Economic Value Added

download Economic Value Added

of 10

Transcript of Economic Value Added

  • 5/12/2018 Economic Value Added

    1/10

    ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) SEBAGAI PENGUKUR KINERJAPERUSAHAAN : SEBUAH HARAP AN DAN KENY ATAANTjutjuk Mardi Santoso*

    ABSTRACTIn United States, Economic value added (EVA) has been proven asprominent measurement of companies business performance. EVA isbetter than other traditional performance measurements, such as ROA(return on assets) -and ROE (return on equity) because of its twoadvantages. Besides, considers cost of equity in calculating the netincome, EVA also uses some adjustments in calculating the certainexpenses including research and development expenses, selling ex-penses, bed debt expenses, etc. However, researches of therelationship of business performance and stock returns in Indonesiaconcluded that the traditional measurement is better than EVA. Infact, EVA has not yet been broad used in the decision making process.Even investors and securities analysts did not recommend EVA astheir financial decision making of investment in stock exchange. Inaddition, managers of companies with good or positive EVA haverevealed that they. explicitly did not use EVA to evaluate businessperformance. Accordingly, EVA has only been used for internaldecision making, including in evaluating performance of divisionmanagers, giving bonuses, and so on.Keywords: Economic value added, performance measurement, stockreturn.

    Dua tahun terakhir ini (tahun 2006 dan 2007) majalah Swa telah melakukanpemeringkatan perusahaan-perusahaan yang go public berdasar pada EVA yangdiperoleh. Pemeringkatan tersebut dilakukan untuk melihat perusahaan-perusahaan yang mernpunyai kinerja keuangan berdasar EVA yang dihasilkan.Penerapan EVA sebagai pengukur kinerja rnenjadi kian relevan karenamencerminkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai tambahsekaligus mengelirninasi rekayasa keuangan. Lebih rnenarik lagi adalah bahwaEVA rnerupakan pengukuran kinerja yang rnemuat total faktor kinerja karenamernasukkan sernua unsur dalam laporan laba/rugi dan neraca perusahaan. Hal iniberbeda dengan pendekatan tradisional yang biasanya hanya menfokuskan padasalah satu ukuran perturnbuhan seperti pertumbuhan pendapatan dan rasio tingkatkembalian investasi (return on investment), Selanjutnya disingkat ROI).Kedua pengukuran ini (perturnbuhan pendapatan dan ROl) dianggap berisikokarena_jika permasalahan berfokus pada pertumbuhan yang besar saja tanpamemperhatikan tingkat kernbali an yang lebih tinggi dari biaya modal, akaamenghancurkan nilai perusahaan. Sebaliknta, jika hanya berfokusTjutjuk Mardi Santoso : Dosen Fakultas Ekonomi UNIJOYO

  • 5/12/2018 Economic Value Added

    2/10

    Jumal Studi Manajemen - Vo1.2, No.2, Oktober 2008

    menggemukkan ROI saja, manajemen cenderung menekan aset atau mengereminvestasi.Akibatnya manajemen akan enggan untuk melakukan investasi meskipun investasitersebut menguntungkan perusahaan dalam jangka panjang. EVA merupakan perpaduanantara kedua pendekatan tradisional tersebut, sehingga pengukuran dengan model inidiharapkan lebih mencerminkan nilai perusahaan yang sebenarnya.Pengukur kinerja EVA muncul sebagai antisipasi kelemahan pengukur kinerja akuntansitradisional yang hanya mendasarkan pada laba akuntansi (accounting income) dan tidakmemasukkan biaya modal atas ekuitas. EVA telah banyak digunakan di berbagaiperusahaan di Amerika Serikat seperti Coca-Cola, AT & T, Quaker Oats, Eli Lilly, danTenneco. Survey terhadap beberapa perusahaan di Amerika Serikat yang dilakukan olehManufacturer's Alliance juga mengungkapkan bahwa EVA merupakan pengukur kinerjayang membuat penisahaan lebih memfokuskan perhatian pada penciptaan nilaiperusahaan (Utama, 1997)Meskipun EVA mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pengukur kinerja tradisional,tidak semua kalangan mengakuinya. Dengan menggunakan rumus penghitungan EVAversi Stem Steward, hasil penelitian Dodd dan Chen (1996) menunjukkan bahwa EVAhanya mampu menunjukkan hubungan dengan stock return sebesar 20,2%, sedangkanROA menunjukkan hubungan yang lebih tinggi yaitu 24,5%. Hasil penelitian Dodd danChen tersebut menyebutkan bahwa ROA mempunyai hubungan yang lebih kuatdibandingkan dengan EVA. Beberapa penelitian tentang hubungan pengukur kinerja(EVA, ROA, ROI, PER (price earning ratio), EPS (earning per share, dan lain-lain)dengan return saham yang dilakukan di Indonesia juga menunjukkan bahwa EVAmempunyai hubungan lebih lemah dibandingkan dengan pengukur kinerja tradisional.Hal ini mungkin didukung oleh laporan keuangan yang dipublikasi di media cetak danelektronik maupun yang terangkum dalam Indonesian Capital Market Directory belummencantumkan EVA sebagai informasi yang dapat digunakan oleh publik untuk menilaiperusahaan. Media publikasi tersebut hanya mencantumkan rasio-rasio keuangantradisional seperti ROE, ROA, PER, book value, dan lain-lain.Artikel ini akan membahas tentang mengapa EVA merupakan pengukur kinerjaperusahaan lebih baik dibandingkan dengan pengukur kinerja akuntansi tradisional sertabagaimana kenyataan yang terjadi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.

    :MENILAI PERUSAHAAN DI PASAR MODAL

    Investor memerlukan informasi keuangan suatu perusahaan untuk melakukan penilaianperusahaan, dan lebih lanjut untuk menentukan saham perusahaan mana yang akan dibeli,mana yang akan dijual dan mana yang akan dipertahankan. Kriteria yang pada umumnyadigunakan dalam penilaian tersebut adalah pendekatan analisis fundamental. Pendekatanini berlandaskan prinsip bahwa sebab mendasar yang menimbulkan gerak harga sahamadalah antisipasi perubahan dalam penjualan atau laba (Rousana, 1997).HaI-hal yang termasuk dalam proses analisis fundamental meliputi analisis ekonomi danindustri, penilaian perusahaan secara individu dengan model penilaian dividen dan modelpenilaianpendapatan, atau model pendekatan kekayaan, analisis laporan keuanganseperti analisis trend dan analisis rasio. Husnan (1996) mengatakan bahwa beberapa44

  • 5/12/2018 Economic Value Added

    3/10

    Tjutjuk. Economic Value Added

    fakter yang dapat mempengaruhi harga saham adalah: harapan investor terhadap tingkatkeuntungan dividen untuk masa yang akan datang, tingkat pendapatan perusahaan,kondisi perekonomian, psikologis pembeli, kondisi perusahaan dan laba perusahaan, danlain-lain. Koesno (1990), menyatakan bahwa kinerja perusahaan dapat diukur daribeberapa faktor., yaitu book value per share, EPS, volatilitas saham, faktor intern, sepertiprofit, tingkat efisiensi, leverage, kualitas rnanajemen, tingkat aktivitas/perdagangan,popularitas merek, risiko usaha; dan faktor ektem, seperti suku bunga deposito, tingkatinflasi, pajak dividen, dan kekuatan pesaing. Uraian dalam paragraf ini menunjukkanbahwa penilaian kinerja perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penilaiankinerja keuangan dan non keuangan. Pumomo (1998) mengatakan bahwa rasio keuanganmerupakan pengukur kinerja keuangan yang lebih fundamental dalam menjelaskanbeberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Rasio keuangan biasanya dapatdigunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana likuiditasperusahaan, apakah manajemen menghasilkan laba yang memadai dari penggunaan aset-aset perusahaan, bagaimana perusahaan mendanai aset-asetnya, dan apakah parapemegang saham menerima penghasilan yang memadai dari investasi yang telah merekalakukan. Rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan tesebut dapatberupa total debt to total equity ratio (DER), ROE, EPS, PER, dividen per share(DPS) dan lain-lain. Rasio-rasio tersebut biasanya telah dicantumkan dalam laporankeuangan yang dipublikasikan.

    MENILAI PERUSAHAAN DENGAN PENDEKAT AN TRADISIONAL

    Pendekatan tradisional yang dimaksud adalah penilaian atau pengukuran kinerjaperusahaan dengan rasio-rasio tertentu yang tidak memasukkan faktor biaya modal (costof equity). Pendekatan ini mendasarkan pada angka-angka yang tertera dalam laporankeuangan suatu perusahaan yang dipublikasikan (neraca dan laporan laba rugi), Angka--angka tersebut kemudian dihubung-hubungkan, baik angka-angka yang tertera dalam satulaporan keuangan (neraca atau laporan laba rugi saja) maupun antar dua laporan keuangan(neraca dan laporan laba rugi) sehingga membentuk suatu rasio. Dalam literaturmanajemen keuangan, rasio keuangan dikelompokkan menjadi rasio likuiditas (quickratio, current ratio, dan lain-lain); rasio aktivitas (rata-rata umur piutang, perputaranpersediaan, perputaran aktiva tetap, perputaran total aktiva, dan lain-lain); rasiosolvabilitas (total utang terhadap total aset, times interest earned, fixed chargedcoverage, dan lain-lain); rasio profitabilitas (profit margin, ROA, ROE, dan lain-lain);dan rasio pasar (PER, dividend yield, dividend payout ratio, EPS, dan lain-lain)(Prastowo, 1995).Chen dan Dodd (2001) mengatakan bahwa secara tradisional, laporan keuangan lebihmenekankan pada laba akuntansi (accounting earning) meskipun disadari bahwa teoripenilaian ekuitas lebih mementingkanfuture cash flow dalam menentukan harga sahamsuatu perusahaan. Argumen yang mendasari hal tersebut adalah infonnasi tentang earn-ing (laba) merupakan indikator lebih baik bagi kemampuan perusahaan dalammenghasilkan aliran kas sekarang dan masa datang dibandingkan dengan infonnasitentang penerimaan dan pengeluaran kas. Beberapa model penilaian dikembangkan olehkomunitas investasi dengan memasukkan laba sebagai input utama, sebagai contoh PER

    45

  • 5/12/2018 Economic Value Added

    4/10

    Jumal Studi Manajemen - Vo1.2, No.2, Oktober 2008

    menjadi alat analisis yang paling. sering diguuakan sebagai indikator keuangan di pasarmodal.Literatur akuntansi dan keuangan bahkan menyarankan accounting earning mempunyaiperan penting di pasar modal dilihat dari persepektif institusi (praktisi). Hal ini jugakonsisten dengan bukti empiris mengenai pentingnya kandungan infonnasi akuntansimenurut kalangan akadernisi.Namun demikian Steward (dalam Chen & Dodd, 2001) mengkritik bahwa accountingearning (maksudnya pendekatan tradisional) merupakan pengukuran yang cacat, karenagagal memasukkan total cost of capital. Suatu pengukuran seharusnya tidak dipengaruhioleh ketentuan akuntansi yang berbasis akrual. Sejak saat itu EVA diakui sebagaipengukur kinerja perusahaan yang pa1ing baru dan inovatif karena dapat mengkoreksi duatipe kesa1ahan yang dimiliki olelt accounting earning.Pengukuran kinerja yang tepat seharusnya mampu mengukur bagaimana strategimanajemen menciptakan nilai shareholder, yang diukur dengan the risk-adjustedreturn on invested capital. Pengukuran yang tepat barns dapat menggabungkan antarathe required rate of return on invested capital, mengukur dengan akurat jumlahcapital yang digunakan oleh perusahaan, dan menghubungkannya dengan the risk-adjusted return yang akan diperoleh shareholder. Pengukuran kinerja keuangan yangbaik juga seharusnya dapat mengetahui seberapa baik suatu perusahaan menghasilkanoperating profit. Operating profit merupakan kemampuan perusahaan untukmenghasilkan laba (profit) tertentu dengan menggunakan sejumlah modal yangdiinvestasikan. Dengan demikian, investor (sharehoder) harus mendapatkan paling tidakopportunity cost dari modal yang diinvestasikan. Oleh karena itu untuk dapat mengukurkinerja keuangan dengan baik, perusahaan harus mengurangi operating profit nyadengan cost of capital. Pengukuran dengan cara seperti ini disebut EVA.

    MENILAI KINERJA PERUSAHAAN DENGAN EVA

    Istilah EVA pertarna ka1i dipopulerkan oleh Stem Steward Management Service yangmerupakan perusahaan konsultan dari Amerika Serikat pada tahun 1980-an. EVAtelah lama dikenal oleh para ekonom sebagai economic profit, yaitu nilai profit yangmelebihi (kurang dari) tingkat pengembalian minimum yang bisa diperoleh(diderita) oleh pemegang saham dan kreditor dengan berinvestasi di sekuritas lainyang mempunyai risiko sebanding (oportunity cost).Dalam akuntansi manajemen, EVA telah populer sebagai alat untuk menilai kinerja(performance) suatu pusat investasi. EVA dikatakan sebagai alat yang lebih baikdalam menilai kinerja manajer divisi dibandingkan dengan ROI. Dengan penilaianberdasar ROI, manajer divisi mungkin akan enggan melakukan investasi kalauinvestasi akan menurunkan ROI divisi meskipun dapat menaikkan laba perusahaansecara keseluruhan (Hansen &Mowen, 2000).EVA merupakan laba operasi setelah pajak (after tax operating income) dikurangidengan total biaya modal (total cost of capital). Total biaya modal merupakan tingkatbiaya modal dikalikan dengan total modal yang diinvestasikan (Utama, 1997). Caralain menghitung EVA adalah: EVA = (tingkat pengembalian atas modal - tingkatbiaya modal) x total modal. EVA positif jika tingkat pengembalian yang dihasilkan46

  • 5/12/2018 Economic Value Added

    5/10

    Tjutjuk, Economic Value Added

    lebih tinggi daripada tingkat pengembalian modal yang diminta investor, yangberarti perusahaan telah memaksimumkan nilai perusahaan. Demikian sebaliknya,EVA negatif menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang sehingga tingkatpengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yangdituntut investor, yang berarti perusahaan tidak berhasil menciptakan nilai bagipemilik modal. Penghitungan EVA dalam berbagai kondisi tidak harus persis sarnadengan rumus tersebut karena terdapat beberapa penyesuaian terhadap laba operasisetelah pajak yang disusun berdasar Generally Accepted Accounting Principles(GAAP) - di Indonesia Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Oleh karena itubeberapa perusahaan mempunyai versi berbeda dalam menghitung EVA denganmelakukan penyesuaian-penyesuaian. Misalnya, penghitungan EVA menurut Lee(dalarn Utama, 1997) mencakup laba bersih yang tersedia untuk pemegang sahamdan biaya modal atas ekuitas.EVA merupakan penghitungan yang sederhana, mudah dipahami oleh kalangan nonfinansial tetapi cukup komprehensif. EVA merupakan selisih antara NOPAT (netoperating profit after tax) dengan capital charge. Atau EVA = spread EVA, yaituselisih antara ROIC (return on invested capital) dan WACC (weighted average cost ofcapital ) dikalikan dengan invested capital. Suryo (2002) mengatakan bahwapenghitungan EVA dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:.1. Menentukan NOPAT.NOPAT merupakan penjumiahan dari laba usaha, penghasilan bunga,

    bebanlpenghasilan pajak penghasiIan, tax shield atas beban bunga, bagian ataslabalrugi bersih perusahaan asosiasi, laba/rugi penjualan aktiva tetap daninvestasi saham, laba/ rugi lain-lain yang terkait dengan operasional perusahaan.NOPAT tidak memasukkan faktor non operasional dan laba (rugi) luar biasaseperti laba (rugi) penghentian usaha, dan beberapa rekening laba (rugi) lain yangsarna sekali tidak ada hubungannya dengan kegiatan operasional rutin perusahaan.2. Menentukan capital charge.

    Capital charge merupakan WACC dikalikan dengan invested capital. Capitalcharge menunjukkan seberapa besar opportunity cost modal yang telahdisuntikkan kreditor maupun pemegang saham. Penghitungan tersebut tidakhanya memperhitungkan / mempertimbangkan pembayaran bunga kepadakreditor, seperti bank ataupun bondholder, tetapi juga bunga implisit yangseharusnya dibayarkan kepada pemegang saham, yang selarna ini tidak tercermindalam laporan keuangan.a. WACC merupakan tingkat return minimunayang harus dihasilkan oleh

    perusahaan untuk memenuhi ekspektasi kreditor dan pemegang saham. WACCini dibobot berdasarkan proporsi masing-masing instrumen pembiayaan dalamcapital structure perusahaan (utang dan ekuitas). Secara matematis WACC=portion of debt x cost of debt x (1- tax rate) ditarnbah portion of equity x cost ofequity. Tax rate yang digunakan seharusnya merupakan tarip efektif berdasarperaturan perundangan perpajakan yang berlaku. Cost of debt dihitung denganmenggunakan tingkat bunga pinjaman jangka panjang dan jangka pendek untukmasing-masing perusahaan. Cost of equity dihitung berdasarkan capital asset

    47

  • 5/12/2018 Economic Value Added

    6/10

    Jurnal Studi Manajemen - VoU, No.2, Oktober 2008

    pricing model dengan menggunakan rata-rata tingkat suku bunga Sertifikat BankIndonesia.

    b. Invested capital merupakan hasil. penjabaran elemenlperkiraan dalam neraca untukmelihat besarnya kapital yang- diinvestasikar. dalam perusahaan oleh kreditur danpemegang saham serta seberapabesar kapitalyang diinvestasikan dalam aktivitasoperasional dan nonoperasionallainnya. Invested capital dapat dilutung dati jumlahutang bank jangka pendek, pinjaman banklsewa guna usahalobligasi jangka panjangyang jatuh tempo dalam setahun, pinjaman banklsewa guna usahal obligasi jangkapanjang, kewajiban pajak tangguhan, kewajiban jangka panjang lairurya, hakminoritas atas aktiva bersih anak perusahaan dan ekuitas.

    Penghitungan EYA nampaknya hampir sama dengan residual income (RJ) karenakeduanya telah memperhitungkan cost of capital (debt interest plus opportunity cost ofequity). Akan tetapi jika ditelusut lebih Ianjut, penghitungan EYA memberikan basil yanglebih akurat dan fair karena telah memasukkan beberapa penyesuaian terhadap pos-postertentu dalam laporan keuangan agar mencerminkan kondisi finansial perusahaan secarariil. Penyesuaian tersebut meliputi penyesuaian terhadap ekuitas dalam neraca danmodifikasi income untuk menghilangkan distorsilbias penghitungan yang ditimbulkan olehkekurangan dalam GAAP (Chen dan Dodd, 2001). Contoh untuk kepentingan penilaianaktiva tetap, pengeluaran untuk research & development (R & D) diperkirakan akanmemberi manfaat di masa yang akan datang sehingga dikapitalisasi sebagai aktiva. Jikapengeluaran R&D tersebut dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinyapengeluaran, akan berpotensi menyebabkan distorsi baik pada capital maupun accountingearning. Steward (dalam Surya, 2002) mengidentifikasi kemungkinan penyesuaian sampai164 jenis dalam melakukan penghitungan EYA. Tabel berikut adalah contoh penyesuaiandalam menghitung EYA yang dilakukan oleh Steward (dalam Chen dan Dodd, 2001).Equity Adjustment Required When Calculating EYA Add Equity Equivalent to Capital for:Add Increases in Equity Equivalent to NOP AT for:

    Equity Adjusment Required When Culculating EVAAdd Equity to capital for Add increases inEquity Equivalent to NOP AT for- Deferred income tax reserves - Increase in deferred tax reserve- LIFO reserve - Increase in LIFO reserve- Cumulative goodwill amortization - Goodwill amortization- Cumulative unusual loss (gain) - Unusual loss (gain)- Bed debt reserve - Increase in bed debt reserve.

    Penyesuaian tersebut dilakukan dengan tujuan mendapatkan rulai EYA yang lebih dapatdiandalkan, lebih mencenninkan economic profit yang diciptakan perusebaan,memperbaiki distorsilbias yang mungkin timbul baik karena kecenderungan manajermerekayasa laporan keuarigan maupun karena masih banyaknya kekurangan dalam GAAPSurya -(2002) menyatakan bahwa prinsip dasar dalam melakukan penyesuaian adalahmenghilangkan distorsi sejauhpraktis dan memungkinkan sepanjang tidak berdampakmaterial terhadap nilai EYA yang dihasilkan dan mempermudah melacak dan menurunkaninformasi yang dibutuhkan. Mark Plus dan SWA me1akukan empat penyesuaian dalam48

  • 5/12/2018 Economic Value Added

    7/10

    Tjutjuk , Economic Value Added

    menghitung EVA yaitu penyesuaian terhadap successful effort accounting (biasanyadilakukan perusahaan pertambangan); biaya riset dan pengembangan; biaya Man danbiaya promosi; dan restrukturisasi yang selama ini langsung dibiayakan pada tahunterjadinya pengeluaran. Biaya-biaya tersebut dikapitalisasi dan diamortisasi sesuai denganperkiraan urnur ekonomisnya masing -masing. Alasannya adalah: 1) manfaat ketiga j emsbiaya tersebut bam teras a di masa yang akan datang, 2) membatasi kemampuanmanajemen merekayasa pendapatan (melakukan earning management) denganmengeliminasi akrual untuk piutang tak teriagih, 3) mengeliminasi noncash charge,seperti amortisasi aktiva tak berujud (goodwill, royalti, dan lain-lain) maupun pajaktangguhan, 4) membuat current EVA sebagai pengukuran market value yang lebih baikdengan mengeluarkan non operating income dan aktiva serta mengkapitalisasi sebagiancapital charge terutama yang terkait dengan operating lease.

    EVA: KELEBIHAN, KELEMAHAN, dan DETEKSI REKA YASASeperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa penggunaan pengukur kinerja EVA berangkatdari adanya kelemahan pengukuran akuntansi tradisional yang tidak memperhitungkanbiaya modal atas ekuitas jika suatu investasi dibiayai dari dana ekuitas (capital).Penghitungan EVA yang telah diuraikan sebelumnya menunjukkan bahwa perusahaanharus memasukkan biaya utang (cost of debt) dan biaya modal atas ekuitas (cost ofequity) dalam menentukan EVA. Pemilik ekuitas (shareholder) mempunyai risiko yanglebih tinggi dibandingkan dengan kreditor, oleh karena itu besarnya biaya modal atasekuitas seharusnya lebih tinggi daripada besarnya biaya utang. Jika manajer dinilaiberdasar EVA, dia akan selalu memilih investasi yang dapat memaksimumkan tingkatpengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal agar diperoleh EVA positif, yangberarti dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Penghitungan tingkat biaya modal (costof debt dan cost of equity) menghamskan perusahaan untuk memperhatikan kebijakanstruktur modalnya. Dengan dimasukkannya biaya modal atas ekuitas dalam menghitungEVA, pengukur kinerja EVA menfokuskan pada penciptaan nilai yang sesungguhnya.Kelebihan EVA dibandingkan dengan pengukur kinerja akuntansi tradisional (termasukROI) yang lain adalah dilakukannya adjustment (penyesuaian) terhadap biaya-biayatertentu yang dikeluarkan. Dengan penyesuaian ini manaj emen terdorong untukmelakukan investasi yang berdampak baik terhadap kinerja perusahaan dalam jangkapanjang.Sebagai pengukur kinerja keuangan, EVA memang lebih akurat dibandingkan denganpengukur kinerja tradisional, akan tetapi sebagai pengukur kinerja secara umum EVAmemiliki kekurangan karena cenderung mengabaikan pengukuran nonfmansial dankepentingan stakeholder. Kelemahan yang lain adalah bahwa penghitungan EVA masihmendasarkan pada laporan keuangan, yang kemungkinan dapat direkayasapembukuannya untuk mendapatkan EVA positif. Kelemahan tersebut menunjukkanbahwa EVA pun belum mencerminkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Masalahlain juga mungkin terjadi jika pendapatan bonus atau kompensasi manajemen didasarkanpada EVA. Dalam hal EVA dihubungkan dengan kompensasi manajemen, biasanyamereka terdorong untuk memanipulasi kinerja dengan cara menurunkan investasi (asetproduktif) untuk menurunkan biaya modal, menggeser pendapatan peri ode mendatang ke

    49

  • 5/12/2018 Economic Value Added

    8/10

    Jurnal Studi Manajemen - Vo1.2, No.2, Oktober 2008

    periode' sekarang, menggeser biaya sekarang ke periode mendatang, dan tindakan earningmanagement lain yang rnenguntungkannya. Trik yang dapat dilakukan oleh pengelolaperusahaan untuk meningkatkan EVA, diantaranya adalah: 1) meningkatkan NOPATversi laporan keuangan melalui earning management yaitu mempercepatJ memperbesarpengakuan pendapatan maupun memperkecil/menunda pengakuan beban, 2)meningkatkan NOPAT versi EVA dengan cara memperpanjang masa amortisasi sejumlahbiaya, seperti biaya riset dan pengembangan, biaya Man, dan lain-lain, 3) tidakmenghapus goodwill dan aktiva tak berujud lainnya meskipun nilainya sebenarnya sudahturun atau habis, 4) menunda beban pengakuan piutang tidak tertagih, 5).meminimumkan pajak yang harus dibayar, dan 6) mengurangi jumlah modaldiinvestasikan (mengurangi besarnya ekuitas dan utang berbunga) dengan melunasisebagian utang berbunga dan/atau membeli kembali sahamnya di bursa untuk sementarapada akhir tahun (Suryo, 2002).Untuk dapat memperoleh EVA yang sebenarnya sehingga benar-benar dapatmencerminkan kinerja perusahaan, rekayasa dalam meningkatkan EVA tersebut dapatdideteksi dengan beberapa cara seperti 1) membandingkan kebijakan amortisasi biayariset dan pengembangan, Man, serta pelatihan pegawai antar waktu dan antar perusahaan,2) menilai anak perusahaan untuk mengatasi apakah memang goodwill yang diakui masihada nilainya atau tidak, 3) menilai aktiva tidak berwujud untuk mengetahui masih adanilainya atau tidak, 4) menilai tren perubahan kewajiban pajak tangguhan sertamembandingkan dengan perusahaan lain dalam satu industri untuk mengevaluasi apakahangkanya wajar atau tidak, 5) menganalisis tren biaya penghapusan piutang tidak tertagihdan membandingkan dengan perusahaan yang berbeda pada satu industri, 6)menggunakan rata-rata modal diinvestasikan selama satu tahun dan bukan hanya padaakhir atau awal tahun (Utama, 2002).

    IM PLEMENT AS I EVA: SEBUAH KENY ATAAN

    Chen dan Dodd (2001) mengatakan bahwa hubungan antara pengukur kinerja operatingincome, RI dan EVA terhadap stock return,EV A bukanlah merupakan pengukuranterbaik dalam penilaian. EVA tidak lebih dominan dibandingkan dengan operatingincome dalam menjelaskan stock return. Koefisien korelasi antara EVA dengan stockreturn adalah 0,45, sedangkan koefisien korelasi antara operating income dengan stockreturn adalah sedikit lebih tinggi yaitu 0,49.Beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia juga menunjukkan bahwa EVA bukanmerupakan pengukur kinerja perusahaan yang terbaik dihubungkan dengan harga sahammaupun return saham. Atrnaja (2002) menyatakan bahwa dengan sampel sekitar 90perusahaan, dicoba untuk menghitung korelasi sederhana antara stock return denganEVA, NOPAT, spread EVA, dan net income. Dari hasil tersebut ditemukan bahwakorelasi antara EVA dan stock return adalah yang terendah di antara yang lain, yaitusebesar Q,059. Chendrawati dan Hartono (1997) juga menguji apakah ROA atau EVAyang mempunyai hubungan paling kuat dengan return saham (tingkat pengembaliansaham). Hasilnya menunjukkan bahwa ROA mempunyai hubungan paling kuat denganreturn saham (70%) dan signifikan pada taraf uji two tailed 5% dibandingkan denganEVA yang hanya sekitar 10%.50

  • 5/12/2018 Economic Value Added

    9/10

    Tjutjuk , Economic Value Added

    Manajer perusahaan-perusahaan yang diperingkat berdasarkan EVA yang dihasilkan(dalam topik utama "Pencetak EVA dan MVA terbaik 2002" oleh majalah SWA)mengatakau bahwa EVA belum digunakan oleh para investor untuk mengamati hargasaham di bursa efek. Para analis saham juga belum menggunakan EVA dalammenganalisis dan merekomendasi transaksi saham di bursa, bahkan para manajer investasimenyebutkan bahwa peran EVA sebagai bahan pertirobangan dalam keputusan investasimasih di bawah 50%. Alasannya adalah mereka lebih melihat pada prospek di masadepan dibanding menggunakan data historis. Hal lain yang menyebabkan rendahnyaketerkaitan EVA dengan return saham adalah tidak dicantumkannya EVA dalam laporankcuangan suatu perusahaan yang tercatat di pasar modal di Indonesia, sehingga parainvestor tidak mengetahui EVA.Beberapa perusahaan yang menempati peringkat 10 perusahaan dengan EVA positif padatahun 2001 (PT Ramayana, Indofarma, PT Timah, PT Selamat Sampurna) tidak secaraeksplisit menerapkan EVA untuk menilai perusahaan, tetapi sebenarnya. telahmenerapkan prinsip-prinsip penghitungan EVA. Mereka berpendapat bahwa yangterpenting adalah memberikan nilai tambah yang besar bagi para pemodal dengan caramemaksimalkan profit, meminimalkan biaya dan memaksimaIkan nilai investasi. Jikaperusahaan mempunyai kinerja bagus, digunakan model penghitungan apapun hasilnyaakan bagus.Pertimbangan investasi berdasar EVA tidak relevan terutarna bagi investor jangka pendekyang hanya mengharapkan capital gain. Oleh karena itu nilai EVA tidak berpengaruhsecara signifikan terhadap return saham (seperti diuraikan dalam beberapa penelitianyang disebutkan pada bagian sebelumnya). Beberapa perusahaan blue chip (perusahaanyang sahamnya menjadi saham favorit investor) di pasar modal pada perneringkatan EVAtahun 2002 bahkan mempunyai EVAjeblok (tidak berada pada top ten atau bahkan negatif.Kondisi ini terjadi karena harga saham bersifat forward looking, artinya harga sahammencerminkan harapan investor terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan arus kassekarang dan masa yang akan datang. Adapun EVA lebih bersifat backword looking, yaknimelihat hasil yang telah dilakukan manajemen dalam suatu periode. Dalam membeli saham,investor melihat apa yang akan terjadi, bukan apa yang sudah terjadi. Demikian juga, dalammembeli saham, investor akan mempertimbangkan beberapa faktor selain ukuran kinerjakeuangan (EVA dan lainnya) seperti aspek historis perusahaan (termasuk nama besar ataureputasi perusahaan), kapitalisasi pasar yang besar, prospek yang bagus.EVA akan mempunyai manfaat yang lebih banyak untuk kepentingan internal perusahaanseperti mengetahui keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan (menghasilkannilai tambah yang berarti atau tidak), mengevaluasi kinerja, mengevaluasi proyek/ investasi,mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham, dan menentukancompensation contract untuk pemberian insentif, bonus, gaji, dan sebagainya,

    KESIMPULANPengganaan EVA sebagai pengukur kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan pilihanyang lebih baik dibanding pengukur kinerja tradisional (ROA, ROI, dan lain-lain).Penghitungan EVA dianggap lebih akurat karena telah memasukkan biaya ekuitas (cost ofequity) dalam menentukan cost of capital sebagai dasar pernilihan investasi, dan telah

    51

  • 5/12/2018 Economic Value Added

    10/10

    Jurnal Studi Manajemen - VoL2, No.2, Oktober 2008

    memasnkkan penyesuaian terhadap pos-pos tertentu dalam laporan keuangan. Telah banyakperusahaan di luar negeri yang menerapkan EVA sebagai alat untuk menilai kinerjaperusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut telah berhasil menciptakan nilai tambah secarariil bagi share holder nya.Kenyataan tersebut temyata tidak dialami oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia.Beberapa penelitian empiris menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yangsignifikan antara EVA dengan return saham. Para investor dan analis investasi masihmenggunakan pengukur kinerja tradisional sebagai dasar analisis dalam melakukaninvestasi. Para manajer di beberapa perusahaan favorit di pasar modal juga tidakmenghitung EVA sebagai dasar penilaian kinerja perusahaan yang dipimpinnya.

    DAFTARPUSTAKA

    Atmaja, Setia, Atmaja "EVA, VBM dan Investor", SWA No. 221XVITI. 14 Oktober - 4November 2000 : 34 - 36.

    Husnan, Suad, Dasar-DasarTeori Portotolio dan Analisis Sekuritas. Edisi ke dua,Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 1996

    Koesno " Analisis Praktis untuk Memiliki dan Membeli Saham" Info Pasar Modal 1990 :31-36.

    Rousana, Mike "Memanfaatkan EVA untuk.Menilai Perusahaan di Pasar Modal Indonesia"Usahawan No. 04 Th XXVI. April 1997 ; 18-21

    Prastowo, Dwi "Analisis Laporan Keuangan : Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta : UPPAMP YKPN, 1995.Purnomo, Yogo "Keterkaitan Kinerja Keuangan dengan Harga Saham" Usahawan No. 12Th XXVII, Desember 1998 : 33-38.

    Surya, Alexander "Lagi, Metodologi Penghitungan EVA .. SWA No. 22IXVII 14 Oktober-4 November 2002 : 26-27

    Utama. Sidharta " Economic Value Added: Pengukur Penciptaan Nilai Perusahaan "Usahawan No. 04 Th. XXVI, April 1997 : 10-15.

    52