Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight
-
Upload
zieluphtaz13 -
Category
Documents
-
view
63 -
download
4
Transcript of Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight
![Page 1: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN KASUS KECIL
SEORANG WANITA 64 TAHUN DENGAN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 NORMOWEIGHT
Oleh :
Diana Trisnowati
G0004083
Penguji :
Drs. Sutarno, Apt, SU
KEPANITERAAN KLINIK UPF/ LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
S U R A K A R T A
2010
1
![Page 2: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/2.jpg)
STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny.S
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Ngelo 18/9 Jt.Sobo, Jt Puro Karang Anyar
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Petani
Tanggal Masuk : 1 Oktober 2010
Tanggal Pemeriksaan : 4 Oktober 2010
No. CM : 01005426
B. DATA DASAR
Subyektif : Alloanamnesa.
1. Keluhan Utama : luka jari kelingking pada kaki kanan yang lama
tidak sembuh-sembuh
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 4 hari yang lalu luka jari kelingking pada kaki kanan
yang lama tidak sembuh semakin menghitam. Pasien mengeluh pada 2
bulan yang lalu jari kakinya awalnya luka terkena sandal yang
dipakai, kemudian luka tersebut melepuh, berair dan bernanah. Pasien
menusuk luka tersebut kemudian keluar cairan berwarna putih, nyeri
(-), darah (-). Pasien berusaha mengobati lukanya dengan obat
betadine. Namun luka penderita menjadi kebiruan dan lama-kelamaan
menjadi berwarna hitam. Karena luka tidak sembuh-sembuh maka
pasien memeriksakan diri ke RS.
2
![Page 3: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/3.jpg)
Pasien juga mengeluh mudah lapar, sering merasa haus dan
banyak minum yang dirasakan sejak 3 tahun yang lalu. Dalam satu
hari pasien makan 3 kali @ 1 piring setiap kali makan. Minum 10 x
sehari @ 1 gelas belimbing, sering kencing, sehari 5-6 x @ 1 gelas
belimbing, warna kuning jernih. Pasien mengaku sering kencing di
malam hari dan membuat tidurnya terganggu, nyeri(-), anyang-
anyangan (-), BAK seperti pasir (-). BAB tidak ada keluhan. Pasien
merasakan adanya penurunan berat badan namun pasien tidak pernah
menimbang, dan pasien merasakan pandangan matanya kabur. Sesak
napas (-), batuk (-), dahak (-), Mual (-), Muntah (-), nyeri ulu hati (-),
oedem muka (-). Pasien sering merasa kesemutan didaerah kaki
maupun tangannya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat sakit gula : disangkal
b. Riwayat sakit jantung : disangkal
c. Riwayat alergi : disangkal
d. Riwayat sakit asma : disangkal
e. Riwayat sakit kuning : disangkal
f. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
g. Riwayat mondok : disangkal
4. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga
a. Riwayat sakit gula : (+) adik pasien
b. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
c. Riwayat asma : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat minum obat-obatan : disangkal
b. Riwayat minum alkohol : disangkal
3
![Page 4: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/4.jpg)
6. Riwayat Lingkungan Sosial dan Asupan Gizi
Pasien adalah seorang petani. Tinggal bersama suaminya yang juga
bekerja sebagai seorang petani. Pasien memiliki 2 orang anak yang
sudah bekerja dan menikah.
7. Riwayat Gizi
Pasien sehari makan tiga kali, dengan nasi 2-21/2 centong nasi
dengan lauk pauk tempe, tahu, sayur, kadang-kadang dengan ikan,
telur, daging, atau ayam. Penderita jarang makan buah-buahan.
8. Anamnesa sistem
a. Keluhan utama : luka jari kelingking pada kaki tidak sembuh-
sembuh
b. Kulit : pucat (-), kuning (-), gatal (-), luka (-), kebiruan(-).
c. Kepala : pusing (-), nyeri kepala (-), terasa berat (-), perasaan
berputar–putar (-), nggliyer (-).
d. Mata : mata berkunang kunang (-), pandangan mata kabur (-),
kelopak bengkak (-), gatal (-), penglihatan ganda (-), mata
kuning (-)
e. Hidung : tersumbat (-), keluar darah (-), keluar lendir atau air
berlebihan (-), gatal (-),mimisan (-)
f. Telinga : pendengaran berkurang (-), keluar cairan atau darah (-),
berdenging (-).
g. Mulut : bibir kering (-), gusi mudah berdarah (-), sariawan (-), gigi
mudah goyah (-), luka pada sudut bibir (-).
h. Tenggorokan : rasa kering dan gatal (-), nyeri untuk menelan (-)
i. Sistem respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-), mengi (-).
j. Sistem kardiovaskuler : dada terasa panas (-), terasa ada yang
menekan (-), nyeri dada (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-).
k. Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), perut sebah (-), perut
mbeseseg (-), nyeri ulu hati (-), nafsu makan berkurang (-), nyeri
perut (-), susah BAB (-), mudah haus (+), mudah lapar (+),
muntah darah (-).
4
![Page 5: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/5.jpg)
l. Sistem musculoskeletal : lemas (+), nyeri sendi (-), bengkak sendi
(-) pada sendi lutut dan sendi tangan, nyeri otot (-), kaku otot (-).
m. Sistem genitourinaria : BAK 5-6x/hr ±1 gelas belimbing warna
kuning, nyeri saat buang air kecil (-), panas saat buang air kecil (-),
sering buang air kecil pada malam hari (+), buang air kecil
darah (-), nanah (-).
n. Ekstremitas :
Atas : luka (-/-), kesemutan (+/+), tremor (-/-), ujung jari terasa
dingin (-/-), bengkak (-/-), lemah (-/-).
Bawah : luka (-/-), kesemutan (+/+), tremor (-/-), ujung jari terasa
dingin (-/-), bengkak sendi (-/-), lemah (-/-), ulcus (+/-).
o. Sistem neuropsikiatri : kejang (-), kesemutan (+), gelisah (-),
menggigil (-), emosi tidak stabil (-), mengigau (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum Keadaan umum baik, kompos mentis, gizi kesan
cukup.
B. Status gizi BB → 48 kg.
TB → 150 cm.
BMI → 21,3 kg/m2
Kesan : Status gizi cukup, normoweight
Tanda Vital Tensi : 120/90 mmHg.
Nadi : 100x/menit, isi dan tegangan cukup, kanan
dan kiri simetris.
Frekuensi Respirasi : 20 x/menit, spontan,
thoracoabdominal.
Suhu : 36,6 0C per axiller.
C. Kulit Ikterik (-), turgor kurang (-), kulit kering (-),
petechiae (-), anemis (-), spidernevi (-),
hiperpigmentasi (-).
D. Kepala Bentuk mesocephal, rambut warna hitam tidak
5
![Page 6: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/6.jpg)
mudah dicabut, uban (+), luka (-), moon face (-),
E. Mata Konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
perdarahan palpebra (-/-), pupil isokor dengan
diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+),
edema palpebra (-/-), strabismus (-/-).
F. Telinga Membran timpani intak, sekret (-/-), darah (-/-),
nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus (-/-),
gangguan pendengaran (-/-).
G. Hidung Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis
(-/-), fungsi penghidu baik.
H. Mulut Sianosis (-), gusi berdarah (-), mukosa basah (+),
bibir kering (-), pucat (-), lidah tifoid (-), papil
lidah atrofi (-), stomatitis (-), luka pada sudut
bibir (-).
I.
J.
Leher
Limfonodi
JVP (R+2) cm, trakea di tengah, simetris,
pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi
cervical (-), leher kaku (-).
Kelenjar limfe retroaurikuler, submandibuler,
servikalis, supraklavikularis, aksilaris dan
inguinalis tidak membesar
K. Thorax Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostal
(-), spider nevi (-), sela iga melebar (-),
pembesaran KGB axilla (-/-).
L. Jantung :
Inspeksi Iktus kordis tidak tampak.
Palpasi - Iktus kordis tidak kuat angkat, teraba di
spatium intercostale V, 1 cm medial linea
medio clavicularis sinistra.
6
![Page 7: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/7.jpg)
Perkusi - batas jantung kiri atas: spatium intercostale II,
linea parasternalis sinistra.
- batas jantung kiri bawah : spatium intercostale
V, 1 cm medial linea medio clavicularis
sinistra.
- batas jantung kanan atas: spatium intercostale
II, linea parasternalis dextra.
- batas jantung kanan bawah : spatium
intercostale IV, linea parasternalis dextra
- pinggang jantung : spatium intercostale
III, linea parasternalis sinistra
Kesan : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi HR :100 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II
murni, intensitas normal, reguler, bising (-) ,
gallop (-).
M. Pulmo :
Depan
Inspeksi Statis Normochest, simetris, sela iga tidak melebar.
Dinamis Pengembangan dada kanan = kiri, sela iga
tidak melebar, retraksi intercostal (-).
Palpasi Statis Simetris.
Dinamis Pergerakan dada ka = ki, fremitus raba kanan =
kiri.
Perkusi Kanan sonor, batas relatif paru-hepar di SIC IV linea
medioclavicularis dextra, batas absolut paru-
hepar di SIC V linea medioclavicularis dextra.
Kiri sonor, batas paru-lambung setinggi SIC VI linea
medioclavicularis sinistra.
Auskultasi Kanan Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan
wheezing (-), ronchi basah kasar (-) di daerah
basal paru, ronchi basah halus (-).
7
![Page 8: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/8.jpg)
Kiri Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan
wheezing (-), ronchi basah kasar (-) di daerah
basal paru, ronchi basah halus (-).
Belakang
Inspeksi Statis Normochest, simetris, sela iga tidak melebar.
Dinamis Pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela
iga tidak melebar, retraksi interkostal (-).
Palpasi Statis Dada kanan dan kiri simetris, sela iga tidak
melebar, retraksi (-).
Dinamis Pergerakan kanan = kiri, simetris, fremitus raba
kanan = kiri, penanjakan dada kanan = kiri.
Perkusi Ka /Ki sonor/sonor
Auskultasi Kanan Suara dasar vesikuler normal, wheezing(-),
ronchi basah kasar (-), ronchi basah halus (-).
Kiri Suara dasar vesikuler normal, wheezing(-),
ronchi basah kasar (-), ronchi basah halus (-).
N
.
Punggung kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok
kostovertebra (-),
O. Abdomen :
Inspeksi Dinding perut sejajar dari dinding thorak, distended (-),
venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)
Auscultasi Peristaltik (+) normal
Perkusi Timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba,
undulasi (-)
P Genitourinaria Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)
8
![Page 9: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/9.jpg)
Q Ekstremitas
Superior dextra Edema (-), kaku (-), sianosis (-), pucat (-), akral dingin (-),
luka (-), deformitas (-), ikterik (-), petechi (-), flat nail (-),
spoon nail (-), kuku pucat (-), clubing finger (-),
hiperpigmentasi (-)
Superior sinistra Edema (-), kaku (-), sianosis (-), pucat (-), akral dingin (-),
luka (-), deformitas (-), ikterik (-), petechi (-), flat nail (-),
spoon nail (-), kuku pucat (-), clubing finger (-),
hiperpigmentasi (-)
Inferior dextra Edema (-), kaku (-), sianosis (-), pucat (-), akral dingin (-),
luka (-), deformitas (-), ikterik (-), petechi (-), flat nail (-),
spoon nail (-), kuku pucat (-), clubing finger (-),
hiperpigmentasi (-)
Inferior sinistra Edema (-), kaku (-), sianosis (-), pucat (-), akral dingin (-),
luka (-), deformitas (-), ikterik (-), petechi (-), flat nail (-),
spoon nail (-), kuku pucat (-), clubing finger (-),
hiperpigmentasi (-)
R. STATUS LOKALIS
Digiti V Regio Pedis Dextra kw III
Inspeksi : ulcus bentuk ireguler, ukuran 3cm x 2 cm x 1 cm
Darah (-), pus (-), warna kehitaman
Palpasi : Pulsasi arteri dorsalis pedis (-)
9
![Page 10: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/10.jpg)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan3/09/10 Satuan Rujukan
Hb 12,2 g/dl 12-15,6
Hct 36 % 33-45
AL 13,3 103 / L 4,5-14,5
AT 208 103 / L 150-450
AE 4,10 106/ L 4,10-5,10
GDS 232 mg/dl 80-110
GDP 204 Mg/dL 70-110
E. RESUME
Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh jari kakinya awalnya luka
terkena sandal yang dipakai, kemudian luka tersebut melepuh, berair dan
bernanah. Pasien menusuk luka tersebut kemudian keluar cairan berwarna
putih, nyeri (-), darah (-). Pasien berusaha mengobati lukanya dengan
obat betadine. Namun luka penderita menjadi kebiruan dan lama-
kelamaan menjadi berwarna hitam. Karena luka tidak sembuh-sembuh
maka pasien memeriksakan diri ke RS. Pasien juga mengeluh mudah
lapar, sering merasa haus dan banyak minum. Dalam satu hari pasien
makan 3 kali @ 1 piring setiap kali makan. Minum 10 x sehari @ 1 gelas
belimbing, sering kencing, sehari 5-6 x @ 1 gelas belimbing, warna
kuning jernih. Pasien mengaku sering kencing di malam hari dan
membuat tidurnya terganggu, nyeri(-), anyang-anyangan (-), BAK seperti
pasir (-). BAB tidak ada keluhan. Pasien merasakan adanya penurunan
berat badan namun pasien tidak pernah menimbang. Sesak napas (-),
batuk (-), dahak (-), Mual (-), Muntah (-), nyeri ulu hati (-), oedem muka
(-). Pasien sering merasa kesemutan didaerah ekstremitas baw. Riwayat
penyakit keluarga kencing manis (+)
10
![Page 11: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/11.jpg)
Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/90, BMI 21,3
kg/m2, normoweight. Oedem muka (-), JVP (R+2) cm H2O, batas jantung
kesan tidak melebar. Pemeriksaan fisik regio abdomen didapatkan
dinding perut sejajar dengan dinding dada, supel, pekak alih (-), dan
undulasi (-), edema extremitas inferior (-/-).
Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb= 12,2 g/dl, Hct= 36%,
Trombosit = 208, Eritrosit= 4,1 106/ L, Leukosit: 13,3 x103 / L, Gula
darah sewaktu= 232 mg/dl, Gula darah puasa : 204 mg/dL.
F. DAFTAR ABNORMALITAS
1. Badan lemas
2. cepat lapar
3. mudah haus
4. sering kencing, Nocturia
5. berat badan turun tanpa
sebab
6. BMI 21,3 kg/m2
7. Gula darah sewaktu= 232 mg/dl
8. Gula darah puasa : 204 mg/dL
9. ulcus jari kelingking kaki dx
tidak sembuh-sembuh
G. ANALISIS DAN SINTESIS
Abnormalitas 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Diabetes melitus tipe 2 normoweight
H. PROBLEM DAN PEMECAHAN MASALAH
Problem 1. Ulkus digiti V pedis dextra kw III
Assesment : Mencari komplikasi dd osteomyelitis
Gas gangren
Terapi : - Medikasi ulkus
- Antibiotik
Resep : R/ NaCl 0,9% infus no.1
Metronidazole injeksi mg 500 no.3
Infus set no.1
Verban set No.1
11
![Page 12: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/12.jpg)
∫ imm
R/ Povidin no.1
∫ ue
Pro : ny.S (64 thn)
Evaluasi : jaga kebersihan kaki
12
![Page 13: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/13.jpg)
Problem 2. DM tipe 2 normoweight
Assesment : - status gula darah
- Komplikasi ke jantung, Mata, saraf
Terapi :
Terapi yang diberikan kepada penderita DM tipe 2 dengan normoweight
meliputi edukasi, diet, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis.
Tujuan terapi DM :
a. Jangka pendek :
Menghilangkan keluhan / gejala DM dan mempertahankan rasa nyaman dan
enak
b. Jangka panjang :
Mencegah penyulit (makroangiopati, mikroangiopati, dan neuropati)
Menurunkan morbiditas dan mortalitas
1. Edukasi
- Penyakit dan penyulit DM
- Tujuan dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
- Intervensi farmakologis daan non farmakologis
- Hipoglikemia
- Cara penggunaan fasilitas perawatan
2. Perencanaan makan
- Karbohidrat 60-70 %
- Protein 10-20 %
- Lemak 20-25 %, diusahakan bersumber dari asam lemak tidak jenuh
- Jumlah kolesterol < 300 %
- Jumlah kandungan serat 25 gram / hari, diutamakan serat larut
- Jumlah kalori bagi pasien dengan berat badan normal = 90-100% BBR
BBR (berat badan relatif) % = BB(kg) x 100%
(TB – 100 ) cm
13
![Page 14: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/14.jpg)
Kebutuhan perhari kalori pada pasien dengan BB normal : 40-60 kal/ Kg
BB
- Makanan sejumlah kalori tersebut diatas terbagi dalam 3 porsi besar
untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi
(makanan ringan, 10-15%) diantaranya
- Pemanis buatan dapat dipakai seperlunya.
Jumlah kalori yang dibutuhkan Ny. S :
Status gizi = BB : 48 kg.
TB : 150 cm
BBI : (TB-100) kg-10% = (150-100)kg-10% = 40 kg
BMI : BB/ TB2 = 21,3 kg/m2
BBR : BB(kg) x 100% = 96 % (normoweight)
(TB – 100 ) cm
Kebutuhan kalori perhari : 40-60 kal/ Kg BB
Kebutuhan kalori basal : BBI x 25 kalori = 40 x 25 = 1000 kalori
Distribusi makanan : Karbohidrat = 60% x 1000 = 600 kal
Protein = 20% x 1000 = 200 kal
Lemak = 20% x 1000 = 200 kal
3. Latihan jasmani
Latihan jasmani secara teratur, 3-4x perminggu, selama ± 30-45 menit
Sesuai petunjuk CRIPE (continuous, Rhythmical, Internal, Progressive,
Endurance, and Training)
Sedapat mungkin mencapai zona sasaran ± 75-85 denyut nadi maksimal
(220-umur), sesuai kemampuan dan kondisi adanya penyakit penyerta.
Contoh :
Latihan jasmani ringan : jalan kaki biasa selama 30 menit
Latihan jasmani sedang : berjalan cepat selama 20 menit
Latihan jasmani berat : jogging
4. Intervensi farmakologis
14
![Page 15: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/15.jpg)
Pasien diedukasi, melaksanakan diet, dan latihan jasmani, kemudian
dievaluasi selama 4-8 jam. Jika ketiga terapi diatas tidak mampu memenuhi
tujuan terapi maka diberikan intervensi farmakologis.
Intervensi farmakologis yan diberikan sesuai dengan standar pelayanan
medik ilmu penyakit dalam RSUD Dr. Moewardi adalah golongan
sulfonilurea atau penghambat Glukosidase alfa.
Sulfonilurea merupakan obat yang digunakan sebagai terapi
farmakologis pada awal pengobata DM, karena mempunyai efek utama
meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Dosis pemberian
sulfonilurea khususnya Glibenklamid 2,5 mg adalah 1-2 x pemberian per
hari.
Resep pertama : R/ Glibenklamid tab mg 2,5 No. XV
∫ 2 dd tab 1 a.c (sebelum makan)
Pro : Ny. S (64 tahun)
Kemudian dievaluasi 2-4 minggu kemudian bila tujuan terapi tidak
tercapai ditambahkan satu macam obat dari golongan penghambat
glukosidase alfa/ tiazolidindion
R/ Glibenklamid tab mg 2,5 No. XV
∫ 2 dd tab 1 a.c (sebelum makan)
R/ Acarbose tab mg 50 No. XXI
∫ 3 dd tab 1 d.c (bersama suapan pertama)
Pro : Ny. S (64 tahun)
Evaluasi dilakukan setiap minggu selama 4 minggu. Jika tetap tidak ada
respon terapi, diberikan kombinasi dengan biguanid
R/ Glibenklamid tab mg 2,5 No. XV
∫ 2 dd tab 1 a.c (sebelum makan)
R/ Acarbose tab mg 50 No. XXI
∫ 3 dd tab 1 d.c (bersama suapan pertama)
R/ Metfomin tab mg 500 No. XXI
∫ 3 dd tab 1 d.c (bersama suapan pertama)
15
![Page 16: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/16.jpg)
Pro : Ny. S (64 tahun)
Evaluasi dilakukan setiap minggu selama 4 minggu. Jika tetap tidak ada
respon terapi, diberikan kombinasi 3 macam OHO dengan insulin injeksi
subkutan
R/ Glibenklamid tab mg 2,5 No. XV
∫ 2 dd tab 1 a.c (sebelum makan)
R/ Acarbose tab mg 50 No. XXI
∫ 3 dd tab 1 d.c (bersama suapan pertama)
R/ Metfomin tab mg 500 No. XXI
∫ 3 dd tab 1 d.c (bersama suapan pertama)
R/ Insulin reguler injeksi 100 ui
Cum spuit insulin injeksi
Pro : Ny. S (64 tahun)
16
![Page 17: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/17.jpg)
DIABETES MELLITUS
A. Definisi
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
B. Klinis
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada diabetesi. Kecurigaan adanya
DM perlu dipikirkan bila terdapat keluhan klasik DM seperti :
1. Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagi, dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
2. Keluhan lain : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita
C. Klasifikasi
Klasifikasi etiologis diabetes mellitus menurut Assosiasi Diabetes
Amerika / American Diabetes Association (ADA) tahun 2005 adalah sebagai
berikut :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
(destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)
a. Melalui proses imunologik
b. Idiopatik
2. Diabetes Melitus Tipe 2
(bervariasi mulai dari yang predominan retensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama
retensi insulin)
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
a. Defek genetik fungsi sel beta :
- Kromosom 12, HNF-1 (dahulu MODY 3)
- Kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2)
17
![Page 18: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/18.jpg)
- Kromosom 20, HNF-4 (dahulu MODY 1)
- Kromosom 13, insulin promoter factor-1 (IPF-1, dahulu MODY
4)
- Kromosom 17, HNF-1 (dahulu MODY 5)
- Kromosom 2, neuro D1 (dahulu MODY 6)
- DNA Mitochondria
- Lainnya
b. Defek genetik kerja insulin : resistensi insulin tipe A, leprechaunism,
sindrom Rabson Mendenhall, diabetes lipoatrofik, lainnya.
c. Penyakit eksokrin pankreas : pankreatitis, trauma/pankreatektomi,
neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro
kalkulus, lainnya.
d. Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromositoma,
hipertiroidisme stomatostatinoma, aldosteronoma, lainnya.
e. Karena obat/ zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxid, agonis beta adrenergik, tiazid,
dilantin, interferon alfa, lainnya.
f. Infeksi : rubella congenital, CMV, lainnya
g. Imunologi (jarang) : sindrom “Stiff-man”, antibodi anti reseptor
insulin, lainnya.
h. Sindroma genetik lain : sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom
Turner, sindrom Wolfram’s, ataksia Friedreic’s, Chorea Huntington,
sindrom Laurence-Moon-Biedl, distrofi miotonik, porfiria, sindrom
Prader Willi, lainnya
4. Diabetes Kehamilan
D. Diagnosis
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara :
1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu
≥ 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM
2. Dengan TTGO.
18
![Page 19: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/19.jpg)
3. Dengan pemeriksaan glukosa darah puasa yang lebih mudah dilakukan,
dan diterima oleh pasien.
(Soegondo, 2006)
E. Komplikasi DM
Komplikasi DM dapat dibagi menjadi :
1. Komplikasi akut :
a. Ketoasidosis diabetik (KAD)
b. Hiperosmolar non ketotik (HONK)
c. Hipoglikemia
19
![Page 20: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/20.jpg)
2. Komplikasi kronis :
a. Makroangiopati yang melibatkan :
Pembuluh darah jantung
Pembuluh darah tepi
Penyakit arteri perifer sering terjadi pada diabetesi, biasanya terjadi
dengan gejala tipikal intermittent claudiacatio, meskipun sering
tanpa gejala. Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan kelainan
yang pertama kali muncul.
Pembuluh darah otak
b. Mikroangiopati :
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik
c. Neuropati
Yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa
hilangnya sensasi distal. Adanya neuropati berisiko tinggi untuk
terjadinya ulkus kaki dan amputasi
Gejala lain yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar
sendiri dan lebih terasa nyeri di malam hari.
Semua diabetesi yang disertai neuropati perifer harus diberikan
edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki.
d. Gabungan
Kardiopati : penyakit jantung koroner, kardiomiopati
e. Rentan infeksi
f. Kaki diabetik
g. Disfungsi ereksi
20
![Page 21: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/21.jpg)
DIABETES MELLITUS TIPE II NON OBESE
A. Pengertian
Diabetes Mellitus tipe-2 (DM tipe-2) adalah suatu kelompok
kelainan metabolisme yang ditandai oleh hiperglikemia kronis sebagai
akibat adanya defek sekresi insulin, kinerja insulin, atau kombinasi kedua –
duanya. Hiperglikemia kronis pada DM tipe II dihubungkan dengan
terjadinya kerusakan jangka panjang, disfungsi, kegagalan berbagai organ
tubuh, terutama pada mata, ginjal, syaraf, jantung, dan pembuluh darah.
B. Diagnosis DM
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada diabetes. Kecurigaan adanya
DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di
bawah ini :
Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita.
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui cara, yaitu :
1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa darah
sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dl atau glukosa darah puasa (GDP) ≥126
mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Puasa diartikan
pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
2. Dengan TTGO : Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl
(11,1 mmol/L), TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan
beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air. Tetapi meskipun TTGO dengan beban 75 g
glukosa lebih sensitive dan spesifik disbanding dengan pemeriksaan
glukosa darah puasa, namun memiliki keterbatasan karena sulit
dilakukan berulang – ulang, dan dalam praktek sangat jarang dilakukan.
21
![Page 22: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/22.jpg)
22
![Page 23: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/23.jpg)
C. Faktor Resiko DM
Adapun faktor resiko DM antara lain :
1. Usia > 45 tahun
2. Berat badan lebih : BBR > 110 % BB idaman atau Indeks Masa
Tubuh > 23 kg/m2
3. Hipertensi ( ≥ 140 / 90 mmHg)
4. Riwayat DM dalam garis keturunan (genetic)
5. Riwayat abortus berulang
D. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas
hidup diabetisi, yaitu :
1. Jangka pendek :
Hilangnya keluhan dan tanda DM
Mempertahankan rasa nyaman
Tercapainya target pengendalian glukosa
2. Jangka panjang :
Tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati.
Tujuan akhir penatalaksanaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas dini DM
Untuk tujuan tersebut dilakukan pengendalian glukosa darah,
tekanan darah, berat badan, dan profil lipid melalui pengelolaan pasien
secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan
perilaku. Pilar penatalaksanaan DM :
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
23
![Page 24: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/24.jpg)
24
![Page 25: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/25.jpg)
E. Patofisiologi DM, disertai terapi:
F. Penyulit DM
Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun :
1. Penyulit akut
a. ketoasidosis diabetic
b. hiperosmolar non ketotik
c. hipoglikemi
2. Penyulit menahun
a. makroangiopati yang melibatkan :
pembuluh darah jantung
pembuluh darah tepi
pembuluh darah otak
b. mikroangiopati :
retinopati diabetic
nefropati diabetic
3. Neuropati
Masukan Makanan
α glokosidase inhibitor
Hati (produksi gula meningkat) Gula ekstrasel ↑
insulin
diet
Transport glukosa
Defek reseptor
sel
InsulinBiguanidTiazolidindion
Def. insulin
Pankreas (disfungsi sel B)
sulfonilurea
25
![Page 26: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/26.jpg)
26
![Page 27: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/27.jpg)
PENANGANAN ULKUS KAKI DIABETES
Masalah khusus pada pasien diabetik adalah berkembangnya ulkus
pada kaki dan tungkai bawah. Ulkus terutama terjadi karena distribusi tekanan
abnormal sekunder karena neuropati diabetik Masalah ini diperjelas jika
terdapat distorsi tulang kaki. Pembentukan kalus biasanya merupakan kelainan
awal. Kemungkinan lain, ulkus diawali oleh pemakaian sepatu yang tidak pas
yang menyebabkan lepuh, pada pasien dengan defisit sensori menghalangi
pasien mengenali nyeri. Terpotong dan tertusuk benda asing seperti seperti
jarum, paku dan gelas sering terjadi dan benda asing yang tidak disadari pasien
dapat ditemukan dalam jaringan lunak. Karena itu semua pasien dengan ulkus
harus menjalani pemeriksaan sinar-X kaki. Penyakit vaskuler dengan
penurunan suplai darah berperan dalam pembentukan lesi ini dan infeksi
umumnya sering terjadi oleh banyak organisme.
Sementara ini, tidak ada terapi spesifik untuk ulkus diabetik, terapi
suportif sering dapat menyelamatkan kaki tanpa amputasi. Salah satu
pendekatan adalah meletakkan pasien di ranjang menggunakan hidroterapi dan
debridemen untuk mengangkat jaringan mati. Anjuran lain adalah membalut
kaki dengan plester untuk mendistribusi beban tubuh dan melindungi lesi.
Sambil menunggu biakan, dapat diberikan terapi antibiotika awal
untuk ulkus terinfeksi tanpa tanda sistemik seperti sefoksitin atau ampisilin-
sulbaktam. Jika terdapat tanda sepsis, dapat diberikan ampisilin-sulbaktam
ditambah gentamisin atau aztreonam.
Semua pasien harus diberitahukan tentang perawatan kaki yang tepat
untuk mencegah ulkus. Kaki harus dijaga tetap bersih dan kering setiap waktu.
Pasiendengan neuropati tidak boleh diizinkan berjalan tanpa alas kaki, bahkan
di rumah. Sepatu yang pas sangat penting. Kaki harus diperhatikan setiap hari,
adanya kalkulus, infeksi, luka lecet atau lepuh.
Penatalaksanaan Luka Gangren :
Verban set
27
![Page 28: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/28.jpg)
Antiseptik : - Rivanol : pada luka dengan pus
- Betadine : luka tanpa pus
- Madu : luka basah dengan pus
Penggantian verban 1 x sehari
Bila luka, semprot perhidrol seluruh luka.
NaCl 0,9% untuk kompres dan antiseptik
Bila ada jaringan nekrotik, dipotong
Bila ada jaringan baru, beri isoferil untuk mempercepat pertumbuhan
jaringan granulasi
Penyakit Diabetes dengan komplikasi gangren, Metronidazole dapat
digunakan sebagai antibiotik pilihan utama
28
![Page 29: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/29.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Arief Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, et al, eds. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, jilid I. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius, 2001; 434-5
2. David Penington et al. Clinical Haematology in Medical Practice.
3. Djong, Wimm. 2000. Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 1050-1146.
4. PAPDI: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I&III, Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006
5. Sidartawan, 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta. PB. Perkeni.
6. Sukandar, Endai: Nefrologi Klinik, Bandung, ed. 3, 2006, Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD/RS A. Hasan Sadikin.
29
![Page 30: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/30.jpg)
Diana trisnowati
G0004083
PR dr.Dhani, sp.PD
1. Indikasi pemberian insulin
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmoler non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
Kehamilan dengan DM / diabetes melitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
2. Hitung insulin harian total = 0,5 unit x berat badan (kg)
= 0,5 unit x 48 kg
= 24 unit
Insulin prandial total = 60% x IHT = 60% x 24 unit = 14,4 unit
Dosis sarapan = 1/3 x IPT = 1/3 x 14,4 = 4,8 unit
Dosis makan siang = 1/3 x IPT = 1/3 x 14,4 = 4,8 unit
Dosis makan malam =1/3 x IPT = 1/3 x 14,4 = 4,8 unit
Jadi perbandingan dosis insulin yamg diberikan adalah 4-4-4
30
![Page 31: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/31.jpg)
Perhitungan 1 unit insulin akan setara menurunkan glukosa darah sebanyak
20-50 mg/dl. Dengan demikian untuk menurunkan hingga 100 mg/dl
dibutuhkan 3-5 unit insulin koreksi, jadi total insulin yang digunakan ialah
3-5 plus jumlah sesuai makanan.
indikator yang paling akurat saat ini ialah dengan menilai A1C 7-9%.
Jadi perbandingan dosis insulin yang diberikan adalah 4-4-4 agar tidak
terjadi hipoglikemia sehingga insulin yang digunakan dibulatkan ke angka
yang lebih kecil.
31
![Page 32: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/32.jpg)
Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Insulin kerja singkat
Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ).
Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan
netral. Preparat yang ada antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente.
Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai puncak
setelah 1– 3 macam dan efeknya dapat bertahan samapai 8 jam
2. Insulin kerja menengah
Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn
( NPH ),MonotardÒ, InsulatardÒ. Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5
jam. Puncaknya tercapai dalam 4 – 15 jam dan efeknya dapat bertahan
sampai dengan 24 jam.
3. Insulin kerja panjang
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan
lambat dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam,
yaitu sekitar 24 – 36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ),
Ultratard
4. Insulin infasik (campuran)
Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah. Preparatnya:
Mixtard 30 / 40
Efek metabolik terapi insulin:
Menurunkan kadar gula darah puasa dan post puasa.
Supresi produksi glukosa oleh hati.
Stimulasi utilisasi glukosa perifer.
Oksidasi glukosa / penyimpanan di otot.
Perbaiki komposisi lipoprotein abnormal.
Mengurangi glucose toxicity.
Perbaiki kemampuan sekresi endogen.
Mengurangi Glicosilated end product.
32
![Page 33: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/33.jpg)
Efek samping penggunaan insulin :
Hipoglikemia
Lipoatrofi
Lipohipertrofi
Alergi sistemik atau lokal
Resistensi insulin
Edema insulin
Sepsis
3. Klasifikasi diabetes foot
O : ada lesi terbuka, kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti claw
/ callus
I : ulkus superficial terbatas pada kulit
II : ulkus dalam menembus tendon dan tulang
III : abses dalam dengan atau tanpa osteomyelitis
IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan tau tanpa selulitis
V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah
4. Hipertensi primer : > 95% idiopatik
Hipertensi sekunder :
a. Renal hipertensi :
Vaskuler : - arteriosklerosis, fibromusculer hiperplasia (penebalan
dan
penyempitan a. renalis
- mekanisme : melalui renin – angiotensin – aldosteron
Parenkimal : - terjadi pada GNC, pielonefritis, polikistik kidney,
hidronefrosis
- mekanisme melalui : peningkatan bahan-bahan
vasopresor
Penurunan bahan-bahan
vasodilatasi
33
![Page 34: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/34.jpg)
Kegagalan mengaktivisir
vasopresor
Retensi Na+
b. Berhubungan dengan kelainan endokrin :
- Feokromasitoma
- chusing desease karena neoplasma di medula suprarenalis
meningkatkan produksi katekolamin vasokontriksi tekanan
darah naik, CO jantung meningkat
- chusing sindrom neoplasma di kortek suprarenal ACTH
steroid meningkat menahan air overhidrasi, tensi meningkat
c. Coarctasio aorta : penyempitan lokal aorta pada a, sub clavia sinistra di
ligamentum arteriosum
d. Miscellaneus hipertensi yang berat : pre eklamsia, eklamsia, keringat
berlebihan, kontrasepsi oral, TIK
meningkat
34
![Page 35: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/35.jpg)
e. DM (Diabetes Melitus) Tipe 1 memerlukan insulin eksogen karena
produksi insulin endogen oleh sel-sel beta kelenjar pankreas tidak ada
atau hampir tidak ada
f. DM Tipe 2 kemungkinan juga membutuhkan terapi insulin apabila terapi
diet dan OHO yang diberikan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa
darah
g. DM Gestasional dan DM pada ibu hamil membutuhkan terapi insulin,
apabila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah
h. DM pada penderita yang mendapat nutrisi parenteral atau yang
memerlukan suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energi
yang meningkat, secara bertahap memerlukan insulin eksogen untuk
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode
resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin
i. DM disertai gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
j. Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO
k. Ketoasidosis diabetik
l. Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan,
infark miokard akut atau stroke
m. Insulin seringkali diperlukan pada pengobatan sindroma hiperglikemia
hiperosmolar non-ketotik
Farmakologi
Farmakokinetik :
- Absorpsi insulin dipengaruhi oleh beberapa hal.
- Absorpsi paling cepat terjadi pada daerah abdomen, diikuti oleh daerah
lengan, paha bagian atas, dan bokong.
- Bila disuntikkan secara intramuscular dalam maka absorpsi akan
terjadi lebih cepat dan masa kerja lebih singkat.
- Kegiatan jasmani yang dilakukan segera setelah penyuntikan akan
mempercepat onset kerja dan juga mempersingkat masa kerja.
35
![Page 36: Diskusi Kasus Farmasi-DM2 Normoweight](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022042507/55cf9ccd550346d033ab171a/html5/thumbnails/36.jpg)
- Waktu paruh insulin pada orang normal sekitar 5-6 menit, tetapi
memanjang pada penderita diabetes yang membentuk antibodi
terhadap insulin.
- Insulin dimetabolisme terutama di hati, ginjal dan otot.
- Gangguan fungsi ginjal yang berat akan mempengaruhi kadar insulin
di dalam darah.
Mekanisme Aksi
Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu
transpor glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan
glukosa darah tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya,
glukosa darah akan meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan
bahan sumber energi sehingga tidak dapat memproduksi energi sebagaimana
seharusnya. Disamping fungsinya membantu transpor glukosa masuk ke
dalam sel, insulin mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap
metabolisme, baik metabolisme karbohidrat dan lipid, maupun metabolisme
protein dan mineral. Insulin akan meningkatkan lipogenesis, menekan
lipolisis, serta meningkatkan transport asam amino masuk ke dalam sel.
Insulin juga mempunyai peran dalam modulasi transkripsi, sintesis DNA dan
replikasi sel. Itu sebabnya, gangguan fungsi insulin dapat menyebabkan
pengaruh negatif dan komplikasi yang sangat luas pada berbagai organ dan
jaringan tubuh.
36