Presentation at The 16th International River Symposium, Brisbane, Australia by M. Muslich
Dr. Muslich Ashari, Sp. OG. Perdarahan Postpartum2.pdfGejala klinik : lemah, limbung, keringat...
Transcript of Dr. Muslich Ashari, Sp. OG. Perdarahan Postpartum2.pdfGejala klinik : lemah, limbung, keringat...
Dr. Muslich Ashari, Sp. OG
Semua persalinan pasti terjadi perdarahan setelah plasenta lahir disebabkan a.centralis yang terlepas dari plasenta, tetapi dengan kontraksi uterus miometrium akan menghentikan dari a.centralis sehingga perdarahan ini dipengaruhi kekuatan kontraksi uterus tsb
Makin cepat dan kuat kontraksi uterus, makin sedikit perdarahan.
Beberapa hal yang menyebabkan perdarahan setelah kelahiran , 4T:
1. Tonus :atonia uteri, kandung kemih yang over distensi
2. Tissue:retensi plasenta (sisa plasenta) dan bekuan darah
3. Trauma:perlukaan pada vagina, serviks, atau uterus.
4. Trombin: gangguan pembekuan darah (bawaan atau didapat).
Hal- hal yang perlu diperhatikan sebelum menolong persalinan
1. riwayat perdarahan post partum pada persalinan sebelumnya
2. bayi besar, gemelli, hidramnion 3. partus yang terlalu cepat atau partus
precipitatus 4. bekas sc atau miomektomi 5. partus dengan tindakan 6. partus lama
Perdarahan yang terjadi segera setelah persalinan melebihi 500 cc.
Gejala klinik : lemah, limbung, keringat
dingin, menggigil, hiperpneu, tekanan darah sistolik <90 mmHg, nadi>100x/m, Hb <8 g%.
Dibagi menjadi : 1. Perdarahan postpartum primer 2. Perdarahan pospartum sekunder
Perdarahan berlangsung dalam 24 jam pertama dengan jumlah 500 cc atau lebih. Penyebab : - Atonia uteri / Kontraksi uterus yang kurang
baik - Retensio plasenta/ Plasenta restan - Robekan jalan lahir - Gangguan pembekuan darah
Perdarahan postpartum setelah 24 jam pertama dengan jumlah 500 cc atau lebih.
Penyebab : - Tertinggalnya sebagian plasenta atau
membrannya - Perlukaan terbuka kembali dan
menimbulkan perdarahan - Infeksi pada tempat implantasi plasenta
1. Atonia uteri Uterus tidak berkontraksi dan lembek,
perdarahan segera setelah anak lahir. ditandai dengan TFU yang masih tinggi
(mis:diatas umbilicus) dengan palpasi uterus yang lembek.
Penyulit : syok, bekuan darah pada serviks atau posisi terlentang akan menghambat aliran darah keluar.
2. Robekan jalan lahir Darah segar yang mengalir segera setelah
bayi lahir, uterus berkontraksi keras dan plasenta lengkap.
disebabkan partus yang terlalu cepat (partus presipitatus), partus dengan tindakan (mis: vacum ekstraksi, forceps ekstraksi, partus sunsang)
3. Retensio plasenta Plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera apabila sebagian plasenta sudah lepas atau tindakan manual yang tidak tuntas, uterus berkontraksi dan keras.
Tertinggalnya sebagian plasenta Plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah) tidak lengkap, perdarahan segera.
Penyulit : tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, inversio uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
4. Inversio uteri Uterus tidak teraba, lumen vagina terisi
massa, tampak talipusat akibat dari tarikan yang berlebihan pada tali
pusat pada saat uterus tidak kontraksi 5. Endometritis atau sisa fragmen plasenta Sub involusi uterus, nyeri tekan perut bawah
dan pada uterus, perdarahan, lokia mukopurulen dan berbau bila disertai infeksi.
Atonia Uteri -Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri -Lakukan pemasangan infus dan pemberian
uterotonika dan kompresi bimanual. -Berikan transfusi darah bila perlu -Lakukan uji beku darah untuk konfirmasi -Bila masih terjadi perdarahan, lakukan : >Kompresi bimanual eksternal >Kompresi bimanual internal >Kompresi aorta abdominalis Pada RS rujukan : lakukan ligasi arteri uterina dan
ovarika atau histerektomi.
Jika perdarahan belum berhenti dengan terapi uterotonika, terapi konservatif lain
seperti kompresi bimanual interna dan eksterna, kompresi aorta, maka intervensi
pembedahan harus dikerjakan. Dengan pembedahan konservatif harus dicoba(pemasangan balon kateter)
jika tidak berhasil dapat diikuti oleh prosedur invasif lainnya (metode B-lynch).
Jika perdarahan yang mengancam nyawa berlanjut bahkan setelah ligasi dilakukan gagal
histerektomi subtotal/ supraservikal/ total sebaiknya dilakukan
Retensio plasenta/plasenta restan Penanganan retensio plasenta dapat dilakukan
dengan manual plasenta. Penanganan plasenta restan apabila tidak terjadi
perdarahan dilakukan kuretase 5 hari setelah persalinan (kotiledon yang menyebabkan plasenta restan sudah mengalami nekrosis) sehingga saat kuretase tidak terjadi perdarahan.
penanganan plasenta restan disertai dengan perdarahan dilakukan manual plasenta apabila tidak berhasil (plasenta perkreta/inkreta) dilakukan kuretase. Apabila setelah dilakukan kuretase masih terjadi perdarahan dilakukan histerektomi.
Gangguan pembekuan darah diberikan obat obatan homeostasis, transfusi darah segar
Robekan jalan lahir Perbaiki keadaan umum terlebih dahulu, jika
terjadi syok atasi syok. Eksplorasi jalan lahir. Lakukan jahitan hemostasis jika terdapat
robekan jalan lahir. Berikan antibiotika profilaksis.
Endometritis Berikan antibiotika yg adekuat. Pemberian uterotonika. posisi fowler Jika ada sisa plasenta lakukan kuretase dalam
perlindungan uterotonika