EASE Magazine Edisi September 2013

18
1

description

EASE Magazine edisi 9, Agustus 2013: "Menunggu Senja di Hanoi" The platform of AIESEC Bandung to showcase and to engage youth activities. The main focus of this magz are leadership, management, and youth related topic. Open for contribution for all AIESEC Bandung members (contact: [email protected])

Transcript of EASE Magazine Edisi September 2013

Page 1: EASE Magazine Edisi September 2013

1

Page 2: EASE Magazine Edisi September 2013

Hello EASE reader! How do you feel? We hope you’re doing great ;)

Masih dalam suasana lebaran 1434H, seluruh tim redaksi EASE MAGAZINE mengucapkan selamat hari daya idul fitri mohon maaf lahir dan batin. Semoga kita bisa kembali fitri dengan melakukan hal hal positif setiap harinya

Pada edisi kali ini, salah satu isu yang akan EASE angkat adalah mengenai leadership. Pernahkan kalian menjadi pemimpin dalam suatu organisasi atau event? What do you feel?

Menjadi pemimpin bagi banyak orang dengan berbagai sifat, sikap, serta background yang berbeda pastilah bukan hal yang mudah. As we all know, leadership sangat penting dalam membentuk karakter pribadi dan kesuksesan seseorang. Leadership bukan hanya soal bagaimana gaya kepemimpinan kita terhadap orang lain, namun juga bagaimana cara kita dalam menyikapi masalah yang timbul dalam diri sendiri.

Ada beberapa tipe leadership loh, jadi setiap orang itu pasti punya karakter memimpin yang berbeda-beda. EASE juga akan membahas mengenai beberapa tipe leadership dan kamu juga bisa ikutan testnya, hayo kamu tipe leadership yang kaya gimana?

Besides leadership kami juga akan membahas informasi-informasi penting yang tak kalah menariknya di setiap rubrik EASE such as event Global Youth Feast (GYF) yang berlangsung september ini, kemudian ada cerita menarik dari exchange participants yang melakukan life changing experience ke Colombia.

Through this magazine, we hope that you as a reader can get a lot of useful information for your life and we also hope that our magazine can inspires you to keep reading and reading.

Jadi tunggu apa lagi? Flip the pages to find out more, happy reading! :--D

Letterfrom Editorial

2Le

tter

s fr

om E

dito

r

Page 3: EASE Magazine Edisi September 2013

CEO Afifa Urfani

Editor in Chief Khoirunnisa Chacu

Managing Director Damianus Andreas

Creative Director Jonathan Adrian

Reportation Team Firda FirdausNovia MesayualizaJazman BariziNadira KusaeniLucia Retno

AIESEC LC BandungJalan Tubagus Ismail No. 40, Lt. 2

Bandung, Jawa Barat 40132

www.aiesecbandung.org

@AIESECBANDUNG

EASEREDAKSI

KONTEN

Eye Spy

Mother Monster

Rest In Peace Advertising Killed by Word of Mouth Marketing

Focus

What Type of You Leadership Style?

Blast Off

Mengenal Zine Lebih Dekat

Wanderlust

Insight

Straight Forward

Day to Play

5

6

7

10

12

13

16

18

3Contents

Page 4: EASE Magazine Edisi September 2013

4Co

ntrib

utor

s

Bhareno Barus

Hani Fauzia Ramadhani

Khoirunnisa Chacu

Afifa Urfani

Damianus Andreas

Yosefine N.L

Damianus Andreas

Firda Firdaus Abdi

The Writers

Page 5: EASE Magazine Edisi September 2013

Setelah beberapa bulan hilang dari peredaran karena harus menjalani

operasi cedera pinggul pada Februari lalu, Lady Gaga akhirnya mengeluarkan single terbarunya, yang berjudul “Applause,” pada tanggal 12 Agustus 2013. “Applause” merupakan single pertama dari album barunya yaitu “ARTPOP,” yang akan rilis pada 11 November 2013 mendatang. Pemilik nama lengkap Stefani Joanne Angelina Germanotta ini mengungkapkan bahwa single terbarunya ini terinspirasi dari dukungan para penggemarnya, yang dinamai “Little Monsters,” ketika dirinya berjuang mengakhiri tur “Born This Way Ball” di kawasan Asia. Hampir sama seperti lagu-lagunya sebelumnya, Gaga memberi nuansa up tempo dan pop eksperimental dalam lirik dan instrumen dari “Applause,” yang membuat lagu ini menjadi sangat catchy. Gaga menyanyikan lagu yang konten liriknya menceritakan bagaimana dirinya “hidup” dari

applause para fansnya, dengan pitch suara yang aneh, hampir menyamai gaya vokal dari David Bowie. Hanya dalam beberapa hari sejak dirilis, “Applause” sudah berada pada peringkat kedua dalam iTunes chart, dikalahkan oleh single terbaru Katy Perry, “Roar” yang berada pada peringkat pertama. Well, it’s good to have her back after all! (Firda Firdaus)

Mother Monster Is Back!

Music,

5Eye Spy

Page 6: EASE Magazine Edisi September 2013

Iklan bukanlah hal yang luar biasa lagi, setelah makin majunya teknologi dan peredaran

informasi, siapapun bisa membuat dan memasang iklan. Semakin banyak saingan, semakin diperlukan pula kreatifitas untuk memberikan kesan berbeda. Di dalam buku karangan Sumardy dengan dibantu Marlin Silvina dan Melina Melone disajikan mengapa word of mouth marketing, cara lama namun selalu ampuh dalam mencapai target.

Design menarik yang berbeda di setiap halamannya membuat buku ini unik dan nyaman untuk dibaca.

Selain itu design nya sesuai dengan alur informasi yang disajikan oleh sang penulis, cocok dibaca oleh kalangan mahasiswa yang masih awam akan komunikasi pemasaran dan topik periklanan. Penulis juga memberikan contoh kasus yang fresh dan sesuai dengan setiap pembahasan, detail dengan sumber yang terbuka untuk diakses pula oleh pembaca.

Selain itu penulis juga memberikan beberapa tips untuk melihat dunia komunikasi pemasaran dari eagle view konsumen, sehingga marketer tidak lagi terpatok dengan atura-aturan lama yang justru membatasi pemasaran. Bahkan dalam buku ini, penulis dengan gamblangnya

menilai pemasaran paling mujarab dari tahun ke tahun, bahkan dari abad-ke-abad ada di penyebaran agama di dunia. Loyalitas dan usaha tanpa pamrih pengikutnya yang menjadi rahasia setiap marketer untuk diikuti.

Secara keseluruhan buku ini dinilai sangat bagus, dapat memberikan banyak insight dengan berbagai perspektif marketers di Indonesia yang menjurus bahwa keefektifitasan pemasaran melalui komunikasi inter personal menjadi juara dan andalan di brand-brand terkenal di dunia. Disini ditekankan, Rest in Peace Advertising Killed by World of Mouth Marketing. (Afifa)

Rest In Peace

Advertising Killed by Word of

Mouth Marketing

6Ey

e Sp

y

Page 7: EASE Magazine Edisi September 2013

Young leaders, apa sih kepemimpinan itu menurut kamu? Menurut

Presiden Keenam Amerika Serikat John Quincy Adams, kepemimpinan itu adalah “If your actions inspire others to dream more, learn more, do more and become more, you are a leader.” Kepemimpinan terkait dengan pemberian pengaruh yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Selain itu juga seberapa besar pengaruh seseorang dalam membuat lingkungan sekitarnya untuk melakukan hal yang baik dan positif. Gaya kepemimpinan seseorang tentu saja berbeda-beda. Berikut akan dijelaskan mengenai beberapa jenis gaya kepemimpinan menurut Robert R. Blake dan Jane S. Mouton:

1) Gaya Taat Otoritas (Authority-Compliance)

Gaya ini menggambarkan pemimpin yang dikendalikan oleh pencapaian hasil atau target, dengan sedikit atau bahkan tidak ada perhatian pada manusia kecuali dalam rangka keterlibatan mereka dalam menyelesaikan pekerjaan. Komunikasi pemimpin dengan pengikutnya terbatas dan diadakan sekadar untuk memberi instruksi pekerjaan. Pemimpin-pemimpin ini bercorak pengendali, pengarah, terlalu kuat, dan penuntut. Mereka bukan kolega

kerja yang menyenangkan. Sejumlah penelitian menunjukkan tingkat keluar-masuk karyawan yang tinggi dengan gaya kepemimpinan semacam ini.

2) Gaya Country-ClubGaya country-

club menggambarkan pemimpin dengan perhatian tinggi pada orang tetapi rendah perhatiannya pada hasil atau produksi. Pemimpin ini fokus pada pemenuhan kebutuhan pekerja sebagai manusia dan penciptaan lingkungan yang kondusif dalam pekerjaan. Keluar-masuk karyawan

menurun di bawah pemimpin bergaya ini.

3) Gaya Lemah (Impoverished Management)

Gaya lemah menggambarkan pimpinan yang punya sedikit perhatian baik atas orang ataupun produksi. Pemimpin bergaya ini berlaku bagi seorang pemimpin, tetapi sesungguhnya ia terasing dan tidak melibatkan diri dalam organisasi. Pemimpin ini kerap hanya punya sedikit hubungan dengan pengikut dan dapat saja dianggap tidak peduli, tidak tegas, pasrah, dan bersikap masa bodoh.

Gaya Kepemimpinan versi Blake and Mouton

What Type of Your Leadership Style?

7

Focu

s

Page 8: EASE Magazine Edisi September 2013

4) Gaya Jalan Tengah (Gaya Middle-of-the-Road)

Gaya jalan tengah menggambarkan pemimpin yang kompromistik, yang punya perhatian menengah atas pekerjaan dan perhatian tengah atas orang-orang yang melakukan pekerjaan. Pemimpin menghindari konflik dan menekankan pada tingkat produksi serta hubungan personal yang moderat. Gaya kepemimpinan ini kerap digambarkan sebagai orang yang bijaksana, lebih suka berada di

tengah, samar pendirian dalam minat atas kemajuan organisasi, dan sulit menyatakan ketidaksetujuannya di hadapan pekerja.5) Gaya Manajemen Tim

Gaya manajemen tim memberi tekanan seimbang, baik pada pekerjaan ataupun hubungan antarpersonal. Gaya ini mendorong derajat partisipasi dan kerja tim yang tinggi di dalam organisasi sehingga mampu memuaskan kebutuhan dasar pekerja agar mereka tetap merasa terlibat dan punya komitmen

kuat dalam pekerjaannya. Kata yang dapat menggambarkan pemimpin yang menerapkan gaya manajemen tim adalah : menstimulir, partisipatif, penentu tindakan, pembuka isu, penjelas prioritas, pembuat terobosan, bersikap terbuka, dan penikmat pekerjaan.

That’s all about five different types of leadership style, which one is fit you the most? Nah, untuk tahu jawabannya, kamu bisa ikutan testnya nih:

Scoring Section: After completing the questioner in page 9, transfer your answers to the spaces below:

This is it, udah tahu kan sekarang kamu memiliki gaya kepemimpinan yang mana? Semoga apapun hasilnya tetap bisa menjadikan kita pemimpin yang jujur, ramah, dan bermanfaat ya! (Chacu)

8Fo

cus

Page 9: EASE Magazine Edisi September 2013

Leadership Test – Blake MountonBelow is a list of statements about leadership behavior. Read each one carefully, then, using the following scale,

decide the extent to which it actually applies to you. For best results, answer as truthfully as possible.

never sometimes always

0 1 2 3 4 5

1. _______ I encourage my team to participate when it comes decision making time and I try to implement their ideas and suggestions.

2. _______ Nothing is more important than accomplishing a goal or task.

3. _______ I closely monitor the schedule to ensure a task or project will be completed in time.

4. _______ I enjoy coaching people on new tasks and procedures.

5. _______ The more challenging a task is, the more I enjoy it.

6. _______ I encourage my employees to be creative about their job.

7. _______ When seeing a complex task through to completion, I ensure that every detail is accounted for.

8. _______ I find it easy to carry out several complicated tasks at the same time.

9. _______ I enjoy reading articles, books, and journals about training, leadership, and psychology; and then putting what I have read into action.

10. _______ When correcting mistakes, I do not worry about jeopardizing relationships.

11. _______ I manage my time very efficiently.

12. _______ I enjoy explaining the intricacies and details of a complex task or project to my employees.

13. _______ Breaking large projects into small manageable tasks is second nature to me.

14. _______ Nothing is more important than building a great team.

15. _______ I enjoy analyzing problems.

16. _______ I honor other people’s boundaries.

17. _______ Counseling my employees to improve their performance or behavior is second nature to me.

18. _______ I enjoy reading articles, books, and trade journals about my profession; and then implementing the new procedures I have learned.

9

Focu

s

(Khoirunnisa Chacu)

Page 10: EASE Magazine Edisi September 2013

10Bl

ast O

ff

Bandung (EASE) - Mengikuti jejak negara-negara lain, seperti

Malaysia, Belgia, Amerika Serikat, serta Australia, yang telah rutin menggelar zine festival tiap tahunnya, di Indonesia tepatnya di Kota Bandung pada Sabtu (31/8) lalu juga telah diadakan festival serupa. Dalam acara yang diadakan selama satu hari penuh di Gedung Indonesia Menggugat tersebut, dipamerkan serta dijual zine dengan berbagai macam tema dan bentuk hasil karya dari anak negeri. Zine sendiri adalah salah satu bentuk publikasi bersirkulasi kecil dimana pembuatan, pencetakan, hingga pendistribusiannya dilakukan sendiri oleh pembuatnya. Bentuknya pun lebih mementingkan proses kreatif layaknya DIY. Dan karena bentuk publikasinya yang dilakukan secara mandiri, maka rata-rata zine memiliki wujud fotokopian serta berukuran A5.

Acara yang merupakan kali kedua diadakan ini, dinamakan Bandung Zine Festival 2013. Bandung Zine Festival diselenggarakan secara independen dan non-profit oleh berbagai kolektif pertemanan, yang merupakan sesama pecinta dan pengoleksi zine. Tujuan diselenggarakannya acara ini adalah untuk memberikan suatu wadah bagi

para pembuat media alternatif, local artist, distributor, dan juga penerbit independen untuk berkumpul serta memamerkan hasil karya mereka kepada khalayak. Sehingga hubungan antara para zines maker dengan masyarakat umum akan menjadi lebih terintegrasi dan juga dapat memberikan kemudahan bagi siapapun untuk bisa menikmati zine.

Berbagai zine dengan berbagai macam topik bisa ditemukan dalam acara ini, mulai dari yang membahas tentang musik, puisi, idola, hingga hal-hal yang berkaitan dengan politik. Dalam acara ini juga diadakan berbagai macam kegiatan, seperti workshop dari para zines maker yang berbagi informasi sekaligus praktik, sharing session, hingga screening film dokumenter Bandung Zine Fest 2012. Selain itu, ada hal yang menarik dalam event ini, yakni adanya taman bacaan kecil yang memang sengaja dibuat untuk memamerkan berbagai macam zine dari zaman ke zaman. Sehingga para pengunjung bisa dengan leluasa menikmati literasi yang mungkin selama ini dirasa akses untuk menikmatinya kurang

bisa didapatkan dengan mudah. Uniknya, semua zine yang dipamerkan di sini, didapatkan dari saling bertukar zine antara para penyuka zine dari satu kota/tempat dengan yang ada di kota/tempat lain, sehingga terkumpulnya hanya dengan mengandalkan link semata. Karena cukup banyak zine yang jumlahnya terbatas, maka para pengunjung yang ingin memiliki zines yang terdapat di taman bacaan ini bisa langsung memfotokopinya di tempat yang telah disediakan panitia.

Secara keseluruhan, acara ini bisa dibilang sangat oke. Acara ini dapat memotivasi masyarakat umum, terkhusus mereka yang masih kurang mengenal zine itu sendiri, agar bisa semakin mengakui dan mengapresiasi eksistensi zine beserta para zine makers-nya. Dengan tidak dikenakan biaya apapun untuk masuk ke acara ini, para pengunjung pun bisa mendapatkan ilmu dan juga wawasan baru. Sangat mengasyikkan, bukan?

Mengenal Zine Lebih Dekat

Oleh Damianus Andreas

Page 11: EASE Magazine Edisi September 2013

Hola! Cómo estás? It means you have to say I’m excellence!

Sebuah pengalaman yang sangat mengesankan dapat melakukan exchange dengan AIESEC di Bogota, Colombia. Project yang baru saja selesai saya laksanakan di Bogota bernama “Let’s Do It” dengan tema khusus 7000xBogota. Ide utama dari project ini adalah membangun kesadaran dan mengembangkan kepedulian seluruh lapisan masyarakat Bogota akan sanitasi dan kebersihan lingkungan. Ya, mungkin beberapa orang menganggap ini membosankan dan idealis. Dan sering kali muncul pertanyaan utamanya, yakni bagaimana melakukannya?

Kami berusaha melibatkan sebanyak mungkin warga Bogota.

Mulai dari polisi, karyawan, tukang daging, penjual di pasar, selebritis, pemain sepak bola, lapisan pemerintah dan bahkan presiden. Sekadar info, kami juga mencoba mengajak Shakira dan Radamel Falcao. Sekarang menjadi lebih menarik, bukan? Target minimal kami adalah 7000 orang, itulah mengapa tema yang diangkat menggunakan angka 7000. Selain itu angka tersebut juga menggambarkan jumlah sampah di Bogota dalam satu hari!

Project ini sebenarnya berasal dari Estonia di tahun 2008. Mereka berhasil membersihkan seluruh negeri dalam waktu hanya lima jam, dan jumlah sampah yang berhasil dibersihkan juga tidak sedikit, yakni lima ton! AIESEC Local Committee (LC) Andes, LC terbesar di Bogota, kemudian mencoba membawa ide ini dan menerapkannya di kota mereka.

Jika ini sukses, event ini akan menjadi event tahunan AIESEC Colombia dan akan dilaksanakan di seluruh negeri.

Jumlah trainees dalam project ini mencapai 20 orang dan berasal dari 14 negara yang berbeda, yakni Brazil, Puerto Rico, Costa Rica, Chile, Austria, Rusia, Ceko, Amerika Serikat, Peru, Taiwan, Indonesia, Italia, Meksiko, dan Perancis. Selalu terjadi hal yang cukup aneh saat kami berjalan bersama di jalanan kota. Orang lokal akan memandangi kami karena perbedaan fisik, cara berpakaian, aksen, dan tentu saja bahasa. Namun perbedaan ini malah menjadi suatu hal yang sangat menarik!

Project di Colombia jarang sekali diadakan untuk lebih dari 10 trainees, dan kami bangga akan hal ini. Tapi ada hal-hal yang menjadi kendala dalam organisasi program. Latar belakang kami masing-masing menyebabkan perbedaan etik kerja, cara berpikir, manajemen waktu, dedikasi, serta motivasi. Akan tetapi bagaimanapun, bekerja sama dengan setiap orang dalam project ini menjadi hal yang menarik sekaligus menantang buat saya!

Exchange Experience in Colombia

Bhareno Ajisaputra Barus

11W

anderlust

Page 12: EASE Magazine Edisi September 2013

Sekarang mari bicara hal-hal yang menyenangkan! Colombia adalah negara yang suka sekali mengadakan pesta. Masyarakatnya juga sangat suka untuk minum alcohol. Mereka melakukan pesta bahkan hampir setiap hari! Saya pernah pergi ke sebuah kota kecil bernama Guacheta, yang mungkin hanya terdiri dari sepuluh blok rumah. Tapi di sana ada sebuah pesta typical Colombia semalam suntuk. Para penyanyi dan penarinya menggunakan pakaian tradisional dan seluruh warga kota datang malam itu. Sangat ramai dan menarik!

Di sana saya belajar beberapa tarian tradisional seperti salsa, merengue, dan reggaton. Orang-orang Latin memang sangat pandai menari. Selain itu, bir di Colombia menjadi minuman sehari-hari. Bahkan harganya lebih murah dari soda. Rasanya tidak jauh berbeda dengan bir lokal yang ada di Indonesia.

Tidak hanya bir, makanan di Colombia juga sangat lezat. Mereka suka dengan makanan asin dan manis seperti orang Indonesia, hanya menurut saya rasa makanan Indonesia jauh lebih kuat. Mereka sangat suka makan daging sapi, dan daging sapi di sana adalah salah satu yang terbaik di dunia. Selain makanan yang lezat, satu hal yang membuat saya nyaman di sana adalah keramahan dan kehangatan orang-orang lokal. Tidak banyak masyarakat yang bisa berbahasa Inggris, tapi hal itu tidak menyurutkan niat mereka untuk membuat para turis merasa nyaman dan aman.

Bercerita soal keindahan Colombia sendiri, Bogota adalah sebuah kota yang dikelilingi oleh pegunungan dan terdapat di lembah-

lembah. Bisa dibayangkan, kota ini sangat hijau dan dingin. Ada beberapa tempat yang wajib dikunjungi di Bogota, seperti gereja tertinggi di Colombia yang terdapat di sebuah bukit setinggi 2350 meter. Dari tempat ini kita dapat melihat seluruh Bogota. Selain itu ada sebuah gereja yang terdapat di bawah tanah, tepatnya di dalam tambang garam yang telah didekorasi dengan lampu-lampu hias warna-warni. Sangat indah.

Tidak hanya wisata kota, di daerah utara terdapat Cartagena, sebuah kota pantai. Bersebelahan dengan Cartagena, ada Santa Marta dimana terdapat sebuah taman nasional dengan pantai yang masih sangat alami. Di daerah selatan, terbentang hutan belantara Amazon yang sangat luas. Bisa dikatakan, Colombia adalah sebuah negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat besar.

Tapi kenapa sedikit sekali orang Indonesia yang ada di sini? Banyak orang kita yang mengatakan bahwa Colombia, khususnya Bogota, adalah tempat yang berbahaya. Karena

di sana terdapat banyak hal yang berkaitan dengan narkoba, penculikan, pemerkosaan, pembunuhan atau pencurian, adanya geng-geng mafia, dan sebagainya. Akan tetapi menurut saya, Bogota tidak jauh lebih berbahaya dibandingkan ibukota Indonesia sendiri. Kita hanya perlu berhati-hati dan waspada. Umpungnya selama dua bulan saya tinggal di sana, tidak ada hal-hal buruk yang terjadi pada saya.

Indonesia sendiri tidak banyak dikenal di sini. Menjadi hal yang sangat menyenangkan ketika mengadakan Global Village dan memperkenalkan negara sendiri. Sebuah pencapaian tersendiri bagi diri saya. Segala pengalaman dan pelajaran yang saya dapat selama exchange tidak bisa dibandingkan dengan apa pun. Oleh karena itu, pesan saya pergilah ke negara-negara yang “belum dirambah,” tidak hanya Colombia. Capailah pengalaman yang benar-benar berbeda, keluar dari zona nyaman anda, dan perkenalkan negara Indonesia kita yang indah!

12W

ande

rlust

Page 13: EASE Magazine Edisi September 2013

Ya, begitu kata sang vokalis band Black Flag yang juga merupakan seorang

jurnalis dan aktivis penjelajah dunia. Saya tak pernah menganggapnya serius hingga musim panas 2012 lalu. Saat itu, saya pergi ke Hanoi, Vietnam sebagai exchange participant. Oh percayalah, sebelum sampai ke sana, saya pikir segalanya di Vietnam tak akan berbeda jauh dengan Indonesia.

Sebegitu polosnya saya, saya putuskan untuk menghabiskan sepanjang bulan Ramadhan dan merayakan Idul Fitri di Vietnam. Ternyata, sesampainya saya di sana, banyak hal yang membuat saya ternganga.

Malam pertama saya menginjakan kaki di kota Hanoi, seorang lelaki menjemput saya di bandara. Setelah mengucapkan selamat datang dan basa-basi saling berkenalan, ia bertanya soal penampilan saya. Katanya, “you looked

special, with that thing covering your head.” Dia mengomentari kerudung saya. Komentarnya hanya saya jawab dengan tawa namun ia sepertinya menuntut penjelasan lebih jauh. Saya kira dia bercanda, ternyata memang takjub dengan kerudung saya. Akhirnya saya jelaskan kain yang melilit di kepala saya adalah sesuatu yang wajib saya kenakan sebagai seorang muslim. Lalu ia dengan mata berbinar-binar berkata, “oh… Islam?” Saya saat itu ingin sekali menimpali dengan perkataan senada “yeah, you don’t say.” Namun baru saya sadari setelah itu, Islam di sini adalah se-minor-minor-nya minoritas. Ouch! Saat itu juga saya berkata dalam hati; sial, puasa di sini tak akan mudah!

Minggu pertama di Hanoi, masa penyesuaian diri yang cukup sulit. Like puberty, the awkward phase.

“I beg young people to travel. If you don’t have a passport, get one. Have your mind blown. Eat interesting food. Dig some interesting people. Have an adventure. Be careful. Come back and you’re going to see your country differently, music, culture, food, water…” – Henry Rollins

Menunggu Senja di Hanoi

13Insight

Oleh Hani Fauzia Ramadhani

Page 14: EASE Magazine Edisi September 2013

Hari pertama puasa saya di tanah air biasanya dihabiskan bersama keluarga, ibadah bersama, atau apa saja. Namun puasa pertama saya di Hanoi saya habiskan untuk menjelaskan pada host family saya tentang apa itu puasa. Dari mulai makna hingga aturannya. Sering kali penjelasan saya ditimpali dengan ekspresi terkejut, tawa tertahan, atau komentar dalam bahasa lokal yang tak saya pahami.

Tak mudah menjelaskan hal semacam ini. Jelas saja, saya dilahirkan di keluarga muslim dan sejak dini sudah diajarkan untuk beribadah, salah satunya puasa. Kadang saya lupa untuk merenungi dan memaknai ibadah yang saya lakukan karena saya melaksanakannya hanya karena terbiasa. Saya kemudian ingat perkataan sang filsuf Friedrich Nietzche. Katanya, ”to forget one’s purpose is the commonest form of stupidity.” Semenjak ceramah terbata-bata saya soal puasa di meja makan bersama keluarga Vietnam itu, saya banyak merenungi agama.

Fyi, setelah penjelasan panjang lebar soal puasa itu, tak membuat semuanya menjadi lebih mudah sama sekali. Ibu Vietnam saya sering lupa kalau saya tidak sarapan jam 7 pagi. Ia sering menyiapkan nasi dan kemudian menepok jidat sambil tertawa. Sepertinya lupa saya puasa. Atau memanggil saya untuk makan malam alias buka puasa, kemudian yang saya lihat di atas meja makan hanyalah nasi dan potongan daging babi. Kemudian ia menepok jidat lagi, lupa katanya kalau saya tidak boleh makan daging babi. Kemudian ia merebus mie instan untuk saya. Untunglah makan mie campur nasi

bukan hal yang nampak bodoh-bodoh amat di Indonesia maupun di Vietnam.

Di rumah saya di Bandung, waktu sahur adalah waktunya makan sambil terkantuk-kantuk dan nonton lawakan di televii. Di rumah saya di Hanoi, waktu sahur adalah waktunya mengendap-endap ke dapur tanpa menyalakan lampu karena khawatir orang rumah akan terbangun. Kalau sedang beruntung, makanan sisa makan malam masih menumpuk dan tinggal dihangatkan serta nasi dalam magic jar yang masih terhubung listrik. Kalau sedang sial, makanan sisa makan

malam tinggal sedikit dan nasi dalam magic jar dalam keadaan dingin. Kalau sedang sangat sial, tak ada yang tersisa melainkan pisang dan air mineral.

Di Bandung, hari-hari selama puasa dihabiskan dengan bermalas-malasan. Atau beraktifitas bersama kawan-kawan yang juga sedang berpuasa. Di Hanoi, hari-hari selama puasa dihabiskan dengan meeting dan kerja bersama kawan-kawan yang tidak berpuasa. Tak jarang sahabat saya, seorang lelaki dari Polandia, mengirim pesan singkat ke ponsel saya di tengah hari yang terik dengan suhu mencapai

14In

sigh

t

Page 15: EASE Magazine Edisi September 2013

40 derajat celcius. Isinya tak akan jauh dari godaan semacam “I’m at mango juice place. Come here. You don’t have to drink, you can just watch me ;)” Sial.

Hari Idul Fitri di Indonesia, semua orang turut merasakan euforianya. Hari Idul Fitri di Vietnam, tak terasa sama sekali. Mungkin saat itu saya pun tak akan ingat bahwa esok hari adalah 1 Syawal jika staff Kedutaan Besar Republik Indonesia di Vietnam tidak mengirim surel undangan solat Ied. Biasanya, saya hanya tinggal menginjakan beberapa langkah untuk sampai ke tempat solat Ied di dekat rumah saya. Namun di Hanoi, butuh waktu dua jam untuk sampai ke mesjid. Oh, dan perjalanan berkelok plus hujan badai yang luar biasa!

Setelah semua pengalaman itu, perkataan Henry Rollins sepenuhnya saya amini. Yes, I came back and I saw things differently.***

15Insight

Page 16: EASE Magazine Edisi September 2013

Berawal dari melihat ada bule yang berseliweran di kampus ketika saya daftar ulang, saya kira dia adalah mahasiswa baru yang juga akan melakukan daftar ulang. Ternyata bule tersebut sedang menyebarkan informasi tentang exchange dengan AIESEC. Mendengar tentang exchange saat itu benar-benar membuat saya sangat tertarik. Karena pergi ke luar negeri dan membawa sebuah misi adalah one of my dreams.

Kemudian dengan yakinnya

saya langsung membeli formulir dan mencari detail informasi mengenai AIESEC. Akhirnya saya mengutarakan perihal keinginan saya untuk bergabung dengan AIESEC ke orangtua, setelah awalnya orang tua saya sama sekali tidak mengetahui apa yang saya lakukan. Masalah lain pun muncul. Orang tua saya tidak tahu apa itu AIESEC dan pastinya sebagai orang tua, mereka bersikap sangat hati-hati terhadap program-program pergi ke luar negeri. Selain

itu, salah satu alasan terberatnya adalah ekonomi. Datang dari keluarga yang menengah , membuat suatu mindset untuk “hemat dan hati-hati” lekat baik di saya maupun keluarga. Awalnya mereka tidak mengijinkan dan sangat menentang saya untuk sign in contract. Tapi setelah berjuang selama tiga minggu untuk membuat mereka percaya, akhirnya diijinkanlah saya untuk meneruskan pada tahap exchange.

Saya pun akhirnya

Going Abroad With AIESEC

16St

raig

ht F

orw

ard

Oleh Yosefine N. L.

Page 17: EASE Magazine Edisi September 2013

17Straight Forw

ard

mendapatkan project di Negara Cina. Proses persiapan berkas pengurusan passport dan visa saya lakukan semuanya sendiri. Saat itu saya sempat terancam tidak jadi berangkat karena pihak kantor imigrasi Cina menolak invitation letter untuk saya. It’s definitely another problem. Namun akhirnya setelah saya berusaha lebih keras lagi, sampai 4 kali masuk loket, akhirnya baru mereka mau menerima invitation letter-nya.

Paspor dan visa yang berlaku selama 60 hari sudah siap. Tinggallah memesan tiket pesawat. Dan akhirnya saya pun membeli tiket secara langsung. Berangkat tanggal 28 Mei 2013 dan kembali ke Indonesia pada tanggal 28 Juli 2013. Saya benar-benar menggunakan jatah visa alias tidak mau rugi.

Namun rupanya masalah belum selesai. Rencana-rencana yang

saya buat, tiba-tiba 50%-nya berubah. Yang pada awalnya saya mengikuti sebuah project lain, menjadi waktu sebulan yang betul-betul kosong, karena project yang diundur. Yang membuat saya kepikiran adalah apa yang akan saya lakukan disana, dengan siapa, dan dapat uang darimana. Akhirnya karena betul-betul memang tidak bisa menjadi seperti rencana awal, saya memutuskan menjadi traveler selama waktu kosong. Akan tetapi ada hal yang mengejutkan, project saya pun akhirnya bisa kembali dengan lancar dijalankan. Rencana yang telah saya buat pun berjalan 100%, dan dengan selamat saya bisa kembali ke Indonesia dan membuat orangtua saya bangga.

Akhirnya setelah menjalani dua bulan yang UNBELIEVABLE , saya bisa mencoret salah satu dari “my life to do list”. Meskipun cukup banyak

masalah yang saya alami dimulai demi mewujudkan mimpi saya ini, namun saya malah juga belajar setiap masalah pasti ada solusinya. Jangan menyerah kepada keadaan. Kemandirian, kedewasaan, dan komitmen sangat memengaruhi hasil akhir kerja keras kita.

Kemudian satu yang terakhir, and the most important thing is I can prove that If we want to believe in our dream and pay the effort for it , our dream will come true. Just make your dream as your first and last thing you think everyday, chase every single chance that related to your dream, pay the effort, keep it silent, focus on it and look what God and universe will give to you.

Page 18: EASE Magazine Edisi September 2013

18D

ay to

Pla

y

Berbicara wisata kuliner pasti identik dengan Bandung. Hampir setiap wisatawan yang datang pasti selalu ingin mencicipi makanan-makanan lezat khas Kota Kembang. Salah satu makanan lezat yang dapat dinikmati di Bandung adalah Roti Gempol yang terletak di Jalan Gempol, Bandung.

Kenikmatan roti yang diproduksi sejak tahun 1958 ini tak perlu dipertanyakan lagi. Rotinya yang lembut membuat para pelanggan terus kembali untuk menikmati enaknya roti hasil olahan sendiri. Mereka selalu setia datang kemari untuk membeli roti fresh yang berasal dari resep turun temurun sang pemilik.

Aneka macam roti yang diproduksi setiap hari ditawarkan di sini. Mulai dari roti tawar hingga berbagai varian roti manis dan asin tersedia

di kedai kecil yang terletak di dalam gang ini. Selain itu, Roti Gempol juga menyediakan berbagai macam jenis roti bakar dan mie yamin untuk para pelanggannya yang berasal dari berbagai macam kalangan usia dengan harga yang terjangkau.

Roti Gempol

(Riska Rahman, Stefani Ginting & Anggita Muslimah)