Efektivitas Kombinasi Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia)_3

5
Mandala of Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011 Soraya, Ekstrak Mengkudu dan Koloni P.ovale 276 EFEKTIVITAS KOMBINASI EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia) DAN SELENIUM SULFIDA TERHADAP PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN KOLONI Pityrosporum ovale Aristi Intan Soraya 1 , IDSAP Peramiarti 1 , R. Busono Boenjamin 1 1 Jurusan Kedokteran FKIK Universitas Jenderal Soedirman Email: [email protected] ABSTRACT Mycosis has not been elucidated completely in the world. Dandruff or seborrhoeic dermatitis is a mycosis that has world prevalence of 50%. Dandruff is caused by Pityrosporum ovale, a fungi species. Recently, dandruff therapy includes the using of anti-dandruff agent and traditional herbs. Selenium sulphide is an active ingredients of shampoo which effective as anti-Pityrosporum agent. Effectiveness of noni (Morinda citrifolia) flesh to inhibit P. ovale colony has been reported. The aim of this study was to know the effectivity of noni extract and selenium sulphide combination to inhibit growth of P. ovale colony’s growth in vitro. This research was using “Rancang Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial” with two factors, noni flesh extract and selenium sulphide. The sample was taken from scalp skin scrapping of dandruff or seborrhoeic dermatitis patient. This research was done by giving combination of five levels of noni extract concentration (0%, 0,5%, 1%, 1,5%, and 2%) with five levels of selenium sulphide, repeated two times. Agar dilution was used to measure antifungal activity. The data was analysed with “Analisis Sidik Ragam.” This research showed that the decrease amount of P. ovale colony wasn’t consistent with the increase concentration of noni flesh extract and selenium sulphide. Proportionally, noni flesh extract and selenium sulphide was effective to inhibite the growth of P. ovale colony. The effective concentration for this combination is 1,5% noni flesh extract plus 1% selenium sulphide and 2% noni flesh extract plus 0,75% selenium sulphide. Key words: Morinda citrifolia, noni, selenium sulphide, Pityrosporum ovale, dandruff, and seborrhoeic dermatitis PENDAHULUAN Indonesia yang merupakan negara tropis dengan kelembaban dan suhu yang tinggi masih belum sepenuhnya berhasil membasmi penyakit infeksi jamur (mikosis) 1 . Menurut tempat serangannya, mikosis dapat digolongkan menjadi golongan mikosis kutaneus atau superfisial, subkutaneus, sistemik, dan oportunistik 2 . Salah satu golongan jamur yang menyebabkan mikosis superfisial adalah Malassezia furfur. Salah satu spesiesnya adalah Pityrosporum ovale (P. ovale) yang menyebabkan penyakit ketombe atau dermatitis seboroik 3 . Ketombe dan dermatitis seboroik adalah kondisi kulit abnormal yang umum terjadi dan ditandai oleh pengelupasan dan gatal. Ketombe menyerang 50% populasi dunia 4 . Gangguan ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni aktivitas kelenjar sebasea, jamur genus Malassezia dan kepekaan individual 5,6 . Terapi ketombe dan dermatitis seboroik bertujuan untuk menurunkan jumlah P. ovale di kulit kepala, mengurangi morbiditas dan menghindari komplikasi. Pengobatan ketombe dapat dilakukan dengan penggunaan sampo yang memiliki mekanisme kerja keratolitik, pengatur keratinisasi dan agen antimikrobial. Salah satu contoh agen antimikrobial adalah selenium sulfida 7 . Pengobatan tradisional yang dapat menghambat pertumbuhan jamur P. ovale antara lain mengkudu, aruda, jeruk

description

jfgjfhlhldhmfd

Transcript of Efektivitas Kombinasi Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia)_3

Page 1: Efektivitas Kombinasi Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia)_3

Mandala of Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011 Soraya, Ekstrak Mengkudu dan Koloni P.ovale

276

EFEKTIVITAS KOMBINASI EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia)DAN SELENIUM SULFIDA TERHADAP PENGHAMBATAN

PERTUMBUHAN KOLONI Pityrosporum ovale

Aristi Intan Soraya1, IDSAP Peramiarti1, R. Busono Boenjamin1

1Jurusan Kedokteran FKIK Universitas Jenderal SoedirmanEmail: [email protected]

ABSTRACT

Mycosis has not been elucidated completely in the world. Dandruff or seborrhoeic dermatitis is amycosis that has world prevalence of 50%. Dandruff is caused by Pityrosporum ovale, a fungi species.Recently, dandruff therapy includes the using of anti-dandruff agent and traditional herbs. Selenium sulphideis an active ingredients of shampoo which effective as anti-Pityrosporum agent. Effectiveness of noni(Morinda citrifolia) flesh to inhibit P. ovale colony has been reported. The aim of this study was to know theeffectivity of noni extract and selenium sulphide combination to inhibit growth of P. ovale colony’s growth invitro. This research was using “Rancang Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial” with two factors, noni fleshextract and selenium sulphide. The sample was taken from scalp skin scrapping of dandruff or seborrhoeicdermatitis patient. This research was done by giving combination of five levels of noni extract concentration(0%, 0,5%, 1%, 1,5%, and 2%) with five levels of selenium sulphide, repeated two times. Agar dilution wasused to measure antifungal activity. The data was analysed with “Analisis Sidik Ragam.” This researchshowed that the decrease amount of P. ovale colony wasn’t consistent with the increase concentration of noniflesh extract and selenium sulphide. Proportionally, noni flesh extract and selenium sulphide was effective toinhibite the growth of P. ovale colony. The effective concentration for this combination is 1,5% noni fleshextract plus 1% selenium sulphide and 2% noni flesh extract plus 0,75% selenium sulphide.

Key words: Morinda citrifolia, noni, selenium sulphide, Pityrosporum ovale, dandruff, and seborrhoeicdermatitis

PENDAHULUAN

Indonesia yang merupakan negara

tropis dengan kelembaban dan suhu yang

tinggi masih belum sepenuhnya berhasil

membasmi penyakit infeksi jamur (mikosis)1.

Menurut tempat serangannya, mikosis dapat

digolongkan menjadi golongan mikosis

kutaneus atau superfisial, subkutaneus,

sistemik, dan oportunistik2. Salah satu

golongan jamur yang menyebabkan mikosis

superfisial adalah Malassezia furfur. Salah

satu spesiesnya adalah Pityrosporum ovale

(P. ovale) yang menyebabkan penyakit

ketombe atau dermatitis seboroik3.

Ketombe dan dermatitis seboroik

adalah kondisi kulit abnormal yang umum

terjadi dan ditandai oleh pengelupasan dan

gatal. Ketombe menyerang 50% populasi

dunia4. Gangguan ini disebabkan oleh

beberapa faktor, yakni aktivitas kelenjar

sebasea, jamur genus Malassezia dan

kepekaan individual5,6.

Terapi ketombe dan dermatitis

seboroik bertujuan untuk menurunkan jumlah

P. ovale di kulit kepala, mengurangi

morbiditas dan menghindari komplikasi.

Pengobatan ketombe dapat dilakukan dengan

penggunaan sampo yang memiliki

mekanisme kerja keratolitik, pengatur

keratinisasi dan agen antimikrobial. Salah

satu contoh agen antimikrobial adalah

selenium sulfida7. Pengobatan tradisional

yang dapat menghambat pertumbuhan jamur

P. ovale antara lain mengkudu, aruda, jeruk

Page 2: Efektivitas Kombinasi Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia)_3

Mandala of Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011 Soraya, Ekstrak Mengkudu dan Koloni P.ovale

277

nipis, kunyit, seledri, jahe, dan campuran

rosemary, akar wangi, jinten hitam, cendana,

banyak, jeruk lemon, dan kayu putih8,9,10,11,12.

Selenium sulfida telah digunakan sejak

tahun 1960 sebagai bahan aktif pada sampo

anti ketombe dan pengobatan topikal untuk

gangguan kulit seperti folikulitis dan tinea

versikolor. Senyawa sulfida pada sampo akan

bersifat antifungi dan selenium akan

menghambat proliferasi sel kulit kepala13,14.

Efek samping pemakaian selenium sulfida

adalah kulit kepala menjadi berminyak atau

malah kering, kerontokan rambut dan

merusak warna rambut8,15.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan

pada penelitian ini adalah penelitian

eksperimental semu (quasi experiment)

dengan pre-test and post-test with control

group design. Sampel penelitian ini adalah

kerokan kepala relawan yang menderita

ketombe atau dermatitis seboroik.

Alat dan bahan yang digunakan dalam

penelitian adalah autoklaf, lemari es,

inkubator, timbangan, magnetic stirrer with

heater, mikroskop, pembakar bunsen,

termometer, erlenmeyer, tabung reaksi,

cawan petri, gelas obyek, cover glass,

mikropipet, blue tip dan yellow tip, drugal

sky, jarum ose, jarum inokulasi, kertas label,

alumunium foil, tissue, kertas pembungkus,

dan colony counter. Bahan yang digunakan

adalah alkohol 70%, ekstrak buah mengkudu,

sampo selenium sulfida 1,8%, akuades,

media Saboraud Dextrose Agar (SDA),

media Nutrient Broth (NB), olive oil, KOH

10%.

Penelitian ini menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola

Faktorial dengan menggunakan dua faktor

yaitu faktor ekstrak mengkudu dan selenium

sulfida dengan masing-masing lima taraf

konsentrasi. Konsentrasi faktor I (ekstrak

buah mengkudu) adalah 0%, 0,5%, 1,0%,

1,5%, dan 2,0%, kelimanya dikode dengan

M1, M2, M3, M4, dan M5. Konsentrasi

faktor II (selenium sulfida) adalah 0%,

0,25%, 0,5%, 0,75%, dan 1%, dikode dengan

S1, S2, S3, S4, dan S5. Jumlah ulangan

ditentukan dengan rumus (t – 1) × (r – 1) ≥

15 dan didapatkan dua kali ulangan.

Pengukuran pertumbuhan koloni P. ovale

dilakukan dengan menghitung jumlah koloni

P. ovale menggunakan colony counter.

Penghitungan penghambatan jumlah koloni

dilakukan dengan metode Total Plate Count

dan membandingkan selisih jumlah koloni

pada perlakuan 0% (sebagai kontrol) dan

jumlah koloni perlakuan lain yang dicobakan.

Analisis data dilakukan dengan

analisis RAL Pola Faktorial untuk

menduga interaksi kedua faktor uji.

Analisis mencakup perhitungan jumlah

kuadrat utama dan penggunaan tabel sidik

ragam untuk mengetahui tingkat

kebermaknaan16.

HASIL DAN PEMBAHASANSecara proporsi, dapat dilihat pada

Tabel 1 bahwa ekstrak mengkudu dan

Page 3: Efektivitas Kombinasi Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia)_3

Mandala of Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011 Soraya, Ekstrak Mengkudu dan Koloni P.ovale

278

selenium sulfida mampu menghambat

pertumbuhan jamur P. ovale dengan

penurunan jumlah koloni yang sejalan

dengan meningkatnya konsentrasi sampai

dengan konsentrasi tertentu. Namun

penurunan jumlah koloni ini ditemukan tidak

signifikan.

Untuk mengetahui tingkat

kebermaknaan, dilakukan analisis sidik

ragam yang menunjukkan bahwa selenium

sulfida tidak berpengaruh nyata terhadap

penghambatan pertumbuhan koloni P. ovale.

Selenium sulfida memang telah digunakan

secara luas sebagai agen antiketombe selama

lebih dari lima puluh tahun dan kini semakin

jarang diteliti efektifitasnya. Penelitian Sheth

tahun 1983 menunjukkan bahwa dari 8 orang

yang diteliti menggunakan sampo dengan

selenium sulfida, hanya 4 orang yang

mengalami perbaikan klinis yang bermakna.

Selanjutnya, hasil analisis sidik ragam (tabel

2) menunjukkan bahwa ekstrak buah

mengkudu tidak berpengaruh signifikan

terhadap koloni P. ovale. Hal ini dapat

diakibatkan oleh karena tidak dilakukannya

metode fraksinasi pada penelitian ini,

sehingga zat aktifnya tidak didapatkan

dengan maksimal. Ketidakefektifan ini

sejalan dengan penelitian Suryaningrum dan

Subakir (2006) yang menyatakan bahwa

tidak ada perbedaan antara mengkudu 2%

dengan ketokonazol 2% dalam menghambat

pertumbuhan spesies Malassezia furfur,

dimana ketokonazol dan mengkudu sama-

sama kurang efektif menghambat

pertumbuhan koloni jamur tersebut.

Tabel 2. Daftar Sidik Ragam Jumlah KoloniP. ovale

SK DB F Hitung F Tabel0,05 0,01

Mengkudu 4 -2,16tn 2,76 4,18Seleniumsulfide

4 -2,21tn 2,76 4,18

Interaksi 16 -1,67tn 2,06 2,51Galat 25Total 49

Keterangan : tn =tidak nyata

Selain mengandung banyak senyawa

antifungi, seperti terpenoid, scopoletin,

Tabel 1. Rerata penghambatan koloni P. ovale (%) pada perlakuan dengankonsentrasi buah mengkudu dan konsentrasi selenium sulfida

Konsentrasimengkudu ( % )

Konsentrasi selenium sulfide ( % ) Rerata0 0,25 0,5 0,75 1,0

0 0 90,31 85,43 86,12 89,37 70,25

0,5 60,94 95,76 88,37 96,49 98,61 88,04

1,0 94,72 97,81 98,66 99,50 99,85 98,11

1,5 95,65 99,54 100 99,96 100 99,03

2,0 94,68 100 95,38 100 100 98,01

Rerata 69,20 96,68 93,57 96,42 97,57

Page 4: Efektivitas Kombinasi Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia)_3

Mandala of Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011 Soraya, Ekstrak Mengkudu dan Koloni P.ovale

279

ursolic acid, caprylic acid, alkaloid,

flavonoid, coumarin, dan anthraquinone17,18

mengkudu juga mengandung kandungan gizi,

yaitu air 89,1%, protein 2,9%, lemak 0,6%,

karbohidrat 2,2%, serat 3,0%, dan lain- lain19.

Menurut Mathivaran dan Surendiran (2007),

kandungan protein mengkudu mencapai 8,0

mg/g fresh weight (gfw), gula terlarut 1,4

mg/gram, zat tepung 1,1 mg/gram, lemak

3,3% dan serat mentah 40%. Kandungan-

kandungan ini dibutuhkan fungi untuk

tumbuh.

Ketidakkonsistenan penurunan jumlah

koloni P. ovale dapat dijelaskan dengan teori

pertumbuhan fungi (kurva pertumbuhan

fungi) yang mencakup fase lag, fase

akselerasi, fase eksponensial, fase deselerasi,

fase stasioner, dan fase kematian20. Setelah

fungi dapat beradaptasi dengan adanya

selenium sulfida dan senyawa antinfungi

pada lingkungannya, fungi bermutasi dan

dapat berkembang biak dengan

memanfaatkan nutrisi yang terkandung dalam

media NB / SDA dan kandungan gizi pada

ekstrak buah mengkudu. Kemudian terjadi

fase eksponensial dimana terjadi peningkatan

pembelahan sel dengan cepat. Hal inilah

yang mungkin mendasari peningkatan jumlah

koloni P. ovale ketika konsentrasi selenium

sulfida dan ekstrak mengkudu meningkat.

Meskipun ekstrak mengkudu dan

selenium sulfida memiliki aktivitas antifungi

dan secara proporsi efektif dalam

menghambat pertumbuhan koloni P. ovale,

tidak ditemukan interaksi sinergistik yang

bermakna antara ekstrak mengkudu dan

selenium sulfida. Hasil analisis sidik ragam

(Tabel 2) ditemukan bahwa F hitung interaksi

lebih rendah daripada F tabel. Hal ini berarti

tidak terdapat interaksi yang nyata secara

statistik antara ekstrak mengkudu dan

selenium sulfida16. Konsentrasi efektif untuk

menghambat pertumbuhan koloni P. ovale

dari kombinasi kedua zat ini adalah ekstrak

mengkudu 1,5% dan selenium sulfida 1%

serta ekstrak mengkudu 2% dan selenium

sulfida 0,75%.

Ketidakbermaknaan hasil ini diduga

disebabkan oleh range konsentrasi selenium

sulfida yang terlalu lebar. Karena itu,

konsentrasi perlakuan selenium sulfida yang

paling rendah (0,5%) juga langsung

memberikan dampak penurunan jumlah

koloni yang besar. Hal ini menyebabkan hasil

kesinergisan yang diharapkan bermakna tidak

didapatkan. Bila range konsentrasi selenium

sulfida dipersempit, diduga hasil yang

didapatkan akan lebih bermakna karena

terdapat penghambatan jumlah koloni secara

bertahap.

KESIMPULAN

Kombinasi ekstrak buah mengkudu

(Morinda citrifolia) dan selenium secara

proporsi efektif dalam menghambat

pertumbuhan koloni Pityrosporum ovale.

Konsentrasi efektif kombinasi ini adalah

ekstrak buah mengkudu 1,5% dengan

selenium sulfida 1% serta ekstrak buah

mengkudu 2% dengan selenium sulfida

0,75%.

Page 5: Efektivitas Kombinasi Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia)_3

Mandala of Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011 Soraya, Ekstrak Mengkudu dan Koloni P.ovale

280

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih

kepada Laboratorium Mikrobiologi Jurusan

Kedokteran FKIK Unsoed serta rekan-rekan

dan pihak-pihak lain yang telah membantu

dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nasronudin. 2007. Diagnosis dan TerapiMikosis. Dalam: Nasronudin (Eds). PenyakitInfeksi di Indonesia: Solusi Kini danMendatang. Surabaya: Airlangga UniversityPress

2. Levinson, W. 2006. Micology. Dalam:Medical Microbiology and Immunology Edisikesepuluh. McGraw-Hill. [e-book].

3. Sugita, T, Boekhout, T, Velegraki, A, Guillot,J, Hađina, S, Cabañes, FJ. 2010.Epidemiology of Malassezia-Related SkinDiseases. Dalam: Boekhout, Guého, Mayser,Velegraki (Eds). Malassezia and the Skin.Springer. [e-book]

4. Warner, RR, Schwartz, JR, Boissy, Y,Dawson Jr, TL. 2001. Dandruff has an alteredstratum corneum ultrastructure that isimproved with zinc pyrithione shampoo.Journal of the American Academy ofDermatology 45 (6): 1.

5. DeAngelis, Y, Gemmer, CM, Kaczvinsky, JR,Kenneally, DC, Schwartz, JR, Dawson, TL.2005. Three Etiologic Facets of Dandruff andSeborrheic Dermatitis: Malassezia Fungi,Sebaceous Lipids, and Individual Sensitivity.Journal of Investigative DermatologySymposium Proceedings. 10:295 –297

6. Dawson, TL. 2007. Malassezia globosa andrestricta: Breakthrough Understanding of theEtiology and Treatment of Dandruff andSeborrheic Dermatitis through Whole-GenomeAnalysis. Journal of InvestigativeDermatology Symposium Proceedings. 12:15–19

7. Sanfilippo, A dan English, JC. 2006. AnOverview of Medicated Shampoos Used inDandruff Treatment. P & T. 31 (7): 396-399.

8. Ravichandran, G, Bharadwaj, S, danKolhapure, SA. 2004. Evaluation of theclinical efficacy and safety of “Anti-DandruffShampoo” in the treatment of dandruff. TheAntiseptic. 201(1): 5-8.

9. Amelianingtyas, A., Peramiarti, IDSAP, danErnawati, D. A. 2010. Efektivitas Kadar

Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus aurantifoliaSwingle) terhadap Persentase PenghambatanPertumbuhan Koloni Pityrosporum ovale.Karya Tulis Ilmiah. Universitas JenderalSoedirman, Purwokerto.

10. Silviani, A, Peramiarti, IDSAP, danKrisnansari, D. 2010. Uji Efektivitas EkstrakBuah Mengkudu (Morinda citrifolia) sebagaiAntifungi terhadap PertumbuhanPityrosporum ovale secara In Vitro. Skripsi.Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

11. Novitasari, C., dan Subakir. 2010. EfektivitasEkstrak Kunyit (Curcuma domestica)Dibandingkan dengan Ketokonazol 2%terhadap Pertumbuhan Malassezia sp. padaKetombe. Artikel Karya Tulis Ilmiah.Universitas Diponegoro. Diunduh darihttp://eprints.undip.ac.id/23181/1/Choery.pdf. Diakses tanggal 28 November 2010.

12. Aprilia, F., dan Subakir. 2010. EfektivitasEkstrak Jahe (Zingiber officinale Rosc.)3,13% Dibandingkan Ketokonazol 2%terhadap Pertumbuhan Malassezia sp. padaKetombe. Artikel Karya Tulis Ilmiah.Universitas Diponegoro. Diunduh darihttp://eprints.undip.ac.id/23372/1/Fitrina.pdf.Diakses tanggal 28 November 2010.

13. Win, D. T. 2003. Selenium: Atomic Number34, Mass Number 78,96. Au J. T. 7 (1): 1-7.

14. Cooper, RM dan Williams, JS. 2004.Elemental Sulphur as an Induced AntifungalSubstance in Plant Defence. Journal ofExperimental Botany 55 (404): 1947-1952

15. Ngan, V. 2009. Selenium sulfide. Diunduhdarihttp://dermnetnz.org/treatments/selenium.html. Diakses tanggal 22 November 2010.

16. Hanafiah, K. A. 2000. RancanganPercobaan: Teori & Aplikasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

17. Pohan, H. G., dan N. T. Antara. 2001.Pengaruh penambahan madu dan asam sitratterhadap karakteristik minuman fungsionaldari sari buah mengkudu. Forum KomunikasiIHP. (4): 11-20.

18. Wang, M. Y., dan J. W. Brett. 2002. Morindacitrifolia (noni): A literature review andrecent advances in noni research. ActaPharmacol Sin. 23 (12): 1127-1141.

19. Jones, W. 2000. Noni Blessing Holdings.Food Quality Analysis, Oregon.

20. Gandjar, I., Sjamsuridzal, W., dan Oetari, A.2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.