E-ISSN : 2715-5811
Transcript of E-ISSN : 2715-5811
E-ISSN : 2715-5811
i
E-ISSN : 2715-5811
ii
SAMBUTAN KETUA LPPM UNIVERSITAS MATARAM
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur kita panjatkan ke khadirat Ilahi atas
semua rahmatNya, sehingga seminar nasional Pengabdian
dan Pameran Produk Unggulan (PePadU) tahun 2019 ini
dapat dilaksanakan. Seminar nasional ini diharapkan dapat
menjadi media silaturrahim sekaligus wadah sharing
komunikasi atas bentuk dan hasil-hasil pengabdian kepada
masyarakat yang telah dilakukan.
Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu tridharma perguruan
tinggi yang harus dilakukan oleh dosen dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan.
Selain itu, melalui pengabdian dapat ditemukan permasalahan-permasalahan terkini
yang dihadapi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, perguruan
tinggi akan mendapat masukan informasi yang sangat berharga dari baik untuk
memperbaharui kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan stakeholders maupun objek
riset yang “match” dengan permasalahan masyarakat.
Kami menyampaikan selamat melaksanakan seminar, semoga hasil seminar ini
dapat memberikan masukan untuk pengayaan proses pendidikan maupun
pelaksanaan penelitian yang berguna untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Akhirnya kami berharap, semoga partisipasi kita dalam seminar ini dapat dicatat
sebagai amal ibadah untuk meningkatkan kesejahteraan ummat manusia sehingga
dimasukkan sebagai amal jariyah. Aamiin amin ya Robbal ‘alamiin.
E-ISSN : 2715-5811
iii
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT dan PAMERAN
PRODUK UNGGULAN (PePaDu) 2019
Tema :
Inovasi Perguruan Tinggi Dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif Menuju Industri 4.0
Tempat dan Waktu Pelaksanaan :
Hari/tanggal : Kamis, 26 September 2019
Jam : 07.00 WITA s/d Selesai
Tempat : Grand Legi Hotel – Mataram.
Tema Seminar:
1. Inovasi dalam peningkatan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat
2. Inovasi dalam pemberdayaan masyarakat berbasis kreativitas
3. Inovasi dalam penerapan teknologi tepat guna
4. Inovasi dalam penyuluhan dari berbagai bidang ilmu
5. Inovasi dalam pelestarian lingkungan hidup
6. Inovasi dalam memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa
7. Inovasi dalam mitigasi dan adaptasi bencana
Steering Committee :
Prof. Dr. Lalu Husni, SH. M.Hum Pelindung
Muhamad Ali, Ph.D Pengarah
Prof. Dr. Ir. I Gusti Putu Muliarta Aryana, MP Penanggung Jawab
Pantia Pelaksana :
Dr. I Nyoman Nugraha Ardana P., SE.,MM Ketua Pelaksana
Rahmi Sri Ramadhani, SE., M.Si Sekretaris
Dr. Siti Aisyah Hidayati, SE., M.Si Bendahara
Sukandi Anggota
Miftahul Mubin, SE Anggota
Dr. Ir. Siti Hilyana, M.Si Sie. Kesekretariatan
Rini Srikus Saptaningtyas, ST., M.Sc Anggota
Ibadur Rahman, S.Kel., M.Si. Anggota
Andre Rachmat Scabra, S.Pi., M.Si. Anggota
Hasan, S.Sos Anggota
Suwarjaya Anggota
Juwaidin, S.Pt Anggota
E-ISSN : 2715-5811
iv
https://jurnal.lppm.unram.ac.id/index.php/prosidingpepadu/index
E-ISSN : 2715-5811
Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang
Copyright @ 2019
Dr. Ir. Sadikin Amir, M.Si Sie. Acara
Dr. Embun Suryani, SE., M.Si Anggota
Dr. Siti Nurmayanti, SE., MM Anggota
Fariq Azhar, S.Pi., M.Si. Anggota
Roni Paslan, S. Adm Anggota
Dr. Nurliah, S.Pi, M.Si Sie. Pameran
Indriatno, S.Hut., M.Si Anggota
Maiser Syaputra, S.Hut., M.Si Anggota
Bagus Dwi Hari Setyono, S.Pi, MP Anggota
Dra. Farida Sie Konsumsi & Pubdok
Fathiyah, SE., M.Ak Anggota
Muhammad Tri Ariadi Hendrawan, S.Pd Anggota
Muh. Arya Maulana Syahid, S.Kom Anggota
Dr.Ir. Bambang Budi Santoso, M. Agr.Sc Sie Ilmiah
Dr. H. Ahmad Jupri, M. Eng Anggota
Prof. Dr.Ir. I Made Sudantha, MS Anggota
Dr. Aliefman Hakim, S.Si, M.Si Anggota
Ishaq, ST Anggota
Penerbit : LPPM Universitas Mataram
Tanggal Terbit : 27 Desember 2019
Tersedia dalam versi online :
E-ISSN : 2715-5811
v
DAFTAR ISI
Halaman
COVER i
SAMBUTAN KETUA LPPM UNIVERSITAS MATARAM ii
SUSUNAN PANITIA PELAKSANA iii
DAFTAR ISI iv
Tema 1 : Inovasi Dalam Peningkatan Kesejahteraan Dan Ekonomi Masyarakat
1 Evaluasi Potensi untuk Pendirian Usaha Rumahan sebagai bagian Pengembangan Kewirausahaan di Dusun Koloh Brora 1-9 Baiq Nurul Suryawati, Laila Wardani, Sulaeman Sarmo, Muttaqillah
2
Penyuluhan Dan Pendampingan Pencatatan Pembukuan Dan
Pengelolaan Keuangan Pasca Gempa Kelompok Pedagang Pengolah Dan Pemasar (Poklahsar) Pantai Gading Kecamatan
Sekarbela 10-20
Endar Pituringsih, Hermanto
3 Pelatihan Pengelolaan Kas Dalam Menjalankan Operasional Paud Gumese Dengan Cost Efektiv Di Desa Giri Tembesi 21-24 Elin Erlina Sasanti, Animah, Aditya Bayu Suryantara
4 Pelatihan Perencanaan Keuangan dan Pasar Modal Bagi Staf dan
Anggota Dharma Wanita Lingkup Bappeda Kota Mataram 25-30 Nina Karina Karim, Siti Atikah, Indria Puspitasari Lenap
5
Variable Costing Solusi Perhitungan Harga Pokok Produk Secara Cermat 31-35 Susi Retna Cahyaningtyas, Sapto Hendri BS, Wahidatul Husnaini, Rahmi Sri Ramadani, Zuhrotul Isnaini
6 Upaya Mewujudkan Desa Agrowisata Sedau Kecamatan Narmada Lombok Barat 36-41 Lalu Adi Permadi, GA Sri Oktariyani, Iwan Kusuma Negara, Siti Sofiyah Abdul Manan
7 Mewujudkan Desa Wisata Masmas Yang Berkelanjutan (Suistanabality) Dengan Penerapan Akuntansi Jasa 42-55 Lalu Takdir Jumaidi, Biana Adha Inapti, Nungki Kartikasari
8 Inovasi Peningkatan Produksi Dan Pendapatan Petani Jagung Di
Lahan Kering 56-64 I Komang Damar Jaya, Rosmilawati, I Wayan Suadnya, Sudirman, I Wayan Sudika
E-ISSN : 2715-5811
vi
Tema 2 : Inovasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kreativitas
9 Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Cair Berbasis Kotoran Sapi
Bagi Kelompok Peternak Desa Sukarema Lombok Timur 65-71 Sarkono, Ernin Hidayati, Faturrahman dan Bambang Fajar Suryadi
10 Inovasi Dan Peningkatan Mutu Produk Jamu Pada Perajin Jamu
Gendong Di Kota Mataram 72-77 Handa Muliasari, Agus Dwi Ananto, Yayuk Andayani
11
Pemberdayaan Dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (Up2K) Di
Kecamatan Woja Kabupaten Dompu 78-82
Syarifuddin, Siti Nurjannah, Akhmad Sauqi
12
Pendampingan Cara Pengolahan Dan Pengemasan Produk Emping Jagung Untuk Meningkatkan Mutu Dan Daya Jual
Produk 83-87
Dody Handito, Satrijo Saloko, I Wayan Swecayasa
13 Penguatan Good Government Badan Usaha Milik Desa : Perencanaan, Pengendalian Internal Dan Aspek Legalitas 88-92 Baiq Rosyida Dwi Astuti, Intan Rakhmawati, Wirawan Suhaedi, D Tiarulla Della Nabila
14 Manajemen Pengolahan Sampah Di Dusun Perendekan Selatan
Desa Giri Sasak 93-96 Sulaeman Sarmo, Imanuella Romaputri Andilolo, Mulyadi, Sri Darwini
15 Manajemen Reproduksi Untuk Memperpendek Interval Kelahiran Pada Ternak Sapi 97-104 I Wayan Lanus Sumadiasa, Chairussyuhur Arman, Adji Santoso Dradjat, Enny Yuliani
Tema 3 : Inovasi dalam penerapan teknologi tepat guna
16
Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Aplikasi E-Zakat untuk
Pembayaran Zakat secara Online pada Staf Pengajar dan Pegawai di TK/PAUD Rinjani Universitas Mataram
105-110
Indria Puspitasari Lenap, Elin Erlina Sasanti, Nina Karina Karim, Nungki Kartika Sari
17 Analysis of Economic Information and Information Technology on Creative Industries in Java, Bali, dan Nusra 111-118 I Made Endra Kartika Yudha, Ida Bagus Putu Purbadharmaja
18 Pelatihan Merancang Media Peraga Dan Pedoman
Operasionalnya Kepada Para Guru Sd Di Kecamatan Gerung 119-127 Ketut Sarjana, Maidowi, Arjudin, Hapipi
E-ISSN : 2715-5811
vii
19
Penampilan Genotipe Jagung Unggul Dalam Berbagai Sistem Pengembangan Agroteknologi Di Pulau Lombok Nusa Tenggara
Barat 128-135
I Wayan Sutresna
20
Pendampingan Penyusunan Perangkat Pembelajaran Matematika Sd Berbasis Scientific Approach Dan Contextual
Learning Dalam K-13 136-143
I Nyoman Karma, Awal Nur Kholifatur Rosyidah, Ida Ermiana, Nurul kemala Dewi, Siti
Istiningsih, Abdul Kadir Jaelani
21
Pengenalan Paket Teknologi Tanaman Jagung Umur Super
Genjah dan Stay-green Di Kabupaten Lombok Utara 144-152 I Wayan Sudika, I Wayan Suresna, Dwi Ratna Anugrahwati, I Gusti Putu Muliarta
Aryana dan A.A. Ketut Sudharmawan
Tema 4 : Inovasi dalam penyuluhan dari berbagai bidang ilmu
22 Diskusi publik dalam rangka pencegahan Bllying pada Remaja
153-159 Wahyu Sulistya Affarah, Emmy Amalia, Lina Nurbaiti, Hamsu Kadriyan, Pujiarohman
23 Edukasi dan Pemeriksaan Kesehatan Jiwa Pada Lansia
Pensiunan Perum Bulog Cabang Mataram, NTB 160-164 Emmy Amalia, Dian Puspita Sari, Ni Nyoman Geri Putri, Sigit Kusdaryono
24 Skrining Anemia Pada Siswi SMA Negeri 1 Praya
165-169 Ika Primayanti, N N Geriputri, Marie Yuni A, Ario Danianto, M.Rizkinov J, Rika Hastuti S
25 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Laboratorium Siswa
Smpn 7 Mataram 170-174 IA Sri Adnyani, Ni Made Seniari, Supriyatna, Abdul Natsir, Sabar Nababan, Dwi Ratnasari
26 Literasi Penggunaan Media Sosial Anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) Secara Bijak Di Kota Mataram 175-180 Eka Putri Paramita, I Wayan Suadnya, Tenri Waru
27 Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Guru-Guru MTs/MA NW Boro’
Tumbuh Kecamatan Suralaga Lombok Timur 181-185 Amrullah, Nawawi, Lalu Thohir, Sahuddin, Rizki Kurniawan, H. Lalu Nurtaat
28
Penguatan Peran Dan Strategi Calon Aparatur Pemerintah
Daerah NTB Melalui Analisis Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia Pasca Reformasi Bagi Pengembangan Pembangunan Daerah
186-191
Mala Mardialina, Ahmad Mubarak Munir
29 Pelatihan Skrining Intoksikasi Merkuri Pada Bidan Desa Puskesmas Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat 192-195 Ardiana Ekawanti, Deasy Irawati, Seto Priyambodo, Ima Arum Lestarini
E-ISSN : 2715-5811
viii
Tema 5 : Inovasi dalam pelestarian lingkungan hidup
30
Penyuluhan dan Pelatihan Tentang Pembuatan Sistem Irigasi Leb Pipa Pada Jaringan Irigasi Air Tanah Dalam Di Dusun
Arungan Bali Desa Akar Akar Kabupaten Lombok Utara 196-201
I Dewa Gede Jaya Negara, Anid Supriyadi, Atas Pracoyo
31 Penyuluhan Masyarakat Tentang Galian C pada Sungai dan Lahan di Desa Sesaot Kabupaten Lombok Barat 202-206 Ida Bagus Giri Putra, Yusron Saadi, Anid Supriyadi, Salehudin, I Dewa Jaya Negar
32
Penguatan Kesadaran Penggunaan Energi Baru dan Terbarukan di Kalangan Generasi Muda 207-217 I GNK Yudhyadi, Made Wirawan, Rudy Sutanto, I Gede Bawa Susana, dan Ahmad
Zainuri
33 Sinergisitas Pariwisata Dan Pelestarian Lingkungan Melalui Tata
Kelola Persampahan Di Kawasan Wisata Sesaot 218-222 Luluk Fadliyanti, Diswandi, Mansur Afifi, Tuti Handayani
34
Penetasan Tukik Secara Intensif Menggunakan Media Buatan
(Inkubator) Di Desa Kuranji Kabupaten Lombok Barat 223-232 Maiser Syaputra, Andi Chairil Ichsan, Kornelia Webliana, Diah Permatasari, Febriana Tri Wulandari
Tema 7 : Inovasi dalam mitigasi dan adaptasi bencana
35
Upaya Meningkatkan Kualitas Kopi Dengan Menggunakan Mesin Roasting Kopi Bersama Petani Kopi di Desa Aik Berik Kecamatan
Batukliang Utara 233-236
I Made sudantha, Muhammad Sahlan, Baiq Dewi Surya Winanti
36
Sosialisasi Pengukuran Obsevatorium Rembitan Dan Nurul Bayan Untuk Anomali Magnet Bumi Prediksi Gempa Bumi Pulau
Lombok 237-242
Made Sutha Yadnya, Teti Zubaidah, Abdullah Zainuddin, Bulkis Kanata, Paniran
37
Pelatihan Identifikasi Tingkat Kerusakan dan Upaya Perbaikan Infrastruktur Pasca Gempa di Desa Sambik Bangkol Kecamatan
Gangga Kabupaten Lombok Utara 243-249
Suryawan Murtiadi, Didi S. Agustawijaya, Mudji Wahyudi, Akmaluddin, I Wayan Yasa
38 Penyuluhan Hukum Tentang Perbandingan Sistem Kredit Pada Bank Konvensional Dengan Pembiayaan Bank Syariah 250-255 Muhaimin, Sumiati dan M. Sood
E-ISSN : 2715-5811
ix
39
Pelatihan Pemanfaatan Sampah Anorganik Menjadi Produk Daur Ulang Bagi Ibu Rumah Tangga Di Desa Sokong
Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara 256-261
Siti Nurmayanti, Dwi Putra Buana Sakti, Junaidi Sagir
40
Penyuluhan Mengenai Jenis, Manfaat, Status dan Ancaman Ekosistem Lamun Di Perairan Pantai Sire, Kabupaten Lombok
Utara 262-266
Ibadur Rahman, Saptono Waspodo, Ayu Adhita Damayanti, Mahardika Rizki Himawan,
Soraya Gigentika
41 Sosialisasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
267-272 Rahmi Sri Ramadhani, Siti Atikah
Sesi POSTER
42 Kesiapsiagaan Bencana Gempabumi di SMP Negeri 2 Mataram
273-281 Syahrial Ayub, Muhammad Makhrus, Jannatin Arduha, Ni Nyoman Sri Putu Verawati, Kosim
Kosim
43 Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza Pada Jagung Manis Di Desa Sesait
Kecamatan Kayangan Terdammpak Gempa Lombok Utara 282-290 Wahyu Astiko, Sudirman, Mery Windarningsih, Irwan Muthahanas
44 Pelatihan Bekam Sebagai Pembinaan Keterampilan Bermuatan Sosial,
Ekonomi Dan Keagamaan Bagi Pria Usia Produktif 291-302 Taufiq Ramdani, Muhammad Arwan Rosyadi, Azhari Evendi, Anisa Puspa Rani
45
Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Menjadi Produk Nata De Soya Berbasis
Rumput Laut 303-307 Rina Kurnianingsih, Nurrijawati, Sonia Ardilla Pebdiani, Suparman, Nurul Zulfa Fitriana, Mursal
Ghazali, Eka S Prasedya, Sri Puji Astuti, Sunarpi
46 Penyuluhan Tentang Kesehatan Telinga Pada Siswa Sekolah Dasar 308-311
Eka Arie Yuliyani, Didit Yudhanto, Rika Hastuti Setyorini, Eva Triani, Indana Eva Ajmala
47
Peningkatan Pemahaman Tentang Mutu dan Jajanan Bergizi Bagi Siswa
SD di Kota Mataram 312-318 Dewa Nyoman Adi Paramartha, Zainuri Zainuri, Rini Nofrida, Yeni Sulastri, M. Abbas Zaini,
Rucitra Widyasari
48
Edukasi Pangan Aman Bebas Boraks dan Formalin Kepada Siswa Sekolah
Dasar 03 Mataram 319-324 Mutia Devi Ariyana, Moegiratul Amaro, Wiharyani Werdiningsih, Baiq Rien Handayani,
Nazaruddin Nazaruddin, Sri Widyastuti
49
Introduksi Metoda Penanggulangan Parasit Pada Benih Kerang Mutiara
Pinctada maxima di Dusun Siung, Desa Batu Putih, Kabupaten Lombok
Barat 325-332
Alis Mukhlis, Muhammad Marzuki, Ibadur Rahman
E-ISSN : 2715-5811
x
50 Program Pendampingan Aparat Desa dalam Mencetak Desa Melek
Akuntansi 333-340 Herlina Pusparini, Nurabiah Nurabiah, Yusli Mariadi
51 Pengelolaan Limbah Sampah Plastik Dengan Menggunakan Metode
Ecobrick Di Desa Pesanggrahan 341-347 Ahmad Jupri, Anang Juaniardi Prabowo, Baiq Ria Aprilianti, Diya Unnida
52
Sosialisasi Personal Hygiene, Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Anak-
Anak Tingkat Sekolah Dasar Di Kelurahan Rembiga Kota Mataram 348-352 Moegiratul Amaro, Mutia Devi Ariyana, Wiharyani Werdiningsih, Baiq Rien Handayani,
Nazaruddin Nazaruddin, Sri Widyastuti
53
Pemanfaatan Limbah Kotoran Unggas Sebagai Biobriket Di Desa Teruwai
Kabupaten Lombok Tengah 353-358 Ida Ayu Widhiantari, Guyup Mahardhian Dwi Putra, Agriananta Fahmi Hidayat, Surya Abdul
Muttalib, Zulhan Widya Baskara, Wahyudi Zulfikar
54
Pemanfaatan Limbah Kotoran Unggas Sebagai Pupuk Kompos Di Desa
Teruwai Kabupaten Lombok Tengah 359-366 Diah Ajeng Setiawati, Joko Sumarsono, Sirajuddin Haji Abdullah, Asih Priyati, Fakhrul Irfan
Khalil
55 Pelatihan dan Sosialisasi Teknologi Pengolahan Jamur Tiram di Desa
Selagalas Kecamatan Sandubaya Kota Mataram 367-372 Ahmad Alamsyah, Eko Basuki, Agustono Prarudiyanto, Siska Cicilia
56 Optimalisasi Lahan Sempit Melalui Budidaya Tumpangsari Genotipe
Kacang Tanah Dengan Jagung 373-380 A Farid Hemon, Sumarjan, Hanafi Abdurachman
57 Penggunaan Benih Bermutu Untuk Meningkatkan Produksi Kacang Tanah
Di Lahan Kering Desa Gumantar Lombok Utara 381-387 Sumarjan, Dwi Ratna
58 Teh Gyrinops : Produk Inovatif dari Istri Petani Desa Duman Kecamatan
Lingsar Kabupaten Lombok Barat 388-396 I Gde Adi Suryawan Wangiyana, Dina Soes Putri
59 Pelatihan Teknik Cuci Tangan (WHO, 2009) Pada Pegawai Di Rumah Sakit
Universitas Mataram 397-400 Linda Silvana Sari, Titi Pambudi Kurniawati, Eustachius H Wardoyo, Rina Lestari
60 Peningkatan Pemahaman Tentang Mutu dan Keamanan Makanan/Jajanan
Bagi Siswa SD di Mataram 401-407 Yeni Sulastri, M. Abbas Zaini, Zainuri, Rucitra Widyasari, Rini Nofrida, Novia Rahayu
61
Pelatihan Pembuatan Tepung Ikan Di Desa Sanolo Kecamatan Bolo
Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat 408-411 Nadirah Karimatul Ilmi, Alis Mukhlis, Sanca Rahmatullah, Anita Prihatini Ilyas, Awan
Dermawan
62 Penyuluhan Mengenai Penanganan Penyakit Pada Ikan Kerapu Di Batu
Nampar, Lombok Timur 412-415 Fariq Azhar, Dewi Putri Lestari, Bagus Dwi Hari Setyono, Andre Rachmat Scabra
63 Pemberdayaan Wanita Pesisir Melalui Olahan Pangan Berbasis Mangrove
di Desa Paremas Kabupaten Lombok Timur 416-424 Sitti Hilyana, Sadikin Amir, Muhammad Marzuki, Ayu Adhita Damayanti
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |1
Evaluasi Potensi untuk Pendirian Usaha Rumahan sebagai bagian
Pengembangan Kewirausahaan di Dusun Koloh Brora
Baiq Nurul Suryawati*, Laila Wardani, Sulaeman Sarmo, Muttaqillah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
Evaluasi Potensi;
Pengembangan
Kewirausahaan; Usaha
Rumahan
Abstrak: Sebagai salah satu daerah yang terdampak gempa, dusun Koloh Brora, di
Kabupaten Lombok Utara tengah berbenah. Dusun Koloh Berora adalah desa yang
menjadi pembuka sebelum dapat mengakses daerah lainnya yang menjadi tujuan
wisata. Penurunan wisatawan yang drastis, menyebabkan kehidupan warga sekitar
juga kehilangan sebagian besar pendapatannya. Untuk mengembangkan
kewirusahaan maka para perempuan dan masyarakat sekitar dibekali berbagai
keterampilan untuk dapat memulai usaha rumahan. Dikarenakan keterampilan
sederhana yang diberikan menyasar kepada para perempuan di wilayah sekitar,
maka keterampilan membuat jajanan sederhana diajarkan secara berkala pada
perempuan yang berpartisipasi dalam program pengabdian ini. Tahapan pertama
pelaksanaan pengabdian, dimulai dengan melakukan pendataan bagi para
perempuan yang diidentifikasi dapat mengikuti program secara berkelanjutan,
tahapan kedua adalah pelatihan berupa pemberian keterampilan membuat jajanan,
tahapan ketiga adalah musyawarah dengan duduk bersama saling bertukar pikiran
untuk sama-sama mengevaluasi kegiatan sebelumnya. Beberapa usul saran muncul
sebagai hasil diskusi antara lain kurangnya peralatan memadai untuk memulai usaha
mandiri, beberapa masyarakat mengharapkan bantuan berupa peralatan pembuat kue
perorangan, untuk sementara peralatan pembuat kue di berikan kepada salah satu
perwakilan saja.Terdapat indikasi pada saat musyawarah terkait peluang pasar
bekerja sama untuk penjualan difasilitasi oleh salah seorang anggota masyarakat
yang juga bekerja di pondok pesantren di wilayah Menggala. Sebelum memulai
pemasaran lebih lanjut, dilakukan uji coba menjajakan produk di area bukit
perkemahan Dusun Koloh Brora yang saat program dilakukan menjadi pasar
potensial, karena terdapat kegiatan Jambore Pramuka, dimana pelajar yang
tergabung dalam Pramuka dari seluruh Sekolah Dasar dan Menengah yang ada di
Lombok Utara, dari hasil penjualan ternyata hampir 50% kue yang ditawarkan tidak
laku terjual. Adapun jajanan yang ditawarkan sebagai variasi peningkatan
keterampilan adalah bolu kukus, pukis, kue sumping, dan putu ayu. Kejadian di
lapangan ini memberikan umpan balik pada tim pengabdian masyarakat untuk
melakukan studi strategi pemasaran yang lebih kompleks pada konsumen, agar
produk yang diberikan sesuai dengan keinginan konsumen. Oleh karena itu,
kolaborasi tim pengabdian masyarakat dengan mahasiswa KKN di program
berikutnya sebagai perpanjangan dari kegiatan pengabdian masyarakat
diformulasikan sebagai solusi, akan tetapi alokasi dan penugasan dosen pembimbing
lapangan yang sangat terbatas kembali menjadi kendala bagi keberlangsungan
program ini. Sebagai bagian dari pelaksanaan program pengabdian ini, masyarakat
setempat juga disarankan membuat kelompok yang memiliki legal format untuk
menjamin komitmen dari masyarakat, khususnya para perempuan yang menjadi
partisipan dalam program ini.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Lombok Utara dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata, keberadaan
berbagai usaha yang bergerak di bidang pariwisata saat ini sangat erat kaitannya dengan
perkembangan ekonomi nasional. Usaha ini mempunyai kedudukan, potensi dan peranan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |2
yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi. Usaha di industri
pariwisata diharapkan mampu menciptakan atau memperluas kesempatan kerja, distribusi
pendapatan dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta mampu menciptakan stabilitas
ekonomi.
Bila kita melihat kejadian bencana alam yang melanda Lombok di tahun 2018,
khususnya Lombok Utara, sebagian besar usaha yang berbasis pariwisata nampak belum
bangkit sepenuhnya. Akan tetapi optimisme tetap dibangun bahwa di kemudian hari Lombok
Utara mampu mempertahankan ketangguhannya dalam menghadapi mundur-nya industri
pariwisata saat ini. Pembinaan dan pengembangan industri pariwisata sudah selayaknya harus
mendapat perhatian pemerintah dan swasta. Bentuk perhatian diwujudkan dalam upaya
pembinaan dan pengembangan seperti penyuluhan, pendidikan pelatihan, motivasi,
konsultasi, pendampingan serta dalam bentuk lainnya yang mengarah pada perbaikan mutu
usaha.
Lebih lanjut di NTB, dusun Koloh Berora menjanjikan berbagai macam potensi
untuk dapat dikembangkan menjadi daerah dengan berbagai usaha berbasis pengembangan
potensi kepwriwisataan. Hal ini didukung dengan banyak potensi alam yang dapat
dikembangkan menjadi berbagai jenis usaha kreatif dan berbasis kerakyatan. Industri
rumahan, kreatif dan kerakyatan memungkinkan banyak masyarakat untuk dapat terlibat di
dalamnya. Fakta yang nampak dilapangan berbanding terbalik, terlihat dari kurangnya usaha
kreatif dan kerakyatan berbasis pariwisata. Melihat kecenderungan masyarakat, umumnya
masyarakat lebih suka membuka kios atau berjualan kelontong. Hal ini dilakukan karena
dianggap mudah dan tidak memerlukan keterampilan khusus, dikarenakan banyaknya
penduduk yang menjalankan usaha yang sama, maka persaingan menjadi ketat dan
keuntungan justru sulit untuk didapat. Potensi-potensi usaha yang berorientasi pada
pengembangan masyarakat seharusnya bisa dilakukan. Oleh karena itu, pendampingan
terhadap warga disekitar daerah pusuk pass perlu dilakukan. Sejalan dengan tujuan program
pengabdian ini, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB H Lalu Paozal, Rabu kemarin (6/2)
dalam kutipan yang diakses melalui https://radarlombok.co.id/dispar-ntb-siapkan-anggaran-
pengembangan-desa-wisata.html mengatakan:
“....anggaran yang diperuntukkan untuk pariwisata ini difokuskan pada
pengembangan desa wisata di wilayah NTB, mulai dari kota hingga ke desa. Hal ini
dikarenakan banyaknya destinasi bagi pariwisata di setiap desa. Salah satunya daerah
perkotaan, yaitu kota Mataram di wilayah Ampenan dan Sekarbela….Selanjutnya di Lombok
Tengah ada juga Desa Sepakek dengan zero waste dan Desa Jurang Sate nanti akan
dikembangkan embrio desa wisata. Untuk di Kabupaten Lombok Utara ada Desa Segentar
salah satu desa budaya di KLU kemudian Senaru yang merupakan desa adat.”
Dusun Koloh Berora, merupakan dusun “pembuka pintu” yang terletak dekat di
wilayah sekitar pusuk yang notabene merupakan daerah pariwisata dan jalan masuk dalam
wilayah Lombok Utara. Banyaknya lahan berbukit memungkinkan pengembangan wahana
pariwisata. Tidak hanya pengembangan wahana pariwisata, kondisi tanah perkebunannya
layak untuk dikembangkan menjadi desa agrowisata. Kesulitan yang dihadapi para penduduk
adalah kurangnya pengenalan terhadap potensi diri, serta pengetahuan tentang berbagai
variasi usaha agar dapat memulai usaha rumahan baik yang menghasilkan barang ataupun
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |3
jasa. Selama ini masyarakat sekitar hanya memiliki orientasi akan usaha adalah berdagang.
Berkenaan dengan situasi tersebut, maka pelatihan ini akan dilakukan untuk membantu
penduduk di dusun Koloh Berora untuk mengembangkan potensi usaha mereka untuk
memulai usaha kecil dan usaha kreatif lainnya.
Ada beberapa permasalahan yang nampak di Dusun Koloh Brora yang dapat
diidentifikasi, antara lain:
1. Para perempuan di Dusun Koloh Berora umumnya memiliki keterbatasan
keterampilan, sehingga usaha yang mereka geluti hanya berkisar dagang saja, potensi
berbagai usaha rumahan tidak dimaksimalkan padahal potensi usaha rumahan
memberikan keuntungan yang jauh lebih besar.
2. Para perempuan tersebut tidak memiliki pengetahuan untuk mengenali apa yang
dibutuhkan oleh lingkungan sekitar. Kalaupun sudah ada desa agrowisata Kerujuk,
Dusun Koloh Berora yang merupakan dusun paling dekat dengan area wisata Pusuk
tidak banyak memiliki variasi usaha hanya berjualan hasil kebun seperti durian, air
nira dan sebagainya. Kreativitas masyarakat dan kejelian masyarakat melihat potensi
ini perlu dibantu galakkan.
3. Selain itu, para perempuan ini umumnya langsung menutup usaha mereka apabila
mengalami kemunduran, sehingga perlu diperkenalkan dengan praktek pengenalan
lingkungan persaingan dan mengatasi berbagai persaingan usaha yang mungkin
timbul. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan usaha yang sudah
dirintis.
Oleh karena itu, untuk dapat memecahkan masalah maka rumusan masalah yang
dapat di observasi adalah minimnya upaya saling bertukar pikiran yang terfasilitasi dari para
perempuan, dan kenyataan bahwa usaha dagang yang paling mudah dijalankan walaupun
sangat sederhana. Usaha dagang tidak memberikan kesempatan para perempuan ini untuk
menambah nilai produk, sehingga keberlangsungan usaha dagang ini dirasa sangat minim.
Mereka cenderung mudah patah arang ketika usaha mereka mengalami kemunduran,
sehingga diharapkan adanya peningkatan keterampilan. Peningkatan keterampilan ini
diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri para perempuan ini untuk menjalankan
usaha rumahan mereka sendiri, seperti berbagai usaha jajanan tradisional.
METODE KEGIATAN
Untuk menguraikan metode kegiatan akan dijabarkan dalam poin Solusi, Target
Luaran, Peta Jalan Pengabdian dan Metode Pelaksanaan yang akan diurai sebagai berikut:
Solusi
Para perempuan di dusun Koloh Berora, umumnya menjalankan usaha dagang karena
dianggap paling mudah, tanpa terlebih dahulu mengenali potensi usaha yang benar-benar
tersedia. Apabila mereka merasa penurunan pendapatan terjadi dalam proses menjalankan
usaha tersebut maka pilihan pertama mereka adalah menutup usaha tersebut, tanpa
melakukan peningkatan kualitas produk. Pembekalan keterampilan membuat jajanan
tradisional untuk memulai usaha kecil rumahan ini di desain dengan teknik yang sederhana,
yaitu menyasar pada dua poin: Poin pertama, yaitu pembekalan keterampilan membuat
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |4
jajanan tradisional. Proses ini akan dilakukan dengan cara pelatihan bersamaa, yaitu praktek
membuat jajanan dengan dipandu oleh fasilitator. Peran fasilitator diperlukan untuk
menyediakan peralatan membuat jajanan, bahan-bahan membuat jajanan, pemberian
keterampilan pengemasan yang menarik setiap minggu selama satu bulan penuh. Poin yang
kedua, berkenaan dengan pendampingan pelaksanaan usaha, salah satunya dengan
mendampingi para perempuan tersebut dengan keterampilan memasarkan produk.
Keterampilan memasarkan produk dimulai dengan mengenali lokasi strategis. Keterampilan
pencatatan uang masuk dan keluar secara terpandu juga dilakukan agar para perempuan
tersebut dapat mengevaluasi usaha mereka. Evaluasi usaha secara berkala dilakukan bersama-
sama agar dapat menemukan kelemahan dan kelebihan dari masing-masing kelompok.
Target Luaran
Target luaran dari pembekalan keterampilan membuat jajanan ini adalah usaha
rumahan baru bagi para perempuan yang ada di Dusun Koloh Berora. Para perempuan ini
umumnya mengandalkan pendapatan dari kepala keluarga. Bagi para perempuan yang sudah
memiliki usaha dagang, umumnya usaha dagang dijalankan secara ikut-ikutan dan bersifat
temporer atau sementara saja. Para perempuan yang dimaksud sebagai target adalah: para
perempuan di dusun Koloh Berora-Kabupaten Lombok Utara yang mengikuti program
pembekalan dan merupakan penduduk asli yang didampingi untuk menjalankan usaha
rumahan agar dapat meningkatkan taraf hidup mereka.
Peta Jalan (Road Map) Pengabdian
Untuk dapat menunjukkan bagaimana pengabddian ini dapat memberi kontribusi
kepada masyarakat di Kabupaten Lombok Utara, maka berikut akan diuraikan apa yang
sudah dilakukan, yang akan dilakukan dan tujuan akhirnya.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |5
Tabel Peta Jalan (Road Map) Pengabdian Pengabdian yang sudah dilakukan Pengabdian yang akan dilakukan Tujuan Akhir
Pelatihan Pengelolaan Modal, Pemasaran,
dan Inovasi bagi Ibu-ibu Rumah Tangga di
Pesisir Tanjung Karang Bangsal-Kota Mataram (2012)
Pembekalan Keterampilan sebagai Upaya
Menstimulus Jiwa Kewirausahaan pada Istri-istri Nelayan di Pesisir Pantai
Ampenan (2013)
Pelatihan Pengelolaan Modal Kerja sebagai
Sumber Pembiayaan Internal untuk
Pengembangan Usaha Kecil di Desa Bentek-Kecamatan Pemenang Barat-
Kabupaten Lombok Utara (2014)
Pendampingan Manajemen Inovasi pada Usaha Pembuatan Gula Aren di Dusun
Bentek Kecamatan Pemenang Barat
Kabupaten Lombok Utara (2015)
Pemberdayaan Perempuan Penjual
Kolang Kaling dan Jamur Melalui Pelatihan Kecakapan Hidup di Desa
Pemenang Barat Kabupaten Lombok
Utara (2016)
Pengenalan dan Praktek Audit Pemasaran
Bagi Para Wanita yang Memiliki Usaha di
Dusun Koloh Berora-Kabupaten Lombok
Utara (2017)
(2019) Pendampingan
Keterampilan untuk Memulai Usaha Kecil
dan Usaha Rumahan
(2021)
Pelatihan Tata
Kelola Organisasi di dalam
Pengembangan
Usaha Kecil dan
Usaha Rumahan
(2020) Pembentukan Kelompok Usaha
Kecil dan Usaha
Rumahan secara
Mandiri
(2022)
Pengelolaan
Keuangan, Aliran
Kas dan Pemanfaatan Utang
untuk Efektivitas
Usaha Kecil dan
Usaha Rumahan
Usaha Kecil dan
Usaha Rumahan
sebagai Kegiatan
Mandiri Perempuan
untuk Peningkatan
Kesejahteraan
Keluarga bagi
Penduduk di Daerah
Marjinal
Pelatihan Pengembangan Strategi
Pemasaran Jasa Untuk Meningkatkan
Variasi Usaha Baru di Wilayah Sekitar
“Pusuk Pass” Lombok Utara (2018)
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |6
Metode Pelaksanaan
Metode pembekalan keterampilan ini akan dirancang sedemikian rupa dengan
pengelompokan warga dan penyediaan bahan serta peralatan awal membuat jajanan
tradisional dari tim pengabdian masyarakat. Selain itu, juga akan didampingi dalam
memasarkan serta mengevaluasi hasil usaha agar para perempuan tersebut dapat termotivasi
untuk memiliki usaha. Tim pengabdian masyarakat merencanakan dan mengembangkan
berbagai metode untuk meningkatkan keterampilan para perempuan tersebut. Selanjutnya,
diciptakan suasana yang menyenangkan agar para perempuan tersebut dapat memberikan
informasi dan berpartisipasi secara lugas dengan membantu mereka memasarkan produk
mereka. Beberapa metode brainstorming juga akan dilakukan untuk mengidentifikasi
beragam informasi dari para perempuan ini berkenaan dengan sedikitnya keterampilan yang
mereka miliki. Selain tim pengabdian, dengan koordinasi dari LPPM program pengabdian ini
juga akan melibatkan mahasiswa KKN. Penempatan dan pengalokasian mahasiswa KKN
serta penentuan Dosen Pembimbing Lapangan akan sepenuhnya dalam kewenangan LPPM
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Pada pertemuan
pertama, beberapa anggota masyarakat dikumpulkan untuk mengidentifikasi kesediaan dari
para perempuan di wilayah Dusun Koloh Brora untuk mengikuti program pengabdian ini.
Selanjutnya, pertemuan berikutnya dilakukan praktek bersama pembuatan jajanan rumahan,
yaitu sumping prenggi, bolu kukus, putu ayu, dan pukis. Partisipan datang dan melihat serta
ikut terlibat dalam kegiatan praktek bersama sebagaimana terdokumentasi sebagai berikut:
Gambar 1. Partisipan berdatangan menuju lokasi praktek bersama (kiri) dan Bersama-sama
melakukan praktek membuat jajanan rumahan (kanan)
Semua kegiatan difasilitasi oleh Ibu Hj. Sri Puspawati sebagai penggerak perempuan
di Dusun Koloh Brora melalui Bale Terampil yang digagas untuk meningkatkan keterampilan
masyarakat setempat. Selama kegiatan berlangsung, kendala utama adalah para perempuan
yang notabene adalah ibu rumah tangga membawa serta anak mereka sehingga mereka tidak
konsentrasi dalam mengikuti pelatihan. Banyaknya anak-anak yang memainkan peralatan
pembuatan kue sehingga beberapa peralatan seperti tutup cetakan pukis dan cetakan putu ayu
rusak, selain itu hasil yang sudah jadi habis dibagi-bagi menyebabkan sulit sekali
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |7
memberikan penjelasan terkait kalkulasi untung rugi untuk memulai usaha. Meskipun
demikian antusiasme yang ditunjukkan warga menyebabkan proses praktek bersama dapat
berjalan dengan lancar.
Kegiatan berikutnya dilakukan berselang satu minggu setelah praktek bersama, adalah
memberikan informasi terkait evaluasi potensi pendirian usaha. Untuk mengantisipasi
kesulitan dalam memberikan penjelasan, sebagai hasil dari praktek kerja bersama, maka tim
pengabdian mengantisipasi hal tersebut dengan membuat jajanan serupa sesuai dengan yang
dipraktekkan. Jajanan rumahan yang sudah dibuat kemudian sebagian-nya dibagi kepada para
peserta pelatihan praktek kerja bersama. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah
memberikan informasi berupa salinan resep serta mengulas kegiatan praktek bersama yang
sudah dilakukan. Rangkaian kegiatan terdokumentasi sebagaimana dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 2. Penyampaian informasi tentang evaluasi pendirian usaha dengan pengenalan potensi
diri (kiri) dan Fasilitator menjawab pertanyaan dari warga (kanan)
Dalam sesi rembug bersama, beberapa peserta mengutarakan kekhawatiran-nya untuk
memulai usaha, dikarenakan terkendala alat pembuatan kue, modal memulai usaha, dan
kebingungan akan memasarkan usaha mereka. Tim fasilitator mencoba memfasilitasi dengan
mengurai kembali permasalahn tersebut pada masyarakat sebagai bagian dari problem-solved
learning. Salah seorang peserta ada yang memiliki afiliasi dengan pesantren yang ada di
daerah Menggala, dan bersedia untuk memasarkan produk. Selanjutnya, isu yang diungkap
partisipan adalah peralatan kerja, pemilik Bale Terampil, dalam hal ini bu Hj. Sri Puspawati,
mengutarakan bahwa apabila dipinjamkan peralatan, barang inventaris yang dimiliki ternyata
banyak yang rusak dan tidak kembali. Hasil diskusi merumuskan bahwa kalaupun akan
melakukan kegiatan, akan dilakukan secara bersama di Bale Terampil sesuai dengan yang
sudah disepakati. Perihal modal kerja yang juga diungkapkan sebagai kendala, dapat diatasi
seiring dengan adanya upaya pembentukan Koperasi Wanita sedang digagas agar dapat
membantu permodalan bagi rintisan usaha rumahan di Dusun Koloh Brora.
Selanjutnya untuk melaksanakan apa yang sudah direncanakan, sebagian hasil
jajanan rumahan yang sudah diproduksi di kemas dan dijual pada acara Jambore yang saat
pelaksanaan program Pengabdian di Dusun Koloh Brora, sedang berlangsung di Bukit
Perkemahan di area Dusun Koloh Brora. Sehari setelah acara tim pengabdian turun kembali
untuk melihat catatan penjualan, ternyata dari 50 buah jajanan yang terdiri dari 15 buah kue
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |8
pukis, 15 buah roti kukus, 10 buah sumping prenggi dan 10 buah putu ayu yang dijual dengan
harga Rp 1000 rupiah/buah, tersisa 30 buah dengan proporsi 10 buah roti kukus, 5 buah roti
kukus, 8 buah sumping prenggi dan 7 buah putu ayu. Hasil ini menunjukkan masyarakat
sekitar tidak menyukai pilihan jajanan yang disediakan. Oleh karena itu, sebagai bagian
rencana pengabdian berikutnya, kegiatan survey pasar diperlukan sebelum melaksanakan
rintisan usaha rumahan untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh konsumen
KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan pengabdian pemberian keterampilan jajanan dan evaluasi potensi diri untuk
pengembangan kewirausahaan telah dilaksanakan dan dapat berjalan dengan lancar. Dengan
adanya program pengabdian ini diharapkan para perempuan yang berdomisili di Dusun
Koloh Brora dapat terinspirasi untuk memulai usaha. Saran untuk mengembangkan usaha di
Dusun Koloh Brora adalah melakukan koordinasi internal agar dapat mengatasi permasalahan
internal mereka. Koordinasi internal yang dimaksud bertujuan mengakomodir penyediaan
dana mandiri dengan berpartisipasi dan membentuk Koperasi Wanita, secara konsisten
melakukan kegiatan usaha yang lebih terorganisir dengan membagi diri dalam kelompok
produsen dan pemasar. Kesulitan optimalisasi kegiatan ini adalah minimnya kesempatan tim
pengabdian untuk dapat mendampingi warga dalam fase rintisan ini, sehingga saran yang
diberikan adalah dengan mengalokasikan mahasiswa KKN, sebagaimana diketahui untuk
menjadi Dosen Pembimbing Lapangan memerlukan penunjukan dari LPPM, dan tidak semua
dosen dapat menjadi DPL.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Mataram yang telah memberikan dukungan finansial hingga program
ini dapat dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Radar Lombok, 2019, Dispar NTB Siapkan Anggaran Pengembangan Desa Wisata diakses di
https://radarlombok.co.id/dispar-ntb-siapkan-anggaran-pengembangan-desa-
wisata.html
Suryawati, Baiq Nurul, et al, 2012, Pelatihan Pengelolaan Modal, Pemasaran dan Inovasi
bagi Ibu-ibu Rumah Tangga di Pesisir Tanjung Karang Bangsal Kota Mataram,
Laporan Pengabdian PNBP UNRAM, tidak dipublikasikan
Suryawati, Baiq Nurul, et al, 2013 Pembekalan Keterampilan sebagai Upaya Menstimulus
Jiwa Kewirausahaan pada Istri-istri Nelayan di Pesisir Pantai Ampenan, Laporan
Pengabdian PNBP UNRAM, tidak dipublikasikan
Suryawati, Baiq Nurul, et al, 2014, Pelatihan Pengelolaan Modal Kerja sebagai Sumber
Pembiayaan Internal untuk Pengembangan Usaha Kecil di Desa Bentek-
Kecamatan Pemenang Barat-Kabupaten Lombok Utara, Laporan Pengabdian
PNBP UNRAM, tidak dipublikasikan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |9
Suryawati, Baiq Nurul, et al, 2015, Pendampingan Manajemen Inovasi pada Usaha
Pembuatan Gula Aren di Dusun Bentek Kecamatan Pemenang Barat Kabupaten
Lombok Utara, Laporan Pengabdian PNBP UNRAM, tidak dipublikasikan
Suryawati, Baiq Nurul, et al, 2016, Pemberdayaan Perempuan Penjual Kolang Kaling dan
Jamur Melalui Pelatihan Kecakapan Hidup di Desa Pemenang Barat Kabupaten
Lombok Utara, Laporan Pengabdian PNBP UNRAM, tidak dipublikasikan
Suryawati, Baiq Nurul, et al, 2017, Pengenalan dan Praktek Audit Pemasaran Bagi Para
Wanita yang Memiliki Usaha di Dusun Koloh Berora-Kabupaten Lombok Utara,
Laporan Pengabdian PNBP UNRAM, tidak dipublikasikan
Suryawati, Baiq Nurul, et al, 2018, Pelatihan Pengembangan Strategi Pemasaran Jasa Untuk
Meningkatkan Variasi Usaha Baru di Wilayah Sekitar “Pusuk Pass” Lombok
Utara, Laporan Pengabdian PNBP UNRAM, tidak dipublikasikan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |10
Penyuluhan Dan Pendampingan Pencatatan Pembukuan Dan Pengelolaan
Keuangan Pasca Gempa Kelompok Pedagang Pengolah Dan Pemasar
(Poklahsar) Pantai Gading Kecamatan Sekarbela – Mataram
Endar Pituringsih*, Hermanto, Prayitno Basuki
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci: Pencatatan Sederhana;
Penyusunan Laporan
Keuangan;Pedagang
Ikan Bakar
Abstrak: Kegiatan penyuluhan dan pendampingan pencatatan pembukuan dan
pengelolaan keuangan pasca gempa kelompok pedagang pengolah dan pemasar
(Pohlaksar) Pantai Gading bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada
kelompok pedagang ikan bakar di Pantai Gading Kecamatan Sekarbela mengenai
pedoman pengelolaan keuangan sehingga dapat menunjang peningkatan pendapatan
pasca gempa. Tujuan lain dari kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan yang
memadai mengenai bagaimana cara menyusun laporan keuangan terutama
pencatatan pembukuan. Selain itu, kegiatan pengabdian menjadi sarana untuk
meningkatkan pengetahuan dan wawasan terkait penyusunan laporan keuangan
secara sederhana yang dapat dimengerti oleh kelompok Pohlaksar. Kegiatan
pelatihan ini ditujukan pada kelompok pedagang ikan bakar di Pantai Gading
(POKLAHSAR). Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan pendekatan pemberian
materi sesuai dengan kebutuhan peserta. Hasil kegiatan memberikan pengetahuan
kepada pedagang ikan Pantai Gading dalam penyusunan laporan keuangan secara
benar, baik perencanaan, pelaksanaan hingga pembuatan laporan keuangan
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Perkembangan perekonomian negara maupun daerah terutama Indonesia tidak
terlepas dari kegiatan perekonomian masyarakat. Kegiatan perekonomian tersebut terbentuk
dari berbagai sektor usaha yaitu sektor formal maupun sektor informal. Pertumbuhan sektor
informal selain disebabkan ketidakmampuan sektor formal dalam menyerap lebih banyak
tenaga kerja, namun juga karena rendahnya pendapatan disektor lain selain perdagangan.
Para pekerja disektor informal memiliki ciri yang berbeda dengan penganggur, yaitu banyak
berasal dari desa, berpendidikan rendah, berumur relatif dewasa dan berkeluarga.
Aktivitas ekonomi berskala kecil atau usaha-usaha sektor informal merupakan
kegiatan yang adaptif terhadap kondisi ekonomi yang buruk. Usaha di sektor informal ini
dapat bertahan karena pada dasarnya menggunakan teknologi yang sederhana, bahan baku
lokal, serta modal yang relatif kecil. Pada satu sisi, sektor informal diakui sebagai sektor yang
menjadi bagian dari sistem ekonomi rakyat kecil, karena dianggap mampu menjadi
penyangga yang mampu menyerap jumlah tenaga kerja ketika ekonomi sulit atau masa krisis
(Pitoyono, 1999). Usaha berdagang merupakan salah satu alteranatif lapangan kerja informal,
yang ternyata dapat menghasilkan pendapatan serta banyak menyerap tenaga kerja, seperti
berdagang di sepanjang pesisir pantai.
Sektor Perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor ekonomi yang
memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan
bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan kerja. Pada saat krisis
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |11
ekonomi, peranan sektor perikanan semakin signifikan, terutama dalam hal
mendatangkan devisa. Akan tetapi sektor perikanan selama ini belum mendapat
perhatian yang serius dari pemerintah dan kalangan pengusaha, padahal bila sektor
perikanan di kelola secara serius akan memberikan konstribusi yang lebih besar terhadap
pembangunan ekonomi nasional serta dapat menegaskan kemiskinan masyarakat Indonesia
terutama masyarakat nelayan dan petani Ikan. (Mulyadi, 2005)
Pedagang ikan yang menjual ikan di pesisir pantai adalah salah satu merupakan
bagian yang sangat penting dalam bidang perikanan, karena selain kegiatan menangkap
ikan di alam, membudidaya dan mengolah ikan, komoditi lain perikanan salah satunya
adalah ikan juga perlu dipasarkan baik secara grosir kepada pedagang ikan lain atau secara
enceran kepada konsumen. Selanjutnya ikan juga mempunyai peranan sangat penting untuk
dikonsumsi oleh manusia.
Berkembangnya suatu usaha secara maksimal menuntut tersedianya sektor
penunjang yang dapat mendukung kelancaran usaha yang sedang dijalankan. Salah satu
penunjag tersebut adalah tersedianya bahan baku yang relatif murah, berkualitas dan berdaya
saing sesuai dengan kemampuan konsumen. Dan disamping itu memerlukan juga sumber
daya manusia yang kredibel dan cakap dalam memasarkan suatu barang, disertai dengan alat
pendukung yang memadai dan terpelihara, dan permodalan yang cukup. Faktor-faktor inilah
yang sering menjadi kendala dan permasalahan yang sering terjadi sehingga menghambat laju
perkembangan usaha tersebut.
Kelompok Pegelohan dan Pemasar (POKLAHSAR) bergerak dalam bidang
pengolahan dan pemasar ikan yang tepat di Pantai Gading. POKLAHSAR sendiri mulai
berdiri pada tahun 2016, yang diketuai oleh Fradina Fitiria Ningsih. Hingga tahun 2019,
tenaga kerja sebanyak 33 orang. Kelompok usaha tersebut sudah dapat dikatakan baik dalam
organisasi karena telah memiliki struktur organisasi tersendiri, yang terdiri dari ketua,
bendahara, sekretaris, penasehat, seksi-seksi beserta anggota. Jenis usaha dari kelompok
tersebut yaitu pengolahan hasil, dimana komoditas utama dari kelompok tersebut adalah ikan
bakar seperti ikan tongkol dan ikan besar lainnya. Pedagang ikan bakar ini sendiri akan
berjualan di sepanjang pesisir Pantai Gading.
Pohlaksar memiliki delapan (8) lapak yang khusus untuk ikan bakar. Setiap lapak
terdiri dari empat (4) sampai 5 (lima) orang untuk melakukan penjualan ikan bakar. Namun
terkadang mengambil orang dari luar kelompok untuk membantu dalam penjualan ikan bakar.
Lapak-lapak tersebut memulai penjualan dari jam 06.00 pagi hingga pukul 19.00 malam.
Pada hari senin sampai jumat setiap lapak memperoleh hasil penjualan sekitar Rp. 300.000,-
per hari. Pengunjung yang datangpun biasanya pasangan muda mudi dan pekerja kantoran
yang kebetulan makan siang. Namun pada hari libur seperti hari sabtu dan minggu,
penggunjung yang datang bisa mencapai 2.000 orang dengan pendapatan untuk setiap lapak
Rp. 2 juta yang kemudian dibagi rata dengan angggota di lapak tersebut. Hal ini disebabkan
karena banyaknya pengunjung yang mendatangi Pantai Gading untuk menikmati hari libur.
Namun hasil penjualan pedagang ikan bakar di Pantai Gading mengalami
penurunan pada bulan Agustus bahkan bulan-bulan berikutnya, hal ini dikarenakan pada
pertengahan tahun 2018 terjadi bencana alam yaitu gempa bumi. Sehingga pedagang ikan
sepanjang pesisir pantai sepi pengunjung. Sebelum terjadinya gempa, setiap lapak mampu
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |12
menyediakan 250 ekor ikan tongkol dan 35 kg ikan besar. Akibatnya penjualan ikan bakar
yang dilakukan oleh pedagang masih belum kondusif hingga sekarang.
Adanya penurunan penjualan yang terjadi, menyebabkan pedagang ikan harus
pandai dalam mengelola pendapatan yang diperoleh. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan
rumah tangga. Pencatatan serta pengeolaan keuangan untuk usaha yang dilakukan oleh
pedagang ikan sendiri masih belum maksimal. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki oleh pedagang ikan terkait pencatatan atas penjualan. Tidak semua
pedagang ikan dapat mengelola keuangan mereka sendiri dengan baik, sehingga para
pedagang tersebut tidak memiliki pengetahuan berapa keuntungan ataupun rugi yang mereka
peroleh.
Permasalahan ini diperkuat oleh pernyataan Presiden Direktur Prudential Indonesia
William Kuan menyatakan bahwa “di Indonesia banyak menjalankan usaha kecil. Meski
demikian, yang memiliki akses pengetahuan keuangan baik masih sedikit”. Hal ini
disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan. Melihat permasalahan yang ada tentunya
hal ini membutuhkan solusi dengan mengadakan pelatihan bagi para pedagang terutama
pedagang ikan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan. Sehingga dapat membantu
meningkatkan taraf pendapatan pedagang. Oleh karena itu, melalui Tim Pengabdian Kepada
Masyarakat Magister Akuntansi Universitas Mataram menilai perlu melakukan penyuluhan
mengenai pengelolaan keuangan pada pedagang ikan, penyuluhan yang diselenggarakan oleh
Dosen Unram ini bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada para pedagang ikan untuk
mengelola keuangan dengan baik sehingga dapat meningkatka pendapatan serta
mensejahterakan anggota keluarganya.
METODE KEGIATAN
Adapun metode pelaksanaan kegiatan Pengabdian Pada masyarakat ini dilakukan
dengan metode Ceramah, tutorial, dan diskusi. Pengabdian ini melibatkan 2 orang mahasiswa
magister akuntansi dalam pelaksanannya. Adapun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
1. Langkah 1 (Metode Ceramah)
Peserta diberikan penyuluhan tentang kiat sukses berwirausaha dan pedoman
pengelolaan keuangan untuk usaha mikro seperti pedagang ikan Pantai Gading.
2. Langkah 2 (Metode Tutorial)
Peserta pelatihan diberikan latihan singkat tentang akuntansi dengan praktek secara
langsung dengan cara melakukan pendampingan tentang cara membuat laporan
keuangan untuk usaha kecil.
3. Langkah 3 (Metode Diskusi)
Peserta diberikan kesempatan untuk menyampaikan dan mendiskusikan permasalahan
yang dihadapi dalam pengelolaa keuangan.
Secara lengkap tahapan kegiatan pelatihan dan edukasi disajikan pada Gambar di
bawah ini.
Langkah 2 Metode Tutorial
1. Peserta pelatihan diberikan latihan singkat tentang akuntansi dengan
praktek secara langsung.
Langkah 1 Metode Ceramah
5. Peserta diberikan penyuluhan tentang berwirausaha dan pedoman
pengelolaan keuangan untuk kelompok usaha seperti pedagang
ikan Pantai Gading
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |13
Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian dilakukan di Pantai Gading pada hari Selasa 20 Agustus 2019
pada pukul 14.00 Wita. Peserta pengabdian dihadiri oleh 32 peserta kelompok Pohlaksar
Pantai Gading Kecamatan Sekarbela-Mataram. Sebelum kegiatan pengabdian dilakukan, tim
pengabdian telah melakukan pemberitahuan informasi secara langsung kepada ketua
kelompok yang kemudian disampaikan pada setiap anggota kelompok. Selanjutnya kegiatan
pengabdian ini dilakukan dengan mempresentasikan materi mengenai pencatatan pembukuan
dan pengelolaan keuangan kepada peserta, yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab/diskusi
antara pemateri dan peserta pengabdian.
Beberapa materi telah dipersiapkan dalam bentuk handout yang dibagikan pada
peserta pengabdian yang bertujuan untuk mempermudah peserta dalam memahami pokok
bahasan yang akan diberikan oleh pemateri. Pemberian materi ini akan dilakukan dengan cara
presentasi oleh pemateri dengan menampilkan slide powerpoint yang secara lengkap akan
disajikan pada lampiran. Adapun materi yang diberikan secara garis besar adalah tentang
“Pencatatan Pembukuan dan Pengelolaan Keuangan”, dan secara khusus materi yang
disampaikan antara lain:
Definisi Akuntansi
Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan
menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat
digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan
suatu keputusan serta tujuan lainnya. Akuntansi berasal dari kata asing “accounting” artinya
menghitung atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi digunakan di hampir seluruh
kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk mengambil keputusan sehingga disebut sebagai bahasa
bisnis.
Adapun beberapa fungsi akuntansi secara umum, yang diantaranya sebagai berikut ini:
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |14
Untuk mengetahui dan menghitung laba maupun rugi yang telah didapat oleh
perusahaan.
Untuk memberikan informasi yang dapat berguna bagi manajemen perusahaan.
Dapat membantu untuk menetapkan hak bagi masing-masing pihak yang memiliki
kepentingan dalam suatu perusahaan, baik itu pihak internal ataupun eksternal.
Untuk mengawasi dan mengendalikan berbagai macam aktivitas yang terjadi pada
perusahaan.
Dan untuk membantu perusahaan dalam mencapai targetnya yang senelumnya
telah ditentukan.
Siklus akuntansi adalah proses penyusunan suatu laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan dan diterima. Banyak sekali perusahaan terutama untuk perusahaan
kecil dan menengah yang mencatat keuangan hanya sebatas mencatat jumlah pengeluaran
dan pemasukan secara sederhana. Informasi belum bisa dijadikan dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan operasional usaha. Informasi akuntansi dapat dihasilkan
melalui siklus akuntansi. Informasi berupa laporan keuangan dihasilkan melalui proses
akuntansi yang panjang.
Pada proses tersebut terdapat tahap-tahap yang harus dipenuhi untuk mendapatkan
hasil laporan yang baik, valid dan akuntabel. Tahap-tahap itulah yang kemudian disebut
sebagai siklus akuntansi. Siklus akuntansi merupakan proses penyusunan suatu laporan
keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterima secara umum. Prinsip-prinsip dan
kaidah akuntansi, prosedur-prosedur, metode-metode serta teknik-teknik dari segala sesuatu
yang dicakup dalam ruang lingkup akuntansi dicatat dalam suatu periode tertentu. Pada
umumnya, siklus akuntansi selalu dimulai dari transaksi sampai pada pembuatan laporan
keuangan perusahaan. Dilanjutkan dengan adanya saldo yang ditutup dengan jurnal penutup
atau sampai pada jurnal pembalik.
Pencatatan Pembukuan
Kegiatan suatu usaha (bisnis) penting untuk dilakukan pencatatan. Organisasi
memerlukan pencatatan aset (harta) yang dimiliki (kewajiban), ekuitas (modal sendiri),
pendapatan dan biaya selama operasi dijalankan dalam satu periode. Pencatatan sangat
diperlukan karena dapat memberikan gambaran apa yang terjadi selama periode tersebut.
Pembukuan dalam perusahaan bisnis adalah dasar dari sistem akuntansi. Menurut UU
Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 28, pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan
laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |15
Terdapat beberapa metode umum dalam pembukuan yaitu sistem pembukuan
masukan-tunggal dan pembukuan berpasangan. Kedua sistem ini dapat dilihat sebagai
pembukuan nyata. Sistem pembukuan masukan-tunggal adalah sumber catatan pembukuan
primer seperti buku kas. Hal ini sama dengan daftar rekening koran dan menempatkan
pendapatan dan pengeluaran ke berbagai akun pendapatan dan pengeluaran. Sistem ini
bekerja hanya jika Anda bergerak dalam perusahaan kecil dengan volume transaksi yang
rendah. Sedangkan Sistem Berpasangan cocok untuk perusahaan berukuran besar dan
memiliki kompleksitas. Dengan sistem ini, Anda dapat membuat dua entri untuk setiap
transaksi. Debit dibuat ke satu akun dan sebuah kredit dibuat ke akun lainnya. Ini adalah
kunci dari sistem berpasangan. Bentuk pembukuan ini lebih baik daripada pembukuan
masukan-tunggal.
Berikut ini adalah beberapa manfaat penting dari aktivitas pembukuan keuangan bagi
kondisi bisnis:
Mengetahui Besarnya Keuntungan atau Kerugian
Hal ini bisa disebut sebagai hal terpenting dalam menjalankan sebuah bisnis. Karena
memang dalam menjalankan sebuah bisnis yang dicari ialah keuntungan. Jika terjadi kerugian
maka haruslah segera dicari solusi pemecahannya agar tidak selalu mengalami kerugian yang
bisa berimbas pada matinya atau berakhirnya bisnis yang telah dijalankan. Dengan
mengetahui setiap transaksi yang ada pada setiap harinya serta mengetahui arus distribusi
uang dan barang dalam perusahaan, maka Anda dapat mengetahui estimasi untung yang akan
didapat atau rugi yang akan diderita. Dari pencatatan setiap transaksi yang ada, maka akan
terdapat angka-angka yang bisa menunjukkan bagaimana perkembangan keuangan bisnis.
Mengetahui Setiap Transaksi yang Dilakukan Oleh Perusahaan
Fungsi primer dari pembukuan adalah untuk mengetahui setiap transaksi yang
dilakukan di dalam perusahaan. Tak akan ada satu transaksi pun yang terlewat atau tidak
tercatat. Dalam hal ini dibutuhkan ketelitian untuk melakukan pencatatan. Pencatatan yang
teliti dan rapi sangatlah memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan bisnis yang
dijalankan. Dengan mengetahui transaksi apa saja yang ada pada hari itu maka akan diketahui
bagaimana distribusi uang pada hari itu, kemana uang itu pergi, dan dari siapa saja uang itu
keluar. Tidak hanya distribusi uang namun juga mengetahui distribusi barang. Berapa banyak
jumlah barang yang telah dikeluarkan pada hari itu dan berapa banyak pula barang yang telah
dimasukkan ke dalam perusahaan.
Bahan Penilaian Bisnis
Pembukuan bisnis ialah sebuah rekaman tentang segala aktivitas yang ada di dalam
perusahaan. Dari rekaman ini akan didapat gambaran bagaimana bisnis yang telah dijalankan
dalam perusahaan tersebut. Apakah membawa dampak yang baik seperti diperolehnya laba
atau justru hanya membawa kerugian. Jika telah didapat laba maka akan dicari dan disusun
strategi untuk mempertahankan keberlangsungan bisnis agar tetap bisa memberikan
keuntungan. Apakah akan tetap memakai cara dan startegi yang lama dengan beberapa kali
penyesuaian atau memakai cara dan strategi yang baru.
1. Laporan Keuangan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |16
Pencatatan kegiatan transaksi keuangan merupakan hal yang wajib dilakukan oleh
para pelaku usaha, mulai dari owner, manager, supervisor, operator dan akuntan. Kegiatan
pencatatan keuangan ini tidak hanya dilakukan oleh perusahaan besar saja, melainkan usaha
kecil dan menengah juga harus memiliki dan membuat catatan keuangan baik harian
mingguan bulanan karena kegiatan ini sangat penting terhadap masa depan usahanya. Jika
sebuah usaha atau bisnis dijalankan tanpa memiliki informasi atau catatan yang jelas dan
detail tentang arus kas, pendapatan, pengeluaran, biaya-biaya, hutang dan lain-lain. Maka
akan dipastikan terjadi ketidakseimbangan dan kerancuan antara pemasukan dan pengeluaran.
Jika sudah terjadi hal tersebut maka tinggal menunggu waktu saja usaha tersebut akan gulung
tikar / bangkrut.
Laporan keuangan merupakan catatan atau riwayat tentang informasi kegiatan
keuangan perusahaan pada suatu waktu akutansi (waktu tertentu), yang digunakan untuk
menggambarkan kondisi atau kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan juga bisa
diartikan sebagai catatan informasi keuangan perusahaan yang telah disusun rapi guna
mengevaluasi kinerja perusahaannya, dimana informasi tersebut untuk memenuhi pihak yang
memakainya. Namun, didalam laporan keuangan juga tidak memberikan semua informasi
yang dibutuhkan untuk menentukan kebijakan ekonomi karena isi dari laporan keuangan
hanya untuk menggambarkan secara umum pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu dan
tidak ada kewajiban untuk menyediakan informasi non finansial. Laporan keuangan yang
sederhana akan berisi:
Neraca
Laporan neraca adalah laporan yang berisi gambaran posisi aktiva, kewajiban/hutang
serta modal pada periode waktu tertentu yang telah ditentukan. Neraca dapat disusun
setiap saat maupun interval waktu tertentu.
Laporan laba rugi
laba rugi merupakan selisih, baik positif maupun negatif yang hasilkan dari kegiatan
operasional dan non-operasional perusahaan selama periode waktu tertentu.
Laporan arus kas
Laporan Arus Kas adalah kegiatan transaksi yang berdampak pada materil yang tidak
diperkirakan terjadi berulang kali dan kejadian tersebut juga tidak dianggap sebagai hal
yang berulang dalam proses operasional di dalam perusahaan
Adapun karakteristik dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:
Relevan
Untuk bisa dikatakan relevan, maka laporan keuangan harus menyajikan informasi yang
dapat mempengaruhi pemakai agar membantu mengevaluasi aktivitas masa lalu maupun
sekarang dan dapat memprediksi masa yang akan datang serta menegaskan hasil dari
evaluasi masa lalu. Syarat-syarat informasi laporan keuangan yang relevan:
Mempunyai manfaat umpan balik, laporan keuangan memberi ruang kemungkinan
pengguna untuk dapat mengoreksi kebijakan mereka di masa lalu.
Mempunyai manfaat prediktif, laporan keuangan mampu membantu pemakai agar dapat
meramalkan keadaan masa yang akan datang berdasarkan data yang telah diambil pada
masa lalu.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |17
Tepat waktu, informasi disajikan secara tepat waktu sehingga berpengaruh serta berguna
dalam pengambilan keputusan.
Lengkap, informasi keuangan harus disajikan selengkap mungkin mencakup semua hal
yang bisa mempengaruhi pengambilan keputusan.
Andal
Tidak hanya membutuhkan relevansi, namun informasi dalam laporan keuangan juga
harus terhindar dan terbebas dari pemahaman yang menyesatkan dan kesalahan material.
Laporan juga seharusnya menyajikan data secara jujur dan bisa diverifikasi. Karakteristik
informasi yang andal memenuhi 3 unsur sebagai berikut:
Penyajian jujur, informasi yang disampaikan secara jujur baik transaksi ataupun kegiatan
dan kejadian lainnya.
Dapat diverifikasi, laporan keuangan harus bisa diujikan dan jika pengujian dilakukan
oleh pihak berbeda maka hasilnya tak jauh berbeda.
Netralis, artinya laporan keuangan tidak memihak pihak-pihak tertentu.
Dapat dibandingkan
Pemakai harus bisa membandingkan laporan keuangan entitas antar waktu/periode untuk
meneliti kecenderungan posisi dan kinerja keuangan serta perubahannya secara relatif.
Perbandingan dapat dilakukan secara internal maupun ekternal. Secara internal bisa
dilakukan jika suatu entitas memakai kebijakan akuntansi yang sama tiap tahunnya.
Supaya informasi yang diberikan bisa dibandingkan, maka penyajian laporan keuangan
minimal harus dilakukan dua periode atau dua tahun anggaran.
Dapat dipahami
Pelaporan keuangan harus bisa dipahami dan diinterpresentasikan oleh penerima. Oleh
karena itu, semua informasi-informasi harus disajikan sejelas mungkin. Tidak hanya
jelas, dalam pennyajiannya juga harus menggunakan format/bentuk dan istilah yang
dimengerti oleh penerima.
Setelah mendengarkan ceramah tentang pencatatan pembukuan dan pengelolaan
keuangan, maka bagian kedua adalah memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan
untuk mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan bersama dengan tim pengabdian dan
melibatkan partisipasi aktif dari peserta pengabdian. Beberapa pertanyaan yang diajukan
adalah sebagai berikut:
1. Kelompok Pohlaksar sebelumnya telah memiliki pencatatan pembukuan, namun masih
secara sederhana. Bagaimana bentuk pencatatan dan pengelolaan keuangan untuk usaha
kelompok Pohlaksar agar dapat menentukan laba/rugi?
2. Kira-kira hal-hal apa saja yang harus kami lakukan sehingga usaha Pohlaksar tetap
berjalan dan mendapat banyak pengunjung?
3. Apakah kelompok pohlaksar bisa melakukan pinjaman kredit untuk menambah modal
dalam menjalankan usaha?
Dalam menanggapi pertanyaan dari peserta pengabdian, tim pengabdian memberikan
penjelasan terkait pencatatan pembukuan dan pengelolaan keuangan. Berikut adalah
ringkasan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peserta pengabdian:
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |18
1. Dalam rangka untuk mengembangkan usaha, pembukuan menjadi salah satu faktor
penting ketika menjalankan suatu usaha. Namun terkadang usaha sulit berkembang
karena sistem akuntansi yang kurang dalam suatu kelompok usaha. Hal ini disebabkan
karena kelompok usaha hanya memikirkan keuntungan saja, usaha yang dilakukan bisa
berjalan dan berkembang. Pembukuan merupakan proses pencatatan seluruh transaksi
yang terjadi selama periode tertentu baik transaksi pendapatan, pengeluaran maupun
transaksi penjualan. Kelompok usaha seperti Pohlaksar dapat melakukan pencatatan
pembukuan yang sederhana karena transaksi yang dilakukan hanya sedikit. Salah satu
yang harus dilakukan pencatatan pembukuan yaitu modal yang digunakan untuk usaha,
kemudian mencatat segala transaksi seperti jumlah ikan serta harga perolehan ikan yang
dijual serta pendapatan yang diperoleh selama sehari melakukan transaksi penjualan.
Beberapa kelompok usaha enggan untuk melakukan pencatatan untuk pembukuan. Ada
beberapa hal yang menyebabkan kelompok tersebut enggan untuk mencatat segala
transaksi, yaitu:
Ribet, hal ini disebabkan karena beberapa kelompok usaha tidak memiliki pengetahuan
tentang akuntansi
Biaya, kelompok pengusaha memerlukan biaya untuk membiayai orang lain yang
mampu untuk melakukan pencatatan walaupun pencatatan yang dilakukan sederhana
Waktu, menganggap bahwa tidak memiliki waktu untuk mencatat transaksi yang pada
dasarnya bisa dilakukan secara sederhana
Oleh karena itu, kelompok usaha Pohlaksar dapat menggunakan pencatatan pembukuan
paling sederhana. Sehingga dapat mengetahui besar keuntungan yang dimiliki selama
satu hari penjualan ikan bakar. Selain itu juga, setiap lapak dapat dengan mudah
membagi pendapatan tiap anggota pada lapak tersebut.
2. Terkadang banyak orang yang bingung memikirkan bagaimana cara mengembangkan
usaha yangs selama ini dijalankan. Salah satu masalah dalam berwirausaha adalah ketika
jumlah pengunjung yang tidak bertambah serta pendapatan yang berkurang. Tentu saja
sebagai kelompok usaha harus tetap memikirkan ide-ide baru yang dapat menyelesaikan
masalah dalam berwirausaha. Selain itu banyaknya saingan membuat kelompok usaha
harus mampu menemukan inovasi baru yang dapat mempertahankan usaha tersebut. Hal-
hal yang harus diperhatikan adalah (1) mental kelompok usaha, dimana anggota
kelompok harus memiliki keberanian dalam mengumpulkan modal untuk
mengembangkan usaha. Memikirkan bagaimana cara agar menarik pengunjung, apalagi
pasca gempa kelompok usaha harus memiliki mental yang berani untuk mulai
melanjutkan usaha ditengah-ditengah isu gempa susulan dan akan terjadinya tsunami.
Selanjutnya (2) kelompok usaha Pohlaksar dapat memikirkan inivasi baru sehingga
usaha tidak berdiam diri ditempat. Seperti tidak hanya menjual ikan bakar, mungkin
dapat ditambah beragam pilihan cara memasak ikan serta makanan lain mungkin bisa
ditambahkan dalam menu. Yang (3) kelompok usaha dapat terus belajar untuk
meningkatkan usaha. Salah satu yang dapat dilakukan yaitu dengan memahami
pencatatan pembukuan serta pengelolaan keuangan dengan membuat laporan keuangan
sederhana. Hal tersebut dapat membantu dalam menetukan keputusan untuk selanjutnya.
Dan yang terakhir (4) yang harus diperhatikan tentu saja kebersihan. Apabila tempat
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |19
usaha bersih, para pengunjung akan merasa senang dan nyaman ketika menikmati hari
libur.
3. Modal merupakan salah satu faktor utama dalam memulai usaha. Apabila modal tidak
cukup maka kemungkinan usaha dapat terhenti di tengah jalan. Apakah bisa melakukan
pinjaman? Melakukan pinjaman sah-sah saja dilakukan. Banyak lembaga-lembaga yang
menyediakan pinjaman misalnya bank ataupun koperasi. Terdapat beberapa
pertimbangan ketika ingin melakukan pinjaman seperti (1) alasan membutuhkan uang,
jika modal sedikit dapat membantu menambah modal usaha, (2) kemampuan dalam
membayar hutang, (3) perhatikan tingkat bunga, dan (4) pertimbangkan tempat untuk
melakukan pinjaman. Namun apabila kelompok usaha Pohlaksar memiliki modal yang
cukup untuk mengembangkan usaha, maka tidak perlu untuk mengajukan pinjaman. Jika
ingin mengajukan pinjaman dapat mempertinmbangkan hal-hal diatas sehingga dapat
mengurangi risiko ketika melakukan pinjaman uang.
Secara umum kegiatan ini berjalan dengan sangat baik. Beberapa indikator untuk menilai
keberhasilannya adalah tingkat kehadiran peserta yang sangat tinggi, animo yang besar
untuk mengikuti kegiatan, tanya jawab yang aktif dan interaksi dua arah yang baik
selama proses diskusi berlangsung. Sehingga diharapkan kegiatan Penyuluhan dan
Pendampingan Pencatatan Pembukuan dan Pengelolaan Keuangan tetap dilakukan guna
membantu dalam memberikan pemahaman yang baik bagi kelompok usaha Pohlaksar di
Pantai Gading. Beberapa hal yang masih kurang baik dalam pelaksanaanya akan
ditingkatkan pada kegiatan mendatang, seperti praktik langsung dalam bentuk pencatatan
pembukuan keuangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Tujuan kegiatan Penyuluhan dan Pendampingan Pencatatan Pembukuan dan
Pengelolaan Keuangan adalah memberikan pengetahuan bagi kelompok Pohlaksar Pantai
Gading terkait pengelolaan keuangan dan cara membuat pencatatan pembukuan serta
penyusunan laporan keuangan sehingga dapat meningkatkan pendapatan pasca gempa.
Kegiatan ini melibatkan 32 peserta kelompok Pohlaksar Pantai Gading khususnya penjual
ikan bakar.
Pendekatan ceramah, tanya jawab dan diskui dengan melibatkan partisipasi aktif
dengan peserta pengabdian, serta menelaah pengelolaan keuangan yang dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan kelompok Pohlaksar terkait pencatatan pembukuan dan
pengelolaan keuangan. Materi yang disampaikan oleh pemateri kemudian didiskusikan dalam
kegiatan antara lain: pengenalan mengenai akuntansi, pencatatan pembukuan, pengelolaan
keuangan serta macam-macam laporan keuangan.
Hasil kegiatan pencatatan pembukuan dan pengelolaan keuangan diharapkan dapat
membantu kelompok Pohlaksar Pantai Gading dalam meningkatkan pendapatan setelah
terjadinya bencana alam yaitu gempa bumi pada pertengahan Agustus 2018. Adapun
indikator keberhasilan yang digunakan dalam kegiatan adalah tingkat kehadiran peserta
pengabdian yang sangat tinggi, animo yang besar untuk mengikuti kegiatan, tanya jawab
yang aktif serta interaksi dua arah yang baik antara tim pengabdian dan peserta selama proses
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |20
diskusi berlangsung. Oleh karena itu, kegiatan pendampingan diharapkan selalu dilakukan
untuk membatu dalam memberikan pemahaman yang lebih baik kepada kelompok usaha
Pohlaksar. Beberapa hal yang masih kurang baik dalam pelaksanaannya akan ditingkatkan
pada kegiatan mendatang, seperti praktik dalam pencatatan pembukuan dan pembuatan
laporan keuangan.
Ucapan Terima Kasih
Tim pengabdian mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Badan Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi dan
Bisnis (BP2EB), dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis melalui sumber dana BLU (PNBP)
Universitas Mataram yang telah memberi kesempatan dan bantuan kepada tim pengabdian
untuk melakukan kegiatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, Ir. H. MA. 2003. Urban Hidden Economy Peran tersembunyi Sektor Informal
Perkotaan, Lembaga Penelitian ITS: Surabaya.
Baihaqi, Ahmad. 2013. Akuntansi yang Sederhana (untuk UKM).
Darmayasa, I. Nyoman. 2012. Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Pengelolaan Usaha
UKM Mitra Binaan. Bali: PT. Jasa raharja (Persero).
Desmintari., Husnah. N.L., Ayunita. A.S. 2018. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan
Manajemen dan Pembukuan Akuntansi Sederhana bagi Pelaku UKM Pertanian di
Depok. Prosiding Seminar Hasil Pengabdian kepada Masyarakat. Vol 2 No. 2.
Lipsey, G. R. 2002. Pengantar Mikro Ekonomi I Jilid I. Diterjemahkan oleh Jaka, A. W dan
Kirbrandoko. Erlangga: Jakarta.
Maulani, Terra.S., Dialysa, Fia., Prawirasasra, Kannya. P. 2016. Pelatihan Pembukuan
Keuangan Sederhana dan Motivasi Kewirausahaan pada Kelompok Usaha
Makanan Keluarahan Neglasari Kecamatan Cibeunying Kaler Bandung. Jurnal
Dharma Bhakti STIE Ekuitas. Vol. 1 No. 1.
Nina Kurnia Dewi. 2006. Pembukuan Sederhana Bagi Wirausaha. (ditulis untuk sebuah acara
temu wirausaha muda di Jakarta, Juni 2006)
Karafir. 2007. Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Shochih, Moh. 2008. Perancangan Sistem Akuntansi pada Industri Kecil . Jurnal
Pendidikan Akuntansi Indonesia Vol . VI No. 1 Hal . 98-109. Yogyakarta:
Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta
Side, Sumiati., Hardin., Darmianto. 2013. PKM Kelompok Pengering Ikan di Desa Manera
Kecamatan Salomekko Kabupaten Bbone Provinsi Sulawesi Selatan. Proseding
Seminar Nasional: Universitas Negeri Makasar.
Sukirno, S. 2013. Mikro Ekonomi (Teori Pengantar). PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Suparman, Ali., Febi, Inggriyani., Muhhamad, Pauzy. 2018. Pelatihan Pembukuan Sederhana
bagi Pelaku Usaha Kerajinan Anyam Mendong Kecamatan Rajapolah Kabupaten
Tasikmalaya. Universitas Pasundan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |21
Pelatihan Pengelolaan Kas Dalam Menjalankan Operasional Paud Gumese
Dengan Cost Efektiv Di Desa Giri Tembesi
Elin Erlina Sasanti*, Animah, Aditya Bayu Suryantara
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
Kas; Laporan
Keuangan;
Transparansi
Abstrak: PAUD Gumesa berlokasi di Dusun Gumasa selatan didirikan pada tahun
2009. PAUD ini didirikan dengan tujuan mencerdaskan masyarakat tetapi pada tiga
tahun terakhir ini pengelola merasa terjadi penurunan minat terhadap PAUD, hal ini
terjadi karena minimnya pengetahuan pengelola di dalam mengelola kas, sehingga
tidak mampu mengelola kas dengan benar. Tujuan dari kegiatan pengabdian
masyarakat adalah : 1) memberikan pemahaman pembukuan sederhana berupa kas
masuk dan kas keluar 2) melakukan pencatatan pada buku penerimaan kas, dan
pengeluaran kas 3)memberikan pemahaman pencatatan kas menggunakan program
excel sehingga dapat menyusun laporan keuangan dengan cepat dan transparan serta
akuntabel. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di PAUD Gumese Desa Giri
Tembesi Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat selama 2 hari dengan
jumlah peserta 20 orang. Metode yang digunakan adalah partisipatori rural approach
berupa pelatihan dan pendampingan. Hasil pengabdian yaitu pengurus PAUD dapat
melakukan pencatatan kas masuk dan kas keluar baik secara manual maupun dengan
menggunakan program excel, sehingga penyusunan laporan keuangan menjadi
mudah dan cepat sehingga transparansi dan akuntabilitas keuangan dapat terwujud.
Korespondensi: -
PENDAHULUAN
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memegang peranan sangat penting pada
pembentukan generasi penerus bangsa indonesia di masa depan. Paud Gumese yang dimiliki
oleh Yayasan Sa’adatuddarain didirikan sejak tahun 2009. Pengelolaan sebuah PAUD ini
memerlukan dana yang cukup besar meskipun pemerintah membantu biaya operasional
sekolah yang besarannya tergantung pada jumlah murid di sekolah tersebut. Bagi PAUD
yang berada di kota besar masalah dana hamper tidak menjadi masalah karena biaya
operasional sekolah seringkali ditanggung oleh wali murid dan hamper tidak ada keluhan
mengenai besaran biaya yang dibebankan. Hal ini berbeda dengan PAUD Gumese, apabila
iuran kepada murid dinaikkan, maka akan banyak anak-anak dsun gumese yang tidak sekolah
PAUD tetapi jika biaya yang dikenakan terlalu murah, maka akan menimbulkan masalah di
dalam operasional sekolah. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan agar sekolah
mampu menutup biaya operasional sekolah baik itu sifatnya fixed cost maupun yang variable
cost. Sementara itu pengelola belum memiliki pengetahuan mengenai cara yang terbaik
supaya mampu mencerdaskan anak-anak dusun gumese tetapi dengan biaya yang tidak
memberatkan masyarakat.
Realitas lain yang terjadi adalah bahwa sumber penerimaan dari SPP anak didik
terkadang tidak terlalu banyak diharapkan, karena sering terlambat di dalam melakukan
pembayaran sementara pengeluaran-pengeluaran lainnya harus disegerakan. Oleh karena itu
perlu disusun laporan keuangan sederhana terutama terkait dengan penerimaan dan
pengeluaran kas. Untuk membuat pencatatan keuangan sederhana ini, maka perlu dilakukan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |22
pelatihan penyusunan anggaran kas dan sistem pengendalian intern atas kas di PAUd Gumese
ini.
METODE KEGIATAN
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh manajemen PAUD Gumese, kerangka
pemecahan masalah kegiatan pengabdian adalah sebagai berikut :
a. Penyuluhan dilakukan dengan cara ceramah tentang pengelolaan keuangan terutama kas.
b. Pelatihan tentang pencatatan penerimaan kas dan pengeluaran kas.
c. Pelatihan pencatatan kas dengan menggunakan program excel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Beberapa hasil yang dicapai dalam kegiatan pengabdian di PAUD Gumese adalah
Penyuluhan Pengelolaan keuangan
Penyuluhan pengelolaan keuangan usaha ini bertujuan untuk memberikan gambaran jika dana
atau kas tidak terkontrol akan berakibat keuangan kosong. Keuangan usaha yang kosong
akan menimbulkan terganggunya semua kegiatan operasional usaha. Manajemen atas arus
keluar masuknya dana perusahaan yang terkontrol akan menunjukkan kredibilitas usaha yang
baik. Jika kondisi keuangan suatu usaha memburuk, maka manajemen hendaknya segera
membenahi keuangan usaha tersebut. Oleh karena itu memerlukan pemahaman pembukuan
sederhana yang membahas mengenai pentingnya pembukuan di dalam usaha kecil untuk
memudahkan analisis usaha. Laporan keuangan suatu usaha meliputi:
a. Laporan arus kas diperlukan untuk mengetahui jumlah penerimaan dan pengeluaran kas
selama satu periode beserta sumber-sumbernya.
b. Laporan rugi laba berfungsi meberikan informasi tentang aktivitas bisnis suatu usaha.
c. Laporan perubahan modal yang berfungsi menggambarkan peningkatan atau penurunan
aktiva bersih atau kekayaan selama satu periode
d. Neraca berfungsi menjelaskan nilai asset, kewajiban dan ekuitas perusahaan pada
periode tertentu
Gambar 1. Kegiatan Penyuluhan Pengelolaan Keuangan
1. Pelatihan penyusunan anggaran kas
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |23
Pelatihan penyusunan anggaran kas ini dilakukan dengan tujuan agar manajemen PAUD
gumese mampu mengidentifikasi sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran kas
selama satu periode. Sumber-sumber penerimaan kas dari PAUD adalah
a. Penerimaan dari SPP
b. Penerimaan dari dana BOS
c. Penerimaan dari seragam
d. Penerimaan dari sumbangan pembangunan
Sedangkan pengeluaran kas dari PAUD adalah :
a. Pembayaran upah dan gaji
b. Pembelian perlengkapan kantor
c. Pembelian aktiva tetap PAUD
d. Pembelian alat peraga
e. Pembayaran listrik, air dan telepon
f. Pembayaran utang
Setelah di identifikasi sumber penerimaan dan pengeluaran kas di buatkan buku kas
penerimaan dan buku kas pengeluaran secara terpisah atau yang disebut dengan jurnal
khusus
2. Pelatihan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas dengan menggunakan excel
Sebelum dilakukan pelatihan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas dengan
menggunakan excel tim pengabdian memastikan bahwa peserta yang dilatih mampu
mengoperasikan computer selain itu bahwa PAUD memiliki computer. Adapun pelatihan
yang dilakukan meliputi :
a. Membuat sheet accout
b. Membuat jurnal umum
c. Mengcopy sheet general journal
d. Menghapus kolom nomor bukti dan baris jumlah total
e. Menyisipkan data neraca awal pada table
f. Melakukan shorting pada table
g. Membuat total nominal pada kolom debet dan kredit
h. Mengcopy baris sub total yang ada pada tampilan menu
i. Menghapus teks total
j. Membuat nama range pada ledger
k. Membuat form table neraca saldo
l. Pengisian kolom debet dan kredit pada bagian transaksi
m. Pengisian kolom debet dan kredit pada bagian saldo
n. Membuat table jurnal penyesuaian
o. Membuat table form neraca lajur dan mengisi kolom debet dan kredit pada bagian-
bagian (neraca saldo, jurnal penyesuaian, neraca saldo setelah penyesuaian, rugi
laba, dan neraca)
p. Membuat laporan keuangan (laba rugi, neraca, perubahan modal)
q. Membuat form table jurnal penutup
r. Membuat buku besar setelah penyesuaian dan penutupan
s. Membuat jurnal pembalik
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |24
KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun simpulan yang diberikan dari kegiatan ini adalah
1. Manajemen PAUD Gumese memahami jenis-jenis penerimaan dan pengeluaran kas.
2. Manajemen PAUD Gumese mampu membuat pencatatan penerimaan dan
pengeluaran kas dalam buku kas secara manual.
3. Manajemen PAUD Gumese mampu membuat pencatatan transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas dengan menggunakan excel
.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2017. Kabupaten Lombok Barat Dalam Angka. Pusat Statistik Kabupaten
Lombok Barat
Adisaputro, Gunawan. 2010, Anggaran Perusahaan, Buku I, BPFE, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.Hansen & Mowen. 2004. Manajemen Biaya, Edisi Bahasa Indonesia.
Buku Kedua. Jakarta: Salemba Empat
Basori,Rodi Khoirul; Ar, Moch Dulkirrom;Azizah, Devi Farah.2017Analisis Perencanaan
Budget Kas Dalam Upaya Menjaga Tingkat Likuiditas Usaha. Jurnal
Administrasi dan Bisnis Vol 45 No 1 April 2017
Layyinaturrobaniyah &Muizu, Wa ode Zusnita. 2017. Pendampingan Pengelolaan Keuangan
Usaha Mikro Di Desa Purwadadi Barat dan Pasirbungur Kabupaten Subang.
Pekbis Jurnal Vol 9 No 2 Juli 2017
Maulani,Terra Septina; Dialysa,Fia; Prawirasasra, Kannya Purnamahatty. 2016. Pelatihan
Pembukuan Sederhana dan Motivasi Kewirausahaan Pada Kelompok Usaha
Makanan RW02 Kelurahan Neglasari Kecamatan Cibeunying Kaler
Bandung.Jurnal Dharma Bhakti STIE Ekuitas Vol 01 No 01 September 2016
Shim, Jae K dan Jol G. Siegle. 2009. Budgeting Pedoman Lengkap Langkahlangkah
Penganggaran,diterjemahkan oleh Julius Mulyadi,Neneng Natalia. Jakarta :
Erlangga.
Syafri, Sopyan,Harahap. 2012. Budgeting Perencanaan Lengkap. Jakarta : PT. Gravindo
Persada.
Welsch, Hilton, Gordon. 2000. Anggaran Perencanaan dan Pengendalian Laba,diterjemahkan
oleh Purwaningsih,Maudy Warow,Edisi 5, Buku I. Jakarta : Salemba
EmpatSuparman, Ali., Febi, Inggriyani., Muhhamad, Pauzy. 2018. Pelatihan
Pembukuan Sederhana bagi Pelaku Usaha Kerajinan Anyam Mendong
Kecamatan Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya. Universitas Pasundan.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |25
Pelatihan Perencanaan Keuangan dan Pasar Modal
Bagi Staf dan Anggota Dharma Wanita Lingkup Bappeda Kota Mataram
Nina Karina Karim*, Siti Atikah, Indria Puspitasari Lenap Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
perencanaan
keuangan; Bursa Efek
Indonesia; investasi
Abstrak: Pengetahuan mengenai perencanaan keuangan akan mempermudah
keluarga untuk mencapai tujuan bersama seperti merencanakan pendidikan anak,
menyiapkan dana pensiun, menyiapkan dana ibadah haji dan berbagai kebutuhan
keluarga lainnya. Tidak hanya merencanakan penggunaan sumber daya keuangan
yang tersedia dalam keluarga saja, pelatihan ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan gagasan bagi PNS di lingkup Bappeda Kota Mataram berikut
anggota Dharma Wanita lingkup tersebut mengenai cara-cara yang dapat diterapkan
bagi keluarga dalam merencanakan keuangan dan meningkatkan pendapatan
keluarga dengan melakukan investasi di pasar modal. Dengan menggunakan metode
yang sederhana untuk merencanakan keuangan keluarga serta aplikasi yang dapat
digunakan pada gawai pintar, para peserta kegiatan pengabdian diharapkan bisa
mengelola keuangan keluarga dan bertransaksi di pasar modal sebagai jalan untuk
menambah pendapatan keluarga sekaligus berpartisipasi dalam bursa saham
Indonesia. Dengan metode dan pendekatan partisipatif berbasis teknologi informasi
dengan pendekatan andragogi berupa tutorial dan praktek, peserta dapat
berpartisipasi dalam transaksi investasi dalam Bursa Efek Indonesia melalui aplikasi
POEMS.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Perencanaan dibutuhkan untuk mempermudah dalam mencapai tujuan apa pun.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui berbagai upaya, berusaha menggalakkan masyarakat
untuk melakukan perencanaan keuangan, terutama dalam keluarga. Dengan memiliki
perencanaan, kegiatan yang dilakukan keluarga akan lebih terarah. Misalnya, setiap keluarga
memiliki tujuan yang relatif umum seperti perencanaan pendidikan anak, perencanaan biaya
kesehatan, perencanaan pensiun, perencanaan liburan dan perencanaan biaya untuk beribadah
seperti melakukan ibadah haji. Tanpa adanya perencanaan keuangan, sumber daya yang
dimiliki keluarga, misalnya dalam hal ini gaji atau harta warisan bisa salah alokasi bahkan
kehabisan sebelum tujuan tercapai. Dengan adanya perencanaan keuangan, kita dapat
mengetahui seberapa banyak harta yang kita miliki, untuk apa saja harta tersebut digunakan,
apakah kita perlu mencari sumber penghasilan lain atau bagaimana kita bisa memanfaatkan
harta yang berlebih.
Merencanakan keuangan sebenarnya bukan merupakan hal yang baru, akan tetapi
selama ini perencanaan keuangan diidentikkan dengan menabung. Kegiatan menabung
dilakukan sebagai upaya penghematan harta yang dimiliki seseorang. Akan tetapi, dengan
kondisi tingkat bunga tabungan saat ini, uang yang kita simpan di bank akan tergerus oleh
jumlah biaya administrasi bulanan yang dikenakan bank untuk simpanan di rekening bank.
Alih-alih uang yang kita harapkan bisa dihemat malah akan berkurang jika kenaikan
jumlahnya tidak bisa menutupi besaran biaya administrasi bulanan yang dikenakan bank.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |26
Dengan kondisi tersebut, opsi apa yang bisa kita ambil jika kita ingin merencanakan
keuangan dengan mengelola uang yang kita miliki?
Pasar modal Indonesia memiliki potensi untuk menjadi yang terbesar di kawasan
Asia Tenggara pada tahun 2020 dan menjadi salah satu bursa terbesar di dunia dalam satu
dekade ke depan (Filbert, 2017). Selama ini, partisipasi dalam pasar modal dianggap menjadi
sesuatu yang sulit dijangkau karena kita harus memiliki pengatahuan yang mumpuni untuk
menguasai ilmu jual beli saham, analisis keuangan perusahaan yang sahamnya kita miliki
bahkan kita tidak bisa membayangkan harus datang ke bursa efek untuk memantau naik-
turunnya harga saham.
Tabel 1 Menabung vs Investasi
INVESTASI MENABUNG
Tujuan Memperoleh untung Menyimpan
Potensi Risiko Ada risiko Relatif tidak ada risiko
Jenis Transaksi Jual-beli Simpan-pinjam
Tempat Transaksi Pasar Modal Perbankan
Sumber: materi Sekolah Pasar Modal, BEI (2019)
Saat ini, investasi menjadi opsi yang lebih menguntungkan dalam merencanakan
keuangan dibandingkan menabung. Tabel 1 menggambarkan perbandingan antara menabung
dan investasi. Yang dimaksud dengan investasi adalah mengelola aset/harta sehingga
asset/harta tersebut dapat memberikan hasil di kemudian hari. Investasi di pasar modal
dilakukan dengan membeli Efek untuk memperoleh keuntungan berupa capital gain dan
dividen.
Sampai dengan bulan November 2018, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat
peningkatan jumlah investasi saham di pasar modal yang sangat signifikan dibandingkan
dengan bentuk investasi lain seperti obligasi negara, deposito, emas dan tabungan. (Lihat
Gambar 1). Hal ini menunjukkan animo masyarakat yang semakin besar terhadap partisipasi
dalam pasar modal sebagai bentuk investasi. Terutama dengan kemudahan yang diciptakan
melalui penggunaan aplikasi yang dapat diakses dengan gawai pintar, semakin banyak orang
yang tertarik untuk melakukan investasi di pasar modal.
Gambar 1. Pilihan Bentuk Investasi
Sumber: materi Sekolah Pasar Modal, BEI (2019)
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |27
Pasar modal mempertemukan pihak yang membutuhkan dana jangka panjang
dengan pihak yang membutuhkan sarana investasi pada produk keuangan (saham, obligasi,
reksa dana dan lain-lain). Selain sebagai wahana investasi dan sumber pendanaan, pasar
modal menjadi sarana penyebaran kepemilikan perusahaan kepada masyarakat serta
menciptakan lapangan kerja/profesi bagi masyarakat, baik sebagai pelaku pasar maupun
investor.
Bappeda Kota Mataram merupakan salah satu dari perangkat daerah Pemerintah
Kota Mataram. Saat ini, instansi tersebut mempekerjakan 30 PNS dan 14 non-PNS. Bappeda
Kota Mataram juga menaungi Dharma Wanita yang anggotanya terdiri dari istri pegawai laki-
laki dan pegawai perempuan dengan jumlah anggota 44 orang. Dengan jumlah staf dan
anggota Dharma Wanita sebanyak itu, lingkup ini dianggap potensial untuk diberikan
pelatihan perencanaan keuangan dan investadi di pasar modal sebagai tahap awal pengenalan
program ini. Selain itu, Dharma Wanita Bappeda Kota Mataram aktif mengadakan pertemuan
bulanan yang diisi dengan kegiatan yang bersifat edukatif.
Investasi sebagai bagian dari perencanaan keuangan merupakan pengetahuan yang
dianggap penting untuk diketahui oleh semua lapisan masyarakat. Walau beberapa opsi
investasi sudah dikenal dan diterapkan masyarakat secara luas seperti jual-beli tanah, logam
mulia dan valuta asing, beberapa opsi investasi masih belum diketahui secara luas. Moda
investasi seperti pasar modal, obligasi dan reksadana masih belum memasyarakat. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena informasi mengenai moda investasi tersebut yang dianggap
kompleks dan membutuhkan latar belakang pengetahuan yang lebih tinggi. Selain itu,
pelaksanaannya dianggap sulit dilakukan karena selama ini transaksinya harus melibatkan
pihak ketiga seperti perusahaan sekuritas dan investasi lainnya. Dengan semakin terbukanya
kesempatan untuk melakukan investasi pasar modal melalui aplikasi gawai pintar yang telah
dikembangkan, partisipasi masyarakat umum, khususnya penduduk Indonesia, dalam
menguasai pasar modal dalam negeri mulai diminati.
Pemanfaatan aplikasi digital sebagai media untuk melakukan investasi, khususnya
transaksi jual-beli saham masih kurang populer di masyarakat termasuk bagi para staf dan
anggota Dharma Wanita Bappeda Kota Mataram. Selama ini, transaksi dan partisipasi dalam
bursa saham dianggap hanya bisa dilakukan pada bursa saham saja. Dengan semakin
maraknya penggunaan gawai pintar yang digunakan untuk banyak fungsi kegiatan harian,
keberadaan aplikasi yang bisa mendukung partisipasi masyarakat dalam transaksi pasar
modal menjadi lebih mudah dan efisien segi waktu dan biaya. Saat ini, partisipasi dalam
bursa saham merupakan salah satu opsi yang dapat dipilih masyarakat secara luas untuk
mendapatkan penghasilan tambahan secara pribadi dan berkontribusi dalam menyokong
pemilikan saham dalam perusahaan dalam negeri. Selama ini, partisipasi dalam pasar modal
dianggap membutuhkan biaya tinggi dan harus menjalani proses yang rumit. Banyak
masyarakat yang masih belum paham tentang bagaimana melakukan transaksi jual-beli
saham, termasuk para staf dan anggota Dharma Wanita Bappeda Kota Mataram. Untuk itu,
perlu dilakukan pelatihan perencanaan keuangan dan sosialisasi aplikasi POEMS untuk
berpartisipasi dalam pasar modal, disertai dengan praktek penggunaannya.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |28
METODE KEGIATAN
Metode dan pendekatan yang digunakan untuk mencapai kompetensi sosialisasi dan
pelatihan adalah metode partisipatif berbasis teknologi informasi dengan pendekatan
andragogi. Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran untuk orang dewasa.
Komponen pembelajaran ini mencakup dua hal yaitu penyampaian materi secara searah
(ceramah dan tutorial) sebesar 50% dan sesi praktik sebesar 50%.
Tahapan dan materi pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan metode ceramah,
tutorial, praktik dan diskusi dengan langkah-langkah berikut ini:
Metode ceramah
Peserta diberikan pengetahuan dan pemahaman melalui presentasi oleh pemateri serta
motivasi agar memiliki kemauan menerapkan perencanaan keuangan keluarga dan
berpartisipasi dalam pasar modal. Metode ini dilakukan selama 1/2 jam.
Metode tutorial
Peserta diberikan buku yang berisi langkah-langkah perencanaan keuangan, serta
diberikan pengarahan dan simulasi menggunakan aplikasi POEMS untuk bertransaksi
dalam bursa saham. Metode ini dilakukan selama 1/2 jam.
Sesi praktik
Peserta mempraktikkan aplikasi POEMS untuk membeli atau menjual saham serta
mencari informasi terkait transaksi jual-beli saham. Metode ini dilakukan selama 1 jam.
Metode diskusi
Peserta diberikan kesempatan untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi berkaitan
dengan kesulitan dalam aspek pengoperasian aplikasi dan hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam membeli atau menjual saham. Metode ini dilakukan selama 1
jam
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian dilakukan Ruang Rapat Kantor Bappeda Kota Mataram
bersamaan dengan kegiatan bulanan Dharma Wanita yang salah satu agendanya merupakan
arisan. Waktu ini dipilih karena pada kegiatan bulanan tersebut biasanya diisi dengan materi
tambahan yang menambah pengetahuan staf wanita serta anggota Dharma Wanita. Suasana
yang cair dan kekeluargaan membantu kesuksesan penyampaian materi mengenai
perencanaan keuangan dan pasar modal menjadi lebih mudah diterima bahkan menarik minat
peserta kegiatan.
Kegiatan ini dihadiri oleh tiga orang tim pengabdian, tiga orang mahasiswa yang
tergabung dalam Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mataram sebagai pemberi materi mengenai kegiatan nabung saham dan
penggunaan aplikasi POEMS, serta 30 perserta yang terdiri dari anggota Dharma Wanita
serta staf Kantor Bappeda Kota Mataram.
Materi pelatihan diberikan melalui metode tutorial dan diskusi aktif di mana peserta
terlibat langsung dalam kegiatan brainstorming mengenai opsi-opsi yang dapat diterapkan
untuk merencanakan keuangan, diskusi mengenai pasar modal serta keberadaan aplikasi
POEMS agar peserta dapat langsung menerapkan penggunaan aplikasi POEMS untuk
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |29
berpartisipasi dalam kegiatan nabung saham di Bursa Efek Indonesia. Materi pelatihan
disajikan melalui gambar-gambar presentasi agar dapat lebih mudah dipahami dan menarik
perhatian peserta.
Setelah materi pelatihan diberikan, perserta diberikan kesempatan untuk mencoba
mempraktekkan pengetahuan yang mereka terima dengan menggunakan aplikasi POEMS.
Selain itu, peserta juga diberi kesempatan untuk menggunakan aplikasi tersebut dalam
mencari informasi tambahan terkait transaksi nabung saham seperti analisis kinerja emiten
dan webinar yang bisa diikuti untuk mendapat pengetahuan lebih lanjut tentang transaksi
nabung saham dan pasar modal.
Gambar 2. Kegiatan Pengabdian
Sesi terakhir dari rangkaian kegiatan ini adalah proses diskusi dan tanya jawab yang
mencakup rangkaian keseluruhan dari aktivitas pelatihan. Peserta mengemukakan kesulitan
yang dihadapi dalam proses tersebut kepada pemateri dan dilakukan penilaian atas hasil kerja
tersebut, kemudian jika masih ada yang kurang diberikan arahan serta saran perbaikan. Selain
itu, masing-masing peserta diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan hasil kerjanya
dengan peserta yang lain sehingga satu dengan yang lain dapat saling berbagi ilmu
KESIMPULAN DAN SARAN
Saat ini, cukup banyak aplikasi dan jalur yang bisa digunakan untuk melakukan
transaksi jual-beli saham secara daring. Oleh karena itu, tim pengabdian berinisiatif untuk
mendorong masyarakat untuk memanfaatkan aplikasi POEMS dan mengajarkan simulasi
jual-beli saham serta mencari informasi yang tersedia pada aplikasi POEMS sebagai tahap
awal pengenalan terhadap moda investasi. Mengingat hampir seluruh lapisan masyarakat
sudah cukup terbiasa dengan gawai pintar sehingga tidak begitu sulit bagi mereka untuk
menggunakan aplikasi daring, aplikasi POEMS yang antar mukanya cukup interaktif dan
mudah dipahami ini akan menarik minat masyarakat yang mulanya awam terhadap pasar
modal untuk mencoba berinvestasi.
Dengan diadakannya pelatihan perencanaan keuangan dan penggunaan aplikasi
POEMS untuk transaksi jual-beli saham berikut praktek penggunaannya, diharapkan para staf
dan anggota Dharma Wanita Bappeda Kota Mataram yang telah mengikuti pelatihan ini dapat
langsung menerapkan cara merencanakan keuangan dan transaksi nabung saham secara
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |30
daring melalui Phillips Sekuritas. Lebih dari itu, mereka dapat mengajak kerabat dan
lingkungannya untuk dapat merencanakan keuangan dan berpartisipasi dalam pasar modal
dengan kegiatan nabung saham sebagai salah satu opsi untuk menambah penghasilan
keluarga sekaligus turut berpartisi pasi dalam menggerakkan perekonomian Indonesi.
Ucapan Terima Kasih
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini tidak terlepas dari partisipasi, dukungan dan
bantuan moral, finansial maupun fisik dari banyak pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan
ucapan terima kasih kepada Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram,
Bapak Dr. Muaidy Yasin, MS; Kepala Bappeda Kota Mataram, Bapak Ir. H. Amiruddin,
M.Si.; Ketua Dharma Wanita Unit Bappeda Kota Mataram, Ibu Hj. Baiq Lily C. Amiruddin,
SH; mahasiswa-mahasiswa dari KSPM FEB Unram, dan terlebih lagi kepada peserta
kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
Filbert, Ryan (2017). Yuk Belajar Nabung Saham. PT Elex Media Komputindo, Kelompok
Kompas Gramedia.
Otoritas Jasa Keuangan, Perencanaan Keuangan Keuangan.
Peter, M. Maksus (2011). Main Saham untuk Karyawan Kecil, Kaya Gila dengan Kilat!.
Penerbit Flashbooks.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |31
Variable Costing Solusi Perhitungan Harga Pokok Produk Secara Cermat
Susi Retna Cahyaningtyas*, Sapto Hendri BS, Wahidatul Husnaini,
Rahmi Sri Ramadani, Zuhrotul Isnaini Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci: Harga jual;
pesanan;pengarajin
bataco
Abstrak: Pengrajin batako di desa Karang Baru Mataram, selama ini masih
menggunakan metode yang sederhana dalam menetukan harga pokok per unit
produk, yaitu dengan cara menjumlahkan semua biaya produksi yang terdiri dari
biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung dibagi dengan jumlah unit yang
diproduksi. Mereka belum menghitung biaya overhead pabrik dan melakukan
pemilahan biaya yang bersifat tetap dan variabel. Penentuan harga jual didasarkan
pada harga pokok per unit ditambah dengan margin yang diinginkan, dengan
mempertimbangkan harga jual yang berlaku di pasar. Kondisi ini mengakibatkan
perhitungan harga pokok produk belum akurat/cermat dan munculnya kesulitan
dalam pengambilan keputusan jika ada pesanan dalam jumlah besar, dengan harga
khusus (di bawah harga jual normal). Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk
memberikan pengetahuan kepada mereka tentang perhitungan harga pokok produk
dengan metode variable costing, dengan melakukan asistensi langsung. Hasil
menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok per unit dengan metode variable
costing lebih cermat/teliti/akurat, dibandingkan dengan metode sebelumnya.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Harga pokok produk adalah semua elemen biaya produksi baik tetap maupun
variabel (Supriyono, 2000: 288). Pengeluaran produk (kos produksi) adalah semua
pengeluaran yang terkait dengan kegiatan produksi (Warsono, 2011:223). Harga pokok
produksi diperoleh melalui pengumpulan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
barang. Biaya peroduksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja lansung dan biaya
overhead pabrik. Memperhitungkan biaya pada suatu produk dapat dilakukan dengan cara
memasukkan semua biaya produksi baik yang bersifat tetap maupun variabel atau hanya
memasukkan unsur biaya produksi yang variabel saja. Menurut Mas’ud (1982:116)
penentuan biaya produksi dengan memasukkan semua unsur biaya produksi baik yang
bersifat tetap maupun variabel dikenal dengan istilah full costing. Variable costing
merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan hanya biaya
produksi yang bersifat variabel saja (Mulyadi, 1997: 51). Untuk kepentingan pihak luar
(ekstern) perusahaan diharuskan menggunakan metode full costing. Untuk pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan produk oleh manajemen, tidak harus menggunakan
metode tersebut, karena manajemen tidak hanya berkepentingan untuk membuat laporan
yang wajar kepada pihak luar (seperti pemerintah, pemegang saham, kreditur dan
sebagainya), tetapi manajemen juga harus menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan
kemampuan memperoleh laba. Dalam masalah-masalah tertentu seperti penentuan harga jual
yang mampu bersaing, masalah ada pesanan-pesanan khusus dibawah harga pasar, lebih
bermanfaat jika menggunakan metode variabel costing, karena hanya biaya yang bersifat
vaiabel saja yang relevan dalam pengambilan keputusan tersebut. Pengrajin batako di desa
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |32
Karang Baru Mataram, selama ini masih menggunakan metode yang sederhana dalam
menetukan harga pokok per unit produk, yaitu dengan cara menjumlahkan semua biaya
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung dibagi dengan jumlah
unit yang diproduksi. Mereka belum menghitung biaya overhead pabrik dan melakukan
pemilahan biaya yang bersifat tetap dan variabel. Penentuan harga jual didasarkan pada
harga pokok per unit ditambah dengan margin yang diinginkan, dengan mempertimbangkan
harga jual yang berlaku di pasar. Kondisi ini mengakibatkan perhitungan harga pokok produk
belum akurat/cermat dan munculnya kesulitan dalam pengambilan keputusan jika ada
pesanan dalam jumlah besar, dengan harga khusus (di bawah harga jual normal).
METODE KEGIATAN
Metode yang diterapkan untuk mencapai tujuan pengabdian ini adalah metode
partisipatif. Tim memberikan materi dan asistensi langsung, pertama melakukan
pemilahan/klasifikasi biaya berdasarkan fungsi pokok dalam kegiatan usaha tersebut yang
terdiri dari biaya produksi dan biaya non produksi, serta melakukan perhitungan biaya
penyusutan. Kedua mengklasifikasikan biaya berdasarkan perilakunya, yaitu biaya tetap dan
biaya variabel. Ketiga menghitung harga pokok produk dengan metode variable costing.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengrajin batako di desa Karang Baru Mataram menghasilkan beberapa produk
antara lain paping blok, beton gumbleng, batu nisan, batako dan roster. Adapun produk yang
banyak terjual adalah batako dan roster. Berdasarkan kondisi ini, maka tim pengabdian fokus
pada kedua produk tersebut untuk melakukan asistensi perhitungan harga pokok dengan
metode variable costing, yang dimulai dari identifikasi biaya produksi sampai pemilahan
biaya yang bersifat tetap dan variabel. Hasil secara rinci sebagai berikut:
a. Batako
Bahan baku
Harga 1 sak semen Rp. 50.000
1 dam pasir Rp. 350.000 = 50 artco, jadi harga per artco (350/50) = Rp. 7000
Dalam sehari memproduksi batako sebanyak 400 batako
Untuk produksi 400 buah batako dibutuhkan 4 sak semen dan 20 artco pasir
Biaya perhari = (Rp.50.000x4) + ( Rp.7000 x 20 )
= Rp. 200.000 + Rp. 140.000
= Rp.340.000
Jadi biaya bahan baku produksi dalam sehari sebesar Rp 340.000
Biaya Tenaga kerja Langsung
Memiliki 4 orang pegawai
Gaji untuk 100 batako = Rp. 50.000
Gaji perhari untuk 4 orang pegawai dengan produksi 400 buah batako
sehari sebesar (Rp.50.000 x 4) = Rp. 200.000
Harga Pokok Produksi (HPP)
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |33
Metode sederhana
JENIS BIAYA TOTAL
Biaya Bahan Baku Rp. 340.000
BTKL untuk 4 org
pegawai
Rp. 200.000
Total HPP Rp. 540.000
Jadi harga pokok per unit ( 540.000 / 400 ) = Rp. 1.350
b. Roster
Biaya bahan baku
Harga 1 sak semen Rp. 50.000
1 dam pasir Rp. 350.000 = 50 artco, jadi harga per artco (350.000/50) = Rp. 7000
Dalam sehari memproduksi Roster sebanyak 100 buah Roster
Untuk produksi 100 buah Roster dibutuhkan 2 sak semen dan 10 artco pasir
Biaya perhari = (Rp. 50.000 x 2) + ( Rp.7000 x 10 )
= Rp. 100.000 + Rp. 70.000
= Rp.170.000
Jadi biaya bahan baku produksi dalam sehari sebesar Rp 170.000
Biaya tenaga kerja langsung
Memiliki 2 orang pegawai
Gaji untuk 2 orang dgn produksi 100 Roster per hari sebesar Rp. 100.000 =
Rp. 50.000 per orang
Harga Pokok Produksi
Metode sederhana:
JENIS BIAYA TOTAL
Biaya Bahan Baku Rp. 170.000
BTKL untuk 2 org
pegawai
Rp. 100.000
Total HPP Rp. 270.000
Jadi harga pokok per unit (Rp.270.000 / 100 ) = Rp. 2.700
NILAI PENYUSUTAN
Keterangan Biaya Umur
Ekonomis
Nilai Penyusutan
Perbulan
Mesin pencetak
batako 5 buah
Rp. 1.750.000 5 tahun Rp. 1.750.000/60 bulan
= Rp. 29.166/30 = 972
Perlengkapan
pembuatan batako
Rp. 500.000 2 tahun Rp 500.000/24 bulan
= Rp. 20.833/30 = 694
Alat pencetak
Roster 4 buah
Rp. 1.200.000 5 tahun Rp. 1.200.000/60 bulan
= Rp. 20.000/30 = 667
Perlengkapan
pembuatan Roster
Rp. 500.000 2 tahun Rp. 500.000/24 bulan
= Rp. 20.833/30 = 694
Gudang Rp. 1.000.000 5 tahun Rp. 1.000.000/60 bulan
= Rp. 16.667/30 = 556
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |34
Biaya overhead Pabrik ( BOP ) batako:
BOP tetap
Gudang = Rp. 556
BOP variabel
Alat cetak batako = Rp. 972
Perlengkapan = Rp. 694
Biaya Listrik = Rp. 20.000
Biaya Air = Rp. 50.000 +
= Rp. 71.666 +
Total = Rp. 72.222
Jadi total Biaya Overhead Pabrik adalah sebesar Rp. 72.222
Harga Pokok Produksi Variabel Costing
Jenis Biaya Total
Biaya bahan baku Rp. 340.000
BTKL untuk 4 org
pegawai
Rp. 200.000
BOP variabel Rp. 71.666
Total HPP Rp. 611.661
Jadi harga pokok per unit ( 611.666 / 400 ) = Rp. 1.529
Biaya overhead Pabrik ( BOP ) roster:
BOP tetap
Gudang = Rp. 556
BOP variabel
Alat cetak Roster = Rp. 667
Perlengkapan = Rp. 694
Biaya Listrik = Rp. 20.000
Biaya Air = Rp. 50.000 +
= Rp. 71.361 +
Total = Rp. 71.917
Harga Pokok Produksi Variabel Costing
Jenis Biaya Total
Biaya bahan baku Rp. 170.000
BTKL untuk 2 org
pegawai
Rp. 100.000
BOP variabel Rp. 71.361
Total HPP Rp. 341.361
Jadi harga pokok produksi per unit (Rp.341.361/100 ) = Rp. 3.414
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |35
Gambar 1. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perhitungan harga pokok dengan metode variabel costing memberikan hasil yang
lebih akurat yaitu sebesar Rp. 1.529 untuk produk batako dan Rp. 3.414 untuk produk
roster. Sementara perhitungan dengan metode sederhana sebesar Rp. 1.350 untuk produk
batako dan Rp. 2.700 untuk produk roster. Perbedaan perhitungan ini disebabkan karena
unsur biaya overhead pabrik belum diperhitungkan.
Saran
Mengingat pengabdian ini hanya dibatasi pada perhitungan harga pokok terhadap dua
produk yaitu batako dan roster, maka pengabdian berikutnya dapat diperluas cakupannnya
dengan melakukan perhitungan harga pokok atas semua produk yang dihasilkan (paping blok,
beton gumbleng,batu nisan, dan lain sebagainya).
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis seta
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Mataram atas dukungan
dana terhadap pengabdian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Warsono, Sony, 2011, Akuntansi Pengantar 1, penerbit ABPUBLISHER, Yogyakarta.
Jusuf, AL.Haryono, 2002, Dasar-dasar Akuntansi Jilid I, STIE YKPN, Yogyakarta
Supriyono, 2000, Akuntansi Biaya, penerbit BPFE- Yogyakarta
Mulyadi, 1997, Akuntansi Manajemen, konsep, Manfaat dan Reakayasa, STIE YKPN,
Yogyakarta
Mas’ud.MC, 1982, Akuntansi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada,
Yogyakart.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |36
Upaya Mewujudkan Desa Agrowisata Sedau Kecamatan Narmada
Lombok Barat
Lalu Adi Permadi*, GA Sri Oktariyani, Iwan Kusuma Negara,
Siti Sofiyah Abdul Manan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia
Keywords: Village; Agro Tourism;
Sedau; Training;
Socialization
Abstract: Community service aims to support the realization of Sedau Village,
West Narmada District, Lombok Regency, as an Agro Tourism Village. Sedau
Village is one of the villages that is potential for developing agro-tourism sites. The
target of this community service was the people of Sedau Village. The method used
in the implementation of community service was socialization. The Main Result of
this community service activity was that the people of Sedau Village know about the
Tourism Village and the rising of various ideas from the community members of
Sedau Village to support the realization of the Agrotourism Village in Sedau
Village.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Sedau merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Narmada, Kabupaten
Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat, terletak kurang lebih 11 Km di sebelah timur
Kota Mataram. Sebagian besar penghasilan masyarakatnya dari sektor pertanian. Di samping
itu Desa Sedau merupakan desa yang sangat potensial di bidang Agrowisata karena
wilayahnya merupakan kawasan Pertanian dan Perkebunan yang cukup luas terutama
tanaman buah-buahan.
Desa Sedau memiliki objek wisata potensial bernama Bumi Perkemahan Gunung
Jae yang pernah dikenal karena sering digunakan sebagai tempat penyelenggaraan event-
event besar baik nasional bahkan internasional. Puluhan tahun lalu tepatnya di era tahun
1990-an, Gunung Jae ini sempat mencuat, mengingat tempat ini dinilai memiliki potensi
obyek wisata yang layak dikembangkan. Saat itu, HL. Mudjitahid, (Bupati Lombok Barat
waktu itu) dan Ir. H. Lalu Widjaje (Sekretaris Daerah Lombok Barat waktu itu) berinisiatif
untuk mengembangkan lokasi ini menjadi perkampungan budaya. Pemerintah Kabupaten
Lombok Barat saat itu membangun Panggung permanen yang masih ada sampai sekarang.
Sekda Lombok Barat waktu itu Ir. H. Lalu Widjaje bahkan secara khusus membuat rumah
panggung secara pribadi di atas tanah beliau yang terletak di atas Bendungan Gunung Jae itu.
Bentuk kesungguhan tersebut, gelaran yang bernuansa rekreasi inipun tak sedikit yang
dilaksanakan di tempat ini (hasil wawancara dengan Ir. H. Lalu Widjaje, awal September
2019).
Namun dalam perjalanannya, seiring perputaran waktu dan beralihnya pimpinan
Lombok Barat, rupanya wacana tersebut ikut tertelan perputaran massa yang hanya tinggal
ilusi belaka. Akibatnya, Gunung Jae pun jadi sepi lagi. Bukti lain merananya lokasi yang
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |37
cukup indah ini, jika sejumlah bangunan tradisional khas Lombok yang dulunya sempat
dibangun sebagai penanda adanya kampung budaya, Justru lenyap tak tahu entah kemana.
Lokasi lain yang mendukung pariwisata di Desa Sedau adalah Lembah Madani.
Keberadaan Lembah Madani tidak lepas dari inisiatif dari pemuka agama setempat yaitu
TGH Hasanain Junaini yang merupakan pimpinan Pondok Pesantren Haramain. Lembah
Madani sering digunakan juga untuk berbagai kegiatan berlevel nasional dan internasional.
Salah satu kegiatan yang pernah berlangsung di sana adalah jamuan makan malam untuk
peserta Tourism Tropical Outlook Conference pada tahun 2015.
Berdasarkan keberadaan sejumlah potensi yang ada di Desa Sedau maka
dibentuklah Kelompok Sadar Wisata Desa Sedau. Saat ini kelompok ini dipimpin oleh Lalu
Faisal. Kelompok ini berjuang untuk mengembangkan Desa Agrowisata Sedau. Namun ada
beberapa keterbatasan yang dihadapi oleh Desa Sedau dan kelompok sadar wisatanya di
antaranya pertama, kurang sadarnya warga akan pentingnya pariwisata; kedua, kurangnya
kreatifitas dalam mengembangkan sektor agro menjadi agrowisata, dan ketiga, banyaknya
tambang galian C di sekitar Desa Sedau yang mengakibatkan rusaknya lahan dan jalan raya
antara Keru sampai Sesaot yang melewati Desa Sedau. Kondisi Desa Sedau ini sesuai dengan
yang dikatakan oleh Antara dan Arida (2015) bahwa kendala dan tantangan desa wisata
adalah terbatasnya visi atau persepsi yang jelas dari masyarakat tentang pariwisata,
rendahnya ketertarikan dan kesadaran masyarakat, dan rendahnya kemampuan sumber daya
manusia.
Kondisi yang telah dipaparkan di atas menunjukkan adanya beberapa masalah yang
harus segera dicarikan solusinya. Kalau ditilik dari permasalahan yang menyangkut warga
dan kreatifitasnya dalam membangun pariwisata maka ini membutuhkan sosialisasi untuk
menanamkan nilai-nilai pariwisata di dalam perilaku masyarakat Desa Sedau.
Sosialisasi adalah suatu proses belajar-mengajar atau penanaman nilai, kebiasaan, dan aturan
dalam bertingkah laku di masyarakat dari satu generasi ke generasi lainnya sesuai dengan
peran dan status sosial masing-masing di dalam kelompok masyarakat (Berger, 2013 dalam
Yulia, 2018).
Pengabdian terdahulu yang pernah dilakukan di Desa Sedau adalah Idrus (2015)
yang bertujuan untuk pemberdayaan ibu-ibu rumah tangga dalam pemanfaatan sampah
anorganik menjadi barang-barang kerajinan bernilai ekonomi untuk menambah penghasilan
keluarga di desa tersebut. Metode yang digunakan oleh Idrus (2015) adalah pelatihan.
Pengabdian Idrus (2015) memiliki arah yang sama dengan pengabdian yang dilakukan saat
ini karena memiliki lokasi dan sasaran pengabdian yang sama. Selain itu kegiatan
pengembangan kerajinan tersebut dapat mendukung upaya pengembangan pariwisata yang
dilakukan oleh pengabdian saat ini. Namun belum berbicara mengenai pariwisata khususnya
desa agrowisata di Desa Sedau. Untuk itu mempertimbangkan kondisi dan potensi Desa
Sedau serta semangat para penggiat pariwisata di Sedau maka pengabdian ini mengambil
judul Upaya Mewujudkan Desa Agrowisata Sedau Kecamatan Narmada Lombok Barat.
Dengan pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat mendukung terwujudnya Desa Sedau
Kecamatan Narmada Lombok Barat sebagai Desa Agrowisata.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |38
METODE KEGIATAN
Metode yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan dalam pengabdian ini
adalah melalui Metode sosialisasi, bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang arti
pentingnya desa wisata dalam era ekonomi global saat ini bagi pengembangan kehidupan
sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat. Dalam kasus Desa Sedau yang memiliki lokasi di
daerah pegunungan dengan hamparan lahan pertanian dan perkebunan, tim pengabdian FEB
UNRAM menawarkan Agrowisata sebagai basis dari Desa Wisata Sedau.
Dalam kegiatan ini, ada beberapa prosedur kerja yang dilakukan oleh Tim
Pengabdian Masyarakat, yaitu:
a. Tim pengabdian menyusun rencana pengabdian masyarakat,
b. Tim pengabdian secara bersama-sama melakukan sosialisasi tentang pentingnya Desa
Wisata bagi masyarakat Desa Sedau terutama anggota kelompok sadar wisata dan
kelompok tani perkebunan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Target pengabdian pada masyarakat ini adalah kelompok sadar wisata dan
kelompok tani perkebunan yang ada di Desa Sedau. Perkembangan Desa Sedau menurut
ketua kelompok sadar wisata Lalu Faisal menyampaikan kepada ketua tim pengabdian bahwa
masih rendahnya pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam bidang agro wisata, masih
rendahnya pengetahuan dan ketrampilan masyarakat berkaitan dengan jasa wisata, masih
minimnya tingkat kunjungan ke Desa Wisata Sedau karena kurangnya promosi, belum
memiliki syarat-syarat menjadi desa wisata modern yaitu adanya media promosi yang efektif
dan efesien seperti Website, dan belum memiliki visitor center yang akurat khususnya
berhubungan dengan pendataan wisatawan sehingga sering terjadi kendala terhadap layanan
pusat layanan informasi wisata desa.
Kegiatan Pengabdian dengan metode Sosialisasi dan Pelatihan bertempat di Balai
Desa Sedau Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Mataram. Kegiatan Pengabdian
Masyarakat ini terlaksana dengan kerja sama mahasiwa KKN UNRAM Desa Sedau 2019
periode I dan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lombok Barat. Sosialisasi
dilaksanakan secara konvensional dengan cara mengundang atau menghadirkan peserta
dalam suasana belajar yang interaktif. Kegiatan diikuti oleh 20 peserta yang terdiri dari 5
orang perangkat Pemerintahan Desa Sedau, 10 orang anggota kelompok sadar wisata dan 5
orang anggota kelompok tani pekebun Desa Sedau.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |39
Gambar 1. Tim Pengabdian menyampaikan materi Sosialisasai
Pada Sesi pertama dilakukan Sosialisasi tentang pentingnya Desa Wisata akan
disampaikan oleh tim pengabdian. Sosialisasi tersebut juga menghadirkan Kepala Desa Sedau
sebagai pembuka acara dan motivator agar para peserta bersemangat mengikuti program
sosialisasi tersebut. Selanjutnya pada Sesi kedua dilakukan Pelatihan. Tim pengabdian
Universitas Mataram memberikan materi pelatihan terkait dengan “Manajemen Pariwisata
Desa Wisata”. Sementara Tim Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lombok Barat
memberikan materi pelatihan dengan judul “Agrowisata di Lombok Barat”.
Gambar 2. Tim Pengabdian bersama Kepala Desa Sedau, Staf Dinas Pertanian dan Perkebunan
Lombok Barat dan Ketua Kelompok KKN UNRAM;
Kepala Desa Sedau menyampaikan dalam sambutannya bahwa “Desa Sedau
sangat peduli dalam pariwisata, untuk itu Pemerintah desa membentuk Kelompok Sadar
Wisata Desa Sedau yang bertugas untuk mengelola pariwisata dan mendorong warga desa
untuk sadar wisata, di samping itu Pemerintah Kabupaten Lombok Barat juga sangat
mendukung memperkuat pondasi pariwisata Desa Sedau”.
Dari hasil evaluasi setelah proses sosialisasi oleh tim pengabdian menunjukkan
bahwa warga desa secara keseluruhan antusias mendapat sosialisasi tentang desa agrowisata.
Ini terbukti dengan banyaknya pertanyaan yang harus dijawab oleh tim pengabdian pasca
sosialisasi tersebut. Bahkan Lalu Faisal (Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Sedau)
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |40
meminta agar Tim Pengabdian secara berkesinambungan melakukan pendampingan dalam
pengembangan desa wisata serta mengevaluasi perkembangan desa agrowisata Sedau yang
disajikan oleh kelompok sadar wisata. Pendampingan ini dimaksudkan untuk terus
menumbuh kembangkan desa wisata.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Masyarakat Desa Sedau mulai memahami apa yang dimaksud dengan desa wisata dan
munculnya berbagai ide anggota masyarakat Desa Sedau untuk mengembangkan
pariwisata di desanya dalam diskusi setelah sosialisasi dilakukan;
2. Faktor-faktor pendukung pariwisata di Desa Sedau perlu mendapat perhatian untuk
dikembangkan lebih lanjut seperti kelompok sadar wisata, kelompok tani perkebunan,
keberadaan lokasi wisata yaitu Bendungan Gunung Jae dan Bumi Perkemahannya,
Lembah Madani dan Perkebunan sekitarnya.
Saran
1. Pengabdian Masyarakat tentang Desa Wisata di Desa Sedau harus terus dilanjutkan pada
proses pembinaan berkelanjutan terutama dalam kaitanya dengan pengembangan spot-
spot wisata yang sudah ada di desa tersebut dan pengembangan factor pendukung lainnya
seperti kegiatan penjualan buah dan pembuatan kerajinan tangan;
2. Untuk mewujudkan Desa Wisata berbasis Perkebunan di Desa Sedau dibutuhkan kerja
sama dengan semua pihak terkait di antaranya: Pemerintah Provinsi NTB khususnya
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat terutama Dinas
Pertanian dan Perkebunan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; Pemerintah
Kecamatan Narmada, Ponpes Haramain dan Universitas Mataram.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung
terutama kepada
1. Kelompok Mahasiswa KKN UNRAM Desa Sedau Periode I 2019 yang telah memberi
dukungan sebagai organisator acara pengabdian ini.
2. Pemerintah Desa Sedau yang telah menyiapkan tempat.
3. Pemerintah Lombok Barat khususnya Dinas Pertanian dan Perkebunan.
4. Pimpinan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNRAM.
DAFTAR PUSTAKA
Antara, M. dan Arida, S., 2015. Panduan Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Potensi Lokal,
Konsorsium Riset Pariwisata Universitas Udayana Bali Agustus 2015
Idrus, S. A. J. A., 2016. Pemberdayaan Ibu-Ibu Rumah Tangga Dalam Pemanfaatan Sampah
Anorganik Menjadi Barang-Barang Kerajinan Bernilai Ekonomi Untuk
Menambah Penghasilan Keluarga Di Desa Sedau Kecamatan Narmada
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |41
Kabupaten Lombok Barat pasca.uinmataram.ac.id › 2019/04 › Ali-Jadid-2016-
Artikel-PENGABDIAN
Rai I. N., Sudama I. P., Semarajaya C. G. A., Wiraatmaja W., 2016. Pengembangan
Agrowisata Terpadu Berbasis Tanaman Jeruk Di Desa Kerta Kecamatan
Payangan Gianyar, Jurnal Udayana Mengabdi, Volume 15 Nomor 2, Mei 2016
Utama, I G. B. R. dan Junaedi, I W. R., 2018. Program Kemitraan Masyarakat Desa Wisata
Blimbingsari, Melaya, Jembrana, Bali, Jurnal Paradharma 2 (2) : 67 – 74, i. –
Oktober 2018
Vitasurya, V. R., 2016. Adaptive Homestay Sebagai Bentuk Partisipasi Masyarakat Untuk
Melestarikan Desa Wisata Pentingsari – Yogyakarta May 2016
https://www.researchgate.net/publication/310813268_ADAPTIVE_HOMESTAY_
SEBAGAI_BENTUK_PARTISIPASI_MASYARAKAT_UNTUK_MELESTARIKAN
_DESA_WISATA_PENTINGSARI_-_YOGYAKARTA
Yulia, F., 2018. Peran Keluarga Bekerja Dalam Mensosialisasikan Nilai Agama Pada Anak di
RT 02 RW 02 Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar,
JOM FISIP VOL. 5 NO. 1 – April 2018.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |42
MEWUJUDKAN DESA WISATA MASMAS YANG BERKELANJUTAN
(SUISTANABALITY) DENGAN PENERAPAN AKUNTANSI JASA
Lalu Takdir Jumaidi*, Biana Adha Inapti, Nungki Kartikasari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia
Keywords: Desa Wisata;
berkelanjutan; potensi
desa wisat;, akuntansi
Abstract: Tujuan dari pengabdian ini adalah, 1. Memberikan pengetahuan/wawasan
tentang kewirausahaan dan pengembangan Desa Wisata kepada masyarakat desa
lebih khusus pada wirausahawan desa, perangkat desa dan Bumdes tentang Strategi
pengembangan kewirausahaan dan pengembangan Desa Wisata. 2. Menemukan
strategi yang efektif dan dapat melakukan pengelolaan keuangan yang baik,
sehingga keberlanjutan usaha (suistanability) desa wisata MasMas dapat berjalan
dengan lebih baik. Sesuai dengan hasil evaluasi lapangan, tehnis yang paling efektif
dikaukannya penyuluhan dan bimbingan intensif tentang pengetahuan strategi
pengembangan desa wisata dan implementasi akuntansi desa wisata. Adapun hasil
penyuluhan dan bimbingan yang diberikan adalah telah diperoleh rumusan
sederhana tentang strategi pengembangan desa wisata, yaitu terbentuknya kesadaran
masyarakat akan pentingnya partisipasi dan kerjasama semua pihak untuk
membangun sinergitas dalam pengembangan Desa Wisata dan masyarakat desa
semakin faham akan manfaat dari ilmu akuntansi yang diterapkan dalam aktifitas
Desa Wisata. Pemahaman itu diperoleh dengan tehnis langsung mempraktkkan ilmu
akuntansi hingga menghasilkan laporan keuangan desa wisata.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas
pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan
tata cara dan tradisi yang berlaku. (Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and
Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata
Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 2-3) Pengembangan dari desa
wisata harus direncanakan secara hati-hati agar dampak yang timbul dapat dikontrol.
Desa MasMas adalah salah satu Desa wisata yang ada di NTB yang terletak di
pedalaman Lombok Tengah, persisnya di Kecamatan Batu Keliang Utara Lombok Tengah.
Desa Mas Mas menjadi perintis, pionir dan sekaligus model terbaik pengembangan desa
wisata yang berbasis agama dan budaya. Desa MasMas menawarkan kebiasaan hidup sehari
hari orang desa kepada para pelancong yang datang, mulai dari bangun pagi sampai tidur di
malam hari, pelancong ikut merasakan denyut kehidupan desa.
Setiap tamu yang datang, pertama kali transit di sekretariat bersama untuk
menerima penjelasan dan mengisi buku tamu. Setiap tamu mendapatkan tanda mata sarung
songket untuk dikenakan selama berada di desa. Sarung songket itu bermakna simbolik.
Pertama makna agama dan budaya. Kedua makna penanda bahwa pengenanya ada tamu
seluruh orang desa. Sarung songket itu berwarna hitam dengan pinggiran yang bermotif
beragam. Setiap tamu yang datang dikenakan biaya menginap dan lainnya sebesar Rp
150.000 per hari. Dana sebesar itu meliputi pembayaran jasa pemandu wisata Rp 40 ribu, jasa
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |43
kelompok pembuat anyaman ketak Rp 32 ribu, jasa kelompok pembuatan kripik pisang 15
ribu, sajian makan 2-3 sehari Rp 35 ribu dan biaya cuci sarung yang dikenakan tamu Rp 20
ribu. Uniknya, warga miskin, sekolah atau madrasah, kas desa dan dusun juga mendapatkan
rata-rata berkisar 5-10 persen. Pembagian tersebut disusun secara mufakat musyawarah dan
bersifat mengikat seluruh warga desa.
Merujuk data yang ada, setiap bulannya turis yang datang berkisar 300-500 orang.
Rata-rata menginap 2-3 malam untuk menikmati paket wisata desa. Melihat tren ke depan,
sangat mungkin jumlah pengunjung akan terus bertambah. Mengingat Pulau Lombok telah
menjadi tujuan utama banyak pelancong mancanegara. Belakangan pelancong domestik juga
makin banyak yang mengunjungi Desa Mas Mas. Mereka juga rupanya merindukan suasana
desa dengan kesederhanaan dan keguyuban warganya. Pengembangan Desa wisata memiliki
dampak positif terhadap perekonomian Masyarakat di Desa Mas Mas seperti dapat
menciptakan lapangan pekerjaan baru, membangkitkan ekonomi masyarakat desa,
mengurangi kemiskinan, meningkatkan penjualan produk lokal, dan mempercepat
pembangunan infrastruktur desa.
Untuk menjadi Desa Wisata yang berkelanjutan dan senantiasa memberikan
dampak positif bagi Masyarakat, Desa wisata MasMas harus mulai menerapkan pencatatan
akuntansi dalam setiap transaksi yang dilakukan. Hal ini sejalan dengan terus meningkatnya
jumlah turis yang datang di Desa MasMas. Informasi akuntansi mempunyai peranan penting
untuk mencapai keberhasilan usaha, termasuk bagi Desa Wisata. Informasi akuntansi dapat
menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan ekonomis dalam pengelolaan Desa
Wisata, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga dan lain-lain.
Penyediaan informasi akuntansi bagi Desa Wisata, juga diperlukan khususnya untuk akses
subsidi pemerintah dan akses tambahan modal bagi usaha kecil dari perbankan atau investor.
Dengan adanya penerapan pencatatan akuntansi maka cita-cita untuk menciptakan Desa
Wisata MasMas yang berkelanjutan dapat lebih memungkinkan diwujudkan.
Analisa Situasi
Negara kita Indonesia ini, jika diamati secara seksama, ternyata memiliki potensi
yang luar biasa. Potensi yang paling mendasar adalah sumber daya Alam, Sumber daya
Manusia dan Sumber Daya Budaya. Sungguh ini adalh potensi yang sangat luar biasa yang
dimiliki Negara kita, Jika ini dikelola dengan baik dan professional maka akan mendatangkan
pendapatan yang sangat besar. Pendapatan yang besar ini akhirnya akan menciptakan
kesejahteraan yang luar biasa. Maka tidaklah berlebihan jika di Indonesia akan terwujud
“Gemah Ripah Loh Jinawi, Toto Tentrem Kertaraharjo”
Mari kita melihat alam kita Lombok yang kecil mungil khususnya di desa MasMas
memiliki sumber daya yang potensial. Desa MasMas ternyata menyimpan energy “potensi
wisata” yang sangat besar, namun ternyata belum dikelola dan diekplor dengan optimal dan
professional. Potensi itu antara lain:
I. Dari sisi potensii Keindaham Alam:
a. Panorama Alam dengan wilayah pertanian dan perkebunan yang terhampar
luas nan indah
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |44
II. Dari sisi potensi kesuburan Alam.
a. Mendukung masyarakat untuk mengangkat potensi budi daya peternakan sapi
dan penggemukan sapi yang dikelola dengan ciri khas ekonomi kerakyatan,
yaitu koprasi.
b. Mewujudkan perkebunan wisata dan peternakan wisata yang dikelola bersama
dengan masyarakat. Membudayakan penggunaan sapi dalam pengelolaan
pertanian dan produksi susu alam sehat.
III. Dari sisi Potensi Budaya dan Olah Raga
a. Budaya pakaian adat berupa songket yang terbuat dari tenun
b. Budaya pembuatan pakaian dan sarung dari bahan tenunan dengan tehnik tradisional
c. Budaya pembuatan makanan tradisional baik dalam bentuk jajan maupun menu
makanan khas
d. Adanya bentuk wirausaha home industry yang terkordidnir dan terintegrasi dengan
baik dalam bentuk wadah koperasi
e. Budaya membuat anyaman ketak yang menghasilkan kerajinan tangan yang alami
f. Potensi Seni daerah, seperti Gendang Beleq, seni tari Pendet, tarian rudat, dan adat
khas proses pernikahan bangsawan yang sangat unik, sarat dengan nilai filosofis
kehidupan yang sangat mendalam: sorong serah, aji karma dan nyongkolan
g. Sumber daya” budi pekerti” yang wujud dalam hal sikap dan tatakrama yang sarat
dengan nilai filosofis dan budi bahasa yang wujud dalam keindahan dan kelembutan
berbahasa khas daerah. Selain itu disempurnakan lagi dengan keindahan kehidupan
spiritual yang agamis: ketahajuhan, ketawadu’an dan istiqomh dalam menjalankan
solat 5 waktu di masjid. Adapun bentuk ibadah khas ritual lainnya yang msih lestari:
Isra’Mikraj, Nujulul Quran, Perak Api, Aqekah, Sunatan,
h. Sumber daya spritualitas dari eksistensi agama Islam yang sangat mengakar, hingga
memberikan nuansa masyarakat madani yang sangat toleransi dan empati.Contoh
membangun masjid dengan nilai gotong royong dan kekeluargaan yang didasarkan
oleh iman dan taqwa pad Allah.
i. Olah raga khas daerah yang lestari seperti “Presean”dan Pencak Silat.
Demikian sumber daya inti yang kita miliki. Sekarang adalah bagaimana
mengelolanya dengan sebaik mungkin, merupakan bentuk tantangan kita bersama.
Mengamati perkembangan sektor pariwisata yang kini terus menggeliat dan berkembang,
maka kita bisa mengarahkan potensi sumber daya yang kita milki kearah dunia pariwisata.
Menjadi suatu tema yang sangat tepat jika program aktifitas pembangunan mengarah pada
“membangun desa wisata dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat desa Mas-mas, secara
umum adalah belum adanya sosialisasi dan pengenalan sistem keuangan desa yang
konsisten. Jadi dapat disimpulkan beberapa hal yang menjadi pemicu diperlukannya
pengabdian ini adalah:
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |45
a. Penyuluhan yang berkelanjutan tenang pengembangan kewirausahaan berbasis
kepariwisataan di desa Mas Mas masih perlu terus dijalankan dan ditingkatkan pada
tingkat yang lebih kongkrit dan bersinergi.
b. Masih dirasakan kurangnya pengenalan sistem penelolaan keuangan desa wisata yang
sederhana yang berkelanjutan.
c. Masih belum optimalnya penerapan pengembangan strategi pemasaran dengan
memanfaatkan sistem jaringan internet sebagai tempat informasi global untuk
mengenalkan dan mempromoskan potensi wisata desa.
d. Masih perlu terus “menjaga dan mengembangkan” terbentuknya motifasi dan
partisipasi yang tinggi untuk melakukan pengembangan usaha ke bidang pariwisata.
Berdasarkan uraian atas analisis situasi di atas, maka permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimana memberikan motifasi dan wawasan tentang pengembangan
Kewirausahaan Kepariwisataan pada masyarakat dengan memanfaatkan tersedianya sumber
daya produktif yang tersedia serta Bagaimana tehnis/ upaya yang dilakukan untuk
memberikan pengetahuan kepada masyarakat, tentang hasil dan manfaat dari keberhasilan
usaha desa wisata serta sistem pengelolaan keuangannya, dengan lebih merata.
Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan/penyuluhan kepada masyarakat khususnya wirausaha
dan perangkat desa dan Bumdes tentang pengembangan kewirausahaan masyarakat dan
pengembangan Desa Wisata. Hasilnya diharapkan dapat menemukan strategi yang efektif
dan dapat melakukan pengelolaan keuangan yang baik, sehingga keberlanjutan usaha
(suistanability) desa wisata Karang MasMas dapat berjalan dengan baik.
Tujuan Khusus
a. Memberikan penyuluhan tentang pengembangan kewirausahaan dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada agar komponen produk wisata semakin bervariasi dan
berkualitas. Sehingga harapannya Wirausaha masyarakat desa dan aktifitas Desa
Wisata semakin maju dan berkembang,
b. Memperkenalkan penerapan sistem dan siklus akuntansi sederhana untuk dapat
menghasilkan informasi akurat tentang besarnya biaya operasional, tingkat pendapatan
dan keuntungan yang diperoleh serta perkembangan nilai aset dan kewajiban serta
modal yang dimilki. Hasil informasi akuntansi dapat dijadikan dasar evaluasi dan
pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun ekternal.
c. Agar pengusaha lebih faham tentang strategi pemasaran suatu produk dan pentingnya
peningkatan pelayanan kepada konsumen, sehingga dapat melakukan aktifitas
penjualan ke daerah-daerah yang lebih luas.
d. Dengan adanya penerapan sistem siklus akuntansi sederhana, maka dapat melakukan
sistem control dan pembaharuan manajemen. Selain itu mempermudah pengusaha
untuk mendapatkan pinjaman investasi pengembangan usaha.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |46
Kegunaan Kegiatan/manfaat
Dengan adanya penyuluhan dibidang pengembangan kewirausahaan yang
mengarah pada membangun desa wisata atas potensi sumber daya yang tersedia baik dari
aspek tehnis sistem pengelolaan keuangan sederhana serta strategi pemasaran terhadap usaha
wirausaha Pariwisata, maka masyarakat desa akan lebih termotivasi untuk meningkatkan
kualitas manajemen pengelolaan usahanya sehingga mampu meningkatkan pengembangan
jenis bidang usaha serta mampu meningkatkan produktifitas yang lebih baik.
METODE KEGIATAN
Metode Kegiatan
Pelaksanaan Kegiatan ini terdiri dari beberapa tahap, antara lain:
a. Tahap pertama : Melakukan analisis, penyisiran dan evaluasi terhadap potensi sumber
daya wisata yang ada. Selanjutnya memberikan Penyuluhan tentang Pengembangan
Kewirausahaan menuju pada pembangunan dan pengembangan “Desa Wisata”
b. Tahap Kedua : Memberikan kiat untuk dapat memperoleh pengembangan modal usaha
dengan membuat sebuah wadah yang lebih dipercaya. Melakukan evaluasi dan diagnosis
mendalam untuk menentukan strategi pengembangan desa wisata.
c. Tahap ketiga : Pengajaran pembukuan sederhana dan bimbingan praktik penyusunan
pembukuan sederhana.
d. Tahap Keempat : Penyuluhan bidang keuangan dan pemasaran. Mengevaluasi dan
menetapkan strategi marketing yang paling tepat, agar paket paket wisata desa wisata
lebih dikenal pada tingkat nasional dan tingkat internasional. Metode ini dilksanakan
dalam suatu ruangan yang kondusif. Dalam penyuluhan ini menggunakan metode
ceramah dan diskusi. Untuk penngetahuan akuntansi dengan ceramah, praktik dan
latihan.
Kerangka Pemecahan Masalah
Dari Aspek Sinergitas Kewirausahaan Wisata
1. Dilakukan penyuluhan demi penyuluhan yang berkesinambungan tentang pengetahuan
kewirausahaan hingga sampai terbentuknya sebuah usaha yang produktif. Selanjutnya,
terbentuknya pengembangangan Wirausaha dengan semakin banyak mengeksplor
sumber daya yang ada secara terkonsentrasi dan diterapkannya manajemen yang baik.
Dengan penerapan metode ini maka diharapkan dapat mewujudkan dan
mengembangkan “Wirausaha di bidang Desa Wisata”
2. Dilakukan Aktifitas pembimbingan, pengarahan dan pengontrolan/evaluasi secara terus
menerus untuk membangun usaha baru yang produktif hingga berhasil tumbuh dan
mandiri.
3. Dari aspek Akuntansi/ Pembukuan: Akan diberikan pelatihan dan bimbingan dalam
majalankan proses siklus akuntansi hingga membuat laporan keuangan. Kemudian
dilanjutkan dengan entri data transaksi, sehingga menghasilkan laporan keuangan yang
baik dan benar.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |47
4. Dari Aspek Strategi Manaajmen : Akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan
dalam memasarkan produk dengan cara membuat laman baru/website, bloker, jaringan
internet dan membangun ling baru dengan desa wisata-desa wisata yang ada di pulau
Lombok, maupun di luar pulau Lombok. Hasil membangun bentuk kerjasama antar
desa wisata ini dapat menghasilkan sinergitas yang lebih luas dalam hal menghasilan
paket wisata yang lebih kaya dan variatif. Selain dapat menghasilkan paket wisata yang
lebih berkualitas, juga kerjasama ini dapat dijadikan sarana untuk memperluas
jangkauan jaringan marketing yang efektif dan potensial.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sinergitas Kewirausahaan Menuju Desa Wisata
Definisi Pariwisata (Tourism)
Pengertian Pariwisata menurut definisi yang luas adalah perjalanan dari satu
tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai
usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup
dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.(Smith and French, 1994).Definisi desa
pariwisata dapat didekati melalui 4 kategori yaitu: Dimensi Sosial, Dimensi Industri/Bisnis,
Dimensi Akademis, Dimensi Sosial Budaya.
Definisi Desa Wisata (Village Tourism)
Desa Wisata (village tourism) menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Lombok Barat adalah suatu wilayah pedesaan yang memiliki potensi keunikan
dan daya tarik wisata yang khas, baik berupa karakter fisik lingkungan alam pedesaan
maupun kehidupan sosial budaya kemasyarakatan. (Disbudpar Kab. Lombok Barat,
2006).Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata, yaitu :pertama,
Akomodasi adalah sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit
yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk. Kedua, Atraksi adalah seluruh
kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang
memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif.
Pendekatan Pengembangan Desa Wisata
Berdasar dari penelitian dan studi-studi dari UNDP/WTO dan beberapa konsultan
Indonesia, dicapai dua pendekatan dalam menyusun rangka kerja/konsep kerja dari
pengembangan sebuah desa menjadi desa wisata, yaitu melalui pendekatan pasar dan
pendekatan fisik.
Pertama, Pendekatan Pasar untuk Pengembangan Desa Wisata antara lain sebagai
berikut: (1) Interaksi tidak langsung adalah Model pengembangan didekati dengan cara
bahwa desa mendapat manfaat tanpa interaksi langsung dengan wisatawan. (2) Interaksi
setengah langsung adalah Bentuk-bentuk one day trip yang dilakukan oleh wisatawan,
kegiatan-kegiatan meliputi makan dan berkegiatan bersama penduduk. (3) Interaksi
Langsung Wisatawan dimungkinkan untuk tinggal/ bermalam dalam akomodasi yang
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |48
dimiliki oleh desa tersebut. Pada Pendekatan Pasar ini diperlukan beberapa kriteria yaitu
: (a) Atraksi wisata; Jarak Tempuh; (b) Besaran Desa; (c) Sistem Kepercayaan dan
kemasyarakatan;(d) Ketersediaan infrastruktur.
Kedua, Pendekatan Fisik Pengembangan Desa Wisata dimana pendekatan ini merupakan
solusi yang umum dalam mengembangkan sebuah desa melalui sektor pariwisata dengan
menggunakan standar-standar khusus dalam mengontrol perkembangan dan menerapkan
aktivitas konservasi.
MEMBANGUN SUISTANABILITY DESA WISATA DENGAN IMPLEMENTASI
AKUNTANSI
Untuk desa wisata yang yang operasionalnya adalah di bidang jasa maka akuntansi
yang dijalankan dapat melakukan proses akuntansi yang lebih sederhana. Berikut disajikan
bentuk akuntansi jasa dan akuntansi dagang:
Siklus Akuntansi usaha Jasa:
a. Bukti Bukti Transaksi
Seluruh aktifitas usaha/perusahaan yang dapat diukur dengan nilai mata uang dan
memilki pengaruh terhadap keuangan perusahaan, maka transaksi itu dapat dicatat ke dalam
bukti-bukti transaksi yang telah disiapkan. Jadi kriteria untuk dapat dikatakan menjadi
transaksi perusahaan adalah:
1. Transaksinya dapat dipastikan nilai keuangannya
2. Timbulnya aktifitas tersebut berpengaruh terhadap kondisi keuangan perusahaan
3. Transaksi tersebut telah diakui kebenaran dan keabsahahannya. (telah diketahui
kondisi barangnya, nilai riel barangnya, adanya kesepakatan, diketahui oleh yang
berwenang).
Bentuk dari bukti transaksi dapat dibedakan menjadi dua:
1. Bukti transaksi yang dibuat dan dikeluarkan dari perusahaan sendiri. Contohnya: Faktur
Penjualan, Kwitansi, Bukti Kas Keluar, Nota debet, Giro, Bukti Kas Masuk,
2. Bukti transaksi yang diterima dari perusahaan lain. Contohnya: Faktur Pembelian,
Invoice, Bukti Bank, Surat Setoran Pajak (SSP), Slip pembayaran dan lain-lain
BBT
Bukti-
Bukti
Transaksi
JURN
AL
Umum
BB
Buku
Besar
Neraca
Saldo
JURN
AL
Penyes
uaian
Whork
sheet
Laporan Keuangan
Resmi:
1.Lap. Rugi
Laba
2.Lap.Per.
Modl
3.LPPK/
Neraca
Jurnal
Penutup &
Jur. Balik
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |49
Bukti-bukti transaksi ini diarsip dan didokumentasikan dengan rapid an teratur. Dapat
diatur sesuai dengan tanggal transaksi, dapat diatur sesuai dengan aktifitas investasi dan
aktfitas operasional. Dapat juga diarsip sesuai dengan kepentingan internal atau ekternal
dapat juga diarsip sesuai dengan departemen. Tergantung mana yang dianggap paling efektif
sesuai dengan kondisi perusahaan.
b. Jurnal
Adapun bentuk jurnal adalah:
1. Jurnal umum
2. Jurnal khusus
3. Jurnal adjastman atau Jurnal penyesuaian
Untuk Aktifitas jurnal, biasanya pada tingkat perusahaan jasa menggunakan jurnal
umum, dan pada tingkat perusahaan dagang dan industri menggunakan jurnal khusus. Khusus
penggunaan jurnal khusus akan sangat efektif ketika operasional perusahaan cukup variatif
pada transaksi penjualan dan pembelian baik secara tunai dan kredit, serta aktifitas biaya
yang sangat tinggi. Bentuk dari jurnal khusus antara lain: jurnal Penerimaan Kas, jurnal
Pengeluaran kas, jurnal Penjualan dan jurnal Pembelian.
Untuk jurnal adjastman diperlukan ketika saat penyusunan laporan keuangan periodik.
Fungsi dari jurnal penyesuaian adalah menarik dan mengakui transaksi asset maupun biaya
dan pendapatan yang belum diakui dan akan diakui.Adapun manfaat dari jurnal adjatman
adalah dapat memberikan informasi keuangan yang lebih objektif dan kondisi niali yang
terkini.
Tehnik melakukan proses jurnal adalah dimulai dari Format Logika Persamaan
Akuntansi, yaitu A = H + Modal {+ Pendapatan – Biaya + Setoran – Prive}.
Seluruh komponen Aktiva diberikan simbul “D” Seluruh elemen Hutang dan Modal diberi
simbul “Kredit” yang letaknya di sebelah kiri. Adapun simbul Debet dan Kredit berfungsi
untuk penempatan posisi awal dan tujuan melakukan penambabahan atau pengurangan. Jika
kita lihat isi dan tahapan proses pengembangan dari persmaan akuntansi adalah:
Dalam Persamaan akuntansi, Ketika Aset bertambah, contoh seperti Kas, maka
langsung menambah kas jika ada transaksi Kas yang bersifat menambah. Contohnya
Penerimaan Kas dari transaksi pendapatan tunai dan penerimaan Kas dari setoran, demikian
pula penerimaan kas dari hasil pembentukan hutang dan modal, maka akan menambah Aset
dalam bentuk Kas . Sebaliknya transaksi mengakibatkan pengurangan terhadap kas.
Dalam jurnal menggunakan penerapan simbul Debet dan kredit. Jika ada transaksi
menambanh asset seperti di atas maka akan diltekakkan di posisi Debet, sebaliknya jika
Debet Kredit
A = H + Modal
A’ = H’ + Modal’
Kas,Piutang,Persed. Perl = Hutang + Modal (Pend-Biaya+Setoran-Prive)
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |50
bersifat mengurangi asset maka rekening tersebut akan diletakkan di Kredit. Demikian pula
untuk transaksi yang berhubungan dengan Pasiva, yaitu Hutang dan Modal. Jika aktifitasnya
bersifat mengurangi Hutang dan Modal maka posisinya akan diletakkan di Debet
(berlawanan). Jika sifatnya sebalinya ada transaksi yang sifatnya menambah maka akan
diletakaan di Kredit (Penempatan posisi yang sama, yaitu Kredit).
Contoh jurnal dari sekilas aktifitas Desa Wisata:
Tgl Nama Rekening D K
1/1 Kas 50.000.000
Modal 50.000.000
Diterima investasi dari modal DD
3/1 Kas 20.000.000
Hutang 20.000.000
Diterima Kas dari Hutang Bank
5/1 Perlengkapan 2.000.000
Kas 2.000.000
Dibayar perlengkapan
7/1 Peralatan 12.000.000
Kas 12.000.000
Dibayar Kas untuk Peralatan W
10/1 Infrastruktur (5 Th) 12.000.000
Kas 12.000.000
Dibayar biaya Infrastruktur
15/1 Kas 7.500.000
Pendapatan-Paket Wisata 1 (3 hari) 7.500.000
Diterima Pendapatan- P.W.1
19/1 Kas 5.500.000
Pendapatan-Paket W. 2 (3 hari) 5.500.000
Diterima pendapatan dari Paket W.2
25 Kas 7.000.000
Pendapatan Paket W. 3 (2 hari) 7.000.000
Diterima pendapatan dari PS.
30 Biaya Listrik 200.000
Kas 200.000
Dibayar listrik untuk 1 bln
30 Biaya Internet dan air lainnya
Kas
300.000
300.000
Setelah kita selesai melakukan proses penjurnalan, maka langkah berikutnya
memindahkan atau memposting setiap rekening yang ada di jurnal ke dalam Buku Besar
masing-masing. Tehnik pengisian Buku Besar adalah sebagai berikut:
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |51
1. Dimulai dengan rekening Neraca yaitu Aktiva, Hutang dan Modal (dan rekening
kontra dari Modal)
2. Mengisi rekening Rugi/Laba, yaitu rekening Pendapatan dan Biaya.
Contoh Buku Besar dari aktifitas jurnal Desa Wisata.
BB: Kas No. Rek. 101
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo D
1/1
3/1
5/1
7/1
10/1
15/1
19/1
25/1
31/1
31/1
50.000.000
20.000.000
7.500.000
5.500.000
7.000.000
2.000.000
12.000.000
12.000.000
200.000
300.000
50.000.000
70.000.000
68.000.000
56.000.000
44.000.000
51.500.000
57.000.000
64.000.000
63.800.000
63.500.000
BB: Perlengkapan No. Rek. 102
Tgl Kereterangan D K Saldo
Adj
2.000.000
200.000
2.000.000
1.800.000
BB: Peralatan No. Rek. 103
Tgl Keterangan D K Saldo
12.000.000 12.000.000
Adj Umur 5 Tahun
BB: Akkumulasi Peny. Peralatan No. Rek. 104
Tgl Ketrangan D K Saldo
Adj 200.000 200.000
BB: Infrastruktur No. Rek. 105
Tgl Keterangan D K Saldo
12.000.000 12.000.000
Adj 200.000 11.800.000
BB: Hutang No. Rek. 201
Tgl Keterangan D K Saldo
20.000.000 20.000.000
BB: Modal No. Rek. 301
Tgl Keterangan D K Saldo
1/1 50.000.000
BB: Prive No. Rek. 302
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |52
Tgl Keterangan D K Saldo
BB: Pendapatan No. Rek. 401
Tgl Keterangan D K Saldo K
15
19
25
Pendap.Pak.W.2(3hr)
Pendap.Pak.W.3(2 hr)
Pendap.Pak.W.1(3 hr)
Saldo
5.500.000
7.000.000
7.500.000
5.500.000
12.500.000
20.000.000
BB: Biaya Perlengkapan No. Rek. 501
Tgl Keterangan D K Saldo
Adj 200.000 200.000
BB: Biaya Peny. Peralatan No. Rek. 502
Tgl Keterangan D K Saldo D
Adj 200.000 200.000
BB: Biaya Infrastruktur No. Rek. 503
Tgl Keterangan D K Saldo D
200.000 200.000
BB: Biaya Listrik No. Rek. 504
Tgl Keterangan D K Saldo D
30 200.000 200.000
BB: Biaya Telpon, air dan internet No. Rek. 505
Tgl Keterangan D K Saldo D
30/1 300.000 300.000
a. Neraca Saldo
Desa Wisata Mas Mas
NERACA SALDO
Per 1 Agustus 2019
No. Rek Nama Rekening Debet Kredit
101 Kas 63.500.000
102 Perlengkapan 2.000.000
103 Peralatan 12.000.000
104 Akkumulasi Peny. Peralatan
105 Infrastruktur 12.000.000
201 Hutang 20.000.000
301 Modal 50.000.000
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |53
401 Pendapatan Paket 1,2,3 20.000.000
501 Biaya Perlengapan
502 Biaya Peralatan
503 Biaya Infrastruktur
504 Biaya Listrik 200.000
505 Biaya Internet, telp dan air 300.000
90.000.000 90.000.000
b. Penyesuaian
No.Rek Nama Rekening Debet Kredit
502
102
Biaya Perlengkapan
Perlengkapan
(Penyesuaian)
200.000
200.000
503
105
Biaya Infrastruktur
Infrastruktur
(Penyesuaian)
200.000
200.000
504
104
Biaya Peny. Peralatan
Akk. Peny. Peralatan
(Penyesuaian)
200.000
200.000
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dalam melakukan pengebangan Desa Wisata, beberapa hal yang perlu dilakukan adalah:
1. Mengerakkan masyarakat desa secara bersama dengan cara membuka wawasan mereka
tentang manfaat posisitif yang luar biasa dari hidup dan berkembangnya Desa Wisata
yang semakin maju. Menciptakan kesadaran dan meciptakan wawasan yang luas dan
komprehensif kepada masyarakat sangatlah penting dan mendasar, karena akan tercipta
partisipasi dan dukungan masyarakat yang sangat kuat. Partisipasi dan dukungan
masyarakat ini adalah dasar utama yang harus tercipta untuk pengembangan desa wisata.
2. Terciptanya sinergi yang kuat anatara semua elemen yang ada yang saling terkait antara
satu dengan yang lain, seperti: a. unit-unit UMKM masyarakat yang tradisional dan
unik, memiliki nilai budaya. b. Perangkat desa yang semanagat aktif memberikan
sosisalisasi dan bimbingan kepada masyarakat, c. Pemerintah, yang akan memeberikan
dukungan pembangunan sarana prasarana (infrastruktur) yang mendukung terciptanya
desa wisata. d. Para investor yang memilki ketertarikan untuk berinfestasi di bidang
wisata, e. Entitas Perbankan yang menyalurkan paket-paket kredit ringan untuk program
pengembangan desa wisata.
3. Diperlukannya Strategi pengembnagan desa wisata yang berkesinambungan, dengan
melakukan analisis dan diagnosis secara lebih mendalam, sehingga didapatkan pemilihan
strategi yang paling tepat dan implementasi strategi yang benar dalam mencapai visi,
misi dan tujuan.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |54
4. Setiap akhir tahun sealalu dilkaukan evaluasi terhadap strategi yang telah di jalankan,
sehingg dapat diketahui apakah strategi telah tepat, atau tidak. Jika belum sesuai, maka
perlu perbaikan strategi, sehingga terciptalah pengembangan desa wisata.
5. Diperlukannya pemahaman dan penerapan akuntansi sederhana dalam aktifitas desa
wisata. Tujuannya agar terwujud sinergitas yang lebih baik, dan dapat mengambil
kebijakan ekonomi, keuangan untuk tujuan agar desa wisata terus maju dan berkembang.
Saran
1. Untuk aktifitas pengabdian Pengembangan desa wisata, diperlukannya kegiatan
marketing yang lebih luas, yaitu dengan menciptakan sinergitas/ kerjasama anatara
internal desa wisata dan ekternal desa wisata. Internal artinya kerjasama antara masing-
masing UMKM, perangkat desa, Bumdes dan masyarakat yang semakin baik. Perlu
ditingkatkannya soialisasi untuk menciptakan pemehaman dan wawasan tentang
pentingnya kerjasama dalam membnagau desa wisata.
2. Pentingnya pembelajaran yang terus menerus/ berkesinambungan sehingga partisipasi
dan kerjasama akan terus terpelihara, dan ilmu akuntansi yang diterapkan benar-bnnar
dapat diimplementasikan.
Ucapan Terima Kasih
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan
nikmat iman, islam dan kesehatan, sehingga setelah beberapa bulan berjalan kami
menjalankan kegitan pengabdian, akhirnya kegiatan ini selesai dengan baik dan akan terus
berkelanjutan dalam mwmbngaun desa wisata. Solawat dan salam kami khaturkan ke atas
baginda Rasululullah swt, yang telah membuat hidup penuh cinta dan kasih saying, yang
membuat hidup kita menjadi bermanfaat, bahagia dunia akherat, Tak lupa saya ucapkan
terimakasih yang terhingga kepada LPPM yang telah membimbing dan membantu kami dari
materi dan moril. Tak terlupakan juga terimaksih yang takterhingga atas kebaikan pak kepala
desa dan masyarakat desa karang MasMAs sehingga proses pengabdian ini dapat berjalan
dengan baik. Dan saya berharap semoga pengabdian ini akan banyak memeberikan kontrusi
dan berkontribusi untuk pembnagunan desa wisata. Kami berharap semoaga InsAllah apa
yang kita telah perjuangan untuk membangun desa wisata Karang MasMas akan banyak
memberikan kemaslahamatan, kemajuan penguatan ekonomi masyarakat desa.
DAFTAR PUSTAKA
Al Haryono Yusuf (2011), Dasar-dasar Akuntansi, jilid 2 Cetakan Pertama Desember 2011,
Sekolah Tinggi Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara, Yogyakarta.
Arfan Ikhsan (2009), Pengantar Praktis Akuntansi, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Carl S Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess, (2007), Accounting Pengantar Akuntansi,
Salemba Empat, Jakarta.
Ely Suhayatidan Sri DewiAnggadini (2009), AkuntansiKeuangan, GrahaIlmu, Yogyakarta
Fandely, C. (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan Universitas
Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |55
H. Lili M. Sadeli (2009), Dasar-dasar Akuntansi, Edisi 1 Cetakanke 5, Bumi Aksara,
Jakarta.
Hadiwijoyo, Surya Sakti. (2012). Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat
(Sebuah Pendekatan Konsep). Yogyakarta: GrahaIlmu.
Nuryanti, Wiendu (1993) Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan
Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada
University
Sofjan Assauri (2016) Strategi Management; Sustainable Competitive Advantages edsi 2,
Rajawali Pres, Jakarta
Soemarso S.R. (2010), Akuntansi Suatu Pengantar, Buku 2 (Edisi 5), SalembaEmpat, Jakarta.
https://www.kompasiana.com/ahyarros/599a7e1033649414a9488dc2/desa-mas-mas-yang-
memikat-wisatawan, diakses 21 Februari 2019 Pukul 13.10
http://www.berdesa.com/3-dampak-positif-ekonomi-pengembangan-desa wisata/, diakses 21
Februari 2019 Pukul 13.10
https://id.wikipedia.org/wiki/Desa_wisata, , diakses 21 Februari 2019 Pukul 13.10.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |56
INOVASI PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI
JAGUNG DI LAHAN KERING
I Komang Damar Jaya*, Rosmilawati, I Wayan Suadnya, Sudirman, I Wayan Sudika Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, Indonesia
Keywords: Adopsi, baris ganda,
fasilitator, kemitraan,
KUR, transfer
teknologi
Abstract: Petani jagung di lahan kering menghadapi dua persoalan utama,
produktivitas tanaman yang rendah dan kekurangan modal usaha pada awal musim
tanam. Rendahnya produktivitas diakibatkan oleh ketidakmampuan petani dalam
menerapkan teknologi budidaya jagung karena biayanya yang tinggi. Minimnya
modal usaha, yang biasanya diperoleh dari rentenir dengan bunga yang sangat tinggi
di awal musim tanam, menjadi salah satu penyebab ketidakmampuan petani jagung
untuk menerapkan teknologi budidaya yang tepat. Untuk itu dibutuhkan suatu
inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani
jagung di lahan kering. Inovasi yang dimaksud adalah suatu program kemitraan
antara petani jagung di lahan kering dengan PT. Bank NTB sebagai pemberi modal
usaha lewat program Kredit Usaha Rakyat (KUR), PT. Syngenta sebagai penyedia
benih, distributor pupuk sebagai penjamin pasokan pupuk dan penyuluh pertanian
sebagai pemberi persetujuan kebutuhan pupuk petani. Universitas Mataram
(UNRAM) berperan sebagai fasilitator untuk terjalinnya kemitraan serta penyedia
inovasi teknologi budidaya tanaman jagung, yaitu teknologi tanam baris ganda.
Kegiatan kemitraan dilaksanakan di beberapa kecamatan dengan lahan kering yang
cukup luas di tiga kabupaten, yaitu Lombok Timur, Lombok Utara dan Sumbawa
pada musim penghujan tahun 2016/2017, 2017/2018 dan 2018/2019. Dalam tiga
tahun pelaksanaan kegiatan kemitraan, terjadi peningkatan produktivitas tanaman
jagung rata-rata sebesar 1,2 ton/ha dan peningkatan pendapatan Rp 3.716.169/ha
dari 1.801 orang menerima KUR. Jumlah petani yang mengadopsi teknologi tanam
baris ganda tercatat sebanyak 3.221 orang.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Permasalahan utama yang dihadapi oleh petani jagung di lahan kering Nusa
Tenggara Barat (NTB) adalah rendahnya produktivitas tanaman dan sulitnya memperoleh
modal usaha pada saat akan menanam jagung di awal musim penghujan. Hasil survey awal di
lahan kering Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2014 menunjukkan rata-rata produksi
jagung sekitar 4,8 ton/hektar. Penyebab rendahnya produktivitas tanaman jagung di lahan
kering adalah karena penerapan teknologi budidaya tanaman jagung yang tidak memadai dan
adanya variabilitas iklim (Jaya et al., 2017). Teknologi budidaya yang dimaksud meliputi
penggunaan benih varietas unggul, pola penanaman yang tepat, pemupukan dengan jumlah
dan waktu yang tepat, serta pemeliharaan tanaman untuk mengatasi permasalahan hama,
penyakit dan gulma. Ketidak mampuan petani menerapkan teknologi budidaya tanaman
jagung yang tepat tidak lepas dari rendahnya modal usaha yang dimiliki untuk memulai
kegiatan usahatani.
Modal usaha biasanya diperoleh dari para rentenir dengan bunga yang sangat tinggi
sehingga petani tidak berani meminjam uang dalam jumlah yang banyak. Akibatnya, petani
jagung tidak pernah bisa menerapkan paket teknologi budidaya tanaman jagung dengan baik
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |57
dan benar. Kebutuhan benih tanaman jagung varietas hibrida per hektar adalah sebanyak 20
kg. Seringkali mereka menggunakan benih kurang dari 20 kg karena keterbatasan modal
usaha. Bahkan beberapa petani membeli benih jagung di pasar yang tidak jelas varietas dan
asal-usul benihnya. Benih yang kurang atau kualitas benih yang buruk selanjutnya diikuti
oleh permasalahan pupuk yang seringkali tidak tersedia pada saat dibutuhkan, semuanya
berdampak buruk terhadap produksi tanaman jagung. Terjadinya variabilitas iklim, seperti
dry-spell pada saat fase-fase kritis perkembangan tanaman ataupun curah hujan yang terlalu
tinggi, turut berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas tanaman jagung di lahan kering.
Peneliti dari Universitas Mataram (UNRAM) telah menghasilkan teknologi
budidaya tanaman jagung varietas hibrida moderen yang mampu berproduksi sampai 8,0
ton/hektar di lahan kering (Jaya et al., 2017). Teknologi budidaya tanaman jagung yang
dimaksud adalah nenaman tanaman jagung dengan pola baris ganda. Pola tanam baris ganda
dilatar belakangi oleh teori Puntel (2012) yang menyatakan bahwa penangkapan cahaya oleh
kanopi tanaman jagung pada saat anthesis sampai fase pengisian tongkol sebesar 95% akan
menghasilkan hasil tongkol yang maksimal. Jaya et al. (2017) selanjutnya melakukan kajian
jarak tanam dan pola penanaman yang menghasilkan kanopi tanaman jagung dengan
kemampuan menangkap cahaya sebanyak 95% pada saat anthesis. Jarak tanam pada pola
tanam baris ganda adalah 70 cm antar baris ganda dan 35 × 20 cm dalam baris ganda. Dengan
pola baris ganda ini populasi tanaman dapat ditingkatkan dari sekitar 70.000 tanaman/hektar
menjadi 100.000 tanaman/hektar. Konsekuensi dari peningkatan populasi ini adalah jumlah
benih yang dibutuhkan semakin banyak dan juga kebutuhan pupuk bagi tanaman meningkat
yang membuat teknologi ini menjadi semakin mahal bagi petani.
Suatu program kemitraan antara petani dengan pihak swasta dan pemerintah
dilaporkan dapat meningkatkan kapasitas petani dalam menerima teknologi (Ponnusamy,
2013). Peningkatan pemahahan akan teknologi yang berujung pada peningkatan produktivitas
juga dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan langsung dilapang atau sering disebut
sekolah lapang (Davies et al., 2012). Selain itu, peran atau tanggung jawab universitas dalam
menghasilkan dan mendeseminasikan teknologi guna mensejahterakan masyarakat tani di
wilayahnya juga sangat dibutuhkan. Niewolny et al. (2012) melaporkan bahwa kemitraan
antara universitas dengan masyarakat tani dapat menjamin dihasilkannya produk pertanian
sebagai bahan makan yang berkualitas dengan menerapkan teknologi pertanian yang
berkelanjutan. Oleh karena itu, suatu program kemitraan antara petani dengan perusahaan
swasta, pemerintah dan universitas perlu dilakukan guna meningkatkan produktivitas dan
pendapatan petani tanaman jagung di lahan kering. Tulisan ini melaporkan suatu inovasi
dalam transfer teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering dari universitas ke petani
dengan dukungan program kemitraan antara petani dengan pihak swasta dan pemerintah serta
pihak universitas sebagai fasilitator.
METODE KEGIATAN
Kegiatan kemitraan dilakukan di beberapa kecamatan dalam wilayah tiga kabupaten,
yaitu Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Lombok Utara.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |58
Di Kabupaten Lombok Utara, kegiatan kemitraan difokuskan di Kecamatan Kayangan dan
Bayan, sementara di Kabupaten Lombok Timur kegiatan dilaksanakan di Kecamatan
Jerowaru. Kecamatan Labangka, Lopok dan Plampang merupakan lokasi kegiatan kemitraan
di Kabupaten Sumbawa. Di semua kecamatan yang sudah disebutkan terdahulu, hampir
semua petani jagung sangat bergantung pada curah hujan untuk pertumbuhan dan hasil
tanaman mereka. Program kemitraan mulai dilakukan pada musim penghujan Tahun
2016/2017 untuk lokasi Lombok Utara dan Lombok Timur dan musim penghujan Tahun
2018/2019 untuk Kabupaten Sumbawa. Seluruh rangkaian kegiatan program kemitraan
berakhir pada bulan Juni 2019.
Pihak-pihak yang bermitra adalah penyedia dana untuk modal usaha kegiatan
usahatani, perusahaan benih yang berkualitas, distributor pupuk dan benih serta pemerintah
dengan pihak universitas sebagai fasilitator. Mitra penyedia Kredit Usaha Rakyat (KUR)
adalah PT. Bank NTB (sekarang PT. Bank NTB Syariah). Mitra sebagai penyedia benih yang
berkualitas adalah PT. Syngenta dan mitra sebagai penyalur pupuk dan benih adalah beberapa
distributor pupuk dan benih di kecamatan-kecamatan. Penyuluh pemerintah, dalam hal ini
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) berperan sebagai pihak yang membantu menyusun
Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Ada juga kepala desa yang berperan
memberikan persetujuan bagi masyarakatnya untuk memperoleh KUR dari bank mitra.
Bank NTB Cabang Lombok Utara, Lombok Timur dan Sumbawa di bawah koordinasi Bank
NTB Pusat di Mataram semua dilibatkan dalam diskusi dan sosialisasi program kemitraan.
Pelibatan ini penting agar masyarakat tani, pengusaha benih, distributor pupuk dan benih,
serta pemerintah daerah yakin bahwa petani jagung di lahan kering memang benar
mendapatkan modal usaha. Sebagian besar kegiatan sosialisasi dilakukan di kantor-kantor
desa dan sebagian kecil dilakukan di rumah-rumah warga yang menjadi panutan masyarakat
tani (local champions).
Langkah-langkah yang ditempuh untuk menjalankan program kemitraan adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan survey dasar tentang produktivitas tanaman jagung dan pendapatan petani
jagung di lahan kering.
2. Meyakinkan PT. Syngenta tentang teknologi budidaya tanaman jagung pola baris ganda
dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dari teknologi budidaya jagung baris tunggal.
3. Mengajak PT. Syngenta bekerjasama untuk dapat menyiapkan benih jagung (khususnya
varietas NK212 yang sudah diuji oleh Tim UNRAM daya hasilnya di lahan kering)
dalam jumlah dan waktu yang tepat sesuai rencana.
4. Meminta PT. Syngenta untuk menyiapkan kegiatan demo penanaman pola baris ganda
dan melatih petani melakukan praktek budidaya yang baik dan benar. Tempat pelatihan
dari PT. Syngenta selanjutnya disebut Syngenta Learning Centre (SLC).
5. Menghubungi beberapa distributor pupuk dan benih yang ada di kecamatan dan desa
serta meminta kesiapan mereka mendukung rencana kegiatan kemitraan.
6. Sosialisasi rencana program kemitraan dan berkoordinasi dengan kepala desa serta
penyuluh lapangan.
7. Sosialisasi rencana program kemitraan ke Bank NTB Pusat.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |59
8. Koordinasi Bank NTB Pusat dengan kepala-kepala cabang Bank NTB di tiga kabupaten
untuk mendukung rencana program kemitraan yang dikoordir oleh UNRAM.
9. Mempersiapkan demonstrasi plot di SLC (di Kecamatan Kayangan, Lombok Utara dan
di Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur) untuk kegiatan pelatihan.
10. Melakukan kegiatan sosialisasi tentang program kemitraan kepada petani jagung di lahan
kering dengan melibatkan para mitra dan petani yang maju serta menjadi panutan (local
champions) di desa masing-masing lokasi.
11. Membantu pihak bank dalam menyelesaikan semua kebutuhan administrasi bagi petani
jagung untuk memperoleh KUR.
12. Berkoordinasi dengan kepala desa dan tenaga penyuluh lapang untuk menyusun Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) dan menyusun anggaran kebutuhan KUR
masing-masing petani.
13. Mengusulkan kepada pihak bank jumlah petani dan besaran biaya yang dibutuhkan oleh
masing-masing petani serta memonitor proses evaluasi dan verifikasi yang dilakukan
oleh pihak bank terhadap usulan petani.
14. Berkoordinasi dengan PT. Syngenta dan distributor pupuk untuk menyepakati jumlah
kebutuhan benih dan pupuk dan waktu yang tepat untuk didistribusikan ke petani.
15. Memfasilitasi pihak bank dalam mendistribusikan KUR ke petani di masing-masing desa
dan sekaligus pendistribusian benih dan pupuk.
16. Melakukan monitoring dan evaluasi kondisi tanaman petani selama musim tanam.
17. Berkoordinasi dengan pedagang pengepul dikecamatan dan pembeli jagung dalam
jumlah yang besar (pembeli dari Pulau Jawa)
18. Melakukan monitoring, evaluasi dan pembelajaran atas kepatuhan petani dalam
mengembalikan dana KUR ke bank.
19. Melakukan survey tentang peningkatan produktivitas dan pendapatan petani jagung di
lahan kering.
20. Melakukan pelatihan tentang program kemitraan terhadap aparat pemerintahan sehingga
program kemitraan yang sudah terbangun dapat terus dilanjutkan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |60
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara diagramatik, model kemitraan digambarkan seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Saling hubungan antara para pihak yang bermitra (Sumber: ARISA)
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa untuk meningkatkan produktivitas tanaman jagung di
lahan kering dan meningkatkan pendapatan petaninya dengan cara transfer teknologi pola
tanam baris ganda dan inovasi kemitraan, semua pihak yang bermitra memberikan kontribusi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Coppola (2007) yang menyatakan bahwa transfer teknologi
dapat dilakukan dengan melibatkan banyak individu atau kelompok dengan kepentingan yang
beragam. Individu atau kelompok tersebut antara lain:
1. UNRAM menyediakan paket teknologi budidaya tanaman jagung kepada petani,
memfasilitasi penyaluran KUR dari Bank NTB ke petani dan memberikan masukan
kepada pemerintah daerah tentang manfaat dari program kemitraan. Manfaat yang
diperoleh UNRAM dari kemitraan ini adalah terlaksananya kegiatan Pengabdian
Kepada Masyarakat dan kepercayaan yang diberikan oleh pihak petani, pemerintah
daerah dan Bank NTB.
UNRAM
memiliki
teknologi dan
kempauan
rekayasa sosial
BANK punya
uang namun
butuh pasar
PETANI
punya masalah:
1) Modal,
2) Teknologi
3) Saprotan
4) Pasar
PERUSAHAAN
Butuh pasar,
menjual produksi PEMERINTAH
Punya kebijakan
dan tugas membantu
petani
PENGEPUL
DAN
PEMBELI
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |61
2. Bank NTB mendapatkan masukan dari UNRAM tentang peluang menambah nasabah
baru lewat penyaluran KUR kepada petani, distributor pupuk dan benih serta
pedagang pengepul. Manfaat yang diperoleh Bank NTB adalah bertambahnya jumlah
nasabah dan keuntungan serta kepercayaan dari masyarakat dan penghargaan dari
pemerintah karena Bank NTB berperan dalam meningkatkan pendapatan petani
miskin di lahan kering.
3. Perusahaan benih dan distributor pupuk menyiapkan benih, tempat pelatihan (SLC)
dan memastikan ketersediaan benih serta pupuk dalam jumlah dan waktu yang tepat.
Manfaat yang diperoleh perusahaan benih (PT. Syngenta) dan distributor pupuk
adalah bertambahnya omset penjualan dan keuntungan.
4. Sebagian pengepul dan pembeli jagung hasil petani berperan sebagai agen penjual
benih dan pupuk yang mendapatkan modal dari Bank NTB. Selain itu pengepul dan
pembeli jagung juga berperan dalam mempercepat komunikasi petani dengan pihak
pemerintah. Pengepul dan pembeli ini mendapatkan keuntungan dari hasil menjual
jagung yang dihasilkan oleh petani ke pedagang besar ataupun perusahaan pembeli
biji jagung yang ada di Pulau Jawa.
5. Pemerintah mendapatkan masukan dari UNRAM dalam membuat kebijakan-
kebijakannya serta memperoleh manfaat dari keberhasilan petani sehingga produk
jagung secara regional meningkat dan angka kemiskinan berkurang.
6. Petani memperoleh manfaat dari semua pihak yang bermitra dan juga berkontribusi
dalam berbagai bentuk kepada semua pihak.
Secara teori, suatu kemitraan di bidang pertanian biasanya ada tanggungjawab dan resiko
yang ditanggung bersama oleh para pihak yang bermitra (Ponnusamy, 2013) dan biasanya
dituangkan dalam satu dokumen perjanjian kerjasama. Namun dalam kemitraan yang
dilaporkan ini, tidak ada dokumen yang ditandatangani oleh para pihak dan kemitraan
berjalan hanya dengan komunikasi yang efektif dan kepercayaan dari para pihak (pseudo
partnership). Kondisi ini dimungkinkan terjadi dalam kemitraan untuk kegiatan transfer
teknologi, sepanjang komunikasi antar para pihak yang bermitra berjalan baik serta sesuai
dengan tata budaya yang berlaku di suatu wilayah (Coppola, 2007). Satu-satunya dokumen
yang ditandatangani adalah dokumen peminjaman modal usaha (KUR) oleh petani dari Bank
NTB.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |62
Gambar 2. Searah jarum jam dari pojok kiri atas; kegiatan sosialisasi teknologi baris ganda dan
inovasi kemitraan, pelatihan cara tanam jagung di Syngenta Learning Centre,
kesepakatan realisasi KUR oleh Bank NTB, dan distribusi KUR di tingkat desa
Tahapan kegiatan yang direncanakan, mulai dari sosialisasi teknologi tanam baris
ganda dan program kemitraan sampai pada realisasi KUR kepada petani jagung berjalan
dengan baik (Gambar 2). Transfer teknologi tanam jagung pola baris ganda dari UNRAM ke
petani berjalan baik karena adanya inovasi kemitraan (Williams et al., 2018). Tahun-tahun
sebelumnya, petani jagung di lahan kering sangat sulit untuk mendapatkan modal usaha
untuk dapat menerapkan teknologi budidaya tanaman jagung yang tepat. Hanya petani yang
bisa menyediakan agunan yang bisa meminjam uang dalam jumlah yang memadai dan itupun
tidak semua dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan usahatani. Bagi petani yang tidak
memiliki sesuatu untuk diagunkan, mereka biasanya mencari rentenir untuk modal usaha.
Karena bunga pinjaman dari rentenir yang terlalu tinggi, maka petani biasanya tidak
meminjam uang dalam jumlah yang cukup memadai untuk menerapkan teknologi budidaya
tanaman jagung. Akibatnya, hasil tanaman jagung tidak pernah mencapai optimal, meskipun
varietas yang diusahakan adalah varietas hibrida moderen. Oleh karena itu, kemitraan yang
menekankan pada saling percaya antar pihak yang bermitra akan menjadi kunci keberhasilan
dalam mengembangkan sektor pertanian di Indonesia (Cosijn et al., 2018), khususnya bagi
petani jagung di lahan kering.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |63
Capaian penyebaran informasi teknologi tanam jagung baris ganda dan program
kemitraan cukup signifikan. Sampai dengan berakhirnya program kemitraan yang
dilaksanakan oleh UNRAM di musim penghujan 2018/2019, sebanyak 4.640 orang petani
sudah diberi informasi lewat media penyuluhan. Dari 4.640 petani yang sudah mengikuti
kegiatan penyuluhan, 3.221 orang petani mengadopsi teknologi, sebanyak 2.735 orang petani
memperoleh manfaat dari pola tanam baris ganda atau varietas hibrida NK212 dan 1.801
orang berkesempatan memperoleh KUR. Adanya selisih antara petani yang diberikan
penyuluhan dengan yang mengadopsi teknologi dan yang memperoleh KUR sebagian besar
disebabkan karena kegagalan dalam melengkapi persyaratan administrasi. Persoalan paling
mendasar adalah banyak petani tidak memiliki e-KTP yang menjadi persyaratan administrasi
paling utama. Sebagian lagi petani masih memiliki pinjaman usaha di beberapa bank
pemerintah sehingga belum bisa memperoleh KUR. Petani yang belum memperoleh KUR
ada yang menerapkan teknologi tanam baris ganda atau menanam jagung varietas NK212
yang direkomendasikan oleh peneliti UNRAM.
Rata-rata peningkatan produksi jagung petani di lahan kering adalah 1,2 ton/ha, dari
4,8 ton/ha sebelum dipernalkannya teknologi tanam baris ganda dan inovasi kemitraan,
menjadi 6,0 ton/ha setelah adanya kemitraan. Rata-rata nilai peningkatan pendapatan petani
jagung yang telah mendapatkan KUR adalah Rp 3.716.169/ha. Nilai peningkatan ini masih
rendah karena masih banyaknya petani yang mengadopsi pola tanam baris ganda tetapi tidak
memiliki dana yang cukup untuk membeli pupuk maupun benih yang berkualitas. Hal ini bisa
dilihat dari selisih antara petani yang mengadopsi teknologi dan petani yang memperoleh
KUR. Untuk dimaklumi, pola tanam baris ganda membutuhkan benih dan pupuk yang lebih
banyak dari pola konvensional, baris tunggal, sehingga biaya usahatani yang dibutuhkan juga
lebih banyak. Ketidakmampuan petani untuk membiayai teknologi tanam baris ganda karena
tidak memperoleh KUR berdampak terhadap produksi tanaman jagung mereka, sehingga
secara rata-rata peningkatan produksinya masih terlihat rendah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Suatu inovasi untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani jagung di lahan
kering sudah berhasil dilakukan. Peningkatan produksi dan pendapatan diperoleh dari
penerapan teknologi tanam jagung pola baris ganda dan kemitraan antara petani dengan pihak
swasta dan pemerintah yang difasilitasi oleh UNRAM. Dalam kemitraan yang diterapkan
tidak ada dokumen resmi yang ditandatangani antara para pihak selain dokumen peminjaman
modal usaha (KUR) dari Bank NTB oleh petani. Komunikasi yang baik, terbuka dan saling
percaya serta disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat dimana kegiatan
dilaksanakan adalah kunci keberhasilan inovasi ini. Oleh karena itu, inovasi kemitraan antara
petani jagung di lahan kering dengan pihak swasta dan pemerintah sangat perlu untuk terus
dilanjutkan dan diperluas ke wilayah-wilayah yang belum tersentuh oleh program kemitraan
semacam ini sebelumnya
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |64
Ucapan Terima Kasih
Tim pengabdian kepada masyarakat UNRAM mengucapkan banyak terimakasih
kepada Department of Foreign Affair and Trades (DFAT) pemerintah Australia lewat
Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) yang telah
mendanai seluruh kegiatan yang dilaporkan lewat proyek Applied Research and Innovation
Systems in Agriculture (ARISA).
.
DAFTAR PUSTAKA
Coppola, N. W. 2007. Communicating green innovation technology transfer in a university-
business – government consortium. Comparative Technology Transfer and
Society. vol 5, hal 233-252.
Cosijn, M., Williams, L. J., & Hall, A. 2018 Partnering for Development Impact: Innovation
in Indonesian agricultural systems. Development Bulletin. vol. 79, hal 73‐77.
Davis, K., Nkonya, E., Kato, E., Mekonnen, D. A., Odendo, M., Miiro, R., & Nkuba, J. 2012.
Impact of farmer field schools on agricultural productivity and poverty in East
Africa. World Development. vol 40, hal 402-413.
Jaya I K D, Sudirman, Rosmilawati. 2017. Exploring strip intercropping potentials of maize-
pulse crops to fight climate variability impacts in dryland areas. International
Journal of Bioscience and Biotechnology. vol. 5, hal 1-11.
Niewolny, K. L., Grossman, J. M., Byker, C. J., Helms, J. L., Clark, S. F., Cotton, J. A., &
Jocobsen, K. L. 2012. Sustainable agriculture education and civic engagement:
The significance of community-university partnerships in the new agricultural
paradigm. Journal of Agriculture, Food Systems, and Community Development.
vol. 2, hal 27–42.
Ponnusamy, K. 2013. Impact of public private partnership in agriculture: a review. Indian
Journal of Agricultural Sciences. vol. 83, hal 803-808.
Puntel L. A. 2012. Field Characterization of Maize Photosynthesis Response to Light and
Leaf Area Index Under Different Nitrogen Level: a Modelling Approach. (Iowa
State University). Paper 12673
Williams, L., Hall, A., Ash, A., Caudwell, R., Cosijn, M., Dahlanuddin, D., Jaya, I K. D.,
Kristedi, T., Roesmanto, J., Soetanto, H., Subagio, A., van Wensveen, M. 2019.
Learning from Public Research – Private Sector Partnership in ARISA. AIP-
Rural Learning Series. 15 hal.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |65
PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR BERBASIS
KOTORAN SAPI BAGI KELOMPOK PETERNAK DESA SUKAREMA
LOMBOK TIMUR
Sarkono*, Ernin Hidayati, Faturrahman, Bambang Fajar Suryadi Program Studi Bioligi, Fakultas MIPA, Universitas Mataram, Indonesia
Keywords:
Pupuk organik cair,
urin sapi, fermentasi,
limbah peternakan
Abstract: Desa Sukarema merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Lenek
Lombok Timur. Komoditi pertanian utama yang menjadi andalan desa ini adalah
padi dan jagung. Selain itu di desa ini terdapat 9 kelompok ternak sapi yang tersebar
di semua dusun dengan jumlah populasi sebanyak 708 ekor. Seluruh sapi dipelihara
dalam kandang kelompok dengan kondisi kandang rata-rata semi permanen dan
masih banyak yang berlantai tanah. Permasalahan yang dihadapi Desa Sukarema
diantaranya adalah belum adanya usaha pertanian dan peternakan yang terintegrasi
dengan baik, terutama menyangkut pengolahan limbah pertanian dan peternakan.
Solusi yang ditawarkan adalah menjawab permasalahan dan kebutuhan kelompok
peternak yang dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan peternak untuk
memahami permasalahan yang dihadapi dan merencanakan kegiatan untuk
mengatasai masalah. Kegiatan yang ditawarkan adalah berupa penyuluhan, FGD
dan bimbingan praktek pembuatan pupuk organik cair (POC) dari bahan dasar
limbah kotoran sapi. Kegiatan yang bertahap ini diharapkan akan membentuk
pemahaman secara konsepsi dan membentuk ketrampilan dalam memanfaatkan
limbah peternakan untuk membuat pupuk organik cair. Kegiatan pengabdian ini
diikuti oleh 20 orang peserta yang mewakili seluruh kelompok ternak yang ada di
Desa Sukarema. Seluruh peserta antusias mengikuti kegiatan sejak dari penyiapan
bahan dan tempat, penyuluhan, FGD hingga mempraktekkan pembuatan pupuk
organik cair dari feses dan urin sapi. Dengan adanya bekal teori sekaligus
ketrampilan diharapkan kelompok peternak yang menjadi mitra kegiatan pengabdian
ini dapat mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh secara mandiri untuk
memenuhi kebutuhan usahanya sendiri dan berpeluang dijadikan usaha baru yang
potensial.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Program NTB Bumi Sejuta Sapi (BSS) merupakan suatu gerakan terobosan dalam
pengembangan peternakan sapi dengan lebih mengutamakan pemberdayaan sumberdaya
lokal dengan tujuan agar sesegera mungkin dapat tercapai populasi sapi optimal sesuai
dengan daya dukung wilayah, sehingga peternakan sapi di NTB dapat memberikan kontribusi
yang besar terhadap pendapatan masyarakat pedesaan, memenuhi kebutuhan daging nasional,
dan permintaan bibit sapi bagi daerah-daerah lain. Dengan demikian peternakan sapi dapat
menjadi lokomotif penggerak atau pengungkit sektor ekonomi lainnya dalam rangka
meningkatkan perekonomian, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat. Agar
dapat menjadi pengungkit sektor lain, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah membuat
system peternakan yang terintegrasi dengan sektor pertanian misalnya dengan memanfaatkan
limbah usaha peternakan sapi menjadi pupuk bagi tanaman pertanian.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |66
Limbah usaha peternakan sapi meliputi sisa pakan hijauan, feses dan urin. Limbah
tersebut dapat dijadikan bahan dasar pembuatan pupuk organik padat maupun cair. Menurut
Parnata (2004), pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya
maksimum 5% karena itu, kandungan N, P dan K pupuk organik cair relatif rendah. Pupuk
organik cair memiliki beberapa keuntungan yaitu mengandung zat tertentu seperti
mikroorganisme yang jarang terdapat pada pupuk organik padat, pupuk organik cair dapat
mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat. Yuanita (2010) menambahkan
bahwa pupuk organik cair (POC) lebih menarik karena dari sisi aplikasinya lebih beragam,
dapat diaplikasikan pada media tanam maupun disemprotkan melalui daun. Kebanyakan
POC diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair Foliar yang mengandung
hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn dan bahan organik).
Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, juga
membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman,
mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang.
Desa Sukarema merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Lenek Lombok
Timur. Desa ini merupakan desa hasil pemekaran dan terdiri dari empat dusun yakni Dusun
Sukarema, Dusun Sukarema Barat, Dusun Kertasari dan Dusun Lendang Kantong.
Berdasarkan data statistic desa diketahui bahwa tiga perempat bagian wilayah desa terdiri
dari lahan sawah. Sistem irigasi di Desa Sukarema sudah cukup baik berupa irigasi teknis dan
setengah teknis. Dengan kondisi lahan seperti itu, bisa dipahami kalau profesi utama warga
Desa Sukarema adalah petani, disamping profesi yang lain. Sehingga sektor utama di Desa
Sukarema adalah sektor pertanian dengan komoditas unggulan adalah tanaman padi dengan
luas areal tanam 297,51 Ha dan jagung dengan luas areal tanam 87,5 Ha. Selain itu terdapat
beberapa jenis tanaman lain seperti ubi dengan luas areal 1,34 Ha, kacang tanah dengan luas
areal 4,05 Ha, cabai dengan luas areal 12,43 Ha, dan tomat dengan luas areal 4,8 Ha. Selain
pertanian, sektor peternakan juga menjadi keunggulan Desa Sukarema dengan jumlah
populasi ternak sapi sebanyak 708 ekor, kambing sebanyak 45 ekor, kuda sebanyak 9 ekor,
ayam sebanyak 2.673 ekor dan itik sebanyak 125 ekor.
Permasalahan yang dihadapi Desa Sukarema diantaranya adalah belum adanya
usaha pertanian dan peternakan yang terintegrasi dengan baik. Hal ini teramati dari belum
adanya upaya pengolahan limbah peternakan menjadi pupuk organik yang dapat menunjang
usaha pertanian. Demikian pula saat tiba musim panen, limbah pertanian yang melimpah
belum dimanfaatkan secara optimal menjadi produk yang lebih berguna misalnya pembuatan
pupuk organik. Adanya permasalahan ini sebagian besarnya disebabkan karena belum
adanya penguasaan teknologi pengolahan limbah pertanian dan peternakan menjadi produk
yang lebih berguna. Selain itu sebagian petani peternak belum mempunyai kesadaran bahwa
pengolahan limbah peternakan juga sangat berkontribusi terhadap kebersihan kandang dan
lingkungan yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf kesehatan manusia dan ternak yang
dipelihara. Di sisi lain Desa Sukarema merupakan desa baru hasil pemekaran yang sedang
getol untuk mengembangkan potensi desanya menuju desa yang maju dan mandiri. Dengan
demikian masyarakat Desa Sukarema sedang banyak membutuhkan alih teknologi dari
berbagai pihak termasuk perguruan tinggi untuk mengembangkan komoditi unggulannya di
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |67
sektor pertanian dan peternakan. Berdasarkan uraian di atas, kegiatan pengabdian
masyarakat kali ini mengambil tema pelatihan pembuatan pupuk organic cair (POC)
berbahan dasar limbah peternakan sapi yang ada di Desa Sukarema.
METODE KEGIATAN
Kegiatan pengabdian pada masyarakat di Desa Sukarema Kecamatan Lenek Lombok Timur
dilaksanakan dengan metode partisipatif dengan melibatkan masyarakat mitra secara
langsung dari tahapan persiapan sampai monitoring dan evaluasi. Kegiatan yang ditawarkan
kepada mitra berupa pelatihan pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dengan menggunakan
limbah kotoran sapi sebagai bahan dasar.
Pelatihan ini direncanakan berlangsung dalam 5 tahapan yakni (1) Tahapan pendataan potensi
dan persiapan; (2) Tahapan penyuluhan atau pemberian materi; (3) Tahapan pendalaman
materi (FGD); (4) Tahapan bimbingan praktek pembuatan POC; dan (5) Tahapan monitoring
dan evaluasi. Tahapan pendataan potensi dan persiapan dilakukan agar mitra mengetahui
potensi yang dimiliki seperti jumlah sapi yang ada, volume feses dan urin sapi yang
dihasilkan tiap hari dan bagaimana cara menampungnya serta mendata bahan dan alat yang
dimiliki untuk pelaksanaan pelatihan POC. Tahapan penyuluhan dilakukan dengan
pemberian materi kepada mitra mengenai pentingnya mengelola limbah pertanian dan
peternakan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat dalam mendukung usaha pertanian
secara terintegrasi, sekaligus menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat di
sekitar kandang. Selain itu akan disampaikan penyuluhan mengenai cara memanfaatkan
limbah pertanian dan peternakan menjadi pupuk organik cair. Selanjutnya mitra diajak
mendiskusikan materi penyuluhan yang telah disampaikan oleh tim pengabdian masyarakat
sehingga mereka lebih memahami materi yang disampaikan dalam bentuk FGD. Setelah itu
mitra akan dilibatkan secara langsung (partisipatif) dalam pelaksanaan praktek pembuatan
POC dari bahan dan alat yang mereka siapkan sendiri dan sebagian disiapkan oleh tim
pengabdian masyarakat. Tahapan terakhir berupa kegiatan monitoring dan evaluasi dimana
mitra dilibatkan untuk memonitor dan mengevaluasi proses perubahan yang terjadi selama
masa inkubasi sehingga mereka bisa mengenali kapan POC matang dan siap dilakukan
penyaringan menjadi POC yang siap digunakan dalam pemupukan tanaman.
Kegiatan penyuluhan dan FGD diharapkan dapat memberikan informasi dan bekal
pengetahuan kepada mitra secara teoritis. Kegiatan bimbingan praktek pembuatan POC
diharapkan akan membentuk keterampilan (skill) kepada mitra pelatihan, sehingga selepas
kegiatan pengabdian ini akan dapat mempraktekkan secara mandiri maupun berkelompok dan
menjadi bagian dari usaha pertanian dan peternakan yang mereka jalankan sehari-hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permasalahan yang dihadapi anggota kelompok ternak yang ada di Desa Sukarema
Kecamatan Lenek Kabupaten Lombok Timur dipecahkan melalui beberapa kegiatan secara
bertahap, meliputi pendataan potensi dan persiapan, pemberian materi (penyuluhan), FGD
dan praktek pembuatan Pupuk organik cair berbasis urin dan feses sapi serta diakhiri dengan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |68
tahapan monitoring dan evaluasi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dimulai dengan
tahapan pendataan potensi dan persiapan acara pelatihan. Tim pengabdian mengadakan
pertemuan dua kelompok ternak yang ada di Dusun Lendang Katon sekaligus melihat lokasi
kandang kelompok. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan disimpulkan bahwa kedua
kandang kelompok belum menerapkan metode pengumpulan limbah kotoran sapi (urin dan
feses) dengan baik, bahkan masih secara langsung membuangnya ke lingkungan di sekitar
kandang. Hal ini lebih disebabkan pemahaman yang masih kurang mengenai dampak limbah
kotoran sapi terhadap lingkungan dan belum memahami metode pengolahan limbah kotoran
sapi menjadi produk poupuk organik. Setelah pertemuan ini kelompok ternak menjadi lebih
paham dan bersemangat untuk mengubah limbah peternakan sapinya menjadi produk yang
lebih bermanfaat yakni pupuk organik cair. Pada pertemuan ini juga disepakati tempat
pelaksanaan kegiatan pelatihan yaitu di Kelompomk Ternak Tunggal harapan Dusun
Lendang Kantong Desa Sukarema (Gambar 1.).
Gambar 1. Lokasi kegiatan di Kelompok Ternak Tunggal Harapan, Dusun Lendang Kantong Desa Sukarema
Kecamatan Lenek Lombok Timur.
Kegiatan Pelatihan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 21 Agustus 2019. Kegiatan
pelatihan dibuka dengan pemnyampaian penyuluhan oleh tim pengabdian masyarakat.
Materi penyuluhan yang diberikan meliputi: (1) Usaha pertanian dan peternakan terpadu; (2)
Dampak limbah peternakan sapi terhadap lingkungan;(3) Dampak limbah peternakan sapi
terhadap kesehatan manusia; dan (4) Metode pembuatan pupuk organik cair dengan bahan
dasar limbah urin dan feses sapi. Pemberian materi penyuluhan ini dilanjutkan dengan FGD
untuk memperdalam pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan.
Pemberian materi penyuluhan dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan dukungan
serta partisipasi aktif dari mitra kegiatan, yaitu kelompok ternak yang ada di Desa Sukarema
Kecamatan Lenek Kabupaten Lombok Timur. Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir sebanyak 20 orang yang mewakili 9 kelompok tani yang ada di desa
sukarema. Peserta sangat antusias mengikuti pemaparan yang dilakukan oleh tim pengabdian
(Gambar 2). Hal itu terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang langsung dilontarkan ketika
penyampaian materi sedang berlangsung dan selama FGD.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |69
Gambar 2. Peserta sangat antusias mendengarkan pemaparan materi penyuluhan dan pendalaman materi (GD).
Gambar 3. Praktek pembuatan pupuk organik cair (POC) dari kotoran sapi (penimbangan/ pengukuran bahan,
pencampuran bahan, penutupan lakban, penyimpanan untuk proses fermentasi).
Praktek yang diberikan meliputi: (1) Pembuatan pupuk organik cair berbasis urin sapi;
dan (2) Pembuatan pupuk organik cair berbasis urin dan feses sapi. Melalui praktek ini
diharapkan dapat membentuk keterampilan (skill) peserta pelatihan sehingga selepas kegiatan
pengabdian ini dapat mempraktekkan secara mandiri maupun berkelompok dan dapat
memproduksi pupuk organik cair secara berkelanjutan sebagai kegiatan sampingan dan
menjadi bagian dari usaha produksi pertanian dan peternakan yang menjadi profesi utama
bagi masyarakat Desa Sukarema. Kegiatan praktek berlangsung dengan baik, yang terlihat
dari partisipasi aktif peserta dalam setiap tahapan pembuatan pupuk organik cair dari limbah
urin dan feses sapi (Gambar 3).
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |70
Evaluasi hasil kegiatan praktek pembuatan pupuk organik cair dilakukan selang 2
minggu setelah kegiatan penyuluhan, FGD dan praktek dilaksanakan sekaligus menunggu
proses fermentasi berlangsung (Gambar 4). Pertimbangan waktu fermentasi 2 minggu adalah
untuk memaksimalkan proses degradasi bahan organik pada urin dan feses menjadi senyawa
atau unsur sederhana seperti N, P dan K yang penting bagi tanaman. Menurut penelitian
Kurniadinata (2008), pupuk cair dari urin sapi harus melalui proses fermentasi terlebih
dahulu, kurang lebih 7 hari pupuk cair urin sapi dapat digunakan dengan indikator pupuk cair
terlihat bewarna kehitaman dan bau yang tidak terlalu menyengat. Dalam proses fermentasi
urin sapi menggunakan 1% dekomposer yang bertujuan untuk mempercepat proses
fermentasi. Pendapat berbeda dikemukanan Soleh (2012), bahwa pupuk cair dapat digunakan
setelah melalui beberapa proses selama 14 hari dengan indikator bau ureum pada urin sudah
berkurang atau hilang. Proses fermentasi yang dilakukan dengan menambahkan agens hayati
sebanyak 2%. Penelitian yang lebih baru dilakukan oleh Susetyo (2013) dan menyimpulkan
bahwa tidak ada pengaruh penambahan lama proses fermentasi terhadap jumlah kandungan
N, P dan K. Selain dipengaruhi oleh waktu fermentasi, kualitas pupuk cair juga dapat
ditingkatkan melalui penambahan bahan organik misalnya tetes tebu (molasses) (Huda dkk,
2013).
Pada umumnya peserta pelatihan telah dapat membuat pupuk organik cair dan
bersemangat untuk melanjutkan pembuatan pupuk ini secara mandiri. Pupuk organik cair
yang dihasilkan dari pelatihan ini sudah cukup bagus kalau dilihat dari warna dan baunya.
Warna berubah dari kondisi awal coklat menjadi coklat muda (krem) sedangkan baunya
berubah dari awalnya berbau sangat menyengat khas urin menjadi berbau seperti tape
bercampur dengan bau urin dengan intensitas yang sangat menurun. Menurut Indriani (2003)
karakteristik fisik pupuk organik cair yang telah matang dengan sempurna adalah berwarna
kuning kecoklatan dan bau bahan pembentuknya sudah membusuk serta adanya bercak-
bercak putih. Nilai pH yang baik untuk pupuk organik adalah berkisar antara 6,5 – 7,5. Nilai
pH mengalami penurunan turun pada awal proses pengomposan karena aktivitas bakteri yang
menghasilkan asam, dan akan mengalami kenaikan nilai pH dengan berperannya mikroba
lain dalam dekomposisi bahan dalam medium fermentasi, sehingga berangsur-angsur nilai pH
mendekati netral (Indriani, 2003).
Gambar 4. Pemanenan hasil POC setelah proses fermentasi selama 2 minggu.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |71
KESIMPULAN DAN SARAN
Peserta pelatihan telah mampu mengaplikasikan materi penyuluhan yang diberikan
oleh tim pengabdian dalam bentuk praktek pembuatan pupuk organik cair berbasis limbah
kotoran sapi. Praktek pembuatan pupuk organik cair telah menghasilkan pupuk dengan
kualitas yang baik, tinggal mendorong masyarakat untuk menindaklanjuti secara mandiri.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah
membiayai kegiatan pengabdian masyarakat ini melalui dana PNBP tahun anggaran 2019.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, M.K., Latifah dan Prasetya, A.T. 2013. Pembuatan pupuk Organik Cair dari urin Sapi
dengan Aditif Molasses Metode Fermentasi. Indonesian Journal of Chemical
Science, 2 (3): 184-189.
Indriani. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta
Kurniadinata, F. 2008. Pemanfaatan feses dan Urine Sapi Sebagai Pupuk Organik dalam
Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacg.). Samarinda: Universitas
Mulawarman Kalimantan Timur.
Parnata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
Sholeh, M. 2012. Pembuatan Pupuk Organik Urin Sapi. http://www. pembuatan-pupuk-
organik-urine-sapi-1.html. Diakses tanggal 14 April 2013
Susetyo, N, A. 2013. Pemanfaatan Urin Sapi Sebagai Pupuk Organik Cair (POC) dengan
Penambahan Akar Bambu Melalui Proses Fermentasi Dengan Waktu yang
Berbeda. http://eprints.ums.ac.id/26749/24/NASKAH PUBLIKASI. pdf. Diunduh
17 September 2019.
Yuanita, D. 2010. Cara Pembuatan Pupuk Organik Cair. http://staff.uny.ac.id/
sites/default/files/pengabdian/dewi-yuanita-lestari-ssi-msc/carapembuatanpupuk-
organik-cair.pdf. diakses 2 Oktober 2016.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |72
INOVASI DAN PENINGKATAN MUTU PRODUK JAMU
PADA PERAJIN JAMU GENDONG DI KOTA MATARAM
Handa Muliasari*, Agus Dwi Ananto, Yayuk Andayani Program Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram, Indonesia
Keywords: Obat tradisional,
sharing informasi,
khasiat, tanaman obat,
pengalaman
etnomedisin
Abstract: Jamu adalah obat tradisional berbahan alami dan warisan budaya
Indonesia yang telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi
untuk kesehatan. Permasalahan yang sering ditemukan adalah kurangnya inovasi
dan kualitas produk jamu yang dijual dari tahun ke tahun karena pembuatan jamu
dilakukan mengikuti cara yang dilakukan pendahulunya yang dilakukan secara
sederhana dan tradisional. Selain itu, strategi penjualan dengan menjelaskan
kandungan dan khasiat jamu yang dijual kurang dipahami sehingga minat konsumen
berkurang. Tujuan umum kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah transfer
informasi dan pengetahuan mengenai inovasi dan peningkatan kualitas jamu yang
dijual oleh perajin jamu gendong di Kota Mataram. Target luaran program
pengabdian masyarakat adalah pengetahuan perajin jamu yang komprehensif
mengenai produk jamu yang inovatif dan berkualitas. Pelaksanaan kegiatan meliputi
pengisian kuisioner, sharing informasi, dan dilanjutkan dengan diskusi dan tanya
jawab mengenai inovasi produk dan pembuatan jamu berdasarkan khasiat. Hasil
pengabdian yaitu peserta dapat memahami dengan baik bahwa untuk meningkatkan
usaha jamu, perlu dilakukan inovasi dan peningkatan kualitas jamu yang dijual agar
lebih menarik minat masyarakat. Inovasi dan peningkatan kualitas jamu meliputi
input, proses, output, dan nilai konsumen. Inovasi yang tidak kalah penting adalah
menambah jenis ramuan jamu berdasarkan khasiat tanaman dan referensi jamu/obat
tradisional yang bersumber dari kekayaan dan pengalaman etnomedisin seluruh
Indonesia.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Jamu (herbal medicine) sebagai salah satu bentuk pengobatan tradisional yang
memegang peranan penting dalam pengobatan penduduk di negara berkembang khususnya
Indonesia. Diperkirakan sekitar 70-80% populasi di negara berkembang memiliki
ketergantungan pada obat tradisional (Wahyuningsih et al., 2017). Jamu adalah obat
tradisional berbahan alami warisan budaya Indonesia yang telah diwariskan secara turun-
temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan (Biofarmaka IPB, 2013). Di berbagai kota
besar terdapat profesi penjual jamu gendong yang berkeliling menjajakan jamu sebagai
minuman sehat dan menyegarkan. Secara umum jamu dianggap tidak beracun dan tidak
menimbulkan efek samping. Khasiat jamu telah teruji oleh waktu, zaman dan sejarah, serta
bukti empiris langsung pada manusia selama ratusan tahun (Wahyuningsih et al., 2017).
Penjualan jenis dan jumlah jamu gendong sangat bervariasi untuk setiap penjaja.
Hal tersebut tergantung pada kebiasaan yang mereka pelajari dari pengalaman tentang jamu
apa yang diminati serta pesanan yang diminta oleh pelanggan (Javanessia). Sayangnya tidak
semua penjual jamu memiliki pengetahuan yang baik dan menerapkan cara-cara membuat
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |73
jamu yang baik dan benar. Penjual secara hukum mempunyai tanggung jawab yang besar atas
mutu, keamanan dan khasiat jamu yang diproduksi dan beredar di masyarakat (Lestari, 2007).
Jamu gendong adalah obat tradisional berbentuk cair yang tidak diawetkan dan
diedarkan tanpa penandaan. Jamu gendong termasuk sediaan obat tradisional berupa cairan
yang sangat diminati masyarakat karena harganya terjangkau dan mudah diperoleh. Jamu
gendong terbuat dari dedaunan dan akar-akaran yang direbus dengan air, disaring, dan dapat
diminum selama beberapa waktu tertentu (Elfahmi et al., 2006). Jamu gendong merupakan
industri rumah tangga yang dibuat dan diolah dengan peralatan sederhana, pembuatannya
cukup mudah dan bahan baku banyak tersedia. Ketersediaan bahan baku dengan harga yang
relatif murah dan proses pembuatan jamu gendong yang cukup mudah, mendorong
berkembangnya industri kecil jamu gendong.
Jamu gendong telah terbukti khasiatnya, bahkan tidak kalah dengan pengobatan
modern saat ini (Djamaludin, 2009). Sebagai contoh, jamu gendong kunyit asam dapat
dijadikan pilihan pengobatan alternatif yang dapat digunakan dalam pengobatan diabetes
mellitus (Mohammad A, 2014). Jamu yang berasal dari sari kunyit dan sari asam ini
mempunyai aktivitas antioksidan karena mengandung senyawa fenolik. Sari asam
mengandung asam askorbat yang juga memiliki aktivitas antioksidan yang bertindak sebagai
pelindung terhadap peroksidasi lipid dan terbukti memberikan perlindungan yang memadai
terhadap kerusakan oksidatif pada diabetes. Oleh sebab itu, maka jamu gendong kunyit asam
dapat digunakan dalam terapi diabetes mellitus (Bhutkar et al., 2011).
Permasalahan yang sering ditemukan adalah kurangnya inovasi dan kualitas
produk jamu yang dijual dari tahun ke tahun karena pembuatan jamu dilakukan mengikuti
cara yang dilakukan pendahulunya yang dilakukan secara sederhana dan tradisional. Selain
itu, strategi penjualan dengan menjelaskan kandungan dan khasiat jamu yang dijual kurang
dipahami sehingga minat konsumen berkurang. Tujuan umum kegiatan pengabdian
masyarakat ini adalah transfer informasi dan pengetahuan mengenai inovasi dan peningkatan
kualitas jamu yang dijual oleh perajin jamu gendong di Kota Mataram. Target luaran program
pengabdian masyarakat adalah pengetahuan perajin jamu yang komprehensif mengenai
produk jamu yang inovatif dan berkualitas.
METODE KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat meliputi:
1. Pengisian kuisioner untuk menggali informasi dari perajin jamu mengenai identitas,
lokasi berjualan, sudah berapa lama berjualan, produk jamu yang dijual, kebaruan
produk jamu dan harapan setelah mengikuti kegiatan pengabdian.
2. Sharing informasi oleh narasumber mengenai inovasi dan peningkatan kualitas jamu
Diskusi dan tanya jawab mengenai inovasi produk dan pembuatan jamu berdasarkan khasiat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengabdian kepada masyarakat ini adalah bentuk sharing informasi dan pengetahuan
kepada perajin jamu gendong di wilayah Kota Mataram. Peserta yang mengikuti kegiatan ini
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |74
sejumlah 10 orang, 2 orang diantaranya adalah perajin jamu yang sudah melakukan inovasi
pada produk jamu untuk kaum milenial. Beberapa informasi yang dapat digali dari peserta
perajin jamu berdasarkan isian kuisioner tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Informasi tentang perajin jamu di wilayah Kota Mataram
No Data Informasi
1 Alasan berjualan jamu 80% karena tekanan ekonomi keluarga dan kurang
pendidikan/tidak sekolah;
20% tertarik dengan pengolahan hasil pertanian/perkebunan
dan ingin menciptakan lapangan pekerjaan2
2 Sudah berapa lama berjualan
jamu
80% menjawab lebih dari 10 tahun;
20% menjawab 2-3 tahun
3 Pengetahuan tentang membuat
jamu diperoleh dari
80% menjawab turun-temurun dari kerabat/saudara
20% menjawab mendapat informasi dari pelatihan
4 Jenis produk jamu yang dijual 80% menjawab
- Kunyit asam
- Beras kencur
- Temulawak
- Meniran
- Paitan
- Kunyit putih, pinang
20% menjawab:
- Kunyit asam
- Beras kencur
- Sereh telang
- Bunga rosella
- Wedang jahe
- Kayu manis
5 Inovasi produk jamu yang
pernah dilakukan
80% menjawab belum pernah melakukan inovasi
20% menjawab sudah melakukan inovasi baik pada
kualitas (bentuk, kemasan, rasa) maupun kuantitas produk
6 Materi pelatihan yang pernah
diperoleh sebelumnya
40% menjawab penah memperoleh pelatihan tentang
bahaya penambahan/kandungan obat kimia dalam produk
jamu;
10% menjawab pernah memperoleh pelatihan tentang cara
produksi pangan yang baik;
50% menjawab belum pernah
7 Harapan setelah mengikuti
kegiatan pengabdian ini
- Menambah pengetahuan
- Inovasi jamu semakin bertambah
- Pemasaran jamu semakin luas
Berdasarkan informasi pada kuisioner dan diskusi awal dengan perajin jamu di
wilayah kota Mataram yang hadir sebagai peserta pengabdian kepada masyarakat, sebagian
besar perajin jamu belum pernah memberi inovasi pada produk jamunya. Pengetahuan
tentang cara membuat jamu diperoleh secara turun-temurun dari keluarga dan kerabat, serta
pembeli jamu mayoritas orang tua atau setengah baya. Hal ini disebabkan oleh dua faktor,
yaitu kurangnya inovasi dan peningkatan kualitas produk jamu sehingga kurang menarik
minat pembeli; dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |75
kesehatan dengan obat tradisional (jamu) sehingga trend untuk minum jamu untuk menjaga
kesehatan belum terbentuk.
Seiring dengan semakin mahalnya biaya pengobatan, maka menjaga kesehatan
dengan menggunakan obat tradisional sangatlah penting. Bahan tanaman obat sangat mudah
untuk tumbuh dan dikembangkan terutama di wilayah Lombok. Sehingga dengan usaha yang
sungguh-sungguh ditambah dengan pengetahuan yang memadai, pengembangan jamu
menjadi produk yang lebih inovatif dan berkualitas dapat dilakukan. Dengan demikian, usaha
jamu dapat meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat serta menciptakan lapangan
pekerjaan (Nuringsih, 2013)
A B
C D
Gambar 1. Kegiatan Pengabdian: (A) Pengisian kuisioner oleh peserta; (B) Dialog dan penyampaian materi; (C)
Diskusi dan Tanya jawab; dan (D) Pengenalan etnogarden PS Farmasi
Setelah melakukan dialog, penyampaian materi dan diskusi, para peserta kegiatan
memahami bahwa usaha jamu merupakan struktur usaha yang cukup kuat karena ditopang
oleh ketersediaan berupa sumber bahan baku berupa rempah-rempah dan tanaman obat.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |76
Ketersediaan tanaman obat sepanjang waktu dapat diupayakan dengan melakukan
penanaman tanaman obat pada lahan pekarangan atau lahan kosong yang tidak termanfaatkan
(Menperin, 2014). Untuk meningkatkan usaha jamu, perlu dilakukan inovasi dan peningkatan
kualitas jamu yang dijual agar lebih menarik minat masyarakat. Inovasi dan peningkatan
kualitas jamu meliputi input, proses, output, dan nilai konsumen. Pada tahap input, kualitas
dan kesegaran bahan baku harus diperhatikan untuk mendapatkan rasa dan khasiat jamu yang
baik. Tahap pengolahan/proses dimulai dengan pencucian bahan yang bersih, higienis,
menjaga kebersihan peralatan dan wadah untuk jamu. Outputnya yaitu memasarkan jamu
berkhasiat bagus, rasa dan aroma sesuai starndar higienis jamu. Selain itu, jamu dikemas
dengan kemasan yang baik, higienis dan menarik. Bentuk sediaan jamu juga dapat
dimodifikasi menjadi bentuk serbuk atau permen jelly. Nilai konsumen yaitu konsumen
merasa puas/loyal dengan kualitas jamu dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat
dan melestarikan mudaya bangsa (Nuringsih, 2013; Rosidah, dkk., 2018). Inovasi yang tidak
kalah penting adalah menambah jenis ramuan jamu berdasarkan khasiat tanaman dan
referensi jamu/obat tradisional yang bersumber dari kekayaan dan pengalaman etnomedisin
seluruh Indonesia.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah:
1. Pengrajin jamu gendong di Kota Mataram sebagian besar masih menjalani usaha yang
monoton dengan pengetahuan terbatas dari keluarga/kerabat
2. Potensi pengembangan usaha jamu sangat besar mengingat sumber bahan baku yang
melimpah
3. Inovasi dan peningkatan kualitas jamu meliputi tahap input, proses, output dan nilai
konsumen. Selain itu dibutuhkan inovasi jamu yang bersumber dari kekayaan khasanah
pengalaman etnomedisi dari seluruh Indonesia
4. Pengembangan usaha jamu sangat penting untuk meningkatkan pendapatan masyarakat,
meningkatkan kesehatan, serta melestarikan budaya Indonesia.
Saran
Saran untuk pengabdian berikutnya yaitu dilakukan pembentukan UMKM dan diadakan
pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan inovasi dan kualitas produk jamu.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah memberi
dukungan financial terhadap pengabdian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bhutkar, M. A. dan Bhise, S. B., 2011, AntiOxidative Effect of Tamarindus indica in Alloxan
Induced Diabetic Rats, International Journal of Research and Biomedical
Science, 2 (3): 1006-1009.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |77
Biofarmaka IPB. 2013. Quality of Herbal Medicine Plants and Traditional Medicine.
http://biofarmaka.ipb. ac.id/brc-news/brc-article/587-quality-of-herbalmedicine-
plants-and-traditional-medicine-2013.
Djamaludin, MD., U. Sumarwan dan G.N.A. Mahardikawati. 2009. Analisis Kepuasan Dan
Loyalitas Konsumen Jamu Gendong Di Kota Sukabumi. Institut Pertanian Bogor.
Vol.2,No.2.P:174-184.
Elfahmi, Ruslan K., Rein B., Oliver K., Herman J., dan Wim J. Quax. (2006). Jamu: The
Indonesian traditional herbal medicine, chapter 2.
Lestari, E.D. 2007. Analisis Daya Saing, Strategi dan Prospek Indsutri Jamu di Indonesia.
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajeman Institut Pertanian
Bogor. 40hal
Mohamad Andrie, Wintari Taurina dan Rizqa Ayunda 2014. Uji Aktivitas Jamu Gendong
Kunyit Asam (Curcuma domestica Val.;Tamarindus indica L.) Sebagai
Antidiabetes Pada Tikus yang Diinduksi Streptozotocin. Trad. Med. J., May 2014
Vol. 19(2), p 95-102 ISSN : 1410-5918.
Nuringsih, K. 2013. Pemberdayaan Usaha Mikro berbasis jamu sebagai bentuk ketahanan
ekonomi masyarakat. Semnas Fekom: Optimisme Ekonomi Indonesia 2013,
Antara peluang dan tantangan.
Rosidah; A, Kusumastuti; R.D. Widodo. 2018. Pemberdayaan Perajin Jamu Tradisional
Untuk Mendukung Program Desa Wisata Wonolopo Kecamatan Mijen Kota
Semarang. Rekayasa Vol. 16 No. 1, Juli 2018.
Wahyuningsih Safitri, Agnes Sri Harti, Rahajeng Putriningrum, Galih Priambodo. 2017.
Peningkatan Mutu Produk Dan Pemberdayaan Mitra Perajin Jamu Gendong
Melalui Program Ibm. Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada
Masyarakat(Snhpkm)-Vii Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Pgri Semarang Semarang,26 Oktober 2017.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |78
PEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN
KELOMPOK USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA
(UP2K) DI KECAMATAN WOJA KABUPATEN DOMPU
Syarifuddin*, Siti Nurjannah, Akhmad Sauqi Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, Indonesia
Keywords:
Pemberdayaan, UP2K,
kelembagaan
Abstract: Penanggulangan kemiskinan diupayahkan melalui pemberdayaan sebagai
langkah strategis untuk menekan angka kemiskinan dan mendorong tumbuhnya
ekonomi rumah tangga miskin. Pemerintah melalui Kementerian Sosial telah
berupaya menanggulangi kemiskinan dengan mendorong tumbuhnya ekonomi
kerakyatan dengan membentuk kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
(UP2K). Kegiatan dengan judul Pemberdayaan dan Penguatan Kapasitas
Kelembagaan Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Di
Kecamatan Woja Kabupaten Dompu, bertujuan memfasilitasi kelompok UP2K
dalam usaha memecahkan berbagai permasalahan kelembagaan dengan
mengoptimalkan modal sosial, dan peningkatan kapasitas bagi anggota kelompok.
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu pertama, melakukan
Focus Group Discussion (FGD), kedua, melakukan pelatihan dan ketiga, formulasi
rencana tindak lanjut. Lokasi kegiatan di aula Kantor Camat Woja Kabupaten
Dompu yang diikuti oleh 30 orang yang terdiri dari pengurus dan anggota kelompok
UP2K di kecamatan Woja Kabupaten Dompu. pada Hari Sabtu, tanggal 8 Juni 2019
pukul 8.00 – 16.00 Wita. Hasil yang diperoleh yaitu: (1) terbentuknya pemahaman
tentang strategi dalam mengoptimalkan modal sosial dalam pengembangan
kelembagaan UP2K, (2) terbentuknya pemahaman dan keterampilan pemanfaatan
UP2K dalam organisasi yang berfokus pada pengembangan infrastruktur (sarana
dan prasarana) baik kelembagaan dan ekonomi, pengembangan kapasitas personal
dan kelompok, serta pentingnya pengembangan jaringan kemitraan dalam
menopang permodalan dan pemasaran UP2K, (3) terbentuknya pemahaman dan
keterampilan tentang teknik manajerial keuangan.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Penanggulangan kemiskinan diupayahkan melalui pemberdayaan merupakan
langkah strategis nasional dalam menekan angka kemiskinan. Melalui pemberdayaan tidak
hanya kemiskinan yang dapat ditangani, namun turut mendorong tumbuhnya ekonomi rumah
tangga miskin agar mampu memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri. Pemerintah melalui
Kementerian Sosial telah berupaya menanggulangi kemiskinan dengan mendorong
tumbuhnya ekonomi kerakyatan melalui pemberdayaan kelompok masyarakat miskin.
Salah satu program penuntasan kemiskinan yang dibentuk pemerintah adalah
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran
dan kemampuan berwirausaha keluarga dan memperluas lapangan kerja. Dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 1984 tentang:
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Serta Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 53.B Tahun 1953 tentang: Pedoman Program Usaha Peningkatan Pendapatan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |79
Keluarga PKK. Dimana perempuan sebagai penggerak dalam program Peningkatan
Pendapatan Keluarga (Patria, 2015).
Perempuan sebagai ibu rumah tangga sangat penting untuk merubah perekonomian
rumah tangga. Keadaan ekonomi rumah tangga mempengaruhi kecenderungan perempuan
untuk berpartisipasi di pasar kerja, sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian
rumah tangga. Peran perempuan dalam pembangunan ekonomi erat kaitannya dengan
kontribusi pendapatan yang diberikan perempuan itu sendiri terhadap pendapatan rumah
tangga. Jika dilihat peranan perempuan dalam pembangunan, perempuan dapat berperan
sebagai ibu rumah tangga yang dapat menjadi ibu untuk anak-anaknya dan istri bagi
suaminya sekaligus sebagai salah satu tulang pungung untuk rumah tangga. Peningkatan yang
dikaitkan dengan perempuan ini nyata membuktikan bahwa martabat perempuan dalam
sosiologi kehidupan telah banyak berubah. Peranan perempuan kini tidak lagi bertumpu pada
soal pengurusan keluarga sebalikya lebih meluas dalam pembangunan Negara (Prabandari,
2012). Salah satu upaya untuk memberdayakan perempuan yakni karena perempuan memiliki
dua posisi atau status dalam kegiatan bekerja yaitu dalam pekerjaan rumah tangga dan
pekerjaan yang menghasilkan pendapatan, maka dari itu terbentuklah program pemberdayaan
perempuan, salah satunya yakni program UP2K (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga).
Program UP2K merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
dan ketahanan keluarga yang dicerminkan oleh meningkatnya kemampuan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan keluarga. Program ini dilakukan melalui peningkatan pemberdayaan
keluarga dalam bidang usaha ekonomi produktif dan salah satu tujuan utama terbentuknya
program UP2K adalah untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Dengan banyaknya jumlah
penduduk miskin yang ada di NTB terutama di Kabupaten Dompu maka dibentuklah sebuah
program untuk meningkatkan pendapatan keluarga yaitu UP2K (Patri, 2015).
Sasaran Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) adalah keluarga-
keluarga yang berpenghasilan rendah dan telah memiliki kegiatan usaha berdasarkan hasil
pengamatan benar-benar membutuhkan penambahan dana usaha yang dilakukan hendaknya
merupakan kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat dapat dipasarkan dengan mudah dan
merupakan usaha yang berkelanjutan. Dalam usaha memberdayakan usaha rumah tangga
miskin secara ekonomi dan kelembagaan perlu ditopang oleh unsur-unsur penggerak aktivitas
organisasi. Unsur-unsur penggerak tersebut berupa kapasitas manajerial organisasi,
kepemimpinan, dan kapasitas komunitas sebagai komitmen-komitmen terhadap kelompok.
Dalam upaya menghidupkan aktivitas organisasi diperlukan upaya peningkatan kapasitas
kelompok tidak hanya dalam upaya menjalankan aktivitas ekonomi, namun juga berdaya
dalam aktivitas keorganisasian.
Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah memfasilitasi kelompok UP2K dalam
usaha memecahkan berbagai permasalahan kelembagaan dengan mengoptimalkan modal
sosial, dan peningkatan kapasitas bagi anggota kelompok.
METODE KEGIATAN
Metode Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu pertama, melakukan
Focus Group Discussion (FGD), kedua, melakukan pelatihan dan ketiga, formulasi rencana
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |80
tindak lanjut. Lokasi kegiatan dilakukan di aula Kantor Camat Woja Kabupaten Dompu yang
diikuti oleh 30 orang yang terdiri dari pengurus dan anggota kelompok UP2K di kecamatan
Woja Kabupaten Dompu. pada Hari Sabtu, tanggal 8 Juni 2019 pukul 8.00 – 16.00 Wita.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat dilakukan dengan metode Focus Group
Discussion dan pemaparan materi. Tujuan utama dari Focus Group Discussion adalah
mengidentifikasi masalah dan potensi yang dihadapi oleh UP2K. Kegiatan tersebut
didampingi oleh fasilitator. Sedangkan kegiatan pemaparan materi diharapkan memberikan
berbagai bentuk pemahaman tentang pentingnya modal sosial dalam mengembangkan
kelembagaan UP2K serta dalam mencapai tujuan ekonomi dan sosial. Materi kedua terkait
peningkatan kapasitas kelompok usaha bersama melalui penguatan kelembagaan ekonomi
bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya pemanfaatan UP2K dalam
organisasi yang berfokus pada pengembangan infrastruktur (sarana dan prasarana) baik
kelembagaan dan ekonomi, pengembangan kapasitas personal dan kelompok, serta
pentingnya pengembangan jaringan kemitraan dalam menopang permodalan dan pemasaran
UP2K. Untuk memaksimalkan pengetahuan pengurus dan anggota UP2K maka dilakukan
pula kegiatan pelatihan pembuatan pembukuan sederhana seperti pembukuan keuangan
UP2K, pembuatan buku keanggotaan, pembuatan buku tamu, pembuatan buku agenda
kelompok, pembuatan buku kas dan keuangan, pembuatan buku tabunga, pembuatan buku
inventaris dan penulisan notulensi rapat UP2K. Selain itu, peserta juga dibekali pelatihan
manejerial khususnya dalam menyusun laporan keuangan. Kegiatan penyampaian materi
dilaksanakan secara bergiliran oleh tim pengabdian. Adapun topik disesuaikan dengan
konteks permasalahan baik yang didapat dalam proses observasi awal maupun saat Focus
Group Discussion.
Berdasarkan penilaian dan evaluasi dari proses kegiatan yang dilakukan melalui focus group
discussion dan pelatihan diperoleh hasil sebagaimana berikut (1) terbentuknya pemahaman
tentang strategi dalam mengoptimalkan modal sosial dalam pengembangan kelembagaan
UP2K, (2) terbentuknya pemahaman dan keterampilan pemanfaatan UP2K dalam organisasi
yang berfokus pada pengembangan infrastruktur (sarana dan prasarana) baik kelembagaan
dan ekonomi, pengembangan kapasitas personal dan kelompok, serta pentingnya
pengembangan jaringan kemitraan dalam menopang permodalan dan pemasaran UP2K, (3)
terbentuknya pemahaman dan keterampilan tentang teknik manajerial keuangan dalam
UP2K.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan: (1) terbentuknya pemahaman mengenai optimalisasi penggunaan
modal sosial, (2) penguatan kelembagaan ekonomi yang dengan menjalankan struktur
organisasi kelembabagaan UP2K yang berfokus pada pengembangan infrastruktur baik
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |81
kelembagaan dan ekonomi, pengembangan kapasitas personal dan kelompok, serta
pentingnya pengembangan jaringan kemitraan dalam menopang permodalan dan pemasaran
UP2K, dan (3) pelatihan teknik menyusun laporan keuangan keorganisaian UP2K dalam
mengembangkan kapasitas UP2K.
Saran
(1) Diharapkan kepada pengurus dan anggota UP2K dapat berperan aktif dalam upaya
melakukan penguatan kelompok melalui pemupukan modal, dan (2) diharapkan kepada
lembaga Pembina melakukan pelatihan dan pembinaan yang lebih difokuskan pada
peningkatan dan pemilihan jenis usaha yang bernilai ekonomi.
Ucapan Terima Kasih
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Camat Woja Kabupaten Dompu
yang mendukung kegiatan ini dengan meminjamkan Aula dan perlengkapan sehingga
kegiatan dapat terlaksana. Dan ucapan terima kasih kepada Koordinator UP2K Kecamatan
Woja yang telah mefasilitasi dan mengorganisir kelompok dan anggota UP2K sebagai
peserta.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, A. R. & Sarah L. Jack, 2002. The articulation of social capital in enterpreneurial
network glue or a lubricant? Insist Press.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik
NTB. Mataram.
Budiartiningsih, R dan Gusfrianti R. 2010.Peranan Program Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga (UP2K) Terhadap Peningkatan Pendapatn Keluarga Di Kecamatan
Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi. Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang
Baru-Pekanbaru.
Effendi, Noer. Efendi. 1995. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja Dan Kemiskinan.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Hasbullah, Jousairi. 2006. Social Capital, Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia.
Jakarta: MR- United Press.
Lawang, R. M. Z. 2004. Modal sosial dalam Perspektif Sosiologik Suatu Pengantar. Depok:
FISIP UI Press.
Maskun, Sumitro. 1993. Pembangunan Masyarakat Desa. Yogyakarta: Media Widya
Mandala.
Nandha, Novriyanthi Eka. 2015. Kajian Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
(UP2K) Terhadap Usah Anggota UP2K Melati Indah Kelurahan Enok Kecamatan
Enok Kabupaten Indragiri Hilir.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Riau. Riau.
Nugroho, Heru. 1995. Kemiskinan, Ketimpangan, dan Kesenjangan. Yogyakarta: Aditya
Media
Patria, Panca Y.A. 2015. Profil Kelompok UP2K Cendana. Kelurahan Montabaru Kecamatan
Woja Kabupaten Dompu NTB.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |82
Sedarmayanti. 2014. Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi (Untuk Menghadapi
Dinamika Perubahan Lingkungan). Bandung : Refika Aditama.
Sherraden, Michael. 2006. Aset untuk Orang Miskin. Jakarta: Raja Grafindo
Sulistio, Edi Revizal. 1984. Angkatan Kerja di Indonesia, Partisipasi, Kesempatan da
Pengangguran.Cetakan pertama. CV Rajawali. Jakarta.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |83
PENDAMPINGAN CARA PENGOLAHAN DAN PENGEMASAN
PRODUK EMPING JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN MUTU
DAN DAYA JUAL PRODUK
Dody Handito*, Satrijo Saloko, I Wayan Swecayasa Department of Food and Nutrition, Faculty of Food Technology and AgroIndustry,
Mataram University, Indonesia
Keywords:
Emping jagung,
Pengolahan,Pengemasan
Abstract: Latar Belakang: Emping jagung merupakan produk diversifikasi
pangan yang dapat mendukung pengembangan agroindustri pedesaan dan
meningkatkan nilai tambah. Pengolahan yang tepat diperlukan untuk mendapatkan
emping bermutu. Tujuan: Meningkatkan ekonomi masyarakat melalui
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai pengolahan dan
pengemasan produk emping jagung agar mempunyai mutu yang baik dan berdaya
jual tinggi. Metode : ceramah mengenai berbagai cara pengolahan emping jagung
sehingga menjadi produk yang bermutu dan berkualitas, demonstrasi cara
pengolahan yang diikuti dengan praktek oleh peserta pelatihan, dan pendampingan
pembuatan design dan pemilihan kemasan yang baik dan menarik. Metode diskusi
juga digunakan dalam kegiatan ini. Sebagai upaya untuk dapat lebih memahami
permasalahan yang dihadapi mitra yang sifatnya mendukung maupun
menghambat. Hasil : Kegiatan pelatihan Pengolahan hingga pengemasan produk
ini dilakukan di Desa Dasan Geres, Kabupaten Lombok Barat. Pembuatan emping
jagung dikerjakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan memanfaatkan
hasil jagung dari penduduk setempat. Emping jagung dapat dibuat dengan dua
cara, dimana perbedaannya adalah pada lamanya proses perendaman,
perebusan,pemipihan dan pengeringan. Pembuatan desain kemasan serta
pengadaan bahan pengemas dilakukan untuk perbaikan kemasan sebagai upaya
peningkatan daya saing produk emping jagung.Perbaikan mutu produk dilakukan
dengan penyuluhan. Kesimpulan: Cara Produksi Pangan yang baik serta
pendampingan untuk cara pengemasan produk diharapkan dapat meningkatkan
mutu dan daya saing sehingga dapat meningkatkan minat beli masyarakat terhadap
produk emping jagung.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua setelah
beras. Selain sebagai bahan makanan pokok, jagung merupakan bahan baku berbagai industri.
Beberapa produk olahan dari jagung telah umum dikenal oleh masyarakat, terutama
masyarakat pedesaan yang mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok. Jagung dapat
dikonsumsi dalam tiga bentuk yaitu makanan pokok, laukpauk dan makanan kecil. Jagung
dapat dijadikan berbagai macam olahan. Jagung dapat diolah menjadi berbagai produk
olahan, sehingga mempunyai banyak pilihan produk olahan yang dapat dikembangkan.
Salah satu jenis olahan jagung yang potensial untuk pengembangan industri
pangan di perdesaan adalah emping jagung. Emping jagung atau marning gepeng adalah biji
jagung rebus yang dipres tipis (dipipihkan) dan dikeringkan, bentuknya seperti emping dari
biji belinjo. Di negara barat emping jagung ini disebut corn flake. Emping jagung mempunyai
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |84
rasa netral, untuk menambah variasi rasa dapat diberi tambahan rasa lain yaitu rasa manis
atau diberi bumbu tabur yang banyak dijual di pasaran, seperti rasa keju, kaldu ayam, daging
panggang, balado, dan lain-lain. Emping jagung ini juga dapat dimakan dengan menuangkan
susu di atasnya dan biasanya digunakan untuk sarapan. Cara seperti ini di Indonesia belum
membudaya. Meskipun demikian keberadaan emping jagung di Indonesia dewasa ini
semakin berkembang dan berdampak positif dalam usaha diversifikasi menu
makanan.(Syarief et al, 2014)
Teknologi pembuatan emping jagung dapat dikembangkan di perdesaan
karena pada umumnya masyarakat perdesaan telah banyak mengenal pembuatan emping dari
belinjo. Oleh karena itu adopsi teknologi ini tidak akan mengalami banyak kesulitan.
Perkembangan dunia usaha saat ini telah diwarnai dengan berbagai persaingan di segala
bidang. Termasuk persaingan bisnis yang semakin ketat yang mengakibatkan perubahan
sikap konsumen dalam pengambilan keputusan untuk membeli dan mengkonsumsi suatu
produk. Sikap konsumen merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan
pemasar untuk memahami konsumen. Dengan mengetahui sikap konsumen, pemasar dapat
mengembangkan produk baru dan memformulasikan serta melakukan evaluasi strategi
promosional. Mengingat perkembangan teknologi yang semakin dinamis, manusia dituntut
dengan cepat dan tepat untuk bertindak agar tidak kalah bersaing. Saat ini bila bicara
mengenai produk, maka tidak terlepas dari atribut produk yang menyertainya. Atribut produk
yang dimaksud adalah kemasan. (Shimp, 2003)
Kemasan atau packaging, menjadi salah satu unsur yang sangat penting bagi
produk. Pengemasan bukan hanya sekadar pembungkus makanan, tetapi lebih dari itu yaitu
packaging is branding. Kemasan menjadi salah satu pemicu penjualan sebuah produk karena
fungsinya langsung berhadapan dengan konsumen. (Shimp, 2003)
Dalam dunia modern seperti sekarang ini, masalah kemasan menjadi bagian
kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama dalam hubungannya dengan produk pangan.
Sejalan dengan itu pengemasan telah berkembang dengan pesat menjadi bidang ilmu dan
teknologi yang makin canggih. Ruang lingkup bidang pengemasan saat ini juga sudah
semakin luas, dari mulai bahan yang sangat bervariasi hingga model atau bentuk dan
teknologi pengemasan yang semakin canggih dan menarik. Bahan kemasan yang digunakan
bervariasi dari bahan kertas, plastik, gelas, logam, fiber hingga bahan-bahan yang dilaminasi.
Namun demikian pemakaian bahan-bahan seperti papan kayu, karung goni, kain, kulit kayu,
daun-daunan dan pelepah dan bahkan sampai barang-barang bekas seperti koran dan plastik
bekas yang tidak etis dan hiegenis juga digunakan sebagai bahan pengemas produk pangan
(Basriman, 2010).
Pada saat ini sudah banyak sekali rumah produksi yang memproduksi emping
jagung, dengan rasa dan harga yang rata-rata bersaing, maka perlu ada nilai tambah yang
diusung pada produk emping jagung ini agar memiliki nilai lebih dari produk emping jagung
lainnya. Salah satu elemen yang dapat ditingkatkan yaitu dalam hal kemasan. Bagi sebagian
pelaku bisnis kecil, kemasan dinilai dan diposisikan sebagai hal yang tidak penting dan
kadang luput dari perhatian. Hal itulah yang terjadi pada produk emping jagung yang
diproduksi oleh masyarakat di Lombok Barat yang masih sangat sederhana dalam
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |85
pengemasannya. Sehingga perlu adanya suatu kegiatan penyuluhan mengenai pengolahan
sampai pada pengemasan produk emping jagung didaerah tersebut.
METODE KEGIATAN
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di desa Dasan Geres Kabupaten Lombok
Barat. Adapun kelompok yang menjadi sasaran adalah Kelompok Wanita Tani atau KWT
yang ada di desa tersebut. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada analisis situasi yang
menunjukkan bahwa wilayah ini merupakan penghasil jagung yang lumayan besar, dimana
salah satu hasil olahannya adalah emping jagung. Namun pengolahan emping dan cara
pengemasannya masih sangat sederhana, sehingga dibutuhkan suatu bimbingan dan tambahan
pengetahuan agar pengolahan dan cara pengemasannya dapat menjadi lebih baik.
Metode yang digunakan diantaranya adalah ceramah mengenai berbagai cara pengolahan
emping jagung sehingga menjadi produk yang bermutu dan berkualitas, demonstrasi cara
pengolahan yang diikuti dengan praktek oleh peserta pelatihan, dan pendampingan
pembuatan design dan pemilihan kemasan yang baik dan menarik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil observasi lapangan di awal kegiatan pengabdian masyarakat ini sangat tinggi
dan adanya peningkatan wawasan terkait pentingnya merek dan kemasan bagi peningkatan
kualitas produk usaha. Kegiatan yang telah digeluti ini kemudian telah berhasil memiliki
pasar namun masih bersifat lokal dan hanya bersifat penjualan dari rumah ke rumah atau
melalui penitipan. Kurangnya promosi dan kualitas label, merek dan kemasan menjadi salah
satu faktor penting yang didapatkan setelah dilakukan observasi. Kegiatan yang dilakukan
setelah dilakukan observasi adalah melakukan evaluasi kemasan produk, merek, dan label
produk.
Kegiatan ini diikuti oleh ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani
(KWT) di wilayah Dasan Geres Kabupaten Lombok Barat yang keseluruhan berjumlah 36
orang. Pada saat demonstrasi pembuatan emping jagung Ibu-ibu berpartisipasi membuat
produk dan setelah produk matang, ibu ibu antusias mencicipi produk yang dihasilkan. Pada
pelatihan/pendampingan dilakukan pengenalan cara pengolahan produk olahan jagung agar
dapat dikembangkan sebagai produk unggulan daerah. Monitoring dilakukan setelah
pelatihan, yaitu melakukan evaluasi hasil pelatihan/pendampingan, cara pengemasan dan
pemasaran
Pada pertemuan kedua dilakukan penyuluhan dan pengemasan produk yang baik.
Cara membuat label yang menarik, memilih kemasan yang baik serta bagimana cara
pemasaran yang baik. Pengemasan memiliki berbagai macam . fungsi tidak hanya sebatas
pembungkus produk. Kemasan memiliki 5 fungsi utama yaitu Protection, Contaiment,
Information, Utility of Use dan Promotion. Protection adalah fungsi kemasan sebagai
pelindung produk, baik pelindung dari lingkungan, perlindungan fisik, dan juga keamanan
produk. Fungsi Containment lebih kepada penahan produk mulai dari penggunaan bubble
wrap, kayu, besi sampai dengan bahan-bahan pembungkus lainnya, Kemasan juga merupakan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |86
wadah informasi produk mulai dari nama merek, jenis produk, ukuran, sampai dengan label
produk yang merupakan sumber informasi bagi konsumen untuk mengetahui informasi
produk secara detail. Kemasan juga dirancang untuk utility of use atau kenyamanan dalam
penggunaan misalkan saja sepatu menggunakan pembungkus kotak, paper bag untuk produk
kosmetik, kemasan tertra pack untuk produk susu dan masih banyak lainnya. Yang tidak
kalah penting kemasan juga merupakan media promosi dari produk itu sendiri, dengan
penggunaan logo, warna, jenis huruf yang menarik juga akan mempengaruhi calon konsumen
dalam membeli produk kita dibandingkan produk pesaing.
Gambar 1. Produk Emping Jagung
Gambar 2. Hasil Pengemasan Produk
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |87
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil kegiatan dan evaluasi yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu
1. Seluruh mitra kerja dapat membuat emping jagung yang renyah dan empuk serta
melakukan pengemasan dengan baik.
2. Perlu dilakukan proses pembinaan sistem dan manajemen pemasaran agar produk
emping jagung lebih variatif dan menarik
3. Kedepan diharapkan usaha ini lebih berkembang dan dapat memberikan hasil yang
lebih signifikan kepada masyarakat sekitar terutama dibidang ekonomi.
Ucapan Terima Kasih
Terima Kasih kami sampaikan kepada Universitas Mataram yang telah memberikan
dukungan finansial dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini melalui dana DIPA
BLU (PNBP).
DAFTAR PUSTAKA
Basriman, I. 2010. Pengemasan dan Penyimpanan Pangan, Teori dan Aplikasinya Pada
Industri. Jakarta.
Shimp,T.A. 2013. Periklanan Promosi, Edisi Kelima., Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Syarief, R., S. Santaus, Isyana. 2014. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium
Rekayasa
Proses Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |88
PENGUATAN GOOD GOVERNMENT BADAN USAHA MILIK DESA:
PERENCANAAN, PENGENDALIAN INTERNAL
DAN ASPEK LEGALITAS
Baiq Rosyida Dwi Astuti*, Intan Rakhmawati, Wirawan Suhaedi,
D Tiarulla Della Nabila Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia
Keywords:
Good government,
BUMDes, Desa
Gumantar
Abstract: Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan tentang konsep
good government dan mengidentifikasi permasalahan BUMDes dari sisi tata kelola.
Lokasi kegiatan di Desa Gelangsar Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok
Barat. Kegiatan ini melibatkan narasumber dari Fakultas Ekonomi dan Hukum
Universitas Mataram. Kegiatan dilakukan dengan melakukan pemaparan tentang
konsep good government dan diskusi antara tim dan audien. Terdapat empat
permasalahan BUMDes dari sisi tata kelola yaitu (a) partisipasi pengurus yang
rendah, (b) pengendalian internal yang lemah, (c) perencanaan yang tidak memadai
dan (d) aspek legalitas. Saran yang diberikan adalah peningkatan partisipasi
pengurus melalui perencanaan usaha yang sesuai kebutuhan pengurus; penyusunan
pengendalian internal yang memadai dan penyusunan regulasi yang memadai.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Pelaksanaan tata kelola yang baik atau Good Governance (GG) pada dasarnya
merupakan sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan yang dapat dilihat dari
mekanisme hubungan antara berbagai pihak yang mengurus perusahaan. GG Dalam
pengelolaan BUMDes, pihak-pihak tersebut adalah penasihat, pengurus dan pengawas
BUMDes serta masyarakat. Prinsip-prinsip dalam GG diantaranya adalah prinsip partisipasi,
transparansi, dan akuntabilitas (Mardiasmo, 2004 : 18). Prinsip partisipasi adalah bentuk
keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan BUMDes baik bersifat langsung
maupun tidak langsung. Sedangkan prinsip transparansi di BUMDes dapat diaplikasikan
dalam bentuk penyediaan informasi penting oleh BUMDes dengan cara yang mudah diakses
dan dipahami oleh pemangku kepentingan baik itu penasihat dan pengawas BUMdes serta
masyarakat. Sedangkan prinsip akuntabilitas adalah pertanggungjawaban kepada publik
tentang setiap aktivitas yang dilakukan. Penerapan prinsip-prinsip GG dalam pengelolaan
BUMDes belum sepenuhnya diterapkan. Hasil penelitian Annas (2018) pada beberapa
BUMDes di Kabupaten Lombok Utara menunjukkan bahwa pengurus tidak secara aktif
menginformasikan pengelolaan BUMDes kepada masyarakat dan masyarakat tidak dilibatkan
dalam pengambilan keputusan BUMDes. Konsekuensi dari perilaku tersebut adalah tidak
berkembangnya usaha BUMDes karena masyarakat tidak merasa ikut memiliki ataupun
berkepentingan terhadap keberlangsungan usaha BUMDes. Hasil penelitian tersebut sejalan
dengan hasil penelitian Wathaniah (2018) dan Cahyanti (2018).
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |89
Namun, kondisi BUMDes pada ketiga hasil penelitian di atas berbanding terbalik
dengan kondisi BUMDes Panggung Lestari di Desa Panggungharjo DIY. BUMDes tersebut
menunjukkan kinerjanya dengan meraih keuntungan sebesar Rp. 53 Milyar pada tahun 2018.
Usaha Bumdes Panggung Lestari dimulai dari jasa pengelolaan sampah di sekitar desa.
Kemudian BUMDes mengembangkan unit usaha lainnya seperti jasa pengelolaan barang
bekas, pengelolaan minyak jelantah dan kampung wisata Mataraman. 95% tenaga kerja
BUMDes adalah warga Desa Panggungharjo. Pada sisi lain, website Desa,
www.panggungharjo.des.id, sangat informatif. Website Desa menyediakan berbagai macam
informasi desa seperti informasi pembangunan desa, musyawarah desa, BUMdesa dan
berbagai macam informasi lainnya. Dua prinsip GCG, prinsip partisipasi dan transparansi,
telah dilakukan dengan baik oleh BUMDesa dan Pemerintah Desa Panggungharjo.
Pemenuhan dua prinsip GCG tersebut juga sekaligus menjadi bagian dari pemenuhan prinsip
akuntabilitas.
BUMDes Sari Kencana di Desa Gelangsar Kabupaten Lombok Barat memiliki
kondisi yang tidak jauh berbeda dengan kondisi sebagian besar BUMDes lainnya. BUMDes
Sari Kencana dibentuk pada tahun 2016 dan memulai usaha pertamanya usaha penggemukan
sapi. BUMDes Sari Kencana membeli sejumlah sapi dan menyerahkan pengembalaan dan
pemeliharaannya kepada masyarakat. Namun usaha tersebut tidak berkembang, bahkan sapi-
sapi yang dipelihara mati dan hilang. Selanjutnya, Pemerintah Desa Gelangsar dan Pengurus
BUMDes beralih ke usaha dagang. Awal tahun 2019 Bumdes Sari Kencana mengoperasikan
BUMDes Mart. BUMDesMart merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Desa dan salah
satu pengurus BUMDes. Permodalan berasal dari masyarakat sedangkan toko dan tanah yang
ditempati adalah milik Pemerintah Desa. Berdasarkan wawancara awal dengan Ketua
BUMDes, hasil penjualan tidak cukup untuk menutupi biaya operasional BUMDesMart. Di
sisi lain, BUMDes memiliki prospek lini usaha yang lain yaitu bisnis spot foto yang
dijalankan oleh Kelompok Sadar Wisata (Darwis) Desa Gelangsar. Tujuan kegiatan
pengabdian ini adalah (a) memberikan pengetahuan tentang konsep GG dan (b)
mengidentifikasi permasalahan BUMDes dari sisi tata kelola.
METODE KEGIATAN
Kegiatan Pengabdian dilakukan di Kantor Desa Gelangsar Kec. Gunung Sari Kab
Lombok Barat NTB tanggal 19 Agustus 2018. Peserta kegiatan adalah pengurus BUMDes,
Pembina BUMDes dan Kelompok Darwis. Kegiatan pengabdian diawali dengan pemaparan
materi tentang konsep GG. Selanjutnya dilakukan diskusi dan tanya jawab dengan peserta.
Sesi tanya jawab dan diskusi dilakukan agar pengurus dan Pembina BUMDes dapat
mengemukakan permasalahan mereka, mendiskusikannya dan mencari solusi atas
permasalahan yang dihadapi. Tim PPM menggandeng rekan dari Fakultas Hukum
Universitas Mataram sebagai pemateri pendamping. Hal ini dilakukan untuk memenuhi
permintaan Pembina BUMDes untuk menghadirkan ahli hukum. Tim juga menilai bahwa GG
berhubungan erat dengan aspek legalitas BUMDes.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |90
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan diskusi dan tanya jawab dengan peserta PPM, berikut permasalahan BUMDes
dari sisi tata kelola serta saran atas permasalahan tersebut.
a) Partisipasi : Pengurus BUMDes yang telah dilantik terdiri dari Ketua, Sekretaris dan
Bendahara. Mereka adalah pengurus BUMDes secara de yure, namun de facto hanya
ketua BUMDes yang berperan aktif dalam operasional dan manajemen BUMDes.
Partisipasi yang sangat rendah ini mengakibatkan Ketua BUMDes kewalahan
mengelola BUMDes. Tim PPM menyampaikan materi tentang pentingnya peran serta
masyarakat, khususnya pengurus dalam menjalankan operasional BUMDes. Hal ini
sebagai bentuk komitmen dan tanggung jawab atas kesediaan sebagai pengurus.
b) Pengendalian internal : BUMDes mempekerjakan beberapa orang karyawan menjadi
pelayan BUMDesMart. Kelemahannya adalah BUMDes Mart belum melakukan
pengendalian yang memadai untuk pengeluaran kas. Pelayan diberikan kewenangan
untuk membeli barang dagangan tanpa diverifikasi terlebih dahulu. Begitupun setelah
pembelian, tidak ada pengecekan tentang kesesuaian jumlah barang yang dibeli dengan
bukti pembelian. BUMDes tidak melakukan stok opname persedaiaan barang dagang
akhir periode untuk memverifikasi nilai penjualan dengan jumlah barang terjual.
Walaupun BUMDesMart melakukan pencatatan menggunakan aplikasi dan manual,
namun itu tidak akan banyak berguna bila tidak dilakukan pengendalian yang memadai.
Tim menyarankan BUMDes untuk melakukan hal-hal berikut :
- Stock opname barang dagang pada periode tertentu.
- Hasil stock opname kemudian dibandingkan dengan rekapitulasi pencatatan, baik
pencatatan penjualan harian, pembelian barang dagang, dan pencatatan atas
pengeluaran-pengeluaran lain seperti biaya gaji dan biaya listrik. Berdasarkan
perbandingan ini dapat diperoleh informasi tentang kesesuaian pencatatan dengan
transaksi serta keuntungan atau kerugian riil BUMDesMart.
- Pengeluaran dan pemasukan uang BUMDesMart hendaknya dilakukan melalui
satu rekening dan disertai dengan pencatatan yang baik.
- Ketua BUMDes atau yang bertanggung jawab atas opersional BUMDesMart
hendaknya melakukan pemeriksaan secara periodik atas pencatatan dan
persediaan barang BUMDesMart.
c) Perencanaan : BUMDes tidak melakukan perencanaan usaha dengan baik. Tercatat ada
tiga jenis usaha yang telah dan sedang dijalankan BUMDes namun usaha-usaha
tersebut ada yang terpaksa harus dihentikan dan yang lainnya tidak berjalan dengan
optimal. Ketua BUMDes saat ini juga merencanakan membangun sebuah bank desa.
Perencanaan usaha yang akan dijalankan BUMDes hendaknya memperhatikan kondisi
masyarakat sekitar atau trend yang sedang berkembang. Perlu dilakukan perencanaan
usaha yang meliputi aspek keuangan, keberlangsungan usaha, analisis pasar, dan
analisis SWOT. Perencanaan yang baik menjadi dasar dan cermin awal atas setiap
tindakan yang dilakukan pada masa yang akan datang.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |91
d) Aspek legalitas : BUMDes belum memiliki payung hukum yang kuat. Pendirian
BUMDes dilakukan tahun 2016 dan pengurus pun telah dilantik, namun tidak ada
payung hukum yang mendasari pendirian dan pengelolaan BUMDes. Tidak ada perdes
tentang pendirian BUMDes, begitupun dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran
Rumah Tangga (ART) BUMDes. Penyusunan perdes adalah kewajiban pemerintah
desa sedangkan penyusunan AD dan ART adalah tanggung jawab pengurus BUMDes.
Penyusunan produk hukum membutuhkan diskusi mendalam yang relatif panjang untuk
mengakomodasi maksud dan tujuan produk hukum tersebut. Narasumber dari FH
Unram mengajukan diri untuk terlibat dalam penyusunan legalisasi BUMDes. Pihak
Fakultas Hukum siap dihubungi untuk dating bersama-sama dengan aparat desa dan
masyarakat menyusun peraturan desa dan produk hukum lainnya. Aspek legalitas
terkait erat dengan konsep kerja dan operasional BUMDes. Sebagai contoh adalah
hubungan kerja dan organisasi BUMDes dengan Kelompok Darwis (Sadar Wisata)
Desa Gelangsar. Kelompok Darwis memiliki usaha spot foto yaitu Bukit Bintang Tiga
Rasa yang menjadi destinasi baru favorit dan menghasilkan pendapatan jutaan rupiah
setiap minggu. Tahun 2019 kelompok darwis memperoleh bantuan keuangan dari
Kemendes PDTT bernilai ratusan rupiah. Kepengurusan dan kepemilikan usaha
kelompok darwis berbeda dengan BUMDes. Kelompok Darwis memperoleh
pendapatan yang menjanjikan, namun di sisi lain BUMDes masih kesulitan bahkan
untuk membayar gaji pegawai. Kedua hal tersebut kontradiktif mengingat BUMDes
dan kelompok darwis berada dalam satu desa dan sama-sama memperoleh sebagian
modalnya dari pemerintah desa. Dibutuhkan kejelasan hukum tentang posisi kelompok
darwis dalam tata organisasi pemerintahan desa. Jika kelompok darwis disatukan
perorganisasiannya dengan BUMDes dengan menjadi salah satu unit usaha BUMDes,
maka akan memberikan manfaat bagi BUMDes dan pemerintah desa.
Pertanggungjawaban modal akan lebih mudah dilakukan karena BUMDes
berkewajiban melakukan pelaporan dan pembukuan seperti yang dipersyaratkan
Permendesa PDTT No 4/2015. Jika tidak, BUMDes dapat bekerja sama dengan
kelompok darwis untuk mengelola usaha tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, terdapat empat masalah BUMDes dari
sisi tata kelola yaitu partisipasi pengurus yang rendah, pengendalian internal yang lemah,
perencanaan yang tidak memadai dan tidak memiliki aspek legalitas yang memadai. Saran
yang diberikan adalah peningkatan partisipasi pengurus melalui perencanaan usaha yang
dapat mengakomodir kebutuhan pengurus; pembuatan dan pengembangan pengendalian
internal yang memadai dan penyusunan produk hukum yang mendukung tata organisasi dan
sistem kerja BUMDes.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |92
DAFTAR PUSTAKA
Annas, Muhamad, 2018, Analisis Good Governance Dalam Pengelolaan Keuangan Badan
usaha Milik Desa (BUMDes) di kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara,
Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram
Cahyanti, Eka Wiwik, 2018, Pengelolaan Keuangan BUMDes di Kabupaten Lombok Barat
(Studi Empiris di Kecamatan Narmada, Lembar dan Sekotong), Skripsi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram
Mardiasmo, 2004, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi Yogyakarta
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun
2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan pengelolaan, dan Pembubaran Badan
usaha Milik Desa
Wathoniah, Nurul, 2018, Analisis Pengelolaan Usaha, Keuangan dan Kompetensi Sumber
Daya Manusia Badan Usaha Milik Desa (Studi empiris pada BUMDes di
Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima), Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mataram
www.panggungharjo.desa.id
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |93
MANAJEMEN PENGOLAHAN SAMPAH
DI DUSUN PERENDEKAN SELATAN DESA GIRI SASAK
Sulaeman Sarmo*, Imanuella Romaputri Andilolo, Mulyadi, Sri Darwini Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Mataram, Indonesia
Keywords:
Pelatihan, Manajemen,
Pengolahan, sampah,
kerajinan
Abstract: Masayarakat Dusun perendekan selatan desa giri sasak kecamatan
kuripan kabupaten Lombok Barat selama ini membuang sampah di sungai atau di
pekarangan milik warga dan belum memanfaatkan sampah untuk dijadikan
kerajinan tangan maupun kompos. Akibat dari pembuangan sampah yang
sembarangan menyebabkan polusi bagi warga sendiri maupun masyarakata
sekitarnya. Oleh karena itu tim pengabdian akan memberikan pelatihan manajemen
sampah menjadi produk yang bernilai tambah sehingga akan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat. Model pelatihan adalah memberikan penyuluhan kemudian
melakukan pelatihan pengelolaan sampah organik maupun an-organik menjadi
produk yang bernilai tambah seperti pupuk kompos dan kerajinan tangan misalnya
ingke dari bekas gelas, tas dari bekas bungkus kopi dsb. Peserta pelatihan dibagi
menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan lima sampai dengan sepuluh
orang. Masing-masing kelompok diminta untuk mempraktikkan cara memilah
sampah organik dan non organic serta membuat kerajinan tangan dari bahan sampah
plastic. Peserta sudah dapat melakukan praktik pemilahan sampah rumah tangga
secara mandiri dengan melakukan pemisahan sampah organik dan non organik ke
dalam tempat sampah. Selain itu mampu memanfaatkan sampah plastik menjadi
barang jadi atau daur ulang produk menjadi kerajinan tangan yang bernilai tambah,
sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Pengabdian yang akan dilakksanakan di dusun perendekan selatan desa giri sasak
akan memberikan dampak pada aktivitas masyarakat. Keberadaan sampah merupakan limbah
yang mempunyai dampak pada manusia dan lingkungan sekitarnya. Manajemen pengelolaan
sampah yang efektif dan efisien serta ramah lingkungan tidak dapat dilepaskan dari
permasalahan tempat pembuangan sampah. Pengelolaan sampah rumah tangga hanya sebatas
memindahkan sampah rumah tangga untuk di buang ke sungai atau ke sebuah kebun orang
tertentu. Kebiasaan membuang sampah ke sungai maupun ke kebun orang telah menjadi
suatu kebiasaan dikarenakan rendahnya keasadaran masyarakat dan belum tersentuhnya
pengangkutan sampah oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Lombok Barat, sehingga
menimbulkan bau busuk dan lingkungan yang tidak sehat.
Masyarakat juga belum melakukan pemilahan sampah secara mandiri, hal ini
karena keterbatasan tempat sampah di setiap rumah dan tempat penampungan sampah. Oleh
karena itu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau mengelola sampah secara
mandiri tidaklah mudah dan memakan waktu lama. Sehingga pelatihan yang akan
dilaksanakan nanti tidak hanya memberikan pengetahuan melainkan menanamkan nilai
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |94
kkesadaran masyarakat akan nilai tambah ekonomis sampah. Proses pelatihan ini dilakukan
mulai dari pemilahan sampah individu, pengumpulan sampai dengan pengolahan. Untuk
mendukung keberlanjutan program ini, setiap rumah akan difasilitasi dengan penyediaan
tempat sampah antara sampah organic dan non-organic untuk memudahkan pengelolaannya
dilingkungan dusun perendekan selatan.
METODE KEGIATAN
Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam pelatihan manajemen
sampah di dusun perendekan adalah :
a. Sosialisasi pentingnya pengelolaan sampah.dan penciptaan nilai tambah dari
sampah
b. Pelatihan manajemen sampah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di dusun perendekan selatan mengenai pengelolaan
sampah. Adpun hasil dari pengabdian adalah sebagai berikurt :
1. Kegiatan Sosialisasi pengelolaan sampah dan penciptaan nilai tambah dari sampah
Pada tahap pertama ini akan dilakukan penjelasan kepada masyarakat mengenai
pengelolaan sampah dengan cara memberikan materi meliputi jenis sampah, dampak
yang ditimbulkan dari sampah, dan memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk
meminimalisasi sampah dengan cara menggunakan produk-produk yang ramah
lingkungan. penyadaran dan penciptaan nilai tambah dari sampah. Beberapa cara
untuk melakukan daur ulang sampah organic misalnya untuk sayuran, daun-daun
bekas dapat dijadikan makanan ternak, pembuatan pupuk kompos, biogas, sedangkan
kertas dapat didaur ulang. Berikut kegitan dalam daur ulang sampah organic untuk
penciptaan nilai tambah sampah.
Pembuatan pupuk kompos bahan dari sampah rumah tangga dedaunan, sisa makanan,
serta kotoran ternak. Pembuatan biogas yang diperoleh dari gas-gas proses
pembusukan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Daur ulang limbah anorganik meliputi sampah plastic, logam, kaca, plastic serta
kaleng. Sampah anorganic ini dapat dikumpulkan kemudian di jual jika sudah
mencapai ukuran tertentu. Limbah anorganik ini dapat juga di daur ulang dengan cara
membuat kerajinan dengan bahan plastic maupun kaleng.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |95
2. Pada pelatihan manajemen sampah dalam rumah tangga dapat dimulai dari
perencanaan, yaitu bagaimana agar setiap rumah tangga sudah melakukan
pengelolaan sampahnya dimulai dari misalnya ketika berbelanja ke pasar dengan
membawa sendiri tas belanjaan yang terbuat dari bahan ramah lingkungan,
kemudian dipakai kembali pada waktu yang lain sehingga mengurangi sampah yang
berupa tas plastik. Pengorganisasian, yaitu bagaimana agar setiap rumah tangga
mengorganisir kegiatan pengelolaan sampahnya, misalnya menyediakan tempat
sampah tidak hanya satu buah, tetapi minimal dua buah yaitu untuk memilah sampah
organik dan non organik. Penggerakkan, yaitu bagaimana agar ada kegiatan
koordinasi pada tingkat tertentu agar masyarakat mempunyai komitmen untuk
melakukan pemilahan sampah rumah tangganya, bisa pada tingkat Rukun Tetangga
(RT) atau tingkat Rukun Warga (RW). Yang terakhir adalah evaluasi, yaitu ada
kegiatan monitoring dan evaluasi dari kelompok masyarakat untuk memonitor
pengelolaan sampah di tingkat RT atau RW. Setelah penyuluhan dan pelatihan
pemilahan sampah mandiri, peserta memiliki pengetahuan tentang manajemen
pemilahan sampah sehingga pemahaman peserta tentang manajemen pemilahan
sampah yang sebelumnya sangat minim dan hanya sedikit warga yang mengetahui
menjadi banyak warga yang mengetahui, sehingga terjadi peningkatan baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.
Metode workshop digunakan sebagai tahap akhir dari pelatihan pemilahan
sampah mandiri yaitu berupa praktik langsung dengan pendampingan instruktur
untuk melakukan pemilahan sampah secara mandiri oleh masyarakat dusun
perendekan selatan, untuk lebih meningkatkan ketrampilan masyarakat dalam
pemilahan sampah secara mandiri. peserta pelatihan dibagi menjadi kelompok-
kelompok yang beranggotakan lima sampai dengan sepuluh orang. Masing-masing
kelompok diminta untuk mempraktikkan cara memilah sampah organik dan non
organik. Dari praktik langsung yang dilakukan peserta dalam workshop pemilahan
sampah mandiri terlihat bahwa peserta sudah mampu mengenali dan memiliki
ketrampilan memilah sampah organik dan non organik. Para peserta sangat antusias
untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengolahan atau pendaurulangan sampah
organik dan sampah non organik. Pada tahap akhir pelatihan, dilakukan pembagian
tempat sampah dari bambu untuk mendorong warga agar konsisten melakukan
pemilahan sampah rumah tangganya secara mandiri dan menghentikan kebiasaan
membuang sampah di sungai, maupun di sekitar tanah pekarangan.
.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |96
KESIMPULAN DAN SARAN
Secara keseluruhan kegiatan pengabdian sudah berjalan dengan lancar dan
mendapatkan respon yang positif dari peserta. Seluruh peserta telah mengikuti program
workshop secara lengkap. Meskipun tujuan akhir untuk pelestarian lingkungan belum serta
merta dapat terlaksana, tetapi paling tidak tujuan dari pengabdian ini untuk menumbuhkan
kesadaran, kepedulian dan memberikan bekal ketrampilan masyarakat dusun perendekan
selatan untuk melakukan manajemen pemilahan sampah secara mandiri dapat terlaksana.
Peserta sudah dapat melakukan praktik pemilahan sampah rumah tangga secara mandiri
dengan melakukan pemisahan sampah organik dan non organik ke dalam tempat sampah
bambu yang telah dibagikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2017. Kabupaten Lombok Barat Dalam Angka. Pusat Statistik Kabupaten
Lombok Barat
Blocher, Edward J, Kung H. Chen, Gary Cokins, dan Thomas W. Lin. 2007. Manajemen
Biaya Penekanan Strategis. Dialih bahasakan oleh David Wijaya. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat
Hansen & Mowen. 2004. Manajemen Biaya, Edisi Bahasa Indonesia. Buku Kedua. Jakarta:
Salemba Empat
Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial, Buku 1 Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.
Lestari, Novi Puji dan Riyanto, Dicky Wisnu Usdek. 2018. IbM Bank Sampah Desa
Mojorejo Kota Batu.MATAPPA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol 1
Nomor 1 Maret 2018
Mardhia,Dwi dan Wartiningsih,Alia.2018.Pelatihan Pengolahan Sampah Skala Rumah
Tangga Di Desa Penyaring. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol 1
No 1 Februari 2018
Marsigit, wuri.2010. Pengembangan Diversifikasi Produk Pangan Olahan Lokal Bengkulu
Untuk Menunjang Ketahanan Pangan Berkelanjutan.Agritecch Vol 30 No4
November 2010
Robbins, Stephen, 2006, “Perilaku Organisasi”, Prentice Hall, edisi kesepuluh
UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |97
Manajemen Reproduksi Untuk Memperpendek Interval Kelahiran Pada
Ternak Sapi
I Wayan Lanus Sumadiasa, Chairussyuhur Arman, Adji Santoso Dradjat, Enny Yuliani
Fakultas Peternakan, Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
interval kelahiran,
perkawinan,
produktivitas,
reproduktivitas,
sapi Bali
Abstrak:
Sapi Bali merupakan primadona komoditas peternakan di Indonesia.
Keunggulan sapi Bali adalah mampu beradaptasi pada berbagai kondisi
lingkungan, pertumbuhan relatif cepat dan potensi produksi tinggi. Interval
kelahiran pada sapi Bali berkisar 15 sampai 18 bulan, sehingga laju
regenerasinya lambat. Oleh karena itu, diperlukan manajemen reproduksi
yang benar agar perkawinan dan kelahiran anak lebih singkat dan
produktivitas meningkat. Pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan di
Desa Karang Bayan, Kecamatan Lingar, Lombok Barat. dengan khalayak
sasaran para petani peternak sapi. Tujuannya agar peternak memperoleh
pengetahuan tentang tatacara manajemen reproduksi yang benar agar
perkawinan dan interval kelahiran menjadi lebih pendek, yaitu sekitar satu
tahun. Metode kegiatan adalah penyuluhan dan pembinaan singkat dengan
materi tentang tata-cara menginduksi atau penyerentakan birahi, deteksi
birahi, perkawinan, deteksi kebuntingan, kelahiran, waktu penyapihan anak
dan perkawinan kembali setelah kelahiran. Hasil pelaksanaan kegiatan
menunjukkan, para peserta telah memperoleh pengetahuan dan
keterampilan tentang manajemen reproduksi yang benar. Peserta tampak
antusias untuk mencoba tata-cara memanajemen usaha tani ternaknya agar
dapat melahirkan lebih cepat dan lebih banyak selama massa reproduksi.
Antusiasme peserta tergambar dari banyaknya pertanyaan detail tentang
cara mengatur birahi, cara perkawinan yang baik dan penyapihan anak.
Sambutan dan motivasi peserta ini merupakan foktor pendukung
keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Faktor yang sedikit menghambat
keleluasaan terlaksananya kegiatan adalah keterbatasan waktu yang sinkron
antara pihak petani peternak dengan tim pelaksana. Kesimpulan, kegiatan
pengabdian pada masyarakat ini cukup positif karena dapat menambah ilmu
dan pengetahuan masyarakat tentang manajemen reproduksi untuk
mempercepat interval kelahiran pada ternak sapi.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Ternak sapi, khususnya sapi Bali merupakan primadona komoditas peternakan bagi
Indonesia karena memilki berbagai keunggulan, yaitu kemampuannya beradaptasi pada
berbagai kondisi lingkungan, pertumbuhan relatif cepat, potensi produksi dan reproduksi yang
tinggi. Plasma nutfah asli Indonesia yang berasal dari Pulau Bali ini terdapat di seluruh pelosok
tanah air Indonesia, termasuk di Nusa Tenggara Barat (NTB). Provinsi Nusa Tenggara Barat
merupakan salah satu daerah penghasil ternak sapi terbesar untuk memenuhi kebutuhan daging
nasional (Gunawan et al., 2017) dan kini menjadi salah atu sentra pengembangan sapi potong,
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |98
khususnya sapi Bali dengan populasi mencapai sekitar 3,5 persen dari populasi nasional pada
tahun 2006 (Winarso, 2009). Salah satu wilayah yang memiliki populasi sapi cukup besar di
Kabupaten Lombok Barat adalah Kecamatan Lingsar, yaitu lebih dari 5,5 ribu ekor. Karang
Bayan adalah satu dari 15 desa di Kecamatan Lingsar dengan luas wilayah 5,7 km2, jumlah
penduduk sebanyak 5007 jiwa yang terdiri dari 2486 laki-laki dan 2581 perempuan (BPS,
2013).
Sebagian besar masyarakat di Karang Bayan memelihatra sapi dengan sistem
pemeliharaan semi-intensif. Pada pemeliharaan semi-intensif, ternak dilepas atau ditambatkan
di suatu bidang lahan pada pagi hingga sore hari dan pada malam hari diikat di dalam kandang
dan diberikan pakan sesuai kebutuhan (Sumadiasa et al., 2018). Sistem pemeliharaan
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan reproduksi pada ternak.
Masalah reproduksi ternak belum mendapatkan perhatian yang berarti oleh para peternak,
sehingga jarak beranak khususnya pada ternak sapi masih cukup lama, berkisar 1,5 sampai 2
tahun. Oleh karena itu, perlu diintroduksi kepada para peternak tentang pentingnya perhatian
terhadap masalah reproduksi untuk meningkatkan laju regenerasi dan produksi ternak.
Secara alamiah pola dan laju reproduksi pada ternak berlangsung sangat lambat, dimana
ternak betina hanya mau menerima perkawinan dari seekor pejantan apabila dalam masa birahi
(Partodihardjo, 1985). Akibatnya pertambahan jumlah ternak dari kelahiran alami (natural
increasae) dalam suatu kurun waktu tertentu sangat rendah, sementara jumlah ternak yang
disemblih (dikonsumsi) terus meningkat. Selain itu, adanya developmental block yang bersifat
genetis dapat menghambat embrio muda berkembang ke tahap lebih lanjut baik secara in vivo
maupun in vitro (Sumadiasa dan Yuliani, 2006), sehingga terjadi kegagalan reproduksi dan
bertambah panjangnya interval kelahiran.
Secara umum, faktor-faktor yang terkait dengan reproduktivitas ternak adalah umur
dewasa kelamin atau pubertas, siklus hormonal, umur perkawinan pertama, service per
conception (S/C), lama bunting, umur beranak pertama, bobot lahir, estrus post-partum, days
open dan jarak beranak (calving interval). Pada sapi Bali, umur pubertas terjadi 16,80 ± 1,73
bulan pada yang jantan dan 20,45 ± 2,81 bulan pada betina (Bakhtiar et al., 2015). Siklus estrus
terjadi 18 – 24 hari dengan rata-rata 21 hari (Siswanto et al. (2013) dan perkawinan pertama
rata-rata pada umur 20,15 ± 4,45 bulan dengan service per conception (S/C) sebesar 1,79 ±
1,03 (Haryanto et al., 2015); atau 23,80 ± 2,25 bulan (Bakhtiar et al., 2015). Menurut Gunawan
et al. (2017), S/C dari hasil inseminasi buatan (IB) yaitu 1,39 – 1,46 pada sapi Bali di Techno
Park Banyumulek, NTB; 1,65 ± 0,87 pada sapi Bali di Instalasi Pembibitan Pulukan, Bali
(Siswanto et al., 2013); S1,49 – 2 di Jayapura sebesar (Koibur, 2005).
Selain itu, yang penting diperhatikan adalah estrus dan perkawinan post-partum
(setelah lahir ) atau postpartum ovarian activity dan days open (DO) atau hari-hari kosong.
Secara umum sistem pemeliharaan terkait dengan pakan, kesehatan, keamanan fisik, psikis dan
keselamatan ternak dan sisi reproduksinya. Namun demikan masih banyak terdapat
kekurangan pada pemeliharaan ternak sapi di desa-desai, yaitu faktor reproduksi ternaknya.
Kurangnya pengetahuan dan banyaknya aktivitas mencari nafkah membuat para peternak
memelihara ternak dengan apa seadanya. Meski telah mengikuti progran inseminasi buatan
(IB) untuk meningkatkan mutu dan jumlah produksi ternak sapi, tetapi umumnya peternak
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |99
tidak melakukan manajemen reproduksi dengan baik terutama penyapihan anak sapi secara
terencana dan induksi estrus (birahi), sehingga jarak kelahiran anak sapi menjadi lama yaitu
1,5 sampai 2 tahun. Hal ini secara tidak disadari peternak telah mengalami banyak kerugian
dari sisi waktu, biaya dan tenaga untuk pemeliharaan tetapi anak yang dihasilkan per fase
reproduktif menjadi sangat sedikit. Oleh karena itu, perlu dilakukan efisiensi dengan
menerapkan manajemen reproduksi yang baik dan tepat untuk memperpendek interval
kelahiran (jarak beranak). Manajemen reproduksi merupakan salah satu faktor penting yang
sangat menentukan keberhasilan reproduksi dan meningkatkan produksi pada ternak, tanpa
reproduksi maka tidak akan ada produksi (Tomaszewska et al., 1991).
METODE KEGIATAN
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan dengan metode partisipatif
meliputi tiga tahaan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi hasil kegiatan. Persiapan
kegiatan dimulai dari penentuan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan dikoordinasikan
bersama antara tim pelaksana kegiatan dengan khalayak sasaran yaitu Kelompok Tani Ternak.
Persiapan bahan dan materi, seperti ATK, alat transportasi dan keperluan lain yang terkait
dengan pelaksanaan kegiatan dilakukan setelah ada kepastian waktu dan tempat pelaksanaan
kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi tentang cara-cara
manajemen reproduksi untuk memperpendek interval kelahiran pada ternak sapi. Materi
penyuluhan yang disajikan adalah tentang ciri induk yang baik, sinkronisasi estrus atau
menyerentakkan birahi, deteksi birahi, cara dan perkawinan yang tepat, penanganan kelahiran,
penyapihan dan perkawinan kembali pasca kelahiran. Selanjutnya, dilakukan pembinaan
praktis secara singkat contoh-contoh cara menentukan induk yang baik, cara perkawinan yang
baik, deteksi kebuntingan dan penanganan kelahiran. Tahapan terakhir dalah melakukan
evaluasi hasil kegiatan dengan cara melihat perubahan sikap yang dialami oleh para peserta
penyuluhan. Hal ini dinilai dari antusiasme para peserta pada saat acara diskusi yang
menggambarkan rasa ingin tahu dan daya serap terhadap materi yang telah disuluhkan. Melalui
diskusi dapat dinilai bahwa para peserta memiliki keinginan untuk menerapkan tata-cara
manajemen reproduksi, terutama untuk memperpendek interval kelahiran dari ternak mereka.
Hasil evaluasi dapat mencerminkan adanya faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Melalui acara diskusi dapat diketahui, bahwa sebagian besar masyarakat bermatapenca-
harian pada bidang pertanian, perkebunan dan peternakan, serta sebagian kecil lainnya
bergerakdi bidang industri kecil, pedagang, buruh bangunan dan pegawai negeri. Sistem
pemeliharaan ternak sapi di Desa Karang Bayan rata-rata bersifat semi-intensif. Sistem
pemeliharaan merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan
reproduksi pada ternak. Pada pemeliharaan semi-intensif, ternak dilepas atau ditambatkan di
suatu bidang lahan pada pagi hingga sore hari dan pada malam hari diikat di dalam kandang
dan diberikan pakan sesuai kebutuhan (Sumadiasa et al., 2018). Sistem pemeliharaan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |100
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan reproduksi pada ternak. Turut
campur tangan peternak dalam proses reproduksi ternak, sehingga jarak beranak pada ternak
sapi cukup lama yaitu berkisar 1,5 sampai 2 tahun. Oleh karena itu, melalui kegiatan
pengabdian kepada masyarakat telah diintroduksi kepada para peternak tentang pentingnya
perhatian terhadap manajemen reproduksi. Tanpa adanya reproduksi tidak akan ada regenerasi
dan produksi ternak (Tomaszewska, 1991).
Reproduksi tidak saja penting bagi kelangsungan suatu jenis atau bangsa ternak, tetapi
juga penting untuk kebutuhan konsumsi manusia yang semakin bertambah. Ternak betina
hanya mau menerima perkawinan dari seekor pejantan apabila dalam masa birahi, sehingga
secara alamiah pola dan laju reproduksi pada ternak berlangsung lambat (Partodihardjo, 1985).
Pertambahan jumlah ternak dari kelahiran alami (natural increasae) semakin menurun,
sementara jumlah ternak yang disemblih (dikonsumsi) manusia terus meningkat. Selain itu,
adanya developmental block yang bersifat genetis dapat menghambat berkembangnya embrio
baik secara in vivo maupun in vitro (Sumadiasa dan Yuliani, 2006). Oleh karena itu, perlu suatu
upaya untuk meningkatkan jumlah dan kualitas produksi ternak dengan menerapkan
manajemen reproduksi yang benar guna mempersingkat jarak beranak.
Keberhasilan reproduksi merupakan indikator produktivitas seekor ternak. Hal-hal
yang perlu diketahui dalam pengaruhnya terhadap kemampuan reproduksi adalah umur dewasa
kelamin atau pubertas, siklus hormonal, umur perkawinan pertama, service per conception
(S/C), lama bunting, umur beranak pertama, bobot lahir, estrus post-partum, days open dan
jarak beranak (calving interval). Umur pubertas merupakan salah satu faktor yang dapat
memberikan informasi tentang kesehatan dan pertumbuhan normal dari seekor ternak.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pubertas pada ternak adalah bangsa, pakan, daerah
tempat pemeliharaan, kesehatan, lingkungan sosial dan tatalaksana pemeliharaan. Pada sapi
Bali, umur pubertas terjadi 16,80 ± 1,73 bulan pada yang jantan dan 20,45 ± 2,81 bulan pada
betina (Bakhtiar et al., 2015).
Siklus estrus adalah jarak waktu munculnya estrus yang satu dengan estrus berikutnya.
Siklus estrus yang normal menandakan bahwa ternak betina memiliki organ, saluran dan
hormon reproduksi yang normal. Penundaan terhadap siklus estrus dapat berdampak pada
tertundanya atau tidak terjadinya perkawinan, kebuntingan dan kelahiran anak. Hal ini berarti
terjadi kegagalan reproduksi yang menyebabkan banyak kerugian dari segi waktu, tenaga dan
biaya pemeliharaan. Pada ternak sapi, siklus estrus terjadi 18 – 24 hari dengan rata-rata 21 hari
(Siswanto et al. (2013).
Umur perkawinan pertama sangat penting untuk memulai atau awal produksi dari
seekor ternak. Perkawinan pertama pada sapi betina dapat dilakukan pada munculnya birahi
yang ketiga, dimana ternak betina dinyatakan telah mencapai dewasa tubuh untuk siap
menerima dan menjaga kebuntingan, serta menjalani proses kelahiran normal. Pada sapi Bali
perkawinan pertama dilakukan rata-rata pada umur 20,15 ± 4,45 bulan dengan service per
conception (S/C) yaitu jumlah layanan perkawinan (konsepsi) untuk memperoleh satu
kebuntingan sebesar 1,79 ± 1,03 (Haryanto et al., 2015); 23,80 ± 2,25 (Bakhtiar et al., 2015).
Hal ini menggambarkan tingkat kesuburan sel telur dari betina mapun spermaozoa pejantan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |101
yang mengawini, dimana sekitar 48% betina memiliki S/C sebesar 1 dan 33% dengan S/C
sebesar 2 (Lubis dan Sitepu, 1998), dan S/s yang normal rata-rata 1,3 dengan kisaran 1,6 – 2,1.
Menurut Gunawan et al. (2017), S/C pada sapi Bali di Techno Park Banyumulek, NTB
adalah 1,39 – 1,46 dengan conception rate (CR) atau persentase sapi yang berhasil bunting
pada IB ke-1 sebesar 66,09 – 6,80%. Menurut Siswanto et al. (2013), S/C sebesar 1,65 ± 0,87
pada sapi Bali di Instalasi Pembibitan Pulukan, Bali, sedangkan di Jayapura sebesar 1,49 – 2
(Koibur, 2005). Sapi Bali yang ada di Kecamatan Pemayung, Batanghari memiliki nilai CR 45
– 48,88% (Hoesni, 2015). Lama bunting 216 – 300 hari, terbanyak 286 – 295 hari (49,3%);
276-285 hari (38,6%) Lubis dan Sitepu (1998); 74,14 – 79,33% dengan calving rate sebesar
70,27 – 76,28% (Koibur, 2005). Lama bunting sapi-sapi di Aceh adalah ± 279 hari hari untuk
anak jantan dan 274 hari untuk anak betina (Bakhtiar et al., 2015).
Umur beranak pertama sapi Bali adalah 1104,61 ± 23,82 hari (Siswanto et al., 2013).
Bobot lahir anak sebesar 18,4 ± 1,6 kg dengan kisaran pada pedet jantan antara 10,5 – 22 kg
atau rata-rata 18,9±1,4 kg dan pedet betina antara 13 – 26 kg atau rata-rata 17,9 ± 1,6 kg
(Prasojo et al., 2010). Ternak sapi betina akan mengalami estrus post-partum (estrus setelah
lahir ) atau postpartum ovarian activity antara 106 - 165 hari atau 106 - 125 hari sebesar 18,6%;
126 - 145 hari (26,6%) dan 146 - 165 hari (21,3%) . Frekuensi yang tinggi yaitu 54,5% pada
kisaran 106 - 165 hari (Lubis dan Sitepu, 1998). Sementara menurut Haryanto et al. (2015),
birahi pertama setelah melahirkan rata-rata 57,86 ± 55,23 hari dengan perkawinan postpartum
rata-rata 66,44 ± 59,03 hari pada sapi Bali di Pringsewu; 127 ± 33,13 sapi di Aceh (Bakhtiar
et al., 2015).
Jarak beranak (calving interval = CI) pada ternak sapi rata-rata 350,46 ± 27,98 hari
(Siswanto et al., 2013), dimana hal ini erat kaitannya dengan kondisi ternak, tatalaksana
pcinelillaman dan waktu serta teknik perkawinan. Kisaran CI antara 290 - 566 hari dengan
frekuensi terbesar antara 411 - 440 hari (26,68%), diikuti 351 - 390 hari (21,38%) dan 381 -
410 hari (18,68%) (Lubis dan Sitepu, 1998). Days open (DO) atau hari-hari kosong (periode
hari sejak ternak melahirkan hingga bunting kembali) sangat menentukan angka CI ternak
pada masing-masing sistem pemeliharaan. Pada pemeliharaan ekstensif tidak terjadi atau
kurang adanya campur tangan manusia pada reproduksi, sehingga kemungkinan DO akan lebih
panjang dibadingkan pada pemeliharaan semi-intensif. Periode DO pada sapi Bali berkisar 106
± 25,01 – 130,24 ± 38,31 (Supriyantono et al., 2008).
Secara umum sistem pemeliharaan terkait dengan pakan, kesehatan, keamanan fisik,
psikis dan keselamatan ternak serta sisi reproduksinya. Masalah manajemen reproduksi
merupakan kekurangan pada pemeliharaan ternak sapi di desa ini. Hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan dan banyaknya aktivitas mencari nafkah sehingga para peternak
memelihara ternak dengan apa seadanya. Meski telah mengikuti progran inseminasi buatan
(IB) untuk meningkatkan mutu dan jumlah produksi ternak sapi, tetapi umumnya peternak
tidak melakukan manajemen reproduksi dengan baik terutama penyapihan anak sapi secara
terencana. Akibatnya adalah jarak kelahiran anak sapi menjadi lama, yaitu berkisar 1,5 sampai
2 tahun. Tanpa disadari oleh peternak, bahwa telah terjadi banyak kerugian dari sisi waktu,
biaya dan tenaga untuk pemeliharaan, tetapi anak yang dihasilkan per fase reproduktif sangat
sedikit.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |102
Fase reproduktif dari induk sapi berkisar 5 sampai 6 tahun yaitu mulai umur 2 sampai
8 tahun dan setelah itu reproduktivitasnya menurun. Apabila pada fase reproduktif ini tidak
dimanfaatkan dengan baik, maka akan terjadi in-efisiensi. Keadaan ini juga terkait paradigma
dimana memelihara ternak hanya sebagai pekerjaan sampingan atau tabungan. Oleh karena itu,
perlu dilakukan efisiensi dengan menerapkan manajemen reproduksi yang baik dan tepat di
antaranya dengan mengatur penyapihan anak, induksi birahi dan perkawinan pasca lahir untuk
memperpendek interval kelahiran (jarak beranak). Manajemen reproduksi merupakan salah
satu faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan reproduksi dan meningkatkan
produksi ternak.
Permasalahan atau kendala yang dihadapi masyarakat peternak adalah kurangnya
pengetahuan dan informasi tentang bagaimana mengelola reproduksi dengan baik dan benar
agar diperoleh anak yang banyak dalam waktu yang cepat. Masalah lainnya adalah kurangnya
minat para genersi muda untuk beternak, sehingga pengelolaan ternak hanya dilakukan oleh
para orang tua dengan pengetahuan seadanya. Memilih sapi calon induk mungkin mereka
sudah biasa, tetapi bagaimana memanfaatkan ternak betina tersebut secara maksimal mereka
tidak tahu. Ternak hanya dipelihara, dierikan makan dan minum seadanya setiap hari, bahkan
tanpa berharap ternaknya akan dikawin dan akan menjadi banyak dari kelahiran anaknya, yang
penting mereka masih punya ternak untuk tabungan yang sewaktu-waktu dapat dijual.
Pada sisi lain, para orang tua juga sibuk mencari nafkah untuk keluarga, sehingga
ternak mereka yang penting dapat makan dan minum untuk mempertahankan hidup. Ketika
musim kemarau panjang tiba juga terjadi kesulitan mencari pakan ternak, sehingga tidak
jarang ternak kekurangan pakan. Hal ini akan berdampak pada siklus reproduksi ternak,
termasuk siklus birahi, perkawinan dan kelahiran.
Solusi yang ditawarkan adalah penerapan manajemen reproduksi yang terintegrasi
meliputi sinkronisasi estrus, deteksi birahi, perkawinan tepat waktu, manajemen induk bunting,
pemeliharaan dan penyapihan pedet (anak) tepat waktu, serta induksi birahi dan perkawinan
pasca kelahiran. Penerapan teknologi sinkronisasi estrus dapat membantu melakukan deteksi
birahi lebih tepat, sehingga perkawinan dapat dilakukan tepat waktu untuk mengasilkan angka
kebuntingan. Sinkronisaasi estrus juga dapat digunakan mengatur perkawinan untuk
memperpendek jarak beranak dari dua periode bernak yang berurutan (Sumadiasa et al., 2004).
Setelah masyarakat mengetahui dan memahami tentang manajemen reproduksi ini, diharapkan
akan terjadi pengaturan yang baik terhadap sistem reproduksi ternak mereka. Pada gilirannya,
jumlah anak yang diperoleh dalam periode reproduktif akan maksimal, efisiensi reproduksi
meningkat, menghemat waktu, biaya dan tenaga, serta meningkatkan pendapatan per satu
satuan waktu dan per satuan unit ternak. Target luaran yang akan dihasilkan adalah publikasi
ilmiah di jurnal Abdi Insani Unram, peningkatan pemahaman dan ketrampilan mitra dan brosur
hasil pengabdian yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan peternak. Selain itu, akan
meningkatkan populasi, produksi, pendapatan dan kesejahteraan peternak.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |103
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini cukup positif karena dapat menambah ilmu dan
pengetahuan masyarakat tentang manajemen reproduksi untuk mempercepat interval
kelahiran pada ternak sapi.
2. Manajemen reproduksi untuk memperpendek jarak kelahiran pada ternak sapi berpotensi
untuk diterapkan setelah masyarakat mengikuti kegiatan penyuluhan ini.
Saran
1. Diperlukan pembinaan yang terus-menerus kepada masyarakat peternak agar dapat
melaksanakan manajemen reproduksi dengan baik dan benar.
2. Perlu penerapan manajemen reproduksi yang terintegrasi mulai dari sinkronisasi estrus
hingga perkawinan pasca kelahiran.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Mataram dan Ketua
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat yang telah memberi dukungan
finansial untuk kegiatan pengabdian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Yusmadi dan Jamaliah, 2015. Kajian performans reproduksi sapi Aceh sebagai
informasi dasar dalam pelestarian plasma nutfah genetik ternak local. Jurnal Ilmiah
Peternakan, 3(2) : 29 – 33.
BPS. 2013. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Lingsar. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Lomok Barat 2013.
Gunawan M., E.M. Kaiin dan R. Ridwan, 2017. Peningkatan produktivitas sapi Bali melalui
inseminasi buatan dengan sperma sexing di Techno Park Banyumulek, Nusa Tenggara
Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 3(2) : 216 – 219.
Haryanto D., M. Hartono dan S. Suharyati, 2015. Beberapa faktor yang memengaruhi service
per conception pada sapi Bali di Kabupaten Pringsewu. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu, 3(3) : 145 – 150.
Hoesni F., 2015. Pengaruh keberhasilan inseminasi buatan (ib) antara sapi Bali dara dengan
sapi Bali yang pernah beranak di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari, Jambi, 15(4) : 20 – 27.
Koibur J.F., 2005. Evaluasi tingkat keberiiasilan pelaksanaan program inseminasi buatan pada
sapi bali di kabtjpaten jayapura. Buletin Peternakan, 29 (3) : 150 – 155.
Lubis A.M. dan P. Sitepu, 1998. Performans reproduksi sapi bali dan potensinya sebagai
Breeding stock di Kecamatan Lampung Utara. Seminar Nasional Peternakan dan
Veteriner 1998. Balai Penelitian Temak, Bogor.
Partodihardjo, S., 1985. Fisiologi Reproduksi Ternak. Penerbit Mutira, Jakarta.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |104
Prasojo G., I. Arifiantini dan K. Mohamad, 2010. Korelasi Antara Lama Kebuntingan, Bobot
Lahir dan Jenis Kelamin Pedet Hasil Inseminasi Buatan pada Sapi Bali. Jurnal Veteriner,
11(1) : 41 – 45.
Siswanto M., N.W. Patmawati, N.N. Trinayani, IN. Wandia dan IK. Puja, 2013. Penampilan
Reproduksi Sapi Bali pada Peternakan Intensif di Instalasi Pembibitan Pulukan. Jurnal
Ilmu dan Kesehatan Hewan, 1(1) : 11 – 15.
Sumadiasa IW.L., O. Januarianto dan HY. Lukman, 2004. Penerapan teknologi inseminasi
buatan untuk meningkatkan mutu genetik kambing lokal dengan spermatozoa kambing
peranakan Etawah (PE). Kerjasama Fakultas Peternakan Unram dengan Dinas
Peternakan Kabupaten Sampang, Madura-Jawa Timur.
Sumadiasa IWL. dan E. Yuliani, 2006. Kinerja jaringan maternal dan agen krioprotektan
terhadap ekspresi protein spesifik embrio kambing hasil seksing sebagai sinyal
kebuntingan dini. Laporan Penelitian. Unit Pelayanan Teknis Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (UPT-MIPA) Universitas Mataram.
Sumadiasa IW.L., A. Aziz, I.P. Mantika, Burhan dan D. Supriadin, 2018. Performans
reproduksi ternak sapi pada pemeliharaan ekstensif dan semi-intensif di Kecamatan Bolo
kabupaten Bima. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
Supriyantono A., L. Hakim, Suyadi dan Ismudiono, 2008. Performansi sapi Bali pada tiga
daerah di Provinsi Bali. Berk. Penel. Hayati, (13) : 147 – 152.
Tomaszewska M.W.; I K. Sutama; I G. Putu dan T.D. Chaniago, 1991. Reproduksi tingkah
laku dan produksi ternak di Indonesia. P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winarso B., 2009. Pengembangan ternak sapi potong dalam mendukung program
pengembangan swasembada daging di Nusa Tenggara Barat. Pusat anaisis sosial
ekonomi dan kebijakan pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian. ICASEPS Working Paper No. 98.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |105
Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Aplikasi E-Zakat untuk
Pembayaran Zakat secara Online pada Staf Pengajar dan Pegawai di
TK/PAUD Rinjani Universitas Mataram
𝐈𝐧𝐝𝐫𝐢𝐚 𝐏𝐮𝐬𝐩𝐢𝐭𝐚𝐬𝐚𝐫𝐢 𝐋𝐞𝐧𝐚𝐩 ∗, 𝐄𝐥𝐢𝐧 𝐄𝐫𝐥𝐢𝐧𝐚 𝐒𝐚𝐬𝐚𝐧𝐭𝐢, Nina Karina Karim,
𝐍𝐮𝐧𝐠𝐤𝐢 𝐊𝐚𝐫𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐒𝐚𝐫𝐢
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
Sosialisasi,
Pelatihan, Aplikasi
e-zakat,
Pembayaran Zakat
Online
Abstrak: Zakat online adalah mekanisme pembayaran zakat yang dilakukan
secara online seperti ATM, internet, website dan zakat provider yang
memudahkan muzakki untuk menyalurkan zakatnya. Kegiatan ini bertujuan
untuk memberikan edukasi dalam pemanfaatan aplikasi e-zakat dalam
bentuk sosialisasi dan pelatihan sehingga mendorong pegawai dan staf
pengajar di lingkungan TK/PAUD Rinjani Universitas Mataram untuk
memanfaatkan e-zakat sebagai cara praktis dalam membayar zakat melalui
sistem online, khususnya zakat penghasilan mereka, karena penggunaan
media online jelas memberi kemudahan dari segi waktu dan biaya.
Kegiatan sosialisasi dimulai dengan pencarian informasi tentang
pengetahuan peserta akan sistem pembayaran zakat menggunakan aplikasi
e-zakat. Hasil menunjukkan bahwa belum ada satupun dari peserta yang
pernah memanfaatkan aplikasi e-zakat dalam membayar zakatnya.Kegiatan
pelatihan yang dilakukan mencakup penjelasan tentang zakat dan simulasi
pembayaran zakat online melalui BAZNAS dan LAZISMU. Selain itu,
diajarkan juga bagaimana cara menghitung zakat khususnya zakat
penghasilan baik secara manual maupun dengan memanfaatkan menu
kalkulator zakat pada aplikasi yang tersedia. Secara umum, tidak
ditemukan masalah yang berarti dalam pengoperasian aplikasi.Hal ini
dikarenakan peserta sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan memadai
dalam pengoperasian sistem maupun aplikasi online.Begitupun dengan
perhitungan zakat, peserta sudah paham dengan cara perhitungan zakat
menggunakan kalkulator zakat. Kemudahan akses dan pengetahuan peserta
tentang langkah pembayaran zakat membuat proses menjadi lebih mudah.
Kepastian pembayaran juga diperkuat dengan adanya kiriman konfirmasi
secara otomatis baik berupa email maupun sms dari lembaga ataupun
organisasi pengelola zakat yang dijadikan sebagai media pembayaran zakat
secara online.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Zakat merupakan salah satu pilar dalam Islam yang hukumnya wajib bagi setiap
muslim dan pembayarannya sesuai dengan ketentuan hukum syara’.Seluruh umat Islam
tentunya sudah paham benar atas kewajiban membayar zakat. Data penghimpunan dan
penyaluran zakat di provinsi Nusa Tenggara Barat selama tahun 2014 sampai dengan 2017
menunjukkan kenaikan setiap tahunnya. Di mana, pada tahun 2014 jumlah zakat terkumpul
sebesar 4.8 miliar rupiah dan meningkat tajam di tahun 2017 menjadi 16.1 miliar rupiah.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |106
Sejalan dengan itu, penyaluran zakat di tahun 2014 sebesar 4.1 miliar rupiah dan di tahun 2017
menjadi 16.7 miliar rupiah. Hal ini tentunya menjadi prestasi tersendiri bagi BAZNAS NTB.
Tabel 1.1. Data laporan penghimpunan dan penyaluran zakat BAZNAS NTB tahun 2014-
2017
Tahun Jumlah dana tersalurkan
(dalam jutaan rupiah)
Jumlah dana terkumpul
(dalam jutaan rupiah)
2014 4.179 4.876
2015 6.309 6.051
2016 5.075 7.309
2017 16.751 16.105
Dalam prakteknya, sebagian besar masyarakat melakukan pembayaran zakat dengan
cara tradisional, tidak terkecuali para pegawai dan staf pengajar di TK/PAUD Rinjani
Universitas Mataram. Pada kenyataannya, terdapat beberapa kelemahan dari cara
menyerahkan zakat langsung kepada mustahiq yaitu, kegunaan zakat terbatas hanya untuk
tujuan pemenuhan kebutuhan pokok konsumtif, pembayaran zakat oleh muzakki kurang
terukur, dan kemungkinan tidak tuntas. Sebaliknya bagi mustahik, penggunaan atau
pemakaiannya juga tidak terarah, karena jumlah zakat yang diterima tidak tentu setiap
waktunya (Yuskar, 2013). Dari sisi keamanan, akan lebih riskan mengantarkan sejumlah uang
untuk disetorkan kepada lembaga zakat. Untuk itu, akan lebih aman dan menghemat waktu
serta biaya jika muzakki melakukan pembayaran secara online.
Zakat online adalah mekanisme pembayaran zakat yang dilakukan secara online seperti
ATM, internet, website dan zakat provider yang memudahkan muzakki untuk menyalurkan
zakatnya. Di mana, cara penyerahan zakat tidak lagi melalui akad penyerahan (Aenimustafa,
2019). Akan tetapi, perlu menjadi perhatian bagi muslim yang ingin membayar zakat secara
daring atau online adalah memilih lembaga amil zakat yang terpercaya.
Hal yang patut dilakukan oleh jika melakukan pembayaran secara online adalah
melakukan konfirmasi ke lembaga amil zakat yang bersangkutan dan disertai dengan
konfirmasi dalam bentuk pernyataan secara tertulis setelah membayar zakat ke rekening yang
telah ditentukan oleh lembaga amil zakat.Konfirmasi ini dimaksudkan untuk memudahkan
amil mendistribusikan zakat kepada mereka yang berhak menerima zakat
(www.dalamislam.com).
Pemanfaatan aplikasi digital sebagai media membayar zakat masih kurang populer di
masyarakat termasuk bagi para pegawai dan staf pengajar di TK/PAUD Rinjani Universitas
Mataram, padahal penggunaan media online jelas memberi kemudahan dari segi waktu dan
biaya.Karena, tidak dapat dipungkiri bahwa dengan segala kesibukan dan aktivitas pekerjaan,
masyarakat tentunya kurang memperhatikan masalah pembayaran zakat.Terlebih lagi, banyak
masyarakat yang masih belum paham tentang bagaimana menghitung dan ke mana mereka
menyalurkan zakatnya.Termasuk para pegawai dan staf pengajar di TK/PAUD Rinjani
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |107
Universitas Mataram.Untuk itu, perlu dilakukan sosialisasi aplikasi e-zakat disertai dengan
praktek penggunaannya.
Saat ini, cukup banyak aplikasi zakat yang bisa digunakan untuk membayar zakat
secara online. Oleh karena itu, tim pengabdian berinisiatif untuk mendorong masyarakat untuk
memanfaatkan aplikasi e-zakat dan mengajarkan simulasi perhitungan dan pembayaran zakat
yang tersedia pada aplikasi e-zakat. Mengingat, hampir seluruh lapisan masyarakat sudah
familiar dengan gadget sehingga tidak begitu sulit bagi mereka untuk menggunakan aplikasi
online.
Dengan diadakannya sosialisasi aplikasi e-zakat dan praktek penggunaannya,
diharapkan para pegawai dan staf pengajar di TK/PAUD Rinjani Universitas Mataram dapat
langsung menerapkan cara pembayaran zakat online dalam menyalurkan zakat. Lebih dari itu,
mereka dapat mengajak kerabat dan lingkungannya untuk dapat menggunakan aplikasi e-zakat
METODE KEGIATAN
Metode dan pendekatan yang digunakan untuk mencapai kompetensi sosialisasi dan
pelatihan adalah metode partisipatif berbasis teknologi informasi dengan pendekatan
andragogi.Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran untuk orang
dewasa.Komponen pembelajaran ini mencakup dua hal yaitu penyampaian materi secara
searah (ceramah dan tutorial) sebesar 50% dan sesi praktik sebesar 50%. Adapun tahapan dan
materi pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan metode ceramah, tutorial,
praktik dan diskusi dengan langkah-langkah berikut ini :
1. Metode ceramah
Peserta diberikan pengetahuan dan pemahaman melalui presentasi oleh pemateri serta
motivasi agar memiliki kemauan untuk menggunakan aplikasi e-zakat dalam membayar
zakat.Metode ini dilakukan selama 1/2 jam.
2. Metode tutorial
Peserta diberikan handbook yang berisi langkah-langkah perhitungan dan pembayaran
zakat, serta diberikan pengarahan dan simulasi menggunakan aplikasi e-zakat dalam membayar
zakat. Metode ini dilakukan selama 1/2 jam.
3. Sesi praktik
Peserta mempraktikkan aplikasi e-zakat untuk menghitung dan membayar zakatnya
sendiri.Metode ini dilakukan selama 1 jam.
4. Metode diskusi
Peserta diberikan kesempatan untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi berkaitan
dengan kesulitan dalam aspek pengoperasian aplikasi dan perhitungan zakat.Metode ini
dilakukan selama 1 jam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan edukasi dalam pemanfaatan
aplikasi e-zakat dalam bentuk sosialisasi dan pelatihan sehingga dapat mendorong para
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |108
pegawai dan staf pengajar di lingkungan TK/PAUD Rinjani Universitas Mataram untuk
memanfaatkan aplikasi e-zakat sebagai cara praktis dalam membayar zakat melalui sistem
online, khususnya zakat penghasilan mereka. Pembayaran zakat secara online tidaklah
bertentangan dengan syariat Islam. Syaikh Yusuf Al-Qardhawi menyatakan bahwa seorang
pemberi zakat tidak harus menyatakan secara langsung kepada mustahik bahwa dana yang
diberikan adalah zakat. Selain itu, jika seorang pemberi zakat tidak menyatakan kepada
penerima zakat bahwa yang ia berikan adalah zakat, maka zakatnya tetap sah. Dengan
demikian, jika pemberi zakat menyalurkan zakat secara daring atau online melalui lembaga
amil zakat terpercaya maka sah dan diperbolehkan hukumnya dalam Islam.
Materi disampaikan mulai dari dari sesi ceramah yang berisi sosialisasi tentang zakat dan
sistem pembayaran zakat online.Sesi sosialisasi ini dimulai dengan pencarian informasi tentang
pengetahuan peserta akan sistem pembayaran zakat menggunakan aplikasi e-zakat. Dari
informasi yang diperoleh, diambil kesimpulan bahwa seluruh peserta belum pernah sama sekali
memanfaatkan aplikasi e-zakat dalam menjalankan kewajiban zakatnya. Sistem pembayaran
yang selama ini dilakukan adalah dengan mendatangi secara langsung outlet zakat yang
terdapat di kantor lembaga atau organisasi pengelola zakat baik milik pemerintah maupun
swasta yang tentunya akan memakan waktu dan tenaga yang lebih besar dibandingkan dengan
memanfaatkan falisitas pembayaran zakat secara online.
Pada sesi ini, seluruh peserta diberikan materi dalam bentuk power point yang mencakup
penjelasan tentang zakat dan simulasi pembayaran zakat melalui lembaga zakat milik
pemerintah yaitu BAZNAS dan organisasi pengelola zakat (OPZ) milik swasta yaitu
LAZISMU.Kedua bentuk saluran pembayaran zakat secara online ini dipilih untuk
memperkenalkan dan memberikan wawasan bagi peserta bahwa terdapat berbagai pilihan
dalam pembayaran zakat secara online.Secara khusus, BAZNAS memiliki beberapa platform
yang dapat digunakan sebagai media pembayaran zakat.Pertama, BAZNAS Platform,
merupakan aplikasi digital pertama yang dikeluarkan oleh BAZNAS dan aplikasi ini dapat
diunduh di App Store dan Google Play.Kedua, BAZNAS bekerjasama dengan berbagai
aplikasi toko online besar di Indonesia.Kerjasama ini dilakukan dengan 18 e-commerce yang
tentunya memiliki banyak konsumen.Ketiga, melalui Social Media Platform.
Gambar 1dan 2. Peserta mendengarkan penjelasan pemateri
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |109
Gambar 3. Salah satu slide mengenai zakat
online
Gambar 4. Sesi diskusi dan praktik
Metode kedua yaitu berupa tutorial, di mana peserta diberikan materi yang berisi
bagaimana cara menghitung zakat khususnya zakat penghasilan menggunakan kalkulator zakat
baik secara manual maupun dengan memanfaatkan menu pada aplikasi yang tersedia, serta
diberikan pengarahan dan simulasi menggunakan aplikasi e-zakat dalam membayar zakat.
Simulasi dimulai dari langkah-langkah pembayaran zakat online menggunakan aplikasi
BAZNAS dan berbagai media e-commerce yang bekerjasama dengan BAZNAS, dilanjutkan
dengan aplikasi LAZISMU.
Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi praktik. Pada sesi ini, peserta memilih aplikasi e-
zakat yang diinginkan baik melalui platform yang dimiliki BAZNAS maupun LAZISMU
ataupun lembaga/organisasi pengelola zakat lain yang terpercaya untuk menghitung dan
membayar zakatnya sendiri. Kemudahan akses dan pengetahuan peserta akan cara dan langkah
pembayaran zakat membuat proses menjadi lebih mudah. Kepastian pembayaran juga
diperkuat dengan adanya kiriman konfirmasi secara otomatis baik berupa email maupun sms
dari lembaga ataupun organisasi pengelola zakat yang dijadikan sebagai media pembayaran
zakat secara online.
Sesi terakhir yaitu diskusi, di mana para peserta diberikan kesempatan untuk
mendiskusikan masalah yang dihadapi berkaitan dengan kesulitan dalam aspek pengoperasian
aplikasi dan perhitungan zakat.Namun dari pengamatan secara umum, tidak ditemukan
masalah yang berarti dalam pengoperasian aplikasi.Hal ini dikarenakan, para peserta sudah
memiliki pengalaman dan pengetahuan memadai dalam pengoperasian sistem maupun aplikasi
online.Begitupun dengan perhitungan zakat, para peserta sudah paham dengan cara
perhitungan zakat menggunakan kalkulator zakat karena sudah disosialisasikan pada sesi
sebelumnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Seluruh peserta sosialisasi dan pelatihan belum pernah sama sekali memanfaatkan aplikasi
e-zakat dalam menjalankan kewajiban zakatnya. Sistem pembayaran yang selama ini
dilakukan adalah dengan mendatangi secara langsung outlet zakat yang terdapat di kantor
lembaga atau organisasi pengelola zakat baik milik pemerintah maupun swasta.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |110
2. Sosialisasi dan simulasi di arahkan pada proses dan langkah-langkah pembayaran zakat
melalui aplikasi e-zakat beserta kalkulator zakat melalui lembaga zakat milik pemerintah
yaitu BAZNAS dan organisasi pengelola zakat (OPZ) milik swasta yaitu LAZISMU.
Kedua bentuk saluran pembayaran zakat secara online ini dipilih untuk memperkenalkan
dan memberikan wawasan bagi peserta bahwa terdapat berbagai pilihan dalam
pembayaran zakat secara online.
3. Tidak ditemukan masalah yang berarti dalam hal aspek pengoperasian aplikasi.
Kemudahan akses dan pengetahuan peserta akan cara dan langkah pembayaran zakat
membuat proses menjadi lebih mudah. Kepastian pembayaran juga diperkuat dengan
adanya kiriman konfirmasi secara otomatis baik berupa email maupun sms dari lembaga
ataupun organisasi pengelola zakat yang dijadikan sebagai media pembayaran zakat secara
online.
Saran
Lembaga dan organisasi pengelola zakat baik milik pemerintah seperti BAZNAS
maupun swasta seperti LAZISMU harus berinisiatif untuk lebih giat dalam menyelesaikan
permasalahan minimnya pengetahuan tentang pembayaran zakat melalui aplikasi e-zakat
melalui berbagai kegiatan sosialisasi dan pelatihan yang diadakan bagi seluruh lapisan
masyarakat dalam rangka menyerap seluruh potensi zakat yang ada di masyarakat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Mataram yang telah memberi dukungan financial terhadap pengabdian
ini. Serta, kepada Pembina, Kepala Sekolah, Staf Pengajar dan Pegawai TK/PAUD Rinjani
Universitas Mataram atas perkenannya mengijinkan tim kami untuk melaksanakan
pengabdian.
DAFTAR PUSTAKA
Aenimustafa. L.2019. Manajemen PKPU (IZI) Dalam Pengelolaan Zakat
Online.www.academia.edu.
Putra, R.J.E., N. Nasution., Yummastian . 2015. Aplikasi E-Zakat Penerimaan dan Penyaluran
Menggunakan Fuzzy C Means (Studi Kasus : LAZISMU Pekanbaru). Jurnal Teknologi
Informasi & Komunikasi Digital Zone, Volume 6, Nomor 2, November 2015: 42-54.
Yuskar.2013. Kajian Efektivitas Pengelolaan Zakat sebagai Suatu Usaha untuk Pemberdayaan
Masyarakat dan Pengentasan Kemiskinan di Kota Padang.Jurnal Kajian Akuntansi dan
Auditing Vol. 8, No 1, April 2013.
www. baznas.go.id
www. baznasntb.or.id
www.dalamislam.com
https://www.tempo.co/tag/zakat.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |111
Analisis Informasi Ekonomi dan Penggunaan Teknologi Informasi Pada
Industri Kreatif di Jawa, Bali Dan Nusra
I Made Endra Kartika Yudha*, Ida Bagus Putu Purbadharmaja
Faculty Of Economics and Business, Udayana University,
Jimbaran, Badung, Indonesia
Kata Kunci:
ketidakpastian
lingkungan,
akuntabilitas,
tekanan eksternal,
pengendalian
internal, dan
komitmen
manajemen
Abstrak: Informasi dan cara mengakses informasi merupakan hal peting
dalam menentukan keputusan ekonomi. Kepemilikan informasi keuangan
seperti laporan keuangan dalam sebuah perusahaan akan memberikan
pengaruh terhadap pembuatan keputusan dan kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan modal usaha. Semakin baik kualitas informasi
keuangan dan ekonomi dari sebuah perusahaan maka dipastikan
perkembangan perusahaan tersebut akan semakin baik. Apabila informasi
keuangan dan ekonomi tidak lengkap maka akan terjadi masalah yang
disebut asymetric information. Informasi yang tidak sempurna akan
menyebabkan kesulitan bagi pemerintah untuk menentukan arah kebijakan
khususnya dalam membuat kebijakan untuk mendukung perkembangan
industri kreatif di Indonesia. Industri kreatif harus dikelola secara baik dan
memiliki manajemen keuangan yang lengkap. Apabila perusahaan dan
pelaku dalam industri kreatif tidak memiliki informasi yang sempurna maka
tentu akan menyulitkan investor untuk menanamkan modalnya. Selain itu
penggunaan teknologi informasi seperti internet akan menentukan kualitas
informasi bagi pelaku dan perusahaan dalam industri kreatif dan konsumen
barang hasil produksi dari industri kreatif. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui karakteristik informasi laporan keuangan dan
penggunaan teknologi informasi berupa internet dari setiap provinsi di
Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Data yang digunakan adalah data time
series yang berasal dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2016.
Data tersebut antara lain adalah data mengenai kepemilikan laporan
keuangan dan data penggunaan internet oleh pelaku industri kreatif di setiap
Provinsi Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Daerah Istimewa Jogjakarta memiliki
karakteristik yang mirip dengan memiliki kualitas penggunaan internet
yang baik dan kepemilikan laporan keuangan yang baik dibandingkan
daerah lain, sehingga industri kreatif di daerah ini memiliki kinerja yang
baik dalam mengakses pasar dan memiliki manajemen keuangan yang baik
serta minim masalah adverse selection dan moral hazard.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Informasi adalah representasi dari pengetahuan, informasi juga merupakan data di
dalam lingkungan yang diperoleh dari jarak sebuah rangsangan lingkungan dan fenomena,
selain itu informasi juga bagian dari proses komunikasi yang berisi mengenai huruf dan data,
informasi juga merupakan sumber atau komoditas (Madden, 2000). Informasi digunakan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |112
dalam setiap lini kehidupan sebagai alat untuk membuat keputuan yang tepat. Kebutuhan
akan informasi sangat tinggi untuk menentukan keputusan – keputusan yang menghasilkan
hasil yang efesien dan efektif. Informasi yang tidak sempurna akan menghasilkan kesalahan
dalam pembuatan kebijakan atau kesalahan dalam menentukan pilihan sehingga
menyebabkan kerugian yang dapat dialami baik itu pemerintah, perusahaan, dan konsumen.
Informasi lengkap dan sempurna yang hanya dimiliki oleh satu pihak dan pihak lain tidak
memiliki informasi disebut sebagai asymetric information. Asymetric information terjadi saat
satu pihak terlibat pada proses transaksi menerima informasi yang lebih dapat dipercaya atau
mendapatkan informasi yang lebih dibandingkan dengan pihak lain (Nurcholisah, 2016).
Asymetric information yang menyebabkan kesalahan menentukan pilihan disebut sebagai
adverse selection. Asymetric information juga menyebabkan terjadinya moral hazard, ini
berarti salah satu pihak misalnya principle tidak dapat mengawasi tindakan pihak lain
misalnya agent, sehingga akan terjadi kerugian pada pihak principle (Furboton and Ricther,
1998).
Informasi penting dalam perekonomian dan kegiatan usaha serta bisnis adalah
laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan yang menggambarkan kondisi
keuangan sebuah lembaga baik lembaga yang bersifat profit dan non-profit. Fungsi utama
dari laporan keuangan untuk menyediakan informasi mengenai keadaan keuangan, kinerja
keuangan, dan dari bisnis yang akan membantu pengguna laporan untuk membuat keputusan
(Salehi et al, 2014). Laporan keuangan dalam kegiatan usaha dan bisnis juga digunakan oleh
bank dan investor untuk memberikan pinjaman untuk modal usaha, dan sebagai acuan bagi
investor untuk menginvestasikan uang atau modalnya di sebuah usaha atau bisnis. Aktifitas
publikasi informasi dari petugas investor relations (IR) dapat menurunkan masalah adverse
selection yang berasal dari informasi yang tidak sempurna antara penjual dan pembeli di
dalam pasar saham (Rodrigues and Galdi, 2017). Ini menunjukkan bahwa informasi
keuangan menjadi sangat penting untuk menentukan keputusan. Kepemilikan informasi
keuangan menjadi sangat penting saat ini, tanpa ada informasi keuangan dalam bentuk
laporan maka tentu akan berpengaruh terhadap perkembangan usaha dan bisnis. Semakin
besar sebuah usaha dan bisnis, maka kepemilikan laporan keuangan adalah wajib. Namun
masih banyak juga usaha dan bisnis di dalam industri yang belum memiliki laporan
keuangan. Ini berdampak kepada perkembangan industri tersebut. Semakin lengkap dan
sempurna sebuah laporan keuangan, maka ini akan semakin baik bagi lembaga seperti bank
dan non serta para investor yang akan memberikan dananya untuk dikelola oleh sebuah usaha
dan bisnis. Asymetric information dalam perbankan dapat menyebabkan terjadinya adverse
selection. Pada penelitian yang dilakukan oleh Crawford et al (2018), ditemukan bukti bahwa
peningkatan masalah adverse selection akan menyebabkan peningkatan bunga dan standar
serta menurunkan penawaran kredit. Penurunan penawaran kredit dari bank tentu akan
memberikan dampak buruk terhadap perekonomian khsusunya pada sebuah industri.
Informasi keuanga yang tidak lengkap dan tidak sempurna akan menyebabkan pihak bank
atau investor akan kesulitan menentukan kebutuhan modal dan dana yang dibutukan untuk
membuat sebuah usaha dan bisnis dapat tumbuh dengan baik. Informasi keuangan yang baik
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |113
akan memberikan gambaran kepada pihak bank atau investor mengenai keberlangsungan
bisnis atau sebuah usaha di dalam industri di masa yang akan datang. Sehingga hal ini menjadi
sangat penting dan urgent untuk mengembangkan sebuah industri khususnya seperti industri
kreatif.
Perkembangan penyebaran informasi telah semakin cepat dibandingkan beberapa
dekade yang lalu. Informasi dapat tersebar dengan sangat cepat melalui teknologi informasi
berupa internet. Teknologi informasi berupa internet telah menjadi sarana untuk memberikan
dan mengakses informasi yang terkait dengan berbagai aspek kehidupan. Terdapat hubungan
yang jelas antara kematangan ekosistem internt dan peningkatan standar hidup, bahwa
kematangan internet pengalaman dari negara maju selama 15 tahun terakhir memiliki
hubungan yang sangat kuat dengan peningkatan PDB dengan rata-rata $500 sepanjang
periode ini, bila dibandingkan dengan masa revolusi industri, perlu 50 tahun untuk mencapai
hasil yang sama di masa sama dengan pencapaian yang diakibatkan oleh internet (Maynika
dan Roxburg, 2011). Penggunaan internet telah memberikan dampak positif terutama
pertumbuhan bisnis dan berbagai jenis usaha. Menurut Apăvăloaie (2004) bahwa internet
telah merubah berbagai aspek kehidupan, namun lingkungan bisnis yang paling dipengaruhi
dari perubahan dan perubahan yang signifikan, dimana e-busines menjadi area didalam
kekuatan dari teknologi informasi tradisional yang terintergrasi dengan internet dan juga
bekerja dengan visi bisnis yang baru.
Hal ini menyebablan internet sudah menjadi kebutuhan primer dan tentu menjadi
faktor penting dalam pengembangan usaha kecil dan menengah dalam industri termasuk
dalam industri kreatif. Internet dapat menyebabkan small and medium enterprises (SMEs)
menghasilkan keuntungan dari internet dengan perusahaan memotong biaya dan
meningkatkan keuntungan dari peningkatan dalam komunikasi dan mengakses informasi
serta serta pemasaran (Guerriero, 2015). Internet dapat membuat SMEs merasakan dunia
tanpa batas, dimana SMEs dapat berkompetisi dengan perusahaan multinasional dengan
mengakses pasar yang berada di luar jangkuan (Dean et al, 2012). Perkembangan dalam
penggunaan internet tidak berarti seluruh pelaku dalam industri dapat menggunakannya
dengan baik dan maksimal, namun disisi lain masih banyak juga pelaku industri khususnya
dalam industri kreatif tidak mempunyai kemampuan untuk mengakses dan menggunakan
internet dengan baik. Untuk itu perlu diketahui menganai karakteristik industri kreatif di
Jawa, Bali dan Nusra berdasarkan kepemilikan laporan keuangan dan penggunaan internet.
Sehingga diketahui bahwa daerah mana yang memiliki kondisi karakteristik dengan
kepemilikan laporan keuangan paling sedikit dan penggunaan internet terendah. Sehingga
dapat dibuat kebijakan untuk meningkatkan kualitas tersebut, dan dapat diketahui juga
daerah mana yang memiliki kinerja tinggi dan sudah memiliki manajemen keuangan yang
rapi dan baik terukur dari kepemilikan laporan keuangan.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |114
METODE KEGIATAN
Pada penelitian ini menggunakan data rasio penggunaan internet dan kepemilikan
laporan keuangan terhadap total pelaku industri di setiap provinsi di Jawa, Bali dan Nusra pada
tahun 2016, data bersumber dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia. Pada penelitian untuk
menjelaskan karakteristik dari masing-masing daerah maka digunakan alat analisis
multidimensional scaling (MDS). multidimensional scaling (MDS) merupakan model yang
berhubungan dengan variasi dari model geometri yang mendefinisikan dari hubungan alami
dari representasi spasial dan teknik yang berbeda untuk mencocokan beberapa model dari data,
pada teknik MDS objek yang mirip akan didekatkan pada peta multidimensi ruang yang sama,
semakin dekat objek tersebut dengan objek lain pada satu peta dimensi maka semakin mirp
antara satu objek dengan objek lain (Weinberg, 1991). Ini berarti model ini berusa untuk
mencari atau mengkelompokkan objek dengan karakteristik yang sama dalam satu ruang
multidimensi. Model MDS yang baik adalah model yang memiliki nilai STRESS dibawah 2,5.
Apabila nilai STRESS dibawah 2,5 maka model tersebut menunjukkan hubungan monoton
yang terbentuk antara ketidaksamaan dengan jarak antara pasangan objek menjadi ukuran baru
semakin baik dan kriteria peta persepsi yang terbentuk berarti sempurna, sehingga model layak
digunakan (Putri et al, 2018). Alat analisis ini akan membagi setiap karakteristiknya dengan 4
kuardaran. Kuardran pertama (K.I) adalah daerah yang rasio kepemilikan dan rasio penggunaan
internetnya sangat rendah dan kepemilikan laporan keuangan yang rendah. Kuardaran kedua
(K.II) adalah daerah yang memiliki rasio kepemilikan laporan keuangan yang tinggi namun
rasio penggunaan internetnya cukup rendah. Kuardran ketiga (K.III) adalah daerah yang
memiliki penggunaan rasio internet yang tinggi namun memiliki rasio kepemilikan laporan
keuangan yang rendah. Kuardran empat (K.IV) adalah daerah yang memiliki kepemilikan rasio
keuangan yang tinggi dan penggunaan internet yang tinggi pula. Rasio keempat merupakan
rasio yang utama dalam penelitian ini
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kepemilikan laporan keuangan adalah gambaran kualitas mengenai kepemilikan
informasi pada industri kreatif di Jawa, Bali, dan Nusra. Penggunaan internet adalah gambaran
kemampuan industri dalam mengakses internet untuk mendapatkan informasi dan memberikan
informasi kepada pembeli dan stakeholder yang berkepentingan. Kepemilikan laporan
keuangan dan pengguaan internet menjadi dua indikator sebagai karakteristik industri kreatif
di Jawa, Bali dan Nusra. Untuk daerah NTT dan Jatim merupakan daerah dengan karakteristik
dimana daerah ini memiliki kemiripan yang samaa dengan kecenderungan kepemilikan laporan
keuangan yang relatif rendah dan penggunaan internet yang rendah. NTT dan Jatim termasuk
daerah yang masuk dalam kuadran satu (K.I). Pada kuardran satu ini berarti industri pada
kuardran tersebut memiliki resiko adverse selection dan moral hazard dan kinerja yang rendah
untuk masuk ke dalam pasar baru karena jumlah penggunaan internet paling sedikit
dibandingkan daerah lain. Untuk Jawa Tengah, Banten, dan NTB merupakan provinsi yang
memiliki karateristik yang sama berada di dalam kuardran II (K.II). Banten merupakan daerah
yang memiliki laporan keuangan yang paling tinggi dibandingkan seluruh provinsi di Jawa,
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |115
Bali, dan Nusra. Ini berarti Banten memiliki resiko terjadinya moral hazard dan adverse
selection yang terendah dibandingkan daerah lain, namun memiliki kelemahan berupa
kekurangan penggunaan internet pada industri kreatifnya sehingga memiliki kekurangan
kemampuan untuk mengakses pasar yang lebih luas dan meningkatkan ketungan. Berikut
merupakan peta karakteristik industri kreatif pada masing-masing daerah.
Gambar 1. Karakteristik Industri Kreatif pada Masing-masing Provinsi di Jawa, Bali, dan Nusra
Bali merupakan wilayah yang masuk ke dalam kuardran 3 . Pada kuardran ketiga (K.III),
Provinsi Bali cenderung memiliki industri yang menggunakan internet lebih banyak
dibandingkan Provinsi pada kuardran 1 dan 2. Namun Provinsi Bali memiliki karakeristik
industri kreatif yang memiliki penggunaan internet yang tinggi namun disisi lain, jumlah
laporan keuangan yang lebih sedikit dibandingkan provinsi di kuardran 2. Ini berarti pada
Industri kreatif di Provinsi bali terdapat kemungkinan terjadinya masalah adverse selection dan
moral hazard, dibandingkan provinsi lain di
kuardran 2 dan 4. Pada industri kreati di Provinsi Bali memiliki kelebihan berupa
kemampuan untuk mendapatkan pasar yang lebih besar dan luas serta mampu mengurangi
biaya dan meningkatkan keuntungan seperti temuan Guerriero (2015) dan Dean et al (2012)
pada kasus SMEs. Kelemahanya dari industri kreatif di Provinsi Bali adalah kurangnya
informasi keuangan sehingga hal ini menyebabkan permasalahan kepercayaan terhadap
industri kreatif di Provinsi Bali khususnya bagi investor dan bank. Semakin baik sebuah usaha
memiliki laporan keuangan, maka hal ini dapat meningkatkan kepercayaan bagi investor atau
pihak bank. Tentu dengan laporan keuangan yang baik akan menyebabkan akan memudahkan
pihak terkait dalam mengambil keputusan.
Provinsi Jawa Barat, Daerah Istimewa Jogjakarta (DIY), dan Jakarta merupakan daerah
yang masuk dalam kuardran IV. Pada kuardaran IV merupakan kuardran yang dengan
karakteristik yaitu memiliki kencenderungan penggunaan internet yang tinggi dan jumlah
kepemilikan laporan keuangan yang lebih tinggi dibandingkan kuardran I, II, III. Pada kuardran
ini, industri sudah tergolong lebih maju dan memiliki manajemen keuangan yang baik. Industri
kreatif pada ketiga wilayah ini memiliki manajemen keuangan yang baik dan memiliki kualitas
informasi keuangan yang tinggi dan penggunaan internet yang digunakan untuk mendapatkan
K.II
Penggunaan Internet
K.III K.I
K.IV
Kep
emil
ikan
Lap
ora
n K
euan
gan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |116
informasi dan menyebarkan informasi. Pada wilayah ini, dapat dianggap yang sudah cukup
maju dalam pengelolaan informasi dan keuangan. Pada wilayah ini, industri dapat dikatakan
memiliki karakteristik informasi keuangan dan penggunaan internet yang baik sehingga akan
mengurangi masalah advrese selection dan moral hazard. Pada wilayah ini berarti pihak bank
dan investor dapat mendapatkan informasi yang baik sehingga menurunkan resiko dari masalah
asymetric information. Berarti pada wilayah ini merupakan wilayah dengan kondisi industri
yang maju, dimana industri kreatif dapat mengakses pasar yang lebih besar serta melakukan
efesiensi biaya dan meningkatkan keutungan dan secara bersama – sama mampu mengurangi
masalah advrese selection dan moral hazard. Pada kurdaran empat ini industri memiliki
informasi keuangan yang lengkap dan mampu mendapatkan pembiayaan dari bank atau
investor secara mandiri dan profesional.
Provinsi yang masih berada di Kuardran satu (I) merupakan dua provinsi yang memiliki
penggunaan internet dan kepemilikan laporan keuangan yang rendah. Untuk Provinsi NTT dan
Jawa Timur perlu ditingkatkan kualitas kepemilikan laporan keuangan dan penggunaan
internet pada industri kreatif sehingga dapat memberikan dampak positif antara lain
meningkatkan kepercayaan investor dan lembaga keuangan seperti bank atau lembaga
keuangan kepada industri kreatif. Peningkatan kualitas dan jumlah laporan akan sangat berguna
bagi pengambil kebijakan, investor, lembaga keuangan bank atau non-bank, atau pengguna
laporan keuangan dalam peningkatan perkembangan industri kreatif.
Model MDS yang baik adalah model yang memiliki beberapa kriteria tertentu yang baik
antara lain memiliki nilai STRESS yang sesuai kriteria. Berikut merupakan nilai stress pada
pada masing- masing kriteria. Pada tabel 1 dibawai ini merupakan nilai STRESS dari dua
kreiteria yang digunakan.
Tabel 1. Nilai STRESS Pada Kriteria yang Digunakan Pada
Penelitian
Kriteria STRESS
Kepemilikan Laporan Keuangan 0.000
Penggunaan Internet 0.000
Sumber: Data Diolah (2019)
Pada tabel 1 diatas diketahui bahwa nilai seluruh STRESS adalah 0.000. Nilai ini berada
lebih kecil dari 2,5. Ini berarti menunjukkan hubungan monoton yang terbentuk antara
ketidaksamaan dengan jarak antara pasangan obyek menjadi ukuran baru semakin baik dan
kriteria perta persepsi semakin terbentuk sempurna. Dengan kata lain model MDS sudah layak
digunakan untuk mengestimasi dan menganalisa kondisi informasi keuangan dan penggeunaan
teknologi informasi pada penelitian ini. Untuk lebih lanjut, maka perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai kualitas laporan keuangan seperti apa yang dibutuhkan untuk
mendukung perkembangan industri kreatif dan kualitas penggunaan internet seperti apa yang
harus digunakan untuk mendukung dan mendorong industri kreatifi di Pulau Jawa, Bali dan
Nusa Tenggara.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |117
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Daerah Istimewa
Jogjakarta memiliki karakteristik yang mirip dengan memiliki kualitas penggunaan internet
yang baik dan kepemilikan laporan keuangan yang baik dibandingkan daerah lain. Ini berarti
pada daerah ini merupakan daerah yang memiliki industri kreatif yang berkinerja tinggi karena
memiliki penggunaan internet yang tingggi dan memiliki laporan keuangan yang lebih banyak
dibandingkan daerah lain dan telah memiliki manajemen keuangan yang lebih baik dan rapi
dibandingkan daerah yang lain. Dapat disimpulkan bahwa industri kreatif di Provinsi DKI
Jakarta, Jawa Barat, Daerah Istimewa Jogjakarta memiliki kemampuan manajerial keuangan
yang baik dan mampu secara mandiri dalam mendapatkan modal dari bank dan investor karena
memiliki resiko kecil terkati masalah adverse selection dan moral hazard dibandingkan
provinsi lain, ini berarti tidak perlu banyak campur tangan pemerintah untuk meningkatkan
modal dari industri kreatif. Selanjutnya untuk daerah seperti Provinsi Jawa Timur dan NTT
yang memiliki penggunaan internet yang rendah dan kepemilikan laporan keuangan yang
rendah dibandingkan daerah lain, maka diharapkan untuk meningkatkan kualitas kecakapan
penggunaan teknologi internet agar dapat mengakses pasar yang lebih luas dan meningkatkan
jumlah kepemilikan laporan keuangan agar mengurangi resiko adverse selection dan moral
hazard sehingga lebih memudahkan untuk mendapatkan modal baik dari lembaga keuangan
atau investor, dan tentu ini harus mendaparkan perhatian khusus dari pemerintah agar memiliki
kemampuan manajemen keuangan yang baik digambarkan dengan kepemilikan laporan
keuangan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan puji syukur kami ucapkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi
Waça/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penelitian “Analisis Informasi
Ekonomi dan Penggunaan Teknologi Informasi Pada Industri Kreatif di Jawa, Bali Dan Nusra”
dapat diselesaikan.
Analisis Informasi Ekonomi dan Penggunaan Teknologi Informasi Pada Industri
Kreatif di Jawa, Bali Dan Nusra dimaksudkan dapat memberikan sumbangan dalam
pengembangan industri kreatif di Indonesia dan khususnya di Jawa, Bali, dan Nusra. Penelitian
ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
penggunaan teknologi informasi berupa internet dan kepemilikan laporan keuangan dalam
industri kreatif di Indonesia.
Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih atas dukungan Rektor, Dekan, Wakil
Dekan 1, Wakli Dekan 2, Wakil Dekan 3, Senat, Kordinator Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Binis, Universitas Udayana. Tanpa dukungan finansial dan moral maka
penelitian ini tidak akan selesai pada waktunya.
DAFTAR PUSTAKA
Apăvăloaie, E-I. 2014. The Impact Of The Internet on The Business Environment. Procedia
Economics and Finance. 15: 951-958. :https://core.ac.uk/download/pdf/82790345.pdf.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |118
Crawford, G. S., Pavanini, N., And Schivardi, F. 2018. Asymmetric Information and Imperfect
Competition in Lending Markets. American Economic Review 2018, 108(7): 1659–
1701:https://www.aeaweb.org/articles?id=10.1257/aer.20150487
Dean, D., et al. 2012. The Internet Economy in the G-20. Report The Boston Consulting Group.
:https://www.bcg.com/publications/2012/technology-digital-technology-planning-internet-
economy-g20-4-2-trillion-opportunity.aspx
Furboton, E. G., and Richter, Rudolf. 1998. Institutions and Economics Theory: The
Contribution of The New Institional Economics. The University of Michigan Press.
Guerriero, M. 2015. The Impact of Internet Connectivity on Economic Development in Sub-
Sahara Africa. EPS-PEAK Our Expertise Knowledge.
1(27).:https://assets.publishing.service.gov.uk/media/57a0899b40f0b652dd0002f4/The-
impact- of-internet-connectivity-on-economic-development-in-Sub-Saharan-Africa.pdf.
Madden A. D. 2000. A Definition of Information. Aslib
Proceedings. 52. 343-349.
:https://www.researchgate.net/publication/241708484_A_definition_of_information.
Maynika, J., and Roxburgh, C. 2011. The Great Tranformer: The Impact of The Internet on
Economics Growth and Properity. Mc Kinsey Global Institute.
:https://www.mckinsey.com/industries/high- tech/our-insights/the-great-transformer.
Diakses pada tanggal 17 September 2019.
Nurcholisah, K. 2016. The Effects Of Financial Reporting Quality On Information Asymmetry
And Its Impacts On Investment Efficiency. Internasional Journal Of Economics,
Commerce and Management. Vol 5: 838 – 850. :http://ijecm.co.uk/wp-
content/uploads/2016/05/4552.pdf.
Putri, DS., Wahyunsih, S., Goejantoro, R. 2018. Analisis Positioning dengan menggunakan
Multidimensional Scaling Nonmetrik (Studi Kasus: Data Persepsi dan Perefensi
Berdasarkan Jarak Merek Smartphone di Samarinda, Kalimantan Timur). Jurnal
EKSPONENSIAL. 9(1): 85-
94. : https://fmipa.unmul.ac.id/files/docs/[11]%20Devy%20Sintya%20Putri_Edit.pdf.
Rodrigues, S. D. S., and Galdi, FC. 2017. Investor Relation and Information Asymmetry.
Revista
Contabilidade & Finanças. 12 (74): 297-312. http://dx.doi.org/10.1590/1808-057x201703630.
Salehi, Mahdi., Rostami, Vahab., and Hesari, Hamid. 2014. The Role of Information Asymetry
in Financing Methods. Spring. Managing Gobal Transition. 12(1): 43-54.
:http://www.fm- kp.si/zalozba/ISSN/1581-6311/12_043-054.pdf.
Weinberg, SL. 1991. Methods, Plainly Speaking: An Introduction to Multidimensional
Scaling. Measurment And Evaluation in Conseling and Developement. 24 (1) : 12-36.
https://www.researchgate.net/publication/232428195_An_introduction_to_multidimens
ional_scaling.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |119
PELATIHAN MERANCANG MEDIA PERAGA DAN PEDOMAN
OPERASIONALNYA KEPADA PARA GURU SD DI KECAMATAN
GERUNG
Ketut Sarjana, Maidowi, Arjudin, Hapipi
FKIP, Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
Merancang, media
peraga, pedoman
operasional
Abstrak: Para guru SD di Kecamatan Gerung belum pernah merancang
media peraga geometri yang disertai pedoman. Jadi masalah yang muncul
adalah pengetahuan dan keterampilan para guru SD di Kecamatan Gerung
untuk merancang media peraga geometri lengkap dengan pedoman
operasionalnya masih kurang Disisi lain telah dilakukan penelitian tentang
merancang media peraga lengkap dengan pedoman operasionalnya. Untuk
itu hasil ini segera disebar luaskan guna membantu para guru khususnya di
Kecamatan Gerung dalam mengatasi persoalan pembelajaran matematika.
Tujuan dari kegiatan pengabdian ini 1) meningkatkan pengetahuan para
guru SD di Kecamatan Gerung tentang konsep dan prinsip tentang
pengukuran khususnya konsep luas daerah, 2) meningkatkan keterampilan
merancang media peraga geometri tentang luas daerah serta pedoman
operasionalnya. Sebelum melakukan kegiatan ini para peserta diberikan
pre-tes untuk melihat perubahan yang terjadi setelah kegiatan dilakukan.
Kegiatan diikuti oleh 18 orang guru yang berasal dari berbagai sekolah
dasar di Gugus V Kecamatan Gerung. Kegiatan pengabdian diawali dengan
1) pendalaman tentang konsep dan prinsip luas daerah utamanya parameter
penentu luas daerah dengan cara presentasi, demonstrasi 2) simulasi dan
praktek merancang media peraga prinsip luas dan 3) diskusi dalam
kelompok kerja dan presentasi tentang media dan pedoman yang telah
dirancang dan demontrasi cara penggunaaannya. Media peraga tentang luas
daerah ada 6 yakni prinsip luas daerah persegi panjang, Jajaran genjang,
segitiga, trapesium, layang-layang dan prinsip luas daerah lingkaran.
Para guru mengikuti sangat antausia dan serius, ditunjukkan dengan adanya
tanya jawab dalam diskusi, bekerja dalam kelompok. Kemudian presentasi
kelompok dan tukar pandangan sampai akhir kegiatan yang ditunjukan pula
melalui rekaman dokumentasi. Setelah kegiatan pengabdian dilakukan para
peserta diberikan postes. Hasil pelatihan sangat efektif, ini ditunjukkan
adanya perbedaan rata-rata yang signifikan antara hasil pretes dan post-tes.
Rata-rata hasil pretes sebesar 3,9 dan rata-rata postes sebesar 7,1. Hasil uji
t menunjukkan bahwa th = 8,74 > ttab = 2,03. Besaran ini memperlihatkan
bahwa nilai rata-rata yang diperoleh berbeda sangat meyakinkan pada taraf
signifikansi 5% . Hal ini juga berarti bahwa terjadi perubahan yang
signifikan para guru Sekolah Dasar di Gugus V di Kecamatan Gerung
setelah mengikuti kegiatan pengabdian ini. Melihat hasil yang telah
diperoleh, maka kegiatan ini semestinya diperluas ke wilayah yang lain di
Kecamatan yang sama atau ke wilayah yang lain di Kecamatan yang
berbeda. Agar para guru SD memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
sama dalam rangka menghadapi pendidikan abad 21.
Korespondensi: [email protected]
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |120
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Topik geometri sangatlah abstrak, sehinga wajar saja siswa sekolah dasar dalam belajar
geometri mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena siswa sekolah dasar taraf berpikirnya
masih konkret. Hal ini sejalan dengan Piaget yang dikutif Hudoyo menyebut bahwa siswa
sekolah dasar berpikirnya masih pada taraf operasi kongkret (Herman Hudoyo, 2008:87). Itulah
sebabnya siswa dalam belajarnya disamping mendengar harus melihat dan mengalami sendiri
mengenai apa yang dipelajari agar ingatan siswa lebih lama mengendap.
Berkenaan dengan hal ini jika siswa sekolah dasar belajar konsep atau prinsip geometri
sebaiknya dihadapkan dengan obyek atau benda yang kongkrit yang cocok. Selanjutnya obyek
kongkrit ini dimanipulasi oleh anak untuk membangun konsep atau prinsip geometri yang
sedang dipelajari. Hal ini sesuai dengan pernyataannya Brunner dalam Nyimas Aisyah
menyebut bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-
benda yang dirancang secara khusus dan dapat diotak atik oleh siswa di dalam memahami
konsep matematika (Nyimas Aisyah:2007).
Siswa belajar dengan cara mengalami sesuai dengan motto cina yang dikutip oleh
Ruseffendi yang mengatakan bahwa saya dengar maka saya lupa, saya lihat maka saya tahu,
saya berbuat maka saya mengerti (Ruseffendi:1998). Inilah sebagai alasan mengapa pengajaran
matematika khususnya pengajaran geometri di SD memerlukan media peraga dan bantu.
Dengan media ini siswa merasa senang, termotivasi, tertarik dan bersikap positif terhadap
pengajaran matematika. Disisi lain pembelajaran Geometri memaksakan harus menggunakan
media, Hudoyo menyebut bahwa belajar matematika adalah proses membangun konsep-
konsep dan prinsip-prinsip matematika tidak sekedar menyodorkan yang terkesan pasip dan
statis, namun belajar itu harus aktif dan dinamis. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivis
adalah suatu pandangan yang menyatakan bahwa didalam belajar dan mengajar dimana
peserta didik harus membangun sendiri arti dari pengalamannya dan interaksi dengan orang
lain.
Pembelajaran yang dikolaborasikan dengan pemanfaatan alat bantu pembe-lajaran
akan menjadi strategi pembelajaran yang efektif dan dapat diterima oleh siswa. Disamping itu
sudah banyak tulisan yang menyebut bahwa penggunaan alat peraga dalam pembelajaran
matematika menyebabkan pempelajaran menjadi efektif. Salah satu yang diungkap oleh Brown
(1970) dalam Asra menyebut bahwa media yang digunakan siswa atau guru dengan baik dapat
mempengaruhi efektifitas proses belajar dan mengajar. Namun pernyataan itu belum menyebut
bagaimana tata cara penggunaan media itu dapat dilakukan supaya sampai kepada tujuannya.
Penelitian telah dilakukan Oleh Ketut Sarjana dkk. tentang merancang media peraga geometri
dilengkapi pedoman pengunaanya pada tahun 2018 dan hasil uji coba menunjukkan bahwa
media yang dirancang efektif. Hasil penelitian ini perlu disebar luaskan agar para guru
memperoleh pengetahuan keterampilan yang memadai dalam mengelola pembelajaran
geometri. Hal ini dimaksudkan juga untuk menepis anggapan bahwa siswa sekolah dasar
dalam belajar materi geometri cukup sulit, seperti terungkap hasil survei Program for Student
Asseement 2000/2001 menyatakan bahwa siswa lemah dalam geometri khususnya dalam ruang
dan bentuk ( Suwaji, 2008 : 1).
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |121
Hasil observasi menunjukkan bahwa para guru sekolah dasar di Kecamatan Gerung
khususnya pada gugus V dalam mengajar untuk menemukan rumus luas daerah masih
menggunakan metode ekspositori dan belum memanfaatkan media peraga. Pada hal siswa
dalam belajar geometri sulit untuk mencapai ketuntasan klasikal. Para guru belum pernah
merancang media peraga geometri yang disertai pedoman operasionalnya, karena
pengetahuaan seperti itu sangat kurang didapatkan dan kesempatan untuk mempelajari juga
sangat sedikit karena berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas rutin sekolah. Para guru sangat
berharap pada kegiatan KKG akan membahas hal yang serupa, tapi kenyataannya belum pernah
melakukan kegiatan merancang media peraga geometri. Untuk membuat siswa SD di Gugus V
Kecamatan Gerung belajar lebih bermakna dan efektif para gurunya harus menggunakan alat
bantu peraga. Untuk keperluan ini para guru harus memiliki keterampilan membuat alat peraga
untuk mebantu siswa memahami materi geometri yang dipelajari.
Berdasarkan uraian yang terungkap seperti di atas hasil penelitian yang diperoleh sangat
perlu disebarluaskan guna membantu para guru khususnya di Gugus V Kecamatan Gerung
dalam mengatasi persoalan pembelajaran Geometri. Salah satu cara penyebaran imformasi
tersebut yaitu mengadakan pengabdian masyarakat tentang Pelatihan Merancang Media
Peraga dan Pedoman Operasionalnya Kepada Paraguru SD di Kecamatan Gerung.
Rumusan Masalah
Dari uraian di atas masalah yang muncul adalah para guru di Kecamatan Gerung
pengetahuan dan keterampilannya untuk merancang media peraga geometri lengkap dengan
pedoman operasionalnya masih rendah.
Tujuan Kegiatan Pengabdian pada masyarakat
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian ini adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan para guru SD di Kecamatan Gerung tentang konsep dan
prinsip tentang pengukuran khususnya konsep luas daerah.
2. Meningkatkan keterampilan merancang media peraga geometri tentang luas daerah serta
pedoman operasionalnya
Manfaat Kegiatan
Kegiatan pengabdian ini dapat memberikan manfaat :
1. Para guru SD di Kecamatan Gerung memiliki pengetahuan yang memadai tentang konsep
dan prinsip luas daerah dan volume bangun ruang.
2. Para guru SD di Kecamatan Gerung terampil merancang media peraga geometri tentang
luas dan volume bangun ruang lengkap dengan pedoman operasionalnya
METODE KEGIATAN
Seperti apa yang terungkap pada bab sebelumnya bahwa tujuan dari kegiatan
pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan merancang media peraga
geometri tentang luas daerah dan volume bangun ruang di ke las tinggi. Untuk mencapi tujuan
ini ada berapa kegiatan yang harus dilakukan yakni :
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |122
1. Memberikan pendalaman materi.
Sebelum pendalaman materi para guru diberikan pre-test yang berisikan tentang pengertian
luas daerah dan volume bangun ruang dan bagaimana mengaktualisasikan kedalam daerah
persegi panjang, jajaran genjang, segitiga, trapesium, layamg-layang , daerah lingkaran.
Pendalaman materi disini dimulai dari pembahasan luas daerah bangun datar dan
menyampaikan cara-cara mengkon-truksi medianya melalui pendekatan luas daerah persegi
panjang..
2. Praktek dan simulasi.
Pada kegiatan praktek disini para guru membuat daerah bangun datar, seperti daerah persegi
panjang, jajaran genjang, segitiga, trapezium, layang-layang, belah ketupat dan daerah
lingkaran dari karton atau kertas manila yang telah disiapkan. Selanjutnya daerah bangun
datar yang dibuat dipotong-potong menjadi beberapa daerah tertentu. Simulasi membuat
potongan yang terjadi dirangkai menjadi daerah persegi panjang. Karena menentukan
rumus luas daerah didekati dari luas darah persegi panjang dan hukum kekekalan luas. Dari
rancangan yang sudah disepakati dibuatkan pedoman operasionalnya.
3. Diskusi dan Presentasi.
Peserta berdiskusi tentang mendesain media dan membuat pedoman opersionalnya.
Pekerjaan yag telah didiskusikan dipresentasikan dan ditanggapi oleh seluruh peserta. Untuk
menguji efektivitas dari kegiatan yang dilakukan digunakan uji t dan membandingan setiap
daya serap tiap persoalan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengabdian Pada masyarakat
Sebelum dilakukan pelatihan peserta diberikan pretes yang memeuat 9 butir soal yang terdiri
dari pengetahuan tentang luas daerah dan keterampilan merancang media untuk
mengembangan cara menetukan luas daerah bangun datar. Hasil pretes dituangkan pada table
berikut.
Tabel 1. Hasil Pre Tes peserta Pengabdian pada masyarakat..
Kunci b b d d a b d b d
Nama Peserta Skor
Pretes 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B. Seni Marhayu 5 A c d d b a d b D
Munzir 5 a c d d a d d a D
Denok Dwi Apriliana 4 B c d d a a a a A
Muhamad Muzhari 5 B d d d a a d c C
Sri Karyani 2 B c a c b a a a D
Maryam 5 B a a d a a d b D
Erni Riastuti 4 C b d d b b c b A
Joni Hariyoto 5 A b a d a a c b D
L. Saleh 2 A c d a d b c c C
Saparwati 5 B b d d d a d c A
Hakim Usman 3 A a c a a b b b B
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |123
Sadiman 4 B c d a c b a b C
Ruslan 4 B c d c d a d a D
Kurdi 5 B b a c d b c b D
Wiranti 2 A b a c a a a a C
Suharni 3 A b a b a b a a C
Amyad 4 B c a c a b a d d
Ni Made Sukri 4 b b c a a d d c A
Total benar 10 7 9 8 10 7 7 7 7
Daya serap 55,6 38,9 50,0 44,4 55,6 38,9 38,9 38,9 38,9
Setelah diadakan pelatihan peserta diberikan postes. Mengenai hasil penilaian tersebut tertuang
pada tabel berikut.
Tabel 2. Hasil Pos tes Peserta pengabdian pada masyarakat.
Skor b b d d a b d b d
Nama Peserta Pretes Postes 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B. Seni Marhayu 5 7 b b d d B a D b d
Munzir 5 8 b b d d A d D b d
Denok Dwi Apriliana 4 8 b b d d A d D b d
Muhamad Muzhari 5 7 a b d d A a D b d
Sri Karyani 2 5 b b d d B b A a b
Maryam 5 7 b a a d A b d b d
Erni Riastuti 4 7 c b d d B b D b d
Joni Hariyoto 5 8 b b d d A b D d d
L. Saleh 2 5 b b d d D b C c c
Saparwati 5 7 b b d d D a D b d
Hakim Usman 3 5 b a d a A b B b b
Sadiman 4 8 b b d d D b D b d
Ruslan 4 7 b b d d D a D b d
Kurdi 5 8 b a d d A b D b d
Wiranti 2 8 b b d d A b A b d
Suharni 3 7 b b a d A b A b d
Amyad 4 7 b b a d A b A b d
Ni Made Sukri 4 8 b b d d A d D b d
Total Benar Post tes
16 15 15 17 11 11 11 15 14
Daya Serap post tes 88,9 83,3 83,3 94,4 61,1 61,1 61,1 83,3 77,8
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |124
Hasil uji t perbedaan rata-rata postes dan pretes tesaji pada table berikut.
Tabel 3. Hasil Uji t perbedaan rata-rata Pre tes dan Postes.
Rerata 3,9 7,1 P value =
0,000000000
Standart
deviasi 1,11 1,06 α = 0,05
t-hitung =
8,73848465
t-tabel =
2,032244509
1. Pembahasan.
Pelaksanaan kegiatan pada masyarakat dilaksanakan di pusat Gugus V di SD No.1. Beleke
Kecamatan Gerung. Kegiatan dilaksanakan sebagai berikut :
1.1.Pendalaman materi.
Sebelum pendalaman materi para guru diberikan pre-test yang berisikan tentang
pengertian luas daerah dan bagaimana mengaktualisasikan kedalam daerah persegi panjang,
jajaran genjang, segitiga, trapezium, layamg-layang, daerah ling-karan. Pendalaman materi
disini dimulai dari pembahasan luas daerah, volume bangun ruang dan menyampaikan cara-
cara mengkontruksi medianya melalui pendekatan luas daerah persegi panjang. Pemberian tes
ini dimaksudkan untuk memperoleh pengetahuan dan terampilan awal yang dimiliki oleh para
guru.
Foto peserta mengikuti Pretes dan Post tes serta Pendalaman Materi.
1.2.Praktek dan simulasi.
Pada kegiatan praktek disini para guru membuat daerah bangun datar dari karton atau
kertas manila yang telah disiapkan. Para peserta disebar ke dalam 5 kelompok kerja yang
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |125
masing-masing bekerja menentukan rumus luas daerah. Ada 5 daerah bangun datar yang
dimaksud adalah daerah persegi panjang, jajaran genjang, segitiga, trapesium, layang-layang,
dan daerah lingkaran yang akan dicari rumus luasnya. Selanjutnya peserta melakukan simulasi
memotong daerah bangun datar menjadi beberapa potongan daerah tertentu. Selanjutnya
potongan-potongan yang terjadi dirangkai menjadi daerah persegi panjang. Karena
menentukan rumus luas daerah didekati dari luas darah persegi panjang dan hukum kekekalan
luas.
Foto kegiatan Peserta Praktek dan Simulasi
1.3. Diskusi dan presentasi.
Peserta pelatihan dibagi menjadi 5 kelompok kerja. Setiap kelompok mendapatkan
tugas sesuai dengan 5 topik bahasan yaitu menentukan rumus luas daerah persegipanjang,
Jajaran genjang, Segitiga, Trapesium, Layang-layang dan Luas daerah Lingkaran. Di dalam
kelompok peserta berdiskusi, menemukan cara memotong yang paling efesien agar daeran
bangun datar yang dipotong dengan mudah dapat dirangkai menjadi daerah persegi panjang.
Dari rancangan yang sudah disepakati peserta berdiskusi untuk membuat pedoman
operasionalnya. Pedoman operasional menyangkut tentang langkah-langkah pengunaan alat.
Penggunaan alat dimulai dari menggali prasyarat, merangkai bangun datar, membuat
perhitungan dan membuat hubungan antara besaran yang diperoleh dan membuat kesimpulan.
Hasil diskusi dipresentasikan dengan cara menempel pada stereoform yang telah disediakan,
sedangkan untuk pedoman operasional dibahas setiap langkah penggunaaan media.
Selanjutnya pekerjaan tiap kelompok dipresentasikan pada kelompok besar untuk mendaptkan
tanggapan dari peserta kelompok yang lain dan penegasan dari tim pengabdian.
Foto Kegiatan Diskusi dan Presentasi
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |126
Para guru mengikuti sangat antausia dan serius, ditunjukkan dengan adanya tanya
jawab dalam diskusi, bekerja dalam kelompok. Kemudian presentasi kelompok dan tukar
pandangan secara klasikal sampai akhir kegiatan yang ditunjukan pula melalui rekaman
dokumentasi. Setelah kegiatan pengabdian dilakukan para peserta diberikan postes.
Foto Kegiatan Penguatan secara Klasikal
Hasil pelatihan sangat efektif, ini ditunjukkan adanya perbedaan rata-rata yang signifikan
antara hasil pretes dan post-tes. Rata-rata hasil pretes sebesar 3,9 dan rata-rata postes sebesar
7,1. Hasil uji t menunjukkan bahwa th = 8,74 > ttab = 2,03. Besaran ini memperlihatkan bahwa
nilai rata-rata yang diperoleh berbeda sangat meyakinkan pada taraf signifikansi 5% . Disisi
lain daya serap tiap persoalan meningkat secara tajam dari pretes dan postes. Seperti persoalan
tentang konsep luas yaitu soal nomo1 daya serap pre tes 55, 6 % menjadi 88,9 % pada postes
dan soal nomor 2 daya serapnya dari 38,9 % menjadi 88,3 %. Soal nomor 3 sampai nomor 9
merupakan keterampilan merancang model luas daerah juga meningkat secara tajam seperti
terlihat pada table 1 dan table 2. Hal ini juga berarti bahwa terjadi perubahan yang signifikan
para guru Sekolah Dasar di Gugus V di Kecamatan Gerung setelah mengikuti kegiatan
pengabdian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat yang telah dilakukan ternyata sangat efektif yakni
terjadi perubahan kearah perbaikan yang signifikan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya
perbedaan rerata pretes sebesar 3,9 dan rerata postes sebesar 7,1. Setelah diuji dengan uji t
ternyata th = 8,74 > ttab = 2,03 pada taraf signifikasi 5 %. Ini berarti pula bahwa pengetahuan
tentang luas daerah bangun datar dan keterampilan merancang media dan pedoman
operasionalnya para guru di Gugus V kecamatan Gerung meningkat secara meyakinkan yang
ditunjukkan oleh perubahan rerata tersebut.
Saran
1. Hasil pengabdian ini memberikan kontribusi yang memadai bagi para guru SD di Gugud
V Kecamatan Gerung. Disisi lain para guru SD di daerah Gerung dan di luar Gerung sangat
berminat untuk mengikuti kegiatan serupa, untuk itu diharapkan pelatihan ini diperluas
dalam rangka memperkuat pelaksanaan kurikulum 2013..
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |127
2. Para pemerhati pendidikan turut serta mengambil peran untuk mewujudkan kegiatan ini
untuk mengantisipasi pembelajaran matematika abad 21.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kegiatan ini terselenggara dengan baik dan dapat selesai sesuai dengan waktu yang
dinginkan. Untuk itu pada kesempatan ini Tim Pengabdian pada masyarakat mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Rektor UNRAM yang telah mendanai kegiatan ini.
2. Bapak Ketua LPPM UNRAM atas segala bantuannya sehingga kegiatan ini dapat
dilaksanakan.
3. Bapak-bapak guru SD di Gugus V atas partisipasinya, sehingga kegiatan ini dapat
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, N, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Asra, Deni Darmawan, Cepi Riana. 2007. Komputer dan Media Pembelajaran di SD. Dirjen
Dikti Departemen Pendidikan Nasioanal. Jakarta.
Hudoyo, H (2008). Pengembangan Kurikulum Matematika di depan Kelas, Usaha Nasional
Surabaya.
Russefendi ET ( 1996). Pendidikan Matematika III Modul 1-9, Depdikbud, Proyek Tenaga
Kependidikan, Jakarta.
Sarjana Ketut, Sridana Nyoman, M. Turmuji (2018). Desain Media Peraga dan Bantu
Pembelajaran Geometri bagi siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi, Hasil Penelitian yang
dibiayai dari dana PNBP UNRAM 2018.
Suwaji, Untung Trisna. (2008). Permasalahan Pembelajaran Geometri Ruang SMP dan
Alternatif pemecahannya. Yogyakarta : P4TK Matematika.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |128
PENAMPILAN GENOTIPE JAGUNG UNGGUL DALAM BERBAGAI
SISTEM PENGEMBANGAN AGROTEKNOLOGI DI PULAU
LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT
I Wayan Sutresna Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
Paket teknologi,
tanaman jagung
Abstrak: Di NTB jagung merupakan komuditas unggulan yang sangat
potensial untuk dikembangkan, dengan membuat terobosan pencanangan
program satu juta ton jagung (Prosta Tanjung) sebagai penunjang program
bumi sejuta sapi. Kendala utama yang dihadapi adalah penerapan teknologi
budidaya yang masih terbatas dan kurang menggunakan benih yang
bermutu serta adanya interaksi lingkungan dengan varietas yang sangat
menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji kemampuan beradaptasi genotipe/varietas tanaman pada berbagai
lingkungan tumbuh (Paket teknologi) terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
eksperimental dengan percobaan di lapangan, dan pendekatan partisipasi
aktif bersama petani (On farm). Rancangan percobaan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 4 perakuan paket teknonologi
dengan 6 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Penampilan
genotipe jagung unggul pada t1 dan t4 menunjukan pertumbuhan dan daya
hasil yang sama serta lebih tinggi dibandingkan dengan t2 dan t3. Secara
berurutan yaitu (133, 16; 125,67; 90,97; dan 51,29) gr/tanaman.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Pengertian ketahanan pangan berdasarkan UU 7/1996 tentang pangan adalah
terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Hal ini mengisyaratkan
pentingnya teknologi dalam mengatasi kelaparan dan kemiskinan. Penemuan varietas unggul
padi dan jagung yang berdaya hasil tinggi, umur genjah, respon pemupukan, tahan kekeringan
dan toleran terhadap hama dan penyakit telah mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi
produksi, ketercukupan dan keterjangkauan pangan secara dramatis. Demi keberlanjutanya
maka kajian terhadap paket teknologi selalu dikembangkan khususnya tanaman jagung.
Propinsi Nusa Tenggara Barat yang terdiri atas dua pulau yaitu P. Lombok dan P.
Sumbawa, memiliki lahan kritis/kering seluas 470.875,47 hektar yang merupakan 23,79 % dari
keseluruhan lahan di NTB, selain kawasan hutan (Bappeda Tk.I NTB,1990)
Menurut Dinas Pertanian NTB (2008), bahwa selain beras ternyata jagung merupakan
komuditas yang sangat potensial untuk dikembangkan di wilayah lahan kering. Untuk dapat
memanfaatkan peluang ini maka pemerintah NTB telah membuat terobosan dengan
mencanangkan program satu juta ton jagung (“PROSTA TANJUNG”). Hal ini juga dilakukan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |129
sejalan dengan program pemerintah untuk mengeksport 1,2 juta ton jagung sebagai penunjang
program unggulan PIJAR (Sapi, Jagung dan Rumput Laut).
Luas panen jagung di NTB pada tahun 2006 seluas 40.617 ha dengan produktifitas 2,56
ton/ha (BPS, NTB, 2007). Masih lebih rendah dibanding produktifitas nasional rata-rata
sebesar 3,47 ton/ha. Hasil penelitian Balai Penelitian Serealia yang memadukan varietas unggul
bermutu, baik bersari bebas maupun hibrida dengan introduksi teknologi inovatif dapat
mencapai produktifitas sebesar 7-9 ton/ha (Saenong dan Subandi, 2002). Sementara hasil yang
diperoleh petani dengan penerapan paket teknologi rekomendasi dapat mencapai hasil 5-6
ton/ha (Wahid., dkk, 2001).
Kesenjangan hasil yang relative tinggi ini disebabkan oleh penerapan teknologi
budidaya yang masih terbatas, dan umumnya belum menggunakan benih bermutu dari varietas
unggul, pemupukan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman, demikian juga dengan kerapatan
populasi tanam serta penangan pasca panen yang masih sederhana. Dalam upaya untuk
memenuhi permintaan jagung, sangat dibutuhkan teknologi usahatani yang dapat
meningkatkan produktifitas dan produksi serta layak untuk direkomersilkan. Salah satu cara
peningkatan produktivitas jagung adalah dengan menghasilkan varietas unggul yang berdaya
hasil tinggi dan adaptif dengan lingkungan.
Faktor lingkungan, varietas/genotype serta interaksinya menentukan pertumbuhan dan
hasil tanaman. Hal ini menyebabkan suatu verietas menunjukkan hasil yang tinggi disuatu
tempat, tetapi kurang baik ditempat yang lain. Oleh karena itu sertifikasi lingkungan
berdasarkan factor lingkungan makro seperti kesuburan tanah, ketinggian tempat atau iklim
dapat secara efektif mengurangi interaksi varietas dengan lingkungan. Dan usaha perakitan
varietas lebih mudah dilakukan dari pada merubah factor lingkungan yang ada (Allard dan
Bradshaw, 1984). Selain itu varietas hasil rakitan akan lebih mudah diadopsi oleh petani.
Oleh karena itu pemuliaan tanaman atau lembaga yang terkait dituntut untuk selalu dapat
menghasilkan varietas unggul baru agar dapat menambah bahan pemilihan bagi petani dan
sekaligus menambah bahan keragaman genetic di lapangan. Varietas yang berdaya hasil tinggi,
berumur genjah, tahan hama dan penyakit serta stabil terhadap keragaman lingkungan
merupakan sasaran yang ingin dicapai. Sutresna (2007), melaporkan bahwa telah dihasilkan
satu populasi baru tanaman jagung (C3) yang berdaya hasil dan brangkasan segar tinggi, umur
genjah serta mampu beradaptasi pada lahan kering di Pulau Lombok, namun potensi hasil yang
sesungguhnya belum maksimal karena belum mendapat sentuhan teknologi budidaya yang
memadai. Dilain pihak penemuan beberapa jenis jagung hibrida masih banyak yang tidak
toleran terhadap cekaman kekeringan. Oleh karena itu untuk mendapat varietas atau calon
varietas unggul jagung yang adaptif dan berproduksi tinggi di lahan kering NTB perlu diadakan
pengujian.
Sampai saat ini telah banyak kultivar atau varietas baru hasil rakitan, hasil seleksi baik
hibrida maupun bersari bebas atau hasil introduksi yang diharapkan mampu tumbuh dan
berproduksi tinggi, baik dilingkungan yang menguntungkan maupun lingkungan yang
mencekam. Dengan kata lain, varietas yang dihasilkan mempunyai daya adaptasi luas.
Dilain pihak, pemulia tanaman mulai mengarahkan kegiatanya pada penemuan genotype
spesifik lokasi atau agroekosistem. Hal ini dimaksudkan dengan genotype spesifik lokasi,
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |130
kehilangan hasil akibat ketidak sesuaian agroekosistem dapat dihindarkan (Harahap dan
Silitonga, 1989)
Tanaman jagung untuk dapat tumbuh dengan baik, disamping memerlukan syarat
tumbuh yang baik juga memerlukan asupan teknologi yang memadai seperti: pegolahan tanah,
pengaturan jarak tanam, pemupukan, pengairan serta pengendalian hama dan penyakit serta
gulma.
Kemampuan tanaman untuk menampilkan hasil biji yang maksimal pada kondisi
lingkunangan yang berbeda menunjukkan bahwa tanaman tersebut mempunyai daya adaptasi
yang baik. Adanya variasi hasil pada berbagai genotype tanaman pada berbagai lingkungan
tertentu memerlukan pemahaman terhadap factor penyebabnya terutama pada fase vegetatif,
fase reproduktif dan pengisian biji. Oleh karena itu penelitian kearah itu telah dilakukan di
Pulau Lombok khususnya di Lombok Barat
METODE KEGIATAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan percobaan di
lapangan, dan pendekatan partisipasi aktif bersama petani (On farm)
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok yang terdiri
atas Perlakuan Paket Teknologi (T) yaitu: Petak Terbagi (Split Plot Design) yang terdiri atas
dua factor. Sebagai Petak Utama adalah Paket teknologi sebagai lingkungan tumbuh (T) yang
terdiri atas 3 aras yaitu:
t1: Paket teknologi yaitu: Pupuk Organik 15 t/ha + Pupuk Urea 200 kg/ha + Pupuk Posnka
250 kg/ha, Varietas Lamuru dengan Jarak tanam (35x35) x 100 cm
t2: Paket teknologi yaitu: Pupuk Organik 15 t/ha + Pupuk Urea 200 kg/ha, Populasi C3
dengan Jarak tanam (70x20) cm
t3: Paket teknologi yaitu: Pupuk Organik 15 t/ha + Pupuk Urea 200 kg/ha, Kultivar Lokal
Bima dengan Jarak tanam (70x20) cm
t4: Paket teknologi yaitu Pupuk Organik 15 t/ha + Pupuk Urea 200 kg/ha + Pupuk NPK
ponska 250 kg/ha, Varietas Sukmaraga, Jarak tanam (40x30)x60) cm
Percobaan ini dilaksanakan di Kecamatan Gerung, dilaksanakan pada lahan berpengaian
setengah tekhnis (MK.II) sentral produksi jagung, mulai bulan Juli-Oktober 2018
Sebelum benih ditanam, terlebih dahulu diperlakukan dengan Saromyl 35 SD dengan
dosis 5 g/kg benih. Perlakuanya dilakukan secara terpisah antar varietas agar tidak tercampur
satu dengan yang lain.
Lahan yang digunakan dibajak dan digaru sebanyak satu kali kemudian diratakan.
Selanjutnya dibuat plot sebanyak 24 masing-masing ber ukuran (6 x 10) m. yang terbagi dalam
6 blok, jarak antar blok 1 m dan jarak antar plot 0,5 m. Pada masing-masing plot ditempatkan
4 paket teknologi secara acak.. Penanaman dilakukan dengan cara tugal sedalam kurang lebih
5 cm. Setiap lubang tugal diisi 3 biji dan pada umur 10-14 hari dilakukan penjarangan dengan
menyisakan 1 tanaman per lubang yang pertumbuhanya lebih baik. Pemupukan organik (pupuk
kandang) sebelum diberikan terlebih dahulu dikomposkan dan diberikan sebagai penutup benih
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |131
pada saat tanam sesuai dengan dosis perlakuan dalam paket, demikian juga dengan pupuk
anorganik Urea dan Ponska diberikan 7 hari setelah tanam. Pupuk Urea diberikan ½ bagian
dan sisanya diberikan pada umur 21 hari setelah tanam. Penyiangan dan pembumbunnan
dilakukan 21 hari setelah tanam, sedangkan pengairan bersumber pada sisa air yang tersedia
pada penenaman sebelumnya.
Panen jagung dilakukan apabila 85% dari tanaman jagung untuk setiap perlakuan telah
memenuhi kriteria panen, yaitu daun dan kelobot telah kering dan apabila biji dipijit tidak
berbekas. Jagung yang telah dipanen dikupas kelobotnya dan dikeringkan selanjutnya dipipil.
Pengamatan dilakukan terhadap karakter pertumbuhan (karakter morfologi: kapasitas
fofosintesis dan efisiensi fotosintesis); komponen hasil dan hasil tanaman
Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis ragam pada taraf nyata 5%. Apabila
perlakuan berbeda nyata dilakukan uji Beda Nyata Jujur pada taraf yang sama. Perhitungan
menggunakan perangkat lunak program SAS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil analisis keragaman (Anova) dengan taraf nyata 5% pada Tabel 1 menunjukkan
bahwa ada perbedaan antar pengaruh perlakuan paket teknologi budidaya terhadap karakter
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Untuk mengatahui perlakuan yang berbeda dilanjutkan
dengan uji lanjut BNJ pada taraf nyata yang sama.
Tabel 1. Rangkuman Kuadrat Tengah Seluruh Karakter yang diamati Berdasarkan Analisis
Keragaman (Anova)
No. Karakter yang di amati Kuadrat Tengah
Perlakuan Blok Galat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah daun (helai)
Panjang daun (cm)
Lebar daun (cm)
Diameter batang (cm)
Umur keluar malai (hst)
Umur keluar rambut tongkol
(hst)
Umur panen (hst)
Panjang tongkol (cm)
Diameter tongkol (cm)
Berat 100 biji kering pipil (g)
Berat biji kering pipil (g/tan)
3069,65**
10,243**
37,315**
2,660**
0,146**
29,819**
0,253**
815,375**
5,629*
1,729**
165,834**
26592,51**
171,334ns
0,164ns
5,234ns
0,278ns
0,013*
0,342 ns
0,242 ns
0,543 ns
0,350ns
0,031ns
1,885ns
115,851ns
138,245
0,233
1,983
0,180
0,003
0,253
0,219
0,208
0,608
0,028
1,945
140,861
Keterangan : ns = tidak berbeda nyata ; * = berbeda nyata ; ** = sangat berbeda nyata
Berdasarkan tersebut di atas (Tabel 1), dapat dilihat bahwa pengaruh blok atau
kelompok hanya berbeda nyata pada diameter batang dan tidak berbeda nyata pada variabel
lain yang diamati. Adapun pengaruh perlakuan berbeda nyata terhadap panjang tongkol dan
sangat berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, diameter
batang, umur keluar malai, umur keluar rambut tongkol, umur panen, diameter tongkol, berat
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |132
100 biji kering pipil, dan berat biji kering pipil per tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa
penerapan paket teknologi budidaya memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.
Tabel 2. Hasil Analisis Uji Lanjut BNJ pada Taraf Nyata 5% Seluruh Karakter yang diamati
No Karakter yang
diamati
Perlakuan Nilai
BNJ 5% T1 T2 T3 T4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah daun (helai)
Panjang daun (cm)
Lebar daun (cm)
Diameter batang (cm)
Umur keluar malai
(hst)
Umur keluar rambut
tongkol (hst)
Umur panen (hst)
Panjang tongkol (cm)
Diameter tongkol
(cm)Berat 100 biji
kering pipil (g)
Berat biji kering pipil
(g/tan)
239,2ab
15,75bc
97,833b
9,192b
2,113c
54,67c
56,50c
102,50d
15,956a
7,682b
32,77c
133,163c
204,15ab
14,6ab
92,792a
8,267ab
1,766a
50,33ab
53,3b
82,50b
15,144a
7,115b
27,295b
90,975b
202,6a
13,783a
95,433ab
7,567a
1,821ab
49,5a
51,833a
80,333a
14,057a
6,392a
20,849a
51,290a
245,383b
16,767c
98,167b
8,383ab
1,972bc
53,33c
54,67bc
100,50c
16,206a
7,256b
30,921bc
125,665c
41,569
1,707
4,979
1,501
0,204
1,777
1,748
1,614
2,756
0,594
4,854
48,460
Keterangan ; Angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata, dan angka
yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ dengan taraf nyata 5%.
Analisis uji lanjut BNJ dengan taraf nyata 5% pada Tabel 2, menunjukkan bahwa perlakuan T3
dan T4 menunjukkan berbedaan nyata terhadap karakter tinggi tanaman, jumlah daun, umur
keluar malai, umur keluar rambut tongkol, umur panen, diameter tingkol berat 100 biji kering
pipil, dan berat biji kering pipil per tanaman. Selanjutnya pada karakter umur panen, semua
perlakuan (T1, T2, T3 dan T4) menujukkan berbeda nyata, dan sebaliknya pada karakter panjang
tongkol semua perlakuan (T1, T2, T3 dan T4) menunjukkan tidak berbeda nyata.
Pada perlakuan paket teknologi budidaya T1 dan T4 secara statistik menunjukkan tidak
berbeda nyata terhadap hasil tanaman jagung, namun menunjukkan berbeda nyata dengan
perlakuan T2 dan T3. Dapat dilihat dari analisis uji lanjut BNJ taraf nyata 5% terhadap karakter
berat kering pipil (g/tan). Hal ini didukung oleh nilai rata-rata yang diperoleh pada karakter
jumlah daun, diameter batang, umur keluar malai, umur keluar rambut tongkol, dan berat 100
biji kering pipil. Dapat dilihat pada Grafik Histogram pengaruh perlakuan teknologi budidaya
tanaman jagung terhadap hasil biji kering pipil (g/tan) disajikan pada Gambar 1, sebagai
berikut:
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |133
Gambar 1: Histogram Berat Biji Kering Pipil (gr/tan)
Pembahasan
Pengaruh perlakuan paket teknologi budidaya terhadap karakter pertumbuhan tanaman
jagung dapat pada dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh dari beberapa karakter yang diamati
seperti tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun dan diameter batang. Sementara
komponen hasil dan hasil tanaman jagung dapat dilihat dari karakter panjang tongkol, diameter
tongkol, berat 100 biji dan berat biji kering pipil per tanaman.
Hasil analisis ragam (Anova) menunjukkan bahwa penerapan paket teknologi budidaya
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap karakter pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung. Adanya perbedaan hasil dari setiap genotipe yang dicobakan disebabkan karena adanya
perbedaan susunan genetik serta faktor lingkungan tumbuh. Perbedaan genetik ini
mengakibatkan setiap varietas memiliki ciri dan sifat khusus yang berbeda satu sama lain
sehingga menunjukkan keragaman penampilan. Begitupula dengan lingkungan tumbuh suatu
tanaman akan mempengaruhi pertumbuhan maupun hasil produksi tanaman. Tanaman dengan
lingkungan tumbuh yang baik seperti tercukupinya unsur hara yang tersedia di dalam tanah
sebagai makanan bagi tanaman tersebut, maka akan memberikan hasil yang optimal pula bagi
tanaman baik dari segi pertumbuhan dan hasil produksinya.
Penambahan pupuk organik dan pengaturan jarak tanam juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil produksi suatu tanaman. Sebagaimana pernyataan Sutresna (2016),
dengan penambahan pupuk organik (15-20) ton/ha. disertai pengaturan serta variasi kerapatan
tanam dari (20x70) cm menjadi (35x35) x70 cm (sistem jajar penganten) dapat memperbaiki
tinggi tanaman, bobot brangkasan segar, bobot 100 butir biji kering, panjang tongkol, diameter
tongkol dan bobot hasil biji kering pipil. Hal ini sejalan dengan hasil yang diperoleh pada
percobaan yang telah dilakukan. Perlakuan T1 dan T4 dengan jarak tanam yang lebih rapat yaitu
masing-masing berukuran (35 x 35) x 100) cm dan (40 x 30) x 60) cm, menunjukkan hasil yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pengaturan jarak tanam biasa seperti pada perlakuan T2 (70
x 20) cm dan T3 (70 x 20).
Berat Biji Kering Pipil (gr/tan);
Berat Biji Kering Pipil (gr/tan);
133,16
Berat Biji Kering Pipil (gr/tan); ;
90,975
Berat Biji Kering Pipil (gr/tan); ;
51,29
Berat Biji Kering Pipil (gr/tan); ;
125,665
Berat Biji Kering Pipil (g/tan)
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |134
Jarak tanam merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil yang tinggi pada
tanaman jagung karena jagung dipengaruhi oleh jumlah tanaman pada kestuan luas. Dengan
pengaturan sistem jarak tanam yang lebih sempit akan meningkatkan produksi per satuan luas
lahan. Pada percobaan yang telah dilakukan, diperoleh jumlah populasi tanaman tertinggi yaitu
pada perlakuan paket T4 sebayak 177 tanaman per plot. Sehingga jika dikonversikan berat biji
kering pipil (g/tan) sebesar 125,665 g/tan setara dengan 17,4 ton/ha. Namun, kerapatan tanam
harus diatur dengan jarak tanam optimal sehingga tidak terjadi persaingan antar tanaman,
mudah dalam melakukan pemeliharaan serta mengurangi biaya.
Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena
koefisien penggunaan cahaya. Jarak tanam yang terlalu rapat dapat mengurangi cahaya yang
diterima oleh tanaman, sehingga dapat berpengaruh terhadap fotosintesis karena terjadi
kompetisi dalam penggunaan cahaya dan dapat berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman.
Salisbury dan Ross (1991) menyatakan kapasitas fotosintesis meningkat dengan bertambahnya
jumlah daun pada tanaman jagung. Terjadinya perbedaan hasil dari setiap genotipe yang diuji,
selain dipengaruhi oleh varietas juga dipengaruhi oleh jarak tanam yang digunakan.
Selain dipengaruhi oleh penambahan pupuk organik dan pengaturan jarak tanam, tinggi
rendahnya biji yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh cocok tidaknya genotipe yang digunakan
tersebut dengan kondisi penanaman. Mengingat masing-masing genotipe memiliki susunan
gen yang berbeda dan memiliki sifat spesifik terhadap (lingkungan tumbuh). Oleh karena itu
pemilihan genotipe merupakan salah satu faktor sangat penting dalam menentukan
keberhasilan budidaya tanaman jagung.
Varietas jagung komposit atau bersari bebas dapat memberikan hasil yang maksimal
jika unsur hara yang diperlukan tanaman terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Pengelolaan hara spesifik lokasi dapat menyediakan hara untuk tanaman secara tepat baik
jumlah, jenis, maupun waktu pemberiannya, dengan mempertimbangkan kebutuhan tanaman
dan kapasitas lahan dalam menyediakan hara bagi tanaman (Sirrapa dan Razak, 2010).
Pertumbuhan tanaman, komponen hasil dan hasil jagung yang lebih baik pada varietas unggul
disebabkan oleh faktor genetik, dengan demikian proses fisiologis (fotosintesis) tanaman akan
meningkat (Pesireron dan Senewe, 2011).
Penggunaan varietas unggul, pemupukan dan pengelolaan budidaya yang tepat dapat
meningkatkan produktivitas tanaman jagung. Hal ini dilaporkan dalam penelitian yang
dilakukan Balai Penelitian Tanaman Serealia pada lahan kering dengan menerapkan komponen
teknologi budidaya pada jagung, produksi Varietas Lamuru mencapai 6 – 6,5 ton/ha, Varietas
Sukmaraga pada lahan kering masam mencapai 5,5 - 6 ton/ha, dan pada lahan sawah tadah
hujan Varietas Lamuru dan Srikandi Kuning memberikan hasil sekitar 6-7 ton/ha..
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |135
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai
berikut: Penampilan genotipe jagung unggul pada t1 dan t4 menunjukan pertumbuhan dan daya
hasil yang sama serta lebih tinggi dibandingkan dengan t2 dan t3. Secara berurutan yaitu (133,
16; 125,67; 90,97; dan 51,29) gr/tanaman.
Saran
Penggunaan varietas jagung unggul Lamuru dapat dipertimbangkan untuk diterapakan pada
penggunaan pupuk kandang 15 t/ha, pupuk urea 200 kg/ha, pupuk NPK Phonska 250 kg/ha,
jarak tanam (40x30)x60) cm) dan Varietas Sukmaraga, dengan pupuk kandang 15 t/ha, pupuk
urea 200 kg/ha, pupuk NPK Phonska 250 kg/ha, jarak tanam (35x35)x100) cm) di Lombok
Barat pada MK. II.
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R.W. and Bradshaw. 1964. Implication of Genotipe x Enveroment Interaction in
Applied Plant Beeding. Crop. Sci. 4 : 503-507
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 1990. Data Pokok Pembangunan NTB
Biro Pusat Statistik. 2007. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi
NTB
Pesireron M. dan Senewe R.E. 2011. 10 Varietas/Galur Jagung Komposit Dan Hibrida
Pada Agroekosistem Lahan Kering Di Maluku. Agrotrip Vol 7(2) : 53-59.
Saenong dan Subandi. 2002. Konsep PTT pada Tanaman Jagung. Makalah disampaikan pada
Pembinaan Teknis dan Mangemen PTT Palawija di Balitkabi, Malang
Sutresna, I W. 2007. Seleksi Simultan pada Populasi Jagung untuk Mendapatkan Daya Hasil
Tinggi dan Berumur Genjah pada Lahan Kering di NTB. Laporan Penelitian (KKP3T)
Sutresna, I W. I Gusti Putu Muliartha Aryana, I Gde Eka Putra Gunartha. 2016. Evaluasi
Genotipe Jagung (Zea Mays L.) Unggul Pada Lingkungan Tumbuh Dengan
Perbaikan Teknologi Budidaya. Jurnal Seminar Nasional. Hal 678-682.
Wahid, P. Irsal Las dan Kusomo Dwijanto. 2001. Konsep Dasar Pengembangan Lahan Kering
Berwawasan Lingkungan di Kawasan Timur Indonesia. Makalah disampaikan pada
Lokakarya Status dan PengembangannLahan Kering di Indonesia, Mataram
.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |136
PENDAMPINGAN PENYUSUNAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SD BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH DAN
CONTEXTUAL LEARNING DALAM K-13
I Nyoman Karma, Awal Nur Kholifatur Rosyidah*, Ida Ermiana, Nurul kemala Dewi,
Siti Istiningsih, Abdul Kadir Jaelani Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP,
Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
perangkat
pembelajaran,
matematika, SD,
saintific approach,
contextual learning
Abstrak: Perangkat pembelajaran penting untuk disusun berdasarkan
analisis kebutuhan dengan mengedepankan aktivitas belajar siswa. Tujuan
kegiatan ini adalah melakukan pendampingan bagi guru SD Gugus V kota
Madya Mataram untuk merancang, menyusun perangkat pembelajaran
(RPP dan LKS) matematika K-13 berbasis saintific approach dan
contextual learning serta pelatihan praktik simulasi ke dalam proses
pembelajaran. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu 1)
Sosialisasi kegiatan; 2) Penjelasan perangkat pembelajaran matematika SD
(RPP dan LKS) dalam K-13; 3) Penjelasan scientific approach dan
contextual learning; 4) Pendampingan penyusunan RPP matematika SD K-
13 dan LKS berbasis scientific approach dan contextual learning; 5) Praktik
simulasi perangkat pembelajaran matematika; 6) Diskusi dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan dengan cara memberikan refleksi atau pendapat guru
terhadap sistematika komponen penyusun RPP K-13 serta berdasarkan
portofolio perangkat RPP dan LKS yang telah disusun. Target dari kegiatan
ini adalah guru dapat merancang serta menyusun RPP dan LKS matematika
berbasis scientific approach dan contextual learning dengan menyesuaikan
kebutuhan belajar siswa. Secara umum, semua rangkaian kegiatan
pendampingan dapat terlaksana dengan optimal, diikuti dengan penuh
antusias dari para guru.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 selalu mengalami revisi dalam hal pelaksanaannya, seperti
pembelajaran matematika diputuskan sebagai mata pelajaran terpisah, tidak lagi sebagai bagian
dari pembelajaran tematik terpadu (Permendikbud No. 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar). Pemisahan mata pelajaran matematika diberlakukan pada kelas tinggi,
yaitu kelas IV, V, dan VI. Alasan keputusan yang mendasari matematika diajarkan secara
terpisah dari mata pelajaran lainnya adalah kedalaman materi matematika terasa dangkal jika
ditematikkan dengan pelajaran lain. Pembelajaran matematika yang ditematikkan dengan tema
mempunyai keterbatasan dalam mengakomodir struktur dan konten matematika secara utuh.
Kebijakan baru tersebut mendapat perhatian dari guru. Guru sebagai tokoh yang berperan
dalam implementasi K-13 mempunyai peran yang strategis. Guru dituntut mampu
menyelenggarakan pembelajaran yang meliputi a) perancangan pembelajaran, b) pelaksanaan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |137
pembelajaran, c) penilaian proses dan hasil belajar (Endang Poerwanti, 2008). Kemampuan
tersebut bermanfaat agar dapat melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan K-13.
Proses pembelajaran yang ideal tidak bisa dipisahkan dengan perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran diantaranya meliputi Rencana Pembelajaran (action plan) dan LKS
menjadi suatu keharusan yang wajib dipersiapkan guru sebelum mengajar. Hal tersebut tidak
semata-mata sebagai bentuk dari kelengkapan administrasi yang dipenuhi guru melainkan
gambaran aktivitas nyata yang akan dilakukan oleh siswa dan guru selama proses belajar
mengajar.
Guru Sekolah Dasar di Gugus V Kota Madya Mataram pada umumnya sudah
mempunyai RPP, tetapi faktanya RPP yang didapatkan bukan hasil dari analisis kebutuhan
belajar siswa. Melainkan RPP yang diadaptasi dari internet dan hasil KKG (Kelompok Kerja
Guru) yang selanjutnya tidak dikembangkan lagi. Sebagian besar guru SD Gugus V Kota
Madya Mataram masih mengalami kesulitan dalam perencanaan pembelajaran 46,06% dan
kesulitan pelaksanaan proses pembelajaran 41,5% (Karma, dkk, 2017).
RPP yang ditawarkan selama ini memuat gambaran singkat kegiatan pembelajaran
(pembukaan, inti, dan penutup), tidak memperhatikan kebutuhan, kesiapan, dan tahapan
perkembangan berpikir siswa. Sementara objek kajian matematika bersifat abstrak,
membutuhkan strategi dan pendekatan yang mampu membuat matematika menjadi lebih
konkret. Hasil wawancara pada beberapa guru SD Gugus V Kota Madya Mataram mengenai
cara membelajarkan matematika langsung kepada level abstrak. Hal ini jelas tidak sesuai
dengan matematika yang harus diajarkan mulai dari konsep sesuai dengan konteks kehidupan
yang dialami siswa sendiri. Kebanyakan guru mengajar tidak memperhatikan kemampuan
berpikir siswa. Alasannya dikarenakan keterbatasan alokasi waktu yang diajarkan sementara
ruang lingkup materi terlalu luas. Sehingga kedalaman membelajarkan materi kepada siswa
dirasa tidak maksimal.
Proses pembelajaran yang baik tentu memiliki kesiapan yang baik pula dalam mengajar.
Tercermin dari kesiapan guru merancang perangkat pembelajarannya. Perangkat pembelajaran
adalah sekumpulan sumber atau alat belajar yang memungkinkan siswa dan guru melakukan
kegiatan belajar mengajar dengan efektif. Seperti perangkat pembelajaran yang digunakan guru
matematika di salah satu SMP di Kota Mataram belum menggunakan pendekatan kontekstual
sehingga di dalam proses pembelajaran masih hanya sekedar teori yang berisikan angka-angka
dan operasi perhitungan saja bagi siswa (Juz’an Affandi, 2017: 5). Idealnya, perangkat
pembelajaran harus lebih bersifat kontekstual agar dapat membantu siswa untuk memahami
materi matematika yang bersifat abstrak, serta dapat memotivasi siswa dalam belajar. Oleh
karena itu, dibutuhkan pengembangan perangkat pembelajaran yang dibuat guru dan dianggap
sesuai dengan implementasi K-13 yaitu pendekatan saintifik (scientific approach) dan
pendekatan kontekstual (contextual learning).
Pemerintah memang telah mengupayakan pemberdayaan guru melalui program dan
berbagai macam kebijakannya terkait dengan kebebasan untuk berinovasi terhadap proses
pembelajaran. Tetapi program pemberdayaan yang dilaksanakan belum mampu membekali
guru akan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran seperti
kemampuan merancang dan menyusun perangkat pembelajaran matematika Kurikulum 2013.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |138
Melihat permasalahan yang dihadapi guru SD Gugus V Kota Madya Mataram terkait
dengan kesulitan merancang dan menyusun perangkat pembelajaran matematika (RPP dan
LKS) dalam hal aktivitas siswa pada proses pembelajaran. Serta mempertimbangkan
pentingnya kualitas pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013, maka perlu adanya langkah
nyata melalui pendampingan penyusunan perangkat pembelajaran matematika berbasis
scientific approach dan contextual learning bagi guru SD Gugus V Kota Madya Mataram
METODE KEGIATAN
Kegiatan ini dilaksanakan dengan pendampingan (coaching) yang menekankan
hubungan kolaboratif antara tim pengabdian dengan guru sasaran. Tim pengabdian berperan
sebagai fasilitator yang bertugas mendampingi guru merancang dan menyusun perangkat
pembelajaran matematika. Partisipasi guru sasaran dalam kegiatan pendampingan ini adalah
menyediakan tempat pelatihan dan mobilisasi anggota agar hadir dalam kegiatan
pendampingan penyusunan perangkat pembelajaran matematika kurikulum 2013 berbasis
scientific approach dan contextual learning.
Metode pelaksanaan kegiatan PPM ini meliputi ceramah, tanya jawab, unjuk kerja,
simulasi, diskusi dan evaluasi. Uraian metode pelaksanaan dijelaskan sebagai berikut:
Penyajian materi terkait perancangan dan penyusunan perangkat pembelajaran dilaksanakan
menggunakan metode ceramah dengan bantuan LCD. Guru telah dibekali dengan handout
materi sebagai panduan dalam mengikuti penjelasan yang disampaikan. Kegiatan penjelasan
materi diselingi dengan tanya jawab agar terjadi interaksi langsung antara guru sasaran dengan
tim pengabdian. Unjuk kerja dilakukan oleh guru sasaran secara kelompok untuk merancang
dan menyusun perangkat pembelajaran matematika K-13 berbasis scientific approach dan
contextual learning. Penyusunan perangkat pembelajaran secara kelompok dapat memfasilitasi
guru untuk menuangkan ide-ide solutif ke dalam rancangan pembelajaran (action plan) dan
LKS (work sheet).
Metode simulasi digunakan untuk mempraktikkan perangkat pembelajaran matematika
K-13 yang telah disusun. Diskusi dan evaluasi digunakan untuk menstimulasi guru melakukan
sharing atau tukar pikiran agar permasalahan yang ditemukan pada proses penyusunan maupun
simulasi pelaksanaan dapat teridentifikasi. Selain itu, diskusi dan evaluasi juga digunakan
untuk mengeksplorasi dan memilih alternatif solusi bagi permasalahan yang ditemukan guru
pada praktik penyusunan perangkat pembelajaran matematika K-13 berbasis scientific
approach dan contextual learning. Tim pengabdian pun mengevaluasi dengan memberikan
saran atas RPP dan LKS yang telah disimulasikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah memberikan pendampingan
penyusunan perangkat pembelajaran meliputi RPP dan LKS matematika Kurikulum 2013
berbasis scientific approach dan contextual learning bagi guru SD Gugus V Kota Madya
Mataram. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Agustus 2019 pada pukul 08.00-
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |139
14.00 WITA di SDN 4 Bajur yang dihadiri oleh 21 guru sekolah dasar khususnya kelas 4, 5,
dan 6 beserta 4 kepala sekolah yang tergabung dalam Gugus V kota Madya Mataram. Kegiatan
dapat terlaksana dengan baik karena adanya dukungan berbagai pihak diantaranya guru dan
kepala sekolah sebagai mitra kegiatan dan tim pelaksana yang seluruhnya merupakan dosen
PGSD sesuai dengan keahlian di bidangnya masing-masing.
Pelaksanaan kegiatan terbagi menjadi beberapa tahapan, yang pertama adalah sosialisasi
kegiatan. Tim pengabdian berkoordinasi dengan pihak terkait khususnya pihak pengelola
gugus dan guru-guru sebagai peserta kegiatan. Berikutnya adalah pemberian angket untuk
mengetahui seberapa sering pengalaman guru mengikuti kegiatan pelatihan penyusunan RPP
dan mengetahui tentang format RPP yang selama ini digunakan pada proses pembelajaran.
Hasilnya adalah guru menyatakan sudah pernah mengikuti pelatihan minimal satu kali. Tetapi
masih belum memahami dengan benar tentang penyusunan RPP berdasarkan aturan terbaru.
Sebagian besar guru masih merasa kesulitan merumuskan indikator pencapaian kompetensi.
Guru belum terampil mengembangkan aktivitas belajar matematika siswa yang aktif dan kreatif
yang mengarah pada kegiatan saintifik. Serta guru masih belum merasa terbiasa untuk
mengembangkan LKS sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi secara berurutan dalam 2 sesi. Sesi pertama
adalah penjelasan perangkat pembelajaran matematika SD meliputi RPP dan LKS dalam
Kurikulum 2013 dan sesi kedua berkaitan dengan pendekatan pembelajaran yang inovatif
seperti pendekatan saintifik (scientific approach) dan pendekatan kontektual (contextual
learning). Penyampaian materi disampaikan oleh tim dengan metode ceramah, diskusi, dan
tanya jawab. Dilengkapi dengan contoh konkret RPP, lengkap dengan sintaks
pembelajarannya, LKS yang kontekstual, sehingga peserta mempunyai gambaran secara nyata.
Adapun komponen RPP berdasarkan aturan Permendikbud No. 22 tahun 2016 terdiri dari (a)
identitas sekolah; (b) identitas mata pelajaran; (c) kelas/ semester; (d) materi pokok; (e) alokasi
waktu; (f) Kompetensi Inti (KI); (g) Kompetensi Dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
(h) tujuan pembelajaran; (i) materi pembelajaran yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur; (j) pendekatan dan metode pembelajaran; (k) alat, bahan, dan media pembelajaran;
(l) sumber belajar; (m) langkah-langkah pembelajaran; (n) penilaian hasil pembelajaran
(Permendikbud, No. 22 Tahun 2016, 2016: 6-7).
Gambar 1 & 2. Penyampaian materi oleh Tim
Kegiatan berikutnya adalah pendampingan dalam proses penyusunan perangkat pembelajaran
matematika yang meliputi RPP dan LKS. Penyusunan RPP lebih dikembangkan pada
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |140
komponen tentang bagaimana guru mendesain aktivitas belajar siswa yang aktif dan kreatif.
Jadi penekanannya berada pada langkah-langkah pembelajaran. Peserta dibagi menjadi 5
kelompok, dimana masing-masing kelompok mendapatkan tugas untuk merumuskan indikator
dan tujuan pembelajaran berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditentukan. Peserta
harus menyusun indikator pembelajaran dengan menyesuaikan Kata Kerja Operasional (KKO)
pada tingkatan aspek kognitif. Selanjutnya dari indikator tersebut, peserta (guru)
mengembangkan aktivitas yang harus dilaksanakan siswa pada proses pembelajaran, dimulai
dari kegiatan pembuka, inti, dan penutup. Sampai pada tahapan penyusunan LKS yang inovatif
yang syarat akan kegiatan pembelajaran yang bermakna yaitu siswa aktif di dalam menemukan
atau mengkonstruk pengetahuan melalui latihan soal yang bersifat pemecahan masalah.
Gambar 3. Peserta merumuskan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran
berdasarkan Komepetensi Dasar (KD) matematika yang telah ditentukan
Perangkat pembelajaran matematika berbasis scientific approach dan contextual learning
memberikan kemudahan bagi guru dalam mengimplementasikan kegiatan belajar mengajar
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Kurikulum 2013 erat kaitannya
dengan pendekatan saintifik yang digunakan untuk memecahkan masalah ilmiah. Glazunov
(2012: 9) menyatakan “scientific method consist of the collection of data through observation
and experimentation, and the formulation and testing of hypotheses.” Pendekatan saintifik
konsisten dengan pengumpulan data melalui observasi dan eksperimen, merumuskan, serta
mencoba hipotesis. Di dalam Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 (2014: 209),
disebutkan bahwa pendekatan saintifik meliputi 5M, yaitu mengamati, menanya, mencoba,
menalar, dan mengkomunikasikan. Semantara konsep belajar kontekstual mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan sehari-hari
(Munawarah, 2017: 170).
Selepas peserta kegiatan menyusun RPP dan LKS, dilanjutkan dengan simulasi oleh masing-
masing kelompok. Inti kegiatan pada tahapan ini adalah melihat secara langsung proses
pembelajaran yang sudah dirancang oleh guru. Simulasi praktik mengajar pada tahapan ini
diwakili oleh 2 kelompok saja dengan alasan waktu yang terbatas. Hasilnya adalah peserta
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |141
sangat antusias ketika mensimulasikan pembelajaran divariasikan dengan kegiatan ice
breaking seperti menyanyi dan bermain tepuk. Capaian pada tahapan ini adalah guru terbukti
mampu menyajikan materi matematika secara kontekstual. Hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian Fiqih, Hobri, dan Suharto (2014: 119) menyatakan bahwa kelebihan dari perangkat
pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual dan saintifik antara lain: (a) dapat
meng-aplikasikan pengetahuan yang diperoleh pada kehidupan sehari-hari karena disajikan
secara kontekstual; (b) dapat meningkatkan pengerjaan prosedural yang mekanik menjadi
pengerjaan yang memunculkan dugaan, penemuan, dan penyelesaian masalah; c) dapat melatih
siswa mengemukakan ide dan mengembangkan ide secara matematika. Hal ini membuktikan
apabila pendekatan saintifik divariasikan dengan pendekatan kontekstual maka hasilnya dirasa
akan semakin efektif yaitu memfasilitasi siswa dalam belajar matematika.
Gambar 4 & 5. Tim melakukan pendampingan terhadap proses penyusunan perangkat pembelajaran
(RPP dan LKS) matematika dan tampak peserta mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Untuk mendapatkan feedback dari peserta mengenai rangkaian penyampaian materi, maka
dilanjutkan dengan pelaksanaan diskusi melalui FGD (Focus Group Discussion). Banyak
peserta memberikan respon positif berupa pertanyaan terkait dengan materi yang disampaikan
maupun sekedar memberikan pendapat maupun saran. Hal ini menandakan bahwa peserta
sangat antusias di dalam mengikuti kegiatan. Kegiatan workshop diakhiri dengan pelaksanaan
evaluasi berupa angket terkait komponen dan sistematika penyusunan RPP. Hasilnya adalah
guru sudah semakin bertambah pengetahuannya terkait dengan aktivitas belajar di dalam
pendekatan saintifik dan kontektual. Melalui praktik secara langsung, guru sudah mampu untuk
merumuskan tujuan pembelajaran yang benar disesuaikan dengan komponen A, B, C, D
(Audience, Behaviour, Condition, dan Degree).
Beberapa kendala yang ditemukan pada kegiatan ini antara lain, yaitu (1) waktu pelaksanaan
kegiatan pendampingan dirasa sangat terbatas, sementara materi yang disampaikan cukup
padat. Sehingga tidak semua kelompok dapat mempresentasikan atau mensimulasikan RPP dan
LKS yang telah disusun; (2) peserta kegiatan dalam hal ini guru dan kepala sekolah sudah
mempunyai pengetahuan terkait dengan sistematika penyusunan RPP berdasarkan aturan
Permendikbud No. 22 Tahun 2016. Tetapi belum terampil untuk merumuskan langkah-langkah
pembelajaran jika diintegrasikan dengan pendekatan pembelajaran yang inovatif seperti
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |142
pendekatan saintifik dan pendekatan kontekstual, serta keterampilan 4C (Communication,
Collaboration, Chrtical Thinking, dan Creativity) di abad XXI.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Simpulan yang dapat dikemukakan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian pada
masyarakat ini adalah sebagai berikut:
1) Secara umum kegiatan ini telah berhasil memotivasi para guru dan kepala sekolah untuk
merancang dan menyusun RPP serta LKS matematika berbasis scientific approach dan
contextual learning dengan menyesuaikan kebutuhan belajar siswa.
2) Pengalaman dan pengetahuan guru bertambah terkait dengan aktivitas belajar siswa di
dalam pendekatan saintifik dan kontektual.
3) Guru bertambah wawasan terkait dengan penyediaan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
tidak hanya sebatas kumpulan soal-soal terapan melainkan aktivitas belajar siswa untuk
mengkonstruk pengetahuan melalui latihan soal pemecahan masalah.
Guru antusias dan memberikan respon positif selama mengikuti rangkaian kegiatan.
Saran
Saran terkait dengan beberapa hal yang dapat ditindaklanjuti terutama kepada pihak pengelola
gugus dan guru-guru sebagai peserta kegiatan adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) matematika membutuhkan proses
yang berkelanjutan, sehingga peserta kegiatan disarankan untuk mendiskusikan
kembali materi yang sudah didapat bersamaan dengan rekan sejawat di sekolah masing-
masing ataupun melalui kegiatan KKG.
2) Pendampingan yang intensif dari tim dosen pengabdian sebagai bentuk follow up sangat
diperlukan agar kegiatan pendampingan penyusunan perangkat pembelajaran tidak
hanya selesai saat kegiatan itu saja.
Adanya kerjasama dengan berbagai pihak terkait, mengenai pengembangan penyusunan
perangkat pembelajaran matematika (RPP dan LKS) yang bersifat inovatif.
Ucapan Terima Kasih
Tim pengabdian kepada masyarakat mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram
yang telah mendanai kegiatan “Pendampingan Penyusunan Perangkat Pembelajaran
Matematika SD Berbasis Scientific Approach dan Contextual Learning dalam K-13” melalui
dana PNBP tahun 2019, serta kepada tim pengabdian yang telah meluangkan waktu dan tenaga
hingga terselesaikannya artikel ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada peserta yaitu
guru-guru serta kepala sekolah di Gugus V kota Madya Mataram yang telah terlibat aktif dan
atas kerjasama dan partisipasi yang baik selama kegiatan pengabdian
DAFTAR PUSTAKA
Endang Poerwanti, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD, Bahan Ajar Cetak, Jakarta :
Dirjendikti Depdiknas.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |143
Fiqih Nur H, Hobri, dan Suharto. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
Pada Model CORE Dengan Pendekatan Kontekstual Pokok Bahasan Peluang Untuk
Siswa SMA Kelas XI. Kadikma, 5(2), 111-120.
Glazunov. N.M. 2012. Foundation of Sscientific Method. National Aviation University.
Juz’an Afandi. 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan
Kontekstual budaya Lombok. Beta Jurnal Tadris Matematika, 10(1), 1-17. DOI:
http://dx.doi.org/10.20414/betajtm.v10i1.83
Karma, Nyoman., Siti Istiningsih., Nurhasanah., Intan Dwi Hastuti. 2017. Penyuluhan Tentang
Penerapan Penilaian Proses dan Hasil Belajar Berbasis Kurikulum 2013 Bagi Guru
Sekolah Dasar Negeri Gugus 5 Kota Madya Mataram. Laporan Penelitian Hibah PNBP.
Universitas Mataram.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Materi Pelatihan Guru, Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Munawarah. 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan
Menggunakan Pendekatan Kontekstual. MaPan: Jurnal Matematika dan Pembelajaran,
5(2), 168-186. DOI: http://doi.org/10.24252/mapan.v5n2a2.
Permendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 22 Tahun 2016
Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Disdakmen. Jakarta.
Permendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 24 Tahun 2016
Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013.
Disdakmen. Jakarta.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |144
Pengenalan Paket Teknologi Tanaman Jagung Umur Super Genjah
dan Stay-green Di Kabupaten Lombok Utara
I Wayan Sudika*, I Wayan Suresna, Dwi Ratna Anugrahwati,
I Gusti Putu Muliarta Aryana, A.A. Ketut Sudharmawan Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
Lahan kering,
tanaman jagung,
super genjah
petroganik dan stay-
green
Abstrak: Calon varietas unggul komposit tanaman jagung super genjah dan
bersifat stay-green untuk lahan kering, telah dihasilkan melalui kegatan
pemuliaan oleh Staf Fakultas Pertanian Unram. Calon varietas tersebut
perlu diperkenalkan kepada petani di lahan kering; salah satunya di
kabupaten Lombok Utara. Upaya untuk memperkenalkan calon varietas
tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
Oleh karena itu, tujuan pengabdian kepada masyarakat, yaitu menambah
pengetahuan petani di bidang karakteristik tanaman jagung super genjah
dan stay-green; pengetahuan tentang teknik pembuatan benih jagung
komposit dan memperkenal paket teknologi penanaman jagung super
genjah dan stay green di lahan kering. Metode yang digunakan dalam
pengabdian kepada masyarakat adalah metode pendidikan orang dewasa
(POD) dengan teknik partisipatif. Selain itu, dibuat pula demplot. Kegiatan
dilakukan mulai pertengahan bulan Mei sampai dengan awal bulan
September 2019. Hasil pengabdian bahwa terjadi peningkatan pengetahuan
petani di bidang karakteristik tanaman jagung super genjah, teknik
pembuatan benih jagung komposit dan peranan bahan organik dalam tanah
akibat telah dilaksanakan pertemuan, diskusi dan pengamatan pada
demplot. Keempat paket teknologi jagung Super genjah lebih awal panen
dibandingkan paket cara petani yang menggunakan varietas hibrida NK212.
Rata-rata bobot tongkol kering panen pada paket super genjah dengan
pupuk kandang sapi pada kedua sistem tanam sebesar 22,515 kg/ubinan
(10,051 t/ha) sama dengan penggunaan petroganik sebesar 22,935
kg/ubinan (10,239 t/ha). Petani disarankan untuk menggunakan paket
jagung super genjah yang menggunakan pupuk petroganik sebanyak 600 kg
per hektar dengan sistem tanam jajar legowo atau tunggal.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Pada tahun 2013, kebutuhan pakan ternak mencapai 13,80 juta ton, dengan kebutuhan
bahan baku jagung kuning sekitar 7.00 juta ton. Kebutuhan tersebut sebagian dipenuhi dari
produksi jagung dalam negeri, yakni sekitar 3.8 juta ton dan 3,2 juta ton dari impor
(Musta’idah, 2013). Hal ini dapat terjadi karena produksi jagung dalam negeri hanya sekitar
22 persen dapat diterima oleh pabrik pakan ternak karena kualitas rendah, sehingga sebagian
dari kebutuhan pabrik tersebut harus diimpor (Arifenie, 2013). Kebutuhan jagung kuning untuk
bahan baku pakan ternak naik menjadi sekitar 7.7 juta ton pada tahun 2014 dan dipenuhi dari
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |145
impor sebesar 3,0 juta ton (Akbarwati, 2015); sedangkan 4.7 juta ton dipenuhi dari produksi
jagung dalam negeri. Menurut ahli pakan dan nutrisi ternak, Balai Penelitian Ternak Ciawi
Bogor; dalam lima tahun ke depan diprediksi kebutuhan pabrik pakan ternak mencapi dua kali
lipat, sehingga produksi jagung perlu ditingkatkan (Anonymous, 2014).
Peningkatan produksi jagung dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.
Intensifikasi memiliki peluang besar dilakukan karena produktivitas jagung masih jauh dari
potensi hasil. Berdasarkan angka ramalan tetap, produktivitas jagung di Indonesia pada tahun
2012 sebesar 4.436 ton per hektar (Badan Pusat Statistik, 2013); sedangkan potensi hasil jagung
mencapai 8 ton atau lebih untuk varietas unggul komposit dan lebih dari 13 ton untuk varietas
hibrida (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2012). Intensifikasi selain
dilakukan di lahan sawah irigasi teknis, juga dapat dilakukan di lahan kering mengingat sekitar
60 persen areal jagung di Indonesia berada di lahan kering (Indriani dan Mejaya, 2012); salah
satunya di Nusa Tenggara Barat (NTB).
NTB memiliki lahan kering sekitar 70 persen dari seluruh luas NTB dan beriklim kering
dengan bulan basah sekitar 3-4 bulan. Lahan tersebut baru dimanfaatkan sekitar 31 persen
untuk pertanian (Bappeda NTB, 2013) dan sisanya berpeluang besar untuk pengembangan
tanaman jagung melalui program ekstensifikasi. Oleh karena itu, pengembangan tanaman
jagung menjadi prioritas pemerintah NTB guna meningkatkan produksi dan pendapatan petani
di lahan kering, melalui program PIJAR (sapi, jagung dan rumput laut) (Pemda NTB, 2008)
dan dilanjutkan dengan program Pajale sejak tahun 2015. Karakterisitik varietas unggul jagung
untuk lahan kering, yaitu tahan terhadap cekaman kekeringan, umur genjah (≤ 90 hari) dan
hasilnya tinggi (Mejaya, et al., 2010).
Varietas jagung yang ditanam di lahan kering memiliki syarat antara lain; daya tumbuh
besar, mempunyai dedaunan yang rimbun, susunan perakarannya yang dalam dan kuat. Sistem
perakaran yang meliputi penyebaran akar, tahanan dan permiabilitas akar serta kemampuan
daun untuk menahan laju transpirasi, akan menentukan besarnya air yang diperlukan oleh
tanaman untuk pertumbuhannya pada lahan kering (Soetrisno, 1989). Secara umum, ideotipe
tanaman yang toleran cekaman kekeringan antara lain ukuran biji lebih besar, coleoptil lebih
panjang, pertumbuhan penutupan tanah lebih cepat, biomass sebelum keluar bunga betina
tinggi, konsentrasi ABA lebih tinggi, bersifat stay-green dan daun lebih tebal dan berlilin
(Anonymous, 2012).
Kecamatan Kayangan memiliki sebagian besar lahan kering dan petani umumnya
menanam jagung pada musim hujan. Pada musim kemarau, sangat jarang petani yang
menanam jagung karena pengairan yang cukup mahal. Saat ini, varietas yang ditanam oleh
petani adalah hibrida melalui bantuan pemerintah dan swadaya seperti NK 212, Bisi 2 dan
Pioneer 21. Umur panen varietas ini lebih dalam, sehingga frekuensi pemberian air akan lebih
banyak untuk memperoleh hasil yang optimal. Apabila kekurangan air, maka pertumbuhan
kurang baik dan hasil lebih rendah. Oleh karena itu, varietas hibrida nampaknya kurang cocok
untuk lahan kering, sehingga perlu mencari varietas lain, yakni varietas komposit; Kegiatan
pemuliaan Fakultas Pertanian telah menghasilkan populasi harapan, yakni P8IS. Populasi ini
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |146
memiliki umur super genjah (< 80 hari) dan bersifat stay-green (Sudika, et. al., 2018). Sifat
umur super genjah dan stay green ini, memungkinkan frekuensi pemberian air lebih sedikit,
sehingga pendapatan yang diperoleh petani lebih tinggi. Apabila populasi harapan ini menjadi
varietas unggul, maka petani dapat memperbanyak sendiri, sehingga tidak perlu membeli benih
setiap kali penanaman. Sifat stay-green sangat bermanfaat untuk pakan ternak terutama di
musim kemarau akibat sulitnya memperoleh hijauan.
Selain menggunakan varietas yang tahan terhadap kekeringan, upaya yang dapat
dilakukan untuk mempertahankan air dalam tanah adalah dengan pemberian pupuk organik.
Pemberian pupuk organik ini dapat mengurangi frekuensi pemberian air, sehingga usahatani
jagung lebih menguntungkan. Salah satu pupuk organik tersebut adalah pupuk kandang sapi.
Hasil penelitian Kusnarta dan Sudika (2017) menyatakan, bahwa hasil tertinggi tanaman
jagung pada kondisi cekaman kekeringan di tanah pasiran Lombok Utara diperoleh dosis pupuk
kandang sapi 20 t/ha. Selain itu, sekarang pemerintah telah memberikan subsidi terhadap pupuk
organik Petroganik untuk digunakan pada penanaman berbagai jenis tanaman termasuk
tanaman jagung. Menurut Petrokimia (2008) dan Petrokimia (2015), bahwa dosis pupuk
petroganik untuk jagung hibrida adalah 500 kg/ha.
Petani sasaran belum memiliki pengetahuan tentang tanaman jagung umur super genjah
dan sifat stay green baik karakteristik dan keuntungannya. Pengetahuan tentang peranan pupuk
organik pada lahan kering juga belum dimiliki oleh petani. Ketrampilan dalam penanaman
jagung menggunakan populasi harapan umur super genjah dan stay green dengan
menggunakan pupuk organik belum diyakini oleh petani. Oleh karena itu, petani perlu diberi
kesempatan untuk melihat dan terlibat langsung dalam teknik budidaya sejak persiapan lahan
hingga panen.
Bertolak dari permasalahan di atas, maka dapat ditawarkan beberapa solusi sebagai
berikut:
1) Perlu dilakukan kegiatan pengabdian berupa penyampaian materi dalam suatu pertemuan.
Hal ini bertujuan untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada petani agar
petani kenal dan paham tentang tanaman jagung yang memiliki umur super genjah dan
bersifat stay green serta peranan bahan organik dalam tanah.
Untuk lebih meyakinkan petani akan paket teknologi tersebut, maka perlu ada kegiatan
demplot. Demplot ini menyajikan penanaman berbagai macam paket teknologi; yang
menggunakan dua macam pupuk organik dan dua macam varietas jagung. Demplot
ditempatkan pada tempat yang strategis agar petani dapat menyaksikan secara utuh pertanaman
jagung tersebut. Petani dapat menilai sendiri tentang usahatani jagung menggunakan pupuk
organik dan membandingkan dua varietas pada lahan kering.
METODE KEGIATAN
Metode yang digunakan dalam pengabdian kepada masyarakat adalah metode
pendidikan orang dewasa (POD) dengan teknik partisipatif. Peserta pengabdian adalah
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |147
pengurus dan anggota kelompoktani Lembah Telaga yang ada di dusun Amor-Amor, kecamatan
Kayangan, kabupaten Lombok Utara. Mula-mula disampaikan beberapa materi kemudian
dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi. Materi yang akan disampaikan dalam kegiatan
ini, meliputi:
a. Kebijakan dan prospek agribisnis jagung di NTB
b. Teknik pembuatan benih jagung komposit
c. Karakteristik tanaman jagung varietas komposit umur super genjah dan stay-green dan
varietas hibrida.
d. Peranan bahan organik dalam tanah di lahan kering.
3.2. Demonstrasi plot
Demonstrasi plot dan praktek budidaya tanaman jagung di lahan kering dengan
pengairan sumur pompa, dilakukan di lahan petani pada musim kemarau. Petani secara
partisipatif ikut terlibat secara bersama-sama dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
hasil panen. Areal demplot dilakukan pada tanah petani seluas 10 Are. Areal demplot
dibagi 5 subpetak; masing-masing subpetak memuat satu paket teknologi. Paket teknologi
yang didemonstrasikan sebanyak 5 paket termasuk satu paket cara petani. Paket-paket
tersebut, sebagai berikut:
Paket I (a) : Populasi P8IS, sistem tanam jajar legowo 2: 1 dan dosis pupuk kandang
Sapi 20 t/ha
Paket I (b) : Populasi P8IS, sistem tanam tunggal dan dosis pupuk kandang
Sapi 20 t/ha
Paket II (a): Populasi P8IS, sistem tanam jajar legowo 2:1 dan dosis pupuk organik
Petroganik 600 kg/ha
Paket II (b): Populasi P8IS, sistem tanam tunggal dan dosis pupuk organik
Petroganik 600 kg/ha.
Paket III : Cara petani, yakni varietas NK212 tanpa pupuk organik.
Pengolahan tanah dilakukan dengan membajak dan menggaru masing-masing satu kali
kemudian diratakan. Pupuk kandang sapi diberikan sebelum tanam dengan cara menyebarkan
secara merata pada bedengan kemudian tanah diratakan. Pupuk petroganik seluruhnya
diberikan pada saat tanam dengan cara mencampurkan 300 kg Ponska dan 100 kg Urea. Pupuk
diberikan secara tugal sekitar 5-7 cm dari lubang benih pada saat tanam. Lubang pupuk dan
benih selanjutnya ditutup dengan tanah. Pemupukan susulan, diberikan pada umur 21-24 hari
setelah tanam dengan 100 kg urea. Pemupukan dilakukan secara tugal dengan jarak sekitar 10
cm dari tanaman. Pengairan diberikan secara terbatas pada seluruh pertanaman dalam demplot,
yakni 10 minggu sekali. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan satu kali, yakni segera
setelah pemupukan susulan.
Tim Pengusul akan memberikan pelayanan teknis kepada petani dengan
mengundang partisipatif petani mulai dari penyusunan/perencanaan program, pelaksanaan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |148
kegiatan (menanam, memelihara, panen, dan lain-lain), membandingkan, dan memutuskan
apakah paket yang dilaksanakan lebih baik atau tidak dibandingkan dengan cara petani.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyampaian Materi Pengabdian
Kegiatan penyampaian materi pertama, dilakukan pada saat penanaman pada tanggal .
Materi yang disampaikan berkaitan dengan penanaman, yaitu jumlah biji per lubang, sistem
tanam jajar legowo, peran bahan organik dalam tanah dan cara pemberian pupuk organik dan
pupuk anorganik. Penempatan paket-paket teknologi yang didemonstrasikan juga disampaikan
pada saat penanaman. Beberapa anggota kelompok tani telah hadir pada saat tersebut dan
petani secara langsung mengerjakan kegiatan demplot tersebut. Hal ini menyebabkan petani
lebih paham tentang paket yang didemonstrasikan. Kegiataan penanaman jagung untuk
pembuatan demplot disajikan pada Gambar 1
Gambar 1. Petani peserta pengabdian terlibat dalam penanaman untuk demplot disertai
penyampaian beberapa mater
Dalam pemeliharaan tanaman, diberikan air terbatas untuk menunjukkan ketahanan
populasi jagung super genjah dibanding dengan varietas hibrida yang biasa ditanam petani.
Pada saat pembungaan diperlukan air yang cukup agar hasil tidak mengalali penurunan.
Pada paket yang didemonstrasikan nampak tanaman tidak layu; sedangkan cara petani mulai
layu. Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan varietas super genjah yang lebih tahan
terhadap kekeringan. Selain itu, pada paket super genjah diberikan pupuk organik, sehingga
tanah lebih lama dapat menahan air. Perbedaan tingkat ketahanan super genajh dan hibrida
NK212 seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Pertemuan berikutnya, dilakukan pada saat panen bertempat di lahan dekat demplot di
desa Gumantar kabupaten Lombok Utara. Pertemuan diikuti oleh 30 orang peserta yang
terdiri dari ketua kelompoktani dan anggota beberapa kelompoktani. Kegiatan ini berlangsung
dalam suasana kekeluargaan dan suasana desa yang sangat kental karena dilaksanakan di lahan.
Materi yang disampaikan meliputi karakteristik tanaman jagung super genjah dan teknik
pembuatan benih jagung komposit. Seluruh materi yang disampaikan sangat menarik perhatian
petani. Suasana saat pertemuan, seperti terlihat pada Gambar 3.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |149
Gambar 2. Pertanaman cara petani mulai layu namun jagung super genjah masih
segar pada saat pembungaan
Gambar 3. Peserta sedang menyaksikan hasil demplot
Demontrasi Plot
Pelaksanaan
Demplot dilakukan dengan melakukan penanaman sesuai paket teknologi yang
direncanakan. Paket tersebut yaitu paket I (Super genjah P8IS, pupuk kandang sapi dan sistem
tanam jajar legowo; paket II (Super genjah P8IS, pupuk organik petroganik dan sistem tanam
jajar legowo) dan paket III (cara petani: varietas hibrida NK212, sistem tanam tunggal dan
tanpa pupuk organik). Lahan yang digunakan seluas 10 are berupa lahan kering di Desa
Gumantar. Penanaman dilakukan tanggal 23 Juni 2019. Sistem tanam jajar legowo 2: 1
menggunakan jarak tanam (20 x 35 cm) x 70 cm dan sistem tunggal oleh petani menggunakan
jarak tanam 20 x 70 cm. Penanaman dilakukan dengan cara tugal dan tiap lubang tugal diisi 2
biji, dengan dokumentasi seperti disajikan pada Gambar 4.
Dalam pelaksanaan demplot, tidak ada kendala yang berarti karena pompa dapat
berfungsi selama pelaksanaan demplot. Serangan hama terjadi, yakni hama ulat penggerek
bunga jantan, namun segera dapat diatasi dengan menyemprotkan insektisida Prevaton.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |150
Gambar 4. Teknik penanaman jagung dengan sistem
tanam tugal Gambar 5. Keikut-sertaan petani saat panen pada
petak demplot dan menyaksikan hasil panen
Pada saat ini juga dilakukan panen pada petak demonstrasi oleh beberapa petani sendiri dan
langsung menyaksikan hasil panen setiap paket. Pada saat bersamaan dipanen pula varietas
hibrida NK212 (cara petani) walaupun masih muda. Hal ini untuk menunjukkan bahwa paket
jagung super genjah jauh lebih cepat panen dibanding paket petani. yang menggunakan varietas
NK212, seperti terlihat pada Gambar 5.
Pada Gambar tersebut terlihat, bahwa pada saat panen jagung Super genjah umur 78
hari, varietas hibrida NK212 sedang fase pengsian biji dan dipanen pada umur 98 hari.
Pengamatan terhadap beberapa variabel pada saat panen telah dilakukan, meliputi jumlah
tongkol yang dipanen dan bobot tongkol kering panen per ubinan. Ukuran ubinan adalah 3 x
7,4 m (16 baris untuk jajar legowo dan 13 baris untuk sistem tanam tunggal. Setiap baris terdiri
atas maksimal 15 tanaman), namun pada saat panen jumlah tongkol yang dipanen tidak
maksimal. Data beberapa variabel pada demplot saat panen, disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data umur panen, jumlah tongkol yang dipanen dan bobot tongkol kering
panen setiap paket teknologi No. Paket teknologi Umur
panen
(hari)
Jumlah
tongkol
maksimal
(tongkol)
Jumlah
tongkol yang
dipanen
(tongkol)
Bobot
tongkol
kering
panen (kg)
Rata-rata
bobot per
tongkol (g)
1 Paket Ia (P8IS, jarwo dan
pupuk kandang sapi)
78 240 186 (77,5 %) 23,476 126,25
2 Paket Ib (P8IS, sistem
tanam tunggal dan pupuk
kandang sapi)
78 185 169 (91,4%) 21,577 127,7
3 Paket IIa (P8IS, jarwo dan
pupuk petroganik)
78 240 182 (75,8 %) 22,809 125,3
4 Paket IIb (P8IS, sistem
tanam tunggal dan pupuk
petroganik)
78 185 174 (94,0 %) 23,008 132,2
5 Paket III (cara petani:
NK212, sistem tanam
tunggal dan tanpa pupuk
organik)
98 185 171 (92,4 %) 23,085 135,00
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |151
Pada Tabel 1 terlihat, bahwa jumlah tongkol maksimal sistem tanam jajar legowo lebih
banyak dibanding sistem tanam tunggal karena jumlah barisnya lebih banyak. Persentase
jumlah tongkol yang dipanen jauh lebih banyak pada sistem tanam tunggal, yaitu rata-rata 92,6
persen untuk sistem tunggal termasuk cara petani dan 76,7 persen untuk sistem jajar legowo.
Bobot tongkol kering panen sistem jarwo dengan pupuk kandang sapi lebih berat disbanding
sistem tunggal; namun sebaliknya pada petroganik, justru sistem tunggal lebih berat
tongkolnya. Rata-rata bobot per tongkol terberat pada sistem tunggal dengan petroganik untuk
populasi super genjah. Umur panen super genjah rata-rata 78 hari untuk keempat paket
teknologi; sedangkan untuk cara petani, varietas NK212 panennya umur 97 hari; lebih lambat
20 hari.
KESIMPULAN DAN SARAN
Bertolak dari uraian di atas maka dapat disimpulkan, sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan pengetahuan petani di bidang karakteristik tanaman jagung super
genjah, teknik pembuatan benih jagung komposit dan peranan bahan organik dalam tanah
akibat telah dilaksanakan pertemuan, diskusi dan pengamatan pada demplot.
2. Keempat paket teknologi jagung Super genjah lebih awal panen dibandingkan paket cara
petani yang menggunakan varietas hibrida NK212.
3. Rata-rata bobot tongkol kering panen pada paket super genjah dengan pupuk kandang sapi
pada kedua sistem tanam sebesar 22,515 kg/ubinan (10,051 t/ha) sama dengan penggunaan
petroganik sebesar 22,935 kg/ubinan (10,239 t/ha).
4. Petani disarankan untuk menggunakan paket jagung super genjah yang menggunakan
pupuk petroganik sebanyak 600 kg per hektar dengan sistem tanam jajar legowo atau
tunggal.
Ucapan Terima Kasih
Tim pengabdian kepada masyarakat mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas
Mataram atas dana yang telah diberikan, sehingga kegiatan ini dapat berlangsung sesuai
rencana. Tim juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua LPPM Universitas Mataram
beserta staf; yang telah membantu dalam proses mulai dari pengajuan proposal, pencairan dana
hingga diterimanya laporan akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Akbarwati, I., 2015. Kualitas Jagung Indonesia Lebih Baik, Kenapa Impor?
https://www.selasar.com/ekonomi/kualitas-jagung-indonesia-lebih-baik- kenapa -impor
(Diakses, 21 Nopember 2015).
Anonymous, 2012. Breeding for Drought Stress Tolerance. https://en.wikipedia.
org/wiki/Breeding_for_drought_stress_tolerance. (Diakses, 9 Agustus 2015)
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |152
Anonymous, 2014. Kebutuhan Jagung untuk Pakan Ternak 14.7 Juta Ton. http://www.
Antaranews.com/berita/450362/kebutuhan-jagung-untuk-pakan-ternak—14.7-juta-
ton/htm. (Diakses, 20 April 2015).
Arifenie, F.N., 2013. Impor Jagung Pakan Ternak Akan Melonjak 86 %.
http://industri.kontan.co.id/news/impor-jagung-pakan-ternak-akan-melonjak -86
(Diakses, 20 April 2015).
Badan Pusat Statistik, 2013. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Angka Sementara Tahun
2012). Berita Resmi Statistik BPS No. 20/03/Th.XVI.
Bappeda NTB, 2013. NTB Dalam Angka 2012. Mataram. 1-25..
Indriani, F.C. dan Mejaya, 2012. Toleransi Genotipe Jagung Biji Putih terhadap Cekaman
Kekeringan. Hal. 411 – 420. Prosiding Seminar Nasional Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Kusnarta dan Sudika, 2017. Kajian Daya Hasil Berbagai Umur Panen Tanaman Jagung
Melalui Pengaturan Teknik Budidaya Guna Mendukung Pertanian Berkelanjutan Di
Lahan Kering. (Laporan Hasil Penelitian Tahun I)
Mejaya, M. J., Azrai dan R. N. Iriany, 2010. Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari
Bebas. Hal. 55 - 73. Dalam Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Litbang
Deptan.
Musta’idah, A., 2013. Impor Jagung 2013 Capai 3,2 Juta Ton.
http://www.investor.co.id/agribusiness/impor-jagung-2013-capai-32-juta-ton/73742.
(Diakses, 26 Januari 2014).
Pemda NTB, 2008. Arah Kebijaksanaan Pemerintah Propinsi NTB. Bappeda NTB, Mataram.
Petrokimia, 2008. Anjuran Penggunan Petroganik.
http://petroganik.blogspot.co.id/2008/02/anjuran penggunaan.html (Diakses 26 Maret
2018)
Petrokimia, 2015. Pemupukan Berimbang pada Tanaman Jagung Hibrida.
http://petroganik.com/pemupukan-berimbang-pada-tanaman-jagung-hibrida/ (Diakses
26 Maret 2018)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2012. Perkembangan Jagung Hibrida
Badan Litbang Pertanian. Badan Penelitian dan Pngembangan Pertanian Departemen
Pertanian.
Soetrisno, 1989. Bimbingan Praktis Pola Tanam pada Lahan Kering. Armico, Bandung. 47.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |153
Public Sharing on Prevention and Impact of Bullying in Adolescents
I Wahyu Sulistya Affarah*, Emmy Amalia, Lina Nurbaiti,
Hamsu Kadriyan, Pujiarohman Faculty of Medicine, University of Mataram, Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
bullying, remaja,
pelajar
Abstrak: Latar Belakang. Bullying telah dikenal sebagai masalah sosial
yang terutama ditemukan di kalangan pelajar. Bullying dapat membawa
dampak buruk yang berat pada korban termasuk gangguan belajar,
gangguan mental, gangguan fisik, dan masalah kesehatan lain. Kebanyakan
perilaku bullying terjadi secara tersembunyi (covert) dan sering tidak
dilaporkan, sehingga kurang disadari oleh kebanyakan orang.
Tujuan. Untuk memberikan gambaran dan meningkatkan pengetahuan
masyarakat umumnya dan pelajar SMA khususnya tentang bullying
Metode. Terdapat dua metode yang digunakan yakni diskusi partisipatif
untuk menjangkau target sasaran masyarakat awam dan penyuluhan untuk
target sasaran pelajar.
Hasil: Kegiatan public sharing dilakukan pada bulan September 2018 di
salah satu kafe di Mataram. Kegiatan ini diikuti oleh 20 orang peserta
dengan latar belakang pendidikan, usia, dan profesi yang berbeda. Dari 20
orang peserta, sebagian besar berprofesi sebagai guru dan yang lain adalah
dokter umum, mahasiswa, pelajar, dan ibu rumah tangga. Rentang usia
peserta adalah 11-45 tahun. Sedangkan untuk penyuluhan diikuti oleh 40
orang siswa kelas XI dan XII SMAN 3 Mataram. Narasumber berjumlah
empat orang yangmana salah satunya adalah mahasiswa asal Jepang yang
sedang menyelesaikan tesisnya di kota Mataram. Terdapat empat materi
dari narasumber yang meliputi topik tentang: Bullying ditinjau dari sudut
pandang psikiatri; Dampak bullying pada kesehatan masyarakat; Mencegah
prilaku bullying dari rumah, serta prilaku bullying di sekolah-sekolah di
Jepang sekaligus diseminasi hasil penelitian tentang bullying di sekolah
menengah atas di Kota Mataram.
Kesimpulan: Kegiatan pengabdian ini merupakan upaya untuk
mendiseminasikan informasi terkait bullying pada remaja serta
pencegahannya. Didapatkan beberapa kasus bullying kategori ringan
berdasar pengalaman peserta. Secara umum, pengetahuan mengenai
bullying, dampak maupun pencegahannya masih kurang, sehingga tidak
terlaporkan.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Bullying telah dikenal sebagai masalah sosial yang terutama ditemukan di kalangan
pelajar. Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena bullying semakin mendapat perhatian
banyak pihak, baik peneliti, pendidik, organisasi perlindungan, dan tokoh masyarakat (Rudi,
2010). Kebanyakan perilaku bullying terjadi secara tersembunyi (covert) dan sering tidak
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |154
dilaporkan, sehingga kurang disadari oleh kebanyakan orang (Glew, Rivara, & Feudtner,
2000).
Beberapa penelitian mengenai bullying yang dilakukan pada anak-anak usia sekolah
menengah di beberapa negara dengan pendapatan yang tinggi menunjukkan prevalensi bullying
yang cukup tinggi, yaitu antara 5-57%, sedangkan pada negara-negara dengan pendapatan
menengah atau rendah prevalensi bullying didapatkan lebih tinggi lagi, yaitu sekitar 12-100%
(Fleming, 2009). Nansel dan kawan-kawan di tahun 2001 melakukan penelitian terhadap
15.600 siswa kelas 6 sampai kelas 10 di Amerika, dan hasilnya menunjukkan sekitar 10,6%
dari mereka melaporkan menjadi korban bullying dengan frekuensi kadang-kadang dan sering
selama masa sekolah, 13% mengaku melakukan bullying pada orang lain dengan frekuensi
kadang-kadang dan sering, dan 6,3% dari seluruh sampel menjadi pelaku dan korban bullying
(Khairiyah, 2015).
Berdasarkan studi Ndetei dan kawan-kawan pada tahun 2007, perilaku bullying juga
terjadi di sekolah menengah. Bentuk bullying yang banyak terjadi adalah dengan memukul,
mengejek, memanggil nama panggilan, mengancam, dan mengambil barang milik korban.
Perilaku tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan. Keadaan ini akan terus
berlangsung karena korban tidak berani untuk melawan. Dampak dari perilaku bullying dapat
menyebabkan korban merasa malu, tertekan, perasaan takut, sedih dan cemas. Jika kondisi ini
berkepanjangan bisa mengarah ke depresi (Okoth, 2014). Selain dampak dari masalah
psikologis juga dapat berpengaruh terhadap masalah kesehatan fisik seperti memar pada daerah
yang dipukul, lecet, bengkak, sulit tidur, nafsu makan menurun. Gejala lain yang dimunculkan
diantaranya merasa terancam, sulit berkonsentrasi, penurunan prestasi akademik dan merasa
sendiri (Laeheem, 2013). Bullying juga dihubungkan dengan angka bunuh diri yang tinggi di
kalangan remaja (Center for Desease Control and Prevention, 2016).
Beberapa penelitian mengenai bullying melaporkan berbagai dampak negatif yang
ditimbulkannya dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Ketika terjadi peristiwa bullying,
pelaku dan korban sama-sama merupakan elemen kunci yang perlu mendapatkan perhatian
khusus. Pelaku bullying pada umumnya memiliki ciri khas, yaitu agresivitas yang tinggi dan
kurang memiliki empati. Mereka cenderung menampilkan perilaku negatif dan antisosial
(misalnya, membolos, nakal, penyalahgunaan zat) selama masa remaja dan berisiko untuk
mengalami gangguan kejiwaan (Gini, 2008).
Bagi korban bullying, sekolah dapat menjadi tempat yang tidak menyenangkan dan
berbahaya. Ketakutan yang mereka alami dapat menimbulkan depresi, low self esteem (LSE),
dan sering absen. Biasanya korban bullying akan mengalami perubahan perilaku, seperti: sering
menyendiri, menarik diri dari pergaulan dengan teman sebayanya (peer group), dihantui
perasaan takut jika berhadapan dengan guru, semangat dan motivasi belajar menurun, serta
penurunan daya kreativitas. Semua ini tentu saja akan berpengaruh pada menurunnya prestasi
belajar siswa. Korban bullying merasakan berbagai emosi negatif (marah, dendam, kesal,
tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam), namun mereka tidak berdaya
menghadapinya. Dalam jangka panjang emosi-emosi ini dapat berujung pada munculnya
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |155
perasaan bahwa dirinya tidak berharga. Oleh karena itu, di sebagian besar negara barat,
bullying dianggap sebagai hal yang serius karena cukup banyak penelitian yang menunjukkan
bahwa dampak dari perilaku ini sangat negatif (Kyriakides, 2006; Huraerah, 2007).
Bullying merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan secara berulang dan melibatkan
adanya kekuatan fisik antara korban dan pelaku. Di Indonesia, Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) merilis data bahwa kasus bullying pernah dialami sekitar 87,6 % anak usia
12 tahun hingga 17 tahun dimana korban laki-laki lebih banyak dari perempuan dan perilaku
bullying lebih rentan terjadi pada usia remaja awal (Desiree, 2013; Aisiyai, 2015; Yani et al,
2016). Bullying yang terjadi di Indonesia banyak ditemukan di lingkungan sekolah baik formal
maupun non formal. Menurut penelitian terdahulu kasus bullying yang sering terjadi sekitar 61
– 73 % dalam bentuk kekerasan, pemerasan, mengancam dan mengambil barang–barang,
selebihnya merupakan kasus bullying dalam bentuk yang lain seperti cyber bullying.
Namun demikian, dari hasil penelitian dari beberapa negara, angka kejadian bullying di
Indonesia termasuk rendah jika dibandingkan negara-negara lain. Persentase siswa sekolah
berusia 13-17 tahun yang mendapatkan bullying hanya sebesar 20,6%, sementara persentase di
negara-negara Asia Tenggara lain berkisar 36,2% (Center for Desease Control and Prevention,
2015). Namun demikian masih sedikit informasi yang dapat digali terkait bullying di Indonesia
sehingga perlu dilakukan public sharing pencegahan dan dampak perilaku bullying pada remaja
di Kota Mataram, NTB.
METODE KEGIATAN
Pada tahap persiapan, tim pengabdian melakukan telusur pustaka tentang kondisi
bullying di Indonesia pada umumnya dan di Mataram pada khususnya. Kemudian tim
pengabdian memilih 5 (lima) SMA Negeri di Kota Mataram dengan karakteristik yang serupa
yakni prestasi akademik, latar belakang tingkat ekonomi, dan latar belakang sosial budaya
yang heterogen. Kelima SMA Negeri ini mendapat undangan khusus untuk menghadiri public
sharing. Sedangkan untuk kegiatan edukasi, dipilih salah satu sekolah yakni SMA Negeri 3
Mataram. Selanjutnya tim menyiapkan materi, alat-alat dan bahan yang diperlukan untuk
skrining bullying. Materi yang disiapkan meliputi:
a. Mengenal A sampai Z bullying
b. Tanda dan gejala perilaku bullying
c. Pelaku, korban, dan pelaku-korban
d. Pencegahan bullying dan apa yang bisa kita lakukan
e. Penanganan bullying.
Pada tahap intervensi, tim turun ke lapangan bersama-sama dan melakukan pemaparan
materi yang telah disiapkan secara bersama-sama sebagai satu kesatuan, tidak membagi diri.
Terdapat tiga orang mahasiswa yang akan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini, yakni:
Pada kegiatan public sharing anggota tim ada yang bertugas sebagai pemberi materi,
moderator, notulen, dan observer. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan diskusi interaktif
dengan peserta.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |156
Pada hari berikutnya yang telah ditetapkan, dilakukan edukasi kepada siswa pada
khususnya, dan civitas akademik SMA pada umumnya mengenai bullying dalam bentuk
penyuluhan dan diskusi aktif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan public sharing dilaksanakan pada hari Minggu, 1 September 2019 pukul 09-00 sampai
selesai. Sedangkan kegiatan edukasi di SMAN 3 Mataram dilaksanakan pada hari Senin,
tanggal 2 September 2019.
Hasil Kegiatan
1. Public Sharing
Total sebanyak 20 orang (14 perempuan) mengikuti kegiatan public sharing ini. Rentang
usia bervariasi dari usia 9-40 tahun. Profesi peserta sangat bervariasi, sebagian besar
berprofesi sebagai guru, baik guru SD, SMP maupun SMA, sisanya adalah mahasiswa,
pelajar, Ibu rumah tangga, dokter umum, dan pegawai swasta.
Terdapat 4 sesi yang berisi 4 materi, diikuti diskusi pada tiap akhir sesi. Anggota tim
memiliki tugas sebagai berikut:
1. dr. Wahyu Sulistya Affarah, MPH pembawa acara sekaligus moderator
2. dr. Emmy Amalia, Sp. KJ pemateri & notulen
3. dr. Lina Nurbaiti, M. Kes pemateri & notulen
4. Pujiarohman, M. Psi pemateri & publikasi
5. Dr. Hamsu Kadriyan, Sp. THT-KL, M. Kes publikasi & dokumentasi
Gambar 1. Penyampaian empat materi oleh narasumber
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |157
Gambar 2. Suasana interaktif dalam public sharing serta pembagian hadiah bagi peserta yang aktif
Edukasi di SMAN 3 Mataram
Kegiatan edukasi tentang bullying ini diikuti oleh perwakilan siswa kelas 11 dan 12 SMAN
3 Mataram sebanyak 40 siswa. Diskusi berlangsung dinamis. Beberapa pertanyaan terkait
batasan bullying, dampak, dan cara mengatasi muncul selama diskusi. Beberapa
pengalaman yang pernah dialami dan termasuk dalam kategori bullying dipaparkan oleh
beberapa siswa. Namun, tidak terdapat pengalaman kasus bullying dengan kategori berat.
Kegiatan penyuluhan diawali dengan pemberian pretes dan diakhiri dengan pemberian
postes kepada peserta setelah penyuluhan berakhir. Didapatkan perbaikan nilai pada
postes dibandingkan dengan nilai pretes dimana nilai rata-rata pretes 5,92 dan nilai rata-
rata postes 8,13.
Materi penyuluhan meliputi definisi bullying, faktor-faktor risiko yang membuat
seseorang rentan mengalami bullying, individu yang terlibat (pelaku dan korban),
patofisiologi terjadinya bullying, dampak bullying, bagaimana tata laksananya dan
bagaimana strategi mencegah bullying. Penyuluhan dilakukan secara interaktif antara
pemberi materi dengan peserta dengan media presentasi power point dan bersifat
pemaparan materi yang diikuti dengan diskusi interaktif. Proses penyuluhan dimulai dari
jam 08.00 WITA ditandai dengan dimulainya pretes dan diakhiri pada jam 13.00 WITA
ditandai dengan selesai dilakukannya postes kepada peserta.
Sebagian siswa menganggap terdapat faktor protektif di sekolah-sekolah di SMU Negeri
di Kota Mataram yang dapat menghambat terjadinya bullying. Faktor-faktor tersebut
meliputi adanya mata pelajaran PPKN dan pendidikan agama, dimana siswa diajarkan
tentang bertoleransi terhadap perbedaan, berbuat baik dan tidak menyakiti terhadap
sesama sebagai bagian ketakwaan terhadap Tuhan. Selain itu terdapat peran wali kelas
yang diharapkan dapat mendeteksi sejak dini jika terdapat kasus bullying di kelas. Adanya
UKS dan guru bimbingan dan konseling juga diharapkan menjadi pintu skrining untuk
mendeteksi adanya kasus-kasus bullying dan dapat menyelesaikan kasus bullying yang
terjadi sehingga tidak terjadi dampak jangka panjang.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |158
Gambar 4. Suasana Edukasi tentang bullying SMUN 3 Mataram
Evaluasi kegiatan
1. Kegiatan public sharing ini berjalan lancar dan mendapatkan sambutan yang baik,
meski perwakilan dari Sekolah Menengah Atas yang diundang tidak dapat hadir.
Seluruh peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir acara. Sesi diskusi
berlangsung dinamis di tiap akhir sesi. Partisipan yang cukup aktif terutama adalah yang
berprofesi sebagai guru karena selama ini merasa kurang memiliki informasi mengenai
bullying, baik dalam hal pengertian, dampak, maupun pencegahan serta cara
penanganannya. Padahal, kasus bullying ini kerap ditemui diantara siswa, terutama yang
termasuk dalam kasus ringan.
2. Kegiatan Edukasi di SMAN 3 Mataram
Selain diskusi berlangsung dinamis, kegiatan ini diikuti oleh para siswa secara aktif dari awal
hingga akhir acara. Didapatkan ketidaktahuan tentang perilaku bullying pada sebagian besar
siswa yang hadir. Banyak dipaparkan pengalaman tentang perilaku bullying yang termasuk
dalam kategori ringan, namun para siswa tidak menyadarinya. Oleh karenanya, dipandang
perlu untuk dilakukan edukasi serupa ke depan dengan cakupan sasaran yang lebih luas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Bullying merupakan masalah sosial yang sering ditemukan, terutama di kalangan
pelajar. Bullying dapat memberikan dampak buruk yang berat pada korban berupa gangguan
belajar, gangguan mental, gangguan fisik, dan masalah kesehatan serta psikososial lain. Di
beberapa negara, bullying berkontribusi besar terhadap angka kejadian bunuh diri pada remaja.
Dari kegiatan pengabdian masyarakat public sharing dan edukasi di SMUN 3 Mataram ini,
didapatkan data bahwa sebagian besar masyarakat umum maupun siswa SMUN 3 Kota
Mataram belum cukup mengenal bullying, mengetahui faktor-faktor risiko yang mungkin
membuat siswa rentan mengalaminya, dapat mengenal tanda dan gejala korban bullying, dan
sampai saat ini dapat mengatasi kasus-kasus bullying yang terjadi di sekolah. Sehingga,
kewaspadaan dan deteksi dini terhadap kejadian bullying perlu ditingkatkan.
Terdapat beberapa faktor protektif yang dapat mencegah terjadinya bullying di
lingkungan sekolah di Indonesia. Faktor-faktor tersebut meliputi adanya mata pelajaran PPKN,
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |159
Pendidikan Agama, tersedianya layanan bimbingan dan konseling, serta layanan UKS yang
dapat mendeteksi tanda dan gejala bullying pada siswa. Faktor-faktor ini perlu dipertahankan
dan juga digunakan sebagai media untuk pencegahan dan penyelesaian kasus bullying yang
sudah terlanjur terjadi.
Dari hasil edukasi kepada siswa melalui penyuluhan, didapatkan nilai rata-rata pretes
5,92 dan nilai rata-rata postes 8,13 yang berarti terdapat peningkatan pengetahuan dasar siswa
terhadap bullying. Berdasarkan hasil kegiatan ini, direkomendasikan kepada pihak sekolah dan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB untuk menambah informasi dan pengetahuan
terkait bullying kepada tenaga pendidik maupun siswa sejak awal masa sekolah. Informasi dan
pengetahuan yang cukup tentang bullying akan mengurangi risiko gangguan fisik maupun
mental sebagai dampak jangka panjang dari bullying.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Mataram yang telah memberi dukungan financial terhadap pengabdian ini melalui
jalur PNBP.
DAFTAR PUSTAKA
Gini G, Pozzoli T, 2009. Association Between Bullying and Psychosomatic Problems: A Meta-
analysis. Pediatrics ; 123: p.1059-1065 www.pediatrics.org
Rudi T, 2010. Informasi Perihal Bullying. Indonesian Anti Bullying
Glew G, Rivara F, & Feudtner C, 2000. Bullying: Children Hurting Children. Pediatrics in
Review; 21; 183 : p.1-10.
Huraerah A, 2007. Child Abuse (kekerasan terhadap anak), Bandung: Nuansa.
Kyriakides L, Kaloyirou C, Lindsay G, 2006. An analysis of the Revised Olweus Bully/Victim
Questionnaire Using the Rasch Measurement Model. British Journal of Educational
Psychology. 76, p.781-801 www.bpsjournals.co.uk
Sejiwa Foundation, 2010. Penelitian mengenai kekerasan di sekolah, April 2008.
Khairiyah S. 2015. Korelasi antara Perilaku Bullying dan Tingkat Self-Esteem pada Pelajar
SMPN di Surabaya.
Centers for Disease Control and Prevention. 2016. Understanding Bullying Factsheet 2016.
Available from: https://www.cdc.gov/violenceprevention/pdf/bullying_factsheet.pdf
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |160
Edukasi dan Pemeriksaan Kesehatan Jiwa Pada Lansia Pensiunan
Perum Bulog Cabang Mataram, NTB
Emmy Amalia*, Dian Puspita Sari, Ni Nyoman Geri Putri, Sigit Kusdaryono Faculty of Medicine, University of Mataram, Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
kesehatan jiwa,
lansia
Abstrak: Latar belakang: Di Indonesia, populasi penduduk lanjut usia
(lansia) semakin bertambah. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah
penduduk lansia mencapai 28,8 juta jiwa. Populasi pensiunan yang
sebelumnya bekerja dan kemudian mengalami masa paripurna, termasuk
salah satu populasi yang beresiko mengalami gangguan mental akibat
kehilangan pekerjaan. Selain itu, perubahan yang terjadi pada lansia terkait
dengan penurunan fungsi fisik dan mental, dapat memunculkan
permasalahan kesehatan, salah satunya kesehatan mental.
Tujuan: Meningkatkan pengetahuan lansia akan pentingnya kesehatan
mental dan mendeteksi adanya gangguan jiwa pada lansia pensiunan Perum
Bulog Cabang Mataram, NTB.
Metode: Kegiatan ini terdiri atas dua aktivitas. Pertama pemberian materi
edukasi tentang kesehatan jiwa pada lansia, yang dilanjutkan dengan sesi
diskusi dengan peserta. Selanjutnya dibuka sesi skrining pemeriksaan
kesehatan jiwa dengan menggunakan MINI-ICD X kepada setiap peserta.
Seusai skrining, peserta diberi kesempatan melakukan konsultasi tertutup
dengan psikiater.
Hasil: Kegiatan diikuti oleh 60 peserta. Kegiatan pemberian materi edukasi
meliputi memahami apa itu lansia; perubahan fisiologis yang terjadi pada
lansia; tanda dan gejala gangguan kesehatan pada lansia, khususnya
gangguan kesehatan jiwa; penanganan yang dapat dilakukan; dan
bagaimana menjalani hidup yang sehat di usia tua. Sebagian besar peserta
merasa tidak mengetahui tentang masalah kesehatan jiwa pada lansia
sebelum diberi edukasi. Selesai sesi edukasi, dilakukan skrining
pemeriksaan kesehatan jiwa menggunakan alat ukur MINI-ICD X. Dari
hasil skrining didapatkan 10 peserta (16,67%) mengalami tanda-tanda
depresi, 8 peserta (13,33%) mengalami gangguan tidur, dan 11 peserta
(18,33%) mengalami gejala cemas. Selanjutnya tim membuka layanan
konsultasi jiwa secara privat. Terdapat 1 orang peserta (1,67%) yang dirujuk
ke pelayanan kesehatan jiwa setempat karena membutuhkan penanganan
lebih lanjut.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Proses penuaan merupakan proses yang tidak dapat dihindari. Pada hakikatnya, proses
penuaan akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada orang lanjut usia.
Perubahan pada lansia terkait dengan penurunan fungsi tubuh yang terjadi secara fisiologis
sehingga pada lansia lebih berpotensi terjadi permasalahan kesehatan, baik fisik maupun
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |161
mental. Jika tidak ditangani dengan tepat, permasalahan kesehatan ini dapat menyebabkan
berbagai komplikasi yang akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup secara
bermakna.. Selain itu, permasalahan kesehatan fisik maupun mental dapat saling
mempengaruhi dan memperberat satu sama lain. Lansia yang mengalami permasalahan
kesehatan juga akan mengalami beberapa perubahan. Menurut Damping (2013) dan Chalise
(2014), perubahan-perubahan tersebut meliputi perubahan fisik, proses berpikir, perasaan, dan
perilaku.
Para pensiunan merupakan salah satu kelompok lansia, yang seperti lansia lain pada
umumnya, rentan mengalami gangguan kesehatan terutama kesehatan mental. Menurut Chen,
et al (2014) dan Fiske, et al (2010) dalam Varma (2012) disebutkan bahwa gejala depresi yang
terlihat pada lanjut usia berhubungan dengan bertambahnya usia, berkurangnya partisipasi
dalam kegiatan-kegiatan sosial, hidup sendiri, hilangnya tujuan hidup, masalah ekonomi,
penggunaan alkohol dan rokok, penggunaan obat-obatan, penyakit fisik, perceraian, dan
perubahan-perubahan status sosial lain karena menua. Faktor-faktor risiko ini didapatkan pada
orang yang memasuki masa pensiun. Oleh karena itu penulis ingin melakukan kegiatan
pengabdian kepada para pensiunan pegawai Perum Bulog Cabang Mataram, NTB.
METODE KEGIATAN
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dimana kaum lansia merupakan kelompok
yang berpotensi mengalami masalah kesehatan baik fisik maupun mental, dan terutama
kelompok pensiunan rentan mengalami gangguan mental akibat kehilangan pekerjaan,
masalah finansial, berkurangnya partisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial, dan adanya
perubahan status sosial dari kondisi sebelumnya, maka tim PPM akan melakukan edukasi
mengenai kesehatan jiwa pada lansia sekaligus melakukan pemeriksaan kesehatan jiwa pada
pensiunan pegawai di kantor Perum Bulog Cabang Mataram, NTB.
Pada tahap persiapan, tim PPM melakukan studi pendahuluan dengan berkoordinasi
dengan kantor Perum Bulog cabang Mataram untuk mendata jumlah pensiunan yang terdaftar
di Perum Bulog Cabang Mataram, NTB. Selain itu tim PPM juga melakukan telusur pustaka
untuk mengetahui kondisi lansia di NTB, apa jumlah penyakit terbanyak yang diderita,
bagaimana status sosial ekonomi dan sosialnya, serta permasalahan kesehatan jiwa yang
umumnya dihadapi.
Selanjutnya tim melakukan sosialisasi rencana pelaksanaan pengabdian yang akan
dilakukan dengan kantor Bulog Cabang Mataram agar kantor dapat mengorganisasi pertemuan
dengan para pensiunan. Tim PPM juga menyiapkan materi yang akan disampaikan pada sesi
edukasi.
Selesai sesi edukasi, tim PPM akan membuka layanan pemeriksaan kesehatan jiwa
konsultasi secara tertutup. Jadi para pensiunan yang ingin berkonsultasi terhadap masalah
yang dihadapinya dapat menemui psikiater yang bertugas dan mendapatkan pemeriksaan dan
penanganan.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |162
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian dilakukan pada Hari Sabtu, 27 April 2019 di Kantor Bulog
Cabang Mataram. Kegiatan dimulai pada pukul 9.00 WITA di masjid kantor Bulog. Kegiatan
tersebut diikuti oleh 60 peserta, dengan karakteristik sebagai berikut:
Tabel 1 Karakteristik Lansia Pensiunan Perum Bulog yang Mengikuti Sesi Edukasi
Karakteristik Jumlah Prosentase
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
30
30
50%
50%
Usia (tahun)
50-60
60-70
70-80
Tingkat Pendidikan
S1
Diploma
SMA
Tempat Tinggal
Mataram
Lombok Barat
Lombok Tengah
5
42
13
31
23
6
43
12
5
8,33%
70%
21,66%
51,66%
38,33%
10%
71,66%
20%
8,33%
Berdasarkan karakteristik di atas, tampak bahwa jumlah peserta laki-laki dan
perempuan sama (50%). Sebagian besar peserta berada pada rentang usia 60-70 tahun (70%).
Sebagian besar peserta mempunyai latar belakang pendidikan S1 (%1,66%). Sebagian besar
peserta bertempat tinggal di Mataram (71,66%).
Kegiatan dimulai dengan pemberian edukasi oleh Tim PPM. Sebelum kegiatan,
sebagian besar peserta merasa belum memahami apa itu kesehatan jiwa pada lansia. Adapun
materi edukasi yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman akan lansia dan perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia
2. Tanda dan gejala gangguan-gangguan kesehatan pada lansia, khususnya gangguan
kesehatan jiwa
3. Penanganan gangguan yang dapat dilakukan
4. Bagaimana menjalani hidup lebih sehat di usia tua
Setelah pemaparan materi, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi. Banyak peserta yang
mengajukan pertanyaan dan pendapat terkait materi diskusi.
Gambar 1. Sesi Edukasi Kesehatan Jiwa pada Lansia
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |163
Acara selanjutnya adalah dilakukan skrining kesehatan jiwa menggunakan kuisioner
MINI ICD-X. Dari hasil skrining didapatkan 10 peserta (16,67%) mengalami tanda-tanda
depresi, 8 peserta (13,33%) mengalami gangguan tidur, dan 11 peserta (18,33%) mengalami
gejala cemas. Hasil ini sesuai dengan hasil beberapa penelitian dimana pada lansia memang
rentan untuk mengalami gangguan mental tertentu, misalnya depresi (Aryawangsa, et al 2016).
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya gangguan mental pada lansia meliputi
bertambahnya usia, berkurangnya partisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial, hidup sendiri,
hilangnya tujuan hidup, masalah ekonomi, penggunaan alkohol dan rokok, penggunaan obat-
obatan, penyakit fisik, perceraian, dan perubahan-perubahan status sosial lain karena menua
(Damping, 2013; Chipps, et al 2017).
Gambar 1. Hasil Skrining Peserta Edukasi
Selanjutnya tim PPM membuka layanan konsultasi jiwa secara tertutup dan bersifat personal.
Layanan ini dilakukan oleh psikiater yang juga merupakan anggota tim PPM. Terdapat 22
orang yang mengikuti pelayanan ini. dari 22 orang yang berkonsultasi, terdapat 1 orang peserta
(1,67%) yang dirujuk ke pelayanan kesehatan jiwa setempat karena membutuhkan penanganan
lebih lanjut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pengabdian edukasi dan pemeriksaan kesehatan jiwa pada lansia pensiunan
Perum Bulog Cabang Mataram didapatkan:
1. Sebagian besar lansia belum memahami pentingnya kesehatan jiwa pada lansia.
2. Terdapat beberapa gangguan mental yang berpotensi terjadi pada lansia, yaitu
gangguan tidur, gangguan depresi, dan kecemasan, akibat perubahan faktor fisik
dan psikis.
3. Diperlukan skrining rutin dan penelitian lebih lanjut terhadap karakter lansia
khususnya di Kota Mataram, NTB untuk mendapatkan data demografi lansia lokal
yang dapat bermanfaat untuk strategi peningkatan kesehatan pada lansia setempat.
Saran agar dapat dilakukan penelitian lebih mendalam terhadap lansia di Kota Mataram
dan Provinsi NTB pada umumnya.
0
10
20
30
40
Tidak terdapatgangguan
Cemas Gangguan tidur Depresi
31
118 10
jum
lah
gangguan
Hasil Skrining MINI ICD-X
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |164
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Mataram yang telah memberi dukungan financial terhadap pengabdian ini melalui
jalur PNBP.
DAFTAR PUSTAKA
Damping, C, E. (2013), Psikiatri Geriatri dalam Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Aryawangsa, A, A, N., Ariastuti, L, N, P. (2016). Prevalensi dan Distribusi Faktor Risiko
Depresi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Tampaksiring 1 Kabupaten Gianyar
Bali 2015. Intisari Sains Medis. Vol. 7(1), hal 18-22.
Chalise, H, N. (2014). Depression Among Elderly Living in Briddashram (Old Age Home).
Advances in Aging Research. Vol. 3(1), hal 6-11.
Chen, Y., Feeley, T, H. (2014). Social Support, Social Strain, Loneliness, and Well Being
Among Older Adults: An Analysis of The Health and Retirement Study. Journal of
Social and Personal Relationships. Vol. 31(2), hal 141-161.
Chipps, J., Ramlall, S., Padayachey, U. (2017). Depression in Older Adults: Prevalence and
Risk Factors in A Primary Health Care Sample. South African Family Practice. Vol.
59, hal 61-66.
Fardan, M, M. (2018). Hubungan antara Hipertensi terhadap Tingkat Depresi Lansia (Studi di
Puskesmas Cisadea Kota Malang). Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Malang.
Fiske, A., Wetherell, J, L., Gatz, M. (2009). Depression in Older Adults. Annual Review of
Clinical Psychology. Vol. 5, hal 363-389.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |165
Skrining Anemia Pada Siswi SMA Negeri 1 Praya
Ika Primayanti*1, Ni Nyoman Geriputri2, Marie Yuni A2, Ario Danianto3,
M.Rizkinov J3, Rika Hastuti S1 1Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
2Bagian Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 3Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Kata Kunci:
Skrining, anemia,
siswi SMA
Abstrak: Anemia adalah salah satu masalah kesehatan di masyarakat yang
didefinisikan sebagai kondisi saat jumlah sel darah tidak memenuhi
kebutuhan fisiologi tubuh manusia dan kadar hemoglobin kurang dari
jumlah normal. Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi anemia di
Indonesia dilaporkan sebesar 22.7% pada remaja putri. Anemia adalah
kondisi saat kadar hemoglobin <12g/dL pada remaja putri dan <13g/dL
pada remaja putra yang berumur di atas 15 tahun. Usia, jenis kelamin,
asupan gizi mempengaruhi kadar hemoglobin setiap individu. Defisiensi
besi merupakan salah satu penyebab utama anemia selain aktivitas fisik,
status nutrisi, status sosial dan ekonomi. Anemia pada remaja dapat
menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik, gangguan perilaku dan
emosional. Gangguan ini dapat berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan sel otak, penurunan daya tahan tubuh, mudah lemas dan
lapar, konsentrasi belajar terganggu, prestasi belajar menurun, dan pada
akhirnya mengakibatkan produktifitas kerja yang rendah. Upaya
pencegahan terhadap terjadinya penyakit anemia pada remaja putri dalam
bentuk skrining sangat penting dilakukan untuk mengurangi angka
kesakitan dan kematian. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendeteksi
secara dini kejadian anemia khususnya pada remaja putri. Metode yang
digunakan dengan pemeriksaan darah sederhana (rapid test) untuk
mendeteksi anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Praya yang
didahului dengan wawancara dan informed consent. Berdasar hasil kegiatan
skrining yang dilakukan pada siswi SMA Negeri 1 Praya didapatkan 5%
dari 179 siswi mengalami anemia. Dianjurkan kepada guru agar
menyampaikan hasil kegiatan kepada orang tua/wali murid yang mengalami
anemia untuk selanjutnya memantau asupan gizi serta memastikan putrinya
menjalani pengobatan dan memeriksakan kembali kadar Hb di
puskesmas/laboratorium terdekat.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Anemia merupakan suatu keadaan dimana komponen di dalam darah yaitu hemoglobin
(Hb) dalam darah jumlahnya kurang dari normal. Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali
lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan
remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan
sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Batas kadar Hb remaja putri untuk
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |166
mendiagnosis anemia yaitu apabila kadar Hb kurang dari 12 gr/dl (WHO, 2001; Parmaesih &
Herman, 2014).
Anemia pada remaja dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik, gangguan
perilaku serta emosional. Hal ini dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan
sel otak sehingga dapat menimbulkan daya tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar,
konsentrasi belajar terganggu, prestasi belajar menurun serta dapat mengakibatkan
produktifitas kerja yang rendah. Selain itu remaja putri yang yang menderita anemia yang tidak
tertangani akan berdampak pada saat remaja putri tersebut kelak mengalami kehamilan. Ibu
hamil dengan anemia berisiko mengalami komplikasi pada kehamilan serta berpengaruh pada
janin yang dikandungnya. Mengingat dampak yang ditimbulkan maka usaha pencegahan
sangat penting untuk dilakukan. Dengan demikian salah satu usaha yang dapat dilakukan
adalah dengan skrining anemia pada remaja putri serta menggali faktor-faktor yang
mempengaruhinya (Charles, 2013).
Solusi dari permasalahan diatas adalah dengan melakukan sebuah upaya pencegahan
terhadap terjadinya penyakit anemia pada siswa remaja putri dalam bentuk skrining
(pemeriksaan) dan penyuluhan tentang penyakit anemia itu sendiri. Skrining adalah deteksi
dini dari suatu penyakit atau usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis
belum jelas menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara
cepat. Tujuan dari deteksi dini adalah mengurangi angka kesakitan dan kematian dari penyakit
dengan pengobatan dini terhadap kasus yang ditemukan.
METODE KEGIATAN
Diagnosis anemia ditentukan dengan tes pemeriksaan untuk mengukur kadar Hb,
Hematrokit (Ht), volume sel darah merah (MCV), konsentrasi Hb dalam sel darah merah
(MCH) dengan batasan terendah 95% acuan (WHO, 2001). Dalam hal ini, skrining dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan Hb. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi kegiatan awal dari
kegiatan promotif dan preventif mengenai deteksi dini anemia pada remaja putri, serta
memberikan kesadaran kepada remaja putri dan stakeholder terkait (orang tua dan guru)
mengenai anemia.
Pelaksanaan kegiatan diawali dengan wawancara singkat untuk mengetahui gambaran
umum mengenai pemahaman siswa perihal masalah kesehatan secara umum. Pada wawancara
juga digali status kesehatan secara singkat, meliputi riwayat haid dan riwayat penyakit
sebelumnya yang berisiko menyebabkan anemia. Melalui proses ini diharapkan tim akan
mendapatkan data mengenai tingkat pengetahuan awal siswa perihal masalah kesehatan umum
dan anemia pada khususnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan skrining kadar Hb melalui pemeriksaan darah sederhana
menggunakan Hb stick. Pemeriksaan ini merupakan suatu tindakan yang invasif, yaitu
menggunakan jarum, sehingga sebelumnya dilakukan pemberian informasi mengenai
langkah–langkah dan risiko yang dapat timbul pada proses pemeriksaan. Informasi diberikan
secara lisan dan tertulis untuk kemudian dimintakan persetujuan dari orang tua siswa, yang
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |167
dilakukan dalam 1 minggu sebelum kegiatan dilaksanakan.
Pada akhir kegiatan akan dilakukan penilaian terhadap hasil skrining. Kasus positif
anemia akan diberikan intervensi dalam bentuk informasi pada orang tua siswa dan pemberian
tablet tambah darah. Informasi akan disampaikan kepada orang tua melalui pihak sekolah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan skrining anemia pada siswi SMA Negeri 1 Praya yang beralamatkan di Jalan
Ki Hajar Dewantara No. 1 Praya dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 20 Juli 2019.
Pemeriksaan dilakukan pada siswi kelas XI dan XII yang total berjumlah 179 orang.
Kegiatan diawali dengan sambutan dari pihak sekolah dan pemaparan secara singkat
mengenai anemia dan faktor risikonya, serta gambaran kegiatan yang akan dilakukan oleh tim.
Para peserta skrining kemudian dibagikan kuesioner untuk menilai status kesehatan mereka,
yang meliputi informasi tentang riwayat haid, pola konsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi dan tablet tambah darah, riwayat aktivitas fisik serta riwayat penyakit
yang dapat menyebabkan anemia yang pernah diderita. Anggota tim memandu peserta dalam
proses pengisian kuesioner dengan memberikan penjelasan mengenai maksud dari pertanyaan
dan cara menjawabnya. Pemeriksaan yang dijalani adalah pengukuran berat dan tinggi badan
yang dikonversi ke BMI (Body Mass Index) untuk menilai status gizi, kemudian diukur kadar
Hb dalam darah dengan Hb stick. Rangkaian pemeriksaan hanya dilakukan pada siswi yang
menyerahkan lembar persetujuan keikutsertaan dari orang tua yang sudah dibagikan
sebelumnya.
Gambar 1 Pengukuran berat badan dan tinggi badan
untuk menentukan status gizi siswi
Gambar 2 Pengukuran kadar hemoglobin
menggunakan Hb stick
Berdasar kegiatan skrining didapatkan 9 siswa dari total 179 siswi mengalami anemia.
Kondisi anemia adalah kondisi dengan kadar Hb <12 mg/dL. Tiga dari 9 siswi yang mengalami
anemia bahkan mempunyai kadar Hb <10 mg/dL, yaitu sebesar 9,0–9,2 mg/dL.
Anemia merupakan suatu keadaan dimana komponen di dalam darah yaitu Hb dalam
darah jumlahnya kurang dari normal. Pada kegiatan ini didapatkan 5% dari 179 siswi
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |168
mengalami anemia. Angka yang didapatkan lebih kecil dari hasil survei Riskesdas tahun 2013.
Namun tetap harus menjadi perhatian karena hingga saat ini kesadaran masyarakat untuk
memeriksakan diri masih rendah.
Anemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti asupan zat besi yang kurang,
aktivitas, jenis kelamin, status gizi, usia, sosial ekonomi dan wilayah. Remaja dalam masa
pertumbuhannya memerlukan asupan gizi yang memadai, khususnya bagi remaja putri
membutuhkan asupan zat besi yang lebih tinggi karena adanya kebutuhan ekstra zat besi yang
hilang pada saat haid/menstruasi yang terjadi tiap bulannya. Asupan zat besi bisa didapat dari
makanan dan suplemen. Makanan yang banyak mengandung zat besi antara lain telur, daging
merah, sayuran hijau, hati ayam atau hati sapi, serta buah–buahan yang kaya akan vitamin C.
Kurangnya asupan dari makanan dapat juga disebabkan oleh adanya pantangan terhadap
makanan tertentu baik karena alasan medis, seperti alergi atau penyakit, dan adanya pola diet
tertentu yang dijalani untuk menurunkan atau menjaga berat badan. Beberapa kondisi juga
dapat menyebabkan anemia, seperti malaria, batuk lama (tuberkulosis), kecacingan,
perdarahan di luar siklus haid, penyakit ginjal, serta kanker (Parmaesih & Herman, 2014).
Anemia dapat menyebabkan penurunan konsentrasi belajar yang akan menyebabkan
menurunnya prestasi belajar serta berkurangnya produktivitas kerja. Remaja putri yang
menderita anemia bila tidak tertangani akan mungkin mengalami komplikasi pada kehamilan
dan janin yang dikandungnya nanti. Penemuan kasus dengan lebih cepat memungkinkan
penanganan lebih segera sehingga diharapkan prestasi belajar dan produktivitas kerja tidak
terganggu, serta kejadian komplikasi dapat terhindari (Charles, 2013).
KESIMPULAN DAN SARAN
Remaja putri merupakan salah satu populasi yang rentan mengalami anemia karena
kebutuhan akan asupan gizi yang tinggi, termasuk kebutuhan zat besi. Hal ini disebabkan
karena masa remaja adalah masa pertumbuhan dan asupan zat besi ekstra dibutuhkan untuk
mengatasi kehilangan akibat haid. Pada kegiatan skrining ini didapatkan 5% siswi mengalami
anemia dengan 30% diantaranya memiliki kadar Hb <10 mg/dL. Kelainan ini ditemukan pada
siswi yang tidak memiliki perbedaan pola haid, pola makan, pola aktivitas maupun riwayat
penyakit tertentu dengan siswi peserta skrining lainnya.
Anemia pada remaja putri dapat menjadi masalah di kemudian hari bila diabaikan.
Mengingat dampak yang ditimbulkan maka usaha pencegahan sangat penting untuk dilakukan.
Berdasar hasil kegiatan ini, diberikan rekomendasi sebagai berikut:
- Orang tua/wali murid memantau asupan makanan yang banyak mengandung zat
gizi
- Orang tua/wali murid memastikan putrinya mengkonsumsi obat penambah darah
secara rutin
- Orang tua/wali murid mengajak putrinya untuk memeriksakan kembali kadar Hb
Pihak sekolah melalui UKS diharapkan dapat bekerja sama dengan puskesmas untuk
melaporkan adanya kejadian anemia di sekolah.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |169
Ucapan Terima Kasih
Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak sekolah melalui Kepala Sekolah beserta
Wakil Kepala Sekolah SMAN 1 Praya atas kesediaannya menjadi mitra kegiatan. Terima kasih
kepada mahasiswa tingkat profesi Fakultas Kedokteran Unram Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Bagian Ilmu Penyakit Kebidanan dan Kandungan atas bantuannya dalam
pelaksanaan kegiatan ini. Terima kasih juga diucapkan kepada Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Unram yang telah memberi dukungan finansial
berupa dana PNBP terhadap kegiatan pengabdian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Charles Guest, W. R., 2013. Oxford Handbook of Public Health Practice. Oxford: Oxford
University Press.
Parmaesih D, Herman S., 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Remaja.
Puslitbang Gizi Dan Makanan. Badan Litbangkes: Jakarta
World Health Organization, 2001. Iron Deficiency Anaemia Assesment, Prevention And
Control. A Guide For Programme Managers,
https://www.who.int/nutrition/publications/en/ida_assessment_prevention_control.p
df, diakses tgl 24 Maret 2019
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |170
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) LABORATORIUM
SISWA SMPN 7 MATARAM
IA Sri Adnyani, Ni Md Seniari, Supriyatna, Abdul Natsir,
Sabar Nababan, Dwi Ratnasari Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mataram
Kata Kunci:
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja,
Laboratorium, siswa
Abstrak: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang
sangat penting dan sangat serius untuk dipahami bagi siswa pada saat
praktikum. Namun masih banyak sekolah yang belum memberikan
perhatian serius memperkenalkan materi pelajaran K3. Selain itu
pelaksanaan K3 di sekolah masih belum sejalan dengan standar K3 yang
berlaku. Berdasarkan hal tersebut di atas maka, kegiatan pengabdian pada
masysrakat ini akan dilakukan di SMPN 7 Mataram. Penyuluhan K3 di
SMPN 7 Mataram merupakan upaya untuk menjamin keselamatan dan
kesehatan siswa dalam mengikuti pelajaran yang berhubungan dengan
peralatan kelistrikan dan bahan-bahan kimia yang memiliki risiko
berbahaya bagi keselamatan siswa. Metode yang dipergunakan dalam
pengabdian ini adalah pendekatan ilmiah dan praktis secara sistimatis,
dengan harapan siswa SMPN 7 memahami bahaya-bahaya yang dapat
terjadi seperti cara pengamanannya, membaca gambar atau tanda-tanda
bahaya dari peralatan listrik maupun bahan kimia dan mampu melakukan
pencegahan secara preventif.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Laboratorium adalah tempat di mana siswa dan guru melakukan eksperimen dengan zat-
zat kimia dan peralatan laboratoriumnya. Penggunaan zat-zat kimia dan peralatan laboratorium
berpotensi menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Pada umunya kecelakaan kerja di
laboratorium terjadi karena kecerobohan dan kelalain. Sehingga perlu kiranya diberikan
pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
dilaboratorium. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan.
Pada umumnya laboratorium untuk SMP memiliki berbagai bahan kimia reagen,
peralatan dan perlengkapan untuk praktikum. Laboratorium-laboratorium di sekolah sangat
rentan akan terjadinya kecelakaan kerja jika tidak mengikuti standar operasional prosedur,
sehingga untuk mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi maka edukasi mengenai K3
sangat perlu dan penting dilakukan. Sosialisai K3 pernah dilakukan di SMAN 3 Mataram pada
laboratorium Elektro yang bersentuhan dengan alat-alat kelistrikan. Hal ini sangat perlu
disosialisasikan untuk memberikan pemahaman kepada siswa bahwa K3 seharusnya melekat
pada pelaksanaan praktikum di laboratorium. Disiplin terhadap aturan yang berlaku merupakan
parameter utama dalam pengimplemantasian K3 di laboratorium.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |171
Apabila pengetahuan tentang tata cara pengunaan bahan dan peralatan yang tersedia
tidak ditaati dan dilakukan dengan baik dan benar kemungkinan akan terjadi kecelakaan kerja.
Kecelakaan-kecelakaan yang pernah terjadi seperti: Luka bakar sebagai akibat kurang hati-hati
dalam menangani pelarut-pelarut organik yang mudah terbakar seperti eter, aseton, alkohol.
Keracunan sebagai akibat penyerapan bahan-bahan kimia beracun atau toksik, seperti
ammonia, karbon monoksida, dan lain sebagainya. Hal tersebut di atas disebabkan karena
kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang proses-proses serta perlengkapan atau
peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan. Menurut Kepala Kantor Komunikasi UI,
Rifelly Dewi Astuti, terjadi musibah ketika kegiatan praktikum telah berjalan karena
mahasiswa terlambat mengangkat pemanas bunsen hingga larutan sampel dalam labu destilasi
hampir kering, sehingga terjadi ledakan. Akibatnya 14 orang mahasiswa mengalami luka-luka
(Marieska Harya Virdhani, 2015).
Berdasarkan uraian permasalahan di atas penting kiranya diadakan sosialisasi mengenai
K3 kesekolah-sekolah baik tingkat SMP maupun SMA, untuk itu melalui kegiatan pengabdian
pada masyarakat ini dilakukan penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium di
SMPN 7 Mataram, dengan materi bagaimana melakukan praktikum yang aman, bagaimana
cara menggunakan peralatan yang aman dan penggunaan alat pelindung diri (APD) saat
praktikum, hal ini dilakukan melalui metode pendekatan secara ilmiah, praktis dan sistimatis
pada 33 orang siswa SMPN 7 Mataram. Dengan harapan para siswa mengetahui, memahami,
dan dapat menerapkan pengetahuan tentang ilmu keselamatan dan kesehatan kerja secara teori
dan praktis. Sehingga resiko-resiko bahaya yang mungkin bisa terjadi dapat diantisipasi lebih
awal, dan pelaksanaan proses praktikum akan berjalan dengan aman dan nyaman.
METODE KEGIATAN
Metode kegiatannya melalui pendekatan ilmiah dan praktis:
1. Metode ceramah, yaitu mempresentasikan materi keselamatan dan kesehatan kerja
melalui edukasi.
2. Metode praktek, melakukan demonstrasi dan latihan cara menggunakan APD.
Evaluasi: pemberian kuesioner untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
ketika melakukan praktikum pelajaran IPA terhadap keselamatannya dilaboratorium.
Kuesioner yang terdiri dari 14 pertanyaan tentang pemahaman pemeliharaan peralatan dan
keselamatan kerja dilaboratorium, dianalisis dengan teknik statistik yaitu menggunakan
persentase dengan 33 sampel siswa SMP.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahaya adalah situasi atau tindakan yang memiliki potensi untuk terjadinya kecelakaan
atau cidera pada manusia. Oleh sebab itu diperlukan upaya pengendalian atau pencegahan,
upaya- upaya ini dapat dilakukan dengan edukasi bagi siswa khususnya siswa SMP yang
berkaitan dengan bahaya atau resiko kecelakaan kerja di laboratorium. Edukasi yang diberikan
adalah tentang bagaimana cara melakukan dan menggunakan peralatan-peralatan laboratorium
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |172
dengan aman dan bila menggunakan zat-zat berbahan kimia apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan sehingga dapat menghilangkan ataupun mengurangi resiki-resiko yang mungkin
terjadi di laboratorium.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengabdian ini adalah sebagai berikut: melalui
presentasi dengan materi keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu cara yang
digunakan untuk memberikan pengetahuan kepada siswa tentang bagaimana melaksanakan
praktikum yang baik dan aman, menjelaskan tentang standar prosedur melakukan percobaan
di laboratorium, menjelaskan petunjuk kegiatan laboratorium, memberikan pemahaman
tentang bahan kimia dan proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan
dalam melakukan kegiatan, menjelaskan perlengkapan keamanan dan perlengkapan
perlindungan kegiatan laboratorium. Memberikan penjelasan cara membaca lambang atau
tanda bahaya, pengenalan bahaya pada area kerja seperti terlihat pada Gambar 1. Pada Gambar
1 terlihat siswa-siswa dengan antusias mendengarkan dan melihat saat memperagakan alat
pelindung diri (APD) seperti penggunaan jas laboratorium, slop tangan dan penggunaan
masker.
Gambar 1. Presentasi Materi K3 dan Penggunaan APD
Evaluasi dilakukan setelah selesai memberikan ceramah dan peragaan cara penggunaan
APD, dengan memberikan kuesioner untuk mengetahui sejauh mana para siswa memahami
dan mengerti tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja jika melakukan praktikum
di laboratorium dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Evaluasi dengan kuesioner
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |173
Adapun hasil kuesioner dianalisis dengan menggunakan teknik statistik dalam persentase.
Persentase untuk setiap kemungkinan jawaban diperoleh dari membagi frekuensi yang
diperoleh dengan jumlah sampel, kemudian dikalikan 100%. Adapun rumusnya sebagai
berikut:
%100xn
fP
dengan kategori seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kategori Persentase
Persentase Kategori
0% - 1 % Tidak ada
2 % - 25 % Sebagian kecil
26 % - 49 % Kurang dari setengahnya
50 % Setengahnya
51% - 75 % Lebih dari setengahnya
76% - 99% Sebagian besar
100% Seluruhnya (Sumber: Munggaran, 2012)
Dengan edukasi dan contoh bagaimana penerapan K3 di laboratorium, dapat diketahui
seberapa jauh pemahaman siswa-siswa SMPN 7 Mataram. Melalui kuesioner yang diberikan
setelah penyuluhan dilakukan, maka diperoleh hasil pada Tabel 2. Adapun jawaban yang
disediakan pada kuesioner tersebut adalah ya dan tidak dimana nilai ya = 1 dan tidak = 0.
Tabel 2. Pemeliharaan peralatan dan Keselamatan kerja
Item pertanyaan
Jawab Ya Jawab Tidak
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14
32 31 32 29 33 32 29 33 32 33 32 28 32 33
1 2 1 4 0 1 4 0 1 0 1 5 1 0
Total 441 21
Rerata 32 2
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |174
Dari 33 siswa yang hadir saat penyuluhan berlangsung dapat dihitung persentase tingkat
pemahaman siswa tentang pemeliharaan dan keselamatan kerja dilaboratorium dapat diketahui
persentase jawaban ya yang diperoleh dari jawaban kuesioner adalah:
%97%10033
32x
Berdasarkan kategori Persentase tabel 1 dari kuesioner yang dijawab memiliki arti sebagian
besar dari siswa SMPN 7 memahami tentang pemeliharaan peralatan dan keselamatan kerja di
laboratorium (Munggaran, R.D.,2012).
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dengan memberikan edukasi tentang keselamatan
kerja di laboratorium IPA maka dapat dibuat simpulan dan saran sebagai berikut:
1. Pemahaman siswa tentang arti pentingnya K3 setelah diberikan penyuluhan sebagian
besar dari siswa tersebut telah memahami bagaimana menerapkan K3 di laboratorium.
2. Pihak sekolah sebaiknya menyediakan dan mulai menerapkan penggunaan alat
pelindung diri seperti baju laboratorium, slop tangan dan masker.
DAFTAR PUSTAKA
Munggaran, R.D., 2012. Pemanfaatan Open Source Software Pendidikan Oleh Mahasiswa
Dalam Rangka Implementasi Undang-Undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.Upi.Edu. s_ktp_0803129_chapter3.pdf
diakses 9 September 2019
Virdhani, M.H., 2015. Kecelakaan di Lab Kimia UI, 14 Mahasiswa Terluka.
https://megapolitan.okezone.com/read/2015/03/16/338/1119515/kecelakaan-di-lab-
kimia-ui-14-mahasiswa-terluka. diakses 8 Agustus 2019.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |175
Literasi Penggunaan Media Sosial
Anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) Secara Bijak
Di Kota Mataram
Eka Putri Paramita*, I Wayan Suadnya, Tenri Waru
Program studi Ilmu Komunikasi Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
literasi, media sosial,
siswa sekolah
menengah Pertama
Abstrak: Rendahnya literasi media sosial dalam masyarakat digital menjadi
salah satu pendorong maraknya dampak negatif penggunaan internet seperti
informasi hoaks, pelanggaran privasi, cyberbullying, konten kekerasan dan
pornografi, dan adiksi media digital. Kondisi tersebut mendorong negara
negara maju seperti Jepang, negara-negara Asia Tenggara dan Organisasi
Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) untuk
memberikan perhatian khusus terhadap literasi media sosial bagi keluarga
dan masyarakat. Hasil wawancara dengan 30 siswa SMP yang menjadi
target pengabdian ini menunjukkan bahwa hampir semua siswa menyatakan
belum bisa membedakan informasi bohong dan informasi yang benar.
Bahkan kebanyakan dari mereka ikut membagikan berita yang mereka
terima tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu. Kondisi ini tentu
sangat berbahaya baik dari segi psikologi anak, sosial dan hukum.
Oleh karena itu literasi penggunaan media sosial secara cerdas dan bijak
perlu diberikan kepada anak sekolah terutama tingkat SMP karena pada usia
ini biasanya orang tua sudah memberikan handphone (HP) kepada putra-
putrinya untuk digunakan sendiri. Kegiatan ini dilakukan melalui
penyuluhan kepada anak-anak SMP di Kota Mataram. Kegiatan yang
dilaksanakan dalam pengabdian pada masyarakat ini menggunakan
pendekatan pendidikan pedagogy dalam meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan siswa sekolah. Hasil yang diperoleh adalah tumbuhnya
kesadaran siswa bahwa selama ini mereka tidak tahu kalau banyak
informasi yang tidak benar juga beredar di media sosial. mereka sadar
bahwa tindakan mereka menshare ataupun memposting berita menjadi
subjek hukum yang bisa berdampak negatif bagi dirinya. Oleh karena itu
mereka akan lebih berhati-hati dalam memilih dan membagikan informasi
yang diterima dari media sosial.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Ketergantungan manusia terhadap media massa yang tinggi dalam kehidupan manusia
berimbas pada pengaruh media massa yang sangat besar dalam membentuk proses berfikir dan
perilaku seseorang. Pembentukan terjadi karena terpaan terus menerus dari media massa pada
audience.kondisi ini disebabkan oleh adanya Kebutuhan manusia akan informasi. Terlebih
ketika masyarakat menjadikan Informasi sebagai acuan dalam pengambilan keputusan serta
pemecahan berbagai persoalan yang semakin kompleks.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |176
Dalam era komunikasi dan informasi dewasa ini, salah satu sumber informasi yang
dominan dan potensial dalam masyarakat adalah media sosial. Situasi ini dapat memunculkan
berkembangnya kesalah pahaman terhadap informasi. Media sosial menjadi zona alternatif
untuk melakukan segala jenis interaksi yang berdampak pada perubahan sosial. Indonesia
adalah Negara dengan pengguna internet mencapai 69 juta orang (34%)pada 2017. Angka ini
menunjukkan potensi penggunaan media sosial yang sangat besar dalam kehidupan
bermasyarakat. Pesatnya perkembangan teknologi media sosial memudahkan akses siswa ke
media.
Potter (2008) menyatakan bahwa kemampuan melek media akan dapat memaksimalkan
manfaat dari media karena audiens dapat mengontrol penggunaan media. Sehingga sangat
perlu untuk memberikan pemahaman dan kesadaran mengenai Pengetahuan melek media bagi
siswa. Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat, siswa sekolah akan diberikan
pemahaman agar dapat membedakan informasi yang harus dikonsumsi dari media. Karena
kegiatan literasi media merupakan bagian dari gerakan membangun kekuatan masyarakat
dalam berhadapan dengan media.
Permasalahan yang Dihadapi
Permasalahan yang dihadapi adalah tidak semua siswa sekolah memiliki keahlian yang
cukup untuk dapat mengkonsumsi media. Terpaan informasi melalui media sosial yang
overload membuat rasa ingin tahu anak siswa sekolah semakin besar. Hal ini didukung pula
dengan adanya kemudahan dalam mengakses media sosial. sehingga sangat mungkin untuk
anak siswa sekolah menyalahgunakan media sosial. kondisi saat ini menggambarkan bahwa
masih banyak anak sekolah yang tidak mengetahui tujuan penggunaan serta cara pengelolaan
isi akun media sosialnya. Apakah untuk hiburan, pekerjaan atau sekedar berkomunikasi dengan
teman – temannya.. selanjutnya berdasarkan kondisi tersebut, maka muncullah beberapa
masalah antara lain: (1) kurangnya kemampuan generasi muda dalam mengakses serta memilih
akun media sosial yang tepat (2) kurangnya kemampuan generasi muda agar lebih cerdas dan
bijaksana dalam menggunakan media sosial (3) kurangnya kemampuan generasi muda dalam
mengenali potensi dan bahaya penyalahgunaan media sosial
Solusi yang Ditawarkan
Dari permasalahan yang dihadapi oleh siswa sekolah tersebut di atas, maka beberapa
solusi yang ditawarkan antara lain:
1) Mengadakan pertemuan untuk mengevaluasi dan membahas mengenai penggunaan
media pada siswa sekolah.
2) Mengadakan pelatihan mengenai pendidikan literasi dalam menghadapi perkembangan
penyalahgunaan media sosial pada siswa sekolah
Menumbuhkan wawasan dan visi siswa sekolah di masa yang akan datang melalui
diskusi.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |177
METODE KEGIATAN
Kegiatan yang dilaksanakan dalam pengabdian pada masyarakat yang diusulkan
menggunakan pendekatan pendidikan orang dewasa (Andragogy) dalam meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan siswa sekolah. Prinsip-prinsip action learning digunakan
sehingga proses belajar dapat direncanakan dengan baik, kegiatan pelatihan terlaksana secara
terstruktur dan sesuai kebutuhan siswa, hasilnya dapat diobservasi serta dilakukan refleksi
terhadap hasil kegiatan sehingga dapat dilakukan perbaikan (replan) untuk perbaikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bentuk dari program pengabdian kepada masyarakat ini adalah kegiatan pelatihan yang
diselenggarakan di sekolah yaitu SMP 6 Mataram. Setelah melaksanakan kegiatan pengabdian
yang dilakukan selama dua hari, tim memperoleh beberapa hasil kegiatan yang diperoleh
melalui evaluasi dan pengamatan kegiatan pelatihan, adapun hasil tersebut, antara lain sebagai
berikut:
Persiapan. Tahapan awal kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan
oleh tim dari program studi universitas mataram dilaksanakan pada 9 Oktober 2018. Seluruh
tim melakukan survey awal lokasi pengabdian guna mengetahui kondisi lokasi dan situasi
tempat pengabdian. Setelah melaksanakan survey, tim menemukan beberapa temuan
diantaranya yaitu jadawal kegiatan belajar mengajar yang bertabrakan dengan jadwal
pelaksanaan kegiatan pengabdian.selanjutnya masalah lain yang umumnya dihadapi para
siswa sekolah adalah terkait dengan cara mengakses media sosial . Berdasarkan temuan inilah
yang menjadi dasar bagi tim untuk menentukan tema pengabdian dalam bentuk pelatihan.
Merujuk pada dasar acuan yang tim temukan di lapangan, pada tanggal 12 Oktober
2018 kemudian tim melakukan penjajakan ke sekolah tujuan pengabdian yaitu SMP 6 mataram
dan diterima oleh kepala humas SMP 6 mataram. pada penerimaan awal oleh kepala humas
SMP 6 mataram, tim yang beranggotakan 3 orang diarahkan untuk bertemu langsung dengan
kepala sekolah. Selama pertemuan berlangsung, dicapai beberapa kesepakatan antara lain
waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan pelatihan Pendidikan Literasi Dalam Menghadapi
Perkembangan Penyalahgunaan Media Sosial Pada Siswa Sekolah. Respon baik yang
diberikan oleh kepala sekolah SMP 6 Mataram, merupakan suatu bentuk dukungan kepala
sekolah terhadap seluruh kegiatan bersifat positif yang akan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan siswa.
Dalam pertemuan yang dilaksanakan oleh tim dan kepala sekolah, selanjutnya ditindaklanjuti
dengan pembicaraan yang lebih teknis. Tim berdiskusi dengan kepala sekolah dan didampingi
oleh kepala humas untuk mempersiapkan segala macam kebutuhan yang diperlukan untuk
kegiatan pelatihan. Berdasarkan hasil diskusi ini, tim dan kepala sekolah memperoleh beberapa
kesepakatan yaitu:
Pertama, pelaksanakan kegiatan pelatihan disepakati pada tanggal 16 Oktober 2018
dengan pertimbangan, bahwa pada hari tersebut tidak terdapat kegiatan belajar aktif siswa.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |178
sehingga siswa dapat memanfaatkan waktunya untuk memperoleh pengetahuan baru dan
berbagi pengalaman.
Kedua, peserta. Jumlah peserta yang dipilih untuk mengikuti kegiatan pengabdian
adalah 30 orang. Peserta terdiri dari kelas X, XI, XII dan seluruh peserta berasal dari SMP 6
Mataram. jumlah peserta dibatasi, dengan tujuan untuk menciptakan suasana belajar yang
efektif dan meningkatkan daya serap peserta terhadap keterampilan yang diberikan.
Ketiga, peralatan atau kelengkapan teknis pelaksanaan. Seluruh peralatan atau kelengkapan
teknis disiapkan oleh tim,yaitu: pemateri, moderator, materi pelatihan, spanduk, sertifikat,
konsumsi dan alat penunjang pelaksanaan program lainnya. Sedangkan pihak sekolah bertugas
menyiapkan ruangan pelaksanaan kegiatan.
Seluruh kesepakatan yang dibuat antara tim dan pihak sekolah menjadi hal wajib untuk
dipenuhi, sehingga kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Selain kesepakatan, pihak sekolah
juga memberikan dukungan dengan cara melibatkan seluruh siswa yang memiliki keahlian
dalam media peliputan untuk meliput secara langsung seluruh kegiatan pengabdian kepada
masyarakat. kegiatan peliputan ini selanjutnya akan ditempel pada mading sekolah.
Pelaksanaan. Sesuai dengan kesepakatan antara tim dan pihak sekolah, pelaksanaan
kegiatan diadakan pada hari Senin, tanggal 16 oktober 2018. Kegiatan pelatihan yang
berlangsung mulai pukul 09.00 pagi hingga 15.30 siang berjalan dengan lancar. Sebanyak 30
siswa yang diundang untuk menjadi peserta pelatihan hadir tanpa terkecuali. Besarnya antusias
dan partisipasi ditunjukkan oleh para peserta (daftar nama peserta terlampir).
Kegiatan pemaparan materi yang diisi oleh Ir. I Wayan Suadnya.P.h.D., Eka Putri
Paramita.SP.MA dan Tenri Waru. S.Ikom.M.Ikom. ketiga pemateri secara bergantian
menyampaikan materi mengenai Pendidikan Literasi Dalam Menghadapi Perkembangan
Penyalahgunaan Media Sosial Pada Siswa Sekolah. Masing – masing pemateri diberikan waktu
selama 30 menit untuk memaparkan materinya.
Pada sesi ceramah dan diskusi, para pemateri mempresentasikan seluruh materi dengan
menggunakan sarana audio visual, karena tidak hanya dalam bentuk presentasi sederhana,
tetapi juga dalam bentuk tayangan vidio pendek. Kemudian dilanjutkan dengan sesi dua, yaitu
diskusi. Pada sesi ini, dipandu oleh Tenri Waru .S.Ikom.M.Ikom. tanya jawab berlangsung
cukup lama yaitu sekitar ±2 jam, selama kegiatan pelatihan berlangsung, seluruh peserta
terlihat sangat antusias dengan kegiatan yang dilaksanakan. hal ini dilihat dari tingkat
partisipasi para peserta dalam mengikuti sesi diskusi dan tanya jawab. Pertanyaan yang paling
banyak diberikan oleh peserta adalah mengenai bagaimana cara menggunakan sosial media
secara baik dan benar sehingga dapat digunakan sebagai sarana penyajian informasi.
Selanjutnya pada sesi terkahir yaitu praktek, pada sesi ini seluruh tim terlibat untuk
memberikan pelatihan. Sebanyak 30 peserta dibagi menjadi 3 kelompok dan dibimbing oleh
satu orang tim. setiap tim diberikan kesempatan untuk dapat mengakses akun media sosial yang
telah disiapkan oleh tim. selanjutnya melalui sosial media ini, setiap anggota kelompok diminta
untuk memposting sebuah status sesuai dengan tema yang telah dibagikan oleh tim. status yang
dituliskan oleh masing – masing anggota dalam kelompok kemudian dinilai oleh tim.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |179
Selama kegiatan berlangsung, para peserta terlihat sangat senang terlihat secara aktif
untuk mengakses media sosial. Bahkan beberapa diantara peserta mencoba hingga lebih dari
satu kali, hal ini karena rasa antusias mereka terhadap materi kegiatan pengabdian.
Secara teknis tim panitia melibatkan 2 orang mahasiswa prodi ilmu komunikasi universitas
mataram untuk membantu pelakasanaan kegiatan. Mereka adalah Robinson Girsang dan
Wendy Purwansyah. Kedua mahasiswa ini bertugas untuk mengkoordinir para peserta
pelatihan sebelum dan saat proses pelatihan. dan juga mereka bertugas untuk menyiapkan
konsumsi dan mendokumentasikan kegiatan acara.
2. Hasil Yang Dicapai
Berdasarkan pada kegiatan yang telah dilaksanakan pada hari Senin, 16 Oktober 2018
di mataram, bertempat pada sekolah SMP 6 mataram, beberapa capaian atau hasil kegiatan
diantaranya:
1. Sebanyak 30 orang siswa SMP 6 Mataram telah mengikuti kegiatan pelatihan pengabdian
dengan tema “Pendidikan Literasi Dalam Menghadapi Perkembangan Penyalahgunaan
Media Sosial Pada Siswa Sekolah” dan seluruh peserta sangat antusias mengikuti hingga
kegiatan selesai.
2. Melalui pelatihan tersebut, siswa yang awalnya tidak memiliki pengetahuan mengenai
pendidikan Literasi media, namun setelah mengikuti pelaksanaan kegiatan pengabdian
siswa memperoleh kemampuan untuk dapat menerapkan literasi media dalam mengelola
akun personal.
3. Secara operasional siswa dapat dikategorikan, telah memiliki kemampuan yang baik untuk
mengakses media sosial, khususnya facebook guna menunjang kegiatan belajar mereka di
sekolah.
4. Siswa sudah bisa membedakan informasi yang valid dan benar dan sebaliknya
5. Siswa mampu menyajikan informasi yang benar
6. Siswa sadar bahwa dalam bermedia sosial mereka memerlukan kehati-hatian dan
ketelitian.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa setelah
mengikuti kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh tim Program Studi
Ilmu Komunikasi Universitas Mataram siswa yang sebelumnya tidak sadar bahwa mereka
menghadapi berbagai bahaya dalam media sosial menjadi tahu bahwa mereka harus berhati-
hati dan bijak dalam bermedia sosial. mereka bisa membedakan informasi yang benar dan valid
dan yang bukan. Mereka siap untuk melaksanakan apa yang sudah mereka pelajari dalam
pendidikan literasi yang diikuti.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |180
Saran
Dari hasil pengabdian yang telah dilaksanakan disarankan agar kegiatan serupa
pelaksanaannya diperbanyak dan menjangkau semua tingkatan sekolah yang ada di Kota
mataram
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah memberikan
dukungan financial terhadap pengabdian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, Andreas M. 2010. “Users Of The World, Unite!The Challenges and Opportunities
Of Social Media”. Business Horizon.
Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal.Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |181
Penyuluhan Isi Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
Tentang Lalulintas Dan Angkutan Jala Pelatihan
Penulisan Karya Ilmiah Guru-Guru MTs/MA NW Boro’ Tumbuh
Kecamatan Suralaga Lombok Timur
Amrullah*, Nawawi, Lalu Thohir, Sahuddin, Rizki Kurniawan, H. Lalu Nurtaat
FKIP, Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
Penulisan Karya
Ilmiah, Penelitian
Tindakan Kelas
Abstrak: Masih rendahnya kemampuan menulis karya ilmiah Guru-guru di
tingkat pendidikan menengah menjadi masalah serius yang harus dicarikan
solusinya. Padahal, membuat karya tulis bagi guru guru khususnya tulisan
dalam penelitian tindakan kelas {PTK} menjadi salah satu syarat kenaikan
pangkat. Banyak diantara guru – guru telah memvonis dirinya tak sanggup
untuk menulis karya ilmiah sebelum mencobanya. Banyak diantara mereka
yang mengaku kalah sebelum bertempur. Melihat kenyataan itu, maka
tujuan pengabdian pada masyarakat ini ialah membantu para guru dalam
membuat karya tulis khususnya membuat proposal penelitian tindakan
kelas [PTK}dengan menggunakan model/metode pendampingan.
Peserta pelatihan berjumlah 30 orang guru MTs/MA NW Boro’Tumbuh
Kecamatan Suralaga Lombok Timur. Kegiatan pengabdian diawali dengan
ceramah oleh Narasumber dengan materi pentingnya menulis karya ilmiah
khususnya PTK bagi guru-guru dalam upaya meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia dalam membangun bangsa. Selanjutnya peserta
secara berkelompok diminta untuk membuat proposal PTK yang berkaitan
dengan mata pelajaran yang mereka ajarkan dengan didampingi oleh tim
pengabdian pada masyarakat FKIP Universitas Mataram.
Dari pelatihan penulisan karya ilmiah khususnya PTK dengan metode
pendampingan ini didapatkan hasil bahwa motivasi guru-guru dalam
mengikuti pelatihan ini sangat antusias. Hal ini ditunjukkan dengan
seriusnya mereka dalam berdiskusi kelompok untuk membuat proposal
PTK. Di akhir kegiatan pelatihan guru-guru berhasil menuntaskan tugas
membuat proposal PTK.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Hasil penelitian Chamberlin (2009) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendukung
pembelajaran adalah adanya proses dan tindakan (processes and actions), faktor-faktor
pembelajaran (instructional factors), dan karakteristik tugas (characteristics of the tasks).
Disinyalir dari hasil penelitiannya bahwa keberhasilan pembelajaran karena; guru
menggunakan model pembelajaran yang tepat {appropriate teaching models are used}, tugas
bervariasi {various tasks}, mengajar dengan baik (good teaching) dan menggunakan
pertanyaan yang baik (good question). Senada dengan hasil penelitian Chamberlin tentang
tugas, Amrullah {2016} dan Sahuddin {2007} juga menekankan pentingnya pengajar
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |182
menyiapkan tugas bervariasi dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam belajar mata
kuliah Speaking.
Berdasarkan hasil diskusi tim pengabdian dengan beberapa guru yang juga se bagai
alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendididkan {FKIP} Universitas Mataram dan kepala
sekolah di jenjang Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK), disimpulakan bahwa para guru
diharapkan meningkatkan keprofesionalannya saat ini dan yang akan datang untuk memenuhi
kriteria penilaian kinerja guru, khususnya bagi guru guru yang telah memiliki sertifikat
pendidik. Kinerja sekolah dan guru menjadi salah satu fokus pemikiran kepala sekolah dan
guru guru di jenjang Pendidikan Menengah saat ini, terutama pada aspek peningkatan kualitas
profesional guru dibidang penulisan karya ilmiah yang selama ini dirasa masih dalam kategori
rendah. Berkaitan dengan penulisan karya ilmiah di jenjang Pendidikan Menengah; diperoleh
informasi beberapa guru SMA telah melakukan penelitian tindakan kelas dan diikuti dengan
penulisan artikel ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah yang ber-ISSN tergolong sangat
rendah.
Upaya kepala sekolah mendatangkan nara sumber dalam acara pelatihan/workshop
penulisan karya ilmiah, misalnya di MA NW Boro’ Tumbuh tahun 2015 telah melaksanakan
pelatihan/workshop penyusunan proposal PTK, namun belum memberikan dampak yang
signifikan. Salah satu guru yang mengikuti pelatihan mengatakan: “pelatihan bersifat teoretis
dan kurang berdampak praktis, dan akibatnya tidak menghasilkan karya ilmiah yang
memadai.” Bagi guru-guru MA NW Boro’ Tumbuh masalah penulisan karya ilmiah
merupakan masalah yang sulit untuk segera dicari pemecahannya. Mereka kesulitan menyusun
proposal PTK, dan ini disebabkan kekurangpahaman mereka terhadap bagaimana cara
melakukan PTK, tata tulisnya, dan kode etik penulisan karya ilmiahnya. Mereka menyatakan
telah mengikuti berbagai ceramah tentang PTK, tetapi selama ini bersifat teoretis bukan praktis.
Mereka merasa perlu pelatihan/workshop dan pendampingan “praktik” menyusun proposal dan
melaksanakan PTK, serta menulis artikel ilmiahnya.
METODE KEGIATAN
Dari hasil diskusi dengan mitra Kepala Sekolah dan beberapa guru MA NW NW Boro’
Tumbuh diperoleh simpulan bersama bahwa terdapat beberapa masalah utama yang ditemui
pada peningkatan keprofesionalan guru-guru MA dalam penulisan karya ilmiah.
Permasalahan utama mitra adalah: (1) bagaimana menyusun proposal PTK yang memadai?
dan (2) bagaimana melaksanakan dan menyusun laporan PTK yang memadai?
Solusi permasalahan kesepakatan dalam PKM ini dikemas dalam judul “Pelatihan
Penulisan Karya Ilmiah Guru-Guru MA NW Boro’ Tumbuh Kecamatan Suralaga
Lombok Timur” berupa kegiatan pelatihan/ workshop dan pendampingan dalam rangka
meningkatkan keterampilan guru-guru sekolah menengah (mitra} dalam penyusunan proposal
PTK, dan bagaimana melaksanakan dan menyususn laporan PTK?
Menindak lanjuti keterbatasan dan kesulitan yang dialami guru-guru di MA NW Boro’
Tumbuh dalam menulis karya ilmiah khususnya penelitian Tindakan Kelas {PTK} maka
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |183
disusunlah kerangka pemecahan masalah yang terbagi menjadi beberapa tahapan,yaitu: tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
Berdasarkan penegasan di atas, pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan:
1. Mendampingi guru bahasa Inggris di MA NW Boro’ Tumbuh dalam menulis karya
ilmiah khususnya penelitian Tindakan Kelas {PTK}.
2. Meningkatkan kompetensi pedagogik guru Bahasa Inggris di MA NW Boro’ Tumbuh
dalam menulis karya ilmiah khususnya penelitian Tindakan Kelas {PTK}.
Berdasarkan tujuannya, pengabdian masyarakat ini telah mengadopsi pendekatan
diskusi. Hal ini dipilih dengan pertimbangan kebermanfaatannya dalam perbaikan dan
peningkatan kualitas pembelajaran guru-guru di madrasah dimana mereka sangat jarang
mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik melalui pelatihan-
pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak terkait, seperti Departemen Agama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) ini berjalan lancar melalui
beberapa tahapan, yaitu pra kegiatan, pelaksanaan, dan pasca kegiatan. Pada tahapan pra-
kegiatan, beberapa kegiatan dilakukan untuk menyiapkan pelaksaan PKM, yaitu rapat
koordinasi internal tim tentang instrument yang akan digunakan untuk memetakan
profesionalisme guru dalam penulisan karya ilmiah khususnya penelitian tindakan kelas
{PTK}. Berdasarkan hasil kesepakatan tim, instrument yang dapat digunakan untuk pemetaan
profesionalisme guru tersebut yaitu kuesioner. Selanjutnya, tim menyiapkan materi yang
digunakan dalam pelaksanaan PKM.
Hasil pemetaan evaluasi kegiatan untuk guru guru pada sekolah/madrasah sasaran
kegiatan pelatihan.
Evalauasi Kegiatan
Bapak/ibu peserta pelatihan dipersilahkan untuk mengisi evaluasi kegiatan pada form
berikut sebagai feedback untuk tim pengabdian pada masyarakat {PPM}. JIka bapak/ibu setuju
dengan pernyataan pada pada kolom sebelah kiri beri tanda {√}pada kolom 1 {setuju}, pada
kolom 2 {kurang setuju}, dan pada kolom 3 {tidak setuju}.
NO PERNYATAAN 1 2 3
Aspek materi dan penyajian materi:
1 Materi yang disampaiakan memenuhi harapan dan kebutuhan 100% 0% 0%
2 Materi yang disampaikan bermanfaat dalam pengembangan sekolah 100% 0% 0%
3 Materi yang disampaikan mudah untuk diterapkan 70% 30% 0%
4 Penyajian materi mudah untuk dimengerti 80% 20% 0%
5 Penayangan slide/multimedia memuaskan 100% 0% 0%
6 Sistematika penyajian materi runut dan logis 100% 0% 0%
7 Kecepatan penyajian materi sudah tepat 80% 20% 0%
Aspek narasumber/pemateri: 0%
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |184
8 Narasumber menguasai materi yang disampaikan 100% 0% 0%
9 Jawaban narasumber memuaskan 100% 0% 0%
Aspek pelaksanaan kegiatan: 0% 0%
10 Pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 100% 0% 0%
11 Pelayanan tim memuaskan 100% 0% 0%
12 Pelatihan kit untuk peserta sudah baik 100% 0% 0%
13 Fasilitas makan/konsumsi memuaskan 100% 0% 0%
14 Transport yang diberikan memuaskan 100% 0% 0%
15 Ruangan pelatihan cukup nyaman 90% 10% 0%
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dipahami bahwa Aspek materi dan penyajian
materi, guru guru peserta pelatihan penulisan karya ilmiah khususnya penelitian tindakan kelas
{PTK} rata ratra dari 6 pertanyaan dijawab 100%. Hanya 3 pertanyaan saja yaitu pertanyaan
no 3 dan 4 peserta menjawab 70%, 80%, dan 80%. Ini berarti bahwa pada aspek materi
penelitian tindakan kelas {PTK} sangat dibutuhkan dalam rangka mengembangkan
kemampuan profesionalisme mereka. Terkait dengan aspek narasumber/pemateri, dari 2
pertanyaan yang ada, peserta menjawab 100%. Hal ini berarti bahwa tim pengabdian telah
mampu dan cekatan dalam melaksanakan kewajibanya dalam membimbing guru guru untuk
membuat karya tulis ilmiah khususnya penulisan proposal penelitian tindakan kelas {PTK}.
Sedangkan pada aspek pelaksanaan kegiatan dari 6 pertanyaan yang ada hanya pertanyaan
no. 15 yang hanya satu menulis kurang setuju sehingga frekuensinya 90%. Artrinya bahwa
pada aspek pelaksanaan kegiatan an bahwa kegiatan ini sangat berjalan dengan lancar dan
sangat memuaskan.
Adapun bentuk keberhasilan dan kendala yang dihadapi oleh guru guru peserta
pelatihan penulisan karya ilmiah khususnya penelitian tindakan kelas {PTK}antara lain sebagai
berikut:
1. Guru guru dapat memahami prinsip dasar menulis karya ilmiah khususnya menulis
proposal penelitian tindakan kelas {PTK}.
2. Guru guru dapat mengembangkan pemahaman mereka mengenai penelitian tindakan
kelas {PTK}. Hal ini dapat diketahui dari tugas membuat proposal yang diminta oleh tim
pengabdian dapat dikerjakan dengan baik.
3. Guru guru mamiliki kemampuan dalam membuat laporan penelitian tindakan kelas
{PTK}. Hal ini dapat terlihat dari tugas diskusi yang dilaksanakamn saat pengabdian
berlangsung, para peserta sangat aktif menyampaikan pendapat mereka mengenai
tahapan tahapan dalam menyusun laporan sebuah penelitian khususunya penelitian
tindakan kelas {PTK}.
Sedangkan, kendala utama guru di sekolah atau madrasah sasaran yaitu rendahnya
ketersediaan sumber belajar. Guru guru membutuhkan referensi berupa hasil hasil penelitian
tindakan kelas {PTK} yang jumlahnya sangat terbatas mereka miliki. Untuk mengatasi ini,
disarankan kepada seluruh peserta pelatihan agar menjalin komunikasi dengan baik terhadap
lembaga terkait {perpustakaan daerah, sekolah sekolah lain, LPTK, para peneliti, dll}. Ada
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |185
beberapa alternative yang bisa dilakukan yaitu kerjasama dengan perpustakaan daerah agar
mereka menyediakan perpustakaan keliling datang ke sekolah atau madrasah secara periodic
KESIMPULAN DAN SARAN
Atas dasar kesuksesan pelaksanaan pengabdian masyarakat ini, ada beberapa hal yang menjadi
simpulan dan saran, antara lain:
1. Pihak yayasan merespon dengan baik adanya keberpihakan pihak Universitas Mataram
atas kesediannya memberikan siraman ilmu dan pengalaman sebagai upaya peningkatan
mutu Pendidikan. Pihak yayasan sangat berkeinginan agar hal hal seperti ini dapat
dilaksanakan pada waktu mendatang tidak hanya melibatkan guru mata MA tetapi semua
guru di lingkungan pondok pesantren Darul Mujahidin NW Boro’ Tumbuh. Karena itu
saran pada pengabdian selanjutnya hendaknya pengabdian lebih memperbanyak jumlah
peserta dan jenjang pendidikan.
2. Karena jumlah guru pemula yang masa kerjanya rata rata rendah dibutuhkan model
pendampingan yang lebih intensif dalam penyesuaian tuntutan kurikulum dalam bentuk
tidak hanya terkait dengan model pembelajaran tetapi juga apa yang diajarkan (how and
what to teach)
3. Universitas Mataram, khususnya FKIP sebagai perguruan tinggi yang menyediakan
Pendidikan dan tenaga kependidikan harus berupaya membangun sinergi dengan pihak
pengguna terkait dengan kondisi lulusan dan perkembangan kebutuhan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah. 2016. Improving Students’ Speaking Ability Through Task Based Learning
Approach. Page: 101-107 in The Asian EFL Journal Professional Teaching Articles
Indonesian International Conference Edition December 2016 Volume1.
Jeremy Harmer, 2001. The Practice of English Language Teaching. England: Pearson
Education Limited.
Melvin L. Silberman. 1996. Active Learning; 101 Strategi Pembelajaran Aktif: Yogyakarta:
Allyn and Bacon Boston.
Modjiono. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Nunan, David. Designing Tasks for the Communicative Classroom, USA: Cambridge
University Press, 1989.
Penny Ur, 1996. A Course in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Sahuddin, 2007. The Effectiveness of Presentation Technique in Teaching Speaking. Mataram:
Jurnal Gema Rinjani.
Syafaruddin Dkk. 2006.Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan potensi budaaya Ummat. Jakarta:
Hijri Pustaka Utama
Ur, Penny A. Course in Language Teaching. Cambridge: Cambridge
University Press, 1996
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1 No. 1 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |186
Penguatan Peran Dan Strategi Calon Aparatur Pemerintah Daerah NTB
Melalui Analisis Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia Pasca Reformasi
Bagi Pengembangan Pembangunan Daerah
Mala Mardialina, Ahmad Mubarak Munir*
Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Mataram
Kata Kunci:
Aparatur sipil
negara, kerjasama,
otonomi, politik luar
negeri, sister city
Abstrak: Reformasi 1998 mengubah pola interaksi antar pemerintah pusat
dan daerah, otonomi menjadi tuntutan daerah sebagai langkah strategis
untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat. Otonomi daerah
setidaknya memberikan ruang yang luas dalam mengatur dan memetakan
potensi daerah, namun tidak dengan keleluasaan daerah dalam membangun
kerjasama luar negeri. Membangun hubungan luar negeri harus atas
sepengetahuan dan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri sebagai
pemangku tugas hubungan luar negeri. Dengan demikian aparatur negara
harus memiliki pengetahuan mendasar mengenai dinamika politik luar
negeri Indonesia, dengan harapan untuk memahami ruang yang dapat
dimanfaatkan untuk membangun kerjasama dan bahkan menyelaraskan
kebijakan daerah untuk memanfaatkan kebijakan besar Politik Luar Negeri
Indonesia. Penguatan peran strategis aparatur negara di daerah mengenai
peluang yang dapat dimanfaatkan dari kebijakan besar Politik Luar Negeri
Indonesia menjadi sebuah keharusan di era revolusi industri 4.0, konsep
sister city, kerjasama pendidikan dan kerjasama strategis menjadi
pengetahuan mendasar yang harus dipahami para calon aparatur negara.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Reformasi 1998 menjadi titik awal perubahan signifikan dalam kehidupan sosial dan
bernegara, tuntutan perubahan juga digaungkan bagi lembaga-lembaga pemerintahan.
Transparansi dalam pelaksanaan pemerintahan, akuntabilitas, responsibilitas dan efektivitas
dalam menjalankan pemerintahan dirasa sangat mendesak untuk dilakukan. Reformasi
birokrasi dilakukan seiring dengan perubahan besar reformasi 1998, perubahan-perubahan
yang kemudian menjadi tuntutan untuk dilakukan perubahan antara lain seperti, korupsi akibat
ketidak profesionalnya penyelenggara negara, tidak transparan dan netralnya penyelenggara
negara, gemuk struktur dan miskin fungsi (zuhroh, 2010). Ini menjadi tantangan besar bagi
penyelenggara negara seiring dengan tuntutan reformasi.
Perkembangan teknologi atau yang kita kenal dengan istilah globalisasi mendorong
transformasi dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Hal ini menjadi tantangan baru
dalam proses penyelenggaraan negara, yaitu mendorong efektivitas dan transparansi dalam
proses penyelenggaraan negara untuk tujuan kesejahteraan masyarakat. Globalisasi setidaknya
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1 No. 1 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |187
mempersempit ruang bagi penduduk dunia (world citizen), sehingga terbentuklah interaksi
masyarakat dunia semakin masif dan intens. Bertukar informasi dan pikiran mengenai
tantangan, inovasi dan tentu bentuk interaksi di negara masing-masing menjadi salah satu
pemicu lahirnya perubahan-perubahan masif dan signifikan dalam masyarakat.
Globalisasi memberikan ruang lebih bagi masyarakat untuk berinteraksi dalam ruang
dan waktu yang berbeda, setidaknya globalisasi mempermudah pekerjaan manusia yang
tadinya terpisah oleh ruang dan waktu. Globalisasi mendatangkan manfaat besar bagi dunia,
untuk merancang pembangunan dunia yang mensejahterakan kehidupan masyarakat dunia.
Sehingga secara sederhana globalisasi dapat dipahami sebagai akumulasi interaksi penduduk
dunia dengan berbagi macam aktivitas dalam ruang dan waktu (Held et.al., 1999). Interaksi
masyarakat dunia yang semakin intens tentu mendorong pertukaran informasi secara cepat dan
transparan, ruang yang semakin menyempit ini tentu akan mendatangkan manfaat yang besar
bagi pembangunan daerah di Indonesia, terlebih lagi dengan wewenang yang diberikan pusat
kepada daerah.
Kepala daerah dan para aparatur daerah memiliki peranan penting dalam mengambil
manfaat dari menyempitnya ruang dan waktu dalam interaksi dunia. Aparatur negara di daerah
dapat membangun interaksi dan merancang sebuah kerjasama yang menguntungkan dengan
daerah lain di berbagai belahan dunia. Pemanfaatan akses teknologi dan transparansi informasi
menjadi modal awal bagi ASN dalam merancang skema kerjasama dengan pihak luar tanpa
kemudian melanggar aturan-aturan yang ditetapkan pemerintah pusat sebagai pengendali
pembangunan. Dengan kata lain, daerah memiliki kesempatan besar dalam menginisiasi
kerjasama luar negeri dalam berbagai bidang, sebagai langkah mendorong kemakmuran dan
kemajuan daerah.
METODE KEGIATAN
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah
penyuluhan. Materi yang diberikan telah diatur sedemikian rupa agar dapat menunjang
keberhasilkan/ketercapaian target pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
Materi yang diberikan selama penyuluhan berlangsung adalah sebagai berikut:
1. Politik luar negeri indonesia dan pembangunan daerah
2. Sister city konsep dan citizen diplomacy
3. Kota kembar provinsi nusa tenggara barat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Politik Luar Negeri Indonesia Dan Pembangunan Daerah
Konsekuensi dari pemberlakuan Otonomi Daerah yang sangat terasa adalah
kewenangan daerah dalam merancang pembangunan sesuai dengan potensi dan nilai-nilai yang
berkembang. Kewenangan ini juga berlaku dalam merancang kerjasama dengan pihak asing,
baik negara, organisasi internasional, Non geverment organizations (NGO), kelompok
masyarakat, pemerintah daerah sebuah negara dan bahkan individu (Rumengan, 2009).
Meskipun kemudian harus dikomunikasikan dengan pemerintah pusat yaitu Kementerian Luar
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1 No. 1 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |188
Negeri. Pemerintah memiliki skema yang jelas dalam mendorong terbentuknya kerjasama
daerah dengan luar negeri.
Otonomi daerah yang diatur dalam UU No 23 Tahun 2014 mendefinisikan Otonomi
sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus secara mandiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia dimana asas otonomi merupakan prinsip dasar penyelenggaraan
Pemerintah Daerah berdasarkan Otonomi Daerah (UU RI Nomor 23 2014). Dalam UU 23 2014
dijelaskan dengan terperinci mengenai urusan pemerintah pusat dan daerah, di mana dalam hal
ini urusan tersebut dapat dibagi dalam dua yaitu urusan pemerintahan absolut dan urusan
pemerintahan konkuren. Adapun urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (2) meliputi: politik luar negeri; pertahanan; keamanan; yustisi; moneter dan fiskal
nasional; dan agama. Sehingga tentu dalam merancang kerjasama dengan luar negeri harus
seizin dan koordinasi pemerintah pusat.
Inisiasi kerjasama dengan luar negeri kemudian dapat dikoordinasikan dengan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia atau Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan Kementerian Luar Negeri sabagai
steakholder terkait urusan luar negeri. Direktorat Politik Luar Negeri dan Kerjasama
Pembangunan Internasional mempunyai tugas melaksanakan pengkoordinasian, perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, serta pemantauan, evaluasi, dan pengendalian perencanaan
pembangunan nasional di bidang politik luar negeri dan kerjasama pembangunan internasional
(Bappenas RI, 2014). Bappenas melalui direktorat luar negeri menjadi salah satu corong dalam
menghubungkan rencana daerah dalam membangun kerjasama luar negeri.
Langkah pertama yang dapat diambil daerah dalam memanfaatkan atau mengambil
peluang besar dalam politik luar negeri adalah dengan memetakan prioritas politik luar negeri
Indonesia yang biasanya disampaikan oleh Presiden atau Menteri Luar Negeri, prioritas ini
disampaikan secara ekspilisit maupun implisit, jika kemudian implisit bukan berarti tidak bisa
disarikan atau dicari bidang apa yang menjadi prioritas politik luar negeri. Hal ini bisa dilihat
dari pidato kenegaraan seorang presiden atau kemudian pidato tahunan Menteri Luar Negeri
atau dikenal juga dengan istilah pidato pers tahunan menteri.
Sebagai salah satu contoh prioritas politik luar negeri indonesia di masa Presiden
Jokowi misalnya, menjadi Poros Maritim Dunia. Kebijakan poros maritim dunia kemudian
dijelaskan lebih jauh oleh Menteri Luar Negeri, yaitu mencakup lima pilar utama yaitu; 1.
Membangun budaya maritim; 2. Penjagaan dan pengelolaan sumber daya laut; 3. Membangun
infrastruktur dan konektivitas maritim; 4. Kerjasama maritim melalui diplomasi; dan 5.
Pembangunan kekuatan pertahanan maritim (Setkab RI, 2019). Daerah dalam hal ini dapat
mengambil manfaat atau kemudian merancang peluang kerjasama dengan menyesuaikan
dengan prioritas politik luar negeri. Daerah bisa kemudian merancang kerjasama dalam tema
kemaritiman misalnya, bagi daerah dengan potensi maritim yang kuat bisa mendorong
kerjasama dengan membangun indsutri maritim dengan perusahaan atau bahkan negara.
Tentunya semuanya harus disesuaikan dan dikoordinasikan dengan pemerintah pusat. Dalam
membangun kerjasama dengan luar negeri, terdapat konsep yang dapat dkembangkan di
daerah, konsep ini telah diterapkan dibeberapa daerah di Indonesia yaitu sister city.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1 No. 1 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |189
Sister City Konsep Dan Citizen Diplomacy
Konsep sister city sangat erat kaitannya dengan diplomasi publik dan keterlibatan
masyarakat menjadi bagian dari aspek aktor diplomasi itu sendiri. Sister City atau kota kembar
adalah konsep penggandengan dua kota yang berbeda lokasi dan administrasi politik dengan
tujuan menjalin hubungan budaya dan kontrak sosial antar penduduk. Sister city merupakan
sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut kerja sama antar-kota di Indonesia dengan kota-
kota di negara lain. lstilah ini sesungguhnya dalam bahasa Indonesia disebut kota kembar atau
twin city, kerja sama ini dilakukan baik berupa antar-kota luar negeri maupun dalam negeri di
mana kerja sama tersebut berslfat luas, disepakatisecara resmi, dan bersifat jangka panjang
(Novianti, 2013).
Sister city dikenal juga dengan istilah twin city, sister province atau kota kembar,
Presiden Amerika Serikat President Dwight D. Eisenhower memperkenalkan dan
mengembangkan konsep ini pada tahun 1956. Melalui konferensi di Gedung Putih, Presiden
Eisenhower mengajak masyarakat Amerika Serikat untuk memperkuat dan mempromosikan
penguatan kerjasama antara masyarakat “people to people program” dalam berbagai bidang
(Cremer et.al., 2001). Sejak dikenalnya konsep ini, setidaknya telah terbentuk lebih dari 11.000
sister city yang melibatkan lebih dari 159 negara di dunia (Zelinsky, 1991).
Presiden Eisenhower mencoba mendorong interaksi antar masyarakat dalam setiap
tingkatan dengan masyarakat di daerah lain yang kemudian dikenal dengan istilah citizen
diplomacy, interaksi yang intens antar masyarakat dalam ruang dan waktu yang berbeda
setidaknya mempersempit ruang untuk terjadinya konflik atau bahkan perang. Interaksi
mendorong pertukaran informasi yang mendalam antar masyarakat, afiliasi antar masyarakat
dalam sebuah daerah dengan daerah lain akan mengurangi bibit konflik di masa depan. Contoh
sister city yang paling tua di dunia dibentuk tahun 1931 adalah Toledo, Ohio dan Toledo,
Spanyol. Amerika Serikat dan Spanyol merancang kerjasama lebih komprehensif antar dua
wilayah yang memiliki kesamaan dengan tujuan untuk memperkuat interaksi masyarakat.
Pasal 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 03 Tahun 2008 tentang
pembentukan sister city mensyaratkan beberapa ketentuan atau syarat dalam menjajaki
kerjasama sister city. Syarat tersebut antara lain : kesetaraan status administrasi; kesamaan
karakteristik; kesamaan permasalahan; upaya saling melengkapi; peningkatan hubungan
kerjasama. Adapun bidang-bidang kerjasama dalam sister city setidaknya meliputi empat
bidang:
1) Budaya, dalam konteks kerjasama budaya ditujukan untuk memahami keanekaragaman
budaya yang berbeda sehingga dapat terjalinnya pemahaman mengenai latar belakang
budaya, sehingga dapat meningkarkan kerjasama yang lebih mendalam antar Kota dalam
Hubungan Intenasional, yang biasanya melibatkan unsur seni musik, pertunjukan budaya,
dan hal lainnya yang menyangkut kebudayaan
2) Akademik, dalam bidang akademik biasanya melibatkan pengiriman duta/delegasi dari
suatu kota/provinsi terhadap kota/provinsi lainnya yang ditunjuk untuk mempromosikan
dan mempelajari budaya lain, untuk mempeerat hubungan yang lebih mendalam.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1 No. 1 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |190
3) Pertukaran informasi, dalam hal ini ditujukan untuk menanggulangi suatu kesamaaan
permasalahan yang dihadapi, sehingga dapat terselesaikam dengan pengembangan yang
dalam hal ini dapat ditujukan pembangunan kota/provinsi yang lebih baik.
4) Ekonomi, merupakan bidang yang sangat penting dalam kerjasama Sister City/Sister
Province, dimana hal ini berlandaskan pada tujuan peningkatan perdagangan antar kota
maupun provinsi sehingga konteks kerjasama tejalin lebih harmonis.
Kota Kembar Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kerjasama kota kembar telah banyak dilakukan oleh beberapa daerah di Indonesia,
salah satu contoh misalnya yogyakarta dan Kyoto, Jepang. Kerjasama Yogyakarta dengan
Kyoto, Jepang terbentuk sejak tahun 1985 masih berlangsung dan eksis hingga saat ini. Jogja
Japan Week merupakan even dua tahunan yang diselenggarakan untuk mengapresiasi
kerjasama sister city kedua daerah. Pusat kebudayaan Jepang di Jakarta mencatat setidaknya
lebih dari 1000 orang Indonesia belajar bahasa Jepang, minat masyarakat Indonesia terhadapa
budaya Jepang masih tinggi, baik dari bahasa, film dan manga. Kegiatan ini merupakan bentuk
nyata bagaimana masyarakat menjadi agen diplomasi dan mendorong terjadinya interaksi yang
saling menguntungkan antar masyarakat di kedua daerah.
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) membangun kerjasama sister city dengan Provinsi
Zhejiang, dibentuk tahun 2014 dengan misi untuk meningkatkan interaksi masyarakat kedua
daerah dan memperkuat kerjasama dan meningkatkan ekonomi daerah dan potensi daerah.
Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya kerjasama Sister Province antara Pemerintah
Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Pemerintah Provinsi Zhejiang RRT adalah terbukanya
hubungan transnasional Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan terjalinnya tukar
menukar indormasi, ide, pengetahuan dan budaya. Pemerintah provinsi Zhejiang sendiri
berharap dalam kerjasama ini pihak provinsi Zhejiang mampu memberikan manfaat dari
kerjasama yang terjalin.
KESIMPULAN
Pemerintah daerah baik provinsi, kabupaten/kota dapat memanfaatkan kebijakan besar politik
luar negeri Indonesia. Memetakan prioritas politik luar negeri Indonesia menjadi langkah
utama dalam mengambil manfaat dengan sinkronisasi prioritas kebijakan luar negeri.
Kebijakan poros maritim dunia misalnya dapat kemudian diambil manfaat oleh pemerintah
daerah misalnya dalam hal penguatan dan mendorong industri lokal untuk masuk dan menjadi
pemain dalam perdagangan global. Kolaborasi antara pemerintah daerah dengan kementerian
luar negeri akan menjadi langkah awal memajukan potensi-potensi yang dimiliki daerah agar
bersaing dengan pasar regional dan global.
DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS RI, “Direktorat Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan
Internasional”, www.bappenas.go.id, 4 November 2014, <https://www.bappenas.go.id
/id/profil-bappenas/unit-kerja/deputi-bidang-politik-hukum-pertahanan-dan keamanan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1 No. 1 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |191
/direktorat-politik-luar-negeri-dan-kerjasama-pembangunan-internasional/> diakses
tanggal 2 september 2019.
Cremer, R.D., De Bruin, A., & Dupuis, A.,“International Sister-Cities: Bridging the Global-
Local Divide”, The American Journal of Economics and Sociology, Vol. 60, No. 1,
Special Issue: City and Country: An Interdisciplinary Collection (Jan., 2001), p. 380
Held, D., McGrey, A., Goldblatt, D., & Perraton, J., “Globalizaztion”, Global Governance,
Vol. 5. No. 4, (Oct.-Dec. 1999), p. 483.
Humas Setkab “Inilah Prioritas Politik Luar Negeri Indonesia 5 Tahun Ke Depan” Sekretariat
Kabinet RI, <https://setkab.go.id/inilah-prioritas-politik-luar-negeri-indonesia-5-tahun-
ke-depan/>, diakses tanggal 2 September 2019.
Novianti, “Pembuatan Perjanjian Kerjasama Sister City Oleh Pemerintah Daerah: Studi
Perjanjian Sister City di Kota Surabaya dan Kota Bukit Tinggi, Jurnal DRP RI, Vol. 18.
No. 2, Juni 2013, pp. 252-253
Rumengan, J., “Perspektif Hukum dan Ekonomi atas Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah
Daerah”, Indonesian Journal of International Law, Vol. 6. No. 2, Januari 2009, p. 245.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
Zelinsky, W., “The Twinning of The World: Sister Cities in Geographic and Historical
Perspective”, Annals of the Association of American Geographers, Vol. 81, No. 1
(Mar., 1991), pp. 1-2
Zuhroh, R.S,. ‘Good Governance dan Reformasi Birokrasi di Indonesia’, Jurnal Penelitian
Politik, Vol. 7. No. 1, 2010, p. 3
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1 No. 1 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |192
Pelatihan Skrining Intoksikasi Merkuri Pada Bidan Desa Puskesmas
Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat
Ardiana Ekawanti*, Deasy Irawati, Seto Priyambodo, Ima Arum Lestarini
Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
pertambangan emas
skala kecil, merkuri,
intoksikasi,
pelatihan, bidan desa
Abstrak: NTB adalah salah satu propinsi yang menjadi daerah
pertambangan emas skala kecil dan menjadi sumber emisi merkuri di dunia,
salah satu kecamatan yang aktif melakukan penambangan emas dengan
menggunakan merkuri. Merkuri adalah bahan kimia yang digunakan dalam
proses pengolahan emas. Merkuri memberikan dampak pada kesehatan
masyarakat di daerah pertambangan. Bidan desa dan kader posyandu adalah
petugas kesehatan yang merupakan ujung tombak dalam menemukan
masalah kesehatan di masyarakat. Pengabdian ini bermaksud membekali
bidan desa dan kader posyandu tentang dampak intoksikasi merkuri
terhadap tubuh dan cara pencegahan terhadap paparan merkuri dari
lingkungan, dan cara mendeteksi keracunan merkuri di masyarakat. Metode
yang akan digunakan adalah pemutaran video tantang cara skrining
intoksikasi, demonstrasi dan latihan terstruktur cara skrining keracunan
merkuri. Pelaksanaan kegiatan pengabdian dilakukan pada tanggal 20 Juni
2019 bertempat di aula Puskesmas Brang Rea. Kegiatan diikuti oleh lima
belas peserta yang terdiri dari sembilan bidan desa dan tiga bidan
Puskesmas serta dua orang dari bagian kesehatan lingkungan Puskesmas.
Hasil lainnya dari pelatihan ini adalah peningkatan pengetahuan ditandai
dengan nilai sebelum pelatihan dilakukan pre-test dan didapatkan rerata 64
dan di akhir pelatihan dilakukan post-test dan didapatkan nilai 98,3.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Pertambangan Emas Skala Kecil adalah pertambangan rakyat yang memproses
pemisahan emas dari bebatuan dengan menggunakan senyawa yang mempengaruhi
metabolism dalam berbagai organ tubuh. Salah satu senyawa yang digunakan yaitu air raksa
yang digunakan dalam proses pengolahan emas.
Penelitian yang dilakukan oleh Krisnayanti, dkk pada tahun 2012, menemukan bahwa
padi yang ditanam di tanah yang merupakan limbah baik tong dan gelondong (Krisnayanti,
2011) yang dikonsumsi masyarakat sekitar pertambangan mengandung raksa. Raksa
ditemukan dalam tubuh penduduk Sekotong dalam kadar yang melebihi batas yang
diperbolehkan (Krisnayanti, 2015). Priyambodo, dkk (2015) mendapatkan prevalensi stunting
pada siswa SD di Telaga Lebur Sekotong sebesar 44,5 % dan underweight 27,78 %.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1 No. 1 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |193
Merkuri yang masuk ke dalam tubuh manusia terdapat dalam beberapa bentuk :
1. Inorganik, ada beberapa jenis merkuri dalam bentuk inorganic, yaitu :
a. Metalik:
b. gas elemental (Hg0)
c. Merkuri ionic (Hg22+)
d. Garam merkuri (Hg2+)
2. Organik; yaitu merkuri yang terikat pada senyawa yang mengandung atom karbon.
(Bernhoft, 2012)
Jenis merkuri di atas masuk ke dalam tubuh melalui beberapa rute, sebagai berikut:
1. Inhalasi.
Inhalasi adalah rute masuk merkuri dalam bentuk gas elemental. Inhalasi merupakan
rute terbanyak didapatkan pada para pekerja pertambangan dan pengolahan emas, dari alam
seperti dari asap yang dilepaskan oleh gunung berapi dan aktivitas amalgam. Elemental
merkuri yang terinhalasi dengan cepat akan diserap oleh membrane mukosa dan paru dan
dengan cepat akan diubah menjadi merkuri bentuk yang lain.
2. Ingesti
Bentuk merkuri yang masuk ke dalam tubuh melalui rute ini adalah bentuk organic
merkuri (metal merkuri) yang terakumulasi terlebih dahulu di dalam makanan yang diasup oleh
manusia terutama dari ikan. Bentuk merkuri lainnya yang masuk melalui rute ini adalah bentuk
metalik yang dipakai dalam dental amalgam.
3. Absorpsi langsung melalui kulit yang terpapar
Pekerja yang bersentuhan langsung dengan merkuri akan menyerap langsung merkuri
tersebut. Penelitian tentang kemampuan kulit untuk menyerap merkuri masih sedikit. Krim
pemutih yang mengandung merkuri merupakan sumber paparan merkuri yang masuk melalui
kulit dan ingesti.
Faktor risiko yang potensial menyebabkan seseorang terpapar merkuri:
1. Pekerjaan
Beberapa pekerjaan mempunyai risiko untuk terpapar merkuri, diantaranya adalah
aktivitas penambangan merkuri dan emas. Pedagang emas yang melakukan aktivitas
pengecoran emas. Dokter dan perawat gigi juga merupakan kelompok yang rentan terpapar
merkuri dari aktivitas tumpat gigi dengan bahan yang mengandung merkuri. Pekerja pabrik
yang menggunakan bahan merkuri dalam produknya seperti pekerja pabrik spigmomanometer
air raksa dan thermometer.
2. Upacara keagamaan
Beberapa upacara keagaamaan atau ritual tertentu melakukan aktivitas pembakaran
merkuri yang memberikan paparan metallic gaseous.
3. Makanan
Makanan yang mengandung merkuri menjadi sumber paparan. Jenis makanan yang
banyak menjadi sumber merkuri adalah ikan. Atau produk makanan lain yang terpapar merkuri
dari tanah yang dijadikan tempat menanam atau air yang digunakan tercemar merkuri.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1 No. 1 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |194
Bidan Desa dan kader posyandu adalah petugas kesehatan dan masyarakat yang
bertugas di tengah masyarakat harus mampu untuk mengidentifikasi masalah kesehatan di
daerahnya yang merupakan daerah dengan pencemaran merkuri.
Pengabdian ini bermaksud membekali bidan dan kader posyandu dengan
keterampilan mendeteksi dini keracunan merkuri.
METODE KEGIATAN
Metode kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan. Sebelum pelatihan dilakukan,
terlebih dahulu dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan peserta untuk itu dilakukan pre test
dan pada akhir kegiatan dilakukan post test untuk mengetahui ketercapaian tingkat
pengetahuan peserta. Pelatihan diberikan dalam bentuk penjelasan, demonstrasi dan pemutaran
video singkat pemeriksaan keracunan merkuri
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan adalah tanggal 20 Juni 2019 bertempat di aula Puskesmas Brang Rea
Kabupaten Sumbawa Barat. Kegiatan diikuti oleh 15 orang peserta terdiri dari 9 orang bidan
desa, 3 orang bidan Puskesmas dan 3 orang dari kesehatan lingkungan.
Setelah diberikan pre test dan diberikan dasar-dasar tentang peraturan pemerintah
terkait penggunaan merkuri, gejala keracunan merkuri dan pemeriksaan sederhana untuk
mendeteksi keracunan merkuri. Pemutaran video untuk menvisualisasi tehnik pemeriksaan dan
diperkuat dengan demonstrasi.
Hasil pre test didapatkan rerata 64 dan setelah diberikan pemaparan dan dilakukan post
test didapatkan hasil 98,3. Tidak ada hambatan yang berarti untuk pelaksanaan tersebut, hanya
saja beberapa bidan desa dating terlambat karena baru selesai memberi pelayanan di posyandu
.
Gambar 1. Peserta mengerjakan pre
test
Gambar 2. Penjelasan tentang
dasar-dasar pemeriksaan
keracunan merkuri
Gambar 3. Demonstrasi
pemeriksaan oleh seorang dokter
dari Jepang
KESIMPULAN
Pelatihan skrining intoksikasi merkuri dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2019 dengan hasil
berupa peningkatan pengetahuan bidan yang ada di wilayah puskesmas Brang Rea Kabupaten
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1 No. 1 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |195
Sumbawa Barat. Kegiatan ini sangat penting dilakukan secara berkala pada petugas kesehatan
di daerah terdampak polusi dari PESK untuk menjaring kasus baru keracunan merkuri.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram khususnya Fakultas
Kedokteran yang telah membiayai pengabdian ini. Ucapan terima kasih juga kami haturkan
kepala kepala Puskesmas Brang Rea dan kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat
yang telah menfasilitasi kegiatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Krisnayanti BD, Anderson C, Ekawanti A, Sukartono, 2015, Alternative Livelihood in ASGM
in Sekotong West Nusa Tenggara, KLN Report.
Priyambodo S, Ekawanti A, Nurbaiti L, C Rifana, Lestarini IA, 2015, Nutritional Status of
School Aged Children in Telaga Lebur Elementary Public School, Sekotong West
Nusa Tenggara Barat 2014-2015 in Proceeding of ISSC 2015. Mataram. Mataram
University Press
United Nations Environment Progamme, 2009. Guidance Document: Developing a national
strategic plan for artisanal and small scale gold mining. UNEP Version 1.0, 7 May
2009.
United Nations Environment Programme, Report of the Governing Council, Twenty-fifth
Session (16-20 February 2009). General Assembly, Official Records, Sixty-fourth
Session, Supplement No. 25. Retrieved from
http://www.chem.unep.ch/mercury/GC25/GC25Report_English.pdf 12 March
2010.
UNDP, 2010. Millennium Development Goals. Retrieved from
http://www.undp.org/mdg/resources2.shtml 10 May 2010
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |196
Penyuluhan dan Pelatihan Tentang Pembuatan Sistem Irigasi Leb Pipa
Pada Jaringan Irigasi Air Tanah Dalam Di Dusun Arungan Bali Desa Akar
Akar Kabupaten Lombok Utara
I Dewa Gede Jaya Negara1*, Anid Supriyadi1, Atas Pracoyo1
1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Mataram
Kata Kunci:
efisiensi,
irigasi, leb
pipa
Abstrak:
Pengembangan jaringan irigasi di lahan kering Nusa Tenggara Barat (NTB), telah
dilakukan pemerintah. Dan sejak tahun 1990 telah dibangun lebih dari 471 buah
sumur pompa air tanah dalam tersebar di 7 kabupaten se Provinsi NTB untuk
mendukung pertanian di lahan kering. Dusun Arungan Bali Desa Akar Akar
termasuk salah satu lokasi lahan kering yang potensial pasiran, telah memanfaatkan
sumur tersebut dilapangan. Dalam aplikasi irigasi tersebut ternyata masih mengadapi
kendala lapangan yaitu penggunaan air oleh petani yang kurang efisien sehingga
usahatani kurang menguntungkan. Untuk itu mengatasi masalah tersebut, perlu
dilakukan penyuluhan dan pelatihan ditingkat lapang agar masyarakat dapat
meningkatkan efisiensi air irigasi. Sistem irigasi leb pipa, dapat dijadikan alternatif
untuk meningkatkan efisiensi air ditingkat lahan tersebut. Metode yang digunakan
untuk mengatasi hal di atas adalah dengan penyuluhan dan pelatihan pembuatan
irigasi Leb pipa di lapangan yang terdiri dari 1) identifikasi masalah, 2)penyuluhan,
3) pelatihan pembuatan jaringan irigasi leb pipa dan uji pengaliran, 3) tanya jawab
dan diskusi, dan 4) evaluasi. Hasil pengabdian menunjukkan, masyarakat sangat
antosias dalam kegiatan ini terutama dalam pelatihan irigasi leb pipa dan peserta
dapat melihat pola aliran irigasi yang terjadi, dapat mengerti tingkat ke manfaatan air
di lahan. Masyarakat tani Arungan Bali, tertarik dengan cara irigasi ini dan dapat
mencek efisiensi irigasi baik kedalaman irigasi dan penyebarannya dipermukaan
lahan yang lebih cepat dan merata. Waktu irigasi dapat dilakukan 1 jam lebih cepat
dari cara yang biasa dilakukan masyarakat tani. Dengan penyuluhan dan pelatihan
ini masyarakat tani memperoleh pengetahuan tentang cara irigasi yang lebih efisien
dan mudah dikerjakan.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Dusun Arungan Bali berlokasi di desa Akar Akar Kabupaten Lombok Utara,
merupakan lokasi pertanian lahan kering tanah pasiran potesial yang telah mendapatkan sumur
pompa air tanah dalam dari pemerintah pusat (PAT-NTB) termasuk jaringan irigasi air tanah
pada lahan petani. Sejak 1990, pemerintah Provinsi NTB telah membangun lebih dari 471
sumur pompa air tanah dalam yang tersebar di 7 kabupaten se Provinsi NTB. Hasil survai
optimalisasi pemanfaatan sumur pompa air tanah dalam menunjukkan bahwa hanya sekitar 10
- 15 persen dari jumlah sumur pompa air tanah dalam yang dibangun pemerintah yang
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |197
dimanfaatkan oleh petani sedangkan sisanya tidak dimanfaatkan secara optimal karena
mahalnya biaya operasional (Eterna dan Suwardji, 2003). Irigasi pompa air tanah dalam pada
lahan kering pasiran ternyata masih boros air dan kurang efisien, karena pengalian air dengan
sistem irigasi yang ada untuk lahan 1 hektar dilakukan sekitar 6 jam sampai 8 jam. Untuk sekali
irigasi dengan pompa di lokasi Arungan Bali diperlukan 5 liter solar per jam dan dengan harga
solar sekitar Rp.8000 per liter di lokasi, dan untuk irigasi lahan pertanian sampai panen sekitar
12 kali irigasi maka diperlukan biaya sekitar Rp 2.880000,- sampai Rp 3.840.000,- termasuk
mahal.
Memperhatikan banyaknya kendala yang ditemui dalam penerapan JIAT di lapangan,
maka perlu dilakukan peningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan air tanah ditingkat
lahan. Memperhatikan untuk Akar Akar saat ini terdapat tidak kurang dari 22 buah sumur
pompa air tanah dalam yang telah dibangun pemerintah, tetapi pemanfaatannya yang masih
sangat rendah sehingga penyuluhan dan diberi contoh teknik-teknik irigasi efisien untuk dapat
ditiru oleh masyarakat tani. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan dan pelatihan irigasi hemat
air ditingkat lapang untuk mendorongn percepatan efisiensi air irigasi di lahan oleh masyarakat
tani. Dengan penyuluhan tersebut masyarakat dapat meniru cara pembuatan jaringan yang
lebih efisien untuk mempercepatan perbaikan tata kelola air ditingkat lahan oleh masyarakat
lahan kering pasiran, sehingga pemanfaatan air tanah dapat lebih efisien dan menguntungkan
disetiap musim panen.
Menurut hasil penelitian, (Jaya Negara, dkk., 2016,) pengujian sistem irigasi leb pipa
pada lahan bergradasi halus sekitar 5 are menunjukkan dalam waktu 20 menit mampu memberi
irigasi hingga kedalaman sekitar 30 cm, sedangkan pada uji sistem irigasi leb JIAT (jaringan
irigasi air tanah) yang telah ada dilapangan dapat mencapai kedalaman 30 cm dalam waktu
irigasi 38 menit, jadi sistem Leb pipa lebih cepat 18 menit dari pada sistem JIAT dalam
melakukan irigasi.
Memperhatikan karakterisik tanah dilokasi pengabdian berupa pasiran dimana terdiri
dari 62% pasir, 35% debu dan 3% porsi liat (Suwardji,2010) maka, pelatihan sisitem irigasi leb
pipa, sangat perlu dilakukan dilahan masyarakat sekitar sumur pompa sebagai uji-uji ditingkat
lapang dengan masyarakat khususnya di Arungan Bali, agar dapat meningkatkan efisiensi air
ditingkat lahan petani dan menguntungkan.
Pemberian air irigasi pada lahan kering pasiran yang mengikuti cara-cara irigasi pada
sawah lahan basah, sangatlah tidak sesuai dengan karakteristik lahan kering yang ada sangat
boros air. Penerapan cara-cara irigasi yang kurang sesuai perlu diredukasi agar dampak yang
merugikan bagi petani khususnya masyarakat awam yang belum mengenal teknik-teknik
penghematan air, dapat ditekan sekecil mungkin. Potensi lahan kering pasiran sangat boros air
dan perlu dilakukan percepatan pembasahan lahan oleh air irigasi yang lebih efisien dalam
waktu yang relatif pendek. Perlu memanfaatkan bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai
saluran air yang mudah di dapat saat ini seperti pipa pvc yang harganya masih terjangkau
ditingkat lapangan. Perlu memanfaatan lahan sekitar sumur pompa sebagai lahan uji dan contoh
untuk masyarakat sebagai media komunikasi teknik irigasi yang sederhana ditingkat lapang.
Melalui penyuluhan dan pelatihan irigasi leb pipa dan rancangan sederhana ditingkat lapang,
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |198
akan diperoleh peningkatan pengetahuan dan keterampilan pola irigasi dilahan kering tanah
pasiran sebagai contoh bagi masyarakat tani Arungan Bali Desa Akar Akar dan sekitarnya
METODOLOGI
Di awal kegiatan dilakukan tinjauan lapangan terkait dengan lokasi sumur pompa dan
pemanfaatan air yang dilakukan petani, mendata pemanfaatan air sumur pompa oleh petani,
mengidentifikasi pola irigasi yang dilakukan petani. Merangkum masalah dan membuat
rancangan pola penyuluhan dan pelatihan teknik irigasi. Alternatif pemecahan masalah awal
akan dilakukan penyuluhan sistem irigasi leb pipa dan pentingnya air bagi tanaman di
lapangan. Pada tahap ke dua adalah pelatihan dimana masyarakat diberikan contoh cara
membuat irigasi leb pipa di lahan seperti : pengukuran petak lahan, penggalian jalur pipa,
pembuatan jaringan pipa dan pemasangan, pengujian aliran dilapangan. Melalui pelatihan ini
akan diperoleh manfaat yang lebih besar bagi petani dan berdampak positip dalam perbaikan
cara irigasi yang kurang efisiensi dalam kegiatan pertanian lahan kering.
HASIL KEGIATAN
Masih banyak lokasi jaringn irigasi air tanah dimanfaatkan masyarakat tapi belum
dikembangkan. Evaluasi tentang kegiatan ini, akan dilakukan dengan pengamatan langsung ke
lokasi Arungan Bali setelah beberapa waktu dan dilakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan
dengan masyarakat. Hasil evaluasi kegiatan yang diperoleh, akan digunakan sebagai bahan
penyempurnaan metode pengabdian dilokasi sekitarnya dimasa mendatang yang memiliki
Penyuluhan dan penyampaian materi
Penyuluhan dilakukan di lahan petani yang telah ada tempat untuk kumpul seperti pada Gambar
1. Materi diberikan berupa lembaran-lembaran yang telah berisikan tentang masalah irigasi
dan manfaat irigasi di lahan kering, yang perlu difahami masyarakat.
Gambar 1 .Penyuluhan dengan petani
Selama penyuluhan juga dilakukan tanya jawab tentang teknik irigasi air tanah yang
dulu terbangun dan pemanfaatannya oleh masyarakat. Penyuluhan memberikan contoh pola
irigasi dipermukaan tanah dan ke dalam tanah yang perlu diperhatikan peserta, agar irigasi
tidak boros.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |199
Gambar 2. Diskusi dan tanya jawab
Jadi petani jarang memperhatikan dalam capaian irigasi, sehingga irigasi dilakukan
hanya menunggu air penuh dan hal inilah menyebabkan penggunaan air menjadi boros. Skema
jaringan yang dicontohkan seperti pada Gambar 3. Berdasarkan jaringan pada gambar berikut
petani ditunjukkan cara membuat dan hingga pengujiannya.
Gambar 3 skema jaringan irigasi leb pipa
Kegiatan penyiapan jaringan irigasi leb ditunjukkan pada Gambar 4. Jarak pipa lubang
leb menyesuaikan bentuk petak lahan dan panjang pipa yang ada dipasaran. Pipa dipasang 60
cm dibawah tanah agar tidak kena bajak, jaringanan dipasang selama lahan digunakan untuk
usaha tani.
Gambar 4. Penyiapan jaringan leb pipa
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |200
Selanjutnya setelah dilakukan penimbunan , perataan dan pemadatan maka tahap
selanjutnya penyiapan dilakukannya pengujian aliran mengikuti jadwal irigasi lokasi setempat.
Contoh pengujian yang dilakukan pada lokasi pengadian ditunjukkan pada Gambar 4
Gambar 5. Pengujian irigasi Leb pipa
Berdasarkan pengujian yang dilakukan diperoleh hasil berupa debit keluar pipa leb
seperti pada Tabel 1. Berdasarkan hasil tersebut diketahui debit aliran dan jumlah lubang pipa
yang dapat dibuat pada lahan.
Tabel 1.Hasil uji pengaliran irigasi Leb Pipa (Sumber: hasil uji mandiri)
No Juml Outlet Debit Luaran (lt/dt) Luas Lahan (m2)
1 9 0,164 121
2 6 0,176 99
3 9 0,160 121
4 4 0,188 42
5 6 0,170 63
6 6 0,172 63
Data hasil uji pengaliran menunjukkan debit rata-rata keluaran outlet sebesar 0,17
liter/dt dengan keseragaman aliran 94%. Pengaliran dengan sistem irigasi leb pipa mampu
memberi kebasahan pemukaan lahan dalam waktu 20 menit dan dengan kedalaman capaian 30
cm.
KESIMPULAN
Beberapa poin yang dapat dijadika kesimpulan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat
ini adalah;
1. Warga Arungan Bali telah memiliki pengetahuan tambahan tentang pembuatan jaringan
irigasi leb pipa dipetak lahan.
2. Pesert dapat membuat jaringan irigasi leb pipa secara swadaya, karena bahannya mudah
diperoleh dipasaran terdekat.
3. Peserta telah memiliki model irigasi leb pipa dilapangan sekitarnya dan bila sewaktu-
waktu punya dana untuk membuat dapat mencotoh lokasi yang dicontohkan saat ini.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |201
DAFTAR PUSTAKA
Jaya Negara, Anid Supriyadi,2016,”Analisis Rancang Bangun Sistem irigasi Hemat Air
Terpadu Berbasis jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) Pada Tanah Lahan kering Bergradasi
Halus di Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur, Laporan Akhir Hibah
Swardji,dkk. 2010,” Penerapan Teknologi Irigasi Sprinkle big gun Untuk Pengembangan
Sentra Produksi Hortikultura Unggulan Lahan Kering Provinsi Nusa Tenggara Barat”,
Laporan Akhir Program Percepatan Difusi dan Pemanfaatan Iptek,Mataram.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |202
Penyuluhan Masyarakat Tentang Galian C pada Sungai dan Lahan di
Desa Sesaot Kabupaten Lombok Barat
Ida Bagus Giri Putra*, Yusron Saadi, Anid Supriyadi, Salehudin,
I Dewa Jaya Negara
Fakultas Teknik, Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
galian C,
penambangan,
sedimen
Abstrak:
Penambangan bahan galian merupakan kegiatan yang selalu ada di setiap
wilayah di bumi ini. Besarnya penambangan yang dilakukan tergantung dari
banyaknya sumber bahan galian yang tersedia. Hasil dari penambangan
tersebut selain dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia juga untuk menjaga
kestabilan dari lokasi penambangan yang ada. Dengan demikian proses
penambangan bahan galian sendiri akan tetap dilakukan karena itu adalah
kebutuhan, namun akan menjadi masalah, ketika eksploitasi itu tidak
memperhatikan unsur-unsur penunjang yang ada dan pada akhirnya akan
memberikan kerugian pada manusia itu sendiri. Unsur-unsur penunjang
yang dimaksud disini berupa karakteristik lingkungan, ketersedian sumber
daya alam, serta pengaruhnya terhadap kelangsungan ekosistem di lokasi
penambangan tersebut. Dalam usaha mengendalikan daya rusak air,
diperlukan langkah-langkah penanganan non-fisik melalui usaha
konservasi, memelihara keberadaan, keberlanjutan, sifat, dan fungsi sungai
agar alirannya tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Hal
mendesak dan sangat perlu dilakukan adalah melakukan identifikasi kondisi
tangkapan sedimen galian C dan memetakannya dalam sungai. Peta ini
berisi informasi galian sedimen yang dituangkan dalam peraturan sebagai
pedoman untuk menentukan penanganan sesuai urgensi dan kondisi setiap
sungai. Apabila pengabdian ini dapat dilaksananakan, maka hasilnya akan
sangat berguna bagi masyarakat sekitarnya dalam Rangka Penetepan Galian
C. Dengan diketahuinya tingkat sedimen yang ada, maka prioritas
penanganan pendangkalan sungai akibat sedimen dapat disusun
penanganan awal untuk penetapan Galian C. Selanjutnya pengabdian yang
sama dapat dilakukan pada sungai lain sehingga penanganan masalah
sedimen dan galian C dapat diketahui.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Penambangan bahan galian merupakan kegiatan yang selalu ada di setiap wilayah di
bumi ini. Besarnya penambangan yang dilakukan tergantung dari banyaknya sumber bahan
galian yang tersedia. Hasil dari penambangan tersebut selain dimanfaatkan untuk kebutuhan
manusia juga untuk menjaga kestabilan dari lokasi penambangan yang ada. Dengan demikian
proses penambangan bahan galian sendiri akan tetap dilakukan karena itu adalah kebutuhan,
namun akan menjadi masalah, ketika eksploitasi itu tidak memperhatikan unsur-unsur
penunjang yang ada dan pada akhirnya akan memberikan kerugian pada manusia itu sendiri.
Unsur-unsur penunjang yang dimaksud disini berupa karakteristik lingkungan, ketersedian
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |203
sumber daya alam, serta pengaruhnya terhadap kelangsungan ekosistem di lokasi
penambangan tersebut.
Salah satu lokasi penambangan bahan galian yang sering jumpai pada setiap wilayah
adalah sungai. Selain berfungsi sebagai irigasi, sungai juga merupakan salah satu lokasi
penambangan potensial untuk bahan galian tipe c seperti pasir, kerikil, dan lain-lain. DAS
Jangkok yang terdiri dari beberapa sungai besar dengan luas 563,13 km2 dengan panjang sungai
utama 41,25 km merupakan salah satu lokasi penambangan bahan galian tipe C yang ada di
Pulau Lombok. Proses penambangan yang sederhana tanpa memerlukan teknologi yang tinggi
merupakan alasan utama mengapa penambangan galian tipe C ini banyak dilakukan oleh
masyarakat yang ada di sekitar bantaran sungai.
Belum adanya peraturan dari dinas terkait tentang batasan pengambilan galian tipe C
pada daerah yang dijadikan lokasi penambangan, menyebabkan eksploitasi terhadap galian tipe
C ini tidak teratur. Kenyataan yang terjadi di lapangan, sebagian besar dari penambang kurang
memperhatikan eksistensi dari sungai itu sendiri, yaitu ketersedian dari sedimen dasar (bed
load) sebagai sumber utama dari bahan galian tipe C itu sendiri. Ketersedian sedimen harus
seimbang (balance), dalam arti bahwa jumlah sedimen yang masuk di sungai tersebut sama
dengan jumlah sedimen yang keluar ( yang diekploitasi). Hal ini sangat penting untuk
diketahui, karena akan menyebabkan agradasi dan degradasi sungai, yang tentunya akan
menggangu rezim sungai tersebut, apalagi didekatnya ada bangunan jembatan utama yang
menjadi sarana utama perokonomian Nusa Tenggara Barat.
Berdasarkan informasi dan survey yang dilakukan, permasalahan yang ditemui bahwa
galian C pada masyarakat Desa Sesaot masih kurang akan kondisi lingkungan di sekitarnya
seperti masih banyak terlihat galian yang sembarangan serta hasil material berserakan baik di
lingkungan desa maupun di selokan dan saluran irigasi. Kesadaran masyarakat yang masih
rendah akan pentingnya pedoman galian C lingkungan khususnya tentang pengelolaan galian
disebabkan oleh karena masih kurangnya informasi dan rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat. Disamping itu juga masyarakat belum pernah diberikan bimbingan dan
penyuluhan oleh pemerintah setempat maupun dinas/instansi terkait tentang pentingnya
melakukan pengelolaan galian C secara baik dan benar.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu kiranya dilakukan suatu penelitian guna
mengestimasi Sedimentasi Sungai Jangkok terhadap pengaruhnya pada galian tipe C. Tujuan
penyuluhan pengelolaan galian C yang berwawasan lingkungan ini adalah sebagai berikut: 1.
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat Desa Sesaot dan sekitarnya tentang pentingnya
pengelolaan galian C yang berwawasan lingkungan; 2. Memberikan pengetahuan kepada
masyarakat Desa Sesaot dan sekitarnya tentang cara penggalian galian C .
METODE KEGIATAN
Persiapan Kegiatan
Untuk merealisasikan pemecahan masalah yang ada, Tim Penyuluh dari Fakultas
Teknik, Universitas Mataram mempersiapkan beberapa materi yang akan diberikan dan juga
mempersiapkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan ini. Dalam hal ini, yang
bertanggungjawab terhadap persiapan kegiatan adalah Ida Bagus Giri Putra, ST., MT., Yusron
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |204
Saadi, ST., M.Sc, Ph.D, Ir. Anid Supryadi, MT, I Dewa Gede Jaya Negara, ST., MT dan
Salehudin, ST., MT
Selain itu juga Tim Penyuluh melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait
dalam hal ini dengan Kepala Dusun setempat yang berada di wilayah Desa Buwun Sejati Sesaot
untuk menentukan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan. Anggota Tim yang bertugas
melakukan koordinasi adalah Ida Bagus Giri Putra, ST., MT dan I Dewa Gede Jaya Negara,
ST., MT.
Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan penyuluhan diadakan pada hari Sabtu, 24 Agustus 2019 memberikan
sambutan sekaligus memberitahukan maksud dan tujuan Tim Penyuluh Pengadian Kepada
Masyarakat dari Fakultas Teknik Universitas Mataram kepada seluruh warga yang hadir pada
pertemuan ini. Selanjutnya Tim Penyuluh memulai kegiatan penyuluhan dengan terlebih
dahulu memperkenalkan anggota tim oleh Ketua kegiatan pengadian kepada masyarakat dari
Fakultas Teknik Universitas Mataram. Pemberian materi penyuluhan dilakukan dalam dua
tahap yaitu (1). Ceramah oleh Tim penyuluh; (2). Tanya jawab.
Penyampaian materi ceramah tentang Pengelolaan Sampah disampaikan secara
bergantian oleh Ketua kegiatan pengadian kepada masyarakat dalam hal ini oleh Ida Bagus
Giri Putra, ST., MT berupa pengertian dan sumber-sumber Galian C, dan dilanjutkan oleh I
Dewa Gede Jaya Negara, ST., MT menyampaikan materi tentang dampak Galian C pada sungai
dan lahan. Dalam penyampaian materi ini, warga Desa Buwun Sejati Sesaot menyimak dengan
seksama dari awal sampai akhir. Penyampaian materi kurang lebih selama 60 menit.
Setelah selesai penyampaian materi , dilanjutkan dengan tanya jawab. Dalam tanya
jawab ini, dipandu oleh bapak Kadus dimana tanya jawab ini dibagi dalam dua sesi dan
masing-masing sesi terdiri dari tiga pertanyaan. Pembatasan atas pertanyaan dilakukan karena
keterbatasan waktu yang tersedia. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul dijawab
oleh anggota Tim secara bergiliran dan saling melengkapi satu sama lain. Pertanyaan-
pertanyaan yang belum terjawab maupun permintaan saran dan konsultasi, atas kesepakatan
bersama dapat dilakukan setelah acara ini baik secara pribadi maupun lewat institusi, seperti
disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Pelaksanaan Kegiatan di Desa Buwun Sejati Sesaot
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |205
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi yang dilakukan Tim Penyuluh pada saat
dan setelah pelaksanaan penyuluhan, dapat dilihat adanya tanda-tanda keberhasilan kegiatan
penyuluhan ini. Bagi Tim Penyuluh kegiatan ini telah dapat mencapai sasaran dan tujuan yang
ditetapkan. Sedangkan bagi peserta penyuluhan, kegiatan ini telah dapat memberikan informasi
dan pengetahuan tentang Galian C yang berwawasan lingkungan khususnya tentang dampak
pada sungai dan lahan. Selain itu melalui kegiatan ini semakin terjalin komunikasi yang baik
antara Perguruan Tinggi khususnya Fakultas Teknik, Universitas Mataram dengan warga Desa
Buwun Sejati Sesaot Kabupaten Lombok Barat.
Faktor Penghambat
Selama melaksanakan kegiatan ini, mulai dari persiapan sampai dengan
pelaksanaannya, Tim Penyuluh tidak mengalami hambatan yang berarti. Semua kegiatan yang
telah direncanakan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Faktor yang menjadi penghambat adalah minimnya dana kegiatan sehingga Tim
Penyuluh tidak dapat memenuhi keinginan para peserta terutama penggandaan materi
penyuluhan untuk setiap peserta maupun penyediaan konsumsi yang memadai. Disamping itu
juga praktek langsung tentang dampak Galian C pada sungai dan lahan. Secara maksimal
karena keterbatasan tim penyuluh untuk mengadakan bahan baku, peralatan, dan
mendatangkan tenaga ahli.
Faktor Pendukung
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini karena didukung oleh beberapa faktor antara
lain:
1. Dukungan dari pihak Fakultas Teknik, Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas
Mataram, Kepala Desa Buwun Sejati, Kadus beserta Staf, dan partisipasi masyarakat Desa
Buwun Sejati
2. Semangat yang tinggi dari peserta penyuluhan untuk mengikuti ceramah, diskusi, dan tanya
jawab yang disampaikan dan dibimbing oleh Tim Penyuluh,
3. Dukungan waktu, peralatan dan dana dari Tim Penyuluh.
Evaluasi
Sistem evaluasi yang dilaksanakan adalah dengan melihat peran serta warga Desa
Buwun Sejati dalam kegiatan penyuluhan ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan
yang muncul ketika acara tanya jawab berlangsung. Demikian juga antusias yang tinggi dari
para peserta untuk ingin melakukan pengelolaan sampah khususnya dimulai dari lingkungan
rumah tangga masing-masing dan akan mempraktekkan cara pembuatan pupuk kompos. Ini
berarti kegiatan penyuluhan ini cukup efektif dan berhasil, namun demikian masih perlu
perbaikan-perbaikan terutama dalam hal dukungan dana dan waktu yang disediakan sehingga
praktek langsung khususnya tentang dampak Galian C pada sungai dan lahan.
Setelah dilaksanakannya kegiatan penyuluhan ini, dapat memberikan pengetahuan,
informasi dan keterampilan kepada para warga desa Buwun Sejati tentang pegelolaan galian C
yang berwawasan lingkungan. Disamping itu juga, dengan pengetahuan yang dimiliki dapat
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |206
ditularkan kepada keluarga dekat dan masyarakat disekitarnya sehingga tercipta lingkungan
yang bersih, indah, dan sehat. Adapun kegiatan penyuluhan yang dilakukan dapat disajikan
pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. Pelaksanaan dan Evaluasi Kegiatan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Tim Penyuluh, menyangkut pelaksanaan
kegiatan penyuluhan ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara umum pelaksanaan kegiatan penyuluhan dalam rangka pengabdian pada
Masyarakat ini telah berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang ditetapkan,
2. Kegiatan penyuluhan ini telah dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada
masyarakat terutama para warga di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Kabupaten
Lombok Barat tentang cara mengelola sampah yang berwawasan lngkungan.
Saran
Berbagai hal yang perlu disarankan dalam kaitannya dengan hasil penyuluhan ini
adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan ini perlu ditindaklanjuti dengan memberikan penyuluhan secara
berkesinambungan terutama kepada masyarakat yang tinggal di sepanjang Galian C.
2. Diperlukan dukungan dana dari pihak terkait sehingga secara bersama-sama dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang cara penambangan Galian C yang
berwawasan lingkungan disamping itu juga memberikan ketrampilan tentang cara
mengolah limbah galian C menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Arya, W., 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Offset, Yogyakarta
Budiharjo, E., Sudanti, 1997, Kota Berwawasan Lingkungan, Penerbit Alumni, Bandung.
Soemirat, J., 1996, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yoyakarta
Soemarwoto O. 1990. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |207
Penguatan Kesadaran Penggunaan Energi Baru dan Terbarukan di
Kalangan Generasi Muda
I GNK Yudhyadi*, Made Wirawan, Rudy Sutanto,
I Gede Bawa Susana, Ahmad Zainuri
Program Studi Teknik Mesin, Universitas Mataram
Kata Kunci:
ceramah, EBT,
siswa, penyuluhan
Abstrak:
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan memberikan
penyuluhan dan pengenalan energi baru dan terbarukan sebagai sumber energi
alternatif di lingkungan siswa-siswa sekolah menengah atas. Adapun secara
khusus kegiatan ini bertujuan untuk penguatan kesadaran, pengetahuan dan
konsep tentang energi baru dan terbarukan bagi siswa-siawa sekolah menengah
atas. Metode yang digunakan dalam kegiatan PPM ini meliputi ceramah atau
penyuluhan yang berisi penyampaian informasi untuk materi yang bersifat
umum dan teoritis, dalam hal ini adalah materi energi baru dan terbarukan;
metode dialogis yang bersifat tanya jawab dan diskusi tentang apa dan
bagaimana energi baru dan terbarukan; dan memberikan gambaran konkrit di
lapangan tentang pengelolaan energi baru dan terbarukan. Kegiatan Program
pengabddian masyarakat bertempat di SMAN Ganga, Gangga Kabupaten
Lombok Utara dan di lakukan oleh tenaga-tenaga pengajar dari Jurusan Teknik
Mesin, Fakultas Teknik Universitas Mataram. Para nara sumber melakukan
sharing pengetahuan tentang bagaimana dan apa energi baru dan terbarukan
kepada siswa-siawa sekolah menengah tingkat atas di kabupaten Lombok
Utara. Penyuluhan pengenalan energi baru dan terbarukan sangat bermanfaat
untuk menambah wawasan dan menggugah semangat siswa menerapkannya
saat mereka terjun kembali ke masyarakat.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Energi yang sering digunakan untuk menunjang kehidupan pada saat ini adalah energi
fosil. Energi fosil tersebut meliputi bahan bakar minyak, batu bara maupun gas bumi. Energi
fosil ini termasuk sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui serta memiliki
kapasitas yang terbatas untuk memenuhi tingkat kebutuhan yang semakin hari semakin
bertambah. Selain itu jika penggunaan energi fosil secara terus menerus dan tanpa memikirkan
kebijakan lebih lanjut tidak dapat dipungkiri lagi energi fosil yang ada tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
Ketersediaan energi termasuk listrik merupakan elemen yang sangat penting dalam
berbagai aspek kehidupan manusia, sekaligus sebagai kebutuhan mutlak untuk menunjang
pembangunan nasional yang berkelanjutan. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1 No. 1 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |208
ketika dihadapkan pada kondisi dimana sebagian besar penyediaannya masih bergantung pada
energi fosil dan pengembangan sumber–sumber energi terbarukan masih sangat terbatas.
Sementara permintaan energi semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk dan pembangunan yang terus berkembang. Disamping itu ketidaksesuaian antara
lokasi sumberdaya energi dengan daerah pengguna energi serta infrastruktur di berbagai tempat
yang minim telah menyebabkan keterbatasan akses masyarakat terhadap energi. Selain itu,
kesenjangan pendapatan masyarakat yang cukup tinggi semakin menambah kompleksitas
permasalahan di sector energi. Ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil terutama
minyak bumi menimbulkan kekhawatiran mengingat energi tersebut bukan energi yang
terbarukan. Dengan tingkat eksploitasi yang dilakukan saat ini tanpa penemuan cadangan baru
yang signifikan serta kapasitas kilang yang cenderung stagnan, akan menyebabkan jumlah
cadangannya di dalam negeri semakin menipis.
Sumber energi alterntif yang bersifat renewable atau dapat di perbaharui ada berbagai
jenis misalnya energi angin yang dapat di gunakan untuk menghasilkan energi listrik yang
dikombinasikan dengan turbin angin, energi air digunakan untuk mengerakkan turbin air akan
menghasilkan energi listrik. Disamping energi air dan angin, energi matahari juga dapat
digunakan untuk menghasilkan energi lisrik dengan menggunakan solar cell, dan juga untuk
memanakan air maupun udara dengan menggunakan solar kolektor.
Di sisi lain, potensi energi terbarukan seperti biomasa, panas bumi, energi surya, energi
air, dan energi angin cukup besar. Hanya saja sampai saat ini pemanfaatannya masih sangat
terbatas. Hal ini antara lain disebabkan oleh harga energi terbarukan yang belum kompetitif
bila dibandingkan dengan harga energi fosil yang masih disubsidi, penguasaan teknologi yang
rendah sehingga nilai impornya tinggi, keterbatasan dana untuk penelitian, pengembangan,
maupun investasi dalam pemanfaatan energi terbarukan serta infrastruktur yang kurang
memadai.
Selama ini energi terbarukan lebih banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik
mengingat listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting baik sebagai penerangan dirumah-
rumah maupun untuk menggerakkan industri. Namun demikian, ada juga beberapa jenis energi
terbarukan yang dikonsumsi secara langsung walaupun jumlahnya masih sangat sedikit.
Padahal pengembangan energi terbarukan merupakan salah satu solusi penting bagi
keberlanjutan pembangunan khususnya sektor energy.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan memberikan peningkatan
pengetahuan energi baru dan terbarukan sebagai sumber energi alternatif untuk siswa-siswa
sekolah menengah tingkat atas di kabupaten Lombok Utara. Adapun tujuan khusus dari
kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan dan konsep tentang energi baru dan terbarukan bagi para
siswa.
b. Menanamkan kemandirian energi bagi siswa-siswa sekolah.
c. Memberikan wawasan tentang sumber –sumber enegi alternative yang ada disekitar
lingkungannya yang dapat dimamfaatkan
Manfaat yang diharapkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah :
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |209
a. Siswa dapat membuat pompa hydram sederhana yang berguna untuk memenuhi kebutuhan
akan air irigasi.
b. Siswa dapat membuat biogas untuk memenuhi kebutuhan memasak dan penerangan.
c. Siswa dapat membuat kolektor surya untuk memenuhi kebutuhan air hangat.
Pemanfaatan energi alternatif atau terbaharukan belum dimasyarakatkan dan
digalakan secara intensif, belum banyak dipraktekan secara nyata, sehingga masyarakat
kurang tertarik untuk memanfaatakan, mengolah dan menggunakan sumber energi alternatif
tersebut. Oleh sebab itu, penyuluhan ini diharapkan akan menjadi momen penting untuk
siswa SMAN 1 Alas, Sumbawa Barat untuk berkreasi menyumbangkan pikiran dan ilmunya
untuk diabdikan kepada masyarakat (minimal untuk desanya sendiri) guna mengatasi
masalah kurangnya energi baik itu energi untuk keperluan memasak ataupun energi untuk
keperluan penerangan sehingga kualitas hidup/ kesejahteraan mereka dapat ditingkatkan.
Sesuai dengan masalah tersebut, maka program pengabdian pada masyarakat ini
dilakukan dengan beberapa faktor pendukung yaitu diantaranya adalah kompetensi dari tim
penyuluh yang sudah semuanya memiliki gelar S2 dan S3, dan semuanya tahu tentang energi
terbaharukan, tersedia proyektor dan modul bahan penyuluhan atau power point, tempat yang
sudah disediakan oleh pihak SMAA 1 Alas, Sumbawa Barat dan beberapa foto serta video
pemanfaatan energi terbaharukan. Oleh sebab itulah energi ini perlu disosialisasi, ditunjukan
dan diperlihatkan cara-cara pemanfatannya.
Tujuan dari kegiatan ini adalah mensosialisasikan, mempromosikan dan meningkatkan
semangat masyarakat untuk memanfaatan energi alternatif guna memenuhi keperluan
energinya seperti untuk memanaskan air mandi atau udara pengering, menghasilkan listrik,
menghasilkan gas dan sebagainya di salah satu SLTA/SMK di Nusa Tenggara Barat yaitu di
SMAN 1 Gangga, Lombok Utara. Indikator keberhasilannya dapat ditunjukan dengan hal-hal
berikut:
a) Terlaksananya penyuluhan di depan salah satu kelas di SMAN 1 Gangga, Lombok Utara.
b) Terwujudnya kegiatan memberi penjelasan kepada siswa tentang manfaatan energi
alternatif seperti energi surya, energi angin, energi air, energi laut, energi biomassa dan
biogas untuk berbagai keperluan hidup.
c) Siswa antusias mengikuti penyuluhan ini dan tertarik untuk menanfaatkan dan
menggunakan energi alternatif.
d) Banyak pertanyaan yang diajukan oleh peserta penyuluhan dan keinginan para peserta
untuk mempraktekan energi alternatif.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan mampu memberikan manfaat
sebagai berikut:
a) Siswa mendapat tambahan pengetahuan manfaat energi alternatif dan bagaimana cara
memanfaatkan atau menggunakan energi tersebut.
b) Siswa tergugah untuk berkreasi mempraktekan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah
untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan energinya.
c) Siswa tertarik untuk mencari sumber energi alternatif yang berguna di masa depan.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1 No. 1 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |210
d) Ikut mensosialisasikan program pemerintah dalam menggalakan pemanfaatan energi
alternatif.
METODE
Potensi sumber daya manusia di Nusa Tenggara Barat ini sebenarnya mampu
memberikan sumbangan pikiran dan ilmunya untuk memecahkan persoalan di masyarakat
terutama yang berkaitan dengan penyediaan energi baik yang bersifat sosial maupun bisnis.
Oleh karena itu, dipandang sangat perlu untuk memberikan penyuluhan di beberapa ke
sekolah-sekolah menengah tingkat atas (SMA) dan PT ataupun kelompok organisasi
kemasyarakatan guna membangkitkan sumber daya manusia untuk berkreasi dan kreatif
memanfaatkan energi alternatif. Jika hal ini terus menerus dilakukan maka akan banyak
masyarakat yang tertarik untuk memanfaatkan energi gratis ini. Alhasil masyarakat akan
mampu mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil yang semakin menipis
keberadaanya dan harganya semakin mahal. Oleh sebab itulah pengabdian ini berupaya
membantu pemerintah untuk mensosialisasikan, mempromosikan dan memasyarakatkan
tentang energi baru dan terbarukan. Adapun pelaksanaan kegiatan dapat dibagi menjadi dua
tahap kegiatan yaitu tahap persiapan dan penyuluhan serta tahap pengenalan.
Tahap Persiapan dan penyuluhan
Pada tahap persiapan ini dilakukan pemilihan lokasi yang tepat, waktu pelaksanaan
serta penentuan jumlah yang hadir, rencana penyuluhan energi baru dan terbarukan dan
pengurusan perijinan dari lingkungan sekolah, jadwal dan tempat pelaksanaan kegiatan dapat
ditentukan kemudian setelah dimusyawarakan dengan guru sekolah setempat. Dalam
penyuluhan energi baru dan terbarukan, akan diperkenalkan manfaat serta kegunaan dari energi
baru dan terbarukan yang meliputi pompa hydram, biogas dan kolektor surya dalam kehidupan
sehari-hari dan menjelaskan pentingnya penggunaan teknologi tepat guna yang ramah
lingkungan (green tecnology) kepada siswa-siswa sekolah menengah tingkat atas.
Tahap Pengenalan
Pada tahap pengenalan energi baru dan terbarukan, penyampaian materi dilakukan oleh
instruktur dari tim pengabdian pada masyarakat untuk menyampaikan dasar-dasar pengertian
pompa hydram (apa itu pompa hydram, mengapa bisa pompa hydram dapat menaikan air tanpa
menggunakan bahan bakar ataupun listrik, menjelaskan bagian-bagian pompa hydram), biogas
(bagaimana biogas dapat dihasilkan, bahan baku biogas) dan kolektor surya (menjelaskan
sistem konversi dari sinar matahari menjadi panas yang mampu diserap oleh absorber, kriteria
absorber yang digunakan).
Bahan:
1. Materi penyuluhan, beberapa informasi dan teori/macam-macam sumber energi baru
terbarukan.
2. Gambar-gambar dan video pemanfaatan energi terbarukan.
3. Modul pembelajaran tentang energi alternatif.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |211
Peralatan:
1. Gambar-gambar dan video pemanfaatan energi alternatif.
2. Komputer dan LCD.
3. Alat-alat tulis dan kertas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Energi matahari
Energi ini melimpah dan gratis sebab matahari di Indonesia terutama di Lombok Nusa
Tenggara Barat bersinar sepanjang tahun dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore. Lebih-lebih
daerah Nusa Tenggara Barat terdiri dari wilayah yang berupa pantai, dimana daerah pantai
sebagian besar adalah terbuka dan energi matahari dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Rata-rata Nusa Tenggara Barat menerima radiasi matahari antara 600 W/m² hingga 1000
W/m² dan merupakan suatu wilayah yang berada pada jalur katulistiwa 6°LU sampai 11°LS,
Utami [1], Mirmanto dkk. [2]. Pada posisi ini, Indonesia memiliki iklim tropis dan matahari
bersinar sepanjang tahun secara merata. Oleh sebab itu, intensitas radiasi matahari di Indonesia
rata-rata sekitar 4.8 kWh/m2 per hari di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu peralatan yang
sederhana dan dapat digunakan untuk memanen energi surya adalah kolektor surya plat datar,
Gambar 1(c).
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 1. Beberapa contoh pemanfaatan energi surya; (a) kolektor tipe concentrating (CSP)
untuk pendidihan, (b) kolektor pipa-pipa vacum untuk pemanasan air, (c) kolektor plat datar
untuk pemanasan air dan (d) solar cell untuk menghasilkan listrik
Pemanfaatan dengan peralatan ini telah banyak dilakukan di Jurusan Teknik Mesin
Universitas Mataram seperti penelitian yang dilakukan oleh Saputra [3], Purnadi [4],
Hamzanwadi [5], Wirawan dkk. [6]. Mereka meneliti energi matahari untuk memanaskan air
panas yang dapat dipergunakan untuk campuran air mandi. Dengan peralatan prototipe yang
mereka gunakan, air dengan suhu 27°C saat masuk kolektor dapat dipanaskan hingga mencapai
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1 No. 1 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |212
suhu 48-60°C saat keluar dari kolektor. Suhu tersebut sudah sangat memadahi untuk dijadikan
air mandi dicampur dengan air dingin. Disamping itu energi ini juga dapat dimanfaatkan untuk
memasak, lihat Gambar 2.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 2. Pemanfaatan energi matahari untuk memasak; (a) kolektor parabola, (b) kompor
tenaga surya kotak, (c) kompor surya dengan reflector, (d) kompor surya kaca fresnel.
Energi angin
Potensi angin di Nusa Tenggara Barat cukup menjanjikan untuk dimanfaatkan/
dikonversi menjadi energi yang dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat karena
Nusa Tenggara Barat wilayahnya terdiri-dari pulau-pulau kecil yang dikelilingi lautan/ pantai
yang mana banyak angin yang berhembus baik dari laut ke darat atau dari darat ke lalut.
Angin di Nusa Tenggara Barat berhembus sepanjang tahun dengan kecepatan rata-rata 3,5 -
7 m/s bahkan lebih bisa lebih tinggi dari 7 m/s pada bulan-bulan tertentu,
http://www.slideshare.net/. Kecepatan angin sebesar 7 m/s saja, berdasarkan teori, mampu
membangkitkan energi listrik sebesar 206 W untuk kincir angin dengan luasan frontal sekitar
1 m2 bila tidak ada kerugian. Daya 206 W untuk sekedar penerangan sebuah rumah tangga
sudah sangat memadahi. Mengingat demikian besar potensi angin di Nusa Tenggara Barat,
LAPAN telah memberikan proyek percontohan sebesar 7000 W di Lombok Timur. Namun
sosialisasi, pemasyarakatan dan usaha peningkatan pemanfaatan energi angin dirasakan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |213
masih belum mencukupi atau masih perlu ditingkatkan. Beberapa peralatan yang dapai
digunakan untuk menkonversi energi angin menjadi energi guna dapat dilihat pada Gambar
3. Kalkulasi data angin dapat dilihat di Gerdes (2005).
Gambar 3. Beberapa model kincir atau turbin angin yang dapat dimanfaatkan untuk
mengubah energi angin menjadi energi yang berguna untuk masyarakat.
Energi air
Energi air, air tawar ataupun air laut juga melimpah keberadaannya. Energi air tawar
misalnya tersedia seperti di bendungan Batu Jae dan beberapa air terjun yang belum
dimanfaatkan atau belum diubah menjadi energi listrik atau energi lainya. Sedangkan
pemanfaatan energi air tawar cukup sederhana sebab dapat digunakan kincir air yang dapat
dibuat dari bahan kayu, fiber ataupun plat besi. Lihatlah Gambar 4 yang menunjukan contoh
kincir angin yang sangat sederhana dan mudah ditiru oleh semua kalangan masyarakat.
Gambar 4. Contoh-contoh kincir air untuk mengkonversi energi air menjadi energi guna
atau listrik atau untuk menaikan air dari sungai.
Sedangkan energi laut yang sangat luas juga belum dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup kita di Nusa Tenggara Barat. Sumber-sumber tersebutlah yang
perlu digali, dikembangkan dan dimanfaatkan tentu dengan menggunakan peralatan
teknologi. Teknologi untuk memanfaatkan energi laut atau gelombang memang cukup rumit,
tetapi apabila diusahakan dan dipelajari maka kitapun akan dapat membuatnya dan akhirnya
dapat digunakan untuk mengkonversi energi tersebut menjadi energi yang berguna. Contoh
pemanfaatan, pengolahan dan sumber energi laut dapat ditunjukan pada Gambar 5.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1 No. 1 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |214
Gambar 5. Sumber dan pemanfaatan energi laut
Energi biomassa dan biogas
Energi ini juga sangat melimpah keberadaannya di Indonesia sebab sebagian besar
masyarakat Indonesia adalah petani yang mana dari kegiatan-kegiatan pengolahan lahan,
tanam dan panen akan menghasilkan sumber-sumber energi biomassa. Disamping itu,
masyarakat juga banyak yang berternak baik itu sapi, kambing maupun kuda dan ayam.
Kotoran-kotoran ternak ini dapat dimanfaatkan dengan bijaksana untuk menghasilkan energi
atau sebagai bahan bakar. Sebagai contoh kotoran sapi dapat dirubah menjadi biogas dengan
cara membuat digester maka dalam waktu beberapa hari gas metan dapat dihasilkan yang
dapat dialirkan menuju kompor dan dibakar untuk masak. Teknik-teknik pembuatan biogas
dari kotoran ternak juga sudah banyak dikembangkan dan digunakan. Peralatan sederhana
dan perawatannyapun mudah. Oleh sebab itu sumber energi sangat cocok untuk
dikembangkan di pedesaan ataupun diperkotaan dimana terdapat ternak. Sampah rumah
tanggapun seperti sisa-sisa makanan atau bahkan feses dapat digunakan sebagai bahan
penghasil energi yaitu biogas. Contoh pengolahan dan pemanfaatan energi biomassa dapat
dilihat pada Gambar 6. Sedangkan contoh pengolahan energi biogas ditunjukan pada Gambar
7. Biomassa dan biogas ini telah diteliti oleh Universitas Mataram, salah satu penelitia adalah
Tira [9] melalui program MP3EI. Biogas ini dapat digunakan untuk memasak, penerangan
dan sebagainya. Karena sumber biogass ini gratis maka energi ini menjadi murah dan sangat
cocok diterapkan di daerah-daerah pedesaan sehingga desa-desa tersebut menjadi mandiri
energi.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |215
Gambar 6. Contoh sumber dan pemanfaatan energi biomassa
Gambar 7. Pengolahan dan pemanfaatan energi biogas kotoran ternak
Secara umum pelaksanaan kegiatan penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar,
aman, meriah sebab pada kegiatan ini siswa yang datang merupakan perwakilan dari semua
kelas di SMAN1 Gangga termasuk yang hadir wakil guru yaitu guru BK, guru pengajar
matematika. Antusiasme peserta penyuluhan dalam mengikuti, mendengarkan, memperagakan
maupun bertanya mengenai materi penyuluhan mengindikasikan bahwa tujuan kegiatan
penyuluhan ini berhasil. Pada kegiatan ini siswa diberi pemahaman mengenai sumber energi
baru dan terbarukan serta jenis peralatan yang sudah digunakan dan dihasilkan oleh tim
pengabdian masyarakat dari jurusan teknik mesin Unram.
Program pengabdian masyarakat ini tidak hanya bersifat ceramah monolog, melainkan
pemateri turut memberikan contoh langsung kepada siswa tentang alat yang menggunakan
energi baru dan terbarukan dengan memutar video agar siswa lebih paham.
Peserta penyuluhan tentang energi baru dan terbarukan, hal ini terlihat dari pertanyaan yang
dilontarkan peserta yang hadir pada waktu diadakan penyuluhan. Beberapa pertanyaan pada
penyuluhan ini adalah:
1. Apakah perempuan bisa masuk teknik mesin dan apa kelebihan teknik mesin
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1 No. 1 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |216
2. Bagaimana prinsip kerja pompa hidram kok bisa tidak menggunakan listrik
3. Berapa tinggi minimal terjunan air dan dapat menaikkan air sampai berapa meter.
4. Apa itu biogas dan kenapa bisa menjadi listrik.
5. Bahan apa saja yang bisa digunakan untuk menjadi biogas dan cara pembuatannya
6. Kenapa matahari, air dan angin disebut energi terbarukan.
7. Kenapa air bisa panas ketika melewati kolektor surya.
8. Apa beda kolektor surya dan solar cell.
Faktor pendukung
Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat ini didukung oleh beberapa ha lyang sangat
membantu, memperlancar dan memudahkan dalam pelaksaannya. Faktor-faktor pendukung
tersebut diantaranya adalah:
1. Guru dan pengurus sekolah SMAN 1 Gangga memfasilitasi ruangan dan perlengkapan
persentasi.
2. Perwakilan siswa berasal dari kelas 12 sehingga mereka sudah mendapat pelajaran lebih
banyak
3. Kepala Sekolah dan Guru mendampingi siswa saat kegiatan dilakukan sehingga proses
kegiatan lebih terarah dan siswa mematuhi arahan guru beserta pemateri.
4. Tim penyuluh terdiri dari dosen yang kompeten sesuai dengan bidang ilmunya di bidang
Energi dan produksi dengan kualifikasi S2 dan S3.
5. Bantuan tenaga dan pemikiran mahasiswa Teknik Mesin Universitas Mataram ikut
melancarkan proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada
Masyarakat ini.
Gambar 8. Foto Kegiatan Penyuluhan
Gambar 8 menunjukkan antusiasme dari para peserta penyuluhan untuk mendengarkan
dan mengikuti penyuluhan yang telah dilakukan. Terlihat para siswa meyimak dengan seksama
penjelasan yang diberikan dan sesekali memberikan tanggapan dan pertanyaan ke para
narasumber.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |217
KESIMPULAN
Dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, antusiasme dari para siswa dan guru serta peran
aktif mereka, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat berjalan dengan baik dan lancar.
2. Penyuluhan telah berhasil yaitu ditandai dengan antusiasme peserta dan sambutan hangat
dari siswa, guru dan pengurus sekolah.
3. Siswa memberikan pertanyaan atas materi yang disampaikan
4. Penyuluhan pengenalan energi baru dan terbarukan sangat bermanfaat untuk menambah
wawasan dan menggugah semangat siswa menerapkannya saat mereka terjun kembali ke
masyarakat.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada LPPM Universitas Mataram yang telah
mendanai kegiatan ini dengan sumber dana PNBP 2019. Disamping itu, penulis juga
menyampaikan banyak terimakasih kepada masyarakat dan jajaran pengelola SMAN 1
Gangga, Lombok Utara yang telah mengijinkan dan menerima kami untuk memberikan
penyuluhan kepada mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Gerdes, G.J., 2005, Wind energy – basic principle, Workshop on renewable energies, Nadi,
Republic of Fiji Island.
Hamzanwadi, 2015, Pengaruh jumlah pipa terhadap laju pelepasan kalor pada kolektor surya
absorber batu granit, Skripsi Jurusan Teknik Mesin, Universitas Mataram, 2015.
Purnadi, R., 2015, Pengaruh variasi susunan pipa terhadap laju pelepasan kalor pada kolektor
surya absorber batu granit, Skripsi Jurusan Teknik Mesin, Universitas Mataram.
Tira, H.S., 2014, Pemanfaatan limbah ternak sapi menjadi biogas berkualitas tinggi dalam
menunjang ekonomi peternak sapi serta menuju NUSA TENGGARA BARAT lumbung
biogas digester, MP3EI Universitas Mataram, DIKTI.
Wirawan, I. M., Mirmanto, Kurniawan, 2016, Pengaruh jumlah haluan pipa paralel pada
kolektor surya plat datar absorber batu kerikil terhadap laju perpindahan panas, Dinamika
Teknik Mesin, 6(2), pp. 127-133.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |218
Sinergisitas Pariwisata Dan Pelestarian Lingkungan Melalui Tata Kelola
Persampahan Di Kawasan Wisata Sesaot
Luluk Fadliyanti, Diswandi*, Mansur Afifi, Tuti Handayani
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram
Kata Kunci:
pariwisata
berkelanjutan,
pengelolaan sampah,
mcsto, sesaot
Abstrak:
Kawasan wisata Sesaot merupakan bagian dari kawasan wisata unggulan di
Kabupaten Lombok Barat dan telah menjadi salah satu obyek Monitoring
Centre for Sustainable Tourism Observatories (MCSTO). Disamping
berdampak positif bagi perekonomian daerah (desa) setempat, ironisnya,
kegiatan wisata di kawasan ini juga berdampak negatif bagi kelestarian
lingkungan hidup yaitu terjadinya pencemaran oleh sampah yang tidak
terkelola dengan baik. Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini dilakukan
sebagai upaya untuk mengidentifikasi permasalahan tata kelola
persampahan di kawasan wisata Sesaot dan merumuskan solusinya secara
partisipatif. Dengan menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD),
kegiatan pengabdian ini menghasilkan rumusan berbagai permasalahan
mengenai tata kelola persampahan yaitu; kurangnya sosialisasi berupa
edukasi dan kampanye kebersihan kepada mayarakat dan wisatawan,
kurang memadainya tempat sampah, belum adanya petugas khusus yang
menangani tata kelola sampah dan belum adanya metode penanganan
sampah plastik yang ramah lingkungan di kawasan wisata Sesaot. Dari
permasalahan tersebut, maka dirumuskan pula solusi penyelesaian masalah
yaitu akan dibentuk tim pelaksana tata kelola persampahan yang akan
bertugas khusus untuk memberikan edukasi dan kampanye kebersihan
kepada masyarakat dan wisatawan, melakukan pengontrolan bak sampah
dan mengolah sampah organik dan non-organik dengan metode yang lebih
ramah lingkungan di kawasan wisata Sesaot.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Kawasan wisata Sesaot merupakan salah satu bagian dari kawasan wisata unggulan di
Kabupaten Lombok Barat yang telah menjadi salah satu obyek Monitoring Centre for
Sustainable Tourism Observatories (MCSTO) atau pengawasan wisata berkelanjutan. MCSTO
merupakan proyek pengembangan pariwisata berkelanjutan di bawah proyek United Nation
World Tourism Organization (WTO). Dalam periode empat tahun terakhir ini, kawasan Sesaot
semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan (khususnya wisatawan domestik). Dengan adanya
sumber mata air yang terletak di desa ini menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang datang
berkunjung, hal tersebut tentunya memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan
pariwisata di desa Sesaot.
Seiring berkembangnya desa ini menjadi kawasan wisata tentunya diikuti pula dengan
berkembangnya sarana dan prasarana sebagai fasilitas penunjang yang tersedia di desa ini.
Namun demikian, ketika terjadi pembangunan sarana prasarana pariwisata, disamping
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |219
berdampak positif bagi perekonomian daerah (desa) setempat juga bisa berdampak negatif bagi
kelestarian lingkungan hidup (Swarbrooke, 1999). Dampak negatif yang timbul adalah
terjadinya pencemaran air sungai yang sumber mata airnya berada di kawasan Sesaot. Air
sungai ini tercemar oleh sabun mandi yang digunakan oleh para wisatawan dan juga oleh
sampah plastik akibat aktivitas wisatawan. Padahal, air sungai ini juga digunakan untuk
mengairi sawah di daerah sekitarnya bahkan menjadi sumber irigasi yang dialirkan sampai ke
kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur. Hal ini tentu saja dapat memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan dalam jangka panjang, jika tidak segera diatasi. Selain
permasalahan pada air sungai yang tercemar, terjadi pula pencemaran tanah yang disebabkan
oleh sampah yang tidak dikelola dengan baik. Motivasi wisatawan untuk datang ke kawasan
Sesaot adalah untuk menikmati keindahan hutan dan kesejukan udaranya serta menikmati
mandi di sungai dan kolam renang dengan sumber air alami. Namun jika terjadi pencemaran
sampah, tidak menutup kemungkinan bahwa jumlah wisatawan yang datang akan berkurang
secara signifikan (Ovidiu and Bogdan, 2009).
Industri pariwisata ibarat “pisau bermata dua” dimana pada satu sisi bisa
menguntungkan, namun bisa juga menyebabkan kerugian pada sisi lainnya. Keuntungan yang
nyata, tentu saja yang paling jelas adalah keuntungan secara ekonomi baik yang bersifat
langsung maupun tidak langsung. Sementara itu potensi kerugian yang ada adalah kerugian
dari dampak kerusakan lingkungan seperti yang dijelaskan di atas, dan kerugian secara
ekonomi. Dengan demikian, tantangannya adalah bagaimana mengelola pariwisata di Sesaot
sehingga dampak positif (keuntungan ekonomi) bisa diraih setinggi mungkin dan dampak
negatif (pencemaran lingkungan) bisa ditekan serendah mungkin (Richards and Hall, 2003).
Pengelolaan sebuah obyek wisata (berbasis masyarakat) tidak bisa terlepas dari peran
serta semua pihak yang terlibat di dalamnya, mulai dari pemerintah desa setempat, kelompok
masyarakat, lembaga pengelola obyek wisata serta instansi terkait. Dalam pengelolaan
kawasan wisata Sesaot yang merupakan sebuah obyek wisata berbasis masyarakat, diperlukan
sinergi dan dukungan penuh dari masyarakat yang berperan langsung di dalamnya, dalam hal
ini adalah para pelaku usaha (pedagang) makanan tradisional dan organisasi pengelola kawasan
wisata Sesaot.
Untuk mengidentifikasi permasalahan dan solusi dalam tata kelola Kawasan wisata
Sesaot, diperlukan pendekatan partisipatif sebagai metode identifikasi langsung oleh para
pelaku tata kelola kawasan wisata Sesaot. Dengan demikian, kebijakan penataan kawasan yang
akan diterapkan akan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dari para pelaku di lapangan
(Eagles et al, 2002). Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini dilakukan sebagai upaya untuk
mengidentifikasi permasalahan tata kelola persampahan di kawasan wisata Sesaot dan
merumuskan solusinya secara partisipatif. Target dari kegiatan ini adalah teridentifikasinya
permasalahan-permasalahan dalam tata kelola persampahan di Kawasan Wisata Sesaot dan
terumuskannya solusi untuk pemecahan masalah-masalah tersebut.
METODE KEGIATAN
Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini dilakukan dalam bentuk Diskusi kelompok
terpusat atau Focus Group Discussion (FGD). Anggota diskusi terdiri dari kelompok
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |220
pedagang, Pokdarwis, tokoh masyarakat, dan pemerintah desa. Sebelum diskusi dimulai,
peserta akan diberikan ceramah terkait kepariwisataan dan tata kelola kawasan wisata berbasis
lingkungan yang dilakukan oleh tim Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Mataram.
Dalam FGD yang dilakukan, setiap kelompok diminta untuk mengidentifikasi permasalahan
apa saja yang ditemukan selama mereka terlibat dalam tata kelola Kawasan Wisata Sesaot
khususnya terkait tata kelola sampah. Setelah permasalahan teridentifikasi, selanjutnya
kelompok diminta untuk merumuskan solusi apa yang perlu dilakukan untuk memecahkan
masalah tersebut.
Setelah diskusi kelompok selesai, dilakukan pemaparan hasil diskusi kelompok untuk
kemudian dikompilasi dan disimpulkan dalam sebuah dokumen identifikasi permasalahan dan
solusi penataan persampahan di kawasan wisata Sesaot. Dokumen ini kemudian akan dijadikan
sebagai pedoman oleh para pihak, dalam perumusan kebijakan tata kelola persampahan di
Kawasan Wisata Sesaot.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Permasalahan Persampahan
Dampak negatif yang timbul akibat kegiatan pariwisata di sekitar obyek wisata tersebut
adalah berupa sampah yang bersumber dari aktifitas wisatawan, khususnya aktifitas makan dan
minum. Dampak selanjutnya adalah jika sampah ini tidak dikelola dengan baik, maka akan
menimbulkan pencemaran lingkungan yang tentunya dapat memberikan pengaruh yang buruk
terhadap masyarakat yang berada di sekitarnya obyek wisata serta dapat mengganggu kinerja
usaha jasa wisata di Kawasan Wisata Sesaot.
Beberapa tempat sampah sudah tersedia di sekitar obyek wisata ini, namun belum
optimal karena sebagian besar dalam kondisi rusak. Selain itu, jika tempat sampah sudah
penuh, tidak ada petugas khusus yang bertanggung jawab untuk mengosongkan tempat sampah
tersebut. Kesadaran masyarakat (wisatawan) juga masih kurang karena sebagian besar
wisatawan membuang sampahnya dengan sembarangan dan tidak pada tempat sampah yang
tersedia. Hal ini juga dipicu oleh masih minimnya upaya kampanye, himbauan ataupun
sosialisasi dari pengelola wisata agar pengunjung tidak membuang sampah dengan
sembarangan.
Permasalahan lainnya adalah, belum ada solusi untuk pengelolaan sampah plastik yang
terkumpul yang merupakan jenis sampah plastic yang tidak bisa diurai secara alamiah oleh
tanah. Selama ini sampah-sampah plastik dan bahkan juga sampah organik dimusnahkan
dengan cara dibakar. Hal ini berdampak pada timbulnya asap yang akan mengganggu kualitas
udara di sekitar obyek wisata, dan juga berdampak negative terhadap penciptaan karbon
monoksida yang berbahaya bagi kesehatan dan juga menimbulkan dampak semakin tebalnya
efek gas rumah kaca. Pencemaran lainnya yang timbul adalah pencemaran air sungai akibat
sampah kiriman dari kampung yang berlokasi di hulu sungai. Hal tersebut dipicu oleh
kurangnya kesadaran masyarakat dan kebiasaan mereka membuang sampah ke sungai.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |221
Solusi Penyelesaian Permasalahan Persampahan
Dari kegiatan FGD yang telah dilakukan, maka dapat dirumuskan beberapa solusi untuk
mengatasi permasalahan persampahan di Kawasan Wisata Sesaot.
1. Penyediaan tempat sampah dengan jumlah yang lebih banyak dan penggantian tempat
sampah yg kondisinya sudah tidak baik.
2. Perlu dilakukan sosialisasi berupa edukasi dan kampanye kepada masyarakat sekitar
dan wisatawan untuk selalu menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempat
sampah yang telah disediakan. Kampanye dilakukan secara langsung dengan
memberikan pengarahan pada saat pengunjung masuk ke obyek wisata, dan juga
pendekatan langsung ke pengunjung saat mereka menikmati obyek wisata. Kampanye
lainnya adalah melalui pemasangan plakat yang berisi arahan untuk menjaga
kebersihan dan membuang sampah pada tempat yang disediakan.
3. Pembentukan tim pengelola sampah yang akan bertanggung jawab untuk mengontrol
kebersihan, melakukan edukasi kepada pengunjung dan juga mengosongkan tempat
sampah yang sudah penuh. Tim ini akan berada di bawah koordinasi Pokdarwis.
4. Solusi untuk sampah plastik, sampah plastik yang memungkinkan untuk didaur ulang
akan diolah menjadi berbagai kerajinan tangan seperti bunga plastik dan tas belanja.
5. Untuk menghindari polusi asap supaya tidak mengganggu pengunjung, pembakaran
akan dilakukan di lokasi lain yang terpisah dan jauh dari lokasi wisata.
6. Solusi lain adalah akan dibentuk master plan pengelolaan pariwisata berkelanjutan
yang melibatkan tiga desa yang berada di Kawasan Sesaot yaitu Desa Sesaot, Pakuan
dan Buwun Sejati.
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah pelaksanaan kegiatan FGD tata kelola sampah di Kawasan wisata Sesaot, dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Sampah yang tidak terkelola dengan baik di Kawasan wisata Sesaot telah menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan dan keberlangsungan usaha wisata di lokasi tersebut.
2. Pengelolaan sampah di Kawasan wisata Sesaot akan ditangani secara professional
melalui pembentukan tim pengelola persampahan di bawah koordinasi Pokdarwis
Gatari Mas Sesaot.
3. Akan diberikan sosialisasi berupa ddukasi dan kampanye kepada masyarakat dan
pengunjung agar selalu menjaga kebersihan di lokasi wisata akan dilakukan oleh tim
pengelola persampahan.
Dari kegiatan ini bisa dirumuskan saran kepada Pokdarwis dan pengelola Kawasan
wisata Sesaot untuk terus menjalankan sistem pengelolaan kebersihan secara terpadu dengan
dukungan teknologi pengolahan sampah berbasis Osamtu yang pada saat kegiatan ini
dilaksanakan, sedang dalam proses pembangunan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaiakan terima kasih kepada LPPM Universitas Mataram, Pemerintah
Desa Sesaot, Bumdes Gatari Mas Sesaot dan Pokdarwis dan pengelola wisata Sesaot atas
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |222
dukungan material dan immaterial untuk terlaksananya kegiatan pengabdian pada masyarakat
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Eagles, P. F., McCool, S. F., Haynes, C. D., & Phillips, A. (2002). Sustainable tourism in
protected areas: Guidelines for planning and management (Vol. 8). Gland: IUCN.
Ovidiu, T. M., & Bogdan. (2009). Integrated Tourism Development. Ovidius University
Annals Economic Sciences Series, 13, 32-37.
Richards, G., & Hall, D. (Eds.). (2003). Tourism and sustainable community
development (Vol. 7). Psychology Press.
Swarbrooke, J. (1999). Sustainable tourism management. Cabi.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |223
Penetasan Tukik Secara Intensif Menggunakan Media Buatan (Inkubator)
Di Desa Kuranji Kabupaten Lombok Barat
Maiser Syaputra, Andi Chairil Ichsan, Kornelia Webliana,
Diah Permatasari, Febriana Tri Wulandari
Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
Inkubator, Penyu,
Penangkaran
Abstrak:
Dalam kegiatan penangkaran penyu, faktor suhu merupakan penentu dalam
keberhasilan penetasan telur. Kondisi suhu berpengaruh terhadap tingkat
keberhasilan penetasan dan lama hari penetasan tukik. Dalam
perkembangannya saat ini fakor suhu belum mampu dikendalikan oleh
pengelola penangkaran penyu “Kerabat Penyu Lombok” Desa Kuranji,
karena penempatan telur masih di alam, penangkar hanya memberikan
pengaman berupa pagar (kawat besi) dan atap agar predator tidak masuk.
Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk (1) menawarkan alternatif
pemeliharaan telur penyu pada media buatan dalam lingkungan terkendali
berupa inkubator, sehingga suhu dapat dimonitoring dan dikendalikan oleh
pengelola. (2) Memberikan penyuluhan mengenai metode pemeliharaan
telur penyu pada media buatan (inkubator). Kegiatan pengabdian dilakukan
melalui beberapa tahapan yaitu kegiatan pra, penyuluhan dan praktik. Hasil
pelaksanaan kegiatan menunjukan (1) Peserta mendapatkan alternatif
pilihan teknik pemeliharaan telur penyu menggunakan media buatan dalam
lingkungan terkendali (inkubator). (2) Pengelola memiliki motivasi untuk
menerapkan teknik pemeliharaan telur penyu menggunakan inkubator
untuk meningkatkan peluang keberhasilan penetasan.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Dari 7 jenis Penyu yang ada di dunia, 4 jenis diantaranya dapat ditemukan di Indonesia
yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu pipih (Natator depressus), penyu abu-abu
(Lepidochelys olivacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu belimbing
(Dermochelys coriacea) dan penyu tempayan (Caretta caretta) (Direktorat Konservasi dan
Taman Nasional Laut, 2009). Jumlah ini sebenarnya masih menjadi perdebatan karena Nuitja
(1992) menyebutkan hanya lima jenis yang ditemukan, dimana Caretta caretta dinyatakan tidak
ada. Perairan tempat hidup penyu adalah laut dalam terutama samudera di perairan tropis,
sedangkan tempat kediaman penyu adalah daerah yang relatif dangkal, tidak lebih dari 200
meter dimana kehidupan lamun dan rumput laut masih terdapa. Lebih kurang 143 lokasi
peneluran penyu yang tersebar di seluruh Indonesia (Dahuri, 2003).
Salah satu wilayah yang teridentifikasi sebagai habitat peneluran penyu adalah pantai
Desa Kuranji yang terletak di Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat. Kawasan ini
ditetapkan oleh Gubernur NTB sebagai kawasan ekosistem esensial karena potensi
keanekaragaman hayati yang dimiliknya. Pada tahun 2015 secara swadaya masyarakat dan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |224
Balai konservasi sumberdaya alam setempat melakukan upaya konservasi penyu melalui
program “Kerabat Penyu Lombok” meliputi pemeliharaan telur dan tukik secara semi alami.
Karena sifatnya yang semi alami maka keberhasilan penetasan tukik separuhnya bergantung
pada kondisi alam tanpa adanya penanganan atau perlakuan dari pengelola.
Dalam kegiatan penangkaran penyu, faktor suhu merupakan penentu dalam
keberhasilan penetasan telur. Kondisi suhu berpengaruh terhadap tingkat penetasan dan juga
lama hari penetasan tukik (Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, 2009). Dalam
perkembangannya saat ini faktor suhu belum mampu dikendalikan oleh pengelola penangkaran
penyu desa kuranji, karena penempatan telur masih di alam, penangkar hanya memberikan
pengaman berupa pagar (kawat besi) agar predator tidak masuk.
Kegiatan pengabdian ini mencoba menawarkan alternatif pemeliharaan telur penyu
pada media buatan dalam lingkungan terkendali berupa inkubator, sehingga suhu dapat
dimonitoring dan dikendalikan oleh pengelola. Melalui transfer pengetahuan dan teknologi ini
diharapkan bertambahnya pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki pengelola penangkaran
penyu.
METODE KEGIATAN
Pada tahun 2015 melalui inisiasi masyarakat dan Balai konservasi setempat
terbentuklah kelompok masyarakat pelestari penyu dengan nama ‘Kerabat Penyu Lombok’ di
Desa Kuranji dalang, yang bergerak dalam bidang konservasi dan pelestarian Penyu dengan
program seperti pengumpulan telur dan pemeliharaan tukik (anakan Penyu). Karena sifatnya
yang semi alami maka keberhasilan penetasan tukik separuhnya bergantung pada kondisi alam
tanpa adanya penanganan atau perlakuan dari pengelola.
Solusi yang ditawarkan atas permasalahan di atas adalah pemeliharaan telur penyu pada
kondisi terkendali pada habitat buatan, sehingga faktor suhu dapat dimonitoring dan dijaga oleh
pengelola. Teknik penetasan telur penyu secara buatan menggunakan inkubator dijelaskan
sebagai berikut:
1. Siapkan kotak dari gabus berukuran besar.
2. Masukkan 2 (dua) wadah kecil yang terbuat dari fiber glass, kaca atau plastik ke
dalam kotak gabus tadi.
3. Wadah fiber glass, kaca atau plastik pertama diisi telur penyu, lalu timbun dengan
pasir. Bila tidak ada pasir dapat menggunakan kompos atau gambut. Kompos atau
gambut baik digunakan karena memiliki kelembaban sedang
4. Wadah fiber glass, kaca atau plastik kedua diisi dengan air. Untuk menjaga
kestabilan suhu air, masukkan heater .Uap yang timbul di dalam kotak berfungsi
untuk menjaga kelebaban
5. Wadah berisi telur penyu harus memiliki lubang pembuangan air. Telur penyu yang
tergenang air akan mati karena udara tidak dapat diserap oleh telur penyu.
Adapun ilustrasi pemeliharaan telur penyu dalam media buatan (inkubator dapat dilihat
pada Gambar 1.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |225
Gambar 1. Ilustrasi media penetasan tukik.
Kegiatan pengabdian dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2019, berlokasi di penangkaran
Penyu Desa Kuranji Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Peserta dalam kegiatan pelatihan ini adalah pengelola penangkaran penyu “Kerabat
Penyu Lombok”, pihak desa, pihak BKSDA NTB, maupun masyarakat yang sekitar
penagkaran penyu. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu:
A. Pra Kegiatan
a. Persiapan
Persiapan yang dimaksud meliputi : penyelesain urusan administrasi, komunikasi awal
dengan kelompok sasaran, diskusi rencana kegiatan bersama kelompok sasaran yang bertujuan
untuk mendapatkan saran serta masukan mengenai teknis pelaksanaan kegiatan, serta finalisasi
instrument untuk penyuluhan.
b. Konsolisdasi Tim
Memastikan kesiapan tim terhadap tugas dan perannya masing-masing, menyepakati
jadwal pelaksanaan kegiatan.
c. Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan dan eksplorasi informasi di lapangan secara langsung oleh tim
bersama pengelola dan aktor kunci. Mengumpulkan informasi mengenai kondisi penangkaran
penyu, permasalahan dan hambatan yang dihadapi.
B. Penyuluhan
Melakukan pertemuan bersama penerima manfaat untuk menyampaikan materi
penyuluhan dalam hal ini mengenai teknik penetasan tukik secara intensif menggunakan media
buatan (inkubator). Pendekatan kegiatan menggunakan metode partisipasi aktif, yaitu
melibatkan anggota kelompok yang menjadi penerima manfaat, dalam proses-proses kegiatan
baik dalam penyampaian materi maupun implementasi kegiatan. Materi yang disajikan sesuai
dengan urgensi kegiatan dan dilakukan oleh tim sesuai dengan bidang ilmu/keahliannya.
C. Praktik
Kegiatan praktik bertujuan memberikan pengalaman nyata kepada peserta penyuluhan
dalam hal ini mengenai teknik penetasan tukik secara intensif menggunakan media buatan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |226
(inkubator). Penyuluh mempersiapkan alat peraga yang dibutuhkan sekaligus
mendemonstrasikan cara kerja alat inkubator. Peserta memperhatikan dan diberikan
kesempatan untuk mencoba cara kerja alat yang di sampaikan.
D. Penyusunan laporan akhir
Menyusun laporan akhir dan menganalisa secara deskriptif hasil kegiatan dengan cara
menyederhanakan, meringkas, dan menggolongkan data yang bertujuan untuk menajamkan
dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga didapat kesimpulan akhir (Sugiyono, 2010)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyu merupakan jenis satwaliar dari kelas reptilia yang sebagian besar hidupnya
dihabiskan di dalam laut. Penyu (betina) naik ke darat hanya untuk bertelur. Penyu meletakkan
telur di pasir pantai dengan cara menggali lalu menimbun kembali telur tersebut dan
meninggalkannya hingga menetas. Penyu termasuk satwa yang tidak mengerami atau merawat
telurnya, sehingga pemeliharaan telur diserahkan sepenuhnya pada kondisi alam. Kondisi alam
yang tidak menentu dan gangguan dari predator mengakibatkan tidak semua dari telur yang
dihasilkan tersebut dapat menetas.
Upaya pelestarian penyu di pantai Kuranji Desa kuranji dalang telah dimulai sejak
tahun 2015, dengan ditetapkannya pantai kuranji sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE)
koridor penyu Kabupaten Lombok barat melalui Surat Keputusan (SK) Bupati Lombok Barat
Nomor 345/6/DLH/2017. Penetapan status kawasan ini diikuti dengan dibentuknya kelompok
masyarakat pelestari penyu dengan nama Kerabat Penyu Lombok dengan tujuan menjaga
kelestarian penyu yang ada di kawasan tersebut.
Kelompok Kerabat Penyu Lombok aktif dalam upaya-upaya penyelamatan dan
kampanye pelestarian penyu. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok Kerabat Penyu Lombok
diantaranya melakukan patroli (monitoring) pantai bersama masyarakat dan stakeholder
terkait, melakukan relokasi telur ke tempat aman, aksi bersih pantai, sosialisasi, membangun
unit pengelolaan populasi berupa penangkaran (sunctuary), melakukan penandaan,
pelepasliaran, program adopsi telur dan berbagai kegiatan wisata edukasi.
Dalam perkembangannya saat ini, telur yang diperoleh dari kegiatan patroli
(monitoring) maupun penyerahan oleh masyarakat dikelola melalui kegiatan penangkaran
intensif dengan teknik pemeliharaan semi alami. Telur direlokasi menuju tempat penyimpanan
berupa bak pemeliharaan buatan yang dilengkapi atap dan pagar (kawat) pengaman serta diberi
papan keterangan. Telur akan berada di tempat ini hingga tukik menetas. Adapun tempat
pemeliharaan telur penyu dapat dilihat pada Gambar 2.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |227
(a) (b)
Gambar 2. Pemeliharaan telur tukik dengan teknik semi alami. (a) proses pemindahan telur,
(b) telur yang sudah dipindahkan.
Tingkat keberhasilan penetasan telur penyu dipengaruhi oleh beragam faktor. Salah
satu faktor yang berpengaruh besar dalam keberhasilan penetasan tersebut adalah faktor suhu.
Karena sifat pemeliharaannya yang masih semi alami maka faktor lingkungan belum
sepenuhnya dapat dikendalikan oleh pengelola, sehingga masih terdapat peluang telur rusak
atau tidak menetas. Faktor suhu memiliki peran yang besar dalam pemeliharaan telur
diantaranya mempengaruhi lama penetasan dan persentase penetasan.
Berdasarkan Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut (2009), keberhasilan
penetasan telur penyu sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu. Embrio akan tumbuh optimal pada
kisaran suhu antara 24–33 ºC dan akan mati apabila di luar kisaran suhu tersebut. Semakin
tinggi suhu pasir, maka telur akan lebih cepat menetas. Penelitian terhadap telur penyu hijau
yang ditempatkan pada suhu pasir berbeda menunjukkan bahwa telur yang terdapat pada suhu
pasir 32 ºC menetas dalam waktu 50 hari, sedangkan telur pada suhu pasir 24 ºC menetas dalam
waktu lebih dari 80 hari.
Pengabdian ini menawarkan alternatif pemeliharaan telur penyu dalam media
inkubator, yaitu suatu alat penyimpanan telur berupa box dimana faktor suhu dapat diatur dan
dikendalikan serta dimonitoring oleh pengelola. Inkubator terbuat dari bahan yang cukup
sederhana dengan bagian-bagian utama berupa kotak penyimpanan telur dan kotak pemanas
dari bahan kaca yang ditempatkan bersebelahan. Sumber panas dihasilkan oleh elemen
pemanas atau heater yang memanaskan air. Inkubator dilengkapi dengan timer sehingga alat
bekerja secara otomatis. Untuk memastikan akurasi pembacaan suhu, inkubator dilengkapi
dengan tiga buah termometer. Satu termometer utama (digital) mampu merekam suhu
minimum dan maksimum serta fluktuasi-fluktuasi yang terjadi di dalam inkubator. Adapun
inkubator penetasan telur penyu dapat dilihat pada Gambar 3.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |228
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3. Inkubator telur penyu. (a) Komponen utama inkubator, (b) Inkubator yang telah
dirakit, (c) Proses pengisian pasir, (d) Proses pengisian telur.
Pemeliharaan dengan inkubator juga mampu mempertahankan kelembaban telur
melalui uap air yang dihasilkan elemen pemanas. Berdasarkan Direktorat Konservasi dan
Taman Nasional Laut (2009), diameter telur sangat dipengaruhi oleh kandungan air dalam
pasir. Makin banyak penyerapan air oleh telur dari pasir menyebabkan pertumbuhan embrio
makin besar yang berakibat diameter telur menjadi bertambah besar. Sebaliknya, pasir yang
kering akan menyerap air dari telur karena kandungan garam dalam pasir lebih tinggi.
Akibatnya embrio dalam telur tidak akan berkembang dan mati. Pemeliharaan dalam inkubator
juga mampu mencegah rusaknya telur akibat air hujan. Bendasarkan Direktorat Konservasi dan
Taman Nasional Laut (2009), oksigen sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan embrio. Air hujan
yang menyerap ke dalam sarang ternyata dapat menghalangi penyerapan oksigen oleh telur,
akibatnya embrio akan mati.
Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian
Kegiatan pengabdian terbagi menjadi beberapa tahap. Tahapan pra kegiatan bertujuan
untuk mempersiapkan segala hal terkait pelaksanaan kegiatan pengabdian, dalam tahap pra
kegiatan dilakukan proses observasi awal untuk melihat kondisi dan permasalahan yang
dihadapi oleh kelompok masyarakat sasaran dalam hal ini kelompok Kerabat Penyu Lombok,
termasuk memperkenalkan secara formal kegiatan yang akan dilaksanakan, proses penyamaan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |229
pendapat dan kesepakatan mengenai tujuan kegiatan. Kegiatan Pra dapat dilihat pada Gambar
4. Adapun hal yang dibahas dalam tahapan pra kegiatan ini antara lain:
1. Wawancara awal, mengupas dan mengenali berbagai permasalahan yang dihadapi oleh
kelompok Kerabat Penyu Lombok.
2. Peninjauan lokasi, melakukan observasi lapangan, analisa dan orientasi lokasi
pengabdian.
3. Pertemuan dengan berbagai pihak terkait yang berhubungan dengan upaya pelestarian
penyu diantaranya kelompok Kerabat Penyu Lombok, pihak pemerintahan Desa
Kuranji dalang, BKSDA NTB dan perwakilan masyarakat. Mendengar permasalahan
dari berbagai sisi.
4. Melakukan diskusi terfokus bersama kelompok Kerabat Penyu Lombok.
(a) (b)
Gambar 4. Rangkaian pra kegiatan. (a) Penyampaian materi, (b) Diskusi.
Hasil dan output dari tahapan pra kegiatan diformulasikan kedalam materi penyuluhan,
materi terfokus pada pembangunan media inkubator untuk penetasan telur penyu.
Penyampaian materi penyuluhan diawali dengan pembukaan dan pengantar oleh pihak
kelompok Kerabat Penyu Lombok. Selanjutnya diikuti dengan pengantar dan perkenalan dari
pihak penyuluh. Guna menunjang pencapaian tujuan penyuluhan yang efektif dan efesien,
maka penyampaian materi penyuluhan dipilih metode partisipasi aktif dan dipadukan dengan
diskusi terfokus dan tanya jawab. Adapun isi materi penyuluhan terdiri dari :
1. Upaya pelestarian penyu oleh masyarakat melalui penguatan tiga pilar konservasi
(perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan).
2. Pengembangan wisata edukasi konservasi penyu.
3. Identifikasi peran kelompok Kerabat Penyu Lombok dalam kegiatan pelestarian penyu.
4. Pengaruh suhu dalam penetasan telur tukik.
5. Teknik penetasan tukik menggunakan media buatan inkubator.
Setelah semua materi disampaikan oleh penyuluh, maka selanjutnya masuk pada sesi
diskusi/tanya jawab dengan peserta penyuluhan. Dalam sesi ini penyuluh mencatat dan
menampung pertanyaan maupun pengalaman yang dikemukan oleh peserta dan berusaha
memberikan jawaban dan tanggapan sehingga peserta mampu memahami solusi dari
permasalahan yang diungkapkan. Pada kegiatan ini dikembangkan komunikasi dua arah dalam
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |230
bentuk diskusi (tanya jawab) mengenai materi penyuluhan. Sesi diskusi yang juga merupakan
inti dari kegiatan penyuluhan. Beberapa masalah yang berkembang adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil kegiatan diskusi
No Materi Diskusi Hasil Diskusi
1 Minimnya dana
operasional
pengelolaan
penangkaran dan
kesulitan
pengadaan
inkubator
Kelompok Kerabat Penyu Lombok perlu jeli melihat peluang
pendanaan yang ada, salah satunya melalui skema kerjasama CSR.
Melalui skema kerjasama CSR pengelola bisa mendapatkan donasi
dari berbagai perusahaan maupun badan usaha. Dari dana yang
diperoleh nantinya dapat dilakukan pemenuhan kebutuhan teknis
operasional di lapangan termasuk menambah jumlah inkubator.
2 Rendahnya
kesadaran dan
partisipasi anggota
kelompok dalam
pengelolaan
penangkaran
Saat ini kelompok Kerabat Penyu Lombok terdiri dari 13 anggota,
namun pada kenyataannya hanya beberapa anggota saja yang aktif.
Hal ini dikarenakan keanggotaan kelompok yang bersifat sukarela.
Solusi yang ditawarkan oleh penyuluh diantaranya melakukan
kegiatan penguatan kelompok dapat berupa penegasan tugas dan
tanggung jawab, pemetaan kerja, maupun mekanisme reward and
punishment dalam kelompok.
3 Penempatan media
inkubator
Inkubator terdiri dari berbagai komponen yang sensitif, sehingga
diharapkan untuk tidak dipindah-pindahkan. Selain itu keberadaan
telur di dalamnya juga dikawatirkan terganggu apabila terlalu banyak
gerakan. Inkubator idealnya ditempatkan di daerah tertutup, dengan
sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik.
4 Perawatan media
inkubator
Faktor yang mempengaruhi usia pemakaian inkubator adalah cara
penempatan, cara penggunaan, faktor keamanan lingkungan,
keberadaan pengunjung dan lain-lain yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada inkubator. Untuk itu pengelola kelompok Kerabat
Penyu Lombok perlu menyiapkan SOP penggunaan yang jelas yang
dapat mengatur seluruh hal tersebut.
5 Peran inkubator
sebagai alat peraga
wisata edukasi
Keberadaan media inkubator dapat dijadikan alat peraga dalam
kegiatan wisata edukasi, sehingga menambah atraksi yang sudah ada.
Selain itu inkubator juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
penelitian.
Kegitan kemudian dilanjutkan dengan praktik, bertujuan memberikan pengalaman
nyata kepada peserta penyuluhan dalam hal ini kelompok Kerabat Penyu Lombok mengenai
teknik penetasan tukik secara intensif menggunakan media buatan (inkubator). Penyuluh
mempersiapkan alat peraga yang dibutuhkan sekaligus mendemonstrasikan cara kerja alat
inkubator. Peserta memperhatikan dan diberikan kesempatan untuk mencoba cara kerja alat
yang di sampaikan. Adapun kegiatan praktik dapat dilihat pada Gambar 5.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |231
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 5. Demonstrasi dan praktik. (a) Mempersiapkan media, (b) Mengisi pasir (c) Demonstarasi
cara kerja alat, (d) Praktik penggunaan alat.
Berdasarkan hasil pemantauan dan pengamatan yang dilaksanakan pada saat
pelaksanaan kegiatan penyuluhan dapat dikatakan bahwa penyuluhan ini berhasil, ini tercermin
dari kesungguhan dan keseriusan peserta penyuluhan dalam mengikuti dan menanggapi setiap
meteri yang diberikan penyuluh. Beberapa hasil yang diperoleh peserta dari kegiatan
penyuluhan ini sekaligus parameter keberhasilan kegiatan ini antara lain:
1. Bertambahnya pengetahuan dan keterampilan peserta dalam memahami peran media
inkubator dalam pemeliharaan telur penyu.
2. Tumbuhnya motivasi dari peserta untuk meningkatkan kemampuan kerja.
3. Transfer ilmu pengatahuan dan teknologi dari penyuluh kepada peserta sehingga ilmu
yang dimiliki tersebut dapat bermanfaat bagi peserta khususnya dalam memberikan
alternatif pemeliharaan telur penyu.
Kondisi ini memberikan indikator adanya hubungan antara pokok materi yang
diberikan dengan kebutuhan atau masalah yang dihadapi oleh peserta penyuluhan. Fenomena
yang ditunjukan oleh peserta penyuluh seperti dikemukan diatas, hanya dapat digunakan
sebagai petunjuk adanya kemampuan peserta dalam aspek kognitif dan aspek afektif, akan
tetapi belum dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui apakah materi ataupun alat yang
diberikan (inkubator) benar-benar telah diterapkan oleh peserta penyuluhan, oleh karena itu
sangat diperlukan pemantauan lebih lanjut pada waktu yang akan datang.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |232
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan penyuluhan ini adalah peserta mendapatkan
alternatif pilihan teknik pemeliharaan telur penyu menggunakan media buatan dalam
lingkungan terkendali (inkubator) dengan keunggulan yang dimiliki oleh alat tersebut
diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan penetasan tukik dan pengelola memiliki motivasi
untuk menerapkan teknik pemeliharaan telur penyu menggunakan inkubator untuk
meningkatkan peluang keberhasilan penetasan. Dari segi kegiaan penyuluhan, keberhasilan
kegiatan dapat dilihat dari antusiasme dan respon positif peserta selama kegiatan berlangsung,
selain itu ditunjukkan pula dengan komitmen peserta yang ingin menjalin komunikasi jangka
panjang dengan penyuluh.
Adapun saran dari kegiatan penyuluhan ini antaralain perlu diadakannya kegiatan
pemantauan pada masa mendatang, untuk dapat melihat konsistensi tindakan peserta
penyuluhan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya khususnya dalam penggunaan teknologi
yang diberikan (inkubator). Selain itu peserta perlu pula diajak untuk studi kunjungan ke
penangkaran penyu lainnya yang lebih maju untuk memberi gambaran dan pemahaman lebih
mendalam mengenai teknik pemeliharaan penyu secara intensif.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah memberi
dukungan financial terhadap pengabdian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri R. 2003. Keanekaragaman hayati laut. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. 2009. Pedoman Teknis Pengelolaan
Konservasi Penyu. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Jakarta.
Nuitja INS. 1992. Biologi dan Ekologi Pelestarian Penyu Laut. IPB Press. Bogor.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |233
Upaya Meningkatkan Kualitas Kopi Dengan Menggunakan Mesin Roasting
Kopi Bersama Petani Kopi di Desa Aik Berik Kecamatan Batukliang Utara
I Made sudantha*1, Muhammad Sahlan2, Baiq Dewi Surya Winanti3
1Program Studi Agroekoteknologi, Universitas Mataram 2Program Studi Teknik Mesin, Universitas Mataram
3Program Studi lmu Hukum, Universitas Mataram Kata Kunci:
desa aik berik, kopi,
roasting kopi
Abstrak:
Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, merupakan salah satu desa
penghasilKopi di Kabupaten Lombok Tengah. Besarnya potensi kopi ini
di dukung oleh ketinggian, suhu, curah hujan, serta lahan yang luas. Desa
Aik Berik memiliki HKM (Hutan Kemasyrakatan) seluas842 Ha. Potensi
kopi yang dapat dihasilkancukup banyak yaitu dengan luas lahan 1.5 Ha
dapat menghasikan sekitar 35 ton kopi pertahunnya. Masalah pertama
yang terdapat di Desa Aik Berik yaitu kebun kopi tersebut masih ditanami
tanaman lain selain kopi seperti pohon pisang, sehingga nantinya akan
mempengaruhi cita rasa tumbuhan kopi yang dipanen. Masalah kedua
yaitu kurangnya pemahaman petani kopi tentang pemilihan buah kopi
yang baik untuk di petik. Petani kopi di Desa Aik Berik biasanya langsung
memetik buah kopi tersebut secara pemetikan serentak yaitu buah kopi
diambil secara keseluruhan dalam satu tangkai sehingga biji kopi
tercampur antara yang sudah matang dan belum matang. Danmasalah
ketiga adalah kurangnya pemahaman petani kopi tentang proses
pengolahan biji kopi yang baik dan benar, dan kurangnya pemamfaatan
penggunaan teknologi pengolahan kopi yang sudah tersedia.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai
penghasil devisa bagi Indonesia. Jenis kopi arabika (Coffea arabica) dan kopi robusta (Coffea
robusta) adalah spesies yang paling banyak dibudidaya (Villanueva, et al., 2011; Dollemore &
Giuliucci, 2001). Di Indonesia, perkebunan kopi mulai berkembang pesat sehingga potensial
bagi pengembangan kopi domestik. Areal perkebunan kopi di Indonesia mencapai lebih dari
1,291 juta hektar dimana 96% diantaranya adalah areal perkebunan kopi rakyat. Kopi khas yang
dihasilkan dari perkebunan kopi rakyat antara lain kopi Gayo, kopi Mandheling, kopi Flores,
kopi Toraja, kopi Lampung dan kopi Luwak (Kusdriana, 2011).
Buah kopi harus ditangani secara tepat menjadi bentuk yang lebih stabil agar aman
untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu. Kriteria mutu biji yang meliputi aspek fisik, cita
rasa dan kebersihan serta aspek keseragaman dan konsistensi sangat ditentukan oleh perlakuan
pada setiap tahapan proses produksinya. Oleh karena itu, tahapan proses dan spesifikasi
peralatan pengolahan kopi yang menjamin mutu harus ditentukan secara jelas. Pengamatan
perubahan mutu yang terjadi selama pengolahan harus dilakukan secara rutin agar apabila
terjadi penyimpangan mutu dapat dikoreksi secara cepat dan tepat. Upaya perbaikan mutu harus
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |234
diiringi dengan mekanisme pemasaran yang berorientasi pada mutu sehingga hasil yang optimal
dapat dicapai.
Pentingnya teknologi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kopi harus
diimbangi juga oleh SDM yang mampu menggunakan teknologi tersebut. Coffee roasting
mungkin adalah sebuah proses penting dalam dunia kopi yang masih kurang dikenal oleh
kebanyakan penikmat kopi. Banyak hal menarik dari proses penyangraian biji kopi ini, seperti
‘level pemanggangan’ yang akan berujung pada rasa kopi yang bervariasi.
Roasting Coffee merupakan memasak kopi, pada dasarnya roasting adalah proses
mengeluarkan air dalam kopi, mengeringkan dan mengembangkan bijinya, mengurangi
beratnya memberikan aroma pada kopi tersebut. Ketika kopi dimasak ada suatu reaksi kimia
yang menyertai sehingga karakter biji kopi pun berubah.Lebih lama biji kopi itu dimasak,
semakin banyak pula bahan kimia yang berubah karakteristiknya.Ketika kopi di- roasting, kopi
berubah menjadi berwarna coklat.Oleh karena itu, apabila biji kopi berwarna lebih gelap berarti
di-roasting lebih lama.Namun bagaimanapun, me- roasting biji kopi bukanlah suatu hal yang
sederhana, sesederhana memasukkannya ke alat pemanggang dan kemudian me- roastingnya.
Biji kopi sesungguhnya akan menghasilkan kopi yang berbeda apabila di-roasting dalam suhu
yang berbeda meskipun hasil akhirnya berwarna sama, karena teknik me-roasting kopi
merupakan suatu seni.(Soetanto, 2003)
METODE PELAKSANAAN
Waktu dan Tempat
Kegiatan dilakukan selama 1 minggu di mulai sejak tanggal 5 Agustus sampai dengan
12 Agusus di Desa Aik Berik Kecamatan Batukliang Utara
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalan Program ini adalah mesin roasting kopi, baskom, nampan.
Sedangkan bahan yang diguna- kan adalah kopi.
Prosedur Kerja Roasting Kopi
Prosedur kerja roasting kopi adalah :
1) Mempersiapkan alat dan bahan,
2) Pemilahan biji kopi,
3) Menimbang jumlah kopi yang akan di roasting,
4) Memanaskan mesin roasting,
5) Meroasting kopi,
6) Mengecek kematangan biji kopi setiap 15-20 menit,
7) Memindahkan biji kopi yang sudah di roasting ke nampan.
Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan secara keseluruhan ini adalah
1) Persiapan program,
2) Sosialisasi tentang kopi,
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |235
3) Proses roasting,
4) Monitoring dan evaluasi.
Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Metode pengumpulan data pada program ini adalah dengan survei UKM yang ada di
Desa Aik Berik yang memiliki alat roasting dan jumlah anggota UKM. Analisis data
menggunakan deskriptif kualitatif
HASIL DAN PEMBAHASAN
Program pemberdayaan masyarakat desa Aik Berik dilakukan secara tersetruktur dan
melibatkan masyarakat khususnya kelompok UKM secara langsung
Pelaksanaan Program Pemberdyaan Masyarakat
Kegiatan pembedayaan masyarakat ini dimulai dengan persiapan progran yang meliputi
survei lokasi. Hasil survei menujukan bahwa kendala yang dihadapi pemilik UKM
1) mahalnya alat roasting,
2) Skill yang tidak memadai.
Tahap selaanjutnya adalah persiapan instrumen monitoring dan evaluasi yaitu
pengetahuan masyarakat, selanjutnya perijinan dan pembahasan program bersama masyarakat
desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah.
Pelatihan Penggunaan Alat Roasting Kopi
Gambar 1 Mesin Roasting
Pelatihan penggunaanalat roasting di desa Aik Berik dilakukan di Dusun Pemotoh
Tengah, di KUB Benang Stokel (UKM)Batukliang Utara. Pelatihan Pertama terkait dengan
pemilihan biji kopi yang baik. Pelatihan ini diadakan agar petani kopi bisa membedakan biji
kopi yang baik dan yang tidak baik.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |236
Gambar 2 Sosialisasi Pasca panen
Pelatihan kedua yaitu sosialisasi tentang level roasting kopi yang benar. Karena selama
ini masyarakat masih meroasting (sangrai) kopi secara tradisional dan levelnya pun sudah
mencapai dark roast.Sosialisasi ini juga dilakukan di Dusun Pemotoh Tengah, di KUB Benang
Stokel (UKM)Batukliang Utarayang dimana dihadiri oleh petani kopi yang tergabung dalam
KUB Benang Stokel dan UKM Suli Asli. Kegiatan ini dilaksanakan dengan alat roasting yang
di miliki oleh KUB Benang Stokel.(Rohana, A. 2014.)
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi kontinu dilakukan bersamaan dengan pedampingan program.
Hasil monitoring berkelanjutan evaluasi program secara umum menunjukan bahwa masyarakat
dan kelompok petani desa Aik Berik berkomitmen untuk meningkatkan kualitas biji kopi
dengan cara pemilihan biji kopi yang baik dan memanfaatkan mesih roasting.( Sumono 2014)
KESIMPULAN
Simpulan dari program pelatihan roasting kopi kepada petani kopi adalah petani kopi
dapat meningkatkan kualitas kopi dan juga memanfaatkan teknologi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Zaenudin dan Soetanto, A. 2003. Program Pengembangan Teknologi dalam Rangka
Mendukung Perkopian Nasional yang Tangguh. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, No. 1, Vol. 19. Jember.
Ismayadi, C dan Zaenudin, 2003. Pola Produksi, Infestasi Jamur dan Upaya Pencegahan
Kontaminasi Ochratoxin-A pada Kopi Indonesia. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, No. 1, Vol. 19. Jember Kementerian Pertanian. 2013.
Sembiring, T. P., Munir, A. P., Sumono, S., dan Rohana, A. 2014. Roasting Temperature Test
On The Device Type Rotary Mechanical Coffee Roasters To Quality Arabica Coffee
Types. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian, 2(1).
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |237
Sosialisasi Pengukuran Obsevatorium Rembitan Dan Nurul Bayan Untuk
Anomali Magnet Bumi Prediksi Gempa Bumi Pulau Lombok
Made Sutha Yadnya*, Teti Zubaidah, Abdullah Zainuddin, Bulkis Kanata, Paniran
Fakultas Teknik, Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
fluxgate
magnetometer,
gempa bumi,
obsevatorium,
proton
magnetometer
Abstrak:
Sejak 2014 Universitas Mataram memiliki obsevatorium (OBS) Rembitan
dan Nurul Bayan merupakan stasiun pematauan anomali magnet bumi
terpasang berguna sebagai salah satu prediksi (precursor) gempa bumi.
Alat ukur yang terpasang adalah Proton Magnetometer dan Fluxgate
Magnetometer. Pengoperasian stasiun tersebut memerlukan skilled
persons dari seluruh komponen masyarakat untuk menjaga OBS tetap
berjalan serta membantu mengelola fasilitas terrsebut sehari-hari. Di sisi
lain diharapkan masyarakat mengetahui apa itu gempa dan penyebabnya.
Pemaparan data dan kejadian gempa khusus 4 gempa besar melanda Pulau
Lombok , terukur dan tercatat dapat terbukti memprediksi precursor
gempa secara global terjadi penurunan magnet bumi yang mengakibatkan
gempa. Informasi dan komunikasi yang tepat dapat membuat
kerberlangsungan OBS. Data OBS juga dapat diakses secara global
menggunakan website.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Nusa Tenggara Barat pada pertengahan tahun 2018 mengalami empat(4) kali gempa
bumi berkekuatan magnitodo 7 Skala Richter (SR). Gempa bumi ini memporakporandakan
serta menghancurkan materi dan mental. Skala magnitudo gempa adalah sebuah besaran yang
berupa besaran vektor besar dan arahnya berupa energi elektomagnetik dikenal dengan
seismik yang dipancarkan oleh sumber gempa. Besaran ini akan bernilai sama dalam ruang
lingkup (jangkauan/coverage), meskipun dihitung dari tempat yang berbeda. Skala yang
kerap digunakan untuk menyatakan magnitudo gempa ini adalah skala richter (Richter Scale).
METODE KEGIATAN
Dalam melaksanakan pengabdian pada masyarakat, tim yang terdiri dari 5 orang
dosen Jurusan Teknik Elektro dan dibantu mahasiswa 5 orang mengadakan sosialisasi dan
penyuluhan di Desa Sade Lombok Tengah. Pengabdian diikuri oleh 62 warga dengan variasi
umur yang berbeda dari anak anak sampai orang tua. Sosialisasi dengan memberikan
informasi tentang adaya OBS di Rembitan dan Nurul
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |238
Bayan sebagai stasiun pengambil data kemagnetan bumi. Pengukuran kemagnetan bumi
diambil untuk membandingkan dengan magnet bumi di tempat lain yang jarak radius
mencapai 300 km jarak udara.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dampak signifikan untuk menyelesaikan mitigasi bencana akan bisa diatasi sesuai
kondisi di lapangan. Masyarakat Lombok secara lokal dan bisa berdampak Nasional atau
Internasional dengan adanya sistem ini. Pemerintah dapat mengacu dari penelitaian ini sesuai
dengan program kerja yang ada. Dengan kearifan lokal yang ada mitigasi bencana
disosialisasikan dengan mengajak masyarakat supaya tahu secara ilmu pengetahuan dari
mana asal usul gempa. Lempeng bumi dibagi menjadi dua: lempeng samudera dan lempeng
benua. Lempeng benua lebih tipis dari lempeng samudera sehingga saat keduanya
bertumbukan Gempa megathrust berasal dari apa yang disebut zona megathrust dengan
pergerakan antar zona menimbulkan tumbukan-tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan
Eurasia. Lempeng samudera bisa masuk ke dalam lempeng benua begitu juga sebaliknya ini
menyebabkan guncang besar.
Gambar 1 Persiapan Pemantapan di OBS dengan Tim Pengabdi
Pengelola OBS senantiasa melakukan diskusi untuk membahas isu isu terbaru
mengenai gempa yang terjadi disekitar pulau Lombok. Hal yang sering dimantapkan adalah
cara pendekatan yang terbaik kepada masyarakat agar dapat tepat sasaran. Dapat dilihat pada
gambar 1 diskusi dilakukan setiap minggu di hari Rabu.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |239
Gambar 2 Persiapan di Lokasi Pengabdian oleh Tim Pengabdi
Pada saat pengabdian Tim Pengabdi mempersiapkan materi presentasi serta
menyuguhkan konsumsi seadanya. Saat pengabdian ternyata ada beberapa peserta tidak
diundang juga datang karena keingitahuannya mengenai gempa dan hubungannya dengan
OBS yang ada. Peserta membludak sampai ke luar ruangan dapat dilihat pada gambar 3.
Peserta yang antusias sampai menayakan bagaimana cara mendapatkan data, serta alat ukur
yang digunakan. Data yang didapatkan dalam mode txt sesuai dangan gambar 4. Alat ukur
yang digunakan adalah seri proton.
Gambar 3 Peserta Pengabdian
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |240
Gambar 4 Model Pengambilan data dari OBS Lokasi Pengabdian
Gambar 5 Presentasi interpretasi Anomali Magnetik dan Grafitasi di Lokasi Pengabdian
Pada gambar 5 ditampilkan daerah yang bergerak menekan daerah patahan lain, ini
menyebabkan gempa. Gempa bumi terjadi di lapisan litosfer yang dihuni lempeng-lempeng
tektonik, lempeng-lempeng ini mempunyai energi yang dapat menekan patahanatau lempeng
yang lainya. Gempa dapat terjadi ini pada lempeng samudera mendesak turun ke mantel bumi
dari batas lempeng konvergen, dan lempeng samudera yang padat bertabrakan dengan
lempeng benua yang kurang padat. Untuk daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) terdapat dua
daerah patahan yaitu mega trust dan back trust terus mengancam secara periodik dengan
jangka waktu yang tidak dapat dipastikan. Dari penelitian diperoleh siklus 40 tahunan akan
terjadi gempa berskala di atas 7 SR. Hasil pengukuran terus dilakukan sebelum den sesudah
gempa diadakan analisa dan sintesis dari kejadian untuk precursor gempa. Precursor
membutuhkan waktu hingga 40 tahun siklus data berkorelasi, data kajian dinyatakan nyaris
lengkap. Sebab periode gempa berulang puluhan tahun, sehingga butuh waktu lama untuk
pengamatannya. Medan magnet bumi Pulau Lombok dapat dilihat dari hasil pengukuran pada
gambar 6.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |241
Gambar 6 Presentasi Pengukuran Anomali Magnetik dan Grafitasi di Lokasi Pengabdian
Gambar 7. Tempat Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sade
KESIMPULAN DAN SARAN
Pengukuran yang dilaksanakan oleh PUI Geomagnetik telah mendapatkan hasil untuk
disosialisasi kepada masyarakat. Utamanaya pada masyarakat disekitar OBS dikarenakan
penetingnya keberadaan OBS untuk kepentingan bersama. Hal terpenting adalah untuk
mendapatkan precursor dari anomali magnet bumi. Disarankan untuk masyarakan untuk ikut
bersama menjaga dan memanfaatkan keberadaan OBS.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada DPP/SPP tahun 2019 Universitas Mataram
yang telah memberi dukungan terhadap pengabdian ini. Serta kepada masyarakat Desa Sade
yang telah bersatu padu untuk tetap ikut menjaga OBS. Foto Desa Sade pada gambar 7.
DAFTAR PUSTAKA
Riza Rahardiawan dan Catur Purwanto. 2014. Struktur Geologi Laut Flores, Nusa Tenggara
Timur. Jurnal Geologi Kelautan Volume 12 edisi April 2014.
Sarmili Lili, Troa Rainer Arief .2014 “ Keberadaan Sesar Dan Hubunga Dengan
Pembentukan Gunung Bawah Laut Di Busur Belakang Perairan Komba Nusa
Tenggara.”. Jurnal Geologi Kelautan Volume 12 edisi April 2014.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |242
Suhardjo, D. dan Nugraheni, F. 2010. “Sustainable Livelihood Commu-nity Development as
the Respond of the Earthquake Disaster”.En-hancing Disaster Prevention and
Mitigation. 1stInternational Confe-rence on Sustainable Built Environ-ment. ISBN 978-
979-96122-9-8
Zubaidah T (2010) “ Spatio-temporal characteristics of the geomagnetic field over the
Lombok Island, the Lesser Sunda Islands region” : New geological, tectonic, and
seismoelectromagnetic insights along the Sunda-Banda Arcs transition.
Zubaidah T, Misbahuddin, Kanata B, Paniran, Rosmaliati, Yadnya MS, Riskia S (2018) Earth
Magnetic Fields Evolution over Nusa Tenggara Region from Declination and
Inclination Changes on Lombok Geomagnetic Observatory, The 2nd International
Conference on Applied Electromagnetic Technology (AEMT) 2018, Engineering
Faculty of University of Mataram, Lombok. (IEEE Xplore Indexed.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |243
Pelatihan Identifikasi Tingkat Kerusakan dan Upaya Perbaikan
Infrastruktur Pasca Gempa di Desa Sambik Bangkol Kecamatan Gangga
Kabupaten Lombok Utara
Suryawan Murtiadi*, Didi S. Agustawijaya, Mudji Wahyudi,
Akmaluddin, I Wayan Yasa
Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
gempa, pelatihan,
identifikasi,
perkuatan,
infrastruktur
Abstrak:
Kabupaten Lombok Utara merupakan salah satu wilayah yang memiliki
tingkat kegempaan relatif tinggi. Dampak utama dari terjadinya gempa
tektonik adalah kerusakan bangunan dan jatuhnya korban jiwa. Pengaruh
gempa pada infrastruktur dapat diukur intensitasnya menggunakan skala
MMI (Modified Mercalli Intensity) yang terbagi dari skala 1 hingga 12.
Skala ini sangat subjektif tergantung jarak pusat gempa terhadap setiap
lokasi yang ditinjau. Semakin dekat dengan sumber gempa, skala MMI akan
semakin besar yang berarti potensi bahaya akibat gempa akan semakin
besar pula. Infrastruktur yang terdampak gempa perlu dievaluasi untuk
mengetahui tingkat kerusakannya sehingga metode perbaikan atau
perkuatan struktur dapat segera dilaksanakan paska gempa. Program
Pengabdian Kepada Masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat terhadap tingkat kerusakan infrastruktur akibat
gempa. Solusi yang ditawarkan adalah pelatihan bagi masyarakat pedesaan
untuk melakukan identifikasi kerusakan infrastruktur bangunan termasuk
rumah tinggal, jalan, bangunan keairan, dan bangunan lainnya. Cara-cara
perbaikan khususnya kerusakan dengan kriteria ringan sampai sedang
diberikan dalam pelatihan ini. Pelatihan juga difokuskan pada pembuatan
pasangan dinding, pemasangan kolom praktis serta sloof bangunan.
Pengetahuan tentang teknologi rumah tahan gempa juga diperkenalkan
dalam forum penyuluhan. Hasil yang diperoleh adalah peningkatan
pengetahuan masyarakat Desa Sambik Bangkol terhadap mitigasi bencana
termasuk karakteristik gempa, kerusakan bangunan yang ditimbulkan, dan
tatacara penyelamatan diri. Pemahaman pengetahuan tentang perbaikan
kerusakan infrastruktur akibat gempa juga meningkat, terutama bangunan
rumah tinggal sederhana. Pemahaman ini berfokus pada pentingnya ikatan
antar komponen struktur bangunan mulai dari fondasi, sloof, kolom,
dinding sampai pada konstruksi atap bangunan. Program ini menghasilkan
masyarakat yang lebih siap beradaptasi dan lebih tangguh menghadapi
bencana gempa.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Kabupaten Lombok Utara berada di Pulau Lombok yang merupakan salah satu wilayah
di Indonesia yang memiliki tingkat kegempaan relatif tinggi. Puja (2005) menyampaikan
gempa sering terjadi di Pulau Lombok baik yang terekam maupun yang tidak terasa dan tidak
terekam. Secara tektonik, Pulau Lombok yang terletak di NTB berada pada wilayah Busur
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |244
Sunda bagian timur, membentang dari Selat Sunda ke timur hingga Pulau Sumba. Tingginya
aktifitas seismik wilayah Pulau Lombok disebabkan karena kawasan ini diapit oleh dua sumber
gempa, yaitu mega-thrust di Selatan dan back arc thrust di Utara pulau. Megathrust terbentuk
sebagai sesar naik besar akibat tumbukan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Erasia;
sedangkan di utara Pulau Lombok terbentuk sesar naik di busur belakang.
Dampak dari gempa tektonik tersebut adalah kerusakan infrastruktur dan korban jiwa.
Dampak kegempaan diukur dengan menggunakan skala Modified Mercalli Intensity (MMI),
dengan nilai 1 hingga 12. Lebih lanjut, secara praktis risiko kegempaan bisa ditentukan
menggunakan jarak gempa atau kedalaman gempa. Semakin dekat dengan sumber gempa,
potensi bahaya gempa akan semakin besar (Guntoro, 2004).
Purwono, dkk. (2005) menyampaikan permasalahan gempa bumi dalam bidang
konstruksi sangat menekankan pembangunan yang tahan akan beban gempa tersebut. SNI
(2002) merujuk pada suatu filosofi konstruksi bangunan tahan gempa yakni apabila gempa
kecil bangunan tidak mengalami kerusakan apapun, dan jika gempa sedang komponen non
struktur boleh mengalami kerusakan, tetapi komponen strukturnya tidak boleh mengalami
kerusakan dan apabila gempa kuat, komponen non struktur maupun komponen strukturnya
boleh mengalami kerusakan namun masih sempat memberi kesempatan pada penghuninya
untuk menyelamatkan diri.
Untuk infrastruktur, dampak bencana gempa tidak memandang fasilitas umum maupun
fasilitas milik pribadi (Agustawijaya, 2018). Pada jenis bangunan tertentu misal rumah sakit,
kampus, bandara, atau rumah hunian, yang akan menentukan kemampuan bangunan untuk
tahan terhadap gempa atau tidak adalah ketahanan strukturnya. Maka, para praktisi konstruksi
teknik sipil harus memahami kondisi kegempaan dimana bangunan tersebut akan dibangun,
dan jenis bangunan apa yang akan dibangun. Biasanya praktisi muda belum mempunyai
pengalaman dan pengetahuan yang memadai akan rekayasa kegempaan dalam pekerjaannya di
bidang teknik sipil. Asrurifak, dkk. (2010) menyatakan diperlukannya induksi untuk
mempercepat pemahaman tentang rekayasa gempa dalam bidang teknik sipil.
Infrastruktur yang telah mengalami kerusakan pasca gempa perlu segera dievaluasi
untuk mengetahui penyebab kerusakan, elemen-elemen struktur yang mengalami kegagalan
dan metode perbaikan atau perkuatan struktur. Metode perkuatan struktur seperti
penyelubungan (jacketing) dengan bahan baja, baja spiral, beton atau komposit. Penambahan
tulangan luar dilakukan dengan bahan steel strap/plate dan tulangan sengkang, Penulangan luar
berupa pelat baja, injeksi epoksi, dan metode perkuatan dengan menggunakan Fiber Reinforced
Polymer.
Pawirodikromo (2012) menyatakan koefisien gempa sangat dipengaruhi oleh kondisi
geologi setempat. Rambatan gempa bergetar secara horizontal pada batuan keras pada jarak
yang jauh dari pusat gempa, kemudian merambat secara vertikal ke tanah lunak yang ada di
atasnya untuk disampaikan ke permukaan. Rambatan ini dipengaruhi oleh ketebalan batuan
dan struktur geologinya.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh adanya gempa, misalnya pada bangunan, diantaranya
terjadi kerusakan pada sambungan dan retakan pada dinding (Gambar 1). Besarnya kerusakan
ini tergantung pada percepatan rambatan, lamanya pergerakan, frekuensi pergerakan dan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |245
karakteristik struktur (Daniel dan Ada, 1995). Penyebab kerusakan ini adalah momen inersia
oleh pergetaran permukaan, tenaga induksi dari gempa, perubahan sifat fisik tanah pondasi,
pergeseran langsung dari sesar yang terjadi, longsor, tsunami, dan perubahan elevasi akibat
tektonik. Kerusakan paling parah yang menyebabkan banyak korban adalah kerusakan akibat
pergetaran pemukaan (Natawijaya, 2005).
Gambar 1. Kerusakan pada gedung akibat gempa Aceh tahun 2004
METODE KEGIATAN
Dalam melaksanakan pelatihan identifikasi ini, dan untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dengan target yang diinginkan, penetapan metode pelaksanaan menjadi sangat penting
sehingga pelaksanaan kegiatan menjadi mudah dan tepat sasaran. Kegiatan yang dilakukan
yaitu:
1. Pengenalan kegempaan di Pulau Lombok
2. Pengenalan tingkat-tingkat keruskan infrastruktur akibat gempa
3. Tata cara perbaikan kerusakan infrastruktur
4. Pengenalan bangunan tahan gempa
5. Tinjauan dan identifikasi kerusakan infrastruktur akibat gempa
6. Metode perbaikan infrastruktur akibat gempa.
Lokasi pelaksanaan pelatihan identifikasi kerusakan infrastruktur akan dilaksanakan di
Desa Sambik Bangkol Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Barat. Pelaksanaan pelatihan
dilakukan di Kantor Kepala Desa Sambik Bangkol dan beberapa dusun untuk identifikasi
kerusakaan bangunan pasca gempa. Peta lokasi kegiatan pelaksanaan penelitian dapat dilihat
pada Gambar 2.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |246
Gambar 2. Peta lokasi pelaksanaan pelatihan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Introduksi Gambaran Iptek
Gempa menyebabkan terjadinya kerusakan infrastruktur. Infrastruktur yang terdampak
gempa berupa rumah tinggal, bangunan pemerintah, fasilitas umum, jalan, jembatan dan
bangunan keairan. Kriteria tingkat kerusakan infrastruktur dapat dikelompokkan menjadi tiga
kondisi, yaitu: rusak ringan, sedang dan berat. Pada saat ini, kemampuan masyarakat dalam
melakukan identifikasi kerusakan infrastruktur rata-rata masih sangat rendah. Oleh sebab itu,
upaya perbaikan yang sudah dilakukan masyarakat juga sangatlah terbatas.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap kerusakan bangunan
infrastruktur pada kegiatan ini dilakukan transfer pengetahuan dan teknologi kepada
masyarakat. Transfer pengetahuan ini mengenai tingkat-tingkat kerusakan infrastruktur dan
upaya perbaikan khususnya bangunan dengan tingkat kerusakan ringan dan sedang. Gambaran
rencana iptek yang telah diperkenalkan kepada masyarakat pada program ini adalah:
1. Pengenalan tingkat kerusakan bangunan
2. Metode identifikasi kerusakan bangunan
3. Langkah perbaikan kerusakan bangunan
Melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat ini, identifikasi tingkat kerusakan
bangunan dan tindakan yang harus dilakukan oleh masyarakat disajikan pada Gambar 3 (a) dan
(b) di bawah ini (Boen, 2016).
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |247
(a)
(b)
Gambar 10 (a) dan (b)
Identifikasi tingkat kerusakan bangunan dan tindakan yang dilakukan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |248
Evaluasi Kegiatan
Berdasarkan catatan dari hasil diskusi dan tanya jawab pada kegiatan ini, beberapa hal
penting yang diperlukan untuk pemahaman masyarakat terkait perbaikan infrastruktur dapat
disarikan sebagai berikut:
1. Kualitas suatu bangunan secara internal sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
ketrampilan tukang, mutu bahan dan kelengkapan peralatan. Ketiga faktor ini harus
diperhatikan karena saling berkaitan. Pengabaian salah satu faktor saja akan
mengakibatkan turunnya kekokohan bangunan secara signifikan.
2. Penambahan perkuatan pada elemen struktur tahan gempa akan menambah biaya
sekitar 15% dari biaya pembangunan biasa.
Dari hasil diskusi juga diperoleh saran dari beberapa tokoh masyarakat yang sangat
tertarik dengan kegiatan ini. Saran mereka adalah agar kegiatan penyuluhan dan pelatihan
seperti ini lebih sering dilakukan karena bermanfaat bagi warga yang terdampak gempa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari pelaksanaan program Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sambik Bangkol
ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kegiatan, baik penyuluhan maupun pelatihan identifikasi tingkat
kerusakan dan upaya perbaikan infrastruktur pasca gempa di Desa Sambik Bangkol
Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara, berjalan dengan lancar sesuai harapan.
2. Terjadi dialog interaktif antara peserta dan pelaksana penyuluhan dan pelatihan.
Peserta sangat bersemangat untuk segera mempraktekkan cara perbaikan bangunan
pasca gempa.
Realisasi perbaikan infrastruktur pasca gempa mampu memberikan manfaat kepada
masyarakat Desa Sambik Bangkol dan diharapkan pengetahuan ini dapat ditularkan pada
masyarakat di lokasi lain yang terdampak gempa.
Saran
Saran yang dapat disampaikan setelah berhasilnya pelaksanaan pengabdian ini adalah
sebagai berikut:
1. Dengan memberikan penjelasan selama kegiatan dan pada saat tanya jawab, dapat
diketahui bahwa masih diperlukan penjelasan kepada masyarakat lebih
luas/menyeluruh untuk mengantisipasi hal-hal yang berhubungan dengan perbaikan
infrastruktur pasca gempa.
2. Disarankan agar kegiatan yang serupa lebih sering dilakukan karena sangat bermanfaat
bagi warga terutama di kawasan permukiman yang berpotensi terdampak gempa.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (LPPM) Universitas Mataram atas dukungan finansial terhadap kegiatan
Pengabdian Kepada Masyarakat ini.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |249
DAFTAR PUSTAKA
Agustawijaya, D.S., 2018. Geologi Teknik, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Asrurifak, M., Irsyam, M., Budiono, B., Triyoso, W., Hendriyawan, 2010. Development of
Spectral Hazard Map for Indonesia with a Return Period of 2500 Years using
Probabilistic Method, Civil Engineering Dimension, Vol. 12, No. 1, March 2010, 52-62.
Boen, T., 2016. Belajar dari Kerusakan Akibat Gempa Bumi: Bangunan Tembokan Nir-
Rekayasa di Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Daniel, F., Ada, L., 1995. Earthquake Engineering and Earthquake-Resistant Design,
Department of Civil Engineering, Illinois Institute of Technology.
Guntoro, A., 2004. The relationship between tectonic development of Central Indonesian
region and collision of Banggai Sula microcontinent to the East Sulawesi, Jurnal
Teknologi Mineral (JTM), Vol. XI No. 1/2004, pp. 3-14.
Hoek, E., Bray, J.A., 1994. Rock Slope Engineering, Chapman & Hall, London.
Natawidjaja, D.H., 2005. Gempabumi dan tsunami Aceh-Sumut, 26 Desember 2004:
Memahami proses alam, mengatasi dampak, dan mengantisipasi bencana alam di masa
depan, Seminar Nasional Gempabumi dan Tsunami (Potensi dan Mitigasi), IAGI,
Mataram, 19 Februari 2005.
Pawirodikromo, W., 2012. Seismologi Teknik & Rekayasa Kegempaan, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Puja, I.P., 2005. Informasi monitoring gempabumi dan tsunami, Seminar Nasional Gempabumi
dan Tsunami (Potensi dan Mitigasi), IAGI, Mataram, 19 Februari 2005.
Purwono, R., Subakti, A., Wimbadi, I., Irmawan, M., 2005. Perencanaan Struktur Beton
Bertulang Tahan Gempa, ITS Press, Surabaya.
SNI, 2002. Standar Nasional Indonesia SNI 03-1726-2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Bangunan Gedung.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |250
Penyuluhan Hukum Tentang Perbandingan Sistem Kredit Pada Bank
Konvensional Dengan Pembiayaan Bank Syariah
Muhaimin*, Sumiati, M. Sood
Program Studi Hukum Bisnis, Universitas Mataram
Kata Kunci:
bank syari’ah, kredit,
pembiayaan
Abstrak:
Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari dual banking system,
memiliki makna yang penting dalam menunjang kegiatan bisnis perbankan.
Perkembangan perbankan syariah cukup pesat dan diminati oleh
masyarakat, namun belum banyak dipahami secara baik dan benar, terlebih
setelah adanya UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Hal ini
berimplikasi terhadap eksistensi perbankan syari’ah di masyarakat. Tujuan
kegiatan ini untuk mensosialisasikan keberadaan Perbankan Syariah
khususnya dalam kegiatan pembiayaan sebagai bagian dari penerapan
prinsip syariah dalam perbankan. Metode yang digunakan dalam kegiatan
ini adalah metode penyuluhan dalam bentuk ceramah dan diskusi terfokus
serta konsultasi langsung dengan masyarakat di Kecamatan Jonggat.
Pelaksanaan kegiatan pengabdian dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2019
bertempat di Aula Desa Puyung Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok
Tengah. Kegiatan ini diikuti oleh 50 orang peserta yang terdiri dari aparat
pemerintah, tokoh masyarakat, para pedagang, ibu rumah tangga, tokoh
pemuda dan remaja serta masyarakat. Adapun hasil kegiatan ini sangat
bermanfaat untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang
pentingnya pembiayaan bagi hasil dan keuntungan yang diperoleh dengan
menggunakan pembiayaan bagi hasil dibandingkan dengan sistem pinjaman
kredit berbunga yang berlaku dalam bank konvensional. Dan secara umum
keberadaan perbankan syariah belum banyak diketahui dan diminati oleh
masyarakat di Kecamatan Jonggat karena ketidaktahuan masyarakat dan
terbatasnya sosialisasi oleh pemerintah, perguruan tinggi dan dunia usaha
tentang perbankan syariah.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di lokasi penyuluhan hukum
yang akan dilakukan di Kecamatan Jonggat diantaranya; masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui, memahami dan mengerti tentang aspek hukum yang terkait dengan perbankan
khususnya perbankan syariah, terlebih lagi dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, masih ada masyarakat
yang belum mengetahui keberadaan bank syariah. Di samping itu, masyarakat belum
mengetahui cara mendapatkan pembiayaan di Bank Syariah, masyarakat masih menyamakan
antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Hal inilah yang menjadi urgensi
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |251
dilaksanakan penyuluhan hukum ini dilakukan sebagai bentuk pelaksanaan tridharma
perguruan tinggi yakni pengabdian kepada masyarakat.
Sistem hukum perbankan yang dijalankan di Indonesia dewasa ini menggunakan dual
banking system, yaitu perbankan konvensional dan perbankan syari’ah. Fakta ini menunjukkan
bahwa sistem perbankan yang menjalankan bisnis di Indonesia tidak hanya perbankan
konvensional tetapi juga perbankan syari’ah sebagai akibat dari adanya kebutuhan akan
pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional khususnya dalam bidang
ekonomi dan perbankan.
Keberadaan perbankan syari’ah sebagai bagian dari dual insurance system masih banyak
permasalahan hukum yang terjadi yang dapat berimplikasi secara hukum terhadap keberadaan
bisnis perbankan syari’ah dan masih banyak masyarakat yang belum mengetahui dan
memahami kegiatan dan prinsip operasional dan jenis pembiayaan di perbankan syariah.
Kegiatan penyuluhan ini sangat penting untuk dilakukan mengingat masyarakat lombok
khususnya di Kecamatan Jonggat mayoritas beragama Islam, sehingga dalam aktifitasnya
harus sesuai dengan prinsip syariah, termasuk dalam hal pinjam-meminjam. Kehadiran
perbankan syariah menjadi salah satu alternatif solusi untuk membantu masyarakat terbebas
dari sistem ribawi dan rentenir yang beredar di masyarakat.
Secara umum, kondisi masyarakat di Kecamatan Jonggat hampir semuanya meminjam
dengan menggunakan kredit di perbankan konvensional atau lembaga finance lainnya, di
samping itu dengan peminjaman uang pada orang-perorang yang ada di sekitar rumahnya, yang
kesemuanya menggunakan sistem kredit berbunga. Padahal sistem bunga tidak sesuai dengan
Prinsip Syariah yang dianut oleh mayoritas masyarakat di Kecamatan Jonggat.
Oleh karenanya keberadaan perbankan syariah menjadi angin segar bagi masyarakat
untuk menggunakan sistem perbankan syariah dengan sistem pembiayaan bagi hasil
(mudharabah) atau profit and loss sharing, kerjasama kemitraan (musyarakah), jual beli
(murabahah), pinjaman kebajikan (qardh), dan lain-lain, yang diharapkan dengan hadirnya
perbankan syariah ini akan membawa keadilan dan kedamaian yang akan membawa
kesejahteraan serta kebaikan masyarakat baik di dunia maupun di akhirat dengan rejeki yang
halalan thoiyiban.
Kegiatan penyuluhan hukum ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat terutama aparat kecamatan dan kepala desa serta
stafnya, kepala dusun, tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda, ibu PKK agar mampu
menyampaikan dan melakukan upaya pemahaman hukum sehingga mampu menjadi sumber
informasi yang baik dan akurat bagi masyarakat. Dengan demikian, maka aparat kecamatan
dan desa sangat menentukan dalam memberikan pemahaman kepada anggota masyarakat
tentang pembiayaan yang ada di Perbankan Syari’ah sebagai instrumen untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Adapun tujuan dari kegiatan penyuluhan hukum ini yakni: melakukan
sosialisasi/diseminasi terhadap Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
perbankan syari’ah, khususnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008. Dan secara khusus
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ummat Islam terhadap hukum yaitu
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |252
khususnya hukum tentang pembiayaan di perbankan syari’ah dan perbedaannya dengan kredit
bank konvensional, agar masyarakat di Kecamatan Jonggat dapat menjadi nasabah perbankan
syari’ah.
Kegiatan ini diharapkan bermanfaat bagi ummat Islam di Kecamatan Jonggat sebagai
sasaran kegiatan penyuluhan hukum, sehingga dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat
terhadap hukum dan pembiayaan perbankan syariah, maka akan mempengaruhi peningkatan
kesadaran hukum masyarakat terhadap hukum terutama hukum perbankan syari’ah. Di
samping itu, masyarakat dapat melakukan peminjaman (pembiayaan) yang sesuai dengan
prinsip syariat yang dianut oleh masyarakat. Oleh karena itu, manfaat kegiatan ini diharapkan
untuk dapat:
a. Mendiseminasikan hasil penelitian tentang Perbankan syari’ah dan pengaturannya menurut
hukum positif Indonesia.
b. Memperkaya bahan ajar dalam pengajaran Hukum Lembaga Keuangan, Hukum Ekonomi
Syariah, Hukum Perbankan dan Lembaga Pembiayaan.
c. Membantu masyarakat khususnya di Kecamatan Jonggat untuk memahami pembiayaan di
perbankan syariah.
METODE KEGIATAN
Berdasarkan karakteristik masyarakat sasaran penyuluhan hukum, pemecahan
masalah/solusi yang dapat dilakukan yakni melalui pendekatan kultural dan struktural.
Pendekatan kulturan yakni melakukan kerjasama dengan pemimpin informal masyarakat,
melakukan tatap muka dengan anggota masayarakat. Pendekatan struktural, yakni melakukan
kerjasama dengan dengan aparat pemimpin formal ditingkat dusun, desa dan kecamatan untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang prinsip, kegiatan dan pembiayaan di
perbankan syariah.
Metode pendekatan pelaksanaan kegiatan dalam penyuluhan hukum adalah ceramah
atau diskusi terfokus yang disampaikan oleh tim penyuluh dihadapan masyarakat sebagai
peserta penyuluhan yang bertempat di Aula Kantor Desa Puyung. Setelah ceramah dilanjutkan
dengan diskusi terfokus (tanya jawab). Apabila dalam diskusi terfokus (tanya jawab) ini
terdapat kasus-kasus yang tidak dapat dijawab dalam forum tersebut, maka terhadap kasus
tertentu dapat dilanjutkan dengan kegiatan klinik (konsultasi) langsung pada hari kegiatan atau
pada hari lain melalui telepon atau sarana lainnya.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan penguasaan materi hukum dari para peserta
yang mengikuti kegiatan penyuluhan hukum ini akan digunakan kegiatan tanya jawab secara
lisan diajukan kepada peserta. Apabila para peserta dapat menjawab dari setiap pertanyaan
yang diajukan oleh tim, maka tingkat penguasaan peserta dapat dianggap telah menguasai
materi yang telah disampaikan dalam acara penyuluhan hukum, dan apabila ada sebagian dari
peserta yang tidak dapat menjawab dengan baik, maka tiem penyuluh akan menjelaskan
kembali hingga peserta tersebut dapat mengerti semua materi penyuluhan.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |253
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan penyuluhan hukum yang dilakukan oleh tim penyuluh
setelah kegiatan penyuluhan selesai dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Pada awalnya masyarakat di Kecamatan Jonggat belum banyak yang mengetahui tentang
kegiatan perbankan syariah terutama jenis pembiayaan yang ada di perbankan syariah, dan
masyarakat masih menyamakan antara kredit di bank konvensional dengan pembiayaan di
perbankan syariah.
b. Setelah kegiatan penyuluhan hukum dilakukan, dengan penyampaian materi dan dilanjutkan
dengan diskusi atau tanya jawab dengan peserta, maka diperoleh hasil secara umum
masyarakat dapat mengerti, memahami serta mampu membedakan antara kredit pada bank
konvensional dengan pembiayaan di perbankan syariah.
c. Masyarakat di Kecamatan Jonggat ingin mendapatkan pembiayaan dengan pola bagi hasil
(mudharabah dan musyarakah), pembiayaan jual beli (murabahah), pembiayaan sewa
(ijarah) dan pembiayaan pinjaman sosial (qardh) dari perbakan syariah.
d. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat sedang berlangsungnya renovasi Kantor Kecamatan
Jonggat, sehingga kegiatan penyuluhan tidak dapat dilaksanakan di Kantor Kecamatan,
tetapi dipindah ke Aula Kantor Desa Puyung, di samping itu adanya keterbatasan waktu
dalam kegiatan penyuluhan, maka secara teknis perlu dilakukan kegiatan pendampingan dan
klinik hukum secara khusus kepada aparat kecamatan dan desa, pengelola usaha, Ibu PKK,
Pengurus Koperasi dan kelompok masyarakat masyarakat yang membutuhkan pembiayaan
di perbankan syariah.
Faktor Pendorong dan Penghambat Kegiatan adalah sebagai berikut:
a. Faktor Pendorong
Faktor pendorong dalam kegiatan penyuluhan hukum tentang pembiayaan bagi hasil
perbankan syariah ini dapat berjalan dengan lancar tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
terutama pihak Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Mataram, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Mataram,
aparatur pemerintah Kecamatan Jonggat, aparat Desa Puyung, yang telah menyediakan
fasilitas yang memadai dalam kegiatan penyuluhan termasuk mengundang kepala dusun,
tokoh masyarakat, tokoh pemuda, pedagang, ibu PKK dan kelompok masyarakat serta
masyarakat untuk hadir dalam kegiatan penyuluhan hukum yang dilakukan oleh tim
penyuluhan hukum dari Fakultas Hukum Universitas Mataram.
b. Faktor Penghambat.
Adapun faktor penghambat dalam kegiatan penyuluhan hukum ini adalah masih terbatasnya
kemampuan peserta dalam mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pembiayaan
pembiayaan di perbankan syariah, tetapi yang banyak ditanyakan adalah permasalahan
hukum bunga bank dan perbedaan bank syariah dengan bank konvensional serta kelebihan
atau keuntungan kalau mendapatkan pembiayaan dari bank syariah. Di samping itu, adanya
kesulitan dalam melakukan penyesuaian waktu dengan masyarakat, karena kesibukan
masyarakat dalam bekerja dan mencari penghasilan pencaharian sehari-hari.
Beberapa Gambar dan Foto Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan diantaranya:
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |254
(a) (b)
(c)
Gambar 1. Dokumentasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat; (a) Penyampaian Materi
Oleh Tim Penyuluh; (b) Suasana Peserta pada saat Penyampaian Materi oleh Tim Penyuluh;
(c) Suasana Peserta pada Saat Penyampaian Materi oleh Tim Penyuluh;
KESIMPULAN DAN SARAN
Bank Syariah memiliki jenis pembiayaan yang beragam dibandingkan kredit di bank
konvensional diantaranya pembiayaan bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), pembiayaan
jual beli (murabahah), pembiayaan sewa (ijarah) dan pembiayaan pinjaman sosial (qardh).
Keberadaan pembiayaan bank syariah belum banyak diketahui oleh masyarakat di Kecamatan
Jonggat Kabupaten Lombok Tengah, padahal masyarakat sangat senang dan menerima dengan
baik sistem pembiayaan perbankan syariah karena sesuai dengan keyakinan masyarakat yang
sebagian besar beragama Islam, sehingga masyarakat di Kecamatan Jonggat ingin menerapkan
pembiayaan kegiatan usahanya dari Bank Syariah.
Diharapkan kedepan kegiatan sosialisasi dan konsultasi tentang pembiayaan perbankan
syariah harus terus dilakukan agar masyarakat dapat memahami dan melaksanakan kegiatan
pembiayaan perbankan syariah sebagai alternatif pembiayaan dan dapat menjadi pengganti
sistem kredit yang selama ini diterapkan dalam masyarakat di Kecamatan Jonggat.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |255
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih disampaikan kepada Universitas Mataram yang telah mendanai kegiatan ini,
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Mataram, Program Studi
Magister Keotariatan Fakultas Hukum Universitas Mataram. Ucapan terima kasih juga
ditujukan kepada Camat Jonggat dan Kepala Desa Puyung beserta stafnya serta masyarakat di
Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah yang telah memfasilitasi kegiatan ini dan
bersedia hadir dalam kegiatan penyuluhan hokum sehingga terlaksana dengan baik dan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Dewan Syariah Nasional. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Edisi Kedua. Jakarta:
DSN-MUI, 2003.
Dewi, Gemala, 2004, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah Di
Indonesia, Kencana, Jakarta.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, LN Nomor 182 Tahun 1999. TLN Nomor 3790.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, LN Nomor 94
Tahun 2008.TLN Nomor 4867.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum Yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
Remy Syahdeini, Sutan, 1999, Perbankan Islam Dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |256
Pelatihan Pemanfaatan Sampah Anorganik Menjadi Produk Daur
Ulang Bagi Ibu Rumah Tangga Di Desa Sokong Kecamatan Tanjung
Kabupaten Lombok Utara
Siti Nurmayanti*, Dwi Putra Buana Sakti, Junaidi Sagir
Program Studi Manajemen, Universias Mataram
Kata Kunci:
3R, anorganik,
pelatihan,
pengelolaan sampah
Abstrak:
Seiring berkembangnya sebuah kota, maka berdampak pada
bertambanhnya timbunan sampah terutama sampah yang berasal dari
kegiatan rumah tangga. Masalah sampah adalah masalah yang tidak akan
habis. Sampah sering dianggap sebagai sesuatu yang menjengkelkan, kotor,
bau, sulit terurai, mengganggu pemandangan, mengganggu kesehatan dan
bahkan menyebabkan banjir. Peran masyarakat terutama ibu rumah tangga
masih terbatas pada pengumpulan dan pembuangan sampah saja.
Diperlukan usaha yang lebih intensif dan berkelanjutan untuk menggugah
kesadaran dan kepedulian ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah
di lingkungannya. Pengenalan dan penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse,
Recycle) atau pengurangan, penggunaan kembali dan mendaur ulang
sampah, merupakan salah satu cara pendekatan sumber dalam pengelolaan
sampah. Dengan konsep ini ibu rumah tangga tidak hanya membuang
sampah tapi sekaligus memanfaatkannya dan dapat mempunyai nilai
tambah secara ekonomi. Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah
memberikan pemahaman yang baik tentang konsep 3R disertai dengan
pelatihan untuk memberikan ketrampilan berupa kemampuan membuat
produk daur ulang bernilai ekonomis dari bahan sampah anorganik bagi ibu
rumah tangga di Desa Sokong Kecamatan Tanjung. Metode yang
diterapkan dalam kegiatan ini adalah pelatihan dan praktik langsung. Dalam
pelatihan ini diberikan beberapa kegiatan yang meliputi presentasi materi
dan praktik membuat produk daur ulang dari sampah anorganik oleh
instruktur yang berpengalaman di bidangnya. Output dari kegiatan
pengabdian masyarakat ini ibu rumah tangga di desa Sokong Kecamatan
Tanjung mendapatkan ketrampilan untuk memanfaatkan sampah anorganik
untuk dijadikan produk daur ulang yang bernilai ekonomis.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Sampah merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang memerlukan perhatian
serius. Sampah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia
maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah yang dibuang ke
lingkungan dapat menjadi beban bagi lingkungan. Dampak sampah terhadap manusia dan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |257
lingkungan dapat dikategorikan dalam tiga aspek yaitu dampak terhadap kesehatan,
lingkungan, dan dampak secara sosial ekonomi (Gelbert, Prihanto, Suprihatin, 1996). Dampak
pada sosial ekonomi akan memberikan efek positif terhadap pendapatan masyarakat, maka
perlu penanganan dan keseriusan terkait dengan masalah tersebut. Pengolahan sampah
anorganik yang dihasilkan akibat aktivitas rumah tangga seperti bahan plastik akan diolah
menjadi kerajinaan tangan yang dapat menghasilkan pendapatan ekonomi masyarakat.
Pengolahan sampah anorganik menjadi kerajinan tangan, dapat dikelola menjadi bahan yang
bermanfaat seperti tas, bunga, piring, tempat tissue dan lain sebagainya. Hal ini akan lebih
bernilai ekonomis dan lebih menguntungkan.
Terdapat beberapa jenis sampah anorganik atau sampah yang dapat digunakan sebagai
kerajinan tangan diantaranya adalah plastik, botol plastik, gelas plastik, pembungkus deterjen
cair, pembungkus permen dan bahan plastik lainnya. Bila sampah plastik ini diolah menjadi
kerajinan, sampah tersebut dapat menghasilkan berbagai macam kerajinan. Dengan demikian
nilai tambah yang diperoleh akan lebih tinggi sekaligus dapat memecahkan masalah
pengangguran, pencemaran lingkungan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Peran serta ibu rumah tangga cukup besar dan penting artinya dalam peningkatan
efisiensi pengelolaan persampahan, mengingat peran perempuan yang mempunyai tugas
domestik (Suparmini, Setyawati, Sumunar, Khotimah, 2014). Ibu rumah tangga di Desa
Sokong Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara juga merupakan bagian dari
masyarakat yang menghasilkan sampah rumah tangga setiap hari. Sampah rumah tangga
sebagian besar merupakan bahan organik di samping sampah anorganik. Sampah organik
misalnya sampah yang dihasilkan dari kegiatan dapur rumah tangga seperti sisa sayuran, kulit
telur, dan kulit buah. Sementara sampah anorganik rumah tangga berupa gelas plastik, botol
plastik, tas plastik (keresek), bungkus deterjen, bungkus kopi dan lain-lain. Adanya kepedulian
dari ibu rumah tangga untuk meminimalkan sampah rumah tangga tentunya sangat membantu
mengurangi timbunan sampah keseluruhan yang masuk di lingkungan (Suparmini, at al, 2014).
Upaya meminimalkan sampah dapat dilakukan dengan 3R, meliputi reduce
(mengurangi), reuse (memakai ulang), dan recycle (daur ulang). Upaya tersebut dilandasi
pemikiran bahwa setiap orang berhak atas lingkungan yang layak dan nyaman, sehingga setiap
orang wajib menjaga kenyamanan lingkungan, tanpa kecuali. Pelatihan pengelolaan sampah
anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang bagi ibu rumah tangga dalam rangka meminimalkan
sampah rumah tangga tentunya akan sangat bermanfaat, apalagi jika sampah yang telah didaur
ulang menjadi aneka kreasi unik dan cantik dapat memiliki manfaat tertentu dan bernilai
ekonomi sehingga dapat menambah penghasilan keluarga (Suparmini, at al, 2014).
Pelatihan mengenai pengelolaan sampah anorganik menjadi produk daur ulang yang
bernilai ekonomis telah banyak dilakukan oleh tim pengabdi. Seperti yang dilakukan oleh
Fatoni et.al., (2017) yang melakukan pengabdian pada masyarakat Kelurahan Wonosari
Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang mengenai pendayagunaan sampah menjadi produk
kerajinan. Demikian juga Suparmi, et al (2014) melakukan pengabdian masyarakat pada ibu
rumah tangga dan remaja putri di desa Trimulyo Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul mengenai
pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang yang dapat
menambah penghasilan keluarga. Sementara Henuhili, Aminatun, Suhartini, Arisuciati,
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |258
Marlina dan Asmoro (2009) melakukan pengabdian terkait pemberdayaan ibu-ibu rumah
tangga dalam memanfaatkan sampah anorganik menjadi barang kerajinan yang bernilai
ekonomi untuk menambah pendapatan keluarga.
Usaha untuk memanfaatkan sampah anorganik sebagai produk daur ulang yang
dihasilkan oleh ibu rumah tangga kurang diketahui di Kabupaten Lombok Utara khususnya di
Desa Sokong Kecamatan Tanjung. Analisis permasalahan yang dijumpai di Desa Sokong
adalah: (1) ibu rumah tangga di Desa Sokong belum memahami cara memilah sampah organik
dan anorganik sebagai kunci pengolahan sampah berdasarkan konsep 3R; (2) ibu rumah tangga
di Desa Sokong belum mengetahui pemanfaatan sampah bahan plastik untuk membuat produk
daur ulang yang bernilai ekonomis. Melihat permasalahan di atas maka yang harus dilakukan
adalah memberikan sentuhan ilmu atau teknologi untuk pemanfaatan sampah anorganik seperti
sampah plastik, kepada masyarakat khususnya ibu rumah yang berada di desa Sokong
Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan yang akan dicapai dari kegiatan
pelatihan ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep 3R bagi ibu rumah tangga di desa Sokong Kecamatan Tanjung
dalam memilah sampah organik dan anorganik.
2. Untuk memberikan pelatihan pemanfaatan sampah anorganik (plastik) menjadi produk daur
ulang yang berguna bernilai ekonomis.
Manfaat kegiatan pelatihan pemanfaatan sampah anorganik menjadi produk daur ulang
bagi ibu rumah tangga di Desa Sokong Kecamatan Tanjung adalah sebagai berikut:
a. Bagi Peserta Pelatihan
Adanya kegiatan pelatihan ini diharapkan bermanfaat dalam mewujudkan tujuan
pengabdian masyarakat yakni ibu rumah tangga di desa Sokong Kecamatan Tanjung
memahami konsep 3R dalam memilah sampah organik dan anorganik, serta mampu
memanfaatkan sampah anorganik (plastik) menjadi produk-produk daur ulang yang bernilai
ekonomis
b. Bagi pelaksana kegiatan
Sejalan dengan salah satu tri darma perguruan tinggi, memberikan sumbangan pengetahuan
sebagai langkah nyata dalam rangka pengabdian masyarakat di desa.
Sasaran kegiatan ini adalah ibu-ibu rumah tangga di desa Sokong Kecamatan Tanjung
khususnya ibu-ibu rumah tangga di Dusun Prawira Desa Sokong Kecamatan Tanjung sebanyak
19 orang. Alasan dipilihnya ibu-ibu rumah tangga di wilayah ini sebagai objek pelatihan karena
berdasarkan observasi dan wawancara sebelumnya diperoleh informasi bahwa ibu-ibu rumah
tangga ini tidak pernah memperoleh pelatihan terkait daur ulang sampah serta di siang hari
hingga sore hari mereka masih memiliki waktu luang, sehingga hal ini dirasa oleh tim
pengabdian adalah tepat sasaran sebagai objek dan peserta pelatihan.
METODE KEGIATAN
Metode yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah pelatihan dan praktek langsung.
Beberapa kegiatan yang diberikan meliputi penyajian materi dan praktek pembuatan produk
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |259
daur ulang sampah oleh instruktur yang berpengalaman di bidang ini. Adapun langkah-langkah
dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini mencakup beberapa tahapan berikut:
1. Persiapan
Beberapa hal dilakukan oleh tim pelaksana dalam tahap persiapan ini yaitu mempersiapkan
tenaga instruktur. Instruktur yang dipilih adalah instruktur yang memiliki keahlian di bidang
produk daur ulang sampah plastik sebanyak satu orang. Kemudian menentukan tempat
pelaksanaan pengabdian masyarakat, yakni bertempat di salah satu rumah warga di Dusun
Prawira Desa Sokong dengan mengetahui ketua RT setempat. Selanjutnya menentukan dan
merekrut peserta pelatihan. Terkumpul 19 ibu rumah tangga dan remaja putri yang terlibat
dalam kegiatan pelatihan ini. Tahap persiapan juga dilakukan dengan mempersiapkan lembar
absensi sebagai bukti kehadiran peserta, persiapan konsumsi, persiapan alat dan bahan serta
dokumentasi.
2. Pelaksanaan Pelatihan
Kemudian pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan metode ceramah yang dimulai dengan
menyampaikan materi secara lisan tentang pengelolaan sampah yang dimulai dari penyuluhan
tentang pemilahan sampah organik dan anorganik, dilanjutkan dengan materi tentang konsep
3R untuk mengunggah kesadaran ibu rumah tangga untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
sampah secara mandiri. Kemudian disajikan materi terkait pemanfaatan sampah plastik
menjadi produk daur ulang yang bernilai ekonomis, pengenalan alat yang digunakan berupa
gunting, jarum dan benang jahit, tali pancing, korek api, limbah plastik seperti gelas plastik,
bungkus rinso, bungkus molto, bungkus kopi dan lain-lain. Selanjutnya praktek pembuatan
produk daur ulang sampah. Pada saat praktek, ibu-ibu peserta pelatihan di latih untuk membuat
piring inke berbahan dasar plastik dari sampah gelas minuman air dalam kemasan. Diskusi juga
dilakukan agar ibu rumah tangga lebih memahami materi yang diberikan serta memberikan
kesempatan kepada mereka untuk lebih aktif terlibat.
3. Penutupan Pelatihan
Saat akhir kegiatan pelatihan, peserta dan tim pelaksana melakukan penilaian hasil
pelatihan dan para peserta juga memberikan evaluasi akan pelatihan ini. Setelah semua
kegiatan yang telah direncanakan terlaksana, ketua tim Pengabdian menutup program dan
memberikan pesan kepada segenap peserta pelatihan untuk menerapkan apa yang telah
didapatkan untuk memperkaya pembelajaran terkait pengelolaan sampah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Target yang ingin dicapai melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah (i)
ibu rumah tangga di Desa Sokong mampu menerapkan konsep 3R dalam mengelola sampah,
dan (ii) ibu rumah tangga di Desa Sokong mampu menghasilkan produk daur ulang yang
bernilai ekonomis berbahan baku sampah anorganik. Sehingga luaran kegiatan yang
diharapkan adalah dihasilkannya produk daur ulang berbahan baku sampah anorganik yang
bernilai ekonomis. Selanjutnya hasil pengabdian masyarakat ini dapat di muat dalam jurnal
internal kampus atau pada jurnal lainnya.
Evaluasi kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan melihat proses yang
berlangsung. Peserta pelatihan sangat antusias mengikuti tahapan-tahapan pelatihan dari awal
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |260
sampai akhir acara pelatihan. Hal ini ditunjukkan dengan antusiasme dalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada instruktur, ketika peserta pelatihan belum memahami contoh
yang diberikan oleh instruktur. Peserta pelatihan juga dengan serius mengerjakan tugas praktik
yang diberikan dalam hal ini membuat piring inke berbahan dasar plastik dari sampah gelas
minuman air dalam kemasan.
Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap hasil praktik dari peserta, dengan cara memeriksa
hasil pembuatan piring inke. Hasilnya menunjukkan bahwa peserta harus lebih giat lagi
berlatih. Hal ini wajar karena baru tahap permulaan dalam pelatihan. Di akhir kegiatan, tim
pengabdian meminta masukan dari peserta pelatihan. Sebagian besar peserta menginginkan
program pelatihan ini berlanjut karena selain untuk mengisi waktu kosong di sela-sela kegiatan
mengurus keluarga, juga membuka peluang untuk menambah pendapatan keluarga.
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini telah terlaksana dengan baik berkat dukungan
berbagai faktor, diantaranya, yaitu: Komunikasi antar anggota tim dan instruktur berlangsung
lancar dan efektif sehingga koordinasi tim pada seluruh proses persiapan, pelaksanaan
pelatihan berlangsung dengan baik dan tepat waktu. Instruktur yang terlibat adalah instruktur
yang sangat ahli di bidang daur ulang sampah anorganik yang sangat berkomitmen dalam
memberikan pelatihan; Ibu-ibu rumah tangga peserta pelatihan sangat antusias dan semangat
dalam mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir. Hal ini terlihat juga ketika mereka di minta
praktek membuat piring inke sebagai salah satu bentuk olahan sampah anorganik, mereka
bersemangat untuk berlatih dan bertanya tentang hal-hal yang berkaitan tentang apa yang
sedang mereka kerjakan; Harapan peserta pelatihan bahwa kegiatan ini dapat terus berlanjut di
masa yang akan datang dengan menawarkan tempat kegiatan pelatihan di dusun mereka; dan
Dukungan dari peserta sangat besar dan berharap dapat terus dilibatkan dalam kegiatan
pelatihan-pelatihan lainnya.
Sementara faktor penghambat kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah terkait
dengan waktu yang terbatas. Antusiasme peserta menjadikan waktu terasa singkat karena harus
berakhir, disaat mereka telah memahami tentang sampah organik dan anorganik dan mulai
lancar dalam praktek pembuatan produk daur ulang. Namun hampir semua berhasil
menyelesaikan karya mereka dari sampah plastik tersebut.
Gambar 1. Suasana Pelatihan Pemanfaatan Sampah Anorganik
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |261
KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk memberikan pelatihan pemanfaatan
sampah anorganik menjadi produk daur ulang bagi ibu-ibu rumah tangga di Desa Sokong
Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara dapat dikemukakan kesimpulan sebagai
berikut: pertama, Tahap awal pelaksanaan pelatihan di awali dengan menyampaikan materi
mengenai penyuluhan tentang pemilahan sampah organik dan anorganik, dilanjutkan dengan
materi tentang konsep 3R. Kemudian disajikan materi terkait pemanfaatan sampah plastik
menjadi produk daur ulang yang bernilai ekonomis; kedua, Instruktur memberikan materi
kepada peserta pelatihan mengenai teknik pembuatan produk daur ulang, kemudian
mengenalkan bahan-bahan sampah plastik yang dapat digunakan untuk membuat produk daur
ulang seperti gelas plastik, bungkus permen, bungkus kopi, serta alat-alat yang digunakan
seperti gunting, jarum dan benang, dan tali pancing, Selanjutnya dilakukan praktek langsung
pembuatan produk daur ulang dari sampah plastik berupa pembuatan piring inke.
Saran yang dapat diberikan terkait pelaksanaan pelatihan ini adalah peserta pelatihan dapat
terus berlatih membuat aneka kerajinan berbahan sampah anorganik hingga menjadi mahir
sehingga membuka peluang meningkatkan pendapatan keluarga.
UCAPAN TERIMAKASIH
Tim pengabdian mengucapkan terimaksih kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Mataram serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Mataram yang
telah mendanai kegiatan pengabdian masyarakat ini sesuai surat perjanjian nomer
2287/UN18?LPPM/2019.
DAFTAR PUSTAKA
Fatoni, Nur Imanuddin, Rinaldy, Darmawan, Ahmad Ridho, 2017, Pendayagunaan Sampah
Menjadi Produk Kerajinan, DIMAS – Volume 17, Nomor 1, Mei 2017
Gelbert M., Prihanto D., dan Suprihatin A, (1996), Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup dan
“Wall Chart”. Buku Panduan Pendidikan Lingkungan Hidup. PPPGT/VEDC.Malang
Henuhili ,Victoria, Aminatun, Tien, Suhartini, Arisuciati, Intan, Marlina, Ana, Asmoro, Dedy
Setyo, 2009, Perberdayaan Ibu-Ibu Rumah Tangga Dalam Memanfaatkan SAmpah
Anorganik Menjadi Barang-Barang Kerajinan Yang Bernilai Ekonomi Untuk Menambah
Income Keluarga, Laporan Kegiatan PPM, Lembaga Pengabdian Masyarakat
Universitas Negeri Yogyakarta
Kementrian Lingkungan Hidup, (2012), Profil Bank Sampah. Rapat Kerja Nasional Bank
Sampah. Malang.
Suparmini, Setyawati, Sriadi, Sumunar, Dyah Respati Suryo, Khotimah, Nurul, 2014,
Pelatihan Pengelolaan Sampah Anorganik Menjadi Aneka Kreasi Daur Ulang Bagi Ibu
Rumah Tangga Dan Remaja Putri Di Desa Trimulyo Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul,
Laporan Pengabdian Masyarakat (PPM) Dosen, Jurusan Pendidikan Geografi FAkultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |262
Penyuluhan Mengenai Jenis, Manfaat, Status dan Ancaman Ekosistem
Lamun Di Perairan Pantai Sire, Kabupaten Lombok Utara
Ibadur Rahman*, Saptono Waspodo, Ayu Adhita Damayanti, Mahardika Rizki
Himawan, Soraya Gigentika
Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mataram
Kata Kunci:
lamun, Pantai Sire,
masyarakat,
penyuluhan
Abstrak:
Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem laut yang berperan
penting sebagai tempat mencari makan, tempat pemijahan dan daerah
asuhan berbagai jenis biota. Dewasa ini ekosistem lamun terus menerus
mendapatkan tekanan yang mengancam kelestariannya (Bengen, 2004),
baik diakibatkan fenomena alam atau karena aktivitas manusia. Mengingat
peranan vital yang dimiliki ekosistem lamun, maka diperlukan berbagai
upaya untuk menjaga kelestariannya. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan yaitu dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat
mengenai jenis-jenis, manfaat, status dan ancaman terhadap ekosistem
lamun. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini yaitu berupa
penyuluhan dan diskusi, menghadirkan nara sumber yang memiliki
kepakaran di bidang lamun, serta simulasi pengamatan tutupan lamun dan
identifikasi jenis lamun. Masyarakat juga diminta untuk mengindentifikasi
kegiatan-kegiatan apa saja yang berpotensi merusak ekosistem lamun yang
mereka jumpai di kawasan Pantai Sire. Hasil dari kegiatan pengabdian ini
menunjukkan bahwa masyarakat memiliki antusias yang tinggi untuk
terlibat aktif dalam upaya pelestarian ekosistem lamun, mengingat kondisi
lamun yang terus mengalami degradasi dari hari ke hari.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Masyarakat awam umumnya menganggap ekosistem lamun sama halnya seperti
tumbuhan rumput liar yang hidup di daratan. Dikarenakan anggapan dan pemahaman tersebut,
lamun umumnya dianggap sebagai tanaman pengganggu yang dapat mengurangi keindahan
pemandangan bawah laut yang menjadi komoditi pariwisata, layaknya ekosistem terumbu
karang dengan populasi ikan-ikan karang yang beraneka ragam dan warnanya. Namun,
ekosistem lamun sejatinya merupakan bagian penting dari ekosistem perairan yang berperan
terhadap produktivitas perairan, mengingat fungsinya sebagai daerah asuhan (nursery ground),
tempat mencari makan (feeding ground), dan daerah pemijahan (spawning ground)berbagai
jenis biota termasuk ikan.
Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap keberadaan dan kebermanfaatan
ekosistem lamun menjadikannya hanya dipandang sebelah mata, bahkan banyak dijumpai
kegiatan-kegiatan masyarakat yang berpotensi mengancam kelestarian ekosistem lamun,
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |263
misalnya: penangkapan ikan menggunakan pukat dasar (trawl) yang tidak spesifik menangkap
ikan, namun turut menjaring tumbuhan lamun, kegiatan pengerukan dan pengurugan pantai,
ramainya lalu lintas kapal, serta polusi dan limbah baik domestik maupun limbah pabrik yang
dibuang ke laut sehingga dapat mencemari perairan.
Maka dari itu, kegiatan pengabdian ini berupaya memberikan pemahaman yang lebih
baik melalui kegiatan penyuluhan kepada masyarakat mengenai jenis-jenis, manfaat, status dan
ancaman ekosistem lamun. Setelah diselenggarakannya kegiatan pengabdian ini, masyarakat
diharapkan dapat berperan aktif dalam upaya pelestarian ekosistem lamun dan mencegah
upaya-upaya yang dapat merusak ekosistem lamun, baik yang disadari maupun tidak.
METODE KEGIATAN
Kegiatan pengabdian ini dilakukan pada tanggal 14 September 2019, di kawasan
ekosistem lamun Pantai Sire, Desa Sigar Penjalin, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Kegiatan penyuluhan ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
1) Survey Lokasi
Survey lokasi meliputi kegiatan peninjauan ke lokasi pengabdian, menggali informasi
hasil wawancara dengan masyarakat, dan studi literatur terhadap kegiatan penelitian atau
pengabdian yang pernah dilakukan sebelumnya.
2) Pembuatan Modul Penyuluhan
Pembuatan modul penyuluhan meliputi studi literatur dari berbagai sumber pustaka,
disesuaikan dengan tingkat pendidikan peserta pengabdian sehingga mudah dipahami.
3) Sosialisai dan Pendampingan Masyarakat
Kegiatan sosialisasi meliputi perizinan ke Kepala Desa, penginformasian kepada
masyarakat mengenai jadwal sosialisasi, penyampaian sosialisasi kepada masyarakat
mengenai manfaat lamun, ancaman terhadap kerusakan lamun, dan bentuk-bentuk upaya
pelestarian ekosistem lamun, serta simulasi pengamatan tutupan lamun yang benar sesuai
pedoman yang terstandarisasi. Adapun metode pengamatan tutupan lamun yang digunakan
mengacu pada standar Seagrass Watch, menggunakan kuadran transek berukuran 50x50
cm2 (Gambar 1). Dari kuadran tersebut kemudian dapat ditentukan berapa persentase
penutupan lamun dan jenis apa saja yang ditemukan di kawasan Pantai Sire.
Gambar 1. (a) pengamatan tutupan dan jenis lamun menggunakan kuadran transek 50x50
cm2, (b) Standar Perhitungan Persentase Penutupan Lamun Watch (Short et al., 2004).
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |264
4) Evaluasi
Kegiatan evaluasi diperlukan untuk mengetahui seberapa efektif kegiatan
penyuluhan terhadap pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam upaya melestarikan
ekosistem lamun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalah masyarakat menjadi paham bahwa lamun
bukanlah tumbuhan rumput liar yang mengurangi keindahan pesona bawah laut, namun
ekosistem lamun justru merupakan rumah (habitat) bagi beranekaragam jenis biota, seperti :
ikan, teripang, bulu babi, udang, kepiting, lobster, bahkan biota perenang jarak jauh seperti
penyu dan dugong (duyung).
Dari 60 jenis lamun yang tersebar di seluruh dunia (Kuo & McComb, 1989), dan 15
jenis lamun yang ditemukan di perairan wilayah Indonesia (Syafrie et al., 2018), peserta
pengabdian berhasil mengkoleksi dan mengidentifikasi 8 (delapan) jenis lamun yang berada di
kawasan padang lamun Pantai Sire, Kabupaten Lombok Utara, yaitu: Enhalus acoroides,
Syringodium isoetifolium, Halodule pinifolia, Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii,
Halodule uninervis, Cymodocea serrulata dan Halophila ovalis.
Gambar 1. Kegiatan penyuluhan mengenai jenis, manfaat, status dan ancaman ekosistem
lamun di kawasan Pantai Sire.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, ditemukan pula berbagai jenis biota yang berada
di area padang lamun, antara lain: bulu babi, teripang, kekerangan, dan beranekaragam jenis
ikan. Beragamnya jenis biota yang ditemukan di padang lamun tersebut dikarenakan padang
lamun merupakan habitat bagi berbagai jenis biota, ditambah fungsi lainnya baik sebagai
daerah asuhan, padang penggembalaan dan tempat mencari makan (Syafrie et al., 2018).
Hasil simulasi pengamatan tutupan tumbuhan lamun menggunakan transek kuadran
50x50 cm2 menunjukkan bahwa rerata tutupan lamun di kawasan Pantai Sire yaitu sebesar 71%
(Tabel 1). Berdasarkan Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup nomor 200/
2004 (Syafrie et al., 2018) kondisi kondisi kesehatan lamun di kawasan Pantai Sire termasuk
dalam kategori sehat (di atas 60%). Dengan mengetahui status ekosistem lamun yang masih
dalam kategori sehat tersebut, masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam upaya
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |265
menjaga dan mempertahankan kondisi ekosistem lamun di kawasan Pantai Sire agar selalu
berada dalam kondisi sehat, serta mencegah upaya-upaya yang dapat menyebabkan kerusakan
(degradasi) ekosistem lamun.
Tabel 1. Hasil simulasi pengamatan tutupan lamun Pantai Sire
Pengamatan ke-
1 Pengamatan ke-2 Pengamatan ke-3 Rerata
68 % 84 % 60 % 71 %
Adapun kegiatan-kegiatan yang berpotensi merusak (mendegradasi) ekosistem lamun
yang berhasil diidentifikasi oleh masyarakat dan terjadi di kawasan Pantai Sire antara lain:
1. Lalu lintas kapal, dimana baling-baling dan jangkar kapal dapat merusak/mencabut
tumbuhan lamun sampai ke akarnya. Di samping itu, tumpahan minyak kapal dapat
mengakibatkan pencemaran perairan yang dapat menghalangi penetrasi sinar matahari
ke dalam laut serta mengganggu proses penyerapan nutrien sehingga pertumbuhan
lamun menjadi terganggu.
2. Penangkapan ikan menggunakan pukat dasar (trawl) yang tidak secara spesifik
menjaring ikan target, namun ikut menjaring tumbuhan lamun.
3. Penggunaan potassium sianida untuk meracuni ikan agar mudah ditangkap, ternyata
juga berpengaruh pada lamun. Adanya senyawa racun seperti potassium sianida
tersebut diduga berpengaruh juga terhadap tumbuhan lamun.
4. Pengerukan dan pengurugan area pantai untuk pengembangan tempat wisata.
5. Limbah (sampah) domestik, berupa plastik, sisa-sisa makanan, diapers, dan lain
sebagainya.
Upaya pelestarian ekosistem lamun akan menjadi lebih optimal ketika masyarakat ikut
terlibat bahkan menjadi garda terdepan, terutama masyarakat sekitar yang setiap harinya
berinteraksi dengan ekosistem lamun. Hal termudah yang dapat dilakukan oleh masyarakat,
setelah mendapat penyuluhan dan simulasi mengenai jenis, manfaat, status dan ancaman
ekosistem lamun ini, adalah dengan tidak menjadikan dirinya terlibat dalam kegiatan-kegiatan
yang dapat merusak ekosistem lamun. Kemudian secara perlahan mulai mengajak karib-
kerabat dan keluarga mereka untuk turut andil dalam upaya pelestarian ekosistem lamun dan
menentang upaya-upaya yang berpotensi merusak ekosistem lamun. Karena mereka sadar,
bahwa lestarinya ekosistem lamun akan mendatangkan manfaat bagi mereka sendiri, di
antaranya yaitu terjaminnya kelangsungan hidup hewan-hewan laut yang biasa mereka
konsumsi sehari-hari.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan pengabdian berupa penyuluhan mengenai jenis, manfaat, status dan acaman
ekosistem lamun ini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, dan membuat masyarakat
sadar bahwa kegiatan yang biasa dilakukan ternyata berpotensi merusak ekosistem lamun.
Selain itu, masyarakat tampak sangat bersemangat dalam upaya pelestarian lamun, dikarenakan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |266
dengan melestarikan lamun mereka dapat merasakan manfaat langsung yaitu terjaminnya
kelangsungan hidup hewan-hewan laut yang biasa mereka konsumsi sehari-hari.
Sebaiknya kegiatan pengamatan ekosistem lamun dilakukan dengan
mempertimbangkan kondisi pasang-surut air laut. Kondisi air pasang yang terlalu tinggi cukup
menyulitkan masyarakat, terutama yang tidak memiliki keahlian berenang, untuk mengamati
dengan baik penutupan dan jenis lamun yang diamati.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram, sehingga kegiatan
pengabdian ini dapat diselenggarakan dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
mahasiswa Program Vokasi KLU Unram, dan mahasiswa Jurusan Perikanan dan Ilmu
Kelautan Unram : Kak Abdurrahman, Kak Pandu AP, Kak M. Supiandi, Kak Agustina R, Kak
Faradilla A, Kak Sultan HMT, Kak Hardiawan, Azilia R, Idrus, Yuni PA, dan Hardi A.
DAFTAR PUSTAKA
Bengen. 2004. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip
Pengelolaannya. Pusat kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Kuo, J., McComb, A.J. 1989. Seagrass Taxonomy, Structure and Development. In: Larkum,
A.W.D., McComb, A.J., Shephard, S.A. (eds.). Biology of Seagrasses. A treatise on the
biology of seagrasses with special reference to the Australian region. Amsterdam:
Elsevier.
Short F.T., L.J Mc Kenzie, R.G. Coles and J.L. Gaeckle. 2004. Seagrass Net Manual for
Scientific Monitoring of Seagrass Habitat-Western Pacific Edition. USA. University of
New Hampshire, QDPI, Northern Fisheries Center, Australia.
Syafrie N.D.M, U.E. Hernawan, B. Prayudha, I.H. Supriyadi, M.Y. Iswari, Rahmat, K.
Anggraini, S. Rahmawati, Suyarso. 2018. Status Padang Lamun Indonesia 2018 Ver.02.
Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI : Jakarta Utara.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |267
Sosialisasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Rahmi Sri Ramadhani*, Siti Atikah
Fakultas Ekonomi dan Bsnis, Universitas Mataram
Kata Kunci:
Sampah rumah
tangga, Metode
Komposting,
FELITA
Abstrak:
Sampah merupakan masalah yang masih dihadapi Indonesia saat ini.
Menurut UU No 18 Tahun 2008 tentang pengelolan sampah, sampah
didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang terbentuk padat. Hasil penelitian menunjukkan potensi reduksi
sampah oleh perumahan permanen sebesar 53% sampah mudah busuk yang
berpotensi untuk pengomposan, dan 17 % sampah anorganik untuk daur
ulang. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini mensosialisasi metode
komposting yang bisa dilakukan dirumah oleh anggota keluarga, sehingga
jumlah sampah rumah tangga yang diangkut keTPS dan TPA bisa
berkurang. Metode komposting yang disosialisasi pada kegiatan
pengabdian ini adalah Metode TAKAKURA dan Metode FELITA.
Sosialisasi dilakukan pada mahasiswa dan ibu rumah tangga yang
tergabung dalam Dharma Wanita Persatuan (DWP). Kegiatan sosialisasi
berjalan lancar sesuai rencana, peserta sosialisasi sangat antusias menerima
dan mempraktekan metode komposting yang disosialisasikan.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Sampah merupakan salah satu masalah yang menyebabkan kerusakan lingkungan..
Menurut UU No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang terbentuk padat. Sampah dapat dikelompokkan
menurut sumber yang menghasilkan sampah yaitu : Sampah rumah tangga, sampah sejenis
sampah rumah tangga dan sampah spesifik. Menurut PP RI No 81 tahun 2012 tentang
pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga, sampah rumah
tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik.
Penelitian Windraswara dkk (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph ) berjudul
Analisis Potensi Reduksi Sampah Rumah Tangga Untuk Peningkatan Kualitas Kesehatan
Lingkungan di kota Semarang, dijelaskan bahwa pengelolaan sampah perkotaan merupakan
salah satu tantangan besar yang dihadapi daerah perkotaan di negara-negara berkembang.
Lebih lanjut, hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi reduksi sampah oleh perumahan
permanen sebesar 53% sampah mudah busuk yang berpotensi untuk pengomposan, dan 17%
sampah anorganik untuk daur ulang. Potensi reduksi sampah untuk perumahan kos permanen
adalah 16% sampah organik untuk pengomposan dan 47% sampah anorganik untuk daur
ulang., sementara rumah makan/warung potensi reduksi 53% dapat diolah menjadi kompos dan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |268
17% akan di daur ulang. Zulkifli (2014:104) menjelaskan di Indonesia sebagian besar sampah
di kota yang dihasilkan tergolong sampah hayati. Rata-rata sampah yang tergolong hayati di
atas 65% dari total sampah. sampah hayati sendiri berasal dari sisa-sisa makanan dan sampah
dapur yang cepat membusuk dan berpotensi sebagai penahsil kompos, metan dan energi.
Pola pengelolaan sampah yang yang bertumpu pada pendekatan akhir (end of pipe)
sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan pola baru pengelolaan sampah. pola baru ini
memandang sampah sebagai sumber daya yang memiliki nilai ekonomi dan dapat
dimanfaatkan. Pengelolaan sampah dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan
sampah. kegiatan pengurangan sampah dilakukan dengan pendekatan 3R atau pembatasan,
penggunaan kembali dan pendaur ulang. Sedangkan penanganan sampah meliputi pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir (Zulkifli , 2014 :99).
Dalam pengelolan sampah perkotaan dibutuhkan peran serta masyarakat. Pengelolaan
sampah terpadu, memberikan peluang bagi masyarakat berpartisipasi aktif dalam kegiatan
penangan sampah. Zulkifli (2014:108) menjelaskan solusi dalam mengatasi masalah sampah
dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi terhadap semua program pengelolaan sampah
mulai dari skala kecil sampai skala yang lebih luas lagi. Suwahyono (2014:9) menjelaskan
aktivitas manusia dalam rumah tangga menghasilkan limbah dalam bentuk sampah rumah
tangga, yang terdiri atas dua macam yaitu sampah organik dan sampah non organik.
Umumnya pola pengelolaan sampah dilakukan dengan. cara dikumpulkan, diangkut
dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Kegiatan pengabdian ini bertujuan
memberikan pengetahuan bahwa penganan sampah bisa dilakukan oleh masyarakat dengan
melakukan pemilahan sampah, kemudian sampah organik diolah menjadi kompos. Kompos
adalah hasil proses pelapukan bahan-bahan organik akibat adanya interaksi antara
mikroorganisme pengurai yang bekerja didalamnya ( Suwahyono, 2014: 21).
Kegiatan pengabdian ini akan memperkenalkan pembuatan kompos untuk mengurangi
sampah organik yang diangkut petugas sampah, sehingga timbulan sampah di TPS dan TPA
berkurang. Metode komposting untuk sampah organik dapat dilakukan menggunakan beberapa
cara, yang akan dikenalkan dalam kegiatan pengabdian ini adalah Metode FELITA DAN
TAKAKURA.
Metode yang pertama yang akan disosialisasikan adalah Metode Takakura. Metode
Takakura diperkenalkan tahun 2004 di Surabaya oleh seorang berkewarganegaran Jepang yaitu
Mr Takakura. Metode ini memberikan solusi penumpukan sampah organik di Surabaya.
Dengan metode ini sampah organik yang dihasilkan oleh rumah tangga,dapat dijadikan kompos
di rumah. Metode kedua yang disosialisasikan adalah metode yang biasa disebut FELITA,
FELITA adalah kependekan dari Fermentasi Limbah Rumah Tangga. Perbedaan metode
Takakura dan FELITA diantaranya adalah metode takakura hanya menghasilkan kompos padat
sementara dengan metode FELITA selain menghasilkan kompos padat juga akan
dimenghasilkan POC (Pupuk Organic cair).
METODE KEGIATAN
Sosialisasi pengelolan sampah ini diberikan kepada mahasiswa dan ibu rumah
tangga yang tergabung dalam organisasi Dharma Wanita Persatuan (DWP). Kedua
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |269
kelompok masyarakat ini merupakan pelaku yang kesehariannya lebih dominan
melakukan kegiatan di rumah.
Metode dan pendekatan yang digunakan dalam sosialisasi adalah metode
partisipatif. Sosialisasi dilakukan dengan beberapa tahap yaitu pertama, peserta akan
mendapatkan penjelasan mengenai pengelolaan sampah dan beberapa metode composting
yang bisa dilakukan. Kedua, peserta akan melihat beberapa metode composting yang bisa
dilakukan dalam skala menengah dan skala kecil, tahap terakhir peserta akan
mempraktekan pembuat kompos dari salah satu metode yang disosialisasikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan sosialisasi Metode Takakura dan Metode Felita untuk mahasiswa
pelaksanaannya di Kampus dan di Bank Sampah Mandiri. Bank Sampah Mandiri, adalah salah
satu Bank sampah yang berhasil mengolah sampah rumah tangga (RT) menjadi pupuk kompos,
ecobrik, kerajinan tangan dari limbah plastik kemasan dan ban bekas. Lokasi ini dipilih karena
mahasiswa bisa melihat langsung hasil dari pengolahan sampah dan manfaat dari pengolahan
sampah bagi lingkungan sekitar.
Sosialisasi dimulai dengan Penyampaian materi gambaran umum mengenai sampah
dan masalah timbul karena sampah. Kemudian memperkenalkan metode Takakura dan Metode
FELITA. Setelah penyampaian materi dilanjutkan dengan praktek membuat activator untuk
metode Takakura, dan dilanjutkan dengan membuat sampah organik dengan Metode Takakura
dan Metode FELITA. Setelah praktek, mahasiswa diajak berkeliling Bank Sampah Mandiri
melihat hasil pengolahan sampah yang telah dilakukan oleh Bank Sampah Mandiri.
Gambar 1. Penyampaian Materi pengelolaan
sampah rumah tangga
Gambar 2. Mahasiswa Praktek Membuat
aktivator untuk pembuatan kompos
Gambar 3. Hasil Komposter dengan metode Takakura di Bank Sampah Mandiri
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |270
Kegiatan Pengabdian untuk ibu rumah tangga yang tergabung dalam Dharma Wanita
Persatuan (DWP), dilakukan pada saat kegiatan Arisan DWP berlangsung. Dikarenakan lokasi
kantor yang berbeda maka kegiatan ini dilakukan 2 kali, yaitu di jadwal pertemuan arisan
DWP KPP Praya pada dan DWP KPP Mataram Timur . Berikut hasil sosialisasi Metode
FELITA di DWP KPP Pratama Praya dan Mataram Timur
.
Gambar 4. Pemberian Materi di DWP KPP Pratama Mataram Timur
(DWP KPP Pratama Matim)
Gambar 4. Memperagakan komposting dengan Metode FELITA
Gambar 4. Hasil Komposting Metode FELITA
Kegiatan pengabdian dilakukan berjalan sangat lancar. Kedua metode yang
sosialisasikan secara umum mendapatkan perhatian dan respon yang positif. Informasi yang
diperoleh dari hasil diskusi, beberapa peserta sudah menerapkan pengolahan sampah metode
Takakura, namun masih menghadapi kendala karena komposting yang tidak berhasil.
Ketidakberhasilan disebabkan karena aktivator yang digunakan tidak berhasil melakukan
pembusukan, sehingga kompos menjadi sangat lembab/basah, berair dan berulat. Selain itu
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |271
pula diperoleh informasi, belum ada peserta yang mengolah sampah menggunakan metode
FELITA.
Peserta sosialisasi sangat antusias menerima informasi pengolahan sampah dengan
kedua metode. Peserta, menyarankan agar kegiatan serupa bisa dilakukan pada sekolah-
sekolah tempat putra putri beliau belajar agar seluruh keluarga memilki pengetahuan yang
sama dan memiliki motivasi yang sama untuk mengolah sendiri sampah yang dihasilkan oleh
rumah tangga.
Selama Kegiatan sosialisasi dilakukan tidak ditemui kendala atau kesulitan yang
berarti. Kegiatan ini bisa berjalan lancar karena dukungan dari founder Bank Sampah Mandiri
Ibu Aisyah dan ketua DWP KPP Pratama Mataram Timur dan Praya. Metode yang
disosialisasikan juga realtif tidak membutuhkan peralatan yang banyak dan berat sehingga bisa
dilakukan dimanapun dan kapanpun.
Evaluasi dari hasil kegiatan pengabdian ini adalah dari respon yang positif dan
antusiasnya peserta, tim pengabdian merasa perlu dilakukan kegiatan serupa di lingkungan
sekolah dan perumahan-perumahan sehingga kegiatan memilah sampah bisa dilakukan oleh
seluruh anggota keluarga dan terpadu dilingkungan tempat tinggal. Sosialisasi ini diharapkan,
dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan sampah rumah
tangga untuk membantu pemerintah dalam mengurangi jumlah sampah yang dibawa ke TPS
atau TPA
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah rumah tangga adalah :
1. Sasaran sosialisasi ini adalah mahasiswa dan IRT yang bergabung dalam organisasi
Dharma Wanita KPP Pratama. Kedua sasaran telah menerima sosialisasi dengan repon
yang positif dan antusias menerapkan metode yang diberikan.
2. Dua metode yang disosialisasikan mudah diterapkan untuk pemilahan sampah organik
yang dihasilkan oleh rumah tangga. Sehingga selama kegiatan belangsung tidak ada
hambatan berarti yang terjadi. Dan, menindaklanjuti masukan dari peserta, tim pengabdian
akan mengadakan sosialisasi pengelolaan sampah kepada komponen masyarakat lain
seperti di sekolah-sekolah dan Perumahan-perumahan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram Melalui Lembaga
Penelitan dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), memberikan kesempatan untuk melakukan
kegiatan ini. Dan, Ucapan Terimakasih Kami sampaikan juga kepada :
1. Founder Bank Sampah Mandiri, atas kesediannya berbagi ilmu dan menyediakan tempat
belajar bagi kami.
2. Ketua DWP KPP Pratama Mataram Timur, atas waktu dan fasilitas yang diberikan.
3. Ketua DWP KPP Pratama Praya, atas waktu dan fasilitas yang diberikan.
4. DPM, BEM, HMJ Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram yang telah
berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |272
DAFTAR PUSTAKA
Suwahyono, Untung dan tim penulis PS. 2014. Cara Cepat Buat Kompos Dari Limbah.
Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta Timur
Wardani, DK. 2018. Belajar Zero Waste : Menuju rumah Minim Sampah. Pustaka RMA.
Tangerang
Windraswara, Rudiatin dan Prihastuti, Dyah A.B. 2017, Analisis Potensi Reduksi Sampah
Rumah Tangga Untuk Peningkatan Kualitas Kesehatan Lingkungan. Unnes Journal of
Public Health 6(2) : 123-130. :http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph
Zulkifli, Arif. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan. Penerbit Salemba Teknika. Jakarta
Selatan
.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |273
Kesiapsiagaan Bencana Gempabumi di SMP Negeri 2 Mataram
Syahrial A*, Muhammad Makhrus, Jannatin Arduha,
Ni Nyoman Sri Putu Verawati, Kosim
1Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram
Kata Kunci:
bencana,
gempabumi,
kesiapsiagaan,
mitigasi, smp negeri
2 mataram
Abstrak:
Lombok merupakan salah satu pulau di wilayah Indonesia yang sangat
rentan terjadinya gempabumi. Tahun 2018 antara bulan Juli sampai Agustus
pulau Lombok diguncang 4 kali gempa bumi berkekuatan besar, yaitu 29
Juli 2018 kekuatan 6,4 SR, 5 Agustus 2018 kekuatan 7 SR, 9 Agustus 2018
kekuatan 6,2 SR dan 19 Agustus 2018 berkekuatan 7 SR ditambah dengan
rentetan gempa susulan yang mencapai 2500 kali. Hal ini terdampak luar
biasa pada masyarakat di pulau Lombok. Bangunan, infrastruktur hancur
dan korban ratusan korban jiwa pada rentetan gempa Lombok. Studi
pendahuluan menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap gempa
bumi dan mitigasi gempa bumi sangat kurang. Maka dari itu mereka sangat
perlu dibekali kesiapsiagaan gempa bumi supaya kerugian material dan jiwa
dapat diminimalisir. Kegiatan ini merupakan implementasi model
pembelajaran mitigasi bencana alam gempabumi yang dikembangkan oleh
tim pengabdian. Kegiatan melibatkan 38 orang siswa kelas VIII/a, 1 orang
guru SMP Negeri 2 Mataram. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa siswa
dan guru mengikuti kegiatan dengan sungguh-sungguh, baik dalam bentuk
mendengarkan informasi yang diberikan, pemutaran video, latihan-latihan
dan simulasi kesiapsiagaan bencana gempabumi. Langkah-langkah
penyelamatan diri yang harus dilakukan peserta didik adalah (1) lindungi
kepala, (2) Jauhi kaca, (3) masuk kolong meja, (4) lari ke tempat terbuka.
Namun demikian, mereka mengalami hambatan dalam memahami teknik
penyelamatan diri dari gempa bumi dan pertolongan pertama pada korban
bencana gempa bumi. Berdasarkan temuan tersebut, disarankan agar peserta
didik dan guru melatih diri secara kontinu dan berkelanjutan supaya
kesiapsiagaan bencana gempabumi di sekolah betul-betul melekat pada diri
mereka, sehingga kesadaran siswa, guru terhadap bencana gempa bumi
meningkat.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Berdasarkan letak geografis, wilayah kepulauan Indonesia di tempat pertemuan 3
lempeng besar dunia, yaitu lempeng India-Australia (bagian Selatan), lempeng Eurasia (bagian
Barat dan Utara), dan lempeng Pasifik (bagian Timur) (Anton ,2012), olehkarena itu Indonesia
merupakan wilayah yang sangat rawan terjadinya gempa bumi. Menurut data rekaman sebaran
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |274
episentrum gempa bumi dengan magnitudo 5 dari tahun 1900-2000 dan menurut peta daerah
gempa bumi di Indonesia, propinsi NTB berada di wilayah 4. Wilayah tersebut merupakan
wilayah yang rawan terhadap terjadinya gempa bumi. Selain, NTB berada di dekat pertemuan
dua lempeng dunia, NTB juga berada di atas jalur gunung berapi yang aktif di dunia. Posisi ini
menjadikan Mataram rentan terhadap bencana alam gempa bumi tektonik maupun volkanik.
Gempa bumi dapat menimbulkan kerusakan harta benda, sarana prasarana, dan bahkan korban
manusia yang terluka dan meninggal dunia. Bencana alam tersebut telah membuka mata semua
elemen masyarakat secara nasional. Semuanya itu terjadi secara tiba-tiba tanpa bisa diprediksi
oleh manusia. Dengan mengetahui bahwa gempa bumi belum bisa diduga secara ilmiah, perlu
dilakukan usaha mengurangi resiko akibat yang ditimbulkan gempa bumi. Usaha-usaha yang
dilakukan untuk mengurangi resiko gempa bumi disebut Mitigasi Bencana Alam Gempa Bumi
(Brahmantyo,2005). Kegiatan ini dilakukan pelatihan bagi siswa dan guru SMP Negeri 2
Mataram dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam
menghadapi ancaman bahaya gempa bumi serta memahami prosedur dan alat pertolongan
pertama pada korban. Dalam kegiatan ini, implementasi kurikulum pendidikan mitigasi
bencana alam gempa bumi yang diformulasikan dengan pengetahuan dan pengalaman
masyarakat NTB yang disusun oleh tim, dalam menghadapi kejadian gempa bumi.
Pengetahuan dan pengalaman masyarakat NTB yang telah diwariskan secara turun menurun
untuk mengurangi resiko kejadian gempa bumi didefenisikan sebagai kearifan lokal
masyarakat NTB dalam mitigasi bencana alam gempa bumi.
Ada berbagai bentuk kearifan lokal masyarakat NTB yang relevan dengan kajian gempa
bumi yang berhasil diidentifikasi dan diformulasikan dalam kegiatan ini yang dikelompokkan
menjadi dua, yaitu pemberitahuan kejadian gempa kepada orang lain dan pemberitahuan
keadaan diri sendiri pada saat gempa terjadi. Ketika terjadi gempa masyarakat NTB umumnya
berteriak lindur, lindur, lindur yang artinya terjadi gempa (Hidayati, 2005). Teriakan tersebut
disampaikan ke orang lain yang ada disekitarnya untuk mengingatkan bahwa telah terjadi
gempa. Diharapkan setiap orang menyadari telah terjadi gempa segera melakukan tindakan
penyelamatan sesuai dengan keadaan setempat. Disamping berteriak, masyarakat juga
memukul benda-benda yang mengeluarkan bunyi, umumnya kentongan, untuk mengingatkan
bahwa telah terjadi gempa kepada masyarakat lain yang ada dikejauhan atau yang sedang ada
di dalam rumah (Istiyanto, 2009). Untuk memberitahukan keadaan dirinya masyarakat
umumnya berteriak supaya didengar oleh orang lain sehingga bisa secepatnya mendapatkan
bantuan. Penggunaan kearifan lokal dalam mitigasi bencana alam telah banyak digunakan oleh
masyarakat. Joko martono (2011) menyatakan bahwa memahami budaya lokal didaerah rawan
bencana merupakan alternatif yang sangat masuk akal untuk mengurangi resiko bencana. Salah
satu kebiasaan masyarakat yang bisa dirujuk adalah kebiasaan masyarakat di pulau Semeulue.
Masyarakat di kepulauan Semeuleue terbiasa berteriak smong ketika air laut surut secara tiba-
tiba karena hjal itu dipahami sebagai pertanda akan terjadi “ombak besar” yang dikenal dengan
tsunami. Pada saat terjadi tsunami Aceh tahun 2004, yang menelan ratusan ribu korban nyawa
manusia, masyarakat kepulauan Semeulue gampir tidak ada yang menjadi korban karena ketika
air laut surut secara tiba-tiba masyarakat berteriak smong diikuti dengan berlari ke daerah yang
lebih tinggi. Untuk memberikan pemahaman dan pelatihan kepada masyarakat khususnya
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |275
siswa SMP tentang gempa bumi, akibatnya dan cara penyelamatan diri maka diberikan
kegiatan mitigasi bencana alam gempa bumi. Kegiatan ini tertuang dalam tanggap bencana
gempa bumi. Dalam pemberian materi tanggap bencana gempa bumi pada siswa SMP
digunakan kurikulum pendidikan mitigasi bencana alam gempa bumi yang pernah
dikembangkan oleh proyek DAPS bekerja sama dengan kementerian pendidikan nasional.
Secara garis besar pengembangan kurikulum tersebut berisikan rumusan Standar Kompetensi
(SK), kompetensi dasar (KD), Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang dapat dijadikan
panduan pembelajaran atau pelatihan. Rumusan SK, KD dan IPK adalah sebagai berikut:
Tabel 1 : SK, KD, dan IPK Kurikulum Pendidikan Mitigasi Bencana Alam Gempa Bumi
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Memahami
hakekat gempa
bumi
1.1 mendeskripsikan hakekat
gempa bumi
Mendefenisikan gempa bumi
Menggambarkan peristiwa akibat
gempa bumi
Menjelaskan peristiwa gempa bumi
2. Memahami
akibat yang
ditimbulkan
gempa bumi
2.1 mendeskripsikan akibat
yang ditimbulkan gempa bumi
Mengidentifikasi akibat gempa
bumi
Mengelompokkan akibat gempa
bumi
Menjelaskan akibat gempa bumi
3. Memahami
cara cara
mitigasi
bencana alam
gempa bumi
3.1 mendeskripsikan cara cara
penyelamatan diri pada saat
gempa bumi
3.2 mendeskripsikan cara-cara
mengantisipasi bencana alam
gempa bumi
Mengidentifikasi cara
penyelamatan diri ketika terjadi
gempa bumi
Menjelaskan cara-cara
penyelamatan diri ketika gempa
bumi
Melakukan latihan menyelamatkan
diri ketika gempa bumi
Mengidentifikasi cara-cara
mengantisipasi bencana alam
gempa bumi
Mengambarkan peta evakuasi
Membuat model antisipasi
penyelamatan diri pada saat gempa
bumi
Selain dalam bentuk deskripsi SK, KD, dan IPK, kurikulum pendidikan mitigasi
bencana alam gempa bumi juga dilengkapi dengan uraian materi pelatihan. Cara pelaksanaan
pelatihan terdiri atas materi teoritis berupa pemahaman siswa terhadap hakekat gempa bumi,
cara melakukan mitigasi, dan prosedur pertolongan pertama korban gempa bumi, serta materi
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |276
praktek berupa cara melakukan mitigasi diri dan orang lain. Berdasarkan analisis situasi pada
pendahuluan ini, maka rumusan masalah dalam pengabdian kepada masyarakat ini adalah :
1. Bagaimana menyampaikan materi teori tentang gempa bumi pada siswa dan guru SMP N
2 Mataram?
2. Bagaimana langkah-langkah penyelamatan diri dari bencana gempa bumi pada siswa dan
guru SMP N 2 Mataram bila terjadi saat pembelajaran di kelas?
Solusi dan Target Keluaran
Permasalahan yang dihadapi mitra dapat diselesaikan dengan mengadakan kegiatan
pengabdian masyarakat di tempat itu. Langkah-langkah kegiatan pengabdian yang akan
dilaksanakan adalah:
(1) Observasi ke sekolah mitra untuk menggali kebutuhan siswa, guru dan perangkat sekolah
lainnya tentang tanggap bencana gempabumi.
(2) Menyusun modul pelatihan penerapan iptek untuk meningkatkan tanggap bencana gempa
bumi yang berisi : (a) materi tentang konsep gempabumi dan langkah-langkah
pembelajarannya di kelas dengan integrasi kurikulum 2013, (b) materi tentang teknik
penyelamatan diri bila terjadi gempabumi jika siswa sedang berada di sekolah atau lagi
belajar, (c) materi tentang prosedur dan alat pertolongan pertama pada korban gempabumi,
(d) Rekomendasi integrasi materi tanggap bencana gempabumi pada kurikulum 2013.
(3) Melakukan kegiatan pelatihan bagi siswa, guru dan perangkat sekolah lainnya sesuai
dengan modul yang sudah disusun. Materi pelatihan mencakup teori dan praktek yang
diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan terhadap tanggap
bencana gempabumi.
(4) Melakukan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang
kelemahan dan keunggulan kegiatan.
(5) Refleksi terhadap evaluasi yang telah dilakukan sehingga indikator pencapaian yang
ditentukan tim tercapai.
Apabila siswa dan guru diberi perlakuan seperti langkah-langkah solusi permasalahan
di atas diharapkan siswa dan guru dapat bersahabat dengan gempa bukan takut atau
menyalahkan gempa itu sendiri. Pengabdian ini juga diharapkan mampu menghasilkankan
buku tentang kesiapsiagaan bencana gempa bumi bagi masyarakat sekolah dan hasilnya akan
diterbitkan pada jurnal pengabdian. Berikut adalah target keluaran yang akan dicapai pada
kegiatan pengabdian ini:
(1) Tertanamnya kesadaran yang mendalam tentang tanggap bencana gempabumi pada siswa,
guru dan perangkat sekolah lainnya serta imbasnya pada masyarakat sekitar.
(2) Modul pelatihan tanggap bencana gempabumi yang baku sesuai dengan kebutuhan siswa,
guru dan perangkat sekolah.
(3) Rekomendasi pada pemegang kebijakan pendidikan tentang integrasi tanggap bencana
pada kurikulum sekolah dasar.
(4) Memperkenalkan kearifan lokal masyarakat NTB dalam tanggap bencana gempabumi
pada masyarakat sekolah.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |277
(5) Menghasilkan alat-alat sederhana dari lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk tanggap
bencana gempabumi dan pertolongan pertama pada korban.
METODE PELAKSANAAN
Secara keseluruhan, kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut: 1)
melakukan pembelajaran tentang pengetahuan gempa bumi, mitigasi gempa bumi dan prosedur
pertolongan pertama pada korban gempa bumi, 2) Simulasi penyelamatan diri dari gempa bumi
bila berada di dalam kelas, 3) Pemutaran video tentang tanggap bencana gempa bumi. Kegiatan
ini dilibatkan siswa dan guru SMP Negeri 2 Mataram dengan perincian kegiatan sebagai
berikut. Pertama, siswa diajak berdiskusi tentang kejadian gempa bumi, dilanjutkan dengan
kegiatan menggambar peristiwa yang terjadi saat terjadi gempa bumi, dan diakhiri dengan
kegiatan menjelaskan gambar yang dibuat di depan kelas. Kedua, siswa diajak berdiskusi
tentang akibat dari gempa bumi, dilanjutkan dengan kegiatan menggambar berbagai peristiwa
akibat gempa bumi, dan diakhiri dengan kegiatan menjelaskan gambar yang dibuat di depan
kelas. Ketiga, siswa diajak untuk berdiskusi tentang cara mengamankan diri ketika terjadi
gempa bumi disertai dengan latihan penyelamatan diri dan melakukan pertolongan pertama
kepada penderita korban. Keempat, siswa diajak berdiskusi tentang tempat-tempat yang aman
untuk melindungi ketika terjadi gempa bumi dan diakhiri dengan membuat peta evaluasi yang
dibuat di depan kelas. Terakhir, setelah semua kegiatan selesai, siswa diberikan tes tertulis
dalam bentuk isian singkat. Seluruh kegiatan pelatihan dipandu dengan unit-unit pembelajaran.
Ada lima unit pembelajaran yang disiapkan pelatihan mitigasi bencana alam gempa bumi ,
yaitu: 1) Hakikat Gempa Bumi, 2) Akibat Gempa Bumi, 3) Cara penyelamatan Diri Saat
Terjadi Gempa Bumi, 4) Cara Mengantisipasi Gempa Bumi, dan 5) Model Antisipasi Gempa
Bumi. Kearifan lokal masyarakat NTB dalam mitigasi bencana alam gempa bumi menjadi
bagian isi dari unit-unit pembelajaran yang diberikan. Pada pelatihan ini, hanya empat unit
yang disampaikan. Unit terakhir, yaitu Model Antisipasi Gempa Bumi belum didiskusikan
karena masalah teknik di lapangan. Salah satu contoh unit pembelajaran yang digunakan adalah
sebagai berikut.
Unit 1: Hakikat Gempa Bumi
Identitas Materi Pelatihan
a. Nama materi : Mitigasi Bencana Alam Gempa Bumi
b. Topik : Hakikat Gempa Bumi
c. Sasaran : Siswa SMP kelas VIII
Tujuan Pelatihan
a. Siswa mampu mendefinisikan peristiwa gempa bumi melalui pemutaran video
gempabumi.
b. Siswa mampu mengklasifikasikan dampak gempabumi dari gambar gambar yang
diberikan.
c. Siswa mampu mengklasifikasikan prosedur penyelamatan diri dari gempabumi bila terjadi
saat siswa sedang belajar di dalam kelas.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |278
Uraian Materi Pelatihan
Pengertian gempa bumi: gempa bumi adalah getaran yang berasal dari dalam bumi yang
disebabkan oleh peristiwa yang terjadi di dalam perut bumi. Contohnya adalah aktivitas gunung
api, runtuhkan dalam rongga perut bumi, dan pergeseran lempengan bumi (Lilik Kurniawan,
2011). Gempa bumi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu gempa vulkanik yang
disebabkan oleh aktivitas gunung api dan gempa tektonik yang disebabkan oleh runtuhan
dalam rongga bumi atau pergeseran lempengan bumi. Peristiwa gempa bumi dapat diwujudkan
melalui gambar, antara lain: gambar rumah roboh, tanah longsor, bendungan jebol, jalan putus,
banjir, pohon tumbang, lampu padam, masyarakat panik, dan lain-lain yang relevan (subagia,
2013). Peristiwa gempa gempa bumi: terjadi tanpa ada peringatan dini, dapat terjadi pada siang
atau malam hari, dapat terjadi di darat maupun di laut, dan menimbulkan kerugian materi
hingga korban jiwa.
Tahap Kegiatan Pelatihan
Alat dan bahan yang diperlukan
1. Buku gambar
2. Pensil
3. Pensil warna (krayon)
4. Dobel tips
5. Media gambar
Pendekatan/metode
Kegiatan pelatihan menggunakan pendekatan partisipatif yang mengajak siswa secara
aktif berpartisipasi dalam pelatihan melalui mendengarkan informasi, memberi tanggapan
(respon), menggambarkan peristiwa, dan mempersentasikan ide atau pemahamannya melalui
gambar .
Tabel 2. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Tanggap Bencana Gempabumi (Syahrial
2019)
Tahapan Kegiatan pelatihan waktu
Kegiatan
awal
Tim memutar video tentang proses terjadinya gempa bumi. Tim
mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggiring siswa pada
permasalahan. Siswa diharapkan terpancing bertanya:
1) Dampak-dampak apa saja yang ditimbulkan
oleh bencana gempabumi?
2) Langkah-langkah apa yang harus ditempuh
oleh siswa dan guru bila terjadi gempa saat pembelajaran di kelas?
Tim meminta jawaban-jawaban sementara siswa terhadap
permasalahan yang ditemukan?
Tim kemudian mengajak siswa melakukan kegiatan berikut:
10 menit
Kegiatan
inti
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |279
1. Tim membagikan gambar-gambar kepada
siswa, dimana gambar-gambar itu berisi 2 konsep yaitu: dampak
gempa bumi dan langkah langkah penyelamatan diri dari
gempabumi bila terjadi gempabumi saat mereka sedang belajar di
sekolah.
10 menit
2. Tim meminta siswa membentuk kelompok (3-
5 orang ) dan setiap anggota kelompok diminta untuk menjelaskan
gambarnya kepada teman-temannya.
15 menit
3. Tim meminta kelompok untuk memilih
gambar terbaik dalam kelompoknya dan wakil kelompok untuk
menjelaskan gambar tersebut didepan kelas.
5 menit
4. Tim meminta siswa untuk menempelkan
gambarnya di depan kelas dan meminta semua siswa untuk
memilih tiga gambar terbaik dari gambar yang ada.
5 menit
5. Tim menyiapkan apresiasi kepada siswa atas
pertisipasinya dan memberikan penghargaan terhadap semua
gambar terpilih yang ditempelkan di depan kelas sebagai bentuk
penilaian.
5 menit
6. Tim meminta masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka
15 menit
7. Tim bersama siswa dan guru menyanyikan
lagu penyelamatan diri dari gempabumi.
5 menit
8. Tim bersama siswa dan guru mensimulasikan
langkah-langkah penyelamatan diri bila terjadi gempabumi saat
pembelajaran di kelas
10 menit
Kegiatan
Akhir
Tim menutup pelajaran dengan mengajak semua siswa untuk
merangkum hasil kegiatan belajar yang terdiri atas: dampak
gempabumi dan langkah langkah penyelamatan diri bila terjadi
saat pembelajaran di kelas.
Tim mengajak siswa, guru bernyanyi tentang siaga bencana.
10 menit
Penilaian hasil kegiatan pelatihan dilakukan dalam dua bentuk yaitu penilaian
partisipasi selama kegiatan dan penilaian penguasaan materi di akhir pelatihan. Penilaian
partisipasi dilakukan melalui pengamatan, sedangkan penilaian penguasaan materi dilakukan
melalui tes tertulis. Pedoman pengamatan partisipasi dan tes penguasaan materi disediakan
secara terpisah. Hasil penilaian partisipasi dalam kegiatan dituliskan dalam bentuk deskripsi
deng kategori sebagai berikut: Berpartisipasi cukup, apabila peserta pelatihan mengikuti
pelatihan secara penuh (dengan simbol +). Berpatisipasi baik, apabila peserta pelatihan
mengikuti pelatihan secara penuh dan sesekali memberi tanggapan (bertanya atau menjawab)
terhadap materi yang disampaikan (dengan simbol ++). Berpatisipasi sangat baik, apabila
perserta mengikuti pelatihan secara penuh dan beberpa kali memberi tanggapan (bertanya atau
menjawab) terhadap materi pelatihan (dengan simbol +++).
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |280
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian masyarakat tentang kesiapsiagaan gempabumi di SMP Negeri 2
Mataram menghasilkan tanggap bencana gempabumi pada siswa dan guru meningkat. Hal ini
sangat terlihat pada respon mereka pada saat simulasi dilakukan. Simulasi ini dilakukan saat
penerapan model pembelajaran mitigasi bencana di sekolah pada siswa dan guru. Video
kegiatan pembelajaran ini dapat dilihat di youtube dengan link
https://www.youtube.com/watch?v=0oxH2W2tZQA&t=58s. Pada video ini terlihat bahwa
siswa dan guru mendapatkan informasi, gambaran dan simulasi penyelamatan diri dari
gempabumi bila terjadi saat pembelajaran di kelas. Pada kerja kelompok di dapat 2 konsep (1)
dampak bencana gempabumi yaitu bangunan runtuh, korban luka dan jiwa, tanah retak dan
tsunami, (2) langkah-langkah penyelamatan diri bila terjadi gempabumi saat pembelajaran di
kelas, yaitu lindungi kepala, jauhi kaca atau benda benda berat lainnya, masuk ke kolong meja,
bersiap dan lari ke ruang terbuka. Berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara yang
dilakukan terungkap bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat karena telah memberikan
pengetahuan dan contoh nyata tentang gempa bumi, langkah-langkah penyelamatan diri dari
gempabumi bila terjadi saat pembelajaran di kelas. Peserta berharap kegiatan ini dapat
dilanjutkan secara kontinu dan lebih optimal lagi. Siswa yang 38 orang dan 2 orang guru
mengikuti pelaksanaan pelatihan secara sungguh-sungguh, baik dalam mendengarkan
informasi maupun dalam melakukan praktik-praktik yang diberikan. Materi pendidikan dan
pelatihan yang disampaikan ada empat, yaitu hakikat gempa bumi, akibat yang timbulkan, cara
penyelamatannya diri saat terjadi gempa bumi, dan cara mengantisipasi kejadian gempa bumi.
Informasi disampaikan dengan metode diskusi kelas dan tanya jawab. Praktik-praktik yang
dilakukan selama pelatihan terdiri atas pelatihan menggambar berbagai peristiwa yang terkait
dengan gempa bumi, ke luar kelas, dan di luar kelas, serta praktik memberikan pertolongan
pertama kepada penderita korban. Di awal kegiatan, siswa terlihat sedikit tegang kerna
berhadapan dengan orang baru (pelatih) sehingga pelatih perlu beberapa saat untuk melakukan
penyesuaian diri. Siswa tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan
walaupun yang sederhana. Keadaan tersebutn lalu dipecahkan dengan memberikan motivasi
berupa hadiah kepada siswa yang mau menjawab pertanyaan yang disamapikan pelatih.
Hadiah-hadiah yang diberikan berupa alat-alat pelajaran sederhana, seperti penggaris,
penghapus, pensil, dan pulpen yang disampaikan sebagai bahan-bahan pelatihan. Hal tersebut
ternyata mampu mencairkan suasana dan siswa mulai mau berprestasi dalam merespon
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan
cara yang sama untuk tiga materi pendidikan dan pelatihan lainnya, yaitu akibat gempa bumi,
cara penyelamatan diri saat gempa bumi. Tampak bahwa sebagian besar siswa sudah memiliki
pengetahuan untuk penyelamatan diri ketika terjadi gempa. Hal tersbut dapat dilihat dari
kecepatan mereka menerima dan mengikuti petunjuk yang diberikan. Misalnya, ketika mereka
dilatih untuk berlindung di bawah meja saat terjadi gempa, dalam waktu singkat mereka bisa
melakukannya dengan baik. Dalam praktik pemberikan pertolongan kepada korban yang
dilakukan dalam bentuk pemberian obat merah dan membalut luka, terlihat beberapa siswa
masih menunjukan keraguan untuk melakukannya. Namun dengan bimbingan pelatih, mereka
mampu melakukannya dengan baik. Berdasarkan wawancara dan pengamatan langsung di
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |281
lapangan pada akhir kegiatan, diperoleh informasi sebagai berikut (1) materi yang disampaikan
menarik, terdapat ilmu yang sangat berarti tentang gempa bumi, mitigasi gempa bumi dan
prosedur pertolongan pertama terhadap korban gempa bumi, (2) menambah pengetahuan dan
keterampilan dalam penyelamatan diri bila terjadi gempa dan menolong orang lain yang
menjadi korban gempa bumi, (3) melatih reflek dalam melakukan langkah-langkah
penyelamatan diri dan orang lain bila tiba-tiba terjadi gempa bumi, (4) meningkatkan kesadaran
akan bencana gempa bumi bagi siswa dan guru.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan pengabdian pada masyarakat berupa kesiapsiagaan bencana gempa bumi bagi siswa
dan guru SMP Negeri 2 Mataram sangat bermanfaat bagi peserta karena memberikan
pengetahuan teoritis dan praktek tentang gempa bumi, mitigasi gempa bumi dan prosedur
pertolongan pertama terhadap korban gempa bumi. Hal ini akan meningkatkan kesadaran dan
tanggap terhadap bencana alam terutama gempa bumi di sekolah, sehingga diharapkan mampu
meminimalkan dampak negatif dari gempa bumi. Kegiatan ini sebaiknya lebih sering dilakukan
dan melibatkan komunitas sekolah yang lebih banyak. Komunitas sekolah terdiri dari kepala
sekolah, pegawai di sekolah, guru dan siswa (Tim DAPS, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Anton, W. 2012 Pakar: Mitigasi Bencana Masuk Kurikulum Pendidikan.
http:www.aktual.co/sosial/144525pakar-mitigasi-bencana-masuk-kurikulum-
pendidikan. Diunduh 16 juni 2013
Brahmantyo, B. , D.J. (2005). Mengenal dan Mengantisipasi Alam Geologis. Pustaka Setia :
Bandung.
Hidayati. (2005). Panduan Merintis Siaga Bencana Berbasis Masyarakat. Jakarta:LIPI
Istiyanto, Dinar Catur. Sutikno, Pramono, Hadi (Ed.) 2009. Panduan Mitigasi Bencana Alam
Tsunami. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional. Projek Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Survei danPemetaan danPusat Studi Bencana Universitas
Gadjah mada: Yogyakarta
Joko Martono 2011. Mitigasi Bencana dalam Perspektif Komunikasi Berkearifan Lokal.
Artikel kompasiana http://wwwsosbud.kompasiana.com.
Lilik Kurniawan, Ridawan Yunus, Mohd.Robi Amri, dan Narwawi Pramudiarta. 2011. Indek
Rawan Bencana Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Subagia, I Wayan dan I G.L Wiratma. 2013. Mitigasi Becana Alam Gempa Bumi Makalah.
Disampaikan dalam Seminar Nasional Research Inovatif (Seminar-1) yang dilaksanakan
oleh Lembaga Pengabdian UNDIKSHA.
Syahrial A,.(2019). Bencana Alam Gempabumi (Di Lengkapi dengan RPP). Duta Pustaka
Ilmu: Mataram.
Tim DAPS. (2011). Materi Pelatihan Gempa Bumi. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |282
Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza Pada Jagung Manis Di Desa Sesait
Kecamatan Kayangan Terdammpak Gempa Lombok Utara
Wahyu Astiko*, Sudirman, Mery Windarningsih, Irwan Muthahanas
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Mataram
Kata Kunci:
Jagung manis,
mikoriza
Abstrak:
Kelompok tani jagung manis yang ada di Desa Sesait, Kecamatan
Kayangan, Kabupaten Lombok Utara saat ini masih melakukan budidaya
jagung manis dengan teknologi budidaya yang masih konvensional. Hal ini
terlihat dari input sarana produksi yang diterapkan tergolong tinggi. Petani
biasa memberikan pupuk kimia Ponska dengan takaran 400 kg/ha dan Urea
450 kg/ha. Tentu ini jika ditinjau dari segi ekonomi merupakan pemborosan
dan dari segi lingkungan tidak ramah lingkungan. Selain itu penggunaan
pestisida yang kurang bijaksana yang biasa diterapkan petani setempat per
satuan luas cenderung selalu meningkat. Hal tersebut mempunyai dampak
negatif terhadap lingkungan yaitu dapat mengganggu keseimbangan
lingkungan seperti matinya musuh-musuh alami dan jasad bukan sasaran
lainnya, resurgensi dan resistensi hama dan patogen, juga menyebabkan
pencemaran lingkungan karena adanya residu pestisida di dalam tanah, air,
tanaman dan kemungkinan dalam tubuh manusia. Berdasarkan situasi
tersebut, maka telah dilakukan pengabdian pada masyarakat tentang
aplikasi pupuk hayati mikoriza pada jagung manis di Desa Sesait
Kecamatan Kayangan Terdampak gempa Lombok Utara. Metode yang
digunakan dalam melaksanakan pengabdian kepada masyarakat ini adalah
metode pelatihan yang dilanjutkan dengan kerja praktek di lapangan dengan
melakukan demonstrasi dan kaji tindak partisipatif aktif (active
partisipatory action research). Hasil demplot jagung manis dengan aplikasi
pupuk hayati mikoriza dan penambahan bahan organik memberikan hasil
yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi konvensional petani.
Kehadiran dan partisipasi petani selama pengabdian kepada masyarakat
sangat antusias terhadap penyampaian materi penyuluhan. Pemahaman
peserta terhadap materi yang diberikan sangat baik, terlihat dari banyaknya
peserta yang bertanya dan relevansi pertanyaan yang diajukan peserta
sesuai dengan materi penyuluhan yang disampaikan.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Kabupaten Lombok Utara merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota di
Propinsi Nusa Tenggara Barat, yang posisinya terletak dibagian utara Pulau Lombok dengan
posisi antara 08o 21’ 42” Lintang Selatan dan 116o 09’ 54” Bujur Timur. Kabupaten Lombok
Utara beribukota di Tanjung yang sekaligus sebagai pusat Pemerintahan. Kabupaten Lombok
Utara mempunyai luas wilayah daratan809.53 Km2 yang terdiri dari wilayah khusus (hutan
lindung, kawasan margasatwa, dll) seluas 361,86 Km2 (44,30%) dan sisanya daratan rata untuk
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |283
lahan pertanian dll seluas 447,67 Km2 (55,30%). Luas wilayah perairan Lombok Utara adalah
594,71 Km2 dengan panjang pantai 127 Km.
Kabupaten Lombok Utara mempunyai iklim dengan tipe D3- D4 dengam 3 atau 4 bulan
basah (200 mm) dan 7-9 bulan kering. Bulan basah dengan curah hujan rata-rata di atas 200
mm terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret, Sedangkan bulan Novembter
dan bulan April termasuk bulan lembab (CH >100 mm) yang juga merupakan awal dan akhir
masim hujan.
Curah hujan tahunan berkisar antara 678 mm sampai dengan 2123 mm dengan rata-rata
1337 mm dengan distribusi yang tidak merata pada setiap bulannya. Selama musim penghujan
(November - April) curah hujan bervariasi dari 679 mm sampai dengan 2020 mm dengan nilai
rata-rata 1337 mm per musim. Pada musim kemarau (Mei - Oktober) curah hujan bervariasi
dari 9 mm per bulan sampai dengan 301 mm selama musim kemarau.
Dari keadaan curah hujan rata-rata di atas maka dapat ditentukan awal jatuhnya musim
hujan, yaitu bulan November dengan ciri bahwa paling tidak terdapat hujan 60 mm selama
dasarian (10 harian) yang ditetapkan sebagai awal musim tanam dan diikuti dengan curah hujan
minimum 60 mm pada dasarian berikutnya. Curah hujan 60 mm per dasarian itu diperlukan
untuk menopang kebutuhan evapotranspirasi pada periode pertumbuhan awal tanaman di lahan
kering. Pada sistem pertanaman lahan kering di Lombok Utara awal tanam dilakukan pada
pertengahan bulan November sampai akhir bulan Desember. Sedang yang menanam padi
dilakukan pada bulan Januari (Mirza, 1995).
Kendala teknis lainnya rendahnya produksi jagung manis adalah tekstur tanahnya yang
kasar, yaitu pasir berlempung (loamy sand), sehingga daya menahan airnya relatif rendah dan
porositasnya tinggi (Soil Survey Staff, 1998). Pupuk N yang diberikan pada tanah tersebut
(umumnya dalam bentuk urea) banyak yang hilang bersama air perkolasi. Hal tersebut ditandai
dengan kadar N-total yang sangat rendah (< 0,01 %). Reaksi tanah (pH) agak netral, kadar P-
tersedia tinggi, K-tersedia sedang, Ca-tersedia sedang, dan C-organik rendah (Astiko, 2015).
Kadar unsur mikro, terutama Zn dan Cu pada tanah berpasir di Lombok Utara tersebut sangat
rendah. Berdasarkan data tersebut, tingkat kesuburan tanah di lokasi ini termasuk agak rendah
atau sedang (Priyono, 2005).
Masalah lain yang menjadi kendala produksi jagung manis adalah faktor pembatas
biofisik lahan yaitu rendahnya kualitas kesuburan tanah terutama dicirikan oleh rendahnya
ketersediaan hara, miskinnya kandungan bahan organik tanah (BOT), serta keterbatasan
ketersediaan air (water availability) bagi tanaman (Suzuki. dan Noble, 2007). Faktor
tersebutlah yang kerap kali disinyalir sebagai penyumbang terbesar terhadap fenomena gagal
panen dan rendahnya produktivitas tanaman di lahan kering serta makin merosotnya kualitas
kesuburan tanah pertanian dan makin rentannya (fragile) tanah terhadap proses degradasi
(Bastida et al., 2010).
Untuk mengatasi permasalah biofisik lahan tersebut, perlu pemilihan tanaman yang
sesuai dengan kondisi ekosistem lahan kering di Lombok Utara. Oleh karena itu pemilihan
tanaman jagung pada kegiatan ini adalah sangat tepat. Hal ini beralasan karena tanaman jagung
manis sangat cocok ditanam di lahan kering, banyak permintaan untuk diolah menjadi aneka
makanan dan harga juga menguntungkan. Selain itu tanaman jagung merupakan tanaman inang
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |284
yang disukai oleh MA yang dapat memacu sporulasi mikoriza. Hal ini menyebabkan terjadinya
pengkayaan kandungan MA di dalam tanah yang sangat menguntungkan tanaman (Astiko et
al., 2018). Selain itu jagung manis ditanam dengan alasan banyak permintaan untuk
dikonsumsi sebagai jagung bakar yang banyak disukai konsumen, mendapatkan uang tunai
dalam waktu singkat dengan harga jualnya yang cukup mahal.
Disisi lain, efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan pemilihan sumber hara yang
tepat, cara pemberian atau penempatan yang tepat sesuai dengan sifat reaksi pupuk dan tanah
dan saat pemberian yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman.
Selain itu, telah pula dibuktikan bahwa masukan bahan organik dapat membantu meningkatkan
efisiensi pemupukan melalui perannya dalam memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
Sekalipun demikian, efisiensi pemupukan masih mempunyai prospek untuk ditingkatkan ialah
melalui aplikasi mikoriza arbuskular (MA) sebagai pupuk hayati pada tanaman jagung manis
untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan meningkatkan hasil tanaman di lahan kering
(Satrahidayat, 2010).
METODE KEGIATAN
Penentuan lokasi dan target petani
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di Desa Sesait, Kecamatan
Kayangan, Kabupaten Lombok Utara. Target kelompok tani adalah kelompok tani “Jami
Nambar” sebagai Kelompok Tani andalan yang berorientasi agribisnis, memiliki lahan
garapan, bersedia mengikuti petunjuk dan bimbingan dari penyelenggara kegiatan dan mau
menyebarluaskan ilmu yang diperoleh kepada petani lainnya disekitar lokasi kegiatan.
Metode Kegiatan
Metode yang digunakan dalam melaksanakan pengabdian pada masyarakat ini adalah
metode pelatihan yang dilanjutkan dengan kerja praktek di lapangan dengan melakukan
demonstrasi dan kaji tindak partisipatif aktif (active partisipatory action research) melalui
aplikasi pupuk hayati mikoriza pada budidaya jagung manis di lahan kering.
Untuk meningkatkan produksi jagung manis diperlukan penerapan ilmu dan teknologi
yang dimiliki oleh Tim Pengusul berupa kegiatan pelatihan dan demonstrasi plot. Metode yang
digunakan dalam pelatihan adalah metode pendidikan orang dewasa (POD) dengan teknik
partisipatif. Peserta pelatihan teknis yaitu pengurus Kelompok Tani dan Anggota Kelompok
“Jami Nambar”. Tahap kegiatan ini meliputi:
a. Penyuluhan budidaya jagung manis dengan pupuk hayati mikoriza
Penyuluhan dilakukan dengan memberikan materi tentang budidaya tanaman jagung manis
yang ramah lingkungan dan peranan pupuk hayati mikoriza dalam upaya meningkatkan
produksi tanaman.
b. Demplot tentang budidaya jagung manis dengan aplikasi pupuk hayati mikoriza
Pembuatan pupuk hayati mikoriza
Pupuk kandang sapi steril, tanah inokulum mikoriza, bokasi, batuan rock fosfat dan
EM4 dicampur hingga merata. Campuran ini lalu dikering-udarakan dibawah sinar matahari
sampa kadar airnya mencapai 10-15%. Campuran formulasi ini kemudian diayak untuk
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |285
memisahkan kotoran dan batu kerikil yang ada. Hasil ayakan yang telah bersih, halus dan
berbentuk tepung, kemudian ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik kemasan
10 kg yang lebih dahulu telah diberi label produk.
Demonstrasi plot
Demonstrasi plot dan praktek Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza pada Budidaya Jagung
Manis di Lahan Kering Terdampak Gempa Desa Sesait Kecamatan Kayangan Lombok Utara
dilakukan di lahan petani. Petani secara partisipatif ikut terlibat secara bersama-sama dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil panen.
Areal demplot dilakukan pada tanah petani seluas 7 are. Setelah melakukan pelatihan
teknis secara teoritis di kelas, kelompok tani akan mendapatkan praktek tentang aplikasi
pemupukan pupuk hayati mikoriza terhadap produksi jagung manis. Tim Pengusul akan
memberikan pelayanan teknis kepada petani dengan mengundang partisipatif petani mulai
dari penyusunan/perencanaan program, pelaksanaan kegiatan (aplikasi pupuk hayati
mikoriza, menanam, memelihara, panen), membandingkan, dan memutuskan apakah program
yang dilaksanakan memberi keuntungan atau tidak.
Kegiatan budidaya jagung manis tanah diawali dengan pengolahan tanah dan
pemberian pupuk organik 12 ton per ha dan dilanjutkan dengan pemberian pupuk anorganik
untuk jagung dengan pupuk urea dan phonska dengan dosis 350 kg/ha dan 250 kg/ha. Pupuk
kandang diberikan 3 hari sebelum tanam dan pupuk anorganik diberikan 1/3 dosis pada umur
10 hst dan 2/3 sisanya diberikan pada 28 hst. Inokulasi pupuk hayati mikoriza diberikan
dengan dosis 20 g per tanaman yang diletakkan dibawah benih dengan membentuk suatu
lapisan pada waktu tanam. Jarak tanam untuk jagung manis 60 x 40 cm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesungguhan peserta dalam mengikuti penjelasan materi penyuluhan
Petani peserta kegiatan terlihat sangat antusias terhadap penyampaian materi
penyuluhan dan kemampuan peserta sangat baik dalam memahami materi penyuluhan
(Gambar 1). Pemahaman peserta terhadap materi yang diberikan dapat dilihat dari banyaknya
peserta yang bertanya dan relevansi pertanyaan yang diajukan peserta dengan materi yang
disampaikan. Hal ini tercermin dari kegiatan diskusi pada saat penyuluhan. Beberapa
pertanyaan yang diajukan petani yang terkait dengan materi yang disampaikan oleh masing-
masing tim penyuluh. Pertanyaan tersebut diantaranya : 1) Bapak H. Abdul Muas, “ apakah
mikoriza bisa kita peroleh dari tempat kita ini dan apa saja tanda-tanda tanaman yang
bermikoriza”. 2) Bapak Saufi Hamdani, “bagaimana memanfaatkan kotoran sapi yang
menumpuk untuk dijadikan pupuk”. 3) Bapak H. Jumaidi,” mengemukakan pengalaman
tentang pemanfaatan kotoran sapi menjadi kompos sluri”. 4) Bapak Badrus Salam,”Kapan
dilakukan pemupukan pupuk hayati mikoriza, berapa dosis pupuk kimia yang diberikan dan
bagaimana pembuatan pupuk hayati mikoriza dengan memanfaatkan pupuk kandang sapi”.
Jawaban pertanyaan pertama adalah bahwa mikoriza dapat diperoleh di daerah
setempat yang dikenal dengan istilah mikoriza indegenous atau mikoriza asli dari daerah
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |286
setempat. Adapun tanda visual yang dapat dilihat pada tanaman adalah pada kondisi ektrim,
kekeringan dan kurang air, nampak pertumbuhannya jauh lebih baik dari tanaman lainnya
ditempat tersebut, selain itu untuk akar tanaman yang mengandung mikoriza, nampak akarnya
berwarna kekuningan, sangat berbeda dibandingkan dengan akar tanaman yang tidak terinfeksi
mikoriza. Adapun tanaman yang dapat menjadi tanaman inang mikoriza sangat beragam,
namun dari hasil pengamatan tim penyuluh, tanaman inang yang disukai mikoriza antara lain
tanaman jagung, sorgum dan kacang tunggak.
Jawaban pertanyaan kedua, kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pencampur pupuk
hayati mikoriza. Namun sebelum digunakan sebagai karier/campuran pupuk hayati mikoriza,
kotoran sapi harus sudah matang dan sempurna dekomposisinya. Ini ditandai dengan warna
pupuk kandang yang hitam, tidak berbau dan remah/ lapuk sempurna. Pupuk kandang ini harus
terlebih dahulu dikeringkan dibawah terik sinar matahari sampai kadar airnya mencapai 10-
15%. Pupuk kandang yang telah kering kemudian diayak untuk menyisihkan dari kotoran dan
untuk mendapatkan partikel pupuk kandang yang lebih halus. Kemudian pupuk kandang ini
diformulasikan dengan berbagai bahan campuran, selain pupuk kandang yang sudah steril,
cairan EM4, inokulum mikoriza, bokasi dan batuan rock fosfat.
Jawaban pertanyaa ketiga, kompos sluri dari hasil ampas pembuatan biogas dapat
digunakan sebagai pupuk organik. Menurut pengalaman H. Junaidi, dengan luasan hanya 7 are
tanaman bawang merah dengan dipupuk dengan kompos sluri dapat menghasilkan pendapatan
sebesar Rp 6,2 juta hanya dalam waktu kurang dari 3 bulan. Dan ini mempunyai prospek yang
baik untuk dikembangkan pada skala luasan tanaman yang lebih luas, sehingga pendapatan
yang diperolehpun akan menjadi lebih banyak.
Jawaban pertanyaan keempat, aplikasi pupuk hayati mikoriza dilakukan bersama-sama
saat tanam, yaitu dengan menaburkan inokulum mikoriza sebanyak 20 g per lubang tanam
dengan membentuk suatu lapisan di bawah bibit yang ditanam. Jadi bibit berada persisi diatas
lapisan inokulum mikoriza yang telah ditaburkan pada lubang tanam yang dibuat. Adapun
pupuk kimia tetap diberikan untuk melengkapi asupan unsur hara bagi tanaman. Hanya saja
dosis pupuk anorganik yang diberikan hanya 60% dari jumlah pupuk rekomendasi. Hal ini
merupakan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, bahwa respon pertumbuhan, hasil dan
peranan mikoriza memberikan hasil terbaik pada dosis pupuk anorganik 60% dari jumlah dosis
rekomendasi.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |287
Gambar 1. Petani peserta penyuluhan saat mengikuti penjelasan materi penyuluhan dan praktek
pembuatan pupuk hayati mikoriza oleh tim penyuluh dari Fakultas Pertanian Unram
Hasil demplot tentang budidaya bawang merah dengan aplikasi pupuk mikoriza
Kegiatan demplot budidaya tanaman jagung manis dengan aplikasi pupuk hayati
mikoriza, mulai dari persiapan lahan, penanaman, pertumbuhan tanaman dan panen dapat
dilihat pada Gambar 2. Demplot ini dilakukan oleh Kelompok Tani “Jami Nambar” dibawah
bimbingan dan arahan Tim Penyuluhan dari Fakultas Pertanian Universitas Mataram tentang
teknis budidaya jagung manis dengan menggunakan pupuk hayati mikoriza, dan penambahan
bahan organik. Kegiatan demplot ini juga dibantu oleh adik-adik mahasiswa yang sedang
melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik, sehingga ada proses transfer teknologi baik
kepada adik-adik mahasiswa maupun kepada kelompok tani secara bersama-sama.
Gambar 2. Demplot budidaya tanaman jagung manis dengan aplikasi pupuk hayati mikoriza
Hasil pengamatan komponen hasil dan aktivitas mikoriza dalam upaya peningkatan
produksi jagung dengan memanfaatkan pupuk hayati mikoriza meliputi: tinggi tanaman bobot
basah per tanaman, bobot tongkol per tanaman, derajat infeksi pada akar, bobot segar biomassa
pucuk, bobot segar akar, bobot tongkol segar, jumlah spora dari sekitar rizosfer tanaman yang
diperoleh dari petak dengan aplikasi pupuk hayati mikoriza dan tanpa aplikasi pupuk hayati
mikoriza (milik petani) di lapangan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengamatan komponen hasil jagung manis dan aktivitas mikoriza pada aplikasi
teknologi pupuk hayati mikoriza dan tanpa aplikasi pupuk hayati mikoriza (petani)
Parameter + Mikoriza* - Mikoriza*
Bobot basah (kg/petak) 39,72 15,85
Bobot tongkol (kg/petak) 27,45 10,76
Derajat infeksi (%) 75 26
Jumlah spora (100 g-1 tanah) 3644 1118
tinggi tanaman 129 90
bobot segar biomassa pucuk (g/tan.) 87,23 43,67
bobot segar akar (g/tan) 6,89 3,3
bobot tongkol segar (kg/tan.) 108,16 73,2
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |288
Keterangan: (+)= dengan mikoriza, (-)= tanpa mikoriza, *= nyata pada uji t P 0,05
Dari Tabel 1 nampak upaya peningkatan produksi jagung manis dengan memanfaatkan
pupuk hayati mikoriza arbuskular pada tanaman jagung manis memberi hasil yang jauh lebih
tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan aplikasi teknologi konvensional yang tidak
menggunakan pupuk hayati mikoriza milik petani. Hal ini dapat dilihat dari semua parameter
hasil yang diamati yang menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji t P 0,05. Upaya
peningkatan produksi jagung dan aktivitas mikoriza dengan aplikasi pupuk hayati mikoriza
arbuskular mampu meningkatkan bobot basah berangkasan per petak, bobot tongkol per petak,
derajat infeksi, tinggi tanaman, bobot segar biomassa pucuk, bobot segar akar, bobo tongkol
dan jumlah spora per 100 g tanah berturut-turut mencapai 150%, 155%, 188% dan 225%
dibandingkan dengan tanpa aplikasi pupuk hayati mikoriza milik petani.
Hal ini beralasan karena tanaman jagung merupakan tanaman inang yang disukai oleh
mikoriza sehingga dapat memicu infeksi dan sporulasi mikoriza. Dengan meningkatnya
sporulasi maka juga akan terjadi pengkayaan populasi mikoriza di dalam tanah. Fakta diatas
sesuai dengan hasil penelitian Astiko (2009) yang melakukan evaluasi kontribusi MA
indigenus yang dikombinasikan dengan pupuk kandang untuk meningkatkan hasil jagung di
tanah berpasir Lombok Utara. Paket pemupukan MA yang dikombinasikan dengan pupuk
kandang pada tanaman jagung juga memberikan kontribusi yang nyata terhadap konsentrasi
hara tanah terutama N, P, K dan C-organik. Selain itu tanaman jagung merupakan tanaman
yang memiliki perakaran yang kasar dengan rambut akar yang sedikit, tipe perakaran
magnoloid (kasar dan berbulu akar sedikit atau bahkan tidak berbulu akar) sehingga lebih peka
dan tanggap terhadap infeksi mikoriza yang mengakibatkan kepada meningkatnya populasi
mikoriza. Hal ini mengakibatkan peranan mikoriza dalam membantu tanaman dalam
penyerapan unsur hara dan air menjadi lebih baik. Akibatnya terlihat pada bobot basah, bobot
kering dan bobot tongkol tanaman jagung yang diinokulasi MA lebih tinggi dibandingkan
dengan tanaman tanpa inokulasi MA milik petani. Inokulum MA yang digunakan dalam
demplot ini adalah MA indigenus yang merupakan MA asli pribumi dan sudah lama
beradaptasi dengan kondisi “in situ” sehingga mudah menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkungan setempat sehingga mempunya efektivitas yang baik. Lebih lanjut, Astiko, (2012)
yang memfokuskan kajiannya pada pemanfaatan pupuk hayati berbasis MA untuk
meningkatkan hasil kedelai di daerah semi arid tropis Lombok Utara juga memberikan hasil
serupa, aplikasi pupuk hayati MA indigenus plus pupuk kandang mampu meningkatkan kinerja
biologis MA yang pada ahirnya dapat meningkatkan hasil tanaman kedelai. Status kesuburan
tanah dan penampilan tanaman kedelai juga lebih baik pada aplikasai pupuk hayati MA plus
pupuk kandang. Sebaliknya paket teknologi yang diterapkan petani dengan masukan pupuk
yang tinggi dan aplikasi penyemprotan pestisida yang intensif menyebabkan peranan mikoriza
menjadi tidak maksimal. Indikasi ini terlihat dara parameter derajat infeksi dan jumlah spora
yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan aplikasi teknologi ramah lingkungan dengan
memanfaatkan pupuk hayati mikoriza. Fakta ini juga dikemukakan oleh Smith dan Read
(2008), bahwa peningkatan jumlah spora dan persentase infeksi MA dipengaruhi oleh faktor
pemupukan dan aplikasi pestisida.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |289
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat dikemukaan beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kegiatan penyuluhan dan demplot pertanian dalam upaya memasyarakatkan pemanfaatan
pupuk hayati mikoriza arbuskular dalam upaya meningkatkan produksi jagung manis sangat
berhasil dan disambut dengan antusias oleh petani di Dusun Sesait Desa Sesait Kecamatan
Kayangan Kabupaten Lombok Utara. Hal ini ditunjang dengan adanya peningkatan
produksi jagung dan aktivitas mikoriza arbuskular yang mampu meningkatkan bobot basah
berangkasan per petak, bobot tongkol per petak, derajat infeksi tinggi tanaman, bobot segar
biomassa pucuk, bobot segar akar, bobo tongkol dan jumlah spora per 100 g tanah berturut-
turut mencapai 150%, 155%, 188% dan 225% dibandingkan dengan tanpa aplikasi pupuk
hayati mikoriza milik petani.
2. Menyimak respon yang positif dari semua petani peserta kegiatan ini, maka tim penyuluh
yakin bahwa pola ini dapat dijadikan contoh model usaha tani berkelanjutan di Desa Sesait
Kecamatan Kayangan yang berorientasi pada azas manfaat ekonomi dan kelestarian
sumberdaya alam dalam upaya meningkatkan produksi jagung manis.
DAFTAR PUSTAKA
Astiko, W. 2009. Pengaruh paket pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai
di lahan kering. Jurnal CropAgro 2 (1): 65-71
Astiko, W., I.R. Sastrahidayat, S. Djauhari dan A. Muhibuddin. 2012. Aplikasi pupuk organik
berbasis mikoriza untuk meningkatkan hasil kedelai di daerah semi arid tropis Lombok
Utara. Buana Sains 12 (1): 15-20
Astiko, W. 2015. Peranan Mikoriza Indigenus pada Pola Tanam Berbeda dalam Meningkatkan
Hasil Kedelai di Tanah Berpasir. Arga Puji Press. pp. 168.
Astiko, W., Sudantha, I.M, Isnaini, M dan Ernawati, N.M.L. 2018. Aplikasi pupuk hayati
mikoriza untuk meningkatkan hasil tanaman bawang merah. Jurnal Abdi Insani
Universitas Mataram. 5 (1): 1-8
Bastida, F., T. Hernández dan C. Garcia. 2010. Soil degradation and rehabilitation: micro-
organisms and functionality. In: Insan H., I. Franke-Whittle, M. Goberna (editor).
Microbes at Work – From Wastes to Resources Heidelberg: Springer Verlag. p. 253-270
Mirza, M. 1995. Kemungkinan penggunaan curah hujan untuk penentuan saat tanam padi di
sawah tadah hujan. (hal 24 - 35). Prosiding dalam Seminar Sehari “Pemanfaatan
Sumberdaya Iklim Dalam Pengembangan Pertanian Yang Efisien” Perhimpunan
Meteorologi Pertanian Indonesia (PERHIMPI) NTB dan Fakultas Pertanian Univeresitas
Mataram
Priyono, J. 2005. Kimia tanah. Mataram University Press. pp. 103
Soil Survey Staff. 1998. Keys to soil taxonomy. United States Departement of Agriculture.
Natural Resources Conservation Service. 8th Ed., 1998.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |290
Suzuki, S. dan A.D. Noble. 2007. Improvement in water-holding capacity and structural
stability of a sandy soil in Northeast Thailand. Arid Land Research and Management.
21:37–49
Smith, S..E. dan D.J. Read. 2008. Mycorrhizal symbiosis, 3rd edn. Elsevier and Academic,
New York, London, Burlington, San Diego. p. 32-79
Satrahidayat, I. R. 2010. Rekayasa pupuk hayati mikoriza dalam meningkatkan produksi
pertanian. UB Press. Malang Indonesia. pp. 226
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |291
Pelatihan Bekam Sebagai Pembinaan Keterampilan Bermuatan Sosial,
Ekonomi Dan Keagamaan Bagi Pria Usia Produktif
𝐓𝐚𝐮𝐟𝐢𝐪 𝐑𝐚𝐦𝐝𝐚𝐧𝐢𝟏, 𝐌𝐮𝐡𝐚𝐦𝐦𝐚𝐝 𝐀𝐫𝐰𝐚𝐧 𝐑𝐨𝐬𝐲𝐚𝐝𝐢𝟐, 𝐀𝐳𝐡𝐚𝐫𝐢 𝐄𝐯𝐞𝐧𝐝𝐢𝟑 𝐀𝐧𝐢𝐬𝐚 𝐏𝐮𝐬𝐩𝐚 𝐑𝐚𝐧𝐢𝟒
Program Studi Sosiologi, Universitas Mataram
Kata Kunci:
bekam, bewirausaha,
difusi, inovasi,
pelatihan, peserta,
usia produktif
Abstrak:
Berdaya tidaknya individu menghadapi situasi ekonomi yang
menghimpitnya sangat dipengaruhi oleh seberapa strategis kempetensi yang
dimilikinya, seberapa signifikan kompetensi tersebut menjawab kebutuhan
masyarakat sekitarnya, seberapa murah dan mudah untuk diakses serta
dirasakan langsung manfaatnya. Suatu kompetensi yang terkadang bisa jadi
merupakan inovasi baru bagi suatu komunitas tertentu maka akan lebih baik
bila mengandung sifat keinovasian yang membuatnya mudah terdifusi,
seperti azas keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas serta
trabilitasnya (Rogers.1995). Di desa Seteluk Tengah terdapat banyak
remaja usia produktif yang membutuhkan pemberdayaan, dimana agar
pemberdayaan tersebut menarik antusiasme mereka maka bentuk
pemberdayaan haruslah prosfek untuk income keluarga, dan agar mudah
tersosialisasi dan diterima masyarakat haruslah memilki muatan yang
kesesuaian dengan prinsip sosial-keagamaan masayarakat setempat.
Bagaimanakah bentuk dan strategi pemberdayaan yang sesuai dengan
asumsi tersebut? Maka tujuan kegiatan ini adalah menjawab rumusan
masalah tersebut yaitu terselenggaranya pelatihan praktek membekam yang
nantinya prosfek bagi income keluarga, serta berkesesuaian dengan nilai
sosial-keagamaan masyarakat setempat. Kegiatan pemberdayaan ini
menggunakan metode pelatihan yang memadukan teori dan praktek 25% -
75%, melibatkan 30 peserta dan 2 orang pemateri, bertempat di Masjid Desa
Seteluk Tengah. Setelah serangkaian kegiatan dilaksanakan diperoleh hasil
bahwa mayoritas peserta telah menguasai prosedur pra-bekam, membekam,
paca-bekam yang berkesesuaian dengan kaidah dan prosedur keselamatan
medis sehingga mereka lebih percaya diri dalam meyakinkan masyarakat
tentang keunggulan dibekam. Setelah mengikuti kegiatan pelatihan
mayoritas peserta mengaku telah memiliki kompetensi dan semangat
berwirausaha secara mandiri yaitu dengan membuka praktek layanan
bekam. Mayoritas peserta yang juga berlatarbelakang aktivis masjid dan
telah mengikuti kegiatan pelatihan menyatakan kesiapannya untuk segera
menerima layanan bekam.
Korespondensi: [email protected]
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |292
PENDAHULUAN
Kemampuan individu dalam menghadapi situasi ekonomi yang sulit akan sangat
ditentukan oleh keahlian yang dimilikinya, yaitu seberapa signifikan keahlian tersebut bisa
menjawab kebutuhan masyarakat sekitarnya, seberapa murah dan mudah untuk diakses serta
dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat luas. Suatu keahlian yang terkadang bisa jadi
adalah inovasi baru bagi suatu komunitas tertentu maka akan lebih baik kalau mengandung
sifat keinovasian yang membuatnya mudah terdifusi, seperti keuntungan yang langsung dapat
dirasakan, kompatibilitasnya yang tinggi, tingkat kompleksitasnya yang rendah, serta relatif
mudah dicoba/ azas trabilitas. (Rogers.1995). Di desa Seteluk Tengah Kecamatan Seteluk
Kabupaten Sumbawa Barat terdapat banyak pria usia produktif yang membutuhkan kegiatan
pemberdayaan, dimana agar pemberdayaan tersebut menarik semangat dan partisipasi mereka
maka bentuk pemberdayaan sebaiknya cukup menjanjikan untuk income keluarga, dan agar
mudah tersosialisasi dan diterima masyarakat sebaiknya memilki muatan yang sesuai dengan
prinsip sosial-keagamaan masayarakat setempat (azas kompatibilitas).
Pada era sekarang ini, peluang mempertahankan kesejahteraan seseorang sangat terkait
erat dengan seberapa compatibel kompetensi tersebut terhadap perubahan dan perkembangan
kebutuhan masyarakat. Berdaya atau tidaknya seseorang di dalam menghadapi situasi ekonomi
dan lapangan kerja yang terus berubah sangat berkaitan erat dengan seberapa baik atau bahkan
seberapa handal dia di dalam penguasaan keterampilan tersebut. Semakin baik penguasaan
keterampilan yang dimiliki oleh seseorang maka semakin menjadi pilihan konsumen nantinya,
dan tentunya semakin terbuka peluang menuju kesejahterannya. Tanpa penguasaan
keterampilan yang terus di-upgrade, maka keterampilan seseorang yang semula bisa jadi adalah
primadona konsumen bisa jadi ke depannya tidak lagi memiliki daya jual, karena dia tidak lagi
memiliki sesuatu yang lebih untuk “dijual” sebagai sumber pendapatannya, karena
keterampilan tersebut akan tenggelam bersama munculnya alternative-alternatif lain yang terus
bermunculan.
Pada era abad ini, seseorang yang tidak memiliki ijazah tidak akan memiliki
kesempatan pada sector formal, ada batasan waktu dan usia untuk mencapai hal tersebut (ijazah
sekolah), sehingga ada istilah terlambat dal hal ini, namun tidak ada istilah terlembat dalam hal
belajar untuk tujuan kepemilikan kompetensi. Orang yang tidak memiliki kompetensi dan
keterampilan tidak akan mendapat peluang dan kesempatan di semua lini, baik di sektor
informal terlebih di sektor formal.
Akhir-akhir ini layanan kesehatan yang berlabel alternative-herbal adalah trend yang
lebih banyak diminati masyarakat menyaingi layanan kesehatan konvensional dan berbasis
produk pabrik farmasi. Bersamaan dengan tema yang mengusung produk herbal turut pula
tema-tema pengobatan non-konvensional berbasis ajaran Islam yang disebut Thibbunnbawi
kian populer dan diminati masyarakat. Salah satu bentuk pengobatan berkonsep thibbunnabawi
yang kian populuer dan diminati masayarakat adalah layanan “BEKAM”. Layanan ini menjadi
kian populer selain didukung oleh kian meningkatnya pengetahuan dan kesadaran beragama
masyarakat juga disebabkan biayanya yang sangat terjangkau, bahkan tidak sedikit penyedia
layanan bekam yang tidak menentukan tarif layanan (seikhlasnya).
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |293
Sebagaimana umum kita ketahui, bahwa nilai ekonomi suatu keterampilan sangat
terkait erat dengan kedudukan keterampilan tersebut dalam “Herarkhi Need” masyarakat, yaitu
seberapa vital keterampian tersebut bagi hajat hidup terlebih bagi keberlangsungan hidup
masyarakat. Tidak harus formal, bahkan terkadang pekerjaan sektor informal menjadi bamper
di banyak negara berkembang di tengah sempitnya lapangan kerja. (Rachbini & Hamid, 1994).
Sehat dan sakit adalah dikotomi antara bahagia dan menderita seseorang, atau bahkan terkait
dengan hidup-mati seseorang, maka dalam hal ini keterampilan bidang kesehatan akan sangat
vital sehinga sangat penting dan mahal harganya, terlepas bahwa keterampilan bidang
kesehatan tersebut alternatif sifatnya seperti keterampilan membekam ataukah keterampilan
formal-mainstream seperti profesi dokter.
Mahalnya layanan kesehatan modern yang berbasis pada penangangan medis oleh
tenaga bersertifikat profesi membuat sebagian masyarakat harus mencari alternatif lain,
terlebih di tengah antusias masyarakat yang semakin tinggi terhadap metode dan layanan
kesehatan alternative dan herbalistik. Namun sayangnya tidak banyak orang yang mau dan
mampu memanfaatkan peluang sosial ekonomi di balik situasi di atas.
Di Desa Seteluk Tengah Kecamata Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat terdapat
sejumlah orang yang belum mempunyai pekerjaan tetap atau belum terikat dengan lembaga
dan instansi tertentu. Sebagian dari mereka ada yang sarjana, namun tidak sedikit pula yang
hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah menengah atas (SMA). Sebahagian dari mereka
ada yang setelah menamatkan pendidikan SMA tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi dan hanya menunggu tawaran-tawaran pekerjaan musiman dan seadanya dengan
jenis pekerjaan yang memanfaatkan kekuatan fisik (non-kompetensi).
Seiring waktu dengan menggeliatnya aktivitas keagamaan serta meningkatnya
kesadaran beragama masyarakat Desa Seteluk Tengah maka meningkat pula atensi dan minat
mereka terhadap hal-hal yang bersifat keagamaan, termasuk dalam hal pengobatan, masyarakat
terlihat mulai lebih gandrung kepada pengobatan berdimensi Islami (Thibbunnabawi), namun
sayangnya di sisi lain hanya satu orang yang mampu member layanan kesehatan dimaksud.
Kompleksitas ketiadaan kompetensi dan keterampilan para pria usia produktif yang selaras
dengan kebutuhan masyarakat kekinian di satu sisi, kemudian menurunnya tingkat kesehatan
masyarakat dengan varians penyakit yang terus bertambah membutuhkan penanganan yang
mudah, murah dan cepat di sisi lainnya, menuntut kreatifitas berbagai pihak untuk menangkap
peluang yang muncul dari kompleksitas tersebut, salah satunya mungkin melalui pelatihan
bidang kesehatan yang selaras.
Tibbun Nabawi dalam hal ini praktek membekam adalah metode pengobatan yang
berbasis pada ajaran Islam yaitu Sunnah Nabi Muhammad SAW. Maka tidaklah mengherankan
jika kemudian praktek layanan kesehatan ini (termasuk yang berlangsung di desa Seteluk
Tengah) dipelopori oleh orang yang berpredikat ustadz atau pegiat keagamaan, dan corak
keterampilan inipun identik dengan nilai-nilai keislaman.
Oleh karena praktek kesehatan Tibbun Nabawi seperti bekam adalah metode
pengobatan yang berbasis pada ajaran Islam yaitu Sunnah Nabi Muhammad SAW atau
tindakan Rasulullah dalam hal pengobatan (Ar-Rayyis, 2003) maka tidaklah mengherankan
bahwa penyedia jasa pengobatan Tibbun Nabawi yang ada di Sumbawa Barat adalah orang
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |294
yang sangat lekat dengan predikat ustadz atau santri. Di sisi lain, karena mereka yang menjalani
praktek layanan kesehatan Tibbun Nabawi ini merupakan orang yang memiliki predikat Ustadz
atau santri maka banyak dari mereka ini menjalankan layanan tersebut dengan system imbal
jasa seikhlasnya, dan nuansa social-spiritualnya lebih mereka kedepankan.
Di desa seteluk Tengah Kecamatan Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat terdapat cukup
banyak pria dengan usia produktif yang tetap menetap di desa mereka, tidak keluar desa untuk
keperluan studi maupun bekerja, tidak sedikit dari mereka ini adalah kalangan remaja atau
bahkan kalangan dewasa dengan usia produktif, tidak sedikit yang harus atau mungkin memilih
tetap tinggal di desanya disebabkan berbagai faktor, mulai dari faktor ekonomi sampai dengan
alasan yang apatis yaitu sudah menjadi nasib. Sementara di sisi lain kesadaran dan daya minat
masyarakat akan nilai-nilai dan tradisi keislaman akhir-akhir ini mulai meningkat, termasuk
dalam hal pengobatan yang berbasis pada praktek thibbunnbawi seperti membekam,
pengobatan herbal, pasduk, dll.
Akhir-akhir ini seiring dengan peningkatan kesadaran beragama masyarakat di satu sisi,
ditambah bahwa pelayanan medis tindak-lanjut memperlukan persyaratan administrasi yang
tidak sederhana (prosedur rujuk untuk pengobatan tindak-lanjut), diperparah dengan jarak
pusat kesehatan tindak-lanjut yang cukup jauh, maka tidak sedikit masyarakat yang merasa
lebih mudah serta lebih yakin bila penyakitnya ditangani melalui praktek thibbunnabawi
seperti bekam, pasduk, dll.
Meningkatnya varian dan kuantitas penyakit yang menjangkiti masyarakat akhir-akhir
ini, termasuk pada masyarakat desa Seteluk Tengah di satu sisi, sementara layanan kesehatan
masih terbatas serta sulit diakses di sisi lain, baik karena jumlah maupun karena jarak, telah
memunculkan kompleksitas yang perlu penanganan dan solusi jalan keluar. Beberapa orang
remaja sebenarnya sudah mengetahui teknik membekam pada level kerumitan tertentu, namun
karena perkara penanganan medis terasuk membekam bukan sesuatu yang tanpa resiko bila
terjadi kesalahan penindakan maka kebanyakan dari mereka yang sebenarnya bisa ini tidak
berani membuka layanan medis membekam, terlebih bila harus menarik biaya. Beberapa dari
mereka mengungkapkan bahwa mereka perlu belajar dan dilatih secara khusus untuk bisa yakin
dan percaya diri guna membuka praktek/ layanan membekam.
Berdasarkan prinsip kesesuaian antara sasaran (remaja desa Seteluk Tengah) dengan
metode pendekatan, maka kegiatan pemberdayaan yang paling relevan untuk menjangkau
mereka ini yaitu pelatihan membekam haruslah memperhatikan prinsip-prinsip inovasi agar
mudah terdifusi dengan baik, mulai dari sifat inovasi itu sendiri yang memuat azas triabilitas,
kompleksitas, kompatibilitas, serta azas keuntungan relative. Di samping itu agar difusi inovasi
membekam ini dapat tersosialisasikan dan terdifusi dengan baik maka membutuhkan media
sosialisasi dan pemberdayaan yang tepat serta relefan, meliputi instruktur, lokasi, waktu, serta
bentuk kegiatan.
Sebagaimana pendapat Rogers tentang sifat inovasi agar dapat terdifusi dengan baik
maka pelatihan keterampilan membekam sebagai salah satu bentuk upaya mendifusikan
inovasi bekam memuat azas difusi-inovasi yang mendukung keterlaksanaan dan
kesuksesannya, khususnya pada aspek “triabilitas” yaitu dapat dicoba dan diakses dengan
mudah, kemudian azas kompleksitas yaitu memiliki tingkat kesulitan yang rendah, di samping
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |295
azas keuntungan relatif yang terukur dan kompatibilitas yang sudah ssuai tentunya. Di sisi lain
untuk menunjang kehandalan peserta pelatihan maka kegiatan ini akan menghadirkan
instruktur pelatihan bekam yang handal yang berdomisili di lokasi kegiatan yang tentunya akan
sangat memahami azas kompatibilitas inovasi dengan budaya dan keyakinan setempat
(kecataman Seteluk Kab.Sumbawa Barat). Di samping itu, keberadaan pengurus Masjid di
lokasi kegiatan turut dijadikan sebagai mitra kegiatan, dengan harapan akan memaksimalkan
proses sosialisasi serta legitimasi kegiatan pelatihan benar-benar sesuai dengan prinsip
keyakinan masyarakat setempat.
Keterampilan membekam sama halnya dengan upaya untuk memperkenalkan inovasi
baru bagi komunitas remaja seteluk tengah yang memang baru mengenal hal tersebut. Melalui
kegiatan pelatihan praktek membekam diharapkan inovasi dan keterampilannya tersebut
perlahan-lahan terdifusi dan dapat dikembangkan melalui sebuah proses konstruksi individu
hingga ke konstruksi sosial. Lebih lanjut melalui kegiatan ini diharapkan praktek membekam
nantinya dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup pesertau yaitu para remaja usia
produktif desa Seteluk Tengah Kecamatan Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat.
Berdasarkan uraian di atas maka isu strategis yang perlu diselesaikan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman pria usia produktif desa Seteluk Tengah tentang strategi
berwirausaha dan menciptakan sumber pendapatan tambahan bagi keluarga?
2. Bagaimana tingkat ketertarikan, kompetensi, serta partisipasi pria usia produktif desa
Seteluk Tengah terhadap peluang dan strategi menciptakan sumber pendapatan tambahan
bagi keluarga (entrepreneurship) melalui layanan kesehatan yaitu membekam?
3. Bagaimana tingkat pertumbuhan semangat entrepreneurship pria usia produktif desa Seteluk
Tengah setelah mengikuti pelatihan praktek membekam sebagai media pemberdayaan
bermuatan sosial, ekonomi, serta keagamaan bagi Remaja Usia Produktif?
METODE PELAKSANAAN
Prosedur dan materi kegiatan pengabdian kepada masyarakat berbentuk penyampaian
motivasi kewirausahaan dan pelatihan praktek bekam ini diselenggarakan sebagai berikut:
1. Didahului dengan pemaparan materi, ceramah monolog yang diselingi dengan tanya jawab
terkait peluang-peluang berwirausaha yang menjanjikan sekarang ini dan ke depan sekaligus
memotivasi peserta agat memanfatkan peluang pelatihan membekam ini sebagai sarana
berwirausaha.
2. Kegiatan secara keseluruhan melibatkan peserta sebanyak 30 orang yang dibantu oleh
beberapa orang aktivis Masjid dan mitra kegiatan.
3. Kegiatan berbentuk pelatihan yaitu penyampaian materi melalui ceramah dan tanya-jawab
selama beberapa kesempatan yang kemudian diselingi dengan kegiatan praktek secara
langsung dengan menggunakan beberapa alat kesehatan dengan formasi 30% teori dan 70%
praktek membekam secara langsung.
4. Kegiatan dilangsungkan pada hari Sabtu dan Ahad, guna mengoptimalisasi kesempatan
hadir peserta dan instruktur.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |296
5. Kegiatan pelatihan dipandu oleh seorang instruktur bekam yang sudah terampil dan
berpengalaman didampingi oleh beberapa orang yang merupakan mitra kegiatan yaitu
aktivis Masjid setempat.
6. Setiap peserta dituntun untuk praktek dan mencoba secara langsung, setiap kesalahan akan
dievaluasi secara langsung oleh instruktur.
7. Kegiatan diselenggarakan di lokasi terdekat dengan komunitas sasaran yaitu di Masjid Desa
Seteluk Tengah, Kecamatan Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pelatihan praktek bekam ini meliputi sesi ceramah dan tanya-jawab seputar
teori membekam dan prosedur-prosedurnya yang kemudian dipraktekkan oleh instruktur dan
diperhatikan oleh peserta, untuk tahapan-tahapan tertentu yang penting dan memungkinkan
maka peserta dapat mengikutinya secara praktek. Adapun materi ceramah, tanya jawab serta
praktek dimaksud adalah sebagai berikut:
Tindakan Pra-bekam:
1. Mendata Pasien dan melakukan anamnesis (wawancara)
Catatan data pasien sangat penting untuk merekam identitas, diagnosis penyakit, terapi yang
sudah diberikan serta mengetahui perkembangan penyakitnya. Data yang perlu dicatat
antara laIn:
a. Identitas pasien, meliputi: Nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat, status
perkawinan.
b. Identitas keluarga, meliputi: kedudukan dalam keluarga , pekerjaan dan alamat tinggal.
Karena beberapa penyakit berkaitan erat dengan jenis pekerjaan serta lokasi
permukiman.
Anamnesis yang benar dan lengkap sudah dapat mendiagnosis penyakit hampir 75%.
Adapun hal-hal yang perlu ditanyakan:
a. Keluhan utama, yakni keluhan yang menyebabkan seseorang berobat untuk dibekam.
Sebagai contoh dalam hal ini adalah Sakit Perut.
b. Keluhan tambahan (keluhan penyerta), yakni keluhan lain yang mengiringi keluhan
utama tersebut, seperti sakit di pinggan dan ulu hati.
c. Riwayat penyakit terdahulu, yakni penyakit yang masih berkaitan dengan keluhan
sekarang, sperti 2 tahun yang lalu pernah konsumsi obat kedaluarsa berkepanjangan, dll.
Serta wijayat alergi dan penyakit-penyakit yang berkaitan sperti diabetes, gagal ginjal,
dan lain sebagainya.
2. Melakukan pemeriksaan dan menentukan diagnose penyakit.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang dikeluhkan pasiten tersebut
sesuai dengan kelainan fisik yang ada. Adalakalanya pasien mengeluhkan sesuatu tetapi
tidak ditemukan kelainan fisik apapun dan begitu juga sebaliknya. Pemeriksaan fisik
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan umum, meliputi tekanan darah, nadi, temperature tubuh, pernafasan, lidah
iris (iridology), telapak tangan (Palmistry) dan lain-lain. Yang terpenting adalah bisa
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |297
mengetahui penyakitnya, boleh dengan cara diagnosa medis maupun secara tradisional
ataupun gabungan dari kedunya.
b. Inspeksi (Pengamatan), pendengaran dan penciuman dari organ yang dikeluhkan pasien.
Perhatikan perubahan warna kulit, bentuk, tekstruk atau perubahan lainnya yang kasat
mata. Amati pula ekspresi wajah, bentuk dan sikap serta cara berjalan pasien.
c. Palpasi (Perabahan, penekanan) atau perkusi (pengetukan) di sekitar tubuh yang
mengalami keluhan. Periksalah apakah terdapat benjolan keras/lunak, atau dengan
penekanan apabila terasa sakit maka menunjukkan penyakitnya termasuk hiper
(kelebihan fungsi) dan jika dengan penekanan pasien merasa enak berarti penyakitnya
termasuk hipo (kekurangan fungi). Begitu juga dengan pengetukan pada organ apakah
terjadi perubahan, seperti paru-paru yang sharusnya berbunyi sonor, pada kondisi
tertentu berubah menjadi pekak karena terdapat tumor paru-paru. Terkadang kita perlu
menggerakkan bagian tubuh yang sakit, apakah terdapat keterbatasan gerak pada
tangan/kaki, kekakuan, nyerti ketika digerakkan dan lain-lain.
d. Auskultasi, yakni pemeriksaan dengan menggunakan stestoskop untuk mengetahui
danya kelainan pada rongga dada (jantung dan paru-paru) serta rongga perut (Lambung,
usus, dll).
e. Jika diperlukan lakukanlah pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah, urin,
tinja, rontgen (radiologi), EKG CT-Scan, MRI, dan sebagainya.
Setelah diketahui keluhannya melalui anamnesis dan telah dilakukan pemeriksaan maka
dapat diambil kesimpulan mengenai penyakit yang dialami oleh pasien (diagnose).
Diagnosa penyakit ini sebagai modal dasar untuk menentukan langkah selanjutnya
mengenai jenis terapi apa yang dilakukan, titik bekam mana yang akan dipilih serta
herbal penunjang apa yang memang perlu direkomendasikan.
3. Materi Menentukan Titik Bekam
Dalam menentukan titik bekam terdapat beberapa versi (Madzhab), ada yang berdasarkan
lokasi keluhan, ada yang berdasarkan titik akupuntur, dan ada yang berdasarkan pada
anatomi dan patofisiologi organ yang bermasalah. Sampai sekarang belum ditemukan kata
sepakat diantara beberapa mazhab tersebut, namun pada pelatihan ini titik bekam ditentukan
berdasarkan lokasi keluhan.
a. Dalam memilih titk bekam ini, maka tidak perlu memakai banyak titik. Sebab titik bekam
yang banyak belum tentu lebih efektif dibandingkan satu titik. Selain itu banyak titik
akan menimbulkan rasa sakit yang lebih banyak. Disarankan dibatasi hanya sampai 7
titik bekam saja.
b. Ada sekitar 12 titik utama yang disebutkan dalam hadits (disebut titik bekam nabi),
selebihnya merupakan pengembangan dari itu. Diantaranya di kepala (Ummu Mughits,
Qomahduwah, Yafukhs Hammah, Dzuqn, Uzun), Leher dan punggung (Kaahil, Al-
Akhda’ain, Alkatifain, Naqroh, Munkib), Kaki (Wirk, Fakhd, Zhohrul Qodam, Iltiwa’)
dan lain sebagainya.
c. Beberapa titik yang terlarang unuk dibekam adalah:
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |298
- Pusat Kelenjar Limfa atau getah bening di leher samping bawah telinga kanan dan kiri
(limfonodi servikalis), di ketiak kanan dan kiri (limfonodi axillaris), dan di lipatan
selangkangan kanan dan kiri (limfonodi inguinalis).
- Otak kecil bagian bawah (akhir tengkorak belakang bagian bawah
- Leher depan di bagian tenggorokan
- Ulu hati
- Lubang alami seperti pusar, dubur, putting payudara, telinga, dll
- Lutut belakang, depan dan samping
- Terlalu dekat dengan mata
- Perut dan pinggang wanita hamil
- Tepat pada varises, tumor, kanker, dan bagian yang bengkak pada kasus gout/asam
urat.
4. Materi Mempersiapkan Peralatan Bekam dan Pasien
a. Mempersiapkan peralatan bekam dan ruangan.
Yang paling utama adalah menyiapkan agar alat-alat yang digunakan bisa steril
mengingat banyak penyakit yang dimungkinkan menular melalui alat-alat bekam seperti
pasien hepatitis dan HIV-AIDS.
b. Alat yang digunakan adalah: Kop/Gelas bekam dan Handpump (pompa), pisau bedah,
bisturi, skapel, klem, kain duk, sarung tangan, masker wajah, mangkok/cawan, nampan,
tempat sampah, meja, kursi dan bed periksa. Jika dimungkinkan diusahkan memiliki
tabung oksigen untuk mengantisipasi bila terjadi pingsan/ syok.
c. Bahan yang digunakan adalah: Kassa Steril, iodine, disinfektan, larutan H2O2, minyak
zaitun dan minyak habbatussuda.
d. Untuk mensterilkan alat-alat yang diunakan tersebut maka perlu dicuci dan setelahnya
dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam sterilisator. Yang umum digunakan adalah dengan
teknolog pemanasan dan ozone.
e. Pisau bedah, sarung tangan, masker wajah dan hanya boleh digunakan sekali pakai
langsung dibuang.
f. Ruangan harus besih, cukup penerangam, cukup ventilasin dan aliran udara serta tidak
pengap. Dilarang menggunakan kipas angin di ruangan pada saat dilakukan bekam.
Jangan melakukan bekamn di ruang terbuka, tempat yang berdebu, atau persis di bawah
blower AC
g. Tidak boleh menggunakan jarum, silet, gelas minum, bekas botol, tanduk, tissue dan kain
lap untuk melakukan bekam. Walaupun tampk bersih namun peralatan tersebut bukan
merupakan perlatan standar medis atau suatu tidnakan bedah minor seperti bekam.
h. Disarankan setiap pasien memiliki kop bekam sendiri. Bagi penderita HIV-AIDS
(ODHA), hepatitis (Sakit Kuning), pecandu narkoba dan penyakit menular lainnya wajib
memiliki peralatan bekam sendiri dan tidak boleh digunakan pasien lain walaupun sudah
disterilkan.
5. Mempersiapkan Pasien
Pasien dipersiapkan terlebih dahulu secara mental dan fisik. Pasien perlu mendapatkan
penjelasan mengenai dasar pengobatan bekam (hijamah) sebagai teknik pengobatan yang
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |299
dicontohkan oleh Rasululllah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, cara membekam, manfaat membek,
efek samping yang mungkin terjadi sesat setelah bekam, serta pantangan-pantangan yang tidak
boleh dilakukan sesaat setelah bekam.
a. Pasien diberi pengertian dan dukungan agar tidak gelisah dan takut, khususnya bagi
mereka yang baru pertamakali dibekam. Beri pengertian bahwa dibekam itu tidak sakit,
anjurkan untuk berdoa dan mengikuti sunnah-sunnah sebelum dan saat dibekam.
b. Bagian tubuh yang akan dibekam sebaiknya ditutup dengan kain steril yang berlubang di
bagian tengahnya sehingga memudahkan tindakan membekam.
c. Menyiapkan minuman air putih, madu atau sari kurma untuk pasien, karena terkadang
ketika sedang dibekam pasien merasa haus sekaligus untuk mengantisipasi bila saja
pasien lemas.
d. Bagi pasien yang baru pertama kali dibekam cukup 1 sampai 2 titik bekam saja.
e. Pasien wanita harus ditangani oleh ahli bekam wanita dan pasien laki-laki oleh laki-laki.
Untuk menjaga aurat maka hindari membuka bagian tubuh yang tidak perlu dibuka.
f. Posisi berbaring miring, untuk membekam pada titik bagian samping kaki atau tungkai.
g. Posisi terlentang; untuk membekam pada titik daerah muka, leher, dada, perut, serta
tungkai depan.
h. Posisi telungkup; untuk membekam titik di tengkuk, punggung, pinggang dan tungkai
bagian belakang.
i. Posisi duduk di kursi dengan kepala menengadah dan kepala bagian belakang bersandar
pada sandaran kursi; untuk membekam wajah, kepala, dagu, serta leher bagian depan.
j. Posisi duduk di kursi dan meletakkan tangan di meja sambil menopang dagu; untuk
membekam kepaa dan wajah.\
k. Posisi duduk di kursi dengan kedua lengan lurus ke depan dan diletakkan di atas meja;
untuk membekam daerah tangan dan lengan, tengkuk, leher samping, bahu, punggung
dan pinggang.
l. Posisi duduk di kursi dengan kepala telungkup miring di atas meja; untuk membekam
titik di samping kepaa dan wajah serta leher bagian samping.
6. Materi dan Praktek Melakukan Bekam
Berikut ini adalah teknik bekam yang menggunakan sayatan (syatroh):
a. Mulai dengan berdoa dan mensterilkan bagian tubuh yang akan dibekam dengan
disinfektan.
b. Dilanjutkan dengan penghisapan kulit menggunakan “kop/gelas” bekam, kekuatan
penghisapan disesuaikan pada kondisi pasien sehingga dapat berbeda-beda. Lama
penghisapan selama 5 menit, tindakan ini sekaligus berfungsi sebagai Anestesi
(pembiusan) lokal. Diutamakan mendahulukan bagian tubuh sebelah kanan dan jangan
melakukan menghisapan lebih dari 4 titik bekam sekaligus.
c. Dengan menggunakan pisau bdah standar kemudian dilakukan syartoh/penyayatan
(jumlah sayatan 5 – 15 untuk satu titik tergantung diameter kop yang digunakan, panjang
sayatan 0,3 – 0,5 cm, tipis dan tidak boleh terlalu dalam, dilakukan sejajar dengan garis
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |300
tubuh. Salah satu tanda bahwa sayatannya baik adalah sesaat setelah disayat, kulit tidak
mengeluarkan darah akan tetapi setelah disedot dengan alat maka darahnya baru keluar.
d. Lakukan penghisapan lagi dan biarkan darah kotor mengalir ke dalam kop selama 5
menit.
e. Bersihkan dan buang darah yang tertampung dalam kop dan jika perlu bisa dilakukan
penghisapan ulang seperti tadi. Tidak boleh dilakukan pengualangan sayatan.
f. Bersihkan bekas luka dan oleskan minyak habbatussauda yang steril. Umumnya bekas
luka akan hilang setelah 2 – 5 hari.
g. Ucapkan Alhamdulillah dan rasakan kenikmatan tindakan medis dibekam.
Istirahatlah secukupnya setelah dibekam, lebih baik lagi kalau tidur. Minumlah air putih,
madu, sari kurma atau the manis untuk mempercepat pemulihan. Jika ingin makan
usahakan satu jam setelah dibekam dan hindari makan asam, pedas, mie dan minuman
bersoda. Hindari pula melakukan jimak setelah bekam.
Boleh makan bahkan dianjurkan mandi seeah 2 jam dibekam, sebaiknya menggunakan
air hangat untuk mempercepat proses pemulihan. Hindari untuk menggosok-gosok
bagian bekas sayatan bekam dengan sabun secara berlebihan.
Berikut adalah foto terkait dengan praktek membekam secara langsung oleh instruktur
dan peserta:
Gambar 1. Tahapan Praktek Membekam oleh Instruktur dan Peserta
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |301
Gambar 2. Praktek sekaligus pemaparan Terkait Teknik Membekam
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah serangkaian kegiatan dilaksanakan, yatu dari awal hingga akhir kegiatan
pelatihan maka dihasilkan output sebagai berikut:
1. Peserta sebanyak 30 oarng telah mengikuti kegiatan pelatihan yang mana di dalamnya
menerima materi tentang peluang-peluang berwirausaha serta materi penyemangat
berwirausaha guna mencetak sumber baru bagi pendapatan keluarga. Setelah itu seluruh
peserta jaga menerima materi tindaklanjut yaitu peluang berwirausaha melalui pelatihan
praktek membekam yang diselenggarakan dengan praktek secara langsung (praktek
membekam).
2. Beberapa peserta mengungkapkan bahwa setelah mengikuti pelatihan, mereka baru
mengetahui bahwa ternyata praktek membekam mulai dari tahapan Pra-bekam, tahapan
Sedang Membekam, sampai dengan tahapan Paca-bekam sangat memperhatikan kaidah-
kaidah dan prosedur keselamatan medis sehingga pengetahuan itu membuat mereka
semakin percaya diri untuk memperkenalkan layanan praktek bekam kepada masyarakat
nantinya.
3. Beberapa peserta yang berlatarbelakang aktivitas masjid dan telah mengikuti kegiatan
pelatihan menyatakan kesiapannya untuk segera membuka praktek bekam di rumahnya.
4. Setelah mengikuti kegiatan pelatihan peserta mengaku merasa memiliki semangat
berwirausaha secara mandiri yaitu membuka praktek bekam dan mereka akan terus
berupaya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan membekam mereka.
5. Peserta mengungkapkan merasa memiliki prospek income yang pasti dan berkelanjutan
karena setelah pelatihan akhirnya mereka percaya diri untuk membuka praktek dan
menerima layanan bekam, baik dengan menerima panggilan ke rumah-rumah atau
membuka praktek di kediaman mereka masing-masing sendiri sebagaimana disampaikan
instruktur pelatihan.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |302
6. Dengan tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun peserta sudah menguasai keterampilan
membekam secara cepat
7. Beberapa peserta yang sebelumnya memang sudah memiliki kemampuan dasar
membekam, namun belum cukup handal, maka setelah kegiatan ini mengaku bahwa
mereka sudah merasa percaya diri untuk mengorbitkan diri sebagai pembekam yang
handal.
8. Masyarakat memiliki pilihan layanan pengobatan/ kesehatan yang sangat terjangkau,
bermuatan sosial dan spiritual.
9. Terbentuknya pranata kesehatan dan ekonomi yang sesuai dengan taraf kemampuan
masyarakat, compatible dengan corak interaksi serta dimensi keyakinan masyarakat
setempat.
Saran
1. Ke depan perlu diselenggarakan dalam kegiatan kampus seperti seminar, pelatihan, serta
program-program kreativitas kemahasiswaan yang terkait dengan pengenalan
pengobatan bekam serta kegiatan yang mengarah kepada peningkatan kapabilitas
penguasaan keterampilannya.
2. Saat program KKN diselenggaran mahasiswa dapat diprogram untuk menjadi fasilitator
kegiatan pelayanan kesehatan yang berbasis Thibbunnabawi lainnya seperti “Pasduk,
termasuk salah satunya “bekam”.
UCAPAN TERIMA KASIH
Sehubungan dengan terselesaikannya seluruh tahapan kegiatan ini dan tersusunnya
artikel yang dibuat maka disampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Mataram
2. Kaprodi Sosiologi Universitas Mataram
3. Kepala Desa Seteluk Tengah Kecamatan Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat
4. Imam Masjid dan segenap pengurus Masjid Desa Seteluk Tengah
5. Segenap mitra dan remaja masjid setempat yang telah membantu terlaksananya kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Ar-Rayyis. Amr. 2003. Panduan Bekam. Zam-Zam Press. Bandung.
Rogers. E.M 1983. Diffusion of innovations. 3rd ed. Free Press, New York.
__________1995. Diffusions of Innovations, Forth Edition. Free Press. New York.
Rogers. E.M. and F.Shoemaker. 1971. Communication of Innovation: A Cross-Cultural
Approach. The Free Press. New York.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |303
Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Menjadi Produk Nata De Soya Berbasis
Rumput Laut
Rina Kurnianingsih1*, Nurrijawati1, Sonia Ardilla Pebdiani1, Suparman2, Nurul Zulfa
Fitriana1, Mursal Ghazali1, Eka S Prasedya1, Sri Puji Astuti1, Sunarpi1
1Program Studi Biologi FMIPA Universitas Mataram, Mataram, Indonesia; 2Pusat Unggulan Biosains dan Bioteknologi FMIPA Universitas Mataram, Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
limbah cair tahu,
nata de soya, rumput
laut
Abstrak:
Industri tahu tempe merupakan salah satu sumber ekonomi penting
masyarakat di Pulau Lombok disamping bidang pertanian dan pariwisata.
Desa Puyung merupakan salah satu pusat industri tahu tempe yang ada di
Lombok. Salah satu persoalan yang dihadapi oleh pengrajin tahu tempe
adalah persoalan limbah cair. Limbah cair ini menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan dan kesehatan. Pengrajin tahu dan masyarakat sekitar
belum dapat mengolah limbah cair secara optimal. Kandungan bahan
organik limbah cair tahu umumnya terdiri atas protein, lemak, karbohidrat,
dan kalsium, sehingga limbah cair tahu ini masih bisa dimanfaatkan
menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi, diantaranya menjadi Nata de
Soya. Produk pangan Nata de Soya kaya serat, dapat memberikan peluang
usaha kepada masyarakat sekitar dan dapat mengurangi dampak
pencemaran lingkungan. Penambahan rumput laut (Eucheuma spinosum)
dalam proses pembuatan Nata de Soya bertujuan untuk meningkatkan nilai
gizi dari produk nata. Kegiatan pengabdian telah dilaksanakan di Desa
Puyung Kabupaten Lombok Tengah dengan melibatkan masyarakat
pengrajin tahu tempe, guru dan siswa dari Yayasan Generasi Muslim
Cendekia. Peserta diberikan penyuluhan tentang 1) dampak limbah cair tahu
terhadap kesehatan dan lingkungan, 2) potensi limbah cair tahu sebagai
bahan baku pembuatan produk pangan, 3) pengolahan limbah cair tahu
menjadi produk Nata de Soya dan manfaat penambahan rumput laut pada
produk nata, serta 4) pengemasan produk Nata de Soya.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Diversifikasi pangan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan pangan
dan pendapatan masyarakat. Industri tahu tempe merupakan salah satu sumber ekonomi
penting masyarakat di Pulau Lombok disamping bidang pertanian dan pariwisata. Beberapa
pusat industri tahu tempe yang ada di Lombok antara lain di Kekalik dan Abian Tubuh (Kota
Mataram) dan di Desa Puyung (Kabupaten Lombok Tengah). Salah satu persoalan yang
dihadapi oleh pengrajin tahu tempe adalah persoalan limbah baik limbah cair maupun limbah
padat. Limbah cair ini sangat menggangu kenyamanan lingkungan karena menimbulkan bau
yang tidak sedap dan jika dibuang ke sungai akan menimbulkan dampak negatif bagi sungai
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |304
dan lingkungan. Pengrajin tahu dan masyarakat sekitar belum dapat mengolah limbah cair
secara optimal.
Kandungan bahan organik limbah cair tahu umumnya terdiri atas protein (± 65%),
lemak (± 25%), dan karbohidrat (± 25%), dan kalsium (Azhari et.al., 2015 dan Hidayat, 2015),
sehingga limbah cair tahu ini masih bisa dimanfaatkan menjadi produk yang memiliki nilai
ekonomi, diantaranya menjadi Nata de Soya. Nata de Soya kaya serat yang baik untuk
dikonsumsi masyarakat. Selain itu, pengolahan limbah cair tahu menjadi Nata de Soya dapat
memberikan peluang usaha kepada masyarakat sekitar dan dapat mengurangi dampak
pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah cair tahu tersebut.
Penambahan rumput laut (Eucheuma spinosum) dalam proses pembuatan Nata de Soya
bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi dari produk nata tersebut. Menurut Diharmi (2016),
kandungan dari rumput laut kering Eucheuma spinosum adalah abu (24.3%), protein (6.03%),
lemak (0.0012%), karbohidrat (69.66%) dan serat kasar (15.44%), selain itu jenis alga ini
merupakan sumber Iota Karagenan. Dalam bidang industri, karagenan berfungsi sebagai
stabilisator (pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengental), pembentuk gel dan lain-
lain (Winarno, 1996).
Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat desa Puyung terntang pemanfaatan limbah cair tahu dari hasil samping
pengolahan tahu dan tempe menjadi produk nata de soya berbasis rumput laut yang bernilai
bergizi dan dapat dikonsumsi, serta mendemonstrasikan pengolahan limbah cair tahu menjadi
nata de soya. Peserta yang mengikuti kegiatan pengabdian ini adalah masyarakat Desa Puyung
khusus pengrajin tahu tempe, guru serta siswa dari Yayasan Muslim Cendikia. Keterlibatan
guru dan siswa dalam kegiatan ini diharapkan agar terdapat transfer ilmu dan teknologi dari
sekolah ke masyarakat sekitar.
METODE KEGIATAN
Tahapan pelaksanaan dalam kegiatan pengabdian ini meliputi survei potensi untuk
mengetahui ketersediaan bahan baku dan sumber daya manusia di Desa Puyung. Pengumpulan
data dilakukan untuk menentukan kelompok sasaran yang akan telibat dalam kegiatan ini.
Kegiatan selanjutnya adalah optimasi dan penyiapan sampel produk Nata de Soya di
Laboratorium Pusat Unggulan Biosains dan Bioteknologi FMIPA Universitas Mataram
dilanjutkan dengan pelatihan kepada khalayak sasaran. Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan
metode ceramah, diskusi dan dilanjutkan praktik pengolahan nata de soya. Materi pelatihan
meliputi Potensi Limbah Cair sebagai Bahan baku Pembuatan Produk Pangan, Teknik
Pembuatan Nata de Soya Berbasis Rumput Laut dan Pengemasan Produk Nata de Soya.
Evaluasi kegiatan dilakukan dengan melihat respon peserta dan kemampuan penguasaan materi
yang telah disampaikan. Respon peserta dapat dlihat dari jumlah peserta yang hadir dan
pertanyaan yang diajukan kepada tim pengabdian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahapan awal dari kegiatan pengabdian ini adalah optimasi dan penyiapan sampel
produk nata de soya alga di Laboratorium Pusat Unggulan Biosains dan Bioteknologi. Adapun
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |305
tahapan pada kegiatan ini adalah penyiapan starter bakteri Gluconacetobacter xylinus. Isolat
bakteri merupakan koleksi dari Dr. Sarkono (PS. Biologi FMIPA). Medium perbanyakan
starter yang digunakan adalah air kelapa, gula pasir 5% (b/v), sumber nitrogen 0,5% (b/v),
yeast extract 0,5% (b/v), dan penambahan asam asetat untuk mengkondisikan pH medium
hingga pH 5 (Gambar 1).
Gambar 1. Bakteri starter untuk produksi nata de soya
Jenis medium utama yang digunakan untuk produksi nata adalah limbah cair tahu yang
ditambahkan dengan alga (rumput laut). Jenis rumput laut yang digunakan adalah Eucheuma
spinosum kering. Sebanyak 1 gram rumput laut kering direbus dengan 50 ml air sampai hancur
sehingga didapatkan bubur rumput laut. Proses produksi nata dengan memanfaatkan limbah
cair tahu sebagai berikut disiapkan air sisa pembuatan tahu (Gambar 2), selanjutnya dimasukan
sumber karbon (gula pasir) sebanyak 5%, sumber nitrogen 0,5% (ammonium sulfat), ZA, dan
asam asetat untuk mengatur pH. Larutan tersebut direbus selama 30 – 50 menit sampai
mendidih. Setelah mendidih, selanjutnya medium didinginkan sampai suhu sekitar ± 40 – 45o
C, bubur rumput laut dimasukkan ke dalam medium, bakteri starter ditambahkan sebanyak
10% lalu diinkubasi selama 14 – 21 hari.
Gambar 2. Proses pengambilan limbah cair tahu (A), limbah cair tahu yang siap digunakan
untuk produksi nata (B)
A B
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |306
Nata dipanen dengan cara dikeluarkan dari wadah kemudian dicuci dengan air untuk
membersihkan sisa medium, lalu ditiriskan selanjutnya dipotong dan direbus dalam air
mendidih selama ± 15 – 20 menit. Setelah direbus kemudian dicuci dengan air mengalir,
direndam selama 3 - 4 hari dan selanjutnya dikemas serta pemberian label pada kemasan
(Gambar 3).
Produk nata de soya alga dari limbah cair tahu dengan penambahan rumput laut dalam
kemasan tersebut selanjutnya dibawa dalam kegiatan sosialisasi di lokasi pengabdian. Untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan limbah cair tahu dan rumput laut
menjadi produk nata yang bernilai bergizi dan dapat dikonsumsi, maka dilakukan sosialisasi
dan diskusi dengan masyarakat di Desa Puyung Kabupaten Lombok Tengah (Gambar 4).
Materi sosialisasi dan diskusi meliputi potensi limbah cair tahu dan rumput laut sebagai bahan
baku pembuatan produk pangan, teknik pembuatan nata de soya berbasis rumput laut dan
pengemasan produk nata de soya.
Peserta pengabdian sangat antusias menerima materi dan kegiatan berjalan dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta yang hadir dan banyak pertanyaan dari peserta
diantaranya tentang bakteri starter yang digunakan, karakteristik jenis limbah cair tahu yang
Gambar 3. Nata dalam wadah fermentasi (A), perebusan produk nata (B), produk nata dalam kemasan (C)
A B C
Gambar 4. Kegiatan sosialisasi pemanfaatan limbah cair tahu dan rumput laut menjadi produk nata
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |307
dapat digunakan dan tempat mendapatkan bakteri starter. Harapan peserta dari kegiatan ini
adalah selanjutnya mereka dapat membuat produk nata secara mandiri dan permasalahan
limbah cair tahu dapat diatasi.
KESIMPULAN
Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat telah berjalan dengan baik, lancar dan efektif,
serta peserta memahami materi yang disampaikan. Pada kegiatan PPM ini juga telah dihasilkan
produk nata dengan memanfaatkan limbah cair tahu yang diperkaya nutrisinya dengan
penambahan rumput laut (E. spinosum).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah memberi
dukungan dana untuk pelaksanaan pengabdian dalam bentuk Dana DIPA PNBP Universitas
Mataram Tahun Anggaran 2019.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, M., Sunarto, Wiryanto. 2015. Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Menjadi Nata De Soya
dengan Menggunakan Air Rebusan Kecambah Kacang Tanah dan Bakteri Acetobacter
xylinum. Jurnal EKOSAINS, 7 (1): 1-14.
Hidayat, R. 2015. Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Menjadi Produk Nata De Soya
Menggunakan Metode Fermentasi. Skrispi. UIN Sunan Gunung Djati, Bandung.
Diharmi, A. 2016. Karakteristik Fisiko-Kimia Karagenan Rumput Laut Merah Eucheuma
spinosum dari Perairan Nusa Penida, Sumenep, dan Takalar. Disertasi. Sekolah
Pascasarjana, IPB, Bogor.
Winarno, F.G., 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |308
Penyuluhan Tentang Kesehatan Telinga Pada Siswa Sekolah Dasar
Eka Arie Yuliyani*1, Didit Yudhanto1, Rika Hastuti Setyorini2,
Eva Triani3, Indana Eva Ajmala4
1Ilmu Kesehatan THT-KL, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 2Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
3Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 4Paru-paru, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Kata Kunci:
anak sekolah dasar,
kebersihan telinga,
penyuluhan telinga
Abstrak:
Menjaga kebersihan anggota tubuh sangatlah penting bagi setiap orang
karena selain akan membuat badan menjadi sehat dan bersih, dapat juga
meningkatkan rasa percaya diri bila berinteraksi dengan orang lain
disekitar kita. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk
memberikan pengetahuan kepada siswa sekolah dasar tentang kesehatan
telinga dan cara menjaga kebersihan telinga yang baik dan benar. Selain
itu memberikan edukasi terkait perilaku yang boleh dan tidak boleh
dilakukan secara perorangan dalam rangka pencegahan penyakit pada
telinga dan menjaga kebersihan serta kesehatan telinga. Kegiatan
pengabdian ini dilakukan pada siswa SDN 16 Mataram kelas 4 dan 5.
Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini, dihadiri oleh 83 orang siswa kelas 4
dan 5 SDN 16 Mataram dengan distribusi siswa perempuan sebanyak 39
orang (46,9%) dan siswa laki-laki sebanyak 44 orang (53,01%), dimana
para siswa antusias mengikuti kegiatan ini dan diakhiri dengan sesi tanya
jawab seputar kesehatan telinga sehingga pemahaman siswa tentang
kebersihan telinga menjadi lebih baik. Secara umum pengetahuan tentang
kesehatan telinga di kalangan masyarakat terutama siswa sekolah dasar
masih rendah sehingga sangat perlu dilakukan kegiatan penyuluhan untuk
siswa sekolah dasar dan juga masyarakat luas.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Menjaga kebersihan anggota tubuh sangatlah penting salah satunya adalah kebersihan
telinga. Membersihkan telinga haruslah dilakukan dengan baik dan benar karena kecerobohan
dalam membersihkan telinga dapat menyebabkan iritasi pada liang telinga, tertinggalnya
kapas di liang telinga, tertimbunnya kotoran telinga hingga robeknya gendang telinga.1
Penumpukan serumen di liang telinga dalam jumlah banyak sehingga berakibat pada
timbulnya gangguan dengar yang disebut dengan serumen obturan.2 Gangguan dengar pada
anak sekolah yang dapat disebabkan oleh serumen ini tentunya akan memberikan dampak
yang sangat penting terhadap tingkat prestasi belajar anak di sekolah karena anak akan sulit
untuk menerima pelajaran.3
Dengan demikian sangat perlu untuk dapat dilakukan upaya preventif dan promotif
kepada anak-anak sekolah mengenai pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan telinga
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |309
yang benar sehingga terdapat upaya perubahan perilaku perorangan pada anak-anak usia
sekolah.
METODE KEGIATAN
Kegiatan pengabdian ini dilakukan selama satu hari dimana pada kegiatan tersebut
dilakukan penyuluhan pada siswa SDN 16 Mataram kelas 4 dan 5 tentang kesehatan telinga
dan diakhiri sesi tanya jawab dan games pada siswa seputar materi yang diberikan. Pada
materi penyuluhan dipaparkan materi tentang cara menjaga kebersihan telinga dan dampak
penumpukan kotoran telinga kepada anak-anak sekolah. Selain itu dijelaskan pula mengenai
hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada saat membersihkan telinga. Kegiatan
penyuluhan ini juga dilakukan agar anak-anak sekolah dasar dapat mengetahui pentingnya
menjaga kebersihan telinga dan dampak yang ditimbulkan apabila membersihkan telinga
dengan cara yang tidak benar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian ini dilakukan pada seluruh siswa kelas 4 dan 5 di SDN 16
Mataram yang secara keseluruhan berjumlah 90 orang siswa. Pada hari pelaksanaan kegiatan,
siswa yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan berjumlah 83 orang siswa dengan distribusi
siswa perempuan sebanyak 39 orang (46,9%) dan siswa laki-laki sebanyak 44 orang
(53,01%).
Gambar 1. Grafik Karakteristik Peserta Pengabdian
Kegiatan dilakukan di halaman sekolah dimana penyuluhan dilakukan oleh pelaksana
kegiatan pengabdian dibantu mahasiswa fakultas kedokteran dengan tema menjaga
kebersihan telinga dan serumen. Para guru dan siswa sangat antusias mendengarkan
penjelasan dari penyuluh dan sangat gembira karena penyuluhan dibuat dengan suasana yang
sangat santai dan dengan bahasa yang mudah dipahami anak-anak sekolah dasar. Para siswa
sangat riang gembira dan di akhir penyuluhan diadakan beberapa tanya jawab serta games
42,00%
44,00%
46,00%
48,00%
50,00%
52,00%
54,00%
PEREMPUAN LAKI-LAKI
Jenis Kelamin
Persentase
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |310
pada para siswa dan juga pemberian hadiah kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan
sehingga para siswa merasa tidak bosan dengan kegiatan tersebut. Selain itu juga dilakukan
pembagian souvenir kepada seluruh siswa yang hadir saat kegiatan.
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, secara umum masyarakat, terutama anak
sekolah masih banyak yang kurang peduli terhadap kebersihan dan kesehatan telinga, yang
berakibat pada penumpukan serumen di liang telinga. Telinga merupakan salah satu organ
penting dalam tubuh manusia yang berfungsi sebagai alat pendengaran dan membersihkan
telinga harus dapat dilakukan dengan baik dan benar.1,2 Penumpukan serumen di dalam liang
telinga ini dapat terjadi pada semua usia baik dewasa maupun anak-anak dengan prevalensi
yang cukup tinggi dan menjadi penyebab utama dari masalah kesehatan berupa gangguan
dengar. 4,5
Gangguan dengar pada anak sekolah tentunya akan memberikan dampak yang sangat
penting terhadap tingkat prestasi belajar anak di sekolah karena anak akan sulit untuk
menerima pelajaran.3 Selain itu, cara membersihkan telinga sebenarnya cukup sebatas daun
telinga saja, untuk menghindari terjadinya hal-hal yang membahayakan bagi telinga kita.
Hindari memasukkan cotton bud terlalu dalam ke liang telinga anda apalagi sampai
menyentuh organ yang berada di bagian dalam telinga. Untuk kondisi dimana kotoran telinga
yang menumpuk banyak di liang telinga maka dapat dilakukan upaya membersihkannya di
dokter THT dengan menggunakan alat khusus dan cara yang benar untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan.
Gambar 2. Dokumentasi kegiatan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |311
KESIMPULAN DAN SARAN
Secara umum pengetahuan tentang kesehatan telinga di kalangan masyarakat
terutama siswa sekolah dasar cukup rendah sehingga sangat perlu dilakukan kegiatan
penyuluhan untuk siswa sekolah dasar dan juga masyarakat luas. Penyampaian informasi
mengenai pentingnya menjaga kesehatan telinga serta dampaknya kepada anak-anak sekolah
dan masyarakat luas masih sangat perlu untuk terus dilakukan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala sekolah, para guru dan siswa
SDN 16 Mataram yang telah memberikan ijin dan dukungan pada kegiatan pengabdian ini.
Terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Mayarakat (LPPM)
Universitas Mataram yang telah memberikan dukungan terhadap pengabdian ini. Terima
kasih pula kepada Teman Sejawat, mahasiswa kedokteran, dan Bagian Keterampilan Medik
di Fakultas Kedokteran Universitas Mataram serta seluruh pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan kegiatan pengabdian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Melinda, N.M. 2017. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Serumen
Obsturan Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik THT RSUD DR. Soeroto Ngawi Tahun
2016. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Jung, T.T.K. dan Tae, H.J. 2003. Diseases of The External Ear. Dalam: Snow, J.B. dan
Ballenger, J.J., penyunting. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery.
Edisi ke-16. Ontaroi: BC Decker Inch. h. 233-34.
3. Martini, E., Ari, P., Dewi, P. dan Sumardiyono. 2017. Skrining dan Edukasi Gangguan
Pendengaran pada Anak Sekolah. Indonesian Journal On Medical Science. 4(1):110-18.
4. Sutji, P., Riskiana, D. dan Syahrijuita. 2012. Perbandingan efektitifitas beberapa pelarut
terhadap kelarutan cerumen obsturan secara in vitro. Ina J-Otolaryngol-Head and Neck
Surg. 42:23-7.
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Telinga Sehat Pendengaran Baik.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |312
Peningkatan Pemahaman Tentang Mutu dan Jajanan Bergizi Bagi Siswa
SD di Kota Mataram
Dewa Nyoman Adi Paramartha*, Zainuri, Rini Nofrida, Yeni Sulastri,
M. Abbas Zaini, Rucitra Widyasari
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Mataram
Kata Kunci:
gizi, mutu, pangan,
PJAS, siswa Sekolah
Dasar
Abstrak:
Siswa Sekolah Dasar (SD) yang kuat, sehat dan cerdas merupakan penentu
keberlangsungan bangsa Indonesia. Salah satu faktor penting untuk
menentukan hal tersebut adalah jumlah asupan gizi yang mampu memenuhi
kecukupan gizi. Asupan gizi dapat berasal dari pangan yang disediakan di
rumah tangga, pangan olahan terkemas yang diperdagangkan secara
komersial, pangan siap saji, termasuk pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
dan pangan jajanan yang dijual untuk langsung dikonsumsi. Banyaknya
siswa yang mengakses maupun mengkonsumsi jajanan yang tidak jarang
kurang memenuhi persyaratan pangan yang berkualitas, hal ini disebabkan
pemahamam anak-anak tentang pangan yang bermutu sangat rendah.
Tujuan kegiatan meliputi 1) memberikan informasi mengenai kebutuhan
gizi seimbang anak sekolah, 2) mengenalkan siswa sekolah dasar mengenai
pesan gizi seimbang, 3) memberikan informasi mengenai cara memilih
PJAS yang sesuai, 4) menanamkan pentingnya peran orang tua, guru dan
pengelola kantin sekolah dalam menyediakan PJAS yang sesuai untuk
pemenuhan gizi seimbang pada anak sekolah. Metode pendekatan yang
akan dikembangkan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah dengan
menerapkan metode Roll Playing yakni metode pemberian materi dengan
belajar sambil bermain sehingga tercipta suasana belajar yang ceria dan
gembira. Kegiatan yang telah dilakukan berjalan dengan lancar. Siswa SDN
25 Ampenan sangat antusias dalam mengikuti kegiatan dan bersemangat
untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini perlu
dilakukan karena dibutuhkan oleh siswa maupun masyarakat sebagai
informasi dalam memilih pangan yang aman sehingga dapat terhindar dari
berbagai penyakit. Dalam jangka panjang, pengetahuan yang diberikan
dalam kegiatan pembelajaran interaktif ini diharapkan mampu
menghasilkan generasi yang sehat, dan bergizi cukup.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Pangan merupakan kebutuhan hidup yang mendasar bagi manusia. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut maka perlu penyediaan bahan pangan yang cukup baik dari aspek jumlah
atau kuantitas maupun kualitasnya. Pangan yang berkualitas sangat dibutuhkan oleh setiap
orang. Pangan berkualitas yaitu pangan yang bermutu dan bergizi menjadi sangat krusial
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |313
terutama sekali bagi anak-anak usia muda atau anak-anak kecil sebagai generasi penerus
bangsa.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah mengamanatkan upaya
perbaikan gizi untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat, antara lain melalui
perbaikan pola konsumsi makanan; perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan;
serta peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Disamping itu berdasarkan Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan
dinyatakan bahwa penyelenggaraan pangan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat tentang pangan yang aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi
masyarakat.
Kondisi saat ini di Indonesia, khususnya pada anak-anak, masih mengalami masalah
gizi ganda (double burden), yaitu kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 prevalensi status gizi (Indikator IMT/U) anak usia 6-12
tahun dengan kategori sangat kurus 4,6%, kurus 7,6%, normal 78,6% dan gemuk 9,2%.
Prevalensi status gizi (indikator TB/U) anak dengan kategori stunting (sangat pendek 15,1%,
pendek 20%) dan normal 64,5%. Prevalensi anemia, berdasarkan data Depkes (2008) bahwa
prevalensi anemia pada anak usia sekolah sebesar 47,2 %.
Anak sekolah masih mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan, sehingga
membutuhkan konsumsi pangan yang cukup dengan gizi seimbang. Penelitian menunjukkan
bahwa tingkat kecukupan energi dan protein untuk anak umur 7–12 tahun berkisar antara 71,6–
89,1% dan antara 85,1–137,4%. Namun data menunjukkan bahwa 44,4% dan 30,6% anak
mengonsumsi energi dan protein di bawah angka kecukupan minimal (Riskesdas, 2010).
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein anak sekolah, Pangan Jajanan Anak
Sekolah (PJAS) dibutuhkan bagi anak yang tidak atau kurang sarapan dan tidak membawa
bekal. Kontribusi zat gizi PJAS terhadap pemenuhan kecukupan gizi harian sebaiknya berkisar
antara 15-20% (Tanziha, dkk, 2012).
Jajanan yang banyak tersedia dan yang mudah diakses saat ini oleh anak-anak
sekolahan termasuk anak-anak siswa Sekolah Dasar (SD) adalah jajanan yang tidak jarang
kurang memenuhi persyaratan pangan yang berkualitas, bahkan kadang bisa termasuk dalam
kategori makanan dan minuman yang kurang kandungan gizinya. Sebagain besar anak-anak
senang dengan jajan dan minuman yang menarik bentuknya dan tampilannya berwarna warni
serta mempunyai rasa yang kuat.
Dalam memproduksi pangan termasuk pangan yang diolah secara tradisional produsen
pangan seharusnya menggunakan bahan baku yang sesuai dengan standar namun hasil
pantauan di lapangan dan berdasarkan beberapa laporan kasus yang telah terjadi bahwa
produsen produk pangan kadang kurang memperhatikan persyaratan mutu bahan baku yang
digunakan. Makanan seperti camilan yang membidik segmen pasar anak-anak seperti gulali,
cilok, minuman, es atau lainnya ada yang terindikasi tidak memenuhi standar mutu dan gizi
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Kedudukan jajanan sekolah menjadi strategis serta keberadaannya merupakan suatau
yang diharapkan. Tingginya proporsi anak sekolah yang tidak sarapan dapat disebabkan antara
lain telat bangun dan ketidaktersediaan makanan sarapan dirumah. Berdasarkan beberapa hasil
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |314
penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi jajanan sekolah anak tegolong dalam
kategori tinggi, namun dalam prakteknya hal ini tidak mendasari pemilihan jajanan yang sesuai
oleh anak sekolah. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan ketersediaan jajanan yang
sesuai dilingkungan sekolah.
Mengkonsumsi makanan bukan hanya mempertimbangkan tujuan utama utama untuk
mengatasi rasa lapar tetapi makanan tersebut harus dapat mensuplai energy dan beberapa
komponen nutrisi yang dibutuhkan anak-anak untuk perkembangannya. Oleh karena itu perlu
pembelajaran bagi anak anak siswa sekolah dasar terkait dengan pentingnya membeli dan
mengkonsumsi pangan (makanan dan minuman) yang sehat yaitu aman dan bergizi.
Pembelajaran yang dilakukan bagi usia siswa SD harus didisain sedemikian rupa agar
dapat menarik perhatian mereka sehingga pesan yang disampaikan dapat diserap dengan baik
dan tujuan pembelajarannya terkait dengan pangan bermutu dan bergizi dapat tercapai.
METODE KEGIATAN
Metode yang akan dikembangkan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah dengan
merapkan metode Roll Playing yakni metode pemberian materi dengan belajar sambil bermain.
Siswa sekolah dasar yang menjadi sasaran program akan dilatih bagaimana memproduksi
pangan yang baik, memilih pangan yang aman dipasaran dengan cara yang dapat membuat
suasana belajar yang ceria dan gembira, dan uji keamana pangan (boraks dan formalin) pada
beberapa jajanan dipasaran. Hal ini penting dilakukan guna menambah semangat dan minat
dalam menerima materi yang disampaikan.
Metode Roll Playing sangat cocok dikembangkan bagi anak dengan usia di bawah 15
tahun. Metode ini sangat efektif dalam memberikan pemahaman kepada peserta didik tanpa
membebani dengan target penguasaan materi, namun metode ini terbukti ampuh dalam
menanamkan pemahaman kepada siswa untuk mengerti materi yang disampaikan. Sosialisasi
ini meliputi:
1. Membuat kuis
Kuis dilakukan diawal dan diakhir acara, kuis dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
ada nuansa serius didalamnya dan disertakan pemberian reward sederhana bagi peserta
dengan jawaban terbaik yang juga ditujukan unutk memancing minat mengikuti kegiatan.
Bagi pemateri, kuis ini ditujukan untuk mengetahui peningkatan kecakapan peserta setelah
mengikuti kegiatan.
2. Proses pemberian Materi
Proses pemberian materi dilakukan dengan cara semenarik mungkin. Peserta kan diajak
menikmati makanan (jajan) yang sudah dibagikan sambil diberikan pemahaman tentang
pangan yang bermutu serta bergizi. Dengan demikian, peserta akan sangat antusias
mengikuti pelatihan.
3. Pelatihan
Pelatihan yang dilakukan yakni dengan cara sederhana memilih bahan dan membuat
jajanan sekolah yang bermutu serta bergizi serta diadakan pembelajaran interaktif
mengenai pangan yang sehat dan bergizi.
4. Evaluasi dan Pelaporan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |315
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana program dapat diterima oleh peserta.
Evaluasi dilakukan dengan post test menggunakan soal yang sama pada saat pre test,
sehingga akan diketahui peningkatan kemampuan peserta dalam menyerap kegiatan yang
dilakukan.
Tahapan akhir dari kegiatan pengabdian yakni dengan pembuatan laporan akhir
kegiatan. Laporan akhir disusun sesuai dengan kondisi riil yang terjadi di lapangan dan
menentukan hambatan yang terjadi serta mencari solusi pemecahannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Program Pengabdian Masyarakat dengan tema “Peningkatan Pemahaman
Tentang Mutu Dan Jajanan Bergizi Bagi Siswa SD di Mataram” telah dilaksanakan pada
tanggal 3 Mei 2019 yang bertempat di SDN 25 Ampenan, Kekalik Jaya. Kegiatan ini
dilaksanakan sebagai upaya pembelajaran pada siswa sekolah dasar agar menambah
pemahaman dan memperkaya pengetahuan siswa SD tentang pangan yang bermutu dan jajanan
yang bergizi.
a. Penyampaian Materi Pangan Aman dan Bermutu
Program pengabdian ini diawali dengan penyampaian materi mengenai pangan yang
aman dan bermutu untuk dikonsumsi yaitu pangan yang sehat. Pangan yang sehat adalah
pangan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein,
lemak, mineral, dan vitamin, serta bebas dari kuman, bahan berbahaya, bahan cemaran dan
bahan tambahan makanan yang tidak diperbolehkan seperti formalin, boraks, dan lain-lain.
Siswa diajak untuk lebih peduli terhadap mutu pangan yang mereka konsumsi, terutama
Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang hampir setiap hari mereka beli di sekolah. Pada
materi ini siswa diberikan informasi mengenai cara memilih PJAS yang sesuai,
memperkenalkan kepada siswa mengenai label pada kemasan makanan dan lebih peduli
terhadap mutu makanan tersebut seperti kandungan gizi, masa kadaluarsa dan label halal bagi
siswa yang beragama islam. Dalam materi ini juga disampaikan pemahaman mengenai
pentingnya peran orang tua, guru dan pengelola kantin sekolah dalam menyediakan PJAS yang
sesuai untuk pemenuhan gizi seimbang (bermutu) dan aman bagi anak sekolah. Dalam materi
ini siswa juga ditingkatkan pemahaman mengenai jenis-jenis bahan pangan yang memiliki
kandungan gizi yang baik untuk tubuh, menganjurkan siswa untuk makan makanan yang
bermutu seperti makanan empat sehat lima sempurna. Penyampaian materi pangan yang aman
dan bermutu dapat dilihat pada Gambar 1
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |316
Gambar 1. Penyampaian materi pangan yang aman dan bermutu
b. Penyampaian Materi Pangan yang Bergizi
Penyampaian materi ini diawali dengan memeparkan jenis-jenis makanan yang
mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Siswa diperkenalkan dengan kandungan gizi
yang terdapat dalam makanan seperti pengenalan jenis makanan yang mengandung karbohidrat
yaitu beras, umbi-umbian dan jagung yang brfungsi sebagai sumber energy, pengenalan
makanan yang mengandung protein seperti ikan dan daging, dan makanan lain sesuai dengan
kandungan gizinya masing-masing serta manfaatnya bagi tubuh.. Makanan yang bergizi sangat
diperlukan agar siswa dapat tumbuh dengan sempurna dan mendapatkan kecukupaan gizi untuk
pertumbuhannya.
Pada materi ini siswa diberikan informasi mengenai kebutuhan gizi seimbang anak
sekolah, dan mengenalkan siswa sekolah dasar mengenai pesan gizi seimbang. Siswa
dijelaskan mengenai ragam makanan sehat untuk mencukupi zat gizi yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan. Selain untuk pertumbuhan, makanan sehat yang seimbang dibutuhkan untuk
regenerasi sel dan menyembuhkan luka, memproduksi energi untuk aktivitas tubuh dan lain
sebagainya. Ragam makanan instan juga semakin banyak beredar dan semakin diminati siswa
maupun masyarakat luas seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup
masyarakat. Perubahan ini menimbulkan kecenderungan masyarakat mengkonsumsi makanan
kandungan gizinya tidak seimbang.
Gizi terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Makanan yang baik
yang bergizi tinggi, namun juga harus disesuaikan dengan konsumennya. Makanan dikatakan
bergizi seimbang jika mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin dalam
jumlah tertentu. Kebutuhan untuk tiap kelompok bahan makanan dapat digambarkan dalam
piramida, dalam piramida tampak bahwa karbohidrat sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah
yang banyak. Setelah itu, berturut-turut protein, lemak, mineral, dan vitamin. Dengan
komposisi demikian, dapat memenuhi kebutuhan makanan bergizi seimbang. Menu makanan
bergizi seimbang disajikan dalam menu 4 (empat) sehat 5 (lima) sempurna (Irawan, 2016).
Penyampaian materi pangan yang bergizi dapat dilihat pada Gambar 2.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |317
Gambar 2. Penyampaian Materi Pangan yang Bergizi
c. Diskusi
Kegiatan diakhiri dengan diskusi dan menguji kembali ingatan siswa tentang penguasaan
materi mengenai pangan bermutu dan jajanan bergizi. Antusiasme siswa dalam kegiatan ini
sangat tinggi yang ditandai dengan keaktifan dalam diskusi maupun menjawab pertanyaan
yang diberikan. Bagi siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar diberikan hadiah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan pengabdian untuk pembelajaran interaktif tentang pangan yang bermutu dan
jajanan bergizi yang telah dilakukan berjalan dengan lancar. Siswa SDN 25 Ampenan
Mataram sangat antusias dalam mengikuti kegiatan dan bersemangat untuk menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini perlu dilakukan karena dibutuhkan oleh siswa
maupun masyarakat sebagai informasi dalam memilih pangan yang bermutu, aman dan
bergizi sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi dan terhindar dari berbagai penyakit. Dalam
jangka panjang, pengetahuan yang diberikan dalam kegiatan pembelajaran interaktif ini
diharapkan mampu menghasilkan generasi yang sehat, bergizi cukup dan peduli tentang
keamanan dan kehalalan pangan yang dikosumsi.
Kegiatan pengabdian pembelajaran interaktif semacam ini perlu dilakukan disekolah
lain bagi siswa-siswa lainnya. Secara khusus pemerintah, melalui dinas-dinas terkait,
diharapkan lebih banyak berperan dalam kaitan ini, untuk menertibkan pedagang-pedagang
yang masih menambahkan bahan berbahaya kedalam produk olahannya
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah memberi
dukungan financial terhadap pengabdian ini.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |318
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan. 2008. Gizi Dalam Angka. Departemen Kesehatan. Jakarta
Tanziha, I dan Prasojo G. 2012. Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah dalam Upaya
Perbaikan Gizi dan Kesehatan. Kerjasama Nurani Dunia dan Departemen Gizi
Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Bogor.
Thobib Al-Asyhar. 2003. Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmani dan Rohani.
Jakarta: Al-Mawadi Prima
Yuliarti, N. 2007. Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |319
Edukasi Pangan Aman Bebas Boraks dan Formalin Kepada Siswa
Sekolah Dasar 03 Mataram
Mutia Devi Ariyana*, Moegiratul Amaro, Wiharyani Werdiningsih, Baiq Rien
Handayani, Nazaruddin, Sri Widyastuti
Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram
Kata Kunci:
boraks, formalin,
bahan tambahan
makanan, siswa
sekolah dasar,
keamanan pangan
Abstrak:
Boraks dan formalin merupakan bahan berbahaya yang seringkali
disalahgunakan sebagai bahan tambahan pada makanan. Penggunaan
boraks dan formalin terutama pada jenis makanan yang umum
dikonsumsi oleh siswa sekolah dasar tentu saja dapat menimbulkan
resiko keracunan. Permasalahan utama yang ditangani dalam
kegiatan pengabdian ini yaitu minimnya pengetahuan para siswa
terkait boraks dan formalin serta bahaya yang ditimbulkan akibat
mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks dan formalin.
Solusi yang diberikan antara lain melalui edukasi terhadap siswa
sebagai konsumen terkait jenis, ciri dan bahaya makanan yang
mengandung boraks dan formalin serta metode deteksinya. Kegiatan
dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab dan praktek
langsung. Indikator capaian menunjukkan 94.12% siswa telah
mengetahui jenis makanan yang mengandung boraks dan formalin,
88.23% siswa telah mengetahui ciri makanan yang mengandung
boraks dan formalin, 94.12% siswa telah mengetahui bahaya
konsumsi makanan yang mengandung boraks dan formalin serta
82.35% siswa telah memahami prosedur deteksi boraks dan formalin
pada makanan.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Makanan merupakan kebutuhan pokok setiap orang sehingga tidak hanya dicukupi dari
nilai gizinya namun harus aman dikonsumsi. Keamanan pangan sangat penting karena
berkaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Munculnya cemaran mikrobiologis dan kimiawi
terhadap bahan pangan yang dapat terjadi pada rantai penanganan pangan mulai saat pra-panen
hingga dikonsumsi merupakan permasalahan keamanan pangan yang umum terjadi di
masyarakat (Seto, 2001).
Permasalahan keamanan pangan muncul sebagai sesuatu masalah yang dinamis seiring
dengan berkembangnya kebutuhan dan gaya hidup masyarakat. Tuntutan masyarakat akan
makanan yang memiliki bentuk dan aroma yang lebih menarik, rasa yang lezat, warna dan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |320
konsistensi yang baik serta memiliki daya simpan yang lebih panjang mengakibatkan maraknya
penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) oleh produsen makanan (Widyaningsih,
2006). Beberapa produsen makanan bahkan menambahkan BTM berbahaya seperti boraks dan
formalin yang berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033
Tahun 2012 merupakan jenis BTM golongan pengawet yang dilarang penggunaannya dalam
produk pangan karena berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kedua bahan ini
selain bersifat karsinogenik juga dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh dan bahkan
kematian.
Bahaya penggunan boraks dan formalin tidak mengurangi niat produsen untuk
menggunakan kedua jenis bahan tersebut pada proses pengolahan pangan. Berdasarkan data
hasil pengawasan pangan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2011, khususnya pangan
jajanan anak sekolah (PJAS) dan pangan industri rumah tangga (P-IRT) dari Balai Besar/Balai
POM seluruh Indonesia, penyalahgunaan bahan berbahaya seperti boraks dan formalin dalam
pangan masih terus berlangsung. Hasil pengujian terhadap parameter uji bahan tambahan
pangan yang dilarang yaitu boraks dan formalin yang dilakukan oleh BPOM pada 3.206
terhadap sampel jajanan yang terdiri dari mie basah, bakso, kudapan dan makanan ringan,
diketahui bahwa 94 (2,93%) sampel mengandung boraks dan 43 (1,34%) sampel mengandung
formalin.
Penyalahgunaan boraks dan formalin terutama pada Pangan Jajanan Anak Sekolah
(PJAS) berpotensi memunculkan keracunan pangan. Hasil pemantauan yang dilakukan BPOM
RI mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan di Indonesia yang terjadi selama
tahun 2010 menunjukkan bahwa kasus keracunan pangan di sekolah merupakan kasus tertinggi
kedua setelah keracunan pangan di tempat tinggal yaitu sebesar 21.4%. Fakta ini menunjukkan
masih perlunya dilakukan upaya pencegahan untuk memperkecil resiko terjadinya KLB
keracunan pangan yang membahayakan masyakat di lingkungan sekolah khususnya para
siswa.
Pembinaan terhadap produsen sebagai pelaku utama merupakan langkah yang dinilai
sangat perlu untuk dilakukan, akan tetapi faktor ekonomi mengakibatkan rendahnya tingkat
perubahan perilaku setelah pembinaan dilakukan. Oleh karena itu, edukasi terhadap konsumen
yaitu siswa-siswi di lingkungan sekolah dapat menjadi metode alternatif untuk mencegah
timbulnya potensi bahaya keracunan pangan. Peningkatan pengetahuan para siswa sebagai
konsumen terkait jenis-jenis BTM yang berbahaya, resiko penggunaan BTM berbahaya
terhadap kesehatan serta ciri-ciri makanan yang mengandung BTM berbahaya diharapkan akan
menjadikan mereka lebih selektif dalam memilih jajanan yang akan dikonsumsi di sekolah.
METODE KEGIATAN
Kegiatan penyuluhan ini difokuskan pada kegiatan edukasi konsumen terkait keamanan
pangan bebas boraks dan formalin. Peserta penyuluhan dikhususkan bagi para siswa khususnya
siswa kelas VI yang dianggap sudah dapat menyerap informasi yang diberikan selama kegiatan
penyuluhan dengan baik.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |321
Metode sosialisasi yang digunakan pada kegiatan ini fokus kepada kegiatan
komunikasi, informasi dan edukasi konsumen. Selain itu, dilakukan juga praktik deteksi
keberadaan cemaran boraks dan formalin pada makanan baik dengan menggunakan test kit
boraks dan formalin ataupun dengan metode sederhana salah satunya adalah penggunaan
kunyit. Tahapan pemberian materi penyuluhan adalah sebagai berikut :
Evalusi kegiatan edukasi konsumen ini dilakukan secara langsung pada saat kegiatan
berlangsung. Tahap evaluasi dilakukan setelah penyampaian materi serta praktik penggunaan
easy test kit borak dan formalin. Prosedur evaluasi meliputi kemampuan penguasaan materi
dan tanggapan terhadap materi yang telah diberikan. Kedua kriteria tersebut diamati dengan
keaktifan peserta dalam bertanya dan menanggapi materi yang diberikan, keaktifan peserta
selama praktek penggunaan easy test kit dan kemampuan menjawab soal pre-test dan post-test.
Selain itu, kehadiran peserta dalam setiap sesi penyuluhan juga menjadi parameter tingkat
antusiasme peserta terhadap kegiatan penyuluhan yang dilakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengabdian masyarakat ini dilakukan sebagai upaya memberikan edukasi terhadap
siswa-siswi di lingkungan sekolah dasar tentang pangan aman yang bebas boraks dan formalin.
Kegiatan ini juga merupakan metode alternatif untuk mencegah timbulnya potensi bahaya
keracunan pangan pada siswa sebagai konsumen. Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan
di SD Negeri 03 yang berlokasi di Kelurahan Rembiga, Kecamatan Pejanggik, Kota Mataram
pada tanggal 2 Agustus 2019. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dihadiri oleh seluruh siswa
yang menjadi target kegiatan. Secara umum kegiatan pengabdian masyarakat ini dibagi dalam
3 tahapan yaitu (1) kegiatan sosialisasi, (2) praktik deteksi boraks dan formalin, dan (3)
evaluasi.
No. Materi Penyaji
1. Keamanan Pangan Prof. Ir. Sri Widyastuti, M.App.Sc., Ph.D
2. Bahan Tambahan Makanan Ir. Nazaruddin, MP
3. Jenis-Jenis Bahan Tambahan
Makanan Berbahaya Baiq Rien Handayani, SP., M.Si., Ph.D
4. Bahaya Boraks dan Formalin Wiharyani Werdiningsih, SP., M.Si.
5. Ciri-ciri makanan mengandung
boraks dan formalin Moegiratul Amaro, S.TP., M.P., M.Sc.
6. Praktik deteksi boraks dan formalin Mutia Devi Ariyana, S.Si., M.P.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |322
Gambar 1. Kegiatan Penyampaian Materi
Kegiatan sosialisasi menitikberatkan pada komunikasi, informasi dan edukasi
konsumen. Siswa sebagai konsumen diberikan dasar-dasar pengetahuan terkait bahaya boraks
dan formalin. Penyampaian materi diusahakan dengan bahasa yang sederhana dan menarik
agar mudah dimengerti oleh para siswa. Selain itu, ditampilkan contoh-contoh yang disertai
dengan gambar atau foto untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan. Adapun materi yang disampaikan meliputi (1) Keamanan pangan, (2) Bahan
Tambahan Makanan, (3) Jenis-jenis bahan tambahan makanan berbahaya, (4) Bahaya boraks
dan formalin, dan (5) Ciri-ciri makanan mengandung boraks dan formalin.
Melalui materi-materi yang disampaikan, para siswa mendapatkan pengetahuan baru
yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. Beberapa diantaranya adalah (1) siswa
memahami bahwa keamanan pangan merupakan faktor terpenting dalam memilih jajanan yang
akan dikonsumsi, karena pangan yang tidak aman dapat menimbulkan keracunan, (2) siswa
memahami bahwa untuk menghasilkan makanan dengan karakteristik yang disukai oleh
banyak orang, umumnya umumnya pedagang menambahkan bahan tambahan makanan seperti
pengenyal, pewarna dan pengawet, (3) siswa memahami bahwa tidak seluruh bahan yang
ditambahkan ke dalam makanan adalah bahan yang aman karena beberapa pedagang
menambahkan bahan-bahan yang tidak diperuntukkan untuk makanan diantaranya boraks dan
formalin, (4) siswa memahami apa yang dimaksud dengan boraks dan formalin serta bahaya
yang ditimbulkan dari penggunaan boraks dan formalin dalam makanan bagi kesehatan, dan
(5) siswa memahami bahwa untuk dapat menghindari makanan yang mengandung boraks dan
formalin dapat dilakukan dengan mengamati ciri-ciri makanan yang mengandung boraks dan
formalin.
Setelah penyampaian materi kegiatan dilanjutkan dengan deteksi keberadaan cemaran
boraks dan formalin pada makanan baik dengan menggunakan test kit boraks dan formalin
ataupun dengan metode sederhana salah satunya adalah penggunaan kunyit. Kegiatan praktik
melibatkan perwakilan siswa secara langsung dalam seluruh tahapan mulai dari penyiapan
sampel, pemberian reagen hingga pembacaan hasil. Melalui praktik secara langsung
diharapkan siswa lebih memahami metode-metode yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
keberadaan boraks dan formalin pada makanan yang ada dilingkungan sekitar mereka terutama
jajanan disekitar lingkungan sekolah.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |323
Gambar 2. Praktik Deteksi Boraks dan Formalin
Secara keseluruhan kegiatan berjalan dengan baik sesuai dengan yang telah
direncanakan, dimana kegiatan dihadiri oleh seluruh peserta yang menjadi target dan seluruh
peserta juga menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap kegiatan yang dilakukan dengan
aktif bertanya dan menanggapi materi yang diberikan. Evaluasi juga meliputi kemampuan
penguasaan materi yang dinilai dari kemampuan menjawab soal pre-test dan post-test. Hasil
analisa dari jawaban pre-test dan post-test menunjukkan 94.12% siswa telah mengetahui jenis
makanan yang mengandung boraks dan formalin, 88.23% siswa telah mengetahui ciri makanan
yang mengandung boraks dan formalin, 94.12% siswa telah mengetahui bahaya konsumsi
makanan yang mengandung boraks dan formalin serta 82.35% siswa telah memahami prosedur
deteksi boraks dan formalin pada makanan.
Keberhasilan pelasanaan kegiatan ditunjang oleh beberapa faktor, diantaranya (1)
Keterbukaan pihak sekolah dalam menerima tim pelaksana untuk menyelenggarakan kegiatan
pengabdian, (2) Dukungan kepala sekolah dan guru baik dari segi moril maupun kelengkapan
fasilitas pelaksanaan kegiatan pengabdian dan (3) Antusiasme para siswa dalam menerima
materi yang disampaikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan sosialisasi pangan aman bebas boraks dan formalin kepada siswa SD Negeri
03 Mataram mendapatakan respon positif dari pihak sekolah baik guru dan juga siswa.
Kegiatan ini meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap pentingnya pangan
yang aman terutama bebas boraks dan formalin. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman
siswa ditunjukkan dengan 94.12% siswa telah mengetahui jenis makanan yang mengandung
boraks dan formalin, 88.23% siswa telah mengetahui ciri makanan yang mengandung boraks
dan formalin, 94.12% siswa telah mengetahui bahaya konsumsi makanan yang mengandung
boraks dan formalin serta 82.35% siswa telah memahami prosedur deteksi boraks dan formalin
pada makanan.
Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian kali ini perlu dilakukan pengujian terhadap
kandungan boraks dan formalin pada seluruh jajanan yang berada di sekitar lokasi pengabdian
sebagai data penunjang.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |324
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada PNBP Universitas Mataram yang telah
memberi dukungan financial terhadap pengabdian ini.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM, 2013. Amankan Jajanan Anak, Perketat Peredaran Bahan Kimia.
http://www.antarasumbar.com/berita/nasional/d/0/269780/amankan-jajanan-anak-
perketat-peredaran-bahan-kimia.html. (Diakses 28 April 2013).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Keamanan Pangan di Sekolah
Dasar. Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan
Tambahan Pangan
Seto, S. 2001. Pangan dan Gizi Ilmu Teknologi Industri dan Perdagangan Internasional. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian
Widyaningsih, T.D. dan Murtini, ES. 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk
Pangan. Jakarta: Trubus Agrisarana
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |325
Introduksi Metoda Penanggulangan Parasit Pada Benih Kerang
Mutiara Pinctada maxima di Dusun Siung, Desa Batu Putih, Kabupaten
Lombok Barat
Alis Mukhlis, Muhammad Marzuki, Ibadur Rahman
Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram
Kata Kunci:
Mutiara, parasit,
penyuluhan, siung,
lombok barat
Abstrak:
Budidaya kerang mutiara merupakan salah satu mata pencaharian
masyarakat pesisir di Dusun Siung, Desa Batu Putih,Kecamatan
Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Kegiatan ini dilaksanakan dalam skala rumah tangga dengan
modal usaha sekitar 20-30 juta per unit usaha. Tingginya kematian
benih yang disebabkan oleh serangan parasit menjadi salah satu
masalah yang sering terjadi oleh kelompok pembudidaya. Dan
hingga saat ini belum ada solusi yang tepat dalam menanggulangi
penyakit parasit ini. Oleh karena itu dilakukan kegiatan penyuluhan
tentang metoda penanggulangan Parasit Pada Benih Kerang Mutiara
Pinctada maxima dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat pembudidaya kerang mutiara agar dapat melakukan
tindakan yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan teknik
presentasi, tanya jawab dan diskusi. Mitra yang diundang adalah
kelompok pembudidaya kerang mutiara yang ada di Dusun Siung
dan aparat Desa setempat. Berdasarkan hasil diskusi bahwa tingkat
keberhasilan produksi benih kerang mutiara oleh kelompok
masyarakat masih sangat rendah dan masyarakat membutuhkan
bantuan modal operasional dan pendampingan teknis selama proses
budidaya sehingga penanganan masalah yang ditemukan selamam
budidaya dapat ditanggulangi dengan segera.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara penghasil biji mutiara kualitas ekspor yang sudah
dikenal di pasar internasional dengan kualitas mutiara berada pada peringkat ke-tiga setelah
Australia dan Myanmar (Wardana et al., 2014). Jenis kerang mutiara unggulan produksi
Indonesia adalah Pinctada maxima yang di pasar internasional dikenal sebagai south sea
pearl penghasil biji mutiara berwarna gold, kuning, dan putih.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |326
Budidaya kerang mutiara Indonesia sudah ada sejak tahun 1918 dikembangkan oleh
pihak swasta namun produksi benih yang rendah masih menjadi permasalahan utama yang
dihadapi oleh pembudidaya kerang mutiara saat ini (Wardana et al., 2013). Terdapat dua
masa kritis selama proses budidaya kerang mutiara, yang pertama adalah masa kritis pada
fase larva yaitu pada umur 8–19 hari dengan tingkat sintasan (SR) berkisar 1%–3% (Supii et
al., 2009), dan yang ke-dua adalah masa kritis pada saat pemeliharaan benih di laut (Wardana
et al., 2013). Masa kritis pada saat pemeliharaan benih di laut merupakan masalah yang sulit
ditangani hingga saat ini sebab kerang mutiara sangat tergantung pada kondisi lingkungan
alamiah yang berfluktuatif dan sulit dikendalikan seperti suhu perairan, kecerahan air laut,
adanya bahan pencemar (Susilowati et al., 2009), dan serangan parasit.
Mitra merupakan kelompok masyarakat pesisir yang aktif bekerja dalam usaha
pendederan kerang mutiara di Dusun Siung, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Lombok
Barat, NTB. Kegiatan usaha mitra dimulai dari kegiatan penebaran spat (setelah
pemeliharaan di laboratorium) hingga produksi benih yang mencapai ukuran panjang 7-10
cm. Kualitas sumberdaya manusia (SDM) mitra sangat beragam. Sebagian besar sudah
mampu membaca dan menulis dengan tingkat pendidikan terakhir adalah SMA dengan baik.
Namun beberapa di antaranya masih belum lancar belajar dan menulis. Masing-masing
kelompok mitra beranggotakan 3 orang terdiri atas 1 ketua dan 2 anggota. Beberapa anggota
mitra telah memahami beberapa hal terkait dengan teknik budidaya kerang mutiara karena
rata-rata pernah bekerja sebagai karyawan pada perusahan besar. Namun demikian
pemahaman tentang kualitas lingkungan yang terkait dengan serangan parasit dan cara
penanggulangannya masih sangat terbatas.
Berbagai permasalahan selama pemeliharaan benih kerang mutiara masih ditemukan
di lapangan. Permasalahan ini mengakibatkan ukuran benih tidak seragam, pertumbuhan
lambat, dan tingkat kematian yang tinggi. Menurut Supii et al. (2011), kecepatan
pertumbuhan benih kerang mutiara sangat beragam. Dalam satu populasi hanya 20% yang
menunjukkan pertumbuhan yang cepat. Selain itu, tingkat kematian benih muda pada masa
pendederan sangat tinggi dapat mencapai 95%-100% (Adrian Agus-PT. BGHM, komunikasi
pribadi). Efisiensi proses produksi dan keberhasilan perbaikan kualitas teknologi budidaya
mutiara akan dapat meningkatkan nilai keuntungan yang diperoleh oleh industri mutiara itu
sendiri. Oleh karena itu, upaya peningkatan pemahaman mitra melalui kegiatan penyuluhan
tentang kualitas lingkungan dan metode-metode penanggulangan parasit pada benih kerang
mutiara sangat penting dilakukan.
METODE KEGIATAN
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan di Dusun Siung, Desa Batu Putih, Kecamatan
Sekotong Barat, Kabupaten Lombok Barat. Penyuluhan dilaksanakan dengan metoda
presentasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara diskusi, wawancara dan tanya
jawab. Mitra yang terlibat dalam kegiatan ini adalah kelompok masyarakat nelayan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |327
pembudidaya kerang mutiara. Materi yang disampaikan yaitu jenis parasit pada kerang
mutiara dan metoda penanggulangannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan telah dilaksanakan pada tanggal 4 November 2018 yang dihadiri
oleh sekitar 25 orang masyarakat sasaran dan aparat desa setempat. Kegiatan penyuluhan
dilaksanakan di halaman rumah kepala Dusun Siung yaitu di sebuah tenda darurat yang
dibangun sebagai tempat pertemuan pasca gempa (Gambar 1).
Gambar 1. Pelaksanaan penyuluhan jenis parasit pada benih kerang mutiara dan
penanggulangannya. Ketua tim penyuluh sedang menyampaikan materi (kiri);
Peserta yang hadir saat kegiatan penyuluhan (kanan)
Materi Penyuluhan
Materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan ini yaitu :
1) Penyakit Infeksi pada Kerang Mutiara
Virus
Pass et al. (1988) melaporkan ditemukan adanya badan inklusi dalam epitel kelenjar
pencernaan kerang Pinctada maxima. Badan inklusi merupakan tanda adanya infeksi
virus pada suatu jaringan. Badan inklusi ini merupakan partikel virus berukuran besar
dengan bentuk ikosahedral, dan memiliki pembungkus. Hiperplasia dan degenerasi
kelenjar pencernaan dengan tingkat ringan sampai sedang menunjukkan bahwa mikroba
tersebut berpotensi menjadi patogen (Humphrey et al., 1998).
Bakteri
Beberapa peneliti telah mengidentifikasi adanya sejumlah bakteri, khususnya
spesies dari genus Vibrio, yang menjadi pemicu munculnya stress pada kerang mutiara.
Infeksi bakteri Vibrio lebih mudah terjadi pada pelaksanaan metode budidaya yang buruk
atau oleh adanya gangguan lingkungan yang memicu terjadinya infeksi. Infeksi bakteri
biasanya memicu adanya lesi inflamasi haemocytic (Suzuki, 1995). Pembentukan deposit
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |328
konsiolin berwarna hitam kecoklatan yang terlihat jelas pada permukaan nakre P. maxima
juga telah dikaitkan dengan infeksi bakteri (Humphrey et al., 1998). Hal ini juga telah
dilaporkan oleh Cuif dan Dauphin (1996) pada P. margaratifera di Polinesia Prancis.
2) Penyakit Parasit
Biofouling dan dampak kerugiannya
Jenis Biofouling
Moluska dari spesies Lithophaga spp. merupakan fouling yang umum
ditemukan di Australia. Adanya moluska ini dapat menyebabkan munculnya lubang
besar dengan diameter 1-2 cm yang dapat menembus lapisan nakre. Cacing
polychaeta juga termasuk yang sering merusak cangkang hingga meninggalkan “mud
blisters” (Humphrey et al., 1998). Spons pembuat lubang dari keluarga Clionidae,
termasuk Cliona sp. yang berwarna merah terang menimbulkan masalah yang cukup
besar bagi industri budidaya mutiara di Australia. Parasit ini menyebabkan pengikisan
matriks cangkang yang cukup serius dan menyebabkan kehilangan cangkang secara
prematur (Taylor at al., 1997).
Metode Pencegahan
Perawatan dan pencegahan munculnya parasit pada kerang mutiara dapat
dilakukan dengan cara :
1) Pembersihan cangkang secara teratur, baik secara manual atau dengan selang
tekanan tinggi.
2) Direndam dalam air tawar selama 30-60 menit.
3) Pengecatan bahan antifouling.
Penerapan manajemen budidaya yang baik untuk pencegahan penyakit pada kerang
mutiara
Ada dua faktor yang dapat mengurangi kerentanan kerang mutiara terhadap
serangan penyakit yang diinduksi oleh kematian massal bivalva lainnya yaitu :
1) Budidaya yang berbasis sistem panel. Sistem ini memudahkan dilakukannya
pemantauan cangkang individu kerang mutiara;
2) Sistem budidaya yang didesain untuk mudah dilakukan pengangkatan dan
pembersihan cangkang dari biofouling setiap empat minggu atau lebih, yang
berarti bahwa cangkang secara teratur diperiksa untuk memastikan kelangsungan
hidupnya.
Sebagian besar penyakit pada moluska yang telah diketahui menyebar oleh
aktivitas manusia yang sangat terkait dengan kegiatan budidaya yang dilakukan.
Pengontrolan distribusi kerang mutiara antar daerah, antar wilayah, dan antar
negara yang dapat mencegah perpindahan kerang mutiara yang membawa
penyakit merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam manajemen penyakit.
Di Australia, distribusi beberapa organisme penyebab penyakit seperti
Papovavirus yang diidentifikasi oleh Humphrey et al. (1998) dari suatu daerah
menjadi dasar dalam mengambil tindakan pengendalian penyakit secara regional
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |329
termasuk dilakukannya tindakan pengujian pada sekelompok hewan terhadap
status suatu penyakit sebelum kerang mutiara tersebut didistribusikan. Tindakan
karantina kerang mutiara yang dibudidaya sebelum didistribusikan ke wilayah
yang lain dapat mencegah penyebaran penyakit dari suatu area budidaya ke area
budidaya lainnya.
Hasil Diskusi dan Tanya Jawab
Masyarakat dusun Siung sebagai mitra dalam kegiatan ini sebagian besarnya adalah
petani ladang penanam jagung dan sebagian kecil merupakan penambang emas, pemancing
dan/atau penangkap ikan. Budidaya kerang mutiara merupakan kegiatan yang tidak asing
bagi masyarakat Dusun Siung karena sebagian besar kaum laki-laki pernah bekerja pada
perusahaan-perusahaan budidaya mutiara di sekitar wilayah Lombok Barat. Namun demikian
dengan banyaknya perusahaan yang tutup maka sebagian besar mantan karyawan telah
beralih profesi diantaranya menjadi buruh tani, atau pengusaha budidaya kerang mutiara
dalam skala kecil menggunakan metode karamba apung dengan ukuran rakit sekitar 8 m x 15
m dan metode longline (Gambar 2).
Gambar 2. Metode pemeliharaan benih kerang mutiara menggunakan karamba apung dan
longline milik kelompok mitra di perairan Teluk Siung Kecamatan Sekotong Barat
(kiri), dan benih kerang mutiara muda ukuran 6-7 cm yang siap dijual (kanan).
Jumlah keberhasilan produksi benih kerang mutiara kelompok mitra masih sangat
rendah dan bahkan seringkali benih yang dipelihara mengalami kematian total. Produksi
benih ukuran 7 cm yang pernah dicapai baru sekitar 200 hingga 1.000 ekor. Untuk mencapai
ukuran ini membutuhkan waktu sekitar 7-9 bulan. Bagi masyarakat, jangka waktu
pemeliharaan seperti ini dirasa cukup lama sehingga masyarakat tidak fokus menjalankan
kegiatan budidaya. Permasalah lain yang pernah dialami oleh pembudidaya adalah
keterbatasan mendapatkan bibit yang berkualitas. Selain itu, adanya serangan parasit seperti
siput, cacing policaeta, dan teritip penempel (biofouling) pada cangkang juga memberi
pengaruh besar pada rendahnya keberhasilan pembudidaya. Hasil pengamatan di lapangan
bahwa ketika dilakukan kegiatan penyuluhan bahwa jenis-jenis parasit ini masih ditemukan
pada kerang yang dibudidaya (Gambar 3). Untuk membantu meningkatkan produksi benih
serta memudahkan kegiatan operasional selama budidaya maka tim penyuluh telah
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |330
memberikan bantuan berupa bak fiberglass berukuran 1,2 m x 0,8 m x 0,45 m (p x l x t)
sebagai sarana untuk penampungan benih ketika handling parasit sekaligus sebagai bak
perendaman saat penerapan tritmen salinitas rendah (Gambar 4)..
Gambar 3. Cacing polikaeta yang dapat membuat lubang pada cangkang benih kerang
mutiara P. maxima (A); Teritip sebagai biofouling pada kerang mutiara muda (B);
dan Gastropoda sebagai predator kerang mutiara muda (C). Ketiga jenis
organisme ini ditemukan pada lingkungan budidaya kerang mutiara di teluk Siung
Kecamatan Sekotong Barat, Lombok Barat.
Gambar 4. Bak fiberglass berukuran 1,2 m x 0,8 m x 0,45 m (p x l x t) untuk kelompok mitra
yang digunakan saat tritmen salinitas rendah (air tawar) dan juga sebagai wadah
penampungan benih sementara selama handling berlangsung.
Semua permasalahan yang disampaikan di atas telah menurunkan minat masyarakat
untuk menjalankan usaha pembesaran benih kerang mutiara. Hal ini terlihat dari menurunnya
jumlah kelompok pembudidaya aktif yang awalnya berjumlah 5 kelompok kini jumlahnya
hanya tersisa 1 (satu) kelompok. Agar penanggulangan permasalahan penyakit dapat
ditangani dengan cepat, masyarakat mitra sangat mengharapkan adannya pendampingan
teknis budidaya dari instansi terkait selama masa pemeliharaan.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |331
KESIMPULAN DAN SARAN
Penyuluhan metoda penanggulangan parasit pada benih kerang mutiara Pinctada
maxima telah meningkatkan pemahaman masyarakat pesisir Dusun Siung Kecamatan
Sekotong Barat tentang metode penanggulangan parasit pada kerang mutiara muda. Serangan
parasit berupa teritip dan cacing polikaeta dapat ditanggulangi dengan perendaman pada
salinitas rendah (air tawar). Perlu adanya bantuan bibit kerang mutiara berkualitas unggul dan
bantuan pinjaman modal operasional bagi masyarakat pembudidaya kerang mutiara
mengingat masa pembesaran yang cukup lama agar kegiatan budidaya dapat keberlanjutan.
Perlu dilakukan pendampingan teknis selama masa operasioanl agar permasalahan yang
menurunkan tingkat produksi benih dapat tekan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Tim pelaksana penyuluhan menyampaikan ucapan terima kasih kepada Universitas
Mataram atas dana yang diberikan melalui dana DIPA Bantuan Operasional Perguruan
Tinggi Negeri (BOPTN) Universitas Mataram Tahun Anggaran 2018, dengan surat perjanjian
nomor: 1619/UN.18.Ll/PP/20l8 tanggal 2 Juli 2018. Semoga kegiatan yang telah
dilaksanakan dapat memberi manfaat bagi masyarakat sasaran yang terlibat.
DAFTAR PUSTAKA
Cuif, J-P. dan Y. Dauphin. 1996. Occurrence of mineralization disturbances in nacreous
layers of cultivated pearls produced by Pinctada margaritifera var. cumingi from French
Polynesia. Comparison with reported shell alterations. Aquatic Living Resources. Vol.
9 : 187-193.
Humphrey, J.D., J.H. Norton, J.B. Jones, M.A. Barton, M.T. Connell, C.C. Shelley dan J.H.
& Creeper. 1998. Pearl oyster (Pinctada maxima) aquaculture: Health survey of
Northern Territory, Western Australia and Queensland pearl oyster beds and farms.
Fisheries Research Development Corporation Final Report. Vol. 94 (079) : 108 hlm.
Pass, D.A., F.O. Perkins dan R. Dybdahl. 1988. Virus-like particles in the digestive gland of
the pearl oyster Pinctada maxima. Journal of Invertebrate Pathology. Vol. 51 : 166-167.
Supii, A. I., Sudewi dan I. Rusdi. 2009. Penelitian pembenihan Tiram Mutiara (Pinctada
maxima) dengan menegemen pergantian air dan perbedaan ukuran tebar awal benih
Tiram Mutiara di laut. Laporan Teknis. BBRPBL. Gondol Bali.
Supii, A.I., I.K. Wardana, Sudewi, A. Priono dan Haryanti. 2011. Pematangan gonad induk
dan seleksi benih tiram mutiara (Pinctada maxima) dengan warna cangkang dalam
putih. Laporanhasil penelitian. Laporan Hasil Penelitian. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Laut. Gondol Bali. : 79-90.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |332
Susilowati, R., K. Sumantadinata, D. Soelistyowati dan A. Sudradjat. 2009. Karakteristik
genetik populasi Tiram mutiara (Pinctada margaritifera) terkait dengan distribusi
geografisnya diperairan Indonesia. Jurnal Riset akuakultur. Vol. 4 (1) : 47-52.
Suzuki, T. 1995. Accumulation of injected proteins in the auricles of the pearl oyster Pinctada
fucata. Bulletin of the National Research Institute for Aquaculture Japan
Yoshokukenho. Vol. 24 : 23-32.
Taylor, J., R.A. Rose, P.C. Southgate. 1997. Fouling animals and their effect on the growth of
silverlip pearl oysters, Pinctada maxima (Jameson) in suspended culture. Aquaculture.
Vol. 153 : 31–40.
Wardana, I.K., Sudewi, A.I. Supii dan S.B.M. Sembiring. 2013. Seleksi benih tiram mutiara
(Pinctada maxima) dari hasil pemijahan induk alam dengan karakter nacre putih. Jurnal
Oseanologi Indonesia. Vol. 9 (1).
Wardana. I.K., Sudewi, A. Muzaki dan M.S. Budi. 2014. Profil Benih Kerang Mutiara
(Pinctada maxima) Dari Hasil Pemijahan Yang Terkontrol. Jurnal Oseanologi
Indonesia. 1 (1): 6-11
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |333
Program Pendampingan Aparat Desa dalam Mencetak Desa Melek
Akuntansi
Herlina Pusparini, Nurabiah, Yusli Mariadi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia
Kata Kunci:
pendampingan,
aparatur desa,
penatausahaan,
pelaporan
Abstrak:
UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa memunculkan harapan baru untuk terciptanya
kemajuan pembangunan di pedesaan, dana milyaran itu juga menjadi tanggung
jawab besar yang akan dipikul pemerintah daerah, khususnya perangkat desa yang
bernaung di bawahnya. Tetapi akan ada banyak masalah yang harus dituntaskan,
yaitu minimnya pengetahuan aparatur desa dalam tata kelola pengelolaan dan
pelaporan keuangan. Desa Pemenang Barat yang ada di kabupaten Lombok Utara
NTB merupakan salah satu contoh desa yang mengalami hal serupa. Dimana
minimnya pengetahuan aparatur desa dan apalagi ditunjang mereka hanya tamat
SD, SMP dan SMA. Kegiatan pengabdian ini akan memberikan pelatihan dan
pendampingan dalam hal penatausahaan dan pelaporan keuangan desa. Setelah
dilakukan pelatihan dan pendampingan ditargetkan aparat desa dapat mengelola
dan melaporkan laporan keuangan desa dengan tepat waktu dan sesuai dengan
standar pelaporan keuangan desa yang berlaku sehingga akan terbentuk desa yang
melek akuntansi. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini yaitu tim
pengabdian mendampingi mitra dalam hal penatausahaan dan pelaporan keuangan
desa dan selain itu memberikan buku saku pengelolaan keuangan desa.
Pendampingan ini dilaksanakan selama 1 kali dengan 7 orang peserta yang berasal
dari aparatur desa Pemenang Barat. Adapun pelaksanaan kegiatan pendampingan
ini dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, tutorial, dan diskusi.
Kegiatan pendampingan ini berjalan dengan lancar. Semua peserta antusias
mengikuti acara hingga selesai dan merasakan manfaat pelatihan bagi
penatausahaan dan kemajuan desa. Peserta pelatihan juga menilai bahwa
pendampingan ini penting dan sangat diperlukan bagi perangkat desa. Peserta
berharap pendampingan serupa dapat dilaksanakan kembali dengan peserta
(audience) yang lebih banyak/luas, dan dengan topik lainnya.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Uforia pengesahan UU Desa menggema di seantero negeri. Penetapan UU No. 6
Tahun 2014 tentang desa ini menandai era baru dan meneguhkan eksistensi desa dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengaturan desa dalam undang-undang
ini merupakan upaya untuk melindungi dan memberdayakan desa agar semakin kuat, maju
mandiri dan sejahtera. Untuk mencapai hal tersebut, beberapa hak dan wewenang diberikan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |334
kepada desa. Salah satunya adalah sumber pendanaan baru bagi desa dari APBN. (Ikatan
Akuntan Indonesia, 2014)
Triliunan rupiah dana desa menuntut pengelolaan yang baik dari seluruh perangkat
desa. Kemampuan untuk membuat sebuah laporan sebagai bentuk pertanggungjawaban
menjadi sebuah keharusan. Tetapi ada banyak masalah yang harus dituntaskan, yaitu minimnya
pengetahuan para petugas desa dalam tata kelola pengelolaan dan pelaporan keuangan. Padahal
mereka diwajibkan menjaga transparansi dan akuntanbilitas penggunaan dana tersebut.
Berdasarkan data RPJMN 2010-2014 ditetapkan jumlah daerah tertinggal ada 183
kabupaten. Dengan dikeluarkannya 70 kabupaten dari daftar daerah tertinggal pada September
2014 maka saat ini tersisa 113 Daerah Tertinggal. Salah satu daerah tertinggal adalah
kabupaten Lombok Utara, lebih spesifiknya adalah daerah sangat tertinggal. Dua desa yang
merupakan bagian dari kabupaten Lombok Utara adalah desa Pemenang Barat dan desa
Pemenang Timur merupakan dua contoh desa yang mengalami hal serupa dengan desa-desa
yang ada di Indonesia.
Dari hasil studi pendahuluan tim pengabdian salah satu penyebabnya adalah
rendahnya sumber daya manusia yang ada disana. Rata-rata aparatnya hanya lulus SD, SMP,
dan sebagian kecil lulus SMA. Rendahnya tingkat pendidikan aparat desa ini menyebabkan
minimnya pengetahuan tentang pengelolaan keuangan desa khususnya penatausahaan dan
pelaporan keuangannya. Sampai saat ini aparat desanya masih bingung dalam hal pengelolaan
keuangan khususnya penatausahaan dan pelaporan keuangan desa tersebut.
Kegiatan pengabdian bagi Masyarakat ini akan memberikan pelatihan dan
pendampingan dalam hal penatausahaan dan pelaporan keuangan desa. Setelah dilakukan
pelatihan dan pendampingan ditargetkan aparat desa dapat mengelola dan melaporkan laporan
keuangan desa dengan tepat waktu dan sesuai dengan standar pelaporan keuangan desa yang
berlaku sehingga akan terbentuk desa yang melek akuntansi.
Persoalannya buka semata lemahnya SDM, melainkan juga ketidaksiapan mental aparat
desa. Tanpa siatem yang baik, kucuran dana yang begitu besar akan menambah kekagetan
sekaligus mengundang godaan tersendiri untuk menyalahgunakannya. Mengahadapi
mentalitas koruptif aparat desa itu, selain memberikan pelatihan-pelatihan, tidak kalah penting
juga pengawasan yang akan mempersempit ruang bagi tindak penyalahgunaan dan melakukan
hal itu tiada lain kecuali dengan memperkuat pendampingan dan pengawalan pengelolaan dana
desa secara sistemik.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan pendampingan yang
bertujuan untuk (1) jasa, dapat memberikan pelatihan dan pendampingan untuk aparat desa
dalam hal peñatausahan dan pelaporan keuangan desa (2) metode, yaitu memberikan metode
untuk penyusunan penatausahaan dan pelaporan keuangan desa yang sesuai dengan PP No 60
Tahun 2014 (3) program ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas aparat desa dalam
menghasilkan laporan keuangan desa yang tepat waktu dan sesuia dengan standar
METODE KEGIATAN
Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian ini adalah pelatihan dan pendampingan
dalam hal penatausahaan dan pelaporan keuangan desa. Pelatihan dan pendampingan ini
dilakukan selama 6 bulan yaitu 3 bulan sebelum laporan semester pertama yaitu bulan Mei,
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |335
Juni, dan Juli dan 3 bulan sebelum laporan akhir semester yaitu bulan September, Oktober, dan
November. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada kegiatan ini antara lain :
Tahap pertama : membekali mitra dengan pengetahuan dan pelatihan (workshop)
penatausahaan dan penyusunan laporan keuangan desa.
Tahap kedua : Setelah mitra memiliki pengetahuan dasar yang cukup, kegiatan dilanjutkan
dengan pendampingan dalam menyusun penatausahaan dan pelaoran keuangan desa sampai
mitra bisa membuat sendiri.
Tahap terakhir : selama beberapa bulan , tim pengabdian akan terus memonitoring aktivitas
aparat desa kedua mitra untuk mengetahui kelemahan serta permasalahan yang dihadapi mitra.
Apabila muncul permasalahan baru, maka tim akan mencari solusi bersama-sama dengan
mitra.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum membahas hasil yang sudah dicapai dalam rangkaian kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini, beberapa hal konsep yang sudah dibahas antara lain :
1. Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 tahun 2014 Dana Desa adalah dana
yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi desa
yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Dana desa setiap kabupaten/kota dihitung
berdasarkan jumlah desa, alokasi yang dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk,
angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis desa setiap kabupaten/kota.
Data jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan indeks kemahalan konstruksi
sebagaimana dimaksud tersebut bersumber dari kementrian yang berwenang dan/atau lembaga
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik.
Untuk mewujudkan pengelolaan Alokasi Dana Desa yang baik Pemerintah Desa harus
menganut prinsip yang telah ditetapkan dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa sebagai berikut:
a. Pengelolaan keuangan ADD merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan
keuangan desa yang dituangkan dalam Peraturan Desa tentang APBDesa.
b. Pengelolaan keuangan harus direncanakan, dilaksanakan, diawasi dan dievaluasi secara
terbuka dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat di desa.
c. Pengelolaan keuangan harus menggunakan prinsip hemat, terarah, mempunyai dampak
pada masyarakat, terukur dan terkendali.
d. Pengelolaan keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
2. Tahap-Tahap Pengelolaan Keuangan Desa
Siklus pengelolaan keuangan desa berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014
tentang pengelolaan keuangan desa meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban sebagai berikut:
1) Perencanaan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |336
a. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan
RKPDesa tahun berkenaan.
b. Sekretaris Desa menyampaikan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada
Kepala Desa.
c. Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa disampaikan oleh Kepala Desa kepada
Badan Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan disepakati bersama.
d. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disepakati bersama paling lambat bulan
Oktober tahun berjalan.
2) Pelaksanaan
a. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa
dilaksanakan melalui rekening kas desa.
b. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka
pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
c. Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan
sah.
d. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa selain yang
ditetapkan dalam peraturan desa.
e. Bendahara dapat menyimpan uang dalam kas desa pada jumlah tertentu dalam rangka
memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa.
f. Pengaturan jumlah uang dalam kas desa ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota.
g. Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban pada APBDesa tidak dapat dilakukan
sebelum Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi Peraturan
Desa.
h. Pengeluaran desa tidak termasuk untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan
operasional perkantoran yang ditetapkan dalam peraturan Kepala Desa.
i. Penggunaan biaya tak terduga terlebih dahulu harus dibuat Rincian Anggaran Biaya yang
telah disahkan oleh Kepala Desa.
j. Pengadaan kegiatan yang mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan harus
disertai dengan dokumen antara lain Rencana Anggaran Biaya.
k. Rencana Anggaran Biaya diverifikasi oleh sekretaris Desa dan disahkan oleh Kepala
Desa.
l. Pelaksana kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan pengeluaran yang
menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan buku
pembantu kas kegiatan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan desa.
m. Pelaksana kegiatan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Kepala
Desa. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) tidak boleh dilakukan sebelum barang dan
atau jasa diterima. Pengajuan SPP terdiri atas Surat Permintaan Pembayaran (SPP),
Pernyataan tanggungjawab belanja; dan lampiran bukti transaksi.
n. Berdasarkan SPP yang diverifikasi Sekretaris Kepala Desa kemudian Kepala Desa
menyetujui permintaan pembayaran dan bendahara melakukan pembayaran.
o. Pembayaran yang telah dilakukan akan dicatat bendahara.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |337
p. Bendahara desa sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib
menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas
Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3) Penatausahaan
a. Penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa.
b. Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta
melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.
c. Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan
pertanggungjawaban.
d. Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa dan paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
4) Pelaporan
a. Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada
Bupati/Walikota berupa:
1. Laporan semester pertama; dan
2. Laporan semester akhir tahun.
b. Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APBDes
c. Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa disampaikan paling lambat pada akhir bulan
Juli tahun berjalan.
d. Laporan semester akhir tahun disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari
tahun berikutnya.
5) Pertanggungjawaban
a. Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran.
b. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa terdiri dari pendapatan,
belanja, dan pembiayaan.
c. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
d. Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa
dilampiri:
1. Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun
Anggaran berkenaan
2. Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran
berkenaan; dan
3. Format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke desa.
Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) merupakan aplikasi yang dikembangkan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam rangka meningkatkan kualitas tata
kelola keuangan desa. Dengan proses penginputan sekali sesuai dengan transaksi yang ada,
dapat menghasilkan output berupa dokumen penatausahaan dan laporan-laporan yang sesuai
dengan ketentuan perundangundangan, antara lain: Dokumen Penatausahaan, Bukti
Penerimaan; Surat Permintaan Pembayaran (SPP); Surat Setoran Pajak (SSP); Dan dokumen-
dokumen lainnya, Laporan-laporan: Laporan Penganggaran (Perdes APB Desa, RAB, APB
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |338
Desa per sumber dana); Laporan Penatausahaan (Buku Kas Umum, Buku Bank, Buku Pajak,
Buku Pembantu, dan Register. (www.bpkp.go.id)
Adapun tahapan yang telah dilakukan dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap Observasi
Hasil observasi awal menunjukkan bahwa desa Pemenang Barat Lombok Utara
merupakan salah satu desa paling terdampak gempa Lombok pada pertengahan 2018 kemarin,
sehingga hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan desa belum bisa baik
sepenuhnya. Selain itu desa Pemenang barat merupakan salah satu desa yang memilki banyak
dusun, dimana sebanyak 18 dusun. Sehingga dengan banyaknya dusun pengalokasi dana
desanya juga semakin banyak dibandingkan dengan desa-desa yang lain. Selain itu desa dalam
melaksanakan hak, kewenangan, dan kewajibannya dalam mengelola kemampuan dan potensi
yang dimiliki, dituntut untuk dilakukan secara transparansi dalam memberikan informasi,
partisipatif untuk terlibat, dan memiliki akuntabiltas yang tinggi. Menurut Astuty dan Fanida
(2012) akuntabilitas meliputi pemberian informasi keuangan kepada masyarakat dan pengguna
lainnya sehingga memungkinkan bagi mereka untuk menilai pertanggungjawaban pemerintah
atas semua aktifitas yang dilakukan, bukan hanya laporan keuangan saja namun harus
memberikan informasi dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial dan politik.
2. Tahap Pelaksanaan
Pengabdian ini menfokuskan pendampingan dalam hal penatausahaan dan pelaporan.
Dari hasil pengamatan dan wawancara bahwa pada tahap penatausahaan bendahara desa telah
melakukan menjalankan tugasnya dimana sudah menerima, menyimpan, menyetor/membayar,
menatausahakan dan mempertanggungjawabkan penerimaan dan pengeluaran desa, selain itu
dokumen-dokumen yang dibutuhkan sudah terpenuhi yaitu buku kas umum, buku kas
pembantu pajak, dan buku bank. Begitu juga pada tahap pelaporan, dimana kepala desa telah
menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada bupati, selain itu dokumen-
dokumen yang dibutuhkan sudah terpenuhi yaitu laporan semester pertama dan laporan
semester akhir tahun. Apalagi dengan adanya penggunaan siskeudes, itu bisa meminimalisir
kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan keuangan desa.
Dengan melihat kondisi di desa Pemenang Barat selain didampingi, tim pengabdian
telah menyiapkan 2 buku saku antara lain :
(1) buku saku pengelolaan keuangan desa yang diterbitkan oleh BPKP dimana isinya berupa
pedoman setiap tahapan pengelolaan keuangan desa, dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban.
(2) buku saku yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia dimana
isinya tentang konsep dana desa, evaluasi dana desa, mekanisme penyaluran dana desa,
penggunaan dana desa, pengelolaan keuangan desa, pengadaan barang dan jasa,
mekanisme pengawasan dan pemantauan dana desa, badan usaha milik desa, kisah sukses
desa-desa, dan data alokasi desa.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |339
3. Tahap Evaluasi Kegiatan
Adapun pada tahap evaluasi kegiatan belum dilakukan dan akan dilakukan sekitar bulan
Oktober-November 2019. Hal-hal yang jadi tolak ukur pada tahap ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 1. Tolak Ukur Pelaksanaan
Tujuan Indikator Capaian Tolak Ukur
Peserta memiliki
kemampuan dalam
penatausahaan keuangan
desa dalam hal dokumen-
dokumen apa saja yang
digunakan yang sesuai
dalam pengelolaan
keuangan desa dan buku-
buku yang dikelola oleh
bendahara serta pelaksana
kegiatan berupa Buku Kas
Pembantu Kegiatan, Buku
Kas Umum, Buku Kas
Pembantu Pajak, dan Buku
Bank Desa
Peserta mampu menyiapkan bukti
transaksi untuk pengeluaran dan
dicatat dalam buku kas umum, belanja
yang bersifat transfer langsung ke
pihak ketiga, Bendahara Desa
melakukan pencatatan ke dalam Buku
Bank Pencatatan penerimaan baik kas
maupun transfer harus disertai dengan
bukti yang lengkap dan sah serta
dicatat secara benar dan tertib. Ketika
Bendahara Desa melakukan
penyetoran ke Kas Negara dengan
batasan waktu yang diatur dalam
ketentuan perpajakan melalui form
Surat Setoran Pajak (SSP) maka
Bendahara Desa mencatat dalam
Buku Pembantu Pajak pada kolom
Pengeluaran.
Peserta menyadari
pentingnya tahap-
tahap atau prosedur
dalam pengelolaan
keuangan agar
semuanya bisa
berjalan dengan
benar dan tertib
Peserta memiliki
kemampuan dalam
pelaporan keuangan desa
yang sesuai dengan PP
Nomor 60 Tahun 2014,
yang terdiri dari Laporan
Semesteran Realiasasi
Pelaksanaan APB Desa;
Laporan
Pertanggungjawaban
Realisasi Pelaksanaan
APB Desa kepada
Bupati/Walikota setiap
akhir tahun anggaran, dan
Laporan Realisasi
Penggunaan Dana Desa.
Peserta mampu menyiapkan Laporan
Semester Pertama, disampaikan
paling lambat pada akhir bulan Juli
tahun berjalan; dan Laporan Semester
Akhir Tahun, disampaikan paling
lambat pada akhir bulan Januari tahun
berikutnya, Laporan Pertanggung-
jawaban Realisasi Pelaksanaan APB
Desa Setiap Akhir Tahun Anggaran,
Laporan Realisasi Penggunaan Dana
Desa disampaikan kepada
bupati/walikota setiap semester.
Peserta menyadari
pentingnya
ketapatwaktuan
dalam
menyampaikan
laporan karena itu
merupakan bentuk
pertanggungjwaban
terhadap atasan
(khususnya) dan
masyarakat
(umumnya)
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |340
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Melalui pendampingan ini diharapkan para aparatur desa sudah bisa melakukan hal-hal
yang dituntut di setiap tahap khususnya pada tahap penatausahaan dan pelaporan.
2. Ada beberapa faktor-faktor pendorong dan penghambat pelaksanaan pendampingan
pengelolaan keuangan desa di desa Pemenang Barat, yaitu : (a) Faktor Pendorong terdiri
dari terjalinnya kerjasama antara tim pengabdian dengan bapak/ibu aparatur desa dan
selama pelaksanaan kegiatan pendampingan di Pemenang Barat ini seluruh peserta
memberikan apresiasi yang baik. Peserta secara aktif mengikuti kegiatan pendampingan
dari awal hingga akhir. (b) Faktor penghambat yaitu jauhnya jarak dari lokasi tim
pengabdian, sulitnya menentukan jadwal pertemuan antara tim pengabdian dengan
bapak/ibu aparatur desa karena kesibukan dalam menjalankan tugas masing-masing.
Tetapi secara keseluruhan tidak ada hambatan yang terlalu teknis maupun administratif.
Saran
Mengingat peserta yang mendapat kesempatan mengikuti pendampingan terbatas dan
hanya satu desa disarankan dilakukan pendampingan untuk desa-desa yang lain juga. Oleh
karena butuh komitmen antar tim pengabdian dan mitra tempat pengabdian. Dan adanya upaya
untuk melanjutkan kegiatan pendapingan serta perlu adanya pembimbingan secara
berkelanjutan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Disamping itu untuk kegiatan
selanjutnya diperlukan dana yang lebih besar.
UCAPAN TERIMA KASIH
Tim pengabdian mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang
membantu yaitu FEB Unram, tim pengabdian dan para aparatur desa Desa Pemenang Barat
Lombok Utara yang telah memberi dukungan financial dan moril sehingga bisa terlaksana
pengabdian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Astuty E, Fanida EH. 2012. Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDES) (Studi pada Alokasi Dana Desa Tahun
Anggaran 2011 di Desa Sareng Kecamatan Geger Kabupaten Madiun). Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi. Universitas Negeri Surabaya.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). 2015. Buku Saku Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa. Sumatera Selatan.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2014. Majalah Akuntan Indonesia Oktober – November. Jakarta.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2018. Buku Saku Dana Desa. Jakarta.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |341
Pengelolaan Limbah Sampah Plastik Dengan Menggunakan Metode
Ecobrick Di Desa Pesanggrahan
Ahmad Jupri, Anang Juaniardi Prabowo, Baiq Ria Aprilianti, Diya Unnida*
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram
Kata Kunci:
desa pesanggrahan,
limbah sampah,
ecobrick
Abstrak:
Desa Pesanggrahan adalah salah satu desa yang berada di Kabupaten
Lombok Timur, yang terdiri dari 11 dusun. Di desa ini belum tersedia
tempat pembuangan sampah akhir sehingga limbah sampah yang sulit
terurai banyak menumpuk, terutama pada selokan, di sekitar waduk dan di
pinggir jalan desa. Sedangkan untuk jenis sampah organik dikumpulkan lalu
dibakar, namun untuk jenis sampah anorganik dibiarkan dan dibuang begitu
saja tanpa ada tindakan lebih lanjut. Penumpukan sampah plastik menjadi
sumber utama penumpukan bobot sampah di desa ini, terlebih sampah
plastik diuraikan dalam waktu 1 millenium atau sekitar 1000 tahun. Belum
lagi pemusnahan plastik dengan cara dibakar hanya akan memperburuk
kesehatan karena zat dioksi yang dihasilkan. Dengan adanya kegiatan
pengabdian kepada masyarakat melalui KKN yang dilakukan di Desa
Pesanggrahan telah membantu masyarakat untuk meningkatkan kesadaran
akan pentingnya menjaga lingkungan dari limbah sampah plastik melalui
sosialisasi mengenai pengelolaan sampah dengan metode Ecobrick.
Sehingga, masyarakat di desa dapat meminimalisir sampah dengan
mengolahnya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan dapat digunakan
sehari-hari.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Pesanggrahan merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Montong Gading,
Kabupaten Lombok Timur. Desa ini berada di sebelah selatan Hutan tutupan (Montong
Gading), sebelah utara Desa Montong Betok (Montong Gading), sebelah barat Desa Pringga
Jurang (Montong Gading), sebelah timur Desa Prian (Montong Gading), berpenduduk 7.681
jiwa.
Luas wilayah Desa Pesanggrahan, Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok
Timur secara keseluruhan adalah 547 ha. Pesanggrahan memiliki sebelas dusun yaitu Embuk,
Solong lauk, Solong Tengak, Solong Deye, Pesanggrahan, Kanjol Jawa, Camek, Bangle,
Bangle Utara, Lunggu dan Joben.
Desa Pesanggrahan merupakan salah satu desa wisata karena memiliki banyak potensi
wisata. Pembangunan desa wisata sudah diresmikan pada tanggal 1 November 2010 dimana
ini merupakan langkah untuk mengembangkan potensi wisata yang ada di Desa Pesanggrahan.
Sehingga dengan berkembangnya wisata diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |342
Seiring berkembangnya desa wisata, ada beberapa kendala yang masih menjadi titik
lemah dari desa ini. Masalah utama yaitu pada limbah sampah, karena masih kurangnya
kesadaran dari masyarakat dan belum tersedia tempat pembuangan sampah akhir. Petugas
kebersihan juga belum ada, sehingga masyarakat membuang sampah sembarangan atau tidak
pada tempatnya.
Sampah di desa ini dapat ditemukan di selokan, pinggir jalan desa dan di sekitar waduk.
Terutama di Dusun Bangle, Pesanggrahan dan Solong Tengak. Volume sampah di dusun
tersebut dapat dikatakan cukup banyak. Mulai dari sampah yang mengalir dari dusun yang
berada di dataran tinggi seperti Joben dan Lunggu sehingga mengendap di selokan karena
kurangnya air mengalir di dusun Bangle yang berada di bawah kedua dusun tersebut, ditambah
lagi dengan dibuangnya sampah oleh masyarakat ke selokan disekitar dusun tersebut.
Hal yang sama juga terjadi di dusun Pesanggrahan, banyak sampah-sampah menumpuk
di selokan dan ketika hujan akan meluap hingga sampah naik ke permukaan jalan raya. Di
Dusun Solong Tengak terdapat banyak sampah plastik yang disebabkan oleh masyarakat yang
membuang sampah di kali dan bermuara di sekitar waduk. Sampah-sampah tersebut tidak
ditangani lebih lanjut oleh pihak desa.
Gambar 2: Tumpukan sampah di sekitar waduk dikawasan Solong Tengak
Gambar 3: Tumpukan sampah di selokan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |343
Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh
pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola
dengan prosedur yang benar (Nugroho 2013). Sampah yang ada di desa ini terdiri dari sampah
organik dan sampah anorganik, dimana sampah organik yaitu jenis sampah yang mudah terurai
sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang sulit terurai.
Plastik adalah bahan yang melekat erat dengan kehidupan manusia. Mulai dari hal-hal
kecil seperti pembungkus makanan hingga peralatan rumah tangga. Plastik berasal dari residu
pengolahan minyak bumi yang kemudian diolah kembali dengan mencampurkan bahan-bahan
kimia tertentu sehingga menghasilkan biji plastik yang siap digunakan sebagai bahan baku
pembuatan plastik.
Sampah plastik tidak akan hilang meskipun dibakar melainkan berubah bentuk menjadi
lebih kecil yang disebut micro plastick, bahan ini dapat berbahaya jika tercampur pada tanah
dan air karena akan menjadi racun jika tercampur di air dan masuk kedalam tubuh manusia.
Selain itu penumpukan sampah plastik juga merusak mekanisme tanah. Susahnya penguraian
sampah plastik tersebut menyebabkan penumpukan sampah di lingkungan Desa Pesanggrahan.
Salah satu cara menanggulangi sampah plastik yaitu melalui metode ecobrick atau
pemanfaatan sampah dengan media botol plastik. Ecobrick berasal dari kata eco dan brick
yang artinya bata ramah lingkungan yang menjadi alternatif bagi bata konvensional dalam
mendirikan bangunan. Ecobrick merupakan salah satu upaya kreatif untuk mengelola sampah
plastik menjadi benda-benda yang berguna, mengurangi pencemaran dan racun yang
ditimbulkan oleh sampah plastik.
Ecobrick adalah salah satu usaha kreatif bagi penanganan sampah plastik. Fungsinya
bukan untuk menghancurkan sampah plastik, melainkan untuk memperpanjang usia plastik-
plastik tersebut dan mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna, yang bisa dipergunakan bagi
kepentingan manusia pada umumnya. Ecobrick adalah teknologi berbasis kolaborasi yang
menyediakan solusi limbah padat tanpa biaya untuk individu, rumah tangga, sekolah, dan
masyarkat.
Ecobrick menjadi cara lain untuk utilisasi sampah-sampah tersebut selain mengirimnya
ke pembuangan akhir. Metode tersebut dapat dimanfaatkan di desa Pesanggrahan. Dengan
ecobrick sampah-sampah plastik akan tersimpan terjaga di dalam botol, sehingga tidak perlu
dibakar, menggunung dan tertimbun. Teknologi ecobrick memungkinkan kita untuk tidak
menjadikan plastik di salah satu industrial recycle system, dengan begitu akan menjauhi biosfer
dan menghemat energy.
METODE PELAKSANAAN
Tempat pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Desa Pesanggrahan, Kecamatan
Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur. Adapun pelaksanaan aktivitas pengabdian
kepada masyarakat melalui tahap-tahap sebagai berikut: menjalankan aksi pungut sampah dan
mensosialisasikan metode ecobrick.
Untuk mengukur keberhasilan penerapannya, adapun indikator tujuan terukur dalam
jangka panjang yaitu: menghasilkan hasil karya berupa kursi, meja, pagar taman sekolah dan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |344
lain-lainnya, dimana karya yang dihasilkan dapat dimanfaatkan bersama. Hasil karya seni
tersebut juga dapat meningkatkan perekonomian masyrakat desa karna memiliki nilai jual.
Permasalahan yang ditemui di Desa Pesanggrahan:
1. Tidak terdapat tempat pembuangan sampah akhir di Desa Pesanggrahan
2. Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahayanya membuang limbah sampah plastik
sembarangan
3. Belum adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana cara pengelolaan limbah
sampah plastik sehingga menjadi sesuatu yang berguna
Solusi yang ditawarkan adalah:
1. Sosialisasi mengenai penanggulangan sampah dengan metode ecobrick dikalangan siswa-
siswi SD/SMP/SMA
2. Menjalankan program kerja aksi pungut sampah dengan mengerahkan seluruh lapisan
masyarakat
Target luaran yang ingin dicapai secara umum adalah:
1. Mengurangi limbah sampah plastik.
2. Memanfaatkan hasil ecobrick untuk menjadi produk yang lebih berguna.
3. Masyarakat menjadi peduli akan lingkungan sekitar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Plastik terbuat dari petro-kimia. Bahan kimia ini tidak cocok bagi ekologi. Studi ilmiah
menunjukkan bahwa bahan kimia ini beracun untuk manusia, kita tahu ini ketika kita mencium
plastik terbakar. Seiring waktu, ketika bahan kimia ini larut ke dalam tanah, air dan udara,
mereka diserap oleh tanaman dan hewan yang pada akhirnya akan diserap juga oleh manusia,
menyebabkan cacat lahir, ketidakseimbangan hormon, dan kanker.
Sampah plastik yang berserakan, dibakar atau dibuang akan menghasilkan bahan kimia
beracun. Bahkan rekayasa TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terakhir) juga tidak bisa
menjadi solusi yang baik. Dalam waktu sepuluh tahun, atau bahkan seratus tahun, bahan kimia
ini pada akhirnya akan meresap ke dalam biosfer, yang mempengaruhi peternakan dan
kehidupan manusia.
Ecobrick, memberikan langkah perantara yang berharga dalam transisi ini. Sesuatu
telah bergeser di sini. Sampah plastik yang digunakan sebelumnya hanya dirawat atau ditangani
oleh orang-orang tertentu. Namun kini melalui ecobrick, lebih banyak orang, kelompok,
menjadi tertarik untuk mengolah sampah plastik, terutama yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Lokakarya ini telah dilakukan dalam hasil seni berupa kursi, pagar taman, meja,
dan lain-lain.
Selain itu, yang paling penting adalah orang-orang mulai memahami mengapa kita
perlu menerapkan ecobrick. Apa dasar dan filosofi di balik melakukan kerja keras ini?
pengetahuan yang lebih komprehensif tentang plastik, fakta-fakta dari produksi plastik,
masalah daur ulang, bahaya saat melakukan hal yang salah dengan plastik, dampak ke
lingkungan jika tidak sadar apa yang akan terjadi dalam kurun waktu tertentu, bagaimana kita
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |345
perlu mengubah gaya hidup kita dan perilaku konsumsi kita, dan apa yang bisa kita lakukan
dengan plastik atau sampah yang digunakan dan bahkan membuat mereka sebagai bagian dari
solusi.
Bukan hanya bagaimana mengelola plastik yang selama ini terus dikonsumsi, bukan
hanya bercita-cita membangun atau membentuk sesuatu dengan ecobrick, tapi tentang
mengurangi konsumsi plastik dan sebisa mungkin tak memakainya. Dan bagaimana
membangun kesadaran secara massal, menjadi gerakan masyarakat di segala lini dan jalur,
karena membuat ecobrick tidak membutuhkan keterampilan khusus, dapat dilakukan kapan
saja, dan dikerjakan bersama-sama maupun sendiri sambil melakukan kegiatan sehari-hari
lainnya, sembari mengisi waktu.
Munculnya suatu kesadaran bahwa ada beberapa kemasan yang sangat susah
dikerjakan, dan susah untuk menjadi bahan ecobrick, sedangkan ecobrick sejauh ini menjadi
satu-satunya solusi menjebak plastik agar tak berkeliaran di lingkungan. Benar, hanya dengan
membuat ecobrick sebagai kebiasaan, kesadaran akan konsumsi plastik dan kebutuhan untuk
melindungi lingkungan dari racun plastik. Sedangkan, mempercayakan tempat sampah, truk
sampah, bak sampah, tak akan mempengaruhi apa pun, bahkan akan berakhir lebih
mengerikan.
Membuat ecobrick tidak sulit, hanya memerlukan ketelatenan dan sedikit usaha. Secara
umum langkah-langkah membuat ecobrick adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan botol-botol plastik bekas, seperti botol bekas kemasan minuman
(misalnya air mineral), botol bekas kemasan minyak goreng dan lain sebagainya.
Kemudian mencucinya hingga bersih, lalu dikeringkan.
2. Mengumpulkan berbagai macam kemasan plastik, seperti kemasan mie instan,
minuman kemasan, plastik pembungkus, tas plastik dan sebagainya. Harus dipastikan
plastik-plastik tersebut bebas dari segala jenis makanan (yang tersisa didalamnya),
dalam keadaan kering dan tidak tercampur oleh bahan lain (klip, benang, kertas dan
sebagainya).
3. Memasukkan segala jenis plastik yang ada di poin ke 2 ke dalam botol-botol plastik
pada poin ke 1.
4. Tidak boleh tercampur dengan kertas, kaca, logam, benda-benda yang tajam dan bahan-
bahan lain selain plastik.
5. Bahan-bahan plastik yang dimasukkan ke dalam botol plastik harus dipadatkan hingga
sangat padat dan mengisi seluruh ruangan dalam botol plastik.
6. Cara memadatkannya bisa dengan menggunakan alat yang terbuat dari bambu atau
kayu (seperti tongkat bambu atau kayu).
7. Jika ingin membuat sesuatu dengan hasil ecobrick ini, misalnya membuat meja, kursi,
atau benda-benda lain, maka bisa menggunakan botol yang berukuran sama, atau
bahkan dari jenis dan merk yang sama, sehingga memudahkan penyusunan. Untuk
merekatkan satu botol dengan botol yang lainnya bisa menggunakan lem kaca/lem
silikon.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |346
Gambar 4. Teknik Pembuatan Ecobrick
Gambar 5. Tahapan Pembuatan Ecobrick
KESIMPULAN
Plastik merupakan sampah yang sangat sulit untuk diuraikan secara alami, sehingga
menjadi dilema selama bertahun-tahun. Para ilmuwan, pakar ekologi dan pemerhati lingkungan
hidup telah berupaya dengan berbagai cara untuk menanggulangi persoalan sampah plastik.
Ecobrick adalah salah satu usaha kreatif bagi penanganan sampah plastik. Fungsinya bukan
untuk menghancurkan sampah plastik, melainkan untuk memperpanjang usia plastik tersebut
dan mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna, yang bisa dipergunakan bagi kepentingan
manusia pada umumnya. Pembuatan ecobrick masih belum begitu populer di kalangan
masyarakat luas. Sebagian besar masyarakat masih memperlakukan plastik bekas sebagai
sampah plastik rumah tangga, mengotori lingkungan, sungai dan mencemari kehidupan sehari-
hari tanpa adanya kesadaran diri.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |347
Untuk itu perlu adanya sosialisasi terutama di kalangan siswa-siswi sekolah ataupun
masyarakat luas yang lebih intensif mengenai upaya pengolahan kreatif sampah plastik.
Dimulai dari sampah plastik rumah tangga. Dengan sedikit usaha, satu masalah penting akan
terurai sedikit demi sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho P. 2013. Panduan Membuat Kompos Cair. Jakarta: Pustaka baru Press.
Widodo Sarno, Nepi Marleni Ni Nyoman, Aruning Fidaus Niting. (2018). Pelatihan Pembuatan
Paving Block dan Ecobrick dari Limbah Sampah Plastik di Kampung Tulung, Kota
Magelang.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |348
Sosialisasi Personal Hygiene, Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Anak-
Anak Tingkat Sekolah Dasar Di Kelurahan Rembiga Kota Mataram
Moegiratul Amaro*, Mutia Devi Ariyana, Wiharyani Werdiningsih, Baiq Rien Handayani,
Nazaruddin, Sri widyastuti
Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram
Kata Kunci:
personal hygiene,
cuci tangan, bersih,
sehat
Abstrak:
Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia sekolah dasar berkaitan
dengan kebersihan perorangan (personal hygiene), lingkungan dan
munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah
berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penyakit yang
sering dihadapi anak sekolah dasar biasanya berkaitan dengan kebiasaan
hidup bersih dan sehat, seperti kebiasaan cuci tangan pakai sabun, potong
kuku, gosok gigi, dan membuang sampah sembarangan. Penerapan PHBS
di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai
penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6-12 tahun) seperti
cacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya.
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak
sehat menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan menciptakan
lingkungan sehat di rumah tangga.Oleh karena itu dalam pengabdian
masyarakat ini sangat perlu sekali dilakukan sosialisasi tentang PHBS
terutama pada anak-anak, dimana dalam hal ini yang menjadi fokus
pengabdian adalah membentuk kebiasaan mencuci tangan yang benar
menggunakan sabun. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian
ini adalah ceramah dan diskusi, demonstrasi, praktek dan evaluasi. Ada 2
jenis evaluasi yang digunakan, pretest dan post test. Pre test dilakukan
sebelum kegiatan dimulai dan post test dilakukan setelah kegiatan selesai
dilaksanakan. Berdasarkan hasil evaluasi terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap pengetahuan dan keterampilan siswa-siswa SDN 03 mataram
dalam mencuci tangan yang baik dan benar menggunakan sabun.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan
kebersihan perorangan (personal hygiene) dan lingkungan. Munculnya berbagai penyakit yang
sering menyerang anak usia sekolah berkaitan erat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |349
(PHBS). Masalah-masalah yang terjadi pada usia anak sekolah dasar semakin memperjelas bahwa
nilai-nilai PHBS di sekolah masih minim dan belum mencapai tingkat yang diharapkan (Wowor,
2013).
Usia sekolah merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak.
Periode ini juga disebut sebagai periode kritis karena pada masa ini anak mulai mengembangkan
kebiasaan yang cenderung menetap sampai dewasa (Hariyanti, 2008). Beban untuk
menanggulangi masalah kesehatan anak usia sekolah juga terus meningkat dikarenakan
permasalahan kesehatan yang masih banyak terjadi di kalangan anak usia sekolah. Penyakit yang
sering dihadapi anak sekolah dasar biasanya berkaitan dengan kebiasaan hidup bersih dan sehat,
seperti kebiasaan cuci tangan pakai sabun, potong kuku, gosok gigi, dan membuang sampah
sembarangan (Depkes, 2007).
Masa sekolah dasar adalah masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai PHBS dan
berpotensi sebagai agen of change untuk mempromosikan PHBS baik di lingkungan sekolah,
keluarga maupun masyarakat sehingga tercipta sumber daya manusia yang berkualitas nantinya.
Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit
yang sering menyerang anak usia sekolah (6-12 tahun) seperti cacingan, diare, sakit gigi, sakit
kulit, gizi buruk dan lain sebagainya yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Tingkat
keefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen
menurut tipe inovasi pencegahan adalah mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air
olahan (39%). Menurut Departemen Kesehatan R.I (2001) usaha pencegahan penyakit cacingan
antara lain: menjaga kebersihan badan, kebersihan lingkungan dengan baik, makanan dan
minuman yang baik dan bersih, memakai alas kaki, membuang air besar dijamban (kakus),
memelihara kebersihan diri dengan baik seperti memotong kuku dan mencuci tangan sebelum
makan. Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan.
Personal hygiene adalah kebersihan dan kesehatan perorangan yang bertujuan untuk
mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu
masuk (portal of entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada akhirnya mencegah
seseorang terkena penyakit (Saryono, 2010). Personal hygiene yang tidak baik akan
mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit, seperti penyakit infeksi (misalnya cacingan),
penyakit saluran cerna dan penyakit kulit (Nurjannah, 2012)
Dasar PHBS Sekolah berada dalam 8 indikator yaitu : mencuci tangan dengan air yang
mengalir dan sabun, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan
terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan
mengukur tinggi badan setiap 6 bulan, membuang sampah pada tempatnya (Mufidah, 2012).
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga.
Oleh karena itu dalam pengabdian masyarakat ini sangat perlu sekali dilakukan sosialisasi tentang
PHBS terutama pada anak-anak, dimana dalam hal ini yang menjadi fokus pengabdian adalah
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |350
membentuk kebiasaan mencuci tangan dengan sabun yang benar dan membuang sampah pada
tempatnya sesuai jenis sampah.
METODE KEGIATAN
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini berupa sosialisasi khususnya sosialisasi personal
hygiene dan perilaku hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan kegiatan mencakup beberapa tahapan
seperti, (1) penetapan siswa sekolah dasar sasaran yang sesuai dengan profil yang telah ditentukan.
Peserta dikhususkan bagi para siswa sekolah dasar di SDN 03 Mataram yang berlokasi di
Kelurahan Rembiga, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram serta guru yang mengajar di Sekolah
tersebut, (2) penyuluhan tentang aspek personal hygiene dan perilaku hidup bersih dan sehat
meliputi mulai dari cara mencuci tangan yang baik dengan sabun dan air mengalir, menyikat gigi
yang baik dan benar, menjaga kebersihan badan, menjaga kebersihan lingkungan dengan baik,
makanan dan minuman yang baik dan bersih, memakai alas kaki, membuang air besar dijamban
(kakus), memelihara kebersihan diri dengan baik, serta (3) diskusi yang dilakukan oleh tim dosen,
guru dan masyarakat tentang masalah dan kendala yang dihadapi peserta saat pelaksanaan kegiatan
berlangsung. Metode pelatihan yang digunakan pada kegiatan ini fokus kepada kegiatan
komunikasi, informasi dan edukasi kepada para siswa sekolah dasar.
Evalusi kegiatan ini dilakukan secara langsung pada saat kegiatan berlangsung. Tahap
evaluasi dilakukan setelah penyampaian materi. Prosedur evaluasi meliputi kemampuan
penguasaan materi dan tanggapan terhadap materi yang telah diberikan. Kedua kriteria tersebut
diamati dengan keaktifan peserta dalam bertanya dan menanggapi materi yang diberikan, keaktifan
peserta selama sosialisasi. Selain itu, kehadiran peserta dalam setiap sesi sosialisasi juga menjadi
parameter tingkat antusiasme peserta terhadap kegiatan sosialisasi yang dilakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tema “Sosialisasi Personal Higiene,
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Anak-Anak Tingkat Sekolah Dasar Di Kelurahan Rembiga
Kecamatan Selaparang, Mataram, dilaksanakan sebagai upaya peningkatan kebersihan dan
kesehatan anak-anak tingkat sekolah dasar dengan menerapkan prinsip-prinsip sanitasi pada diri
sendiri (personal hygiene) melalui kebiasaan mencuci tangan yang baik dan benar memakai sabun,
mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi serta kebiasaan membuang sampah pada
tempatnya. Masa sekolah dasar adalah masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai prilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) dan berpotensi sebagai agen of change untuk mempromosikan
PHBS baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat sehingga tercipta sumber daya
manusia yang berkualitas nantinya.
Kegiatan pengabdian sosialisasi personal hygiene dan PHBS ini telah dilaksanakan pada
SDN 03 Mataram yang terletak di kelurahan Rembiga, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram.
Kegiatan ini telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan memperoleh hasil yaitu anak-anak SDN
03 Mataram khususnya kelas 6 mengerti dan memahami pentingnya personal hygiene dan perilaku
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |351
hidup bersih dan sehat untuk meningkatkan kebersihan dan kesehatan. Kegiatan pengabdian ini
dilaksanakan pada hari Jumat, 2 Agustus 2019 di SDN 03 Mataram. Kegiatan ini dihadiri 20 orang
peserta yang merupakan siswa kelas 6 SDN 03 Mataram. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan
dengan teknis penyuluhan singkat dalam hal penerapan sanitasi pada diri sendiri (personal
hygiene) dan prinsip-prinsip hidup bersih dan sehat. Kegiatan diawali dengan acara pembukaan,
penyampaian materi/penyuluhan, praktek cara mencuci tangan yang baik dan benar dengan sabun
dan diskusi.
Penyampaian materi meliputi pemahaman tentang sanitasi dan perilaku hidup bersih dan
sehat, personal hygiene, 8 indikator PHBS (mencuci tangan dengan sabun, mengkonsumsi jajanan
sehat dan bersih di kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olah raga yang
teratur, memberantas nyamuk, tidak merokok, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
secara teratur, dan membuang sampah pada tempatnya).
Gambar 1. Penyampaian Materi Sosialisasi Dan Penyerahan Souvenir Sabun Cuci
Tangan dan Tempat Sampah di SDN 03 Mataram
Kegiatan diakhiri dengan diskusi dan menguji kembali ingatan siswa siswi tentang materi
yang telah disampaikan. Selain itu juga diskusi tentang kendala yang dihadapi dalam
mengaplikasikan teknologi yang ditawarkan sehingga tim pelaksana bisa melakukan evaluasi dan
monitoring kegiatan selanjutnya.
Kegiatan ini telah berhasil meningkatkan motivasi, pengetahuan dan keterampilan siswa
siswi sekolah dasar dalam meningkatkan kebersihan dan kesehatan melalui peningkatan personal
hygiene dan perilaku hidup bersih dan sehat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil kegiatan sosialisasi personal hygiene dan prilaku hidup bersih dan sehat
di SDN 03 Mataram, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain: Kegiatan sosialisasi
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |352
personal hygiene dan prilaku hidup bersih dan sehat di SDN 03 Mataram dapat dilaksanakan secara
baik dan berjalan lancar dengan dihadiri oleh sebagian besar peserta yang ditargetkan. Peserta
sosialisasi mengikuti kegiatan dengan antusias pada setiap tahapan materi sosialisasi yang terlihat
dari adanya tanya jawab dan diskusi antara peserta dengan pemberi materi. Peserta memperoleh
pemahaman mengenai pentingnya sanitasi dan personal hygiene serta pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat untuk meningkatkan taraf kebersihan dan kesehatan. Sosialisasi yang dilakukan
dinilai efektif dan para siswa SDN 03 Mataram tergerak untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
telah diperoleh mengenai cara mencuci tangan yang baik dan benar menggunakan sabun dan
prilaku hidup bersih dan sehat.
Saran untuk kegiatan ini adalah kegiatan pengabdian untuk mensosialisasikan tentang
sanitasi dan kesehatan seperti ini perlu diperluas bagi siswa-siswa sekolah dasar lainnya agar
informasi tentang personal hygiene dan PHBS ini dapat tersebar merata dan anak-anak sekolah
dasar dapat mengaplikasikannya tidak hanya di sekolah tetapi juga di lingkungan rumah agar
dapat meningkatkan kesehatan dan kebersihan secara merata di seluruh kota Mataram
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah memberi
dukungan financial terhadap pengabdian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hariyanti, N, dkk. 2008. Mengatasi Kegagalan Penyuluhan Kesehatan Gigi pada Anak dengan
Pendekatan Psikologi. Dentika Dental Journal. Vol 13. No 1.
Mufidah, Fatchul. 2012. Cermat Penyakit-penyakit Yang Rentan Diderita Anak Usia Sekolah.
Jogjakarta: Flashbooks.
Nurjannah, Anna. 2012. “Gambaran Personal Hygiene Siswa Sekolah Dasar Negeri
Jatinangor”.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6730/1/09E017 27.pdf
(Diakses 25 Mei 2013).
Saryono. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.Edisi Ke-3.
Jakarta: Salemba Medika.
Wowor, V.E., 2013. Hubungan antara Status Kebersihan Mulut dengan Karies Siswa Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Manado. Jurnal e-GiGi Vol 1, No 2. DOI:
https://doi.org/10.35790/eg.1.2.2013.3216.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |353
Pemanfaatan Limbah Kotoran Unggas Sebagai Biobriket Di Desa Teruwai
Kabupaten Lombok Tengah
Ida Ayu Widhiantari, Guyup Mahardhian Dwi Putra, Agriananta Fahmi Hidayat,
Surya Abdul Muttalib, Zulhan Widya Baskara, Wahyudi Zulfikar
Program Studi Teknik Pertanian, Universitas Mataram
Kata Kunci:
alat pengepres
biobriket, biobriket,
pembuatan biobriket
Abstrak:
Masyarakat di Kecamatan Pujut tepatnya di Desa Teruwai sebagian besar
bermatapencaharian sebagai peternak unggas dan petani. Jumlah unggas
yang cukup banyak di Desa Teruwari tidak hanya memberikan keuntungan
semata bagi masyarakat setempat yang membudidayakannya, tetapi juga
menimbulkan adanya masalah. yakni terkait dengan limbah yang dihasilkan
dari kotoran ternak unggas. Minimnya pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh masyarakat setempat untuk memanfaatkan hasil samping dari
budidaya ternak unggas menjadikan kotoran dari unggas yang dipelihara
hanya ditumpuk dan dibakar begitu saja sehingga dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan dari proses pembakaran yang dihasilkan. Melalui
kegiatan pengabdian ini, tim pengabdian memberikan penyuluhan, dan
pendampingan pelatihan dalam mengolah limbah kotoran unggas tersebut
menjadi produk bahan bakar alternatif yang berupa biobriket. Untuk dapat
membantu proses produksi biobriket, dalam pengabdian ini juga dikenalkan
suatu alat pendukung yang dapat membantu mempercepat dalam
menghasilkan biobriket yaitu berupa alat pengepres biobriket. Melalui
kegiatan pengolahan limbah kotoran unggas menjadi produk biobriket
dirasakan dapat membantu mengatasi masalah yang dialami oleh kelompok
peternak unggas di Desa Teruwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok
Tengah. Peserta memiliki keterampilan dalam mengolah kotoran unggas
menjadi produk biobriket yang bermanfaat. Selain itu peserta memperoleh
wawasan yang lebih dengan adanya pengenalan teknologi alat pengepres
biobriket yang dapat menghemat waktu pengepresan sehingga lebih efektif
dan efisien.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Jumlah unggas yang cukup banyak di Desa Teruwai tidak hanya memberikan keuntungan
semata bagi masyarakat setempat yang membudidayakannya, tetapi juga menimbulkan adanya
masalah. terkait dengan limbah yang dihasilkan dari kotoran ternak unggas tersebut. Minimnya
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat setempat untuk memanfaatkan
hasil samping dari budidaya ternak unggas menjadikan kotoran dari unggas yang dipelihara
hanya ditumpuk dan dibakar begitu saja sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
dari proses pembakaran yang dihasilkan. Keberadaan limbah berupa kotoran unggas yang
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |354
cukup melimpah ini memiliki potensi yang besar untuk diolah menjadi produk yang memiliki
nilai guna.
Limbah biomassa hasil pertanian maupun hasil ternak merupakan bahan yang
seringkali dianggap kurang atau bahkan tidak bernilai ekonomis, sehingga murah dan bahkan
pada taraf tertentu keberadaannya menjadi sumber pencemaran bagi lingkungan (Afrizal dan
Didin, 2013), padahal limbah biomassa dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif yang
ramah lingkungan. Adanya penggunaan limbah biomassa memiliki peranan dalam melindungi
lingkungan dan dapat memperkecil biaya tempat pembuangan akhir (Panwar, et al dalam
Chasri 2018).
Berdasarkan kondisi tersebut, tim pengabdian kepada masyarakat tergerak untuk
melakukan kegiatan yang dapat mengatasi permasalahan limbah kotoran unggas tersebut
sekaligus menjadikannya sebagai hasil samping yang bermanfaat. Salah satu bentuk
pemanfaatan limbah biomassa dari kotoran ternak unggas ini adalah dengan mengolah limbah
biomassa tersebut menjadi produk bahan bakar alternatif yang berupa biobriket.
Biobriket merupakan suatu produk yang dihasilkan dari pengolahan limbah biomassa
yang dipadatkan dan dengan menggunakan perekat, mengandung senyawa karbon dan
memiliki nilai kalor yang cukup tinggi tergantung dari bahan baku yang digunakan serta dapat
menyala dalam waktu yang cukup lama (Amanda JG dalam Petrus Petandung, 2014). Proses
pemadatan atau pengempaan pada pembuatan biobriket bertujuan agar menghasilkan bara yang
tahan lama pada saat dibakar dan suhu panas serta tidak menghasilkan asap (Wahyuni dan
Martini, 2016). Masyarakat di Desa Teruwai Kecamatan Pujut belum memanfaatkan adanya
limbah biomassa yang ada di sekitar untuk dimanfaatkan menjadi briket yang memiliki nilai
kalor yang cukup tinggi.
Dalam proses pembuatan biobriket, diperlukan suatu alat pengepres atau alat kempa
untuk mencetak briket sehingga dapat mempercepat dan mempermudah dalam proses
pembuatannya.
Gambar 1. Alat Pengepress Biobriket pada Kegiatan Pengabdian di Desa Teruwai
Alat pengepres ini terdiri dari empat tabung atau silinder cetak, dimana bahan atau
adonan biobriket dimasukkan ke dalamnya hingga terisi penuh . Tujuan dari pengempaan agar
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |355
dihasilkan biobriket yang padat dan kompak sehingga tidak mudah hancur dan mudah dibakar.
Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah :
1. Memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai pemanfaatan limbah dari kotoran
ternak unggas yang belum termanfaatkan sehingga memiliki nilai guna
2. Meningkatkan pemahaman peserta terhadap pengolahan limbah kotoran unggas
menjadi energi alternatif yang ramah lingkungan dalam bentuk biobriket
3. Mengenalkan suatu teknologi berupa alat pengepres biobriket yang mampu
mempercepat proses pencetakan
METODE KEGIATAN
Waktu, Tempat, Alat, dan Bahan
Kegiatan ini telah dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2019 yang berlokasi di Balai Desa
Teruwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah dengan menjadikan para peternak
unggas di desa tersebut sebagai sasarannya. Alat yang digunakan meliputi alat pengepres
biobriket, kompor gas, tabung gas, pengaduk, baskom, wajan, sarung tangan, masker, saringan,
dan nampan. Sedangkan bahan yang digunakan meliputi kotoran unggas dan tepung kanji.
Prosedur Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu
melakukan survey, penyuluhan, pendampingan pelatihan, dan evaluasi.
Sebelum melaksanakan kegiatan dilakukan persiapan terlebih dahulu agar kegiatan
dapat berjalan dengan lancar. Persiapan yang dilakukan mulai dari melakukan survey untuk
dapat melakukan koordinasi dengan kepala desa dalam hal menentukan dan menyepakati
jadwal penyuluhan di lokasi tersebut sesuai dengan kondisi peserta. Persiapan selanjutnya yaitu
menyiapkan materi untuk penyuluhan dan pelatihan, menyiapkan daftar hadir peserta
penyuluhan, menyiapkan susunan acara, dan menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
untuk pelatihan pembuatan biobriket.
Materi yang disampaikan meliputi pemanfaatan dan pengolahan limbah menjadi
biobriket, pengoperasian alat pengepres biobriket, penggunaan produk biobriket, serta
perawatan alat pengepres biobriket. Dalam penyampaian materi pemanfaatan limbah kotoran
unggas, warga desa tersebut memang belum memahami manfaat yang diperoleh dari
pengolahan limbah unggas tersebut, yang mereka biasa lakukan adalah hanya membuang atau
membakar limbah unggas tersebut tanpa adanya pengolahan tertentu yang dapat meningkatkan
nilai ekonomi. Dengan pemaparan materi ini majadikan warga Desa Teruwai mendapatkan
ilmu yang luas untuk dapat memanfaatkan limbah unggas tersebut manjadi produk baru yang
memiliki manfaat. Peserta juga mendapatkan pemahaman bagaimana sistem kerja dan cara
mengoperasikan alat pengpres biobriket yang dapat digunakan untuk mempercepat proses
pemadatan biobriket. Tidak hanya itu, peserta juga dibekali dengan informasi cara perawatan
dari alat pengepres biobriket agar mampu meminimalisir kerusakan dan alat memiliki umur
pemakaian yang lama. Peserta sangat antusias untuk mempraktekkan proses pembuatan
biobriket mulai dari penyangraian, hingga pencetakan biobriket.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |356
Gambar 2. Proses Penyangraian Kotoran Unggas
Penyangraian dilakukan dengan tujuan agar diperoleh kotoran unggas dalam bentuk
arang sehingga nantinya akan memudahkan proses pembakaran. Sambil melakukan poses
penyangraian, juga dilakukan proses pembuatan lem dari tepung kanji yang nantinya akan
digunakan sebagai bahan perekat dari biobriket. Hasil sangrai kemudian digiling dengan cara
manual menggunakan balok kayu dan diayak dengan menggunakan saringan untuk
mendapatkan hasil yang seragam
Gambar 3. Proses Pembuatan Lem Sebagai Bahan Perekat
Setelah itu kemudian dilakukan pencampuran lem dengan arang halus oleh peserta
hingga diperoleh adonan yang kalis atau hingga adonan bisa dibentuk. Peserta yang sebagian
besar adalah bapak-bapak ini juga dilatih mengoperasikan alat pengepres biobriket. Peserta
dengan semangat mempraktekan proses pengepresan biobriket, peserta yang hadir secara
bergantian mencoba melakukan pencetakan biobriket dengan memasukan adonan yang sudah
dibuat ke dalam silinder cetak hingga penuh. Kemudian setelah silinder cetak terisi penuh
dilakukan penekanan dengan menurunkan tuas pada alat pres dan mengencangkannya dengan
tekanan yang mencukupi sehingga nantinya didapatkan briket yang padat dan tidak mudah
hancur. Setelah itu cetakan dikeluarkan dari tabung silinder dengan menggerakan tuas dengan
gerakan naik turun atau seperti gerakan memompa hingga briket perlahan keluar dari silinder
cetak. Setelah sampai ke permukaan briket diambil secara perlahan agar briket tidak hancur
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |357
dan diletakkan pada nampan. Karena briket yang telah dicetak masih mengandung kadar air
yang cukup tinggi, maka selanjutnya dilakukan proses pengeringan di bawah sinar matahari
hingga diperoleh briket yang kering untuk dapat digunakan sebagai bahan bakar. Dengan
menggunakan alat pengepres briket, dirasakan oleh peserta hasilnya sangat rapih, seragam, dan
membutuhkan waktu yang singkat dibandingkan dengan jika memadatkan adonan briket
dengan cara manual menggunakan tangan.
Gambar 4. Proses Pencetakan Briket dengan Alat Pres
Tahap akhir dari kegiatan ini adalah diskusi dan evalusi yang diikuti oleh seluruh
anggota tim pengabdian. Pada kegiatan diskusi, peserta sangat antusias untuk menanyakan
beberapa hal terkait dengan proses pembuatan biobriket. Berdasarkan pemantauan selama
kegiatan pengabdian berlangsung, terlihat bahwa peserta pelatihan mampu memahami dan
menguasi cara pengolahan limbah kotoran unggas menjadi biobriket yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar alternatif dan sekaligus membantu mengatasi ketersedian limbah yang
jumlahnya cukup banyak. Selain pemanfaatan limbah, peserta juga mampu mengoperasikan
alat pengepres biobriket dengan baik. Para peserta pelatihan merasa sangat terbantu dengan
adanya alat pengepres biobriket ini, karena dirasa sangat efektif dan efisien. Peserta juga
termotivasi untuk dapat mengembangkan alat pengepres biobriket tersebut.
(a) (b)
Gambar 5. (a) Hasil Cetakan Biobriket; (b) Foto Bersama Peserta Pelatihan Pembuatan
Biobriket dan Mahasiswa KKN Tematik Universitas Mataram
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |358
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh tim, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pemanfaatan limbah kotoran unggas menjadi biobriket yang diadakan di balai Desa
Teruwai kabupaten Lombok Tengah berjalan dengan baik, dimana peserta sangat
antusias dalam mengikuti seluruh rangkainan kegiatan
2. Peserta yang hadir merasa sangat terbantu dalam hal penanggulangan limbah dengan
adanya informasi dan pelatihan mengenai pemanfaatan limbah kotoran unggas menjadi
biobriket
3. Penggunaan alat pengepres biobriket dirasakan peserta mampu mempercepat proses
pencetakan biobriket sehingga lebih efektif dan efisien
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk perbaikan kegiatan pengabdian ini yaitu
diharapkan adanya pengembangan dari adanya pengolahan limbah kotoran unggas menjadi
produk lainnya yang memiliki nilai ekonomi dengan menggunakan metode pengolahan
lainnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Tim Pengabdian Kepada Masyarakat mengucapkan terimakasih kepada Universitas
Mataram yang telah memberikan bantuan melalui Dana PNBP sehingga kegiatan pengabdian
dapat berjalan dengan lancar. Ucapan kami sampaikan juga kepada pihak yang terlibat dari
kepala desa dan wakil kepala Desa Teruwai hingga peserta yang hadir dalam kegiatan
pengabdian sehingga kegiatan dapat terselenggara dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, V., dan Didin, S. 2013. Penggunaan Biobriket Sebagai Bahan Bakar Alternatif Dalam
Pengeringan Karet Alam. Jurnal Warta Perkaretan. Vol. 32 No.2: 65-73.
Chasri Nurhayati. 2018. Pengaruh Temperatur Karbonisasi, Komposisi Campuran Arang Kayu
Karet dan Lumpur Batubara Terhadap Kualitas Biobriket. Prosiding Seminar Nasional I
Hasil Litbangyasa Industri. ISSN 2654-8550.
Dewi, Wahyuni. B., dan Marini, S.H. 2016. Pemanfaatan Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar
Alternatif dan Pupuk Organik yang Ramah Lingkungan Di Desa Lakeya Kecamatan
Tolangohula Kabupatemn Gorontalo. Program Studi Biologi. Fakultas MIPA.
Universitas Gorontalo.
Petrus P. 2014. Pengaruh Jumlah Tepung Kanji Pada Pembuatan Briket Arang Tempurung
Pala. Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2:95-105.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |359
Pemanfaatan Limbah Kotoran Unggas Sebagai Pupuk Kompos Di Desa
Teruwai Kabupaten Lombok Tengah
Diah Ajeng Setiawati, Joko Sumarsono, Sirajuddin H. Abdullah, Asih Priyati, Fakhrul
Irfan Khalil
Program Studi Teknik Pertanian, Universitas Mataram,
Kata Kunci:
KKN Tematik;
kompos; ternak
unggas; pelatihan
komunitas
Abstrak:
Desa Teruwai, salah satu lokasi KKN Tematik UNRAM di Kecamatan
Pujut Kabupaten Lombok Tengah merupakan desa yang dikenal sebagai
Desa Unggas. Selama ini, para peternak unggas di Desa Teruwai masih
mengalami kesulitan dalam mengolah limbah kotoran unggas secara
ekonomis. Selain mahal, proses pembakaran kotoran ternak unggas yang
selama ini dilakukan warga menimbulkan masalah kesehatan. Oleh karena
itu, diperlukan alternatif solusi dalam mengelola limbah kotoran ternak
yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Pada kegiatan pengabdian
pada masyarakat yang dilaksanakan di Desa Teruwai bersama mahasiswa
KKN Tematik UNRAM, para peternak unggas diberikan pelatihan
bagaimana memanfaatkan limbah kotoran unggas sebagai pupuk kompos.
Proses pengomposan dilakukan menggunakan teknologi komposter
anaerob sederhana. Dalam kegiatan pengabdian ini, warga tidak hanya
diperkenalkan, tetapi juga dilatih dalam melakukan proses pengomposan
menggunakan teknologi yang diperkenalkan. Selain itu, warga dibekali
tatacara perawatan komposter dan manajemen pengolahan limbah yang
terintegrasi dan berkesinambungan. Warga memperlihatkan antusiame
yang tinggi dalam mengikuti kegiatan pelatihan dan termotivasi untuk
melakukan pengelolaan limbah kotoran unggasnya dengan metode yang
disosialisasikan.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Desa Teruwai merupakan salah satu desa di Kec. Pujut, Lombok Tengah. Desa Teruwai
merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah,
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa ini terletak 100 meter di atas permukaan laut dengan luas
wilayah sebesar 2932 Ha pada koordinat 116.371064 Bujur Timur dan -8.843076 Lintang
Selatan. Desa ini merupakan salah satu lokasi penempatan mahasiswa yang melaksanakan
kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik UNRAM yang dimulai sejak awal Februari 2019.
Berdasarkan data desa tahun 2014 yang didapatkan oleh mahasiswa KKN yang
ditempatkan di desa tersebut, penduduk Desa Teruwai berjumlah kurang lebih 3.043 jiwa
berjenis kelamin laki-laki dan 2.989 jiwa berjenis kelamin perempuan. Selain itu, diketahui
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |360
bahwa jumlah penduduk usia produktifnya mendominasi dengan jumlah 3293 jiwa (18-55
tahun). Sedangkan jumlah penduduk berumur 0 – 17 tahun kurang lebih berjumlah 2.293 jiwa
dan penduduk berumur di atas 55 tahun berjumlah kurang lebih 732 jiwa. Sebagian besar mata
pencaharian masyarakat di desa ini adalah beternak dan bertani.
Di bidang peternakan, terdapat 19 komunitas peternak unggas yang tersebar di setiap
dusun. Dikarenakan jumlah unggas di desa ini mencapai ± 80.000 ekor, desa ini mendapat
julukan Kampung Unggas. Gambar 1 memperlihatkan salah satu peternakan unggas di Desa
Teruwai. Dengan jumlah unggas sebanyak ini, muncul permasalahan berupa banyaknya
kotoran unggas dihasilkan setiap harinya. Limbah peternakan dan pertanian, pada umumnya,
bila tidak dimanfaatkan akan menimbulkan dampak bagi lingkungan berupa pencemaran udara,
air dan tanah, menjadi sumber penyakit, dapat memacu peningkatan gas metan dan juga
gangguan pada estetika dan kenyamanan (Nenobesia, dkk., 2017).
Saat ini peternak di Desa Teruwai hanya mengelola limbah kotoran unggas dengan
melakukan proses pembakaran. Untuk membakar kotoran unggas diperlukan biaya sebesar Rp
250.000/kandang. Proses ini dirasakan cukup berat karena menghabiskan biaya yang cukup
besar. Oleh karena itu, komunitas peternak Desa Teruwai mengharapkan adanya sosialiasasi
teknologi alternatif yang lebih ekonomis untuk mengolah limbah kotoran unggas yang
dihasilkan.
Selain kurang ekonomis, proses pembakaran berdampak negatif bagi lingkungan karena
menimbulkan pencemaran udara. Proses pembakaran selama ini dilakukan di ruang terbuka,
sehingga asap yang dihasilkan menyebabkan gangguan pernafasan bagi warga, khususnya yang
tinggal di sekitar lokasi pembakaran. Oleh karena itu, kegiatan pelatihan yang dilaksanakan
oleh tim pengabdian bertujuan memperkenalkan teknologi alternatif untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi oleh komunitas peternak unggas di Desa Teruwai yang terjangkau
dari sisi ekonomi dan ramah lingkungan dalam proses penerapannya, berupa pengomposan
menggunakan bioreaktor anaerob sederhana.
METODE KEGIATAN
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dengan cara memberikan pelatihan pada
komunitas peternak unggas di Desa Teruwai. Tim pengabdian memberikan penjelasan terlebih
dahulu tentang tata cara pengolahan kotoran unggas selama 45 menit yang dilanjutkan dengan
sesi tanya jawab selama 30 menit. Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan pendampingan
pada perwakilan komunitas peternak unggas untuk mencoba mempraktikkan tata cara
pengomposan yang telah diajarkan sebelumnya. Untuk mengevaluasi ketersampaian materi, tim
pengabdian memberikan pertanyaan kepada peserta pelatihan. Selain itu, tim pengabdian juga
melakukan kegiatan pendampingan setelah kegiatan pelatihan, untuk memastikan peternak
unggas dapat melakukan pengomposan dengan baik dan kompos yang digunakan dapat
dimanfaatkan untuk mengolah lahan pertanian warga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di Desa Teruwai yang berjarak kurang lebih 45,3
km yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam dari Mataram (Gambar 1). Untuk
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |361
menempuh lokasi, tim pengabdian berangkat dari Mataram menggunakan dua buah mobil. Satu
mobil digunakan untuk mengangkut alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan
pengabdian, sedangkan satu mobil lainnya digunakan untuk membawa angota tim ke lokasi
pengabdian yang dipusatkan di Aula Pertemuan Kantor Desa Teruwai.
Sesampainya di tempat kegiatan, meskipun telah menunggu cukup lama dikarenakan
perjalanan tim sempat mengalami beberapa hambatan, peserta masih sangat antusias untuk
mengikuti kegiatan pelatihan pengolahan limbah unggas yang merupakan kolaborasi antara
Dosen Program Studi Teknik Pertanian dan 10 orang mahasiswa KKN Tematik Unram (Tabel
1). Mahasiswa KKN dalam kegiatan ini sangat berperan aktif mulai dari mengajukan ide untuk
mengadakan kegiatan pelatihan ke pejabat desa, mempersiapkan alat dan bahan yang
diperlukan, hingga melakukan survey dan mengundang perwakilan kelompok peternak unggas
untuk menghadiri kegiatan pengbdian ini. Tidak beberapa lama setelah tim pengabdian sampai
di lokasi, acara segera dibuka oleh pembawa acara yang dibawakan oleh salah seorang panitia
dari mahasiswa KKN.
Peserta yang menghadiri kegiatan ini berjumlah sekitar 25 orang yang merupakan
perwakilan dari kelompok peternak unggas di setiap dusun yang ada di Desa Teruwai,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah (Gambar 2). Dengan mengundang perwakilan
dari tiap dusun, diharapkan peserta pelatihan dapat mensosialisasikan materi yang didapatkan
kepada peternak unggas lain di dusun masing-masing. Peserta didominasi oleh laki-laki,
dikarenakan peternak unggas di Desa Unggas sebagian besar adalah lelaki usia dewasa.
Gambar 2. Peserta pelatihan dan tim pengabdian program studi Teknik Pertanian
Setelah acara dibuka secara singkat oleh pembawa acara, acara dilanjutkan dengan
pemberian sambutan oleh perwakilan perangkat desa (Gambar 3). Dalam sambutannya, beliau
menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan seperti ini sudah lama diharapkan dapat diadakan di
Desa Teruwai, mengingat permasalahan kotoran ternak unggas menjadi salah satu pekerjaan
rumah yang belum ditemukan solusinya hingga saat ini. Warga yang memiliki ternak unggas
masih melakukan penanganan kotoran ternak dengan cara yang dirasakan kurang ramah, baik
dari segi lingkungan maupun dari segi biaya. Dengan adanya kegiatan pelatihan yang diberikan
bagi para peternak unggas oleh tim pengabdian dari Teknik Pertanian, diharapkan warga
mendapatkan solusi yang tepat guna untuk mengatasi permasalahan yang muncul akibat
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |362
berlimpahnya kotoran ternak di desa ini. Kehadiran mahasiswa KKN Tematik Unram di Desa
Teruwai dirasakan beliau sangat bermanfaat dalam pengembangan desa, salah satunya karena
mampu menjembatani warga dan tim pengabdian dari Teknik Pertanian Unram untuk
mengadakan kegiatan pelatihan ini.
Gambar 3. Sambutan dari perwakilan perangkat Desa Teruwai
Setelah sambutan dari perwakilan desa, acara kemudian dilanjutkan dengan pemberian
materi oleh tim pengabdian. Pemateri pertama menyampaikan tentang teknologi pengomposan
untuk mengolah kotoran ternak unggas berupa biokomposter sederhana (Gambar 4).
Biokomposter ini dirancang menggunakan wadah (container) berbahan plastik, dimana bagian
atasnya dapat dibuka untuk memasukkan kotoran ternak yang telah dicampur dengan bahan
organik tambahan (seperti daun-daun kering) serta cairan starter mikroorganisme (EM4) dan
mencegah masuknya oksigen tambahan ke dalam biokomposter. Pada bagian penutup
komposter terdapat pipa yang dihubungkan dengan selang transparan ke plastik penampung
biogas dan pada bagian bawah komposter terdapat pipa pengurasan yang selanjutnya
dipasangkan keran air.
Gambar 4. Desain komposter/biodigester limbah kotoran ungags
Pada bagian dalam komposter perlu ditambahkan pipa PVC yang telah dilubangi pada
beberapa bagian. Fungsi lubang-lubang berukuran kurang lebih 5 mm tersebut adalah sebagai
jalan masuk gas metan yang terbentuk dari proses penguraian kotoran unggas dan bahan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |363
organik lain oleh mikroorganisme dalam kondisi anerob. Selain itu, pada bagian dalam
komposter terdapat saringan yang diletakkan sekitar 10 cm dari dasar kontainer. Saringan ini
berfungsi untuk memisahkan antara cairan dengan padatan, sehingga memudahkan untuk
pengeluaran pupuk cair melalui keran air yang dipasang pada bagian bawah komposter
(Kurniawan dan Saputra, 2013). Desain komposter ini sangat sederhana, sehingga para peternak
dapat mencoba untuk merakit sendiri dengan bahan-bahan yang mudah didapat dan harga yang
terjangkau.
Gambar 5. Bagian dalam komposter sederhana untuk pengolahan kotoran ternak unggas
Tim pengabdian menjelaskan kepada peserta pelatihan bahwa proses yang terjadi dalam
komposter adalah penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme dalam kondisi anaerob
(kurang oksigen), sehingga para peternak tidak perlu melakukan penambahan udara ke dalam
komposter ataupun melakukan pengadukan. Peternak cukup menunggu dalam waktu sekitar 1-
2 bulan agar kotoran unggas diuraikan sempurna menjadi senyawa organik yang lebih
sederhana berupa kompos dan biogas (metana, H2O, SO2, dll) (referensi, tahun). Kompos
dihasilkan dari slurry (lumpur) proses anaerob perlu dikeringkan terlebih dahulu sebelum dapat
langsung digunakan. Sedangkan cairan yang dihasilkan pada bagian bawah komposter dapat
langsung dimanfaatkan sebagai pupuk cair dengan melakukan pengenceran (menambahkan air)
terlebih dahulu. Adapun biogas yang terbentuk dapat ditampung dalam plastik penampungan
biogas untuk kemudian dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif, misalnya untuk
memasak di kompor gas (Sulistiyanto, dkk., 2016).
Setelah materi pengenalan teknologi disampaikan oleh salah seorang anggota tim
pengabdian, peserta pelatihan mendapat penjelasan mengenai prosedur pengolahan kotoran
ternak unggas menggunakan komposter oleh anggota tim pengabdian yang lain. Langkah
pertama adalah mencampurkan kotoran ternak unggas dengan daun-daun kering atau bahan
organik lain dari sampah dapur. Tujuan dari penambahan bahan organik ini adalah untuk
menambahkan nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme agar dapat bekerja lebih optimal,
karena daun kering merupakan sumber karbon (C) sementara kotoran ternak sebagian besar
mengandung nitrogen (N) (Widiyaningrum dan Lisdiana, 2015). Keseimabangan rasio C dan
N ini akan sangat mempengaruhi kecepatan proses pengomposan. Selain itu, peternak perlu
melarutkan sejumlah gula dalam 1 liter air yang telah ditambahkan larutan EM4 seukuran 1
tutup botol (Gambar 6). Tujuan penambahan gula adalah untuk mengaktifkan bakteri yang telah
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |364
ada pada larutan EM4, sehingga dapat bekerja lebih cepat. Penambahan EM4 sendiri diketahui
terbukti mempercepat proses kematangan pupuk organik pada hari ke-28 (Kusuma, dkk., 2017).
Larutan gula dan EM4 ini selanjutnya dituangkan ke atas kotoran ternak yang telah
dicampurkan dengan bahan organik tambahan pada biokomposter yang telah disiapkan.
Kemudian peternak perlu melakukan pengadukan, yang bertujuan untuk meratakan kotoran
unggas dan bahan organik dengan larutan gula dan EM4. Terakhir, penutup komposter harus
dipasang rapat agar tidak ada oksigen masuk ke dalam reaktor dan komposter dibiarkan selama
1-2 bulan hingga menghasilkan produk yang diharapkan. Peternak disarankan untuk tidak
terlalu sering membuka tutup komposter dan perlu memastikan setiap bahan organik yang
dimasukkan pada komposter tidak mengandung bahan organik keras seperti tulang atau bahan
dengan kandungan protein tinggi seperti daging, karena dapat menghambat proses penguraian.
Sementara itu, penambahan bahan organik, misalnya dari sampah dapur, masih diperbolehkan
sepanjang isinya tidak meluap dari komposter.
Gambar 6. Tim pengabdian memperlihatkan langkah pembuatan biang mikroorganisme
dari larutan gula dan EM4
Setelah memahami tahapan proses yang dijelaskan oleh tim pengabdian, para peternak
peserta pelatihan diarahkan untuk melakukan praktek menggunakan bahan-bahan yang telah
disiapkan dengan didampingi juga oleh mahasiswa dari tim KKN Tematik Unram. Para peserta
tampak antusias untuk mencoba dan tidak merasa risih saat harus mengaduk-aduk kotoran
unggas di dalam komposter. Peserta juga telah mampu membuat sendiri biang mikroorganisme
dari larutan gula dan EM4 dengan mudah. Dengan proses yang mudah dan hasil yang
menjanjikan, para peternak merasa yakin teknologi komposter sederhana yang diperkenalkan
oleh tim pengabdian Teknik Pertanian Unram ini dapat menjadi solusi dalam mengolah limbah
kotoran unggas di Desa Teruwai.
Setelah sesi penyampaian materi dan praktek dilaksanakan, peserta pelatihan diberi
kesempatan untuk menanyakan materi-materi yang dianggap belum jelas kepada tim
pengabdian. Pertanyaan yang diajukan memperlihatkan ketertarikan yang tinggi dari peternak
untuk memahami lebih lanjut bagaimana prinsip kerja dari teknologi yang diperkenalkan.
Selain itu, peserta juga tertarik untuk mengetahui langkah-langkah membuat biokomposter
sederhana seperti yang diperkenalkan dalam kegiatan pelatihan ini. Peserta pelatihan juga
berharap, tim pengabdian dapat melakukan pendampingan pada warga untuk mengevaluasi
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |365
keberhasilan pemanfaatan teknologi ini, salah satunya untuk mengetahui efektivitas penerapan
pupuk kompos yang dihasilkan dari komposter pada lahan budidaya tanaman warga desa.
Menanggapi pertanyaan dari peserta, tim pengabdian menjawab bahwa penggunaan kompos
sebagai bahan pembenah tanah (soil conditioner) dapat meningkatkan kandungan bahan
organik tanah sehingga mempertahankan dan menambah kesuburan tanah pertanian (Setyorini,
dkk., tt), sehingga penggunaan pupuk dari komposter akan berdampak positif bagi perbaikan
lahan pertanian. Tim pengabdian juga menegaskan bahwa kegiatan ini telah direncanakan
berlanjut dengan pendampingan (Gambar 7). Selain itu, jika warga berkeinginan mengadakan
kegiatan pelatihan tambahan maka tim akan mengupayakan kegiatan tersebut secara berkala.
Materi pelatihan yang diberikan juga dapat menyesuaikan kebutuhan warga desa, sepanjang
masih dalam kapabilitas tim pengabdian.
Gambar 7. Tim pengabdian menjawab pertanyaan peserta dalam sesi tanya jawab
KESIMPULAN
Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh tim dari Program Studi Teknik Pertanian telah
berhasil memperkenalkan teknologi komposter anaerob kepada warga Desa Teruwai
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Teknologi ini dirasakan warga dapat menjadi
alternatif solusi sederhana yang ramah lingkungan untuk mengatasi masalah yang timbul
selama ini akibat melimpahnya kotoran ternak unggas. Desain komposter yang sederhana dan
langkah pengolahan yang mudah menjadikan warga antusias untuk mencoba teknologi yang
diperkenalkan oleh tim pengabdian. Para peternak juga berharap, kegiatan pengabdian dapat
berlanjut sehingga hasil pengolahan berupa kompos dapat dievaluasi efektivitasnya pada lahan
budidaya warga.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kegiatan pengabdian ini dapat terlaksana dengan dana PNBP Universitas Mataram. Oleh
karena itu, tim pengabdian menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
memungkinkan dana tersebut dapat dipergunakan untuk kesuksesan pelaksanaan kegiatan ini.
Selain itu, ucapan terimakasih juga disampaikan untuk Bapak H. M. Artha selaku Kepala Desa
Teruwai dan Bapak Syahbudin selaku Sekretaris Desa Teruwai yang telah memberikan
kesempatan kepada tim pengabdian untuk melaksanakan kegiatan di Desa Teruwai, Kecamatan
Pujut, Lombok Tengah. Terimakasih juga kami sampaikan untuk adik-adik mahasiswa KKN
Tematik Unram 2019 atas kerjasama yang baik, sehingga kegiatan pengabdian ini dapat
terlaksana.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |366
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, A.P.M, Biyantoro, D., dan Margono. 2017. Pengaruh Penambahan EM-4 dan
Molasses terhadap Proses Composting Campuran Daun Angsana (Pterocarpus indicun)
dan Akasia (Acasia auriculiformis). Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 11, No. 1, hal.19-23.
Kurniawan, B., dan Saputra, Y. Rancang Bangun dan Uji Kinerja Reaktor Kompos Skala
Rumah Tangga. 2013. Jurnal Pertanian Terpadu Vol. 1 No. 2, November 2013.
Setyorini, D., Saraswati, R., dan Anwar, E.K. tt. Diakses dari
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/02kompos.pdf pada 19-
09-19.
Sulistiyanto, Y., Sustiyah, Zubaidah, S., dan Satata, B. 2016. Pemanfaatan Kotoran Sapi
Sebagai Sumber Biogas Rumah Tangga Di Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan
Tengah. Jurnal Udayana Mengabdi, Vol. 15 No. 2, Mei 2016.
Widiyaningrum, P., dan Lisdiana. 2015. Efektivitas Proses Pengomposan Sampah Daun
Dengan Tiga Sumber Aktivator Berbeda. Jurnal Rekayasa, Vol. 13 No. 2, Desember
2015.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |367
Pelatihan dan Sosialisasi Teknologi Pengolahan Jamur Tiram di Desa
Selagalas Kecamatan Sandubaya Kota Mataram
Ahmad Alamsyah, Eko Basuki, Agustono Prarudiyanto, Siska Cicilia
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Mataram
Kata Kunci:
crispy, jamur tiram,
nugget, sate
Abstrak:
Jamur adalah salah satu bahan makanan yang banyak disukai oleh
masyarakat. Salah satu jenis jamur yang bisa dimakan adalah jamur tiram
putih. Jamur ini mempunyai rasa yang lezat menyerupai daging ayam
sehingga banyak disukai oleh masyarakat. Sebagian besar petani jamur
belum bisa mengolah jamur tiram dengan optimal. Umur simpan jamur
tiram segar hanya 1-2 hari. Oleh karena itu diperlukan pengolahan yang
tepat agar bisa memperpanjang umur simpan. Jamur tiram dapat diolah
menjadi beberapa produk seperti sate, jamur crispy, dan nugget. Kegiatan
ini melibatkan petani jamur dan ibu-ibu rumah tangga yang terdapat di
Selagalas. Kegiatan ini meliputi penyuluhan jenis olahan jamur dan praktik
pembutan olahan jamur. Kegiatan berlansung dengan baik dimana peserta
serius mengikuti pelatihan dan bisa mempraktikkan pembuatan sate, jamur
crispy, dan nugget. Pelatihan pengolahan jamur diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan dalam mengolah jamur dan meningkatkan
ekonomi petani dan masyarakat.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Jamur adalah salah satu bahan makanan yang banyak disukai oleh masyarakat. Jenis-
jenis jamur yang dapat dimakan adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), jamur shitake
(Lentinus edodes), jamur kuping (Auricularia sp), jamur merang (Volvariella volvacea), jamur
kancing/champignon (Agaricus bisporus), dan jamur lingzhi (Genoderma lucidum). Jamur
tiram (Gambar 1) mempunyai rasa yang lezat menyerupai daging ayam, dapat dengan mudah
diterima di lidah siapapun yang mengkonsumsinya. Di Indonesia jamur tiram putih merupakan
salah satu jenis jamur yang banyak dibudidayakan. Bentuk yang membulat, lonjong, dan agak
melengkung serupa cakra tiram maka jamur kayu ini disebut jamur tiram. Jamur tiram atau
yang dikenal juga dengan jamur mutiara memiliki bagian tubuh yang terdiri dari akar semu,
tangkai, insang, dan tudung (Achmad dkk, 2011).
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |368
Gambar 1. Jamur Tiram Putih
Sebagai bahan pangan, jamur tiram putih mempunyai tekstur dan cita rasa yang
spesifik. Selain itu terkandung pula asam amino yang cukup lengkap di dalamnya. Protein yang
terkandung dalam jamur tergolong tinggi dibandingkan dengan kandungan protein pada bahan
makanan lainnya yaitu berkisar antara 15- 20% dari berat keringnya. Terdapat asam amino
esensial yang terkandung pada protein dalam jamur tiram. Asam amino esensial adalah asam
yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah cukup, tetapi tubuh tidak dapat menghasilkan asam
amino. Pada jamur terdapat 9 asam amino esensial dan bahkan beberapa diantaranya memiliki
kadar nilai lebih tinggi dibandingkan yang terkandung dalam protein telur ayam. Lemak yang
terkandung dalam jamur berada pada kisaran 1,08-9,4% (berat kering) dan terdiri dari asam
lemak bebas monoditrigliserida. Mengkonsumsi jamur tiram dapat membantu menurunkan
kadar kolesterol, antioksidan, mempercepat penyembuhan luka, perbaikan sel darah merah,
perawatan kulit, dan lain-lainnya (Gemalasari, 2002). Salah satu daerah yang membudidayakan
jamur tiram di Lombok adalah Desa Selagalas Kecamatan Sandubaya Mataram
Di Desa Selagalas terdapat 2 petani jamur tiram dan setiap petani memiliki satu
kumbung jamur (Gambar 2). Jamur tiram yang dihasilkan dipasarkan dalam bentuk segar di
pasar-pasar terdekat (Gambar 3). Hal ini menyebabkan umur simpan jamur tiram sangat singkat
yaitu sekitar dua hari. Untuk meningkatkan umur simpan jamur tiram maka perlu dilakukan
pengolahan menjadi berbagai produk. Diversifikasi produk olahan jamur tiram memiliki
prospek pasar yang cukup bagus karena jamur mudah diolah menjadi makanan yang mampu
meningkatkan nilai jualnya serta dapat memperluas pemasaran untuk menjaring lebih banyak
konsumen. Diversifikasi pengolahan jamur tiram dan pengembangan teknologi olahan jamur
tiram sangat diperlukan bagi petani dan pengusaha jamur timur dalam meningkatkan nilai
tambah jamur segar. Beberapa contoh divesifikasi olahan jamur tiram adalah sate jamur tiram,
jamur crispy, dan nugget jamur.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |369
Gambar 2. Petani Jamur Tiram
Gambar 3. Jamur Tiram dalam Bentuk Segar
Beberapa kegiatan pengabdian tentang pengolahan jamur tiram sudah pernah
dilakukan. Menurut Susi, dkk ( 2017), jamur tiram dapat diolah menjadi nugget, rendang, abon
dan krispy jamur tiram. Selain diberikan pelatihan pembuatan produk olahan jamur tiram,
diberikan pengetahuan tentang peluang pasar produk tersebut. Kegiatan pengabdian yang
dilakukan oleh Retnaningsih, dkk (2011) melakukan pelatihan pembuatan cah/ tumis jamur
tiram, bakso jamur tiram, kaloke jamur tiram, maupun kripik/ krispi jamur tiram.
METODE KEGIATAN
Kegiatan pengabdian ini akan dilakukan di Selagalas dengan melibatkan petani jamur
tiram dan dan ibu-ibu rumah tangga yang terdapat di desa tersebut. Kegiatan ini dilakukan
melalui pelatihan kepada masyarakat dengan metode ceramah, diskusi, dan praktik. Survey
potensi dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan perkembangan potensi bahan baku dan
sumber daya manusia di Selagalas untuk pelaksanaan kegiatan ini. Pengumpulan data
dilakukan untuk mengetahui kelompok sasaran di tempat tersebut yang dilibatkan dalam
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |370
kegiatan ini. Dalam kegiatan ini akan melibatkan melibatkan petani jamur tiram dan dan ibu-
ibu rumah tangga. Penyuluhan dilakukan untuk menyampaikan berbagai informasi umum
mengenai jamur tiram seperti kandungan gizi, umur simpan, kondisi petani jamur di Selagalas,
teknologi pengolahan jamur, dan sanitasi pengolahan. Harga jual jamur tiram yaitu Rp 20.000
– Rp. 30.000/kg dan djual dalam keadaan segar.
Pada kegiatan ini akan dilakukan dua tahap evaluasi. Evaluasi tahap pertama dilakukan
dengan menyebarkan kuisoner kepada peserta pelatihan. Kuisioner berisi pertanyaan tentang
materi pelatihan. Penyebaran kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan peserta dalam
menerima materi yang diberikan. Evaluasi tahap kedua dilakukan setelah penyampaian materi
dan praktik. Evaluasi dilakukan dengan melihat kemampuan peserta dalam memahami materi
dan kemampuan peserta dalam mempraktikkan pembuatan sate, crispy, dan nugget jamur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan program pengabdian masyarakat dengan tema “Teknologi Pengolahan Jamur
Tiram” di Desa Selagalas merupakan salah satu upaya peningkatan pengetahuan dan
keterampilan petani jamur dan ibu-ibu rumah tangga di desa tersebut dalam mengolah jamur
tiram. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam mengolah jamur tiram menjadi berbagai produk turunan seperti sate, nugget, dan crispy
jamur. Kegiatan pelatihan telah dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2019 di Desa Selagalas
dihadiri oleh 20 orang yang merupakan petani jamur dan ibu-ibu rumah tangga. Kegiatan
diawali dengan acara pembukaan, penyampaian materi/penyuluhan, praktik pembuatan sate,
nugget, dan crispy jamur, serta diskusi.
Materi penyuluhan berupa informasi umum mengenai jamur tiram seperti kandungan
gizi, umur simpan, pengolahan jamur tiram yang biasa dilakukan masyarakat, jenis produk
turunan, dan teknologi yang tepat dalam pembuatan produk turunan tersebut (Gambar 5).
Pada saat pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat para peserta sangat respons dan
bersemangat sekali, karena keingintahuan mereka akan manfaat dan kandungan gizi jamur
tiram serta pengetahuan macam-macam masakan yang dapat dibuat dari bahan jamur
tiram. Peserta juga ikut aktif memasak dalam demonstrasi membuat aneka masakan jamur
tiram.
Praktik pembuatan olahan jamur diawali dengan sortasi, pencucian, dan penyuwiran
jamur. Pada pembuatan sate, jamur yang sudah disuwir direbus sampai jamur menjadi layu
kemudian dilakukan perendaman dalam bumbu sate yang sudah disiapkan sebelumnya.
Langkah terakhir yaitu pemanggangan sate jamur. Pada praktik pembuatan nugget, jamur yang
sudah direbus kemudian dihaluskan. Bubur jamur dicampur dengan tepung terigu, telur, dan
bumbu-bumbu. Adonan ditempatkan di loyang yang sudah dilumuri minyak goreng kemudian
dilanjutkan dengan pengukusan selama 15 menit. Adonan dipotong-potong sesuai selera,
dicelupkan ke dalam kocokan telur, dan dibalur dengan tepung roti. Langkah selanjutnya
adalah penggorengan nugget sampai berwarna kuning kecoklatan.
Praktik terakhir yaitu pembuatan jamur crispy. Jamur yang sudah disuwir dicelupkan
ke dalam adonan tepung terigu, maizena, bumbu-bumbu, dan air es. Tahap terakhir adalah
penggorengan sampai jamur crispy terlihat mengambang di permukaan minyak goreng.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |371
Gambar 5. Sosialisasi Tentang Jamur Tiram
Gambar 6. Praktik Pembuatan Sate, Nugget, dan Jamur Crispy
Gambar 7. Sate, Nugget, dan Jamur Crispy Hasil Pelatihan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |372
Gambar 8. Peserta Pelatihan Antusias Mencicipi Produk Olahan Jamur Hasil Pelatihan
Tahapan terakhir kegiatan ini adalah diskusi dan evaluasi. Berdasarkan pemantauan
selama kegiatan berlansung diketahui para peserta pelatihan menguasai teknik pembuatan sate,
nugget, dan jamur crispy. Kegiatan ini secara keseluruhan berjalan dengan baik..
KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan pelaksanaan Pengabdian Pada Masyarakat “Teknologi Pengolahan Jamur
Tiram” dilaksanakan di Desa Selagalas. Kegiatan ini melibatkan petani jamur dan ibu-ibu
rumah tangga yang terdapat di desa tersebut yang berjumlah 20 orang. Kegiatan pengabdian
diawali dengan survey potensi daerah, pengumpulan data, penyuluhan produk turunan dan
teknik pengolahannya, serta praktik pembutan sate, nugget, dan jamur crispy. Kegiatan
berlansung dengan baik dimana peserta serius mengikuti pelatihan dan bisa mempraktikkan
pembuatan sate, nugget, dan jamur crispy. Pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petani jamur dan ibu-ibu rumah tangga dan masyarakat secara
umum. Pelatihan tersebut diharapkan mampu meningkatkan motivasi mereka untuk merintis
usaha produk pangan berbasis nugget jamur sehingga dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Retnaningsih, N., Rini, C. S., Sudarmi, dan Wahyu, Y.H., 2011. Pelatihan Pengolahan Aneka
Masakan dari Bahan Jamur Tiram Segar. Widyatama, 20, 1, 118-122.
Susi, N., Rizal, M., dan Mutryarny, E. 2017. Pelatihan pengolahan jamur tiram di Kelurahan
Tangkerang Tengah Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru. Dinamisia : Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 1, 1, 79-83.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |373
Optimalisasi Lahan Sempit Melalui Budidaya Tumpangsari Genotipe
Kacang Tanah Dengan Jagung
A. Farid Hemon, Sumarjan, Hanafi Abdurachman
Program Studi Agroekoteknologi Universitas Mataram
Kata Kunci:
tumpangsari,
genotipe kacang
tanah, Land
equivalen ratio
(LER)
Abstrak:
Penerapan IPTEK ini dilakukan untuk membantu mitra “Kelompok Tani
Sumber Hidup” Desa Sigerongan Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok
Barat untuk memanfaatkan lahan sempit melalui penerapkan teknologi pola
tumpangsari jagung dengan beberapa genotipe kacang tanah. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka telah dilakukan kegiatan pelatihan dan
demonstrasi plot. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah
metode pendidikan orang dewasa (POD) dengan teknik partisipatif. Peserta
pelatihan yaitu pengurus dan anggota Kelompok Tani “Sumber Hidup”.
Demonstrasi plot dilakukan di lahan petani. Pola tumpangsari yang
dipelajari oleh petani yaitu : kacang tanah ditanam diantara barisan jagung,
kacang tanah ditanam pada semua hamparan di bawah tegakan jagung,
kacang tanah ditanam secara monokultur. Genotipe kacang tanah yang diuji
adalah genotipe Singa, Lokal Bima, Biawak, Bison, dan G300-II. Hasil
kegiatan menunjukkan bahwa petani peserta program pengabdian pada
masyarakat sangat respons terhadap kegiatan peningkatan produktivitas
lahan sempit melalui pengaturan pola tumpangsari antara jagung dan
beberapa genotipe kacang tanah. Hasil demplot menunjukkan bahwa pola
tumpangsari penanaman kacang tanah genotipe G300-II diantara barisan
jagung menghasilkan daya hasil kacang tanah dan jagung yang paling tinggi
dengan nilai Land Equivalen Rasio 2,5. Daya hasil kacang tanah genotipe
G300-II yang ditanam secara tumpangsari diantara barisan jagung
menghasilkan 3,4 ton/ha. Ini menunjukkan bahwa penanaman tumpangsari
genotipe G300-II yang ditanaman diantara barisan jagung mampu
meningkatkan optimalisasi pemanfaatan lahan.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Penanaman tanaman pangan di lahan kering (kacang tanah dan jagung) sering
mendapat masalah terutama cekaman kekeringan air pada fase-fase awal pertumbuhan dan
fase pengisian biji. Kondisi ini yang menyebabkan tanaman menjadi gagal panen (Hemon
et al., 2013). Usaha tani di lahan kering, umumnya dilakukan oleh petani-petani kecil
dengan permodalan dan penerapan teknologi yang sangat rendah. Pengembangan kacang
tanah di lahan kering akan dihadapkan kepada kondisi tanah yang kurang subur, kandungan
bahan organik rendah, kesediaan N,P,K,Ca dan Mg rendah (Arsyad, 1985).
Desa mitra dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah desa Sigerongan
Kecamatan Lingsar. Kecamatan ini mempunyai luas wilayah 74,5 km2 dan merupakan salah
satu areal pertanian yang mendapat irigasi teknis, bentuk lahan datar dan berbukit namun
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |374
sebagian besar petani adalah petani penggarap dan buruh tani dengan tingkat pendapatan
petani yang rendah. Petani mitra sangat familiar dalam usaha tani kacang tanah namun
penanaman masih dilakukan secara konvensional tanpa penerapan teknologi peningkatan
produksi.
Usaha tani kacang tanah biasa dilakukan pada areal sempit (rata-rata 0,2 Ha)
sehingga akan sulit untuk berkembang jika penanaman dilakukan secara monokultur.
Contoh pada penanaman kacang tanah di lahan kering sering mengalami hambatan karena
ketersediaan air tanah yang sangat terbatas dan rendahnya penerapan teknologi usaha tani.
Hasil pengamatan awal di lokasi mitra menunjukkan bahwa rata-rata produksi kacang tanah
adalah sekitar ± 1,1 ton polong kering dan masih sangat rendah dari produksi nasional 3-4
ton polong kering. Produksi yang rendah menyebabkan pendapatan petani kacang tanah
menjadi rendah.
Salah satu alternatif pengembangan usaha tani kacang tanah di lahan sempit adalah
dengan teknologi tumpangsari. Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa
jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-
barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada
beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda (Asadi et al., 1997).
Efektifitas penanaman tumpangsari dapat diukur dengan nilai Nisbah Kesetaraan
Lahan (LER= Land Equivalent Ratio ). NKL merupakan perbandingan jumlah nisbah
tanaman yang ditanam secara tumpangsari dengan tanaman secara tunggal pada pengelolaan
yang sama (Paulus, 2005). NKL merupakan salah satu cara menghitung produktivitas lahan
yang ditanam dua atau lebih jenis tanaman yang ditumpangsarikan. Sistem tumpangsari
akan lebih menguntungkan bila NKL lebih besar dari satu (Herlina, 2011).
Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini ini telah dilakukan proses alih teknologi
penanaman tumpangsari beberapa genotipe kacang tanah dan jagung pada kelompok tani,
sehingga lahan sempit menjadi produktif dibanding penanaman monokultur. Selain itu,
beberapa kendala teknis penyebab rendahnya produktivitas kacang tanah, yaitu pengolahan
tanah untuk penanaman masih jarang dilakukan, umumnya olah tanah minimum atau tanpa
olah tanah sehingga tanah menjadi keras atau padat. Rendahnya bahan organik tanah juga
ikut mempengaruhi kualitas tanah. Adanya masa kekeringan yang cukup lama terutama pada
fase pembungaan sampai pengisian polong, belum tersedianya benih bermutu yang
bersertifikat, serta penanaman varietas lokal dengan produktivitas rendah merupakan
masalah dalam budidaya kacang tanah. Teknik bercocok tanam masih dilakukan dengan
cara yang sederhana dengan tanpa pengaturan jarak tanam, tanpa pembumbunan, dan tanpa
penyiangan. Selama penanaman tidak dilakukan pengendalian hama dan penyakit, karena
kondisi ekonomi petani yang terbatas.
Masalah sosial ekonomi dan kelembagaan juga menjadi penghambat peningkatan
produksi tumpangsari kacang tanah. Dalam usaha tani belum ada program bantuan dan
bimbingan teknis yang ditangani oleh pemerintah, belum ada tersedia penangkar benih
untuk kacang tanah, kacang tanah belum diperlakukan sebagai tanaman komersial oleh
petani, serta belum ada asosiasi yang membantu dalam pembinaan usaha tani.
Berdasarkan uraian di atas maka kegiatan pengabdian masyarakat ini telah dilakukan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |375
dengan tujuan untuk membantu mitra “Kelompok Tani Sumber Hidup” untuk meningkatkan
produksi kacang tanah di lahan sempit dengan menerapkan teknologi tumpangsari beberapa
genotipe kacang tanah dengan jagung.
METODE KEGIATAN
Pemecahan masalah yang telah dilakukan pada program ini adalah melalui
“Penerapan teknolog tumpangsari untuk meningkatkan produksi kacang tanah di lahan
sempit dan menjadikan kelompok tani “Kelompok Tani Sumber Hidup sebagai Kelompok
Tani andalan yang berorientasi agribisnis kacang tanah dan jagung.
Untuk meningkatkan produksi kacang tanah dan jagung pada penanaman
tumpangsari diperlukan penerapan ilmu dan teknologi yang dimiliki oleh Tim Pengusul.
Kegiatan yang dilaksanakan meliputi :
1. Pelatihan
Metode yang digunakan dalam pelatihan adalah metode pendidikan orang dewasa
(POD) dengan teknik partisipatif. Peserta pelatihan teknis yaitu pengurus Kelompok Tani
dan Anggota Kelompok “Kelompok Tani Sumber Hidup”. Kegiatan pelatihan meliputi
penyampaian modul, penjelasan materi, diskusi dan tanya jawab. Kegiatan pelatihan akan
dilaksanakan dengan materi pelatihan, sebagai berikut :
- Kebijakan dan prospek agribisnis di NTB
- Teknologi tumpangsari
- Teknik budidaya kacang tanah untuk produksi benih (varietas unggul, benih unggul,
pengapuran, pengolahan tanah, penanaman (jarak tanam), pemupukan, pembunbunan dan
pengendalian hama/penyakit)
- Pemanenan
- Pengolahan kacang tanah dan jagung untuk produksi olahan aneka produk pangan
- Agribisnis kacang tanah
- Manajemen kelembagaan
2. Demonstrasi plot
Demonstrasi plot dan praktek produksi kacang tanah dilakukan di lahan petani. Petani
secara partisipatif ikut terlibat secara bersama-sama dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil panen.
Areal demplot dilakukan pada tanah petani seluas 10 are. Setelah melakukan
pelatihan teknis secara teoritis, kelompok tani diberikan kegiatan praktek tentang pola
tumpangsari kacang tanah dan jagung di lahan sempit. Tim Pengusul telah memberikan
pelayanan teknis kepada petani dengan mengundang partisipatif petani mulai dari
penyusunan/perencanaan program, pelaksanaan kegiatan (menanam, memelihara, panen,
dan lain-lain), membandingkan, dan memutuskan apakah program yang dilaksanakan
memberi keuntungan atau tidak.
Setelah dilaksanakan pelatihan, maka dilanjutkan dengan penjelasan tentang
Demplot. Penjelasan selanjutnya meliputi tentang pengolahan tanah, pembuatan plot,
penerapan teknologi tumpangsari, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pemanenan.
Pengolahan tanah telah dilakukan satu kali. Setelah diolah dilakukan pembuatan plot. Plot
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |376
percobaan berukuran 3 x 2,5 m. Penanaman disesuaikan dengan pola tumpangsari yang
diterapkan dan juga ditanaman secara monokultur. Pada demplot ini telah diterapkan pola
tumpangsari pada lima (5) genotipe kacang tanah yang ditanam di bawah tegakan jagung.
Pola tumpangsari yang dipelajari oleh petani, sebagai berikut : T1 = Kacang tanah ditanam
diantara barisan jagung; T2 = Kacang tanah ditanam pada semua hamparan di bawah
tegakan jagung; T3 = Kacang tanah ditanam secara monokultur
Genotipe kacang tanah yang ditanam, yaitu sebagai berikut: G1 = Singa; G2 = Lokal Bima
G3 = Biawak; G4 = Bison G5 = G300-II
Varietas jagung yang digunakan dalam percobaan ini adalah Hibrida Bisi-2, dengan
jarak tanam 75 x 25 cm (75 cm jarak antar baris dan 25 cm jarak dalam baris). Penanaman
kacang tanah dilakukan dengan jarak tanam 40 x 20 cm (40 cm jarak antar baris dan 20 cm
jarak dalam baris) dengan cara ditugal. Benih yang digunakan berasal dari varietas nasional
dan galur hasil koleksi Kelompok Peneliti Bidang Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Genetik
Tanaman Kacang-kacangan dan Hortikultura Fakultas Pertanian UNRAM. Pada setiap
lubang tanam diberikan insektisida Furadan 3G. Pada umur 25 hari setelah tanam (awal
berbunga) dilakukan pembubunan dan sekaligus pengendalian gulma (penyiangan).
Pengendalian gulma (penyiangan) dilakukan 2 kali. Selain penyiangan dan pembumbunan,
dijelaskan juga beberapa jenis hama dan penyakit tanaman serta cara pengendaliannya.
Pengendalian hama-penyakit dilakukan 2 kali yaitu umur 30 dan umur 60 hari setelah tanam.
Pengendalian dengan menggunakan insektisida Curacron dan fungisida Dithane M-45.
Pemanenan kacang tanah dilakukan pada umur 90 hari setelah tanam, dengan cara dicabut.
Pemanenan jagung dengan cara dipetik tongkol-tongkol jagung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada kegiatan ini telah dilakukan beberapa kegiatan, yaitu pelatihan dan demonstrasi
plot.
1. Pelatihan Petani
Pelatihan (training) adalah sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja
seorang/sekelompok masyarakat dalam usaha meningkatkan kinerja perorangan atau
organisasi. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk
pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu
masyarakat untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik
untuk berhasil dalam pekerjaannya (Ivancevich, 2008)
Defiinisi lain menyatakan bahwa pelatihan adalah Proses mengajarkan karyawan
baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan
pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu
sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah
bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah
akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya (Dessler, 2009).
Dalam penyuluhan pertanian, pelatihan merupakan salah satu bentuk media
komunikasi dalam usaha pengembangan informasi pada kegiatan diseminasi hasil-hasil
penelitian (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2001). Hasil penelitian dan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |377
pengkajian dari peneliti harus dapat dimanfaatkan oleh pengguna akhir (masyarakat
tani/pelaku agribisnis lainnya) dan pengguna antara, sehingga mekanisme dan metode yang
tepat harus dilakukan. Kegiatan pelatihan merupakan salah satu metode pendekatan
kelompok yang digunakan untuk dapat memberikan informasi yang lebih terperinci tentang
sesuatu teknologi, sehingga kegiatan pelatihan dapat membantu seseorang dari tahap
menginginkan ke tahap mencoba atau bahkan ketahap menerapkan. Agar suatu kegiatan
pengabdian mencapai keberhasilan dalam proses adopsinya maka suatu teknologi perlu
diperdengarkan, diperlihatkan, dan dilakukan, sehingga dalam pelaksanaan pelatihan selain
pemberian informasi dalam bentuk ceramah/diskusi perlu dilanjutkan dengan kegiatan
praktek.
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
Gambar 1. Saat penjelasan secara teoritis dan praktek lapangan tentang penerapan
teknologi tumpangsari jagung dan kacang tanah. (a), (b) dan (c) Penyampaian
materi pelatihan, (d) Penjelasan tentang hama pada tumpangsari kacang tanah-
jagung, (e) Penjelasan tentang pengaruh naungan terhadap produksi kacang
tanah, dan (f) Penjelasan tentang pola tumpangsari kacang tanah terhadap
tanaman jagung.
Kegiatan pelatihan ini telah dilakukan untuk mengajarkan bagaimana penerapan
teknologi tumpangsari untuk meningkatkan produksi kacang tanah di lahan sempit. Pada
kegiatan ini telah dilakukan pelatihan pada kelompok tani “Sumber Hidup”. Pelatihan lebih
banyak dilakukan secara partisipatif yang dilakukan di lapangan. Petani lebih antosias untuk
mempraktekkan dengan melihat kenyataan yang ada di lapangan mulai dari penanaman
sampai pemanenan. Teknik partisipatif terutama dilakukan untuk mendengar langsung
permasalahan tentang tumpangsari kacang tanah dengan jagung.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |378
2. Demonstrasi plot
Adopsi teknologi produksi benih tidak hanya cukup dilakukan melalui ceramah atau
disikusi, namun perlu dilakukan melalui praktek langsung. Demontrasi plot adalah salah
bentuk media penyuluhan yang dilakukan melalui praktek langsung di lapangan dengan
membandingkan cara petani dan penerapan teknologi tumpangsari.
Demonstrasi plot penanaman secara tumpangsari dilakukan di lahan petani. Petani
secara partisipatif ikut terlibat secara bersama-sama dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil panen. Demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan di lapangan untuk
memperlihatkan / membuktikan secara nyata tentang cara dan atau hasil penerapan
teknologi pertanian yang telah terbukti menguntungkan petani.
Demonstrasi plot ini dilakukan berkaitan dengan penggunaan pola tumpangsari
kacang tanah dan jagung untuk meningkatkan produksi kacang tanah di lahan sempit petani.
Petani secara partisipatif ikut terlibat secara bersama-sama dari perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi hasil panen.
Gambar 2. Penanaman tumpangsari jagung-kacang tanah dan pertumbuhan awal tanaman
(umur 20 hari setelah tanam)
Tabel 1 menjelaskan tentang respon beberapa genotipe kacang tanah yang ditanam
secara tumpangsari dengan jagung. Genotipe G300-II yang ditanam diantara barisan jagung
menghasilkan berat kering polong terberat yaitu 3,4 ton per hektar yang diikuti dengan
genotipe Lokal Bima yaitu 2,68 ton per hektar. Hasil demplot ini disampaikan kepada petani
dan Tim Peneliti menjelaskan tentang pola tumpangsari dan genotipe yang memberikan
hasil tertinggi.
Gambar 3. Kegiatan panen kacang tanah dan jagung
Tabel 1. Pengaruh pola tumpangsari terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, berat kering
polong beberapa genotipe kacang tanah dan berat biji kering jagung
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |379
Kombinasi
Perlakuan
Tinggi
Tanaman saat
panen (cm)
Jumlah
cabang saat
panen
Jumlah
polong per
tanaman
Berat polong
kering per plot
(g)
Berat
polong
kering per
hektar (ton)
Berat biji
kering
jagung (g)
T1G1 81,4 bc 7,2 10,4 a 888 b 1,18 967,0
T1G2 78,3 abc 6,8 9,6 a 2.009 d 2,68 895,0
T1G3 78,9 abc 7,1 14,1 b 940 b 1,25 950,5
T1G4 77,3 abc 6,9 8,9 a 510 a 0,68 856,8
T1G5 77,3 abc 7,1 9,8 a 2.560 e 3,41 1700,5
T2G1 78,5 abc 7,7 18,4 b 990 b 1,32 855,8
T2G2 75,3 ab 7,7 12,4 a 600 a 0,80 834,5
T2G3 81,4 bc 9,7 14,7 ab 610 a 0,81 785,6
T2G4 75,9 a 7,5 15,4 ab 1.600 c 2,13 1345,5
T2G5 73,9 a 7,8 15,8 ab 1.960 d 2,61 1656,5
T3G1 74,5 a 7,9 12,1 ab 560 a 0,75 -
T3G2 80,8 bc 8,6 13, ab 1.080 b 1,44 -
T3G3 82,7 c 8,5 13,1 ab 670 a 0,89 -
T3G4 79,2 abc 8,1 13,7 ab 771 a 1,03 -
T3G5 78,5 abc 8,9 14,8 ab 1.940 d 1,18 -
Monokultur
jagung
- - - - - 1756,5
Keterangan: Angka yg diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yg sama tidak berbeda
nyata pd uji Duncan 5% Pola tumpangsari yang dipelajari oleh petani, sebagai berikut : T1
= Kacang tanah ditanam diantara barisan jagung, T2 = Kacang tanah ditanam pada semua
hamparan di bawah tegakan jagung, T3 = Kacang tanah ditanam secara monokultur.
Genotipe kacang tanah yang ditanam, yaitu sebagai berikut: G1 = Singa, G2 = Lokal Bima,
G3 = Biawak, G4 = Bison, G5 = G300-II
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa petani peserta program pengabdian pada
masyarakat sangat respons terhadap kegiatan peningkatan produktivitas lahan sempit melalui
pengaturan pola tumpangsari antara jagung dan beberapa genotipe kacang tanah. Hasil
demplot menunjukkan bahwa pola tumpangsari penanaman kacang tanah genotipe G300-II
diantara barisan jagung menghasilkan daya hasil kacang tanah dan jagung yang paling tinggi
dengan nilai Land Equivalen Rasio 2,5. Daya hasil kacang tanah genotipe G300-II yang
ditanam secara tumpangsari diantara barisan jagung menghasilkan 3,4 ton/ha. Untuk efisiensi
penggunaan lahan sempit disarankan untuk menggunakan teknologi penanaman tumpangsari
dengan menggunakan genotipe kacang tanah G300-II yang ditanam diantara barisan jagung.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kegiatan ini terlaksana atas biaya dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI melalui dana Pengabdian Kepada
Masyarakar DIPA Unram.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1985. Strategi Konservarsi Tanah. Makalah Proceeding Lokakarya Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai Terpadu.Yogyakarta,3-5 Oktober 1985.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |380
Asadi D, Arsyad M, Zahara H, Darmijati (1997) Pemuliaan kedelai untuk toleran naungan dan
tumpangsari. Buletin Agrobio. Vol. 1 (2):15-20
Dessler G., 2009, Manajemen SDM : Buku 1. Jakarta: Indeks
Hemon, F., Sumarjan, dan Haryanto, H., 2013. IbM Penyediaan Benih Bermutu untuk
Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Kering dalam Upaya Pemenuhan
Kebutuhan Agroindustri Kacang Tanah di NTB, LaporanProgram IbM Universitas
Mataram.
Herlina. 2011. Kajian Variasi Jarak dan Waktu Tanam Jagung Manis Dalam
SistemTumpangsari Jagung Manis (Zea mays saccarata Sturt) dan Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.). Pogram Pascasarjana Universitas Andalas, Padang.
Ivancevich J., 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi, Jilid 1 dan 2 Jakarta : Erlangga.
Paulus, JM., 2005. Produktifitas lahan, kompetensi, dan toleransi dari tiga klon ubi jalar pada
sistem tumpangsari dengan jagung. Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian
Universitas Lambung Mangkurat, Manado. Eugenia 11(1) :1-7.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |381
Penggunaan Benih Bermutu Untuk Meningkatkan Produksi Kacang
Tanah Di Lahan Kering Desa Gumantar Lombok Utara
Sumarjan, A. Farid Hemon, Lestari Ujianto, Dwi Ratna Anugrahwati
Program Studi Agroekoteknologi Universitas Mataram
Kata Kunci:
benih bermutu,
demplot, diseminasi,
penangkar benih
Abstrak:
Ketersediaan benih bermutu merupakan kunci keberhasilan peningkatan
produksi kacang tanah. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini
dilakukan untuk membantu kelompok tani lahan kering Desa Gumantar
Kabupaten Lombok Utara untuk memproduksi benih bermutu dan
memberikan informasi untuk menjadi penangkar benih. Tujuan kegiatan
ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para
petani untuk memproduksi benih dan menggunakan benih bermutu
kacang tanah. Program yang dilaksanakan merupakan penerapan ilmu
dan teknologi, yang bersifat demonstrasi plot maupun diseminasi.
Peserta yang terlibat yaitu pengurus dan anggota “Kelompok Tani
Lembah Telaga”. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa petani peserta
program penyuluhan sangat respons terhadap kegiatan penggunaan
benih bermutu dan produksi benih berkualitas kacang tanah. Proses
transformasi teknologi produksi benih berkualitas telah terjadi dan
petani mampu untuk memproduksi benih berkualitas. Selain itu, petani
juga mampu menggunakan benih bermutu untuk budidaya kacang tanah
di lahan kering Desa Gumantar. Hasil demonstrasi plot menujukkan
bahwa penggunaan benih kacang tanah bermutu mampu meningkatkan
produksi kacang tanah 2,51-3,04 ton polong kering per hektar atau
meningkat sebesar 59,2% dibanding dari benih asalan petani yang hanya
sebesar 1,67 ton polong kering per hektar. Penggunaan benih bermutu
merupakan sarat utama untuk menjamin peningkatan produksi kacang
tanah.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Kacang tanah memiliki nilai ekonomis tinggi, sebagai salah satu sumber protein
nabati yang cukup penting dalam menu makanan, dan sebagai bahan pakan (Andrianto dan
Indarto, 2004; Marzuki, 2007). Penanaman kacang tanah sebagian besar (70-80%) dilakukan
di lahan kering. Pengembangan kacang tanah di lahan kering sering mendapat masalah
karena tanaman mendapat cekaman kekeringan, yang menyebabkan produksi polong
terhambat dan bahkan gagal panen (Adisarwanto, 2003). Desa Gumantar Kecamatan
Kayangan adalah salah satu daerah pengembangan kacang tanah di pulau Lombok.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |382
Pengusahaan kacang tanah di Gumantar dilakukan pada lahan tadah hujan dan tegalan
dengan kondisi air yang sangat terbatas (lahan kering) dengan modal dan keterampilan petani
yang rendah.
Desa Gumantar berada di Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara.
Kecamatan Kayangan mempunyai luas wilayah 126,35 km2 dengan jumlah penduduk 38.317
jiwa, dan diperkirakan jumlah penduduk di desa Gumantar 4.789 jiwa. Mata pencaharian
penduduk sebagian besar (85%) adalah bertani pada lahan kering dengan luas lahan rata-rata
0,5 Ha. Bentuk lahan berbukit-bukit dengan jenis tanah Inceptisol, Entisol dan Vertisol.
Penggunaan lahan pertanian sebagian besar untuk hutan dan kebun, dan hanya 10,5%
digunakan untuk sawah (irigasi, tadah hujan dan tegalan), sehingga di Kecamatan Kayangan
dan khususnya di Desa Gumantar penggunaan lahannya adalah untuk keperluan kebun dan
tegalan (BPS KLU, 2014).
Penggunaan lahan digunakan untuk penanaman tanaman pangan, seperti padi,
kacang kedelai, jagung, singkong, dan petani di Desa Gumantar sudah terbiasa menanam
kacang tanah pada lahan kering. Usaha tani kacang tanah, umumnya dilakukan oleh petani-
petani kecil dengan permodalan dan penerapan teknologi yang sangat rendah.
Pengembangan kacang tanah di lahan sawah beririgasi menjadi sulit karena harus bersaing
dengan tanaman pangan lain yang lebih ekonomis seperti padi, jagung dan kedelai.
Hasil pengamatan awal di lapangan menunjukkan bahwa rata-rata produksi kacang
tanah di tingkat petani ± 1,0 ton polong basah dan masih sangat rendah dari produksi varietas
nasional 3-4 ton polong basah.
Kendala teknis penyebab rendahnya produktivitas kacang tanah, yaitu penggunaan
benih yang tidak memenuhi standar sertifikasi benih (Hidayat et al., 1999). Benih yang
ditanam berasal dari benih asalan yaitu benih yang diperoleh secara turun temurun dan tidak
pernah diupayakan proses seleksi. Benih-benih ini diusahakan secara terus menerus dan
turun temurun oleh petani, sehingga kemungkinan telah terjadi pengotoran benih melalui
percampuran dengan varietas lain, persilangan alami, dan mutasi.
Ketersediaan benih kacang tanah merupakan kunci keberhasilan peningkatan
produksi kacang tanah. Pemerintah Indonesia belum memprogramkan kacang tanah sebagai
program intensifikasi nasional, sehingga ketersediaan benih bermutu masih kurang dan
kadang tidak sesuai dengan standar sertifikasi benih. Kebutuhan benih kacang tanah selama
ini berasal dari produksi petani sendiri atau dari sumber lain yang tidak terpantau oleh
instansi resmi. Sertifikasi benih dan pengawasan mutu benih belum memadai baik
sumberdaya manusia dan teknologinya. Kalaupun ada benih bermutu, harga jujal benih
kacang tanah masih dirasakan terlalu mahal oleh petani, sehingga petani cenderung
menggunakan benih dari pertanamannya sendiri, yang tidak jelas lagi asal usulnya.
Kegiatan penyuluhan ini dilakukan untuk membantu kelompok tani yang ada di
Desa Gumantar untuk memproduksi benih kacang tanah bermutu dan memberikan informasi
tentang bagaimana menjadi penangkar benih (Seed Grower). Keberadaan penangkar benih
ini diharapkan dapat mensuplai benih pada budidaya kacang tanah ditingkat antar lapang dan
antar musim. Selanjutnya penggunaan benih bermutu diharapkan juga dapat meningkatkan
produksi kacang tanah dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |383
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani untuk
memproduksi benih kacang tanah dan mendorong para petani untuk menggunakan benih
bermutu kacang tanah dan menerapkan teknologi peningkatan produksi kacang tanah.
METODE KEGIATAN
Untuk berhasilnya pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini, maka ada beberapa tahapan
kegiatan yang telah dilaksanakan, adalah :
1. Persiapan
Pengumpulan informasi dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan mengikuti
kegiatan yang dilakukan oleh petani. Pengumpulan data antara lain meliputi problem utama
yang dihadapi, keadaan masyarakat tani baik dilihat dari segi ekonomi, pendidikan maupun
pandangannya terhadap suatu inovasi baru dan lain-lain.
Pengumpulan data dilakukan bersamaan dengan tahap kegiatan a), meliputi masalah
sumberdaya hasil pertanian (potensi, produksi, dan lain-lain) sehubungan dengan
penciptaan kegiatan usaha yang produktif dan pemilihan paket teknologi hasil pertanian
yang akan dikembangkan.
Kegiatan ini bersifat pendekatan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang
manfaat dari kelanjutan program serta dampaknya terhadap tingkat pendapatan masyarakat.
Peserta program yang akan terlibat dalam penyuluhan penggunaan dan produksi
benih bermutu serta penerapan teknologi peningkatan produksi kacang tanah di lahan kering
adalah 21 orang petani pada Kelompok Tani Lembah Telaga.
2. Pelaksanaan program
a. Diseminasi
Pelaksanaan desiminasi dilakukan oleh tim penyuluh dengan menyampaikan
informasi tentang penggunaan dan produksi benih bermutu kacang tanah di lahan kering
pada peserta. Topik desiminasi akan disampaikan oleh Tim, dengan rincian topik sebagai
berikut: a) kebijakan pemerintah dalam pengembangan kacang tanah, b) manfaat benih
bermutu, c) teknologi produksi kacang tanah, dan d) teknologi produksi benih bermutu.
b. Demonstrasi plot (Demplot)
Demonstrasi dan praktek penanaman dilakukan di lahan petani. Petani secara
langsung ikut terlibat secara bersama-sama dari perencanaan sampai pemanenan.
Kegiatan telah dilaksanakan dengan melibatkan 21 orang petani dengan bimbingan tim
dari LPPM Universitas Mataram. Demplot dilakukan dengan membandingkan penggunaan
benih bermutu (benih unggu dari varietas unggul) dan benih asalan dari petani pada
budidaya kacang tanah di lahan kering
Demplot diawali dengan pengolahan tanah. Setelah diolah dilakukan pembuatan plot.
Plot percobaan berukuran 2,8 x 2,0 m. Penanaman kacang tanah dilakukan dengan jarak
tanam 40 x 20 cm (40 cm jarak antar baris dan 20 cm jarak dalam baris) dengan cara ditugal.
Benih yang digunakan berasal dari varietas nasional dan galur hasil koleksi Kelompok
Peneliti Bidang Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Genetik Tanaman Kacang-kacangan dan
Hortikultura Fakultas Pertanian UNRAM. Pada setiap lubang tanam diberikan insektisida
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |384
Furadan 3G. Pada umur 25 hari setelah tanam (awal berbunga) dilakukan pembubunan dan
sekaligus pengendalian gulma (penyiangan). Pengendalian gulma (penyiangan) dilakukan 2
kali. Selain penyiangan dan pembumbunan, dijelaskan juga beberapa jenis hama dan
penyakit tanaman serta cara pengendaliannya. Pengendalian hama-penyakit dilakukan 2 kali
yaitu umur 30 dan umur 60 hari setelah tanam. Pengendalian dengan menggunakan
insektisida Curacron dan fungisida Dithane M-45. Pemanenan kacang tanah dilakukan pada
umur 90 hari setelah tanam, dengan cara dicabut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Penyampaian Materi Penyuluhan
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa para peserta penyuluhan sangat respons terhadap
kegiatan penyuluhan. Hal ini dapat dilihat dari kehadiran para peserta dan keterlibatan para
peserta selama pelaksanaan penyuluhan. Kehadiran peserta sesuai dengan target yaitu
sejumlah 21 orang dengan komposisi peserta yaitu anggota kelompok tani Lembah Telaga,
Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, dan Wanita Tani. Peserta penyuluhan ini sengaja dipilih
langsung dari kelompok tani, karena merekalah yang dianggap efektif yang langsung
menerapkan informasi penggunaan benih bermutu pada lahan kering mereka. Kelompok tani
ini telah biasa menanam kacang tanah di lahan kering namun hasil usaha tani yang mereka
dapat selalu tidak optimum. Dilihat dari keterlibatan para peserta selama pelaksanaan
penyuluhan, ternyata peserta sangat sungguh-sungguh mendengar dan terlibat secara
langsung dalam tanya jawab (Gambar 1).
Kegiatan ceramah ini telah dilakukan untuk mengajarkan bagaimana teknologi
produksi benih kacang tanah yang berkualitas. Petani lebih antosias untuk mempraktekkan
dengan melihat kenyataan yang ada di lapangan mulai dari penanaman sampai pemanenan.
Teknik partisipatif terutama dilakukan untuk mendengar langsung permasalahan tentang
produksi benih kacang tanah dan mengajak petani bersama-sama mencari solusi. Selain
penjelasan dengan ceramah, penyampaian materi dilakukan dengan penyajian poster, untuk
menjelaskan bagaimana memproduksi benih bermutu kacang tanah (Gambar 2). Materi
penyuluhan yang telah dijelaskan adalah sebagai berikut:
- Teknik budidaya kacang tanah untuk produksi benih (varietas unggul, benih unggul,
pengapuran, pengolahan tanah, teknologi inokulasi dengan Rhizobium, penanaman (jarak
tanam), pemupukan, pembunbunan dan pengendalian hama/penyakit)
- Pemanenan benih dan pasca panen, processing, packaging, dan storage benih
- Hama dan penyakit benih di gudang serta pengendaliannya
- Sertifikasi benih
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |385
Gambar 1. Penjelasan teoritis tentang manfaat penggunaan benih bermutu kacang tanah (A)
Tim LPPM Unram sedang menjelaskan manfaat dan produksi benih bermutu, (B)
Tim LPPM Unram sedang mendengarkan pertanyaan dari peserta, dan (C) Bapak
dan Ibu tani dengan serius mendengarkan penjelasan tentang budidaya kacang
tanah
Gambar 2. Contoh poster yang telah disampaikan saat penyuluhan
2. Demonstrasi plot
Adopsi teknologi produksi benih tidak hanya cukup dilakukan melalui ceramah atau
disikusi, namun perlu dilakukan melalui praktek langsung. Demontrasi plot adalah salah
bentuk media penyuluhan yang dilakukan melalui praktek langsung dilapangan dengan
membandingkan cara petani dan penerapan teknologi produksi benih.
Demonstrasi plot dan praktek produksi benih dilakukan di lahan petani. Petani secara
partisipatif ikut terlibat secara bersama-sama dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
hasil panen. Demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan di lapangan untuk
memperlihatkan/ membuktikan secara nyata tentang cara dan atau hasil penerapan teknologi
pertanian yang telah terbukti menguntungkan bagi petani.
Pada kegiatan ini, setelah dilaksanakan penjelasan teoritis, maka dilanjutkan dengan
penjelasan tentang Demplot. Penjelasan selanjutnya meliputi tentang pengolahan tanah,
pembuatan plot, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pemanenan (Gambar 3).
C A B
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |386
Pada saat demplot dijelaskan juga tentang cara memproduksi benih kacang tanah
agar diperoleh benih yang seragam dan murni. Seleksi massa adalah salah satu cara yang
dilakukan pada kegiatan ini. Cara ini dilakukan berdasarkan kenampakan fenotipe tanaman,
antara lain vigorous tanaman (keseragaman pertumbuhan), jumlah polong berisi dan berat
kering polong. Tanaman yang teramati sebagai tipe simpang (off type) dicabut dan dibuang.
Selama pertumbuhan tanaman, terjadi juga serangan hama, namun serangannya
masih di bawah ambang ekonomi, sehingga pengendalian hama hanya dilakukan sekali
dengan melakukan penyemprotgan insektisida. Hama yang banyak menyerang adalah ulat
pemakan daun dan hama Aphis.
Gambar 3. Tahapan kegiatan Demplot. (A) Persiapan plot percobaan, (B) Ketua
tim mengamati pertumbuhan kacang tanah, (C) Pemanenan bersama petani
Hasil demplot dapat dijelaskan bahwa penggunaan benih kacang tanah unggul
(bermutu) dari varietas dapat meningkatkan pertumbuhan dan daya hasil kacang tanah. Tabel
1 menjelaskan tentang daya hasil kacang tanah yang berasal dari benih unggu dibanding
dari benih asalan petani. Daya hasil kacang tanah yang berasal dari benih bermutu berkisar
antara 2,51-3,04 ton polong kering per hektar atau meningkat sebesar 59,2% dibanding dari
benih asalan petani yang hanya sebesar 1,67 ton polong kering per hektar. Hasil demplot ini
disampaikan kepada petani dan tim peneliti menjelaskan tentang manfaat penggunaan benih
bermutu dalam peningkatan produksi kacang tanah.
Tabel 1. Pengaruh benih unggul beberapa varietas kacang tanah terhadap tinggi tanaman,
jumlah cabang, dan berat kering polong
Varietas/Galur
Tinggi
Tanaman saat
panen (cm)
Jumlah
cabang saat
panen
Jumlah
polong per
tanaman
Berat polong
kering per plot
(g)
Berat polong
kering per hektar
(ton)
Singa 60,4 bc 6,2 13,4 a 1.405 b 2,51
G300-II 68,3 abc 6,5 14,6 a 1.700 a 3,04
Benih asalan
petani
54,3 4,2 8,4 b 935 c 1,67
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa petani peserta program penyuluhan sangat
respons terhadap kegiatan penggunaan benih bermutu (benih unggul dari varietas unggul)
dan produksi benih berkualitas kacang tanah. Proses transformasi teknologi produksi benih
berkualitas telah terjadi dan petani mampu untuk memproduksi benih berkualitas. Selain
C B A
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |387
itu, petani juga mampu menggunakan benih bermutu untuk budidaya kacang tanah di lahan
kering Desa Gumantar. Hasil demonstrasi plot menujukkan bahwa penggunaan benih
kacang tanah bermutu mampu meningkatkan produksi kacang tanah 2,51-3,04 ton polong
kering per hektar atau meningkat sebesar 59,2% dibanding dari benih asalan petani yang
hanya sebesar 1,67 ton polong kering per hektar. Penggunaan benih bermutu merupakan
sarat utama untuk menjamin peningkatan produksi kacang tanah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kegiatan ini terlaksana atas biaya dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI melalui dana Pengabdian Kepada
Masyarakar DIPA Unram.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto T., 2003. Meningkatkan produksi kacang tanah di lahan sawah dan lahan kering.
Penebar Swadaya, Jakarta. 88 h
Andrianto T dan Indarto N., 2004. Budidaya dan analisa usahatani kacang tanah.
Yogyakarta : Absolut.
Hidajat JR, Kartaatmadja S, Rais SA., 1999. Teknik produksi benih kacang Tanah. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Jakarta.
Marzuki HAR., 2007. Bertanam Kacang Tanah. Edisi Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya. 43
hal.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |388
Teh Gyrinops : Produk Inovatif dari Istri Petani Desa Duman Kecamatan
Lingsar Kabupaten Lombok Barat
I Gde Adi Suryawan Wangiyana1, Dina Soes Putri2
1Fakultas Ilmu Kehutanan, Universitas Nusa Tenggara Barat 2Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Mataram
Kata Kunci:
desa duman, istri
petani, teh gyrinops
Abstrak:
Teh Gyrinops adalah teh gaharu jenis baru yang tengah dikembangkan di
wilayah pulau Lombok. Bahan baku teh Gyrinops banyak terdapat di desa
Duman, akan tetapi belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat
desa, terutama para istri petani yang sebagian besar merupakan ibu rumah
tangga. Padahal produk teh Gyrinops ini berpotensi menambah pemasukan
mereka untuk membantu perekonomian keluarga. Tujuan dari kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberdayakan istri
petani desa Duman dengan cara melatih membuat produk teh Gyrinops dari
bahan baku disekitar tempat tinggal mereka. Partisipan dalam kegiatan ini
adalah istri petani desa Duman. Secara umum, pembuatan teh Gyrinops
melibatkan 6 tahap kegiatan yang harus dlakukan oleh partisipan secara
sistematis. Tahap pertama adalah pemilihan daun Gyrinops sebagai bahan
baku. Tahap kedua adalah preparasi dan pencucian daun Gyrinops. Tahap
ketiga adalah pengeringan daun Gyrinops. Tahap keempat adalah
pencacahan daun Gyrinops kering dengan menggunakan mesin pencacah.
Tahap kelima adalah proses oksidasi daun Gyrinops tercacah. Tahap
keenam adalah tahap Fnisinhing yaitu pembuatan produk teh Gyrinops
seduh dan produk teh Gyrinops celup. Berdasarkan hasil kegiatan yang
telah dilakukan, partisipan berhasil membuat produk teh Gyrinops. Teh
Gyrinops tersebut dibuat dalam dua bentuk. Yang pertama adalah teh
Gyrinops seduh yang dikemas dalam botol plastik. Yang kedua adalah teh
Gyrinops celup yang dikemas dalam kantung teh. Produk teh Gyrinops yang
dihasilkan oleh partisipan merupakan produk siap konsumsi dan
membutuhkan uji organoleptik untuk penilaian secara kuantitatif. Dapat
disimpulkan bahwa istri petani Desa Duman telah memahami cara membuat
teh Gyrinops dengan menggunakan bahan baku disekitar mereka.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Gyrinops versteegii adalah spesies penghasil gaharu endemik di wilayah Kepulauan
Nusa Tenggara termasuk Pulau Lombok. Region Lombok bagian barat merupakan salah satu
wilayah yang menjadi sentra produksi spesies ini (Iswantari et al. 2017). Kecamatan Lingsar
merupakan salah satu wilayah di Lombok Barat tempat pusat pengembangan hasil hutan bukan
kayu, termasuk gaharu. Desa Duman merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Lingsar
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |389
yang menjadi lokasi budidaya spesies ini. Di desa ini pohon gaharu umumnya ditanam sebagai
tanaman perkebunan yang menyelingi areal persawahan.
Pohon gaharu di Desa Duman dominan ditanam oleh kelompok tani di desa ini. Akan
tetapi kesibukan mereka dalam menggarap lahan sawah menyebabkan mereka kurang
mengoptimalkan pemanfaatan pohon gaharu yang mereka miliki. Padahal budidaya gaharu
tergolong kegiatan yang sederhana dan mudah untuk dilakukan. Salah satu solusi yang
potensial untuk permasalahan ini adalah memberdayakan istri petani Desa Duman untuk
membantu suami mereka dalam mengelola komoditi gaharu. Istri petani memiliki cukup
banyak waktu luang namun memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan kegiatan yang
bermanfaat dalam rangka membantu perekonomian keluarga.
Saat ini telah terjadi pergeseran pemanfaatan komoditi gaharu yang sebelumnya hanya
diprioritaskan untuk memanen resin pada bagian batang yang dikenal dengan gubal. hal ini
terkait kendala produksi gubal yang membutuhkan waktu cukup lama (Akter et al. 2013). Hal
ini menyebabkan terdapat waktu tunggu yang cukup lama sehingga selama waktu tunggu
tersebut petani tidak bisa melakukan pemanenan. Salah satu alterntatif pemanfaatan komoditi
gaharu yang populer saat ini adalah dijadikan bahan baku minuman teh herbal (Wangiyana et
al. 2018). Produk teh gaharu terbukti memiliki kualitas penampilan dan rasa yang disukai oleh
masyarakat di Kota Mataram sebagai responden (Wangiyana dan Sami’un, 2019).
Pengembangan produk ini juga memiliki prospek cerah untuk dicampurkan dengan bahan
herbal lain untuk menghasilkan produk dengan rasa yang unik (Hidayat, 2019).
Pembuatan teh gaharu sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan bahan baku
(Wangiyana dan Sami’un, 2018). Oleh karena itu pelatihan untuk mengolah bahan baku daun
gaharu menjadi teh herbal merupakan hal yang wajib untuk dilakukan bagi setiap orang yang
baru pertama kali mencoba membuat produk tersebut. Pelatihan pembuatan teh herbal dari
Gyrinops versteegii (teh Gyrinops) untuk istri petani Desa Duman merupakan suatu proses
yang sederhana dan mudah dilakukan oleh wanita. Selain itu, karena merupakan komoditi yang
mendapat respon bagus dari masyarakat Kota Mataram, maka produk teh Gyrinops ini
memiliki prospek cerah untuk dikembangkan. Oleh karena itu tujuan dari kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini adalah untuk memberdayakan istri petani Desa Duman dengan cara
melatih membuat produk teh Gyrinops dari bahan baku disekitar tempat tinggal mereka
METODE KEGIATAN
Responden dan Pendekatan
Istri petani Desa Duman merupakan responden dari kegiatan ini. Output akhir yang
diharapkan adalah responden mampu membuat produk Teh Gyrinops dalam dua bentuk
produk, yaitu teh seduh dan teh celup. Karena merupakan suatu pengetahuan yang baru, maka
metode pendekatan yang digunakan untuk melatih responden adalah pendekatan praktik secara
langsung (Cooks and Scharrer, 2006). Dengan demikian Responden mampu melakukan
pembuatan produk teh Gyrinops secara mandiri ketika program telah selesai. Rancangan
kegiatan secara detail ada pada gambar:
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |390
Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Teh Gyrinops
Pemilihan Daun Gaharu
Daun gaharu (Gyrinops versteegii) yang menjadi bahan baku teh gaharu merupakan
komponen terpenting dalam produk teh Gyrinops. Oleh Karena itu, pemilihan bahan baku daun
gaharu merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Kriteria – kriteria tertentu perlu untuk
diterapkan dalam melakukan seleksi daun gaharu. Kriteria pertama adalah lokasi pengambilan
sampel daun gaharu yaitu: daun gaharu sebaiknya diambil dari 3 cabang teratas dari pohon
gaharu. kriteria kedua adalah kondisi fisik daun gaharu yang dijadikan sampel, yaitu: tidak
mengalami klorosis (daun menguning) ataupun nekrosis (daun kecoklatan) serta bebas dari
serangan hama dan penyakit. Kriteria ketiga adalah ukuran daun gaharu, yaitu pada rentang
panjang daun 5 cm – 15 cm. Daun yang terlalu kecil cendrung belum berusia matang, sementara
daun yang terlalu besar cenderung sudah terlalu tua (Wangiyana dan Putri, 2019). Untuk lebih
jelasnya terkait kondisi daun gaharu yang layak untuk dijadikan sampel dapat dilihat pada
gambar 1
Gambar 2. Kondisi daun gaharu yang layak untuk dijadikan bahan baku teh Gyrinops
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |391
Pencucian Daun Gaharu
Tujuan utama pencucian daun gaharu adalah untuk membersihkan daun gaharu dari
debu dan kotoran yang melekat pada daun. Pencucian daun gaharu dilakukan dengan
menggunakan air bersih dalam wadah ember. Pencucian dilakukan minimal sebanyak dua kali
untuk menjamin bahwa daun gaharu telah benar – benar bersih.
Pengeringan Daun Gaharu
Tujuan utama pengeringan daun gaharu adalah untuk mengurangi kadar air pada daun
sehingga mudah dicacah untuk dijadikan bentuk serbuk. Daun gaharu dikering – anginkan
dengan menggunakan rak pengering terbuat dari besi siku serbaguna dan kawat loket. Proses
mengeringkan daun gahrau dilakukan selama 3 – 4 hari hingga bobot daun gaharu telah
berkurang minimal 70%.
Pencacahan Daun Gaharu
Pencacahan daun gaharu bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel daun gaharu
sehingga memudahkan untuk kontak dengan air ketika dilakukan proses penyeduhan. Daun
gaharu kering dicacah dengan menggunakan mesin pencacah. Pencacahan daun gaharu
menghasilkan partikel serbuk daun gaharu dengan ukuran partikel 1 mm – 5 mm.
Oksidasi Daun Gaharu
Oksidasi daun gaharu bertujuan untuk memperkuat rasa dan aroma dari teh Gyrinops
yang dihasilkan. Proses oksidasi dilakukan dengan menempatkan daun gaharu yang telah
dicacah dalam kontainer yang dikenal dengan nama lemari oksidasi. Lemari oksidasi
merupakan kontainer dengan tutup kontainer terbuat dari kain filter penyaring debu. Dengan
demikian, debu dan kotoran tidak dapat masuk kedalam lemari namun tetap memungkinkan
masuknya udara.
Penyeduhan Daun Gaharu
Teh Gyrinops seduh dibuat dengan metode penyeduhan. Penyeduhan daun gaharu
dilakukan dengan mengggunakan beberapa SOP standar. SOP standar tersebut mencakup: air
yang digunakan untuk menyeduh, takaran daun gaharu yang digunakan, suhu air optimal untuk
menyeduh, waktu penyeduhan optimal dan konsentrasi gula yang digunakan. SOP penyeduhan
teh Gyrinops merupakan protokol paling penting dalam proses pembuatan produk Teh
Gyrinops sehingga partisipan wajib memahami setiap prosedur dalam SOP tersebut.
Pengemasan Daun Gaharu Dalam Kantung Teh
Serbuk daun gaharu yang telah di oksidasi selanjutnya ditempatkan dalam wadah
kantung teh ukuran 5 cm x 10 cm. Pengemasan tersebut masih dilakukan secara manual oleh
partisipan. Rata – rata bobot daun gaharu dalam satu kantung teh adalah 0,5 gram. Penyegelan
kantung teh dilakukan dengan mesin segel kemasan serba guna.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |392
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelatihan pengolahan daun gaharu (G. versteegii) untuk dijadikan produk Teh Gyrinops
secara umum telah berjalan dengan cukup lancar. Sebanyak lebih dari 70% partisipan yang
mengikuti kegiatan tersebut telah memahami dengan protokol mengolah daun gaharu menjadi
produk teh Gyrinops. Hal ini menjadi nilai tambah tersendiri bagi mereka karena telah terjadi
peningkatan pemahaman dan keterampilan dari responden.
Partisipan sejauh ini sama sekali belum tahu bahwa daun gaharu bisa dijadikan sebagai
bahan baku produk teh herbal. Paradigma yang berkembang di lingkungan sekitar partisipan
adalah bahwa komoditi gaharu hanya bisa dimanfaatkan bagian gubal pada batangnya saja.
Oleh karena itu, pelatihan pengolahan daun gaharu menjadi produk minuman herbal
merupakan suatu hal yang baru bagi partisipan. Berdasarkan hasil uji pre-test dan post-test
terhadap partisipan terjadi peningkatan sebesar 70% terhadap pemahaman dan keterampilan
partisipan dalam hal mengolah daun gaharu menjadi minuman teh Gyrinops.
Secara umum pengolahan daun gaharu menjadi minuman teh Gyrinops meliputi 5
prosedur sistematis sebelum memasuki tahap inti. Tahap tersebut harus dilakukan sesuai urutan
sehingga produk yang dihasilkan juga terstandar. Tahapan tersebut meliputi: 1) tahap seleksi
daun gaharu, 2) tahap pencucian daun gaharu, 3) tahap pengeringan daun gaharu, 4) tahap
pencacahan daun gaharu, 5) tahap oksidasi daun gaharu (Wangiyana dan Sami’un, 2018).
Partisipan mampu memahami dengan baik kelima protokol tersebut tanpa mengalami kendala
yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa protokol tersebut merupakan protokol yang
memiliki tingkat kesulitan rendah sehingga bisa diterapkan oleh siapa saja.
Tabel 1. SOP penyeduhan daun gaharu menjadi teh Gyrinops
SOP Kriteria Protokol Gambar
SOP 1 Air yang
digunakan
Air yang digunakan untuk menyeduh
sebaiknya air mineral. Jika dari segi harga
tergolong cukup mahal dapat diganti dengan
air minum isi ulang yang harganya lebih
terjangkau. Tidak disarankan untuk
menggunakan air PDAM
SOP 2 Takaran
Daun
gaharu yang
digunakan
Takaran daun gaharu yang digunakan adalah 5
gram per liter air untuk menyeduh. Takaran
tersebut merupakan takaran yang ideal untuk
membuat produk teh Gyrinops dengan aroma
dan rasa yang optimal.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |393
SOP 3 Suhu
optimal
untuk
penyeduhan
Daun gaharu sebaiknya diseduh/direbus pada
suhu air 80oC. Partisipan diberi pembekalan
khusus bagaimana menggunakan termometer
celcius sehingga mampu mengukur
temperatur air yang digunakan untuk meyeduh
daun gaharu SOP 4 Waktu
penyeduhan
yang
optimal
Waktu penyeduhan/perebusan yang ideal
adalah 1 - 2 menit. Selesai waktu penyeduhan,
teh Gyrinops seduh dibiarkan dulu selama 5 –
10 menit kemudian dilakukan penyaringan.
SOP 5 Takaran
gula yang
digunakan
Takaran gula yang digunakan adalah berkisar
antara 3,5 – 7,5 % w/v. Takaran ideal yang
direkomendasikan adalah 5% w/v. Dengan
demikian diperlukan 50 gr gula per liter teh
Gyrinops.
Sumber: Dokumentasi Penulis (2019)
Tahap inti dari pelatihan pembuatan teh Gyrinops adalah penyeduhan daun gaharu.
Tahap ini merupakan tahap yang sangat krusial dalam pembuatan produk teh Gyrinops.
Kualitas produk Gyrinops yang dihasilkan sangat ditentukan oleh tahap ini. Oleh karena itu
pada tahap ini khusus dibuat SOP sebagai protokol standar agar produk yang dihasilkan juga
terstandar. Sebanyak lebih dari 70% partisipan mampu memahami dengan baik protokol dalam
SOP. Hal ini memungkinkan partisipan untuk membuat produk teh Gyrinops seduh secara
mandiri setelah program pelatihan selesai.
Tim pengabian kepada masyarakat selalu terbuka memberikan penjelasan terkait SOP
penyeduhan daun gaharu menjadi teh Gyrinops. Rasa ingin tahu yang tinggi dari partisipan
membuat mereka tidak begitu saja menerima keterangan dari SOP tersebut. Mereka selalu
mempertanyakan detail setiap protokol dalam SOP dan adakah alternatif protokol yag lain.
Sebagai contoh untuk SOP dua, apakah takaran daun gaharu yang digunakan tidak bisa kurang
atau lebih dari 5 gr per liter. Alasannya, jika kadar gaharu lebih rendah dari 5 gr per liter, rasa
teh Gyrinops menjadi terlalu ringan. Sebaliknya jika takaran lebih dari 5 gr per liter, rasa teh
Gyrinops cenderung menjadi agak pahit (Wangiyana dan Sami’un, 2018). Hal yang sama juga
berlaku untuk takaran gula pasir yang digunakan. Takaran 5% w/v merupakan takaran yang
ideal jika gula pasir digunakan sebagai pemanis. Jika bahan yang digunakan sebagai pemanis
bukan gula pasir tentu takarannya juga akan berbeda (Wangiyana dan Putri, 2019). Sementara
itu, temperatur dan lama waktu penyeduhan seperti tertera pada SOP 3 dan SOP 4 merpakan
parameter ideal untuk menghasilkan teh gaharu dengan kadar tannin yang optimal (Wangiyana
et al. 2018).
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |394
Tahap akhir dari proses penyeduhan teh Gyrinops adalah pengemasan (gambar 3).
Wadah yang digunakan untuk melakukan pengemasan adalah botol plastik no. 1 yang terbuat
dari bahan PETE. Botol ini tidak tahan panas, sehingga untuk mengemas teh gaharu seduh
harus melalui tahap pendinginan suhu terlebih dahulu. Untuk sementara volume botol yang
digunakan adalah 500 mL. Volume ini merupakan volume ideal dari kebanayakan produk teh
yang beredar di pasaran.
Gambar 3. Produk Teh Gyrinops dalam kemasan botol
Produk Teh Gyrnops celup dikemas dalam kemasan kantung teh ukuran 5 cm x 10 cm.
Produk teh celup ini masih merupakan prototipe karena sebagian besar pengemasan masih
dilakukan secara manual. Dengan demikian untuk skala produksi kapasitas besar masih belum
bisa dilakukan. Pada dasarnya, massa jenis daun gaharu lebih ringan dibandingkan dengan
daun teh. Jika umumnya dengan ukuran kantung teh standar mampu menampung 1 gr daun teh
namun dengan ukuran kantung teh yang sama, hanya mampu menampung daun gaharu
sebanyak 0,5 gram saja. Oleh karena itu kedepannya perlu dipertimbangkan apakah akan
digunakan kantung teh ukuran standar atau kantung teh dengan ukuran yang lebih besar untuk
pengembangan produk teh gaharu celup ini.
Gambar 4. Desain kemasan teh celup Gyrinops
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |395
KESIMPULAN DAN SARAN
Istri petani Desa Duman selaku partisipan dalam kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini telah memahami metode pembuatan teh Gyrinops serta mampu mengolah bahan
baku daun gaharu yang terdapat di sekitar mereka menjadi minuman herbal teh Gyrinops.
Produksi teh Gyrinops seduh mampu dilakukan secara mandiri oleh partisipan pada skala
rumah tangga dengan kualitas terstandar yang mengikuti SOP baku penyeduhan teh Gryinops.
Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait optimalisasi pengemasan
teh Gyrinops dalam kantung teh. Selain itu mekanisasi dalam pengemasan daun gaharu
kedalam kantung teh perlu untuk dilakukan. Dengan demikian pengembangan teh Gyrinops
celup diharapkan dapat dilakukan dengan optimal. Selain itu diperlukan uji hedonik secara
lebih luas dengan melibatkan responden tidak hanya di pulau Lombok saja jika kedepannya
produk Teh Gyrinops tersebut akan dikembangkan ke tingkat nasional.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kemenristekdikti Dirjen Penguatan Riset
dan Pengembangan yang telah memberi dukungan financial terhadap kegiatan pengabdian ini
melalui skema Program Kemitraan Masyarkat (PKM).
DAFTAR PUSTAKA
Akter, S., Islam, M. T., Zulkefeli, M. Kahn, S. I. 2013. Agarwod Production Multidiciplinary
Field to be Exploreds in Bangladesh. International Journal of Pharmaceutical and Life
Science. Vol. 1, No. 4, hal. 1 – 11
Cooks, L. and Scharrer, E. 2006. Assessing Learning in Community Service Learning: A Social
Approach. Michigan Journal of Community Service Learning. Vol. 2006, hal. 44 – 55.
Hidayat, W. 2019. Tingkat Kesukaan Masyarakat Desa Buwun Sejati Terhadap Minuman
Daun Gaharu (Gyrinops versteegii) dengan Berbagai Campuran Bahan Herbal
Tambahan. Skripsi. Program Studi Kehutanan, Universitas Nusa Tenggara Barat,
Mataram.
Iswantari, W., Mulyaningsih, T., Muspiah, A. 2017. Karyomorofologi dan Jumlah Kromosom
Grup Gyrinops versteegii (Gilg) Domke di Lombok. Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol. 11, No.
2017, hal. 205 – 211.
Wangiyana, I G. A. S., Triandini, I G. A. A. H., Putradi, D., Wangiyana, W. 2018. Tannin
Concentration of Gyrinops Tea from Leaves of Juvenile and Mature Agarwood Trees
(Gyrinops versteegii Gilg (Domke)) with Different Processing Methods. Journal of
Chemical and Pharmaceutical Research. Vol. 10, No. 10, hal. 113 – 119 .
Wangiyana, I. G. A. S dan Sami’un. 2018. Characteristic of Agarwood Tea From Gyrinops
versteegii Fresh and Dry Leaves. Jurnal Sangkareang Mataram. Vol. 4, No. 2, hal. 41 –
44.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |396
Wangiyana, I. G. A. S. dan Sami’un. 2019. Pengolahan daun gaharu (Gyrinops versteegii)
Menjadi Teh Herbal dengan Kualitas Warna dan Rasa yang Disukai. Prosiding Seminar
Nasional SAINSTEK, Mataram, Januari.
Wangiyana, I G. A. S. dan Putri, D. S. 2019. Modul Pembuatan Teh Gaharu Gyrinops.
Universitas Nusa Tenggara Barat. Mataram. Indonesia
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |397
Pelatihan Teknik Cuci Tangan (WHO, 2009) Pada Pegawai Di Rumah
Sakit Universitas Mataram
Linda S Sari1, Titi P Kurniawati1, Eustachius H Wardoyo2, Rina Lestari3
1Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Bagian Ilmu Kesehatan Anak 2Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Mataram, Bagian Mikrobiologi
3 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Mataram, Bagian Ilmu Penyakit Paru
Kata Kunci:
cuci tangan,
pegawai, rumah
sakit, mataram
Abstrak:
Teknik cuci tangan sesuai WHO (2009) pada awalnya merupakan teknik
cuci tangan yang di buat untuk mencegah penularan penyakit infeksi dan
diaplikasikan oleh tenaga kesehatan. Namun masih banyak pegawai rumah
sakit, baik tenaga kesehatan, maupun yang bukan tenaga kesehatan belum
melakukan teknik cuci tangan yang benar sehingga berisiko membawa
kuman rumah sakit (RS) keluar RS dan menimbulkan penyakit infeksi di
masyarakat. Metode pengabdian dengan pre dan post design dengan
melakukan pembelajaran yang secara persuasive mengajak peserta berperan
serta aktif. Hasil pretest 67,5 meningkat menjadi 89. Demonstrasi
menggunakan losion lumigerm® yang berpendar saat disinari UV tepat di
aplikasikan sebagai evaluasi benar-tidaknya cuci tangan, sebanyak 97%
peserta mampu menunjukkan proses cuci tangan dengan baik. Kesimpulan
sebagian besar pegawai RS universitas mataram mengalami peningkatan
pengetahuan dan teknik cuci tangan yang benar setelah dilakukan
penyuluhan.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Cuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari
kulit tangan dengan menggunakan sabun dan air. Manfaat cuci tangan dapat untuk
menghindarkan penularan penyakit melalui tangan, menjaga kebersihan diri (perorangan),
membuat tubuh kita tetap sehat dan bugar. WHO (2009) mengembangkan teknik cuci tangan
bagi petugas kesehatan di RS. Pegawai rumah sakit (tenaga kesehatan dan non tenaga
kesehatan) beresiko untuk membawa kuman dari RS keluar RS dan munculnya penyakit infeksi
di masyarakat.
Pada kenyataan masih banyak pegawai rumah sakit (tenaga kesehatan dan non tenaga
kesehatan) yang belum paham dengan cara melakukan, belum menerapkan cara cuci tangan
yang benar saat bekerja dan belum paham kapan saja kapan saja harus melakukan cuci tangan
di lingkungan rumah sakit, sehingga berpotensi untuk menjadi agen penularan infeksi kepada
masyarakat. Cuci tangan di rumah sakit harus dilakukan sebelum kontak dengan pasien,
sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah kontak
dengan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan di sekitar pasien.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |398
METODE KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam bentuk ceramah dan demonstrasi teknik cuci
tangan yang baik dan benar di RS Unram dan diakhir pelatihan peserta dievaluasi mengenai
teknik cuci tangan yang baik dan benar.
Melakukan ceramah mengenai bahaya yang akan terjadi bila tidak melakukan cuci
tangan dengan cara yang benar dan kapan saja waktu untuk melakukan cuci tangan di
lingkungan rumah sakit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengabdian dilakukan hari selasa tanggal 28 Mei 2019 di Aula dan wastafel RS
Universitas Mataram. Sebanyak 38 peserta dengan 14 petugas laki-laki dan 24 petugas
perempuan mengikuti kegiatan ini. Hari pelaksanaan diawali dengan berdoa dan sambutan
perwakilan manajemen dr. Adnanto Wiweko. Pretest diberikan terlah dilakukan sebelum
pemberian materi.
Pemberian materi ceramah, diberikan oleh dr Rina Lestari, Sp.P dijelaskan tentang
kepentingan cuci tangan dalam membantu menjaga kesehatan, alasan perlunya cuci tangan
dengan cara dan waktu yang tepat. Dalam ceramah singkat ini digali informasi tentang
kebiasaan cuci tangan yang dilakukan selama ini. Mayoritas petugas RS setuju jika diadakan
fasilitas cuci tangan yang mudah dan dekat dengan aktivitas mereka akan membantu kepatuhan
cuci tangan mereka. Tim PPI RS yang mendampingi pelatihan ini juga telah membantu
memfasilitasi manajemen RS mengadakan 33 lokasi handrub dan 17 wastafel beserta sabun
cuci tangannya diarea RS. Cuci tangan sebagian besar pernah dilakukan oleh petugas RS, tetapi
beberapa diantara mereka baru tahu bahwa apa yang mereka lakukan selama ini kurang tepat
(terutama bagi petugas RS non medis) dalam hal: 1. Cuci tangan tidak dilakukan dengan 6
langkah, 2. Cuci tangan dilakukan tidak mengenal waktu minimal, 3. Cuci tangan tidak
dilakukan pada saat (moment) yang tepat (5 moment hand hygiene), 4. Penggunaan hand towel
(tissue cuci tangan) yang tidak tepat (cukup satu lembar, hand towel yang telah dipergunakan
untuk menutup keran). Setelah mengetahui permasalahan cuci tangan, kesemua permasalahan
tersebut dijawab dengan pemutaran video dan penjelasan langsung oleh dr Titi dan dr Linda.
Setelah pemutaran video dilanjutkan dengan sesi diskusi. Pada saat diskusi ada dua poin yang
baru peserta pahami bahwa:
1. Hand hygiene yang tidak benar berarti sama dengan tidak cuci tangan sama sekali
2. Hand hygiene semua staf RS harus sama dan mampu mengajarkan kepada pasien
Tiba saatnya demonstrasi cuci tangan, peserta dikumpulkan disekitar wastafel dan
dilakukan penilaian demonstrasi. Kegiatan ini dipandu oleh 4 fasilitator dosen (dr Linda, dr
Titi, dr. Rina dan dr Hagni) dan 2 fasilitator mahasiswa (Lillah Fauziah dan Pandu Putra A).
Kegiatan pertama demonstrasi diberikan contoh cuci tangan 6 langkah menggunakan air dan
sabun. Untuk memudahkan peserta menghafalkan langkah-langkah cuci tangan,
diperkenalkanlah jembatan keledai “TEPUNG SELACI PUPUT” yakni kepanjangan dari “TE”
untuk telapak tangan, “PUNG” untuk punggung tangan, “SELA” untuk sela-sela jari, “CI”
gerakan mengunci dan “PUPUT” yang berarti putar-putar kedua ibu jari dan putar-putar ujung
jari pada telapak tangan yang berlawanan.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |399
Gambar 1 Suasana ceramah kepentingan cuci tangan di RS Unram
Saat demonstrasi cuci tangan dicontohkan dengan aplikasi losion Lumigerm® sebagai
simulasi ‘kuman’ yang kurang lebih sama-sama tidak terlihat. Bedanya losion Lumigerm®
dapat dilihat dibawah sinar UV. Efektivitas cuci tangan ditandai dengan hilangnya sisa losion
yang diaplikasikan ditelapak tangan dan punggung tangan setelah cuci tangan 6 langkah
tersebut. Sebagian kecil peserta (12%) menyisakan sisa losion disela-sela jari, menunjukkan
demonstrasi cuci tangan yang belum sempurna.
Hasil pretest dan post test. Soal pretest dan post test merupakan dua seri soal yang
memiliki konten pertanyaan yang sama, yakni terdiri atas dua bagian: pernyataan salah-benar
dan pertanyaan terbuka. Terdapat 43 peserta yang mengumpulkan pretest dan postest dengan
hasil rerata yang dapat dilihat pada gambar 3 dibawah.
Gambar 2. Grafik Perbandingan Pretest dan Posttest
Hasil penilaian demonstrasi. Penilaian demonstrasi cuci tangan dilakukan
menggunakan instrumen penilaian yang dibuat oleh tim pengabdian, mengandung komponen:
1) Kesesuaian urutan 6 langkah; 2) Kesesuaian waktu cuci tangan (40 detik menggunakan
handrub alkohol/ 60 detik menggunakan sabun dan air mengalir); 3) Tidak ada bagian tangan
yang tidak tergosok (dibuktikan dengan eliminasi sisa losion Lumigerm yang ditunjukkan
0
20
40
60
80
100
Pernyataan Essay
Hasil Pretest dan Postest
Pretest Postest
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |400
dengan sinar UV). Demontrasi cuci tangan yang dilakukan terhadap 38 petugas RS
menunjukan tingkat kesesuaian 97%, sebanyak 3% peserta manunjukan ketidaksesuaian pada
poin penilaian 3.
KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagian besar peserta pelatihan paham dengan pentingnya cuci tangan (rerata pretest
bagian satu 67,5 – rerata post test 89 dan bagian kedua 37,5 – 92) dan efektivitas teknik 6
langkah cuci tangan yang benar pada saat demonstrasi, menggunakan air dan sabun dengan
menghilangkan sisa losion Lumigerm® pada 97% peserta.
Pelatihan cuci tangan terhadap petugas RS berbeda dengan pelatihan cuci tangan pada
masyarakat awam dalam hal penekanan kepentingan pemutusan rantai penularan penyakit
infeksi dan prosedur cuci tangan sesuai dengan standar WHO. Penggunaan lumigerm dapat
membantu meningkatkan kepatuhan terhadap langka-langkah cuci tangan yang baik dan benar.
UCAPAN TERIMA KASIH
Tim pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini mengucapkan terim kasih
kepada: Fakultas Kedokteran Universitas Mataram dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (LPPM) yang telah mendanai kegiatan ini melalui sumber dana DIPA BLU
(PNBP) tahun 2019, dan Rumah Sakit Universitas Mataram sebagai salah satu lokasi Pelatihan
Teknik Cuci Tangan.
DAFTAR PUSTAKA
WHO. 2009. WHO guidelines on hand hygiene in health care. Geneva. Provincial Infectious
Diseases Advisory Committee (PIDAC). Prevention and Control Programs in Ontario.
In All Health Care Settings, 3rdedition. 2012. Canada
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |401
Peningkatan Pemahaman Tentang Mutu dan Keamanan
Makanan/Jajanan Bagi Siswa SD di Mataram
Yeni Sulastri1, M. Abbas Zaini1, Zainuri1, Rucitra Widyasari1, Rini Nofrida1, Novia
Rahayu1
1) Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Mataram
Kata Kunci:
aman, pangan,
siswa
Abstrak:
Siswa Sekolah Dasar banyak mengakses maupun mengkonsumsi
jajanan yang tidak jarang kurang memenuhi persyaratan pangan yang
berkualitas, bahkan kadang dapat termasuk dalam kategori makanan
dan minuman yang kurang aman untuk dikonsumsi. Hal ini
disebabkan pemahamam anak-anak tentang pangan yang aman
sangat rendah. Tujuan kegiatan meliputi 1) memberikan pemahaman
dasar kepada siswa sekolah dasar bagaimana cara memproduksi
pangan secara baik, 2) memperkenalkan kepada siswa sekolah dasar
masalah keamanan pangan khususnya boraks dan formalin yang
terkandung di makanan ringan disekitar sekolah, 3) memotivasi siswa
sekolah dasar untuk memulai gaya hidup yang sehat dimulai dengan
cara pengolahan pangan yang baik. Metode pendekatan yang
dikembangkan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah dengan
menerapkan metode Roll Playing yakni metode pemberian materi
dengan belajar sambil bermain sehingga tercipta suasana belajar yang
ceria dan gembira. Kegiatan yang telah dilakukan berjalan dengan
lancar. Siswa SDN 25 Ampenan sangat antusias dalam mengikuti
kegiatan dan bersemangat untuk menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kegiatan ini perlu dilakukan karena dibutuhkan oleh
siswa maupun masyarakat sebagai informasi dalam memilih pangan
yang aman sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit. Dalam
jangka panjang, pengetahuan yang diberikan dalam kegiatan
pembelajaran interaktif ini diharapkan mampu menghasilkan
generasi yang sehat, bergizi cukup dan peduli tentang keamanan
pangan yang dikosumsi.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) merupakan pangan olahan dari industri pangan
berupa makanan dan atau minuman yang langsung disajikan dan dijual untuk langsung
dikonsumsi tanpa proses pengolahan lebih lanjut. Siswa sekolah dasar tidak terlepas dari
konsumsi PJAS. Makanan jajanan setidaknya menyumbang 31,1 % energi dan 27,4 % protein
dari konsumsi pangan harian siswa sekolah (BPOM RI, 2009). Hal ini menunjukkan kontribusi
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |402
pangan jajanan anak sekolah berkontribusi cukup besar dalam memenuhi kebutuhan energi dan
protein siswa sekolah. Konsumsi PJAS menjadi alternatif pemenuhan energi agar siswa dapat
beraktivitas dengan baik selama disekolah. Mengingat besarnya peran PJAS, mutu dan
keamanan pangan adalah aspek terpenting yang harus diperhatikan dan diutamakan.
Keamanan dan mutu pangan kini menjadi salah satu masalah yang sedang dihadapi
karena manusia mengonsumsi pangan sebagai kebutuhan dasar untuk bertahan hidup. Dari
laporan hasil pengawasan PJAS yang dilakukan Badan POM melalui Balai Besar/Balai POM
di seluruh Indonesia, selama periode 2009 – 2016 persentasi PJAS yang tidak memenuhi syarat
masih ditemukan, meski jumlahnya cenderung menunjukkan penurunan, yaitu sebesar 42,64%
(2009), 44,48% (2010), 35,46% (2011), 23,89% (2012), 19,21% (2013), dan 23,82% (2014).
Konsumsi PJAS yang tidak memenuhi syarat akan membahayakan kesehatan siswa.
Pengolahan dan penyajian PJAS yang kurang baik akan menimbulkan pencemaran pangan oleh
mikroba, bahan kimia, dan benda-benda asing.
Produk pangan yang aman yaitu produk pangan yang bebas dari cemaran kimia,
cemaran fisik dan mikrobiologis atau tidak tercemar oleh mikroorganisme yang dalam bahasa
masyarakat sehari-hari dikenal dengan istilah kuman. Adanya cemaran dalam makanan dan
minuman dapat terjadi karena bahan baku yang dipakai untuk membuat produk makanan dan
minuman. Bahan baku tersebut mungkin saja telah tercemar sebelum diolah. Menjadi tidak
amannya produk pangan dapat juga terjadi karena proses pengolahan yang kurang sempurna
atau cara penyimpanan dan pemasaran serta penyajian makanan olahan yang kurang baik.
PJAS yang banyak tersedia dan yang mudah diakses saat ini oleh anak-anak sekolahan
termasuk anak-anak siswa Sekolah Dasar (SD) adalah jajanan yang tidak jarang kurang
memenuhi persyaratan pangan yang berkualitas, bahkan kadang bisa termasuk dalam kategori
makanan dan minuman yang kurang aman untuk dikonsumsi. Sebagain besar anak-anak senang
dengan jajan dan minuman yang menarik bentuknya dan tampilannya berwarna warni serta
mempunyai rasa yang kuat.
Dalam memproduksi pangan termasuk pangan yang diolah secara tradisional produsen
pangan seharusnya menggunakan bahan baku yang sesuai dengan standar namun hasil
pantauan di lapangan dan berdasarkan beberapa laporan kasus yang telah terjadi bahwa
produsen produk pangan kadang kurang memperhatikan persyaratan mutu bahan baku yang
digunakan. Bahkan banyak masih sering terjadi penyalahgunaan bahan tambahan dalam
memproduksi pangan oleh pelaku usaha. Misalnya penyalahgunaan bahan tambahan yang
seharusnya untuk tekstil seperti bahan pewarna digunakan untuk pangan dengan alasan lebih
murah dan mudah diperoleh, sehingga menyebabkan produk pangan tersebut menjadi sangat
tidak aman untuk dikonsumsi. Makanan seperti camilan yang membidik segmen pasar anak-
anak seperti gulali, cilok, minuman, es atau lainnya ada yang terindikasi menggunakan bahan
tambahan yang tidak sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Permasalahan yang lebih serius lagi terkait dengan keamanan pangan ini masih sering
terjadinya kasus keracunan pangan yang dialami oleh masyarakat termasuk siswa sekolah.
Sebagian dari kasus keracunan pangan yang dilaporkan disebabkan karena proses pengolahan
yang kurang higienis dan sanitasi yang kurang baik, penggunaan air yang tercemar oleh E. coli
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |403
dalam proses pengolahan pangan menyebabkan produk pangan yang dihasilkan menjadi
tercemar juga sehingga menjadi tidak aman untuk dikonsumsi. Demikian juga cara
penyimpanan pangan yang kurang baik dan waktu penyimpanan yang lama terlebih jika produk
melebihi masa kadaluarsa ketika dijual dapat menyebabkan tercemarnya produk pangan oleh
mikroorganisme sehingga menjadikannya tidak aman.
Selain aman, makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh anak-anak terutama harus
harus kandungan gizi cukup. Mengkonsumsi makanan bukan hanya mempertimbangkan tujuan
utama utama untuk mengatasi rasa lapar tetapi makanan tersebut harus dapat mensuplai energi
dan beberapa komponen nutrisi yang dibutuhkan anak-anak untuk perkembangannya. Oleh
karena itu perlu pembelajaran bagi anak anak siswa sekolah dasar terkait dengan pentingnya
membeli dan mengkonsumsi pangan (makanan dan minuman) yang sehat yaitu aman dan
bergizi. Pembelajaran yang dilakukan bagi usia siswa SD harus didisain sedemikian rupa agar
dapat menarik perhatian mereka sehingga pesan yang disampaikan dapat diserap dengan baik
dan tujuan pembelajarannya terkait dengan pangan aman, bergizi dana aman dapat tercapai.
METODE KEGIATAN
Pendekatan Pemecahan Masalah
Berdasarkan uraian masalah yang dipaparkan pada subbab sebelumnya, maka
diperlukan metode pendekatan yang baik dan benar terhadap sasaran. Tujuannya yakni agar
materi yang disosialisaikan dapat diterima dengan baik. Perlu dipahami bahwa sasaran yang
akan diberikan pengetahuan adalah siswa sekolah dasar. Dimana pada usia ini, jika diberikan
pola penyuluhan oral (secara langsung) tentu tidak akan menarik bagi mereka. Oleh karena itu,
metode pendekatan yang dikembangkan yakni metode pendekatan bermain sambil belajar yang
diselingi dengan menjawab pertanyaan dalam bentuk kuis berhadiah dan terlibat langsung
dalam praktek keamanan pangan serta video-video edukasi menarik yang sesuai dengan tema.
Metode Kegiatan
Metode yang akan dikembangkan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah dengan
merapkan metode Roll Playing yakni metode pemberian materi dengan belajar sambil bermain.
Siswa sekolah dasar yang menjadi sasaran program akan dilatih bagaimana memproduksi
pangan yang baik, memilih pangan yang aman dipasaran dengan cara yang dapat membuat
suasana belajar yang ceria dan gembira, dan uji keamana pangan (boraks dan formalin) pada
beberapa jajanan dipasaran. Hal ini penting dilakukan guna menambah semangat dan minat
dalam menerima materi yang disampaikan.
Metode Roll Playing sangat cocok dikembangkan bagi anak dengan usia di bawah 15
tahun. Metode ini sangat efektif dalam memberikan pemahaman kepada peserta didik tanpa
membebani dengan target penguasaan materi, namun metode ini terbukti ampuh dalam
menanamkan pemahaman kepada siswa untuk mengerti materi yang disampaikan. Sosialisasi
ini meliputi:
1. Membuat kuis
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |404
Kuis dilakukan diawal dan diakhir acara, kuis dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
ada nuansa serius didalamnya dan disertakan pemberian reward sederhana bagi peserta
dengan jawaban terbaik yang juga ditujukan unutk memancing minat mengikuti kegiatan.
Bagi pemateri, kuis ini ditujukan untuk mengetahui peningkatan kecakapan peserta setelah
mengikuti kegiatan.
2. Proses pemberian Materi
Proses pemberian materi dilakukan dengan cara semenarik mungkin. Peserta akan diajak
menikmati makanan (jajan) yang sudah dibagikan sambil diberikan pemahaman tentang
pangan yang aman. Dengan demikian, peserta akan sangat antusias mengikuti pelatihan.
3. Pelatihan
Pelatihan yang dilakukan yakni dengan meminta kepada peserta untuk mencoba uji boraks
dan formalin dengan bahan yang didapat dari jajanan disekitar sekolah. dan diadakan
pembelajaran interaktif mengenai pangan yang aman.
4. Evaluasi dan Pelaporan
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana program dapat diterima oleh peserta.
Evaluasi dilakukan dengan post test menggunakan soal yang sama pada saat pre test,
sehingga akan diketahui peningkatan kemampuan peserta dalam menyerap kegiatan yang
dilakukan.
Tahapan akhir dari kegiatan pengabdian yakni dengan pembuatan laporan akhir kegiatan.
Laporan akhir disusun sesuai dengan kondisi riil yang terjadi di lapangan dan menentukan
hambatan yang terjadi serta mencari solusi pemecahannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Kegiatan
Kegiatan Program Pengabdian Masyarakat dengan tema “Peningkatan Pemahaman
Tentang Mutu dan Keamanan Makanan/Jajanan Bagi Siswa SD di Mataram” telah
dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2019, dengan mitra sasarn siswa SDN 25 Ampenan, Mataram.
Pengabdian ini dilaksanakan sebagai upaya pembelajaran pada siswa sekolah dasar agar
menambah pemahaman dan memperkaya pengetahuan siswa SD tentang pangan yang bermutu
dan aman untuk dikonsumsi.
a. Penyampaian Materi Tentang Mutu Pangan
Materi ini diawali dengan memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya
mutu pangan/makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dan kebersihan makanan merupakan factor
penting dalam memilih makanan yang bermutu. Untuk mempertahankan mutu dan kebersihan
makanan maka perlu juga adanya pemahaman dasar bagaimana cara memproduksi pangan
secara baik, sehingga mutu makanan tersebut dapat dipertahankan dan diserap baik oleh tubuh.
Selama pemberian materi, pemateri juga memotivasi siswa sekolah dasar untuk memulai gaya
hidup yang sehat dimulai dengan cara pengolahan pangan yang baik. Pengolahan pangan yang
baik hendaknya tidak menghilangkan terlalu banyak kandungan gizi dari pangan tersebut, juga
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |405
tidak menggunakan bahan tambahan pangan yang membahayakan bahi kesehatan. Pengolahan
pangan yang baik juga harus memperhatikan factor sanitasi dan higienitasnya. Tempat
pengolahan pangan dan alat yang digunakan harus dalam keadaan bersih, bahan yang
digunakan juga terlebih dahulu dicuci bersih dan juga sebaiknya membersihkan tangan
sebelum mengolah makanan. Dalam penyampaian materi ini siswa juga dipancing untuk maju
e depan kelas untuk menceritakan tentang pangan sehat yang biasa dikonsumsi. Penyampaian
materi tentang mutu pangan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Penyampaian materi tentang mutu pangan
b. Penyampaian Materi Tentang Keamanan Pangan
Penyampaian materi ini dimulai dengan memberikan pemahaman kepada siswa dan
guru pendamping mengenai makanan yang aman untuk dikonsumsi. Makanan aman adalah
makanan yang bebas dari komponen-komponen berbahaya atau organisme yang dapat
menyebabkan keracunan atau menimbulkan penyakit. Pangan yang tidak aman adalah pangan
yang mengandung kuman (mikroba patogen), bahan kimia dan bahan lain berbahaya yang bila
dikonsumsi menimbulkan gangguan kesehatan manusia (Baliwati, 2004). Pemateri
memperkenalkan kepada siswa sekolah dasar masalah keamanan pangan khususnya boraks dan
formalin yang terkandung di makanan ringan disekitar sekolah.
Materi ini juga mengajak siswa untuk lebih memahami jenis-jenis bahan yang tidak
boleh digunakan untuk bahan pangan seperti pewarna tekstil, boraks dan formalin yang dapat
membahayakan kesehatan tubuh. Dipaparkan juga ciri-ciri makanan yang menggunakan bahan
berbahaya tersebut. Contohnya Ciri-ciri bakso yang mengandung boraks yaitu lebih kenyal
dibanding bakso tanpa boraks, bila digigit akan kembali ke bentuk semula, tahan lama dan awet
beberapa hari, warnanya tampak lebih putih. Bakso yang aman berwarna abu-abu segar merata
di semua bagian baik di pinggir maupun di tengah. Selain itu, bakso yang dicampur boraks
memiliki bau terasa tidak alami ada bau lain yang muncul serta bila dilemparkan ke lantai akan
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |406
memantul seperti bola bekel. Penyampaian materi pangan yang aman dan bermutu dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2. Penyampaian materi pangan yang aman dan bermutu
c. Diskusi
Kegiatan diakhiri dengan diskusi dan menguji kembali ingatan siswa tentang penguasaan
materi mengenai pangan bermutu dan jajanan bergizi. Antusiasme siswa dalam kegiatan ini
sangat tinggi yang ditandai dengan keaktifan dalam diskusi maupun menjawab pertanyaan
yang diberikan (Gambar 3). Bagi siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar
diberikan hadiah.
Gambar 3. Sesi Diskusi
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |407
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kegiatan pengabdian untuk pembelajaran interaktif tentang pangan aman, bergizi dan
halal yang telah dilakukan berjalan dengan lancar. Siswa SDN 25 Ampenan Mataram sangat
antusias dalam mengikuti kegiatan dan bersemangat untuk menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kegiatan ini perlu dilakukan karena dibutuhkan oleh siswa maupun masyarakat
sebagai informasi dalam memilih pangan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi, sehingga
dapat terhindar dari berbagai penyakit. Dalam jangka panjang, pengetahuan yang diberikan
dalam kegiatan pembelajaran interaktif ini diharapkan mampu menghasilkan generasi yang
sehat, bergizi cukup dan peduli tentang mutu dan kemanan pangan yang dikosumsi.
Saran
Kegiatan pengabdian pembelajaran interaktif semacam ini perlu dilakukan disekolah lain
bagi siswa-siswa lainnya. Secara khusus pemerintah, melalui dinas-dinas terkait, diharapkan
lebih banyak berperan dalam kaitan ini, untuk menertibkan pedagang-pedagang yang masih
menambahkan bahan berbahaya kedalam produk olahannya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah memberi
dukungan financial terhadap pengabdian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI. 2016. Laporan hasil pengawasan PJAS Badan POM melalui Balai Besar/Balai
POM periode 2009 – 2016. Jakarta. Badan POM RI.
Baliwati, Y.F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi, cetakan I. Jakarta: Penerbit Swadaya.
Betty SL. Jenie.1988. Sanitasi Dalam Industri Pangan. PAU Pangan Gizi IPB.
Fardiaz, S. 1992. Organisme Patogen. Materi Pelatihan Singkat Keamanan Pangan, Standart
dan Peraturan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB.
Purawijaya, T. 1992. Keracunan Makanan di Indonesia. Materi Pelatihan Singkat Keamanan
Pangan, Standart dan Peraturan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB.
Santoso, U. 2009. Peranan Ahli Pangan Dalam Mendukung Keamanan dan Kehalalan Pangan.
Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Kimia Pangan dan Hasil Pertanian pada
Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
Zakaria, F. 1992. Komponen Kimia Berbahaya. Materi Pelatihan Singkat Keamanan Pangan,
Standar dan Peraturan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |408
Pelatihan Pembuatan Tepung Ikan Di Desa Sanolo Kecamatan Bolo
Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat
Nadirah Karimatul Ilmi, Alis Mukhlis, Sanca Rahmatullah, Anita Prihatini Ilyas,
Awan Dermawan
Program Studi Budidaya Perairan PDD Kab. Bima Program Vokasi Universitas Mataram
Kata Kunci:
desa sanolo,
pelatihan, tepung
ikan
Abstrak:
Usaha produksi tepung ikan secara mandiri maupun industri belum
ditemukan di Kabupaten Bima. Kondisi ini juga dihadapkan pada
banyaknya ikan sisa dari hasil tangkapan yang tidak dimanfaatkan dengan
baik sementara ikan tersebut tidak diminati oleh konsumen. Maka produksi
tepung ikan menjadi sangat penting, namun pengetahuan masyarakat
tentang manfaat dan cara pembuatan tepung ikan masih sangat minim. Oleh
karena itu diperlukan sebuah langkah kongkrit berupa pemberian
pemahaman tentang proses produksi tepung ikan kepada masyarakat
khususnya nelayan dan petambak melalui kegiatan pengabdian masyarakat.
Tujuan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah meningkatkan
pemahaman masyarakat petambak ikan/nelayan pengepul di Kecamatan
Bolo dalam pemanfaatan ikan sisa menjadi tepung ikan dan mampu
meningkatan pendapatan bagi nelayan serta terciptanya lapangan kerja baru
bagi nelayan dan keluarganya. Metode yang digunakan yaitu berupa
Pelatihan. Rangkaian kegiatan ini meliputi persiapan bahan baku, persiapan
alat dan bahan lain yang dibutuhkan. Pelatihan dimulai dengan
mempresentasikan materi tentang manfaat tepung ikan dan cara
membuatnya. Kemudian memberikan pengarahan sekaligus
mendemonstrassikan cara pembuatan tepung ikan yang benar sesuai
standar. Hasil kegiatan pelatihan menunjukkan masyarakat sasaran yang
terlibat dalam kegiatan ini yakni sejumlah 36 orang yang merupakan
perwakilan dari Desa Sanolo, Desa Sondosia, Desa Darusalam, dimana
peserta pelatihan terlihat antusias dengan memberikan respon positif selama
pelatihan, dengan aktif bertanya dan mempraktikkan langusng pembuatan
tepung ikan. Kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan pemahaman dalam pembuatan tepung ikan sehingga
tujuan pengabdian pada masyarakat ini benar-benar tercapai. Maka perlu
dilakukan pembinaan lebih lanjut pada masyarakat sampai pada tahap usaha
produksi tepung ikan untuk kebutuhan pakan.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Usaha produksi tepung ikan secara mandiri maupun industri skala rumah tangga belum
ditemukan di Kabupaten Bima. Salah satu daerah Kabupaten Bima yang memiliki potensi
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |409
dalam menyediakan bahan baku dalam pembuatan tepung ikan adalah Kecamatan Bolo.
Kecamatan Bolo merupakan daerah pesisir penghasil ikan yang sebagian besar berasal dari
hasil tangkapan. Hasil tangkapan berlimpah berupa ikan sisa atau afkir yang tidak dikonsumsi
atau terbuang begitu saja, dapat dimanfaat sebagai bahan baku tepung ikan oleh masyarakat
Bolo. Masih rendahnya pemanfaatan ikan sisa atau afkir sebagai bahan baku industri tepung
ikan di Kabupaten Bima khususnya kecamatan Bolo, menjadikan peluang pengembangan
industri tepung ikan di daerah ini semakin besar yang diikuti peluang pasar yang cukup besar,
terutama untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak menggantikan tepung ikan impor.
Sutan (2002) menyatakan ironisnya Indonesia sebagai negara bahari masih 70 % mengimpor
bahan baku. Harga tepung ikan impor sedikit lebih mahal dibandingkan produk lokal dengan
kandungan protein dan kualitas yang sama.
Selain itu, pemanfaatan bahan baku berupa ikan sisa atau ikan afkir menjadi tepung
ikan, juga dapat dijadikan sebagai mata pencaharian alternatif selain sebagai nelayan yang
dapat menambah pendapatan keluarga. Secara umum pembuatan tepung ikan tergolong
sederhana baik bahan dan teknologinya. Windsor (2011) menyatakan bahwa cara
memproduksi tepung ikan merupakan hasil pengolahan dari proses pengeringan dan
penggilingan ikan tanpa penambahan material lainnya.Untuk meningkatkan produksi dan
mutu tepung ikan secara kualitas dan kuantitas maka perlu disampaikan pemahaman tentang
proses produksi tepung ikan kepada masyarakat nelayan dan petambak khususnya masyarakat
ada di Kecamatan Bolo melalui langkah kongkrit berupa kegiatan pengabdian masyarakat.
Tujuan dari kegiatan tersebut diharapkan usaha masyarakat akan berkembang bukan hanya
pada sekadar keterampilan individu masyarakat namun meningkatkan pemahaman serta
partisipasi masyarakat petambak ikan/ nelayan dalam terbentuknya usaha-usaha produksi
tepung ikan skala rumah tangga sehingga meningkatan pendapatan bagi nelayan serta
terciptanya lapanganan kerja.
METODE KEGIATAN
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 31 Agustus 2019
bertempat di Teaching Farm Kampus Vokasi PDD Kabupaten Bima Universitas Mataram
Desa Sanolo Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. .Kegiatan pelatihan dihadiri oleh
masyarakat khususnya yang berprofesi sebagai petambak dan nelayan merupakan mitra dari
kegiatan ini. Sejumlah 35 orang mitra hadir pada kegiatan ini. Pelaksanaan pelatihan
pembuatan tepung ikan dilakukan dengan metode penyuluhan, diskusi, dan demonstrasi
secara langsung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat mesin penepung ikan ditempatkan di dalam ruangan terbuka di Teaching Farm,
sehingga jika masyarakat peserta kegiatan berkumpul dalam ruangan tersebut sembari menyimak
pemberian materi maupun pendemonstrasian pembuatan tepung ikan (Gambar 1).
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |410
Gambar 1. Alat Penepungan
Adapun jenis ikan yang digunakan yakni segala jenis ikan dapat diolah menjadi tepung
ikan, namun ikan kecil lebih ekonomis untuk diolah menjadi ikan. Hal ini disebabkan harga
lebih murah dan lebih mudah digiling oleh mesin untuk menjadikannya tepung. Hal ini sesuai
dengan pendapat Seng (2015) bahwa ikan runcah (kecil) adalah bahan yang paling ekonomis
untuk diolah menjadi tepung ikan karena kurang disukai untuk konsumsi dan harganya relatif
murah.
Materi penyuluhan dan pelatihan meliputi: penjelasan alat dan bahan baku (ikan) dan
teknik memproduksi tepung ikan serta dilakukan demonstrasi percontohan pembuatan tepung ikan
serta tanya jawab mengenai materi tersebut (Gambar 2) adapun tanggapan dari masyarakat dengan
kegiatan tersebut menunjukkan minat yang sangat responsib, karena inimerupakan pengalaman
pertama bagi mereka mengikuti pelatihan serta tergerak guna memproduksi tepung ikan dari hasil
tangkapannya (Gambar 3).
Gambar 2. Pemberian Materi Penyuluhan Gambar 3. Demontrasi Pembuatan Tepung Ikan
Masyarakat peserta pelatihan sebagian besar adalah nelayan penangkap ikan,
petambak atau pembudidaya bandeng serta petani garam. Sebagian masyarakat bekerja petani
ladang dengan komoditi utama adalah jagung serta padi. Adapun respon masyarakat selaku
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |411
mitra kegiatan dari pelatihan ini menunjukkan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat
tersebut memiliki dampak positif terhadap menumbuh kembangkan kesadaran akan perlunya
membuka usaha kegiatan pembuatan tepung ikan guna menambah penghasilan serta dengan
adanya pelatihan ini dapat menambah wawasan serta meningkatkan keterampilan masyarakat.
Dan adapun anggapan dari tim selaku pemberi materi pelatihan terhadap keinginan
masyarakat meliputi : Perlu dilakukan pendampingan dalam pembentukan mitra atau
kelompok usaha produksi tepung ikan atau penyusunaan proposal guna bantuan pengadaan
alat pembuat tepung ikan dari pemerintah daerah melaui instansi terkait serta perlu dilakukan
kajian-kajian analisis mengenai peluang usaha atau prospek maupun pangsa pasar dari
produksi tepung ikan ini sehingga memberikan penghasilan tambahan yang cukup besar
bagi masyarakat Desa di Kecamatan Bolo.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dari pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat untuk
pelatihan pembuatan tepung ikan dapat disimpulkan mampu menjadikan sebagai peluang
usaha dan memiliki nilai ekonomi dalam rangka upaya peingkatan ekonomi masyarakat.
Selanjutnya melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat mampu memberikan nilai positif
terhadap pemahaman dan kapasitas diri dan keterampilan mengolah tepung ikan,
Diharapkan setelah dilakukannya pelatihan ini, ada keberlanjutan pendampingan dari
pihak pemerintah Desa maupun Dinas instansi terkait untuk pengembangan produksi tepung
ikan dari kelompok masyarakat selaku mitra tersebut dalam tahap selanjutnya berupa
melakukan pengemasan dan menerapkan adminsitrasi keuangan dalam mengembangkan
usaha.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram khususnya Lembaga
Penelitian dan Pemgabdian kepada Masyarakat Universitas Mataram yang telah memberi
dukungan financial terhadap pengabdian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Seng, Ahmad. (2015). Perancangan Mesin Produksi Tepung Ikan. Jurnal Teknik Mesin. Rotasi.
Vol 17. 1.
Sultan, Masjud. 2002. Tepung Ikan Masih Harus Impor. Majalah Trubus.
Windsor, M.L. (2001). Fish meal. Torry Advisory Note No. 49. Torry Research Station
[online].(http://www.fao.org/wairdocs/tan/x592 6e/x5926e00.htm, diakses tanggal 10
Februari 2019).
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |412
Penyuluhan Mengenai Penanganan Penyakit Pada Ikan Kerapu Di Batu
Nampar, Lombok Timur
Fariq Azhar, Dewi Putri Lestari, Bagus Dwi Hari Setyono, Andre Rachmat Scabra
Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Mataram
Kata Kunci:
Ikan kerapu;
penyakit; budidaya;
penanganan
Abstrak:
Kecamatan Jerowaru terletak di ujung Selatan Lombok Timur yang kaya
dengan potensi pengembangan budidaya perikanan pantai (Kerapu,
Lobster, dll). Ikan kerapu merupakan komoditas penting yang diharapkan
dapat meningkatkan taraf hidup dan pendapatan nelayan di desa
Batunampar. Ikan kerapu khususnya jenis kerapu bebek mempunyai harga
jual yang sangat tinggi. Pengkajian ikan kerapu yang telah dilakukan sangat
direspon dengan baik oleh masyarakat. Tujuan kegiatan penyuluhan ini
antara lain mencegah terjadinya kerugian ekonomis, menaikkan nilai hasil
produksi ikan kerapu, memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
cara penangangan ikan kerapu yang terserang penyakit. Sedangkan manfaat
dari kegiatan penyuluhan ini diharapkan akan mampu mendorong
masyarakat Desa Batu Nampar untuk dapat menangani penyebaran
penyakit pada ikan kerapu. Kegiatan penyuluhan ini akan dilakukan dengan
menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang cara pencegahan
penyakit yang meliputi petunjuk pemilihan bibit ikan kerapu, petunjuk
pengelolaan budidaya kerapu, petunjuk penanganan ikan yang terserang
penyakit. Target luaran dari kegiatan ini berupa kemampuan menangani
penyakit pada ikan kerapu dan cara pencegahan penyebaran penyakit
tersebut. Kegiatan penyuluhan tersebut dimulai dengan mengumpulkan
para peserta yang merupakan para pembudidaya ikan kerapu. Selanjutnya
penyampaian materi dilakukan dengan melakukan presentasi pada para
pembudidaya mengenai proses budidaya ikan kerapu yang baik. Hal
tersebut dilakukan untuk menambah wawasan pembudidaya ikan kerapu
agar bisa lebih produktif lagi dalam memproduksi ikan kerapu. Proses
budidaya yang baik dapat mencegah serangan patogen yang masuk,
sehingga kematian ikan kerapu dapat diminimalisir. Kesimpulan dari hasil
kegiatan ini adalah penyuluhan mengenai penanganan penyakit pada ikan
kerapu dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai cara
mencegah dan mengobati ikan kerapu yang terserang penyakit sehingga
dapat memicu para pembudidaya untuk memelihara ikan
Korespondensi: [email protected]
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |413
PENDAHULUAN
Kecamatan Jerowaru terletak di ujung Selatan Lombok Timur yang kaya dengan potensi
pengembangan budidaya perikanan pantai (Kerapu, Lobster, dll). Ikan kerapu merupakan
komoditas penting yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup dan pendapatan nelayan di
desa Batunampar. Ikan kerapu khususnya jenis kerapu bebek mempunyai harga jual yang
sangat tinggi. Pengkajian ikan kerapu yang telah dilakukan sangat direspon dengan baik oleh
masyarakat. Hal ini terbukti dengan banyaknya masyarakat yang kemudian ikut mencoba
budiaya ikan kerapu dalam karamba. Teknologi budidaya yang diintroduksikan sangat
sederhana sehingga petani dapat menirunya tanpa kesulitan. Modal yang diperlukan sangat
murah karena konstruksinya bisa dibangun dengan bahan yang tersedia disekitar petani dan
tidak asing bagi mereka misalnya bambu, pelampung dan jaring. Metoda budidayanya juga
sangat sederhana sehingga dapat diaplikasikan oleh petani. Untuk memenuhi kebutuhan pakan
ikan berupa ikan rucah masyarakat tidak mengalami kesulitan karena terdapat banyak bagan
apung dan tancap yang dapat mensuplai kebutuhan ikan rucah setiap hari.
Pengembangan ikan kerapu di keramba jaring apung (KJA) mempunyai kendala dalam
proses kegiatan budidayanya. Permasalahan yang timbul dalam proses pemeliharaan benih ikan
kerapu dalam keramba jaring apung (KJA) adalah timbulnya penyakit. Serangan penyakit dan
penurunan kualitas lingkungan budidaya dapat menjadi salah satu cara masuk penyakit.
Ketersediaan benih yang tahan terhadap penyakit merupakan komponen penting dalam
pengembangan budidaya kerapu. Salah satu penyakit yang sering menyerang ikan kerapu
adalah Vibrio alginolyticus. V. alginolyticus dapat menyerang ikan kerapu pada berbagai stadia
mulai dari larva hingga dewasa. Infeksi pathogen pada ikan budidaya dapat menyebabkan
kematian lebih dari 80%. Patogen penyebab penyakit biotik pada ikan dapat berupa virus,
bakteri, parasit dan jamur (Eraz-Pagodor, 2001). Secara umum spesies dari genus Vibrio yang
potensial dalam menyebabkan Vibriosis pada ikan kerapu. Ekspansi bakteri ini sangat cepat
dan terjadi pada wilayah budidaya laut secara intensif dan menyebabkan kondisi budidaya
perikanan semakin terpuruk dan mempengaruhi sebagian besar produksi ikan di dunia (Austin
and Austin, 1993). Sehingga perlu diadakan pengkajian tentang penyakit yang menyerang ikan
kerapu.
METODE KEGIATAN
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah Focus Group Discusion (FGD)
dengan memberikan informasi atau wawasan kepada pembudidaya terkait penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio alginolyticus sehingga dapat memberikan solusi tentang cara
penanggulangan penyakit Vibriosis pada ikan kerapu kepada pembudidaya. Mulai dari
menyampaikan informasi tentang cara pemilihan bibit ikan kerapu, petunjuk pengelolaan
budidaya ikan kerapu, petunjuk penanganan ikan yang terserang penyakit Vibrio alginolyticus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumberdaya alam berupa laut di Lombok Timur mempunyai potensi untuk kegiatan
budidaya laut yaitu ikan kerapu, udang lobster, mutiara, rumput laut, teripang dan kekerangan.
Potensi budidaya mutiara 3.433,65 ha; ikan kerapu 509,40 ha; udang lobster 525,68 ha; rumput
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |414
laut 2.000,00 ha; teripang 194,00 ha; dan kekerangan 179,50 ha. Hal tersebut yang mendorong
tumbuhnya pembudidaya di Lombok Timur. Akan tetapi, proses budidaya yang telah
berlangsung sering mengalami permasalahan. Salah satu masalah yang muncul dalam proses
budidaya adalah timbulnya penyakit.
Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan
melalui proses hubungan tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan, kondisi inang, dan adanya
patogen. Dengan demikian timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil interaksi yang
tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad patogen. Penyakit pada ikan dapat dibedakan
menjadi penyakit yang bersifat infeksi, dan non-infeksi. Penyakit dapat ditimbulkan oleh satu
atau berbagai macam penyakit. Ada penyakit yang disebabkan oleh satu faktor, tetapi kemudian
dibarengi oleh faktor lain. Bila terjadi semacam ini, berarti penyakit kedua (sekunder)
memanfaatkan kondisi yang disebabkan oleh penyakit pertama (penyakit primer). Penyebab
penyakit infeksi antara lain jamur, bakteri, parasit ,dan virus. Sumber penyakit ini umumnya
banyak terjadi pada ikan kerapu sunu dan serangannya bersifat ganas dan menyebabkan
kematian. Penyebab penyakit non-infeksi antara lain: stres, kekurangan gizi, pemberian pakan
yang berlebihan, keracunan, memar karna luka, cacat, dan lain-lain.
Gambar 1. Pengumpulan peserta pembudidaya ikan
Kegiatan penyuluhan tersebut dimulai dengan mengumpulkan para peserta yang
merupakan para pembudidaya ikan kerapu. Selanjutnya penyampaian materi dilakukan dengan
melakukan presentasi pada para pembudidaya mengenai proses budidaya ikan kerapu yang
baik. Hal tersebut dilakukan untuk menambah wawasan pembudidaya ikan kerapu agar bisa
lebih produktif lagi dalam memproduksi ikan kerapu. Proses budidaya yang baik dapat
mencegah serangan patogen yang masuk, sehingga kematian ikan kerapu dapat diminimalisir.
Kegiatan berikutnya yakni penyampaian informasi tentang penyakit yang disebabkan
oleh bakteri. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terlihat bahwa sebagian peserta
penyuluhan belum mengetahui penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit bakterial yang
sering muncul dalam budidaya ikan kerapu yakni penyakit luka bernanah, sirip busuk, Insang
Busuk, Vibriosis, Keropos Rahang, Anus Menonjol, Radang Mulut, Bintik Merah. Sehingga
banyak para peseta yang bertanya tentang cara pencegahan dan penanggulangan ikan yang
terserang oleh bakteri.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811 Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |415
Gambar 2. Penyampaian informasi tentang penyakit
KESIMPULAN
Penyuluhan mengenai penanganan penyakit pada ikan kerapu dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai cara mencegah dan mengobati ikan kerapu yang terserang
penyakit sehingga dapat memicu para pembudidaya untuk memelihara ikan dalam skala besar
dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Austin,B.,and D.A Austin, 1993. Bacterial Fish Pathogen.2nd edition. Ellis Horwood Ltd.,
Chishester.pp.265-307.
Eraz-Pagodor,G.,2001. Environmental and Other Non Infectious Disease. In Health
Management in Aquaculture (Eds Gilda D.Lio-Po, C.R.Lavilla, E.R.Cruz-Lacierda), pp
75-81. Seardec. Iloilo, Philipines.
Chi, S.C, 2006, Piscine Nodavirus Infection in Asia. Department of Life Science and Institute
of Zoology. National Taiwan University.
Johny, Fris et al,. 2010. Aplikasi Imunostimulan Untuk Meningkatkan Imunitas non-Spesifik
Ikan Kerapu Macan, Epinephelus fuscoguttatus Terhadap Penyakit Infeksi Di Hatcheri.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi. Balai riset Perikanan Budidaya Laut Gondol.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |416
Pemberdayaan Wanita Pesisir Melalui Olahan Pangan Berbasis Mangrove
di Desa Paremas Kabupaten Lombok Timur
Sitti Hilyana, Sadikin Amir, Muhammad Marzuki, Ayu Adhita Damayanti
Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Mataram
Kata Kunci:
pesisir, olahan
pangan, mangrove
Abstrak:
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem penting yang memiliki fungsi
ekologi, ekonomi dan fungsi sosial. Secara ekologis, ekosistem mangrove
berfungsi sebagai daerah pemijahan (spawning ground), daerah asuhan
(nursery ground) serta daerah tempat mencari makan (feeding graund)
berbagai jenis biota dan spesies lainnya. Mangrove juga berfungsi sebagai
penahan abrasi, mencegah intrusi air laut, dan menjaga daratan dari
hantaman gelombang. Secara sosial ekonomi, mangrove berfungsi sebagai
penghasil kayu, obat-obatan serta sumber bahan pangan untuk hidup dan
pendapatan keluarga. Pemanfaatan mangrove menjadi olahan pangan cukup
potensial, namun belum banyak dilakukan masyarakat, sehingga potensi
mangrove untuk kepentingan ekonomi dapat dilakukan melalui olahan
mangrove untuk berbagai jenis pangan seperti cake mangrove, chips dan
brownis mangrove. Selain untuk kepentingan ekonomi, olahan pangan
mangrove juga berfungsi untuk kesehatan dan dapat dilakukan oleh wanita
di kawasan pesisir sebagai matapencaharian, sehingga berdampak pada
meningkatnya kesejahteraan keluarga atau rumahtangga secara
keseluruhan. Salah satu teknologi potensial yang dapat dikembangkan
dalam mengentaskan kemiskinan masyarakat pesisir adalah pelatihan
olahan pangan berbasis mangrove bagi wanita pesisir di Desa Paremas
Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur. Teknologi olahan hasil
berbasis mangrove perlu dikembangkan mengingat selama ini terjadinya
penebangan mangrove akibat dari ketidaktahuan masyarakat terkait fungsi
mangrove baik secara ekologi maupun secara ekonomi. Buah mangrove
jenis sonneratia alba dapat memproduksi tepung mangrove yang dapat
dijadikan bahan pembuatan kue, sedangkan cangkang kepiting bawah
tegakan mangrove dapat dijadikan tepung kepiting yang dapat digunakan
sebagai bahan campuran kerupuk.
Korespondensi: [email protected]
PENDAHULUAN
Sebagian besar kondisi ekonomi masyarakat pesisir relatif rendah, disisi lain potensi
sumberdaya alam dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan. Hasil Susenas 2004
mengungkapkan bahwa, kemiskinan terbesar di Pulau Lombok berada pada masyarakat pesisir
mencapai 168.000 orang tersebar di 236 desa pesisir dengan tingkat pendapatan rata-rata Rp.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |417
3.850.000/kapita per tahun atau Rp 310.000/bulan. Apabila dikaitkan dengan jumlah
tanggungan keluarga rata-rata 4-5 orang, maka rumah tangga masyarakat pesisir tergolong
kategori miskin.
Dalam mengakselerasi pembangunan kelautan dan perikanan, Pemerintah Daerah
melalui berbagai program mencoba mengintroduksi berbagai paket teknologi yang mudah
dilakukan oleh masyarakat dalam rangka mengurangi angka kemiskinan. Salah satu teknologi
potensial yang dapat dikembangkan dalam mengentaskan kemiskinan masyarakat pesisir
adalah pelatihan olahan pangan berbasis mangrove bagi wanita pesisir di Desa Paremas
Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur. Teknologi olahan hasil berbasis mangrove
perlu dikembangkan mengingat selama ini terjadinya penebangan mangrove akibat dari
ketidaktahuan masyarakat terkait fungsi mangrove baik secara ekologi maupun secara
ekonomi. Buah mangrove jenis sonneratia alba dapat memproduksi tepung mangrove yang
dapat dijadikan bahan pembuatan kue, sedangkan cangkang kepiting bawah tegakan mangrove
dapat dijadikan tepung kepiting yang dapat digunakan sebagai bahan campuran kerupuk.
Salah satu metode transfer teknologi olahan hasil berbasis mangrove kepada
masyarakat pesisir khususnya wanita pesisir sebagai sasaran program yang dinilai lebih efektif
adalah dengan membangun kegiatan usaha secara profesional dilokasi yang dapat diakses
langsung oleh masyarakat agar tujuan peningkatan income generating wanita pesisir dapat
tercapai. Metode transfer pengetahuan kepada masyarakat sasaran yang dinilai lebih efektif
adalah dengan membangun kesadaran secara profesional dilokasi yang dapat diterima langsung
oleh masyarakat agar tujuan penyadaran masyarakat pesisir dapat tercapai. Disamping untuk
tujuan pengelolaan sumberdaya mangrove diarahkan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pelestarian serta perlindungan ekosistem sebagai sumber bahan pangan
olahan. Disamping itu diperlukan upaya penyadaran masyarakat tentang perlindungan
sumberdaya mangrove. Keluaran yang diharapkan dari kegiatan pengabdian kepada mayarakat
ini adalah: Meningkatnya jumlah dan jenis alternative livelihood masyarakat pesisir Paremas,
terciptanya kesadaran masyarakat dalam melindungi ekosistem mangrove di Kecamatan pesisir
Jerowaru, memantapkan wawasan, sikap mental, dan visi dosen dalam melaksanakan kegiatan
fasilitasi, pendampingan pada masyarakat serta menumbuhkan dan meningkatkan kualifikasi
peran dosen dalam pemberdayaan pada masyarakat.
Tujuan pengabdian pada masyarakat antara lain : terjaganya kelestarian ekosistem
mangrove, terjaganya keamanan dan kenyamanan masyarakat pesisir Kabupaten Lombok
Timur dari ancaman bencana, berkurangnya pengangguran di kawasan pesisir, meningkatnya
diversifikasi produk olahan (pasca panen) kepiting.
METODOLOGI KEGIATAN
Kegiatan pelatihan olahan pangan berbasis mangrove dilakukan menggunakan metode
kaji tindak partisipatif aktif (participatory action program) di lapangan secara aktif sejak
persiapan sampai evaluasi kegiatan. Teknik yang diterapkan relatif sederhana sehingga
kelompok wanita pesisir maupun pengolah pangan dan peserta lain dapat dengan mudah
melakukan paket teknologi dengan baik dan berhasil guna.
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |418
Penentuan lokasi pelatihan olahan pangan berbasis mangrove dipilih sesuai dengan
kriteria-kriteria yang ditetapkan. Sebelum kegiatan dilakukan sosialisasi program kepada
masyarakat sasaran kemudian mendisain kelompok terpilih dan menyiapkan bahan-bahan serta
modul pelatihan. Pengolahan pangan dilakukan dengan sistem partisipasi aktif anggota
kelompom mulai dari pemilihan buah mangrove sebagai bahan dasar tepung sampai tahapan
olahan yang menghasilkan produk olahan dalam bentuk pangan siap jual. Untuk menunjang
hal ini, dilakukan pelatihan tatap muka serta praktek kerja secara langsung.
Lembaga yang akan bermitra dalam kegiatan ini antara lain Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Lombok Timur serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Lombok Timur. Mitra tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa setelah proyek berakhir,
lembaga ini akan melakukan pembinaan teknis maupun non teknis kepada kelompok sasaran.
Kedua Mitra tersebut memiliki ruang lingkup tugas dalam pengelolaan sumber daya di
Kabupaten dan kegiatan yang diusulkan adalah merupakan program strategis Mitra yang
tertuang dalam dokumen rencana strategis Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB tahun
2015-2035.
Dalam rancangan kegiatan yang diajukan, pemberdayaan wanita pesisir melalui
plahan pangan berbasis mangrove sehingga berdampak pada peningkatan keterampilan kerja
sebagai pekerjaaan baru bagi wanita pesisir terutama kelompok pengolah produk. Komoditi
yang dikembangkan dipilih berdasarkan kesesuaian karakter ekonomi dan social budaya
masyarakat melalui focus group discussion (FGD) pada awal pelaksanaan kegiatan. Pola
pemberdayaan wanita pesisir dilakukan dengan pola pelatihan dan praktek langsung komoditi
perikanan sehingga dalam wanita kelompok sasaran lebih cepat memahami dan mengadopsi.
Peningkatan keterampilan kerja dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu dimulai dari
sosialisasi program, pelatihan, dan pendampingan. Pelatihan meliputi : 1) Pelatihan teori terkait
sistem produksi pangan olahan; 2) Pelatihan pengolahan pangan berbasis mangrove. Sebagai
tindak lanjut pendampingan, setiap kelompok akan didampingi dan dievaluasi secara
berkelanjutan.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur berperan melakukan
bimbingan teknis pada masyarakat sasaran, menyediakan data dan informasi terkait dengan
program kegiatan, menyediakan bantuan alat untuk pengemasan sebagai tindak-lanjut kegiatan
pemberdayaan masyarakat pasca program berakhir. Kelompok binaan berperan dalam
menyediakan menyiapkan buah mangrove sebagai bahan dasar tepung serta cangkang kepiting
untuk bahan dasar kerupuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui tiga tahap yaitu : 1) tahap inisiasi; 2) tahap
pelatihan teoritis dan keterampilan; dan 3) tahap evaluasi akhir dan keberlanjutan. Keterangan
kegiatan pelaksanaan usulan penerapan ipteks akan dijabarkan sebagai berikut:
Tahap Inisiasi
Tahap inisiasi merupakan program awal dalam pelaksanaan usulan penerapan ipteks.
Pada tahap ini dilakukan rangkaian program meliputi : diskusi dan pematangan implementasi
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |419
teknologi inovasi dengan kelompok sasaran. Pelaksanaan kegiatan lanjutan dalam tahapan
inisiasi adalah alih pengetahuan kepada kelompok usaha.
Observasi Lokasi
Observasi lokasi yang telah ditetapkan sebagai lokasi sasaran program sesuai dengan
usulan proposal kegiatan. Pemilihan lokasi sesuai kondisi yang akan diintervensi dan
kebutuhan lokal. Penentuan sasaran atau target program didasarkan pada parameter kesesuaian
usahaserta permasalahan dan memiliki potensi spesifik usaha yang memungkinkan untuk
dilakukan desaign program pengembangan atau perbaikan.
Integrasi dengankelompok sasaran atau target program.
Integrasi dengan kelompok sasarandiawali dengan memperkenalkan diri, identitas
lembaga, anggota tim, maksud dan tujuan, serta rencana-rencana kegiatan yang akan dilakukan
dengan tokoh-tokoh masyarakat, ketua RT dan tetangga terdekat dari tempat pelaksanaan
kegiatan.Selama proses persiapan pelaksanaan program, tim menganalisis peta sosial
masyarakat serta permasalahan sosial ekonomi mereka. Integrasi kedalam masyarakat sangat
penting sebagai langkah awal memulai kegiatan di lapangan. Keberhasilan pendekatan ini
merupakan dasar hubungan kerjasama kedepan antara tim dengan masyarakat sasaran program.
Tahap Sosialisasi
Tahap ini penting untuk dilakukan agar program kegiatan terlaksana sesuai target.
Sosialisasi dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya penataan sanitasi dan higienitas produk yang diusahakan. Pemahaman masyarakat
tentang pentingnya higienitas dan penataan sanitasi rumah produksi mempengaruhi
keberlanjutan usaha olahan mangrove. Strategi bina usaha mencakup sebagai berikut : (1)
meningkatkan keterampilan usaha, pengelolaan bisnis skala kecil dan pengusaha teknologi, (2)
meningkatkan dan mempermudah akses terhadap teknologi, modal dan pasar, (3) membangun
kemitraan mutualistis diantara sesama pelaku ekonomi rakyat.
Pelaksanaan Teknis Kegiatan
Pelaksanaan teknis kegiatan pada kelompok wanita pengolah mangrove meliputi : 1)
pelatihan pengolahan pangan berbasis mangrove; 2) Pelatihan pengemasan produk standar
menghasilkan produk berkualitas; serta 3) Melakukan perbaikan sistem manajemen usaha,
pengembangan SDM dan manajemen keuangan usaha.
Persiapan bahan dan Alat
Persiapan bahan dan alat dimaksudkan untuk mempermudah proses pelaksanaan
pelatihan bagi wanita pengolah berbahan dasar mangrove di Desa Paremas (Dusun Kuranji dan
Dusun Permas) sehingga sasaran program dapat memahami secara langung bahan-bahan dan
alat yang digunakan dalam menunjang usaha produk olahan mangrove. Bahan dan alat yang
dibutuhkan adalah : dandang, loyang, oven, panci, pisau, ulenan, blender, saringan, wadah air,
dan lain sebagainya. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah tepung mangrove, tepung
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |420
terigu, tepung tapioka, gula, telur, margarine, dan lain sebagainya. Pengolahan pangan berbasis
mangrove berupa cake / bolu mangrove, chips mangrove, kerupuk cangkang kepiting, daging
kepiting kemasan. Kegiatan dilakukan secara bertahap, berurutan, bersih dan higienis serta
memenuhi persyaratan mutu guna mengubah bahan mentah menjadi produk akhir.
Pelatihan Diversifikasi Produk Olahan Berbasis Mangrove
Pelaksanaan kegiatan pelatihan diversifikasi atau menambah varian produk berbahan
dasar mangrove dalam bentuk bolu dan chips mangrove, daging kepiting kemasan dan kerupuk
cangkang kepiting dengan varian rasa.
Pelatihan Peningkatan Kualitas Melalui Desain Kemasan Produk
Kemasan produk merupakan faktor penting dalam menjaga kualitas produk. Dengan
kemasan dan pelabelan yang sesuai dengan produk yang dihasilkan juga akan mempengaruhi
harga produk olahan.
Pelatihan Perbaikan Sistem Manajemen Usaha
Tujuan pelatihan perbaikan sistem manajemen usaha adalah meningkatkan
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan kelompok pengolah produk dalam menjalankan
usaha pengolahan mulai dari proses produksi sampai pemasaran. Disamping itu, pelatihan
perbaikan sistem usaha digunakan untuk sarana menyebarluaskan pengetahuan dan informasi
tentang pentingnya melindungi mangrove sebagai habitat berbagai biota penting seperti
kepiting, kerang-kerangan, udang, dan lain sebaginya serta sebagai ekosistem yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi keluarga melalui pemanfaatan buah sehingga
kelompok masyarakat akan termotivasi menjaga dan melindungi ekosistem mangrove karena
memiliki fungsi ekologi, fungsi ekonomi dan fungsi sosial bagi kehidupan masyarakat pesisir.
Pelatihan dan pendampingan terkait manajemen usaha dilakukan dalam bentuk
peningkatan kapasitas anggota kelompok dalam mengembangkan usaha dibidang pengolahan
produk berbasis mangrove. Pelatihan diawali dengan penyampaian materi antara lain : a)
pemanfaatan mangrove sebagai sumber ekonomi dan sebagai habitat kepiting, b) pemanfaatan
buah mangrove sebagai bahan dasar tepung mangrove, c) alternatif varian produk berbahan
mangrove, d) konsistensi cita rasa dan performance produk, e) pengemasan dan pelabelan
produk, dan h) sistem pemasaran produk.
Kegiatan pelatihan usaha yang dilanjutkan dengan pelatihan pengolahan produk
berbasis mangrove bertujuan untuk melakukan pemberdayaan kelompok pengolah mangrove
beserta biota yang mendiaminya agar memiliki mata pencaharian dan memiliki jiwa
kewirausahaan. Tujuan spesifik kegiatan pemberdayaan adalah upaya pemberdayaan
kelompok melalui penciptaan lapangan kerja dan peluang usaha baru bagi masyarakat sehingga
mereka memiliki sumber penghasilan. Hal ini akan berimplikasi pada peningkatan daya beli
masyarakat yang akan berdampak pada dinamika ekonomi masyarakat.
Disamping tujuan secara ekonomi, tujuan kelembagaan, yaitu:
a. Melalui pemberdayaan akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat dalam bidang teknik berwirausaha
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |421
b. Melalui pemberdayaan akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat pengembangan usaha pengolahan produk olahan berbasis mangrove mulai dari
tahapan produksi dan pemasaran hasil.
c. Penguatan kelembagaan (institusional building) sosial ekonomi masyarakat melalui
penumbuhan dan pengembangan kelembagaan kelompok.
d. Melalui pelatihan dan pembinaan akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat atau kelompok sasaran untuk melakukan pengolahan produk berbasis
mangrove.
Peningkatan ketrampilan pengolahan hasil berbasis mangrove diarahkan untuk:
1. Memotivasi masyarakat untuk berusaha dan bekerja keras serta kreatif dan inovatif dalam
menjalankan kegiatan usahanya.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil usaha sehingga akan mendorong peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan mereka.
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat sasaran melalui pengolahan produksi hasil olahan
berbasis ikan, kualitas produksi dan harga jual di pasaran.
4. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam mengadopsi teknologi inovasi
pengolahan mangrove secara higienis.
5. Meningkatkan pengetahuan bagi kelompok sasaran tentang pelaksanaan hidup bersih dan
sehat.
Partisipasi Calon Pelaku Usaha Pengolahan Produk Berbasis Mangrove
Sejalan dengan pendekatan partisipatif yang digunakan dalam pelatihan pengolahan
pangan berbahan mangrove dan pengolahan pangan berbahan biota mangrove kepiting pada
setiap tahapan kegiatan mulai dari perencanaan, implementasi maupun pengawasan, pelibatan
kelompok wanita pengolah mutlak dilakukan, karena metode pendekatan ini sangat
menentukan tingkat keberhasilan program kedepan. Hasil kajian Hilyana, dkk, 2008
melaporkan bahwa pelibatan masyarakat lokal dalam penerapan program pemberdayaan
selama ini hanya sebatas pelatihan sesaat, belum dilibatkan sebagai pelaku utama baik dalam
konteks menentukan formula yang paling sesuai dan keberlanjutan usaha. Agar pelibatan
kelompok pengolah pangan berbahan mangrove dapat dilakukan secara penuh maka kelompok
sasaran diberikan penyadaran dan dibekali pengetahuan terkait prospek pengembangan usaha
olahan serta sistem pengasapan yang higienis sehingga akan mempengaruhi kualitas produk
serta nilai ekonomi produk yang lebih baik.
Program-program yang lebih menyentuh dan bersifat implementatif sangat dibutuhkan
masyarakat sehingga hasilnya dapat dilihat secara terukur dalam rangka membangun
kepercayaan masyarakat sekaligus memotivasi dan menanamkan keyakinan akan kemampuan
mereka dalam mengembangankan usaha pengolahan pangan berbasis mangrove serta
pengolahan pangan berbasis kepiting yang lebih aman dari sisi kesehatan dan kualitas produk
.Program pengembangan desa wisata mangrove dapat dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya
termasuk dalam program perlindungan ekosistem berbasis masyarakat serta peraturan
pengelolaannya.
Semangat untuk menerapkan praktik-praktik partisipatif dan inovatif di Desa paremas
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |422
masih relatif tinggi. Hal ini indikasikan oleh keikutsertaan kelompok wanita pengolah pangan
berbahan mangrove selama pelaksanaan kegatan mulai tahap proses sosialisasi, persiapan
pelatihan dan proses pengolahan pangan.
Persepsi Masyarakat Terhadap Usaha Olahan Pangan Berbasis Mangrove
Mengubah atau meningkatkan persepsi masyarakat terhadap pentingnya
pengembangan usaha olahan mangrove penting dilakukan sebagai acuan dan dasar
pengembangan usaha kecil untuk berbagai pemanfaatan kedepan. Peningkatan persepsi
mendorong masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pengolahan mangrove.
Sejalan dengan apa yang diungkapkan Slamet (1985), terdapat 3 syarat agar masyarakat dapat
berpartisipasi dalam pembangunan, yaitu adanya kemauan, kemampuan serta kesempatan
untuk berpartisipasi.
Persepsi dan partisipasi merupakan konsep yang saling terkait, seseorang akan
berpartisipasi terhadap suatu objek, didahului oleh persepsi dan sikapnya terhadap objek
tersebut dan baru kemudian muncul partisipasi. Persepsi masyarakat yang baik terhadap
pengolahan pangan berbasis mangrove perlu dibangun dengan berbagai upaya salah satunya
adalah melalui pertemuan/diskusi formal dan informal.
Kendala Pengembangan Usaha Olahan Pangan Berbasis Mnagrove
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan usaha olahan pangan berbasis mangrove
di Desa Paremas adalah semangan membangun usaha produktif hanya bisa dilakukan oleh
beberapa anggota kelompok saja, karena setiap anggota kelompok memiliki cara pandang dan
effort yang berbeda. Disamping itu ketersediaan sarana pendukung yang dimiliki kelompok
relatif terbatas. Beberapa kelemahan lain yang dapat diidentifikasi dari karakteristik peserta
program yang menjadi factor pnghambat keberlanjutan usaha kedepan adalah sikap mental
yang mengabaikan kualitas bahan baku, proses produksi kurang higienis karena budaya bersih
jauh dari standart ideal, mental yang tidak focus dan kurang effort, sifat tak percaya kepada diri
sendiri, tak berdisiplin, sikap mental mengabaikan tanggung jawab.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pemberdayaan wanita dalam megolah produk
berbasis mangrove diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengolahan pangan berbasis mangrove merupakan alternatif yang tepat untuk
pengelolaan mangrove, diantaranya dibuat produk bolu/cake mangrove, chips mangrove,
kepiting kukus kemasan serta kerupuk cangkang kepiting.
2. Pemanfaatan produk tersebut diharapkan dapat menambah keahlian para anggota
kelompok yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
3. Tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat Desa Paremas meningkat terkait usaha
produktif berbahan mangrove, tercermin dari pasca kegiatan pelatihan dan
pemberdayaan dilakukan oleh tim pengabdian terjadi perubahan pola pikir yang lebih
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |423
baik dibandingkan sebelum intervensi program. Hal ini ditunjukkan oleh semakin
kuatnya motivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan usaha olahan
pangan berbasis mangrove. Kondisi ini tercermin dari sikap masyarakat yang mulai
memanfaatkan buah mangrove untuk membuat tepung mangrove sebagai bahan dasar
pembuatan cake/bolu dan chips mangrove serta pemanfaatan limbah cangkang kepiting
menjadi kerupuk cangkang kepiting yang selama ini banyak terbuang dan tidak
dimanfaatkan.
4. Kegiatan pendampingan dapat terlaksana karena didampingi fasilitator yang kompeten
dalam dalam pengolahan produk pangan. Tanggapan positif oleh peserta program
pelatihan olahan pangan merupakan faktor pendorong yang memungkinkan kegiatan
pengolahan produk olahan mangrove berjalan secara efektif dan berkelanjutan. Semua
peserta dapat membaca dan menulis bahasa Indonesia, ini merupakan factor pendukung
positif terhadap keberhasilan transformasi. Pelibatan kelompok wanita menjadi prioritas
karena sebagian besar ibu-ibu dan wanita yang ada diwilayah pesisir tidak memiliki
kegiatan, waktu relatif banyak, sehingga diharapkan dengan keterampilan maupun
gagasan usaha yang akan diberikan dapat menjadi motivasi untuk memulai usaha dan
pada gilirannya diharapkan dapat memberikan tambahan pendapatan.
Saran
1. Hasil pelatihan dan pendampingan terhadap peserta binaan, menunjukan hasil bahwa
partsipasi dan antusiasme masyarakat yang relatif besar. Dengan demikian model
pembinaan yang perlu diterapkan pasca program harus lebih mendasar, intensif,
pendampingan terus menerus, disertai keaktifan pendamping untuk mencari berbagai
akses yang dibutuhkan oleh binaan. Akses yang diperlukan berupa modal, peluang pasar
serta temu usaha.
2. Pemandirian kelompok dilakukan melalui proses yang panjang, Untuk itu dibutuhkan
tekad yang kuat dari anggota kelompok serta pendampingan intensif. Kemampuan tenaga
pendamping sangat berpengaruh terhadap proses pemandirian kelompok. Selain
wawasan, diperlukan dari seorang pendamping adalah pengalaman lapangan,
pemahaman konsep program secara keseluruhan, sikap dan kepribadian yang
mendukung. Penguatan ekonomi masyarakat mulai dijalankan setelah terbentuknya
kelompok masyarakat, dan menjadi intensif setelah kelompok mandiri.
3. Perlu bimbingan dan pendampingan secara intensif agar peserta program tidak
kehilangan motivasi berusaha, mengingat sebagian besar peserta program pemberdayaan
termasuk kelompok usia muda. Perlu program penguatan kelompok sebagai tindak lanjut
program pemberdayaan agar usaha yang telah ditekuni saat ini dapat dilakukan secara
berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
BPS, 2011. NTB dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Mataram
DKP Kab. Lombok Barat. 2000. Visi dan Misi Dinas Perikanan Kabupaten Lombok Barat
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU LPPM Universitas Mataram e-ISSN: 2715-5811
Vol. 1, 2019
Hotel Grand Legi Mataram, 26 September 2019 |424
Friedman, John, Empowerment: The Politics of Alternative Development. Cambridge:
Blackwell, 1992.
Kirdar, Uner dan Leonard Silk (eds.), People: From Impoverishment to Empowerment. New
York: New York University Press, 1995.
Putranto, Dwi Arie. 2007. Analisis Efisiensi Produksi Kasus pada Budidaya Penggemukan
Kepiting Bakau di Kabupaten Pemalang. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang
Ranis, Gustav. “Reducing Poverty: Horizontal Flows Instead of Trickle Down”. Uner Kirdar
dan Leonard Silk (eds.), People: From Impoverishment to Empowerment. New York:
New York University Press, 1995.