Dry-eyes

48
DRY EYE DRY EYE

description

mata

Transcript of Dry-eyes

Page 1: Dry-eyes

DRY EYEDRY EYE

Page 2: Dry-eyes

Anatomi sistem lakrimalAnatomi sistem lakrimal

Sistem produksi : glandula lakrimal◦Glandula lakrimal utama◦Glandula lakrimal asesoris : wolfring dan krause

Sistem ekskresi- Pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus

lakrimal, duktus lakrimal

Page 3: Dry-eyes
Page 4: Dry-eyes

AIR MATAAIR MATA

Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7 – 10 mikrometer yang melapisi epitel kornea dan konjungtiva. Fungsi dari lapisan tipis ini adalah

- untuk membasahi dan melindungi lapisan epitel kornea dan konjungtiva,

- mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara “flushing”

- dan untuk menyediakan nutrisi bagi kornea.

Page 5: Dry-eyes

Lapisan air mataLapisan air mata

Lapisan lemak ( 0.11 mikrometer) , dihasilkan oleh kelenjar Meibom

Lapisan akuos (7 mikrometer), dihasilkan oleh glandula lakrimal

Lapisan musin (0.02-0.05 mikrometer), dihasilkan oleh sel goblet

Page 6: Dry-eyes
Page 7: Dry-eyes

Vol air mata pada tiap mata 5 – 9 mikroliter

Protein airmata mengandung 60% albumin, 20% globulin dan 20% lysozyme

Pada airmata terdapat IgA, IgG, dan igE

Page 8: Dry-eyes

DRY EYE DRY EYE

Page 9: Dry-eyes

DefinisiDefinisi

Berdasarkan Internasional Dry Eye Workshop, 2007

Suatu penyakit multifaktorial dari airmata dan permukaan mata (kornea dan konjungtiva) yang menyebabkan gejala tidak nyaman pada mata, gangguan penglihatan, dan instabilitas airmata yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan permukaan mata

Page 10: Dry-eyes

Epidemiologi Epidemiologi

Dry eye lebih sering terjadi pada wanita 86% dibandingkan pria

Sering terjadi pada daerah dengan tingkat polusi yang tinggi

Presentasi insiden terjadinya dry eye 20 – 30% terutama pada pasien berusia diatas 40 tahun

Frekuensi terjadi dry eye lebih tinggi pada ras hispanik dan asia dibandingkan ras kaukasius

Page 11: Dry-eyes

Patofisiologi Patofisiologi

Dua mekanisme utama penyebab terjadinya dry eye adalah

Hiperosmolaritas air mataInstabilitas film air mata

Page 12: Dry-eyes

Hiperosmolaritas air mataHiperosmolaritas air mata

Terjadi karena rendahnya aliran akuos atau tingginya penguapan air mata

Rendahnya aliran akuos terjadi karena disfungsi glandula lakrimal dan berkurangnya reflex kornea/mengedip

Tinggi nya penguapan terjadi karena gangguan kelopak mata dan disfungsi kelenjar Meibom

Airmata yang hiperosmolar dapat merusak epitel kornea dan konjungtiva dengan mengaktivasi sel radang dan mengeluarkan mediator sel radang ke dalam airmata

Page 13: Dry-eyes

Instabilitas film airmataInstabilitas film airmata

Defisiensi dari salah satu komponen dari film air mata (lemak, akuos, musin) menyebabkan airmata yang cepat rusak hingga menimbulkan dry spot -> tereksposnya kornea dan konjungtiva sehingga terjadi kerusakan epitel kornea dan konjungtiva

Dapat terjadi secara langsung karena kelainan lapisan lemak pada disfungsi kelenjar Meibom

Atau secara tidak langsung karena menyebabkan peningkatan penguapan yang pada akhirnya menyebabkan hiperosmolaritas airmata

Page 14: Dry-eyes

Dry spotDry spot

Page 15: Dry-eyes

Dry EyeDry Eye

Healthy tear film Dry eye

http://www.chronicdryeye.com

Page 16: Dry-eyes

EtiologiEtiologi A. defisiensi akuos1. Sjogren

a. primer : penyakit autoimun pada glandula lakrimal dan salivab. sekunder : berhubungan dengan penyakit autoimun ( arthritis rhematoid dan SLE )

2. non-Sjogrena. insufisiensi glandula lakrimal primer : alakrima congenital,

disautonomia familial, berhubungan dengan umur/ degenerasi

sekunder : infiltrasi glandula lakrimal : sakroidosis, limfoma, AIDS,ablasi glandula lakrimal, denervasi glandula lakrimal

 

Page 17: Dry-eyes

b. obstruksi duktus lakrimal : dapat disebabkan oleh konjungtivitis sikatrik ( trakoma, pempigoid sikatrik, eritema multiform, luka bakar )

c. hiposekresi reflex◦blok sensorik : dapat disebabkan karena terjadinya

penurunan sensasi kornea diakibatkan oleh operasi kornea/ LASIK, diabetes (kemungkinan karena neuropati sensori), kontak lens, infeksi (keratitis herpes simplex, herpes zoster opthamika)

◦blok motorik : karena kerusakan pada saraf cranial VII, neuromatosis multiple, obat antikolinergik

Page 18: Dry-eyes

B. Evaporasi 1. gangguan pada kelenjar Meibom karena

a. disfungsi glandula meibom karena dermatitis acne rosacea, seborroic dermatitis, keracunan obat isotretinoin

b. aplasia congenitalc. distikiasis

2. gangguan pada kelopak mataa. eksoftalmosb. deformitas kelopak matab. gangguan posisi kelopak

3. gangguan berkedip : pada penyakit Parkinson

4. gangguan permukaan mata : konjungtivitis alergi

 

Page 19: Dry-eyes

Faktor resikoFaktor resikoUsia tuaWanitaKeadaan lingkunganFaktor pekerjaanFaktor nutrisiStatus hormonalPengobatan sistemikObat mata tetes berpengawetPenggunaan lensa kontakOperasi LASIKParkinsonDiabetes mellitus

Page 20: Dry-eyes

GejalaGejalaMata terasa kering, gatal, seperti berpasirSeperti ada benda asingNyeriPanas atau menyengatMeningkatnya mata mengedipMata cepat lelehFotofobiaPandangan kaburTidak bisa memakai lensa kontak

Page 21: Dry-eyes

Diagnosis Diagnosis

Saat ini tidak ada kriteria uniform untuk diagnosis dry eye

Diagnosis dibuat berdasarkan◦Anamnesis◦Pemeriksaan fisik◦Tes pemeriksaan

Page 22: Dry-eyes

Anamnesis Anamnesis

Didapatkan gejala seperti mata merah, mata terasa mengganjal seperti ada benda asing, mata seperti berpasir,gatal, nyeri atau menyengat, mata cepat lelah, pandangan kabur, fotofobia

Page 23: Dry-eyes

Pemeriksaan fisik dan tes Pemeriksaan fisik dan tes PemeriksaanPemeriksaan

1. Schirmer test2. Tear breakup time (TBUT)3. Pewarnaan fluoresein4. Pewarnaan rose bengal5. Pewarnaan lissamine green6. Osmolaritas airmata7. Ocular ferning test8. Impression cytology

Page 24: Dry-eyes

Schirmer testSchirmer test

Menentukan produksi airmataNegatif pada defisiensi musinTanpa anestesi

◦Mengukur kemampuan glandula lakrimal utama◦Abnormal bila dalam 5 menit kertas yang basah <

10 mmDengan anestesi

◦Mengukur kemampuan glandula krauss & wolfing◦Abnormal bila dalam 5 menit kertas yg basah <

5mm

Page 25: Dry-eyes
Page 26: Dry-eyes

Tear Film Breakup TimeTear Film Breakup Time

Tes ini dilakukan untuk mengestimasi komponen musin pada air mata. Defisiensi musin akan menyebabkan instabilitas air mata sehingga menyebabkan air mata rusak dalam waktu cepat. Pada air mata akan muncul “dry spot” dengan disusul tereksposnya epitel kornea dan kongjungtiva, hal ini akan merusak sel epitel sehingga epitel yang rusak akan terlihat dengan pewarnaan. Epitel yang rusak menyebabkan munculnya titik-titik pewarnaan saat kornea diberi pewarnaan dengan fluoresein.

Page 27: Dry-eyes

Tear film break up time dapat diukur dengan menempelkan kertas fluoresein pada konjungtiva bulbar dan meminta pasien untuk mengedip tiga kali lalu pasien diminta untuk menahan agar tidak mengedip dan melihat lurus ke depan sambil mata pasien diperiksa dengan menggunakan slitlamp. Lampu slitlamp yang digunakan adalah lampu filter cobalt-blue. Waktu sampai terlihatnya “dry spot” pertama merupakan waktu perusakan air mata atau tear film breakup time. “Dry spot” akan terlihat berwarna gelap diantara warna konjungtiva normal yang kebiruan dengan lampu slitlamp. Normalnya adalah lebih dari 10 detik. namun penelitian terkini menunjukan batas < 5 detik dinyatakan abnormal dengan kemungkinan tinggi terdapatnya dry eye.

Page 28: Dry-eyes
Page 29: Dry-eyes

Pewarnaan Pewarnaan

Fluoresein Mewarnai epitel kornea yang rusak

Rose Bengal Mewarnai epitel kornea dan konjungtiva yang

rusak atau degenerasiLissamine Green

Mewarnai epitel kornea dan konjungtiva yang rusak atau degenerasi

Page 30: Dry-eyes
Page 31: Dry-eyes

Osmolaritas air mataOsmolaritas air mata

Tolak ukur dry eye Osmolaritas >= 316 mOsm/L

Dapat diukur dengan - tearLab- Tear osmometer

Page 32: Dry-eyes

tearLab tearLab

Mengukur osmolaritas dengen mengukur aktivitas elektrik melalui kandungan garam pada air mata

Page 33: Dry-eyes

Tear osmometerTear osmometer

Mengukur osmolaritas air mata berdasarkan titik beku nya

Page 34: Dry-eyes

Ocular Ferning testOcular Ferning test

Melihat hasil ferning mukus pada kerokan konjungtiva

Mukus akan berkurang pada keadaan dry eye defisiensi mukus

Page 35: Dry-eyes

a. ferning mukus a. ferning mukus uniform dan uniform dan bercabang bercabang banyakbanyakb. ferning mukus b. ferning mukus lebih kecil lebih kecil dengan cabang dengan cabang lebih sedikitlebih sedikitc. ferning mukus c. ferning mukus kecil dengan kecil dengan hampir tanpa hampir tanpa cabangcabangd. tidak ada d. tidak ada ferning ferning

Page 36: Dry-eyes

Impression CytologyImpression Cytology

Mengukur jumlah sel goblet pada permukaan konjungtiva

Sel goblet berkurang pada keadaan dry eye, trakoma, defisiensi vitamin A, sindrom Steven Johnson

Page 37: Dry-eyes

a. Sel goblet yang berkurang pada dry a. Sel goblet yang berkurang pada dry eyeeye

b. Jumlah sel goblet normalb. Jumlah sel goblet normal

Page 38: Dry-eyes

Manajemen & TerapiManajemen & Terapi

Page 39: Dry-eyes

 level 1

◦Edukasi dan modifikasi lingkungan atau makanan

◦Eliminasi pengobatan sistemik yang menyebabkan dry eye

◦Air mata buatan dengan pengawet (gel dan tetes mata), 4 kali sehari atau lebih

◦Perbaikan pada kelainan kelopak mata

Page 40: Dry-eyes

level 2 – dilakukan bila level 1 tidak cukup, ditambah dengan

Air mata buatan tanpa pengawet Anti radang

◦Kortikosteroid tetes◦Cyclosporine A tetes◦Omega 3 fatty acid tetes atau sistemik

Punctal plugs atau oklusi pungtum (setelah mengontrol peradangan)

Tetrasiklin (untuk meibomanitis dan rosacea) Secretagogues Moisture chamber spectacles atau kacamata

untuk menjaga kelembaban  

Page 41: Dry-eyes

Moisture chamber spectaclesMoisture chamber spectacles

Page 42: Dry-eyes

level 3 – dilakukan bila level 2 tidak cukup, ditambah dengan :

Serum autologous, serum umbilical cordLensa kontakPunctal plug atau oklusi pungtal

permanen 

Page 43: Dry-eyes

level 4 – dilakukan bila level 3 tidak cukup, ditambah dengan:

Anti radang sistemik Operasi

◦Operasi kelopak mata◦Tarsorrhaphy◦Grafting membran mukus◦Transposisi duktus glandula saliva◦Transplantasi membran amniotic

Page 44: Dry-eyes

Komplikasi Komplikasi

Penurunan visus yang parah bila terjadi skaring dan neovaskularisasi di kornea

Ulkus kornea

Page 45: Dry-eyes

Komplikasi Komplikasi

- Keratitis filamentosa

Page 46: Dry-eyes
Page 47: Dry-eyes

AirmataAirmataNa : 132 mMol/LK : 24 mMol/LHCO : 32.8 mMol/L Cl : 0.8 mMol/LMg : 0.61 mMol/LGlukosa : 5 mg/dLUrea : 0.04 mg/dLPh : 5.2 – 8.35Osmolaritas : 295 – 309

mosm/liter

Page 48: Dry-eyes

Kuisioner Kuisioner