Drama Perjuangan

download Drama Perjuangan

of 24

Transcript of Drama Perjuangan

Tema Judul Para Pelaku -

: Pengabdian Guru : Guruku, Penyemangatku :

Pak Syaiful (Pak Aip) Mira Liliz Aji Ati Wawan Rachel Asep Ina

Di sebuah desa yang kecil dan sederhana terdapat seorang pejuang yang digemari banyak penduduk desa. Beliau adalah Pak Syaiful, guru Bahasa Indonesia di SMA Xtra, yakni SMA sederhana yang hanya terdiri dari 28 orang murid. Namun beliau tidak pernah putus asa. Pak Syaiful yang biasa disapa Pak Aip selalu menyemangati siswa-siswanya agar terus berjuang, meraih mimpi. Pak Aip : Chairil Anwar selalu menuangkan ide-ide dan perasaannya dalam bentuk syair. Lihat saja pusinya yang berjudul Aku . Chairil mengemukakan tentang pemberontakan dari segala bentuk penindasan. AKU!! Kalau sampai waktuku..ku mau tak seorang kan merayu..Tidak Juga kau. Aku mau hidup seribu tahun lagi. Ada yang tahu maksud dari syair ini?? Wawan : Menurut saya, Penulis ingin mengungkapkan tentang keinginan terbesar nya untuk tetap bertahan, meraih mimpinya. Dan bila saatnya nanti, entah berhasil atau tidak, dia tidak ingin seorang pun menangis atau meratapinya, siapapun itu. Pak Aip : Pemikiran yang baik, ada yang ingin menambahkan? Asep : Disini, penulis ingin hidup seribu tahun lagi, namun dia menyadari keterbatasan usianya dan kalau ajalnya tiba, ia tidak ingin seorang pun meratapinya Pak Aip : Ide-Ide yang cerdas. Bapak salut pada kalian semua. Bapak harap kalian mengerti tentang puisi, dan kelak kalian menjadi seorang yang sukses. Pergi merantau meraih mimpi, menyentuh semua khayalan kalian, berlari ke ujung dunia untuk mimpi-mimpi kalian itu. Ingat! Tidak ada yang mustahil jika kita mau berusaha dan berharap pada Tuhan. Jangan hanya menjadi sang pemimpi, tapi jadilah sang pemimpin.

Matahari mulai menyembunyikan wajahnya, Pak Aip harus kembali mengayuh sepeda bututnya sepanjang 7 km menuju rumah. Di rumah beratapkan daun rumbia ini, tinggalah Pak Aip dan Mira anaknya. Ibu Eni, istri Pak Aip telah meninggal sesaat setelah melahirkan Mira. Mira cantik dan pintar, namun sayangnya ia hanya tergulai lemah di tempat tidur, karena penyakit yang dideritanya polio. Pak Aip : Selamat siang, nak. Ayah pulang. Mira : Siang ayah. Bagaimana keadaan ayah hari ini?

Pak Aip : Baik sayang. Sudah bisa kita mulai belajarnya hari ini? Mira : Sudah yah. Saya Siap.

Pak Aip : Nak, apa yang kamu ketahui dari Chairil Anwar? Mira : Chairil dia penyair terkenal yang selalu menuangkan ide-ide cemerlangnya lewat syair yang indah. Walaupun dia berasal dari keluarga yang tercerai berai dan dibesarkan oleh seorang nenek. Pak Aip : Pintar nak. Benar, Chairil itu orang yang tidak mudah berputus asa, dia selalu ingin meraih mimpinya dan selalu mencoba jika ia gagal. Salah satu syairnya yang terkenal ialah AKU. AKU!! Kalau sampai waktuku..ku mau tak seorang kan merayu..Tidak Juga kau. Aku mau hidup seribu tahun lagi. Apa yang pesan moral syair ini, Mira? Mira : Ayah, menurut Mira, Aku disini adalah pejuang yang tak pernah menyerah sama seperti penulisnya Chairil. Dan dia tidak mau membuat orang lain susah karena dirinya. Pak Aip : Benar nak, ayah bangga padamu. Walau tak seperti anak-anak normal lainnya, tapi semangat belajarmu selalu membara. Ayah sayang padamu. Mira : Mira juga sayang ayah. Mira tidak pernah berkecil hati dengan keadaannya. Ayahnya selalu mendukungnya. Sepulang sekolah, ayahnya selalu mengulang materi yang beliau ajarkan di sekolah. Malam harinya, saat mira dan ayahnya sedang makan malam dengan lauk seadanya. Nasi, ikan asin dan Sayur Asam, terjadi percakapan yang cukup serius . Pak Aip : Nak, apa cita-citamu kelak? Mira : Mira ingin menjadi seorang dokter ayah. Mira ingin menyembuhkan penyakit penyakit yang diderita anak-anak kecil. Agar mereka tidak merasakan hal yang sama seperti yang mira rasakan sekarang. Pak Aip : Sungguh mulia cita-citamu nak. Walau sakit, tapi kamu tak pernah putus asa. Keesokan harinya.

Pak Aip : Anak-anak, minggu depan kita sudah menghadapi UN. Bapak harap kalian belajar dengan tekun agar kelak kalian Lulus dan dapat merah cita-cita kalian. Bila nanti . Uhukkk.. uhukk..uhuk. Liliz : Pak, pak Aip. Bapak kenapa? (Berlari ke depan).

Pak Aip : Bapak tidak apa-apa nak, hanya batuk biasa. Uhukkuhuk Liliz : Tapi.

Pak Aip : Sudah..tenanglah mending kalian belajar untuk UN nanti. Liliz : Pakk

Pak Aip kembali mengayuh sepeda bututnya menuju rumah. Terik matahari saat itu masih menyinari. Tak seperti biasanya. Hari ini, Pak Aip memutuskan untuk pulang lebih dulu ke rumahnya, karena kondisi kesehatannya yang tidak bisa dikompromi lagi. Di tengah perjalanan, sepeda Pak Aip kehilangan kendali. Pak Aip panik dan sepedanya terjatuh. Untunglah saat itu, salah seorang muridnya, Ati dan Aji melalui jalanan tersebut dan mendapati Pak Aip sedang terbaring di jalanan berbatu tanpa aspal Ati Aji Ati Aji : Ajilihat!! Sepertinya itu adalah Pak Aip. : Haaa???!! Dimana?? : Itu (sambil menunjuk ke arah Pak Aip ) : Ia benar Ti, ayo segera kita tolong.

Di rumah Pak Aip. Mira : Aji, ayah kenapa?

Aji : Tenanglah Mira. Ayahmu tidak apa-apa. Beliau hanya capek dan kita mendapati beliau di jalanan menuju kesini. Mira : Terima kasih, Aji..

Malam harinya, para siswa SMA Xtra selalu datang belajar di rumahnya Pak Aip. Dan Pak Aip ikhlas mengajarkan mereka, walau tanpa bayaran. Rachel, Ina, Liliz, Wawan, Ati : Slamat malam.

Pak Aip : Slamat malam generasi cerdas. Silahkan masuk, bapak sudah menunggu kalian. Ati : Terima kasih Pak. Bagaimana keadaan bapak sekarang? Sudah baikan?

Pak Aip : Sudah nak, bapak sudah agak baikan. Terima kasih. Ati Pak aip Ina : Sama-sama Pak. : Maaf, rumah bapak hanya sederhana. : Tidak mengapa pak.

Pak Aip : Mari kita mulai pelajarannya nak Liliz : YA!! Mariiii,..

Pak Aip : Generasi cerdas nilai nilai budaya yang terletak pada hikayat, berbeda dengan yang ada pada novel. Nilai budaya pada hikayat adalah nilai-nilai yang dianggap pra logis. Rachel : Jadi seperti nilai atau kebudayaan yang tidak rasional pak? Seperti menyembah putri dewa, berbicara dengan hewan atau dengan kata lain mengerti bahasa hewan. Bukan begitu pak? Pak Aip : Benar sekali generasi cerdas. Kita lihat saja contoh Hikayat Ibnu Hasan. Menurut kalian apa nilai budayanya? Mira : Saya Pak

Pak Aip : Silahkan nak. Mira : Menurut saya, tidak mungkin seorang anak berumur 7 tahun dapat pergi merantau sendiri dari Bagdad menuju Mesir. Itu sangat tidak mungkin. Apalagi perjalanannya memerlukan waktu yang sangat lama. Pak Aip : Benar!! nah sekarang coba kalian tentukan nilai-nilai religi, nilai moral dan nilai etika! Suasana belajar malam itu begitu semangat. Pak Aip selalu tersenyum dan dengan ikhlas memberikan les tambahan bagi para siswa nya di malam hari. Namun siapa yang menyangka, dibalik untaian senyum dan tebaran keikhlasan, ternyata Pak Aip mengidap penyakit yang sewaktu-waktu dapat merenggut nyawanya. Ya beliau mengidap kanker paruparu. Selama ini, beliau tidak terlalu peduli dengan kondisi kesehatannya. Baginya, sakit yang dirasakannya hanya sakit biasa. Pak Aip : Nak, jika nanti ayah telah pergi. Kamu harus rajin belajar, jangan putus asa. Pergilah ke salah satu panti asuhan terdekat. Belajarlah disana, kelak kamu akan jadi orang yang sukses. Mira : Ayah, jangan berkata begitu. Mira sayang ayah. Mira tidak mau ayah pergi meninggalkan mira. Hari pertama ujian nasional

Pak Aip : Anak-anak, hari ini hari pertama kalian menghadapi Ujian Nasional. Uhukk..uhukk Bapak harap kalian tidak patah semangat dan selalu rajin belajar. Siswa-siswa : Iya pak.. Liliz : Doakan kami yah Pak.

Pak Aip : Pasti nakuhukk..uhuk. Setelah hari itu, Pak Aip tidak ke sekolah lagi, penyakitnya tambah parah. Ia hanya terbaring lemah di kamarnya dan tak ada yang bisa merawatnya, karena Mira lumpuh. Hari pengumuman kelulusan.. Liliz Asep Aji Ati Liliz : Thank you God, saya berhasil. : Ya. Saya juga. Terima kasih Tuhan : Teman-teman kita berhasil. Ayo, kita kabarkan hal ini untuk Pak Aip. : Yuk : Iya, sekalian saja kita jenguk Pak Aip, sudah lama kita tak bertemu beliau.

Di rumah Pak Aip Mira : Ayahayo bertahan yah Mira masih butuh Ayahjangan pergi yah..

Pak Aip : Nak, umur ayah sudah tidak lama lagi. Ayah hanya menunggu berita kelulusan siswa-siswa ayah. Setelah itu.uhukkuhukkk. Mira : Ayah, jangan bilang begitu. Jangan yah ayah pasti bisa bertahan

Pak Aip : Sudah nak..ingat pesan bapak.. kamu harus bertahan, pergilah ke panti asuhan terdekat, tinggal disitu. Tapi jangan kamu merepotkan kalian. Mira Liliz Mira Aji Mira Ati Rachel : Iya pakMira pasti mendengar nasehat ayah.. : Selamat siang : Selamat siang teman-teman. : Boleh kami lihat keadaan Pak Aip? : Boleh, silahkan saja : Terima kasih : Selamat Siang, Pak..

Pak Aip : Selamat siang nakterima kasih kalian uhukuhuksudah mau datang menjenguk bapak. UhukkBagaimana dengan hasil kelulusan kalian? Wawan beri. : (memeluk Pak Aip) kita semua lulus pak..terima kasih untuk ilmu yang bapak

Pak Aip : Bapak senang melihatnya. Bapak harap uhukk..uhukgenerasi cerdas seperti kalian dapat uhukk..uhuk..berguna bagi nusa dan bangsa. Aji : Iya pak..bapak juga harus berjuang melawan penyakit bapak

Pak Aip : (Dengan nafas terengah-engah) Nak, sudah waktunya bapak pergi. Tugas Bapak sudah selesai. Berjuanglah nak.. Mira : Ayahjangan berkata demikian. Jangan yah.

Pak Aip : Sudah saatnya. Mira ingat pesan ayah Liliz, Aji, Ati, Rachel, Asep, Wawan dan yang lainnya biarkan bapak melihat keberhasilan kalian dari atas sana.. Bapak sa.yang kalian se.mua.. Mira Liliz, Aji : AYAH!!!.. : BAPAK!!

Setelah hari itu, semua keadaan di desa sangat sepi, terkhususnya aktivitas di lokasi SMA Xtra. Tak ada lagi kegiatan belajar mengajar. SMA Xtra telah digusur dan akan dibangun sebuah pabrik. Mira juga menjalani hari-harinya di panti asuhan Sumber inspirasi dan membantu mengajari anak panti lainnya belajar. Sedangkan Liliz, Aji, Wawan, Rachel, Ati dan siswa didikan Pak Aji lainnya telah berhasil meraih mimpi. Kini, mereka membuktikan bahwa mereka tidak hanya menjadi sang pemimpi, tapi menjadi sang pemimpin. Semua karena perjuangan seorang guru, pahlawan tanpa tanda jasa. Pengabdian guru hingga akhir hidupnya. Benar, guruku seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Sekian.

A. STAF PRODUKSI PEMENTASAN 1. Pimpinan Produksi : Drs. Heru Subrata, M.Si. 2. Sutradara : Siti Halimah 3. Astrada : Istiqomah 4. Penata Musik : Hariroh 5. Busana / Tata Rias : Lusi Ratnaningsih, Husnol Hotimah 6. Pentas / Panggung : Suedi, Nurul Hasanah Pemain: 1. Bawang Merah 2. Bawang Putih 3. Ibu Bawang Merah 4. Bapak Bawang Putih 5. Pangeran 6. Pengawal I, II, dan III B. SINOPSIS CERITA BAWANG MERAH BAWANG PUTIH Alkisah di sebuah desa hiduplah satu keluarga yang terdiri dari: Ibu, Bapak dan seorang anak perempuan yang bernama Bawang Putih, mereka hidup bahagia. Pada suatu hari musibah menimpa keluarga mereka, Ibu si Bawang Putih sakit parah. Ketika itu bapaknya sedang berdagang, Ibu si Bawang Putih tidak bisa diobati akhirnya meninggal dunia. Si Bawang Putih sangat sedih sekali karena ditinggalkan Ibunya, sedangkan Bapak yang disayangi menikah lagi dengan wanita lain yang telah mempunyai anak perempuan yang bernama Bawang Merah. Bawang Putih semakin hari semakin sedih dan menderita karena disiksa oleh Ibu dan saudara tirinya. Pada suatu hari lewatlah seorang pangeran yang tampan dia melihat Bawang Putih sedang mencuci baju di sungai, dia melihat kecantikannya dan kemudian jatuh hati padanya. Pangeran mengejar si Bawang Putih kerumahnya tetapi dihalangi oleh saudara tirinya, tapi karena kebaikan si Bawang Putih akhirnya dilamarlah oleh pangeran itu dan akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia selamanya. C. NASKAH DRAMA Alkisah disebuah desa hiduplah satu keluarga yaitu Bawang Merah dan Bawang Putih, yang dalam hidupnya Bawang Putih penuh dengan siksaan dan hinaan serta omelan, hingga suatu ketika si Bawang Merah memanggil Bawang Putih dengan penuh amarah. Babak I 1. Bawang Merah: Putih Putih!! kesini kamu. Kamu harus membersihkan ruang tamu ini sampai bersih, jangan sampai ada debu-debu yang masih menempel. (sambil berkacak pinggang). Ingat ya! (menjitak kepala Bawang Putih) kalau sampai aku datang ruangan ini tidak bersih tahu sendiri nanti akibatnya! (mencebir dan membuang muka). 2. Bawang Putih : Baik, Bawang Merah! (merunduk dan pergi mangambil sapu). 3. Ibu & B. Putih : Lho, kok sepi. Bawang Putih kemana ya, kok ngak kelihatan! (sambil melihat kanan kiri) Putih Putih Putih! kemana ya anak itu dipanggil-panggil gak

nyaut! 4. Bapak & B. Putih: Ada apa sih bu! (dengan perasaan tanda tanya). 5. Ibu & B. Merah : Eh! Bapak, lho kapan Bapak yang datang kok Ibu nggak dengar Bapak ngetok-ngetok pintu. (sambil memegang tangannya). 6. Bapak dan B. Putih : E tadi bu, memang Bapak sengaja nggak ngetok-ngetok pintu, soalnya bapak dengar Ibu berteriak-teriak memanggil-manggil Bawang Putih, Emangnya si Bawang Putih kemana bu? Dan kenapa dia? (dengan penuh keheranan). 7. Ibu & B. Merah : Oh tidak ada apa-apa pak (sambil mengelus-ngelus tangan suami) Ibu takut Bawang Putih kenapa-napa, e tak tahunya lagi istirahat dikamarnya, pak. (sambil merebah kepundaknya). 8. Bapak & B. Putih : Terima kasih ya bu, Bapak bangga sekali punya istri sebaik Ibu, dan saya sayang sekali sama Ibu juga anak kita berdua (mengelus rambut istri) kalau begitu Bapak berangkat berdagang lagi ya bu, paling disana saya 1 minggu. Ibu jaga diri baik-baik ya dan juga anak kita baik-baik, oh ya ini ada sedikit uang buat belanja (sambil menyodorkan uang). Baiklah bu Bapak berangkat dulu ya. (mengulurkan tangannya). Ibu B. Merah : Iya pak (sambil mencium tangan Bapak) hati-hati dijalan, da! Hem dasar suami bodoh, kamu kira saya betul-betul mencintai kamu apa! Tidak ya, saya hanya mencintai uang dan rumah kamu ini ha ha ha (sambil menepuk-nepuk uang). Putih putihputih kesini kamu! (berkacak pinggang). 9. Bawang Putih : Ya ya bu, ada apa bu? 10. Ibu B. Putih : Kemana aja sih kamu ha kaman aja? (sambil menarik dan mendorong Putih) dipanggil-panggil dari tai nggak ada jawaban, kamu tuli ya (sambil membuang muka). 11. Bawang Putih : Baik bu! (dengan nada ketakutan). 12. Ibu B. Merah : Ya bagus, (sambil mengangguk-ngangguk kepala) sekarang kamu cuci baju itu sampai bersih mengerti? Ingat Bawang Putih, sebelum Ibu datang cucian ini dan lantai ini sudah harus bersih! Dengar.! (nada keras membentak). Maka berangkatlah Bawang Putih ke sungai untuk mencuci baju itu, sambil menangis Bawang Putih Berkata! 13. Bawang Putih : Ya Allah, ampunilah dosa-dosa Ibu tiriku, berikanlah kekuatan dalam menghadapi cobaan ini. Ya Allah bukakanlah pintu hati Ibu tiriku dan saudara tiriku agar dia mau menyayangiku. (sambil menangis) 14. Pengawal I : Maaf tuan, e lihat disana tuan, sepertinya ada seorang wanita. (sambil menunjuk). 15. Pengawal II : Ya benar tuan, sepertinya lagi mencuci pakaian tuan! (dengan penuh semangat). 16. Pangeran : Iya, betul-betul, tapi sama siapa ya dia? Apa dia sendirian pengawal? (dengan penuh keheranan dan melihat kearah wanita itu, sambil berfikir) pengawal coba kalian lihat kesana! (sambil menunjuk). 17. Pengawal I & II : Baik tuan! (sambil mengangguk). 18. Pengawal I : Tuan, ternyata perempuan itu sendirian! Pengawal II : Perempuan itu cantik tuan dan kelihatannya orang baik-baik! 19. Pangeran : (Sambil mengangguk-ngangguk) Mari pengawal kita kesana! (sambil menunjuk). 20. Pengawal I & II : Baik tuan! 21. Pangeran : E e nona! (dengan gugup dan malu). Kalau boleh saya tahu nama nona siapa? Dan nona berasal dari mana? Dan kenapa pula sendirian di sungai yang sangat sepi ini? 22. Bawang Putih : Maaf tuan! (sambil menjinjing rok dan mau berlari pergi). 23. Pangeran : Jangan jangan nona, jangan lari, saya bermaksud baik, saya lihat nona

sendirian, jadi saya memberanikan diri menghampiri nona! (dengan senyuman). 24. Bawang Putih : Nama saya Bawang Putih tuan, saya berasal dari desa seberang, e tapi maaf tuan, saya tidak bisa berlama-lama disini, saya takut dimarahi Ibu saya tuan! 25. Pangeran : Tunggu tunggu! tunggu nona! (sambil berteriak) mari pengawal kita ikuti Bawang putih itu, dimana sebenarnya rumahnya! Kemudian berangkatlah Pangeran dan 2 pengawalnya untuk menuju rumah Bawang Putih, Pangeran merasa dialah wanita yang selalu diidam-idamkan, kemudian si Pangeran bergegas pergi ke rumah si Bawang Putih. 26. Ibu Bawang Merah : Anakku coba lihat disana, siapa itu yang datang? (dengan penuh keheranan). 27. Bawang Merah : Iya bu, sepertinya yang datang Pangeran. Aduh betapa gagahnya dan gangteng Pangeran itu. (dengan senyuman). 28. Ibu Bawang Merah : Tenang sayang, Ibu tahu kedatangan Pangeran itu ingin mencari permaisuri. (sambil memegang pundaknya). 29. Bawang Merah : Benarkah itu bu? Tolong saya bu, saya mau menjadi permaisuri Pangeran itu bu. (berloncat kegirangan). 30. Pangeran : Permisi, permisi! 31. Ibu Bawang Merah : Tuan! (dengan terkejut) E ada apa gerangan tuan datang kegubuk kami ini, apa tuan mau mempersunting anak kami, yang cantik dan manis ini tuan? (sambil memegang dagu Bawang Merah). 32. Pangeran : Tidak! (dengan lantang) Saya kesini hanya untuk melamar anak ibu si Bawang Putih untuk menjadi permaisuriku. (dengan penuh senyuman). 33. Bawang Merah : Kenapa sih Pangeran lebih suka Bawang Putih dari pada saya, padahal Pangeran Bawang Putih orangnya licik sekali dan suka mempermainkan lelaki, tidak seperti saya yang baik, patuh dan setia. (sambil senyum gembira). Lagian Pangeran Bawang Putih itu orangnya jelek tidak seperti saya cantik, manis, dan menarik, ia kan Pangeran? 34. Pangeran : E iya-ya betul, kamu juga cantik, manis dan menarik nona, tapi sayang hati saya sudah terpikat sama si Bawang Putih, saya mohon tolong panggilkan Bawang Putih segera! 35. Bawang Merah : Huuuh! Bawang Putih, Bawang Putih lagi, emangnya nggak ada orang lain selain Bawang Putih, huuuh sebel!! (sambil menghentakkan kaki). Putih! Puith!! 36. Bawang Putih : Iya, mbak!!! 37. Bawang Merah : Kesini kamu lihat ini ada Pangeran mau mempersunting kamu menjadi istrinya. (dengan mimik yang sinis penuh kebencian). 38. Pangeran : Bawang Putih, maukah kamu menjadi permaisuriku? (memberikan senyuman). 39. Bawang Putih : (Merunduk penuh senyuman dan malu-malu, berarti dia mau). 40. Ibu Bawang Merah : Maaf tuan, itu berarti tandanya Bawang Putih setuju menjadi permaisuri tuan! 41. Pangeran : Mari kesini Bawang Putih, ikutlah kamu keistanamu kamu akan aku persunting menjadi permaisuriku! (mengulurkan tangan dan menggandeng Bawang Putih pergi). 42. Bawang Putih : Ibu! (menghampiri Ibu dan memeluknya). Bawang Merah! (menghampiri Bawang Merah dan memeluknya). 43. Pangeran : Baiklah bu, saya akan membawa Bawang Putih ke istanaku dan akan aku jadikan permaisuriku. (dengan senang hati).

Kalau begitu kami berangkat dulu bu, permisi! (berjalan keluar rumah). 44. Ibu Bawang Merah : Ya tuan! Maka berangkatlah Pangeran dan Bawang Putih beserta pengawalnya untuk menuju istana kerajaan dan dijadikanlah Bawang Putih sebagai permaisuri, samapai akhirnya Pangeran dan Bawang Putih bahagia selamanya Kejahatan tidak bisa mengalahkan kebaikan, dan manusia memang mahluk paling sempurna di muka bumi, namun karna kesempurnaan itu kadang mereka lalai pada apa yang membuat mereka menjadi sempurna.

Kampung kardus

Pimpinan Produksi: Drs. Heru Subrata, M.Si. Sutradara: Teguh Budiyono Nama Anggota: 1. Adijaya Singgih 2. Indah Febri Astuti 3. Dewi Widiana Rahayu 4. Fida Munawaroh 5. Endang Suhartatik 6. Wahyu 7. Rahmat Arifin 8. Arif K 9. Martisilia Ades 10. Yesi Yulia Hari Astuti 11. Tri Juni Harto 12. Suheri KONSEP CERITA Konsep cerita dalam Kampung Kardus adalah sejenis drama realist, mengangkat kisah kehidupan sehari-hari yang terjadi dalam masyarakat. Cerita ini merupakan salah satu cerita yang diambil dari kumpulan drama-drama dari fakultas bahasa dan seni. Dan naskah ini telah kami rangkai dan kami revisi sedemikian rupa agar menarik bagi penonton. Teguh Budiyono sebagai sutradara + Paijo(orang 1)

Adijaya Singgih sebagai Pak Lurah Indah Febri Astuti sebagai Siti Dewi Widiana R sebagai Rahmi

Fida Munawaroh

sebagai Surti

Endang Suhartatik sebagai Neneng Wahyu Susilo sebagai Denok Rahmad Arifin sebagai Pak Carik Arif Krisdiantoro Suheri sebagai Preman 1

sebagai Preman 2

Martisilia Ade sebagai Simbok Yessy Yulia sebagai Kontraktor Tri Juni Harto sebagai Warga KARAKTERISASI

Teguh Budiyono sebagai Paijo(orang 1) : Orang yang keras kepala.

Karakter

Adijaya Singgih sebagai Pak Lurah

Karakter : Orang yang licik, tukang korupsi, dan menghalalkan segala cara untuk mencapai segala sesuatu.

Indah Febri Astuti sebagai Siti : Orang yang keras kepala, licik, dan suka membantah.

Karakter

Dewi Widiana R. sebagai Rahmi : Orang yang mempunyai sikap halus, sopan, dan tidak mudah marah.

Karakter

Fida Munawaroh sebagai Surti : Orang yang mudah putus asa.

Karakter

Endang Suhartatik sebagai Neneng : Orang yang selalu pasrah dengan keadaan yang ada (nerimo)

Karakter

Wahyu Susilo sebagai Denok : Orang yang selalu optimis.

Karakter

Rahmad Arifin sebagai Pak Carik

Karakter

: Orang yang mudah terpengaruh.

Arif Krisdiantoro sebagai Preman 1 : Orang yang berwatak keras, kejam, tidak mau tahu dengan keadaan. sebagai Preman 2 : Orang yang berwatak keras, kejam, tidak mau tahu dengan keadaan.

Karakter

Suheri

Karakter

Martisilia Ade sebagai Simbok : Orang tua renta yang sakit-sakitan.

Karakter

Yessy Yulia sebagai Kontraktor : Orang yang licik, menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan.

Karakter

Tri Juni Harto sebagai Warga : Orang yang keras kepala.

Karakter

SINOPSIS CERITA Cerita ini mengkisahkan sekelompok masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai pemulung dan tinggal di suatu kampung yang dianami Kampung Kardus, rumah-rumah dikampung ini semuanya adalah rumah semi permanen yang dibangun dari dinding seadanya. Kehidupan dikampung ini sangat sederhana dan miskin, namun mereka masih berkeinginan untuk memperbaiki kehidupan ada yang meninggalkan kampung dan menjadi TKI dan ada yang bersekolah meski hanya seorang dan itupun dilakukan dengan berhutang. Masyarakat yang tinggal dikampung ini kebanyakan masih buta aksara karena kemiskinan yang mendera mereka hanya mengandalkan hasil memulung untuk kehidupan sehari-hari, meskipun begitu warga dikampung ini sangat rukun. Konflik dimulai ketika datang kontraktor yang hendak membangun kampung kardus menjadi perumahan elit. Pertentangan antara warga dan lurah terjadi manakala uang ganti rugi yang disanggupi dirasa belum sesuai dengan yang diharapkan warga karena kecurangan yang dilakukan oleh lurah dan carik. Akhirnya perwakilan warga kembali berunding namun belum terjadi kesepakatan malahan tokoh Siti yang merupakan perwakilan dari warga juga bersekongkol dengan lurah supaya warga mau dipindah, namun semua tidak sejalan dengan harapan Siti, Pak Lurah yang dianggap akan memberikan imbalan baginya justru malah menipunya. Suatu ketika datang preman orangorang dari Pak Lurah untuk mengusir warga yang tidak mau pindah, kericuhanpun terjadi dikampung ini akibat ulah preman yang membuat warga ketakutan dan pergi. Denok yang dulunya pergi menjadi TKI datang dan pulang kerumahnya, namun yang didapati hanya kampung yang sepi dan hancur, tidak ada lagi orang2 yang ramai memilah hasil pulungan, tidah ada lagi sahabatnya si Neneng, yang tersisa hanya Siti dan Surti yang menjadi gila karena ditinggal pacarnya. Semua warga meninggalkan kampung karena kecewa kepada Siti. ALUR Drama ini termasuk drama yang beralur maju.

KONSEP PANGGUNG Dalam cerita ini terdiri dari 1 babak, konsep panggung drama ini adalah panggung prosenium dimana panggung ini berada di dalam ruangan lengkap kebutuhan pementasan seperti tor mentor, setwing, backdrop, sengaja kami buat sesederhana mungkin tetapi tidak mengurangi kesesuaian dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun poerperti yang kami pakai sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Rumah-rumahan kumuh. 4 buah karung pemulung. Botol-botol bekas dan kardus-kardus bekas, kaleng bekas. 1 buah kursi panjang. 1 buah bakul tempat sayuran lengkap dengan sayurnya. 1 buah koper sebagai pendukung TKI yang datang dari luar negeri. Bambu Tua.

KONSEP BUSANA Konsep busana antara lain : 1. Lurah memakai baju setelan batik supaya terlihat seperti lurah. 2. Carik memakai baju batik 3. Siti memakai baju seragam SMA dan baju kuliah. 4. Mbok Rahmi memakai baju daster tambal dengan kain jarik usang. 5. Denok memakai baju kaos usang dan kemudian bergati dengan baju ala TKI baru datang dari luar negeri lengkap dengan koper. 6. Mbok Denok memakai kebaya dan kain jarik. 7. Neneng memakai baju kaos usang, kemudian berganti baju yang bersih karena berganti profesi sebagai tukang sayur. 8. Orang 1(paklik Neneng) memakai pakaian usang seperti pemulung 9. Warga memakai pakaian usang seperti pemulung 10. Kontraktor memakai baju setelan seperti pegawai kantor 10. Surti memakai baju usang dengan dandanan orang gila. 11. Preman memakai pakaian ala preman. KONSEP MUSIK 1. Musik nuansa. 2. 2. Musik efek

KONSEP LAMPU 1. 2. 3. 4. 5. 6. Black Out Lampu senter tengah depan (waktu aktor masuk) Set wings (lampu sayap panggung) Black Out Blitz Adegan terakhir lampu redup, hanya satu lampu yang menyala kearah aktor.

SKENARIO Kampung Kardus Karya : Gepeng Nugroho Sebuah perkampungan kumuh, bangunan-bangunan dari kardus. Orang-orang beraktifitas seperti biasanya, mengumpulkan barang-barang bekas, berangkat sekolah dan lain sebagainya, layaknya kehidupan perkampungan pemulung. 1. Siti : Ahhhhh hari ini ndak di sangoni lagi. Suruh puasa sama simbok. Katanya seperti biasanya : nduk selagi masih sekolah kamu harus prihatin, kita ini orang miskin, ndak usah jajan ndak apa-apa, ndak bakalan mati, mendingan kamu puasa aja, biar pinter. Walah tiap hari kok suruh puasa. 2. Rahmi : Nduk, piye to ora ndang mangkat, malah gedumelan. ngopo? Ngglendeng simbok, karena nggak disangoni, ya? 3. Siti : Siapa yang ngglendeng simbok, wong lagi ngapalin pelajaran kok. Katane suruh pinter. 4. Rahmi : Ngapalin pelajaran kok sambil mencab-menceb lambene. 5. Siti : Lha wong pelajaran drama kok mbok, teater.. ini namanya mimik, ekspresi muka, kan harus ekspresif. 6. Rahmi : Awas ya kalo ngglendeng simbok, kuwalat nanti! 7. Siti : Walah.. ndak-ndak mbok, simbok ini kok sensitif banget tho Simbok berbalik kembali mau masuk kedalam rumah, siti menceb mengejek rahmi, beberapa langkah jalan lalu jatuh terpeleset. Rahmi berbalik menengok. 1. Rahmi : Jalan itu ngati-ati tho nduk cah wedok kok polahe bedigasan!. 2. Siti : Tenang mbok, ndak apa-apa, hanya kepleset. Aduuuhhhh. 3. Rahmi : bener nggak apa-apa? Apa mau pura-pura sakit biar mbok nulis surat ijin biar kamu bolos? 4. Siti : Walah ndak mbooookkk! Lagian sombong, mbok kan nggak bisa nulis, mau nulis surat ijin, lucu simboki. 5. Rahmi : Makanya jangan jadi orang bodo, walaupun nggak punya uang kamu harus tetep sekolah, biar pinter, bisa nulis surat ijin untuk anakmu mbesok. Rahmi berbalik masuk kedalam rumah. 1. Siti : Dasar simbok.. eh ntar kuwalat lagi Siti exit

Masuk denok, kemudian duduk di sebuah kursi panjang 1. Denok : Bosen, tiap hari seperti ini, ndak ada perubahan. Kalo seperti ini terus hidup juga ndak akan maju-maju.: Neneng masuk. 1. Neneng : Kenapa nok? Sedal-sedul seperti itu? We di Tanya kok malah mlengos. 2. Denok : Aku bosen.. 3. Neneng : Opo? bosen, kamu wes bosen sama aku tho nok?, ooo yoh.. kita ndak usah kekancan lagi, aku juga ndak pate`en ndak kekancan sama kamu! 4. Denok : Wes, ndak usah nrocos ndak karuan, makanya kalo ada sesuatu itu ditelaah terlebih dulu biar ndak mis komunikasi, aku kan belum selesai ngomongnya. 5. Neneng : Apa lagi nok? Sudah cukup jelas penjelasan dari kamu tadi. Singkat dan jelas ndak usah di reply. 6. Denok : Kosek to, sebentar aku kan ndak ngomong kan tadi kalo aku bosen sama kamu? Walaupun memang kamu orangnya mbosenin. Aku ini bosen dengan kehidupan kita sekarang, yang tengah kita jalanin ini. Apa kamu juga ndak bosen? tinggal diantara rumah-rumah kardus, sampah-sampah. Kita ini seperti bukan manusia saja. Kita ini kan kaum masyarakat yang ndak dianggep oleh dunia. 7. Neneng : La terus maumu apa? Ndak ada yang bisa kita lakukan yo tho. 8. Denok : Ya memang ndak ada kalo kita cuman bisa nerimo, berusaha dong. 9. Neneng : Kita kan udah kerja siang malam, itu kan juga sudah usaha. Tuh tadi lihat mbak rahmi menyekolahkan si siti itu juga salah satu cara jalan untuk menuju sugeh. Siapa tahu setelah disekolahkan walaupun untuk makan saja sulit, kalo mau bayar sekolah saja nunjang sana sini cari utangan, tapi siapa tahu nanti siti jadi orang pinter, dapat kerjaan yang mapan, terus sugih. Itukan juga sudah upaya menuju sugeh. 10. Denok : Kesuwen, kelamaan. Selak uwanen rambute. 11. Neneng : Lha maumu terus gimana? 12. Denok : Aku mau pergi dari kampung kardus ini. Aku mau nyari kerja. 13. Neneng : Mau kemana kamu? 14. Denok : Aku mau kemana saja, mungkin ke kota, asal tidak ditempat ini Tanpa disadari mbok denok datang 1. Denok : Pokoknya aku mau kerja apa saja asal halal. 2. Mbok : Kamu mau kemana? Kamu ndak boleh pergi, lalu mbokmu ini sama siapa kalo kamu pergi. 3. Denok : Mbok denok pengen jadi orang sugih mbok. Simbok kan seneng kalo jadi wong sugih? 4. Mbok : Yang terpenting bagi simbok adalah kita tetep bisa kumpul. Makan ndak makan asal kumpul. 5. Denok : Simbok harus dukung dong cita-cita luhur anakmu. 6. Mbok : Kamu boleh kerja apa saja, dimana saja, asal masih tinggal bersama mbokmu dirumah. 7. Denok : Ahsimbok kolot, ra gaul banget. Denok exit. 1. Mbok : Ra gaul? Nok opo tho maksudte? neng apa maksudnya aku ndak gaul?

2. Neneng : Simbok biar keliatan gaul pake celana jeans aja. Hahahahahaaa. 3. Mbok : Hus. omong dleweran ra karuan. 4. Mbok : Nok.. kamu ndak boleh tinggalin simbok Mbok exit Beberapa saat kemudian masuk surti 1. Surti : Neeeng.. kamu harus Bantu aku neng. Ini penting, kamu akan sangat berjasa kalo bisa Bantu aku. 2. Neneng : Bantu apa sih sur? 3. Surti : Aku dapat surat dari kang samsul. Kang samsul kangen sama aku, pengen cepet ketemu. Sebentar lagi pulang. 4. Neneng : Syukurlah kalo begitu, lha terus apa hubungannya denganku? Kamu mau minta bantuan apa coba? 5. Surti : Tolong bacain surat ini dong. 6. Neneng : Lho kok.. 7. Surti : Kamu kan tahu sendiri aku tidak bisa baca. 8. Neneng : Kok kamu tahu tadi isi suratnya? 9. Surti : Baru perkiraan aja. Neneng membuka surat. 1. Neneng : Lho kok tulisannya pake tinta merah? 2. Surti : Itu tandanya cinta. Ah nggak gaul kamu. Kalo surat cinta itu kan harus penuh warna-warna cerah. Pasti nggak pernah nulis surat tho? 3. Neneng : Zaman gini kok masih surat-suratan, sms dong atau e mail, deso banget. 4. Surti : Walah jangan banyak ngomong, cepetan kamu bacain, tapi ingat jangan bocorin sama siapa-siapa ya, aku kan malu, siapa tahu isi suratnya juga hot. 5. Neneng : (membacakan surat) Dek surti yang cantik. Lama banget kakang ndak pernah kasih kabar sama adek. Gimana kabarnya sekarang dek? 6. Surti : Baik kang, bagaimana kabarnya Kang Samsul? 7. Neneng : Syukurlah kalo begitu, kang samsul baik-baik aja, tenang aja kamu ndak usah kawatir. Ada hal yang sangat penting yang ingin kakang sampaikan pada Dek Sur. 8. Surti : Apa itu kakang? 9. Neneng : Kita kan sudah lama menjalin hubungan cinta. 10. Surti : Maksud kakang pasti mau pulang terus mau ngelamar aku kan? 11. Neneng : Bukan itu dek, justru karena sudah terlalu lama dan kayaknya tidak ada peningkatan bagi hati kakang, lagian disini kakang sudah menemukan yang lain, maka dengan berat hati Dek, kakang putuskan untuk kita akhiri hubungan ini, kakang sudah berencana menikah dengan orang Gombong. 12. Surti : (menangis) 13. Neneng : Jangan menangis tho Dek. 14. Surti : (merebut surat kemudian merobeknya) Kamu jahat kakang, kamu tidak setia. ( menangis sambil exit) 15. Orang 1 : Ada apa tho? kamu nakalin surti po neng? 16. Neneng : Kayak anak kecil saja, ini urusan hati dan perasaan. Love. Hart

17. Orang 1 : Halah ngomong pateng pentuntung, keduwuren. Ngomong wae tentang kerdus, kertas sekilo 700, plastic bekas. Hidup di tempat sampah kok ngomongin cinta. 1. Neneng : Lha wong bukan aku kok , surti, pak leeeekLhe pating penteleng kok nanggon aku. Orang1 kembali beraktifitas kembali. Beberapa saat kemudian masuk mbok sambil menangis. 1. Orang 1 : Opo meneh. Hari ini kok syarat dengan tangisan tho, ora simbok ora surti podho tangisan, sak jane kuwi ono opo tho? 2. Mbok : Neng denok minggat, kabur, eh pergi dari rumah, denok minggat. 3. Neneng : Apa mbok, denok kabur? 4. Orang 1 : Tenane lho mbok? 5. Mbok : Denok ninggalin surat ini. 6. Orang 1 : Apa isinya mbok? 7. Mbok : Makanya aku datang kesini, tolong bacakan suratnya Neng, aku ndak bisa baca. 8. Orang 1 : Lo critanya gimana tho mbok kok ada acara minggat segala. 9. Mbok : Sek kowe menengo sek, biar neneng baca suratnya. 10. Orang 1 : Jangan sama neneng, dia itu tukang ngawur kalo suruh baca surat. 11. Neneng : Apa kamu aja nih yang baca??? 12. Orang 1 : Lho kamu kan tahu kalo aku tidak bisa baca tho neng. Wahngece bangeti. 13. Neneng : Yo wes makane meneng wae. Simbok yang terhormat, maafkan Denok, Denok ndak pamitan pergi dari rumah, kalo Denok pamit mesti simbok ndak mengijinkan, jadi Denok langsung cabut saja. Tapi simbok ndak usah kawatir, Denok akan jaga diri baik-baik. Demikian juga simbok juga harus jaga diri baik-baik. Takecare mbok. Peluk cium dari ananda tercinta. Muach Denok. 14. Mbok : wo alah gusti denok.. teganya kamu ndok ninggalin simbok sendiri.. Orang orang kemudian ribut juga menenangkan simbok. Simbok pingsan, kemudian beramairamai orang orang menggotongnya. Exit Masuk siti, kemudian masuk rumah. 1. Siti : Walah karo sambel meneh. Kapan pintere kalo tiap hari sama sambel teruuuuusssss. Waktu berlalu. lima tahun setelah kepergian denok, suasana dikampung kardus belum banyak berubah. Siti sudah jadi mahasiswi di universitas elite karena dapat beasiswa. Neneng jadi tukang sayur. Dan mayoritas warga masyarakat masih tetep sebagai pemulung. Lurah mengadakan inpeksi mendadak didalam kampung. 1. Carik : Nah disekitar sini maunya bos besar mau bangun real estate itu. 2. Lurah : Yayayayaaa.. daerah seperti ini kok ya payu ya?

3. Carik : Mungkin ada pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita kan ndak ngerti yang menjadi planing bos besar dari kota itu. 4. Lurah : Tempat bosokan gini kok payu ya? 5. Carik : Sekarang yang ndak laku itu apa tho pak lurah. Sekarang banyak kekurangan lahan, natalitas semakin meningkat tetapi lahan tetap malah seolah makin menyempit 6. Lurah : Kamu bisa mengatur semua ini tho? kamu harus bisa mengatasinya. Ini kan tugas mudah, bagaimana caranya saja kamu menyampaikannya. Mereka itu orangorang bodo jadi gampang dikibulin. Kamu janjikan saja uang gantinya. 7. Carik : Lha memang sudah dijatah tho dari bos besar? Semeternya 200 rb. 8. Lurah : Bodo, kamu gak bakat sugeh. Bilang sama mereka tanah itu di beli seharga 50 ribu, kalo nggak mau akan dibongkar paksa. Lagian itu kan bukan tanah milik mereka. Uang ganti rugi itu diberikan juga karena kasian pada mereka. 9. Carik : Sory pak lurah, mudeng deh saya. 10. Lurah : Kamu pengen ngerasain naik mobil pribadi tho? Dengan musik yang jedukjeduk? Duit itu bisa buat beli mobil yang jeduk-jeduk. 11. Carik : Duit saya yang utama mau tak buat bangun WC dulu ah pak. lha wong saya kalo buang hajat masih dikali. Masak naik mobil jeduk-jeduk tapi buang hajadnya masih dikali. 12. Lurah : Terserah kamu sajalah, kita atur sendiri-sendiri duit kita. 13. Carik : yang terpenting kan kita dapat duit banyak tho bos? 14. Lurah : Kamu atur deh nanti. 15. Orang 1 : Eee pak lurah kadingaren pak lurah mau datang kemari, bukan lagi kampanye kan bu? 16. Lurah : Nah kebetulan kok sepi lagi pada kemana? 17. Orang 1 : Ya biasa tho Pak, kerja. Ada apa tho Pak? Ada program sensus? 18. Lurah : (pada carik) Kamu kumpulkan deh orang-orang sekarang. 100. Carik : (pada orang 1) Kita mau ketemu dengan seluruh warga, kamu sekarang kumpulkan mereka ya, sifatnya penting dan sangat mendesak. 101. Orang 1 : Lha ya tapi ada apa? 102. Carik : Ada program kesejahteraan masyarakat yang harus segera disampaikan pada masyarakat. 103. Orang 1 : Pembagian bantuan subsidi BBM diajukan ya pak, atau malah di tambah? 104. Carik : Wes ndak usah cerewet, laksanakan saja tugas tadi, dasar wong susah, sugihe mung sugih omong. 105. Orang 1 : (melihat orang 2, kemudian memanggil) Pak lurah sama sekdes mau ketemu dengan seluruh warga, ini sifatnya penting dan sangat mendesak. Kamu sekarang kumpulin seluruh warga, ini perintah langsung. Orang 2 exit. Beberapa saat kemudian warga mulai berdatangan. 106. Carik : Warga yang baik.

107. Orang 1 : Njih pak? kadingaren banget mengadakan sidaknya mendadak? 108. Orang 2 : Apa itu sidak? 109. Orang 1 : Infeksi mendadak.

110. Orang 2 : Ooowalah inspeksi mendadak tho. 111. Lurah We neng kamu sekarang ganti profesi tho? Sekarang jualan sayur? 112. Neneng : Iya lah pak, lumayan sekarang ndak kotor lagi, sekarang bisa dandan. 113. Orang 2 : Walah memang kamunya saja yang menel. 114. Neneng : Orang jualan itu harus tampil cantik dan menarik biar jualannya laku. 115. Orang 1 : Jualan apa dulu? 116. Neneng : Ya sayur tho, memangnya apa? kalo jualan sayur nglomprot kayak kamu ya males yang beli. 117. Orang 1 : Welhadhalah kok malah ngece tho kowe neng Terjadi kericuhan. . 118. Carik : Wes wes. Saudara-saudara sekalian, sengaja saudara2 sekalian dikumpulkan mendadak oleh kami disini adalah ada hal yang sangat penting yang perlu saudara sekalian ketahui. 119. Carik : Saudara sekalian, kami datang kemari untuk memberikan kabar gembira untuk kalian. Saudara2, saudara. Wilayah ini, kampung kardus yang kalian tinggali ini akan segera dibangun real estate oleh kontraktor dari kota sana. Semua bersorak gembira. 120. Neneng : Lha sek sek. Tapi terus bagaimana nasib kita selanjutnya, apa real state itu terus menjadi milik kita? 121. Carik : Lha kok enakmen. Kalian akan dipindahkan dari tempat ini. 122. Warga : Digusur? Enak saja. Ndak bias. 123. Carik : Bisa. Kalian nantinya akan di beri ganti rugi tiap warga untuk mencari tempat dan membangun rumah kembali. Semua warga gaduh. 124. Orang 1 : Berapa akan kalian beri kami ganti rugi. 125. Carik : Ganti ruginya cukup besar. Lima puluh ribu.

126. Lurah : Empat puluh saja. 127. Carik : Maksud saya empat puluh ribu. Warga tidak setuju. 128. Lurah : Ya udah lima puluh ribu. 129. Carik : Lho katanya 40 ribu pak? 130. Lurah : Ini namanya strategi negosiasi. 131. Carik : Ya sudah saya naikkan menjadi 50 rb. Warga masih menolak dan makin ramai. 132. Carik : Wah sudah ndak kondusif ini pak lurah. 133. Lurah : Pokoknya kamu atur. 134. Carik : Baiklah kalo begitu, masalah ganti rugi nanti perwakilan dari kalian akan kami ajak berembuk di kelurahan. Kita tunggu di kelurahan. Lurah dan carik exit. Orang-orang masih gaduh, kemudian memilih perwakilannya untuk pergi kekelurahan. Beberapa orang exit. Sementara yang lain kemudian berkerumun membicarakan penggusuran itu. Beberapa saat kemudian masuk siti. 135. Siti : Ada apa tho mbok? 136. Rahmi : Kita akan di gusur nduk. 137. Siti : Digusur? Rahmi kemudian cerita soal penggusuran itu. 138. Siti : Waduh mbok, ndak bisa begitu, kalo gitu biar siti juga pergi ke kelurahan. 139. Rahmi : Tenang semua ya, anakku siti yang akan berdialog dengan pak lurah, dia kan bocah sekolahan, bocah pinter, pasti bisa bernegosiasi untuk kepentingan kita.seng ngati-ati ya sit, kamu pasti bisa, kita serahkan tanggung jawab ini sepenuhnya kepadamu. Siti exit

Orang makin kwatir dan was-was dengan penggusuran itu. Mereka berharap penggusuran itu tak jadi di lakukan. Beberapa saat kemudian orang-orang yang ikut rapat dikelurahan kembali. 140. Orang 2 : Pokoknya aku tidak mau pergi dari tempat ini. Titik. Sampai darah penghabisan. 141. Orang 1 : (pada rahmi) Anakmu itu lho, apa ada persengkongkolan dengan pak lurah? Kok malah memihak pada mereka? 142. Rahmi : Apa iya? 143. Orang 1 : Nanti Tanya aja sendiri. Masuk siti. 144. Siti : Wah enak ni aku sama mbokku bisa kaya, bisa makan enak, bisa tidur nyaman, enak ini jadi wong sugih. 145. Rahmi : Apa benar kamu juga sudah sekongkol dengan bu lurah. Tidak memihak pada kita? Siti menarik rahmi 146. Siti : Mbok, tenang saja, kita nanti akan dapat persenan dari bulurah. Kita akan dapat lebih banyak duit ganti rugi, ditambah uang tutup mulut. Bulurah telah mempercayakan pada saya untuk membantu carik. Pada urusan ini. 147. Rahmi : Kamu aku sekolahkan bukan untuk membodohi orang yang memang bodo. 148. Siti : Simbok, ini bisnis. Rahmi meninggalkan Siti sambil marah dan kecewa. Seluruh warga ribut dan berdemo. 149. Neneng : Sekarang kita harus bertindak cepat, kita protes besar-besaran, kalo perlu anarkis. Mogok makan! 150. Orang 1 : Nek kon mogok makan wegah, aku ra kuat! 155. Neneng : Cuman menggertak saja, kalo ndak gitu, kita tuntut mundur aja pak lurah. Semua warga berdemo. Exit Masuk kontraktor, pak lurah dan carik 156. Kontraktor : Ya.. tanah ya bagus untuk dibangun, pasti akan untung. Iya kan rik? 157. Carik : (sambil mencatat) ya. Ya bagus bos (gugup)

158. Kontraktor : Sudah di distribusikan ganti rugi pada warga? Warga juga telah setuju kan dengan jumlah yang saya tawarkan. Apa perlu saya yang langsung melakukan kesepakatan dengan mereka? 159. Lurah : Ooooooooo.o.o jangan-jangan, semua sudah beres kok, ganti rugi sudah disepakati warga. Besok lahan ini akan dikosongkan. 160. Carik : Besok? 161. Lurah : Menurut informasi warga telah membeli perumahan sederhana. Namun layak huni. 162. Kontraktor : Jadi ganti rugi yang saya berikan layak bagi mereka. Trimakasih telah membantu saya dalam hal ini, pak lurah dan carik memang pejabat teladan. 163. Lurah : Terimakasih atas kepercayaannya, kami sangat menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan kepada orang lain terhadap kami. 164. Kontraktor : Kita tinjau yang sebelah sana pak, sebelah sana calonnya saya bangun supermarket. Mereka exit Waktu berlalu. Penggusuran terjadi, seluruh warga panik. Terjadi kekerasan dan lain-lain. Kemudian lengang. 165. Siti : Pak lurah, gimana janji bulurah, katanya mau kasih persenan. 166. Lurah : Nanti kalo urusannya sudah selesai, pasti tak bayar. 167. Siti : Kapan bu??? Exit Beberapa saat kemudian masuk denok 168. Denok : Mbok aku pulang! (terkejut) lo ada apa ini? Kok jadi begini 169. Siti : Mbak denok? 170. Denok : Siti ya? Wah pangling aku.. sudah gede ya? 171. Siti : Kemana saja mbak selama ini? 172. Denok :Ya kerja, jadi TKW diluar negri. Lumayan lah dek. Ada apa ini? (menangis) kok jadi begini? 173. Siti : (menangis) Warga telah digusur.

174. Denok : Digusur? Lalu kemana semua warga, juga simbokku? 175. Siti : (menggeleng) simbok saya pun ndak ngerti dimana. saya sibuk ngurusin duit di bulurah saat penggusuran itu dilakukan. Saya tak membayangkan akan begini jadinya. Saya juga telah dibohongi oleh bu lurah. Seluruh warga padahal juga telah membenci saya, termasuk simbok saya yang telah sangat kecewa dengan saya. Saya bingung harus bagaimana? 176. Denok : Simbok..(menangis) Masuk surti yang telah jadi gila karena dulu ditinggal pacarnya. 177. Surti :Lho. Lagi pada ngapain? Kok melankolis banget tho, ditinggal pacar ya? Tenang aja, semua lelaki memang seperti itu. Mendingan kita nyanyi bareng yuk..