Distress

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Spiritualitas adalah suatu aktivitas individu untuk mencari arti dan tujuan hidup yang berkaitan dengan kegiatan spiritual atau keagamaan. Distress spiritual merupakan suatu respons akibat dari suatu kejadian yang traumatis baik fisik maupun emosional yang tidak sesuai dengan keyakinan atau kepercayaan pasien dalam menerima kenyataan yang terjadi. Bagi individu yang mengalami masalah bencana, seperti tsunami dan gempa di propinsi NAD dn Nias, ketidaknyamanan akibat permasalahan – permasalahan dari kejadian tersebut akan menimbulkan pertanyaan bagi pasien tentang apa yang telah dilakukan atau apa yang akan terjadi selanjutnya terhadap dirinya. Pasien terkadang ragu, bimbang atau antipati dengan spiritual atau agama yang dianutnya. Menurut Rousseau (2003) distress spiritual harus pula diperhatikan atau dipertimbangkan bila pasien mengeluhkan gejala – gejala fisik dan tidak berespons terhadap intervensi yang efektif. 1.2 Rumusan Masalah

Transcript of Distress

Page 1: Distress

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Spiritualitas adalah suatu aktivitas individu untuk mencari arti dan

tujuan hidup yang berkaitan dengan kegiatan spiritual atau keagamaan.

Distress spiritual merupakan suatu respons akibat dari suatu kejadian yang

traumatis baik fisik maupun emosional yang tidak sesuai dengan keyakinan

atau kepercayaan pasien dalam menerima kenyataan yang terjadi.

Bagi individu yang mengalami masalah bencana, seperti tsunami dan

gempa di propinsi NAD dn Nias, ketidaknyamanan akibat permasalahan –

permasalahan dari kejadian tersebut akan menimbulkan pertanyaan bagi

pasien tentang apa yang telah dilakukan atau apa yang akan terjadi

selanjutnya terhadap dirinya. Pasien terkadang ragu, bimbang atau antipati

dengan spiritual atau agama yang dianutnya. Menurut Rousseau (2003)

distress spiritual harus pula diperhatikan atau dipertimbangkan bila pasien

mengeluhkan gejala – gejala fisik dan tidak berespons terhadap intervensi

yang efektif.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan distress spiritual ?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengkajian pada pasien distress spiritual.

b. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien distress spiritual.

c. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan distress

spiritual.

Page 2: Distress

d. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan distress

spiritual.

e. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien

dengan distress spiritual.

f. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan distress

spiritual.

1.4 Manfaat Pembuatan Makalah

Adapun manfaat pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Umum

Untuk memberikan masukan informasi, pengetahuan, dan konsep kepada

publik mengenai asuhan keperawatan pada klien distress spiritual.

1.4.2 Manfaat Khusus

Memberikan wawasan atau pengetahuan bagi diri kita, sebagai penulis juga

wawasan atau pengetahuan untuk para peneliti atau orang lain yang memiliki

ketertarikan terhadap asuhan keperawatan klien distress spiritual.

1.5 Tinjauan Pustaka

Kelompok kami mengambil sumber pustaka makalah ini adalah dari jurnal

dan literatur buku.

Page 3: Distress

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DISTRESS SPIRITUAL

2.1 Pengkajian Keperawatan

1. Pengertian

a. Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip-

prinsip kehidupan, keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang

menyebabkan gangguan pada aktivitas spiritual, yang merupakan akibat

dari masalah - masalah fisik atau psikososial yang dialami. (Dochterman,

2004).

b. Distress spiritual adalah sebuah gangguan dalam prinsip kehidupan

seseorang yang meliputi seluruh makhluk dan yang mengintegrasikan

serta melampaui sifat bilogis dan psikologis. (wikipedia.com).

c. Distress spiritual merupakan keadaan dimana individu atau kelompok

mengalami atau berisiko mengalami gangguan dalam sistyem keyakinan

atau nilai yang memberi kekuatan, harapan, dan arti kehidupan

seseorang. (Carpenito, 1999) .

2. Etiologi

a. Faktor fisik, misalnya kecacatan akibat kecelakaan atau bencana alam

atau buatan manusia.

b. Factor psikologis, misalnya kehilangan seseorang yang berarti atau harta

benda akibat bencana.

c. Factor lingkungan, misalnya gangguan akibat kerusakan atau kehilangan

potensi atau situasi lingkungan yang selama ini akrab dengan pasien.

3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien dengan distress

spiritual melalui wawancara, adalah :

a. Selalu menanyakan kebenaran dari keyakinan yang dianutnya.

b. Merasa tidak nyaman terhadap keyakinan agama yang dianutnya.

c. Ketidakmampuan melakukan kegiatan keagamaan yang biasa

dilakukannya secara rutin.

Page 4: Distress

d. Perasaan ragu terhadap agama atau keyakinan yang dimilikinya.

e. Menyatakan perasaan tak ingin hidup.

f. Merasakan kekosongan jiwa yang berkaitan dengan keyakinan atau

agamanya.

g. Mengatakan putus hubungan dengan orang lain atau Tuhan.

h. Mengekspresikan perasaan marah, takut cemas terhadap arti hidup ini,

penderitaan atau kematian.

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa pada pasien yang mengalami suatu spiritual yang berkaitan dengan

prinsip-prinsip aktivitas kehidupan spiritual atau keagamaan akibat dari

masalah-masalah fisik atau psikososial yang dialami oleh pasien.

2.3 Tindakan Keperawatan

A.Tindakan Psikoterapeutik

1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien

Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalah agar

pasien:

a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.

b. Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.

c. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya .

d. Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau penyakit

atau perubahan spiritual dalam kehidupan.

e. Aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.

f. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.

b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.

c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran akan terhadap spiritual

yang diyakininya.

Page 5: Distress

d. Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual

dalam kehidupan.

e. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama

yang dianut oleh pasien.

f. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain

g. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

h. Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah

atau kegiatan spiritual lainnya.

Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab

gangguan spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan

dan pikiran akan terhadap spiritual yang diyakininya, bantu klien

mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam

kehidupan.

a. Orientasi

”Assalamualaikum pak, nama saya suster ...... saya dipanggil......, Nama bapak

siapa ?, suka dipanggil apa ? Saya dari ....... yang akan merawat bapak.”

” Bagaimana perasaan bapak pagi ini ?”

”Bagaimana kalau kita berbicara tentang masalah - masalah yang bapak alami,

kita ngobrol selama 30 menit ya ?”

”Dimana menurut bapak tempat yang cocok untuk kita ngobrol ? Oh disana ?

Mari pak kalau begitu”

b. Kerja

”Apa masalah yang bapak rasakan saat ini?”

”Coba bapak sampaikan apa yang menyebabkan bapak tidak sholat dan

mengaji seperti dulu? Oh,,ya!”

”Pak, masih adakah faktor-faktor lain yang menyebabkan bapak tidak sholat

dan mengaji”

”Coba bapak sampaikan pendapat bapak tentang agama atau keyakinan yang

bapak anut selama ini?”

”Menurut bapak, apakah agama yang bapak anut bisa membawa kedamaian

dan ketenangan dalam kehidupan bapak saat ini?”

Page 6: Distress

”Apakah hal tersebut yang mempengaruhi bapak sehingga kurang akitif

melakukan sholat dan mengaji?”

”Apa saja kegiatan ibadah yang bapak jalankan?”

”Yang mana kira-kira yang ingin bapak jalankan?”

”Bagus sekali! Mari bapa coba misalnya sholawat atau zikir, Bagus sekali.

Bagaimana perasaan bapak setelah mencoba?”

”Apa keuntungan giat beribadah yang pernah bp rasakan? Betul sekali, setelah

beribadah kita merasa tenang”

c. Terminasi

”Bagaimana perasaan bapa setelah berbincang-bincang?”

”Tampaknya bapa semangat menjawab pertanyaan suster ya?”

”coba bapa bapa ulangi apa yang sudah kita diskusikan bersama-sama hari

ini!”

”Bagus sekali, jadi bapak sudah tahu penyebab masalah bapak ya? Selain itu

bapak juga telah mengungkapkan perasaan dan pikiran bapak tentang agama

dan tahu kegitan yang bapak bisa lakukan.”

”Nah sekarang ibadah mana yang bapa coba lakukan? Jangan lupa ya pak!”

”Besok lagi kita bertemu untuk mengetahui manfaat kegiatan ibadah yang

bapa lakukan serta belajar cara ibadah lain. Sampai jumpa,

Assalamualaikum!”

Sp. 2-P : Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama

yang dianut oleh pasien, fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah

sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut serta dalam

kegiatan keagamaan.

d. Orientasi

” Assalamualaikum, bapak bagaimana keadaan dan perasaan bapak saat ini ?”

”Sudah dicoba melakukan ibadah? Bagaimana perasaan bapak setelah

mencoba ?”

”Hari ini kita akan mendiskusikan tentang persiapan alat-alat sholat dan cara-

cara menjalankan sholat baik sendiri maupun berjamaah”

”Bagaimana kalau kita ngobrol selama 30 menit ?”

Page 7: Distress

”Dimana bapak mau ngobrol? Atau bagaimana kalau disini saja?”

e. Kerja

”Pak, sepengetahuan bapak, apa saja persiapaan sholat, baik alat maupun diri

kita?”

”Bagus sekali! Menyiapkan kopiah, sajadah dan sarung dan sebelum sholat

bapa harus mandi dulu dan berwudlu.”

”Coba bapak sebutkan sholat lima waktu sehari,sholat subuh jam berapa?

Bagaimana ucapannya?...(sampai dengan sholat isya)”

”Selain itu, bapak dapat melakukan sholat berjamaah?”

f. Terminasi

”Bagaimana perasaan bapak setelah kita diskusi tentang cara-cara

mempersiapkan alat sholat dan mengerjakan sholat. Berapa kali sehari bapak

mencoba? Mari kita buat jadwalnya, kalau sudah dilakukan beri tanda ya!”

”Besok saya akan datang untuk mendiskusikan tentang perasaan bapak dalam

melakuakn sholat serta membahas kegiatan ibadah yang lainnya. Kalau begitu

saya permisi dulu. Sampai jumpa besok. Assalamualaikum ”

2. Tindakan Keperawatan untuk keluarga

Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien gangguan

spiritual, agar keluarga mampu:

a. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat pasien dengan

masalah spiritual

b. Mengetahui proses terjadinya masalah spiritual yang dihadapi oleh pasien

c. Mengetahui tentang cara merawat anggota keluarga yang mengalami

masalah spiritual

d. Melakukan rujukan pada tokoh agama apabila diperlukan.

Tindakan Keperawatan

a. Identifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat pasien.

b. Bantu keluarga untuk mengetahui proses terjadinya masalah spiritual yang

dihadapi pasien.

c. Jelaskan pada keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang

mengalami masalah spiritual.

Page 8: Distress

d. Bantu keluarga untuk membantu pasien melaksanakan kegiatan spiritual.

e. Beri pujian bila keluarga mampu melakukan kegiatan yang positif.

Sp. 1-K : Bantu keluarga mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat

pasien, bantu keluarga untuk mengetahui proses terjadinya masalah

spiritual yang dihadapi.

a. Orientasi

Assalamualaikum, pak. “ Bagaimana keadaan keluarga bapak hari ini?

Hari ini kita akan mendiskusikan tentang masalah yang bapak hadapi dalam

merawat atau membantu anak bapak, selama 30 menit. Disini saja yah pak !”

b. Kerja

Pak, menurut bapak apa masalah yang bapak hadapi dalam merawat atau

membantu anak bapak? Jadi A malas sholat dan tidak mau mengikuti

pengajian.

Apakah hal tersebut terjadi setelah gempa atau akibat tsunami yang lalu. Oh,

jadi masalah yang bapak hadapi adalah susah memberitahu dan mengajak dia

untuk sholat lima waktu ya?

Bagaimana dengan kegiatan keagamaan lannya, apakah anak bapak mau

melakukannya? Jadi bapak kewalahan membantu A agar dapat melakukan

ibadah dan ini terjadi sesudah tsunami

Pak, biasanya kalau ada kejadian bencana seperti gempa tsunami, kadang

seseorang akan mengalami kejadian seperti itu anak bapak tersebut. Oleh

karena itu mari saya bantu bapak untuk bersama-sama dan merawat anak

bapak ya.

Pak cara untuk membantu anak bapak yang malas sholat adalah dengan selalu

mengingatkan, mengajak atau memberi contoh solatpada waktu sholat telah

tiba.

Selain itu bapak menyiapkan perlengkapan sholat untuk anak bapak misalnya

kopiah, sarung dan sajadah. Lalu bapak bersama-sama satu keluarga

melakukan sholat berjamah ya pak ? Jangan lupa mengajak anak-anak untuk

bersama-sama sholat berjamaah.

Page 9: Distress

Setelah sholat bapak ajak anak bapak untuk berdoa semoga diberi kekuatan

dan ketabahan dalam menghadapi masalah akibat adanya bencana alam yang

dialami tersebut.

Jangan lupa, agar Jum’at depan bapak mengajak anaknya untuk sholat Jum’at

berjamaah di masjid bersama warga lainnya. Ya pak yah ?

Kemudian, bapak jangan segan-segan untuk meminta nasehat dan bantuan

kepada ustadz setempat. Saya yakin mereka akan dengan senang hati

membantu bapak dan terutama memberi nasehat keagamaan kepada anak

bapak.

Bapak sudah bisa mengerti cara merawat dan membantu anak bapak yang

mengalami masalah tersebut. Dengan demikian, bapak bisa membantu agar dia

aktif dan rajin sholat lima waktu serta mengikuti pengajian, ya kan pak ?

c. Terminasi

Bagaimana perasaan bapak setelah kita diskusi tentang masalah-masalah yang

bapak hadapi dalam merawat anak bapak?

Bisa ulangi kembali apa saja masalah yang bapak hadapi dalam merawat anak

bapak tersebut ?

Nah, sekarang bagaimana kalau bapak mengulangi menyampaikan proses

terjadinya masalah yang dihadapi oleh bapak tersebut!

Bagus sekali pak, bapak sudah mengetahui semua permasalahan yang terjadi

ya ?

Kalau begitu saya pamit dulu. Assalamualaikum.

B.Tindakan Psikofarmako

1. Memberikan obat-obatan sesuai program pengobatan pasien.

2. Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum.

3. Mengukur vital sign secara periodik.

C.Tindakan Manipulasi Lingkungan

1. Memodifikasi ruangan dengan menyediakan tempat ibadah.

2. Menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan spiritual.

3. Melibatkan pasien dalam kegiatan spiritual secara berkelompok.

Page 10: Distress

2.4 Evaluasi

Evaluasi Kemampuan Pasien

1. Pasien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.

2. Pasien mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.

3. Pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang

diyakininya.

4. Pasien mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau

penyakit atau perubahan spiritual dalam kehidupan.

5. Pasien aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.

6. Pasien ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

Evaluasi Kemampuan Keluarga

1. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat pasien dengan

masalah spiritual.

2. Mengetahui proses terjadinya masalah spiritual yang dihadapi oleh pasien.

3. Mengetahui tentang cara merawat anggota keluarga yang mengalami

masalah spiritual.

4. Melakukan rujukan pada tokoh agama apabila diperlukan.

Evaluasi Kemampuan Perawat

1. Mampu membina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga.

2. Mampu membantu pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan

dan pikiran tentang gangguan spiritual.

3. Mampu membantu pasien dan keluarga mengembangkan skill untuk

mengatasi masalah atau perubahan spiritual.

4. Mampu membantu pasien dalam melakukan kegiatan spiritual atau

keagamaan serta aktif dalam kegiatan sosial keagamaan.

5. Memberikan reinforcement bila keluarga melakukan hal – hal yang positif.

2.5 Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Dokumentasi asuhan keperawatan dengan gangguan spiritual adalah berfokus

pada kemampuan:

a. Pasien.

Page 11: Distress

b. Keluarga.

c. Perawat (yang menangani pasien dan keluarganya).

Page 12: Distress

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Spiritualitas adalah suatu aktivitas individu untuk mencari arti dan tujuan

hidup yang berkaitan dengan kegiatan spiritual atau keagamaan. Distress

spiritual merupakan suatu respons akibat dari suatu kejadian yang traumatis

baik fisik maupun emosional yang tidak sesuai dengan keyakinan atau

kepercayaan pasien dalam menerima kenyataan yang terjadi.

Bagi individu yang mengalami masalah bencana, seperti tsunami dan

gempa di propinsi NAD dn Nias, ketidaknyamanan akibat permasalahan –

permasalahan dari kejadian tersebut akan menimbulkan pertanyaan bagi

pasien tentang apa yang telah dilakukan atau apa yang akan terjadi

selanjutnya terhadap dirinya. Pasien terkadang ragu, bimbang atau antipati

dengan spiritual atau agama yang dianutnya. Menurut Rousseau (2003)

distress spiritual harus pula diperhatikan atau dipertimbangkan bila pasien

mengeluhkan gejala – gejala fisik dan tidak berespons terhadap intervensi

yang efektif.

4.2 Saran

1. Melakukan pengkajian pada pasien distress spiritual.

2. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien distress spiritual.

3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan distress spiritual.

4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan distress

spiritual.

5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien

dengan distress spiritual.

6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan distress

spiritual.

Page 13: Distress

Lampiran – lampiran

1. Evaluasi Kemampuan Pasien dan Keluarga

Nama pasien

Alamat

Nama Perawat

:

:

:

Page 14: Distress

Daftar Pustaka