EBCR Hepato Hery [Batas1]
-
Upload
aulia-azmi -
Category
Documents
-
view
57 -
download
1
description
Transcript of EBCR Hepato Hery [Batas1]
-
EBCR Hepatologi
Outcome dari pemasangan indwelling catheter pada pasien dengan ascites refracter.
oleh:
Hery Agung Samsu alam
PPDS Tahap 2
DIVISI HEPATOLOGI
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PENYAKITDALAM
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
JUNI 2012
-
I. Pendahuluan
Carcinomatosaperitonitis, yang mengindikasikan keberadaansel ganasdalam
ronggaperitoneal,merupakan komplikasiyang sudah lama dikenal pada penyakitganas.Akibat dari kondisi
ini, Muncullah keadaan ascites, yang akhirnya disebut ascitesakibat keganasan (malignant
ascites).Asitesmaligna adalahkondisi yang memberatkanyangbelum ada terapi efektiftersedia.Drainase
dengan frekuensi seringmungkin diperlukanuntuk menghilangkan rasa sakitdan ketidaknyamanan.1
Asitesmaligna sendiri adalah salah satu komplikasi yang ditakuti pada keganasan.Pasien-pasien
inimemiliki prognosis yang sangat burukdengan rerata kelangsungan hidupantara 1 sampai4
bulan.2,8Pasien-pasien inimemiliki morbiditas yang signifikan dariintractable ascites (tidak mempan
dengan diuretik)dan biasanyaberada pada tahap akhir daripengobatan kemoterapisistemik dan radiasi
radiasi.Peritoneal-venashuntingtelah memberikanbeberapa pasien perbaikan gejala akan tetapibanyak
pasien denganasitesganasadalah kandidatyang burukuntukmodalitas ini, sehingga kelompok pasien ini
memiliki mortalitas yang signifikan.Paracentesis ulangmemilikimasalah yang terkaitdenganperjalanan
berkali-kalikerumah sakitdan risikoyang meningkat terkaitdengan masuknya jarumbeberapakali
keperut.2
Terdapat beberapa teori mengenai timbulnya ascites maligna ini.Studitumor padattelah
menunjukkan bahwa terjadi kebocoran lokal pada struktur microvasculatur tumor.Ada pula yang
berpendapatbahwacairan asitesakibat keganasan terakumulasisebagai hasi l daripermiabilitasdari
pembuluh darahyang melapisironggaserosa.Untuk mendukungpandangan ini, tumor, baik yang solid
danasites,mengeluarkanmediatorprotein.VPF1.yangsangat meningkatkanpermeabilitaspembuluh darah
normal terhadap makromolekulberedar. Selain itu, ada yang berpendapatbahwa
akumulasidariasiteskeganasanmungkin akibat dariimpedansidari drainasecairan peritoneum.3
Ascites Refracter sendiri, menurut Vicente Arroyo dan kawan-kawan, adalah Asitesyang tidak
dapatdimobilisasiataukekambuhannya tidak dapat dicegah dengan terapi medis secara
memuaskan.Istilah ''asitesrefrakter'' mencakup duasubtipe yang berbeda, yaitu diuretic-resistant
ascites and diuretic-intractable ascites. Diuretic-resistant ascites adalah asitesyang tidak
dapatdimobilisasiataukekambuhannya tidak dapatdicegahkarena kurangnyarespon
terhadappembatasannatriumdietdan pengobatandiuretikintensif. Sedangkan diuretic-intractable
ascites adalah asitesyang tidak dapatdimobilisasiataukekambuhannya tidak dapatdicegahkarena
-
timbulnya komplikasi-komplikasi yang diinduksi penggunaan
diuretiksehinggamenghalangipenggunaandosisdiuretikyang efektif.4
EBCR ini akan mempresentasikan sebuah kasus ascites refracter pada pasien yang menderita
massa tumor caput pancreas dan multiple nodul hepar disertai sirosis hepatis Child Pugh C, dan
mencoba menilai manfaat penggunaan pig tail (in dwelling catheter) pada pasien dengan ascites
refracter.
-
II. Ilustrasi Kasus
Seorang wanita, usia 56 tahun, masuk dengan keluhan penurunan kesadaran sejak kurang lebih
8 jam SMRS. Dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa Sejak 2 bulan SMRS, mata dan badan pasien
mulai terlihat kuning.Perut membesar di sertai begah.mual dirasakan kadang-kadang, muntah kadang-
kadang. Terdapat muntah cairan kehitaman.Nafsu makan menurun. Didapatkan kencing yang seperti air
teh, maupun tinja yang bewarna dempul. Demam kadang-kadang, tidak tinggi.Sempat memeriksakan
diri ke Rumah sakit, dilakukan pmeriksaan dan dikatakan terdapat tumor di liver. Pasien dirujuk ke RSCM
dan menjalani pemeriksaan dan selama ini kontrol di poli hepatologi
Sejak 8 jam SMRS pasien diketahui mengalami perubahan kesadaran, bicara meracau dan tidak
sesuai bila diajak berkomunikasi.trauma kepala disangkal, kelemahan sesisi dsangkal, pingsan disangkal,
kejang disangkal, muntah(-). Awalnya pasien masuk ke UGD dan kemudian melanjutkan perawatan di
bangsal penyakit dalam.Selama perawatan kesadaran mengalami perbaikan, (walau pun naik-
turun).Sempat dilakukan paresentesis sebanyak 3 kali tetapi, ascites muncul kembali.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikterik dan perut yang membuncit.Perut teraba tegang,
hepar maupun lien sulit dinilai melalui pemeriksaan fisik. Perut tampak membuncit, tegang, hepar dan
lien sulit dinilai, didapatkan venektasi maupun shifting dullness pada pemeriksaan abdomen.
Dari pemeriksaan penunjang tidak didapatkan bukti adanya infeksi hepatitis B maupun C.
hemoglobin didapatkan 8.1, Leukosist 10.910, dan thrombosit 294.000.enzim trans aminase didapatkan
meningkat (SGOT 155 dan SGPT 155 dan 41), penurunan albumin (2.61) dan peningkatan bilirubin
(23.77/21.39/2.38). Dari hasil USG didapatkan Suspek tumor kaput pancreas, multipel nodul hati lobus
kanan, obstruksi bilier intra dan ekstra hepatic, serta ascites. Sedangkan dari hasil CT scan didapatkan
Massa maligna pada segmen 3/4/5/8 hepar dengan kolateral dari vena porta ke vena umbilical dan
turtous vena lienalis disertai ascites, sugestif hepatoma, pembesaran KGB inguinal bilateral, dan ground
glass opacity pada basal kedua paru curiga pneumonia.
Sehingga dari data diatas dirumuskan masalah pada pasien ini adalah Sirosis Hepatis Child Pugh
C dengan EH gr I, disertai ascites refracter hiperbilirubinemia dan coagulopati, Ikterus obstruktif
intra&ekstrahepatik ec obstruksi massa tumor kaput pancreas et multiple nodul hepar, DM tipe 2, GD
belum terkontrol, danAnemia normositik normokrom ec perdarahan dd ACD dd hemolitik.
Selama perawatan pasien sempat dilakukan paresentesis sebanyak tiga kali, tetapi cairan ascites
tetap muncul kembali, sehingga kemudian direncanakan pemasangan pig tail.
-
III. Formulasi Masalah dan Pencarian Bukti
A. Formulasi Masalah
Berdasarkan kondisi diatas, maka kami mengajukan permasalahan bagaimana hasil (outcome)
dari pemasangan pig tail (indwelling catheter) pada pasien dengan ascites refracter.
B. Penelusuran Bukti
Untuk menjawab pertanyaan diatas kami melakukan pencarian dengan penggunakan di situs
PubMed maupun web-browser Google.Kata kunci yang dimasukkan adalah refractory ascites, pig tail,
malignancy. Didapatkan hasil sebagai berikut:
Dari situs PubMed, didapatkan dua (2) literatur dalam bahasa inggris.Satu literatur diekslusi
karena tidak relevan.Artikel tersebut memaparkan komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi pasca
dilakukan parecentesis.
Dari web-browser Google didapatkan 22 artikel.Sebanyak 19 artikel dieklusi karena tidak
relevan dengan masalah.Didapatkan 3 literatur dalam bahasa inggris.Dua literatur dieklusi karena bukan
meta-analisis dan/atau RCT. Satu literatur berupa brief reports dan satu literatur berupa penelitian
retrospektif.
Dari pencarian melalui dua situs pencari tersebut, didapatkan satu literature berupa telaah
sistematis tentang pemasangan indwelling catheter untuk manajemen ascites refrakter maligna.
-
IV. Diskusi
ARTIKEL 1
Artikel yang berjudul Indwelling Catheters for the Management of Refractory Malignant Ascites:
A Systematic Literature Overview and Retrospective Chart Review dimuat dalam Journal of Pain and
Symptom Management Vol. 38 No. 3 September 2009. Penelitian yang dilakukan oleh Nicole D.
Fleming, Angeles Alvarez-Secord, Vivian Von Gruenigen, Michael J. Miller, dan Amy P. Abernethy,
merupakan literature review dari 15 penelitian yang memenuhi kriteria, dengan total terdiri dari 221
pasien, yang bertujuan menilai keamanan dan efikasi dari pengunaan kateter indwelling intraperitoneal
(IP). Penelusuran kepustakaan dilakukan dengan menggunakan database dari MEDLINE (Ovid platform
dan PubMed). Hasil penelusuran mendapatkan 15 penelitian yang memenuhi kriteria inklusi untuk
dapat dimasukkan dalam meta analisis.5
Tulisan ini akan membahas 3 aspek dari penelitian diatas, yaitu Validitas, Kepentingan
(Importnce), dan Aplikasi-nya.
a. Validitas
Artikel diatas merupakan sebuah literature search dengan menggunakan Ovid Platfiorm dan
PubMed dengan janngka waktu 1996 sampai minggu pertama april 2008. Dengan hasil sebagai berikut:
-
Sehingga pada hasil akhirnya disertakan 15 artikel dalam penelitian ini. Berikut ini adalah
ringkasan dari penelitian-penelitian ini:
-
Sedangkan yang berasal dari restrospective chart review, dilakukan pada dua institusi
pendidikan, didapatkan 19 pasien dengan karkteristik sebbagai berikut:
-
Secara keseluruhan, 7 dari 158 pasien (4.4%) dengan tunneled catheters mengalami peritonitis,
1 dari 40 pasien (2.5%) dengan tunneled Pleurex catheter mengalami peritonitis, dan 13 dari 62 pasien
(21%) dengan untunneled IP catheter mengalami peritonitis. Kejadian tidak diinginkan lain adalah
kebocoran dari lokasi kateter (n =15 [6.8%]), selulitis ringan (n = 2 [0.9%]), hipotensi fatal (n = 2 [0.9%]),
infeksi yang berkaitan dengan kateter (n = 13 [5.9%]), dan oklusi kateter (n =12 [5.4%]).
Dari total 221 pasien yang direview pada literature ini, 198 pasien meninggal, dan 116 pasien
meninggal dengan kateter masih terpasang. Survival dari sejak pemasangan kateter sampai saat
meninggal berkisar antara 15 hari sampai 18 bulan.Sehingga , berdasarkan overview dari beberapa
literature ini menyimpulkan bahwa resiko peritonitis berkurang secara signifikan pada pasien dengan
sistem kateter disbanding dengan pasien tanpa sistem kateter.
Sedangkan dari penelitian retrospektif chart reiew, kebanyakan pasien (79%) tidak memakai
kateter, dan hanya 2 pasien yang menderita peritonitis, dimana satu pasien justru memakai kateter.
Sehingga, menurut review sistematik ini, faktor resiko peritonitis pada pemasangan IP
cathetermerupakan hal yang multifaktorial dan tergantung dari tipe kateter, proses penusukan,
prosedur sterilisasi dan pengalaman dari operator sendiri.
ARTIKEL 2
Artikel yang berjudulIndwelling catheters for the managementof malignant ascites, dimuat
dalam jurnal Support Care Cancer, Mei 2000, dengan penulis A Lee et al. artikel tersebut merupakan
sebuah retrospective study yang melibatkan semua pasien yang mendapatkan pemasangan indwelling
catheter untuk penanganan ascites maligna simptomatik dalam periode 4 tahun, mulai dari april 1993
sampai maret 1997. Penelitian ini dibuat untuk mengevaluasi keberhasilan teknis, komplikasi, dan
outcome dari pemasangan indwelling catheter.6
Pada penelitian ini, dilakukan evaluasi terhadap pemasangan 45 kateter pada 38 pasien, 7
diantaranya mndapat dua kali pemasangan kateter pada waktu yang berbeda. Dari jumlah tersebut, 8
pasien merupakan lost to follow up, sehingga analsis hanya dilakukan pada 37 pemasangan kateter pada
30 pasien.
Pada follow up, 37 kateter ini akhirnya dilepas kembali dengan berbagai alasan, yang dapat
dilihat dari tabel berikut:
-
Alasan Persentase Masih fungsional Hipotensi yang fatal Meninggal (non-korelasi dengan kateter) Ascites berkurang Permintaan pasien
2 (5,4%)
13 (35,1%) 8 (21,6%) 1 (2,7%)
Penyebab lain Sepsis Buntu (tak berhasil diatasi) Lokulasi
6 (16,2%) 5 (13,5%) 2 (5,4%)
Dari 37 pemasangan kateter ini 13 pasien mengalami infeksi.Tidak satu pun yang mengalami
bakteremia. Secara detil, infeksinya adalah sebagai berikut:
b. Kepentingan
Dari kesimpulan dua artikel diatas, memiliki hasil yang cukup penting dalam hal penentuan
manajemen dari ascites refracter pada keganasan. Dari kedua pembahasan artikel diatas, dapat
disimpulkan bahwa pemasangan indwell ing cathetermerupakan salah satu pilihan yang cukup baik
dalam tata laksana ascites refrakter pada keganasan,
-
c. Aplikasi (Applicability)
Pemasangan catheter (dalam hal ini indwell ing catheter) merupakan hal yang dapat dilakukan
pada kasus ini. Institusi tempat pasien dirawat memilki sumber daya (baik ahli maupun alat) untuk
melakukan prosedur pemasangan kateter sesuai dengan prosedur. Sehingga, diharapkan hasil EBCR ini
dapat diaplikasikan dalam pengambilan keputusan dalam tata laksana ascites refrakter pada keganasan.
Pengaplikasian jawaban atas masalah
Pengelolaanasitesganasadalahmasalahklinisyang penting ketikaascitesmenyebabkangejala yang
berat .terapiparacentesisyangberulangseringdiperlukan.Jikaterdapat sel-sel ganasdalamcairanascitesdan
tidak adamassa tumorintra-abdomen,maka terapi paliatifdapat dicapaipada beberapa pasiendengan
keganasanyang bersifat chemosensitive denganinjeksiintraperitonealobatsitotoksikyang sesuai.Pada
pasiendengan cairanasites tanpa ditemukan sel ganas didalamnya, tindakan
shuntperitoneovenousmungkin memil iki maknsapada pengontrolanascitesrefrakter.7
Walaupun demikian, tindakan paracentesis pun bukannya tanpa masalah terdapat beberapa
komplikasi dari tindakan paracentesis, terbagi menjadi komplikasi awal dan komplikasi akhir. Komplikasi
awal antara lain keluarnya keluarnya cairan dari tempat penusukan, pendarahan, nyeri di tempat
penusukan, dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk komplikasi akhir adalah SBP, Hepatorenal
syndrome, encephalopati, demam, dan hematom abdominal.9
Dari kedua artikel diatas dapat dilihat komplikasi dan outcome yang dapat terjadi pada
pemasangan kateter adalah:
Artikel Artikel 1 Artikel 2 Jenis Overview sistematik Review Retrospektif Studi restrospektif
Komplikasi Peritonitis 20 (9%) 2 (11%) 13 (43%) Kebocoran 15 (6,8%) 2 (11%) 7 (18,9%) * Selulitis ringan 2 (0,9%) Tidak disebutkan Tidak disebutkan Hipotensi fatal 2 (0,9%) Tidak disebutkan 2 (5,4%) Infeksi 13 (5,9%) 2 (termasuk peritonitis) 13 (termasuk peritonitis ) Oklusi 12 (5,4%) 7 (37%) 5 (13,5%) *berhasil diatasi
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi
pada pemasangan kateter pada ascites refrakter, antara lain peritonitis, kebocoran pada tempatt
pemasangan, buntu pada saluran kateter,dan lain-lain.
-
Untuk kejadian peritonitis dan infeksi, faktor resikonya sendiri merupakan hal yang
multifaktorial dan tergantung dari tipe kateter, proses penusukan, prosedur sterilisasi dan pengalaman
dari operator sendiri.
-
Daftar Pustaka
1. J.T.Tamsma, H.J. Keizer, A. E. Meinders, Pathogenesis of malignant ascites: Starling's law of
capillary hemodynamics revisited. Annals of Oncology. 2001;12: p.1353-1357.
2. Howard M, Richard I, Douglas M. Coldwell, Robin L. Boyd-Kranis, Ravi Murthy, and David A. Van
Echo, Pleurx Tunneled Catheter in the Management of Malignant Ascites, J Vasc Interv
Radiol.2001; 12:37375
3. Janice A. Nagy, Kemp T. Herzberg, Jane M. Dvorak, and Harold F. Dvorak, Pathogenesis of
Malignant Ascites Formation: Initiating Events That Lead to FluidAccumulation. Cancer Res.
1993;53:p.2631-43.
4. Vicente Arroyo, Pere Gine, Alexander L. Gerbes, F.J Dudley, P. Gentilini, G. Laffi, Telfer N.
Reynolds et al, Definition and Diagnostic Criteria of Refractory Ascites and Hepatorenal
Syndrome in Cirrhosis, Hepatology. 1996;23(1):p.164-76
5. Nicole D. Fleming, Angeles Alvarez-Secord, Vivian Von Gruenigen, Michael J. Miller, and Amy P.
Abernethy, Indwelling Catheters for the Management of Refractory Malignant Ascites: A
Systematic Literature Overview and Retrospective Chart Review, Journal of Pain and Symptom
Management. 2009;38(3):p.341-9
6. A. Lee, T.N. Lau, K.Y. Yeong, Indwelling catheters for the management of malignant ascites,
Support Care Cancer. 2000;8:p.493-99
7. Rita Sood, Ascites : Diagnosis and Management, JIACM. 2000; 5(1):p.81-9
8. C. R. Tapping, L Ling, A Razack, PleurX drain use in the management of malignant ascites: safety,
complications, long-term patency and factors predictive of success, The British Journal of
Radiology. 2011:p.1-6
9. Signe Skovgaard Wiese, Christian Mortensen, Flemming Bendtsen, Few complications after
paracentesis in patients with cirrhosis and refractory ascites, Dan Med Bul. 2011;58(1):p.1-5