EFEKTIFITAS PENANGANAN MASALAH RUMAH TANGGA...
Transcript of EFEKTIFITAS PENANGANAN MASALAH RUMAH TANGGA...
EFEKTIFITAS PENANGANAN MASALAH RUMAH TANGGA
MELALUI LEMBAGA PELAYANAN KONSULTASI
DI MASJID AGUNG AL-AZHAR JAKARTA
SKRIPSI
Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Shinta paramita
NIM: 105052003513
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H./2009 M.
EFEKTIFITAS PENANGANAN MASALAH RUMAH TANGGA
MELALUI LEMBAGA PELAYANAN KONSULTASI
DI MASJID AGUNG AL-AZHAR JAKARTA
SKRIPSI
Ditujukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Shinta paramita
NIM: 105052003513
Di bawah bimbingan,
Drs. M. Lutfi Jamal, MA
NIP: 19671006 199403 1 006
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H./2009 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skipsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bogor, Agustus 2009
Shinta Paramita
ABSTRAK
Shinta Paramita
Efektifitas Penanganan Masalah Rumah Tangga Melalui Lembaga Pelayanan
Konsultasi di Masjid Agung Al-Azhar Jakarta
Masalah rumah tangga adalah masalah yang terjadi dalam kehidupan suami, istri dan
anak (keluarga) yang dapat mengganggu hati dan pikiran orang-orang yang ada didalamnya.
Di lembaga pelayanan konsultasi Masjid Agung Al-Azhar Jakarta kebanyakan dari klien
adalah mereka yang mempunyai masalah rumah tangga, kebanyakan mereka adalah orang-
orang yang kurang memahami arti penting sebuah keluarga dan bagaimana harus menjalani
hidup berumah tangga, dilihat betapa rumitnya permasalahan dalam rumah tangga, sehingga
mereka sangat membutuhkan bimbingan, bantuan, arahan, dan solusi tentang apa yang
dinamakan keluarga dan bagaimana menjalaninya agar mereka mengerti dan memahami
secara baik dan benar menjalani hidup berumah tangga menurut ajaran agama Islam.
Bimbingan konsultasi yang diberikan di lembaga pelayanan konsultasi Masjid Agung
Al-Azhar Jakarta pada dasarnya merupakan bentuk pengarahan, dan memberi pengertian
tentang masalah yang sedang dihadapi klien tanpa memvonis klien benar atau salah tentang
masalah yang dihadapinya, namun bentuk pengertian ini adalah untuk membuka pikiran klien
yang positif tentang apa sesungguhnya masalah yang dihadapinya. Ini dimaksudkan agar
klien mengerti dan dapat membuka mata, pikiran, dan hatinya tentang masalahnya. Dan
sebagai bekal klien untuk menjalani hidup berumah tangga sehingga tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis dekriptif dengan
pendekatan kualitatif, yaitu studi tentang suatu penelitian dengan menghimpun data,
mengolah dan menganalisis secara deskriptif dengan menafsirkan secara kualitatif. Sehingga
data-data yang dikumpulkan dalam bentuk konsep-konsep.
Adapun efektifitas penanganan masalah rumah tangga yang dilakukan oleh konselor
di lembaga pelayanan konsultasi adalah bimbingan dan konsultasi dengan menggunakan
petujuk langsung dari Allah berupa al-Qur’an dan hadits yang berkenaan dengan masalah
klien dan konselor juga menggunakan Metode direktif yang ada di dalam ilmu bimbingan
penyuluhan Islam atau konseling, yaitu berupa Wawancara, Tanya jawab dan Diskusi
langsung dengan klien agar mengetahui dengan pasti masalah yang dihadapi klien. Cara ini
dinilai efektif oleh konselor dalam membantu dan membimbing klien, maupun oleh klien
yang menyatakannya setelah berkonsultasi. Selain itu penanganan masalah dapat dinilai
efektif karena dalam pendekatan dengan klien konselor memberikan suasana kekeluargaan,
terbuka, permissif, penuh keakraban, saling menghargai antara konselor dengan klien. Juga
para staf yang ramah menyambut kedatangan klien sehingga tidak ada ketegangan yang
terjadi selama berlangsungnya proses konsultasi dan nyaman bagi klien untuk
mengungkapkan masalahnya.
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Tiada kata seindah selain rasa syukur yang penulis panjatlkan hanya kepada Allah
SWT yang telah memberikan nikmat, dan kasih sayangNya yang begitu besar kepada penulis
sehingga dengan izin dan RidhaNya penulis dapat menyelesaikan, hasil karya penulis yang
ditujukan untuk memperoleh gelar starta 1 (S1) selain itu penulis juga dapat menyelesaikan
pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Penulis merasa sangat bersyukur karena apa yang
penulis perjuangkan dalam menyelesaikan hasil karya ini tidak sia-sia dan dapat terselesaikan
dengan baik, yang hasilnya dapat penulis rasakan di kemudian hari yang insyaAllah akan
menjadi bekal Ilmu bagi penulis dalam menghadapi dunia yang penuh persaingan dan global
ini.
Penulisan Skripsi ini lebih tepatnya ditujukan sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) dalam program Bimbingan dan Penyuluhan
Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dengan judul Skripsi “Efektifitas Penanganan Masalah Rumah Tangga Melalui
Lembaga Pelayanan Konsultasi di Masjid Agung Al-Azhar Jakarta” Adapun yang penulis
teliti adalah menganalisis yaitu bagaimana bentuk penanganan masalah rumah tangga
menurut Islam, yang diberikan oleh seorang konselor atau pembimbing di lembaga konsultasi
Masjid Agung Al-Azhar dalam memberikan bimbingan atau pencerahan tentang masalah
rumah tangga yang dihadapi klien.
Sebagaimana diketahui bahwa setiap manusia yang hidup tidak pernah luput dari
masalah, beragam jenis masalah yang dihadapi membuat manusia selalu berusaha mencari
solusi atau jalan keluar dari masalah yang dihadapinya, untuk itu dalam penelitian ini,
penulis mengambil suatu masalah yang juga sangat banyak dialami oleh mereka yang telah
hidup berumah tangga dan masalah rumah tangga merupakan jenis masalah yang rumit dalam
penangannya. Dengan begitu mereka membutuhkan bantuan, bimbingan, arahan, dan solusi
dari permasalahannya, dengan demikian mereka dapat menjalani hidup berumah tangga
dengan baik dan sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam proses penulisan penelitian ini penulis pun menyadari bahwa adanya hamba-
hamba Allah yang bersifat mulia, dan berhati tulus yang berpartisipasi membantu selama
proses pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu tak ada kata terucap yang datang dari hati
penulis selain ucapan rasa terimakasih yang sebasar-besarnya kepada mereka. Dalam hal ini
izinkanlah penulis mendedikasikan nama mereka di dalam skripsi penulis, sebagaimana
diketahui bahwa nama yang harum tidak akan pernah hilang dihati orang yang terbantu
karena jasanyalah nama mereka tetap ada di hati penulis. Ucapan rasa terima kasih ini khusus
penulis persembahkan kepada :
1. Dr. Arif Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
2. Drs. M. Lutfi M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang
sekaligus Dosen Pembimbing skripsi penulis, yang membimbing dan mengarahkan
penulis agar dapat menyelesaiakan skripsi ini dengan baik.
3. Dra. Nasichah, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4. Drs. Azwar Chatib, selaku Dosen Penasehat Akademik Bimbingan dan Penyuluhan
Islam.
5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah berjasa dalam
pembuatan skripsi ini, para staf Bagian Tata Usaha yang telah membantu proses
kelancaran administrasi, para karyawan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi serta segenap karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membantu penulis dalam menemukan data-data berupa buku-buku
kepustakaan sebagai referensi yang berkenaan dengan pembuatan skripsi ini.
6. Drs. H. Amliwazir Saidi selaku konselor sekaligus kepala kantor Masjid Agung Al-
Azhar berikut para staf lembaga pelayanan konsultasi Masjid Agung Al-Azhar Jakarta
yang turut membantu penulis dalam menghimpun data-data dan informasi yang
penulis butuhkan berhubungan dengan kelembagaan sebagai referensi yang berkenaan
dengan pembuatan sripsi.
7. Kedua orang tua tersayang, ayahanda Sutrisno dan Mama Erni Wirdaningsih yang
merawat dan membesarkan penulis dengan keikhlasan dan kesabaran, serta dukungan
yang diberikan baik moral maupun material yang selalu penulis dapatkan sampai saat
ini, begitu juga doa-doa yang senantiasa mengalir disetiap waktu, sehingga penulis
dapat melanjutkan pendidikan hingga keperguruan tinggi dan alhamdulillah saat ini
penulis telah menyelesaikan pendidikan S1.
8. Adik tersayang Alfian Nurwansyah, dan tak lupa juga kepada tante Wirda. Tak ada
kata selain doa yang penulis penjatkan kehadirat Allah Swt yang membalas setiap
amal perbuatan dan jasa mereka, semoga mereka semua selalu dicintai Allah Swt.
9. Ramdhana Fajri (Ramtha), yang memberikan dukungan moral, perhatian dan doa
yang selalu tercurah untuk keberhasilan penulis.
10. Kepada teman-teman angkatan 2005 mahasiswa/i jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam. Mereka adalah teman terhebat, dan tak lupa juga kepada teman-teman alumni
SMK Islamic Village. Eka, Edwar, Shindy, Sayu, dan Tias (Alm). Semoga hubungan
silaturahmi dan persahabatan yang telah terbina dapat terus terjaga hingga akhir hayat.
11. Kepada Dhillah Net yang membantu penulis dalam teknis penulisan skripsi.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan skripsi
ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk
perbaikan skrpsi ini, sehingga menjadi sebuah karya tulis yang baik dan dapat bermanfaat
bagi yang membacanya.
Bogor, Agustus 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... vi
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 6
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7
E. Metodologi Penelitian ..................................................................... 9
F.Sistematika Penulisan ..................................................................... 14
BAB II : LANDASAN TEORITIS
A. EFEKTIFITAS ............................................................................... 15
1. Pengertian Efektifitas ............................................................... 15
2. Indikator Efektifitas dalam Penanganan .................................. 17
B. MASALAH RUMAH TANGGA ................................................... 18
1. Pengertian Masalah Rumah Tangga ......................................... 18
2. Bentuk-bentuk Masalah Rumah Tangga .................................. 21
3. Faktor Penyebab Munculnya Masalah Rumah Tangga ............ 22
4. Akar Masalah Keluarga .......................................................... 27
C. KONSULTASI ............................................................................... 29
1. Pengertian Konsultasi .............................................................. 29
2. Bentuk Layanan Konsultasi ..................................................... 30
BAB III :GAMBARAN UMUM LEMBAGA PELAYANAN KONSULTASI
MASJID AGUNG AL-AZHAR
A. Sejarah dan Perkembangannya ............................................. 35
B. Visi, Misi, dan Tujuan ........................................................... 40
C. Struktur Organisasi dan Pengelolaan .................................... 42
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS
A. Identifikasi Subyek Penelitian ............................................... 45
B. Penanganan Masalah Rumah Tangga di Lembaga
Konsultasi............................................................................... 48
C. Analisis Efektifitas Penanganan Masalah Rumah
Tangga.................................................................................... 51
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................. 55
B. Saran....................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 59
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan di muka bumi ini terdiri dari laki-laki dan perempuan, mereka
dikaruniai Allah dengan rasa cinta, rasa sayang juga adanya saling membutuhkan satu sama
lain, oleh agama telah diatur hubungan dengan jalan perkawinan.1 Sesuai dengan Firman
Allah:
Artinya :
“Wahai manusia bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang
satu (Adam) dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah
kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan
kekeluargaanmu. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. (Qs. An-Nissa :1)2
Allah SWT sebagai tujuan akhir segala perilaku dan perbuatan manusia telah
menentukan bahwa pergaulan antar jenis dan hubungan antara laki-laki dan perempuan harus
berakhir dengan perkawinan. Perkawinan harus menjadi awal pembentukan sebuah keluarga.3
Namun, sebagian orang beranggapan bahwa perkawinan adalah penjara yang
membelenggu kekebasan mereka dan membebani hidupnya, maka banyak di antara mereka
yang lebih suka membujang dari pada harus berumah tangga yang hanya membebani hidup.
1 Mahmud Yunus, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : PT. Hida Karya, 1991), Cet. Ke-29, h. 104. 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1996), Cet.
Ke-70, h. 61. 3Imam Suhirman, Menjadikan Keluarga Sakinah (Manajeman Menuju Keluarga Sakinah dan
Bimbingan Perkawinan), (Jakarta: Media Istiqomah, 2006), Cet. Ke-1, h. 3.
Abdulah Nasih Ulwan dalam sebagaimana dikutip dalam bukunya menyebut bahwa :
“...Islam memerintahkan umatnya melakukan perkawinan guna melestarikan
keturunan, memelihara nasab, menyelamatkan manusia dari dekadensi moral membentuk
rumah tangga ideal sebagai sarana pendidikan anak, membebaskan masyarakat dari
berbagai penyakit, memperoleh ketetenangan jiwa serta menumbuhkan rasa kasih sayang
antara orang tua (suami-istri) dan anak...”4
Perkawinan adalah salah satu persyaratan pertama seseorang dalam membina
keluarga. Keluarga dalam terminologi sosial sebagaimana dikemukakan Robert M. Lawang
dalam kutipan, buku Cahyadi Tjakariawan dipahami sebagai: Kelompok orang-orang yang
dipersatukan oleh perkawinan, darah atau adopsi yang membentuk satu rumah tangga; yang
berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan melalui peran-perannya sendiri sebagai
anggota keluarga; dan yang mempertahankan kebudayaan masyarakat yang berlaku umum,
atau bahkan menciptakan kebudayaan sendiri...”5
Keluarga itu sendiri merupakan lingkungan pertama dan utama bagi kehidupan
seorang anak. Melalui hubunngan dengan anggota pada tahun-tahun pertama dalam
kehidupannya yang merupakan pondasi bagi sikap dan pandangan anak terhadap orang lain,
objek dan kehidupan secara umum. Dari pengalaman bagaimana sebaliknya bergaul dengan
orang lain di luar rumah.
Keluarga merupakan salah satu tempat terpenting pertama dalam masa pembentukan
kepribadiannya, dan ditunjang dengan hubungan ayah dan ibu yang harmonis. Keluarga akan
terasa nyaman, tentram walaupun ada masalah bisa diselesaikan dengan kepala dingin.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terdiri dari satu
orang laki-laki dan seorang perempuan, yang mempunyai peranan penting dalam membina
calon pemuda. Suami istri adalah pondasi dasar bagi sebuah bangunan rumah tangga karena
4Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan; Membina Keluarga Sakinah Menurut al-Qur’an dan as-
Sunnah, (Jakarta: Akademia Presindo, 2001), Cet. Ke-11, h. 113. 5Cahyadi Tjakariawan, Pernak-pernik Keluarga Islami, (Solo: Era Intermedia. 2005), Cet. Ke-5, h. 8.
itulah Islam menetapkan kriteria khusus baginya hingga menimbulkan rasa cinta dan kasih
sayang dan ketertarikan.6
Membina hubungan rumah tangga bukanlah hal yang mudah, karena itu untuk
menyatukan dua orang yang berbeda-beda dari latar belakang pendidikan, budaya, dan
bahasa. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat saling mengerti dan menerima.
Permasalahan mungkin saja terjadi dalam proses memahami dan menerima antara kedua
pasangan.
Mempelajari tentang kehidupan berkeluarga adalah satu hal penting untuk dilakukan
oleh masyarakat sebagai bekal dalam membentuk sebuah keluarga yang sakinah. Karena
minimnya pengetahuan masyarakat tentang kehidupan keluarga akan menyababkan masalah
di dalam keluarga. Masalah pernikahan dan keluarga amat banyak sekali, dari yang terkecil
sampai yang besar, dari sekedar pertengkaran kecil sampai ke perceraian.
Tidak bisa diungkiri bahwa masalah-masalah dalam keluarga pasti pernah terjadi
dalam membina suatu rumah tangga, penyebabnya bisa terjadi karena tidak dibekalinya
pengetahuan yang cukup mengenai kehidupan rumah tangga yang Islami pada masa-masa
sebelum dan menjelang pernikahan, dengan kata lain, ada banyak faktor yang menyebabkan
masalah dalam rumah tangga.
Kenyataan akan adanya masalah yang berkaitan dengan pernikahan dan kehidupan
rumah tang yang kerap kali tidak bisa ditangani sendiri oleh yang terlibat dengan masalah
tersebut, menunjukan bahwa diperlukan adanya bantuan konseling dari orang lain atau
sebuah lembaga konseling Islam untuk turut serta mengatasinya. Selain itu, kenyataan bahwa
kehidupan pernikahan dan keluarga itu selalu ada masalahnya, menunjukan perlu ada
bimbingan dan konseling Islam dalam penanganan masalah keluarga dan pembinaan
kehidupan rumah tangga.
6 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), Cet. Ke-
2, h. 12.
Dalam hal ini, penanganan dan pembinaan kehidupan rumah tangga dapat dikaitkan
dengan adanya proses layanan bimbingan yang Islami. Dan proses konseling di suatu
lembaga pelayanan konsultasi yang dapat disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi
sebuah keluarga.
Di Indonesia terdapat banyak pilihan lembaga pelayanan konsultasi Islam yang
bersifat bimbingan dan konseling dan ada pula yang berbasis masjid. Berdasarkan fenomena
tersebut, maka lembaga pelayanan konsultasi merupakan sarana yang cukup efektif dalam
penanganan masalah rumah tangga sehingga tujuan dan sasaran permasalahan dapat tercapai
dengan baik secara efektif dan efisien.
Lembaga pelayanan konsultasi Islam di bawah naungan Masjid Agung Al-azhar
adalah salah satu lembaga konsultasi dan bimbingan Islam yang terletak di daerah Kebayoran
Baru Jakarta Selatan, Lembaga pelayanan konsultasi ini mempunyai program yang salah
satunya adalah konsultasi masalah rumah tangga. Dimana progam ini sangat sesuai dengan
fenomena masyarakat yang mengalami masalah rumah tangga sangat membutuhkan
penanganan secara Islam dalam penyelasaian masalah rumah tangga, disamping itu, dalam
penelitian ini jarak tempuh dari rumah penulis dengan lembaga pelayanan konsultasi ini dapat
terjangkau.
Berdasarkan dari uraian tersebut penulis merasa tertarik untuk melaksanakan
penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “ EFEKTIFITAS PENANGANAN
MASALAH RUMAH TANGGA MELALUI LEMBAGA PELAYANAN
KONSULTASI DI MASJID AGUNG AL-AZHAR JAKARTA.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sebagaimana diketahui, bahwa proses layanan bimbingan dan konsultasi Islam dapat
dilakukan di suatu lembaga konsultasi Islam, lembaga konsultasi di bawah naungan Masjid
Agung Al-Azhar ini mempunyai program bagi pelayanan konsultasi masalah rumah tangga,
adapun pembatasan masalah yang sering dihadapi klien di lembaga pelayanan konsultasi
Masjid Agung Al-Azhar ini seperti, harta waris, ketidakmengertian suami istri dalam
menjalankan kewajibannya, dan keikutsertaan orang tua dalam rumah tangga anak.
Dibimbing oleh konselor berpengalaman. Program ini merupakan bentuk layanan bimbingan
konseling Islam yang memiliki tujuan dalam penanganan yang salah satunya membantu
menangani masalah rumah tangga. Oleh karena itu dalam skripsi ini hanya dibatasi pada
pelaksanaan konsultasi Islam di lembaga pelayanan konsultasi Masjid Agung Al-Azhar
Jakarta.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka permasalahannya dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi masalah rumah tangga apa saja yang ditangani?
b. Bagaimana bentuk penanganan masalah rumah tangga keluarga di lembaga
pelayanan konsultasi Masjid Agung Al-Azhar Jakarta?
c. Analisis efektifitas penanganan masalah rumah tangga di Masjid Agung Al-Azhar
Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian titik tolak dari setiap kegiatan penelitian, sesuai dengan pembatasan
dan perumusan masalah yang sudah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan:
a. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi masalah rumah tangga.
b. Untuk mengetahui bentuk penanganan masalah rumah tangga di lembaga
pelayanan konsultasi masjid Agung al-Azhar Jakarta.
c. Menganalisis efektifitas penanganan masalah rumah tangga di lembaga pelayanan
konsultasi Masjid Agung Al-Azhar Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Akademis
Sebagai referensi dan peningkatan wawasan khususnya untuk pengembangan
bimbingan dan penyuluhan Islam di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi konsultan selaku pembimbing
sebagai bahan informasi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada
klien sehingga tercipta sebuah keluarga sakinah mawaddah warahmah, dan lebih
luas tercipta hubungan antar keluarga yang harmonis, rukun damai dan sejahtera.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini penulis melakukan tinjuan pustaka lebih awal di
perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Dan setelah penulis melakukan observasi,
penulis menemukan beberapa skripsi yang pernah menggunakan istilah rumah tangga ada
pun skripsi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Aktivitas Konseling Islam Dalam Mengatasi Problema Keluarga (studi kasus di Lembaga
Konsultasi dan Bantuan Hukum, Perempuan dan Keluarga) oleh Nur Bayani, mahasiswa
jurusan BPI dengan NIM 0052019796, skripsi ini berisi tentang Aktivitas Konseling Islam
Dalam Mengatasi Problem Keluarga dan Perempuan.
Fokus penelitian adalah, lebih difokuskan pada aktivitas kegiatan konseling di lembaga
konsultasi bantuan hukum perempuan dan keluarga.
Pembinaan Keluarga Sakinah Melalui Layanan Bimbingan dan Konseling Islam (Studi
Kasus di Radio CBB Jakarta) Diah Wimas Wati, Mahasiswi Fakultas Dakwah dan
Komunikasi dengan NIM 103052028655, skripsi ini berisi tentang Bimbingan dan Konseling
Islam dalam membina keluarga sakinah.
Fokus penelitian adalah, lebih difokuskan pada bimbingan dan konseling Islam dalam
pembinaan keluarga sakinah di Radio CBB Jakarta.
Berbeda dengan karya-karya ilmiah di atas, bahwa penelitian yang dilakukan oleh
penulis berisi tentang “Efektifitas Penanganan Masalah Rumah Tangga Melalui Lembaga
Pelayanan Konsultasi di Masjid Agung Al-Azhar Jakarta”. Pada penulisan skripsi ini juga
membahas apa saja yang menjadi masalah rumah tangga, bentuk penanganan masalah rumah
tangga, serta analisis penanganan masalah rumah tangga melalui lembaga pelayanan
konsultasi di Masjid Agung Al-Azhar.
Demikian perbedaan pokok bahasan serta materi antara peneliti dengan skripsi-skripsi
tersebut di atas.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti
yang dikutip Lexy j. Moleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.7
Dalam hal ini penulis melakukan observasi, transkrip wawancara, studi kepustakaan, dan data
dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang
utuh.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lembaga pelayanan konsultasi Masjid Agung Al-Azhar
Jakarta yang bertempat di jalan Sisingamangaraja IX Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang
didalamnya terdapat program konsultasi masalah rumah tangga adapun alasan penulis
menetapkan tempat ini sebagai sarana penelitian adalah efektifitas dan bimbingan yang
terbentuk dalam program “Konsultasi Masalah Rumah Tangga” pada umumnya
menggunakan pendekatan konseling, sesuai permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
berkeluarga. Selain lokasinya yang mudah dijangkau, penulis tidak mengalami kesulitan
dalam menghimpun data dan informasi yang diperlukan. Kemudian penelitian ini akan
dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih 3 bulan (mulai bulan maret sampi mei 2009)
3. Subyek dan Obyek Penelitian
Adapun subyek penelitian adalah:
Drs. H. Amliwazir Saidi adalah salah satu konselor profesional (ahli) di lembaga
pelayanan konsultasi Masjid Agung Al-Azhar sekaligus menjabat sebagai kepala kantor
Masjid Agung Al-Azhar Jakarta dan yang menjadi subyek lain dalam penelitian ini, adalah
klien yang memiliki masalah dalam rumah tangganya. Kemudian objeknya ialah layanan
7 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), Cet. Ke-
11, h. 3.
bimbingan konseling Islam melalui lembaga pelayanan konsultasi di Masjid Agung Al-Azhar
Jakarta dalam penanganan masalah rumah tangga.
4. Sumber Data
Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam penelitian untuk
memperoleh data-data kongkret, dan yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh
data yang diperlukan dalam penelitian ini.8 Untuk menetapkan sumber data, penulis
mengklasifikasikannya berdasarkan jenis data yang dibutuhkan (dikumpulkan)’
Untuk data primer penulis menghimpunnya dari nara sumber profesional (ahli) yang
dijadikan sebagai subjek penelitian, dan didapatkan dari beberapa keluarga yang mengetahui
dan mendapatkan pelayanan bimbingan dan konseling Islam di lembaga pelayanan konsultasi
Masjid Agung Al-Azhar Jakarta. Kemudian data sekunder, penulis memgumpulakannya dari
buku-buku dan berbagai literatur yang berhubungan dengan pembuatan skripsi yang penulis
susun.
5. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan permasalahan penelitian dan data-data yang dibutuhkan, maka penulis
menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara komunikasi langsung dan tidak langsung
kepada subyek yang sudah ditentukan. Kemudian secara operasional penulis didukung
dengan beberapa instrumen penelitian berikut ini:
a. Observasi atau alat observasi
8 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: Lembaga
Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3), 1998), Cet. Ke-1, h. 29.
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam hubungan tersebut.9
Untuk itu dalam melakukan observasi, penulis dibantu dengan alat-alat
observasi seperti kamera, buku catatan, dan alat tulis. Observasi ini dilakukan
peneliti dengan memperhatikan secara akurat lokasi penelitian yang bertempat di
lembaga pelayanan konsultasi Masjid Agung Al-Azhar Jakarta.
b. Wawancara dan pedoman wawancara
Wawancara (intervieu) adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewe) orang
yang memberika pertanyaan, (penulis) dan yang diwawancarai (interviewer)
orang yang memberikan jawaban (klien) atas pertanyaan yang diajukan.
Maksudnya adalah orang yang diwawancarai itu mengemukakan isi hatinya,
pandangan-pandangannya, pendapatnya, dan lain-lain sedemikian rupa sehingga
pewawancara dapat lebih mengenalnya.10
Sebelum melakukan wawancara, penulis terlebih dahulu menyusun
pedoman wawancara yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung.
Selain itu, penulis juga menggunakan tape recorder untuk merekam hasil-hasil
yang diperlukan, dan juga mencatat informasi yang didapatkan ketika itu.
c. Dokumentasi
9 Masri Singarimbun, Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1983), Cet. Ke-1, h.
122. 10Fred N. Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Pess, 2002),
h. 770.
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dan sebagainya.
6. Teknik Analisa Data
Yang dimaksud dengan teknik analisis11 data adalah suatu proses
mengorganisasikan dan menurutkan ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian
dasar kemudian dianalisa agar mendapatkan hasil berdasarkan data yang ada. Hal
ini disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif.12
setelah penulis mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan,
maka dalam analisanya teknik yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Data dan informasi yang didapatkan melalui observasi, yakni penulis
mengumpulkan data secara akurat, dengan mencatat fenomena yang muncul
dan mempertimbangkan hubungan antar aspek hubungan tersebut.
b. Data atau informasi yang didapatkan melalui wawancara, yakni adanya
percakapan antara pewawancara dengan yang diwawancarai tersebut dapat
mengemukakan isi hatinya, pendapatnya, dan lain sebagainya.
c. Dan data yang didapatkan melalui dokumentasi, yakni penulis mencari data
mengenai hal-hal yang berupa catatan transkrip, buku, dan sebagainya
dijadikan tambahan dan memperkuat.
11 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikkologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. Ke-9, h.
11. 12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002), Cet. Ke-12, h. 194.
7. Teknik Penulisan
Dalam teknik penulisan dan transliterasi skripsi ini mnggunakan buku “Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang diterbitkan oleh UI Press Agustus, Cet. Ke-2 tahun 2007. Selain itu, penulis juga
menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan Metode Penelitian dan buku Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi sangat diperlukan sistematika penulisan yang baik, benar,
dan tepat melalui aturan atau tata cara penulisan. Untuk dijadikan sebagai bahan acuan,
maka penulis memasukan sistematika penulisan ke dalam pembahasan sesuai dengan
analisis dan temuan penelitian berupa narasi.
Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
Bab pertama, terdiri dari: Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab kedua, penjelasan tinjauan teori terdiri dari: Efektifitas penanganan masalah
rumah tangga (Pengertian efektifitas, dan indikator efektifitas dalam penanganan). Masalah
rumah tangga (pengertian masalah rumah tangga, bentuk-bentuk masalah rumah tangga,
faktor penyebab munculnya masalah rumah tangga, dan akar masalah rumah tangga).
Konsultasi (pengertian konsultasi, dan bentuk-bentuk konsultasi).
Bab ketiga, Gambaran umum lembaga penelitian Masjid Agung Al-Azhar Jakarta.
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang sejarah dan perkembangannya, visi, misi dan tujuan,
struktur organisasi dan pengelolaannya.
Bab keempat, Temuan dan Analisis, berisikan tentang identifikasi subyek
penelitian, penanganan masalah rumah tangga di lembaga konsultasi, dan analisis efektifitas
penanganan masalah tumah tangga.
Bab kelima, merupakan bagian penutup yang meliputi uraian kesimpulan dan
saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Efektifitas
1. Pengertian Efektifitas
Secara terminologi kata ‘efektif’ sering diartikan sebagai mencapai suatu sasaran yang
diinginkan (producing desire result), berdampak menyenangkan (having a pleasing affect),
bersifat aktual, dan nyata (actual dan real).13
Kata efektifitas juga diambil dari kata efek yang artinya akibat/pengaruh, dan kata
efektif yang artinya pengaruh/akibat dari sesuatu. Jadi efektifitas adalah
keberpengaruhan/keberhasilan setelah melakukan sesuatu.14
Efektifitas juga menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dapat
dikatakan efektif kalau itu mencapai tujuannya. Secara ideal efektifitas dapat dinyatakan
dengan ukuran-ukuran yang agak pasti. Misalnya; usaha x, 60 % dalam mencapai tujuan y.15
Dari segi terminology, para penulis mendefinisikan efektifitas antara lain sebagai berikut :
Menurut FX Suwarto, efektif yang dimaksud adalah ada efeknya (pengaruh, akibat,
kesannya), dan penggunaan sebuah metode/cara dalam melaksanakan aktifitas sehingga
13Endang Lestari dan MA. Maliki, Komunikasi Yang Efektif : Bahan Ajar Diklat Prajabat Golongan
III, (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara RI, 2003), h. 24. 14 Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B) Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke-Vii, edisi ke-2, h.
250. 15 Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia Jilid II, CES-HAM, (Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1980),
h. 134.
berhasil guna (mencapai hasil yang optimal).16 Adapun menurut John M. Echols dan Hasan
Sadily, efektifitas adalah suatu proses upaya mencapai suatu keberhasilan.17 Selain itu H.
Emerson menjelaskan pengertian efektifitas yakni pengukuran dalam arti tercapainya suatu
sasaran/tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.18 Sedangkan menurut Mc. Quail, efektifitas
yang dimaksudkan adalah terjadinya suatu perubahan/tindakan.19 Dan menurut Sondang
Siagian memaparkan pengertian efektifitas sebagai berikut: efektifitas berkaitan erat bukan
hanya pada penggunaan suatu daya, dana, sarana dan prasarana kerja secara cepat, akan tetapi
juga dengan tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya dalam batas
waktu yang telah ditetapkan untuk pencapaiannya.20
Dari lima pengertian efektifitas menurut beberapa sumber di atas, penulis berpendapat
bahwa efektifitas mempunyai hubungan yang erat dengan usaha untuk mencapai suatu
keberhasilan dan terjadinya suatu perubahan/tindakan.
2. Indikator Efektifitas dalam Penanganan
Dengan melihat pengertian efektifitas di atas, efektifitas lebih melihat kepada hasil
akhir/output dengan kata lain lebih melihat kepada hasil akhir. Maka untuk melihat tingkat
keberhasilan suatu program diperlukan evaluasi dalam hubungan dengan kriteria keberhasilan
16 FX. Suarto, Prilaku Organisasi, (Yogyakarta: Universitas AdmaJaya Yogyakarta, 1999), Cet. Ke-1,
h. 1. 17 John M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1990), Cet. Ke-8, h. 207. 18 Sadily, Ensiklopedia Indonesia, h. 883. 19 A. G Prinodigno dan Hasan Sadily, Ensiklopedia Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), Cet. Ke-8, h.
296. 20Sondang Siagian, Teknik Menumbuhkembangkan dan Memelihara Prilaku Organisasi, (Jakarta: C.V
Haji Masagung, 1987), Cet. Ke-1. h. 3.
yang digunakan untuk suatu proses evaluasi, menurut Feurstein mengajukan indikator yang
perlu untuk dipertimbangkan. Indikator di bawah ini adalah sembilan (9) indikator yang
paling sering dipergunakan untuk mengevaluasi kegiatan :
a. Indikator Ketersediaan. Indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam
suatu proses itu benar-benar ada.
b. Indikator Relevansi. Indikator ini menunjukan seberapa relevan/tepatnya sesuatu yang
teknologi/layanan yang ditawarkan.
c. Indikator Keterjangkauan. Indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan
masih berada dalam “jangkauan” pihak-pihak yang membutuhkan.
d. Indikator Pemanfaatan. Indikator ini melihat seberapa banyak suatu layanan yang
sudah disediakan oleh pihak pemberi layanan, dipergunakan oleh kelompok sasaran.
e. Indikator Cakupan. Indikator ini menunjukan proporsi orang-orang yang
membutuhkan sesuatu dan menerima layanan tersebut.
f. Indikator Kualitas. Indikator ini menunjukan standar kualitas dari layanan yang
disampaikan kepada kelompok sasaran.
g. Indikator Upaya. Indiaktor ini menggambarkan berapa banyak upaya yang sudah
“ditanamkan” dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
h. Indikator Efisiensi. Indikator ini menunjukan sumber daya dan aktivitas yang
dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkann secara tepat guna (efisiensi), atau
tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan.
i. Indikator Dampak. Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-
benar memberikan suatu perubahan di masyarakat.21
Kiranya semua indikator di ataslah yang sering digunakan oleh suatu
organisasi/lembaga saat melakukan evaluasi. Namun walaupun terkadang tidak semuanya
indikator-indikator tersebut dipergunakan akan tetapi biasanya kemungkinan-kemungkinan di
atas yang sering dipergunakan.
B. Masalah Rumah Tangga
1. Pengertian Rumah Tangga
21 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas,
(Jakarta: FE UI, 2003), Cet. Ke-3, h. 191-154.
Masalah rumah tangga terdiri dari kata, masalah (problem) dan rumah tangga
(keluarga). Kata masalah dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah ‘persoalan”.22 Masalah
adalah kondisi/situasi yang tidak menentu, sifatnya meragukan dan sukar dimengerti, masalah
memerlukan pemecahan masalah.23
Sedangkan kata “rumah tangga (keluarga)” dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah
“Al-Usrah” yang berarti “ikatan” dari pengertian Etimologis inilah muncul definisi Keluarga
yang bersifat khusus atau sama lain mengikat baik melalui hubungan darah (kultur bloodities)
atau pun melalui pernikahan (marrieage).
Rumah Tangga merupakan masyarakat kecil, suatu institusi yang hidup dan dinamis,
suatu lembaga non formal pertama bagi anak, dan yang dimaksud secara umum adalah suatu
kategori dalam sistem pembagian pada alam, hewan, dan tumbuhan, terletak antar
suku/kesatuan kemasyarakatan berdasarkan hubungan antar suku/pertalian darah.24
Menurut H. Mukhtar Zarkasy rumah tangga adalah unit terkecil yang menjadi dasar
utama kelangsungan dan perkembangan satu masyarakat, bangsa, dan negara.25 Dan menurut
Prof. Onong A Effendy mendefinisikan rumah tangga sebagai golongan masyarakat yang
terkecil terdiri dari suami dan istri baik beserta anak-anaknya/tidak.26
Dalam arti yang luas, Ramayulis dan kawan-kawan, mengatakan bahwa : rumah
tangga adalah unit pertama dan institusi pertama dari dalam masyarakat dimana hubungan-
hubungan yang terdapat didalamnya, sebagian besar sifatnya hubungan langsung. Disitulah
perkembangan individu dan disitulah terbentuknya tahap-tahap awal permasyarakatan dan
22 Departemen Pendiddikan dan Kebududayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), Cet. Ke-1, h. 689. 23 Drs. Sudarsosno, SH, Kamus Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), Cet. Ke-1, h. 187. 24 Van Hoeve, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ikhtiar Baru, 1982), Juz : 3, h. 1728. 25 Mukhtar Zarkasy, Membina Keluarga Bahagia, (Jakarta: Pustaka Antara, 1992), Cet. Ke-2, h. 5. 26 Jalaludin Rahmat, Keluarga Muslim & Masyarakat Modern, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993),
Cet. Ke-1, h. 100.
mulai interaksi dengannya, ia memperoleh pengetahuan, keterampilan, minat dan sikapnya
dalam hidup.27
Sedangkan rumah tangga dalam arti kata sempit yaitu keluarga inti yang merupakan
kelompok sosial terkecil dari masyarakat yang terbentuk berdasarkan pernikahan dan terdiri
dari seorang suami (bapak), istri (ibu), dan anak- anaknya.28
Dari berbagai pendapat di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan rumah tangga adalah sekelompok manusia yang terjadi karena ikatan pernikahan dan
ikatan darah dan berfungsi sebagai kesatuan yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan saudara
yang tinggal di rumah tersebut. Yang terpenting dari anggota keluarga ini dalam kontek
pendidikan adalah ayah, ibu, dan anak.
Dalam menentukan batas hubungan keluarga terdapat berbagai perbedaan atas dasar
jenis bangsa, kebudayaan, antara kemasyarakatan berdasarkan pengertian di atas :
a. Keluarga inti/keluarga batin yang terdiri atas bapak, ibu, dan anak.
b. Pasangan yang akan menikah maupun yang tidak menikah tanpa anak.
c. Kelompok yang terdiri dari seorang ayah dan ibu yang menikah atau tidak, yang cerai
maupun ditinggal mati bersama anaknya.
d. Kelompok anak yang ditinggal orang tua.
e. Seorang yang hidup berpoligami atau poliandri dengan atau tanpa anak.
f. Beberapa sanak saudara dengan anak-anaknya yang berumah tangga.29
27 Ramayulis DKK, Pendidikan Islam & Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 1987), h. 10. 28 Van Hoeve, Ensiklopedia Indonesia, h. 1728. 29 Ibid., h. 1796.
Dengan demikian yang dimaksud dengan masalah rumah tangga adalah masalah yang
terjadi dalam kehidupan suami istri (keluarga) yang dapat mengganggu hati dan pikiran
orang-orang yang ada didalamnya.30
Masalah yang dimaksud disini adalah bukan merupakan masalah yang ada dalam
kehidupan rumah tangga, melainkan masalah yang dapat menimbulkan keretakan dalam
hubungan suami istri. Masalah yang ada dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan dari
tujuan pernikahan (berkeluarga).
2. Bentuk-bentuk Masalah Rumah Tangga
Setiap individu sudah pasti mempunyai masalah sendiri, baik masalah yang bersifat
ringan atau berat, itu semua tergantung atau berpulang pada individu masing-masing
bagaimana menyikapinya. Begitu pula dalam sebuah rumah tangga akan kita temui seribu
satu macam masalah didalamnya. Jika kita proporsional menempatkan masalah maka bisa
jadi suatu masalah akan membuat orang tumbuh lebih dewasa, mandiri bahkan bisa membuat
hidup lebih hidup dan bersemangat dalam menjalaninya. Tetapi jika seseorang menjadikan
masalah sebagai masalah yang dianggap rumit, maka kemungkinan besar orang tersebut akan
terbebani, tertekan batinnya, dari sinilah pemicu timbulnya permasalahn yang lain.
Masalah rumah tangga adalah persoalan-persoalan yang terjadi dalam hubungan
dengan situasi keluarga. Namun tidak menutup kemungkinan adanya faktor ekstern (luar)
yang menjadi bagian dari masalah rumah tangga. Dalam sebuah keterangan dikatakan bahwa
permasalahan dalam rumah tangga itu sangat beragam dan dalam penilaiannya tergantung
dari sisi mana melihat permasalahan tersebut.31
30 Dekdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 562. 31 Deliar Noer, Membangun Masyarakat Madani, (Editor Effendi Firdaus), (Jakarta: Nuansa Madani,
1999), Cet. Ke-1, h. 45.
Terkadang permasalahan timbul dari persoalan pribadi suami, istri, anak, mertua dan
keluarganya, bisa juga dari sosial ekonomi dan sebagainya. Ada bermacam-macam bentuk
masalah rumah tangga, diantaranya adalah, salah satu pihak (suami/istri) berbuat zina, suami
dan istri tidak ada penyesuaian sehingga selalu berselisih paham dan bertengkar, masalah
ekonomi, masalah tanggungjawab dan seterusnya.32
Disamping itu masih banyak bentuk-bentuk masalah lainnya yang dapat menimbulkan
penyimpangan terhadap tujuan pernikahan seperti perjudian, kecemburuan antara suami istri,
sulit mendapatkan keturunan, harta waris, campur tangan mertua dalam kehidupan berumah
tangga dan kesenjangan antara suami istri baik dari perbedaan usia, pendidikan, suku,
budaya, maupun status sosial.33
3. Faktor Penyebab Munculnya Masalah Rumah Tangga
Perkawinan merupakan pertemuan dua pribadi yang berbeda. Disinilah unik serta
seninya hidup berumah tangga dimana keduanya saling berinteraksi dalam keseharian dan
tinggal dalam satu atap. Untuk itu adalah sangat penting bagi pasangan suami istri untuk
mencari makna perbedaan diantara keduanya. Sehingga bagaimana masing-masing pihak
menyadari bahwa mempertemukan bentuk-bentuk kepribadian yang sama, jauh lebih baik
dari pada memperlebar jurang perbedaan. Makna utama perbedaan adalah bisa memberikan
banyak variasi dan terhindar dari kejenuhan.
Di samping itu perbedaan antar suami istri dalam kepribadian dapat menjadikan
keduanya saling memberi dan menerima, maksudnya salah seorang memberikan
kelebihannya kepada pasangannya yang kekurangan, demikian sebaliknya, justru disinilah
akan terbina keserasian dan keharmonisan dalam hidup berumah tangga.
32 Ahmad Khuzairi, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. Ke-1, h.
120. 33 Badan Pembinaan dan Pengembangan Keagamaan VII, Rumusan Bimbingan dan Konseling Islami
II, (Yogyakarta: VII, 1987), h. 11.
Adanya sebuah rumah tangga terbentuk dari dua keluarga yang sangat berbeda dan
terjadilah tali pernikahan dalam rangka menyatukan dua makhluk yang berbeda. Suami yang
berjenis kelamin laki-laki dan istri yang berjenis kelamin perempuan disatukan dengan tali
perkawinan kemudian jadilah sebuah keluarga, tidak hanya jenis kelaminnya saja yang
berbeda tetapi bisa juga berbeda latar belakangnya, pendidikan, sosial, ekonomi, budaya,
mungin juga agama. Dari sisnilah biasanya yang menjadi faktor penyebab timbulnya berbagai
macam masalah rumah tangga. Sesuai dengan firman Allah surat Al-Anbiyaa ayat 35 :
▪⧫ ➔⬧⬧ ❑☺
❑➔⧫◆
⬧◆ ◆ ◆⬧◆
⧫❑➔➔
Artinya :
“ tiap tiap yang berjiwa akan merasakan mati kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebesar-besarnya) dan
kepada kamilah kamu dikembalikan.34
Salah satu masalah kehidupan rumah tangga adalah disebabkan oleh keluarga suami
atau istri. Beberapa wanita tidak dapat berhubungan baik dengan ibu, saudara perempuan,
dan saudara laki-laki suaminya. Disatu pihak istri mungkin berusaha menguasai suaminya
hingga ia tidak dapt lagi memberikan perhatian kepada ibu dan keluarganya, dan mungkin
sang istri berusaha mewujudkan ketidaksenangannya terhadap mereka. Dipihak lain ibu
mertua mengganggap dirinya sebagai pemilik anak dan menantu perempuannya.
Sang ibu mertua berusaha keras untuk menguasai anaknya dan bersikap waspada
kalau-kalau wanita yang baru itu akan berkuasa penuh terhadap anaknya, mungkin ibu
34 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 86.
mertua akan mengarang-ngarang cerita bohong tentang menantu perempuannya atau
mencari-cari kesalahannya. Sikap yang demikian mungkin akan diikuti dengan berbagai
perdebatan dan juga kadang-kadang permusuhan, situasi semacam ini akan bertambah buruk
bila mereka tinggal dalam satu rumah walaupun percakapan itu terjadi di antara kedua wanita
tersebut, namun penderitaan dan perasaan tertekan yang sebenarnya adalah pada laki-laki
yang berada di tengah-tengah.35
Jika dalam menghadapi masalah rumah tangga kita dapat menerima dengan jiwa
keimanan, ketabahan, kesabaran, maka keutuhan akan tercapai, namun bukan berarti kita
pasrah begitu saja, lalu tidak melakukan usaha untuk ikhtiar dan untuk merubah keadaan
keluarga. Ikhtiar adalah suatu keharusan dengan niat dan tujuan karena Allah dalam
menghadapi segala permasalahan, kita selalu berada dalam lindungan dan bimbingan Allah
Swt.
Menurut Chamim Zarkasy Poetra, ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya
masalah dalam rumah tangga diantaranya yaitu :
a. Pernikahan usia muda.
b. Merasa tertipu oleh pasangan; tidak terpenuhinya janji yang diucapkan sewaktu
perkenalan dan tidak dibuktikan setelah pernikahan.
c. Melupakan rasa cinta kasih antara mereka (suami istri).
d. Menuruti rasa tidak puas dan hawa nafsu.
e. Muncul persaingan dalam keluarga.
35 Ibrahim Amini, Bimbingan Islam untuk Kehidupan Suami Istri, (Bandung: Al-Bayan, 1997), Cet.
Ke-9, h. 46.
f. Muncul perasaan balas demdam; hal ini terjadi karena melakukan ikatan
perkawinan tidak atas dasar saling mencintai.36
Adapun faktor penyebab munculnya masalah rumah tangga disebutkan dalam
rumusan bimbingan dan konseling Islami II, yaitu :
a. Faktor kerusakan akhlak: apabila dari salah seorang kedua-duanya (suami istri)
melakukan penyimpangan dari moral atau akhlak Islam.
b. Faktor ekonomi.
c. Faktor biologi: adanya hambatan pada salah seorang antara suami istri dala hal
biologis yang dapat menimbulkan ketidak harmonisan rumah tangga.
d. Faktor salah paham: diantaranya karena perbedaan suku dan adat istiadat.
e. Faktor politik: terjadinya perbedaan interest (ketertarikan) politik antara suami
istri.37
Dari uraian sebelumnya penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya masalah rumah tangga terbagi ke dalam dua faktor, yakni faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud di sini adalah faktor yang
berasal dari diri pasangan dalam perkawinan seperti faktor kerusakan akhlak, misalnya
perselingkuhan, biologis, salah paham, perkawianan usia muda, merasa tertipu oleh
pasangan, melupakan rasa cinta kasih diantara suami istri, menuruti rasa tidak puas dan
muncul perasaan balas dendam.
36 Chamim Zarkasy Poetra, “Berbagai Penyebab Keretakan Keluarga dan Cara Mengatasinya”,
Nasehat Perkawinan dan Keluarga, 221 (November, 1990), h. 3-7. 37 Badan Pembina dan Pengembangan Keagamaan VII, h. 11-12.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor penyebab yang berasal dari luar diri
pasangan dalam keluarga, seperti faktor ekonomi, pihak ketiga, faktor politik atau ideologi
dan muncul persaingan dalam keluarga.
Untuk itu dalam membina rumah tangga seumur hidup membutuhkan berbagai
macam perjuangan, kesabaran, pengertian, keuletan dan kasih sayang untuk dapat
menjadikan kehidupan berumah tangga menjadi langgeng dan sesuai dengan yang dicita-
citakan dalam kehidupan berumah tangga tersebut.
Untuk itu dapat dipahami bahwa dalam setiap kehidupan berumah tangga sudah tentu
mempunyai dan mendapatkan berbagai macam masalah yang apabila tidak diselaikan secara
baik-baik dapat menyebabkan sebuah rumah tangga itu menjadi hancur dan akhirnya sampai
kepada perceraian suami istri dalam hubungan rumah tangga.
Banyak masalah yang dapat menyebabkan sebuah rumah tangga menyimpang dari
tujuannya. Tentu hal tersebut perlu ditangani dan diselesaikan agar kehidupan rumah tangga
tetap terjaga dan mencapi tujuan semula yaitu keluarga sakinah mawaddah warahmah.
Tidak seluruh persoalan dapat diselesaikan oleh kedua belah pihak yaitu suami istri
yang terlibat dalam ikatan keluarga akan tetapi kadang-kadang campur tangan orang ketiga
cukup sangat membantu dalam menyelesaikan masalah rumah tangga.
Untuk itu hadirrnya lembaga pelayanan konsultasi ini yang bergerak dibidang hukum
dan konsultasi membantu menangani berbagai macam permasalahan yang salah satunya
memiliki agenda kegiatannya yaitu konsultasi masalah rumah tangga, yang dibimbing oleh
konsultan atau konselor yang berpengalaman dibidangnya. InsyaAllah konsultan akan
membimbing klien menuju kebahagiaan yang hakiki.
4. Akar Masalah Rumah Tangga
Karakteristik utama setiap orang terbentuk oleh sifat-sifat yang diwarisi dari
orangtuanya dan kondisi lingkungan sejak ia berada di perut ibunya sampai dia besar dan
dewasa. Karena itu, dapat dipastikan bahwa sepasang suami istri pasti berbeda sifat genetis,
pendidikan, watak, cita-cita, selera, dan sebagainya.
Pernikahan menyatukan dua individu yang berbeda hampir segala hal. Karena itu,
keduanya harus menyadari hakekat dalam segala hal, memilki kesiapan untuk memahami
karakter pasangannya, rela mengalah terhadap pasangannya dalam perkara-perkara kecil,
sehingga keduannya bertemu di wilayah pertengahan, di mana mereka dapat saling
memahami satu sama lain. Jika hal ini tidak terjadi, dan mereka berdua bersikeras memegang
sifat genetis, kebiasaan, tradisi, pemikiran, dan watak asalanya, serta tidak mau mengalah
sedikit pun, maka dapat dipastikan bahwa pelbagai problematika akan sedikit demi sedikit
merasuki, sampai akhirnya menghancurkan kehidupan rumah tangga mereka secara total.
Banyak penyebab masalah rumah tangga. Yang terpenting adalah:
1. Perbedaan agama, misalnya, pemuda muslim menikah dengan wanita kristen.
2. Perbedaan kriteria moral, misalnya salah satu beragama baik, sedangkan pasangannya
gemar maksiat.
3. Perbedaan wawasan yang terlalu jauh, terutama jika istri berwawasan lebih luas dari
pada suami.
4. Perbedaan yang tajam dalam hal tradisi sosial, misalnya pemuda kota menikahi gadis
desa atau sebaliknya.
5. Perbedaan yang besar antara suami dan istri dalam level ketampanan, tinggi tubuh,
kecerdasan, pendidikan, wawasan, dan level sosial.
6. Tumpang tindih dalam tugas tanggung jawab. Misalnya, istri yang bekerja dan
menafkahi keluarga, sedangkan suami menganggur dan tidak sanggup memberi
nafkah.
7. Sama-sama kurang menghargai kondisi pasangan. Suami pulang kerja dalam keadaan
lelah dan ingin beristirahat di rumah, sementara istri telah lelah oleh tugas rumah
tangga dan melayani anak-anak, serta jenuh tinggal di rumah dan ingin berjalan-jalan.
Jika keduanya tidak berhasil menemukan jalan tengah, maka boleh jadi akan timbul
masalah di antara mereka berdua.
8. Perrbedaan yang tajam dalam hal watak dan hal-hal asasi lainnya, seperti salah satu
pasangan murah hati sedangkan yang lainnya kikir; salah satunya ekstrovert,
sedangkan yang lainnya introvert; salah satunya cerewet, sedangkan yang lainnya
pendiam; dan salah satunya senang membaca, sedangkan yang lainnya senang tidur.
9. Perbedaan usia yang terlalu jauh tanpa ada kompensasinya. Hal ini biasanya
menyebabkan penderitaan, perselingkuhan, bahkan pembunuhan, khususnya pada
pasangan yang tidak memilki keberagamaan yang baik.
10. Tidak ada komunikasi yang konstruktif dan tenang antara pasangan suami istri.
11. Campur tangan keluarga, khususnya ibu mertua, lalu tetangga dan teman dalam
kehidupan rumah tangga.
12. Tinggal serumah dan tidak berpisah dari keluarga, atau saudara yang telah
berkeluarga.
13. Suami atau istri tidak merahasiakan kehidupan emosional dan seksual mereka.
14. Suami atau istri yang mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain tentang
pasangannya. Jika suami atau istri merasa bahwa orang lain terpesona pada salah satu
sifat pasangannya, maka dia sangat memperhatikan sifat tersebut, sedangkan jika
orang lain mencela atau mengeluhkan sifat teersebut. Maka dia lebih mencela dan
mengeluhkan sifat tersebut. Suami istri yang cerdas tidak boleh mudah terpengaruh
oleh pendapat orang lain, khususnya jika pendapat jika pendapat itu salah dan
berlebih-lebihan. Selain itu, orang lain pun bertakwa kepada Allah dengan cara tidak
menyebutkan kelemahan pasangan suami istri, sehingga tidak menimbulkan
penderitaan dan kehancuran rumah tangga pasangan tersebut. Para wanita biasanya
lebih mudah terpengaruh. Karena itu, Rasulullah saw melarang merusak pandangan
seorang istri pada suaminya. Beliau bersabda,
“tidak termasuk golongan kami, orang yang memperburuk citra seorang suami di
depan istrinya, atau hamba sahaya di depan tuannya,” (HR. Abu Dawud)
15. Perasaan suami atau istri bahwa teman-teman pasangannya kurang menghormati
dirinya.
16. Suami atau istri terlalu banyak memberikan perhatian atau waktu kepada temannya,
sehingga dia melupakan hak-hak pasangan hidupnya.
17. Merasuknya kebosanan dan kejenuhan ke dalam kehidupan rumah tangga akibat
tiadanya perubahan dan kreativitas.
18. Rasa cemburu yang berlebih-lebihan dari salah seorang pasangan.
19. Keraguan terhadap kejujuran pasangan hidup tanpa dalil yang kuat dan terpercaya.
20. Suami mengancam akan menceraikan istri atau menikahi wanita lain.
21. Kemelaratan atau ketidakmampuan pasangan suami istri memenuhi kebutuhan hidup
yang asasi biasanya menjadi penyebab utama munculnya pelbagai masalah dalam
keluarga.38
C. Konsultasi
1. Pengertian konsultasi
Suatu hubungan segitiga yang didalamnnya seorang konsultan membantu seorang
konsulti agar menjadi lebih efektif dalam membantu seorang klien atau pihak ketiga atau
dalam melaksanakan pekerjaannya. Suatu proses yang dengan itu seorang konsultan
berlayanan dalam peran selaku orang sumber, atau pakar, pelatih, penyedia layanan,
negosiator, penengah, agen perubahan, evaluator, atau pemandu kerja sama atau kolaborator
untuk maksud membantu seseorang dan atau suatu kelompok.39
Sedangkan dalam Kamus besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa, konsultasi
adalah pertukuaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan (nasehat, saran, dan sebagainya)
yang sebaik-baiknya.40 Dalam program bimbingan konseling konsultasi adalah sebagai suatu
proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator, dan konselor
lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektifitas
individu atau kelompok. Secara umum konsultasi dipandang sebagai nasehat dari seorang
yang profesional.
2. Bentuk Layanan Konsultasi
Bentuk layanan konsultasi dalam program bimbingan dan konseling dalam Islam yang
sesuai dengan konsepsi ajaran Islam (Al-Quran dan Al-Hadits),ada berbagai jenis atau bentuk
38 Syakih Fuad Shalih, Untukmu yang Akan Menikah & Telah Menikah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2005), Cet. Ke-1, h. 320-323. 39 Andi Mappiare A.T, Kamus Istilah Konseling & Terapi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
h. 62. 40 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Budaya, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 457.
layanan yang bisa diberikan kepada klien, baik yang mengalami kesulitan (kasus) atau untuk
pengembangan diri seseorang, adalah sebagai berikut:
a. Layanan orientasi keyakinan dan pemahaman agama (‘aqidah)
b. Layanan pengamalan ajaran agama (‘ibadah)
c. Layanan konseling perorangan
d. Layanan konseling pernikahan atau keluarga Islami
e. Layanan bimbingan dan atau pendidikan Islami
f. Layanan bimbingan kerja Islam (ikhtiar)
g. Layanan bimbingan keperawatan (pasien rumah sakit)
h. Layanan imbingan kehidupan sosial Islami41
Berdasarkan bentuk layanan konsultasi di atas dapat peneliti uraikan sebagai berikut :
a. Layanan orientasi keyakinan dan pemahaman agama
Adalah bentuk layanan yang memanfaatkan potensi beragama yang dimiliki manusia.
Potensi itu adalah (keyakinan kepada Tuhan), dengan melalui pelayanan bimbingan
dan konseling keagamaan yang diberikan konselor agama.
b. Layanan pengamalan ajaran agama (‘ibadah)
Adalah bentuk layanan yang membimbing klien agar mengamalkan ajaran agama
sebagai aktualisasi dari iman untuk mewujudkan pribadi yang bertakwa.
c. Layanan konseling perorangan
Bentuk layanan bimbingan dan konseling dengan cara face to face (tatap muka) antara
klien dengan konselor pada saat proses konsultasi berlangsung, bentuk layanan seperti
ini dinilai sangat efektif karena klien diberi kesempatan waktu yang cukup banyak
untuk menceritakan masalah yang menjadi bebannya, setelah itu konselor
41M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta, Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayaatullah, 2008), h. 138.
memberikan jawaban, bimbingan, nasihat, saran dan solusi yang berkenaan dengan
masalah yang dihadapi klien.
d. Layanan konseling pernikahan atau keluarga Islami
Yaitu bentuk layanan yang memiliki dua sasaran klien, yang pertama kepada calon
pasangan suami istri yang ingin membina hubungan rumah tangga, konselor
membimbing dan membantu memilih pasangan yang cocok dan akan dijadikan teman
hidup sesuai dengan ajaran agama Islam. Yang kedua kepada suami istri konselor
bertugas membimbing agar rumah tangga mereka menjadi rumah tangga yang sakinah
sesuai dengan konsep keluarga Islami.
e. Layanan bimbingan dan atau pendidikan Islami
Adalah bentuk layanan yang memanfaatkan potensi yanga ada pada manusia agar
menjadi pribadi yang unggul dan berkualitas dibidang SDM sehingga seseorang
tersebut dapat menguasai IPTEK tanpa melanggaar konsep Islam, tentunya melalui
bimbingan belajar berdasarkan dengan konsep agama Islam. Dengan begitu seseorang
tersebut hidupnya seimbang antara dunia dan akhirat.
f. Layanan bimbingan kerja Islam (ikhtiar)
Adalah bentuk layanan yang membimbing dan mengarahkan klien untuk dapat
memilih jenis pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan potensi dan kemampuan yang
ada pada diri klien serta sesuai dengan ajaran agama Islam yang mengutamakan jenis
pekerjaan tersebut halal, sehingga klien dapat bekerja sesuai dengan kemampuan yang
dimilkinya tanpa merasa terbebani oleh pekerjaan yang dijalaninya dan memperoleh
penghasilan dengan cara yang baik sehingga mendapatkan rezeki yang barokah.
g. Layanan bimbingan keperawatan (pasien rumah sakit)
Adalah bentuk layanan yang mengutakan kesehatan dan kesembuhan bagi pasien atau
klien di rumah sakit, karena sebagaimana diketahui bahwa orang yang sakit jiwa dan
fisiknya sedang mengalami gangguan yang membuat mereka merasa tidak nyaman
sehingga perasaan dan emosi mereka menjadi labil, gelisah, putus asa, dan sangat
mudah tersinggung. Dengan demikian peran bimbingan keperawatan atau bimbingan
rohani sangat diperlukan bagi mereka, bimbingan yang diberikan berupa penuntunan
pembacaan doa-doa kepada Allah Swt untuk memohon kesembuhan dan kesehatan,
dan konselor juga membimbing pasien agar selalu bersikap sabar, tenang, dan tawakal
kepada Allah. Selain itu konselor juga memberikan motivasi positif bagai
kesembuhan klien. Dengan pasien atau klien merasa terhibur, dapat bersikap ikhlas
atas penyakit yang dideritanya dan bentuk bimbingan seperti ini dapat membantu
mempercepat kesembuhan pasien atau klien.
h. Layanan bimbingan kehidupan sosial Islami
Adapun bentuk layanan ini adalah membantu dan membimbing klien agar dapat
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan masyarakat luas yang sesuai dengan
anjuran agama Islam yang lebih mengutamakan kepentingan umum atau bersama
dibanding kepentingan pribadi. Sebagaimana diketahui bahwa manusia adalah
makhluk sosial di mana manusia dalam menjalani kehidupannya sangat membutuhkan
orang lain dalam pemenuhan kebutuhan, dilihat cukup beragam suku, budaya, adat
istiadat, pendidikan, keyakinan, dan gaya hidup inilah yang menjadi faktor penyebab
sulitnya bagi klien yang kurang bisa bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan
masyarakat, karena tidak semua orang mampu atau dapat berinteraksi dan
bersosialisasi.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah dan Perkembangannya
Sejarah dan Perkembangan Lembaga Pelayanan Konsultasi Masjid Agung Al-
Azhar
Dari Kota Satelit Ke Kebayoran Baru
Kebayoran Baru, tempat Masjid Agung Al-Azhar berada, semula merupakan sebuah
kota baru di luar Jakarta, yang diberi nama Kota Satelit Kebayoran. Dibangun pasca agresi
Belanda. Namun prosesnya telah lama dilalui, setidaknya sejak pembebasan tanah di awal
Desember tahun 1948 hingga akhir Januari 1949. Sedang peletakan batu pertama
pembangunannya dilakukan beberapa bulan berikutnya, yaitu pada tanggal 18 maret 1849.
Setahun kemudian, setelah peletakan batu pertama, mulai tampak perubahan wajahnya.
Bekas perkampungan yang rimbun dan hijau namun tidak tertata itu, berubah menjadi kota
yang sejuk dan tertata rapih. Bahkan untuk menjaga kesejukan dan keasriannya, sengaja
dibiarkan sawah-sawah yang menghampar tetap mengelilinginnya.
Di atas tanah seluas 730 ha itu, setahun kemudian, setelah peletakan batu pertama,
telah berdiri lebih dari 2000 unit rumah-rumah sehat dan indah di atas lahan seluas 221,8 ha
serta flat-flat dan villa-villa tempat beristirahat (61,7 ha). Lantas, perkantoran, pertokoan, dan
kios-kios untuk berbagai keperluan bagi sekitar 1100 ribu penghuninnya (98,8 ha). Selain itu,
dilengkapi dengan jalan-jalan beraspal berikut saluran air, taman-taman, lampu-lampu
penerang, serta berbagai fasilitas lainnya, bagi suatu kota modern.42
Semua itu diwujudkan, karena pembangunan kota Satelit Kebayoran itu dimaksudkan
untuk mengurangi kepadatan penduduk, sekaligus mengatasi kekurangan perumahan di
42 Badruzzaman Busyairi, Setengah Abad Al-Azhar, (Jakarta: PT. Abadi, Yayasan Pesantren Al-Azhar,
2002), h. 13.
wilayah Kotapraja Jakarta Raya. Maklumlah, karena sebelum Kebayoran Baru dibuka,
Jakarta Raya sedang mengalami problem kemasyarakatan akibat urbanisasi. Padahal pasca
revolusi, perekonomian cukup sulit berbagai sarana dan prasarana sangat terbatas bahkan
tidak sedikit yang hancur, rusak dan terbengkalai.
Dengan banyaknya pendatang baru, masalah yang segera dirasakan adalah masalah
perumahan, sulitnya mencari pekerjaan, banyaknya pengangguran dan gelandangan, serta
mewabahnya berbagai macam penyakit menular. Dan pada gilirannya kematian penduduk
yang terus membayang.
Untuk itulah pembangunan Kota Setelit Kebayoran digiatkan dan setahun setelah
dibangun mulai tampak hasilnya sehingga sekitar seratus ribu penduduk yang akan
mendiaminya menjadi betah.
Di tengah-tengah itu semua dibangun pula Masjid Agung sebagai pusat kegiatan dari
masyarakatnya sekitarnya, masyarakat Kota Satelit Kebayoran. Masjid itu kelak dikenal
dengan nama Masjid Agung Al-Azhar. Adalah sangat janggal, di dalam wilayah yang
mayoritas penduduknya beragama Islam, tidak ada Masjid yang memadai sebagai pusat
peribadatan dan peradaban ummat.
Pemberian Nama “Al-Azhar”
Setelah pembangunan Masjid Agung di Kota Satelit Kebayoran selesai dan telah
dimanfatkan sesuai dengan fungsinya, orang-orang menyebutnya sebagai “Masjid Agung
Kebayoran” hal ini lantaran lokasi Masjid Agung berada di Kebayoran. Pemberian nama
seperti itu lazim dalam masyarakat kita. Namun penyebutan nama itu tidak berlangsung lama,
setelah pada akhir tahun 1960, menyandang nama resmi, yaitu “Masjid Agung Al-Azhar.“
Pemberian nama Al-Azhar ini sepertinya mengulang kembali pemberian nama serupa
kepada “Masjid Jami ‘al-Qahirah” di Mesir, yang dibangun pada abad IV Hijriah (359 H/970
M). Nama “Al-Qahirah” bagi Masjid tersebut karena letaknya berada di al-Qahirah (kairo),
Mesir. Dan berganti menjadi nama “Al-Azhar” karena dinisbatkan kepada nama Fatimah az-
Zahra, putri Rasulullah SAW. Dan hampir seeribu tahun berikutnya, syeikh jami” Al-Azhar,
Kairo, memberi nama Masjid Agung, dengan nama Masjid Agung Al-Azhar. Syeikh Al-
azhar, Prof. Mahmoud Syaltout, sewaktu berkunjung ke Indonesia (1990), menjadi tamu
negara, sempat berziarah ke Masjid Agung Kebayoran. Ia yang didampingi Dr. Mohammad
Al-Bahay, sangat terkesan mendengar proses pembangunan Masjid agung berikut kegiatan-
kegiatannya. Sehingga ketika menyampaikan sambutan kepada para jamaah, Ia mengatakan
;” bahwa mulai hari ini, saya sebagai Syeikh jami Al-Azhar memberikan nama Al-Azhar bagi
Masjid ini, moga-moga dia menjadi Al-Azhar di Jakarta, sebagai Al-Azhar di Kairo;
Mesir maupun Al-Azhar bagi Masyarakat Jakarta khususnya, dan Indonesia pada
umumnya tidak asing lagi. Kedua negara tersebut, sama-sama memeluk Islam. Dan
masyarakat Indonesia sudah lama mengenal Mesir sebagai salah pusat pendidikan yang
masyur banyak pelajar Indonesia belajar di Mesir, khususnya di Al-Azhar. Jauh sebelum
Indonesia merdeka.
Mesir merupakan negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
(23 Maret 1946). Jauh sebelum itu di Mesir sudah berdiri “panitia pembela Indonesia” di
bawah pimpinan mentri pertahanan Mesir Jendral Saleh Harb Pasya dan A. R. Azzam Pasya.
Panitia inilah yang turut serta melakukan perlawanan diplomatik terhadap Belanda
dan sekutu dan pada gilirannya mengantarkan terjadinya pengakuan negara-negara liga Arab
terhadap kemerdakaan Indonesia, setelah sebelumnya pengakuan dejure dan defacto
diberikan Mesir. Pengakuan ini ditindak- lanjuti dengan penandatanganan perjanjian
kerjasama antara kedua negara, Indonesia-Mesir, pada 10 juni 1947.
Kini Masjid Agung Al-Azhar telah tumbuh menjadi Masjid yang benar-benar agung,
indah dan megah. Dihiasi dengan berbagai macam kegiatan dari orang-orang yang ingin
mendekatkan diri kepada Allah sehingga disekitar Masjid pun tidak lagi hanya dipenuhi oleh
rumput-rumput hijau yang menghampar, melainkan sebagian diantaranya telah berganti
dengan gedung-gedung megah penunjang keramaian Masjid (ta’mir Masjid).
Salah satu gedung yang terakhir dibangun adalah gedung berlantai delapan, seluas
17.116 m2 di atas lahan seluas 11.584 m2. Gedung itu merupakan gedung pendidikan dari
TK hingga SMU berikut berbagai sarana penunjang lainnya yang serba AC. Dibangun
bersamaan dengan Milad Al-Azhar ke-48, 16 april 2000 dan selesai dan dimanfaatkan
pemakaiannya pada 16 juli 2001, hari pertama tahun ajaran baru 2001/2002.
Sementara itu, di Masjidnya itu sendiri, di lantai bagian bawah berjajar belasan ruang
untuk kantor sekretariat dari berbagai lembaga yang berada di bawah naungan YPI Al-Azhar.
Kantor-kantor sekretariat itu mengitari ke-empat sisi Masjid, dan menunjang langsung
kegiatan memakmurkan Masjid.43
Menurut ketua Masjid Agung Al-Azhar pada saat wawancara dengan Amliwazir Saidi
yaitu:
“…salah satunya yaitu lembaga pelayanan konsultasi Masjid Agung Al-Azhar. Lembaga
tersebut didirikan dengan tujuan utama yaitu untuk menunjang kegiatan memakmurkan
Masjid dan Menjadi pusat pelayanan jamaah dalam berbagai bidang kehidupan seperti
pelayanan sosial, yang salah satunya dengan adanya program konsultasi rumah tangga…”44
Dengan demikian, Masjid nyaris tidak pernah sepi dari kegiatan para jamaah dan dari
keramaian ummat. Mereka adalah muslimin dan muslimat yang sangat berharap masuk ke
dalam golongan yang difirmankan Allah dalam surat At-Taubah ayat 18, yang artinya sebagai
berikut; yang memakmurkan Masjid-masjid Allah, hanyalah orang-orang yang beriman dan
hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada
siapa pun) selai kepada Allah, maka mereka termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk. (QS. At-Taubah, 9:18)
43 Ibid., h. 15. 44 Wawancara Pribadi dengan Amliwazir Saidi, Kepala Kantor Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta 25
Maret 2009.
B. Visi, Misi, dan Tujuan
Visi Masjid Agung Al-Azhar
Menjadikan Masjid Agung Al–azhar sebagai pusat pembinaan umat, dakwah dan
budaya Islam menuju masyarakat yang ramah, berilmu, beramal dan bertaqwa demi kejayaan
Islam dan kaum muslimin.
Misi Masjid Agung Al–Azhar
1. Al- amru bi al-ma’ruf wa al-nahyu an’ al-munkar yakni
Mendorong kebaikan dan mencegah kemungkaran berdasarkan Al-Quran dan Al-
Sunnah Rasulullah SAW dengan cara yang lebih bijak (Al-Hikmah), nasehat yang
santun (Al-Mau’izoh Hasanah),
2. Al-Tathwir wa Al-Tatsqif yakni
Memberikan pencerahan, bimbingan dan pemberdayaan kepada umat Islam melalui
progrm pendidikan, pelatihan, pengajian, khutbah dan kajian ilmiah.
3. Al-Kidmah wa Al-Amnu yakni
memberikan pelayanan dan ketentraman kepada umat Islam dalam mengatasi
berbagai persoalan hidup dan kehidupan mereka, sehingga dapat beribadah dan
menjalankan ajaran Islam sesuai dengan tuntunan syari’ah.
Al-Ri’ayah yakni meningkatkan mutu pemeliharaan dan pengawalan terhadap aqidah
umat Islam dari bahaya pemurtadan, aliran-aliran sesat, pola pikir dan gaya hidup
yang bertentangan dengan nilai-nilai Al-Quran dan As-Sunnah.45
Tujuan Umum Masjid Agung Al-Azhar
Mewujudkan dan memelihara Masjid Agung Al-Azhar sebagai tempat ibadah yang
agung dan menjadi kebanggaan umat.
45Badruzzaman Busyairi, Setengah Abad Al-Azhar, (Jakarta: PT. Abadi, Yayasan Pesantren Al-Azhar,
2002), h. 17.
Menjadikan Masjid Agung Al-Azhar sebagai pusat pembinaan dan pengembangan
dakwah Islam sehingga terwujud jamaah yang berilmu, beramal, dan bertaqwa demi kejayaan
Islam dan umatnya.
Menjadi pusat pelayanan jamaah dalam berbagai bidang kehidupan seperti pelayanan
sosial, menghimpun dan mengelola dana umat, pengembangan seni-budaya Islam dan
konsultasi keagamaan.
Tujuan Khusus Masjid Agung Al-Azhar
1. Terpeliharanya suasana ibadah, yang kondusif, tertib, dan sesuai tuntunan Al-Quran
dan Al-Sunnah Rasullulah.
2. Terpeliharanya banguna, Masjid Agung Al-Azhar dengan sarana dan prasarananya
sehingga terlihat bersih, rapi, indah dan rindang.
3. Terpeliharanya tertib administrasi, organisasi dan keuangan Masjid Agung Al-Azhar
sehingga senantiasa amanah, tablig (transparan), dan shidqu (jujur).46
C. Struktur Organisasi dan Pengelolaan
Struktur organisasi merupakan fungsi yang paling penting untuk mencapai tujuan
bersama. Di mana struktur itu adalah sebuah mekanisme dalam suatu organisasi yang disusun
atau dibangun secara teratur, sedangkan organisasi adalah sarana atau alat untuk mencapai
tujuan, karena organisasi merupakan sekumpulan orang-orang didalamnya mempunyai tujuan
yang sama dan saling bekerja sama serta terikat secara format dalam kelembagaan.
Adapun struktur organisasi Masjid Agung Al-Azhar adalah sebagai berikut:
46 Ibid., h. 18.
Struktur Organisasi dan Pengelolaan
MAJELIS DAKWAH
YPI AL-AZHAR
KETUA
WAKIL KETUA
LEMBAGA
MUZAKARAH KONSULTAN
BENDAHARA SEKRETARIS
WAKIL
SEKRETARIS
WAKIL
BENDAHARA
PENGURUS
PEMBINA
PENGAWAS
BPH - UAI
SEKRETARIAT
TATA USAHA
KEPEGAWAIAN
KEUANGAN
UMUM
MAJELIS
EKONOMI
MAJELIS
PENDIDIKAN
MAJELIS
DAKWAH
HAJI & UMRAH DASAR MASJID AGUNG
BALKESMAS MENENGAH MASJID RAYA
LAIN-LAIN KURSUS MASJID
KAMPUS
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
Dalam bab ini penulis akan memaparkan temuan yang penulis dapatkan selama
penelitian berlangsung di lembaga konsultasi agama Masjid Agung Al-Azhar Jakarta,
diantaranya; Identifikasi Subyek Penelitian dan Penanganan Masalah Rumah Tangga di
lembaga konsultasi agama Masjid Agung Al-Azhar Jakarta. Dan Analisis Efektifitas
Penanganan Masalah Rumah Tangga
A. Identifikasi Subyek Penelitian
Subyek I (Konselor)
Pada identifikasi subyek penelitian ini, yang menjadi subyek pertama adalah Drs. H.
Amliwazir Saidi, selaku Konselor bidang Hukum dan Keluarga di lembaga konsultasi agama
Masjid Agung Al-Azhar Jakarta. Beliau mempunyai riwayat hidup serta pendidikan yang
cukup menunjang dibidangnya, beliau lahir di Batu Sangkar pada tanggal 15 september 1957,
pendidikan menengah pertama beliau di pesantren Paykumbuh Mahad Islami Padang
Sumatra Barat, setelah itu beliau kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri Padang tepatnya
di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dengan mengambil jurusan Bidang Study Dakwah,
namun belum sempat menyelesaikan pendidikan S1nya, beliau mendapat beasiswa ke PT.
IQI (Institut Ilmu Al-quran) bidang study syariah. Lalu pada tahun 1978 beliau melanjutkan
kuliah S1nya ke Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) dengan mengambil jurusan
Hukum. Dan beliau berhasil menyelesaikan pendidikan S1nya pada tahun 1986.47
Setelah dirasa cukup memadai dalam hal pendidikan ilmu yang beliau pelajari, beliau
bergabung dengan yayasan pesantren Islam (YPI) Al-Azhar di bidang pendidikan yaitu beliau
bertugas menjadi seorang pengajar atau guru Sekolah Menengah Atas (SMA) di YPI Al-
47 Wawancara Pribadi dengan Amliwazir Saidi, Kepala Kantor Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, 25
Maret 2009.
Azhar, lalu setelah pengalaman beliau cukup banyak dalam hal mengajar, beliau berpindah
tugas dengan menjabat menjadi seorang kepala sekolah SMA YPI Al-Azhar selama 2
periode. Dengan pengalaman yang cukup memadai inilah yang mengantarkan beliau untuk
menjadi seorang konselor di lembaga konsultasi agama Masjid Agung Al-Azhar Jakarta
bidang hukum dan keluarga, dan sampai saat ini beliau masih dipercaya untuk memegang
amanah dengan menjabat menjadi seorang konselor yang kini sudah lebih dari 2 periode.
Subyek II (Klien)
Pada subyek yang kedua ini adalah seorang klien wanita, dengan nama lengkap Dinda
Farida Napitupulu, beralamat di Jakarta Selatan, pendidikan terakhir Diploma III (D3),
pekerjaan swasta. Ia datang ke lembaga konsultasi agama Masjid Agung Al-Azhar karena
memiliki sebuah masalah yaitu masalah keluarga, yang sangat memerlukan bantuan untuk
segera diselesaikan. Adapun deskripsi masalah yang di hadapi oleh ibu dinda ini adalah
“keluar ucapan cerai dari mulut suaminya”, saat itu ia bingung harus bagaimana menyikapi
masalahnya itu, sehingga ia merasa harus menyelesaikan masalahnya dengan datang ke
lembaga konsultasi agama yang bertempat di Masjid Agung Al-Azhar Jakarta yang sudah
cukup lama membantu mengatasi masalah keluarga dan bidang hukum.
Pada saat setelah ia selesai berkonsultasi dengan konselor sebanyak satu kali, konselor
langsung memberikan bantuannya dengan memberikan kesimpulan dan saran, yang dapat
diterima oleh klien, klien pun merasa puas, nyaman dan wajah bahagia klien itu terlihat
ketika klien telah berkonsultasi dan keluar dari ruangan konselor bagi klien penyampain dan
metode yang digunakan konselor untuk membantu klien dirasa efektif.
Subyek III (Klien)
Pada subyek yang ketiga ini adalah seorang klien pria yang bernama Aulia Warman,
beralamat di jalan Budaya nomor 49. Condet Batu amper, pendidikan terakhirnya Diploma 3,
pekerjaan karyawan swasta. Adapun deskripsi masalah yang dihadapi oleh ibu Aulia ini
adalah, “Hubungan suami istri mulai merenggang dan rencana berpoligami.”
Dengan adanya masalah yang dihadapinya dan segera harus diselesaikan, membawa ia
datang ke lembaga konsultasi agama Masjid Agung Al-Azhar, yang dinilai dapat membantu
menyelesaikan masalahnya. benar saja setelah berkonsultasi dengan konselor ia merasa
masalahnya dapat terbantu dan baginya metode yang diterapkan cukup efektif.
Subyek IV (Klien)
Subyek yang ketiga ini adalah seorang klien yang bernama Dra, Hj Etty Purnamawati.
MSc. Msi. Bertempat tinggal saat ini di daerah Jakarta Selatan, pekerjaan PNS. Bapeten
(Badan Pengawas Tenaga Nuklir). Adapun deskripsi masalah yang dihadapi adalah “masalah
hukum harta waris”, ia adalah seorang wanita karir yang banyak menghabiskan waktu untuk
belajar di luar negeri, ia juga menyebut dirinya seorang ilmuan, ia menyadari bahwa dirinya
kurang memahami masalah hukum waris dalam Islam, sehingga penting sekali baginya untuk
segera menyelesaikan masalahnya di tempat yang tepat dan dapat memberikan kemudahan
bagi penyelesaian masalahnya, berbekal pengetahuan bahwa setiap masjid yang besar
memiliki fungsi bukan hanya sebagai tempat ibadah saja melainkan tempat yang dapat
memberikan kedamaian kepada hamba Allah yang sedang mengalami suatu masalah, benar
saja di dalamnya terdapat tempat atau lembaga yang dapat membantunya dalam
menyelesaikan masalahnya, sehingga ia memilih lembaga konsultasi agama Masjid Agung
Al-Azhar sebagai tempat yang tepat. Setelah melakukan konsultasi dengan konselor ia
merasa bahagia karena masalahnya dapat selesai dengan sebaik-baiknya, baginya yang
seorang ilmuan metode yang dipakai dalam membantu memecahkan masalahnya sangat
efektif dan mudah dimengerti.
B. Penanganan Masalah Rumah Tangga di Lembaga Konsultasi agama Masjid Agung
Al-Azhar Jakarta.
Penanganan masalah rumah tangga di lembaga konsultasi Masjid Agung Al-Azhar
Jakarta, menurut Amliwazir Saidi menuturkan bahwa: penanganan masalah dinilai cukup
efektif dan berjalan dengan baik, terbukti dengan program yang dijalankan setiap hari senin
sampai sabtu dimulai pukul 10.00-14.00 WIB yang dibimbing oleh seorang konselor
berpengalaman dan kompeten dibidangnya, dengan dibantu oleh para staf yang ahli dalam
bidangnya dan bekerja dengan baik, sehingga dengan sikap profesional orang-orang yang
bekerja di lembaga konsultasi agama tersebut membuat lembaga tersebut banyak diketahui
oleh masyarakat bahwa adanya lembaga konsultasi agama yang profesional dibidangnya,
yang pada akhirnya membawa nama baik bagi perkembangan lembaga konsultasi agama itu
sendiri juga beserta nama Masjid Agung Al-Azhar Jakarta.48
Adapun prosedur atau cara klien yang ingin melakukan konsultasi mengenai masalahnya
yaitu; pertama dengan datang langsung ke lembaga dan setelah itu klien dipersilakan mengisi
formulir konsultasi yang telah disediakan sebagai data pribadi dan bukan untuk kepentingan
umum, data tersebut kemudian disimpan oleh pihak lembaga sebagai bukti bahwa pernah
adanya konsultasi dari klien, sehingga jika terjadi salah paham atau komplain dari keluarga
klien kepada pihak lembaga konsultasi agama tersebut, pihak lembaga tersebut mempunyai
bukti yang kuat.
Selain itu ada juga klien yang menghubungi pihak lembaga untuk perjanjian lebih awal
sebelum melakukan konsultasi dengan konselor, sehingga setelah waktu yang telah disepakati
oleh klien dan pihak lembaga tiba barulah klien dapat berkonsultasi dengan konselor.
Selanjutnya yang kedua melakukan prosedur pembayaran melalui bagian keuangan
lembaga, setelah transaksi pembayaran selesai klien dipersilahkan melakukan konsultasi.
48 Wawancara Pribadi dengan Amliwazir Saidi, Kepala Kantor Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, 25
Maret 2009.
Dalam hal ini klien tidak ditargetkan atau ditarifkan dalam hal pembayaran, namun sifatnya
lebih kepada keikhlasan klien itu sendiri, yang nantinya uang itu juga akan diserahkan untuk
memakmurkan Masjid serta menggaji karyawan yang bekerja di lingkungan Masjid Agung
Al-Azhar Jakarta.
Dalam satu hari terkadang tak kurang dari tiga orang klien datang untuk berkonsultasi,
mereka biasanya datang antara jam 11.00-14.00 WIB dengan tema masalah keluarga yang
beraneka ragam, dalam proses penanganan masalah rumah tangga ini para klien pertama-
tama ditanya apa masalah yang dihadapi saat ini? Kemudian klien perlahan tapi pasti
mengungkapkan masalah yang sedang dihadapinya, setelah klien menceritakan masalah yang
dihadapinya secara terbuka kepada konselor, lalu oleh konselor klien diberikan pemahaman
tentang masalah yang dihadapi oleh klien, oleh konselor masalah klien juga didiagnosa
sehingga dalam pengambilan saran dan metode sangat tepat dan dapat dimengerti oleh klien
sehingga proses konsultasi dapat berjalan secara efektif klien pun merasa puas dan nyaman.
Adapun metode yang dipakai oleh konselor adalah model konseling direktif, yaitu
konselor langsung memberikan saran yang berkenaan dengan masalah klien sesuai dengan al-
Quran dan hadits, sehingga insyaAllah dapat dipastikan kebenaran dari saran yang diberikan
oleh konselor.49
Pada saat konsultasi berlangsung terjadi hubungan bimbingan dan konseling Islam dalam
suasana yang hangat, terbuka, permissif, penuh keakraban, saling menghargai antara konselor
dengan klien. Juga para staf yang ramah menyambut kedatangan klien sehingga tidak ada
ketegangan yang terjadi selama berlangsungnya proses konsultasi dan nyaman bagi klien
untuk mengungkapkan masalahnya. Pada saat klien berkonsultasi biasanya pihak lembaga
menyediakan waktu yang cukup banyak yaitu berlangsung selama satu jam, bagi klien waktu
yang diberikan oleh pihak lembaga dinilai cukup untuk melakukan konsultasi. Selain itu
49 Wawancara Pribadi dengan Amliwazir Saidi, Kepala Kantor Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, 25
Maret 2009.
lingkungan tempat klien melakukan konsultasi dengan konselor dalam hal ini ruangan
konsultasi terlihat nyaman dan tertutup sehingga klien dapat lebih terbuka mengungkapkan
masalahnya ditambah dengan pendingin udara (AC) membuat cuaca yang panas menjadi
dingin sehingga memberikan rasa nyaman bagi klien.
C. Analisis Efektifitas Penanganan Masalah Rumah Tangga
Dilihat dari observasi langsung ke lembaga konsultasi agama Masjid Agung Al-Azhar
Jakarta yaitu tempat penulis melakukan penilitian dan juga berdasarkan data-data yang telah
penulis dapatkan selama penelitian mengenai efektifitas penanganan masalah rumah tangga
melalui lembaga pelayanan konsultasi agama di Masjid Agung Al-Azhar Jakarta, maka
langkah selanjutnya adalah menganalisis antara teori yang dipelajari dengan praktek yang ada
di lapangan atau lembaga pelayanan konsultasi.
Proses penanganan masalah rumah tangga di lembaga pelayanan konsultasi Masjid
Agung Al-Azhar Jakarta. Dinilai sangat mambantu klien yang mempunyai masalah
khususnya rumah tangga, kegiatan konsultasi ini juga dinilai efektif yaitu dalam pemberian
solusi, konselor mencoba membuka pola pikir klien secara positif, tidak menyinggung,
memaksa, dan memvonis klien terhadap masalah yang dihadapi.
Hal ini dilakukan konselor dengan memberikan pengetahuan berupa informasi
pengalaman hidup, dan konselor juga bersikap empati terhadap permasalahan yang
dihadapi klien, namun semua saran, solusi dan masukan yang diberikan konselor
dikembalikan lagi kepada klien untuk dijalankan atau tidaknya.
Adapun bentuk penanganannya konselor menggunakan petunjuk langsung dari Allah
yaitu berupa kitab Al-Quran dan Hadits, konselor juga menggunakan metode direktif
dalam membimbing dan melakukan kegiatan konseling kepada klien yaitu meliputi:
wawancara, diskusi, dan tanya jawab mengenai masalah klien, karena sesungguhnya
pada masalah rumah tangga itu memerlukan penanganan dan perhatian yang serius, yang
harus ditangani oleh orang yang ahli dibidangnya atau suatu lembaga khusus yang
mengerti dalam membantu klien mengatasi masalah rumah tangganya, yang di dalam
lembaga itu juga terdapat konselor yang ahli dibidangya.
Lembaga pelayanan konsultasi Masjid Agung Al-Azhar ini, sebenarnya memilki materi
atau kegiatan konsultasi yang cukup bervariasi dan beragam mengingat kehidupan dunia
yang semakin maju dengan iptek dan teknologinya, menuntut manusia agar selalu mengikuti
perkembangan hidup, tak heran memang banyak masalah yang dihadapi oleh masyarakat di
dunia ini, sesuai dengan visi dan misi Masjid Agung Al-Azhar Jakarta bahwa masjid
memiliki peran atau fungsi yang sangat banyak tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga
sarana untuk mengembangkan kreatifitas masyarakat dengan berbagai disiplin ilmu dan
tempat bermusyawarah, untuk itu Masjid Agung Al-Azhar sangat memberi perhatian kepada
masyarakat yang memiliki masalah dapat mengkonsultasikan masalanya di lembaga
pelayanan konsultasi Masjid Agung Al-Azhar yang juga ditangani oleh beberapa konselor
yang ahli dibidangnya adapun bentuk-bentuk materi konsultasi yang ada di lembaga
pelayanan Masjid Agung Al-Azhar adalah sebagai berikut:
NO KOSELOR YANG
BERTUGAS
KONSULTASI BIDANG
1 Dr. H. Shobahussurur, MA Konsultasi Bidang Keluarga dan Rumah Tangga
2 Drs. H. Amliwazir Saidi Konsultasi Bidang Hukum Islam dan Keluarga
3 Drs. Memet Sururi Konsultasi Bidang Agama Islam
4 Drs. H. Afif Hamka Konsultasi Bidang Agama Islam
5 Amir Hamza. SH. Konsultasi Bidang Hukum Positif
6 H. Syamsir Kamaludin Konsultasi Bidang Agama Islam dan Da’wah
7 Khairul Fuad, MA Konsultasi Bidang Agama Bagi Warga Negara Asing
8 Min Amrina, Psi Konsultasi Bidang Psikologi
9 H. Mukhtar Ibnu Konsultasi Bidang Kepemudaan dan Kemasyarakatan
Lembaga pelayanan konsultasi Masjid Agung Al-Azhar ini dalam menberikan pelayanan
dalam penanganan masalah sangat selektif dan hati-hati terbukti pada saat peneliti melakukan
wawancara dengan klien mereka merasa sangat puas, lega dan terlihat bahagia. Klien juga
merasa sangat diperhatikan oleh konselor ketika klien mengutaran masalah yang dihadapinya.
Menurut konselor masalah yang sering dikonsultasikan di lembaga pelayanan konsultasi
Masjid Agung Al-Azhar adalah masalah rumah tangga.50 Terbukti pada saat peneliti
melakukan penelitian cukup banyak diantara klien yang mempunyai masalah rumah tangga,
menurut komselor ini disebabkan karena ketidaktahuan klien tentang arti sebuah keluarga dan
klien kurang memahami bagaimana menjalani hidup berumah tangga, seperti hak dan
kewajiban suami istri, harta waris, dan pola pengasuahan anak, karena biasanya para klien
adalah orang yang sibuk di luar rumah dan berkarir.
Menurut beberapa pendapat dari klien setelah melakukan konsultasi menyarankan agar
sebaiknya lembaga pelayanan konsultasi seperti ini banyak dikembangkan di Masjid-masjid
dan juga mendirikan lembaga-lembaga konsultasi Islam sebagai wujud dari dakwah Islam
yang kegiatannya sangat efektif bagi masyarakat yang membutuhkan pencerahan dari
masalah hidup yang dihadapinya.
Dengan demikian ilmu bimbingan dan konseling Islam merupakan ilmu yang berperan
penting dan dibutuhkan oleh para konselor untuk membantu masyarakat yang membutuhkan
bantuan dari permasalahan yang dihadapinya mengingat setiap hidup manusia pasti memiliki
masalah dalam hidupnya.
50 Wawancara Pribadi dengan Amliwazir Saidi, Kepala Kantor Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, 25
Maret 2009.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa penanganan masalah rumah tangga di Masjid Agung Al-Azhar Jakarta ini dapat
dikatakan dan dinilai efektif adalah sebagai berikut:
1. Penanganan Masalah rumah tangga dibimbing oleh seorang konselor yang ahli
dibidangnya sehingga klien dapat mengkonsultasikan masalahnya. Adapun masalah
yang sering dihadapi oleh klien di lembaga konsultasi Masjid Agung Al-Azhar
biasanya masalah hukum harta waris, keikut sertaan orang tua dalam rumah tangga
anak, dan ketidaktahuan klien akan kewajibannya dalam membina rumah tangga.
Sehingga permasalahan inilah yang sering ditangani oleh konselor dalam membantu
klien.
2. Penanganan Masalah rumah tangga menggunakan metode direktif yaitu: dengan
melalui wawancara, diskusi, dan tanya jawab mengenai masalah yang dihadapi oleh
klien, setelah masalah itu dianalisis dan didiagnosa oleh konselor, pertama konselor
memberikan pengertian tentang masalah yang dihadapi klien dengan cara membuka
pola pikir klien yang positif, serta tidak mevonis klien, setelah klien tersadar dari
masalah yang dihadapinya, barulah konselor memberikan saran, dan solusinya kepada
klien. Dalam memberikan solusi dan saran kepada klien konselor mengambil petujuk
lansung dari Allah berupa kitab al-Quran, hadits, dan buku-buku yang dianggap tepat
berkenaan dengan masalah klien sebagai referensi. Dan pada saat klien melakukan
konsultasi dengan konselor, konselor menunjukan rasa empatinya terhadap masalah
yang dihadapi klien, konselor menerima klien dengan ramah dan selalu berusaha
menjadi pendengar yang baik. Sehingga klien dapat terbuka mengutarakan masalah
yang dihadapinya.
3. Penanganan masalah dinilai efektif, karena klien merasa puas dan nyaman serelah
berkonsultasi dengan konselor, karena dalam hal ini konselor mencoba membuka pola
pikir klien secara positif, tidak menyinggung, memaksa, dan memvonis klien terhadap
permasalahan yang dihadapi. Konselor juga memberikan wawasan berupa informasi
pengalaman hidup, dan contoh kehidupan rumah tangga Rasulullah, namun semua
saran, solusi, dan motivasi yang yang diberikan konselor dikembalikan lagi kepada
klien untuk diterapkan dalam menjalani kehidupan rumah tangganya apa tidak.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran praktis yang dapat diajukan, yaitu:
1. Bagi pasangan muda yang akan membina hubungan berumah tangga sebaiknya
dipikirkan matang-matang terlebih dahulu tetang arti sebuah keluarga, bagaimana
menjalani kehidupan berumah tangga, dan mengerti tentang hak-hak dan kewajiban
dalam hubungan suami istri. Selain itu sikap dewasa, mandiri, dan bertanggung
jawab, dari setiap pasangan calon suami istri sangat diperlukan dan harus dimiliki
oleh setiap calon suami isri. Agar ketika menjalani hidup berumah tangga dapat
tercipta hubungan yang baik sehingga dapat menjadi keluarga sakinah mawaddah
warahmah. Bagi calon suami istri yang akan menikah juga dapat mengkonsultasikan
tentang bagaimana membina hubungan rumah tangga yang baik kepada konselor yang
ahli dibidangnya dan tentunya di lembaga konsultasi yang tepat sesuai dengan materi
yang ingin dikonsultasikan, karena cara ini juga dinilai efektif sebagi bekal untuk
membina hubungan berumah tangga, agar terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan.
2. Bagi sumi istri yang telah menikah dan memilki masalah dari pernikahannya
sebaliknya cermati dengan cermat masalah apa yang sedang dihadapinya saat ini,
jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan atas masalah yanga dihadapi dan
membuat keputusan sendiri, sebisa mungkin jauhkan ego, dan emosi ketika
menghadapi masalah, jika tidak memungkinkan menyelesaikan masalah bersama,
menghadirkan orang tua kedua belah pihak merupakan langkah yang tepat mengingat
kedua orang tua telah lama membina hubungan berumah tangga tentunya pengalaman
mereka tentang berumah tangga cukup banyak sehingga dapat dimungkinkan
membantu menghadapi masalah yang dihadapi oleh rumah tangga anak mereka. Akan
tetapi mengingat beragamnya kepribadian sumi istri, ada diantara mereka yang
masalah rumah tangganya tidak ingin diketahui oleh kedua orang tua, untuk
menyelesaikan suatu permasalahan rumah tangganya mereka dapat mengambil suatu
keputusan dengan mengkonsultasikan masalah rumah tangga yang dihadapinya
kepada konselor yang ahli dibidangnya tentunya di lembaga pelayanan konsultasi
yang tepat sesuai dengan jenis masalah yang dihadapinya dan tentunya lembaga
tersebut jelas akan izin dan telah diakui keberadaannya sehingga dapat dipertanggung
jawabkan serta dapat memberikan bimbingan, solusi, dan saran yang dibutuhkan klien
sesuai dengan ketentuan Islam sebagai agama yang benar.
3. Untuk lembaga pelayanan konsultasi Masjid Agung Al-Azhar Jakarta sendiri, dalam
hal pelayanan dan penanganan untuk lebih ditingkatkan dari yang sudah baik dan
dapat dinilai efektif oleh para klien, menjadi lebih baik lagi, dari segi subyek yang ada
di lembaga pelayanan konsultasi seperti kualitas konselor sebaiknya disesuaikan
dengan bidang yang ditekuninya agar menjadi seorang konselor yang ahli
dibidangnya, dan untuk lembaga pelayanan konsultasi ini sendiri sedianya untuk terus
berkembang dalam membantu mengatasi masalah yang banyak dihadapi oleh
masyarakat mengingat rumitnya masalah rumah tangga dan arus globalisasi yang
menuntut manusia untuk selalu mengikuti zaman membuat masalah yang dihadapi
manusia tidak pernah selesai. Serta kapada lembaga-lembaga yang berperan serupa
dengan lembaga pelayanan konsultasi Masjid Agung Al-Azhar untuk terus ada dan
berkembang untuk ikut membantu sesama manusia yang membutuhkan bantuan.
Karena hakikat hidup itu adalah banyak-banyak berbuat kebaikan untuk orang lain
dan buatlah hidupmu berharga. Yang pada akhirnya kebaikan yang kita lakukan untuk
orang lain akan mempengaruhi hidup kita dan berbalik kepada kita sendiri menjadi
sebuah kebaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas. Jakarta: FE UI, 2003.
Amini, brahim. Bimbingan Islam untuk Kehidupan Suami Istri. Bandung: Al-Bayan, 1997.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002.
Badan Pembinaan dan Pengembangan Keagamaan VII. Rumusan Bimbingan dan Konseling
Islami II. Yogyakarta: VII, 1987.
Busyairi, Badruzzaman. Setengah Abad Al-Azhar. Jakarta: PT. Abadi, Yayasan Pesantren Al-
Azhar, 2002.
Departemen Pendiddikan dan Kebududayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 1988.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1996.
Echols, John M dan Sadily Hasan. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1990.
Faqih, Aunur Rahim. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. Yogyakarta: UII Press, 2001.
Hoeve, Van. Ensiklopedia Indonesia. Jakarta: Ikhtiar Baru, 1982.
Junaedi, Dedi Bimbingan Perkawinan; Membina Keluarga Sakinah Menurut al-Qur’an dan
as-Sunnah. Jakarta: Akademia Presindo, 2001.
Kerlinger, Fred N. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Pess, 2002.
Khuzairi, Ahmad. Nikah Sebagai Perikatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995.
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3), 1998.
Lestari, Endang dan Maliki, MA. Komunikasi Yang Efektif : Bahan Ajar Diklat Prajabat
Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara RI, 2003.
Lutfi, M. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam. Jakarta, Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayaatullah, 2008.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000.
Mappiare, Andi. Kamus Istilah Konseling & Terapi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006.
Noer, Deliar. Membangun Masyarakat Madani, (Editor Effendi Firdaus). Jakarta: Nuansa
Madani, 1999.
Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikolog. Jakarta: Lembaga
Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikolog (LPSP3), 1998.
Poetra, Chamim Zarkasy. “Berbagai Penyebab Keretakan Keluarga dan Cara
Mengatasinya”, Nasehat Perkawinan dan Keluarga. November, 1990.
Prinodigno, G dan Sadily Hasan. Ensiklopei Umum. Yogyakarta: Kanisius, 1990.
Ramayulis DKK. Pendidikan Islam & Rumah Tangga. Jakarta: Kalam Mulia, 1987.
Rahmat, Jalaludin. Keluarga Muslim & Masyarakat Modern. Bandung: Remaja Rosda Karya,
1993.
Sadily, Hasan Ensiklopedia Indonesia Jilid II, CES-HAM, Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve,
19980.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Pengantar Umum Psikkologi. Jakarta: Bulan Bintang, 2003.
Shalih, Syakih Fuad. Untukmu yang Akan Menikah & Telah Menikah. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2005.
Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofyan Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 1983.
Siagian, Sondang. Teknik Menumbuhkembangkan dan Memelihara Prilaku Organisasi.
Jakarta: C.V Haji Masagung, 1987.
Suarto,FX. Prilaku Organisasi. Yogyakarta: Universitas AdmaJaya Yogyakarta, 1999.
Sudarsosno. Kamus Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.
Suhirman, Imam. Menjadikan Keluarga Sakinah. Manajeman Menuju Keluarga Sakinah dan
Bimbingan Perkawinan. Jakarta: Media Istiqomah, 2006.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Budaya. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Tjakariawan, Cahyadi. Pernak-pernik Keluarga Islami. Solo: Era Intermedia, 2005.
Yunus, Mahmud. Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta : PT. Hida Karya, 1991.
Zarkasy, Mukhtar. Membina Keluarga Bahagia. Jakarta: Pustaka Antara, 1992.