EASE Magazine August 2013 Edition

28
1 |

description

EASE Magazine edisi 9, Agustus 2013: "Menuju Bandung Baru" The platform of AIESEC Bandung to showcase and to engage youth activities. The main focus of this magz are leadership, management, and youth related topic. Open for contribution for all AIESEC Bandung members (contact: [email protected])

Transcript of EASE Magazine August 2013 Edition

Page 1: EASE Magazine August 2013 Edition

1 |

Page 2: EASE Magazine August 2013 Edition

HOY, GUYS!! How do you feel?I’m so pleased to report that with this issue, the

new team of EASE Magazine has officially begun. So we can say that this is A BRAND NEW ERA FOR EASE MAGAZINE. WHOOHOOO! Oh and as you know, we also have new executive board and management board of AIESEC LC Bandung 13/14. “Coming together is a beginning, staying together is progress, and working together is success,” berkaca dari kutipan tersebut semoga ke depannya tim EASE Magazine akan semakin baik dan maksimal dalam menyajikan berita-berita bermanfaat serta informasi terbaru dari para generasi muda di Bandung, dan pastinya juga yang mengenai kegiatan-kegiatan AIESEC LC Bandung, untuk kalian semua. This month, in addition to bring you the new look of EASE magazine, kami juga membahas hal-hal yang erat kaitan-nya dengan exchange. Selain itu dalam EASE Magazine bulan ini ada pula informasi-informasi terbaru dari AIESEC LC Bandung, seperti perkenalan dari executive board 13/14, rubrik inter-view “coffee talk” dengan seorang alumni AIESEC LC Bandung, artikel-artikel serta ada pula sajian-sajian berita dan informasi yang sayang untuk dilewatkan. In this month’s issue, I recommend you to read ‘It’s Good to be an OCP’ article as the editor choice. We hope it can inspire you, as young AIESECers or even those who are non-AIESECers, to not be afraid of taking any big responsibility as a leader,You will find the reasons why it’s better for you take the opportuni-ties to be a leader, and also the benefits from it. Meanwhile, happy reading, guys! We hope that when you read EASE Magazine, you will always feel inspired to con-quer your goal. By the way, kami segenap tim EASE Magazine juga turut mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa 1434 Hijriyah. Semoga ibadah teman-teman semua selalu diberi kelancaran.

AIESECly yours, Chacu

p.s.: jangan buang sampah sembarangan. :-)

Letterfrom Editorial

Nuevo plazo. Nuevo espíritu. Una nueva esperanza.

“ “

New Term. New Spirit. New Hope.

| 2LE

TTER

FRO

M E

DIT

ORI

AL

Page 3: EASE Magazine August 2013 Edition

CEO Afifa Urfani

Editor in Chief Khoirunnisa Chacu

Managing Director Damianus Andreas

Creative Director Jonathan Adrian

Reportation Team Firda FirdausNovia MesayualizaJazman BariziNadira KusaeniLucia Retno

AIESEC LC BandungJalan Tubagus Ismail No. 40, Lt. 2

Bandung, Jawa Barat 40132

www.aiesecbandung.org

@AIESECBANDUNG

EASEREDAKSI

KONTEN

What’s Going On?

AIESEC Alert

Eye Spy

Focus It’s Good to be an OCP

Blast off IYC Is Back!

Day to Play Menikmati Bandung dengan Sebuah Warung

Wanderlust Let’s Go Exchange to Turkey!

Coffee Talk

Insight Menuju Bandung Baru

Directory

Straight Forward

5

6

12

13

16

17

18

20

22

25

28

3 |CO

NTEN

TS

Page 4: EASE Magazine August 2013 Edition

The Writers

Jazman Barizi

Firda Firdaus Abdi

Khoirunnisa Chacu

Hani Fauzia Ramadhani

Nur Khansa Ranawati

Novia Mesayualiza

Nadira Kusaeni

Damianus Andreas

@jazmanyun

@firdafirdaus

@cichacu

@hunijabberwocky

@nurkhansa

@noviaaliza

@nadirakusaeni

@_omii

| 4TH

E W

RITE

RS

Page 5: EASE Magazine August 2013 Edition

This Summer5 |

WH

AT’S GO

ING

ON

?

Project Ecotourism Universitas Pendidikan Indonesia

Bandung (EASE) - Universitas Pendidikan In-donesia (UPI) sejauh ini telah sukses menggelar project Ecotourism yang melibatkan 17 exchange participants dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Polandia, Singapura, dan lain-lain. Kesuksesan tersebut dapat terlihat dari sense of belonging yang sangat ting-gi, yang dimiliki oleh organizing committee (OC) dan juga para exchange participant (EP). “Semua pihak yang terli-bat dalam project ini get the “why” mereka ada di sini dan menjalankan project ini,” ujar Nurul Gunawan, Organizing Committee President Ecotourism UPI. Project yang me-mang direncanakan untuk dilaksanakan dari tanggal 17 Juni sampai 28 Juli 2013 ini memiliki tujuan untuk men-genalkan kebudayaan Jawa Barat yang kaya dan beragam kepada para EP. Selain itu project ini juga bertujuan untuk mengembalikan awareness masyarakat Jawa Barat terha-dap kebudayaan mereka sendiri. Nurul juga mengatakan bahwa yang dilaku-kan oleh para exchange participant selama project ber-langsung adalah melakukan kunjungan-kunjungan ke situs-situs budaya dan pariwisata di Bandung dan seki-tarnya, seperti ke Desa Ciwidey juga. “Selain melakukan kunjungan, mereka juga involved di food exhibition (In-donesian culinary), learned about natural preservation, animals breeding, mempelajari musik dan instrumen tradisional, serta melakukan kunjungan ke SMA-SMA di Bandung untuk melakukan focus group discussion bersa-ma mereka mengenai showcasing tourism site and cultur-al idea, and also raising awareness of young people about our own resources,” jelas Nurul kepada EASE Magazine. Yang lebih membanggakan, tujuan mereka dalam mak-ing direct impact bisa tercapai lewat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para EP, seperti saat berada di Bank

Sampah, mereka benar-benar melakukan penyortiran, packaging, dan lain-lain. (Damianus Andreas)

Grand Opening and Closing for Summer Project

Bandung (EASE) - On Friday, July 12th 2013, AIESEC LC Bandung held the grand opening and closing for summer project in The Fabrik Eatery and Bar. There are six projects that involved in this event, they are Social Entrepreneurship Local Committee, Social Entrepreneur-ship Universitas Maranatha, Social Entrepreneurship Uni-versitas Padjadjaran, Tropical Orange, Ecotourism Institut Teknologi Bandung (ITB), and also Ecotourism Universitas Padjadjaran. For this big event there are around 100 EPs attended. The theme for this grand event itself is Net-working Night. All of the attendances must wear semi formal at-tire. The beginning of the event started with speech by one of the AIESEC LC Bandung’s executive board, Heri Siswanto. After that, there was some performances from EPs, such as from Ecotourism ITB they played angklung, Tropical Orange Project played handclapping, and there was still many more performances. The main idea of this event is to gather all of the EPs in Bandung, so they will meet people not only the local ones but also from all over the world (the fellow EPs). They have a chance to be min-gle with new people from different background, culture, and tradition in this networking night. In the end of the session, the master of ceremony chose 1 representative for each project, which are Social Entrepreneurship Local Committee, Tropical Orange, So-cial Entrepreneurship Universitas Maranatha, Social En-trepreneurship Universitas Padjadjaran, and the last but not least the GLEN Project, to cut the ribbon as the sign that those projects are officially started. (Novia M.)

Page 6: EASE Magazine August 2013 Edition

Executive Board of AIESEC LC Bandung

2013/2014

| 6A

IESE

C A

LERT

Page 7: EASE Magazine August 2013 Edition

“AIESEC adalah organisasi yang membuat saya lebih menghargai diri sendiri dan orang lain. It is an organization that can change people perspective towards themselves and others in a positive manner. Selama saya bergabung di AIESEC, Terlalu banyak AHA Moment yang saya alami di AIESEC, karena setiap leadership role mempunyai learning sendiri-sendiri. Namun, saya percaya first experience in AIESEC always be the most memorable of the whole AIESEC journey. Januari 2011, saya menjadi Panitia Exchange Fair di bidang Marketing dan External Relation. Saya terinspirasi oleh team leader saya dimana dia dapat memposisikan diri di an-tara timnya yang semuanya lebih tua dan juga membuat kami bekerja berdasarkan passion

kami masing-masing. Kalau mendapat kesempatan untuk exchange, saya ingin ke negara-negara orang kulit hitam seperti Kenya, Ghana, dan Ethiopia karena tidak banyak orang Indonesia yang tertarik untuk pergi kesana. Saya ingin membuka mata pemuda Indonesia khususnya di Bandung untuk merubah stereotype negatif terhadap benua Afrika. Exchange dengan AIESEC itu unik karena esensi di dalamnya adalah global leadership. Dimana saat seseorang pergi volunteer ke luar negeri, dia otomatis dipaksa untuk menjadi leader bagi dirinya sendiri dan pada saat yang sama, cross-cultural interaction membuka jendela wawasan dan menciptakan toleransi antar bangsa. Untuk ke depannya, saya berharap AIESEC LC Bandung bisa menjadi organisasi yang membentuk pemimpin-pemimpin baru yang berpen-garuh di komunitasnya masing-masing dan dapat berkolaborasi dengan organisasi lain untuk menghasilkan dampak positif yang lebih besar di kota Bandung.”

“For me AIESEC is a development platform where we can also learn about human being cul-ture. My AHA moment in AIESEC was when I was doing firefighting to fulfill Customer Experi-ence Management and when I was founding team for Management Board Conference 2013. From AIESEC I learned that find people is easy, but to assign them to be a part of your team is the hardest part ever. The reason why it’s better to go exchange with AIESEC is because we provide many culture human beings, and it’s a platform to change the world through your hands’ contributions. It also connects you to people around the world by the time that you will never know and expect about. Simply I want to go to India to understand live with unexplain-able culture that people say it will shape you as a person. For the future, I hope young people can feel impact of AIESEC; to be peace for their own surrounding, to be sincere of what you have, to be valuable for each other.”

Periode kepemimpinan baru di AIESEC Local Committee (LC) Bandung untuk tahun 2013/2014 telah dimulai. Ini berarti AIESEC LC Bandung telah memasuki babak baru dalam perjalanannya sebagai organisasi pemuda internasional, yang keberadaannya di Bandung sudah ada sejak pertama kali didirikan pada tahun 1989 di Universitas Padjadjaran. Maka dari itu dalam rubrik AIESEC Alert di EASE Magazine kali ini kita ada wawancara khusus dengan Executive Board AIESEC LC Bandung 2013/2014. Siapa sajakah mereka? Apa pan-dangan mereka pribadi tentang AIESEC? Serta apa sajakah pula komentar mereka tentang exchange bersama AIESEC?

Agung Bimo Listyanu

Nindya Paisan

Local Committee President AIESEC LC Bandung

Local Committee Vice President Talent Management

7 |A

IESEC ALERT

Page 8: EASE Magazine August 2013 Edition

“AIESEC is a platform for me to develop my leadership skill, and also any other skills, which are non-academic skills. My AHA moment in AIESEC is my first experience in AIESEC, when I was an Organizing Committee Vice President Finance for an event. At the time I realized that there are a lot of things I could learn in AIESEC. The reason why it’s better to go exchange with AIESEC is because it’s really different. Through the programs in AIESEC and also its val-ues, we will know how to give positive impacts to the society. If I got a chance to go exchange with AIESEC, I’d like to go to Brazil. I think it would be a very great experience. I hope AIESEC LC Bandung will be more professional in the future. Hopefully this organization can be still humble, and also inspiring others.”

“AIESEC for me is a platform for activating my leadership skill, gaining new experiences, and also meeting awesome and inspiring people. My AHA moment in AIESEC was my journey in 2012/2013 term, especially on the Exchange Fair Road Show UNPAR 2012 and the time I spent with my OGX GCDP team in the whole term. Kalau dikasih kesempatan exchange, saya kepengen ke Yunani. Since Greece is a country that affecting much to European countries, it must be having major economic problem. Makanya pasti cukup banyak permasalahan sosial di sana, dan saya punya keinginan bisa menjadi exchange participant dalam suatu project di sana untuk berkontribusi mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada, sambil melihat

cantiknya Yunani. Hehehe... Exchange sama AIESEC itu bisa memberi impact kepada diri kita sendiri. Karena ketika kita berkontribusi dalam penyelesaian masalah di luar sana pasti kita akan memiliki pemikiran untuk melakukan hal yang sama bagi Indonesia. Selain itu jiwa kepemimpinan kita juga bisa lebih berkembang. Untuk ke depannya, I hope AIESEC LC Bandung can give more impact to the society by engaging all youth in Bandung and also this LC can be better.”

“AIESEC itu seperti metode terbaru dan terefektif bagi saya dalam pembelajaran hidup. Dimana disini kita bisa belajar beragam hal tentang leadership, management, dan lain-lainn-ya yang dikemas dalam konsep yang sangat menarik untuk pemuda di usia kita. Sampai saat ini ada begitu banyak AHA moment bagi saya di AIESEC, tapi memang yang paling berkesan adalah saat exchange selama 2 bulan di AIESEC Thailand pada musim panas tahun 2011. Exchange adalah salah satu pengalaman leadership paling menarik yang harus dicoba dari AIESEC. Saya tidak bisa bilang banyak soal ini, karena pengalaman ini harus dirasakan sendiri. Hehehe.. Kalau dapat kesempatan exchange lagi dan apalagi itu free, saya ingin ke salah satu negara di Afrika. Saya pribadi sangat tertantang untuk bisa ke sana. Karena pasti ada banyak hal yang bisa kita bantu untuk mereka disana. Harapan saya untuk AIESEC LC Bandung ke depannya, semoga AIESEC bisa semakin dikenal di Bandung agar semakin banyak juga orang yang bisa ikut merasakan pengalaman dan berbagai pembelajaran yang ditawarkan.”

Heri Siswanto

Aninditha Byantara Mandala

Local Committee Vice President Finance & Governance

Local Committee Vice President OGX GIP

Gratia SidabutarLocal Committee Vice President OGX GCDP

| 8A

IESE

C A

LERT

Page 9: EASE Magazine August 2013 Edition

“I always think AIESEC as a market. you have many choices to choose and what you will be depends on what you take. When you are willing to try something new, you are developed. There was a time when my team members felt demotivated because of the burden they felt in AIESEC. Then it’s an AHA moment for me as team leader at the time to win back my demo-tivated members. I feel that it is way more excited than achieving my target. The reason why it’s better for you to go exchange with AIESEC is because it adds more values to your journey. If I got a chance to go exchange again, I’d like to go to northern Europe. The situation is so different with Indonesia. In the future I hope AIESEC Bandung can be better in all the way.”

“AIESEC for me, is a place to get myself developed to be a better person, connected to the world like literally, and also get a refreshment of yourself. This is the only organization which can make me thinking that doing a mistake is completely okay, but if I didnt do my best, I would feel regretful. My AHA Moment would be when I was finally elected as UCP ITB last year, back then I felt that I wasnt ready for this position, but I dont know how I could bravely take that opportunity. If I got a chance to go exchange with AIESEC again, I would definitely go to a country in Middle East, or in Africa, like Morocco maybe. Because it seems like people seldom to go there for their exchange experience. The reason why it’s better for you to go ex-change with AIESEC is it will give you lots of things, not only you get your own personal development, and an awesome adventure, but also life-long networking for yourself around the world. This could be one of the best stories in your life whether your experience is bad, or great. For the future, I hope AIESEC in Bandung could be the best LC in Asia Pasific, also things in AIESEC Bandung would be getting better, and better. SPIRIT!”

“AIESEC adalah sebuah organisasi dimana setiap member yg actively involved akan mendapa-tkan soft skill development dan juga bisa memperluas network mereka, karena ini adalah international organization. AHA moment saya selama menjadi AIESECer adalah ketika mau apply jadi Executive Board (EB). Dari situ saya merasa, I really belong to this organization because I saw sincere help for every person that wanted me to join. Karena saya memang belum pernah merasakan exchange, sejauh ini saya melihat exchange dengan AIESEC itu bisa membawa unforgettable memories bagi kita sendiri selama berada dalam project di sana, either it will be good memories or the bad one but at least we do the good deeds. Saya

pribadi punya keinginan untuk ke Italy. Karena menurutku negara itu sangat unik. Dan untuk ke depannya, saya harap semua sistem di AIESEC LC Bandung menjadi lebih bagus lagi. Tidak hanya sistem exchange, namun juga untuk sistem merekrut member, sistem doing marketing, sistem reintegration member, dan lain-lain.”

Satrio Wiavianto

Aninditha Byantara Mandala

Local Committee Vice President ICX GIP

Dwinoor Bestiyani

Alifa Shabrina

Local Committee Vice Presiden ICX GCDP

Local Committee Vice President Business Development

9 |A

IESEC ALERT

Page 10: EASE Magazine August 2013 Edition

“AIESEC adalah tools bagi saya untuk developing skills saya dalam hidup. Bagi saya AHA mo-ment di AIESEC adalah saat semua ‘manusia’ seluruh penjuru dunia punya satu pembicaraan yang sama: AIESEC! Alasan kenapa kita harus exchange dengan AIESEC adalah karena ini bisa jadi momen untuk semi-liburan dan semi-berbakti pada sosial, also travelling time. Kalau di-kasih kesempatan untuk exchange (lagi), saya ingin untuk exchange ke Brazil, because it has zuper diverse and different cultures. Ke depannya saya harap AIESEC Bandung bisa semakin quality minded.”

“ AIESEC itu ibaratnya rumah makan dengan sistem buffet. AIESEC dan buffet itu sama-sama menawarkan banyak hal, tapi tetap kita yang pilih mau ambil yang mana. We’re the one who choose the path. AHA moment di AIESEC sih banyak, tapi yang paling terakhir yang aku dape-tin itu adalah saat National Strategic Conference AIESEC Indonesia 2013 di Padang. Di sana aku dapat banyak insight dari berbagai AIESECers di Indonesia. Karena tahun lalu aku udah pernah exchange ke China dengan AIESEC, kalau dikasih kesempatan untuk exchange lagi leb-ih kepengen ke Rusia atau yang discipline culture-nya kental macam Jepang mungkin. Setelah tahun lalu melewati 6 minggu exchange sama AIESEC, aku sadar kalo pelajaran dari negara

orang akan kita pahami setelah benar-benar masuk ke dalam kebudayaannya, bukan hanyak baiknya saja. Selain itu peran kita sebagai exchange participant bukan hanya sekedar pembanding, namun juga sebagai sosok yang mem-perkenalkan budaya sendiri. Harapan ke depannya untuk AIESEC Bandung adalah bisa menjadi first choice partner of international students organization who provides leadership opportunities through exchange.”

“AIESEC itu lebih dari sebuah platform. Saya menemukan passion saya, challenge yang besar, serta hal-hal di luar dari apa yang saya ekspektasikan di dalam AIESEC ini. AHA moment saya di AIESEC adalah saat saya tidak confident untuk election Local Committee Vice President 2013/2014, tidak mendapatkan confident vote adalah turning point utama buat saya, kare-na saya menjadi semakin tahu why I am still in AIESEC until today. Kalau dapat kesempatan exchange, saya ingin ke Malaysia. I just want to give impact to people there, yang sering kita rasa banyak bergesrekan dengan Indonesia dalam masalah budaya. Exchange dengan AIESEC itu mengasyikan karena we deliver the promise about building leadership capacity through exchange. Untuk ke depan-nya saya harap AIESEC Bandung can fulfill its promise about leadership through exchange for youth.”

“AIESEC adalah tempat di mana kita bisa tahu dan mengenal potensi yang ada di dalam diri kita, yang sebelumnya tidak pernah kita sadari. AHA moment saya di AIESEC adalah ketika exchange ke Taiwan winter lalu. It was my best experience in AIESEC so far, karena saat di situ saya mengerti apa itu life-changing experience yang ditawarkan oleh AIESEC. Kalau mendapat kesempatan untuk exchange lagi, saya ingin ke Mongolia. Karena merupakan kesenangan tersendiri untuk bisa pergi ke suatu negara yang “tidak biasa.” Untuk AIESEC Bandung ke depannya, I hope we always support each other and grow as one entity.”

Maria Hattya

Dina Sonyah

Local Committee Vice President External Relation

Local Committee Vice President Organizasional Development and Expansion

Afifa Urfani

Sarah Anindita Nasution

Local Committee Vice President Marketing Communication

Local Committee Director Universitas Padjadjaran

| 10

AIE

SEC

ALE

RT

Page 11: EASE Magazine August 2013 Edition

“AIESEC itu adalah tempat untuk mengembangkan diri kita, serta bermanfaat juga untuk networking. Selain itu di AIESEC kita bisa membuka pikiran kita ke level yang lebih jauh lagi dan mengembangkannya, karena kita bisa ber-temu banyak orang hebat di dalamnya yang sangat menginspirasi. Exchange di AIESEC itu menarik, kita bisa dapat pengalaman-pengalaman yang unexpected. Kalau dikasih kesempatan buat exchange di AIESEC, saya kepengen un-tuk exchange ke salah satu negara di Middle East. Ke depannya saya harap, AIESEC Bandung akan memiliki growth yang luar biasa serta bisa benar-benar kasih impact ke masyarakat Bandung.”

“AIESEC adalah organisasi untuk mengembangkan kemampuan leadership melalui exchange dan AIESEC menjadi salah satu prioritas hidup saya sekarang. Salah satu AHA moment saya di AIESEC adalah ketika menjadi OCVP Dele-gates Service di National Planning Conference AIESEC Indonesia 2012, di situlah saya menemukan leader terhebat yaitu Jane Tampubolon yang bisa merangkul semua orang di timnya. Kalau dikasih kesempatan buat exchange di AIESEC, saya kepengen untuk exchange ke salah satu negara di Afrika. Exchange di AIESEC itu Bukan sekedar pro-gram exchange biasa, namun kamu bisa mengambil kesempatan untuk melakukan perubahan terhadap community development. Ke depannya saya harap di AIESEC Bandung bisa bersama-sama membangun satu kesatuan untuk mencapai AIESEC 2015.”

“AIESEC adalah suatu organisasi berbasis ‘exchange’ yg membantu mengembangkan potensi saya baik secara per-sonal maupun profesional. AHA moment yang pernah saya rasakan selama berada di AIESEC adalah ketika saya terpilih menjadi Local Committee Director Universitas Pendidikan Indonesia, yakni role saya di AIESEC sekarang ini. Kalau diberi kesempatan untuk exchange saya ingin ke Turki, karena saya ingin mendapat sebuah pengalaman perbedaan budaya yang cukup besar. Saya harap untuk ke depannya AIESEC Bandung bisa menjadi panutan dalam pergerakan generasi muda sebagai agen perubahan.”

“AIESEC itu adalah tempat bagi saya untuk mencari pengalaman dan tantangan baru. AHA moment yang saya alami selama menjadi AIESECer adalah ketika saya sempat menjadi assesor untuk perekrutan member baru, dan saat saya terpilih menjadi Local Committee Director, yakni role saya sekarang, beberapa bulan lalu. Exchange dengan AIESEC itu asyik karena selain merasakan kebudayaan yang berbeda, kita juga bisa melakukan sesuatu yang berdampak positif. Kalau dikasih kesempatan untuk exchange, saya memilih untuk pergi ke salah satu negara di Eropa, karena saya ingin merasakan dan mempelajari kebudayaan yang berbeda dengan yang sehari-hari saya alami. Untuk ke depannya saya harap, AIESEC LC Bandung bisa lebih berkembang, dan semua target dapat terpenuhi.”

AIESEC memiliki tujuan untuk mengubah cara berpikir semua orang di seluruh dunia, terutama para pemuda, dari adanya batasan-batasan seperti jarak dan juga budaya. Semua orang yang tergabung dalam AIESEC memiliki kes-empatan yang sama, terlepas dari bagaimana latar belakang, serta apa suku, agama, dan status mereka. Momen terbaik saya selama di AIESEC adalah ketika saya memiliki tim yang luar biasa di OGX GIP 2012/2013, dengan Kak Rieska, sebagai University Committee Vice President OGX GIP ITB, dan Kak Raika, sebagai LCVP ICX GIP AIESEC Band-ung 2012/2013. Exchange dengan AIESEC bisa memberikan banyak kesempatan bagi kita untuk memberikan social impact yang luar biasa kepada orang lain, di negara lain. Saya pribadi kalau diberi kesempatan untuk exchange lagi, saya ingin untuk pergi ke Turki atau Filipina. Semoga LC ini semakin mempunyai project yang bisa memberikan im-pact secara positif dan real bagi banyak orang serta bagi lingkungan.”

Rafelly Jhon

Annisa Silmi

Christopher Gary

Andrea Meinard Franken

Rizka Fatiari

Local Committee Director Telkom

Local Committee Director Universitas Pendidikan Indonesia

Local Committee Director Institut Teknologi Bandung

Local Committee Director Universitas Parahyangan

Local Committee Director Universitas Maranatha

11 |A

IESEC ALERT

Page 12: EASE Magazine August 2013 Edition

Maroon 5’s Love Somebody

Lagu grup band asal Amerika Serikat, Maroon 5, yang mer-upakan single keempat dari album Overexposed ini memang

terdengar berbeda. Love Somebody dibawakan oleh Maroon 5 se-cara eksklusif pertama kali di acara The Voice US pada tanggal 20 Mei 2013. Ketika mendengarkan lagu ini pasti akan terdengar oleh kita musiknya yang merupakan perpaduan antara musik Maroon 5 yang catchy dengan unsur British rock alternative. Lagu ini memang mengedepankan unsur pop dance yang khas dengan raungan melodi rock alternative, namun tetap enak untuk dinyanyikan.

Seperti pada lagu-lagu Maroon 5 yang lainnya, Adam Levine menjadi sosok dibalik terciptanya lagu ini. Adam Levine menulis Love Somebody berkolaborasi dengan Noel Zancanella , Nathaniel Motte (3OH!3) & Ryan Tedder (One Republic). Kolaborasi tersebut membuahkan Love Somebody, dengan lirik yang terdengar manis, epik dan sedikit geek. (Chacu)

Nadrenaline

Buku ini adalah buku catatan petualangan Nadine Chandrawinata yang ditulis olehnya sendiri. Memang bukan buku terbitan baru. Namun, di tengah maraknya buku catatan perjalanan para petualang, catatan

perjalanan seorang Nadine yang biasa kita lihat keanggunannya di televisi pasti menarik. Buku ini berisi kisah, foto, dan tips-tips traveling a la Nadine. “Nadrenaline” diawali dengan kisah seru perjalanan Nadine bersama keluarga Chandrawinata ke Lombok yang ternyata membuat Nadine kecanduan traveling. Kisah-kisah selanjutnya dibagi ke dalam beberapa bab. Terdapat satu bab khusus yang sangat menarik, di mana Nadine menceritakan kisah-kisah ter-buruk yang Ia alami selama traveling. Diantaranya, kisah saat Ia terombang-ambing di tengah laut menuju Wakatobi dan speedboat yang dinaikinya digenangi air yang semakin meninggi. Ada lagi kisah Nadine saat dirinya terkurung di dalam penginapan di Taiwan karena dilanda badai taifun. Kita dapat melihat sisi lain dari seorang Nadine Chandrawinata dari buku karyanya ini. Mungkin sosok Na-dine yang sering kita lihat berseliweran di layar televisi adalah sosok Puteri Indonesia yang anggun dan selalu terjaga penampilannya. Tapi, dari buku ini kita akan tahu kalau Nadine ternyata selama traveling sering bolos mandi. Bahkan, rekor tanpa mandi terpanjangnya adalah satu minggu penuh! Nadine juga pernah tidur di stasiun dengan beralaskan keramik kotor dan nyamuk serta orang lalu-lalang di sekitarnya. Secara keseluruhan, buku ini dapat dinilai sangat oke. Buku ini dapat memotivasi pembaca untuk keluar dari zona nyaman dan bertualang seperti yang dilakukan Nadine. Dalam pengantar bukunya Nadine bilang, “challenge yourself with a simple trip, there lies happiness… enjoy the rest!” (Hani)

Penulis : Nadine ChandrawinataTebal : 218 halamanPenerbit : B-first

| 12

EYE

SPY

Page 13: EASE Magazine August 2013 Edition

It’s Good to be an OCPOleh: Khoirunnisa Chacu

“Leadership cannot really be taught, it can only be learned”—Harold S. Geneen.

13 |FO

CUS

Page 14: EASE Magazine August 2013 Edition

Kutipan tersebut sangat benar adanya. Saya pun sangat setuju dengan kutipan tersebut, terlebih lagi ketika saya sendiri pernah merasakan jadi

seorang Organizing Committee President (OCP) untuk Project Based on Exchange (PBox) Social Entrepreneur-ship AIESEC LC Bandung di Telkom Foundation Student. Saat itu benar-benar terasa sekali berbagai tantangan yang harus saya hadapi sebagai seorang pemimpin, dan itu bukanlah hal yang mudah pastinya. Namun sampai hari ini dampak dari pengalaman saya menjadi OCP kala itu masih bisa saya rasakan.

Banyak orang yang akhir-akhir ini menganggap, menjadi seorang OCP adalah sebuah tugas yang sangat berat dan sangat menyita waktu, tenaga, serta materi. Berangkat dari pemikiran itulah, kemudian tidak her-an apabila minat teman-teman, terkhusus di AIESEC LC Bandung, dari waktu ke waktu untuk menjadi seorang OCP menjadi sangat berkurang. Seringkali beberapa orang enggan mengambil jabatan sebagai leader karena merasa dirinya ‘kurang pantas’ untuk memimpin. Namun, bukankah ketika kita berani memutuskan untuk mengam-bil jabatan sebagai leader tersebut, maka kemampuan memimpin kita pun akan bisa menjadi semakin terasah dan kita bisa tahu sudah sejauh apakah kemampuan kita, untuk kemudian mengembangkannya menjadi lebih baik lagi?

Seringkali banyak pertanyaan mengenai, “sebe-narnya kriteria seperti apa sih yang harus dimiliki oleh seseorang untuk menjadi OCP?” Berdasarkan pernyataan dari seorang kawan, Vanissa Hapsari, yang pernah menja-bat sebagai OCP PBox Children (University Committee Col-laboration), “OCP harus memiliki time management yang baik, harus mampu mengajak dan merangkul seluruh anggota organizing committee (OC) yang dipimpinnya untuk bersama-sama memberikan yang terbaik, dan juga harus bersikap fleksibel.” Saya pun sangat menyetujui pernyataan Vanissa tersebut.

Berdasarkan apa yang telah saya alami sendi-ri, salah satu cara terbaik untuk belajar mengenal dan mengembangkan diri sendiri adalah dengan mencoba

menempatkan diri kita dalam jabatan sebagai leader. Kita tidak akan pernah tahu seberapa hebat kemam-puan kepemimpinan kita apabila kita tidak mencobanya. Saya suka mencoba hal-hal baru, menyukai tantangan, dan saya pribadi tidak pernah merasa takut untuk gagal. Sekadar bercerita, awalnya dulu ketika ada open appli-cation sebagai OCP project PBoX Social Entrepreneurship di AIESEC untuk Telkom Student Foundation, sebenarnya ada juga sedikit perasaan takut untuk mencobanya, akan tetapi juga ada rasa penasaran di dalam diri saya. Kemu-dian saya pun apply untuk posisi tersebut, dan akhirnya saya dipercaya untuk menjadi OCP dalam project terse-but. Perasaan takut yang tadinya sempat muncul itu pun hilang. Saya mencoba untuk meyakinkan diri saya bahwa kalau saya tidak mencoba kesempatan ini, maka saya ti-dak akan tahu seberapa besar kemampuan saya dalam menjadi seorang leader.

Suka duka sudah sangat jelas pasti ada dalam proses ketika menjadi OCP dan memimpin sekelompok orang demi menyukseskan project ini. Akan tetapi, ada banyak hal positif yang bisa kita dapatkan saat menjadi OCP. Saya pun menyadari betul hal itu. Antara lain yak-ni saya bisa lebih mengenal diri saya lebih dalam, bisa menambah wawasan saya mengenai kinerja tiap divisi, tahu bagaimana cara melakukan marketing, dan lain-lain. Dan yang terutama ketika menjadi OCP, adalah bagaima-na kita harus mampu untuk membuat sebuah project yang berkualitas namun dalam waktu yang relatif singkat, dan sumber daya manusia yang terbatas juga.

| 14

FOCU

S

Page 15: EASE Magazine August 2013 Edition

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi ketika menjadi OCP beragam, mulai dari hal-hal kecil seperti konflik yang terjadi di dalam OC, sampai manajemen sistem kerja OC yang kadang kala tidak sesuai harapan. Namun semua kesulitan itu adalah hal-hal yang bisa dijadikan motivasi bagi saya dan teman-teman yang tergabung dalam OC untuk menjadi lebih baik lagi ke depannya.

Selain mengenai pengalaman yang akan didapa-tkan, tentu dengan menjadi OCP juga bisa menjadi pelu-ang dalam mendapatkan koneksi dan relasi yang sangat banyak dengan berbagai pihak. Yang tak kalah penting, menduduki posisi sebagai OCP dapat meningkatkan ke-mampuan dasar kita dalam berbagai hal, mulai dari peri-hal manajemen waktu, sumber daya manusia, bahkan juga saat pengambilan keputusan. Sebuah jabatan akan sangat memengaruhi pribadi seseorang. Semakin ting-gi jabatan dan tanggung jawab yang seseorang pegang, maka akan semakin tinggi pula perasaan peduli dan per-hatian terhadap tugas yang kita emban. Tentu saja hal tersebut sangat berguna untuk melatih diri orang terse-but ke arah yang lebih baik lagi.

Sedikit mengutip dari kaum intelegensia, “sifat pemimpin adalah cermin intelektualitas yang dimiliki oleh orang itu.” Dengan begitu bisa disimpulkan bahwa seorang leader adalah orang yang paling bisa menjadikan dirinya sendiri dan juga orang lain untuk menjadi sema-kin cerdas dan menuju ke arah yang lebih baik. Sekarang keputusannya kembali ke teman-teman, do you dare to be an OCP?

15 |FO

CUS

Page 16: EASE Magazine August 2013 Edition

Jakarta (EASE) - Konferensi remaja se-Indonesia yang berada di bawah Sinergi Muda serta diprakarsai oleh Alanda Kariza, Indonesia Youth Conference (IYC) kemba-li digelar tahun ini pada Sabtu (6/7) lalu di Upper Room, Wisma Nusantara. Acara yang dihadiri oleh sekitar 1.500 pemuda ini bertujuan untuk mengumpulkan anak-anak muda Indonesia, dan mengajak mereka saling berbagi solusi atas berbagai masalah dan juga ide serta gagasan, serta meningkatkan kepedulian mereka terhadap isu-isu terkini dan memberi keyakinan pada masyarakat bahwa suara para pemuda Indonesia haruslah didengar dan di-tanggapi dengan serius. Konsep IYC tahun ini pun tidak jauh berbeda den-gan tahun-tahun sebelumnya, di mana di tahun ini ada beberapa kelas yang menyajikan 12 topik yang berbeda. Para pemuda yang hadir bisa dengan sesuka hati memu-tuskan untuk masuk kelas yang mana. Topik-topik dalam tiap kelas tersebut antara lain adalah mengenai politik, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, musik, media & jurnalisme, sejarah, kesehatan, hukum, kreatifitas, serta gerakan pemuda. Dalam masing-masing kelas yang ku-rang lebih berlangsung selama 2 jam, terdapat sekitar dua puluhan narasumber yang masing-masingnya memi-liki kredibilitas tinggi dan ahli di dalam bidangnya, seper-ti Slamet Raharjo, Danny Oei Wirianto, Ridwan Saidi dan Agus Harimurti Yudhoyono. Ada yang menarik dalam IYC 2013 ini, yakni adan-ya surprise session yang menghadirkan pembicara spesial. Khusus untuk sesi ini memang dari pihak penyelenggara tidak mempublikasikan secara luas dan sengaja tidak dib-uat komersil. Selain itu ada pula pertunjukan musik dari White Shoes And The Couples Company, Maliq & D’Es-sentials, The Aftermiles, dan seni dari Traditional Indone-sian Martial Arts dan Lamuru Percussions. Terdapat juga pagelaran seni yang memamerkan karya-karya anak bang-sa. Meskipun IYC tahun ini berlangsung dengan me-riah, namun rasanya masih belum bisa mengalahkan IYC tahun 2012 yang diadakan di Plaza UOB, Jakarta. Dari segi venue acara, Plaza UOB lebih memiliki atmosfir yang men-dukung karena semuanya tersusun dengan rapi di satu

lantai. Booths sponsor dan komunitas tahun lalu lebih ramai dikunjungi oleh pengunjung untuk melakukan ke-giatan networking. Sedangkan tahun ini, setiap ruangan terdapat di lantai yang berbeda dan membuat kegiatan networking menjadi kurang dapat terlaksana dengan baik seperti tahun sebelumnya. Berdasarkan apa yang EASE Magazine lihat, booths yang telah disediakan pun terlihat sepi oleh pengunjung. Kemudian dari segi waktu dan pembicara pun juga tidak terlalu memuaskan, karena waktu yang molor dari yang seharusnya dijadwalkan, membuat sesi tanya jawab menjadi terpotong. Padahal sesi itu adalah sesi yang cuk-up penting bagi para peserta untuk bertanya-tanya men-genai hal-hal yang ingin mereka ketahui secara langsung kepada para pakarnya. Lalu untuk pembicaranya seperti kurang diberikan kurasi dan persiapan yang matang seh-ingga materi pembicara kurang dapat tersampaikan den-gan baik. Slide presentasi yang ditampilkan pun kurang dibuat dengan profesional dan menarik. Meskipun begitu, pembicara yang paling menarik dalam IYC 2013 mungkin bisa disandangkan kepada Agus Harimurti Yudhoyono dan Danny Oei Wirianto yang menyampaikan materi dan pre-sentasi dengan sangat baik untuk topik gerakan pemuda. Adanya berbagai kekurangan dalam pelaksanaan IYC tahun ini, mungkin bisa menjadi bahan evaluasi bagi pihak penyelenggara untuk menggelar kembali IYC di ta-hun depan. Akan tetapi, kekurangan-kekurangan yang ada bisa tertutupi dengan kehadiran 1.500 pemuda yang den-gan penuh antusias mengikuti acara ini. Semoga apa yang menjadi tujuan dari diadakannya IYC ini bisa benar-benar terwujud dan dirasakan betul oleh para pemuda yang hadir. Selain itu semoga para pemuda yang hadir juga bisa memberikan dampak dari keikutsertaan mereka dalam konferensi ini bagi lingkungan sekitarnya. Harapan dari kami terhadap diadakannya IYC secara rutin di tahun-ta-hun mendatang sangat besar. Maka dari itu perlu adanya penggarapan yang serius namun tetap juga menyajikan konferensi yang fun dan menarik dari pihak penyelengga-ra untuk IYC-IYC selanjutnya. Maju terus generasi muda Indonesia! (Firda/Damianus)

IYC Is Back!w

ww

.merdeka.com

| 16

BLA

ST O

FF

Page 17: EASE Magazine August 2013 Edition

Apa yang terlintas di benakmu ketika seseo-rang bertanya, “Tempat makan enak di Band-ung di mana, ya?” Kedai kopi? Kafe nyaman

dengan sofa-sofa besar? High-end eateries? Tak bisa disangkal, deretan rumah makan di Kota Bandung me-mang dikenal “jualan suasana” disamping menjual menu hidangannya. Namun, apakah lantas harus merogoh kantong dalam-dalam ketika ingin mendapatkan hidangan yang enak sekaligus tempat yang nyaman? Luangkan saja wak-tumu untuk menyambangi sebuah “warung makan” se-derhana dengan suguhan pemandangan yang menyegar-kan mata di bilangan Dago ini. Terletak tidak sampai 50 meter dari Terminal Dago, Warung Taru kerap dijadikan pilihan untuk bersan-tap siang maupaun ngopi-ngopi di sore hari. “Warung” dengan eksterior dan interior yang didominasi kayu ini mematok harga yang cukup terjangkau. Alokasikan 20 ribu rupiah dan kamu sudah bisa menikmati berbagai pili-han menu yang tersedia! (Nur Khansa R.)

Menikmati Bandung dengan Sebuah Warung

Warung Taru:

Warung Taru tampak depan

Para “penyambut tamu” di Warung Taru.Fotografer:

Nur Khansa R.

17 |D

AY TO PLAY

Page 18: EASE Magazine August 2013 Edition

Let’s Go Exchange to Turkey!

Menentukan pilihan negara untuk exchange bukanlah merupakan sesuatu yang mudah. Tinggal di suatu negara baru selama lebih dari satu bulan pastilah diperlukan suatu pertimbangan yang matang, untuk mendapa-

tkan pilihan yang tepat. Informasi dari internet terkadang terlalu banyak dan mem-bingungkan sehingga banyak dari kita kemudian bertanya kepada teman yang sudah pernah exchange ke negara tersebut. Bertanya dan mendengarkan cerita pengalaman teman merupakan pilihan yang paling tepat. Oleh karena itu, aku di sini ingin berbagi pengalamanku selama exchange ke Kocaeli, Turki.

Oleh Nadira Puteri Kusaeni

*catatan: 1 TL = 5,244 IDR

Seka Park, Kocaeli

Satu Piring Pilay Ustu Doner (Nasi Doner Ayam) seharga 4,9 TL.

Suasana dalam bus.

Kocaeli Seaside

| 18

WA

ND

ERLU

ST

Page 19: EASE Magazine August 2013 Edition

Awalnya aku ragu untuk memilih Kocaeli, karena sebelumnya aku tidak pernah mendengar nama kota tersebut. Turki dalam pikiranku hanyalah Istanbul atau Ankara. Namun, setelah aku mendapat tawaran melalui e-mail untuk exchange ke sana, aku mencoba mendaftar dan pada akhirnya diterima. Aku mencari tahu informasi mengenai Kocaeli, ternyata jaraknya cukup dekat dengan Istanbul, hanya sekitar 2 jam dengan bus dari pusat kota.

Bus yang digunakan untuk pergi ke Kocae-li dari Istanbul nyaman sekali, sangat jauh berbeda dari bus Primajasa Jakarta-Jatinangor, loh! Jelas lah, harga tiketnya juga 2 kali lipat dari harga bus Prima-jasa, yaitu 17 TL. Di bus ini terdapat WiFi, TV di mas-ing-masing kursi, makanan dan minuman gratis, dan kursi yang bisa ditegakkan atau dimundurkan dengan footrest di bawahnya.

Sedangkan tarif transportasi dalam kota ber-beda antara satu kota dengan kota lain. Di Kocaeli, harga tarif bus dalam kota adalah 1,90 TL. Berbeda dengan İstanbul, misalnya, tarif bus dalam kota se-harga 2 TL. Sistem pembayaran bus di Kocaeli dan kota-kota lainnya menggunakan Kentkart, yaitu kar-tu bus yang diisi ulang dan kartunya ditempelkan ke suatu mesin ketika naik bus.

Untuk harga makanan di Kocaeli, harganya sangat bervariasi, tergantung tempat yang kita pilih. Untuk makanan di restoran kecil, harganya berkisa-ran antara 3-8 TL. Sedangkan untuk di restoran besar, café, dan mal, harganya berkisaran antara 10-20 TL.

Sebelum berangkat ke Turki, sebaiknya ka-lian harus mencari tahu banyak tentang peraturan dari pemerintah Turki untuk warga asing, misalnya regulasi mengenai telepon genggam dan residence permit. Menurut regulasi pemerintah Turki, telepon genggam asing (dibawa dari negara lain di luar Tur-ki) harus melakukan registrasi terlebih dahulu agar bisa digunakan dengan sim card lokal. Biaya registrasi cukup mahal, berkisaran antara 100-200 TL. Jika kita ingin membeli sim card lokal tanpa registrasi, pada akhirnya, handphone kita akan diblokir setelah meng-gunakannya selama sekitar 2 minggu. Telepon geng-gam asing bisa digunakan tanpa registrasi jika meng-gunakan sim card asing dan mengaktifkan roaming.

Selain itu, pemerintah Turki mewajibkan war-ga asing yang tinggal lebih dari 1 bulan di Turki untuk mempunyai residence permit. Residence Permit mer-upakan surat izin tinggal di Turki dan diurus di kantor polisi. Biaya untuk mendapatkan residence permit juga cukup mahal, yaitu 198 TL untuk booklet resi-dence permit ditambah biaya masing-masing negara. Untuk warga Indonesia diharuskan untuk membayar 59 TL di luar biaya booklet. Negara lain, misalnya Sin-gapura, biayanya hanya 24 TL.

Saranku, jika kalian sudah tahu negara apa yang ingin dikunjungi namun masih bingung ingin di kota apa untuk melakukan project-nya, pilihlah kota yang tidak sering kalian dengar, namun masih berada dekat dengan kota besar. Dengan ini, kita bisa meli-hat sisi lain dari negara yang kita kunjungi, bagaimana kehidupan masyarakat yang tidak tinggal di daerah turistik. Dengan ini, kita bisa merasakan bagaimana kehidupan layaknya penduduk asli negara tersebut.

Jika ingin mengunjungi daerah wisata, OC (or-ganizing committee) project biasanya memberikan waktu bebas di sela-sela project, misalnya pada akhir pekan maupun satu minggu kosong di antara ming-gu-minggu project, namun hal ini tergantung OC mas-ing-masing. Waktu kosong tersebut bisa digunakan untuk mengunjungi kota-kota lain di negara tersebut.

LC (local committee) juga biasanya mengada-

kan tur ke kota-kota lain. Misalnya, LC Kocaeli waktu itu mengadakan Istanbul Tour yang bisa diikuti oleh seluruh EP AIESEC Kocaeli dengan membayar biaya yang telah ditentukan. Meskipun demikian, mengiku-ti tur yang diselenggarakan oleh LC ada plus dan mi-nusnya jika dibandingkan dengan tur sendiri.

Jika disuruh memilih, aku lebih suka untuk tur sendiri dengan beberapa teman EP dibandingkan dengan mengikuti tur dari LC karena kita bisa pergi ke tempat-tempat lain dengan bebas dan tidak perlu saling menunggu rombongan kita yang lain. Sebelum mengikuti Istanbul Tour yang diselenggarakan oleh AIESEC Kocaeli, aku pergi ke Istanbul dengan empat orang temanku selama 2 hari. Kami mengunjungi The Blue Mosque, Grand Bazaar, Dolmabahce Palace, dan naik kapal mengelilingi Selat Bosphorus. Satu minggu setelah itu, LC kami mengadakan Istanbul Tour sela-ma 1 hari dan kami mengunjungi Ayasofya, The Basil-ica Cistern, dan Miniaturk. Harga masuk ke museum berkisar di antara 15 – 25 TL.

Nah, kira-kira sudah terbayang kan, hal-hal yang perlu diketahui sebelum memilih Turki sebagai tempat exchange kamu? Semoga bermanfaat untuk kalian semua dan……selamat exchange!! :D

19 |W

AN

DERLU

ST

Page 20: EASE Magazine August 2013 Edition

Hal apa yang dulu memotivasi Anda untuk masuk AIESEC?

Yang memotivasi saya pada awalnya adalah untuk memili-ki teman dari negara lain, serta eksplorasi budaya dengan berkeliling dunia.

Bagaimana keadaan/suasana di AIESEC Bandung selama Anda menjadi AIESECer?

Saya bergabung dengan AIESEC Bandung pada tahun 2003, saat itu masih dikenal dengan AIESEC Unpad. May-oritas anggotanya adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE), meski ada juga dari jurusan lain. Hubungan dengan para dosen dan unit kegiatan lain juga baik. Pihak fakultas maupun universitas mendukung kegiatan AIESEC, dian-taranya seperti kegiatan leadership atau workshop men-genai ekonomi. Saat itu kami menyebut sekretariat kami “virtual office,” yang letaknya berada di depan RR-an di Kampus FE Unpad Dipati Ukur. Itu tidak ada bangunan fisi-knya, hanya meeting point. Sekretariat yang diberikan Un-

pad letaknya di Jatinangor, dimana itu dirasa cukup jauh karena pusat kegiatan ada di Dipati Ukur.

Dulu Anda pernah menjabat sebagai apa saja di AIESEC?

Karir saya di AIESEC termasuk fast track. Tahun pertama begitu masuk AIESEC saya mendapat kesempatan untuk menjadi ICX service and learning team member, kemudi-an saya memberanikan diri untuk maju election sebagai Incoming Exchange Director AIESEC Unpad dan alham-dulillah terpilih (2004-2005). Kemudian setelah itu saya menjabat sebagai Member Committee Vice President Information Systems and Communications AIESEC Indone-sia selama dua periode (2005 - 2007). Selain itu saya juga menjabat sebagai Global Information Systems Musketeers AIESEC International (2006 - 2009), dan setelah itu saya berangkat untuk internship selama satu tahun di Malay-sia. Di sana saya terpilih sebagai Global Ambassador Club Director AIESEC Malaysia, dimana saya menjadi ketua dari perkumpulan interns yang datang ke Malaysia yang ber-jumlah lebih dari 100 orang.

“Everywhere it feels like home with

our AIESEC family”

Listya Kusumawati:

| 20

COFF

EE TA

LK

Page 21: EASE Magazine August 2013 Edition

Apa motivasi Anda untuk higher role di AIESEC?

Untuk menantang diri saya supaya menjadi pribadi yang selalu lebih baik dan dapat berkontribusi secara maksimal terhadap hal - hal yang saya cintai, sehingga dapat mem-bawa dampak yang positif kepada masyarakat di sekitar saya.

Bagaimana hubungan Anda dengan teman-teman satu angkatan di AIESEC Bandung sampai sekarang ini?

Hubungan saya dengan teman - teman di AIESEC Band-ung termasuk para intern yang datang ke Bandung sampai saat ini sangatlah baik. Kami masih berkumpul terutama pada acara AIESEC Thirstday di Jakarta untuk sekadar ngobrol hobi, masa - masa di AIESEC dulu hingga bisnis, kami pun juga ada yang bekerja di bawah satu organisasi yang sama. Dengan para intern, kami melakukan kontak melalui e-mail, skype atau di mana ada kesempatan untuk trip bersama, kami pun melakukannya baik di Indonesia atau di luar negeri. Kita tidak akan pernah merasa sendiri, everywhere it feels like home with our AIESEC family.

Hal apa yang Anda syukuri karena pernah menjadi ba-gian dari AIESEC?

I know myself better, I have “family” around the world because in AIESEC you only need to meet once or even vir-tually, then the friendship will last forever. Then the last one is I love my country, Indonesia even more! Because when you are away, you will see your country differently in a positive way.

Adakah pengalaman yang tidak terlupakan dengan AIESEC Bandung? Bisa di-ceritakan?

Menyelamatkan AIESEC Bandung dari status “banned” karena tidak dapat memenuhi kuota exchange (ICX) untuk Management Traineeship (dulu ada poli-cy ini). Waktu itu tim kami hanya memiliki waktu yang relatif sangat singkat untuk dapat me-raise TN, semua source yang ada kami ker-ahkan untuk melakukan TN raising dan juga melakukan proses matching day and night! Setelah proses match-ing, kami pun benar – benar

melakukan service and learning sebaik – baiknya kepa-da para intern yang datang sebagai hasil dari jerih payah kami. Para intern yang datang pun kemudian mengajak intern lain dari LC-nya untuk internship dengan AIESEC Bandung. Kuota exchange pun memenuhi kriteria dan AIESEC Bandung dapat berdiri hingga sekarang.

Apa dampak dari ikut sertanya Anda di AIESEC dulu den-gan pekerjaan dan kesuksesan sekarang ini?

Dampak ikut serta di AIESEC adalah saya menjadi selang-kah hingga dua langkah dari kolega - kolega saya di kantor. Terutama karena pekerjaan saya sebagai management and corporate finance consultant sekarang ini tidak jauh berbeda cara proses berpikirnya ketika saya menjalani role sebagai LC EB dan MC EB. Ditambah lagi dengan kuat-nya networking AIESEC yang telah saya bina sejak awal bergabung dengan AIESEC di Indonesia maupun di luar negeri, sangat membantu dalam pekerjaan profesional saya. Selain itu tidak menutup kemungkinan juga untuk melakukan bisnis bersama dengan kawan dari AIESEC di negara lain seperti yang saya lakukan, yakni masih di bidang konsultansi dan juga ekspor komoditi.

Apa harapan dan saran dari Anda untuk AIESEC Bandung agar menjadi semakin lebih baik lagi?

Semoga AIESEC Bandung bisa menjadi salah satu chap-ter yang memiliki kualitas exchange yang sangat baik, ti-dak hanya mengutamakan pencapaian jumlah exchange tetapi diharapkan pula setiap intern yang datang bisa mendapatkan pengalaman dan pembelajaran yang men-dalam mengenai leadership dan culture. Kemudian dari segi member AIESEC bisa juga mendapatkan pengalaman dan pembelajaran tersebut. (Damianus A.)

21 |CO

FFEE TALK

Page 22: EASE Magazine August 2013 Edition

Terpilihnya pemimpin baru untuk Bandung ini menjadi sebuah momen yang dinanti-nantikan oleh seba-gian besar, atau bahkan mungkin seluruh warga Bandung. Hal ini bukan hal yang mengherankan, karena berbagai macam permasalahan yang dihadapi ibukota Jawa Barat ini seperti tidak menemukan solusinya dalam kurun wak-tu kurang lebih 10 tahun terakhir. Kemacetan, banyaknya jalan yang berlubang dan rusak, serta banjir yang masih sering terjadi di berbagai sudut kota Bandung, menjadi problematika yang semakin hari semakin susah untuk dia-tasi. Seorang teman saya, yang merupakan warga asli Bandung mengatakan, kesemrawutan di Bandung ini

terjadi sejak sekitar tahun 2003, di mana factory outlet dan tempat-tempat wisata belanja juga kuliner semakin banyak dibangun di berbagai penjuru kota. Ironisnya, dibangunnya berbagai tempat yang menjadi daya tarik kota Bandung itu tidak diimbangi dengan aspek-aspek lain yang saling terkait, seperti perawatan jalan-jalan di Band-ung, dan juga penataan kota. Bandung agaknya tidak dita-kdirkan untuk menjadi serupa Jakarta yang metropolitan. Jalanan di Bandung relatif tidak luas dan juga lahan-lahan kosong yang tersedia mungkin saja tidak sebanyak yang ada di Jakarta. Namun entah kenapa pemerintah kota sep-erti memaksakan Bandung untuk menjadi kota metropol-itan, dengan mengijinkan dibangunnya berbagai macam

Menuju Bandung Baru

Beberapa waktu lalu, warga Bandung telah memilih sepasang walikota dan wakil walikota untuk memimpin Bandung hingga tahun 2018 mendatang. Walikota dan wakil walikota terpilih, yakni Ridwan Kamil dan Oded Muhammad Danial, menang di 6 zona pemilihan. Ridwan Kamil memang sosok yang bisa dikatakan fenom-

enal, bahkan meski ia dan wakilnya maju ke bursa pemilihan walikota Bandung diusung oleh dua partai, yakni Partai Keadilan Sejahtera dan Gerindra, rupanya itu tidak berpengaruh banyak terhadap kemenangan mereka. Namun di sini saya tidak akan membahas mengenai hal-hal yang terkait dengan politik dan pemilihan walikota dan wakil walikota tersebut lebih lanjut.

Oleh Damianus Andreas

Gedung Sate, landmark Kota Bandung

| 22

INSI

GH

T

Page 23: EASE Magazine August 2013 Edition

pusat perbelanjaan dan pertokoan-pertokoan, menutupi keindahan bangunan-bangunan asli Bandung yang mer-upakan banyak peninggalan dari Belanda semasa penja-jahan dulu. Orang-orang Sunda asli memiliki basis “guyub” atau “kumpul-kumpul,” makanya tak heran di Bandung ini banyak yang suka membuat “paguyuban” atau “per-kumpulan.” Dengan kata lain, orang-orang Sunda asli itu suka berserikat dan berkumpul, dan oleh karena itu se-benarnya warga Bandung sangat butuh fasilitas seperti taman kota yang bisa menjadi public area bagi seluruh masyarakat Bandung dan juga sarana bagi mereka untuk refreshing. Adanya taman-taman kota di Bandung sebe-narnya bisa dikatakan cocok dengan keadaan asli Band-ung yang memang ditumbuhi pohon-pohon besar dan tanaman-tanaman hijau, akan tetapi kenyataan yang dih-adapi sekarang ini, pusat-pusat perbelanjaan dan bangu-nan-bangunan baru yang bertujuan untuk hal-hal komer-sial terlihat lebih mendominasi. Para anak muda asli Bandung pun juga rupan-ya lebih menyenangi untuk berkumpul dan saling berso-sialisasi dengan teman-temannya di ruang publik yang nyaman, tidak memakan biaya yang banyak dan bisa di-datangi kapan saja. Bahkan dari penuturan teman saya juga, sebenarnya anak-anak muda asli Kota Bandung malah tidak terlalu suka untuk nongkrong dan mengha-biskan waktu di mall. Itu dibuktikan juga, apabila kita me-ngunjungi Balai Kota yang berada di Jalan Wastukencana No. 2, Bandung, di sana kita bisa menemukan masyarakat Bandung dan sekelompok anak muda yang tergabung dalam komunitas-komunitas tertentu, sedang mengha-biskan waktu dengan bermain skateboard, membuat vid-eo, berfoto-foto, bermain permainan sederhana seperti petak umpet, dan juga mengobrol santai. Di tempat lain seperti di Taman Dago pun juga terlihat suka ada yang bermain skateboard di sana, selain itu juga di bawah Pa-supati dulunya beberapa kali diadakan acara dub, namun karena sekarang tidak terawat, jadi tidak ada lagi. Kecintaan masyarakat asli Bandung terhadap public area seperti taman/hutan kota sebenarnya bisa dikatakan cukup besar. Itu dibuktikan dengan protes be-sar-besaran yang dilakukan oleh warga Bandung saat ada rencana Babakan Siliwangi akan beralih fungsi menja-di bangunan komersial. Protes dan sikap keras menolak yang dilakukan oleh berbagai pihak, seperti organisasi-or-ganisasi Pecinta Alam se-Bandung Raya dan juga Forum Warga Peduli Babakan Siliwangi, akhirnya pun membuah-kan hasil. Pengalihan fungsi Ruang Taman Hijau (RTH) itu tidak jadi dilaksanakan. Dari situ kita sebenarnya bisa me-lihat bahwa kepedulian yang sangat besar itu merupakan bentuk dari keinginan masyarakat asli Bandung sendiri untuk mempertahankan RTH yang sudah semakin jarang di Bandung ini. Padahal dulunya Kota Bandung ini dikenal sebagai Kota Seribu Taman, selain dikenal sebagai Kota Kembang.

Transportasi Angkutan kota, atau yang biasa disebut angkot, dewasa ini sangat berperan dalam kepadatan lalu lintas di Kota Bandung. Ada begitu banyak angkot di Bandung yang menyediakan jasa bagi warga dari dan ke berbagai tujuan di pelosok kota. Hal tersebut tentu saja sangat membantu warga yang hendak bepergian, karena apa-bila tidak memiliki kendaraan pribadi mereka bisa men-gandalkan angkot. Akan tetapi tidak sedikit juga dampak buruk yang timbul dari jumlah angkot yang rasanya kian hari kian banyak ini. Semakin banyaknya angkot ini mem-buat jalanan di Bandung menjadi semakin semrawut, karena para supir angkot pun berlomba-lomba untuk mendapatkan penumpang. Oleh sebab itu, mereka pun kemudian akan “menghalalkan segala cara” dan tak ja-rang tidak mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku, demi mendapatkan penumpang. Keadaan lalu lintas di Bandung pun semakin diperparah dengan jalanan yang banyak berlubang dan rusak. Jalanan yang rusak terse-but bahkan sudah beberapa kali memakan korban jiwa. Namun sepertinya dari pihak pemerintah tidak ada tin-dakan yang sigap dan tegas untuk memperbaiki jalanan yang rusak itu. Namun apabila jalanan itu diperbaiki pun, biasanya hanya bertahan selama kurang lebih 1 tahun, lalu kembali rusak dan berlubang lagi. Permasalahan jalan ini pun juga masih ditam-bah lagi dengan persoalan kemacetan yang cukup meng-gila di Bandung, terlebih di saat-saat akhir pekan. Di mana banyak wisatawan, baik itu dari domestik maupun internasional, yang datang untuk berlibur di Kota Kem-bang ini. Jalan-jalan yang relatif kecil tersebut dipaksa untuk menampung volume kendaraan yang melintas, di mana tiap harinya jumlahnya semakin banyak. Ini bisa dikatakan sebagai suatu hal yang serius, yang perlu ditan-gani dengan segera untuk menjadikan Bandung menjadi lebih baik lagi kelak dan lebih nyaman untuk ditinggali. Sebenarnya permasalahan kemacetan itu bisa saja diatasi, apabila transportasi umum di Bandung dib-uat lebih nyaman lagi. Seperti yang terjadi sekarang, mes-ki jumlah angkot sangat banyak, namun kenyamanann-ya masih perlu diperbaiki lagi. Sejak sekitar akhir tahun 2008, di Bandung ada Trans Metro Bandung. Bahkan sejak beberapa tahun sebelumnya sampai hari ini, juga ada bus Damri yang terus beroperasi di Bandung dan sekitarnya. Namun meski keberadaannya sudah ada se-jak lama, sampai hari ini angkutan seperti Trans Metro Bandung dan Damri itu masih kurang bisa menarik mi-nat masyarakat untuk lebih mengandalkan transportasi umum daripada menggunakan kendaraan pribadi yang berdampak meningkatnya volume kendaraan di Band-ung, yang menjadi penyebab dari kemacetan. Namun apabila diteliti lebih lanjut lagi, kuran-gnya minat masyarakat terhadap transportasi umum di Bandung, mungkin efek dari kurang nyamannya angkot, bus Damri, dan Trans Metro Bandung yang beroperasi.

23 |IN

SIGH

T

Page 24: EASE Magazine August 2013 Edition

Berangkat dari situ, pemerintah kota seharusnya lebih peka lagi terhadap situasi yang sebenarnya terjadi. Pe-meliharaan terhadap transportasi umum harus dilaku-kan secara rutin dan dengan sungguh-sungguh. Sehingga apabila pemeliharaan tersebut benar-benar dilakukan dengan maksimal, maka lambat laun pasti antusiasme masyarakat terhadap penggunaan transportasi umum yang nyaman, aman, murah, dan efisien di Bandung akan semakin bertambah. Melihat begitu banyaknya problematika yang ha-rus diatasi di Bandung, maka bisa dibayangkan seberapa besar beban dan tanggungan yang harus dihadapi oleh walikota, wakil, dan seperangkatnya dalam membenahi Bandung. Semua warga asli dan juga pendatang di Band-ung sudah seharusnya sadar dan saling memberikan kontribusinya dalam mewujudkan Bandung yang lebih nyaman untuk ditinggali. Terlebih lagi bagi para generasi muda, sudah selayaknya kita menjadi lebih peka terha-dap lingkungan dan kota ini. Kepekaan yang timbul dapat memberikan kita berbagai macam ide baru dan juga ga-gasan yang bisa berguna untuk kemajuan Kota Bandung ini sendiri. Dari kepekaan dan juga perhatian kita terha-dap Bandung, secara tidak langsung juga bisa membantu pemerintah kota yang baru ini dalam menciptakan peru-bahan. Seperti kita lebih memilih untuk naik transporta-si umum apabila bepergian dari satu tempat ke tempat lain yang jaraknya tidak terlalu jauh. Dari “aksi” tersebut, tentu saja kita bisa berkontribusi, meskipun mungkin ke-cil, dalam pengurangan kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas Bandung. Sedangkan yang berkaitan dengan lingkungan, mungkin kita bisa mulai dari membiasakan

diri untuk tidak jahil seperti memetiki tanaman kemu-dian membuang tanaman itu secara sembarangan. Dan yang terpenting juga, biasakan diri kita untuk membuang sampah pada tempatnya. Berbagai keinginan dan janji dari Ridwan Kamil telah diutarakan kepada seluruh warga Bandung setelah ia terpilih beberapa waktu lalu. Seperti menyelamatkan Babakan Siliwangi, mengutamakan reformasi pelayanan publik, membangun monorail, dan menargetkan waktu 3 tahun untuk membereskan infrastruktur modern di Band-ung yang masih perlu banyak perbaikan. Itu semua ten-tu akan bisa terwujud apabila adanya dukungan penuh dan kontribusi dari masyarakat, terlebih anak-anak muda Kota Bandung. Sekarang sudah bukan saatnya kita hanya mengembalikan perubahan Kota Bandung ini kepada pemerintah kota saja. Namun, akan lebih baik apabila kita juga turut berkontribusi dalam perubahan itu. Den-gan berkontribusi dalam perubahan, berbagai ide dan gagasan baru bisa tercipta. Selain itu juga sikap kepemi-mpinan dalam diri masing-masing para generasi muda akan semakin terasah. Ini adalah hal yang penting, kare-na di masa depan nanti tiap orang harus memiliki sikap kepemimpinan dalam dirinya masing-masing agar bisa bertahan di masa-masa yang akan datang, serta selain itu mereka yang memiliki sikap sebagai pemimpin pastilah akan bisa memberikan impact bagus yang besar dan sig-nifikan bagi lingkungan sekitar masing-masing. Maka dari itulah, meski ada pemimpin baru na-mun mungkin tidak akan bisa memberikan perubahan ke arah yang lebih baik secara maksimal apabila tanpa ada

dukungan langsung dan penuh dari warganya, terutama dari para genera-si mudanya. Para generasi muda yang mematuhi tata tertib yang berlaku di Bandung, turut merawat Kota Band-ung dengan tindakan-tindakan se-derhana seperti membuang sampah pada tempatnya, dan mulai membia-sakan diri untuk peduli pada apa yang terjadi di sekeliling diyakini dapat membantu kinerja pemerintah kota baru Kota Bandung. Anggap saja apa-bila kita sedang melakukan exchange ke negara lain, di sana pasti kita akan mematuhi aturan-aturan dan tata ter-tib yang berlaku. Seperti tidak boleh buang sampah sembarang, menye-berang jalan pada tempatnya, dan masih banyak lagi. Apabila kita saja sanggup untuk mematuhi aturan dan berlaku benar di negara orang, kena-pa kita tidak juga membiasakan diri melakukan hal yang serupa di negara sendiri, di kota sendiri?

| 24

INSI

GH

T

Page 25: EASE Magazine August 2013 Edition

The Philippines (Filipino: Pilipinas) is an archipel-ago in South-East Asia of more than seven thou-sand islands located between the Philippine Sea and the South China Sea at the very eastern edge of Asia. Many wonderful beaches are just part of one of the world’s longest coastlines and it takes about three decades to visit and experience every island. Since Spanish colonial times, the country has been Asia’s largest Catholic country. Over a hundred ethnic groups, a mixture of foreign influ-ences and a fusion of culture and arts have en-

hanced the uniqueness of the Filipino identity and the wonder that is the Philippines.

The Phillipines is also the home for a lot of beautiful natural sites and also fantastic tourism spots. You can see the 2000-years-old Banaue rice terraces at Batad, swim through the blue waters of Boracay and El Nido beach, study the history of The Phillipines by visiting museums in Metro Manila, or maybe you can dive in the Tubbataha Reefs National Park and see the spectacular collections of marine life and corals. The Phillipines is considered as one of the least expensive places in Asia and as well in the rest of the world. 1 Phillipine Peso (PHP) equals around IDR 232. Once outside Manila and Cebu, the cost for food in a basic local restaurant is around P200, P200 for travel and P200 for sundries. Transportation is as low as P8.50 for the first 4km in a Jeepney (local transportation), using the internet for 1 hour in an internet cafe range from P20 to P50, depending on the internet cafe location. A can of coke cost as low as P16 while a copy of the International Herald Tribune costs P70 and Economist as low as P160. It’s cheap, right? Let’s go to The Phillipines!

Thailand, officially the Kingdom of Thailand is a country in Southeast Asia with coasts on the Andaman Sea and the Gulf of Thailand. It borders Myanmar (Burma) to the northwest, Laos to the northeast, Cambodia to the southeast and Malaysia to the south. With great food, a tropical climate, fascinating culture and great beaches, Thailand is a magnet for travelers the world over. Thai-land is the country in Southeast Asia most visited by tour-ists, and for good reason. You can find almost anything here: thick jungle as green as can be, crystal blue waters that feel more like a warm bath than a swim in the ocean, and food that can curl your nose hairs while tap dancing across your taste buds.

Explore the beauty of Thailand Wats (English: Temple) like Wat Arun, Wat Pho, and many other Wat, shop ‘till drop at Ayuthaya Floating Market, and don’t forget to play in Pattaya and Phuket beach. Don’t worry about the cost; Thai’s living cost is really cheap. For example, street food cost as little as USD 0.65 per meal and if you want to have local food, you can eat for around USD 3.50 – USD 5 a day. Local buses for transportation cost as little as USD 0.25 per trip, the Metro and Skytrain in Bangkok cost USD 0.25 – USD 1.50 per trip. So, come to Thailand!

The Philippines

Thailand

25 |D

IRECTO

RY

Page 26: EASE Magazine August 2013 Edition

Cambodia, or The Kingdom of Cambodia (sometimes trans-literated as Kampuchea to more closely represent the Khmer pronunciation) is a Southeast Asian nation bordered by Viet-nam to the east, Laos to the north, Thailand to the north-west, and the Gulf of Thailand to the southwest. It may be a flawed, corrupt, barren country but it is filled with some of the most amazing people you’ve ever encountered, a rich history, delicious food, beautiful coastline, and a lively night-life.

Don’t miss the famous Angkor Wat, take a close look at Cambodian daily life by sailing down the river at Tongle Sap, enjoy the beach breeze at Sihanoukville, and visit the temples of Angkor near Siem Reap. Again, the daily living cost in Cambodia is really cheap. Penny-pinchers can survive on as little as USD10 per day, while budget travellers with an eye on enjoyment can live it up on USD 25 a day. Midrange travellers can turn on the style with USD75 to USD100 a day, staying in smart places, dining well and travelling in comfort. Local street vendors will cost you about $1-2 USD per meal and basic restaurant meals will cost between $3-5 USD per meal. Cambodia awaits you!

Malaysia is a country in Southeast Asia, located partly on a peninsula of the Asian mainland and partly on the north-ern third of the island of Borneo. West (peninsular) Malaysia shares a border with Thailand, is connected by a cause-way and a bridge (the ‘second link’) to the island state of Singapore, and has coastlines on the South China Sea and the Straits of Malacca. East Malaysia (Borneo) shares borders with Brunei and Indonesia. Malaysia is a mix of the modern world and a developing nation. With its investment in the high technology industries and moderate oil wealth, it has become one of the richer nations in Southeast Asia. Malaysia, for most visitors, presents a happy mix: there is high-tech infrastructure and things generally work well and more or less on schedule, but prices remain more reasonable than, say, Singapore.

See The Petronas Twin Towers by yourself, and dive in to witness a variety of coral, sea-turtles, small sharks and reef-fish at Perhentian Islands. You can also hike the fourth tallest mountain in Southeast Asia at Mount Kinabalu National Park. For the daily living cost, A street meal will usually cost $.75-2.5 USD and rarely more than $3 USD. Expect to pay $2-5 USD in restaurants. And for the transportation, Expect to pay around $1.50-3 USD per hour on a bus trip. What are you waiting for?

Malaysia

Cambodia| 2

6D

IREC

TORY

Page 27: EASE Magazine August 2013 Edition

Vietnam (Việt Nam), officially the Socialist Republic of Viet-nam (Cộng hòa xã hội chủ nghĩa Việt Nam) is a long, thin coun-try in Southeast Asia. Its neighbouring countries are China to the north, Laos and Cambodia to the west. From the natural beauty of Sam Mountain and Halong Bay to the man-made artistry of the sacred temples and pagodas, Vietnam has a lot to offer. Many travelers either love or hate it here as it’s a hard country to travel though but despite the challenges, you will find a very interesting place to visit.

Make sure you get to see the awesome Pagodas which you can found all over the country, and enjoy an afternoon exploring the narrow streets of the Old Quarter or visit the countless temples and galleries at Hanoi. Don’t forget to explore the 60.000km long web of inter-connecting waterways delta at Mekong Delta where you can see small craft villages, Khmer Pagodas, mangroves, and also the trademark floating markets, and witness the true nature of Vietnam at Cuc Phuong National Park. For the cost, you can get a bowl of pho or a rice dish at street stalls and markets fot USD 1. Bus travel is very cheap in Vietnam. As an example, the public bus around Ho Chi Min City will cost a maximum of $.15 USD. The train is also another inexpensive way to travel with the 791mk long train journey from Danang and to Hanoi costing from $7 USD. Vietnam it is!

Vietnam

Philipines

CambodiaThailand

27 |D

IRECTO

RY

Page 28: EASE Magazine August 2013 Edition

Caspar de Vries, Netherland

“So, Bandung… Halfway through the fifth week I can say that the time I spent here has certainly been one of the most awesome times I have ever experienced. What shouldn’t remain unnoted, however, is the awe-someness of also the local AIESECers and their acquaintances. They are there to help you out in truly every way you can’t imagine; from trans-lating menus to taking you on their motorcycle to find a distant ATM in a low-populated beachside village. Alternatively, I can only encourage prospective EPs to travel down to Indonesia and experience it for them-selves. You’ll have the time of your life, guaranteed.”

Jirka, Czech Republic

“People, landscape, and the buildings; nothing is the same as in my country. But the main thing is the people. They are very open and warm. The AIESE-

Cers showed us, the EPs, around, helped us to get what we needed. So if anyone is considering taking an internship in Indonesia, I can recommend

Bandung to you ;-)”

Tiffany Ho, Hong Kong

“我我我我! I love Indonesia and everything that I have gone through here. It has been an amazing experience for me ever in my life that I have never imagined. I can say it is quite impossible to us to count all the things we have learnt since we have been here, needless to say the hospitable people we have met.”

Mohammed Metawaa, Egypt

“8863 kilometers away from Cairo, in a country consists from 17,508 islands, living with 14 different nationalities, interacting with 23 different

nationalities, making friends all over the world, creating thousands of amazing memories, and trying countless stuff that I’ve never imagined

that I will be doing it for the first time. I traveled to the amazing Indonesia with its magnificent nature, different culture and friendly people.”

What They Say About Us?| 2

8ST

RAIG

HT

FORW

ARD