EFEK ANALGESIK-ANTIINFLAMASI SARI BUAH NANAS · EFEK ANALGESIK (Ananas comosus Diajukan untuk...
Transcript of EFEK ANALGESIK-ANTIINFLAMASI SARI BUAH NANAS · EFEK ANALGESIK (Ananas comosus Diajukan untuk...
EFEK ANALGESIK
(Ananas comosus
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjan
EFEK ANALGESIK-ANTIINFLAMASI SARI BUAH NANAS
Ananas comosus L.) PADA MENCIT PUTIH BETINA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Tania Gunawan
NIM : 068114121
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ANTIINFLAMASI SARI BUAH NANAS
L.) PADA MENCIT PUTIH BETINA
ii
EFEK ANALGESIK-ANTIINFLAMASI SARI BUAH NANAS
(Ananas comosus L.) PADA MENCIT PUTIH BETINA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Tania Gunawan
NIM : 068114121
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Kelemahan manusia yang paling besar adalah keraguannya untuk mengatakan
pada orang sekitar seberapa besar dia mencintai mereka, ketika mereka masih
hidup” (O.A. Battista).
Skripsi ini mungkin tak begitu berarti bagi orang lain…….Tapi bagiku ini sangat berarti……………………………...Dalam proses perjalanan penyusunannya…………………Banyak kejadian-kejadian yang tak terduga………………
Kehilangan seorang ayah………….Begitu besar pengaruhnya dalam keluargaku………….Pengorbanan adikku yang harus berhenti kuliah …………..Dimana di usia itu seharusnya ia dapat menikmati bangku kuliah……………Belajar,bermain bersama teman, dan menikmati masa remaja………………..Semua itu hanya impian belaka………….
Pengorbanan yang sungguh teramat besar…………….Semoga aku tak mengecewakan mereka semua……….Thx God, Papa(Alm), Mama , Nana ………………….Atas pengorbanan kalian………………………………
Karya ini kupersembahkan untuk seluruh warga dan teman-teman Farmasi USD,
dan Almamaterku Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Terutama
Papa(Alm) dan Nana, Mama satu yang ingin kuucapkan “ Aku cinta kalian
semua”. Kalianlah motivasi dan semangatku untuk tetap terus berjuang hingga
pada akhirnya nanti……….
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat, kasih karunia, dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “ Efek Analgesik –
Antiinflamasi Sari Buah Nanas (Ananas comosus L.) pada Mencit Putih Betina’’
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata 1
(S1) Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).
Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini, penulis secara khusus
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapa dan Putera-Nya Yesus Kristus untuk semua berkat, rahmat, dan
segala penyertaan-Nya hingga saat ini.
2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu membimbing, mengoreksi, memberi masukan, kritik,
saran, dan pengarahan dari awal persiapan hingga akhir penyusunan
skripsi ini.
4. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu membimbing, memberikan masukan, kritik dan saran
yang membangun.
5. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu membimbing, memberikan masukan, kritik dan saran
yang membangun.
vii
6. Papa (Alm), Mama atas segala doa, semangat, bimbingan, motivasi, dan
pengorbanannya selama ini. Dan adikku buat semua doa, semangat,
motivasinya, dan pengorbanannya.
7. Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Kayat yang telah banyak membantu
menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini.
8. Seluruh dosen, laboran, petugas seketariat Fakutas Farmasi dan petugas
perpustakaan Kampus Paingan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
9. Ricky, Jeffry, Felix, Dewi, Tanti atas bantuan dan kerjasamanya selama
proses pengambilan data untuk penelitian ini.
10. Bu Iin selaku dosen pembimbing akademik selama penulis kuliah di S1 ini
yang telah memberi motivasi dan arahan sehingga penulis dapat melalui
berbagai masalah yang dihadapi selama perkuliahan.
11. Seluruh teman-teman FKK angkatan 2006 kelas C dan semua teman
farmasi USD atas kebersamaannya selama kuliah S1 di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
bermanfaat bagi orang banyak.
Penulis
ix
INTISARI
Nanas (Ananas comosus L.) merupakan salah satu tanaman yang dapatdigunakan sebagai tanaman obat untuk analgesik dan antiinflamasi. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk membuktikan khasiat analgesik dan antiinflamasi saribuah nanas; mengetahui seberapa besar % proteksi menghambat nyeri dan % dayaantiinflamasi sari buah nanas.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni denganrancangan acak lengkap pola searah. Metode yang digunakan adalah metodeLangford yang dimodifikasi untuk uji efek anti-inflamasi sedangkan untukmenguji efek analgesiknya digunakan metode rangsang kimia. Variabel bebasyang digunakan dalam penelitian ini adalah dosis sari buah nanas dan variabeltergantung yaitu efek analgesik dan antiinflamasi sari buah nanas. Data kuantitatifyang diperoleh dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov test untuk melihatdistribusi data. Setelah diketahui data terdistribusi normal, maka analisisdilanjutkan dengan one-way Anova test dan Scheffe test dengan taraf kepercayaan95%.
Hasil penelitian membuktikan bahwa sari buah nanas memberikan khasiatanalgesik dan antiinflamasi. Persen proteksi penghambatan nyeri sari buah nanasdari dosis 8,33ml/kgBB; 16,67ml/kgBB; dan 33,33ml/kgBB secara berturut-turutadalah 39,79%; 63,27%; dan 68,88%, sedangkan persen daya antiinflamasi saribuah nanas dari dosis 8,33ml/kgBB; 16,67ml/kgBB; dan 33,33ml/kgBB secaraberturut-turut adalah 36,42%; 50,64%; dan 55,12%.
Kata kunci : analgesik; anti-inflamasi; sari buah nanas; Ananas comosus L.
x
ABSTRACT
Pineapple (Ananas comosus L.) is one of plants that can be used as amedicinal plant for analgesic and anti-inflammatory agents. This research aims toreveals analgesic and anti-inflammatory actions of pineapple squeeze; to find outthe percentage protection to obstruct pain and percentage anti-inflammatoryactions of pineapple squeeze.
This is a pure experimental study using a one-way completely randomizeddesign. This research used modificated Langford method to test the anti-inflammatory effects and to chemical stimulation method for testing analgesics.The independent variable used in this study is dosage of pineapple squeeze andthe dependent variable are the analgesics and anti-inflammatory effects ofpineapple squeeze. The quantitative analyzed with Kolmogorov-Smirnov test tofind out the distributions of the data. After the data distribution discoverednormal, analysis continued with one-way Anova test and Scheffe test with level ofconfidence 95%.
Results of the study showed that the pineapple squeeze exerted analgesicand anti-inflammatory effects. Protection percentage to obstruct of pineapplesqueeze of 8.33 ml/kg BW, 16.67 ml/kg BW and 33.33 ml/kg BW were 39.79%,63.27%, and 68.88% respectively. Meanwhile, protection percentage of anti-inflammatory action of pineapple squeeze of 8.33 ml/kg BW, 16.67 ml/kg BWand 33.33 ml/kg BW were 36,42%, 50.64%, and 55,12% respectively.
Key words: analgesic, anti-inflammatory, pineapple squeeze, Ananas comosus L.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………..…….ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………..v
PRAKATA…………………………………………………………………….. ...vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………. viii
INTISARI…………………………………………………………………………ix
ABSTRACT……………………………………………………………………….x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...xi
DAFTAR TABEL…...…………………………………………………..………xvi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………xix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………xxi
BAB I. PENGANTAR…………………………………………………………….1
A. Latar Belakang………...…………………………………………………..1
1. Perumusan masalah…………...……………………………………….3
2. Keaslian penelitian…………………………...………………………..4
3. Manfaat penelitian……………….……………………………………5
B. Tujuan Penelitian……………………..…………………………………...5
1. Tujuan umum……………………...…………………………………..5
2. Tujuan khusus………………………..………………………….…….5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA…………………………………………….6
A. Tanaman nanas……………………………………………………………6
xii
1. Sistematika tumbuhan…………………..…….………………………6
2. Sinonim………………………………………………………………..6
3. Nama daerah…………………………………………………………..6
4. Morfologi……………………………………………………………...7
5. Kandungan kimia……………………………………...........................7
6. Kegunaan……………………………………………………………...8
B. Bromelain………………………………………………………………….8
C. Nyeri…….………………………………………………………………..13
D. Inflamasi………………………………………….………………………15
E. Mekanisme Inflamasi…………………………………………………….18
F. Parasetamol………………………………………………………………19
G. Kalium diklofenak……………..................................................................21
H. Metode Pengujian Efek Analgesik ………………………………………22
I. Metode Pengujian Aktivitas Antiinflamasi………………………………27
J. Landasan Teori…………………………………………………………...30
K. Hipotesis………………………………………………………………….32
BAB III. METODE PENELITIAN…………………………………...................32
A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………………….33
B. Variabel dan Definisi Operasional……………………….........................33
1. Variabel………………………………………………………………33
2. Definisi Operasional………………………..…...……………………34
C. Subyek Uji dan Bahan Penelitian……………….………………………..35
1. Subyek Uji…………………………….……………………………...35
xiii
2. Bahan Penelitian……………………………………………………...35
D. Alat Penelitian……………………………………………………………36
E. Tata Cara Penelitian……………………………………………………...37
1. Uji Analgesik………………………………....……………………...37
a. Uji makroskopis buah nanas………………………......................37
b. Pengumpulan bahan……………………………………………...37
c. Pembuatan sari buah nanas………………………………………37
d. Penyiapan hewan uji……………………………………………..38
e. Pembuatan sediaan……………………………………………….38
f. Penentuan kriteria geliat…………………………………………39
g. Penentuan dosis sari buah nanas………………………………....39
h. Penentuan dosis asam asetat 1%....................................................40
i. Penentuan selang waktu pemberian asam asetat………………....41
j. Penentuan dosis parasetamol………………………………..........41
k. Perlakuan hewan uji……………………………………………...42
l. Penentuan % proteksi penghambatan nyeri……………………...42
m. Tata cara analisis data……………………………………….......43
2. Uji Antiinflamasi…………………………………………………….44
a. Penyiapan hewan uji……………………………………………..44
b. Pembuatan sari buah nanas…………………………..……..……44
c. Pembuatan sediaan………………………………………………44
d. Uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki………………..45
e. Uji pendahuluan selang waktu pemberian kalium diklofenak…...45
xiv
f. Uji pendahuluan penentuan dosis kalium diklofenak……………46
g. Perlakuan hewan uji………………………………………….......47
h. Pengujian daya antiinflamasi…………………………………….47
i. Tata cara analisis data……………………………………………47
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………….49
A. Uji Makroskopis Buah Nanas……………………………………......49
B. Uji Pendahuluan Analgesik……………………………………..........49
1. Penentuan dosis asam asetat…………………………………......50
2. Penentuan selang waktu pemberian rangsang……………………53
3. Penentuan dosis parasetamol………………………………….….55
C. Uji Pendahuluan Antiinflamasi………………………………………58
1. Selang waktu pemotongan kaki setelah penyuntikan karagenin
1%..................................................................................................58
2. Selang waktu pemberian kalium diklofenak 4,48 mg/kgBB.........61
3. Penentuan dosis efektif kalium diklofenak………..……………63
D. Pengujian persen proteksi penghambatan nyeri dan daya antiinflamasi
buah nanas……………………………………………………...…….66
1. Pengujian persen proteksi penghambatan nyeri sari buah
nanas……………………………………………………..……….66
2. Pengujian daya antiinflamasi sari buah nanas……………………73
xv
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………..…………80
A. Kesimpulan………………………………………………..…………80
B. Saran……………………………………………………………...….80
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………81
LAMPIRAN……………………………………………………..………………84
BIOGRAFI PENULIS………………………………………………………….125
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Rata-rata jumlah kumulati geliat mencit pada penentuan dosis asam
asetat……………………………………………………………..…...51
Tabel II. Hasil uji Scheffe rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan dosis asam
asetat………………………………………………………………….52
Tabel III. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan selang waktu
pemberian asam asetat 1% dosis 50mg/kgBB…...…………………..53
Tabel IV. Hasil uji Scheffe rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan selang
waktu pemberian dosis asam asetat 1 % dosis 50 mg/kgBB ………..55
Tabel V.Rata – rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penetuan dosis
parasetamol…………………………………………………………..56
Tabel VI. Hasil uji Scheffe pada penentuan dosis parasetamol………………...57
Tabel VII.Rata-rata bobot udema kaki mencit setelah diinjeksi karagenin 1%
subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki….59
Tabel VIII. Hasil uji Scheffe rata-rata bobot udema kaki mencit setelah diinjeksi
karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu
pemotongan kaki…………………………………………………...60
Tabel IX. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1 %
subplantar setelah pemberian diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB pada
selang waktu tertentu………………………………………………62
xvii
Tabel X. Hasil uji Scheffe rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi
karagenin 1 % subplantar setelah pemberian kalium diklofenak dosis
4,48 mg/kgBB pada selang waktu tertentu……………….………..63
Tabel XI. Rata-rata bobot udem kaki mencit hasil uji pendahuluan dosis efektif
kalium diklofenak…………………………………………….……..64
Tabel XII.Hasil uji Scheffe rata-rata bobot udema kaki mencit pada uji
pendahuluan dosis efektif kalium diklofenak………….………..….65
Tabel XIII. Hasil rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan persen proteksi
pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok……..…………...67
Tabel XIV. Hasil uji Scheffe persen proteksi pada pengujian efek analgesik
seluruh kelompok…………………………………………………..69
Tabel XV. Data rata-rata perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol
positif pada uji efek analgesik……………………………………...71
Tabel XVI. Hasil uji Scheffe perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol
positif pada uji efek analgesik…………………………………...…72
Tabel XVII. Hasil rata-rata bobot udema kaki mencit akibat karagenin 1 %
subplantar; % daya antiinflamasi; dan % potensi relatif daya
antiinflamasi………………………………………………………75
Tabel XVIII. Tabel rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki
mencit……………………………………………………………...76
Tabel XIX. Rata-rata persentase respon daya antiinflamasi tiap kelompok…….77
Tabel XX. Hasil % daya antiinflamasi dan potensi relatif………………….…121
xviii
Tabel XXI. Tabel rata-rata ml sari buah nanas yang dihasilkan dari 100 g buah
nanas……………………………………………………….……122
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Mekanisme Bromelain Menghambat Sistem Kinin…………….....…10
Gambar 2. Efek Bromelain pada Sintesis Prostaglandin…………………….…..13
Gambar 3. Pembentukan mediator-mediator nyeri………………………………17
Gambar 4. Struktur parasetamol ………………………………………………...20
Gambar 5. Struktur kalium diklofenak…………….…………………………….21
Gambar 6. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penentuan dosis
asam asetat…………………………………………………………...51
Gambar 7. Grafik rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit selama 1 jam pada
penentuan selang waktu pemberian asam asetat 1 % dosis 50
mg/kgBB………………………………………….………………….54
Gambar 8. Grafik rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit selama 1 jam pada
penentuan dosis parasetamol…………………………………………56
Gambar 9. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit setelah diinjeksi karagenin
1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan
kaki…………………………………………………………………..59
xx
Gambar 10. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1 %
subplantar setelah pemberian kalium diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB
pada selang waktu tertentu…………………………………………..62
Gambar 11. Grafik bobot udem kaki mencit hasil uji pendahuluan dosis efektif
kalium diklofenak…………………………………………………..64
Gambar 12. Grafik rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada pengujian efek
analgesik seluruh kelompok………………………………………..68
Gambar 13. Grafik persen proteksi pada pengujian efek analgesik berbagai
kelompok…………………………………………………………..68
Gambar 14. Grafik rata-rata perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol
positif pada uji efek analgesik………………….…………………..71
Gambar 15. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat karagenin 1 %
subplantar…………………………………………………………..75
Gambar 16.Grafik rata-rata persentase respon daya antiinflamasi tiap
kelompok…………………………………………………………...78
Gambar 17. Foto buah nanas sebelum dikupas………………………………..…84
Gambar 18. Foto buah nanas setelah dikupas……………………………………84
Gambar 19. Foto juice extractor………………………...……………………….85
Gambar 20. Foto sari buah nanas………………………………………………...85
xxi
Gambar 21. Foto geliat…………………………………………………………..86
Gambar 22. Foto udema…………………………………………………………86
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data jumlah kumulatif geliat mencit besrta hasil analisis statistik
pada penentuan dosis asam asetat 1 % dosis 50mg/kgBB….....….87
Lampiran 2. Data jumlah kumulatif geliat mencit beserta hasil analisis statistik
pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat………….…90
Lampiran 3. Data jumlah kumulatif geliat mencit beserta hasil analisis statistik
pada penentuan dosis parasetamol………………………………...93
Lampiran 4. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan selang waktu
pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1% dan hasil analisis
statistiknya…………………………………………………….…..96
Lampiran 5. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan waktu
pemberian kalium diklofenak 4,48 mg/kgBB beserta hasil analisis
statistiknya………………………………………...………………99
Lampiran 6. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan dosis kalium
diklofenak beserta hasil analisis statistiknya………………….….102
Lampiran 7. Data jumlah geliat pada berbagai kelompok uji efek analgesik..…105
Lampiran 8.Data persen proteksi geliat pada uji efek analgesik berserta hasil
analisis statistiknya……………………………………………..…110
Lampiran 9. Data perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol positif pada
uji efek analgesik……………………………………………...…..113
Lampiran 10. Data bobot udema kaki mencit hasil uji efek antiinflamasi beserta
hasil analisis statistiknya………………………………………….117
xxii
Lampiran 11. Contoh perhitungan % daya antiinflamasi dan potensi relatif…...124
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Inflamasi atau peradangan merupakan suatu reaksi vaskuler yang
menimbulkan adanya pengiriman cairan, zat terlarut, dan sel darah menuju
jaringan intertisial pada daerah yang mengalami luka (Price dan Wilson, 1984).
Peradangan biasanya ditandai dengan kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri
(dolor), bengkak (tumor) dan berkurangnya fungsi organ yang meradang tersebut
(functiolesia). Maka perlu penanganan untuk mengatasi hal tersebut, misalnya
dengan menggunakan obat anti-radang.
Nyeri merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan, ekspresi
emosional, dan bersifat subjektif (Dipiro dkk, 1998). Nyeri sebenarnya berfungsi
untuk mengingatkan atau melindungi serta memudahkan diagnosis, tetapi pasien
sering merasakannya sebagai hal yang tidak mengenakkan sehingga akan
berusaha untuk bebas darinya. Salah satu solusi untuk mengatasi rasa nyeri itu
adalah mengembangkan berbagai upaya pengobatan. Obat yang digunakan untuk
meringankan atau menekan rasa nyeri ini dikenal sebagai analgetika.
Di Amerika dilaporkan bahwa 4 di antara 10 orang mengalami nyeri yang
terjadi hampir setiap hari, sedangkan 89% menyatakan merasakan episode nyeri
minimal sebulan sekali. Sekitar 20% populasi di Amerika dilaporkan mengalami
nyeri kronik dan kecacatan akibat nyeri dilaporkan terjadi pada lebih dari 50 juta
2
orang. Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi nyeri di Amerika mencapai
US$ 79 milyar (Dwiprahasto, 2002). Menurut Meliala (2000), setiap tahun di
Amerika terjadi kehilangan jam kerja 65 juta hari kerja per tahun sehingga secara
sosial maupun ekonomi nyeri dirasa sangat mengganggu. Di Indonesia, khususnya
di Yogyakarta, terutama di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Bagian Poliklinik Saraf,
50% pengunjunggnya adalah penderita nyeri dengan berbagai sebab.
Kecenderungan dari masyarakat sekarang untuk kembali ke alam (back to
nature) dalam pengobatan menjadi hal yang perlu diperhatikan. Upaya
pengobatan secara tradisional yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat
hingga saat ini masih diakui keberadaannya, cukup potensial dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat.
Di Indonesia, jumlah dan jenis bahan alam yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan obat tradisional sangat banyak dan beragam, salah satunya adalah
nanas (Ananas comosus L.). Buah nanas sangat mudah didapatkan, harganya
murah dan digunakan penduduk sebagai buah pelengkap hidangan.
Nanas (Ananas comosus L.) merupakan salah satu tanaman obat yang
memiliki banyak khasiat. Hal tersebut dikarenakan dalam nanas mengandung
enzim bromelain yang memiliki aksi antiinflamasi dan mempercepat
penyembuhan luka. Selain itu bromelain juga mempunyai aksi terapetik meliputi :
penghambatan agregasi platelet, aktivitas fibrinolitik, aksi anti-tumor, modulasi
sitokin dan imunitas, sifat skin debridement (pengangkatan materi asing pada
3
kulit), peningkatan absorpsi obat-obat lain, sifat-sifat mukolitik, membantu
pencernaan, dan perbaikan peredaran darah dan jantung (Kelly, 1996).
Berdasarkan uraian tersebut, maka diduga dengan adanya enzim
bromelain dalam buah nanas dapat memberikan khasiat analgesik dan
antiinflamasi. Maka dilakukan penelitian untuk membuktikan khasiat analgesik
dan antiinflamasi sari buah nanas. Lalu dibandingkan dengan penelitian yang
pernah dilakukan oleh Hidayat (2010) tentang efek analgesik dan antiinflamasi jus
buah nanas pada mencit betina galur Swiss. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Hidayat (2010) yaitu yang diuji adalah jus buah nanas yang masih
mengandung serat, sedangkan penelitian ini adalah sari buah nanas yang sudah
tidak mengandung serat. Sesuai dengan sifat enzim bromelain yang larut dalam air
maka diharapkan efek analgesik dan antiinflamasi sari buah nanas lebih besar
dibandingkan dengan jus buah nanas yang mengandung serat karena bromelain
akan larut dalam komponen air. Kemudian dibandingkan % proteksi menghambat
rasa nyeri dan % daya antiinflamasinya, sehingga penelitian ini dapat memberikan
informasi kepada masyarakat akan khasiat dari sari buah nanas. Cara pengujian
yang digunakan untuk menguji efek analgesik adalah metode rangsang kimia yang
cocok digunakan untuk pengujian analgesik non narkotik. Dan untuk menguji
efek antiinflamasinya digunakan metode Langford yang dimodifikasi karena
metode ini cukup spesifik untuk menguji efek antiinflamasinya.
4
1. Perumusan masalah
a. Apakah sari buah nanas memiliki khasiat analgesik dan antiinflamasi ?
b. Berapa besar persen proteksi penghambatan nyeri yang dihasilkan oleh
sari buah nanas?
c. Berapa besar persen daya antiinflamasi yang dihasilkan oleh sari buah
nanas?
2. Keaslian penelitian
Penelitian tentang nanas pernah dilakukan oleh Hidayat (2010) tentang
efek analgesik dan antiinflamasi jus buah nanas pada mencit betina galus Swiss.
Hasil penelitian tersebut membuktikan jus buah nanas pada dosis 3,75 g/kgBB
memberikan efek analgesik dan antiinflamasi sebesar 58,90% dan 56,82%.
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian efek
analgesik-antiinflamasi sari buah nanas (Ananas comosus L.) pada mencit putih
betina belum pernah dilakukan.
Selain itu, ada pula penelitian yang dilakukan oleh Suseni (2002)
tentang penetapan kadar bromelain pada buah nanas Bogor dan Blitar secara
spektrofotometri UV. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kadar bromelain
pada nanas Blitar lebih besar dibandingkan dengan nanas Bogor.
Selain penelitian yang telah dilakukan dalam ruang lingkup Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis juga menemukan penelitian lain
yang terkait dengan penelitian ini yaitu penelitian dari Gregory (1996). Hasil
penelitian ini adalah bromelain menunjukkan suatu efek bermanfaat pada
5
sistem kinin, kaskada koagulasi, sistem sitokinin, dan sintesis prostaglandin
yang berkaitan pada proses antiinflamasi.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang obat tradisional dalam
hal obat analgesik dan antiinflamasi.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
tentang manfaat dan penggunaan sari buah nanas sebagai analgesik dan
antiinflamasi.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk menambah informasi mengenai khasiat sari
buah nanas terutama sebagai analgesik dan antiinflamasi.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui apakah sari buah nanas memiliki khasiat analgesik
dan antiinflamasi.
b. Untuk mengetahui seberapa besar % proteksi penghambatan nyeri dari
sari buah nanas
c. Untuk mengetahui seberapa besar daya antiinflamasi sari buah nanas.
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tanaman Nanas
1. Sistematika Tumbuhan
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Classis : Monocotyledonae
Ordo : Bromeliales
Familia : Bromeliaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas comosus Merr. (Tjitrosoepomo, 1994).
2. Sinonim
Ananas sativus (L.) Merr
Bromelia ananas L. (Soedibyo,1998).
3. Nama daerah
Tanaman nanas mempunyai nama daerah Ekahauku, Anes, Nas, Henas,
Kenas, Honas, Hanas, Kanas, Nanas, Naneh, Kanyas, Nyanyas (Sumatera).
Danas, Ganas, Nanas, Lanas (Jawa). Kanas, Samblaka, Kayu usan, Kayu ujan,
Belasan (Kalimantan). Manas, Nanas, Aruna, Nanasi, Anana, Panda Jawa
(Nusatenggara). Tuis mangondow, Nanasi, Tuis, Pinang, Nanati, Ekam, Asne
(Sulawesi). Ainasi, Than Bababam, Kalnasi, Kampora, Kanasoi, Kanasi,
Nanasi, Nanasu, Nanaki (Anonim, 1989).
7
4. Morfologi
Tanaman nanas berupa herba yang kokoh; tinggi 0,5-1,5 meter; pada
pangkalnya ada tunas merayap. Daun berbentuk garis, tebal, ulet, 80-120 kali
2-6 cm, dengan ujung lancip serupa duri, sepanjang tepi umumnya dengan duri
temple yang membengkok ke atas, dari sisi bawah bersisik putih. Bunga
tersusun dalam bulir yang sangat rapat, terminal (di ujung) dan bertangkai
panjang. Poros bulir besar, pada ujung dengan daun pelindung yang lebih besar,
tidak berisi bunga, merupakan roset yang rapat. Daun pelindung pada pangkal
bunga dengan basis yang diperlebar, bergigi tajam, merah, kekuning-kuningan
atau hijau, panjang 2-5 cm. Buluh kelopak sebagian tenggelam dalam poros
bulir, seperti halnya dengan bakal buah, bersama-sama membentuk tonjolan
yang lebih kurang persegi 5, taju kelopak bulat telur segitiga, berdaging,
panjang lebih kurang 1 cm, mudah rontok. Daun mahkota lepas bentuk garis
memanjang, panjang lebih kurang 2 cm, putih dan ungu, dari dalam pada
pangkalnya dengan dua pinggiran yang menonjol, berkuku. Buah semu
berdaging, hijau sampai orange, biji kecil dan kerap kali tidak menjadi ( van
Steenis, 1992).
5. Kandungan kimia
Buah, daun dan akar mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol
(Syamsuhidayat, 1991), enzim bromelain, ergosterol peroksida, asam annasat,
asam sitrat, vitamin C dan gula (Soedibyo, 1998).
8
6. Kegunaan
Karena dalam nanas mengandung bromelain maka nanas mempunyai aksi
sebagai berikut: penghambat agregasi platelet, aktivitas fibrinolitik, aksi
antiinflamasi, aksi antitumor, modulasi sitokin dan imunitas, sifat skin
debridement (pengangkatan materi asing pada kulit), peningkatan absorpsi
obat-obatan lain, sifat-sifat mukolitik; membantu pencernaan, mempercepat
penyembuhan luka, perbaikan peredaran darah dan jantung (kardiovaskuler).
B. Bromelain
Enzim merupakan suatu senyawa yang bertindak sebagai katalis pada
reaksi biologis. Meskipun enzim meningkatkan laju reaksi, tetapi tidak mengubah
konsentrasi dari reaktan dan produk bila keseimbangan tercapai. Bromelain
merupakan suatu enzim proteolitik sulfhidril yang dapat diperoleh dari nanas
(Ananas comosus), yaitu suatu enzim yang dapat menguraikan atau memecah
protein dan enzim ini memiliki residu sulfhidril pada lokasi aktifnya (Tyler, 1988).
Dalam tanaman nanas, bromelain terdapat di dalam buah, tangkai, kulit
buah dan batang. Prosentase kandungan bromelain pada bagian tanaman nanas
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Buah keseluruhan (masak) : 0,060 – 0,080%
2. Daging buah (masak) : 0,080 – 0,125%
3. Kulit : 0,050 – 0,075%
4. Batang : 0,040 – 0,060%
5. Tangkai : 0,010 – 0,060%
9
6. Buah keseluruhan (masih hijau) : 0,040 – 0,060%
7. Daging buah (masih hijau) : 0,050 – 0,070%.
Sedangkan kandungan bromelain pada daun persentasenya terlalu kecil (Omar,
1978).
Bromelain mempunyai sifat fisis teramat higroskopis, peka terhadap
pemanasan dan cahaya, titik lebur 234-235°C, larut dalam air, dan tidak larut
dalam berbagai pelarut organik seperti alkohol, aseton, eter dan larutan
ammonium sulfat.
Mekanisme aksi enzim bromelain adalah sebagai berikut: kontak
permukaan, dengan kolagen atau platelet, mengaktivasi sistem kinin dan
kaskada/riam penggumpalan (the clotting cascade) dengan menstimulasi konversi
faktor Hagemen menjadi suatu protease aktif (faktor XIIa). Faktor XIIa kemudian
mengaktifkan sistem kinin dengan mengkonversi prekallikrein plasma menjadi
kallikrein dan meneruskan lintasan intrinsik kaskada penggumpalan dengan
mengkonversi faktor XI menjadi bentuk aktifnya. Kallikrein, dalam suatu kalang
(loop) otokatalitik, mengakselerasi aktivasi faktor Hageman, yang berikutnya
secara kuat mengaktivasi sistem kinin dan kaskada (riam) penggumpalan. Selain
itu, kallikrein membelah (HMWK) untuk menghasilkan bradikinin, suatu
stimulator yang kuat bagi peningkatan permeabilitas vaskuler dan rasa nyeri.
Aktivasi kaskade penggumpalan akan berkulminasi dalam konversi fibrinogen
menjadi fibrin (Gambar 1).
10
Gambar 1. Mekanisme Bromelain Menghambat Sistem Kinin (Kelly,1996).
11
Fibrin kemudian membentuk suatu matriks perlindungan di seputar daerah
yang terluka. Matriks ini menghambat drainase jaringan, meningkatkan edema
dan memblokir sirkulasi aliran daerah.
Tikus-tikus yang mendapat perlakuan bromelain juga menunjukkan
penurunan Faktor X dan prothrombin, yang keduanya dibutuhkan untuk aktivasi
fibrinogen ke fibrin. Ini mengindikasikan bahwa aksi bromelain sebagian
merupakan hasil dari penghambatan generasi bradikinin pada situs inflamasi
melalui penipisan sistem kallikrein plasma, dan juga pembatasan formasi fibrin
melalui pengurangan intermediasi kaskada penggumpalan. Aksi-aksi ini
menghasilkan pengurangan nyeri dan edema yang signifikan, dan juga
peningkatan sirkulasi ke arah situs yang terluka.
Setelah terbentuknya suatu gumpalan (clot), perbaikan pembuluh mulai
berlangsung dengan konversi plasminogen menjadi plasmin, yang kemudian
bertindak untuk mendegradasi fibrin menjadi komponen-komponen yang lebih
kecil yang dapat diangkut oleh monosit dan makrofag. Pada tikus, bromelain
ditunjukkan mampu menstimulasi konversi plasminogen menjadi plasmin, yang
mengakibatkan peningkatan fibrinolisis. Ini mampu meminimalkan stasis vena,
memfasilitasi drainase, meningkatkan permeabilitas dan memulihkan jaringan
biologi.
Efek terapi bromelain mungkin juga dihasilkan dari kemampuannya untuk
secara selektif memodulasi biosintesis thromboxanes dan prostacyclins; dua
kelompok prostaglandins dengan aksi-aksi yang berlawanan yang pada akhirnya
12
mempengaruhi aktivasi cyclic-3-5-adenosine (cAMP), suatu senyawa penting
untuk modulasi pertumbuhan sel.
Ikatan epinephrine, kolagen, atau thrombin ke platelet mengaktivasi
enzim-enzim phospholipase C dan phospholipase Alpha-2 macroglobulin yang
membebaskan asam arakidonat dari phospholipid membran (phosphatidylcholine
dan phosphatidylinositol).
Plasminogen, yang terakvitasi menjadi plasmin akibat administrasi oral
bromelain ditunjukkan mampu menghambat pelepasan asam arakidonat dari
membran sel, yang mengakibatkan penurunan agregrasi platelet dan modulasi
prostaglandin seri 2 (Gambar 2). Juga dihipotesiskan bahwa terapi bromelain
menimbulkan peningkatan relatif prostaglandin endogen, PGI1 dan PGE2
dibanding thromboxane Alpha-2 macroglobulin.
Bromelain, serupa dengan NSAIDs, telah dibuktikan menghambat PGE2,
sekalipun aksinya secara signifikan lebih lemah (Kelly, 1996).
13
Gambar 2. Efek Bromelain pada Sintesis Prostaglandin (Kelly, 1996).
C. Nyeri
Nyeri merupakan respon langsung terhadap kejadian atau peristiwa yang
tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, seperti luka,
inflamasi atau kanker (Rang, Dale, Ritter, dan Moore, 2003).
Berdasarkan perjalanannya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri yang
sifatnya akut dan kronis. Pada nyeri yang sifatnya akut umumnya terjadi beberapa
saat setelah terjadinya lesi atau trauma jaringan, berlangsung singkat dan biasanya
14
cepat membaik bila diberi obat pengurang rasa nyeri (analgetika). Bila diberikan
stimulus nyeri, maka rasa nyeri akan timbul dalam waktu kira-kira 0,1 detik. Rasa
sakit akut juga digambarkan dengan banyak nama pengganti, seperti rasa sakit
tajam, rasa tertusuk, rasa sakit cepat, rasa sakit elektrik, dan sebagainya (Anonim,
1991; Guyton dan Hall, 1996).
Pada kondisi normal, nyeri berkaitan dengan aktivitas listrik pada serabut
saraf aferen utama dengan diameter kecil sari saraf perifer. Ujung saraf sensoris
pada jaringan perifer diaktifkan oleh berbagai macam rangsangan baik mekanik,
suhu, ataupun kimia. Berdasarkan rekaman aktivitas pada serabut aferen
menunjukkan bahwa rangsangan yang cukup untuk merangsang serabut aferen
tersebut menimbulkan sensasi nyeri. Banyak dari serabut ini adalah serabut C tak
bermielin dengan kecepatan konduksi yang rendah dimana kelompok ini dikenal
sebagai nosiseptor C-polimodal. Lainnya adalah serabut bermielin (Aδ) yang
menginduksi lebih cepat tetapi merespon rangsangan perifer hampir sama.
Nosiseptor polimodal (PMD) merupakan saraf sensorik utama di perifer yang
memberikan respon terhadap rangsangan bahaya. Sebagian besar adalah serabut C
tak bermielin dengan ujung-ujungnya yang merespon terhadap rangsang suhu,
mekanik, dan kimia. Zat-zat yang memiliki aksi di PMN dan menimbulkan nyeri
meliputi bradikinin, proton, adenosine tripfosfat (ATP) dan vanilloid (Rang
dkk,2003).
15
D. Inflamasi
Peradangan (inflamasi) merupakan suatu reaksi antara jaringan ikat
pembuluh dengan pengaruh-pengaruh yang merusak (noksius). Noksius dapat
berupa reaksi kimia, reaksi fisika, infeksi dengan mikroorganisme atau parasit.
Rangsangan tersebut menyebabkan pembebasan mediator-mediator inflamasi
seperti histamin, serotonin, prostaglandin, kinin, dan ion kalsium (Mutschler,
1986).
Gambaran makroskopik peradangan antara lain kemerahan, panas, nyeri,
pembengkakan atau dalam bahasa latin klasik yaitu rubor, kalor, dolor, tumor dan
perubahan fungsi atau function laesa.
Rubor (kemerahan)
Rubor atau kemerahan merupakan gejala pertama peradangan. Peristiwa ini terjadi
ketika pembuluh darah menglami pelebaran ketika terjadi invasi. Akibatnya
asupan darah yang masuk menjadi semakin banyak, sehingga kulit terlihat
berwarna kemerahan.
Kalor (panas)
Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan
akut. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya.
Semakin banyak darah yang berada dalam pembuluh darah akan dapat
meningkatkan suhu. Karena pembuluh darah melebar maka darah akan banyak
mengalir ke tempat invasi. Dengan suhu di sekitar tempat invasi akan naik.
16
Dolor (rasa sakit)
Pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan
lokal yang dapat menimbulkan rasa sakit. Dolor ini dapat disebabkan oleh
beberapa hal yaitu : terjadi perubahan pH atau ion-ion pada tempat peradangan;
dilepaskannya mediator-mediator nyeri seperti prostaglandin, histamine, serotonin,
bradikinin; dan adanya pembengkakan-pembengkakan jaringan, sehingga dapat
meningkatkan tekanan lokal yang dapat meningkatkan rasa sakit.
Tumor (pembengkakan)
Merupakan gejala paling mencolok dari peradangan akut, dan merupakan
mekanisme pengeluaran dari sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan interstitial
(dapat berupa eksudat). Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
Function laesa (perubahan fungsi)
Merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Sepintas lalu mudah dimengerti
mengapa bagian yang bengkak, nyeri, disertai sirkulasi abnormal, dan lingkungan
kimiawi lokal yang abnormal, berfungsi secara abnormal. Ketika terjadi inflamasi
sel, jaringan ataupun organ, tempat peradangan akan menjadi abnormal. Demikian
fungsi dari masing-masing sel, jaringan ataupun organ tersebut akan berubah
(Price dan Wilson, 1994).
17
Gambar 3. Pembentukan mediator-mediator nyeri (Rang dkk, 2003).
18
E. Mekanisme inflamasi
Adanya pemaparan plasma pada sel atau jaringan yang mengalami
perlukaan akan mengaktifkan senyawa kimia yang ada di dalam plasma yang
biasa disebut sebagai faktor XII atau Hageman factor. Hageman factor
bertanggungjawab atas teraktivasinya tiga sistem di dalam tubuh yaitu sistem
kinin, sistem koagulasi yang mengatur proses penggumpalan darah dan sistem
plasminogen (Karch, 2003).
Pada sistem kinin, Hageman factor mengaktifkan kallikrein, suatu
substansi yang ditemukan dalam jaringan lokal, yang menyebabkan substansi
prekursor kininogen dikonversi menjadi bradikinin dan kinin lainnya. Bradikinin
menyebabkan vasodilatasi lokal, meningkatkan permeabilitas vaskuler, dan
menstimulasi ujung saraf nyeri. Bradikinin juga melepas asam arakidonat dari
membran sel (Karch,2003).
Sementara rangkaian Hageman factor berlangsung, respon lokal lainnya
juga sedang berlangsung. Perlukaan pada membrane sel menyebabkan pelepasan
histamin. Pelepasan histamin ini menyebabkan vasodilatasi yang akan
menyebabkan banyak darah dan komponen darah yang mengalir ke daerah
perlukaan. Sementara itu, adanya perubahan permeabilitas kapiler mempermudah
neutrofil dan senyawa kimia lainnya yang ada di dalam darah untuk meninggalkan
pembuluh darah dan menuju ke jaringan yang mengalami perlukaan dan
menstimulasi persepsi nyeri (Karch, 2003).
Peradangan umumnya terbagi dalam tiga fase yang meliputi peradangan
akut, respon imun, dan peradangan kronik. Peradangan akut merupakan respon
19
awal dari luka jaringan yang diperantarai pelepasan autakoid seperti histamin,
serotonin, bradikinin, prostaglandin, dan leukotrien. Respon imun yang biasanya
didahului dengan peradangan akut terjadi bila sel yang mempunyai kemampuan
imunologi diaktivasi untuk menimbulkan respon terhadap benda asing atau zat
antigenik yang dilepaskan selama proses peradangan. Kemudian proses kronis
merupakan peradangan yang melibatkan pelepasan sejumlah mediator yang tidak
menonjol pada proses akut seperti interleukin 1,2,3 dan interferon (Furst dan
Munster, 2002).
F. Parasetamol
Asetaminofen atau parasetamol merupakan serbuk hablur, putih, tidak
berbau dan rasa sedikit pahit (Gambar 4). Asetaminofen dapat dibuat dalam
beberapa bentuk sediaan antara lain tablet, larutan oral dan suspensi oral (Anonim,
1995). Parasetamol merupakan metabolit dari fenasetin. Parasetamol tidak
mengiritasi lambung dan tidak menyebabkan pendarahan. Parasetamol tidak
memiliki khasiat antiinflamasi (Djamhuri, 1995). Parasetamol bekerja dengan cara
menghambat prostaglandin sintetase di otak. Bila diberikan secara teratur untuk
mengatasi nyeri, maka parasetamol dapat menyamarkan (sebagian) adanya
demam (Walsh, 1997). Obat ini menghambat biosintesis prostaglandin hanya
terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid seperti di hipotalamus. Pada
lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksid yang dihasilkan oleh
leukosit. Hal inilah yang menjelaskan kenapa efek antiinflamasi parasetamol
praktis tidak ada (Wilmana, 1995).
20
Parasetamol efektif terhadap nyeri ringan sampai sedang, seperti sakit
kepala atau dismenorrhoea, parasetamol juga dapat digunakan oleh pasien yang
tidak bisa menggunakan aspirin karena intoleransi lambung dan kecenderungan
terjadinya pendarahan atau alergi. Parasetamol jarang menyebabkan ruam kulit
dan alergi, parasetamol dapat ditoleransi baik oleh lambung karena
kemampuannya menghambat lemah sintesis prostaglandin di perifer. Tetapi
penggunaan sehari-hari dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit hati
yang kronis (Laurence, 1997).
Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh
plasma antara 1-3 jam. Parasetamol tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam
plasma, 25% parasetamol terikat oleh plasma. Obat ini dimetabolisme oleh enzim
mikrosom hati (Santoso dan Dewoto, 1995).
Gambar 4. Struktur parasetamol (Anonim, 1995).
21
G. Kalium diklofenak
Kalium diklofenak merupakan suatu turunan asam fenilasetat yang
membentuk flurbiprofen dan meklofenamat (Gambar 5). Obat ini mempunyai sifat
antiinflamasi, analgesik, antipiretik yang biasa. Kalium diklofenak merupakan
senyawa yang menghambat siklooksigenase yang relatif non-selektif, juga
mengurangi bioavaibilitas asam arakhidonat. Kalium diklofenak diketahui dapat
mengurangi produksi leukotrien. Bioavailabilitas diklofenak diperkirakan sebesar
50% akibat efek lintas pertama. Waktu paruh eliminasi diklofenak yaitu 2 jam dan
99% terikat pada albumin. Dikofenak diakumulasi di cairan sinovia yang
menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut.
Diklofenak biasanya digunakan untuk nyeri moderat dan inflamasi yang
berkaitan dengan penyakit rematoid, gangguan musculoskeletal, renal colic dan
nyeri sesudah operasi. Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh kalium
diklofenak adalah gangguan pada gastrointestinal (Katzung, 2002).
Struktur kimia kalium diklofenak tersaji pada gambar 5:
Gambar 5. Struktur kalium diklofenak (Hanson, 2000).
22
Mekanisme kerja dari kalium diklofenak adalah menghambat biosintesis
prostaglandin melalui penghambatan aktivitas enzim COX yang relatif non-
selektif. Mekanisme kerja OAINS non-selektif (kalium diklofenak) pada
siklooksigenase adalah dengan memasuki kanal pada enzim COX-1 dan COX-2,
memblok enzim-enzim tersebut dengan mengikatnya dengan ikatan hidrogen ke
jalur bawah arginin. Hal ini secara reversibel menghambat akses asam arakidonat.
Dengan aksi yang dilakukan ini maka akan menghasilkan pengurangan nyeri dan
edema yang signifikan karena inflamasi.
H. Metode Pengujian Daya Analgesik
Turner (1965) membagi metode pengujian daya analgesik menjadi dua,
yaitu berdasarkan jenis analgesiknya. Masing-masing metode tersebut antara lain:
1. Golongan analgetika narkotika
Analgetika narkotika merupakan analgetika dengan mekanisme kerja
sentral. Metode penapisan aktivitas analgesik untuk analgetika narkotika antara
lain sebagai berikut:
a. Metode jepitan ekor
Sekelompok mencit disuntik dengan senyawa uji dengan dosis tertentu
secara subkutan (s.c.) atau intravena (i.v.) Tiga puluh menit kemudian,
jepitan dipasang pada pangkal ekor mencit selama 30 detik. Mencit yang
tidak diberi senyawa uji akan berusaha melepaskan diri dari kekangan
tersebut, tetapi mencit yang diberi analgetika akan mengabaikan kekangan
tersebut. Dalam rentang waktu tertentu jepitan dipasang kembali. Respon
23
positif yang menunjukkan adanya efek analgesik apabila tidak ada usaha
melepaskan jepitan selama 15 detik pada tiga kali pengamatan.
b. Metode rangsang panas
Hewan percobaan ditempatkan di atas lempeng panas dengan suhu 50ºC
sampai 55 ºC sebagai perangsang nyeri. Alat uji lempeng panas ini juga
dilengkapi dengan penangas yang berisi campuran sama banyak aseton dan
etil format yang mendidih. Kemudian mencit yang sudah diberi senyawa uji
secara subkutan atau peroral, diletakkan pada hot plate yang sudah
dipersiapkan. Reaksi mencit adalah menjilat kaki depan, kaki belakang lalu
meloncat. Waktu reaksi merupakan selang waktu anatara pemberian
rangsang nyeri dan terjadinya respon. Waktu reaksi dapat diperpanjang
oleh obat-obat analgetika. Perpanjangan waktu reaksi selanjutnya dapat
dijadikan sebagai ukuran dalam mengevaluasi aktivitas analgesik.
c. Metode pengukuran tekanan
Pada metode ini digunakan suatu alat untuk mengukur tekanan yang
diberikan pada ekor tikus secara seragam. Alat tersebut terdiri dari 2
syringe yang dihubungkan ujung dengan ujungnya yang bersifat elastis,
fleksibel, dan pipa plastik yang diisi dengan cairan. Sisa pipa dihubungkan
dengan manometer. Syringe yang pertama diletakkan secara vertikal
dengan ujung menghadap ke atas. Ekor tikus diletakkan di bawah
penghisap syringe. Ketika tekanan diberikan pada penghisap dari syringe
yang kedua, tekanan ini akan berhubungan dengan sistem hidrolik pada
syringe yang pertama kemudian dengan ekor tikus. Tekanan yang sama
24
pada syringe yang kedua akan meningkatkan tekanan pada ekor tikus.
Manometer akan membaca ketika tikus memberikan respon. Respon tikus
yang pertama adalah meronta kemudian akan mengeluarkan suara
(mencicit) tanda kesakitan.
d. Metode potensi petidin
Pada metode potensi petidin ini dibutuhkan hewan uji dalam jumlah besar,
tetapi dapat digunakan untuk uji sedatif. Tiap kelompok tikus terdiri dari 20
ekor, setengah kelompok dibagi menjadi 3 kelompok kecil dan diberi
petidin dengan dosis berturut-turut yaitu 2, 4, dan 8 mg/kg. Setengah
kelompok dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok petidin dan senyawa
uji dengan dosis 25% dari LD50. Persen proteksi dihitung dengan bantuan
metode rangsang.
e. Metode antagonis nalorfin
Uji analgesik dengan metode ini bertujuan untuk menunjukkan aksi obat-
obat seperti morfin. Nalorfin memiliki kemampuan untuk meniadakan aksi
dari morfin. Hewan uji yang biasa digunakan dalam metode ini adalah tikus,
mencit, dan anjing. Hewan uji diberi obat dengan dosis toksik kemudian
segera diikuti pemberian nalorfin (0,5-10,0 mg/KgBB) secara intravena.
Sebuah obat yaitu piritramid dapat menyebabkan respon seperti hilangnya
reflex corneal dan reflex bradipnea. Efek tersebut dapat dilawan setelah 1
menit pemberian nalorfin 1,25 mg/KgBB yang disuntikkan secara intravena.
Teori menyebutkan bahwa nalorfin dapat menggantikan ikatan morfin
dengan reseptornya.
25
f. Metode kejang oksitosin
Oksitosin merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary
posterior, dapat menyebabkan kontraksi uterus sehingga menyebabkan
kontraksi uterus sehingga menimbulkan kejang pada tikus. Respon kejang
meliputi kontraksi abdominal sehingga menarik pinggang dan kaki
belakang. Respon kejang dapat diatasi dengan pemberian morfin atau
turunannya. Tikus betina diberi estrogen dengan menanam atau
memasukkan 15 mg pellet dietilstilbestrol secara subkutan pada paha tikus.
Setelah 10 minggu hewan uji siap diuji analgesik. Senyawa yang akan diuji
diberikan 15 menit secara subkutan sebelum diberi oksitosin secara
intraperitonial. Penurunan kejang dapat teramati dan ED50 dapat
diperkirakan. Selain morfin senyawa analgetika yang bisa diuji dengan
metode ini adalah heroin, metadon, kodein, dan meperidin.
g. Metode pencelupan air panas
Sepuluh tikus disuntik intraperitonial dengan senyawa uji, kemudian ekor
tikus dicelupkan ke dalam air panas (suhu 58ºC). Respon tikus dilihat dari
hentakan ekornya dari air panas.
2. Golongan analgetika non-narkotik
Mekanisme kerja analgetika non-narkotika adalah secara perifer. Metode
penapisan analgesik untuk analgesik nonnarkotik antara lain sebagai berikut:
a. Metode rangsang kimia
Di dalam metode ini, rasa nyeri yang timbul berasal dari rangsang
kimia yang disebabkan oleh zat kimia yaitu fenilbenzokuinon dan asam
26
asetat yang disuntikkan pada hewan uji secara peritoneal. Metode ini
cukup peka untuk pengujian senyawa-senyawa analgetika yang
mempunyai efek analgesik lemah. Akan tetapi metode ini memiliki
kekurangan yaitu hasilnya tidak spesifik karena senyawa-senyawa selain
analgesik seperti obat antihistamin juga memberikan reaksi positif.
Pemberian analgetika akan mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
sehingga jumlah geliat akan berkurang sampai tidak terjadi geliat sama
sekali. Hal ini tergantung pada efek analgesik dari senyawa yang
digunakan.
Untuk uji efek analgesik jenis ini senyawa pembanding yang
digunakan biasanya adalah analgetika nonnarkotika seperti asetosal,
parasetamol, dan sebagainya. Perhitungan persen proteksi mengikuti
persamaan sebagai berikut:
% Proteksi = 100 – [(P/K) x 100%]
Keterangan : P = jumlah geliat kumulatif mencit setelah perlakuanK = jumlah rata-rata geliat mencit kelompok kontrol negatif
b. Metode pedodolometer
Metode ini menggunakan aliran listrik untuk mengukur besarnya efek
analgesik. Alas kandang tikus terbuat dari kepingan metal yang bisa
mengalirkan listrik. Tikus diletakkan pada kandang tersebut kemudian
dialiri listrik. Respon ditandai dengan teriakan dari tikus tersebut.
Pengukuran dilakukan setiap 10 menit selama 1 jam.
27
c. Metode rektodolometer
Tikus diletakkan dalam kandang yang dibuat khusus dengan alas tembaga
yang dihubungkan dengan sebuah penginduksi yang berupa gulungan.
Ujung lain dari gulungan tersebut kemudian dihubungkan dengan silinder
elektroda tembaga. Sebuah voltmeter yang sensitif untuk mengubah 0,1
volt dihubungkan dengan konduktor yang berada di atas gulungan.
Tegangan yang sering digunakan untuk menimbulkan teriakan mencit
adalah 1 sampai 2 volt.
I. Metode Pengujian Aktivitas Antiinflamasi
Metode pengujian aktivitas antiinflamasi dapat dilakukan dengan cara :
1. In vitro
Metode pengujian secara in vitro ini merupakan metode pengujian yang
dilakukan di luar tubuh makhluk hidup. Percobaan secra in vitro berguna untuk
mengetahui peran dan pengaruh substansi-substansi fisiologis seperti histamine,
bradikinin, prostaglandin, dan lain-lain dalam terjadinya inflamasi. Contoh
percobaan in vitro ini antara lain: 3H-Bradykinin receptor binding; 3H-
Substance P receptor binding; Uji kemotaksis polymorphonuclear (PMN)
leukosit in vitro; dan Constitutive cellular arachidonic acid and metabolism in
vitro (Vogel, 2002).
2. In vivo
In vivo merupakan metode pengujian yang dilakukan di dalam tubuh makhluk
hidup. Metode pengujian aktivitas antiinflamasi yang dapat dilakukan secara in
28
vivo dibedakan menjadi dua sesuai dengan jenis antiinflamasi yaitu inflamasi
akut dan inflamasi kronis.
a. UV-erythema
Prinsip dari metode ini adalah hewan uji yang telah diberi bahan uji disinari
dengan sinar UV selama selang waktu tertentu kemudian eritema diamati
dan diberi skor nol hingga empat. Kelebihan dari metode ini adalah
sederhana untuk dilakukan tetapi peneliti memerlukan pelatihan dalam
melakukan metode ini. Selain itu, penggunaan photometer dalam upaya
mengeliminasi penilaian yang subyektif ternyata tidak berhasil. Uji ini
tidak dapat digunakan untuk menguji durasi efek antiinflamasi (Vogel,
2002).
b. Permeabilitas vaskuler
Uji ini digunakan untuk menguji aktivitas obat dalam menghambat
peningkatan permeabilitas vaskuler yang diinduksi oleh substansi phlogistic.
Akibatnya, cairan dan plasma protein mengalami ekstravasasi dan
membentuk edema. Efek ini yang nantinya akan dihambat oleh
anthihistamin-H1, inhibitor metabolism asam arakidonat dan antagonis
reseptor leukotrien. Peningkatan permeabilitas dapat dilihat dengan
terjadinya infiltrasi pada area terinjeksi dengan cat penanda Evan’s blue
(Vogel,2002).
c. Paw Edema
Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan dan paling
umum untuk skriining obat antiinflamasi yang didasarkan pada kemampuan
29
beberapa bahan uji untuk menghambat produksi udema kaki hewan uji
setelah diinjeksi bahan pembuat radang. Iritan (bahan pembuat radang)
yang telah banyak digunakan adalah brewer’s yeast, formaldehid, dekstran,
albumin telur, kaolin, aerosol, karagenin,dll. Tikus Sprague Dawley jantan
atau betina digunakan dalam uji ini. Efeknya dapat diukur dengan beberapa
cara misalnya kaki belakang dipotong pada sendi torsocrural dan
ditimbang (Vogel, 2002).
d. Uji Pleurisy
Radang selaput dada dikenal sebagai fenomena inflamasi eksudatif pada
manusia. Radang selaput dada yang disebabkan karagenin dipertimbangkan
sebagai model inflamasi aku yang paling sempurna dimana keluarnya
cairan, migrasi leukosit, dan parameter biokimia lain yang ada dalam
respon inflamasi dapat diukur dengan mudah dari eksudat (Vogel, 2002).
e. Teknik Granuloma Pouch
Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan potensi antiinflamasi
kortikosteroid. Empat puluh delapan jam sesudahnya udara diambil dan
hewan diinjeksi larutan uji atau larutan standar (Vogel, 2002).
Metode Langford, Holmes dan Emele (1972) juga dapat digunakan untuk
mengukur aktivitas antiinflamasi suatu senyawa, di mana dalam metode ini
aktivitas antiinflamasi diukur dari perubahan bobot udem. Bobot udem yang
terukur dati tiap hewan uji dirata-ratakan dan dimasukkan ke dalam persamaan
berikut :
30
Persen daya antiinflamasi =
%100x
D
DU
Karena persen daya antiinflamasi dihitung dari pengurangan bobot udema,
maka rumus di atas diubah menjadi :
Persen daya antiinflamasi =
%100x
U
DU
Di mana U adalah rata-rata bobot udem kelompok terinduksi yeast dikurangi
rata-rata bobot kelompok yang diberi suntikan kosong dan D adalah rata-rata
bobot udem kelompok terinduksi yeast dan diberi obat (kelompok perlakuan)
dikurangi rata-rata bobot kelompok yang diberi suntikan kosong (Langford dkk,
1972)
J. Landasan Teori
Buah nanas berwarna kuning dan berbentuk oval, memiliki mahkota daun
yang runcing dan bergerigi. Panjang 11 – 16 cm, mempunyai diameter antara 8 –
11 cm, berasa manis dan mengeluarkan bau yang khas. Di dalam nanas
mengandung enzim bromelain yang merupakan suatu enzim proteolitik sulfhidril
yaitu suatu enzim yang dapat mengurai / memecah protein dan enzim ini memiliki
residu sulfhidril pada lokasi aktifnya (Tyler dkk, 1988).
Enzim bromelain memiliki aksi antiinflamasi yang merupakan hasil dari
aktivitasnya menghambat pembentukan bradikinin pada situs inflamasi melalui
penipisan sistem kallikrein plasma. Ketika terjadi inflamasi, maka Hageman
factor akan mengaktifkan kallikrein, suatu substansi yang ditemukan dalam
jaringan lokal, yang menyebabkan substansi prekursor kininogen dikonversi
31
menjadi bradikinin dan kinin lainnya. Bradikinin menyebabkan vasodilatasi lokal,
meningkatkan permeabilitas vaskuler, dan menstimulasi ujung saraf nyeri.
Bradikinin juga melepas asam arakidonat dari membran sel. Sehingga ketika
bradikinin tidak terbentuk maka gejala inflamasi tidak akan timbul. Dan juga
dengan adanya enzim bromelain maka akan menstimulasi perubahan dari
plasminogen menjadi plasmin. Setelah itu plasmin akan menghambat
pembentukan asam arakhidonat (gambar 2) sehingga tidak terbentuk
prostaglandin (Kelly, 1996).
Nyeri merupakan respon langsung terhadap kejadian atau peristiwa yang
tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, seperti luka,
inflamasi atau kanker (Rang dkk, 2003), sedangkan peradangan (inflamasi)
merupakan suatu reaksi antara jaringan ikat pembuluh dengan pengaruh-pengaruh
yang merusak (noksius). Noksius dapat berupa reaksi kimia, reaksi fisika, infeksi
dengan mikroorganisme atau parasit. Rangsangan tersebut menyebabkan
pembebasan mediator-mediator inflamasi seperti histamin, serotonin,
prostaglandin, kinin, dan ion kalsium (Mutschler, 1986).
Dipilih metode Langford yang dimodifikasi karena merupakan langkah
pengujian awal untuk mengetahui adanya efek antiinflamasi pada suatu senyawa
dan metode ini mudah dilakukan sedangkan pada pengujian efek analgesik
digunakan metode rangsang kimia karena komtrol positif parasetamol termasuk
dalam golongan analgesik non-narkotik.
32
K. Hipotesis
Sari buah nanas (Ananas comosus L.) memiliki efek analgesik dan
antiinflamasi terhadap mencit putih betina.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua penelitian yaitu penelitian efek analgesik
yang menggunakan metode rangsang kimia dan penelitian efek antiinflamasi yang
menggunakan metode Langford dkk (1972) yang dimodifikasi. Modifikasi
dilakukan pada rumus perhitungan persentase respon antiinflamasi. Kedua
penelitian tersebut termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah. Jenis penelitian eksperimental berarti
penelitian dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian
serta adanya kontrol (Nazir,2005), acak berarti setiap hewan uji mempunyai
kesempatan yang sama untuk diambil, lengkap berarti setiap subjek uji pada
kelompok perlakuan mendapat perlakuan yang sama dan pola searah berarti hanya
ada satu variabel bebas pada penelitian ini.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel utama
1) Variabel bebas : dosis sari buah nanas
2) Variabel tergantung
Persen proteksi penghambatan nyeri dan daya antiinflamasi sari buah
nanas.
34
b. Variabel pengacau terkendali : kriteria hewan uji yaitu mencit putih galur
Swiss, betina, umur 2 sampai 3 bulan, berat badan 20 sampai 30 gram, dan
buah nanas yang diperoleh dari Pasar Beringharjo Yogyakarta.
c. Variabel pengacau tak terkendali : galur Swiss.
2. Definisi operasional
a. Nanas merupakan tanaman herba yang kokoh tinggi 0,5-1,5 meter; pada
pangkalnya ada tunas merayap. Buah semu berdaging, hijau sampai orange,
biji kecil dan kerap kali tidak menjadi ( van Steenis, 1992).
b. Sari buah nanas merupakan cairan sari buah nanas yang tidak mengandung
serat.
c. Dosis yang digunakan adalah dosis 33,33 ml/kgBB ; 16,67 ml/kgBB; dan
8,33 ml/kgBB.
d. Persen proteksi penghambatan nyeri merupakan kemampuan suatu zat untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri lebih besar dari 50% dengan atau
tanpa menghilangkan kesadaran (Anonim, 1991).
e. Persen daya antiinflamasi merupakan efek yang ditunjukkan dengan adanya
penurunan bobot udema yang berbeda signifikan terhadap kontrol negatif.
35
C. Subyek Uji dan Bahan Penelitian
1. Subyek uji
Subjek uji yang digunakan adalah mencit putih betina, galur Swiss, usia 2-
3 bulan, dan memiliki berat badan 20-30 gram yang diperoleh dari LPPT
(Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu) – UGM, Yogyakarta.
2. Bahan penelitian
a. Buah nanas (Ananas comosus L.) yang diperoleh dari Pasar Beringharjo,
Yogyakarta
b. Asam asetat glasial diproduksi oleh Merck dan diperoleh dari Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
c. Karagenin Tipe I (Sigma Chemical Co.) yang diperoleh dari Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
d. Parasetamol kualitas farmasetis yang diperoleh dari Brataco Chemika.
e. CMC-Na, (Dai-Ichi Seiyaku Co.,Ltd)
f. Tablet Cataflam D-50 (Novartis Indonesia) yang diperoleh dari Apotek Jadi
Waras (Jogonegaran, Yogyakarta) sebagai kontrol positif
g. Larutan NaCl fisiologis 0,9% produksi PT. Otsuka yang diperoleh dari
Apotek Kimia Farma (Jalan Malioboro, Yogyakarta) sebagai pelarut
karagenin
h. Aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
36
D. Alat Penelitian
Alat – alat yang digunakan meliputi :
1. Alat-alat gelas ( beaker glass, gelas ukur, pengaduk, labu ukur, pipet tetes,
pipet ukur) merk Pyrex Iwaki Glass, Japan
2. Spuit injeksi 1ml (Terumo)
3. Spuit injeksi oral 1 ml (Terumo)
4. Penangas air
5. Gunting bedah dan pinset
6. Glassfirn
7. Mortir dan stamper
8. Stopwatch (Olympic)
9. Neraca analitik merk Mettler Toledo AB 204 dengan nilai d = 0,1 mg,
minimal 10 mg, maksimal 210 g, dan nilai e = 1 mg
10. Bilik pengamatan mencit
11. Juice extractor merk Sigma, Model JY-001, No.9405603, Voltage 220V,
Power 105W, Cycle 50 Hz, Manufactured by Kuo YengCO., LTD
37
E. Tata Cara Penelitian
1. Uji analgesik
a. Uji makroskopis buah nanas
Uji makroskopis buah nanas dilakukan dengan membawa buah nanas segar
yang diperoleh langsung dari Pasar Beringharjo. Kemudian diidentifikasi
secara makroskopis berdasarkan buku Flora Voor de Scholen in Indonesie
(1992).
b. Pengumpulan bahan
Buah nanas yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari pasar
Beringharjo, Yogyakarta. Dipasok dari kebun nanas di Blitar, diambil dari
penjual yang sama pada hari yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk
meminimalkan adanya variasi dari umur nanas, tempat tumbuh nanas, dan
varietas nanas yang dapat mempengaruhi kandungan bromelain dalam buah
nanas. Nanas untuk uji analgesik dibeli pada bulan Maret 2010 sedangkan
untuk uji antiinflamasi dibeli pada bulan April 2010.
c. Pembuatan sari buah nanas
Buah nanas yang telah dikupas dengan berat sekitar 200 gram dipotong
menjadi 4 bagian. Lalu dibuang bagian mata buah dah batangnya. Kemudian
hidupkan juice exctractor dan pasang perlengkapannya. Masukkan potongan
buah nanas itu satu per satu ke juice extractor. Tampung sari buah nanas yang
dihasilkan. Hasil yang diperoleh sekitar 176 ml.
38
d. Penyiapan hewan uji
Pada uji pendahuluan, hewan uji yang dibutuhkan sebanyak 55 ekor mencit
putih betina galur Swiss, usia 2 – 3 bulan, berat badan 20- 30 g. Hewan uji
dibagi secara acak menjadi 2 kelompok. Kelompok untuk uji pendahuluan
sebanyak 30 ekor sedangkan untuk kelompok perlakuan sebanyak 25 ekor.
Sebelum digunakan, hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 18-24 jam
tetapi tetap diberi minum.
e. Pembuatan sediaan
1. Asam asetat 1 %
Larutan asam asetat 1 % dibuat dari larutan asam asetat glasial 100% v/v
dengan pengenceran menggunakan rumus V1xC1 = V2xC2. Sebanyak 1 ml
asam asetat 100 % diencerkan dengan aquadest hingga volume 100,0 ml
menggunakan labu ukur 100 ml.
2. CMCNa 1% sebanyak 100 ml
Larutan CMC Na 1% dibuat dengan cara menimbang dengan seksama 1 g
serbuk CMC Na kemudian ditaburkan di atas air panas sedikit demi sedikit
hingga mengembang sambil diaduk. Setelah terbentuk larutan kemudian
dimasukkan dalam labu ukur 100 mL dan ditambah aquadest hingga 100
ml lalu digojog.
3. Suspensi parasetamol 1% dalam CMCNa 1%
Suspensi parasetamol 1% dibuat dengan mensuspensikan 250 mg serbuk
parasetamol dalam CMCNa 1% sampai 25 ml.
39
4. Sari buah nanas
Buah nanas yang telah dikupas dengan berat sekitar 200 gram dipotong
menjadi 4 bagian. Lalu dibuang bagian mata buah dah batangnya.
Kemudian hidupkan juice exctractor dan pasang perlengkapannya.
Masukkan potongan buah nanas itu satu per satu ke juice extractor.
Tampung sari buah nanas yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh sekitar
176 ml.
f. Penentuan kriteria geliat
Respon yang diamati pada uji daya analgesik ini berupa geliat. Kriteria geliat
perlu ditetapkan untuk mendapatkan geliat yang hampir sama. Pedoman
gerakan mencit yang dianggap sebagai geliat adalah apabila mencit menarik
kedua kaki belakang ke belakang dengan mengempiskan perutnya sehingga
permukaan perut menempel pada alas tempat berpijak mencit itu, yaitu alas
pada kotak kaca tempat pengamatan. Respon geliat yang timbul merupakan
akibat dari pemberian asam asetat yang bersifat mengiritasi jaringan dan
diberikan secara intraperitoneal. Adanya jaringan yang rusak mengakibatkan
timbulnya rasa sakit dan mencit memberikan respon geliat.
g. Penentuan dosis sari buah nanas
Dasar penetapan peringkat dosis:
Bobot rata-rata mencit 30 gram; volume maksimal pemberian secara peroral
pada mencit adalah 1 ml. Konsentrasi sari buah nanas = 100% = 100ml/100ml
= 1 ml/ml, sehingga didapatkan dosis tertinggi. Perhitungan :
40
D x BB = C x V
D x 30g = 1ml x 1ml/ml
D = 0,03333 ml/g
D = 33,33 ml/kgBB
Dosis sari buah nanas 33,33 ml/kgBB itu sebagai peringkat dosis pertama.
Dan peringkat dosis berikutnya dibagi 2 dan dibagi 2 lagi dengan volume
pemberian maksimum secara per oral adalah 1 ml, sehingga diperoleh
peringkat dosis 33,33 ml/kgBB; 16,67 ml/kgBB; dan 8,33 ml/kgBB.
h. Penentuan dosis asam asetat 1 %
Larutan asam asetat 1% digunakan sebagai senyawa penginduksi rasa nyeri
pada mencit. Penetapan dosis asam asetat menggunakan empat peringkat dosis,
yaitu 25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, 75mg/kgBB dan 100 mg/kgBB. Sebanyak
12 ekor hewan uji, mencit betina, galur Swiss, berat 20-30 gram, umur 2-3
bulan yang telah dipuasakan ± 18-22 jam dibagi ke dalam 4 kelompok.
Masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor mencit diinjeksi secara
intraperitoneal dengan asam asetat 1% berturut-turut dengan dosis 25
mg/kgBB, 50 mg/kgBB, 75 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB untuk tiap
kelompoknya. Setelah itu diamati geliatnya selama 60 menit dan dicatat
jumlah geliat tiap 5 menit. Kelompok dosis yang dipilih sebagai kontrol
negatif, yaitu yang memberikan jumlah geliat yang tidak terlalu sedikit dan
tidak terlalu banyak agar tidak menyulitkan pengamatan.
41
i. Penentuan selang waktu pemberian asam asetat
Penentuan selang waktu ini bertujuan untuk mengetahui waktu dimana
senyawa uji telah terabsorbsi dengan optimal sehingga dapat segera
menimbulkan efek. Rentang waktu yang diujikan adalah 5, 10, dan 15 menit.
Sebanyak sembilan ekor hewan uji, mencit betina, galur Swiss, berat 20-30
gram, umur 2-3 bulan yang telah dipuasakan ± 18-22 jam dibagi ke dalam 3
kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor mencit diinjeksi
secara intraperitoneal dengan asam asetat 1% menggunakan dosis efektif asam
asetat yang diperoleh dari penetapan dosis asam asetat dengan selang waktu 5,
10, dan 15 menit.
j. Penentuan dosis parasetamol
Dalam penelitian ini, parasetamol digunakan sebagai kontrol positif. Dosis
yang lazim digunakan adalah 500 mg. Jika dikonversikan ke manusia dengan
berat badan 70 kg : 70/50 x 500 mg = 700 mg.
Konversi dosis ke mencit dengan berat badan 20 gram dengan faktor konversi
manusia dengan berat badan 70 kg ke mencit 20 gram adalah 0,0026 (Anonim,
2005).
Dosis = 700 mg x 0,0026
= 1,82 mg/ 20 gram BB
= 91 mg/kgBB
Dosis parasetamol yang akan diujikan yaitu 68,25 mg/kgBB, 91 mg/kgBB,
dan 113,75 mg/kgBB.
42
k. Perlakuan hewan uji
Sebelum akan dilakukan perlakuan, mencit terlebih dahulu dipuasakan selama
18-24 jam dengan tetap diberi minum. Tujuannya adalah untuk mengurangi
pengaruh makanan terhadap hasil uji. Pada kelompok perlakuan ini, hewan uji
dibagi secara acak menjadi 5 kelompok dengan masing-masing kelompok
terdiri dari 5 ekor mencit. Kelompok I adalah kontrol positif parasetamol dosis
91 mg/kgBB, kelompok II adalah kontrol negatif aquadest, dan kelompok III-
V adalah kelompok perlakuan dengan pemberian sari buah nanas secara
peroral dengan dosis 8,275 ml/kgBB; 16,65 ml/kgBB; dan 33,33 ml/kgBB.
Mencit diberikan kontrol positif, kontrol negatif, dan sari buah nanas secara
per oral. Setelah selang waktu tertentu, mencit diberikan rangsangan kimia
berupa asam asetat 1% secara intraperitonial dengan dosis hasil orientasi
kemudian respon geliat diamati dan dicatat setiap selang waktu 5 menit selama
1 jam.
l. Penentuan persen proteksi penghambatan nyeri
Persen proteksi penghambatan nyeri dihitung dengan menggunakan
persamaan Handershot dan Forsaith, yaitu:
% Proteksi = 100 – [(P/K) x 100%]
Keterangan :
P = jumlah geliat kumulatif mencit setelah perlakuanK = jumlah rata-rata geliat mencit kelompok kontrol negatif
43
Untuk melihat perbedaan persen proteksi masing-masing perlakuan terhadap
parasetamol (kontrol positif) maka dapat dihitung dengan persamaan:
Perubahan persen proteksi = [(A-B)/B] x 100%
Keterangan :
A = persen efek analgesik setiap kelompok perlakuanB = persen efek analgesik rata-rata kontrol positif
m. Tatacara analisis data
Data pengamatan geliat selama 1 jam pada masing-masing kelompok
dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov untuk melihat pola distribusi data.
Apabila data terdistribusi normal, dilanjutkan dengan uji homogenitas variansi
satu arah dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui adanya perbedaan
pada kelompok perlakuan. Kemudian dilanjutkan uji Scheffe, untuk menguji
perbedaan hasil tersebut bermakna atau tidak bermakna. Apabila hasil yang
diperoleh memiliki nilai signifikansi (p) < 0,05 maka perbedaan tersebut
berbeda bermakna secara statistik. Jika signifikansi (p) > 0,05 maka terdapat
perbedaan tidak bermakna secara statistik.
Apabila variansi data tidak homogen, maka dilanjutkan dengan uji non-
parametrik Kruskal Wallis dan untuk menguji perbedaan hasil tersebut
berbeda bermakna atat tidak bermakna secara statistik, maka dilanjutkan
dengan uji Mann Whitney. Perbedaan tersebut berbeda bermakna secara
statistik jika nilai signifikansi (p) < 0,05 dan tidak bermakna jika nilai
signifikansi (p) > 0,05.
44
2. Uji Antiinflamasi
a. Penyiapan hewan uji
Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak 55 ekor mencit putih betina galur Swiss,
usia 2 – 3 bulan, berat badan 20- 30 g. Hewan uji dibagi secara acak menjadi 2
kelompok. Kelompok untuk uji pendahuluan sebanyak 33 ekor sedangkan
untuk kelompok perlakuan sebanyak 30 ekor. Sebelum digunakan, hewan uji
dipuasakan terlebih dahulu selama 18-24 jam tetapi tetap diberi minum.
b. Pembuatan sari buah nanas
Buah nanas yang telah dikupas dengan berat sekitar 200 gram dipotong
menjadi 4 bagian. Lalu dibuang bagian mata buah dah batangnya. Kemudian
hidupkan juice exctractor dan pasang perlengkapannya. Masukkan potongan
buah nanas itu satu per satu ke juice extractor. Tampung sari buah nanas yang
dihasilkan. Hasil yang diperoleh sekitar 176 ml.
c. Pembuatan sediaan
Karagenin 1 %
Larutan karagenin yang digunakan sebagai zat peradang dibuat dengan dengan
cara : 100 mg karagenin dilarutkan dalam NaCl fisiologis (0,90%) hingga
volume 10 ml, akan diperoleh larutan karagenin 1 % (b/v) yang setara dengan
dosis 25 mg/kgBB. Dasar penentuan dosis karagenin ini menurut Williamson,
Okpako dan Evans (1996). Konsentrasi karagenin yang digunakan adalah 1%
dengan volume 0,05 ml. Perhitungan dosis karagenin dengan mengasumsikan
volume pemberian 0,05 ml dan berat badan mencit 20 g adalah sebagai berikut:
45
Dosis karagenin = ( V xC )/ BB
= (0,05ml x 100mg/10ml)/ 0,02 kg
= 25 mg/kgBB
d. Uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki
Dua belas hewan uji dibagi ke dalam empat kelompok, kemudian kaki kirinya
diinjeksi dengan karagenin 1 % sebanyak 0,05 ml sedangkan kaki kanannya
sebagai kontrol, hanya disuntik dengan spluit injeksi tanpa karagenin. Setiap
kelompok dikorbankan pada selang waktu tertentu. Waktu pengorbanan
adalah 1, 2, 3, dan 4 jam setelah injeksi karagenin. Setelah dikorbankan, kedua
kaki belakangnya dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Waktu
pemotongan kaki ditentukan pada saat kaki mengalami peningkatan udema
yang berarti.
e. Uji pendahuluan selang waktu pemberian kalium diklofenak
Dua belas hewan uji dibagi dalam empat kelompok. Tiap kelompok diberi
kalium diklofenak secara per oral pada selang waktu tertentu. Kelompok I
diberi kalium diklofenak 15 menit sebelum diinjeksi dengan karagenin 1 %.
Kelompok II diberi kalium diklofenak 30 menit sebelum diinjeksi dengan
karagenin 1 %. Kelompok III diberi kalium diklofenak 45 menit sebelum
diinjeksi karagenin 1 %. Kelompok IV diberi kalium diklofenak 60 menit
sebelum diinjeksi dengan diklofenak 1 %. Tiga jam setelah diinjeksi dengan
karagenin 1 %, hewan uji dikorbankan. Kedua kaki belakangnya dipotong
pada sendi torsocrural kemudian ditimbang. Waktu pemberian kalium
46
diklofenak ditentukan pada saat kaki mengalami penurunan udema yang
berarti.
f. Uji pendahuluan penentuan dosis kalium diklofenak
Dosis kalium diklofenak yang digunakan adalah 3,36 mg/kgBB, 4,48
mg/kgBB dan 5,6 mg/kgBB. Pemilihan peringkat dosis ini berdasarkan pada
penelitian Maryanto(1997). Menurut penelitian tersebut, dosis efektif kalium
diklofenak untuk tikus dengan berat badan 250 g adalah 40 mg/kgBB.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan dosis kalium diklofenak untuk
mencit dengan berat badan 20 g adalah 4,48 mg/kgBB. Untuk mengetahui
apakah pada dosis tersebut efektif juga bila digunakan pada mencit maka
dilakukan orientasi dengan menambah dua dosis lainnya (3,36 mg/kgBB dan
5,6 mg/kgBB).
g. Perlakuan hewan uji
Tiga puluh ekor hewan uji dibagi dalam 6 kelompok, masing-masing terdiri
dari 5 ekor. Kelompok I sebagai kontrol karagenin, kelompok II sebagai
kontrol negatif aquadest, kelompok III sebagi kontrol positif kaliumdiklofenak,
kelompok IV perlakuan sari buah nanas dosis 33,33 ml/kgBB, kelompok V
sari buah nanas dosis 16,67 ml/kgBB, dan kelompok VI adalah sari buah
nanas dosis 8,33 ml/kgBB. Kemudian dilakukan uji antiinflamasi berdasarkan
hasil dari uji pendahuluan yang telah dilakukan.
47
h. Pengujian daya antiinflamasi
Aktifitas antiinflamasi pada metode Langford (1972), dievaluasi dengan
perubahan bobot kaki mencit yang dinyatakan sebagai % daya antiinflamasi
yang dirumuskan sebagai berikut :
% daya antiinflamasi =
%100x
U
DU
Keterangan :
U : rata-rata bobot kaki kelompok karagenin dikurangi rata-rata bobot kakikelompok normal ( tanpa perlakuan)
D : rata-rata bobot kaki kelompok perlakuan dikurangi rata-rata bobot kakinormal ( tanpa perlakuan)
i. Tata cara analisis data
Data yang diperoleh pada masing-masing kelompok dianalisis dengan
Kolmogorov-Smirnov untuk melihat pola distribusi data. Apabila data
terdistribusi normal, dilanjutkan dengan uji homogenitas variansi satu arah
dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui adanya perbedaan pada
kelompok perlakuan. Kemudian dilanjutkan uji Scheffe, untuk menguji
perbedaan hasil tersebut bermakna atau tidak bermakna. Apabila hasil yang
diperoleh memiliki nilai signifikansi (p) < 0,05 maka perbedaan tersebut
berbeda bermakna secara statistik. Jika signifikansi (p) > 0,05 maka terdapat
perbedaan tidak bermakna secara statistik.
Apabila variansi data tidak homogen, maka dilanjutkan dengan uji non-
parametrik Kruskal Wallis dan untuk menguji perbedaan hasil tersebut
berbeda bermakna atat tidak bermakna secara statistik, maka dilanjutkan
dengan uji Mann Whitney. Perbedaan tersebut berbeda bermakna secara
48
statistik jika nilai signifikansi (p) < 0,05 dan tidak bermakna jika nilai
signifikansi (p) > 0,05.
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Makroskopis Tanaman Nanas
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sari buah nanas,
sehingga langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan uji makroskopis
tanaman untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar-benar
merupakan tanaman nanas dengan nama ilmiah Ananas comosus L.. Bagian dari
tanaman nanas yang digunakan untuk penelitian ini adalah daging buahnya.
Uji makroskopis dilakukan dengan mencocokkan tanda-tanda serta ciri-ciri
yang ada pada tanaman dengan literature Flora Voor de Scholen in Indonesie.
Buah nanas berwarna kuning dan berbentuk oval, memiliki mahkota daun yang
runcing dan bergerigi. Panjang 11 – 16 cm, mempunyai diameter antara 8 – 11 cm,
berasa manis dan mengeluarkan bau yang khas. Berdasarkan hasil identifikasi/ uji
makroskopis tersebut maka terbukti bahwa tanaman yang diuji ini benar
merupakan tanaman nanas.
B. Uji Pendahuluan Analgesik
Sebelum dilakukan uji analgesik dan antiinflamasi sari buah nanas,
terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan. Tujuannya adalah untuk menetapkan
hal-hal yang akan dilakukan pada pengujian sebenarnya agar diperoleh data yang
lebih optimal.
50
Uji pendahuluan yang dilakukan untuk uji analgesik meliputi penentuan
dosis asam asetat, penentuan selang waktu pemberian rangsang dan penentuan
dosis parasetamol.
Subjek uji yang digunakan pada uji pendahuluan ini memiliki ketentuan
yang sama dengan pengujian sebenarnya yaitu mencit putih betina, galur Swiss,
usia 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram. Semua hewan uji terlebih dahulu
dipuasakan sekitar 18-24 jam tetapi tetap diberi minum.
Uji pendahuluan pada uji analgesik meliputi :
1. Penentuan dosis asam asetat
Pada uji analgesik sari buah nanas ini menggunakan metode induksi kimia
dengan menggunakan zat rangsang kimia berupa asam asetat. Penentuan dosis
asam asetat ini dilakukan untuk mencari dosis asam asetat yang dapat
menimbulkan geliat yang tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Geliat
sebaiknya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit dengan tujuan untuk
mempermudah pengamatan.
Pada penetapan dosis asam asetat digunakan 4 peringkat dosis, yaitu dosis
25, 50, 75, dan 100 mg/KgBB. Sedangkan konsentrasi asam asetat yang
digunakan adalah 1%. Asam asetat diberikan secara intra peritoneal (i.p)
kemudian respon geliat mencit diamati setiap 5 menit dan dicatat jumlahnya
setiap 5 menit. Data rata-rata kumulatif jumlah geliat mencit selama 1 jam
pada penetapan dosis asam astat dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel I. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan dosis asam
asetatKelompok perlakuan
asam asetatDosis 25 mg/kgBBDosis 50 mg/kgBBDosis 75 mg/kgBBDosis 100 mg/kgBB
Diagram batang dari rata
penentuan dosis asam asetat dapat dilihat pada
Gambar 6. Diagram batang ratadosis asam asetat
Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa semakin tinggi dosis asam
asetat maka semakin
variasi satu arah untuk melihat perbedaan pada keempat kelompok tersebut
Dari hasil analisis variansi satu arah diperoleh probabilitasnya adalah
0,000 (< 0,05), hal ini menunjukkan bahwa pada keem
terdapat perbedaan. Lalu dilakukan uji
0
10
20
30
40
50
60
70
80
25 mg/kgBB
jum
lah
kum
ula
tif
gelia
t
rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan dosis asam
Kelompok perlakuan Subyek uji Rata-kumulatif geliat (X±SE)
3 26,00 ± 1,153 35,63 50,663 76,00 ± 2,08
Diagram batang dari rata-rata jumlah kumulatif geliat yang muncul pada
penentuan dosis asam asetat dapat dilihat pada gambar 6.
. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penentuan
Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa semakin tinggi dosis asam
asetat maka semakin banyak geliat yang terjadi. Selanjutnya dilakukan analisis
variasi satu arah untuk melihat perbedaan pada keempat kelompok tersebut
Dari hasil analisis variansi satu arah diperoleh probabilitasnya adalah
0,000 (< 0,05), hal ini menunjukkan bahwa pada keempat kelompok dosis tersebut
terdapat perbedaan. Lalu dilakukan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan
25 mg/kgBB 50 mg/kgBB 75 mg/kgBB 100 mg/kgBB
dosis asam asetat
51
rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan dosis asam
-rata jumlahkumulatif geliat (X±SE)
26,00 ± 1,1535,66 ± 1,2050,66 ± 1,7676,00 ± 2,08
rata jumlah kumulatif geliat yang muncul pada
rata jumlah kumulatif geliat pada penentuan
Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa semakin tinggi dosis asam
banyak geliat yang terjadi. Selanjutnya dilakukan analisis
variasi satu arah untuk melihat perbedaan pada keempat kelompok tersebut.
Dari hasil analisis variansi satu arah diperoleh probabilitasnya adalah
pat kelompok dosis tersebut
untuk mengetahui perbedaan
100 mg/kgBB
52
tersebut bermakna atau tidak. Berikut ini adalah tabel hasil uji Scheffe rata-rata
jumlah kumulatif geliat penentuan dosis asam asetat.
Tabel II. Hasil uji Scheffe rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan dosis asamasetat
Kelompokdosis asam
asetat
25 mg/kgBB 50 mg/kgBB 75 mg/kgBB 100 mg/kgBB
25 mg/kgBB - B B B50 mg/kgBB B - B B75 mg/kgBB B B - B100 mg/kgBB B B B -Keterangan :
B = berbeda bermakna (p ≤ 0,05)TB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
Dari hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa pemberian asam asetat dosis 25
mg/kgBB berbeda bermakna dengan dosis 50 mg/kgBB, 75 mg/kgBB, dan 100
mg/kgBB. Dosis 50 mg/kgBB berbeda bermakna dengan dosis 25 mg/kgBB,
75mg/kgBB, dan 100mg/kgBB. Dosis 75 mg/kgBB berbeda bermakna dengan
dosis 25 mg/kgBB,50 mg/kgBB, dan 100 mg/kgBB. Berdasarkan hasil tersebut,
digunakan asam asetat dosis 50 mg/kgBB sebagai penginduksi nyeri untuk
percobaan selanjutnya. Karena menghasilkan geliat yang tidak terlalu sedikit dan
tidak terlalu banyak. Pedoman ini berdasarkan acuan dari Handara (2006), yang
menyebutkan bahwa kontrol dosis yang paling baik digunakan sebagai kontrol
negatif yaitu yang memberikan jumlah geliat yang tidak terlalu sedikit dan tidak
terlalu banyak karena dapat menyulitkan pengamatan.
53
2. Penentuan selang waktu pemberian rangsang
Penentuan selang waktu pemberian rangsang merupakan selang waktu
antara pemberian zat uji secara per oral dengan pemberian asam asetat sebagai
rangsangan nyeri secara intraperitoneal. Tujuannya adalah untuk mengetahui
waktu yang tepat bagi zat uji (parasetamol sebagai kontrol positif dan sari
buah nanas sebagai senyawa uji) untuk memberikan daya analgesik secara
optimal. Aksi kerja zat uji tersebut dapat dilihat dari adanya penurunan pada
jumlah geliat yang diamati. Zat uji yang digunakan pada orientasi ini adalah
parasetamol dosis 91 mg/kgBB. Asam asetat yang digunakan adalah dosis
hasil orientasi yaitu 50 mg/kgBB. Rentang waktu yang diujikan adalah 5
menit, 10 menit, dan 15 menit. Berikut ini adalah tabel rata-rata jumlah
kumulatif geliat mencit selama 1 jam pada penentuan selang waktu pemberian
asam asetat.
Tabel III. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan selangwaktu pemberian asam asetat 1 % dosis 50 mg/kgBB
Selang waktu pemberian Subyek uji Rata-rata jumlahkumulatif geliat (X±SE)
5 menit 3 16,33±0,8810 menit 3 29,66±1,2015 menit 3 36,00±1,15
Keterangan :X = MeanSE = Standard errorBerikut ini adalah diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit
selama 1 jam pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat.
Gambar 7. Diagram batangjam pada penentuan selang waktu pemberian asam asetatmg/kgBB
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa semakin lama selang waktu
pemberian asam asetat dari saat pemberian parasetamol maka jumlah geliat
yang ditimbulkan semakin bertambah. Kemudian dilakukan analisis variansi
satu arah untuk melihat adanya perbedaan pada ketiga kelompok tersebut.
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh bahwa probabilitasnya
0,000 (<0,05), yang menunjukkan bahwa pada ketiga kelompok tersebut
terdapat perbedaan. Lalu dilakukan uji
tersebut bermakna atau tidak. Berikut ini adalah hasil uji
jumlah kumulatif geliat penentuan selang wa
0
5
10
15
20
25
30
35
40ju
mla
hku
mu
lati
fge
liatf
Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit selama 1penentuan selang waktu pemberian asam asetat
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa semakin lama selang waktu
pemberian asam asetat dari saat pemberian parasetamol maka jumlah geliat
yang ditimbulkan semakin bertambah. Kemudian dilakukan analisis variansi
melihat adanya perbedaan pada ketiga kelompok tersebut.
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh bahwa probabilitasnya
0,000 (<0,05), yang menunjukkan bahwa pada ketiga kelompok tersebut
terdapat perbedaan. Lalu dilakukan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan
tersebut bermakna atau tidak. Berikut ini adalah hasil uji Scheffe
jumlah kumulatif geliat penentuan selang waktu pemberian dosis asam asetat.
5 10 15
selang waktu pemberian rangsang nyeri (menit)
54
rata jumlah kumulatif geliat mencit selama 1penentuan selang waktu pemberian asam asetat 1% dosis 50
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa semakin lama selang waktu
pemberian asam asetat dari saat pemberian parasetamol maka jumlah geliat
yang ditimbulkan semakin bertambah. Kemudian dilakukan analisis variansi
melihat adanya perbedaan pada ketiga kelompok tersebut.
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh bahwa probabilitasnya adalah
0,000 (<0,05), yang menunjukkan bahwa pada ketiga kelompok tersebut
untuk mengetahui perbedaan
Scheffe rata-rata
ktu pemberian dosis asam asetat.
55
Tabel IV. Hasil uji Scheffe rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan selang
waktu pemberian dosis asam asetat 1 % dosis 50 mg/kgBB
Kelompok perlakuanselang waktu pemberian
5 menit 10 menit 15 menit
5 menit - B B10 menit B - B15 menit B B -
Keterangan :B = Berbeda bermakna (p ≤ 0,05)
Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa kelompok selang waktu pemberian
5 menit berbeda bermakna dengan selang waktu pemberian 10 menit dan 15
menit. Kelompok selang waktu 10 menit berbeda bermakna dengan kelompok
selang waktu 5 menit dan 15 menit. Kelompok selang waktu 15 menit berbeda
bermakna dengan kelompok selang waktu 5 menit dan 10 menit. Dipilih
selang waktu 5 menit karena jumlah geliat yang dihasilkan paling sedikit yang
menunjukkan bahwa senyawa uji telah memberikan efek analgesik yang
optimal.
3. Penentuan dosis parasetamol
Uji aktivitas analgesik dengan metode rangsang kimia yang digunakan
dalam penelitian ini termasuk dalam uji analgetik non-narkotika. Oleh karena
itu kontrol positif yang digunakan adalah obat yang juga memiliki aktivitas
analgesik dan termasuk dalam obat golongan analgesik non-narkotik. Dalam
penelitian ini digunakan parasetamol sebagai kontrol positif yang digunakan
sebagai pembanding terhadap sari buah nanas maupun aquadest. Kontrol
positif artinya senyawa tersebut telah terbukti dapat mengurangi secara
signifikan jumlah geliat dibandingkan kontrol negatif tetapi masih
memberikan sedikit geliat untuk dibandingkan dengan senyawa uji (sari buah
nanas).
Penentuan dosis parasetamol ini dilakukan untuk mendapatkan dosis
parasetamol yang optimal. Dosis yang diujikan pada penentuan dosis
parasetamol ini adalah 68,25 mg/kgBB, 91 mg/kgBB, dan 113,75 mg/kgBB
yang diberikan secara peroral. Berikut ini adalah tabel rata
kumulatif geliat mencit selama 1 jam pada penentuan dosis pa
Tabel V. Rata – rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penetuan dosisparasetamol
Kelompok perlakuanparasetamol
Dosis 68,26 mg/kgBBDosis 91 mg/kgBBDosis 113,75 mg/kgBB
Keterangan :X = MeanSE = Standard error
Berikut ini adalah
selama 1 jam pada penentuan dosis parasetamol.
Gambar 8. Grafik ratapenentuan dosis parasetamol
02468
1012141618
68.26 mg/kgBB
jum
lah
kum
ula
tif
gelia
t
memberikan sedikit geliat untuk dibandingkan dengan senyawa uji (sari buah
Penentuan dosis parasetamol ini dilakukan untuk mendapatkan dosis
ang optimal. Dosis yang diujikan pada penentuan dosis
parasetamol ini adalah 68,25 mg/kgBB, 91 mg/kgBB, dan 113,75 mg/kgBB
yang diberikan secara peroral. Berikut ini adalah tabel rata
kumulatif geliat mencit selama 1 jam pada penentuan dosis parasetamol.
rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penetuan dosisparasetamol
Kelompok perlakuanparasetamol
Subyekuji
Rata-rata jumlah kumulatifgeliat (X ± SE)
mg/kgBB 3 16,33±0,88mg/kgBB 3 9,00±1,15
mg/kgBB 3 10,00±1,29
Standard error
Berikut ini adalah diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit
ada penentuan dosis parasetamol.
rafik rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit selama 1 jam padapenentuan dosis parasetamol
68.26 mg/kgBB 91 mg/kgBB 113.75 mg/kgBB
dosis parasetamol
56
memberikan sedikit geliat untuk dibandingkan dengan senyawa uji (sari buah
Penentuan dosis parasetamol ini dilakukan untuk mendapatkan dosis
ang optimal. Dosis yang diujikan pada penentuan dosis
parasetamol ini adalah 68,25 mg/kgBB, 91 mg/kgBB, dan 113,75 mg/kgBB
yang diberikan secara peroral. Berikut ini adalah tabel rata-rata jumlah
rasetamol.
rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penetuan dosis
rata jumlah kumulatif
rata jumlah kumulatif geliat mencit
rata jumlah kumulatif geliat mencit selama 1 jam pada
113.75 mg/kgBB
57
Berdasarkan data yang diperoleh, urutan dari geliat yang paling sedikit
adalah pada dosis parasetamol 91 mg/kgBB ; dosis 113,75 mg/kgBB ; 68,26
mg/kgBB.
Lalu dilakukan analisis variansi satu arah, tabelnya dapat dilihat di bawah
ini. Berdasarkan hasil analisis variansi satu arah menunjukkan probabilitasnya
adalah 0,011 (<0,05), yang menunjukkan bahwa pada ketiga kelompok
tersebut terdapat perbedaan. Kemudian dilanjutkan ke uji Scheffe untuk
mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak. Hasil uji Scheffe dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel VI. Hasil uji Scheffe pada penentuan dosis parasetamolKelompokperlakuan
parasetamol
68,26mg/kgBB 91mg/kgBB 113,75mg/kgBB
68,26mg/kgBB - B B91mg/kgBB B - TB
113,75mg/kgBB B TB -Keterangan :B = berbeda bermakna (p ≤ 0,05)TB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
Berdasarkan hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa pada pemberian
parasetamol dosis 68,26 mg/kgBB berbeda bermakna dengan dosis 91
mg/kgBB maupun dosis 113,75 mg/kgBB. Dosis 91 mg/kgBB berbeda
bermakna dengan dosis 68,26 mg/kgBB dan tidak berbeda bermakna dengan
dosis 113,75 mg/kgBB.
Pada dosis 91 mg/kgBB dan dosis 113,75 mg/kgBB terdapat perbedaan
jumlah geliat yang tidak bermakna, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
parasetamol dosis 91 mg/kgBB dan dosis 113,75 mg/kgBB memberikan hasil
58
yang sama. Sehingga pada penelitian ini dipilih dosis parasetamol 91
mg/kgBB.
C. Uji Pendahuluan Antiinflamasi
Uji pendahuluan yang dilakukan pada uji antiinflamasi meliputi:
Selang waktu pemotongan kaki setelah penyuntikan karagenin 1%; selang waktu
pemberian kalium diklofenak 4,48 mg/kgBB; dan penentuan dosis kalium
diklofenak yang digunakan.
1. Selang waktu pemotongan kaki setelah penyuntikan karagenin 1 %
Tujuan dari uji pendahuluan (orientasi) selang waktu pemotongan kaki
setelah penyuntikan karagenin 1% ini adalah untuk mengetahui saat yang tepat
untuk memperoleh udema yang maksimal pada telapak kaki mencit setelah
penyuntikan senyawa penginduksi udema, dalam hal ini karagenin 1%. Saat itu
diasumsikan bahwa zat peradang karagenin telah memberikan kemampuan
menimbulkan radang yang maksimal dibandingkan dengan saat-saat lainnya.
Digunakan zat penginduksi karagenin 1% dikarenakan karagenin
merupakan zat penginduksi udema yang sering digunakan dalam memprediksi
efektivitas potensial terapeutik dari obat-obat antiinflamasi.
Pada uji pendahuluan ini, orientasi selang waktu yang digunakan adalah 1,
2, 3, dan 4 jam setelah disuntik dengan karagenin 1% pada telapak kaki kiri
mencit secara subplantar. Rata-rata bobot udema kaki mencit pada tiap
kelompok dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel VII. Rata-rata bobot udema kaki mencit setelah diinjeksi karagenin 1%subplantar dalam berbagai variasi
Selang waktupemotongan kaki
1 jam2 jam3 jam4 jam
Berikut ini adalah
diinjeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu
pemotongan kaki:
Gambar 9. Diagram batangkaragenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktukaki
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa udema terbesar adalah pada
pada selang waktu 3 jam pemotongan kaki. Kemudian di
variasi satu arah untuk melihat perbedaan pada keempat kelompok tersebut.
Berikut ini adalah hasil variansi satu arah rata
setelah diinjeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu
pemotongan kaki.
00.020.040.060.08
0.10.120.140.16
rata
-rat
ab
ob
ot
ud
em
(g)
rata bobot udema kaki mencit setelah diinjeksi karagenin 1%subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki
Selang waktupemotongan kaki
Subyekuji
Rata-rata bobot udema kakimencit (g) ± SE
3 0,12 ± 0,003 0,11 ± 0,013 0,15 ± 0,003 0,11 ± 0,00
Berikut ini adalah diagram batang rata-rata bobot udema kaki mencit setelah
diinjeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu
pemotongan kaki:
Diagram batang rata-rata bobot udema kaki mencit setelah diinjeksikaragenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa udema terbesar adalah pada
pada selang waktu 3 jam pemotongan kaki. Kemudian dilakukan analisis
variasi satu arah untuk melihat perbedaan pada keempat kelompok tersebut.
Berikut ini adalah hasil variansi satu arah rata-rata bobot udema kaki mencit
setelah diinjeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu
1 jam 2 jam 3 jam 4 jam
selang waktu pemotongan kaki
59
rata bobot udema kaki mencit setelah diinjeksi karagenin 1%selang waktu pemotongan kaki
rata bobot udema kaki
rata bobot udema kaki mencit setelah
diinjeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu
rata bobot udema kaki mencit setelah diinjeksikaragenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa udema terbesar adalah pada
lakukan analisis
variasi satu arah untuk melihat perbedaan pada keempat kelompok tersebut.
rata bobot udema kaki mencit
setelah diinjeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu
60
Berdasarkan hasil analisis variansi satu arah menunjukkan probabilitasnya
adalah 0,000 (<0,05), yang menunjukkan bahwa pada ketiga kelompok
tersebut terdapat perbedaan. Kemudian dilanjutkan ke uji Scheffe untuk
mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak. Hasil uji Scheffe dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel VIII. Hasil Uji Scheffe rata-rata bobot udema kaki mencit setelahdiinjeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selangwaktu pemotongan kaki
Kelompok Bobot udema kaki mencit dibandingkan kelompok1 jam 2 jam 3 jam 4 jam
1 jam - TB B TB2 jam TB - B TB3 jam B B - B4 jam TB TB B -
Keterangan :B = berbeda bermakna (p ≤ 0,05)TB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
Berdasarkan hasil uji Scheffe dapat dilihat bahwa kelompok pemotongan
kaki 1 jam setelah diinjeksi karagenin 1 % subplantar berbeda tidak bermakna
dengan kelompok pemotongan kaki 2 jam dan 4 jam, tetapi berbeda bermakna
dengan kelompok pemotongan kaki 3 jam. Kelompok pemotongan kaki 2 jam
setelah diinjeksi karagenin 1 % subplantar berbeda tidak bermakna dengan
kelompok pemotongan kaki 1 jam dan 4 jam, tetapi berbeda bermakna dengan
kelompok pemotongan kaki 3 jam. Kelompok pemotongan kaki 3 jam setelah
diinjeksi karagenin 1 % subplantar berbeda bermakna dengan semua
kelompok (baik dengan kelompok pemotongan kaki 1 jam, 2 jam, maupun 4
jam).
61
Berdasarkan uji ini, diambil kesimpulan pemotongan kaki yang optimal
adalah pada selang waktu pemotongan kaki 3 jam karena dihasilkan bobot
udema yang paling besar dibandingkan dengan kelompok lainnya.
2. Selang waktu pemberian kalium diklofenak 4,48 mg/kgBB
Tujuan dari uji penetapan selang waktu pemberian kalium diklofenak 4,48
mg/kgBB adalah untuk mengetahui waktu yang tepat dimana dengan pemberian
kalium diklofenak sebelum diinjeksi karagenin 1% memberikan hasil yang
optimal yaitu turunnya udema pada kaki mencit setelah diinjeksi karagenin 1%.
Pada selang waktu tersebut diasumsikan bahwa kalium diklofenak yang
digunakan sebagai kontrol positif memberikan kemampuan maksimal dalam
menurunkan radang sehingga menghasilkan bobot udema paling kecil jika
dibandingkan dengan waktu-waktu lainnya.
Pada uji ini, digunakan variasi selang waktu selama 15 menit, 30 menit, 45
menit, dan 60 menit pemberian kalium diklofenak sebelum injeksi karagenin 1%.
Setelah selang waktu 3 jam, mencit dikorbankan dan kedua kaki dipotong pada
sendi torsocrural, kemudian ditimbang. Tabel dan grafik hasil rata-rata bobot
udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1 % subplantar setelah pemberian
kalium diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB pada selang waktu tertentu dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel IX. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1 %subplantar setelah pemberian diklofenak doselang waktu tertentu
Selang waktu pemberian
15 menit30 menit45 menit60 menit
Gambar 10. Diagram batangkaragenin 1 % subplantar setelah pemberianmg/kgBB pada selang waktu tertentu
Berdasarkan data yang diperoleh, terlihat bahwa rata
terbesar terjadi pada kelompok selang waktu pemberian 30 menit dan rata
bobot udema terkecil pada selang waktu pemberian 15 menit.
dilakukan analisis variasi satu arah untuk me
kelompok tersebut. Berikut ini adalah hasil variansi satu arah
udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1 % subplantar setelah pemberian
diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB pada selang waktu tertentu.
0
0.02
0.04
0.06
0.08
15Rat
a-ra
tab
ob
ot
ud
em
(g)
rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1 %subplantar setelah pemberian diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB padaselang waktu tertentu
Selang waktu pemberian Rata-rata bobot udema kaki mencit (g)± SE
15 menit 0,06 ± 0,0030 menit 0,08 ± 0,0045 menit 0,07 ± 0,0060 menit 0,07 ± 0,00
Diagram batang rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksikaragenin 1 % subplantar setelah pemberian kalium diklofenak dosis 4,48
selang waktu tertentu
asarkan data yang diperoleh, terlihat bahwa rata-rata bobot udema
terbesar terjadi pada kelompok selang waktu pemberian 30 menit dan rata
bobot udema terkecil pada selang waktu pemberian 15 menit.
dilakukan analisis variasi satu arah untuk melihat perbedaan pada keempat
kelompok tersebut. Berikut ini adalah hasil variansi satu arah
udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1 % subplantar setelah pemberian
diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB pada selang waktu tertentu.
3045
60
selang waktu pemberian diklofenak(menit)
62
rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1 %sis 4,48 mg/kgBB pada
rata bobot udema kaki mencit (g)
± 0,000,08 ± 0,000,07 ± 0,000,07 ± 0,00
rata bobot udema kaki mencit akibat injeksidiklofenak dosis 4,48
rata bobot udema
terbesar terjadi pada kelompok selang waktu pemberian 30 menit dan rata-rata
bobot udema terkecil pada selang waktu pemberian 15 menit. Kemudian
lihat perbedaan pada keempat
kelompok tersebut. Berikut ini adalah hasil variansi satu arah rata-rata bobot
udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1 % subplantar setelah pemberian
63
Berdasarkan hasil analisis variansi satu arah menunjukkan probabilitasnya
adalah 0,001 (<0,05), yang menunjukkan bahwa pada keempat kelompok tersebut
terdapat perbedaan. Kemudian dilanjutkan ke uji Scheffe untuk mengetahui
perbedaan tersebut bermakna atau tidak. Hasil uji Scheffe dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel X. Hasil uji Scheffe rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksikaragenin 1 % subplantar setelah pemberian kalium diklofenak dosis 4,48mg/kgBB pada selang waktu tertentu
Kelompok Bobot udema kaki mencit dibandingkan kelompok15 menit 30 menit 45 menit 60 menit
15 menit - B B B30 menit B - TB TB45 menit B TB - TB60 menit B TB TB -
Keterangan :B = berbeda bermakna (p ≤ 0,05)TB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
Berdasarkan hasil uji Scheffe terlihat bahwa kelompok 15 menit berbeda
bermakna dengan kelompok 30 menit, 45 menit dan 60 menit. Berdasarkan data-
data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa selang waktu pemberian
diklofenak 4,48 mg/kgBB 15 menit sebelum penyuntikan karagenin 1% adalah
waktu yang paling optimal.
3. Penentuan dosis efektif kalium diklofenak
Tujuan dari uji pendahuluan penentuan dosis efektif kalium diklofenak
adalah untuk menetapkan dosis kalium diklofenak yang paling efektif dalam
menurunkan bobot udem pada kaki mencit. Dosis kalium diklofenak yang
digunakan adalah 3,36 mg/kgBB, 4,48 mg/kgBB dan 5,6 mg/kgBB. Pemilihan
peringkat dosis ini berdasarkan pada penelitian Maryanto(1997). Menurut
penelitian tersebut, dosis efektif diklofenak untuk tikus dengan berat badan 250
g adalah 40 mg/kgBB. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan dosis
diklofenak untuk mencit dengan berat badan 20 g adalah 4,48
mengetahui apakah pada dosis ter
maka dilakukan orientasi dengan menambah dua dosis lainnya (3,36
dan 5,6 mg/kgBB).
Tabel dan diagram batang
dosis efektif kalium
Tabel XI. Rata-ratakalium diklofenak
Kelompok
Dosis 3,36 mg/kgBBDosis 4,48 mg/kgBBDosis 5,6 mg/kgBB
Gambar 11. Diagram batangdosis efektif kalium
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
3.36 mg/kgBB
rata
-rat
ab
ob
ot
ud
em
peringkat dosis ini berdasarkan pada penelitian Maryanto(1997). Menurut
ian tersebut, dosis efektif diklofenak untuk tikus dengan berat badan 250
g adalah 40 mg/kgBB. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan dosis
diklofenak untuk mencit dengan berat badan 20 g adalah 4,48 mg/kgBB. Untuk
mengetahui apakah pada dosis tersebut efektif juga bila digunakan pada mencit
maka dilakukan orientasi dengan menambah dua dosis lainnya (3,36
mg/kgBB).
diagram batang bobot udem kaki mencit hasil uji pendahuluan
kalium diklofenak dapat dilihat di bawah ini.
rata bobot udem kaki mencit hasil uji pendahuluan dosis efektif
Subyekuji
Rata-rata bobot udema kakimencit (g) ± SE
Dosis 3,36 mg/kgBB 3 0,08 ± 0,00Dosis 4,48 mg/kgBB 3 0,06 ± 0,00Dosis 5,6 mg/kgBB 3 0,07 ± 0,00
Diagram batang bobot udem kaki mencit hasil uji pendahuluankalium diklofenak
3.36 mg/kgBB 4.48mg/kgBB 5.6 mg/kgBB
dosis diklofenak
64
peringkat dosis ini berdasarkan pada penelitian Maryanto(1997). Menurut
ian tersebut, dosis efektif diklofenak untuk tikus dengan berat badan 250
g adalah 40 mg/kgBB. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan dosis kalium
mg/kgBB. Untuk
sebut efektif juga bila digunakan pada mencit
maka dilakukan orientasi dengan menambah dua dosis lainnya (3,36 mg/kgBB
bobot udem kaki mencit hasil uji pendahuluan
bobot udem kaki mencit hasil uji pendahuluan dosis efektif
rata bobot udema kaki
bobot udem kaki mencit hasil uji pendahuluan
65
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa rata-rata udem terkecil adalah
pada kalium diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB, sedangkan rata-rata udem terbesar
pada dosis 3,36 mg/kgBB.
Kemudian dilakukan analisis variasi satu arah untuk melihat perbedaan pada
ketiga kelompok tersebut. Berikut ini adalah hasil variansi satu arah rata-rata uji
pendahuluan dosis efektif kalium diklofenak.
Berdasarkan hasil analisis variansi satu arah menunjukkan probabilitasnya
adalah 0,001 (<0,05), yang menunjukkan bahwa pada ketiga kelompok tersebut
terdapat perbedaan. Kemudian dilanjutkan ke uji Scheffe untuk mengetahui
perbedaan tersebut bermakna atau tidak. Hasil uji Scheffe dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel XII. Hasil uji Scheffe rata-rata bobot udema kaki mencit pada ujipendahuluan dosis efektif kalium diklofenak
Kelompok Bobot udema kaki mencit dibandingkan kelompokDosis 3,36mg/kgBB
Dosis 4,48 mg/kgBB Dosis 5,6mg/kgBB
Dosis 3,36mg/kgBB
- B TB
Dosis 4,48mg/kgBB
B - B
Dosis 5,6mg/kgBB
TB B -
Keterangan :
B = berbeda bermakna (p ≤ 0,05)TB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
Berdasarkan hasil uji Scheffe, yang menunjukkan perbedaan hasil
perberbedaan bermakna anatara rata-rata bobot kaki mencit yang diberi kalium
diklofenak dosis 3,36 mg/kgBB dengan dosis 4,48 mg/kgBB; kalium diklofenak
66
dosis 4,48 mg/kgBB dengan dosis 3,36 mg/kgBB dan dosis 5,6 mg/kgBB; dosis
5,56 mg/kgBB dengan dosis 4,48 mg/kgBB. Sedangkan antara kalium diklofenak
dosis 3,36 mg/kgBB dengan 5,56 mg/kgBB tidak ada perbedaan yang bermakna
secara statistik. Pada uji pendahuluan ini ditetapkan dosis 4,48 mg/kgBB sebagai
dosis efektif kalium diklofenak karena efek penurunan udem yang dihasilkan oleh
diklofenak pada dosis ini paling besar dibandingkan kelompok lainnya.
D. Pengujian Persen Proteksi Penghambatan Nyeri dan Daya
Antiinflamasi Sari Buah Nanas
1. Pengujian persen proteksi penghambatan nyeri dari sari buah nanas
Setelah semua uji pendahuluan selesai, maka dilakukan pengujian %
proteksi penghambatan nyeri dari sari buah nanas pada mencit putih betina.
Pengujian ini menggunakan asam asetat dosis 50 mg/kgBB, aquadest sebagai
kontrol negatif, parasetamol dosis 91 mg/kgBB sebagai kontrol positif, sari buah
nanas dengan tiga peringkat dosis (33,33 ml/kgBB ; 16,67 ml/kgBB; dan 8,33
ml/kgBB). Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar %
proteksi penghambatan nyeri dari sari buah nanas. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode rangsang kimia. Dipilih metode ini karena
merupakan metode uji golongan analgesik non-narkotik.
Subjek uji berupa mencit putih betina diinjeksi dengan asam asetat. Asam
asetat dapat menyebabkan nyeri karena menurunkan pH jaringan akibat
pembebasan ion hidrosonium. Penurunan pH inilah yang menimbulkan luka
67
sehingga mengiritasi jaringan lokal. Respon yang timbul berupa geliat
menunjukkan bahwa mencit merasakan nyeri.
Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dan akan
diperoleh persen proteksi senyawa uji terhadap nyeri yang dibandingkan dengan
kontrol negatif dan juga diperoleh perubahan persen proteksi senyawa uji terhadap
kontrol positif. Hasil rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan persen proteksi
pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel XIII. Hasil rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan persen proteksipada pengujian efek analgesik seluruh kelompokKelompok uji Subyek uji Rata-rata jumlah kumulatif
geliat (X±SE)Rata-rata %proteksi(X±SE)
Aquadest 5 39,20±0,86 0,00Parasetamol 91mg/kgBB
5 10,40±0,51 73,47
Sari buah nanasdosis 33,33ml/kgBB
5 12,20±0,66 68,88
Sari buah nanasdosis 16,67ml/kgBB
5 14,40±0,51 63,27
Sari buah nanasdosis 8,33ml/kgBB
5 23,60±0,93 39,79
Data rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada pengujian efek analgesik
seluruh kelompok dapat juga disajikan dalam bentuk diagram batang berikut.
Gambar 12. Diagram batangpengujian efek analgesik seluruh kelompok
Data persen proteksi pada pengujian efek
disajikan dalam bentuk diagram
Gambar 13. Diagram batangberbagai kelompok
05
10152025303540
rata
-rat
aju
mla
hge
liat
01020304050607080
pe
rse
np
rote
ksi
Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit padapengujian efek analgesik seluruh kelompok
Data persen proteksi pada pengujian efek analgesik berbagai kelompok dapat
disajikan dalam bentuk diagram batang berikut.
Diagram batang persen proteksi pada pengujian efek
kelompok perlakuan
kelompok perlakuan
68
rata jumlah kumulatif geliat mencit pada
berbagai kelompok dapat
persen proteksi pada pengujian efek analgesik
69
Persen proteksi kelompok perlakuan kemudian dianalisis menggunakan
analisis variansi satu arah untuk melihat apakah ada perbedaan di antara kelompok.
Hasil analisis variansi satu arah persen proteksi dapat dilihat pada tabel berikut.
Hasil analisis variansi satu arah menunjukkan probabilitasnya adalah
0,000 (<0,05), hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok tersebut terdapat
perbedaan. Kemudian dilakukan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan itu
bermakna atau tidak. Hasil uji Scheffe persen proteksi pada pengujian seluruh
kelompok dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel XIV. Hasil uji Scheffe persen proteksi pada pengujian efek analgesikseluruh kelompokKelompok I II III IV V
I - B B B B
II B - TB B B
III B TB - TB B
IV B B TB - B
V B B B B -
Keterangan :
I = kontrol negatif (aquadest)II = kontrol positif (parasetamol dosis 91 mg/kgBB)III = sari buah nanas dosis 33,33 ml/kgBBIV = sari buah nanas dosis 16,67 ml/kgBBV = sari buah nanas dosis 8,33 ml/kgBBTB : tidak berbeda bermakna (p>0,05)B : berbeda bermakna (p <0,05)
Urutan persen proteksi sari buah nanas dari peringkat dosis tertinggi
sampai terendah adalah 68,88 % ; 63,27% ; dan 39,79%. Dari data terlihat bahwa
semakin tinggi dosis sari buah nanas maka semakin besar persen proteksi sari
buah nanas yang dihasilkan.
70
Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa kelompok kontrol negatif (aquadest)
memiliki perbedaan persen proteksi yang bermakna dengan kelompok kontrol
positif (parasetamol dosis 91 mg/kgBB) dan ketiga kelompok senyawa uji (sari
buah nanas). Hal ini menunjukkan bahwa aquadest tidak memiliki efek analgesik
yang ditunjukkan dengan rata-rata jumlah geliat yang paling besar dibandingkan
dengan kelompok lainnya (39,20±0,860) dan persen proteksi yang paling kecil
(0,00±2,19).
Pada kelompok kontrol positif parasetamol dan ketiga kelompok perlakuan
sari buah nanas terjadi persen proteksi nyeri yang ditunjukkan dengan
berkurangnya respon geliat dari mencit. Uji Scheffe menunjukkan bahwa pada
kelompok kontrol positif (parasetamol) dengan kelompok sari buah nanas dosis
33,33 ml/kgBB terdapat perbedaan persen proteksi yang tidak bermakna. Maka
dapat dikatakan bahwa sari buah nanas dosis 33,33 ml/kgBB dan dosis 16,67
ml/kgBB memberikan efek analgesik yang sebanding dengan parasetamol.
Suatu senyawa uji dapat dikatakan memiliki khasiat analgesik apabila
mampu mengurangi ≥ 50% dari jumlah geliat kelompok kontrol negatif (Anonim,
1991). Walaupun pada ketiga dosis sari buah nanas menunjukkan adanya %
proteksi, tetapi hanya sari buah nanas dosis 33,33 ml/kgBB dan 16,67 ml/kgBB
yang memenuhi syarat untuk dapat dikatakan memiliki khasiat analgesik karena
memiliki persen proteksi yang lebih besar dari 50%.
Kemudian dihitung perubahan
terhadap kontrol positif parasetamol dosis 91 mg/kgBB. Data tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel XV. Data rata-pada uji khasiat analgesik
Kelompok perlakuan
AquadestParasetamol dosis 91 mg/kgBB
Sari buah nanas dosis 33,33Sari buah nanas dosis 16,67Sari buah nanas dosis 8,33
Data rata-rata perubahan persen proteksi geliat terhadap
efek analgesik dapat juga disajikan dalam diagram batang berikut.
Gambar 14. Diagram batangkontrol positif pada uji efek
Hasil analisis variansi satu arah menunjukkan bahwa besar probabilitasnya
adalah 0,000(<0,05), hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok tersebut
-100
-90
-80
-70
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
%p
eru
bah
anp
ers
en
pro
teks
i
Kemudian dihitung perubahan persen proteksi dari sari buah nanas
positif parasetamol dosis 91 mg/kgBB. Data tersebut dapat
berikut.
-rata perubahan persen proteksi geliat terhadapanalgesik
Kelompok perlakuan Rata-rata % perubahan efek(X±SE)
Aquadest -100,00Parasetamol dosis 91 mg/kgBB 0,00
Sari buah nanas dosis 33,33 ml/kgBB -6,24Sari buah nanas dosis 16,67 ml/kgBB -13,87Sari buah nanas dosis 8,33 ml/kgBB -45,84
rata perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol
dapat juga disajikan dalam diagram batang berikut.
Diagram batang rata-rata perubahan persen proteksi geliat terhadappositif pada uji efek analgesik
Hasil analisis variansi satu arah menunjukkan bahwa besar probabilitasnya
adalah 0,000(<0,05), hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok tersebut
kelompok perlakuan
71
sari buah nanas
positif parasetamol dosis 91 mg/kgBB. Data tersebut dapat
rata perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol positif
rata % perubahan efek analgesik(X±SE)100,00
kontrol positif pada uji
dapat juga disajikan dalam diagram batang berikut.
rata perubahan persen proteksi geliat terhadap
Hasil analisis variansi satu arah menunjukkan bahwa besar probabilitasnya
adalah 0,000(<0,05), hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok tersebut
72
terdapaat perbedaan. Kemudian dilakukan uji Scheffe untuk melihat perbedaan
tersebut bermakna atau tidak. Hasil uji Scheffe data dilihat pada tabel berikut.
Tabel XVI. Hasil uji Scheffe perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrolpositif pada uji khasiat analgesik
Kelompok I II III IV V
I - B B B B
II B - TB B B
III B TB - TB B
IV B B TB - B
V B B B B -
Keterangan :
I = kontrol negatif (aquadest)II = kontrol positif (parasetamol dosis 91 mg/kgBB)III = sari buah nanas dosis 33,33 ml/kgBBIV = sari buah nanas dosis 16,67 ml/kgBBV = sari buah nanas dosis 8,33 ml/kgBBTB : tidak berbeda bermakna (p>0,05)B : berbeda bermakna (p <0,05)
Aquadest yang digunakan sebagai kontrol negatif menunjukkan penurunan
persen proteksi sebesar -100% dibandingkan parasetamol. Penurunan ini
ditunjukkan dengan nilai negatif yang berarti aquadest nyata tidak memberikan
efek analgesik. Sedangkan nilai persen perubahan efek analgesik ketiga peringkat
dosis sari buah nanas dari dosis tertinggi ke dosis terendah terhadap kontrol positif
adalah -6,24% ; -13,87%; dan -45,84%.
Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa hanya sari buah nanas dosis 33,33
ml/kgBB yang memiliki perbedaan perubahanpersen proteksi yang tidak
bermakna dengan parasetamol.
73
Menurut Anonim (1991), jika suatu senyawa mampu menghambat
terjadinya geliat lebih besar dari 50%, maka senyawa tersebut dapat dikategorikan
sebagai analgesik. Dengan demikian kelompok sari buah nanas dosis 33,33
ml/kgBB dan 16,67 ml/kgBB dikatakan memiliki efek dan daya analgesik karena
mampu menghambat jumlah geliat sebesar 68,88% dan 63,27%. Sedangkan pada
dosis 8,33 ml/kgBB tidak bisa dikategorikan sebagai analgesik karena hanya
mampu menghambat geliat sebesar 39,79% saja. Namun pada dosis 33,33
ml/kgBB memiliki daya analgesik yang lebih besar daripada dosis 16,67 ml/kgBB,
sehingga dapat disimpulkan sari buah nanas dosis 33,33 ml/kgBB merupakan
dosis optimal untuk mengurangi nyeri.
Persen proteksi nyeri yang diberikan itu diduga karena adanya kandungan
enzim bromelain yang terkandung dalam buah nanas.
2. Pengujian daya antiinflamasi sari buah nanas
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah sari buah nanas
memiliki khasiat antiinflamasi dan seberapa besar persentase respon antiinflamasi
yang dihasilkan, dan pada peringkat dosis berapa sari buah nanas dapat
memberikan daya antiinflamasi yang maksimal.
Sari buah nanas memiliki khasiat antiinflamasi dikarenakan di dalam
nanas terkandung enzim bromelain. Daya antiinflamasi dapat dilihat dari
penurunan bobot udema kaki mencit setelah diinjeksi karagenin 1% subplantar
akibat pemberian sari buah nanas. Besarnya daya antiinflamasi dapat dilihat dari
hasil persen daya antiinflamasi yang dihitung berdasarkan metode induksi udema
74
oleh Langford dkk (1972) yang telah dimodifikasi. Dipilih metode ini karena
metode ini sederhana dalam hal instrument yang dibutuhkan, proses perlakuan,
pengamatan, pengukuran, sampai dengan pengolahan data.
Pada penelitian ini digunakan karagenin 1% sebagai zat penginduksi
udema karena karagenin merupakan salah satu zat iritan atau penginduksi udema
pada kaki mencit yang sering digunakan untuk memprediksi efektivitas potensial
terapetik dari obat-obat antiinflamasi, baik golongan steroid maupun non steroid.
Selain itu, karagenin juga dapat menimbulkan respon yang peka terhadap
inflamasi serta tidak menimbulkan kerusakan jaringan pada kaki mencit.
Aquadest merupakan pelarut dari kalium diklofenak. Kontrol aquadest
diperlukan untuk mengetahui apakah aquadest memiliki efek antiinflamasi yang
berpengaruh terhadap efek antiinflasi bahan sediaan yang diteliti. Sedangkan
kalium diklofenak digunakan sebagai kontrol positif karena bekerja efektif dalam
menghambat kerja enzim siklooksigenase sehingga asam arakidonat tidak dapat
diubah menjadi prostaglandin (Tjay dan Raharja, 2002).
Berikut ini adalah hasil rata-rata bobot udema kaki mencit akibat
karagenin 1 % subplantar :
Tabel XVII. Hasil ratasubplantar; % daya antiinflamasi; dan % potensiantiinflamasi
Kelompok Subyek uji
KontrolkarageninKontrol negatifKontrol positifSari buah nanasdosis 33,33ml/kgBBSari buah nanasdosis 16,67ml/kgBBSari buah nanasdosis 8,33ml/kgBB
Data tersebut dapat juga disajikan dalam
Gambar 15. Diagram batang1 % subplantar
Berdasarkan diagram batang
memberikan nilai rata
00.020.040.060.08
0.10.120.140.160.18
rata
-rat
ab
ob
ot
ud
em
a(g)
rata-rata bobot udema kaki mencit akibat karagenin 1 %subplantar; % daya antiinflamasi; dan % potensi relatifantiinflamasi
Subyek uji Rata-rata bobotudema (X±SE)
% dayaantiinflamasi
5 0,16 -
5 0,16 -5 0,07 56,285 0,07 55,12
5 0,08 50,64
5 0,10 36,42
Data tersebut dapat juga disajikan dalam diagram batang berikut:
Diagram batang rata-rata bobot udema kaki mencit akibat karagenin
diagram batang tersebut, terlihat bahwa kelompok karagenin
memberikan nilai rata-rata bobot udema yang paling besar sedangkan kelompok
kelompok perlakuan
75
rata bobot udema kaki mencit akibat karagenin 1 %relatif daya
antiinflamasi% potensi
relatif dayaantiinflamasi
-
-100
97,94
89,98
64,71
rata bobot udema kaki mencit akibat karagenin
tersebut, terlihat bahwa kelompok karagenin
rata bobot udema yang paling besar sedangkan kelompok
76
kalium diklofenak memberikan nilai rata-rata bobot udema yang paling kecil.
Sedangkan kelompok kontrol negatif (aquadest) memberikan rata-rata bobot
udema yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok karagenin. Data tersebut
bermanfaat untuk membuktikan kemampuan karagenin sebagai zat peradang
dalam menimbulkan udema dan untuk membuktikan kemampuan kontrol positif
kalium diklofenak dalam menurunkan udema.
Hasil analisis data tersebut dianalisis secara statistik yang meliputi uji
Kolmogorov-Smirnov, uji homogenitas, uji One Way ANOVA dan uji Scheffe.
Berdasarkan hasil analisis data tersebut didapatkan bahwa data bobot udema pada
uji daya antiinflamasi ini memiliki distribusi data yang normal, variansi
antarkelompok yang homogen dan ada perbedaan di antara kelompok perlakuan.
Berikut ini adalah tabel rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit:
Tabel XVIII. Tabel rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit
Kelompok Bobot udema kaki mencit dibandingkan kelompok
I II III IV V VII - TB B B B B
II TB - B B B B
III B B - TB B B
IV B B TB - B B
V B B B B - B
VI B B B B B -Keterangan :
I = Kontrol karageninII = Kontrol negatif aquadest 0,5 ml/kgBBIII = Kontrol positif kalium diklofenak 4,48 mg/kgBBIV = Sari buah nanas dosis 33,33 ml/kgBBV = Sari buah nanas dosis 16,67 ml/kgBBVI = Sari buah nanas dosis 8,33 ml/kgBB
77
Berdasarkan hasil uji Scheffe dapat diketahui bahwa kontrol negatif
aquadest berbeda bermakna dengan kontrol positif kalium diklofenak dan sari
buah nanas baik dosis 33,33 ml/kgBB, dosis 16,67 ml/kgBB, dan dosis 8,33
ml/kgBB. Kelompok kontrol positif kalium diklofenak berbeda bermakna dengan
semua kelompok, terutama dengan kelompok karagenin dan kelompok kontrol
negatif aquadest tetapi tidak berbeda bermakna dengan sari buah nanas dosis
33,33 ml/kgBB. Artinya bobot udema yang dihasilkan oleh kalium diklofenak
berbeda dengan bobot udema yang dihasilkan karagenin serta kontrol negatif
aquadest dan keduanya memberikan kemampuan yang berarti sesuai dengan
perannya. Maka dari sini, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilihan kalium
diklofenak sebagai kontrol positif dan karagenin sebagai zat peradang pada
metode ini sudah tepat karena keduanya memiliki kemampuan sesuai peranannya
dalam penelitian ini.
Setelah itu dihitung persen respon daya antiinflamasi dari masing-masing
kelompok. Berikut ini adalah tabel dan diagram batangnya:
Tabel XIX. Rata-rata persentase respon daya antiinflamasi tiap kelompok
Kelompok Subyek uji % daya antiinflamasiKontrol karagenin 5 -
Kontrol negatif 5 -Kontrol positif 5 56,28
Sari buah nanas dosis33,33 ml/kgBB
5 55,12
Sari buah nanas dosis16,67 ml/kgBB
5 50,64
Sari buah nanas dosis8,33 ml/kgBB
5 36,42
Gambar 16. Grafik rata
Berdasarkan
antiinflamasi yang mendekati kontrol positif
nanas dosis 33,33 ml/kgBB karena hasil uji
kontrol positif dengan sari buah nanas dosis 33,33 ml/kgBB tidak berbeda
bermakna. Sedangkan kontrol positif diklofenak dan sari buah nanas dosis 16,67
ml/kgBB dan dosis 8,
buah nanas ini mungkin dikarenakan di dalam nanas terkandung enzim bromelain
yang memiliki aksi sebagai antiinflamasi.
hasil dari penghambatan
penipisan sistem kallikrein plasma, dan juga pembatasan formasi fibrin melalui
pengurangan intermediasi kaskada penggumpalan. Aksi
pengurangan nyeri dan edema yang signifikan, dan juga peningkatan si
arah situs yang terluka.
0102030405060
rata
-rat
ap
ers
en
resp
on
anti
infl
amas
i
ata-rata persentase respon daya antiinflamasi tiap kelompok
Berdasarkan hasil pengolahan data secara statistik, rata
antiinflamasi yang mendekati kontrol positif kalium diklofenak adalah sa
nanas dosis 33,33 ml/kgBB karena hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa antara
kontrol positif dengan sari buah nanas dosis 33,33 ml/kgBB tidak berbeda
bermakna. Sedangkan kontrol positif diklofenak dan sari buah nanas dosis 16,67
ml/kgBB dan dosis 8,33 ml/kgBB berbeda bermakna. Aktivitas antiinflamasi sari
buah nanas ini mungkin dikarenakan di dalam nanas terkandung enzim bromelain
yang memiliki aksi sebagai antiinflamasi. Aksi bromelain sebagian merupakan
hasil dari penghambatan pembentukan bradikinin pada situs inflamasi melalui
penipisan sistem kallikrein plasma, dan juga pembatasan formasi fibrin melalui
pengurangan intermediasi kaskada penggumpalan. Aksi-aksi ini menghasilkan
pengurangan nyeri dan edema yang signifikan, dan juga peningkatan si
arah situs yang terluka.
kelompok perlakuan
78
rata persentase respon daya antiinflamasi tiap kelompok
hasil pengolahan data secara statistik, rata-rata persen
diklofenak adalah sari buah
menunjukkan bahwa antara
kontrol positif dengan sari buah nanas dosis 33,33 ml/kgBB tidak berbeda
bermakna. Sedangkan kontrol positif diklofenak dan sari buah nanas dosis 16,67
Aktivitas antiinflamasi sari
buah nanas ini mungkin dikarenakan di dalam nanas terkandung enzim bromelain
Aksi bromelain sebagian merupakan
kinin pada situs inflamasi melalui
penipisan sistem kallikrein plasma, dan juga pembatasan formasi fibrin melalui
aksi ini menghasilkan
pengurangan nyeri dan edema yang signifikan, dan juga peningkatan sirkulasi ke
79
Berdasarkan penelitian ini, 100 gram buah nanas menghasilkan sekitar
88,1ml sari buah nanas, sehingga peringkat dosis 33,33 ml/kgBB = 37,99 g/kgBB.
Dan setelah dikonversi ke manusia BB= 50 kg diperlukan dosis sebesar 210
g/50kgBB atau buah nanas kurang lebih 1 buah.
Hasil penelitian ini kemudian dibandingkan dengan penelitian Hidayat
(2010), tentang efek analgesik dan antiinflamasi jus buah nanas (Ananas comosus
L.) pada mencit betina galur Swiss. Pada penelitian tersebut diperoleh bahwa
dosis penelitian yang memberikan % proteksi penghambatan nyeri yang optimal
adalah pada dosis 3,75 g/kgBB dengan % proteksi penghambatan nyeri dan %
daya antiinflamasi berturut-turut sebesar 58,90% dan 56,82%. Apabila dosis
tersebut (dosis 3,75 g/kgBB dikonversikan ke dalam ml/kgBB) maka menjadi
3,30375 ml/kgBB. Berarti dapat ditarik kesimpulan bahwa efek analgesik dan
antiinflamasi jus buah nanas lebih besar jika dibandingkan dengan efek analgesik
dan antiinflamasi sari buah nanas. Banyak aktivitas fisiologis bromelain tidak
dijelaskan dalam kaitan fraksi proteolitiknya, dan besar kemungkinan bahwa efek
bermanfaat dari bromelain dihasilkan dari banyak faktor, bukannya oleh satu
faktor tunggal saja. Yang membedakan efek analgesik dan antiinflamasi yang
ditimbulkan adalah pada penelitian Hidayat (2010) menggunakan jus buah nanas
yang masuh mengandung serat sedangkan penelitian ini menggunakan sari buah
nanas yang sudah tidak mengandung serat.
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sari buah nanas memiliki khasiat antiinflamasi dan analgesik.
2. Besar persen proteksi penghambatan nyeri sari buah nanas dosis
33,33ml/kgBB ; dosis 16,67ml/kgBB; dan dosis 8,33 ml/kgBB adalah 68,88% ;
63,27% ; dan 39,79%.
3. Besar persen daya antiinflamasi sari buah nanas dosis 33,33ml/kgBB ; dosis
16,67ml/kgBB; dan dosis 8,33 ml/kgBB adalah 55,12% ; 50,64% ; dan
36,42%.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai frekuensi dan lama
pemakaian dari penggunaan sari buah nanas untuk mendapatkan efek
analgesik dan antiinflamasi yang optimal.
2. Perlu dilakukan penelitian efek analgesik dan antiinflamasi dengan jumlah
subjek uji yang lebih banyak.
81
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1991, Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka : PenapisanFarmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, 3-5, YayasanPengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam Phyto Medica, Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, 649, Depkes RI, Jakarta
Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, 40, Departemen KesehatanRepublik Indonesia
Anonim, 2005, Petunjuk Praktikum Farmakologi, 7, Fakultas Farmasi UniversitasSanata Dharma, Yogyakarta
Dipiro, J.T., Tabert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, M.,1998, Pharmacotherapy : A Patiphysiologic Approach, 1259-1262,Appleton and Lange, USA
Djamhuri, A.,1995, Sinopsis Farmakologi : dengan Terapan khusus di Klinik &Perawatan, 45,46, Jakarta
Dwiprahasto, I., 2002, Epidemiologi dan Masalah Penggunaan Analgesik –Antiinflamasi Non Steroid, dalam Dwiprahasto, I., Kristin, E., At Thobari,J., Penggunaan Analgesik dan Antiinflamasi secara Rasional, Edisi I, 1-26,Bagian Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Kedokteran UGM,Yogyakarta
Furst, D.E.,dan Munster, T., 2002, Farmakologi : Dasar dan Klinik, buku ke-2,Edisi I, 450-452, Salemba Medika, Jakarta
Guyton, A. C., and Hall, 1996, Textbook of Medical Phisiology, diterjemahkanoleh Tengadi, L., Setiawan, I., Santosa, A., Buku Ajar FisiologiKedokteran, Edisi 9,Bagian II, 76, 761-762, 443, Penerbit BukuKedokteran EGC, Jakarta
Handara, P.D., 2006, Efek Analgesik InfusaBatang Brotowali (Tinospora crispa(L) Miers.) pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Fakultas FarmasiUniversitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Hanson, G.R., 2000, Analgesic, Antipyretic, and Anti Inflammatory Drugs, inGennaro (Ed.), Remmington : The Science and Practice of Pharmacy, 20th
Edition, 1456, Lippincott Williams and Wilkins, USA
82
Hidayat, R., 2010, Efek Analgesik dan Antiinflamasi Jus Buah Nanas (Ananascomosus L.) pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, Fakultas FarmasiUniversitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Karch, A.M., 2003, Focus On Nursing Pharmacology, second edition, LippincottWilliam & Wilkin’s
Katzung, B.G., 2002, Basic and Clinical Pharmacology, diterjemahkan olehBagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Edisi 8,Buku 3, hal. 449- 462,637, Penerbit Salemba Medika, Jakarta
Kelly, G.S.N.D., 1996, Bromelain : A Literature Review and Discussion of itsTherapeutic Applications, Alt. Med. Rev., 1 (4), 244-257
Langford, F.D., Holmes, P.A., and Emele, J.F., 1972, Objective Methods toEvaluation of Analgesic / Anti Inflammatory Activity, J.Pharm Sci., 61(1), 75-77
Laurence, B.P.N., and Brown M.J., 1997, Clinical Pharmacology, 8th Edition,15,17, Churchill
Maryanto, 1997, Daya Anti-inflamasi Infus Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata
Pers) Pada Tikus Putih Jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
Meliala, L., 2000, Nyeri, dalam Prosiding Seminar Ostheophaty Terapi AlternatifNyeri, 10-17, Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta
Mutschler, 1986, Dinamika Obat, 17-20; 508-513, IBT, Bandung
Nazir, M., 2005, Metode Penelitian, 63, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor,Indonesia
Omar, S., Idrus, A.Z., and Abdul Razak, O.,1978, Extraction and Activity ofbromelain from pineapple, Bull. Mardi Res., p.172-175
Price, S.A and Wilson, L.M.C, 1984, Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-ProsesPenyakit, Bagian I, Edisi 2, 32-38, EGC, Jakarta
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter J.M., and Moore, P.K.,2003, Pharmacology, 5th
edition, 231-233,562-570 Churchill Livingstone,London
Santoso, S.O., dan Dewoto, H.R.,1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, 189-195,Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta
83
Soedibyo, M., 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, 273-274,352, Balai Pustaka, Jakarta
Suleyman, H., Demircan,B.,B., Karagoz,Y., Oztasan,N., Suleyman, B.,2004,Anti-Inflamatory Effects of Selective COX-2 Inhibitor, Pol.J.Pharmacol.,56, 775-780
Suseni, N.W., 2002, Penetapan Kadar Bromelain pada Buah Nanas (Ananascomosus L.) Bogor dan Blitar secara Spektrofotometri UV, Skripsi,Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Syamsuhidayat, S.S., Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia,44-45, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian &Pengembangan Kesehatan, Jakarta
Tjay, T.H.,dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting : Khasiat Penggunaan,dan Efek-efek sampingnya, Edisi V, Penerbit PT. Elex Media KomputindoKelompok Gramedia, Jakarta
Tjitrosoepomo, G., 1994, Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan, 113, UniversitasGadjah Mada Press, Yogyakarta
Turner, R.A., 1965, Screening Methods in Pharmacology, 100-117, AcademicPress, New York
Tyler, V.E., Brady, L.R., and Robbers, J.E., 1988, Pharmacology, Ninth edition,277-288, Lea & Febiger, Philadelphia
van Steenis, C.G.G.J., 1992, Flora Voor de Scholen in Indonesie, Cetakan keenam,alih bahasa Surjowinoto, M.,dkk., 35-37, 48-51, 135-136, PradnyaParamita, Jakarta
Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery and Evaluation : Pharmacological Assays,Second Edition, 726-769, Spinger Verlag Berlin Heidelberg, New York
Walsh, T.D., 1997, Symptom Control, Alih bahasa: Caroline Wijaya, 329-347,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Williamson, E.M., Okpako, D.T., and Evans, F.J., 1996, Pharmacological Methodin Phytotherapy Research Volume 1 : Selection, Preparation, andPharmacological Evaluation of Plant Material, 131-136, John Wiley andSons Ltd, England
Wilmana, P.F., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, 207-227, FakultasKedokteran,Universitas Indonesia, Jakarta
LAMPIRAN
84
LAMPIRAN
Gambar 17. Foto buah nanas
Gambar 18. Foto buah nanas
85
Gambar 19. Foto juice extractor
Gambar 20. Foto sari buah nanas
86
Gambar 21. Foto geliat mencit
Gambar 22. Foto udema
87
Lampiran 1. Data jumlah kumulatif geliat mencit besrta hasil analisis
statistik pada penentuan dosis asam asetat
Menit Dosis 25mg/kgBB
Dosis 50mg/kgBB
Dosis 75mg/kgBB
Dosis 100mg/kgBB
S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S35 0 0 2 0 0 0 0 1 0 2 1 110 0 2 7 1 10 3 9 14 9 7 14 1715 6 5 5 7 8 8 11 13 12 18 12 1520 11 9 7 8 4 6 12 11 11 9 10 425 2 6 2 9 5 5 8 7 6 11 5 530 1 1 1 2 7 7 4 4 4 2 5 835 2 2 2 1 1 2 2 2 2 8 7 940 1 2 0 2 1 1 1 2 0 4 4 445 0 0 2 2 1 0 1 0 2 4 3 550 1 1 0 2 1 2 1 0 1 5 5 455 0 0 0 0 0 0 1 0 1 5 4 460 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 2 1
24 28 26 34 38 35 50 54 48 79 72 77
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Geliat 12 47.0833 19.84695 24.00 79.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Geliat
N 12
Normal Parametersa,,b
Mean 47.0833
Std. Deviation 19.84695
Most Extreme Differences Absolute .176
Positive .176
Negatif -.145
Kolmogorov-Smirnov Z .611
Asymp. Sig. (2-tailed) .849
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
88
Descriptives
Geliat
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimum
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
Dosis
25mg/kgBB
3 26.0000 2.00000 1.15470 21.0317 30.9683 24.00 28.00
Dosis
50mg/kgBB
3 35.6667 2.08167 1.20185 30.4955 40.8378 34.00 38.00
Dosis
75mg/kgBB
3 50.6667 3.05505 1.76383 43.0775 58.2558 48.00 54.00
Dosis
100mg/kgBB
3 76.0000 3.60555 2.08167 67.0433 84.9567 72.00 79.00
Total 12 47.0833 19.84695 5.72932 34.4732 59.6935 24.00 79.00
ANOVA
Geliat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 4271.583 3 1423.861 185.721 .000
Within Groups 61.333 8 7.667
Total 4332.917 11
89
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Geliat
Scheffe
(I) Dosis (J) Dosis
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Dosis 25mg/kgBB Dosis 50mg/kgBB -9.66667*
2.26078 .018 -17.5627 -1.7706
Dosis 75mg/kgBB -24.66667*
2.26078 .000 -32.5627 -16.7706
Dosis 100mg/kgBB -50.00000*
2.26078 .000 -57.8961 -42.1039
Dosis 50mg/kgBB Dosis 25mg/kgBB 9.66667*
2.26078 .018 1.7706 17.5627
Dosis 75mg/kgBB -15.00000*
2.26078 .001 -22.8961 -7.1039
Dosis 100mg/kgBB -40.33333*
2.26078 .000 -48.2294 -32.4373
Dosis 75mg/kgBB Dosis 25mg/kgBB 24.66667*
2.26078 .000 16.7706 32.5627
Dosis 50mg/kgBB 15.00000*
2.26078 .001 7.1039 22.8961
Dosis 100mg/kgBB -25.33333*
2.26078 .000 -33.2294 -17.4373
Dosis 100mg/kgBB Dosis 25mg/kgBB 50.00000*
2.26078 .000 42.1039 57.8961
Dosis 50mg/kgBB 40.33333*
2.26078 .000 32.4373 48.2294
Dosis 75mg/kgBB 25.33333*
2.26078 .000 17.4373 33.2294
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Geliat
Scheffea
Dosis N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Dosis 25mg/kgBB 3 26.0000
Dosis 50mg/kgBB 3 35.6667
Dosis 75mg/kgBB 3 50.6667
Dosis 100mg/kgBB 3 76.0000
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
90
Geliat
Scheffea
Dosis N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Dosis 25mg/kgBB 3 26.0000
Dosis 50mg/kgBB 3 35.6667
Dosis 75mg/kgBB 3 50.6667
Dosis 100mg/kgBB 3 76.0000
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Lampiran 2. Data jumlah kumulatif geliat mencit beserta hasil analisis
statistic pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat
Menit Waktu pemberian5 menit
Waktu pemberian10 menit
Waktu pemberian15 menit
S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S35 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 2 0 0 1 4 4 8
15 2 2 4 0 2 0 5 7 3
20 3 3 4 2 7 2 8 5 1
25 1 4 3 6 4 5 6 3 9
30 4 1 2 5 4 4 2 4 4
35 0 1 0 3 3 2 3 2 4
40 2 0 1 4 3 5 2 3 2
45 3 3 0 3 3 3 3 1 2
50 2 1 0 2 3 1 3 3 1
55 1 0 0 4 3 2 1 2 2
60 0 0 0 0 3 3 1 0 0
18 15 16 29 32 28 38 34 36
91
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Geliat 9 27.3333 8.84590 15.00 38.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Geliat
N 9
Normal Parametersa,,b
Mean 27.3333
Std. Deviation 8.84590
Most Extreme Differences Absolute .197
Positive .188
Negatif -.197
Kolmogorov-Smirnov Z .590
Asymp. Sig. (2-tailed) .877
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
Geliat
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimu
m
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
selang waktu 5
menit
3 16.3333 1.52753 .88192 12.5388 20.1279 15.00 18.00
selang waktu 10
menit
3 29.6667 2.08167 1.20185 24.4955 34.8378 28.00 32.00
selang waktu 15
menit
3 36.0000 2.00000 1.15470 31.0317 40.9683 34.00 38.00
Total 9 27.3333 8.84590 2.94863 20.5338 34.1329 15.00 38.00
92
ANOVA
Geliat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 604.667 2 302.333 85.031 .000
Within Groups 21.333 6 3.556
Total 626.000 8
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Geliat
Scheffe
(I) Waktu (J) Waktu
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
selang waktu 5
menit
selang waktu 10
menit
-13.33333*
1.53960 .000 -18.2712 -8.3954
selang waktu 15
menit
-19.66667*
1.53960 .000 -24.6046 -14.7288
selang waktu 10
menit
selang waktu 5
menit
13.33333*
1.53960 .000 8.3954 18.2712
selang waktu 15
menit
-6.33333*
1.53960 .018 -11.2712 -1.3954
selang waktu 15
menit
selang waktu 5
menit
19.66667*
1.53960 .000 14.7288 24.6046
selang waktu 10
menit
6.33333*
1.53960 .018 1.3954 11.2712
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
93
Homogeneous Subsets
Geliat
Scheffea
Waktu N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
selang waktu 5 menit 3 16.3333
selang waktu 10 menit 3 29.6667
selang waktu 15 menit 3 36.0000
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Lampiran 3. Data jumlah kumulatif geliat mencit beserta hasil analisisstatistic pada penentuan dosis parasetamol
Menit Dosis 68,26mg/kgBB
Dosis 91mg/kgBB
Dosis 113,75mg/kgBB
S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S35 0 0 1 0 0 0 0 0 010 6 5 9 0 1 1 3 0 015 4 3 3 3 1 2 3 3 320 0 0 2 3 2 1 2 2 225 1 2 3 1 1 1 0 0 130 3 4 0 0 1 0 0 0 135 0 0 0 2 1 1 1 1 040 1 0 0 0 0 0 0 1 045 0 2 0 1 0 1 2 1 050 0 0 0 2 2 2 0 2 055 0 0 0 0 0 1 1 1 060 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 16 18 11 9 7 12 11 7
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
geliat 9 11.7778 3.89801 7.00 18.00
94
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
geliat
N 9
Normal Parametersa,,b
Mean 11.7778
Std. Deviation 3.89801
Most Extreme Differences Absolute .144
Positive .144
Negatif -.129
Kolmogorov-Smirnov Z .432
Asymp. Sig. (2-tailed) .992
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
geliat
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimu
m
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
dosis
68,26mg/kgBB
3 16.3333 1.52753 .88192 12.5388 20.1279 15.00 18.00
dosis 91mg/kgBB 3 9.0000 2.00000 1.15470 4.0317 13.9683 7.00 11.00
dosis
113,75mg/kgBB
3 10.0000 2.64575 1.52753 3.4276 16.5724 7.00 12.00
Total 9 11.7778 3.89801 1.29934 8.7815 14.7740 7.00 18.00
ANOVA
geliat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 94.889 2 47.444 10.675 .011
Within Groups 26.667 6 4.444
Total 121.556 8
95
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
geliat
Scheffe
(I) dosis (J) dosis
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
dosis 68,26mg/kgBB dosis 91mg/kgBB 7.33333*
1.72133 .015 1.8126 12.8541
dosis
113,75mg/kgBB
6.33333*
1.72133 .029 .8126 11.8541
dosis 91mg/kgBB dosis 68,26mg/kgBB -7.33333*
1.72133 .015 -12.8541 -1.8126
dosis
113,75mg/kgBB
-1.00000 1.72133 .849 -6.5207 4.5207
dosis
113,75mg/kgBB
dosis 68,26mg/kgBB -6.33333*
1.72133 .029 -11.8541 -.8126
dosis 91mg/kgBB 1.00000 1.72133 .849 -4.5207 6.5207
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
geliat
Scheffea
dosis N
Subset for alpha = 0.05
1 2
dosis 91mg/kgBB 3 9.0000
dosis 113,75mg/kgBB 3 10.0000
dosis 68,26mg/kgBB 3 16.3333
Sig. .849 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
96
Lampiran 4. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan selang
waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1% dan hasil analisis
statistiknya
No
Keterangan (g)
Bobot udema mencit (gram) pada selang waktu (jam) setelahinjeksi karagenin 1%
1 2 3 41 Kaki kiri 0,3290 0,3125 0,3590 0,2889
Kakikanan
0,2060 0,1938 0,2047 0,1687
Bobotudema
0,1230 0,1187 0,1543 0,1202
2 Kaki kiri 0,3242 0,3060 0,3802 0,2751Kakikanan
0,1994 0,1868 0,2247 0,1688
Bobotudema
0,1248 0,1192 0,1555 0,1063
3 Kaki kiri 0,3230 0,2896 0,3347 0,2916Kakikanan
0,2002 0,1892 0,1849 0,1802
Bobotudema
0,1228 0,1004 0,1498 0,1114
Mean ± SE (n=3)
0,1235±0,00064
0,1128±0,00619
0,1532±0,00173
0,1126±0,00406
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
udema 12 .1255 .01820 .10 .16
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
udema
N 12
Normal Parametersa,,b
Mean .1255
Std. Deviation .01820
Most Extreme Differences Absolute .266
Positive .266
Negatif -.159
Kolmogorov-Smirnov Z .922
Asymp. Sig. (2-tailed) .363
97
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
udema
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimum
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
selang waktu 1
jam
3 .1235 .00110 .00064 .1208 .1263 .12 .12
selang waktu 2
jam
3 .1128 .01071 .00619 .0862 .1394 .10 .12
selang waktu 3
jam
3 .1532 .00300 .00173 .1457 .1607 .15 .16
selang waktu 4
jam
3 .1126 .00703 .00406 .0952 .1301 .11 .12
Total 12 .1255 .01820 .00526 .1140 .1371 .10 .16
ANOVA
udema
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .003 3 .001 25.196 .000
Within Groups .000 8 .000
Total .004 11
98
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
udema
Scheffe
(I) waktu (J) waktu
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
selang waktu 1 jam selang waktu 2 jam .01077 .00539 .331 -.0081 .0296
selang waktu 3 jam -.02967*
.00539 .004 -.0485 -.0108
selang waktu 4 jam .01090 .00539 .322 -.0079 .0297
selang waktu 2 jam selang waktu 1 jam -.01077 .00539 .331 -.0296 .0081
selang waktu 3 jam -.04043*
.00539 .001 -.0593 -.0216
selang waktu 4 jam .00013 .00539 1.000 -.0187 .0190
selang waktu 3 jam selang waktu 1 jam .02967*
.00539 .004 .0108 .0485
selang waktu 2 jam .04043*
.00539 .001 .0216 .0593
selang waktu 4 jam .04057*
.00539 .001 .0217 .0594
selang waktu 4 jam selang waktu 1 jam -.01090 .00539 .322 -.0297 .0079
selang waktu 2 jam -.00013 .00539 1.000 -.0190 .0187
selang waktu 3 jam -.04057*
.00539 .001 -.0594 -.0217
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
udema
Scheffea
waktu N
Subset for alpha = 0.05
1 2
selang waktu 4 jam 3 .1126
selang waktu 2 jam 3 .1128
selang waktu 1 jam 3 .1235
selang waktu 3 jam 3 .1532
Sig. .322 1.000
99
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Lampiran 5. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan waktu
pemberian diklofenak 4,48 mg/kgBB beserta hasil analisis statistiknya
No
Keterangan (g)
Bobot udema mencit (gram) dengan variasi selang waktu setelahdiberi diklofenak 4,48mg/kgBB
15 menit 30 menit 45 menit 60 menit1 Kaki kiri 0,2517 0,2427 0,2464 0,2538
Kakikanan
0,1996 0,1648 0,1742 0,1877
Bobotudema
0,0521 0,0779 0,0722 0,0661
2 Kaki kiri 0,2592 0,2185 0,2357 0,2507Kakikanan
0,1958 0,1440 0,1679 0,1837
Bobotudema
0,0634 0,0745 0,0678 0,0670
3 Kaki kiri 0,2537 0,2497 0,2549 0,2289Kakikanan
0,1997 0,1750 0,1842 0,1571
Bobotudema
0,0540 0,0747 0,0707 0,0718
Mean ± SE (n=3)
0,0565±0,00349
0,0757±0,00110
0,0702±0,00129
0,0683±0,00177
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
udema 12 .0677 .00797 .05 .08
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
udema
N 12
Normal Parametersa,,b
Mean .0677
Std. Deviation .00797
Most Extreme Differences Absolute .171
Positive .124
Negatif -.171
100
Kolmogorov-Smirnov Z .593
Asymp. Sig. (2-tailed) .873
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
udema
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum MaximumLower Bound Upper Bound
15 menit 3 .0565 .00605 .00349 .0415 .0715 .05 .06
30 menit 3 .0757 .00191 .00110 .0710 .0804 .07 .08
45 menit 3 .0702 .00224 .00129 .0647 .0758 .07 .07
60 menit 3 .0683 .00306 .00177 .0607 .0759 .07 .07
Total 12 .0677 .00797 .00230 .0626 .0727 .05 .08
ANOVA
udema
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .001 3 .000 14.363 .001
Within Groups .000 8 .000
Total .001 11
101
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
udema
Scheffe
(I) waktu (J) waktu
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
15 menit 30 menit -.01920*
.00302 .002 -.0297 -.0087
45 menit -.01373*
.00302 .013 -.0243 -.0032
60 menit -.01180*
.00302 .029 -.0223 -.0013
30 menit 15 menit .01920*
.00302 .002 .0087 .0297
45 menit .00547 .00302 .406 -.0051 .0160
60 menit .00740 .00302 .192 -.0031 .0179
45 menit 15 menit .01373*
.00302 .013 .0032 .0243
30 menit -.00547 .00302 .406 -.0160 .0051
60 menit .00193 .00302 .935 -.0086 .0125
60 menit 15 menit .01180*
.00302 .029 .0013 .0223
30 menit -.00740 .00302 .192 -.0179 .0031
45 menit -.00193 .00302 .935 -.0125 .0086
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
udema
Scheffea
waktu N
Subset for alpha = 0.05
1 2
15 menit 3 .0565
60 menit 3 .0683
45 menit 3 .0702
30 menit 3 .0757
Sig. 1.000 .192
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
102
udema
Scheffea
waktu N
Subset for alpha = 0.05
1 2
15 menit 3 .0565
60 menit 3 .0683
45 menit 3 .0702
30 menit 3 .0757
Sig. 1.000 .192
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Lampiran 6. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan dosis
diklofenak beserta hasil analisis statistiknya
No Keterangan (g) Bobot udema kaki mencit (gram) pada pemberiandiklofenak dengan 3 peringkat dosis
Dosis 3,36mg/kgBB
Dosis 4,48mg/kgBB
Dosis 5,6mg/kgBB
1 Kaki kiri 0,2684 0,2586 0,2657Kaki kanan 0,1928 0,1996 0,1944
Bobotudema(g)
0,0756 0,0590 0,0713
2 Kaki kiri 0,2772 0,2528 0,2524Kaki kanan 0,1956 0,1958 0,1842
Bobot udema(g)
0,0816 0,0570 0,0682
3 Kaki kiri 0,2586 0,2615 0,2687Kaki kanan 0,1850 0,1997 0,1997
Bobot udema(g)
0,0736 0,0618 0,0690
Mean ± SE (n =3) 0,0769±0,00240 0,0593±0,00139 0,0695±0,00093
103
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
udema 9 .0686 .00809 .06 .08
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
udema
N 9
Normal Parametersa,,b
Mean .0686
Std. Deviation .00809
Most Extreme Differences Absolute .149
Positive .132
Negatif -.149
Kolmogorov-Smirnov Z .446
Asymp. Sig. (2-tailed) .989
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
udema
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimu
m
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
dosis diklofenak
3,36mg/kgBB
3 .0769 .00416 .00240 .0666 .0873 .07 .08
dosis diklofenak
4,48mg/kgBB
3 .0593 .00241 .00139 .0533 .0653 .06 .06
dosis diklofenak
5,6mg/kgBB
3 .0695 .00161 .00093 .0655 .0735 .07 .07
Total 9 .0686 .00809 .00270 .0623 .0748 .06 .08
104
ANOVA
udema
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .000 2 .000 27.514 .001
Within Groups .000 6 .000
Total .001 8
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
udema
Scheffe
(I) dosis (J) dosis
Mean
Difference (I-
J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
dosis diklofenak
3,36mg/kgBB
dosis diklofenak
4,48mg/kgBB
.01767*
.00239 .001 .0100 .0253
dosis diklofenak
5,6mg/kgBB
.00743 .00239 .056 -.0002 .0151
dosis diklofenak
4,48mg/kgBB
dosis diklofenak
3,36mg/kgBB
-.01767*
.00239 .001 -.0253 -.0100
dosis diklofenak
5,6mg/kgBB
-.01023*
.00239 .015 -.0179 -.0026
dosis diklofenak
5,6mg/kgBB
dosis diklofenak
3,36mg/kgBB
-.00743 .00239 .056 -.0151 .0002
dosis diklofenak
4,48mg/kgBB
.01023*
.00239 .015 .0026 .0179
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
105
Homogeneous Subsets
udema
Scheffea
dosis N
Subset for alpha = 0.05
1 2
dosis diklofenak
4,48mg/kgBB
3 .0593
dosis diklofenak 5,6mg/kgBB 3 .0695
dosis diklofenak
3,36mg/kgBB
3 .0769
Sig. 1.000 .056
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Lampiran 7. Data jumlah geliat pada berbagai kelompok uji efek analgesik
Menit Kontrol negatif (aquadest) Kontrol positif(Parasetamol 91 mg/kgBB)
S1 S2 S3 S4 S5 S1 S2 S3 S4 S55 2 1 0 2 1 2 0 0 1 110 5 3 2 4 6 1 3 3 4 315 4 5 7 4 5 4 3 2 2 220 5 4 3 3 4 1 1 1 1 125 6 5 8 6 7 1 1 1 2 030 2 4 5 2 3 1 0 1 0 035 4 3 3 2 4 0 0 0 0 040 2 5 0 5 5 0 0 1 0 145 3 2 4 4 3 1 1 0 0 150 1 3 4 2 2 1 0 0 1 055 2 0 3 5 1 0 1 0 0 060 2 2 1 0 1 0 0 0 0 1Total 38 37 40 39 42 12 10 9 11 10
106
Menit Sari buah nanas dosis 33,33ml/kgBB
Sari buah nanas dosis 16,67ml/kgBB
S1 S2 S3 S4 S5 S1 S2 S3 S4 S55 1 1 0 2 0 3 1 2 2 110 2 1 3 2 2 4 4 3 2 315 1 3 2 1 4 3 2 2 1 220 2 1 1 3 2 2 2 2 2 325 1 0 2 1 1 2 3 2 1 230 1 0 1 2 2 1 1 1 2 135 0 2 0 1 0 0 0 1 0 040 0 1 0 1 0 0 0 1 2 045 0 1 0 0 0 1 0 0 0 050 1 2 2 1 1 0 1 0 0 155 1 0 1 0 0 0 0 1 0 160 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0Total 10 12 13 14 12 16 14 15 13 14
Menit Sari buah nanas dosis 8,33ml/kgBBS1 S2 S3 S4 S5
5 3 2 3 5 310 2 5 4 3 315 5 3 7 5 520 3 5 2 2 225 4 3 3 2 330 2 3 1 1 235 1 1 1 1 140 3 2 2 1 145 1 0 1 0 150 1 0 1 0 155 0 1 0 1 160 0 1 0 0 1Total 22 26 25 21 24
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Geliat 25 19.9600 10.95628 9.00 42.00
107
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Geliat
N 25
Normal Parametersa,,b
Mean 19.9600
Std. Deviation 10.95628
Most Extreme Differences Absolute .241
Positive .241
Negatif -.159
Kolmogorov-Smirnov Z 1.206
Asymp. Sig. (2-tailed) .109
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
Geliat
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimu
m
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
kontrol negatif 5 39.2000 1.92354 .86023 36.8116 41.5884 37.00 42.00
kontrol positif 5 10.4000 1.14018 .50990 8.9843 11.8157 9.00 12.00
sari nanas dosis
33,33ml/kgBB
5 12.2000 1.48324 .66332 10.3583 14.0417 10.00 14.00
sari nanas dosis
16,67ml/kgBB
5 14.4000 1.14018 .50990 12.9843 15.8157 13.00 16.00
sari nanas dosis
8,33ml/kgBB
5 23.6000 2.07364 .92736 21.0252 26.1748 21.00 26.00
Total 25 19.9600 10.95628 2.19126 15.4375 24.4825 9.00 42.00
108
ANOVA
Geliat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2829.760 4 707.440 276.344 .000
Within Groups 51.200 20 2.560
Total 2880.960 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Geliat
Scheffe
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean
Difference (I-
J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
kontrol negatif kontrol positif 28.80000*
1.01193 .000 25.3737 32.2263
sari nanas dosis
33,33ml/kgBB
27.00000*
1.01193 .000 23.5737 30.4263
sari nanas dosis
16,67ml/kgBB
24.80000*
1.01193 .000 21.3737 28.2263
sari nanas dosis
8,33ml/kgBB
15.60000*
1.01193 .000 12.1737 19.0263
kontrol positif kontrol negatif -28.80000*
1.01193 .000 -32.2263 -25.3737
sari nanas dosis
33,33ml/kgBB
-1.80000 1.01193 .545 -5.2263 1.6263
sari nanas dosis
16,67ml/kgBB
-4.00000*
1.01193 .017 -7.4263 -.5737
sari nanas dosis
8,33ml/kgBB
-13.20000*
1.01193 .000 -16.6263 -9.7737
sari nanas dosis
33,33ml/kgBB
kontrol negatif -27.00000*
1.01193 .000 -30.4263 -23.5737
kontrol positif 1.80000 1.01193 .545 -1.6263 5.2263
109
sari nanas dosis
16,67ml/kgBB
-2.20000 1.01193 .349 -5.6263 1.2263
sari nanas dosis
8,33ml/kgBB
-11.40000*
1.01193 .000 -14.8263 -7.9737
sari nanas dosis
16,67ml/kgBB
kontrol negatif -24.80000*
1.01193 .000 -28.2263 -21.3737
kontrol positif 4.00000*
1.01193 .017 .5737 7.4263
sari nanas dosis
33,33ml/kgBB
2.20000 1.01193 .349 -1.2263 5.6263
sari nanas dosis
8,33ml/kgBB
-9.20000*
1.01193 .000 -12.6263 -5.7737
sari nanas dosis
8,33ml/kgBB
kontrol negatif -15.60000*
1.01193 .000 -19.0263 -12.1737
kontrol positif 13.20000*
1.01193 .000 9.7737 16.6263
sari nanas dosis
33,33ml/kgBB
11.40000*
1.01193 .000 7.9737 14.8263
sari nanas dosis
16,67ml/kgBB
9.20000*
1.01193 .000 5.7737 12.6263
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Geliat
Scheffea
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
kontrol positif 5 10.4000
sari nanas dosis
33,33ml/kgBB
5 12.2000 12.2000
sari nanas dosis
16,67ml/kgBB
5 14.4000
sari nanas dosis 8,33ml/kgBB 5 23.6000
kontrol negatif 5 39.2000
Sig. .545 .349 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
110
Lampiran 8. Data persen proteksi geliat pada uji efek analgesik berserta
hasil analisis statistiknya
Perlakuan 1 2 3 4 5 rata2SBN dosis33,33ml/kgBB 74,49 69,39 66,84 64,29 69,39 68,88SBN dosis16,67ml/kgBB 59,18 64,29 61,73 66,84 64,29 63,27SBN dosis8,33ml/kgBB 43,88 33,67 36,22 46,42 38,78 39,79
kontrol negatif 3,06 5,61 -2,04 0,51 -7,14 0,00
kontrol positif 69,39 74,49 77,04 71,94 74,49 73,47
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
persen 25 49.0820 27.95030 -7.14 77.04
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
persen
N 25
Normal Parametersa,,b
Mean 49.0820
Std. Deviation 27.95030
Most Extreme Differences Absolute .241
Positive .159
Negatif -.241
Kolmogorov-Smirnov Z 1.205
Asymp. Sig. (2-tailed) .109
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
111
Oneway
Descriptives
Persen
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimum
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
SBN
33,33ml/kgBB
5 68.8800 3.78226 1.69148 64.1837 73.5763 64.29 74.49
SBN
16,67ml/kgBB
5 63.2660 2.91227 1.30241 59.6499 66.8821 59.18 66.84
SBN
8,33ml/kgBB
5 39.7940 5.28924 2.36542 33.2265 46.3615 33.67 46.42
kontrol negatif 5 .0000 4.90502 2.19359 -6.0904 6.0904 -7.14 5.61
kontrol positif 5 73.4700 2.90745 1.30025 69.8599 77.0801 69.39 77.04
Total 25 49.0820 27.95030 5.59006 37.5447 60.6193 -7.14 77.04
ANOVA
Persen
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 18416.154 4 4604.039 276.434 .000
Within Groups 333.102 20 16.655
Total 18749.256 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
persen
Scheffe
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
SBN 33,33ml/kgBB SBN 16,67ml/kgBB 5.61400 2.58109 .349 -3.1253 14.3533
SBN 8,33ml/kgBB 29.08600*
2.58109 .000 20.3467 37.8253
112
kontrol negatif 68.88000*
2.58109 .000 60.1407 77.6193
kontrol positif -4.59000 2.58109 .545 -13.3293 4.1493
SBN 16,67ml/kgBB SBN 33,33ml/kgBB -5.61400 2.58109 .349 -14.3533 3.1253
SBN 8,33ml/kgBB 23.47200*
2.58109 .000 14.7327 32.2113
kontrol negatif 63.26600*
2.58109 .000 54.5267 72.0053
kontrol positif -10.20400*
2.58109 .017 -18.9433 -1.4647
SBN 8,33ml/kgBB SBN 33,33ml/kgBB -29.08600*
2.58109 .000 -37.8253 -20.3467
SBN 16,67ml/kgBB -23.47200*
2.58109 .000 -32.2113 -14.7327
kontrol negatif 39.79400*
2.58109 .000 31.0547 48.5333
kontrol positif -33.67600*
2.58109 .000 -42.4153 -24.9367
kontrol negatif SBN 33,33ml/kgBB -68.88000*
2.58109 .000 -77.6193 -60.1407
SBN 16,67ml/kgBB -63.26600*
2.58109 .000 -72.0053 -54.5267
SBN 8,33ml/kgBB -39.79400*
2.58109 .000 -48.5333 -31.0547
kontrol positif -73.47000*
2.58109 .000 -82.2093 -64.7307
kontrol positif SBN 33,33ml/kgBB 4.59000 2.58109 .545 -4.1493 13.3293
SBN 16,67ml/kgBB 10.20400*
2.58109 .017 1.4647 18.9433
SBN 8,33ml/kgBB 33.67600*
2.58109 .000 24.9367 42.4153
kontrol negatif 73.47000*
2.58109 .000 64.7307 82.2093
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
persen
Scheffea
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
kontrol negatif 5 .0000
SBN 8,33ml/kgBB 5 39.7940
SBN 16,67ml/kgBB 5 63.2660
SBN 33,33ml/kgBB 5 68.8800 68.8800
kontrol positif 5 73.4700
Sig. 1.000 1.000 .349 .545
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
113
persen
Scheffea
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
kontrol negatif 5 .0000
SBN 8,33ml/kgBB 5 39.7940
SBN 16,67ml/kgBB 5 63.2660
SBN 33,33ml/kgBB 5 68.8800 68.8800
kontrol positif 5 73.4700
Sig. 1.000 1.000 .349 .545
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Lampiran 9. Data perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol positif
pada uji efek analgesik
Perlakuan 1 2 3 4 5 rata2SBN dosis33,33ml/kgBB 1,39 -5,55 -9,02 -12,49 -5,55 -6,24SBN dosis16,67ml/kgBB -19,45 -12,49 -15,98 -9,02 -12,49 -13,87SBN dosis8,33ml/kgBB -40,27 -54,17 -50,70 -36,82 -47,22 -45,84
kontrol negatif -95,84 -92,36 -102,78 -99,31 -109,72 -100,00
kontrol positif -5,55 1,39 4,86 -2,08 1,39 0,00
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
perubahan 25 -33.1932 38.04502 -109.72 4.86
114
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
perubahan
N 25
Normal Parametersa,,b
Mean -33.1932
Std. Deviation 38.04502
Most Extreme Differences Absolute .241
Positive .159
Negatif -.241
Kolmogorov-Smirnov Z 1.205
Asymp. Sig. (2-tailed) .109
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
Perubahan
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimu
m
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
SBN dosis
33,33ml/kgBB
5 -6.2440 5.14684 2.30174 -12.6346 .1466 -12.49 1.39
SBN dosis
16,67ml/kgBB
5 -13.8860 3.96606 1.77368 -18.8105 -8.9615 -19.45 -9.02
SBN dosis
8,33ml/kgBB
5 -45.8360 7.19893 3.21946 -54.7746 -36.8974 -54.17 -36.82
kontrol negatif 5 -
100.0020
6.67754 2.98629 -108.2933 -91.7107 -109.72 -92.36
kontrol positif 5 .0020 3.95641 1.76936 -4.9105 4.9145 -5.55 4.86
Total 25 -33.1932 38.04502 7.60900 -48.8974 -17.4890 -109.72 4.86
115
ANOVA
Perubahan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 34121.024 4 8530.256 276.441 .000
Within Groups 617.147 20 30.857
Total 34738.171 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
perubahan
Scheffe
(I) perlakuan (J) perlakuan
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
SBN dosis
33,33ml/kgBB
SBN dosis
16,67ml/kgBB
7.64200 3.51325 .348 -4.2535 19.5375
SBN dosis
8,33ml/kgBB
39.59200*
3.51325 .000 27.6965 51.4875
kontrol negatif 93.75800*
3.51325 .000 81.8625 105.6535
kontrol positif -6.24600 3.51325 .545 -18.1415 5.6495
SBN dosis
16,67ml/kgBB
SBN dosis
33,33ml/kgBB
-7.64200 3.51325 .348 -19.5375 4.2535
SBN dosis
8,33ml/kgBB
31.95000*
3.51325 .000 20.0545 43.8455
kontrol negatif 86.11600*
3.51325 .000 74.2205 98.0115
kontrol positif -13.88800*
3.51325 .017 -25.7835 -1.9925
SBN dosis
8,33ml/kgBB
SBN dosis
33,33ml/kgBB
-39.59200*
3.51325 .000 -51.4875 -27.6965
SBN dosis
16,67ml/kgBB
-31.95000*
3.51325 .000 -43.8455 -20.0545
116
kontrol negatif 54.16600*
3.51325 .000 42.2705 66.0615
kontrol positif -45.83800*
3.51325 .000 -57.7335 -33.9425
kontrol negatif SBN dosis
33,33ml/kgBB
-93.75800*
3.51325 .000 -105.6535 -81.8625
SBN dosis
16,67ml/kgBB
-86.11600*
3.51325 .000 -98.0115 -74.2205
SBN dosis
8,33ml/kgBB
-54.16600*
3.51325 .000 -66.0615 -42.2705
kontrol positif -100.00400*
3.51325 .000 -111.8995 -88.1085
kontrol positif SBN dosis
33,33ml/kgBB
6.24600 3.51325 .545 -5.6495 18.1415
SBN dosis
16,67ml/kgBB
13.88800*
3.51325 .017 1.9925 25.7835
SBN dosis
8,33ml/kgBB
45.83800*
3.51325 .000 33.9425 57.7335
kontrol negatif 100.00400*
3.51325 .000 88.1085 111.8995
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
perubahan
Scheffea
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
kontrol negatif 5 -100.0020
SBN dosis 8,33ml/kgBB 5 -45.8360
SBN dosis 16,67ml/kgBB 5 -13.8860
SBN dosis 33,33ml/kgBB 5 -6.2440 -6.2440
kontrol positif 5 .0020
Sig. 1.000 1.000 .348 .545
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
117
Lampiran 10. Data bobot udema kaki mencit hasil uji efek antiinflamasibeserta hasil analisis statistiknya
Perlakuan replikasi kaki kiri (mg) kaki kanan (mg) udema (mg)
Kontrol karagenin
1 0,3010 0,1368 0,16422 0,3254 0,1615 0,16393 0,3357 0,1717 0,16404 0,3310 0,1698 0,16125 0,3502 0,1879 0,1623
Mean udema (g) + SE = 0,1631±0,00059
Kontrol negatif
1 0,3096 0,1516 0,15802 0,3102 0,1501 0,16013 0,3241 0,1649 0,15924 0,3305 0,1685 0,16205 0,3251 0,1646 0,1605
Mean udema (g) + SE = 0,1600±0,00067
Kontrol positif
1 0,2514 0,1549 0,07322 0,2617 0,1676 0,07253 0,2520 0,1275 0,07354 0,2645 0,1572 0,07295 0,2702 0,1764 0,0737
Mean udema (g) + SE = 0,0713±0,00084
Sari buah nanasdosis
33,33ml/kgBB
1 0,2281 0,1485 0,07962 0,2401 0,1651 0,07503 0,2010 0,1230 0,07804 0,2301 0,1529 0,07725 0,2501 0,1737 0,0764
Mean udema (g) + SE = 0,0732±0,00021
Sari buah nanasdosis
16,67ml/kgBB
1 0,2501 0,1703 0,07982 0,2702 0,1881 0,08213 0,2605 0,1795 0,08104 0,2597 0,1805 0,07925 0,2801 0,1998 0,0803
Mean udema (g) + SE = 0,0805±0,00050
Sari buah nanasdosis
8,33ml/kgBB
1 0,2843 0,1833 0,10102 0,2763 0,1713 0,10503 0,2781 0,1721 0,10604 0,2698 0,1703 0,09955 0,2761 0,1691 0,1070
Mean udema (g) + SE = 0,1037±0,00146
118
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
udem 30 .1086 .03958 .07 .16
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
udem
N 30
Normal Parametersa,,b
Mean .1086
Std. Deviation .03958
Most Extreme Differences Absolute .249
Positive .249
Negatif -.227
Kolmogorov-Smirnov Z 1.362
Asymp. Sig. (2-tailed) .049
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
udem
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimu
m
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
kontrol karagenin 5 .1631 .00131 .00059 .1615 .1648 .16 .16
kontrol negatif 5 .1600 .00149 .00067 .1581 .1618 .16 .16
kontrol positif 5 .0713 .00188 .00084 .0690 .0737 .07 .07
SBN dosis
33,33ml/kgBB
5 .0732 .00048 .00021 .0726 .0738 .07 .07
SBN dosis
16,67ml/kgBB
5 .0805 .00112 .00050 .0791 .0819 .08 .08
119
SBN dosis
8,33ml/kgBB
5 .1037 .00327 .00146 .0996 .1078 .10 .11
Total 30 .1086 .03958 .00723 .0938 .1234 .07 .16
ANOVA
udem
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .045 5 .009 2767.428 .000
Within Groups .000 24 .000
Total .045 29
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
udem
Scheffe
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
kontrol karagenin kontrol negatif .00316 .00114 .220 -.0010 .0073
kontrol positif .09178*
.00114 .000 .0876 .0959
SBN dosis
33,33ml/kgBB
.08996*
.00114 .000 .0858 .0941
SBN dosis
16,67ml/kgBB
.08264*
.00114 .000 .0785 .0868
SBN dosis
8,33ml/kgBB
.05942*
.00114 .000 .0553 .0636
kontrol negatif kontrol karagenin -.00316 .00114 .220 -.0073 .0010
kontrol positif .08862*
.00114 .000 .0845 .0928
SBN dosis
33,33ml/kgBB
.08680*
.00114 .000 .0827 .0909
SBN dosis
16,67ml/kgBB
.07948*
.00114 .000 .0753 .0836
SBN dosis
8,33ml/kgBB
.05626*
.00114 .000 .0521 .0604
120
kontrol positif kontrol karagenin -.09178*
.00114 .000 -.0959 -.0876
kontrol negatif -.08862*
.00114 .000 -.0928 -.0845
SBN dosis
33,33ml/kgBB
-.00182 .00114 .769 -.0060 .0023
SBN dosis
16,67ml/kgBB
-.00914*
.00114 .000 -.0133 -.0050
SBN dosis
8,33ml/kgBB
-.03236*
.00114 .000 -.0365 -.0282
SBN dosis
33,33ml/kgBB
kontrol karagenin -.08996*
.00114 .000 -.0941 -.0858
kontrol negatif -.08680*
.00114 .000 -.0909 -.0827
kontrol positif .00182 .00114 .769 -.0023 .0060
SBN dosis
16,67ml/kgBB
-.00732*
.00114 .000 -.0115 -.0032
SBN dosis
8,33ml/kgBB
-.03054*
.00114 .000 -.0347 -.0264
SBN dosis
16,67ml/kgBB
kontrol karagenin -.08264*
.00114 .000 -.0868 -.0785
kontrol negatif -.07948*
.00114 .000 -.0836 -.0753
kontrol positif .00914*
.00114 .000 .0050 .0133
SBN dosis
33,33ml/kgBB
.00732*
.00114 .000 .0032 .0115
SBN dosis
8,33ml/kgBB
-.02322*
.00114 .000 -.0274 -.0191
SBN dosis
8,33ml/kgBB
kontrol karagenin -.05942*
.00114 .000 -.0636 -.0553
kontrol negatif -.05626*
.00114 .000 -.0604 -.0521
kontrol positif .03236*
.00114 .000 .0282 .0365
SBN dosis
33,33ml/kgBB
.03054*
.00114 .000 .0264 .0347
SBN dosis
16,67ml/kgBB
.02322*
.00114 .000 .0191 .0274
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
121
Homogeneous Subsets
udem
Scheffea
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
kontrol positif 5 .0713
SBN dosis 33,33ml/kgBB 5 .0732
SBN dosis 16,67ml/kgBB 5 .0805
SBN dosis 8,33ml/kgBB 5 .1037
kontrol negatif 5 .1600
kontrol karagenin 5 .1631
Sig. .769 1.000 1.000 .220
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Tabel XX. Hasil % daya antiinflamasi dan potensi relatif
Kelompok Uji % dayaantiinflamasi
% potensi relatif dayaantiinflamasi
Karagenin 1% - -Diklofenak 56,28 100
SBN dosis 33,33ml/kgBB 55,12 97,94SBN dosis 16,67ml/kgBB 50,64 89,98SBN dosis 8,33ml/kgBB 36,42 64,71
Contoh penentuan peringkat dosis sari buah nanas:
Bobot rata-rata mencit 30 gram; volume maksimal pemberian secara peroral pada
mencit adalah 1 ml. Konsentrasi sari buah nanas = 100% = 100 ml/100 ml =
1 ml/ml. Sehingga dengan rumus
D x BB = C x V
D x 30g = 1ml x 1ml/ml
D =0,03333 ml/g
D = 33,33 ml/kgBB
122
Dosis sari buah nanas 33,33ml/kgBB itu sebagai peringkat dosis pertama. Dan
peringkat dosis berikutnya dibagi 2dan dibagi 2 lagi. Sehingga diperoleh
peringkat dosis 33,33 ml/kgBB; 16,67 ml/kgBB; dan 8,33 ml/kgBB.
Konversi dosis dari ml ke gram adalah sebagai berikut:
Dari 1 kg nanas dibagi menjadi 10 kelompok yang masing-masing 100 gram. Lalu
dengan juice ekstraktor dicatat volume sari yang diperoleh tiap 100 gram buah
nanas. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel XXI. Tabel rata-rata ml sari buah nanas yang dihasilkan dari 100 g
buah nanas
Kelompok Berat nanas (gram) Sari buah nanas yang didapat
(ml)
1 100 95
2 100 85
3 100 83
4 100 90
5 100 84
6 100 90
7 100 86
8 100 91
9 100 87
10 100 90
∑ 100 881
Rata-rata 1000 88,1
Berdasarkan data tersebut maka :
88,1 ml sari buah nanas = 100 gram buah nanas
1 ml sari buah nanas = 1,14 gram buah nanas
Maka peringkat dosis I = 33,33 ml/kgBB
123
= 37,99 g/kgBB
Peringkat dosis II = 16,67 ml/kgBB
= 19,00 g/kgBB
Peringkat dosis III = 8,33 ml/kgBB
= 9,4962 g/kgBB
Perhitungan konversi dosis dari mencit ke manusia:
Faktor konversi dari mencit 20-30 gram ke manusia 70 kg = 387,9
Rata-rata berat badan manusia Indonesia = 50 kg
Dosis untuk mencit 33,33 ml/kgBB:
= 37,99 g/kgBB (untuk mencit 20-30 gram)
= 0,0379 g/g BB mencit
= 1 g / 26,385 g BB mencit
= 0,7580 g/ 20 g BB mencit
Dosis untuk manusia = 387,9 x 0,7580 g
= 294,03 g/70kgBB manusia
= 210,02 g/50kgBB manusia
Untuk memperoleh 210 g/50kgBB manusia dibutuhkan buah nanas kurang lebih
1 buah.
124
Lampiran 11. Contoh perhitungan % daya antiinflamasi dan potensi relatif
Contoh 1:
Rumus : % daya antiinflamasi =
%100x
U
DU
Keterangan :
U = harga rata-rata berat kelompok karagenin (kaki kiri) dikurangi rata-rata beratkaki normal (kaki kanan)
D = harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (kaki kiri) dikurangi rata-rataberat kaki normal (kaki kanan)
Contoh perhitungan % daya antiinflamasi pada perlakuan sari buah nanas 33,33
ml/kgBB.
% daya antiinflamasi = %1001631,0
0732,01631,0x
= 55,12%
Contoh 2:
Rumus : % potensi relatif daya antiinflamasi =
Keterangan : DAp = % daya antiinflamasi kelompok perlakuan
DAd = % daya antiinflamasi larutan natrium diklofenak
Contoh perhitungan % potensi relatif daya antiinflamasi pada perlakuan sari buah
nanas 33,33 ml/kgBB.
% potensi relatif daya antiinflamasi = %1002,56
12,55x = 97,94 %
%100xDAd
DAp
125
BIOGRAFI PENULIS
Penulis memiliki nama lengkap Tania Gunawan,
lahir di Magelang pada tanggal 24 April 1988,
merupakan anak pertama dari dua bersaudara
dari pasangan Bawono Tanjoyo (alm.) dan
Endang Sandrawati. Penulis menyelesaikan
pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK
Tarakanita pada tahun 1994. Kemudian
melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar di SD
Tarakanita Bumijo Yogyakarta sampai tahun
2000. Setelah tamat SD, penulis melanjutkan
pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
di SLTP Stella Duce 1 Yogyakarta hingga tahun 2003. Setelah itu penulis
melanjutkan pendidikan di SMA BOPKRI I Yogyakarta hingga tahun 2006.
Setelah tamat SMA, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S-1 Farmasi di
Universitas Sanata Dharma pada tahun 2006. Selama menjadi mahasiswa, penulis
aktif dalam kegiatan kemahasiswaan UKF Basket, Panitia Pelantikan Apoteker
Baru Angkatan XIII tahun 2007, Panitia Pharmacy Performance 2007 sebagai Sie
Keamanan, dan Panitia Titrasi 2009 sebagai anggota bidang P3K. Selain itu
penulis pernah menjadi asisten Praktikum Kimia Dasar, Praktikum Kimia Organik,
Praktikum Kimia Analisis, dan Praktikum Kromatografi.