iirepository.uinjambi.ac.id/1954/1/SKRIPSI DONI JANUANSYAH...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
Transcript of iirepository.uinjambi.ac.id/1954/1/SKRIPSI DONI JANUANSYAH...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
-
i
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamiin dengan rahmat Allah SWT Skripsi ini saya
persembahkan kepada orang-orang yang telah memberikan cinta, kasih, perhatian,
serta motivasi dalam menuntut ilmu.
Kakek dan Nenekku :
( Alm ) Marjohan bin Husin dan ( Alm ) Saena Binti Dahadi
Beserta Orang tua dan Istri tercinta :
Ibunda Jamilah dan Ayahnda Salamun tercinta yang telah mendidikku dengan
penuh kegigihan dan kesabaran, yang tak henti-hentinya menyelipkan namaku
dalam setiap do’a nya, berkat do’a dan dorongan motivasi beliau berdualah saya
dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk semua yang ibu dan suami
berikan selama ini, harapan besarku semoga skripsi ini mejadi hadiah indah bagi
Ibu dan Ayahku.
Istri dan kakak beseta adik tersayang :
Meitia Puji Lestari, SE dan Kakakku Dodi Ardiansyah,beserta Adikku
Dion Martiansyah dan Danayla shopia
orang yang selalu ada memberikan semangat dan mendo’akan keberhasilanku.
Bapak Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, masukana serta
motivasi dalam penyelesaian skripsi ini, serta dosen-dosen lainnya yang telah
terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.
Sahabat Seperjuangan Jurusan Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah UIN STS
Jambi
Almamaterku tercinta UIN STS Jambi, tempat penulis menimba ilmu
-
vii
MOTTO
ۖ ِ َواْلُمْؤِمنُىنَِ َوَرُسىلُهُِ َعَملَُكمِْ اّلَلُِ فََسيََري اْعَملُىا َوقُلِِ ً ِ َوَستَُردُّونَِ إِلَ
تَْعَملُىنَِ ُكْنتُمِْ بَِمب فَيَُنبِّئُُكمِْ َوالَشَهبدَةِِ اْلغَْيبِِ َعبِلمِِ
Artinya : Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan. (QS.At-Taubah ( 9 ) : 105 )1
1 QS.At-Taubah ( 9 ) : 105
-
viii
ABSTRAK
Doni Januarsyah, SPI 162543, “Implementasi Pembinaan Kelompok Tani di
Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi di Tinjau dari Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 82 /OT.140/8/2013.
Skripsi ini bertujuan ingin mengetahui Pembinaan Kelompok Tani dan
Gabungan Kelompok Tani menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor
82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan
Gabungan Kelompok Tani dan implementasi Pembinaan Kelompok Tani dan
Gabungan Kelompok Tani di Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 di Muaro Jambi. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan pendekatan pendekatan Yuridis Sosiologis
dimana pendekatan Yuridis Sosiologis adalah mengidentifikasi dan menkonsepsi
hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional dalam sistem kehidupan
nyata. Dari pembahasan dan hasil penelitian dapat diberikan beberapa kesimpulan
yaitu Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani Menurut
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 diarahkan pada
perubahan pola pikir petani dalam menerapkan sistem agribisnis, menumbuh
kembangkan poktan dan gapoktan dalam menjalankan fungsinya, serta
meningkatkan kapasitas poktan dan gapoktan melalui pengembangan kerjasama
dalam bentuk jejaring dan kemitraan dan Pembinaan kelembagaan petani perlu
dilakukan secara berkesinambungan. Pedoman Kelompok tani dan Gabungan
Kelompok tani terdiri atas Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan
Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani, Pedoman Penyusunan Rencana
Definitif Kelompok tani dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok tani, dan
Pedoman Sistem Kerja Latihan dan Kunjungan. Implementasi Pembinaan
Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani Di Kabupaten Muaro Jambi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 di
Muaro Jambi dilaksanakan melalui pertemuan pada satu kelompok tani dan juga
terkadang di lakukan dengan cara melakukan pertemuan di Dinas Tanaman
Pangan dan Hortikultura. Pertemuan diadakan diwilayah kelompok tani yang
dibina, pertemuan rutin diadakan 3 (tiga) bulan sekali dengan ketua kelompok,
selain itu Dinas bekerja sama dengan petugas hama Kabupaten untuk turun
langsung melakukan pembinaan pada kelompok Tani. Namun pada tahap
implementasi terdapat kendala yang dihadapi berupa Sumber daya manusia (
Petani ) yang relatif masih awam akan ilmu pertanian
Kata Kunci : Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan
Kelompok Tani
-
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pembinaan
Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani Menurut Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 Tentang Pedoman Pembinaan
Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani di Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi.”. Sholawat beserta salam dijunjungkan kepada nabi
besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman
kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan saat ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat
kesalahan dan tidak sempurna dalam penyajian maupun materinya, namun berkat
kesungguhan serta bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya
maka segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi itu dapat diatasi sehingga
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.
Melalui skripsi ini penuis tidak lupa menyampaikan penghargaan dengan
ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi
2. Bapak Dr. A.A. Miftah, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi.Bapak Hermanto Harun Lc, M. HI.,
Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Ibu Dr. Rahmi Hidayati,
S.Ag.,M. HI selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,
Perencanaan dan Keuangan, Dr. Yuliatin, S.Ag., M. HI selaku Wakil
-
x
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................ ii
PERSEMBAHAN …………………………………………………………… iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................. iv
MOTTO ......................................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
KATA PENGANGTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ....................................... 7
D. Kerangka Teori ................................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 18
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 22
B. Pendekatan Penelitian ........................................................................ 22
C. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 22
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 23
E. Unit Analisi ........................................................................................ 25
F. Teknik Analisis .................................................................................. 26
G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 28
-
xii
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Geografis dan Iklim Muaro Jambi ...................................................... 29
B. Penduduk ............................................................................................. 30
C. Sosial ................................................................................................... 31
D. Pertanian ................................................................................................ 31
E. Industri Perdagangan dan Perhubungan ............................................... 32
F. Keuanagan……………………………………………………………... 32
G. Pemerintah……………………………………………………………… 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Implementasi Pembinaan Kelompok Tani di Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi di Tinjau dari Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 82/ Permentan /OT.140 /8 /2013……..……………………...........
40
B. Kendala Implementasi Pembinaan Kelompok Tani di Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi di Tinjau dari Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 82/ Permentan /OT.140 /8 /2013………………………………….66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 72
B. Saran ................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 74
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara agraris yang subur makmur sehingga
sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani., dataran dan tanah subur
yang tersebar di seluruh kepulauan di Nusantara merupakan potensi wilayah yang
membuka kesempatan bagi penduduknya untuk bercocok tanam dan beternak
sehingga bidang pertanian mampu memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan
masyarakat.2
Sektor pertanian mempunyai peranan strategis terutama sebagai penyedia
pangan rakyat Indonesia, berkontribusi nyata dalam penyediaan bahan baku industri,
bio-energi, penyerapan tenaga kerja yang berdampak pada penurunan tingkat
kemiskinan dan menjaga pelestarian lingkungan. Sejalan dengan hal tersebut,
Kementerian Pertanian Tahun 2010 - 2014 telah menetapkan visi, yaitu “Pertanian
Industrial Unggul Berkelanjutan, Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Meningkatkan
Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Ekspor dan Kesejahteraan Petani”. Untuk
mewujudkan visi tersebut diperlukan pelaku utama dan pelaku usaha yang
berkualitas, andal, berkemampuan manajerial, kewirausahaan dan organisasi bisnis.3
Pada saat ini kualitas sumberdaya manusia yang bekerja pada sektor
pertanian masih rendah dibandingkan dengan sektor lainnya. Dilihat dari tingkat
2 Rudi Hermawan, “Peran Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga Di Desa Kulwaru Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo”, Skripsi
Universitas Negeri Yogyakarta, Tahun 2016, hlm. 1.
Lampiran I Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan /OT.140/8/2013 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok.
1
-
2
pendidikan mereka sangat rendah dan jarang sekali yang memiliki pengetahuan
dan ahli tentang ilmu pertanian yang mencukupi, dan mereka terjun disektor
pertanian pun karena tuntunan dan pengalaman yang didapatkan dari orangtua
mereka yang sudah turun temurun.4
Oleh karena itu, kapasitas dan kemampuan Petani harus terus ditingkatkan,
salah satunya melalui penyuluhan dengan pendekatan kelompok. Pendekatan
kelompok dalam penyuluhan dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi penyelenggaraan penyuluhan. Pendekatan kelompok juga dimaksudkan
untuk mendorong penumbuhan kelembagaan petani (kelompoktani, gabungan
kelompoktani). Hal ini dilakukan karena masih banyaknya jumlah petani yang belum
bergabung dalam kelompoktani (poktan), terbatasnya jumlah tenaga penyuluh
pertanian sebagai fasilitator, serta terbatasnya pembiayaan dalam pembinaan bagi
poktan dan gabungan kelompoktani (gapoktan).
Dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan produktivitas dan daya
saing, maka garis kebijakan harus difokuskan pada upaya peningkatan
kemampuan masyarakat pedesaan dengan memanfaatkan basis pertanian sebagai
kunci utama untuk mengembangkan usaha industri yang mampu bersaing.
Pemberdayaan masyarakat mempunyai kaitan erat dengan pendidikan nonformal.
Pendekatan pendidikan nonformal didasarkan pada kebutuhan masyarakat dengan
cara menggali dan menggunakan apa yang ada di masyarakat untuk
menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan kearah kemandirian.
Pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal dengan pendekatan
4 Rudi Hermawan, “Peran Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga Di Desa Kulwaru..., hlm. 2.
-
3
kelompok atau social group work untuk mengatasi masalah-masalah di atas ialah
dengan program pemerintah dalam pembangunan pertanian dan pedesaan melalui
Gapoktan.
Diterbitkannya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan
/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan
Kelompok adalah sebagai penyempurna materi/substansi yang diatur dalam
pedoman pembinaan kelembagaan petani dari Peraturan Menteri Sebelumnya yaitu
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 telah ditetapkan
Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani dan pada saat Peraturan ini mulai berlaku,
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman
Pembinaan Kelembagaan Petani, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 5
Pedoman Pembinaan Kelompok tani dan Gabungan Kelompok tani terdiri
atas Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompoktani dan Gabungan
Kelompoktani, Pedoman Penyusunan Rencana Definitif Kelompoktani dan Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok tani, dan Pedoman Sistem Kerja Latihan dan
Kunjungan.6
Muaro Jambi merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi
komoditas hortikultura di Provinsi Jambi.7 Kabupaten Muaro Jambi berperan
sebagai wilayah produsen pangan, total luas lahan di Kabupaten Muaro Jambi
adalah 532.165 ha. Penggunaan lahan eksisting terluas adalah perkebunan
(310.280 ha; 58,31%). Lahan seluas 481.204 ha (90,42%) teridentifikasi sebagai
5 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan /OT.140/8/2013 tentang Pedoman
Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok.
6 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan /OT.140/8/2013 tentang Pedoman
Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok, Pasal 1.
7http://repository.unja.ac.id/5156/1/2.Jurnal%20Mario%20Zulhadi%20Amrullah%20D1B
012128.pdf
http://repository.unja.ac.id/5156/1/2.Jurnal%20Mario%20Zulhadi%20Amrullah%20D1B012128.pdfhttp://repository.unja.ac.id/5156/1/2.Jurnal%20Mario%20Zulhadi%20Amrullah%20D1B012128.pdf
-
4
kawasan moratorium hutan dan lahan gambut, tambang, hutan, perairan, HGU,
perkebunan dan permukiman eksisting. Sebagian dari sawah dan pertanian lahan
kering eksisting termasuk dalam kawasan ini. Lahan tersedia untuk
pengembangan pertanian pangan termasuk sawah eksisting teridentifikasi seluas
50.961 ha atau 9,58% dari luas total lahan di Kabupaten Muaro Jambi.
Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar PDRB Kabupaten
Muaro Jambi. Berdasarkan data BPS tahun 2011, sektor pertanian menyumbang
31,03% dari total PDRB. Sumbangan subsektor tanaman bahan makanan terhadap
PDRB sebesar 19,02% dan menduduki peringkat kedua setelah subsektor tanaman
perkebunan (sebesar 54,41%) dalam kelompok sektor pertanian. Besarnya
kontribusi terhadap PDRB ini mengindikasikan peluang yang masih cukup besar
bagi pengembangan tanaman pangan, agar memberikan nilai tambah bagi
perekonomian Kabupaten Muaro Jambi. Untuk itu, subsektor tanaman bahan
makanan perlu mendapatkan perhatian serius dengan berbagai kebijakan
pengembangan yang didukung oleh ketersediaan informasi sumberdaya lahan
yang akurat.8 Muaro Jambi memiliki cukup banyak Kelompok Tani dan
Gabungan Kelompok Tani seperti Kelompok Tani Gelam Jaya, Kelompok Tani
Sumber Rezeki Solok, Gabungan Kelompok Tani Harapana Jaya, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sialani SP selaku Kepala Bidang
Penyuluhan Pertanian
Salah satu unsur pengikat Kelompok Tani adalah adanya kawasan usaha
tani yang menjadi tanggungjawab bersama di antara para anggota namun,
Kelompok Tani memiliki jumlah luas lahan yang tidak sesuai dengan luas
8 Agus Kurniawan M., “Analisis Dan Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan
Di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi”, Skripsi Institut Pertanian Bogor, Tahun 2014, hlm.
1.
-
5
lahan sebenarnya. Sebagai contoh misalkan lahan sawah Cuma 10 Hektar
akan tetapilaporan simultannya 20 Hektar.9
Selain itu M. Taher selaku Kasi Kelembagaan Penyuluhan mengatakan
bahwa
Adanaya Mark Up lahan, supaya bisa dapat bantuan lebih banyak, hal ini
menyebabkan Produktivitas Padi di Muaro Jambi tidak terpenuhi, Luas
lahan banyak tapi hasil sedikit.10
Dari sana penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh bagaimana
Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani menurut Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman
Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani dan implementasi
Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani di Kabupaten Muaro
Jambi berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan
Gabungan Kelompok Tani di Muaro Jambi.
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk menyusun skripsi tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan
gabungan Kelompok Tani dengan judul “Implementasi Pembinaan Kelompok
Tani di Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi ditinjau dari
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013”
9 wawancara dengan Sialani SP selaku Kepala Bidang Penyuluhan Pertanian Pada 20 Mei
2019. 10
Wawancara dengan M. Taher selaku Kasi Kelembagaan Penyuluhan Pada 20 Mei
2019.
-
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis jelaskan
sebelumnya, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan
Kelompok Tani di Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman
Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani di Muaro
Jambi ?
2. Apa Kendala implementasi Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan
Kelompok Tani di Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman
Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani di Muaro
Jambi ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.
1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya semua perumusan masalah di atas, diharapkan adanya
suatu kejelasan yang dijelaskan dan dijadikan tujuan bagi penulis dalam skripsi
ini. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui implementasi Pembinaan Kelompok Tani dan
Gabungan Kelompok Tani di Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan
-
7
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013
tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok
Tani di Muaro Jambi.
b. Untuk mengetahui kendala implementasi Pembinaan Kelompok Tani
dan Gabungan Kelompok Tani di Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013
tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok
Tani di Muaro Jambi.
2. kegunaan penelitian
a. Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman
dan tentang Pelanggaran Hukum dalam Pembinaa Kelompok Tani di
Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok
Tani dan Gabungan Kelompok Tani.
b. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu
(S1) di di Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Siafuddin Jambi.
a. Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk di Fakultas Syari’ah
khususnya jurusan Hukum Tata Negara dan dosen-dosen Fakultas Syari’ah
lainnya.
b. Sebagai sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermamfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain
-
8
D. Kerangka Teori
1. Teori Pembangunan
Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir.
Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial
ekonomi. Pembangunan agar dapat menjadi suatu proses yang dapat bergerak
maju atu kekuatan sendiri tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya. Jadi,
bukan hanya yang dikonsepskan sebagai usaha pemerintah belaka.
Pembangunan menurut Rogers dalam Rochajat adalah perubahan yang
berguna menuju sustu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai
kehendak suatu bangsa. Pembangunan mula-mula dipakai dalam arti pertumbuhan
ekonomi. Sebuah masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan, bila
pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi. Dengan demikian, yang
diukur adalah produktivitas masyarakat atau produktivitas negara setiap
tahunnya.11
Pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekat suatu
masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian kombinasi
proses sosial, ekonomi dan institusional, demi mencapai kehidupan yang serba
lebih baik. Untuk mencapai “kehidupan yang serba lebih baik” semua masyarakat
minimal harus memiliki tiga tujuan inti sebagai berikut :
a. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam barang
kebutuhan hidup yang pokok , seperti pangan , sandang, papan, kesehatan dan
perlindungan keamanan.
11 Harun,Rochajat dan Elvinaro Ardianto. 2011. Komunikasi pembangunan dan
perubahan sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm.3.
-
9
b. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan
tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan
kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilainilai kultural dan
kemanusiaan, yang kesemua itu tidak hanya untuk memperbaiki
kesejahteraan materiil , melainkan juga menumbuhkan jati diri pribadi dan
bangsa yang bersangkutan.
c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta
bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari belitan
sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya terhadap orang atau
negara, bangsa lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang berpotensi
merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.12
2. Teori Pembangunan Bidang Pertanian
Pembangunan di Indonesia di lakukan dalam berbagai aspek kehidupan
yang pada prinsipnya bertujuan mensejahteraan masyarakat. Indonesia merupakan
negara pertanian, artinya pertanian memegang peran penting dari keseluruhan
perekonomian Nasional. Pertanian dalam artian luas terdiri dari lima sub sektor,
yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Sektor
pertanian harus di posisikan sebagai sektor andalan perekonomian. 13
Berdasarkan kondisi saat ini pertanian harus menjadi sektor unggulan
dalam menyusun strategi pembangunan. Pertanian dalam arti luas suatu bidang
usaha yang mencakup bidang tanaman, bidang peternakan dan bidang perikanan.
12Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Hlm. 28.
13
Mutiara Ekasari, “Perencanaan Pengembangan Sektor Pertanian dalam Upaya
Peningkatan Perekonomian Kabupaten Temanggung, Skripsi Universitas Negeri Semarang 2011,,
hlm. 2.
-
10
Menurut Mosher dalam Pertanian adalah sejenis proses produksi yang khas/
spesifik yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan perkembangan
ternak dan ikan.
Secara sederhana pembangunan adalah perubahan dan pertumbuhan
khususnya perubahan sosial/struktur sosial, dan pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan adalah usaha sadar guna mengadakan perubahan sosial/ struktur
sosial dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan secara berkelanjutan untuk
mencapai kesejahteraan yang lebih baik. Pembangunan dapat didefinisikan
sebagai serangkaian upaya yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah,
badan-badan atau lembaga-lembaga internasional, nasional dan lokal, yang
terwujud dalam bentuk-bentuk kebijakan, program, atau proyek.14
Pembangunan pertanian merupakan suatu proses yang ditujukan untuk
selalu meningkatkan produksi pertanian yang sekaligus mempertinggi pendapatan
dan produktivitas usaha tiap petani dengan menambah modal, sill, dan campur
tangan manusia. Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat
penting karena sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidup pada
sektor tersebut. Tujuan pembangunan pertanian antara lain adalah meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup petani, membuka lapangan kerja dan meningkatkan
ketahanan pangan.
14
Rusyad Adi Suriyanto, “ Program Pembangunan Kesehatan : Masyarakat Desa
Wuwuharjo dalam Proyek Inovasi, Korespondensi: R.A. Suriyanto, Laboratorium Bioantropologi
dan Paleontropologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. , hlm. 174.
-
11
Misi pembangunan pertanian antara lain melaksanakan pembangunan
pertanian dengan pendekatan agribisnis, memanfaatkan sumberdaya pertanian
secara optimal dan meningkatkan aktivitas pedesaan.15
3. Pemerintahan Daerah
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.16
Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, Pemerintahan Daerah
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan
perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, sedangkan Pemerintah Daerah adalah kepala
daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
Pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah tersirat pengaturan urusan pemerintahan yang secara tidak langsung
mempunyai sebuah kewenangan. Kewenangan yang dimaksud dalam Pasal 12 dan
Pasal 13 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
pada umunya jenis-jenis kewenangan hanya mengatur tentang kewenangan wajib
15 Mutiara Ekasari, “Perencanaan Pengembangan Sektor Pertanian dalam Upaya
Peningkatan Perekonomian Kabupaten Temanggung ,... hlm.17. 16
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
-
12
dan pilihan yang ditekankan kepada Pemerintah Daerah saja. Jadi dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, mengatur hal yang
sama yaitu urusan pemerintah serta kewenangannya, namun tidak tertera dengan
jelas pembagian antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah termasuk hak
dan kewajiban masing-masing.17
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
dapat dijelaskan urusan pemerintah yang diatur di dalamnya. Urusan pemerintah
terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan
urusan pemerintahan umum.18
Bahwa urusan pemerintahan absolut adalah urusan
pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat.19
Kewenangan yang dipegang penuh oleh pemerintah pusat dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan baik itu dapat dilimpahkan kepada
instansi vertikal ataupun melaksanakan sendiri urusan pemerintahannya. Urusan
pemerintahan konkuren adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara
pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota.20
Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah terdiri
urusan pemerintahan wajib dan pilihan. Urusan wajib yakni kewajiban yang
ditetapkan oleh pemerintah, sedangkan urusan pilihan yakni hak untuk
meningkatkan potensi-potensi yang terdapat pada setiap daerah.7 Dari urusan
pemerintahan konkuren menghasilkan hak dan kewajiban antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota. Urusan pemerintahan umum
17 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
18
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 9 Ayat 1.
19
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 9 Ayat 2
20
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 9 Ayat 3
-
13
adalah pengawasan dan pembinaan terhadap wawasan bangsa, ketahanan
nasional, pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa. Artinya pelaksanaan semua
urusan pemerintah yang bukan kewenangan pemerintah daerah (Pasal 25).
Kewenangan yang hanya dipegang oleh pemerintah pusat (Presiden) namun
urusan pemerintahannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah (Gubernur dan
Bupati/Walikota). Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah telah membagi kewenangan atas pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah yang menyangkut hak dan kewajiban masing-masing. Rti yang
terkandung di dalamnya luas dan jelas.21
4. Kelempok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
Kelompoktani yang selanjutnya disebut poktan adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan;
kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya; kesamaan
komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota.22
Gapoktan adalah gabungan kelompok tani yang bergabung dan
bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan
dibentuk atas dasar (1) Kepentingan bersama antara anggota, (2) Berada pada
kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara anggota, (3)
Mempunyai kader pengelolaan yang berdedikasi untuk menggerakkan petani, (4)
Memiliki kader atau pimpinan yang diterima oleh petani lainnya, (5) Mempunyai
21 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
22
Lampiran I Peraturan Menteri Nomor 82/Permentan /OT.140/8/2013 tentang Pedoman
Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok.
-
14
kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar anggotanya, (6)
Adanya dorongan atau manfaat dari tokoh masyarakat setempat.23
Pendekatan kelompok dalam penyuluhan dimaksudkan untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan penyuluhan. Pendekatan kelompok juga
dimaksudkan untuk mendorong penumbuhan kelembagaan petani (kelompoktani,
gabungan kelompoktani). Hal ini dilakukan karena masih banyaknya jumlah petani
yang belum bergabung dalam kelompoktani (poktan), terbatasnya jumlah tenaga
penyuluh pertanian sebagai fasilitator, serta terbatasnya pembiayaan dalam
pembinaan bagi poktan dan gabungan kelompoktani (gapoktan).
Pembinaan kelembagaan petani perlu dilakukan secara berkesinambungan,
diarahkan pada perubahan pola pikir petani dalam menerapkan sistem agribisnis.
Pembinaan kelembagaan petani juga diarahkan untuk menumbuhkembangkan poktan
dan gapoktan dalam menjalankan fungsinya, serta meningkatkan kapasitas poktan dan
gapoktan melalui pengembangan kerjasama dalam bentuk jejaring dan kemitraan.24
Pengembangan Kelompok Tani berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013.
Penumbuhan dan pengembangan poktan dilakukan melalui pemberdayaan
petani untuk merubah pola pikir petani agar mau meningkatkan usahataninya dan
meningkatkan kemampuan poktan dalam melaksanakan fungsinya. Pemberdayaan
petani dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan dengan pendekatan
kelompok. Kegiatan penyuluhan melalui pendekatan kelompok dimaksudkan untuk
23 Rifa’atul Mahmudah , “Kinerja Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sari Tani
Sentosa Dalam Upaya Pemberdayaan Kelompok Tani (Poktan)”, Skripsi Universitas Lampung
Bandar Lampung, Tahun 2018, hlm. 22.
24
Lampiran I Peraturan Menteri Nomor 82/Permentan /OT.140/8/2013 tentang Pedoman
Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok.
-
15
mendorong terbentuknya kelembagaan petani yang mampu membangun sinergi antar
petani dan antar poktan dalam rangka mencapai efisiensi usaha. Selanjutnya, dalam
rangka meningkatkan kemampuan poktan dilakukan pembinaan dan pendampingan
oleh penyuluh pertanian, dengan melaksanakan penilaian klasifikasi kemampuan
poktan secara berkelanjutan yang disesuaikan dengan kondisi perkembangannya.
Pemberdayaan atau empowerment, berasal dari kata daya (power). Daya
dalam arti kekuatan, dalam kamus bahasa diartikan sebagai berkontribusi waktu,
tenaga, usaha melalui kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan perlindungan-
perlindungan hukum, memberikan seseorang atau sesuatu kekuatan atau
persetujuan melakukan sesuatu, menyediakan seseorang dengan sumberdaya,
otoritas dan peluang untuk melakukan sesuatu, membuat sesuatu menjadi
mungkin dan layak.25
Pengembangan poktan diarahkan pada (a) penguatan poktan menjadi
kelembagaan petani yang kuat dan mandiri; (b) peningkatan kemampuan anggota
dalam pengembangan agribisnis; dan (c) peningkatan kemampuan poktan dalam
menjalankan fungsinya. Sedangkan Pengembangan gapoktan dilakukan agar
gapoktan dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna. Ruang lingkup materi dalam
pengembangan gapoktan meliputi (1) peningkatan dan perluasan usahatani serta jenis
usahatani yang berorientasi pasar; (2) peningkatan kerjasama melalui jejaring dan
kemitraan usahatani baik dengan sektor hulu maupun dengan sektor hilir; (3)
25 Rifa’atul Mahmudah , “Kinerja Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sari Tani
Sentosa Dalam ..., hlm. 27.
-
16
Fasilitasi penguatan gapoktan menjadi kelembagaan ekonomi petani dengan basis
poktan/gapoktan yang berbadan hukum guna meningkatkan posisi tawarnya.26
5. Pemerintah Kecamatan Sekernan dan Pertanian Kecamatan
Sekernan
Sebagaimana Peraturan Bupati Muaro Jambi Nomor 58 Tahun 2016,
tentang uraian Tugas Camat, Sekretaris kecamatan, Kepala Sub Seksi, Kepala
Seksi,Kelurahan dan kelompok Jabatan Fungsional pada Pemerintah Kecamatan
dalam Kabupaten Muaro Jambi. Selanjutnya dalam ketentuan umum disebutkan
bahwa dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
a) Kecamatan adalah merupakan perangkat daerah kabupaten yang berada di
suatu wilayah tertentu dalam Kabupten Muaro Jambi.
b) Pemerintah Kecamatan adalah satuan unit kerja pemerintah yang langsung
di bawah pemerintah kabupaten yang menyelenggarakan sebagian tugas
pelimpahan dari bupati.
c) Camat adalah Kepala Pemerintahan Kecamatan.
d) Sekretaris adalah unsur staf yang memberikan pelayanan teknis
administrasi kepada satuan unit kerja di lingkungan pemerintah
kecamatan.
e) Seksi – seksi adalah unsur staf yang yang membantu camat di dalam
mengkoordinasikan dan menyelenggarakan administrasi di bidang
pemerintahan dan ketertiban umum, pelayanan umum, pemberdayaan
masyarakat desa dan kesejahteraan sosial.
26 Peraturan Menteri Nomor 82/Permentan /OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan
Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok, Lampiran I .
-
17
f) Kelompok Jabatan Fungsional adalah kelompok jabatan fungsional yang
melaksanakan sebagian tugas camat berdasarkan bidang keahlian
tertentu.27
Tanaman pangan luas panen padi dan sawah di Kecamatan Sekernan pada
tahun 2016 tercatat seluas 1.109,9 hektar. Untuk luas panen palawija
diantaranya Ubi Kayu tercatat 27 ha, Ubi Jalar seluas 3 ha, dan Jagung seluas
2 ha.28
Luas Lahan Sawah Dirinci Menurut Jenis di Kecamatan
Jenis Lahan Sawah Luas Lahan Sawah ( Ha )
Irigasi Teknis (Irigation Technical ) 0
Irigasi Setengah Teknis (Half Irragation Technical ) 0
Irigasi Sederhana (Simple Irragation ) 0
Irigasi Desa/Non PU (Village Irragation ) 0
Tadah Hujan ( Rain Fed ) 253
Pasang Surut ( Tidal ) 0
Lebak ( Lowland ) 1050
Lainnya (folder , Rembaesan & dll )
Folder, Seepage & Others
0
Jumlah 1303
Salah satu bagian dalam Struktur pemerintahan Kecamatan Sekernan
adalah Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Desa
27 Rencana Strategis Kecamatan Sekernan Tahun 2017-2022.
28
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Sekernan dalam Angka Tahun 2017.
-
18
a. Kepala Seksi Peberdayaan Masyarakat Desa mempunyai tugas
membantu Camat dalam merencanakan, merumuskan,
melaksanakan, mengkoordinasikan, menegendalikan dan
mengawasi urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
untuk mencapai tujuan organisasi.
b. Uraian tugas Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Desa
terdiri dari :
1. Mendataan potensi desa.
2. Merumuskan program pembangunan desa.
3. Memfasilitasi penyaluran bantuan pembangunan desa.
4. Memantau dan pengawasan kegiatan pembangunan
pedesaan.
5. Memfasilitasi kegiatan dalam rangka pengembangan
produksi perekonomian desa.
6. Mendata dan pelaporan.29
E. Tinjauan Pustaka
Terdapat penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang
peneliti lakukan, yaitu;
Pertama, penelitian ini dilakukan oleh Purwanti Wismasari, mahasiwa
Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang 2015, dengan judul
29 Rencana Strategis Kecamatan Sekernan Tahun 2017-2022.
-
19
“Pemberdayaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Bintan Tahun 2014 Studi Di Kelurahan Sungai Lekop Kecamatan
Bintan Timur”. Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui
pemberdayaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kelurahan Sungai Lekop
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian bersifat Kualitatif yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif dalam bentuk perkataan yang telah
ditulis maupun lisan dari orang yang menjadi informan dalam penelitian ini.
Sedangkan untuk menganalisis data penulis menggunakan teknik Analisa
Deskriptif Kualitatif.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sudah terlaksanana dengan baik
pemberdayaan yang dilakukan oleh Pemerintaha Daerah di Kelurahan Sungai
Lekop Kecamatan Bintan Timur. Fakta ini terlihat dari tiga dimensi yaitu
menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang,
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat dan melindungi
masyarakat sudah berjalan dengan baik. Namun untuk indikator memberikan
penyuluhan kepada masyarakat terbilang belum berhasil, hal ini dikarenakan
kurangnya SDM sebagai penyuluh pendamping di Kabupaten Bintan. Saran yang
diberikan sehubungan dengan penetilian ini adalah sebaiknya pihak BPPKP
memberikan wadah untuk pemasaran produk yang dihasilkan, adanya kegiatan
-
20
pertemuan untuk seluruh anggota, memberikan penyuluh yang memiliki wawasan
dan pengetahuan yang luas agar dapat meningkatkan usahatani tersebut.30
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Haryadi, mahasiswa Universitas
Lampung, Bandar Lampung Tahun 2018, dengan judul “judul “Peranan
Kelompok Tani Dan Pendapatan Petani Ubi Kayu Di Desa Siswo Bangun
Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui tingkat peranan kelompok tani petani Padi Sawah,
faktor-faktor yang berhubungan dengan peranan kelompok tani petani Padi
Sawah, tingkat pendapatan usahatani petani ubi kayu dan mengetahui hubungan
antara peranan kelompok tani dengan tingkat pendapatan usahatani petani ubi
kayu di Desa Siswo Bangun, Kecamatan Seputih Banyak, Kabupaten Lampung
Tengah. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja di Desa Siswo
Bangun Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah. Responden
dalam penelitian ini berjumlah 87 orang petani yang tergabung dalam 18
kelompok tani. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2018. Metode
penelitian ini menggunakan metode survey. Analisis data menggunakan analisis
deskriptif dan uji korelasi Rank Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat peranan kelompok tani
dalam peningkatan pendapatan usahatani petani ubi kayu tergolong dalam
klasifikasi sedang. Faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan peranan
kelompok tani petani Padi Sawah adalah peran penyuluh dan kepemimpinan ketua
kelompok tani, sedangkan yang tidak berhubungan nyata dengan peranan
30 Purwanti Wismasari, “Pemberdayaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Tahun 2014 Studi Di Kelurahan Sungai Lekop Kecamatan
Bintan Timur”, Skripsi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang 2015, hlm. 25.
-
21
kelompok tani adalah tingkat motivasi petani dan interaksi sosial petani. Peranan
kelompok tani tidak berhubungan nyata dengan tingkat pendapatan usahatani
petani ubi kayu. Pendapatan usahatani petani ubi kayu tergolong sedang yaitu
sebesar Rp. 21.925.801 per ha/per musim.31
Terdapat perbedaan dalam penelitian yang penulis lakukan dengan
penelitian sebelumnya dimana penelitian yang dilakukan oleh Purwanti Wimasari
lebih fokus pada masalah pemberdayaan, yaitu Tujuan penelitian ini pada
dasarnya adalah untuk mengetahui pemberdayaan Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) di Kelurahan Sungai Lekop yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Bintan, penelitian yang dilakukan Haryadi lebih pada Peranan
Kelompok Tani, yaitu Peranan Kelompok Tani Dan Pendapatan Petani Padi
Sawah Di Desa Siswo Bangun Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung
Tengah, sedangkan penelitian yang penulis lakukan fokus pada pembinaan
kelompok tani dan Gabungan Kelompok Tani serta implementasinya di
Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.
31 Haryadi, “Peranan Kelompok Tani Dan Pendapatan Petani Ubi Kayu Di Desa Siswo
Bangun Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah”, Skripsi mahasiswa Universitas
Lampung, Bandar Lampung Tahun 2018 , hlm. 120.
-
22
BAB II
METODE PENELITIAN
Ada beberapa metode yang penulis gunakan dalam penulisan proposal ini
baik yang berkaitan dengan jenis penelitian, sifat penilitian serta tekhnik
pengumpulan data.
A. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini penulis metode pendekatan yang dipakai dalam
penelitian ini adalah pendekatan Yuridis Sosiologis dimana pendekatan Yuridis
Sosiologis adalah mengidentifikasi dan menkonsepsi hukum sebagai institusi
sosial yang riil dan fungsional dalam sistem kehidupan nyata.32
pendekatan
Yuridis Sosiologis adalah menekankan penelitian yang bertujuan memperoleh
pengetahuan hukum secara empiris dengan jalan terjun langsung ke obyeknya
yaitu Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani.
B. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Yuridis Empiris
disebutkan pula dengan penelitian lapangan, yaitu mengkaji ketentuan hukum
yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataan di masyarakat.33
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Adapun
jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
32 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:Penerbit Universitas
Indonesia Press, 1986), hlm. 51.
33
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: SInar Grafika, 2002)
hlm. 16.
22
-
23
a. Data Primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan
secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat
dipercaya.34
Data yang penulis ambil dari informasi dilapangan melalui
observasi dan wawancara partisipan, Al-Qur’an dan Al-Hadis, Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013. Informan dalam
penelitian ini berjumlah 5 orang dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultural
Kabupaten Muaro Jambi, terdiri dari Kepala Dinas, Kasi Kelembagaan
Penyuluhan, Kabid Bidang Penyuluhan, Kasi Metode dan Informasi
Penyuluhan, dan Kepala Koordinator Penyuluhan Kecamatan.
b. Data sekunder, yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data35
. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah segala
data yang tidak berasal dari sumber data primer yang dapat memberikan dan
melengkapi serta mendukung informasi terkait dengan obyek penelitian baik
yang berbentuk buku, jurnal, karya tulis, dan tulisan maupun artikel yang
berhubungan dengan objek penelitian.
D. Instrumen Pengumpulan Data
a. Observasi
Dalam penelitian ini, sesuai dengan objek penelitian maka, penulis memilih
observasi partisipan. Observasi partisipan yaitu suatu teknik pengamatan dimana
peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang
diselidiki. Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat langsung
terhadap objek penelitian, yaitu dengan meminta pandangan mengamati kegiatan-
34 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006), hlm. 16. 35
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, hlm. 18.
-
24
kegiatan yang dilakukan Birokrat terkait di Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultural Kabupaten Muaro Jambi. Observasi yang dilakukan penulis dalam
skripsi ini terhadap subyek menggunakan pedoman observasi yang disusun
sebagai berikut:
a) Mencatat kesan umum subyek: penampilan, pakaian, tingkah laku, cara
berfikir
b) Interaksi sosial dan tempat lingkungan
b. Wawancara
Syamsudin dan Vismaia S. Damainti menyatakan wawancara adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.36
Wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur (structure
interview). Wawancara terstruktur yaitu bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.37
Oleh
karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya telah disiapkan.
Alat-alat yang digunakan penulis dalam wawancara adalah buku catatan,
laptop dan handphone karena penulis menggunakan wawancara terstruktur
melalui email ataupun telephon. Hal ini bermanfaat untuk mengirim dan
mendokumentasikan semua percakapan dengan sumber data, di mana kesemuanya
telah digunakan setelah mendapat izin dari sumber data. Karena wawancara yang
36
Syamsudin dan Vismaia S. Damainti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, hlm. 238. 37
Syamsudin dan Vismaia S. Damainti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, hlm. 239.
-
25
digunakan adalah terstruktur. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang
dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultural Kabupaten Muaro Jambi, terdiri
dari Kepala Dinas, Kasi Kelembagaan Penyuluhan, Kabid Bidang Penyuluhan,
Kasi Metode dan Informasi Penyuluhan, dan Kepala Koordinator Penyuluhan
Kecamatan.
c. Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber
Kantor Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultural Kabupaten Muaro Jambi. dari
arsip dan dokumen yang berada dikantor tersebut, yang ada hubungannya dengan
penelitian tersebut. Nasution menyatakan dokumentasi adalah mengumpulkan
data dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi,
administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti.38
Dalam hal ini
dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga
yang di teliti.
E. Unit Analisis Data
Unit analisis dalam penulisan skripsi perlu dicantumkan apabila penelitian
tersebut adalah penelitian lapangan yang tidak memerlukan populasi dan sampel.
Unit analisis dapat berupa organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun
organisasi swasta atau sekelompok orang.39
Dalam skripsi ini penulis menggunakan unit analisis adalah Pelanggaran
Hukum dalam Pembinaa Kelompok Tani di Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan
38
Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm.
143. 39
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Fakultas Syari’ah IAIN STS Jambi,
(2012), hlm. 62.
-
26
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani. Penetapan
unit analisis tersebut, karena penelitian yang dilakukan tidak menggunakan
populasi dan sampel, namun hanya menggunakan dokumen-dokumen dari Kantor
Dinas Perkebunan dan informasi-informasi yang berasal, kepala Dinas, karyawan
atau pegawai dan Masyarakat yang sedang atau pernah mendapat pelayanan di
kantor tersebut serta informasi yang didapat melalui email ataupun telephon dari
narasumber. jadi keseluruhan informannya berjumlah 7 orang.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan sebagaimana di kutip oleh Sugiyono analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
wawancara, catatatn lapangan dan bahan-bahan lain.40
Sehingga mudah dipahami
dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Aktivitas analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan mengambil
kesimpulan lalu diverifikasi.
a. Reduksi Data
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan.
b. Penyajian Data
Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah data display atau
menyajikan data.Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan
40
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 90.
-
27
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, tetapi yang
paling sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif dan di dalam skripsi ini
peneliti menggunakan teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan dengan
mengelompokkan data sesuai dengan sub bab-nya masing-masing. Data yang
telah didapatkan dari hasil wawancara, dari sumber tulisan maupun dari sumber
pustaka. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teks yang bersifat naratif.
c. Kesimpulan/Verifikasi
Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.41
Kesimpulan dalam
penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya
kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah diteliti.
Dari ketiga metode analisis data di atas penulis menyimpulkan bahwa,
ketiga metode ini yang meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan akan
penulis lakukan setelah semua data telah diperoleh melalui wawancara catatan
lapangan, dan juga memudahkan penulis di dalam mengetahui dan menarik
kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman secara runtut, pembahasan dalam
penulisan skripsi ini akan disistematisasi sebagai berikut:
41
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 252.
-
28
Pembahasan diawali dengan BAB I, Pendahuluan. BAB ini pada hakiatnya
menjadi pijakan bagi penulisan skripsi, baik mencakup background, pemikiran
tentang tema yang dibahas. BAB I mencakup Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Batsan Masalah, Tujuan Dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori,
Kerangka Pemikiran, Tinjauan Pustaka.
BAB II dipaparkan, Metode Penelitian yang mencakup Pendekatan
Penelitian, Jenis Dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Sistematika
Penulisan dan Jadwal Penelitian.
BAB III dipaparkan tentang gambaran umum dan Lokasi Penelitian.
BAB IV merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu pemaparan tentang
pembahasan dan hasil penelitian.
BAB V penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran, kata penutup
serta dilengkapi dengan Daftar Pustaka, Lampiran dan Curriculum Vitae.
-
29
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Geografis Kecamatan Sekernan
Kecamatan Sekernan merupakan salah satu dari 11 kecamatan yang ada
dalam wilayah Kabupaten Muaro Jambi. Kecamatan Sekernan dengan Topografi
Dataran, memiliki luas wilayah + 625,47 Km2. Kecamatan Sekernan terletak
diantara 0o Lintang Selatan sampai dengan 5o Lint ng Selatan dan diantara 100
Timur. sampai dengan 105o Bujur Timur dan dataran rendah dengan ketinggian
10-100m di atas permukaan laut, dengan batas - batas wilayah adalah :
1. Utara :Kabupaten Tanj abtim dan Kabupaten Tanjabbar
2. Timur : Kecamatan Maro Sebo
3. Selatan :Kecamatan Jambi Luar Kota
4. Barat : Kecamatan Jambi Luar Kota.42
Luas Desa/Kelurahan di Kecamatan Sekernan, 2016
Desa/Kelurahan
(Villages/Subdistrict) Luas ( Area )
(1) (2)
Tantan 36,87
Kedotan 46,00
Keranggan 23,30
Sekernan 25,20
Tunas Baru 25,15
42 Badan Pusat Statistik, Kecamatan Sekernan dalam Angka Tahun 2017.
29
-
30
Berembang 45,00
Pematang Pulai 35,30
Pulau Kayu Aro 40,25
Rantau Majo 46,00
Kel. Sengeti 43,00
Bukit Baling 79,85
Gerunggung 26,15
Suak Putat 38,00
Tanjung Lanjut 36,50
Suko Awin Jaya 60,20
Tunas Mudo 18,70
Jumlah 625,47.
B. Penduduk
Penduduk Kecamatan Sekernan Tahun 2016 tercatat sebanyak 48.902
jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 25.205 jiwa dan penduduk perempuan
23.697 jiwa.43
Perbandingan penduduk laki- laki dan penduduk perempuan (sex
ratio) adalah 106,36 yang berarti bahwa penduduk laki- laki lebih banyak dari
penduduk perempuan at dari 107 jiwa penduduk laki terdapat 100 jiwa perempuan
Persebaran Penduduk di Kec. Sekernan tercatat 79 jiwa per Km2.44
43 Badan Pusat Statistik, Kecamatan Sekernan dalam Angka Tahun 2017.
44
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Sekernan dalam Angka Tahun 2017.
-
31
C. Sosial
1. Pendidikan
Di Kecamatan Sekernan terdapat 32 Sekolah Dasar, 380 Guru, dan 5.716
siswa. Pada tingkat SLTP terdapat 8 buah, 1.889 siswa dan 157 orang guru.
Sementara itu pada tingkat SMA/SMK tercatat sebanyak 4 buah, 1.538 orang
siswa dan 131 orang guru.
2. Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Sekernan antara lain 1 RSUD, 3
Puskesmas, 9 Puskesmas Pembantu dan 9 unit polindes. Sementara tenaga
kesehatan tercatat sebanyak 33 orang dokter, 77 orang perawat dan 37 orang
bidan.
3. Agama
Pelayanan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa dikembangkan dan ditingkatkan untuk kehidupan masyarakat dan
mengatasi berbagai masalah sosial budaya yang mungkin dapat menghambat
kemajuan bangsa. Di Kecamatan Sekernan terdapat 82 Masjid dan 92
Surau/Langgar.45
D. Pertanian
Tanaman pangan luas panen padi dan sawah di Kecamatan Sekernan pada
tahun 2016 tercatat seluas 1.109,9 hektar. Untuk luas panen palawija
45 Badan Pusat Statistik, Kecamatan Sekernan dalam Angka Tahun 2017.
-
32
diantaranya Ubi Kayu tercatat 27 ha, Ubi Jalar seluas 3 ha, dan Jagung seluas
2 ha.46
E. Industri , Perdagangan dan Perhubungan
Banyaknya tenaga kerja yang bekerja dalam perusahaan besar sedang di
Kecamatan Sekernan pada tahun 2016 tercatat sebanyak 2.696 orang. Di wilayah
Kecamatan Sekernan yang terdiri dari 16 desa/ kelurahan, sarana dan prasarana
perekonomian terdapat 3 buah pasar dan 3 buah SPBU.47
Jalan merupakan Prasarana pengangkutan darat yang penting untuk
memperlancar kegiatan perekonomian dengan makin meningkatnya usaha
Pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar
lalu lintas barang dari daerah satu ke daerah lain. Panjang jalan tidak bisa
ditampilkan sampai level kecamatan, sampai saat ini hanya ada angka Kabupaten.
F. Keuangan
Total Alokasi Dana Desa di Kecamatan Sekernan Tahun 2016 adalah
Rp8.086.497.852,-. Dengan ADD terbesar di desa Rantau Majo yaitu sebesar
Rp641.476.000,-48
Alokasi Dana Desa (ADD) Dirinci per Desa/Kelurahan di Kec.
Sekernan, 2016.49
46 Badan Pusat Statistik, Kecamatan Sekernan dalam Angka Tahun 2017. .
47
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Sekernan dalam Angka Tahun 2017.
48
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Sekernan dalam Angka Tahun 2017.
49
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Sekernan dalam Angka Tahun 2017.
-
33
G. Pemerintahan
Sebagaimana Peraturan Bupati Muaro Jambi Nomor 58 Tahun 2016,
tentang uraian Tugas Camat, Sekretaris kecamatan, Kepala Sub Seksi, Kepala
Seksi,Kelurahan dan kelompok Jabatan Fungsional pada Pemerintah Kecamatan
dalam Kabupaten Muaro Jambi. Selanjutnya dalam ketentuan umum disebutkan
bahwa dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
a) Kecamatan adalah merupakan perangkat daerah kabupaten yang berada di
suatu wilayah tertentu dalam Kabupten Muaro Jambi.
b) Pemerintah Kecamatan adalah satuan unit kerja pemerintah yang langsung
di bawah pemerintah kabupaten yang menyelenggarakan sebagian tugas
pelimpahan dari bupati.
c) Camat adalah Kepala Pemerintahan Kecamatan.
d) Sekretaris adalah unsur staf yang memberikan pelayanan teknis
administrasi kepada satuan unit kerja di lingkungan pemerintah
kecamatan.
e) Seksi – seksi adalah unsur staf yang yang membantu camat di dalam
mengkoordinasikan dan menyelenggarakan administrasi di bidang
pemerintahan dan ketertiban umum, pelayanan umum, pemberdayaan
masyarakat desa dan kesejahteraan sosial.
f) Kelompok Jabatan Fungsional adalah kelompok jabatan fungsional yang
melaksanakan sebagian tugas camat berdasarkan bidang keahlian
tertentu.50
50 Badan Pusat Statistik, Kecamatan Sekernan dalam Angka Tahun 2017.
-
34
Kantor Camat Sekernan selaku institusi Pemerintahan Kabupaten Muaro
Jambi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kewenangan bupati di
bidang pemerintahan, pembangunan dan pembinaan sosial kemasyarakatan di
wilayah kecamatan.51
Secara umum capaian kinerja dari semua program yang dilaksanakan
Kantor Camat Sekernan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011-2016 memberikan
hasil yang baik, tersedianya data perkembangan pembangunan daerah, tersedianya
dokumen anggaran OPD, tersedianya data dan informasi perencanaan program
pembangunan daerah.
Sumber Daya Kecamatan Sekernan
Sumber daya yang dimiliki pada kantor Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi tahun 2017 meliputi Sumber Daya Manusia (SDM) dan
Sumber Daya Sarana dan Prasarana.
a. Dari Sisi Sumber Daya Manusia (SDM)
Kantor Kecamatan Sekernan secara kuantitatif memiliki jumlah pegawai
sebanyak 21 orang, yang meliputi 1 orang pejabat eselon III a, 1 orang pejabat
eselon III b, 4 orang pejabat eselon IV a, 2 orang pejabat eselon IV b, dan 13
orang staf ditambah 4 orang tenaga sukarela sebagai staf pelaksana.
Secara kualitatif terdapat 9 orang berpendidikan Sarjana ( SI ),1 Orang
Diploma Tiga, 8 orang berpendidikan SLTA, dan 3 orang berpendidikan SLTP.
Pegawai Kecamatan Sekernan yang telah mengikuti pendidikan Struktutal
adalah sebagai berikut:
51 Badan Pusat Statistik, Kecamatan Sekernan dalam Angka Tahun 2017.
-
35
Diklat – Pim IV : 2 orang
Pegawai Kecamatan Sekernan yang telah mengikuti pendidikan Fungsional
adalah :
Bimtek Pengelolaan Keuanagan Daerah : 3 orang
Bimtek Kearsipan dan Perpustakaan : 2 orang
b. Dari sisi Sumber Daya Sarana Prasarana
Sarana Prasarana yang dimiliki kantor Kecamatan Sekernan Kabupaten
Muaro Jambi. Meliputi :
- Gedung Kantor
- Kendaraan Dinas Roda 4 ( 1 unit )
- Kendaraan Dinas Roda 2 ( 10 unit )
- Ruang Rapat ( 1 lokal ) beserta Sound System dan Meubelair
- Meubelair ( Meja kursi Pejabat dan Staf ) 36 Buah
- Perangkat lunak dan keras ( 4 unit Komputer )
- Laptop 6 Buah
H. Gambaran Umum Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultural Kabupaten
Muaro Jambi.
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Bupati. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan azas
desentralisasi bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dinas Tanaman Pangan
-
36
dan Hortikultura mempunyai fungsi :
a. perumusan kebijakan di bidang, tanaman pangan, hortikultura, prasarana
dan sarana, serta penyuluhan pertanian;
b. penyusunan programa penyuluhan;
c. penataan prasarana dan pengawasan sarana;
d. pengawasan mutu dan peredaran benih tanaman;
e. pembinaan produksi di bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura;
f. pengendalian dan penanggulangan hama penyakit tanaman dan bencana
alam;
g. pembinaan pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan dan
hortikultura;
h. pemberian izin usaha, rekomendasi teknis tanaman pangan dan
hortikultura;
i. pemantauan dan evaluasi program; dan
j. pelaksanaan administrasi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura.52
Berdasarkan Peraturan Bupati Muaro Jambi Nomor 55 Tahun 2018
Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Muaro Jambi Nomor 47 Tahun 2016
Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja
Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Muaro Jambi,Susunan
Organisasi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, terdiri dari:
52
Peraturan Bupati Muaro Jambi Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura
Kabupaten Muaro Jambi.
-
37
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat terdiri dari:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2. Sub Bagian Perencanaan; dan
3. Sub Bagian Keuangan dan Aset.
c. Bidang Tanaman Pangan, terdiri dari :
1. Seksi Perbenihan dan Perlindungan Tanaman Pangan;
2. Seksi Produksi Tanaman Pangan; dan
3. Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.
d. Bidang Hortikultura, terdiri dari :
1. Seksi Perbenihan dan Perlindungan Hortikultura;
2. Seksi Produksi Hortikultura; dan
3. Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.
e. Bidang Prasarana dan Sarana, terdiri dari :
1. Seksi Pengelolaan Lahan dan Irigasi;
2. Seksi Pupuk, Pestisida Alat dan Mesin Pertanian; dan
3. Seksi Pembiayaan dan Investasi.
f. Bidang Penyuluhan:
1. Seksi Kelembagaan Penyuluhan;
2. Seksi Ketenagaan Penyuluhan; dan
3. Seksi Metoda dan Informasi Penyuluhan.
g. UPTD Balai Produksi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
- Sub Bagian Tata Usaha
-
38
h. Balai Penyuluhan Pertanian, terdiri dari :
1. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sekernan;
2. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Maro Sebo;
3. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Taman Rajo;
4. Balai Penyuluhan Pertanian Kecam atan Kumpeh Ulu;
5. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kumpeh;
6. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sungai Gelam;
7. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Mestong;
8. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Jambi Luar Kota;
9. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sungai Bahar;
i. Kelompok Jabatan Fungsional.53
Dalam Pasal 23 Peraturan Bupati Muaro Jambi Nomor 47 Tahun 2016
Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja
Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Muaro Jambi memuat tugas
Kepala Bidang Penyuluhann. Kepala Bidang Penyuluhan, mempunyai tugas
membantu Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam merencanakan,
merumuskan, melaksanakan, mengoordinasikan, mengendalikan dan mengawasi
urusan Kelembagaan Penyuluhan, urusan Ketenagaan Penyuluhan, urusan Metoda
Dan Informasi Penyuluhan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku untuk mencapai tujuan organisasi. Uraian Tugas kepala
Bidang Penyuluhan, terdiri dari :
53 Berdasarkan Peraturan Bupati Muaro Jambi Nomor 55 Tahun 2018 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Bupati Muaro Jambi Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura
Kabupaten Muaro Jambi.
-
39
a) menyusun rencana kerja dan anggaran Bidang Penyuluhan Tanaman
Pangan dan Hortikultura;
b) menyiapkan bahan, materi serta perangkat Peraturan Perundang-
undangan yang berhubungan dengan bidang tugasnya;
c) melaksanakan penyusunan kebijakan dan programa di bidang
penyuluhan Tanaman Pangan dan Hortikultura;
d) melaksanakan bimbingan kelembagaan dan ketenagaan di bidang
Penyuluhan Tanaman Pangan dan Hortikultura;
e) melaksanakan pemberian fasilitasi penumbuhan dan pengembangan
kelembagaan dan forum masyarakat bagi pelaku utama dan pelaku
usaha;
f) melaksanakan peningkatan kapasitas penyuluh Pegawai Negeri Sipil.
g) melaksanakan pengembangan metode penyuluhan dan pengelolaan
informasi penyuluhan Tanaman Pangan dan Hortikultura; dan
h) melaksanakan pemantauan dan evaluasi di bidang penyuluhan Tanaman
Pangan dan Hortikultura.
Kepala Bidang Penyuluhan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
melaksanakan tugas dibantu oleh :
a. Kepala Seksi Kelembagaan Penyuluhan ;
b. Kepala Seksi Ketenagaan Penyuluhan; dan
c. Kepala Seksi Metoda Dan Informasi Penyuluhan.54
54 Pasal 23 Peraturan Bupati Muaro Jambi Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura
Kabupaten Muaro Jambi.
-
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Implementasi Pembinaan Kelompok Tani di Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi di Tinjau dari Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013
Sektor pertanian mempunyai peranan strategis terutama sebagai penyedia
pangan rakyat Indonesia, berkontribusi nyata dalam penyediaan bahan baku industri,
bio-energi, penyerapan tenaga kerja yang berdampak pada penurunan tingkat
kemiskinan dan menjaga pelestarian lingkungan. Sejalan dengan hal tersebut,
Kementerian Pertanian Tahun 2010 - 2014 telah menetapkan visi, yaitu “Pertanian
Industrial Unggul Berkelanjutan, Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Meningkatkan
Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Ekspor dan Kesejahteraan Petani”. Untuk
mewujudkan visi tersebut diperlukan pelaku utama dan pelaku usaha yang
berkualitas, andal, berkemampuan manajerial, kewirausahaan dan organisasi bisnis.55
Pada saat ini kualitas sumberdaya manusia yang bekerja pada sektor
pertanian masih rendah dibandingkan dengan sektor lainnya. Dilihat dari tingkat
pendidikan mereka sangat rendah dan jarang sekali yang memiliki pengetahuan
dan ahli tentang ilmu pertanian yang mencukupi, dan mereka terjun disektor
pertanian pun karena tuntunan dan pengalaman yang didapatkan dari orangtua
mereka yang sudah turun temurun.56
Oleh karena itu, kapasitas dan kemampuan Petani harus terus ditingkatkan,
salah satunya melalui penyuluhan dengan pendekatan kelompok. Pendekatan
55Lampiran I Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan /OT.140/8/2013 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok.
56
Rudi Hermawan, “Peran Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga Di Desa Kulwaru..., hlm. 2.
40
-
41
kelompok dalam penyuluhan dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi penyelenggaraan penyuluhan. Pendekatan kelompok juga dimaksudkan
untuk mendorong penumbuhan kelembagaan petani (kelompoktani, gabungan
kelompoktani). Hal ini dilakukan karena masih banyaknya jumlah petani yang belum
bergabung dalam kelompoktani (poktan), terbatasnya jumlah tenaga penyuluh
pertanian sebagai fasilitator, serta terbatasnya pembiayaan dalam pembinaan bagi
poktan dan gabungan kelompoktani (gapoktan).
Dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan produktivitas dan daya
saing, maka garis kebijakan harus difokuskan pada upaya peningkatan
kemampuan masyarakat pedesaan dengan memanfaatkan basis pertanian sebagai
kunci utama untuk mengembangkan usaha industri yang mampu bersaing.
Pemberdayaan masyarakat mempunyai kaitan erat dengan pendidikan nonformal.
Pendekatan pendidikan nonformal didasarkan pada kebutuhan masyarakat dengan
cara menggali dan menggunakan apa yang ada di masyarakat untuk
menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan kearah kemandirian.
Pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal dengan pendekatan
kelompok atau social group work untuk mengatasi masalah-masalah di atas ialah
dengan program pemerintah dalam pembangunan pertanian dan pedesaan melalui
Gapoktan.
Kelompoktani yang selanjutnya disebut poktan adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan;
kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya; kesamaan
-
42
komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota.57
Gapoktan adalah gabungan kelompok tani yang bergabung dan
bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan
dibentuk atas dasar (1) Kepentingan bersama antara anggota, (2) Berada pada
kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara anggota, (3)
Mempunyai kader pengelolaan yang berdedikasi untuk menggerakkan petani, (4)
Memiliki kader atau pimpinan yang diterima oleh petani lainnya, (5) Mempunyai
kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar anggotanya, (6)
Adanya dorongan atau manfaat dari tokoh masyarakat setempat.58
Pendekatan kelompok dalam penyuluhan dimaksudkan untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan penyuluhan. Pendekatan kelompok juga
dimaksudkan untuk mendorong penumbuhan kelembagaan petani (kelompoktani,
gabungan kelompoktani). Hal ini dilakukan karena masih banyaknya jumlah petani
yang belum bergabung dalam kelompoktani (poktan), terbatasnya jumlah tenaga
penyuluh pertanian sebagai fasilitator, serta terbatasnya pembiayaan dalam
pembinaan bagi poktan dan gabungan kelompoktani (gapoktan).
Pembinaan kelembagaan petani perlu dilakukan secara berkesinambungan,
diarahkan pada perubahan pola pikir petani dalam menerapkan sistem agribisnis.
Pembinaan kelembagaan petani juga diarahkan untuk menumbuhkembangkan poktan
57 Lampiran I Peraturan Menteri Nomor 82/Permentan /OT.140/8/2013 tentang Pedoman
Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok.
58
Rifa’atul Mahmudah , “Kinerja Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sari Tani
Sentosa Dalam Upaya Pemberdayaan Kelompok Tani (Poktan)”, Skripsi Universitas Lampung
Bandar Lampung, Tahun 2018, hlm. 22.
-
43
dan gapoktan dalam menjalankan fungsinya, serta meningkatkan kapasitas poktan dan
gapoktan melalui pengembangan kerjasama dalam bentuk jejaring dan kemitraan.59
Diterbitkannya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan
/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan
Kelompok adalah sebagai penyempurna materi/substansi yang diatur dalam
pedoman pembinaan kelembagaan petani dari Peraturan Menteri Sebelumnya yaitu
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 telah ditetapkan
Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani dan pada saat Peraturan ini mulai berlaku,
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman
Pembinaan Kelembagaan Petani, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 60
Pedoman Pembinaan Kelompok tani dan Gabungan Kelompok tani terdiri
atas Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompoktani dan Gabungan
Kelompoktani, Pedoman Penyusunan Rencana Definitif Kelompok tani dan Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok tani, dan Pedoman Sistem Kerja Latihan dan
Kunjungan.61
a. Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompoktani dan Gabungan
Kelompoktani
Penumbuhan dan pengembangan poktan dilakukan melalui pemberdayaan
petani untuk merubah pola pikir petani agar mau meningkatkan usaha taninya dan
meningkatkan kemampuan poktan dalam melaksanakan fungsinya. Pemberdayaan
petani dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan dengan pendekatan
59 Lampiran I Peraturan Menteri Nomor 82/Permentan /OT.140/8/2013 tentang Pedoman
Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok.
60
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan /OT.140/8/2013 tentang Pedoman
Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok.
61
Pasal 1 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan /OT.140/8/2013 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok.
-
44
kelompok. Kegiatan penyuluhan melalui pendekatan kelompok dimaksudkan untuk
mendorong terbentuknya kelembagaan petani yang mampu membangun sinergi antar
petani dan antar poktan dalam rangka mencapai efisiensi usaha. Selanjutnya, dalam
rangka meningkatkan kemampuan poktan dilakukan pembinaan dan pendampingan
oleh penyuluh pertanian, dengan melaksanakan penilaian klasifikasi kemampuan
poktan secara berkelanjutan yang disesuaikan dengan kondisi perkembangannya.62
1. Penumbuhan kelompok tani dan Pengembangan Kelompok Tani
Penumbuhan kelompok tani terdiri dari dasar penumbuhan
kelompok Tani, Prinsip-prinsip penumbuhan Kelompok Tani dan
pelaksanaan penumbuhan Kelompok Tani.
Dasar Penumbuhan Kelompoktani yaitu penumbuhan poktan,
dapat dimulai dari kelompok-kelompok/organisasi sosial yang ada di
masyarakat (misalnya kelompok pengajian, kelompok arisan, kelompok
remaja desa, kelompok adat dan lain-lain) yang selanjutnya melalui kegiatan
penyuluhan pertanian diarahkan untuk menumbuhkan poktan, yang terikat
oleh kepentingan dan tujuan bersama dalam meningkatkan produksi dan
produktivitas serta pendapatan dari usahataninya. Kelompoktani juga dapat
ditumbuhkan dari petani dalam satu wilayah (satu RW/dusun atau lebih,
satu desa/kelurahan atau lebih), dapat berdasarkan domisili atau hamparan
tergantung dari kondisi penyebaran penduduk dan lahan usahatani sesuai
kebutuhan mereka di wilayahnya. Kelompoktani ditumbuhkembangkan
dari, oleh dan untuk petani dengan jumlah anggota berkisar antara 20
62 Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan /OT.140/8/2013 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok.
-
45
sampai 25 orang petani atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan
masyarakat dan usahataninya.63
Kegiatan-kegiatan poktan yang dikelola
tergantung kepada kesepakatan anggota, dapat berdasarkan jenis usaha,
unsur-unsur subsistem agribisnis (pengadaan sarana produksi pertanian,
pemasaran, pengolahan hasil pertanian, dll). Dalam penumbuhan poktan,
yang perlu diperhatikan adalah kondisikondisi kesamaan kepentingan,
sumberdaya alam, sosial-ekonomi, keakraban, saling mempercayai, dan
keserasian hubungan antar petani. Hal ini dapat menjadi faktor pengikat
untuk kelestarian kehidupan berkelompok, dimana setiap anggota kelompok
dapat merasa memiliki dan menikmati manfaat dari apa yang ada dalam
kegiatan poktan.64
Prinsip-prinsip Penumbuhan Kelompoktani Penumbuhan poktan,
didasarkan kepada prinsip kebebasan, keterbukaan, partisipatif,
keswadayaaan, kesetaraan dan kemitraan. Pelaksaaan penumbuhan
kelompok tani dilaksanakan melalui tahapan, yaitu: persiapan dan proses
penumbuhan. Persiapan Penumbuhan Kelompoktani yaitu Penyuluh
pertanian melakukan identifikasi melalui pengumpulan data dan informasi
yang meliputi antara lain:
a) Tingkat pemahaman petani tentang kelembagaan petani;
b) Kondisi petani dan keluarganya;
c) Kondisi usahatani yang ada;
63 Aswita Amansyah, “Perananan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat Desa Maccini Baji Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa”, Skripsi UIN Alauddin
Makasar, Tahun 2011, hlm. 13.
64
Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan /OT.140/8/2013 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok.
-
46
d) Domisili dan sebaran penduduk, serta jenis usahatani;
e) Organisasi sosial masyarakat yang sebagian anggotanya belum menjadi
anggota poktan;
f) Jumlah petani yang belum menjadi anggota poktan, dalam satu wilayah
RW/dusun dan/atau dalam satu desa/kelurahan.
Penyuluh pertanian melakukan advokasi (memberikan saran dan
pendapat) serta informasi kepada tokoh-tokoh petani setempat dan aparat
desa untuk menyampaikan penjelasan mengenai:
a) Pengertian tentang poktan meliputi ruang lingkup poktan, tujuan dan
manfaat berkelompok untuk kepentingan usahatani dan hidup
bermasyarakat yang lebih baik;
b) Proses dan langkah-langkah dalam penumbuhan poktan;
c) Penyusunan rencana kerja dan cara kerja poktan.65
Penyuluh pertanian memberikan penyuluhan melalui pertemuan
kelompok-kelompok sosial dan pertemuan di tingkat RW/dusun dalam satu
desa/kelurahan, dengan materi sebagai berikut:
a) Pemahaman tentang poktan, yang meliputi: pengertian poktan, tujuan
serta manfaat berkelompok untuk pengembangan usahatani agar dapat
meningkatkan produksi dan produktivitas, serta pendapatan;
b) Kewajiban dan hak setiap petani yang menjadi anggota poktan, serta para
pengurus poktan;
c) Fungsi poktan;
65 Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan /OT.140/8/2013 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok.
-
47
d) Ketentuan yang berlaku dalam poktan;
e) Syarat-syarat menjadi calon anggota poktan;
f) Ciri-ciri poktan yang kuat dan mandiri; g) dan lain-lain.
Proses Penumbuhan Kelompok tani yaitu Penyuluh pertanian
memberikan sosialisasi tentang penumbuhan poktan kepada masyarakat,
terutama tokoh-tokoh petani setempat dan aparat desa/kelurahan.
Penumbuhan poktan dilakukan dalam pertemuan atau musyawarah petani
yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, pamong desa/kelurahan, penyuluh
pertanian sebagai mitra kerja petani dan instansi terkait. Selanjutnya
kesepakatan membentuk poktan dituangkan dalam surat pernyataan yang
diketahui oleh penyuluh pertanian. Pemilihan pengurus kelompok dilakukan
secara musyawarah dan mufakat oleh seluruh anggota. Perangkat
kepengurusan kelompoktani sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua,
Sekretaris, Bendahara dan seksi-seksi sesuai kebutuhan, dan dituangkan
dalam berita acara yang disahkan oleh kepala desa/lurah dan diketahui oleh
penyuluh pertanian. Sebagai tindak lanjut dari penumbuhan kelompoktani
dan pemilihan pengurus, maka diadakan pertemuan lanjutan yang dihadiri
seluruh anggota untuk menyusun dan/atau menetapkan rencana kerja
kelompok.66
Pengembangan Kelompok Tani diarahkan pada (a) penguatan poktan
menjadi kelembagaan petani yang kuat dan mandiri; (b) peningkatan
66 Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan /OT.140/8/2013 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok.
-
48
kemampuan anggota dalam pengembangan agribisnis; dan (c) peningkatan
kemampuan poktan dalam menjalankan fungsinya.67
Berdasarkan pengertian dan penjelasan yang menyangkut
kelompok tani di atas maka kelompok tani secara tidak langsung dapat
dipergunakan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas usaha
tani melalui pengelolaan usaha tani secara bersamaan. Kelompok tani juga
digunakan sebagai media belajar organisasi dan kerjasama antar petani.
Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama-sama
memecahkan permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan sarana
produksi pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil.68
Sedangkan Pengembangan gapoktan dilakukan agar gapoktan dapat
lebih berdaya guna dan berhasil guna. Ruang lingkup materi dalam
pengembangan gapoktan meliputi (1) peningkatan dan perluasan usahatani
serta jenis usahatani yang berorientasi pasar; (2) peningkatan kerjasama melalui
jejaring dan kemitraan usahatani baik dengan sektor hulu maupun dengan
sektor hilir; (3) Fasilitasi penguatan gapoktan menjadi kelembagaan ekonomi
petani dengan basis poktan/gapoktan yang berbadan hukum guna meningkatkan
posisi tawarnya.69
67 Silviatin Nadhiroh, “Peran Manajemen Kelompok Tani Mojowetan Kecamatan
Banjarejo Kabupaten Blora Untuk Meningkatkan Perekonomian Anggota Dalam Perspektif
Ekonomi Islam”, Skripsi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Tahun 2018, hlm.60.
68
Aswita Amansyah, “Perananan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat Desa Maccini Baji Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ,... hlm.16.
69
Lampiran I Peraturan Menteri Nomor 82/Permentan /OT.140/8/2013 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok.
-
49
2. Penumbuhan dan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani
Gabungan kelompok tani berarti adanya beberapa kelompok tani
yang bergabung dan berada dalam satu wilayah administrasi pemerintahan
menggalang kepentingan bersama secara kooperatif. Maka dari itu wilayah
kerja gabungan kelompok tani sedapat mungkin di wilayah administratif
desa atau Kecamatan, tetapi sebaiknya tidak melewati batas wilayah
Kabupaten Kota.70
Penumbuhan Gabungan kelompok tani terdiri dari dasar
penumbuha