DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pokok yang diangkat penulis dalam paper ini ialah mengenai diskriminasi yang dialami oleh suku Uighur China. Suku Uighur merupakan salah satu suku atau etnis minoritas di China yang menganut agama islam serta memegang teguh ajaran-ajaran serta peraturan fundamental di dalam agama islam. China sendiri tercatat dalam sensus penduduk tahun 2000 bahwa dari 1.159,4 juta penduduk China, 91,59% diantaranya diidentifikasi sebagai etnis Han dan sisanya yaitu sekitar 8,41% atau 106.43 juta merupakan kaum minoritas yang berjumlah 55 kelompok. 1 Hal ini tentu saja memberikan kontribusi yang lumayan besar terhadap diskriminasi yang dialami oleh suku Uighur yang memang merupakan salah satu etnis minor beragama muslim. Dan mayoritas suku Uighur tersebut mendiami wilayah China yang bernama Xianjiang. Sejak Xianjiang jatuh ke dalam kekuasaan China, wilayah ini memang sarat akan konflik etnis dan konflik agama. Pola-pola integratif yang dilakukan pemerintah China dengan pendidikan politik terbukti tidak berhasil 1 Data ini diadopsi dari http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downlo adDataby Id/7614/7614.pdf [pada tanggal 26 Maret 2011].

description

Ethnopolitics study

Transcript of DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

Page 1: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan pokok yang diangkat penulis dalam paper ini ialah

mengenai diskriminasi yang dialami oleh suku Uighur China. Suku Uighur

merupakan salah satu suku atau etnis minoritas di China yang menganut agama

islam serta memegang teguh ajaran-ajaran serta peraturan fundamental di dalam

agama islam. China sendiri tercatat dalam sensus penduduk tahun 2000 bahwa

dari 1.159,4 juta penduduk China, 91,59% diantaranya diidentifikasi sebagai etnis

Han dan sisanya yaitu sekitar 8,41% atau 106.43 juta merupakan kaum minoritas

yang berjumlah 55 kelompok.1 Hal ini tentu saja memberikan kontribusi yang

lumayan besar terhadap diskriminasi yang dialami oleh suku Uighur yang

memang merupakan salah satu etnis minor beragama muslim. Dan mayoritas suku

Uighur tersebut mendiami wilayah China yang bernama Xianjiang.

Sejak Xianjiang jatuh ke dalam kekuasaan China, wilayah ini memang

sarat akan konflik etnis dan konflik agama. Pola-pola integratif yang dilakukan

pemerintah China dengan pendidikan politik terbukti tidak berhasil

mengintegrasikan suku Uighur dengan penduduk China yang lain. Bahkan

ekskalasi pemberontakan suku Uighur diperuncing dengan adanya migrasi secara

massif suku Han ke wilayah Xianjiang dan juga Urumqi.2 Beberapa sumber

menyebutkan bahwa migrasi besar-besaran oleh etnis Han tersebut bertujuan

untuk menyingkirkan etnis Uighur secara perlahan dari wilayah Xianjiang

maupun Urumqi. Diketahui bahwa kedua wilayah ini merupakan salah satu

wilayah di China yang tercatat memiliki kandungan gas alam dan minyak bumi

yang besar dan letaknya yang strategis karena berbatasan langsung dengan Asia

Tengah (Selatan).3 Sehingga penghitungan ekonomis dalam hal ini dapat diterima

1 Data ini diadopsi dari http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDataby Id/7614/7614.pdf [pada tanggal 26 Maret 2011].2 Artikel ini diakses dari http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/download DatabyId/7611/7611.pdf [pada tanggal 26 Maret 2011].3 Artikel ini diakses dari http://nadwah.unsri.ac.id/index.php?option=com_conten &view= article&id=138:muslim-china-bertahan-hidup-&catid=35:islam-di-asia&Itemid=47 [pada tanggal 26 Maret 2011].

Page 2: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

apabila kemudian pemerintah pusat China berkepentingan terhadap penguasaan

daerah ini.

Di samping itu, dalam upayanya untuk melakukan modernisasi China pun

menempuh cinicization atau sinoisasi etnis minoritas. Sinoisasi merujuk kepada

internalisasi kebudayaan China oleh kelompok minoritas, termasuk agama, yang

secara tradisional disebut kelompok barbarian. Internalisasi kebudayaan China

bertujuan untuk membangun nasionalisme China yang berbasis pada nasionalitas

Han. Dengan demikian nasionalisme China sama dengan hegemonisasi

nasionalitas etnis han atau homogenisasi warga negara China.4 Hal ini berkaitan

erat dengan upaya China dalam membangun rasa percaya dirinya atau yang biasa

disebut dengan istilah Confident Building Measurement terkait Middle Kingdom

Syndrome yang dialami China sendiri. Bahwa China memandang perlu untuk

membangun negaranya sebagai negara yang kuat dari dalam (bangsanya sendiri)

dan didukung oleh kondisi “ramah-tamah” di luar dirinya (wilayah di sekitar

China itu sendiri).

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis kemudian tertarik untuk

menganalisa lebih jauh mengenai konflik atau pemberontakan yang terjadi akibat

diskriminasi yang dialami etnis minoritas Uighur China. Oleh karena itu pada

akhirnya penulis memutuskan untuk mengambil judul paper sebagai berikut :

DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS

MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk menjelaskan karya tulis ilmiah ini maka penulis mencoba untuk

memfokuskan permasalahan pada diskriminasi yang dialami suku Uighur China,

baik dalam aspek politis, ekonomi, budaya, maupun agama. Penulis juga akan

memaparkan sedikit mengenai diskriminasi tersebut yang kemudian menimbulkan

konflik, termasuk deskripsi berkenaan dengan konflik itu sendiri. Berdasar pada

uraian di atas, maka permasalahan yang ingin dijawab oleh penulis dalam tulisan

ini adalah sebagai berikut:

4 Idem 2.

Page 3: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

1. Mengapa konflik etnis tersebut terjadi (apa saja faktor yang

melatarbelakanginya)?

2. Bagaimana cara kelompok etnis yang berkonflik melakukan aksi

politiknya?

1.3 Kerangka Pemikiran

Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih rasional mengenai

permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka penulis akan

menggunakan kerangka pemikiran sebagai berikut.

1.3.1 Sebab-sebab atau Sumber-sumber Konflik menurut Michael E. Brown.

Diskriminasi yang dialami oleh etnis muslim Uighur di China telah

menimbulkan konflik antar etnis Han, etnis mayoritas di China, dengan etnis

Uighur. Namun konflik tersebut justru terlihat sebagai bentuk diskriminasi lain

yang semakin memojokkan eksistensi etnis Uighur. Michael E. Brown membagi

dua aspek yang merupakan faktor penyebab konflik tersebut terjadi, yakni

Underlying Causes yang merupakan faktor utama yang menyebabkan konflik, dan

Proximate Causes yang merupakan faktor pemicu konflik (Trigger Factor).

Masing-masing aspek tersebut kemudian dipecah lagi menjadi beberapa bagian

yang lebih dalam lagi level analisisnya.

a. Underlying Causes

i. Faktor Struktural. Biasanya berkenaan dengan pemerintahan

negara dimana etnis yang bersangkutan tinggal. Namun salah satu

faktor struktural yang kental terlihat dalam konflik ini ialah faktor

kekhawatiran terhadap keamanan internal negara yang bersangkutan,

dalam hal ini adalah China. China menempuh tindakan-tindakan

represif terhadap etnis Uighur untuk mencapai keamanan internal. Hal

ini erat kaitannya dengan upaya Chinanisasi yang dilakukan PKC

(Partai Komunis China) yang merupakan salah satu bentuk revolusi

kebudayaan yang ingin dicapai China. Apalagi semenjak kejadian

9/11 serta “perang melawan terrorism” yang diusung oleh Amerka

Serikat mulai dilakukan secara intensif. Mengingat dalam peristiwa

Page 4: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

9/11 tersebut umat Islam (mengacu pada Al-Qaedah) yang dijadikan

kambing hitam alias objek utama yang dilabeli kata Teroris itu sendiri.

Dan etnis Uighur yang notabene beragama muslim seolah menjadi

sasaran empuk bagi pemerintahan komunis China yang memang

berniat untuk menasionalisasikan warga negaranya berdasarkan

nasionalitas etnis mayoritas di China, yakni Han.

ii. Faktor Politik. Dalam pemaparan poin sebelumnya, secara

implisit dapat dilihat bahwa persoalan ideologi, lembaga politik yang

diskriminatif, serta kepentingan elit penguasalah yang sarat akan

faktor politik yang menimbulkan diskriminasi hingga memicu adanya

konflik antar etnis mayoritas, Han, dengan etnis minoritas, Uighur.

iii. Faktor Ekonomi. Diskriminasi dalam aspek ekonomi yang

dilakukan pemerintah China terhadap etnis Uighur juga berkontribusi

terhadap konflik yang timbul kemudian. Banyak media cetak bahkan

elektronik yang mengungkapkan fakta bahwa sebagian besar

masyarakat yang beretnis Uighur mengalami kesulitan untuk mencari

pekerjaan, bahkan mereka juga diperlakukan kasar di tempat-tempat

pelayanan publik seperti rumah sakit, bank, dll. Pembangunan

ekonomi yang mengarah pada modernisasi juga menambah daftar

panjang diskriminasi yang diterima oleh etnis muslim Uighur. Bahkan

hingga saat ini sebagian etnis Uighur masih bekerja dengan bercocok

tanam dan beternak, dan tentu saja wacana industrialisasi yang akan

semakin di masifkan di sebagian wilayah seperti Xianjiang hingga

Urumqi akan secara perlahan menggeser dan semakin mengucilkan

keberadaan suku Uighur.

iv. Faktor Sosial Budaya. Pada poin ini penulis berasumsi bahwa

sejarah etnis atau kelompok yang bermasalah sejak lama merupakan

salah satu faktor yang menyebabkan konflik terjadi bahkan

diskriminasi yang berkepanjangan hingga saat ini pun masih saja

terjadi. Misalnya pada masa Mao Tse Dong pada tahun 1966-1976

yang dikenal dengan sebutan An Ultra Leftish Movement, sekitar

Page 5: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

10.000 masjid di wilayah Xianjiang mengalami diskriminasi yang

serius. Banyak diantara masjid-masjid tersebut yang ditutup atau

dimusnahkan dan imamnya dipenjara.5

b. Proximate Causes

i. Faktor Struktural. Poin ini menekankan pada fakta akan

perubahan pola demografis. Hal ini dapat kita teliti dari migrasi besar-

besaran oleh etnis Han ke dua wilayah utama dimana etnis Uighur

mayoritas bertempat tinggal, yakni Xianjiang dan Urumqi. Preseden

ini seringkali kita ketahui sebagai salah satu upaya nasionalisasi etnis

Han yang di-back up penuh oleh pemerintahan China itu sendiri.

ii. Faktor Politik. Ialah ideologi komunis serta nasionalitas atas

nama etnis Han yang semakin diintensifkan kepada seluruh etnis-etnis

lainnya yang ada di dataran China.

iii. Faktor Ekonomi. Ketimpangan ekonomi yang diakibatkan oleh

kesulitan warga yang beretnis Uighur untuk mencari pekerjaan.

Sekalipun mereka memiliki daya saing serta kualitas yang memadai,

namun pemerintah China termasuk lembaga-lembaga di negaranya

mempersulit keadaan ini. Termasuk juga upaya pembangunan

ekonomi dan modernisasi yang semakin cepat dan massif, apalagi

pasca kepemimpinan Deng Xiao Ping.

iv. Faktor Sosial Budaya. Diskriminasi budaya yang semakin parah,

misalnya dipicu melalui adanya penghinaan etnis dan propaganda

yang dilakukan pemerintah China terhadap etnis Uighur yang

kemudian mengadu domba etnis Han yang melampiaskan

kemarahannya akibat terhasut isu tidak benar atau propaganda yang

sengaja diciptakan tadi.6 Salah satu tuduhan atau propaganda yang

5 Idem 2.

6 Artikel ini diakses dari http://erabaru.net/featured-news/48-hot-update/3068-komunis-china-secara-massal-membunuh-suku-uighur-dan-orang-tibet-merusak-lembaran-qharmonisasiq [pada 26 Maret 2011]

Page 6: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

dilancarkan oleh pemerintah China ialah bahwa etnis muslim Uighur

merupakan teroris dan separatis yang dipimpin oleh Rabiya Kadeer,7

1.3.2 Tindakan Politik (Political Action) yang Ditempuh Etnis yang

Bersangkutan dalam Memperjuangkan Haknya.

Dari serangkaian diskriminasi yang kompleks tersebut, tentu saja akan

menimbulkan semacam tuntutan/keluhan atau Grievance yang tentu saja

diharapkan untuk ditindaklanjuti. Grievance tadi dapat ditempuh melalui dua cara,

antaralain.

a. Protest

Protes dalam hal ini didefinisikan sebagai suatu bentuk upaya yang

dilakukan oleh etnis yang mengalami diskriminasi, atau dikategorikan

sebagai Politicized Communal Group oleh Tedd Gurr, dengan cara

“give a voice” atau menyuarakan Grievance tersebut. Protes ada yang

sifatnya “non-violence” dan ada pula yang bersifat “violence”. Protes

yang bersifat non-violence ini merujuk pada aksi protes secara damai,

dalam artian tanpa melibatkan unsur-unsur kekerasan. Misalnya

melalui proses negosiasi, lobbying, diplomasi, dll. Sedangkan Protes

yang bersifat violence merupakan protes yang sedikit banyak

menggunakan kekerasan didalamnya namun derajatnya lebih rendah

dibandingkan dengan “rebellion”.

Protes umumnya ditujukan untuk merubah kebijakan pemerintah

yang bersifat diskriminatif atau merugikan pihak tertentu dan sekaligus

diharapkan untuk dapat memenuhi tuntutan terhadap kelompok yang

melakukan protes tersebut, baik itu melalui protes yang bersifat non-

violence maupun yang bersifat violence. Namun sebatas itu saja tanpa

berusaha dan bermaksud untuk menduduki posisi di Pemerintahan.

b. Rebellion

7 Artikel ini diakses dari http://nadwah.unsri.ac.id/index.php?option=com_content&view= article&id=138:muslim-china-bertahan-hidup-&catid=35:islam-di-asia&Itemid=47 [pada tanggal 26 Maret 2011]

Page 7: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

Rebellion atau Pemberontakan ini bertujuan untuk mengubah

power relation diantara kelompok-kelompok yang bersangkutan. Yang

pada akhirnya merujuk pada adanya power-sharing yang sama oleh

pemerintah. Dari sisi strategi, pemberontakan umumnya ditandai

dengan upaya-upaya yang bersifat coercive power, yakni memaksa

kekuatan-kekuatan pemerintah menggunakan senjata.

Perbedaan yang cukup signifikan antara pemberontakan dengan

protes yang bersifat violence ialah bahwa kekerasan dalam tahapan

rebellion ini cenderung lebih terkontrol dan terorganisir dengan baik

untuk menyerang kekuatan pemerintah. Sedangkan protes yang

kemudian menimbulkan tindakan-tindakan kekerasan tidak lebih

merupakan reaksi dari tindakan-ttindakan militer yang berusaha

menghentikan protes dengan cara yang represif. Oleh karenanya

kekerasan yang merupakan respon selama aksi protes berlangsung ini

kemudian lebih bersifat sporadis. Sebagai catatan, bahwa tidak

menutup kemungkinan apabila protes-protes yang terjadi baik yang

bersifat violence mapun non-violence tidak ditindaklanjuti dengan

memadai, maka hal ini akan berkembang menjadi suatu

pemberontakan.

BAB II

PEMBAHASAN

Page 8: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

2.1 Diskriminasi Pemerintah China Terhadap Etnis Uighur

China merupakan salah satu negara di dunia yang tercatat sebagai negara

dengan jumlah penduduk yang terbilang padat, bahkan disinyalir telah mencapai

angka sekitar 1 milliar jiwa. Sebagaimana yang telah disebutkan pada poin latar

belakang, tepatnya dalam bagian bab pendahuluan, bahwa China terdiri atas

berbagai etnis. Etnis Han merupakan etnis mayoritas di China tercatat sebesar

91,54% penduduk China, sementara sisanya sebesar 8,41% merupakan kelompok

etnis minoritas. Diantara kaum minoritas itu terdapat pemeluk Islam sekitar 21

juta jiwa yang terdiri dari suku Hui, Uighur, Kazakh (Hasake), Tatar, Kirgis,

Tajik, Ozbek, Dongxiang, Salar, dan Bonan. Namun minoritas etnis Hui dan

Uighur yang paling dominan.8

Wilayah Xianjiang merupakan salah satu provinsi dengan tingkat

pertumbuhan ekonomi tertinggi berkat industri minyak dan gas. Xinjiang

merupakan daerah penghasil minyak terbesar ke dua di China. Luasnya mencapai

1,6 juta km persegi, atau seperenam dari total wilayah China. Xinjiang memiliki

daerah yang bergurun dan bergunung-gunung, pipa saluran minyak dan gas dari

Asia tengah juga melintasi wilayah itu. Sejak tahun 1980-an, Xinjiang menjadi

wilayah yang strategis dan amat penting bagi China. Sejak tahun itu pula

penduduk China etnis Han mulai bermigrasi ke Xinjiang dan hidup berdampingan

bersama masyarakat Muslim Uighur. Para imigran Han bekerja di sektor-sektor

strategis seperti industri minyak dan sebagainya, sementara masyarakat Muslim

Uighur lebih banyak bekerja di sektor pertanian.9 Kandungan gas alam serta

minyaknya turut memberikan kontribusi terkait kepentingan ekonomi yang

berlebih bagi pemerintah China khususnya.

Penduduk asli Xinjiang berasal dari ras-ras Turki yang beragama Islam,

terutama suku Uighur (45,21%) dan suku Kazakh (6,74%). Selain itu, di Xinjiang

juga terdapat suku Cina Han, yang berjumlah sekitar 40,58% (sensus 2000).

Persentase suku Han di Xinjiang meningkat secara drastis dari 6% saat berdirinya

8 Idem 1.9 Artikel ini diakses dari http://afif.multiply.com/journal/item/39/Ada_Apa_Dengan_Xinjiang [pada tanggal 29 Maret 2011]

Page 9: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

Republik Rakyat Cina (1949) hingga lebih dari 40% pada saat ini.10 Namun

sayangnya keadaan ekonomi yang sangat baik di wilayah tersebut tidak serta

merta menjadikan etnis Uighur ikut merasakan perekonomian yang maju di

wilayahnya. Karena yang terjadi justru etnis Han-lah, yang notabene pendatang di

wilayah tersebut, yang paling diuntungkan dengan segala bentuk investasi serta

subsidi dari pemerintah pusat. Perhatikan tabel Distribution of Wealth di wilayah

Xianjiang berikut ini.

Table 1 : Distribution of wealth in the main sub-regional administrative units

in Xinjiang

Source: 2002 Xinjiang tongji nianjian, op. cit., pp. 106, 110-115, 713, 715; 2002

Zhongguo tongji nianjian, op. cit., p. 51.

Tabel di atas mengilustrasikan pendapatan ekonomi yang di wilayah

Xianjiang. Jumlah populasi di tiap-tiap unit atau wilayah di propinsi Xiangjiang

10 Artikel ini diakses dari http://satriagunawanx13.blogspot.com/2010/05/intervensi-pemerintahan-komunis-china.html [pada tanggal 29 Maret 2011]

Page 10: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

tersebut ditunjukkan dalam bentuk prosentase. Dan pada kolom paling kiri

merupakan pendapatan perkapita dari masing-masing unit di propinsi Xianjiang

dalam mata uang China, yakni Yuan. Berikut ini merupakan (detail) data statistik

perbandingan pendapatan dari etnis uighur dan etnis Han di wilayah Xianjiang

pada tahun 2005.

Tabel 2 : Descriptive Statistics aged 16-59, Xinjiang, 2005

Full Sample Han locals Han migrants UyghurMonthly income (Yuan) 853.4 896.4 380

(616.4) (623.5) (395.5)Age 37.8 34.3 33.3

(8.4) (8.5) (11.1)Male 56.0 61.1 57.6Education (%) primary and below 14.5 30.3 44.5 junior high school 41.8 44.0 39.5 senior high school 21.6 15.1 7.8 college or above 22.1 10.6 8.2 Urban hukou (%) 65.3 25.8 17.4N 9580 2385 10616

Agricultural SampleMean Income (Yuan) 543.8 603.3 246.2

(477.5) (468.6) (229.6)Mean Age 39.2 35.8 33.4

(9.1) (8.6) (11.5)Male 53.5 51.2 55.1Education (%) primary and below 29.5 45.2 52.7 junior high school 60.4 48.0 42.3 senior high school 9.3 6.9 4.3 college or above 0.8 0.0 0.7 Urban hukou (%) 26.6 4.4 2.2N 3306 248 7571

Non-agricultural SampleMonthly income 1016.6 930.4 712.5

(618.9) (630.3) (509.1)Age 37.1 34.1 33.2

(7.9) (8.5) (9.8)Male 57.3 62.3 63.8

Page 11: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

Education (%) primary and below 6.6 28.6 24.2 junior high school 32.0 43.5 32.4 senior high school 28.0 16.1 16.5 college or above 33.4 11.8 26.9 Urban hukou (%) 85.7 28.3 55.3Sector distribution government Institutions 27.9 6.7 37.4 state-owned enterprises 34.8 20.7 11.1 self-employed 24.9 50.9 45.6 private enterprises 12.4 21.8 5.9N 5,310 1,683 2,558

Sumber Data: 0.5% sample of 2005 mini-census; Pola dalam kurung merupakan

penyimpangan standar (standard deviation).

Orang-orang yang menjawab pekerjaan mereka dengan opsi jawaban “Other

sectors” (3.2%) ialah tergabung dalam Private Enterprises.

Sedangkan mereka yang menjawab opsi “Others” (7.4%) diperlakukan atau

dianggap sebagai Self-Employed.11

Dari tabel kedua ini dapat terlihat jelas ketimpangan ekonomi yang ada

antara etnis Han lokal dan etnis Han yang merupakan migrant dengan etnis

Uighur itu sendiri. Apabila dijumlah hasil dari penghitungan pendapatan etnis

Han lokal dengan etnis han pendatang baru, maka jumlahnya jauh lebih besar

dibandingkan jumlah pendapatan etnis Uighur baik dari bidang agrikultural

maupun yang non-agrikultural. Disamping itu distribusi pada sektor-sektor

perekonomian pun mayoritas dikuasai oleh etni Han lokal dan juga etnis Han

pendatang baru.

Penulis berasumsi bahwa, berdasarkan pada kerangka pemikiran yang

digunakan, keadaan diskriminatif semacam ini sarat akan faktor ekonomi dalam

poin penjelasan underlying causes menurut pendapat Michael E. Brown.

2.2 Kegiatan atau Tindakan Politik yang Ditempuh Etnis Uighur dalam

Memperjuangkan Haknya

11 Data statistik ini diakses dan diadopsi dari http://soc.haifa.ac.il/~haifa2010/wp-content/uploads/song.pdf [pada tanggal 27 Maret 2011]

Page 12: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

Konflik yang terjadi antara etnis mayoritas China yakni Han dengan etnis

muslim Uighur umumnya dipicu dari berbagai faktor. Pada poin sebelumnya telah

diulas mengenai faktor ekonomi dalam teori major Underlying Causes yang

digagas oleh Michael E. Brown. Dalam teori major yang lain yakni Proxomate

Causes, maka faktor ekonomi yang memicu ketegangan diantara kedua etnis ialah

kesulita-kesulitan yang dialami etnis Uighur dalam mencari pekerjaan. Ditambah

lagi dengan migrasi besar-besar etnis Han ke wilayah Xianjiang serta banyaknya

sektor-sektor produksi, sektor pemerintahan, dll yang dikuasai oleh etnis Han

tersebut. Pemerintah China pun seolah-olah membiarkan keadaan yang demikian

ini berlangsung. Sehingga hal ini pun memicu ketidakpuasan di kalangan etnis

Uighur terhadap pemerintah China.

Sampai akhirnya, pada 5 Juli 2009 di Urumqi, Xinjiang terjadi demo

massal Uighur yang mencapai puluhan ribu orang. Rezim komunis China

menindas dengan kekuatan militer, mengakibatkan sedikitnya ratusan orang

tewas. Setelah peristiwa itu media resmi komunis China mempropaganda secara

besar-besaran insiden berdarah yang dialami oleh suku Han yang disebabkan oleh

demo massal Uighur, tersebut sehingga membangkitkan kemarahan orang Han,

mereka turun ke jalan untuk membalas dendam terhadap penduduk Uighur.12 Pada

tataran ini maka demo missal yang dilakukan oleh etnis Uighur tersebut

merupakan salah satu bentuk implementasi dari Political Action yang bersifat

violence. Karena pada saat itu pemerintah mengerahkan kemampuan militernya

untuk membendung aksi demo yang awalnya berjalan damai tersebut hingga

menimbulkan kekerasan yang berujung pada konflik antar etnis Han dengan etnis

Uighur. Sekaligus peristiwa ini juga termasuk salah satu faktor pemicu konflik

yakni faktor struktural. Sebab disini terlihat jelas upaya pemerintah China yang

berusaha mengendalikan aksi protes damai yang coba ditempuh oleh etnis Uighur

dengan tindakan represif dari kekuatan militernya.

Dalam peristiwa 5 Juli 2009 ini juga terdapat unsur (faktor) politis yang

dilakukan oleh pemerintah PKC dengan cara mengadu domba antara etnis Han

dengan etnis Uighur sampai mengakibatkan konflik antar etnis. Dengan demikian

12 Idem 10.

Page 13: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

PKC dapat mengaburkan fakta bahwa sebenarnya merekalah yang melakukan

pembantaian missal terhadap etnis Uighur. Hal ini erat kaitannya dengan ideologi

Komunis yang dipegang teguh oleh pemerintahan Hu Jintao yang coba

dinasionalisasikan ke seluruh warganya tanpa terkecuali. Sementara seperti yang

kita ketahui etnis Uighur merupakan etnis yang beragama Islam.

Mungkin memang ada etnis-etnis lain selain Uighur yang beragama Islam,

seperti etnis Hui misalnya. Karena memang etnis Hui dan etnis Uighur merupakan

dua etnis minoritas China yang paling dominan diantara etnis-etnis lainnya yang

menganut agama Islam. Namun kemudian timbul pertanyaan mengenai,

“Mengapa justru etnis Uighur-lah yang menjadi concern utama bagi pemerintah

PKC?”. Pertama ialah karena etnis Hui disebutkan memiliki ciri-ciri serta

kebudayaan yang nyaris sama dengan etnis Han, seperti contohnya penggunaan

bahasa China oleh keduanya. Dan etnis Hui sendiri relatif tidak memiliki

perbedaan mendasar dengan etnis Han, kecuali agama. Sampai-sampai ada

pernyataan terkenal mengai etnis Hui, yakni: “Hui are just Han who do not eat

pork” (cadre at tianjin). 13Disamping itu etnis minoritas Hui ini banyak

mendominasi wilayah otonomi Ninxia-Huizu. Kedua, sekaligus terkait dengan

alasan sebelumnya ialah bahwa upaya konstruksi nasionalitas oleh pemerintah

PKC di wilayah Xianjiang mengalami sedikit kendala karena sebagian besar

wilayah tersebt dihuni oleh etnis Uighur. Etnis muslim Uighur ini memiliki

sejarah yang pada jaman nenek moyangngya dengan pemerintah China. Etnis

Uighur sebelumnya pernah tergabung dengan Republik Turkestan Timur dari

tahun 1944 sampai dengan 1949. Namun semenjak meletusnya revolusi Komunis

pada tahun 1949, wilayah Xianjiang menjadi bagian dari wilayah China yang

merupakan salah satu wilayah otonom China dengan kondisi sumber daya alam

yang melimpah. Itu sebabnya etnis Uighur sering kali di konstruksikan sebagai

kelompok separatis oleh pemerintah PKC. Dan hal ini pula yang menjadi alasan

utama mengapa pemerintah PKC lebih concern terhadap keberadaan etnis Uighur

dibandingkan dengan etnis muslim lainnya, bahkan etnis Hui sekalipun.

13 Artikel ini diakses dari http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/download DatabyId/7611/7611.pdf [pada tanggal 26 Maret 2011]

Page 14: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

Pemerintah Cina dilaporkan telah melakukan pelanggaran-pelanggaran

HAM di Xinjiang, diantaranya pelanggaran kebebasan beragama, kebebasan

berkumpul dan berpendapat, hambatan atas pendidikan, diskriminasi, serta

hukuman mati terhadap tahanan politik. Keberadaan sekolah Islam, masjid dan

imam dikontrol secara ketat, dan para imam diharuskan “berdiri di sisi pemerintah

dengan teguh dan menyampaikan pendapatnya dengan tidak samar-samar”. Sejak

1995 hingga 1999, pemerintah telah meruntuhkan 70 tempat ibadah serta

mencabut surat izin 44 imam. Pemerintah juga secara resmi menerapkan larangan

ibadah perorangan di tempat-tempat milik negara.14 Penulis menganalisis keadaan

ini berdasarkan pada teori major Proximate Causes, yakni merupakan salah satu

tindakan diskriminasi dalam aspek sosial budaya.

Protes-protes dari etnis Uighur tidak hanya terjadi di China, melainkan

juga di Amerika Serikat bahkan Australia yang ditempuh oleh mereka etnis

Uighur yang tidak tinggal di China. Rabiyaa Kadeer, Ketua Konggres etnis

Uighur Dunia yang tinggal di Amerika Serikat, menyampaikan bentuk protesnya

melalui pemutaran film dokumenter yang bercerita mengenai riwayat hidupnya.

Belakangan ini, pemerintah PKC berusaha keras untuk menghentikan The 10

Conditions of Love film dokumenter tentang Rebiya yang ditayangkan pada

festival film Melbourne pada 8 Agustus 2009 silam.15 Pemerintah PKC bertindak

demikian karena sebenarnya hal yang paling ditakutkan olehnya ialah apabila

seluruh dunia mengetahui peristiwa naas yang terjadi pada 5 Juli 2009. Rabiyaa

Kadeer dalam ini pun menjadi concern utama bagi pemerintah PKC karena

ditakutkan beliau akan mengungkapkan fakta yang sebenarnya terkait tragedy

bedarah 5 Juli tersebut.

Pada tanggal 17 Oktober 2009 diadakan seminar yang berjudul “Seminar

60 Tahun PKC Merampok Negara”, dan salah satu tamu undangannya ialah

Yusoph Shohret, seorang ilmuwan suku Uighur yang menetap di Adelaide,

Australia Selatan.16 Dalam pidatonya beliau memberikan pernyataan mengenai

14 Idem 10.15 Artikel ini diakses dari http://www.epochtimes.co.id/pdfindonesia/epochtimes111.pdf [pada 29 Maret 2011]16 Artikel ini diakses dari http://www.epochtimes.co.id/pdfindonesia/epochtimes120.pdf [pada tanggal 29 Maret 2011]

Page 15: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

peristiwa berdarah 5 Juli 2009, dimana sekitar 30 ribu orang warga Uighur

dibantai dalam tempo semalam saja. Dengan diadakannya seminar tersebut beliau

mengungkapkan harapannya agar dunia internasional mulai concern atau

setidaknya memperhatikan diskriminasi yang dialami etnis Uighur oleh kebijakan-

kebijakan pemerintah China yang cendeerung diskriminatif dan represif terhadap

etnis tersebut. Dan tentu saja seminar ini merupakan salah satu upaya politik yang

ditempuh oleh (salah satu) etnis Uighur dalam memperjuangkan hak-haknya.

BAB III

KESIMPULAN

Page 16: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

Dari uraian mengenai faktor-faktor pemicu konflik hingga kegiatan atau

tindakan-tindakan politik yang ditempuh oleh etnis yang bersangkutan untuk

memperjuangkan haknya, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa faktor-

faktor pemicu hingga pecahnya konflik antar etnis mayoritas di China, yakni Han,

dengan etnis muslim minoritas, yakni Uighur. Faktor-faktor tersebut antaralain

ialah faktor struktural, faktor politik, faktor ekonomi, dan juga faktor sosial-

budaya. Sedangkan kegiatan atau tindakan politik yang ditempuh oleh etnis

Uighur, sebagai etnis yang terdiskriminasi dalam kasus ini, sejauh fakta yang

terpapar maka tindakan politiknya masih dalam tataran protes. Dalam artian

belum sampai pada bentuk Rebellion atau pemberontakan. Namun tidak menutup

kemungkinan apabila suatu saat nanti mereka akan melakukan tindakan yang

mengarah pada pemberontakan terhadap pemerintah China. Karena memang

sampai saat ini pemerintah PKC tidak menunjukkan itikad baik untuk

menindaklanjuti Grievance yang coba disuarakan oleh etnis Uighur melalui

berbagai bentuk protes yang selama ini mereka lakukan. Ditambah lagi dengan

meletusnya revolusi di kawasan Timur Tengah yang diawali oleh “Revolusi

Melati” di Tunisia. Hal ini bisa menjadi angin segar bagi etnis muslim Uighur

yang telah sekian lama mengalami perlakuan diskriminatif dari pemerintah China.

Dan seharusnya hal ini menjadi suatu wacana yang patut dipertimbangkan secara

matang bagi pemerintah China terkait kebijakan-kebijakannya yang tergolong

diskriminatif dan represif terhadap etnis Uighur.

DAFTAR PUSTAKA

Artikel dan Situs Internet

Page 17: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

Boundaries, Discrimination, and Interethnic Conflict in Xinjiang, China. Artikel

ini diakses dari http://www.ijcv.org/index.php/ijcv/article/viewPDF

Interstitial/77/pdf_2, [pada tanggal 26 Maret 2011]

China Perketat Aturan di Xinjiang. Artikel ini diakses dari

http://www.muslimdaily.net/berita/internasional/4752/china-perketat-

aturan-di-xinjiang, [pada tanggal 26 Maret 2011]

Dinamika Sosial Minoritas Muslim China. Artikel ini diakses dari

http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDatabyI

d/7611/7611.pdf, [pada tanggal 26 Maret 2011]

Ethnic Stratification in China’s Labor Markets. Artikel ini diakses dari

http://soc.haifa.ac.il/~haifa2010/wp-content/uploads/song.pdf, [pada tanggal

27 Maret 2011]

Indonesia File - Politik Rasialis Cina. Artikel ini diakses dari

http://indonesiafile.com/content/view/1663/53/, [pada tanggal 26 Maret

2011]

Komunis China Secara Massal Membunuh Suku Uighur dan Orang Tibet,

Merusak Lembaran “Harmonisasi”. Artikel ini diakses dari

http://erabaru.net/featured-news/48-hot-update/3068-komunis-china-secara-

massal-membunuh-suku-uighur-dan-orang-tibet-merusak-lembaran-

qharmonisasiq [pada tanggal 26 Maret 2011]

Mimpi Buruk Para Pemimpin Cina. Artikel ini diakses dari

http://www.inilah.com/read/detail/127142/mimpi-buruk-para-pemimpin-

cina, [pada tanggal 27 Maret 2011]

Page 18: DISKRIMINASI PEMERINTAH CHINA TERHADAP ETNIS MINORITAS MUSLIM UIGHUR.

Mohammadihsan.com _ Cina Melarang Umat Islam Urumqi Shalat Jumat - @

Berita & Artikel. Artikel ini diakses dari

http://www.mohammadihsan.com/view.php?

subaction=showfull&id=1247446253&archive=&start_from=&ucat=2&,

[pada tanggal 26 Maret 2011]

Muslim China Bertahan Hidup « Wahana Dakwah Islamiyah. Artikel ini diakses

dari http://nadwah.unsri.ac.id/index.php?option=com_content&view=article

&i=138:muslim-china-bertahan-hidup-&catid=35:islam-di-asia&Itemid=47,

[pada tanggal 26 Maret 20111]

Persamaan dan Perbedaan Problematika Muslimdi India dan China.

http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDatabyI

d/7614/7614.pdf, [pada tanggal 26 Maret 2011]

Politik Rasialis China « Kabar Tiongkok. Artikel ini diakses dari

http://kabartiongkok.wordpress.com/2011/01/01/politik-rasialis-china/,

[pada tanggal 26 Maret 2011]

Qantara.de « Kami sangat menderita di bawah rezim otoriter Cina. Artikel ini

diakses dari

http://id.qantara.de/webcom/show_article.php/_c-767/_nr-40/i.html, [pada

tanggal 26 Maret 2011]

Revolusi Timur Tengah Bawa Angin Segar Bagi Muslim Uighur _ Islam _Muslim

dlm Gambar Dan Berita Internasional. Artikel ini diakses dari

http://indonesia.faithfreedom.org/forum/revolusi-timur-tengah-bawa-angin-

segar-bagi-muslim-uighur-t43665/, [pada tanggal 26 Maret 2011]