Dirasah 1

36
DIRASAH 1 Madrasah Education Madrasah Education Development Project Development Project Daya Juang Madrasah Lebih Tinggi IRASAH D MEDP Newsletter INFRASTRUKTUR TELAH SIAP Mei 2009

description

Bulletin Dirasah 1. MEDP Newsletter. DIterbitkan oleh Madrasah Education Development Project, Departemen Agama RI. Mei 2009.

Transcript of Dirasah 1

Page 1: Dirasah 1

DIRASAH 1

Madrasah Education Madrasah Education Development ProjectDevelopment Project

Daya Juang Madrasah Lebih Tinggi

IRASAHD MEDP Newsletter

INFRASTRUKTUR TELAH SIAP

Mei 2009

Page 2: Dirasah 1

2 Mei 2009

DAFTAR IS I

IR ASAHD MEDP Newsletter

Alamat:

Lantai 8 Blok C 808 Gedung Departemen Agama Jl. Lapangan

Banteng Barat no. 3-4 Jakarta

Dewan Redaksi:Bahrul Hayat, PhD, Dr. Mohammad Ali, Dr. Affandi Mochtar

Pemimpin Umum:Dr. H. Firdaus, M.Pd

Pemimpin Redaksi:Dr. Rohmat Mulyana, M.Pd

Wakil Pemred:Aceng Abdul Aziz, M.Pd

Staf Redaksi:Abdul Rouf,

Bekti Indramaji, Ety Herawati,

Fifi Mutia, Nina Hasanah Muhibuddin

Konsultan Produksi:

PT. Madah Arbata

Design:Ahmad Gabriel

SALAM REDAKSI

3 Menggenjot Mutu Madrasah

LAPORAN UTAMA

4 Infrastruktur Telah Siap8 Menjamin Mutu Program

PENGALAMAN

11 Perlu Totalitas Kerja dari Semua Pihak

PROFIL

14 Madrasah Ibtidaiyah Mazra’atul Ulum: Dari Lamongan Mengukir Prestasi

16 Madrasah Tsanawiyah Guppi Biangloe: Tak Sulit Menerapkan KTSP

18 Madrasah Aliyah Nurul Huda: Hadir Mendobrak Keterbelaka-ngan

PROGRAM

20 Meningkatkan Mutu Melalui KTSP

22 MEDP Harus Dipahami Segenap Pemangku

24 Serangkaian Pelatihan bagi Fasilitator MEDP

25 Siap Dibangun 12 Madrasah Internasional

26 Lokakarya Review MDP27 Evaluasi MEDP di PCU Jateng

PERSPEKTIF

31 Dr. Rohmat Mulyana M.Pd: Daya Juang Orang Madrasah

Lebih Tinggi

LENSA

32 Foto-foto Kegiatan MEDP

4

14 31

8

2 Mei 2009

20

Page 3: Dirasah 1

DIRASAH 3

SALAM REDAKSI

Para pembaca yang budiman, akhirnya kita bersua melalui media komunikasi yang su-dah lama dipersiapkan ini.

Kami berharap, buletin Dirasah ini menjadi sarana efetif dan efisien bagi kelancaran program MEDP.

Sebagaimana kita ketahui, pemerintah terus berusaha menggenjot mutu madrasah. Untuk itu, banyak program yang telah kita lakukan, di antaranya memberikan bantuan seperti yang dikucurkan melalui program MEDP hasil kerjasama Departemen Agama dan Bank Pembangunan Asia (ADB).

Program MEDP sesungguhnya sudah lama dirancang. Tim per-siapan telah dibentuk sejak 2005, tapi baru efektif pada Juni 2007. Setelah itu program MEDP berjalan, namun tertunda lagi karena be-berapa kendala yang menghadang.

Untunglah, selama 2008 sejumlah program MEDP dapat kita jalankan. Di antaranya pelatihan kepada kepala madrasah. Mereka dilatih manajemen, bagaimana mereka memberikan jaminan mutu, serta mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Program terpenting lainnya adalah penguatan infrastruktur

MEDP, terutama dari sisi pengorganisa sian dan manajemen. Maklumlah, program MEDP melibatkan banyak pihak di internal Depag maupun eksternalnya.

Yang lebih penting, insya Allah pada tahun 2009 ini kita bisa me-realisasikan program MEDP dengan lebih baik. Tak lama lagi blockgrant yang diharap-harapkan segera terealisasi. Kita kini fokus ke block-grant karena apa pun program yang dirancang, yang terpenting adalah bagaima na kita bisa memberikan manfaat langsung ke madrasah.

Persiapan pengucuran block-grant tersebut sudah pula dilak-sanakan. Di antaranya penyeleksian usulan yang masuk secara buttom up dari madrasah. Usulan-usulan itulah yang kita seleksi kesesuaian-nya dengan kriteria yang ada.

Nantinya nominal blockgrant itu akan bervariasi di antara satu mad-rasah dengan madrasah lainnya. Rentangnya antara Rp 300 juta hingga Rp 400 juta. Bahkan ada yang Rp 1 milyar. Meski demikian, dana tersebut tak diturunkan dalam jangka satu tahun, tapi mulitahun.

Dr. Rohmat Mulyana, M.Pd.Manajer Proyek MEDP

MenggenjotMutu Madrasah

DIRASAH 3

Page 4: Dirasah 1

4 Mei 2009

LAPORAN UTAMA

INFRASTRUKTUR TELAH SIAP

Kesibukan di kantor MEDP (Madrasah Education Deve-lopment Project) setiap hari kian terasa. Menempati se-

buah kantor di pojok timur lantai 8 Gedung Departemen Agama (Depag) Jakarta Pusat, para staf MEDP tam-pak suntuk dengan pekerjaan ma-sing-masing. Mereka tersebar di tiga ruang kerja: untuk konsultan, tim tek-nis dan satu ruang pertemuan yang tak terlalu lebar.

Ruang kantor yang ditempati MEDP boleh dibilang tidak besar. Bahkan mushalla yang ada di po-jok kantor itu hanya memuat dua orang untuk shalat berjamaah. Ada-pun ruang tamu hanya terdiri dari satu meja dan enam kursi tamu. Di temboknya terpampang tiga peta provinsi sasaran MEDP, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. Di ketiga peta tertera nama 27 kabupaten tempat 500 madrasah target program MEDP berada.

Walaupun tidak besar, namun di kantor itulah semua cita-cita dan impian besar memajukan mad rasah

dikembangkan. Diprakarsai se jak ta-hun 2005, kini program MEDP hasil kerjasama Departemen Agama dan Asian Development Bank (ADB, Bank Pembangunan Asia) itu berdenyut lebih kencang. “Semua infrastruktur untuk menyukseskannya telah diper-siapkan matang, mulai dari sum-berdaya manusia hingga perangkat keorganisasiannya telah lengkap di-bangun,” kata Manajer Proyek MEDP Dr Rohmat Mulyana, M.Pd.

Untuk keorganiasasian, di tingkat pusat terdapat Central Project Ma-nagement Unit (CPMU) yang berkan-tor di Gedung Depag Pusat. Sesuai persetujuan ADB, di CPMU terdapat sembilan pengurus inti, seperti pe-nasehat di bidang manajemen dan perencanaan pendidikan (education management and planing advisor), spesialis pelatihan (training special-ist), spesialis kerja-kerja sipil (civil work specialist) dan lainnya. Mereka bertanggung jawab dalam masalah teknis program MEDP.

Di tingkat provinsi terdapat Pro-vincial Coordinating Unit (PCU), alias

Semua infrastruktur untuk menyukseskan program MEDP telah dipersiapkan matang. Sumberdaya manusia dan perangkat keorganisasiannya telah lengkap di bangun.

4 Mei 2009

Page 5: Dirasah 1

DIRASAH 5

LAPORAN UTAMA

kordinator provinsi, sementara di tingkat kabupaten terdapat kordina-tor kabupaten (District Coordinating Unit /DCU).

Adapun yang akan menjadi ujung tombak di lapangan adalah para fasilitator yang terdiri dari sera-tus orang. Mereka akan memandu program untuk 500 madra sah yang menjadi tujuan program. Seorang fasilitator bertanggung jawab men-dampingi minimal lima madrasah sasaran proyek.

Sebagai ujung tombak di lapa-ngan, fasilitator tentu harus me mi liki standar pendampingan yang terukur. Karena itu pihak CPMU telah melaku-kan 11 paket pelatihan (Traning of Trainer, TOT) kepada para fasilitator. Komunikasi para fasilitator dengan penanggung jawab baik di daerah

maupun di pusat te rus diintensifkan, walaupun mereka tak harus pergi ke kantor pusat untuk berkoordinasi tentang berbagai kegiatan.

Setiap madrasah peserta pro-gram MEDP akan mendapatkan ban-tuan (blockgrant) sesuai kebutuhan yang mereka usulkan. “Dana ban-tuan bervariasi antara Rp 300 juta hingga Rp 400 juta, bahkan ada yang satu milyar,” jelas Rohmat Mulyana. Program yang mereka buat tak ha-rus seragam, tidak boleh ditentukan dari pusat, tapi dibuat berdasarkan aspirasi dari bawah. Madrasah sen-dirilah yang mengetahui kebutuhan mereka.

Walaupun madrasah bebas mengajukan usulan program yang diinginkan, namun tak semuanya harus dikabulkan. Tim konsultan ber-

DIRASAH 5

Menag Maftuh Basyuni memberikan penghargaan kepada siswa madrasah berprestasi

Page 6: Dirasah 1

6 Mei 2009

LAPORAN UTAMA

hak menyeleksi program apa saja yang sebenarnya sangat dibutuhkan pihak madrasah. Sebagai contoh, permintaan dana pembu atan pintu gerbang madrasah pasti akan di-tolak, karena tak sejalan dengan tujuan dan sasaran MEDP.

Program MEDP mengusung sa saran memajukan profesional is-me guru madrasah (teacher pro-fesionalism improved), meningkat-kan fasilitas dan sumber daya pem belajaran (teaching & learning re sources and facilities upgraded), menambah efisiensi internal (inter-nal efficiency increased) serta mem-

perbaiki tatakelola, manaje men dan keberlangsungan madra sah (gov-ernance, management and sustain-ability).

Dengan demikian, sasaran pro-gram MEDP bukan hanya pening-katan fisik, namun juga peningkatan nonfisik seperti profesionalise guru dan pembelajaran yang bermutu. Melalui program ini tingkat kom-petensi madrasah diharapkan bisa lebih ditingkatkan. Sebagai lem-baga pendidikan yang 92 persennya dikelola swasta, madrasah tak boleh lagi dipandang sebagai lembaga pendidikan kelas dua.

6 Mei 2009

Para siswa sebuah madrasah ibtidaiyah sedang mengikuti lomba cerdas cermat

DESAIN induk perencanaan pro g ram MEDP mencakup 500 mad rasah di 27 kabupaten dan di tiga provinsi:

Jawa Timur Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Kediri, Ma-lang, Jember, Jombang, Nganjuk, Ngawi, Bojonegoro, Lamongan dan Bangkalan.

Jawa tengah Cilacap, Ban jarnegara, Wono sobo, Grobogan, Blora, Rembang, Demak, Batang dan Pema-lang.

Sulawesi Selatan Bantaeng, Sinjai, Bone, Maros dan Jene-ponto.

Peserta Program MEDP

Page 7: Dirasah 1

DIRASAH 7

LAPORAN UTAMA

DIRASAH 7

Para guru ketika mengikuti TOT Pembuatan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran MIPA

PROGRAM MEDP terlaksana ber-kat kerjasama pemerintah Indone-sia (Depag) dengan ADB. Berbagai persetujuan antara kedua belah pi hak telah ditandatangani, tinggal pelaksanaannya. Perjanjian ban tu-an di antara mereka telah disetujui pada Maret 2007, sedangkan efek-tifitas bantuan berlaku empat bulan setelah itu. Diharapkan program ini rampung pada 2012, setelah lima tahun berjalan.

Sebelum ini, pihak Depag dan ADB telah mengikat kerjasama da-lam upaya pengembangan kualitas pendidikan madrasah melalui be be-rapa program, yakni Deve lopment Madrasah Aliyah Project (DMAP) yang hanya diorientasikan untuk

Sekilas MEDPpeningkatan mutu Madrasah Ali-yah, dan program Basic Education Project (BEP) yang hanya diorien-tasikan sepenuhnya untuk pe ning-katan mutu Madrasah Ibtidiyah dan Madrasah Tsanawiyah.

MEDP boleh dikata merupa-kan akumulasi dari beberapa pro-gram sebelumnya yang memiliki cakupan lebih luas, dari MI, MTs, hingga MA. Mayoritas sasarannya madrasah swasta, selain negeri, dengan perbandingan 99-1 persen swasta-negeri. Diharapkan, saat program MEDP rampung pada 31 Maret 2012, masyarakat me-rasakan secara langsung pening-katan mu tu madrasah yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Page 8: Dirasah 1

8 Mei 2009

LAPORAN UTAMA

Menjamin Mutu Program

Jam menunjukkan pukul setengah dua siang ketika pintu ruang pertemuan kantor MEDP terbuka. Be-

berapa orang tampak keluar dari ruangan itu. Tapi tak semuanya berwajah Indonesia. Sebagian mereka memang bukan berasal dari Indonesia, tapi konsultan dan tenaga ahli asing yang se ngaja disewa untuk program Mad rasah Education Develop-ment Project (MEDP). Dari me re ka lah dihasilkan berbagai konsultasi dan rekomendasi se-bagai acuan pelaksanaan proyek.

Jumlah mereka tak banyak.

Namun mereka merupakan para ahli yang berkualitas. Semua kon sultan dipilih sesuai Pedoman Penggunaan Konsultan dari ADB (Asian Development Bank). Me-reka direkrut melalui perusahaan konsultan internasional dan na si-o nal yang sudah berpengalaman.

Para konsultan itu ahli di berbagai bidang: pe ngem bangan profesi guru, ke pemimpinan madrasah, madrasah berbasis manajemen, belajar-mengajar dan penilaian kualitas, kinerja manajemen, dan manajemen proyek. Jasa mereka sangat dibutuhkan untuk membantu pelaksanaan proyek. Masing-masing konsultan akan terlibat membantu CPMU dan provinsi.

Ghulam Farid Malik, salah se-orang dari mereka, sudah sejak 1994 bekerja sebagai konsultan

Keberadaan tenaga ahli dan konsul-tan diyakini akan membuat program MEDP mencapai kualitas proyek sesuai standar internasional.

Page 9: Dirasah 1

DIRASAH 9

LAPORAN UTAMA

di Indonesia. Keahliannya di bidang perencanaan, khususnya pada bidang pengembangan kebijakan madrasah tsanawiyah. Madrasah, menurut Ghulam, merupakan institusi pendidikan potensial di Indonesia yang layak mendapat perhatian khusus. Karena itulah dia pun merasa perlu memberikan perhatian pada pengembangan madrasah.

Pengalamannya di bidang pengembangan madrasah juga pernah ditempa dalam program Madrasah Sektoral Development Project (MSDP) hasil kerjasama ADB dengan pemerintah Indo-nesia (Bappenas dan Depag). Menurutnya, keberadaan madrasah yang lebih 90 persen dikelola swasta menimbulkan konsekuensi harus meningkatkan kualitas. Pemerintah tak bisa membiarkan madrasah swasta tertinggal dari sekolah umum.

Berangkat dari pengalamannya yang panjang itu, dia mengaku mengetahui seluk-beluk madra-sah di Indonesia.

Tak dapat dipungkiri, mana-jemen merupakan salah satu kelemahan madrasah selama ini. Manager Proyek MEDP Rohmat Mulyana mengakui, para pendiri dan pengelola mad-rasah sema ngat juangnya lebih tinggi dibanding para pendiri dan pengelola sekolah umum. Namun terkadang pada awalnya mereka mengenyampingkan kualitas. Yang penting jalan dulu, begitu prinsip mereka. “Kemunculan madrasah berjalan dengan alamiah, sehingga sejak awal kadang kurang menyiapkan diri. Akibatnya, segi manajemen pendidikan kurang diperhatikan,” tutur Rohmat.

Keberadaan tenaga ahli seperti Ghulam dan beberapa

Page 10: Dirasah 1

10 Mei 2009

LAPORAN UTAMA

konsultan lainya diyakini akan memberikan sentuhan yang membuat program MEDP berkualitas. Di samping itu Departemen Agama (Depag) dan ADB merancang program ini dengan standar tinggi. Sehingga mulai dari perencanaan, pelak-sanaan dan kontrol dilakukan dengan mekanisme yang ada. Semua diatur dalam perjanjian yang jelas di antara keduanya. Perjanjian bukan hanya masalah pengadaan biaya yang ber -asal dari ADB dan pemerintah. Namun juga masalah penggu-nanan dana serta pertanggung jawabannya di akhir proyek.

Kerja sama antara konsultan

dan penanggung jawab teknis di lapangan diyakini menjadikan program ini berjalan dengan lancar dan berkualitas. Penasihat Perencanaan dan Manajemen Pendidikan (Education Manage-men and Planning Advisor) Wahi-din mengatakan dirinya sebagai salah satu dari penanggung ja wab teknis selalu bekerja sama dengan para konsultan. Sebagai penanggung jawab di bidang teknis pihaknya menjalankan ber-bagai ketentuan yang telah di-arahkan para konsultan. Dengan kata lain, pihaknya merupakan perpanjangan tangan dari para konsultan tersebut di lapangan.

Mengingat program MEDP merupakan hasil kerja sama antara ADB dan pemerintah, maka semua standar pengelo-laan proyek ditetapkan berda-sarkan kesepakatan bersama. Semua hal yang berkaitan de ngan proyek diputuskan secara bersama. Termasuk jumlah SDM yang dibutuhkan baik di tingkat konsultan maupun penanggung jawab lapangan. Jumlah tenaga bisa ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan. Seperti bebera pa waktu lalu, jumlah penanggung jawab teknis dikurangi dari 18 orang menjadi 9 orang. Itu terjadi karena, be-berapa pekerjaan proyek seperti pengumpulan data madrasah, telah dilakukan sehingga petu-gas yang dibutuhkan pun ikut berkurang.

Page 11: Dirasah 1

DIRASAH 11

PENGALAMAN

Perlu Totalitas Kerja dari Semua Pihak

Menjadi fasilitator MEDP ibarat jembatan yang bisa menghubungkan sekaligus mensinergikan

dua kepentingan: pengelola madrasah dan pihak MEDP. Pengalaman seluk-beluk fasilitator mengemban amanah pendampingan diungkap Mutammam MEd, fasilitator MEDP di Kabupaten Tegal dan Caswiyono Rusydie

Cakrawangsa, fasilitator pendamping Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Mutammam bertugas men-dampingi enam madrasah tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Keenam madrasah itu adalah: MI Al-Huda, Kecamatan Kramat, MI Salafiyah Desa Padaharja, MI Sutapranan, MTs NU Walurejo, MTs Husnaba dan MTs NU Larangan. “Ke depan madrasah ini,” kata Tamam, sapaan akrabnya, “akan diorientasikan bertaraf internasional.”

Menurut Tamam, di Kabupaten Tegal terdapat 17 madrasah yang menjadi sasaran program MEDP, terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah

Pengalaman konon guru paling baik. Kisah dua fasilitator MEDP berikut ini memberi kita gambaran kondisi mad-rasah saat ini, dan bagaimana pro -gram-program dijalankan di sana.

Page 12: Dirasah 1

12 Mei 2009

PENGALAMAN

(MI), Madrasah Stanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Untuk memudahkan pengelolaannya, ke-17 madrasah dikelompokkan menjadi tiga wilayah pendampingan dengan tiga orang fasilitator.

Sebagai fasilitator pendamping, Tamam bertugas menyusun rencana program pengembangan baik kualitas guru, sarana maupun prasarananya. “Untuk kalangan guru, selain sertifi-kasi, kita mengusahakan agar mereka berkualifikasi pendidikan S1 sesuai bidang keahliannya,” kata Tamam.

Sebelum ada program MEDP, lanjut Tamam, tak sedikit guru yang mengajar matematika, tapi secara akademis mereka bukan lulusan jurusan matematika. “Tugas kita bagaimana mensikronkan program studi S1 yang diambil dengan bidang mata pelajaran yang selama ini dige-lutinya,” ungkap Tamam.

Selain itu, MEDP juga memberikan program pembenahan/pengembang-an sarana dan prasarana. Misalnya mengupayakan adanya perpustakaan, kantin, mushalla, WC dan toilet serta ruang belajar yang memadai. Ada pula program penyediaan buku-buku pan-duan, buku wajib dan sarana belajar lain seperti kelas multimedia. Intinya, program yang disusun mengarah pada peningkatan proses pembelajaran.

Program lainnya, kata Tamam, karena pada umumnya siswa mad-rasah berasal dari kalangan orangtua kurang mampu, maka programnya beasiswa. Beasiswa ini diberikan kepada siswa berprestasi agar melan-jutkan studi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Menurut Tamam, “Totalitas semua pihak yang terkait program MEDP, termasuk madrasah itu sendiri, menjadi kunci kesuksesan

Page 13: Dirasah 1

DIRASAH 13

PENGALAMAN

program ini.” Karena itu, selaku fasilitator pendamping, dirinya tidak bosan-bosan mengingatkan kepada pengelola madrasah, program MEDP bukan seperti susuan bayi dari ibunya. Melainkan satu stimulan, rangsangan agar madrasah bisa mengembangkan diri. “MEDP hanya bagian dari proses pengembangan madrasah itu sendiri.”

Pengalaman serupa juga diutara-kan Caswiyono Rusydie Cakrawangsa, fasilitator pendamping di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Caswiyono, sapaan akrabnya, mengemban tugas mendampingi proses pengembangan madrasah. Misalnya, dari aspek peren-canaan pengembangan pendidikan, pelaksanaannya hingga evaluasi. Selain itu, Caswiyono mengadakan pelatihan kurikulum dan pelatihan untuk guru-guru.

Caswiyono menjadi fasilitator bagi enam madrasah, dari 17 madrasah sasaran MEDP di Kabupaten Batang. Keenam madrasah itu: MA NU Lim-pung; MA Sunan Kalijaga, Bawang; MTs Nurus Salam, Tersono; MTs NU 03, Gangringsing; MTs Al-Syai’iriyah, Limpung; dan MTs Al-Islam, Limpung.

Menurut penuturan Caswiyono,

program MEDP merupakan momen-tum tepat untuk pengembangan arah madrasah menuju kualitas yang bagus. Mengapa? “Pengembangan ini bersifat buttom up, dari bawah bukan dari atas,” tandasnya. Jadi, atas dasar kebutuhan madrasah itu sendiri.

Caswiyono mengapresiasi opti-mis, bila program ini berjalan sesuai rencana, MEDP akan merupakan wu-jud nyata usaha serius dari pemerintah untuk memajukan lembaga pendidikan Islam. Utamanya madrasah. “Cuma masalahnya adalah apakah akan berjalan sesuai harapan, itu yang kita belum tahu,” kilahnya.

Hal lain, kata Caswiyono, program MEDP berlangsung hingga 2012. Pertanyaannya, lanjut Wakil Sekretaris Jenderal PP Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama ini, bila program ini ber-henti, apakah madrasah bisa menjaga keberlangsungan pengembangan kelembagaan maupun pendidikan selanjutnya? “Jangan-jangan mad-rasah justru makin tergantung pada pemerintah,” kata Caswiyono. Sebuah keresahan yang sesungguhnya telah diantisipasi dari awal melalui exit program. (Sofyan)

Page 14: Dirasah 1

14 Mei 2009

PROFIL

MADRASAH IBTIDAIYAH MAZRA’ATUL ULUMDARI LAMONGAN MENGUKIR PRESTASI

Madrasah tak harus tertinggal dari sekolah umum sebagaimana dikesankan selama

ini. Kiprah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mazra’atul Ulum 02 mem-buktikannya. Madrasah yang beralamat di Jalan Raya No. 214 Paciran, Lamongan, Jawa Timur, ini berprestasi melampaui sekolah-sekolah umum. Dari sisi akademik,

misalnya, madrasah yang berdiri pada 1978 ini telah terakreditasi A.

Pada bidang non-akademik, MI Mazra’atul Ulum 02 juga meraih banyak prestasi. Di antaranya Juara II Lomba cerdas cermat Ke-NU-an se-Kecamatan Paciran dalam rangka Harlah NU ke-84 2007/2008, Juara IV se-Kecamatan Paciran Lomba Mata Pelajaran Agama Tahun 007/2008, Juara X

Page 15: Dirasah 1

DIRASAH 15

PROFIL

se-Kecamatan Paciran Lomba Mata Pelajaran Umum Tahun 2007/2008, serta Nilai terbaik UKM se-Ka-bupaten Lamongan 2003/2004.

Berdiri di atas tanah seluas 5.490 m2, MI Mazra’atul Ulum berada di bawah naungan Yayasan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Mazra’atul Ulum. Ia memiliki gedung seluas 745 m2, dengan jumlah siswa 395 orang. Sebanyak 22 orang guru mengajar di sana, dan 13 orang di antaranya bergelar sarjana berbagai disiplin ilmu.

Melalui sentuhan MEDP, ber-bagai fasilitas pembelajaran MI Mazra’atul Ulum 02 ditingkatkan kualitasnya. Juga mutu pembe-lajaran dan perbaikan tata kelola mad rasah tak lepas dari pembinaan.

Diharapkan, melalui berbagai langkah itu, bisa dicapai visi MI Mazraatul Ulum 02 sebagai lembaga pendidikan yang “Is-lami, Kwalitas, Populis.” Indikator visinya: 1. Islami dalam kehidupan bermasyarakat; 2. Kwalitas dalam bidang akademik dan non-akademik; 3. Populis dalam masyarakat sekitar.

Adapun misi madrasah adalah: 1. Meningkatkan penghayatan dan penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari; 2. Melak-sanakan pembelajaran yang efektif, kreatif inovatif dan menyenangkan; 3. Melaksanakan pembinaan pengembangan diri melalui kegi-atan ekstrakurikuler.

Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Mazra’atul Ulum Paciran, La-

mongan kini telah berusia setengah abad. Embrio sekolah ini berdiri se-jak tahun 1958 yang dulu bernama SRINU (Sekolah Rendah Islam Nahdlatul Ulama) yang kemudian bermetamorfose menjadi MINU, sebutan yang lebih populer sampai sekarang. Lembaga tersebut telah mengelola pendidikan formal dan nonformal seperti: TPQ, Ponpes, PAUD, TK, MI, MTs, MA, dan SMA.

Nama Mazra’atul Ulum diambil karena diilhami oleh lokasi sekolah yang berada di ladang/sawah da-erah Mbohol atas usulan K. Husen Syarqowi. Hal ini terjadi pada tahun 1969, mengingat situasi politik pada saat itu dan GUPPI sudah mulai bergerak sedangkan para kyai dan tokoh NU tetap komitmen un-tuk mengamalkan Islam ala Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

Dalam momen ulang tahun emas telah digelar beberapa even mulai 29 Juni s/d. 8 Juli lalu. Diantaranya ziarah kubur muassis, pentas kreasi anak TK, kirab pelajar & drum-band, khitanan massal, lomba bola voli, temu alumni, lomba karaoke qosidah & puisi, pentas seni, muwadda’ah/wisu-dapurna siswa.

Sebelumnya juga digelar even temu alumni (reuni) mulai angkatan 1958 sampai angkatan 2008. Acara tersebut dihadiri para alumni dengan beragam profesi seperti politisi, praktisi pendidikan, aktivis LSM, dll. Acara itu menghasilkan komitmen para alumni untuk lebih peduli kelangsungan almamater.

Page 16: Dirasah 1

16 Mei 2009

MTs GUPPI BiangloeTak Sulit Menerapkan KTSP

Tak sedikit madrasah menga-lami kesulitan dalam mene-rapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Namun tak demikian dengan Ma-drasah Tsanawiyah GUPPI Biang loe yang terletak di Kecamatan Pa’-ju kukang, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Madrasah ini mampu menerapkan KTSP berkat pelatihan yang diadakan MEDP.

Kepala Sekolah MTs GUPPI Biangloe, Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd, termasuk guru yang aktif mengikuti kegiatan-kegiatan MEDP. Pada 20-29 November 2007, sarjana matematika ini mengikuti ToT MDP MEDP (100 jam) di Sura-baya, Jawa Timur. Berikutnya, dia

mengikuti review MDP MEDP yang berlangsung di Semarang.

Maka tak aneh, di bawah kepemimpinannya, MTs GUPPI Biangloe mulai mencoba mene-rapkan KTSP yang pernah dilatih-kan oleh MEDP melalui kegiatan Lokakarya dan Pelatihan KTSP yang berlangsung pada November 2008. Hasilnya tak mengecewakan. Diharapkan, melalui dukungan dari MEDP, apa yang sudah dirintis oleh MTs GUPPI Biangloe bisa terus berkembang.

Mengapa madrasah yang berada di bawah Koordinasi Kantor Departemen Agama Kabupaten Bantaeng dengan Pembina Peng-urus Lembaga Pendidikan GUPPI

PROFIL

Page 17: Dirasah 1

DIRASAH 17

Biangloe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng Sulawesi Se-latan ini menerapkan KTSP? KTSP secara normatif memang sangat diperlukan untuk mengakomodasi semua potensi yang ada di daerah dan untuk meningkatkan kualitas satuan pendidikan dalam bidang akademis maupun non akade-mis, memelihara budaya daerah, mengikuti perkembangan iptek yang dilandasi iman dan takwa.

Pada konteks MTs GUPPI Biang-loe, KTSP digunakan sebagai acuan satun untuk memenuhi amanat Undang-undang yang ada serta untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah pada khususnya. Melalui KTSP ini sekolah dapat melaksana-kan program pendidikannya sesuai dengan karakteristik, potensi, dan kebutuhan peserta didik.

KTSP disusun dengan mengacu pada Standar Isi (SI) yang ditetap-kan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006 dan Standar Kom-petensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006 untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Lebih praktis, penyusun-an KTSP ini berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan Pen-didikan (BSNP) dan ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005.

Dalam mengembangkan dan menerapkan KTSP, MTs GUPPI Biangloe melibatkan seluruh warga sekolah dengan berkoordinasi

kepada pemangku kepentingan di lingkungan sekitar sekolah. Doku-men KTSP yang disusun MTs GUPPI Biangloe mencakup beberapa aspek: 1. Struktur dan muatan kurikulum; 2. Beban belajar peserta didik; 3. Kalender Pendidikan; 4. Si-labus, dan 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Dalam KTSP MTs GUPPI Biang-loe diintegrasikan muatan lokal, berupa bahasa daerah, budidaya tanaman dan ilmu dakwah. Bahasa Daerah (Makassar) dijadikan mua-tan lokal sebagai upaya memper-tahankan nilai-nilai kesusastraan dan budaya yang terkandung dalam Bahasa Makassar dalam wujud komunikasi dan apresiasi sastra.

Sementara itu, muatan lokal Budidaya Tanaman dan Ilmu Dakwah ditujukan untuk mem-bekali keterampilan siswa sebagai modal dasar hidup mandiri. Mulok beralokasi dua jam pelajaran pada setiap kelas dan muatan lokal yang diprogramkan.

Letak geografis MTS GUPPI BIANGLOE yang berada di kawasan gugusan Bantaeng akan banyak memberi warna terhadap proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, program Muatan Lokal yang di-pilih adalah yang berkaitan dengan kondisi alam di lingkungan sekitar sekolah. Program Muatan Lokal, yang disusun bekerja sama antara sekolah dengan Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Bantaeng, itu wajib diikuti oleh seluruh peserta didik MTs GUPPI Biangloe.

PROFIL

Page 18: Dirasah 1

18 Mei 2009

PROFIL

MADRASAH ALIYAH

NURUL HUDAHadir Mendobrak Keterbelakangan

Pada awalnya, rencana pendirian Madrasah Aliyah Nurul Huda disambut dengan sikap pesimis oleh

Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Pasalnya, karena selama itu perkembangan madrasah-madrasah aliyah yang terdapat di wilayah Kabupaten Pemalang tergolong sangat lambat.

Namun dengan penuh keper-cayaan diri, pengurus Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Nurul Huda dapat meyakinkan semua pihak bahwa masyarakat Desa Me reng, Kecamatan Warungpring, Ka-bupaten Pemalang, membutuhkan

sebuah madrasah aliyah. Apalagi, MA yang ada berada di kecamat-an lain dan tak mudah dijangkau. Begitu pula sekolah- sekolah menengah atas lainnya yang setara dengannya, tak gampang didatangi karena cukup jauh.

Setelah melalui berbagai hambatan, akhirnya pihak YPI pun memperoleh rekomendasi pendiri-an MA dari Depag Kabupaten Pemalang, Bupati Pemalang dan Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah.

Saat ini, MA Nurul Huda Mereng dipimpin oleh Drs. A. Musthofa Hadna, SQ. M.Si. Dalam menempuh perjalanannya, MA

Page 19: Dirasah 1

DIRASAH 19

PROFIL

Nurul Huda Mereng memang tak berjalan mulus.

Terutama di tahun kedua dan ketiga, madrasah sempat mengalami surut. Itu terjadi karena semangat untuk mendiri-kan madrasah belum dibarengi dengan penataan manajemen yang baik, sehingga jumlah siswa yang masuk pada tahun kedua dan ketiga merosot drastis.

Menyikapi kenyataan itu, para pengelola segera meng-ambil langkah-langkah penting dalam pembenahan manajemen. Hasilnya cukup menggembirakan. Ini terbukti pada tahun berikutnya perkembangan MA Nurul Huda terus mengalami perkembangan. Bahkan kini kekurangan ruang kelas untuk menampung siswa-siswa baru.

Statusnya pun dengan cepat meningkat dari Tercatat, Terdaftar

dan dalam usianya yang ketujuh sudah berstatus Diakui. Maka pada tahun ajaran 2000/2001 MA Nurul Huda sudah dapat menye-lenggarakan ebta/ebtanas di mad-rasah sendiri dan hasilnya cukup baik. Siswa dari MA Nurul Huda Mereng memperoleh prestasi nilai tertinggi Ebtanas untuk program IPS se-KKMA Kabupaten Pema-lang, Jawa Tengah.

Mudah-mudahan melalui sen-tuhan kegiatan MEDP, MA Nurul Huda Mereng bisa terus berkem-bang: mutu kian meningkat, dan siswa yang bisa tertampung pun bisa semakin banyak.

Para santri yang bermukim di Pondok Pesantren Al-Hikmah Mereng, yang letaknya tak jauh dari MA Nurul Huda, kini bisa bersekolah formal di sana sambil tetap mendalami ilmu agama di pesantren.

Page 20: Dirasah 1

20 Mei 2009

Meningkatkan Mutu

Melalui KTSP

Sebanyak 2.011 orang guru dari 500 madrasah pe-serta program MEDP telah mengikuti Lokakarya dan

Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam dua gelombang. Lokakarya dan Pelatih-an gelombang pertama diselengga-

rakan pada 10-14 November 2008, sementara gelombang kedua pada 17-21 November di Surabaya.

Para guru yang terlibat pelatihan -- dari Jawa Timur 1.054 orang, dari Jawa Tengah 683 orang, dan dari Sulawesi Selatan 274 orang -- terdiri dari para peng-ajar mata pelajaran sains, matema-tika dan bahasa. Ini dimaksudkan agar kualitas lulusan 500 madrasah yang mendapatkan dukungan dari MEDP, bisa memenuhi standar nasional pendidikan sebagaimana telah ditetapkan oleh pemerintah.

PROGRAM

Dengan kebebasan ini, seorang guru diharapkan bisa memiliki inovasi dan daya kreatifitas yang tinggi un-tuk menyampaikan materi kepada peserta didiknya dengan baik

Page 21: Dirasah 1

DIRASAH 21

Mereka dibimbing oleh 108 trainer dari UIN Malang, IAIN Sunan Ampel Surabaya, UNY Yogyakarta, IAIN Walisongo Sema-rang, UNES Semarang dan UNM Makasar. Rangkaian lokakarya dan pelatihan ini diorganisasikan oleh beberapa perusahaan, yaitu PPSDM UIN Jakarta, PT Daya Makara UI, PT. Amythas And Associate, dan PT. Dian Cendekia Agung.

Para guru madrasah tersebut dilatih untuk bisa menciptakan KTSP secara nyata yang selaras dengan muatan dan standar na-sional, di samping sesuai dengan kebutuhan lokal, untuk menciptakan daya saing global, dengan tetap dilandasi spirit iman, takwa dan moralitas, yang memang seha-rusnya menjadi ciri khas murid madrasah.

Melalui lokakarya yang berdu-rasi 3 hari dan pelatihan yang ber-durasi 5 hari, semuanya 100 jam, itu diharapkan madrasah memiliki sumber daya manusia yang lebih profesional. Setiap madrasah yang mendapatkan dukungan MEDP juga diharapkan memiliki kurikulum baru yang merupakan wujud implemen-tasi KTSP.

Kemudian, diharapkan juga terciptanya kesamaan pola pikir antara pemerintah dan masyarakat khususnya Komite Madrasah me-nyangkut upaya peningkatan mutu madrasah melalui implementasi KTSP. Dan terakhir, kreativitas dan inovasi para guru madrasah bisa

meningkat, sehingga pendidikan yang baik dan berkualitas di mad-rasah bisa terlaksana, dengan ciri proses belajar-mengajar berkualitas tinggi.

Penerapan KTSP, yang diber-lakukan berdasarkan Permendiknas No. 19 tahun 2007, merupakan sa lah satu terobosan untuk me-ningkatkan mutu pendidikan di In do-nesia. KTSP memungkinkan sekolah menentukan sendiri kurikulum yang diajarkan kepada para siswa. Meski dibebaskan, namun kompetensi siswa telah dirumuskan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Dengan kebebasan ini, seorang guru diharapkan bisa memiliki inovasi dan daya kreatifitas yang tinggi untuk menyampaikan materi kepada peserta didiknya dengan baik. Penentuan kurikulum ini bisa berbeda antara satu sekolah de-ngan lainnya, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan para siswa.

Diyakini, sekolah-sekolah, termasuk madrasah, yang mene-rapkan KTSP bisa meningkatkan kualitas pembelajaran mereka. Karena kurikulum yang diterapkan di sekolah-sekolah atau madrasah tersebut bisa mengakomodasi kebutuhan lokal dan tuntutan yang khas dari masing-masing sekolah atau madrasah. Para guru pun bisa lebih berpartisipasi, dan itu cenderung bisa meningkatkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab mereka atas proses belajar dan mengajar di mana mereka menjadi aktor kunci.

PROGRAM

Page 22: Dirasah 1

22 Mei 2009

MEDP Harus Dipahami Segenap Pemangku

Sebuah proyek pada dasarnya dibangun untuk menciptakan perubahan. Tak terkecuali Madrasah

Education Development Project (MEDP). Proyek ini diluncurkan oleh Departemen Agama RI dengan dukungan pendanaan dari Asian Development Bank (ADB, Bank Pembangunan Asia) dengan tujuan mendorong terjadinya perubahan secara signifikan pada 500 mad rasah di 27 kabupaten/

kota dan 3 provinsi.Agar perubahan yang menjadi

tujuan MEDP benar-benar terjadi, segala hal menyangkut MEDP haruslah dipahami oleh semua pemangku kepentingan proyek. Namun, itu ternyata tak mu-dah. Saat dilakukan kunjungan lapangan ke Sulawesi Selatan dan Jawa Timur, misalnya, dike-tahui ternyata banyak pejabat di Province Coordination Unit (PCU), District Coordination Unit (DCU) serta pihak Madrasah, yang belum memahami apa itu MEDP, apa saja komponennya, administrasinya, juga dokumen-dokumennya.

Itu sebanyak, pihak ADB dan Sekretariat Jenderal Departemen

PROGRAM

Agar perubahan yang menjadi tu-juan MEDP benar-benar terjadi, se-gala hal menyangkut MEDP haruslah dipahami oleh semua pemangku kepentingan proyek

Page 23: Dirasah 1

DIRASAH 23

PROGRAM

Agama menyepakati perlunya sebuah pertemuan internal yang dihadiri para pemangku kepenting-an proyek untuk bersama-sama memahamai dan mempelajari seluruh ihwal proyek. Maka, ber-tempat di Hotel Sahid Surabaya, pada Juni tahun lalu, diseleng-garakanlah Pertemuan Koordinasi Internal I yang sekaligus berfungsi sebagai Lokakarya Perencanaan.

PCU Jawa Timur menjadi tuan rumah pertemuan tersebut. Sedikitnya 63 orang mengikuti pertemuan tadi, termasuk Sekre-taris Jenderal Departemen Agama RI, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Sekretaris Direktorat Jen-deral Pendidikan Islam, Direktur Pendidikan Madrasah, dan pejabat dari CPMU, Kantor Wilayah De-

partemen Agama di tiga provinsi, PCU, MDC, Kantor Departemen Agama, DCU, dan Departemen Keuangan.

Diharapkan, setelah per-temuan tersebut, seluruh pihak yang terkait dengan proyek, serta para anggota tim pelaksana proyek, bisa memahami MEDP secara utuh.

Selanjutnya, terjadi integrasi tugas dan fungsi CPMU, PCI, DCU dan unit-unit lain di dalam proyek MEDP. Berikutnya, Kanwil dan Kandep Depag bisa berkoordinasi untuk bisa mendukung per-baikan kinerja dan produktivitas MEDP. Terakhir, diharapkan pula terumuskannya formula untuk mengoptimalkan kinerja dan produktivitas PCU dan DCU.

Page 24: Dirasah 1

24 Mei 2009

PROGRAM

Serangkaian Pelatihan Bagi Fasilitator MEDP

Mutu para fasilitator memadai, program MEDP bakal lancar. Itu sebabnya, sepanjang

2008 diselenggarakan serangkaian pelatihan bagi mereka. Sebanyak 174 fasilitator -- 53 orang di Jawa Timur, 34 orang di Jawa Tengah, dan 13 orang di Sulawesi Selatan -- serta perwakilan dari CPMU, PCU, MDC dan DCU telah mengikuti rangkaian pelatihan tersebut.

Pelatihan pertama diselenggara-kan pada tanggal 28 Juli-3 Agustus 2008 bertempat di Hotel Grand New Park Surabaya, untuk para fasilitator dari wilayah Jawa Timur. Pelatih-an berikutnya diselenggarakan pada tanggal 4-10 Agustus 2008, bertempat di Semarang, bagi para fasilitator dari Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan.

Di acara pelatihan, menurut Sekretaris CPMU MEDP Wildan Hasan Syadzili, keterlibatan peserta mendapatkan perhatian utama. Sebab, merekalah yang akan menjadi fasilitator pendamping madrasah penerima program MEDP. Mereka mesti memahami program MEDP secara utuh.

Mereka pun perlu melengkapi diri dengan pengetahuan, kecaka-pan , perangkat dan teknik yang

memadai untuk menunaikan tugas- tugas mereka di lapangan. Merekalah yang akan membantu madrasah, sejak dari penyusunan Madrasah Development Plan (MDP) yang sebaik-baiknya hingga imple-mentasinya selama lima tahun masa berlangsungnya program.

Dalam pelatihan yang meng-gunakan metode pembelajaran orang dewasa (andragogy methode) itu, dipaparkan prinsip dan konsep Madrasah Based Management (MBM), juga pengadministrasiann dan dokumen-dokumen MEDP, prin-sip dan konsep Madrasah Develop-ment Plan (MDP), mekanisme dan pelaporan blockgrant, serta konsep asistensi fungsional yang efektif.

Pelatihan diorganisasikan oleh dua perusahaan yang ditunjuk MEDP sebagai rekanan, yaitu PT. Tridaya Fifita (untuk pelatihan di Surabaya) dan PT. Amythas and Associate (un-tuk pelatihan di Semarang). Adapun para trainer yang membimbing para peserta adalah Cecep Rustana, Ph. D, Musjaffa Fakhruddin, SE, Rusman Isma’il, M. Eng, M. Najid, M. Hum, Dr. HM. Fathoni Rodli, M. Pd, Dr. Umaedi, M. Ed, Dr. Rohmat Mulyana dan Wildan H. Syadzili. Mereka didampingi dua co-trainer, Muhibud-din dan Rahmawati.

Page 25: Dirasah 1

DIRASAH 25

PROGRAM

Siap Dibangun12 Madrasah Internasional

Tugas utama Departemen Agama (Depag), khususnya jajaran Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, mening-

katkan mutu dan kualitas madrasah. “Membangun Madrasah Bertaraf Internasional adalah salah satu tero-bosannya,” tegas Prof Dr Moham-mad Ali, Direktur Jenderal Pen-didikan Islam Departemen Agama RI pada medio Mei 2009 di Jakarta.

Karena itu, pihak Depag menganggarkan dana Rp 150 miliar dari ABPN 2009 untuk membangun Madrasah Bertaraf Internasional (MBI) di 12 provinsi di Indonesia. Menurut Mohammad Ali, pemba-ngunan MBI itu sudah masuk tahap penandatangan kerjasama antara pemerintah pusat dengan masing-masing kepala daerah yang juga membantu menganggarkan dana pembangunannya.

Madrasah Bertaraf Internasional adalah madrasah yang memenuhi delapan komponen Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan memiliki ke-unggulan pelayanan dan lulusan yang diakui secara internasional.

Program MBI merupakan rintis-an Direktorat Pendidikan Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag. Sistem pendidikannya terpadu dengan pondok pesantren.

Diharapkan MBI dapat menjadi pusat keunggulan pendidikan Islam di masa mendatang.

“Dasar hukum pembangunan MBI tersebut tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pen-didikan,” kata Ali.

Pihak Depag berharap, provinsi-provinsi lainnya yang sudah miliki madrasah bertaraf nasional bisa menaikkannya menjadi bertaraf internasional.

Pembangunan MBI direnca-nakan dapat diselesaikan pada akhir tahun 2009, dan pada tahun depannya MBI-MBI itu sudah bisa menerima siswa baru.

Siswa yang akan diterima di MBI harus memenuhi kriteria di antaranya lulus tes potensi akademik dan memiliki nilai Ujian Nasional rata-rata minimal delapan dan memiliki bakat lainnya minimal satu bidang.

Depag juga menyediakan tenaga guru dengan kualitas terbaik, yakni guru minimal harus bisa menguasai dua bahasa Inggris dan Arab dengan program pendidikan kurikulum nasional yang mengembangkan jati diri siswa. (Sofyan)

Page 26: Dirasah 1

26 Mei 2009

Lokakarya REVIEW MDP

Salah satu komponen pen-ting program MEDP adalah pemberian bantuan (block-grant) kepada madrasah,

sesuai dengan perencanaan yang disusun oleh madrasah bersangkut-an. Rencana kegiatan dan usulan anggaran untuk masing-masing madrasah itu disajikan dalam bentuk Madrasah Development Plant (MDP).

Sebanyak 500 lembaga madrasah mengajukan MDP sesuai degan buku pedoman yang telah diberikan, baik untuk renovasi ban-gunan, penyediaan peralatan seperti meubel, penyediaan alat bantu pem-belajaran dan buku-buku, maupun kebutuhan lainnya. Agar setiap MDP yang diajukan benar-benar rasional, sistematis, sesuai dengan kebu-tuhan mereka, dan diiringi dengan rencana keberlanjutan, maka setiap MDP haruslah ditinjau dan dikaji.

Karena itu, perlulah diselengga-rakan lokakarya yang diikuti oleh se luruh anggota Madrasah Develop-ment Centre dan para pelatih MDP, yang bertugas meninjau dan meng-kaji MDP tersebut. Terakhir, kegiatan pelatihan dan lokakarya persiapan penyusunan Madrasah Develop-ment Plan bagi 500 madrasah di-laksanakan pada 4-8 Agustus 2008 bertempat di Hotel Utami Surabaya, dan pada tanggal 11-15 Agustus 2008 bertempat di Semarang. Acara serupa dilaksanakan jauh-jauh hari sebelumnya pada 2007.

Sejumlah 72 orang yang terdiri dari 38 trainer dari Jawa Timur, dan 33 trainer dari Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan, juga perwakilan dari Advisor Provinsi dan PCU, berpartisipasi dalam pelatihan ini. Lokakarya yang bertempat di Surabaya diorganisasikan oleh PT. Djasa Definita, sementara lokakarya di Semarang diorganisasikan oleh PT. Citra Teknik.

Selama lima hari lokakarya di masing-masing lokasi, mereka mendapatkan bimbingan dari Cecep Rustana, Ph. D, Musjaffa Fakhrud-din, SE, Rusman Isma’il, M. Eng, M. Najid, M. Hum, Dr. Rohmat Mulyana dan Wildan H. Syadzili.

PROGRAM

Page 27: Dirasah 1

DIRASAH 27

Evaluasi MEDP di PCU Jateng

Enam puluh tiga orang ber-partisipasi dalam pertemuan ini, meliputi Sekretaris Jenderal Depar-temen Agama RI, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Sekretaris Direk-torat Jenderal Pendidikan Islam, Direktur Pendidikan Madrasah, dan pejabat dari CPMU, Kantor Wilayah Departemen Agama di 3 provinsi, PCU, MDC, Kantor Departemen Agama, DCU, Departemen Keuang-an.

Di dalam pertemuan tersebut, dibahas apa saja tantangan yang dihadapi dalam implementasi proyek, kelemahan dalam pelak-sanaan pro yek, dan bagaimana mengatasinya. Ke mudian, dibica-rakan juga soal ba gaimana men-ciptakan strategi yang terbaik untuk mempercepat pelaksanaan proyek di masa depan, lalu membuat rincian kegiatan yang detail untuk rencana kerja tahun 2009.

Kegiatan evaluasi adalah agenda yang sangat pen-ting dalam setiap proyek. Kegiatan inilah yang mem-

buat segenap pemangku kepen-ti ng an proyek bisa mengetahui sejauh mana proyek telah berjalan, sejauh mana tujuan dicapai, serta apa saja titik lemah yang harus segera ditangani dan kemajuan apa yang harus terus diperkuat. Dari umpan balik yang ditemukan mela-lui agenda evaluasi itulah, kegiatan perbaikan dalam implementasi proyek bisa disiapkan.

Mempertimbangkan hal demi-kian, bertempat di Hotel Puri Gar-den, Surabaya, pada tanggal 23-25 Oktober 2008 telah diselenggara-kan Pertemuan Koordinasi Internal yang kedua, dengan agenda berupa evaluasi implementasi MEDP pada tahun 2008. Pertemuan ini diorgani-sasikan oleh PCU Jawa Tengah.

PROGRAM

Page 28: Dirasah 1

28 Mei 2009

Asa demikianlah yang kiranya kita bisa tangkap dari benak dan dada jutaan pelajar yang setiap pagi meniti jalan

menuju madrasah tempat mereka mendapatkan ilmu. Ya, pada kenyat-aannya, madrasah adalah tumpuan harapan bagi jutaan pelajar di Indo-nesia – dan sebagian besar mereka berada di pedesaan serta berasal dari keluarga dengan strata sosial menengah ke bawah.

Paradigma dan Arah Pengembangan Madrasah

Melangkahkan kakiMenuju madrasah tercintaMerajut harapanAkan masa depan yang lebih gemilang

Data yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departe-men Agama RI menyatakan, pada tahun 2008, 2.975.630 siswa belajar di 21.674 Madrasah Ibtidaiyah (MI), 2.531.105 siswa belajar di 13.826 Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan 817.720 siswa belajar di 5.043 Ma-drasah Aliyah (MA). Dengan Angka Partisipasi Kasar berturut-turut se-bagai berikut: MI 14,6, MTs 19,43, MA 7,51, keberadaan madrasah memberikan sumbangsih signifikan terhadap angka partisipasi pen-didikan nasional pada jenjang pen-didikan dasar dan menengah. Karena itu, tepatlah jika segenap inovasi dan upaya perubahan coba dilakukan un-tuk membuat madrasah mengalami

ARTIKEL

Page 29: Dirasah 1

DIRASAH 29

transformasi hingga menjadi satuan pendidikan yang bermutu, baik pada aspek proses pendidikan maupun pada output pendidikannya.

Lalu, bagaimana paradigma dan ke mana sebaiknya arah inovasi dan perubahan yang diterapkan pada madrasah itu? Tulisan singkat ini coba memaparkan paradigma dan arah pengembangan madrasah.

Pertama, soal arah, semesti-nyalah pengembangan madrasah diarahkan pada penguatan karakter-istik dan ciri keunggulan madrasah sebagai satuan pendidikan umum yang bernafaskan Islam. Akan san-gat ideal, jika pada madrasah coba kian dikuatkan karakteristik dan ciri keunggulan kompetitif pendidikan Islam sebagai berikut:

Pertama, menempatkan nilai-nilai agama dan budaya luhur bangsa sebagai spirit dalam proses pengelolaan dan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan melalui beberapa upaya seperti: (1) mengintensifkan proses dan mengembangkan model pembelajaran agama; (2) menga-lokasikan penambahan jumlah jam mata pelajaran agama; (3) meng-integrasikan wawasan keagamaan pada kurikulum pendidikan; (4) men-ciptakan suasana keberagamaan di lingkungan lembaga pendidikan; (5) mengutamakan keteladanan dalam perilaku dan amalan keagamaan para pengelola dan pendidik; dan (6) menyediakan dukungan bahan dan sarana pembelajaran seperti kitab suci, buku referensi keagamaan, dan tempat ibadah.

Kedua, mengembangkan prin-sip-prinsip pendidikan antara lain: (1) utuh antara aspek jasmani dan roha-ni; (2) holistik antara akidah, ibadah, muamalah, dan akhlakul karimah; (3) interkoneksitas antara ilmu agama, ilmu pengetahuan dan teknologi, (4) berkelanjutan dalam konteks hubun-gan tradisi dan modernitas, dan (5) akomodatif antara kearifan lokal dan perkembangan global;

Ketiga, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan demokrasi serta sekaligus memberi-kan pemihakan positif pada pember-dayaan umat yang kurang mampu dalam rangka percepatan terwujud-nya kesetaraan sosial.

Kemudian, berkenaan dengan paradigma, semestinyalah pengem-bangan madrasah dilakukan atas dasar paradigma sebagai berikut:

Pertama, upaya dan investasi dalam pengembangan pendidikan madrasah harus menghasilkan lulu-san pendidikan yang bermutu. Jika tidak, upaya dan investasi itu dapat dikatakan belum mencapai hasil yang maksimal, bahkan bisa dikatakan se-bagai pemborosan.

Kedua, spirit pendidikan terletak pada interaksi yang otentik dan pe-nuh kesungguhan antara guru dan murid, karena itu, upaya dan in-vestasi pengembangan pendidikan madrasah harus dirasakan manfaat-nya terutama oleh guru dan siswa yang merupakan pelaku inti proses pendidikan.

Ketiga, manajemen pengem-bangan pendidikan madrasah harus

ARTIKEL

Page 30: Dirasah 1

30 Mei 2009

memberikan pelayanan dan kemu-dahan bagi para pelaku yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan, khu-susnya pendidik dan peserta didik; dan keempat, pengembangan pen-didikan madrasah harus memberikan perhatian yang adil terhadap semua satuan pendidikan baik negeri mau-pun swasta.

Terakhir, pengembangan ma-drasah semestinya juga diselaraskan dengan tujuan pembangunan pen-didikan Islam yang telah digariskan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI se-bagaimana terpapar berikut. Untuk MTs terdapat beberapa target. Pada ranah perluasan dan pemerataan akses pendidikan, targetnya adalah: Meningkatnya APK pada MTs. Pada

ARTIKEL

ranah peningkatan mutu, daya saing dan relevansi targetnya adalah: [1]Meningkatnya kualifikasi dan kom-petensi pendidik dan tenaga kepend-idikan MI/MTs; [2]Meningkatnya kualitas proses pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan pe-serta didik MI/MTs; dan [3]Mening-katnya prosentase peserta didik MI/MTs yang lulus UN. Sementara pada ranah tata kelola dan pencitraan, targetnya adalah: [1]Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam me-mantau kinerja Wajar Dikdas ; [2]Membaiknya tata kelola, akuntabili-tas dan pencitraan MI/MTs.

Sementara pada MA, juga ter-dapat beberapa target. Pada ranah perluasan dan pemerataan akses pendidikan, targetnya adalah: Men-ingkatnya APK pada MA. Pada ranah peningkatan mutu, daya saing dan relevansi targetnya adalah: [1]Meningkatnya kualifikasi dan kom-petensi pendidik dan tenaga kepend-idikan MA; [2]Meningkatnya kualitas proses pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik MA; [3]Meningkatnya peserta didik MA yang lulus UN; [4]Meningkatnya peserta didik MA yang melanjutkan ke PT unggulan; [5]Meningkat-nya peserta didik MA yang terserap dunia kerja atau membuka usaha mandiri. Sementara pada ranah tata kelola dan pencitraan, targetnya adalah: [1]Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam memantau kinerja pendidikan menengah; dan [2]Mem-baiknya tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan MA. (Setyo)

Page 31: Dirasah 1

DIRASAH 31

PERSPEKT IF

Dr. Rohmat Mulyana, M.Pd:

Sebanyak 500 madrasah jadi sasaran program pemberda-yaan MEDP, meliputi aspek program & anggaran. Melalui

program Madrasah Education Deve-lopment Project (MEDP) diharapkan mad rasah sebagai institusi pen-didikan Islam mampu me ningkatkan mutu layanan dan kualitas akademik-nya di masa mendatang.

“Back up ini diharapkan benar-benar bisa memberdayakan potensi yang berada di lingkungan madra-sah,” kata Dr Rohmat Mulyana, M.Pd, Ma nager Proyek MEDP kepada reporter Dirasah yang menemui nya di kantornya di Departemen Agama, Lapangan Banteng Jakarta Pusat. Berikut petikan wawancaranya:

Muncul kesan pada masyarakat umum, posisi madrasah berada di nomor dua ketimbang sekolah umum. Komentar Anda?

Inilah stigmatisasi/labelisasi dari masyarakat, yang mungkin hanya me ngenal beberapa madra sah, yang memang nyatanya seper ti itu (nomor dua -red.). Tapi sesung guhnya, bila kita jujur melihat kenyataan mad-rasah, ada beberapa madra sah yang

unggul, yang bisa menjadi kebang-gaan. Misalnya, MIN, MTs, MAN Malang di Jawa Timur, ada Insan Cendekia di Gorontalo dan Serpong. Madrasah yang dianggap nomor dua itu adalah madrasah yang kadang tidak dianggap pen ting dalam peta permadrasahan di Indonesia. Pada-hal, menurut saya, madrasah adalah keterpaduan antara pende katan pembelajaran dengan kurikulum umum dan kurikulum aga ma.

Apa kelebihan madrasah diban-ding sekolah umum, selain pen-didikan agamanya?

Madrasah unggul ka rena posisi kurikulumnya, baik yang agama mau-pun umum. Seratus persen agama dan seratus persen umum. Artinya, sisi penguatan sains, matematika dan ilmu lainnya seimbang dengan penguatan aspek pendidikan keaga-maannya. Saya menyebutnya bukan keunggulan tapi kekuatan.

Kekuatan madrasah yang lain?Kekuatan madrasah lainnya,

91,4% adalah swasta. Karena itu, madrasah sangat dekat ikatan emo-sionalnya dengan masyarakat. Maka tidak heran bila madrasah itu dise-

Daya Juang Madrasah

Lebih Tinggi

DIRASAH 31

Page 32: Dirasah 1

32 Mei 2009

PERSPEKT IF

32 Mei 2009

diakan dan dibangun oleh masyara-kat. Disamping itu, didukung dana, tenaga, pikiran dan segalanya dari masyarakat. Namun demikian, hal ini kemudian menjadi tantangan bagi pengelolaan madrasah baik di ting-kat mikro maupun makro. Karena apa? Karena munculnya madrasah swasta, selain sebagai kekuatan na-mun ada titik kelemahannya. Sebab varian persoalan yang muncul di mad rasah sangat beragam. Inter-vensi pemerintah pun pada madra-sah cukup terbatas.

Anda menyebut titik lemah mad-rasah. Apa saja titik lemahnya?

Saya kira banyak. Diantara nya, yang perlu dibenahi adalah mana-jemen. Orang madrasah itu sema-ngat juangnya, jihadnya, saya kira lebih tinggi ketimbang orang sekolah umum. Saya yakin itu. Sebagai con-toh, ada orang mendirikan madrasah itu menyewa ruang lokal, yang pen-ting jalan dulu. Meskipun bila dilihat dari sisi standar pendidikan ya tidak masuk. Namun, yang saya ingin ka-takan, betapa semangat itu mencer-minkan keinginan atau cita-cita seseorang sangat mulia dan tinggi. Menurut hemat saya, kemunculan-nya terlalu alamiah, yang kemudian para pelaku madrasahnya sendiri, sejak awal kurang menyiapkan diri. Akibatnya, dari segi manajemen pendidikan kurang diperhatikan.

Kalau dari sisi kurikulum, apa titik lemah madrasah?

Madrasah pada umumnya ha-rus mulai memikirkan bagaimana implementasi KTSP. KTSP memi-liki prosedur, cara, dan arah ter-

tentu yang dalam kurikulum harus mengikuti petunjuk dari pemerintah tentang pengembangannya. Dengan demikian, kurikulum tersebut bisa diturunkan sebagai rencana pem-belajaran yang benar-benar mencer-minkan pencapaian kompetensi mau pun kelulusan siswa.

Bisakah dibandingkan kompe-tensi lulusan madrasah dengan lulus an sekolah umum?

Sebenarnya sangat jelas dari hasil Ujian Nasional. Secara umum, ada beberapa madrasah yang ting-kat kelulusan siswanya yang masih rendah. Tapi ketika dirata-ratakan nilai Ujian Nasional, perolehan nilai siswa madrasah itu ternyata me-lebihi rata-rata dari nilai sekolah umum. Itu yang luar biasa. Artinya, ketika ada orang yang menganggap madrasah itu sebagai second class school, kenyataannya pendidikan di madrasah lebih unggul.

Lalu, bagaimana peran dan tanggungjawab Departemen Agama terhadap upaya memajukan mad-rasah?

Saya kira Departemen Agama, khususnya Direktorat Pendidikan Mad rasah, bertanggungjawab atas semua aspek yang terkait dengan pendidikan. Tetapi bertanggung-jawab dalam pengertian itu se-benarnya berada pada tingkatan ter tentu. Misalkan Direktorat Pen-didikan Mad rasah itu harus ber-tanggungjawab terhadap anggaran untuk pendidikan dasar. Karena itu program Wajar Diknas 9 tahun. Wajar Diknas 9 tahun anggarannya harus masuk dari anggaran Depar-

Page 33: Dirasah 1

DIRASAH 33

PERSPEKT IFtemen Agama. Tapi dari sisi lain, sebenarnya tanggungjawab ada pada madrasah itu sendiri. Apalagi madrasah swasta. Misalnya, untuk membayar guru yang mengajar yang bukan pegawai negeri, maka pihak yayasan harus bisa memenu-hinya. Selain itu, pemerintah selalu mengupayakan adanya tunjangan guru honorer. Dan semua guru, baik negeri maupun swasta, oleh peme-rintah semuanya dianggap sama semuanya. Misalnya terkait dengan sertifikasi guru. Sertifikasi itu tidak ada negeri, tidak swasta. Semua bisa mengajukan selama meme-nuhi persyaratan mereka bisa diang-gap lulus. Kemudian mereka bisa menerima tunjangan profesi di masa yang akan datang.

Bagaimana dengan MEDP? Apa-kah ini juga bagian dari kepedulian pemerintah untuk mengembangkan kualitas madrasah?

Ya, MEDP merupakan salah satu upaya peningkatan mutu madrasah. Daerah penyebaran MEDP meliputi tiga provinsi, yaitu Sulawesi Sela-tan, Jawa Tengah dan Jawa Timur. MEDP terkonsentrasi di 27 kabupa-ten kota.

Berapa madrasah yang menda-pat ‘sentuhan’ MEDP?

Ada 500 madrasah. Diharap-kan, 500 madrasah itu diberikan semacam pelayanan khusus dari sisi program dan anggaran. Program MEDP ini membackup madrasah-madrasah sehingga, di masa depan, mereka dapat meningkatkan mutu layanan dan kualitas akademiknya. Selain itu baik dari segi fisik, pro-

gram akademik, manajemen sum-berdaya serta kurikulum. Dengan demikian mereka benar-benar bisa memberdayakan potensi yang be-rada di lingkungannya.

Bagaimana mengantisipasi ke-lanjutan dan keberlangsungan pro-gram MEDP selepas proyek usai?

Ini yang perlu dipikirkan secara mendalam. Menurut hemat saya, yang perlu dipikirkan bukan saja bagaimana proyek ini berjalan tetapi paska proyek ini. Adakah kemam-puan madrasah tersebut mengelola dana, memanaj sendiri segala se-suatu yang berhubungan dengan kebutuhan madrasah. Kasus-kasus seperti ini tidak sedikit.

Bisa Anda berikan contohnya?Misalnya ada yang disebut

Madrasah Model. Ini ketika ADB memberikan bantuan kepada seki-tar 35 Madrsah Model melalui Deve lopment of Madrasah Aliyah Project (DMAP). Ternyata hasilnya, ada madrasah yang maju dan ada yang malah ada yang tidak berdaya apa-apa. Karena ternyata di sana ada peralatan yang high cost yang harus di upgread dan pemeliharaan-nya cukup mahal. Mereka justru tidak berdaya karena tidak memiliki anggaran dana. Akhirnya, peralatan tersebut menjadi tidak bermanfaat apa-apa. Begitu juga proyek-proyek yang sudah berjalan seperti Science Technology Program Equity dengan 29 lokasi madrasah. Program ini menurut saya sangat bagus. Menu-rut saya, ke depan, harus diantisipa-si soal kemampuan madrasah untuk memanfaatkan alat-alat bagus yang

DIRASAH 33

Page 34: Dirasah 1

34 Mei 200934 Mei 2009

PERSPEKT IF

diri memiliki keyakinan, sebagus apa pun kurikulum itu, tapi kalau orang-nya tidak mau melakukan, ya tidak akan pernah berhasil. Apakah itu di madrasah atau perguruan tinggi sekali pun.

Harapan Anda terhadap MEDP?Saya kira, ke depan, kalau pro-

gram ini sudah running, sudah bisa berjalan, kami tentu mengharapkan madra sah mampu memanfaatkan program blockgrant sebaik-baiknya. Kemudian dikelola dengan tanggung-jawab dan digunakan untuk program yang rasionable, masuk akal. Apa yang sudah digariskan sebagai tujuan dalam proyek ini dapat tercapai.

Selain itu, diharapkan, keber-langsungan program yang sudah menjadi intervensi MEDP ini ke de-pan betul-betul bisa terus dilakukan dalam konteks peningkatan yang ber kelanjutan.

Nama lengkapnya Dr Rohmat Mulyana, M.Pd. Ia la-hir pada 28 September 1966 di Tasikmalaya Jawa Barat. Ia kini menjabat sebagai Manajer Proyek MEDP. Sehari-hari, Rohmat Mulyana menjabat

sebagai Kepala Subdirektorat Kelembagaan dan Kerjasama Direktorat Pendidikan Madrasah Departemen Agama RI.

Pria berkacamata itu alumnus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bandung pada 1990. Kemudian, pada 1994 ia melan-jutkan studi Program Paskasarjana di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Program S3 juga ditamatkannya di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada 2001.

Selama kurun waktu 2006-2007, Rohmat, sapaan akrab-nya, mengadakan riset postdoktoralnya atas sponsor Fullbright di Colombia University Amerika. Rohmat melakukan riset ten-tang Pendidikan Nilai.

Biodata Kang Rohmat

sudah disediakan oleh program Sci-ence Technology Program Equity.

Apakah MEDP sudah mengan-tisipasi paska usainya program ini?

Sebenarnya, setiap proyek itu memiliki program untuk meng-antisipasi agar program tetap berkesinambungan selepas usainya MEDP. Karena proyek yang didesain itu sebenarnya sudah memikirkan hal-hal untuk keberlangsungan itu. Cuma, lagi, lagi persoalannya kem-bali pada SDM internal madrasah yang bersangkutan. Jadi, ketika kita mengembangkan sebuah skema atau program, kan akhirnya balik atau kembali lagi pada orangnya. Mau apa tidak, dia melakukan? Serius tidak, dia melakukan? Bukan soal kapabilitasnya. Saya kira, mungkin, banyak yang mempunyai kapabilitas dan kemampuan. Tetapi kehendak dan kemaunnya kurang. Saya sen-

Page 35: Dirasah 1

DIRASAH 35

Para Guru sedang mempertunjukkan hasil karya mereka dalam acara TOT Pembuatan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran MIPA Bagi Guru Pamong KKG MI Jateng

Menag memberikan penghargaan kepada siswa madrasah berprestasi pada acra

peringatan HAB ke 63

Training of Trainer (TOT) Pembuatan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran MIPA Bagi

Guru Pamong KKG MI di Jawa Tengah

Rapat Koordinasi dan Workshop MEDP Tahun Anggaran 2008 di Surabaya

Dirjen Pendis Prof. Dr. Mohammad Ali didam pingi Direktur Pendidikan Madrasah Drs. Firdaus, M.Pd dalam Rapat Koordinasi PTC dan PSC di Jakarta

DIRASAH 35

LENSA

Page 36: Dirasah 1

36 Mei 2009

Departemen Agama RI Berperan Menuntaskan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun melalui

Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Pondok Pesantren Salafiyah Ula dan Wustho, serta Program

Paket A dan B di Pesantren

Melalui Program Madrasah Education Development Project (MEDP)