutkan sesi wawancara dengan menanyakan

mengenai kepuasan organisasi pada IMADE Salatiga. Mala Ilma Auliyak

menjelaskan :

“Kepuasan untuk saya pribadi pada IMADE sangat puas. IMADE

baik secara langsung maupun tidak sudah merubah saya. Dari

saya yang dulu tidak mengerti manajemen organisasi sekarang

sudah lebih baik dan mengerti. Dan secara langsung membuat

saya menjadi lebih aktif dalam hal apapun. IMADE membuat saya

merasa lebih kritis lagi, baik dalam urusan kegiatan maupun

perkuliahan. Kepuasan terhadap sesama anggota IMADE juga

dapat dikatakan cukup baik dan sejauh ini berimbas positif.

IMADE itu selain organisasi mahasiswa daerah, IMADE juga

tempat atau wadah bagi kita mahasiswa asal Demak untuk

berkumpul dan berdiskusi. Diskusi yang kami lakukan juga tidak

sebatas kepada kegiatan saja namun terdapat juga diskusi

mengenai perkuliahan,diskusi mengenai bagaimana ke depan kita

melangkah, dan lain-lain. Hal itu secara tidak langsung juga

menguntungkan, selain mendapat pengalaman baru juga dapat

menambah wawasan baru.”

Sementara itu Abdul Rauf menjelaskan kepuasan organisasi yang

dialaminya dan yang dialami sesama anggota. Untuk pribadi Abdul Rauf

mengatakan bahwa ia selain mempunyai teman seperantauan, ia juga dapat

mengenali diri sendiri dan dapat memposisikan diri.

“Kepuasan individu yang saya peroleh selain mempunyai teman

seperantauan ialah lebih mengenal diri sendiri. Saya juga dapat

memposisikan diri ketika berada di organisasi ini, di kampus,

maupun di lingkungan saat ini. Posisi yang dimaksud ialah

mengerti bagaimana harus bertindak dan mengira-ngira hal-hal

yang mungkin terjadi apabila tidak bisa memposisikan diri dengan

baik. Selain itu saya juga menjadi lebih kritis dan berani berbicara

di depan banyak orang. Tujuan awal adanya organisasi ini adalah

sebagai wadah mahasiswa Demak yang menempuh pendidikan di

IAIN Salatiga untuk diskusi ataupun sekedar berkumpul. Dari

situlah kemudian terjadi peningkatan kualitas para anggota. Dari

yang awalnya hanya ikut-ikutan saja saat ini mulai berani

menunjukkan diri.”

68

Selain kepuasan individu dan sesama anggota, terdapat pula

totalitas berorganisasi yang juga berpengaruh terhadap kepuasan

organisasi. Mala Ilma Auliyak menjelaskan mengenai totalitas IMADE

Salatiga :

“Totalitas anggota baik ketika adanya kegiatan maupun tidak

adanya kegiatan sangat baik. Antusiasme yang ditunjukkan oleh

teman-teman dalam melakukan kegiatan sosialisasi ini sangat

positif. Selain itu loyalitas teman-teman kepada masing-masing

anggota juga terlihat begitu menyenangkan.”

Sedangkan Abdul Rauf mempunyai pendapat sendiri mengenai

totalitas organisasi pada IMADE Salatiga. Totalitas tersebut dapat dilihat

dari kinerja atau pengerjaan tugas yang diterima oleh anggota. Berikut

penjelasannya:

“Totalitas berorganisasi pada IMADE Salatiga dapat dilihat dari

pengerjaan tugas yang maksimal dari para anggota. Seperti dalam

kegiatan sosialisasi ini, mereka secara sadar mengerti posisi atau

tugas yang harus dikerjakan. Dan teman-teman lain juga saya

melihat mau membantu anggota lain yang terlihat kesulitan dalam

mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. Sejauh ini tidak ada

paksaan untuk anggota-anggota IMADE dalam menjalankan

tugas. Semua tugas atau bagian yang diamanahkan selalu

bergantung pada hasil musyawarah para anggota. Apabila

anggota yang telah ditunjuk merasa tidak mampu maka kami akan

meminta alasannya untuk selanjutnya kami mencari anggota

IMADE lain untuk mengganti posisi tersebut.”

Setelah penjelasan narasumber mengenai iklim komunikasi dan

kepuasan organisasi, peneliti melanjutkan pertanyaan mengenai

penyebaran informasi dan ketepatan pesan. Kedua hal ini sangat

mempengaruhi proses efektifitas dalam komunikasi organisasi dalam

menjalankan suatu kegiatan.

69

Dalam sesi wawancara oleh narasumber, penjelasan oleh Mala

Ilma Auliyak mengenai penyebaran informasi dan ketepatan pesan ada

IMADE Salatiga menyebutkan bahwa informasi sekecil apapun yang

berhubungan dengan kegiatan harus disampaikan kepada anggota yang

terlibat.

“Selain diskusi dalam forum, penyebaran informasi di IMADE saat

kegiatan sosialisasi kita lebih banyak lewat Whatsapp, lewat grup.

Saya sama temen-temen se-divisi menyebarkan sekecil apapun

informasi tentang kegiatan sosialisasi. Berhubung kegiatan ini

bukan murni kegiatan yang dilakukan oleh IMADE, maka kita juga

menjalin komunikasi dengan pihak luar yaitu Campus Expo dan

pihak kampus. Informasi yang kami terima dari luar akan

secepatnya kami bagikan kepada seluruh anggota dengan tujuan

semua anggota dapat dengan langsung mengetahui dan apabila

terdapat perubahan kegiatan akan dapat dibahas secara langsung.

Bagi teman-teman yang belum mengerti atau belum dapat

memahami mengenai informasi yang kita dapat baik dari luar

maupun dari dalam IMADE sendiri, biasanya mereka akan

langsung bertanya. Dan telah menjadi keharusan pengirim pesan

untuk menjelaskan apa yang ditanyakan oleh anggota kami. Hal

tersebut bertujuan agar ketepatan pesan atau informasi dapat

diraih kepada seluruh anggota. Sedangkan apabila informasi

tersebut dirasa belum ditemukan solusinya maka kami akan

membahas dalam forum.”

Senada dengan apa yang dikatakan oleh Mala Ilma Auliyak, Abdul

Rauf turut menjelaskan mengenai ketepatan pesan yang terdapat pada

IMADE Salatiga. Untuk menghindari mis komunikasi Abdul Rauf

menyebutkan bahwa untuk anggota yang kurang paham maka akan

dipersilahkan untuk bertanya.

“Untuk jaminan informasi yang diterima dapat dipahami kepada

seluruh anggota, kami membahas didalam forum. Bagi anggota

yang merasa kurang paham maka akan dipersilahkan untuk

bertanya. Setelah para anggota dirasa sudah paham maka kami

akan menyimpan informasi tersebut dan membagikannya lagi

setelah semua didiskusikan.”

70

Pertanyaan terakhir adalah mengenai budaya organisasi pada

IMADE Salatiga. Budaya organisasi juga menjadi faktor yang

mempengaruhi efektifitas komunikasi organisasi. Dalam budaya

organisasi terdapat beberapa point yang harus dijalankan oleh organisasi,

yaitu kedisiplinan, kerja tim, dan inovasi organisasi. Abdul Rauf

menjelaskan mengenai penerapan kedisiplinan pada IMADE Salatiga.

“Kedisiplinan yang kami terapkan adalah penegakan disiplin yang

berorientasi pada motivasi, bukan disiplin yang bersifat hukuman.

Tanggungjawab akan tugas yang telah diberikan akan selalu

menjadi pengingat dalam setiap akhir diskusi. Hal ini kami

maksudkan agar setiap anggota yang bertugas dapat menjalankan

apa yang diamanahkan dapat berjalan dengan baik dan anggota

merasa mendapat kepercayaan yang akan sangat merugikan

apabila tidak diemban dengan semestinya.”

Sementara itu Mala Ilma Auliyak menjelaskan penerapan

kedisiplinan pada IMADE Salatiga melalui fokus tugas yang telah

diamanahkan. Apabila terdapat tugas yang mempunyai resiko maka harus

dipikirkan dengan matang sebelum mengambil resiko tersebut.

“Bicara kedisiplinan, kami biasa mengingatkan kepada teman-

teman dalam setiap kegiatan terutam kegiatan sosialisasi ini untuk

tetap fokus pada tugas yang diamanahkan. Selain itu kami juga

meminta kepada anggota untuk teliti dan menganalisa secara lebih

detail ketika terdapat kemungkinan-kemungkinan apa saja yang

akan terjadi pada saat berlangsungnya kegiatan. Juga kami

meminta kepada para anggota untuk tidak takut mengambil resiko

asalkan telah melalui pemikiran yang matang.”

Pertanyaan berlanjut mengenai kerja tim. Kerja tim yang

diterapkan IMADE Salatiga menurut Mala Ilma Auliyak adalah

mementingkan kepentingan organisasi daripada kepentingan pribadi, serta

dalam IMADE Salatiga juga tidak mentoleril kemalasan.

71

“Komitmen mengenai kepentingan bersama di atas kepentingan

pribadi selalu kita tanamkan kepada seluruh anggota. Kami tidak

mentoleril kemalasan atau mengandalkan teman pada saat

melakukan kegiatan. Atau untuk anggota yang ingin „pamer‟ skill

agar terlihat menonjol. Karena kegiatan yang kami lakukan

khususnya untuk kegiatan sosialisasi ini membawa nama besar

IAIN Salatiga.”

Abdul Rauf mempunyai pendapat sendiri mengenai kerja tim pada

IMADE Salatiga. Kolaborasi anggota dan pemberian motivasi menjadi

penerapan kerja tim oleh IMADE Salatiga. Selain itu, himbauan mengenai

batasan-batasan juga diterapkan dalam diri IMADE Salatiga.

“Kerja tim yang kami terapkan adalah kolaborasi antar anggota.

Dalam hal ini saling mengisi dan membantu masing-masing

anggota yang terlibat menjadi hal utama dalam membentuk

kerjasama tim yang baik. Selain itu motivasi dan dorongan

semangat yang berasal dari anggota yang tidak terlibat juga dapat

memacu kerja tim yang kami lakukan di lapangan. Selain itu kami

juga memperingatkan kepada teman-teman yang bertugas bahwa

dalam kegiatan ini IMADE Salatiga membawa nama IAIN

Salatiga, agar teman-teman yang bertugas dapat mengerti batas-

batas atau tidak melakukan hal-hal yang dapat menjelekkan nama

IAIN Salatiga.”

Selanjutnya point terakhir pada budaya organisasi adalah mengenai

inovasi yang dilakukan oleh IMADE Salatiga. Inovasi yang diterapkan

oleh IMADE Salatiga adalah dengan menjaga hubungan baik sesama

anggota. Menurut Abdul Rauf, hubungan baik itulah yang nantinya dapat

mempertahankan eksistensi dan keaktifan IMADE Salatiga.

“Upaya yang kami lakukan pada inovasi perkembangan organisasi

ini adalah menjaga hubungan baik formal maupun nonformal.

Kedua hubungan ini merupakan dasar akan eksistensi atau adanya

organisasi ini. Selain itu, walau nantinya akan terdapat pergantian

kepengurusan apabila para anggota masih dapat menjaga

hubungan maka akan secara otomatis bukan menjadi masalah.

Justru akan semakin manambah eksistensi dan keaktifan IMADE

Salatiga.”

B. Pembahasan Penelitian

72

1. Arus Komunikasi organisasi IMADISA dalam mensosialisasikan IAIN

Salatiga

Berdasarkan data yang peneliti peroleh, komunikasi organisasi yang

dijalankam oleh IMADISA dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga dengan

melihat fungsi khusus dan umum, penggunaan metode dalam komunikasi

organisasi, serta dengan cara melihat bagaiamana pemecahan masalah yang

terjadi pada saat kegiatan berlangsung maka peneliti beranggapan bahwa

komunikasi organisasi IMADISA dalam mensosialiasikan IAIN Salatiga

tergolong cukup baik. Berikut ini penjelasan yang lebih detil mengenai

komunikasi organisasi yang dijalankan IMADISA dalam mensosialisasikan

IAIN Salatiga.

a. Komunikasi Vertikal

Berdasarkan penjelasan mengenai komunikasi vertikal pada

landasan teori, komunikasi vertikal adalah merupakan arus komunikasi

yang terjadi atau yang berasal dari atas kebawah, maupun sebaliknya.

Maksudnya adalah komunikasi atau pesan yang disampaikan oleh

pemimpin kegiatan sosialisasi kepada para anggotanya dan komunikasi

atau pesan yang disampaikan anggota kepada pemimpinnya. Dan untuk

mengetahui komunikasi organisasi IMADISA melalui komunikasi

vertical dapat diketahui melalui bentuk komunikasi vertical yaitu

komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas.

1) Komunikasi ke bawah

73

Komunikasi ke bawah merupakan jalur atau aliran komunikasi

yang mengalir dari pucuk pimpinan kegiatan kepada para anggota.

Komunikasi yang dimaksud ialah bagaimana penerapan dalam

penyampaian pesan, pengambilan keputusan dalam mengarahkan

anggota, penyampaian peraturan, maupun pengarahan intruksi kerja.

a) Pengambilan keputusan dalam mengarahkan anggota. Kebijakan

memilih keputusan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan.

Bila pemilihan tidak sesuai dengan yang terjadi di lapangan maka

hal-hal yang tidak diingkinkan. Dalam pengambilan keputusan oleh

ketua kegiatan sosialisasi yang dilakukan IMADISA, ketua

kegiatan lebih mempertimbangkan melalui jalur musyawarah dan

kesediaan anggota yang terpilih.

b) Pemberian atau penyampaian intruksi kerja. Menurut peneliti,

arahan atau instruksi kerja yang disampaikan oleh pemimpin atau

ketua kegiatan sosialisasi kepada anggota IMADISA yang

mengikuti sosialisasi sudah cukup optimal. Hal ini dapat dilihat

melalui tanggapan para anggota yang didapat mengenai tugasnya

dalam kegiatan sosialisasi, mereka cukup paham. Walaupun

terdapat kesalahan, hal itu dapat ditutupi dengan penyelasaian

masalah yang baik.

c) Pemberi motivasi kepada anggota organisasi. Menurut peniliti,

faktor kedua dalam komunikasi kebawah ini juga sudah optimal.

Melihat pembagian atau instruksi tugas yang merata secara tidak

74

langsung membuat motivasi atau rasa dipercaya khususnya untuk

anggota baru semakin meningkat.

d) Penyampaian informasi mengenai peraturan. Dalam kegiatan

sosialisasi ini, tidak peraturan-peraturan yang khusus. Menurut

peneliti, informasi mengenai peraturan ditanggapi dengan baik oleh

para anggota IMADISA yang mengikuti sosialisasi. Hal ini terlihat

dengan penampilan mereka yang formal ketika bersosialisasi, tutur

bahasa yang sopan ketika sosialisasi, dan sikap mereka dalam

menanggapi pertanyaan dari para pelajar.

2) Komunikasi ke atas

Komunikasi ke atas mempunyai makna yang terbalik dengan

komunikasi ke bawah. Dalam komunikasi ke atas yang berperan

adalah para anggotanya.

a) Pemberian saran dari anggota kepada ketua kegiatan. Gagasan-

gagasan atau saran yang diberikan pada saat rapat kegiatan

sosialisasi oleh anggota disambut positif oleh ketua kegiatan. Bila

memang ada perbedaan pendapat menganai gagasan atau saran

yang disampaikan, gagasan akan diperdalam lagi dan

dimusyawarahkan. Dalam IMADISA biasanya bila tidak ada jalan

keluar dalam pembahasan gagasan atau tidak terdapat gagasan

baru, maka kesepakatan yang diambil adalah melalui voting.

b) Pelaporan kegiatan yang disampaikan anggota. Pelaporan kegiatan

merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan

75

selesai dilakukan. Selain itu, pelaporan kegiatan merupakan bentuk

dari pertanggung jawaban atas kegiatan yang telah dilakukan.

Dalam IMADISA, pelaporan kegiatan biasanya diadakan pada

evaluasi kegiatan saat pertemuan dua minggu sekali. Pelaporan

kegiatan yang dilakukan anggota yang mengikuti kegiatan

sosialisasi kepada ketua kegiatan, sejauh ini sudah berjalan dengan

cukup baik. Pelaporan kegiatan dilakukan dengan dua metode,

tulisan dan lisan. Setelah pelaporan kegiatan selesai diadakan

evaluasi bersama agar kedepannya untuk kegiatan sosialisasii dapat

memberikan kontribusi yang maksimal.

c) Penyampaian keluhan tentang kegiatan sosialisasi kepada ketua

kegiatan. Menurut analisis peneliti daalam penyampaian keluhan

anggota terhadap ketua kegiatan sosialisasi masih kurang optimal.

Hal ini dapat dilihat berdasarkan keluhan-keluhan yang didapati

oleh ketua kegiatan berasal dari omongan-omongan saja, tidak ada

komunikasi langsung kepada ketua pada saat kegiatan berlangsung

atau dengan makna lain keluhan-keluhan yang ada hanya

disampaikan kepada sesame anggota.

b. Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal merupakan komunikasi yang terjadi

pada level atau tingkatan yang sama. Dalam organisasi komunikasi

horizontal dapat dilihat dari komunikasi yang terjadi antara sesame

anggota, anggota dengan divisi yang sama, atau dalam pimpinan yang

76

satu tingkat satu dengan yang lainnya. Komunikasi horizontal yang

terdapat pada IMADISA dalam kegiatan sosialisasi adalah sebagai

berikut:

1) Komunikasi intens antar pengurus kegiatan sosialisasi. Komunikasi

atau diskusi secara intens mengenai kegiatan biasanya hanya

dilakukan ketika pra kegiatan, saat kegiatan, dan setelah selesainya

kegiatan. Hal ini dikarenakan karena base camp atau tempat

berkumpulnya IMADISA hanya berada pada satu tempat dan jarak

tempat berkumpulnya para pengurus kegiatan sosialisasi agak

berjauhan. Menurut analisa yang peneliti dapat, komunikasi intens

hanya dilakukan oleh pengurus yang notabene berdekatan saja.

Untuk pengurus kegiatan yang bertempat dengan jarak yang

lumayan jauh biasanya hanya melakukan komunikasi intens

mengenai kegiatan sosialisasi pada saat rapat kegiatan sosialisasi,

saat proses sosialisasi, dan saat evaluasi kegiatan sosialisasi.

2) Hubungan timbal balik anggota IMADISA. Komunikasi tanpa

adanya hubungan timbal balik adalah percuma. Dalam hal

hubungan timbal balik anggota IMADISA dilakukan dengan

melihat pertukaran pesan atau informasi baik informasi mengenai

kegiatan maupun instruksi kerja. Menurut analisis peneliti,

hubungan timbal balik yang terjadi pada anggota IMADISA pada

pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini sudah cukup baik. Berdasarkan

data yang didapat, respon dan pemahaman anggota terhadap

77

informasi yang didapat cukup baik dan mereka cukup memahami

peran dan tugasnya dalam kegiatan sosialisasi ini.

2. Arus Komunikasi organisasi pada IMADE Salatiga dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga

Tidak berbeda dengan cara atau metode dalam mengetahui

bagaimana komunikasi organisai yang dilakukan dengan IMADISA dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga, peneliti juga menggunakan metode yang

sama dalam mengetahui bagaimana komunikasi organisai yang dilakukan

dengan IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga, yaitu

dengan menggunakan komunikasi vertical dan komunikasi horizontal.

Untuk mengetahi lebih jelasnya, dibawah ini akan dijelaskan komunikasi

organisai yang dilakukan dengan IMADE Salatiga dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga:

a. Komunikasi Vertikal

1) Komunikasi ke bawah

a) Pengambilan keputusan dalam mengarahkan anggota.

Pengambilan keputusan oleh ketua kegiatan IMADE Salatiga

ketika kegiatan sosialisasi menurut peneliti sudah cukup baik.

Sama halnya dengan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

ketua kegiatan sosialisasi IMADISA, pengambilan keputusan

melalui jalur musyawarah juga dianut oleh ketua kegiatan

sosialisasi IMADE Salatiga. Walaupun dalam hal ini ketua

kegiatan sebenarnya mempunyai wewenang penuh dalam

78

pengambilan keputusan, namun tetap memilih musyawarah

sebagai bentuk solidaritas kepada para anggota atau pengurus

kegiatan sosialisasi IMADE Salatiga. Namun ketua kegiatan

sosialisasi menekankan konsekuensi ketika keputusan telah

diambil terhadap anggotanya. Konsekuensi yang dimaksud adalah

tanggung jawab terhadap tugas yang diembankan, apabila

terdapat kesalahan maka ketua kegiatan akan memberikan teguran

kepada anggota yang terlibat.

b) Pemberian atau penyampaian instruksi kerja. Peneliti menilai

pemberian atau penyampaian instruksi kerja yang dilakukan oleh

ketua kegiatan sosialisasi sudah sangat baik. Ketua kegiatan

sosialisasi IMADE Salatiga memberikan penjelasan dengan

sangat detil kepada anggotanya. Ketua kegiatan juga memberikan

kesempatan untuk menanyakan kepadanya apabila ada yang

masih belum dipahami.

c) Pemberian motivasi kepada anggota organisasi. Motivasi sangat

diperlukan bagi para anggota khususnya untuk anggota baru yang

belum mempunyai pengalaman dalam kegiatan sosialisasi ini.

Pemberian motivasi oleh ketua kegiatan sosialisasi IMADE

Salatiga dilakukan dengan cara yang lebih personal kepada para

anggotanya. Dengan mengkedepankan rasa kepercayaan penuh

terhadap para anggota, ketua kegiatan menyerahkan tugas yang

79

harus diemban kepada para pengurus namun tetap didasari dengan

konsekuensi tugas.

d) Penyampaian informasi mengenai peraturan. Bagi ketua kegiatan

sosialisasi oleh IMADE Salatiga, kegiatan sosialisasi merupakan

kegiatan yang selain membawa nama IMADE Salatiga kegiatan

ini juga membawa nama IAIN Salatiga. Ketua kegiatan tidak

mentoleril terhadap pelanggaran-pelanggaran apapun terhadap

aturan yang ditetapkan dalam kegiatan sosialisasi. Menurut

analisis peneliti, penyampaian informasi mengenai peraturan oleh

ketua kegiatan sudah berlangsung dengan sangat baik. Penjelasan

yang detil dan penyampaian yang baik membuat para anggota

menjadi lebih memahami mengenai peraturan yang terdapat

dalam kegiatan sosialisasi.

2) Komunikasi ke atas

Untuk mengetahi komunikasi ke atas pada IMADE Salatiga,

peneliti menggunakan gambaran pertanyaan mengenai pemberian

saran dari anggota kepada ketua kegiatan, pelaporan kegiatan yang

disampaikan anggota, dan penyampaian keluhan tentang kegiatan

sosialisasi kepada ketua kegiatan.

a) Pemberian saran dari anggota kepada ketua kegiatan. Menurut

analisis melaui data yang peneliti dapat, pemberian saran dari

anggota kepada ketua kegiatan berjalan dengan sangat baik. Hal

itu dapat diketahui dengan melihat keaktifan anggota memberikan

80

saran baik ketika rapat kegiatan, saat kegiatan berlangsung, dan

ketika evaluasi kegiatan. Anggota baru dan anggota yang

tergolong lebih senior tidak sungkan memberikan pendapatnya

kepada ketua kegiatan sosialisasi. Hal ini menjadi bukti bahwa

tidak ada jarak ataupun rasa minder sebagai anggota yang

pangkatnya dalam kegiatan ini lebih rendah dibanding ketua

kegiatan yang jelas jabatannya lebih tinggi daripada mereka.

b) Pelaporan kegiatan yang disampaikan anggota. Rasa kepercayaan

yang tinggi terhadap para anggota membuat tidak ada jarak

khusus antara ketua kegiatan dan para anggota. Dalam

penyampaian laporan kegiatan, menurut analisis peneliti juga

sudah sangat baik. Masing-masing divisi menjelaskan tugasnya

dalam kegiatan sosialisasi IMADE Salatiga. Bila memang ada

yang perlu dikoreksi, maka akan dibahas secara bersama.

Transparansi kegiatan dalam kegiatan sosialisasi ini sudah sangat

baik.

c) Penyampaian keluhan tentang kegiatan sosialisasi kepada ketua

kegiatan. Sama halnya dengan pemberian saran dan pelaporan

kegiatan, penyampaian keluhan kepada ketua mengenai kegiatan

sosialisasi ini juga sudah sangat baik. Keluhan-keluhan tidak

hanya diketahui oleh sesama anggota saja, namun ketua kegiatan

sosialisasi juga mendengarkan secara langsung keluhan atau

permasalahan yang terjadi.

81

b. Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal dalam kegiatan sosialisasi IMADE

Salatiga dapat dikatakan sudah sangat baik. Hal tersebut dapat

dibuktikan mengenai penjelasan komunikasi horizontal yang terdapat

pada IMADE Salatiga dalam kegiatan sosialisasi adalah sebagai

berikut:

1) Komunikasi intens antar pengurus kegiatan sosialisasi. Berdasarkan

data yang didapat dari hasil komunikasi intens antar pengurus

dalam kegiatan sosialisasi ini, peneliti menyimpulkan bahwa

komunikasi intens yang dilakukan pengurus kegiatan sudah sangat

baik. Tidak hanya antar pengurus kegiatan, komunikasi intens

kepada pihak-pihak yang tergabung pada kegiatan sosialisasi ini

juga juga tetap dilakukan. Menurut IMADE Salatiga, komunikasi

merupakan bagian terpenting dari sebuah kegiatan.

2) Hubungan timbal balik anggota IMADE Salatiga. Analisis

mengenai hubungan timbal balik yang terdapat dalam IMADE

Salatiga menghasilkan hasil yang sangat baik. Peneliti dapat

menyimpulkan hal tersebut karena didasari oleh loyalitas anggota

dalam kegiatan sosialisasi dan keakraban yang semakin jelas

terlihat dalam IMADE Salatiga setelah melakukan kegiatan

sosialisasi.

3)

82

3. Efektivitas Komunikasi Organisasi IMADISA dan IMADE Salatiga

Dalam Mensosialisasikan IAIN Salatiga

Efektivitas merupakan sebuah ukuran keberhasilan pencapaian

tujuan atau suatu target yang telah dijalankan dengan terciptanya hasil

yang baik yang dilakukan seorang individu maupun kelompok. Hasil

pengukuran pada tingkat efektivitas komunikasi organisasi bukanlah suatu

hal yang sederhana, dikarenakan tingkat efektivitas tersebut dapat dikaji

melalui berbagai sudut pandang dan juga tergantung pada siapa yang

menilai serta menginterpretasikannya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, efektivitas

komunikasi organisasi IMADISA dan IMADE Salatiga dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga telah berjalan dengan efektif.

Komunikasi yang dijalankan atau yang telah dilakukan kedua organisais

mahasiswa daerah tersebut berjalan efektif dengan cara yang berbeda.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai efektivitas komunikasi organisasi

IMADISA dan IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga

peneliti menggunakan indikator tingkat ukur efektivitas komunikasi

organisasi, diantaranya iklim organisasi, kepuasan berorganisasi,

penyebaran informasi atau ketepatan pesan, dan budaya organisasi.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai indikator yang digunakan peneliti

dalam mengetahui efektivitas komunikasi organisasi oleh IMADISA dan

IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga kepada

masyarakat.

83

e. Iklim Komunikasi

Merupakan sebuah persepsi mengenai seberapa jauh anggota

merasa organisasi dapat dipercaya, didukung, diperhatikan, dihargai

pendapatnya, serta mendapat penghargaan atas kinerja yang telah

dilakukan. Untuk menjelaskan mengenai iklim organisasi dalam

IMADISA dan IMADE, peneliti membagi menjadi dua paragraph agar

lebih mudah dipahami.

Iklim komunikasi yang terdapat pada Ikatan Mahasiswa

Purwodadi di IAIN Salatiga (IMADISA) berjalan dengan efektif secara

keseluruhan. Kepercayaan terhadap tugas yang diembankan dengan

pembagian secara merata kepada semua anggota baik itu anggota baru

maupun anggota yang lebih senior menjadi bukti bahwa terdapat

kepercayaan kepada setiap anggota. Walaupun tidak ada penghargaan

secara material namun secara psikologis anggota tersebut sudah merasa

dihargai. Namun yang perlu digaris bawahi mengenai iklim komunikasi

yang terdapat dalam IMADISA adalah totalitas beberapa anggotanya

yang menurut peneliti kurang. Peran ketua disini sangat diharapkan

dalam memberi motivasi mengenai totalitas.

Hasil efektif juga diraih dalam iklim komunikasi Ikatan

Mahasiswa Demak (IMADE) Salatiga. Peneliti melihat tidak ada jarak

khusus terhadap setiap anggota IMADE Salatiga. Semua anggota merasa

dihargai atas tugas yang telah mereka kerjakan. Para anggota juga tidak

84

sungkan dalam menyampaikan pendapat atau gagasan ketika diskusi

kegiatan, khususnya dalam penelitian ini yaitu kegiatan sosialisasi.

Dengan menggunakan jalur musyawarah dan mengumpulkan gagasan-

gagasan dari setiap anggota, IMADE Salatiga telah berhasil membuat

para anggotanya percaya dirinya adalah bagian dari IMADE Salatiga.

f. Kepuasan Organisasi

Berdasarkan fungsinya sebagai wadah aspirasi bagi para

mahasiswa Purwodadi, IMADISA telah menjadi rumah kedua bagi para

anggotanya. Rasa puas dalam berorganisasi dalam IMADISA berupa

pengakuan beberapa anggota yang mengatakan bahwa selama dirinya

terdaftar menjadi anggota IMADISA, dirinya mengalami perubahan

positif yang signifikan. Peningkatan mental ketika berbicara di depan

umum, pemikiran kritis ketika diskusi kegiatan, dan perubahan-

perubahan positifnya merupakan bukti kepuasan berorganisasi telah

berjalan efektif.

Kepuasan organisasi dalam IMADE Salatiga dapat dilihat dari

para anggotanya yang terlihat akrab satu sama lain. Tingkat jabatan

hanya berpengaruh ketika kegiatan berlangsung. Setelah itu tetap teman

seperantauan. Tidak ada senioritas dalam IMADE Salatiga. Anggota baru

pun merasa nyaman dan percaya kepada anggota yang lebih senior,

namun tetap memiliki rasa saling menghormati dan menghargai kepada

setiap anggota. Hal-hal seperti menjenguk ketika anggota IMADE

85

Salatiga ketika sakit, menjadi salah satu contoh efektifnya kepuasan

berorganisasi dalam IMADE Salatiga.

g. Penyebaran Informasi dan Ketepatan Pesan

Merupakan persepsi anggota yang terlibat dalam organisasi

tersebut yang timbul akibat seberapa jauh penerimaan pesan yang

diterima. Penyebaran informasi kepada seluruh anggota merupakan hal

yang sangat penting dalam proses komunikasi organisasi. Penyebaran

informasi yang efektif dan merata kepada seluruh anggota akan

menimbulkan persepsi yang baik juga pada seluruh anggota, sehingga

proses kerja dalam organisasi dapat berjalan dengan optimal.

Pemanfaatan teknologi menjadi pilihan utama IMADISA dalam

penyebaran informasi. Penyebaran melalui grup maupun kontak pribadi

menurut mereka lebih efektif dan terjamin ketepatan pesan yang

disampaikan. Ketika terdapat informasi yang kurang dimengerti maka

akan dapat langsung ditanyakan langsung maupun ketika diskusi

berlangsung. Sejauh ini penyebaran informasi dan ketepatan pesan dalam

IMADISA sudah cukup efektif.

IMADE Salatiga dalam penyebaran informasi juga memanfaatkan

teknologi. Menurut mereka hal ini tergolong cepat dan efektif.

Penyebaran informasi melalui grup biasanya berupa himbauan untuk

berkumpul, dokumentasi acara, atau izin tidak bisa mengikuti rapat.

Pemanfaatan teknologi ini hanya dilakukan untuk informasi yang ringan-

ringan saja, ketika ada yang perlu dibahas maka IMADE Salatiga akan

86

membahas dalam forum. Menurut analisis peneliti, penyebaran informasi

dan ketepatan pesan dalam IMADE Salatiga sudah berjalan dengan

efektif.

h. Budaya Organisasi

Merupakan sebuah persepsi anggota tentang nilai kunci dan

konsep bersama yang dapat membentuk citra anggota terhadap

organisasi. Budaya organisasi ini berkaitan dengan identitas anggota,

integrasi dalam organisasi, dan adanya inovasi untuk turut andil dalam

perkembangan organisasi.

IMADISA mempunyai pendapat tersendiri mengenai budaya

organisasi. Menurut mereka budaya organisasi adalah mementingkan

kepentingan organisasi daripada mementingkan kehendak pribadi. Dalam

setiap kegiatan akan ada penampungan gagasan, setelah itu gagasan-

gagasan tersebut akan dibahas lebih dalam lagi dan dimodifikasi agar

tercipta kegiatan yang efektif dan efisien. Bagi mereka kegiatan yang

efektif dan efisien akan lebih berpengaruh kepada diri IMADISA sendiri.

Sementara dalam membentuk citra anggota terhadap organisasi,

IMADISA mengadakan program yaitu program anjangsana. Program ini

baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap

citra anggota terhadap IMADISA.

Sementara IMADE Salatiga dalam budaya organisasi

beranggapan mengenai totalitas dan royalitas. Menurut analisis peneliti,

totalitas dan royalitas dalam IMADE Salatiga sangat tinggi. Hal ini dapat

87

dilihat dalam diri IMADE Salatiga ketika mereka melakukan kegiatan.

persiapan yang matang, sistem acara yang terstruktur, komunikasi yang

terjaga antar anggota satu dan lainnya, pemberian saran dan motivasi

dengan cara baik, dan kerja sama tim yang sangat mengesankan. Selain

itu kekompakan mereka juga patut diperhitungkan, hal ini yang merayu

peneliti untuk memberikan hasil yang positif terhadap budaya organisasi

dalam Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE) Salatiga.

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdsasarkan data dan analisis penelitian mengenai efektivitas

komunikasi organisasi mahasiswa daerah (IMADISA dan IMADE Salatiga)

dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga, maka dapat diambil kesimpulan yang

akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Arus komunikasi organisasi IMADISA dalam mensosialisasikan IAIN

Salatiga secara keseluruhan dapat dikatakan sudah cukup baik. Hal tersebut

dapat dibuktikan melalui saluran komunikasi vertikal dan komunikasi

horizontal yang telah mereka lakukan. Dalam komunikasi vertikal tepatnya

dalam komunikasi ke bawah, pemimpin kegiatan sosialisasi IMADISA

menjalankan perannya dengan cukup optimal, baik dalam pengambilan

keputusan, pemberian instruksi kerja, dan pemeberian motivasi kepada para

anggota. Sedangkan pada komunikasi ke atas, anggota yang berperan dalam

kegiatan sosialisasi juga sudah cukup baik dalam pelaporan kegiatan dan

pemeberian saran terhadap ketua kegiatan. Hal yang perlu dioptimalkan

dalam komunikasi ke atas ialah penyampaian keluhan, baiknya penyampaian

keluhan terhadap ketua pada kegiatan disampaikan secara langsung supaya

mendapat hasil kegiatan yang lebih optimal. Komunikasi horizontal dalam

IMADISA juga telah berjalan dengan cukup baik, hal itu dapat dilihat dari

hubungan timbal balik yang terdapat dalam IMADISA.

89

2. Arus komunikasi organisasi IMADE Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN

Salatiga terbilang sudah sangat baik. Hal tersebut didasari oleh arus

komunikasi yang berjalan dengan sangat baik. Komunikasi ke bawah yang

dijalankan oleh ketua kegiatan sosialisasi IMADE Salatiga sudah sangat

baik, terlihat dari bagaimana ketua kegiatan IMADE Salatiga memberikan

istruksi kerja, penyampaian informasi mengenai aturan, pemberian motivasi

kepada para anggota, dan bagaimana ketua kegiatan sosialisasi IMADE

Salatiga dalam mengambil keputusan. Sedangkan dalam komunikasi ke

atas, para anggota juga telah menjalankan arus komunikasi ini dengan

sangat baik. Mereka menjalankan arus komunikasi ini dengan cara yang

baik dan sesuai dengan prosedur organisasi. Dalam komunikasi horizontal

IMADE Salatiga juga telah dijalan dengan sangat baik, hal tersebut

dibuktikan hasil yang didapatkan dari keaktifan angggota dalam melakukan

kegiatan sosialisasi khususnya dalam komunikasi intens dan kebijakan yang

baik dari ketua kegiatan dalam kegiatan sosialisasi IMADE Salatiga

sehingga menimbulkan hubungan timbal baik yang efektif.

3. Evektivitas komunikasi IMADISA dan IMADE Salatiga dalam

mensosialisasikan IAIN Salatiga. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, efektivitas komunikasi organisasi IMADISA dan IMADE

Salatiga dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga telah berjalan dengan

efektif. Komunikasi yang dijalankan atau yang telah dilakukan kedua

organisasi mahasiswa daerah tersebut berjalan efektif dengan cara yang

berbeda.

90

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat peneliti berikan kepada kedua

organisasi mahasiswa daerah (IMADISA dan IMADE Salatiga) setelah

melakukan analisis terhadap bagaimana mereka menjalankan kegiatan

sosialisasi IAIN Salatoga sebagai berikut:

1. Saran ini diberikan khusus untuk IMADISA, dalam komunikasi intens dan

penyampaian keluhan kegiatan dari anggota terhadap ketua kegiatan

sosialisasi baiknya lebih dioptimalkan kembali. Opsi komunikasi tidak

hanya bisa dilakukan secara langsung, namun di era teknologi ini dapat

dilakukan melalui media sosial atau grup Whatsapp supaya kedepannya

dapat meminimalisir miss communication.

2. Pertahankan loyalitas dan keaktifan dalam berorganisasi untuk IMADE

Salatiga. Selain kepuasan berorganisasi dan budaya organisasi, salah satu

faktor yang menunjukkan keberhasilan suatu organisasi adalah loyalitas dan

keaktifan anggotanya. Dengan mempertahankan loyalitas dan keaktifan

anggota sudah dengan jelas akan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam

proses pencapaian tujuan organisasi.

3. Saran untuk peneliti selanjutnya, diharapkan untuk lebih mengkaji lebih

banyak sumber maupun referensi yang terkait dengan efektivitas

komunikasi organisasi agar hasil yang penelitian dapat lebih baik dan lebih

lengkap dari penelitian sebelumnya.

91

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi, dan Sudikin. (2002). Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro.

Insan Cendikia: Surabaya.

Cohen J, Bruce. (2009). Peranan, Sosiologi Suatu Pengantar. Rineka Cipta:

Jakarta

El Rais, Heppy. (2001). Kamus Ilmiah Populer. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Handoko, T. Hanny. (2006). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Bumi Aksara: Jakarta.

Husein, Umar. (2002). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.

Komaruddin, dan Yooke Tjuparmah S. Komaruddin. (2006). Kamus Istilah Karya

Tulis Ilmiah. Bumi Aksara: Jakarta.

Kriyantono, Rachmat. (2008). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh

Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi

Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Kencana Prenada Media Group:

Jakarta.

Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Pembaharuan:

Yogyakarta.

Liliweri, Alo. (2014). Sosiologi dan Komunikasi Organisasi. Bumi

Aksara:Jakarta.

Mahi, M. Hikmat. (2011). Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi

dan Sastra. Graha Ilmu: Yogyakarta..

Moloeng, Lexy J. (2002). Metode Pendekatan Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya:

Bandung.

Moloeng, Lexy J. (2009). Metode Pendekatan Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya:

Bandung.

Morrisan. (2013). Teori Komunikasi:Individu Hingga Massa. Kencana Prenada

Media Group: Jakarta.

Muhammad, Arny. (2014). Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara: Jakarta.

Mulyana, Dedy. (2001). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya:

Bandung.

92

Riduwan. (2004). Metode Riset. Rineka Cipta: Jakarta.

Romli, Komsahrial. (2014). Komunikasi Organisasi Lengkap Grasindo: Jakarta

Ruliana, Poppy. (2016). Komunikasi Organisasi: Teori dan Studi Kasus Edisi

Kedua. Rajagrafindo Persada: Jakarta.

Ruslan, Rosady. (2010). Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi.

Cetakan Kelima. Rajagrafindo Persada: Jakarta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Alfabeta: Bandung.

Suharsimi, Arikunto. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Rineka Cipta: Jakarta.

Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi Edisi Ketiga. Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

Uchjana Effendy, Onong. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra

Aditya Bakti: Bandung.

Lampiran 1

Nama Lengkap : Dika Trisna Setiya

Tempat dan tanggal lahir : 28 Agustus 1996

Alamat Rumah: : Jl. Menteng Kecil II No. 12 RT 06 RW 09, Kebon

Sirih, Kec. Menteng, Jakarta Pusat

Tinggi badan : 160 cm

Email : [email protected]

Telepon : 085711028202

Riwayat Pendidikan

2001-2003 : Taman Kanak-Kanak Kalirejo

2003-2008 : SDN Kebon Sirih 01

2008-2011 : SMPN 280 Jakarta

2011-2014 : SMK RPI Jakarta Selatan

2014-2019 : Progam Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.

Pengalaman Organisasi

2016 - 2017 : HMJ fakultas Dakwah

2014 - sekarang : Pecandu Karya

BIOGRAFI PENULIS

I

O

G

R

A

F

I

P

E

N

U

L

I

S

Lampiran 2

Lampiran 3

DATA INFORMAN IMADISA

1. Hesti Astuti

Umur : 23 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : MAN

Profesi : Pelajar/Mahasiswa

Status di IMADISA : Anggota

Waktu wawancara : 15 Agustus 2018, pukul 13.00 WIB

Tempat wawancara : Pondok Pesantren Edi Mancoro

2. Wachid Palguna Bayu Sena

Umur : 20 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Profesi : Pelajar/Mahasiswa

Status di IMADISA : Ketua Umum IMADISA 2018/2019

Waktu wawancara : 21 Agustus 2018, pukul 14.30 WIB

Tempat wawancara : Masjid Baiturrahman Margosari, Kota Salatiga

Lampiran 5

PEDOMAN WAWANCARA

Ikatan Mahasiswa Purwodadi dan Sekitarnya (IMADISA)

1. Bagaimana komunikasi ke bawah oleh Ikatan Mahasiswa Purwodadi dan

Sekitarnya (IMADISA) dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga?

2. Bagaimana komunikasi ke atas oleh Ikatan Mahasiswa Purwodadi dan

Sekitarnya (IMADISA) dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga?

3. Bagaimana komunikasi horizontal oleh Ikatan Mahasiswa Purwodadi dan

Sekitarnya (IMADISA) dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga?

4. Bagaimana iklim komunikasi pada Ikatan Mahasiswa Purwodadi dan

Sekitarnya (IMADISA)?

5. Bagaimana kepuasan organisasi yang terdapat pada Ikatan Mahasiswa

Purwodadi dan Sekitarnya (IMADISA)?

6. Bagaimana penyampaian informasi dan ketepatan pesan pada Ikatan

Mahasiswa Purwodadi dan Sekitarnya (IMADISA)?

7. Bagaimana budaya organisasi pada Ikatan Mahasiswa Purwodadi dan

Sekitarnya (IMADISA)?

Lampiran 5

HASIL WAWANCARA

IKATAN MAHASISWA PURWODIADI DI IAIN SALATIGA (IMADISA)

A. Wawancara pada Hesti Astuti (Anggota IMADISA)

1. Bagaimana komunikasi ke bawah pada IMADISA dalam kegiatan

sosialisasi IAIN Salatiga?

Pengambilan keputusan oleh ketua kegiatan pada saat

melaksanakan kegiatan sosialisasi ini melalui musyawarah. Apabila

terdapat anggota yang tidak bersedia akan ditanyakan kenapa alasannya,

bila dapat diterima oleh seluruh anggota yang terlibat maka tidak akan

terdapat paksaan.

Untuk pemberian instruksi kerja oleh ketua kegiatan dilakukan

dengan melalui arahan perdivisi. Penjelesan mengenai bagian-bagian apa

saja yang harus dikerjakan para anggota dijelaskan secara sedetil mungkin.

Ketua juga mengingatkan apabila terdapat anggota yang kurang maksimal

untuk diberikan teguran agar fokus tugasnya tidak berantakan.

Dalam pemberian motivasi oleh ketua kegiatan kepada anggota

dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pemberian motivasi secara

langsung dapat dilihat ketika rapat kerja berlangsung. Sedangkan menurut

saya motivasi yang diberikan oleh ketua dengan tidak langsung adalah

perataan tugas kepada anggota yang terlibat baik anggota baru maupun

anggota yang lebih senior sehingga motivasi lebih untuk bekerja maksimal

juga dirasakan kepada para anggota baru.

2. Bagaimana komunikasi ke atas pada IMADISA dalam kegiatan

sosialisasi IAIN Salatiga?

Perbedaan pendapat sering kami alami khususnya ketika rapat.

Perbedaan yang terjadi antara kami dan ketua kegiatan akan didiskusikan

kembali hingga ditemukan solusi. Sejauh ini perbedaan pendapat tidak

menjadi masalah, karena dapat diselesaikan dengan baik. Apabila tidak

ditemukannya solusi maka kesepakatan yang akan diambil adalah melalui

voting.

Mengenai pelaporan kegiatan dalam IMADISA oleh ketua,

dilakukan ketika evaluasi. Pelaporan tersebut diawali dengan presentasi

perdivisi tentang kegiatan sosialisasi yang telah dilaksanakan. Setelah itu

ketua mempersilahkan kepada divisi lainnya untuk menyampaikan

kekurangan apa saja yang terdapat pada divisi tersebut ketika kegiatan.

Selanjutnya akan dibahas kembali kemudian agar terdapat solusi supaya

kedepannya lebih baik lagi.

3. Bagaimana komunikasi horizontal pada IMADISA dalam kegiatan

sosialisasi IAIN Salatiga?

Komunikasi intens kepada sesama anggota hanya dilakukan oleh

anggota yang berdekatan saja dengan basecamp. Untuk anggota lain

komunikasi dilakukan melalui media sosial. Namun untuk pembahasan

persiapan kegiatan sosialisasi kami menganjurkan kepada seluruh anggota

untuk turut hadir dalam rapat.

4. Bagaimana iklim komunikasi pada IMADISA dalam kegiatan

sosialisasi IAIN Salatiga? Setiap keputusan yang diambil dalam IMADISA adalah melalui

musyawarah. Kepercayaan terhadap tugas yang diembankan dengan

pembagian secara merata kepada semua anggota baik itu anggota baru

maupun anggota yang lebih senior menjadi bukti bahwa terdapat

kepercayaan kepada setiap anggota. Walaupun tidak ada penghargaan

secara material namun secara psikologis anggota tersebut sudah merasa

dihargai.

Mengenai keterbukaan pada IMADISA hanya terjadi diantara

sesama anggota yang terdekat saja. Kebanyakan hal itu terjadi kepada

anggota baru. Mungkin untuk kedepannya perlu diadakan pertemuan yang

lebih intens, supaya anggota baru juga lebih dapat cepat akrab daripada

sekarang.

5. Bagaimana kepuasan organisasi pada IMADISA dalam kegiatan

sosialisasi IAIN Salatiga? Untuk pribadi saya merasa cukup puas. Hal yang saya rasakan

selama menjadi anggota adalah perlahan-lahan saya mengalami

peningkatan mutu dalam hal berbicara kepada orang baru, dapat

memposisikan diri, lebih dapat memenejemen kegiatan saya, dan masih

banyak lagi.

Kepuasan yang telihat pada sesama anggota ialah teman-teman

tidak merasa sendiri. Ketika bingung tidak mempunyai kegiatan lain selain

kuliah maka dapat mengisi waktu luang tersebut di IMADISA. Selain itu

mempunyai teman-teman dengan daerah yang sama akan lebih menjaga

silaturahmi dikemudian hari.

Mengenai totalitas pada IMADISA saya merasa masih terdapat

kesenjangan. Kebanyakan kesenjangan tersebut berasal dari para anggota

baru yang mungkin masih malu-malu untuk dating sendiri ke basecamp.

Sehingga ketika diadakannya kegiatan, mereka kurang terlihat antusias.

Harus ditunjuk dulu baru mengetahui bagaimana pendapat mereka.

6. Bagaimana penyebaran informasi dan ketepatan pesan pada

IMADISA dalam kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga?

Penyebarannya lebih banyak melalui media sosial. Untuk informasi

mengenai kegiatan akan disampaikan melalui grup kami, namun untuk

perdivisi akan disampaikan melalui pribadi. Koordinasi juga kami lakukan

kepada pihak luar yang berhubungan dengan kegiatan sosialisasi ini.

Untuk informasi yang berasal dari luar akan langsung disampaikan ke

grup.

Untuk ketepatan pesannya, informasi yang disampaikan harus

sesuai dengan yang didapat. Nantinya apabila terdapat anggota yang tidak

mengerti atau memahami informasi yang disampaikan dapat ditanyakan

langsung kepada si pengirim informasi untuk menghindari mis

komunikasi.

7. Bagaimana budaya organisasi pada IMADISA dalam kegiatan

sosialisasi IAIN Salatiga?

Untuk saat ini kami sedang memfokuskan untuk lebih mengadakan

pendekatan khususnya kepada anggota yang baru bergabung. Dalam

IMADISA saat ini masih terdapat kesenjangan antara anggota baru dan

anggota yang sudah masuk terlebih dahulu. Diantaranya adalah program

anjangsana untuk seluruh anggota. Kami berharap untuk kegiatan ini data

menghilangkan kesenjangan yang masih kami rasakan agar nantinya kami

bisa lebih maksimal lagi dalam melaksanakan kegiatan.

B. Wawancara pada Wachid Palguna Bayu Sena (Ketua Umum IMADISA)

1. Bagaimana komunikasi ke bawah pada IMADISA dalam kegiatan

sosialisasi IAIN Salatiga?

Pengambilan keputusan oleh ketua tergantung bagaimana diskusi

yang hasilnya, dengan kata lain ketua kegiatan mengedepankan

musyawarah untuk kegiatan sosialisasi ini. Ketua juga mempertimbangkan

keputusan tersebut dengan kebijakan-kebijakan yang berasal dari luar atau

prosedur yang dijalankan oleh panitia penyelenggara.

Instruksi kerja yang dilakukan oleh ketua adalah lebih melalui

instruksi pribadi. Tidak semua anggota IMADISA mampu untuk langsung

memahami instruksi yang disampaikan ketika rapat. Beberapa dari mereka

juga masih ada yang belum mempunyai rasa percaya diri untuk

menanyakan langsung dalam diskusi. Maka untuk mencegah adanya hasil

kerja yang kurang maksimal ketua memberikan instruksi langsung kepada

anggotanya melalui pribadi.

2. Bagaimana komunikasi ke atas pada IMADISA dalam kegiatan

sosialisasi IAIN Salatiga?

Sejauh ini tidak ada keluhan yang disampaikan kepada ketua

mengenai proses kegiatan. Semua resiko yang ditanggung pada kegiatan

ini adalah resiko dan hasil pemikiran bersama. Apabila terdapat keluhan

maka akan kami selesaikan secara bersama.

Pelaporan kegiatan kepada ketua diadakan dalam evaluasi

kegiatan. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-

kekurangan apa saja dan yang dirasa masih kurang maksimal. Nantinya

kekurangan-kekurangan tersebut akan kami bahas didalam evaluasi.

3. Bagaimana iklim komunikasi pada IMADISA dalam kegiatan

sosialisasi IAIN Salatiga?

Komunikasi yang terdapat pada IMADISA menurut saya sudah

cukup baik, setiap ada persoalan selalu dikomunikasikan kepada seluruh

anggota. Kepercayaan penuh sesama anggota juga kita lakukan. Motivasi

dari dalam anggota juga terlihat ketika sedang menjalankan tugas. Hanya

saja terdapat beberapa hal yang masih perlu diperhatikan yaitu ada

sebagian anggota yang masih belum dapat mengekspresikan dirinya dalam

IMADISA, sehingga sedikit mempengaruhi kinerjanya ketika bertugas.

4. Bagaimana kepuasan organisasi pada IMADISA dalam kegiatan

sosialisasi IAIN Salatiga?

Untuk kepuasan yang saya raih pada IMADISA adalah mempunyai

hidup yang lebih terkoordinir. Baik secara langsung maupun tidak

langsung menurut saya cukup berpengaruh, khususnya ketika berada

dalam organisasi. Juga membuat saya merasa walaupun tidak berada di

kota sendiri, namun adanya IMADISA membuat saya merasa mempunyai

rumah sendiri. Kepuasan anggota juga terlihat baik, dan suasana yang

dirasakan adalah adanya kehangatan dan cairnya suasana ketika kami

berkumpul.

5. Bagaimana budaya organisasi pada IMADISA dalam kegiatan

sosialisasi IAIN Salatiga?

Kedisiplinan dalam IMADISA pada saat melaksanakan kegiatan

sosialisasi ini sudah cukup baik. Hanya saja beberapa masih terlihat

kurang, contohnya ketika rapat masih ada yang telat dan kurang

memperhatikan. Selebihnya menurut saya sudah cukup baik.

Komitmen pada kerja tim dalam melaksanakan kegiatan atau

tanggung jawab terhadap tugas harus selalu ditekankan. Apabila terdapat

anggota yang masih menunda-nunda pekerjaan maka anggota lain wajib

menegur dan mengingatkan.

Lampiran 6

DATA INFORMAN IMADE

1. Mala Ilma Auliyak

Umur : 21 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Profesi : Pelajar/Mahasiswa

Status di Dusun : Ketua Umum IMADE 2018/2019

Waktu wawancara : 19 Agustus 2018, pukul 15.30 WIB

Tempat wawancara : Kembang Arum

2. Abdul Rauf

Umur : 23 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Profesi : Pelajar/Mahasiswa

Status di Dusun : Pembimbing IMADE 2018/2019

Waktu wawancara : 23 Agustus 2018, pukul 13.15 WIB

Tempat wawancara : Candran

Lampiran 7

PEDOMAN WAWANCARA

Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE)

1. Bagaimana komunikasi ke bawah oleh Ikatan Mahasiswa Demak

(IMADE) dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga?

2. Bagaimana komunikasi ke atas oleh Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE)

dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga?

3. Bagaimana komunikasi horizontal oleh Ikatan Mahasiswa Demak

(IMADE) dalam mensosialisasikan IAIN Salatiga?

4. Bagaimana iklim komunikasi pada Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE)?

5. Bagaimana kepuasan organisasi yang terdapat pada Ikatan Mahasiswa

Demak (IMADE)?

6. Bagaimana penyampaian informasi dan ketepatan pesan pada Ikatan

Mahasiswa Demak (IMADE)?

7. Bagaimana budaya organisasi pada Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE)?

Lampiran 8

HASIL WAWANCARA

IKATAN MAHASISWA DEMAK (IMADE)

C. Wawancara pada Mala Ilma Auliyak (Ketua Umum IMADE Salatiga)

8. Bagaimana komunikasi ke bawah pada IMADE Salatiga dalam

kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga?

Pengambilan keputusan yang dilakukan ketua ialah melalui

musyawarah seluruh anggota yang terlibat. Walaupun dalam hal ini ketua

kegiatan sebenarnya mempunyai wewenang penuh dalam pengambilan

keputusan, namun tetap memilih musyawarah sebagai bentuk solidaritas

kepada para anggota atau pengurus kegiatan sosialisasi IMADE Salatiga.

Dan ketua menekankan bahwa keputsan yang diambil adalah keputusan

bersama dan tanggung jawab bersama. Penjelasan mengenai peraturan

yang dilakukan oleh ketua ketiatan detil dan penyampaian yang baik

membuat para anggota menjadi lebih memahami mengenai peraturan

yang terdapat dalam kegiatan sosialisasi.

9. Bagaimana komunikasi ke atas pada IMADE Salatiga dalam kegiatan

sosialisasi IAIN Salatiga?

Anggota dituntut untuk aktif dalam menyampaikan saran kepada

ketua dan anggota lainnya ketika rapat kegiatan, saat kegiatan

berlangsung, dan ketika evaluasi kegiatan. Hal itu dimaksudkan selain

agar mendapat solusi lebih banyak, hal itu juga secara tidak langsung

melatih anggota IMADE Salatiga menjadi aktif dan kritis.

Dalam pelaporan kegiatan masing-masing divisi menjelaskan

tugasnya dalam kegiatan sosialisasi IMADE Salatiga. Bila memang ada

yang perlu dikoreksi, maka akan dibahas secara bersama. Dan kami

berusaha tidak melewatkan hal sekecil apapun ketika evaluasi. Supaya

nantinya kegiatan yang kami lakukan dapat berjalan dengan lebih

maksimal,

10. Bagaimana komunikasi horizontal pada IMADE Salatiga dalam

kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga?

Komunikasi intens kami dalam kegiatan ini ketika persiapan

kegiatan. Kami selalu menghimbau kepada anggota untuk tetap fokus

terhadap tugas yang diberikan. Dan kepada anggota yang sekiranya telah

selesai dengan tugasnya kami juga menganjurkan untuk membantu

anggota lain yang masih dalam proses pengerjaan.

11. Bagaimana iklim komunikasi pada IMADE Salatiga dalam kegiatan

sosialisasi IAIN Salatiga?

Dukungan yang terdapat pada IMADE ketika menjalankan

kegiatan untuk masing-masing anggotanya berupa motivasi dan kritik.

Yang saya maksud adalah motivasi ketika pra kegiatan dan ketika

berlangsungnya kegiatan. Adapun untuk kritik ialah ketika kami

melakukan evaluasi kegiatan. Dan kritik yang dimaksud ialah kritik yang

membangun untuk masing-masing anggota.

Antusiasme teman-teman dalam partisipasi kegiatan sosialisasi ini

cukup baik. Banyak dari teman-teman yang mengajukan diri untuk ikut

dalam kegiatan ini. Dan hampir rata-rata dari teman-teman ingin

mengikuti kegiatan ini. Dari kegiatan kan selain turut menyumbangkan

kontribusi untuk IMADE, kegiatan ini juga menjadi ajang silahturahmi

atau bisa untuk menambah pengalaman teman-teman dalam berorganisasi.

Walau beberapa dari mereka yang mengajukan diri tidak bisa mengikuti

kegiatan ini tapi mereka bisa menerima dan turut member masukan kepada

yang masuk dalam kepanitiaan.

Untuk kepercayaan salam IMADE terutama saat penunjukkan

tugas yang diserahkan, cukup baik. Kita kan sudah berteman cukup lama

jadi kita paham karakter atau hal-hal menonjol dari masing-masing

anggota. Jadi biasanya untuk pembagian tugas kita menyerahkan kepada

teman-teman yang sekiranya menguasai tugas tersebut, sedangkan apabila

terdapat tugas yang diembankan kepada anggota yang dikira belum dapat

menguasainya maka kita juga memberikan pendamping yang telah

dianggap bisa menguasai tugas yang diembankan.

Dalam hal keterbukaan dalam berorganisasi kita selalu membahas

di dalam diskusi terutama saat evaluasi. Biasanya kita di akhir diskusi

akan menanyakan kepada seluruh anggota yang hadir mengenai hal-hal

yang masih dirasa mengganjal. Kami beranggapan masalah organisasi

baiknya diselesaikan secara organisasi juga, dan tidak hanya satu dua

orang yang mengetahui.

Suasana dalam IMADE sama seperti organisasi lainnya. Walaupun

terkadang ada satu dua masalah, namun Alhamdulillah dapat diselesaikan

bersama. Baik dalam diskusi maupun ketika kegiatan sosialisasi

berlangsung kami berusaha membuat suasana cair. Dengan cairnya

suasana maka tidak akan terdapat jarak dalam komunikasi.

12. Bagaimana kepuasan organisasi pada IMADE Salatiga dalam

kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga? Kepuasan untuk saya pribadi pada IMADE sangat puas. IMADE

baik secara langsung maupun tidak sudah merubah saya. Dari saya yang

dulu tidak mengerti manajemen organisasi sekarang sudah lebih baik dan

mengerti. Dan secara langsung membuat saya menjadi lebih aktif dalam

hal apapun. IMADE membuat saya merasa lebih kritis lagi, baik dalam

urusan kegiatan maupun perkuliahan.

Kepuasan terhadap sesama anggota IMADE juga dapat dikatakan

cukup baik dan sejauh ini berimbas positif. IMADE itu selain organisasi

mahasiswa daerah, IMADE juga tempat atau wadah bagi kita mahasiswa

asal Demak untuk berkumpul dan berdiskusi. Diskusi yang kami lakukan

juga tidak sebatas kepada kegiatan saja namun terdapat juga diskusi

mengenai perkuliahan,diskusi mengenai bagaimana ke depan kita

melangkah, dan lain-lain. Hal itu secara tidak langsung juga

menguntungkan, selain mendapat pengalaman baru juga dapat menambah

wawasan baru.

Totalitas anggota baik ketika adanya kegiatan maupun tidak

adanya kegiatan sangat baik. Antusiasme yang ditunjukkan oleh teman-

teman dalam melakukan kegiatan sosialisasi ini sangat positif. Selain itu

loyalitas teman-teman kepada masing-masing anggota juga terlihat begitu

menyenangkan.

13. Bagaimana penyebaran informasi dan ketepatan pesan pada IMADE

Salatiga dalam kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga? Selain diskusi dalam forum, penyebaran informasi di IMADE saat

kegiatan sosialisasi kita lebih banyak lewat Whatsapp, lewat grup. Saya

sama temen-temen se-divisi menyebarkan sekecil apapun informasi

tentang kegiatan sosialisasi. Berhubung kegiatan ini bukan murni kegiatan

yang dilakukan oleh IMADE, maka kita juga menjalin komunikasi dengan

pihak luar yaitu Campus Expo dan pihak kampus. Informasi yang kami

terima dari luar akan secepatnya kami bagikan kepada seluruh anggota

dengan tujuan semua anggota dapat dengan langsung mengetahui dan

apabila terdapat perubahan kegiatan akan dapat dibahas secara langsung.

Bagi teman-teman yang belum mengerti atau belum dapat

memahami mengenai informasi yang kita dapat baik dari luar maupun dari

dalam IMADE sendiri, biasanya mereka akan langsung bertanya. Dan

telah menjadi keharusan pengirim pesan untuk menjelaskan apa yang

ditanyakan oleh anggota kami. Hal tersebut bertujuan agar ketepatan pesan

atau informasi dapat diraih kepada seluruh anggota. Sedangkan apabila

informasi tersebut dirasa belum ditemukan solusinya maka kami akan

membahas dalam forum.

14. Bagaimana budaya organisasi pada IMADE Salatiga dalam kegiatan

sosialisasi IAIN Salatiga? Bicara kedisiplinan, kami biasa mengingatkan kepada teman-teman

dalam setiap kegiatan terutam kegiatan sosialisasi ini untuk tetap fokus

pada tugas yang diamanahkan. Selain itu kami juga meminta kepada

anggota untuk teliti dan menganalisa secara lebih detail ketika terdapat

kemungkinan-kemungkinan apa saja yang akan terjadi pada saat

berlangsungnya kegiatan. Juga kami meminta kepada para anggota untuk

tidak takut mengambil resiko asalkan telah melalui pemikiran yang

matang.

Komitmen mengenai kepentingan bersama di atas kepentingan

pribadi selalu kita tanamkan kepada seluruh anggota. Kami tidak

mentoleril kemalasan atau mengandalkan teman pada saat melakukan

kegiatan. Atau untuk anggota yang ingin „pamer‟ skill agar terlihat

menonjol. Karena kegiatan yang kami lakukan khususnya untuk kegiatan

sosialisasi ini membawa nama besar IAIN Salatiga.

Persiapan matang, improvisasi ketika kegiatan, analisis yang tepat

sebelum memulai kegiatan, kerja sama tim yang baik, serta pembinaan

yang baik kepada generasi penerus merupakan langkah kami dalam

inovasi perkembangan organisasi.

D. Wawancara Terhadap Abdul Rouf (Pembimbing IMADE Salatiga)

1. Bagaimana iklim komunikasi pada IMADE Salatiga dalam kegiatan

sosialisasi IAIN Salatiga?

Dukungan yang terdapat pada IMADE Salatiga dalam

melakukukan kegiatan, saya melihat sudah sangat baik. Pemberian

motivasi dan semangat kepada teman-teman yang bertugas dampaknya

dapat dilihat ketika teman-teman menjalaninya dengan antusias. Selain itu

saya juga melihat sejauh ini tidak ada kecemburuan dalam melaksanakan

tugas yang telah diberikan.

Bagi teman-teman, kegiatan yang dilakukan oleh IMADE Salatiga

bukanlah suatu beban berat, melainkan ajang untuk menambah

pengetahuan, pengalaman, atau bisa juga dikatakan ajang pembuktian.

Antusiasme yang ditunjukkan oleh jiwa-jiwa muda ini sangat besar untuk

berpartisipasi. Sehingga segala tugas yang diberikan mereka terima

dengan lapang dada.

Selama ini dalam setiap kegiatan IMADE Salatiga, saya melihat

adanya tranparansi dalam berorganisasi. Hal tersebut membuat

bertambahnya kepercayaan seluruh anggota kepada organisasi ini.

Kepercayaan inilah yang berpengaruh terhadap totalitas dan loyalitas

anggota kepada IMADE Salatiga.

Keterbukaan atau kejujuran pada organisasi ini patut diapresiasi.

Selain adanya transparansi kegiatan, keterbukaan anggota juga sangat

baik. Misal ketika ada salah satu anggota yang ditunjuk atau diberikan

tugas namun menolak. Maka akan ada diskusi alasan mengapa dia

menolak. Apabila alasan yang diterima masuk akal maka dia akan diganti

dengan anggota lain untuk mengerjakan tugasnya.

Walaupun karakter masing-masing dari anggota itu berbeda,

namun ketika teman-teman berkumpul suasana dalam IMADE Salatiga

begitu cair. Suasana inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa kerap

berkumpulnya para anggota baik itu ketika terdapat kegiatan maupun

tidak. Jabatan atau pangkat bukanlah jarak yang mempengaruhi

kehangatan dalam IMADE Salatiga.

2. Bagaimana kepuasan organisasi pada IMADE Salatiga dalam

kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga? Kepuasan individu yang saya peroleh selain mempunyai teman

seperantauan ialah lebih mengenal diri sendiri. Saya juga dapat

memposisikan diri ketika berada di organisasi ini, di kampus, maupun di

lingkungan saat ini. Posisi yang dimaksud ialah mengerti bagaimana harus

bertindak dan mengira-ngira hal-hal yang mungkin terjadi apabila tidak

bisa memposisikan diri dengan baik. Selain itu saya juga menjadi lebih

kritis dan berani berbicara di depan banyak orang.

Tujuan awal adanya organisasi ini adalah sebagai wadah

mahasiswa Demak yang menempuh pendidikan di IAIN Salatiga untuk

diskusi ataupun sekedar berkumpul. Dari situlah kemudian terjadi

peningkatan kualitas para anggota. Dari yang awalnya hanya ikut-ikutan

saja saat ini mulai berani menunjukkan diri.

Totalitas berorganisasi pada IMADE Salatiga dapat dilihat dari

pengerjaan tugas yang maksimal dari para anggota. Seperti dalam kegiatan

sosialisasi ini, mereka secara sadar mengerti posisi atau tugas yang harus

dikerjakan. Dan teman-teman lain juga saya melihat mau membantu

anggota lain yang terlihat kesulitan dalam mengerjakan tugas yang

diberikan kepadanya. Sejauh ini tidak ada paksaan untuk anggota-anggota

IMADE dalam menjalankan tugas. Semua tugas atau bagian yang

diamanahkan selalu bergantung pada hasil musyawarah para anggota.

Apabila anggota yang telah ditunjuk merasa tidak mampu maka kami akan

meminta alasannya untuk selanjutnya kami mencari anggota IMADE lain

untuk mengganti posisi tersebut.

3. Bagaimana penyebaran informasi dan ketepatan pesan pada IMADE

Salatiga dalam kegiatan sosialisasi IAIN Salatiga? IMADE Salatiga dalam menyampaikan informasi khususnya

informasi mengenai kegiatan sosialiasi kepada seluruh anggota diawali

dengan chat grup. Berangkat dari chat grup kami mendiskusikan ke dalam

forum IMADE Salatiga. Dari forum tersebut kami membahas persiapan

yang kami rasa perlu dipersiapkan. Dari IMADE Salatiga sendiri biasanya

dalam persiapan kegiatan kita mengumpulkan semua pendapat yang

masuk untuk nantinya kita bahas secara bersama mengenai pendapat yang

dimaksud. Dari pembahasan semua usulan tersebut nantinya akan kami

jadikan pedoman kami dalam memulai kegiatan.

Untuk jaminan informasi yang diterima dapat dipahami kepada

seluruh anggota, kami membahas didalam forum. Bagi anggota yang

merasa kurang paham maka akan dipersilahkan untuk bertanya. Setelah

para anggota dirasa sudah paham maka kami akan menyimpan informasi

tersebut dan membagikannya lagi setelah semua didiskusikan.

4. Bagaimana budaya organisasi pada IMADE Salatiga dalam kegiatan

sosialisasi IAIN Salatiga? Kedisiplinan yang kami terapkan adalah penegakan disiplin yang

berorientasi pada motivasi, bukan disiplin yang bersifat hukuman.

Tanggungjawab akan tugas yang telah diberikan akan selalu menjadi

pengingat dalam setiap akhir diskusi. Hal ini kami maksudkan agar setiap

anggota yang bertugas dapat menjalankan apa yang diamanahkan dapat

berjalan dengan baik dan anggota merasa mendapat kepercayaan yang

akan sangat merugikan apabila tidak diemban dengan semestinya.

Kerja tim yang kami terapkan adalah kolaborasi antar anggota.

Dalam hal ini saling mengisi dan membantu masing-masing anggota yang

terlibat menjadi hal utama dalam membentuk kerjasama tim yang baik.

Selain itu motivasi dan dorongan semangat yang berasal dari anggota yang

tidak terlibat juga dapat memacu kerja tim yang kami lakukan di lapangan.

Selain itu kami juga memperingatkan kepada teman-teman yang bertugas

bahwa dalam kegiatan ini IMADE Salatiga membawa nama IAIN

Salatiga, agar teman-teman yang bertugas dapat mengerti batas-batas atau

tidak melakukan hal-hal yang dapat menjelekkan nama IAIN Salatiga.

Upaya yang kami lakukan pada inovasi perkembangan organisasi

ini adalah menjaga hubungan baik formal maupun nonformal. Kedua

hubungan ini merupakan dasar akan eksistensi atau adanya organisasi ini.

Selain itu, walau nantinya akan terdapat pergantian kepengurusan apabila

para anggota masih dapat menjaga hubungan maka akan secara otomatis

bukan menjadi masalah. Justru akan semakin manambah eksistensi dan

keaktifan IMADE Salatiga.

Lampiran 9

Gambar 1. Logo Ikatan Mahasiswa Purwodadi di IAIN Salatiga (IMADISA)

Gambar 2. Logo Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE) Salatiga

Gambar 3. Sesi wawancara kepada Ketua IMADISA, Bayu Wachid Palguna Sena.

(M. Nasrullah, tanggal 04 September 2018, pukul 19.33 WIB)

Gambar 4. Sesi kegiatan sosialisasi IMADISA. (Bayu Wachid Palguna Sena,

tanggal 08 Agustus 2017).

Gambar 3. Sesi kegiatan sosialisasi IMADISA. (Foto oleh Hesti Astuti, tanggal 26

Juli 2016)

Gambar 4. Kegiatan Sosialisasi oleh IMADISA. (Foto oleh Bayu Wachid Palguna

Sena, 08 Agustus 2017)

Gambar 5. Sosialisasi kampus dalam Campus Expo oleh IMADE Salatiga. (Foto

oleh Mala Ilma Auliyak)

Gambar 6. Sesi Wawancara dengan Abdul Rauf (Foto oleh Hanif Prihantomo)