Edisi Perdana

4
BARAN Barito Rantau “Rang Payobasuang” BILIK REDAKSI Salam Hangat! Jangan pernah heran dengan kelakuan Rang Mudo Payobasung di Jakarta. Keinginan untuk menyam- bung tali rasa antar warga di perantauan, Jakarta, khususnya dan kota-kota lain umumnya tidak pernah padam. Pernah melahirkan Buletin Nilakusuma yang sempat membuat gereget. Kini hadir dengan BARAN (Barito Rantau). Tanpa maksud apa- apa dengan Pak Dotor Baran. Semula koran kecil ini akan kami namakan KOA (Koran Oerang Awak) tapi makna koa itu sendiri menjadi ganjalan karena memberi kesan negatif. Walau sebenarnya justru “koa” sebagai sebuah permainan adalah ajang interaksi yang cukup handal untuk menyambung rasa persaudaraan. Tak hendak melecehkan Pak Dotor Baran, tapi yang ada adalah keinginan untuk “membanggakan” beliau. Kondisi objektif di kampuang, Pajak Baran, harus kita akui, memiliki pengaruh dalam masyarakat. Betapa tidak, hampir sebagian besar tokoh-tokoh Payobasung menyempatkan diri untuk sekadar “maota” di situ. Maota di ateh bendi, katakanlah begitu, namun kegiatan maota itu bagaikan sebuah diskusi, dimana lalu lintas informasi bermuara ketika sebuah topik “ota” di bahas. Dan Pajak Baran lebih akomodatif dibanding dengan pajak-pajak lainnya. Itu sekadar, penjelasan singkat tentang koran baru kita ini. Semoga Tuek Baran, turut berbangga hati!!! (Pemred: RishagAndiko) Edisi Pertama Januari 2004 Halaman 1 Tahun Baru - Anggota Baru Jakarta, 2004 Penghujung tahun 2003 memberikan sinyal positif dan sangat menggembirakan bagi keberadaan IKP-Jaya. Bila anda hadir dalam acara Halal bil Halal di kediaman keluarga Irzal Nasir, pertengahan Desember 2003 yang lalu, IKP-Jaya akan mempunyai Harapan Baru, Semangat Baru, Impian Baru, pokoknya Serba Baru di Tahun Baru ini. Dalam kesempatan itu yang hadir banyak wajah baru. Mereka adalah keluarga yang sebelumnya jarang hadir dalam pertemuan silaturahmi bulanan IKP-Jaya. Sebut saja, keluarga Bp. Hidayat, Bp. Jusrizal Dt. Putieh, Ibu Osmena, Ni Pit Piliang, Bp. Jayusman, Bp. Thamrin dll. Disamping itu ada lagi anggota keluarga yang benar-benar baru. Artinya mereka adalah anggota yang baru membina rumah tangga. Jadi sebagai anggota yang baru berkeluarga mereka langsung mau berpartisipasi aktif meramaikan silaturahmi bulanan IKP- Jaya. Gejala inilah yang nantinya diharapkan membangkitkan semangat baru di kalangan anggota IKP-Jaya. Menurut pantauan BARAN mereka adalah, keluarga Cecep Budiman, Reflit, Jasri, Arief Budianto, Asrul, Vera, Etek, Boncel dan banyak lagi. Dan yang paling membanggakan adalah wajah lama dengan semangat yang masih menyala seperti keluarga Bp. Syafril Lamsayun, Bp. Daniel, Bp. Irzal Nasir, Ibu Nuraini, Ibu Yunidar, Ny Adlimsyah, Ibu Isnah, Bp. Hurisal Djamhur, dll. Mereka adalah keluarga yang sangat konsisten dengan keberadaan IKP-Jaya. Ke depan kategori seperti ini nampaknya harus kita tambah. Dan satu lagi yang sangat membanggakan adalah Bp. Bambang, Rang Sumando yang satu ini hampir tidak pernah absen mengikuti acara IKP-Jaya. “Kami minta maaf karena jarang mengikuti acara IKP-Jaya. Tetapi ketika hadir pada halal bil halal ini ternyata banyak hal positif yang ditemui disini. Suasana, yah, suasana kampung halaman. Sebenarnya ini sangat mahal. Namun dengan hadir pada acara ini, setidaknya, hiruk pikuk Jakarta yang bikin stres sejenak terlupakan. Basuo jo rang awak, maota-ota, golak- golak, tanpa harus pulang kampung”, kata Erni Octavia, anak Odang Juma Pabodho, ditemui BARAN disela-sela pertemuan. “Acara seperti ini harus tetap diadakan, perlu dilestarikan”, tambahnya. Sementara Ketua IKP-Jaya, Denny Hendrawan, yang baru saja kembali dari kampung ketika ditemui wartawan BARAN membawa pesan dan harapan rang kampung yang perlu kita wujudkan. “Bila setiap tahun, terutama pada Hari Raya Idul Fitri, banyak perantau yang pulang kampuang atau Pulang Basamo alangkah meriah rasanya. Lebaran jadi semarak. Dan banyak acara yang dapat kita adakan”, “Insya Allah, Lebaran tahun 2004 ini kita pulang Basamo”, demikian harapan Bp. Hurisal Djamhur, beliau Ketua I, IKP-Jaya. (Red)

description

Koran Baran ini terbit Januari 2004. Merupakan Edisi Perdana. Masih sangat sederhana sekali.

Transcript of Edisi Perdana

Page 1: Edisi Perdana

BARANBarito Rantau “Rang Payobasuang”

BILIK REDAKSI

Salam Hangat!Jangan pernah heran dengan

kelakuan Rang Mudo Payobasung diJakarta. Keinginan untuk menyam-bung tali rasa antar warga diperantauan, Jakarta, khususnya dankota-kota lain umumnya tidak pernahpadam. Pernah melahirkan BuletinNilakusuma yang sempat membuatgereget. Kini hadir dengan BARAN(Barito Rantau). Tanpa maksud apa-apa dengan Pak Dotor Baran. Semulakoran kecil ini akan kami namakanKOA (Koran Oerang Awak) tapimakna koa itu sendiri menjadiganjalan karena memberi kesannegatif. Walau sebenarnya justru“koa” sebagai sebuah permainanadalah ajang interaksi yang cukuphandal untuk menyambung rasapersaudaraan.

Tak hendak melecehkan PakDotor Baran, tapi yang ada adalahkeinginan untuk “membanggakan”beliau. Kondisi objektif di kampuang,Pajak Baran, harus kita akui, memilikipengaruh dalam masyarakat.

Betapa tidak, hampir sebagianbesar tokoh-tokoh Payobasungmenyempatkan diri untuk sekadar“maota” di situ. Maota di ateh bendi,katakanlah begitu, namun kegiatanmaota itu bagaikan sebuah diskusi,dimana lalu lintas informasi bermuaraketika sebuah topik “ota” di bahas. DanPajak Baran lebih akomodatif dibandingdengan pajak-pajak lainnya.

Itu sekadar, penjelasan singkattentang koran baru kita ini.

Semoga Tuek Baran, turutberbangga hati!!!

(Pemred: RishagAndiko)

Edisi PertamaJanuari 2004 Halaman 1

Tahun Baru -Anggota Baru

Jakarta, 2004Penghujung tahun 2003

memberikan sinyal positif dan sangatmenggembirakan bagi keberadaanIKP-Jaya.

Bila anda hadir dalam acara Halalbil Halal di kediaman keluarga IrzalNasir, pertengahan Desember 2003yang lalu, IKP-Jaya akan mempunyaiHarapan Baru, Semangat Baru, ImpianBaru, pokoknya Serba Baru di TahunBaru ini.

Dalam kesempatan itu yang hadirbanyak wajah baru. Mereka adalahkeluarga yang sebelumnya jarang hadirdalam pertemuan silaturahmi bulananIKP-Jaya. Sebut saja, keluarga Bp.Hidayat, Bp. Jusrizal Dt. Putieh, IbuOsmena, Ni Pit Piliang, Bp. Jayusman,Bp. Thamrin dll.

Disamping itu ada lagi anggotakeluarga yang benar-benar baru. Artinyamereka adalah anggota yang barumembina rumah tangga. Jadi sebagaianggota yang baru berkeluarga merekalangsung mau berpartisipasi aktifmeramaikan silaturahmi bulanan IKP-Jaya. Gejala inilah yang nantinyadiharapkan membangkitkan semangatbaru di kalangan anggota IKP-Jaya.

Menurut pantauan BARANmereka adalah, keluarga CecepBudiman, Reflit, Jasri, Arief Budianto,Asrul, Vera, Etek, Boncel dan banyaklagi.

Dan yang paling membanggakanadalah wajah lama dengan semangatyang masih menyala seperti keluarga Bp.Syafril Lamsayun, Bp. Daniel, Bp. IrzalNasir, Ibu Nuraini, Ibu Yunidar, NyAdlimsyah, Ibu Isnah, Bp. Hurisal

Djamhur, dll. Mereka adalah keluargayang sangat konsisten dengankeberadaan IKP-Jaya. Ke depankategori seperti ini nampaknya harus kitatambah.

Dan satu lagi yang sangatmembanggakan adalah Bp. Bambang,Rang Sumando yang satu ini hampirtidak pernah absen mengikuti acaraIKP-Jaya.

“Kami minta maaf karena jarangmengikuti acara IKP-Jaya. Tetapiketika hadir pada halal bil halal initernyata banyak hal positif yang ditemuidisini. Suasana, yah, suasana kampunghalaman. Sebenarnya ini sangat mahal.Namun dengan hadir pada acara ini,setidaknya, hiruk pikuk Jakarta yangbikin stres sejenak terlupakan. Basuojo rang awak, maota-ota, golak-golak, tanpa harus pulang kampung”,kata Erni Octavia, anak Odang JumaPabodho, ditemui BARAN disela-selapertemuan. “Acara seperti ini harustetap diadakan, perlu dilestarikan”,tambahnya.

Sementara Ketua IKP-Jaya,Denny Hendrawan, yang baru sajakembali dari kampung ketika ditemuiwartawan BARAN membawa pesandan harapan rang kampung yang perlukita wujudkan. “Bila setiap tahun,terutama pada Hari Raya Idul Fitri,banyak perantau yang pulang kampuangatau Pulang Basamo alangkah meriahrasanya. Lebaran jadi semarak. Danbanyak acara yang dapat kita adakan”,

“Insya Allah, Lebaran tahun 2004ini kita pulang Basamo”, demikianharapan Bp. Hurisal Djamhur, beliauKetua I, IKP-Jaya. (Red)

Page 2: Edisi Perdana

B A R A NHalaman 2

BARAN diterbitkan oleh Ikatan Keluarga Payobasung Jakarta Raya (IKP-Jaya) - untuk kalangan sendiri.Redaksi: Pemimpin Umum (Denny Hendrawan) Pemimpin Redaksi: (Rishag Andiko) Anggota Redaksi: Donny Jefrianto, Hurisal

Djamhur, Budhinova Restu, Syukrawarti - Koresponden Payobasung: (Armand Chaniago, Irwandi, Adenal, Selly Apris)Alamat Redaksi: Jl. Margasatwa Raya 72 Pondok Labu - Jakarta Selatan - Telp. 021 751 2386

P A J A K“Insya Allah, Lebaran 2004

ini kita Pulang Basamo” kataPak Chan.

***Bak kato pepatah “KaratauMadang di Ulu, Jan lupo jo

Rumpun Botuang.Marantau Bujang daulu, (La

kayo), Jan lupo PulangKampuang”

Pak DotorPak DotorPak DotorPak DotorPak Dotor

Pagi yang hening, tidak terdengarraungan suara bajaj. Hiruk pikukKopaja dan Metromini. Sunyi. Hanya“kukuek” ayam jantan yang sesekalimemecah keheningan itu.

Matahari menyembul menguakkabut pagi, sinarnya yang kemerahanmenjadikan pagi yang hening itu bening.

Malas rasanya untuk beranjakkeluar dari dekapan hangat selimut tidur.Udara dingin terasa sejuk mengalir dariventilasi masuk kehidung danmelapangkan rongga dada.

Ada rencana “besar” yang sudahdirancang untuk hari ini. “MangguleiBoluk”. Acara yang memang sudahdirancang semenjak dari Jakarta.Omong-omong tentang boluk,hanyaada di Koto Baru, Saborang.

Setelah urusan berbenah beres.Langkah diayunkan menyusurikampuang Piliang, dekat Tigo Aluo.Simpang Tigo Surau Pokieh. (KiniSurau Imam Suha) yang berdampingandengan Pajak Ibu Memi ( Pajak Icong).Lama tak pulang kampuang, banyak halyang berubah.

Berjalan sejenak nampaklahJembatan Gantuang yang sebelumnyamelewati “Titian Ola Tuan”yang duluterkenal karena kecuramannya, sehinggamembuat orang yang mengangkutbarang dengan menggunakan“padeti”,bila telah berhasil melewatinyaakan berseru”Ola Tuan”,sambilmenghembuskan nafas lega.

Terbayang masa kecil yangmenyenangkan. Mandi-mandi di BatangAgam, terjun dari cabang batangberingin. Atau bergelayutan padaakarnya yang menjulai lalumenceburkan diri ke air. Tojun Padek,

itu istilah topnya.Semua itu tak mungkin terulang

lagi. Bahkan anak-anak jaman sekarangtak dapat menikmatinya lagi. BatangAgam kini lah lain. Kondisinya sangatberbeda karena pasir dan kerikilnyasudah dikeruk. Entah berapa metrik tonyang telah keluar darinya. Dan entahberapa banyak gedung, jalan yangselesai dibuatnya.

Ingatan juga melayang ketikaJembatan Gantuang itu diresmikan. Saatitu penulis ikut Manari Galombang.Sayang! Sekarang jembatan itu tidakterawat, banyak bolong disana-sini.Papannya banyak yang terlepas.Sepertinya tak layak dilewatikendaraan, lagi.

Lepas dari situ ada pajak Pokiehmenjelang ke “Sawah Lowe”.Sepangjang mata memandang yangterlihat hanya sawah yang dikelilingibukit barisan yang terlihat bagaikanpagar yang kokoh melindungi. Tertegunsambil menghirup napas dalam-dalam,menikmati keindahan anugerah ilahi.

“Allahu Akbar”, bibir bergetarmelantunkan dzikir. Begitu anugerahTuhan, begitu indah alam Payobasuang.

Ketika matahari terang bahkanpandangan kita akan melihat mobil yanghilir mudik di jalan lintas PayakumbuhPekanbaru.

Petani hilir mudik menuju sawahladang yang akan digarap. Yang takkalah meriah lagi adalah nyanyian kwek,kwek, kwek sepanjang jalan.Penggembala Itiek menghalau kedalamsawah yang selesai dipanen.

Di sawah-sawah itulah banyakterdapat belut. Disanalah lukah ditahan.Dulu, biasanya kalau mau “bagodang”

awak pergi “manyulueh” menentenglampu “strongkeang”.

Kenangan lain yang muncul adalahkenangan ketika melihat siswa siswi yangberangkat ke sekolah. Rombonganmereka sangat ceria. Ada yang berjalankaki, bersepeda dan naik sepedamotor.Keceriaan masa kecil yang indahuntuk dikenang.

Setelah mendapatkan “boluk”ada keinginan untuk menyusuri jalanterus sampai ke Kabu-kabu di KotoPanjang. Mungkin lain hari saja.

Seiring dengan kemajuanpembangunan banyak sawah yangberubah menjadi jalan. Namanya jalanLingkar.

Lepas Kabu-kabu adalah UjuangPadang lalu menyeberang jalan rayaterus ke Mato Ayo, Pangumbuek danAlei. Disini kita akan menjumpaikembali sawah membentang denganBukit-bukit yang berdiri kokoh. BukikAngek, Bukik Godang dan BukikSambek di Kaluek. Jalan lingkar akanbertemu di Sakubang. (Sampai disinidulu, ruang terbatas. Bersambung edisiberikut! Lebih Menarik, OK?!)

“Raun Sabolik” Napak Tilas Masa KecilOleh: Denny Hendrawan

Page 3: Edisi Perdana

B A R A N Halaman 3

Adi Sasmita, Dokter Hewan Kita

B ila suatu kali anda

berkesempatan jalan-jalan ke Bintaro,di Jl. Bintaro Utama IX Blok HB I/7,terdapat sebuah “pet shop”, klinikhewan Larasatwa. Berbagai hewanseperti kucing, anjing, burung dan lain-lain ada disitu. Ada yang sekadar datangberobat, bersalon atau dititipkanpemiliknya. Bukan hewan biasa atau liartetapi hewan yang cantik, bagus,terawat, ya...hewan peliharaan.Harganya ada yang mencapai jutaan.Bahkan makan dan biaya perawatannyamenyamai kebutuhan pemiliknya.

Dan anda tidak perlu tercengangkalau mengetahui pemiliknya adalahwarga IKP-Jaya. Namanya Drh, AdiSasmita. Jebolan fakultas kedokteranhewan Universitas Syah Kuala BandaAceh tahun 1994. Akrab dipanggil It,ia adalah kemenakan (pewaris) Dt.Damuanso nan Panjang, suku Salo.

Mamanya bernama Syafnidar,Papanya SA. Dt Tunaro Kayo. Dan Ir.Syafril Lamsayun sesepuh IKP-Jayaadalah mamaknya.

Bapak muda yang ganteng initelah dikaruniai anak 2 (dua) orangsetelah mempersunting Fifita Atma,mantan guru STM Tamsis Payakumbuh,berasal dari Ayo Tobik. Putera tertuamereka Muhammad Tengku Laras kiniberusia 5 tahun. Sedangkan adiknyaMuhammad Akbar Sasmita baruberusia 1 tahun 8 bulan.

Tamat dari Syah Kuala sempatmengadu nasib di Riau. Tetapi obsesinyasebagai dokter hewan seakan memaksaia datang dan bertarung nasib di Jakarta.Masuk Jakarta sekitar tahun 1998 iamemulai dan merintis karir di klinikhewan.

Merasa yakin bahwa dengansedikit pengalaman yang ia miliki dandengan keberanian ekstra ia mencobamerintis “pet shop” sendiri.

“Alhamdulillah, sekarang It sudahpunya dua klinik. Satu di Bintaro satulagi di Serpong. Jl. Raya Serpong 99Tangerang”, katanya ketikadiwawancara melalui telepon oleh re-porter BARAN.

Saat ini paling tidak telahmenampung banyak tenaga kerja.Beberapa diantaranya adalah “urangawak”, sebut saja Andi “Ebong” dariPabodho, Rizal dari Sawah Tolang danAdi yang merupakan adik kandungnyasendiri. Ada lagi yang berasal dari BatuAmpar, namanya Susi.

“Itulah, baru sedikit urang awakyang tertarik bergelimang denganhewan, padahal ini peluang bisnis yangmenjanjikan,” lanjutnya. “Padahal sayaberkeinginan agar banyak urang awakyang mau bekerja disini, paling tidakuntuk menimba pengalaman dulu”,katanya lagi.

Walau sudah memiliki rumahsendiri, klinik sendiri dan mobil, semuaitu diraih dengan kerja keras.

“Dulu pernah, kami tidak tahu apayang akan dimakan nanti siang”, katanyabersejarah mengenang kerasnyaperjuangan dalam merintis usaha klinikini. Namun tekad dan keyakinan sesuaidengan latar belakang ilmu yang

dimilikinya, Adi Sasmita tidak surutdengan halangan yang merintangiimpiannya.

Mungkin masih banyak yangbelum kenal dengannya. Di kampungrumahnya tidak jauh dari Pajak Baran,tepatnya diseberang jalan, agak masuksedikit di belakang Pajak Mak Irun,yang dikenal dengan Lobueh Endang.Setamat SMA ia melanjutkanpendidikan ke Aceh. Jadi ini yangmenyebabkan ia tak begitu dikenal.Namun dengan kawan seangkatan iatidak asing lagi.

Peluang InvestasiUsaha klinik ini, seperti yang

diutarakan Adi Sasmita memilikiprospek yang sangat bagus. Dan untukpengembangan ke depan iamengundang warga IKP-Jaya untukberinvestasi.

“Bagus, prospeknya bagus, sayapernah ditawari kerja sama olehpemodal-pemodal China. Tapi kalauada urang awak kan lebih baik”, jelasnyatentang usaha klinik hewan ini.

Mengenai IKP-Jaya, Adi Sasmitacukup memberi perhatian. Setidaknyasumbangan pikirannya ikut menelorkanide-ide bagus dalam menjalankan rodaorganisasi.

“Kalau ada urang awak yang maumenanam modalnya itu akan lebihbagus, bagaimana prospeknya nantidapat kita diskusikan dulu” tambahnyabernada ajakan.

Saat ini Adi Sasmita yang tinggaldi Perumahan Pondok Pucung Tahap IIBlok BP VIII, no. 19, telah menikmatihasil dari perjuangan dan kerjakerasnya. Ia juga menginginkan rekan,teman, kawan dan sahabatnya untukmau berkecimpung pada bidang yangdigelutinya.

Apakah ada diantara anda yangberminat dan menerima tantangan ini?Sesekali datanglah ke Pet Shop diBintaro. (Red).

Keluarga Kita

Page 4: Edisi Perdana

B A R A NHalaman 4 Nan Ka Godang

Nan Ka Godang, disediakan bagi warga IKP-Jaya untuk memperkenalkan anak-anaknya sehinggakecintaan generasi mendatang pada Kampung Halaman tetap tumbuh!

Namanya, Miftahul Rizki

Wiranagari, lahir di Jakarta, 22 Juli1999 dari pasangan Rishag Andiko danRobyatun.

Melewati usia 4,5 tahun, Gaga,demikian bocah yang kocak ini biasadipanggil, sudah dapat menghapalbeberapa do’a seperti, do’a sebelumtidur, bangun tidur, sebelum makan dando’a minta ampun orang tua. Ataumenurut istilah Gaga sendiri “do’a mamapapa”.

Hobinya mendengar musik danberjoget, bila TV melantukan irama yangbergairah spontan Gaga akanbergoyang mengikuti irama lagu itu.

Kesehariannya, Gaga menemaniMama di rumah sambil berdagang kecil-kecilan. Dan bermain dengan anak-anak lainnya.

“Tahun depan Gaga udahpengen sekolah TK, biar pinter”

katanya ketika ditanyakan hal itu.Di awal tahun 2004 ini Gaga

berkirim salam untuk teman-temanwarga IKP-Jaya, Nan Ka Godanglainnya. “Salam kenal ya!”

Walau masih berumur 4,5 tahunWiranagari telah melanglang buanamengikuti orangtuanya merantau.Setidaknya tidak pernah tinggal di Riau,seperti Pakanbaru, Rumbai, dan Duri.Dan akhirnya balik ke Betawi.

“Gaga seneng kalo diajakPapa ketemu orang Padang, tapi kokgak ada anak kecil ya? Gaga kanjuga orang Padang”

Apakah keinginan dan kerinduanWiranagari juga kerinduan anak-anakkita yang lain? Kalau iya, tidak adasalahnya dari kecil ini kita pautkan hatimereka dengan kampuang halamandengan membawa serta ke pertemuan.Dan membiarkannya bermain denganteman sebayanya. (Red)

Wiranagari:Gaga Seneng Kalo Diajak Papa Ketemu Orang Padang!

Membangun kampung bukanlahhal yang mudah, bagai membalik telapaktangan. Namun kalau kita memilikikonsep bersama, misi dan visi bersamabarangkali tidak begitu beratmelakukannya.

Pertama kita harus berpikir positifdulu. Karena realitas, kenyataan bahwamasyarakat kita sangat majemuk. Setiaporang memiliki interes dan keinginanyang berbeda. Nah, dalam memandangperbedaan itulah sikap positif sangatdiperlukan.

Kemudian misi bersama, disinimisi bersama kita adalah membangun

kesejahteraan warga. Andaikata kitamemiliki peluang untuk menampungtenaga kerja, kenapa tidakmemprioritaskan urang awak? Kalaunanti mereka punya penghasilan,menabung, dan mengirim uang kekampung maka uang yang dihasilkandirantau akan berputar di kampung,artinya tidak lari kemana-mana. Itusudah merupakan suatu keuntungan.

Nah kalau kerabat kita sudahberada dalam lingkungan kita, bila adaacara-acara tentunya tidak sulitmengajak mereka untuk berpartisipasi.Otomatis organisasi akan menjadi

meriah, danbergairah.Secara pribadi saya berkeinginan

seperti itu. Andaikata setiap kitamelakukan hal yang sama tentu akanberdampak positif bagi kampunghalaman.

Terakhir visi yang sama, denganseringnya silaturrahmi, bertemu,bertukar pikiran, diskusi, visi bersamadapat ditetapkan bersama untuk dicapaidan diraih bersama.

Mungkin usul sederhana inibermanfaat bagi perkembangan IKP-Jaya ke depan. (Red-Dirangkum dariDiskusi dengan Drh.Adi Sasmita)

Dari AwakUntuek Awak

Drh. Adi Sasmita:Kalau Masih Banyak Urang Awak

Kenapa Orang Lain?