file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL...

46
MAKALAH PENDEKATAN KONSELING TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendekatan-pendekatan Konseling Dosen Pengampu: Dr. Muh. Farozin, M. Pd. dan Dr. Suwarjo, M. Si. Oleh: Ari Murdiyanto 14713251005 Mitta Kurniasari 14713251015

Transcript of file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL...

Page 1: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

MAKALAHPENDEKATAN KONSELING

TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT)

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata KuliahPendekatan-pendekatan Konseling

Dosen Pengampu: Dr. Muh. Farozin, M. Pd. dan Dr. Suwarjo, M. Si.

Oleh:

Ari Murdiyanto 14713251005Mitta Kurniasari 14713251015

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGPROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTAAPRIL 2015

Page 2: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

TRANSACTIONAL ANALYSIS

PENGANTAR

Eric Berne, seorang pencetus transactional analysis (TA) (analisis transaksional) mengatakan bahwa kriterion yang membedakan pendekatannya dengan pendekatan-pendekatan lain adalah pendekatannya didasarkan pada teori kepribadian tentang ego states Child, Parent, dan Adult. Garis pemisah antara apa yang merupakan dan bukan merupakan analisis transaksional terletak pada apakah perilaku manusia dijelaskan dalam kaitannya dengan ego states atau tidak. Meskipun Berne sangat dipengaruhi oleh Freud, teori dan praktik analisis transaksional sangat berbeda dengan psikoanalisis. Berne melihat salah satu elemen pendekatannya, yang disebut script analysis (analisis skrip), bersifat “para-Freudian” dan bukan “anti-Freudian” (1970: 400), dan hal yang sama dapat dikatakan untuk analisis transaksional secara keseluruhan.

Berne berbeda dengan teoretisi-teoretisi humanistik lainnya dan dengan Freud dalam penekanan lebih besar yang diberikannya pada psikiatri sosial, yang didefiniskannya sebagai “kajian tentang aspek-aspek psikiatrik dari transaksi-transaksi tertentu atau serangkaian transaksi yang terjadi di antara dua atau lebih individu tertentu di waktu dan tempat tertentu” (1961: 12). Berne menganalisis apa yang terjadi dalam dunia internal orang ketika mereka melakukan kontak dengan, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain dalam dunia eksternalnya.

Salah satu fungsi teori konseling dan terapi adalah untuk menyediakan bahasa untuk melaksanakan percakapan terapeutik. Berne adalah yang terdepan dan yang menyadari pentingnya bagi terapis dan klien untuk menggunakan bahasa yang sama. Analisis transaksional menyediakan bahasa yang mudah dipahami yang dapat digunakan bersama-sama oleh terapis dan klien untuk menganalisis dan menangani masalah dan transaksi demi kepentingan klien yang akan mencapai otonomi dan intimasi yang lebih besar. Bab ini terutama memfokuskan pada analisis transaksional Bernian tradisonal dan klasik.

ERIC BERNE (1910-1970)

Pada 1910, Eric Berne lahir dengan nama Eric Lennard Bernstein di Montreal, Kanada, dan tumbuh di wilayah miskin kaum Yahudi di kota itu. Ayahnya tampaknya pernah menjadi seorang dokter umum berdedikasi yang sering membawa Berne ke mana-mana. Ibunya, Sara, adalah seorang penulis dan editor profesional, setelah suaminya meninggal pada 1921, dialah yang mendukung Berne dan saudara perempuannya dengan cara menulis. Berne mendedikasikan buku pertamanya untuk ibunya yang mungkin sangat berpengaruh dalam mengembangkan minat dan ketrampilan menulisnya.

Minat Berne pada kedokteran tumbuh dari contoh ayahnya. James (1977) menganggap bahwa si Bocah Kecil dalam diri Berne trauma dengan kematian ayahnya. Jelas bahwa ayahnya memiliki pengaruh yang kuat pada Bern, yang tujuannya selalu menyembuhkan pasien. Pengaruh ini terefleksi dalam dedikasi berbahasa Latin dalam buku seminal Berne Transactional Analysis in Psychotherapy (1961), yang terjemahannya adalah “In Memory of My Father David, Doctor of Medicine, Master of Surgery, and Doctor to the Poor”.

2

Page 3: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

Berne belajar Bahasa Inggris, psikologi dan pra-kedokteran di McGill University di Montreal dan menerima BA-nya pada 1931. Pada 1935 ia menerima MD-nya dan gelar Master of Surgery dari institusi yang sama. Berne magang di Englewood Hospital di New Jersey, kemudian ia menjadi seorang psychiatric resident di Yale University School of Medicine. Berne menikah sebanyak tiga kali pernikahan dan masing-masing diakhiri dengan perceraian. Berne menjadi Clinical Assistant di Mt Zion Hospital di New York dan, pada tahun 1941, memulai pelatihan di New York Psychoanalytic Institute, yang dianalisis oleh Paul Federn, mantan teman sejawat Freud.

Pada 1943 Berne masuk ke Army Medical Corps sebagai psikiater dan selama masa perang itulah ia mulai menangani kelompok. Selesai melaksanakan wajib militernya, pada 1946 ia pindah ke Carmel, California, dan menyelesaikan The Mind in Action, yang setelah direvisi secara ekstensif sekarang dipublikasikan dengan judul A Layman’s Guide to Psychiatry and Psychoanalysis. Ia juga memulai lagi pendidikan psikoanalitiknya di San Francisco Psychoanalytic Institute dan menjalani analisis pelatihan bersama Erik Erikson. Pada 1950 ia mengambil posisi di Mt Zion Hospital, San Francisco, dan memulai lagi praktik swastanya. Selama sisa hidupnya ia bekerja di San Francisco dan di Carmel, yang berjarak 125 mil.

Sejak hari-harinya di angkatan bersenjata, Berne mengembangkan minat penelitian di bidang institusi dan mengembangkan konsep ego image, yaitu gambaran intuitif seorang terapis tentang seseorang yang dalam beberapa hal mendeskripsikan egonya. Ego image banyak didasarkan pada observasi dan mendengarkan apa yang dikatakan para pasien tentang dirinya. Selama periode 1954 sampai 1958 Berne mengembangkan ide-idenya tentang diagnosis ego states atau analisis struktural; analisis transaksi individual; analisis serangkaian transaksi dengan konten terbuka maupun tertutup, atau yang disebut game analysis (analisis permainan); dan pandangan longitudinal analisis seluruh kehidupan seorang pasien yang memungkinkan untuk meramalkan kemungkinan masa depannya yang sekarang disebut script analysis (analisis skrip). Pada September 1945 Berne memulai kelompok analisis transaksional pertamanya. Ide-idenya dikembangkan lebih jauh dalam serangkaian seminar regular di Carmel yang pada 1958 digantikan oleh San Francisco Social Psychiatry Seminars, yang kelak disebut Eric Berne Seminars.

Berne bergeser jauh dari psikoanalisis ortodoks dan, pada 1956, lamarannya untuk menjadi anggota Psychoanalytic Institute of San Francisco ditolak untuk ketiga kalinya. Beberapa tahun kemudian, Psychoanalytic Institute menawarinya keanggotaan, ia menolak dengan mengucapkan terima kasih. Berne semakin merasa bahwa terapis yang efektif harus lebih aktif dibanding yang diizinkan dalam psikoanalisis ortodoks dan harus berpraktik secara transaksional.

Pada November 1957, Western Regional Meeting of the American Group Psychotherapy Association di Los Angeles, Berne mempresentasikan sebuah makalah yang berjudul “Transactional analysis: a new and effective method of group therapy”, yang dipublikasikan pada 1958. Selama tiga musim panas berturut-turut, ia memperluas pengalamannya dengan pergi ke Pasifik Selatan untuk mempelajari sosialisasi dan skala mental di berbagai budaya kepulauan. Menjelang 1961 ia mengunjungi rumah sakit mental di sekitar 30 negara yang berbeda di Eropa, Asia, Afrika, dan Kepulauan Atlantik dan Pasifik untuk menguji ide-idenya di berbagai macam lingkup-cakupan rasial dan kultural.

3

Page 4: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

Pada 1961 pernyataan paling sistematik Berne Transactional Analysis in Psychotherapy dipublikasikan. Pada 1963, ia mempublikasikan sebuah diskusi tentang penerapan analisis transaksional kepada kelompok dalam The Structure and Dynamics of Organization and Groups. Pada 1964 ide-idenya tentang menganalisis permainan-permainan psikologis dipresentasikan secara public dalam Games People Play: The Psychology of Human Relationships. Prinsip-prinsip analisis transaksional bagi para terapis dijelaskan dalam buku tahun 1966-nya Principles of Group Treatment, dan ide-idenya tentang analisis skrip dikembangkan dalam What Do You Say After You Say Hello?, yang dipublikasikan pada 1972, dua tahun setelah kematiannya. Berne menulis The Happy Valley (1968b) untuk anak-anak dan Sex in Human Loving (1970) untuk non-profesional maupun profesional.

Selama 1960-an, bersama kegiatan menulis dan praktik swastanya, Berne menerima sejumlah penunjukan. Penunjukan ini termasuk Consultant in Psychiatry to the Surgeon General, US Army; Attending Psychiatrist to the Veterans Administration Mental Hygiene Clinic; Lecturer in Group Therapy, Langley-Porter Neuropsychiatric Clinic; Visiting Lecturer in Group Therapy; Stanford Psychiatry Clinic and Adjunct Psychiatrist, Mt Zion Hospital, San Francisco. Pada awal 1970 Berne dan istri ketiganya bercerai. Ia meninggal karena serangan jantung pada 15 Juli di tahun yang sama. Pekerjaan Berne dilanjutkan oleh sejumlah teman sejawatnya yang mengikuti San Farncisco Seminars, termasuk Claude Steiner, yang mengembangkan analisis skrip.

Menarik untuk berspekulasi tentang skrip kehidupan Berne. Putra seorang dokter dan seorang penulis, ia menghabiskan hidupnya untuk menyembuhkan orang dan menulis tentang menyembuhkan orang. Sebagian ide dari cita-cita profesionalnya dapat dilihat dari pengantar untuk bukunya Principles of Group Treatment, yang ditulis bagi mereka yang ingin menjadi “real doctor” (dokter sejati) sebagai lawan para dokter “nonreal” atau”unreal”. Seorang “dokter sejati”:

a) sepanjang praktiknya mengutamakan pertimbangan menyembuhkan pasiennya;b) merencanakan penanganannya sedemikian rupa sehingga di setiap fase ia tahu benar

apa yang dilakukannya dan mengapa ia melakukannya;c) membedakan dengan jelas riset dan eksperimentasi dengan perawatan medis dan

perawatan bedah yang baik, di mana yang pertama selalu menjadi sekadar tambahan bagi yang kedua;

d) memikul tanggung jawab penuh atas kesejahteraan pasiennya (Berne, 1966: xvii).

Perkembangan analisis transaksional mempresentasikan komitmen Berne untuk menjadi “dokter sejati”.

TEORI

Konsep-konsep DasarBerne melihat analisis transaksional sebagai sebuah teori kepribadian dan interaksi sosial dan sebagai sebuah metode terapi. Sebagian asumsi dan konsep dasarnya disajikan di bawah ini.

1. Posisi OK Fundamental

4

Page 5: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

Berne melihat pandangan positif tentang sifat manusia, yang dinyatakan dalam posisi analisis profesional “I am OK; you are OK”. Cara lain yang digunakannya untuk mengekspresikan ini adalah dengan pernyataannya, “Setiap manusia lahir sebagai pangeran atau putri raja; pengalaman-pengalaman awal meyakinkan sebagian orang bahwa mereka adalah katak, dan perkembangan patologis selanjutnya berawal dari sini” (Berne, 1966: 289-290).

Terkait dengan asumsi dasar tentang human OKness, ada dua asumsi lebih lanjut. Pertama, Berne menganggap bahwa secara praktis setiap manusia memiliki perangkat neurologis yang lengkap untuk menjalankan fungsi berorientasi-realitas atau fungsi Dewasa yang adekuat. Jagi, tugas terapeutiknya adalah bagaimana memperkuat perangkat yang sudah ada ini sedemikian rupa sehingga perangkat itu mengambil tempat yang normal dalam organisasi psikis klien. Kedua, Berne percaya bahwa setiap orang memiliki built-in drive (kendali terpasang) untuk kesehatan mental maupun fisik. Pekerjaan analisis transaksional adalah membantu secara alami dengan membuang penghalang perkembangan emosional dan mental pasien, sehingga membiarkan mereka tumbuh sesuai arahnya masing-masing.

2. Kondisi Ego (Ego States)Building block fundamental analisis transaksional adalah konsep ego states. Berne mengatakan: “Ego state dapat dideskripsikan secara fenomenologis sebagai sebuah sistem perasaan yang koheren yang berkaitan dengan subjek tertentu, dan (dapat dideskripsikan) secara operasional sebagai seperangkat pola perilaku yang koheren; atau (dapat dideskripsikan) secara pragmatis sebagai sebuah sistem perasaan yang memotivasi serangkaian pola perilaku yang terkait” (1961: 17). Meskipun tidak selalu ditekankan oleh Berne, ego states melibatkan pikiran maupun perasaan dan perilaku.

Setiap manusia memperlihatkan tiga macam ego states: Parent (Orangtua), Adult (Dewasa), dan Child (Anak-anak). Setiap saat masing-masing individu dalam sebuah kelompok sosial akan secara dominan memperlihatkan salah satu keadaan ini. Ketiga ego states, yang digambarkan dalam Gambar 6.1, dideskripsikan sebagai berikut:a. Parent: Ego state Parent atau eksteropsikis adalah seperangkat perasaan, pikiran,

sikap, dan perilaku yang mirip dengan figur orangtua. Keadaan ini adalah akumulasi data dan cara berhubungan dengan orang. Ego state Parent dapat dilihat secara perilaku dalam satu di antara dua bentuk. Parent yang controlling (mengontrol) atau prejudicial (berprasangka) dimanifestasikan sebagai seperangkat aturan yang tampak sewenang-wenang, biasanya prohibitif, yang mungkin sejalan atau bertentangan dengan aturan budaya seseorang. Parent yang nurturing (pengasuhan) dimanifestasikan sebagai simpati dan perhatian terhadap individu lain atau diri. Jadi, Parent dapat terlalu mengontrol dan menghambat atau suportif dan meningkatkan pertumbuhan. Ego state Parent juga dapat mempengaruhi ego state Adult dan Child seseorang. Fungsi Parent adalah untuk menghemat energi dan mengurangi kecemasan dengan membuat keputusan-keputusan tertentu secara otomatis.

b. Adult: Dalam ego state Adult atau neopsikis, orang menilai kenyataan dan membuat penilaian secara mandiri dan objektif. Berne menyamakan neopsike dengan partially self-programming probability computer (komputer probabilitas pemrograman-diri secara sebagian) dan menekankan bahwa kriterion adekuasinya adalah pemanfaatan

5

Page 6: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

data yang tersedia pada individu tertentu. Karakteristik-karakteristik yang dapat dikenali dari ego state Adult, termasuk organisasi, adaptabilitas, dan inteligensi.

c. Child: Ego state Child atau arkeopsikis adalah seperangkat perasaan, pikiran, sikap dan pola perilaku yang merupakan peninggalan kuno dari masa kanak-kanak seseorang. Berne menganggap bahwa kita membawa seorang anak laki-laki atau perempuan kecil dalam diri kita yang merasa, berpikir, bertindak dan merespons seperti yang kita lakukan saat kita masih anak-anak pada usia tertentu. Ego state Child diperlihatkan oleh perilaku dalam dua bentuk utama. Child yang teradaptasikan yang dimanifestasikan oleh perasaan dan perilaku yang secara inferensial di bawah pengaruh orangtua, seperti merajuk, menurut, membangkang, menarik diri, dan mengekang diri. Child yang natural dimanifestasikan oleh ekspresi spontan, seperti memanjakan diri atau kreativitas. Berne menganggap Child natural sebagai bagian kepribadian yang paling berharga. Fungsi yang semestinya dari “Child” yang sehat adalah memotivasi Adult sedemikian rupa untuk mencapai kepuasan sebesar-besarnya bagi dirinya. Hal ini dilakukan dengan membiarkan Adult tahu apa yang diinginkannya dan berkonsultasi dengan Parent tentang kepantasannya.

Nurturing ControllingParent Parent

Natural AdaptedChild Child

(a) (b)

Gambar 6.1. Diagram Kepribadian (a) struktural dan (b) deskriptif

3. Analisis Struktural Ego StatesAnalisis struktural terdiri atas mendiagnosis dan memisahkan pola perasaan-pikiran-dan-perilaku atau ego-state seseorang dengan oraang lain. Analisis lebih jauh tentang ego-state tidak mengahasilkan ego state baru, tetapi subdivisi-subdivisi dari yang sudah ada. Analisis semacam ini disebut analisis struktural urutan kedua dan bisa menjadi sangat terperinci. Secara khusus, ini memfokuskan pada analisis lebih jauh tentang Parent dan Child.

Dalam Gambar 6.2 Parent dibagai menjadi dua komponen, yang satu dari ayah dan yang satu dari ibu. Child memasukkan beberapa karakteristik masing-masing orangtua ke dalam ego state Parent-nya, termasuk bagaimana orangtuanya menunjukkan pemikiran dan perasaan mereka saat mengekspresikan nilai-nilai. Konsekuensinya, analisis struktu-ral urutan kedua memasukkan ego states Parent, Adult, dan Child kedua orangtuanya.

6

Parent ego state

Adult ego state

Child ego state

NP CP

A

NC AC

Page 7: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

Berne melihat Adult-in-the-Child sebagai seorang pengkaji sifat manusia yang bersemangat dan berperspektif, yang disebutnya Professor (Berne, 1961). Steiner (1974) menyebut Adult-in-the-Child sebagai Little Profesor dan melihat bahwa inilah ego state yang oleh Berne digunakan dalam kajian-kajiannya tentang intuisi, ketika ia menebak pekerjaan orang dengan menggunakan intuisinya. Adult-in-the-Child adalah sumber pemikiran intuitif dan kreatif dan juga sumber dilusi, karena mungkin tidak selalu benar. Ego-state Child-in-the-Child adalah sumber keinginan-keinginan dan perasaan-perasaan bawaan. Spontanitas adalah salah satu karakteristik sentral Child-in-the-Child, tetapi kadang spontanitas ini bisa self-destructive (merusak diri).

Ego state Fungsi

4. Energi Psikis dan KateksisAnalisis transaksional adalah teori kepribadian yang dinamis dalam arti bahwa ia menggunakan konsep energi psikis dan kateksis atau distribusi energi. Pada saat tertentu, ego state yang paling kuat terkateksi akan memiliki kekuatan eksekutif. Berne menulis tentang aliran kateksis yang menyebabkan berbagai perubahan dalam ego states. Ia menganggap bahwa cara paling nyaman untuk mengakui adanya diferensiasi ego state adalah dengan melihat setiap keadaan memiliki batas yang memisahkannya dari ego state lainnya. Di sebagian besar kondisi, batas-batas ego state bersifat semipermeabel. Perubahan-perubahan dalam ego state bergantung pada tiga faktor:a. Kekuatan yang bekerja pada masing-masing keadaan.b. Permeabilitas batas-batas di antara ego state.c. Kapasitas katektik masing-masing ego state.

Berne (1961) melihat bahwa keseimbangan kuantitatif di antara ketiga faktor inilah yang menentukan kondisi klinis klien dan dengan demikian mengindikasikan prosedur terapinya.

5. Stimulus Kelaparan, Rekognisi Kelaparan, dan Struktur KelaparanDasar psikologis psikiatri sosial adalah kemampuan manusia untuk mempertahankan ego states yang koheren bergantung pada arus stimuli sensorik yang selalu berubah. Berne mengutip karya Spitz (1945) yang mendemonstrasikan bahwa deprivasi sensorik pada

7

P P A A

C C

A Adult

P1

A1

C1

A2

C2

AyahP2 IbuMengasuhMenetapkan batas-batas

RasionalitasEstimasi probabilitas

Menekan diri sendiriIntuisiSpontanitasIntimasi

Gambar 6.2. Diagram Struktural Kepribadian Urutan-Kedua

Page 8: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

bayi bukan hanya menghasilkan perubahan-perubahan psikologis, tetapi juga dalam bentuk deteriorasi/kemerosotan organik. Berne menyatakan bahwa ada tiga bentuk pokok dorongan, hunger (kelaparan/keinginan yang besar), atau motivasi, yaitu: stimulus kelaparan, rekognisi kelaparan, dan struktur kelaparan:a. Stimulus hunger (stimulus kelaparan): bentuk stimuli yang paling disukai adalah

stimuli yang ditawarkan oleh intimasi fisik. Berne menyebutkan tentang bahaya stimulasi yang berlebihan maupun stimulasi yang kurang.

b. Recognition hunger (rekognisi kelaparan): recognition hunger dapat dilihat sebagai transformasi parsial dari stimulus hunger infantil. Berne menggunakan istilah “stroking” (secara harfiah berarti membelai) untuk menunjuk semua tindakan yang menyiratkan pengakuan akan keberadaan orang lain. Ada banyak ritual, seperti mengatakan “Halo!” yang menyiratkan pengakuan dan memberikan kepuasan. Secara biologis, bahkan pengakuan negatif lebih menguntungkan daripada tidak ada pengakuan sama sekali. Dalam bahasa sehari-hari “Folks need strokes!” (“Orang butuh pengakuan!”)

c. Structure hunger (struktur kelaparan): structure hunger menyangkut masalah sehari-hari, yaitu bagaimana menstruktur jam bangun seseorang. Penstrukturan waktu itu hanya berkaitan dengan jam sosial atau waktu yang digunakan orang bersama orang lain.

6. Penataan Waktu (Time Structuring)Berne melihat bahwa jika dua orang atau lebih ada dalam sebuah ruangan bersama-sama, mereka memiliki enam macam kemungkinan perilaku sosial atau penataan waktu untuk dipilih:a. Withdrawal (menarik diri): di sini dua orang tidak berkomunikasi secara terbuka satu

sama lain, misalnya mereka sedang ada dalam bus, atau para withdrawn schizophrenics. Dalam withdrawal, orang-orang tetap terbungkus rapat dalam pikirannya.

b. Rituals (ritual): ritual adalah rekognisi mutual yang stylized signs yang ditentukan oleh tradisi dan adat istiadat sosial. Di tingkat paling sederhana, dua orang yang saling mengucapkan “Selamat Pagi” terlibat dalam sebuah ritual.

c. Activities (aktivitas/kegiatan): aktivitas –lebih lazim disebut pekerjaan- tidak hanya berkaitan dengan menangani sarana material yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup. Aktivitas juga memiliki signifikansi sosial dalam arti bahwa mereka menawarkan sebuah kerangka kerja untuk berbagai macam pengakuan dan kepuasan. Berne menganggap bahwa transaksi kerja biasanya antara Adult-dengan-Adult, yang terutama diarahkan pada realitas eksternal.

d. Pastimes: pastimes adalah percakapan topikal yang bersifat semi-ritualis yang berlangsung lebih lama daripada ritual, tetapi masih tetap diprogramkan secara sosial. Fokus pastimes cenderung bersifat eksternal bagi partisipan-partisipannya dan bukan secara langsung mengacu pada diri.

e. Games (permainan): permainan, berlawanan dengan pastimes, adalah sekuensi transaksi yang lebih didasarkan pada pemrograman individual daripada pemrograman sosial. Permainan psikologis adalah seperangkat transaksi tersembunyi maupun

8

Page 9: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

transaksi terang-terbuka yang hasil atau imbalannya dapat diprediksi. Sering kali hasilnya melibatkan perasaan negatif seperti kemarahan dan depresi.

f. Intimacy (intimasi/keintiman): Berne mendefinisikan intimasi bilateral sebagai “hubungan terus-terang, bebas permainan, dengan saling memberi dan menerima dengan bebas dan tanpa eksploitasi” (1972: 25). Intimasi mempresentasikan pemrograman individual dan instingtual yang pemrograman sosial dan motivasi tersembunyinya sebagian besar, atau bahkan secara total, dikekang. Imitasi adalah solusi yang paling memuaskan bagi stimulus kelaparan, rekognisi kelaparan, maupun struktur kelaparan, namun sayangnya tidak terlalu biasa bagi orang untuk hidup sebagai “pangeran” atau “putri raja”.

7. Tipe-tipe TransaksiDalam analisis transaksional, sebuah belaian atau satu unit satuan kognisi dianggap sebagai unit fundamental dari interaksi sosial. Tukar-menukar belaian merupakan sebuah transaksi. Jadi, ritual, aktivitas, pastimes, permainan, dan intimasi semuanya adalah dilihat sebagai melibatkan transaksi. Selama transaksi salah satu ego state akan diberi energi atau dikateksis secara dominan. Jadi, transaksi terjadi di antara ego states, dan di tingkat paling sederhana, analisis transaksional melibatkan diagnosis ego states yang terlibat dalam pertukaran stimulus dan respons. Dengan kata lain, stimulus transaksionalnya dapat berasal dari Parent, Adult, atau Child seseorang dan respons dapat berasal dari Parent, Adult, atau Child orang lain. Ada tiga tipe utama transaksi: complementary, crossed dan ulterior.a. Transaksi Komplementer (Complementary Transactions)

Transaksi komplementer adalah transaksi yang arah transaksi stimulus-responnya konsisten, misalnya mendiskusikan kesulitan dunia (Parent-Parent), berbicara tentang pekerjaan (Adult-Adult), atau bersenang-senang bersama (Child-Child). Cara lain untuk mengatakannya adalah bahwa transaksi komplementer adalah transaksi yang orangnya menerima respons dari ego state yang ditujunya. Contoh transaksi komplementer diberikan dalam Gambar 6.3. Ada Sembilan kemungkinan tipe transaksi komplementer (PP, PA, PC, AP, AA, AC, CP, CA, CC). Aturan pertama komunikasi Berne adalah bahwa komunikasi akan berjalan mulus selama transaksinya komplementer.

Stimulus : “Tolong sodorkan garam itu kepadaku.”Respons : “Ini”

StimulusRespons

Bill Mike

Gambar 6.3. Contoh Transaksi Komplementer

9

P

A

C

P

A

C

Page 10: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

b. Transaksi Menyilang (Crossed Transactions)Dalam crossed transaction (transaksi menyilang), respons transaksionalnya (a) datang dari ego state yang berbeda dengan ego state yang dituju, dan/atau (b) mengarah ke ego state yang tidak mengirimkan stimulus awalnya. Aturan kedua komunikasi adalah komunikasi tidak berlanjut ketika sebuah transaksi menyilang terjadi. Faktanya, putusnya komunikasi itu mungkin hanya sementara. Akan tetapi, ekstremnya, komunikasi bisa saja sepenuhnya terputus. Gambar 6.4 adalah contoh transaksi menyilang. Ada 72 kemungkinan tipe transaksi menyilang.

Stimulus : “Maukah kau membantu ibu bersih-bersih.”Respons : “Mengapa ibu selalu menyuruhku?”

Ibu Anak laki-lakiGambar 6.4. Contoh Transaksi Menyilang

c. Transaksi Tersembunyi (Ulterior Transactions)Ulterior communication (komunikasi tersembunyi) adalah di mana, tertutup di balik komunikasi terbuka dan secara sosial lebih dapat diterima, seorang individu terlibat dalam komunikasi yang mendasari dan secara sosial lebih beresiko. Cara lain untuk melihat ini adalah di banyak interaksi manusia, ada agenda sosial psikologis maupun sosial yang mendasari. Transaksi tersembunyi dapat terjadi dalam situasi sehari-hari seperti ketika seorang wiraniaga mengatakan kepada seorang nasabah: “Mungkin Anda mestinya tidak membeli mantel yang indah dan mahal itu”, sementara pesan psikologisnya adalah “Ayolah, aku ingin kau membelinya”. Gambar 6.5 mengilus-trasikan transaksi tersembunyi.

Tingkat SosialBob : “Filmya bagus sekali lho. Bagaimana kalau kita kembali ke rumahku untuk

minum?”Sue : “Ya, aku mau.”Tingkat PsikologisBob : “Ayo kita bersenang-senang.”Sue : “Ya, aku bersedia.”

S Level sosial R SLevel psikologis R

Gambar 6.5. Contoh Transaksi Tersembunyi

10

P

A

C

P

A

C

P

A

C

P

A

C

Page 11: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

AKUISISI (PERKEMBANGAN)

SkripBerne mendefiniskan script (skrip) sebagai rencana hidup yang didasarkan pada keputusan yang dibuat pada masa kanak-kanak, yang diperkuat oleh orangtua, dijustifikasi oleh peristiwa-peristiwa selanjutnya, dan berkulminasi pada sebuah alternative yang dipilih. Ia menganggap skrip sebagai rencana hidup prasadar yang dijadikan dasar oleh orang-orang untuk menstruktur waktunya. Skrip biasanya didasarkan pada ilusi-ilusi anak yang menetap selama hidup. Skrip seseorang adalah produk pemograman orangtua ditambah keputusan yang dibuat untuk meresponnya.

Matriks skrip adalah diagram yang digunakan untuk memahami perkembangan skrip sesorang. Sangat membantu untuk memahami transmisi skrip, jika matriksnya menggambarkan perincian urutan kedua Child. Gambar 6.6 menggambarkan matrik skrip untuk seorang perempuan hipotetik, Mary. Diagramnya dimaksudkan untuk memperlihatkan bagaimana berbagai pengarahan skrip ditransmisikan kepadanya.

Ayah Ibu Mary

Gambar 6.6. Matriks Skrip yang Memperlihatkan Transmisi Pengarahan-pengarahan Skrip

Gambar 6.6 menunjukkan pengarahan-pengarahan yang saling bertentangan untuk Mary. Berne mengusulkan bahwa orangtua yang berlawanan jenislah yang biasanya memberi tahu anak tentang apa yang harus dilakukannya dan orangtua yang sama jenislah yang biasanya menunjukkan bagaimana caranya. Steiner (1974) menambahkan bahwa Child-dalam-Parent-lah yang memberikan pengarahan direktif atau amanat dan Orang-Dewasa-dalam Parent-lah yang memberi anak pola atau program perilakunya.

Perintah ( Injuction ), Atribusi ( Attribution ), Penyisihan ( Discounts ) Meskipun pengarahan dari orangtua bersifat mengasuh dan kondusif bagi perkembangan emosional anak, tetapi bisa juga bersifat restriktif, yang merefleksikan ketakutan, dan rasa tidak aman dari Child-dalam-Parent.

11

“Jangan percaya laki-laki”

“Menikahlah” “Menikahlah”

P1

A1

C1

P

A

P1

A1

C1

P

A

P1

A1

C1

P

A

Page 12: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

1. Perintah(Injuction)Perintah diekspresikan sebagai pesan yang dimulai dengan “Jangan (Don’t)”. Perintah bisa relatif ringan atau sangat restriktif. Steiner (1974) memberikan perintah-perintah yang membuat orang-orang belajar menghalangi intimasi. Berikut merupakan daftar perintah skrip yang lazim diterima orang:a. Don’t existb. Don’t be you (kadang-kadang “Don’t be the sex you are”)c. Don’t be a child (atau “Don’t enjoy”)d. Don’t grow up (atau “Don’t leave me”)e. Don’t make it (“Don’t succed”)f. Don’t (artinya “Don’t do anything”)g. Don’t be importanth. Bont belongi. Don’t be closej. Don’t be well (atau “Don’t be sane”)k. Don’t thinkl. Don’t feel

2. Atribusi (Attribution)Steiner mengatakan bahwa anak-anak juga sangat dipengaruhi oleh atribusi atau diberi tahu mereka itu seperti apa dan apa yang harus mereka lakukan, dan bagaimana mereka merasakan. Reinforcement schedule (jadwal penguatan) keluarga cenderung memberi reward kepada anak-anak yang mengikuti atribusi dan menghukum anak-anak yang tidak mematuhi perintah.

3. Penyisihan (Discounts)Child juga dapat dikenai discounting dari orangtuanya. Steiner menganggap discounting adalah transaksi menyilang di mana seseorang mengatakan sesuatu dari Parent atau Child-nya. Sebagai contoh, keingintahuan anak dapat di-discounting oleh pengingkaran orangtua.

Sikap Hidup ( Life Positions ) Asumsi fundamental analisis transaksional adalah OKness manusia seperti yang diekspresikan dalam pernyataan atau life position (sikap hidup) : “I’m OK – You’re OK”. Dengan membuat keputusan anak-anak pindah ke luar dari posisi ini. Alih-alih, mereka mengadopsi salah satu dari tiga sikap hidup, yaitu: “I’m not OK – You’re OK”; “I’m OK – You’re not OK”; dan “I’m not OK – You’re not OK”. Masing-masing sikap “not OK” merefleksikan dan melestarikan perkembangan ego state. Sikap “not OK” menghalangi perkembangan intimasi dan merupakan dasar di mana individu memainkan permainan mereka.

TERAPI

Tujuan Terapi1. Empat Kategori Tujuan

Analisis transaksional berusaha membantu klien untuk mendapatkan sikap hidup “I am OK – You are OK”. Bagi klien yang oleh pengalaman hidupnya berubah dari pangeran dan putri raja menjadi katak, Berne (1961, 1972) melihat empat kemungkinan tujuan.

12

Page 13: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

Stewart (1996a) melihat tujuan-tujuan tersebut sebagai tahap-tahap progresif ke arah penyembuhan:a. Social control: meskipun masih merasa distress (hendaknya), klien dapat mengontrol

gejala-gejalanya dalam berinteraksi dengan orang lain.b. Symptomatic relief: membaik atau “mengalami kemajuan”, yang dianggap Berne

menjadikan klien “katak-katak yang merasa nyaman”.c. Transference cure: di sini klien bisa keluar dari skrip mereka selama mereka dapat

menjaga terapisnya tetap berada di dekatnya, secara harfiah atau secara mental.d. Autonomy: Klien “keluar dari kulit kataknya dan sekali lagi meneruskan

perkembangannya sebagai pangeran atau putrid raja yang terinterupsi”. Ego state Adult klien mengambil alih peran terapis ketika klien mencapai otonomi. Otonomi mengacu pada kapasitas untuk perilaku “nonskrip” tanpa jadwal waktu tertentu, yang dikembangkan lebih kemudian dalam hidup,d an tidak di bawah pengaruh orangtua.” (Berne, 1972: 418).

Perilaku otonom adalah lawan dari perilaku skrip. Hal ini melibatkan mengalahkan (a) beban seluruh tradisi historis kesukuan atau keluarga; (b) pengaruh latar belakang orangtua, sosial, dan cultural individu; (c) mencari imbalan tersembunyi dari permainan. Lebih jauh, otonomi terdiri atas pengembangan aktif kontrol personal maupun sosial sedemikian rupa sehingga perilaku yang signifikan menjadi soal pilihan bebas. Berne merangkum proses pencapaian otonomi sebagai “perceraian baik-baik dengan orangtua (dan dari pengaruh-pengaruh orangtua lainnya) sehingga atas persetujuannya orangtua dapat sekali-kali mengunjunginya, tetapi tidak lagi dominan” (1964: 183).

Pencapaian otonomi melibatkan mendapatkan kembali ketiga kapasitas sikap OK yang positif, yaitu: kesadaran, spontanitas, dan intimasi.1) Kesadaran: berarti kapasitas untuk melihat dan mendengar langsung dan tidak dengan

cara seperti yang digunakan ketika individu dibesarkan. Hal ini berarti hidup dalam here-and-now, terbuka terhadap berbagai sensasi yang datang dari lingkungan dengan cara seperti yang dilakukan oleh seorang pelukis, pujangga atau musisi.

2) Spontanitas: berarti kapasitas untuk merasakan secara langsung dan mengeskpresikan perasaan secara langsung dan tidak dengan cara seperti yang digunakan ketika individu dibesarkan. Orang yang spontan bisa memilih perasaan: perasaan Parent, Adult, atau Child.

3) Intimasi: berarti kapasitas untuk berhubungan dengan orang atau orang lain secara sadar, spontan, penuh kasih, dan bebas-permainan. Berne mengganggap intimasi pada dasarnya adalah fungsi Child yang alamiah dan murni.

2. Tujuan Terapi KontraktualAnalisis transaksional mengambil pendekatan kontraktual untuk terapinya. Salah satu pertanyaan kunci pendekatan itu adalah: “Bagaimana kau dan aku tahu kapan kau telah mendapatkan apa yang kauinginkan dengand atang kemari” (Dusay & Dusay, 1989: 427). Terapis dan klien menegosiasikan sebuah kontrak yang menentukan tujuan penanganan dan tanggungjawab bersama dalam mencapai tujuan tersebut. Tujuan kontrak dapat difokuskan pada hasil dan tindakan. Tujuan hasil termasuk: perubahan fisiologis, misalnya turunnya tekanan darah diastolic; dan meredanya gejala-gejala psikologis, misalnya fobia tertentu. Tujuan tindakan menyebutkan perubahan-perubahan perilaku,

13

Page 14: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

misalnya tidak memukul anak-anak, berhenti minum alcohol atau memakai obat, atau bertahan di sebuah pekerjaan selama periode waktu tertentu. Stewart (1996a: 68) mengusulkan prinsip-prinsip berikut untuk menetapkan kontrak:a. Kontrak dalam TA bisa untuk hasil atau untuk tindakan.b. Kontrak untuk hasil apapun harus didukung paling tidak dengan satu kontrak untuk

sebuah tindakan yang terkait.Kontrak terbuka terhadap perubahan selama terapi berjalan. Pemutakhiran dan

perubahan tujuan sering dilakukan. Di samping itu, tujuan akhir terapis atau klien mungkin berbeda dari kriteria operasional untuk kemajuan yang dinyatakan sebagai tujuan awal. Selama terapi, analisis transaksional selalu mengamati determinan-determinan yang mendasari berbagai gejala dan respons. Berne (1966) memberikan contoh terapis, yang ingin menyelidiki sikap kolot seorang klien terhadap figure orangtua, menyatakan tujuan yang pertama-tama dikaitkan dengan berkurangnya gejala dan kemudian mengusulkan sebuah amandemen kontrak yang difokuskan pada tujuan mengubah sikap terhadap figure orangtua.

Proses TerapiLingkup untuk analisis transaksional berkisar mulai dari lingkungan mirip-rumah ke kantor yang lebih seperti bisnis. Oleh karena isyarat-isyarat bahasa tubuh penting dalam melaksanakan analisis transaksional, di kebanyakan kantor terapis tidak ada meja atau kursi yang menghalangi pandangan terapis dan klien terhadap satu sama lain. Mayoritas lingkup TA mencakup whiteboard, atau lembar-lembar kertas berukuran besar yang dapat digunakan terapis maupun klien untuk mengilustrasikan berbagai transaksi dan permainan dan soal-soal penting lainnya. Sebagian terapis menggunakan alat bantu audio-visual untuk memberikan umpan-balik dan meningkatkan kesadaran.

Terapis bekerja dengan berbagai cara dalam setiap sesi. Mereka menggunakan kosakata sederhana yang sama dengan klien. Tidak ada kegiatan bergunjing atau omong kosong dalam proses terapi. Dalam proses terapi aturan dasar untuk kontak teraupetik dan kontrak bisnis ditetapkan dan disepakati. Terapis melaksanakan assesmen awal tentang klien dan bekerja bersama-sama klien untuk menetapkan tujuan kontrak, termasuk sebuah kerangka waktu untuk mengakhiri terapi.

Hubungan TerapeutikAnalisis transaksional memberikan hubungan yang suportif dan nurturing yang kondusif bagi klien yang memikul tanggung jawab pribadi lebih besar atas hidupnya. Terapis memberikan izin kepada klien untuk memainkan peran aktif dalam terapi. Terapis juga mendukung klien pada saat klien mengungkapkan dan menganalisis sirinya secara lebih lengkap dan mengujicobakan pola-pola perasaan, pemikiran, dan perilaku yang lebih Adult.

Analisis transaksional menurut Berne adalah sebuah proses pendidikan dan oleh sebab itu hubungan terapis-klien mirip dengan hubungan pengajar-pembelajar yang demokratis. Pada awal terapi, terapis dan klien menetapkan aturan-aturan dasar dan menentukan elemen-elemen kontrak kerja dan kontrak belajar mereka. Terapis melatih klien tentang ketrampilan menganalisis ego state, transaksi, permainan, dan skrip. Di samping itu, terapis mendorong

14

Page 15: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

dan membantu klien untuk mengidentifikasi opsi-opsi Adult untuk menghadapi berbagai orang, masalah dan situasi dalam hidupnya.

Terapis sensitif terhadap isyarat-isyarat tentang cara-cara autentik klien dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk dengan terapis. Bilamana ada masalah dalam hubungan terapeutik, seperti tidak datang ke pertemuan yang telah dijadwalkan, terapis akan menganggap transaksi tersebut sebagai permainan psikologis sehingga terapis akan memberikan terapi untuk hal itu.

INTERVENSI TERAPEUTIK

Berne menganggap analisis transaksional sebagai umbrella term untuk empat pendekatan penanganan yang berbeda namun saling berkaitan. Pendekatan-pendekatan itu adalah:1. Analisis Struktural

Terdiri atas mendiagnosis dan memisahkan sebuah pola perasaan-pikiran-dan-tindakan dengan pola lainnya atau sebuah ego-state dengan ego state lainnya. Analisis struktural membantu klien untuk mengidentifikasi dan menjadi sadar akan keberadaan dan konten ego-state-nya. Hal ini dimaksudkan untuk membebaskan klien agar memiliki akses yang tepat ke semua ego-state-nya tanpa eksklusi dan kontaminasi yang melemahkan. Tujuan lain yang terkait adalah membantu Adult untuk tetap mengontrol kepribadian dalam situasi-situasi yang penuh tekanan (stressful).

2. Analisis TransaksionalBerne (1961) melihat salah satu tujuan analisis transaksional adalah sebagai kontrol sosial atau kemampuan Adult untuk memutuskan kapan melepaskan Parent dan Child dan kapan mengembalikan kekuasaan eksekutifnya. Jika seseorang tidak memiliki kontrol sosial, yang lain secara sadar atau tak sadar dapat mengaktifkan ego state Parent atau Child orang itu dengan cara-cara yang mungkin tidak membantu. Klien dibantu memahami transaksi-transaksi ego state yang terlibat di berbagai situasi dan hubungan di mana mereka mengalami kesulitan, sebagai saranan menuju ke arah kompetensi yang lebih tinggi untuk menanganinya.

3. Analisis PermainanAnalisis permainan merupakan cara lain untuk mencapai kontrol sosial. Persis seperti memahami analisis struktural sebagai prasyarat analisis transaksional, memahami analisis transaksi-transaksi tunggal adalah prasyarat untuk memahami rangkaian transaksi yang lebih kompleks yang disebut permainan. Dalam analisis permainan klien didorong untuk mempelajari cara-cara yang lebih memuaskan untuk menstrukturkan dan mendapatkan pengakuan. Metode analisis termasuk membantu klien melihat permainan apa yang sedang dimainkannya, apa langkah-langkahnya, apa imbalan dari perasaan tidak enak, dan bagaimana permainan menjustifikasi sikap hidup. Juga membantu klien mengekspresikan secara konstruktif kebutuhan Child yang natural atau perasaan bahwa ia telah men-discounting.

4. Analisis SkripAnalisis skrip harus menjaga agar tidak berperilaku dengan cara yang menguatkan skrip klien. Maksud analisis skrip adalah membantu klien untuk keluar dari skripnya dan setelah itu bertingkah laku secara otonom. Terapis perlu mendengarkan dengan cermat

15

Page 16: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

dan mengamati perilaku verbal dan non verbal klien untuk melihat tanda-tanda skrip. Selain itu, analisis skrip dapat melibatkan penggunaan script checklist untuk membantu analisis atau mengetahui skrip klien. Analisis skrip bermaksud membantu klien meninggalkan keputusan-keputusan awal, yang sebelumnya telah dibuat di berbagai keadaan dan dengan apparatus neopsikis atau Adult yang tidak lengkap, dengan sekarang membuat dan melaksanakan keputusan-keputusan ulang untuk menciptakan perubahan.

Sumber:Richard Nelson-Jones. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi (Edisi Keempat).

(Terjemahan Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY

PENGANTARKetika dikembangkan untuk pertama kalinya pada 1955, Albert Ellis menyebut pendekatannya sengan rational therapy (RT) (terapi rasional). Pada 1961, ia mengubah namanya menjadi rational emotive therapy (RET) (terapi rasional emotif). Pada 1993, Ellis mengubah lagi namanya menjadi rational emotive behavior therapy (REBT) (terapi perilaku rasional emotif). Yang dimaksud Ellis dengan “rasional” adalah kognisi yang efektif dalam membantu diri daripada kognisi yang sekedar valid secara empiris maupun logis. Rasionalitas orang menyandarkan diri pada memutuskan dengan cara yang masuk akal mana keinginan atau preferensi yang akan diikuti, oleh sebab itu didasarkan pada pikiran, emosi dan perasaan.

Ellis mengintroduksikan “perilaku” ke dalam nama pendekatannya demi akurasi. Dari awal, pendekatan itu sangat menekankan perilaku bersama dengan kognisi dan emosi. Ellis (2005) membedakan antara REBT umum dan REBT preferensial. REBT umum nyaris sama dengan terapi perilaku kognitif dan bermaksud mengajarkan perilaku rasional atau perilaku tepat-guna kepada klien. REBT preferensial menekankan pada perubahan yang nyata secara filosofis.

ALBER ELLIS (1913-2006)Albert Ellis, pendiri dan pengembang REBT, lahir pada tahun 1913 di Pittsburgh, Pennsylvania dan pindah ke New York City empat tahun kemudian. Ia memiliki adik laki-laki dan perempuan yang masing-masing berusia 19 bulan dan empat tahun lebih muda darinya. Sebagai seorang wiraniaga yang banyak berpergian, ayahnya sering tidak hadir secara fisik dalam hidupnya. Ibunya yang Yahudi agak lalai dan lebih banyak tenggelam dalam kesenangannya sendiri dan kegiatan-kegiatan yang memperbesar egonya daripada berusaha memahami dan mengurus anak-anaknya. Pada usia 12 tahun, Ellis menemukan bahwa orangtuanya ternyata telah bercerai. Setelah itu, meskipun tinggal cukup dekat, ayahnya hanya mengunjunginya paling banyak sekali setahun.

Ketidakberuntungan lain pada masa kanak-kanaknya, pada saat umurnya baru 4,5 tahun, Ellis nyaris meninggal karena nefritis (radang ginjal), dan sampai umur 9 tahun ia harus dirawat di rumah sakit sampai 8 kali, salah satu di antaranya sampai 10 bulan. Selama masa mudanya Ellis juga memiliki berbagai masalah psikologis maupun fisik. Ia menulis:

16

Page 17: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

“Saya perlu waktu hampir dua dekade untuk akhirnya dapat berbicara jujur kepada diri saya sendiri. Saya dilahirkan dan dibesarkan untuk menjadi pemalu dan penakut. Sepanjang masa kanak-kanak dan remaja, saya mengalami fobia sosial berat. Saya melihat bahwa berbicara di depan publik itu merupakan nasib yang bahkan lebih buruk daripada bermasturbasi di depan publik” (Ellis, 1997a: 69). Bagaimanapun Ellis sangat sukses di sekolah. Akan tetapi, masa kanak-kanaknya yang sulit telah membantunya “menjadi seorang problem solver yang keras kepala dan tangguh” (Ellis, 2004a: 63). Misalnya untuk mengatasi rasa malunya pada perempuan, Ellis menggunakan metode REBT untuk membuat dirinya mampu berbicara dengan 100 anak perempuan di Bronx Botanical Gardens selama periode 1 bulan. Meskipun ia tidak berhasil untuk mendapatkan kencan, metode ini membantu menurunkan rasa takut akan penolakan pada Ellis. Begitu juga dengan rasa malunya berbicara di depan umum, Ellis juga menggunakan pendekatan yang sama untuk mengatasi rasa takut ini, sampai akhirnya ia menikmati berbicara di depan umum.

Memulai karir menulisnya pada usia 12 tahun, Ellis menulis sejumlah besar cerita, esai, dan puisi da banyak juga yang ditolak penerbitnya. Pada 1934, terlepas dari ambisi awalnya untuk menjadi novelis Besar Amerika, Ellis menerima gelar bachelor di bidang administrasi bisnis dari City University of New York. Ellis banyak menggunakan waktu luangnya untuk menulis fiksi meskipun ia telah bekerja di sebuah perusahaan kado. Menyadari bahwa ia menyukai terapi maupun menulis, maka pada tahun 1942 Ellis masuk program psikologi klinis di Columbia University dan menerima gelar master pada 1943. Tidak lama setelah menerima gelar itu, ia memulai sebuah praktik swasta kecil di bidang psikoterapi, terapi perkawinan dan seks. Pada 1947, Ellis menerima gelar doktor dari Columbia University dengan disertasi mengenai kuisioner kepribadian. Setelah menerima gelar doktornya, ambisi Ellis adalah menjadi seorang psikoanalis trkemuka dan untuk itu ia menyelesaikan sebuah analisis pelatihan bersama dengan seorang psikoanalis dari Karen Horney Group dan mulai berlatih psikoanalisis di bawah arahan gurunya.

Dari tahun 1948 sampai 1952 Ellis bekerja untuk New Jersey Departement of Institutions and Agencies, terutama sebagai Chief Psychologist di New Jersey State Diagnostic Center dan kemudian sebagai Chief Psychologis untuk seluruh Negara bagian New Jersey. Ia juga terus melanjutkan praktik swastanya di New York. Untuk beberapa lama Ellis menerapkan metode-metode aktof-direktif dalam psikoterapi, terapi perkawinan dan terapi seksnya. Antara tahun 1953 dan 1955 Ellis semakin memberontak melawan psikoanalis dan mulai menyebut dirinya “psikoterapis” dan bukan “psikoanalis”. Pada tahun 1959, Ellis mendirikan Institute for Rational Living, Inc., yang sekarang disebut Alber Ellis Institute, sebagai organisasi ilmiah dan pendidikan nirlaba untuk mengajarkan prinsip-prinsip hidup rasional.

Ellis adalah seorang laki-laki dengan energy yang tidak pernah habis, ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja. Ketika usianya 83 tahun lebih, di suatu minggu di mana ia lebih banyak tinggal di New York “saya biasanya menemui klien individual atau kelompok mulai pukul 9.30 pagi sampai 11 malam dengan dua kali rehat makan masing-masing selama setengah jam, dan sebagian besar untuk sesi-sesi setengah jam bersama klien individual. Jadi, setiap minggu saya menemui lebih dari 80 klien individual dan lebih dari 40 klien kelompok” (Ellis, 1997b: 17). Di samping itu, Ellis menyelenggarakan lokakarya Jumat malam mulai pukul 7 sampai pukul 9 di mana ia mewawancarai orang-orang di depan public.

17

Page 18: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

Sabtu malam dan Minggu ia bekerja dengan buku-buku, menulis, riset, mengikuti korespondensi, dan berbagai hal lainnya. Ia bahkan mengisi waktu perjalannya untuk menulis dan membaca. Oleh karena itu wajar jika “karya adalah prioritas utama Ellis”.

Ellis (1997b) harus bekerja di tengah berbagai disabilitas fisiknya untuk mencapai dan mempertahankan tingkat produktivitas fenomenalnya. Sejak umur 19 tahun, ia telah dihalang-halangi oleh mata yang mudah lelah. Akibatnya, ia jarang membaca selama lebih dari 20 menit dan sering tetap memejamkan matanya selama sesi terapi. Pada usia 40 tahun, Ellis didiagnosis mengidap diabetes berat dan harus menemukan cara untuk meminimalkan ketidaknyamanannya yang melekat dalam kondisi ini. Pada akhir usia 60-an pendengarannya mulai mundur dan pada usia pertengahan 70-an ia mengenakan dua alat bantu dengar yang meskipun bekerja dengan baik tetap memiliki keterbatasan. Di akhir-akhir hidupnya Ellis juga menderita akibat penyakit kandung kemih.

Pendekatan filosofis hedonisme yang bertanggung jawab dan humanisme, yang dikombinasikan dengan keyakinan rasionalitas, mempengaruhi teori kepribadiannya. Ellis tertarik pada faktor biologis, sosial, dan psikologis yang membuat orang rentan terhadap gangguan psikologis kognitif, perilaku, dan emosional. Faktor kognitif utama Ellis menekankan, menghadiri keyakinan irasional yang membantu menciptakan gangguan dalam kehidupan individu.

TEORIKonseling perilaku rasional emotif (REBT) adalah salah satu konseling perilaku kognitif pertama, dan hari ini terus menjadi pendekatan perilaku kognitif utama. REBT memiliki banyak kesamaan dengan konseling yang berorientasi pada kognisi dan perilaku seperti menekankan pada berpikir, menilai, memutuskan, menganalisis, dan melakukan. Asumsi dasar REBT adalah bahwa orang berkontribusi terhadap masalah psikologis mereka sendiri, serta gejala tertentu dengan cara menafsirkan peristiwa dan situasi. REBT didasarkan pada asumsi bahwa kognisi, emosi, dan perilaku yang berinteraksi secara signifikan dan memiliki hubungan timbal balik sebab dan akibat. (Ellis, 1994, 1999, 2001a, 2001b, 2002, 2008; Ellis & Dryden, 1997; Wolfe, 2007).

Hipotesis dasar REBT adalah bahwa emosi berasal dari keyakinan, evaluasi, interpretasi, dan reaksi terhadap situasi kehidupan. Melalui proses konseling, konseli belajar keterampilan yang memberi mereka alat untuk mengidentifikasi dan membantah keyakinan irasional yang telah diperoleh dan dibangun dan kini dikelola oleh indoktrinasi diri. Mereka belajar bagaimana cara efektif mengganti seperti berpikir dengan kognisi yang efektif dan rasional, dan sebagai akibatnya mereka mengubah reaksi emosional mereka terhadap situasi. Proses konseling memungkinkan konseli untuk menerapkan prinsip perubahan REBT tidak hanya untuk masalah yang diajukan tetapi juga untuk banyak masalah lain dalam hidup atau masalah di masa depan yang mungkin mereka hadapi.

Konsep Dasar1. Tunjuan Fundamental dan Tujuan Primer

Hampir semua manusia memiliki tiga fundamental goals (FG) (tujuan fundamental), yaitu: untuk tetap hidup, untuk relatif terbebas dari sakit, dan untuk cukup merasa puas. Sebagai subtujuan atau primary goals (PG) (tujuan primer) yaitu manusia ingin bahagia:

18

Page 19: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

saat sendiri, saat berteman dengan manusia lain, dan dalam intimasi dengan orang-orang terpilih baik secara informasional maupun edukasional, secara vokasional maupun ekonomis, serta secara rekreasional. Di samping itu orang hidup di dunia sosial dan kepentingannya sendiri mengharuskannya untuk menempatkan orang lain di urutan kedua.

Konseling perilaku rasional emotif ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi untuk berfikir rasional dan irasional. Orang-orang memiliki kecenderungan untuk menjaga diri, bahagia, berpikir dan mengungkapkan dengan kata, mencintai, berhubungan dengan orang lain, dan pertumbuhan dan aktualisasi diri. Mereka juga memiliki kecenderungan merusak diri, menghindari pemikiran, penundaan, pengulangan tak berujung kesalahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme dan menyalahkan diri sendiri, dan menghindari aktualisasi potensi pertumbuhan. Menganggap bahwa manusia tidak sempurna, REBT mencoba untuk membantu mereka menerima dirinya sebagai makhluk yang akan terus membuat kesalahan namun pada saat yang sama belajar untuk hidup lebih damai dengan diri mereka sendiri.

2. Emosi, Kognisi, dan PerilakuDalam salah satu makalah awalnya tentang “Psikoterapi rasional” Ellis (1958) mengusulkan tiga hipotesis fundamental. Pertama, berpikir dan beremosi saling berkaitan erat. Kedua, berpikir dan beremosi juga sangat saling berkaitan sehingga saling menyertai satu sama lain, bekerja dalam hubungan sebab-akibat. Ketiga, berpikir dan beremosi cenderung berbentuk self-talk atau kalimat-kalimat yang diinternalisasikan. Jadi, orang biasanya bertindak berdasarkan pikiran dan emosi, dan tindakannya akan mempengaruhi cara berpikir dan merasakannya.

REBT didasarkan pada dasar pemikiran bahwa meskipun kita awalnya mempelajari keyakinan irasional dari orang lain yang signifikan selama masa kanak-kanak, kita menciptakan pemikiran rasional dari diri kita sendiri. Ellis berpendapat bahwa orang tidak perlu diterima dan dicintai, meskipun ini mungkin sangat diinginkan. Konselor mengajarkan konseli bagaimana merasa dan tidak merasa sedih ketika mereka tidak diterima dan dicintai oleh orang lain secara signifikan. Meskipun REBT mendorong orang untuk membantu menemukan cara untuk mengatasi perasaan depresi yang tidak sehat, kecemasan, sakit, kehilangan harga diri, dan kebencian. Ellis menegaskan bahwa menyalahkan adalah inti dari sebagian besar gangguan emosi. Lebih baik berhenti menyalahkan diri sendiri atau orang lain dan belajar menerima diri kita sendiri meskipun tidak sempurna.

3. Emosi-emosi yang Sehat dan Tidak SehatEmosi yang tidak sehat adalah emosi yang mengganggu tercapainya keseimbangan yang masuk akal antara hedonisme jangka pendek dan jangka panjang. Kecemasan dan ketakutan yang berlebihan adalah emosi yang tidak sehat, karena didasarkan pada pemikiran yang rasional atau keyakinan yang tidak waras dan pada kenyataannya dapat mengganggu atau menghambat tercapinya tujuan. Emosi-emosi yang menyenangkan juga bisa sehat atau tidak sehat. Misalnya, orang mungkin merasakan kebanggaan yang berlebihan ketika dipuji oleh orang lain karena memiliki keyakinan yang tidak sehat tentang perlunya persetujuan orang lain.

19

Page 20: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

4. Dua Kecenderungan BiologisPada semua orang, ada ketegangan antara dua kecenderungan biologis kreatif yang saling bersaing. REBT meneorisasikan bahwa orang sering kali “terdisposisi secara biologis untuk mengonstruksikan dengan kuat, penuh semangat, dan dengan kaki berpegang kuat pada keharusan yang menimbulkan gangguan dan keyakinan irasional lainnya” (Ellis, 1993b: 1999). Orang tidak dilahirkan dan dibesarkan untuk menjadi irasional. Sampai tingkat tertentu mereka juga memiliki kebebasan untuk memilih seberapa jauh mereka terganggu secara emosional. Pertama, mereka dapat memilih untuk berpikir dengan cara yang berbeda dan bertindak dengan lebih efektif atas apa yang terjadi. Kedua, karena memiliki kapasitas untuk memikirkan tentang bagaimana dirinya berpikir, orang dapat memilih untuk mendapatkan dan mempertahankan ketrampilan kognitif untuk memuaskan dan menangkal kecenderungan irasionalitasnya.

5. Teori A-B-C KepribadianKerangka ABC merupakan pusat teori REBT dan prakteknya. Model ini

menyediakan alat yang berguna untuk memahami perasaan konseli, pikiran, peristiwa, dan perilaku (Wolfe, 2007). A adalah keberadaan fakta, suatu peristiwa, atau perilaku atau sikap seseorang. C adalah konsekuensi emosi dan perilaku ataupun reaksi individu; reaksi itu bias cocok atau tidak. A (peristiwa yang sedang berjalan) tidak menjadi penyebab C (konsekuensi emosi). Melainkan B, yaitu keyakinan pribadi pada A, banyak menjadi penyebab C, reaksi emosi.Interaksi dari berbagai komponen dapat digambarkan seperti ini:A (peristiwa yang sedang terjadi) ← B (keyakinan) → C (konsekuensi emosi dan perilaku)↑D (intervensi yang meragukan/membantah) → E (efek) → F (perasaan baru)

Jika seseorang mengalami depresi setelah bercerai, misalnya, mungkin bukan perceraian itu sendiri yang menjadi penyebab reaksi dalam bentuk depresif tapi keyakinan seseorang bahwa dia gagal, merasa ditolak, atau kehilangan pasangan. Ellis berpendapat bahwa keyakinan terhadap penolakan dan kegagalan (pada titik B) adalah penyebab utama depresi (pada titik C) bukan peristiwa sesungguhnya terjadinya perceraian (di titik A). Percaya bahwa manusia memikul sebagian besar tanggung jawab terciptanya reaksi dan gangguan emosi mereka sendiri, menunjukkan kepada seseorang bagaimana cara mereka dapat mengubah keyakinan irasional yang secara langsung "menjadi penyebab" konsekuensi terganggunya emosi merupakan inti dari REBT (Ellis, 1999; Ellis & Dryden, 1997; Ellis, Gordon, Neenan, & Palmer, 1997; Ellis & Harper, 1997).

Bagaimana gangguan emosi terjadi? Pemberi umpanya adalah kalimat tidak logis yang berulang-ulang diucapkan orang terhadap dirinya sendiri, seperti "Aku yang seharusnya disalahkan hingga terjadi perceraian," "Saya ini orang yang gagal, dan semua yang saya lakukan adalah salah," "Saya orang tidak berguna." Ellis berulang kali menegaskan bahwa "Anda itu terutama merasakan apa yang Anda pikirkan." Terganggunya reaksi emosi seperti depresi dan kecemasan dimulai dan diabadikan oleh sistem keyakinan menggagalkan diri sendiri, yang didasarkan pada ide irasional yang telah ditemukan dan dikembangkan.

Revisi ABC dari REBT sekarang mendefinisikan B sebagai keyakinan, ekspresi emosi, dan perilaku. Karena keyakinan melibatkan unsur emosi dan perilaku yang kuat,

20

Page 21: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

Ellis (2001a) menambahkan kedua dua komponen untuk model ABC. Setelah A, B, dan C munculah D (meragukan/membantah). Pada dasarnya, D adalah penerapan metode untuk membantu konseli menantang keyakinan irasional mereka. Ada tiga komponen dari proses meragukan/membantah ini: mendeteksi, memperdebatkan, dan diskriminasi.

Pertama, konseli belajar bagaimana mendeteksi keyakinan irasional mereka, terutama kemutlakan "seharusnya" dan "harus," "sifat berlebihan," dan "pelecehannya pada diri sendiri." Kemudian konseli memperdebatkan keyakinan disfungsional mereka dengan belajar mempertanyakan itu semua secara logis dan sekuat tenaga mempertanyakan pada diri sendiri dan berbuat untuk tidak mempercayainya. Akhirnya, konseli belajar mendiskriminasi keyakinan irasional dan keyakinan rasional (Ellis, 1994, 1996). Restrukturisasi kognitif adalah teknik utama konseling kognitif yang mengajarkan bagaimana cara memperbaiki diri dengan mengganti kognisi yang salah dengan keyakinan yang membangun (Ellis, 2003).

Singkatnya, restrukturisasi filosofis untuk mengubah kepribadian disfungsional mencakup langkah-langkah: (1) sepenuhnya mengakui bahwa kitalah yang bertanggung jawab atas terciptanya masalah emosi kita sendiri; (2) menerima pendapat bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengubah gangguan tersebut secara signifikan; (3) mengakui bahwa masalah emosional kita sebagian besar berasal dari keyakinan irasional; (4) dengan jelas mengamati keyakinan ini; (5) melihat nilai dari sikap meragukan keyakinan diri yang bodoh itu; (6) menerima kenyataan bahwa jika kita mengharapkan adanya perubahan kita sebaiknya keras keras dengan cara emotif behavioral untuk melawan keyakinan dan perbuatan disfungsional yang mengikutinya; dan (7) mempraktikan metode REBT untuk mencabut atau mengubah konsekuensi yang mengganggu selama sisa hidup kita (Ellis, 1999, 2001b, 2002).

6. Keyakinan Rasional dan IrasionalEllis membagi sistem keyakinan menjadi dua kategori dasar, yaitu:a. Rational beliefs (keyakinan rasional) sehat, produktif, adaptif, konsisten dengan

realitas sosial, dan pada umumnya terdiri atas preferensi, hasrat, dan keinginan. Ketika memikirkan secara rasional tentang kesulitan yang menghalangi atau menyambut tujuan, orang terlibat dalam pemikiran preferensial. Berlawanan dengan pemikiran yang bersifat menuntut, pemikiran preferensial melibatkan bereaksi secara eksplisit dan/atau secara diam-diam dengan sistem keyakinannya dengan cara realistis dan mengalami konsekuensi emosional yang tepat guna dam konsekuensi perilaku berorientasi tugas yang bersifat mengaktifkan.

b. Irrational beliefs kaku, dogmatis, tidak sehat, maladaptive, sebagian besar menghalangi upaya orang untuk mencapai tujuannya, dan terdiri atas tuntutan, keharusan, dan semestinya. Ketika memikirkan secara irasional tentang kesulitan yang menghalangi atau menyambut tujuannya, orang terlibat dalam pikiran yang menuntut.

Dalam kenyataannya, respons seseorang dalam menghadapi kesulitan merupakan hasil dari kombinasi antara keyakinan rasional dan irasional, meskipun saah satunya sering kali menjadi “pemenang”.

21

Page 22: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

Akuisisi (Proses Pendewasaan)Bagaimana orang mendapatkan keyakinan rasional dan irasional? Penekanan Ellis jauh lebih banyak diberikan pada bagaimana orang mempertahankan irasionalitasnya daripada bagaimana mereka mula-mula mendapatkannya. Masa lalu tidak mungkin diputar kembali, dan kontraproduktif jika memfokuskan secara eksklusif pada bagaimana orang merasakan tentang masa lalunya.1. Belajar Sosial

Manusia terlahir dengan kerentanan yang khas terhadap irasionalitas, dan kecenderungan ini sering diperburuk oleh lingkungan, khsuusnya pada awal kehidupan manusia, ketika orang sangat rentan terhadap pengaruh luar.a. Anak-anak yang masih muda tidak mampu berpikir jernih, mereka memaksan untuk

mendapatkan pemuasaan segera dan tidak mampu membedakan dengan akurat antara ketakutan riil dan ketakutan imajiner.

b. Tuntutan yang kekanak-kanakan dapat diredakan secara ajaib, seperti orangtua mengatakan bahwa seorang nenek peri akan mengabilkan permintaannya.

c. Anak-anak tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain dan mereka paling mudah disugesti atau dikondisikan saat mereka masih sangat muda.

d. Orangtua dan anggota kelompok keluarga itu sendiri memiliki kecenderungan irasional, prasangka dan takhayul yang mereka tanamkan pula pada anak-anaknya.

e. Adanya indoktrinasi media masaf. Budaya dan agama dapat memberikan pandangan-pandangan yang irasional, self-

defeating, dan society-defeating.2. Memilih Kognisi Irasional

Proses mendapatkan irasionalitas bukan sekedar masalah bereaksi pada bagaimana orang lain berperilaku. Manusia banyak menciptakan gangguan emosionalnya sendiri dengan tidak mengembangkan dan menggunakan kapasitasnya untuk membuat pilihan rasional. Meskipun pengalaman belajar sosial dapat memberikan pengaruh baik atau buruk kepada seseorang, namun mereka masih memiliki kapasitas untuk memilih bagaimana mereka bereaksi terhadapnya.

Proses Konseling1. Tujuan Konseling

Tujuan konseling yaitu membantu konseli membedakan antara tujuan yang realistis dan tidak realistis dan juga mengalahkan diri sendiri dan meningkatkan tujuan diri (Dryden, 2002). Dasar tujuannya adalah mengajarkan konseli cara mengubah emosi disfungsional dan berperilaku menjadi lebih sehat. Ellis (2001b) menyatakan bahwa dua dari tujuan utama REBT adalah untuk membantu konseli dalam proses pencapaian penerimaan diri tanpa syarat (USA) dan penerimaan diri lainnya (UoA), dan untuk melihat bagaimana ini saling terkait. Sebagai konseli menjadi lebih bisa menerima diri mereka sendiri, mereka lebih cenderung untuk menerima orang lain tanpa syarat.

2. Fungsi dan Peran KonselorKonselor memiliki tugas-tugas tertentu, dan langkah pertama adalah menunjukkan

kepada konseli bagaimana mereka telah menggunakan banyak hal "seharusnya," dan "seyogyanya." Konselor belajar memisahkan keyakinan irasional dari yang rasional.

22

Page 23: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

Langkah kedua dalam proses konseling adalah untuk menunjukkan bagaimana konseli adalah menjaga gangguan emosional mereka tetap aktif dengan terus berpikir logis dan realistis. Dengan kata lain, karena konseli tetap mendoktrinasi diri, mereka bertanggung jawab atas masalah mereka sendiri.

Langkah ketiga membantu konseli memodifikasi pemikiran mereka dan meminimalkan gagasan irasional. Meskipun tidak mungkin bahwa kita sepenuhnya dapat menghilangkan kecenderungan untuk berpikir rasional, kita dapat mengurangi frekuensi.

Langkah keempat dalam proses konseling adalah untuk menantang konseli untuk mengembangkan filsafat hidup yang rasional sehingga di masa depan mereka dapat menghindari diri untuk tidak menjadi korban dari keyakinan irasional lainnya.

3. Pengalaman Konseli dalam KonselingProses konseling berfokus pada pengalaman konseli di masa sekarang. Seperti

pendekatan konseling terpusat pada pribadi dan eksistensial, REBT terutama menekankan pada pengalaman dan kemampuan konseli untuk mengubah pola berpikir dan mengekspresikan emosi mereka dapat sebelumnya. Konselor tidak menggunakan banyak waktu untuk menggali sejarah masa lalu konseli dan menghubungkan antara perilaku masa lalu dan perilaku saat ini. Juga tidak digali keterangan secara mendalam hubungan yang dulu terjadi antar konseli dengan orang tua atau saudara. Sebaliknya, proses konseling menekankan kepada konseli bahwa apapun dasar filosofi hidup konseli yang irasional itu, mereka saat ini terganggu karena masih percaya pada pandangan yang merusakdirinya dan dunianya.

4. Hubungan antara Konselor dan KonseliKarena REBT pada dasarnya adalah proses perilaku kognitif dan direktif, tidak

diperlukan hubungan intens antara konselor dan konseli. Praktisi REBT menerima konseli mereka sebagai makhluk yang tidak sempurna yang dapat dibantu melainkan berbagai teknik seperti mengajar, biblioterapi, dan modifikasi perilaku (Ellis, 2008). Ellis membangun hubungan dengan konselinya dengan menunjukkan kepada mereka bahwa ia memiliki potensi yang besar dalam kemampuan mereka untuk mengubah diri mereka sendiri dan bahwa ia memiliki cara untuk membantu mereka melakukan hal ini.

Konseling rasional emotif seringkali terbuka dan langsung dalam mengungkapkan keyakinan dan nilai-nilai mereka sendiri. Ellis (2002) menyatakan bahwa transferensi tidak dianjurkan, dan ketika hal itu terjadi, konselor mungkin akan menghadapinya. Ellis percaya bahwa hubungan transferensi didasarkan pada keyakinan irasional bahwa konseli harus disenangi dan dicintai oleh konselor, atau figur orang tua.

Intervensi Terapeutik1. Intervensi Kognitif

a. Pertanyaan IlmiahDalam pendekatan pertanyaan ilmiah, melalui serangkaian pertanyaan penuntun, terapis berusaha menentukan dengan tepat tatkala pikiran, perasaan dan perilaku klien menjadi problematik. Pertanyaan itu bukan hanya untuk ditanyakan oleh terapis kepada klien, tetapi klien juga harus belajar menanyakan pertanyaan tersebut kepada dirinya sendiri.

23

Page 24: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

b. Rational Coping StatementsLangkah ini diambil setelah membantah (men-disbuting) dengan kuat keyakinan-keyakinan irasional klien, tetapi kadang-kadang juga bisa menyertai disbuting. Beberapa coping statement bisa berupa dorongan sederhana seperti “ Saya bisa menyelesaikan tugas ini”.

c. DiskusiTerapis dapat berdiskusi dengan klien tentang berbagai aspek pemikiran irasional klien.

d. Kerangka Kerja Kognitif Rekaman suara sesi-sesi Bentuk bantuan diri Kartu-kartu pengingat Referenting Melatihkan REBT pada orang lain Memvisualisasikan Bibliografi Self-help cassettes

e. Problem SolvingKlien membawa tujuan untuk kejadian pengaktif dan kesulitan di dalam hidupnya. Tujuan tersebut menyodorkan banyak masalah praktis atau masalah realitas yang mereka coba atasi, misalnya mendapatkan pendidikan yang baik. Klien mempunyai pilihan tentang apakah ia akan mengatasi masalah realitas ini atau memilih untuk mencemaskan dirinya tentang itu.

2. Intervensi Emosionala. Rational Emotive Imagery

Klien didorong untuk membayangkan salah satu kejadian pengaktif atau kesulitan terburuk yang terjadi pada dirinya. Setelah itu klien didorong untuk menjalin hubungan dengan konsekuensi emosional negatif yang tidak diinginkan yang dipicu oleh kesulitan tersebut. Begitu klien merasakan kecemasan yang tidak sehat, ia harus bertahan pada perasaan ini selama satu atau dua menit. Dan kemudian mengatan keyakinan rasional atau pernyataan coping yang masuk akal pada dirinya dengan kuat dan berulang-ulang.

b. Forceful DisputingHanya dapat diterapkan oleh terapis pada klien dan oleh klien pada dirinya sendiri. Terapis perlu membantah secara keras, meyakinkan dan menegaskan logika keyakinan klien yang lemah.

c. Role PlayingDigunakan sebagai salah satu cara untuk menunjukkan pada klien mengenai ide-idenya yang keliru dan bagiman ide-ide itu mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.

d. Penerimaan Tanpa Syarat

24

Page 25: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

Penerimaan mendasar terapis atas diri klien sebagai manusia membantu klien merasa dan berpikir bahwa ia dapat diterima, terlepas dari karakteristik megatif yang ada pada dirinya.

e. HumorPenggunaan humor dengan bijaksana dapat membantu mengurangi keyakinan irasional dan perilaku self-defeating klien.

3. Intervensi Perilakua. Tugas-tugas yang Menantang Sifat Penuntut

Klien didorong untuk mengerjakan tugas-tugas secara repetitif. Klien diminta mengerjakan tugas-tugas, dan tetap bertahan dalam situasi depresinya sampai ia melihat “bahaya” itu hanya ada dalam imajinasinya.

b. Latihan Melawan Rasa MaluLatihan tersebut dimaksudkan untuk membuktikan pada klien bahwa perilaku itu sebenarnya tidak memalukan dan bahwa perilaku itu dapat dilakukan dengan relative nyaman dan dapat diterima oleh dirinya.

c. Latihan KetrampilanTerapis melatih klien secara kognitif untuk membantah keyakinan irasional dan pernyataan derivatif yang menyertainya. Kadang-kadang klien diminta untuk mencari pengalaman latihan tambahan untuk mendapatkan ketrampilan yang relevan.

d. Menggunakan Reward dan PenaltiTerapis menggunakan reward dan penalty untuk mendorong klien mengerjakan tugas dan mengimplementasikan program perubahan diri.

Aplikasi: Teknik dan Prosedur Konseling 1. Praktik REBT

REBT adalah multimodal dan integratif. Praktisi REBT cenderung menggunakan sejumlah modalitas yang berbeda (kognitif, citra, emotif, perilaku, dan interpersonal). Fleksibel dan kreatif dalam menggunakan metode, pastikan menyesuaikan teknik untuk kebutuhan dari masing-masing konseli (Dryden 2002). Berikut ini adalah ringkasan singkat dari teknik kognitif, emotif, dan perilaku utama Ellis menjelaskan (Ellis, 1994, 1999, 2004a; Ellis & Crawford, 2000; Ellis & Dryden, 1997; Ellis & MacLaren, 1998; Ellis & Velten 1998).

Metode Kognitif. Praktisi REBT biasanya menggabungkan metodologi kognitif yang kuat dalam proses konseling. Mereka menunjukkan kepada konseli secara cepat dan langsung tentang apa yang diketahui oleh diri mereka sendiri. Kemudian diajarkan bagaimana menangani pernyataan tentang diri sehingga mereka tidak lagi mempercayainya, mendorong untuk memperoleh filsafat didasarkan pada realitas. REBT menaruh kepercayaan pada pemikiran, mempertanyakan, memperdebatkan, menantang, menafsirkan, menjelaskan, dan mengajarkan. Berikut adalah beberapa teknik kognitif tersedia untuk konselor.a. Mempertanyakan keyakinan irasional. Metode kognitif yang paling umum dari REBT

terdiri dari aktivitas konselor dalam mempertanyakan keyakinan irasional konseli dan mengajarkan bagaimana cara menantangnya tanpa bantuan orang lain. Berikut adalah

25

Page 26: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

beberapa contoh pertanyaan atau pernyataan konseli belajar untuk memberitahu diri mereka sendiri: "Mengapa orang harus memperlakukan saya dengan adil?"

b. Pekerjaan rumah kognitif. Konseli REBT diharapkan untuk membuat daftar masalah mereka, mencari keyakinan mutlak, dan mempertanyakan keyakinan ini. Pekerjaan rumah adalah cara melacak "seharusnya" dan "keharusan" yang merupakan bagian dari pesan diri yang internalisasi. Sebagai contoh, konseli dengan bakat akting yang takut berakting didepan penonton karena takut gagal. Konseli diinstruksikan untuk menggantikan pernyataan negatif seperti "Saya akan gagal," "Saya akan terlihat bodoh," atau "Tidak ada yang akan menyukai saya" menjadi pesan yang lebih positif seperti "Saya bisa berakting”. Saya akan melakukan yang terbaik yang saya bisa. Konseli didorong untuk melaksanakan tugas tertentu selama konseling dan khususnya dalam keseharian. Dengan cara ini konseli secara bertahap belajar untuk mengatasi kecemasan dan menantang pemikiran irasional dasar. Konselor mendengarkan dan mengevaluasi rekaman sesi konseling mereka sendiri. Membuat perubahan butuh kerja keras, dan melakukan pekerjaan di luar sesi adalah nilai nyata dalam merevisi pemikiran konseli, perasaan, dan perilaku.

c. Mengubah gaya berbahasa seseorang. REBT berpendapat bahwa bahasa yang tidak tepat adalah salah satu penyebab dari kesalahan proses berpikir seseorang. Konseli belajar bahwa "harus," "seharusnya," dan "harus" dapat digantikan. "Ini akan benar-benar mengerikan jika...,” Mereka belajar untuk mengatakan" Ini akan nyaman jika....”

d. Metode Pendidikan Psikologi. REBT dan sebagian besar program konseling perilaku kognitif lainnya memperkenalkan konseli dalam berbagai pendidikan. Konselor mendidik konseli tentang sifat mereka dan bagaimana pengobatan lanjutan. Konseli dimungkinkan bekerja sama dengan program pengobatan jika mereka memahami bagaimana proses konseling bekerja dan jika mereka memahami teknik tertentu yang digunakan (Ledley, Marx, & Heimberg, 2005).

2. Teknik EmotifKonseli diajarkan tentang nilai dari penerimaan tanpa syarat. Meskipun perilaku

mereka mungkin sulit untuk diterima, mereka dapat memutuskan untuk melihat diri mereka sebagai orang yang beruna.Teknik konseling yang emotif dan evokatif:a. Imajinasi rasional emotif. Teknik ini merupakan bentuk latihan mental yang intens

yang dirancang untuk membangun pola emosi baru (lihat Ellis, 2001a, 2001b). Konseli membayangkan diri berpikir, merasakan, dan berperilaku tepat seperti yang mereka inginkan dalam berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam kehidupan nyata (Maultsby, 1984). Ellis (2001a, 2008) menyatakan bahwa jika kita terus mempraktikan imajinasi rasional emotif beberapa kali dalam seminggu selama beberapa minggu, kita bisa mencapai titik dimana kita tidak lagi merasa marah atas peristiwa negatif.

b. Menggunakan humor. Humor memiliki manfaat baik kognitif dan emosional dalam membawa perubahan. Humor menunjukkan ide tidak masuk akal yang berdampak konseli gigih mempertahankan, dan dapat menjadi nilai dalam membantu konseli menganggap diri mereka jauh lebih sedikit serius. Ellis (2001a) sendiri cenderung

26

Page 27: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

menggunakan banyak humor untuk memerangi pemikiran berlebihan yang mengarah pada kesulitan konseli. Dalam pekerjaan dan sesi konseling, Ellis biasanya menggunakan lagu lucu, dan dia mendorong orang untuk bernyanyi untuk diri mereka atau dalam kelompok ketika mereka merasa cemas atau tertekan (Ellis, 1999, 2001a, 2001b).

c. Bermain peran. Konseli dapat melatih perilaku tertentu untuk mengeluarkan apa yang mereka rasakan dalam situasi tertentu. Fokusnya adalah menganap keyakinan irasional yang mendasari terkait rasa tidak menyenangkan.

d. Latihan menyerang rasa malu. Ellis (1999, 2000, 2001a, 2001b) mengembangkan latihan untuk membantu orang mengurangi rasa malu atas perilaku tertentu. Titik utama dari latihan ini, yang biasanya melibatkan komponen baik emosi dan perilaku, adalah bahwa konseli bekerja merasa malu bahkan ketika orang lain jelas tidak menyetujui mereka. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan penerimaan diri dan tanggung jawab yang matang, serta membantu konseli melihat bahwa banyak dari yang mereka anggap sebagai yang memalukan harus dilakukan dengan cara mendefinisikan realitas untuk diri mereka sendiri.

e. Penggunaan kekuatan dan ketegaran. Ellis telah menyarankan penggunaan kekuatan dan energi sebagai cara untuk membantu konseli beranjak dari pemahaman intelektual ke emosional. Konseli juga ditunjukkan bagaimana cara menggunakan dialog yang kuat dengan diri mereka sendiri dimana mereka mengungkapkan keyakinan irasional dan kemudian mempertanyakannya. Teknik Perilaku. Konseli akan melakukan hal-hal baru dan sulit, dan dengan cara ini mereka menempatkan wawasan mereka untuk menggunakan dalam bentuk tindakan nyata. Dengan bertindak secara berbeda, mereka juga cenderung untuk menggabungkan keyakinan fungsional.

Upaya Penelitian. Fleksibilitas konseling ini membuat penelitian sulit terkontrol. Penelitian Elis menguji tentang seberapa besar orang merasa lebih baik tetapi bukan bagaimana mereka telah membuat perubahan perilaku filosofis yang mendalam dan menjadi lebih baik (Ellis, 1999, 2001a). Kebanyakan penelitian hanya berfokus pada metode kognitif dan tidak mempertimbangkan metode emotif dan perilaku, namun penelitian akan ditingkatkan jika mereka fokus pada semua tiga metode REBT.

3. Aplikasi REBT untuk Lingkungan KonseliREBT telah banyak diterapkan untuk mengobati kecemasan, permusuhan, gangguan

karakter, gangguan psikologi, dan depresi; untuk masalah seks, cinta, dan pernikahan (Ellis & Blau, 1998); untuk membesarkan anak dan remaja (Ellis & Wilde, 2001); dan pelatihan keterampilan sosial dan manajemen diri (Ellis, 2001b;. Ellis et al, 1997). Dengan struktur yang jelas (kerangka ABC), REBT berguna dalam berbagai pengaturan dan populasi, termasuk sekolah dasar dan menengah.

REBT dapat diterapkan untuk pasangan konseling dan konseling keluarga. Dalam bekerja dengan rekan/mitra diajarkan prinsip-prinsip REBT sehingga mereka dapat mengatasi perbedaan atau setidaknya mengurangi gangguan. Dalam konseling keluarga, anggota keluarga individu didorong untuk mempertimbangkan melepaskan tuntutan dalam keluarga berperilaku dengan cara yang mereka inginkan. Sebaliknya, REBT mengajarkan anggota keluarga terutama bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri dan untuk mengubah reaksi mereka sendiri dengan situasi keluarga.

27

Page 28: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

4. REBT sebagai Konseling SingkatREBT cocok untuk konseling singkat, apakah diterapkan untuk individu, kelompok,

pasangan, atau keluarga. Ellis awalnya mengembangkan REBT untuk mencoba membuat psikokonseling lebih pendek dan lebih efisien daripada kebanyakan sistem lain dari konseling, dan sering digunakan sebagai konseling singkat. Ellis selalu menyatakan bahwa konseling terbaik adalah efisien, cepat mengajarkan konseli cara mengatasi masalah kehidupan praktis. Konseli belajar bagaimana menerapkan teknik REBT sampai sekarang serta masalah masa depan. Karakteristik yang membedakan REBT yang membuatnya menjadi bentuk konseling singkat adalah bahwa pendekatan membantu diri sendiri (Vernon, 2007). Orang dengan masalah tertentu, seperti mengatasi kehilangan pekerjaan atau berurusan dengan pensiun, diajarkan bagaimana menerapkan prinsip REBT untuk memperlakukan diri mereka sendiri, sering dengan bahan tambahan didaktik (buku, kaset, dan sejenisnya).

Sumber:

Gerald Corey. (2009). Theory and Practice Counseling and Psychotherapy. USA: Brooks/Cole.

Richard Nelson-Jones. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi (Edisi Keempat). (Terjemahan Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Richard S. Sharf. (2012). Theories of Psychotherapy and Counseling. USA: Brooks/Cole.

28

Page 29: file · Web viewMAKALAH. PENDEKATAN KONSELING. TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) & RA. T. IONAL EMOTIVE BEHAVIOR . THERAPY (REBT) Disusun

PERBANDINGAN ANTARA TRANSACTIONAL ANALYSIS (TA) DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT)

Pembanding TA REBTTokoh Eric Berne

Mendapat cukup kasih sayang dari kedua orangtuanya

Hidup di keluarga yang berkecukupan

Hampir tidak mengalami masa-masa sulit di hidupnya

Menghabiskan waktunya untuk menulis

Albert Ellis Kurang mendapat kasih sayang dari

orangtuanya Hidup dikeluarga miskin Berjuang dengan berbagai macam

penyakit dan mengalami fobia berat Menghabiskan waktunya untuk

menulis

Konsep Dasar Posisi OK Fundamental Kondisi Ego Analisis Struktural Ego States Energi Psikis dan Kateksis Stimulus Kelaparan, Rekognisi

Kelaparan, dan Struktur Kelaparan Penataan Waktu Tipe-tipe Transaksi

Tujuan Fundamental dan Tujuan Primer

Emosi, Kognisi dan Perilaku Emosi-emosi yang Sehat dan Tidak

Sehat Dua Kecenderungan Biologis Teori ABC Kepribadian Keyakinan Rasional dan Irasional

Akuisisi (Perkembangan)

Skrip Perintah (Injuction), Atribusi

(Attribution), Penyisihan (Discounts)

Sikap Hidup

Belajar Sosial Memilih Kognisi Irasional

Tujuan Terapi Empat Kategori Tujuan Tujuan Terapi Kontraktual

Tujuan Perubahan Inelegant Tujuan Perubahan Elegant

Proses Terapi Menetapkan aturan dasar Menetapkan kontrak bisnis Melaksanakan assesmen awal Menetapkan tujuan kontrak bersama

dengan klien

Adanya fase demosntrasi pra-terapi Melaksanakan assesmen awal Fokus pada masalah spesifik Efektif untuk klien dengan gangguan

ringanHubungan Terapeutik

Suportif dan nurturing yang kondusif

Terapis berperan aktif dalam proses terapi

Aktif-Direktif-Persuasif-Filososfis Terapis lebih banyak berbicara

Intervensi Terapeutik

Analisis Struktural Analisis Transaksional Analisis Permainan Analisis Skrip

Intervensi Kognitif Intervensi Emosional Intervensi Perilaku

29