Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
-
Upload
vitra-nasution -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
Transcript of Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
1/24
1
ANALISIS KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT PADA
PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
CIKANCUNG
ABSTRAK
oleh
Ade Pitra
NPM
(24111002)
Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau pembunuh diam-
diam, karena pada umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap
hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. kepatuhan menggunakan
obat merupakan salah satu faktor yang memiliki peran penting dalam mencapai
keberhasilan terapi pada pasien hipertensi, selain obat antihipertensi itu sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan penggunaan obat
pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas Cikancung. Penelitian ini dilakukan
dengan melibatkan responden dari puskesmas Cikancung kabupaten Bandung
yang datang berobat selama bulan april 2015. Pengukuran kepatuhan dilakukan
dengan menggunakan kuesioner MMAS (Morisky Medication Adherence Scale)
yang berisi 8 pertanyaan, dan pasien dikategorikan patuh apabila skor MMAS
yang diperoleh 13 dan sebaliknya. hasil penelitian menunjukan bahwa dari 86
responden mayoritas adalah perempuan(76%) dan berusia 50tahun (65%) serta
patuh dalam menggunakan obat antihipertensi sebesar (67,44 %). Obat
antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah amlodpin (72%)
dibandingkan captopril (24%). Adapun faktor yang mempengaruhi kepatuhanmenurut MMAS (Morisky Medication Adherence Scale) adalah pasien tidak
minum obat karena habis dan tidak melanjutkan pengobatan (66,3%), saat
berpergian pada waktu jadwal minum obat pasien tidak minum obat (51,2%),
pasien tidak minum obat karena sudah merasa baik (31,0%) Analsis uji regresi
menjukan bahwa adanya hubungan antara kepatuhan penggunaan obat
antihipertensi terhadap penurunan tekanan darah.
Kata kunci: Kepatuhan, Antihipertensi, MMAS
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
2/24
2
COMPLIANCE ANALYSIS OF DRUG USE IN PATIENTS WITH
HYPERTENSION IN WORK AREA PUSKESMAS CIKANCUNG
ABSTRACT
by
Ade Pitra
NPM
(24111002)
Hypertension is often referred to as the silent disease or a silent killer, because in
general people do not know he suffered from hypertension before their blood
pressure checked. compliance using drugs is one of the factors that have an
important role in achieving the success of therapy in patients with hypertension,
antihypertensive drugs other than itself. This study aims to determine the level of
compliance of patients with hypertension drug use in the region of Puskesmas
Cikancun. This study was conducted involving respondents from health centers
Cikancung Bandung district who came for treatment during the month of april 2015.
Compliance measurements done using questionnaires MMAS (Morisky
Medication Adherence Scale) which contains 8 questions, and categorized
patients adherent if MMAS scores obtained 13 and vice versa. research shows
that the majority of the 86 respondents were female (76%) and aged 50 years
(65%) and obedient in the use of antihypertensive drugs (67.44%).
Antihypertensive drugs most widely used is amlodpin (72%) compared to
captopril (24%). The factors that affect adherence by MMAS (Morisky
Medication Adherence Scale) is patients do not take medication because of low
and do not continue treatment (66.3%), while traveling on the time schedule for
taking the medication the patient is not taking medication (51.2%), patients nottaking medication because they feel better (31.0%) the analysis of regression test
menjukan that the relationship between the use of antihypertensive medication
adherence to blood pressure reduction.
Keywords: Keywords, keyword, keyword
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
3/24
3
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi
masalah kesehatan yang sangat serius. Penyakit ini dikategorikan sebagai the
silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Pada umumnya hipertensi terjadi pada
seseorang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun atau yang sudah masuk pada
kategori usia pertengahan (Purnomo, 2009).
Hipertensi merupakan suatu jenis penyakit pembunuh paling dahsyat di
dunia ini. Sebanyak 1 miliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita
penyakit ini. Penyakit ini mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat
mengingat dampak yang timbul baik jangka pendek maupun jangka panjang
(WHO 2011dikutip dari Baharudin dkk, 2013)
Hipertensi telah membunuh 9,4 juta jiwa warga dunia setiap tahunnya WHO
memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan
jumlah penduduk yang membesar. Persentase penderita hipertensi saat ini paling
banyak terdapat di negara berkembang. Terdapat 40 % negara ekonomi
berkembang memiliki penderita hipertensi sedangkan negara maju hanya 35 %,
kawasan Asia Tenggara 36 % orang dewasa menderita hipertensi. ( WHO, data
global status report on communicable diseases, 2010).
Di kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta jiwa setiap tahunnya.
Untuk pria peningkatan penderita dari 18% menjadi 31% dan wanita terjadi
peningkatan jumlah penderita dari 16 % menjadi 29 % ( WHO, data global status
report on communicable Diseases, 2010).
Di Indonesia hipertensi terjadi penurunan dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi
25,8 persen tahun 2013. Asumsi terjadi penurunan bisa bermacam-macam mulai
dari alat pengukur tensi yang berbeda Sampai pada kemungkinan masyarakat
sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi sehingga datang berobat ke
fasilitas kesehatan (Rikesdas 2013).
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
4/24
4
Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat
65.048.110 jiwa (25,8%) yang menderita hipertensi. Suatu kondisi yang cukup
mengejutkan. Terdapat 13 provinsi yang persentasenya melebihi angka
nasional, dengan tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%) atau secara
absolut sebanyak 426.655 jiwa. Dan Jawa Barat dengan jumlah penduduk
46.300.543 yang menderita hipertensi 29,4 % atau secara absolut 13.612.359 jiwa
(Rikesdas 2013).
Sebuah analisis mengenai hubungan kepatuhan dengan penggunaan obat dengan
kejadian mortalitas yang berasal dari 21 penelitian menunjukan bahwa kepatuhan
terhadap penggunaan obat berhubungan positif terhadap hasil pengobatan.(
Saepudin dkk, 2011)
Salah satu faktor pasien hipertensi untuk patuh berobat yaitu pengetahuan
penderita hipertensi akan sangat berpengaruh pada sikap untuk patuh berobat.
Semakin tinggi pengetahuan maka keinginan untuk patuh berobat juga semakin
meningkat. (A.Fitria Nur Annisa, dkk 2013)
Identifikasi kepatuhan pasien hipertensi dalam menggunakan obat perlu di
lakukan, sebagai salah satu upaya untuk merencanakan strategi terapi yang lebih
komperhensif dalam rangka meningkatkan efektifitas terapi. Berbagai intervensi,
baik yang bersifat general maupun individual, dapat diketahui setelah
diketahuinya kepatuhan pasien hipertensi dalam menggunakan obat sehingga
hasil terapi yang lebih optimal diharapkan dapat tercapai.
Penyakit hipertensi di Puskesmas Cikancung menempati posisi ke lima di
sepuluh besar penyakit dengan jumlah 2.500 atau 9.08 persen dari jumlah
pengunjung Puskesmas (laptah Puskesmas Cikancung 2014). Selama ini belum
ada penelitian, bagaimana kepatuhan penggunaan obat pada pasien hipertensi di
wilayah Puskesmas Cikancung ?
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kepatuhan penggunaan obat
antihipertensi pada pasien di wilayah kerja Puskesmas Cikancung.
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
5/24
5
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian kepatuhan penggunaan obat pada pasien hipertensi dengan
metode Cross Sectional. metode Cross Sectional adalah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antar faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( point
time approach). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada
waktu yang sama. ( Notoatmodjo 2012).
Adapun indikator pasien dikatakan patuh dalam penggunaan obat adalah pasien
mengkonsumsi obat tepat waktu dan menggunakan obat sesuai anjuran dokter.
Pengukuran kepatuhan dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan
pengukuran tekan darah.
.
Pasien Hipertensi :
-
Karakteristik
Pasien
- Tekanan darah
-
Pendapatan
- Jenis Obat
Antihipertensi
- Efek samping
obat
-
Kebiasaan
Merokok
- Efek Samping
Mengunjungi
pasien yang telah
berobat ke
Puskesmas,
dilakukan :
- Pengukuran
tekanan darah
- Pengisian
Kuesioner-
Data di olah /
Analisis data
Kepatuhan pasien
terhadap
pengguanaan obat
antihipertensi di
ukur dengan
menggunakan
kuesioner MMAS 8
tiem.
1. Patuh Skor < 13
2. Tidak Patuh
skor 13
Input Proses Output
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
6/24
6
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Cikancung Pukul 08.00 14.00 WIB setiap
hari Senin sampai dengan hari sabtu kecuali hari libur. Alur Pelayanan Puskesmas
Cikancung bisa dilihat di Lampiran 5. Wilayah Kerja Puskesmas Cikancung
terdiri dari lima Desa, meliputi Desa Cikasungka, Tanjunglaya, Hegarmanah,
Mandasari dan Desa Cikancung.
B. Deskripsi obat antihipertensi yang tersedia di Puskesmas Cikancung.
Sediaan antihipertensi yang tersedia meliputi Captopril (12,5 mg dan 25 mg),
hidrokortiazid (25 mg), Furosemid (10 Mg) dan Amlodipin ( 10 mg). Jumlah
Resep antihipertensi yang diterima Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Cikancung selama bulan April adalah 124 lembar resep dengan rata-rata resep
Perhari adalah 5 Resep (lampiran 6).
C. Distribusi Frekuensi Sampel
Pengambilan data dengan melihat data rekam medis Puskesmas Cikancung dan
kunjungan kerumah pasien yang telah mendapat obat antihipertensi dari
Puskesmas dengan mengisi kuesioner dan pengukuran tekanan darah oleh seorang
perwat. Jumlah populasi pada bulan April 2015 sebanyak 124 orang. Sampel
dalam penelitian ini merupakan pasien yang termasuk dalam populasi yang telah
memenuhi kriteri inklusi dan eksklusi penelitian. Sampai dengan akhir
pengambilan data didapatkan sampel dalam penelitian ini sebanyak 86 orang.
1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 1 . Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan jenis kelamin.
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
7/24
7
Bedasarkan grafik 1 diatas, distribusi karakteristik responden terbanyak adalah
pada kelompok Jenis Kelamin Perempuan sebanyak 65 orang ( 75,58%) dan laki-
laki sebanyak 21 orang ( 24%) hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan
fitria, at, al pada tahun 2013 yaitu Perempuan sebanyak 64,6%. Yang dilakukan
di Puskesmas Pattingaloang kota Makasar.
A. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Pasien
Grafik 2. distribusi Frekuensi berdsarkan usia pasien
Berdasarkan grafik 2 distribusi frekuensi berdarkan usia pasien < 50 tahun
sebanyak 30 orang (35%) dan Pasien 50 tahun (65%). Jadi mayoritas pasien
berdasarkan umur yang paling banyak adalah usia 50 tahun (65 %). Hal ini
disebabkan adanya proses penuaan normal yaitu penebalan dan kekakuan
pembuluh darah sehingga elasitas pembuluh darah menurun (Kuswardhani, 2006).
Pada saat usia 50 tahun atau setelah menopause, tekanan darah pada perempuan
terus meningkat. Hal ini dikarenakan kadar estrogen yang terus menurun
Laki-Laki21
24%
Perempuan
65
76%
Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
< 50 Tahun
30
35%
50 Tahun
56
65%
Usia
< 50 Tahun
50 Tahun
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
8/24
8
sehingga kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang berfungsi melindungi
pembuluh darah dari kerusakan juga menurun (Anggraini, 2009).
B. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pendidikan
Gambar 3. Distribusi responden berdasarkan Pendidikan.
Sumber : Kuesioner penelitian 2015
Kelompok Pendidikan pasien hipertensi di Puskesmas Cikancung tidak sekolah
sebanyak 21 orang (24%), Sekolah Dasar (SD) sebanyak 49 orang (57%),
Sekolah lanjutan tingkat pertama 13 orang (15 %) dan sekolah lanjutan tingkat
atas (SLTA) 3 orang (4%). Jadi mayoritas pasien yang menderita hipertensi
berpendidikan rendah (Sekolah Dasar) (57%). Pasien rawat jalan di puskesmas
Cikancung mempunyai pendidikan yang berbeda-beda dan tidak ada yang
berpendidikan akademik atau perguruan tinggi, dengan adanya perbedaan t ingkat
pendidikan secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pola
pikir. Sudut pandang dan penerimaan pasien terhadap tindakan-tindakan
pengobatan yang diterimanya. Dengan latar belakang pendidikan pasien ini akanmempengaruhi sikap dokter/perawat sebagai pemberi pelayanan dalam melakukan
pendekatan atau penyampaian informasi kepada pasien.
C.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan
Gambar 4. Distribusi pasien berdasarkan Pekerjaan.
Tidak Sekolah
21
24%
SD
49
57%
SLTP
13
15%
SLTA
3
4%
Pendidikan
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
9/24
9
Berdasarkan grafik 4 diatas distribusi frekuensi pasien berdasarkan pekerjaan,
tidak bekerja Pekerjaan paling banyak pada ibu rumah tangga sebanyak 58
(67,44%). Tidak bekerja 11 orang (13%), Wiraswasta 10 orang (12%), Pegawai
swasta 7 orang (8%).
D. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Pasien
Tabel 5 . Distribusi Kepatuhan Sampel
Nilai Kepatuhan
berdasarkan Morisky 8-
item
Frekuensi (orang) Persentase (%)
Patuh 58 67,44 %
Tidak Patuh 28 32,56 %
Sumber : Kuesioner penelitian 2015
Dari tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa pasien pengguna obat antihipertensi di
Puskesmas Cikancung yang patuh sebanyak 58 orang (67,44%) dan yang tidak
patuh 28 orang (32,56%). sehingga dapat dikatakan penggunaan obat anthipertensi
di Puskesmas Cikancung cukup baik, hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Saepudin, dkk pada tahun 2013 di Puskesmas dengan tingkat
kepatuhan sebesar 62,3 %.
E.
Distribusi Frekuensi karakteristik pasien berdasarkan kepatuhan
1. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Berdasarkan Umur
11; 13%0; 0%
10; 12%
7; 8%58; 67%
Pekerjaan
Tidak Bekerja
PNS/TNI/POLRI
Wiraswasta
Pegawai Swasta
Ibu Rumah Tangga (IRT)
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
10/24
10
Gambar 6. Distribusi Kepatuhan Pasien Berdasarkan umur
Sumber : Kuesioner Morisky 8-item
Karakteristik responden kepatuhan penggunaan obat antihipertensi berdasarkan
usia < 50 tahun sebanyak 30 orang (34.9 %) yang patuh 23 orang (26.74 %) dan
tidak patuh 7 orang ( 8.1 %) dan pasien dengan usia 50 tahun sebanyak 56
orang (65,1%) yang patuh 35 orang (40.69%) dan tidak patuh 21 orang
(24,41%). Jadi dapat di simpulkan bahwa usia 50 tahun lebih patuh dari pada
usia < 50 tahun. Hal ini dikarenakan jumlah pasien hipertensi yang berobat ke
puskesmas cikancung mayoritas usia 50 tahun (65,1%) dari pada usia < 50
tahun (34,9%).
2.
Distribusi frekuensi kepatuhan berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 7. distribusi Frekunesi Kepatuhan Berdasarkan Jenis Kelamin
23
7
35
21
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Patuh Tidak Patuh
< 50 Tahun
50 Tahun
11 10
47
11
0
5
10
1520
25
30
35
40
45
50
Patuh Tidak Patuh
Laki-laki
Prempuan
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
11/24
11
Sumber : Kuesioner Morisky 8-item
Berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 21 orang (24,4%) yang patuh 11
orang (12,8%) dan tidak patuh 10 orang (11,6%), perempuan sebanyak 65 orang (
75,6%) yang patuh 47 orang ( 54,65 %) dan yang tidak patuh 18 orang (20,9%).
Jadi yang patuh berdasarkan jenis kelamin, yang paling banyak adalah jenis
kelamin perempuan (54,65%) hal ini dikarenakan perempuan kebanyakan sebagai
ibu rumah tangga, sehingga rutin minum obat sesuai jadwal karena tidak
berpergian pada saat jadwal minum obat.
3. Distribusi frekuensi kepatuhan berdasarkan Jenis Pekerjaan.
Grafik 8 Distribui Frekuensi Kepatuhan berdasarkan jenis pekerjaan
Sumber : Kuesioner Morisky 8-item
Berdasarkan pekerjaan, tidak bekerja sebanyak 11 Orang ( 12,8%) yang patuh 6
orang (7%) dan tidak patuh 5 orang (5.8%), Wiraswasta sebanyak 10 orang
(11,6%) yang patuh 5 orang (5,8%) dan tidak patuh 5 orang (5,8%), pegawai
swasta sebanyak 7 orang (8,1%) yang patuh 7 orang (8,1%), ibu rumah tangga
sebanyak 58 orang (67,4%) yang patuh 40 orang (46,5%) dan tidak patuh 18
orang (20,9%). Jadi kepatuhan berdasarkan pekerjaan yang paling banyak adalah
5 65 5
0
7
18
40
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Tidak Patuh Patuh
Tidak Kerja/Pensiunan
Wiraswasta
Pegawai Swasta
Ibu Rumah Tangga
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
12/24
12
ibu rumah tangga, hal ini mungkin dikarenakan pasien tersebut lebih rutin minum
obat anthipertensi karena jadwal minum obat anthipertensi tidak terganggu oleh
pekerjan dan jarang berpergiaan saat jadwal minum obat.
4.
Distribusi frekuensi kepatuhan berdasarkan Pendidikan.
Grafik 9 distribusi frekuensi kepatuhan berdasarkan pendidikan
Sumber : Kuesioner Morisky 8-item
Berdasarkan pendidikan, tidak sekolah yang patuh 16 orang (1,6%) dan tidak
patuh 5 orang (5,8%), sekolah dasar patuh 30 orang (34,9%) dan tidak patuh 19
orang (22,1%), sekolah lanjut tingkat pertama patuh 10 orang (11,6%) dan tidakpatuh 3 orang (3,5%), sekolah lanjut tingkat atas patuh 2 orang (2,3%) dan tidak
patuh 1 orang (1,2%). Jadi kepatuhan berdasarkan pendidikan yang banyak patuh
adalah yang berpendidikan terkhir SD (34,9%).
F. Distribusi Frekuensi berdasarkan jenis terapi dan obat antihipertensi
yang digunakan
Tabel 10. Distribusi Penggunaan obat berdasarkan jenis terapi
No Jenis Terapi Katagori Jumlah Proporsi
1 Jenis Terapi Tunggal 83 96,51%
Kombinasi 3 3,49%
TOTAL 86 100%
Sumber : Kuesioner penelitian 2015
Berdasarkan hasil penelitian ini jenis terapi yang paling banyak digunakan
selama periode tanggal satu april sampai dengan 30 April 2015 di Puskesmas
5
1619
30
3
10
1 2
0
5
10
15
20
25
30
35
Tidak Patuh Patuh
Tidak Sekolah
SD
SLTP
SLTA
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
13/24
13
Cikancung adalah jenis terapi tunggal. Hal ini dikarenakan pasien banyak yang
menderita hipertensi derajat 1 (satu) yang dapat diturunkan dengan satu jenis obat
antihipertensi saja.
Grapik 11. Penggunaan obat Antihpertensi di Puskesmas Cikancung
Sumber : Kuesioner penelitan 2015
Bedasarkan grafik 11 di atas, penggunaan obat antihiperrtensi dilihat dari
distribusinya bahwa penggunaan antihipertensi terbanyak adalah amlodipin (72%)
dibandingkan captopril (24%) dan amlodipin+Captopril (4%). Hal ini juga dapat
disebabkan karena obat-obat inilah yang tersedia di Puskesmas Cikancung selama
periode penelitian ( Puskesmas Cikancung, 2015). Pada penelitian ini, ditemukan
ketersediaan obat-obat anthipertensi lain dalam jumlah besar namun tidak
digunakan antara lain furosemid. Furosemid merupakan diuretik kuat, dimana
mulai kerjanya lebih cepat dan efek diuretiknya lebih kuat daripada golongan
tiazid. Oleh karena itu diuretik ini jarang digunakan sebagai antihipertensi, kecuali
pada pasien dengan fungsi ginjal atau gagal jantung (nafrialdi, 2011). Reserpin
tidak digunakan karena reserpin merupakan obat lini ke tiga. (Depkes,2006).
hidrokortiazid tidak digunakan disebabkan oleh efek samping diuretik thiazid
yaitu meningkatkan frekuensi buang air kecil (diuresis) sehingga menimbulkan
ketidaknyamanan pada penderita hipertensi.
62; 72%
21; 24%
3; 4% 0; 0%
Amlodipin
Captopril
Amlodpin dan captopril
Amlodpin dan Hidrocortiazid
Capttopril dan Hidrocortiazid
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
14/24
14
G. Distribusi frekuensi Kepatuhan penggunaan obat antihipertensi
berdasarkan kebiasaan merokok
Grafik 12. Distribusi frekuensi kepatuhan berdasarkan Kebiasan Merokok
Sumber : Kuesioner Morisky 8-item
Berdasarkan grafik 13 di atas, dapat dilihat kepatuhan pasien terhadap
penggunaan obat antihipertensi dimana yang patuh sebanyak 50 orang (58,1%)
yang tidak patuhnya hanya 19 orang (22,1%) sedangkan orang yang merokok 9
orang patuh (10,5%) dan tidak patuh 8 orang (0,1%) jadi mayoritas pasien
penderita hipertendi di Puskesmas Cikancung kebanyakan tidak merokok dan
patuh menggunakan obat antihipertensi (58,1%).
H. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Berdasarkan Pendapatan pasien
dengan kepatuhan penggunaan obat Antihipertensi
Gambar 14. Distribusi Frekunensi Kepatuhan Berdasarkan Pendapatan
3127
18
10
0
5
10
15
20
25
30
35
Patuh Tidak Patuh
< 1.000.000
1.000.000
8 9
50
19
0
10
20
30
40
50
60
Patuh Tidak Patuh
Merokok
Tidak Merokok
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
15/24
15
Sumber : Kuesioner Morisky 8-item
Berdasarkan grafik 14 menggambarkan kepatuhan penggunaan obat
antihipertensi, pasien yang mempunyai pendapatan, < 1.000.000 patuh sebanyak
31 orang (36,04%), tidak patuh 27 orang (31,4%) sedangkan dengan pendapatan
1.00.000 yang patuh sebanyak 18 orrang ( 20,9%) dan tidak patuh sebanyak 10
orang (11,6 %). Jadi pasien dengan pendapatan < 1.000.000 lebih patuh dari pada
pasien dengan pendapatan 1.00.000. hal ini dikarenakan biaya pengobatan di
puskesmas Cikancung sudah gratis bagi yang mempunyai kartu JKN/KTP/KK
dan GAKINDA, sehingga pendapatan pasien tidak mempengaruhi terhadap
kepatuhan penggunaan obat antihipertensi.
I. Distribusi Frekuensi kepatuhan berdasarkan ada keluarga yang
menderita hipertensi.
Gambar 15. Distribusi kepatuhan penggunaan obat antihipertensi berdasarkan
keluarga mendrita hipertensi
Sumber : Kuesioner Morisky 8-item
Berdasarkan grapik 15 di atas Distribusi kepatuahan penggunaan obat
antihipertensi berdasarkan ada keluarga yang menderita hipertensi. Pasien dengan
keluarga mempunyai riwayat hipertensi sebanyak 16 orang (18,6%), patuh
menggunakan obat sebanyak 10 orang (11,6 %) dan tidak patuh sebanyak 6 orang
(7 %), pasien yang tidak mempunyai riwayat dengan keluarga penderita hipertensi
sebanyak 70 orang ( 81,4 %) dimana yang patuh sebanyak 48 orang (55,9 %) dan
tidak patuh sebanyak 22 orang (25,6%). Sehingga orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi lebih patuh dari pada pasien yang
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi dan berdasarkan hasil penelitian
48
22
106
0
10
20
30
40
50
60
Patuh Tidak Patuh
Tidak AdaAda
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
16/24
16
ini bahwa pasien Hipertensi di Puskesmas Cikancung tidak memiliki keluarga
dengan riwayat hiperteni (81,4%).
J. Distribusi frekuensi kepatuhan penggunaan obat antihipertensi
berdasarkan efek samping obat.
Gambar 16. hubungan efek samping obat dengan kepatuhan penggunaan obat
Sumber : Kuesioner Morisky 8-item
Berdarkan grafik 16 pasien yang mengalami efek samping dari obat antihipertensi
sebanyak 37 orang (43,02%) yang patuh 24 orang (27,9%) dan yang tidak patuh
13 orang (15,1%) . sedangakan pasien yang tidak merasakan efeksamping obat
anthipertensi sebanyak 49 orang (57 %) yang patuh 34 orang (39,5%) dan tidak
patuh 15 orang (17,4%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien yang tidak
mengalami efeksamping obat lebih patuh dari pada pasien yang merasakan efek
samping obat, hal ini dikarenakan pasien yang mengalami efeksamping obat, tidak
minum obat secara rutin dikarenakan pasien tersebut pernah menghentikan
pengobatan atau tidak minum obat antihipertensi dikarenakan merasa tidak
nyaman. Adapun efeksamping yang paling banyak terjadi adalah mengalami
batuk kering yang ditimbulkan obat antihipertensi captopril.
K. Hubungan Kepatuhan dengan Penurunan Tekanan Darah (Hasil
Pengobatan)
24
13
34
15
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Patuh Tidak Patuh
Ada
Tidak Ada
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
17/24
17
Berdasarkan uji statistik regresi linear terdapat hubungan kepatuhan dengan
penurunan tekanan darah Y=0,943 0,015X. Berdasarkan persamaan tersebut
faktor independen ( kepatuhan) berpengaruh terhadap faktor dependen ( hasil
pengobatan). Artinya semakin orang patuh untuk minum obat antihipertensi
makan tekanan darahnya akan menurun. Hubungan kepatuhan dengan penurunan
tekanan darah juga dapat di lihat dari penurunan rerata sistol dan diastol, yang
dapat dilihat di tabel 5.10.1 di bawah ini.
Tabel 17. Data Deskriptif Tekanan darah Sebelum dan Sesudah Pengobatan
Tekanan Darah mmHg Rerata
Tekanan Darah
Sebelum Pengobatan
Sistol 154,53
Diastol 88,13
Tekanan Darah
Sesudah Pengobatan
Sistol 138,02
Diastol 82,79
Sumber : penelitian 2015
Dapat terlihat penurunan Nilai rerata tekanan darah pasien sesudah pengobatan.
Pada saat sebelum pengobatan dan sesudah pengobatan di Puskesmas hal ini
menunjukan bahwa kepatuhan Penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas
Cikancung berhubungan positif terhadap penurunan tekanan darah. hasil serupa
didapat dalam sebuah penelitian bahwa kepatuhan dapat menurunkan tekanan
darah hingga mencapai tekanan darah terkontrol (Morgado,at al, 2011). Dalam
Penelitian ini tidak dilakukan evaluasi tekanan darah terkontrol karena waktu dari
penelitian terbatas, sedangkan penelitian serupa dilakukan lebih dari satu tahun.
Dalam grafik 17. dapat dilihat distribusi frekuensi kepatuhan berdasarkan
penurunan tekanan darah.
Grafik 18. distribusi prekuensi kepatuhan berdasarkan penurunan tekanan darah.
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
18/24
18
Sumber : Kuesioner Morisky 8-itempenelitian 2015
Berdasarkan grafik 18 diatas. kepatuhan berdasarkan hasil pengobatan terjadi
penurunan tekanan darah 75 orang (87 %) yang patuh 51 orang (59%) dan yang
tidak patuh 24 orang (28%). Pasien yang tidak mengalami penurunan dan
peningkatan tekanan darah sebanyak 3 orang (4%), dan semuanya tergolong patuh
dan pasien yang mengalami peningkatan tekanan darah sesudah pengobatan
sebanyak 8 orang (9%) terdiri dari patuh 4 orang dan tidak patuh 4 orang. Jadi
dalam penelitian ini mayoritas pasien patuh dan mengalami penurunan tekanan
darah (59 %).
L. Fakor ketidakpatuhan Pasien Berdasarkan KuesionerMorisky 8-item
BerdasarkanMorisky 8-itemfaktor ketidak patuhan dalam pnelitian ini yang
paling banyak adalah pertanyaan ke Lima, pertanyaan ke empat, pertanyaan ke
dua, pertanyaan satu dan pertanyaan enam. ( Lampiran 7)
Gambar 19, faktor ketidakpatuhan pasien tidak minum obat
03
24
51
4 4
0
10
20
30
40
50
60
Tidak Patuh Patuh
Tidak ada Perubahan
penurunan tekanan darah
peningkatan tekanan darah
29
57
010
20
30
40
50
60
Apakah Kemarin Anda Masih Minum obat?
Ya Tidak Tidak Tahu
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
19/24
19
Sumber : Kuesioner Penelitian 2015
Berdasarkan pertanyaan morsky 8-item banyak faktor yang dapat mempengaruhi
ketidak patuhan, distribusi pertanyaan paling banyak yang mempengaruhi
ketidakpatuhan pasien adalah pertanyaan ke lima frekuensi sebanyak 57 Orang
(66,3%) pertanyaan tersebut menggambarkan pasien tidak patuh minum obat
antihipertensi dikarenakan satu hari sebelum pengisian kuesioner pasien tidak
minum obat dikarenakan sudah merasa kondisi lebih baik dan tidak mau kontrol
ke Puskesmas
Grafik 20, saat berpergian pasien tidak minum obat
Sumber : Kuesioner Morisky 8-item
Berdasrkan grafik 20 diatas, yang mempengaruhi seseorang tidak patuh minum
obat antihipertensi adalah pertanyaan ke empat sebanyak 44 orang (51.2%)
pertanyaan tersebut menggambarkan pasien tidak patuh dikarenakan dalam waktu
berpergian saat jadwal minum obat pasien tidak membawa obat antihipertensinya.
Grafik 21 Pasien tidak minum obat karena sudah merasa lebih baik.
39
47
0
10
20
30
40
50
Pasien Tidak Minum obat Karena Sudah
Merasa lebih Baik
Ya Tidak Tidak Tahu
44 42
0
20
40
60
Saat berpergian pada waktu jadwalminum obat pasien tidak minum obat
Ya Tidak Tidak Tahu
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
20/24
20
Sumber : Kuesioner Morisky 8-item
Berdasarkan grafik 21 diatas yang mempengaruhi kepatuhan adalah pertanyaan ke
enam sebanyak 39 orang (31,0%) menjawab iya, pertanyaan tersebut
menggambarkan ketika pasien merasa kondisi menjadi lebih baik pasien tidak
minum obat atau menghentikan penggunaan obat anthihipertensi.
Grafik 22 Pasien tidak minum obat antihipertensi selain lupa
Sumber : Kuesioner Morisky 8-item
Berdasarkan grafik 22 diatas, yang mempengaruhi ketidakpatuhan adalah
pertanyaan ke dua sebanyak 33 orang ( 38.4%) pertanyaan tersebut
menggambarkan selain lupa orang tidak minum obat antihipertensi dikarnakan
berpergian saat jadwal minum, merasa kondisinya menjadi lebih baik dan karena
tidak nyaman dalam penggunaan obat
37
49
0
10
20
30
40
50
60
Pasien tidak minum obat antihipertensi
selain lupa
Ya Tidak Tidak Tahu
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
21/24
21
Sumber : Kuesioner penelitian 2015
Berdasarkan grafik 23 diatas yang mempengaruhi ketidak patuhan adalah
pertanyaan pertama 37 orang (43,02%) menggambarkan pasien pernah lupa untuk
minum obat antihipertensi. Sehingga tidak diminum secara rutin.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
37
49
Responden tidak minum obat karena Lupa
Ya
Tidak
Tidak Tahu
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
22/24
22
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari peneilitan analisis kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Cikancung ini dapat disimpulkan bahwa :
1. karekterisik responden yang terbanyak adalah perempuan (75,58%) dengan
usia 50 tahun (65%) dan pendidikan terakhir SD ( 57%) dengan pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga (67,44%).
2. tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas Cikancung
bisa dikatakan cukup baik (67,44%).
3.
Obat atihipertensi yang paling banyak digunakan adalah amlodipin (72%).
4. faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan obat antihipertensi
adalah kebiasaan tidak merokok (55%), pasien yang tidak mempunyai
keluarga menderita penyakit hipertensi (57%). Dan pasien yang tidak
merasakan efek samping obat (39,5%).
5. faktor yang mempengaruhi ketidak patuhan adalah pasien tidak minum obat
atau tidak berobat kembali ke puskesmas Cikancung (66,3%).
6.
Ada hubungan tingkat kepatuhan dengan penurunan tekanan darah (59 %).
Saran
Berdasarkan penelitian tentang analisis kepatuhan penggunaan obat pada pasien
hipertensi di wilayah Puskesmas Cikancung saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1.
Kepada Keluarga
Hendaknya memberi dukungan kepada pasien untuk selalu teratur mengontrol
tekanan darah, rutin konsultasi ketempat pelayanan kesehatan.
2. Kepada Puskesmas Cikancung
Disarankan kepada petugas kesehatan untuk sering melakukan penyuluhan
kepada pasien penderita hipertensi khusunya tentang patuh menggunakan
obat antihipertensi. Tidak hanya penyuluhan ketika pasien datang berobat ke
puskesmas, akan tetapi penyuluhan langsung terjun ke lapangan.
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
23/24
23
DAFTAR PUSTAKA
AS, Muhammadun. 2010. Hidup Bersama Hipertensi. In-books.Banguntapan
Jogjakarta
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS )
Kabo,P. (2011). Bagaimana menggunakan obat obat kardiovaskular secara
rasional. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Martiningsih. 2011.Analisis Faktor-Fakotr Dengan Terjadinya Hipertensi Primer
Pada Pasien Di Polikklinik Penyakit Dalam RSUD Bima Ditinjau Dari
Perspektif Keperawatan Self Care Orem.Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia : Depok.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Saepudin, dkk. 2013. Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi Di
Puskesmas. Jurnal Farmasi Indonesia.
Tarigan N.S,Tarigan A,Sukohar A, Carolia N. 2013. Prescribing and Rationality
of Antihypertension Drugs Utilization on Outpatientwith Hypertension in
Puskesmas Simpur During January-June 2013 Bandar Lampung. Bandar
lampurng
Kementrian Kesehatan, 2008, Pharaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi.
Jakarta; Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
James, P.A., Oapril, S., Carter, B.L., Cushman, W.C., Himmelfarb, C.D., Handler,
J., et al. 2013, 2014, Evidence-Based Guideline for the Management
of High Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members
Appointed to the Eight Joint National Commite (JNC 8)..
Annisa Nur A.Fitria. dkk. 2013. faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
berobat hipertensi pada lansia di Puskesmas Pattingalloang Kota Makasar.
Bagian epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanudin.
-
7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi
24/24
24
Ronny, Setiawan, Fatimah Sari, 2010. Fisiologi kardiovaskular. Jakarta:EGC.
Notoatmodjo Soekidjo.2012.Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta.
Jakarta.
Baharudin dkk, 2013.Perbandingan Efektivitas Dan Efek Samping Obat
Antihipertensi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pasien
Hipertensi.Fakultas Kedoteran, Universitas Hasanudin.
Ekarini Diyah, 2011. Faktor-Fakor Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Kepatuhan Klien Hipertensi Dalam Menjalankan Pengobatan Di
Puskesmas Gondangrejo Karang Anyar.Stikes Kusuma Husada Sura Karta.
Arikunto.,S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan 15-Jakarta:
Rineka Cipta, Jakarta.
Nafrialdi.,2011. Farmakologi Dan Terapi, edisi 5, Departemen Farmakologi Dan
Terapi Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia, Jakarta
Novian A.,2013. Faktor Yang Berhubungan Diit Pasien Hipertensi. Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Universitas Negri Semarang.
Purnomo, H. 2009, Penyakit yang paling mematikan (hipertensi). Buana pustaka.
Jakarta.
WHO. (2010).Data Global Status Report on Communicable Diseases.
Saleem Fahad, 2012. Translation and validation study of Morisky Medication
Adherence scale (MMAS): the Urdu version for facilitating person-centered
healthcare in Pakistan. Discipline of Social and Administrative Pharmacy
School of Pharmaceutical Sciences, Universiti Sains Malaysia.