e-Journal Peternakan Tropika · 2020. 7. 13. · produksi daging babi dari tahun 2013– 2017...
Transcript of e-Journal Peternakan Tropika · 2020. 7. 13. · produksi daging babi dari tahun 2013– 2017...
e-Journal
Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
e-journal
FAPET UNUD Universitas
Udayana
Elektronik Jurnal Peternakan Tropika
dipublikasikan oleh:
Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Jl. P. B. Sudirman, Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1
Telp. 0361-235231/222096
email: [email protected]
Volume Nomor Tahun
VIII 1 2020
e-Journal
Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
e-journal
FAPET UNUD Universitas
Udayana
PANDUAN BAGI PENULIS
Ketentuan Umum
1. Naskah yang dikirim merupakan naskah asli/orisinil dan belum pernah diterbitkan
(Naskah dari mahasiswa untuk penyelesaian tugas akhir dalam level S1 minimal berasal
dari naskah seminar tugas akhir (Seminar hasil penelitian/Pra-Skripsi) yang telah
disahkan/Acc oleh tim penguji dan pembimbing, sedangkan untuk penulis lain naskah
disesuaikan dengan aturan ilmiah yang berlaku umum)
2. Lingkup ejurnal ini memuat hal-hal yang menyangkut dunia peternakan dalam bentuk
hasil penelitian, kegiatan ilmiah, kajian pustaka dan/atau gagasan dengan topik aktual.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang
ditentukan
4. Penulis mengirim 2 (dua) eksemplar naskah ke redaksi yang dilengkapi dengan softcopy
(berupa CD) atau naskah dapat pula dikirim via email dalam bentuk program Microsoft
Word.
5. Naskah dan Softcopy (CD) dikirim kepada:
Redaksi eJournal Peternakan Tropika
d.a Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Gedung Agrokompleks Lantai 1 Kampus UNUD Denpasar
Jl. P. B. Sudirman Denpasar, Bali
Telp. 0361-222096 / HP. 081338791005
Email: [email protected]
Standar Penulisan
1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word dengan jarak 1.5 spasi kecuali
Judul, Abstrak, Judul Tabel, Judul Gambar, dan lampiran yang diketik 1 spasi. Naskah
dicetak pada kertas ukuran A4, dengan huruf Time New Roman berukuran 12 point
(kecuali Judul berukuran font 14); margin atas dan margin kiri berukuran 3 cm,
sedangkan margin kanan dan margin bawah berukuran 2 cm.
2. Judul dari Makalah, Abstrak, Abstract, bab (Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil
dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan Terima Kasih), dan Daftar Pustaka
ditulis dengan Huruf Kapital. 12 point (Bold) (kecuali Judul memakai font 14 point).
Font Time New Roman.
3. Nama Penulis, Sub Bab, Institusi, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya. ditulis dengan
diawali dengan Huruf Kapital. 12 point. Time New Roman. Institusi penulisan tidak di
Bold, sedangkan Nama Penulis, Sub Bab, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya,
penulisan di Bold
4. Naskah ditulis maksimum 20 halaman dan setiap halaman tidak perlu diberi nomor
(Nomor akan diisi oleh tim penyusun, disesuaikan dengan urutan publikasi naskah).
5. Naskah hasil penelitian disusun dengan urutan judul, nama penulis dan nama instansi,
alamat korerspondensi (email dan No. Telpon/HP), abstrak (dalam bahasa Inggris dan
Bahasa Indonesia), pendahuluan, metode (sosial ekonomi) atau materi dan metode
(eksakta), hasil dan pembahasan, simpulan (+ saran), ucapan terima kasih, dan daftar
pustaka.
Sedangkan naskah kajian pustaka/gagasan aktual disusun dengan urutan judul, nama
penulis dan nama instansi/institusi, alamat korespondensi (email dan No. Telpon/HP),
abstrak (dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), pendahuluan, masalah dan
pembahasan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka.
TATA CARA PENULISAN NASKAH
1. JUDUL, harus singkat, spesifik dan informatif yang menggambarkan isi naskah,
maksimal 20 kata. Untuk kajian pustaka, dibelakang judul agar ditulis: Suatu kajian
Pustaka. Untuk gagasan Aktual, dibelakang judul agar ditulis: Suatu Gagasan Aktual.
Judul ditulis dengan hurup kapital. Time New Roman berukuran 14 point (Bold), jarak
1 (satu) spasi dan terletak ditengah-tengah tanpa titik.
2. Nama Penulis, ditulis nama lengkap tanpa gelar akademis. Artikel yang ditulis oleh
Mahasiswa melibatkan juga pembimbing dan/atau orang yang terlibat dengan
penelitian/artikel yang ditulis. Sedangkan penulis dari kalangan umum, penulis
mencerminkan pemilik dari artikel/penelitian/gagasan yang akan dimuat. Penulisan
nama penulis pertama artikel dimulai dari nama utama yang akan dimuat, diikuti
dengan pendukung (nama urutan kelahiran/marga/dll) sedangkan penulisan nama
penulis ke-2 dan selanjutnya disusun sesuai dengan urutan nama bersangkutan. Nama
utama ditulis utuh, sedangkan nama pendukung disingkat dengan satu huruf/singkatan
umum yang berlaku.
3. Nama Lembaga/Instansi/Institusi, nama lembaga/institusi ditulis secara lengkap
disertai alamat.
4. Alamat Korespondensi (No. Telpon dan email), No. Telp dan alamat email yang
ditulis adalah yang aktif untuk memudahkan komunikasi terkait artikel yang akan
dipublikasikan
5. ABSTRAK, ditulis dalam Bahasa Indonesia (ABSTRAK) dan Bahasa Inggris
(ABSTRACT). Abstrak ditulis dalam 1 paragraf yang berisikan tujuan penelitian,
metode, hasil dan simpulan. Abstrak tidak lebih dari 250 kata. diketik satu spasi
6. Kata Kunci (key Word), diketik miring, maksimal 5 kata yang merupakan kata-kata
utama dari artikel, 1 (dua) spasi setelah abstrak + 12 pt setelah abstrak.
7. PENDAHULUAN. Berisi latar belakang permasalahan, fakta/data dari pustaka
mendukung, solusi/alternative solusi serta tujuan penulisan. Dalam mengutip pendapat
orang dipakai sistem nama dan tahun. Contoh: Udayana (2005); Quan et al. (2002)
8. MATERI DAN METODE. ditulis lengkap dan terperinci terutama desain penelitian.
Metode penelitian mengikuti acuan yang berlaku dengan mencantumkan sumbernya.
9. HASIL DAN PEMBAHASAN. Menyajikan uraian hasil penelitian dan pembahasan
hasil secara jelas dan komprehensif . Penulisan hasil dan pembahasan disatukan
(bukan terpisah hasil saja / pembahasan saja)
Ilustrasi (Tabel, Grafik, Histogram, Sketsa, Gambar)
a. Judul Tabel, grafik, histogram, sketsa, dan/atau gambar diberi nomor urut, judul
singkat tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ditulis menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 12 point (Bold), awal kata menggunakan hurup
kapital (kecuali kata penghubung), dengan jarak 1 (satu) spasi
b. Isi Tabel/Ilustrasi lain ditulis dengan Font Time New Roman 11 - 12 point
(disesuaikan dengan ukuran/isi table). Isi item Tabel/Ilustrasi lain yang
disingkat/istilah khusus dapat diisi notasi baik berupa huruf/angka yang selanjutnya
wajib diberi keterangan terkait notasi tersebut
c. Keterangan Tabel/Ilustrasi ditulis dari disebelah kiri bawah menjulur ke kanan (bisa
dipisah setiap notasi atau menjalur terus untuk kesemua notasi), menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 11 point, dengan jarak 1 (satu) spasi + 6 pt
setelah Ilustrasi. Penulisan tanda atau notasi untuk data yang dianalisis dengaan
analisis statistik menggunakan superskrip berbeda pada baris/kolom yang sama
yang menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) atau berbeda sangat nyata (P<0,01)
d. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan
tanda koma ( , ), untuk bahasa Inggris digunakan titik ( . ).
e. Grafik, gambar dan Foto: Grafik dibuat dalam program excel, Gambar baik berupa
gambar biasa/foto harus tajam dengan resolusi tinggi
f. Satuan pengukuran menggunakan sistem internasional (SI)
g. Nama Latin, Yunani/Daerah dicetak miring. Istilah asing/khusus diberi tanda petik
10. SIMPULAN DAN SARAN (bila diperlukan). ditulis secara singkat dan jelas
11. UCAPAN TERIMA KASIH. disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu
sehingga penelitian/artikel dapat dihasilkan, misalnya pemberi gagasan, pemilik
proyek/penyandang dana (pembimbing tugas akhir tidak perlu diberi ucapan terima
kasih, pembimbing tugas akhir langsung diisi sebagai penulis) dll
12. DAFTAR PUSTAKA. Memuat nama pengarang yang dirujuk dalam naskah, disusun
menurut abjad pengarang dan tahun penerbitan. Untuk buku dicantumkan semua nama
penulis, tahun, judul buku, penerbit dan tempat. Untuk jurnal dicantumkan nama
penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi dan halaman.
Artikel dalam buku dcicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul
buku, penerbit dan tempat. Artikel internet dicantumkan nama penulis, tahun dibuat,
judul tulisan, alamat web, waktu akses.
e-Journal
Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
e-journal
FAPET UNUD
128
PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINERAL-VITAMIN KOMPLEKS DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN
BABI RAS PERSILANGAN MASA LEPAS SAPIH
Wenata. S., N W. Siti dan I G. N. G. Bidura
PS Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali.
E-mail: [email protected]. 082341801563
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi mineral-vitamin
kompleks (pignox) dalam ransum terhadap performa produksi babi ras persilangan masa lepas
sapih. Penelitian dilaksanakan selama 8 minggu di Banjar Lebah Jadi, Desa Jadi, Kediri,
Tabanan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri
3 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang dicobakan ransum tanpa suplementasi mineral-
vitamin kompleks/pignox (A),ransum dengan suplementasi 0,10 % mineral-vitamin
kompleks/pignox (B), dan ransum dengan suplementasi 0,20 % mineral-vitamin
kompleks/pignox (C). Variabel yang diamati adalah berat badan akhir, pertambahan berat
badan, konsumsi ransum dan feed conversion ratio. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan
analisis sidik ragam dan apabila terdapat perbedaan nyata (P<0,5) maka dilanjutkan dengan
uji jarak berganda Duncan ( Steel and Torrie, 1991). Hasil penelitian menunjukan bahwa
suplementasi mineral-vitamin kompleks pada level 0,10% dan 0,20% nyata (P<0,5) dapat
meningkatkan berat badan akhir, pertambahan berat badan, meningkatkan konsumsi ransum
dan menurunkan feed conversion ratio pada babi ras persilangan masa lepas sapih.
Kata kunci : suplementasi, babi ras persilangan, performa produksi, pignox
EFFECT OF THE USE OF MINERAL-VITAMIN COMPLEX IN DIETS
OF GROWTH PERFORMANCE OF BOAR CROSS BREED IN
WEANING PERIOD
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of mineral-vitamin complex supplementation
(pignox) in the ration to swine production performance race crosses weaning period. The
study lasted 8 weeks in Banjar Lebah Jadi, Jadi Village, Kediri, Tabanan. The design used
was a randomized block design (RBD) comprising 3 treatments and 4 replications. The
treatments were attempted ration without supplementation of mineral-vitamin complex /
Submitted Date: March 11, 2020 Accepted Date: March 21, 2020 Editor-Reviewer Article;: A.A.Pt. Putra Wibawa & I Wyn Wirawan
Wenata. S., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 1 Th. 2020: 128. -140 Page 129
pignox (A), supplementing the ration with 0.10% mineral-vitamin complex / pignox (B), and
0.20% ration supplemented mineral-vitamin complex / pignox (C) , The variables measured
were final body weight, weight gain, feed intake and feed conversion ratio. The results were
analyzed by analysis of variance and if there are significant differences (P <0, 5) then
continued with Duncan's multiple range test (Steel and Torrie, 1991). The results showed that
supplementation of mineral-vitamin complex at the level of 0.10% and 0.20% (P <0.5) can
improve the final body weight, weight gain, improve feed intake and lower feed conversion
ratio of boar cross breed in weaning period.
Keywords: supplementation, boar cross breed, production performance, pignox
PENDAHULUAN
Latar belakang
Ternak babi adalah ternak monogastrik penghasil daging yang memiliki potensi besar
untuk dikembangkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat.
Hal ini disebabkan karena ternak babi memiliki keunggulan antara lain karena
pertumbuhannya yang cepat, konversi ransum yang sangat baik dan mampu beradaptasi pada
kondisil ingkungan yang beranekaragam serta persentase karkasnya dapat mencapai 65% -
80% (Siagian, 1999).Menurut Sihombing, (1997) menyatakan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan ternak babi sangat tergantung pada pakan yang diberikan dan biaya untuk
penyediaan pakan pada usaha beternak babi dapat mencapai 80% dari total biaya yang
dibutuhkan.
Kebutuhan masyarakat di Bali akan daging sebagai sumber protein hewani dari tahun
ketahun mengalami peningkatan seiring bertambahnya jumlah penduduk, pendapatan
perkapita dan kesadaran masyarakat akan pentingnya bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Salah satu jenis daging yang dikonsumsi masyarakat di Bali adalah daging babi.Selain
untuk di konsumsi, ternak babi erat kaitannya juga dalam ritual keagamaan oleh umat Hindu.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan (2017) menunjukkan peningkatan
produksi daging babi dari tahun 2013– 2017 sebesar rata-rata 14,7 % dengan jumlah produksi
daging babi per tahunnya berturut-turut sebesar 123.219 ton (2013), 123.638 ton (2014),
150.959 ton (2015), 166.535 ton (2016), 169.766 ton (2017). Data tersebut dapat menunjukan
peningkatan produksi daging babi pertahunnya di Provinsi Bali yang terus meningkat seiring
dengan kebutuhan konsumsi daging babi oleh masyarakat Bali.
Wenata. S., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 1 Th. 2020: 128. -140 Page 130
Keberhasilan peternakan babi ditentukan oleh beberapa faktor salah satunya adalah
ransum. Ransum mengandung zat-zat makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
ternak diharapkan mampu meningkatkan mutu, dan produktivitas ternak. Pola peternakan di
Indonesia termasuk Bali merupakan peternakan yang masih bersifat tradisional dengan skala
kecil. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan ransum secara maksimal
adalah suplementasi mineral-vitamin kompleks (pignox). Mineral-vitamin kompleks berguna
untuk meningkatkan daya cerna ransum yang diberikan. Mineral-vitamin kompleks
mengandung berbagai trace mineral seperti Zn yang berfungsi sebagai aktivator enzim dalam
proses metabolism dan enzim karboksi peptidase yang berperan dalam metabolisme protein
(Tillman et al., 1998). Diharapkan dengan adanya suplementasi mineral-vitamin kompleks
(pignox), metabolisme lebih meningkat sehingga performans ternak menjadi lebih baik.
Anggoro (2015) menyatakan bahwa pemberian ransum yang mengandung mineral-
vitamin kompleks berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan dan FCR, sedangkan
untuk konsumsi nutrient berbeda tidak nyata. Utamaet al.,(2016) menyatakan bahwa
pemberian ransum dengan imbangan energi/protein yang berbeda yaitu dari 148 s/d 175 tidak
menghasilkan pertumbuhan yang berbeda nyata (P>0.05) baik pada berat badan awal, berat
badan akhir, pertambahan beratbadan, konsumsi ransum total dan FCR.Roniet al., (2017)
menyatakan bahwa perbedaan pignox dengan level (0,25% dan 0,50%) dalam ransum
tradisional terhadap performa babi persilangan dapat meningkatkan konsumsi Zn, cenderung
meningkatkan pertambahan bobot badan, konsumsi ransum, energidan protein,serta efisiensi
penggunaan ransum.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang Pengaruh Tingkat
Penggunaan Mineral-Vitamin Kompleks dalam Ransum terhadap Penampilan Babi Ras
Persilangan Masa Lepas Sapih.
MATERI DAN METODE
Materi
Babi
Babi yang digunakan dalam penelitian ini adalah babi ras silangan. Babi yang
digunakan sebanyak 24 ekor babi yang dikelompokan berdasarkan selisih berat badan, yaitu
ringan 6,30-7 kg, sedang 12,75-13,75 kg, berat 19-19,75 kg, sangat berat 27,50-28,25 kg yang
jumlah semuanya sebanyak 24 ekor.
Wenata. S., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 1 Th. 2020: 128. -140 Page 131
Kandang dan perlengkapan
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari lantai semen beton dan
penyekat dari bilah bambu dengan atap dari seng. Tiap petak kandang berukuran 1,8 m x 2 m
x 0,8 m sebanyak 12 petak. Tiap petak kandang sudah dilengkapi dengan tempat pakan dan
air minum.
Ransum dan air minum
Ternak babi diberikan masa penyesuaian selama seminggu untuk membuat babi
terbiasa dengan ransum yang akan diberikan. Setelah terbiasa, babi di beri makan 2 kali
sehari. Bahan ransum yang diberikan terdiri atas : dedak padi, tepung jagung, multivitamin-
mineral. Air yang diberikan selama penelitian bersumber dari air sumur. Komposisi bahan
penyusun ransum penelitian dan konsentrat tabanan disajikan dalam Tabel 2.1 dan 2.2,
sedangkan kandungan nutrien ransum penelitian dan mineral-vitamin kompleks disajikan
dalam Tabel 2.3. dan 2.4. Mineral-vitamin yang digunakan dalam penelitian ini adalah
“pignox”.
Tabel 1 Komposisi bahan penyusun ransum penelitian
Komposisi Bahan (%)
Ransum
A B C
Jagung Kuning 52 52 52
Konsentrat TBN 01 30 30 30
Dedak Padi 18 17.90 17.80
Mineral-Vitamin - 0.10 0.20
Total 100 100 100
Keterangan :
1) (A)ransum tanpa suplementasi mineral-vitamin kompleks,(B) ransum dengan suplementasi mineral-
vitamin kompleks sebanyak 0,1 %, (C) ransum dengan suplementasi mineral-vitamin kompleks
sebanyak 0,2 % .
2) Mineral-vitamin yang digunakan adalah Pignox yang diproduksi oleh PT. Medion, Bandung Indonesia.
Wenata. S., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 1 Th. 2020: 128. -140 Page 132
Tabel 2 Kandungannutriendalamkonsentrat TBN 01. Zat Nutrisi (%) Total
Metabolisme Energi (kkal/kg) 2969
Protein Kasar 40,88
Serat Kasar 3,10
Lemak 10,96
Kalsium (Ca) 2,6
Phospor (P) 1,7
Keterangan : Bidura et al. (2017).
Tabel 3 Kandungan nutrien dalam ransum babi umur 2-6 bulan penelitian
Zat Nutrisi A B C Standard
Metabolis Energi (kkal/kg) 3050 3067 3063 3265a
Protein Kasar(%) 17,85 17,43 17,41 20,9a
Serat Kasar(%) 3,74 3,89 3,87 5,0b
Lemak(%) 5,47 6,73 6,71 7,0b
Kalsium (Ca) 0,70 0,69 0,69 0,70a
Phosphor (P) 0,77 0,82 0,82 0,60a
Arginin 1,13 1,11 1,11 0,46a
Histidin 0,39 0,43 0,43 0,36a
Isoleusin 0,89 0,89 0,89 0,63a
Leusin 1.62 1,66 1,66 1,12a
Lisin 1,12 1,16 1,16 1,15a
Metionin 0,38 0,40 0,40 0,30a
Penilalanin 0,82 0,86 0,86 0,68a
Treonin 0,73 0,76 0,76 0,74a
Triptofan 0,22 0,21 0,25 0,21a
Valin 0,88 0,91 0,91 0,79a
Keterangan:
1 Kandungan nutrien dalam ransum babi umur 2-6 bulan penelitian menurut Bidura et al. (2017).
2 (A) ransum dengan pollard tanpa suplementasi mineral-vitamin kompleks, (B) ransum penggantian pollard
dengan dedak padi tanpa disuplementasi mineral-vitamin kompleks, (C) ransum penggantian pollard dengan
dedak padi yang disuplementasi mineral-vitamin kompleks sebanyak 0,20%.
3 Standard nutrien ransum berdasarkan perhitungan a) NRC (1998) dan b) SNI(2006).
Wenata. S., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 1 Th. 2020: 128. -140 Page 133
Tabel 4 Kandungan nutrien mineral-vitamin kompleks ‘pignox’
Komposisi Kandungan (per Kg Pignox)
Olaquindox 40 mg
Vitamin A 5.000 IU
Vitamin D3 800 mg
Vitamin E 2 mg
Vitamin K3 0,8 mg
Vitamin B1 0,4 mg
Vitamin B2 0,8 mg
Vitamin B6 0,4 mg
Vitamin B12 8 ug
Nicotinic Acid 8 mg
Ca-d-Pantothenete 6 mg
Choline Chlorine 200 mg
Methionine 40 mg
Mangane 8 mg
Iodine 0,4 mg
Iron 16 mg
Cobalt 0,2 mg
Copper 20 mg
Zinc 20 mg
BHT (antioxidant) 1.5 mg
Keterangan : Pignox Produksi PT. Medion, Bandung Indonesia
Alat-alat yang digunakan
Alat yang di gunakan dalam penelitian ini meliputi : timbangan duduk kapasitas 500 kg
dengan kepekaan 1 kg yang berfungsi untuk menimbang bahan pakan dalam jumlah yang
besar dan membantu dalam proses menimbang bobot badan babi, timbangan Elektrik
kapasitas 5 kg dengan kepekaan 0,1 kg yang berfungsi untuk menimbang bahan pakan dalam
jumlah yang sedikit, timbangan gantung dengan kapasitas 100 kg dengan kepekaan 1 kg
untuk menimbang bagian karkas, jangka sorong untuk mengukur tebal lemak punggung,
ember berfungsi untuk pemberian jumlah pakan bagi ternak babi, centong air berfungsi untuk
memberikan air minum, cetok berfungsi untuk mengambil sisa pakan yang ada pada tempat
pakan ternak babi, sekop berfungsi untuk membantu membersihkan kotoran ternak babi, sapu
Wenata. S., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 1 Th. 2020: 128. -140 Page 134
berfungsi untuk membersihkan air menggenang yang ada dalam kandang, pisau untuk
memotong babi, gergaji besi untuk memotong bagian karkas, alas plastik untuk tempat
karkas, dan alat tulis yang berfungsi untuk mencatat hasil.
Metode
Tempat dan lama penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan yang dilaksanakan di peternakan babi ras
persilangan milik petani yang berlokasi di Banjar Lebah Jadi, Desa Jadi, Kecamatan Kediri,
Kabupaten Tabanan.
Rancangan penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK). Dengan 3 macam perlakuan dan 4 kelompok (blok) sebagai ulangan pada setiap
perlakuan, sehingga keseluruhan terdapat 12 unit percobaan. Pengelompokan berdasarkan
berat badan babi, sehingga berat badan babi pada masing-masing kelompok adalah sama dan
berat badan babi antar kelompok berbeda. Tiap unit percobaan menggunakan 2 ekor babi,
sehingga babi yang akan digunakan sebanyak 24 ekor dengan rataan berat badan yang
berbeda. Ketiga perlakuan yang diuji adalah sebagai berikut :
1) Ransum tanpa menggunakan mineral-vitamin kompleks (A)
2) Ransum yang menggunakan suplementasi mineral-vitamin kompleks 0,1 % (B)
3) Ransum yang menggunakan suplementasi mineral-vitamin kompleks 0,2 % (C)
Pencampuranransum
Pencampuran ransum dilakukan secara manual, semua bahan pakan ditimbang sesuai
dengan perhitungan, kemudian dicampur dengan bantuan tangan dan sekop. Terlebih dahulu
dilakukan dengan menimbang bahan pakan yang paling banyak, kemudian disusul dengan
bahan pakan yang lebih kecil. Bahan pakan yang sangat sedikit, yaitu multi mineral-vitamin
kompleks, sebelum di campurkan kedalam bahan pakan lainya terlebih dahulu dicampurkan
dalam dedak padi, setelah homogen baru dicampurkan kedalam bahan pakan lainnya.
Variabel yang diamati
Variabel yang diamati atau diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Konsumsi Ransum : Konsumsi ransum diamati setiap minggu, yaitu didapat dari
selisih antara ransum yang diberikan dengan sisa ransum.
Wenata. S., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 1 Th. 2020: 128. -140 Page 135
2) Berat Badan Akhir : Berat akhir merupakan berat babi yang ditimbang pada saat
akhir penelitian. Sebelum penimbangan terlebih dahulu babi dipuasakan selama
lebih kurang 12 jam.
3) Pertambahan Berat Badan : Pertambahan berat badan babi didapatkan dengan
mencari selisih antara berat badan akhir dengan berat badan awal.
4) FCR (Feed Conversion Ratio) : FCR merupakan perbandingan antarakonsumsi
ransum denganpertambahan berat badan dalam satuan waktu yang sama. FCR
merupakan tolak ukur untuk menilai tingkat efisiensi penggunaan ransum. Semakin
rendah nilai FCR, berarti semakin tinggi tingkat efisiensi penggunaan ransum,
demikian juga sebaliknya
Analisis data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan sidik ragam menggunakan program SPSS
versi 16. Apabila diantara perlakuan terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05), maka
dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan dengan tingkat signifikasi 5% (Steel dan Torrie
1989).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil penelitian menunjukan bahwa suplementasi mineral-vitamin kompleks 0,10%
dan 0,20% pada perlakuan B dan C nyata dapat meningkatkan berat badan akhir, pertambahan
berat badan dan menurunkan FCR, dapat berpengaruh terhadap konsumsi ransum namun
tidak berbeda nyata
Berat badan awal
Berat badan awal pada ternak babi ras persilangan yang diberikan ransum tanpa
suplementasi mineral-vitamin kompleks (perlakuan A) adalah 16,86 kg (Tabel 3.1). Berat
badan awal pada ternak babi ras persilangan yang diberikan ransum dengan suplementasi
mineral-vitamin kompleks 0,10% (perlakuan B), dan 0,20% mineral-vitamin kompleks
(perlakuan C) masing-masing sebesar 17,19 kg, dan 17,00 kg. Secara statistik berbeda tidak
nyata (P>0,05).
Wenata. S., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 1 Th. 2020: 128. -140 Page 136
Tabel 5. Pengaruh Pengantian Pollard dengan Dedak Padi yang Disuplementasi
Mineral- Vitamin kompleks Dalam Ransum Terhadap Karkas Babi Ras Silangan
Umur 2-6 bulan.
Variabel Perlakuan
1)
A B C SEM3)
Berat badan awal (kg) 16.86a
17.19a
17.00a
0.02
Berat badan akhir (kg) 32.25c 2)
36.00b
40.38a
0.48
Pertambahan berat badan (kg/h) 0.25c
0.31b
0.38a
0.01
Konsumsi ransum (kg/h) 1.01c
1.12b
1.33a
0,03
FCR 4.12a
3.74b
3.59c
0.05
Keterangan :
1) Ransum Perlakuan
A = Ransum tanpa suplementasi mineral-vitamin kompleks
B = Ransum dengan suplementasi mineral-vitamin kompleks 0,10 %
C = Ransum dengan suplementasi mineral-vitamin kompleks 0,20 %
2) Nilai dengan huruf yang berbeda dan pada baris yang sama menunjukkan nilai yangberbeda nyata (P<0,05)
3) SEM: “Standard Error of the Treatment Mean”
Berat badan akhir
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan berat badan akhir babi ras persilangan pada
perlakuan A adalah 32,25 kg. Babi ras persilangan yang diberi perlakuan B dan C memiliki
berat badan akhir masing-masing sebesar 11,2% dan 25,1% nyata (P<0,05) lebih tinggi
dibandingkan perlakuan A. Berat badan akhir pada perlakuan C nyata (P<0,05) lebih tinggi
12,1% dibandingkan perlakuan B.
Pertambahan berat badan
Pada akhir penelitian menunjukan bahwa pertambahan berat badan babi ras
persilangan yang diberi perlakuan A adalah 0,25 kg/hari. Perbandingan berat badan pada
perlakuan B dan C nyata (P<0,05) lebih tinggi masing-masing sebesar 21,8% dan 51,5%
nyata dibandingkan perlakuan A. Pertambahan berat badan pada perlakuan C nyata (P<0,05)
lebih tinggi 24,4% dibandingkan perlakuan B.
Konsumsi ransum
Konsumsi ransum babi ras persilangan yang diberi perlakuan A adalah 1,01 kg/hari.
Konsumsi ransum pada perlakuan B dan C memiliki jumlah konsumsi ransum 11,7% dan
32,3% nyata (P>0,05) lebih tinggi dibandingkan perlakuan A. Konsumsi ransum pada
perlakuan C nyata (P<0,05) lebih tinggi 18,5% dibandingkan perlakuan B.
Wenata. S., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 1 Th. 2020: 128. -140 Page 137
FCR (Feed Conversion Ratio)
Secara statistik hasil penelitian menunjukanFeed Conversion Ratio (FCR) berbeda
nyata (P<0,05) berkisar antara A 4,12, B 3,74 dan C 3,59. FCR pada perlakuan B dan C
menghasilkan FCR masing-masing 4,1% dan 14,7% nyata lebih rendah dari perlakuan A.
FCR pada perlakuan C nyata (P< 0,05) lebih rendah 10,1% dibandingkan dengan perlakuan
B.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mineral-vitamin kompleks pada
perlakuan C (0,20%) cenderung meningkatkan bobot potong dibandingkan perlakuan A
(kontrol) dan bobot karkas namun tidak nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan oleh konsumsi
pakan yang sama dari ternak babi pada penelitian ini. Konsumsi pakan yang sama disebabkan
oleh ransum yang menggunakan mineral-vitamin kompleks ini memiliki palatabilitas yang
hampir sama dengan kontrol. Selain itu, kandungan energi dan protein yang digunakan dalam
penelitian ini juga hampir sama sehingga konsumsi ransum berbeda tidak nyata antar
perlakuan. Dewi dan Setiohadi (2010) menyatakan bahwa pakan yang mempunyai kandungan
nutrien yang relatif sama maka konsumsi pakannya juga relatif sama, dengan konsumsi yang
sama menghasilkan bobot potong dan bobot karkas yang sama.
Persentase karkas adalah bobot potong dibagi dengan bobot hidup dikalikan 100%,
pada perlakuan C menunjukkan bahwa hasil yang didapat meningkat tidak nyata dari
perlakuan A. Pada penelitian ini perlakuan C lebih tinggi dari perlakuan yang lainnya. Hal ini
disebabkan karena kecenderungan meningkatnya bobot potong dan karkas pada perlakuan C
lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Semakin tinggi bobot potong dan persentase karkas seekor
ternak akan menghasilkan persentase karkas yang tinggi pula. Menurut Budaarsa (1997) yang
menyatakan bahwa babi yang mempunyai bobot badan yang tinggi apabila di potong akan
menghasilkan persentase karkas yang tinggi pula. Lebih lanjut Soeparno (1992) menyatakan
bahwa bobot potong yang semakin tinggi menghasilkan bobot karkas yang semakin tinggi
pula sehingga diharapkan bagian pertumbuhan daging menjadi lebih besar. Selain itu,
kebutuhan mineral-vitamin kompleks sudah tercukupi yaitu sebanyak 0,20% pada perlakuan
C disamping itu didapatkan nilai yang menurun dari perlakuan B ini disebabkan oleh bobot
potong dan bobot karkas yang dihasilkan juga mengalami penurunan. Demikian pula menurut
Bundy dan Diggins (1961) selain mempercepat pertumbuhan, penggunan “feed supplement”
dalam ransum mampu meningkatkan efisiensi penggunaan ransum. Dijelaskan lebih lanjut
Wenata. S., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 1 Th. 2020: 128. -140 Page 138
oleh Parakksi,(1983) peningkatan efisensi penggunaan ransum disebabkan oleh “feed
supplement” dapat mempertinggi penyerapan dari berbagai zat makanan seperti Ca, P, dan
Mg. Selain itu mineral-vitamin juga sangat diperlukan seperti yang dinyatakan oleh Murtidjo,
1993 bahwa mineral merupakan salah satu zat yang mempunyai peranan pokok dalam hal
pertumbuhan dan reproduksi ternak, seperti metabolisme energi, metabolisme protein serta
biosintesis zat-zat essensial Kebutuhan mineral untuk ternak dapat dikelompokkan menjadi
dua macam, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro terdiri atas kalsium (Ca),
fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), natrium (Na), klor (Cl), dan sulfur (S). Trace
mineral terdiri atas besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), molibd (Mo), mangan (Mn), kobal
(Co), krom (Cr), nikel (Ni), dan yodium (I). Se dalam kadar normal dalam pakan akan
menstimulir sintesis protein. Cu dan Co bersama-sama memperbaiki daya cerna serat kasar.
Sementara Zn merupakan salah satu diantara beberapa mineral mikro yang memiliki peranan
sebagai aktivator enzim.
Vitamin juga memiliki peranan yang penting bagi ternak. Vitamin A terlibat dalam
sistem penglihatan dan pengelolaan jaringan epitel di seluruh permukaan tubuh bagian luar
maupun bagian dalam serta berbagai kelenjar endokrin/gonad. Defisiensi vitamin A dapat
menyebabkan anoreksia, kemudian secara cepat diikuti oleh rabun, diare yang parah, tidak
ada koordinasi dalam bergerak serta menurunkan berat badan dan kulit menjadi kasar.
Vitamin D dibutuhkan untuk pertumbuhan secara umum dari seekor ternak dalam arti lebih
banyak dibandingkan hanya untuk pertumbuhan tulang saja. Defisiensi vitamin D dapat
mempengaruhi sistem pertulangan hewan muda. Vitamin E berfungsi dalam metabolisme
normal syaraf, kontraksi urat daging, sirkulasi, respirasi, pencernaan, ekskresi, pertumbuhan,
konversi pakan dan reproduksi. Ternak yang kekurangan vitamin E akan mengganggu
reproduksi. Vitamin B-kompleks dimanfaatkan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan
biologisnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum
dengan suplementasi mineral-vitamin kompleks sebanyak 0,10% dan 0,20% pada babi ras
persilangan dapat meningkatkan berat badan akhir, pertambahan berat badan, meningkatkan
konsumsi ransum dan menurunkan FCR atau efisiensi dalam penggunaan ransum. Hasil yang
terbaik diperoleh dari suplementasi 0,20% mineral vitamin kompleks dalam ransum pada babi
Wenata. S., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 1 Th. 2020: 128. -140 Page 139
ras persilangan terhadap berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan
efisiensi dalam penggunaan ransum.
Saran
Dari hasil penelitian ini, dapat disarankan kepada peternak babi ras persilangan bahwa
suplementasi mineral-vitamin kompleks pada level 0,20% dapat meningkatkan berat badan
akhir, pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan menurunkan feed conversion ratio
(FCR)atau efisiensi dalam penggunaan ransum.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan banayak terimakasih kepada Rektor Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S (K) dan Dekan Fakultas Peternakan Universitas
Udayana Bapak Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana, MS atas pelayanan administrasi dan
fasilitas yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas
Peternakan Universitas Udayanan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, A.C.K. 2015.Pengaruh Suplemetasi Mineral-Vitamin Kompleks Terhadap
Konsumsi Nutrien dan Pertambahan Bobot Badan Kambing Gembrong dalam
Ransum Berbasis Hijauan Lokal. Skripsi Sarjana Peternakan, Universitas Udayana.
Bali.
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dan Ilmu Makanan Ternak Unggas.Universitas
Indonesia Press. Jakarta
Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia (SNI) Standart Pakan Babi
Sapihan SNI 01-3912-2006: Jakarta: Departemen Perindustrian.
Bidura, I. G. N. G., N. W. Siti., B. R. T. Putri., T. I. Putri., I. M Nuriyasa., I. M. Suasta., T.
G. O. Susila. 2017. Demplot Uji Kualitas Pakan pada Bibit Babi dan Penggemukan
(Gerbang Pangan) di Kabupaten Tabanan. Dinas Peternakan Kabupaten Tabanan
dengan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar
Campbell, J. R, and J.F. Lasley. 1985. The Science of Animals that Serve Humanity. Ed.
3rd
. McGraww-Hill Publication in the Agricultural Science.
Dirjen Peternakan. 2017. Basis Data Ekspor Komoditi Pertanian Berdasarkan Negara Tujuan.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Murtidjo, B.A. 1993. Beternak Sapi Potong. Kanisius.Yogyakarta.
Wenata. S., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 1 Th. 2020: 128. -140 Page 140
National Research Council (NRC). 1998. Nutrient Requirement of Swine. 10 Revised Ed.
National Academy Press. Washington, DC.
Roni, N.G.K., N.M S. Sukmawati, N.M. Witariadi dan N.N. Candraasih K. 2017. Pengaruh
pignox dalam ransum tradisional terhadap performans babi persilangan bali-
saddleback fase grower.Makalah disampaikan Pada Seminar dan Lokakarya Nasional
III Asosiasi Ilmuan Ternak Babi Indonesia (AITBI) PotensiPengembangan Ternak
Babi Sebagai Komoditas Unggulan Ekspor Nasional.Denpasar.
Soeharsono. 2010. Fisiologi Ternak. Widya Padjajaran Bandung
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1991. Principle and Procedure of Statistic. McGrow Hill
Book Bo. Inc. New York.
Utama, I P. S. Y., I K. Sumadi dan I M. Suasta. 2016. Pengaruh Imbangan Energi dan Protein
Ransum Terhadap Pertumbuhan Babi Bali Jantan Lepas Sapih. Peternakan Tropika
Vol. 4(3): 519 - 528