Edit Psikologis Tes
-
Upload
bikhusnul-khotimah -
Category
Documents
-
view
311 -
download
9
Transcript of Edit Psikologis Tes
CHAPTER REPORT
ORIGINS OF PERSONALITY TESTING
TEORI DAN PENGUKURAN KEPRIBADIAN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pengukuran
Psikologis
Semester Ganjil Tahun Akademik 2013/2014
Dosen pengampu: Prof. Dr. H.Ahman, M.Pd
Oleh kelas A – kelompok 4 :
Dra.Diah Susilawati 1302261
Ineu Maryani, S.Pd 1303135
Irianti Agustina, S.Pd 1303079
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Identitas Buku
Identitas buku yang di dalamnya terdapat bab yang dijadikan bahan
laporan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Judul Buku : PSYCHOLOGICAL TESTING: History,
Principles, And Applications
2. Pengarang : Robert J. Gregory
3. Penerbit : Pearson Education Group, Inc
4. Tahun : 2004
Bab yang dilaporkan ini adalah Chapter 13: Origins
of Personality, halaman 485-518. Buku ini terdiri dari 15
bab. Format menyeluruh dalam setiap bab bertujuan untuk
menyajikan tujuan dari buku ini adalah pemahaman tentang
karakteristik, tujuan dan efeknya serta aplikasinya secara luas pada tes
psikilogi.
B. Latar Belakang Pemikiran Penulis
Edisi buku ini berdasar pada asumsi yang sama pada edisi
sebelumnya. Adapun yang akan dibahas dalam laporan bab ini, antara lain:
I. Teori dan Pengukuran Kepribadian, meliputi:
I.a. Teori Psikoanalisis
I.b. Teori Tipe Kepribadian
I.c. Behavioral dan Sosial
I.d. Konsep Kepribadian
II. Teknik Proyeksi dan Hipotesis Proyeksi, meliputi:
II.a. Konsep Teknik Proyeksi
II.b. Teknik Asosiasi
II.c. Teknik Melengkapi
II.d. Teknik Membangun/Susunan/Bentuk
II.e. Teknik Pernyataan/Lambang/Simbol
II.f. Paradok Proyeksi
BAB II
RESUME ISI: Origins of Personality,
I. Teori dan Pengukuran Kepribadian
Pada tes psikologi, perbedaan mendasar seringkali tergambar pada
tes kemampuan dan tes kemampuan. Definisi secara luas, menguji
kemampuan yang meliputi sejumlah banyak instrument untuk mengukur
kecerdasan, prestasi,sikap dan fungsi dari neuro psikologikal. Pada bab 12,
terdahulu, kita telah mempelajari sifat alami, konstruk, aplikasi, keandalan
dan kesahihan intstrumen ini.
Tes kepribadian akan mengukur satu atau lebih hal-hal berikut: ciri
kepribadian, motivasi dinamis, penyesuaian pribadi, symtologi psikiatris,
keterampilan sosial, karakteristik, kebiasaan.
Pada bab 13 akan membicarakan teori dan pengukuran kepribadian,
hal yang berbeda adalah dimana peneliti punya konsep aktualisasi teori
mereka berdampak terhadap penilaian dan pengujian randangan
kepribadian.
Meskipun kepribadian sulit untuk didefinisikan, tetapi kita dapat
menemukan 2 inti konsep sekalipun masih samar-samar. Pertama, setiap
orang konsisten terhadap hal –hal tertentu, tapi kita punya ciri terpadu dari
pola aksi yang timbul berulang kali. Kedua, bahwa masing-masing
individu berprilaku sangat luas, perbedaan tingkah laku terdapat pada
setiap individu.
Untuk menambah pemahaman tentang kepribadian, psikologi juga
berusaha mengukurnya, terdapat ratusan tes kepribadian. Kita akan
menelaah sejarah dan mendiskusikan pendekatan terbaru.
Bagaimana konsep tentang kepribadian? Untuk mengukur kepribadian,
kita harus mencari alat ukur.
Walaupun ada perbedaan mendasar antara tes kemampuan dan tes
kepribadian.Tes kemampuan intelektual berdasarkan karakteristiknya
tergantung pada dihilangkan untuk dapat mengungkap dimensi
kepribadian. Banyak penelitian yang mengungkap korelasi positif antara
kepribadian dengan inteligensi.
I.a. Teori Psikoanalisis
Teori psikoanalitis dikemukakan oleh Sigmund Freud (1985-1939).
Adaptasi teori dilakukan dengan beberapa kali revisi.
Asal Mula Teori Kepribadian
Freud memulai karir profesionalnya sebagai neurologist, tetapi
kemudian mengkhususkan pada penanganan histeria.Freud kemudian
mengembangkan satu teori umum berdasarkan fungsi psikologi, yang
mendasari konsep “Ketidaksadaran”.Dia menyatakan bahwa alam bawah
sadar merupakan pengendali insting dan merupakan alam pikiran dan
keinginan yang tidak dapat diterima alam sadarnya.Freud membantah teori
motivasi pribadi sebagian besar dipengaruhi oleh alam sadar.
Freud juga mengemukakan teori tentang mimpi, dia menyatakan
bahwa alam bawah sadar merupakan tiang penyokong dari test psikologis
awal abad ke 20.
Struktur Pikiran
Pandangan Freud pada struktur pikiran dari mekanismen pertahanan
diri juga mempengaruhi tes psikologis dan penilaian (new introductory on
Psychoanalysis, Freud, 1933). Freud membagi alam pikiran menjadi 3
bagian, yaitu: Id, Ego, SuperEgo. Id merupakan bagian dari kepribadian
kita, Freud menyebutnya sebagai :”kekacauan, kawah terdalam emosi”,
karena Id sepenuhnya tidak disadari.
Berdasarkan analisanya, Freud menyimpulkan bhawa Id merupakan
keinginan instingtif seperti, makan, minum, hasrat seksual dan menghindari
rasa sakit.Id hanya punya satu tujuan untuk memenuhi kepuasan yang untuk
memenuhi keinginannnya dengan “Prinsip Kesenangan”.Prinsip kesenangan
merupakan dorongan pemenuhan kepuasan tanpa mengindahkan nilai, baik
atau buruk,moralitas. Id juga tidak dapat berlogika dan tidak berkonsep
waktu.
Jika kepribadian kita hanya memiliki Id, maka kita akan hancur,
namun ada kehadiran dimensi lain yaitu Ego, atau Alam Sadar.Kehadiran
ego adalah jembatan antara Id dan kenyataan. Ego merupakan jembatan
antara Id dan kenyataan.Ego merupakan bagian dari Id dan melayanai
keinginan Id, tetapi ego menengahi antara hasrat dan perilaku yang ditunda
dalam alam pikiran.
Dengan demikian, ego sebagian besar disadari akan mengarah
kepada kenyataan.Prinsipnya: Nyata dan Penyelamatan diri.Ego juga
berlawanan dengan SuperEgo, komponen kepribadian bermula pada lima
tahun pertama kehidupan manusia.SuperEgo bersinonim dengan hati nurani
dan merupakan standar kebenaran dalam masyarakat, benar atau salah yang
diajarkan kepada kita dari orang tua kita.
SuperEgo sebagiannya disadari, tetapi sebagian besarnya tidak
disadari. Fungsi dari SuperEgo adalah untuk menahan Id, dan Ego.Ego
harus memilih moral yang dapat diterima atau akan menderita dihukum oleh
rasa bersalah.Hal ini menjelaskan mengapa kita merasa bersalah melakukan
perilaku tidak bermoral/bermaksiat.Bagian dari SuperEgo adalah Ego Ideal
yang merupakan arahan dan aspirasi kita. Ego mengukur sendiri ego
idealnya dalam menuntut kesempurnaan.
Peran Mekanisme Pertahanan Diri
Ego memiliki tugas yang sulit, berperan sebagai mediator dan
melayani 3 tirani: Id, SuperEgo dan Kenyaataan dari luar.Hal yang
sepertinya mustahil, tapi ego punya seperangkat alat yang dapat bekerja
yang dissebut dengan Mekenisme Pertahanan Diri. Mekanisme Pertahanan
Diri terdiri dari beberapa hal, tetapi semuanya dapat digolongkan ke dalam
tiga karakteristik yang sama.Pertama, tujuan khususnya adalah membantu
ego untuk mengurangi ketakutan, dengan memberikan signal pada
ego.Menurut Freud ketakutan merupakan signal yang disampaikan ego
untuk membentuk satu atau dua mekanisme pertahanan diri.
Kedua, mekanisme pertahanan diri adalah menggunakan alam
bawah sadar. Dengan demikian, sekalipun mekanisme pertahanan diri
dikontrol oleh ego, kita tidak menyadari perilakunya.Karakteristik dari
mekanisme pertahanan diri adalah menyimpangkan antara kenyataan di
dalam dan di luar dirinya.Alat pertahanan ini dapat membuat mereka
mampu mengurangi ketakutan.
I.b. Teori Tipe Kepribadian
Teori kepribadian diawali dari ahli kedokteran Yunani Hippocrates
(466-377) mengajukand teori kepribadian menjadi 4 kepribadian
(Saguin=riang penuh harapan, Choleric=lekas marah, Melancholic=sedih,
Phlegmatic=bersikap dingin) .
Pada tahun 1940 Shelden & Stevens, mengajukan teori yang
mendasarkan pada hubungan antara pertumbuhan tubuh dengan
temperament.
Tipe-tipe kepribadian:
a. Tipe A pola perilaku coronary-Prone
b. Kepribadian menurut teori Phenomenology
I.c. Behavioral dan Sosial
Teori ini menyimpulkan bahwa kepribadian di pengaruhi oleh proses
belajar, selain itu juga kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan.Teori
belajar dikemukakan oleh Albert Bandura,pada study terbarunya, Bandura
menguji peran dan pengalaman belajar.
I.d. Konsep Kepribadian
Teori Sifat Analisis-Faktor Cattell
Cattell memperbaiki metode analisa faktor sebelumnya untuk
membantu mengungkap sifat dasar kepribadian. Dia merujuk pada aspek
yang lebih nyata dari kepribadian sebagai sifat-sifat permukaan(surface
traits) yang dapat dilihat oleh orang lain, Dia juga menemukan adanya sifat
asal, yakni sumber perilaku yang stabil dan konstan. Source traits (sifat
asal) adalah variable-variabel yang mendasari tingkah laku yang nampak
dan dapat diketahui hanya dengan melalui teknik analisis faktor. Dari 208
subjek analisa, ada 16 sifat asal yang akhirnya disatukan ke dalam Daftar
Pertanyaan 16 Faktor Kepribadian (16PF), yaitu sebuah tes kepribadian
berdasarkan sifat. Cattell berpendapat (Syamsu Yusuf, 2002: 114) , bahwa
sifat asal lebih penting daripada sifat permukaan (yang nampak). Dia
mengatakan bahwa sifat asal itu merupakan struktur yang dapat
mempengaruhi terbentuknya kepribadian. Sifat-sifat asal ini, juga
mempengaruhi problem perkembangan, psikosomatik, dan problem
intergrasi yang dinamis. Kiranya jelas, bahwa setiap sifat mungkin
merupakan hasil bekerjanya faktor-faktor lingkungan, keturunan
(pembawaan) , atau kedua-duanya.
Raymond B. Cattel berkeyakinan bahwa kepribadian memiliki
banyak dimensi yang dapat diukur, dan teknik statistik analisis faktor dapat
dipakai sebagai sarana untuk mengisolasi variable-variabel kepribadian itu.
Analisis faktor merupakan prosedur untuk mengukur seperangkat korelasi
antara berbagai skor hasil pengukuran, dengan tujuan memperoleh jumlah
sifat yang lebih sederhana, untuk kemudian diinterpretasikan sebagai
srtuktur dasar kepribadian. Menurut Cattell kepribadian adalah menetapkan
hukum-hukum tentang apa yang akan dilakukan oleh orang-orang dalam
berbagai situasi dan lingkungan umum maupun sosial. Jadi persoalan
mengenai kepribadian adalah persoalan mengenai segala aktivitas individu ,
baik yang nampak maupun yang tidak nampak.
Teori Dimensi Sifat Eysenck
Menurut Eysenck, kepribadian terdiri atas dua dimensi dasar, yaitu
introvert-extravert dan emosi stabil-emosi tidak stabil. Lebih jauh, dimensi
ini menggolongkan 32 sifat, di mana posisinya bergantung pada arah dan
jumlah dua dimensi dasar. Teori ini disatukan ke dalam Daftar Pertanyaan
Kepribadian Eysenck.
Selanjutnya, Eysenck berpendapat bahwa kepribadian adalah
keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme,
sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Pola tingkahlaku
itu berasal dan dikembangkan melalui interaksi fungsional dari empat sektor
utama yang mengorganisir tingkahlaku yaitu; sektor kognitif (intelligence),
sektor konatif (character), sektor afektif (temperament), sektor somatik
(constitution).
Keyakinan Eysenck terhadap kebutuhan pengukuran yang akurat
menjadikannya melancarkan kritik keras terhadap teori psikoanalisis.
Psikoanalisis tidak memberikan pengukuran yang akurat dan reliabel bagi
konsep psikologis mereka. Hal ini diyakini Eysenck sebagai kegagalan
serius. Dalam menyusun teori sifat, Eysenck mencoba menghindari masalah
ini dengan menggunakan pengukuran perbedaan individu yang reliabel. Dia
menekankan pada keharusan pengukuran sifat kepribadian yang memadai.
Pengukuran itu merupakan keharusan untuk mendapatkan sebuah teori yang
dapat diuji dan jika gagal, tidak disetujui. Pengukuran seperti ini juga
diperlukan untuk mengidentifikasikan asumsi dasar-dasar biologis dari sifat.
Teori kepribadian Eysenck memiliki komponen biologis dan
psikometris yang kuat. Namun ia yakin kalau kecanggihan psikometris saja
tidak cukup untuk mengukur struktur kepribadian manusia dan bahwa
dimensi kepribadian yang melewati analisis faktor bersifat steril dan tak
bermakna kecuali mereka memiliki eksistensi biologis.
Inti pandangan Eysenck dalam psikologi dapat dicari sumbernya
pada keyakinannya bahwa pengukuran adalah fundamental dalam segala
kemajuan ilmiah, dan bahwa lapangan psikologi sebelumnya orang belum
pasti tentang “hal” apa yang sebenarnya diukur. Eysenck yakin bahwa
taksonomi atau klasifikasi tingkah laku adalah langkah pertama yang
menentukan dan bahwa analisis faktor adalah alat yang paling memadai
untuk mengejar tujuan ini.
Kepribadian menurut Eysenck dalam (Makalah Ahmad Wahyu dkk,
2012) memiliki empat tingkatan hirarkis, mulai dari hirarki yang tinggi ke
hirarki yang rendah : tipe – traits – habit – respon spesifik.
Hirarki tertinggi: Tipe, kumpulan dari trait ;Hirarki
kedua: Trait, kumpulan kegiatan, kumpulan respon yang saling berkaitan
atau mempunyai persamaan tertentu; Hirarki ketiga: Habitual
Response, kebiasaan tingkah laku atau berfikir, kumpulan respon spesifik,
respons yang berulang-ulang terjadi kalau individu menghadapi kondisi atau
situasi yang sejeniss; dan Hirarki terendah:SpesifikResponse, tingkah laku
yang dapat diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadap suatu kejadian.
Pandangan Eysenck berhubungan dengan Hipocrates dan Gallen
yang membagi empat tipe kepribadian dasar :
a. Tinggi N dan Rendah E : tipe Melankolis
b. Tinggi N dan Tinggi E : tipe Koleris
c. Rendah N dan Tinggi E : tipe Sanguinis
d. Rendah N dan Rendah E : tipe Plegmatis
Ada tiga dimensi kepribadian menurut Eysenk, yaitu Ekstraversion
(E), Neuroticism (N), dan Psikoticism (P). Menurutnya nuerotisme dan
psikotisme itu bukan sifat patologis. Tiga dimensi itu adalah bagian normal
dari struktur kepribadian. Semuanya bersifat bipolar; Ektraversion -
Introversion, Neuroticism - Emosional Stability, dan Psychoticism -
Impulse Control. Dan orang yang memiliki skor tinggi pada tiga dimensi
tersebut memiliki kecenderungan melakukan kriminalitas. Semua orang
berada dalam rentangan bipolar itu mengikuti kurva normal, artinya
sebagian besar orang berada ditengah-tengah polarisasi. Masing-masing
dimensi saling bertentangan dan merupakan tipe dari kumpulan 9 trait, jadi
semuanya ada 27 trait.
EKSTRAVERSION (E)
Trait Ektraversion Trait Introversion
sociable, lively, active, assertive,
sensation seeking, carefree,
dominance, surgent, ventureso
Tidak sosial, pasif, ragu,
pendiam, banyak pikiran, sedih,
penurut, pesimis, penakut,
tertutup, damai, tenang, dan
terkontrol
Penyebab utama perbedaan antara ekstraversion dan introversion
adalah tingkat keterangsangan korteks (CAL = Cortical Arousal
Level), kondisi fisiologis yang sebagian besar bersifat keturunan. CAL
rendah artinya korteks tidak peka, reaksinya lemah. Sebaliknya CAL tinggi,
korteks mudah terangsang untuk bereaksi.
Ektraversion Introversion
CAL-nya rendah CAL-nya tinggi
Membutuhkan banyak
ransangan untuk megaktifkan
korteksnya
Membutuhkan sedikit
ransangan untuk mengaktifkan
korteksnya
Suka ikut berpartisipasi dalam
berbagai aktivitas
Menarik diri, menghindari
situasi ramai, situasi yang
menyebabkan ketegangan
terlalu tinggi, aktifitas yang
menantang, memimpin suatu
perkumpulan, dan melakukan
keisengan.
NEUROTICISM (N)
Trait dari neurotisisme adalah: anxious, depressed, guild feeling, low self
esteem,tension, irrational, shy, moody, emotional. Dasar biologis dari
neuroticism adalah kepekaan reaksi sistem syaraf otonom (ANS =
Autonomic Nervous System). Orang yang kepekaan ANS-nya tinggi, pada
kondisi lingkungan wajar sekalipun sudah merespon secara emosional jadi
gampang mengalami gangguan neurotik. Neurotisisme dan ekstraversi bisa
digabung dalam hubungan CAL dan ANS, dan dalam bentuk garis absis
ordinat. Kedudukan setiap orang pada bidang dua dimensi itu tergantung
kepada tingkat ekstraversi dan neurotisismenya.
Subyek Dimensi CAL ANS Simptom
(A) Introver-
Neurotik
Tinggi Tinggi Gangguan psikis
tingkat pertama
(B) Ekstraver- Rendah Tinggi Gangguan psikis
Neurotik tingkat kedua
(C) Introver-Stabilita Tinggi Rendah Normal introvers
(D) Ekstravers-
Stabilitas
Rendah Rendah Normal ekstravers
Keterangan :
A adalah orang introvert-neurotik (ekstrim introvers dan ekstrim
neurotisisme). Orang itu cenderung memiliki simpton-simpton kecemasan,
depresi, fobia, dan obsesif-kompulsif, disebut mengidap gangguan psikis
tingkat pertama (disorders of the first kind).
B adalah orang ekstravers-neurotik. Orang itu cenderung psikopatik, kriminal,
atau mengidap gangguan psikis tingkat kedua (disorders of the second kind).
C adalah orang normal yang introvers; tenang, berpikir mendalam, dapat
dipercaya.
D adalah orang yang normal-ekstravers; riang, responsif, senang
bicara/bergaul.
PSYCHOTICISM (P)
Skor Psychoticism Tinggi Skor Psychoticism Rendah
egosentris, dingin, tidak mudah
menyesuaikan diri, impulsive,
kejam, agresif, curiga, psikopatik
dan anti sosial
baik hati, hangat, penuh
perhaitan, akrab, tenang, sangat
sosial,empatik, kooperatif, dan
sabar
Seperti ekstraversion dan neuroticism,psychoticism mempunyai unsur genetik
yang besar. Secara keseluruhan tiga dimensi kepribadian itu 75% bersifat
herediter, dan hanya 25% yang menjadi fungsi lingkungan. Dan pria memilki
skor yang lebih besar dibanding wanita dalam dimensi psikotisme karena
hormon progesteron pria lebih besar daripada wanita.
Selain menekankan pentingnya faktor-faktor genetik, Eysenck juga
mendukung terapi perilaku, atau pengobatan perilaku abnormal sesuai dengan
prinsip- prinsip teori belajar. Secara logikanya, jika tingkah laku itu diperoleh
dari belajar, tingkah laku itu juga bisa dihilangkan dengan belajar. Eysenck
memilih model terapi tingkah laku dalam mengubah tingkah laku
maladaptive.
Ada empat inventori yang dipakai untuk melakukan penelitian atau untuk
memahami klien.
a. Maudley Personality Inventory (MPI), mengukur E dan N dan korelasi
antara keduanya;
b. Eysenck Personality Inventory (EPI), Alat tes ini memiliki skala
kebohongan (lie-L) untuk mendeteksi kepura-puraan (faking) yang
terpenting dalam tes ini yaitu untuk mengukur ekstraversi dan neurotisme
secara independen dengan korelasi yang hampir nol antara E dan N.
c. Eysenck Personality Questionnair (EPQ), mengukur E, N, P, (merupakan
revisi dari EPI, tetapi EPI yang hanya mengukur E dan N masih tetap
dipublikasikan). Memasukan skala psikotik
d. Eysenck Personality Questionnair-Revised (EPQ-R) revisi dari EPQ.
Mempunyai versi dewasa dan anak-anak.
Model Kepribadian Lima Faktor
Goldberg (1981b) menemukan beberapa ketetapan dalam penelitian sifat
analisa faktornya, yang kemudian disebut dimensi Lima Besar yang terdiri
atas kelabilan emosi(Neuroticism), keterbukaan pribadi(Extraversion),
keterbukaan pengalaman(Openness toexperience), sifat dapat
diterima(Agreeableness), dan kehati-hatian(Conscientiousness). Dimensi ini
tidak mencerminkan perspektif teoritis tertentu, tetapi merupakan hasil dari
analisis bahasa alami manusia dalam menjelaskan dirinya sendiri dan orang
lain. Dimensi lima besar ini disusun bukan untuk menggolongkan individu ke
dalam satu kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat
kepribadian yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya
sehari-hari.
Big Five Dimensi atau juga disebut dengan Five Factor oleh Costa & Mc Rae
dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana. Big Five Dimensi
terdiri atas lima tipe atau faktor. Terdapat beberapa istilah untuk menjelaskan
kelima faktor tersebut. Namun, di sini kita akan menyebutnya dengan istilah-
istilah berikut:
1. Neuroticism (N)
2. Extraversion (E)
3. Openness to New Experience (O)
4. Agreeableness (A)
5. Conscientiousness (C)
Untuk lebih mudah mengingatnya, istilah-istilah tersebut di atas disingkat
menjadi OCEAN (Pervin, 2005).
Neuroticism berlawanan dengan Emotional stability yang mencakup
perasaan-perasaan negatif, seperti kecemasan, kesedihan, mudah marah, dan
tegang. Openness toExperience menjelaskan keluasan, kedalaman, dan
kompleksitas dari aspek mental dan pengalaman hidup. Extraversion dan
Agreeableness merangkum sifat-sifat interpersonal, yaitu apa yang dilakukan
seseorang dengan dan kepada orang lain. Yang terakhir Conscientiousness
menjelaskan perilaku pencapaian tujuan dan kemampuan mengendalikan
dorongan yang diperlukan sosial (Pervin, 2005).Big Five terdiri dari 6 (enam)
faset atau subfaktor. Faset-faset tersebut adala Menurut Costa & McRae
(dalam Pervin, 2005) adalah sebagai berikut:
1. Extraversion terdiri dari:
Gregariousness (suka berkumpul).
Activity level (level aktivitas).
Assertiveness (asertif).
Excitement Seeking (mencari kesenangan).
Positive Emotions (emosi yang positif).
Warmth (kehangatan).
2. Agreeableness terdiri dari:
Straightforwardness (berterusterang).
Trust (kepercayaan).
Altruism (mendahulukan kepentingan orang lain).
Modesty (rendah hati).
Tendermindedness (berhati lembut).
Compliance (kerelaan).
3. Conscientiousness terdiri dari:
Self-discipline (disiplin).
Dutifulness (patuh).
Competence (kompetensi).
Order (teratur).
Deliberation (pertimbangan).
Achievement striving (pencapaian prestasi).
4. Neuroticism terdiri dari:
Anxiety (kecemasan).
Self-consciousness (kesadaran diri).
Depression (depresi).
Vulnerability (mudah tersinggung).
Impulsiveness (menuruti kata hati).
Angry hostility (amarah).
5. Openness to new experience terdiri dari:
Fantasy (khayalan).
Aesthetics (keindahan).
Feelings (perasaan).
Ideas (ide).
Actions (tindakan).
Values (nilai) Model kepribadian ini telah menginspirasi beberapa
skala kepribadian dan sistem penaksiran lainnya. Misalnya Inventaris
Kepribadian NEO yang Direvisi(NEO-PI-R) dan Inventaris Lima
Faktor NEO(NEO-FFI) hasil pengembangan Costa & McCrae.
Tafsirkan Konsep Sifat
Tantangan yang dihadapi oleh ahli teori sifat adalah adaribuansifat dalam
psycchologis yang sudah lama dikenal dalamkamus bahasa Inggris . Antara
lain, pada satu pembahasan awal dan berpengaruh, Allport dan Odbert (1936)
mencocokan nama sifat sebanyak 18.000. Ini sungguhterlalu banyak dalam
teori dari pengukuran kepribadian sehingga ahli teori mencari angka lebih
kecil yang dapat dikendalikan dari sifat dasar. Baru-baru ini, tidak ada
konsensus apapun pada angka dari sifat daasar. Beberapa ahli teori
mengaajukan dua atau tiga faktor sifat pengesamping, sedangkan daerah
kepribadian mempunyai ciri enambelas atau duapuluh dimensi. Sebagian
besar besar ahli kepribadian mengemukakan bahwa ada lima faktor
(Neuroticism, Extraversión,Openness toEksperience, Agreeableness, dan
Conscientiousness ). Model ini adalah baru, sehingga perlu waktu untuk
mengonfirmasikan kegunaannya. Antara lain, masihmembahas sekitar
apakah conscientiusness sesuai dengan dimensi dasar dari kepribadian
(Digman, 1990). Juga, kenapa Akal tidak termasuk dalam lima faktor?
Pendekatan kepribadian tentang sifat secara umum, Pertama, ketidaksamaan
dalam mendeskripsikan sifat perilaku atau sekadar mendeskripsikan menjadi
tingkah laku (Fiske, 1986). Seorang yang mencapai kepribadian yang tinggi
dikatakan menguasai sifat secara sempurna, standar yang tinggi mungkin
dikatakan untuk menguasai sifat dari kesempurnaan. Tapi ketika yang
dimaksudkan oleh paham tentang kesempurnaan,tanpa alternatif
menunjukkan pola yang sangat strandar. Dengan demikian, ketika kita
menyatakan bahwa jika seseorang yang perfectionis, sudah mendekati ke
kepribadian yang sempurna. Bagaimana dengan perilaku masa lampaunya?
Milller (1991) mengemukakan kritik dari pendekatanlima faktor, bahwa
model tersebut hanya deskripsi psikologisnya. Masalah sifatadalah bersifat
prediksi. Mischel (19680)dalambuku Kepribadian dan Penilaian menyatakan
bahwa " teori sifathanya meramalkan konsistensi tingkah laku, hal ini tidak
sesuai dengan perilaku yang secara khas diamati" Pada ulasan penelitian
yang sudah ada, Mischel mencatat sifat itu menghasilkan koefisien kebenaran
dengan r = .30, koefisien yang rendah untuk hubungan
kepribadian.mempunyai korelasi nyata untuk subyek, korelasi dari r = .30
adalah nilai minimal pada ramalan dari perilaku individu.
Peneliti sifat menjawab bahwa Mischel pengubah konsep sifat. Peneliti
mencari identifikasi jenis perilaku mana yang dapat diteliti untuk diprediksi,
atas dasar nilai sifat mencoba untuk mencirikan situati sebagian besar
perilaku (misalnya., Mischel, Shoda, & Mendoza Denton, 2002; Muris,
Mayer, & Mer ckelbach, 1998; Wasylkiw & Fekken, 2002). Upaya ini sukses,
dengan cara menaikkan kebenaran dari beberapa sifat hubungan kalimat
dengan beberapa individu—substantially berada di luar tidak menyenangkan
r = 30, Mischel (1968). ,Dengan menyatakan bahwa "ciri X meramalkan
perilaku Y
II. Teknik Proyeksi dan Hipotesis Proyeksi, meliputi:
II.a. Konsep Teknik Proyeksi
Kategorisasi tentang metode proyektif pada mulanya dikemukakan
oleh Kurt Lawrence Frank pada tahun 1948. Cara lain untuk mengatur atau
menilai kepribadian adalah dengan menggunakan tes proyektif. Orang yang
dinilai akan memprediksikan dirinya melalui gambar atau hal-hal lain yang
dilakukannya. Tes proyektif pada dasarnya memberi peluang kepada testee
(orang yang dites) untuk memberikan makna atau arti atas hal yang
disajikan; tidak ada pemaknaan yang dianggap benar atau salah
Jika kepada subjek diberikan tugas yang menuntut penggunaan imajinasi,
kita dapat menganalisis hasil fantasinya untuk mengukur cara dia merasa
dan berpikir. Jika melakukan kegiatan yang bebas, orang cenderung
menunjukkan dirinya, memantulkan (proyeksi) kepribadiannya untuk
melakukan tugas yang kreatif.
Hipotesis proyektif adalah asumsi bahwa penafsiran personal dari
rangsangan bermakna ganda harus mencerminkan kebutuhan, motif, dan
konflik tak sadar dari penempuh ujian. Adapun kategori tes yang
menjelaskan hal ini disebut teknik proyektif.
Teknik proyektif pertama kali dikembangkan oleh Galton (1879),
yakni tes asosiasi kata. Prosedur ini juga diadaptasi oleh Kent & Rosanoff
(1910) untuk pengujian, serta C. G. Jung dan lainnya dalam terapi. Jauh
sebelum itu, Ebbinghaus menggunakan tes penyelesaian kalimat sebagai
tolok ukur kecerdasan. Namun peneliti lain segera menyadari metode ini
lebih baik dimasukkan ke taksiran kepribadian.
II.b. Teknik Asosiasi
Jenis yang termasuk tes proyektif adalah:
1. Tes Rorschach
Tes yang dikembangkan oleh seorang dokter psikiatrik Swiss, Hermann
Rorschach, pada tahun 1920 an, terdiri atas sepuluh kartu yang masing-
masing menampilkan bercak tinta yang agak kompleks. Sebagian
bercak itu berwarna; sebagian lagi hitam putih. Kartu-kartu tersebut
diperlihatkan kepada mereka yang mengalami percobaan dalam urutan
yang sama. Mereka ditugaskan untuk menceritakan hal apa yang
dilihatnya tergambar dalam noda-noda tinta itu. Meskipun noda-noda
itu secara objektif sama bagi semua peserta, jawaban yang mereka
berikan berbeda satu sama lain. Ini menunjukkan bahwa mereka yang
mengalami percobaan itu memproyeksikan sesuatu dalam noda-noda
itu. Analisis dari sifat jawaban yang diberikan peserta itu memberikan
petunjuk mengenai susunan kepribadiannya.
Rorschach mempublikasikan tes noda tintanya yang terkenal.
Hal-hal ini & usaha lainnya menjadi landasan untuk tes proyektif
modern. Lindzey membagi teknik proyektif ke dalam lima kategori,
yaitu: (1)asosiasi noda tinta atau kata; (2) menyusun cerita; (3)
menyelesaikan kalimat atau cerita; (4) menyusun/memilih gambar atau
pilihan lisan, dan (5) ekspresi gambar atau bermain.
Adapun jenis-jenis respons yang dianggap sebagai dasar klasifikasi
adalah:
a. Asosiasi (association)
Teknik asosiatif menuntut subjek untuk berespons terhadap
stimulus dengan “kata, image, atau ide yang pertama kali muncul”
sesegera mungkin setelah stimulus diberikan. Contoh teknik yang
termasuk ke dalam kategori ini adalah tes asosiasi kata dan tes
Rorschach.
b. Konstruksi (construction)
Teknik ini memberikan tuntutan yang lebih kompleks
kepada subjek. Subjek diharapkan ”membuat” atau ”membuat lebih
(make up)” sesuatu, atau ”menciptakan”.Contoh tes yang termasuk
kategori ini adalah TAT, CAT, Blacky, dan Make a PictureStory.
c. Melengkapi (completion)
Teknik ini merupakan “penjelasan diri (self-explanatory)”.
Dalam tes ini, subjek diberi suatu “produk” yang tidak lengkap
yang harus ia lengkapi.Karena stimulus dalam teknik ini lebih
terstruktur, maka kebebasan subjeContoh tes yang termasuk
kategori ini adalah Picture Frustration Study, The Story
Completion, dan Sentence Completion.
d. Memilih dan mengurutkan (choice and ordering)
Teknik ini sangat erat kaitannya dengan metode
psikometrik. Karena respons yang dituntut relatif terbatas dan
sederhana, maka teknik ini tergolong paling kurang dalam
memberikan kebebasan dan spontanitas bagi subjek untuk
berespons. Contoh: Kahn Test of SymbolArrangement
e. Ekspresi (expression)
Jika dibandingkan dengan kategorisasi dari Frank, teknik ini
sesuai dengan kategori “katartik”, dimana subjek diberi peluang
tidak hanya untuk melakukan proyeksi tapi juga ekspresi diri.
Menurut Lindzey, metode ini menjembatani diagnostik dan
terapeutik, bagi semua yang berperan aktif dalam praktik
terapeutik. Lindzey juga mengatakan bahwa metode ini berbeda
dari metode lain dengan menekankan pada gaya atau cara proses
konstruktif dilakukan. Selain itu, juga lebih menekankan pada
proses daripada produk. Contoh: Free Art Expression.
Pengaturan tes ini dilakukan dalam dua sesi, yaitu sesi asosiasi
bebas di mana penguji akan menunjukan pola noda dan
menanyakan, “Bentuk apakah ini?” Dan penempuh ujian
diharapkan dapat memberikan lebih dari satu respon per kartu; dan
sesi penyelidikan di mana penguji akan menanyakan pertanyaan
untuk menjelaskan lokasi tepat pola noda dan aspeknya, seperti
bentuk atau warna.
Wayne H. Holtzman mengembangkan teknik noda tinta baru
untuk mengatasi keterbatasan tes Rorschach dengan
mempermudah prosedur pengaturan dan penilaian. Dalam teknik
ini, penempuh ujian dibatasi memberikan hanya satu respon per
kartu, namun diperlihatkan 45 kartu. Tiap respon diikuti dengan
sebuah pertanyaan rangkap dua: Di mana pandangan nampak di
pola noda, dan bagaimana pola noda mempengaruhi pandangan?
Seluruh respon dinilai untuk 22 variabel penilaian yang diturunkan
dari sistem penilaian Rorschach.
2. Tes Apersepsi Tematik (Thematic Apperception Test/TAT)
Tes apersepsi tematik atau Thematic Apperception Test (TAT),
dikembangkan di Harvard University oleh Hendry Murray pada tahun
1930-an. TAT mempergunakan suatu seri gambar-gambar. Sebagian
adalah reproduksi lukisan-lukisan, sebagian lagi kelihatan sebagai
ilustrasi buku atau majalah. Para peserta diminta mengarang sebuah
cerita mengenai tiap-tiap gambar yang diperlihatkan kepadanya.
Mereka diminta membuat sebuah cerita mengenai latar belakang dari
kejadian yang menghasilkan adegan pada setiap gambar, mengenai
pikiran dan perasaan yang dialami oleh orang-orang didalam gambar
itu, dan bagaimana episode itu akan berakhir. Dalam menganalisis
respon terhadap kartu TAT, ahli psikologi melihat tema yang berulang
yang bisa mengungkapkan kebutuhan, motif, atau karakteristik cara
seseorang melakukan hubungan antarpribadinya.
3. Teknik Inkblot menurut Holtzman
Wayne H. Holtzman mengemukakan teori dasaryang melandasi
rorschach techniques ini adalah adanya hubungan antara pengamatan
(persepsi) dengan kepribadian. Cara-cara individu menyusun ink blots
tersebut menurut pengamatannya mencerminkan aspek-aspek mendasar
dari fungsi-fungsi psikologisnya. Dikatakan bahwa ink blot ini cocok
dijadikan sebagai stimulus mengingat bentuknya yang ambiguous atau
tidak tersusun, sehingga gambar-gambar tersebut tidak akan
menimbulkan respons-respons khusus yang dipelajari, akan tetapi
memberikan kebebasan pada kemungkinan timbulnya respons yang
beraneka ragam. Kemudian apabila yang bersangkutan ditanya
mengenai apa yang dilihat dalam blot-blot tersebut haruslah dijawab
secara pribadi, dalam bentuk yang tidak dipelajari. Oleh karena itu tidak
ada jawaban yang salah atau jawaban yang betul. Pengamatannya
dipilih dan disusun dalam istilah-istilah projective need, pengalaman-
pengalaman dan pola respons sehari-hari sebagaimana yang tampak
pada blot-blot tersebut.
II.c. Teknik Melengkapi
Sentences Completion Test (SCT)
Didefinisikan (Robert J. Gregory, 2004:547): in a sentence completion test,
the respondent is pre-sented with a series of stems consisting of the first few
words of a sentence, and the task is to provide an ending. SCT berbentuk
kalimat-kalimat tidak sempurna yang harus dilengkapi oleh testee sehingga
menjadi kalimat yang utuh. Kalimat-kalimat tidak sempurna (incomplete
sentences) dapat merangsang seseorang untuk memproyeksikan keadaan
atau isi psikisnya sesuai dengan rangsang yang terdapat atau berkaitan
dengan isi kalimat tersebut (aufferderungs character). Tes ini biasanya
digunakan untuk orang dewasa dan bertujuan untuk mengetahui individu
adjustment dan struktur kepribadian.
Contoh:
Asumsi dari teknik ini adalah bahwa harapan, keinginan, ketakutan, dan
sikap seseorang dapat tercermin dalam cara dia menyelesaikan kalimatnya.
Tes penyelesaian kalimat ini dianggap menjadi salah satu teknik proyeksi
paling valid untuk tujuan diagnosis dan penelitian. Pada umumnya, tes
Directions: Finish these sentences to indicate how you feel. 1. My best characteristic is ____________________________ ' 2. My mother __________________ : ________________ : 3. My father __________ ; ________________ . _______ '. 4. My greatest fear is _______ " _______________________ 5. The best thing about my mother was _________________ 6. The best thing about my father was ____________________ : 7. I am proudest about _______________ : 8. I only wish my mother had - ______________________ 9. I only wish my father had __________ • - _______
menyelesaikan kalimat disusun untuk kasus klinis atau penelitian
kepribadian tertentu.
Menurut Diah Widiawati (online, 2013), teknik proyeksi verbal yang
dimiliki oleh SCT ini disebut juga Word Association Method, dimana teknik
ini memiliki asumsi tertentu dalam penyusunannya, yaitu :
a. Jika seseorang berada dalam tekanan (harus memberi respon dengan ide
yang pertama kali teringat), maka biasanya orang tersebut akan
memunculkan data-data signifikan, yang tidak disensor terlebih dahulu.
b. Jika seseorang dihadapkan pada kalimat atau situasi yang tidak
berstruktur, maka respon orang tersebut akan menunjukkan reaksi-
reaksi dan sentimen yang sesungguhnya (memicu seseorang untuk
memproyeksikan keadaan sesuai dengan yang terdapat dalam isi
kalimat tersebut).
c. Dalam berbicara mengenai orang lain, maka sesorang akan
mengungkapkan tentang diri sendiri (yang tidak disadarinya atau yang
ada dalam ketidaksadaran).
Menurut Diah Widiawati (online, 2013) ada empat (4) aspek kepribadian
yang diungkap dalam SSCT, yaitu :
a. Hubungan Dengan Keluarga, merupakan serangkaian sikap terhadap
ibu, ayah, dan anggota keluarga. Ada 12 item untuk mengungkap aspek
ini, yang mencakup : (a.)Sikap terhadap ibu, (b.)Sikap terhadap ayah,
dan (c.)Sikap terhadap unit keluarga,
b. Masalah Seksual, merupakan sikap terhadap wanita dan hubungan
antara lawan jenis. Ada 8 item untuk mengungkap aspek ini, yang
mencakup : (a.)Sikap terhadap wanita, (b.)Sikap terhadap hubungan
heteroseksual
c. Hubungan Interpersonal, merupakan sikap terhadap kenalan, sejawat,
atasan, bawahan. Ada 16 item untuk mengungkap aspek ini, yang
mencakup : (a.)Sikap terhadap teman atau kenalan, (b.)Sikap terhadap
teman sejawat, (c.)Sikap terhadap atasan, (d.)Sikap terhadap bawahan
d. Konsep Diri, merupakan sikap terhadap perasaan takut, perasaan
bersalah, tujuan, kemampuan diri sendiri, masa lalu, dan masa depan.
Ada 24 item untuk mengungkap aspek ini, yang mencakup : (a.)Sikap
terhadap perasaan takut, (b.)Sikap terhadap perasaan bersalah, (c.)Sikap
terhadap kemampuan diri sendiri, (d.)Sikap terhadap masa lalu, (e.)
Sikap terhadap masa depan, (f.)Sikap terhadap cita-cita atau tujuan
hidup.
Rotter Incomplete Sentences Blank (RISB)
RISB merupakan pengembangan tes SCT yang dikelompoknya dalam 3
bentuk (Robert J. Gregory, 2004:548): consists of three similar forms—high
school, college, and adult—each containing 40 sentence stems written
mostly in the first person. RISB ini memiliki tiga bentuk, yaitu untuk SMA,
mahasiswa, dan orang dewasa. Masing-masing bentuk terdiri dari 40
kalimat. Waktu untuk mengerjakan tes ini adalah sekitar 20 – 40 menit. Tes
ini terdiri dari 40 item kalimat tanpa struktur. Dalam tes ini, respon atau
jawaban testee menggambarkan empat kategori, yaitu
1. Omission : mendeskripsikan respon singkat atau respon penuh makna
2. Conflict response: mendeskripsikan permusuhan atau
ketidakbahagiaan
3. Positive response: mendeskripsikan sikap positif atau penuh harapan
4. Neutral response: mendeskripsikan dampak pengaruh positif atau
pengaruh negatif.
Dalam tes ini, respon atau jawaban testee di nilai dalam tiga (3) kategori,
yaitu (1) Konflik Tidak Sehat, yaitu skor -1 sampai -3 ; (2) Konflik Sehat,
yaitu skor 1 sampai 3 ; (3) Respon Netral, yaitu skor 0. Dalam tes ini, ada
klasifikasi rekomendasi untuk seleksi tersebut, yaitu secara psikologis siap
bertugas ; secara psikologis tidak siap bertugas ; dan mengalami gangguan
serius.
Ronsenzweig Picture Frustration Study (P-F Study)
P-F Study merupakan tes yang menggunakan gambar untuk menstimulasi
permainan fantasi yang bebas serta membangkitkan respon verbal yang
rinci. P-F Study berasala dari teori frustasi dan agresi di pengarang, dengan
menyajikan rangkaian kartu dengan satu orang membuat frustrasi orang lain
atau meminta perhatian untuk kondisi yang membuat frustrasi.
Contoh:
Respon-respon pada P-F
Study diklasifikasikan
menurut rujukan pada tipe
dan arah agresi. Tipe agresi
meliputi dominasi-hambatan,
menekankan obyek yang
membuat frustrasi,
pertahanan diri, rumusan dan
perhatian pada perlindungan
orang frustrasi, dan
kebutuhan yang terus
menerus, berpusat pada
pemecahan konstruktif atas
masalah yang membuat frustrasi.
Dalam penentuan skor tes, presentase respon yang masuk dalam masing-
masing kategori ini dibandingkan dengan presentase normatif yang terkait.
Oleh karena lebih terbatas dalam hala cakupan, jauh lebih tersetruktur dan
relatif obyektif dalam prosedur penentuan skornya.
II.d. Teknik Membangun/Susunan/Bentuk
THE THEMATIC APPERCEPTION TEST (TAT)
Thematic Apperception Test, disingkat TAT, adalah suatu teknik proyeksi,
yang digunakan untuk mengungkap dinamika kepribadian, yang
menampakkan diri dalam hubungan interpersonal dan dalam apersepsi (atau
interpretasi yang ada artinya) terhadap lingkungan. Dengan teknik ini
seorang interpreter yang mahir dapat mengungkap dorongan-dorongan
emosi, sentiment, kompleks dan konflik-konflik pribadi yang dominan.
Prosedur pengumpulan data TAT dilakukan dengan jalan menyajikan
serentetan gambar kepada testi. Testi diminta membuat cerita mengenai
gambar-gambar yang diajikan tersebut. Dalam usaha menyusun cerita-cerita
inilah komponen kepribadian memegang peranan penting, karena adanya
dua kecenderungan:
a. Kecenderungan bahwa orang akan menginterpretasikan sesuatu yang
tidak jelas menganut pengalaman masa lalunya dan kebutuhan-kebutuhan
masa kini.
b. Kecenderungan orang waktu membuat cerita untuk mengambil bahan
dari perbendaharaan pengalamannya dan mengekspresikan kesenangan –
ketidak senangan, maupun kebutuhannya, maupun scara sadar maupun
tidak sadar.
Murray menyarankan disajikan
ke 20 kartu dalam 2 sidang
(session). Sidang pertama
menyajiikan seri pertama (kartu
1 – 10) terlebih dahulu. Selang
minimal satu hari atau lebih
disajikan seri kedua (kartu 11 -
20). Testi tidak diberi tahu
bahwa akan ada penyajian
sidang kedua, agar ia tidak mempersiapkan diri sebelumnya. Penyajian
seluruh kartu dalam sidang tunggal, akan melelahkan testi yang produktivitas
tengahan. Kelelahan dapat berakibat cerita menjadi datar dan tidak berisi.
Petunjuk penyajian pada remaja dan orang dewasa (yang cukup
kemampuannya) bagi sidang pertama disarankan sebagai berikut:
“Ini adalah tes daya khayal, yang merupakan suatu bentuk tes kecerdasan.
Saya akan menyajikan beberapa gambar, satu demi satu. Tugas anda
adalah membuat cerita untuk tiap-tiap gambar, buatlah cerita itu
sedramatis mungkin. Ceritakan peristiwa apa yang terjadi sebelum
kejadian tersebut ceritakan kejadian yang sedang berlangsung pada
gambar tersebut, apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh para pelakunya,
dan berikan akhir ceritanya. Anda katakan secara langsung saja apa yang
ada dalam pikiran anda. Apakah anda sudah memahami permintaan
saya?”
“Anda dapat memamfaatkan sekitar lima menit untuk tiap-tiap gambar.
Inilah gambar pertama”.
Sedang bagi anak-anak atau orang dewasa yang kurang cerdas dan kurang
pendidikan, juga untuk orang psikotis, Murray menyarankanpetunjuk
penyajian sebagai berikut:
“Ini adalah tes bercerita. Ada beberapa gambar yang akan saya
tunjukkan. Saya kamu membuat cerita mengenai masing-masing gambar.
Ceritakan apa yang terjadi sebelumnya, dan apa yang sedang terjadi
sekarang. Katakan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang-orang
dalam cerita itu. Dan katakan bagaimana akhir ceritanya. Buatlah
ceritanya sesukamu. Sedahkah kamu mengerti maksudku?”
Nah ini gambar pertama. Waktu untuk mengarang cerita ada lima menit.
Mari kita dengan apa yang dapat anda ceritakan.
Petunjuk penyajian tidak harus tepat seperti saran Murray. Petunjuk
hendaknya disesuaikan dengan umur, kecerdasan, kepribadian, dan keadaan
lain-lain test.
THE PICTURE PROJECTIVE TEST (PPT)
Proyeksi Tes Gambar (PPT) adalah satu coba lewat-waktu lama untuk
membangun satu instrumen penggunaan umum dengan ditingkatkan
psychometric berkualitas (Ritzier, Sharkey, & Chudy, 1980; Sharkey & Ritzy,
1985). Pengembang dari PPT mencatat bahwa mayoritas dari TAT
menggambar menggunakan satu stimulus negatif kuat "penarikan" pada
storytelling. Kartu TAT dibentuk di gelap, menaungi nada dan paling adegan
melukiskan orang di kunci rendah atau keadaan muram. Ini bukan kaget,
kemudian, itu tanggapan bersifat proyeksi ke TAT betul-betul channeled ke
arah negatif, cerita sedih (Goldfried & Zax, 1965).
Perbedaannya, PPT mempergunakan satu perangkat baru gambar
mengambil dari Keluarga dari Orang esei foto diterbitkan oleh Musium dari
Seni Modern (1955).
Kriteria berikut dipergunakan di dalam memilih 30 gambar:
a. Gambar yang harus memberikan petunjuk dari materi bersifat
proyeksi penuh arti eliciting.
b. Paling tetapi bukan semua gambar yang harus meliputi lebih dari satu
manusia karakter.
c. Setengah kesana-sini dari gambar yang harus melukiskan positif
pertunjukan manusia ekspresi secara cenderung (misalnya.,
tersenyum, pemelukan, tarian).
d. Setengah kesana-sini dari gambar yang harus melukiskan manusia di
bersikap aktif, tidak hanya berdiri, duduk, atau berbaring.
CHILDREN’S APPERCEPTION TEST (CAT)
CAT secara khusus dirancang untuk digunakan pada anak-anak
berusia antara 3 dan 10 tahun. Kartu-kartu CAT mengganti manusia dengan
hewan atas dasar asumsi bahwa anak-anak kecil lebih mudah melakukan
proyeksi pada hewan daripada manusia. Gambar-gambar itu dirancang
untuk membangkitkan fantasi yang berhubungan dengan masalah makan
serta aktivitas oral, persaingan sesama saudaram hubungan orangtua dan
anak, agresi, latihan buang air besar dan kecil, serta pengalaman anak lain-
lainnya. Penyusunan tes mempertahankan bahwa bentuk manusia tau bentuk
hewan bisa lebih efektif tergantung ada usia dan ciri-ciri kepribadian anak
bersangkutan.
Varian lain dari tes TAT
a. Adolescent Apperception Card
Ini satu-satunya thematic apersepsi test mendesain terutama untuk
anak remaja (12-19 tahun). Dengan 11 kartu yang relevan dengan
issuea keadaan/jaman sekarang, tema meliputi: kelengangan,
parenting style, kekerasan domestik, aktivitas geng, dan
penyalahgunaan obat.
b. Blacky Pictures
Tes untuk anak usia 5th atau lebih dengan menunjukkan gambar-
gambar binatang dan anak berpendapat atau menceritakan gambar
tersebut.
c. Michigan Picture Test-Revised
Tes untuk anak usia 8-14th , untuk lebih pada kemampuan anak
menceritakan secara reality atau logika dengan tidak menghilangkan
kemampuan imajinasi mereka (kreatifitas dalam mendeskripsikan
secara normatif)
d. Senior Apperception Test (SAT)
Tes lebih kepada mengkritik gambar yang menggambarkan situasi
atau keadaan: lingkungan positif, konflik lingkungan, penundaan,
keterbatasan kemampuan/ penandang cacat, masalah keluarga,
ketergantungan dan ketidak asertifan/rendah diri.
II.e. Teknik Pernyataan/Lambang/Simbol
THE DRAW A PERSON TEST (DAP)
Tes DAP termasuk tes individual. Pada tahun 1926, Goodenough
mengembangkan Draw-A-Man (DAM) Test untuk memprediksi kemampuan
kognitif anak yang direfleksikan dari kualitas hasil gambarnya. Asumsinya:
akurasi dan detail gambar yang dihasilkan menunjukkan tingkat kematangan
intelektual anak.
Dalam tes ini, individu diberi pensil dan kertas untuk menggambar orang.
Setelah menyelesaikan gambar pertamanya, ia diminta untuk menggambar
orang dari jenis kelamin yang berlawanan atau jenis kelamin yang berbeda
dari gambar pertamanya. Sementara responden menggambar, penguji
memperhatikan komentarnya, urutan penggambaran bagian-bagian yang
berbeda, dan rincian proseduralnya. Penggambaran ini biasanya diikuti
dengan rangkaian pertanyaan antuk mendapatkan informasi tertentu tentang
umur, sekolah, pekerjaan, dan fakta-fakta lain yang berhubungan dengan
karakter yang digambar. Penyelidikan ini bisa berupa permintaan pada
responden untuk menyusun suatu cerita tentang tipe orang yang digambar.
THE HOUSE TREE PERSON TEST (HTP)
HTP merupakan tes yang meminta responden untuk melengkapi gambar-
gambar rumah, pohon, dan orang yang terpisah. Ciri-ciri dan segi-segi
gambar itu sendiri bersama dengan penelitian yang cukup ekstensif setelah
tugas gambar, umumnya digunakan sebagai sumber hipotesis tentang area
konflik dan keprihatinan umum.
II.f. Paradok Proyeksi
Bukti adalah sangat jelas bahwa kepribadian menyimpulkan ences
mengambil dari proyeksi tes sering adalah tidak benar. Pada rupa dari
negatif validational menemukan, praktisi kronis penerimaan dari test ini
mendasari apa kita yang punya dikenal sebagai paradoks bersifat proyeksi.
Bagaimana kita menjelaskan ketenaran berlanjut dari instrumen untuk yang
mana bukti kebenaran ada di terbaik campuran, sering marginal, adakalanya
hampa, atau bahkan dengan jelas negatif?
Kita menawarkan dua keterangan untuk paradoks bersifat proyeksi.
Yang pertama adalah manusia itu tergantung pada stereotip pra-keberadaan
bahkan ketika menyingkapkan ke penemuan berlawanan. Berselang dasa
warsa, Chapman dan Chapman (1967) dipertunjukkan fenomena ini dengan
proyeksi tes, menyebutkan pengesahan sesatkan ini. Peneliti ini meminta
tinggi siswa perguruan untuk mengamati beberapa gambar figur manusia
serupa dengan itu memperoleh dari Test Seseorang undian (DAP). Murid
adalah naif dengan hormat ke proyeksi tes dan ketahui tidak ada apapun
tentang hipotesis DAP Interpretive tradisional. Masing-masing gambar
ditemani oleh uraian ringkas dari dua gejala yang mana menurut dugaan
tertandai sabar yang hasilkan gambar. Sebenarnya, gejala ditugaskan awur-
awuran untuk menggambar dan terdiri dari bit dan potongan dari cerita
rakyat klinis DAP yang telah ditarik kesimpulan satu angket pos lebih awal
ke psikolog klinis. Antara lain, dua diantara gejala yang dipergunakan
adalah ini:
1. Dicemasi tentang betapa jantan sekarang
2. Adalah curiga dengan orang lain"
Kemudiannya, murid diminta untuk mempertunjukkan apa mereka yang
punya belajar dengan mendeskripsikan, untuk beberapa gambar, gejala yang
mereka telah mengamati dihubungkan dengan yang semacam gambar.
Tentu, kenyataannya di situ adalah tidak ada belajar dipertunjukkan, sejak
gejala dan gambar awur-awuran berkombinasi. Meskipun begitu, partisipan
yang menjawab dalam kaitan dengan dengan stereotip dokter yang bekerja
klinik populer (misalnya., mata tidak biasa menandai kecurigaan, kepala
besar menyarankan satu keprihatinan dengan inteligen). Kelihatannya,
stereotip com monsense digenggam oleh partisipan memuncul kokoh dan
kedengkian unscathed—in dari satu berlimpah dengan contoh
penyangkalan. Barangkali sesuatu serupa terjadi di semua bidang dengan
test bersifat proyeksi: clinicians memperhatikan kejadian pengkonfirmasi,
tapi abaikan lagi banyak penemuan yang membantah harapan.
BAB III
PEMBAHASAN DAN IMPLIKASI BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING
Berdasarkan hasil resume Chapter 13 tentang teori kepribadian, bahwa
pembentukan kepribadian sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kepribadian
juga terbentuk atas perilaku yang terus menerus dilakukan, sehingga dipandang
sebagai pribadi.Teori-teori kepribadian yang dikemukakan oleh berbagai ahli,
menjadi khasanah bagi keilmuan, untuk memahami lebih dalam tentang
kepribadian .
Freud mengemukakan bahwa kepribadian terbentuk atas kerja Id, Ego dan
Superego.Hal ini menunjukkan bahwa dalam diri manusia, ada perilaku yang
dilakukan di bawah alam sadar dan alam sadarnya.Superego menjadi jembatan
bagi perilaku berdasarkan norma-norma yang berlaku. Hal ini mengimplikasikan
bagi layanan Bimbingan dan Konseling, bahwa pelayanan bagi siswa didasarkan
pada kepribadian yang dinamis.
Kepribadian juga terbentuk dari proses belajar, hal ini mengindikasikan
bahwa pendidikan di sekolah, diharapkan menjadi proses belajar yang membentuk
kepribadian.Hal ini juga mengimplikasikan hendaknya layanan Bimbingan dan
Konseling memberikan layanan bimbingan belajar, yang mengarah kepada
pembentukan kepribadiannya. Program-program Bimbingan dan Konseling di
buat yang mengarah kepada kepribadian dengan menuntaskan tugas-tugas
perkembangannya.
Psikotes adalah tes yang dilakukan untuk mengukur aspek individu
secara psikis. Tujuan dari dilaksanakannya tes ini adalah untuk mengukur
berbagai kemungkinan atas bermacam kemampuan orang secara mental dan
faktor-faktor yang mendukungnya, termasuk prestasi dan kemampuan,
kepribadian, gaya belajar, minat dan bakat, serta inteligensi.
Tujuan dari psikotes itu sendiri adalah untuk mengukur Tingkat
Kecerdasan Dasar, Bakat, Minat dan Kepribadian siswa serta Kelanjutan Studi,
Mengenali kelemahan dan kelebihan masing-masing aspek psikologis pada setiap
diri siswa, Mengidentifikasi metode pengembangan untuk meningkatkan potensi
siswa, Menelusuri kesalahan belajar dan pengarahan selanjutnya (Bimbingan
Konseling), serta Mengukur kemajuan prestasi sekolah maupun prestasi umum
siswa.
Sedangkan dalam Undang–Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan khususnya pada pasal 45 disebutkan bahwa: “Kesehatan Sekolah
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik
dalam lingkungan yang sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan optimal serta menjadi sumber daya yang
berkualitas”.
Kondisi Kepribadian individu menggambarkan sikap,kondisi diri, dan
konsep diri (Self Concept). Sehingga individu dapat menganalisa kelemahan
dalam dirinya, karena kapasitas kecerdasan bukan sebagai kunci utama dalam
meraih kesuksesan sesuai minat dan bakatnya. Kapasitas kecerdasan dan kondisi
kepribadian merupakan aspek yang saling mendukung, menurut Daniel Goldman
inti dari kunci kesuksesan hidup individu 80% ditentukan dari kecakapan
emosional. Kematangan emosi, kerjasama tim, hubungan social adalah modal
dasar dalam mengembangkan diri dalam lingkungan. Kecakapan dasar individu
yang harus dimiliki diantaranya motivasi berprestasi, kesiapan untuk berubah,
kepercayaan diri, dan kemampuan mengambil keputusan dalam menghadapi
situasi yang kompleks.
Sikap kerja menggambarkan bagaimana individu memiliki daya juang
dalam menghadapi dan mengatasi persoalan di dalam kehidupan pribadi maupun
sosialnya, yang ditunjukkan dengan memiliki motivasi, sistematika kerja,
kedisiplinan, dan ketahanan terhadap stres. Motivasi merupakan inti setiap
individu dalam menghadapi tantangan dan dalam menjalankan aktifitas hidup
yang kompleks. Selain itu, diperlukan juga sistematika dan kedisiplinan dalam
menjalankannya agar diperoleh hasil yang maksimal. Ketahanan terhadap semua
tekanan (pressure) sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan maupun
tekanan yang muncul dalam setiap aktivitas.
Pemanfaatan prikotes dalam layanan bimbingan dan konseling, membantu siswa
dalam penempatan peminatan siswa sesuai dengan kemampuan intelegensi, bakat,
dan minatnya. Dengan hasil psikotes siswa, diharapkan siswa mengembangkat
kemampuan sesuai potensi dan tugas-tugas perkambangan. Sehingga pemanfaat
hasil psikotes sangat berperan dalam kelanjutan hidup siswa hingga pilihan
kariernya.
Kelebihan hasil psikotes terhadap layanan bimbingan dan konseling, meliputi:
1. Pemanfaatan instrumen psikotes
Instrumen psikotes dapat dimanfaatkan oleh konselor dalam menganalisis
kebutuhan siswa (needasesmen). Dengan menganalisis kebutuhan siswa,
maka dapat dimanfat kan untuk:
a. Menyusun perangkat/ program BK sesuai tugas perkembangan
(kompetensi kecakapan hidup, nilai, dan moral peserta didik)
b. Merumuskan tujuan layanan BK, termasuk pengadakan akomodasi,
tindakan, sarana-prasarana
c. Menentukan prioritas permasalahan siswa yang perlu diselesaikan,
pemahaman kelebihan dan kelemahan siswa sehingga siswa
diharapkan merasa terbantu dalam pilihan dan penempatan potensiny
2. Tercapainya visi dan misi sekolah terkait tujuan nasional dan
penyelenggaraan pendidikan berbasis IPTEK
3.
Kelemahan hasil psikotes terhadap layanan bimbingan dan konseling